Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
MENGUAK TABIR KOTAK PANDORA MANAJEMEN PENDIDIKAN DISCLOSING THE PANDORA BOX OF EDUCATION MANAGEMENT Bambang Indriyanto Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdikbud Gedung E lantai 19, Senayan-Jakarta Pusat email:
[email protected] Diterima tanggal: 01/04/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 22/04/2013; Disetujui tanggal: 31/05/2013 Abstrak: Manajemen pendidikan sebagai manajemen lainnya merupakan suatu proses yang sering dianggap bersifat misteri karena terjadi dalam suatu organisasi. Mereka yang terlibat adalah pihak-pihak tertentu yang berada pada tingkat manajemen. Dalam tulisan ini, proses tersebut analog dengan kotak Pandora. Namun demikian, tulisan ini tidak bermaksud untuk mengungkap hal negatif tentang manajemen pendidikan, sebagaimana makna sesungguhnya dari kotak Pandora. Tujuan tulisan ini justru untuk mengungkap proses manajemen pendidikan yang sedang berlangsung, sehingga dapat memberikan harapan bagi upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas, dan implementasi kebijakan pendidikan secara akuntabel. Kata kunci: manajemen pendidikan, anggaran pendidikan, desentralisasi, kepemimpinan kepala sekolah, dan kepemimpinan guru Abstract: Educational management, as the management in other areas, is a process which is thought as mystery one, since it takes places within an organization in which only selected persons in the organization get involved. In this article, that process is an analogy to the Pandora box. This article however is not intended to disclose negatives aspects of the management as the Pandora box literally connotes. On the contrary, it is intended to disclose management processes of education that give hopes to the improvement of efficiency and effectiveness of accountable educational policy implementation. Keywords: education management, education budget, decentralization, school principal leadership, and teacher leadership.
Pendahuluan
dengan keterbatasan anggaran, meskipun dana
Pelaksanaan program pendidikan, baik hal itu
pendidikan selalu meningkat dari tahun ke tahun.
terjadi pada negara maju maupun negara sedang
Kecepatan peningkatan dana ternyata tidak
berkembang, selalu dihadapkan pada keter-
seimbang dengan dinamika target kebijakan
batasan sumber daya. Sumber daya tersebut
pendidikan yang akan dicapai. Kebijakan yang
dapat berarti sumber daya manusia maupun
diarahkan pada peningkatan akses, mutu, dan
sumber dana. Dalam konteks ini, keterbatasan
relevansi ternyata belum dapat didukung oleh
tidak sama artinya dengan sedikit. Terbatas dalam
ke tersedia an a ngga ran pend idik an. Hari an
konteks ini, yaitu relatif dengan target yang akan
Republika (26 Agustus 2006) misalnya, meng-
dicapai. Dengan kata lain, meskipun secara
angkat pendapat anggota Dewan Perwakilan
ab solut jumlah sum ber daya yang te rsed ia
Rakyat (DPR) yang menyatakan bahwa anggaran
banyak, tetapi akan tetap terbatas relatif dengan
Kementerian Pendidikan Nasional tahun anggaran
tar get yang aka n di capa i. D inam ika anta ra
2007 sebesar Rp. 55.1 triliun ternyata belum ideal.
penentuan target yang akan dicapai dengan
Anggaran pendidikan yang ideal seharusnya
alokasi dana yang tersedia selalu menyajikan
sebesar Rp. 85 triliun. Dari sisi jumlah, kurangnya
fenomena keterbatasan.
dana pe ndid ikan kar ena sasa ran prog ram
Sejak Repelita I sampai dengan saat ini, pembangunan pendidikan selalu berhadapan
pendidikan sekitar 40 juta siswa mulai dari jenjang pendidi kan
dasa r
sa mpai
dengan
jenj ang 279
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
pendidikan tinggi. Jika jumlah tersebut juga
Kajian Literatur dan Pembahasan
mempertimbangkan distribusi siswa berdasarkan
Dalam pembahasannya tulisan ini akan meng-
tempat tinggal dan stratifikasi sosial, maka
gunakan pendekatan analogis kotak Pandora.
permasalahan alokasi anggaran akan menjadi
Kotak Pandora yang dimaksud dalam tulisan ini
lebih rumit. Adanya perbedaan tempat tinggal
bukan
siswa dan perbedaan stratifikasi sosial keluarga
merupakan makna kiasan. Dalam sejarah mitologi
siswa menjadi tidak adil jika dana pendidikan
Yunani, Prometheus mendapat kutukan dari dewa
distribusikan berdasarkan pendekatan flate-rate,
Zeus karena mencuri api dari surga. Sebagai
yakni semua siswa mendapatkan porsi yang
hukumannya, maka dia membuat patung yang
sam a. J ika ini dila kuka n, m aka Peme rint ah
kemudian menjelma menjadi putri, atau bahkan
mendiskriminasikan terhadap siswa yang berasal
me njad i de wi y ang cantik seka li b erna ma
dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu.
Pandora. Begitu cantiknya, maka adik Prometheus,
Pendekatan yang ideal untuk menjamin keadilan
ber nama Epi metheus
dalam pendanaan pendidikan, yaitu regressive
sebenarnya perkawinan tersebut ditentang oleh
rate, yakni siswa yang berasal dari keluarga yang
Prometheus. Dengan merujuk pendapat Hesiod,
kur ang mamp u se cara ekonomi seharusnya
Pandora membuka kotak (walaupun tidak ada
mendapat porsi anggaran pendidikan
penjelasan darimana kotak itu berasal), ternyata
yang lebih
besar dari Pemerintah.
seba gai
wujud
f isik
kot ak,
teta pi
meng awininya , ya ng
ketika kotak tersebut dibuka berisi tentang
Dengan keterbatasan anggaran pendidikan,
berbagai hal yang bersifat negatif bagi kehidupan
maka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
manusia di bumi. Namun, ada satu hal yang
terperangkap dalam dilema trade-off. Dilema ini
mempunyai sifat positif, yaitu yang disebut
menyata kan, bahwa j ika pena mbahan d ana
harapan (Panoesky dan Panoesky, 1962).
dialokasikan untuk peningkatan akses pendidikan,
Meskipun demikian, tulisan ini tidak dimak-
maka secara otomatis alokasi untuk peningkatan
sudkan mengungkap tentang fenomena negatif
mutu dan relevansi pendidikan akan berkurang.
manajemen pendidikan. Arah pada tulisan ini
Dilema trade-off ini juga terjadi pada internal
merujuk pada pendapat Gilbert dan Mulkay (1984)
kebijakan peningkatan akses. Pemberian subsidi
yang mengungkap proses ilmiah dalam analisis
kepada siswa dari keluarga kurang mampu secara
fenomena sosial denga n penerapan prinsip-
ekonomi, tentu akan mengurangi alokasi anggaran
prinsip sosiologis. Hal ini diungkapkan dalam
untuk pembangunan ruang kelas baru.
argumentasi mereka sebagai berikut:
Manajemen pendidikan merupakan sarana untuk meminimalisir efek dari trade-off yang terjadi dan maksimalisasi pemanfaatan (utility) dana pe ndid ikan yang te rsed ia p ada satu tahun anggaran. Manajemen tidak hanya seni untuk memobilisasi sumber daya dan dana yang tersedia, tetapi menurut argumentasi yang diajukan oleh Davies dan Hobday (2006), manajemen merupakan cara untuk menawarkan integrated sol utions.
Berda sark an
p ada
argument asi
tersebut, tulisan ini bertujuan mengungkap tentang apa yang dimaksud dengan konsep manajemen pendidikan dan bagaimana konsep manajemen tersebut memberikan “harapan” untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta akuntabilitas implementasi kebijakan pendidikan.
280
“We will not be opening Pandora’s Box in order to reveal how various supposedly disreputable, non-cognitive influences are actually at work in the field we have studied. Our reference to Pandora’s Box is not a way of referring to a supposed gap between an orthodox view of science and the social realities revealed by sociological research. It is, rather, a way of drawing attention to some methodological and analytical weaknesses in previous sociological work on science. Pandora’s Box and its discordant contents are intended as a metaphor for the remarkably diverse accounts of action and belief which appear in our material and which are present, we suspect, in most sociologists’ data files, but which are normally suppressed as a result of analysts’ unreflective commitments to the production of a unitary ‘best account’ of the areas of social life they have chosen to study”.
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
Pembahasan akan diawali tentang realitas
dialokasikan pada sektor pendidikan. Jika Pasal
struktur anggaran pendidikan. Topik ini merupakan
49 ayat (1) ini diberlakukan, praktis banyak
topik yang menjadi pusat perhatian pengamat dan
pemerintah kabupaten/kota tidak dapat meme-
anggota masyarakat pada umumnya. Pertanyaan
nuhi ketentuan Pasal ini. Trade off yang ditanggung
mereka mengarah porsi anggaran pendidikan
oleh pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten/
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
kota maupun Pemerintah Pusat terlalu besar,
Nasional (APBN). Pertanyaan yang paling sering,
terutama terjadi pada sektor kesehatan dan
yaitu dengan anggaran pendidikan yang mencapai
infrastruktur.
