Memahami IP Address
Memahami IP Address 17th of November 2001
[email protected]
IP atau Internet Protocol mendefinisikan bagaimana informasi dilewatkan antar sistem di Internet. IP Address atau Alamat IP adalah suatu deretan bilangan unik yang mengidentifikasi suatu host atau komputer di Internet. Bilangan-bilangan tersebut biasanya ditampilkan dalam kelompok-kelompok yang dipisahkan oleh titik, seperti 192.168.0.50. Semua sumber daya di Internet harus mempunyai IP Address atau sama sekali tidak dapat hadir di Internet. Format Penulisan Secara teknis dapat dikatakan bahwa IP Address digunakan untuk identikikasi lapisan Network oleh suatu host dan router pada jaringan TCP/IP. Alamat yang dimaksud terdiri dari 32 bit (binary digit, digit biner) yang dibagi dalam 4 oktet dan biasanya ditampilkan dalam format desimal xxx.xxx.xxx.xxx, yang selanjutnya disebut notasi desimal bertitik (doted decimal notation, DDN). Meskipun ditulis dalam notasi desimal bertitik, proses yang terjadi dibelakang layar tetap menggunakan notasi bilangan biner, sehingga pengetahuan tentang konversi biner-desimal dan sebaliknya sangat penting. 8 bit Oktet I
8 bit Oktet II
8 bit 8 bit Oktet III Oktet IV
Contoh IP Address adalah : 192.168.0.1 192 11000000
168 10101000
0 00000000
1 00000001
64 01000000
110 01101110
103 01100111
133 10000101
64.110.103.133
Perlu diketahui bahwa setiap oktet terdiri dari 8 bit (byte), artinya nilai desimal terbesar untuk 1 oktet adalah 255, yaitu 11111111 jika ditulis dalam notasi biner. Dengan demikian dapat pula kita katakan bahwa nilai desimal terkecil pada satu oktet adalah 0 (dalam biner 00000000). Akan tetapi ada aturan yang harus diikuti yaitu bahwa tidak semua IP Address (dari 0 sampai 255) boleh dipakai. Sudah menjadi standar bahwa IP Address 0 dipakai sebagai Net ID dan 255 dipakai sebagai alamat broadcast sehingga alamat yang dapat dipakai tingal 254 alamat pada okter terakhir. Jika kita mempunyai IP Address 192.168.0.xxx dimana nilai xxx tentu saja dapat dari 0 sampai 255, dengan peraturan di atas, alamat yang dapat digunakan komputer adalah 192.168.0.1 sampai 192.168.0.254. Alamat IP 192.168.0.0 otomatis akan dipakai sebagai Network ID dan 192.168.0.255 otomatis digunakan sebagai alamat broadcast pada jaringan 192.168.0.0. Pada situasi tertentu, alamat jaringan (Net ID) oktet terakhir (ke-4) tidak harus selalu bernilai nol. Pada jaringan hasil subnetting, Net ID dapat berupa
Hal 1 dari 12
Memahami IP Address
64.110.103.128 dan alamat broadcast berupa 64.110.103.255, sedangkan anggota jaringan 64.110.103.128 adalah 64.110.103.129 sampai 64.110.103.254, salah satunya 64.110.103.133. Informasi lebih lanjut tentang hal ini akan dijelaskan pada
bagian subnetting. Pembagian Kelas IP Address IP Address dibagi dalam beberapa kelas untuk memudahkan pengelolaannya. Telah disepakati bahwa IP Address sesungguhnya ditulis dalam notasi biner tidak bertitik. Penulisan mengikuti notasi desimal tertitik hanya agar mudah membacanya. IP Address di bagi dalam 5 kelas sebagai berikut : Kelas A Kelas A mempunyai 7 bit Network ID (nomor unik jaringan) dan 24 bit alamat host. Bit urutan tertinggi (paling kiri) selalu bernilai nol (0). Sehingga terdapat 128 (2 pangkat 7) network dalam kelas A. 0
Network ID
Alamat Host
7 bit
24 bit
dengan beberapa ketentuan sebelumnya, maka alamat IP kelas A : Alamat Kelas A 0.0.0.0 1.0.0.0 s.d 126.0.0.0 127.0.0.0
Dicadangkan, tidak boleh digunakan Tersedia dan boleh digunakan Dicadangkan, digunakan oleh localhost
Contoh IP kelas A adalah 64.0.0.1 dimana jika ditulis dalam notasi biner menjadi : 01000000.00000000.00000000.0000001
diawali bit 0.
