perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Media dan Isu Keistimewaan DIY ( Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 – Januari 2011 )
Disusun Oleh : D.PANDU YOGA BANGSAWAN D 1209020
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Media dan Isu Keistimewaan DIY ( Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 – Januari 2011 )
Disusun Oleh : D.PANDU YOGA BANGSAWAN D 1209020
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Menjadi Katholik yang sejati. Dimana ada kebenaran disitu akan tubuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya. Yesaya, 3 : 17 Ilmu tak akan habis hingga kita mati, karena ilmu yang abadi adalah ilmu yang berarti. Hidup ibarat roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah, saat kita berada di bawah, janganlah menyerah untuk berjuang sampai di atas kembali. Namun bila kita sudah berada di atas jangan sombong dan lupa perjuangan yang kita hadapi hingga sampai di atas. Masa depan adalah tujuan dan masa lalu adalah jalan, raihlah tujuanmu dengan penuh harapan.
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis banyak sekali mendapatkan bantuan, dorongan, motivasi dari banyak pihak, oleh karena hal itu Penulis ingin mengucapkan terima kasih, dan penghargaan yang setinggitingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain: 1. Tuhan Yesus Kristus sang pelindungku, Puji Tuhan atas segala Berkah, Kasih, dan Karunianya dalam hidup Penulis, Thanks God. 2. Bunda Maria, Bunda Penolong Abadi, Puji Syukur atas segala Penyertaan, Pengantaraan, dan Curahan Kasih Karunia dalam doa Novena Tiga Salam Maria. 3. Kedua Orang Tua Penulis, Papa Andreas Puji Hesti Sasmito dan Mama Anastasia Herly Hastuti, atas segala dukungan, motivasi, doa, kasih sayang, dan cinta yang diberikan kepada Penulis selama ini. 4. Saudara-saudaraku tersayang, mas Dheny, mbak Dini, dhek Fitri, dan dhek Rima. Terima kasih untuk semua dukungan, motivasi, dan kasih sayang kalian semua, I Love You All.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkah dan karunianya sehingga skripsi ini dapat Penulis selesaikan dengan baik dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti kepada Penulis, karena dengan skripsi ini Penulis dapat mempunyai kesempatan belajar dalam berbagai hal dari banyak pihak, Skripsi dengan judul Media dan Isu Keistimewaan DIY (Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari 2011) ini merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian untuk Skripsi ini bermula dari ketertarikan Penulis terhadap isu mengenai Keistimewaan Yogyakarta terkait RUU Keistimewaan DIY yang berhembus kencang di kalangan masyarakat, dan banyak diliput oleh media massa. RUU Keistimewaan DIY ini sendiri terdapat lima pasal yakni parardhya, kultur/adat, kepemilikan dan pengelolaan tanah, tata ruang, keuangan, dan prosedur pemilihan kepala daerah. Hanya pasal prosedur pemilihan kepala daerah saja yang sampai sekarang belum disepakati, karena masih menjadi perdebatan dalam mekanisme pengangkatan kepala daerah Yogyakarta, apakah Sultan ditetapkan secara otomatis sebagai Gubernur DIY atau dipilih melalui pemilukada. Menyadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan, bimbingan dan saran-saran yang sangat berarti dari beberapa pihak, maka hambatan tersebut dapat Penulis atasi, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Drs. Pawito. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Dra. Prahastiwi Utari, MSi, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan dukungan dan kemudahan dalam penulisan skripsi hingga selesai, semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan balasan berkah yang melimpah kepada beliau beserta keluarga. 4. Drs. Widyantoro, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi. 5. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi, serta memberi pengarahan dan bantuan kepada Penulis selama menempuh perkuliahan. 6. Bapak, Ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang berkenan memberikan ilmu dan pengetahuannya. 7. Bapak Thomas Pudjo Widijanto, selaku Kepala Perwakilan Kompas DIY, yang telah memberikan ijin bagi Penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Perwakilan Kompas DIY, serta membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan. 8. Bapak Phillipus SMS Parera, selaku Kepala Tempo Biro Jawa TengahYogyakarta, yang telah memberikan ijin bagi Penulis untuk melakukan penelitian di Kantor Tempo Biro Jawa Tengah –Yogyakarta, serta membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan. 9. Saudara Aloysius B Kurniawan, selaku wartawan Kompas yang telah membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan. 10. Saudari Pito Agustin Rudiana, selaku wartawan Tempo yang telah membantu memberikan informasi dan data yang Penulis perlukan. 11. Teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi-Transfer kelas B, yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas pertemanan dan jalinan silaturahmi yang indah selama ini. 12. Kepada seluruh petugas birokrasi kampus yang telah membantu.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini, namun Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.
Surakarta,
Januari 2012
D.Pandu Yoga Bangsawan
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v KATA PENGANTAR .................................................................................. vi DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi ABSTRAK ................................................................................................... xvii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................ 10 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 11 E. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 13 a. Isu dan Opini Publik ......................................................................... 13 b. Berita ............................................................................................... 15 c. Media Massa .................................................................................... 24 d. Sejarah Keistimewaan Yogyakarta ................................................... 26
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Landasan Teori....................................................................................... 30 a. Paradigma Konstruksionisme............................................................ 30 b. Konsep Framing ............................................................................... 38 c. Framing Sebagai Teknik Analisis ..................................................... 40 G. Kerangka Pikir ....................................................................................... 42 H. Metodologi Penelitian ............................................................................ 44 a. Jenis Penelitian ................................................................................. 44 b. Obyek Penelitian .............................................................................. 40 c. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 45 d. Validitas Data ................................................................................... 47 e. Teknik Analisis Data ........................................................................ 43 f. Sistematik Laporan Penelitian........................................................... 49
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Harian Kompas ...................................................................................... 56 a. Sejarah Harian Kompas .................................................................... 56 b. Visi dan Misi Kompas ...................................................................... 60 c. Nilai-nilai Dasar Kompas ................................................................. 66 d. Penyajian Halaman dan Rubrikasi .................................................... 70 e. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................ 73 f. Kebijakan Redaksional ..................................................................... 74 g. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Kompas .................................. 75 h. Alamat Redaksi ................................................................................ 80
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Koran Tempo ......................................................................................... 80 a. Sejarah Koran Tempo ....................................................................... 80 b. Visi dan Misi Koran Tempo ............................................................. 89 c. Penyajian Halaman dan Rubrikasi .................................................... 90 d. Desain dan Layout Koran Tempo ..................................................... 93 e. Bobot Berita ..................................................................................... 83 f. Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................ 94 g. Bagan Struktur Organisasi PT.TEMPO INTI MEDIA ...................... 95 h. Bagan Struktur Organisasi SDM di Bagian Redaksional Koran Tempo .............................................................................................. 95 i. Kebijakan Redaksional ..................................................................... 96 j. Proses Pembuatan Berita pada Koran Tempo .................................... 96 k. Outline Proses Distribusi Koran Tempo ............................................ 97 l. Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Koran Tempo ......................... 97 m. Alamat Redaksi ................................................................................ 101
BAB III : ANALISIS DATA A. Frame Berita di Harian Kompas ............................................................. 103 1. Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah .............................................................................. 110 2. Analisis Teks Berita Dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta ....................................................................................... 147 3. Analisis
Berita
dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU
Keistimewaan DIY ........................................................................... 184
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Frame Berita di Koran Tempo ................................................................ 194 1. Analisis Teks Berita dengan Tema Usul Referendum ....................... 204 2. Analisis
Teks
Berita
dengan
Tema
RUU
Keistimewaan
Yogyakarta Versi Pemerintah ......................................................... 225 3. Analisis Teks Berita dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta ....................................................................................... 244 4. Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY ........................................................................... 272 5. Analisis
Teks
Berita
dengan
Tema
Mundurnya
GBPH
Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY 278 C. Matriks Analisis Frame Berita ............................................................... 285 D. Kebijakan Redaksional Harian Kompas dan Koran Tempo .................... 289
BAB IV : PENUTUP A. KESIMPULAN ..................................................................................... 296 B. SARAN ................................................................................................. 299
Daftar Pustaka Lampiran
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Gambaran Umum Nilai Berita .................................................
18
Tabel 2.
Perbedaan antara Paradigma Positivis dan Konstruksionis .......
35
Tabel 3.
Struktur Perangkat Analisis Berita Model Pan Kosicki ............
54
Tabel 4.
Rincian Oplag Harian Kompas untuk Wilayah Jawa Tengah dan DIY ..................................................................................
Tabel 5.
76
Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Harian Kompas Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ........................ 103
Tabel 6.
Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta pada harian Kompas edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah ........................... 108
Tabel 7.
Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih ..................................................................................... 110
Tabel 8.
Analisis Berita dengan Judul Keistimewaan Versi Pemerintah. 127
Tabel 9.
Analisis Berita dengan Judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol.. 137
Tabel 10.
Analisis Berita dengan Judul Lebih Suka Penetapan ................ 147
Tabel 11.
Analisis
Berita
dengan Judul Survei
Menjadi Acuan
Kemendagri ............................................................................. 159 Tabel 12.
Analisis Berita dengan Judul Publik Cenderung Terima Keistimewaan .......................................................................... 169
Tabel 13.
Analisis
Berita
dengan
Judul
Setgab
Terpecah
soal
Yogyakarta .............................................................................. 184
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 14.
Daftar
digilib.uns.ac.id
Berita
Seputar
Isu
Keistimewaan Yogyakarta
Pada Koran TEMPO Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ... 193 Tabel 15.
Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Koran TEMPOEdisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah ........................... 202
Tabel 16.
Analisis
Berita
dengan
Judul
Yogyakarta
Gulirkan
Referendum ............................................................................. 204 Tabel 17.
Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu Referendum ...................................................................... 210
Tabel 18.
Analisis
Berita
dengan
Judul
Silakan
Yogya
Gelar
Referendum ............................................................................. 216 Tabel 19.
Analisis Berita dengan Judul USULAN PEMERINTAH TETAP GUBERNUR YOGYA DIPILIH ................................ 226
Tabel 20.
Analisis
Berita
dengan
Judul
SULTAN
DIJADIKAN
GUBERNUR UTAMA ............................................................ 230 Tabel 21.
Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Ngotot Gubernur Yogya Harus Dipilih ................................................................ 236
Tabel 22.
Analisis Berita dengan Judul “71 Persen Warga Ingin Pemilihan”............................................................................... 244
Tabel 23. Analisis Berita dengan Judul Keraton Yogya Curiga Survei Direkayasa............................................................................... 249 Tabel 24.
Analisis Berita dengan Judul Survei Tandingan Disebar .......... 255
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 25.
digilib.uns.ac.id
Analisis Berita dengan Judul Mayoritas Responden Dukung Penetapan Sultan ..................................................................... 261
Tabel 26.
Analisis Berita dengan Judul Sama-sama Survei, Hasil Berkesebalikan ........................................................................ 267
Tabel 27.
Analisis Berita dengan Judul Setgab Koalisi
Bentuk Tim
Melobi Sultan .......................................................................... 273 Tabel 28.
Analisis Berita dengan Judul Pangeran Yogya Tinggalkan Demokrat ................................................................................ 278
Matrik Analisis Frame Berita .................................................................. 285
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN A. Harian Kompas 1. Surat Bukti Penelitian dari Kompas 2. Lembar Berita Harian Kompas yang Dianalisis Berdasarkan Tema 3. Daftar Pertanyaan (in depth interview)
B. Koran Tempo 1. Surat Bukti Penelitian dari Tempo 2. Lembar Berita Koran Tempo yang Dianalisis Berdasarkan Tema 3. Daftar Pertanyaan (in depth interview)
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
D.Pandu Yoga Bangsawan, D1209020, Media dan Isu Keistimewaan DIY (Analisis Framing Terhadap Berita Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari 2011). Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012. Isu seputar keistimewaan DIY menjadi perhatian media yang sangat luas sehingga menarik bagi Penulis untuk mengadakan penelitian, terutama pada harian Kompas dan Koran Tempo. Dilihat dari pandangan media, Isu Keistimewaan DIY mempunyai nilai berita yang tinggi karena memenuhi beberapa unsur kelayakan berita, antara lain penting, besaran, dekat, manusiawi, ketenaran, juga konflik /kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk : a).Mengetahui data tentang penilaian harian Kompas dan Koran Tempo terhadap isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta dalam pemberitaan yang dilakukan keduanya pada periode Desember 2010 – Januari 2011. b).Mengetahui data tentang framing (pembingkaian) harian Kompas dan Koran Tempo pada pemberitaan seputar isu Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta. c).Mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita. Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, yaitu sekedar mengungkapkan fakta yang terjadi di lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik tringanggulasi sumber. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis framing Pan Kosicki, dengan empat struktur pisau analisis yang lengkap, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) harian Kompas dalam mengemas realitas peristiwa seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010- Januari 2011 cenderung menonjolkan realitas opini publik melalui jajak pendapat lembaga litbang Kompas, (2) wartawan harian Kompas punya visi untuk membentuk sesuatu, yaitu membentuk opini publik, (3) Harian Kompas menerapkan follow-up dalam membingkai berita keistimewaan DIY terkait polemik RUUK DIY dengan menampilkan feature melalui cara berkisah tertentu, (4) unsur yang paling menonjol dalam berita keistimewaan DIY adalah unsur retoris. (5) Koran Tempo dalam mengemas realitas peristiwa seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011 cenderung berimbang, hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan porsi sama besar antara pandangan pihak pemerintah dengan pihak masyarakat DIY,(6) Koran Tempo memberikan porsi lebih pada usulan referendum, (7) Koran Tempo menerapkan
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
follow-up dalam membingkai berita keistimewaan DIY terkait polemik RUU Keistimewaan DIY, (8) Unsur yang paling menonjol dari analisis framing Pan Kosicki pada berita seputar Keistimewaan DIY di Koran Tempo edisi Desember 2010-Januari 2011 adalah unsur retoris. (9) Wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam menerapkan standart kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasanbatasan serta unsur-unsur lainnya, dalam mengolah dan menyuguhkan berita dipengaruhi oleh rutinitas media, yakni pada prosedur pengambilan keputusan di ruang pemberitaan. Adapun yang menjadi saran Penulis adalah: Bagi Pengelola Media: (1) Pengelola media diharapkan sebisa mungkin selalu menerapkan prinsip berita berimbang dalam pemberitaannya, melalui coverboth side bahkan cover all side. (2) Dalam melakukan peliputan sebagai bentuk pengawalan media terhadap suatu isu, diusahakan agar media tidak hanya menjadi/dijadikan corong oleh pihakpihak tertentu yang memanfaatkannya untuk kepentingan mereka. Bagi Pemerintah Pusat, DPR, dan pihak Keraton Yogyakarta: (1) Sebaiknya Pemerintah Pusat dan DPR segera menetapkan peraturan perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum, terhadap keberadaan Yogyakarta sebagai daerah istimewa, dengan memperhatikan aspirasi dari masyarakat Yogyakarta melalui DPRD dan pihak kraton Yogyakarta. (2) Setelah ada penetapan peraturan perundang-undangan bagi status keistimewaan DIY yang nantinya dapat diterima oleh semua pihak termasuk Kraton Yogyakarta dan pemerintah DIY, diharapkan peran dan fungsi pemerintahan dapat dilaksanakan dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya: (1) Berita seputar Keistimewaan DIY ini merupakan berita besar yang masih bisa memunculkan isu-isu baru dalam perkembangannya, karena sampai saat ini masih belum ada ujung pangkal penyelesaiannya sehingga masih dapat dilakukan penelitian, misalnya dalam hal sistem pemerintahan, kebudayaan, dan keagrariaan. (2) Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan terhadap berita seputar isu keistimewaan DIY di koran nasional, bisa mencoba menggunakan teori agenda setting, untuk melihat seperti apa akibat dari pemberitaan tersebut bagi tokoh-tokoh yang diberitakan, bagi tokoh DIY seperti apa, bagi Pemerintah seperti apa, bagi DPR seperti apa, juga bagi rakyat Yogyakarta sendiri seperti apa.
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
D.Pandu Yoga Bangsawan, D1209020, Mass Media and Issues Privileges DIY (Framing Analysis of News Privileges DIY at Kompas daily and Koran Tempo period December 2010- Januari 2011), Skripsi, Department of Communication, Faculty of Social and Politic Science, Sebelas March University, Surakarta, January, 2012. DIY issues surrounding privilege to be a very widespread media attention so attractive to authors to conduct research, mainly on the Kompas daily and Koran Tempo. Seen from the view of media, Issues privileges DIY has high news value because it meets some of the elements of news worthiness, among other significanse, magnitude, proximity, human interest, prominance, also conflict / controversy. This study aims to: a).Knowing about assement data Kompas daily and Koran Tempo on issues in the news privileges Yogyakarta province that carried out both in the period December 2010 – January 2011. b).Knowing the data on the framing Kompas daily and Koran Tempo on the news around issues previleges Yogyakarta related RUUK Yogyakarta. 3). Knowing the application of standards of truth, objectivity matrix, and restrictions as well as other element, which are used by the journalist Kompas daily and Koran Tempo in processing and presenting the news. This was a descriptive qualitative, that is merely expresses the fact that occur in the field. Data collection techniques using the techniques of documentation and interviews. The validity of the data using techniques trianggulasi source. The research method used is the method of framing the analysis of Pan Kosicki, with four-blade structure a compete analysis, the syntactic structure, the structure of the script, thematic structure, and rhetorical structure. Based on these results, it can be concluded that: (1) Kompas daily in reality of the surrounding the Priviliges DIY on the December 2010 – Janury 2011 tended to accentuate the reality of public opinnion through polls Litbang Kompas, (2) Kompas daily journalist had the vision to create something, which is shaping public opinion, (3) Kompas daily follow-up to apply in framing news privilege DIY relate RUUK DIY polemics by displaying certain features via recounts how. (4) The most prominent element in the privilege DIY news is the element of rhetorical. (5) Koran Tempo in reality resemble the events surrounding the privilige of DIY on the December 2010 – January 2011 tend to be balanced, it is shown to offer the same great between the views of the government with the DIY community, (6) Koran Tempo provides more servings on the proposed referendum, (7) Koran Tempo implement follow- up in news framing privilege DIYrelated polemic draft privileges DIY, (8) The most prominent element of the
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
analysis of framing Pan Kosicki on the news about privileges DIY of Koran Tempo in the edition December 2010 - Januari 2011 is the element of rhetorical. (9) Kompas daily journalist and Koran Tempo journalist in applying the standard of truth, matrix objectivity, and restrictions as well as other elements, in processing and presenting the news influenced by the routine media, namely the decision-making procedures in the news room. Suggestion the author is: For Media Manager: (1) Media managers is expected as far as possible always apply the principle of balanced news in preaching, through coverboth side even cover all sides. (2) In conducting media coverage as a form of guard against an issue, the media tried to be not only be/become the mouthpiece by certain parties who use it for their interest. For the Central Government, Parliament, and the Sultan Palace: (1) Central Government and Parliament should immediately establish regulations which provide legal certainty, the existence of Yogyakarta as special regions, taking into account the aspirations of the people of Yogyakarta through parliament and the palace of Yogyakarta. (2) Once there is legislation setting for the privilege satus of DIY that can later be accepted by all parties including the Sultan Palace and government DIY, expected roles an functions of government can be implemented properly. For further research: News of DIY privilege this is great news that still could raise new issues in its development, because until now there is still no end of the base so that the solution can still be done the research, for example in terms of system administration, culture, and agrarian. (2) Other researchers who want to conduct research on DIY news surrounding the issues of privilege in nation newspapers, could try to use the theory of agenda setting, ro see what the result of the reports for the figures are reported, for DIY figures as to what, for the Government as to what, for the Parliament as to what, as well as for themselves as to what the people of Yogyakarta.
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 33 propinsi dengan dua diantaranya merupakan daerah istimewa, yakni propinsi DI Yogyakarta dan DI Aceh, juga satu daerah khusus ibukota negara yaitu DKI Jakarta. Dengan menganut sejarah penunjukan status ketiga propinsi tersebut, tentu ketiganya memiliki
latar
belakang
yang berbeda dengan propinsi-propinsi
lain di
Indonesia. Terutama DI Yogyakarta, statusnya sebagai Daerah Istimewa itu merujuk pada runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri seperti ini pada zaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen, sedangkan pada zaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten
Pakualaman, berdiri
sejak
1813,
didirikan
oleh
Pangeran
Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Pemerintah Hindia Belanda saat itu mengakui Kasultanan maupun Pakualaman, sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua
itu
Kasultanan
dinyatakan tercantum
dalam kontrak dalam
politik.
Terakhir
kontrak
politik
Staatsblad 1941 No 47 dan kontrak politik
Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan hukumnya adalah: 1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI. 2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah). 3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu naskah). Namun, beberapa waktu yang lalu Presiden RI ke-enam sendirilah yang kemudian
melontarkan
statement
yang
memunculkan
polemik
tentang
Keistimewaan DIY. Ya, Keistimewaan Yogyakarta dipertanyakan!. Pada Jumat, 26 November 2010 lalu, saat membuka rapat kabinet terbatas di kantornya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan tidak pernah melupakan sejarah dan keistimewaan DIY. Keistimewaan DIY itu sendiri berkaitan dengan sejarah dari aspek-aspek lain yang harus diperlakukan secara khusus sebagaimana pula yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Maka itu harus diperhatikan aspek Indonesia adalah negara hukum dan negara demokrasi. Kemudian SBY melanjutkan dengan mengatakan: “Nilai-nilai demokrasi tidak boleh diabaikan, oleh karena itu, tidak boleh ada sistem monarki yang bertabrakan dengan konstitusi maupun nilai-nilai demokrasi ”. Pernyataan pada bagian inilah yang mungkin menuai kontroversi dari masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta. Pernyataan SBY yang kemudian memunculkan polemik tersebut, mengacu pada munculnya Undang - Undang No. 32/2004, yang salah satu isinya menetapkan
bahwa Kepala Daerah ditetapkan melalui pemilihan umum atau
yang biasa
disebut dengan istilah pemilukada. Semula pemerintah berniat
mengantisipasi keberadaan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa, dengan aturan yang tersendiri, namun Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta itu hingga kini tidak jelas nasibnya. Pembahasan Rancangan Undang-Undang ini menjadi deadlock, padahal masalahnya hanya menyangkut satu pasal saja yakni pasal jabatan Gubernur, dalam hal ini pemerintah maunya Gubernur dipilih langsung oleh rakyat. Akhirnya permasalahan status Keistimewaan Yogyakarta yang disulut oleh SBY ini menjadi sebuah wacana nasional masyarakat Indonesia, yang tentu saja tidak luput dari sorotan media, setelah pro dan kontra Rancangan UndangUndang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta mengerucut pada satu tema, yakni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Gubernur dipilih langsung oleh rakyat atau ditetapkan. Terjadi perbedaan pendapat antara Istana dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X, perbedaan tersebut semakin kentara saat wacana referendum mengemuka. Sultan meminta keputusan penentuan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih secara langsung, harus disepakati melalui referendum. Pemerintah dan DPR, kata Raja Yogyakarta tersebut, tidak bisa menentukan itu sendiri. Permasalahan RUU Keistimewaan Yogyakarta ini pun, beberapa waktu yang lalu sempat memicu DPRD Yogyakarta untuk ikut angkat bicara. Menurut DPRD Yogyakarta, dengan dasar pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, DPRD DIY menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat
I
tetap
lestari,
dengan
mengingat
sejarah
pembentukan
dan
perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati. Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 itu menyatakan bahwa ”Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hakhak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat Istimewa”. Sebagai Daerah Otonom setingkat Propinsi, DIY memang dibentuk dengan Undang-Undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman. Semakin lama masalah ini berkembang menjadi isu yang hangat diperbincangkan di tingkat nasional, Isu ini banyak diendus oleh berbagai media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
massa, baik cetak maupun elektronik, tingkat lokal maupun nasional dari waktu ke waktu, mulai dari kemunculannya. Media menyajikan berita seputar Isu Keistimewaan DIY yang menyangkut polemik RUU Keistimewaan Yogyakarta ini, sebagai headline media, salah satu diantaranya adalah harian Kompas dan Koran Tempo. Karena, dilihat dari pandangan media, isu ini dinilai mempunyai nilai berita yang menarik untuk diikuti perkembangannya tahapan demi tahapan. Dimana kejadian atau peristiwa yang dianggap mempunyai nilai berita (news value) adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur kelayakan berita. Unsur-unsur
nilai
berita
itu antara lain; significance (penting), magnitude
(besaran), timesliness (waktu dan aktualitas), proximity (dekat), prominance (ketenaran),
human
interest
(manusiawi).
Ditambah
pula
dengan
conflict/controversy (konflik/kontroversi), serta unusual (sesuatu yang tidak biasa).1 Jika ditemui salah satu dari unsur diatas, maka telah dapat menjadikan suatu kejadian/peristiwa sebagai nilai berita. Sedangkan apabila ditemukan lebih dari satu unsur, maka kejadian tersebut semakin bertambah tinggi nilai beritanya. Karena itu, usaha untuk mendapatkan berita besar adalah mencari kejadian yang memiliki sebanyak mungkin unsur-unsur tersebut. Jika dilihat dari unsur kelayakan berita, berita Keistimewaan Yogyakarta merupakan sesuatu yang significance (penting) bagi khalayak, karena banyak menyita perhatian masyarakat dan menimbulkan penilaian banyak orang, magnitude (besaran) sebab menyangkut nasib propinsi Yogyakarta sendiri sebagai
1
Y.B. Margantoro, Biar Berita Bicara, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2001, hal. 31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
daerah yang Istimewa menurut sejarah, juga menyangkut keutuhan NKRI, sehingga menjadikan berita ini berita besar dengan cakupan nasional. Unsur lainnya adalah proximity (dekat), hal ini dapat dilihat dari kedekatan hati antara Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai raja Yogyakarta dengan rakyatnya, yang notabene dinilai sangat setia kepada rajanya. Kemudian unsur human interest (manusiawi), sebab melibatkan gerakan manusia dari pihak-pihak yang memiliki perbedaan pandangan, seperti dapat dilihat dari munculnya gerakan masa warga Yogyakarta pendukung penetapan, mereka bersama-sama bersatu dalam bentuk: paguyuban Lurah dan Pamong Desa Ing Sedya Memetri Asrining Yogyakarta (Ismaya), Paguyuban Dukuh se-DIY Semarsembogo, Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat Desa se-DIY, Gerakan Semesta Rakyat Jogja (Gentaraja), Gerakan Rakyat Mataram (Geram), Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat, Forum Komunikasi Seniman Tradisi se-DIY, Parade Nusantara, maupun dalam bentuk demonstrasi sebagai wujud interaksi penggambaran kesamaan tekat. Selain itu juga ada unsur prominance (ketenaran), dikarenakan ada sesuatu yang membuat masyarakat luar Yogyakarta sendiri pun begitu mengagumi kota ini, dan sampai–sampai menganggapnya sebagai rumah kedua, misalnya saja para pelajar dari luar kota yang sedang menuntut ilmu di kota ini, sehingga menjadikan DIY terkenal / tenar dengan sebutan kota pelajar. Unsur selanjutnya yang menarik dan penting dalam kasus ini adalah adanya conflict/controversy (konflik/kontroversi), yakni antara pihak Pemerintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Pusat, Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat, DPR, dan masyarakat Yogyakarta yang mengacu pada RUU Keistimewaan DIY. Meminjam istilah George Wang, “Konflik adalah oase yang tak pernah kering dalam proses produksi berita”.2 Rumusan klasiknya adalah; konflik, kontradiksi, dan kontroversi adalah sesuatu yang paling bernilai berita. Sebuah konflik dan kontroversi bagaimana pun membutuhkan pemberitaan media, begitu juga konflik yang terjadi dalam masalah status Keistimewaan Yogyakarta yang mengacu pada RUUK Yogyakarta. Khalayak juga sangat tergantung kepada pemberitaan media guna mengetahui perkembangan konflik dan kontroversi. Dalam hal ini media berperan sebagai penyampai opini dan vokasi tentang kontroversi dan isu, serta memberitahu khalayak tentang perkembangan masalah dari waktu ke waktu yang membawanya kepada posisi yang strategis dalam konflik. Dalam titik ini media tidak hanya dapat mempengaruhi opini masyarakat tetapi juga pihak-pihak yang terlibat dalam konflik itu sendiri. Dalam kasus Keistimewaan Yogyakarta ini, media dianggap memiliki kekuatan tertentu, yang tentu saja mampu mempengaruhi situasi konflik. Kekuatan media ini muncul melalui
proses
pembingkaian (framing), teknik
pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang (angel), penambahan foto, gambar, dan lain-lain. Dengan demikian sebetulnya media mempunyai potensi sebagai peredam atau pendorong konflik. Media bisa juga memperjelas atau mengeleminirnya, dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu
2
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, ISAI, Jakarta, 2004, hal. 78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
realitas/peristiwa. Dalam hal ini media melakukan seleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar belakang dan sudut pandang yang berbeda. Setiap pihak berusaha menonjolkan baris penafsiran klaim, argumentasi masing-masing yang berkaitan dengan yang diberitakan atau diwacanakan. Berita mengenai Keistimewaan Yogyakarta sangat menarik untuk diteliti, karena Peneliti ingin melihat bangaimana sikap media di dalam memposisikan dirinya dalam pemberitaan seputar masalah ini, khususnya pada harian Kompas dan Koran Tempo. Apakah media bersifat netral dengan mewadahi berbagai wacana yang berkembang atau justru memiliki kecenderungan tertentu. Tentu setiap media memiliki ideologi yang berbeda satu sama lain, sehingga dalam menyusun fakta realita yang berkembang menjadi berita akan berbeda pula hasilnya antara satu media dengan media yang lain. Namun dalam hal ini Peneliti tidak
bertujuan
membandingkan
pemberitaan
mengenai
polemik
RUU
Keistimewaan Yogyakarta antara harian Kompas dengan Koran Tempo, tetapi melihat bagaimana media mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) berita sesuai dengan penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya. Oleh karena itu untuk melihat hal ini Peneliti memilih menggunakan metode analisis framing. Salah satu prinsip analisis framing adalah wartawan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
dapat menerapkan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya dalam mengolah dan menyuguhkan berita. Analisis ini mengungkapkan bahwa wacana yang dihasilkan media massa memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting bagi khalayak pembaca publik dan berbagai persoalan dan isu yang berkembang dalam wacana publik. Hal lain yang penting dalam pendekatan framing adalah, bahwa analisanya sampai pada tataran untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Hal ini yang tidak diketemukan dalam metode analisis jenis lainnya, seperti analisis isi, analisis wacana, agenda setting, dan semiotik. Model Analisis framing yang dipilih adalah model analisis framing Pan Kosicki, yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Alasan mengapa menggunakan model Pan Kosicki dalam penelitian ini adalah karena model ini dinilai tepat untuk dipakai membedah pembingkaian realitas oleh media melalui isi berita/teks media. Model ini juga merupakan salah satu alternatif yang baik dalam menganalisis teks media disamping analisis isi kuantitatif, karena memiliki empat struktur pisau analisis yang lengkap, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Sedangkan
alasan
pemilihan
persoalan
mengenai
isu
seputar
Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta, adalah karena wacana ini sedang ”booming” di berbagai media di Indonesia baik media cetak maupun media elektronik, lokal maupun nasional, dimana hingga saat ini belum diketahui ujung penyelesaiannya, mengingat sifatnya yang sangat sensitif, dikarenakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
menyangkut sejarah bangsa dan dapat mengakibatkan perubahan sosial, politik, budaya, bahkan tata pemerintahan. Sedangkan alasan pemilihan harian Kompas dan Koran Tempo sebagai media yang diteliti, karena keduanya adalah media bertaraf nasional yang sudah ternama, dan punya rating tinggi disertai dengan isi pemberitaan yang kritis dan logis, dengan bahasa santun namun cerdas. Untuk edisi seputar topik ini yang dipilih adalah pada edisi Desember 2010 – Januari 2011, karena pada periode inilah isu mengenai Keistimewaan Yogyakarta berhembus kencang, dan banyak diliput oleh media massa.
