I.
PENDAHULUAN Sejalan dengan makin banyaknya yang ditimbulkan oleh paket pertanian
modern, akibat penggunaan pupuk kimia, peptisida dan serta zat-zat lainnya dalam jumlah yang berlebihan, maka dampak negatif pertanian modern mulai mendapat
perhatian
yang
serius.
Meskipun
pakar
lingkungan
mulai
memperhatikan masalah yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia pertanian sejak 20 tahun sebelumnya. Perhatian terdapat dampak penggunaan pupuk kimia mulai nampak pada akhir tahun tujuh puluhan, setelah residu pupuk terutama nitrogen mulai diketahui mencemari air tanah sebagai sumber air minum, sehingga akan membahayakan kesehatan manusia. Penggunaan pupuk kimia yang cendrung meningkat tidak terlepas dari kemampuannya meningkatkan produktipitas dalam kurun waktu relatif singkat, bahkan pupuk kimia dianggap sebagai teknik yang ampuh untuk meningkatkan produksi. Berdasarkan catatan badan Dunia FAO, bahwa penggunaan pupuk yang sepadan dan berimbang di negara-negara sedang berkembang dapat meningkatkan hasil pangan mencapai 50 – 60 %. Kenaikan produksi pangan dunia sejalan dengan penggunaan pupuk kimia ( Wolf, 1986). Hingga saat ini, ada dua macam praktek pertanian yang berkembang yaitu : teknologi revolusi hijau (khususnya sawah) dan teknologi lahan kering. Teknologi revolusi hijau cukup berhasil karena adanya infrastruktur dan perangkat kelembagaan yang mendukung, Keberasilan ini terutama dikaitkan dengan penggunaan input yang tinggi, terutama penggunaan pupuk pestisida yang tinggi. 1
Sedangkan teknologi lahan kering, pengembangannya masih saat terbatas dan bahkan ada kesan diabaikan. Pertanian modern yang bertumpu pada pasokan eksternal berupa bahanbahan kimia buatan (pupuk dan pestisida), menimbulkan kekhawatiran berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, sedangkan pertanian tradisional yang bertumpu pada pasokan internal tanpa pasokan eksternal menimbulkan kekhawatiran berupa rendahnya tingkat produksi pertanian, jauh di bawah kebutuhan manusia. Kedua hal ini yang dilematis dan hal ini telah membawa manusia kepada pemikiran untuk tetap mempertahankan penggunaan masukan diluar sistem pertanian itu, namun tidak membahayakan manusia dan kehidupannya (Mugnisjah, 2001). Pertanian modern dikhawatirkan memberikan dampak pencemaran sehingga membahayakan kelestarian lingkungan, hal ini dipandang sebagai suatu krisis pertanian modern. Sebagai alternatif penanggulangan krisis pertanian modern adalah penerapan pertanian organik. Kegunaan budidaya organik menurut Sutanto (2002) adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pemanfaatan pupuk organik mempunyai keunggulan nyata dibanding pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya merupakan setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan sumber unsur hara makro dan mikro yang dapat dikatakan Cuma-Cuma. Pupuk organik berdaya amliosari ganda dengan bermacam-macam proses yang saling mendukung, bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus menkonservasikan dan menyehatkan ekositem tanah serta menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan 2
demikian penerapan sistem pertanian organik pada gilirannya akan menciptakan pertanian yang berkelanjutan.
II.
