APLIKASI INSEKTISIDA Bacillus thuringiensis DAN λ-sihalotrin UNTUK MENGENDALIKAN BERBAGAI HAMA PADA PERTANAMAN KUBIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP ARTHROPODA BUKAN SASARAN
DONNA RINA SIMANJUNTAK A44103055
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
APLIKASI INSEKTISIDA Bacillus thuringiensis DAN λ-sihalotrin UNTUK MENGENDALIKAN BERBAGAI HAMA PADA PERTANAMAN KUBIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP ARTHROPODA BUKAN SASARAN
DONNA RINA SIMANJUNTAK A44103055
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul skripsi
: Aplikasi Insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin Untuk Mengendalikan Berbagai Hama Pada Pertanaman Kubis dan Pengaruhnya Terhadap Arthropoda Bukan Sasaran.
Nama Mahasiswa : Donna Rina Simanjuntak NRP
: A44103055
Program Studi
: Hama dan Penyakit Tanaman
Menyetujui, Pembimbing 1
Pembimbing 2
Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc.
Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, MSi.
NIP. 130607614
NIP. 131879332
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131124019
Tanggal lulus :
ABSTRAK DONNA RINA SIMANJUNTAK. Aplikasi Insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin Untuk Mengendalikan Berbagai Hama pada Pertanaman Kubis dan Pengaruhnya Terhadap Arthropoda Bukan Sasaran. Dibimbing oleh AUNU RAUF dan R. YAYI MUNARA KUSUMAH. Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae) dan Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan hama penting pada pertanaman kubis yang dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah. Pada tanaman kubis ditemukan pula hama lain yaitu Myzus persicae (Hemiptera: Aphididae), Phyllotreta sp. (Coleoptera: Chrysomelidae), Hellula undalis (F.) (Lepidoptera: Pyralidae). Salah satu alternatif teknik pengendalian ramah lingkungan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida biologi, yaitu insektisida Bacillus thuringiensis (Bt). Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin dalam mengendalikan hama-hama pada pertanaman kubis, serta mengevaluasi pengaruhnya terhadap predator, parasitoid, dan artropoda penghuni permukaan tanah. Penelitian lapangan dilakukan pada pertanaman kubis di Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan berlangsung sejak Oktober hingga Desember 2006. Pemeliharaan telur dan larva P. .xylostella untuk keperluan studi pemangsaan dan parasitisasi dilakukan di Laboratorium Ekologi, sedangkan penghitungan identifikasi artropoda hasil tangkapan perangkap jebakan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan dilakukan empat tahap yaitu pengamatan hama sesudah diaplikasikannya masing-masing insektisida di pertanaman kubis, dengan dosis anjuran 2 ml/ liter, volume semprot disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan tanaman kubis setiap minggunya. Tahap selanjutnya yaitu peletakkan telur dan larva P. xylostella di pertanaman untuk melihat pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap musuh alami (predator dan parasitoid), pemasangan perangkap jebakan (pitfall trap) untuk melihat pengaruh insektisida uji terhadap arthropoda tanah. Secara umum insektisida λ-sihalotrin tidak mampu mengendalikan populasi ulat C. pavonana, P. xylostella, dan hama lainnya. Bahkan aplikasi insektisida ini setiap minggu menyebabkan terjadinya resurjensi pada ulat P. xylostella, terdapat kecenderungan bahwa aplikasi λ-sihalotrin berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta kelompok tertentu artropoda penghuni permukaan tanah, insektisida Bt cukup efektif untuk mengendalikan hama kubis, terutama ulat P. xylostella dan C. pavonana, yang ditunjukkan pula oleh kemampuannya menghasilkan panen kubis yang paling tinggi, insektisida Bt tidak berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta artropoda tanah yang tinggal di pertanaman kubis, pengendalian ulat P. xylostella dan C. pavonana sebaiknya tidak menggunakan insektisida λ-sihalotrin, tapi menggunakan insektisida Bt atau jenis lainnya yang aman terhadap musuh alami, lingkungan, dan kesehatan.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1985 dari Ayah D. Simanjuntak dan Ibu Rosdiana Tampubolon. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Tahun 1997 penulis lulus dari tingkat Sekolah Dasar Negeri 09 Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 245 Jakarta, lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 63 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan Program Studi Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman pada tahun ajaran 2005/ 2006. Pada saat penyusunan skripsi, penulis sedang aktif dan menambah pengalaman menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Hama Tumbuhan Dasar dan mata kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman tahun ajaran 2007.
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan peyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yaitu salah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Orangtuaku terutama Bapakku yang kusayangi yang selalu memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, MSc dan Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Si sebagai pembimbing tugas akhir yang telah membantu, membimbing, dan memberikan saran kepada penulis dalam pelaksanaan tugas akhir, serta Dr. Ir. Giyanto, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Dr. Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. yang telah bersedia membantu dan memberikan saran kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapauda, Inanguda, abang dan adik-adikku David Djantua, Dohar, Ruly, dan Firman yang selalu memberikan doa dan semangat bagi penulis di dalam menyelesaikan tugas akhir. Tak lupa, penulis juga sampaikan terima kasih kepada David Sinambela yang telah membantu dan menghibur penulis selama pelaksanaan tugas akhir. Penulis juga berterimakasih kepada sahabatku Yulinda Agustina dan teman-temanku semua HPT angkatan 40 (untuk Efva : ayooo...semangat va!!), Achel TeP, Rince, Zaldi, kak Elsa 38, Bu Iis di lab Taksonomi, dan pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan doa dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir. Penulis juga berterima-kasih kepada staf dan laboran Departemen Proteksi Tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu selama penulis melakukan penelitian di lapang dan laboratorium. Akhir kata penulis sampaikan mohon maaf kepada insan-insan HPT dan temanteman, apabila ada kesalahan mohon di lapangkan, semoga tali silaturahmi di antara kita tetap terjalin dengan baik. Semoga penelitian dan skripsi ini dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi yang memerlukan.
Bogor, Mei 2007 Donna Rina Simanjuntak
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI
................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR
....................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................... vii
PENDAHULUAN
.................................................................................
Latar Belakang Tujuan
1
.....................................................................
1
.................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA
.....................................................................
3
.................................................................................
3
Plutella xylostella ..................................................................... Kerusakan pada tanaman kubis ................................. Biologi dan morfologi Plutella .................................
3 4 4
.........................................................
5
Hellula undalis
.....................................................................
6
Phyllotreta sp.
.....................................................................
6
Myzus persicae
.....................................................................
6
Diadegma semiclausum
.........................................................
7
Bacillus thuringiensis
.........................................................
8
.............................................
8
Pengaruh Bt-endotoksin terhadap perkembangan populasi Arthropoda pengendali hayati .................................
8
Potensi pengaruh Bt terhadap perkembangan parasitoid ....