20% dar i APBN m enga pa p edid ikan bel um
Melihat adanya kecenderungan seperti ini,
meningkat. Tulisan Nachrowi pada harian Kompas
maka Mahkamah Konstitusi (MK) melalui kepu-
(24 Juni 2003) mengeluhkan biaya pendidikan
tusan Nomor 24 /PUU -V/2 007 memutusk an
yang masih mahal, sehingga harian ini juga
“Bahwa ber dasa rkan se luruh pe rtim bang an
membuat penyataan bahwa wajar jika rakyat
tersebut di atas, Mahkamah berpendapat, dalil
mengeluhkan mahalnya pendidikan (Kompas, 19
para Pemohon sepanjang menyangkut frasa “gaji
Juni 2003).
pendidik” dalam ketentuan Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang Sisdiknas bertentangan dengan
Realitas Anggaran Pendidikan
Pasal 31 Ayat (4) Undang-Undang Dasar Republik
Quantum leap peningkatan anggaran pendidikan
Indonesia Tahun 1945, yaitu beralasan sehingga
terjadi sejak dilakukannya amandemen Undang-
gaji pendidik harus secara penuh diperhitungkan
Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 31 ayat (4)
dalam penyusunan anggaran pendidikan”. Dengan
menyatakan bahwa:
ke putusan
ini,
pra ktis
Pem erintah
Pusa t,
“Negara memprioritaskan anggaran pendi-
pemerintah daerah, terutama kabupaten/kota
dikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dapat memenuhi ketentuan Pasal 49 ayat (1)
da ri a ngga ran pend apat an d an b elanja
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
negara serta dari anggaran pendapatan dan
Misteri lain tentang anggaran pendidikan,
belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
ya itu berk enaa n de nga n ca kupa n anggar an
penyelenggaraan pendidikan nasional”.
pendidikan. Apa yang dimaksud dengan anggaran
Amandemen ini kemudian dijabarkan lebih
pendidikan 20% dari APBN tidak berarti seluruh
lanjut dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
dana pendidikan merupakan dana yang dialo-
2003 tentang Sistem Pendidikan Pasal 49 ayat
kasikan dan dikelola langsung oleh Kementerian
(1) sebagai berikut:
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Data
“Dana pendidikan selain gaji pendidik dan
yang disajikan pada Tabel 1 dan 2
biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
bahwa distribusi dana sektor pendidikan dan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
distribusi anggaran pendidikan. Tabel 1 menya-
Bel anja
sekt or
jikan distribusi dana pendidikan pada Pemerintah
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
Pusat dan peme rint ah daerah d an Tabel 2
Pendapatan dan Belanja Daerah Undang-
menyajikan distribusi dana pendidikan kemen-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (APBD)”.
terian dan lembaga (K/L) lain selain Kemdikbud.
Dengan
Data yang digunakan sebagai ilustrasi struktur
pendidi kan
Neg ara
(APBN)
porsi 20 % mencapai
p ada
te ntunya posisi
p rogr am
idea l
untuk
menunjukkan
APBN 2012.
menjangkau siswa dari jenjang pendidikan dasar
Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan
sampai jenjang pendidikan tinggi, baik jalur formal
pada APBN 2012 dari Rp. 1,311,386.68 miliar
maupun informal. Di samping itu, guru akan
sebesar 22.11% atau Rp. 289.957,80 miliar
mendapatkan jaminan kesejahteraan yang relatif
dialokasikan pada sektor pendidikan. Namun
merata. Dilema muncul ketika dalam klausul Pasal
demikian, data yang disajikan pada Tabel 1 juga
49 ayat (1) yang menyatakan bahwa anggaran
menunjukkan bahwa dari Rp. 289.957,80 miliar
pendidikan 20% tidak termasuk gaji pendidik.
ya ng d ialokasi kan untuk pe ndid ikan hanya
Diperkirakan bahwa gaji guru mengambil porsi
35,36% atau sebesar Rp. 102.518,33 miliar di
antara 80% sampai 85% dari anggaran yang
ta ngani
la ngsung oleh
Pem erintah
Pusa t.
281
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
Tabel 1. Distribusi Anggaran Sektor Pendidikan dalam Struktur APBN 2012 (dalam miliar) 102.518,33 A
Belanja Pemerintah Pusat
(35,36%)
1
Kementerian Pendidikan Nasional
64.350,86
2
Kementerian Agama
32.007,51
3
17 K/L lainnya
6.159,96 186.439,47
B
Transfer ke Daerah
(64,30%)
1
Dana Bagi Hasil Migas untuk pendidikan
2
Dana Alokasi Khusus Pendidikan
815,61 10.041,30
Anggaran Pendidikan dan Dana Alokasi Umum 3
(DAU)
113.855,50
a. Non gaji
10.838,60
b. Gaji
103.016,90
Tambahan Penghasilan Guru Penghasilan Guru 4
Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD)
2.898,90
5
Tambahan DAU untuk Tunjangan Profesi Guru
6
Dana Otonomi Khusus untuk Pendidikan
3.285,77
7
Dana Insentif Daerah
1.387,80
8
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
30.559,80
23.594,80 1.000
C
Dana Pengembangan Pendidikan Nasional
(0,34%) 289.957,80
1
Total Anggaran Fungsi Pendidikan
2
Total Belanja Negara
(22,20%) 1.311.386,68
Sumber: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Tahun 2012.
Terdapat dua kali lipat (64,30%) dana pendidikan
jemen merupakan suatu pendekatan, kalau tidak
yang dikelola oleh pe merintah daerah yang
dikatakan disiplin ilmu pengetahuan, yang secara
penyalurannya dilakukan mekanisme transfer.
sistematis dan terukur memusatkan perhatiannya
Dari porsi APBN yang dialokasikan untuk
pada pengaturan perilaku manusia. Perilaku
sektor pendidikan 33,36% atau sebesar 102,52
manusia, baik secara individu maupun dalam suatu
tr iliun te rdap at 2 (dua ) ke ment eria n ya ng
kesatuan sosial tersebut yang menjadi pusat
mengelola dana pendidikan dalam porsi yang
per hati an m anaj emen, y aitu per ilak u ya ng
besar, ya itu Kemdikb ud da n Kem enag yang
membawa implikasi penggunaan sumber daya
ma sing -masing meng elola d ana pend idik an
baik itu berbentuk sumber daya material maupun
sebesar Rp. 64,350 triliun dan Rp. 32.01 triliun.
finansial.
Kementerian/Lembaga lain yang melakukan fungsi
Penggunaan sumber daya tersebut memer-
pe ndid ikan jug a me ndap atka n al okasi da na
lukan suatu pendekatan secara sistematis, karena
pendidikan disajikan pada Tabel 2.
dalam faktanya sumber daya tersebut tidak pernah akan mencukupi. Paling tidak terdapat
Prinsip Manajemen
2(dua) alasan yang saling berkaitan satu dengan
Dalam setiap langkah kehidupan manusia, apakah
lainnya yang dapat menjelaskan mengapa sumber
itu dil akuk an secar a ind ivid ual atau secara
daya tidak pernah mencukupi. Pertama, yaitu
bersama dalam suatu organisasi, manajemen
ambisi manusia dan kedua, sebagai akibat dari
menjadi bagian yang yang tidak terpisahkan dari
ambisi tersebut menimbulkan persaingan. Dalam
langkah tersebut. Mengapa demikian? Mana-
kontek s ini, a mbisi da n pe rsai ngan buk an
282
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Anggaran Sektor Pendidikan dalam Struktur APBN 2012 pada K/L (dalam miliar) NO
Kementerian/Lembaga
2012
1
Kementerian Pendidikan Nasional
64,350.86
62.77%
2
Kementerian Agama
32,007.51
31.22%
3
Kementerian Keuangan
88.39
0.09%
4
Kementerian Pertanian
43.60
0.04%
5
Kementerian Perindustrian
292.40
0.29%
6
Kementerian ESDM
66.82
0.07%
7
Kementerian Perhubungan
1,795.50
1.75%
8
Kementerian Kesehatan
1,350.00
1.32%
9
Kementerian Kehutanan
41.23
0.04%
10
Kementerian Kelautan dan Perikanan
230.50
0.22%
11
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
215.97
0.21%
12
Badan Pertanahan Nasional
22.79
0.02%
13
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
18.80
0.02%
14
Badan Tenaga Nuklir Nasional
17.95
0.02%
15
Kementerian Pemuda dan Olahraga
933.50
0.91%
16
Kementerian Pertahanan
114.18
0.11%
17
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
412.00
0.40%
18
Perpustakaan Nasional
264.49
0.26%
19
Kementerian KUKM
215.00
0.21%
20
Kementerian Komunikasi dan Informatika
36.84
0.04%
102,518.33
100.00%
TOTAL
Sumber: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Tahun 2012.
merupakan hal yang bersifat negatif, tetapi
prestasi pendidikan satu negara. Studi-studi yang
ked uany a
ter jadi nya
dilakukan OECD seperti TIMSS (2012) merupakan
dinamika dalam berbagai kehidupan manusia yang
justru
menyeba bkan
salah satu contoh tentang bagaimana prestasi
mengarah pada kemajuan. McCleland dalam
pendidikan antarnegara dibandingkan.
Gib son, et.a l. (2 009 ) le bih me nggunak an
Kondalkar (2007) mengemukakan konsep
terminologi Need for Achievement atau lebih sering
manajemen dengan menyajikan perkembangan
dikenal singkatannya disebut N’ach. Virus N’ach
teori manajemen dari mulai classics theory, neo-
ini diharapkan dapat menyebar pada anggota
classic theory, dan modern management theory.
ma syar akat
Panyajian tersebut menyajikan perkembangan
seb agai
pendorong
m enja di
masyarakat maju. Dal am
k onte ks
teori manajemen yang bersifat tertutup dan p endi dika n,
k emaj uan
rasional, yaitu pada tahap awal perkembangan
pendidikan terjadi karena adanya virus N’ach yang
teori manajemen, sampai dengan sistem terbuka
menjangkit pada diri guru dan siswa. Ketika virus
dan bersifat interactionist.