KONSEP DAN PRINSIP PERTANIAN ORGANIK Pada dekade terakhir ini muncul pertanian organik yang bertujuan untuk
mempertahankan boidiversitas dan konservasi tanah. Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang berbasis pada penggunaan residu (waste) atau mendaur ulang residu dari kegiatan apa saja di sekitar lahan seoptimal mungkin asalkan memenuhi kiteria yang tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan dengan tujuan untuk mempertahankan produktivitas yang berkelanjutan, termasuk didalamnya mempertahankan cadangan carbon, biodeversitas dan fungsi hidrologi. Dengan demikian, maka pada sistem ini ketergantungan terhadap ketersediaan bahan-bahan kikia ataupun bahan-bahan luar lahan menjadi berkurang. Pertanian organik merupakan sistem pembudidayaan tanaman dan hewan tanpa menggunakan senyawa kimia buatan, yang terbentuk dari suatu proses atau dalam suatu pabrik, meliputi senyawa-senyawa herbisida, pestisida dan pupuk (Agricuture Notes,2002). Sedang menurut Badan Standar Nasional Kanada, pertanian organik adalah sitem perencanaan produksi secara holistik dalam mengoptimalkan
produksi
dan
menyehatkan
komonitas
dalam
suatu
agroekositem, meliputi organisme tanah, tanaman, ternak dan masyarakat. Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat 3
meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjuatan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah, memggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian (Sutanto 2002), dengan demikian sitem pertanian organik merupakan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan produk yang diperolehnyapun merupakan produk yang aman bagi kesehatan. Pertanian organik akan banyak memberikan keuntungan ditinjau dari aspek peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman serta dari aspek lingkungan dapat mempertahankan kesembangan ekosistem dan dari aspek ekonomi akan lebih menghemat devisa negara untuk mengipor pupuk, bahan kimia pertanian serta memberi banyak kesempatan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Pada perinsipnya pertanian organik sejalan dengan pengembangan pertanian dengan masukan teknologi rendah (low-input-tecnology) dan upaya menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Menurut Altieri (1995), penerapan pertanian merupakan perwujudan prinsip ekologi sebab dilandaskan pada : (1) memperbaiki kondisi tanah, sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah; (2) optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen dan penyerapan hara; (3) membatasai kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelolo iklim mikro, dan (4) membatasi terjadinya kehilangan hasil penan akibat hama penyakit dengan perlakuan 4
prefentif dan (5) permanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersipat sinergis. Tujuan utama pertanian organik adalah mengembangkan kegiatan produktif berkelanjutan serta harmonis dengan lingkungan (Agriculture Food dan Rural Revitalization, 2002). Pada sistem ini, ternak perlu mendapat perhatian dalam hal kondisi kehidupan, persyaratan perilku, pakan organik bermutu tinggi. Dalam hal pengelolaan tanah, diperlukan berbagai tindkan, meliputi : 1. Penjagaan lingkungan 2. Meminilisasi degradasi dan erosi 3. Pencegahan polusi 4. Penggantian dan perawatan diversitas tanah jangka panjang 5. Menjaga diversitas biologi tanaman asli setempat dan tanaman liar, 6. Pendauran ulang material dan sumber yang ada semaksimal dan seefesien mungkin, dan 7.
Kepudulian terhadap hal-hal berkaitan dengan kesehatan dan perilaku yang dibutuhkan oleh ternak. Menurut Drescher, 1994, bererapa kriteria yang harus dipenuhi dalam
pertanian organik antara lain residu yang akan di daur ulang memiliki standar nisbah C\N tertentu dan tidak membahayakan kesehatan, yaitu ditinjau dari konsentrasi logam berat antara lain plumbum (Pb), cadmium (Cd), Zinc (Zn) dan cuprum Cu). Masyarakat Eropa telah mengeluarkan standar kritis (batas ambang) untuk keempat logam tersebut (Tabel). Tabel tersebut merupakan contoh kasus yang dilakuan dimana masyarakat menanam sayur-sayuran pada tumpukan 5
sampah rumah tangga. Pada kondisi tersebut, tanah mengandung bahan organik tanah (C organik) cukup tinggi (5,7%) dengan pH 7,7. Tabel Konsentrasi Logam Berat dalam Tanah Tumpukan Sampah Rumah Tangga serta Kriteria Batas Ambang Logam Berat Menurut Kriteria UE (dikutip dari Hariah, 2002). Contoh Tanah
Pb
Cd
Zn
Cu
1
5.00
-
6.6
4.25
2
4.00
6.00
112.5
2.50
3
4.00
-
54.0
8.50
4
10.0
-
6.60
4.25
5
200
6.00
525
25.0
6
4.00
8.00
135
2.25
7
5.00
15.00
27.0
900
Standar EU
50-300
1.00-3.00
150-300
50-140
Berdasarkan contoh tanah yang diambil menunjukan adanya variasi dan bahkan ada yang melebihi batas yang diizinkan oleh EU, terutama pada Cd, Zn dan Cu.
III.
PERMASALAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK Sampai saat ini masih adanya pemahaman yang keliru tentang pertanian
organik yaitu : 1. Biaya mahal 2. Memerlukan banyak tenaga kerja 3. Kembali pada sistem pertanian tradisional dan 4. Produksi rendah
6
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengembangan pertanian organik seperti : 1
Kesediaan bahan organik terbatas dan takarannya harus banyak
2
Transfortasi mahal karena bahan bersifat ruah
3
Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah prganik
4
Tidak adanya bonus harga produk pertanian organik Keberlanjutan atau kelestarian suatu sistem pertanian dan agroekosistem
sangat ditentukan oleh kemampuan petani dalam mengatasi masalah (ancaman) pertanian lahannya baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang. Acaman ini oleh Van Noordwiijk et al., (2002). 1
Penurunan produksi tanaman.
