EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
MENGEMBANGKAN NEUROLOGI ANAK USIA DINI DENGAN PEMBELAJARAN BERMAIN WARNA MENGGUNAKAN MEDIA KELERENG R. Soelistijanto, Fitriyani Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Semarang E-mail :
[email protected] Abstract Childhood is important phase on Human Life Growth. Child is pure personality that is the beginning of Growth Personality by Learn Which is Play, Sing a song, and Try. So it means that Chilhood need finest education for make them have a good Growth Personality.Every Education is begin with Pray to Allah. Education for Chilhood must be consist of Cognitive, Afective, Psikomotorik and Pracsis of these. Neorologi is important for Chilhood. It could help Child for thinking, feels and emerge ability. It is good to practive colour playing with use (kelereng). It will help Child to Recognize the Colour and make different of the colour, count the colour and feel that colour is beauty. Students Research which is Tittled Upaya Meningkatkan Kognitif Anak Melalui Kegiatan Mencampur Warna Dengan Menggunakan Media Kelereng Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Sumberrejo Kabupaten Magelang, had been shown that Colour Playing is Good for Cognitive Emerge even than Brain Abillity Emerge and sense of research by creativeness stimuluss. Key Words: Education, Colour Playing, Neurologi, creativeness, sense of research
I.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi terpenting yang dilakukan orang tua bagi masa
depan anaknya. Sejak anak lahir ke dunia, ia memiliki banyak potensi dan harapan untuk berhasil di kemudian hari. Pendidikanlah yang menjadi jembatan penghubung anak dengan masa depannya itu. Dapat dikatakan, pendidikan merupakan salah satu pembentuk pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya seorang anak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik (Sumarno, 2011). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Usia dini merupakan usia emas (golden age) yang terjadi sekali selama kehidupan seorang manusia. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral, dan nilai-nilai agama, sehingga upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Kemampuan kognitif anak akan berkembang dengan baik manakala mereka telah terbiasakan dan terlatihkan sejak usia dini dan taman kanak-kanak (Yusuf, 2009: 3). Perkembangan kemampuan kognitif anak dapat dilihat dari apa yang mereka lakukan, yang didorong rasa ingin tahu yang besar pada diri anak. Kognitif akan cepat berkembang, apalagi melalui permainan yang menggunakan benda yang disukai anak (Jawati, 2013). MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
66
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Peningkatan kognitif mengenal warna apabila dikenalkan pada masa usia dini, akan sangat bagus karena mengenal warna sangat penting untuk anak usia dini untuk kebutuhan anak dimasa depannya. Bila anak bisa mengetahui atau memahami warnawarna maka anak mampu menyebutkan warna-warna satu persatu misalnya warna merah, warna hijau, warna kuning, warna biru dan warna-warna lainnya (Sholicha dan Khotimah, 2013). Mengenalkan warna selain meningkatkan Kognitif AUD juga meningkatkan Neurologi anak. Penelitian dengan Judul “Upaya Meningkatkan Kognitif Melalui Kegiatan Pencampuran Warna Dengan Media Kelereng Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi Sumber Rejo Magelang”, menunjukkan bahwa Neurologi AUD dapat berkembang melalui upaya meningkatkan Kognitif AUD dan membimbing semangat kreativitas dan meneliti pada Anak Usia Dini sebagai pendidikan karakter sebagai ilmuwan. II.
