GEMA REDAKSI
Memperkenalkan Senam Keluarga Para pembaca yang budiman,
S
ELAMA bulan September, suasana politik di tanah air penuh dengan kemeriahan yang hangat menyambut Presiden dan Wakil Presiden baru yang Insya Allah dilantik pada tanggal 20 Oktober bulan ini. Pada tanggal 1 Oktober, di Wonosobo, dilakukan kegiatan peringatan Hari Lansia Internasional. Oleh karena itu, dalam suasana Hari yang bersejarah itu, kita gembira bahwa salah satu tokoh nasional yang telah lanjut usia, berusia diatas 60 tahun, yaitu Bapak Jusuf Kalla, dilantik menjadi Wakil Presiden RI. Kepada kedua tokoh yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden kita ucapkan selamat dan kepada Bapak SBY dan Bapak Budiono yang memimpin bangsa ini selama sepuluh tahun kita ucapkan selamat juga semoga melanjutkan dharma baktinya sebagai lansia seperti layaknya lansia lain yang peduli terhadap tiga generasi. Kita bersyukur, pada bulan September lalu, Presiden SBY menerbitkan Surat Keputusan yang mengukuhkan tanggal 29 Juni adalah Hari Keluarga Nasional. Oleh karena itu kita mengajak agar penduduk lansia jangan dipisahkan dari keluarga. Karena itu, pada Peringatan Hari Lansia sedunia, tanggal 1 Oktober 2014, di deklarasikan Senam Keluarga sebagai ajakan bagi seluruh keluarga melakukan senam bersama. Senam Keluarga itu dimaksudkan untuk para penduduk lanjut usia ikut bersama agar supaya tidak melakukan senam sendiri sesama lansia dan menjadi tontonan bagi anak dan cucunya. Senam Keluarga mengambil dasar senam Tera yang gerakannya lamban dan menarik, yang karenanya bisa diikuti oleh tua dan muda dengan manfaat yang tinggi dan mampu mengantar seseorang, dengan senam yang teratur dan makanan yang baik serta dengan pola hidup sehat dapat sehat, bermanfaat dan berusia panjang. Senam Keluarga itu sekaligus dimaksudkan untuk menyambut Hari Keluarga Nasional yang telah di deklarasikan oleh Presiden kedua, Almarhum Pak Harto pada tanggal 29 Juni 1993, segera setelah disyahkannya UU
nomor 10 tahun 1992, dan kemudian bulan lalu dikukuhkan dengan Surat Keputusan Presiden SBY. Keluarga adalah basis pembangunan yang dilakukan secara sistematis guna meningkatkan keluarga pra sejahtera menjadi keluarga sejahtera I, II dan III, dan akhirnya diantar menjadi keluarga sejahtera III Plus yang peduli terhadap sesamanya. Program pemberdayaan yang dilakukan secara sistematis bisa dengan mudah diarahkan untuk mengangkat setiap keluarga menjadi keluarga sejahtera yang paripurna. Semua keluarga Indonesia bisa diberdayakan menjadi keluarga sejahtera III Plus, yaitu keluarga sejahtera yang peduli terhadap sesama keluarga lainnya. Upaya pengentasan kemiskinan dengan mengajak semua potensi bangsa bekerja secara gotong royong adalah suatu upaya menjadikan setiap keluarga peduli terhadap keluarga lainnya, yang pra sejahtera atau yang miskin harus siap bekerja cerdas dan keras karena didampingi oleh keluarga yang terlebih dulu sejahtera, sebaliknya keluarga yang sudah sejahtera mengulurkan tangan dalam suasana gotong royong di Posdaya, membantu keluarga yang sedang berkembang. Mudah-mudahan pemerintah baru nanti membawa suasana gotong royong itu makin marak dan membawa makna yang benar dalam mengantar keluarga Indonesia maju pesat dan menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Upaya pengentasan kemiskinan dengan mengajak semua potensi bangsa bekerja secara gotong royong adalah suatu upaya menjadikan setiap keluarga peduli terhadap keluarga lainnya. [FOTO: MULYONO]
Haryono Suyono Pemimpin Umum Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
3
DAFTAR ISI
Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Haryono Suyono Wakil Pemimpin Umum: Dr. Subiakto Tjakrawerdaja dr. Loet Affandi, SpOG Penasehat: Sudwikatmono Bambang Trihatmodjo Pemimpin Perusahaan: Drs. TP Suparta, MBA Pem impin Redaksi: Drs. Dadi Parmadi, MA Wakil Pemimpin Redaksi: Hari Setiyowanto Redaktur Pelaksana: Dede Haeruddin Redaktur Senior/Koordinator Liputan Daerah: H Harun Nurochadi Staf Redaksi: Rahmawati Haris Fadillah Irwan Riduan Fotografer: Tirto Andayanto, POV Kontributor Foto: Drs. Fajar Wiryono Naziruddin (Rudi) Lubis Designer: S Herman Ade Sudrajat H. M. Nizar
LAPORAN UTAMA
Gerakan Posdaya Jadi Partisipasi Pemuda dalam Sukseskan MDGs Pemuda menjadi roh terpenting dalam pembangunan bangsa. Daya kreatif dan inovasinya sangat mencerahkan serta memberi warna baru. Pemuda harus bangga dengan potensi dan karya nya, termasuk dalam peran aktifnya dalam Posdaya. Bulan Oktober menjadi salah satu bulan penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tanggal 1 Oktober misalnya, menjadi Hari Kesaktian Pancasila. Sedangkan Sumpah Pemuda diperingati pada 28 Oktober.
Sekretaris Redaksi: Ari Yusnita, SE Gemari On-Line: Donni A Hanafie Abdurrahman Fadil Binnur, S. Kom Konsultan Ahli: Dr. Moch. Soedarmadi Dr. Mazwar Noerdin Dr. Sugito Suwito, MA Dr. Rohadi Haryanto, MSc Drs. Made Are Subrata Manajer Iklan dan Promosi: Dr. Mulyono D Prawiro Staf Tata Usaha dan Umum: Hendro B Setiadi, SE, Ak Irwan Febriansyah, SE Sandra Amelia, SE Produksi: Sidik Nurhidayat Sirkulasi dan Distribusi: Drs. FX Riswadi, Johari, Sulaeman. Alamat Redaksi: Jl. Pengadegan Barat No. 4 Jakarta Selatan 12770 Telp. (021) 794 3120 Fax. (021) 794 2802 E-Mail:
[email protected], http:// www.gemari.or.id. Penerbit: Yayasan Dana Sejahtera Mandiri Pelaksana Penerbitan: Yayasan Anugerah Kencana Buana Percetakan: PT. Citra Kharisma Bunda Isi di luar tanggung jawab percetakan
4
44
CERITA SAMPUL
47
Hj Idza Priyanti, AMd, SE Posdaya Memakmurkan Desa di Seluruh Brebes Brebes telah menasbihkan diri sebagai wilayah pengembangan Posdaya. Dengan adanya Posdaya, seluruh masyarakat desa di kabupetan ini, utamanya keluarga-keluarga pra sejahtera atau keluarga miskin harus sejahtera. Dengan Posdaya mudah mudahan Brebes bisa lebih maju dan masyarakatnya lebih sejahtera. TULAH tekad mulia dari seorang Hj Idza Priyanti, AMd, SE, yang tak lain Bupati Brebes. Meski sebagai seorang Bupati perempuan, tetapi visi kepemimpnan dalam memperjuangkan peningkatan derajat kesejahteraan rakyatnya luar biasa. Jika kemarin orang datang ke Brebes hanya untuk beli bawang merah maupun telor asin, kini bisa beli oleholeh hasil produksi ekonomi kreatif dari kelompok usaha Posdaya. Ada batik, makanan olahan dari inovasi rumput laut, telor bebek aneka rasa maupun olahan singkong dan ubi aneka rasa.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
LAPORAN DAERAH
64
Dari HUT PWRI ke-52 di Jawa Barat PWRI Pendukung Posdaya di Desa PENDIDIKAN
60
Universitas Trilogi Siapkan 415 Mahasiswa Terbaik Universitas Trilogi Jakarta sebagai pengembangan Sekolah Tinggi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) sejak pendiriannya tahun 2013 lalu, telah menerapkan sistem pendidikan dengan tim base learning. Yaitu mengundang sejumlah praktisi dan akademisi, dalam rangka memberikan materi yang sangat diperlukan mahasiswanya agar kelak setelah lulus bisa menjadi sarjana atau ahli sesuai bidangnya.
POSDAYA MASYARAKAT
7
Posdaya Edelweis Dari Kebun Bergizi hingga Kebun Bibit Desa Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) telah menjadi penggerak masyarakat RW 27 Kelurahan Bahagia, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat untuk bersama-sama membangun kesejahteraan masyarakat yang mumpuni, baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Sejak diresmikan menjadi Posdaya Edelweis dua tahun lalu, masyarakat RW 27 ini kian menimba ilmu dari berbagai kegiatan yang digencarkan Posdaya Induk Bahagia. Di antaranya yang saat ini sedang ditekuni adalah memanfaatkan lahan kosong untuk “disulap” menjadi Kebun Bibit Desa.
Redaksi menerima artikel via Pos, Faximile atau E-mail:
[email protected] yang sesuai dengan misi Majalah Gemari. Artikel diketik 2 (dua) spasi di atas kertas folio, antara 1,5 - 3 halaman. Redaksi berhak merubah tulisan tanpa merubah isi artikel. Karya yang dimuat diberikan imbalan.
Jasa dan pengabdian para anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) bagi bangsa ini memang patut mendapat acungan jempol. Mereka terus mendukung mewujudkan pemberdayaan tiga generasi, yaitu generasi anak-anak, remaja dan keluarga muda serta sesama lansia melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa-desa. Tak heran, bila semangatnya itu layak meraih bintang jasa.
Gema Redaksi
3
Surat Pembaca
6
Posdaya Perguruan Tinggi
20
Posdaya Pemerintah
33
Posdaya Lembaga Keuangan
36
Posdaya Organisasi Sosial
42
Kolom Khusus
50
Forum Kita
62
www.gemari.or.id F o t o S a m p u l : Hari Setyowanto
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
5
SURAT PEMBACA Setiap surat yang dikirim harus disertai identitas diri antara lain KTP/SIM atau lainnya.
MOJOKERTO DEKLARASIKAN POSDAYA
B
AGAIMANAKAH kiprah Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) saat ini? Ternyata Posdaya terus menarik perhatian berbagai kepala pemerintah daerah di tanah air. Keberadaannya semakin memberi dampak positif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat. Tak pelak, satu persatu kepala pemerintahan di negeri ini pun berturut-turut mendeklarasikan pengembangan Posdaya di masing-masing wilayahnya. Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto, Jawa Timur, 19 Agustus 2014 lalu. Pemkab Mojokerto secara khusus menggelar acara Gebyar Posdaya sekaligus Pencanangan dan Sosialisasi serta Deklarasikan Posdaya di seluruh Kabupaten Mojokerto. Mereka pun siap mengembangkan Posdaya, program pemberdayaan yang selama ini dinantikannya. Acara yang terselenggara atas kerja sama Pemkab Mojokerto dan Yayasan Damandiri itu menarik perhatian berbagai kalangan. Apalagi ditampilkan melalui sajian talkshow Program Semanggi Show yang disiarkan TVRI Surabaya, Jawa Timur. Yang menarik, ratusan mahasiswa KKN Posdaya dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) serta ratusan pimpinan Pemkab Mojo-
kerto berikut para tokohnya turut serta menghadiri. Tercatat sebanyak 900 peserta antusias mengikuti kegiatan ini. Bahkan yang menarik, acara dipandu langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Hayono Suyono dan presenter TVRI Surabaya Shinta Nusa. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Pendopo Graha Maja Tama Kabupaten Mojokerto, Jl Jend A Yani No 16, Mojokerto, Jatim, ini tampak semarak dan berkesan. Acara kian bermakna, pasalnya saat itu juga Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE langsung mendeklarasikan pengembangan Posdaya di seluruh Kabupaten Mojokerto. Bahkan bukan hanya itu, masyarakat Mojokerto kian mendapat anuegerah berharga, saat itu juga Yayasan Damandiri menyerahkan bantuan 1500 bibit pohon pisang Cavendish untuk ditanam para kader Posdaya di Mojokerto. Selain itu, para peternak Mojokerto juga mendapat bantuan sejumlah hewan ternak kambing melalui kerja sama bagihasil dari Dompet Dhuafa Jakarta. Hadir pada acara ini Bupati Mojokerto, H Mustafa Kamal Pasa, SE, Wakil Bupati Mojokerto Dra Hj Choirun Nisa, MPd, Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto dr Hj Ikfina Mustofa Kamal Pasa, dan para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Mojokerto.
Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri mengungkapkan rasa bangga dan kagumnya kepada Bupati Kabupaten Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa yang telah mendeklarasikan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Mojokerto. Beliau berharap setelah deklarasi ini pimpinan Pemkab Mojokerto bisa bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat. Menurutnya, deklarasi Posdaya yang dicetuskan Bupati Mojokerto merupakan gerakan yang luar biasa. Dia pun langsung menyerahkan 1500 bibit pohon pisang Cavendish bagi masyarakat Mojokerto yang tergabung dalam Posdaya yang diserahkan secara simbolis kepada Bupati Mojokerto H Mustafa Kamal Pasa, SE. “Apakah Pak Bupati nanti dalam waktu tiga bulan bisa kembali menerima Pak Rektor Unesa maupun Pak Rektor Umsida berikut para Kepala LPPM dari Unesa maupun Umsida, untuk sowan Pak Bupati meninjau desa,” ucap Prof Haryono Luar biasa karena Posdaya makin menarik perhatian berbagai kepala pemerintah daerah di tanah air. Semoga sukses untuk Gerakan Posdayanya Bapak Prof Haryono dan Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Drs Parman Wirosentanu Jl Jend A Yani Mojokerto, Jatim.
Formulir Berlangganan
N a m a : ........................................................................................................ Alamat Lengkap : .............................................................................................................................................................. ............................................................ Kode Pos: ........................... Telp.: ....................................... Sebagai pelanggan tetap mulai nomor: ......... s/d. ........... Sebanyak: .............. eksemplar. Pembayaran dimuka melalui Yayasan Anugerah Kencana Buana Rekening Bank Central Asia (BCA) Irwan Febriansyah No. Rek.: 375 135 6941 Kantor Cabang Pembantu (KCP) Graha Inti Fauzi Pelanggan, (.....................…………….) 6
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Edelweis
Dari Kebun Bergizi hingga Kebun Bibit Desa Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) telah menjadi penggerak masyarakat RW 27 Kelurahan Bahagia, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat untuk bersama-sama membangun kesejahteraan masyarakat yang mumpuni, baik di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Sejak diresmikan menjadi Posdaya Edelweis dua tahun lalu, masyarakat RW 27 ini kian menimba ilmu dari berbagai kegiatan yang digencarkan Posdaya Induk Bahagia. Di antaranya yang saat ini sedang ditekuni adalah memanfaatkan lahan kosong untuk “disulap” menjadi Kebun Bibit Desa.
Panen sayur mayur dari Kebun Bergizi memberi semangat warga untuk merawat tanaman secara bergantian. [FOTO-FOTO: RAHMA]
P
OSDAYA Edelweis merupakan satusatunya Posdaya yang mendapat kepercayaan dari Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat untuk menerapkan Kebun Bergizi diantara Posdaya-Posdaya yang berkembang lainnya di Kabupaten Bekasi. Menariknya lagi, pola penghijauan dari BPTP Jawa Barat hampir sejalan dengan Kebun Bergizi yang sudah ada sebelumnya di Posdaya Edelweis. “Jadi apa yang pernah kita pelajari bersama itu tidak ada yang sia-sia. Kita pernah menimba ilmu dari mobil pintar, kemudian dari mobil hijau kita belajar bagaimana membuat kompos. Melalui kegiatan Haryono Suyono Center (HSC) kita jadi tahu pentingnya kebun bergizi ada di setiap pekarangan rumah. Hal ini dipertegas lagi dengan kedatangan tim BPTP Jawa Barat yang telah mensurvey kegiatan kami menjadi semacam pilot project untuk penanaman kebun bergizi,” ungkap Ketua Posdaya Edelweis Mutohharotun ini bangga. Semua berawal dari semangat gotong
royong. Dari mulai ikut-ikutan belajar kompos dan lain-lain yang tidak semua kader bisa, karena biasanya yang mengikuti pelatihan adalah perwakilan per RW. Kini sudah ada Kebun Bibit Desa yang merupakan hasil kerja keras masyarakat. “Dulu belajar kompos masih skala rumah, sekarang bagaimana menggiatkan masyarakat untuk berkebun,” tukasnya. Menurutnya, mengajak masyarakat untuk berkebun justru lebih mudah untuk ukuran masyarakat semi perkotaan. Berbeda dengan berkebun untuk skala rumahan, perlu kesadaran tinggi sehingga mengajaknya pun agak sulit. Sebelum mendapat bantuan pupuk untuk kebun bergizi RW 24, pihak BPTP Jawa Barat telah melakukan survey kelayakan pada 4 Juli. “Bantuan pupuk diberikan karena ingin mengembangkan kebun,” cetusnya. Kebun bergizi yang sudah ada di Posdaya Edelweis, berkat dukungan BPTP Jawa Barat kini semakin meluas, hijau dan siap panen hanya dalam waktu beberapa bulan. Kebun bergizi ini pun kini telah berganti nama Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
7
dengan Kebun Bibit Desa yang bertujuan memproduksi benih untuk disalurkan kepada anggota kelompok dan masyarakat desa. Di atas lahan seluas 8 x 20 meter yang berada di tengahtengah antara lapangan volley dan pekarangan Mushala At Taubah, memang cukup strategis untuk memanfaatkan lahan kosong tersebut menjadi Kebun Bibit Desa. Sementara kebunkebun bergizi sekarang sudah dapat kita jumpai di tiap-tiap Mutohharotun halaman rumah warga. Pasalnya, pihak BPTP Jawa Barat tidak hanya membantu warga mengembangkan teknik penanaman kebun bergizi hingga bisa memproduksi bibit, tapi juga memberikan 10 rumah contoh dengan kebun bergizinya. Dengan sendirinya, rumah-rumah contoh ini kini sudah menyebar ke rumah-rumah warga lainnya. “Pembelajaran ini hampir sama dengan yang kita dapat sewaktu menggali ilmu di HSC. Tapi disini kita lebih praktek langsung. Setidaknya, kader PKK yang diterjunkan sudah memiliki pengetahuan dasar apa itu kebun bergizi.”
Dalam kurun waktu beberapa bulan Kebun Bergizi Posdaya Edelweis berhasil menjadi Kebun Bibit Desa yang ditunggu-tunggu warga.
8
Pesta kebun Sejak mendapat pupuk langsung dari Lembang (BPTP Jawa Barat), sekitar pertengahan Juli 2014 lalu, hanya dalam waktu dua bulan mereka sudah dapat menikmati hasil perkebunan “mini” nya. Kebun seluas 8 x 20 meter ini lengkap ditanami sayur mayur, buahbuah-an dan bumbu dapur. Juga menyisakan
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
kolam seluas 1,5 x 3 meter untuk ternak lele, berisi sekitar 200 bibit lele. “Dari Lembang kita mendapat pupuk sebanyak 1 truk. Tanaman yang ditanam itu konsumsi sehari-hari yang harus disiram setiap hari. Ada sawi, terong, selada, bawang merah, cabe, jahe, lengkuas, pare, bayam, kangkung dan banyak lagi,” cetus Mutohharotun. Setiap harinya, ada warga yang datang bergantian untuk menyiram tanaman dengan mengambil air dari keran mushala At Taubah. Tak sulit bagi Mutohharotun untuk menggerakkan warganya, karena selaku Ibu RW dan Ketua TP PKK RW, ia cukup menugaskan masing-masing Ketua RT untuk berbagi tugas. Dari 10 RT yang ada di RW 27, biasanya masingmasing RT membawa 3 – 5 kader PKK untuk menyiram tanaman. Sehingga masing-masing RT diperkirakan mendapat tugas menyiram dalam sebulan ada sebanyak tiga kali setiap pagi dan sore. “Sambil menyiram tanaman, kami memberi makan lele. Ada kangkung di kebun kita kasih ke lele, airnya ditambah,” ungkap Ketua TP PKK RT 3, Marsiti yang segera diamini oleh ketua-ketua PKK beserta kader lainnya yang sekaligus merupakan anggota Posdaya Edelweis. Menurut Marsiti, hasil dari Lembang setelah ditanam disini berbeda. “Diantara semua tanaman yang paling susah itu memang sayuran, tidak boleh terkena panas. Di sini benarbenar panas. Padahal aturannya hanya 8 jam terkena matahari, tapi disini bisa lebih dari 8 jam tanaman terkena paparan matahari,” ungkapnya. Dalam kesempatan itu, hadir pula Ketua Forum PKK RW se-Kelurahan Bahagia Sumarni Hartono yang turut memotivasi kader untuk lebih giat mencari peluang usaha. Kebersamaan juga kian terasa, saat Tim Gemari disuguhi menu makan siang sederhana yang diambil langsung dari hasil kebun. Ada pecak terong, urap kenikir dan pecel lele. Hembusan semilir angin saat itu seraya mata memandang hamparan kebun, serasa irama desa mengalun merdu. Selamat buat Posdaya Edelweis yang telah menjadi barometer Kebun Bibit Desa untuk kesejahteraan warga sekitar. RW
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
9
POSDAYA MASYARAKAT
Mantan Kondektur dan Kader Posdaya Mandiri Brebes
Kembangkan Usaha Telur Asin Telur bebek asin Brebes sangat kesohor. Sehingga rasanya kurang lengkap kalau singgah di Kabupaten Brebes tanpa membeli telur asin. Sebab, selain menjadi ikon oleh-oleh khas, telur asin Brebes juga memiliki sejumlah keunikan, dibanding telur asin daerah lain.
Usaha pembuatan telor asinnya sempat dikunjungi Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMd, SE. [FOTO-FOTO: HARI]
10
A
DALAH mantan kondektur bus antarkota bernama Sunarto, salah seorang pengrajin telur asin. Ia bersama pengrajin lainnya meramaikan industri telur asin di Brebes. Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Demikian pula dengan Sunarto. Kader Posdaya Mandiri dari Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Labupaten Brebes, Jawa Tengah ini, mengungkapkan telor asinnya kini semakin banyak peminatnya. “Telur Asin yang saya produksi, tidak saya jual eceran, tapi khusus untuk saya pasok kepada pelanggan di daerah Songgom, Ketanggungan, Tanjung dan Klampok, memang pangsa pasar baru untuk lokalan wilayah Brebes,” kata Sunarto Sebelum menggeluti usaha telor asin, Sunarto lama berkecimpung di jalanan sebagai kondektur bus antar kota. Sebagai kondektur
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
tentu mengharuskan dirinya acap kali meninggalkan keluarganya. Belum lagi faktor kesehatan di jalanan maupun resiko dihadapi tidak sebanding dengan penghasilan yang didapatnya. Kini Sunarto menemukan jalan baru menjadi pengrajin telor asin. Meski banyak permintaan, tetapi Sunarto yang memulai usahanya sejak tahun 2010 lalu mengaku baru bisa memproduksi sehari 1.200 butir telur asin. Karena terbatasnya modal usaha. Untuk seribu butir telur mentah yang mau dibuat telur asin, Sunarto harus menyiapkan modal Rp 2 juta. “Alhamdulillah kini modal usaha dari Pinjaman Tabur Puja Posdaya bisa membantu menaikkan pasokan permintaan pelanggan,” aku Sunarto seraya menyebut nama yang diketuai oleh Ibu Rohayati yang telah membantunya mendapat tambahal modal usaha sebesar Rp. 2.000.000,. Ibu Rohayati merupakan Ketua Posdaya Limbangan Wetan. Kredit Tabur Puja digulirkan melaui Koperasi Windu Kencana Brebes mendorong dan memotivasi keluarga-keluarga miskin yang tergabung dalam Posdaya memaksimalkan usahanya. “Dari usaha telur asin ini, alhamdulilah saya sudah bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, bisa menabung dan bisa merintis membangun rumah yang sekarang ditempati,” kata Sunarto seraya bersyukur. Telur asin buatan Sunarto telah memiliki pelanggan sendiri. Ia pun setengah mempromosikan diri jika banyak pelanggan mengomentari telur asin buatannya rasanya enak. “Telur asin buatan saya dinilai berkualitas tinggi karena memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, “kering” dan jika digigit tidak menge-
luarkan cairan, tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat,” ujarnya seraya menambahkan, meskipun enak, harga telur asinnya tetap terjangkau. Sunarto membeli bahan telur asinnya dari pengepul telur mentah., namun ada resep yang membedakan rasa dan gurihnya setelah di olah dan siap di jual. Kunjungan bupati Sunarto seumur hidupnya baru merasakan gembira. Lantaran Bupti Brebes Hj Idza Priyanti, SE bersama Menko Kesra Kabinet Pembangunan, Prof Dr Haryono Suyono tanpa disangka berkenan mengunjungi tempat produksi telur asinnya sekaligus rumah tinggal. Tanpa ragu pada dua tamu istimewanya itu, Sunarto pun selain menjelaskan perihal usahanya juga memberikan resep jitu dalam memilih ciri-ciri telur asin yang bagus dan berkualitas tinggi. “Ciri-ciri telur asin yang bagus dan berkualitas tinggi yaitu memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, “kering”, jika digigit tidak mengeluarkan cairan, tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat,” tuturnya. Memang kelezatan rasa telur asin Brebes sangat dipengaruhi pula oleh kandungan pakan bebek, yang mengutamakan ransum pilihan, protein tinggi dan alami. Pengolahannya tanpa pengawet, sehingga diperoleh rasa tradisional yang khas. Sehingga hal inilah yang membedakan telur asin Brebes dengan telur asin daerah lain. Pada Bupati Brebes dan Prof Haryono, Sunarto mengungkapkan pula harga telur asin produksi dijual Rp 2.700 per butir. Dengan harga tersebut sudah memperoleh keuntungan sebesar 700,-. Hari Sabtu dan Minggu merupakan saat banyak pesanan yang harus dipenuhinya. Khusus Lebaran, Sunarto mampu mengolah hingga 2 ribu butir dalam sekali produksi sehari. Lebaran lalu, harga telur asin naik menjadi Rp 2.700 hingga Rp 3.000 per butir. Memang telur asin Brebes memiliki beberapa varian yakni telur asin rasa udang, telur asin rebus, telur asin pangon, telur asin panggang, dan telur asin bakar atau asap. “Namun saya Sunarto hanya memproduksi telur asin jenis asin rebus dan asap saja,” kata Sunarto yang kini tengah menyiapkan resep baru, yaitu telur asin rasa buah strawberi, durian dan nangka yang telah dicobanya untuk dikonsumsi sendiri.
