JRR Tahun 23, No. 1, Juni 2014 1-9 MEMBANGUN PENDIDIKAN YANG BERMUTU MENUJU MASYARAKAT MADANI
Oleh: Munawir Yusuf **)
ABSTRAK Praktek pendidikan yang selama ini cenderung kering humanistis perlu transformasi. Transformasi pendidikan dapat dilakukan apabila diyakini bahwa perubahan merupakan satu-satunya upaya untuk mencari cara baru dalam mengatasi masalah pendidikan. Cara kritis dalam menghadapi kendala reformasi pendidikan menuju masyarakat yang humnistis dapat dilakukan melalui praktek pendidikan yang berwawasan masyarakat madani. Pokok pikiran yang melandasi perubahan berorientasi pada konsep-konsep humanistis dipandang perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut; (1) perlunya pemahaman kembali konsep pendidikan dan ilmu pendidikan, (2) perlunya telaah pendidikan dan praktiknya dalam masyarakat, (3) berorientasi pada terwujudnya pendidikan yang bermutu, dan (4) berwawasan secara konsisten pada kondisi masyarakat madani. Upaya untuk mewujudkan masyarakat madani yang demokratis memerlukan kerja keras dan komitmen dari seluruh masyarakat anak bangsa melalui pendidikan. Keberhasilannya banyak dipengaruhi oleh kerjasama menyeluruh antara sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan formal lain dengan lembaga-lembaga pembelajaran. Kata kunci: Transformasi, humanistis, masyarakat madani,
Jack Mezirow dalam teorinya tentang
PENDAHULUAN Salah satu pelajaran terpenting dari
Transformation of Pedagogy, menghen-daki
artikel yang ditulis oleh Douglas Kellner
agar ada cara kritis untuk menghadapi kendala
mengenai Teori Kritis tentang Pendidikan
reformasi
adalah bahwa praktek pendidikan
'humanisasi' pendidikan, ialah dengan
yang
pendidikan
menuju
terjadi selama ini sesungguhnya lebih
melakukan
mengarah kepada dehumanisasi manusia.
bahwa transformasi pendidikan akan terjadi
Praktik pendi-dikan yang ada cenderung
jika mereka meyakini bahwa 'perubahan'
mengatur
adalah kata kunci untuk mencari ada cara baru
kehidupan
orang,
terjadi
perub ahan. Ia meyakini
penindasan antara guru (sebagai penguasa)
dalam
mengatasi
persoalan
pendidikan.
dan peserta didik (sebagai yang dikuasai),
Tulisan ini mencoba melakukan analisis
terjadi penjinakan (dalam bahasa Paulo
kritis tentang Ilmu Pendidikan dalam Praktik
Freire), dan karenanya arah dan praktik
Menuju Pendidikan Berwawasan Masyarakat
pendidikan harus diubah.
Madani. Pokok pikiran yang melandasi tulisan
*) Makalah disampaikan dalam Seminar Internasional Membangun Karakter Bangsa melalui Pendidikan Inklusif dalam Perspektif Global, UNS, Solo, 19 Maret 2011. **) Munawir Yusuf, Dosen Prodi PLB FKIP UNS Surakarta, Peneliti pada PSD LPPM UNS 1
Munawir Yusuf- Menuju Masyarakat Madani Ini adalah sebagai berikut: (1) perlunya
manusia
melalui
proses
pemahaman kembali konsep pendidikan dan
pelatihan. Orang Jawa mengenal istilah
ilmu pendidikan (2) telaah pendidikan dalam
'gulowentah'
praktik (3) menuju pendidikan yang bermutu
penjagaan, dan pengasuhan baik fisik maupun
(4) pendidikan dalam masyarakat madani.
kejiwaan anak.
