1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI COOPERATIVE SCRIPT DI KELAS V SDN 1 BOROKO KECAMATAN KAIDIPANG
Rafliady, Haris Mahmud, Elmia Umar 1 Abstrak Permasalahan dalam pembelajaran ini adalah apakah hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang dapat ditingkatkan melalui model Cooperative Script. Sedangkan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui Model Cooperative Script di Kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Peneliti ini menggunakan metode penelitain PTK, metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, hasil evalusai belajar siswa pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa dalam materi makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu, Budha dan islam di Indonesia pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mencapai 68.18 % dari criteria yang telah ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan hasil analisis baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa, maka guru mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pada proses selanjutnya, yaitu pada siklus II. Tindakan yang dilakukan adalah masih menggunakan metode Cooperative Script pada materi selanjutnya yaitu tokoh-tokoh Sejara Hindu Buddha dan islam yang dalam proses pembelajarannnya guru memberikan motivasi kepada siswa dan lebih melakukan pendekatan secara individual, memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa yang kurang aktif sehingga siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran. Setelah dialaksanakan pengujian siklus II hasil belajar siswa mencapai 90.91 % dari criteria yang telah ditetapkan oleh sekolah. Artinya berdasarkan data penilaian menunjukan bahwa metode Cooperative Script yang telah diterapkan guru telah berlangsung sesuai rencana dan memperoleh hasil sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Cooperative Script
1
Rafliady selaku guru di SDN 1 Boroko Bolaang Mongondoe Utara; Drs.H.Haris Mahmud,S.Pd, M.Si Selaku Dosen Tetap Universitas Negeri Gorontalo; Dra.Elmia Umar,M.Pd Selaku Dosen Tetap Universitas Negeri Gorontalo.
2
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogis. Kompetensi ini mengandung makna bahwa guru sebagai agen pembelajaran tidak hanya memiliki tugas dan tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada siswa melainkan harus mampu mendidik untuk mengembangkan keseluruhan potensi yang dimiliki siswa sehingga menjadi anak yang cerdas dan bebudi pekerti luhur. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka paradigm lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Untuk itu guru perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok
pemikiran,
yaitu
:
(1)
pengetahuan
ditemukan,
dibentuk,
dan
dikembangkan oleh siswa, (2) siswa membangun pengetahuan secara aktif, (3) guru perlu mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, (4) pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktifitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya malakukan kegiatan penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar, berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar kelompok, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya. Hasil belajar siswa selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran juga dipengaruhi oleh partisipasi siwa jika siswa aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, maka tidak hanya aspek prestasi saja yang diraihnya namun aspek lain yang diperoleh yaitu aspek afektif dan aspek sosial. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa disekolah merupakan salah satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang diampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 menunjukan bahwa, hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas 3
V masih rendah. Hasil evaluasi belajar siswa menunjukan, dari 22 siswa kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang, terdapat 15 orang atau 68.18 % belum mencapai standar ketuntasan minimal. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS yaitu siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Dari hasil observasi awal tersebut diperoleh informasi bahwa tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS masih rendah. Siswa takut untuk bertanya ataupun mengemukakan pendapat dalam kegiatan pembelajaran. Hanya sedidikit siswa yang berani menjawab pertanyaan guru. Beberapa siswa tampak tidak memperhatikan guru dan asik sendiri dengan kesibukannya, sedangkan siswa yang lainnya hanya mengikuti pembelajaran secara pasif. Siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru daripada mengeluarkan pendapat dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang berani mengeluarkan pendapat biasanya siswa yang berprestasi di kelasnya. Siswa yang kurang berprestasi tidak berani mengeluarkan pendapat karena takut salah atau takut ditertawakan teman lainnya. Berkaitan dengan rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang, menurut penulis dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Hasil temuan peneliti dilapangan menunjukan
bahwa
metode
pembelajaran
yang
diterapkan
mempunyai
kecenderungan guru yang aktif sedangkan siswa cenderung pasif sehingga berakibat pemikiran anak-anak kurang berkembang serta motivasi siswa dalam belajar menjadi kurang, sehingga peningkatan hasil belajar sulit dicapai. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang baik, misalnya menggunakan model atau metode dan teknik pendekatan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Guru juga harus mengetahui kemampuan-kemampuan yang ada pada siswa peserta didik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Jika suatu proses pembelajaran di dalam kelas hanya menggunakan pembelajaran langsung dengan metode ceramah maka perhatian siswa tidak akan terpusat pada penjelasan guru karena diakibatkan dengan rasa jenuh mereka. Oleh kerena itu, pembelajaran
4