Sebagai pengrajin, Sunarto pun punya impian untuk melebarkan wilayah pemasarannya. Ia ingin telur asin produksinya bisa merambah ke Cirebon, Jawa Barat. Bapak tiga anak hasil buah cintanya dengan Nur Asyiah, masing-masing Riski Darussalam (sudah berkeluarga), Widyawati (SMK) dan Halimatussaadah ini merasa lebih senang menjadi pengrajin telur asin ketimbang menjadi kondektur bus. Sebagai pengusaha mikro, Sunarto pun tidak pelit membagikan pengetahuan cara membuat telur asin yang dimulai dari awal proses pengasinannya. Proses pengasinan, kata Sunarto, dimulai dari telor bebek mentah yang sebelumnya disortir dan dipisahkan telur kualitas bagus dan kurang bagus. Yang bagus diproses menjadi telur asin dengan menggunakan rempah-rempah yang telah terlebih dahulu direbus hingga airnya mendidih dan kemudian dibiarkan sampai dingin. Setelah dingin dimasukan adonan pasir, tanah dan garam. Setelah itu baru telur yang sudah disortir dibaluri dengan adonan tadi. Kemudian diangkat dan ditaruh dalam peti yang sudah disiapkan, dan didiamkan selama 15 hari sehingga rempahrempah dan rasa asin garam meresap ke dalam telor. Setelah 15 hari semua telor dicuci bersih. Terakhir dilanjutkan ke proses perebusan Salah satu strategi Sunarto dalam mengenalkan usaha telur asinnya dengan cara menginfokan nomor kontak HPnya, 087764356719. Sukses! HARI
Setelah adonan siap, telor pun dibaluri dengan adonan tersebut, hasilnya seperti diperlihatkan dalam ember kepada Prof Dr Haryono Suyono.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
11
POSDAYA MASYARAKAT
Sanggul Bu Wariti Tembus Medan dan Jakarta Setiap perempuan yang mengenakan kebaya tentu ingin tampil lebih cantik dan anggun, terutama saat menghadiri pesta pernikahan, pelantikan jabatan maupun wisuda. Salah satunya dengan menambah sanggul.
Bu Wariti memberdayakan tenaga kaum ibu di sekitar tempat tinggalnya. [FOTO-FOTO: HARI]
S
IAPA tak kenal kota Brebes. Selain terkenal dengan sebutan bawang merah, juga dikenal sebagai kota telor asin. Kini bakal bertambah seiring dengan kian banyak bermunculan hasil ptoduksi usaha keratif masyarakat, salah satunya sanggul. Salah satu penghasil sanggul dari bahan baku rambut adalah Ibu Wariti, warga yang tinggal di sentra pembuatan sanggul Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kepiawaian Bu Wariti dan tetangganya menjadi satu wujud kearifan lokal yang kini diangkat kepermukaan dan para pelakunya mendapat suasana yang kondusif dan modal untuk mengembangkan gagasan dan usahanya. Lansia kreatif kader Posdaya Mandiri dari Desa Limbangan Wetan, Kecamatan Brebes, Labupaten Brebes, Jawa Tengah. Ada 9 produk olahan sanggul yang terkenal, yaitu sanggul Keong Racun, sanggul Kupukupu, sanggul Pulon Budur, sanggul Bali, sanggul Paes Ageng, sanggul Teluk, sanggul Jawa, sanggul Malang, dan sanggul Aceh, yang sekarang lagi diminati pasar adalah sanggul Keong Racun”. Siapa sangka, aneka model sanggul Wariti 12
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
siapa ternyata tak tanggung-tanggung sudah berhasil menembus pasar Jakarta. Di beberapa mall sanggul produksinya terpajang dan banyak diminati. Selain Jakarta, wilayah Sumatera, seperti Medan sampai Bandar Lampung dan kota lainnya pun terambah. Wariti memulai usahanya selama 39 tahun, tepatnya pada tahun 1975. Hingga sekarang usahanya masih di tekuni dan ternyata bisa mencukupi kebutuhan hidupnya beserta anakanaknya. Limbah rambut atau sisa potongan rambut dari salon atau tempat cukur rambut, seringkali menjadi sampah yang harus dibuang. Namun ditangannya limbah potongan rambut itu justru menghasilkan uang. Dibantu anak dan tetangganya, Wariti yang karena tekanan ekonomi dan suaminya bekerja keras dan kasar sebagai Tukang Becak, Wariti muda terpaksa mengolah limbah. Wariti muda yang terpaksa bekerja keras tanpa modal itu, mencari sisa-sisa rambut yang dibuang karena rontok atau mengumpulkan buangan dari salon yang memotong rambut gadis rambut panjang dan ingin berpenampilan “trendy” dengan rambut pendek. Wariti merupakan salah satu contoh sosok seperti pada umumnya anggota keluarga pra
sejahtera, keluarga yang sesungguhnya kalau ketahuan dan beruntung, bisa menjadi keluarga yang sangat terkenal, kaya dan namanya bisa menjadi idola dan idaman dunia. Ada sosok seperti itu yang hasil karyanya sangat diagungkan karena selalu menempati posisi yang terhormat, dan dibawa dalam peristiwa penting. Karya rekayasanya beraneka ragam, modis, dijaga dengan baik dan sangat diagungkan. Seperti dituturkan suaminya, Watro yang mantan tukang becak dan kini menekuni bisnis sanggul bersama Wariti, ‘pengiriman dari Jawa ke Sumatera dua kali dalam sebulan. Sekali kirim sekitar 1.000 – 2.000 sanggul. Sedangkan ke Jakarta untuk rambut sambung paling minim 200 ikat untuk memenuhi permintaan dari salon maupun mall. Harga per ikat untuk klas III Rp 150.000, sedangkan kelas II Rp 200.000 serta kelas I Rp 250.000. Proses membuat sanggul cukup rumit, kalau dikerjakan dengan tekun dan kasih sayang, hasil akhirnya adalah suatu produk yang terhormat dan tidak meninggalkan kesan bahan bakunya adalah limbah. Limbah rambut dikumpulkan dari pengepul dan dipilah dengan telaten. Rambut dipisahkan antara yang pendek dan panjang. Rambut pendek dijadikan satu lalu disasak dengan menggunakan alat sederhana, semacam kayu yang di atasnya dipasang jeruji sepeda motor yang ujungnya lancip mirip paku. Setelah penyasakan, rambut kemudian direbus dengan perwarna hitam. Rambut direbus selama kurang lebih 2 jam. Setelah itu, rambut dicuci dan dijemur. Pada tahap akhir, rambut disasak kembali untuk dibentuk sesuai keinginan. Semua proses itu dilakukan secara manual dengan penuh kasih sayang. Banyak sekali penduduk sekitar yang bekerja bersama dalam suatu kumpulan yang kemudian bergabung dalam Posdaya. Di masa lalu Wariti tidak harus membeli limbah rambut. Tetapi karena sekarang setiap minggu, Wirati mampu memproduksi hingga 10 kodi sanggul, aneka jenis dan bentuk, dan salon mengetahui bahwa limbah itu berharga, dewasa ini limbah rambut perlu dibelinya dengan harga Rp 8.000,- setiap kilogram. Karena kebutuhan yang banyak itu, Wariti terpaksa mencari dan membeli dari sekitar wilayah Brebes dan juga ke luar kota seperti Purbalingga, Jateng.
Sanggul-sanggul buatan Wariti dipasarkan di butik-butik di kota besar seperti Jakarta, di Pasar Baru, Mangga Dua, Medan hingga Bandar Lampung. Harga yang dipatok bervariasi, antara Rp 10.000,- hingga Rp 15.000,- per buah, tergantung pada bentuk dan modelnya. Di kota metropolitan Jakarta, harga tersebut bisa lima kali lipat, bahkan sampai 10 kali lipat. Semakin rumit bentuk dan model sanggul, semakin mahal harganya. Kegeniusan Wariti itu menurun kepada Yusana (23 th), anak nomor 8 yang mampu mengembangkan olahan ibunya. Yusana mengolah limbah rambut menjadi rambut sambung dari bahan baku rambut yang masih natural dan panjang, yaitu panjang 60 cm, 50 cm dan 30 cm, yang harga bahan bakunya setiap 1 kg Rp 3.000.000,- tetapi setelah di proses bisa menghasilkan produksi yang siap dipasarkan dengan senilai Rp. 4.250.000,- atau lebih. Bu Wariti bersama kelompoknya kini mulai bisa gumuyu, karena usahanya mendapat dukungan Kredit Tabur Puja dari Yayasan Damandiri bekerjasama dengan Koperasi Windu Kencana Brebes. “Alhamdulilah Tabungan dan Kredit Tabur Puja” yang dikembangkan oleh Yayasan Damandiri telah mendorong, memotivasi dan memfasilitasi keluarga-keluarga pra sejahtera yang tergabung dalam Posdaya bekerja keras memaksimalkan usaha kami. Matur suwun (terima kasih),” ujarnya. Wariti pun kini bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya beserta 8 orang anak-anaknya, karena tidak sempat mendengarkan dan tidak tersentuh program KB. HARI
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, SE melihat langsung Bu Wariti membuat sanggul-sanggul ‘emas’ nya.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
13
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Pesona Giwangkara
Ciptakan Kampung Wisata dan Seni Budaya Kepedulian Yayasan Damandiri untuk meningkatkan produktifitas Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya yang ada di Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbul Harjo, DI Yogyakarta sangatlah besar. Demi untuk memberikan inspirasi dan menumbuhkan rasa semangat para pelaku Posdaya, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono beserta rombongan menyempatkan diri mengunjungi salah satu Posdaya yang ada di Yogyakarta, yaitu Posdaya Pesona Giwangkara yang berlokasi di Kampung Mrican, Umbulharjo VII/336 Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbul Harjo, Kota Yogyakarta.
Kedatangan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono ke Kampung Mrican disambut Koordinator Posdaya Pesona Giwangkara Purbudi Wahyuni (kerudung merah) dan jajaran pimpinan setempat dengan iring-iringan andong dan sepeda. [FOTO-FOTO: RAHMA ]
K
EDATANGAN rombongan Yayasan Damandiri mendapat sambutan istimewa. Mereka dijemput dengan kereta andong, dikawal oleh para lelaki berpakaian petani khas Jawa dengan bersepeda dan perempuan-perempuan pembawa lesung padi, memasuki perkampungan wisata. Mulai dari pemberian rangkaian bunga, suguhan gamelan dan tembang Jawa hingga atraksi seni tari menjadi sajian menarik di pendopo milik warga setempat. Suasana klasik yang kental adat Jawa ini sengaja dibuat sedemikian rupa, agar masyarakat Jawa tidak melupakan adat kesehariannya dan menarik arus wisatawan domestik maupun asing untuk berkunjung ke kampung wisata ini. Kampung Mrican sejak dulu memang sudah dikenal sebagai gudangnya seniman. Berbagai aktivitas seni dan budaya, kuliner tradisional dan wisata sungai dikembangkan di sini. Hal ini tak lepas dari polesan
14
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
tangan dingin Koordinator Posdaya Pesona Giwangkara, Purbudi Wahyuni, yang mengubah kampung yang biasa-biasa saja menjadi kampung wisata yang pantas dibanggakan. Posdaya Pesona Giwangkara merupakan kumpulan dari sembilan Posdaya yang ada di Kelurahan Giwangkara. Salah satunya adalah Posdaya binaan dari Universitas Janabadra dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Mahasiswa KKN Universitas Janabadra yang datang lebih awal, telah membantu masyarakat desa mengelola sampah organik Pasar Giwangan dan Rumah Potong Hewan yang setiap harinya cukup banyak menghasilkan sampah. Dalam perkembangannya, kegiatan ini kemudian diwadahi menjadi Kelompok Usaha Bersama (KUB) Giwangan Berkah, sehingga manfaatnya meluas tidak hanya lingkungan menjadi bersih tetapi juga bernilai ekonomis. Selanjutnya disusul oleh mahasiswa KKN
Angkatan 55 mahasiswa UPN Veteran yang mendeklarasikan Kampung Mrican menjadi Kampung Wisata dan Seni Budaya Pesona Giwangkara. “Semua ini adalah berkat tangan dingin Koordinator Posdaya Pesona Giwangkara, Ibu Purbudi Wahyuni,” cetus Camat Umbul Harjo, Marzuki. Ibu Purbudi Wahyuni merupakan dosen pembimbing mahasiswa KKN UPN Veteran. Melalui gagasan-gagasannya, Posdaya Pesona Giwangkara memiliki konsep yang jelas di bidang pemberdayaan masyarakat dan pariwisata. “Lingkaran besarnya adalah pesona Giwangkara. Sedang lingkaran kecilnya adalah giwang-giwang kecil yang mengelilingi giwang besar,” imbuhnya. Lingkaran-lingkaran kecil yang mendukung Pesona Giwangkara meliputi delapan (8) giwang; Giwang Elok , berakses untuk kegiatan sampah. Giwang Ayu untuk mempercantik wilayah, mengoptimalisasi lahan pekarangan dan pengelolaan sampah organik –non organik. Giwang Sekar mengoptimalkan seni dan budaya. Giwang kreatif kegiatan usaha kecil dan menengah (UKM). “Kami banyak memiliki UKM karena yakin akan dapat mempercepat tingkat kesejahteraan di masyarakat.” Giwang-giwang selanjutnya disusun oleh mahasiswa KKN UPN Veteran angkatan 56 yang menelurkan gagasan; Giwang Siaga sebagai tanggap bencana. Giwang Edukasi untuk membentuk masyarakat yang rahmatan lil’alamin sebagai masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan. Giwang Rohani membentuk masyarakat agamis, seluruh agama rukun kerjasama yang baik. Giwang Ceria membentuk karakter anak menjadi anak-anak berakhlakul karimah dan budi pekerti yang baik. “Yogya sering ada bencana, sehingga perlu ada Giwang Siaga. Kami juga punya Sungai Gajah Wong yang perlu perhatian khusus. Kelestarian sungai perlu dijaga agar tetap bersih dan bisa dimanfaatkan masyarakat,” ujarnya. Pemondokan wisata Guna menjadikan Kampung Mrican menjadi kampung wisata, Prof Haryono Suyono
yang datang bersama tim Yayasan Damandiri menyarankan, agar disediakan tempat pemondokan wisata, sehingga para turis bisa menginap di rumah-rumah penduduk yang diatur kebersihan dan keamanannya. “Undang warga untuk membeli jamban duduk. Dimulai satu dua rumah urunan. Usahakan lebih banyak lagi yang bisa dilihat di kampung ini. Ajak mereka keliling untuk melihat-lihat lebih lama lagi,” usulnya. Lebih jauh dikatakan, agar giwang-giwang tadi dipersiapkan dengan baik. “Giwang kreatif diperlihatkan hasil-hasil produknya sehingga para turis bisa berbelanja. Giwang Siaga ada demontrasi bagaimana menyelamatkan warga dari bencana. Sediakan juga tukang potret langsung jadi. Sehingga tidak sekedar 5 menit, tapi 1 jam untuk berkeliling melihat wisata yang ada di sini.” Intinya, Prof Haryono mengajarkan bagaimana teknik mengajak turis-turis itu berkunjung ke Kampung Wisata dan Seni Budaya Pesona Giwangkara agar lebih menarik. Tidak hanya sebentar, tapi juga berlama-lama bahkan menginap. “Proses ini menjadi Giwang Kencana mekar dan bercahaya indah. Apabila tari-tarian yang disuguhkan menarik, dalam waktu singkat akan ada yang mengirim anakanak muda mondok di sini untuk belajar tari dan meneruskan membuat giwang-giwang di kabupaten lain.” Dalam kunjungannya itu, Prof Haryono Suyono juga tertarik dengan hasil kerajinan tangan berupa tas kantong belanja yang bisa dilipat seperti dompet. “Saya memesan 500 tas dengan desain khusus untuk giwang ini,” cetusnya riang. RW
Kental dengan nuansa seni budaya, rombongan tamu menikmati suguhan tarian yang menarik
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
15
POSDAYA MASYARAKAT
Posdaya Bumi Ngombak Jaya Grobogan
Terus Berombak Kesejahteraan Sejak Posdaya Bumi Ngombak Jaya berdiri di Kecamatan Kedung Jati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah dan mendapat kucuran dana Rp 7,5 juta, usaha ekonomi kerakyatan di daerah ini terus bergairah. Mau tahu mengapa?
Para pengurus Posdaya Bumi Ngombak Jaya Grobogan, Jateng, memamerkan hasil produksi andalannya. [FOTO-FOTO: HARI]
16
A
DA yang menarik dari Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Bumi Ngombak Jaya RW 06 Desa Karanggeneng, Kecamatan Kedung Jati, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Meski keberadaannya pada tahun ini baru genap satu tahun, Posdaya yang didirikan pada 19 September 2013 ini mampu menjadi penggerak ekonomi di Desa Ngombak, Kecamatan Kedungjati, Grobogan. Bahkan, Posdaya binaan Universitas PGRI Semarang ini berhasil meraih Juara Harapan I Lomba Posdaya tingkat Korwil I Jateng. “Sejak Posdaya ini berdiri, mendapat kucuran dana Rp 7,5 juta. Setelah itu usaha ekonomi kerakyatan di Ngombak terus bergairah,” kata Ketua Posdaya Bumi Ngombak Jaya Siti Erawati. Misalnya, jelas Erawati, pembuatan snack yang awalnya dikerjakan sendiri-sendiri, kini di bawah naungan Posdaya menjadi lebih variatif dan inovatif. “Keripik dibuat berbagai cita rasa dan punya label. Daerah pemasarannya kini lebih luas,” timpal Ketua Bidang Ekonomi dan
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
Wirausaha Posdaya Bumi Ngombak Jaya Inayati. Lebih lanjut Ketua Posdaya yang berperawakan ramping dan selalu bugar ini, karena memang secara rutin menjadi pelatih senam di wilayahnya ini, menuturkan perihal Posdaya yang dibinanya bersama pengurus lainnya. Secara umum, ujar Erawati, Posdaya di tempat kami sama dengan yang lain-lain. Di Posdaya kami ada 4 bidang, terdiri dari pendidikan termasuk keagamaan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan kebun bergizi. Setiap minggu pagi diadakan senam pocopoco bersama unuk menjaga kebugaran, kesehatan, kebersamaan sekaligus silaturahmi warga. Kegiatan ini ia sendiri yang mengajarinya dari RW 01-09. Kegiatan ini digabung jadi satu. Sedangkan sore harinya ada olahraga voli. Di bidang pendidikan, ada PAUD, BKB. Sedangkan untuk lingkungan juga sama seperti Posdaya lainnya. Hanya saja karena lahan kosong di wilayahnya tidak begitu luas, maka
semaksimal mungkin memanfaatkan pekarangan-pekarangan yang ada di samping kanan-kiri rumah. “Lahan sempit ini kami tanami cabe, terong, tomat, kacang panjang, remponrempon seperti jahe, lengkuas, kunyit, serai dan lainnya. Selain itu, ada lahan khusus yang kami tanaman untuk Posdaya. Hasilnya seperti kacang panjang, hasilnya kami jual dan uangnya kita masukan ke kas Posdaya,” tuturnya. Rencananya sebentar lagi Kebun Bergizi Posdaya Bumi Ngombak Jaya juga akan panen jahe. Hasil panen jahe ini rencananya akan dibuat sirup jahe. Lainnya dikeringkan unuk membuat bahan wedang jahe juga. Hal sama juga dilakukan untuk kunir (kunyit) asem akan dibuat minuman sinom atau kunyit asem. Minuman kunyit asem segar ini dijual di setiap kegiatan senam Minggu pagi dan hasilnya dimasukkan ke dalam kas Posdaya. Sementara untuk bidang pendidikan agama dan keagamaan, dilakasanakan kegiatan yasinan rutin setiap malam Jumat. Dilakukan secara bergilir dari RT ke RT bergantian. “Pada setiap hari raya dilakukan iuran sukarela untuk menyantuni anak yatim piatu,” katanya. Sedangkan, di bidang kewirausahaan untuk produk unggulannya adalah emping jagung. Karena bahan jagung banyak terdapat di Grobogan. “Saat ini juga tengah dipersiapkan permohonan untuk gado kambing (pemeliharaan kambing) seperti yang pernah dijanjikan Prof Dr Haryono Suyono yang siap memberi bantuan kambing bagi keluarga miskin di Posdaya untuk dipelihara dan nantinya bisa dijual ke Dompet Dhuafa,” ucap Erawati. Dengan gamblang, sekilas Siti Erawati selaku Ketua Posdaya Bumi Ngombak Jaya menuturkan awal pertemuannya dengan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Universitas PGRI Semarang (sebelumnya IKIP PGRI Semarang). Dari pertemuan ini bersama mahasiswa KKN membentuk Posdaya sekaligus kepanitiaan pengurus Posdaya. “Kegiatan di BKB PAUD, ibu-ibunya juga dapat pelatihan,” jelasnya. Secara rutin beberapa bidang juga mendapat pembinaan dari dinas terkait, seperti Dinas Kesehatan untuk Posyandu dan Pos Lansia. Erawati berharap Posdayanya bisa mendapat pelatihan
dan pendampingan serta bimbingan dari dinas terkait sehingga hasil produk ekonomi unggulan Posdaya Bumi Ngombak Jaya bisa lebih bekualitas, bertambah modal serta hasilnya bisa dipasarkan secara baik. “Sehingga bisa terjadi perputaran produksi lancar dan memberi dampak positif pada perekonomian warga di Posdaya kami. Intinya Posdaya Bumi Ngombak Jaya ke depan harus bisa terus berombak pada peningkatan kesejahteraan warga,” ujarnya penuh harap. Ketua Posdaya yang komunikatif ini juga mengungkapkan Siti Erawati rasa bersyukurnya dengan adanya Posdaya. Karena Posdaya ini juga menumbuhkan semangat gotong royong dan membuat anggotanya berpikiran maju. Selain ekonomi, Posdaya Ngombak juga bergerak di bidang kesehatan, pendidikan anak usia dini (PAUD), dan keagamaan warga punya hajat, mesti minta tolong kami. “Ya, kami pun sudah punya tim catering yang sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan. Dengan begitu, Posdaya telah menjadi sarana berkumpul dan bekerja sama,” kata Inayati perempuan lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga Ketua Bidang Ekonomi dan Wirausaha Posdaya Bumi Ngombak Jaya ini menimpali. Posdaya satu ini patut bersyukur pula kare- Kripik jagung aneka rasa na keberadaannya diapresi aparat desa. Kepala menjadi salah satu Desa Ngombak bernama Kartini mendukung produk unggulan usaha penuh kegiatan Posdaya ini. Lurah perempuan ekonomi produktif yang baru setahun menjabat itu bahkan berenkelompok wirausaha cana menghidupkan unit-unit usaha yang dulu pernah berkembang di desanya, di Posdaya Ngombak Jaya, bawah Posdaya Bumi Ngombak Jaya. HARI Grobogan.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
17
POSDAYA MASYARAKAT
Keberhasilan Olahan Ikan kaum Ibu Posdaya Hidayah
Di Sumbar Nanti Ada Demontrasi Para Kucing Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) Hidayah di Padang, Sumatera Barat, Jumat siang tanggal 19 September 2014 lalu mendapat kunjungan Ketua Yayan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono beserta rombongan dari Jakarta. Pasalnya, Posdaya Hidayah meraih Juara 1 pada Lomba Posdaya Terbaik tingkat Sumbar. “Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kunjungan bapak Prof Haryono dan rombongan dari Jakarta,” kata Ningsih, ketua Posdaya Hidayah saat menyambut di Sekretariat Posdaya Hidayah, Jl Sawahan No 72, Kel Sawahan Timur, Padang.
Ketua Yayan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengakui, Posdaya Hidayah sangat maju maka meraih Juara 1 pada Lomba Posdaya Terbaik tingkat Sumbar. [FOTO-FOTO: DEDE H]
D
ALAM kunjungannya ke Padang itu Prof Haryono sempat melihat produkproduk usaha ibu-ibu yang tergabung dalam Posdaya Hidayah. Bahkan Ketua Yayasan Damandiri ini sempat tertarik dengan batik khas Padang. Prof Haryono juga menyempatkan diri mencicipi berbagai panganan kecil, seperti kripik yang terbuat dari ikan lele, juga kue-kue khas Ranah Minang. Yang menarik, anak-anak dari sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menyambutnya saat Prof Haryono akan menaiki pentas. Mereka, anak-anak kecil itu, menyanyikan Posdaya dengan hafal dan lincah. Suasana Panas Kota Padang menjadi hilang seketika saat anak-anak yang masih usia dini itu tampil dengan lucu dan menggemaskan menyanyikan sejumlah lagu. “Saya melihat Posdaya di sini sudah mulai maju, dan hari-hari ini memang sengaja kita tantang Posdaya dengan prioritas bidang ekonomi. Dan prioritas bidang ekonomi itu betul
18
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
kata ibu ketua Posdaya, harus datang dari keluarga yang prasejahtera atau keluarga miskin. Keluarga yang sudah kaya, atau sudah pengusaha, itu tidak usah ditolong dia akan maju,” ucap Prof Haryono ketika memberi sambutan. “Kenapa keluarga yang miskin, supaya kesenjangan makin tidak ada. Sehingga antara keluarga kaya dan miskin lama-lama menjadi keluarga yang sama. Sama kayanya, sama pintarnya, dan sama majunya,” harap Menko Kesra dan Taskin era presiden BJ Habibie ini. Oleh karena itulah, lanjut Prof Haryono, 4 tahun yang lalu ia kirim ke Universitas Tamansiswa para Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang dulu dilecehkan. “Mereka menyebut PLKB paling-paling tamatan SMA. Tapi ternyata sekarang PLKB itu tadi saya tanya sudah ada yang semester 6, juga semester 7, bahkan saya dibisiki oleh pak rektor kalau bulan Oktober nanti insya Allah para PLKB itu akan diluluskan, diwisuda menjadi sarjana,” ucapnya sumringah.