N’ach yang menjangkiti guru menular pada diri
Tahap awal perkembangan teori manajemen
para siswa yang diajarnya, maka wujudnya yaitu
ditandai dengan pendekatan Weberian yang
siswa yang berprestasi. Akumulasi dan agregat
dipelopori oleh Marx Weber (1922) sendiri dengan
prestasi siswa pada satu sekolah menjadi prestasi
mengemukakan teori beurocracy dan scientific
sekolah, demikian selanjutnya meningkat menjadi
management dengan tokoh utamanya Frederick
283
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
W. Taylor (1922). Keduanya mengasumsikan
suatu organisasi saling terkait atau bahkan saling
bahwa proses manajemen bersifat mekanistik.
tergantung satu dengan lainnya? Informasi. Tidak
Unsur utama dalam proses manajemen adalah
ada penulis manajeme n moder n yang t idak
proses yang standar dalam suatu organisasi.
mempertimbangkan informasi, karena proses
Weberian, terutama menekankan bahwa dengan
manajemen pada dasarnya, yaitu proses me-
proses standar yaitu formalisasi aturan main
ngelola dan mengolah informasi untuk 2(dua)
dalam suatu organisasi, maka pencapaian hasil
kepentingan yakni mencapai tujuan organisasi
yang ditetapkan oleh suatu organisasi dapat
dan kompetisi. Informasi sebagai media pen-
dicapai.
capaian organisasi berkenaan dengan pengaturan
Perkembangan tahap berikutnya ditandai
sumber daya yang dimiliki oleh organisasi. Proses
dengan masuknya pendekatan psikologis dalam
manajemen yang senantiasa mempertimbangan
proses manajemen. Faktor manusia memang
efi siensi a kan sang at t erga ntung te rhad ap
menjadi kunci dalam pencapaian tujuan organisasi
informasi sumber daya yang dimiliki. Informasi
(organization effectiveness) (Schein, 1980). Namun,
sebagai sarana kompetisi ketika suatu informasi
pada diri manusia tidak hanya terdapat dimensi
dari organisasi lain memuat tentang kemajuan
rasionalitas yang dieksploitasi dengan hanya
dari organisasi tersebut. Dengan informasi ini
prosedur yang standar, tetapi aspek kepribadian
organisasi yang bersangkutan perlu mengubah
seperti misalnya motivasi. Dalam buku yang ditulis
strategi untuk mencapai target paling tidak
oleh Pugh dan Hickcon (2007) dalam buku berjudul
menyama i
Great writters on organizations mendeskripsikan
benchmarking merupakan bentuk penentapan
se cara lengkap pendap at p ara tokoh ya ng
target suatu organisasi dengan mempertim-
menekankan aspek psikologis manusia dalam
bangkan ketercapaian organisasi lainnya sebagai
manajemen. Pendapat tersebut secara garis
pesaing.
besar disajikan pada tulisan ini sebagai berikut.
or gani sasi
lai nnya .
Ex ternal
Begitu pentingnya informasi bagi keber-
Mayo menekankan pada hubungan sosial
langsungan suatu organisasi, Drucker (2001)
antarindividu dalam suatu organisasi. Hubungan
me nganalog ikan inf orma si sebag ai sumbe r.
sosial yang dimaksud d apat bersifat lateral
Pengertian dalam konteks ini tidak dalam arti
maupun vertikal antara strata yang berbeda
kovensional yang dapat dibudidayakan untuk
dalam suatu organisasi, atau hubungan sosial
mencapai tujuan organisasi, tetapi sumber dalam
yang bersifat lateral, yaitu antaranggota orga-
arti sebagai titik tolak bagi suatu organisasi dalam
nisasi dalam stratifikasi yang sama. Hubungan
menentukan proses menajemen mencapai target
sosial dalam organisasi, meskipun bersifat formal,
yang telah ditetapkan. Pengembangan teknologi
tidak bisa menghindari fitrah manusiawi anggota
yang secara spesifik diarahkan untuk memper-
org anisasi. Ang gota org anisasi tida k da pat
cepat tranformasi informasi inter dan antar
dipaksakan untuk mengerjakan suatu pekerjaan
organisasi sehingga proses manajemen dalam
dengan sempurna ketika dia dalam keadaan lelah.
suatu organisasi akan semakin transparan dan
Demikikan juga seorang anggota organisasi, akan
kom peti tif. Drucker (20 01) seca ra spesi fik
dapat melakukan pekerjaan dengan baik jika
menyatakan bahwa transformasi yang dimaksud,
pekerjaan tersebut dilaksanakan di luar kemam-
yaitu organisasi busines. Namun seiring per-
puannya.
kembangan jaman yang disertai dengan keterbu-
Pe mbahasan di atas me nyaj ikan asp ek
kaan dan penggunaan teknologi informasi yang
manajemen dari sisi manusia yang menjalankan
semakin pervasif tidak hanya pada organisasi
organisasi dalam kesatuan manajemen. Seiring
busines, tetapi organisasi lain, termasuk orga-
dengan perkembangan zaman dan adopsi tek-
nisasi pendidikan, maka apa yang disinyalir oleh
nologi, terutama teknologi informasi, proses
Drucker (2001) akan berlaku pada organisasi
manajem en y ang berl angsung dala m suatu
selain busines.
organisasi tidak bisa berlangsung independen dari
Dengan semakin intensif dan ekstensifnya
lingkungan organisasi lainnya. Faktor apakah yang
ketergantungan organisasi terhadap informasi,
menjadikan setiap proses manajemen dalam
prinsip Darwinisme, yaitu survival of the fittest tidak
284
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
bisa lagi didasarkan pada kriteria comparative
Pusat tidak melakukan alokasi dana pendidikan
advantage, tetapi competitive advantage. Dengan
unt uk
kriteria competitive advantage, produk dan jasa
kabupaten/kota. Undang-Undang Nomor 22 Tahun
yang dihasilkan oleh suatu organisasi tidak bisa
2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
hanya dibandrol dengan harga murah, tetapi juga
Negara (APBN), memang telah menegaskan
berkualitas yang lebih baik dibanding dengan
bahwa alokasi dana APBN untuk pendidikan juga
produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh
dialokasikan kepada pemerintah daerah. Dari segi
organisasi lain. Adapun comparative adavantage
proporsinya, alokasi untuk pemerintah daerah
didasarkan harga suatu produk yang relatif murah
leb ih b esar dib andi ng d enga n al okasi pa da
dibanding dengan produk lainnya yang sejenis.
Pemerintah Pusat.
m endukung
program
pendidi kan
di
Uraian di atas memberikan gambaran tentang
Peraturan tentang Keuangan Negara Tahun
ranah manajemen sebagai suatu instrumen untuk
2012 mengatur distribusi anggaran pendidikan.
mencapai tujuan yang ditetapkan oleh suatu
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 di atas,
organisasi. Berdasarkan ranah tersebut, pem-
meskipun porsi alokasi anggaran pendidikan
bahasan ber ikut
aka n me mbahas t enta ng
sebesar 20% dari APBN hal ini tidak berarti bahwa
manajemen pendidikan pada 2 (dua) tataran,
alokasi tersebut seluruhanya ditempatkan pada
yaitu tataran pendukung (fasilitator) dan tataran
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di lain
palaksana (implementor). Tataran pendukung
pihak, Pasal Undang-Undang Nomor 20 Tahun
merujuk pada proses manajemen yang terjadi
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menya-
pada organisasi birokrasi yang terdapat pada
takan
tingkat kabupaten/kota dan provinsi (kantor
bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
dinas) dan pusat (kementerian dan direktorat
dan kemajuan sistem pendidikan.
jendera l). Tata ran pela ksana me rujuk pa da sekolah.
bahwa Kemdikbud merupakan pihak yang
Dalam prinsip kebijakan publik ada suatu adigium menyatakan bahwa ketika suatu meka-
Proses manajemen yang berlangsung pada
nisme telah ditetapkan dalam suatu aturan, para
ta tara n pe nduk ung maupun pela ksana be r-
analisis kebijakan tidak seharusnya memper-
operasi berdasarkan pada peraturan perundang-
masalahkan keadaan tersebut. Diskusi diarahkan
undangan yang berlaku. Tanpa merujuk pada
pada proses manajemen yang berlangsung dalam
peraturan perudang-undangan yang berlaku
2 (dua) sistem yang berbeda akan menjadi sulit.
pembahasan proses manajemen pada kedua
Proses manajemen yang berlangsung pada 2
tataran tersebut justru tidak mempunyai rujukan
(dua) sistem yang berbeda tidak bisa hanya
kontekstual dan tidak menjadi relevan.
dilakukan secara linear, tetapi melalui proses yang berliku karena kriteria yang digunakan bukan pada
Proses Manajemen pada Tataran Pendukung
pertimbangan rasional semata, tetapi faktor
Proses manajemen pada tataran pendukung
kep enti ngan menjadi fak tor yang dip erti m-
terikat pada 3 (tiga) jenis peraturan perundang-
bangkan. Meminjam terminologi yang digunakan
undangan, yaitu otonomi d aerah, keuangan
Lindblom (1959), bahwa proses manajemen dalam
da erah, da n si stem pendidi kan. Per atur an
penyusunan dan pelak sanaan program pen-
perundang-undangan tentang otonomi mengatur
didikan dalam konteks desentralisasi melalui
hubungan organisasi antara Kementerian Pendi-
proses muddling-through karena proses penyu-
dikan dan Kebudayaan di satu pihak dengan
sunan program pendidikan tidak akan berlang-
kantor dinas pendidikan provinsi serta kabupaten/
sung sekali jadi, tetapi akan berlangsung dalam
kota di lain pihak. Hubungan organisasi antara
berberapa sesi. Dalam proses ini, tidak menutup
kedua belah pihak menjadi pusat perhatian,
kemungkinan proses penyusunan akan maju satu
karena dalam peraturan perundang-undangan
langkah dan pada sesi berikutnya mundur dua
otonomi daerah, pendidikan merupakan salah
langkah. Hal ini terjadi karena hasil program
satu sektor publik yang didesentralisasikan.
pendidikan merupakan rekonsiliasi dari kepen-
Deng an desentral isasi pendid ikan, pada tingkat kabupaten/kota tidak berarti Pemerintah
tingan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota).