B. Rumusan Masalah Perumusan masalah berguna untuk mempermudah dalam pelaksanan penelitian. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas sehingga dapat tercapai sasaran dan tujuan yang dipilih. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Seperti apa pemberitaan
yang dilakukan harian Kompas dan Koran
Tempo pada periode Desember 2010 – Januari 2011 sebagai bentuk penilaian ( variabel independent ) terhadap isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta ( variabel dependent ) ? 2. Seperti apa harian Kompas dan Koran Tempo mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) isu Keistimewaan Yogyakarta berkaitan dengan RUUK Yogyakarta dalam pemberitaannya? 3. Seperti apa penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui data tentang penilaian harian Kompas dan Koran Tempo
terhadap
isu
Keistimewaan
propinsi
Yogyakarta
dalam
pemberitaan yang dilakukan keduanya pada periode Desember 2010 – Januari 2011. 2. Untuk mengetahui data tentang framing (pembingkaian) harian Kompas dan Koran Tempo pada pemberitaan seputar isu Keistimewaan Yogyakarta terkait RUUK Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis Bagi Peneliti o
Diharapkan dapat memberi gambaran, bagaimana cara suatu media
dalam
mengkonstruksikan
realitas
peristiwa
atau
membingkai (mem-frame) suatu peristiwa ke dalam bentuk berita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
o
Diharapkan dapat memberi gambaran, faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses framing/rekonstruksi realitas peristiwa.
Bagi Mahasiswa, Dosen, dan Akademisi Ilmu Komunikasi o
Diharapkan dapat menjadi referensi, bahan perbandingan, dan bahan pembelajaran dalam penelitian kasus serupa di waktu mendatang.
Bagi Praktisi Media Massa o
Diharapkan dapat menjadi penilaian terhadap penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsurunsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan dalam mengolah dan menyuguhkan berita.
Bagi Masyarakat o
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran, guna mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
o
Dapat mengetahui bentuk pemberitaan yang dimuat dalam harian Kompas dan Koran Tempo mengenai isu Keistimewaan propinsi Yogyakarta.
b. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbang pemikiran dalam penyempurnaan konsep dan teori analisis framing media, dalam penggunaanya pada kasus serupa di masa mendatang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
E. Tinjauan Pustaka Untuk menunjang perumusan masalah dan mempermudah penyampaian teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini, maka sebelumnya akan dijelaskan beberapa poin-poin yang didapat dari sumber berupa textbook, hasil penelitian, dan sebagainya, yang mendukung pembahasan dan mendukung pembuatan instrumen. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut : a. Isu dan Opini Publik Isu diuraikan sebagai topik yang terbentuk di sekitar masyarakat. Isu bisa pula didefinisikan sebagai perbedaan pendapat diantara kelompok-kelompok berdasarkan kesenjangan dalam fakta, nilai, atau kejadian. Definisi lainnya dari Isu adalah perbedaan pandangan antara dua atau lebih pihak terhadap alokasi sumberdaya, termasuk alam, finansial, politik, atau simbolik.3 Isu yang sifatnya pribadi biasanya mencakup ketidaksetujuan yang muncul di masyarakat. Isu dapat pula diperdebatkan oleh masyarakat, dicakup oleh media massa, dan disampaikan oleh pemerintah. Isu tidaklah statis melainkan dinamis, ia tergantung pada besarnya perhatian yang diterima selang waktu tertentu. Isu akan tumbuh sejak munculnya sampai kepada kematangan yang prosesnya bisa memakan waktu lama. Meskipun demikian,
yang
harus
diperhatikan
dari suatu
isu
adalah
terciptanya
ketidakpastian. Isu yang bergulir di kalangan khalayak ramai dapat menimbulkan suatu opini publik. Opini adalah pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu,
3
Ahmad Fuad Afdhal, Tips & Trik Public Relation, Grasindo, Jakarta, 2005, hal. 113
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
opini bersifat subjektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lainnya selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang beropini, antara orang yang satu dengan orang yang lainnya memperlihatkan adanya perbedaan4. V.O. Key, Jr. mendefinisikan opini publik sebagai berikut: ”the combined person opinions of adult toward issues of relevance to government”. Menurut pendapat V.O Key, Jr. opini publik dipandang sebagai gabungan pendapat pribadi dari orang-orang dewasa terhadap isu-isu yang relevan dengan pemerintah 5. Ada beberapa macam definisi mengenai opini publik, dilihat dari beberapa tinjauan ilmu, antara lain6 : 1.
2.
3.
Ditinjau dari ilmu sosiologi, menurut William G Sumer, opini publik diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam masyarakat. Disini kekuatan berasal dari norma atau mitos yang berada di masyarakat dan bukan dari pendapat perorangan. Definisi ini menjelaskan bahwa jika suatu pendapat dianut oleh banyak orang, maka dapat diasumsikan bahwa pendapat itu benar. Ditinjau dari ilmu komunikasi, menurut Bernard Berelson, opini publik diartikan sebagai pertukaran informasi yang membentuk sikap, menentukan isu dalam masyarakat, dan dinyatakan secara terbuka. Opini publik sebagai komunikasi mengenai soal-soal tertentu yang jika dibawakan dalam bentuk atau cara tertentu kepada orang tertentu akan membawa efek tertentu pula. Ditinjau dari ilmu Psikologi, menurut Leonard W. Doob, opini publik diartikan sebagai hasil dari sikap sekumpulan orang yang memperlihatkan reaksi yang sama terhadap rangsangan yang sama dari luar.
4
.Aceng Abdullah, PRESS RELATION; Kiat berhubungan dengan media massa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 5 V.O. Key, Jr., ”PublicOpinion and American Democracy”, New York: Knopf, 1967, page. 14 dalam Erikson, Robert S. Luttbeg, Norman R; Tedin, Kent L. Pendapat umum- Amerika, (New York: John Wiley & Son, 1980), Hal: 2-3 6 .http://www.elib.unikom.ac.id/files/disk1/387/jbptunikompp-gdl-mellymauli-19326-5-babixo-k. pdf, diakses 13 September 2011, pukul 22.07 WIB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Menurut Erikson, Lutberg, dan Tedin ada empat tahap terbentuknya opini publik, tahapan itu antara lain 7: 1. 2. 3. 4.
Muncul isu yang dirasakan sangat relevan bagi kehidupan orang banyak. Isu tersebut relatif baru hingga memunculkan kekaburan standar penilaian atau standar ganda. Ada opinion leaders (tokoh pembentuk opini) yang juga tertarik dengan isu tersebut, seperti politisi atau akademisi. Mendapat perhatian pers hingga informasi dan reaksi terhadap isu tersebut diketahui khalayak.
Isu seputar keistimewaan DIY yang dibahas dalam penelitian ini merupakan suatu isu penting yang dapat menimbulkan beraneka macam opini publik.
b. Berita 1. a.
Pengertian Berita Berita adalah fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung nilai-nilai yang
diumumkan,
diinformasikan,
yang
menarik
perhatian sejumlah orang. Unsur-unsur yang terpenting dari berita adalah “dikomunikasikan” dan “menarik perhatian sejumlah orang” karena merupakan sesuatu yang “baru” bagi mereka. Jadi sekalipun ada
fakta,
opini,
dan
nilai,
tapi
fakta
tersebut
belum
dikomunikasikan belum dapat disebut berita. Sebaliknya, jika sesudah dikomunikasikan namun tidak menarik publik atau
7
.http://www.fikom-jurnalistik.blogspot.com/2011/03/proses-pembentukan-opini-publik-proses. html, diakses 13 September 2011, pukul 23.10 WIB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
kelompok publik yang dituju karena bukan sesuatu yang baru, itu pun belum dapat disebut sebagai berita.8 b.
Berita itu adalah sesuatu yang nyata (news is real). Wartawan adalah pencari fakta. Fakta yang dilengkapi dengan benar akan sama dengan kebenaran itu sendiri. Rem Rieder, editor American Journalism Review, mengatakan: Fakta adalah fakta, fiksi adalah fiksi. Jika ingin mengarang fiksi tulislah novel. Berita adalah juga peristiwa yang segar, yang baru saja terjadi, plus dan minus. Dari peristiwa itu, berita merentang sedikit ke masa lampau dan masa datang. Tekanan pada unsur waktu ini perlu sebab masyarakat sadar akan sifat sementara dari suatu keadaan. Keadaan selalu berubah dan konsumen berita ingin informasi yang paling kini. Perkembangan berita pagi ini mungkin sudah meninggalkan “fakta” yang ditulis semalam. 9
c.
Mark Fishman memberikan definisi berita sebagai berikut: News is neither a reflection nor a distortion of reality because either of these characterization implies that news can record what is out there. News story, if they reflect anything, reflect the practice of the workers in the organizations that produce news. Some time ago Walter Gieber (1964) made the point that news is what newspapermen make it. 10 Mark Fisherman memandang berita bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada di luar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita merefleksikan realitas, apakah berita distorsi atas realitas, maupun apakah berita sesuai dengan kenyataan ataukah bias terhadap kenyataan yang digambarkannya. Karena tidak ada realitas dalam arti riil yang berada di luar diri wartawan. Kalaulah berita itu merefleksikan sesuatu maka refleksi
8
Maria Assumpta Rumanti, "Dasar-dasar public relation, teori dan praktik", Grasindo, Jakarta, 2002, hal. 130 9 Lih. rem Rieder, "Old Value for New Landscape", dalam American Journalism Review, Nov, 1999. dalam Luwi Ishwara, "Jurnalisme Dasar:Skeptis itulah ciri khas jurnalisme, hanya dengan bersikap skeptis, sebuah media dapat hidup", Seri Jurnalistik KOMPAS, Jakarta, 2011, hal: 76 10 Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese. Mediating the message: theoties of influences on Mass Media Content, Second Edition, New York: Longman, 1996, hal. 110-111.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
itu adalah praktik pekerja dalam organisasi yang memproduksi berita. Berita adalah apa yang pembuat berita buat.
2.
Nilai Berita
Jurnalisme adalah bercerita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya, dan ada tema yang diangkat dari suatu peristiwa. Dalam berita ada karakteristik intrisik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Menurut Shoemaker dan Reese, Nilai berita adalah elemen yang ditujukan kepada khalayak 11. Nilai berita merupakan prosedur standar peristiwa apa yang bisa disebarkan kepada khalayak. Sehingga suatu peristiwa tidak bisa langsung disebarkan kepada khalayak sebagai berita, ia harus disaring untuk diproses secara profesional oleh wartawan dengan memilih peristiwa yang tidak biasa terjadi di sekitar khalayak. Jadi, Nilai berita adalah produk dari konstruksi wartawan, ia menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan, untuk menentukan kelayakan berita (newsworthy). Nilai berita yang berasal dari news value bisa diketahui dari “pesan” yang dikandung oleh suatu berita. Pesan tersebut berisi nilai-nilai; dalam arti bahwa suatu peristiwa ataupun pernyatan seseorang tidak mungkin menjadi berita jika tidak memiliki nilai berita. Nilai-nilai berita setidaknya dapat berupa12: 1.
Informasi
2.
Klarifikasi
11
Luwi Ishwara, "Jurnalisme Dasar: Skeptis itulah ciri khas jurnalisme, hanya dengan bersikap skeptis, sebuah media dapat hidup", Seri Jurnalistik KOMPAS, Jakarta, 2011, hal. 77 12 .Sam Abede Pareno, Manajemen Berita antara Idealisme dan Realita, Papyrus, Surabaya, 2003, hal. 25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
3.
Memperluas wawasan
4.
Melahirkan konflik
5.
Meredam konflik
6.
Menyebarkan keadilan dan kebenaran
7.
Menyelesaikan masalah
Peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita ini misalnya yang mengandung konflik (conflict/controversy), bencana alam dan kemajemukan (natural disasters & the plurality), dampak (impact), kemasyhuran (fame), saat yang tepat (timeliness) / kesegaran(freshness) dan kedekatan (proximity), keganjilan (peculiarity), interaksi manusia / human interest, seks, dan aneka lainnya.13 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Gambaran Umum Nilai Berita No.
13
Unsur Nilai Berita
1.
Prominance
2.
Human Interest
3.
Conflict/Controversy
4.
Unusual
5.
Proximity
6.
Timeliness/Freshness
Luwi Ishwara, Loc.Cit.
Penjelasan Nilai berita diukur dari kebesaran peristiwanya atau arti pentingnya. Peristiwa yang diberitakan adalah peristiwa yang dipandang penting. Peristiwa lebih memungkinkan disebut berita kalau peristiwa itu lebih banyak mengandung unsur haru, sedih, dan menguras emosi khalayak. Peristiwa yang mengandung konflik lebih potensial disebut berita dibandingkan dengan peristiwa yang biasa-biasa saja. Berita mengandung peristiwa yang tidak biasa, peristiwa yang jarang terjadi. Peristiwa yang dekat lebih layak diberitakan dibandingkan dengan peristiwa yang jauh, baik fisik maupun emosional dengan khalayak. Peristiwa yang menyangkut hal-hal yang sedang terjadi / baru ditemukan. Kejadian / peristiwa baru akan lebih menarik perhatian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
7.
Magnitude
8.
Pecualirity
9.
Fame
10.
Seks
khalayak, dibandingkan peristiwa sudah berlalu. Peristiwa yang dianggap lebih besar pengaruhnya / menyangkut lebih banyak orang dibandingkan peristiwa lainnya. Peristiwa yang dianggap ganjil oleh khalayak dan tidak normal. Peristiwa yang menyangkut hal-hal atau orang perorang yang terkenal di mata khalayak. Peristiwa yang berkaitan dengan nilai-nilai seks.
* Hasil rangkuman dan adopsi dari Eriyanto, Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi, dan Politik media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal: 106-107, dan sumber-sumber lain.
3.
Syarat Berita
Suatu peristiwa yang awalnya kompleks dan tidak beraturan namun memiliki kelengkapan unsur-unsur berita, yang kemudian ia ditangkap oleh wartawan untuk diolah secara profesional dengan cara disederhanakan dan dibuat bermakna sebagai sebuah berita, haruslah memiliki syarat-syarat tertentu sebelum ia disebar luaskan kembali kepada khalayak melalui media massa, Syarat-syarat berita tersebut adalah14 : a. b. c. d. e.
Akurat, singkat, padat, jelas, dan sesuai dengan kenyataan. Tepat waktu dan aktual. Obyektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa opini dari penulis yang dibuat-buat. Menarik, apa yang disajikan terdiri dari kata-kata dan kalimat yang khas, segar, dan enak dibaca. Baru, belum diberitakan sebelumnya atau merupakan ulangan, “baru” ini sangat penting, yang menarik perhatian.
14
.Maria Assumpta Rumanti, "Dasar-dasar Public Relation, Teori dan Praktik", Grasindo, Jakarta, 2002, hal. 130
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
4.
Produksi Berita
Dalam proses produksi berita tahap awalnya adalah bagaimana wartawan mempersepsi peristiwa/fakta yang akan diliput. Menurut Mark Fishman, ada dua kecenderungan studi melihat proses produksi berita15. Pertama, disebut pandangan seleksi berita (selectivity of news). Dalam bentuk yang umum pandangan ini sering melahirkan teori seperti gatekeeper, intinya: proses produksi berita adalah proses seleksi yang dilakukan wartawan di lapangan dengan memilih peristiwa mana yang penting mana yang tidak, mana yang bisa diberitakan mana yang tidak. Setelah itu diseleksi dan disunting lagi oleh redaktur guna melihat bagian mana yang perlu dikurangi atau ditambah. Pandangan ini mengandaikan seolah-olah ada realitas yang benar-benar riil di luar diri wartawan, dimana realitas tersebut yang akan diseleksi wartawan guna dibentuk menjadi sebuah berita. Pendekatan Kedua, pendekatan pembentukan berita (creation of news), dalam perspektif ini peristiwa bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, yakni dibentuk oleh wartawan dengan melakukan kreasi peristiwa dan realitas. Wartawan berinteraksi dengan dunia (realitas) dan dengan orang yang diwawancarai, dan sedikit banyak menentukan bagaimana bentuk dan isi berita yang dihasilkan. Berita dihasilkan dari pengetahuan dan pikiran, bukan karena ada realitas
objektif
yang
berada
di
luar,
melainkan
karena
orang
akan
mengorganisasikan dunia yang abstrak ini menjadi dunia yang koheren dan beraturan serta mempunyai makna.
15
Mark Fishman, "Manufacturing News”, (Austin; University of Texas Press, 1980), terutama hal. 13-14. dalam Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal. 100-101.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Proses pembentukan berita adalah proses yang rumit dan banyak faktor yang berpotensi untuk mempengaruhinya. Di dalam ruang pemberitaan sendiri yang merupakan tempat produksi berita, ada banyak kepentingan dan pengaruh yang dapat mengintervensi media, sehingga niscaya akan terjadi pertarungan dalam memaknai realitas dalam presentasi media. Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese
menyebutkan ada
faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam ruang pemberitaan16, faktor tersebut adalah: a.
Faktor individual, faktor ini berhubungan dengan latar belakang profesional dari pengelola media. Level individual melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personal dari pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan ditampilkan kepada khalayak.
b.
Level rutinitas media (media routine), rutinitas media berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan berita. Dimana setiap media umumnya mempunyai ukuran tersendiri tentang apa yang disebut berita, apa ciri-ciri berita yang baik, atau apa kriteria kelayakan
berita.
Ukuran
tersebut
adalah
rutinitas
yang
berlangsung tiap hari dan menjadi prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. c.
Level organisasi, level ini berhubungan dengan struktur organisasi yang secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Pengelola media dan wartawan bukan orang yang tunggal yang ada dalam organisasi
16
Pamela J. Shoemaker and Stephen D. Reese, Mediating the Message: theoties of influences on Mass Media Content, Second Edition, New York: Longman, 1996. dalam Agus Sudibyo,”Politik Media dan Pertarungan Wacana, LKiS, Yogyakarta, 2001, hal. 7-13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
itu sendiri. Karena masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. d.
Level extra media, level ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media. Hal-hal di luar organisasi media sedikit banyak dalam banyak kasus akan mempengaruhi pemberitaan media. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam lingkungan luar media, seperti: Sumber
berita,
ia
mempunyai
kepentingan
untuk
mempengaruhi media dengan berbagai alasan: memenangkan opini publik, atau membuat citra tertentu kepada khalayak, dan seterusnya. Sumber penghasilan media, ia bisa berupa iklan, bisa pula berupa pelanggan/pembeli media. Misalnya, media tertentu tidak akan memberitakan kasus tertentu yang berhubungan dengan pengiklan, kecuali ada tema tertentu yang menarik dan bisa mendongkrak penjualan sang pelanggan. Dari sini dapat dilihat bahwa pelanggan dalam banyak hal juga ikut mewarnai pemberitaan media. Pihak eksternal seperti pemerintah dan lingkungan bisnis. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh corak dari masing-masing lingkungan eksternal media. Misalnya, di negara otoriter pengaruh pemerintah menjadi faktor yang dominan dalam menentukan berita yang akan disajikan, sedangkan di negara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
demokratis dan menganut liberalis campur tangan negara praktis tidak ada, justru pengaruh yang besar berada pada lingkungan pasar dan bisnis. Level ideologi, ideologi disini diartikan sebagai kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya.
5.
Kategori Berita
Prinsip lain dalam proses produksi berita adalah pengkategorian berita. Menurut Touchman ada lima kategori berita yang dipakai oleh wartawan untuk membedakan jenis isi berita dan subyek peristiwa yang menjadi berita, yaitu hard news, soft news, spot news, developing news, dan continuitas news17. Penjelasan kelima kategori berita tersebut adalah sebagai berikut: a.
Hard News, Berita mengenai peristiwa yang terjadi saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualitas, semakin cepat diberitakan semakin baik, karena ukuran keberhasilan dari kategori berita ini adalah dari sudut pandang kecepatan pemberitaannya. Berita hard news berhubungan dengan peristiwa yang penting dan cerita yang menarik untuk manusia. Peristiwa yang masuk dalam kategori hard news adalah peristiwa yang direncanakan (sidang istimewa, memorandum, pemeriksaan pejabat atas tuduhan korupsi) bisa juga peristiwa yang tidak direncanakan (kerusuhan di sampit, atau bencana alam di lampung).
17
.Gaye Tuchman, ”Making News by Doing Work: Routinizing the Unexpected” dalam Morris Janowitz and Paul Hirsch (ed), Reader in Public Opinion and mass Communication. Third Edition, (New York: Macmillan Publishing, 1981), hal. 170-184 lihat juga Gaye Touchman, ”The Expection Proves The Rule: The study of Routine News Practice”, dalam Paul m. Hirsch, Peter V. Miller, and F. Gerald Kine (ed.), Strategies for Comminication Research, Sage Annual Reviews of Communication Research, (Vol.6, 9 Baverly Hills: Sage Publication, 1997), hal: 43-62. Dalam Eriyanto, Op.Cit., hal. 108-110
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b.
c.
d.
e.
Soft News, Kategori berita ini berhubungan dengan kisah manusiawi (human interest). Dalam berita soft news informasi yang disajikan kepada khalayak bisa diberitakan kapan saja karena yang dilihat adalah apakah informasi yang disajikan kepada khalayak tersebut menyentuh emosi dan perasaan khalayak. Berita soft news berhubungan dengan peristiwa yang menarik yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Spot News, adalah subklasifikasi dari berita hard news. Dalam spot news, peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan dan tidak bisa diprediksi, karena tidak bisa diperkirakan secara spesifik dimana dan kapan peristiwa akan terjadi. Developing News, adalah subklasifikasi lain dari hard news. Dalam developing news peristiwa yang diberitakan adalah mirip dengan spot news yakni berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga, namun dalam developing news dimasukkan elemen lain, dimana peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya. Continuing News, juga merupakan subklasifikasi dari hard news. Dalam continuing news peristiwa-peristiwa bisa diprediksi dan direncanakan. Dimana suatu peristiwa bisa jadi kompleks, dan tidak terduga tetapi mengarah pada satu tema tertentu. Sebagai contoh, adalah peristiwa jatuhnya memorandum sampai sidang istimewa.
c. Media Massa 1.
Pengertian Media Massa
Menurut McLuhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk khalayak informasi itu dapat membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra.18
18
Firsan Nova, Crisis:Public Relations, Grasindo, Jakarta, 2009, hal. 204
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
2.
Fungsi Media Massa
Media massa dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi memiliki berbagai macam fungsi, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik. Media massa adalah alat untuk menyampaikan berita, penilaian, atau gambaran umum tentang banyak hal. Ia bukanlah sesuatu yang bebas, independent, tetapi memiliki keterkaitan dengan realitas sosial. Fungsi media massa secara umum adalah19 : a. b.
c. d.
3.
Pengantar (pembawa) bagi segenap pengetahuan. Jadi, media massa memainkan peran institusi lainnya. Media massa menyelenggarakan kegiatan dalam lingkungan publik. Pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara sukarela, umum, dan murah. Hubungan antara pengirim pesan dengan penerima pesan pada dasarnya seimbang dan sama. Media massa menjangkau lebih banyak orang dari pada institusi lain, dan sejak dulu “mengambil alih” peranan sekolah, orang tua, agama, dan lain-lain.
Aspek-aspek yang membuat media massa penting dalam kehidupan politik 20
a.
b.
Daya jangkauannya (coverage) yang sangat luas dalam menyebarluaskan informasi politik; yang mampu melewati batas wilayah (geografis), kelompok umur, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi (demografis), juga perbedaan paham dan orientasi (psikografis). Dengan begitu, suatu masalah politik yang dimediasikan menjadi perhatian bersama di berbagai tempat dan kalangan. Kemampuannya melipat gandakan pesan (multiplier of message) yang luar biasa, Satu peristiwa politik bisa dilipat gandakan pemberitaannya sesuai jumlah eksemplar koran, tabloid, dan majalah yang tercetak, juga bisa diulang-ulang penyiarannya sesuai kebutuhan. Alhasil, pelipat gandaan ini menimbulkan dampak yang sangat besar di tengah khalayak.
19
Firsan Nova, Ibid. Ibnu Hamad, "Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: sebuah study critical discourse analysis terhadap berita-berita politik”, edisi: 1, Granit, Jakarta, 2004. Harsono Suwardi, Suatu pengantar, hal. XV-XVI 20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
c.
d.
e.
Setiap media bisa mewacanakan sebuah peristiwa politik sesuai pandangannya masing-masing, Kebijaksanaan redaksional yang dimilikinya menentukan penampilan isi peristiwa politik yang diberitakan. Justru karena kemampuan inilah media banyak diincar oleh pihak-pihak yang ingin menggunakannya dan sebaliknya dijauhi oleh pihak yang tak menyukainya. Fungsi Agenda Setting, media memiliki kesempatan yang luas (bahkan hampir tanpa batas) untuk memberitakan sebuah peristiwa politik. Sesuai dengan kebijakannya masing-masing. Setiap peristiwa politik dapat disiarkan atau tidak disiarkan. Yang jelas, belum tentu berita politik yang menjadi agenda merupakan agenda publik juga. Pemberitaan peristiwa politik oleh suatu media lazimnya berkaitan dengan media lainnya hingga membentuk rantai informasi (media as links in other chains). Hal ini akan menambah kekuatan tersendiri pada penyebaran informasi politik dan dampaknya terhadap publik. Dengan adanya aspek ini, semakin kuatlah peranan media dalam membentuk opini publik.
Dalam kerangka pembentukan opini publik, media massa umumnya melakukan tiga kegiatan sekaligus, Pertama, menggunakan simbol-simbol politik (language of politic). Kedua, melaksanakan strategi pengemasan pesan (framing strategies). Ketiga, melakukan fungsi agenda media (agenda setting function).21
d. Sejarah Keistimewaan Yogyakarta Yogyakarta adalah daerah yang pernah menjadi Ibukota RI di tahun 1946-1949 pada masa penjajahan Belanda (tepatnya tanggal 4 Januari 1946 s.d 27 Desember 1949). Pada waktu itu Sultan Hamengku Buwono IX menjadi pemimpin pemerintahan di Indonesia, dikarenakan Mohammad Hatta yang merupakan perdana menteri saat itu menjadi wakil RI dalam Konferensi Meja
21
McNair, Brian,"An Introduction to political Communications”, (London, Routledge, 1955, Bab 1), hal 12. Membagi realitas politik menjadi 3 bentuk: Objective political reality (kejadiankejadian politik sebagaimana adanya), Subjective reality (kejadian politik menurut persesi aktoraktor politik dan khalayak, constructed reality (realitas politik hasil liputan media). dalam Ibnu Hamad, Op.Cit., 2004, hal. 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Bundar (KMB) di Belanda. Dan Sultan Hamengku Buwono IX pula lah yang mewakili RI dalam penyerahan kekuasaan dari Belanda melalui Lovink sebagai wakil Belanda. Melihat sejarah perjuangan pada masa perang kemerdekaan tersebut sudah sepantasnya Yogyakarta mendapat predikat Daerah Istimewa dari Pemerintah RI berkaitan dengan statusnya. Yogyakarta pun pernah dirumuskan keistimewaannya meliputi tiga hal yang dapat ditelusuri dari kenyataan historis, yaitu keistimewaan dalam hal kepala daerah dan wakil kepala daerah, keistimewaan dalam hal pemilikan tanah, dan keistimewaan dalam kebudayaan. Meski secara yuridis belum diatur tersendiri secara keseluruhan, namun hal ini sejak tahun 1945 sudah dihayati dan dilaksanakan oleh pemerintah DIY, dan tidak ditolak Pemerintah Pusat. Dan akan lebih baik lagi bila benar-benar dikukuhkan dalam peraturan perundang-undangan RI yang resmi, mengingat lima landasan sebelumnya dianggap belum cukup kuat mengukuhkan status keistimewaan Yogyakarta. Kelima landasan hukum sebelumnya yang dibuat berkaitan dengan Keistimewaan Yogyakarta tersebut antara lain: 1.
UUD 1945 pasal 18, yang memberi pengakuan formal terhadap daerah-daerah yang memiliki keistimewaan, yang diatur dengan Undang-undang, dengan mengingat hak-hak asal-usul yang berlaku di daerah istimewa itu”.22
22
Soedarisman Poerwokoesoemo, "Daerah Istimewa Yogyakarta", Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1984, hal. 53
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Tegasnya, sekalipun secara de facto keistimewaan Yogyakarta diakui, namun secara de jure memerlukan pengaturan atau katentuan hukum yang pasti. 2.
Undang-undang No.3 tahun 1950, tentang pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun UUD ini masih berlandaskan pada UUDS 1950, sedangkan berdasarkan dekrit presiden 5 Juli 1959, negara RI kembali menggunakan UUD 1945 hingga kini. Di dalam UU No.3 tahun 1950 tersebut ditetapkan 13 urusan yang menjadi kewenangan propinsi Yogyakarta. Artinya sama dengan urusan yang diserahkan kepada propinsi lain, bedanya urusan-urusan rumah tangga dan kewajiban-kewajiban lain yang telah dikerjakan oleh Pemerintah Yogyakarta sebelum pembentukan UU No.3 tahun 1950 tetap dilanjutkan sampai kelak ditentukan lain oleh Undang-undang yang baru. Selain itu ditentukan pula bahwa Pemerintah Yogyakarta harus memikul semua hutang piutang yang terjadi sebelum pembentukan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.23 Kemudian pada tanggal 14 Agustus 1950 juga dikeluarkan Undangundang No.19 tahun 1950 yang mengubah Undang-undang No.3 tahun 1950, dimana dalam Undang-undang ini ditetapkan 15 urusan yang menjadi kewenangan provinsi Yogyakarta, yang sebelumnya ada 13 urusan. Namun dalam Undang-undang No.3 tahun 1950 maupun Undang-undang No.19 tahun 1950 disamping memasung
23
.The Liang Gie, "Pertumbuhan Pemerintahan daerah di Negara Republik Indonesia”, Liberty, Yogyakarta, 1993, hal. 205
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
inisiatif daerah sebab mengatur urusan bukan memberi kewenangan, juga tidak mencakup dimensi Keistimewaan Yogyakarta. Karenanya dirasa perlu membentuk satu Undang-undang baru sebagai payung yuridis yang secara eksplisit dan komprehensif mengakui dan mengatur keistimewaan Yogyakarta. 3.
Maklumat Sri Sultan Hamengku Buwono IX (sebagai penguasa Kasultanan Yogyakarta) dan Sri Paku Alam VII (sebagai penguasa Kadipaten Pakualaman), yang menegaskan bahwa Yogyakarta adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia yang berstatus Istimewa, karenanya keduanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia24. Maklumat tersebut selaras dengan piagam Kedudukan Sri Sultan Hamengkubuwono dan Sri Paku Alam yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 19 Agustus 1945 25.
4.
Amanat Sri Padoeka Ingkeng Sinoewoen Kandjeng Soeltan Hamengkoe Boewana IX dan Sri Padoeka Kandjeng Goesti Pangeran Adipati Arja Pakoealam VIII tanggal 30 Oktober 1945, yang menyatakan proses penyelenggaraan pemerintahan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan oleh Sri Sultan, Sri Paku Alam, dan Badan Pekerja Komite Nasional Daerah Yogyakarta (terdiri dari wakil-wakil rakyat yang bisa dinilai sebagai pengakuan akan perlunya keterlibatan rakyat dalam proses pemerintahan) membuktilkan adanya upaya monarki Yogyakarta untuk melakukan demokratisasi politik.26
5.