“Jadi ada 28 sampai 30 PLKB yang dulunya tamatan SMA biasa. Tetapi karena telaten membuka ibuibu dipasangi spiral, akhirnya sekarang menjadi sarjana. Mari kita tepuk tangan untuk para PLKB,” ucap Prof Haryono yang disambut tepukan tangan meriah dari para hadirin antara lain Rektor Universitas Tamansiswa Padang Prof Dr M Zulman Harja Utama, MP dan sejumlah pejabat setempat. Sepanjang Prof Haryono duduk di acara itu ia menyaksikan juga jika anak-anak PAUD ini lain dengan anak-anak biasa. Sebab itu ia mengatakan: “Kalau saya disuruh merangkak ke tempat itu lalu kemudian mengelosor nggak berani, takut risiko kecetit (kepelintir-red). Tapi anak-anak PAUD ini sungguh berani, coba dilihat satu demi satu mereka naik lalu menggelosor ke bawah tanpa ada yang mengkawal. Lihat, mereka luar biasa.” Jadi, lanjut Prof Haryono, anak-anak PAUD itu keberaniannya adalah keberanian anak baru. “Keberanian seperti ketika ibu kuliah di Malang, Jawa Timur. Itu anak-anak perempuan yang calon menjadi camat di sana digembleng, dan anak perempuan tidak boleh kalah dengan anak laki-laki. Di situlah tujuan daripada Posdaya ini,” kilahnya. Posdaya ini membuat anak perempuan atau anak laki-laki, apakah dia petugas biasa atau petugas luar biasa bahkan guru taman kanak-kanak, sekarang harus juga minimal S1 atau S2. Karena bangsa ini, dalih Prof Haryono, adalah bangsa yang mempunyai kekayaan luar biasa dari sumber daya manusia. “Kalau kekayaannya luar biasa maka tadi saya melihat latihan-latihan pengolahan ikan. Ikan lele biasanya diambil dari kolamnya direbus atau digoreng. Sekarang ikan lele bisa berubah
Ketua Yayasan Damandiri ini sangat tertarik dengan batik khas Padang.
menjadi abon. Bisa berubah jadi naget. Bisa dirubah menjadi kroni. Dan yang lebih menarik, tulang–tulang lele itu digerus dan menjadi kripik yang nikmat,” paparnya. “Saya mohon kepada petugas lapangan dan ibu-ibu pengurus Posdaya hati-hati. Siapa tahu di Sumatera Barat nanti ada demontrasi dari para kucing, karena tidak kebagian ikan lagi. Karena semuanya diolah. Jadi kalau ada kucing tolong diberi pengertian bahwa ini adalah kemerdekaan. Jadi ikannya perlu merdeka, perlu jadi apa lagi. Tapi kucingnya harus nrimo kalau perlu diberi makan yang lain yang harganya lebih murah dari ikan lele,” kelakar Prof Haryono yang disambut tertawa para hadirin. DH
Suasana Panas Kota Padang menjadi hilang seketika saat anak-anak yang masih usia dini itu tampil dengan lucu dan menggemaskan menyanyikan sejumlah lagu.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
19
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Unnes Kembali Lepas Mahasiswa KKN Tematik Posdaya
1.543 Mahasiswa Unnes Siap Sejahterakan Masyarakat Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) kini menjadi primadona berbagai perguruan tinggi di tanah air. Pelaksanaannya pun kerap ditunggu-tunggu baik para mahasiswa maupun masyarakat. Seperti yang terjadi di Universitas Negeri Semarang (Unnes) Semarang, Jawa Tengah, saat menggelar pembekalan KKN Tematik Posdaya Tahap I pada Jumat pagi 5 Spetember 2014 lalu. Tercatat sebanyak 1.543 mahasiswanya antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka pun siap kembali terjun ke sejumlah desa di Jateng, membantu meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan pembekalan kepada ribuan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes, Semarang, Jateng. [FOTO-FOTO: ADE S]
20
R
IBUAN mahasiswa Unnes peserta KKN Tematik Posdaya tahap I ini terbagi dua kelompok, yaitu KKN lokasi dan KKN alternatif. Mereka akan melaksanakan KKN mulai 8 September 2014 hingga 25 Oktober 2014. Selama 45 hari para mahasiswa akan berada di lokasi KKN yang disebar di 340 desa di lima kabupaten di Jawa Tengah. Untuk KKN Lokasi ditempatkan di Kabupaten Demak, Temanggung dan Wonosobo. Sedangkan KKN Alternatif di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Kendal. KKN kali ini mengangkat tema “Posdaya Masyarakat” dengan visi menjadikan Unnes sebagai universitas Konservasi yang konsisten mengangkat bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan infrastruktur. Targetnya, di setiap desa yang menjadi lokasi KKN bisa terbentuk satu Posdaya. Sedangkan bagi desa yang sudah memiliki Posdaya, mahasiswa wajib memperkuat upaya pemberdayaan
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
sampai ke marketing. Hingga kini para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes telah berhasil membentuk 1521 Posdaya. Acara yang terselenggara atas kerja sama Unnes Semarang bersama Yayasan Damandiri dan Pemerintah Provinsi Jateng ini menarik perhatian berbagai pihak. Ribuan mahasiswa KKN dan seluruh civitas akademika Unnes antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi dengan menghadirkan langsung Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono sebagai pembicara utama memberikan pembekalan kepara para mahasiswa. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Kampus Sekaran, Gunungpati, Unnes, Semarang, Jateng, ini tampak semarak dan berkesan. Hadir dalam acara ini Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, MHum, Ketua LPPM Prof Dr Totok Sumaryant F, MPd, Satuan Tugas Pusat Pengembangan KKN Unnes Fudji Lestari, MSi, Deputi Direktur Kewirausahaan
Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Konsultan Posdaya Wilayah Jawa Tengah I Wien Sukarsi, para dekan, para dosen pembimbing, ribuan mahasiswa KKN Unnes dan undangan lainnya. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memberikan gambaran kepada para mahasiswa KKN Tematik Posdaya tentang berbagai lapisan masyarakat yang harus dihadapinya. “Para mahasiswa KKN dan para Dosen Pembimbing Lapangan yang akan diterjunkan di lima kabupaten/kota di Jawa Tengah, tentu nantinya akan berhadapan dengan lima bupati atau walikota berikut lima wakil bupati atau wakil walikota. Bukan hanya itu, para mahasiswa KKN juga akan berkomunikasi langsung dengan puluhan camat dan ratusan kepala desa atau lurah,” tuturnya. Oleh karena itu, lanjut Prof Haryono, tugas pertama dari para mahasiswa KKN ini, harus mampu merubah loyang menjadi emas dalam kurun waktu 40 hari. “Namun ingat, dalam kurun waktu 40 hari juga emas itu akan luntur menjadi loyang lagi, kalau bupati, camat, kepala desa tidak dirubah oleh para mahasiswa dan dosen pembimbing menjadi kader-kader Unnes. Karena itu, para bupati, camat maupun para kepala desa harus sama semangatnya dengan para mahasiswa Unnes,” cetus Prof Haryono. “Sanggup menjadikan bupati dan seluruh bawahannya sahabat Unnes,” tanya Prof Haryono. “Sangguuup...,” jawab ribuan mahasiswa KKN Unnes serempak. “Janji saudara-saudara didengar oleh rektor, dicatat oleh para dekan dan diamati secara detik demi detik oleh Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujar Prof Haryono. Menurutnya, diperlukan setidak-tidaknya lima syarat yang harus menjadi komitmen mahasiswa Unnes dalam melaksana-
kan kegiatan KKN Tematik Posdaya. Syarat pertama, mahasiswa harus mempunyai kepercayaan kepada diri sendiri. “Sebagai mahasiswa Unnes, saudara-saudara harus persis seperti simbol Unnes yaitu Sutera. Pertama, saudara jadi mahasiswa harus sehat jasmani dan rohani. Kedua, saudara harus unggul, karena saudara telah menyerap semua mata kuliah yang diberikan selama semester I hingga semester VII atau VIII. Keunggulan itu akan terlihat, lanjut Prof Haryono, begitu para mahasiswa turun ke desa yang tidak lagi dinilai oleh para dosen yang memberi kuliah para mahasiswa, tetapi dinilai oleh orang biasa di desa yang tidak ikut belajar pada fakultas atau progam studi di Unnes. “Oleh karena itu, saudara-saudara di
Prof Dr Haryono Suyono bersama Dr Mazwar Noerdin (kanan) dan Wien Sukarsi (tengah) saat memimpin lagu Posdaya.
Ribuan mahasiswa bersama jajaran civitas akademika Unnes dan undangan semangat menyanyikan lagu Posdaya.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
21
Prof Dr Haryono Suyono dan Prof Dr Fathur Rokhman, MHum (ketiga dari kanan) bergambar bersama perwakilan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes.
22
samping saudara harus unggul saudara harus sejahtera. Sejahtera itu adalah damai, indah dan bersahabat. Karena saudara bersahabat dengan rakyat,” tegas Prof Haryono. Syarat kedua, lanjut Prof Haryono, para mahasiswa KKN dengan kepercayaan yang penuh mempercayai teman sejawatnya. “Karena saudara akan datang dengan rombongan bersama teman-teman mahasiswa lainnya. Sebagian saudara kenal sikap dan tingkah lakunya dan sebagian lagi saudara
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
tidak kenal. Tetapi sebagai sebagai mahasiswa Unnes, syarat yang perlu dipegang teguh oleh saudara-saudara mahasiswa. Saudara harus dengan kepercayaan yang penuh mempercayai teman sejawat kita, bahwa teman sejawat ini apapun yang kita kerjakan adalah pekerjaan dalam suatu tim yang kuat,” tegas Prof Haryono. Syarat ketiga, jelas Prof Haryono, para mahasiswa KKN menaruh kepercayaan yang tinggi kepada almamaternya. “Sebagai mahasiswa Unnes, di mana pun saudara berada harus menjunjung tinggi almamater. Sehingga saudara akan datang ke desa, kalau ditanya penduduk desa. Dengan penuh kepercayaan, saudara harus menjawab, saya ini adalah mahasiswa Unnes,” tutur Prof Haryono. “Betul,” tanya Prof Haryono kepada para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes. “Betul...,” jawab ribuan mahasiswa serempak. “Siap...,” tanya Prof Haryono lagi. “Siap...,” jawab para mahasiswa. “Sanggup...,” tanya Prof Haryono lagi meyakinkan. “Sanggup...,” jawab para mahasiswa serempak dan semangat. Syarat keempat, lanjut Prof Haryono, para mahasiswa KKN harus menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap masyarakat. “Saudara harus menghormati masyarakat. Saudara harus melihat orang desa bukan orang bodoh. Tanpa anggaran pemerintah, tanpa anggaran pembangunan, orang desa tetap hidup, tetap jaya. Orang desalah yang mengirim saudarasaudara ke Unnes. Karena orang desa itu kalau diasah bisa dirubah dari loyang menjadi emas,” cetusnya meyakinkan para mahasiswa KKN. Syarat kelima, ujarnya, para mahasiswa KKN harus mempunyai kepercayaan kepada pasar bahwa dirinya laku jual. “Kedatangan para mahasiswa KKN mampu memberi kesan yang mendalam bagi masyarakat desa. Sehingga kembali para mahasiswa KKN akan diiringi air mata. Saudara-saudara akan selalu diharapkan kembali di tengah masyarakat desa,” tutur Prof Haryono seraya menegaskan lima syarat itulah yang harus menjadi komitmen para mahasiswa Unnes saat melaksanakan KKN Tematik Posdaya. ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
KKN Tematik Posdaya Unnes
Gelorakan Semangat Sutera dan Konservasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang digelar setiap perguruan tinggi seringkali mempunyai semangat dan visi yang diusung. Demikian pula kegiatan KKN Posdaya yang digelar Universitas Negeri Semarang (Unnes) Semarang, Jawa Tengah. Tepatnya pada Jumat pagi 5 Spetember 2014 lalu saat menggelar pembekalan mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes Tahap I. Sebanyak 1.543 mahasiswanya yang berangkat ke lokasi KKN dengan penuh percaya diri bertekad mewujudkan semangat Sutera yaitu, Sehat, Unggul Sejahtera dan Konservasi yaitu, konsisten mengangkat bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan infrastruktur di lokasi kegiatan KKN.
R
EKTOR Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, MHum, menekankan pentingnya para mahasiswa Unnes untuk menggelorakan semangat Sutera dan konservasi saat melaksanakan KKN Tematik Posdaya di lokasi KKN. “Saya ingin memberi semangat kepada seluruh mahasiswa KKN dengan semangat Unnes, agar semangat ini di tempat KKN bisa digairahkan. Kalau saya menyebut Unnes maka jawabannya adalah Sutera yaitu Sehat, Unggul dan Sejahtera. Kalau saya menyebut Konservasi maka jawabannya adalah lanjutkan,” ujarnya. Dijelaskannya, dua hal itulah yang ingin disampaikannya kepada ribuan mahasiswa Unnes yang melaksanakan KKN Tematik Posdaya. “Para mahasiswa KKN pantas merasa gembira, karena keberangkatan para mahasiswa ke lokasi KKN dengan semangat Sutera. Yaitu semangat yang sehat, sehat diri sendiri, sehat dalam pengelolaan dan semagat sehat kepada masyarakat,” tutur Prof Dr Fathur Rokhman, MHum. Kedua, lanjutnya adalah semangat unggul. “Program yang dibawa dalam kegiatan KKN ini adalah keunggulan. Dengan keunggulan ini diharapkan bisa memberikan dampak kepada masyarakat lokasi pelaksanaan KKN sekaligus bisa menciptakan masyarakat yang unggul. Sebelum dan setelah para mahasiswa KKN ini kembali datang ke Unnes, masyarakat di lokasi KKN harus sudah ada peningkatan keunggulan yang ada di masyarakat,” jelasnya. Selain itu, lanjut Rektor, juga harus ada
semangat kesejahteraan. Dalam istilah pribahasa, datang tampak wajah, pulang tampak punggung. “Adik-adik mahasiswa datang ke lokasi KKN ini tampak wajah, artinya disambut dengan baik oleh seluruh masyarakat. Begitupun bila adik-adik mahasiswa ini bila kembali dirindukan. Karena adik-adik mahasiswa selama melaksanakan KKN pasti ada yang membekas sebagai sebuah nilai yang bisa menyejahterakan masyarakat,” paparnya. Istilah lainnya, tambah Prof Fathur, di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. “Artinya, di mana saja adik-adik mahasiswa datang ke daerah lokasi KKN, maka berpijaklah bumi di sana untuk bisa membawa nilai konservasi. Agar bumi yang dipijak itu menjadi bumi yang lestari. Kemudian langit yang dijunjung, nilainilai yang ada baik nilai-nilai kedaerahan maupun nilai universal seperti kejujuran,
Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, MHum, bersama Prof Dr Haryono Suyono saat memakaikan jaket dan topi almamater Unnes kepada para mahasiswa KKN Tematik Posdaya Unnes. [FOTO-FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
23
potensi yang ada. “Program KKN Posdaya ini tak berhenti saat KKN saja. Melainkan berkesinambungan. Kami menggandeng lembaga perbankan untuk memberikan pinjaman lunak bagi kelompok-kelompok Posdaya yang membutuhkan,” pungkas Prof Dr Fathur Rokhman, MHum.
Rektor Unnes Prof Dr Fathur Rokhman, MHum, saat memberi pembekalan dan semangat kepada para mahasiswanya yang akan melaksanakan KKN Tematik Posdaya.
Suasana acara pembekalan KKN yang berlangsung di Auditorium Kampus Sekaran, Gunungpati, Unnes, Semarang, Jateng.
24
kesantunan dijunjung tinggi, sehingga akan memberikan makna dalam tugas adik-adik mahasiswa. Inilah semangat Unnes Sutera dan Konservasi,” imbuhnya. Dia berharap, mahasiswa mampu melaksanakan misi ini sekaligus menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di perkuliahan dalam masyarakat. “Selain bisa menghubungkan antara teori dan praktis, mahasiswa juga ditunut memahami kebutuhan masyarakat. Dengan begitu mahasiswa mampu merancang program yang sesuai kebutuhan,” pintanya seraya menegaskan pentingnya para mahasiswa agar mampu membaur dengan tokoh masyarakat untuk bersama membangun masyarakat sesuai
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
6043 mahasiswa KKN Ketua LPPM Prof Dr Totok Sumaryanto F, MPd, menyampaikan, peserta KKN 2014 kali ini sebanyak 6.000 mahasiswa. Rencananya para peserta akan terjun di lokasi KKN selama 45 hari. Dia menyebutkan penerjunan ada dua gelombang. Gelombang pertama diikuti mahasiswa non kependidikan sebanyak 1.543 mahasiswa. “Gelombang pertama akan kami lepas Senin 8 September 2014. Sedangkan gelombang kedua akan diterjunkan pada 3 November 2014 mendatang. Untuk gelombang kedua ini diikuti oleh mahasiswa kependidikan sejumlah 4.500 mahasiswa,” katanya. KKN kali ini, lanjut Prof Totok, mengangkat tema Posdaya masyarakat. “Kami menggandeng Yayasan Damandiri karena mereka memiliki visi yang sama tentang konservasi meliputi pendidikan, kesehatan dan infrastruktur,” katanya. Targetnya, lanjut Prof Totok, di setiap desa yang menjadi lokasi KKN bisa terbentuk satu Posdaya. “Lantaran program KKN terus berlanjut, bagi desa yang sudah memiliki Posdaya, mahasiswa tinggal memberdayakan kembali sampai ke marketing. Lokasinya untuk tahap satu di Demak Temanggung dan Wonosobo. Dan alternatif ada di Kabupaten Semarang dan Kendal,” jelasnya. ADE S
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Di Universitas Bung Hatta Padang, Sumbar
Prof Haryono Lakukan MoU dengan 8 Rektor PT Dalam kunjungan kerjanya di “Kampus Proklamator” Universitas Bung Hatta Padang, Sumatera Barat, pada 20 September 2014 lalu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memaparkan banyak hal tentang Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya, setelah sebelumnya mengadakan penandatangan naskah kesefahaman (MoU) dengan delapan Perguruan Tinggi (PT) Negeri dan Swasta se-Sumbar dan sekitarnya.
Di “Kampus Proklamator” Universitas Bung Hatta Padang, Sumatera Barat, pada 20 September 2014 lalu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memaparkan banyak hal tentang Posdaya. [FOTO-FOTO: DEDE H]
A
CARA yang dihadiri ratusan peserta, sejumlah rektor dari Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Sumbar dan sekitarnya itu dihadiri pula Kepala Badan Pengembangan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Dr Suseno Sukoyono dan para pejabat lainnya. Memang tema acara di kampus Universitas Bung Hatta Padang kali ini yaitu “Unjuk Kerja Hasil Pelatihan” peningkatan hasil kompetensi dan penciptaan wirausaha baru melalui kegiatan pelatihan kelautan dan perikanan, dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan penandatangann naskah kesefahaman (MoU) dengan delapan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Sumbar dan sekitarnya itu dilakukan antara Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dengan delapan rektor atau yang mewakili perguruan tinggi tersebut. Yakni dengan Rektor Universitas Bung Hatta Prof Dr Niki Lukviarman, SE, Akt, MBA, Rektor Universitas Muaro Bungo Khirun A Roni, SE, MM, Rektor IAIN Imam Bonjol Prof Dr H Makmur Syarif, SH, MAg,
Rektor Unes Prof Dr Andi Mustari, SH, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang Prof Dr Hermanfakhrizal, SSn, Mhum, juga dengan rektor Universitas Muhammadiyah Sumbar, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri (STAIN) Padang Panjang, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin Solok, Sumbar. Hadir pada acara tersebut selain Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, tampak juga Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, dan Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Konsultan Bidang Pelatihan dan Pengembangan Posdaya Yayasan Damandiri Faozan Alfikri, SH, MKM. Dalam pemaparannya tentang Posdaya, Prof Haryono antara lain menyampaikan tentang semangat para mahasiswa yang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya di sejumlah daerah di tanah air. Antara lain Prof Haryono mengungkapkan, kupu-kupu adalah makhluk yang indah. Kupu-kupu biarpun kecil warnanya luar biasa. Oleh karena itu para peserta Kuliah Kerja Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
25
Wakil Walikota Padang, Sumatera Barat, Ir H Emzalmi, MSi bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Kepala Badan Pengembangan SDM KKP Dr Suseno Sukoyono usai menerima cinderamata bergambar bersama. Suasana pertemuan di Kampus Universitas Bung Hatta, Padang, Sumbar.
