MENINGKATKAN SIKAP EMPATI TERHADAP TEMAN YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELAS XI DI SMA N 1 BALIGE T.A 2013/2014 Sri Milfayetty1) Epi Sariaty Pangaribuan2) 1103351011
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN – BIMBINGAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Abstrak Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pemberian layanan bimbingan kelompok ini teknik diskusi dapat meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige T.A 2013/2014. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui observasi dan angket. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) yang terdiri dari 2 siklus, siklus I dan siklus II masing-masing memiliki 3 kali pertemuan. Pada setiap siklus peneliti melakukan penilaian segera (Laiseg) dan penyebaran angket. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sikap empati terhadap teman yang kesulitan dalam belajar melalui bimbingan kelompok pada kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige T.A 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis angket sebelum diberikan tindakan, diperoleh 6 orang siswa dengan 3 orang siswa yang memiliki sikap empati siswa yang kurang, 2 orang siswa memiliki sikap empati siswa yang sedang, 1 orang siswa yang cukup memiliki sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga persentase awal dalam 1 kelompok adalah 16.6 %. Dari hasil analisis data pada siklus I setelah diberikan tindakan diperoleh 3 orang siswa yang mengalami peningkatan dalam sikap empati siswa terhadap teman sehingga persentase keberhasilan menjadi 50 %. Hal ini dilihat dari hasil analisis angket, laiseg, laijapen. Pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada sikap empati siswa terhadap teman yaitu 83.3 % karena diperoleh 5 orang siswa yang mengalami peningkatan. Walaupun masih ada 1 orang siswa (16.7 %) yang dikategorikan ‘cukup’, namun tingkat keberhasilan layanan sudah memenuhi target yakni 75%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Maka peneliti menyarankan guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan bimbingan kelompok teknik diskusi sebagai alternatif yang tepat menangani permasalahan siswa khususnya meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar pada siswa kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige T.A 2013/2014.
1
dapat memahami perasaan dan masalah orang lain itu disebut dengan empati.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Pendidik ini bukan hanya bertanggung jawab menyampaikan pelajaran kepada siswa tetapi juga membentuk kepribadiaan siswa yang bernilai tinggi. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah umumnya lebih banyak ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau kemampuan yang kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa berkategori ‘‘di luar rata-rata ’’ itu (sangat pintar atau sangat bodoh) tidak mendapatkan kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami siswa yang berkemampuan tinggi.
Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu masa perkembangan dimana manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan adalah pada masa remaja. Pada masa perkembangan ini, remaja harus mampu menyelesaikan tugas perkembangannya untuk dapat diterima di lingkungan sosial, khususnya supaya remaja diterima di lingkungan teman-teman sebayanya. Hurlock (1980: 10) mengemukakan bahwa remaja harus mampu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, mencapai peran sosial pria dan wanita, menggunakan tubunhnya secara efektif, mengharapkan dan perilaku sosial yang bertanggungjawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga, dan memperoleh perangkat nilai dan sistematis etis sebagai pegangan berperilaku untuk mengembangkan ideologi.
Untuk meningkatkan sikap empati siswa, sekolah sebagai objek lingkungan tempat sosialsasi siswa yang dapat mempengaruhi sikap empati siswa terhadap siswa lain sudah menganjurkan kepada guru bidang studi, wali kelas dan peserta didik untuk memberikan dorongan kepada siswa lain supaya memelihara kepedulian terhadap siswa lain yang membutuhkan pertolongan guna mencegahnya cacat moral dalam kehidupan sehari-hari termasuk di lingkungan sekolah. Arahan-arahan yang diberikan guru belum cukup untuk membuat siswa peduli terhadap siswa lainnya.
. Dalam hidup bermasyarakat, sering kali individu memanfaatkaan jasa orang lain tanpa memperhatikan kesejahteraan orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Mereka hanya berpikir mendapat keuntungan yang banyak demi kepentingan pribadinya, tidak ingin bersusah payah memikirkan apakah orang lain memiliki kesempatan untuk memperoleh kepuasaan yang sama, atau apakah orang lain merasa terganggu dengan sifat mereka yang tidak mau tahu dengan kebahagiaan orang lain. Individu tidak lagi memperdulikan kekecewaan, kesusahan, dan penderitaan yang dialami oleh orang yang telah dirugikan.
Dalam proses bimbingan kelompok sangat mungkin diperlukan dan digunakan berbagai metode serta teknis psikologis untuk memahami dan mempengaruhi perkembangan perilaku individu. Metode bimbingan kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan, dan pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin secara ideal, pemimpin kelompok membantu kelompok untuk memusatkan perhatian pada masalah umum yang dihadapi, membantu meninjau masalah secara luas dan mendalam, membantu memberikan sumbersumber yang dapat dipakai untuk pemecahan masalah, dan membantu kelompok mengetahui bilamana masalah sudah terpecahkan serta implikasi selanjutnya dari pemecahan masalah tersebut. Beranjak dari kenyataan bahwa dorongan yang diberikan guru bidang studi, wali kelas belum cukup mendorong siswa untuk melakukan empati atau pertolongan terhadap siswa lain yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka diperlukan layanan untuk mengatasi tersebut oleh calon konselor. Masalah kurangnya sikap empati siswa yang memiliki
Kenyataan ini dapat ditemui di lingkungan masyarakat, salah satunya di lingkungan sekolah. Sekarang ini siswa-siswi semakin tidak memiliki kepekaan sosial dengan teman-teman sebayanya. Di sekolah mereka berteman dengan teman-teman pilihan yang bukan pilihannya, maka mereka tidak akan menghiraukan. Teman yang sedang membutuhkan perhatiaan dari teman-teman yang lainnya, tidak akan dihiraukan apabila mereka bukan teman pilihannnya. Hal ini dapat dilihat pada proses sosialisasi atau pergaulan siswa-siswi sekolah menengah atas. Kejadian ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan seseorang untuk dapat memahami perasaan orang lain. Kemampuan untuk
2
prestasi tinggi tehadap prestasi siswa yang rendah dapat diatasi dengan layanan bimbingan kelompok. Agar siswa lebih memahami arti dari berbagi dalam ilmu pengetahuan tanpa memandang siswa yang memiliki kesulitan belajar sebagai lawan dalam proses belajar. Sehingga peneliti menganggap penting untuk meneliti yang berjudul “ Meningkatkan Sikap Empati Siswa Terhadap Teman Yang Mengalami Kesulitan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Di SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/ 2014’’.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap empati siswa terhadap siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar melalui bimbingan kelompok di SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/2014 . F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
B. Identifikasi Masalah
1) Manfaat Praktis a) Bagi peserta didik diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang pentingnya sikap berempati terhadap sesama manusia, khususnya terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar . b) Bagi guru pembimbing menyusun, membantu dan melaksanakan bimbingan konseling dalam meningkatkan kemampuan berempati siswa terhadap teman tanpa pandang buluh dengan teman yang lain. c) Bagi sekolah, memberi masukan kepada sekolah dalam upaya meningkatkan hubungan sosial yang lebih baik melalui usaha peningkatan empati pada seluruh warga sekolah. 2) Manfaat Praktis d) Bagi peserta didik diharapkan dapat memberikan kesadaran tentang pentingnya sikap berempati terhadap sesama manusia, khususnya terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar . e) Bagi guru pembimbing menyusun, membantu dan melaksanakan bimbingan konseling dalam meningkatkan kemampuan berempati siswa terhadap teman tanpa pandang buluh dengan teman yang lain. f) Bagi sekolah, memberi masukan kepada sekolah dalam upaya meningkatkan hubungan sosial yang lebih baik melalui usaha peningkatan empati pada seluruh warga sekolah.
Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Rendahnya perilaku menolong antar siswa dan kurangnya menghargai orang lain disebabkan rendahnya sikap kepedulian yang di miliki antar siswa. 2.
Belum diketahui pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap pengentasan masaalah empati siswa
terhadap siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar. 3. Dorongan-dorongan yang diberikan oleh pihak sekolah belum cukup membuat siswa yang memiliki prestasi tinggi untuk memberikan periku menolong terhadap siswa yang memiliki prestasi rendah. 4.
Seseorang yang melakukan empati terhadap orang dikarenakan adanya imbalan yang ingin di terima oleh individual yang melakukan empati.
C. Batasan Masalah Bertolak dari identifikasi masalah, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan didalami supaya lebih jelas. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan bimbingan kelompok dalam menangani permasalahan sikap empati siswa kurang pada teman yang memiliki kesulitan belajar dikelas.
2. KAJIAN TEORI
D. Rumusan Masalah
Pengertian Sikap
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang sudah diuraikan,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‘‘Apakah sikap empati siswa terhadap teman yang memiliki kesulitan belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok’’ di SMA N 1 Balige Tahun Ajaran 2013/ 2014.
Secord & Backman (1964) dalam Saifuddin (1995) mendefenisikan bahwa sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. (Brehm & Kassin,1990) dalam saifuddin (1995) mengatakan bahwa sikap tidak lain adalah afek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek. demikian dengan pendapat Cacioppo (1986) dalam saifuddin (1995) mendefenisikan bahwa sikap
E. Tujuan Penelitian
3
adalah evauasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek, atau isyu-isyu.
perasaan orang lain, mengendalikan diri, ramah dan humanis.
Beranjak dari pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa sikap adalah seseorang terhadap suatu objek selalu berperanan sebagai perantara anttara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yakni respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini, respon afektif (respon syarat simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respons perilaku atau konatif( respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku.
Aspek-Aspek Empati Para teoritikus kontenporer Hoffman & Davis dalam (Taufik 2012: 43) menyatakan bahwa empati terdiri atas dua komponen,yaitu kognitif dan afektif. Kedudukan komponen dilihat sebagai berikut: komponen kognitif lebih menonjol dibandingkan afektif, atau bahkan keduanya dilevel yang sama. Selain itu, mereka juga memiliki pandangan tentang bagaimana interaksi dari kedua komponen itu. Selain kedua komponen tersebut beberapa teoritikus Ridley & Lingle di dalam (Taufik 2012: 43) menambahkan aspek komunikatif sebagai faktor ketiga komponen komunikatif sebagai jembatan yang menghubungkan keduanya, atau sebagai media eksperesi realisasi dari komponen kognitif dan afektif, komponen kognitif. Taufik (2012: 44) menyimpulkan pendapat Eisenberg & Strayer dkk (1987) Sebagai berikut :
Pengertian Empati Empati berasal dari bahasa yunani “ phatos ” yang berarti perasaan yang mendalam, sehingga dapat diartikan bahwa empati adalah kemampuan seseorang mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain (kompas.com.24 oktober 2009). Allport (1965) dalam Taufik (2012: 39) mendefenisikan empati sebagai perubahan imajinasi seseorang kedalam pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Allport tersebut percaya bahwa empati berada diantara kesimpulan (inference) pada suatu sisi lain dan intuisi sisi lain.
1) Aspek kognitif Komponen kognitif merupakan komponen yang menimbulkan pemahaman terhadap perasaan orang lain. Hal ini diperkuat oleh beberapa pernyataan Ilmuan bahwa proses kognitif sangat berperan penting dalam proses empati. Secara garis besar bahwa proses kognitif sangat berperan penting dalam proses empati. Secara garis besar bahwa empati aspek kognitif dari empati meliputi aspek pemahaman atas kondisi orang lain.
Sebagaimana dikemukakan oleh Goleman (1999: 15) mengemukakan: Bahwa tanpa kemampuan empati orang dapat menjadi terasing, salah menafsirkan perasaan sehingga mati rasa atau tumpulnya perasaan yang berakibat rusaknya hubungan.Salah satu wujud kurangnya empati adalah ketika kita cenderung menyamaratakan orang lain bukannya memandang mereka sebagai individu yang unik.
3) Aspek afektif Empati sebagai aspek afektif merujuk pada kemampuan menyelaraskan pengalaman emosional kepada orang lain. Aspek empati ini terdiri atas simpati,sensitivitas, dan sharing penderitaan yang dialami oleh orang lain yang di imajinasikan seakanakan oleh diri sendiri (Colley, 1998).
Empati berkenan ‘‘sensitivitas’’ yang bermakna sebagai suatu kepekaan rasa terhadap halhal yang berkaitan dengan emosional. Kepekaan rasa ini adalah suatu kemampuan mengenali dan mengerti perasaan orang lain (Windy, 2008: 13. Selain itu, Allport (1965) dalam Taufik (2012: 39) mendefenisikan empati sebagai perubahan imajinasi kedalam pikiran, perasaan, dan perilaku orang lain. Allport tersebut percaya bahwa empati berada diantara kesimpulan (inference) pada suatu sisi lain dan instuisi sisi lain.
3) Aspek kognitif dan afektif Selain dua kategori diatas ,belakangan ini para ahli lebih memandang emapti sebagai multimensional yang meliputi komponen kognitif dan afektif secara bersama-sama (Richendoller & Weaver, 1994), terdiri atas komponen afektif dan kognitif yang tidak dapat dipisahkan atas keduanya (kognitif dan afektif) dianggap sebagai satu aspek.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa empati adalah kemampuan individu yang melibatkan kemampuan kemampuan kognitif dan afektif untuk menempatkan diri dalam mengenali, memahami, mengerti dan menerima sepenuh hati akan adanya perasaan, fikiran dan pandangan da pengalaman positif maupun negatif dari orang lain sehingga timbul perasaan toleransi menghargai
4) Aspek komunikatif Aspek empati komunikatif adalah ekspresi dari pikiran-pikiran empatik (intellectual empathy) dan perasaan-perasaan (empathy emitions) terhadap orang lai yang dapat diekspresikan melalui kata-kata dan perbuatan.
