BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Setiap orang pasti menginginkan kualitas hidup yang baik dan memiliki
standar tersendiri mengenai kualitas hidup, begitu pun dengan wirausahawan. Hal ini diperkuat oleh Ruggeri (2011) yang mengemukakan bahwa kualitas hidup yang baik merupakan hal yang didambakan oleh setiap orang, namun tidak terdapat satu definisi kualitas hidup yang dapat diterima secara universal. Secara awam individu memberikan gambaran kualitas hidup yang berkaitan dengan pencapaian kehidupan yang ideal atau sesuai dengan yang diinginkan (Kahneman, 2009). Dengan kata lain tidak terdapat definisi yang pasti yang dapat menjelaskan pengertian dan batasan dari kualitas hidup, artinya setiap orang memiliki pengertian masing-masing mengenai hal tersebut. Menurut
World
Health
Organization
Quality
of
Life
(1994)
mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Bila dikaitkan dengan definisi yang dikemukakan oleh O’Connor (2003), dalam mempersepsi posisi kehidupannya saat ini, individu melihat seberapa jauh perbedaan antara kondisi kehidupan saat ini dengan kondisi kehidupan yang diinginkan oleh individu. Jadi, individu 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menilai kondisi kehidupannya saat ini dengan melihat jarak antara posisi kehidupannya saat ini dengan kehidupan yang diinginkan. Dalam hal ini bisa dilihat bahwa kualitas hidup mencakup semua aspek kehidupan, di mana kualitas hidup memiliki konsep yang sangat luas yang dipengaruhi oleh kondisi fisik, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Power, 2013). Selain dipengaruhi oleh faktor budaya, harapan, tujuan dan standar, kualitas hidup juga dipengaruhi oleh beberapa faktor demografis seperti gender/ jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, dan hubungan dengan orang lain (Liao, Fu & Yi, 2006). Secara garis besar, kualitas hidup meliputi empat domain yang terdiri dari domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial, dan domain lingkungan (WHO, 1994). Berdasarkan definisi subjektif yang diperoleh melalui hasil wawancara mengenai kualitas hidup, bahwa kualitas hidup yang baik merupakan suatu keadaan di mana kebutuhan dasar individu tersebut terpenuhi, memiliki hubungan serta mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan, dan adanya hubungan spiritual yang baik dengan pencipta. Wawancara tersebut dilakukan dengan subjek bernama Ashadi (35 tahun) yang merupakan seorang wirausaha di Tangerang, wawancara berlangsung pada hari Minggu, 27 Desember 2015. Subjek mendefinisikan kualitas hidup yang baik sebagai berikut: “Kualitas hidup yang baik itu dimana kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan terpenuhi.. tapi ada yang tidak kalah penting lagi dari itu yaitu adanya kehangatan serta dukungan moril dari keluarga, serta adanya hubungan spiritual yang baik kepada Sang Pencipta..”
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Irmawati (32 tahun) yang merupakan seorang pengusaha online shop, kualitas hidup yang baik didefenisikan dengan menekankan pada kemampuan berinteraksi dengan Tuhan sebagai berikut: “….. kalo berbicara soal kualitas hidup, sebenarnya agak susah sih didefenisikan karena standar orang pasti beda-beda ya dan tergantung kehidupan pribadinya. Tapi baiklah… saya akan coba defenisikan berdasarkan pengalaman hidup saya ya dan berdasarkan status saya sebagai seorang ibu. Kualitas hidup bagi saya menyangkut masalah mental, intelektual, dan bagaimana berinteraksi dengan Tuhan, dirinya sendiri, dan dengan lingkungannya… Berinteraksi dengan Tuhan bagi saya ini yang terpenting karena kalo kita bisa berinteraksi dengan baik kepada Tuhan, maka kita pun bisa berinteraksi baik dengan diri sendiri dan orang lain, serta alam sekitar atau lingkungan…”
Penelitian pernah dilakukan oleh Baker (2003) memaparkan bahwa spiritualitas memberikan kontribusi terhadap kualitas hidup. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka pengalaman yang diperoleh sepanjang hidup seseorang akan mempengaruhi kualitas hidup, pengalaman tersebut juga menjadi dasar dalam memaknai peluang yang diperoleh dalam hidupnya sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan pencapaian keselarasan hidup. Individu yang semakin menua akan cenderung lebih mementingkan urusan spiritualitas mereka (Taylor, dkk., 2007). Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Young (2012) yang menunjukkan bahwa efek positif dari spiritualitas dapat meningkatkan kualitas hidup, karena dengan mendekatkan diri kepada Tuhan maka akan mengurangi stres yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, penelitian ini dilakukan pada individu dengan gangguan mental.
