KARYA TULIS ILMIAH
MENANGKAP PELUANG BISNIS BERDASARKAN KISAH RASULULLAH MUHAMMAD SAW
Oleh : Nama: Zidnii „Ilma Nafi‟a NIM : 11.12.5375 Kelas : S1-SI-01
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER “AMIKOM” YOGYAKARTA 2012
ABSTRAK Rasulullah Muhammad SAW merupakan suri tauladan bagi kita, khususnya umat Islam dalam segala sepak terjangnya tak terkecuali dalam dunia perdagangan/bisnis. Karya tulis ini membahas tentang bagaimana Muhammad SAW dapat sukses berdagang/berbisnis. Hal itu mengajari kita untuk mencontoh cara berdagang beliau, sesuai dengan cara yang dianjurkan oleh agama yang tidak melanggar aturan-aturan Nya. Sifat beliau yang rajin berlatih sejak belum dewasa, ulet tabah tekun jujur mampu menarik para pembelinya bahkan menjadi pelanggannya, tanpa adanya unsur penipuan menjadi daya tarik tersendiri, bahkan jika sudah didapatinya, ia punya konsep sedekah yang tidak dimiliki oleh orang-orang pada zamannya. Cara yang dilakukan Rasulullah itu dapat langsung diakui kebagusannya baik oleh kawan maupun lawan. Bahkan orang terkaya di dunia Bill Gates dan Warren Buffet bisa kaya karena sedekah, dan belum pernah orang yang jatuh miskin gara-gara sedekah. Metode pemaparan karya tulis ini menggunakan library research (Riset bacaan pustaka) dengan metode ibrah. Pelajaran yang dapat dipetik antara lain karena kegigihan, kejujuran, dan konsep sedekah mengundang reaksi sangat cepat untuk hadirnya sosok usahawan yang tangguh dan kepribadian yang dapat diteladani.
KATA KUNCI: Berdagang, bisnis, Muhammad, jujur, ulet, sedekah, diteladani
Kisah-kisah Rasulullah SAW merupakan ladang inspirasi bagi umat manusia, khususnya bagi yang mau membaca, mencermati, dan mengamalkannya. Dalam tulisan ini mengambil sudut pandang dari bagaimana cara Rasulullah berdagang sehingga mendapat keuntungan yang cukup bahkan lebih, meskipun Beliau adalah seorang yatim sejak kecil, bahkan piatu ketika usianya menginjak lima tahun, namun menjadi seorang yatim piatu bukanlah kendala baginya, justru sebaliknya menjadi kekuatan dalam dirinya untuk menjadi pribadi yang kuat dan mandiri. Sosok Muhammad kecil memang sudah terlihat dalam dirinya bahwa kelak ia akan menjadi seorang Nabi dan Rasul Allah sebagai pembawa petunjuk bagi umat manusia. Tidak heran jika perilakunya yang baik lagi mulia, seperti jujur dan amanah yang sering membawa rezeki maupun berkah. Berdagang dan menggembala adalah kegiatan sehari-hari yang biasa ia lakukan, selain kebiasaan yang lebih penting adalah pendidikan dari orang tuanya, yaitu ibunya Aminah yang mendidiknya dalam hal apapun. Adapun dalam berdagang Muhammad kecil sudah biasa untuk diajak berbelanja ke pasar untuk membeli barang dagangan (kulakan) sehingga ketika usianya sekitar dua puluhan tahun, perdagangannya sudah menembus negara tetangga. Dari sini sudah jelas bahwa Muhammad ialah sang pedagang. Muhammad menjadi kaya raya karena perdagangannya, sehingga kaumnya mengagungkan perdagangan. Maka, diutuslah Muhammad yaitu seseorang yang mampu menguasai perdagangan, sehingga sebagian orang percaya kepada Muhammad berikut risalah yang telah dibawanya. Bahkan pakar kelas dunia keturunan chinese pun mengakui bahwa Muhammad adalah pengusaha, seharusnya umat Muslim pun juga bisa menjadi pengusaha. Hal ini semakin dikuatkan, karena orang-orang disekitar beliau seperti istri kesayangannya (Khadijah), keempat