9
Kubis
Crocidolomia pavonana
Sejarah dan status Bt
Pengaruh Bt-endotoksin terhadap perkembangan predator.. 9 BAHAN DAN METODE
...................................................................... 10
Tempat dan Waktu Penelitian
.............................................. 10
Bahan dan Alat
...................................................................... 10
Penanaman Kubis
...................................................................... 10
Pengolahan tanah
.......................................................... 10
Budidaya tanaman dan Rancangan Percobaan
.......... 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap hama kubis ........ 11 Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap musuh alami ...... 11
Pengaruh aplikasi insektisida uji terhadap arthropoda ........ 13 Analisis data ................................................................................... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN
........................................................... 14
KESIMPULAN DAN SARAN
.......................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
...................................................................... 26 .................................................................................. 29
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1
Kelimpahan Populasi Larva Plutella xylostella................................ 14
2
Kelimpahan Populasi Larva Crocidolomia pavonana...................... 15
3
Kelimpahan Populasi ulat Hellula undalis....................................
4
Kelimpahan Populasi Phyllotreta striolata ..................................... 16
5
Kelimpahan Populasi Myzus persicae ............................................ 17
6
Tingkat Pemangsaan Predator Terhadap Telur Plutella................... 18
7
Tingkat Pemangsaan Predator Terhadap Larva Plutella .................. 19
8
Tingkat Parasitisasi Diadegma semiclausum .................................... 20
9
Kelimpahan Populasi Formicidae ................................................... 21
10
Kelimpahan Populasi Collembola ................................................... 21
11
Kelimpahan Populasi Lycosidae ..................................................... 22
12
Hasil Panen Kubis ........................................................................... 23
15
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1 Gambar larva Plutella xylostella ................................................................ 30 2 Gambar larva Crocidolomia pavonana 3 Gambar ulat Hellula undalis
.................................................... 30
................................................................ 31
4 Gambar gejala kerusakan akibat serangan larva P. xylostella
................ 31
5 Gambar gejala kerusakan akibat serangan larva C. pavonana
................ 31
6 Skema petak percobaan
............................................................................ 32
5 Analisis sidik ragam populasi larva Plutella xylostella ............................... 33 6 Analisis sidik ragam populasi larva Crocidolomia binotalis ....................... 34 7 Analisis sidik ragam populasi ulat Hellula undalis ....................................... 35 8 Analisis sidik ragam populasi Phyllotreta striolata ..................................... 36 9 Analisis sidik ragam populasi Myzus persicae .............................................. 37 10 Analisis sidik ragam Pemangsaan predator terhadap telur Plutella ........... 38 11 Analisis sidik ragam Pemangsaan predator terhadap larva Plutella .......... 38 12 Analisis sidik ragam Tingkat parasitisasi Diadegma semiclausum terhadap larva P. xylostella ....................................................................................... 39 13 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Formicidae ............................. 39 14 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Collembola ............................. 40 15 Analisis sidik ragam Kelimpahan populasi Lycosidae
............................. 40
16 Analisis sidik ragam Hasil panen kubis ..................................................... 41 17 Rerata populasi larva Plutella xylostella pada setiap minggu pengamatan... 41 18 Rerata populasi larva Crocidolomia sp. pada setiap minggu pengamatan..... 42 19 Rerata populasi ulat Hellula undalis pada setiap minggu pengamatan.......... 42 20 Rerata populasi Phyllotreta sp. pada setiap minggu pengamatan.................. 43 21 Rerata populasi Myzus persicae pada setiap minggu pengamatan................ 43 22 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap telur P. xylostella pada minggu pengamatan ....................................................................................... 44 23 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap larva P. xylostella pada minggu pengamatan .................................................................................................. 44 24 Rerata tingkat parasitisasi P. xylostella oleh Diadegma semiclausum pada minggu pengamatan .................................................................................... 45
25 Rerata populasi Formicidae pada setiap minggu pengamatan....................
45
26 Rerata populasi Collembola pada setiap minggu pengamatan...................... 46 27 Rerata populasi Lycosidae pada setiap minggu pengamatan........................ 46 28 Rerata Hasil panen kubis............................................................................... 47
PENDAHULUAN Latar Belakang Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan di dataran tinggi. Kubis merupakan tanaman penting yang berasal dari Eropa, yang kemudian dengan cepat tersebar menjadi tanaman yang dikonsumsi di seluruh dunia (Rubatzky & Yamaguchi 1998). Di banyak tempat di Indonesia seperti Lembang, Pangalengan, Tanah Karo dan sebagainya, kubis adalah jenis sayuran yang paling banyak diusahakan oleh petani (Tjahjadi & Gayatri 1994). Hama lepidoptera yang sering menyerang pertanaman kubis dan sangat merusak adalah Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Plutellidae) (lampiran 1), Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera : Pyralidae) (lampiran 2) (Pracaya 2003). Serangga hama lainnya yang juga terdapat di pertanaman kubis adalah Myzus persicae (Sulz.) (Hemiptera : Aphididae), Hellula undalis (Lepidoptera : Pyralidae) (lampiran 3) dan Phyllotreta sp. (Coleoptera : Chrysomelidae) (Subiyakto 1991).
Larva P. xylostella merupakan hama kosmopolitan, yang
terdapat di seluruh dunia di pertanaman kubis. Di Indonesia, hama ini berada di dataran tinggi (Rismunandar 1981). P. xylostella merupakan hama utama pada pertanaman kubis di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, dan daerah lainnya (Setiawati 1996).
Di
beberapa negara, seperti India dan Asia Tenggara, P. xylostella selalu menyerang sepanjang tahun (Reddy & Guerrero 2001).
Plutella dapat menyebabkan
kerusakan pada daun kubis, petsay, kol bunga, dan lobak. Yang paling disukai adalah tanaman kubis. Ulat ini sangat rakus, memakan bagian bawah daun dan hanya meninggalkan lapisan daun bagian atas saja (epidermis) (lampiran 4). Daun kubis yang dimakan tampak berwarna putih, kemudian mengering dan akhirnya menjadi mati (Rismunandar 1981). Ulat Crocidolomia pavonana juga merupakan hama penting yang menyerang pertanaman kubis (Rubatzky & Yamaguchi 1998). Ulat ini menyerang bagian dalam yang terlindungi oleh daun hingga mencapai titik tumbuh (lampiran 5). Jika ulat C. pavonana sudah memakan krop kubis maka tanaman kubis akan terhambat pertumbuhannya dan
2
tidak dapat membentuk kol (Rismunandar 1981). Ulat Hellula undalis merusak daun kubis dalam gulungan, dan kerusakannya mirip yang disebabkan oleh ulat C. pavonana (Subiyakto 1991). Di Indonesia, pada umumnya petani mengendalikan hama pada tanaman kubis dengan menggunakan berbagai jenis insektisida dengan interval 1 – 2 kali seminggu (Rauf et al. 2004). Insektisida yang diaplikasikan umumnya berspektrum lebar yang dapat mematikan musuh alami dan lingkungan secara umum.
Salah satunya adalah insektisida yang berasal dari bakteri Bacillus
thuringiensis (Bt). Bt digunakan sebagai insektisida biologi sejak tahun 1960 (Deacon 1994, Mohan & Gujar 2002). Bt memiliki peranan penting dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Sayyed & Wright 2001). Bt diharapkan mampu mengendalikan serangga hama, termasuk serangga hama yang stadium larvanya (stadium rentan) hidup di dalam jaringan tanaman.