Maklumat nomor 18 tanggal 18 Mei 1946 tentang Dewan-Dewan Perwakilan Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan
24
Soedarisman Poerwokoesoemo, Op.Cit, hal. 14-16 Sujamto dalam Soedarisman Poerwokoesoemo, Ibid, hal. 295-296 26 Ibid, hal. 19-20 25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
persetujuan antara Sri Sultan, Sri Paku Alam, dan Badan Pekerja Dewan Daerah, dimana layak dinilai sebagai satu langkah yang lebih maju untuk membangun pemerintahan yang stabil dan efektif. Maklumat ini berisi keputusan untuk mengadakan peraturan tentang jalannya kekuasaan mengatur dari memerintah (legislatif dan eksekutif)
sehingga
akuntabilitas
vertikal
dan
akuntabilitas
horizontal dari pemerintah di Yogyakarta dapat dicapai.27 Dengan maklumat ini dapat dilihat bahwa Sri Sultan maupun Sri Paku Alam sudah
berusaha
menciptakan
desentralisasi
kekuasaan
dan
mengakibatkan munculnya mekanisme check and balance yang menjadi ciri sebuah pemerintahan yang demokratis.
F. Landasan Teori Tinjauan
teoritis
berguna
sebagai
arahan
untuk
mempermudah
tercapainya tujuan suatu penelitian. Dengan didasarkan pada teori yang relevan, suatu tinjauan teoritis dapat memberikan rambu-rambu dalam pemikiran si peneliti. Berikut ini adalah penyajian tinjauan teoritis yang digunakan :
1. Paradigma Konstruksionisme Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas S. Kuhn dalam bukunya The Struktureof Scientific Revolution, pada tahun 1962. Paradigma ilmiah menurut Kuhn adalah konstalasi hasil-hasil kajian yang terdiri
27
Ibid, hal. 35-37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
atas seperangkat konsep, nilai, teknik, dan lainnya, yang digunakan secara bersama oleh suatu komunitas ilmiah untuk menentukan keabsahan problem dan solusinya. Kemudian definisi paradigma Kuhn tadi diperluas oleh Capta menjadi paradigma sosial pada tahun 1991, definisi paradigma sosial menurut Capta yaitu berupa kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan begaimana komunitas itu mengatur dirinya sendiri.28 Namun istilah paradigma sendiri secara lebih jelas justru dipopulerkan oleh Robert Friedrichs, dia merumuskan paradigma sebagai suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajari (a fundamental images a dicipline has of its subject matter). Pandangan Robert Friedrichs ini selanjutnya diperjelas dan diperinci lagi oleh George Ritzer, menurut George Ritzer paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang/ disiplin ilmu pengetahuan.29 Paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari, persoalanpersoalan apa yang mesti dijawab bagaimana seharusnya menjawabnya, serta aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi yang dikumpulkan dalam rangka menjawab persoalan-persoalan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar tentang asumsi yang
28
.A.Mappadjantji Amien, Kemandirian Lokal; Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 36 29 Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan;Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi, Pustaka Widyatama, Yogyakarta, 2006, hal. 9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian. Di dalam paradigma terdapat suatu aliran filsafat ilmu pengetahuan yang memandang semesta secara etimologis sebagai hasil konstruksi sosial, dan bukan sesuatu yang ditemukan/telah ada sebelumnya. Aliran ini disebut aliran konstruksionis/paradigma konstruksionis. Konstruksionis membangun perspektif tentang adanya keterkaitan antara obyek dan subyek dan adanya peran pikiran dan pengaruh subjektivitas dalam mengontrol semesta. Paradigma Konstruksionisme diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Mereka berdua banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi soaial atas realitas. Tesis utama dari Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus30. Dialektis disini dalam pandapat Berger dan Luchmann, bahwa telah terjadi dialektika antara individu yang menciptakan masyarakat dan masyarakat yang menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui tiga tahapan31 : 1.
2. 3.
Eksternalisasi (penyesuaian diri), yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia sosiokultural, baik dalam keadaan mental maupun fisik. Obyektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusional. Internalisasi, yaitu proses yang mana individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya.
30
Eriyanto, Op.Cit, hal. 34 Burhan Bungin, Imaji media massa: Konstruksi dan makna Realitas sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat Kapitalistik, Jendela, Jakarta, 2001, hal. 14-15 31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif 32. Manusia juga merupakan produk yang bersifat dinamis, dinamis yang dimaksud adalah suatu realitas sebagai hasil dari konstruksi sosial, maka realitas bersifat subjektif dan objektif sekaligus. Dalam realitas subyektif, menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antara individu dengan obyek. Setiap individu mempunyai latar belakang sejarah, pengetahuan, dan lingkungan yang berbedabeda, yang bisa jadi menghasilkan penafsiran yang berbeda pula ketika melihat dan berhadapan dengan obyek. Sedangkan dalam realitas obyektif, sesuatu yang dialami bersifat eksternal, berada di luar/ dalam istilah Berger tidak dapat kita tiadakan dengan angan-angan. Hal itu misalnya dapat dilihat dari rumusan institusi, aturan-aturan yang ada, dan sebagainya33. Sedangkan plural yang dimaksud adalah, menurut Berger suatu realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga diturunkan oleh Tuhan tetapi dibentuk dan dikonstruksi. Realitas itu berwajah ganda/plural dimana setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas 34. Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk.
32
Ibid, hal.10 Eriyanto, Op.Cit, hal. 16 34 Ibid, hal.15 33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna, dimana ia sering dilawankan dengan paradigma positivis (Paradigma transmisi). Ada beberapa ahli yang mempunyai peristilahan yang berbeda dalam menyebut paradigma konstrusionis dan paradigma positivis dalam studi media dan komunikasi.
Ann N. Crigler
dalam studi media dan komunikasi menyebut pandangan positivis dengan sebutan pandangan efek media, sedangkan John Fiske dalam studi komunikasi menyebut pandangan positivis dengan sebutan pendekatan proses dan pandangan konstruksionis dengan sebutan pendekatan semiotik.35 Di dalam studi media komunikasi, jika paradigma positivis (transmisi) menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses penyebaran dengan asumsi ada
hubungan satu arah dari media
kepada khalayak, dimana dalam
menyampaikan pesan digambarkan peranan sumber aktif dan khalayak pasif. Pada paradigma kontruksionis (produksi dan pertukaran makna) justru melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna, dimana yang menjadi titik perhatian adalah bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna, karena pesan itu sendiri diandaikan tidak statis, ia dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima/pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada.
35
Ann. N. Crigler, “introduction: Making Sence of Politics: Construkting Political Message and Meanings”. Dalam Ann n. Crigler (ed,), The Psychology of Political Communication, (Ann Arbor: The University of Michigan Press, 1996), hal. 7-9; Jihn Fiske, Introduction to Communication Studies, Second Edition, (London and New York; Routledge, 1990), hal.2-4. dalam Eriyanto, Ibid, hal. 37
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis a.
36
, yakni:
Pendekatan Konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah sesuatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Pendekatan Konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai minor of reality yang menampilkan fakta apa adanya.
b.
Di dalam penilaian bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, juga terdapat perbedaan antara paradigma konstrusionis dengan paradigma positivis. Perbedaan tersebut dirangkum dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Perbedaan antara Paradigma Positivis dan Konstruksionis No.
36
Pembeda
Positivis
Konstruksionis Fakta merupakan konstruksi atas realitas. Kebenaran suatu fakta bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu. Media sebagai agen konstruksi pesan Berita tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas. Karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas. Berita bersifat subjektif : opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat
1.
Fakta/Peristiwa
Ada fakta ”riil” yang diatur oleh kaidahkaidah tertentu yang berlaku universal
2.
Media
3.
Berita
4.
Sifat Berita
Media sebagai saluran pesan Berita adalah cermin dan refleksi dari kenyataan. Karena itu, berita haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang hendak diliput. Berita bersifat objektif: Menyingkirkan opini dan pandangan subjektif dari pembuat berita.
Ibid., hal. 8-9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
5.
Wartawan
6.
Nilai, Etika, Opini, dan Pilihan Moral
Wartawan pelopor
dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. sebagai Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial.
Nilai, etika, opini, dan pilihan moral berada di luar proses peliputan berita.
Nilai, etika, dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian. 7.
Nilai, etika, dan keberpihakan wartawan tidak dapatdipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa. Nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian
Khalayak
Berita diterima sama Khalayak mempunyai dengan apa yang penafsiran sendiri dimaksudkan oleh yang bisa jadi berbeda pembuat berita. dari pembuat berita. * Hasil perangkuman yang diadobsi dari Eriyanto, Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi, dan Politik media, LKiS, Yogyakarta, 2002, hal: 19-36
Dilihat dari tabel di atas, dapat diambil garis besar tentang pandangan paradigma konstruksionis dalam konteks berita. Sebuah teks berita haruslah dipandang sebagai konstruksi atas realitas, karenanya sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksikan secara berbeda. Wartawan bisa jadi mempunyai pandangan dan konsepsi yang berbeda saat melihat suatu peristiwa, itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkonstruksi peristiwa tersebut dalam wujud teks berita. Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
sebagai berita, melainkan ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses internalisasi; wartawan dilanda oleh realitas, dimana realitas tersebut diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Sedangkan dalam proses eksternalisasi; wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas, konsep tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. Paradigma Konstruksionisme pun memiliki beberapa kelemahan, antara lain 37 : a)
Pada pendekatan ini, unsur “power” sering diabaikan. Artinya, kemampuan dominasi satu media atas media lainnya kurang diperhatikan, padahal konstruksi realitas simbolik melalui teks dalam
menggambarkan
realitas
yang
sebenarnya
sangat
dipengaruhi oleh “kekuatan” media tertentu secara keseluruhan, baikyang menyangkut kompleksitas dan intensitas maupun yang menyangkut solvabilitas. b) Pendekatan ini juga sering mengabaikan unsur konteks spesifik yang ditemui pada saat penelitian dilakukan. Misalnya, terdapat potensi yang mengandung “hegemoni tandingan” (counter hegemony) terhadap ideologi media yang mendominasi, sehingga realitas sosial yang digambarkan bukanlah realitas tunggal, melainkan realitas yang beragam (multiple reality).
37
Fathurin Zen, NU POLITIK, Analisis Wacana Media, LKiS, Yogyakarta, 2004, hal. 103
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Dalam penelitian ini, yang membahas mengenai berita seputar isu keistimewaan DIY terkait RUU Keistimewaan Yogyakarta menggunakan analisis framing, dimana analisis framing termasuk ke dalam paradigma kontruksionis. Karenanya pada bahasan selanjutnya akan dijelaskan mengenai konsep framing itu sendiri dan bagaimana framing digunakan sebagai teknik analisis.
2. Konsep Framing Analisis framing pada dasarnya merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan tentang framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955.38 Awalnya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. Konsep framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, ia dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis), namun dewasa ini konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus realita oleh media. Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis 38
.Agus Sudibyo, Citra Bung Karno, Analisis Berita Pers Orde Baru, Bigraf Publishing, Yogyakarta, 1999a
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
fenomena atau aktivitas komunikasi. Ada beberapa definisi mengenai framing yang disampaikan oleh beberapa ahli, definisi tersebut adalah sebagai berikut39 : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Robert N. Entman : “Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain”. Wiliam A. Gamson : ”Cara bercerita / gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan obyek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima”. Todd Gitlin : “Strategi bagaimana realitas / dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas”. David E. Snow and Robert Benford : “Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.” Amy Binder : “ Skema imterpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisasikan peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.” Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki : “ Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
Dari beberapa definisi framing menurut beberapa ahli di atas meskipun berbeda dalam pengertian dan penekanan, namun ada ada titik singgung utama,
39
Eriyanto, Op.Cit, hal. 67
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
yaitu bahwa framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas isu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspekaspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di sini media menseleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.40
3. Framing sebagai Teknik Analisis Analisis framing secara umum membahas mengenai bagaimana media membentuk konstruksi atas realitas, menyajikan dan menampilkannya kepada khalayak. Dalam analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media memahami, memaknai, dan membingkai kasus, yang diberitakan. Metode semacam ini tentu saja berusaha mengerti (verstehen), dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan menguraikan bagaimana media membingkai isu. Pada dasarnya framing adalah metode melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksikan relitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat 40
.Arie S. Soesilo and Philo C. Wasburn, ”Construkting A Political Spectacle: America and Indonesian Media accounts of the Crisis in the Gulf”. The Sociological Quarterly, vol. 35, No. 2, 1994, hal. 368
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.41 Ada tiga kategori besar elemen / level framing menurut Jisun Woo42, yaitu: a. Level makrostruktural, level framing ini dapat dilihat sebagai pembingkaian dalam tingkat wacana. Bagaimana peristiwa dipahami oleh media. b. Level mikrostruktural, level ini memusatkan perhatian pada bagian atau sisi mana dari peristiwa tersebut yang ditonjolkan dan bagian atau sisi mana yang dilupakan /dikecilkan. Elemen mikrostruktural membahas mengenai fakta apa yang disajikan secara menonjol dan fakta mana yang disajikan secara tersembunyi. Pemilihan fakta, angel, narasumber, dalah bagian dari level mikrostruktural ini. c. Elemen retoris, elemen ini memusatkan perhatian pada bagaimana fakta ditekankan. Penekanan itu dilakukan di antaranya dengan pemilihan kata, kalimat, retorika, gambar, atau grafik tertentu, dengan tujuan untuk meyakinkan kepada khalayak bahwa apa yang disajikan oleh media adalah benar. Analisis Framing, pendekatan ini pun memiliki beberapa kelemahan, antara lain 43: a)
Adanya anggapan bahwa analisis teks hanya bersifat teori yang tidak menyentuh realitas sosial yang ada. b) Pemilihan unit analisis dari berita-berita surat kabar ibukota, belum tentu surat kabar tersebut meliput setiap berita yang memiliki nilai bagi pencitraan komunikasi dan konflik politik antara kedua kelompok (tradisionis dan modernis), disamping realitas dan dinamika organisasi yang ada tidak sesederhana sebagaimana yang digambarkan media tersebut. c) Realitas simbolik yang dikonstruksikan oleh media hanyalah bagian kecil dari realitas objektif yang sebenarnya. Sehingga, 41
Dedy Mulyana, Suatu Pengantar, dalam Eriyanto, Op.Cit, hal. 9-11 Jisun Woo, ”Television news Discource in Political Transition Framing the 1987 and 1992 Korean Presidential Elections”, Political communication, (Vol. 13, No.1, 1996), hal. 63-80. dalam Eriyanto, Ibid, Epilog, hal. 287 43 Fathurin Zen, Op.Cit, hal. 104 42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
penggambaran yang tidak utuh akan menyebabkan kesimpulan yang diambil oleh khalayak juga tidak utuh. Akibatnya, realitas simbolik ini kadang-kadang lebih dipercaya sebagai realitas yang sesungguhnya. d) Kemudian menurut pengakuan Pan dan Kosicki sendiri, salah satu kelemahan pendekatan ini ialah keputusan metodologis tentang unit-unit berita mana saja yang diambil sebagai sample, yang dilakukan pengkodean, dan yang dianalisis. Begitu juga menyangkut rumusan konseptual tentang potongan-potongan teks yang tentu saja sangat berpengaruh.
G. Kerangka Pikir Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dengan memandang realitas isu seputar Keistimewaan DIY terkait RUUK Yogyakarta. Isu yang dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu, dalam hal ini berawal dari pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seputar status keistimewaan Yogyakarta yang beliau kemukakan dalam pidatonya. Isu tersebut yang kemudian mendapatkan penilaian dari masyarakat atau disebut opini publik, dengan segala macam bentuk opini publik, baik pro maupun yang kontra. Realitas isu dan macam opini publik tersebut akan ditangkap oleh media massa untuk diseleksi. Hal yang selanjutnya dilakukan adalah melihat bagaimana peran media massa dalam kasus ini, dan melihat aspek apa saja membuat media massa penting di dalamnya. Media yang dipilih adalah harian Kompas dan Koran Tempo. Dari hasil penangkapan dan seleksi dari beberapa realitas isu dan opini publik, harian Kompas dan koran Tempo akan memframe/ membingkai isu dan opini publik tersebut ke dalam bentuk berita melalui proses produksi berita. Dimana didalam proses produksi berita tersebut ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jenis dan muatan berita, yaitu, faktor individu, rutinitas media, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
extra media. Dari proses tersebut akan dihasilkan berita dalam bentuk teks/tulisan. Teks berita tersebut kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis framing model Pan Kosicki, yang memiliki 4 alat analisis yang terdiri dari Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Dari proses analisis data tersebut akan dilengkapi pula dengan indeph interview kepada narasumber yakni wartawan dan redaktur dari kedua media untuk mengkonfrontasi antara pemberitaan dan pendapat sang wartawan, baru kemudian akan dihasil kesimpulan penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema berikut ini: Skema Pemikiran : Realitas Isu & Opini Publik
Media Massa
Framing Media Harian Kompas dan Koran Tempo
Pembentukan Berita Individu
Rutinitas Media
Extra Media (Masyarakat, Pemerintah, Lingkungan
Teks Berita Media Framing Model Pan Kosicki In depth Interview (Wawancara langsung dengan Wartawan & Redaktur)
Analisis dan Reduksi Data
Kesimpulan
*Hasil Pemikiran Peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
H. Metodologi Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian
ini
berusaha
untuk
mengungkapkan
suatu
keadaan
sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Oleh karena itu bentuk penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bermaksud memberikan gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Pada prinsipnya dengan metode deskriptif, data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian laporan penelitian ini berupa kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Jadi Penelitian deskriptif kualitatif untuk menyusun gambaran mengenai obyek apa yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti mengumpulkan data di lokasi penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan untuk kemudian dianalisa dari data yang telah disajikan, dalam arti hasil penelitian ini lebih menekankan mengenai berita seputar isu Keistimewaan DIY khususnya penyelesaian RUU Keistimewaan Yogyakarta yang sampai saat ini belum jelas nasibnya, dan menilainya dalam pemberitaan yang dimuat pada harian Kompas dan Koran Tempo pada edisi Desember 2010-Januari 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
b. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memilih harian Kompas dan Koran Tempo sebagai obyek penelitian, khususnya pada edisi Desember 2010 – Januari 2011, dengan alasan: 1. Harian Kompas dan Koran Tempo merupakan surat kabar skala nasional yang memiliki rating tinggi, dengan mayoritas pembaca dari kalangan terpelajar dan berpendidikan tinggi, 2. Guna mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita, dimana kedua media cetak tersebut dikenal sering menyuguhkan isi pemberitaan yang kritis dan logis, dengan bahasa santun namun cerdas. 3. Dalam kurun waktu Desember 2010 sampai Januari 2011 tersebutlah isu seputar keistimewaan Yogyakarta kencang berhembus, dan menjadi topik hangat dikalangan masyarakat yang hingga kini RUU Keistimewaan Yogyakarta sendiri belum diketahui penyelesaiannya.
c. Jenis dan Sumber Data Dalam penyusunan laporan penelitian, peneliti membutuhkan berbagai macam data yang relevan dan mendukung penelitian. Data tersebut bisa dalam bentuk apa saja, berasal dari sumber mana saja yang terpercaya dan teruji validitasnya, dan tentunya sesuai dengan topik penelitian. Adapun jenis dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi kedalam 2 bentuk, yaitu data primer dan data sekunder. 1.
Data Primer Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung dari sumber
aslinya yaitu para informan dari hasil wawancara dan observasi untuk mendapatkan data primer. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari observasi isi pemberitaan yang dimuat di harian Kompas dan Koran Tempo (teks berita), guna melihat bagaimana kedua media tersebut mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) isu Keistimewaan
Yogyakarta
terkait
polemik
RUU
Keistimewaan
Yogyakarta dalam pemberitaannya. Selain itu juga melakukan wawancara dengan wartawan yang bersangkutan, yakni wartawan harian Kompas dan Koran Tempo yang meliput serta menulis berita seputar isu keistimewaan DIY.
2.
Data Sekunder Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
Peneliti secara tidak langsung dari sumber aslinya, akan tetapi dari sumber lain di luar informan yang sudah diolah, maupun melalui studi kepustakaan. Sumber data sekunder diantaranya adalah buku, catatan, laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan, peraturan perundang-undangan dan dokumendokumen yang peneliti butuhkan dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah: a.
Isi piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
b.
Isi amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendirisendiri secara terpisah).
c.
Isi amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu naskah).
d.
UUD 1945 pasal 18.
d. Validitas Data Guna melihat kemantapan dan kebenaran dari data yang berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan penelitian, Peneliti harus menentukan cara-cara yang dianggap tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh. Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsiran makna sebagai hasil penelitian. Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul tersebut, perlu menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Trianggulasi sendiri merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Teknik Trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Trianggulasi sumber, yaitu diperoleh melalui perbandingan hasil wawancara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dengan wartawan yang meliput dan menulis berita seputar isu keistimewaan DIY di harian Kompas dan Koran Tempo dengan tulisan sang wartawan itu sendiri yang dituangkan dalam pemberitaan, guna mengetahui penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya, yang digunakan oleh wartawan harian Kompas dan Koran Tempo dalam mengolah dan menyuguhkan berita. Lebih tepatnya melakukan kroscek dan perbandingan terhadap drajat kepercayaan akan suatu informasi yang didapat melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal tersebut dapat dicapai dengan 44: a.
Membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara. b.
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c.
Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
Trianggulasi sumber disini dilakukan dengan dengan jalan menggali informasi
dari
satu
narasumber
tertentu,
dari
kondisi
aktifitas
yang
menggambarkan perilaku orang, atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang Peneliti maksud 45.
44
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004 H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, hal. 79-80 45
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Data
Wawancara
Informan
Content Analysis
Dokumen / Arsip
Observasi
Aktivitas
Sumber : H.B Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif
e. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis framing model Pan Kosicki. Analisis framing model Pan Kosicki berasumsi, bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita; kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata / kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna, makna suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Dalam model Pan Kosicki perangkat framing dibagi menjadi empat struktur besar, yaitu 46: 1.
Sintaksis Dalam pengertian umum, Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Struktur sintaksis dalam wacana berita berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa kedalam bentuk susunan umum berita. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida
46
Eriyanto, Op.Cit, hal. 255-264
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
terbalik yang dimulai dengan judul headline, lead, episode, latar, dan penutup. Struktur semantik ini dapat diamati dari bagan berita, yang terdiri dari : a.
Headline Merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita. Headline digunakan untuk menunjukan bagaimana wartawan mengkonstruksi suatu isu, seringkali dilakukan dengan menekankan makna tertentu lewat pemakaian tanda tanya untuk menunjukkan sebuah perubahan dan tanda kutip untuk menunjukkan adanya jarak perbedaan.47
b.
Lead Lead atau teras berita adalah kalimat pembuka dari sebuah berita dan memegang peranan penting dalam sebuah berita. Lead yang baik umumnya
memberikan sudut pandang
dari berita,
menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan. c.
Latar Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Latar umumnya ditampilkan di awal sebenarnya
muncul
sebelum pendapat wartawan dengan
maksud
yang
mempengaruhi dan
memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. 47
Keny Goshom and Oscar H. Gandy, “Race, Risk and Responsibility: editorial Constrain in the Framing of Inequality”, Journal of Communication, (Vol. 45, No. 2, 1995), hlm. 144-145. dalam Eriyanto, Op.Cit, hal. 258
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
d.
Sumber Bagian
ini dalam
penulisan
berita
dimaksudkan
untuk
membangun objektivitas-prinsip keseimbangan yang tidak memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu. Pengutipan sumber menjadi perangkat framing didasarkan atas tiga hal, yakni: Mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik. Menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang. Mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak sebagai menimpang.
2.
Skrip Skrip berhubungan dengan cara bertutur wartawan dalam mengemas peristiwa/cara wartawan dalam mengisahkan peristiwa ke dalam bentuk berita. Skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita, yakni bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian
mana
yang
bisa
kemudian
sebagai
strategi
untuk
menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian tersebut dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol. Ada dua hal yang menyebabkan laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita, yaitu: Banyak
laporan
berita
yang
berusaha
menunjukkan
hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip sendiri adalah dengan pola 5W+1H (who-siapa, what-apa, when-kapan, where-dimana, why-mengapa, dan how-bagaimana).
3.
Tematik Tematik berhubungan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangannya atas peristiwa kedalam proposisi, kalimat atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Bagi Pan Kosicki berita mirip sebuah pengujian hipotesis, karena peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
diungkapkan digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Perangkat Tematik memiliki beberapa element yang dapat diamati, diantaranya adalah koherensi. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dengan menggunakan koherensi, dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan. Koherensi memiliki beberapa macam, antara lain: Koherensi sebab akibat, yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi yang lain. Ditandai dengan kata penghubung ”sebab” atau ”karena”. Koherensi penjelas, yaitu proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas proposisi atau kalimat lain. Ditandai dengan kata hubung ”dan” atau ”lalu”. Koherensi pembeda, yaitu proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat lain. Ditandai dengan kata hubung ”dibandingkan” atau ”sedangkan”.
4.
Retoris Retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu yang ingin ditonjolkan ke dalam berita. Struktur ini menggambarkan pilihan-pilihan gaya bahasa yang disusun oleh para jurnalis dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
hubungannya dengan akibat yang diharapkan. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan memakai pilihan kata, idiom, grafik, methapor, pengandaian, dan gambar yang dipakai bukan hanya mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada pembaca, meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur retoris dari wacana berita juga menunjukkan kecenderungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran. Tabel 3. Struktur Perangkat Analisis Berita Model Pan Kosicki STRUKTUR
PERANGKAT FRAMING
SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta
1. Skema berita
SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta TEMATIK Cara wartawan menulis fakta
2. Kelengkapan berita
RETORIS Cara wartawan menekankan fakta
UNIT YANG DIAMATI Headline, informasi, sumber, penutup 5W+1H
lead,
latar kutipan, pernyataan,
3. Detail Paragraf, proposisi 4. Maksud kalimat, hubungan 5. Nominalisasi antar kalimat 6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti 9. Leksikon Kata, idiom, gambar/foto, 10. Grafis grafik 11. Metafor 12. Pengandaian
*Kerangka Framing Pan Kosicki 48
48
Alex Sobur, "Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing", ROSDA, Bandung, 2001, hal. 176
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Berdasarkan hasil teks data, Model Pan Kosicki (Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosocki) adalah model analisis yang paling mendekati karena memiliki empat alat analisis yang terdiri dari Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris seperti yang dipaparkan di atas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Harian Kompas 1.
