Universitas Indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22.5% dari total kematian yang terjadi di Indonesia (Bustan, 2007). Menurut hasil data Riskesda 2010, prevalensi perokok umur ≥ 15 tahun per Provinsi, Sulawesi Utara tidak masuk dalam kelompok lima besar. Jumlah perokok di Sulawesi Utara total berjumlah 36,2% dengan jumlah perokok setiap hari 29,1% dan perokok kadang-kadang berjumlah 7,1% (Riskesdas, 2010). Walaupun merokok bukanlah penyebab utama terjadinya penyakit TB paru, namun kebiasaan merokok yang sulit untuk dihentikan bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan perokok itu sendiri dan orang-orang disekitarmya. Kebiasaan merokok yang sulit dihentikan dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga memudahkan masuknya kuman penyakit, seperti kuman penyakit TB. Menurut Doll dan Hill, dua orang peneliti terkenal asal Inggris, membagi hubungan antara penyakit dan kebiasaan merokok menjadi dua, yaitu penyakit yang di sebabkan oleh merokok dan penyakit yang mungkin sebagian disebabkan oleh merokok, dimana salah satunya adalah penyakit TB Paru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat tahun 2009. Lin menyatakan adanya hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif, dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC (PPTI, 2010). Studi epidemiologi di Afrika Selatan didaptka 50% kematian akibat infeksi TB berhubungan dengan merokok. Studi ini menunjukka perokok atau bekas perokok mempunyai resiko lebih tinggi terjadi infeksi Microbacterium Tuberkulosis dibanding yang bukan perokok. Alcaide, dkk mendapatkan hubungan antara jumlah rokok per hari terhadap terjadinya infeksi Myceobacterium Tuberkulosis, mekanismenya tidak diketahui tapi diperkirakan nikotin pada asap rokok
Pendahuluan Permasalahan terhadap penyakit menular masih tetap dirasakan, terutama oleh penduduk di negara yang sedang berkembang. Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini berada dalam tubuh manusia dalam rangka melangsungkan keturunannya agar tidak punah keberadaannya, namun dalam melangsungkan kehidupannya mikroba ini menggunakan cara merusak sel-sel atau organ tubuh manusia. Saat ini salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan penting dewasa ini yaitu Tuberculosis (TB) Paru (Achmadi, 2008). Menurut laporan World Health Organisation (WHO) tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru Tuberkulosis pada tahun 2002 dimana 3,9 juta adalah kasus dengan BTA (Basil Tahan Asam) positif dengan 1,9 juta kematian setiap tahun (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), 2002). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2010 Periode Prevalence TB paru pada penduduk dengan umur ≥ 15 tahun per Provinsi, Sulawesi Utara menempati urutan ketiga periode prevalence TB terbesar dengan jumlah 1.221 per 100.000 penduduk, setelah Papua diurutan pertama dengan jumlah 1.441 per 100.000 penduduk dan Banten di urutan ke dua dengan jumlah 1.282 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2010). Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang di sebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2007). Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB paru, antara lain kondisi sosial ekonomi, umur, jenis kelamin, status gizi dan kebiasaan merokok (Zainul, 2009). WHO menyatakan tembakau menyebabkan kematian lebih dari lima juta orang per tahun dan diproyeksikan akan menyebabkan kematian 10 juta orang sampai tahun 2020. Lembaga demografi
1
menurunkan respons imun. Merokok dalam jangka waktu yang panjang berhubungan dengan perubahan makrofag dan limfosit (Amu, 2007).
mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan Uji chi square dan Fisher Exact.