dalam kelas harus melibatkan seluruh siswa secara langsung untuk membahas konsep teori dan materinya agar mudah dipahami. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mengatasi rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah dengan metod pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif menuntut semua anggota kelompok belajar dapat saling bertatap muka sehingga siswa dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan siswa yang lain. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah. Model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajr dan bertanggung jawab terhadap teman atau timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Metode pembelajaran kooperatif menekankan penggunaan tujuan-tujuan tim dan kesuksesan tim yang hanya akan dapat dicapai apabila semua anggota tim menguasai pokok bahasan yang telah diajarkan. Metod Cooperative Script adalah salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran yang mengembangkan upaya kerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Pada metode pembelajaran Cooperative Script siswa akan dipasangkan dengan temannya dan akan berperan sebagai pembicara dan pendengar. Pembicara membuat kesimpulan dari materi yang akan disampaikan kepada pendengar dan pendengar akan menyimak, mengoreksi, menunjukan ide-ide pokok yang kurang lengkap. Cooperative Script adalah metode belajar dimana siswa dapat berkelompok berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengerjakan tugas dari bagian-bagian materi yang diberikan. Sehingga dengan cara berpasangan ini, siswa lebih dapat memahami materi yang diberikan oleh guru, akibat dari ketidakterlibatannya secara langsung dalam diskusi kelompok berpasangan tersebut. Berpijak dari pemikiran tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengkaji permasalahan rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V
5
SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang, mengingat masalah ini harus dicarikan alternative pemecahannya, jika tidak akan menimbulkan konsekwensi negative yang lebih parah terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian dengan formulasi judul : “Meningkatkan Hasil Belajar Sisa pada Pembelajaran IPS melalui Cooperative Script di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang” Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut : a. Siswa belum mampu mencapai criteria ketuntasan minimal pada pembelajaran IPS hal ini dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa. b. Bahwa gaya guru dalam mengajar bersifat menoton, kurang simpatik, tidak menarik perhatian siswa. Hal ini disebabkan guru tidak menguasai metodemetode pembelajaran yang inovatif. c. Paradigma yang seharusnya diterapkan guru bahwa siswa yang harus aktif belajar, justru dalam kenyataanya siswa bersikap pasif dan hanya guru yang aktif, sehingga suasana pembelajaran menjadi lengang. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan ditindaki pada penelitian ini adalah : apakah hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang dapat ditingkatkan melalui CooperativeScript ? Cara Pemecahan Masalah Untuk
mengatasi
masalah
rendahnya
hasil
belajar
siswa
pada
pembelajaran IPS di Kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang maka akan digunakan Cooperative Script, yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1). Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topic pembelajaran yang akan dipelajarai, 2). Guru menulis tujuan pembelajaran, 3). Guru membagi siswa dalam 2 tipe kelompok yaitu A dan B. masing-masing kelompok dalam setiap tipe beranggotakan 4 orang (A-1 = 4 orang, A-2 = 4 orang dst, B-1 =4 orang, B-2 = 4 orang dst), 4). Masing-masing Kelompok tipe A dan B
6
Mengerjakan kegiatan yang berbeda (tipe A mengerjakan LKS 1, tipe B mengerjakan LKS 2), 5). Guru memasangkan tipe A dengan 1 siswa dari kelompok tipe B. guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, 6). Seorang siswa bertugas sebagaai pembicara , 8). Guru meminta salah satu pasangan untuk mempresentasikan hasil kegiatannya, 9). Diskusi Kelas, 10). Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi, 11). Guru membimbing sisswa menyusun kesimpulan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajarn IPS di Kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara melalui pembelajaran Cooperative Script. Manfaat Penelitian 1). Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di Kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang melalui sekaligus dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar IPS 2). Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wawasan dan pengetahuan para guru tentang berbagai metode dalam pembelajaran IPS, sehingga dapat diterapkan di kelas. 3). Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam menemukan pola interaksi terhadap peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS serta mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran IPS 4). Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti khususnya berkaitan dengan penggunaan metode Cooperative Script.
7
Latar Penelitaian dan Karakteristik Subjek Latar Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 secara geografis sekolah ini terletak di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara jumlah guru mengajar berjumlah 10 orang, 8 orang guru tetap dan 2 orang guru tetap. Total jumlah siswa SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang sebanyak 162 orang, laki-laki 59 orang dan perempuan 103 orang yang tersebar dalam 6 rombongan belajar Karakteristik Subjek Subjek yang dikenai tindakan adalah seluruh siswa kelas V yang berjumlah 22 orang. Dalam penelitian ini penulis memilih kelas V sebagai objek tindakan dengan pertimbangan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas tersebut masih rendah, sebab dari hasil observasi awal menunjukan bahwa dari 22 siswa kelas 5 SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang, terdapat 15 orang atau 68.18 % belum mencapai standar ketuntasan minimal. Variabel Penelitian Variable yang menjadi acuan dalam penelitian tindakan kelas ini : 1) Variabel Input, yaitu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui penearapan pembelajaran Cooperative Script. Subjek penelitian meliputi guru sebagai pelaksana tindakan, bahan pelajaran yang diajarkan, sumber belajar yang digunakan, prosedur evaluasi, lingkungan pembelajaran, dan alat-alat pendukung lainnya. 2) Variabel Proses, yaitu penerapan Cooperative Script 1. Guru memulai pelajarn dan menyampaikan topic pembelajaran yang akan dipelajari. 2. Guru menulis tujuan pembelajaran. 3. Guru membagi siswa dalam dua tipe kelompok yaitu A dan B. masingmasing kelompok dalam setiap tipe beranggotakan 4 orang (A-1 = 4 orang, A-2 = 4 Orang dst, B-1 = 4 Orang, dst).
