EDISI 11 | 2014 I 16 HALAMAN Diterbitkan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk | Tidak Diperjualbelikan
I n fo r m a s i • I n t e r a k s i • I n s p i r a s i
JENDELA | Hal. 9
Nikel, Logam Penting dalam Kehidupan Sehari-hari
LAPORAN UTAMA | Hal. 3
Meningkatkan Daya Saing Melalui Sekolah Lapang LAPORAN UTAMA | Hal. 4
Ketika Petani Belajar dari Petani WAWASAN | Hal. 8
Kiat Berkomunikasi Tatap Muka yang Baik
PESERTA SEKOLAH LAPANG PTPM
MEMETIK BUAH PEMBELAJARAN
Amar Asraf, anggota kelompok tani Al-Amin Desa Harapan, Kecamatan Malili, mengamati pohon mericanya yang mulai berbuah.
SOSOK | Hal. 7
Sukarno M. Nur petani lada Desa Harapan, Malili
DOKTER MENJAWAB | Hal. 11
Waspadai Penyakit Jantung Koroner Pada Wanita KOMUNITAS | Hal. 15
AHA | Hal. 10 Gas, Penghasil Energi, Pelindung Bumi
Komunitas Androider Malili
2
EDITORIAL VERBEEK EDISI 11 | 2014
SURAT PEMBACA
Rubrik Sosok Menginspirasi Saya menyukai ulasan sosok Duta Sanitasi Sulawesi Selatan Brigita Olivia di edisi 9-Juli 2014. Menurut saya artikel itu lucu dan menginspirasi pembacanya, khususnya bagi anak-anak diharapkan dapat menjadi pengawal kelestarian dan lingkungan masa depan. Dengan membaca penuturan Brigita yang apa adanya itu juga bisa menjadi otokritik bagi masyarakat kita yang masih suka membuang sampah sembarang. Rinawaty, Towuti. Terima kasih atas apresiasinya. Rubrik “Sosok” memang kami fokuskan dan mengulas profil-profil yang memiliki pencapaian dan keunikan tersendiri. Rubrik ini juga kami harapkan menginspirasi dan membuka cakrawala baru bagi pembaca.
Lebih Banyak Berita Sosial
Saya telah membaca Verbeek beberapa kali. Namun saya melihat informasi atau berita yang mengulas tema sosial atau kegiatan-kegiatan pemerintah kabupaten dan kecamatan masih sangat minim. Padahal sebagai warga saya sangat tertarik dengan berita-berita demikian. Rabiyatun, Sorowako. Sebenarnya porsi berita-berita tersebut telah kami akomodasi sedikitnya dalam tiga halaman di setiap edisi yang tersebar di dua rubrik; Pemda Menyapa dan Kemitraan. Berita-berita serupa juga dapat Anda lihat di bagian Laporan Utama yang mengulas tentang aktivitas Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale yang sinergis dengan program Pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
Kami tetap memuat naskah cerpen kiriman pembaca di rubrik “Karyamu”. Namun karena pertimbangan variasi konten, pemuatan cerpen silih berganti dengan konten lainnya yang pas untuk rubrik itu, misalnya puisi atau hasil kerajinan. Dengan senang hati redaksi menerima kiriman cerpen kamu. Syarat penulisannya; naskah diketik dengan huruf Times New Roman, jarak spasi 1,5 dan minimal sebanyak 2.500 karakter. Naskah cerpen dapat kamu kirimkan ke alamat email;
[email protected]
Susah Mendapatkan Verbeek
Saya baru sekali membaca Verbeek. Kalau tidak salah yang edisi pertama sekitar Agustus tahun lalu. Ketika itu saya memperolehnya di Kantor Kecamatan Malili. Setelah itu, sampai saat ini, saya tidak pernah lagi melihat dan membaca Verbeek. Apakah Verbeek masih terbit? Asmawaty, Malili.
Mohon maaf sebelumnya bila Anda kesulitan memperoleh edisi terbaru tabloid. Hingga saat ini (edisi 11) dan seterusnya, Verbeek masih eksis. Persoalan distribusi agar tabloid ini dapat tersebar luas dan merata ke masyarakat di empat wilayah pemberdayaan PT Vale memang masih menjadi tantangan kami. Masukan Anda sangat berharga untuk evaluasi dan rencana aksi kami ke depan mengenai persoalan ini. Terima kasih.
Mau Kirim Cerpen
Apakah Verbeek masih memuat tulisan berupa cerpen? Kalau saya mau mengirimkan naskah cerpen apa saja syaratnya dan bagaimana cara mengirimkannya? Terima kasih atas tanggapannya. Madeyana via email.
Pembaca yang budiman. Dalam tahun 2015, Pemkab Luwu Timur dapat merealisasikan visi sebagai “Kabupaten Agroindustri”. Lada dan kakao menjadi andalannya. Di atas kertas, menurut kalkulasi seorang pakar, potensi lahan merica di Luwu Timur seluas 5.000 hektar dengan potensi produksi mencapai 50 ribu ton per tahun. Dengan harga jual di pasaran mencapai 10 dollar AS per kilo- gramnya, pendapatan menembus angka 500 juta dollar AS atau Rp6 triliun. Sedangkan kakao dengan potensi lahan seluas 30 ribu hektar bisa menghasilkan panen sebanyak 10 ton per hektar atau 300 ribu ton senilai 1,2 miliar dollar AS atau Rp15 triliun (4 dollar per kilogram). Persiapan sudah dilakukan. Salah satunya, melalui Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM ), diselenggarakan program Community Learning Centre (CLC). Program ini bertujuan membangun struktur kelembagaan kelompok tani agar mampu mampu menjawab permasalahan yang ada. CLC sekaligus menjadi pusat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan petani di bidang pola budidaya, pengolahan produk pascapanen, membuka akses pasar, serta membangun sistem penyuluhan pertanian. Diawali dengan pelatihan bagi penyuluh pertanian dari tingkat kabupaten hingga kelompok tani di Luwu Timur dan penguatan organisasi kelompok tani. Sejak awal 2014, CLC mempraktikkan Sekolah Lapang untuk riset terapan komoditas.Pada tahap ini, dilakukan uji teknologi budidaya baru yang dipadukan dengan kearifan lokal. Pembaca, Verbeek kali ini menurunkan laporan utama pelaksanaan CLC, yang digulirkan September 2013. Anda juga dapat menyimak berbagai tulisan menarik pada rubrik-rubrik lain. Selamat membaca.
Pembaca Verbeek dari Desa Pekaloa, Towuti
Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email ke:
[email protected] atau kirimkan surat ke alamat redaksi. REDAKSI
TabloidVerbeek @tabloidverbeek
Pelindung: Dewan Direksi PT Vale I Penasihat: Basrie Kamba (Director of Communications & External Affairs) Penanggung Jawab: Teuku Mufizar Mahmud (GM Communications) I Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela I Editor: Busman Dahlan Shirat, Sohra, La Ode M. Ichman, Charles Christian, Aswaddin, Iskandar Ismail, Miftahuddin Hadilang, Andi Zulkarnain, Baso Haris I Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Maman Ashari Hasan, Mulyanah Mulkin, Wahyudi, Nuki Adiati I Fotografer: Doni Setiadi I Desain & Layout : Hasni Fadhilah, Azwar Marzuki I Alamat Redaksi: Kantor Departemen Communications & External Affairs, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan 92984
LAPORAN UTAMA VERBEEK EDISI 11 | 2014
3
Meningkatkan Daya Saing Melalui Sekolah Lapang Sekolah Lapang, ujung tombak kemandirian kelompok tani.
“L
uwu Timur menuju Kabupaten Agroindustri” merupakan visi pembangunan daerah yang dicanangkan Kabupaten Luwu Timur. Tahun 2015 menjadi titik tolaknya. Studi konsultan A+ CSR Indonesia di empat wilayah terdampak operasi PT Vale, sebagian besar petani masih belum siap menyongsong era Agroindustri 2015. Baik dari sisi kelembagaan, pola budidaya, pengolahan pasca-panen, dan akses pasar komoditas pertanian. Ada dua faktor yang menjadi kendala. Pertama, belum maksimalnya usaha pendampingan pada petani dalam mengembangkan berbagai teknologi pertanian. Kedua, metode penyuluhan yang diterapkan belum menggugah kesadaran masyarakat untuk aktif meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian.
Berdaya Saing
Sebagai poros utama pembangunan, sektor agroindustri harus punya daya saing. Dalam berbagai kesempatan, Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma, mengatakan pentingnya meningkatkan daya saing bagi petani untuk membantu masyarakat meningkatkan tingkat kesejahteraan. “Jika petani kita sejahtera, bisa dipastikan angka kemiskinan akan turun juga,” katanya. Salah satu upaya meningkatkan daya saing adalah mengangkat peran kelompok tani dan menambah wawasan petani melalui pelatihan. Melalui Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) yang melibatkan tiga pilar— masyarakat, pemerintah daerah, dan perusahaan—maka dibuatlah program Community Learning Centre (CLC). CLC bertujuan membangun struktur kelembagaan kelompok tani agar mampu mampu menjawab permasalahan serta kebutuhan. Sekaligus sebagai pusat pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan petani di bidang pola budidaya, pengolahan produk pascapanen, membuka akses pasar, serta membangun sistem penyuluhan pertanian. “Kita ingin kelompok tani menjadi garda terdepan di Luwu Timur, bila orang hendak bicara pertanian,” kata GM Social Development Programs PT Vale, Busman Dahlan Shirat. Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Luwu Timur, Nursih Hariani, mengatakan, CLC diharapkan menjadi pusat belajar pertanian di Luwu Timur, bahkan di
Sulawesi Selatan. Sekolah Lapang dipraktikkan untuk pertanian lada, padi, dan kakao, komoditas utama di Luwu Timur.
Satu Tahun CLC
Program CLC pertanian digulirkan September 2013 dan telah melewati berbagai tahap. Diawali dengan pelatihan bagi penyuluh pertanian dari tingkat kabupaten hingga kelompok tani di Luwu Timur dan penguatan organisasi kelompok tani. Pengurus kelompok tani dari empat wilayah terdampak operasi PT Vale juga telah mengikuti pelatihan manajemen administrasi dan keuangan. Program dimaksudkan untuk menguatkan manajemen kelompok tani dan mempraktikkan prinsip transparansi. Sejak awal 2014, CLC mempraktikkan Sekolah Lapang untuk riset terapan komoditas. Pada tahap ini, dilakukan uji teknologi budidaya baru yang dipadukan dengan kearifan lokal. CLC mendorong penerapan model Sekolah Lapang Terpadu (SLT) dengan pendekatan pembelajaran berbasis komunitas. Selama mengikuti Sekolah Lapang, peserta diberi kesempatan berinteraksi dengan peserta lain, saling bertukar pengalaman, menyampaikan pendapat, menganalisis persoalan yang dihadapi, mengambil kesimpulan, dan berani mengambil tindakan dalam menyelesaikan persoalan. Dengan konsep sekolah tanpa dinding, tanpa pemisah dan pembatas, terbuka, tidak formal, serta menggunakan metode Pendidikan Orang Dewasa (POD), membuat sekolah lapang ini diminati masyarakat. Sekolah Lapang dikhususkan untuk pertanian lada, padi, dan kakao yang sejalan dengan potensi pertanian dan perkebunan di Luwu Timur. Perkebunan rakyat di Kabupaten Luwu Timur meliputi perkebunan kelapa, kelapa sawit, kopi, lada, dan kakao. Pada 2012, produksi tanaman perkebunan rakyat terbanyak kedua adalah kakao sebesar 17.433 ton dari lahan seluas 34.376 hektar. Sekolah Lapang lada dilakukan di lima desa, yakni Desa Mahalona, Pekaloa, Nuha, Matano, dan Desa Ha-
Aktivitas peserta Sekolah Lapang di Kecamatan Nuha.