Sejarah Harian Kompas Pada tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob
Oetama sering bertemu dalam gerakan asimilasi. Kedua-duanya punya latar belakang guru, dan punya minat dalam bidang sejarah. PK. Ojong adalah Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama Pemimpin redaksi majalah Penabur. Mereka berbincang-bincang bahwa pada waktu itu pembaca Indonesia terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk. Keadaan seperti itu tentunya tidak sehat. Muncul ide membuat majalah untuk menerobos isolasi itu. Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama. Untuk memperoleh ijin terbit bagi majalah Intisari. PK. Ojong dan Jakob Oetama pergi ke gedung kodam (Komando Daerah Militer) di jalan Perwira, Jakarta. Jakob Oetama masih ingat, dia masuk sendirian, sementara PK. Ojong menunggu di dalam mobil Opel Caravan-nya yang diparkir jauh-jauh. Jakob mendapat kesan dari mantan Pemimpin Redaksi Star Weekly yang lebih tua 12 tahun itu sebagai orang yang cermat dan tidak setengah-setengah. “semua disiapkan dan dilaksanakan dengan teliti”. Majalah Intisari terbit 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, tiras pertama 10.000 eksemplar habis terjual, hitam putih dan telanjang, tidak dibalut kulit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
muka. Ukurannya kecil, 14 x 17,5 cm dan tebalnya 128 halaman. Drs Jakob Oetama menjadi pemimpin redaksinya. Nama PK. Ojong dan Adi Subrata tidak tercantum sebagai pengasuh. Mereka menulis seakan-akan penulis luar. Penulispenulis luar diantaranya Nugroho Notosusanto (orang Jakarta di London), Soe Hok Djin (Beberapa hari di Ubud), Soe Hok Gie (Pengalaman lucu pelukis Nashar), Kapten dr. Ben Mboi menceritakan pengalamannya diterjunkan dalam hidup bergerilya di belantara Irian Barat dalam rangka Trikora, Tan Liang Tie wartawan olahraga sejak Star Weekly menulis Zapotek atlet pelari dari Cekoslowakia yang diserahkan melatih atlet Indonesia menghadapi Ganefo (Games of the New Emerging Forces). Nama-nama lain, diantaranya; Mohamad Ali, Siswadhi, Ajib Rosidi dan Rijono Pratikno. Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat keamanan negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini dilukiskan oleh “Harian Rakyat” yang merupakan surat kabar milik PKI sebagai adil dan patriotik. Suatu hari di awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku Menteri/Panglima TNI-AD, menelepon dan mengutarakan keinginananya kepada rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda, untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans Seda menanggapi ide itu, kemudian mengemukakan keinginan itu kepada Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
merupakan sesama rekan di Partai Katolik, juga rakannya Auwjong Peng Koen (P.K Ojong) (1902-1980) dan Jakob Oetama yang memimpin majalah Intisari. Terbitan surat kabar tersebut awalnya diberi nama “Bentara Rakyat”, penggunaan nama tersebut sesuai dengan badan usaha yang membawahinya, yakni yayasan Bentara Rakyat. Yayasan ini terdiri dari perwakilan elemen hierarkis dari Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI), Partai Katolik Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik dan Wanita Katolik. Pemilihan nama Bentara Rakyat dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI, juga sengaja untuk menandingi keberadaan surat kabar PKI, yaitu Harian Rakyat yang merupakan harian terbesar di tahun 1960-an, dengan kemiripan identitas ini, diharapkan akan mampu memasuki segmen pasar Harian Rakyat. Dalam keperluan dinas Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (19641966) manghadap Presiden di Istana Merdeka. Rencana penerbitan surat kabar Bentara Rakyat diajukan kepada Presiden RI saat itu, Ir.Soekarno. Kemudian Soekarno mengganti namanya dengan Kompas, pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba..., alasan penggunaan nama itu karena Kompas hendak digunakan sebagai media pencari fakta dari segala penjuru. Meskipun sudah mengantongi restu dari Presiden Soekarno, berkat Mgr. Soegijapranoto, dan bantuan pimpinan Angkatan Darat, Kompas tidak segera terbit karena proses ijin terbit mengalami kesulitan. PKI dan kakitangannya “menguasai” aparatur, khususnya Departemen Penerangan pusat dan daerah. PKI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
tidak mentolerir sebuah harian yang akan menjadi saingan berat. Tahap demi tahap rintangan dapat diatasi, pusat memberi ijin prinsip namun harus dikonfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya, Panglima Militer Jakarta saat itu, Letnan Kolonel Dachja, menyaratkan Kompas memperoleh 3000 tanda tangan pelanggannya. Kemudian Frans Seda mempunyai inisiatif, tokoh-tokoh Katolik pergi ke Flores yang mayoritas penduduknya beragama Katolik untuk mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru, dan anggota koperasi Kopra Primer di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dalam waktu singkat daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda tangan terkumpul. Bagian perijinan Puskodam V Jaya menyerahkan dan mengeluarkan ijin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran “Kompas” bereaksi keras, bahkan mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan “Kompas” sebagai “Komando Pastor”. Kompas terbit sebagai buah pertarungan politik antara kekuatan organisasi politik berbasis ideologi komunis melawan kelompok yang tidak berpijak pada ideologi tersebut, termasuk Partai Katolik. Salah satu upaya Partai Katolik saat itu adalah menerbitkan surat kabar yang mampu menyuarakan kepentingan partai dan dapat meng-counter wacana ideologi komunis yang dilakukan oleh surat kabar underbow Partai Komunis Indonesia (PKI). Akhirnya pada Minggu, 2 Juni 1965, sekitar tengah malam jalan Kramat Raya yang sudah sepi. Pertunjukan bioskop Rivoli juga telah berakhir, dan penonton beberapa jam lalu berhamburan pulang. Tinggal beberapa becak yang masih mangkal di malam yang dingin itu. Tidak jauh dari situ kegiatan percetakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
PN Eka Grafika (dahulu Pecetakan Abadi) baru dimulai, beberapa orang berkumpul mengelilingi mesin cetak Duplex. PK. Ojong (alm), Jakob Oetama serta beberapa wartawan: Theodorus Purba (alm), Tinon Prabawa (alm), Tan Soe Sing (Indra Gunawan), Eduard Liem (Edward Linggar), Roestam Affandi, Djoni Lambangdjaja, August Parengkuan, dan Harthanto (alm). Mereka nampak tidak sabar dan was-was, diantara mereka sebentar-sebentar melihat arlojinya mirip sebuah penantian lahirnya bayi pertama. Wartawatinya, Erka Muchsin (alm) dan Thress Susilastuti menanti penuh harap di rumah. Disudut lain, duduk di kursi menghadap meja korektor adalah Kang Hok Dji, Kang Tiauw Liang, Dimyati, Marjono, dan Petrus Hutabarat. Ketika koran pertama Kompas muncul dari mesin cetak tepuk tangan menyambutnya. Diiringi kilatan lampu kilat dari kamera Sudardja (wartawan foto majalah Penabur), suasana suasana menjadi berubah,. Kemudian tepat 28 Juni 1965, Kompas terbit dengan motto “ Amanat Hati Nurani Rakyat”. Dalam operasionalisasinya, Kompas diwakili oleh P.K Ojong sebagai pimpinan umum dan Jacob Oetama sebagai pemimpin redaksi, ditambah beberapa redaksi dan wartawan dari majalah Intisari. Harian Kompas secara resmi menjadi salah satu surat kabar yang terbit secara teratur, dimana di halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama: Pemimpin Redaksi Drs Jakob Oetama, Staf Redaksi : Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Ponis Purba, Tinon Prabawa, Eduard Liem. Pada awal terbit, Kompas belum memiliki kantor sendiri, melainkan masih menumpang di kantor redaksi Intisari yang berkantor di percetakan PT. Kinta, Jl. Pintu Besar 86-88, Jakarta. Dalam perkembangannya, setelah sebulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
cetak di Eka Grafika, manajemen Kompas memutuskan untuk pindah tempat percetakan dengan tujuan memperbaiki kualitas cetakan. Kemudian dipilihlah Masa Merdeka yang terletak di Jl. Sangaji, Jakarta, karena dianggap memiliki kualitas cetakan yang lebih baik. Melalui cetakan Masa Merdeka, ada peningkatan kualitas cetakan yang juga berpengaruh terhadap peningkatan tiras Kompas dua kali lipat, dari 4.800 eksemplar menjadi 8.003 eksemplar. Format harian Kompas pertama kali tampak sangat sederhana, hanya dengan empat halaman. Berita utama pada saat itu berjudul “KAA II Ditunda Empat Bulan”, sementara kata perkenalan Pojok Kompas di kanan bawah berbunyi, “Mari ikat hati, mulai hari ini dengan Mang Usil”. Pada halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama staf redaksi. Edisi pertama Kompas memuat 11 berita luar negeri dan 7 berita dalam negeri di halaman pertama. Istilah tajuk rencana belum ada, tetapi di halaman 2 ada “Lahirnya Kompas” sebagai tajuk harian ini. Di halaman 3 berisi antara lain 3 artikel, yaitu berita luar negeri, ulasan mengenai penyakit ayan dengan Rr. Kompas. Halaman 4 berisi antara lain berita dan artikel, yakni 2 berita luar negeri dan satu berita dalam negeri. Di halaman ini juga tercatat ada 2 berita olahraga satu diantaranya tentang PSSI ke Pyongyang. Berselang tiga bulan setelah terbit, Kompas dilarang terbit beserta surat kabar lain, sehari setelah peristiwa 30 September 1945. Hanya harian “Angkatan Bersenjata”, “Berita Yudha”, kantor berita “Antara”, dan “Pemberitaan Angkatan Bersenjata” yang diijinkan terbit oleh Pelaksana Penguasa Perang Daerah (Pepelrada). Baru pada tanggal 6 Oktober 1965 Kompas diijinkan untuk terbit kembali. Setelah pembredelan, oplag Kompas mengalami kenaikan, yaitu menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
26.268 eksemplar, hal ini karena Kompas berpindah cetakan ke PT.Kinta, salah satu percetakan terbaik pada waktu itu. Peluang Kompas untuk berkembang semakin terbuka setelah terjadi pembersihan besar-besaran terhadap PKI dan simpatisannya yang terjadi sejak akhir 1965. Pada periode pers jaman demokrasi terpimpin diberlakukan Peraturan Presiden No.6 Tahun 1964 yang menetapkan setiap surat kabar berafiliasi dengan salah satu partai politik. Kompas sendiri berafiliasi dengan Partai Katolik. Seiring berjalannya waktu, karen alasan visi harian Kompas yang terbuka, maka Kompas mulai mengambil sikap sosio politiknya dengan berpihak pada perjuangan sosialisme demokrat golongan profesional dan secara perlahanlahan melepaskan diri dari Partai Katolik (kemudian muncul dasar humanisme transendental Kompas). P.K. Ojong dan Jacob Oetama lebih cenderung mendukung kelompok teknokrat dan sayap Partai Sosialis Indonesia. Pada tanggal 26 Juni 1967 oplag Kompas 30.650 eksemplar. Tepat setahun kemudian, tanggal 16 Juni 1968 menjadi 44.400. ini berarti penambahan tiap bulan rata-rata 1.146 eksemplar. Pada tanggal 26 Juni 1969 (ketika harian Kompas membuka stand di jakarta fair) oplagnya meningkat menjadi 63.747 eksemplar. Tepat 26 Juni 1970 batas 80.000 telah dilewati, tepatnya oplag Kompas telah menjadi 80.412 eksemplar. Dari jumlah itu, kira-kira 31.000 beredar di Jakarta saja. Ini berarti hampir 40%, selebihnya (60%) tersebar di luar Jakarta, di seluruh Nusantara. Pola ini, menandakan bahwa Kompas menjadi harian nasional dan bukan harian lokal atau koran daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Kemudian pada 25 November 1972 Kompas berhasil memiliki mesin cetak sendiri setelah permohonana kredit ke Bank Pemerintah dikabulkan, dan berdirilah Percetakan Gramedia yang beralamat di Jl. Palmerah Selatan, Jakarta. Dimana percetakan Gramedia juga menerbitkan majalah anak-anak Bobo. Secara bertahap kegiatan redaksional Kompas mulai bisa disatukan di kompleks Palmerah, Jakarta Pusat, walaupun kegiatan administrasinya masih dilakukan di gedung Perintis, Jakarta Barat. Pada tahun yang sama pula Kompas membentuk PT. Transito Asri Media, anak perusahaan yang mendistribusikan buku-buku import dan lokal pada jaringan toko buku yang dimiliki sendiri. Ketika peristiwa Malari tahun 1974, terjadi pembredelan pada beberapa pers yang dinilai Konfrontatif terhadap pemerintah. Pada peristiwa tersebut, harian Kompas terhindar dari pembredelan massal tersebut karena Kompas memiliki sikap moderat. Kompas lalu memulai terobosan guna meningkatkan kepercayaan pada relasi, pemasangan iklan, pembaca, dan pelanggan, dengan melakukan pendataan, yang di audit oleh akuntan public Drs. Utomo dan Mulia. Tujuan menyewa akuntan publik adalah untuk menggaet pasar iklan, dan juga dipakai untuk mengembangkan sirkulasi dan isinya. Selain itu, strategi pemasaran akan dapat ditangani dengan lebih matang, efektif, dan efisien. Kemudian pada tahun 1978, Kompas resmi menjadi anggota Audit Beauraas of Circulation, di Sidney, Australia. Lembaga internasional ini dibentuk bersama oleh penerbit, pemasang iklan dan biro iklan untuk menyiarkan angka sirkulasi anggotanya sesuai fakta di lapangan. Sampai sekarang Kompas adalah harian satu-satunya di Indonesia yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
menjadi anggota lembaga tersebut. Hal ini memberikan kebanggan tersendiri bagi Kompas di mata persuratkabaran nasional dan internasional. Namun pada pertengahan tahun 1978, Kompas tidak dapat meghindarkan diri dari pembredelan karena berita seputar penolakan berbagai pihak terhadap pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden periode 1978-1983. Selain Kompas, enam surat kabar lain juga mengalami nasib serupa, diantaranya adalah Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Setelah beberapa bulan tidak terbit, pada bulan September 1978 harian Kompas diperbolehkan untuk terbit kembali. Kompas pun terbit dengan format baru, yaitu terbit 7 kali dalam seminggu, dengan diterbitkannya Kompas edisi minggu. Dimana pada saat itu surat kabar pada umumnya terbit 6 kali dalam seminggu, hari minggu libur. Kompas pun berkembang menjadi koran dengan gaya bahasa yang halus, melakukan kritik secara implisist atau secara tidak langsung. Akibat dari gaya tersebut, sejumlah kalangan menjuluki harian Kompas sebagai koran moderat. Hal tersebut justru menjadi keunggulan Kompas dibandingkan dengan harian-harian lainnya. Ben Anderson kemudian juga menjuluki Kompas sebagai “New Order Newspaper Par Excellence” karena meskipun dalam pengawasan yang ketat, Kompas tetap mampu bertahan dan sekaligus juga menyampaikan kritik terhadap pemerintah meskipun dengan gaya bahasa yang halus. Pada tanggal 1 Mei 1980, P.K. Ojong yang merupakan salah satu pendiri Kompas sekaligus pimpinan umum Kompas meninggal dunia. Kepemimpinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Kompas pun kemudian dipegang oleh Jacob Oetama, sebagai Pemimpin Umum hingga sekarang. Dengan Undang-Undang Pokok Pers 1982, dan diberlakukannya Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUP). Semua penerbitan pers di Indonesia diwajibkan berbadan hukum. Hal ini semakin memperkuat Kompas, yang kemudian penerbitannya segera dialihkan dari Yayasan Bentara Rakyat ke PT. Kompas Media Nusantara. Oplag
Kompas selalu meningkat dari tahun ke tahun, dan dapat
dikatakan semakin berkembang pesat. Tiras dan sirkulasi Kompas setiap tahun juga mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan Kompas telah memiliki sistem percetakan yang canggih sehingga dapat menjangkau setiap daerah. Pada edisi perdananya, Kompas hanya menerbitkan 4.800 eksemplar, pada tahun 1986 sebesar 600.000 eksemplar selama sebulan, dan tahun 1990, kwartal pertama oplag Kompas sudah mencapai 526.611 eksemplar perhari. Menurut The Audit Beaureas of Circulation. Distribusi Kompas terbanyak berada di DKI Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek), yaitu sekitar 246.004 eksemplar, kemudian wilayah Sumatera sebanyak 64.852 eksemplar, Jawa Barat sebanyak 61.272 eksemplar. Jawa Tengah sebanyak 48.584 eksemplar, Indonesia Timur sebanyak 36.880 eksemplar. Kalimantan sebanyak 17.910 eksemplar, Jawa Timur 16.518 eksemplar, dan eceran di luar Jakarta sebanyak 31.591 eksemplar. Sekarang rata-rata 50.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari SabtuMinggu. Oplag terbesar dicapai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan oplag 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
2.
Visi dan Misi Kompas Visi surat kabar merupakan ujung pangkal dalam menentukan kebijakan
editorial guna menentukan peristiwa yang dianggap penting oleh suatu surat kabar. Visi merupakan seuntai nilai dasar sekaligus diperkaya dan disajikan oleh wartawan melalui pemberitaannya dan pergumulannya dengan realitas, serta pemikiran yang mereka olah menjadi bahan berita, laporan, maupun komentar. Setiap media memiliki pandangan atau visi mengenai isu, polemik, dan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Visi tersebut yang akan membedakan isi, susunan, dan bentuk pemberitaan antara satu media dengan media lainnya. Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena Kompas adalah lembaga yang terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “humanisme transcendental“. “Kata Hati Mata Hati”, pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empathy dan compassion Kompas. Sejak semula, terutama perintis surat kabar ini berpendapat, visi kemasyarakatan koran haruslah terbuka. Visi dan sikap itu selain sesuai dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
keyakinan pemimpin, sesuai juga dengan fungsi pers di Indonesia, yaitu ikut mengembangkan saling pengertian dalam masyarakat yang majemuk, dimana hal tersebut sesuai dengan paham Pancasila.
Visi Kompas : “Menjadi
Institusi
yang
Memberikan
Pencerahan
bagi
Perkembangan
Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat, Serta Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan.” Dalam kiprahnya dalam industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip humanisme transcenental (persatuan
dalam perbedaan) dengan menghormati
individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan sebagai berikut: a. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka. b. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu baik politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi. c. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala kelompok. d. Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa. e. Kompas
bersifat
dikembangkan
luas
tetapi
dan selalu
bebas
dalam
memperhatikan
pandangan kontens
kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan.
commit to user
yang
struktur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Jadi intinya, Visi Kompas adalah manusia dan kemanusiaan dengan segala kompleksitasnya, cobaan dan permasalahannya, aspirasi dan hasratnya, keagungan dan kehinaannya, adalah faktor yang ingin ditempatkan secara sentral dalam visi Kompas. Oleh karena itu, manusia dan kemanusiaan senantiasa diusahakan menjadi nafas pemberitaan dan komentarnya. Disamping itu, Kompas juga berusaha senantiasa peka akan nasib manusia dan semestinya berpegang juga pada ungkapan klasik dalam jurnalistik, menghibur yang papa mengingatkan yang mapan.
Misi Kompas : Setiap media memiliki misi tersendiri dalam nafas pemberitaannya, selain untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentunya. Misi Kompas adalah : “Mengantisipasi dan Meespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) Dengan Menyediakan dan Menyebarluaskan Informasi Terpercaya.” Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam 5 sasaran operasional: a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
b. Kompas,
memiliki bobot
jurnalistik
yang
tinggi dan terus
dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya nuansa kehidupan dan kemanusiaan. c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang
penuh empati dengan pendekatan rasional,
memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak lain, selalu berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip. d. Berusaha
menyebarkan
informasi
seluas-luasnya
dengan
meningkatkan tiras. e. Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus memperoleh keuntungan dari usaha. Namun keuntungan yang dicari bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosialnya sebagai perusahaan.
3.
Nilai-nilai Dasar Kompas a.
Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat
b.
Mengutanakan watak baik
c.
Profesionalisme
d.
Semangat kerja tim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
e.
Berorientasi pada kepuasan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra kerja-penerima proses selanjutnya)
f.
Tanggung jawab sosial
g.
Selanjutnya, kita bertingkah laku mengikuti nilai-nilai tersebut, dengan begitu kita akan memberikan jasa yang memuaskan bagi pelanggan
4.
Penyajian Halaman dan Rubrikasi Penyajian halaman Kompas edisi cetak mengalami suatu perubahan
semenjak dilakukan kebijakan penutupan biro daerah dan diganti sebutannya dengan
menjadi
perwakilan
Kompas
di
daerah,
yang
diikuti dengan
dihapuskannya lembar edisi daerah mulai Senin, 3 Januari 2011. Dimana sebelum dilakukan penghentian penerbitan lembar edisi daerah tersebut, jumlah halaman harian Kompas edisi setak mencapai 46 halaman, & kini setelah dihapuskannya lembar edisi daerah jumlahnya menjadi 38 halaman. Kebijakan penghentian penerbitan lembar edisi daerah ini dapat dikatakan sebagai gerakan sirkuler, untuk memperkuat posisi Kompas yang sejak awal dirancang dan dikembangkan sebagai koran nasional tanpa lembar daerah dan isian khusus, yang proses pelaksanaannya tidak selalu linier dari waktu ke waktu. “Wajah dan rupa Kompas menjadi satu di mana-mana, dan dimana-mana menjadi satu”. Begitu bunyi penjelasan dari Pimpinan Redaksi Kompas, Rikard Bagun, yang dikutip dari halaman 1 Harian Kompas cetak edisi 3 Januari 2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Berikut adalah penyajian dan rubrikasi pada Harian Kompas cetak: a. Halaman Utama Merupakan halaman muka surat kabar, berisi berita-berita utama, atau headline, kolom topik, dan terkadang halaman paling bawah terdapat feature. b. Halaman Politik dan Hukum Merupakan halaman yang memuat berita-berita yang menyangkut persoalan politik dan hukum, yang biasanya menjadi agenda nasional Indonesia. c. Halaman Opini (Opinion Page) Merupakan halaman yang berisi opini, baik dari redaksi (tajuk rencana) maupun pembaca. d. Rubrik Internasional Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau peristiwa dari luar negeri. e. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Merupakan halaman yang berisi berita atau peristiwa yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan kebudayaan Indonesia. f. Rubrik Lingkungan dan Kesehatan Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun berita yang berkaitan dengan dunia kesehatan, lingkungan, dan alam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
g. Rubrik Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun artikel yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. h. Rubrik Umum Merupakan halaman yang berisi lanjutan berita-berita atau artikel yang terpotong-potong dari halaman sebelumnya. i. Rubrik Sosok Merupakan halaman yang berisi gambaran pribadi, biodata, dan prestasi seorang tokoh yang dianggap berpengaruh, membawa perubahan, dan memberikan inspirasi di bidangnya. j. Rubrik Ekonomi Merupakan halaman yang memuat ulasan, berita, artikel seputar dunia bisnis, keuangan, perbankan, valas, dll. Pada lembar halaman ini, mulai disajikan terpisah dengan lembar halaman utama. k. Rubrik Nusantara Merupakan halaman yang berisi berita-berita mengenai kejadian dari seluruh pelosok negeri. l. Metropolitan Merupakan halaman yang berisi berita-berita khusus mengenai kejadian yang terjadi di ibukota Jakarta. m. Olahraga Merupakan halaman yang berisi berita olahraga dari berbagai macammacam cabang olahraga, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
n. Rubrik Nama dan Peristiwa Merupakan halaman yang berisikan tulisan atau ulasan seputar tokohtokoh dari berbagai dunia. Biasanya dari tokoh yang memiliki prestasi maupun dari kalangan pekerja hiburan / selebritis. o. Klasika (Klasifikasi Iklan) dan Karier Merupakan halaman tambahan yang berisi iklan komersial dan info lowongan pekerjaan, yang biasanya hanya terbit pada edisi-edisi khusus seperti edisi akhir pekan (Sabtu-Minggu).
5.
Struktur Organisasi Perusahaan Setiap
organisasi
selalu
memiliki
struktur
keorganisasian
guna
membedakan tugas dan tanggung jawab antara satu orang dengan orang yang lain sesuai bidangnya. Begitu pula dengan Kompas yang merupakan organisasi pers, juga memiliki sruktur organisasi untuk memudahkan komando pelaksanaan kerja dan pembagian tugas. Kemampuan managerial sangat dituntut di masing-masing bidang guna bekerja secara efektif dan efisien, dengan harapan fungsi dan peranannya dapat berjalan secara optimal Susunan organisasi surat kabar harian Kompas adalah sebagai berikut: a. Pendiri
: P.K Ojong (1920-1980) Jacob Oetama
b. Pimpinan Umum
: Jacob Oetama
c. Wakil Pimpinan Umum
: Agung Adiprasetyo, St. Sularto
d. Pimpinan Redaksi/ Penanggung Jawab : Rikard Bagun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
e. Wakil Pimpinan Redaksi
: Trias
Kuncahyono,
Taufik
Mihardja f. Redaktur Senior
: Ninok Leksono
g. Redaktur Pelaksana
: Budiman Tanuredjo
h. Wakil Redaktur Pelaksana
: Andi Suruji, James Luhulima
i. Sekretaris Redaksi
: Retno Bintarti, M. Nasir
6. Kebijakan Redaksional Dalam proses pembentukan berita pada suatu media massa, kebijakan redaksional merupakan pedoman dalam menentukan patut tidaknya suatu kejadian diangkat oleh surat kabar untuk menjadi bahan berita. Kebijakan redaksi Kompas harus sesuai dengan visi dan misi yang menjunjung nilai demokrasi dan kemanusiaan. Ungkapan jurnalistik yang digunakan Kompas adalah “Liput dua belah pihak, dengan pihak lain jangan-jangan masih ada kemungkinan lain (balance / cover both sice, cover all side)”. Dengan ungkapan tersebut, pemberitaan yang dimuat tetap menjunjung tinggi demokrasi, kemanusiaan, dan asas praduga tak bersalah. Kompas tidak membuat kebijakan presentase volume atau isi yang akan dimuat, baik politik, ekonomi, dan berita lainnya. Jadi, yang aktual dan bermanfaat bagi pembacanya itulah yang dimuat. Secara kongkret, kebijakan redaksional di Kompas adalah sebagai berikut: a. Kompas merupakan media yang tidak berpihak pada suatu golongan, partai, mapun agama tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
b. Tidak membenarkan mengkritik seseorang mengeni hal-hal yang bersifat pribadi. c. Tidak membenarkan bagi wartawannya untuk mencari keuntungan pribadi. d. Menggunakan sistem check and recheck dalam proses pemberitaannya. e. Menghargai hal-hal yang bersifat off-the record. f. Menghormati hak jawab, baik dalam bentuk berita maupun surat pembaca. g. Tidak ada kebijaksanaan prosentase volume atau isi yang akan dimuat, baik politik, ekonomi, dan berita lain. Kompas akan memuat berita atau komentar dengan pertimbangan mana yang dirasa aktual, dapat dijadikan proses pemikiran dan pemahaman pembaca seperti yang dirasakan serta dicoba untuk dikembangkan oleh wartawan. h. Kompas tidak akan memuat hal-hal yang berbau SARA.
7.
Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Kompas Harian Kompas adalah surat kabar nasional yang memiliki oplag
tertinggi di Indonesia. Bahkan pada tahun 2008 saja diperkirakan pembaca surat kabar ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia. Rincian oplag harian Kompas untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY dapat dilihat dalam data berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Tabel 4. Rincian Oplag Harian Kompas Wilayah Jawa Tengah dan DIY
Note: Perhitungan jumlah pembaca Kompas berdasarkan Survei Pembaca Kompas yang dilakukan Litbang Kompas pada tahun 2009, yang menyebutkan 1 koran Kompas di baca sekitar 4 orang. Oplag/paid, berdasarkan data Sirkulasi data Sirkulasi Kompas per Desember 2009. Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta
Secara umum, penyebaran harian Kompas di Indonesia cukup merata. Akan tetapi target pemasaran utama tetap berada di Pulau Jawa, terutama Jakarta yang merupakan Ibukota Negara. Untuk rincian perkembangan oplag Harian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Kompas dari tahun - ke tahun, mulai dari tahun 2008 dapat dilihat pada grafik berikut:
Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta
Sedangkan segmentasi pembaca harian Kompas dapat dilihat berdasarkan empat kategori, yakni dari jenis kelamin, segi penghasilan / strata ekonomi sosial (SES), segi pendidikan, serta dari segi usianya. Lihat pada grafik berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Sumber : Pusat Dokumentasi dan Redaksi Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta
Dari keempat diagram tersebut diatas tampak bahwa pembaca harian Kompas sebagian adalah lulusan sarjana yang memiliki intelektualitas cukup tinggi. Sedangkan rata-rata tertinggi pembaca Kompas didominasi oleh pembaca yang penghasilannya tinggi, yakni di atas 3,5 juta rupiah untuk wilayah Yogyakarta, dan Rp 1.250.001,- s/d Rp 1.750.000,- untuk wilayah Jawa Tengah. Sementara itu, sebagian besar pembaca Kompas merupakan pekerja kantoran dengan level tinggi/eksekutif. Jadi, kesimpulannya pembaca harian Kompas lebih didominasi oleh kalangan mengengah ke atas yang memiliki pekerjaan mapan namun dengan jumlah penghasilan yang cukup tinggi, disertai tataran intelektual yang tinggi pula.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
8.
Alamat Redaksi Dalam melakukan kerja harian dan proses koordinasi redaksional,
Kompas menempati kantor pusat di lokasi yang strategis di Jakarta yang merupakan Ibukota Negara. Juga menempati lokasi strategis di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana wartawan Kompas perwakilan Yogyakarta berkantor, dan merupakan tempat Penulis melakukan penelitian. Berikut adalah alamat lengkap kantor Kompas: a. Kantor Redaksi Jl. Palmerah Selatan 26-28, Jakarta 10270 Telepon
: (021) 534 7710, 534 7720, 534 7730, 530 2200
Fax
: (021) 548 6085 / 548 3581
Email
:
[email protected]
Alamat Surat : P.O. BOX 4612, Jakarta, 12046. b. Kantor Perwakilan Kompas Yogyakarta Jl. Suroto No. 2A, Yogyakarta 55224 Telepon