2
Munculnya konflik dalam dengan masyarakat desa tetangga akibat adanya aliran lateral air tanah yang terpolusi oleh pupuk dan pestisida.
3
Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi/kualitas produksi pertanian.
4
Munculnya peraturan-peraturan dalam kebijakan pemerintah yang mencoba aktivitas pertanian. Masalah lainnya adalah walaupun usaha penelitian di bidang tanaman dan
kesuburan tanah telah banyak dilakukan, difokuskan terutama kepada usaha mengatasi masalah penurunan produksi tanaman, yaitu melalui perbaikan penyediaan hara bagi tanaman tanpa memperhatikan usaha penanganan hara yang berlebihan, dilain pihak tidak semua pupuk yang diberikan dimanfaatkan oleh 7
tanaman, diantaranya terjerap oleh unsur lainnya seperti Al dan Fe, pencucuan (leacing) dan aliran permukaan (run). Menurut Izac dan Sanchez (2001), di daerah tropis efesiensi penggunaan pupuk misalnya N untuk tanaman biji-bijian hanya sekitar 30-40%, hal ini berarti bahwa terdapat 60-70 % pupuk yang dimanfaatkan oleh tanaman. Secara global, acaman terhadap keberlanjutan sistem pertanian adalah yang berhubungan dengan masalah keseimbangan hara (access problems). Penelitian daerah tropis umumnya lebih dititik beratkan pada rekomendasi pemupukan, distribusi pupuk dan tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi tercekam. Masih jarang sekali penelitian yang ditunjukan untuk membantu petani dalam mengambil keputusan dilapangan yang kondisinya sangat heterogen. Pada kondisi tersebut efesiensi penggunaan pupuk dan masukan bahan organik cukup bervariasi tergantung teknik pemberian dan kualitas haranya (Van noordiwijk dan Scholten, 1994). Tantangan pertanian organik di masa yang akan datang (Hariah et al., 2002) dapat ditinjau dari aspek : 1. Pembentukan pasar bagi produk-produk pertanian sehat. Pada kenyataannya produk bebas resedu kimia lebih mahal dari pada produk lainnya, namun jika dilihat dari segi jangka panjangnya, maka usaha kongkrit harus segera dilaksanakan dan menggalakan promosi yang intensif bagi produk pertanian sehat. 2. Pertanian organik tidak selalu dapat terjangkau oleh petani kecil. Semakin besear kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan bahan kimia 8
dilahannya, maka akan semakin banyak perusahaan besar berlomba-lomba membuat produk-produk baru (pestisida dan pemupukan) yang lebih ramah lingkungan lengkap dengan hak paten (relad Intelectual Property Right), sehingga harganya akan lebih mahal, menyebabkan petani akan lkesulitan membelinya. Sebagai contoh harga bahan aktif pestisida seperti Methyl Paration yang umum dipakai dimana-mana harganya (Rp 63.000.-) per liter, sedangkan pestisida yang ramah lingkungan harganya dapat mencapai (Rp 1.500.000.-) per liter. Kondisi ini akaan menyulitkan bagi petani untuk membelinya, sehingga petani akan kembali menggunakan bahan kimia sehingga harga produknya menjadi lebih rendah. Kondisi petani tersebut semakin terpuruk dengan adanya ketidakmenentuan harga pasar. Dengan demikian pada skala makro pertanian organik merupakan ancaman bagi petani kecil di negara berkembang seperti Indonesia. 3. Belum menentunya standar internasional tentang kriteria pertanian organik. Contoh yang diberikan oleh Solistyomati (2002), tentang pertanian organik monokultur sayuran. Pengelolaa pada sistem ini telah menggunakan bahanbahan ramah lingkungan, namun jika ditinjau dari prinsip biodiversitas, sistem ini belum bisa sepenuhnya diterima sebagai pertanian organik. Dengan demikian kriteria pertanian organik masih perlu terus disempurnakan. Phicknett
(1995)
mengemukakan
meninggalkan pertanian organik jika : a. Ada keterbatasan tenaga kerja,
9
bahwa
petani
umumnya
akan
b. Telah diperkenalkannya teknologi modern yang canggih dengan masukan tinggi dan tersedianya kridit, c. Adanya masalah ketidakjelasan dalam penguasaan tanah yang membuat petani enggan melakukan sistem pertanian yang permanen, d. Ketidak jelasan produser pemasarannya. Oleh Haririah (2002) memberi contoh : seorang petani menanam padi organik pada sawahnya, tetapi pada lainnya tidak melaksanakan. Residu kimia dari sawah tetangga masuk ke sawahnya, sehingga produknya ditolak oleh pasar dan dinyatakan bukan produk organik
IV.