Tujuan Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan insektisida Bacillus thuringiensis dan λ-sihalotrin dalam mengendalikan hama-hama pada pertanaman kubis, serta mengevaluasi pengaruhnya terhadap predator, parasitoid, dan arthropoda penghuni permukaan tanah.
TINJAUAN PUSTAKA KUBIS Kubis termasuk keluarga Cruciferae dengan nama botani Brassica oleracea var. capitata L. (Rukmana 1994). Pusat pertanaman kubis di Indonesia yaitu Pangalengan, Lembang, Cipanas, Malang, dan Argalingga. Pada umumnya kultivar kubis yang banyak dibudidayakan di daerah tropik seperti di Indonesia hingga saat ini berasal dari daerah beriklim dingin atau berhawa sejuk. Keadaan iklim yang sesuai untuk pertanaman kubis adalah daerah yang relatif lembab dan dingin. Kelembaban yang diperlukan tanaman kubis adalah 80 – 90 %, dengan suhu berkisar 15 - 20°C serta cukup mendapatkan sinar matahari. Varietas-varietas kubis untuk dataran tinggi yang ditanam di daerah yang bersuhu di atas 25°C akan gagal membentuk krop.
Pertanaman kubis yang kurang
mendapatkan sinar matahari akan kurang baik pertumbuhannya dan mudah terserang penyakit. Beberapa varietas kubis yang dapat dikembangkan di dataran rendah (temperatur di atas 25°C) diantaranya adalah KR-Cross dan KY-Cross yang dapat memberikan hasil setara dengan tanaman kubis di dataran tinggi (Kartapradja 1988). Kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, mulai dari tanah pasir sampai tanah liat. Tetapi yang paling baik untuk tanaman kubis adalah tanah lempung berpasir, tanah yang gembur, dan banyak mengandung humus serta pH berkisar 6 – 7 (Rukmana 1994). Tanaman kubis pada umumnya tahan terhadap kandungan garam yang tinggi tetapi tidak tahan terhadap keadaan tanah yang tergenang air (Harjadi 1989). Tiap jenis kubis memerlukan persyaratan tumbuh yang berbeda. Pada tanah masam (pH kurang dari 5,5) pertumbuhan kubis sering mengalami gangguan, mudah terserang penyakit akar gada atau “Club root” yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora brassicae.
Plutella xylostella (L .) Plutella xylostella yang termasuk dalam ordo Lepidoptera famili Plutellidae, dikenal dengan nama diamondback moth atau ngengat punggung berlian (Kalshoven 1981). Di Indonesia ada beberapa nama daerah untuk hama
4
ini antara lain ama bodas (Sunda), omo kapar (Jawa Timur), dan omo kupu klawu (Jawa Tengah) (Sudarwohadi 1975). Serangga P. xylostella adalah serangga kosmopolitan yang dapat ditemukan hampir di setiap daerah pertanaman kubis. Serangga ini telah lama dikenal di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Australia, Selandia Baru, Fiji, Jamaica dan Hawai. Di Indonesia hama ini ditemukan di daerah pegunungan yang ada pertanaman kubisnya (Rismunandar 1981). Kerusakan pada tanaman kubis akibat serangan larva P. xylostella Pada umumnya larva P. xylostella menyerang tanaman kubis yang masih muda sebelum membentuk krop dengan cara memakan jaringan permukaan bawah daun dan meninggalkan epidermis permukaan atas daun sehingga tanaman lama-kelamaan akan berbentuk seperti jendela putih pada daun tersebut (Sudarwohadi 1975). Tingkat populasi larva yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang sangat berat dan biasanya terjadi pada musim kemarau (Sudarwohadi 1975). Serangan yang berat oleh hama ini dapat menurunkan hasil baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Sudarwohadi 1975). Biologi dan Morfologi Dalam
perkembangannya
P.
xylostella
adalah
serangga
yang
bermetamorfosis sempurna (holometabola) dengan empat stadia hidup yaitu stadia telur, larva, pupa, dan imago. Telur Telur berbentuk oval (agak pipih), berukuran 0,49 x 0,26 mm. Telur diletakkan secara satu-persatu atau dua-dua, tiga-tiga pada permukaan bawah daun. Warna telur mula-mula kuning kemudian menjadi coklat sebelum menetas. Lama stadium telur di Pacet sekitar 3 hari, sedangkan di Bogor sekitar 2 hari (Sudarwohadi 1975). Larva Larva terdiri dari empat instar, yaitu : Instar-1. Tubuh larva instar 1 berwarna putih kekuningan dan kepala berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 0,75 – 1,05 mm dan lebarnya 0,15 – 0,19 mm.
Larva instar-1 ini hanya mengorok daun tanaman inangnya.
5
Instar-2. Tubuh larva instar 2 berwarna kekuningan, rambut pendek dan kepala berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 1,73 – 2,93 mm dan lebarnya 0,31 – 0,51 mm. Lama stadium instar-2 di Pacet dan di Bogor sekitar 2 hari. Instar-3. Tubuh larva instar-3 berwarna hijau, rambut hitam dan kepala berbercak coklat. Panjang tubuh berkisar antara 3,00 – 4,43 mm dan lebarnya 0,44 – 0,68 mm (Sudarwohadi 1975). Lama stadium instar-3 di Pacet sekitar 3 hari, sedangkan di Bogor sekitar 2 hari. Instar-4.
Tubuh larva instar-4 berwarna hijau mirip dengan instar-3,
hanya lebih besar ukurannya yaitu dengan panjang tubuh berkisar antara 6,45 – 7,79 mm dan lebarnya 0,83 – 1,20 mm. Larva instar terakhir ini dapat memakan seluruh jaringan daun sehingga yang tersisa hanya tulang daunnya saja. Tingkat populasi larva P. xylostella umumnya meningkat semenjak tanaman kubis berumur 5 minggu sampai 9 minggu setelah tanam (Sudarwohadi 1975).
Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) C. pavonana tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Pyralidae. Ulat ini menyerang tanaman dari famili Cruciferae, seperti kol, sawi, lobak, dan kohlrabi. Dikenal dengan sebutan ulat titik tumbuh, karena menyerang bagian dalam yang terlindungi oleh daun hingga mencapai titik tumbuh. Imago Imago C. pavonana umumnya meletakkan telur di bagian bawah permukaan daun (Toerngadi et al. 1980) atau bagian daun yang terlindungi. Telur berbentuk pipih dan diletakkan secara berkelompok menyerupai genteng rumah, melekat pada permukaan bawah daun. Telur yang dihasilkan oleh imago betina bervariasi antara 55 – 285 butir (Permadi dan Sastrosiswojo 1993). Larva Larva terdiri dari lima instar dan biasanya dijumpai berkelompok pada permukaan bawah daun kubis.
Larva yang baru keluar dari telur berbentuk
silindris dan tubuhnya berwarna kuning muda agak transparan (Sastrosiswojo & Setiawati 1993).
6
Di pertanaman kubis, larva menyerang tanaman yang telah membentuk krop dan arahnya menuju titik tumbuh. Pada bagian daun yang dimakan oleh larva instar satu dan dua, bekas serangannya tampak berupa bercak putih, yaitu warna lapisan epidermis permukaan atas daun, dan berlubang setelah lapisan epidermis kering. Larva menggerek ke dalam krop sehingga menurunkan nilai ekonomi (Permadi dan Sastrosiswojo 1993). Pupa Pupa terdapat dalam kokon yang terbuat dari butiran tanah dan berbentuk lonjong, dengan masa pupa kurang lebih 9,3 hari.
