MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER
Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi Bidang Psikologi Klinis
Diajukan oleh: Indha Nurikahapsari T 100 005 019
PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
i
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER
Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Profesi Psikologi Bidang Psikologi Klinis
Diajukan oleh: Indha Nurikahapsari T 100 005 019
PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ii
ABSTRAKSI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA PSIKOMOTORIK ANAK HIPERAKTIF MELALUI AKTIFITAS TERAPI AKUATIK HAPPY WATER Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktifitas terapi akuatik Happy Water untuk meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Subjek yang terseleksi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa yang berada disekolah umum antara usia 5-10 tahun di Surakarta yang mempunyai tingkat hiperaktifitas sedang, sebanyak 3 anak. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan teknik uji t antar kelompok ada perbedaan yaitu adanya penurunan gejala hiperaktif akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik antara kelompok subjek yang menerima aktifitas terapi akuatik Happy Water dan kelompok subjek yang tidak menerima aktifitas terapi akuatik Happy Water.
Kata kunci: terapi akuatik happy water, kemampuan mengelola psikomotorik
v
PENGANTAR
Anak adalah karunia, kehadirannya disambut dengan suka cita dan penuh harapan. Setiap orang tua selalu mendambakan anak yang sempurna dan sehat secara fisik dan psikis, sebagai modal untuk meneruskan cita-cita kedua orang tuanya. Bagi setiap orang tua memiliki anak yang cerdas dan sehat merupakan anugerah yang tiada tara. Seiring hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan harapan, terkadang Tuhan menitipkan karunia berupa anak yang mengalami perkembangan psikis dan pertumbuhan fisik yang tidak sempur na. Hambatan perkembangan disebabkan karena adanya kondisi psikis dan fisik yang berbeda dengan anak-anak normal yang lainnya. Setiap hambatan perkembangan akan menimbulkan suatu dampak dan konsekuensi bagi orang tua, anak dan lingkungan, karena permasalahan tersebut dapat menghambat optimalisasi perkembangan anak. Hambatan perilaku yang dialami anak dalam perkembangannya dapat berasal dari aspek sosial, emosi, kognisi dan fisik. Hambatan perkembangan anak yang banyak bermunculan saat ini, salah satunya adalah gangguan hiperaktif. Kondisi di Indonesia semakin lama jumlah anak yang terdiagnosa mengalami gangguan hiperaktifitas semakin meningkat, yang pada umumnya disertai dengan masalah kesulitan belajar, perilaku dan masalah emosional lainnya (Gamayanti dkk, 2005) Penyebab semakin banyaknya anak yang mengalami gangguan hiperaktif adalah faktor psikososial atau faktor diluar anak sendiri. Seperti stres, kesulitan di
1
sekolah, kesulitan dengan kontak sosial, manja, traumatik, penyakit dalam keluarga, tingkat kelas terlalu tinggi atau terlalu rendah, hereditas, gangguan pada masa prenatal dan perinatal. Dan juga kerusakan otak seperti misalnya penyakit pada saat hamil, epilepsy, kecelakaan, disfungsi minimal otak pada anak premature); dan alergi terhadap makanan tertentu (misal pada bumbu masak: MSG atau vetsin), (Gamayanti, 2000). Hasil penelitian Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan psikiatrik atau gangguan perilaku pada anak yang paling banyak dijumpai di sekolah maupun di klinik (Saputro, 2001) . Anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan dampak yang panjang dan kompleks. Dampak kompleksitas yang ditimbulkan salah satunya berkaitan dengan perkembangan kognitif dan psikomotorik yaitu: sulit mengatur aktifitas, tidak bisa fokus terhadap tugas, tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan gagal dalam menyelesaikan tugastugas akademik. Sedangkan yang dimaksud dengan gangguan hiperaktifitas menurut National Medical Series (dalam Hamidi, 2006) adalah suatu peningkatan aktifitas motorik sehingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua tempat dan suasana yang berbeda. Gangguan hiperaktifitas akan menimbulkan dampak bagi diri sendiri berkaitan dengan kemampuan intelektual, kemampuan dalam berhubungan sosial dan gangguan
perilaku.