PERMASALAHAN Upaya meningkatkan kemampuan kognitif Anak Usia Dini telah dilakukan oleh
Para Guru PAUD namun belum memuaskan karena ada kendala yaitu peserta didik sering bercakap-cakap sendiri dan ramai di kelas kemudian adanya kemampuan untuk memahami konsep warna peserta didik yang masih belum sesuai harapan guru maupun orang tua. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mencapai peningkatan kognitif anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Sumberrejo Magelang melalui kegiatan pencampuran warna dengan media kelereng. III. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Metode Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan menemukan permasalahan di dalam kelas yaitu permasalahan tentang pembelajaran yang kurang sempurna kemudian di cari permasalahan dan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang sempurna dan menjadi pembelajaran yang berhasil. Penelitian PTK dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah PTK yaitu Penelitian dengan pra siklus dan dua siklus. Langkah penelitian akan berhasil apabila telah menemukan asumsi dasar tentang objek penelitian. Asumsi dasar objek penelitian menjadi prinsip-prinsip dasar tentang objek yang diteliti. Prinsip-prinsip dasar adalah anggapan-anggapan (asumsi) yang sebaiknya dimiliki oleh pendidik sebagai dasar untuk melaksanakan tugasnya. Sebagai pendidik anak usia dini, pendidik harus mempunyai asumsi dasar tentang anak yang akan kita kembangkan karena turut menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh pendidik, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
67
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
dengan sarana yang akan digunakan, waktu pelaksanaan dan dalam pengorganisasian kelas. Asumsi-asumsi dasar itu setiap anak adalah unik, anak berkembang melalui beberapa tahapan, setiap anak adalah pelajar aktif
(Sudono dkk., 2007). Peneliti juga
perlu menentukan asumsi dasar Pendidik AUD. Pendidik yang paling idela adalah seorang yang memiliki kompetensi profesional yang terdidik dan terlatih baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Selanjutnya menentukan Kajian Teoritis dalam artikel ini yaitu, Neurologi, Kognitif. Menurut Suyanto (2005: 53) perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berfikir, Bermain Warna . Menurut Jerome Bruner (dalam Sujiono, 2008:1-20) ada tiga tingkat perkembangan yaitu pertama, enactiva. Dijelaskan bahwa bayi akan belajar dengan baik bila belajar dilakukan lewat sensori motoriknya. Kedua iconic, tahap ini terjadi pada saat anak telah memasuki pendidikan Taman Kanak-Kanak. Pada tahap ini seorang anak belajar dari contoh yang dilihatnya untuk menjadi gambaran dan mempengaruhi perkembangan mentalnya. Tingkatan berikutnya adalah penggunaan simbolik. Pada tahap ini anak telah duduk di SD kelas akhir atau SMP, dimana anak telah secara prima mampu menggunakan bahasa dan berpikir secara abstrak. Minat dan Bakat serta Kebebasan yang bertanggungjawab turut mempengaruhi perkembangan Kognitif AUD. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagaipotensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatihagar dapat terwujud. Kebebasan yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Bermain Warna, Warna termasuk salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur–unsur visual yang lain (Prawira, 1989: 4). Lebih lanjut, Sanyoto (2005: 9) mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan. Nugraha (2008: 34) mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda–benda yang dikenai cahaya tersebut. Bermain Warna melatih AUD melihat warna dan keindahan. AUD yang melihat warna dan bermain warna kemudian menyampaikan dalam bahasa. Rumus teori Munsell (Prawira. 1989: 71) dapat digambarkan sebagai berikut: Warna primer
:
Warna Sekunder :
Merah, Kuning, Biru Merah + Kuning = Jingga Merah + Biru = Ungu Kuning + Biru = Hijau
Warna Tersier
:
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
Jingga + Merah = Jingga kemerahan 68
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Jingga + Kuning = Jingga kekuningan Ungu + Merah = Ungu kemerahan Ungu + Biru = Ungu kebiruan Hijau + Kuning = Hijau kekuningan Hijau + Biru = Hijau kebiruan. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan pengirim ke penerima pesan (Sadiman dkk., 2006: 6). Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photo grafis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2005: 1). Media Pembelajaran merupakan perantara antara Audio Pembelajaran dari Guru menjadi Visual Pembelajaran Siswa yang kemudian menjadi Kognitif Pembelajaran Siswa yaitu dengan Bermain Warna Menggunakan Media Kelereng. AUD dalam bermain warna dengan menggunakan media kelereng juga dapat menghitung jumlah kelereng yang berwarna-warni. Anak pada awalnya tidak mengerti warna. Anak mengenal warna, tetapi tidak dapat membuat warna. Anak mengenal warna karena diberitahu tentang warna-warna dan mengetahui bermain warna tanpa mengetahui sebab terbentuknya warna tersebut. Dalam pembelajaran di Taman Kanak–Kanak, anak sekedar mewarnai gambar tanpa mengetahui warna secara mendalam. Anak pada Taman Kanak-kanak termasuk pada usia prasekolah. Anakprasekolah berada pada masa kanak-kanak awal dengan perkembangan yang signifikan, secara biologis maupun psikologis. Secarakognitif, anak prasekolah