285
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
Meskipun demikian, kriteria rekonsiliasi tetap
pabrik Toyota yang tersebar di berbagai negara.
tidak akan membahagiakan semua pihak, karena
Efektivitas semacam ini tidak berlangsung pada
win-win solution bukan merupakan kondisi absolut
skenario desentralisasi. Keputusan pendelegasian
dengan kedua belah pihak yang terlibat dalam
wewenang pada perusahaan Toyota merupakan
proses negosiasi dalam posisi menang semuanya.
pertimbangan manajemen. Organisasi induk tidak
Win-win solution merupakan posisi relatif. Win-win
hanya memegang kebijakan, tetapi juga meme-
solution hanya dapat dicapai, jika salah satu
gang kendali operasi pabrik. Meskipun pabrik
mengalah dengan memberikan sebagian haknya
Toyota berlokasi berbeda negara dengan orga-
kepada pihak lain, dan pihak lain juga melakukan
nisasi induk, orang Jepang masih memegang
hal yang sama, maka pada posisi seperti itulah
beberapa posisi penting. Tidak hanya itu, penilaian
win-win solution dapat dicapai.
kinerja sta f da n ma naje r pa da p abri k juga
Pada saat tahun pertama Undang-Undang
merupakan kewenangan organisasi induk.
Otonomi Daerah diberlakukan dan pendidikan
Keputusan pendelegasian pendidikan kepada
merupakan kewenangan yang did elegasikan
pemerintah kabupaten/kota merupakan argu-
kepada pemerintah kabupaten/kota, arah dari
mentasi demokratisasi dalam pelayanan kebi-
argumentasi yang berkembang pada saat itu,
jakan publik. Argumentasi yang digunakan adalah
peran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
semakin dekat pelayanan sektor publik semakin
yang merupakan organisasi Pemerintah Pusat
efektif dan akuntabel pelayanan publik tersebut.
cenderung diarahkan ada 2 (dua) fungsi, yaitu
Namun demikian, dalam skenario desentralisasi
penentu dan pengendali kebijakan. Implikasi dari
ini, proses manajemen tidak secara spesifik
fungsi yang pertama, sebagai penentu kebijakan
merujuk pada sistem yang berlaku pada Kem-
(agenda setter) tidak perlu mengelola program
dikbud, tetapi pada sistem seperti yang diatur
sendiri, tetapi menetapkan target-target yang
ber dasa rkan pad a Undang -Und ang Otonomi
harus dicapai oleh setiap pemerintah kabupaten/
Dae rah. Ber dasa rkan pad a Undang -Und ang
kota. Program secara langsung dikelola oleh
tersebut, maka peraturan bidang pendidikan
pe merntah kabupate n/k ota. Dengan fung si
dikembangkan. Sebagai konsekuensi berbagai
ke dua, Dep dikb ud m ela kuka n ev alua si d an
mek anisme d alam imp leme ntasi ke bija kan
pemantauan terhadap pemerintah kabupaten/
pendidikan juga merujuk pada Undang-Undang
kota dalam melaksanakan program pendidikan.
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Ana logi proses mana jeme n se pert i ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh (Rother,
yang telah dilakukan perubahan menjadi UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008.
2010; dan Iyer et. al. 2009) juga dilakukan oleh
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa
pe rusa haan mob il Toyot a. O rganisasi ya ng
Kemdikbud sebagai pihak yang bertanggung
berlokasi di Jepang berperan sebagai holding
jawab terhadap sistem pendidikan nasional,
comp any y ang mel akukan desain dan at au
masih m emegang kend ali dalam pe ndanaan
pembaharuan desain badan dan mesin mobil,
pendidikan, terutama yang dialokasikan melalui
sedangkan pabrik yang tersebar di berbagai
al okasi APBN. Mesk ipun dem ikia n, p endi s-
negara memproduksi mobil berdasarkan pada
tribusiannya melalui transfer dalam bentuk Dana
hasil desain yang dilakukan holding company.
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
Mek anisme semacam i ni d apat menghem at
(DAK). Melalui mekanisme ini pendistirbusian dari
pemasaran mobil, karena lokasi antara pabrik
pemerintah pusat ke pemerintah daerah tidak
dengan calon pembeli dekat.
dilakukan secara langsung oleh Kemdikbud,
Meskipun skenario pendelegasian pengelolaan pendidikan dari Pemerintah Pusat kepada
melainkan oleh Kementerian Keuangan sebagai bendahara negara.
pemerintah kabupaten/kota sama dengan yang
Di samping itu, meskipun pada setiap peme-
dilakukan oleh perusahaan mobil Toyota, namun
rintah kabupaten/kota terdapat unit organisasi
efektivitas skenario berbeda sekali. Skenario
yang mengelola pendidikan, yaitu kepala dinas.
holding company yang dilakukan oleh perusahaan
Namun, kepala dinas pendidikan tidak secara
mobil Toyota secara konsisten diikuti oleh pabrik-
langsung bertanggung jawab kepada Menteri
286
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
Pe ndid ikan dan Keb uday aan, tet api kepa da
yaitu berkenaan dengan ketersediaan buku teks
ke pala pem erintaha n ka bupa ten/ kota yai tu
muatan lokal dari SD sampai dengan SMA yang
bupati/walikota. Penunjukan seseorang menjadi
sulit. Alasan yang dikemukakan, yaitu klasik
kepal a dinas juga secara lang sung menjadi
karena efisiensi anggaran sehingga pemerintah
wewenang bupati/wali kota, bahkan penempatan
daerah tidak dapat m enyediakan buku teks
kepala sekolah dan guru juga melalui proses
(Kompas, 20 September 2002).
pol itis. Ke cend erungan sepe rti ini menj adi
Pada dasarnya tidak efektifnya desentralisasi
fenomena paradoks, karena Kemdikbud mem-
tidak hanya terjadi pada bidang pendidikan, tetapi
berikan subsidi kepada pemerintah kabupaten/
pada bidang lain, seperti fiskal. Menteri Keuangan
kota atau sekolah, tetapi kepala dinas dan juga
pad a sa at m embuka seminar d enga n te ma
kepala sekolah tidak bertanggung jawab lang-
International Conference Fiscal Decentralization in
sung kepada Kemdikbud. Dalam kondisi seperti
Indonesia, mengindikasikan 3 (tiga) indikator tidak
ini, seperti yang diindikasikan oleh McGinnis
efektifnya fiskal di daerah, yaitu daya serap yang
(2006) bahwa “decentralization facilitates the
rata-rata rendah yaitu 45%, alokasi anggaran
empirical investigation of the differing consequences
paling banyak untuk pegawai, dan status laporan
of social policy”. Pemaknaan terhadap kondisi
keuangan disclaimer (Kompas, 14 September
empiris menjadi terbalik sesuai dengan yang
2011). Kapasitas fiskal merupakan titik kritikal bagi
dikehendaki oleh pihak yang berkuasa pada
keberlangsungan pemerintahan, mulai dari tingkat
pemerintah daerah. Menjadi suatu kewajaran jika
pusat, provinsi, sampai dengan kabupaten/kota.
banyak peng amat yang me nyat akan bahwa
Faktor penting berkenaan dengan fiskal tidak
desentralisasi masih belum menemukan bentuk
hanya pada peningkatan, tetapi keberlanjutan
proses manajemen terbaik untuk dapat mem-
(sustainability) fiskal yang dapat mendukung
beri kan pel ayanan kepada target kebij akan
kegiatan-kegiatan program pembangunan yang
pendidikan, yaitu siswa.
ditetapkan oleh Pemerintah dan dilaksanakan oleh
Ketua umum Pengurus Besar Persatuan Guru
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Tan-
Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo menyatakan
tangan ke depan, yakni mencapai konsensus
bahwa desentralisasi merugikan bagi kesejah-
antarPemerintah Pusat, provinsi, dan kebupaten/
teraan guru. Tidak hanya berkenaan dengan guru,
kota tentang mekanisme pendistribusian dan
tetapi juga tidak kondusif bagi pembangunan
pe manf aata n
pendidikan. Secara eksplisit hal ini diungkapkan
(Abi manyu, 2 004) dal am Jame s Alm, J orge
sebagai berikut:
Martinez-Vazquez, and Sri Mulyani Indrawati.
da na
p ada
ting kat
daer ah
“… pem erintah kabupate n da n kota se-
Proses manajemen pada tataran pendukung
per tiny a be rsik ap setengah hati dal am
tidak secara spesifik mengarah pada peningkatan
mengelola pendidikan, karena lebih melihat
prestasi akademik siswa dari jenjang pendidikan
pem bang unan fisik k etim bang nonfisi k.
dasar sampai dengan pendidikan tinggi, walaupun
Pembangunan nonfisik dinilai tidak mem-
faktor itu merupakan perhatian khusus juga. Pada
punyai pengaruh signifikan pada pencalonan
tataran ini pendidikan merupakan salah satu dari
polit ik pada p emilukada berikutny a dan
sektor kebijakan publik, dan merupakan mesin
kurang memiliki kontribusi dalam kampanye”.
penggerak terhadap sektor lainnya seperti industri
(Media Indonesia, 10 Februari 2012).
