Mengembangkan Tes Penempatan Bagi Siswa BIPA Vidi Sukmayadi, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected]
SARIPATI Tulisan ini memaparkan tentang pengembangan tes penempatan bagi siswa Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) yang digunakan di balai bahasa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tes penempatan tersebut diujikan kepada siswa internasional yang pernah belajar bahasa Indonesia sebelumnya dan akan belajar bahasa Indonesia di UPI. Tes tersebut dapat memberikan gambaran awal mengenai kemampuan calon siswa sebelum memulai perkuliahan. Tujuan dari tes penempatan tersebut adalah untuk mempermudah pengelola BIPA memutuskan pada tingkat keterampilan yang mana seorang siswa BIPA akan ditempatkan. Selain itu, dengan diadakannya tes penempatan, maka dapat mengurangi resiko seorang siswa BIPA yang kesulitan berkomunikasi di kelas akibat tidak sesuainya tingkatan kelas dengan tingkatan keterampilan siswa tersebut. Tulisan ini akan membentangkan metode dan aplikasi dari tes penempatan itu dengan harapan dapat dikembangkan terus sebagai salah satu alat uji keterampilan awal dengan tingkat keandalan dan keabsahan yang tinggi.
Kata kunci: BIPA, Tes Penempatan.
1. Pendahuluan
Placement test atau dikenal sebagai tes penempatan merupakan bagian yang penting bagi setiap institusi penyelenggara layanan pelatihan bahasa. Tes penempatan memiliki definisi sebagai suatu ujian yang diberikan kepada siswa yang memasuki
suatu institusi pendidikan guna
menentukan tingkat keterampilan dalam bidang tertentu untuk kemudian dikelompokkan ke dalam kelas-kelas yang sesuai dengan kemampuan siswa tersebut (Crosta, 2012). Dengan kata lain, ketidakadaan sebuah tes penempatan dapat menimbulkan kesulitkan dikala sebuah institusi harus menentukan di tingkat kemampuan mana seorang siswa harus mulai.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
1
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pengembangan tes penempatan untuk program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) dinilai masih dalam tahap mencari bentuk. Hampir setiap institusi penyelenggara BIPA di Indonesia memiliki cara penempatan siswa masing-masing. Namun acapkali sistematika pelaksanaan pengujian tidak tersosialisasikan secara luas sehingga menyulitkan berbagai institusi penyelenggara BIPA yang baru muncul untuk mendapatkan cukup rujukan atau referensi berkaitan dengan tes penempatan bagi siswa BIPA. Balai bahasa Universitas Pendidikan Indonesia (Balai bahasa UPI) sebagai salah satu lembaga penyelenggara program BIPA mengalami permasalahan di dalam merancang tes penempatan bagi siswa BIPA yang mendaftar di sana. Beberapa Tim BIPA Balai Bahasa UPI melakukan bongkar pasang serta mencari-cari bentuk tes penempatan yang ideal, tetapi seringkali pihak pengelola dihadapkan dengan ketidaksesuaian antara hasil tes penempatan dengan kemampuan siswa sebenarnya di dalam kelas. Kesulitan mencari sistematika pengujian tersebut semakin bertambah terjal oleh terbatasnya referensi mengenai tes penempatan BIPA. Memang harus diakui bahwa perkembangan pengajaran dan evaluasi BIPA masih sangat muda bila dibandingkan dengan pengajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris atau Jepang. Untuk itu penulis mengembangkan suatu tes penempatan yang didasari dari berbagai referensi serta pengalaman mengajar bahasa Asing yang disesuaikan dengan silabus BIPA di Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia. Berbagai wacana rujukan mulai dari Common European frame of Referrence (CEFR), English Unlimited dari Cambridge, Japanese Language Proficiency Test (JLPT), hingga pedoman dari Pusat Penilaian Pendidikan Indonesia dijadikan fondasi dasar bagi penulis untuk kemudian mengembangkan tes penempatan yang dapat digunakan secara sistematis di institusi penulis. Studi ini adalah hasil pengalaman langsung di lapangan selama menjadi pengelola program BIPA. Sebagai kerangka konseptual, penulis menggunakan pendekatan studi kasus dan studi dokumentasi dalam payung paradigma kualitatif untuk mengkaji proses pembuatan soal dari tes penempatan BIPA tersebut. Analisis dan evaluasinya bersifat Idiografik bukan nomotetik. Sehingga hasil studi ini tidaklah untuk dikuantifikasikan dan tidak akan digeneralisasikan. Sehingga tes penempatan yang ada ini tidak mewakili jenis tes penempatan yang berlaku di seluruh Indonesia
2. Langkah Awal Pengembangan Tes Penempatan bagi Siswa BIPA
2.1. Untuk siapa tes penempatan itu? Tes penempatan siswa BIPA pada awalnya dikembangkan sebagai pendukung program BIPA di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Tes ini diperuntukan bagi siswa BIPA yang akan belajar di Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
2
UPI, tetapi jika dirasa sesuai dengan kebutuhan di lembaga lain maka hasil pengembangan tes ini juga dapat dipergunakan di lembaga pelatihan BIPA lainnya. Selain itu, siswa BIPA yang akan mengambil tes tersebut setidaknya pernah mempelajari bahasa Indonesia baik di dalam maupun luar negeri. Jika belum pernah sama sekali belajar bahasa Indonesia maka siswa tersebut dapat langsung belajar dari tingkatan paling dasar. Adapun tes penempatan tersebut juga dapat dijadikan alternatif bagi siswa BIPA yang hanya ingin sekedar mengetahui sejauhmana tingkatan keterampilannya berdasarkan tolak ukur yang ada.