Kelas B Alamat jaringan kelas B memiliki 14 bit Net ID, 16 bit alamat yang dapat digunakan host atau device yang terkoneksi ke jaringan, dan selalu dimulai oleh biner 10. Dengan demikian pada kelas B dapat dibuat sebanyak 16.384 jaringan, yaitu 2 pangkat 14. 1 0
Network ID
Alamat Host
14 bit
16 bit
Alamat Kelas B 128.0.0.0 s.d 191.254.0.0 191.255.0.0
Tersedia dan boleh digunakan pada host atau device jaringan Dicadangkan, tidak dipakai
Contoh IP kelas B adalah 130.0.0.10 dimana jika ditulis dalam notasi biner menjadi 10000010.00000000.00000000. 00001010
diawali bit 10.
Hal 2 dari 12
Memahami IP Address
Kelas C Alamat jaringan kelas C mempunyai 21 bit Net ID, 8 bit alamat host dan selalu diawali 3 bit 110. Pada kelas C terdapat sebanyak 2.097.152 jaringan, yaitu 2 pangkat 21. Meskipun dalam penggunaannya akan berkurang 2 untuk Net ID dan broadcast.
1 1 0
Network ID
Alamat Host
21 bit
8 bit
Alamat Kelas C 192.0.0.0 192.0.1.0 s.d 223.255.254.0 233.255.255.0
Dicadangkan, tidak dipakai Tersedia dan boleh digunakan Dicadangkan
Contoh IP kelas C adalah 202.200.1.23 jika ditulis dalam notasi biner menjadi 11001010.11001000.00000001.00010111
diawali bit 110.
Kelas D Alamat jaringan kelas D semuanya digunakan untuk multicasting, dan selalu diawali bit-bit 1110 : 1 1 1 0
Multicast 28 bit
Alamat Kelas D 224.0.0.0 s.d 239.255.255.255
Kelompok Multicast
Kelas E Jaringan kelas E ditandai 4 bit bernilai 1 (1111) pada bagian paling awal alamat yang sebenarnya tidak boleh dipakaikan pada host, itulah IP broadcast. Alamat Kelas E 224.0.0.0 s.d 239.255.255.255 255.255.255.255
Dicadangkan (ilegal) Dicadangkan, broadcast
Berikut ini merupakan rangkuman tentang Pembagian kelas IP Address : Network ID 127.xxx.yyy.zzz adalah address khusus digunakan untuk local loopback dan diaknosa device atau komputer standalone. Network ID dan Host ID tidak boleh bernilai 1 untuk semua bitnya (dalam desimal 255). Jika semua bit bernilai 1 maka akan menjadi alamat broadcast. Network ID dan Host ID tidak boleh bernilai 0 untuk semua bitnya (dalam desimal juga 0). Jika semua bit tersebut bernilai 0 maka otomatis akan digunakan sebagai alamat jaringan (Net ID) Urutan bit tertinggi kelas D yang bernilai 1110 (224.0.0.0 s.d 239.255.255.255) digunakan untuk penerapan teknologi multicasting dan bit tertinggi kelas E yang
Hal 3 dari 12
Memahami IP Address
bernilai 11110 (240.0.0.0 s.d 247.255.255.255) disimpan untuk keperluan yang akan datang.