yang
Semua
pengajaran
berarti
dan
pengolahan,
terminologi
pendidikan
PEMBAHASAN
sebagaimana
Konsep Pendidikan
menggambarkan pendidikan dalam artian luas
Dalam kajian Arif Rohman (2009), secara
panjang
proses
atas
mempengaruhi,
mengarahkan dan melakukan tindakan tertentu
dan ilmu pendidikan dalam
terhadap 'anak' yang belum dewasa menuju
perspektif teori dan praktik. Menurutnya
kepada kedewasaan fisik maupun mental
istilah pendidikan pertama kali muncul di
sesuai dengan bakat yang dibawa sejak lahir
Yunani dengan nama 'paedagogiek' yang
di dunia. Konsep ini disadari atau tidak
berarti ilmu menuntun anak, dan 'paedagogia'
disadari
yang berarti pergaulan dengan anak-anak,
mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan
sedangkan orang yang menuntun anak disebut
pertumbuhan atau perkem-bangan pikiran
'paedagog'.
Romawi
(mind), watak (character), dan kemampuan
melihat pendidikan sebagai 'educare' yang
fisik (physical ability) individu. Arti teknis,
berarti mengeluarkan dan menuntun, tindakan
pendidikan
merealisasikan potensi anak yang dibawa
masyarakat
pada waktu dilahirkan
pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau
Selanjutnya
memaknai
suatu
di
konsep
pendidikan
lebar
memang
disebutkan
bangsa
di
dunia. Bangsa
mengarahkan
adalah melalui
proses
yang
di
mana
lembaga-lembaga
Jerman melihat pendidikan sebagai 'Erziehung'
lembaga
yang semakna dengan 'educare', yakni
mentransformasikan warisan budayanya, yaitu
membangkitkan kekuatan terpendam, atau
pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-
mengaktifkan
ketrampilan
kekuatan/potensi
anak.
lain)
kepada
dengan
dari generasi ke
sengaja
generasi.
Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan
Sedang arti hasil, pendidikan adalah apa
dikenal sebagai 'education' (kata benda), dan
yang boleh kita peroleh melalui belajar
'educate' (kata kerja) yang berarti mendidik.
(pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan-
Dalam Kamus Bahasa Inggris, Oxford Learner's Pocker Dictionary kata pendidikan
ketrampilan) (Hadisusanto, dkk, 1995). Beberapa
pakar
pendidikan
dari
mengartikan
pendidikan
juga
diartikan sebagai pelatihan dan pembelajaran
Indonesia
(education is training and
beragam. Ki Hajar Dewantara, mengartikan
sedangkan
Besar
Bahasa
pendidikan sebagai usaha menuntun segenap
adalah
proses
kekuatan kodrat yang ada pada anak baik
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang
sebagai individu maupun anggota masyarakat
atau kelompok dalam usaha mendewasakan
agar dapat mencapai kesempurnaan hidup.
Indonesia,
dalam
Kamus
instruction),
Pendidikan
2
JRR Tahun 23, No. 1, Juni 2014 1-9 Driyarkara,
adalah
praktik mendidik yang disepakati para ahli
proses pemanusiaan manusia muda. Sementara
yang terangkum dalam disiplin ilmu yang
itu Made Pidarta, menyebut pendidikan adalah
disebut ilmu pendidikan.
teori
menyebut
umum
pendidikan
mengenai
Apa
Secara umum menurut Carter V. Good
pelajaran yang dapat diambil dari hasil
dalam Arif Rohman (2009) memahami ilmu
identifikasi mengenai makna pendidikan
pendidikan
dalam
dari
Pengertian
pertama,
berbagai
pendidikan.
pendapat
para
ahli.