4
Fanz dalam ginting (2009: 12) menemukan adanya hubungan yang kuat antara pola asuh pada masa awal terbentuknya empati anak. Anak yang mempunyai ayah yang terlibat baik dalam pengasuhan dan ibu yang sabar dalam menghadapi ketergantungan anak dan akan mempunyai empati yang tinggi. Hal lain yang mempengaruhi perkembangan empati anak adalah kehangatan orang tua. pola asuh orang tua adalah pendispilinan yang diterapkan orang tua terhadap anak. Kepribadian
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Empati Taufik (2012: 119-122) mengemukakan faktor yang mempengaruhi seseorang berempati terhadap orang lain antara lain : a)
Faktor Gender
Perempuan dikenal mudah merasakan kondisi emosional orang lain dibandingkan laki-laki. Tingkat pemahaman dan ketepatan empati juga lebih baik daripada laki-laki, tetapi dalam kondisi tertentu. Ketepatan empati perempuan tinggi ketika individu tersebut sadar bahwa empati mereka sedang diukur atau ketika streotip gender ditonjolkan, yaitu tingkat empati ditonjolkan, yaitu tingkat empati perempuan lebih tinggi terhadap sesema perempuan dan tidak menunjukan empati yang tinggi pada target berbeda jenis kelamin.
b) Situasi, Pengalaman dan Objek Respon Tinggi rendahnya seseorang berempati akan dipengaruhi oleh seseorang akan sangat dipengaruhi oleh situasi, pengalaman, dan respon yang diberikan. Secara umum anak akan lebih berempati pada orang lain mirip dengan dirinya dibanding dengan orang yang mempunyai perbedaan dengan dirinya.
b) Faktor Kognitif
c)
Keakuratan empati berkaitan dengan kecerdasan bahasa seseorang. Orang yang memiliki kecerdasaan bahasa tinggi akan dapat berempati secara akurat dibandingkan dengan orang yang memiliki rendah tingkat kecerdasan bahasanya. Orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa tinggi akan mudah mengekpresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya sendiri untuk memahami perasaan orang lain.
Mussen dalam ginting (2009: 14) mengemukakan keterampilan berempati akan semakin bertambah dengan meningkatnya usia. Hal ini dikarenakan bertambahnya pemahaman perspktif. Usia juga akan mempenngaruhi proses kematangan kognitif dalam diri seseorang. d) Derajat Kematangan Gunarsa dalam Ginting (2009: 15) mengatakan bahwa empati itu dipengaruhi derajat kematangan. Maksud derajat kematangan adalah besarnya kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu secara proporsional.
c) Stasus Sosial Ekonomi Orang-orang berstatus sosial ekonomi rendah lebih efektif menerjemahkan emosi-emosi yang sedang dialami oleh orang lain dibandingkan dengan orang dengan status sosial ekonomi tinggi. Pada orang berstatus ekonomi rendah kehidupan mereka dipengaruhi karakteristik konteks lainnya seperti tingkat dukungan yang telah mereka terima dalam lingkungannya.
e)
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan pengalaman yang dipelajari individu sejak kecil akan memepengaruhi kemampuan empati pada masa dewasanya. Sosialisasi didalam bimbingan dan konseling merupakan hubungan komunikasi antara siswa dengan lingkungan untuk membentuk pribadi siswa dalam menjalin kekerabatan antar siswa lain. Semakin banyak dan semakin intensif seseorang individu melakukan sosialisasi maka akan semakin terasah kepekaanya terhadap orang lain.
d ) Hubungan dekat Secara umum empati sangat bagus untuk membangun hubungan baik, jika setiap orang saling memahami satu sama lain. Tingkat empati seperti ini umumnya dialami oleh pasagan suami-istri atau sahabat. Tingkat empati dalam pergaulan akan meningkat apabila antar individu terjalin hubungan yang baik dan saling memahami satu dengan yang lain. Ginting (2009: 12-15) mengemukakan ada beberapa hal yang dapat yang dapat mempengaruhi aspek berempati pada diri seseorang, yaitu : pola asuh, kepribadian, jenis kelamin, situasi, pengalaman, dan objek respon, usia, derajat, kematanngan, sosialisasi . a)
Usia
Kesulitan Belajar Pengertian Kesulitan Belajar Menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) dalam www.psikologimania.com disekolah, disamping banyaknya siswa yang berhasil secara
Pola asuh
5
gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai siswa yang gagal seperti: angka-angka raport rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir. Secara umum, siswa-siswa seperti itu dapat dipandang sebagai siswa-siswa yang mengalami masalah belajar.
3). Aspek psikologi kognitif Psikologi kognitif berkenaan dengan proses belajar,berfikir dan mengetahui kemampuan kognitif merupakan kelompok keterampilan mental yang esensial pada fungsi-fungsi kemanusiaan. Melalui kemampuan kognitif, siswa dapat mengetahui, menyadari, mengerti, menggunakan abstraksi, menalar, memabahas dan menjadi kreatif.
Selain itu, Muhibbin (2003: 182) mengemukan sering pula anak tidak memahami kesulitan atau kekesalan yang dialaminya disekolah. Kadang-kadang masalah pergaulan membuat suasana belajar disekolah sebagai suatu keadaan yang mencekam dirinya. Siswa ingin bergaul, tetapi tidak dapat bergaul. Keadaan tidak ada teman, kesepian itu yang menyebabkan keadaan dirinya kurang menguntungkan untuk belajar, ada semacam hambatan tetapi tidak tahu menghilangkanya. Bilamana siswa lebih terbuka dan dapat mengerti serta dimengerti oleh teman-temannya, maka akan terangsang untuk belajar dan berlomba-lomba dengan teman-teman untuk memperoleh hasil yang baik.
Berdasarkan beberapa aspek-aspek kesulitan belajar, peneliti menyimpulkan bahwa kesulitan belajar disebabkan adanya kelambatan kematangan dari fungsi neurologis dan analisiss perilaku yang dapat menghasilkan strategi pembelajaran melalui tahapan-tahapan pembelajaran. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa kesulitan belajar adalah hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam belajar yang berhubungan dengan keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lamban dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar bersikap dan berkebiasaan buruk dan kondisi seseorang siswa merasa kesulitan dalam menelaah pelajaran karena disebabkan faktor-faktor baik dari luar maupun dari diri siswa tersebut.
Muhhibin (2003: 182) kesulitan belajar juga dapat dialami oleh kemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. faktor-faktor kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yakni : 1). Sebab-sebab yang endogin (dari dalam diri anak) Sebab-sebab yang endogin ada bermacammacam, yaitu :
Aspek-Aspek Kesulitan Belajar
a.
Mulyono (2003: 84) mengemukakan ada beberapa aspek-aspek kesulitan belajar antara lain : 1). Aspek psikologis perkembangan
b.
Seseorang anak atau siswa mengalami kesulitan belajar disebabkan faktor kematangan. Tiap individu memiliki laju perkembangan kematangan yang berbeda-beda, baik dalam fungsi motorik, kognitif maupun afektif. Keterlambatan kematangan tercipta karena didorong atau dipaksa lingkungan sosial untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) sebelum anak untuk hal ini.