Kita ingin kelompok tani menjadi garda terdepan di Luwu Timur bila orang hendak bicara pertanian. Busman Dahlan Shirat
GM Social Development Programs rapan. Sekolah Lapang kakao dilaksanakan di Desa Bone Pute, Wasuponda, Pasi-Pasi, dan Masiku. Untuk tanaman padi difokuskan di Desa Tokalimbo, Nikkel, Ledu-Ledu, dan Pongkeru. Tujuan akhir CLC adalah memandirikan petani melalui kelompok tani. Jika selama ini kelompok tani dibentuk hanya sebagai tempat dan syarat untuk mendapatkan bantuan pertanian, baik dari pemerintah maupun dari swasta, anggapan itu perlahan dikikis. Kelompok tani adalah tempat atau wadah saling menukar informasi dan berbagi pengetahuan lapangan. Jika kelompok tani kuat, akan terbentuk ekonomi yang kuat. Masyarakat mandiri secara ekonomi akan menopang pembangunan dan memberikan kontribusi besar pada daerah. []
Petani padi di Sorowako berdiskusi dengan instruktur Sekolah Lapang dan manajemen PT Vale
4
LAPORAN UTAMA VERBEEK EDISI 11 | 2014
Ketika Petani Belajar dari Petani Mencari inspirasi dan menerapkan resep sukses sesama petani.
T.O Suprapto, pendiri Joglo Tani.
Inspirasi dari Joglo Tani
T.O Suprapto memberikan materi dalam Diskusi Pertanian Terpadu di Aula BP4K, Malili.
T
idak melulu belajar di kelas atau di kebun milik pribadi, para peserta CLC pertanian juga berkesempatan menimba ilmu langsung dari “kampus pertanian” di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yakni di Pusat Pembelajaran Petani Yogyakarta (Joglo Tani). Mereka belajar pertanian terpadu berbasis komunitas. Rombongan Lutim diwakili 14 petani padi, kakao, dan merica dari empat kecamatan wilayah terdampak operasi PT Vale. Pelatihan berlangsung tujuh hari di akhir Agustus 2014. Selama kunjungan, rombongan mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas petani agar memahami pola pertanian terpadu, sikap dan mental kemandirian, pengorganisasian petani, perencanaan desa dan penguatan lembaga, serta mempelajari value chains produksi komoditas pertanian sampai pemasarannya. Model pelatihan kali ini berbeda dari pelatihanpelatihan sebelumnya. Kini peserta mempelajari langsung materi dengan praktik langsung di lokasi pertanian. Mereka belajar dari sesama petani yang sukses dan bangga dengan profesinya. Charles Christian, salah satu staf PT Vale yang mendampingi rombongan, menyatakan, pelatihan ini diharapkan dapat membawa perubahan pola pikir peserta pelatihan untuk lebih kreatif menjalankan usaha taninya dan meningkatkan kualitas pengorganisasian kelompok tani. “Situasi masyarakat tani dan alam di Joglo Tani Yogyakarta ini tidak jauh beda dengan kondisi di Luwu Timur. Yang berbeda adalah pola pikir petani,” kata Charles.
Petani Lutim ketika berkunjung ke Joglo Tani di Sleman, Yogyakarta (Foto: Charles Christian).
Mendatangkan Guru Bagi anggota kelompok tani Lutim yang belum berkesempatan mengunjungi Joglo Tani, Tim Koordinasi Program PTPM PT Vale mendatangkan seorang petani sukses sekaligus Ketua Joglo Tani, T.O. Suprapto, awal Oktober silam. Kunjungan pria yang akrab disapa Pak T.O. itu dikemas dalam acara “Diskusi Pertanian Terpadu”, diikuti lebih dari seratus peserta. Mereka terdiri atas perwakilan kelompok tani, penyuluh pertanian, dan sejumlah pejabat SKPD Kabupaten Luwu Timur yang terkait dengan bidang pertanian. Hadir pula para camat dari empat wilayah terdampak operasi PT Vale, perwakilan manajemen PT Vale, serta konsultan A+ CSR Indonesia. “Desa yang berdaulat adalah kunci negara yang kuat. Sedangkan salah satu sumber kedaulatan desa adalah kemandirian sektor pertanian dan peternakan,” kata T.O. Suprapto. Hingga kini, sudah ada 1.500 cabang Joglo Tani di Indonesia. T.O. berharap, dalam waktu dekat wadah belajar serupa segera dibentuk di Luwu Timur. Diskusi diakhir dengan tanya-jawab dan dilanjutkan peninjauan lokasi-lokasi Sekolah Lapang di Desa Pasi-Pasi dan Desa Harapan, Kecamatan Malili, Luwu Timur. []
Sebagai negara dengan potensi pertanian luar biasa, ironisnya, petani Indonesia hidup serba kekurangan. Bosan melihat petani terus-terusan hidup melarat, T.O. Suprapto, petani dan mantan guru, menggagas Joglo Tani di Sleman, Yogyakarta. Joglo Tani lahir 19 Januari 2008. Kehadiran lembaga ini bertujuan membantu petani menghadapi enam tekanan yang dihadapi petani, yakni ekonomi, alam, sosial, budaya, dan kebijakan global. Petani dilatih untuk mengembangkan hasil tanamannya dan berbisnis. Cara ini diyakini bisa mengeluarkan petani dari lingkaran kemiskinan. Kini Joglo Tani telah berkembang menjadi pusat pelatihan pertanian terpadu, mulai dari hulu hingga hilir. Joglo Tani memberikan pelatihan kepada petani, baik pribadi, swadaya, ataupun lewat kegiatan corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dan BUMN. Dalam sebulan, rata-rata 1.000 orang datang ke Joglo Tani untuk sekadar berkunjung, magang, maupun pelatihan. Pendapatan Joglo Tani selalu dikembalikan kepada petani untuk mengembangkan pelatihan pertanian, karena Joglo Tani sudah menjadi badan usaha milik desa. Sederet prestasi telah dicatat oleh Joglo Tani, seperti membantu menyekolahkan anak-anak petani ke perguruan tinggi, mampu mengendalikan harga produksi pertanian, mampu memproduksi pupuk organik granula 2 ton per hari dan POC 1.000 liter per bulan, serta mampu memproduksi beras organik, sayuran organik dan buah-buahan organik. Joglo Tani mampu membuat petani benar-benar menjadi bangga pada profesinya. Joglo Tani juga telah memberikan manfaat kepada petani di Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Barat, dan beberapa kawasan Indonesia Timur. Misi Joglo Tani adalah mendirikan 1.500 cabang di berbagai daerah. Joglo Tani juga mendirikan Institut Pertanian (Intan). Berbekal ilmu tentang pertanian, kelak para mahasiswa dapat membantu dan mengembangkan sektor pertanian di wilayah mereka. []
LAPORAN UTAMA VERBEEK EDISI 11 | 2014
5
Memetik Buah Pembelajaran Kisah para petani yang tak segan belajar dan berkeinginan kuat untuk maju.
A
walnya tidak mudah mengajak petani untuk mengikuti Sekolah Lapang, salah satu program andalan PTPM. Kebanyakan dari mereka sudah putus asa karena begitu banyak penyuluhan dan pelatihan diikuti, namun tidak membawa hasil memuaskan. Produksi sawah dan kebun tidak meningkat, tanaman terus terserang hama dan penyakit, sehingga petani beralih ke komoditas lain. Andi Malkan, Ketua Kelompok Tani Pasi-Pasi 1 Kakao, misalnya. “Awalnya saya malas dengan pelatihan-pelatihan seperti ini, karena yang dibicarakan itu-itu saja dan tidak ada hasil. Saya sudah terapkan saran penyuluh, tapi kakao saya tidak selamat dari hama dan penyakit.” Ketika diminta datang, untuk pertama dan kedua kali dia absen. Pada panggilan ketiga, karena merasa tidak enak, Andi Malkan meminta tiga anggotanya untuk ikut Sekolah Lapang di Mahalona, Towuti. “Ternyata pelatihan kali ini bagus. Hampir saja saya menyesal karena tidak ikut CLC,” kata ketua kelompok tani yang memiliki 25 anggota itu. Sebelum mengikuti Sekolah Lapang, Andi Malkan sudah putus asa dengan kakao. Dua tahun terakhir, dia tidak lagi merawat pohon kakao miliknya. Penyakit pembuluh kayu atau VSD (vascular streak dieback)—ditandai dengan kulit buah menghitam dan selaput biji kakao mengeras seperti batu—menjadi penyakit akut dan menahun. Setiap bulan, total panen kakao hanya 5-10 kg. Petani kakao benar-benar merugi. Dia dan anggota kelompoknya lantas beralih ke lada, komoditas yang digadang-gadang mendatangkan banyak keuntungan.
Menampakkan Hasil
Sekarang, lain cerita. Ditemui Verbeek di kebun seluas dua hektar miliknya, Andi Malkan menunjukkan 200 pohon kakao dengan buah memerah kekuningan. Ketika dibelah, bijinya padat dan tidak kempes.
Andi Malkan, petani kakao dari Desa Pasi-pasi, Malili, di kebun seluas 2 hektare miliknya.
“Kakao saya sekarang lebih bagus, volumenya berat, dan sangat sedikit yang busuk.” Tidak tampak lagi jamur pada batang pohon maupun buah yang menghitam. Meskipun pohon kakaonya sudah berumur lebih dari 20 tahun, Andi Malkan masih bisa mengumpulkan hampir 60 kg kakao setiap kali panen. Naik signifikan dari panen-panen terdahulu yang hanya kisaran 30 kg. Dalam satu bulan, petani bisa memanen kakao sebanyak dua kali dengan harga jual biji kakao kering Rp33.000 per kilogram. Hal senada diungkapkan Amar Asraf, anggota kelompok tani Al-Amin dari Desa Harapan, Malili. Amar mengikuti Sekolah Lapang untuk komoditas lada. Sudah lima tahun Amar menanam lada, namun hasil panen jauh di luar harapan. “Dulu pohon lada saya itu rimbun sekali daunnya, tapi buahnya tidak ada sama sekali. Kalaupun ada, buahnya masih jarang-jarang, tidak padat. Saya sering gagal panen,” kata petani transmigran asal Timor Leste itu. Bersama 15 orang anggota kelompok tani Al-Amin, Amar juga memberi tanggapan positif terhadap Sekolah Lapang. Amar melihat sendiri 300 pohon mericanya cepat tinggi dan ranum berbuah. Kelompok tani Al-Amin mengikuti CLC pertanian yang dilaksanakan di Angkona pada pertengahan 2014. Setelah itu, mereka melanjutkan Sekolah Lapang di rumah ketua kelompok tani. Di sanalah ahli nutrisi dan budidaya tanaman Dr Herman Maulana dan Wahab dari konsultan A+ CSR Indonesia sempat berkunjung dan memberikan pelatihan lanjutan. Beberapa waktu lalu, Amar panen merica 3 kg dalam satu kali petik. Jika dikumpulkan dalam tiga bulan terakhir, Amar dan keluarganya sudah menikmati panen 16 kg lada. “Sebelumnya kami tidak pernah panen sebanyak itu. Sekarang bisa dibilang agak maju,” tambah Amar. Lada kering dari Desa Harapan dijual dengan harga Rp100.000 per kilogram kepada pembeli dari Malili dan Mangkutana. Lahan merica produktif bisa dipanen setiap tiga minggu tanpa mengenal musim.