yang nantinya juga pendukung pertumbuhan
Anggota Komisi X DPR-RI Rully Chairul Azwar
ekonomi nasional, serta penjamin stabilitas sosial
mem puny ai p enda pat yang sea rah deng an
dan politik yang memungkinkan ada pertumbuhan
Sulist yo. Oleh k arena itu, dia mengusulkan
ekonomi dapat berlangsung. Oleh karena itu,
sentral isasi pe ndid ikan, pa ling tid ak p ada
prestasi akademis siswa harus ditempatkan pada
pengelolaan guru. Dengan cara ini, kesejahteraan
arah pembangunan nasional yang sedang men-
guru dapat dijamin (Media Indonesia, 10 Februari
jadi prioritas pendidikan. Dalam konteks ini, mutu
2012).
dan relevansi pendidikan merupakan dua sisi dari
Dalam konteks program pendidikan lainnya,
satu mata uang.
desentralisasi juga menuai kritik. Salah satu kritik,
287
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
Desentralisasi merupakan konteks birokrasi dalam pelaksanaan program pendidikan pada
formal serta dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
tataran proses manajemen yang berada pada
Oleh karena itu, usul yang feasibel agar proses
tataran pendukung. Paling tidak dalam jangka
rekonsialiasi dapat berlangsung secara efektif
dekat konteks ini tidak bisa diubah. Sebagaiamana
dilakukan melalui mekanisme insentif-disinsentif.
di sara nkan ole h Me nte ri K euangan, bahwa
Mek anisme d idasarka n pa da t iga prop osisi.
pendekatan reward and punishment merupakan
Pertama, meskipun program pendidikan meru-
cara untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan
pakan bagian dari desentralisasi, tetapi peme-
fiskal untuk mendukung program pembangunan.
rintah daerah, terutama pemerintah kabupaten/
Argumentasi yang dikemukakan pada tulisan ini,
kota tetap menjadi penanggung jawab utama
yaitu bahwa pendekatan ini tidak bisa dilakukan
terhadap kemajuan pendidikan pada teritori
sepihak oleh Pemerintah Pusat. Mekanisme ini
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.
tet ap
k epenting an,
Kedua, sebagai bagian dari konsekuensi tanggung
terutama politik, penguasa pada tingkat peme-
ja wab tersebut pem erintah kebupate n/kota
rintah daerah. Kepentingan politik tidak dapat
be rtanggung
dihindari ketika harus melibatkan pemerintah
pendidikan pada daerah yang menjadi tanggung
daerah dalam menjamin pelaksanaan program
jawabnya. Meskipun pemerintah pusat, melalui
pembangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah
APBN juga mengalokasikan dana untuk program
Pusat. Kepentingan politik yang paling menonojol
pendidikan, tanggung jawab pendanaan pen-
adalah untuk memenangkan Pemilihan Umum
didikan merupakan pendukung bagi pendanaan
kepala daerah.
yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Ketiga,
harus
mem perhatik an
ja wab
terhadap
pendana an
Pemaksaan oleh Pem erintah Pusa t akan
dengan merujuk pada asumsi pertama dan kedua,
menimbulkan resistensi dari pemerintah daerah.
adalah suatu kewajaran jika pemerintah daerah
Dalam konteks pendidikan, resistensi dari kepala
tidak mengalokasikan dana secara proporsional
pemerintah daerah akan mengorbankan siswa.
untuk pendidikan mendapat punishment berupa
Kepentingan dari kepala pemerintah daerah
pengurangan alokasi dana pendidikan (disinsentif)
memang bersifat politis, namun pendekatan yang
bagi pemerintah kabupaten/kota tersebut. Di lain
digunakan tidak harus politis, melainkan pen-
pihak, jika pemerintah kabupaten/kota secara
dekatan psikologis dengan memahami motivasi
proporsional mengalokasikan dana pendidikan,
berupa dorongan berprestasi. Setiap kepala
maka Pemerintah Pusat perlu memberikan rewards
dae rah tent u me mpunyai dorongan unt uk
kepada mereka (insentif ). Mekanisme insentif-
berprestasi dengan memajukan daerahnya melalui
di sinsenti f pe rlu memp erti mbangkan asp ek
program pembangunan, termasuk pendidikan.
keadilan yaitu memperhitungkan kapasitas fiskal
Aktualisasi diri seorang kepala Pemerintah akan
pe meri ntah kab upat en/k ota. Dal am hal i ni
terw ujud k etika pembang unan d aerah yang
mekanisme insentif-disinsentif yang dilakukan oleh
dipimpimnya berhasil.
Pemerintah Pusat sebagai penyeimbang antara
Proses rekonsialiasi antara Pemerintah Pusat dengan pemerintah daerah didasarkan pada
pemerintah kabupaten/kota yang kaya dan yang miskin.
kepentingan bersama. Kemaslahatan anggota
Dimensi lain dari proses manajemen pada
masyarakat pada satu daerah merupakan kriteria
tataran pendukung, yaitu keberhasilan di samping
ya ng d isep akat i ol eh
piha k.
proses. Dalam konteks ini, keberhasilan pen-
Kemaslahatan dalam bidang pendidikan tercapai
didikan merupakan keb erhasilan pendidikan
jika setiap program pendidikan dapat menjamin
sebagai bagian dari entitas kebijakan publik. Oleh
kesejahteraan pedagogis setiap anak usia sekolah
karena itu, sumbangan pendidikan terhadap
pada suatu daerah dapat diwujudkan. Kese-
sektor pembangunan lain merupakan ukuran
jahteraan pedagogis dapat terwujud jika setiap
keberhasilan yang valid.
kedua be lah
siswa dapat mengembangkan minat dan bakatnya
Berdasarkan pada sudut pandang kebijakan
melalui proses pendidikan jalur formal maupun non
publik, terdapat 3 (tiga) pendekatan yang sering
288
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
digunakan dalam melihat sumbangan pendidikan
Proses Manajemen pada Tataran Pelaksana
adalah ekonomi, sosiologi, dan politik. Kecen-
Sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar
derungan analisis kebijakan pendidikan tidak
sampai dengan pendidikan tinggi merupakan titik
secara sendiri-sendiri, tetapi secara terintegratif
tolak
dar i ke tiga disipli n il mu t erse but mela lui
pendidikan. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan
pendekatan multidisipliner. Hal ini didasarkan pada
mengajar pada tingkat sekolah juga menjadi titik
suatu realitas bahwa fenomena eknomi tidak
tolak keberhasilan sumbangan bidang pendidikan
se cara
diskrit
keb ijak an
fe nome na
terhadap sektor publik lainnya. Oleh karena itu, seperti yang dinyatakan di atas prestasi akademis
kerja untuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
siswa mempunyai dimensi mutu dan relevansi
(SM K)
sekaligus.
hanya
d enga n
pel aksa naan
sosiologis serta politik. Misal, tersedianya pasar t idak
ter pisah
kebe rhasilan
d apat
ter jadi
kar ena
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga situasi politik
Proses menajamen pada tataran pelaksana
yang kondusif bagi terjadinya pertumbuhan
bertitik tolak dari kurikulum. Kurikulum merupakan
ekonomi. Dengan terserapnya para lulusan SMK
pedoman bagi guru untuk melakukan tugasnya
dalam pasar kerja, maka terjadi mobilitas sosial
dalam mendidik dan mengajar, di lain pihak,
bagi para lulusan SMK yang terserap pada pasar
kurikulum juga menjadi dasar untuk menentukan
kerja. Mobilitas sosial ini merupakan fenomena
keberhasilan dalam mendidik dan mengajar, baik
sosiologis.
dalam arti prestasi akademis maupun perubahan
Ber dasa rkan pad a ar gume ntasi di ata s,
perilaku. Kurikulum tidak hanya memuat pedoman
terdapat 2 (dua) target yang menjadi sasaran
yang berorientasi pada peningkatan kecerdasan,
pr ogra m pe ndid ikan,
tetapi juga pada perubahan perilaku siswa.
sebag ai b agia n
da ri
kebijakan publik, yaitu bidang ekonomi dan politik.
Bertitik tolak dari kurikulum ini kompetensi
Sumbangan pendidikan pada bidang ekonomi,
guru d idef inisikan, ke butuhan sara na d an
yaitu untuk mendukung percepatan pencapain
prasarana diidentifikasi. Kompetensi guru serta
sasaran MP3EI dan industrialisasi tahun 2030.
ketersediaan sarana dan prasarana bersifat saling
Tahun 2045 merupakan tonggak sejarah, karena
melengkapi satu dengan lainnya. Maksimalisasi
Indonesia akan mandiri. Momen ini tidak hanya
peran guru dalam mengajar dapat dicapai ketika
sebagai momen ekonomi tapi juga politik, karena
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan
ada saat itu bangsa Indonesia me nyata kan
tersedia secara memadai dan kompetensi guru
kemandiriannya sebagai bangsa mandiri tidak
juga memadai untuk memanfaatkan sarana dan
hanya bebas dari hegemoni dari bangsa lain,
prasarana tersebut sebagai sumber.
tetapi menjadi bangsa yang siap memasuki arena
Kompe tensi gur u merupa kan salah satu
pesaingan internasional dengan negara lain.
indikator dari profesionalisme guru. Hal ini juga
Untuk menjadi bangsa yang siap berpacu terdapat
secara eksplisit tercantum pada Undang-Undang
2 (dua) prakondisi yang harus dipenuhi, yaitu
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam berbagai literatur, profesionalisme guru
Hal di atas juga menunjukkan bahwa proses
tidak berbeda dengan profesionalisme dari profesi
manajemen yang terjadi pada tataran pendukung
lainnya seperti pengacara, akuntan, dan dokter.
tidak bisa independen dari “aspirasi” sektor
Pad a
kebijakan publik lainnya. Sinkronisasi antara
merupakan indikator yang selalu ada, karena
kebijakan pendidikan dengan kebijakan sektor
indikator ini menjadi initial endowent bagi setiap
pub lik lainnya menj adi kata kunci. Proses
profesional dalam melakukan fungsinya. Namun
sinkronisasi ini tentu akan belangsung melalui
demikian, hanya dengan kompetensi profesi-
proses fine-tuning untuk mencapai rekonsiliasi
onalisme tidak akan memberikan sumbangan
yang paling memungkinan untuk bisa dilak-
terhadap pencapaian suatu target pekerjaan.
sanakan.
