BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Pengkajian dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data melalui wawancara dan observasi parsipatif. Data subyektif khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S GIIIPIIA0 hamil 40 minggu dengan keluhan ibu merasakan pusing ditengkuk selama 2 hari dan pandangan mata agak kabur sejak di UGD, dalam riwayat keluarga ada yang mempunyai penyakit hipertensi yaitu bapak pasien, dan pola kebutuhan sehari-hari ibu suka memasak yang asin-asin saat hamil ini. Data objektif yaitu keadaan umum baik, TD: 150/90 mmHg, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,50c, RR: 26 x/menit, hasil pemeriksaan penunjang yaitu protein urin positif 1 dan terdapat oedem pada kaki pasien. Jadi pada langkah ini antara teori dan lahan tidak terdapat kesenjangan. 2. Intrepretasi data dari hasil pengkajian diperoleh diagnosa kebidanan Ny. S GIIIPIIA0, umur 34 tahun, hamil 40 minggu, janin tunggal hidup intra uteri, letak membujur, presentasi kepala puka, divergen dengan preeklamsia ringan. Dengan masalah ibu merasa cemas dengan kehamilnanya sehubungan dengan rasa pusing dan tensinya tinggi. Serta kebutuhanya yaitu dipasang infus RL , pasang oksigen dan 100
101
kateter, atasi hipertensi dan beri diet rendah garam serta istirahat yang cukup. Pada langkah ini sudah sesuai dengan teori yang ada. 3. Diagnosa potensial pada Ny. S tidak terjadi karena mendapatkan perawatan yang intensif sehingga pada langkah ini sudah sesuai dengan teori yang ada 4. Antisipasi yang dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter SpOG tentang pemberian infus + MgSO4 20% dan dopamet (methyldopa) serta pantau keadaan umum dan tekanan darah. Pada langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik. 5. Perencanaan yang dilakukan pada kasus ini dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindakan pasang infus Ringer Laktat, pasang oksigen (O2), pasang kateter untuk pengukuran volume urin, intake 1,5 liter dan ouputnya 1,6 liter. Anjurkan ibu untuk tidur miring kekiri, pemberian misoprostol, berikan makan, berikan ibu terapi obat dopamet (methyldopa), lakukan observasi tanda-tanda vital, denyut jantung janin serta, volume urin setiap 4 jam, dan lakukan pemeriksaan dalam VT, Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan karena apabila menurut teori setiap 4 jam akan terlalu lama, karena keadaan pasien yang emergensi sehingga tanda-tanda vital dilakukan setiap jam. 6. Pelaksanaan yang dilakukan pada Ny. S dari perencanaan yang dilakukan sampai pelaksanaan pada kasus ini dilakukan kolaborasi
102
dengan dokter SpOG untuk tindakan pasang infus Ringer Laktat, pasang oksigen (O2) , pasang kateter untuk pengukuran volume urin, anjurkan ibu tidur miring kekiri, anjurkan ibu untuk makan, berikan ibu terapi obat, lakukan obervasi tanda-tanda vital, denyut jantung janin setiap jam, volume urin dan pemeriksaan dalam VT, dan kala II sampai bayi serta plasenta lahir. Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan karena apabila menurut teori setiap 4 jam akan terlalu lama, karena keadaan pasien yang emergensi sehingga tanda-tanda vital dilakukan setiap jam.diteori pemeriksaan tandatanda vital dilakukan setiap 4 jam. 7. Evalusi dari kasus diatas setelah dilakukan tindakan pemasangan infus, pasang oksigen, pasang kateter, ibu dianjurkan untuk tidur miring kekiri, memberi ibu makan, berikan ibu terapi obat, takanan darah ibu sudah mulai ada penurunan, tidak merasakan pusing dan pandangan mata tidak kabur. Evaluasi asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. S GIIIPIIA0, umur 34 tahun, hamil 40 minggu dengan preeklamsia ringan sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada. B. Saran Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka perlu adanya upaya meningkatkan pelayanan yang lebih baik, oleh itu penulis memberikan saran sebagai berikut:
103
1. Bagi Penulis Diharapkan Karya tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang asuhan kebidanan hamil dengan preeklamsia
ringan
yang
ada
diteori
sehingga
dapat
mengaplikasikanya dilahan. 2. Bagi Klien Pada klien dengan yang mengalami kehamilan dengan preeklamsia ringan sebaiknya pemeriksaannya harus dilakukan secara dini, agar tindakan segera dapat langsung ditentukan. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan Tenaga Kesehatan lebih mengkaji lagi tanda dan gejala preeklamsia ringan sehingga tidak terdapat kesalahan dalam menentukan diagnosa kebidanan dan segera merujuk. 4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dengan mengatahui permasalah yang timbul pada ibu hamil dengan preeklamsia ringan dan penanganan yang tepat dapat dijadikan untuk menambah sumber kepustakaan dan perubahan refernsi mengenai kasus preeklamsia ringan terutama dalam follow up pemeriksaan tanda-tanda vital. 5. Bagi Rumah sakit Disarankan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan kualitas palayanan
secara optimal
sehingga penanganan
preeklamsia ringan dapat tertangani lebih baik.
segera pada
104