Mendahulukan tamu dari pada shalat Tanya: Bagaimana hukum memuliakan tamu, yang bersamaan dengan waktu adzan dan dia hanya sebentar hingga waktu sholat berjamaah telah lewat. Jawab: Ust. Fuad Baraba’, ﺣﻔﻈﻪ اﻟﻠﻪ Sebaiknya memuliakan tamu pada saat itu, dengan mengajaknya shalat berjamaah ke Masjid, bukan kita dilalaikan olehnya sehingga terluput dari shalat berjama’ah. As-Syaikh Muhammad bin Utsaimin rahimahullah berkata: “Pada dasarnya seseorang terkadang mengerjakan amal yang kurang afdhol (utama) kemudian melakukan yang lebih afdhol (yang semestinya didahulukan) dengan adanya sebab. Maka seandainya seseorang tersibukkan dengan memuliakan tamu di saat adanya shalat rawatib, maka memuliakan tamu didahulukan daripada mengerjakan shalat rawatib”. (Majmu’ Fatawa As-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 16/176) Dari Wulan Assalamualaikum, Ustadz, saya ingin tanya mengenai kewajiban nafkah suami, apakah ia harus mendahulukan istrinya atau ibunya ketika memberi nafkah. Permasalahannya, saya menikah bbrp bulan, dan suami tidak pernah memberikan nafkah berupa uang kepada saya. Penghasilan suami memang sangat pas, karena memang sebagian digunakan utk membayar hutang. Namun suami saya masih membayar kontrak rumah dari gajinya. Sedangkan untuk makan, seringkali masih dari gaji saya. Begitu juga dengan pakaian. Masalahnya, selama ini (sejak sebelum menikah), suami rutin memberikan uang kepada ibunya (saya sdh menyetujuinya sebelum menikah). Namun kondisi saat ini kami kekurangan, dan dia
masih memberi kepada ibunya dan tidak kepada saya. Bagaimana hukumnya? Saya tidak ingin menjadi istri dan menantu yg durhaka, karena itu saya ingin meluruskan permasalahan ini kepada ustadz. Terima kasih, Jawaban: Dijawab oleh: Ust. Ibrahim Bafadhol, M.Pd.I Bismillah. Alhamdulillah washsholatu wassalamu ‘ala rosulillah wa’ala ali wasobbihi wamanitabbahuda amaba’d. Manakah yang harus didahulukan oleh seorang anak laki-laki, memberikan nafkah kepada ibunya atau istrinya, jika si anak laki-laki ini tidak mampu menafkahi keduanya? Perlu diketahui, bahwa para ulama telah bersepakat bulat atau ber-ijma sebagaimana telah dinukil oleh Ibnul Munzir, bahwa nafkah untuk kedua orang tua yang miskin dan tidak mampu mencukupi kebutuhan pokok keduanya, maka nafkah kedua orang tua ini menjadi kewajiban anak-anaknya. Baik anak laki-laki maupun perempuan. Kemudian jika anak laki-laki ini telah menikah dan telah memiliki anak, maka dia punya dua kewajiban: kewajiban menafkahi orang tuanya yang miskin yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya dan menafkahi istri dan anak-anaknya sendiri. Jika seorang anak laki-laki mampu melakukan dua kewajiban ini, maka inilah yang wajib atas dirinya. Tapi jika dia tidak mampu