Mekanisme Degradasi Permukaan dan Penentuan Tracking Index Bahan Resin Epoksi Silane Silica Abdul SYAKUR1, Rochmadi2 1
Mahasiswa Doktor Teknik Elektro, FT, UGM 2 Jurusan Teknik Kimia, FT, UGM Jln. Grafika 2, Yogyakarta 55281, INDONESIA e-mail :
[email protected]
Abstrak—Penggunaan bahan polimer seperti resin epoksi sebagai isolator telah dikembangkan untuk mengganti isolator berbahan keramik dan gelas. Dalam pemakaiannya isolator sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kelembaban, temperature, hujan, polusi dan sinar ultra violet apalagi untuk daerah beriklim tropis. Faktor lingkungan ini dapat menurunkan kinerja isolator. Mekanisme degradasi permukaan isolator ditentukan dengan mengukur panjang tracking, kedalaman kerusakan permukaan isolasi dan arus bocor. Parameter tersebut dibandingkan untuk menentukan indek tracking (Ti). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah resin epoksi dengan bahan dasar diglycidyl ether of bisphenol-A (DGEBA), dengan bahan pengerasnya metaphenylene diamine (MPDA), dicampur dengan silane dan bahan pengisi silica. Ukuran sampel uji 120 mm x 50 mm x 5 mm. Metode uji yang digunakan adalah Inclined-Plane Tracking (IPT) sesuai standar IEC 587:1984 dengan menggunakan jenis kontaminan NH 4Cl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme degradasi permukaan bahan uji resin epoksi secara bertahap dimulai dari elektroda bawah. Tingkat kerusakan dan waktu rusak sampel uji dipengaruhi durasi atau lamanya bahan uji terkena paparan ultraviolet. Paparan radiasi ultra violet juga berpengaruh terhadap nilai laju degradasi (Dr) sampel uji. Berdasarkan pengelompokkan indeks tracking pada bahan resin epoksi menunjukkan bahwa semakin lama durasi paparan radiasi UV menghasilkan indeks tracking yang semakin besar. Kata kunci :Degradasi permukaan, arus bocor, indeks tracking, radiasi sinar uv Abstract—The use of polymer materials such as epoxy resin as electrical insulators on transmission and distribution lines have been developing to replace porcelain and glass insulator. Several advantages of using epoxy resin as an insulating materials are its low density, better dielectric properties and it has higher volume resistivity than porcelain and glass and can be made at room temperature so it is economically more advantageous. Environmental factors such as ultraviolet radiation intensity, temperature, humidity, rain and pollution, especially in a tropical climate may affect the insulator performance. The degradation mechanism of the quality of insulating surfaces can be determined using the length tracking, leakage current and the depth of surface damage insulation. These parameters were compared to determine the index of tracking (Ti).
Hamzah BERAHIM3, Tumiran3 3
Jurusan Teknik Elektro & Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Yogyakarta 55281, INDONESIA e-mail :
[email protected]
In this work, the materials used are made of diglycidyl ether of bisphenol-A (DGEBA), metaphenylene diamine (MPDA), silane and silica as a filler. Dimension of the tested material is 120 mm x 50 mm x 5 mm. The method of measurement used Inclined-Plane Tracking (IPT) accordance with IEC 587:1984 standard with NH4Cl as contaminants. The results of the research showed that the mechanism of surface degradation begin from button electrode. Damage level and time to damage also degradation rate were influenced by UV duration subjected on test sample. Tracking index of epoxy resin materials being influenced by duration of UV radiation on test samples. Keywords— surface degradation, leakage current, tracking index, uv radiation
I.