Subnet Mask Subnet mask biasanya digunakan oleh router untuk menentukan bagian mana yang merupakan alamat jaringan dan bagian mana alamat host. Subnet mask adalah suatu bilangan 32 bit sebagaimana alamat IP yang juga ditulis dalam notasi desimal bertitik. Subnet mask dasar untuk setiap kelas diperlihatkan tabel dibawah ini. Kelas
Subnet Mask
A B C
255.0.0.0 255.255.0.0 255.255.255.0
Pada subnet mask dasar dimana belum dilakukan subnetting pada IP jaringan, oktet bernilai 1 untuk semua bit-nya (11111111) atau semua bernilai 0 (00000000). Jika semua bit bernilai 1 tentu saja mengembalikan nilai 255 dalam desimal dan jika semua bit bernilai 0 maka dalam desimal juga 0. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana router menggunakan subnet mask untuk menentukan mana IP jaringan dan mana IP yang dipakai device (dalam hal ini komputer misalnya). Router biasanya menggunakan suatu proses yang disebut AND-ing dimana bit-bit subnet mask di AND terhadap bit-bit IP Address yang ditemukan. Berikut ini adalah tabel yang dapat digunakan dalam AND-ing : A
B
A AND B
0 0 1 1
0 1 0 1
0 0 0 1
Contoh : IP Address : 180.20.5.9 IP Address kelas B Subnet Mask : 255.255.0.0 default subnet mask kelas B Network Address ? IP Address : 10110100 00010100 00000101 00001001 Subnet Mask : 11111111 11111111 00000000 00000000 ------------------------------------------------------Netwok IP : 10110100 00010100 00000000 00000000
Akhirnya didapat Net ID : 180.20. Dan pada jaringan 180.20 sebenarnya terdapat banyak IP Address yang dapat digunakan oleh host-host anggotanya, yaitu : 180.20.0.1 sampai dengan 180.20.255.254, IP 180.20.0.0 tidak boleh dipakai karena otomatis menjadi IP Network, begitu pula dengan 180.20.255.255 otomatis menjadi alamat broadcast jaringan 180.20.0.0.
Hal 4 dari 12
Memahami IP Address
Subnetting Subnetting merupakan suatu teknik yang memungkinkan administrator jaringan memecah suatu jaringan ke dalam beberapa jaringan yang lebih kecil. Keuntungan melakukan subnetting : Menyederhanakan administrasi – dengan bantuan router, jaringan dapat dipecah dalam bagian-bagian lebih kecil yang dapat dikelola lebih mudah dan efisien. Perubahan struktur jaringan internal tidak berdampak pada jaringan diluar – Suatu organisasi dapat terus menggunakan IP Address yang didapat tanpa harus meminta tambahan block IP baru. Keamanan jaringan yang lebih baik – subnetting memungkinkan suatu organisasi memisahkan jaringan internal pada beberapa jaringan antara tetapi tidak akan terdeteksi dari luar. Pembatasan lalu lintas jaringan – dengan bantuan router dan subnetting, lalu lintas data dalam jaringan dapat diminimumkan. Satu contoh kasus diperlukan subnetting adalah : Sebuah perusahaan memperoleh IP Address network kelas B 130.0.0.0. Dengan IP Network tersebut maka terdapat sebanyak 65.534 (2 ^ 16 – 2) alamat IP yang dapat dipasang pada peralatan atau komputer yang terkoneksi ke jaringan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengelola jaringan dengan jumlah host lebih 65.000 tersebut. Jika kita harus menempatkan komputer sebanyak itu pada satu lokasi….rasanya hampir tidak mungkin. Jika kita hanya menggunakan 1000 komputer pada satu gedung berlantai banyak….maka 64.000 lebih IP terbuang percuma. Solusinya adalah dengan memecah IP Network tersebut sehingga terbentuk jaringan-jaringan yang lebih kecil yang bernama subnet. Misalnya dibentuk 2000 subnet yang selanjutnya subnet ID yang diperoleh