Hellula undalis Fabricius (Lepidoptera: Pyralidae) Nama umum H. undalis adalah ulat kubis bergaris. Ulat ini merusak daun kubis dalam gulungan, dan kerusakannya menyerupai ulat C. pavonana. Ulat ini berkepala merah agak kecoklatan, bergaris-garis longitudinal pada tubuhnya, dengan panjang kurang lebih 14 mm.
Pupa biasanya dijumpai di tanah
terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah. Perkembangan hama ini antara 23 – 25 hari (Subiyakto 1991).
Phyllotreta sp. (Coleoptera: Chrysomelidae) Hama ini sering dikenal dengan sebutan kumbang anjing. Serangannya menyebabkan daun-daun menjadi berlubang-lubang.
Larvanya terkadang
merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan tanah. Kumbang ini berwarna hitam atau kecoklatan, dengan sayap bergaris kuning. Panjang imago Phyllotreta sp sekitar 2 mm. Telur diletakkan dalam kelompok pada kedalaman tanah sekitar 2 – 3 cm. Panjang larvanya kurang lebih 4 mm. Pupa dalam bentuk kokon dengan panjang sekitar 3 mm, berada pada kedalaman tanah 5 cm. Lama perkembangannya antara 3 sampai 4 minggu (Subiyakto 1991).
Myzus persicae (Sulz.) (Hemiptera: Aphididae) M. persicae yang termasuk dalam famili Aphididae dikenal dengan sebutan kutu daun.
Kutu ini menghisap cairan tanaman.
Serangannya pada
tanaman yang masih muda dapat menyebabkan kerusakan yang berarti. Kutu ini
7
menghasilkan cairan yang mengandung madu, bagian tanaman yang terkena cairan tersebut biasanya ditumbuhi oleh cendawan, sehingga menyebabkan aktivitas fotosintesisnya menjadi terhambat. Kutu ini dapat sebagai vektor lebih dari 90 jenis virus penyebab penyakit tanaman. Warna kutu ini bervariasi ada kuning,
hijau,
atau
keunguan.
Perkembangbiakannya
adalah
secara
partenogenesis, mengalami 4 kali ganti kulit sebelum mencapai dewasa. Lama hidup kutu ini sekitar dua bulan, musuh alaminya serangga dari famili Syrphidae, Coccinelidae, dan Hymenoptera (Subiyakto 1991).
Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera : Ichneumonidae) Parasitoid D. semiclausum adalah parasit larva P. xylostella.
Imago
parasitoid betina meletakkan telur pada setiap instar larva, tetapi hanya pada larva yang sehat. Larva yang terparasit olehnya dapat tetap hidup dan makan normal serta membentuk pupa pada akhir masa instar keempat (Vos 1953 dalam Fitmawati 1996). Pupa yang sudah terparasit berbentuk silindris, tidak transparan dan kedua ujung kokonnya tertutup. Stadium pupa berlangsung selama 8 – 10 hari, inang mati pada fase prapupa yaitu pada saat pupa telah terbentuk. Lama hidup prapupa dipengaruhi saat terjadinya peletakkan telur parasit pada inang. Bila peletakkan telur terjadi pada instar pertama inang, maka prapupa berlangsung selama beberapa jam, sedang bila peletakkan telur terjadi pada instar kedua maka lama hidup prapupa 2 hari dan bila terjadi pada instar ketiga inang maka lama hidup prapupa 3 – 5 hari. Di pacet, waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga menjadi imago berlangsung antara 18 – 20 hari (Vos 1953 dalam Fitmawati 1996). Daerah penyebaran parasitoid D. semiclausum di pusat pertanaman kubis dataran tinggi di Indonesia telah diketahui cukup luas, yaitu di Jawa, Bali, dan sebagian Sumatera namun tidak berkembang di daerah Sulawesi (Sudarwohadi & Evelens 1977). Parasitoid D. semiclausum merupakan komponen pengendalian hama secara terpadu (PHT) yang efektif dan aman bagi lingkungan hidup. Pelepasan parasitoid D. semiclausum telah banyak dilakukan di daerah Jawa Barat dan sekitarnya.
8
Bacillus thuringiensis (Bt) Sejarah dan Status Bt Bt telah dikenal sebagai agen pengendali hayati sejak tahun 1950-an. Pertama kali dijumpai di Jepang pada tahun 1901, yang membunuh ulat sutera di tempat pemeliharaan. Sepuluh tahun kemudian, di Jerman ditemukan strain baru dari Bt pada larva yang menyerang biji-bijian (serealia) di gudang penyimpanan. Strain Bacillus sp. berikutnya ditemukan di kota Thuringia, kemudian bakteri ini disebut Bacillus thuringiensis, yaitu nama yang diberikan pada famili bakteri yang memproduksi kristal paraspora yang bersifat insektisidal.
Semula bakteri ini
hanya diketahui menyerang larva dari serangga kelas Lepidoptera sampai kemudian ditemukan bahwa bakteri ini juga menyerang Diptera dan Coleoptera (Dent 1993). B. thuringiensis merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang. Jika nutrien di mana Bt ini hidup sangat kaya, maka bakteri ini hanya tumbuh pada fase vegetatif, namun bila suplai makanannya menurun maka akan membentuk spora dorman yang mengandung satu atau lebih jenis kristal protein. Kristal ini mengandung protein yang disebut δ-endotoksin, yang bersifat lethal jika dimakan oleh serangga yang rentan (Hofte & Whiteley 1989).
Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Populasi Arthropoda Pengendali Hayati Pada umumnya insektisida Bt yang diaplikasikan menggunakan knapsack sprayer mempunyai pengaruh terhadap musuh alami. Namun demikian, pengaruh insektisida Bt terhadap musuh alami lebih kecil dibandingkan dengan insektisida buatan.
Pengaruh ini sangat spesifik tergantung jenis gen tahan yang
diekspresikan jenis hama, dan jenis predator atau parasitoidnya.
Penelitian
mengenai pengaruh insektisida Bt terhadap musuh alami telah dilakukan baik di laboratorium maupun di lapangan (Bahagiawati 2002).
Potensi Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Parasitoid Bt-protoksin yang digunakan sebagai insektisida mikrobial tidak beracun terhadap parasitoid meskipun ada beberapa pengecualian yang telah dilaporkan (Schuler et al., 1999).
Penelitian mengenai pengaruh protoksin pada dosis
9
sublethal terhadap hama kubis diamond backmoth (Plutella xylostella), ternyata ditemukan bahwa Bt dapat memperpanjang periode pupa dari parasit braconidae Cotesia plutella.
Namun demikian, tidak dijumpai pengaruhnya terhadap
braconidae lainnya, yaitu Diadegma semiclausum yang juga memarasit larva P. xylostella (Schuler et al., 1999).
Pengaruh Aplikasi Insektisida Bt terhadap Perkembangan Predator Predator dewasa dan larva hidup bebas (tidak di dalam tubuh serangga), lebih bebas bergerak dan biasanya mempunyai mangsa yang lebih beraneka ragam Pengaruh endotoksin terhadap predator suatu jenis hama berbeda.