PENDAHULUAN
Bahan isolasi polimer yang telah banyak dikembangkan dan digunakan untuk menggantikan isolator porselen dan keramik adalah bahan isolasi polimer resin epoksi dan karet silikon. Bahan polimer ini memiliki sifat-sifat listrik yang baik, ringan dan mudah dibentuk dibandingkan dengan isolator porselin dan keramik. Akan tetapi isolator polimer ini menunjukkan penurunan kualitas isolasi akibat pengaruh iklim misalnya sinar ultraviolet, kelembaban, hujan dan pengaruh kontaminan pada bagian permukaan isolator, akhirnya akan terbentuk penjejakan listrik pada permukaan isolator. Peristiwa ini akan menurunkan unjuk kerja isolator, dan pada akhirnya dapat terjadi loncatan listrik karena permukaan isolator tidak lagi mampu berfungsi sebagai isolasi [1]. Resin epoksi merupakan polimer termoset yang terbentuk oleh dua komponen yaitu bahan dasar diglycidil ether bisphenol A (DGBA) dan bahan pematang Methaphenilen Diamine dan dibuat dalam kondisi suhu ruang. Dibandingkan dengan polyester, resin epoksi secara umum memiliki sifat mekanis yang lebih baik. Sifat listrik dari resin epoksi adalah memiliki konstanta dielektrik sekitar 3.4 – 5.7 dan kekuatan dielektrik 100 – 220 kV/cm, faktor daya resin epoksi adalah 0.008 – 0.04 [2]. Sementara kondisi iklim lingkungan sangat bervariasi, terutama untuk iklim tropis seperti di Indonesia dengan tingkat kelembaban hampir 100% pada malam hari, radiasi ultraviolet dan temperatur tinggi pada saat siang hari, dapat memutus ikatan-ikatan kimia bahan resin epoksi serta
menyebabkan degradasi permukaan isolasi. Apalagi dengan adanya kontaminan di permukaan bahan isolasi dan radiasi ultraviolet secara terus menerus menjadi masalah yang serius bagi unjuk kerja isolasi [3]. Kondisi iklim dan lingkungan ini dapat mempercepat proses degradasi permukaan isolator [4] dan pada akhirnya akan terjadi flashover pada isolator atau kegagalan isolasi. Untuk memperbaiki sifat permukaan bahan pada resin epoksi ini, maka ditambahkan bahan karet silikon (Silicone Rubber) yang memiliki kemampuan menolak air. Sehingga permukaan isolator menjadi tidak mudah terbasahi pada saat terjadi hujan. Tetes-tetes air hujan ini akan mengalir pada bagian permukaan isolator yang bersifat hidropobik. Sedangkan untuk memperbaiki sifat mekanis isolator, maka ke dalam bahan isolasi resin epoksi ditambahkan pasir silika SiO2 yang berfungsi untuk meningkatkan kuat mekanis yaitu kuat tarik dan kuat tekan. Makalah ini menjelaskan mekanisme penjejakan listrik pada bahan resin epoksi yang telah dicampur dengan bahan karet siliko dan pasir silika dengan menggunakan rangkaian uji sesuai standar IEC 587:1984. Kontaminan yang digunakan adalah ammonium chloride atau NH4Cl dengan tegangan terapan pada sampel uji seebsar 3.5 kV AC 50 Hz. Mekanisme degradasi pada permukaan ini penting untuk dianalisis untuk keperluan penelitian indek penjejekan (tracking index) terutama pada bahan yang telah dikenai radiasi ultraviolet. Pengaruh komposisi bahan juga diteliti dan dijelaskan dan pengaruhnya terhadap sudut kontak hidropobik permukaan bahan.
II.