Sebab-sebab yang bersifat biologis, yaitu sebab-sebab yang berhubungan dengan jasmaniah, misalnya: kesehatan,cacat badan. Sebab-sebab yang bersifat psikologis, yaitu sebab-sebab yang berhubungan dengan kejiwaan anak, misalnya : intelligensi/ kecerdasaan, perhatian, minat dan bakat.
2). Sebab-sebab yang eksogin : Selain sebab-sebab endogin yang datang dari dalam diri anak, ada sebab-sebab eksogin juga banyak memepengaruhi belajar anak. Bahkan mungkin ganguan eksogin ini lebih banyak daripada sebab endogin, yang dapta dibedakan, antara lain:
2). Aspek psikologi behavioral Seseorang anak atau siswa mengalami kesulitan belajar didasari oleh analisis perilaku yang dibutuhkan untuk mempelajari tugas- tugas tersebut. Guru hendaknya lebih memusatkan perhatian pada keterampilan akademik yang diperlukan oleh anak daripada lebih memusatkan pada kekurangan yang menghambat anak untuk sulit belajar. Guru harus melakuakan evaluasi terhadap anak untuk menentukan tugas-tugas yang belum dikuasai, selanjutnya mengajarkan tugas-tugas yang belum dikuasai.
a.
Faktor keluarga, yaitu :
Karena faktor keluarga ini sangat luas, maka dibagi dalam beberapa aspek : 1. Faktor orang tua diantaranya adalah : a). Cara orang tua mendidik anaknya yang tidak mapan
6
b). Hubungan orang tua dengan anaknya yang tidak lancar
c.
c). Contoh sikap orang tua yang kurang baik 2. Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anak besar pengaruhnya terhadap belajar anak, karena keluarga adalah lembaga pendidikan yasng pertama dan utama.
Bimbingan Kelompok Prayitno & Amti (1995: 99) mendefiniskan bimbingan sebagai: “proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan indvidu dan sana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku’’.
3. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga juga bisa mempengaruhi anak mengalami kesulitan dalam belajar. Apabila keadaan ekonomi keluarga dari orang tua siswa mampu untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak maka tak jarang anak mengalami kesulitan dalam belajar. 4. Faktor Sekolah
Tohirin (2012: mengemukakan :
1.
b.
Faktor-faktor yang lain, anatara lain : 1) Metode belajar anak yang kurang baik, (pembagian waktu belajar yang kurang baik, cara belajar yang salah, pembagian atau penggunaan waktu yang senggang kurang efektif).
Cara penyajian pelajaran yang kurang baik (guru kurang menguasai bahan, metode syang digunakan kurang tepat, dan tanpa penggunaan alat peraga dan lainlain). 2. Hubungan antara guru dengan murid kurang baik. Biasanya kalau guru sudah dibenci murid maka pelajarannya bisa tidak berhasil. 3. Hubungan antara anak dengan temanya kurang baik. Hubungan dengan teman yang tidak baik dapat menimbulkan perasaan malas masuk sekolah , perasaan rendah diri, dan sebagainya. Ini yang menyebabkan anak yang mengalaminya mundur dalam belajar. 4. Waktu sekolah yang buruk. Waktu sekolah yang buruk dapat menghambat, Misalnya sekolah yang dibuka pada jam 2 siang, maka anak akan merasa mengantuk dan malas. 5. Keadaan gedung sekolah yang kurang baik. Faktor masyarakat
165-166)
Bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. dalam layanan bimbingan kelompok, akativitas dan dinamaika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi peserta layanan. Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan.saran dan membantu menyelesaikan masalah yang dialami anggota kelompok. Pemimpin kelompok dan anggota kelompok dapat memberikan informasi- informasi yang bermanfaat bagi individu dalam mencapai perkembangan yang optimal dalam kehidupan sehari-hari. Jenis - Jenis Bimbingan Kelompok Prayitno (2004: 25) memaparkankan bahwa, “Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok ada 2 jenis kelompok yang dapat dikembangkan yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas”. Dua jenis pendekatan yang dilakuan tersebut memiliki ciri khas tersendiri dan tujuan-tujuan khusus yang ada pada masingmasingnya. Kelompok Bebas
Ada empat faktor yang sangat mempengaruhi atau menghambat proses anak didik : 1) Mass media (misalnya : bioskop, radio, majalah,buku komik dan sebagainya). 2) Teman bergaul 3) Aktivitas dalam masyarakat 4) Corak kehidupan tetangga
7
Dalam kelompok bebas anggotaanggota kelompok melakukan kegiatan kelompok tanpa penguasaan tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya oleh pemimpin kelompok, dan kelompok bebas memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk berpartisipasi menentukan arah dan isi kehidupan kegiatan kelompok tersebut.
sehingga siswa yang lain dalam kelompok tersebut dapat mengambil manfaat dari pendapat dan pengalaman yang dikemukakan oleh temannya. Tujuan Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Sukardi (2008: 221) mengemukakan bahwa dalam tujuan yang diskusi kelompok adalah: (1) Dapat memperoleh mformasi yang berharga dari teman diskusi dan pembimbing diskusi; (2) dapat membangkitkan motivasi dan semangat peserta diskusi atau siswa untuk melakukan suatu tugas; (3) Mengembangkan kemampuan siswa berfikir kritis, mampu melakukan analisis dan sintesis atas data atau imformasi yang diterimanya; (4) Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat secara jelas dan terarah; dan (5) Membiasakan kerja sama diantara para siswa. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingam kelompok teknik diskusi ialah siswa dapat bebas mengungkapkan pendapat, siswa dapat merubah tingkah laku menjadi baik, siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru, yang sebelumya tidak dimergerti. Jadi tujuan diadakanya teknik diskusi kelompok adalah siswa diharapkan dapat mengubah tingkah laku yang tidak baik menjadi baik. Manfaat Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi
Kelompok Tugas Dalam kelompok tugas arah dan isi kegiatan kelompok sudah ditetapkan terlebih dahulu. Seluruh anggota kelompok diarahkan kepada satu topik. Semua anggota kelompok hendaknya meberikan perhatian penuh untuk topik yang sudah ditugaskan dalam kelompok sehingga semua komunikasi dan interaksi semua anggota menjurus kepada penyelesaian tugas yang ada. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahap yaitu : a) Tahap pembentukan, tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memaksukan diri kedalam suatu kelompok. Meliputi kegiatan: a) mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok, b) menjelaskan cara dan asas bimbingan kelompok, c) saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri, d) permainan penghangatan dan pengakraban b) Tahap peralihan, meliputi: menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya: a) mengamati apakah para anggota kelompok sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya, b) membahas suasana yang terjadi c) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota, d) kalau perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama. c) c) Tahap kegiatan, meliputi : a) pemimpin kelompok mengemukakan masalah atau topik, b) tanya jawab tentang hal yang belum jelas yang dibahas dalam kelompok, c) membahas topik secara tuntas, d) kegiatan selingan d) d). Tahap pengakhiran meliputi : a) pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan kelompok akan segera berakhir, b) pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil kegiatan, c) membahas kegiatan lanjutan, d) mengemukakan pesan dan harapan.