Saputro
(2001)
menemukan
bahwa
gangguan
ini
menimbulkan disfungsi utama yaitu gangguan tingkah laku, sosial-emosional dan kognitif
sehingga
menyebabkan
kegagalan
2
pada
bidang
akademik
dan
penyesuaian perilaku terhadap lingkungannya. Dampak tersebut akan menjadi kendala bagi anak untuk mengembangkan diri secara optimal karena didalam masyarakat sendiri seringkali dianggap anak yang nakal ataupun bodoh dan seringkali tidak tertangani secara benar. Kondisi psikomotorik yang dimiliki anak hiperaktif tidak sesuai dengan kondisi psikomotorik usia anak-anak normal yang lainnya. Kondisi tersebut akan membawa kesulitan perkembangan sampai pada usia perkembangan selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan anak hiperaktif kurang memiliki kemampuan mengelola psikomotoriknya dan kurang bisa fokus terhadap aktifitas yang sedang dilakukan. Perlunya suatu penanganan yang khusus bagi anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif, agar mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik sehingga dapat fokus terhadap tugas yang sedang ditekuninya. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh berbagai ahli untuk menangani anak hiperaktif. Sala h satunya adalah melalui terapi perilaku, saat ini banyak terapi perilaku yang berkembang dengan berbagai metode yang ditawarkan untuk membantu anakanak hiperaktif. Salah satunya dengan menggunakan teknik terapi air atau yang lebih dikenal dengan terapi Akuatik. Rithaudin (2008) dalam penelitiannya aktivitas Akuatik adalah sebuah aktivitas dengan menggunakan media air secara umum media tersebut dapat berupa kolam renang ataupun tempat sejenis yang mempunyai karakteristik sama yaitu dapat digunakan sebagai tempat untuk melakukan berbagai bentuk aktivitas fisik. Dalam sebuah penelitian menemukan bahwa penggunaan terapi kegiatan air atau berenang dapat memfasilitasi bahasa, konsep diri, ketrampilan motorik
3
dan meningkatkan perilaku adaptif (Yilmaz, Konukman,
Birkan, Ozen
&Yonardag, 2010). Kegiatan Halliwick: (a) mengandalkan alam daya apung tubuh yang memfasilitasi pengembangan kontrol motor, (b) individu belajar bagaimana posisi untuk mengendalikan tubuh mereka melalui berbagai rotasi selalu bergerak dari tidak stabil kekeadaan seimbang, (c) Dengan kontrol nafas untuk mengurangi ketegangan (d) pengendalian posisi dalam turbulensi membangun kekuatan inti untuk memperkuat keyakinan individu (Grosse, 2010) Selain itu juga anak hiperaktif melakukan terapi akuatik Happy Water harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan dan dapat dilakukan dengan mudah. Untuk anak-anak renang dianggap sebagai kegiatan yang menyenangkan karena itu cara yang baik untuk memberikan keuntungan dari latihan dan ketrampilan. Dengan terapi akuatik Happy Water anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif dapat menggerakkan otot-otot tubuh dengan rileks dalam suasana yang menyenangkan, karena menggerak-gerakkan tubuh didalam air dapat menyalurkan energinya. Berkaitan dengan stimulasi dia tas peneliti memilih gerakan permainan khususnya permainan yang dilakukan melalui media air. Karena aktifitas terapi akuatik yang melibatkan media air akan menciptakan relaksasi dan perasaan senang bagi anak-anak. Menurut Landreth dalam Rithaudin (2008) me lalui bermain seorang anak mampu melepaskan perasaan terpendam akan kecemasan, kekecewaan, ketakutan, agresi, rasa tidak aman dan kebingungan. Selain untuk perkembangan
fisik
aktifitas
permainan
akuatik
juga
berguna
untuk
perkembangan psikis dan otak. Mengikutkan anak dalam aktifitas terapi akuatik
4
akan meningkatkan kesehatan fisik, psikis dan psikososial. Karena anak merasa senang mendapatkan suatu stimulasi yang bervariasi. Stimulasi tersebut dapat diterapkan pada semua anak yang sedang mengalami perkembangan psikomotorik dan gangguan konsentrasi bisa dimulai sejak dini, bahkan untuk anak-anak yang mengalami kendala seperti anak berkebutuhan
khusus.