8
4. Masing-masing kelompok tipe A dan B mengerjakan kegiatan yang berbeda (Tipe A mengerjakan LKS 1, Tipe B mengerjakan LKS 2) 5. Guru memasangkan 1 siswa dari kelompok tipe A dengan 1 siswa dari kelompok tipe B. guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 6. Seorang siswa bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan tugas dan hasil tugasnya dan seorang siswa sebagai pendengar. 7. Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berpersan sebagai pembicara. 8. Guru meminta salah satu pasangan untuk mempresentasikan hasill kegiatannya. 9. Diskusi kelas 10. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi 11. Guru membimbing siswa menyusun kesimpulan 3) Variabel Output, yaitu peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS, dengan capaian nilai sesuai KKM 70 dengan indicator-indikator : a. Menyebutkan kerajaan-kerajaan hindu budha yang pernah berdiri di Indonesia. b. Menugaskan
siswa
secara
berkelompok
untuk
mengidentifikasi
peninggalan sejara hindu budha dan islam c. Dengan bimbinggan guru, siswa mengadakan diskusi tentang pentingnya peninggalan sejarah hidnu budha dan islam d. Secara bergantian siswa menunjukan sikap menghargai peninggalanpeninggalan sejarah e. Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia f. Menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia g. Mengelompokan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu Budha dan Islam di Indonesia
9
h. Membandingkan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hidnu Budha dan Islam di Indonesia Prosedur Penelitian Menurut prosedur penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu : perenccanaan (Plening), tindakan (action), pengamatan (obserfing), dan refleksi (reflecting). Tahap Perencanaan Tindakan Sebgai langkah awal dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti menjal\in kerja sama dengan guru mitra tentang rencana kegiatan tindakan yang meliputi : 1. Membuat scenario sebagai acuan pembelajarn, meliputi rumusan tujuan pembelajaran, indicator, alat evaluasi, dan analisis hasil evaluasi. 2. Merancang rencana pembelajaran sebagai penduan dalam proses pembelajaran meliputi bentuk-bentuk yang dilaksanakan. 3. Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang akan digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, seperti lembar observasi, alat tulis menulis. 4. Menyiapkan lembar pengamatan yang dikonsultasikan dengan guru mitra meyangkut instrument-instrumen yang diteliti untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada saat siswa melaksanakan pembelajaran. 5. Menyusun alat evaluasi untuk mengukur tingkat capaian hasil belajar siswa. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru lain. Agar pelaksanaannya lancar diperlukan kegiatan sebagai berikut 1) Menyiapkan bahan dan alat-alat bantu pembelajaran serta LKS 2) Membagi siswa atas beberapa pasangan 3) Menyampaikan materi pembelajaran sesuai kompetensi dasar 4) Mengajukan permasalahan untuk dipecahkan secara berpasangan 5) Menugaskan kepada siswa untuk membacakan hasil ringkasannnya. 6) Melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa Observasi dan Evaluasi Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap proses pembelajaran di kelas maka akan dibuatkan lembar pengamatan kegaiatan guru dan lembar
10
pengamatan kegaiatan siswa. Penyusunan lembar pengamatan dikonsultasikan dengan guru mitra menyangkut instrument-instrumen yang diteliti untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas pada saat siswa melakukan action. Penyusunan alat evaluasi merupakan dasar dalam mengukur hasil belajar siswa. Adapun alat evaluasi diberikan dalam bentuk tes tertulis. Analisis dan Refleksi Pada tahap ini peneliti didampingi oleh guru pengamat untuk melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan, dengan memperhatikan informasi yang diberikan guru pengamat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, dalam refleksi ini akan melihat sejauh mana efektifitas Cooperative Script dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang. Siklus tindakan dilakukan secara bertahap sesuai dengan perubahan yang diinginkan serta tujuan yang hendak dicapai yaitu peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang. Jika pelaksanaan siklus I hasilnya belum mencapai indicator keberhasilan maka akan dilanjutkan dengan pelaksanaan siklus berikutnya. Teknik Pengumpulan Data 1) Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk mengukur penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. 2) Teknik Observasi Teknik observasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai aktifitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Observasi dalam penelitian ini di lakukan oleh guru pengamat dan peneliti. 3) Dokumentasi Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data dengan melihat dokumen serta perkembangan hasil belajar siswa. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh melalui instrument selanjutnya dianalisis
11
Dengan menggunakan teknik presentase, untuk selanjutnya dikonversikan dalam bentuk kualitatif. Adapun rumus ketuntasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Jumlah Nilai Ketuntasan Individual =
x 100 Jumlah nilai maksimal Jumlah siswa yang tuntas belajar
Ketuntasan Klasikal =
x 100 Jumlah Seluruh Siswa
Sedangkan untuk daya serap menggunakan rumus ∑ Skor yang diperoleh siswa Nilai
=
x 100 ∑ Skor Maksimal Arikunto (2008 : 84)
Deskripsi Hasil Penelitian Hasil Observasi Awal Penelitian tindakan kelas ini dilaksnakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS melalui penerapan cooperative script dikelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Sebelum melaksanakan penelitian tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi guna mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan dikelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 menunjukan bahwa dari 22 siswa kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang, terdapat 15 orang atau 68.18% belum mencapai standar ketuntasan minimal. Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan oleh kurang tepatnya penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan guru dikelas.
