AHMAD ARIF
[email protected] twitter dan instagram: aik_arif
MENDEFINISIKAN ULANG JURNALISME BENCANA
APA YANG DIHARAPKAN DARI MEDIA DALAM PELIPUTAN BENCANA? • The media act as a link between the public and officials, making them one of the most important source of information during crisis (Scanlon, 2007). • Media also plays an important role in disaster education, gives warning for people before the disaster, gives guidance when the evacuation, and monitoring the process of post-disaster reconstruction (Rattien, 1990). • The media’s framing of an event can control the agenda of emergency personnel and policy makers (Vasterman,2005). The role of the news media in natural disaster recovery, identifying how the media focused on specific forms of ‘capital’ in the recovery response, a post-disaster viewpoint that reflected a persistent predisaster risk profile and accordant policy making (Miles and Morse (2007).
Dalam "risk society" (Beck, 2006) , komunikasi risiko merupakan salah satu aspek terpenting dalam manajemen bencana
• Fungsi media dalam peliputan bencana • Bagaimana media di Indonesia memberitakan bencana? • Apa yang bisa dilakukan untuk membangun budaya kesiapsiagaan bencana melalui media?
PERAN MEDIA DALAM TIAP TAHAPAN BENCANA
sumber: UN ISDR
PEMBERITAAN BENCANA DI INDONESIA • • •
•
•
Mitigasi Bencana dan DRR mulai diberitakan Bencana menjadi headline setelah terjadi Pendekatan dominan: bad news is good news Masih banyak mengejar sensasi, dibandingkan substansi: kasus “Silet” Meninggalkan korban: media gagal mengawal pembangunan lebih baik (baca=konstruksi tahan gempa) pascabencana.
“Earlier, when graphic news images of a body were shown on TV screens set up in family waiting areas, dozens burst into hysterical wailing. At least two people fainted and were carried out to waiting ambulances.”
Bad News is Good News
- Etik - Perspektif - Infrastruktur Kesenjangan antara harapan terhadap peran dan tanggungjawab dengan praktik media inilah yang memicu munculnya kecaman dan kritik keras publik terhadap pemberitaan tentang bencana.
PRAKTIK PEMBERITAAN MEDIA DI INDONESIA: MASIH FOKUS PADA KEJADIAN
GEMPA ACEH 2004 - 2016
Numbers represent search interest relative to the highest point on the chart for the given region and time. A value of 100 is the peak popularity for the term. A value of 50 means that the term is half as popular. Likewise a score of 0 means the term was less than 1% as popular as the peak
sumber: google trends, 2016
TREND DI MEDIA
GEMPA PIDIE JAYA 2016
sumber: google trends, 2016
TREND PEMBERITAAN DI MEDIA
DUA MINGGU SETELAH GEMPA....
▸ Tindakan pemerintah ▸ Mengumpulkan donasi
▸ Nilai kerusakan ▸ Respon pengungsi ▸ dll...
KAJI CEPAT GEMPA OUTER RISE SAMUDERA HINDIA- 2 MARET 2016
Dari 11 televisi yang memiliki koneksi
langsung dengan BMKG, hanya 4 yang menayangkan Stop Press Banyak
media
salah
menentukan
lokasi pusat gempa dan beberapa
kesalahan teknis lain.
BENCANA ADALAH MOMEN TERBAIK UNTUK MENGINGATKAN PENTINGNYA apa yang bisa dilakukan? MITIGASI DAN PENGURANGAN
STRATEGI UNTUK MENGKONSTRUKSI "DRR" MELALUI MEDIA MEMPEREBUTKAN WACANA DI MEDIA 1. Mendidik tentang DRR ke pekerja media
2. Mewacanakan langsung DRR di media mainstream
Pengarusutamaan wacana DRR
3. Membuat media tanding: sosial media, dll
STRATEGI KE-1 : MENYADARKAN PEKERJA MEDIA TENTANG DRR
mendiseminasikan perspektif DRR ke jurnalis NSL: praktik di Nagoya, pertemuan rutin tiap bulan antara media, akademisi dan pemerintah untuk mendiskusikan DRR
MEMANFAATKAN MOMENTUM UNTUK MEWACANAKAN KEMBALI BANGUNAN TAHAN GEMPA
“Letusan Merapi 2010 dengan cepat menutupi ingatan orang terhadap tsunami Mentawai, tsunami Pangandaran dan gempa Yogya membuat orang melupakan tsunami Aceh 2003 dan begitu seterusnya, hingga hampir-hampir setiap orang membiarkan segala sesuatunya dilupakan.”
Re-definisi Jurnalisme Bencana: • Prabencana: mengingatkan warga terhadap ancaman -- untuk mendorong kesiapsiagaan. • Saat bencana: Fokus pada korban selamat, kelompok terentan, dan membangkitkan semangat korban. • Pascabencana: Mengawal proses rekonstruksi dan rehabilitasi agar tidak menjadi bencana baru.
Masyarakat lupa, Pemerintah tidak hadir, Media abai
▸ Pendekatan: literasi kebencanaan dan fokus pada mitigasi bencana ▸ Menulis bencana dari multiperspektif: geologi, antropologi, arkeologi, sosiologi, dll ▸ Berkolaborasi dengan para ilmuwan
STRATEGI KE-2 : MEWACANAKAN KOMPAS, KAMIS, 15 DESEMBER 2016, Hal. 7 LANGSUNG DRR KE MEDIA KOMPAS, KAMIS, 8 DESEMBER 2016, Hal. 6
▸ Sumber dan mekanisme gempa ▸ Implikasinya bagi riset kegempaan
KOMPAS, SABTU, 10 DESEMBER 2016, Hal. 6
▸ Bangunan tahan gempa
▸ Mitigasi dan asuransi bencana
KOMPAS, JUMAT, 9 DESEMBER 2016, Hal. 7
TANTANGAN STRATEGI KE-2 ▸ Membutuhkan kemampuan menulis ▸ Harus bersaing dengan tema-tema lain yang dominan (ekonomi, politik, dll) ▸ Tidak ada jaminan tulisan akan dimuat
STRATEGI KE-3 : MEMBUAT MEDIA SENDIRI ▸ Saintis menulis sendiri, di media sendiri ▸ Tulisan populer, sehingga mudah dimengerti ▸ November 2016, pengunjung 3,6 juta dan 30 juta melalui republishing
▸ Tahun 2017 akan dibuka The Conversation edisi Indonesia ▸ Saat ini ada 100-an kontributor dari 12 institusi di Indonesia
PELUANG SOSIAL MEDIA
▸ Mewacanakan DRR melalui kekuatan sosial media
https://irevolutions.org/2012/12/08/digitalresponse-typhoon-pablo/
▸ Medium cepat dan murah saat tanggap darurat
▸ Menggalang solidaritas dengan cepat ▸ Memanfaatkan crowd untuk pemetaan ▸ dll
BNPB dan MIT mengembangkan PetaBencana.id, sebuah peta bencana berbasis web yang memvisualisasikan informasi kejadian bencana secara real time
KESIMPULAN
▸ Media memiliki peran penting dalam setiap tingkatan bencana ▸ Media mainstream di Indonesia masih cenderung memberitakan bencana sebagai “perstiwa” ▸ Media dituntut untuk lebih berperan dalam literasi kebencanaan dan mendorong kesiapsiaagan ▸ Jika terus abai dengan persoalan DRR, peran ini bisa diambil media sosial
TERIMAKA SIH