Hasil
penelitian di lapangan selama dua tahun menyatakan bahwa aplikasi insektisida Bt tidak mempengaruhi keberadaan predator dari famili Coccinellidae, Anthocoridae, dan Chrysopidae (Pilcher et al., 1997).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilakukan pada pertanaman kubis di Segunung, kecamatan Pacet, kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan berlangsung sejak Oktober hingga Desember 2006.
Pemeliharaan telur dan larva P. xylostella untuk
keperluan studi pemangsaan dan parasitisasi dilakukan di Laboratorium Ekologi, sedangkan penghitungan identifikasi arthropoda hasil tangkapan perangkap jebakan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Dalam melakukan penelitian di lapang, bahan dan alat yang digunakan terdiri dari : insektisida dengan merek dagang Florbac FC (berbahan aktif Bacillus thuringiensis var. Aizawai serotype 7), insektisida dengan merek dagang Matador 25 EC (berbahan aktif λ-sihalotrin), air biasa, formalin 4 %, seng, bambu, cat, kuas, pulpen, kertas, dan gelas plastik.
Selama memelihara serangga dan
melakukan pengamatan hasil pemasangan pitfall trap di laboratorium, bahan dan alat yang digunakan terdiri dari daun kubis, daun brokoli, air, aquades, alkohol 70 %, kotak plastik (wadah untuk memelihara Plutella sp.), kuas, gunting, kertas label, kain kasa (sebagai saringan untuk pengamatan hasil pitfall trap), botol film, cawan petri, dan corong.
Penanaman Kubis Pengolahan tanah Tanah diolah terlebih dahulu dengan cara dicangkul dengan kedalaman sekitar 30 – 40 cm, supaya tanah menjadi gembur dan menambah pemasukan udara segar dalam tanah, serta mengurangi kemungkinan adanya hama dan penyakit. Setelah dicangkul tanah dibiarkan beberapa hari supaya mendapat sinar matahari yang cukup.
Setelah selesai mencangkul dibuat bedengan yang
tingginya kurang lebih 5 cm, untuk menghindari kalau hujan lebat tidak tergenang air.
11
Budidaya Tanaman dan Rancangan Percobaan Benih kubis yang digunakan adalah varietas Grand 11. Benih disemai terlebih dahulu dalam nampan plastik yang berisi campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1: 1 (v/v). Setelah berumur 10 HST (hari setelah tanam), bibit dipindahkan ke lapang dengan jarak tanam 25 – 30 cm. Pada setiap lubang ditanam satu bibit kubis. Pada umur 4 MST dan 8 MST tanaman kubis dipupuk dengan NPK (Nitrogen Phosphor Kalium) dengan perbandingan (15 : 15 : 15).
Kegiatan pemeliharaan lainnya seperti penyiraman dan penyiangan
mengikuti cara petani setempat. Percobaan terdiri dari tiga perlakuan dan empat ulangan, sehingga keseluruhannya terdapat 12 petak perlakuan.
Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Setiap petak perlakuan
berukuran 10 m x 10 m dengan 320 tanaman kubis. Jarak antar petak ± 4 m. perlakuan dalam percobaan ini adalah aplikasi insektisida Bt (Florbac FC) dan λ-sihalotrin (Matador 25 EC) serta kontrol. menggunakan knapsack sprayer semi otomatis.
Insektisida uji diaplikasikan Banyaknya volume semprot
tergantung kondisi pertumbuhan tanaman. Aplikasi pertama dilakukan segera setelah tanam (2 MST), diulang setiap minggu, dan dihentikan satu minggu sebelum panen. Untuk perlakuan kontrol penyemprotan hanya menggunakan air.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Hama Kubis Aplikasi insektisida Bt dan λ-sihalotrin dievaluasi pengaruhnya terhadap kelimpahan ulat P. xylostella, C. pavonana, H. undalis, P. striolata, dan kutu daun M. persicae. Untuk maksud tersebut pada setiap petak dipilih secara sistematik 12 tanaman contoh. Pengamatan kelimpahan populasi hama dilakukan setiap minggu sejak 2 MST hingga 11 MST. Pada setiap pengamatan, banyaknya hama yang terdapat pada tanaman contoh dihitung. Khusus untuk kutu daun, pengamatan didasarkan pada banyaknya tanaman kubis yang terinfestasi M. persicae.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Musuh alami Penyediaan telur dan larva umpan. Imago P. xylostella dikumpulkan dari pertanaman kubis di Pasir Sarongge, Cianjur. Ngengat kemudian dipelihara
12
dalam kurungan plastik berukuran 20 cm x 30 cm dan diberi pakan larutan madu 10 % yang diresapkan pada kapas yang digantungkan pada bagian atap kurungan. Sebagai tempat peletakkan telur P. xylostella digunakan daun brokoli yang pangkal daunnya dicelupkan ke dalam tabung film yang berisi air supaya tidak layu. Daun brokoli ini ditempatkan di dalam kurungan plastik selama ± 24 jam. Kurungan tadi ditutup dengan karton berwarna hitam supaya imago P. xylostella menghasilkan telur lebih banyak. Setelah satu hari, daun yang sudah diletaki telur disimpan dalam kurungan plastik lain yang bersih. Larva yang keluar dari telur kemudian ditempelkan pada daun kubis yang sehat dan bebas dari pestisida. Setelah itu, larva dimasukkan ke dalam kotak pembiakkan berukuran 80 cm x 40 cm x 65 cm sampai menjadi imago. Sebagian dari telur dan larva digunakan sebagai umpan dalam studi pemangsaan dan parasitisasi. Tingkat pemangsaan.
Untuk mengevaluasi pengaruh insektisida
terhadap predator digunakan telur dan larva instar-2 P. xylostella sebagai umpan. Pada setiap percobaan ditempatkan 3 polibag yang masing-masing ditumbuhi satu tanaman kubis berumur 3 minggu dengan 3 – 4 helai daun per tanaman. Sebanyak 10 butir telur dan 10 ekor larva instar-2, hasil pembiakkan di laboratorium, secara terpisah ditempatkan pada daun kubis yang tumbuh pada polibag.
Setelah 48 jam banyaknya telur dan larva yang tersisa dihitung.
Banyaknya telur dan larva umpan yang hilang diasumsikan sebagai akibat pemangsaan oleh predator.
Penempatan telur dan larva dilakukan pada saat
tanaman kubis berumur 4 MST, 7 MST, dan 10 MST. Tingkat parasitisasi.
Prosedur yang sama dilakukan untuk mengkaji
pengaruh aplikasi insektisida terhadap parasitoid, kecuali bahwa pada percobaan ini hanya larva yang digunakan sebagai umpan. Pada setiap petak percobaan ditempatkan tiga tanaman kubis yang ditanam dalam polibag. Sebanyak sepuluh larva instar-2 diletakkan secara terpisah pada setiap daun dalam satu polibag. Setelah 72 jam, larva yang tertinggal dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium untuk dipelihara sampai menjadi pupa. Kemudian pupa dimasukkan dalam botol plastik yang ditutup dengan kain kasa hingga imago muncul. Banyaknya ngengat P. xylostella dan imago parasitoid D. semiclausum yang muncul dicatat.
