Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 54-59
MENGKONSTRUKSI PENGETAHUAN SISWA PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT MENGGUNAKAN BAHAN AJAR INTERAKTIF MATEMATIKA BERBASIS KONSTRUKTIVISME Elva Yezita 1), Media Rosha2), dan Yerizon3) 1)
FMIPA UNP, email:
[email protected] Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP
2),3)
Abstract Teaching equipment that have existed still can’t guide the student to consruct their own knowledge, especially for triangular and square. To solve this problem, this teaching interactive mathematics teaching equipment is developed, based on constructivism approach. Basicly, if students has ability to construct their own knowledge, reinvent, and implement their ideas then their knowledge will long lasting. This journal will discuss how to construct students knowledge for triangular and square by using teaching equipment based on constructivism approach. Index Term- teaching equipment based on constructivism approach, student’s achivement
PENDAHULUAN Matematika memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nikson (1992) yang dikutip oleh Muliyardi (2003) menyatakan bahwa ”Pembelajaran matematika adalah upaya untuk membantu siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali”. Artinya, dalam pembelajaran matematika guru dituntut untuk dapat memberikan dorongan kepada siswa atau menfasilitasi siswa dalam mengkonstruksi pemahamannya dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa dapat memperoleh konsep dari hasil bentukan siswa secara mandiri dan aktif. Mengingat begitu pentingnya matematika dalam kehidupan maka diperlukan bahan ajar yang mampu meningkatkan kemampuan matematika siswa, yaitu bahan ajar yang dirancang untuk melatih siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, yang dalam hal ini mengkonstruksi pengetahuan siswa pada materi segitiga dan segiempat.
Materi mengenai mengidentifikasi sifatsifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya, mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang, serta menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah merupakan materi yang masih sulit dipahami siswa. Hal ini disebabkan karena siswa belum dibiasakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Guru dapat memberikan kemudahan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Trianto (2010: 113) menyatakan bahwa, “Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri”. Dengan demikian, pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran yang dapat membuat pengetahuan yang diperoleh
54
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 54-59
siswa bertahan lama. Siswa akan lebih lama mengingat materi yang telah dipelajarinya, sehingga mempermudah siswa dalam memecahkan berbagai persoalan matematika. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan ajar untuk memudahkan siswa untuk memahami materi segitiga dan segiempat. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis. Secara garis besar bahan ajar terdiri dari pengetahuan keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas 2008). Sebuah bahan ajar hendaklah memiliki kapasitas dari pencapaian kompetensi. Sagala (2009) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Pengertian ini mengatakan bahwa belajar merupakan usaha untuk menemukan sesuatu dari bahan ajar. Dengan adanya bahan ajar, siswa dapat belajar mandiri di rumah sebelum mempelajari materi tersebut bersama guru di sekolah. Kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa bahan ajar yang digunakan selama ini belum mampu membantu siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam belajar. Bahan ajar tersebut berupa buku teks yang tersedia di perpustakaan sekolah. Buku tersebut belum didesain untuk mengkonstruksi pengetahuan siswa karena dalam penyajiannya langsung memberikan rumus dan soal-soal dan pada umumnya berisi informasi verbal tentang konsep-konsep matematika dan dilengkapi soalsoal latihan sehingga cenderung membuat siswa langsung mengerjakan soal-soal tanpa tahu dari mana rumus tersebut diperoleh. Hal ini menyebabkan pengetahuan yang mereka peroleh tidak dapat bertahan lama dalam ingatan mereka. Selain itu, buku teks yang ada tidak didesain dengan gambar dan warna yang menarik sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Jika hal ini terus dibiarkan maka siswa tidak akan terbiasa untuk menemukan dan
menerapkan sendiri ide-ide yang mereka miliki. Dengan demikian perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang dirancang agar siswa terbiasa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme. Bahan ajar ini dirancang dengan desain isi, warna, dan tampilan gambar yang menarik untuk memotivasi siswa dalam belajar. Uraian materi dan kegiatan pembelajaran mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Riduwan (2009) menyatakan bahwa ”motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa”. Dengan adanya usaha siswa untuk belajar maka siswa akan mampu mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dengan bantuan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme yaitu melakukan aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Bahan ajar interaktif dilengkapi dengan contoh soal, soal latihan beserta kunci jawabannya, dan soal tes beserta kunci jawabannya. Selain digunakan dalam pembelajaran di sekolah, bahan ajar ini juga dapat membantu siswa dalam mengevaluasi diri dalam belajar mandiri. Bahan ajar interaktif mampu mengarahkan siswa untuk dapat membangun sendiri pengetahuannya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri sehingga pengetahuan yang mereka peroleh tersebut dapat bertahan lama dalam ingatan mereka. Permasalahan yang ingin dijawab melalui jurnal ini adalah “bagaimana mengkonstruksi pengetahuan siswa pada materi segitiga dan segiempat dengan menggunakan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme?”. Permasalahan yang dibahas dalam jurnal ini telah dikaji dalam penelitian. METODE PENELITIAN Bahan ajar ini dikembangkan dengan model 4-D (four-D models). Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan yaitu: pendefinisian
55
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 54-59
(define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Dalam penelitian ini hanya dilakukan penelitian dari tahap define (pendefenisian) sampai tahap develop (pengembangan). Pada tahap pendefenisian ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan yaitu dengan melakukan wawancara, analisis silabus, dan analisis bahan ajar yang telah ada. Pada tahap perancangan, dirancang bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme dengan memperhatikan kesesuaian materi serta tampilan dan desain bahan ajar. Selanjutnya pada tahap pengembangan dilakukan ujivaliditas, uji praktikalitas, dan uji efektivitas bahan ajar interaktif.