Prayitno (2003: 53-54) mengemukakan dan pentingnya bimbinngan kelompok adalah sebagai berikut: 1.
Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya. pendapat mereka itu boleh jadi bermacam-macam, adanya positif dan ada juga yang negatif. Semua pendapat-pendapat siswa yang negatif diluruskan, disingkronisasikan dan dimantapkan sehingga para siswa memiliki pemahaman yang objektif, tepat dabn cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan itu. Pemahaman yang objektif, tepat dan luas itu dapat diharapkan. 2. Menimbulkan sifat yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang bersangkut paut dengan hal-hal yang mereka bicarakan didalam kelompok. 3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk mmbuahkan hasil sebagaimana mereka programkan semula. Meningkatkan Sikap Empati Siswa Terhadap Teman Yang Mengalami Kesulitan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi. Bimbingan kelompok untuk meningkatkan sikap empati siswa terhadap siswa yang memiliki kesulitan belajar dilakukan dengan Tingkah laku prososial (prosocial behavior) dan Altruisme. Dimana
Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Metode diskusi kelompok merupakan suatu teknik bimbingan kelompok yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Dalam diskusi tersebut diharapkan setiap siswa secara aktif mengambil bagian untuk mengemukakan pendapat ataupun pengalaman-pengalamannya
8
tingkah laku proposial digunkakan untuk suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain (siswa) tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang. Maka dalam hal ini guru bimbingan dan konseling akan mempengaruhi siswa untuk dapat merasakan dan memahami perasaan peserta didik dalam membantu dalam menyelesaikan masalah siswa dalam belajar. Adapun proses meningkatkan sikap empati siswa dalam penelitian ini akan dilaksanakan dengan tahap-tahap berikut ini : 1. Tahap pembentukan kelompok atau tahap permulaan
terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok. Seluruh anggota kelompok dimintai komitmennya untuk melaksanakan apa-apa yang sudah dipahami dari kegiatan yang sudah berlangsung dan menjadi individu yang optimis dan berpikir positif serta tetap menjalin keakraban dengan semua anggota kelompok walaupun berada diluar kegiatan bimbingan kelompok. Pemimpin kelompok membawakan suasana yang menyenangkan dan mengesankan, sehingga semua anggota kelompok merasa terkesan dan merasa memperoleh manfaat yang besar dalam kegiatan tersebut sehingga ada keinginan untuk mengadakan bimbingan kelompok lagi.
Pertama sekali yang dilakukan oleh calon konselor adalah membentuk kelompok yang akan mengikuti layanan. Pada tahap ini calon konselor melakukan beberapa hal seperti pengenalan, pembinaan hubungan baik, mengarahkan anggota kelompok untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang dilakukan. Langkah-langkah pada tahap awal kelompok, antara lain: (a) mengucapkan salam; (b) ucapan terima kasih dan selamat datang; (c) doa; (d) menjelaskan pengertian bimbingan kelompok; (e) menjelaskan tujuan bimbingan kelompok; (f) menyampaikan azaz bimbingan kelompok, yakni: azaz keterbukaan, kerahasiaan, kesukarelaan, kenormatifan; (g) perkenalan dilanjutkan dengan permainan rangkaian nama untuk mengakrabkan seluruh peserta kelompok. 2.
Kerangka Berpikir Sikap empati siswa terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk dapat merasakan perasaan siswa yang mengalami kesulitan belajar, sehingga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat memecahkan masalah belajar dan mendapat hasil belajar yang optimal. Empati berkaitan dengan memahami dan merasakan perasaan orang lain dan melakukan pertolongan terhadap orang yang membutuhkan melaui tindakan dengan membantu teman sebaya (siswa) dalam belajar. Manfaat sikap empati bagi siswa khususnya siswa yang memiliki prestasi tinggi akan dapat menerapkan kepedulian terhadap sesama dan mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan diantara siswa.
Tahap peralihan
Setelah masing-masing anggota kelompok mengetahui dengan jelas kegiatan apa yang harus dilakukan, maka pemimpin kelompok akan: (1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; (2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga); (3) Membahas suasana yang terjadi; (4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (5) Kalau perlu kembali kebeberapa aspek tahap pertama (tahap pembentukan). Pada tahap ini pemimpin kelompok juga menanyakan kesiapan seluruh anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, yaitu dengan membuka diri secara wajar.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap postif empati siswa dalam belajar diantaranya sikap postif itu antara lain : murah hati, suka menolong, baik hati, sensitive, lembut hati dan hangat, pembiasaan (conditioning) yang berhubungan perilaku menolong terjadi karena pembiasaan yang dilakukan orang tua terhadap anakanaknya yang senantiasa memberikan pertolongan kepada orang lain, atau individu membiasakan diri untuk melatihnya. Dalam bimbingan konseling, banyak jenis layanan yang dapat membantu mengatasi masalah konseli. Namun untuk masalah sikap empati terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, peneliti.
3.
Tahap kegiatan inti Pada tahap ini pemimpin kelompok akan memulai topik bimbingan. Pada tahap ini pemimpin kelompok akan menginformasikan bahwa pelaksanaan bimbingan kelompok yang akan dilakukan adalah bimbingan kelompok topik tugas yang akan membahas tentang makna empati dlingkungan sekolah dan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa, upaya untuk membantu teman yang sedang mengalami kesulitan dan kegagalan dalam belajar. 4. Tahap Pengakhiran (terminasi) Tahap pengakhiran pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement)
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan kajian teori penulis uraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah : ‘‘ Bimbingan kelompok teknik diskusi dengan dapat meningkatkan sikap empati siswa terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar di SMA N 1 Balige Tahun ajaran 2013 / 2014 ’’.
9
tanggapan, saran, dan sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat untuk membantu individu untuk memebantu memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan bimbingan konseling. Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan: mempelajari suatu masalah, mencari solusi, serta melakukan perbaikan dengan menerapkan suatu tindakan nyata. Bertujuan untuk menemukan cara meningkatkan sikap empati siswa yang efektif dengan melakukan tindakan bimbingan kelompok.
c) Bimbingan kelompok meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Berdasarkan hasil analisis terhadap bimbingan kelompok dengan meningkatkan sikap empati untuk membantu siswa meningkatkan empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar adalah upaya bantuan yang diberikan kepada 6 orang melakukan dinamika kelompok untuk meningkatkan kemampuan empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memahami orang lain, merasakan perasaan orang lain, dan membantu orang lain sehubungan masalah yang dialami oleh siswa yang kurang dapat berempati terhadap teman. keefektifan dalam mengubah tidak dapat memahami orang lain, tidak dapat memahami perasaan orang lain menjadi dapat memahami perasaan orang lain, dan tidak membantu orang lain menjadi membantu orang lain.