13
Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali selama musim tanam yaitu pada 5 MST, 8 MST, dan 11 MST.
Pengaruh Aplikasi Insektisida Uji Terhadap Arthropoda Tanah Untuk menentukan pengaruh aplikasi insektisida terhadap arthropoda penghuni permukaan tanah dipasang perangkap jebakan. Perangkap terbuat dari gelas plastik (tinggi = 9,7 cm, diameter bawah = 4,5 cm, diameter atas = 6,2 cm), yang diisi formalin 4 % setinggi 3,5 cm. Banyaknya perangkap yang dipasang adalah empat buah per petak sehingga keseluruhannya berjumlah 48 perangkap. Agar tidak kemasukan air hujan, di atas perangkap dipasang atap yang terbuat dari seng berukuran 22 cm x 13 cm. Perangkap dipasang selama 72 jam. Seluruh arthropoda yang tertangkap dalam perangkap dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
Pemasangan perangkap dilakukan sebanyak tiga kali selama
musim tanam kubis yaitu pada 4 MST, 7 MST, dan 10 MST.
Analisis Data Analisis ragam dilakukan untuk menentukan pengaruh aplikasi insektisida terhadap rataan kelimpahan dan serangan hama-hama kubis serta tingkat pemangsaan, tingkat parasitisasi, dan kelimpahan arthropoda tanah, yang dilanjutkan dengan Uji Tukey pada taraf α = 5%. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 11.5.
Maaf ................................................. BAB III halaman ini tidak dapat kami tampilkan Karena pada lembar aslinya memang tidak ada.
KESIMPULAN DAN SARAN -
Insektisida λ-sihalotrin tidak mampu mengendalikan populasi ulat C. pavonana, P. xylostella, dan hama lainnya. Bahkan aplikasi insektisida ini setiap minggu menyebabkan terjadinya resurgensi pada ulat P.xylostella.
-
Terdapat
kecenderungan
bahwa
aplikasi
insektisida
λ-sihalotrin
berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta kelompok tertentu arthropoda penghuni permukaan tanah. -
Insektisida Bt cukup efektif untuk mengendalikan hama kubis, terutama ulat P. xylostella dan C. pavonana yang ditunjukkan pula oleh kemampuannya menghasilkan panen kubis yang paling tinggi.
-
Insektisida Bt tidak berpengaruh buruk terhadap predator, parasitoid, serta arthropoda tanah yang tinggal di pertanaman kubis.
-
Pengendalian ulat P. xylostella dan C. pavonana sebaiknya tidak menggunakan insektisida λ-sihalotrin,tapi menggunakan insektisida Bt atau jenis lainnya yang aman terhadap musuh alami, lingkungan, dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Aronson AI et al. 1986. Bacillus thuringiensis and related insect pathogens. Microbial Rev 50 : 1 – 24. Bahagiawati. 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida. Jurnal Agro Biogen 5: 1 [jurnal on-line]. http//www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/agrobio5_Bahagiawati.pdf. [2002]. Burges HD. 1986. Production and use of pathogens to control insect pests. J Appl Bacteriol: 127S-137S. Carlton BC, Gonzales JM. 1985. Plasmids and delta-endotoxin production in different subspecies of Bacillus thuringiensis. Di dalam: JA Hoch, editor. Molecular Biology of microbial differentiation. Washington DC: American Society for Microbiology. Croft BA. 1990. Arthropod biological control agents and pesticides. New York: John Wiley & Sons. Deacon J. 1994. The Microbial World: Bacillus tuhringiensis. Institut of Cell and Moleculer Biology, The University of Edinburgh. http//helios.bto.ed.ac.uk/bto/microbes/bt.html. [1994]. Dent DR. 1993. The use of Bacillus thuringiensis as insecticide. Di dalam : Jones DG, editor. Exploition of Microorganisms. Chapman and Hall. hlm 19-44. Facknath S. 1999. Food and Agricultural Research Council: Control of Plutella xylostella and Crocidolomia binotalis through the Combined Effects of Bacillus thuringiensis and Botanical Pesticides, The University of Mauritius. Fitmawati. 1996. Pengamatan hama dan penyakit penting serta parasitoid Diadegma semiclausum Hellen pada pertanaman kubis di kecamatan Lembah Gumanti, kabupaten Solok, Sumatera Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Harjadi SS. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. IPB: Pau Biologi. hlm 506. Haseeb M, Liu TX, Jones WA. 2004. Effects of selected insecticides on Cotesia plutellae, endoparasitoid of Plutella xylostella. BioControl 49 : 33 – 46. Heimpel AM. 1967. A critical review of Bacillus thuringiensis var. thuringiensis Berliner and other crystaliferous bacteria. Ann Rev Entomol 12 : 287 – 322. Hofte H, Whiteley HR. 1989. Insecticidal crystal protein of Bacillus thuringiensis. Microbial Rev 53 : 242-255. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta : PT. Ichtiar Baru van Hoeve. 701 p. Kartapradja R. 1988. Pengujian daya hasil varietas kubis introduksi. Buletin Penelitian Hortikultura 16 (1) : 34 – 39.
27
Koul O, Dhaliwal GS. 2002. Microbial biopesticides: an introduction. Di dalam: Taylor, editor. Microbial Biopesticides. New York: Francis Inc. hlm 1 – 4. Kronstadt JW, Whiteley HR. 1986. Three classes of homologous Bacillus thuringiensis crystal protein genes. Gene 43 : 29-40. Mohan M, Gujar GT. 2002. Geographical variation in larval susceptibility of the diamondback moth, Plutella xylostella (Lapidoptera: Plutellidae) to Bacillus thuringiensis spore – crystal mixtures and purified crystal protein and associated resistance development in India. Bulletin of Entomological Research 92 : 489 – 498. Permadi AH, Sastrosiswojo S. 1993. Kubis. Lembang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Hortikultura Lembang. Pilcher CD et al. 1997. Preimaginal development, survival, and field abundance of insect predators on transgenic Bacillus thuringiensis corn. Environmental Entomology 26 : 446 – 454. Pracaya. 1990. Kol alias Kubis. Jakarta: Penebar Swadaya. Pracaya. 2003. Hama & Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya. Rauf A, Prijono D, Dadang, Russel DA. 2004. Survey of Pest Control Practices of Cabbage Farmers in West Java, Indonesia. Collaboration between Bogor Agricultural University and Centre for Environmental Stress and Adaption Research-La Trobe University. 61 pp. Reddy GVP, Guerrero A. 2001. Optimum timing of insecticide applications against diamondback moth Plutella xylostella in cole crops using threshold catches in sexpheromone traps. J Pest Management Science 57 : 90 – 94. Rismunandar. 1981. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. Bandung: Sinar Baru. Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Ed ke-2. Bandung: ITB. Rukmana R. 1994. Bertanam Kubis. Yogyakarta: Kanisius. Sastrosiswojo S, Setiawati W. 1993. Hama-hama tanaman kubis dan cara pengendaliannya. Di dalam : Permadi & Sastrosiswojo, editor. Kubis. Bandung : Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Sastrosiswojo S, Uhan TS, Sutarya R. 2000. Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Kubis. Lembang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Hortikultura dan Aneka Tanaman Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Lembang. Sayyed AH, Wright DJ. 2001. Cross-resistance and inheritance of resistance to Bacillus thuringiensis toxin Cry1Ac in diamondback moth (Plutella xylostella L) from lowland Malaysia. J Pest Management Science 57 : 413 – 421. Schuler TH et al. 1999. Potential side effects of insect resistant transgenic plants on arthropod natural enemies. TibTech. 17 : 210 – 216.