memadukan dua kewajiban tersebut, karena penghasilannya yang pas-pasan misalnya, maka yang harus didahulukan adalah menafkahi istri dan anak-anaknya. Para ahli fiqih telah menegaskan hal ini, sebagaimana diutarakan oleh penyusun kitab Kasyful Kina’, dia berkata, seseorang yang tidak punya kelebihan dari nafkah untuk mencukupi semua yang wajib ditanggung oleh dirinya, maka yang pertama dia mulai adalah menafkahi dirinya sendiri. Jika setelah itu ada kelebihan untuk orang lain, maka dia dahulukan istrinya. Karena nafkah untuk istri adalah kewajiban berdasarkan saling timbal balik atau al-mu’awadoh, yakni istri
memberikan pelayanan kepada suaminya, oleh karena itu pelayanan dari istri ini wajib diimbali dengan nafkah. Dan nafkah yang wajib karena al-mu’awadoh lebih didahulukan dari nafkah yang diberikan karena menolong atau al-muwasah. Kemudian mereka berdalil dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir rodhiallohu’anhu dan hadits ini dikeluarkan oleh imam Muslim dalam shohihnya, Rosululloh shalallohu ‘alaihi wasalam bersabda: “Jika Allah ta’ala memberikan kepada salah seorang di antara kalian kebaikan – nikmat atau rezeki, maka hendaknya dia memulai dengan dirinya dahulu dan keluarganya” (HR. Muslim) “Nafkah yang paling besar pahalanya adalah nafkah yang dikeluarkan oleh seseorang kepada keluarganya” (HR. Muslim) Jadi seperti inilah syariat mendudukan perkaranya. Bahwa orang tua atau ibu yang miskin, tidak memiliki penghasilan sehingga tidak bisa mencukupi makanan pokoknya sehari-hari, tidak mungkin ditelantarkan. Nafkah atau makanan pokok orang tua adalah tanggungan dari anak-anaknya. Setelah sang anak lakilaki mencukupi kewajiban terhadap istri dan anak-anaknya sendiri. Tetapi jika sang orang tua tidak miskin, untuk makanan pokoknya sudah cukup, misalnya orang tuanya memiliki penghasilan berupa uang pensiun, maka nafkahnya tidak wajib bagi anak laki-lakinya. Namun jika anak laki-lakinya hendak memberikan sebagian uangnya kepada ibunya, maka hendaknya sang istri tidak mencegahnya. Karena hal tersebut merupakan bentuk birur walidayn atau berbakti kepada orang tuanya. Dengan catatan, setelah anak laki-laki ini mencukupi nafkah untuk keluarganya. Wallohu a’lam Wasallahu ‘ala nabiyina muhammad wa’ala washobbihi wassalam Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW, “Kam na’fu ‘anil khadim/berapa kali kami harus memaafkan pembantu?” Nabi menjawab, “70 kali untuk setiap hari”. Sebagai imbalan kebaikan majikan, pembantu tentunya harus mengikuti nasehat Al Hasan Al Bashri. Ketika ditanya, “Manakah yang didahulukan: memenuhi panggilan adzan shalat atau melayani sang tuan?,” ia
menjawab, “Layani tuanmu terlebih dahulu.”.