(1)
dua
pengertian.
ilmu
pendidikan
pendidikan merupakan aktivitas interaktif
dipahami sebagai seni mendidik (the art of
individu dengan individu yang lain, individu
educating) atau seni mengajar (the art of
dengan
teaching). Pengertian semacam ini berarti
kelompok,
individu
dengan
masyarakat, dan individu dengan lingkungan,
menganggap
baik lingkungan alam maupun budaya, (2)
sederetan kiat-kiat jitu dalam mendidik
pendidikan adalah proses pemberian ruang
yang
bagi individu untuk mengembangkan diri
pendidikan dipahami sebagai disiplin ilmu
sesuai dengan potensinya, (3) pendidikan
yang
adalah transformasi nilai
yang diyakini
dengan prinsip-prinsip ilmiah (science of
kebenarannya sebagai dasar aktivitas, (4)
education). Secara skematis dapat dilukiskan
pendidikan mempunyai tujuan mulia ialah
sebagai berikut.
membantu proses kematangan dan kedewasaan anak baik secara fisik, psikologis, sosial,
ilmu
efektif.
pendidikan
Pengertian
mempelajari
kedua,
fenomena
b erisi
ilmu
pendidikan
Pemahaman tentang Ilmu Pendidikan (pedagogic)
emosional, moral dan spiritual anak. (5) pendidikan adalah proses belajar sepanjang hayat yang tidak mengenal waktu dan tempat.
Ilmu Pendidikan Para ahli bersepakat bahwa pendidikan yang baik selalu dilakukan dengan cara-cara mendidik yang baik. Cara mendidik yang baik
Praktik
adalah cara yang mendasarkan diri pada
Individu
teori-teori mendidik hasil pemikiran dan penelitian
para
ahli.
Di
samping
itu
Pendidikan
Kegiatan kegiatan
yang
dan
pendidikan bersifat
Dehumanisasi merupakan fundamental,
pengalaman mendidik para pendahulu yang
universal dan bahkan fenomenal. Disebut
dianggap
sebagai
fundamental karena kedudukan pendidikan
referensi cara mendidik yang baik. Dengan
sebagai salah satu instrument utama dan
kata lain
penting dalam meningkatkan segenap potensi
pendidikan
berhasil
juga
diakui
pendidikan yang baik adalah yang
dilakukan
dengan
anak menjadi sosok kekuatan sumberdaya
mendasarkan pada teori dan pengalaman 3
Munawir Yusuf- Menuju Masyarakat Madani manusia (human resources) yang berkualitas
makna atas realitas yang dipelajari. Kegiatan
bagi suatu bangsa. Tanpa melalui pendidikan,
tersebut menuntut sikap kritis dari para
seorang anak diyakini tidak akan dapat
pelaku yaitu peserta didik dan pendidik.
menjadi
Dengan
manusia
yang
bermanfaat
dan
bantuan
pembimbingan
dan
bermartabat, yakni sosok manusia utuh (a
pendampingan oleh pendidik, peserta didik
fully functioning person).
dituntut secara aktif memahami makna dari
Disebut
bersifat
universal
karena
realitas
dunia
untuk
proses pendidikan telah dilakukan sejak
kehidupannya.
manusia ada, dan sampai kapanpun pendidikan
(2000) terdapat tiga unsur dasar di dalam
akan tetap ada. Ada masa yang disebut
proses pendidikan, yaitu pendidik, subjek
sebagai
(pendidikan
didik, dan realitas dunia. Pendidik dan
tergantung orangtua), ada revolusi guru
peserta didik adalah subjek yang sadar
(pendidikan sebagian besar diambil perannya
(cognitive),
oleh guru atau sejenisnya), ada revolusi buku
adalah objek yang tersadari atau disadari
(proses pendidikan sebagian diperankan oleh
(cognizable) (Arif Rohman, 2009). Maka
buku), dan akhir-akhir ini kita mengenal
pendidikan
revolusi
(proses
peserta didik untuk terlibat secara penuh
pendidikan hampir sebagian besar diambil
dalam memahami realitas dunia, tidak
alih
sekedar mengumpulkan pengetahuan dan
revolusi
oleh
teknologi
orangtua
teknologi
peran dunia
informasi
teknologi maya).