Hasil validitas secara keseluruhan menunjukkan bahwa bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme dikategorikan valid dan layak digunakan. Namun, masih ada saran-saran yang diberikan oleh validator. Saran validator terhadap bahan ajar sebagai berikut.
HASIL PENELITIAN Materi yang dikembangkan pada bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme berpedoman kepada PERMEN 22 TH 2006 dan menggunakan prinsip konstruktivisme, sehingga siswa lebih aktif mengungkapkan ide yang mereka miliki. Desain bahan ajar interaktif berbasis konstruktivisme dibuat dengan menggunakan Microsoft Word dan bantuan Corel Draw. Bahan ajar interaktif berbasis konstruktivisme dirancang dengan warna biru. Penggunaan warna biru adalah karena warna biru memberikan kesan alami dan segar. Huruf dalam bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme diketik dengan menggunakan huruf jenis Comic Sans MS yang terkesan lebih santai, akrab, tidak kaku, dan sesuai dengan tingkat usia peserta didik kelas VII. Isi bahan ajar dirancang dan dikembangkan mengacu pada prinsip konstruktivisme. Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas, uji praktikalitas, dan uji efektivitas bahan ajar interaktif matematika yang berbasis konstruktivisme maka diperoleh hasil pada masing-masing aspek. Berikut merupakan hasil rata-rata validitas bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme dari setiap pakar yaitu pakar matematika, pakar bahasa, dan pakar multimedia.
Setelah memperoleh bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme yang layak digunakan, selanjutnya dilakukan uji coba terbatas. Data praktikalitas bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme diperoleh dari hasil wawancara terhadap penggunaan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa bahan ajar interaktif mudah digunakan, desain isi, warna, dan gambar menarik bagi siswa, dan mampu membantu guru mengefektifkan waktu dalam pembelajaran. Selanjutnya dari data efektivitas diketahui bahwa bahan ajar interaktif matematika berbasis
56
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 54-59
konstruktivisme mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang dicapai siswa dikaitkan dengan KKM. Dari 26 siswa yang mengikuti tes, terdapat 23 orang siswa (88,46%) yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan KKM yang ditetapkan sekolah. Artinya 23 orang siswa tersebut dikatakan tuntas untuk belajar. Sedangkan 3 orang siswa lainnya (11,54%) memperoleh nilai dibawah KKM dan mereka dikatakan belum tuntas dalam belajar. PEMBAHASAN Materi segitiga dan segiempat termasuk pada bagian geometri. Materi segitiga dan segiempat di kelas VII SMP merupakan Standar Kompetensi (SK) yang ke-6 yaitu: Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya. Berikut kompetensi dasar SK yang ke6 dalam PERMEN 22 TH 2006: 1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya. 2. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang. 3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 4. Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, gari berat, dan garis sumbu. Menurut siswa materi ini masih sulit mereka pahami. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran segitiga dan segiempat di sekolah dasar mereka cenderung menghapal rumus tanpa tahu dari mana rumus tersebut diperoleh. Mereka memperoleh pengetahuan dari penjelasan guru tanpa terlibat langsung dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan pengetahuan yang mereka peroleh tidak bertahan lama dalam ingatan mereka. Satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menggali informasi untuk memperoleh pengetahuan bagi diri mereka sendiri. Melalui pemberian bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme kepada siswa, seorang guru dapat melatih siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Melatih dapat dilakukan ketika siswa mengerjakan kegiatan pembelajaran yang disajikan pada bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme. Dengan demikian, pengetahuan yang mereka peroleh dapat bertahan lama dalam ingatan mereka. Materi pada bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme diawali dengan permasalahan dalam kehidupan seharihari. Sumber belajarnya adalah lingkungan rumah dan sekolah sehingga memancing rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilihat pada salah satu materi yang disajikan dalam bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme yaitu pada indikator menemukan rumus keliling bangun segitiga dan segiempat. Pada awal pembelajaran siswa dihadapkan pada masalah dalam kehidupan sehari-hari yaitu atlet yang berlari megelilingi lapangan. Dari sana siswa dibimbing untuk menemukan konsep keliling. Konsep keliling yang telah ditemukan siswa kemudian dikaitkan dengan segitiga dan segiempat. Setelah itu siswa diminta untuk menentukan rumus keliling segitiga dan segiempat berdasarkan konsep awal yang telah mereka miliki. Selain digunakan dalam pembelajaran bersama guru di sekolah, bahan ajar ini juga dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam belajar mandiri di rumah. Trianto (2010) menyebutkan bahwa, “Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide”. Dalam pembelajaran, guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Guru dapat memberikan kemudahan kepada siswa dengan memberi kesempatan
57
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 54-59