Mencari Solusi
Amar Asraf, petani merica dari Desa Harapan, Malili, memerhatikan pohon merica yang mulai padat buahnya.
Di Dusun Makarti, Desa Harapan, menanam lada merupakan pekerjaan yang menantang. Karakter tanahnya membutuhkan pemupukan intensif, sementara petani di daerah itu tidak mampu membeli pupuk secara rutin dalam jumlah banyak. Akhirnya pemupu-
kan dilakukan seadanya. “Maka itu, panen kami tidak maksimal. Apalagi kalau musim kemarau seperti saat ini, seringkali kami tidak bisa panen,” ujar Amar. Dengan mengikuti CLC, banyak ilmu yang didapat petani untuk mengatasi kesulitan sedikit demi sedikit. “Kata Mas Herman, kami harus pangkas tanaman pelindung supaya cahaya matahari bisa masuk. Hasilnya, merica kami cepat sekali tinggi. Dia juga kasih tahu kalau kami harus rajin-rajin gemburkan tanah dan potong akar sedikit-sedikit supaya pohonpohon itu tidak saling berebut makanan. Kami juga diminta membuat lubang biopori untuk menampung air,” kata Asmar Hadi, yang juga anggota kelompok tani Al-Amin. Selain memberikan pengetahuan dasar untuk mencari solusi pertanian dan meningkatkan produktivitas lahan, Dr Herman memperkenalkan nutrisi semprot yang bisa diaplikasikan pada tanaman lada dan kakao. Andi Syarifuddin, anggota kelompok tani PasiPasi 1 Lada, tertarik untuk membuktikan manfaat nutrisi tersebut. Dia membuat kebun merica eksperimen, sekaligus observasi di belakang rumahnya di Jalan Poros MaliliSultra. Di sana terdapat 30 pohon merica. Sebanyak 5 pohon di antaranya sama sekali tidak disemprot nutrisi, sementara sisanya disemprot nutrisi dua kali dalam sebulan sejak empat bulan terakhir. Sambil menunjuk pohon merica, dia menceritakan perbedaannya. “Yang disemprot, di pangkal batangnya banyak tumbuh cabang. Dari sisi tinggi pohon juga terdapat perbedaan. Yang disemprot lebih tinggi, padahal usia pohonnya sama-sama hampir setahun. Dalam observasi saya, setiap satu minggu, yang disemprot tumbuh 60 cm dalam satu bulan,” ujar Syarifuddin, yang memiliki 300 pohon merica di kebun utamanya di lokasi lain. Lima pohon yang tidak disemprot nutrisi tampak layu. Daunnya tidak berwarna hijau cerah, banyak bercak, dan tanpa cabang baru di pangkal pohon. Kata Syarifuddin, selain penyemprotan nutrisi, pelajaran didapatkan di CLC perlunya melakukan penggemburan secara rutin, kebutuhan air terpenuhi, dan pemupukan yang baik. “Tiga hal itu sebenarnya yang utama. Nutrisi ini hanya pelengkap,” ujar Syarifuddin, yang baru memulai menanam merica sejak setahun terakhir dan sedang menanti panen pertamanya. []
6
LAPORAN UTAMA VERBEEK EDISI 11 | 2014
Ancaman Defisit Pangan dan Tantangan Pertanian Luwu Timur Oleh: Dr Herman Maulana
D
alam beberapa tahun terakhir, ancaman defisit komoditas pangan dunia semakin menunjukkan bukti nyata. Negara-negara penghasil pangan di daratan Asia, Afrika, dan Amerika Latin mengalami penurunan produktivitas akibat ancaman hama, penyakit, dan perubahan iklim. Padahal kebutuhan pangan dunia kian bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk Bumi. Problematika itu terlihat jelas, misalnya, pada komoditas kakao dunia. Pada Konferensi Kakao Internasional ke-6 yang digelar di Nusa Dua, Bali, pertengahan Mei silam, diketahui bahwa permintaan kakao dunia naik 2-4 persen per tahun. Sementara produksi kakao tidak sebesar itu. Kakao Indonesia sendiri sebenarnya meningkat menjadi 400 gram per kapita per tahun (2013), dari sebelumnya 250 gram per kapita per tahun (2010). Indonesia juga dikenal sebagai produsen kakao nomor tiga, dengan angka produksi 770 ribu ton dari 1,8 juta hektar lahan kakao pada 2013 atau rata-rata 500 kg per hektar. Sementara, posisi dua besar produsen kakao dunia diduduki Ghana dan diikuti Pantai Gading, yang mampu memproduksi 1,38 juta ton per tahun. Sayangnya, angka itu masih kalah jauh dari konsumsi kakao Eropa, yakni 8 kg per kapita per tahun. Angka itu belum termasuk kebutuhan tiga negara sebagai penyerap pasar kakao terbesar di dunia, yakni Indonesia, India, dan China. Data International Cocoa Organization (ICCO) memprediksi pertumbuhan permintaan kakao dunia sekitar empat juta ton per tahunnya. Dengan volume produksi kakao dunia yang stagnan, pada tahun 2020, dunia diperkirakan mengalami defisit kakao sebanyak satu juta ton senilai lima miliar dollar AS. Hal serupa juga terjadi dengan merica, yang mengalami defisit sebanyak 150 ribu ton senilai 2,25 miliar dollar AS. Melihat kondisi ini, sebenarnya Kabupaten Luwu Timur dapat mengambil peran sebagai produsen kakao Indonesia yang dapat diandalkan. Hal itu berangkat dari beberapa aspek penguat peluang tersebut. Pertama, keberadaan lahan pertanian yang potensial. Diperkirakan lahan pertanian kakao di Luwu Timur seluas 30 ribu hektar. Sedangkan kebun merica mencapai 5.000 hektar. Kedua, petani telah mengenal dan bercocok tanam kakao sejak puluhan tahun silam. Sedangkan petani merica tumbuh masif sejak lima tahun belakangan. Ketiga, adanya program Agroindustri Pemkab Luwu Timur 2015, yang mengangkat kakao bersama merica dan padi sebagai komoditas unggulan. Terakhir, dukungan pihak swasta (PT Vale) melalui Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) untuk meng-upgrading wawasan petani dalam mengelola pertanian di komoditas-komoditas tersebut.
Peningkatan produktivitas pertanian ini sekaligus jawaban terhadap problematika klasik masyarakat di wilayah pertambangan, seperti terjadi di Luwu Timur. Masyarakat lingkar tambang diharapkan tidak melulu mengandalkan pendapatan dan peningkatan ekonominya dari sektor pertambangan di kemudian hari.
Peluang
Di sisi lain, seperti diketahui, pendapatan domestik bruto (PDB)—indikator pendapatan—Luwu Timur mencapai sekitar Rp5 triliun per tahun. Sebanyak 80 persen berasal dari operasi dan kontribusi PT Vale. Sisanya, 20 persen, berasal dari masyarakat. Dengan komposisi 20 persen PDB dari masyarakat itu, bisa dikatakan masa depan Luwu Timur berwajah suram bila masyarakat terus-menerus mengandalkan mata pencarian dari sektor pertambangan dan operasi PT Vale. Menjadi pertanyaan kita bersama: apakah masyarakat Luwu Timur mampu bertahan dan mandiri secara ekonomi bila kelak PT Vale tidak lagi beroperasi? Dengan empat poin potensi pertanian Luwu Timur tersebut, bukanlah tidak mungkin petani “Bumi Batara Guru” tampil sebagai motor ekonomi dan produsen komoditas pangan yang andal. Lalu bagaimana proyeksi produktivitas dan pendapatan pertanian Luwu Timur berdasarkan potensi yang ada? Dalam perhitungan kami, dengan potensi lahan merica mencapai 5.000 hektar, produksi dapat digenjot sebesar 50 ribu ton per tahun. Dengan harga jual di pasaran mencapai 10 dollar AS per kilogramnya, pendapatan menembus angka 500 juta dollar AS atau Rp6 triliun. Angka itu baru didapat dari optimalisasi pertanian merica. Sedangkan pertanian kakao, dari potensi lahan seluas 30 ribu hektar, potensi hasil panen mencapai 10 ton per hektar atau 300 ribu ton. Maka dengan harga jual 4 dollar AS per kilogramnya, dapat diperoleh 1,2 miliar dollar AS atau Rp15 triliun. Bisa dibayangkan bila potensi tersebut benar-benar tergarap. Akan muncul pendapatan sebesar Rp21 triliun.
PTPM dan Tantangan Petani
Beberapa upaya yang berkesinambungan, terencana, dan efektif merupakan kunci menuju mimpi tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: Pertama, melakukan pendekatan teknologi pertanian yang berbeda kepada petani di Luwu Timur. Caranya dengan menghitung semua aspek kebutuhan biokimia tanaman dalam singkat namun efektif dan efisien (dalam kurun waktu satu semester pertama). Hal ini dilakukan karena banyak tanaman kakao dan merica petani di daerah ini berstatus kronis kare-
na sakit dan hama. Banyak kakao terserang fusarium dan PBK (penggerek buah kakao). Sedangkan penyakit kuning dan busuk pangkal batang mengancam tanaman merica. Kenyataannya dapat dilihat dari angka produktivitas kakao berkualitas bagus di Luwu Timur yang hanya dua ton per hektar lahan. Angka ini semakin turun dari tahun ke tahun. Penerapan teknologi pertanian yang berbeda ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman secara bertahap. Kakao yang sekarat mampu meningkat hasilnya menjadi 3-5 ton per hektar. Pada tahun kedua, bisa mencapai 10 ton per hektar. Sedangkan untuk merica, produktivitas diproyeksikan meningkat tiga kali lipat. Kedua, melakukan program upgrading petani melalui di Community Learning Centre PTPM PT Vale. Di tempat ini petani dapat mendapatkan wawasan baru pertanian yang efektif dan produktif. Petani diarahkan menjadi petani yang konsisten dalam mengelola komoditasnya—bukan teknologi yang membuat mereka menjadi tergantung. Ketiga, pertanian merica yang cukup masif di Luwu Timur, juga perlu mempertimbangkan aspek ekologi. Penyerobotan tanah konsesi dan hutan lindung bisa menjadi masalah besar, karena dapat mengganggu resapan air dan dapat mengancam merica sendiri kelak. Tetap mempertahankan hutan sebagai daerah resapan air, petani perlu memahami hal ini. Pertanian mereka tidak akan bertahan bila lingkungan rusak. Terakhir, yang juga merupakan kunci terakhir, tidak serta merta mimpi di atas dapat diraih petani tanpa topangan pemerintah dan swasta. Ketiga pihak ini— pemerintah, swasta dan masyarakat petani—adalah mitra sejajar. Mereka perlu saling berbagi dan mengisi agar seluruh proses berjalan cepat, efisien, lebih produktif, memperoleh pendapatan yang lebih besar dan mampu meningkatkan daya beli. Andaikan usaha keras itu ditopang dengan program yang baik dan terencana, saya yakin tahun 2017 mimpi petani Luwu Timur yang mapan dan produktif dapat terwujud. []
Penulis adalah ahli bidang nutrisi dan budidaya tanaman dari Lingkar Studi A+ CSR Indonesia
SOSOK VERBEEK EDISI 11 | 2014
7
Sukarno M. Nur
“Petani Harus Profesional” Petani dari Desa Harapan ini bicara tentang manfaat Sekolah Lapang dan semangatnya untuk bekerja keras.