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang berfokus pada individu dengan gangguan mental, salah satu tujuan penelitian ini akan mengkaji pengaruh spiritualitas terhadap kualitas hidup pada wirausahawan muda, yang notabene individu normal. Spiritualitas berbeda dengan agama, spiritualitas merupakan konsep yang lebih luas yang bersifat universal dan pribadi sedangkan agama merupakan bagian dari spiritualitas yang terkait dengan budaya dan masyarakat (McEwen, 2014). Individu dikatakan memiliki spiritualitas yang baik jika individu tersebut memiliki harapan penuh, optimis, dan berfikir positif (Roper, 2012). Menurut Delaney (2005) spiritualitas adalah fenomena multidimensi yang menghasilkan pengalaman universal, bagian konstruk sosial dan perkembangan individu sepanjang hidup. Spiritualitas seseorang tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor demografis diantaranya tahap perkembangan individu, budaya, keluarga, agama, dan pengalaman hidup yang dialami seseorang (Taylor, 2007). Untuk memperjelas batasan spiritualitas, maka dibuat beberapa dimensi yang dapat menjelaskan spiritualitas tersebut, yang terdiri dari penemuan makna dalam diri, hubungan integral dengan orang lain dan lingkungan, serta hubungan integral dengan Tuhan sebagai pencipta. Dengan berwirausaha, dapat membantu meningkatkan kepuasan dan kualitas hidup serta membantu meningkatkan perekonomian negara, karena semakin banyak orang yang mampu berwirausaha akan menyebabkan naiknya pendapatan negara (Kasali, 2010). Sebuah penelitian sebelumnya yang merupakan sebuah tesis Program Magister Manajemen menunjukkan bahwa kepuasan hidup berwirausaha memiliki
pengaruh
yang positif
terhadap
kualitas
hidup 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
wirausahawan (Suyatini, 2004). Kepuasan hidup sebagai tingkatan perilaku individu terhadap kualitas hidup mereka yang dapat disamakan dengan kebahagiaan (Pavot & Diener, 2008). Menurut Diener (1984) mengatakan bahwa kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh. Lebih jauh lagi dijelaskan bahwa individu yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi adalah individu yang memiliki tujuan penting dalam hidupnya dan berhasil untuk mencapai tujuan tersebut (Diener, 1984). Dengan kata lain, individu dengan kepuasan hidup yang tinggi merasa bahwa hidup mereka bermakna dan mempunyai tujuan dan nilai yang penting bagi individu bersangkutan. Menurut Iverson & Maguire (2008) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan hidup seseorang yaitu berkaitan dengan pekerjaan, pribadi, lingkungan, dan masyarakat. Hubungan antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup adalah penting karena kepuasan dalam bekerja menjadi salah satu faktor penyebab terwujudnya kepuasan hidup seseorang (Heuwel, 2007). Untuk mempertegas batasan kepuasan hidup maka kepuasan hidup terdiri atas lima aspek yaitu keinginan untuk mengubah hidup, perasaan puas terhadap kehidupan masa sekarang, masa lalu, dan masa yang akan datang, serta bagaimana penilaian orang lain terhadap individu yang bersangkutan (Diener, 1984). Dunia wirausaha menimbulkan ketertarikan tersendiri bagi orang-orang yang berkeinginan untuk memulai dan mengembangkan usahanya sendiri (Suharyadi, 2007). Berdasarkan hasil penelitian bahwa seorang wirausahan pada 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
umumnya memiliki karakteristik tertentu meliputi kemampuan berinovasi, rasa percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan kebutuhan akan keberhasilan (Finnie & La Portie, 2007). Penelitian lainnya dari Kuratko, dkk., (2007) juga menemukan bahwa wirausahawan mendapatkan kepuasan lebih dari usahanya sendiri dibandingkan saat mereka masih menerima gaji/upah dari orang lain. Kepuasan dari usaha yang mereka jalankan menurut penelitian Heuwel, dkk., (2007) akan berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang. Dengan berwirausaha, maka peluang untuk membuktikan kemampuan diri, menggunakan keahliannya dalam bekerja, serta mendapatkan pengakuan publik bila mampu mengelola usahanya dengan baik. Menurut penelitian Finnie & La Portie (2007), kebutuhan akan keberhasilan mendorong seseorang untuk mencari peluang berwirausaha dengan harapan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar dalam bekerja. Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas hidup yang baik juga menjadi tujuan utama bagi para wirausahawan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dash & Kaur (2012) di Orisa, India menemukan bahwa dari pencapaian yang diperoleh dari berwirausaha tersebut, dapat menimbulkan kepuasan tersendiri terhadap hidupnya, disamping itu dengan adanya kepuasan hidup yang diperoleh juga tidak lepas dari keseimbangan spiritualitas yang dimiliki, di mana hal tersebut memberikan kontribusi yang berarti terhadap kualitas hidup. Dalam literatur-literatur yang ada lebih banyak membahas tentang kualitas hidup (quality of life) pada individu dengan gangguan mental atau penyakit kronis dibanding kualitas hidup (quality of life) pada individu normal. Salah satunya 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
seperti penelitian yang berfokus pada kesehatan mental oleh Villa, dkk. (2008) bahwa kualitas hidup individu tidak lepas dari masalah emosional dan kesehatan mental. Di sisi lain, Kasali (2010) berpendapat bahwa Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2020-2030, sehingga usia produktif menjadi sorotan untuk dikaji lebih lanjut. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan di India pada pengusaha besar dan beragama Hindu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana spiritualitas dan kepuasan hidup mempengaruhi kualitas hidup individu yang menekuni Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia. Di samping itu, peneliti juga tertarik meneliti ini karena berbeda dengan India yang masyarakatnya beragama Hindu, Indonesia merupakan negara dengan multiagama di mana hal ini akan berpengaruh terhadap spiritualitasnya. Sejauh ini juga, peneliti belum menemukan penelitian mengenai kualitas hidup pada individu yang tidak mengalami gangguan mental ataupun menderita penyakit kronis di Indonesia yang dikaitkan dengan spiritualitas dan life satisfaction.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, maka masalah yang
teridentifikasi dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh
spiritualitas
terhadap
quality
of
life
pada
wirausahawan muda?
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Bagaimana pengaruh life satisfaction terhadap quality of life pada wirausahawan muda? 3. Bagaimana pengaruh spiritualitas dan life satisfaction terhadap quality of life (kualitas hidup) pada wirausahawan muda
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh spiritualitas terhadap quality of life pada wirausahawan muda. 2. Untuk mengetahui pengaruh life satisfaction terhadap quality of life pada wirausahawan muda. 3. Untuk mengetahui pengaruh spiritualitas dan life satisfaction terhadap quality of life (kualitas hidup) pada wirausahawan muda.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat secara teoritis, maupun secara praktis yaitu: 1.4.1 Aspek Teoritis Penelitian ini dapat digunakan untuk memahami latar belakang peningkatan kualitas hidup. Di samping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi literatur bagi para wirausahawan dewasa awal untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang berkaitan dengan spiritualitas dan life satisfaction.
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.4.2 Aspek Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya wirausahawan muda untuk menyiapkan kehidupan yang lebih baik menuju kualitas hidup yang baik pula dengan memperhatikan aspek spiritualitas dan life satisfaction. Kegiatan penulisan ini dapat memperluas wawasan peneliti tentang konsep-konsep penelitian dan mengembangkan kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat diperkuliahan. Serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/