DASAR TEORI
A. Resin Epoksi dan Karet Silikon (Silicon Rubber) Epoksi merupakan polimer termosetting yang susunan kimianya terdiri ikatan oksigen dan karbon dihasilkan oleh reaksi epichlorohydrin dan bisphenol A. Struktur lengkap dari epoksi yang memiliki ikatan molekul resin epoksi ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini,
Gambar 1 Struktur kimia resin epoksi Resin epoksi akan mengeras jika dicampur dengan bahan pengeras, katalis dan bahan pengisi. Penggunaannya sangat luas seperti untuk isolator, perlengkapan rumah tangga, komponen mesin, bahan bodi pesawat terbang, struktur jembatan dan lain sebagainya. Resin epoksi memiliki sifatsifat listrik yang baik misalnya tahanan volumer (volume resistance ) 1013 – 1015m, dielectric constant () 3.5 - 3.9 (at 50/60 Hz) dan power dissipation factor (tan ) (35-90) x 10-4, akan tetapi rentan terhadap radiasi ultraviolet. Karet silikon atau Silicon rubber (SiR) merupakan polydimethil yang memiliki CH3. Perbedaan bahan penyusun kimia pada masing-masing ikatan akan memberikan sifat bahan yang berbeda [8]. Struktur kimia silicon rubber
memiliki ikatan utama siloxane lebih flexible dibandingkan dengan bahan polimer lain. Fleksibilitas ini dapat dijelaskan dengan gamabr struktur kimia pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 struktur rantai silicon rubber
Struktur rantai Silicon rubber tidak terdapat karbon pada ikatan utamanya (backbone), tapi ada di bagian sisi-sisinya Struktur ini menunjukkan struktur semiorganik dengan energi ikat tinggi Si-O yang memberikan stabilitas termal yang tinggi. Meskipun stabilitas termal Si-O sangat baik namun sifat ionik relativ tinggi yang membuat lebih mudah putus pada alkali tinggi atau asam konsentrasi tinggi. Ikatan Si-O yang kuat menjadikan kemampuannya lebih tinggi ketika dikenaik kondisi lingkungan dan korona. silicon rubber juga memiliki elastisitas yang stabil pada suhu -50o C hingga +230oC [9] B. Degradasi Permukaan Isolator Ketika tegangan tinggi diaplikasikan pada elektroda atas sampel uji, maka arus bocor akan mengalir pada bagian konduktif yang terbentuk oleh karena adanya aliran kontaminan. Arus bocor ini menyebabkan pemanasan yang tidak seragam pada bagian permukaan isolator. Lalu terbentuk pita kering pada bagian aliran kontaminan, yang menghasilkan daerah dengan resisitivitas yang tinggi. Penjejakan listrik pada permukaan bahan diakibatkan oleh panas pada permukaan bahan pada saat arus bocor ini mengalir dan terjadi proses erosi permukaan bahan. Arus bocor pada permukaan bahan terjadi akibat adanya kontaminan yang mengalir. Ketika tegangan flashover kritis udara terlampaui, maka proses karbonisasi dan penguapan air pada bagian permukaan bahan ini terjadi dan terbentuklah jalur karbon yang permanen. Proses ini berjalan secara kontinyu dan kumulatif dan akhirnya terjadilah kegagalan isolasi. C. Arus Bocor dan Tracking Index Arus bocor merupakan arus yang mengalir dari konduktor menuju ke sisi ground. Arus bocor yang mengalir pada sampel uji bersamaan dengan mengalirnya kontaminan. Arus bocor yang mengalir secara terus menerus ini kemudian memanaskan bagian permukaan isolator dan menyebabkan kerusakan ditunjukkan dengan terbentuknya karbon. Jika kondisi ini dibiarkan maka permukaan isolator akan terus mengalami penurunan isolasi hingga akhirnya terbakar dan sifat isolasi
menjadi rusak. Waktu untuk terjadinya kerusakan pada permukaan bahan (t) dibandingkan dengan luas permukaan kerusakan (A) yang terbetuk didefinisikan sebagai ketahanan permukaan isolasi. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk terjadi kerusakan permukaan, maka dikatakan bahwa sampel uji memiliki ketahanan permukaan isolasi yang baik. Sedangkan laju degradasi (Degradation rate, Dr) merupakan perbandingan antara luas kerusakan yang terbentuk (A) dengan waktu (t) yang diperlukan untuk terjadinya kerusakan. Jika luas kerusakan permukaan bahan sangat kecil dan waktu yang diperlukan sangat lama makan dikatakan permukaan isolasi bahan tersebut memiliki laju degradasi yang sangat kecil. Laju degradasi sampel satu dengan yang lain dikomparasikan untuk menentukan tracking index (Ti).
III.