B
ersama rekan dan keluarganya, Sukarno merantau dari Timor Leste ke Dusun Makarti, Desa Harapan, Kecamatan Malili. Kecintaannya kepada Ibu Pertiwi membuat dia memilih untuk bertransmigrasi saat terjadi pergolakan antara pro dan anti-kemerdekaan. Saat diwawancarai tabloid Verbeek di kebunnya, Sukarno mengenakan kaos putih bertuliskan “Banyak Pohon Banyak Rezeki”, sebuah slogan yang kerap didengungkan sejak penetapan Hari Menanam Pohon Nasional pada 2008. Bagi Sukarno, slogan itu bukan isapan jempol. Pasalnya, dia menggantungkan rezeki dari 300 pohon merica di lahan seluas 50x100 meter miliknya. Demi meningkatkan kapasitas produksi, Sukarno bersama 15 anggota Kelompok Tani Al-Amin mengikuti Sekolah Lapang yang menjadi bagian dari program Community Learning Center (CLC). Dia menceritakan antusiasme dirinya dan anggota kelompok dalam mengikuti Sekolah Lapang. Berikut petikan wawancaranya.
Sebelum bertani merica, apa kegiatan Anda? Sejak pertama kali saya ke sini, 1 Januari 2000, memang sudah bertani. Dulu saya tanam jagung dan ubi, lalu dijual sampai ke Palopo dan Masamba. Lamalama kampung ini semakin sepi. Warga banyak yang kembali ke kampungnya, seperti teman-teman dari Ambon, Poso, dan Jawa. Karena sepi, babi hutan datang. Mereka merusak tanaman kami. Kalau dipasang jerat, mereka tidak datang. Tapi begitu jerat dilepas, babi kembali lagi. Jadi kami tidak bisa lagi bertanam jagung.
Lalu Anda beralih ke lada?
Iya. Harga lada yang terus naik sejak 2007 membuat saya ikut-ikutan juga tanam lada. Ada teman yang sudah berhasil jadi petani merica dan sudah bisa beli motor. Saya jadi tertarik tanam merica.
Anda dan anggota Kelompok Tani Al-Amin mengikuti Sekolah Lapang untuk komoditas lada. Apa saja ilmu yang Anda dapatkan selama pelatihan? Banyak ilmu yang saya dapat dari "Prof" Herman Maulana selama Sekolah Lapang. Misalnya tentang pemeliharaan merica, cara menggemburkan tanah, dan teknik membasmi hama. "Prof" Herman berkalikali katakan bahwa pemangkasan tanaman pelindung itu perlu dilakukan secara rutin agar sinar matahari bisa masuk. Selain itu, pemberian pupuk kandang juga tidak boleh lupa. Tambahannya, penyemprotan nutrisi dua kali sebulan.
Apa “nasihat” yang paling berkesan menurut Anda selama mengikuti Sekolah Lapang? Pak "Prof" Herman bilang begini, “Ibaratkan saja merica itu seperti manusia. Kalau tubuhnya kuat dan bersih, penyakit akan menjauh. Tapi begitu kita tidak rawat kesehatan dan kebersihan, penyakit pasti datang.” Omongan itu saya ingat terus jadi memang
perawatan tanaman itu paling penting.
Hal yang paling menarik dari Sekolah Lapang? Ini lucu menurut saya. Saya sering berpikir, dulu waktu saya sekolah tidak pernah ketemu sama "profesor". Jangankan diajar, ketemu saja belum pernah. Tapi sekarang, waktu saya sehari-hari di kebun, malah bisa ketemu seorang "profesor". Ini kan lucu. Ketemu "profesor" malah di kebun.
Sudah terasa hasilnya setelah menerapkan ilmu dari Sekolah Lapang? Setelah saya ikuti pelatihan dan terapkan sesuai anjuran bapak-bapak yang mengajar, merica saya buahnya makin bagus dan pertumbuhan buah jauh lebih padat. Dulu buahnya jarang-jarang. Saya memang belum pernah merasakan panen sejak pelatihan kemarin tapi ada beberapa anggota kelompok yang sudah merasakan kenaikan volume saat merica ditimbang. Jadi kita lihat saya nanti.
Selama pelaksanaan Sekolah Lapang yang merupakan bagian dari PTPM PT Vale, Anda dan teman-teman kelompok tani tidak lagi mendapat bantuan berupa uang melainkan peningkatan kapasitas. Bagaimana menurut Anda? Dulu kelompok tani saya pernah dua kali mendapat bantuan dana Comdev. Kami bikin proposal, lalu dikasih bantuan untuk beli koker, jaring, dan sebagainya. Waktu itu kami memasok bibit untuk nursery PT Vale. Lalu kami dapat lagi bantuan uang yang dibagi rata, 1 juta per anggota kelompok. Ada anggota yang tidak beli tiang merica dan tidak beli bibit, tapi tetap dapat uangnya. Memang dia punya lahan, tapi kan tidak digarap. Seharusnya yang seperti ini tidak usah dapat bantuan, tapi mau bagaimana lagi, instruksinya harus dibagi rata. Sekarang, di PTPM, kami tidak lagi dapat uang. Saya merasa kita ini lebih beruntung kalau mendapat ilmu. Ilmu itu selalu yang utama. Setiap kali guru-guru datang, kami selalu siap belajar. Kami tunggu lagi ini Sekolah Lapang karena kami masih mau belajar banyak.
Kita tahu kalau Luwu Timur punya visi menjadi “Kabupaten Agroindustri”. Menurut Anda, apa yang perlu dilakukan para petani untuk mendukung tujuan pembangunan daerah kita ini? Untuk ke depan, sebagai petani, kita harus lebih serius. Jangan malas, harus kerja. Jadi petani juga harus profesional. Beberapa bulan lalu, Alhamdulillah, saya
dapat kesempatan studi banding di Jogja. Di sana saya lihat sendiri bahwa lahan para petani yang sukses itu bersih sekali. Tidak ada tanaman pengganggu dan tanahnya gembur. Dari situ saja sudah kelihatan bahwa mereka kerja keras di kebun setiap hari. Selain itu, yang juga penting adalah pendataan. Saya bilang kepada teman-teman anggota kelompok, kalau panen dan mau jual hasil panennya kabari saya. Bukan saya mau ambil uangnya, tapi supaya bisa didata per tahun itu kita bisa hasilkan tanaman kebun berapa banyak. Dari data itulah kita bisa ukur keberhasilan petani. Selama ini tidak dicatat. Ke depan, administrasi harus oke.
Anda dan keluarga datang dari jauh sebagai transmigran. Bagaimana rasanya menjadi bagian dari masyarakat Luwu Timur? Saya sudah 14 tahun tinggal di sini. Asal saya dari Timor Leste, jadi saya ini pindah negara. Transmigrasi juga atas pilihan sendiri. Berangkat dari Timor Leste, ke Kupang, lalu kami pilih transmigrasi ke Sulawesi Selatan. Karena saya sudah memilih Ibu Pertiwi, maka saya senang di sini. Senang menjadi warga sini.[]
8
WAWASAN VERBEEK EDISI 11 | 2014
Kiat Berkomunikasi Tatap Muka Yang Baik Dasar berkomunikasi adalah kepercayaan diri dan menghargai orang lain. “saya tidak OK-Anda tidak OK” apabila Anda merasa sangat tidak yakin, merasa putus asa-tak berdaya, tidak bersemangat, tidak dapat melakukan perubahan, antisosial-bermusuhan, merasa bahwa “saya selalu gagal” dan menyalahkan “dunia” atas apa yang terjadi dengan diri sendiri.