Penderita penyakit Tuberkulosis Paru di Kota Manado yang paling tinggi berada di Puskesmas Tuminting dari 15 Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Manado. Pada tahun 2010 jumlah penderita TB paru (+) tertinggi berada di Puskesmas Tuminting dengan jumlah 163 orang dan yang paling rendah di Puskesmas Tongkeina dengan jumlah 9 orang (Dinkes Kota Manado, 2010). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah penderita TB paru, dimana untuk jumlah terbanyak masih di wilayah Puskesmas Tuminting dengan jumlah penderita TB (+) 236 orang dan terendah di Puskemas Tongkaina dengan jumlah penderita TB (+) 12 orang (Dinkes Kota Manado, 2011). Berkaitan dengan latar belakang diatas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian apakah terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Tuminting. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ada lah metode survei analitik dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB paru dan yang bukan penderita TB paru yang melakukan pengobatan di Puskesmas Tuminting. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 responden dengan 30 responden kelompok kasus dan 30 responden kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penyakit Tuberkulosis Paru. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok yang meliputi perilaku merokok, jumlah rokok yang dihisap, frekuensi merokok, lama merokok dan jenis rokok. Data dianalisis secara Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat bisa menggambarkan karakteristik responden berdasarkan frekuensi dan distribusinya. Analisis Bivariat digunakan untuk
Hasil Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada karakteristik umur diketahui bahwa paling banyak responden (26,7%) berada pada kelompok umur 45 – 54 tahun, disusul dengan reponden (23,3%) pada kelompok umur 25 – 34 tahun, selanjutnya responden (20%) pada kelompok umur 35 – 44 tahun, responden berikutnya (16,7%) berada pada kelompok umur ≥ 55 tahun dan yang paling sedikit responden (13,3%) berada pada kelompok umur 15 – 24 tahun. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, diketahui bahwa paling banyak responden (63,3%) yang ikut dalam penelitian ini adalah Laki – laki sedangkan responden terkecil (36,7%) yang ikut dalam penelitian ini adalah perempuan. Distribusi responden berdasarkan kelurahan atau tempat tinggal, diketahui bahwa sebagian besar responden (20%) berdomisili di kelurahan Sindulang 1, responden selanjutnya (15%) adalah reponden yang bertempat tinggal di kelurahan Tuminting dan Mahawu, berikutnya responden yang tinggal di kelurahan Tumumpa 2 (11,7%), responden yang bertempat tinggal di kelurahan Maasing (10%), Sumompo (8,3%), Karang Ria (6,7%), disusul responden (5%) masing-masing di kelurahan Sindulang 2 dan Kampung Islam dan yang terakhir adalah responden yang bertempat tinggal di Tumumpa 1 (3,3%). Berdasarkan pekerjaan, diketahui bahwa responden dengan presentase terbanyak (20%) adalah responden pekerja swasta/karyawan, selanjutnya presentase responden kedua terbanyak (16,7%) bekerja sebagai sopir, diikuti presentase responden (15%) yaitu responden yang bekerja sebagai Buruh, disusul responden (13,3%) ada 2 yaitu responden Ibu Rumah Tangga (IRT) dan responden yang bekerja sebagai nelayan berikutnya responden (11,7%) yang bekerja sebagai pedagang dan responden dengan presentase terkecil
2
(10%) bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
3
rokoklebih 15 bungkus dalam setahun Tabel 1. Hubungan antara kebiasaan merokok dengandari penyakit TB paru
mempunyai resiko yang lebih tinggi terjadi infeksi Kasus Mycrobacterium Kontrol Tuberkulosis. p Selain itu Penelitian Aditama value (2009) n % n % dikutip dari Zainul menunjukkan adanya 0,009 22 73,3antara 12faktor resiko 40 terjadinya hubungan tuberculosis 8 26,7 paru18pada dewasa 60 muda dan terdapat dose-response relationship antara 16 72,7 5 dengan 41,7 penyakit TB paru jumlah 0,002 rokok yang dihisap per harinya. 6 27,3 7 58,3 Penelitian yang dilakukan oleh Soejadi,dkk 0,011* 12 54,5 tentang 1 analisis 8,3 faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kasus 10 45,5 Paru 11 di Kabupaten 91,7 tuberkulosis Karo didapatkan hasil bahwa dari 71 responden 0,000* 20 90,9 3 25 yang mempunyai untuk variabel frekuensi merokok (70,3%) 2 9,1terdapat9 64 responden 75 yang menderita tuberkulosis dengan nilai 0,015* 3 13,6 7 yang58,3 p=0,023. Penelitian dilakukan oleh Setiawan (2005) di Puskemas Kecamatan 19 86,4 5 41,7 Gedong Tataan Lampung Selatan dengan jumlah sampel sebanyak 63 responden pada kelompok kasus dan 63 responden pada kelompok kontrol didapatkan hasil lama merokok dengan nilai OR=3,75, p=0,0005, CI (95%) = 1,64-8,67, ini berarti bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit TB paru. Pengaruh kebiasaan merokok terhadap penyakit TB paru dianggap sebagai faktor predisposisi, dimana zat – zat kimia yang terkandung dalam asap rokok dan masuk ke dalam tubuh dapat merusak sebagian mekanisme pertahanan paru yang pembersihan mukosilia (muccociliary clearance) dan asap rokok dapat menghambat/merusak fungsi fagositik makrofag, khususnya dalam pembentukan dan pengeluaran surfaktan oleh sel lapisan alveolus (tipe II), sehingga bisa memudahkan masuknya bakteri/kuman, seperti Mycrobacterium tuberculosis yang masuk melalui inhalasi. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan sehingga pada perokok berat dengan jumlah rokok yang di hisap lebih dari 10 batang setiap hari akan merasakan dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok tersebut lebih
Kebiasaan merokok Perilaku merokok
Merokok Tidak
Jumlah rokok
≥ 10 batang < 10 batang