khususnya
Jika
praktik
Menurut
perbaikan
sedangkan
Freire
realitas
menuntut
menghafalkannya,
Paulo
dunia
kesadaran
yang
di
dari
ilustrasikan
pendidikan yang telah memasuki revolusi
sebagai pembelajaran model bank (banking
teknologi informasi ini tidak dikelola
concept of learning).
secara baik, maka nilai-nilai humanistis
Pendidikan
model
bank
banyak
pendidikan, dapat terabaikan, yang berarti
ditemukan di negara-negara berkembang
akan semakin terjadi dehumanisasi dalam
terutama
pendidikan.
kelompok masyarakat marginal, seperti
Disebut bersifat fenomenal, karena
mereka
sasaran
yang
utamanya
tergolong
adalah
masyarakat
pendidikan selalu mengalami perubahan yang
terasing dan terpencil, kelompok miskin,
sangat fenomenal, mulai dari sisi orientasi
buruh kasar, pengemis dll. Mereka dididik
pendidikan,
agar bisa cakap dan trampil untuk dapat
manajemen
strategi, dari
pendekatan
dan
waktu ke waktu antar
berpartisipasi
dalam
masyarakat satu dengan masyarakat lain. Di
masyarakat
sinilah letaknya mengapa kemudian praktik
pendidikan pada model ini, peserta didik
pendidikan banyak dikritik oleh para ahli.
hanya dianggap sebagai penerima dalam
Salah satunya adalah Paulo Freire (2000).
transfer pengetahuan, keterampilan, sikap,
Menurut Paulo Freire (2000), kegiatan pendidikan merupakan kegiatan memahami
nilai
dan
mengubah
yang
pembangunan
lebih
pengalaman nasibnya.
luas.
dalam Banyak
Praktik
rangka praktik 4
JRR Tahun 23, No. 1, Juni 2014 1-9 pendidikan untuk kaum marginal, seperti
disebut sebagai praktik 'hominisasi' atau
kejar
'domistikasi', sehingga hasilnya bersifat
paket,
kursus,
buta
aksara,
pendidikan keluarga berencana, kesadaran
kontraproduktif.
lingkungan, dll, namun dalam realitasnya yang
terjadi
adalah
distorsi-distorsi.
Meskipun mereka telah mengikuti berbagai
Pendidikan yang Bermutu Masalah
mutu
menjadi
mereka tetap saja terpinggirkan dalam
Indonesia. Kebijakan strategis di bidang
kehidupan masyarakat modern, nilai tawar
pendidikan
yang
mereka
dilakukan,
seperti
rendah.
Paulo
Freire
serius
bagi
tetap
paket program kegiatan pendidikan, namun
tetap
persoalan
pendidikan
selama
ini
bangsa
banyak
perbaikan
kurikulum
sekolah,
penyediaan
menggambarkan pendidikan sebagai proses
sekolah,
'dehumanisasi',
anggaran bantuan operasional sekolah (BOS),
atau
bukan
penyadaran.
praktik-praktik
'concientization’
Untuk
akreditasi
menghindari
akses buku murah, pengembangan kultur
yang
sekolah, penerapan manajemen berbasis
pendidikan
tidak
diharapkan dan kurang sesuai dari cita-cita
sekolah
masyarakat,
perlu
perbaikan mutu guru, dll ternyata belum
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
mampu menjawab persoalan mutu pendidikan.
dan kaidah-kaidah ilmiah pendidikan yang
Paling tidak ada tiga faktor utama yang
selalu berkembang dan berubah sesuai
menyebabkan mutu pendidikan Indonesia
dengan tuntutan perkembangan.