Bahasa Tubuh
Dr. Albert Mehrabain, pakar komunikasi dari Universitas California Los Angeles, dalam studinya menyimpulkan bahwa komunikasi tatap muka memiliki tiga unsur: kata-kata, intonasi, dan perilaku non-verbal atau bahasa tubuh (body language). Mehrabain mencatat, saat seseorang berkomunikasi maka bahasa yang paling jujur adalah bahasa tubuhnya. Bahasa non-verbal ini menyumbang 55% dampak pada cara berkomunikasi, sedangan intonasi suara 38%, dan kata-kata hanya 7%. Mehrabaian menjabarkan 3 bahasa tubuh utama yang berpengaruh besar pada cara dan efektifitas komunikasi kita, yaitu: 1. Kontak mata Melakukan kontak mata saat berkomunikasi secara tidak langsung membantu membangun hubungan harmonis antara pembicara dengan audiens atau lawan bicara yang akan merasa penting dan diistimewakan. 2. Gestur Gestur atau gerakan tubuh saat berkomunikasi akan memperkuat pernyataan dan ide kita, melepaskan ketenangan, dan membangun hubungan dengan audiens. Gestur positif saat berkomunikasi di an-
H
ubungan renggang atau malah putus kebanyakan diakibatkan oleh cara berkomunikasi yang salah. Akarnya adalah ketidakmampuan memahami orang lain. Pokok pikiran ini dituturkan oleh Erwin Parengkuan, pendiri Talk Inc., lembaga konsultasi komunikasi asal Jakarta, saat mengampu pelatihan komunikasi di Malili dan Sorowako akhir Agustus 2014 lalu. Menurut Erwin, ada tiga langkah untuk memahami orang lain. Pertama, memahami diri sendiri. Kedua, mengenali berbagai macam karakter. Ketiga, cara berkomunikasi dengan karakter-karakter yang berbeda. Dalam melakukan komunikasi, hendaknya kita dan teman bicara berada pada posisi sama-sama nyaman, yaitu “saya OK-Anda OK”. Suasana sama-sama nyaman ini dapat tercipta apabila kita memiliki kepercayaan diri yang sehat, menerima keberadaan diri dan orang lain, memecahkan masalah untuk kebaikan semua pihak, fleksibel-terbuka, menikmati hidup, serta memiliki rasa humor yang baik. Sebaliknya komunikasi akan menjadi sama-sama tidak nyaman atau
taranya tubuh condong ke depan saat berbicara, menjabat tangan dengan hangat dan tegas, senyum hangat dan lepas, menyentuh pundak jika memungkinkan, dan masuk wilayah pribadi dengan sopan. 3. Postur Dan Cara Berdiri Akan sangat menyenangkan bagi lawan bicara, apabila postur dan cara berdiri kita mendukung ketika melakukan komunikasi dengan mereka. Saat berkomunikasi dalam posisi berdiri, bobot tubuh ditopang dan dikunci pada tulang belakang, jarak antara kedua kaki tidak lebih lebar dari jarak bahu, berdiri tegap, gerakan tangan dan kaki harus terlihat santai, salah satu kaki berada di depan kaki yang lain. Sementara itu, ada sejumlah bahasa tubuh yang cenderung diterjemahkan negatif dalam aktivitas komunikasi, antara lain: 1. Melipat tangan atau memasukkan ke dalam kantung celana. 2. Memainkan rambut dan menyentuh bagian wajah. 3. Menyilangkan kaki saat dalam posisi berdiri. 4. Memainkan aksesoris/hiasan yang dikenakan. 5. Memainkan atau menggerak-gerakkan jemari tangan. Kesan pertama begitu menggoda dapat kita terapkan ketika melakukan perkenalan awal dengan seseorang. Lakukan tiga hal berikut dengan tepat yaitu tersenyum saat menyapa, mengangkat topik hangat untuk dibicarakan dengan bumbu cerita lucu dari pengalaman pribadi, serta mengucapkan terima kasih. Selamat melakukan komunikasi yang menyenangkan.[]
Dari Hobi Menjadi Profesi
Asri Tada
C
ontoh nyata bisa Anda jumpai dari orang-orang di sekitar. Misalnya Asri Tadda. Pria 33 tahun kelahiran Dusun Pabeta, Desa Manurung, Kecamatan Malili, itu dikenal sukses menekuni profesi onlinepreneur alias wirausahawan berbasis internet. Profesi “unik” itu berawal dari kecintaannya terhadap dunia tulis-menulis. Untuk mencari bahan tulisan, Asri rajin mengakses internet. “Dari sinilah saya mengenal peluang untuk mencari uang secara online. Bayangkan, kita bisa mendapat penghasilan ratusan sampai ribuan dollar hanya dengan blogging (menge-
Foto: Dok. Pribadi
Anda punya kegemaran terhadap sebuah bidang? Coba gali lebih dalam. Siapa tahu hobi tersebut bisa ditekuni menjadi mata pencarian. lola situs-red),” kata ayah dari dua anak itu. Terlahir sebagai anak petani dan menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar pada 2007, Asri berpegang teguh pada kecintaannya dan begitu menikmati profesi onlinepreneur. Hobi adalah jendela yang memancarkan kecintaan, sesuatu yang Anda hargai, dan hal yang bisa Anda kerjakan secara tulus. Semua itu merupakan komponen penting untuk menumbuhkan karir. Jika Anda sudah mantap menjadikan hobi sebagai profesi, coba kiat berikut: 1. Jangan ragu “Jangan pernah takut memulai sesuatu yang baru! Sepanjang hal tersebut baik dan tidak mengganggu orang lain, teruslah berjalan. Allah selalu bersama orang-orang yang meyakini pilihan hidupnya. Saya percaya, rejeki Allah itu tidak pernah tertukar,” kata Asri Tadda. 2. Tekun dan rajin mengasah Senang saja tidak cukup. Kita harus menjadi ahli agar mampu bersaing dan bertahan. Ikuti pelatihan dan gali informasi untuk mengoptimalkan hobi Anda.
3. Jaga semangat Keunggulan menjalani hobi sebagai bisnis adalah Anda memiliki “jiwa” pada profesi itu. Namun ketika hobi dijadikan sumber penghasilan, pasti akan muncul tekanan yang bisa jadi membuat semangat Anda kendor. Untuk itu, perlu komitmen kuat supaya Anda bisa konsisten menjalani profesi ini. 4. Perluas ilmu Agar pekerjaan berjalan lancar, tidak ada salahnya mempelajari ilmu lain yang mendukung, seperti ilmu manajemen dan pemasaran. Jika Anda tidak bisa bersekolah formal karena berbagai keterbatasan, banyak membaca, ikut pelatihan non-formal, atau bertanya kepada ahli bahkan menimba ilmu dari teman akan sangat membantu. 5. Berpikir kreatif Pikirkan banyak kemungkinan. Anda bisa mencoba memberikan les musik jika punya hobi bermain piano. Tulislah buku atau tuangkan dalam blog kecintaan Anda terhadap traveling. Bisa juga membuka bengkel sepeda jika Anda penyuka olahraga ramah lingkungan itu. []
JENDELA VERBEEK EDISI 11 | 2014
9
Nikel, Lo gam Penting dalam Kehidupan Sehari-hari Nikel menyimpan cerita yang menarik. Mari berkenalan lebih dekat dengan nikel, si logam kuat tahan karat yang ada di mana-mana.
B
agi warga Luwu Timur, kata nikel pasti sudah akrab di telinga. Tanah Sorowako dan sekitarnya begitu kaya nikel, sehingga bijih logam ini menjadi sumber penghidupan sekaligus kebanggaan masyarakat. Memiliki simbol kimia Ni dan titik didih 2.730°C, nikel merupakan elemen logam berwarna putih-keperakan yang punya sifat tahan panas, elastis, kuat, dan antikarat. Nikel kerap disebut sebagai logam tersembunyi karena tidak kasat mata. Namun ia melebur di hampir semua benda dalam kehidupan manusia.
Asal-muasal
Pada 1600-an, penambang tembaga di Jerman tidak bisa menemukan bijih tembaga yang biasanya melimpah. Mereka justru berjumpa dengan bijih merah kehijauan, sehingga diyakini ada kekuatan iblis yang menghalangi mereka untuk menemukan tembaga. Lalu mereka menamai bijih kehijauan itu sebagai kupfernickel atau tembaga setan. Baru pada 1751, ahli kimia asal Swedia Axel Cronstedt meneliti kupfernickel dan menemukan senyawa kimia baru, yang kemudian dia namai nikel. Lebih dari dua abad sejak penemuan Cronstedt, nikel memegang peran penting dalam kehidupan modern. Nikel hadir dalam 3.000-an logam campuran yang digunakan pada lebih dari 300.000 benda. Sekitar 65% nikel digunakan dalam industri baja nirkarat atau stainless steel. Seperti nikel, stainless steel juga ditemukan tanpa sengaja. Henry Brearley, seorang ahli metalurgi asal Inggris, diminta oleh sebuah perusahaan senjata api untuk memperbaiki laras senapan yang terlalu cepat terkikis. Alih-alih menemukan logam yang tidak cepat terkikis, Brearley justru memelopori logam tahan karat pada 1913, yang merupakan campuran besi, kromium, dan nikel.
Baterai kerap didaur ulang untuk mengekstrak nikel di dalamnya. Selain beterai, baja nirkarat yang mengandung nikel juga masih ekonomis untuk didaur ulang.
Temuan tersebut menjadi lompatan bagi perangkat dapur. Sebelum 1913, pisau terbuat dari baja karbon yang harus dicuci dengan cairan khusus dan dikeringkan usai pemakaian untuk mencegah korosi. Berkat baja nirkarat yang mengandung nikel, pisau, sendokgarpu, dan peralatan masak bisa dipakai puluhan tahun dan selalu tampak mengilat.
Kehidupan Modern
Nikel punya kaitan erat dengan kehidupan modern. Nikel terdapat pada hampir semua komponen telepon genggam dan berbagai perangkat elektronik, gedung pencakar langit di kota-kota besar dunia, struktur jembatan raksasa, hingga mobil canggih bermesin hybrid. Baja nirkarat digunakan secara luas pada perangkat medis modern, mulai dari stetoskop, pisau bedah, jarum suntik, hingga katup jantung buatan. Material tersebut dipilih karena dapat melewati proses sterilisasi berulangkali menggunakan desinfektan keras tanpa mengalami kerusakan. Logam campuran berbasis nikel juga ditemukan di mahkota atau korona gigi, gigi tiruan, hingga kawat gigi. Campuran 75% tembaga dan 25% nikel, atau disebut cupronickel, paling banyak digunakan sebagai material pembuat koin di seluruh dunia. Koin Rp10, Rp25, dan Rp50 keluaran 1971, koin tebal Rp100 terbitan 1973, dan koin Rp1.000 keluaran Bank Indonesia semuanya berbahan tembaga-nikel. Dunia olahraga juga akrab dengan nikel. Nikel digunakan sebagai elemen pelapis pada tongkat golf dan rantai sepeda. Ketika penonton bersorak menyemangati negaranya di Olimpiade Beijing 2008, sesungguhnya mereka berteriak di dalam stadium berbahan 45.000 metrik ton plat baja yang mengandung nikel. Jika diurai, panjang plat baja milik Beijing Natio-
nal Stadium, atau lebih dikenal sebagai Bird’s Nest, mencapai 36 kilometer. Allians Arena, kandang FC Bayern Munich, dilengkapi pipa air minum sepanjang 8,5 km yang terbuat dari baja dengan kandungan 10,5-15,5% nikel. Nikel menemani manusia menjelajah sudut angkasa yang belum terjamah. Logam yang paling banyak digunakan di mesin pesawat luar angkasa adalah Inconel, logam campuran berbasis nikel-kromium. Permukaan kapsul luar angkasa milik NASA yang pertama kali membawa manusia ke semesta hampa udara, Mercury, terbuat dari René 41–logam campuran nikel yang tahan terhadap temperatur tinggi. Apollo 11 yang mendaratkan manusia pertama ke Bulan, membawa tangki bahan bakar yang terbuat dari titanium, stainless steel, dan nikel. Teleskop luar angkasa Hubble, pesawat robotik Messenger dan Odyssey, seluruhnya menggunakan baterai berbahan nikel hidrogen (NiH2).[]
10
AHA VERBEEK EDISI 11 | 2014
Gas
Molekul yang menghasilkan energi dan melindungi Bumi.
S
eperti air atau benda padat, gas juga merupakan zat. Dari proses terbentuknya, gas terdiri atas gas murni, pencampuran gas sejenis, atau kombinasi dua jenis gas yang berbeda. Contoh gas murni misalnya neon, yang terbentuk dari satu jenis gas bernama neon. Gas neon dipergunakan untuk membuat lampu neon yang ada di rumah kita. Ada pula gas yang terbentuk dari gabungan dua atom gas yang sama, seperti hidrogen (H2). Sedang-
kan percampuran dua jenis gas yang berbeda seperti karbon monoksida (CO). Udara yang kita hirup di Bumi terbuat dari berbagai campuran seperti nitrogen, oksigen, dan argon. Keberadaan gas terdapat di perut Bumi dan lapisan permukaan dan atas Bumi (atmosfer). Gas di perut Bumi bernama gas alam yang mengandung metana. Gas alam yang telah diolah (elpiji) dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, kompor gas, dan kendaraan.
Lima Lapisan Atmosfer Bumi
Eksosfer
800 km
Inilah lapisan atmosfer paling tinggi atau terluar. Berada di atas ketinggian 800 kilometer dari permukaan Bumi. Di lapisan ini, kandungan gas sudah sangat rendah dan nol gravitasi sehingga benda akan melayang di area ini.