12
Bertolak dari hasil observasi awal tersebut selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menerapkan metode cooperative script yang hasilnya akan diuraikan sebagai berikut. Pelaksanaan Siklus 1 a)
Perencanaan Dalam perencanaan siklus I guru menyusun pembelajaran
secara
sistematis dalam bentuk scenario. Materi pembelajaran adalah Peninggalan Sejarah Hinddu-Budha dan Islam, dengan indikator-indikator: 1. Menyebutkan kerajaan-kerajaan hindu-budha dan islam yang pernah berdiri di Indonesia. 2. Menugaskan siswa secara berkelompok untuk mengidentifikasi peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam. 3. Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan diskusi tentang pentingnya peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam. 4. Secara bergantian siswa menunjukan sikap menghargai peninggalanpeninggalan sejarah. b)
Pelaksanaan Sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat, maka peneliti telah
menyiapkan beberapa hal, yaitu: 1.
Menyiapkan silabus dan menyusun rencana pembelajaran
2.
Menyiapkan materi pembelajaran
3.
Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa selama pembelajaran
4.
Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan
5.
Menyusun alat evaluasi pembelajaran Adapun langkah-langkah pembelajaran penerapan cooperative script adalah
sebagai berikut: 1.
Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik “Peninggalan Sejarah Hindu-Budha dan Islam.
2.
Guru menulis tujuan pembelajaran.
13
3.
Guru membagi siswa dalam dua tipe kelompok yaitu A dan B. Masingmasing kelompok dalam setiap tipe beranggotakan 4 orang (A-1=4 orang, A2= 4 orang dst, B-1=4,B-2=4 orang,dst.
4.
Masing-masing kelompok tipe A dan tipe B mengerjakan kegiatan yang berbeda (tipe A mengerjakan LKS 1,tipe B mengerjakan LKS 2)
5.
Guru memasangkan 1 siswa dari kelompok tipe A dengan 1 siswa dari kelompok tipe B. guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
6.
Seorang siswa bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan tugas dan hasil tugasnya dan seorang siswa sebagai pendengar.
7.
Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara.
8.
Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya.
9.
Diskusi kelas
10. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi 11. Guru membimbing siswa menyusun kesimpulan. c)
Pengamatan & Evaluasi Dalam proses pembelajaran pada siklus 1 seluruh siswa yang dikenai
tindakan hadir seluruhnya. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka dalam proses pembelajaran digunakan metode cooperative script setelah diberikan tindakan maka hasilnya diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra, menunjukan bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum memenuhi target yang diharapkan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari 24 aspek yang dinilai, terdapat 3 aspek atau 12.5% kategori sangat baik, 2 aspek atau 8.33% kategori baik, 12 aspek atau 50% kategori cukup, 6 aspek atau 25% kategori kurang, dan 1 aspek atau 4.17% sangat kurang. Hasil pengamatan tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran ke siklus 2 guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 100
14
Adapun hasil peengamatan guru mitra terhadap aktifitas siswa selama proses diskusi kelompok pada siklus 1 menunjukan bahwa dari 22 siswa yang dikenai tindakan terdapat 14 orang atau 63.64% selalu bekerja sama dan 8 orang atau 36.36% tidak bekerja sama, 14 orang atau 63.64% selalu aktif dan 8 orang atau 36.36% tidak bekerja sama, 14 orang atau 63.64% berpartisipasi dalam diskusi dan 8 orang atau 36.36% tidak tidak berpartisipasi dalam diskusi. Untuk ulebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 104. Adapun hasil belajar siswa yang diukur melalui ketercapaian criteria ketuntasan minimum untuk setiap indikator pada ulangan harian 1 menunjukan bahwa dari 22 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 15 orang atau 68.18 % telah memperoleh nilai diatas 70, sednagkan 7 orang atau 31.28 % memperoleh nilai dibawah 70 yang berarti proses tindakan harus dilanjutkan ke siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihan pada lampiran 12 halaman 106. d)
Analisis & Refleksi Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I diperoleh beberapa
temuan sebagai berikut : 1) Temuan guru pengamat Dalam proses pelaksanaan siklus I, beberapa hal yang menjadi temuan guru pengamat antara lain, pada saat guru membagi siswa dalam dua tipe kelompok yaitu A dan B suasana kelas menjadi gaduh dan tidak terkendali karena guru tidak menguasai kelas. Pada saat guru menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembaca dan siapa yang berperan sebagai pendengar para siswa saling tolak menolak untuk menjadi pembaca petama. Sebagian besar siswa yang bertugas sebagai pembicara, tidak mampu menyampaikan tugas karena gugup. Sebagian siswa hanya menjadi pendengar pasif. Pada saat siswa mempresentasikan hasil kegiatannya, suassana diskusi menjadi pasif, tidak terjadi dialog dan Tanya jawab. 2) Temuan peneliti Beberapa temuan peneliti selama pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukan bahwa siswa kuang kompak dalam bekerja kelompok, sehingga akibatnya diskusi yang dialkukan siswa hasilnya belum sesuai harapan. Siswa yang pasif cenderung mencatat saja tanpa ikut terlibat secara aktif dalam diskusi