berada pada tahap
praoperasional. Anak dapat melakukan permainan simbolis dan melakukan imitasi. Pemikiran anak masih intuitif, irreversible (satu arah), dan belum logis. Egosentris anak sangat tinggi sehingga belum mampu melihat perspektif orang lain. Ciri khas tahap praoperasional adalah anak belum mampu melakukan konversi. Pembelajaran warna untuk anak di Taman Kanak-kanak harus mempertimbangkan potensi dan perilaku anak pada tahap praoperasional. Guru sebaiknya menentukan metode yang harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang menjadi objek pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengenalan warna adalah metode demonstrasi, metode eksperimen, metode bercakap–cakap, metode pemberian tugas, metode bermain, dan metode praktik langsung. Praktik langsung sebagai metode merujuk pada pengertian praktik langsung secara sempit, yaitu strategi saat anak terlibat aktif dalam kegiatan
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
69
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
memanipulasi material. Langkah-langkah praktek langsung diawali dengan persiapan lingkungan belajar oleh guru. Anak
dan
guru
mengamati
warna,
kemudian
anak
membuat
prediksi,
mencampurwarna secara langsung, dan melakukan refleksi dari kegiatan yang telahdilakukan.Pengenalan warna melalui praktik langsung dengan melukis menggunakan kelereng diharapkan dapatmeningkatkan semangat belajar dan pemahaman anak mengenai warna. Anak bukan hanya hafal nama warna, tetapi mengerti perubahan dan proses terjadinya warna dari warna primer,sekunder, dan tersier. Menurut Anggreni dkk. (2014) melalui kegiatan mencampur warna anak dapat memperoleh pengetahuannya dan hal-hal baru yang membuat anak lebih yakin dari hasil yang diperoleh karena tindakan yang anak lakukan sendiri secara langsung tentunya akan sangat membantu terhadap peningkatan kemampuan kognitif sains dalam dan melalui mencampur warna. Neurologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perkembangan dan kemampuan otak atau perkembangan dan kemampuan berpikir. Neurologi dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal. Faktor internal adalah factor dari dalam seperti segi psikis, dan bakat intelegensia. Faktor eksternal dipengaruhi oleh makanan sehat, olah raga dan lingkungan. Kasih sayang Orang Tua dan Saudara juga lingkungan akan memberi energy positif bagi perkembangan dan kemampuan otak dan berpikir seorang anak usia dini. Makanan sehat juga Olah Raga akan membuat AUD menjadi sehat dan segar dalam berpikir. Bermain warna membawa AUD belajar mengenal dan memahami warna. Belajar mengenal dan memahami warna membawa AUD kepada kemampuan mengenal dan memahami yaitu kemampuan Kognitif. Pada saat Bermain Warna, AUD juga menjadi tergerak untuk mencoba bermain aneka warna yang membuatnya senang mencoba yaitu menjadi dasar Kreativitas dan Semangat meneliti. IV. PEMBAHASAN Prasiklus bertujuan untuk membandingkan kemampuan kognitif siswa sebelum tindakan. Kegiatan prasiklus dilakukan dengan mengamati siswa sebagai subjek penelitian pada hari Kamis, 3 April 2014. Aspek yang diamati terhadap siswa adalah menyebutkan warna, melakukan pencampuran warna dan mengelompokkan warna. Hasil observasi prasiklus menunjukkan bahwa dari 20 siswa TK Pertiwi Sumberrejo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang sebagai berikut: Berdasarkan hasil observasi terhadap indikator kemampuan mengenal warna TK Pertiwi Sumberrejo pada kondisi awal adalah rendah. Hasil observasi menunjukkan bahwa dari 20 anak yang MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
70
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