75-650 km
Termosfer
60-70 km
Berada di ketinggian 75-650 kilometer dari permukaan Bumi. Gas-gas akan terionisasi di lapisan ini. Karena itu lapisan ini kerap disebut lapisan ionosfer. Molekul oksigen akan terpecah menjadi oksigen atomik. Proses pemecahan molekul oksigen dan gas-gas itu kemudian menghasilkan panas yang dapat menyebabkan meningkatnya suhu di lapisan ini.
50-60 km 100 m
Mesosfer
Berada di ketinggian 60-70 kilometer dari permukaan Bumi. Suhu di lapisan ini akan menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian. Suhunya mula-mula naik, tetapi kemudian turun dan bisa mencapai minus 72 derajat Celsius.
Stratosfer
Inilah lapisan atmosfer selanjutnya yang berada di ketinggian 50-60 kilometer dari permukaan Bumi. Suhu pada bagian atas stratosfer hampir sama dengan suhu pada permukaan Bumi. Maka itu suhu di lapisan ini merupakan kebalikan dari lapisan troposfer. Di lapisan ini pula terdapat lapisan ozon yang berguna menyerap radiasi ultraviolet sehingga tidak mencapai Bumi
Atmosfer Melindungi Bumi dari Radiasi Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi dengan ketebalan lebih dari 650 kilometer. Gas di atmosfer terjadi karena gerakan udara yang dipengaruhi pemanasan sinar matahari serta perputaran Bumi. Atmosfer mengandung berbagai macam gas, seperti nitrogen (78%), oksigen (20%), argon (1%), dan sisanya karbon dioksida neon, helium, kripton, hidrogen, xenon, ozon, dan metan yang dibutuhkan makhluk hidup di Bumi untuk bernapas dan tumbuh. Manfaat atmosfer: (1) pada siang hari dan hilangnya panas yang berlebihan pada malam hari; (2) mendistribusikan air ke berbagai wilayah permukaan bumi; (3) menyediakan oksigen dan karbon dioksida; (4) sebagai penahan meteor yang akan jatuh ke Bumi.
seluruhnya. Stratosfer tidak mengandung uap air sehingga lapisan ini hanya mengandung udara kering.
Troposfer
Merupakan lapisan yang paling dekat dengan Bumi. Lapisan ini berada di ketinggian 8 kilometer dari permukaan Bumi. Pada lapisan ini suhu udara akan menurun seiring bertambahnya ketinggian. Setiap kenaikan 100 meter, temperaturnya turun 0,5 derajat Celsius. Dianggap sebagai lapisan paling penting karena mempengaruhi kehidupan dan habitat di Bumi. Terjadinya iklim di Bumi seperti terbentuknya awan, hujan, dan salju, tergantung kondisi lapisan ini.
Sebagai bahan bakar, gas lebih efisien dibanding minyak bumi atau batubara. Sifatnya juga rendah emisi sehingga sedikit menimbulkan polusi udara. Negara-negara di Eropa Timur dan Timur Tengah merupakan wilayah yang memiliki cadangan gas terbesar di dunia. Sedangkan atmosfer merupakan kumpulan gas yang melindungi Bumi dari radiasi matahari yang dapat menyebabkan kerusakan.
Zeppelin Seperti telah diulas sebelumnya, gas mengandung volume dan dapat dijadikan bahan bakar. Salah satu contoh nyatanya adalah Zeppelin, benda berbentuk pesawat dilengkapi balon gas yang lonjong yang digunakan sebagai transportasi udara. Zeppelin pertama kali diciptakan ilmuwan Jerman bernama Ferdinand von Zeppelin pada awal abad ke-19. Balon Zeppelin berisi gas hidrogen atau helium. Dua macam gas ini digunakan karena memiliki berat jenis yang paling ringan dibanding gas lainnya sehingga benda yang diisinya dapat melayang dan terbang. []
DOKTER MENJAWAB VERBEEK EDISI 11 | 2014
11
Waspadai Penyakit Jantung Koroner Pada Wanita
P
enyakit jantung umumnya dianggap sebagai penyakit kaum pria. Kenyataannya, 1 di antara 8-9 wanita berusia 45-60 tahun menderita penyakit jantung koroner (PJK), dan 1 di antara 3 wanita berusia lebih dari 60 tahun menderita PJK. Angka kematian penyakit ini juga mencengangkan. Sebanyak 1 dari 4 wanita meninggal karena penyakit kardiovaskular. Karena itu PJK merupakan salah satu penyebab kematian utama pada perempuan. PJK pada perempuan umumnya ditemukan pada usia yang lebih tua daripada pria. Hal itu disebabkan oleh penurunan hormon esterogen saat seorang wanita memasuki masa menopause. Hormon esterogen berfungsi melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Ketika jumlahnya menurun, wanita memiliki risiko penyakit jantung dua kali lipat. Penurunan hormon tersebut juga menambah kadar lemak dalam darah sehingga menimbulkan penebalan pembuluh darah yang dapat menyebabkan PJK. PJK pada perempuan memiliki risiko penyebab kematian lebih besar dibandingkan pada pria. Seorang wanita dengan PJK biasanya mengalami komplikasi lebih serius, karena lebih sering ditemukan penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan ginjal. Selain itu, penyumbatan pada pembuluh darah kecil atau mikrovaskular lebih banyak terjadi pada perempuan.
Kenali Gejalanya
Kurangnya pengetahuan kaum perempuan akan bahaya penyakit jantung membuat mereka tidak menyadari gejala penyakit tersebut. Gejala penyakit jantung pada perempuan berbeda dari gejala yang timbul pada pria. Pada wanita, gejala yang timbul, antara lain, nyeri ulu hati, nyeri pada punggung atau leher, sesak napas, cepat lelah, serta gangguan irama jantung. Dengan mengenali gejala dan segera mencari pertolongan saat terjadi serangan jantung, kemungkinan fatal bisa dikurangi. Anda juga perlu mengenali faktor risiko utama PJK pada kaum perempuan. Perempuan dengan diabetes mellitus atau penyakit kencing manis memiliki risiko
nacentralohio.com
Penyakit yang identik diderita pria ini ternyata berakibat lebih fatal pada wanita. dua kali lipat menderita PJK, dan komplikasinya lebih berat dibandingkan pria. Menjaga kadar gula darah dalam batas normal sangat penting untuk menekan risiko PJK, selain bermanfaat menjaga kesehatan secara keseluruhan. Perempuan yang merokok mempunyai risiko PJK 6-9 kali lipat, sedangkan pada pria 4-6 kali lipat. Wanita dengan obesitas atau kegemukan serta punya riwayat keluarga penderita PJK juga punya risiko lebih tinggi.
Mencegah PJK
Langkah pencegahan, secara umum, tidak banyak berbeda dengan pencegahan PJK pada pria, yakni memperbaiki gaya hidup dengan berhenti merokok, berolahraga minimal 30 menit sebanyak 4 kali seminggu, memperbaiki pola makan, mengendalikan berat badan, tekanan darah dan gula darah, serta mengatasi stres yang dapat diperberat oleh menopause. Pengecekan kesehatan secara rutin, seperti mengukur tekanan darah, mengetahui kadar gula darah dan kolesterol, juga penting sebagai langkah pencegahan. []
ajak keluarga SENAM Anda JANTUNG SEHAT
CAMPSITE SOROWAKO DAN LAPANGAN ANDI NYIWI MALILI SETIAP MINGGU PAGI JAM 06.30 WITA
12
SAFETY VERBEEK EDISI 11 | 2014
Rumah Sehat, Minim Zat Kimia Anda dapat mengganti pembersih dan insektisida di rumah yang mengandung zat kimia dengan bahan-bahan organik yang aman bagi anggota keluarga dan ramah lingkungan.
R
umah kerap kita anggap menjadi tempat paling aman dan sehat bagi anggota keluarga. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Penggunaan cairan pembersih, cairan pengharum, dan insektisida yang mengandung zat kimia yang tidak tepat, tanpa kita sadari dapat mengancam kesehatan anggota keluarga. “Memang sulit mencegah penggunaan bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Namun dapat dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan kimia sintetis dan memilih bahan yang ramah lingkungan,” ungkap Bibong Widyarti, organic writer and educator yang aktif di Rumah Organik dan Aliansi Organik Indonesia. Untuk menerapkan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan, niat saja tidak cukup. Dibutuhkan pengetahuan dan aksi untuk melakukannya. Mari kita kenali barang-barang di rumah yang mengandung zat kimia dan cara mengantisipasi agar anggota keluarga tetap aman dan sehat.
Pembersih
Barang-barang ini, misalnya deterjen, sabun, sampo, pasta gigi, pembersih porselen, pemutih pakaian, dan pembersih wajah. Pada dasarnya, barang-barang pembersih badan dan pakaian mengandung deterjen yang terbuat dari beragam zat kimia basa seperti kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH), alkylbenzene sulfonat (ABS) dan natrium hidroksida (NaOH). Bahkan pembersih lantai mengandung formalin untuk pembunuh kuman atau asam klorida (HCL) yang sangat keras. Karena itu, berhati-hatilah ketika menggunakan pembersih lantai. Sementara pemutih
pakaian mengandung klorin yang dapat membuat kulit iritasi, terasa kering, bahkan mengakibatkan eksim. Begitu pula dengan pembersih atau pemutih wajah. Berhatihatilah, karena beberapa produk kosmetik mengandung merkuri yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Pewangi
Parfum badan, pengharum ruangan, atau cairan semprot pengharum pakaian, pada dasarnya bahan pembuatnya adalah sama. Hanya saja bahan pencampurnya berbeda. Pada era sekarang, bahan pembuatnya didominasi zat kimia, seperti alkohol (parfum) dan aroma sintetik (pengharum ruangan) dan chloro fluoro carbon (CFC). Zat ini juga sangat berbahaya bila berlebihan masuk ke tubuh melalui pernapasan dan dapat merusak lapisan ozon.
Insektisida
Beberapa produk ini, misalnya, obat semprot atau bakar anti nyamuk yang mengandung kerosin, dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP) dan propoxur (karbamat). Bila zat ini terhirup dalam jumlah berlebihan dapat mengakibatkan gangguan pernapasan, mual, dan sakit kepala. Lalu, apa yang dapat kita lakukan agar dapat hidup di rumah dan bebas zat kimia? Gunakanlah deterjen dengan konsentrasi yang encer dan kadar ABS yang rendah. Juga penting menyimpan sabun atau cairan pembersih pada tempat yang jauh dari jangkauan anak. Penggunaan pembersih piring perlu hati-hati. Lebih baik menggunakan sabun pencuci piring cair daripada sabun colek. Apabila telah dicuci, usahakan jangan digunakan sebelum peralatan tersebut kering. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah adanya sabun yang termakan karena masih menempel di perkakas. Sabun yang termakan oleh manusia dapat menyebabkan penyakit degenaratif, seperti kanker atau tumor.