15
kelompok frekuensi bertanya maupun menjawab pertanyaan masih rendah keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, merespon dan menjawab pertanyaan masih kurang guru belum dapat mengarahkan langkah-langkah proses pembelajaran interaksi antara guru dan siswa masih kurang. Guru kurang memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa. Selain itu guru kurang maksimal memanfaatkan waktu yang telah ditentukan, karena guru mengajar tidak sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun. Untuk meninjau kembali target yang dicapai dan hasil yang diperoleh siswa, maka dilakukan refleksi melalui diskusi dengan guru pengamat. sesuai dengan evaluasi proses tindakan seperti yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh pada siklus 1 belum memenuhi indiokator keberhasilan sebagaimana yang telah ditetapkan. Memperhatikan hasil tersebut, peneliti dan guru pengamat bersepakat untuk melanjutkan tindakan kesiklus II dengan melakukan koreksi serta perbaikan terhadap proses pembelajaran. Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan siklus II pada dasarnya merupakan lanjutan dari siklus I, dalam tahap ini guru harus memperbaiki kekurangan yang menjadi temuan guru. Pengamatan yang terdapat pada siklus I. pada siklus II guru harus mengupayakan untuk memecahkan permasalahan yang ditemui dengan memperhatikan informasi serta saran saran guru pengamat. Hal ini dilakukan untuk lebih memaksimalkan kemampuan mengajar guru agar memperoleh hasil belajar siswa yang lebih optimal untuk itu, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Perencanaan Tahap-tahap perencanaan dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut : 1) Guru hendaknya mengoptimalkan penguasaan kelas terutama pada saat pembagian kelompok. 2) Guru lebih tegas menetapkan siswa yang berperan sebagi pembicara dan yang berperan sebagai pendengar agar para siswa tidak saling tolak menolak untuk menjadi pembicara pertama. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan undian.
16
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa dan lebih melakukan pendekatan secara individual, hal ini untuk mengurangi rasa gugup dalam diri siswa. 4) Guru hendaknya mengarahkan siswa dalammenyelesaikan tugasnya sesuai dengan tugas masing-masing kelompok. 5) Guru memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa yang kurang aktif supaya siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran. 6) Guru mengatur waktu semaksimal mungkin dengan cara mengalokasikan terlebih dahulu
sehingga
proses
pembelajaran sesuai
dengan
yang
direncanakan. 7) Memberikan umpan balik kepada siswa dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan kepada beberapa orang dengan tujuan untuk memperkuat ingatan siswa trhadap materi yang dibahas. 8) Guru menjelaskan langkah-langkah proses pembelajaran sebelum proses pembelajarna berlangsung. 9) Guru memberikan pertanyaan terutama kepada siswa yang kurang aktif agar interaksi antara guru dan siswa tercipta. 10) Guru selalu mengkoordinir dengan baik setiap kelompok yang mengalami kesulitan sehingga tercipta suasana belajar dengan yang diharapkan. b) Pelaksanaan Sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat, maka peneliti telah menyiapkan beberapa hal yaitu : 1) Menyiapkan silabus dan menyusun rencana pembelajaran 2) Menyiapkan materi pembelajaran 3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa selama pembelajaran 4) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan 5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran Adapun langkah-langkah pembelajaran penerapan cooperative script adalah sebagai berikut: 1.
Guru memulai pelajaran dan menyampaikan topik “Peninggalan Sejarah Hindu-Budha dan Islam.
2.
Guru menulis tujuan pembelajaran.
17
3.
Guru membagi siswa dalam dua tipe kelompok yaitu A dan B. Masingmasing kelompok dalam setiap tipe beranggotakan 4 orang (A-1=4 orang, A2= 4 orang dst, B-1=4,B-2=4 orang,dst.
4.
Masing-masing kelompok tipe A dan tipe B mengerjakan kegiatan yang berbeda (tipe A mengerjakan LKS 1,tipe B mengerjakan LKS 2)
5.
Guru memasangkan 1 siswa dari kelompok tipe A dengan 1 siswa dari kelompok tipe B. guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
6.
Seorang siswa bertugas sebagai pembicara, yaitu menyampaikan tugas dan hasil tugasnya dan seorang siswa sebagai pendengar.
7.
Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara berperan sebagai pendengar dan yang semula sebagai pendengar berperan sebagai pembicara.
8.
Guru meminta salah satu pasangan untuk memperesentasikan hasil kegiatannya.
9.