Salah
satunya
anak
yang
mengalami
gangguan
psikomotorik dan konsentrasi adalah anak hiperaktif dan stimulasi tersebut dapat diterapkan. Apabila gejala hiperaktif banyak yang muncul, akan mengurangi kemampuan mengelola psikomotoriknya. Sehingga akan menghambat proses perkembangan didalam menjalankan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Untuk itu anak hiperaktif harus berlatih agar mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik dan mampu berkonsentrasi. Hasil praktek ataupun latihan kemampuan mengelola psikomotorik anak hiperaktif perlu mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Lingkungan dapat menyediakan denga n memberikan berbagai fasilitas yang mendukung. Salah satunya dengan menyediakan fasilitas menggunakan media air seperti kolam renang atau media yang mempunyai karakteristik yang sama seperti kolam renang. Aktifitas terapi akuatik Happy Water merupakan salah satu terapi perlakuan pada anak hiperaktif. Aktifitas terapi akuatik Happy Water adalah modifikasi dari dua konsep terapi air. Yaitu konsep Water Fun anda Fitness dan konsep Halliwick. Kedua konsep tersebut digunakan oleh peneliti disesuaika dengan kondisi anak hiperaktif. Aktifitas terapi akuatik Happy Water mengutamakan prinsip belajar pada kemampuan mengelola psikomotorik
5
hiperaktif. Dengan aktifitas terapi akuatik Happy Water anak hiperaktif bisa bergerak namun terbatas karena berada dimedia air. Adapun fungsi bermain sebagai media terapi dapat dijelaskan sebagai berikut: selama bermain, perilaku anak akan tampil lebih bebas dan bermain adalah kegiatan alamiah sudah dianugerahkan pada seorang anak. Dalam melakukan aktifitas terapi akuatik harus menggunakan teknik yang benar agar terhindar dari cidera. Dengan didampingi oleh seorang terapis yang berpengalaman akan sangat dibutuhkan agar pelaksanakan aktifitas terapi akuatik optimal. Selain itu juga akan diperoleh manfaat selain mendapatkan kesegaran sekaligus dapat mengelola otot-otot tubuh. Salah satu teknik yang digunakan oleh peneliti adalah teknik terapi akuatik Halliwick. Menurut Yilmaz Ilker dkk (2010) metode Halliwick digunakan untuk aplikasi hidrodinamika dan tubuh mekanik. Dengan adanya aktifitas terapi akuatik Happy Water diharapkan anak hiperaktif dapat berkonsentrasi dan mengelola otot tubuh, apabila anak hiperaktif mempunyai kemampuan mengelola psikomotorik. Melalui aktifitas terapi akuatik Halliwick maka gejala hiperaktif akan mengalami penurunan secara bertahap. Karena anak hiperaktif mampu menyalurkan gerakan psikomotoriknya lebih terarah dan otot tubuhnya akan lebih lentur. Selain itu juga untuk melatih keseimbangan anak hiperaktif ketika melakukan gerakan psikomotorik sehingga dapat terkoordinir menjadi satu gerakan yang selaras. Untuk itu bagi anak hiperaktif dibutuhkan alternatif terapi perlakuan yang bermanfaat agar memiliki kemampuan mengelola psikomotorik. Aktifitas terapi akuatik Happy Water ini dapat dilaksanakan secara teratur sehingga dapat
6
memberikan manfaat bagi anak hiperaktif untuk mempunyai suatu kemampuan dalam mengelola psikomotorik. Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa, pengaruh kemampuan mengelola psikomotorik anak hiperaktif melalui aktifitas terapi akuatik Happy Water adalah semakin tinggi gejala hiperaktif muncul, akan mengurangi kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Apabila gejala hiperaktif mengalami penurunan, maka semakin tinggi kemampuan mengelola psikomotorik. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah anak-anak dengan gejala gangguan hiperaktif berjenis kelamin laki- laki maupun perempuan, karena kondisi gangguan ini tidak memandang pada salah satu jenis kelamin saja. Usia anak hiperaktif yang diikut sertakan dalam penelitian adalah usia 5-10 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada saat usia tersebut anak yang mengalami gejala hiperaktif telah memasuki sekolah formal. Dari sejumlah subjek yang termasuk dalam kategori gejala hiperaktif, sebanyak delapan orang yang memenuhi kriteria untuk mengikuti pelatihan terapi olah raga renang dengan hasil skor Skala Pengelolaan Psikomotorik pada kriteria sedang. Tabel 1 Diskripsi data observasi Skala Pengelolaan Psikomotorik Kategori Ringan Sedang Berat
Skor Skala Pengelolaan Psikomotorik 0-17 18-34 35-51
7
Jumlah 0 8 0
Selanjutnya jumlah peserta kelompok eksperimen yang bersedia mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir sesi menjadi 6 orang, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2 Identitas Subjek Penelitian No 1. 2.