PROSFEKTIF PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK Menurut Fresh (1996) terdapat tiga peluang pertanian organik yang dapat
diterapkan dengan memperhatikan kondisi lokasi yang spesifik, yakni : 1. Pertanian organik murni. Penggunaan pupuk organik, pupuk hayati dan pestisida hayati (boipestucide) ditingkatkan dan menghindarkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida. 2. Sistem usaha tani terpadu. Masukan teknologi rendah dengan sistem pertanian organik dan sumberdaya lokal didaur ulang secara efektif. Hal ini dapat dipadukan dengan komponen lain yang berkembang spesifik lokasi termasuk : kolam ikan, peternakan ayam , sapi, jamur merang dan lain-lain. Komponen pertanian organik yang dapat dipandang sebagai peluang dan prosek pengembangan pertanian organik menurut Altieri (1995), yaitu :
10
1. Adanya peningkatan biomasa. Pengembangan jenis pohon yang cepat tumbuh di sekitar lokasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan bahan organik. 2. Kompos, dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan bahan organik. 3. Pupuk hayati, pengembangannya didasarkan pada potensi mikroorganisme yang ada di Indonesia, dilain pihak pupuk hayati yang harus diinpor perlu dikembangkan teknologinya di Indonesia (alih teknologi), 4. Pestisida hayati. Bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk perlindungan tanaman, dimana pada saat ini perhatian dan pengguaannya masih sangat terbatas. Dengan demikian, terbuka peluang lebih besar dalam menggali keragamaan sumber daya hayati, 5. Pengetahuan/teknologi tradisional. Diperlukan usaha untuk menggali kembali kerafifan tradisional dengan ilmiah dan mengembangkan teknologi akrab lingkungan. Pertanian organik akan banyak mrmberikan keuntungan ditinjau dari segi peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman maupun ternak, dari aspek lingkungan dalam mempertahankan ekosistem, sedangkan dari aspek ekonomi akan menghemat devisa negara untuk mengipor pupuk. Bahan kimia pertanian dan memberi banyak kesempatan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan petani. Menurur Sutanto (2002), keuntungan yang akan diperoleh dengan pemanfaatan.pupuk organik 11
1. Mempengaruhi sifat fisik tanah, 2. Mempengaruhi sifat kimia tanah 3. Mempengaruhi sifat biologi tanah dan 4. Mempengaruhi kondisi sosial. Dengan pemahaman keuntungan penggunaan pupuk organik, Nekada (2001) melaporkan terjadinya kenaikan N, P, K dan Si tanah karena pemberiaan kompos dalam jangka panjang di jepang. Pemberian kompos jangka panjang juga mampu meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
V.
PERTANIAN
ORGANIK
SEBAGAI
WUJUD
PERTANIAN
BEKELANJUTAN Pada prinsipnya pertanian organik sejalan dengan pengembangan pertanian dengan masukan teknologi rendah (Low input tecnology) dan upaya menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Menurut Mugnisyah (2001(, penerapan teknologi budidaya yang berkelanjutan bilamana lahan yang dikelola dapat memberikan produksi tanaman dan hewan yang memuaskan tanpa menimbulkan keruksakan atas lahan tersebut, sehingga produktivitasnya dapat dipertahankan oleh sistem pertanian itu sendiri. Selanjutnya Gaskell (2002) berpendapat dalam upaya mencapai pertanian yang berkelanjutan diupayakan agar masukan berupa bahan kimia produksi pabrik (pupuk dan pestisida) dikurangi bahkan jika mungkin ditiadakan. Menurut Kotschi terdapat minimal dua hal yang mendasari pertanian yang berkelanjutan, yaitu : yaitu azas keeratan sistem dan azas keragaman sistem, 12
dimana ekositem yang produktif dan stabil biasanya mempunyai daur ulang yang bersipat tertutup. Usaha pertanian harus berada dalam suatu sistem yang tertutup, dalam sistem tersebut harus dipertimbangkan keragaman dan kompoleksitasnya, Selanjutnya Eggar (1983), mengumukakan bahwa sistem pertanian yang konvensional dan pertanian modern tidak dapat dipadukan, namun demikin kedua prinsip tersebut perlu diperhatikan apabila penggunaan lahan akan dikebangkan. Sedangkan menurut Hardwood (1990) ada tiga kesepakatan yang harus dilaksanakan dalam pembangunan petanian berkelanjutan, yaitu : 1. Produksi pertanian harus ditingkatkan, namun efesien dalam pemanfaatan sumber daya, 2. Proses biologi harus dikontrol oleh sistem