Terdapat 3 (tiga) faktor lagi yang mendorong
je nis
prof esi- prof esi
ini
komp etensi
maksimalisasi profesionalisme yaitu comittment dan alokasi waktu, serta kolaborasi. Commitment merupakan faktor yang sepenuhnya be rada
289
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
dalam kendali diri seorang guru dan profesional
kemana arah dari rumusan SKL dan SI tetapi yang
lainnya, sedangkan alokasi waktu dapat meru-
pasti kompetensi dan comittment berdasarkan
pakan kondisi yang telah ada (given). Guru atau
pada alokasi waktu yang ditetapkan (tahun
profesi onal lai nnya , ti dak dapa t me lakukan
ajaran) guru harus semaksimal mungkin meng-
penambahan atau pengurangan waktu ketika itu
antarkan siswa untuk mencapai target yang
sudah given. Apa yang bisa dilakukan memaksi-
ditetapkan oleh SKL dan SI.
malisasi waktu tersebut? Bagi guru dan profesional
Kolaborasi lateral antarguru, baik dalam
waktu merupakan sumber daya yang jumlahnya
sekolah yang sama maupun antarsekolah dapat
sangat banyak, tetapi sekali terlewatkan maka
berlangsung, paling tidak untuk 2 (dua) alasan.
waktu tersebut tidak dapat direngkuh kembali.
Pertama, menyamakan persepsi dan strategi
Pemanfaatan kolaborasi didasarkan pada
tentang SKL dan SI dan bagaimana mencapainya.
suatu keny ataa n ba hwa tida k se orang pr o-
Kedua, pengalaman di antara mereka tentang
fesionalpun dapat menyelesaikan suatu peker-
strategi artikulasi SKL dan SI menjadi suatu
jaan tanpa bantuan dari pihak lain. Bantuan dari
kegiatan belajar mengajar yang dinamis dan
pihak lain tersebut dapat berupa petunjuk atau
progressive, tetapi juga menyenangkan.
kerj asama. Di lain pihak , bantuan tersebut
Dalam konteks ini, proses manajemen pada
me rupa kan suat u pe tunj uk j ika kola bora si
tingkat pelaksana mempertimbangkan berbagai
dilakukan secara vertikal antara atasan dengan
faktor psikologis, karena intensitas keterlibatan
bawahan. Bantuan berlangsung dalam bentuk
hubungan personal antara guru dengan siswa
kerja sama, yang pelaksanaannya dilakukan
tinggi. Kondisi psikologis guru dan siswa tidak
dalam bentuk lateral antara sesama rekan kerja.
se cara langsung me rup akan var iabe l ya ng
Kolaborasi vertikal antara atasan dengan
berpengaruh terhadap prestasi siswa, karena
bawahan antar atau intra organisasi ketika terjadi
dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa
pengambilan keputusan oleh atasan. Kolaborasi
pr esta si siswa secara lang sung ber kena an
antar organisasi atasan yang dimaksud adalah
dengan faktor intrinsik dan ekstrinsik siswa. Faktor
mereka yang berada pada tataran pendukung,
intrinsik siswa, antara lain berkaitan dengan
ba ik p ada ting kat nasi onal maupun daer ah
motivasi siswa dan tingkat kecerdasan siswa,
(provinsi dan kabupaten/kota) dengan organisasi
sedangkan faktor ekstrinsik siswa, antara lain
pada tataran pelaksana. Keputusan ini meru-
me liputi k ompe tensi guru d alam mengaja r,
pakan titik tolak bagi kepala sekolah dan/atau
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan,
guru. Berdasarkan pada keputusan ini, maka
baik di sekolah maupun di sekolah.
kompetensi kepala sekolah dan guru diartiku-
Untuk mencapai prestasi akademik, baik faktor
lasikan menjadi serangkaian kegiatan belajar
intrinsik siswa maupun ekstrinsik siswa tidak
mengajar yang didukung oleh committement dan
dengan sendirinya dapat memberikan kontribusi.
alokasi waktu. Kerjasama vertikal intra organisasi,
Fa ktor -fak tor
yaitu antarkepala sekolah dengan guru. Pada
kontribusi ketika ada campur tangan dari kepala
tataran ini, kepala sekolah dituntut memberikan
sekolah dan guru. Dalam konteks manajemen,
keputusan tentang strategi satuan pendididikan.
campur tangan ini disebut sebagai kepemimpinan.
Guru sebagai pengambil keputusan pada
Kepe mimpinan kepala sekolah pada tingkat
tingkat grass-root mempunyai diskresi untuk
sekolah, sedangkan guru pada tingkat ruang
me njab arka n ke putusan yang di ambi l ol eh
ke las. Fungsi kepe mimi nan kepa la sekol ah
pengambil kebijakan pada tingkat organisasi
merupakan fungsi fasilitasi agar guru dapat
fasilitator. Meskipun proses yang terjadi di dalam
mengajar dengan maksimal dan siswa dapat
kelas merupakan fenomena black box, tidak berarti
belajar dengan maksimal. Pengendali utama
diskresi tersebut dapat dilakukan berdasarkan
kegiatan belajar mengajar adalah guru. Peran
kehendak subyektivitas guru. Dalam konteks
kepimpinan guru menjadi prediktor utama bagi
Sistem Pendidikan Nasional, rujukan utama yaitu
keberhasilan kegiatan belajar-mengajar.
tersebut
da pat
memb erik an
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar
Dalam menjalankan peran kepemimpinannya,
Isi (SI). Guru bisa saja tidak mempunyai informasi
guru mengendalikan 3 (tiga) komponen pen-
290
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
dukung kegiatan belajar-mengajar, yaitu diri
mudah dan oleh karena itu dia dapat menye-
sendiri, siswa, dan sarana-prasarana pendidikan
lesaikan soal-soal yang diberikan kepadanya tanpa
yang tersedia di sekolah. Proses manajemen pada
harus memerlukann dorongan oleh guru, tetapi
tingkat ini pada dasarnya merupakan pengen-
pengawasan saja. Di lain pihak, ada juga siswa
dalian ketiga faktor ini. Efektivitas pengendalian
yang memang harus diberikan dorongan untuk
ketiga faktor tersebut diwujudkan dalam metode
dapat memahami konsep yang diajarkan kepada
mengajar yang dikembangkan oleh guru.
mereka, tanpa keterlibatan emosi guru berupa
Dari ketiga faktor tersebut, faktor pengen-
dorongan yang kuat, siswa mengalami kesulitan
dal ian diri sendiri dan pengend alia n si swa
untuk dapat memahami konsep-konsep yang
merupakan proses manipulasi psikologi. Dalam
diajarkan oleh guru. Namun demikian, tidak harus
berbagai literatur psikologi, khususnya psikologi
selalu berarti bahwa siswa tersebut kemampuan
pe ndid ikan,
psik olog is
intelektualnya rendah. Berdasarkan dimensi
merupakan upaya untuk mendorong diri sendiri
ba hwa
manipul asi
motivasi dan intelektual terdapat 4 (empat)
dan siswa agar menjadikan suasana kegiatan
kemungkinan dengan memerlukan tingkat ke-
bel ajar -mengaja r kondusif b agi pencapai an
terlibatan emosional guru. Dalam pembahasan di
prestasi akademis siswa. Keterlibatan emosi
sini bahwa keterlibatan emosi guru diilustrasikan
seorang guru dalam mengajar menjadi penting
dalam bentuk pengawasan dan pembinaan. Pada
dengan 2 (dua) kondisi, yaitu pertama terlibat
dimensi pengawasan keterlibatan emosi guru
pada saat dibutuhkan dan kedua keterlibatan
lebih kuat pada intervensi untuk mendorong
tersebut bersifat effectionate. Batas antara kapan
motivasi belajar siswa meningkat, sedangkan
keterlibatan emosi seorang guru dan kapan tidak
pada dimensi pembinaan lebih menekankan pada
diperlukan tidak terlibat secara jelas hitam putih.
memelihara tingkat motivasi yang sudah dimiliki
Di samping itu, dalam suatu kelas tidak semua
oleh siswa. Oleh karena itu, intensitas keterlibatan
siswa memerlukan keterlibatan emosi guru pada
emosi
tingkat int ensi tas yang sam a. K eter liba tan
Keputusan guru dalam menerapkan strategi
emosional memerlukan tingkat
pada dimensi pembinaan relatif rendah.
sensitivitas yang
pembinaan atau pengawasan juga mempertim-
tidak perlu tinggi tetapi tepat. Ada siswa yang
bangkan tingkat int eleg ensi siswa. Hal ini
dapat memahami konsep yang diajarkan dengan
diilustrasikan pada Gambar 1.