: (0274) 563600
B. Koran Tempo 1.
Sejarah Koran Tempo Pada tahun 1971, sejumlah wartawan muda sepakat untuk mendirikan
majalah berita Mingguan Tempo. Dia antaranya adalah Goenawan Mohamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, dan putu Wijaya. Maka pada 6 Maret 1971 dari salah satu blog gedung di Jl. Senen Raya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
83, Jakarta, nomer perdana Tempo dilahirkan dengan modal Rp 20 juta oleh Yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya yang merupakan milik dari pengusaha Ciputra. Dengan kepengurusan awal adalah Goenawan Mohamad sebagai Ketua Dewan Redaksi, dan Blur Rusuanto sebagai Wakil Ketua, dengan dibantu Usamah, Fikri Jufri, Cristianto Wibisono, Toeti Kakiailatu, Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan, Syu’bah Asa, Zen Umar Purba, Putu Wijaya, Isman Sawitri, Salim Said, dan lainnya. Juga satu orang kepercayaan dari Yayasan Jaya Raya sebagai pengelola Tempo, yaitu Eric Samolia. Edisi perdana majalah mingguan ini terbit pada April 1971 dengan berita utama mengenai cedera parah yang dialami Minarni, pemain badminton andalan Indonesia di Asean Games Bangkok, thailand. Edisi perdana Tempo ini laku sekitar 10.000 eksemplar, disusul edisi keduanya yang laku sekitar 15.000 eksemplar. Progres penjualan oplag ini menepis keraguan Zainal Abidin, bagian sirkulasi Tempo, yang menganggap majalah ini tidak akan laku. Tren positif penjualan Tempo terus berlanjut dengan peningkatan oplag yang meningkat pesat hingga mencapai sekitar 100.000 eksemplar pada tahun ke-10 terbitnya majalah mingguan ini. Adapun beberapa alasan yang melatar belakangi penggunaan nama Tempo sebagai nama Majalah Berita Mingguan tersebut, yakni: a. Pertama, nama “Tempo” singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
b. Kedua, nama ”Tempo” terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. c. Ketiga, nama “Tempo” bukan simbol suatu golongan. d. Dan Keempat, arti dari kata “Tempo” sederhana saja, yaitu: WAKTU, sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik di seluruh dunia. Tempo sempat dianggap meniru majalah TIME, karena sampulnya yang memang mirip TIME dengan bentuk segi empat berwarna merah membentuk bingkai di sisinya. Tempo pun menjawab dengan kalimat “Tempo meniru TIME? Benar Tempo meniru waktu, selalu tepat, selalu baru”, yang diiklankan Tempo pada terbitan 26 Juni 1971, guna menanggapi surat pembaca yang berkesimpulan bahwa Tempo telah meniru TIME. TIME pun sempat menggugat Tempo melalui pengacara Widjojo, namun persoalan ini dapat diselesaikan dengan damai. Seiring perjalanan terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Tempo, antara Goenawan Mohamad dengan Blur Rusuanto. Keduanya memiliki perbedaan ide dasar. Goenawan berkeinginan agar Tempo bergaya tulis feature (bercerita), sedangkan Blur cenderung ke News. Keduanya pun sering berbeda paham dan saling bertolak pendapat. Puncaknya terjadi pada saat Blur menumpahkan air kopi ke arah Goenawan. Tindakan tersebut dianggap kelewatan oleh Goenawan, hingga dia meminta Eric Samola untuk memutuskan, apakah Goenawan sendiri yang keluar atau Blur yang keluar. Akhirnya Blur yang mengundurkan diri dari Tempo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Hingga pada usia yang ke-12 tahun, tepatnya pada 12 April 1982, Tempo dibredel oleh Departemen Penerangan malalui surat yang dikeluarkan oleh Ali Moertopo (Menteri Penerangan). Karena Tempo dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh wartawan harian Pos Kota. Pembredelan tersebut terjadi diduga karena peliputan yang dilakukan Tempo saat kampanye partai Golkar di lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Presiden Soeharto, yang notabene adalah motor partai Golkar tidak suka dengan berita tersebut. Baru pada tanggal 7 Juni 1982, pembredelan terhadap Tempo dicabut setelah Goenawan Mohamad membubuhkan tanda tangan di secarik kertas yang berisikan permintaan maaf Tempo, dan kesediaan untuk dibina oleh pemerintah. Waktu itu, Goenawan Mohamad memang tidak punya pilihan lain. Prahara kembali berguncang di tubuh Tempo pada tanggal 13 juli 1987. Sebanyak 31 wartawan ramai-ramai keluar (eksodus). Alasannya adalah karena kesejahteraan dan pola menajemen yang tidak transparan. Mereka yang keluar diantaranya adalah Syu’ba Asa, Edy Herwanto, Saur Hutabarat, Marah Sakti Siregar, dan Achmad Luqman. Mereka kemudian mendirikan majalah editor, yang menjadi saingan Tempo. Goenawan Mohamad sangat sedih dengan kejadian tersebut. Selanjutnya, pembenahan manajemen pun dilakukan dan kesejahteraan karyawan juga diperhatikan. Konflik dianggap sebagai momentum untuk membenahi kekurangan. Goenawan mangatakan, “Yang bagus bukanlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
organisasinya yang sempurna, tapi organisasinya yang selalu dengan teratur dan dengan tak terlalu sulit disempurnakan, diperbaiki”. Pada 1990, eksodus kembali terjadi, sebanyak 20 wartawan spontan keluar. Ada yang mendirikan majalah baru bernama Prospek, yang dimodali oleh pengusaha Sutrisno Bachir, ada pula yang bergabung ke harian Berita Buana. Alasan utama eksodus kali ini ada dua, yaitu: Pertama, tawaran kesejahteraan dan jenjang karir yang menggiurkan di tempat lain. Kedua,beredarnya isu kristenisasi di tubuh Tempo. Khusus Kristenisasi, isu agama ini membuat tubuh Tempo menjadi tidak sehat. Tak berhenti di situ saja, pada tanggal 21 Juni 1994 Tempo kembali mengalami pembredelan bersama saudara tirinya, Editor, dan majalah yang sedang berkembang, Detik. Kali ini penyebabnya adalah berita Tempo terkait pembelian pesawat tempur eks Jerman Timur oleh BJ Habibie. Berita tersebut tidak menyenangkan para pejabat militer karena merasa otoritasnya dilangkahi. Namun, diduga penyebab dasarnya adalah karena Presiden Soeharto tidak suka Tempo dari dulu, dan berita BJ Habibie hanyalah alasan pembenaran semata. Kalau dulu syarat terbit kembali sangat mudah, yakni hanya dengan bertanda tangan di secarik kertas. Kali ini sangat sulit, karena keluarga Presiden Soeharto yang diwakili Hasyim Djojohadikusumo, Adik Prabowo Subianto, dalam penjelasannya kepada Eric Samola di sebuah pertemuan di hotel memberikan syarat bahwa berita Tempo harus diketahui oleh mereka (keluarga Presiden Soeharto), pemimpin redaksi harus ditentukan oleh mereka, dan mereka bisa membeli saham Tempo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Jajaran pimpinan Tempo mendiskusikan syarat tersebut. Semuanya bersepakat untuk menolaknya. Mereka rela Tempo tidak pernah terbit lagi, ini adalah persoalan integritas diri, alasannya. Pembredelan ketiga media tersebut di atas menyulut pelbagai demonstrasi massa. Salah satunya, demonstrasi berdarah pada tanggal 27 Juni 1994 oleh para aktivis, mahasiswa, dan buruh. Di tubuh PWI sendiri juga terjadi demonstrasi. Sebagian wartawan seperti Ahmad Taufik, Dita Indah Sari, dan yang lainnya sepakat untuk mendirikan Aliansi Jurnalis Independent (AJI). Mereka menuduh PWI berdiri di bawah ketiak pemerintah. Walaupun dibredel, Tempo punya cara sendiri untuk tetap eksis dan menyapa pembacanya. Pada 1996, Tempon meluncurkan majalah digital pertama di Indonesia, Tempo Interaktif, melalui situs www.tempo.co.id. Karena beredar di dunia maya, majalah ini lolos dari jangkauan pembredelan. Meskipun Tempo tetap eksis, sebagian wartawannya tidak tahan hidup tanpa penghasilan yang jelas. Mereka pun keluar, diantaranya adalah Lukman Setiawan, Mahtoem Mastoem, Harjoko Trisnadi, Herry Komar, Amran Nasution, dan Agus Basri. Mereka kemudian mendirikan majalah Gatra yang dimodali Bob Hasan, pengusaha dan orang kepercayaan Presiden Soeharto. Sebagian yang lain bergabung di Majalah Forum dan Tabloid Kontan. Jatuhnya Presiden Soeharto pada reformasi 21 mei 1998 dan naiknya BJ Habibie sebagai Presiden memberi angin segar bagi masa depan Tempo. Ya, benar saja, BJ Habibie mencabut pembredelan Tempo dan mengizinkannya untuk terbit kembali. Gayung bersambut, awak Tempo bergerak. Sekitar 40 orang berkumpul di Teater Utan Kayu untuk memikirkan Tempo yang baru. Hasilnya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
melalui PT Arsa Perdana dan dengan investasi baru sekitar Rp 5 miliar, Tempo edisi perdana pasca pembredelan terbit pada Selasa, 6 Oktober 1998. “Kami makin sadar: ada sesuatu yang lebih berharga ketimbang nafkah dan kepuasan profesional, yakni kemerdekaan dan harga diri,” tulis editorial perdana Tempo pasca di bredel. Perkembangan Tempo pasca pembredelan sangat progres. Oplag mencapai sekitar 60 ribu eksemplar tip kal terbit, mengalahkan majalah pesaing: Gatra, Forum, Panji Masyarakat, dan Gamma. Begitu pula dari sisi iklan, Tempo meraih 41% porsi iklan dibandingkan para pesaingnya tersebut. Perentase tersebut meningkat pada tahun 2000 menjadi 50% dan pada tahun 2005 menjadi 70%. Perkembangan
yang
luar
biasa
tersebut
membuat
manajemen
menerbitkan Tempo dalam edisi Inggris bernama Tempo Magazine pada 12 September 2000. Edisi Inggris ini terbit tiap minggu, dua hari setelah edisi Indonesia terbit. Oplagnya lumayan, laku sekira 7 ribu eksemplar di edisi perdananya. Intinya, Tempo kini bisa dibeli di luar negeri dan dibaca oleh orang asing. Pada 2 April 2001, ketika umur Tempo menginjak 30 tahun, diterbitkanlah Koran Tempo. Kehadiran Koran Tempo bertujuan untuk mengembalikan prinsip-prinsip jurnalistik harian yang terabaikan, yakni: cepat, lugas, tajam, dan ringkas. Nama Tempo sengaja digunakan pada Koran Tempo untuk meraih pangsa pasar. Koran Tempo berusaha meraih pembaca yang masih terbuka lebar, bersaing dengan Kompas, Republika, dan Media Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Hasilnya luar biasa, di Jakarta, Koran Tempo berhasil menjadi peringkat kedua di bawah Kompas. Dengan adanya majalah Tempo, Koran Tempo, dan Tempo Interaktif, manajemen Tempo kemudian mendirikan Tempo News Room (TNR), kantor berita yang berfungsi sebagai pusat berita ketiga media tersebut. Fungsinya adalah untuk penghematan sumber daya manusia. Diharapkan, melalui TNR, satu orang wartawan bisa memberikan kontribusi berita untuk tiga media sekaligus. Keberadaan TNR ditentang sebagian wartawan. Mereka merasa dirugikan secara hitungan gaji karena berita mereka dimuat di tiga media sementara gaji mereka hanya satu kali. Mereka berpikir seharusnya mereka digaji tiga kali. Masalah ini masih menjadi perdebatan di pihak manajemen Tempo. Setelah Koran Tempo sukses di pasaran, Tempo juga mencoba menembus bisnis televisi dengan mendirikan TEMPO TV, kerja sama dengan kantor berita radio KBR68H. Semangat TEMPO TV adalah ingin menampilkan tayangan televisi yang berkualitas dan mencarahkan, “sebab informasi bukan hanya data yang masuk, tetapi juga data yang membuat kita tercerahkan,” kata Goenawan Mohamad. Kini, TEMPO TV telah memberikan kontribusi program di sekitar 27 TV lokal di seluruh Indonesia. Pada 8 Maret 2003, terjadi penyerangan oleh para pengunjuk rasa di kantor Tempo. Mereka semua berdemonstrasi untuk mendukung Tommy Winata. Penyebabnya adalah berita Tempo mengenai proposal renovasi pasar Tanah Abang senilai Rp 53 miliar oleh Tommy Winata, pengusaha terkenal, sebelum pasar itu terbakar. Para pengunjuk rasa itu merusak kantor Tempo. Wartawan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tempo dipukuli, Pemred Tempo, Bambang Harymurti dihina, kepalanya ditonjok, dan perutnya dijotos. Tempo kembali mengalami masalah, kali ini datang dari umat Katolik yang mengecam sampul Tempo edisi 10 Februari 2008 yang bergambarkan mantan Presiden Soeharto (almarhum) bersama anak-anaknya di meja makan. Gambar tersebut dinilai melecehkan simbol kudus umat kristiani, khususnya Katolik di Indonesia. Gambar sampul berjudul Setelah Dia Pergi tersebut, mirip format lukisan perjamuan terakhir Yesus pada murid-muridnya, yaitu The Last Super, karya Leonardo Da Vinci. Sejumlah perwakilan organisasi Katolik tingkat nasional mendatangi kantor Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Mereka menilai lukisan sakral itu telah dianalogikan Tempo dengan keluarga mantan penguasa orde baru, yang di mata masyarakt berlumuran kasus KKN. Umat katolik meminta klarifikasi dan pernyatan maaf dari penanggung jawab Tempo. Mereka juga ingin memastikan kejadian seperti ini tak akan terulang, bukan hanya untuk umat Katolik, tapi bagi umat beragama lainnya di Indonesia. Dimintanya pula agar edisi majalah itu ditarik dari peredaran. Sesuai tuntutan perwakilan umat Katolik,. Tempo pun meminta maaf melalui Koran Tempo, Tempo Interaktif, dan Majalah Tempo. Pada Juni 2010, Tempo kembali mendapatkan protes berkaitan dengan grafik yang digunakan dalam sampul edisi Juni-Juli 2010, sampul tersebut berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi yang menggambarkan seorang polisi sedang menggiring celengan babi. Edisi tersebut menceritakan beberapa jenderal polisi yang memiliki rekening berisi uang milyaran rupiah. Polri memprotes
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
sampul tersebut dan meminta Tempo meminta maaf. Pada 8 Juli 2010, kedua belah pihak sepakat untuk berdamai di luar pengadilan. Pertemuan dimediasi oleh Dewan Pers dan berlangsung di Gedung Dewan Pers. Saat itu Polri diwakili oleh Kadiv humas Mabes Polri Irjen Pol. Edward Aritonang, Tempo diwakili oleh Pemred Tempo, Wahyu Muryadi. Dan pada 2 April 2011 lalu, Tempo genap berumur 40 Tahun. Di umur itu, Tempo telah menjadi media besar, berdiri sejajar dengan Kompas, Media Nusantara Citra (MNC), Jawa Pos Group, dan Media Group. Tempo punya majalah, punya koran, punya televisi, punya koran digital, dan punya kantor berita, Tempo punya segalanya. Tumbuh sebuah harapan, semoga Tempo bisa menjadi teladan dan contoh ditengah kemerosotan kualitas informasi dan tayangan media, untuk media-media yang mementingkan kualitas bukan komersialisasi, bukan iklan. Sebab, sebagaimana kata Goenawan Mohamad: “Informasi bukan hanya data yang masuk, tetapi juga data yang membuat kita tercerahkan”.
2.
Visi dan Misi Koran Tempo Visi surat kabar merupakan nilai dasar yang dihayati bersama oleh para
wartawan yang bekerja pada suatu media cetak/surat kabar. Visi Koran Tempo adalah “Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat, serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Misi Koran Tempo adalah: a. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda. b. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan modal dan politik. c. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide, bahasa, dan tampilan visual yang baik. d. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan bepegang pada kode etik. e. Menjadi tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan jaman. f. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor. g. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual.
3.
Penyajian Halaman dan Rubrikasi Berikut ini adalah penyajian rubrikasi pada Koran Tempo berdasarkan
pembagian halamannya: a. Halaman Utama Merupakan halaman muka surat kabar, berisi berita-berita utama atau headline. Yang disertai grafis ataupun foto untuk mempertegas berita dan berfungsi sebagai gambaran konstruksi peristiwa/reka kejadian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
b. Halaman Editorial Merupakan halaman yang berisi opini/pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomena, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. c. Rubrik Berita Utama Merupakan halaman yang berisi berita utama bagian dalam / headline dalam. d. Rubrik Nasional Merupakan halaman yang berisi berita atau peristiwa yang dibahas dalam skala nasional e. Rubrik Nusa Merupakan halaman yang berisi berita-berita mengenai kejadian dari seluruh pelosok negeri. f. Halaman Pendapat Merupakan halaman yang berisi opini, baik dari redaksi (tajuk rencana), akademisi, para ahli, maupun pembaca. g. Rubrik Ilmu dan Teknologi Merupakan halaman yang berisi ulasan maupun artikel yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. h. Rubrik Internasional Merupakan halaman yang memuat berita-berita atau peristiwa dari luar negeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
i. Rubrik Seni Merupakan halaman yang berisi berita-berita atau peristiwa yang berkaitan dengan kesenian. j. Rubrik Olahraga Merupakan halaman yang berisi berita olahraga dari bermacam-macam cabang olahraga, baik dari dalam maupun dari luar negeri. k. Rubrik Bisnis (Finansial dan Industri) Merupakan halaman yang memuat ulasan, berita, dan artikel seputar dunia bisnis, keuangan, perbankan, valas, industri, dll. Pada halaman ini, mulai disajikan terpisah dengan halaman utama. l. Rubrik Metro Merupakan halaman yang berisi berita-berita khusus mengenai kejadian yang terjadi di ibukota Jakarta. m. Rubrik Gaya Hidup Merupakan halaman yang berisi informasi mengenai tren dan hobi yang menjadi gaya hidup masyarakat. n. Halaman Advertisement Merupakan halaman yang berisikan iklan komersial. o. Rubrik Jawa Tengah & Yogyakarta, Rubrik Makasar (Edisi Daerah) Merupakan halaman yang memuat berita maupun tulisan-tulisan yang berhubungan dengan daerah Jawa Tengah & Yogyakarta, juga Makasar. Mulai dari berita ekonomi, politik daerah, maupun kebudayaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
p. Rubrik Khusus Merupakan halaman yang berisi informasi khusus, semisal: Perkakas (memuat informasi mengenai perkembangan gadged dan harganya), Kabar Ramadan (memuat informasi dan berita seputar bulan ramadan).
4.
Desain atau Layout Koran Tempo
a. Koran Tempo memanfaatkan grafis secara maksimal dalam penyajiannya (“graphic-heavy”) b. Desain yang rapi dan dinamis, dengan simbolik, ada unsur humor. c. Pemilihan dalam penggunaan foto-foto berita yang berbicara.
5. Bobot Berita Berikut ini adalah prosentase bobot berita pada Koran Tempo berdasarkan pada penyajian halaman dan rubrikasi: Headlines
10%
Ekonomi & Bisnis
30%
Politik
20%
Olahraga
10%
Berita Metro
10%
Berita Daerah
5%
Gaya Hidup
5%
Ilmu dan Teknologi
5%
International
5%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
6.
Struktur Organisasi Perusahaan Sebagai salah satu bentuk organisasi pers, Tempo memiliki struktur
keorganisasian yang akan memudahkan pelaksanaan kerja sesuai dengan bidang masing-masing. Kemampuan manajerial dituntut dalam kinerja di setiap masingmasing bidang agar bisa tercipta efisiensi dan efektifitas kerja sesuai dengan keinginan dan harapan. Susunan organisasi Koran Tempo adalah sebagai berikut: a. Pendiri Perusahan
: Goenawan
Mohamad,
Fikri
Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusri Djalinus, dan Putu Wijaya. b. Direktur Utama
: Bambang Harymurti
c. Direktur
: Herry Hernawan, Toriq Hadad
d. Sekretaris Korporat
: Rustam F. Mandayun
e. Pimpinan Redaksi / Penanggung Jawab : Gendur Sudarsono f. Wakil Pimpinan Redaksi
: Daru Priyambodo
g. Redaktur Senior
: Goenawan Mohamad
h. PJ. Redaktur Eksekutif
: M. Taufiqurohman
i. Redaktur Utama
: Yos
Rizal
Suriaji,
Wijanarko j. Sekretaris Redaksi
: Dyah Irawati Hapsari
commit to user
Tulus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
7. Bagan Struktur Organisasi PT. TEMPO INTI MEDIA
Sumber: Company Profile PT. Tempo Inti Media
8. Bagan Struktur Organisasi SDM di bagian Redaksional Koran Tempo PEM RED RED EKS SEK RED
ASS RED EKS RED BID
RED BAHASA
RED HAL
RED KREATIF RED SEN
RED FOTO
RED DESAIN
RED CETAK
REPORTER
PERISET FOTOGRAFER
DESAINER ILUSTRATOR
STAF PROD
Sumber : Company Profile PT. Tempo Inti Media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
9.
Kebijakan Redaksional Kebijakan redaksional merupakan penjabaran dari beberapa kaidah
filosofis, serta visi dan misi surat kabar yang bersangkutan. Kebijakan redaksional juga menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa atau isu mana, yang oleh surat kabar tersebut patut diangkat serta dipilih untuk menjadi bahan berita maupun bahan komentar. Kebijakan redaksional juga menjadi suatu bentuk tanggung jawab surat kabar dalam pemberitaannya. Lebih jelasnya, kebijakan redaksional di Koran Tempo terangkum dalam beberapa pernyataan berikut ini: a. Koran Tempo merupakan harian umum yang secara independen diterbitkan dan memberi porsi besar pada politik dan ekonomi. b. Koran Tempo menghadirkan informasi dengan jernih, akurat, jujur, berimbang, dan tidak bombastis. c. Koran Tempo ingin mengembalikan prinsip jurnalisme surat kabar harian, yakni: cepat, lugas, dan ringkas. d. Penyajian koran Tempo berorientasi pada kebutuhan pembaca beragam.
10.
Proses Pembuatan Berita pada Koran Tempo Suatu peristiwa yang berkembang di masyarakat dapat menjadi sebuah
berita dengan melalui beberapa tahapan yang panjang dalam proses redaksional. Berikut ini adalah proses redaksional dalam pembuatan berita pada Koran Tempo:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Sumber: Company Profile PT. Tempo Inti Media
11.
Outline Proses Distribusi Koran Tempo Proses pendistribusian koran Tempo pasca produksi, untuk pembaca di
wilayah DKI Jakarta maupun bagi pembaca di propinsi lain di seluruh Indonesia:
12.
Oplag, Sirkulasi, dan Profil Pembaca Koran Tempo Koran Tempo terbit 7 kali dalam seminggu dan menyajikan 56 halaman,
dengan oplag 240.000 eksemplar, dimana sejak berubah menjadi format compact, sirkulasi meningkat 20% dan 34% pembaca. Koran Tempo dilengkapi dengan iTEMPO penyisipan reguler (digital update), TEMPO GADING (komunitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
kertas untuk Kelapa Gading dan sekitarnya), dan Sebuah edisi khusus dari Jawa Timur dan Jawa Tengah (pencetakan jarak jauh). Pada tahun 2009 pun terbit Koran Tempo Makassar dengan 40 halaman dan memiliki oplag sebesar 30.000 eksemplar. Persentase distribusi Koran Tempo tediri dari: Distribusi Jakarta & sekitarnya 60,19%, Jawa Tengah dan Yogyakarta 16,21%, Jawa Barat & Banten 12,9% 6,08% Sulawesi, Sumatera 2,7%, dan wilayah lainnya 1,8%. Sedangkan persentase untuk distribusi Koran Tempo Makassar adalah Makassar (70%), Maros (10%), Pangkep, (10%) Gowa (10%), dan Takalar (5%). Profil pembaca sendiri dapat dibagi ke dalam dua kategori, kategori pertama adalah dilihat dari segi demografi, yaitu terdiri dari jenis kelamin, umur, sosial ekonomi. Sedangkan untuk kategori
kedua berdasarkan pada segi
psikografi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini: a. Segi Demografi
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semua media didominasi oleh para pembaca pria
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Kisaran usia rata-rata pembaca Tempo (semua media) adalah 20-50 tahun, kecuali TEMPO bahasa Inggris, usia dominan pembaca lebih dari 50 tahun.
Kisaran usia rata-rata pembaca Tempo (semua media) adalah 20-50 tahun, kecuali TEMPO bahasa Inggris, usia dominan pembaca lebih dari 50 tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
b. Segi Psikografi
TIRELESS WORKER: Apakah kelompok yang melihat pekerjaan sebagai jenjang karir sehingga berusaha untuk mencapai puncak, meskipun kadang-kadang untuk mencapainya harus mengesampingkan kepentingan mereka sendiri atau keluarga. TRENDSETTER: Apakah kelompok yang mengikuti model / gaya terbaru. Secara aktif mencari informasi, mengikuti perkembangan teknologi dan selalu tertarik untuk mencoba hal-hal baru dalam hidup. Hal ini juga tertarik pada hiburan / Hangout / pariwisata. SOCIALLY AWARE: Ini adalah kelompok yang didirikan prioritas ekonomi dan sosial dalam kehidupan selalu merupakan keseimbangan dengan masyarakat / lingkungan. Dalam tindakannya selalu memperhitungkan manfaat / dampak terhadap lingkungan mulai dari hak yang sama, polusi, dll TRADITIONAL FAMILY LIFE: Adalah kelompok yang sangat menjaga normanorma / nama keluarga, menempatkan dia sebagai kepala keluarga dan perempuan berpartisipasi dalam urusan domestik keluarga. Kelompok ini juga setia pada pasangan mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
13.
Alamat Redaksi Dalam melakukan kerja harian dan proses koordinasi redaksional, Koran
Tempo menempati kantor pusat di lokasi yang strategis di Jakarta, yang merupakan Ibukota Negara. Selain itu juga menempati lokasi strategis di Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana wartawan Tempo biro Yogyakarta berkantor, dan merupakan tempat dimana Penulis melakukan penelitian. Berikut adalah alamat lengkap kantor Tempo: a. Kantor Redaksi MBM & Divisi Pendukung Gedung Tempo, Jl. Proklamasi No. 72, Jakarta 10320 Telepon
: (021) 3916160, Fax : (021) 3921947
b. Divisi Sirkulasi dan Percetakan PT. Temprint Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Barat 12210 Telepon : (021) 5360409, Fax : (021) 5349569 c. Redaksi Tempo dan Iklan Ruko Kebayoran Centre, blok A 11 – 15 Jl. Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta 12240 Telepon : (021) 7255625, Fax : 725 5645, 725 5650 Email
:
[email protected]
d. Kantor Tempo Biro Yogyakarta Jl. Kolonel Sugiono No.47, Keparakan Mergangsan, Yogyakarta 55152 Telepon Redaksi : (0274) 380862, 380363, 380864 Fax
: (0274) 380865
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
BAB III ANALISIS DATA
Penelitian ini membahas mengenai analisis framing terhadap berita Keistimewaan DIY dengan menggunakan perangkat framing model Pan Kosicki, dimana Peneliti menganggap perangkat framing model Pan Kosicki sebagai alternatif yang tepat selain analisis isi kuantitatif dalam membedah isi berita, karena mempunyai empat struktur pisau analisis yang lengkap yaitu Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Penelitian ini sendiri terbagi ke dalam empat bab seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yakni pada bab I berisi pendahuluan, bab II berisi profil perusahaan, bab III berisi analisis data, dan bab IV adalah kesimpulan penelitian. Pada bab III ini Peneliti akan membedah berita seputar Keistimewaan DIY pada Harian Kompas dan Koran Tempo periode Desember 2010 - Januari 2011 dalam bentuk analisis data, dengan tujuan untuk melihat bagaimana media massa mengkonstruksikan realitas peristiwa atau membingkai (mem-frame) berita sesuai dengan penerapan standar kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasanbatasan serta unsur-unsur lainnya. Edisi Desember 2010 - Januari 2011 sendiri dipilih karena pada periode itulah berita seputar keistimewaan DIY banyak menghiasi wajah pemberitaan di berbagai media massa, salah satu media yang banyak memunculkan topik ini dalam pemberitaannya yaitu Harian Kompas dan Koran Tempo, yang merupakan surat kabar berskala nasional yang sudah ternama, dan punya rating tinggi disertai dengan isi pemberitaan yang kritis dan logis, dengan bahasa santun namun cerdas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Untuk melihat lebih jelas proses pembingkaian berita pada kedua media massa tersebut, Peneliti akan menganalisisnya secara terpisah.
Dimana
pembingkaian berita di harian Kompas dan Koran Tempo ditempatkan pada subbab tersendiri.
A. FRAME BERITA DI HARIAN KOMPAS Harian Kompas dalam pemberitaannya seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011 menurunkan sebanyak 24 berita, yang terbagi ke dalam beberapa rubrik seperti yang terlihat pada daftar di bawah ini: Tabel 5. Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Harian KOMPAS Edisi Desember 2010 – Januari 2011 NO. 1.
Judul Berita Salah
Paham
soal
Yogyakarta
Presiden Akan Jelaskan Sikapnya 2.
Rubrik
Hari & Tanggal
Headline &
Rabu, 1 Desember 2010
Umum
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Politik &
(1) ”Bung Sultan” yang Demokratis
Hukum
3.
Ketenangan DIY Terganggu
4.
Dengarkan
Aspirasi
Penetapan
Gubernur
Gubernur
DIY
Tajuk Rencana
Rabu, 1 Desember 2010
Headline &
Kamis, 2 Desember 2010
Rakyat dan
Tak
Rabu, 1 Desember 2010
Wakil
Umum
Langgar
Konstitusi 5.
6.
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Politik &
(2 – HABIS) Lebih Suka Penetapan
Hukum
Pemerintah Usul Gubernur Dipilih
Headline &
Presiden: Sultan HB X Masih Tepat
Umum
commit to user
Kamis, 2 Desember 2010
Jumat, 3 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Pimpin DIY 7.
8.
RUU
KEISTIMEWAAN
Kami
Headline &
Masih Mengungsi Bapak Presiden...
Umum
Sikap Pemerintah Disesalkan SBY:
Headline &
Saya Tidak Ada Masalah dengan
Umum
Jumat, 3 Desember 2010
Sabtu, 4 Desember 2010
Sultan HB X 9.
”Sejarah Saya Memang Parah”
Umum
Sabtu, 4 Desember 2010
(Kolom Politik – Ekonomi) 10.
Survei Menjadi Acuan Kemendagri
Politik &
Kepala Desa Se – DIY Ancam Boikot
Hukum
Minggu, 5 Desember 2010
Pemilihan 11.
Negara Akui Keistimewaan DPRD
Headline &
Kota Yogyakarta Akan Gelar Sidang
Umum
Senin, 6 Desember 2010
Paripurna Penetapan 12.
JAJAK Publik
PENDAPAT
”KOMPAS”
Cenderung
Politik &
Terima
Hukum
Daerah
Politik &
Senin, 6 Desember 2010
Keistimewaan 13.
KEISTIMEWAAN
”Khusus” Memang Harus Beda... 14.
Rabu, 8 Desember 2010
Hukum
Warga Dukung Penetapan Ketua
Headline &
DPD Partai Demokrat DI Yogyakarta
Umum
Kamis, 9 Desember 2010
GBPH Prabukusumo Mundur 15.
KEISTIMEWAAN
Setgab
Jumat, 10 Desember 2010
Umum
Membahas RUU 16.
Headline &
KEISTIMEWAAN DIY Penetapan
Politik & Hukum
sebagai Harga Diri
commit to user
Jumat, 10 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
17.
18.
Headline &
Setgab Terpecah soal Yogyakarta
Sabtu, 11 Desember 2010
Konsep Gubernur Utama Ditolak
Umum
DAERAH
Umum
Minggu, 12 Desember 2010
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Headline &
Senin, 13 Desember 2010
Ribuan Orang Akan Hadiri Sidang
Umum
ISTIMEWA:
Pemerintah
Kalla:
Yogyakarta
Demokratis 19.
Paripurna 20.
KEISTIMEWAAN DIY Dengarkan
Politik &
Aspirasi Yogyakarta 21.
Angelina
Hukum
Pimpin
DPD
Politik &
Partai
Demokrat 22.
JAJAK
PENDAPAT
”KOMPAS”
Politik &
Yogyakarta Tentukan Sikap Djoko
KEISTIMEWAAN
DIY
Headline &
Selasa, 14 Desember 2010
Umum Muladi:
Politik &
Perlu Kepala Dingin 25.
Senin, 13 Desember 2010
Hukum
Suyanto: RUU Belum Final 24.
Senin, 13 Desember 2010
Hukum
Komodifikasi Survei Opini Publik 23.
Senin, 13 Desember 2010
Selasa, 14 Desember 2010
Hukum
RUU KEISTIMEWAAN DIY Rakyat
Nusantara
Selasa, 14 Desember 2010
Headline &
Rabu, 15 Desember 2010
Sudah Menabur Tambur... 26.
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Umum
Warga Kecewa Tanggapan Pusat 27.
KEISTIMEWAAN
DIY
Presiden
Headline & Umum
Yudhoyono Ajak Cari Titik Temu 28.
Upacara Mengenang Maklumat 5 September
Kamis, 16 Desember 2010
Nusantara (Berita Foto)
commit to user
Kamis, 16 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
29.
KEISTIMEWAAN
Dewan
Bahas
Headline &
RUU DIY pada Awal 2011 30.
Umum
KEISTIMEWAAN Aburizal Pimpin
Headline &
Serahkan
Aspirasi
Sabtu, 18 Desember 2010
Umum
Tim Membahas RUU DIY 31.
Jumat, 17 Desember 2010
Warga
Politik &
Sabtu, 18 Desember 2010
Hukum
Yogyakarta
(Berita Foto) 32.
RUU
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA
Politik &
Keistimewaan
Sabtu, 18 Desember 2010
Hukum
Versi Pemerintah 33.
KEISTIMEWAAN
DIY
Suasana
Politik &
Tenang Kini di DIY
Sabtu, 18 Desember 2010
Hukum
34.
Indonesia Bersatu Maju
Tajuk Rencana
Sabtu, 18 Desember 2010
35.
PKB: Cermati Gubernur Utama
Politik &
Senin, 20 Desember 2010
Aburizal Bakrie Tunggu Sekretariat
Hukum
Gabungan 36.
LAPORAN
AKHIR
TAHUN
Politik &
POLITIK DAN HUKUM (1) SBY
Senin, 20 Desember 2010
Hukum
Tidak Pandai Bersolek 37.
Aburizal Tidak Urus Tim Lobi Ada
Politik &
Usul Kepala Pemerintahan Harian
Hukum
Selasa, 21 Desember 2010
DIY 38.
KEISTIMEWAAN
DIY
Sultan:
Headline
Kamis, 23 Desember 2010
Nusantara
Jumat, 24 Desember 2010
Penetapan Itu Aspirasi Rakyat 39.
Datangi Rumah Ikhlasul Amal
(Berita Foto)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
40.
KEISTIMEWAAN DIY Sosialisasi
Politik &
Penetapan 41.
Hukum
KALEIDOSKOP HUKUM Desember:
Kamis, 30 Desember 2010
POLITIK
2010
DAN
September
Rakyat
Politik &
–
Jumat, 31 Desember 2010
Hukum
Yogyakarta
Berteriak Melawan 42.
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Politik &
Warga Ajukan Gugatan ke PTUN 43.
Hukum
SEJARAH POLITIK Pengukuhan
Politik &
Yogyakarta Kota Republik 44.
KEISTIMEWAAN DIY Mendagri
KEISTIMEWAAN Kukuhkan
Selasa, 4 Januari 2011
Hukum Politik &
Tegur Wali Kota Yogyakarta 45.
Senin, 3 Januari 2011
DIY
Hukum Sultan
Yogyakarta
Selasa, 4 Januari 2011
Politik &
Rabu, 5 Januari 2011
Hukum
Kota
Republik 46.
KEISTIMEWAAN
DIY
Gunung
Politik &
Kidul Dukung Penetapan Sultan
Kamis, 6 Januari 2011
Hukum
HB dan Paku Alam 47.
Bom
Molotov
di
Yogyakarta
Nusantara
Jumat, 7 Januari 2011
Nusantara
Sabtu, 8 Januari 2011
Nusantara
Rabu, 12 Januari 2011
Korban, Ketua Paguyuban Lurah Se – DIY Ismaya 48.
BOM MOLOTOV Pelemparan Bom Dinilai sebagai Teror
49.
Paguyuban Dukuh Dikirimi Surat
(Kilas Daerah) 50.
KEISTIMEWAAN
Fraksi
PD
Yogyakarta Dukung Penetapan
commit to user
Politik & Hukum
Jumat, 14 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
51.
KEISTIMEWAAN DIY Penetapan
Politik &
Sesuai Demokrasi Pancasila 52.
Hukum
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
Politik &
RUU DIY Dibahas Lagi
54.
KEISTIMEWAAN
DIY
Jumat, 21 Januari 2011
Hukum
RUUK DIY Mulai Dibahas 53.
Senin, 17 Januari 2011
Politik & Hukum
Rabu, 26 Januari 2011
Politik &
Kamis, 27 Januari 2011
Sultan
Hukum
Hanya Dijadikan Simbol Sumber : harian Kompas
Guna mempermudah proses analisis data, dari berita yang disajikan di harian Kompas pada periode Desember 2010 – Januari 2011 di atas, Peneliti kemudian memilih beberapa berita dan mengelompokkan berita-berita tersebut kedalam tema pokok sesuai dengan
kategori
masalah. Pengelompokan
didasarkan pada isu yang dianggap paling penting dari kasus keistimewaan Yogyakarta ini, dan mendapat porsi besar dalam pemberitaan. Tema pokok tersebut antara lain: RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah, Survei Mengenai
Keistimewaan
Yogyakarta,
Sikap
Setgab
Terkait
RUU
Keistimewaan Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar pengelompokan berita di bawah ini:
Tabel 6. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta pada Harian KOMPAS Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah NO. 1.
TEMA RUU Yogyakarta
Judul Berita
Keistimewaan Versi
a.
Pemerintah Gubernur
commit to user
Rubrik
Usul Headline & Dipilih
Umum
Hari & Tanggal Jumat, 3 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Pemerintah,
Presiden: Sultan HB X
Masih
Tepat
Pimpin DIY b.