(a) (b) (c) Gambar 4 Elektroda (a) Atas, (b) Bawah (c) susunan C. Kontaminan dan Kertas Penyaring Kontaminan yang digunakan memiliki konsentrasi massa NH4Cl (ammonium chloride) 0.1 ± 0.002 % dan konduktivitas 2170 S/cm. Kontaminan ini dialirkan pada pemukaan sampel uji dengan menggunakan pompa peristaltik dengan kecepatan alir 0.3ml/menit. Ada delapan kertas penyaring yang ditempatkan di elektroda bagian tas. Kertas penyaring ini bergungsi sebagai penyimpan kontaminan sebelum akhirnya mengalir pada bagian permukaan bahan uji. Bentuk dan ukuran kertas penyaring ditunjukkan pada gambar 5.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
A. Persiapan Bahan dan Sampel uji Bahan uji dalam penelitian ini menggunakan resin epoksi DGEBA dan bahan pengerasnya MPDA dan diisi bahan silicon rubber (SiR) pasir silica. Komposisi bahan DGEBA, MPDA, Silicon Rubber dan Silika adalah 30% DGEBA, 30% MPDA, 20% Silicon Rubber dan 20% Silika. Ukuran sampel uji 50 mm x 120 mm dan tebal 5 mm. Bahan uji dilubangi untuk menampatkan elektroda seperti ditunjukkan pada gambar 3:
Figure 5 Bentuk dan ukuran kertas saring D. Rangkaian Uji Sistem yang digunakan untuk mengevaluasi penjejakan permukaan suatu bahan isolasi polimer padat ditunjukkan pada gambar 6. Rangkaian uji ini dibuat sesuai dengan standar IEC 587 yang sudah dikenal dengan metode Inclined-Plane Tracking (IPT) test method [5]. Tegangan tinggi AC 50 Hz sebesar 3.5 kV dibangkitkan dengan menggunakan trafo uji 5 kVA. Resistor 22 k digunakan sebagai penahan arus yang mengalir pada saat terjadi peluahan pada permukaan bahan uji.
Gambar 3 ukuran sampel uji B. Elektroda Elektroda yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari bahan stainless steel. Bentuk dan ukuran serta susunan penempatan elektroda ditunjukkan pada gambar 4 (semua ukuran dalam satuan mm). Elektroda atas ditunjukkan pada gambar 4.a, sedangkan elektroda bawah pada gambar 4.b dan susunan penempatan elektroda ditunjukkan pada gambar 4.c Gambar 6 Diagram skematik rangkaian uji E. Radiasi Ultraviolet Pengaruh radiasi ultraviolet pada bahan uji resin epoksi dengan menempatkan bahan uji dalam sutau kotak uji berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan kemiringan 450 (ASTM 2303). Sisi-sisi dalam ruangan dalam kotak ini dilapisi dengan menggunakan aluminum foil agar diperoleh radiasi to
ultraviolet yang optimal. Kapasitas kotak ini dapat diisisampai dengan 15 sampel isolasi. Cahaya ultraviolet dala penelitian ini dengan menggunakan lampu ultraviolet fluorescent 15 Watt Philips dengan intensitas radiasi ultraviolet rata-rata 21.28 Watt/m2. Bentuk kotak pengkondisi radiasi ultraviolet ditunjukkan pada gambar 7. 180s
240s
300s
600s
1020s
1071 s
1139s
1191 s
Gambar 7 Kotak uji radiasi ultraviolet IV.
HASIL DAN ANALISIS
A. Mekanisme Degradasi Permukaan Mekanisme degradasi permukaan bahan isolasi dapat dijelaskan sebagai berikut, pembentukan penjejakan listrik pada permukaan bahan akibat pemanasan yang tidak homogen. Pemanasan permukaan bahan disebabkan adanya arus bocor yang mengalir sekaligus terjadi proses erosi. Pada saat pertama penerapan tegangan AC 3.5 kV belum terbentuk jalur karbon pada permukaan bahan. Setelah 60 detik mulai tampak jalur karbon sangat halus. Detik ke 120 tampak terbentuk dua jalur , satu merupakan jalur utama dan satunya jalur cabang. Hal ini terjadi karena aliran kontaminan tidak selalu mengalir melalui satu jalur utama, juga karena peluahan listrik terjadi secara acak di sekitar daerah dimana kontaminan ini mengalir.