2.2. Tahap Persiapan Sebagai tahap awal di dalam mengembangan tes penempatan tersebut, langkah pertama yang kami lakukan adalah mengumpulkan satu tim kerja. Tim tersebut berisi pihak administrasi yang bertanggungjawab dalam kurikulum dan bahan ajar, koordinator yang tentunya sangat memahami implementasi dari kurikulum yang ada, lalu juga dari perwakilan guru yang dalam hal ini berfungsi sebagai pembanding, serta tak lupa mengundang perwakilan siswa BIPA yang sudah memiliki keterampilan berbahasa yang baik karena siswa tersebut dapat memberikan masukan yang konstruktif dari sudut pandang pengambil tes (Murray, 2002). Hal tersebut penulis anggap penting karena reaksi dari siswa BIPA yang penulis libatkan dapat memberikan gambaran awal dari reaksi yang akan muncul ketika tes tersebut diberikan pada calon siswa BIPA. Langkah berikutnya adalah mendeskripsikan karakter siswa yang paling sering dilayani dalam lembaga bahasa tersebut. Yang dimaksud karakter siswa di dalam hal ini adalah rata-rata usia, negara asal, tingkat keterampilan, serta bahasa asing yang pernah dipelajari dari peserta didik yg sudah dilayani atau akan dilayani oleh lembaga bersangkutan. Setelah itu, tim perancang menentukan tujuan dan jenis tes yang akan digunakan. Tujuan tes meliputi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti untuk apa tes itu digunakan?, apa yang harus diujikan?, mengapa?, bagaimana caranya?. Berdasarkan pemaparan dari Hughes dalam Murray (2002), Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab berdasarkan kurikulum, karakter siswa, jenis tingkat keterampilan, dan kebijakan belajar mengajar di lembaga yang bersangkutan. Didasari pemikiran di atas, penulis kemudian menyusun tes penempatan berdasarkan beberapa faktor pertimbangan berikut: pertama rata-rata usia peserta didik BIPA di lembaga penulis dikategorikan sebagai pemelajar dewasa dan umumnya adalah mahasiswa dan profesional, kedua negara asal peserta didik mayoritas berasal dari Australia dan negara-negara di Asia, lalu sekitar 70% dari calon peserta didik tersebut sudah pernah belajar bahasa Indonesia sebelumnya. Sementara itu Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
3
peserta didik BIPA yang berasal dari negara-negara Asia sebagian besar belum lancar berbahasa Inggris (data diperoleh dari data siswa BIPA Balai Bahasa UPI 2010 - 2013). Selain memetakan karakter pemelajar BIPA yang telah ada, Penulis beserta tim juga menyusun tolok keterampilan (skill benchmark) sebagai landasan pembuatan soal. Tolok keterampilan tersebut disesuaikan dengan tingkatan keterampilan dan kurikulum yang ada di lembaga BIPA terkait (dalam hal ini Balai Bahasa Universitas Pendidikan Indonesia). Lalu tolok keterampilan serta bahan atau buku ajar yang tersedia menjadi landasan untuk pembuatan butirbutir soal di dalam tes penempatan BIPA.