Khutbah Jum’at LIMA LANGKAH GAGALKAN GODAAN SETAN ان اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ اﻟﺬى أرﺳﻞ رﺳﻮﻟﻪ ﺑﺎﻟﻬﺪى ودﻳﻦ اﻟﺤﻖ ﻟﻴﻈﻬﺮه ﻋﻠﻰ اﻟﺪﻳﻦ . أرﺳﻠﻪ ﺑﺸﻴﺮا وﻧﺬﻳﺮا وداﻋﻴﺎ اﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﺑﺎذﻧﻪ وﺳﺮاﺟﺎ ﻣﻨﻴﺮا.ﻛﻠﻪ . ﺷﻬﺎدة اﻋﺪﻫﺎ ﻟﻠﻘﺎﺋﻪ ذﺧﺮأ.أﺷﻬﺪ ان ﻻ اﻟﻪ اﻻ اﻟﻠﻪ وﺣﺪه ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ وﺳﻠﻢ. ارﻓﻊ اﻟﺒﺮﻳﺔ ﻗﺪرا.واﺷﻬﺪ ان ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪه و رﺳﻮﻟﻪ أﻣﺎ.وﺑﺎرك ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ أﻟﻪ وأﺻﺤﺎﺑﻪ وﺳﻠﻢ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﻛﺜﻴﺮا ﻓﻴﺎأﻳﻬﺎ اﻟﻨﺎس اﺗﻘﻮاﻟﻠﻪ ﺣﻖ ﺗﻘﺎﺗﻪ وﻻﺗﻤﻮﺗﻦ اﻻ وأﻧﺘﻢ ﻣﺴﻠﻤﻮن.ﺑﻌﺪ. Alhamdulillah, hari Jum’at ini kita masih diberi kemampuan oleh Allah Yang Mang Maha Kuasa untuk menjalankan salah satu perintahnya melaksanakan jama’ah shalat Jum’ah. Walaupun sebenarnya kita mafhum bersama bahwa keberhasilan kita menjalankan perintahnya merupakan bukti pemberian rahmat dariNya. Oleh karena itu sudah selayaknya kalau kita saling berwasiat untuk menjaga dan meningkatkan ketaqwaan kita bersama. karena hanya dengan taqwalah kita dapat mendekatkan diri kepadanya sekaligus menjadikannya pelindung tunggal dari godaan setan yang terkutuk. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ululmiddin pernah berkata bahwa diantara hal yang harus dimengerti oleh seorang hamba adalah mengetahui tipu daya setan dan godaannya. Sesungguhnya pemahaman ini fardhu ain adanya. Hanya saja kebanyakan manusia tidak mau mengerti dan lebih suka disibukkan oleh pengetahuanpengetahuan yang menjebak dirinya sendiri masuk ke dalam kubangan setan. Oleh karena begitu akutnya tipu daya setan, maka seorang hamba harus mengerti berbagai kiat mematahkan bujuk rayu setan. Hal ini berfungsi untuk menyelamatkan dirinya dari para setan yang
terkutuk. Terkutuk karena godaan dan rayuan itu dihembuskan oleh setan bersama dengan hembusan nafas manusia. Sehingga AlHasan suatu ketika pernah ditanya oleh Abu Said “apakah setan itu tidur?”. Al-Hasanpun menjawa “jika setan itu tidur, pasti kita bisa istirahat”. Sayangnya setan tidak mengenal sekat ruang dan waktu. begitu juga godaan-godaan mereka yang mengalir bersama arus dalam darah seorang hamba. Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah Namun, manusia sebagai makhluk yang sempurna yang dibekali Allah dengan kemampuan bernalar harus memiliki kemauan untuk mngalahkan setan. Dan oleh karenanya Al-Ghazalai dengan jelas menerangkan lima kiat mematahkan godaan setan. Pertama, membuat kurus setan dengan memperbanyak dzikir kepada Allah swt. Rasulullah saw pernah bersabda: إن اﻟﻤﺆﻣﻦ ﻳﻨﻀﻰ ﺷﻴﻄﺎﻧﻪ ﻛﻤﺎ ﻳﻨﻀﻰ أﺣﺪﻛﻢ ﺑﻌﻴﺮه ﻓﻰ ﺳﻔﺮه Sesungguhnya orang mukmin itu membuat kurus setannya, sebagaimana seseorang diantara kamu membuat kurus ontanya dalam perjalanan. Jika sebuah binatang liar