Frekuensi merokok Setiap hari *Uji Fisher Exact tabel Kadang-kadang Berdasarkan diatas dapat dilihat hasil uji statistik perilaku merokok Lama merokok ≥ 10 tahun diperoleh nilai p = 0,009, jumlah rokok yang dihisap per hari di
4
cepat di bandingkan perokok ringan dengan jumlah rokok yang dihisap kurang dari 10 batang setiap harinya. Dalam tubuh seorang perokok yang memiliki frekuensi merokok setiap hari toksin dari kandungan asap rokok akan lebih cepat menumpuk dibandingkan perokok yang merokok kadang-kadang. Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif dan suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksin sehingga mulai kelihatan gejala yang di timbulkannya, selain itu kandungan racun dari asap rokok yang dihisap setiap hari akan tertimbun dalam tubuh, sedangkan tubuh sama sekali tidak dapat menghilangkan pengaruh nikotin dalam jumlah sekecil apapun (Caldwell, 2009). Rokok mempunyai dose-response effect, artinya semakin mudah usia merokok maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap kesehatan, seperti munculnya gejala batuk yang terjadi pada para perokok (smoker’s cough) (Bustan, 2007). Rokok filter menyaring sebagian tar tembakau dan mengurangi kandungan nikotin 25-50%. Kadungan nikotin ratarata pada rokok filter 8-12 mg per batang sedangkan rokok non filter memiliki kandungan nikotin dan tar yang lebih besar dari pada rokok filter. Kandungan nikotin rata-rata 14-28 mg per batang. Dengan kandungan nikotin dan tar yang lebih besar serta tidak terdapat penyaring pada pangkal rokok maka potensi masuknya nikotin dalam paru-paru pada rokok non filter lebih besar dari pada rokok filter (Caldwell, 2009).
sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan kejadian penyakit TB. 3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakkan uji Fisher Exact diperoleh nilai p = 0,011 (p < 0,05) hasil ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi merokok dengan kejadian penyakit TB paru pada responden di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. 4. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact di peroleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) hasil ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama merokok responden dengan kejadian penyakit TB paru pada di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. 5. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher Exact di peroleh nilai p = 0,015 (p < 0,05) hasil ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis rokok yang di hisap responden dengan kejadian penyakit TB paru pada di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Saran 1. Disarankan kepada seluruh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Tuminting khususnya di bagian promosi kesehatan agar dapat mensosialisasikan kepada masyarakat secara khusus masyarakat yang berdomisili diwilayah kerja Puskesmas Tuminting tentang dampak penyakit yang bisa di timbulkan akibat kebiasaan merokok. 2. Perlu penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi faktor lain yang menjadi penyebab penyakit Tuberkulosis paru.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji statistic chi square di dapat nilai p = 0,009, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan kejadian penyakit TB paru. 2. Berdasarkan hasil uji statistic chi square di dapat nilai p = 0,002,
Daftar Pustaka
5
Amu. 2007. Hubungan Merokok Dan Penyakit Tuberkulosis Paru. Jakarta : Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol 5 hal 5 – 7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sitepoe.1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2002. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaannya di Indonesia. Jakarat: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL).
Achmadi, 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta. Ajis, Mulyani, dan Pramono. 2009. Hubungan antara Faktor – faktor Eksternal Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru. Yogyakarta : Berita Kedokteran Masyarakat Vol 25 Fakultas Kedokteran Universitas Gadja Mada. Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineke Cipta Caldwell. 2009. Berhenti Merokok. Diterjemahkan oleh Hasani Sraffudin dan Abdulla Supriyanto. Yogyakarta : Pustaka Populer. Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Manado. 2010. Profil Kesehatan Kota Manado. Dinas Kesehatan Kota Manado. 2011. Profil Kesehatan Kota Manado. Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC Ikatan Lulusan Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran (ILUNI FK’ 83). 2007. Masalah Kesehatan dari dalam kandungan sampai lanjut usia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Terobosan Menuju Akses Universal Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 20102014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkunagan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). 2010. Hubungan Rokok dan TBC. (online). (http://www.ppti.Info/index.php/com ponent/ conten /article/46-arsipppti/144-rokokdantbc) diakses 2 Maret 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses – Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC. Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rusnoto, Rahmatullah, dan Udiono. 2006. Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan TB paru Pada Usia Dewasa. Studi Kasus (Online). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. (http://eprints.undip.ac.id/5970/1/ 0924.pdf), Diakses pada tanggal 8 Juni 2012. Setiawan. 2005. Hubungan Keadaan Fisik Rumah dan Praktek Kebersihan Diri Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Puskesmas Kecamatan Gedong Tatataan Lampung Selatan. Medan : Universitas Sumatera Utara.
6
(Online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/6785/1/06003955.pdf, diakses pada tanggal 8 Juni 2012.
7