60s
120s
Gambar 8 Tahap mekanisme degradasi permukaan Terbentuknya jalur karbon tetap pada bagian permukaan bahan uji menguhubungkan antara elektroa atas dengan elektroda bawah. Api terjadi selalu pada bagian elektroda bawah, dan kondisi kerusakan paling parah berada di sekitar elektroda bawah. Hal ini terjadi karena pada saat peluahan diperlukan elektron awal yang akan memulai terjadinya peluahan berikutnya. Penyedia elektron adalah katoda yaitu elektroda negatif. Pemakaian sumber tegangan AC menjadikan elektroda selalu berubah-ubah antara Katoda dan Anoda. Bagian elektroda bawah memberikan elektron awal lebih mudah daripada elektroda atas, sehingga percikan api ataupun peluahan awal selalui dimulai dari elektroda bawah mulai dari 60s hingga akhirnya terbakar pada 1020s dan berkahir pada 1191s. Hasil akhir mekanisme ini adalah terbentuknya suatu jalur karbon pada permukaan bahan isolasi. Selanjutnya jalur karbon ini diukur luasan yang terbentuk dan terbentuk selama berapa menit waktu yang diperlukan.
B. Radiasi ultraviolet mempengaruhi kerusakan permukaan Pengukuran luas kerusakan pada sampel uji dengan silika 20% telah dilakukan dengan pengaruh ultraviolet selama 97 jam diperoleh hasil dengan luas kerusakan permukaan 178 mm2. Luas kerusakan permukaan sebelum dikenai pengaruh radiasi ultraviolet adalah 149 mm2 seperti ditunjukkan dalam grafik pada gambar 9 berikut ini:
mikro dengan SEM, sebelum dan sesudah mengalami paparan radiasi ultraviolet. C. Tracking Index (Ti) bahan Resin Epoksi Dalam makalah ini diusulkan istilah Tracking Index (Ti) yang diperoleh dari hasil perhitungan perbandingan atau rasio dari laju degradasi sampel setelah dikenai UVt dengan laju degradasi sampel uji sebelum dikenai UVo. Persamaan untuk indek penjejakan atau Tracking Index (Ti) adalah : = Dimana : = = =
Gambar 9 Korelasi durasi UV terhadap luas kerusakan
(1)
ℎ
Sedangkan laju degradasi atau Degradation rate (Dr) didefinisikan sebagai perbandingan antara luas kerusakan (mm2) dengan waktu yang diperlukan untuk terjadi kerusakan (detik). Semakin besar nilai Dr, maka kualitas permukaan bahan isolasi ini semakin buruk, karena menunjukkan luas kerusakan yang semakin besar dengan waktu terjadinya kerusakan semakin singkat.
=
( (
) )
(2)
Berdasarkan data luas kerusakan pada sampel uji dan waktu yang diperlukan untuk terjadinya kerusakan permukaan, maka dapat dihitung indek tracking sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Indeks tracking (Ti) sampel uji Resin Epoksi
Gambar 10 Pengaruh durasi UV terhadap laju degradasi Berdasarkan grafik pada gambar 9 dan 10 dapat diketahui bahwa luas kerusakan permukaan bahan uji dan laju degradasi (mm2/detik) atau degradation rate (Dr) cenderung meningkat ketika bahan uji telah dikenai paparan radiasi UV lebih lama. Untuk sample uji yang telah dikenai radiasi UV selama 96 jam memiliki laju degradasi sebesar 0.55 mm2/detik lebih cepat dibandingkan ketika sampel uji belum dikenai UV yaitu 0.02 mm2/detik. Pengaruh radiasi ultraviolet mengakibatkan degradasi pada permukaan bahan isolasi, sehingga terjadi keretakan yang akan memperpendek umur isolator. Pengaruh radiasi ultraviolet ini dengan menganalisis gugus fungsi struktur kimia ATR-FTIR dan analisis struktur
Berdasarkan tabel 1 tersebut kemudian dibuat ke dalam 3 kelompok yang menunjukkan tingkat indek tracking. Pengelompokan ini didasarkan atas nilai Ti tertinggi dan Ti terendah, kondisi sebelum dikenai UV dan setelah dikenai UV. Tabel 2 Klasifikasi indeks tracking Kelompok Ti Tingkat Kualitas Isolasi I 01 – 13 Baik II 14 – 25 Sedang III 26 – 37 Buruk Tabel 2 digunakan untuk menentukan kualitas permukaan bahan isolasi berdasarkan nilai indeks tracking. Berdasarkan