telah dikuruskan pastilah ia akan mudah diatur dan menjadi penurut. Karena ketergantungan kepada majikannya. Begitu juga setan, jika seorang hamba telah bisa menguasai setan dengan tidak serta merta memenuhi keinginannya, pastilah setan akan kurus badannya. Kedua, janganlah seorang hamba mendekatkkan dirinya kepada tempat-tempat kemaksiatan dan orang-orang mungkar. Sungguh hal itu memperkuat daya pikat setan membujuk manusia. Rasulullah secara legoris menyatakan: ﻣﻦ ﺣﺎم ﺣﻮل اﻟﺤﻤﻰ ﻳﻮﺷﻚ أن ﻳﻘﻊ ﻓﻴﻪ Baran siapa berputar-putar di sekitar tempat larangan, maka besar kemungkinan ia akan terjerembab ke dalamnya. Demikianlah Jama’ah yang Berbahagia Dua langkah pertama mencoba membikin setan tidak nyaman menggoda kita dengan harapan setan akan segera bosan dan kecewa karena keteguhan kita. Meskipun keduanya bukan hal yang mudah tetapi harus terus dicoba. Ketiga, hendaknya seorang hamba selalu sadar bahwa sesungguhnya tujuan setan menggoda hanyalah ingin
menjerumuskan kita kelembah kenistaan dan kemadharatan abadi. Tidak ada godaan setan yang membawa pada kemanfaatan. Sesungguhnya setan berbuat demikian karena setan ahli cuci tangan. Ibarat penjegal yang merasa puas jika korbannya jatuh tersungkur dan dia terkekeh dengan bangganya. Dalam surat alHasyr ayat 16 Allah menerangkan …إِذ ْ ﻗ َﺎلَ ﻟِﻺْ ِﻧْﺴ َﺎنِ اﻛ ْﻔُﺮ ْ ﻓ َﻠَﻤَّﺎ ﻛ َﻔَﺮ َ ﻗ َﺎلَ إِﻧِّﻲ َ … ﺑ َﺮ ِيءٌ ﻣِﻨْﻚ …ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu… Para Hadirin Rahimakumullah Kemudian keempat, seorang hamba harus selalu ingat bahwa selain berusaha cuci tangan, setan juga bersifat pengecut. Ia menginginkan banyak teman dalam kesesatannya. Semakin banyak teman yang menemani dirinya dalam kesesatan ia akan semakin puas. Karena sesungguhnya neraka sair itu sungguh luasnya. Dan karenanya setan menginginkan kawan untuk mengisinya. Demikian keterangan al’A’raf 16-17 menerangkan َ ﻗ َﺎلَ ﻓ َﺒِﻤَﺎ أَﻏ ْﻮَﻳْﺘَﻨِﻲ ﻷَ َﻗ ْﻌُﺪ َنَّ ﻟَﻬ ُﻢْ ﺻ ِﺮ َاﻃ َﻚ ََ ْ ِ ( ﺛُــﻢَّ ﻵ ﺗِﻴَﻨَّﻬ ُــﻢْ ﻣِــﻦ ْ ﺑ َﻴ ْــﻦ16) َاﻟ ﻤُﺴ ْــﺘَﻘِﻴﻢ َ َ ْ أ ﻳْﺪِﻳﻬ ِﻢْ وَﻣِﻦ ْ ﺧ َﻠْﻔِﻬ ِﻢْ وَﻋ َﻦ ْ أ ﻳْﻤَﺎﻧِﻬ ِﻢْ وَﻋ َﻦ َ َ – ﺷ َﻤَﺎﺋ ِﻠِﻬ ِﻢْ وَﻻَ ﺗَﺠ ِﺪ ُ أ ﻛ ْﺜَﺮ َﻫُﻢْ ﺷ َﺎﻛ ِﺮ ِﻳﻦ Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Dan terakhir, kelima guna mendukung keempat kiat tersebut seorang hamba harus senantiasa dalam kondisi lapar. Karena kondisi lapar akan mempermudah seorang hamba dalam mengingat Allah swt. إن اﻟﺸﻴﻄﺎن ﻳﺠﺮى ﻣﻦ اﺑﻦ أدم ﻣﺠﺮى اﻟﺪم ﻓﻀﻴﻘﻮا ﻣﺠﺎرﻳﻪ ﺑﺎﻟﺠﻮع Innas syaithana yajri min ibni adam majrad dammi, fadhayyiqu majariyahu bilju’i Sesungguhnya setan itu berjalan pada manusia di tempat