RUU
Politik &
Sabtu, 18
Hukum
Desember 2010
Politik &
Kamis, 27
Hukum
Januari 2011
Politik &
Kamis, 2
Hukum
Desember 2010
Politik &
Minggu, 5
Hukum
Desember 2010
JAJAK PENDAPAT
Politik &
Senin, 6
”KOMPAS” Publik
Hukum
Desember 2010
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA Keistimewaan Versi Pemerintah c.
KEISTIMEWAAN DIY Sultan Hanya Dijadikan Simbol
2.
Survei
Mengenai
a.
Keistimewaan Yogyakarta
KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (2 –
HABIS)
Lebih
Suka Penetapan b.
Survei
Menjadi
Acuan Kemendagri Kepala Desa Se – DIY Ancam Boikot Pemilihan c.
Cenderung Terima Keistimewaan 3.
Sikap
Setgab
Terkait
RUU Keistimewaan DIY
a.
Terpecah Headline &
Setgab soal
Yogyakarta
Konsep
Gubernur
Utama Ditolak Sumber : harian Kompas
commit to user
Umum
Sabtu, 11 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
1.
Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah a) Berita I Elemen struktur berita pilihan pertama di harian Kompas mengenai RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih yang terbit pada edisi Jumat, 3 Desember 2010. Tabel 7. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih Harian KOMPAS (Jumat, 3 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Headline
Who,
Huruf dicetak
What
tebal, terdapat
Par Pemerintah
Usul
Gubernur Dipilih
Grafis & Tabel (berisi poin kesepakatan Keistimewaan Yogyakarta & rujukan penentuan kepala daerah), disertai link website berisi rekaman video ucapan Menkopolhukam yang berjudul: ”Djoko: Gubernur DIY Dipilih” di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
vod.kompas.com /gubernurdiy, Leksikon: Usul Presiden:
Sultan
HB
X
Kickers
Masih Tepat Pimpin DIY
Who,
Label jabatan,
What
Singkatan, Leksikon: Tepat
Kal1.
JAKARTA,
Par1
Pemerintah,
KOMPAS
Where,
Koherensi
Leksikon:
draf
Who,
Penjelas
selaku,
Rancangan Undang-Undang
What
dalam
–
tentang
Keistimewaan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta,
Lead
demokratis
tetap
mengusulkan
Gubernur
Daerah
Istimewa
Yogyakarta selaku kepala pemerintahan
provinsi
dipilih secara demokratis. Kal1.
Dalam draf RUU itu, Sultan
Par2
Hamengkubuwono
Latar
(HB)
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas
diposisikan
What
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
dituangkan
What,
Koherensi
Leksikon:
Where,
Penjelas
memfinalisasi
dan Sri Paduka Paku Alam (PA) diposisikan sebagai pemimpin tertinggi. Kal2.
Usulan itu sudah selesai
Par2
dituangkan RUU
dalam
Latar
draf
Keistimewaan DIY
dan siap diajukan ke DPR. Kal1.
Pandangan
Pemerintah
Par3
adalah hasil sidang kabinet
Parafrase
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
paripurna
yang
khusus
membahas
When
dan
memfinalisasi
RUU
Keistimewaan
DIY
Kantor Presiden,
di
Jakarta,
Kamis (2/12). Kal2.
Menteri Koordinator Bidang
Par3
Politik,
Who,
Koherensi
dan
What,
Penjelas
Keamanan Djoko Suyanto
When
Hukum,
Latar
Label jabatan
didampingi Menteri Dalam Negeri
Gumawan
Fauzi,
Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia
Akbar,
dan
Kabinet
Patrialis Sekretaris
Dipo
menyampaikan
Alam posisi
pemerintah itu seusai sidang kabinet, Kamis. Kal1.
Kamis
Par4
Susilo
siang,
Yudhoyono dari sisi
When,
Koherensi
Leksikon: sisi,
Bambang
Who,
Penjelas,
terbaik,
menegaskan,
What
Kalimat
dipegang,
tak
Singkatan,
langsung
Label jabatan
Kata ganti
Label jabatan,
politik
Presiden
Parafrase
praktis,
sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan,
berpendapat,
ia
posisi
Gubernur DIY lima tahun mendatang
yang
terbaik
tetap dipegang Sultan HB X. Kal1.
”Itu posisi saya
sebagai
Kutipan
commit to user
Who,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Par5
presiden. Dalam kapasitas
What,
orang,
Leksikon:
saya
How
Kalimat
kapasitas,
pembina
langsung,
mengalirkan
sebuah partai politik, tentu
Koherensi
yang
ketua
saya
lain,
dewan
akan
sebagai
mengalirkan
Penjelas
pandangan dan pendapat ini sebagai politik partai yang saya bina,” papar Presiden, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat di Istana Negara. Kal1.
Namun,
Presiden
Par6
menekankan, Keistimewaan
Parafrase
RUU DIY
Who,
Koherensi
Singkatan,
What,
Pembeda,
Idiom: sama
Kalimat
sekali
yang
akan diajukan pemerintah
tak
sama sekali tidak berkaitan
langsung
dengan politik praktis. Kal1.
Kamis
Par7
peringatan
When,
Koherensi
Foto dari
Guru
What,
Pembeda
fotografer
Nasional, Presiden bertemu
Who
dengan
malam, Hari
Gubernur
dalam
Latar
DIY
Sultan HB X.
KOMPAS/Alif Ichwan dengan caption: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan Satyalancana Pembangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Pendidikan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dalam acara Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2010 dan HUT Ke65 PGRI di Jakarta, Kamis (2/12). Label jabatan, Singkatan Kal2.
Presiden
Who,
Koherensi
Par7
penghargaan ke sejumlah
What
Penjelas
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Pembeda
enggan
What,
Koherensi
Idiom:
Who
Pembeda,
Apalagi
baik bagi pejabat. Apalagi
Kalimat
dengan
dengan Presiden Berdebat,”
langsung,
ujarnya.
Kata ganti
kepala
menyerahkan
daerah,
Latar
Singkatan
termasuk
Sultan HB X. Kal3.
Namun,
Sultan
Par7
mengomentari
enggan
Latar
penjelasan
Presiden. Kal4.
”Saya tak mau berkomentar.
Par7
Saya sudah bilang, itu tidak
Kutipan
orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Kal1.
Dari Yogyakarta,
Par8
dilaporkan
Where,
Koherensi
Idiom: masa
warga
When,
sebab-
depan,
Yogyakarta kecewa dengan
What,
akibat
Singkatan
Who,
Koherensi
Leksikon:
Why
Penjelas
tidak tegas,
penjelasan
Kamis,
Presiden
Latar
soal
masa depan keistimewaan DIY. Kal2.
Presiden dinilai tidak tegas
Par8
mendukung penetapan
Parafrase
mekanisme kepala
daerah
mekanisme,
DIY.
Singkatan
Kal3.
Pendukung penetapan akan
Par8
melanjutkan berbagai aksi
Latar
Who,
Koherensi
What
sebab-
massanya.
akibat
Kal1.
”Pidato
Beliau
Par9
Isinya biasa
Kutipan,
What,
Kalimat
Singkatan,
Latar
Why,
langsung,
Label jabatan,
ngeneng-ngenengi
Who,
Kata ganti
Leksikon:
(menenangkan) warga DIY,
Where
orang
ngeneng-
ingin
normatif.
saja. Cuma
tetapi tidak mengarah pada
ngenengi
suatu putusan yang sesuai dengan
aspirasi
DIY,” Ketua
papar
rakyat
Sukirman,
Paguyuban Dukuh
DIY Semarsembogo, seusai menonton siaran penjelasan Presiden
di
Komando
Keistimewaan
Nagari
Markas
Ngayogyakarta
Hadiningrat di Yogyakarta. Secara Demokratis
Sub Judul
commit to user
Huruf dicetak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
tebal Kal1.
Menurut
Presiden,
Parafrase
Par 10 pemerintah dan DPR akan membahas
RUU
Who,
Koherensi
Singkatan,
What
Penjelas,
Leksikon:
Kalimat
kepastian,
tak
utuh
yang
memberikan kepastian bagi keistimewaan
Yogyakarta
langsung
dalam pengertian utuh dan menyeluruh. Kal2.
UU
Keistimewaan
DIY
Parafrase
Par 10 bukan hanya menggariskan kedudukan,
kekuasaan,
masa
dan
jabatan,
What,
Koherensi
Label jabatan,
Who
Penjelas,
Singkatan
Kalimat
cara
tak
pengangkatan Gubernur dan
langsung
Wagub DIY. Kal3.
Hal
Penting
What,
Koherensi
Singkatan,
How
Penjelas,
Leksikon:
khusus dan peran istimewa
Detail,
otoritas
bagi pewarisan Kesultanan
Kalimat
Par 10 menyangkut
dan
lain perlakuan
Pakualaman
permanen,
Parafrase
hak
secara
tak
eksklusif
langsung
pengelolaan tanah di DIY yang otoritas Kesultanan dan
Pakualaman,
Tata
Ruang khusus, serta upaya pelestarian
budaya
dan
warisan sejarah. Kal1.
Setelah
Par 11 keterangan,
memberikan
Latar
Presiden
memimpin sidang kabinet
commit to user
Who,
Koherensi
What
Penjelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
paripurna. Kal1.
Djoko
Suyanto,
yang
Parafrase
Par 12 menyampaikan hasil sidang kabinet,
Who,
Koherensi
What
Penjelas,
menyatakan,
pemerintah
Kalimat
sepakat
tak
menempatkan Sultan dan Paku
Alam
Singkatan
langsung
sebagai
pemimpin tertinggi di DIY. Kal2.
Namun, gubernur sebagai
Par 12 penyelenggara
Parafrase
kekuasaan
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Pembeda,
penyelenggara
eksekutif di daerah itu akan
Kalimat
dipilih secara demokratis.
tak langsung
Kal1.
”Gubernur
itu
menjadi
Kutipan
Who,
Kalimat
What
langsung
Who,
Koherensi
penetapan
What,
Pembeda
kepala daerah DIY, yang
Where
Par 13 amanat UUD harus dipilih secara demokratis. Kita ikuti formulasi itu. Tetapi, kita ingin menempatkan Sultan pada posisi yang tertinggi di wilayah itu,” ujar Djoko. Kal1.
Secara
terpisah,
Par 14 pendukung
tergabung dalam
puluhan
Latar
Kawulo
Ngayogjokarto mendatangi kediaman Wakil Presiden Boediono di Condongcatur, Sleman. Kal2.
Aries Herususeno, sesepuh
Kutipan
commit to user
Who,
Kalimat
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Par 14 Kawulo
Ngayojokarto,
What,
”Kami
Why
menyebutkan, kecewa
mengapa
langsung
Pak
Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan dan pertimbangan kepada SBY.” Kal.
Wakil Ketua DPR Pramono
Par 15 Anung
W
pernyataan RUU
menilai
Presiden
Parafrase,
Who,
Koherensi
Singkatan,
Penutup
What
pembeda,
Leksikon:
Kalimat
tidak tuntas
soal
Keistimewaan DIY
tak menjawab pertanyaan rakyat
tak langsung
Yogyakarta.
Penjelasan itu juga tidak tuntas. Sumber : Berita 1, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam berita pilihan pertama, harian Kompas mengangkat judul Pemerintah Usul Gubernur Dipilih, dilihat dari judul tersebut tampak pada leksikon: Usul yang berarti gagasan /ide, menunjukkan bahwa Kompas ingin menggambarkan bahwa pihak Pemerintah menginginkan pemilihan dalam mekanisme pengangkatan gubernur Yogyakarta. Dalam kickersnya sendiri yang berbunyi Presiden: Sultan HB X
Masih Tepat Pimpin DIY, Kompas menampilkan poin dari pidato
Presiden dengan
leksikon: Tepat yang menunjukkan bahwasanya Presiden
menilai orang yang cocok, pas, dan layak untuk menjabat Gubernur Yogyakarta adalah tetap Sultan Hamengku Buwono X. Hal tersebut coba diperkuat dengan lead yang bunyinya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah, dalam draf Rancangan UndangUndang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap mengusulkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta selaku kepala pemerintahan provinsi dipilih secara demokratis. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 1) Pada lead diatas dengan mengatasnamakan demokratis, dimana tampak dalam leksikonnya, digambarkan bahwa Pemerintah memang benar-benar ingin agar Gubernur Yogyakarta dalam
statusnya secara
eksekutif sebagai kepala
pemerintahan harus dipilih, hal tersebut coba dituangkan Pemerintah dalam draf RUUK DIY. Lalu Kompas memberi latar dengan leksikon: diposisikan, yang menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa dalam draf pemerintah itu Sultan dan Paku Alam ditempatkan/diletakkan sebagai pimpinan tertinggi, dan usulan tersebut telah selesai dituangkan dalam draf RUU dan tinggal diserahkan ke DPR, seperti yang terlihat dalam kedua kalimat berikut: Dalam draf RUU itu, Sultan Hamengkubuwono (HB) dan Sri Paduka Paku Alam (PA) diposisikan sebagai pemimpin tertinggi. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 2) Usulan itu sudah selesai dituangkan dalam draf RUU Keistimewaan DIY dan siap diajukan ke DPR. (Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 2) Pada paragraf selanjutnya Kompas memberi latar yang menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa pandangan pemerintah tersebut dijelaskan oleh Menkopohukam Djoko Suyanto didampingi Mendagri Gumawan Fauzi, Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam pasca sidang kabinet, dan merupakan hasil sidang kabinet paripurna yang khusus membahas dan memfinalisasi RUU Keistimewaan DIY, (Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 3). Kata memfinalisasi dalam kalimat di atas dipakai untuk menandakan bahwa hasil tersebut merupakan keputusan akhir dari pemerintah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Kompas mencoba mendukung kickers dengan menampilkan kutipan pidato Presiden SBY dalam parafrase yang menyatakan bahwa dari sisi politik praktis dalam posisinya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, ia menganggap posisi Gubernur DIY lima tahun mendatang yang terbaik tetap dipegang Sultan HB X (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 4). Dari parafrase yang dibuat Kompas mengutip ucapan SBY tersebut, leksikon: sisi dipakai untuk menjelaskan sudut pandang, terbaik untuk menjelaskan paling pas dibanding yang lain, dan dipengang menjelaskan dijabat. Kompas melanjutkan dengan mengutip langsung pidato SBY yang bunyinya: ”Itu posisi saya sebagai presiden. Dalam kapasitas saya yang lain, sebagai ketua dewan pembina sebuah partai politik, tentu saya akan mengalirkan pandangan dan pendapat ini sebagai politik partai yang saya bina,” papar Presiden, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat di Istana Negara.(Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 4) Dengan mengutip langsung pernyataan Presiden SBY tersebut Kompas berusaha menekankan bahwa parafrase sebelumnya benar-benar merupakan substansi pidato Presiden SBY, dan kutipan langsung ini adalah sambungannya. Kutipan ucapan Presiden SBY menjelaskan (koherensi penjelas) kedudukan lain dari SBY yang merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dengan leksikon: kapasitas, dimana SBY akan menyalurkan pandangan itu serupa pandangan partainya, yang tampak dalam leksikon: mengalirkan. Kemudian Kompas memberi koherensi pembeda dengan parafrase dari substansi lain pidato SBY, bahwa RUU Keistimewaan DIY yang akan diajukan pemerintah sama sekali tidak berkaitan dengan politik praktis. (Lihat Tabel 7, Paragraf 1. Kalimat 6) Idiom: sama sekali maksudnya adalah tidak sedikitpun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Selanjutnya Kompas memberi latar dengan menggabung kejadian lain yang ada kaitannya dengan Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono X, yaitu pertemuan keduanya dalam peringatan Hari Guru Nasional yang merupakan pertemuan pertama setelah ucapan SBY yang mempersoalkan Keistimewaan Yogyakarta, dimana dalam pertemuan itu Presiden SBY memberikan penghargaan kepada beberapa Kepala Daerah termasuk Sultan Hamengku Buwono X. Kompas juga menambahkan tampilan foto kejadian bertemunya Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono tersebut sebagai penekanan. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 7). Pada latar berikutnya Kompas mencoba menanyakan pendapat Sultan Hamengku Buwono X tentang pidato Presiden SBY sebelumnya, dengan menampilkan isi kutipan langsung pendapat Sultan, Kompas memberi parafrase bahwa Sultan tidak mau mengomentari pendapat Presiden SBY (Lihat Tabel 7, Kalimat 3. Paragraf 7), disusul kutipan langsung ucapan Sultan yang berbunyi: ”Saya tak mau berkomentar. Saya sudah bilang, itu tidak baik bagi pejabat. Apalagi dengan Presiden Berdebat,” ujarnya. (Lihat Tabel 7, Kalimat 4. Paragraf 7) Di
paragraf
selanjutnya,
tampak
Kompas
mencoba
mencari
keberimbangan informasi, dimana selain menanyakan pendapat Sultan, Kompas lanjut menampilkan sikap dan pendapat warga Yogyakarta sendiri dalam menanggapi pidato Presiden SBY. Dalam latar, warga Yogyakarta kecewa pendapat Presiden akan masa depan keistimewaan Yogyakarta (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 8), Kompas menggunakan idiom: masa depan yang menjadi label nasib keistimewaan itu sendiri. Dilanjutkan parafrase yang menjelaskan (koherensi penjelas) bahwa warga menilai Presiden tidak tegas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
mendukung mekanisme penetapan Gubernur (Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 8), Leksikon: tidak tegas menggambarkan sikap presiden yang setengah-setengah
menyikapi
masalah
ini,
dan
Leksikon:
mekanisme
menunjukkan proses, metode, atau teknik yang digunakan. Di akhiri dengan latar yang berisi sikap warga pendukung penetapan yang akan melanjutkan berbagai aksi massanya (Lihat Tabel 7, Kalimat 3. Paragraf 8) sebagai koherensi kausalitas (sebab-akibat) dari pidato Presiden SBY. Kompas melanjutkan dengan mengutip langsung pendapat narasumber, yakni Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo yang bunyinya: ”Pidato Beliau normatif. Isinya biasa saja. Cuma ingin ngeneng-ngenengi (menenangkan) warga DIY, tetapi tidak mengarah pada suatu putusan yang sesuai dengan aspirasi rakyat DIY,” papar Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo, seusai menonton siaran penjelasan Presiden di Markas Komando Keistimewaan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 9) Leksikon ngeneng-ngenengi dikutip langsung dari ungkapan bahasa jawa narasumber yang notabene orang jawa, yang artinya ditunjukkan oleh Kompas dalam tanda kurung yaitu menenangkan. Kemudian Kompas menambah latar yang menunjukkan bahwa pendapat tersebut diambil seusai narasumber menonton siaran pidato Presiden SBY di Markas Komando Keistimewaan Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta. Kompas menanamkan sub judul guna memperkokoh judul utamanya dengan label Secara Demokratis, yang dalam beritanya diawali parafrase pandangan Presiden SBY tentang opsi dalam draf RUUK Yogyakarta, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
”Menurut Presiden, pemerintah dan DPR akan membahas RUU yang memberikan kepastian bagi keistimewaan Yogyakarta dalam pengertian utuh dan menyeluruh.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 1, Paragraf 10) ”UU Keistimewaan DIY bukan hanya menggariskan kedudukan, kekuasaan, masa jabatan, dan cara pengangkatan Gubernur dan Wagub DIY.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 2, Paragraf 10) ”Hal Penting lain menyangkut perlakuan khusus dan peran istimewa bagi pewarisan Kesultanan dan Pakualaman secara permanen, hak eksklusif pengelolaan tanah di DIY yang otoritas Kesultanan dan Pakualaman, Tata Ruang khusus, serta upaya pelestarian budaya dan warisan sejarah.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 3, Paragraf 10) Leksikon: kepastian yang dipakai menggambarkan janji pemerintah akan suatu kejelasan keputusan tentang masalah ini, sedangkan leksikon: utuh menjelaskan bahwa keputusan yang diambil akan mencakup penyelesaian keseluruhan aspek masalah, yang substansi isinya disebut di atas, dengan salah satu poin memakai leksikon: otoritas untuk menggambarkan daulat dari Kasultanan dan Pakualaman. Kompas melanjutkan dengan memberi latar, bahwa setelah menyampaikan hal itu Presiden melanjutkan memimpin sidang kabinet paripurna. Kompas melengkapi berita dengan mengutip paparan Menkopolhukam Djoko Suyanto dari hasil sidang kabinet paripurna, dengan parafrase bahwa Sultan dan Paku Alam menjadi pemimpin tertinggi di DIY, tapi Gubernur sebagai penyelenggara kekuasaan eksekutif di daerah itu akan dipilih secara demokratis (Lihat Tabel 7, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 12), memakai leksikon: penyelenggara menunjukkan pelaksana/pemangku jabatan. Kutipan langsung dari ucapan Menkopolhukam Djoko Soeyanto yang mewakili pemerintah tersebut berbunyi: ”Gubernur itu menjadi amanat UUD harus dipilih secara demokratis. Kita ikuti formulasi itu. Tetapi, kita ingin menempatkan Sultan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
posisi yang tertinggi di wilayah itu,” ujar Djoko. (Lihat Tabel 7, Kalimat 1. Paragraf 13) Kompas selanjutnya menggabungkan dengan berita dari masyarakat Yogyakarta pendukung penetapan sebagai pembeda (koherensi pembeda), dengan latar, masyarakat yang tergabung dalam Kawulo Ngayogjokarto mendatangi kediaman Wapres Budiono. Kompas mengutip pendapat salah satu anggota organisasi tersebut untuk mencari keberimbangan informasi dan alasan aksi mereka, yang bunyinya: Aries Herususeno, sesepuh Kawulo Ngayojokarto, menyebutkan, ”Kami kecewa mengapa Pak Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan dan pertimbangan kepada SBY.” (Lihat Tabel 7, Kalimat 2. Paragraf 14) Kemudian ditutup dengan parafrase dari pendapat pihak DPR, yakni Pramono Anung W selaku Wakil Ketua DPR yang menilai bahwa pernyataan Presiden SBY menyangkut RUUK Yogyakarta tidak menjawab apa yang menjadi pertanyaan
rakyat,
dengan
memakai
leksikon:
tidak
tuntas,
Kompas
menggabarkan penilaian bahwa pernyataan tersebut belum selesai /belum semua tercakup didalamnya. Dari pembedahan berita di atas, unsur sintaksis yang terlihat adalah Kompas meminta pendapat dari berbagai narasumber yang berkepentingan dalam masalah ini, mulai dari pendapat Pemerintah, Sultan, dan rakyat Yogyakarta sendiri, selain itu juga pihak DPR. Dari pihak pemerintah adalah Presiden SBY dan Menkopolhukam Djoko Suyanto (pemapar hasil sidang kabinet paripurna),
dari pihak Sultan adalah Sultan sendiri,
sedangkan dari rakyat
Yogyakarta adalah Sukirman, Ketua Paguyuban Dukuh DIY Semarsembogo dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Aries Herususeno, sesepuh Kawulo Ngayojokarto yang mewakili pendapat warga pro penetapan, sedangkan dari pihak DPR adalah wakil ketua DPR Pramono Anung W di bagian akhir, namun pernyataan Pramono Anung W tersebut tidak dikutip langsung oleh Kompas melainkan diambil substansi pendapatnya. Dari unsur skrip sudah mencakup 5W+1H, yaitu Pemerintah, Sultan, warga pro pentapan, dan DPR (Who), RUU Keistimewaan DIY (What), Kamis (2/12) (When), Kantor Presiden Jakarta, dan kota Yogyakarta (Where), Presiden dinilai tidak tegas mendukung mekanisme penetapan kepala daerah DIY dan rakyat kecewa mengapa Pak Boediono yang tahu DIY tidak memberi masukan dan pertimbangan kepada SBY (Why), Pemerintah dalam draf Undang-Undang
tentang Keistimewaan
Rancangan
Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap
mengusulkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dipilih (How), namun yang paling mendominasi adalah unsur who dan what. Dari unsur tematik, tema yang diambil oleh Kompas adalah mengenai usulan pemerintah dalam RUU Keistimewaan DIY agar gubernur DIY dipilih secara demokratis. Dan dari unsur retoris, Kompas menekankan pemberitaan dengan
menggunakan
leksikon,
idiom,
singkatan,
label
jabatan,
serta
menampilkan grafis dan tabel yang berisi poin kesepakatan Keistimewaan Yogyakarta yang bersumber dari penjelasan Menteri Dalam Negeri tanggal 1/12/2010, adapun poin yang telah disepakati itu antara lain: Parardya: lembaga yang terdiri dari Sultan Hamengkubuwono dan Adipati Paku Alam sebagai satu kesatuan yang berfungsi sebagai simbol, pelindung, penjaga, pengayom, serta pemersatu, Kultur/Adat, Kepemilikan dan pengelolaan tanah, Tata ruang, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Keuangan, sedangkan
prosedur pemilihan
kepala daerah belum disepakati.
Selain itu juga terdapat tabel lain yang berisi rujukan dalam penentuan kepala daerah yang bersumber dari penjelasan Presiden RI tanggal 2/12/2010, rujukan tersebut adalah: Pasal 18B ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi ”Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dalam undang-undang.” Pasal 18 ayat (4) UUD 1945, yang berbunyi ”Gubernur, Bupati, dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.” Terdapat juga foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan penghargaan Satyalancana Pembangunan Pendidikan kepada Sultan Hamengku Buwono selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dan link website berisi rekaman video ucapan Menkopolhukam yang berjudul: ”Djoko: Gubernur DIY Dipilih” di vod.kompas.com/gubernurdiy. Dari paparan di atas dapat dilihat bahwasanya Kompas telah menerapkan prinsip berita berimbang dengan mencari pendapat dan pandangan kedua belah pihak yang menjadi aktor utama dalam masalah ini, yaitu Presiden SBY dan Sultan Hamengku Buwono X (Cover Both Side) meski Sultan Hamengku Buwono tidak memaparkan secara gamblang pandangannya, melainkan hanya menyatakan keengganannya mengomentari pernyataan Presiden SBY. Kompas bahkan juga mencari pendapat narasumber dari pihak lain yang ada sangkut pautnya dengan masalah ini, yakni warga Yogyakarta pro penetapan dan pihak DPR (Cover All
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Side). Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang kampanye cawali dan cawawali dalam pilkada Solo.49
b) Berita 2 Elemen struktur berita pilihan kedua di harian Kompas mengenai RUU Keistimewaan
Yogyakarta
Versi
Pemerintah
adalah
berita
berjudul
Keistimewaan Versi Pemerintah yang terbit pada edisi Sabtu, 18 Desember 2010. Tabel 8. Analisis Berita dengan Judul Keistimewaan Versi Pemerintah Harian KOMPAS (Sabtu, 18 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Kickers
What
Tematik
Retoris
Par RUU
KEISTIMEWAAN
Huruf dicetak tebal, dan
YOGYAKARTA
diberi warna merah Keistimewaan
Versi
Headline
Pemerintah
What,
Huruf dicetak
Who
tebal, Grafis (draf RUUK DIY versi Pemerintah, lambang Keraton Yogyakarta),
49
Eni Widiastuti, “Media dan Kampanye Politik (Analisis Framing Berita Kampanye Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Solo dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung Solo di Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka periode 11-24 Juni 2005”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2006, hal: 75-146
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
& Foto Abdi dalem Keraton dalam bingkai tugu Jogja oleh fotografer Kompas/ Wawan H Prabowo, Leksikon: Versi Kal1. Satu hari setelah Rancangan Par1
Undang-Undang Keistimewaan Daerah
What,
Koherensi
tentang
When,
Penjelas
Provinsi
Who
Label jabatan
Istimewa
Yogyakarta DPR,
Lead
sampai
Kamis
Menteri
Dalam
Gamawan
ke
(16/12), Negeri Fauzi
mengundang
para
pakar
untuk berdiskusi. Kal1. Mereka adalah peneliti LIPI Par2
Latar
Who
Detail,
Siti Zuhro, ahli tata negara
Koherensi
Satya Arinanto, Saldi Isra,
Penjelas
Label jabatan
Refly Harun, serta pengamat politik
J Kristiadi dan
Andrinof Chaniago. Kal2. Diskusi Par2
yang
dikawal
Latar
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri
Djohermansyah
commit to user
What,
Koherensi
Who
Penjelas
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
Djohan
ini
berlangsung
santai tapi serius. Kal3. Semua Par2
pakar
menyampaikan
Latar
What
pendapat
mengenai
Koherensi
Singkatan,
Penjelas
Leksikon:
pemilihan
Gubernur
DIY
kerangka
kerangka
dalam
keistimewaan
Yogyakarta. Kal1. Sejak Par3
awal,
pemerintah
memang
Latar
What
bersikukuh
Koherensi
Singkatan,
Penjelas
Leksikon:
Gubernur DIY harus dipilih. Kal2. Pada Par3
tahun
2009,
bersikukuh When,
Koherensi
Singkatan,
RUU
What,
sebab-
Leksikon:
Keistimewaan DIY mentok
Why
akibat
mentok
Who,
Koherensi
What
Pembeda
When,
Koherensi
What
Penjelas
pembahasan
Latar
karena pemerintah dan DPR belum
menyepakati
mengenai pengisian jabatan Gubernur DIY. Kal3. Pemerintah Par3
menginginkan
Latar
pemilihan, sedangkan DPR tetap
menginginkan
penetapan. Kal1. Kini, satu tahun menjelang Par4
habisnya
masa
Latar
jabatan
Sultan Hamengkubuwono X sebagai
Gubernur
pembahasan Keistimewaan
DIY, RUU
DIY
akan
dibuka lagi.
commit to user
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Kal2. Sesuai dengan Keputusan Par4
Latar
Presiden Nomor 86/P Tahun
What,
Detail,
Who
Koherensi
2008 tentang Perpanjangan
Singkatan
Penjelas
masa Jabatan Gubernur dan wakil Guberbur DIY, masa jabatan Sultan diperpanjang hingga tiga tahun. Kal3. Artinya, Par4
jabatan
Sultan
Latar
sebagai Gubernur DIY akan
What,
Koherensi
Who
Penjelas
Singkatan
berakhir 2011. Kal1. Bagi Par5
pemerintah,
penyusunan
Latar
RUU
Who,
Singkatan,
What
Leksikon:
Keistimewaan DIY tidak
tidak mudah
mudah. Kal2. Sepertinya, Par5
draf
ini
What
Leksikon:
memang istimewa.
istimewa
Kal3. Berbagai upaya dilakukan Par5
Latar
pemerintah
untuk
Latar
How
bisa
Koherensi
Leksikon: pas
Penjelas
menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar peraturan atasnya. Kal4. Bahkan, untuk kepentingan Par5
penyusunan
draf
Latar
RUU,
Kementerian dalam Negeri juga survei
meminta
lembaga
untuk
membuat
survei mengenai apa yang diinginkan
masyarakat
Yogyakarta.
commit to user
How,
Koherensi
What
Penjelas
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
Kal1. ”Ini bukan pesanan, tetapi Par6
kami
menginginkan
yang
sebenarnya
Kutipan
apa
What,
Kalimat
How, Who
langsung
What
Kata ganti
Leksikon:
tanya
istimewa
dimaui
oleh masyarakat. Ada tiga survei dan itu hanya salah satu pertimbangan. Selain itu,
masih
banyak
pertimbangan yang lainnya, ”ungkap Gamawan Fauzi. Kal1. Akankah draf yang dibuat Par7
Latar
istimewa oleh pemerintah akan juga
menjadi istimewa untuk
Yogyakarta?