Tingkat Renda Tin gk at int ele ge nsi
motivasi
Tingg
Tin ggi
Re nd ah
Gambar 1. Strategi Intervensi Guru
291
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
Keterlibatan emosi guru bersifat affectionate
Guru tentu saja bukan merupakan satu-
nampak tricky, karena affectionate tidak berarti
satunya aktor dalam mengelola kegiatan belajar
tidak boleh menunjukkan intensitas emosi yang
mengajar di tingkat sekolah. Kepala sekolah
tinggi. Hal ini sering disalahinterperstasikan oleh
merupakan partner dan rujukan. Peran sebagai
siswa sebagai ungkapan kemarahan. Affectionate
pa rtne r da n rujuka n m engharuskan kepa la
memang cenderung diartikan sebagai pendekatan
sekolah mempunyai keberanian untuk mene-
psikologis yang sifatnya halus dan menyejukkan.
tapkan target yang akan dicapai (benchmarking).
Namun, emosi tinggi tidak harus identik dengan
Ter dapa t 2 (dua ) ca ra untuk menentukan
kemarahan, tetapi merupakan indikator bahwa
benchma rking, yait u inter nal atau ex ternal
siswa perlu mendapatkan perhatian lebih serius.
benchmarking. Internal benchmarking merupakan
Int ensi tas emosi ti nggi mer upak an e skre si
metode penet apan ta rget de ngan mem ban-
affectionate jika guru tidak menunjukkan sikap
dingkan pencapaian pada periode yang lalu,
emosional dan tidak melakukan kekerasan fisik.
sedangkan external benchmarking merupakan
Proses menajemen di tingkat kelas memang
penetapan target dengan membandingkan pada
skalanya mikro, tetapi intensitas perhatiannya
pencapaian sekola h lainnya. Masing-ma sing
tinggi. Keberhasilan pada tingkat ruang kelas
metode mempunyai keunggulan dan kelemahan.
secara akumulasi akan menjadi keberhasilan pada
Metode internal benchmarking merupakan
tingkat sekolah dan akhirnya menjadi keber-
metode yang feasible. Asumsi utama dalam
hasilan tingkat nasional.
penggunaan metode ini adalah didasarkan pada
Proses manajemen di tingkat kelas, pe-
kondisi dan ketersediaan sumber dana, dan
ngertian sumber tidak harus berarti dana, tetapi
dukungan staf pada sekolah pada saat itu. Namun
program pengajaran. Dalam konteks sistem
demikian, kelemahan dari metode ini adalah target
pendidikan nasional, sumber pengajaran yang
yang dicapai bisa jadi tidak cukup kompetitif
utama adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
dibanding dengan sekolah lainnya. Misalnya,
Berdasarkan pada SKL, Standar Isi ditetapkan.
ketika satu sekolah menentukan target penca-
Seperti yang dinyatakan pada Undang-Undang
paian prestasi akademis siswanya berdasarkan
Sisdiknas bahwa penetapan SKL dan SI meru-
rata-rata total skor Ujian Nasional (UN), yaitu 6,5.
pakan kewenangan Kemdikbud sebagai-mana
Target ini mungkin tidak cukup tinggi ketika
dia tur dala m Pe raturan Ment eri Pend idik an
sekolah lainnya menetapkan target rata-rata total
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
skor UN , ya kni 7. D i la in p ihak , ex ternal
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan
benchmarking merupakan metode yang kompetitif,
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
karena mempertimbangkan pencapaian sekolah
20 06 t enta ng Stand ar Komp etensi L ulusan
lainnya. Permasalahannya adalah apakah target
Pendidikan Dasar dan Menengah. Berdasarkan
ter sebut
pada peraturan perundang-undangan tersebut,
ketersediaan sumber daya di satu sekolah?
fea sibl e
ji ka
m empe rtim bang kan
melalui skema Kurikulum Tingkat Sekolah (KTP),
Sebagaimana guru, peran manajerial kepala
sekolah mempunyai kewenangan untuk mengem-
sekolah berkaitan dengan intervensi psikologis,
bangkan kurikulum sendiri sesuai dengan kondisi
terutama pada 2 (dua) area, yaitu membangun
se kola h. M etod e da n p ende kata n me ngaj ar
spirit mengajar para guru dan menciptakan
dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang
lingkungan belajar yang mendukung peningkatan
diadopsi.
motivasi siswa untuk belajar. Lingkungan belajar
Kompentensi ma naje rial gur u be rger ak
tidak hanya dimaknai secara fisik. Hal itu memang
antara artikulasi SI menjadi kurikulum, sampai
penting, tetapi lingkungana fisik merupakan salah
dengan memanfaatkan sarana yang tersedia di
satu l ingkungan belajar ya ng kondusi f bagi
sekolah, dan memberikankan intervensi Psikologis
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang
kepada siswa. Semua upaya yang dilakukan oleh
progresif dan efektif. Sekolah sebagai salah satu
guru adalah untuk mencapai prestasi akademis
bentuk
tertinggi.
karakterisitik budaya organisasi dan sistem
orga nisa si
p endi dika n
me mpunyai
komunikasi. Budaya organisasi tidak hanya untuk
292
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
membentuk jiwa korsa antara guru, siswa, dan
rangkaian kegiatan untuk mencapai target yang
kepala sekolah yang bangga menjadi anggota
dit etap kan oleh organisasi ter sebut . Da lam
organisasi yang disebut sekolah. Jiwa korsa ini
konteks per ilak u or gani sasi , ba hwa proses
juga akan menjadi pendorong untuk menjadikan
ma naje men
setiap anggota mempunyai kebanggaan terhadap
menjamin efektivitas organisasi. Oleh karena tidak
se kola h,
ada organisasi yang tidak menghadapi perma-
t etap i
menjadi kan
si ste m
keba ngga n
komuni kasi te rseb ut
dap at
sebag ai
merupaka n
m ekanisme
salahan perennial yang disebut
unt uk
keterbatasan
motivator tersebarnya virus n’Ach bagi guru dan
sumber daya, maka efisiensi merupakan kriteria
siswa.
yang senantiasa dipertimbangkan dalam penkom unik asi
capaian target. Dengan semakin terbukanya
argumentasi yang dikemukakan adalah efektivitas
Ber kena an
sistem politik yang menjalar pada proses mana-
komunikasi antaranggota organisasi bersifat
jemen yang berlangsung pada organisasi pen-
dem okrat is. D alam tulisan ini dik emuka kan
didikan, baik pada tataran pendukung maupun
argumentasi bahwa sistem komunikasi demo-
pelaksana, maka pertanggungjawaban pelak-
kra tis tida k ef ekti f untuk meng anta r pa da
sanaan program sudah bergeser dari responsibility
pencapaian target organisasi, jika demokratis
ke accountability. Pertanggungjawaban yang
di arti kan
Sekol ah
berorientasi pada responsibility memusatkan
merupakan organisasi formal yang mempunyai
perhatiannya pada terselesaikannya suatu pro-
struktur formal. Kepala sekolah sebagai pemimpin
gram pada pe riode wa ktu yang ditetap kan.
tertinggi di sekolah tidak berada pada struktur
Adapun pertanggungjawaban yang berorientasi
yang sama dengan guru dan siswa. Demikian juga
pada accountability memusatkan bahwa suatu
guru tidak berada pada struktur yang sama
program yang dapat diselesaikan pada periode
dengan siswa.
waktu yang ditetapkan dan memberikan ke-
sama
d enga n
dengan
si stem
ega lite r.
Dalam struktur organisasi sekolah, kepala
maslahatan pada target program tersebut. Dalam
sekolah mempuyai kewenangan untuk mengambil
konteks program pendidikan target utama yaitu
keputusan. Ketika keputusan telah ditetapkan,
siswa.
maka menjadi kewajiban bagi guru dan siswa unt uk
m engi kuti nya.
Dem ikia n
juga
Untuk menjamin efektivitas dan akuntabiltas
g uru
dalam pelaksanaan tersebut, Cu Cunha dan
merupakan pemeggang kendali di tingkat kelas.
Cunha (2007) mengajukan 5 (lima) strategi, yaitu:
Pada prinsipnya ketika guru memutuskan bahwa
1) boundary rules; 2) priority rules; 3) how-to rules;
pa da suatu har i te rtentu satu topi k ak an
4) timing rules; dan 5) exit rules.
diajarkan, maka ketupusan tersebut harus diikuti
Boundary rules mengisyaratkan bahwa setiap
oleh semua siswa. Siswa harus memberikan
kebijakan dan program yang dilakukan oleh
perhatian terhadap apa yang dijelaskan oleh guru.
organisasi pendidikan tidak bebas dari peraturan
Komunikasi yang bersifat demokratis akan
perundang-undangan. Efektivitas setiap program
menjadi pendorong pencapaian target sekolah,
pendidikan selalu diukur dengan seberapa jauh
jika setiap keputusan yang diambil oleh kepala
program tersebut sinkron dengan peraturan
sekolah memperhatikan berbagai aspirasi guru
perundang-undangan yang berlaku. Peraturan
dan siswa menjadi faktor pertimbangan utama.
perundang-undangan merupakan kebijakan yang
Proses manajemen yang belangsung di tingkat
mempunyai kekuatan hukum yang tegas. Setiap
sek olah
dan
program pendidikan yang tidak sejalan dengan
prasarana, serta sumber dana yang tersedia untuk
peraturan perundang-undangn yang berlaku,
memfasilitasi minat dan bakat siswa, serta aspirasi
tidak mempunyai jastifikasi hukum formal.
ada lah
memobili sasi
sar ana
profesi guru.