3. Bentuk Tes Penempatan BIPA Tes penempatan ini dirancang untuk membantu pengelola BIPA memutuskan pada tingkat keterampilan yang mana seorang siswa BIPA akan ditempatkan. Paket tes yang dikembangkan dibagi kedalam dua bentuk yaitu tes tes tertulis dan lisan serta interpretasi nilai dari hasil tes tersebut. Terdapat 120 pertanyaan pilihan berganda untuk tes tertulis, masing-masing tingkatan memiliki 20 pertanyaan. Adapun tingkatan yang dimaksud adalah mulai dari Dasar 1 sampai dengan tingkat Lanjut ( merujuk pada tingkat keterampilan yang diajarkan di Balai Bahasa UPI ). Pertanyaan akan difokuskan pada tolok keterampilan sesuai dengan klasifikasi pada silabus BIPA di lembaga terkait. Ujian Lisan, dirancang untuk memberikan gambaran lebih jauh dari kemampuan produktif siswa BIPA. Pertanyaan disesuaikan dengan tolok keterampilan yang sudah ditentukan. Sifat pertanyaan fleksibel tetapi tetap dalam klasifikasi yang diadaptasi dari silabus BIPA lembaga terkait.
3.1. Prosedur Tes Tertulis Berikut adalah prosedur pelaksanaan dari tes tertulis yang diberikan kepada siswa BIPA. Soal yang diberikan berjumlah 120 buah. Angka tersebut merepresentasikan enam tingkatan keterampilan yang ada. Sehingga masing-masing tingkatan berjumlah 20 soal. Waktu yang diberikan adalah 35 menit, yang mana waktu tersebut ditentukan dari hasil uji coba terhadap penutur jati yang ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Di dalam tes sebenarnya, siswa BIPA diminta untuk mengerjakan tes tertulis dan berhenti ketika pertanyaan yang ada menjadi terlalu sulit. Sehingga dari 35 menit waktu yang ada tidak perlu menunggu waktu habis jika memang soal yang ada dirasa sudah terlalu sulit. Pembuatan soal sendiri disesuaikan di setiap 20 nomor dengan tingkatan yang ada. Untuk itu soal nomor 80 keatas tentu jauh lebih sulit daripada nomor 1 - 20. Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
4
Langkah selanjutnya adalah proses pemeriksaan. Penguji memeriksa
soal yang siswa
kerjakan dengan menggunakan tabel di bawah ini untuk menilai/mempertimbangkan kemampuan
siswa dan menempatkan pada tingkatan yang tersedia di lembaga BIPA terkait.
Hasil yang didapat dari tes tertulis ini belum menjadi hasil akhir. Hasil akhir ditegaskan dari hasil penilaian tes lisan.
3.2. Prosedur Tes Lisan Tes lisan diadakan setelah siswa selesai mengerjakan tes tertulis. 10-20 menit waktu akan diberikan kepada siswa untuk beristirahat, sementara itu tim penguji memeriksa tes tertulis dan hasilnya menjadi acuan awal dari pertanyaan yang akan diajukan. Setelah hasil tes tertulis muncul, Penguji kemudian memulai tes lisan. Adapun pertanyaan disesuaikan dari hasil sementara yang didapat pada tes tertulis. Tes lisan dimulai dengan pertanyaan pembuka yang bersifat ringan sebagai bentuk pemanasan. Kemudian penguji bertanya minimal empat pertanyaan dari lumbung soal yang terkait dengan tingkat kemampuan sementara siswa yang diuji. Ketika bertanya, penguji memberikan pertanyaan bersifat terbuka dan senantiasa memerhatikan petunjuk dalam deskriptor penilaian
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
5
(lihat tabel 2). Adapun waktu untuk siswa menjawab berkisar antara 2 - 5 menit untuk setiap pertanyaan.
Pertanyaan semua diambil dari daftar pertanyaan yang ada dan telah disesuaikan dengan bahan ajar di masing-masing tingkat keterampilan. Setelah selesai sesi ini, penguji kemudian menempatkan siswa tersebut ke dalam tingkat keterampilan yang tersedia sebagaimana di jelaskan di bawah ini :
Semua nilai dari mulai tes tertulis sampai dengan lisan dicatat dalam sebuah lembar penilaian (lihat tabel 4). lembar penilaian tersebut kemudian menjadi acuan akhir bagi pengelola BIPA di dalam menentukan tingkatan atau kelas bagi siswa BIPA yang akan bergabung.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
6
Hasil penilaian dari tes tertulis dan lisan tersebut di atas menentukan di tingkat mana seorang siswa BIPA akan ditempatkan. Jika terjadi ketidaksesuaian yang terlalu jauh antara nilai tes tertulis dan tes lisan, guru penguji dapat menggunakan penilaian professional mereka untuk menempatkan siswa pada tingkatan yang sesuai.