Kita tunggu saja. Sumber : Berita 2, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam berita pilihan kedua, harian Kompas mengangkat judul Keistimewaan Versi Pemerintah. Dari judul yang dipilih Kompas, tampak leksikon: versi yang dipakai menandakan bahwa RUUK DIY dalam bahasan ini adalah terbitan pemerintah, yang isinya merupakan hasil tafsiran pemerintah sebagai gambaran pandangan pemerintah atas status istimewa yang disandang kota Yogyakarta. Dalam lead berita, Kompas mengangkat ajakan diskusi pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri dengan beberapa pakar dalam kaitan isi draf RUU Keistimewaan Yogyakarta yang Pemerintah kirim ke DPR, bunyi lead tersebut sebagai berikut: Suatu hari setelah Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sampai ke DPR, Kamis (16/12),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengundang para pakar untuk berdiskusi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 1) Dalam lead tersebut terlihat Kompas ingin menampilkan bahwa pihak Pemerintah dalam
menyusun Draf
profesional dengan
RUUK Keistimewaan ini, juga berusaha bersikap
mencari pandangan-pandangan
dari para
ahli guna
menemukan formulasi penyelesaian pengangkatan Gubernur DIY. Kompas kemudian memberi latar untuk menjelaskan (koherensi penjelas) siapa saja pakar yang diundang pemerintah melalui Kemendagri untuk berdiskusi, serta menunjukkan seperti apa jalannya diskusi tersebut, bunyi kalimatnya seperti berikut: Mereka adalah peneliti LIPI Siti Zuhro, ahli tata negara Satya Arinanto, Saldi Isra, Refly Harun, serta pengamat politik J Kristiadi dan Andrinof Chaniago. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 2) Diskusi yang dikawal Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri Djohermansyah Djohan ini berlangsung santai tapi serius. (Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 2) Semua pakar menyampaikan pendapat mengenai pemilihan Gubernur DIY dalam kerangka keistimewaan Yogyakarta. (Lihat Tabel 8. Kalimat 3. Paragraf 2) Dari kalimat di atas, leksikon: kerangka yang dipakai Kompas dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa pertemuan
ini diadakan hanya dalam konteks
membahas RUUK DIY saja dan tidak ada bahasan hal-hal lain. Latar selanjutnya yang dibuat Kompas tampak menggambarkan sikap pemerintah dan sebab-akibat (koherensi kausalitas) dari
sikap pemerintah,
berbunyi: Sejak awal, pemerintah memang bersikukuh Gubernur DIY harus dipilih. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 3)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Pada tahun 2009, pembahasan RUU Keistimewaan DIY mentok karena pemerintah dan DPR belum menyepakati mengenai pengisian jabatan Gubernur DIY. (Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 3) Pemerintah menginginkan pemilihan, sedangkan DPR tetap menginginkan penetapan. (Lihat Tabel 8. Kalimat 3, Paragraf 3) Tampak
leksikon:
bersikukuh
yang
digunakan Kompas
adalah
untuk
menggambarkan bahwa sejak masalah status keistimewaan DIY ini muncul, pemerintah memang berkeras hati dan bersiteguh akan sikapnya yang menginginkan pemilihan dalam mekanisme pemilihan Gubernur DIY. Leksikon: mentok digunakan Kompas untuk menjelaskan bahwa akibat dari sudah pol atau maksimalnya pembahasan
RUUK DIY pada tahun 2009, adalah disebabkan
tidak adanya kesepahaman antara pemerintah dan DPR dalam mekanisme pengisian jabatan Gubernur DIY, dimana Pemerintah ingin Gubernur dipilih sedangkan DPR inginnya Gubernur ditetapkan. Latar selanjutnya yang dibuat Kompas adalah mengenai Pembahasan RUUK DIY yang akan dibuka kembali, mengingat masa perpanjangan jabatan Sultan selama tiga tahun, dalam Keputusan Presiden Nomor 86/P Tahun 2008 sudah habis pada tahun 2011 ini. Hal tersebut dituangkan Kompas dalam latar kalimat berikut: Kini, satu tahun menjelang habisnya masa jabatan Sultan Hamengkubuwono X sebagai Gubernur DIY, pembahasan RUU Keistimewaan DIY akan dibuka lagi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 4) Sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 86/P Tahun 2008 tentang Perpanjangan masa Jabatan Gubernur dan wakil Guberbur DIY, masa jabatan Sultan diperpanjang hingga tiga tahun. (Lihat Tabel 8, Kalimat 2. Paragraf 4) Artinya, jabatan Sultan sebagai Gubernur DIY akan berakhir 2011. (Lihat Tabel 8, Kalimat 3. Paragraf 4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Kompas mencoba menggambarkan RUUK DIY ini sebagai sesuatu yang sulit untuk diputuskan, karena dianggap khas atau eksklusif dan beberapa cara dilakukan pemerintah untuk mendapatkan formula yang tepat dan tidak melanggar peraturan. Hal ini ditampilkan Kompas dengan leksikon: tidak mudah, istimewa, & pas dalam latar yang dibuat pada kalimat ini: Bagi pemerintah, penyusunan RUU Keistimewaan DIY tidak mudah. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 5) Sepertinya, draf Paragraf 5)
ini memang istimewa. Lihat Tabel 8, Kalimat 2.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk bisa menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar peraturan atasnya. Lihat Tabel 8, Kalimat 3. Paragraf 5) Kompas juga mengungkap salah satu cara yang dilakukan pemerintah tersebut, Salah satunya adalah dengan survei dari lembaga survei, yang ditulis Kompas dalam latar berikut: Bahkan, untuk kepentingan penyusunan draf RUU, Kementerian dalam Negeri juga meminta lembaga survei untuk membuat survei mengenai apa yang diinginkan masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 8, Kalimat 4. Paragraf 5) Kompas kemudian mengutip pertanyaan Mendagri menyangkut survei yang dilakukan pemerintah ini, berikut isi kutipannya: ”Ini bukan pesanan, tetapi kami menginginkan apa yang sebenarnya dimaui oleh masyarakat. Ada tiga survei dan itu hanya salah satu pertimbangan. Selain itu, masih banyak pertimbangan yang lainnya, ”ungkap Gamawan Fauzi. (Lihat Tabel 8, Kalimat 1. Paragraf 6) Kutipan
tersebut
sepertinya
coba
dipakai
bahwasannya Kemendagri melalui Menteri
Kompas
untuk
menegaskan
Dalam Negeri Gamawan Fauzi,
mengiyakan telah melakukan survei untuk melihat aspirasi rakyat Yogyakarta dalam mekanisme pengangkatan Gubernur propinsi tersebut. Meskipun Gamawan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Fauzi menilai bahwa survei tersebut hanya satu dari sekian pertimbangan dalam menentukan Keistimewaan DIY, khususnya pasal jabatan Gubernur. Pada paragraf terakhir, Kompas tampak berusaha untuk menggali rasa keingintahuan pembacanya, dengan menyodorkan kalimat tanya yang sedikit berbau tantangan akan draf RUUK DIY terbitan pemerintah, yang oleh Kompas diberi label istimewa seperti tampak pada leksikon: istimewa, kemudian dilanjutkan ajakan untuk menanti kelanjutan nasib draf tersebut. Dari pembedahan berita di atas, unsur sintaksis yang terlihat adalah Kompas hanya mewawancarai satu narasumber sebagai narasumber tunggal untuk dimintai keterangannya, beliau adalah Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi. Selebihnya Kompas memberi
latar berita dari bahan-bahan hasil liputan di
lapangan yang dikonstruksi. Unsur skrip yang terlihat, berita ini tidak sepenuhnya memenuhi unsur 5W+ 1H karena unsur where tidak ada,
unsur-unsur dalam
berita ini yaitu: Pemerintah, para pakar, dan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi (Who), Diskusi Kemendagri dengan para pakar, Draf RUU Keistimewaan DIY versi Pemerintah (What), Kamis (16/12) (When), RUU Keistimewaan DIY mentok pada tahun
2009
karena pemerintah dan DPR belum menyepakati
mengenai pengisian jabatan Gubernur DIY (Why), Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk bisa menyusun draf RUU yang pas dan tidak melanggar peraturan atasnya, bahkan menurut Gamawan Fauzi Kementerian dalam Negeri punya tiga survei yang dibuat lembaga survei, dan itu hanya salah satu pertimbangan selain banyak pertimbangan lain (How), Namun tidak dijelaskan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
dimana tempat kejadian (Where), dan yang paling banyak muncul adalah unsur Who, dan What. Dari unsur tematik, tema dalam berita ini adalah tentang isi draf RUU Keistimewaan DIY versi pemerintah. Dimana setelah draf dikirim ke DPR, Kemendagri mengadakan diskusi dengan beberapa pakar menyoal draf versi pemerintah ini, dan menjelaskan survei yang dilakukan. Sedangkan dari unsur unsur Retoris, Kompas memakai beberapa leksikon, label jabatan, singkatan, serta menampilkan Grafis yang berisi rincian dari draf RUUK DIY versi Pemerintah, lambang Keraton Yogyakarta, & Foto Abdi dalem Keraton dalam bingkai tugu Jogja oleh fotografer Kompas/ Wawan H Prabowo. (Lihat Lampiran) Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Kompas menyampaikan pemberitaan dengan cara bercerita (feature), hal yang diberitakan disini konsen pada draf RUU Keistimewaan DIY dari sudut pandang pemerintah. Dengan memberi lead deskriptif Kompas kelihatan mencoba menarik minat pembaca, isinya
tentang
upaya
lanjutan
Kemendagri
setelah
sehari
sebelumnya
menyerahkan draf RUU Keistimewaan DIY kepada DPR. Pada berita ini Kompas memang menceritakan kejadian dari satu sisi saja, yaitu dari sisi pemerintah melalui Kemendagri dalam menyikapi RUU Keistimewaan DIY, dengan menyertakan kutipan ucapan Mendagri Gamawan Fauzi sebagai narasumber tunggal untuk menguatkan pemberitaan. Di bagian akhir berita sendiri, Kompas seakan memberi kesan bersambung dengan tujuan mengajak pembacanya untuk mengikuti kelanjutan pemberitaan ini kedepannya. Hasil analisis dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang sengketa tanah sriwedari Solo.50
c)
Berita 3 Elemen struktur berita pilihan ketiga di Harian Kompas mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita berjudul Sultan Hanya Dijadikan Simbol yang terbit pada edisi Kamis, 27 Januari 2010. Tabel 9. Analisis Berita dengan Judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol Harian KOMPAS (Kamis, 27 Januari 2011) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Kickers
What
Tematik
Retoris
Par KEISTIMEWAAN DIY
Huruf dicetak tebal, dan diberi warna merah
Sultan Hanya Dijadikan
Headline
Simbol
Who,
Huruf dicetak
What
tebal, Foto dari fotografer KOMPAS/ Yuniadhi Agung dengan caption : Anggota Komite I Dewan Perwakilan Daerah, I Wayan
50
Danang Pidekso, “Media dan Sengketa Sriwedari (Analisis Framing terhadap Berita Sengketa Tanah Sriwedari Solo pada Harian Solopos dan Suara Merdeka periode Desember 2006-Februari 2007)”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2007, hal: 99-138
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Sudirta dan Dani Anwar, serta Menteri dalam Negeri Gamawan Fauzi (dari kiri ke kanan) hadir dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR, Rabu (26/1). Rapat terutama membahas Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta, disertai link website berisi rekaman video berjudul ”Pemerintah Ingin Gubernur DIY Dipilih DPRD” di vod.kompas.com /dipilihdprd Kal1.
JAKARTA,
Par1
Keinginan masyarakat untuk
KOMPAS
Where,
Koherensi
Leksikon:
mayoritas
What,
Penjelas
tidak
Yogyakarta
Who
menjadikan
–
Lead
Sultan
commit to user
diindahkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
Hamengku Paku
Buwono
Alam
gubernur
dan
sebagai
dan
wakil
gubernur tidak diindahkan pemerintah pusat. Kal.2.
Sultan
Par1
hanya
dan
Paku
akan
Alam
Lead
dijadikan
simbol
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas
simbol
pemersatu
keberagaman
masyarakat
Yogyakarta. Kal.1.
Demikian salah satu intisari
Latar,
What,
Koherensi
Label jabatan,
Par2
pemaparan Menteri dalam
Parafrase
When
Penjelas,
Singkatan
Negeri
(Mendagri)
Kalimat
Gamawan Fauzi mengenai Rancangan
tak
Undang–
Undang
Keistimewaan
Daerah
Istimewa
langsung
Yogyakarta (RUUK DIY) dalam rapat kerja dengan Komisi
II
Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu, (26/1). Kal2.
Rapat
juga
dihadiri
Par2
perwakilan Komite I Dewan
Latar
What,
Koherensi
Who
Penjelas
Who,
Kohernsi
What
Penjelas,
Perwakilan Daerah (DPD). Kal1.
Gamawan
memaparkan,
Par3
pemerintah
menggunakan
empat
prinsip,
kerakyatan,
Parafrase
yakni Bhinneka
commit to user
Kalimat tak
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
Tunggal
Ika,
efektivitas
pemerintahan,
langsung
dan
pendayagunaan
kearifan
lokal. Kal2.
Pemerintah
Par3
merancang
Koherensi
Leksikon:
adanya figur yang memiliki
Penjelas,
figur,
kapasitas simbolik untuk
Kalimat
simbolik,
tak
mengikat
mengikat dalam
Parafrase
Who, How
keberagaman sistem
kelembagaan
tata
langsung
Pemerintah
Provinsi DIY. Kal3.
Fungsi
simbolis
Par3
dijalankan lembaga
akan
Parafrase
How
Koherensi
Leksikon;
baru,
Penjelas,
sibolis
yaitu gubernur utama dan
Kalimat
wakil gubernur utama.
tak langsung
Kal1.
Dalam RUUK DIY yang
Par4
diusulkan
Latar
pemerintah
What,
Koherensi
Singkatan,
Who, How
Penjelas
Leksikon: sah
How
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
simbol
disebutkan, Sultan HB dan Paku Alam yang bertahta secara langsung dan sah diangkat menjadi gubernur utama dan wakil gubernur utama. Kal2.
Selain
berfungsi
sebagai
Par4
pelindung, pengayom, dan
Latar
penjaga budaya, keduanya adalah
simbol
pemersatu
masyarakat Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
Kal1.
Pengangkatan gubernur dan
Par5
wakil gubernur utama itu diusulkan
agar
Latar
What,
Koherensi
Idiom: tetap
Why, Who
penjelas
terjaga
Why,
Kalimat
Idiom: Karena
langsung
itu, Leksikon:
harkat,
martabat, serta kewibawaan Sultan HB dan Paku Alam tetap
terjaga,
untuk
terutama
menghindari
keduanya
dari
masalah
hukum. Kal2.
”Akan menjadi miris kalau
Par5
Sultan tersangkut masalah
What,
hukum. Karena itu, kami
Who
buat
bagaimana
Kutipan
miris,
untuk
tersangkut,
menjaga itu, bahwa The
Perumpamaan
King can do no wrong,”
dengan istilah
kata Gamawan.
asing dan ditulis memakai huruf miring
Kal1.
Sultan HB dan Paku Alam
Par6
juga
Latar
mendapatkan
keistimewaan mengurus
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas,
keistimewaan
dalam
Kalimat
kebudayaan,
tak
pertanahan, serta penataan
langsung
ruang. Kal2.
Selain itu, gubernur dan
Par 6
wakil gubernur utama diberi kewenangan arah
Latar
memberikan
kebijakan
umum,
commit to user
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas,
arah, veto
Kalimat tak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
pertimbangan, bahkan veto terhadap
langsung
rancangan
peraturan daerah DIY. Kal1.
Sementara pengisian jabatan
Par7
gubernur
dan
gubernur
Latar
wakil
yang
What,
Koherensi
How, Who
Penjelas
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas,
mekanisme,
Kalimat
Idiom:
tak
ketentuan
langsung
konstitusi
What,
Koherensi
Singkatan,
Who
pembeda
Leksikon:
bertugas
sebagai
kepala
pemerintahan melalui
dilakukan
pemilihan
oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kal2.
Gamawan
menegaskan,
Par7
mekanisme pemilihan oleh
Parafrase
DPR sudah sesuai dengan ketentuan konstitusi.
Kal1.
Rapat kerja dengan agenda
Par8
pemaparan tentang
Latar
pemerintah
RUUK DIY itu
diwarnai
protes
diwarnai
dari
perwakilan DPD. Kal2.
Mereka meminta dilibatkan
Par8
dalam seluruh pembahasan
Latar
Who,
Koherensi
What
sebab-
RUUK DIY oleh Komisi II
Singkatan
akibat
dan pemerintah. Kal3.
Menurut anggota Komite I
Par8
DPD,
I
pelibatan
Parafrase
Wayan Sudirta, DPD
penting
karena mereka merupakan
commit to user
Who,
Koherensi
Label jabatan,
What
penjelas,
Leksikon:
Kalimat
representasi
tak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
representasi daerah. Kal4.
Ketua
Par8
Chairuman
Harahap
menegaskan,
pihaknya
akan
komisi
II
langsung DPD
Parafrase
Who,
Koherensi
Label jabatan,
What
penjelas,
Leksikon:
kalimat
mengakomodasi
mengakomodasi
tak
kepentingan semua pihak.
langsung
Sumber : Berita 3, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah dalam berita pilihan ketiga, harian Kompas mengangkat judul Sultan Hanya Dijadikan Simbol. Judul tersebut diturunkan Kompas setelah dilaksanakannya rapat kerja antara Kemendagri dengan Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat yang
juga
dihadiri perwakilan Komisi I Dewan Perwakilan Daerah. Dalam pemberitaan ini, Kompas tampak lebih menonjolkan pandangan pemerintah dengan mengambil garis besar paparan Kemendagri yang disampaikan langsung oleh
Mendagri
Gamawan Fauzi. Dari unsur Sintaksis, hal tersebut tampak dari judul yang diberikan yaitu Sultan Hanya Dijadikan Simbol. Judul tersebut tak lain merupakan isi representasi dari niatan dan pandangan pemerintah, yang tertuangkan dalam draf RUU Keistimewaan DIY terbitan pemerintah. Kompas bahwa pemerintah selama ini memang kurang masyarakat Yogyakarta yang kebanyakan
menggambarkan
menggubris dari sisi aspirasi
menginginkan Sultan Hamengku
Buwono dan Paku Alam menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Lead yang digunakan Kompas juga dengan jelas menunjukkan hal ini, berikut bunyinya:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
JAKARTA, KOMPAS – Keinginan mayoritas masyarakat Yogyakarta untuk menjadikan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai gubernur dan wakil gubernur tidak diindahkan pemerintah pusat. (Lihat Tabel 9, Kalimat 1. Paragraf 1) Sultan dan Paku Alam hanya akan dijadikan simbol pemersatu keberagaman masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 1) Leksikon: tidak diindahkan, yang digunakan Kompas pada lead menekankan sikap pemerintah terhadap pandangan rakyat Yogyakarta. Dalam teks berita ini Kompas mengambil tiga narasumber, Kompas lebih memilih memberi porsi lebih besar ucapan satu narasumber dengan kutipan langsung yaitu Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi karena mewakili pendapat pemerintah, tetapi sebaliknya memberikan porsi kecil pada substansi ucapan narasumber lain. Pendapat anggota Komite I DPD I Wayan Sudirta dikesankan sebagai pembeda dengan leksikon: diwarnai, tampak bahwa pendapat I Wayan Sudirta dipakai untuk menggambarkan suasana rapat terdapat ketikpuasan dari pihak DPD, yang berharap DPD ikut dilibatkan dalam pembahasan RUUK DIY. Sedangkan pendapat Ketua komisi II DPD Chairuman Harahap dalam kutipan tak langsungnya hanya digunakan sebagai pelengkap. Dari unsur Skrip, pola 5W+1H dalam berita ini sudah semua terpenuhi yaitu: Mendagri Gamawan Fauzi, Ketua komisi II DPD Chairuman Harahap, dan Komite I DPD I Wayan Sudirta (Who), Dalam RUUK DIY usulan pemerintah Sultan dan Paku Alam hanya menjadi simbol pemersatu keberagaman masyarakat Yogyakarta (What), Rabu (26/1) (When), Jakarta (Where), Diusulkan agar harkat, martabat, serta kewibawaan Sultan HB dan Paku Alam tetap terjaga, terutama untuk menghindari keduanya dari masalah hukum, sebab menurut Mendagri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
Gamawan Fauzi: Akan menjadi miris kalau Sultan tersangkut masalah hukum (Why), Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam yang bertahta secara langsung dan sah diangkat menjadi gubernur utama dan wakil gubernur utama, selain berfungsi sebagai pelindung, pengayom, dan penjaga budaya, keduanya adalah simbol pemersatu masyarakat Yogyakarta. Sementara pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur yang bertugas sebagai kepala pemerintahan dilakukan melalui pemilihan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) (How). Unsur dalam kelengkapan berita yang paling mendominasi adalah Who dan What. Dari unsur Tematik, tema yang diambil Kompas dalam berita ini meliputi isi paparan Mendagri bahwa Sultan dan Paku Alam hanya dijadikan Simbol pada RUUK DIY usulan Pemerintah, yang disampaikannya dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR, dan dihadiri pula oleh perwakilan Komite I Dewan Perwakilan Daerah. Hal tersebut tampak dalam parafrase pada kalimat berikut: Gamawan memaparkan, pemerintah menggunakan empat prinsip, yakni kerakyatan, Bhinneka Tunggal Ika, efektivitas pemerintahan, dan pendayagunaan kearifan lokal. (Lihat Tabel 9, Kalimat 1. Paragraf 3) Pemerintah merancang adanya figur yang memiliki kapasitas simbolik untuk mengikat keberagaman dalam sistem tata kelembagaan Pemerintah Provinsi DIY. (Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 3) Fungsi simbolis akan dijalankan lembaga baru, yaitu gubernur utama dan wakil gubernur utama. (Lihat Tabel 9, Kalimat 3. Paragraf 3) Dari kalimat yang dibuat Kompas diatas, Kompas tampak menyusun tema dengan cara bercerita tertentu, dengan mengambil substansi paparan Mendagri Gamawan Fauzi melalui beberapa parafrase, antara lain: Parafrase: figur dipakai untuk menggambarkan sosok seseorang, yang dalam hal ini adalah Sultan dan Paku Alam, parafrase: simbolik artinya dijadikan bentuk representasi, parafrase:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
mengikat menggambarkan tindakan menyatukan, dan parafrase: simbolis diartikan cara merepresentasi. Kompas juga mengutip langsung paparan Gamawan Fauzi untuk mendukung parafrase yang dibuatnnya: ”Akan menjadi miris kalau Sultan tersangkut masalah hukum. Karena itu, kami buat bagaimana untuk menjaga itu, bahwa The King can do no wrong,” kata Gamawan.(Lihat Tabel 9, Kalimat 2. Paragraf 5) Dengan kalimat itu Mendagri Gamawan Fauzi secara langsung mengandaikan bila raja tidak pernah berbuat salah, dengan harapan bahwa melalui draf buatan pemerintah yang didalamnya mengatur peran Sultan tersebut, hal ini dapat diwujudkan. Dari unsur retoris, Kompas menggunakan label jabatan, leksikon, idiom, dan foto
dari fotografer KOMPAS/ Yuniadhi Agung dengan caption : ”Anggota
Komite I Dewan Perwakilan Daerah, I Wayan Sudirta dan Dani Anwar, serta Menteri dalam Negeri Gamawan Fauzi (dari kiri ke kanan) hadir dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR, Rabu (26/1). Rapat terutama membahas Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta”, disertai juga dengan link website berisi rekaman video berjudul ”Pemerintah Ingin Gubernur DIY Dipilih DPRD” di vod.kompas.com/dipilihdprd, semua itu dilakukan Kompas untuk menekankan frame yang dibuatnya. Dari paparan di atas, secara keseluruhan frame yang dibuat Kompas dalam berita ini mengunggulkan kemenonjolan sisi Kemendagri sebagai pihak yang diprioritaskan dalam pemberitaan karena mewakili pendapat pemerintah, yakni dengan cara memberi porsi besar dari paparan Kemendagri Gamawan Fauzi yang disertai kutipan langsungnya. Sebaliknya memberi porsi kecil dari pendapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
narasumber lainnya, dimana porsi pendapat anggota Komite I DPD I Wayan Sudirta dikesankan berada di luar topik, dan
pendapat Ketua komisi II DPD
Chairuman Harahap hanya digunakan sebagai pelengkap berita. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang wacana terorisme pasca teror bom bali. 51
2.
Analisis Teks Berita Dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta a) Berita 1 Elemen struktur berita pilihan pertama di harian Kompas mengenai Survei Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul Lebih Suka Penetapan yang terbit pada edisi Kamis, 2 Desember 2010. Tabel 10. Analisis Berita dengan Judul Lebih Suka Penetapan Harian KOMPAS (Kamis, 2 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Kickers
What
Tematik
Retoris
Par KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA
(2–
Huruf dicetak tebal, dan
HABIS)
diberi warna merah
Lebih Suka Penetapan
Headline
What
Huruf dicetak tebal,
51
Muhammad Amin M, Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali dalam Media Massa (Analisis Framing Berita-Berita Seputar Wacana Terorisme Pasca Teror Bom Bali di Surat Kabar Republika dan Jawa Pos Periode Oktober 2002”, Universitas Sebelas Maret, 2003, hal: 85-181
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
Menggunakan grafik berisi detail hasil jajak pendapat Kompas secara acak via Telepon Kal1.
Tak
salah
Par1
mengatakan,
jika
orang
Lead
pemerintah
What, Who
pusat tak belajar sejarah. Kal2.
Bukan hanya salah paham
Par1
soal sistem monarki yang
Lead
What
Kata ganti
Idiom: salah
tak tentu
paham
What,
Koherensi
Leksikon:
Who,
sebab-
parah, pelik,
When
akibat
Prefiks
What,
Koherensi
Leksikon: usai
When,
penjelas
berlawanan dengan nilai– nilai demokrasi. Kal3.
Yang
parah,
pemerintah
Par1
pusat
seharusnya
mulai
tahun
Lead
paham,
1998,
soal
gubernur
DIY
selalu
menjadi
masalah
pelik,
selalu bergejolak. Kal4.
Ini
berkelanjutan
Par1
2010,
soal
gubernur
sampai
Lead
penggantian dan
wakil
Who
gubernur DIY tak juga usai. Kal1.
Di
Par2
bawah kepemimpinan
What,
Koherensi
Leksikon:
Sultan Hamengku Buwono
Who,
Penjelas
goyang
no
When
IX,
sejak
Latar
awal
kemerdekaan sampai tahun 1980–an, jabatan gubernur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
DIY tak pernah goyang. Kal2.
HB
IX
bahkan
Par2
merangkap sebagai wakil presiden
pernah
pada
Latar
Who,
Kohetensi
Singkatan
What
Penjelas
Who,
Kata ganti
What
orang
What,
Kata ganti
Leksikon;
Where,
tak tentu
otomatis
When,
Koherensi
Singkatan
Penjelas
era
pemerintahan Soeharto. Kal3.
Ia ditawarkan untuk dua
Par2
periode
jabatan,
tetapi
wapres
yang
Latar
menolak. Kal1.
Sebagai
Par3
berkedudukan
di
yang
menjalankan
pemerintahan adalah
Wakil
Latar
Jakarta,
Who
sehari–hari Gubernur
Paku Alam VIII. Kal2.
Pada tahun 1988, HB IX
Par3
wafat di Amerika Serikat
Who,
dan kemudian dimakamkan
What,
di
Where
pemekaman
Mataram,
Latar
raja–raja Imogiri,
Yogyakarta. Kal1.
Tahun itu juga, Paku Alam
Par4
When,
Koherensi
menggantikan peran kepala
Who,
Penjelas
daerah.
What
Kal2.
Semua berlangsung mulus
Par4
walaupun Presiden Soeharto
Latar
Latar
pada waktu itu menyimpan kekecewaan besar terhadap HB
IX
tawaran
yang
menolak untuk
commit to user
What,
Koherensi
Who
Pembeda
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
memperpanjang
jabatan
sebagai wapres. Kal3.
Masalah mulai muncul 10
Par4
tahun
When,
Koherensi
tahun
What,
sebab-
1998, sewaktu Paku Alam
Who
akibat
What
Koherensi
kemudian,
Latar
VIII meninggal. Kal1.
Mau tak mau, harus ada
Par5
yang menggantikan sebagai
Latar
penejelas
gubernur DIY. Kal2.
Sultan Hamengku Buwono
Par5
X–saat itu sudah menjadi raja
Latar
Who,
Koherensi
What
Penjelas
What
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
voting
menggantikan
ayahandanya–lantas menjadi
gubernur
mulai
masa jabatan pertama. Kal3.
Ketika
itu,
Par5
memutuskan
untuk
Latar
pencalonan
kepala daerah DIY, DPRD Provinsi
DIY
harus
melakukan voting. Kal4.
Suasana
politik
Par5
memanas.
Kal5.
Berhari–hari
Par5
pemilihan menemui jalan
Latar
yaitu
mencalonkan
proses
Latar
salah satu F–PP, Alfian
Darmawan, padahal fraksi lainnya
What
Leksikon: memanas
buntu karena fraksi,
sudah
(F–KP,
F–ABRI,
commit to user
What,
Koherensi
Jabatan,
Why,
sebab-
Singkatan
Who, How
akibat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
dan F–PDI) menghendaki hanya satu calon diajukan ke
Mendagri dan
Presiden
RI
mengukuhkan
minta segera
Gubernur
DIY. Kal1.
Bertolak dari pengalaman
Par6
sejak
What,
Koherensi
Singkatan,
X
Who,
penjelas
Leksikon;
sebagai gubernur DIY tahun
When,
1998, dilanjutkan dengan
How
penetapan
HB
Latar
panas
masa jabatan kedua dimulai tahun 2003, kondisi sosial dan politik di DIY memang selalu
panas
menjelang
masa berakhirnya jabatan kepala daerah. Kal2.
Pemerintah
Par6
lamban menyikapi aspirasi masyarakat menginginkan
pusat
selalu
Latar
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas
lamban,
yang
aspirasi
Sultan
langsung ditetapkan sebagai gubernur DIY tanpa melalui pemilihan. Kal3.
Keinginan model penetapan
Par6
sudah muncul sejak sepuluh
Latar
What
Koherensi Penjelas
tahun lalu. Tidak rinci
Sub Judul
What
Huruf dicetak tebal
Kal1.
Memang benar, ini semua
commit to user
What,
Detail,
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
Par7
antara lain karena Undang–
How
Koherensi
Undang Nomor 22 Tahun
sebab-
1999
akibat
tentang
Daerah,
Pemerintah
yang
rinci
kemudian
direvisi menjadi Undang– Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang
Daerah,
Pemerintah
tidak
mengatur
secara rinci mengenai apa yang
disebut
dengan
keistimewaan Yogyakarta. Kal2.
Hal ini
berbeda
dengan
Par7
Provinsi
Nanggroe
Latar
Aceh
What,
Koherensi
How
Pembeda,
Darussalam
(Aceh),
Kata ganti
Provinsi
Papua,
ataupun
tak tentu
Daerah
Khusus
Ibukota
Jakarta
yang
masing–
masing
mempunyai
undang–undang terinci. Kal1.
Karena tak ada ketegasan
Par8
tentang apa yang disebut
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Why
sebab-
ketegasan,
akibat
Idiom: cara
keistimewaan DIY, setiap pihak menafsirkan menurut cara
pandang
pandang
mereka
sendiri. Kal2.
Pemerintah pusat cenderung
Par8
Who,
Koherensi
memakai pola yang sama
What,
penjelas
dengan daerah lain dalam
How
pergantian
kepala
Latar
daerah
sesuai yang tertera dalam
commit to user
Leksikon: pola
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
UU Pemerintah Daerah. Kal3.
Namun,
banyak
rakyat
Par8
Yogyakarta menentang hal
Latar
What,
Koherensi
How, Why
sebab-
itu karena berarti sebutan
akibat
keistimewaan DIY tak ada artinya. Kal1.
Semua
argumen,
Par9
pemerintah pusat maupun rakyat
baik
Yogyakarta
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
sebab-
argumen,
akibat,
perumpamaan
yang
pro–penetapan,
Kata ganti
mendasarkan diri pada kata–
tak tentu
kata: sesuai konstitusi dan atas nama demokrasi. Kal2.