Inisial Za Am
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Usia 9 tahun 9 tahun
Pendidikan SLB E SLB E
3.
Rm
Laki- laki
5 tahun
TK
4.
Rkp
Perempuan
10 tahun
SLB E
5.
RS
Perempuan
7 tahun
SLB E
6.
Rpw
Laki- laki
7 tahun
TK
Ketiga subjek yang menyatakan kesanggupannya untuk mengikuti pelatihan dijadikan sebagai kelompok eksperimen, sedangkan ketiga subjek yang tidak menyatakan kesanggupannya dijadikan kelompok kontrol dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3 Kategori Kemampuan Mengelola Psikomotorik Kelompok Eksperimen Jenis Skor Pre Test no Inisial Kelamin Ibu Guru Obser Terapis Mean Kategori ver 1. ZA Perempuan 17 32 26 30 26,25 Sedang 2.
AM
Perempuan
29
26
29
33
29,25
Sedang
3.
RM
Laki- laki
22
37
35
21
28,75
Sedang
8
Tabel 4 Kategori Kemampuan Mengelola Psikomotorik Kelompok Kontrol
no Inisial
Jenis Kelamin
Ibu
Skor Pre Test Guru Obser Terapis Mean Kategori ver 23 27 27 25 Sedang
1.
RS
Perempuan
23
2.
RKP
Perempuan
30
29
31
28
29,5
Sedang
3.
RPW
Laki- laki
27
28
30
22
26,75
Sedang
Metode Pengumpulan data menggunakan skala pengelolaan psikomotorik. Skala Pengelolaan Psikomotorik diadaptasi berdasarkan skoring asesmen dan penegakan diagnosis terhadap gejala Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) dari Margaret dkk (dalam Hamidi, 1996) terdiri dari : Tabel 5 Blue Print Skala Pengelolaan Psikomotorik Sebelum Uji Coba No
Aspek
Butir
1.
Inattention
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
2.
Hyperaktivity -Impulsivity
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17
Modul yang digunakan yaitu modul Aktifitas Terapi Akuatik Happy Water. Kisi-kisi modul dapa t dilihat pada tabel 6
9
Tabel 6 Latihan Inti Sesi
Berdiri
Materi
Berjalan melintasi kolam
Dosisi
1 x keliling
dalam air
Tujuan Gerakan
Manfaat
Merasakan
Melatih otot dan
gerakan kaki
persendian kaki Keseimbangan
Beridiri
Berjalan didalam air
dalam air
sambil meniup bola kecil
1x keliling
Belajar mengatur
Konsentrasi
pernafasan
didalam kolam Lempar
Melempar bola pada
Minimal:
Merasakan
Mengenal
bola
sasaran (instruktur) dan
2x3
membengkokkan
tangan yang bergerak
menangkap
Maksimal:
atau
Mengenal bagian tubuh
menggunakan kedua
3x3
memperpanjang
Keseimbangan
tangan Tengkurap
bagian
otot tangan
Pegangan tangan
Minimal
Merasakan otot
Koordinasi otot dan
disamping kolam sambil
1x10
kaki
persendian kaki
kedua pergelangan kaki
Maksimal
Mengenal anggota
diayun -ayun secara
2x10
tubuh
berirama Tengkurap
Pegangan tangan
Minimal:
Peregangan otot
Mengenal bagian tubuh
disamping kolam sambil
2x3
dan persendian
Merasakan indra peraba
tubuhnya diguling-
Maksimal:
semua tubuh
gulingkan kekanan dan
3x3
kekiri secara berirama Mengapung
Menyelam
Tidur terlentang dalam
Minimal
air sambil diguling-
1x10
gulingkan kekanan dan
Maksimal
kekiri
2x10
Menggunakan benda
Minimal:
Belajar
tenggelam yang
2x3
memfokuskan alat
berwarna, anak diminta
Maksimal:
visual
mengambil benda
3x3
tersebut didalam air
10
Keseimbangan
Belajar melatih konsentrasi
Melatih konsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada
bab
ini
akan
dikemukakan
hasil- hasil
penelitian
beserta
pembahasannya, yang diakhiri dengan kelemahan dan kekurangan dari penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini akan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pertama, adanya validasi dari ahli fisioterapi terkait dengan modul, kedua sebelum pelaksanaan penelitian dan ketiga, pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti. 1.Uji Statistik Diskriptif Tabel 7 Rangkuman Hasil Skor Rerata Pretes-Posttes Kelompok Eksperimen Subjek Ibu Guru Observer Instruktur
Re rata Pre tes 23.000 31.000 25.333 32.000
Kategori Re rata Post tes Sedang 21.667 Sedang 26.000 Sedang 20.337 Sedang 24.667