Diskusi kelas
10. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi 11. Guru membimbing siswa menyusun kesimpulan. c) Pengamatan dan evaluasi Dalam proses pembelajaran pada siklus II siswa yang dikenai tindakan hadir seluruhnya. Untuk mencapai hasil belajar siswa yang maksimal, maka dalamproses pembelajaran digunakan metode Cooperative Script. Setelah diberikan tindakan maka hasilnya diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra, menunjukan bahwa dari 24 aspek yang dinilai, terdapat 5 aspek atau 20.83% kategori sangat baik, 15 aspek atau 62.5% kategori baik, 2 aspek atau 8.33% kategori cukup, dan 2 aspek atau 8.33% kategori kurang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 102. Adapun hasil pengamatan guru mitrra terhadap aktifitas siswa selama proses diskusi kelompok pada siklus II menunjukan bahwa dari 22 siswa yang dikenai tindakan terdapat 19 orang atau 86.36% yang selalu bekerja sama dan 3 orang atau 13.64% tidak bekerja sama, 19 orang atau 86.36% selalu aktif dan 3 orang
18
atau 13.64% tidak aktif, dan 19 orang atau 86.36% berbparisipasi dalam diskusi dan 3 orang atau 13.64% tidak berpartisipasi dalam diskusi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 105. Adapun daftar hasil belajar pada siklus II menunjukan bahwa dari 22 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 20 orang atau 90.91% telah memperoleh nilai diatas 70, sedangkan 2 orang atau 9.09% memperoleh nilai dibawah 70. Hal ini berarti indokator keberhasilan dalam penelitian ini telah mencapai 85%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 107. d) Analisi dan refleksi Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II diperoleh beberapa temuan sebagai berikut. 1) Temuan guru pengamat Dari
aspek
proses
pembelajaran,
terlihat
terjadinya
peningkatan
kemampuan siswa dalam bertanya tentang hal-hal yang ditemui selama melakukan diskusi, mengeluarkan pendapat dan menunjukan kekompoakan dalam kerjasama meningkatnya kemampuan bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa ini dikarenakan guru telah mampu melakukan pendekatan terhadap siswa baik secara individual maupun kelompok. Meningkatnya kemampuan guru dalam mengolah proses proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan disbanding siklus sebelumnya. Meningkatnya aktifitas siswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran serta meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang dapat di ketahui dari tes hasil belajar. 2) Temuan peneliti Beberapa temuan peneliti selama pelaksanaan tindakan pada siklus 2 menunjukan bahwa kreatifitas siswa meningkat dalam menyelesaikan tugas kelompok melalui kegiatan diskusi. Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Hal ini terlihat dari siswa sudah siap dengan pertanyaan tentang materi yang akan dibahas. Selain itu siswa sudah mampu bekerja secara kelompok dan berdiskusi dengan baik dan mencatat hasil diskusinya siswa sudah dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Frekuensi bertanya dan
19
menjawab sudah menignkat. Bahkan muncul pertanyaan kritis terkait hasil diskusi yang telah dilakukan siswa. Dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti berasumsi bahwa siswa cukup paham dengan materi pelajaran yang di pelajari metode Cooperative Script disenangi oleh siswa, sehingga membawa dampak positif yang lain, seperti dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab, melatih bekerja sama dalam kelompok, dan menghargai pendapat orang lain. Kegiatan refleksi dilakukan untuk meninjau kembali target yang hendak dicapai. Berdasarkan kegiatan evaluasi dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh pada siklus II telah menunjukan adanya peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan hasil yang diperoleh pada siklus I. menurut hasil penelitian guru pengamat bahwa proses pembelajaran telah terlaksana secara sistematis. Berdasarkan data penilaian yang diberikan oleh guru pengamat menunjukan bahwa metode Cooperative Script yang diterapkan guru telah berlangsung sesuai rencana dan memperoleh hasil sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian indicator kinerja dalam penelitian ini telah terpenuhi, dengan ketentuan : jika siswa yang telah mencapai standar ketuntasan minimal (KKM 70) berkembang menjadi 85%, dari keseluruhan jumlah siswa di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan kaidipang, maka proses pembelajaran telah tuntas. Perbandingan ketuntasan siswa dalam belajara pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik ketuntasan siswa dalam belajar pada siklus I dan II
31,32% Observasi Awal 90,91%
Siklus I 68,18%
Siklus II
20
Pembahasan Terkait dengan itu, rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang disebabkan oleh kekeliruan guru dalam menerapkan metode pembelajaran. Hasil observasi awal yang dilakukan dikelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 menunjukan bahwa dari 22 siswa kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang terdapat 15 orang atau 68.18% belum mencapai standar ketuntasan minimal, sedangkan 7 siswa atau 31.32 % telah mencapai standar ketuntasan minimal. Berpijak dari hasil observasi awal tersebut peneleti melakukan penelitian tindakan dengan menggunakan metode cooperative script. Dengan diterapkannya metode tersebut diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil penenlitian utuk siklus I diperoleh hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru pengamat, menunjukan bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum memenuhi target yang diharapkan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dari 24 aspek yang dinilai, terdapat 15 aspek atau 62.50% kategori sangat baik, 4 aspek atau 16.67% kategori baik, 2 aspek atau 8.33% kstegori cukup, 2 aspek atau 8.33% kstegori kurang, dan 1 aspek atau 4.17% sangat kurang. Adapun hasil pegamatan guru mitra terhadap aktivitas siswa dalam diskusi pada siklus 1, dari 22 siswa yang dikenai tindakan terdapat 14 orang atau 63.64% yang selalu bekerja sama dan 8 orang atau 36.36% tidak bekerja sama, 14 orang atau 63.64% selalu aktif dan 8 orang atau 36.36% tidak aktif, 14 orang atau 63.64% berpartisipasi dalam diskusi dan 8 orang atau 36.36% tidak berpartisipasi dalam diskusi. Sedangkan pelaksanaan evaluasi dalam siklus I menunjukan bahwa dari 22 siswa yang dikenai tindakan sebanyak15 orang atau 68.18% telah memperoleh nilai diatas 70, sedangkan 7 orang atau 31.28% memperoleh nilai dibawah 70. Hal ini berarti indikator keberhasilan dalam penelitian ini belum mencapai 85% yang berarti proses tindakan harus dilanjutkan ke siklus II.