Anda juga dapat menggunakan cuka sebagai cairan pembersih lantai dan kaca yang lebih alami. Sedangkan baking soda dapat menggantikan fungsi deterjen pakaian dan cairan pencuci perkakas dapur. Untuk membasmi serangga atau mengharumkan ruangan, gunakanlah seperlunya. Hindari penggunaan produk pembasmi serangga atau nyamuk yang mengandung aerosol atau CFC. Anda juga dapat menggunakan bahan pembasmi nyamuk dengan cara menanam lavender yang dapat mengusir nyamuk. Sedangkan untuk pengharum ruangan dapat memanfaatkan rempah-rempah seperti serai, kayu manis, bunga (melati atau mawar), dan buah (kulit jeruk). []
"Menghentikan total penggunaan bahan kimia di rumah memang sulit. Namun Anda bisa mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis dan memilih ke bahan yang ramah lingkungan."
Bibong Widyarti,
Organic Writer and Educator di Rumah Organik dan Aliansi Organik Indonesia.
PEMDA MENYAPA VERBEEK EDISI 11 | 2014
13
Luwu Timur Nominee Program Indonesia Hijau 2014
Wakil Bupati Lutim memaparkan kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan di Kabupaten Luwu Timur.
K
abupaten Luwu Timur kembali menjadi nominator Program Menuju Indonesia Hijau 2014. Sebelumnya, kabupaten termuda di Sulawesi Selatan ini menjadi nominee Menuju Indonesia Hijau tahun 2012 dan 2013. Arif Yuwono, Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, mengatakan, pada 2014 Program Menuju Indonesia Hijau diikuti oleh 164 kabupaten, dan dari hasil seleksi didapat 31 kabupaten yang menjadi nominator.
Tim pengarah terdiri atas unsur Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Longkungan Hidup, Kementerian Kehutanan, Badan Informasi Geospasial, LAPAN, Kementerian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pertanian, media, dan lembaga swadaya masyarakat. Kabupaten Luwu Timur mendapatkan giliran presentasi pada 11 September 2014. Wakil Bupati Luwu Timur, H. Muh. Thoriq Husler, memaparkan secara lengkap kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan tutupan vegetasi di Kabupaten Luwu Timur.
Lanskap asri Kecamatan Malili.
Menurut Thoriq, pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan di Luwu Timur, khususnya lahan kritis, berjalan berkesinambungan dan meningkat cukup signifikan. Maka diharapkan seluruh lahan kritis dapat terkelola dengan baik sesuai perencanaan. Setelah proses klarifikasi, diadakan verifikasi lapangan pada minggu ke-3 dan 4 September 2014. Kegiatan ini untuk melakukan uji silang antara data profil dan data lapangan sehingga kebenaran Profil Tutupan Vegetasi Program Menuju Indonesia Hijau dapat dipertanggungjawabkan. (Hendra-Humas Lutim). []
Memerangi Hama Tikus di Tomoni
Pemda Lutim dan para petani melakukan gropyokan tikus di lahan persawahan Tomoni.
T
ingginya populasi tikus membuat petani di Luwu Timur perlu melakukan gropyokan (penangkapan secara beramai-ramai) tikus. Di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu Timur, pertengahan September lalu, aksi gropyokan dilakukan puluhan petani di areal persawahan seluas 185 hektar. Ikut dalam aksi ini Wakil Bupati Lutim Thoriq Husler, Perwira Penghubung Samuel Ledan,
Kadis Pertanian Luwu Timur Muharif, dan Camat Tomoni Umiyati. Kegiatan gropyokan tikus ini merupakan kerja sama Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikulutra Provinsi Sulawesi Selatan dengan Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Lutim. Diikuti gabungan kelompok tani dan personel TNI. Pada 2013, kata Thoriq Husler, dari luas
tanaman padi 32.927 hektar, yang puso akibat hama tikus seluas 98 hektar dari total luas serangan 861 hektar. Sementara hingga Juli 2014, luas tanaman padi yang puso 10 hektar dari total luas serangan 68 hektar. Di beberapa kecamatan bahkan terjadi penurunan produksi sebanyak 30%. “Saya berharap gerakan ini bisa dilakukan berkesinambungan agar bisa tuntas, sebab hama tikus sangat berpotensi mengganggu peningkatan produksi padi dan bahan pangan lainnya,” himbau Thoriq. Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Selatan, Hj Lenny Christie, mengatakan, banyaknya serangan hama tikus di wilayah Luwu Raya ini menjadi fokus perhatian pihaknya. “Ada tiga daerah di Luwu Raya yang menjadi fokus kami, yakni Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur. Di tiga daerah ini intensitas serangan hama tikus terbilang cukup tinggi,” ujar Lenny. Dalam aksi gropyokan tikus itu diserahkan bantuan kepada kelompok tani berupa alat-alat pembasmi tikus seperti emposan (pengasap), basmikus (kembang api belerang), media-basmikus (gagang berbentuk corong untuk penyangga basmikus), perangkap tikus, terpal penahan tikus dan kompor tikus. Khusus kompor tikus, Dinas Pertanian TPH Sulsel mengapresiasi hasil karya petani Luwu Timur itu. Dikatakan, alat tersebut telah diperkenalkan kepada petani di daerah lain. (Hendra-Humas Lutim). []
14
PEMDA MENYAPA VERBEEK EDISI 11 | 2014
KECAMATAN NUHA
Pelatihan Limbah dan Plastik 2014
A
ula PKK Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha, disesaki puluhan wanita pada 24 September lalu. Sekelompok wanita asyik menggunting kardus dan plastik kemasan minyak, sebagian lainnya mengolah kain perca dengan mesin jahit untuk dijadikan aneka produk. Mereka adalah peserta pelatihan Pengolahan Limbah dan Plastik 2014 yang diadakan Program Nasional Desa Mandiri (PNPM) Kecamatan Nuha. Ketua TPK (Tim Pengelola Kegiatan) PNPM Said, menyatakan pelatihan tersebut bertujuan untuk menambah keterampilan kaum ibu di wilayah Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha. “Selain bisa dikembangkan menjadi kegiatan ekonomi, aktivitas ini secara tidak langsung juga mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan,” ungkap Said. Sebagian besar material untuk pelatihan adalah limbah kemasan kertas dan plastik yang dikumpulkan panitia dan dibawa langsung oleh para peserta. Pelatihan dipandu oleh Idawati, perajin produk berbahan kertas bekas dari Wawondula, Kecamatan Towuti, dan Yeni Bela dari Wasuponda yang telah bertahun-tahun menekuni usaha pembuatan tas dan dompet berbahan kemasan plastik bekas.
Erni, salah seorang peserta pelatihan, mengaku sangat antusias mengikuti kegiatan ini. “Saya bisa menghasilkan karya-karya yang bermanfaat dan bisa dijual dari benda-benda yang biasanya langsung saya buang,” ujarnya. Iapun berharap bisa mengembangkan usaha dari keterampilan baru ini. Pelatihan yang berlangsung selama 5 hari ini berakhir pada 27 September 2014 dan diikuti oleh total 40 peserta. []
KECAMATAN MALILI
Ratusan Siswa Ikuti Lomba Daur Ulang Sampah
T
aman penuh pohon-pohon rindang di Desa Puncak Indah Malili, yang dikenal sebagai Taman Sayang, seharian itu ramai oleh ratusan siswa SD, SMP, dan SMA. Mereka mengikuti lomba kreasi dan daur ulang sampah plastik. Lomba diprakarsai oleh Forum Komunitas Hijau Malili (FKH Malili), bekerja sama dengan Dinas Tata Ruang dan Pemukiman. Forum Komunitas Hijau Malili setiap tahun melakukan berbagai kegiatan demi mewujudkan Malili sebagai Kota Hijau. Program Kota Hijau adalah bagian dari Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) Kementerian Pekerjaan Umum. Acara dibuka oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Labesse, mewakili Bupati Luwu Timur.
Dalam sambutan tertulisnya, Bupati sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Forum Komunitas Hijau sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi remaja dan pemuda. Pemerintah daerah juga mengharapkan semua pihak, khususnya instansi terkait, bersama Forum Komunitas Hijau menggalang elemen masyakat lebih luas untuk menggalakkan penghijauan di wilayah perkotaan dan permukiman. Selain itu, semua pihak perlu menjadikan kebersihan lingkungan sebagai kebutuhan hidup, bukan sekadar tuntutan kegiatan perlombaan semata. Sementara, perwakilan Kementerian Pekerjaan Umum dan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH),
Bayu Wardhana, menekankan pentingnya melaksanakan kegiatan ini setiap tahun. “Untuk membangkitkan semangat go green di kalangan masyarakat, khususnya kalangan pelajar, maka kegiatan lomba seperti ini perlu dilaksanakan setiap tahunnya,” ujar Bayu. Di sela-sela lomba, Koordinator FKH Malili, Andi Zulkarnain, menjelaskan tujuan umum kegiatan ini adalah upaya mengurangi jumlah sampah plastik dan sampah non-organik lainnya yang susah terurai dalam tanah. Sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat bahwa bahan-bahan yang selama ini menjadi sampah dapat dimanfaatkan kembali bahkan dapat memberikan tambahan penghasilan. “Bumi kita sudah sangat terbebani dengan sampah plastik yang tercipta karena pola hidup masyarakat yang tidak sadar akan dampak dari sampah plastik secara berkepanjangan,” kata Andi Zulkarnain. Hasil perlombaan, juara I untuk tingkat SMA adalah Tim Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Malili, tingkat SMP oleh Tim SMP Negeri 1 Malili, dan jawara tingkat SDN adalah Tim SDN 221 Malili. Kegiatan ini diikuti oleh 24 sekolah di Kecamatan Malili, dan ratarata sekolah mengirim 2 atau 3 tim beranggotakan 7 orang per tim. []
KOMUNITAS VERBEEK EDISI 11 | 2014
15
Androider Luwu Timur Tempat Kumpulnya Penyuka “Robot Hijau” Mengoprek sistem operasi global untuk kemaslahatan lokal.
J
ika ada “robot” paling populer sedunia, pastilah itu Android si “Robot Hijau”. Menurut sigi International Data corporation (IDC.Com), pada kuartal kedua 2014, sistem operasi rilisan Google ini menguasai 84,7% pasar smartphone dunia, atau setara dengan 255 juta unit. Angka ini menegaskan dominasi dan popularitas sistem operasi berbasis Linux tersebut. Seolah membuktikan popularitasnya, di pelosok Luwu Timur pun Android punya banyak penggemar. Mereka bahkan membangun komunitas dengan puluhan anggota. Komunitas yang dirintis paruh akhir 2012 ini menyebut dirinya Androider Luwu Timur.