menjadi subjek penelitian terdapat 2 anak atau10% yang masuk kategori berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu menyebutkan warna, 9 anak atau 45% mulai berkembang artinya anak sudah mulai mengenal warna meskipun ada beberapa yang masih kurang tepat dalam menyebutkan warna, dan 9 anak lainnya atau 45% belum berkembang, artinya anak tidak dapat menyebutkan warna secara benar. Respon AUD bermacam-macam, ada yang senang dan ada yang takut karena bisa terkena warna. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pencampuran warna oleh anak-anak di TK Pertiwi Sumberrejo pada kondisi awal adalah rendah. Hasil observasi menunjukkan bahwa dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 2 anak atau 10% yang masuk kategori berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu melakukan pencampuran warna, 8 anak atau 40% mulai berkembang artinya anak sudah mampu melakukan pencampuran warna namun dilakukan dengan arahan guru, dan 10 anak lainnya atau 50% belum berkembang, artinya anak tidak dapat melakukan pencampuran warna. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pengelompokan warna oleh anakanak di TK Pertiwi Sumberrejo pada kondisi awal adalah rendah. Hasil observasi menunjukkan bahwa dari 20 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 1 anak atau 5% yang masuk kategori berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu melakukan pengelompokan warna, 9 anak atau 45% mulai berkembang artinya anak sudah mampu melakukan pengelompokan warna namun dilakukan dengan arahan guru, dan 10 anak lainnya atau 50% belum berkembang, Berdasarkan hasil observasi terhadap indikator kemampuan menyebutkan warna TK Pertiwi Sumberrejo pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Hasil observasi menunjukkan bahwa 7 anak atau 35% masuk kategori berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu menyebutkan warna, 10 anak atau 50% mulai berkembang artinya anak sudah mulai mengenal warna meskipun ada beberapa yang masih kurang tepat dalam menyebutkan warna, dan 3 anak lainnya atau 15% belum berkembang, artinya anak tidak dapat menyebutkan warna secara benar. Oleh karena itu, diperlukan Penelitian Tindakan Kelas. Anak Usia Dini mulai mengenal warna dan senang Bermain Warna. .Kegiatan pencampuran warna pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Hasil observasi menunjukkan bahwa 8 anak atau 40% masuk kategori
berkembang
sesuai
harapan
artinya
anak
sudah
mampu
melakukan
pencampuran warna, 10 anak atau 50% mulai berkembang artinya anak sudah mampu melakukan pencampuran warna namun dilakukan dengan arahan guru, dan 2 anak lainnya atau 10% belum berkembang, artinya anak tidak dapat melakukan pencampuran warna. Berdasarkan hasil observasi terhadap kgiatan pengelompokan warna oleh anakanak di TK Pertiwi Sumberrejo pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
71
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
kondisi awal. Hasil observasi menunjukkan bahwa 9 anak atau 45% masuk kategori berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu melakukan pengelompokan warna, 10 anak atau 50% mulai berkembang artinya anak sudah mampu melakukan pengelompokan warna namun dilakukan dengan arahan guru, dan 1 anak lainnya atau 5% belum berkembang, artinya anak tidak dapat melakukan pengelompokan warna. Berdasarkan hasil observasi siklus I terhadap kegiatan melukis dengan media kelereng, anak-anak terlihat sangat senang dan antusias dalam mengikuti kegiatan. Anakanak mampu melukis dengan media kelereng, dari hasil observasi diketahui bahwa anak yang melukis sendiri sampai selesai sebanyak 11 anak atau 55% dan anak yang melukis belum selesai sebanyak 9 anak atau 45%. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan kognitif dalam mencampur warna pada anak kelompok B TK Pertiwi Sumberrejo masih berada pada kriteria sangat rendah.Adapun kendala-kendalayang dihadapi peneliti saatpenerapan siklus I antara lain anak masih belum memahami dengan metode pencampuran warna yang diterapkan peneliti sehingga anak-anak masih dibantu untuk mengerjakan pencampuran warna, anak masih bingung terhadap proses atau langkah-langkah dalam mengerjakan pencampuran warna, anak merasa bosan dengansatu kegiatan mencampur warna yangdiulang-ulang. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yaitu peneliti menjelaskan kembali metode pencampuran warna dengan kegiatan yang dipilih peneliti dalam penelitiannya. Hal ini bertujuan agar anak mampu menyelesaikan eksperimennya, sehingga tidak ada lagi hambatan dalam penerapan penelitian ini. Dari hasil analisis tersebut peneliti menemukan bahwa dari kondisi awal (prasiklus) kemampuan siswa dalam menyebutkan warna, melakukan pencampuran warna dan mengelompokkan warna sudah mengalami peningkatan yang lebih baik dari kondisi awal. Berdasarkan pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan mengenal warna anak-anak TK Pertiwi Sumberrejo pada Pra Tindakan mencapai ketuntasan sebesar 8%, sedangkan pada siklus Ibaru mencapai ketuntasan sebesar 40%. Oleh sebab itu peneliti dan kolaborator membuat perencanaan untuk tindakan pada siklus berikutnya karena persentase ketuntasan masih di bawah 70%. Berdasarkan hasil observasi terhadap indikator kemampuan menyebutkan warna TK Pertiwi Sumberrejo pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Hasil observasi
menunjukkan bahwa 17 anak atau 85% masuk kategori
berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu menyebutkan warna dan 3 anak atau 15% mulai berkembang artinya anak sudah mulai mengenal warna meskipun ada beberapa yang masih kurang tepat dalam menyebutkan warna. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
72
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Kegiatan pencampuran warna pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Hasil observasi pada menunjukkan bahwa 17 anak atau 85% masuk kategori berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu melakukan pencampuran warna dan3 anak atau 15% mulai berkembang artinya anak sudah mampu melakukan pencampuran warna namun dilakukan dengan arahan guru. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pengelompokan warna oleh anakanak di TK Pertiwi Sumberrejo pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Hasil observasi menunjukkan bahwa 16 anak atau 80% masuk kategori berkembang sesuai harapan artinya anak sudah mampu melakukan pengelompokan warna dan4 anak atau 20% mulai berkembang artinya anak sudah mampu melakukan pengelompokan warna namun dilakukan dengan arahan guru. Berdasarkan hasil observasi siklus II terhadap kegiatan melukis dengan media kelereng, anak-anak terlihat sangat senang dan anak-anak terlihat menikmati kegiatan pencampuran warna dan melukis dengan media kelereng. Anak-anak mampu melukis dengan media kelereng, dari hasil observasi diketahui bahwa anak yang melukis sendiri sampai selesai sebanyak 18 anak atau 90% dan anak yang melukis belum selesai sebanyak 2 anak atau 2%. Dari hasil observasi pada siklus II dapat diketahui bahwa: 1.
Siswa dapat menyebutkan warna.
2.
Suswa dapat melakukan pencampuran warna.
3.
Siswa dapat mengelompokkan warna.
4.
Persentase ketuntasan kemampuan mengenal warna lebih dari 70%, yaitu sebesar 83%. Berdasarkan hasil refleksi dan analisis dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kognitif anak dapat ditingkatkan melalui kegiatan pencampuran warna dengan media kelereng pada siswa di TK Pertiwi Sumberrejo Kecamatan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. Untuk itu penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II karena sudah memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif siswa secara bertahap dimulai dari prasiklus (kondisi awal) dimana subjek penelitian yang memiliki kemampuan mengenal warna rendah berangsur-angsur dapat meningkatkan kemampuan mengenal warnamelalui kegiatan pencampuran warna dengan media kelereng dalam dua siklus. Kemampuan mengenal warna di nilai dari tiga aspek yaitu kemampuan menyebutkan warna, kemampuan mengelompokkan warna, dan kemampuan mengenal simbol warna. Hasil observasi kemampuan mengenal warna dapat.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
73
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Pada prasiklus (kondisi awal) memiliki kemampuan mengenal warna rendah dibuktikan bahwa dari 20 siswa sebanyak 8% siswa memiliki kemampuan mengenal warna berkembang sesuai harapan, 43% siswa memiliki kemampuan mengenal warna yang mulai berkembang, dan 48% siswa memiliki kemampuan mengenal warna yang belum berkembang. Perlu ada refleksi dari Pra Siklus yang dikembangkan untuk Siklus I dan II. Pada siklus I kemampuan siswa dalam mengenal warna mulai mengalami peningkatan dibuktikan bahwa dari 20 siswa sebanyak 40% siswa memiliki kemampuan mengenal warna berkembang sesuai harapan, 50% siswa memiliki kemampuan mengenal warna yang mulai berkembang, dan 10% siswa memiliki kemampuan mengenal warna yang belum berkembang. Ada peningkatan kemampuan pada Anak Usia Dini dalam mengenal warna. Pada siklus II kemampuan siswa dalam mengenal warna mengalami peningkatan yang lebih baik, dibuktikan bahwa dari 20 siswa sebanyak 83% siswa memiliki kemampuan mengenal warna berkembang sesuai harapan, 17% siswa memiliki kemampuan mengenal warna yang mulai berkembang, dan 0% siswa memiliki kemampuan mengenal warna yang belum berkembang. Siswa Anak Usia Dini mampu mengenal warna dan mampu bermain warna. Siswa Anak Usia Dini dapat menerima pembelajaran mengenal warna yaitu memiliki kemampuan mengenal warna. Dari 20 siswa TK Pertiwi Sumberrejo Kecamatan Mertoyudan sebanyak 25 siswa sudah tuntas karena memenuhi indikator keberhasilan tindakan yaitu siswa dapat menyebutkan warna, siswa dapat melakukan pencampuran warna, dan siswa dapat mengelompokkan warna dengan persentase ketuntasan kemampuan mengenal warna sebesar 83% atau lebih dari 70%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis tindakan penelitian ini yang menyatakan “melalui kegiatan pencampuran warna dengan media melukis menggunakan kelereng dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak” diterima. Anak Usia Dini dapat mengenal warna yaitu mengamati warna dan menyampaikan dalam bahasa. Anak Usia Dini juga dapat bermain warna yaitu tertarik dan senang mencampur warna pada kelereng. V. PENUTUP A. Kesimpulan 1.