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang
Selisih Pre -post tes 1.333 5.000 4.996 7.333
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang
Gejala hiperaktif mengalami penurunan, akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik. Hasil Skala Pengelolaan Psikomotorik dari ibu berdasarkan hasil analisis data diketahui rerata empirik sebelum pelatihan sebesar 23,000. Setelah melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik 21.667. Berdasarkan hasil analisis data Skala Pengelolaan Psikomotorik dari guru diketahui rerata empirik sebelum aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 31,00. Setelah melakukan aktifitas terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik sebesar 26,00 hal ini menunjukkan gejala hiperaktif mengalami perunan
11
sehingga akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang, namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil analisis data Skala Pengelolaan Psikomotorik dari terapis diketahui rerata empirik sebelum aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 25,333. Dengan demikian sebelum melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water gejala hiperaktif yang muncul tergolong sedang. Setelah melakukan pelatihan terapi akuatik Happy Water diperoleh rerata empirik sebesar 20,337. Penurunan tersebut menunjukkan gejala hiperaktif mulai berkurang, hal ini akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakukan dan sesudah diberi perlakuan. Sesuai hasil analisis data observer diketahui rerata empirik sebelum pelatihan pengelolaan psikomotorik sebesar 32,000. Dengan demikian sebelum melakukan aktifitas terapi akuatik Happy Water gejala hiperaktif yang muncul tergolong sedang. Setelah melakukan pelatihan pengelolaan psikomotorik diperoleh rerata empirik sebesar 24,667. Penurunan gejala tersebut menunjukkan bahwa gejala hiperaktif mengalami penurunan dan akan meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Walaupun tetap pada kategori sedang namun mengalami penurunan antara sebelum diberi perlakukan dan sesudah diberi perlakuan. Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa ketiga subjek yang melakukan aktifitas terapi akuatik Happy Water berhasil menurunkan gejala
12
hiperaktif, diharapkan setelah mengikuti pelatihan tersebut subjek memiliki kemampuan mengelola psikomotorik. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah teknik uji t-test yaitu membandingkan skor post test pada kelompok eksperimen dan skor post tes kelompok kontrol. Hasil analisis menggunakan t-test diperoleh nilai t hitung sebesar 3,485 dengan signifikansi 0,002 p < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara skor post test pada kelompok eksperimen dan skor post test pada kelompok kontrol yang ditujukkan dengan nilai probabilitas signifikan 0,002 < 0,05. Hasil rerata skor pengelolaan psikomotorik kelompok yang tidak diberi pelatihan sebesar 25,33 sedangkan yang diberi aktifitas terapi akuatik Happy Water sebesar 20,25. Terlebih lagi jika stimulasi yang diberikan oleh lingkungan tersebut dapat dilakukan terus menerus, sehingga anak hiperaktif mempunyai suatu kemampuan dalam mengelola psikomotoriknya. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak la hir atau merupakan hasil latihan atau praktek (Robbins, 2000). Artinya kemampuan psikomotorik anak dapat dilatih terus
menerus,
sehingga
menghasilkan
suatu
kemampuan
mengelola
psikomotorik. Pemberian aktifitas terapi akuatik Happy Water secara teratur bagi anak hiperaktif akan membantu anak didalam meningkatkan kemampuan mengelola psikomotoriknya, hal ini terlihat dari adanya penurunan gejala hiperaktif yang muncul dibandingkan ketika tidak memperoleh pelatihan.