jalannya darah. Maka persempitlah jalannya itu dengan mengosongkan perut. Demikianlah khotbah jum’ah kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. ِﺑ َـﺎر َك َ اﻟﻠـﻪُ ﻟِـﻲ ْ وَﻟَﻜ ُـﻢْ ﻓ ِـﻲ ْ اْﻟﻘُـﺮ ْآنِ اْﻟﻌَﻈ ِﻴ ْـﻢ ِوَﻧَﻔَﻌَﻨِــﻲ وَإﻳَّــﺎﻛ ُﻢْ ِﺑﻤَــﺎ ِﻓﻴ ْــﻪِ ﻣِــﻦ َ اْﻵﻳــﺎَت ُوَاﻟﺬﻛ ْﺮ ِاﻟْﺤ َﻜ ِﻴ ْﻢِ وَﺗَﻘَﺒَّﻞ َ ﻣِﻨِّﻲ وَﻣِﻨْﻜ ُﻢْ ﺗِﻼ َوَﺗَﻪ ُإﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ اﻟﺴ َّﻤِﻴ ْﻊُ اْﻟﻌَﻠِﻴ ْﻢ khutbah LIMA LANGKAH GAGALKAN GODAAN SETAN
Khutbah Jumlat Tiga Hal Penyelamatan dan Penebusan ان اﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ اﻟﺬى أرﺳﻞ رﺳﻮﻟﻪ ﺑﺎﻟﻬﺪى ودﻳﻦ اﻟﺤﻖ ﻟﻴﻈﻬﺮه ﻋﻠﻰ اﻟﺪﻳﻦ . أرﺳﻠﻪ ﺑﺸﻴﺮا وﻧﺬﻳﺮا وداﻋﻴﺎ اﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﺑﺎذﻧﻪ وﺳﺮاﺟﺎ ﻣﻨﻴﺮا.ﻛﻠﻪ . ﺷﻬﺎدة اﻋﺪﻫﺎ ﻟﻠﻘﺎﺋﻪ ذﺧﺮأ.أﺷﻬﺪ ان ﻻ اﻟﻪ اﻻ اﻟﻠﻪ وﺣﺪه ﻻ ﺷﺮﻳﻚ ﻟﻪ اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ وﺳﻠﻢ. ارﻓﻊ اﻟﺒﺮﻳﺔ ﻗﺪرا.واﺷﻬﺪ ان ﻣﺤﻤﺪا ﻋﺒﺪه و رﺳﻮﻟﻪ أﻣﺎ.وﺑﺎرك ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ أﻟﻪ وأﺻﺤﺎﺑﻪ وﺳﻠﻢ ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ ﻛﺜﻴﺮا ﻓﻴﺎأﻳﻬﺎ اﻟﻨﺎس اﺗﻘﻮاﻟﻠﻪ ﺣﻖ ﺗﻘﺎﺗﻪ وﻻﺗﻤﻮﺗﻦ اﻻ وأﻧﺘﻢ ﻣﺴﻠﻤﻮن.ﺑﻌﺪ. Pada kesempatan ini pertama-tama khatib ingin mengajak diri sendiri dan jama’ah semua untuk meningkatkan taqwa. Sesungguhnya taqwa itu Bermula dari mengihdar laranglarangannya. Dinamika kehidupan selalu saja berubah dan berkembang. Demikian pula kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berurusan dengan sesamanya -hablum minannas- ataupun berhubungan dengan Tuhannya -hablum minallah-. Dalam proses sosialisasi inilah manusia sering menemukan pengalaman baru sebagaimana selalu berubahnya kondisi kehidupan ini yang turut mempengaruhi kehidupan dan pola pikirnya. Bahkan mempengaruhi juga pada nuansa hubungan dengan Tuhannya. Disinilah aplikasi
dari hadits al-imanu yazid wa yanqush bahwa iman itu terkadang tambah (menebal), terkadang pula berkurang (menipis). Tentunya semua umat muslim berharap kondisi iman yang ada dalam dirinya akan terus stabil kalaupun tidak selalu bertambah. Namun seringkali tidak demikian, karena setan yang diberi tugas menggoda manusia selalu saja memiliki trik yang menarik untuk menjadikan manusia muslim pembelot yang taat. Kesadaran ini harus selalu tertanam dalam diri kita, karena dosa yang disertai dengan rasa bersalah lebih baik dari pada keta’atan yang dibarengi dengan kepuasan. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Sehubungan dengan kondisi ini ada baiknya kita menengok hadits Rasulullah saw yang seolah menjelaskan kepada kita betapa manusia itu sangat rapuh untuk bertahan melawan godaan, tetapi bersama itu Allah Dzat Yang Maha Pemurah juga selalu menyediakan langkah untuk membendung godaan beserta hadiah bagi mereka yang berhasil bertahan. Hadits tersebut sebagaimana diterangkan dalam Syarah Nashaihul ‘Ibad karya Syaikh Nawawi Al-Bantani berbunyi: اﻣﺎ اﻟﻤﻨﺠﻴﺎت.