pertanian itu sendiri (bukan tergantung pada masukan yang berasal dari luar pertanian) dan 3. Daur hara dalam sistem pertanian harus lebih ditingkatkan dan bersifat lebih tertutup. Pertanian berkelanjutan menurut Mulongov (1993), mempunyai lima kateria, yaitu : sehat ekologi (ecologicilly sound), manusiawi (humane), dapat hidup secara ekonomis (economically viable) dan dapat beradaptesi (adaptable), pantas atau adil secara sosial (socially just). Sehat secara ekologis berarti kualitas sumber daya alam terpelihara dan vitalitas semua agrosistem (manusia, hewan, dan organisme tanah) meningkat. Keadaan ini dapat dicapai jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman hewan dan manusia dipelihara melalui proses biologis. Manusiawi berarti seluruh bentuk kehidupan (manusia, hewan dan tanaman dihargai,
martabat
dasar
manusia
diakui, 13
hubungan
diarahkan
untuk
menggabungkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti kepercayan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa simpati. Juga integritas budaya dan spritual dari masyarakat dilindungi dan dipelihara. Dapat beradaptasi berarti bahwa kominitas pedesaan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi, antara lain pertumbuhan populasi, kebijakan dan permintan yang selalu berubah. Dapat hidup secara ekonomis berarti bahwa petani dapat memproduksi tanaman/hewan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi keperluannya serta memperoleh penghasilan karena mampu untuk mengganti keperluan biaya produksi pertaniannya. Pantas atau adil secara sosial berarti bahwa sumber daya dan tenaga didistribusikan untuk keperluan dasar seluruh anggota masyarakat terpenuhi dan hak mereka atas penggunan lahan, modal yang cukup, bantuan teknis dan kesempatan pemasaran hasil terjamin. Pengembangan sistem usaha tani berwawasan lingkungan dalam upaya memperoleh produktivitas yang tinggi secara berkelanjutan (Sutanto, 2002) dilakukan yaitu : − Produktif, dikontrol oleh keragaman sistem − Memadukan tanaman pohon-pangan-pakan ternak-tanaman spesifik yang lain − Bahan tercukupi secara swadaya dan memanfaatkan daur energi − Mempertahankan kesuburan tanah melalui prinip daur ulang − Menerapkan teknologi masukan rendah − Produksi tinggi − Stabilitas pertanaman tinggi − Pengelolan tanah secara mekanik dilakukan pada aras sedang 14
− Erosi dikontrol secara biologi − Petak usaha tani dipisahkan menggunakan pagar hidup − Menggunakan varietas yang tahan terhadap hama dan penyakit − Pertanaman campuran − Tanaman toleran terhadap gulma
VI.
KESIMPULAN Pembangunan pertanian di Indonesia seyogyanya berorentasi pada
pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan memanfaatkan suberdaya yang ada di pedesaan misalnya memanfaatkan bahan organik (pertanian organik), sehingga mengurangi ketergantungan akan bahan kimia (pupuk, pestisida, dan herbisida). Selain itu diperlukan penyuluh lebih intensif tentang perlunya menjaga kelestariaan
lingkungan melalui penerapan pertanian organik. Namun yang
terpenting kesemuanya itu adalah perlunya peningkatan sumberdaya manusia (petani) untuk pengelolaan usaha taninya agar dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan tetap mengindahkan prinsip pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Agriculture Notes, 2002.Organic Farming (Internet access). Farm diversification service and Sue Titcumb. Altieri, 1995. Agroecology : The Science of Sustainability Agriculture, Westview Press Colorado. BP2HP Deptan, 2000. Leaflet. Go Organik 2010. Drescher A.,1994. Gardening on garbage : oporttunity or Newsletter
threat ? ILEIA
Hairiah, K., 2002. Pertanian Organik : Suatu Harapan atau Tantangan.Jurusan tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Harword, R.R.1990. Ahistory of Sustainable Agriculture in Sustainnable Agriculture system.C.A Edward, R. Mugnisjah, W, Q., 2001. Ekolfisiologi Tanaman Tropika. Program Pasca Sarjana,Institut Pertanian Bogor. Sulistyowaty C.A., 2002.Can Organic Agriculture Help Farmers? The Jakarta Post, Monday September 30, p.7. Sutanto,R.,2002. Pertanian Organik Menuju Berkelanjutan. Kanisius Yogyakarta.
Pertanian
Alternatif
dan
Wolf, E.C., 1986. Beyond the Green Revolution : new aproach for word agriculture, Wasinton D.C. .
16