Neurologi dapat dilakukan pada AUD melalui bermain mengenal warna menggunakan media kelereng. Sensorik Anak Usia Dini dapat melaksanakan mengenal warna dan bermain warna.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
74
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
2.
Kreativitas dan Semangat Meneliti dapat dikembangkan pada AUD. Mengenal Warna dan Bermain Warna dapat mendidik anak untuk mengenal warna dan mencoba berkreasi menciptakan warna.
3.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik simpulan bahwa melalui kegiatan pencampuran warna dengan media melukis menggunakan kelereng dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Hasil ini dibuktikan dengan hasil penelitian pada prasiklus (kondisi awal) dari 20 siswa yang tuntas dalam mengenal warna sebanyak 8%. Pada siklus I dari 20 siswa yang tuntas dalam mengenal warna sebanyak 40%. Pada siklus II dari 20 siswa yang tuntas dalam mengenal warna sebanyak 83%.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain: 1.
Guru Kelas Sebaiknya guru kelas mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media yang menarik, menyenangkan dan bervariasi agar dapat membuat anak didik berminat dan antusias terhadap proses pembelajaran, seperti pencampuran warna dengan media kelereng. Guru kelas juga mengajak Anak Usia Dini untuk membiasakan diri dengan makanan sehat dan Bergizi.
2.
Penelitian Selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya yang hendak mengkaji permasalahan yang sama, hendaknya menggunakan kegiatan pencampuran warna yang lebih menarik misalnya dengan media kotak kertas.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
75
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1994. Prosedur Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Anggreni, I Gusti Ayu Inten, I Made Suara, I Komang Ngurah Wiyasa. 2014. Meningkatkan Kemampuan Kognitif Sains dalam Mencampur Warna Melalui Penerapan Metode Eksperimen pada Anak Kelompok B. e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 2 No 1. Arsyad, Azhar. 2005.Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gulo, W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. Jawati, Ramaikis. 2013. Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Ludo Geometri di PAUD Habibul Ummi II. SPEKTRUM PLS, Vol. I, No. 1, Hal. 250-263. Laksono, Endang Widjajanti. 1998. Meramalkan Zat Pewarna dengan Pendekatan Partikel dalam Kotak I–Dimensi. Cakrawala Pendidikan, Vol. 1, No. 17, Hal. 41-42. Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation. Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakrta: Rineka Cipta Prawira, Sulasmi Darma. 1989. Warna Sebagai Salah Satu Unsur Seni dan Desain. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktur jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sadiman, Arief S., dkk 2006. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain. Yogyakarta: CV Arti Bumi Intaran. Sholicha, Zumrotus dan Nurul Khotimah. 2013. Peningkatan Kemampuan Kognitif Mengenal Warna dengan MediaLego pada Anak Kelompok A TK Al-Amin Wage Sidoarjo. PAUD Teratai, Vol. 2, No. 2, Hal. 1-11. SuharsimiArikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sujiono, Yuliani Nurani. 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:Universitas Terbuka. Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
76
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Sumarno, Alim. 2011. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini sebagai Pembentuk Karakter Anak.(Online). (http://elearning.unesa.ac.id. tanggal akses 20 Desember 2011). Suyanto, Slamet. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Deperteman pendidikan Nasional. Yusuf, A. M. 2009. Penerapan Assessment (Penilaian) Pendidikan Anak Usia Dini Ala Indonesia. Makalah. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
77