28
Setiawati W. 1996. Status resistensi Plutella xylostella (L.) strain Lembang, Pangalengan, dan Garut terhadap insektisida Bacillus thuringiensis. Journal of Horticultura 6(4) : 387 – 391. Subiyakto S. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Yogyakarta: Kanisius. Sudarwohadi S. 1975. Hubungan antara Tanaman Kubis dengan Dinamika Populasi Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis. Bull. Penel. Horti. 3(4) : 3 – 14. Sudarwohadi S, Evelens KG. 1977. Biological Control of Plutella xylostella on Cabbage in Indonesia by Introduced Parasite Diadegma eucerophaga. Makalah Kongres Entomologi II. Jakarta. hlm 14. Syed TS, Abro GH. Ahmed S. 2004. Efficacy of different insecticides against Plutella xylostella under field conditions. Pakistan. Journal Bio Scien 7(1): 10 – 13. Tjahjadi RV, Gayatri, editor. 1994. Ingatlah Bahaya Pestisida Bunga Rampai Residu Pestisida dan Alternatifnya. Jakarta: Depdikbud. Toerngadi et al. 1980. Penuntun Praktikum Ilmu Hama Tumbuhan Umum. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Van Frankenhuyzen. 1993. The challenge of Bacillus thuringiensis. Di dalam: Entwistle PF, editor. In Bacillus thuringiensis. West Sussex: John Willey & Sons. hlm 2-35.
LAMPIRAN
Tabel 1 lampiran 7 Analisis sidik ragam populasi larva Plutella xylostella. Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 173,167 709,750 882,917 346,167 376,750 722,917 827,167 949,750 1776,917 955,500 742,750 1698,250 640,500 6543,750 7184,250 5062,167 9882,750 14944,917 24666,167 8464,750 33130,917 35042,000 15485,000 50527,000 32346,500 7901,500 40248,000 5522,667 678,250 6200,917
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT
F
P
86,583 78,861
1,098
,374
173,083 41,861
4,135
,053
413,583 105,528
3,919
,060
477,750 82,528
5,789
,024
320,250 727,083
,440
,657
2531,083 1098,083
2,305
,155
12333,083 940,528
13,113
,002
17521,000 1720,556
10,183
,005
16173,250 877,944
18,422
,001
2761,333 75,361
36,641
,000
33
Tabel 2 lampiran 8 Analisis sidik ragam populasi larva Crocidolomia pavonana. Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 6,500 31,500 38,000 406,500 575,750 982,250 468,667 1256,000 1724,667 714,500 867,750 1582,250 2080,167 14494,750 16574,917 3790,167 22686,750 26476,917 23250,500 18245,500 41496,000 16012,500 32473,500 48486,000 618,500 4700,500 5319,000 669,500 1680,750 2350,250
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT 3,250 3,500
F ,929
P ,430
203,250 63,972
3,177
,090
234,333 139,556
1,679
,240
357,250 96,417
3,705
,067
1040,083 1610,528
,646
,547
1895,083 2520,750
,752
,499
11625,250 2027,278
5,734
,025
8006,250 3608,167
2,219
,165
309,250 522,278
,592
,573
334,750 186,750
1,793
,221
34
Tabel 3 lampiran 9 Analisis sidik ragam populasi ulat Hellula undalis. Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK ,000 ,000 ,000 6,167 34,500 40,667 92,167 108,750 200,917 73,167 79,500 152,667 28,667 145,000 173,667 378,500 896,500 1275,000 90,167 102,500 192,667 260,167 246,750 506,917 628,167 79,500 707,667 171,167 130,500 301,667
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT ,000 ,000
F .
.
3,083 3,833
,804
,477
46,083 12,083
3,814
,063
36,583 8,833
4,142
,053
14,333 16,111
,890
,444
189,250 99,611
1,900
,205
45,083 11,389
3,959
,058
130,083 27,417
4,745
,039
314,083 8,833
35,557
,000
85,583 14,500
P
5,902
,023
35
Tabel 4 lampiran 10 Analisis sidik ragam populasi Phyllotreta sp. Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 134,000 1288,000 1422,000 398,167 1192,750 1590,917 920,167 1365,500 2285,667 620,167 824,500 1444,667 16,167 56,750 72,917 7,167 17,750 24,917 2,667 12,000 14,667 4,500 29,750 34,250 2,167 2,750 4,917 6,000 11,000 17,000
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT 67,000 143,111
F ,468
P ,641
199,083 132,528
1,502
,274
460,083 151,722
3,032
,098
310,083 91,611
3,385
,080
8,083 6,306
1,282
,324
3,583 1,972
1,817
,217
1,333 1,333
1,000
,405
2,250 3,306
,681
,531
1,083 ,306
3,545
,073
3,000 1,222
2,455
,141
36
Tabel 5 lampiran 11 Analisis sidik ragam populasi Myzus persicae. Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 243,069 3107,361 3350,431 150,440 6631,764 6782,204 567,162 4479,375 5046,537 46,315 1944,722 1991,037 150,509 607,695 758,204 11,593 312,500 324,093 497,648 937,333 1434,981 1076,444 3020,833 4097,278 2824,426 711,819 3536,245 8691,370 1215,056 9906,426
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT 121,535 345,262
F ,352
P ,713
75,220 736,863
,102
,904
283,581 497,708
,570
,585
23,157 216,080
,107
,900
75,255 67,522
1,115
,369
5,796 34,722
,167
,849
248,824 104,148
2,389
,147
538,222 335,648
1,604
,254
1412,213 79,091
17,856
,001
4345,685 135,006
32,189
,000
37
Tabel 6 lampiran 12 Analisis sidik ragam pemangsaan predator terhadap telur P. xylostella. Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST 7 MST 10 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 168,365 116,650 285,015 1513,065 452,739 1965,804 1124,165 272,328 1396,493
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT 84,182 12,961
F 6,495
P ,018
756,532 50,304
15,039
,001
562,082 30,259
18,576
,001
KT 323,182 21,608
F 14,957
P ,001
602,989 36,735
16,415
,001
1244,556 59,549
20,900
,000
Tabel 7 lampiran 13 Analisis Sidik ragam pemangsaan predator terhadap larva P. xylostella. Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST 7 MST 10 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 646,365 194,472 840,837 1205,978 330,611 1536,589 2489,111 535,939 3025,050
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11
38
Tabel 8 lampiran 14 Analisis sidik ragam tingkat parasitisasi Diadegma semiclausum terhadap larva P. xylostella. Minggu Setelah Tanam (MST) 5 MST 8 MST 11 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 5008,717 751,500 5760,218 6805,356 1847,834 8653,191 6074,447 497,693 6572,139
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT 2504,359 83,500
F 29,992
P ,000
3402,678 205,315
16,573
,001
3037,223 55,299
54,923
,000