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah keseluruhan siswa kelas XI IPA-1 SMA N 1 Balige berjumlah 33 siswa. Berdasakan hasil instrumen meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar ditentukan 6 orang siswa yang mengikuti bimbingan kelompok Berdasarkan Subjek penelitian yang diperoleh sebanyak 6 orang siswa, 3 diantaranya siswa cukup dapat berempati terhadap teman yang kesulitan dalam belajar dan 3 orang siswa lainnya kurang memiliki rasa empati terhadap teman yang kesulitan dalam belajar, supaya di dalamnya terjadi dinamika kelompok. Dengan demikian besar subjek penelitian ini adalah 6 orang.
Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan bimbingan konseling (action research) dengan model siklus seperti yang dikemukakan oleh Kemmis dan MC Taggart (Dewi, 2010:177). Setiap siklus ada empat komponen penelitian tindakan, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi, (4) Refleksi.
Operasional Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variable terikat : a). Variabel terikat : Sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar
Upaya meyakinkan peneliti akan hasil penelitian melalui tindakan melaui tindakan pada siklus I, maka peneliti mengulang kembali penelitiannya pada siklus II. Ini dilaksanakan sesuai dengan hasil evaluasi siklus. Dalam prakteknya, prosedur penelitian ini adalah Perencanaan, Tindakan, Observasi, Refleksi dan Evaluasi. Desain Penelitian Untuk Kegiatan Siklus I 1. Perencanaan a. Mengidentifikasi pihak-pihak yang menjadi peserta layanan. Identifikasi siswa yang memiliki sikap empati yang kurang terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan angket. b. Mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan c. Jumlah anggota kelompok 6 orang d. Bimbingan kelompok dilakukan dengan durasi waktu 1 x 45 menit e. Menyiapkan kelengkapan administrasi: catatan lapangan, daftar hadir, dan lembar observasi. 2. Tindakan / Aksi Pelaksanaan tindakan penelitian ini melalui dua siklus. Tindakan yang dimaksud adalah
b). Variabel bebas : Layanan bimbingan kelompok Setelah mengidentifikasi variabel penelitian, maka dapat dirumuskan defenisi operasional variabel penelitian sebagai berikut :Sikap empati a). Sikap empati kemampuan seseorang untuk memahami, mempresepsi dalam memahami dan merasakan perasaan orang lain, serta individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain tanpa kehilangan kontrol dirinya. Hal ini dapat diukur melalui indikator : memahami orang lain (Persetive taking), merasakan perasaan orang lain (Empatic Concern ), membantu orang lain (Fantasy). b) Bimbingan kelompok Bimbingan Kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan
10
pemberian bantuan terhadap anak yang teridentifikasi mengalami masalah dalam sikap sosial melalui bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan melalui prosedur:
Observasi dilakukan selama proses tindakan dilakukan. Alat observasinya berupa catatan lapangan. Kemudian analisis dilakukan pada pengentasan masalah peningkatan sikap sosial positif berdasarkan dialog bimbingan kelompok. Kemudian menganalisis peningkatan sikap sosial positif melalui instrumen angket sikap sosial positif.
a. Tahap Pembentukan Tahap ini membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama, sehingga memungkinkan anggota kelompok mau berperan aktif dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Membentuk kelompok 2) Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok 3) Menjelaskan cara dan azas bimbingan kelompok 4) Acara perkenalan antar peserta 5) Menciptakan permainan keakraban
4. Refleksi Setelah melakukan obervasi, dilanjutkan kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan dengan menganalisis, mengkaji, dan memprediksi proses yang telah dilakukan. 5. Evaluasi Keberhasilan penelitian ini akan dievaluasi melalui hasil analisis terhadap data yang didapatkan dari penelitian, kriteria evaluasi ditentukan dari jumlah siswa yang berhasil meningkatkan sikap empati terhadap teman yang kesulitan dalam belajar setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan indikator keberhasilan dilihat dari hasil angket dengan kategori “baik”. Desain Penelitian Untuk Kegiatan Siklus II 1. Perencanaan a. Mengidentifikasi pihak-pihak yang menjadi peserta layanan. Identifikasi siswa yang memiliki empati dengan menggunakan angket. b. Mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan c. Jumlah anggota kelompok 6 orang d. Bimbingan kelompok dilakukan dengan durasi waktu 1 x 45 menit e. Menyiapkan kelengkapan administrasi: catatan lapangan, daftar hadir, dan lembar observasi. 2. Tindakan / Aksi Pelaksanaan tindakan penelitian ini melalui dua siklus (gambar 3.1). Tindakan yang dimaksud adalah pemberian bantuan terhadap anak yang teridentifikasi mengalami masalah dalam sikap empati melalui bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok dilakukan dengan melalui prosedur:
b. Tahap Peralihan Tahapan ini mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 2) Mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya 3) Menjelaskan kembali beberapa aspek pada tahap pembentukan c. Tahap kegiatan kelompok tugas Tahapan ini merupakan kegiatan inti untuk membahas topik-topik tertentu pada bimbingan kelompok atau mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Adapun kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Pembahasan topik 2) Terciptanya suasana untuk mengembangkan diri 3) Terbahasnya permasalahan para anggota kelompok
a. Tahap Pembentukan Tahap ini membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompom yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama, sehingga memungkinkan anggota kelompok mau berperan aktif dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Membentuk kelompok 2) Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok 3) Menjelaskan cara dan azas bimbingan kelompok 4) Acara perkenalan antar peserta 5) Menciptakan permainan keakraban
d. Tahap kegiatan pengakhiran Tahap ini merupakan tahap akhir kegiatan atau penutup dalam kegiatan bimbingan kelompok untuk melihat apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Kegiatan yang dilakukan ada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Mengemukakan bahwa kegiatan telah selesai 2) Meminta pesan-pesan dari peserta 3) Memberikan tanggapan 4) Merencanakan pertemuan lanjutan 5) Mengucapkan terima kasih 3. Observasi
11
hasil angket dengan kategori “baik” dan ditentukan 75% dari jumlah siswa yang berhasil meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut : 1. Skala sikap empati siswa Untuk mengukur sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar maka peneliti akan mengumpulkan datanya dengan angket, angket tersebut diberikan kepada siswa sesudahdan sebelum melakukan bimbingan kelompok. Angket yang disusun oleh pengamat akan didistribusikan kepada siswa sebelum dan sesudah melakukan bimbingan kelompok. Angket akan disebar didalam kelas dan pengamat atau calon konselor menjelaskan terlebih dahulu tentang angket yang berisi indikator sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Calon konselor mengistruksikan siswa untuk mengisi biodata kemudian menjelaskan cara mengisi angket. Setelah itu konselor menginstruksikan siswa untuk mengerjakan angket tersebut selama 15 menit. Kemudian mengumpulkan seluruh angket yang dikerjakan siswa dan mengecek apakah siswa mengisi biodata dengan baik. 2.) Laiseg (penilaian segera) Format ini diisi oleh konselor setiap akhir dari kegiatan bimbingan dengan memberikan pertanyaan kepada seluruh anggota kelompok berkaitan dengan topik yang disampaikan dalam kegiatan bimbingan kelompok. kemudian akan diperoleh data tentang evaluasi diri konseli terhadap keberhasilan proses bimbingan. 3. Laijapen (penilaian jangka pendek) Format ini diisi oleh calon konselor untuk evaluasi keberhasilan proses bimbingan. Data dari hasil evaluasi ini akan menunjukan peningkatan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Teknik Analisis Data
b. Tahap Peralihan Tahapan ini mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Dalam tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya 2) Mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap berikutnya 3) Menjelaskan kembali beberapa aspek pada tahap pembentukan c. Tahap kegiatan kelompok tugas Tahapan ini merupakan kegiatan inti untuk membahas topik-topik tertentu pada bimbingan kelompok atau mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Adapun kegiatan dalam tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Pembahasan topik 2) Terciptanya suasana untuk mengembangkan diri 3) Terbahasnya permasalahan para anggota kelompok d. Tahap kegiatan pengakhiran Tahap ini merupakan tahap akhir kegiatan atau penutup dalam kegiatan bimbingan kelompok untuk melihat apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Kegiatan yang dilakukan ada tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Mengemukakan bahwa kegiatan telah selesai 2) Meminta pesan-pesan dari peserta 3) Memberikan tanggapan 4) Merencanakan pertemuan lanjutan 5) Mengucapkan terima kasih 3. Observasi Observasi dilakukan selama proses tindakan dilakukan. Alat observasinya berupa catatan lapangan. Kemudian analisis dilakukan pada pengentasan masalah peningkatan sikap empati berdasarkan dialog bimbingan kelompok. Kemudian menganalisis peningkatan sikap empati terhadap teman yang kesulitan belajar melalui instrumen angket sikap sosial positif.
Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis data deskripsi kualitatif, yaitu menjelaskan tentang sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar melalui pernyataanpernyataan yang diungkapkan oleh anggota bimbingan kelompok selang proses bimbingan kelompok berlangsung hingga tahap akhir (rekaman verbatim bimbingan kelompok). Proses bimbingan kelompok akan dianalisis secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil persentase skor terhadap Laiseg, Laijapen. b) Uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan cara meningkatkan sikap empati siswa sebelum melakukan tindakan dan sesudah melakukan
4. Refleksi Setelah melakukan obervasi, dilanjutkan kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan dengan menganalisis, mengkaji, dan memprediksi proses yang telah dilakukan. 5. Evaluasi Keberhasilan penelitian ini akan dievaluasi melalui hasil analisis terhadap data yang didapatkan dari penelitian, kriteria evaluasi ditentukan dari jumlah siswa yang berhasil meningkatkan sikap sosial positif setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok dengan indikator keberhasilan dilihat dari
12
tindakan. Analisis dilakukan melalui teknik analisis persentase untuk mengetahui keberhasilan atau tindaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian. Hal ini dapat dilihat dari seberapa persenkah tingkat keberhasilan yang ingin dicapai dapat dilihat meningkatnya empati melalui bimbingan kelompok. Selanjutnya untuk menentukan peningkatan hasil persentasi peningkatan empati siswa dilakukan dengan analisis persentasi, dengan rumus persentase Sugiono Anjani (2012) :
Bimbingan kelompok teknik diskusi dipilih sebagai jalan untuk meningkatkan sikap empati terhadap teman terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti menggunakan 1 angket sebanyak 30 butir yaitu angket sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. dan skor tertinggi 77 Adapun kriteria penilaiannya tabulasi angket adalah:
berdasarkan hasil
0-30 : Kurang 31-60 : Sedang 62-89 : Cukup 90 -120 : Baik Hasil analisis angket berdasarkan hasil angket pada lampiran yakni 1 orang berada di kategori cukup dan 2 orang berada di kategori sedang dan 3 orang berada pada kategori kurang. sehingga persentase keberhasilannya mencapai 16.6 %.
Uji Coba Instrumen Instrumen yang digunakan sebagai skala empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar dengan menggunakan validitas konten (isi) sehingga dapat digunakan untuk mengetahui sikap empati siswa terhadap teman yang megalami kesulitan belajar. Hal ini dilakukan dengan penilaian oleh dosen ahli dan diuji cobakan kepada mahasiswa yang berkarakteristik relatif sama dengan subjek pada penelitian ini yang bertujuan untuk uji pemahaman, setelah itu langsung diuji kepada responden yang sedang mengalami kurangnya sikap empati siswa terhadap teman yang memiliki prestasi belajar rendah.
Persentase tingkat keberhasilan sebagai berikut: a. 0% - 25% : Tidak berhasil b. 26% - 50% : Kurang berhasil c. 51% - 75% : Cukup Berhasil d. 76%-100% : Berhasil Hasil Penelitian Tindakan Siklus I
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di SMA N 1 Balige, yang beralamat di Jl. Kartini Soposurung Balige, Kabupaten Toba Samosir. Waktu Penelitian Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulan Juni-Agustus 2014
Setelah diberikan tindakan pada 2 pertemuan bimbingan kelompok dimana pertemuan pertama membahas mengenai pengertian dan contoh empati dan pertemuan kedua membahas tentang cara meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar, siswa mengisi lembar angket dan lembar evaluasi. Dari hasil angket, laiseg, dan lembar evaluasi dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan dalam sikap empati, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yakni 5 orang berada pada kategori sedang, dan 1 orang di kategori cukup. Sehingga persentase keberhasilannya mencapai 50%.
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum dilakukan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan observasi yang dimaksud untuk mengetahui apakah ada siswa yang kurang memikili sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar, dan juga berapa jumlah siswa yang kurang memiliki sikap empati terhadap teman yang sedang mengalami kesulitan dalam belajar. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 Juni 2014 dengan membagikan instrumen kepada seluruh siswa kelas XI IPA -1 , terdapat 6 siswa yang belum memiliki sikapempati terhadap teman yang sedang mengallami kesulitan dalam belajar. Dari hasil angket dipilih 6 orang siswa. 3 orang yang cukup berempati terhadap teman dan 3 orang lagi yang paling rendah. Alasan peneliti membentuk kelompok dengan memasukkan 3 orang yang cukup berempati terhadap teman dalah agar tercipta dinamika kelompok dengan harapan 3 orang tersebut akan memberi pengaruh positif kepada 83siswa yang lain. Setelah dibentuk kelompok selanjutnya dilakukan bimbingan kelompok teknik diskusi sebanyak 2 kali setiap siklus.
Hasil Penelitian Tindakan Siklus II Setelah diberikan tindakan pada 4 pertemuan bimbingan kelompok dimana pertemuan pertama dan ketiga membahas mengenai pengertian dan contoh sikap empati dan pertemuan kedua dan keempat membahas tentang cara meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. siswa mengisi lembar angket dan lembar evaluasi. Dari hasil angket, laiseg, dan lembar evaluasi dapat diketahui bahwa siswa mengalami peningkatan yang signifikan dalam sikap social, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yakni 5 orang berada pada kategori Baik, dan 1 orang di kategori cukup. Sehingga persentase keberhasilannya mencapai 83.3%.