26
Nyata (KKN) Tematik Posdaya ditugasi selama satu bulan mengisi kepompongkepompong yang sebenarnya adalah keluarga Indonesia yang harus sejahtera. Kegiatan KKN yang diikuti oleh peserta mahasiswa dari sejumlah Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Indonesia ini menjadi luar biasa sebab mahasiswa menularkan ilmu yang dapat mengentaskan kemiskinan. Prof Dr Haryono Suyono dalam kesempatan itu mengulas pula tentang 2M 3W yang ia ringkaskan menjadi 2 M yang mengapit 3 W. Secara singkat dan gamblang Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) ini menguraikan, M yang pertama, ia namakan Maton. Maton beragama, maton berbudaya. “Jadi kita ajarkan, kita tunjukkan, kita praktekkan pada masyarakat itu adalah masyarakat yang maton. Kepompong yang
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
berubah dari ulat bulu diisi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Saudara isi dengan pelajaran-pelajaran keagamaan, saudara isi dengan kuliah-kuliah, ajakan-ajakan untuk mendalami budaya Indonesia, budaya Pancasila, bukan pidato menghapalkan Pancasila,” ucapnya. “Tetapi dengan langkah nyata bahwa saudara bersama-sama dengan masyarakat, bersama-sama dengan teman mahasiswa menyatakan bahwa keluarga di daerah perbatasan adalah keluarga yang gotong royong, keluarga yang iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Keluarga yang menterjemahkan pelajaran agama dalam praktek, cinta kasih kepada sesamanya,” urainya. “Kita ajarkan juga delapan fungsi keluarga,” ucapnya seraya mengurai, fungsi yang pertama adalah fungsi keagamaan, fungsi yang kedua adalah fungsi budaya, fungsi yang ketiga adalah cinta kasih, fungsi yang keempat fungsi saling melindungi, yang kelima fungsi kesehatan dan KB, yang keenam fungsi pendidikan, yang ketujuh fungsi kewirausahaan dan yang kedepan fungsi lingkungan. Prof Haryono menguraikan pula tentang W dari 2M 3W tersebut. W yang pertama menurutnya yaitu Waras. Ajaklah keluarga di desa untuk berbudaya hidup sehat mulai dari rumahnya. Anjurkan keluarga di desa rumahnya berjendela dan berlantai keras bukan tanah dan bukan itu saja, begitu melihat halamannya, halamannya penuh dengan kebun sayuran, kebun cabe, kebun bayam. Jadi kesehatan itu bukan harus pergi ke dokter, bukan harus pergi ke bidan tetapi hidupnya ditata begitu rupa sehingga dia waras. W kedua yaitu Wasis, artinya pintar. Semua anak dari keluarga di perbatasan harus didorong untuk bersekolah, harus di dorong mulai usia di bawah lima tahun masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Kalau belum ada semasa KKN dirikanlah PAUD di desa-desa daerah perbatasan. Ajak anak-anak SMA, anak-anak mahasiswa yang ada di daerah perbatasan
Haryono Show Sebuah acara khas yang mengupas, mengulas dan mengkritisi berbagai persoalan, mulai dari masalah sosial, kesehatan, UKM, kependudukan, pendidikan, bersama Prof Dr H Haryono Suyono, dipandu Riri Wijaya Lewat kemasan yang sangat dialogis Anda dan Keluarga Indonesia dapat mengetahui pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif dari
Prof Dr H Haryono Suyono. Simak acaranya
Setiap Rabu Jam 08.00 – 09.00 WIB. Hanya di untuk menjadi guru PAUD. Karena kalau anakanak balita masuk PAUD maka ibunya bisa berlatih keterampilan dan bisa membangun ekonomi daerah perbatasan. W ketiga adalah Wareg. Wareg itu kenyang, untuk kenyang harus bekerja, untuk kenyang harus punya waralaba, untuk kenyang harus punya usaha. Oleh karena itu para mahasiswa saya anjurkan dalam setiap anggota keluarga yang ada di wilayah daerah perbatasan menguasai kepintaran-kepintaran tertentu, keterampilan-keterampilan tertentu sehingga bisa bekerja, sehingga bisa membuka wirausaha dari apa saja. Seakan-akan ubahlah sampah menjadi berkah. “Ubahlah apa yang tidak berharga jadi berharga. Jangan sekedar ambil singkong tetapi singkong satu hari rusak atau busuk. Singkong dijadikan keripik bisa berumur seminggu, bisa berumur sebulan dan seterusnya,” kata Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini, yang dalam kunjungan kerjanya sempat mencicipi makanan kecil dari ikan goreng hasil sejumlah Posdaya di Padang. Tentang M yang kedua atau terakhir, menurut Prof Haryono yaitu Mapan, lingkungannya sejuk, lingkungannya memberikan kesempatan kepada keluarga itu untuk berkembang. Oleh karena itu bikinlah lingkungan daerah sebegitu menariknya sehingga program-program apapun yang ada bisa berlangsung dengan baik. Dalam acara “Unjuk Kerja Hasil Pelatihan” peningkatan hasil kompetensi dan penciptaan wirausaha baru melalui kegiatan pelatihan kelautan dan perikanan, dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat itu dihadiri ratusan peserta. Prof Haryono menjelaskan, kalau bisa kelompok-kelompok keluarga yang
ada desa itu bentuklah dalam kelompok-kelompok desa yang dinamakan Pos-Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya. Kelompokkelompok desa itu membentuk Posdaya-Posdaya sebagai wadah yang dalam kepompong itu dinamakan bungkus kepompong. Tujuan pelaksanaan KKN, secara umum adalah untuk membentuk dan meningkatkan jiwa pengabdian dalam diri mahasiswa serta melatih mahasiswa dalam menghadapi, menghayati, dan mencoba memecahkan permasalahan dan kebutuhan masyarakat. Tujuan ini sangat baik, karena akan mengantarkan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa menjadi pribadi yang memiliki empati dan kepedulian terhadap permasalahan dan kepentingan masyarakat. DH
Tukar Cinderamata Wakil Walikota Padang, Sumatera Barat, Ir H Emzalmi, MSi menjabat erat Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono seusai bertukaran cinderamata dari Prof Haryono pada ramah tamah di rumah Walikota Padang pada Jumat malam 19 September 2014 lalu. Acara ramah tamah itu dihadiri sejumlah pejabat dan rektor perguruan tinggi seSumbar dan undangan lainnya. DH
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
27
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
Prof Haryono Resmikan Pintu Gerbang Unitas Padang
Bila Unitas Padang Hasilkan Pengusaha dari Minangkabau Di bawah terik matahari Kota Padang, Sumatera Barat, yang tiba-tiba berubah menjadi mendung, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono meresmikan pintu gerbang Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang pada jumat siang, 19 September 2014 lalu. Didampingi Rektor Universitas Tamansiswa Padang Prof Dr M Zulman Harja Utama, MP, serta sejumlah dosen dan civitas akademik Universitas Tamansiswa Padang, Prof Haryono juga menandatangani prasasti di sebelah kiri pintu gapura itu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono meresmikan pintu gerbang Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang, Sumbar, didampingi Rektor Universitas Tamansiswa Padang Prof Dr M Zulman Harja Utama, MP, serta sejumlah dosen dan civitas akedemik Universitas Tamansiswa Padang. [FOTO-FOTO: DEDE H]
“S
YUKUR Alhamdlillah hari ini datang ke Padang dan diminta oleh pak rektor dan ketua yayasan untuk meresmikan pintu gerbang, di mana para mahasiswa para dosen akan memasuki gedung untuk berbagi antara dosen dengan mahasiswanya, untuk meningkatkan pengetahuannya. Dan lebih dari itu, sesuai yang diamanatkan oleh Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara adalah bahwa apa yang dilakukan di perguruan tinggi ini tidak ada artinya kalau hanya masuk di gerbang universitas,” ucap Prof Haryono mengawali sambutannya saat diminta berpidato. Para mahasiswa, kata Prof Haryono, harus memakai pintu gerbang ini untuk keluar dan menyambut rakyat banyak. Keluar untuk bertemu dan berbaur dengan rakyat banyak. Untuk itulah di universitas ini dilengkapi dengan ruang pertemuan untuk koordinasi, dilengkapi dengan ruang kuliah, dilengkapi
28
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
juga dengan perpustakaan dan sekaligus juga kita lengkapi dengan koperasi. Koperasi, lanjut Menko Kesra dan Taskin era Presiden BJ Habibie ini, untuk modal dan mengundang rakyat banyak datang berbondong-bondong datang ke universitas ini bukan saja menimba ilmu. Tetapi, ilmu itu menurut Ki Hajar dipraktekkan untuk istilah Ki Hajar ‘ing ngarso sung tulodo’, membangun ekonomi mikro, membangun ekonomi keluarga, membangun ekonomi kerakyatan sehingga nantinya dengan pengalaman itu anak-anak dan keluarga bisa datang lagi ke universitas dalam bidang-bidang yang sifatnya adalah memperkuat kepercayaan diri, memperkuat persahabatan dengan rekan-rekannya. Akhirnya dari ekonomi mikro berubah menjadi ekonomi kecil. Dan di sinilah, papar Prof Haryono, para dosen dari Universitas Tamansiswa terus menuntun para pelaku ekonomi itu untuk menjadi ekonom-ekonom
yang tidak kecil lagi, tetapi ekonom-ekonom besar. Para dosen ditantang agar rakyat banyak bisa menjadi pengusaha-pengusaha besar, pengusaha-pengusaha raksasa dan akhirnya akan kembali lagi menyumbang ke Universitas Tamansiswa berupa gedung dan lain-lainnya. “Jadi, gedung tidak akan saya sumbang, tetapi akan disumbang oleh para mahasiswa yang kita didik dari ekonomi kecil sampai akhirnya ekonomi besar. Di situlah akhirnya kecintaan dari para mahasiswa dan dosen yang dikembalikan para almamaternya,” dalih Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN era Presiden Soeharto ini. “Marilah kita mohon kepada Tuahn Yang Maha Kuasa bahwa pintu gerbang ini bukan hanya pintu masuk, tetapi juga pintu keluar dan pintu kedatangan para mahasiswa yang sudah lulus kembali ke almamaternya untuk menyumbang dan merubah universitas yang di Padang ini menjadi perguruan tinggi yang internasional dan bermutu,” harapnya. Prof Haryono juga mengharapkan, Universitas Tamansiswa Padang menjadi perguruan tinggi yang disegani, perguruan tinggi yang menghasilkan tidak saja rakyat yang kokoh, tetapi pengusaha-pengusaha yang asalnya dari Minangkabau ini tidak saja di pinggir jalan, tetapi akan membuat orang-orang di pinggir jalan datang kepada siapa itu lulusan Universitas Tamansiswa. “Aamiin,” ujarnya penuh harap. “Maka atas nama bapak rektor, atas nama pimpinan yayasan, saya buka pintu gerbang pintu ini sebagai lalulintas kemandirian bangsa Indonesia. Mari ramai-ramai kita baca Bismilllah. Bismillahirrohmanirrohiim,”
Prof Haryono menandatangani prasasti di depan pintu gerbang Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang Sumbar, pada jumat siang, 19 September 2014 lalu.
ucap Prof Haryono bersama Rektor Universitas Tamansiswa Padang dan rombongan. Akhirnya Prof Haryono menandatangani prasasti di sebelah kiri pintu gapura itu, dilanjutkan dengan menggunting pita sebagai tanda dimulainya masuk ke Universitas Tamansiswa Padang. Acara berikutnya Prof Haryono yang didampingi Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, dan Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro menyaksikan aktivitas kaum ibu dan produk-produk Posdaya yang ada di Kota Padang. DH
Prof Haryono mencicipi kripik yang terbuat dari ikan lele produk ibu-ibu Posdaya Kota Padang.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
29
POSDAYA PERGURUAN TINGGI
UGM Gandeng 12 Perguruan Tinggi Gelorakan KKN Posdaya Meski dikenal sebagai kota pelajar dan turisme, tidak serta merta mengangkat kesejahteraan masyarakat Yogyakarta. Di kolong-kolong jembatan, perempatan lampu merah Kota Yogyakarta masih kita temui gelandangan-gelandangan. Berdasar data Dinas Sosial Pemkot Yogyakarta penerima kartu Keluarga Menuju Sejahtera (KMS) 2014 sebanyak 21.299 kepala keluarga (KK) atau lebih kurang 60 ribu penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
Sebanyak 12 Rektor Perguruan Tinggi di Kota Yogyakarta siap berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada giatkan Posdaya. [FOTO-FOTO: RAHMA]
30
D
ALAM rangka membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Yayasan Damandiri bersama 12 perguruan tinggi Yogyakarta di bawah koordinator Universitas Gajah Mada (UGM) melakukan penandatanganan naskah kerja sama (MOU) dalam pelaksanaan kuliah Kerja Nyata (KKN) Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Perguruan tinggi yang dimaksud Universitas Janabadra, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa APMD, Universitas Islam Indonesia, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Atmajaya Yogyakarta, UPN Veteran Yogyakarta, Universitas Mercubuana Yogyakarta, Universitas PGRI Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma. Penandatanganan naskah kerja sama yang dilakukan di University Club Hotel UGM ini digelar pada 29 Agustus 2014 lalu oleh Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bersama 12 rektor perguruan tinggi yang menjadi mitra UGM, disaksikan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UGM, Prof Dr Suratman, MSc.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
“Kodratnya perguruan tinggi adalah membangun bangsa melalui tri darma perguruan tinggi, di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian, baik di kampus ataupun di lapangan melalui KKN Posdaya. Kita bisa tumbuh terus karena bimbingan Prof Haryono Suyono. Mudah-mudahan tetap semangat membangun bangsa ini melalui Posdaya,” imbuh Prof Suratman. Daerah Istimewa Yogyakarta memang istimewa. Memiliki multi perguruan tinggi untuk mengawal pembangunan di Yogyakarta. “Kita harapkan tidak hanya antar yayasan dan perguruan tinggi tapi kita gandeng para birokrat untuk bersama-sama mengatasi permasalahan kependudukan di Kota Yogyakarta.” Prof Suratman juga mengajak seluruh akademisi perguruan tinggi untuk mengatasi gelandangan yang banyak masih ditemui di kolong-kolong jembatan perempatan Kota Yogya. “Untuk mengatasi semua ini kita perlu pendidikan berbasis budaya, perubahan karakter, mindset menjadi ketahanan baru membangun masyarakat,” ujarnya. Menurut Prof Dr Haryono Suyono, prioritas utama Pos Pemberdayaan Keluarga
(Posdaya) adalah keluarga miskin. Semakin banyak partisipasi keluarga miskin dalam semua kegiatan menjadi tolok ukur keberhasilan Posdaya. “Kita tidak mengikuti hukum pasar, sehingga keluarga kaya pasti berbondong-bondong membeli, berbondong-bondong mendirikan perguruan tinggi dan anak-anak orang kaya pasti masuk perguruan tinggi.” Melalui sistem gotong royong di pedesaan, kata Prof Haryono Suyono, keluarga-keluarga kaya disegarkan kembali untuk membangun usaha dengan menarik keluarga-keluarga pra sejahtera (Pra KS). “Ini seperti gerakan yang sudah dilakukan di desadesa lain, seperti di Kabupaten Kulonprogo, bupatinya memakai istilah Keluarga Binangun Keluarga Sejahtera.” Istilah keluarga sejahtera dan para sejahtera ini, ungkap Prof Haryono Suyono, saat ini sudah mulai dipakai oleh Presiden terpilih Jokowi. “Ukurannya, berapa persen keluarga kaya bisa masuk rumah sakit kalau sakit. Kalau rumah sakit penuh orang kaya berarti tidak berhasil. Demikian halnya kalau sekolah-sekolah unggul di Yogya banyak dimasuki keluarga-keluarga pra sejahtera.” Mahasiswa perguruan tinggi dan KKN harus menunjukkan diri pada pemerintah bagaimana caranya setiap KKN dibuka oleh pemimpin daerah yang bersangkutan, seperti gubernur, bupati dan walikota. “Semua itu dilakukan agar para dosen pembimbing dan mahasiswa tidak dianggap kelompok ISIS atau kelompok yang mengadakan provokasi di desa.” Mantan Kepala BKKBN ini juga mengajarkan bagaimana trik membangun kepercayaan pemerintah daerah. “Waktu program keluarga berencana (KB) tahun 70-an belum laku,
Wakil Rektor UGM Prof Dr Suratman, MSc (kiri) dan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengesahkan penandatanganan naskah kerjasa sama dengan 12 perguruan tinggi di Kota Yogyakarta.
saya sediakan kamera yang banyak agar camat mau datang. Dan saya selalu berhasil karena membawa media.” Kehadiran para pimpinan daerah, minimal bupati ataupun camat, lanjut Prof Haryono Suyono, untuk menunjukkan sebuah keberhasilan. Oleh karena itu, hendaknya dipilih desa atau wilayah yang mudah dan serta merta menerima mahasiswa KKN. “Hal ini seperti prinsip yang diajarkan almarhum Pak Harto, pilih yang mudah. Saya diberi petunjuk, pilih kampung-kampung yang bersahabat sehingga punya kekuatan dengan rakyat yang pro.”
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Wakil Rektor UGM Prof Dr Suratman, MSc (kiri) dan Rektor UPY Rektor UPY Prof Dr Buchory MS, MPd (tengah) usai menandatangani naskah kerja sama.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
31
Untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau seperti Maluku, Ambon, Papua, Prof Haryono menganjurkan untuk sementara kerjasama dengan rektor UGM di Yogyakarta. “Undang mereka untuk sekolah lebih dulu di Yogya. Mereka pasti punya banyak dana, sehingga punya kader-kader di daerah.” Saat ini ada sekitar 35.000 Posdaya, baik yang bagus, setengah mati ataupun tinggal nama. Dalam gerakan KKN akan datang, para LPPM diharapkan mulai mengadakan sinergi. Tidak hanya membentuk Posdaya tapi mengisi Posdaya. Dia juga mencontohkan Posdaya binaan mahasiswa KKN Universitas Janabadra dan
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran yang menjadi kampung wisata cukup bagus. “Konsep sinergi seperti itu bisa mengisi untuk spesialisasi Posdaya. Di Yogyakarta ini banyak daerah yang bisa kita jadikan wisata kerja yang menarik.” Dia juga berharap kerja sama ini bisa berlangsung terus seumur hidup, sampai tidak ada kemiskinan di pedesaan. “Yayasan Damandiri tidak bisa memberikan dana proyek seperti kementerian-kementerian, karena tidak diciptakan untuk itu. Tetapi bantuan yang diberikan dalam bentuk koordinasi, advokasi, sinergi, inisiasi dan penghargaan,” tandasnya. RW
MoU Unmuh Bengkulu dan Yayasan Damandiri
Tingkatkan Kualitas SDM melalui KKN Posdaya Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menjabat erat tangan Rektor Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Bengkulu H Ahmad Dasan, SH, MA, usai menandatangani naskah kerja sama atau MoU program peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN)Tematik Posdaya pada Selasa, 30 September 2014 lalu di Gedung STQ Air Sebakul, Bengkulu. Hadir dalam penandatanganan yang dilakukan pada rangkaian acara Rapat Senat Terbuka dan Wisuda 1.180 sarjana baru Unmuh Bengkulu untuk program S1 dan S2 tahun 2014 ini Gubernur Bengkulu H Junaedi Hamsyah, SAg, MPd dan Walikota Bengkulu H Helmi Hasan, SE. HAR [FOTO: IMAJI INDONESIA]
32
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
POSDAYA PEMERINTAH
Gubernur Sumbar «Launching» Senkudaya di Kota Padang Halaman bawah Masjid Raya Sumbar di Jl Khatib Sulaiman, Padang, Sumatera Barat, pada Selasa siang 2 September 2014 begitu semarak. Ternyata hari itu Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc meresmikan peluncuran Sentra Kulakan Posdaya (Senkudaya). Ia didampingi istrinya yang juga Ketua Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Provinsi Sumbar Hj Nevi Iwan Prayitno, dan disaksikan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja serta sejumlah pejabat setempat membuka selubung Senkudaya Koperasi Hidayah LKKS Sumbar, sebagai peresmian Launching Senkudaya pertama di Sumbar. Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc didampingi Ketua LKKS Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno yang juga istrinya membuka selubung sebagai tanda peresmian Peluncuran Senkudaya Provinsi Sumbar, disaksikan Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumbar, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumbar serta pejabat lainnya. [FOTO-FOTO: DEDE H]
S
EKRETARIS Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja mengaku merasa senang bisa berkunjung kembali ke Sumbar. Namun kali ini ia mengatakan jika dirinya sempat mampir di Posdaya Melati, sebelum ke Masjid Raya Sumbar itu. “Sungguh sangat membahagiakan karena Posdaya Melati berjalan sangat baik. Lebih lengkap lagi setelah bertambah pendidikan seperti PAUD, ada Posyandu, dan lingkungannya bertambah baik. Yang tadinya rawa, selokannya bau sekarang tidak bau lagi, juga jalannya bersih, ditambah ada bantuan Pemda,” katanya. Yang tak kalah menarik, kata Subiakto, adalah diselenggarakannya Tabur Puja di bidang ekonomi, untuk menyalurkan pinjaman kepada keluarga-keluarga Posdaya melalui kelompok-kelompok secara tanggung renteng. “Dan yang begitu luar biasa, meskipun belum
sampai 2 bulan, ternyata sudah tersalur kredit Rp 3 milyar dan masing-masing maksimum keluarga menerima kredit Tabur Puja sebesar Rp 2 juta. Alhamdulillah sudah berjalan baik sampai hari ini dan tanpa tunggakan, 0 persen, dan sudah menabung Rp 70 juta. Ini luar biasa sekali,” ucap mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) ini. Kegiatan Posdaya di Posdaya Melati, menurutnya sudah lengkap, mulai dari pendidikan, kesehatan, lingkungan maupun ekonomi. “Saya tadi sudah berdialog dengan mereka. Saya tanya sejauh mana Posdaya memberi manfaat pada mereka, mereka dengan sangat tulus mengatakan sangat bermanfaat semua program-program Posdaya. Ini yang membahagiakan, karena tujuan kita adalah Posdaya memberi manfaat kepada semua keluarga yang relatif miskin ini bisa secara bertahaf menjadi keluarga-keluarga Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
33
Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc saat menyampaikan sambutan pada Peluncuran Senkudaya Provinsi Sumbar.
Sekretaris Yayasan Damandiri Dr Subiakto Tjakrawerdaja bersama Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc dan Ketua LKKS Provinsi Sumbar Hj Nevi Irwan Prayitno bergambar bersama penerima hadiah lomba Posdaya.
34
yang sejahtera,” ujarnya sumringah. “Ini sangat menggembirakan sekali,” ucapnya lagi, seraya menambahkan, karena sebetulnya inti dari gagasan Yayasan Damandiri ini adalah membangkitkan lagi semangat gotong royong, yang sebetulnya adalah semangat jati diri bangsa kita. Bung Karno berkali-kali mengatakan bahwa Pancasila ini kalau diperas menjadi Ekasila adalah gotong royong. “Jadi sebetulnya masyarakat kita yang melaksanakan Posdaya dengan Tabur Puja dengan tanggung renteng adalah sudah melaksanakan Pancasila. Kalau ditanya mungkin ibu-ibu sehari-hari tidak hafal sila-silanya. Tapi sebetulnya dalam kegiatan sehari-hari mereka sudah mengamalkan Pancasila, secara
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
kongkret atau secara riil, yaitu dengan bergotong royong. Mereka yang tadinya tidak bisa mengakses kepada sumber-sumber permodalan, dengan bergotong royong dalam kelompok itu mereka mampu mengakses kepada sumber daya ekonomi. “Ini yang saya kira perlu kita catat bersama dengan sebaik-baiknya,” tandas Subiakto semangat. “Oleh karena itu mengapa Yayasan Damandiri mengajak sejumlah universitas, maksudnya adalah karena universitas atau perguruan tinggi kan punya Tri Dharma,” jelasnya. Di samping pendidikan juga punya penelitian dan pengabdian masyarakat. Dengan bekerja sama Yayasan Damandiri pada Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya dan program-program ini dikaitkan dengan mereka, diharapkan penelitian dan pengabdian masyarakatnya itu bisa dikaitkan dengan program yang nyata ini. Dengan demikian, kata Subiakto, antara universitas dengan masyarakat tidak ada gap atau kesenjangan. Dengan begitu universitas bukanlah menara gading melainkan betulbetul menjadi menara air yang menyalurkan “air” yang bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Diharapkan juga berbagai pengalaman-pengalaman di masyarakat itu dikaji kemudian dirumuskan dalam berbagai teori, dan hasil-hasil kajiannya dapat dikembangkan di daerah-daerah lain di seluruh Nusantara tercinta ini. “Hari ini kita bertambah bahagia lagi karena siang ini Bapak Gubernur siap meresmikan peluncuran Senkudaya. Kalau tadi Kredit Tabur Puja bagaimana memberdayakan keluarga-keluarga miskin ini untuk bisa mengakses kepada sumber-sumber permodalan, sedangkan Senkudaya bagaimana mereka bisa mengakses kepada pemasarannya atau pasar-pasar,” katanya lugas.
“Ini sebetulnya yang paling utama dibandingkan dengan modal. Jadi keluarga-keluarga ini jangan lagi mimpi jadi PNS atau pegawai swasta karena bagaimanapun juga itu terbatas. Lebih baik menjadi wirausaha-wirausaha,” harapnya. Ia mengharapkan pula dari wirausaha kecil menjadi wirausaha menengah. “Berarti mulai dari kecil, mulai dari usaha mikro sebetulnya usaha yang paling utama adalah pasar. Bukan modal, modal itu nomor dua. Adakah sesuatu yang mereka produksi itu pasarnya ada? Artinya laku dengan harga yang menguntungkan. Mungkin laku tapi rugi, ya ngga ada gunanya, sebab pasti bangkrut. Mestinya laku, pasarnya ada dan untung,” dalih Subiakto. “Nah, kami dari Yayasan Damandiri, saya bersama bapak Prof Haryono menggagas Posdaya, kemudian kita lengkapi dengan Tabur Puja dan Senkudaya ini adalah untuk mencoba mengatasi itu. Bukan berarti kita ingin mengambil semua porsi itu, tidak. Kami cuma yayasan, bukan apa-apa dibanding keluarga miskin kita yang ada masih puluhan juta,” paparnya. “Kami hanya menginisiasi suatu gagasan, kalau memang nanti bermanfaat sebaiknya barangkali nanti pihak-pihak masyarakat sendiri atau pemerintah daerah atau pemerintah pusat bisa mengambil alih program ini sebagai program terobosan, untuk mengatasi kemiskinan yang jumlahnya cukup besar,” tambahnya. Posdaya sangat cocok Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno, Psi, MSc mengaku senang dengan kehadirsan Yayasan Damandiri dengan Posdayanya. “Kami sangat mendukung sekali program ini sebab program Posdaya sangat cocok atau sesuai dengan kondisi kultural masyarakat Sumatera Barat.” Kenapa? “Karena orang Sumbar itu kebiasanya, atau senang berdagang. Jadi sudah budayanya. Tapi rata-rata usaha mikro atau kecil. Dari data statistik, dari 500 ribu usaha yang ada di Sumbar, mayoritas ada dari usaha mikro kecil, 84 persen mikro, 14 persen usaha kecil, dan 0,8 menengah dan nol koma sekian yang besar. Jadi mayoritas usaha mikro dan kecil itu,” ucap Gubernur Sumbar Prof Dr Irwan Prayitno.
“Nah bagaimana caranya supaya yang usaha mikro dan kecil ini bisa sejahtera? Usahanya untung dan menghidupi keluarganya? Maka kita perlu membuat satu jaringan sendiri, networking sendiri sehingga network yang dimilikinya itu mereka bisa beli dengan harga yang murah, karena tempat yang dia beli harganya langsung harga pabrik. Dengan begitu mereka mendapat margin yang lumayan ketika dijual dengan eceran,” ungkapnya. Networking itu, lanjut Prof Irwan Prayitno, sudah dibentuk dengan Posdaya. “Terima kasih kepada Yayasan Damandiri dengan Posdayanya. Karena inilah yang kita harapkan sebetulnya. Kalau usaha kecil itu membeli barang di toko juga di pasar yang sudah ada, tetapi harganya tetap mahal, tentu marginnya kecil. Dibawa ke tempat dia jualnya untungnya juga kecil. Kalau harganya tinggi tentu tidak ada yang beli, karena dia tidak punya networking. Karena dia beli sendiri jual sendiri,” paparnya. “Nah, sekarang sudah ada networking secara nasional. Yang diawali di Sumbar di kota ini, Kota Padang. Dan ada 150 Posdaya yang beli langsung di sini dengan harga grosir, kemudian dijual dengan harga eceran, Insya Allah akan membuat mereka sejahtera karena pasti marginnya akan lebih besar dibanding daripada dia beli di pasar atau pasaraya tempat lainnya. Tentu harapan kami kegiatan ini sukses,” harap pria bertubuh ramping tinggi ini. DH
Jajaran Pejabat teras Sumbar dan Rombongan Yayasan Damandiri meninjau suasana Senkudaya Koperasi Hidayah LKKS Sumbar.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
35
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Bank Sulut Gandeng Yayasan Damandiri
Bantu Pembangunan Gorontalo Utara Konsistensi dan komitmen mengentaskan kemiskinan di berbagai daerah terus ditunjukkan Yayasan Damandiri. Dengan ditandatanganinya MoU antara Bank Sulut serta Pemda Kabupaten Gorontalo Utara dengan Yayasan Damandiri, siap mengantar Gorontalo menyusul daerah lain menjalani kemitraan kembangkan Posdaya.