kurang mengalami percepatan (Wahab, 2009),
maka
pendidikan
(MBS),
ujian
akhir
nasional,
Kebiasaan mendidik yang tidak pernah
(1) kebijakan penyelenggaraan pendidikan
berubah, mulai dari materi, metode, media
nasional menggunakan pendekatan 'education
dan bahkan evaluasi meskipun menghadapi
production
peserta didik yang berbeda, waktu yang
analisis yang kurang dilaksanakan secara
berbeda, tempat yang berbeda, menyebabkan
konsekuen. Pendekatan ini melihat lembaga
praktik pendidikan lebih cenderung ritualistik
pendidikan sebagai pusat
dan formalistik tanpa memperhatikan kondisi
apabila semua input yang diperlukan dipenuhi,
keunikan masing-masing peserta didik serta
maka output yang dikehendaki akan otomatis
perubahan
tuntutan
terwujud. Ternyata tidak
terbukti dan
perkembangan yang terus menerus terjadi.
pendekatan ini dianggap
gagal karena
Praktik pendidikan semacam ini tidak akan
kurang memperhatikan proses pendidikan.
pernah efektif dan bahkan bisa merugikan
(2) penyelenggaraan
peserta didik, yang oleh Paulo Freire sebagai
cenderung
praktek dehumanisasi, yakni suatu praktik
sentralistik dengan menempatkan sekolah
mendidik yang distorsif yang mencederai
menjadi sangat tergantung pada keputusan
praktik
Praktik
birokrasi dengan jalur yang sangat panjang.
semacam ini oleh para ahli juga sering
Sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan
lingkungan
mendidik
itu
dan
sendiri.
function'
dilakukan
atau
input-output
produksi
yang
pendidikan nasional secara
birokratik
5
Munawir Yusuf- Menuju Masyarakat Madani inisiatif
untuk
mengembangkan
mutu
menggapai kehidupan yang lebih baik. Pada
pendidikannya. (3) peranserta masyarakat
tataran sekolah, peningkatan mutu sekolah
dalam pendidikan sangat minim.
banyak dilakukan dengan model 'Organizing
Sementara menjelaskan
itu
enam
Azra
(2002),
Business for Excelent', 'The Total Quality
utama
Management' (TQM), dan 'Four Factors to
permasalahan
pendidikan di Indonesia, ialah (1) kesempatan
Quality
mendapatkan pendidikan masih terbatas,(2)
menekankan bahwa peningkatan mutu sekolah
kebijakan pendidikan nasional yang sangat
ditentukan
sentralistik
uniformitas
infrastruktur. Model kedua, menitik beratkan
(keseragaman), (3) pendanaan yang belum
tiga variabel mutu, yaitu kultur sekolah,
memadai, (4) akuntabilitas yang berkaitan
realitas sekolah, dan proses belajar mengajar.
dengan
Sementara model yang ketiga menekankan
dan
menekankan
pengembangan
dan
pemeliharaan
Improvement’.
oleh
Model
kultur
pertama
sekolah
dan
sistem dan kualitas pendidikan yang masih
bahwa
timpang, (5) profesionalisme guru yang masih
pengaruh langsung proses belajar mengajar
rendah, (6) relevansi yang kurang sesuai
yang
dengan
kepemimpinan, manajerial dan infrastruktur
kebutuhan
masyarakat.
Untuk
mengatasi kondisi tersebut Azra (2002) menawarkan empat solusi (1) menjamin equity
bagi
setiap
anak
ditentukan
oleh
kultur
dari
sekolah,
(Zamroni, 2007). Terdapat
tiga
strategi
dalam
untuk
peningkatan mutu pendidikan, yaitu (1)
mendapatkan akses pendidikan yang bermutu,
strategi yang menekankan hasil 'the output
(2)
yang
oriented strategy', (2) menekankan pada
dengan
proses 'the process oriented strategy', dan (3)
kebutuhan masyarakat, (3)menyelenggarakan
strategi komprehensif 'the comprehensive
sistem pendidikan yang demokratis dan
strategy'. Dalam hal ini Ronald Edmonds
profesional serta akuntabel, (4) mengurangi
dalam Wayne K. Hoy (2005) yakni: (1)
peran pemerintah sehingga lebih sebagai
strong
fasilitator kemajuan pendidikan. Untuk
especially in instructional matters, (2)
mewujudkan kondisi pendidikan sebagaimana
hight expectations by teacher for student
di
adalah
achievement, (3) an emphasis on basic
mengembangkan model pendidikan berbasis
skills, (4) an orderly environmental, (5)
masyarakat madani.