dipakaikan pada komputer-komputer yang lokasinya berjauhan, misalnya 2000 lokasi jaringan komputer tersebar diseluruh dunia, dan untuk menghubungkan semuanya menjadi satu…kita dapat menggunakan router. Jika masih ada Subnet ID yang belum terpakai…bukankah masih dapat dijual pada perusahaan lain yang tertarik ?. Subnetting IP Kelas A Jika kita mendapatkan IP 10.0.0.0 maka dapat dibangun suatu jaringan yang jumlah hostnya adalah 2 ^ 24, merupakan jumlah yang sangat besar. Karena itu muncul keinginan untuk membagi jaringan tersebut menjadi 100 subnet yang nantinya akan digunakan pada beberapa lokasi jaringan di seluruh indonesia karena akan ada pengembangan perusahaan. Pada IP kelas A, oktet pertama mendefinisikan alamat jaringan (Net ID). Tiga oktet berikutnya merupakan informasi alamat node (host, komputer atau peralatan jaringan lain). Jumlah total host yang dapat dipasang sebelum di subnet adalah 2 ^ 24 - 2. Alasan mengurangi dua jumlah host karena IP 10.0.0.0 telah menjadi IP Network dan 10.0.0.255 dengan sendirinya menjadi alamat broadcast. Sekarang kita akan coba membagi IP diatas dalam 100 subnet :
Hal 5 dari 12
Memahami IP Address
Jumlah Subnet Netowork Address Biner
: 100 : 10.0.0.0 : 00001010
00000000
00000000
00000000
Ambil oktet pertama dari bagian host ID yaitu oktet kedua pada deretan IP Address diatas yang bernilai 00000000. Oktet pertama host ID tersebut dalam nilai desimal : 128
64
32
16
8
4
2
1
2 ^ n
Jumlahkan bagian paling kanan sehingga mencapai nilai 100. Didapat 1 + 2 + 127 dan hanya bilangan 127 paling mendekati nilai 100. Untuk mendapatkan nilai 100 atau 127 diperlukan sebanyak 7 bit paling kanan. 3 + 8 + 16 + 32 + 64 =
Sekarang lihatlah deretan 128 64 . . . 4 jumlahkan 7 bilangan terkiri sehingga didapat : 128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 = 254
2
1
dari kiri, dan
(cek kembali !).
Hasil 254 tersebut akan menggantikan nilai host ID pada subnet mask default. Telah kita ketahui bahwa subnet mask default kelas A adalah 255.0.0.0. Sekarang ganti oktet pertama host ID pada subnet Mask tersebut dengan 254 sehingga diperoleh 255.254.0.0. Dan itulah subnet mask yang akan dipakai. Pada proses yang dilakukan untuk mendapatkan subnet mask baru, nilai terkecil yang kita gunakan adalah 2 (128, 64, 32, 16, 8,4, dan 2, disini 2 merupakan nilai terkecil). Nilai terkecil ini akan menjadi patokan kenaikan (increment) range IP Address yang dapat dipasang pada host yang terdapat dalam suatu subnet. Dengan kenaikan 2 didapat subnet dan range IP berikut ini : Subnet
Range IP untuk Host
10.2.0.0 10.4.0.0 10.6.0.0 . . . 10.248.0.0 10.250.0.0 10.252.0.0 10.254.0.0
10.2.0.1 s.d 10.3.255.254 10.4.0.1 s.d 10.5.255.254 10.6.0.1 s.d 10.7.255.254 . . . . . . . . . . . . 10.254.0.1 s.d 10.255.255.254
Pada tabel diatas, IP 10.2.0.0 dan 10.3.255.255, 10.4.0.0 dan 10.5.255.255 dan seterusnya tidak dapat dipasang pada host anggota jaringan 10.x.y.z. Mengapa….?, silakan baca bagian awal dokumen ini. Subnetting IP Kelas B Misalkan kita mendapatkan IP Network 180.10.0.0 dan kita ingin membuat 6 subnet, maka langkah yang dilakukan adalah :
Hal 6 dari 12
Memahami IP Address
1. Tulis 180.10.0.0 dalam notasi biner 10110100
00001000
00000000
00000000
2. Perhatikan oktet pertama host ID pada IP tersebut. Pada IP kelas B, oktet pertama host ID merupakan oktet ketiga IP Address lengkap, dalam kasus ini bernilai 00000000. 3. Tulis dalam notasi pangkat 2 (desimal) sehingga di dapat : 128