21
Memperhatikan hasil tindakan pada siklus I tersebut, berarti indakotor keberhasilan dalam penelitian ini belum mencapai 85% yang berarti proses tindakan harus dilanjutkan ke siklus II. Hasil temuan guru pengamat terungkap bahwa beberapa hal, diantaranya; pada saat guru membagi siswa dalam 2 tipe kelompok yaitu A dan B suasana kelas menjadi gaduh dan tidak terkendali karena guru tidak menguasai kelas. Pada saat guru menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar para siswa saling tolak menolak untuk menjadi pembicara pertama. Sebagian besar siswa yang bertugas sebagai pembicara, tidak mampu menyampaikan tugas karena gugup. Sebagian besar siswa hanya menjadi pendengar pasif. Pada saat siswa mempresentasikan hasil kegiatannya, susasana diskusi menjadi pasif, tidak terjadi dialog dan Tanya jawab. Adapun temuan peneliti antara lain; siswa kurang kompak dalam bekerja kelompok, sehingga akibatnya diskusi yang dilakukan siswa belum sesuai harapan. Siswa yang pasif cenderung mencatat saja tanpa ikut terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok frekuensi bertanya maupun menjawab pertanyaan masih redah keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, merespon dan menjawab pertanyaan masih kurang guru belum dapat mengarahkan langkah-langkah proses pembelajaran. Interaksi antara guru dan siswa masih kurang, guru kurang memberikan motivasi dan penguatan kepada siswa. Selain itu guru kurang maksimal memanfaatkan waktu pembekajaran yang tekah ditentukan, karena guru mengajar tidak sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka sebelum melaksanakan tindakan siklus
II,
guru pengamat dan peneliti
secara bersama-sama
mendiskusikan hasil temuan pada pelaksanaan siklua I guna mencari alternative pemecahan masalah. Setelah itu guru pengamat dan peneliti bersepakat untuk melanjutkan tindakan ke siklus II. Seteah dilaksanakan tindakan dan evaluasi diperoleh, hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra menunjukan dari 24 aspek yang dinilai terdapat5 aspek atau 20.83% kategori sangat baik, 15 aspek atau 62.5% kategori baik, 2 aspek atau 8.33% kategori cukup, dan 2 aspek atau 8.33% kategori kurang.
22
Untuk hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh guru mitra terhadap aktifitas siswa dalam diskusi pada siklus II, menunjukan bahwa dari 22 siswa yang dikenai tindakan terdapat 19 orang atau 86.36% yang selalu bekerja sama dan 3 orang atau 13.64% tidak bekerja sama, 19 orang atau 86.36% selalu aktif dan 3 orang atau 13.64% tidak aktif, dan 19 orang atau 86.36% berpartisipasi dalam diskusi dan 3 orang atau 13.64% tidak berpartisipasi dalam diskusi. Sedangkan dalam pelaksanaan evaluasi siklus II menunjukan bahwa dari 22 siswa yang dikenai tindakan, sebanyak 20 orang atau 90.91% telah memperoleh nilai diatas 70, sedangkan 2 orang atau 9.09% memperoleh nilai dibawah 70. Hal ini berarti indicator keberhasilan dalam penelitian ini telah mencapai 85% yang berarti indicator dalam penelitian ini telah tercapai. Beberapa temuan guru pengamat dalam pelaksanaan siklus II antara lain, dari aspek proses pembelajaran, terlihat terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam bertanya tentang hal-hal yang ditemui selama melakukan diskusi, mengeluarkan pendapat dan menunjukan kekompakan dalam kerja sama. Meningkatnya kemampuan bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa ini dikarenakan guru telah mampu melakukan pendekatan terhadap siswa baik secara individual maupun kelompok. Meningkatnya kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan disbanding siklus sebelumnya. Meningkatnya aktifitas siswa dalam proses pelaksanaan proses pembelajaran serta meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang dapat diketahui dari tes hasil belajar. Adapun temuan peneliti antara lain; kreatifitas siswa meningkat dalam menyelesaikan tugas kelompok melalui kegiatan diskusi. Siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Hal ini terlihat dari siswa sudah siap mampu bekerja secara kelompok dan berdiskusi dengan baik dan mencatat hasil diskusinya, siswa sudah dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Frekuensi bertanya dan menjawab sudah meningkat. Bahkan muncul pertanyaan kritis terkait diskusi yang telah dilakukan siswa. Dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti berasumsi bahwa siswa cukup paham dengan materi pelajaran yang dipelajari. Metode cooperative script disenangi oleh
23
siswa, sehingga membawa dampak positif yang lain, seperti dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab, melatih bekerja sama dala kelompok, dan menghargai pendapat orang lain. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan hipotesis tindakan dalam penelitian yang berbunyi : “Jika Model Pembelajaran Cooperative Script diterapkan dalam proses pembelajaran, maka hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang akan meningkat”. Maka penelitian ini berhasil atau hipotesisnya diterima. PENUTUP Simpualan Berdasarkan rumusan dan hipotesis tindakan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran
IPS
dengan
menggunakan Metode Cooperative Script terbukti bisa meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN 1 Boroko Kecamatan Kaidipang. Hal ini disebabkan karena penerapan metode Cooperative Script pada kegiatan pembelajaran memiliki kelebihan dan manfaat yang berorientasi pada optimalnya kegiatan belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif, sehingga dengan demikian penerapan metode Cooperative Script pada pembelajaran guru harus mampu memberdayakan siswa, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Saran Berdasarkan kesimpulan akhir hasil penelitian ini, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1) Kepada Guru Kepada guru diharapkan untuk harus melakukan inovasi-inovasi pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa. Inovasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan metode dan media pembelajaran mutakhir yang sudah ada atau dengan menciptakan sendiri metode dan media pembelajaran sebagai hasil gagasan/ide pengembangan proses pembelajaran. 2) Kepada Siswa
24
Kepada siswa diharapkan dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang disediakan baik oleh sekolah maupun oleh guru, sebagai sumber belajar untuk meningkatkan hasil belajar secara lebih optimal di masa yang akan datang. 3) Kepada Kepala Sekolah Kepada Kepala Sekolah diharapkan dapat membantu para guru dalam menyediakan berbagai media pembelajaran, karena media pembelajaran merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam pencapaian hasil belajar yang lebih bermutu. DAFTAR PUSTAKA A’la, Miftahul 2011.”Quantum Teaching”. Yogyakarta : Diva press. Alit, Mahisa. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon : SD Negeri 2 Bungko Lor Arikunto, Suharsimi 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2009. Bahan Belajar Mandiri. Jakarta : RIneka Cipta Depdiknas. 2006. Permen Diknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Yakarta : Dirjendikdasmen Dimiyati dan Mudjiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswar Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Ekowati, Endang. 2008. Strategi Pembelajaran Kooperatif. Model Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas Gora Winastwan dan Sunarto. 2010. Pakematik Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta; Flex Media Komputindo Hamalik, Oemar. 2010. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. PT. Bumi Aksara Ibrahim. Muslimin. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta Jurnal Ismihyani 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung CV. Wacana Prima Jacobs, G.M, Lee, G.S, & Ball, J. 2009. Learning Cooperative Learning via Cooperative Learning : A Sourcebook of Lesson Plans for Teacher Education on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Center Latuheru, John D. 2009. Media Pembelajaran (Dalam Perose Belajar Mengajar Masa Kini). Makasar: Badan Penerbit UNM Lisa Wati Sembiring. 2013 berjudul “Meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS materi persiapan kemerdekaan Indonesia dan perumusan dasar Negara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Script di kelas V SD Negeri 102005 Durian Tinggung Kab.Deli Serdang (Skripsi) Mustika Puspitasari. 2012 berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar IPS siswa melalui penggunaan model pembelajaran cooperative script kelas V SDN Muncar 02 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang” (Skripsi)
25
Nasution, S. 2009. “Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar”. Bandung: PT. Bumi Aksara Sunarto. 2010. Perkembangan Proses Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja. Rosdakarya. Suparno Paul, Dr. 2005. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jakarta; Grasindo Suprijono, Agus 2009.Cooperative Learning (Teori den Aplikasi Paikem) Yaogyakarta : Pustaka Belajar Sadiman. 2008. Metode Picture and Picture. (terdapat di Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada media Group Suhadi. Nana. 2009. Cara Belajar SIswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Syah, Muhibbin.2009. Psikologi Belajar. Jakarta Raja Grafindo Persada Widayaningsih, Wahyu. 2009. Cooperative Learning sebagai Model Pembelajaran Alternatif untuk meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika. (Terdapat di http://tpcommunity05.blogspot.com.diakses pada tanggal 26 Juni 2012). Yasa, Doantara. 2008. Metode Pembelajaran Kooperatife. (terdapat di http://www.wikipedia.org/artikelbebas/doantarablog). Diakses pada tanggal 26 Juni 2011
26