ﺛﻼث ﻣﻨﺠﻴﺎت وﺛﻼث ﻣﻬﻠﻜﺎت وﺛﻼث درﺟﺎت وﺛﻼث ﻛﻔﺎرات ﻓﺨﺸﻴﺔ اﻟﻠﻪ ﻓﻰ اﻟﺴﺮ واﻟﻌﻼﻧﻴﺔ واﻟﻘﺼﺪ ﻓﻰ اﻟﻔﻘﺮ واﻟﻐﻨﻰ واﻟﻌﺪل ﻓﻰ و اﻣﺎ اﻟﻤﻬﻠﻜﺎت ﻓﺸﺢ ﺷﺪﻳﺪ وﻫﻮى ﻣﺘﺒﻊ وإﻋﺠﺎب اﻟﻤﺮء.اﻟﺮﺿﻰ واﻟﻐﻀﺐ واﻣﺎ اﻟﺪرﺟﺎت ﻓﺈﻓﺸﺎء اﻟﺴﻼم وإﻃﻌﺎم اﻟﻄﻌﺎم واﻟﺼﻼة ﺑﺎﻟﻠﻴﻞ.ﺑﻨﻔﺴﻪ واﻣﺎ اﻟﻜﻔﺎرات ﻓﺎﺳﺒﺎغ اﻟﻮﺿﺆ ﻓﻰ اﻟﺴﺒﺮات وﻧﻘﻞ اﻻﻗﺪام.واﻟﻨﺎس ﻧﻴﺎم اﻟﻰ اﻟﺠﻤﺎﻋﺎت واﻧﺘﻈﺎر اﻟﺼﻼة ﺑﻌﺪ اﻟﺼﻼة. Hadits ini dapat dibagi menjadi empan bagian utama, bagian pertama menerangkan tiga hal yang dapat menyelamatkan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Ketiga hal tersebut adalah: اﻣﺎ اﻟﻤﻨﺠﻴﺎت ﻓﺨﺸﻴﺔ اﻟﻠﻪ ﻓﻰ اﻟﺴﺮ واﻟﻌﻼﻧﻴﺔ واﻟﻘﺼﺪ ﻓﻰ اﻟﻔﻘﺮ واﻟﻐﻨﻰ واﻟﻌﺪل ﻓﻰ اﻟﺮﺿﻰ واﻟﻐﻀﺐ Pertama, merasa takut kepada Allah swt secara lahir maupun bathin. Kedua, hidup dengan sederhana, dan ketiga, berlaku adil baik dalam keadaan longgar maupun dalam kondisi emosi. Dalam konteks kondisi iman yang selalu fluktuatif, maka ketiga treatmen ini sangatlah bermanfaat untuk selalu diingat. Takut kepada Allah swt artinya takut akan berbagai siksaan dan ancamannya. Mereka yang takut akan pedihnya siksa neraka tentu
akan berusaha menghindar dan lari sejauh-jauhnya dari hal-hal yang menyebabkan kita menjadi penghuninya. Sebagaimana tunggang langgang mereka yang menghindar bertemu singa atupun ular karena sangat takutnya. Kedua hidup sederhana dan sewajarnya saja walaupun dalam kondisi berlebih, apalagi dalam kondisi kurang. Tentunya hal ini adalah kritik akan tingginya konsumerisme yang berakar dari nafsu ingin memiliki dan pamer. Padahal yang demikian itu adalah pekerjaan setan, innal mubadzdzirina kanu ikhwanas syayathin. Dan ketiga berusaha seadil dan sebijaksana mungkin walaupun sedang kondisi emosi. Sesungguhnya emosi adalah pintu masuk bagi setan menguasai manusia. Lihat saja ketika seseorang marah, maka akal yang rasional itu tidak lagi berfungsi. Apakah ketika foto pengantin dibanting masakan itu akan menjadi asin? Mereka yang marah akan kehilangan akal dan dikuasai setan. Al-ghadhab yuzilul aqla. Jama’ah Jum’ah rahimakumullah Itulah tiga hal utama yang kiranya dapat dijadikan pegangan bagi seorang muslim dalam kehidupan kesehariannya agar iman yang ada tidak mudah surut menipis. Sekaligus hendaknya seorang muslim juga menghindarkan diri dari tiga hal perusak yang akan menurunkan kwalitas iman manusia diantaranya: و اﻣﺎ اﻟﻤﻬﻠﻜﺎت ﻓﺸﺢ ﺷﺪﻳﺪ وﻫﻮى ﻣﺘﺒﻊ وإﻋﺠﺎب اﻟﻤﺮء ﺑﻨﻔﺴﻪ Pertama, pelit yang amat sangat. Kedua, menuruti hawa nafsu. Dan ketiga ujub (merasa puas dengan diri sendiri). Ketiga hal ini dinilai sebagai unsur perusak jika berdiam dalam diri seseorang. Sangat Pelit atau kikir amat sangat adalah penghalang seseorang dekat sesama makhluk, apalagi dengan Allah swt, pasti akan semakin jauh. Dan sebaliknya kikir akan membawa seseorang mendekat pada neraka. Bukakah demikian bunyinya an-naru darul bukhala’ bahwa neraka adalah rumah bagi mereka yang kikir. Adapun unsur perusak kedua adalah hawa nafsu yang terlalu dimanja. Artinya, seseorang yang menuruti hawa nafsunya berarti merusak diri dan imannya sendiri. Karena hawa nafsu senantiasa condong pada berbagai maksiat yang melanggar