frequent, systematic evaluation of student.
menyelenggarakan
relevan
dan
atas,
pendidikan
bermutu
maka
Peningkatan
bangsa
mutu sekolah adalah hasil
sesuai
pilihannya
by
the
principal,
pendidikan
Dengan demikian kunci peningkatan mutu
menurut Jerome S. Arcaro dalam Wahab
pendidikan ada pada mutu guru dan mutu
(2009)
pembelajaran dalam kelas oleh guru.
dipahami
mutu
leadership
dalam
dua
hal,
(1)
peningkatan mutu banyak dikaitkan dengan biaya pendidikan, (2) peningkatan mutu dikaitkan dengan cita-cita harapan untuk
Pendidikan dan Masyarakat Madani Muhammad
AS.
Hikam
(1996) 6
JRR Tahun 23, No. 1, Juni 2014 1-9 menyatakan bahwa ada sejumlah ciri dari
tindakan 'lawlessness' dan 'anarkis'.
masyarakat madani, ialah (1) kesukarelaan,
Kedua, masyarakat madani yang kita
(2) keswasembadaan, (3) kemandirian tinggi
dambakan adalah masyarakat demokratis
terhadap negara, (4) kepatuhan terhadap
berkeadaban (democratic civility), yang
nilai-nilai hukum yang dipatuhi bersama.
menghargai
Masyarakat madani yang akan diwujudkan di
pendapat
dan
pandangan.
Indonesia adalah masyarakat dengan sistem
perbedaan
dan
keragaman
politik yang berkedaulatan rakyat. Sistem
sebagai wahana dan bagian integral dari
ekonomi
yang bertumpu pada kekuatan
kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
ekonomi masyarakat yang berdaya saing
menggembangkan kehidupan demokratis
tinggi, dan bertumpu pada pasar domestik
dalam seluruh strata masyarakat.
maupun
pasar
memanfaatkan
internasional keunggulan
dengan
sumberdaya
perbedaan
Ketiga, didambakan
dan
masyarakat adalah
keragaman Bahkan pendapat
madani
masyarakat
yang yang
domestik. Mewujudkan kehidupan beragama
mengakui dan menjunjung tinggi HAM,
berdasarkan nilai-nilai dan norma agama yang
kesetaraan,
menghormati
berbagai segi, baik segi etnis, agama,
pluralisme.
Membangun
kehidupan sosial budaya yang beradab dan
deskriminatif
dalam
gender, dsb.
bermartabat berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa (Tilaar, 2000).
tidak
Keempat, masyarakat madani yang diinginkan adalah masyarakat yang tertib
Peran pendidikan adalah mempersiapkan
dan
sadar
hukum.
Kepatuhan
dan
anak bangsa, baik secara individual maupun
ketundukan kepada hukum dan ketertiban
sosial agar memiliki kemampuan, ketrampilan,
merupakan salah satu pilar utama dari
etos dan motivasi untuk berpartisipasi aktif
keadaban demokratis.
dalam aktualisasi dan institusionalisasi
Kelima, masyarakat madani yang
masyarakat madani (Azra, 2002). Tatanan
ingin diwujudkan adalah masyarakat baru
masyarakat madani Indonesia yang dicita-
yang merupakan bagian dari masyarakat
citakan itu, telah dirumuskan Malik Fajar,
global, yang memiliki semangat, keahlian,
et al. (1999) dengan ciri-ciri sebagai
dan ketrampilan kompetitif, namun tetap
berikut (dalam Azra, 2002):
mempunyai
Pertama, masyarakat Indonesia baru
semangat
solidaritas
kemanusiaan universal.