sahabat Rasulullah, dan sepuluh sahabat Rasulullah yang dijamin masuk syurga pun ternyata hampir semuanya pedagang. Islam pun menganjurkan perdagangan, terkait dengan wasiat penting Rasulullah, “Berdaganglah engkau, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu berada di perdagangan”. Dalam Firman-Nya : Sesungguhnya Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba‟. “Sesungguhnya Allah lebih menyukai muslim yang kuat iman dan nafkahnya daripada muslim yang lemah”. Merujuk pada Islam, agama ini sangat menganjurkan umatnya untuk menjadi kaya, bahkan tidak ada ayat maupun hadits yang menganjurkan untuk menjadi seorang yang miskin. Meskipun uang itu seperti pisau, yang artinya dapat membawa manfaat sekaligus mudharat, namun percayalah bahwa “Kekayaan tidak membawa mudharat bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT”. Sehingga Rasulullah sering memanjatkan do‟a “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran, kefakiran, dan azab kubur”.
Sekalipun Rasulullah menjadi orang kaya, namun ia tetap sederhana. Selalu menggunakan hartanya untuk menolong sesamanya dan memperjuangkan agamanya. Beliau tidak tanggung-tanggung untuk memberi kepada orang lain. Sehingga Yang Maha Kuasa berjanji : “perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. Keteladanan Rasulullah dalam aspek kehidupan memang tidak dapat dipungkiri, namun tidak ada salahnya jika kita mampu menduplikasinya, terutama dalam hal dagang. Ilmu duplikasi bisa kita terapkan karena cara-cara beliau yang sangat alami, manisiawi, dapat diteladani, dan dapat diteruskan oleh segenap umat manusia sepanjang zaman. Bahkan orang terkaya di dunia Bill Gates dan Warren Buffet bisa kaya karena sedekah, dan belum pernah orang yang jatuh miskin gara-gara sedekah. Sesungguhnya sedekah ini mampu mengumpulkan energi positif dan membuang energi negatif, sehingga orang yang berada di sekitar menjadi merasa nyaman, dan ingin membalas terhadap apa yang telah kita lakukan. Walaupun pada hakikatnya sedekah bukan hanya untuk melipat gandakan rezeki saja, melainkan juga untuk menjaga kesehatan atau menyembuhkan penyakit, menolak bala, memudahkan urusan, mempermudah keturunan, hingga memperpanjang umur. Sedekah juga tidak hanya diperuntukkan bagi orang yang kaya melainkan juga orang yang sempit rizkinya (miskin). Sesuai Firmannya : “dan yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. Kebanyakan orang pasti akan berkata : “udah miskin malah suruh sedekah, buat diri sendiri aja susah!”. Harap maklum, karena kebanyakan mereka belum mengerti janji Yang Maha Memberi kepada orang yang suka memberi. Lalu apa hubungannya dengan peluang bisnis?. Seperti tidak pada umumnya orang jika sekarang ini kita berbisnis harus senantiasa berkata jujur, amanah, dan dibarengi sifat mulia lainnya, apalagi diperintahkan untuk memberi alias bersedekah yang banyak, untuk melipat gandakan harta tersebut. Lebih-lebih kita mau memberi harta yang kita cintai, dalam Firmannya: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.Tidak masuk akal sepertinya, tapi itu adalah realita yang tak terbantahkan.
REFERENSI Suyanto, M. 2008. Muhammad Bussiness Strategy & Ethics, Etika dan Strategi Bisnis Rasulullah Muhammad SAW. Andi Offset. Yogyakarta Santosa, Ippho. 2010. 7 Keajaiban Rezeki. Rezeki Bertambah, Nasib Berubah, dalam 99 Hari dengan Otak Kanan. PT. Gramedia. Jakarta