aturan-aturan Allah swt. Untuk unsur kedua ini sudahlah maklum adanya. Sehingga Allah berfirman wala tattabiul hawa…janganlah engkau sekalian menuruti hawa nafsumu. Adapun ujub merupakan satu unsur perusak. Ujub adalah merasa diri paling benar dan paling baik sehingga menimbulkan rasa bangga dan takjub pada diri sendiri sehingga menjadikan yang bersangkutan lalai bahwa apa pada dirinya saat ini merupakan nikmat Allah swt. Ujub bila selalu dipupuk sangatlah berbahaya, ia akan menyebabkan seseorang merasa menjadi tuhan dalam dirinya sendiri. Karena sejatinya ujub adalah kesombongan yang tersembunyi. Dan jika telah terjangkit penyakit sombong maka ingatlah hadits Rasulullah saw yang artinya tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terbersit sifat sombong walaupun sebesar dzarrah. Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah Demikian tiga unsur perusak utama yang harus diwaspadai. Meskipun Allah swt telah menyiapkan tiga program yang dapat mengangkat derajat seorang muslim yaitu: واﻣﺎ اﻟﺪرﺟﺎت ﻓﺈﻓﺸﺎء اﻟﺴﻼم وإﻃﻌﺎم اﻟﻄﻌﺎم واﻟﺼﻼة ﺑﺎﻟﻠﻴﻞ واﻟﻨﺎس ﻧﻴﺎم Pertama menyebarkan salam. Kedua, memberi makan . Dan ketiga, shalat di tengah malam ketika yang lain terlelap tidur. Jika dianalisis maka program pertama merupakan usaha perluasan jaringan. Dengan berucap salam kepada siapapun baik yang kenal maupun tidak kenal, berarti kita telah membangunkan kembali rasa persaudaraan sesama muslim, yang secara otomatis melenyapkan perasaan saling mencurigai (su’udh dhan). Ini adalah awal bagus untuk dilanjutkan dalam langkah selanjutnya memperluas silaturrahim sesama umat muslim. Adapun memberi makan sebagai program peningkatan derajat seorang muslim yang kedua merupakan aplikasi dari teori bersedekah saling berempati atas nasib sesama muslim. Dalam taraf tertentu ini merupakan program pengentasan kemiskinan secara bertahap. Dan program ketiga, adalah shalat dalam sepinya tengah malam ketika yang lain sedang terlelap tidur. Tepatya di sepertiga terakhir malam yang tersisa. Waktu ini adalah ruang spesial yang dapat difungsikan oleh seseorang untuk mengevaluasi