13
Hasil pengelolaan psikomotorik sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan: Tabel 8 Hasil Pengelolaan Psikomotorik Sebelum Perlakuan Dan Sesudah Perlakuan Subjek
ZA Ibu Guru Observer Terapis AM Ibu Guru Observer Terapis RM Ibu Guru Observer Terapis
Pre test
Kategori
Post test
Kategori
Keterangan Punurunan Gejala Hiperaktif
17 30 30 30
Agak rendah Sedang Sedang Sedang
18 24 12 18
Agak rendah Sedang Agak rendah Agak rendah
Tetap Tetap Turun Turun
29 26 29 25
Sedang Sedang Sedang Sedang
25 24 24 16
Sedang Sedang Sedang Agak rendah
Tetap Tetap Tetap Turun
22 37 35 21
Sedang Cukup tinggi Sedang Sedang
20 24 12 15
Agak rendah Sedang Agak rendah Agak rendah
Turun Turun Turun Turun
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat perubahan hasil pengelolaan psikomotorik sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Hal ini dapat dilihat adanya perubahan penurunan gejala hiperaktif dari subjek ZA, berdasarkan penilaian dari observer yang semula skor pre test sebesar 30 kemudian setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 12. Begitu pula sesuai hasil penilaian instruktur diawal sebelum perlakuan skor pre test sebesar 30 setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 18. Subjek AM mengalami penurunan gejala hiperaktif hal ini berdasarkan penilaian dari terapis dengan skor pre test sebesar 25 setelah diberi perlakuan memperolah skor post test sebesar 16. Subjek RM mengalami penurunan gejala
14
hiperaktif berdasarkan hasil penilaian dari ibu menunjukkan skor pre test sebesar 22 setelah diberikan terapi akuatik Happy Water diperoleh skor post test sebesar 20. Penilaian dari guru skor pre test sebesar
37 setelah mendapat perlakuan
sebesar skor post test sebesar 24. Observer memberikan penilaian bahwa skor pre test yang diperoleh subjek Rama sebesar 35 setelah diberi perlakuan skor post test 12. Begitu pula penilaian dari instruktur yang memberikan skor pre test kepada subjek R ama sebesar 21 setelah diberi perlakuan skor post test sebesar 15.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis peneliti yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi akuatik Happy Water efektif didalam mengelola psikomotorik pada anak hiperaktif. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diberikan, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan: 1. Praktisi Pendidikan, khususnya praktisi pendidikan yang menangani anak hiperaktif dapat digunakan sebagai alternatif terapi dalam meningkatkan kemampuan mengelola psikomotorik 2. Praktisi Fisioterapi, sebagai alternatif terapi akuatik bagi a nak hiperaktif 3. Bagi orang tua sebagai alternatif terapi bagi anak berkebutuhan khusus (gangguan hiperaktif)
15
4. Kebutuhan untuk meningkatkan hasil dan manfaat penelitian tentang metode terapi akuatik Happy Water, maka saran yang perlu diperhatikan bagi penelitian selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam penelitian ini, diantaranya mempertimbangkan variabelvariabel lain sebagai variabel kontrol agar hasil yang diperoleh lebih dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA Gamayanti, I. L. 2000. Aspek Psikologis Anak Dengan Gangguan Pemusatan Hiperaktifitas, Suatu Ilustrasi Khusus. Makalah (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada dan Pusat Pengkajian dan Pengamatan Tumbuh Kembang Anak. Gamayanti,I.L., Kumara A., dan Sumaryono, S. 2005. Pengembangan Media Audio Visual Elektronik untuk Penanganan Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktifitas(GPPH) Pada Anak. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Grosse, J. Susan. 2010. The Halliwick Method: Applications for Individuals with Orthopedic Conditions. Diakses dari http://my.execpc.com/sjgrosse. Diakses pada tanggal 3 Mei 2013. Hamidi, Zainuddin. 1996. Deteksi Dini Gejala -Gejala Hiperaktifitas Pada Anak. Surabaya: Tinjauan Kepustakaan. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Rithaudin, Ahmad. 2008. Model Permainan di Air sebagai Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi anak Sekolah Dasar kelas bawah (tesis). Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Robbins. 2000. Landasan Teori Kemampuan. Dalam situs /jiunkpe/s1/eman/2008/jiunkpe-ns-s1-2008-31403361-9052-hanurdachapter2. Diakses pada tanggal 9 Agustus 2010
16
Saputro, D. 2001. Penatalaksanaan Strategis Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH/ADHD). Anima Indonesia Psychological Journal. 2001. vol 17. No 1, 11-17. Yilmaz Ilker, Konukman, Birkan, Arzu Ozen and Mehmet Yanardag. 2010. Effect of Constant Time Delay Procedure on the Halliwick Method of Swimming Rotation Sills for Children with Autism.
17