Didampingi Sekretaris Yayasan Damandiri Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja, Prof Dr Haryono Suyono menandatangani MoU kemitraan dengan Bank Sulut dan Pemda Kabupaten Gorontalo Utara yang diwakili Wakil Bupati. [FOTO-FOTO: HARI]
36
K
ETUA Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyambut baik kehadiran Wakil Bupati Gorontalo Utara Roni Imron bersama Group Head Pemasaran Bank Sulawesi Utara (Sulut) Verry V Masengi, Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo Prof Dr Nelson Pomalingo dan tim saat berkunjung ke kantor Yayasan Damandiri, di Jakarta, awal September 2014 lalu. Kehadiran Tim dari Sulut dan Gorut ini untuk melaksanakan penandatangan kesepahaman (MoU) dalam bidang pemberdayaan keluarga, utamanya Posdaya. Pertemuan berlangsung di ruang rapat besar Damandiri, demikian Yayasan Damandiri ini biasa disebut. Dalam kesempatan tersebut Prof Haryono Suyono menjelaskan beberapa program pokok Yayasan yang dipimpinnya, di antaranya Posdaya yang mempunyai misi pengembangan pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan. Ketua Yayasan Damandiri mencontohkan beberapa Posdaya yang berhasil dalam
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
pengembangan wirausaha, di antaranya Kabupaten Brebes yang mengembangkan sanggul, Kabupaten Bekasi dengan usaha kue masal yang dipasok ke pasar kue subuh di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Selain itu Kabupaten Kulonprogo dengan koperasi melalui Keluarga Asuh Keluarga Binangun (KAKB) dan warung kulakan. “Dalam pengembangan Posdaya yang diperlukan oleh para bupati/walikota dan camat adalah kerjasama antara keluarga kaya dan keluarga miskin. Di Posdaya keluarga kaya harus menjadi pengampu keluarga miskin. Kalau keluarga miskin belum bisa mencicil pinjamannya maka keluarga kaya harus siap membayari atau menalangi dulu, “ katanya. Hadir dalam pertemuan tersebut selain Prof Dr Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Damandiri, nampak pula Sekretaris Yayasan Damandiri Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja, Dr Moch Soedarmadi (Direktur Pelaksana Yayasan Damandiri), Dr Mazwar Noerdin (Deputi Direktur Bidang Kewirausahaan), Dr Mulyono D Prawiro (Deputi Direktur Bidang Umum)
didampingi beberapa Asisten Deputi Yayasan Damandiri. Sedangkan dari Sulut, hadir pula Kepala Bank Sulut Cabang Gorontalo Utara Farid Pakaya, Pindif Kredit Bisnis Bank Sulut Hanny Kaloh, Ketua Tim Pokja Posdaya Gorontalo Utara yang juga Asisten Setda II, M Suprizal Yusuf, Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gorontalo Utara Dra Hj Erni Arsyad, Sekretaris KB PP Gorut Dra Hj Hartati, Sekterataris TP Posdaya yang juga Kabid PP Gorut Asna Rahim, Konsultan Damandiri Dr Rini Luao dan lainnya. Di Yogyakarta, lanjut Prof Haryono, pejabat strukturalnya menjadi pengampu keluarga miskin. Kalau sekretaris daerah (Sekda) harus mengampu sepuluh keluarga miskin. Sehingga kalau cicilannya telat maka Sekda harus membayari dulu. Sesuai pengalaman yang sudah berjalan pinjaman anggota bukan Posdaya rata-rata bukan Rp 2 juta tetapi Rp 1 juta atau hanya Rp 500 ribu saja. “Kalau pinjaman Rp 1 juta ciciclannya Rp 100 ribu per bulan. Jadi kalau yang telat bayar hanya satu orang berarti Sekda hanya menalangi Rp 100 ribu. Begitu juga para camat, lurah dan seluruh SKPD,” jelas Prof Haryono. Kalau pengusaha di pasar itu memang pedagang, tegas Prof Haryono, tetapi kalau pergi ke Posdaya bukan pedagang menjadi pedagang, bukan pengusaha menjadi pengusaha tetapi orang biasa menjadi pedagang, orang biasa menjadi pengusaha. Dari gerakan inilah kemiskinannya akan habis. Karena melalui Posdaya tercipta entrepreneur baru terutama dari kalangan keluarga miskin. Sementara Head Group Pemasaran Bank Sulut, Verry V Masengi yang didampingi Hanny Kaloh menyambut baik tawaran Ketua Yayasan Damandiri bahwa peran wanita dalam pemberdayaan ini perlu disentuh untuk menjadi pengusaha. “Hal itu sangat bagus karena ibu rumah tangga kalau melakukan usaha rata-rata tekun, ulet dan sabar maka banyak berhasilnya,” ujar Verry Masenggi. Untuk itu, kata Verry, Bank Sulut yang menyalurkan dana Yayasan Damandiri selama ini juga sudah menjalankan pinjaman tanpa agunan. Tetapi dengan adanya Posdaya ini
tambah lagi tanpa agunan dan tanggung renteng, sesama anggota turut bertanggung jawab kalau ada anggota yang tersendat membayar cicilan. Sementara itu Wakil Bupati Gorut Roni Imron mengungkapkan, Posdaya di wilayahnya baru dimulai sekitar satu tahun lalu. Kehadiran Posdaya disambut baik pemerintah daerah karena memang Posdaya sangat cocok untuk masyarakat pedesaan karena begitu banyak potensi yang ada di desa tetapi masih jarang disentuh. Dengan adanya Posdaya semangat masyarakat desa dan hampir seluruh ibu-ibu penggerak PKK di desa sudah melakukan pelatihanpelatihan tentang Posdaya. Masyarakat miskin untuk mengembangkan Posdaya snagat kuat, namun dipelukan anggaran untuk mengelola potensi tersebut. “Alhamdulillah atas penyegaran kerjasama ini dengan Yayasan Damandiri dan sudah disepakati, hal itu akan medorong lebih baik untuk mengelola potensi-potensi yang ada di desa yang jumlahnya lebih dari 123 desa,” kata Wabup Gorut. Dari jumlah desa itu baru terbentuk 50 kelompok usaha yang akan menggarap potensi yang ada di sana. Masing-masing desa saat ini sudah punya desa binaan tetapi belum masuk Posdaya. Ini perlu kita kawal karena dengan adanya dana dari Yayasan Damandiri yang disalurkan lewat Bank Sulut menjadi satu pemicu pengolahan potensi di desa. Potensi yang ada antara lain bidang pertanian, perikanan dan kelautan. Gorontalo Utara memiliki pantai sepanjang 300 km dan bisa dikembangkan perikanan dan rumput laut. Menurutnya usaha itu tidak terlalu memerlukan modal besar. Dengan memiliki
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono memaparkan program Posdaya pada rombongan Bank Sulut dan Pemda Gorut.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
37
Rombongan Bank Sulut, Tim Pemda Gorut dan jajaran pengurus Yayasan Damandiri foto bersama dengan background foto pendiri Yayasan Damandiri.
38
modal Rp 1-2 juta sudah bisa melakukan usaha. Daerah yang memiliki pesisir ada 52 desa namun penduduknya masih miskin dan mereka tidak punya alat tangkap ikan yang baik. Potensi laut sangat besar kendalanya adalah masalah dana dan SDM yang perlu ditingkatkan. “Kalau Posdaya sudah berjalan dimungkinkan koperasi akan tumbuh di desadesa yang ada. Saat ini Gorut baru punya 52
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
koperasi tersebar di seluruh Gorut,” ujarnya. Sedangkan Prof Dr Nelson Pomalingo MPd yang diberi amanah Yayasan Damandiri sebagai administratur Posdaya di wilayah Indonesia Timur, mengungkapkan bahwa dukungan perguruan tinggi di Gorontalo dalam rangka perkembangan Posadya baik di Gorontalo maupun Indonesia Timur prosesnya terus berjalan. Langkah perta, Universitas Muhammadiyah Gorontalo membuat pusat informasi Posdaya. Semua data Posdaya diharapkan bisa tersaji di pusat informasi. Kedua, melakukan koordinasi dengan 17 perguruan tinggi di Gorontalo termasuk IAIN yang mengembangkan Posdaya Berbasis Masjid. Ketiga, melakukan interfensi kepada pemerintah daerah. Prof Dr Nelson Pomalingo menegaskan, Posdaya dimulai dari Gorontalo akan terus mengalir ke Sulawesi Utara karena Bank Sulut yang menyalurkan dana Yayasan Damandiri berada di Sulawesi Utara. Bank itu memiliki akses besar untuk mengembangkan Posdaya bukan hanya di Gorontalo tetapi juga Sulawesi Utara. “ Kami telah berkoordinasi dengan seluruh perguruan tinggi di Gorontalo untuk melakukan KKN Tematik Posdaya. bisa juga melakukan KKN sendiri tetapi semuanya bertema Posdaya. masyarakat Gorontalo yang miskin saat ini masih ada sekitar 17 persen,” tuturnya. “Kami bersyukur pemerintah daerahnya sudah memacu diri dan kelihatan ada persaingan dengan antara daerah di Gorontalo. Kami dari perguruan tinggi tinggal menjadi katalisator, memotivasi member semangat yang terkait dengan hal-hal yang terkait dengan keilmuan. Kami sendiri mendapat bantuan dari Yayasan Damandiri untuk membangun pusat informasi Posdaya,” kata Prof Dr Nelson Pomalingo. HARI
POSDAYA LEMBAGA KEUANGAN
Koperasi KSU Windu Kencana Brebes
Tumbuhkan Kencana-Kencana Baru Penuh Harapan Tabur Puja yang difasilitasi Yayasan Damandiri melalui Swamitra Windu Kencana banyak dimanfaatkan pelaku usaha Posdaya. Kini lembaga ini telah dapat membantu pelaku usaha mikro dan kecil ini bisa terbebas dari jeratan rentenir.
Prof Dr Haryono Suyono didampingi Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMd, SE mendapat penjelasan dari Bu Nana didampingi Ketua Koperasi Windu Kencana, Komar. [FOTO-FOTO: HARI]
K
OPERASI Windu Kencana Brebes semakin menunjukkan kiprahnya. Mitra binaannya semakin mampu mengembangkan berbagai usaha ekonomi produktifnya. Pantas, jika koperasi pegawai Republik Indonesia BKBPP Kabupaten Brebes mendapat banyak apresiasi dan penghargaan, seperti Damandiri Award 2012 dan berabagi juara lomba koperasi berbagai level. Koperasi Serba Usaha (KSU) Windu Kencana yang mengayomi pegawai Republik Indonesia (KPRI) yang bernaung di BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, dulu dkenal dengan nama BKKBN) Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ini sekilas sama dengan koperasi yang dikelola para pegawai negeri sipil ini. Namun jika dicermati ada yang membedakan. Koperasi KSU Windu Kencana Brebes ini mempunyai produk unggulan Kredit Tabur Puja. “Salah satu produk unggulan KSU Windu Kencana Brebes ini adalah skim Tabungan Kredit Pundi Sejahtera (Kredit Tabur Puja),
yang merupakan skim pembiyaan alternative yang dikembangkan melalui koperasi di mana support dananya pinjaman dari Yayasan Damandiri yang dikerjasamakan dengan Bukopin melalui Swamitra,” kata Komar, SE selaku Ketua KSU Windu Kencana Brebes. Komar menambahkan, tujuan Tabur Puja ini untuk membina dan mengembangkan system pembiyaan bagi pelaku usaha produktif mikro melalui pendekatan Posdaya. Memperkuat kelembagaan Posdaya dalam upaya pembinaan serta pengembangan basis kelompok usaha mikro dengan pola tanggung renteng. “Sejak Tabur Puja digulirkan pada Pebruari 2014 lalu sudah terbentuk 15 Posdaya dengan dukungan permodalan sebanyak Rp 2.101.000.000 (dua milyar seratus satu juta rupiah),” jelas Komar. Sekretaris BKBPP Brebes menuturkan prosedur untuk mendapatkan Tabur Puja ini. Selain memiliki usaha, menjadi anggota Posdaya, usahanya berdomisili di di Posdaya, telah berusia 17 tahun ke atas atau sudah Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
39
Peserta pelatihan ketrampilan pengolahan hasil budidaya ikan menjadi salah satu binaan koperasi Windu Kencana Brebes.
menikah, bersedia menjadi anggota koperasi dan membayar simpanan wajib, simpanan pokok yang disesuaikan dengan KSU Windu Kencana Brebes. Untuk sementara ada 3 wilayah prioritas untuk Tabur Puja di Kabupaten Brebes, yaitu Kecamatan Brebes, Wanasari dan Jatibarang. Dengan 15 Posdaya yang bisa tercover. Sebelumnya baru 12 Posdaya dari 3 kecamatan. Kini target 15 Posdaya telah tercapai dari alokasi dana sebanyak Rp 3 milyar. “Skim Tbur Puja ini untuk kesejahteraan umat, melalui skim yang digulirkan bisa memberdayakan masyarakat yang menerima paket ini, dan mendukung pembangunan daerah,” kata Komar. Seperti halnya nama Kencana yang artinya emas. Maka KSU Windu Kencana pun berharap kelompok usaha produktif pemanfaat Kredit Tabur Puja ini bisa menumbuhkan ‘emas-emas’ baru keluarga sejahtera yang tumbuh dari keluarga-keluarga pra sejahtera. ”Kami, KSU Windu Kencana dan Tabur Puja ingin menumbuhkan ‘emas-emas’ baru keluarga sejahtera yang tumbuh dari keluargakeluarga pra sejahtera,” ujar Komar. Program skim Kredit Tabur Puja ini merupakan hasil inisiasi yang dilakukan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono beberapa waktu lalu. Yang saat itu diungkapkan, Tabungan Kredit Pundi Sejahtera (Tabur Puja) di inisiasi dari koperasi serba usaha (KSU) Windu Kencana yang beralamat di Jalan Veteran nomor 10 Brebes, ini merupakan skim
pembiayaan alternatif yang di kembangkan melalui koperasi. “Support dana dari dana pinjamannya dari Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri). Kepala BKKBN Pusat yang membawa era keemasan program KB hingga mendunia ini mengatakan, Tabur Puja ini bertujuan membina dan mengembangkan sistem pembiayaan bagi pengusaha mikro melalui pendekatan Posdaya sekaligus memperkuat kelembagaan Posdaya dalam upaya pembinaan serta pengembangan basis kelompok usaha mikro dengan pola tanggung renteng. “Yang menarik di Tabur Puja ini adalah fokus di kelompok yang memiliki usaha mikro, pola tanggung renteng, platfond maksimal 2 juta per anggota, tanpa jaminan tapi layak saat di survai, jasa yang di tawarkan juga relatif rendah maksimal 18% per tahun. Dana ini ini harus kembali selama 1 tahun dan pihak pengelolaTabur Puja harus mempertanggungjawabkan kepada Damandiri,” jelas Prof Haryono. Di Indonesia sudah ada 39 kabupaten yang beruntung mendapatkan kemitraan skim Tabur Puja seperti Brebes, Purbalingga, Cilacap, Pacitan, Bantul dan lainnya, termasuk di luar Jawa. Skim Kredit Tabur Puja seperti diungkapkan pula oleh Ir Karel Palallo, MM selaku konsultan Yayasan Damandiri, sampai saat ini data yang disalurkan se-Jawa Tengah 1.562 terdiri dari laki-laki 222 dan perempuan 1.340 dan kelompoknya terbagi menjadi 4 meliputi perdagangan kecil, kerajinan kecil, pertanian perikanan, dan usaha baru, yang tersebar di 39 Posdaya. Pendekatan kekeluargaan Dalam pendekatanya dengan Posdaya, KSU Windu Kencana, seperti diutarakan Nana, dilakukan melalui pembinaan terlebih dulu. Setelah Posdaya berjalan dan berbagai program kegiatannya berlangsung dengan baik, serta kegiatan usaha ekonomi produktifnya tumbuh secara berkelompok maupun peorangan barulah dibimbing cara membuat proposal. ”Kalau usaha mereka sudah terlihat betul usaha ekonomi produktifnya, maka
40
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
barulah kita bantu untuk mengajukan proposal pinjaman tambahan modal usaha berupa Kredit Tabur Puja,” kata Nana selaku pendamping Posdaya di wilayah Limbangan, Brebes. Setiap bulan Posdaya binaannya melakukan pertemuan silaturahmi sekaligus penyegaran agar selalu aktif dalam berbagai kegiatan yang telah dimiliki oleh masing-masing Posdaya. ”Kami memang membentuk keakraban dalam kegiatan pemberdayaan maupun koperasi, sehingga para kelompok usaha pemanfaat Tabur Puja bisa dengan mudah dikoordinir dan diingatkan untuk mengembalikan pinjamannya dengan lancar tanpa tunggakan,” ujar Nana yang dalam kesehariannya juga penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB). Dengan kedispilinan mereka dan kesungguhannya dalam memanfaatkan Tabur Puja terlihat hasilnya yang terus tumbuh dan berkembang dengan baik. Baik itu usaha rujak, makanan sarapan pagi, jajanan pasar, telur asin, sanggul, minuman kurma maupun pengrajin sanggul dan lainnya semakin bisa mengembangkan usahanya lebih maju dari sebelumnya. Tabur Puja ini, imbuh Bu Nana, banyak memberdayakan kaum perempuan ibu rumah tangga yang kini telah mempunyai usaha ekonomi produktif setelah sebelumnya aktif mengikuti kegiatan ketrampilan.”Para jender kalangan keluarga pra sejahtera itulah yang kami usahakan agar mereka bisa maju dan dapat membantu ekonomi keluarganya, sehingga tidak tergantung pada suaminya,
bisa membantu menyekolahkan anakanaknya, serta dapat menabung untuk masa depan keluarga dan anaknya,” kata Nana. Tabur Puja ini, masih kata Bu Nana, telah berhasil menyelamatkan banyak pelaku usaha kecil ini dari jeratan para rentenir. Sebelum mengenal Tabur Puja, para pelaku usaha mikro yang mayoritas berasal dari kalangan keluarga pra sejahtera ini mendapatkan modal usahanya dari pinjaman rentenir. Karena dari rentenir, maka mereka harus mengembalikan pinjamannya disertai dengan bunga yang tinggi. Akibatnya, meskipun usahanya terlihat ramai tetapi banyak pelaku usaha mikro ini tidak menampakan kemajuan meskipun telah mengembangkan usaha cukup lama. Menyekolahkan anaknya saja susah. ”Alhamdulillah berkat Tabur Puja yang difasilitasi Yayasan Damandiri dapat membantu pelaku usaha mikro dan kecil ini bisa terbebas dari jeratan rentenir yang dirasakan sangat memberatkan pelaku usaha yang bermodal kecil dan terbatas itu,” ujar Bu Nana. HARI
Pengrajin sanggul pemanfaat Kredit Tabur Puja binaan Koperasi Windu Kencana tengah diajak berdialog oleh Prof Dr Haryono Suyono pada acara bazaar, di Pendopo Kabupaten Brebes, Jateng.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
41
POSDAYA ORGANISASI SOSIAL
Perlu Ada Kementerian Pemberdayaan Keluarga Meskipun Indonesia memiliki banyak kebijakan pembangunan keluarga, namun keluarga belum sepenuhnya menjadi basis kebijakan publik. Tetapi ada beberapa negara yang tidak memiliki kebijakan publik, mereka sangat konsen terhadap keluarga. Unsur terpenting dari semua itu adalah bagaimana semua pelaku kebijakan konsen terhadap kehidupan keluarga. Itu sebabnya diperlukan kementerian yang tepat untuk menangani hal ini.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menjadi pembicara dalam Konferensi Keluarga Indonesia 2014 di Jakarta. [FOTO-FOTO: RAHMA]
Peserta seminar dari berbagai daerah menyimak dengan baik paparan dari sejumla narasumber.
42
I
SU strategis tersebut disampaikan Prof Dr Ir Euis Sunarti, Kepala Pusat Studi Bencana LPPM IPB saat menjadi pembicara bersama Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dalam gelar acara Konferensi Keluarga Indonesia 2014, yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) beberapa waktu lalu di Jakarta. Menurut Pakar Ketahanan Keluarga ini, pembangunan keluarga hanya bisa dicapai bila keluarga itu memiliki ketahanan, kesejahteraan dan berkualitas. Namun sayangnya ratifikasi undang-undang yang dikerjakan, kadang tidak memikirkan dampak terhadap kehidupan terkecil dalam keluarga. “Di kapal-kapal pesiar mewah sekalipun, tenaga kerja Indonesia hanya tenaga kasar.” Keluarga sebagai sistem selalu terlupakan antara individu dan masyarakat. Akibatnya ketika pembangunan tidak memperhatikan sistem pembangunan keluarga, banyak keluarga yang gagal. United Nation pada tahun 1990 telah mengevaluasi kegagalan di ne-
gara berkembang, terpaku pada individu tapi lupa pada keluarga, sehingga tahun 1994 kemudian dijadikan Hari Keluarga Internasional. “Banyaknya kejahatan seksual dilakukan orangtua pada anak, membuat imej lingkungan terdekat anak rentan terhadap bahaya. Dan menjadi bukti bahwa Keluarga telah gagal melindungi anak-anaknya,” ungkap Prof Euis Sunarti seraya menegaskan bahwa revolusi mental harus dimulai dari keluarga. “Syukur-syukur dimulai dari pemerintahan baru,” tandasnya. Persamaan cara pandang ini juga yang melahirkan kesepakatan baru antara Prof Haryono Suyono dengan Prof Euis Sunarti untuk bersama-sama membuat buku manual Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). “Ada kesepakatan baru dengan Prof Euis, kita akan bersama-sama membuat buku manual untuk Posdaya dalam rangka pembangunan keluarga. Unsur-unsur delapan fungsi keluarga akan kita jelaskan secara gamblang untuk kita kembangkan di 35.000 Posdaya,” ungkap Prof Haryono Suyono usai seminar. Buku panduan Posdaya ini, lanjutnya, akan menelurkan gagasan pemberdayaan keluarga bidang pendidikan, pelatihan keterampilan, sekaligus bagaimana keluarga-keluarga Indonesia bertingkahlaku. “Ini semua kita lakukan agar lebih meningkat lagi pemberdayaan keluarga dalam Posdaya.” Dia juga berharap pada pemerintahan era mendatang, ada kementerian yang tepat menangani isu pemberdayaan keluarga. “Kementerian yang tepat adalah Kementerian Pemberdayaan Keluarga, sehingga akan lebih meningkatkan fungsi 65 juta keluarga Indonesia menjadi lebih baik potensi pembangunannya, baik yang muda maupun lansia.” Disadarinya, jumlah penduduk lansia saat ini hampir separuh penduduk Indonesia, yaitu lebih dari 30 juta. Jumlah lansia yang melimpah ini harus dimanfaatkan. Apalagi usia lansia sekarang ini menjadi lebih lama. “Makin banyak lansia usia panjang, sangat
Komitmen Kependudukan dan Keluarga Berencana 2014/2015 adalah meningkatkan komitmen pembangunan berbasis penduduk di semua sektor.
efektif untuk membangun keluarga sejahtera.” Hal senada juga disampaikan Prof Euis Sunarti, konsep lanjut usia yang tangguh sangat diperlukan untuk ketahanan keluarga. Itu sebabnya, kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) di masyarakat perlu disegarkan kembali. RW/HNUR
POSDAYA KITA Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran kecil. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Ada Posyandu, ada BKB, ada PAUD-nya Ade Koperasi, ada BKL, Kebun Bergizi Posdaya, Posdaya, Posdaya milik kita Posdaya, Posdaya, Keluarga Sejahtera. Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
43
LAPORAN UTAMA
Gerakan Posdaya
Jadi Partisipasi Pemuda dalam Sukseskan MDGs Pemuda menjadi roh terpenting dalam pembangunan bangsa. Daya kreatif dan inovasinya sangat mencerahkan serta memberi warna baru. Pemuda harus bangga dengan potensi dan karya nya, termasuk dalam peran aktifnya dalam Posdaya.