64
32
16
8
4
2
1
4. Perhatikan bagian paling kanan dan jumlahkan nilai-nilai tersebut sehingga didapat nilai 6, dalam kasus ini adalah 1 + 2 + 4 = 7. Artinya untuk membuat 6 subnet kita memerlukan 3 bit terkanan, dan secara tidak langsung kita mendapatkan 7 subnet, bukan 6 subnet seperti yang kita inginkan semula. 5. Sekarang perhatikan deretan angka tersebut dari kiri. Kita memerlukan 3 bit terkanan untuk mendapatkan nilai 6 atau 7, maka jumlahkan 3 bit terkiri dan didapat 128 + 62 + 32 = 224. Nilai terkecil dari 3 angka tersebut adalah 32. 6. Ganti oktet pertama subnet mask Host ID default dengan nilai 224 diatas, 255.255.0.0 menjadi 255.255.224.0. 7. Dengan kondisi seperti di atas diperoleh subnet dan IP range berikut ini : Subnet
IP range
180.20.32.0 180.20.64.0 180.20.96.0 180.20.128.0 180.20.160.0 180.20.192.0
180.20.32.1 s.d 180.20.63.254 180.20.64.1 s.d 180.20.95.254 180.20.96.1 s.d 180.20.127.254 180.20.128.1 s.d 180.20.159.254 180.20.160.1 s.d 180.20.191.254 180.20.192.1 s.d 180.20.223.254
Subnetting IP Kelas C Subnetting IP kelas C sama dengan subnetting kelas lainnya, hanya saja oktet pertama host ID adalah oktet ke empat IP Address yang ditulis lengkap. Misalnya kita memiliki IP 200.10.44.0 dan ingin membagi jaringan menjadi dua subnet. Caranya adalah sebagai berikut : 1. Tulis IP Address 200.10.44.0 dalam notasi biner 11001000
00001010
10110000
00000000
2. Perhatikan oktet terakhir yang merupakan satu-satunya oktet host ID yaitu 00000000 3. Buat dalam notasi pangkat 2 : 128
64
. . . 4
2
1
4. Untuk memecah jaringan menjadi dua subnet, jumlahkan nilai-nilai pada bagian paling kanan sehingga didapat nilai 2 atau yang paling mendekati, yaitu 1 + 2 = 3. 5. Sekarang perhatikan angka-angka diatas dari sisi kiri. Karena kita memerlukan 2 bit terkanan untuk mendapatkan nilai 2 atau 3, maka jumlahkan 2 bit terkiri sehingga didapat dinilai 128 + 64 = 192. 6. Ganti oktet pertama Host ID pada subnet mask default kelas C dengan nilai 192, diperoleh 255.255.255.192.
Hal 7 dari 12
Memahami IP Address
7. Jaringan hasil subnet adalah sebagai berikut : Subnet
Range IP
200.10.44.64 200.10.44.128
200.10.44.65 s.d 200.10.44.127 200.10.44.129 s.d 200.10.44.192
Mengapa demikian ?, silakan baca dokumentasi ini dari awal !. Memanfaatkan Rumus Diberikan sebuah Network ID, terdapat 3 parameter yang dapat digunakan agar dapat memahami subnetting. Jika salah satu parameter berikut diketahui, maka dua parameter lain dapat dengan mudah ditemukan : 1. Jumlah host per subnet (hps) 2. Jumlah Subnet (s) 3. Subnet Mask Sebelum melanjutkan bagian ini, pastikan anda telah betul-betul memahami pembagian kelas IP Address serta subnet mask default untuk masing-masing kelas tersebut. Contoh : diberikan jumlah host per subnet dan Network ID : Network ID : 172.16.0.0 Jumlah host/subnet yang diinginkan : 4000 1. Tentukan kelas IP dari Network ID. Dalam kasus ini adalah kelas B yang memberikan subnet mask default 255.255.0.0 yang menunjukkan bahwa Network ID tersebut mempunyai 16 bit host yang dapat dipakai, total 2 ^ 16 = 65536 alamat termasuk alamat broadcast dan Network ID. 2. Jumlah host per subnet sesungguhnya yang dapat dibuat merupakan 2 pangkat n dan selanjutnya dikurangi 2. Dalam kasus ini adalah 4094, didapat dari 2 ^ 12 – 2 dan nilai ini disebut hps 3. Hitung jumlah subnet yang diperoleh dengan : s = a /(hps + 2) = 65536/(4094+2) = 16 a merupakan jumlah total host ID yang didapat sebelum subnet 4. Untuk mendapatkan subnet mask, hitung jumlah bit yang dipakai host (h) 2 ^ h = hps + 2 2 ^ h = 4096 log2 (2 ^ h) = log2 (4096) h = 12 Dalam biner nilai diatas akan memberikan subnet mask : 11111111.11111111.11110000.00000000