Priority rules, sebagaimana dinyatakan pada awal tulisan ini, ket erbatasan sumb er daya
Simpulan
menjadi permasalahan perenial yang dihadapi
Proses mana jemen dal am suatu orga nisa si,
oleh setiap organisasi pendidikan. Upaya untuk
termasuk organisasi pendidikan, baik pada tataran
me ngat asi
pe nduk ung
sumber daya tersebut dengan tetap menjamin
maup un
p elak sana
mer upak an
kete rbat asa n da n ke tersedia an
293
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
efektivitas pelaksanaan program yaitu penetapan
Exit rules. Keberadaan suatu organisasi tidak
prioritas target yang akan dicapai pada periode
merencanakan dan melaksanakan hanya satu
tertentu. Priority rules ditetapkan berdasarkan
program untuk periode yang panjang. Kebe-
pada suatu asumsi bahwa efektivitas pelak-
radaan suatu organisasi memusatkan berbagai
sanaan program tidak akan terwujud ketika suatu
program yang berbeda atau berkelanjutan. Oleh
organisasi tidak menetapkan prioritas. Ketika
karena itu, setiap periode yang telah ditetapkan
prioritas dimaksudkan untuk meningkatkan daya
pengambil kebijakan perlu untuk menentukan
sa ing
ex ternal
bagaimana suatu program dapat diperluas jika
benchma rking m enja di strat egi yang dap at
sekolah,
mi salnya,
maka
dipandang memberikan kemaslahatan bagi target
dijadikan dasar penetapan prioritas. Tentu saja
sasaran. Ji ka t idak mencapa i ta rget , juga
perlu m empertimbang kan kemampua n yang
diperlukan suatu keputusan untuk bergeser pada
dimiliki oleh sekolah. Jika prioritas dimaksudkan
program lai nnya . Exi t rul es p ada dasarnya
untuk meningkatkan kemajuan sekolah, maka
merupakan keputusan untuk menentukan strategi
internal benchmarking merupakan strategi yang
untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan suatu
diadopsi. Namun demikian, dalam menetapkan
program. Jika suatu program harus dilanjutkan,
target tidak terlalu rendah, sehingga tidak terlalu
mobilisasi sumber dana dan menentukan target
tertinggal dengan sekolah lainnya.
menjadi 2 (dua) hal dalam satu kesatuan yang
How-to rules merupakan tindak lanjut ketika
perlu dipertimbangkan. Jika harus diberhentikan,
2 (dua) kriteria di atas telah ditetapkan, karena
maka relative advantage program baru diban-
pada tahap ini eksekusi dari program yang sudah
dingkan dengan program yang lama. Pertim-
sejalan dengan peraturan perundang-undangan
bangan ini menjadi suatu prasyarat, karena
yang berlaku dan telah diadopsi sebagai prioritas.
program yang baru harus memberikan kemasla-
Pusat perhatian pada tahap ini, yaitu mobilisasi
hatan yang lebih luas dibanding dengan program.
baik sumber dana, sumber daya manusia, dan
Manajemen memang merupakan strategi
sar ana- prasarana ya ng d imil iki oleh sua tu
mencapai target dengan memerlukan keteram-
organisasi.
pilan mobilisasi sumber dana yang tersedia untuk
Timing rules didasarkan pada suatu asumsi
mencapainya. Sinkronisasi antara organisasi
bahw a pela ksanaa n suatu progr am menjadi
pendukung dan pelaksa na titik tolak d alam
bermakna atau tidak ketika diselesaikan pada
pencapaian pada kecepatan yang sama dari
momentum yang tepat. Momentum tidak bisa
kedua organisasi. Dalam praktiknya satu orga-
diukur dengan hitungan hari seperti Senin, Selasa
nisasi mempunyai strategi yang berbeda dengan
dan seterusnya sampai dengan Minggu, atau
organisasi lainnya dan oleh karena itu, merupakan
dihitung berdasarkan pada bulan dari Januari
suatu kewajaran pencapaian target oleh orga-
sampai dengan Desember. Momentum memang
nisasi lebih baik dibanding dengan organisasi
merupakan indikator waktu, tetapi waktu yang
lainnya. Namun, manajemen menyajikan feno-
sudah terikat dengan suatu kejadian (event).
mena yang mencengangkan, karena ada 2 (dua)
Dalam konteks pendidikan tahun ajaran atau
atau lebih organisasi yang menggunakan prinsip
pelaksanaan ujian nasional merupakan momen-
manajemen yang sama, tetapi pencapaian target
tum. Tahun ajaran baru memang bertepatan
dari organisasi tersebut berbeda. Dalam konotasi
dengan bulan, yaitu Juli minggu kedua, demikian
ini manajemen mengandung makna mitos dan oleh
juga pelaksanaan ujian nasional bertepatan
karena itu, manajemen menyimpan berbagai
dengan minggu kedua bulan April. Momentum
ra hasi a ya ng t idak bisa te rung kap seca ra
tid ak b isa diaj ukan ata u di undurkan. Ji ka
gamblang. D alam kondisi seperti ini proses
pencapaian pelaksanaan program tidak pada
manajemen yang diadopsi oleh suatu organisasi
momentum yang disepakati, maka pelaksanaan
merefleksikan fenomena kotak pandora.
program pengajaran di tingkat sekolah tidak akan memberikan makna.
294
Bambang Indriyanto, Menguak Tabir Kotak Pandora Manajemen Pendidikan
Pustaka Acuan Abimanyu, A. 2004. Decentralization and the challenge for Indonesian fiscal sustainability. Dalam James Alm, Jorge Martinez-Vazquez, dan Sri Mulyani Indrawati (editor). Reforming intergovernmental fiscal relations and the rebuilding of Indonesia: The ‘Big Bang’ program and its economic consequences. Northampton: Edward Elgar Publishing, Inc. 289-300. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Cunha, M. P dan Cunha, J.V. 2007. Towards a complexity theory of strategy. Management Decision. Vol. 44 No. 7. 839-850. Davies, A. Brady, T. dan Hobday, M. 2006. Charting a path toward integrated solutions, MIT Sloan Mangement Review, 47, 3. 39-48. Drucker, P. F. 2001. Management Challenges for the 21st Century.
New York: HarperCollins
Publishers, Inc. Gilbert, G. N. dan Mulkay, M. 1984. Opening Pandora’s box: A sociological analysis of scientists’ discource. Cambridge: Cambridge University Press. Gibson, J.L.; Ivancevic, J.M.; Donenelly, J.H. Jr. dan Konopaske, R. 2009. Organizations: Behaviors, structure, processes. New York: McGraw-Hill. Iyer A.V. Seshadri S, dan Vasher. R. 2009. Toyota supply chain management: A strategic approach to the principles of Toyota’s renowed system. New York: Mc Graw Hill. Kondalkar, V.G. 2007. Organizational behaviour. New Delhi: New Age International (P) Ltd., Publishers. Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 24/PUU-V/2007 perihal Pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khusus Pasal 49 ayat (1) dan Undang-Undang nomor 18 Tahun 2006 tentang APBN Tahun Anggaran 2007 terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Sumber: http: //www. mahkamahkonstitusi. go.id/Risalah/ risalah_sidang.pdf. Diunduh tanggal 16 Juni 2013. Kompas. 19 Juni 2003. Mahalnya Pendidikan Untuk Rakyat, hal. Kompas. 20 September 2002. Era otonomi, kebutuhan buku muatan lokal sulit terpenuhi. hal. 4 Kompas. 14 September 2011. Desentralisasi belum efektif. hal 17 Lindblom, C. 1959. The science of “muddling through”. Dalam Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde. 1978. Classic of public administration. 2nd. Chicago : The Dorsey Press. 263 – 275. McShane, S. L. dan Glinow, M. A. 2010. Organizational Behavior: Emerging knowledge and practive for the real world. 5nd. Irwin: McGraw-Hill. McGinnis, J. O. 2006. Age of the Empirical. Policy Review; 137. 47-58. Media Indonesia. 10 Februari 2012.
Wawancara: desentralisasi lebih banyak merugikan. hal. 22
Nachrowi, D.N. 24 Juni 2003. Pendidikan mahal, siapa bertanggung jawab?. Kompas. 5.
295
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 2, Juni 2013
Panoesky, D dan Panoesky, E. 1962. Pandora’s box: the changing aspect of mythical symbol. 2nd. New york, N.Y. Bollingen Foundation. Pugh, D.S. dan Hickcon, D.J. 2007. Great writters on organizations. 3rd. Hampshire: Ashgate Publishing Limited. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Rother, M. 2010. Toyota kata: Managing people for improvent, adaptiveness and superior results. New York: Mc Graw Hill. Republika. 26 Agustus 2006. Rencana anggaran pendidikan 2007 belum ideal. hal. 6. Schein, E.H. 1980. Organizational psyhology. 3rd ed. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc., Taylor. F.W. 1912. Scientific management. Dalam Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde (1987). Classis of public administration. Chicago: The Dorsey Press. 29-33. The TIMSS. 2012. International Results in Science. Sumber: http://timssandpirls. bc. edu/timss2011/ international-results-science.html. Diunduh pada tanggal 5 Juli 2013. Undang-Undang Dasar 1945, Amandemen. Sumber: http://www.itjen.depkes. go.id/ public/ upload/ unit/pusat/files/uud1945.pdf. Diunduh tanggal 13 Mei 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang nom,or 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Sumber:
https://
www.google.co.id /#sclient=psy-ab&q=undang-undang+otonomi+daerah+terbaru&oq= Undang-Undang +Ot&gs. Diundug tanggal 16 Juni 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Tahun 2012. Sumber: http://publikasi.kominfo.go.id/bitstream/handle/ 54323613/100 /uuno22-2011.pdf. Diunduh tanggal 16 Juni 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Weber, M. 1922. Bureaucracy. Dalam Jay M. Shafritz dan Albert C. Hyde (1987). Classis of public administration. Chicago: The Dorsey Press. 50-54.
296