Mahasiswa dengan inovasi dan gagasannya bersama kader Posdaya menjadikan Bank Sampah sebagai pembersihan dan penyelamatan lingkungan sekaligus ladang kesejahteraan bagi Posdaya dan keluarga anggota Posdaya. [FOTO: HARI]
B
ULAN Oktober menjadi salah satu bulan penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tanggal 1 Oktober misalnya, menjadi Hari Kesaktian Pancasila. Sedangkan Sumpah Pemuda diperingati pada 28 Oktober. Dalam setiap peringatannya, yang sejak berpuluh tahun lalu terkenal dengan seruannya untuk makin menyatu dalam Pancasila serta seruan para pemuda untuk melaksanakan sumpah pemuda, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia. Hari-hari penting di bulan Oktober itu menjadi simbul perekat yang sangat luhur di mana bangsa Indonesia dengan persatuan dan kesatuan yang kokoh berhasil menggulingkan penjajah dan akhirnya merdeka untuk maju. Peristiwa lama itu bisa menjadi simbul dan penyegaran agar terjadi ulangan sejarah untuk menggembleng rakyat bersatu padu menjadi satu keluarga besar yang kokoh untuk maju demi kesejahteraan sebanyak-banyaknya rakyat yang ada di desa dan kampungkampung yang umumnya masih menderita. Dalam kerangka persatuan dan kesatuan itulah Yayasan Damandiri bekerja sama dengan ratusan Perguruan Tinggi, Lembaga
44
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
Sosial Kemasyarakatan, Pemerintah Pusat dan Daerah mengembangkan program dan kegiatan pemberdayaan keluarga di tingkat desa dan kampung-kampung di perkotaan untuk menyegarkan jiwa kegotong royongan dan bersama sama berusaha keras saling berbagi dan akhirnya saling menolong untuk maju dan sejahtera. “Setelah para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, pemerintah daerah dan pemimpin Masjid membangun Posdaya di tingkat RT, RW dan pedusunan di seluruh Indonesia dan ternyata persatuan dan kesatuan dapat disegarkan kembali, maka tiba waktunya diperkenalkan program dan kegiatan untuk anggota Posdaya yang mau bekerja cerdas dan keras,” kata penggagas program pembangunan model Posdaya, Prof Dr Haryono Suyono. Lebih lanjut dikatakan Prof Haryono, para anggota Posdaya mulai dilatih kegiatan sederhana untuk mencoba apakah persatuan dan kesatuan itu menjadi encer dan bubar kalau kegiatan dimasukkan dan dikerjakan bersamasama. Ada Posdaya yang anggotanya dilatih mengolah ikan dan lele menjadi abon, naget, keripik dan jenis masakan lain agar waktu
adanya rasa nyaman hasil budidaya ikan itu lebih panjang dan harganya lebih tinggi sehingga menguntungkan rakyat. “Ada pula yang membuat Kebun Bergizi dan kebunnya mulai ditanami dengan tanaman yang laku jual sehingga hasil kebunnya bukan saja dinikmati sendiri tetapi dikumpulkan dan dijual bersama ke pasar untuk ditukar dengan keperluan lainnya. Ada pula yang kebunnya menjadi Kebun Bersama sehingga tanamannya dapat diatur untuk panen pada waktu yang tidak sama agar bisa melayani kebutuhan pasar pada waktu yang berbeda-beda,” paparnya. Di daerah pantai dengan air payau, sebut Ketua Yayasan Damandiri Haryono ini, Posdaya dan anggotanya diajak menanam rumput laut agar dalam waktu tidak lebih dari dua tiga bulan lahan air payau yang tadinya tidak berguna itu berubah menjadi lahan rumput laut yang subur dan siap menghasilkan olahan yang akan laku jual karena bisa diolah menjadi makanan, ager-ager serta keripik atau bahan baku makanan dan olahan lain yang berguna. Beramai-ramai anggota Posdaya di beberapa tempat mulai berlatih menanam dan memetik serta mengolah rumput laut dengan ikutannya ikan bandeng, kepiting dan jenis ikan lainnya. “Penduduk biasa yang semula hanya berlatih mengolah ikan sekarang ada pula yang mulai berlatih mengolah rumput laut. Kegiatan pelatihan ini menjadi marak seakan di desa tumbuh kegiatan ekonomi baru, ekonomi biru, yang marak dan menarik. Rakyat bergairah untuk menjadi cerdas dan mau bekerja keras dalam persatuan dan kesatuan yang makin kompak,” imbuhnya. Di mana-mana, masih kata Prof Haryono, tumbuh PAUD, kursus ketrampilan yang diikuti tenaga muda yang tergabung dalam Posdaya serta mulai timbul kebutuhan modal untuk usaha ekonomi mikro yang tadinya lepas begitu saja karena tidak ada kegiatan yang berarti kecuali mengolah sawah yang waktunya sangat tergantung pada musim dan kedatangan air hujan. Kini mereka bisa melihat sekeliling dan mengupayakan berbagai kegiatan sesuai dengan ketersediaan sumber daya lokal dan kearifan lokal yang diasah dengan kedatangan para pekerja dan mahasiswa yang membawa inovasi dan merangsang kreatifitas rakyat banyak. Yang muda sang kreator Mahasiswa KKN Posdaya dari perguruan tinggi ini sangat membantu pemerintah
daerah dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. Mahasiswa-mahasiswa sebagai generasi muda merupakan anak-anak muda kreatif, mempunyai intergritas dan intelektual yang baik mampu berkreasi dan berpartisipasi bersama masyarakat dalam pembangunan desa. “Kerja keras dan kerja cerdas anak-anak muda mahasiswa KKN dari perguruan tinggi tersebut diwujudkan dengan berdirinya Posdaya-posdaya. Saya sangat memMuhammad Zaenal Arifin, SIP berikan apresiasi yang sangat luar biasa terhadap Posdaya ini sudah dibangun dan dimotori oleh mahasiswa,” kata Bupati Magelang Muhammad Zaenal Arifin, SIP. Bupati yang masih tergolong muda ini menilai, Posdaya itu bisa ikut membantu pemerintah daerah berpartisipasi untuk terus meningkatkan derajat kesejahteraan di tengahtengah masyarakat. Melalui anak-anak muda mahasiswa, ujar Bupati Zaenal Arifin, terbangun sinergitas antar Pemda dengan perguruan tinggi serta mitra jejaring lainnya dalam upaya mempercepat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendapat senada dikemukakan Rektor Universitas Diponegoro Semarang Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD. Ia menilai mahasiswa KKN sebagai pemuda bangsa mempunyai andil dalam keikutsertaannya membantu masyarakat di pedesaan dalam membangun desa yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan. Mahasiswa KKN tematik ini menerjemahkan berbagai persoalan yang ada di masyarakat dengan pendekatan comdev (community development), pemberdayaan masyarakat dan multi disiplin. Posdaya ini, wahana yang terdiri dari 4 pilar kegiatan pemberdayaan. Artinya ada lahannya, sehinga memberi kemudahan bagi universitas atau perguruan tinggi mempercepat, memfasilitasi menjadi akselarasi. Posdaya sangat membantu daerah kabupaten/kota maupaun lainnya dalam menyelesaikan pencapain target MDGs. Karena 4 pilar yang ada di Posdaya itu tercakup dalam MDGs. Menurut salah satu moderator terpilih dalam debat Kandidat Capres Pilpres 2014 ini menyebut, siapapun Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD Presidennya, dan kebetulan saat ini Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
45
yang diberi mandat oleh rakyat melalui Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 adalah Ir Djoko Widodo. Karena penanggulangan kemiskinan itu sebuah keharusan. Tujuan kita bernegara salah satu tujuannya adalah meningkatkan dan memajukan kesejahteraan serta mengentaskan kemiskinan. “Saya kira KKN Posdaya sebagai wahana untuk kesejahteraan dan mengentaskan saudara-saudara kita dari kemiskinan. Itu wajib hukumnya. Terlebih angka kemsikinan kita masih Prof Dr Ir Nelson Pomalingo, MPd cukup tinggi,” tuturnya. Terkait MEA 2015 menjadi tantangan sekaligus hal yang harus dijawab oleh kalangan anak muda. Kalau melihat mashasiswa saya itu sangat luar biasa. Banyak mahasiswa yang memunyai IP (indeks prestasi) tinggi. “Kita prihatin dengan anak-anak muda yang terpengaruh oleh budaya asing. Budaya instan, wawasan kebangsaannya menipis. Saya kira menjadi bagian dari keajiban kita untuk menumbuhkan kembali. Dan pendidikan karakter menjadi kunci,” kata Prof Sudharto. Pendidikan karakter siapa kita, kalau kita harus peduli pada persoalan-persoalan bangsa. Maka kita melihat mahasiswa KKN tematik Posdaya itu menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa. “Sehingga ketika mereka lulus tidak hanya cerdas, berotak tetapi juga berwatak,” tandasnya. Mahasiswa KKN merupakan anak muda yang punya kepedulian serta wawasan. “Jadi ketika saya mengantar mahasiswa KKN tematik ini adalah kewajiban anda bagian dari akuntabilitas perguruan tinggi. Karena kita itu adalah milik rakyat harus kembali kepada rakyat. Mereka bisa merasakan hidup di desa bersama rakyat masih ada yang tertinggal. Sehingga menumbuhkan empati,” paparnya. Sementara Prof Dr Ir Nelson Pomalingo, MPd yang juga Rektor Universitas Negeri Gorontalo (periode 2002-2006, 2006-2010), yang sekarang menjabat sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo mengatakan, sekarang atau mendatang, anak muda kita akan lebih banyak. Seperti yang disebut dengan generasi emas. Dari segi jumlah anak muda, sebenarnya bagus. Tetapi problemanay dari segi kualitas. “Oleh karena itu perlu membenahi pemuda kita,’ katanya. Pertama, tidak hanya intelektualnya tetapi juga ketrampilan dan etos kerja. Ini yang menjadi problem. Apalagi, tahun 2015 ini kita 46
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada MEA 2015 ini menjadi tantangan bagi generasi muda utamanya di sektor lapangan kerja. Kalau kita lihat saat ini sekitar 70 persen masyarakat masih menjadi pengangguran. Pengangguran terbesar ada di kalangan generasi muda. Ini yang harus dibenahi. Tidak hanya kualifikasi pendidikan tetapi juga masalah ketrampilan dan etos kerja atau semangatnya. Serta tak lupa, terkait dengan etika. Ia juga mengomentari relevansi Sumpah Pemuda diterapkan hingga saat ini. “Saya kira Sumpah Pemuda yang dilakukan di era globalisasi ini, hantaman-hantaman budaya dan arus deras informasi dari luar begitu kuat dan besar. Sehingga persatuan harus tetap dilakukan. Sumpah Pemuda masih relevan. Rasa satu nusa, satu bangsa harus dikuatkan,” katanya. Namun bagaimana juga jati diri kita, produktivitas pemuda itu sebagai aset bangsa ini harus ditumbuhkan terus. Bukan saja jumlahnya tetapi juga produktivitasnya sebagai tantangan. “Dalam semakin gegapgempita gebyar Posdaya di mana-mana, pemuda mempunyai perannya sendiri,” jelasnya. Posdaya yang dilaksanakan baik melalui masyarakat berbasis dukuh, desa maupun masjid dan sebagainya, menjadi ruang bagi pemuda untuk ambil peran dan partisipasi aktifnya dalam kegiatan Posdaya ini. Kedua, dari segi kegiatannya yang terdiri dari 4 kegiatan utama, seperti kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan lingkungan kebun bergizi. Dalam bidang pendidikan misalnya, pemuda bisa menjadi pelopor atau justru menjadi peserta didik. Demikian pula di bidang kesehatan, pemuda bisa ikut ambil peran dan partisipasinya. Selanjutnya di bidang kewirausahaan yang merupakan kegiatan di bidang usaha ekonomi produktif. Di bidang ini ada beberapa tantangan bagi pemuda, di antaranya masalah produktivitas dan pengangguran. Kalau hal itu dilakukan bersama oleh pemuda, maka teratasilah bidang ekonomi. Serta terakhir adalah lingkungan. Pemuda harus menyadari bahwa lingkungan merupakan sumber daya yang harus dijaga terus. “Untuk itulah melalui daya kreasi, inovasi dan gagasan cerdasnya, pemuda memliki peran penting, bahkan menjadi pelopor dalam kegiatan pembangunan, termasuk dalam kegiatan Posdaya,” kata Prof Nelson. HARI
CERITA SAMPUL
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMd, SE
Posdaya Memakmurkan Desa di Seluruh Brebes Brebes telah menasbihkan diri sebagai wilayah pengembangan Posdaya. Dengan adanya Posdaya, seluruh masyarakat desa di kabupetan ini, utamanya keluarga-keluarga pra sejahtera atau keluarga miskin harus sejahtera. Dengan Posdaya mudah mudahan Brebes bisa lebih maju dan masyarakatnya lebih sejahtera.
I
TULAH tekad mulia dari seorang Hj Idza Priyanti, AMd, SE, yang tak lain Bupati Brebes. Meski sebagai seorang Bupati perempuan, tetapi visi kepemimpnan dalam memperjuangkan peningkatan derajat kesejahteraan rakyatnya luar biasa. Jika kemarin orang datang ke Brebes hanya untuk beli bawang merah maupun telor asin, kini bisa beli oleh-oleh hasil produksi ekonomi kreatif dari kelompok usaha Posdaya. Ada batik, makanan olahan dari inovasi rumput laut, telor bebek aneka rasa maupun olahan singkong dan ubi aneka rasa. “Kehadiran Posdaya membawa banyak berkah. Posdaya juga akan bisa memakmurkan seluruh desa di Brebes,” kata Hj Idza Priyanti. “Berkat dukungan Prof Haryono Suyono dengan Damandirinya serta mitra perguruan tinggi dan lembaga keuangannya, dan PKK, kami bersama seluruh SKPD dan stakeholder telah siap untuk bisa lebih memberdayakan keluarga pra sejahtera di seluruh Kabupaten Brebes. Sehingga tujuan pembangunan untuk meningkatkan dan memakmurkan masyarakat bisa tercapai.” Lebih lanjut Hj Idza menuturkan, keluarga pra sejahtera itu perlu perhatian dan dukungan dari kita. Dimana untuk meningkatkan ekonomi keluarga akan memberikan kesejahteraan buat mereka. Pemberdayaan mereka telah bisa disaksikan di lapangan, baik cara pengolahan telor asin, pembuatan sanggul, pengolahan ikan, mengolah rumput laut maupun batik salem, dan lainnya. “Bahkan yang membanggakan kami, ternyata Kabupaten Brebes juga menjadi daerah pengembangan agribisnis rumput laut. Yang nantinya pengembangan usaha ini akan menjadi percontohan,” ujar Bupati Idza. “Saya sangat bahagia karena pada puncak peringatan Hari Anak Nasional, Hari Keluarga Nasional dan Deklarasi Posdaya benar-benar menjadi momen penting bagi warga Kabupaten Brebes,” ucapnya.
Bupati Brebes terpilih periode 2012 – 2017 kelahiran Pesurungan Kulon, Kota Tegal, pada 9 Januari 1971 yang juga istri dari Komisaris Polisi Drs H Warsidin ini menjadi bupati perempuan yang harus memimpin Kabupetan Brebes dengan 17 kecamatan yang terdiri dari 297 desa, di
Hj Idza Priyanti, AMd, SE [FOTO-FOTO: HARI]
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
47
Hj Idza Priyanti, AMd, SE, mendampingi Prof Dr Haryono Suyono melihat model pembudidayakan ikan dengan tabung.
48
pendopo kabupaten disaksikan pejabat terkait baik dari Pemda Brebes, perwakilan dari Provinsi Jateng, mitra-mitra maupun masyarakat Brebes dan didokumentasikan dalam acara Arumdalu oleh TVRI Jateng, Bupati dengan semangat disertai niat tulus dan penuh kegembiraan mendeklarasikan Posdaya sebagai momen Brebes mengimpelentasikan dan menyukseskan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang pembangunan yang berkeadilan, pro poor dan pro job sebagai upaya mengentaskan kemiskinan. “Atas nama Pemerintah Kabupaten Brebes saya mendeklarasikan diri untuk mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga (posdaya) di seluruh desa/ kelurahan di Kabupaten Brebes. Kami berjanji akan mengembangkan Posdaya sebagai ujung tombak pembangunan yang berkeadilan serta guna menampung partisipasi masyarakat dalam memperlancar upaya pembangunan dan pengentasan kemiskinan dengan prioritas pada peningkatan kesehatan, pendidikan, kewirausahaan dan pelestarian lingkungan untuk membantu pemberdayaan keluarga, pertumbuhan dan pendidikan anak serta peningkatan kemampuan dan peran perempuan dalam pembangunan,” ucapnya lantang penuh kewibawaan. Putri tercinta dari pasangan H Ismail dan Hj Rukhayah yang merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, di mana kakaknya, Ikmal Jaya, merupakan Walikota Tegal (periode 2009-2014) ini, menegaskan bersama gerakan Posdaya yang masif dan terarah nantinya dengan kearifan lokal dan produkproduk masing-masing seperti batik, keramik, tape ketan, telor asin aneka rasa dan lain-lain,
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
akan bisa mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Untuk itu Posdaya harus digiatkan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun keluarga,” ujar Idza Priyanti. Yang terpenting lagi, kata ibu dari Raihan Raka, Elshanti Nabihah Salma, Elshinta Nafita Salma dan Moh Rafi Danendra ini adalah kemampuan menangkap peluang dan memanaj serta memfasilitasi potensi yang ada. Terlebih dengan adanya bantuan dukungan permodalan dengan sitem kredit tanpa agunan yang ditanggung secara tanggung renteng oleh kelompok melalui Kredit Tabur Puja sebesar Rp 2 juta. Dengan bantuan kredit Tabur Puja yang disalurkan Yayasan Damandiri dengan mitra perbankan dari Bank Jateng dan Bukopin ini akan menjadikan pengembangan usaha kelompok usaha Posdaya ini akan menjadi lebih maksimal. Mantan Wakil Bupati Brebes ini juga mengingatkan agar dalam pengembangan kegiatan pemberdayaan Posdaya ini disinergikan pula dengan lembaga lain seperti Universitas Panca Sakti Tegal, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto maupun Universitas Diponegoro Semarang dan PKK serta lainnya. Serta dibangun sinergi pula dengan kementrian kelautan dan perikanan untuk pengembangan potensi kelautan dan pesisir, seperti rumput laut, budidaya udang, bandeng dan sebagainya. “Kami juga berterima kasih dengan dukungan Koperasi Windu Kencana yang telah memberikan pembinaan dan pendampingannya pada para pelaku usaha mikro anggota Posdaya, sehingga menjadikan usaha masyarakat kecil tersebut mampu memberi harapan kesejahteraan pada kaderkader Posdaya tersebut,” ujarnya tak lupa mengapresiasi koperasi yang kerap tampil sebagai juara karena pengelolaan dan peruntukannya yang tepat menuju sasaran dan mampu memberdayakan menjadi berdaya. Idza Priyanti yang berlatar seorang pengusaha, karena sebelum menjadi Bupati, ia menjadi Wakil Bupati Brebes, dan juga Direktur PO (Perusahaan Otobus) Dewi Sri milik orang tuanya. PO Dewi Sri
adalah perusahaan angkutan terbesar di kota tegal yang sebelumnya jabatan Direktur Utama dipegang oleh kakaknya, Ikhmal Jaya, sebelum menjabat sebagai Walikota Tegal. Sebagai bukti Bupati yang pro pemberdayaan dibuktikannya dengan alokasi dukungan dana pemberdayaan masyarakat, Pemda Brebes dalam APBDnya telah mengalokasikan dana Rp 10 milyar. Dana-dana tersebut disalurkan melalui dinas-dinas terkait sebagai dana pemberdayaan masyarakat. Seperti Dinas Perikanan untuk pelatihan budidaya ikan dan pembuatan garam, dinas peternakan pemberdayaannya budidaya kerbau, sapi Jabres (campuran sapi Jawa dan sapi Brebes), dan masih banyak contoh lainnya. Tekad bupati berparas manis ini dalam menggiatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat disambut perwakilan BPPP Tegal yang secara langsung menyatakan siap untuk membantu pemerintah Kabupaten Brebes dalam memberikan pelatihan kepada kelompok Posdaya Brebes di bidang perikanan sekaligus juga akan memberikan bantuan alat produksi yang dibutuhkan. Selain itu Brebes juga akan mendapatkan bantuan 1000 ton bibit rumput laut yang bisa dibudidayakan di wilayah Brebes utara yang wilayahnya memiliki daerah pertemuan antara air sungai dan air laut. Dari Drs Tabrani, MM, yang juga dosen Fakultas Ekonomi UPS Tegal. Bahkan, bibit dan pemasarannya pun siap dibantunya. Sebagai seorang ibu, dalam kesehariannya, Idza Priyanti ini sangat bersyukur karena tingginya pengertian dan dorongan dari Suami dan anak-anaknya. Sehingga tidak ada masalah ketika waktu untuk keluarga kadang harus tercabut untuk melayani masyarakat. Bersama suami dan anak-anak, dia bertekad untuk menjadi keluarga yang harmonis, sakinah mawadah warahmah. “Saya selalu memperhatikan mereka dengan komunikasi yang intens baik ketika di rumah maupun disela-sela kesibukan tugas,” ujarnya. Pada saat menjabat sebagai Bupati Idza memberikan gajinya pada Taripah bin Darsa, wanita warga Brebes yang makan nasi Aking selama lima bulan setelah ditinggal mati suaminya dan rumahnya terbakar. Penerima penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya kategori Madya dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atas apresiasi pemerintah pusat terhadap kinerja Bupati Brebes, terutama dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kepedulian
terhadap keselamatan dan kesejahteraan lakilaki dan perempuan dalam upaya perwujudan pengarusutamaan gender (PUG) ini juga dikenal penyantun dan sering memberi bantuan. Misalnya saja, sebanyak 226 Putra Putri Anggota Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Brebes yang masih duduk dibangku SD/SMP/SMA dan memiliki prestasi dengan nilai raport rata-rata 8 mendapat beasiswa KORPRI. Beasiswa yang diterima untuk SD sebesar 300 ribu rupiah per-siswa, sedang SMP menerima masing-masing 400 ribu rupiah dan untuk SMA 500 ribu rupiah. “Sebagai generasi yang akan datang, sudah sepatutnya kalian harus menyiapkan diri untuk masa depannya. Seluruh siswa siswi putra putri anggota Korpri penerima Beasiswa untuk tetap semangat rajin belajar dan kejarlah cita-cita setinggi mungkin,” kata Idza. Selain itu sejumlah 150 kaum disabilitas atau penyandang cacat dari Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Kersana, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Jatibarang dan Kecamatan Brebes diberikan Dana Sosial Dari Pemerintah Kabupaten Brebes. Ia berharap kepada para difabel untuk tetap semangat di dalam menjalani kehidupan dan jangan cepat putus asa. “Meski dalam keadaan fisik yang tidak sempurna, namun bapak-bapak, ibu-ibu setidaknya masih bisa melakukkan hal-hal yang berguna. Banyak ketrampilan yang bisa pelajari sehingga para Penyandang Cacat (Difable) tidak hanya bisa berdiam diri merenungi nasibnya, melainkan tetap bisa berkreasi dan bekerja,” ucapnya. HARI
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti, AMd, SE Bersama suami tercita Kompol Warsidin.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
49
KOLOM KHUSUS
Prof Dr Haryono Suyono*)
Mengembangkan Posdaya Budaya Posdaya sebagai forum bersama, dalam bahasa populer disebut lingkaran besar, ternyata dalam dinamikanya yang unik mampu mempersatukan lingkaran-lingkaran kecil di sekitarnya. Posdaya menggetarkan nilai kegotong royongan dengan menajak berbagai lingkaran kecil meramu keunikan sebuah desa menjadi untaian ratna mutu manikam yang sangat indah dan berbudaya. Kumpulan keindahan itu menjadi asset yang menarik dan menghasilkan keinginan kalangan luas untuk menikmatinya dan mengantar keuntungan bagi kesejahteraan rakyatnya.
Dalam “uji coba”, setengah demonstrasi, Ketua Yayasan Damandiri diundang ke Giwangan. Begitu sampai langsung disambut upacara sederhana dinaikkan “andong” (kereta tradisional, red), yang didepannya diiringi anggota Posdaya. [FOTO: MULYONO]
50
N
UN di Desa Giwangan, Mrican, di Yogyakarta, suatu desa yang tidak terkenal ternyata mempunyai banyak keluarga yang berbakat. Suatu ketika Desa itu kedatangan beberapa Mahasiswa yang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya dari Universitas Janabadra, yang dipimpin oleh Dr Ir Suharjanto, MSCE, sebagai Rektornya dan Dr Cungki Kusdarjito PhD, sebagai Wakilnya. Para mahasiswa menganjurkan pembentukan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) sebagai forum silaturahmi untuk menyegarkan budaya gotong royong memanfaatkan kearifan lokal sebagai modal pengembangan upaya preventif dalam bidang kesehatan, untuk menggalakkan pendidikan, mengembangkan kemampuan untuk wirausaha dan mengambil manfaat ling-
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
kungan yang menguntungkan dengan tetap memelihara kelestariannya. Masyarakat dan keluarga Giwangan, Mrican, di Yogyakarta itu rupanya tidak saja tanggap tetapi berfikir lebih jauh dan bekerja dengan cerdas, berkecepatan tinggi serta keras sehingga pada bulan Oktober tahun 2011 itu segera terbentuk sebuah Posdaya yang diberi nama Posdaya Giwang Barokah. Pengembangan awal yang “barokah” itu dibimbing dengan cermat dan penuh pengertian oleh Pak Camat Agus Sunarto. Dalam satu tahun terakhir ini bimbingan yang positif itu dilanjutkan dengan baik oleh Pak Camat Marjuki, sehingga perkembangan jumlah dan kualitas Posdaya berjalan lancar. Dari hari ke hari Posdaya bertambah menjadi sembilan buah di desa yang makin marak tersebut. Yang luar biasa, menurut Ibu Wika dari LPM Janabadra, adalah bahwa Posdaya itu, di samping kegiatan pokok yang sama untuk mengantar keluarga sehat, cerdas, terampil dan sayang pada lingkungan sekitarnya, setiap Posdaya makin mengembangkan dirinya menjadi Posdaya dengan sifat khusus yang menarik. Ada Posdaya yang menjadi pusat pengembangan pelayanan kesehatan preventif dan menjadi contoh
Posdaya lainnya untuk belajar. Ada Posdaya yang dengan cepat membentuk pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sehingga menjadi contoh pengembangan PAUD di tempat lainnya. Ada Posdaya yang secara khusus mengembangkan upaya kegiatan ekonomi kreatif seperti pembuatan batik dan sekaligus menjadi tempat pelatihan bagi keluarga dari daerah lainnya. Ada pula yang mengembangkan ketrampilan anak-anak untuk mendalami Al Qur’an sehingga menghasilkan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang kebetulan ahli tari menari, secara spontan dan suka rela membuka pelatihan ulah tari yang menarik anak muda untuk mendalami budaya yang banyak ditinggalkan. Kegiatan aneka ragam itu menimbulkan gagasan untuk mengembangkan Posdaya Giwang Pesona atau Posdaya Budaya yang mengkombinasikan berbagai kegiatan itu dalam suatu kaitan untuk menarik wisata ke Desa Giwang dengan berbagai penyajian yang menarik. Ibu Budi Wahyuni dari UPN, yang kebetulan tinggal di Desa Giwangan menjadi perekat untuk mewujudkan cita-cita itu menjadi kenyataan. Jumlah perguruan tinggi dan mahasiswa yang terjun ke Desa Giwangan juga bertambah dari waktu ke waktu. Kalau pada awalnya mahasiswa KKN tematik Posdaya hanya berasal dari Universtas Yanabadra, pada waktu ini telah bertambah dengan keikut sertaan mahasiswa KKN Tematik Posdaya dari Universitas Gajah Mada di bawah Pimpinan Prof. Dr. Supratman. Kelengkapan perguruan tinggi dan mahasiswa dari berbagai fakultas dan program studi itu menambah variasi yang menarik bagi masukan untuk maju bagi berbagai Posdaya yang motivasinya makin meluas dan dinamik. Spesialisasi yang akhirnya mendorong Posdaya di Desa Giwangan itu menjadi Posdaya Budaya memberikan petunjuk bahwa produksi kegotongroyongan masyarakat menghasilkan produk laku jual bukan hanya untuk masyarakat berkebutuhan sederhana seperti makanan dan minuman, tetapi, biarpun produsennya keluarga sederhana, target produksinya adalah masyarakat tingkat menengah dan atas yang kebutuhannya, sesuai dengan Hukum Maslow, sudah jauh lebih tinggi dari makanan dan minuman. Kekhususan Posdaya juga berkembang menjadi Posdaya yang diberi nama sesuai kegiatan utamanya seperti Giwang Elok, Giwang Ayu, Giwang Sekar, Giwang Kreatif, Giwang Siaga,
Giwang Merti Sungai, Giwang Edukasi, Spesialisasi yang akhirnya Giwang Rohani dan Giwang Ceria. Mamendorong Posdaya di sing-masing nama Desa Giwangan itu bernuansa budaya seakan melambangmenjadi Posdaya Budaya kan cita-cita utama anggotanya untuk mememberikan petunjuk mamerkan Desa yang bahwa produksi cantik, penuh keindahan, lingkungan terkegotongroyongan tata rapih dan bersih masyarakat menghasilkan serta mempunyai sungai yang juga menproduk laku jual bukan jadi tempat pemelihahanya untuk masyarakat raan ikan untuk hiburan memancing, berkebutuhan sederhana ceria bersenang-senang sambil dihibur seperti makanan dan tarian tradisional deminuman, tetapi, biarpun ngan iringan gamelan dan lagu tembang produsennya keluarga yang dinyanyikan desederhana, target ngan lembut memukau. produksinya adalah Dalam “uji coba”, setengah demonstrasi, masyarakat tingkat minggu lalu Ketua menengah dan atas yang Yayasan Damandiri diundang ke Giwangkebutuhannya, sesuai an. Begitu sampai dengan Hukum Maslow, langsung disambut upacara sederhana disudah jauh lebih tinggi dari naikkan “andong” (kemakanan dan minuman. reta tradisional, red), yang didepannya diiringi anggota Posdaya lansia menaiki sepeda ontel kuno dalam perjalanan pendek keliling kampung yang dihias dengan umbul-umbul seakan ada pejabat kerajaan yang sedang lewat. Rombongan itu diiringi nyanyian lagu tradisionil yang dimainkan oleh lebih dari sepuluh lansia perempuan yang menabuh “lesung” (tempat menumbuk padi kuno) sebagai instrumen musiknya. Para pemainnya yang lansia dan sebagian sudah ompong, menyanyi dengan suara serak-serak sayup. indah dan mempersona. Selamat untuk Posdaya Budaya dari Giwangan. *) Penulis adalah Ketua Umum DNIKS, Ketua Umum PB PWRI, mantan Menko Kesra dan Taskin, Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, sangat mencintai anak bangsanya – www.haryono.com. Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
51
PENDIDIKAN
Radio DFM Menyoal Wajib Lapor Pengguna Narkoba Belum lama ini Radio DFM 103,4 Jakarta mengajak ibu-ibu Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang berada di sekitar studio Radio DFM di Jalan Mimosa Raya, Buncit, Jakarta Selatan, untuk membuka mata soal peran aktif mereka mencegah virus narkoba masuk dalam rumah tangga. Mereka juga diajak “wajib lapor” bila melihat ada anak ketahuan memakai narkoba.