12 bit terkanan 0
Dalam notasi desimal bertitik ditulis : 255.255.240.0
Hal 8 dari 12
Memahami IP Address
Hitung nilai misalnya m = 32 – h = 32 – 12 = 20, dimana 32 merupakan jumlah bit total pada subnet mask dan m merupakan jumlah bit yang di-mask, bernilai 1. Sehingga dalam notasi CIDR kita akan menemukan bahwa Network ID dapat ditulis 172.16.0.0/20. Disini jelas bahwa 20 merupakan jumlah bit pada subnet mask yang bernilai 1. Contoh : Diberikan informasi berikut : Network Id : 172.16.0.0 Jumlah subnet yang diinginkan : 13 1. seperti contoh sebelumnya, tentukan kelas Network ID diatas. 2. jumlah subnet sesungguhnya yang akan terbentuk adalah 2 pangkat n, dalam kasus ini 2 ^ 4 = 16, jadi nilai s = 16 3. hitung subnet mask dengan menentukan berapa banyak bit yang diperlukan untuk mendapatkan nilai 16, misalnya emb 2 ^ emb = s 2 ^ emb = 16 log2 (2 ^ emb) = log2 (16) emb = 4 jumlah total bit yang di-mask (m) adalah jumlah bit default yang di-mask dalam kelas yang digunakan + jumlah ekstra bit yang di-mask. m = 16 + 4 = 20 dalam biner dapat ditulis : 11111111.111111111.11110000.00000000
20 bit kiri bernilai 1
sehingga dalam notasi desimal bertitik didapat subnet mask : 255.255.240.0 atau jika ditulis dalam notasi CIDR Network ID menjadi 172.16.0.0/20 4. Untuk memperoleh jumlah host per subnet kita memerlukan jumlah bit host ID (h), dimana h = 32 – m = 32 – 20 = 12. Jumlah host per subnet (hps) : hps = 2 ^ h –2 hps = 2 ^ 12 –2 hps = 4094
Contoh : Jika diberikan suatu Network ID dalam notasi CIDR 172.16.0.0/20, maka kita dapat menentukan :
Hal 9 dari 12
Memahami IP Address
1. jumlah subnet (s) : emb (jumlah bit tambahan yang di-mask, yaitu jumlah bit host ID yang dimask) = jumlah bit bernilai 1 – jumlah bit yang di-mask pada default subnet kelas IP 172.16.0.0
emb = 20 –16 emb = 4 s = 2 ^ emb s = 2 ^ 4 s = 16 jumlah subnet 2. Jumlah host per subnet (hps) : Jumlah bit Host Id setelah di-mask (h) atau bit host ID yang bernilai 0 = jumlah total bit subnet mask – jumlah bit subnet mask yang bernilai 1 setelah di-mask. h = 32 – m h = 32 – 20 = 12
bit host ID
hps = 2 ^ h – 2 hps = s ^ 12 – 2 hps = 4094
Contoh Kasus : Sebuah perusahaan memperoleh IP Network kelas A 64.0.0.0 (subnet mask default 255.0.0.0). Sebagai Administrator jaringan diperusahaan tersebut, anda diminta membuat jaringan kecil (subnet) sebanyak-banyaknya dengan syarat setiap subnet yang dihasilkan harus dapat menampung 300 host. Network ID : 64.0.0.0 Default Subnet mask : 255.0.0.0 Host/subnet (hps) : 300 Dengan memanfaatkan rumus sebelumnya diperoleh : 1. Sudah diketahui bahwa kelas A dapat mempunyai sebanyak 16.777.216 alamat host atau kita sebut saja a. 2. Untuk mendapatkan sebuah subnet yang dapat menampung sekurang-kurangnya 300 host (workstation), maka kita harus mencari nilai terdekat dari 2 ^ n, yaitu 2 ^ 9 yang menghasilkan nilai 512. Artinya subnet yang sedang anda rancangakan mampu memberikan IP Address ke pada maksimal 510 host, 2 IP Address dipakai sebagai subnet ID dan alamat broadcast subnet. 3. Jumlah subnet yang dapat dibuat adalah : S = a / (hps+2)
= 16.777.216/512 = 32.768
Artinya dengan tiap-tiap subnet menampung 300 atau 510 host, maka akan diperoleh sebanyak 32.768 subnet.