4. Pemeliharaan Butir Soal Tes Penempatan BIPA Guna meningkatkan mutu soal yang telah disusun, penelaahan atau analisis butir soal perlu dilakukan secara berkala. Tujuan analisis butir soal dapat membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif (Fulcher, 2007). Tes penempatan yang telah disusun juga perlu dipelihara dengan dilakukannya analisis dari butir soal yang ada. Analisis yang penulis lakukan, melibatkan beberapa pihak diantaranya pengajar BIPA, pengelola BIPA dan perwakilan siswa BIPA. Penelaahan yang dilakukan penulis beserta tim adalah penelaahan secara kualitatif. Aspekyang diperhatikan di dalam penelaahan jenis ini adalah setiap soal dianalisa dari segi materi, kontruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik panel. sebagaimana dijelaskan dalam panduan analisis butir soal (2007), Teknik panel merupakan suatu
teknik menelaah butir soal yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, kebenaran kunci jawaban yang dilakukan oleh beberapa penelaah. berikut adalah contoh dari format penelaahan soal yang diadaptasi dari Panduan analisis butir soal (Balitbang, 2007)
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
7
Tabel 5. Format Penelaahan butir soal
Cara analisanya adalah beberapa penelaah diberikan beberapa instrumen meliputi butirbutir soal yang akan ditelaah, format penelaahan, dan pedoman penilaiannya. Pada tahap awal para penelaah diberikan pengarahan, kemudian tahap berikutnya para penelaah diberikan kesempatan untuk berkerja sendiri-sendiri di tempat yang tidak sama. Para penelaah dipersilakan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya adalah: baik, diperbaiki, atau diganti. Pada tahap akhir, para penelaah kembali diundang untuk membahas hasil dari analisa masing-masing untuk kemudian diimplementasikan ke dalam butir-butir soal yang telah ada.
5. Kesimpulan Sebagai kesimpulan, metode di atas telah sangat membantu pelaksanaan teknis program BIPA di instansi penulis untuk memilah siswa berdasarkan tingkat kemampuan awalnya. Langkah ini barulah langkah kecil guna mengembangkan suatu alat uji berkaitan dengan kemampuan seorang siswa BIPA. Masih terdapat banyak hal yang dapat dikembangkan, seperti misalnya pengujian butir soal tes yang dilakukan secara kuantitatif guna semakin menegaskan tingkat validitas soal. Terlepas dari segala kekurangannya, adanya suatu tes penempatan tetap akan memberikan suatu kontribusi positif terhadap pengembangan alat ukur kemampuanuntuk siswa BIPA di masa mendatang. Semoga langkah kecil ini dapat memberikan warna lain di dalam pengembangan program BIPA secara luas dan tes penempatan ini dapat dikembangkan terus sebagai salah satu alat uji keterampilan awal dengan tingkat keandalan dan keabsahan yang lebih baik.
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
8
Daftar Pustaka Bachman, Lyle F. 1990. “Fundamental Considerations in Language Testing”. Oxford: Oxford University Press. Council of Europe. 2012."Common European Framework of Reference for Languages: Learning,Teaching, Assesment". diunduh dari http://www.coe.int/t/dg4/linguistic/cadre1_en.asp Crosta, Peter. 2012. “Predicting Success in College: The Importance of Placement Tests and High School Transcripts”. CCRC Working Paper No. 42. Columbia University Fulcher, Garry. 2007. “ An English Language Placement Test: Issues in Reability and Validity”. English Language Institute. University of Surrey. Language Testing Division. 2010, “English Unlimited”. Cambridge: Cambridge University Press Murray,
Joel.
2002.
“
Creating
A
placement
Test”.
ESL
Magazine.
diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/120803520/Creating-a-Placement-Test Pusat Penilaian Pendidikan. 2007. “Panduan Penulisan Butir Soal”. Balitbang-Depdiknas. Jakarta Pusat Penilaian Pendidikan. 2007. “Panduan Analisis Butir Soal”. Balitbang-Depdiknas. Jakarta Sugiyono, 1999. “Pengembangan Materi Uji dan Sistem Skor UKBI”. Makalah dalam Kongres Linguistik National, Masyarakat Linguistik Indonesia, Jakarta
Kobarkan Semangatmu! Working Together to Overcome Challenges
9