Ibu-ibu Posdaya diajak berperan aktif mencegah narkoba masuk ke dalam rumah, dan melaporkan bila ada anak tetangga yang ketahuan memakai narkoba. [FOTO-FOTO: RAHMA]
52
“K
AMI ingin mengetahui apa anakanak kami pengguna narkoba. Kadang anak menyendiri, menutup pintu kamar. Kami jadi khawatir. Sebagai orang tua, saya khawatir. Takut anak terkena narkoba?” Pertanyaan itu dilontarkan Sutiah, mewakili peserta yang hadir saat berdialog dengan Konsultan Badan Narkoba Nasional (BNN) Prof Dr Paulina Padmohedjojo, MA, MPH dalam acara September Ceria Bebas Narkoba, Reorientasi Pengguna Narkoba yang disiarkan secara live oleh Radio DFM 103,4 Jakarta, dipandu oleh penyiar cantik Lia Ahmadi. Program acara hasil kerja bareng dengan BNN ini diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga di lingkungan Radio DFM yang sebagian besar anggota Posdaya, setiap akhir pekan di Bulan September 2014. “Kita menggelar acara ini mulai tanggal 13, 20, 27 dan 28 September bekerjasama dengan BNN untuk mengajak ibuibu mempelajari apa yang harus dilakukan agar anak bebas narkoba,” ungkap Marcy Sahulata
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
selaku penanggungjawab program ini. Acara yang dikemas tidak seperti biasanya, karena didahului dengan tanya jawab baru kemudian paparan ini, sengaja dilakukan guna memancing keingintahuan peserta tentang bahaya narkoba. “Semua ibu pada dasarnya memiliki pertanyaan sama seperti Ibu Sutiah. Pasti ibu semua tahu perubahan yang terjadi pada anak, kecuali ibu yang kurang peduli pada anak,” ungkap Paulina. Menurut Paulina, ada tiga indikator anak menyalahgunakan narkoba. Pertama, perubahan perilaku. Anak yang dulunya berprilaku baik, mudah bergaul menjadi senang menyendiri dan berlama-lama mengunci diri di dalam kamar. Indikator kedua, ada barang bukti. Bisa berupa lintingan ganja,serbuk, alat suntik atau pun sejenis lem aica aibon. “Jangan takut memperingatkan anak. Itu hak orang tua dan tanggung jawab kita. Cari cara permulaan yang baik untuk bicara dengan anak, jangan langsung marah-marah. Makin kita marah, makin dia tenggelam dan tidak
mau bicara dengan kita,” tuturnya. Indikator ketiga, perubahan di sekolah. Mulai dari dengan siapa berteman, minat belajar hingga dikeluarkan dari sekolah, harus menjadi perhatian para orang tua. “Yang pasti, kalau dia menggunakan narkoba, prestasinya menurun drastis. Fisiknya lemah seperti kurang gizi dan sakit-sakitan. Sering seperti terlihat sakit flu, padahal bukan flu,” jelasnya. Para pengguna narkoba biasanya ada lendir-lendir di hidungnya dan mata merah. Sehingga dia perlu memakai kaca mata untuk menghindari paparan matahari. “Kalau terkena matahari, pupil matanya membesar. Dia juga harus pakai jaket panjang untuk menutupi bekas suntik atau silet. Obatnya juga bisa dimasukkan ke dalam saku jaket,” paparnya tegas. Oleh karena itu, kata Paulina, pencegahan lebih menyenangkan daripada mengobati. Kenali gejalanya, jangan sampai terlambat. Terapi untuk para pengguna cukup menyeramkan. Terlambat sedikit, jiwa anak tidak tertolong. Program wajib lapor Lalu, bagaimana sikap kita terhadap lingkungan bila kedapatan anak di sekitar sedang memakai narkoba atau nyuntik di salah satu gang dekat rumah? “Boleh menegur anak tersebut, tapi keluarga harus tahu terlebih dahulu. Kalau sudah over dosis sedang keluarganya tidak ada, bantu bawa anak tersebut ke rumah sakit terdekat,” jawab Paulina atas pertanyaan salah seorang peserta. Saat ini BNN memiliki program wajib lapor. Setelah anak diobati, ada detoksifikasi untuk pemulihannya. “Wajib lapor itu kalau anak dilaporkan oleh keluarga secara suka rela, anak tidak ditangkap. Karena kalau ditangkap masuk penjara, tidak diberikan pengobatan, bukan solusi yang baik.” BNN juga menyediakan Panti Rehabilitasi Narkoba di Lido, Bogor, secara gratis bagi mereka yang secara suka rela melapor sebagai pengguna narkoba. “Bisa dirujuk ke rumah sakit atau klinik terdekat untuk berobat di Lido. Karena dia lapor diri sendiri, tidak ditangkap polisi tapi harus diobati.”
Disarankannya, kalau di lingkungan rumah ada anak narkoba segera dibantu, jangan dikucilkan keluarganya. “Lebih baik saling bantu, saling kerja sama dan harus diterapi. Kalau tidak segera diobati, pengguna narkoba bisa mengajak orang disekitarnya. Lama-lama anak anda bisa terkena kalau kita tidak melaksanakan peran kita dalam pencegahan itu.” Diakuinya peran ibu sangat susah. Karena yang paling banyak mengawasi tingkah laku anak di rumah adalah ibu. Apalagi bila mengetahui anaknya sedang memasuki usia 15 – 16 tahun, usia labil di mana anak sedang menginjak masa transisi, mencari identitas diri dan lebih mementingkan teman sebaya daripada orang tua. “Yang penting kasih banyak komunikasi dengan anak. Jangan sampai anak tidak mau bicara dengan kita. Pelihara komunikasi dua arah. Jangan hanya ibu yang bicara, tapi dengar juga pendapatnya.” Pendapat sekecil apapun sangat berharga didengar anak. “Remaja itu selalu merasa benar. Ingin mandiri tetapi belum bisa, yang penting teman-temannya hebat. Lama-lama mereka akan kembali kepada kita. Biasanya sesudah SMA kelas III atau kuliah di perguruan tinggi, mereka sudah normal lagi.” Ditambahkannya lagi, yang diperlukan remaja itu hanya perhatian dan kasih sayang. Kalau anak-anak kita sudah melarikan permasalahannya ke narkoba, akan sulit diobati. “Narkoba itu langsung kena otak. yang normal menjadi abnormal. Sel-sel yang ada di otak langsung rusak atau mati, karena sirkulasi darah ikut terhambat. Jadi, mencegah lebih baik,” tandasnya. RW
Prof Dr Paulina Padmohedjojo, MA, MPH (baju putih) dari Badan Narkotika Nasional (BNN) saat berdialog dengan ibu-ibu Posdaya dipandu penyiar DFM 103,4 Jakarta, Lia Ahmadi.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
53
PENDIDIKAN
LPPM STMIK Bani Saleh Gandeng Posdaya Bunga Tanjung
Gelar Pelatihan Guru PAUD se-Kota Bekasi Keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memang sangat membantu masyarakat, khususnya yang ekonomi menengah ke bawah. Namun sayangnya masih banyak guru PAUD yang belum terlatih dengan baik karena kurangnya pengalaman dalam mengajar. Guna membantu meningkatkan kualitas guru-guru PAUD, belum lama ini LPPM STMIK Bani Saleh bekerjasama dengan Posdaya Bunga Tanjung menggelar pelatihan guru PAUD yang dikhususkan pada kelompok-kelompok Posdaya se-Kota Bekasi, Jawa Barat.
Pelatihan guru PAUD untuk Posdaya se-Kota Bekasi, Jabar belajar sambil bermain. [FOTO-FOTO: ISTIMEWA]
P
OSDAYA Bunga Tanjung yang berlokasi di Bekasi, selama ini dikenal sebagai gudangnya prestasi dalam mencetak anak-anak PAUD dan pengelolaan Bina Keluarga Balita (BKB). Beragam penghargaan pernah diraih, diantaranya Juara 1 Lomba lembaga BKB (Bina Wilayah) 2003 dan 2005, Juara 1 Lomba Lembaga BKB (bina Wilayah 2010), Juara 1 Pengelola SPS/Pos PAUD Kota Bekasi, Juara 3 Provinsi Jabar 2010, Juara 1 Lomba Teacher Of The Year se-Jabodetabek (2011) dan Juara 2 BKB Tingkat Nasional 2011. Semua itu tak lain berkat tangan dingin mojang Bogor, Tine Mulyaningsih S.Pd yang menjadi penanggungjawab seksi pendidikan di Posdaya Bunga Tanjung. Tine juga dikenal sebagai perempuan yang cekatan dan memiliki beragam inovasi untuk pengembangan PAUD nya. Seperti belum lama ini Tim Gemari
54
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
menemani Bunda Tine (demikian beliau akrab disapa oleh teman, kerabat maupun anak didiknya), “mengangkut” alat permainan yang ada di Taman Kanak-kanak bertaraf internasional untuk dibawa ke PAUD Bunga Tanjung. Alat permainan tersebut lumayan mahal dan bila dikalkulasikan harus merogoh kocek senilai Rp 10 juta. Namun karena sudah terbina hubungan yang baik dengan pihak yayasan, Posdaya Bunga Tanjung mendapat keringanan harga sangat-sangat murah. “Alat permainan ini tinggal di perbaiki di tukang las dan bisa dipergunakan sebagai sarana bermain anakanak dalam waktu dekat. Wah…anak-anak pasti senang dapat permainan baru dari sekolah mahal,” cetus peraih Juara 1 Lomba Teacher Of The Year 2011 Tingkat TK dan PAUD se Jabodetabek, serta Juara 3 Teacher Of The Year
Tingkat Nasional. Sikap rendah hati dan terbuka inilah yang mendorong LPPM STMIK Bani Saleh Bekasi menggandeng Tine untuk ikut memberikan pelatihan guru PAUD se Kota Bekasi yang tergabung dalam Posdaya. Pelatihan yang cukup memakan waktu lama ini dihadiri sekitar 50 guru PAUD dari 35 Posdaya yang ada di Kota Bekasi. Pelatihan guru PAUD, pentingkah? Menurut Tine, berbagai kendala yang dialami guru-guru PAUD di lapangan berbeda dengan teori, bila hanya dibaca tetapi tidak dipraktekan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan baik dalam belajar mengajar, maupun penerimaan penyampaian yang diberikan salah atau kurang bila tidak langsung dipraktekan, bagi guru-guru yang baru terjun di lapangan maupun yang kurang mendapat pelatihan. Kenapa bukan pengelola yang mendapat pelatihan? Kesempatan pengelola PAUD mendapat berbagai pengetahuan belajar mengajar sangat luas dibandingkan guruguru. Kesempatan mendapat pelatihan biasanya yang hadir dalam pelatihan, seminar, adalah pengelola PAUD, dengan harapan nanti dibagikan pengetahuan yang didapat kepada guru-guru. Tapi kenyataan sebagaian besar penyampainnya kepada guru-guru tidak tuntas. Oleh karena itu, kata Tine, pelatihan guru PAUD bekerja sama dengan LPPM STMIK Bani Saleh lebih banyak pada praktek mengajar (micro teaching) daripada teori, dengan perbandingan 70:30 (70 praktek, 30 teori). “Teori cara belajar mengajar tetap harus diketahui dengan benar, dasar tujuan mengajar seperti apa, bagaimana dan apa yang harus dilakukan, supaya belajar itu menyenangkan,” jelasnya. Kesempatan yang diberikan Posdaya melalui LPPM STMIK Bani Saleh dalam pelaksanaan pelatihan guru PAUD ini juga memberikan kesempatan kepada
PAUD-PAUD yang baru berdiri, guru-guru PAUD yang tidak pernah keluar untuk mendapat pelatihan dan menyertakan sebagian kecil guru yang sudah menguasai KBI. “Diutamakan lulusan SMA sederajat,” ujarnya. Pelatihan guru PAUD yang menyertakan guru-guru yang sudah menguasai KBM ini juga mengajak para peserta bisa saling sharing dengan sesama rekan guru PAUD, tidak hanya mendapat pengetahuan dari narasumber saja. Kegiatan diawali dengan pembuatan Rencana Kerja Mingguan (RKH), Rencana Kerja Harian (RKH) dilanjutkan dengan pembuatan alat permainan edukatif (APE) dan media pembelajaran dari bahan jadi, daur ulang dan bahan-bahan yang ada di sekitar, seperti kardus kue, gelas pelastik dan lain-lain. Tak kalah serunya, dilakukan games yang bisa diterapkan kepada anak-anak PAUD. RW
Praktek menempel gambar untuk siswa PAUD.
Semangat keceriaan peserta Pelatihan Guru PAUD Posdaya Kota Bekasi.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
55
PENDIDIKAN
Pendidikan Karakter Pancasila
Wujudkan Pemuda Supertim Berkarakter Unggul Lunturnya kepribadian dan kebudayaan bangsa Indonesia, utamanya di kalangan generasi muda kini kian memprihatinkan. Mereka cenderung bersifat individualistik, rasa hormat kepada orang yang lebih tua semakin rendah dan kerap berkeinginan cepat kaya dengan cara instan. Tak pelak, perlunya setiap warga negara terutama kalangan pemuda untuk kembali dibekali pendidikan berkarakter Pancasila menjadi salah satu solusi mengatasi keadaan itu. Isu inilah yang menjadi pembahasan dalam acara Seminar Nasional yang digelar Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) Daerah Istimewa Yogayakarta (DIY) pada Sabtu pagi 6 September 2014 lalu.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat menyampaikan paparannya di acara Seminar Nasional UPY. [FOTO-FOTO: ADE S]
56
A
CARA yang terselenggara atas prakarsa para mahasiswa UPY semester akhir Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan didukung seluruh civitas akademika UPY, kalangan perbankan serta dunia usaha ini mendapat perhatian serius dari berbagai Kalangan. Tercatat sebanyak 414 peserta dari berbagai disiplin ilmu dan profesi antusias mengikuti seminar yang mengangkat tema “Re-Aktualisasi Pendidikan Kebangsaan dalam Rangka Penguatan Integrasi Bangsa Indonesia” ini. Apalagi dengan menghadirkan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono dan Dr I Putu Gede Ary Suta sebagai narasumber utama. Tak pelak, acara yang berlangsung di Auditorium Kampus UPY Jl PGRI I Sonosewu No 117, DIY ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono menyatakan pentingnya para generasi muda untuk dibekali pendidikan berkarakter Pancasila. Menurutnya, falsafah Pancasila mengajarkan
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
kepada generasi penerus utamanya para mahasiswa untuk berkarakter unggul, peduli sesama, gotong royong, berpikir positif, punya sifat toleransi yang tinggi. “Ke depan, falsafah Pancasila sangat dibutuhkan untuk menjadi perekat persatuan dan kesatuan anak bangsa,” tutur pria kelahiran Pacitan, Jatim, 6 Mei 1938 ini di hadapan ratusan peserta dan para mahasiswa UPY. Dijelaskannya, melalui pendidikan Pancasila, para dosen diharapkan mampu mendidik mahasiswanya agar mampu menjadi superteam bukan superman. “Para dosen diharapkan mampu membimbing mahasiswanya agar dapat bekerja sama, membantu sesama anak bangsa yang membutuhkan bantuan, yakni mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang diamanahkan dalam UU, melalui Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya ke desadesa yang masih banyak warganya miskin,” ujar Prof Haryono seraya menegaskan hal itulah yang akan menghasilkan keunggulan kompetitif bagi mahasiswa untuk menjadi supertim beda dengan bangsa-bangsa barat yang menghasilkan supermen. Para dosen dan mahasiswa yang melaksanakan KKN, lanjut Prof Haryono, hendaknya membentuk Posdaya di setiap desa. “Bagi desa-desa tujuan KKN mahasiswa UPY yang sudah ada Posdayanya, diharapkan memperkuat keberadaan Posdaya itu, sehingga warga desa di sana bisa mewujudkan kesejahteraan. Yang miskin dapat dibantu dengan memberdayakan mereka, sehingga mampu berusaha dengan baik, agar ekonomi keluarga itu menjadi lebih baik,” kata Menko Kesra dan Taskin era Presiden Habibie ini meyakinkan. Hadir dalam acara ini Rektor UPY Prof Dr Buchory MS, MPd, Kepala Badan dan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
DIY Agung Supriyono, SH, Wakil Rektor I Universitas Janabadra Dr Ir Cungki Kusdarjito, MP, PhD, Dekan FKIP UPY Dra Hj Nur Wahyumiani, MA, Ketua Prodi PPKn FKIP UPY Dr Sri Rejeki, MPd, Deputi Direktur Kewirausahaan Yayasan Damandiri Dr Mazwar Noerdin, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Ketua Panitia Dedi Setyawan dan ratusan peserta lainnya. Sedangkan Chairman of The Ary Suta Center Dr I Putu Gede Ary Suta dalam diskusi panel 1 yang menyampaikan tema “Memperkokoh Karakter Generasi Muda Indonesia Melalui Pendidikan Berwawasan Kebangsaan” mengatakan, pendidikan harus menciptakan nilai. “Kita harapkan Universitas PGRI Yogyakarta mampu menciptakan sumber keunggulan kompetitif guna memenangkan persaingan global, secara berkelanjutan melalui pembangunan SDM yang berpendidikan dengan berlandaskan wawasan kebangsaan. Perlu meningkatkan klaster pendidikan pada setiap jenjang,” ujar Ary Suta seraya menambahkan UPY harus mampu melahirkan pemimpin bangsa yang dapat mengarahkan mindset masyarakat ke arah yang lebih baik, terutama untuk bidang pendidikan. Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X melalui Kepala Badan dan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) DIY Agung Supriyono, SH, menyampaikan pesan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi DI Yogyakarta, pendidikan menjadi salah satu pilar dan prioritas pembangunan yang ingin dicapai, selain pariwisata dan kebudayaan. “Pendidikan diharapkan mewujudkan masyarakat yang mandiri dan peduli terhadap orang lain. Para mahasiswa harus mampu mengembangkan diri, berjiwa sosial serta mempelopori perubahan bangsa ke arah yang lebih baik,” pesan Sri Sultan HB.
MS, MPd, mengungkapkan keprihatinannya terhadap perilaku masyarakat yang semakin jauh dari kepribadian asli bangsa Indonesia. “Padahal, kalau menyimak yang terkandung dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) sungguh sangat mulia. Di situ ditegaskan, bagaimana dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila. Fungsinya membentuk watak, harkat dan martabat bangsa kita. Tujuannya pun agar peserta didik berkembang seluruh potensinya,” tutur Prof Buchory. Namun demikian, lanjutnya, apa yang dirumuskan itu sepertinya jauh panggang dari api, “Karena suasana kehidupan masyarakat dan bangsa kita saat ini rasanya semakin jauh dari sifat-sifat, sikap, perilaku dan kepribadian bangsa kita,” ungkapnya prihatin. Oleh karena itu, dirinya pun ingin mencetuskan gagasan yang tepat untuk diperjuangan di era ini. ”Kalau dulu di awal kemerdekaan politik sebagai panglima pembangunan. Kemudian saat orde baru ekonomi sebagai panglima pembangunan. Maka, sudah saatnya kini pendidikan sebagai panglima pembangunan. Sehingga bangsa ini akan berlomba-lomba menggapai ilmu setingitingginya dan akan jauh dari perebutan yang mengarah pada korupsi, kolusi dan nepotisme. Dampaknya bangsa Indonesia ke depan menjadi Negara yang maju dan berdaya saing tinggi,” tegasnya. ADE S
Rektor UPY Prof Dr Buchory MS, MPd, (kanan) saat menyampaikan sambutannya di hadapan para narasumber dan peserta seminar.
Peserta seminar tampak serius menyimak paparan para narasumber.
Pendidikan panglima pembangunan Rektor UPY Prof Dr Buchory Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
57
PENDIDIKAN
Dies Natalies ke-15 Unim Mojokerto
Ajak Rakyat Bersatu dalam Posdaya Universitas Islam Majapahit (Unim) Mojokerto, Jawa Timur, sebagai salah satu universitas besar di Mojokerto tak henti-hentinya meningkatkan kualifikasi akademik dan budaya yang bernuansa dan berorientasi pada Islam dan Majapahit. Pada Dies Natalies ke 15 Unim mengusung tema “Dengan budaya unggul kita tingkatkan kehidupan akademik yang berkarakter” melaksanakan Kuliah Umum pada pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru, dengan Keynote Speaker Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono pada 17 September 2014 di Gedung Nusantara Kampus Unim.
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat memberikan Kuliah Umum kepada mahasiswa baru Unim Mojokerto dalam rangka Dies Natalies ke-15. [FOTO-FOTO: SULAEMAN]
58
D
ALAM kesempatan itu Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono mengucapkan selamat kepada pimpinan dan rektor, para dosen dan seluruh civitas akademika pada Dies Natalies ke-15. Prof Haryono Suyono yang ditemani Bank UMKM Jawa Timur memberikan apresiasi atas perkembangan Unim saat ini yang memiliki jumlah mahasiswa yang meningkat dari tahun ke tahun yang sangat didambakan oleh masyarakat luas. Hadir pada acara tersebut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, Deputi Direktur Umum Yayasan Damandiri Dr Mulyono D Prawiro, Rektor Universitas Islam Majapahit Mojokerto Prof Dr H Machmoed Zain, SH, MSi, APU, Pembantu Rektor Dr Filia Dana Tyaningsih, drg, Mkes, Bank UMKM Jawa Timur, Ketua LPPM Universitas Islam Majapahit Rachman Sidharta Arisandi, SIP, MSi. Dalam paparannya yang bertema “Mengantar kemajuan bersama membangun kemandirian masyarakat melalui Posdaya” mengatakan, “Saya ditemani dari Bank UMKM Jawa Timur yang sekaligus akan memantau para mahasiswa ini nanti untuk bersama-sama mem-
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
bangun kemandirian pada tingkat pedesaan. Membangun kemandirian tidak saja untuk masyarakat Mojokerto tetapi juga masyarakat yang akan didatangi oleh mahasiswa dari Unim Mojokerto.” Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN era Presiden Soeharto ini menjelaskan, pendidikan menurut para ahli ataupun filosof mempunyai kekuatan yang luar biasa. Pendidikan merupakan kekuatan yang melebihi senjata apapun yang ada di dunia. Pendidikan mengantar seseoarang yang tadinya tidak tahu apaapa menjadi seseorang yang cerdas, menjadi seseorang yang dinamis. Dengan pendidikan dan peningkatan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa berubah menjadi makhluk yang sangat diridhoi dan diberi kekuatan dan mampu merubahnya menjadi emas yang berkilau. Menurutnya, para mahasiswa selama kuliah akan mendapatkan masukan-masukan yang dengan sendirinya akan membekali setiap mahasiswa dengan kekuatan keilmuan. “Saya anjurkan bahwa para mahasiswa tidak saja menambah ilmu untuk memperkuat kekuatan intelektual tetapi juga menambah keterampilan akan life skill, yang dipelajari dapat dipraktekkan dalam masyarakat luas,” ujarnya. Mahasiswa setelah tamat nanti menjadi pemimpin di manapun juga, pemimpin di desa, pemimpin di kecamatan, pemimpin di perusahaan, pemimpin di bank, bahkan pemimpin di organisasi masyarakat. Visi itu harus diemban secara konsisten tetapi lebih dari itu, harus dilaksanakan secara tahap demi tahap. “Untuk itulah saya ajak saudara-saudara sekalian untuk mengembangkan diri sebaikbaiknya karena kepercayaan kepada diri sendiri itulah modal utama untuk menjadi pemimpin yang disegani, untuk menjadi pemimpin yang akan diikuti oleh rakyat banyak,” cetusnya.