13
Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa rancangan pembelajaran layanan bimbingan konseling (RPLBK) berjalan dengan baik dan sesuai dengan rancangan. Dan pembahasan di atas juga membuktian bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dapat meningkatkan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dari siklus I di mana siswa sudah menunjukkan perkembangan walaupun hanya 50% pada pertemuan kedua namun siklus II pertemuan keempat terjadi peningkatan yang cukup tinggi yaitu 83.3%.
1.
Penggunaan bimbingan kelompok teknik diskusi kelompok dapat meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar pada 6 siswa yang kurang dapat berempati terhadap teman.
2.
Berdasarkan hasil analisis angket sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar terdapat 6 orang siswa dengan yang kurang dapat berempati terhadap teman dengan perolehan skor 16 %. Pada siklus I terjadi peningkatan sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siklus I pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga terjadi peningkatan dari 16 % hingga 50%. Pada siklus II pertemuan ketiga dan keempat terjadi peningkatan dari 50 % hingga 83 persen. Dengan demikian sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas XI IPA -1 SMA N 1 Balige.
Pembahasan Penelitian Sebelum dilaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi, sikap empati siswa tergolong rendahterhadap teman yang sedang mengalami kesulitan dalam belajar tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil angket awal di mana skor siswa di bawah rata-rata. Dalam hal ini peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi untuk mengatasi hal tersebut. Hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sikap empati siswa terhadap teman. Artinya bimbingan kelompok teknik diskusi dapat digunakan untuk meningkatkan sikap empati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar. Analisis terhadap hasil peneliti menunjukkan bahwa siswa sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok berada pada sikap emapati siswa terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar berada pada kriteria kurang. Namun, setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi sikap empati terhadap teman yang mengalami kesulitan dalam belajar masih berada pada kriteria sedang di siklus I dan pada siklus II sudah mencapai peningkatan yang di targetkan dengan kriteria baik. Bloom dalam (Hidayatus 2010: 4) memberikan diskusi kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan, dan pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin secara ideal, pemimpin kelompok membantu kelompok untuk memusatkan perhatian pada masalah umum yang dihadapi, membantu meninjau masalah secara luas dan mendalam, membantu memberikan sumbersumber yang dapat dipakai untuk pemecahan masalah, dan membantu kelompok mengetahui bilamana masalah sudah terpecahkan serta implikasi selanjutnya dari pemecahan tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan : 1. Bagi Peserta didik a. Bagi siswa kelas XI IPA-1 diharapkan untuk saling mengembangkan kemampuan empatinya terhadap sesama manusia, khususnya siswa yang mengalami kesulitan belajar agar dapat saling menyesuaikan diri, berinteraksi dengan teman sebaya dan menjalani relasi sosial dalam pergaulan yang harmonis dengan cara mengembangkan empathic concern, erat kaitanya dengan kepekaan dan kepedulian siswa yang berprestasi terhadap siswa yang berprestasi rendah. Perspective taking, yaitu mampu memandang kejadian sehari-hari dari pandangan orang lain, sehingga dapat dibangun hubungan interpesonal yang baik dan penuh penghargaan. Fantasy, siswa dapat menempatkan diri hanyut dalam perasaan siswa yang mengalami kesulitan belajar. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
14
a.
Guru pembimbing hendaknya dapat memberikan contoh nyata apabila individu dapat berempati terhadap orang lain yang tidak dikenal dan individu yang dapat berempati terhadap keadaan orang lain melakukannya secara tulus dan ikhlas.
b.
Guru pembimbing memberikan dorongandorongan yang kuat bagi siswa yang
mengabaikan kepedulian terhadap teman yang mengalami masalah kesulitan dalam belajar.
Hurlock, E.B.1980. Psikolgi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Ketut, Dewa Sukardi. 2008. Pengantasr Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
3. Bagi Sekolah a. Bagi sekolah, diharapkan memberikan kesempatan yang sama kepada siswa kelas unggulan dengan kelas lainnya untuk dapat bersaing dalam ilmu pengetahuan serta menjalin interaksi sosial atau pergaulan dengan teman-teman sebayanya, baik dengan teman sekelas maupun dengan temanteman di kelas lainnya, supaya dapat mengembangkan kemampuan empati lebih baik lagi melalui relasinya dengan teman-teman sebayanya. Berawal dari interaksi antar teman sebaya di dalam kelas semakin harmonis, maka akan berdampak baik pula pada keharmonisan interaksi dan pergaulan teman-teman di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Kompas.com. 24 Oktober 2009. Pengertian empati (7 Februari 2014) Mulyadi. 2010 Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus: Nuha Litera Yogyakarta Pujiyanti.
2007.www.Psikologimania.com Februari 2014)
(11
Prayitno.
1995. Layanan Bimbingan Konseling Kelompok. Padang: Ghalia Indonesia.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
4. Bagi Peneliti Lainnya Bagi peneliti lain yang tertarik mengadakan penelitian dengan topik yang sama agar memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi empati seperti : pengasuhan pada masa awal, jenis kelamin, dan sosialisasi, Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperbanyak jumlah subjek/ responden penelitian, memperbanyak teori dari sumber yang berbeda, dan menambah kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
Sari, A. T. O, Ramadhani, N., Eliza, M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok Di Tempat Umum. Jurnal Psikologi. No. 2, hal 8190 (diakses 27 Februari 2014) Setyanto,
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rieneka Cipta.
Noor. 2013. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Keterampilan Berempati Siswa Kelas VIII SMP N 7 Semarang: IKIP Semarang (22 Februari 2014)
Sunarta.1985.http//Dehapnesa.weblog.Esaunggul.ac.i d/MetodePembelajaran/201071048/Pengert ian Kesulitan Belajar (22 Februari 2014)
Azwar, syafuddin. 1995. Sikap Empati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah, Muhibin. 2003. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Damayanti, Nindya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska
Taufik. 2012. Empati Pendekatan Psikologi Sosial: RajaGrafindo Persada. Jakarta
Ginting, Abnes Oktora. 2009 Hubungan Empati Dengan Cooperative Learning Pada Proses Belajar Siswa SMP N 10 Medan. Skripsi. http // www. usu.ac.id (Maret 2014).
Tohirin. 2012. Bimbingan dan Konseling Di SMA dan Madrasah: RajaGrafindo Persada. Jakarta
Goleman, Daniel. 2003. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Windy Ernaeny. 2008. Empati pada Siswa Akserelasi dan Reguler. http // www. uks.ac.id ( 25 Februari 2014 )
Walgito, Bimo. 2004. www.psikologimania.com. Pengertian Bimbingan ( 1 Maret 2014)
Hidayatus. 2010. Penggunaan Teknik diskusi Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Membantu Meningkatkan Displin Siswa SMPN 1 Babat Di dalam Sekolah. Skripsi.http// www.unesa.ac.id (21 Februari 2014)
Winkel, W.S dan Sri Hastuti M.M 2010 Bimbingan dan Konseling di Instuisi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi
15
16