hasil perhitungan pada semua sampel uji diperoleh indeks tracking sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3 sekaligus tingkat kualitas permukaan bahan isolasi, berikut ini. Tabel 3. Hasil indeks tracking dan tingkat kualitas Durasi radiasi UV (jam)
Komposisi Silika (%)
Ti
Tingkat Kualitas Permukaan
24
5 10 15 20 25 5 10 15 20 25 5 10 15 20 25 5 10 15 20 25
2,87 9,11 5,62 6,63 7,10 7,18 19,34 17,68 10,93 8,33 19,28 30,58 19,80 9,65 9,83 13,21 18,01 36,53 26,71 13,22
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Sedang Sedang Baik Baik Sedang Buruk Sedang Baik Baik Sedang Sedang Buruk Buruk Sedang
48
72
96
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhtiungan dan analisis dapat disimpulkan bahwa mekanisme degradasi permukaan bahan uji resin epoksi secara bertahap dimulai dari elektroda bawah. Tingkat kerusakan dan waktu rusak sampel uji dipengaruhi durasi atau lamanya bahan uji terkena paparan ultraviolet. Semakin lama bahan uji terkena paparan radiasi ultraviolet, maka luas kerusakannya maskin besar dan waktu yang diperlukan untuk terjadinya kerusakan semakin cepat. Paparan radiasi ultra violet berpengaruh terhadap nilai laju degradasi (Dr) sampel uji. Semakin lama suatu bahan terkena paparan radiasi ultraviolet maka laju degradasinya semakin
besar. Hal ini menunjukkan bahwa radiasi ultraviolet memiliki pengaruh signifikan terhadap percepatan penurunan kualitas permukaan isolasi. Berdasarkan pengelompokkan indeks tracking pada bahan resin epoksi menunjukkan bahwa semakin lama durasi paparan radiasi UV menghasilkan indeks tracking yang semakin besar. Untuk nilai indeks tracking antara 1 sampai dengan 13 memiliki kualitas permukaan bahan isolasi yang baik, dan itu terjadi pada semua bahan yang belum dikenai UV. TERIMA KASIH Peneliti pertama mengucapkan terima kasih kepada Dr. T. Haryono, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Tegangan Tinggi Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM, serta mas Prasetyohadi dan Mas Daryadi atas bantuan selama melakukan riset ini.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3] [4]
[5]
[6]
[7]
[8] [9]
H. Berahim, K.T. Sirait, F. Soesianto, Tumiran, A new performance of RTV Epoxy Resin Insulation material in tropical climate. Proceedings of the 7th International Conference on Properties and Applications of Dielectric Materials, June 1-5, 2003, Nagoya .p. 607 J.A. Brydson, Plastic Materials. 4th edition, Butterworth Scientific, 1982 p.693-695 Gorur, R.S., E.A. Cherney, J.T. Burnharm, Outdoor Insulators. Gorur, Inc., Phoenix, 85044 USA, 1999. Berahim H., “Methodology to assess the performance of silane epoxy resin insulating polymer as high voltage insulator materials in the tropical areas”. Ph. D Dissertation at Department of Electrical Engineering, Gadjah Mada University, Indonesia , 2005 IEC 587, BS Test Method for Evaluating Resistance to Tracking and Erosion of Electrical Insulating Materials used under severe Ambient Conditions, British Standards Institution, 1984 Kumagai, S., and Yoshimura, N. “Tracking and Erosion of HTV Silicon Rubber and Suppression Mechanism of ATH”, IEEE Transaction On Dielectric and Electrical Insulation 8(2): pp 203-211, 2001. Syakur, A., Berahim, H., Tumiran, Rochmadi, “Experimental Investigation on Electrical Tracking of Epoxy Resin Compound with Silicon Rubber” Journal of High Voltage Engineering, Vol. 37, No. 11, November 2011, China. Davis A., Sims D. Weathering of Polymers. 1st Edition. London: Applied Science Publisher Ltd. 1983. Kind D, Kaerner H.C. High Voltage Insulation Technology. Braunschweig/Wiesbaden: Friedr Vieweg & Sohn.1985.