Lebih lanjut Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) ini juga mengatakan, “Para mahasiswa yang dikirim pada Kuliah Kerja Nyata saya anjurkan untuk mengajak rakyat bersatu dalam apa yang dinamakan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya itu adalah awal dari gerakan saling percaya, gerakan untuk gotong royong, gerakan untuk bersama-sama yang kaya menolong yang miskin, yang pintar menolong yang bodoh, yang kuat menolong yang lemah,” paparnya. Kekuatan itulah di dalam Posdaya nanti akhirnya akan membuat tiap keluarga itu menjadi sehat, setiap keluarga itu mengirim anak-anaknya ke sekolah, setiap keluarga itu akan berbagi membuat setiap keluarga mempunyai pekerjaan, mempunyai kegiatan ekonomi sehingga akhirnya akan mempunyai kemandirian yang kokoh sepanjang jaman. Kemandirian yang tidak menengadahkan tangannya ke atas menjadi peminta-minta tetapi kemandirian justru akan berbagi saudaranya pada tingkat pedesaan. Pria kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 ini berharap mahasiswa yang melakukan KKN ke desa haruslah menjadi calon-calon pemimpin. Caloncalon pemimpin tingkat pedesaan, calon-calon pemimpin tingkat kecamatan, calon-calon pemimpin tingkat nasional dan internasional. “Selama masa kuliah saudara-saudara harus menambah ilmu tidak saja di dalam kampus, tetapi di luar kampus. Lakukan kegiatan-kegiatan untuk menambah life skill, menambah keterampilan, menambah kehebatan sehingga saudarasaudara di manapun berada merasa nyaman, nyaman karena saudara mendapat teman, karena saudara mendapat sahabat,” urainya. Prof Dr Haryono Suyono menegaskan, “Dalam proses KKN, dalam proses bekerja dengan masyarakat, kita harus berbaur sebanyak mungkin dengan masyarakat. Jangan beranggapan kita hanya dapat berbaur dengan satu atau dua orang saja. Dalam alam Pancasila yang kita cintai ini kita harus hidup bergotong royong, harus hidup dengan masyarakat banyak kita harus bekerja berbaur dan membuat masyarakat banyak ini masyarakat yang kokoh dalam persatuan dan kesatuan. Masyarakat yang mampu merubah yang buruk
Rektor Unim (kedua dari kanan) Prof Dr H Machmoed Zain, SH, MSi, APU menyerahkan cinderamata kepada Prof Dr Haryono Suyono usai penandatanganan prasasti Unim Bisnis Center (UBIC).
menjadi baik, merubah seakan-akan sampah menjadi berkah, merubah keadaan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jangan berpikiran negatif karena kekuatan yang melimpah dari penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 250 juta dengan kekayaan alam yang juga luar biasa, kekayaan budaya yang luar biasa, kekayaan agama yang menyatukan rakyat kita.” “Di situlah kekuatan-kekuatan yang akan lulus dari universitas ini hendaknya membawakan apa yang dinamakan universitas hijau. Universitas hijau itulah yang kemudian yang akan mengembangkan apa yang dinamakan ekonomi biru atau blue economy. Blue economy adalah suatu konsep ekonomi yang akan mengembangkan apa yang ada di lapangan akan mengembangkan seakan-akan pembangunan itu tanpa limbah, pembangunan itu tanpa sampah, pembangunan itu tanpa sisasisa yang tidak ada gunanya. Ekonomi biru seakan-akan tangkapan ikan lele bukan sekedar direbus atau disayur tetapi ikan lele kemudian dijadikan abon, ikan lele dijadikan keripik, ikan lele dijadikan bahan makanan yang lebih tahan dari ikan lele biasa. Bahkan duri ikan lele bisa digerus menjadi makanan ikan lele,” imbuhnya dengan penuh semangat. SUL/DH
Mahasiswa Baru Unim sangat antusias mendengarkan paparan yang disampaikan Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono.
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
59
PENDIDIKAN
Pelantikan penerimaan mahasiswa baru oleh Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Asep Saefuddin didampingi Ketua YPPI Dr (HC) Subiakto Tjakrawwedaja. [FOTO: RAHMA]
Universitas Trilogi Siapkan 415 Mahasiswa Terbaik Universitas Trilogi Jakarta sebagai pengembangan Sekolah Tinggi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) sejak pendiriannya tahun 2013 lalu, telah menerapkan sistem pendidikan dengan tim base learning. Yaitu mengundang sejumlah praktisi dan akademisi, dalam rangka memberikan materi yang sangat diperlukan mahasiswanya agar kelak setelah lulus bisa menjadi sarjana atau ahli sesuai bidangnya.
“P
EMBERIAN hard skill knowledge yang diintegrasikan dengan soft skill sebagai bahan pembelajaran, sangat penting bagi mahasiswa. Karena berdasar riset penelitian, 80 persen keberhasilan berasal dari kekuatan soft skill. Itu sebabnya, dalam setiap kesempatan Universitas Trilogi selalu mengundang praktisi dan birokrat yang sudah makan asam garam,” ungkap Rektor Universitas Trilogi Jakarta Prof Dr Asep Saefuddin saat membuka upacara penerimaan mahasiswa baru Universitas Trilogi Tahun Ajaran 2014/2015 di Kampus Universitas Trilogi Jakarta pada 19 September 2014 lalu. Upacara penerimaan mahasiswa baru ini ditandai dengan penyematan jaket almamater secara simbolik kepada mahasiswa baru oleh Ketua Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Dr (HC) Subiakto Tjakrawerdaja didampingi Rektor Universitas Trilogi. Hadir pula Ketua Yayasan Supersemar Soebagyo, SH yang ikut memberikan beasiswa kepada sejumlah mahasiswa berprestasi. Upacara pelantikan mahasiswa baru ini juga ditutup dengan orasi ilmiah yang disam60
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
paikan Komisaris Utama PT Pertamina yang juga mantan Menteri BUMN Dr Sugiharto. Sebagai salah satu praktisi ekonomi, Sugiharto memberikan paparan ilmiah berjudul “Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.” Selain kerap menggelar diskusi panel dalam bidang pangan, energi dan pemberdayaan masyarakat, Universitas Trilogi juga menerapkan one day english setiap selasa dan Jumat, sebagai langkah mempersiapkan mahasiswanya mengahadapi masyarakat ekonomi ASEAN 2015. Meski baru tahun kedua menerima mahasiswa baru, Universitas Trilogi berhasil menjaring mahasiswa baru sebanyak 415 mahasiswa. Semua itu berkat kerja sama yang baik antara Univesitas Trilogi dengan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Penerimaan mahasiswa baru Universitas Trilogi Tahun Ajaran 2014/2015 ini terdiri dari jenjang pendidikan D3, S1 dan S2 untuk Fakultas Ekonomi Bisnis, Fakultas Bio Industri, Fakultas Industri Kreatif dan Fakultas Telematika. “Mahasiswa yang ada di sini adalah mahasiswa terbaik,” tandas Prof Asep. RW
PENDIDIKAN
Seminar Kemaritiman Universitas Trilogi dan Nafas Institute
9 Prioritas Wujudkan Pembangunan Maritim Indonesia Presiden 2014-2019 terpilih Joko Widodo telah menggaungkan “Poros Maritim” dan “Revolusi Mental” dalam agenda pemerintahannya. Dua kata kunci yang dicetuskannya itu kini menghiasi debat publik dan khazanah pemikiran di Indonesia utamanya pembangunan kemaritiman. Kini rakyat menunggu implementasi janji-janji kampanyenya. Isu hangat itulah yang menjadi topik pembahasan acara Seminar Nasional yang digelar Universitas Trilogi Jakarta pada Kamis pagi 11 September 2014 lalu.
A
CARA yang yang terlenggara atas kerja sama Universitas Trilogi dan Nafas Institue ini menarik perhatian berbagai kalangan. Puluhan peserta dari berbagai profesi dan disiplin ilmu semangat mengikuti kegiatan ini. Apalagi menghadirkan sejumlah narasumber yang ahli dibidangnya. Di antaranya Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri, MS, Budayawan Dr Radhar Panca Dahana, dan Alan F Koropitan, PhD, Direktur Center for Oceanography and Marine Technology, Universitas Surya. Tak pelak, acara yang berlangsung di Ruang Seminar Lt 4 Kampus Universitas Trilogi, Jl Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta, ini banyak memberi inspirasi puluhan peserta. Pada kesempatan itu, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc menegaskan tentang pentingnya pemahaman kemaritiman yang bukan hanya semata seputar perikanan. Namun yang lebih penting adalah sumberdaya manusia kelautan (SDMK), tranportasi laut seperti pelayaran nasional (PELNI) dan pelayaran rakyat (PELRA), tatakelola kelautan, perikanan dan pesisir, ekowisata bahari hingga inovasi teknologi penangkatan dan budidaya ikan serta industri kelautan (galangan kapal). “Cakupan pembangunan mantim inilah, yang harus menjadi prioritas pemerintahan Jokowi-JK,” tegas Prof Asep. Menurutnya, setidaknya ada sembilan prioritas program yang harus menjadi perhatian pemerintahan Jokowi-JK. Pertama,
memperkuat SDMK lewat pendidikan menengah kejuruan maritim dan universitas. Kedua, memperkuat tranportasi antar pulau, interseluler dan internasional. Ketiga, membangun tatakelola kelautan, perikanan dan pesisir yang baik dan bersih. Keempat, mengembangkan ekowisata bahari. Kelima, mengembangkan inovasi teknologi penangkatan ikan dan budidaya ikan. Keenam, mendorong pengelolaan perikanan Zona Ekonomi Eksklusif (PPZEE) dan mencegah penangkapan ikan ilegal. Ketujuh, hilirisasi dari produk kelautan dan perikanan untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Kedelapan, meratifikasi aturan ketenagakerjaan internasional bagi ABK yang bekerja di kapal ikan asing. Dan kesembilan, perlindungan bagi nasib perikanan tradisional dalam skema Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE) 2015. Sedangkan menurut Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri, MS, menekankan pentingnya melakukan perubahan paradigma pembangunan nasional dari land based development menjadi ocean based development. “Dengan begitu seluruh kebijakan publik, infrastruktur dan sumberdaya finansial secara terintegritasi diarahkan untuk menunjang pembangunan kelautan,” tegasnya. ADE S
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc, saat menyampaikan paparannya di hadapan sejumlah narasumber dan peserta seminar. [FOTO: ADE S]
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
61
FORUM KITA
Dr Mulyono D Prawiro *)
Antusias Menggerakkan Orang Lain Setiap orang menginginkan keberhasilan dalam hidupnya dan tidak seorangpun yang merasa senang hidup dalam kemiskinan. Kata-kata seperti kesuksesan, keberhasilan, kemakmuran dan kebahagiaan ini mempunyai dampak yang positif dan luar biasa bagi kehidupan manusia. Namun tidak semua orang mampu untuk mencapai apa yang diinginkan. Banyak orang yang gagal dalam hidup dan kemudian berputus asa, tetapi tidak jarang orang yang gagal dan mampu bangkit serta menunjukan keberhasilan dengan sangat membanggakan.
Yayasan Damandiri bersama mitra kerjanya, telah mempelopori munculnya suatu wadah yang sangat strategis yaitu Posdaya untuk mengembangkan kebersamaan dalam upaya membangun bangsa. [FOTO: ADE S]
D
I sini diperlukan adanya motivasi yang kuat dari orang-orang yang telah berhasil dalam hidupnya, yaitu orangorang yang secara sadar berusaha dan mampu mengurung dan menguasai rasa takut serta segala energi negatif dan mengubahnya menjadi energi positif serta mengambil langkah-langkah nyata untuk melawan keraguraguan, kesangsian dan ketakutan. Langkahlangkah nyata itu diwujudkan dalam kerja keras dan cerdas dan sudah memperhitungkan dengan matang, serta langkah-langkah yang diambil tersebut mengandung unsur energi positif dan bersifat membangun. Upaya yang dilakukan adalah mengembangkan sikap gotong-royong, saling menghormati, saling mengerti dan saling memahami, serta membangkitkan rasa percaya diri yang tinggi, agar orang lain mampu tumbuh dan percaya diri serta meningkatkan keyakinannya. Dengan kepercayaan yang tinggi diiringi dengan kejujuran, akan meningkatkan keper62
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
cayaan dan keyakinan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Seperti halnya seorang Filsuf besar dan negarawan Inggris yang sangat terkenal bernama Benjamin Disraeli, memberikan motivasi yang luar biasa kepada kita semua. Motivasi itu dituangkan dalam bentuk kata-kata yang isinya antara lain bahwa hidup ini terlalu singkat untuk berpikir kecil dan berbuat yang kecil-kecil. Kita didorong untuk berpikir besar, dengan cara memenuhi diri dengan pikiran-pikiran positif, tingkat kepercayaan dan keyakinan diri yang kuat, serta meraih kepercayaan dan keyakinan orang lain terhadap kita, maka dengan demikian keberhasilan, kesuksesan, kemajuan dan kebahagian akan berhasil kita raih. Dengan bersikap besar, maka kita akan hidup besar, besar dalam kebahagiaan, besar dalam prestasi, besar dalam pendapatan, besar dalam jumlah sahabat dan besar pula dalam respek. Hidup ini terlalu singkat untuk dijalani, jika bisa membuatnya lebih indah, lebih nyaman,
lebih bermakna dan lebih menyenangkan, kenapa harus dijalani dengan kesedihan atau air mata. Jika bisa memotivasi orang lain dengan sanjungan maupun pujian, mengapa kita harus menyampaikan dengan celaan. Keberhasilan tidak diperoleh hanya melalui anganangan dan impian semata, tetapi harus diiringi dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa apa yang dilakukan itu akan membawa hasil. Angan-angan dan impian hanyalah merupakan trigger atau penggerak awal untuk memulai tindakan. Langkah awal dimulai dengan langkah-langkah kecil, tetapi dilakukan dengan bertahap, konsisten dan berkelanjutan, dan akhirnya akan membesar dan berhasil. Keinginan besar dimulai dengan langkahlangkah kecil. Menurut David J Schwartz dalam bukunya berjudul The Magic of the Thinking Big, mengatakan bahwa kegagalan tidak selamanya membawa kehancuran, tetapi dibalik itu, apabila kegagalan dipandang dari sudut yang tepat, maka kegagalan merupakan suatu energi postif yang sangat luar biasa, karena kegagalan tersebut mampu mendongkrak, menggerakan dan menggairahkan manusia untuk kembali bangkit dan berusaha dalam usahanya mencapai ambisi, keinginan dan cita-cita. Ambisi dan cita-cita bersama akan terwujud jika semua bergerak bersama dan maju bersama. Bangsa ini akan kuat bila seluruh rakyatnya bergerak bersama ke arah yang sama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Dalam membangun kebersamaan, seperti di Indonesia ini tidak cocok lagi hanya satu orang saja yang hebat, maju dan pintar sendiri seperti superman, tetapi harus bersama-sama rakyat dalam suatu tim yang kuat yang disebut dengan superteam. Kebersamaan merupakan kunci pokok bila bangsa ini ingin maju, membentuk superteam yang kuat dan solid di desa-desa dan menjadikannya suatu kekuatan pembangunan yang maha dahsyat. Bersama mitra kerjanya, Yayasan Damandiri telah mempelopori munculnya suatu wadah yang sangat strategis yang bisa dipergunakan untuk mengembangkan kebersamaan dalam upaya membangun bangsa. Wadah strategis tersebut adalah Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya, yang sampai saat ini telah terbangun sekitar 35.000 dan tersebar di seluruh Indonesia. Di dalam Posdaya mulai muncul ide-ide baru yang lebih segar dan belum terpikir sebelumnya (meskipun terlihat sepele), sehingga dengan munculnya Posdaya, pikiran-pikiran kreatif mulai bermunculan, cara-cara baru
diketemukan dan rakyat biasa yang sebelumnya tidak memiliki apa-apa dan tidak berbuat apa-apa, mendadak memiliki ketrampilan dan pengalaman untuk mengubah sesuatu yang tidak ada gunanya menjadi sesuatu yang berharga. Dalam istilah Prof Dr Haryono Suyono disebut sebagai “merubah sampah menjadi berkah”. Suatu promis yang mampu mengembangkan keluarga yang lemah tanpa pengalaman menjadi asset bangsa yang berharga, dinamis dan mampu bergerak sesuai irama kebutuhan masyarakat Dr Mulyono D Prawiro luas yang beraneka ragam dan tidak pernah ada habisnya. Orang pintar mengajari orang yang belum pintar, orang yang kaya membantu yang miskin dan disinilah kehidupan gotong-royong mulai tercipta. Orang kaya di kampung tidak lagi merasa was-was bila meninggalkan rumahnya, karena tetangganya dengan penuh keihklasan dan ketulusan hati menjaga rumah orang kaya tersebut, karena dia peduli dengan tetangganya. Di samping adanya gotong-royong dan saling peduli, di dalam Posdaya dilatih untuk bertanya dan mendengar, dengan bertanya dan mendengar akan muncul bahan mentah guna mencapai keputusan yang tepat. Di dalam Posdaya tempat orang-orang bergaul untuk memikirkan dan melahirkan gagasan-gagasan baru, di sini terdapat gabungan bermacam-macam ide dan gagasan-gagasan baru, tempat untuk memperluas pikiran, sehingga cara-cara baru untuk melakukan sesuatu yang sifatnya kreatif dan memperluas wawasan mulai tercipta. Di sini muncul adanya gabungan kelompok baru yang memiliki pandangan yang berbeda, tetapi dapat disatukan dalam suatu kesatuan yang kompak guna mencapai tujuan yang diidamkan bersama. Hal-hal yang dianggap tidak penting dibahas dan dirubah menjadi hal-hal yang penting dan menguntungkan banyak orang. Menurut pandangan orang yang telah sukses dalam hidupnya, bahwa prinsip dasar hidup sukses adalah orang tersebut mampu menggerakkan orang lain, tetapi terlebih dahulu harus mampu menggerakkan dirinya sendiri. Untuk menggerakkan orang lain, kita harus memperlihatkan rasa tertarik kita kepada mereka terlebih dahulu, kita tunjukan antusiasme kita kepada mereka. Rasa tertarik atau antusiasme dapat membuat sesuatu menjadi lebih baik. *) Penulis adalah Dosen Pascasarjana dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta. Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
63
LAPORAN DAERAH
Dari HUT PWRI ke-52 di Jawa Barat
PWRI Pendukung Posdaya di Desa Jasa dan pengabdian para anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) bagi bangsa ini memang patut mendapat acungan jempol. Mereka terus mendukung mewujudkan pemberdayaan tiga generasi, yaitu generasi anak-anak, remaja dan keluarga muda serta sesama lansia melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa-desa. Tak heran, bila semangatnya itu layak meraih bintang jasa. Bertepatan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) PWRI ke-52 yang digelar Pengurus Daerah (Pengda) PWRI Jawa Barat, pada Selasa pagi 23 September 2014 lalu menjadi momen tak terlupakan, setelah para pensiunan pegawai negeri sipil ini menerima Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha Tahun 2014.
Para anggota dan Pengda PWRI Jawa Barat tampak dengan seksama menyimak sambutan Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono. [FOTO-FOTO: ADE S]
64
A
Acara yang terselenggara atas kerja sama Pengda PWRI Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Yayasan Damandiri ini mendapat sambutan positif dari seluruh anggota PWRI. Tak pelak, rasa bangga dan haru pun terpancar dari para penerima penghargaan. Apalagi, acara itu dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PWRI Prof Dr Haryono Suyono yang menyerahkan langsung Penghargaan Bintang Wredatama Nugraha kepada mantan-mantan bupati atau walikota sebagai Pembina PWRI di daerahnya. Tak heran, bila acara yang berlangsung di Aula Barat Gedung Sate Jl Diponegoro No 22, Bandung, Jawa Barat, ini tampak semarak dan berkesan. Pada kesempatan itu, Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suryono mengungkapkan rasa syukur atas meriahnya perayaan ulang tahun PWRI ke-52 yang digelar Pengurus Daerah (Pengda) PWRI Jawa Barat. “Alhamdulillah, ulang tahun PWRI ke-52 di
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
Jawa Barat ini berlangsung dengan meriah,” ungkap Prof Haryono bersyukur karena bukan saja acaranya namun diikuti sejumlah bupati dan walikota juga para mantan bupati dan walikota se-Jawa Barat bahkan mantan Gubernur Jawa Barat. Dijelaskannya, dalam rangka ulang tahun PWRI ke-52 di Jawa Barat ini pihaknya menyerahkan penghargaan kepada para bupati atau mantan bupati yang telah memberikan perhatian dan jasa kepada para lansia yang tergabung dalam PWRI. Sekaligus menempatkan para anggota PWRI itu bukan sebagai sisasisa laskar yang tidak berguna tetapi mengajak dan bersama-sama dengan anggota PWRI membangun daerahnya seperti di Bandung Barat, Sumedang dan daerah lainnya. Diakui Prof Haryono, kiprah para anggota PWRI mampu memberi sumbangan berharga bagi pembangunan di berbagai pelosok tanah air. “Para anggota PWRI menjadi pendukung Posdaya di desa. Mereka ini aktif mengem-
bangkan Posdaya-Posdaya di desadesa di seluruh Indonesia. Para lansia ini bersama-sama masyarakat desa yang tergabung dalam Posdaya fokus bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup. Dan ini merupakan gotong royong antara mereka yang sudah pensiun dengan mereka yang masih segar bugar,” tandas Prof Haryono seraya berpesan agar anggota PWRI terus berkiprah dan berkontribusi, bukan malah menjadi beban negara. Dia bertekad, PWRI mampu menjadi pejuang yang siap serta peduli terhadap bangsa dan negara. Salah satunya melalui Posdaya. “Melalui Posdaya ini telah menghasilkan seorang kader Posdaya dari Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Namanya Pak Ase yang berhasil mengawinkan jeruk Garut yang akarnya kuat dan jeruk Frimont asal Taiwan yang akarnya lemah namun buahnya manis. Temuannya itu diberi nama Jerlem atau Jeruk Lembang. Semangat seorang lulusan SD ini bisa di tularkan kepada kabupaten/kota yang lain dengan sasaran keluarga miskin,” kata Prof Haryono seraya menyanjung Ase Saefudin ini dengan gelar Profesor kehormatan. Hadir dalam acara ini Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Ir Wawan Ridwan, MMA, Ketua Pengda PWRI Jawa Barat Dr H Endang Suwarna, MSi, mantan Gubernur Jawa Barat R Nuryana, Bupati Bandung Barat Drs H Abubakar, MSi, Staf Pemprov Jawa Barat, sejumlah mantan bupati/walikota se-Jawa Barat, para pengurus dan anggota Pengda PWRI Jawa Barat serta undangan lainnya. Sedangkan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Ir Wawan Ridwan, MMA dalam sambutan Gubernur yang dibacakannya mengatakan, di ulang tahun yang ke-52 ini, diharapkan PWRI semakin kokoh dan memberikan dukungan serta partisipasi aktif membangun Jawa Barat.
Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono bergambar bersama Ketua Pengda PWRI Jawa Barat Dr H Endang Suwarna, MSi (kiri) dan Pembina PWRI Kota Depok yang meraih Juara Harapan II dan Juara Pavorit untuk Lomba Paduan Suara Tingkat Pusat.
Endang Suwarna, MSi menuturkan PWRI telah berhasil membangun sinergitas dengan kebijakan Gubernur Jawa Barat. “Pada ulang tahun PWRI ke-51 lalu Pak Gubernur bertekad ingin meningkatkan kesejahteraan para pensiunan melalui gerakan penanaman pisang cavendish. Tekad Pak Gubernur ini ternyata ditindaklanjut Ketua Umum PB PWRI Bapak Prof Dr Haryono Suyono dengan memberikan bantuan berupa 2000 bibit pisang cavendish,” ungkap Dr H Endang Suwarna, MSi ini bersyukur tekad itu kini telah menuai hasil. “Alhamdulillah, bibit pohon tersebut telah berhasil di tanam di Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Barokallah, ada suatu keajaiban, kebiasaannya pisang itu kalau beranak kalau sudah kelihatan jantungnya (bakal buah pisang, red). Tetapi pisang cavendisih ini belum berumur delapan bulan dan belum ada jantungnya namun sudah mempunyai anak, ada
Para penerima penghargaan bergambar bersama Prof Dr Haryono Suyono Sekda Provinsi Jawa Barat Ir Wawan Ridwan, MMA (kedelapan dari kanan) dan Ketua Pengda PWRI Jawa Barat Bapak Dr H Endang Suwarna, MSi (ketujuh dari kanan).
83 penerima penghargaan Ketua Pengda PWRI Jawa Barat Bapak Dr H Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014
65
Ucapan selamat dari Prof Haryono kepada penerima penghargaan Wredatama Nugraha Tahun 2014.
yang tiga, lima bahkan sampai tujuh anak pisang,” jelasnya kagum seraya menambahkan upayanya itu juga dibantu oleh para mahasiswa KKN Posdaya dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Dijelaskan Dr H Endang Suwarna, MSi, setiap perayaan ulang tahun PWRI selalu mem-
berikan penghargaan Tanda Kehormatan Wredatama Nugraha kepada para bupati/walikota yang berjasa dalam memberi perhatian kepada PWRI. “Penghargaan pada perayaan ulang tahun PWRI ke-52 ini ada tiga tingkatan yaitu tingkat Pratama, Madya dan Utama yang diberikan kepada 83 orang,” jelasnya. Acara ini pun makin berkesan dengan penyerahan penghargaan tanda kehormatan Wredatama Nugraha Tahun 2014 kepada pembina/anggota PWRI. Untuk tingkat madya diberikan kepada Bupati Sukabumi Drs H SukmaWijaya, MM, mantan Walikota Banjar Dr dr H Herman Sutrisno, MM, mantan Walikota Depok Drs H Badrul Kamal, Bupati Bandung Barat Drs H Abubakar, MSi, Sekda Kabupaten Bandung Barat Drs H Maman Sulaeman. Untuk tingkat Pratama di berikan kepada H Hermunandar, SH, MSi, Kasi Koperasi dan Perdagangan bidang Ekonomi Bappeda Provinsi Jabar Ir H Tatan Peryana Mahdar, Bendahara PWRI Unit Bappeda Provinsi Jabar Hj Awan Wiarsih, Ketua Unit PWRI Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jabar Drs Yus Efendi MBA, Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan anggota PWRI Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jabar Ir H Slamet Arifin, MM, dan Drs H Moch Sedar, MM. Selamat! ADE S
Piagam Penghargaan dan Tanda Kehormatan
Wredatama Nugraha Utama Tahun 2014
P
ENGANUGERAHAN Piagam Penghargaan dan Tanda Kehormatan Wredatama Nugraha Utama Tahun 2014 dari Pengurus Besar Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PB PWRI) di berikan kepada Provinsi Sumbar atas nama Prof Dr Ir H Fachri Achmad, MSc, mantan Wakil Gubernur Sumatera Barat. Tampak Ketua Umum PB PWRI Prof Dr Haryono Suyono memberikan Piagam Penghargaan dan Tanda Kehormatan Wredhatama Nugraha Utama Tahun 2014 kepada Prof Dr Ir H Fachri Achmad, MSc di kampus Universitas Bung Hatta Padang, Sumbar, 20 September 2014 lalu. DH 66
Gemari Edisi 165/Tahun XV/Oktober 2014