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Keenam, masyarakat madani yang
YME, suatu masyarakat Pancasialis yang
hendak
memiliki
berkeadaban (civility) yang menjunjung
cita-cita
dan
harapan
masa
dibangun
tinggi
masa depan, masyarakat kita akan menjadi
mengakar
'disoriented', 'hopeless' dan frustrasi yang
masyarakat beradab dan demokratis.
dalam
luhur
masyarakat
depan. Tanpa perspektif moral dan harapan
pada gilirannya akan tergelincir ke dalam
nilai-nilai
adalah
tatanan
yang
telah
kehidupan
Ketujuh, masyarakat madani yang 7
Munawir Yusuf- Menuju Masyarakat Madani akan
diwujudkan
adalah
masyarakat
lembaga
pembelajaran
serta
sosialisasi
belajar yang tumbuh dari masyarakat, oleh
intelektual dan moral dalam masyarakat
masyarakat,
dan
untuk
secara keseluruhan.
Masyarakat
belajar
ini
pendidikan
masyarakat. menempatkan
sebagai
proses
yang
berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan mempunyai andil yang besar untuk mewujudkan masyarakat madani yang kita
cita-citakan.
Pendidikan
berbasis
masyarakat madani adalah pendidikan yang meletakkan nilai-nilai dasar manusia sebagai
SIMPULAN Tantangan
mewujudkan
individu yang khas, unik, sebagai subjek
masyarakat madani yang demokratis dan
didik yang memiliki potensi, Bahkan, minat
berkeadaban, merupakan agenda besar yang
serta kepribadian yang seharusnya dapat
tentu saja memerlukan kerja keras dan
diperlakukan secara wajar dan optimal dalam
komitmen dari seluruh masyarakat anak
lingkungan pendidikan formal, non formal,
bangsa,
hanya
dan bahkan informal tanpa diskriminatif,
dan
tanpa menguasai atau menindas satu dan
lembaga pendidikan formal lain. Bahkan
lainnya, tetapi keduanya merupakan hubungan
keberhasilannya sangat tergantung pada
simbiosis mutualistis sebagai sebuah kemitraan
penguatan kembali 'linkage' dan 'networks' di
sejajar
antara
menguntungkan
tentu
diserahkan
untuk
saja
kepada
sekolah
tidak
cukup
sekolah-sekolah
dan
lembaga-lembaga
yang
saling
membutuhkan
dan
pendidikan formal lain dengan lembaga-
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumardi, (2002), Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Rekonsfruksi dan Demokratisasi, Kompas, Penerbit Buku Kompas.Jakarta. Freire, Paulo (2000), Politik Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. _____ ,(2000), Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, Yogyakarta Pustaka Pelajar dan Read. _____
, Illich, Ivan; Fromm, Erich, dkk (1997), Menggugat Pendidikan: Fundamentalisme, Konservatif, Liberal, dan anarkhis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Hadisusanto, Birto, dkk (1995), Pengantar Ilmu Pendidikan, diterbitkan oleh FIP IKIP Yogyakarta. Hikam, Muhammad AS., (1996), Demokrasi dan Civil Society, Jakarta, LP3E5. Jakarta. Rohman, Arif (2009), Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, diterbitkan oleh LaksBang Mediatama, Yogyakarta. Tilaar, H.A.R. (2000), Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Penerbit Bineka Cipta, Jakarta.
8
JRR Tahun 23, No. 1, Juni 2014 1-9 Wahab, Rochmat (2009), Membangun Pendidikan Bermutu dilndanesia, Sebuah Pengantar, dalam Arif Rohman (2009), Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama Yogyakarta. Wayne K. Hoy, (2005), Educational Administration, Toronto, McGraw Hill. Zamroni (2007), Meningkatkan Mutu Sekolah, Teori, Strategi, dan Prosedur, Jakarta, PSAP Muhammadiyah.
9