Hal 10 dari 12
Memahami IP Address
4. Setelah melakukan subnetting, subnet mask default tentu ikut berubah : 2 ^ h = hps + 2 2 ^ h = 512 h = 9 jumlah bit subnet mask bernilai 0 dalam biner dalam biner dapat ditulis : 11111111.11111111.11111110.00000000
9 bit kanan 0
subnet mask baru : 255.255.254.0 jumlah bit subnet mask yang bernilai 1 (m) adalah 23, dan jika Network ID 64.0.0.0 kita tulis dalam notasi CIDR didapat 64.0.0.0/23 5. Perhatikan nilai oktet pertama pada subnet mask yang tidak bernilai 255, dalam kasus diatas bernilai 254, dan sebut saja y=254. Maka kita memperoleh nilai i = 256 – y = 256 – 254 = 2
nilai increment
Cara lain untuk mendapatkan nilai increment (kenaikan range IP) dapat dilihat pada contoh subnetting manual dengan mengubah nilai y (254) ke notasi biner, yaitu 11111110. Nilai desimal bit bernilai 1 yang terkecil merupakan nilai increment, yaitu 2, ingat 128 64 . . . 4 2 1. Cara terakhir dalam menentukan increment adalah dengan melihat berapa jumlah oktet pada subnet mask yang semua bit-nya bernilai 0, telah diketahui bahwa hanya ada satu oktet yang memenuhi syarat tersebut yaitu oktet terakhir, katakanlah variabel z. Cara ini hanya berlaku jika z tidak 0. i = (hps + 2) / (256z) i = 512/256 i = 2 Akhirnya di dapat subnet-subnet berikut (lebih 32 ribu subnet) : 64.0.0.0 64.0.2.0 64.0.4.0 64.0.6.0 64.0.8.0 64.0.10.0 . . . 64.0.248.0 64.0.250.0 64.0.252.0 64.0.254.0 64.1.0.0 64.1.2.0 64.1.4.0 64.1.6.0 64.1.8.0
Hal 11 dari 12
Memahami IP Address
64.1.10.0 . . . 64.254.248.0 64.254.250.0 64.254.252.0 64.254.254.0 64.255.0.0 64.255.2.0 64.255.4.0 64.255.6.0 . . . 64.255.246.0 64.255.248.0 64.255.250.0 64.255.252.0 64.255.254.0
Kenaikan diatas memang berbeda dengan sebelumnya. Ini terjadi karena subnet mask yang terbentuk merupakan subnet mask kelas B (terdapat dua oktet bernilai penuh 1, 255.255.254.0), sehingga kenaikan nilai 2 dilakukan sampai pada oktet ke-3 (oktet ke-2 dan ke-3) IP Network. Seandainya subnet mask masih mengarah pada kelas A, maka kenaikan terjadi hanya pada oktet ke-2 IP Network.
[email protected] A Newbie in Information Technology
Hal 12 dari 12
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.