dirinya dan kehidupannya selama ini. Baik yang berhubungan dengan sesama ataupun dengan Yang Maha Kuasa. Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah Itulah tiga kategori penting dalam hadits ini mulai dari sisi keselamatan, unsur perusak dan program peningkatan derajat. Meski demikian Allah swt dengan ke-Maha Murahannya masih memberikan kepada umat muslim tiga hal sebagai penebus jikalau sampai terjadi khilaf. Ketiga hal tebusan tersebut adalah واﻣﺎ اﻟﻜﻔﺎرات ﻓﺎﺳﺒﺎغ اﻟﻮﺿﺆ ﻓﻰ اﻟﺴﺒﺮات وﻧﻘﻞ اﻻﻗﺪام اﻟﻰ اﻟﺠﻤﺎﻋﺎت واﻧﺘﻈﺎر اﻟﺼﻼة ﺑﻌﺪ اﻟﺼﻼة. Pertama, menyempurnakan wudhu ketika hawa sangat dingin. Kedua, melangkahkan kaki untuk shalat jama’ah dan ketiga sengaja menunggu waktu shalat ketika telah usai melaksanakan shalat . Ketiga hal ini dianggap pahalanya mampu menggantikan -meskipun tidak berarti menghapus- berbagai kesilapan yang telah terjadi. Hal itu karena beratnya menjalankan ketiga hal ini, pertama menyempurnakan wudhu dalam kondisi sangat dingin. Artinya, seseorang yang dengan gigih melawan rasa dingin demi mengambil air wudhu yang akan dipergunakannya untuk beribadah menunjukkan kegigihannya mengedepankan pengabdian kepada Allah swt mengalahkan kepentingannya sendiri. Bahkan rasa dingin yang menusuk tulangnya itu sama sekali tidak diindahkannya. Kedua, melangkahkan kaki untuk shalat jama’ah. Artinya, menyengaja dengan niat penuh melaksanakan shalat jama’ah. Sesungguhnya shalat jama’ah itu keutamannya dua puluh tujuh kali dibandingkan dengan shalat sendiri. Begitu pentingnya posisi shalat jama’ah hingga Allah swt menjanjikan fadhilah yang sangat tinggi karena shalat jama’ah yang pada dasarnya merupakan urusan dengan Allah swt, ternyata mengandung hikmah yang sangat luas. Diantaranya dengan shalat jama’ah seseorang akan berjumpa dengan sesama muslim lain yang memungkinkan terjalinnya silaturrahim antar mereka. Selain itu shalat jam’ah juga dapat menjadi tanda syiar dan kokohnya agama Islam. Sehingga pemeluk agama lain akan merasa kagum dengan solidaritas dan ketaatan umat muslim yang selalu berkumpul lima kali dalam sehari.
Dan yang terakhir adalah menunggu waktu shalat tiba setelah melakukan shalat. Maksudnya adalah ketika seseorang usai dengan shalat maghrib lalu tidak menggeser diri dari masjid/mushalla dengan tujuan menunggu shalat isya, maka itu adalah bukti pengorbanan seseorang untuk mengutamakan urusan ibadah di atas urusan lainnya. Artinya dengan mennggu waktu shalat selanjutnya, seseorang berarti menghentikan kegiatan lainnya dan segala urusannya hanya untuk menghadap kepada Allah swt. Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia, Demikianlah tiga hal dalam empat kategori yang diterangkan Rasulullah saw kepada umatnya. Semoga kita senantiasa mampu menjaga diri dan iman kita dengan memanfaatkan peluang yang diberikan Allah swt Yang Maha Pemurah. ِﺑ َـﺎر َك َ اﻟﻠـﻪُ ﻟِـﻲ ْ وَﻟَﻜ ُـﻢْ ﻓ ِـﻲ ْ اْﻟﻘُـﺮ ْآنِ اْﻟﻌَﻈ ِﻴ ْـﻢ ِوَﻧَﻔَﻌَﻨِــﻲ وَإﻳَّــﺎﻛ ُﻢْ ِﺑﻤَــﺎ ِﻓﻴ ْــﻪِ ﻣِــﻦ َ اْﻵﻳــﺎَت ُوَاﻟﺬﻛ ْﺮ ِاﻟْﺤ َﻜ ِﻴ ْﻢِ وَﺗَﻘَﺒَّﻞ َ ﻣِﻨِّﻲ وَﻣِﻨْﻜ ُﻢْ ﺗِﻼ َوَﺗَﻪ ُإﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ اﻟﺴ َّﻤِﻴ ْﻊُ اْﻟﻌَﻠِﻴ ْﻢ Khutbah Tiga Hal Penyelematan dan Penebusan