Cikal Bakal
Kisah komunitas ini bermula dari Wawan, warga Patande, Malili, yang gelisah mencari partner untuk curhat mengenai Android di lingkungannya. “Saya yakin pengguna gadget Android di Luwu Timur ada ribuan, masak sih nggak ada yang kelihatan,” kata Wawan. Ia lantas mengubek-ubek internet untuk mencari jejak pengguna sistem operasi ini. Pencariannya berujung pada nama Everd Roy Muhea, pegiat IT di Makassar yang juga salah satu penggagas komunitas Android Makassar. “Dari laman Facebook-nya, saya lihat Roy pindah bermukim di Malili. Betul-betul rasanya seperti menemukan jodoh,” ujar Wawan sembari terbahak. Keduanya memang terbukti "berjodoh”. “Obrolan kami langsung nyambung, karena sama-sama menyukai Android dan sistem open source lainnya,” kenang Roy Mahea. Mereka lantas menggamit sejumlah teman pengguna Android untuk merintis komunitas pengguna sistem operasi ini. Pada September 2012, Androider Luwu Timur dideklarasikan dan kemudian dikukuhkan pada Oktober 2012, seiring workshop “Mengenal Android” yang digelar bersama sebuah operator telekomunikasi nasional. “Sekarang ini anggota aktif sekitar 40-an, selain dari Malili ada pula anggota dari Sorowako, Wasuponda, Kalaena, dan Tomoni,” papar Roy. Latar belakang profesi anggota komunitas pun beragam, mulai pegawai pemerintahan, guru, karyawan
perusahaan tambang, hingga siswa sekolah. “Enggak hanya lelaki, tetapi ada juga beberapa anggota cewek,” info pencinta aplikasi serbaguna Smart Tools ini. Androider Lutim diketuai Salman Akbar, staf dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Luwu Timur yang saat ini sedang menyelesaikan kuliah S2 di Yogyakarta. Di samping berkomunikasi secara online, baik melalui Facebook maupun forum pada situs android-lutim. com, anggota Androider Luwu Timur juga bertukar sapa melalui “kopi darat” alias bertemu langsung. “Biasanya sih ngumpul-ngumpul dulu empat lima orang di Malili Tekno (toko komputer yang dikelola Roy Mahea— Red), baru berpindah ke warung kopi,” timpal Fandy Tauhid, yang dijuluki “dokter Android” oleh koleganya karena piawai mengoprek sistem operasi ini. Tak cukup kopi darat dan berbagi pengetahuan antar-anggota, komunitas ini juga berupaya menularkan pengetahuan melalui workshop di sekolah-sekolah. Mereka tengah mengembangkan aplikasi bermuatan lokal, yakni portal Luwu Timur. “Konten informasinya masih diverifikasi oleh teman-teman di Dinas Kominfo,” ujar Fandy.
Bangku Sekolah
Tak hanya jamak di kalangan profesional, smartphone juga digemari siswa sekolah. “Patut disayangkan, sebagian besar hanya digunakan untuk main ga-
mes dan hiburan. Padahal ada seabrek fitur lain yang bermanfaat untuk mengasah pengetahuan,” kata Iqbal Hamzani Ahmad, pengajar bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Kalaena, Luwu Timur. Iqbal bergabung dengan Androider Lutim sejak awal berdirinya. Iqbal berkisah aplikasi Android sangat mendukung aktivitasnya mengajarkan bahasa asing. “Saya ajarin mereka menggunakan aplikasi-aplikasi yang mendukung pelajaran. Misalnya KamusKu, aplikasi thesaurus, juga aplikasi untuk mempelajari grammar,” sebut pengguna berat aplikasi Google Maps ini. Karena itu, ia memperbolehkan siswanya menenteng smartphone atau tablet berbasis Android ke dalam kelas. Roy mengisahkan pendekatan serupa juga dilakukan Mulya, salah seorang anggota komunitas yang mengajar di SMA Negeri 1 Tomoni, Luwu Timur. Sebagaimana Iqbal, Mulya mengizinkan siswa-siswanya untuk membawa telepon pintar dan tablet ke dalam kelas. “Alasan Mulya, sebagian besar materi ajar di Kurikulum 2013 bentuknya digital, jadi harus diunduh dan dibagikan dalam bentuk soft file. Dengan cara itu ongkos print bisa ditekan, namun materi tetap tersampaikan,” tandas Roy. []
Androider Luwu Timur
Sekretariat: Malili Tekno, Jl. Ir. Soekarno-Hatta, Malili, Luwu Timur
5 aplikasi gratis favorit Androider Luwu Timur • • • • •
Babe: aplikasi pembaca berita Kingsoft: aplikasi office mobile yang kompatibel dengan Microsoft Office Google Maps: aplikasi navigasi online dan offline Androzip: file manager dan back up sistem/aplikasi Unified Remote: pengendali jauh untuk PC
Fakta Android •
• •
•
•
•
Sistem operasi Android dikembangkan oleh Andy Rubin dkk dari Android Inc. pada 2003 untuk sistem operasi kamera digital. Pada17 Agustus 2005 Android diambil alih oleh Google dengan nilai sekitar AS $50 juta. Smartphone pertama yang menggunakan Android adalah HTC Dream yang dirilis pada 28 September 2008. Versi update Android ditandai dengan kode nama pencuci mulut dan berurut sesuai abjad. Misalnya Gingerbread, Honeycomb, Ice Cream Sandwich, Jelly Bean, dan Kit Kat. Pada 2014, Android telah terpasang pada lebih dari 1,5 miliar gadget dan mendekati 3 juta aktivasi baru setiap hari (emarketer.com) Menurut appbrain.com jumlah aplikasi di Google Play Store pada September 2014 mencapai 1.379.227 aplikasi.
16
EVENT VERBEEK EDISI 11 | 2014
Turnamen Futsal Antar Pelajar se-Luwu Timur
Ajang positif untuk menyalurkan minat dan bakat.
S
ejak menit-menit awal, pertandingan futsal pagi itu sudah berlangsung meriah. Banyak peluang emas dari kedua tim dimentahkan penjaga gawang. Satu menit jelang turun minum, pemain bernomor punggung 14, Ahmad Satria, berhasil melesakkan satu gol. Usai mencetak gol, alih-alih menghampiri rekan-rekan satu tim, Satria justru berlari ke podium penonton, memeluk sang kepala sekolah, dan mencium tangan para guru. “Saya sudah janji kalau cetak gol mau peluk Ibu Kepala Sekolah,” kata Satria, siswa SMAN 1 Nuha usai pertandingan final Vale Cup II antar SMA/SMK/MA se-Luwu Timur awal November lalu. Tim Satria keluar sebagai Juara I setelah mengalahkan SMA YPS Sorowako dengan skor 4-0 di partai final. SMA YPS Sorowako menjadi runner-up, disusul SMAN I Towuti dan SMAN I Nuha Tim B sebagai Juara III dan Juara IV. Turnamen Futsal Vale Cup untuk kedua kalinya diselenggarakan oleh OSIS SMA Negeri 1 Nuha, bekerja sama dengan Kerukunan Keluarga Tapuondao. Ajang ini mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Lutim, PSSI Lutim, dan KONI Lutim. Turnamen memperebutkan piala bergilir Vale Cup dan piala tetap untuk Juara I hingga Juara IV. “Pihak sekolah mendorong OSIS untuk menggagas kegiatan positif dan kami memilih futsal, karena
KUIS
memang minat teman-teman besar sekali di bidang olahraga, khususnya sepakbola dan futsal. Selain itu, sudah ada lapangan futsal di dekat sekolah, jadi kami manfaatkan fasilitas yang ada,” kata Scevy Revista, Ketua OSIS SMA 1 Nuha yang didaulat sebagai Ketua Panitia Vale Cup II. Ajang tersebut rutin digelar sebagai rangkaian Hari Sumpah Pemuda.
Mencari Bibit
Tahun ini, antusiasme siswa untuk mengikuti turnamen futsal meningkat. Jika tahun lalu ada 10 sekolah yang mendaftar, tahun ini tercatat 17 tim dari 13 sekolah. Peserta ada yang jauh-jauh datang dari Kecamatan Tomoni Timur, Kalaena, dan Burau. “Selain antusias mengikuti turnamen, ajang seperti ini dilirik tim pemantau dari PSSI untuk mencari bibit-bibit pemain muda,” kata Sumardi, pendamping guru olahraga SMAN 1 Nuha. Dua pemain SMAN 1 Nuha ikut memperkuat kontingen Luwu Timur dalam Tim Futsal U-21 di Pekan Olahraga Derah (Porda) XV Bantaeng 2014. Salah satunya adalah Ical Jaka Purnomo, pemain bertubuh kecil bernomor punggung 17 yang bermain dengan tangan kanan dibebat akibat cedera. “Saya selalu semangat kalau main sepakbola, karena sejak SD sudah suka sekali tendang-tendang bola. Setiap hari saya latihan di lapangan besar, ikut main sama orang-orang yang
jauh lebih besar daripada saya,” kata Ical yang mencetak dua gol dalam pertandingan final Vale Cup II. Semangat untuk mencari pemain muda berbakat juga dilontarkan Charles Christian, Officer Stakeholder Relations and Service PT Vale, yang datang mewakili perusahaan untuk menutup turnamen. “Saya percaya para siswa yang mengikuti Vale Cup ini akan menjadi atlet andalan Luwu Timur di masa depan. Dengan pembinaan yang baik, potensi mereka akan semakin terasah.” Satria, pencetak gol terbanyak dalam turnamen kali itu, melontarkan keinginannya untuk membela Timnas Garuda suatu saat nanti. Kita doakan bersama. []
Kenali Biodiversitas Sulawesi
Sulawesi adalah salah satu lumbung biodiversitas (keanekaragaman hayati fauna dan flora) dunia, banyak diantaranya bersifat endemik atau tidak ditemukan di kawasan lain. Sangat disayangkan sebagian besar satwa dan tetumbuhan tersebut terancam kelestariannya akibat perburuan dan pembalakan liar, dan perusakan serta penyempitan habitat. 1. Kenali flora dan fauna endemik berikut berdasarkan siluetnya! Lengkapi dengan nama nasional atau nama lokalnya ya. 3. Satwa ini pernah menjadi bagian dari logo PT Inco. Jenis yang berbulu hitam habitatnya di dataran rendah, sedangkan yang berbulu coklat mendiami dataran tinggi. Konon hanya tersisa kurang dari 2.500 ekor, satwa ini terancam punah akibat perburuan liar.
5. Jenis kera yang mendiami hutan-hutan di seantero Sulawesi, termasuk di sekitaran kompleks Danau Malili (Matano, Mahalona, dan Towuti). Di Sulawesi terdapat 6 jenis kera seperti ini. 6. Burung berparuh besar warna kuning, berjambul merah, dengan warna bulu leher perpaduan biru dan kuning. Kepak sayapnya saat terbang sangat ribut bagai suara mesin.
8. Buah dari pohon yang banyak dijumpai di sepanjang Sesar Matano. Buahnya yang telah matang berwarna kuning, berasa masam, kerap diolah menjadi bumbu dapur atau jus. 9. Satwa dengan wajah bulat yang imut/lucu dengan ekor sangat panjang. Meski pada namanya ada kata “beruang”, namun satwa ini tergolong sebagai pemakan tumbuhan (herbivora) dan berjenis marsupial (hewan berkantung).
10. Ikan berukuran kecil namun bersirip warna-warni ini hanya dijumpai di Danau Matano. Populasinya kian menyusut akibat kalah bersaing dengan ikan-ikan introduksi seperti mujair, nila, dan lohan.
Kirimkan jawaban melalui email
[email protected] atau melalui surat ke alamat redaksi Tabloid Verbeek, Kantor Communication & External Affairs PT Vale, Jl. Ternate 44, Pontada, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur, 92984. Lima (5) pengirim yang beruntung mendapatkan suvenir payung dari redaksi. Lihat pengumuman pemenang di edisi Verbeek berikutnya.