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT 275.083 132.972
F 2.069
P .182
455.083 333.611
1.364
.304
21659.083 15991.611
1.354
.306
Tabel 9 lampiran 15 Analisis sidik ragam populasi formicidae. Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST 7 MST 10 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 550.167 1196.750 1746.917 910.167 3002.500 3912.667 43318.167 143924.500 187242.667
39
Tabel 10 lampiran 16 Analisis sidik ragam populasi collembola. Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST 7 MST 10 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 243.500 1599.500 1843.000 9940.167 38150.750 48090.917 61483.167 1572109.750 1633592.917
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11
KT 121.750 177.722
F .685
P .529
4970.083 4238.972
1.172
.353
30741.583 174678.861
.176
.841
KT 3.583 4.417
F .811
P .474
99.750 3.056
32.645
.000
20.583 6.611
3.113
.094
Tabel 11 lampiran 17 Analisis sidik ragam populasi lycosidae. Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST 7 MST 10 MST
Sumber Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total Perlakuan Galat Total
JK 7.167 39.750 46.917 199.500 27.500 227.000 41.167 59.500 100.667
db 2 9 11 2 9 11 2 9 11
40
Tabel 12 lampiran 18 Analisis sidik ragam hasil panen kubis Minggu Setelah Tanam (MST) Sumber JK Akhir MST Perlakuan 115159.500 Galat 56681,500 Total 171841.000
db 2 9 11
KT 57579,750 6297,944
F 9,143
P ,007
Tabel 13 lampiran 19 Rerata populasi larva Plutella xylostella pada setiap minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida λ-sihalotrin Bt Kontrol
Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
12.75 a
7.00 a
40.75 a
41.50 a
19.00 a
72.00 a
125.00 a
154.0 a
114.25 a
45.50 a
3.25 a
6.25 a
20.50 a
19.75 b
6.25 a
26.25 a
18.00 b
30.5 b
0.00 b
0.75 b
8.75 b
1.75 b
7.00 a 18.00 a 29.00 a 32.50 ab 23.50 a 31.00 a 45.75 b 51.0 b * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
41
Tabel 14 lampiran 20 Rerata populasi larva Crocidolomia pavonana pada setiap minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
0.00 a
10.00 a
28.25 a
31.75 a
65.50 a
112.25 a
126.75 a
163.00 a
42.75 a
16.00 a
1.25 a
3.25 a
16.50 a
14.75 a
32.75 a
76.00 a
52.25 a
91.75 a
25.25 a
17.50 a
1.75 a 17.50 a 30.00 a 35.25 a 49.50 a 115.00 a 157.00 b 174.25 a 32.50 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
32.25 a
λ-sihalotrin Bt Kontrol
Tabel 15 lampiran 21 Rerata populasi ulat Hellula undalis pada setiap minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
0.00 a
4.75 a
6.00 a
10.00 a
11.50 a
3.25 a
2.50 a
0.75 a
1.75 a
0.00 a
7.50 a
7.25 a
13.50 a
18.75 a
2.25 a
2.75 a
2.75 a
1.25 a
0.00 a 0.00 a 11.50 a 11.75 a 13.00 a 25.25 a 8.50 a 12.50 a 17.00 b * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
9.50 b
λ-sihalotrin Bt Kontrol
2 MST
3 MST
0.00 a 0.00 a
9 MST
10 MST
11 MST
42
Tabel 16 lampiran 22 Rerata populasi Phyllotreta sp. pada setiap minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
2.50 a
0.00 a
18.75 a
19.25 a
1.75 a
0.50 a
0.00 a
0.00 a
1.00 a
1.50 a
10.50 a
13.00 a
22.75 a
21.75 a
2.50 a
2.00 a
1.00 a
1.50 a
0.75 a
0.00 a
5.00 a 11.00 a 39.00 a 35.75 a 4.50 a 0.25 a 0.00 a 0.75 a 0.00 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
0.00 a
λ-sihalotrin Bt Kontrol
Tabel 17 lampiran 23 Rerata populasi Myzus persicae pada setiap minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 8 MST
9 MST
10 MST
11 MST
94.00 a
72.75 a
95.75 a
68.75 a
11.25 a
110.75 a
43.00 a
58.75 a 35.25 a 58.50 24.75 b a 18.25 a 8.50 a 17.25 a 18.25 a 49.75 a 69.00 a 56.00 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
34.50 b
λ-sihalotrin Bt
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
16.00 a
8.00 a
17.25 a
17.75 a
55.25 a
16.75 a
6.50 a
18.00 a
17.00 a
56.00 a
7 MST
Kontrol
11.25 a
43
Tabel 18 lampiran 24 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap telur P. xylostella pada minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST
λ-sihalotrin Bt
7 MST
10 MST
90.8325 ab
69.1675 a
68.3350 a
85.8350 a
50.0000 b
49.1675 b
Kontrol
94.9975 b 76.6675 a 70.8350 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
Tabel 19 lampiran 25 Rerata tingkat pemangsaan predator terhadap larva P. xylostella pada minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST
λ-sihalotrin Bt
7 MST
10 MST
90.0025 a
69.1700 a
65.8325 a
75.8350 b
48.3325 b
39.1650 b
Kontrol
92.5025 a 70.0025 a 72.5000 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
44
Tabel 20 lampiran 26 Rerata tingkat parasitisasi P. xylostella oleh Diadegma semiclausum pada minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 5 MST
λ-sihalotrin Bt
8 MST
11 MST
24.2650 a
15.3500 a
24.1400 a
70.9525 b
72.8250 b
77.2075 b
Kontrol
32.0050 a 35.4575 a 37.7975 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
Tabel 21 lampiran 27 Rerata populasi formicidae pada setiap minggu pengamatan. Perlakuan Aplikasi Insektisida
Minggu Setelah Tanam (MST) 4 MST
λ-sihalotrin Bt
7 MST
10 MST
8.75 a
5.75 a
8.75 a
25.00 a
26.75 a
143.75 a
Kontrol
14.00 a 19.50 a 25.50 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
45
Tabel 22 lampiran 28 Rerata populasi Collembola pada setiap minggu pengamatan. Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan Aplikasi Insektisida 4 MST λ-sihalotrin Bt
7 MST
10 MST
18.75 a
52.75 a
174.00 a
7.75 a
93.00 a
318.50 a
Kontrol
14.00 a 123.00 a 332.25 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
Tabel 23 lampiran 29 Rerata populasi lycosidae pada setiap minggu pengamatan. Minggu Setelah Tanam (MST)
Perlakuan Aplikasi Insektisida 4 MST λ-sihalotrin Bt
7 MST
10 MST
1.00 a
0.25 a
0.25 a
2.50 a
9.25 b
4.75 a
Kontrol
0.75 a 1.00 a 2.00 a * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
46
Tabel 24 lampiran 30 Rerata hasil panen kubis Perlakuan Aplikasi Insektisida λ-sihalotrin Bt Kontrol
Rata-rata jumlah kol kg/ petak 66.000 a 237.625 b 6.750 a
* Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Tukey pada taraf α = 5 %.
47