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri. Siswa akan termotivasi dalam belajar ketika mereka terlibat langsung dalam pembelajaran. Menurut Rousseau yang dikutip oleh Sardiman (2006) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dan dengan bekerja sendiri. Jadi, siswa tidak hanya menerima penjelasan dari guru, tetapi menggali sendiri sehingga mereka memperoleh pengetahuan baru melalui kegiatan yang mereka lakukan sendiri. Bahan ajar yang interaktif dapat membantu pembelajaran menjadi lebih baik. Pembelajaran yang dilaksanakan tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) tapi berpusat pada siswa (student centered). Pembelajaran dengan bahan ajar interaktif merupakan usaha penyelenggaraan pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum beralih kepada unit berikutnya. Siswa dapat belajar mandiri sebelum mempelajari materi pada bahan ajar tersebut bersama dengan guru di sekolah. Masing-masing siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. Dengan menggunakan bahan ajar ini siswa dapat mengikuti pembelajaran sesuai degan kecakapan dan keterampilan sendiri. Pada saat pembelajaran menggunakan bahan ajar interaktif di sekolah, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar melalui kerjasama dengan teman sebangku untuk meyelidiki masalah secara bersama. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang membuat mereka berpikir tentang masalah tersebut dan bagaimana memecahkan masalah tersebut. Guru mendorong pertukaran ide atau gagasan secara bebas dan menyimpulkan pengetahuan yang telah mereka peroleh secara bersama-sama. Bahan ajar harus disusun secara terstruktur dan terencana dengan memperhatikan tujuan pengajaran dan menentukan materi yang dikembangkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru diperoleh bahwa, bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme mudah digunakan dan mampu
membantu guru dan siswa dalam mempelajari materi segitiga dan segiempat. Desain bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme sudah bagus dan sederhana. Seluruh siswa yang mengikuti uji coba menyukai desain bahan ajar interaktif. Menurut mereka isi, warna, dan tampilan gambar yang terdapat pada bahan ajar sangat menarik sehingga mereka tertarik untuk mempelajari materi yang terdapat pada bahan ajar tersebut. Selain itu, bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme dapat membantu guru dalam mengefektifkan waktu karena siswa telah mempelajari materi tersebut terlebih dahulu di rumah sebelum mempelajarinya di sekolah. Dalam pembelajaran di sekolah, penggunaan bahan ajar interaktif tidak menemui kendala. Kendala ditemui pada saat siswa menggunakan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme dalam belajar mandiri dirumah. Siswa belum mampu menentukan persentase skor yang sudah mereka capai untuk dapat melanjutkan ke materi berikutnya. Kendala tersebut dialami oleh siswa yang berkemampuan rendah. Pada akhir pembelajaran dilakukan tes hasil belajar siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa bergantung pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Untuk mengetahui seberapa berhasil siswa dalam belajar perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar. Sebagaimana diungkapkan oleh Arikunto (2001) bahwa ”Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai”. Jadi, evaluasi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran dapat dicapai siswa. Hasil pengolahan data tes hasil belajar siswa yang diikuti oleh seluruh siswa kelas VII 2 SMPN 2 Lareh Sago Halaban yang berjumlah 26 orang menunjukkan hasil belajar yang dicapai siswa (setelah menggunakan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme) berada pada kategori baik. Dari 26 orang siswa yang mengikuti ulangan harian hanya 3 siswa (11,54%) yang nilainya masih dibawah KKM yaitu 70. Dapat disimpulkan persentase ketuntasan hasil
58
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 54-59
belajar siswa pada materi segitiga dan segiempat mencapai 88,46%. Hal ini menunjukkan penggunaan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kajian dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme dapat melatih siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya saat pembelajaran bersama guru di sekolah maupun dalam belajar mandiri di rumah. Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh siswa akan bertahan lama. Siswa akan lebih lama mengingat materi yang telah dipelajarinya, sehingga mempermudah siswa dalam memecahkan berbagai persoalan matematika. Bahan ajar interaktif mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu disarankan kepada guru matematika di sekolah agar dapat mengembangkan bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme pada materi lain yang masih dirasa sulit bagi siswa baik berupa bahan ajar cetak maupun non cetak untuk mengoptimalkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Selain itu disarankan kepada guru dan peneliti lainnya agar lebih banyak memberikan soal-soal yang menantang bagi siswa seperti soal-soal berpikir kritis. Sehingga siswa terbiasa untuk menyelesaikan masalah matematika.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. Muliyardi. 2003. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Padang: FMIPA UNP. Riduwan. 2009. Belajar Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfebeta. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
59