Akhirnya tak pernah ada
Par9
Koherensi
Idiom: titik
titik temu dan berlarut–
sebab-
temu
larut
akibat,
sampai
Latar
How
bertahun–
tahun.
Kata ganti tak tentu
Kal3.
Hal ini masih ditambah
Par9
dengan
konflik
dan
politik
antara
persaingan Presiden Sultan
SBY
dengan
X
sehingga
HB
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
sebab-
konflik,
akibat
Idiom: komunikasi politik
komunikasi politik menjadi tidak berjalan. Sub Judul
Libatkan rakyat
Who
Huruf dicetak tebal
Kal1.
Untuk
Par10
masalah
menyelesaikan ini,
Latar
sebaiknya
commit to user
What,
Koherensi
Leksikon:
How,
penjelas
aspirasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
pemerintah
pusat
dalam
mengambil
keputusan
melibatkan
dan
memperhatikan
Who,
aspirasi
rakyat Yogyakarta. Kal2.
Sama
halnya
Par10
pemerintah
ketika
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Pembeda
kemauan
Who,
Koherensi
2010
When,
Pembeda
mengadakan jajak pendapat,
What
membuat
undang–undang
otonomi
khusus untuk Aceh dan Papua
yang
sangat
memerhatikan
kemauan
rakyat di dua provinsi itu. Kal1.
Harian Kompas sejak tahun
Par11
2008
hingga
Latar
apakah sebaiknya Gubernur DIY dipilih langsung oleh rakyat atau penetapan. Kal2.
Pada umumnya, sebagian
Par 11 besar
Latar
masyarakat
Yogyakarta
What,
Koherensi
Who
Penjelas
menginginkan
penetapan. Kal3.
Angkanya
berkisar
Par11
persen–79,9 persen.
Kal1.
Sebagai
Par12
hasil nya tidak dimaksudkan
sebuah
53,5
Latar
How
Detail
polling,
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who
Penjelas
polling
untuk mewakili pendapat seluruh
masyarakat
Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
Kal2.
Apalagi dilakukan dengan
Par12
cara menelepon, yang tentu saja
responden
terbatas
Latar
How, Who
Penjelas,
menjadi
secara
Koherensi
Kata ganti
ekonomis
tak tentu
maupun geografis karena jaringan
telepon
belum
merata sampai di desa–desa. Kal1.
Jika menyangkut Keraton
Par13
Yogyakarta, penduduk DIY
Latar
Who,
Koheensi
Leksikon:
What
Penjelas
loyal
What,
Koherensi
Singkatan
Who, How
Pembeda
What
Koherensi
Idiom: Jauh
Penjelas
sekali
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
mirip
terutama di pelosok desa masih sangat loyal. Kal2.
Sebagai contoh, ketika GKR
Par13
Hemas, istri Sultan HB X,
Latar
mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah,
suara
yang
diperoleh selam dua periode sangat tinggi. Kal3.
Jauh sekali mengungguli
Latar
Par13
kandidat lain.
Kal1.
Karena itu, tak begitu sulit
Latar,
Par14
memperkirakan jika semua
Penutup
How, Who
penduduk desa ataupun kota ditanyakan ingin penetapan atau
pemilihan,
pastilah
mirip
hasilnya perolehan
GKR Hemas itu. Sumber :Berita 1, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
Pada tema Survei Keistimewaan Yogyakarta dalam
berita pilihan
pertama, Harian Kompas mengangkat judul Lebih Suka Penetapan, Dalam berita ini Kompas menyusun berita dengan cara bercerita (feature), untuk menekankan pada hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas mengenai mekanisme pengangkatan Gubernur DIY. Dari unsur Sintaksis, dapat dilihat judul Lebih Suka Penetapan yang diturunkan Kompas merupakan gambaran hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas bahwa mayoritas responden memilih mekanisme penetapan. Dilanjutkan dengan lead berita, yang isinya menyindir pemerintah atas sikap yang dilakukannya selama ini terkait masalah RUUK DIY: Tak salah jika orang mengatakan, pemerintah pusat tak belajar sejarah. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 1) Bukan hanya salah paham soal sistem monarki yang berlawanan dengan nilai–nilai demokrasi. (Lihat Tabel 10, Kalimat 2. Paragraf 1) Yang parah, pemerintah pusat seharusnya paham, mulai tahun 1998, soal gubernur DIY selalu menjadi masalah pelik, selalu bergejolak. (Lihat Tabel 10, Kalimat 3. Paragraf 1) Ini berkelanjutan sampai 2010, soal penggantian gubernur dan wakil gubernur DIY tak juga usai. (Lihat Tabel 10, Kalimat 4. Paragraf 1) Dari lead yang digunakan Kompas di atas, Kompas mencoba menggambarkan kesalahan yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi masalah RUUK DIY. Kompas menggambarkan bahwa masalah ini timbul sudah ada sejarahnya yakni sejak 1998, namun dalam menyikapinya pemerintah tidak belajar dari kesalahan. Fakta disusun Kompas dengan melakukan pemisahan masalah, masalah pertama tentang sejarah pengisian jabatan Gubernur DIY model penetapan disusun dalam payung
judul utama, pemisahan berikutnya
subjudul. Subjudul
dilakukan dengan batas berupa
pertama, Tidak rinci digunakan untuk menggambarkan
Undang–Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
kemudian direvisi menjadi Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, tidak mengatur mengenai keistimewaan Yogyakarta secara rinci. Kemudian subjudul Libatkan rakyat, untuk menggambarkan bahwa pelibatan aspirasi rakyat dalam penyelesaian masalah ini sangatlah diperlukan. Dari unsur skrip, unsur pembentuk berita dalam beita ini sudah memenuhi unsur 5W+1H, yaitu Presiden Soeharto, Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam XIII, Sultan Hamengku Buwono X, Presiden SBY, Rakyat Yogyakarta (Who), Sejarah jabatan Gubernur DIY dan pembahasan RUUK, Hasil jajak pendapat Kompas (What), Sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 (When), Jakarta,
Amerika
Serikat,
Yogyakarta(Where),
karena
berarti
sebutan
keistimewaan DIY tak ada artinya bila pergantian kepala daerah sesuai yang tertera dalam UU Pemerintah Daerah (Why), Hasil polling Kompas dengan angka berkisar 53,5 persen–79,9 persen menunjukkan responden menginginkan penetapan (How). Dari Unsur tematik, tema yang diambil Kompas dalam berita ini meliputi tiga tema, tema pertama mengenai sejarah pengisian jabatan Gubernur DIY yang coba dijelaskan Kompas dengan bercerita, bahwa sejak sepuluh tahun lalu model penetapan sudah menjadi keinginan masyarakat Yogyakarta yang diwujudkan dalam bentuk aspirasi, dimana sejarah mencatat bahwa selalu terjadi ketegangan setiap memasuki masa akhir
jabatan Gubernur. Tema kedua meliputi status
keistimewaan Yogyakarta yang tidak rinci UU yang mengaturnya, Kompas mencoba menceritakan bahwa terjadi multi tafsir antara kedua belah pihak yaitu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
antara pemerintah dan masyarakat Yogyakarta dengan argumen mereka, seperti tampak pada kalimat: Semua argumen, baik pemerintah pusat maupun rakyat Yogyakarta yang pro–penetapan, mendasarkan diri pada kata–kata: sesuai konstitusi dan atas nama demokrasi. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 9) Tema ketiga adalah tentang jajak pendapat yang dilakukan Kompas sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 tentang mekanisme pengangkatan Gubernur DIY, dimana Kompas berusaha mengungkapkan bahwa Kompas melakukan jajak pendapat dengan menghasilkan angka berkisar 53,5 persen–79,9 persen menunjukkan responden menginginkan penetapan. Namun Kompas menjelaskan bahwa hasil ini tidak mewakili seluruh aspirasi masyarakat karena dilakukan melalui media telepon. Sebagai sebuah polling, hasil nya tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat seluruh masyarakat Yogyakarta. (Lihat Tabel 10, Kalimat 1. Paragraf 12) Apalagi dilakukan dengan cara menelepon, yang tentu saja responden menjadi terbatas secara ekonomis maupun geografis karena jaringan telepon belum merata sampai di desa–desa. (Lihat Tabel 10, Kalimat 2. Paragraf 12) Kata Polling yang dipakai Kompas menjelaskan hal itu, bahwa jajak pendapat ini dilakukan dengan cara menelepon responden yang dipilih secara acak. Hal tersebut juga coba diperkuat Kompas dengan menggunakan unsur retoris berupa grafik penggambaran detail hasil jajak pendapat Kompas mulai tahun 20082010, yang dilakukan secara acak pada responden berusia minimal 17 tahun, dengan metode pencuplikan sistematis. (Lihat Lampiran) Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa Kompas pada berita ini menyampaikan fakta dengan cara bercerita (feature), dan menekankan fakta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
pemberitaan tersebut melalui unsur retoris berupa penggambaran detail hasil jajak pendapat yang dilakukan Kompas dalam bentuk grafis untuk menonjolkan fakta
pemberitaan,
dimana
hasilnya
menunjukkan
mayoritas
responden
menginginkan mekanisme penetapan digunakan dalam pengangkatan Gubernur DIY. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang kampanye cawali dan cawawali dalam pilkada Solo.52
b) Berita 2 Elemen struktur berita pilihan kedua di harian Kompas mengenai Survei Keistimewaan Yogyakarta adalah
berita berjudul
Survei Menjadi Acuan
Kemendagri yang terbit pada edisi Minggu, 5 Desember 2010. Tabel 11. Analisis Berita dengan Judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri Harian KOMPAS (Minggu, 5 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Headline
What,
Huruf dicetak
Who
tebal,
Par Survei
Menjadi
Acuan
Kemendagri
Leksikon: Survei Kepala
Desa
Se–DIY
Kickers
Ancam Boikot Pemilihan Kal1.
JAKARTA,
Par1
Direktur Jenderal Otonomi
52
Eni Widiastuti, Loc.Cit.
KOMPAS–
Lead
commit to user
Who,
Kata ganti
Leksikon:
What
jumlah
Boikot
Where,
Koherensi
Label jabatan,
Who,
Penjelas
Leksikon;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
Daerah Kementerian dalam Negeri
What
survei
Djohermansyah
Djohan menegaskan, dalam menyususn
RUU
Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah mengacu pada survei. Kal2.
Survei
Par1
persen
menunjukkan,
71
Lead
responden
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Penjelas
Survei,
menghendaki pemilihan.
responden
Kal1.
”Kami punya data survei, 71
Par2
persen
What,
Koheensi
Leksikon:
Who,
Penjelas,
Diskusi
pemilihan
Where,
Kalimat
kata
When
Langsung
What,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas
survei
What,
Koherensi
Leksikon:
itu
Who
Pembeda
survei,
bertolak belakang dengan
When
rakyat
menghendaki
Kutipan
DIY
langsung,” Djohermansyah
dalam
Diskusi ”Daerah Istimewa Kecewa” di Trijaya FM, Jakarta, Sabtu (4/12) Kal1.
Hasil
survei
Par2
Dalam Negeri (Kemdagri) itu yang
Latar
menjadi bahan
pertimbangan bahwa
Kementrian
pemerintah
pengisian
jabatan
Gubernur–Wagub Yogyakarta
melalui
pemilihan. Kal1.
Data survei yang menjadi
Par3
pegangan
Kemdagri
Latar
commit to user
pegangan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
hasil
jajak
pendapat
Idiom:
dilakukan
bertolak
sejak tahun 2008 hingga
belakang,
Kompas
yang
2010.
jajak pendapat
Kal2.
Ketika
ditanya
Par3
sebaiknya
apakah
Latar
Gubernur DIY
What,
Koherensi
Who
Penjelas
How,
Detail,
When
Koherensi
dipilih langsung oleh rakyat atau
penetapan,
besar
sebagian masyarakat
Yogyakarta
menginginkan
penetapan. Kal3.
Angkanya
Par3
persen
antara
53,3
79,9
persen
dan
Latar
(Kompas,2/12)
Penjelas
Kal1.
Pemerintah,
Par4
Djohermansyah, sejak
kata
lama
Parafrase
sudah
Who,
Koheensi
What
Pembeda,
mengakui
Kalimat
keistimewaan Yogyakarta.
tak langsung
Kal2.
Hal itu dibuktikan dengan
Par4
penyusunan RUUK DIY.
Parafrase
How
Koherensi Penjelas, Kalimat tak langsung
Kal3.
Kemdagri
Par4
Who,
Koherensi
penyusunan naskah RUUK
What,
Penjelas,
dapat segera diselesaikan
When
Kalimat
sehingga
menargetkan,
sudah
Parafrase
dapat
commit to user
tak
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
diajukan kepada DPR pada
langsung
Desember ini. Kal4.
Pemerintah
Par4
menargetkan
Latar
Who,
Koherensi
RUUK DIY sudah dapat
What,
penjelas
disahkan menjadi undang–
When
Singkatan
undang paling lambat tahun 2011. Kal1.
Namun, para kepala desa
Par5
siap memboikot pemilihan
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who
Pembeda
memboikot
Who,
Koherensi
Singkatan
What,
Penjelas,
umum kepala daerah. Kal2.
”Kami para kepala desa
Par5
yang berhadapan langsung
Kutipan
dengan masyarakat. Saya dan
teman–teman
Kalimat
siap
langsung,
memboikot pemilu kepala
Kata ganti
daerah
jika
tetap
pemerintah
tak tentu
memaksakan
pemilihan
dalam
RUUK
DIY,” tutur Ketua Persatuan Rakyat
Desa
(Parade)
Nusantara DIY Jiono seusai diskusi. Kal1.
Jiono meminta pemerintah
Par6
mempertimbangkan sejarah serta
kearifan
Yogyakarta
Parafrase
Who,
Kalimat
Singkatan,
What
tak
Idiom:
langsung
kearifan lokal
What,
Koherensi
Leksikon:
Who
Penjelas
melekat
lokal dalam
menyusun RUUK DIY. Kal2.
Bagi
Par6
Yogyakarta,
masyarakat
Parafrase
jabatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
gubernur itu melekat pada Sultan Hamengku Buwono. Kal3.
Karena
itu
masyarakat
Par6
menginginkan Sultan HB
Parafrase
What,
Koherensi
Singkatan,
How, Who
Penjelas
Leksikon:
dan Paku Alam otomatis
otomatis
ditetapkan jadi gubernur dan wakil gubernur. Kal4.
Keinginan itu sama sekali
Par6
tidak didasari motif politik
Parafrase
What,
Kalimat
Idiom: sama
How
tak
sekali,
langsung
Leksikon:
ataupun kekuasaan.
motif Kal1.
Ahli hukum tata negara,
Par7
Irmanputra
Sidin,
diskusi
itu
mengingatkan untuk
Parafrase
dalam
Who,
Koherensi
Idiom:
What
Pembeda,
kearifan lokal
juga
Kalimat
pemerintah
tak
mempertimbangkan
langsung
kearifan lokal Yogyakarta. Kal2.
“Kata kuncinya satu, yakni
Par7
kearifan. Kearifan lokal dan
Penjelas,
kearifan
dalam
Kalimat
keputusan,”
langsung
Presiden
mengambil
Kutipan
What
Koherensi
katanya. Kal1.
Menurut
dia,
pengisian
Par8
jabatan
gubernur–wagub
melalui
mekanisme
Parafrase
penetapan tidak melanggar konstitusi
karena
What,
Koherensi
Leksikon:
How, Why
Penjelas,
mekanisme,
Kalimat
konstitusi
tak
telah
langsung,
dijamin dalam Pasal 18
Kata ganti
UUD 1945.
orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
Kal2.
Selain
itu,
Par8
perwakilan
seluruh
daerah
telah
Parafrase
pun
What,
Koherensi
Who, How
Penjelas,
menyepakati
penetapan
Kalimat
Sultan
Hamengku
Buwono
tak
dan
langsung
Paku Alam yang sedang bertahta menjadi Gubernur dan Wagub DIY. Kal1.
”Itu sudah konstitusional,
Par 9
seluruh
anggota
Kutipan
DPD
How,
Koherensi
Singkatan,
Who, Why
Penjelas,
Leksikon:
Kalimat
konstitusional
(Dewan Perwakilan Daerah) sudah
menyepakati
langsung,
penetapan. DPD itu, kan,
Kata ganti
wakil dari seluruh daerah di
orang
Indonesia, jadi sebenarnya sudah selesai semua, sudah konstitusional,” papar dia. Kal1.
Sebanyak 132 anggota DPD
Par10
menyepakati
Latar
penetapan
What.
Detail,
Who, How
Koherensi
Sultan Hamengku Buwono
Penjelas
dan Paku Alam menjadi gubernur dan wagub sebagai satu dari tujuh keistimewaan Yogyakarta. Kal2.
Klusul penetapan itu masuk
Par10
What,
Singkatan,
dalam naskah RUUK DIY
How,
Leksikon:
yang
dan
Who,
Klausul
kepada
When
sudah
disusun
DPD
diserahkan
Latar
DPR pada Oktober lalu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
Sub Judul
Raja tidak salah
Huruf dicetak tebal
Kal1.
Secara
Par11
Palembang,
terpisah
Selatan,
Where,
Koherensi
Sumatera
Who,
Pembeda,
DPR
What
Kalimat
Ketua
di
Parafrase
Marzuki Alie mengatakan,
tak
hak istimewa yang dimiliki
langsung
DIY harus dihargai. Kal2.
Namun,
bentuk
Par11
penghargaan
itu
diformulasikan,
Parafrase
harus
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Penjelas,
diformulasikan
apakah
Kalimat
Sultan memiliki wewenang mengurus
tak
wilayah,
langsung
mengurus keuangan, atau kewenangan lain. Kal1.
Marzuki mengkhawatirkan,
Par12
seandainya
Who,
Koherensi
Singkatan,
pelaksana
What,
Penjelas,
Leksikon:
DIY
Why
Kalimat
administrasi,
tak
prosedur
pemerintahan melakukan
Parafrase
kesalahan
administrasi atau kesalahan prosedur
langsung
dalam
pemerintahan
yang
berdampak hukum. Kal2.
”Jangan sampai ada prinsip
Par12
raja tidak pernah salah. Raja
Kutipan
tidak pernah salah karena raja sebagai ratu adil. Nanti hukum susah ditegakkan. Itu yang
harus
kita
commit to user
How, Who
Kalimat langsung
Pengandaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
pertimbangkan,“ ujarnya. Sumber : Berita 2, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta Pada tema Survei Keistimewaan Yogyakarta dalam
berita pilihan
kedua, harian Kompas mengangkat judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri, Dalam berita ini Kompas menyusun berita dengan melihat sudut pandang Kemendagri mengenai survei yang telah dilakukannya terkait mekanisme pengangkatan Gubernur DIY sebagai garis besar berita ini. Dari unsur Sintaksis, dapat dilihat dari judul Survei Menjadi Acuan Kemendagri tersebut, Kompas ingin
menyampaikan fakta bahwasannya Kemendagri telah melakukan tanya
jawab seputar aspirasi rakyat, tentang tata cara pengangkatan Gubernur DIY yang diberi tajuk survei. Dimana hal tersebut dijadikan headline dalam berita ini, yang juga digunakan untuk mewakili kutipan langsung narasumber pertama, yaitu
Direktur
Jenderal
Otonomi
Daerah
Kementerian
dalam
Negeri
Djohermansyah Djohan. Lead yang dipakai Kompas juga mendukung hal tersebut: JAKARTA, KOMPAS–Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian dalam Negeri Djohermansyah Djohan menegaskan, dalam menyususn RUU Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah mengacu pada survei.(Lihat Tabel 11, Kalimat 1. Paragraf 1) Survei menunjukkan, 71 persen responden menghendaki pemilihan. (Lihat Tabel 11, Kalimat 2. Paragraf 1) Dari Kickers sendiri yang berbunyi Kepala Desa Se–DIY Ancam Boikot Pemilihan, digunakan oleh Kompas untuk mewakili ucapan narasumber kedua, yaitu Ketua Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara DIY Jiono. Kickers tersebut pun menjadi payung dari pendapat narasumber ketiga yaitu Ahli Hukum Tata Negara, Irmanputra Sidin. Selain itu Kompas juga memberi sub judul raja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
tidak salah untuk mewakili pendapat narasumber keempat, yaitu Ketua DPR Marzuki Alie. Dengan mengisahkan melalui cara seperti ini, Kompas ingin menekankan kepada khalayak pembacanya bahwa masing-masing pendapat memiliki pembenarannya masing-masing. Dari unsur Skrip, unsur pembentuk berita dalam berita ini terdiri dari: Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri Djohermansyah Djohan, Ketua Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara DIY Jiono, Ahli hukum tata negara Irmanputra Sidin, dan Ketua DPR Marzuki Alie (Who), Hasil Survei Kemendagri sebanyak 71 persen memilih pemilihan (What), Sabtu (4/12) (When), Jakarta (Where), Mekanisme penetapan tidak melanggar konstitusi karena telah dijamin dalam Pasal 18 UUD 1945, dan karena seluruh anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sebanyak 132 anggota sudah menyepakati penetapan sehingga sudah konstitusional (Why), Survei Kemendagri menunjukkan 71 persen responden menghendaki pemilihan, namun hal tersebut bertolak belakang dengan jajak pendapat Kompas, dan Kepala desa se-DIY siap memboikot pemilihan umum kepala daerah jika pemerintah tetap memaksa pemilihan dalam RUUK DIY (How). Jadi unsur 5W+1H sudah terpenuhi dalam berita ini, dengan porsi lebih besar pada unsur Who, What, dan How. Dari unsur Tematik, Kompas mengambil tiga tema yaitu: pertama, tentang Survei Kemendagri yang menghasilkan 71 persen suara memilih pemilihan dalam mekanisme pengangkatan Gubernur DIY,
kedua, tentang
ancaman boikot dari kepala desa se-DIY jika pemerintah memaksakan pemilihan dalam RUUK DIY,
dimana mekanisme penetapan sendiri tidak melanggar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
konstitusi dalam Pasal 18 UUD 1945, dan disepakati 132 anggota DPD dalam susunan RUUK DIY yang diserahkan DPD ke DPR, ketiga, tentang raja tidak pernah salah. Dengan tema yang dipilih tersebut, tampaknya Kompas hendak mengkonstruksi berita ini dengan cara melihat berbagai argumen dari sisi narasumber, dimana
masing-masing
pendapat
memiliki
keterwakilan.
Djohermansyah Djohan mewakili Kemendagri, Jiono mewakili masyarakat pro penetapan, Irmanputra Sidin mewakili masyarakat pro penetapan, dan Marzuki Alie mewakili pribadinya sebagai anggota DPR, namun pendapat Marzuki Alie ini sendiri tidak mendapat porsi besar karena tidak dikutip secara langsung, dan hanya dipakai sebagai pelengkap atau pemanis saja. Dari unsur Retoris, Kompas menggunakan beberapa idiom disertai leksikon yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemenonjolan pada sisi tertentu dalam berita ini, berita Kompas ini menunjukkan bagaimana media menjadi ajang perang simbolik antara pihak-pihak yang merasa berkompeten terhadap isu. Masing-masing
narasumber
digambarkan
saling
mengedepankan
alasan
pembenaran dengan klaim, dimana pihak yang mewakili gagasan pemilihan memakai klaim hasil survei yang menyatakan
71 persen suara menyatakan
dukungan atas mekanisme pemilihan. Sedangkan pihak yang mewakili gagasan penetapan memakai klaim kearifan lokal Yogyakarta, dan pasal 18 UUD 1945 serta suara mayoritas DPD.
Dari paparan di atas tampak bahwa Kompas berusaha menerapkan prinsip berita berimbang dengan mengutip langsung pendapat pihak yang mendukung mekanisme pemilihan dan pihak lain yang mendukung mekanisme
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
penetapan (cover both side), menyertakan pula pelengkap berupa parafrase dari pendapat pihak DPR yang digunakan sebagai pelengkap atau sebatas pemanis berita saja. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang sengketa tanah sriwedari Solo.53
c)
Berita 3 Elemen struktur berita pilihan ketiga di harian Kompas mengenai Survei
Keistimewaan Yogyakarta adalah berita berjudul
Publik Cenderung Terima
Keistimewaan yang terbit pada edisi Senin, 6 Desember 2010. Tabel 12. Analisis Berita dengan Judul Publik Cenderung Terima Keistimewaan Harian Kompas (Senin, 6 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Par JAJAK
PENDAPAT
Kickers
”KOMPAS”
Huruf dicetak tebal dan diberi warna merah
Publik Cenderung Terima
Headline
Huruf dicetak tebal, Disertai
Keistimewaan
grafis berisi hasil detail jajak pendapat Kompas pada
53
Danang Pidekso, Loc.Cit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
responden nasional, Leksikon: Publik, Cenderung Kal1.
Polemik sistem monarki
Par1
dalam sistem pemerintahan
Lead
What,
Leksikon:
Who
Polemik,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
monarki
tampak
memecah sikap masyarakat. Kal2.
Meski
Par1
diametral, opini
terpisah
cukup
secara
publik
Lead
umum
What,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas
diametral,
cenderung
Idiom: opini
menerima kesepakatan sifat
publik
kekhususan yang dimiliki oleh provinsi DIY. Kal1
Hal
Par2
benang
tersebut merah
publik pendapat
menjadi
dalam yang
Latar
What,
Metafora:
persepsi
Who,
benang
jajak
When
merah, Idiom:
dilakukan
persepsi
Litbang Kompas pada 1–3 Desember
2010,
publik
terkait
Rancangan Undang-Undang (RUU)
Keistimewaan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Kal1.
Lebih dari tiga perempat
Latar
Par3
responden yang tinggal di
responden ,
DIY (88,6 pesen) memilih
ketimbang
commit to user
How, Who
Detail
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
penetapan Sultan sebagai gubernur
ketimbang
melalui
jalur
pemilihan
kepala
daerah
(pilkada)
seperti yang dilakukan di provinsi lain. Kal2.
Sementara
pilihan
Par3
responden
nasional
Latar
How, Who
Detail
Leksikon: responden,
(sebagian besar di luar DIY)
hampir
hampir berimbang, antara
berimbang
yang
menginginkan
penetapan
Sultan
(49,4
persen) dan pemilihan (45,5 persen). Kal1.
Menilik dari latar belakang
Par4
pendidikan bagi
responden,
responden
tidak
terlalu
yang
diberikan
meski
ada
dan
Leksikon:
Who, How
Menilik, responden
tampak
jawaban
kecenderungan
What,
nasional
perbedaan
sarjana
Latar
responden paskasarjana
lebih banyak yang bersikap setuju penetapan (sekitar 56 – 66 persen). Kal2.
Secara umum, dilihat dari
Par4
tingkat diberikan,
Latar
Leksikon:
intensitas
yang
intensitas,
tampak
pula
responden,
bahwa responden nasional yang
How, Who
menaruh
perhatian
commit to user
soal, cenderung,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
terhadap pemberitaan media soal
RUU
model
Keistimewaan
DIY cenderung memilih model
penetapan
Sultan
ketimbang model pilkada. Kal3.
Sementara bagi responden
Par4
DIY, profil yang paling
Latar
What,
Singkatan,
Who, How
Leksikon:
tinggi menyuarakan model penetapan
(sekitar
persen)
tersebar
responden,
80
profil, model
dari
kalangan berusia sekitar 30 tahun ke atas, tidak bekerja hingga sarjana, karyawan swasta, serta pensiunan dan tidak bekerja. Kal1.
Cukup tajamnya perbedaan
Par4
persepsi publik tampak jika melihat
alasan
Latar
What
Idiom: persepsi
mereka
publik
mengenukakan opininya. Kal2.
Alasan paling banyak bagi
Par4
responden yang menyetujui model
penetapan
Latar
How, Who
Leksikon: responden,
Sultan
model,
sebagai
gubernur
DIY
historis,
adalah
terkait
nilai
tradisi,
kesejarahan,
kesepakatan
Singkatan
historis, dan tradisi yang selama ini sudah berjalan. Kal3.
Diperingkat
berikutnya
Par4
adalah
responden
opini
Latar
commit to user
How, Who
Leksikon: opini,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
terkait
pribadi
positif
responden,
Sultan di mata mereka.
Idiom: pribadi positif
Kal4.
Sementara itu, responden
Par4
yang
memilih
pilkada
Latar
Who, How
model
mengemukakan
bahwa alasan adalah
Meski
Par4
sistem,
Pembeda
responden,
sistem
sistem
demokrasi,
demokrasi. Kal5.
Leksikon:
model, Idiom:
utamanya
soal
Koherensi
Singkatan
menyatakan tidak
soal
Latar
Who, How
banyak
Leksikon: soal, sistem,
responden
yang
responden,
menyinggung
soal
transparansi,
transparansi, akuntabilitas
akuntabilitas
pemerintahan,
atau
kesejahteraan. Kal1.
Hingga tahun 2010, RUU
Par5
Keistimewaan
Latar
Yogyakarta
When,
Leksikon;
What
rampung
When,
Leksikon:
How
usul, Idiom:
belum juga rampung. Kal2.
Sudah
hampir
delapan
Par5
tahun, sejak 2002, ketika muncul
usul
membuat
undang–undang
Latar
untuk
pertama kali
ini pertama kali. Kal3.
Setelah sempat berada di
Par5
tangan DPR pada tahun 2008
yang
dikembalikan
Latar
lalu lagi
ke
pemerintah, RUU ini belum
commit to user
When,
Singkatan,
Who, How
Idiom: titik temu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
juga menemui titik temu untuk disahkan. Kal4.
Satu
persoalan
yang
Latar
What
Singkatan,
Par5
menjadi ganjalan utama
Idiom:
pembahasan RUU adalah
ganjalan
soal jabatan gubernur DIY. Kal5.
Bagi sebagian besar publik
Par5
utama Who,
Leksikon:
DIY, jabatan gubernur yang
What,
publik,
otomatis
How
otomatis,
dijabat
Latar
Sultan
merupakan sebuah simbol
simbol, status,
status yang sudah diterima
Pengandaian
sebagai ”kebenaran”. Kal6.
Sementara
di
Par5
pemerintah,
sisi
Latar
pasca–
Who,
Detail,
Leksikon: sisi,
What
Koherensi
pasca, nyata,
Pembeda
sinkronisasi,
diundangkannya UU Nomor 22
Tahun
1999
tentang
Idiom:
otonomi daerah dan UU
mekanisme
nomor
demokrasi
32
tentang
Tahun
2004
Pemerintahan
Daerah,
semakin
perlunya
nyata
sinkronisasi
mekanisme demokrasi di seluruh provinsi. Kal1.
Sulit
Par6
wacana yang berkembang
wacana,
tampak bahwa demokrasi
demokrasi,
yang publik
dimungkiri,
dipahami DIY
paradigma
dari
Latar
How
Leksikon:
sebagian
publik,
memiliki
paradigma,
yang
primordial,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
bernuannya primordial. jawaban
Singkatan
Kal2.
Dari
yang
Par6
diberikan responden DIY,
Latar
What,
Leksikon:
Who, How
responden,
tampak
bahwa
bagian
publik,
terbesar
publik
masih
sorotan,
menerima
kepemimpinan
Sultan
hingga
diskursus,
akhir
soal, Singkatan
hayatnya, suatu hal yang paling
menjadi
dalam
sorotan
diskursus
soal
keistimewaan DIY. Kal3.
Saat
ditanya
Par6
tentang masih layak atau tidak
penilaian
sistem
Latar
What,
Leksikon:
Who, How
layak, sistem,
penetapan
demokrasi,
kepala daerah di Yogyakarta
responden
disebut sebagai demokrasi, sebanyak
73
responden
persen
menyatakan
masih layak. Kal4.
Sebaliknya,
Par6
nasional cukup menilai
responden
Parafrase
bimbang
sistem
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Pembeda,
responden,
Detail
bimbang,
tersebut
layak disebut demokrasi, dengan
proporsi
berimbang (layak)
47,5
dan
43,4
sistem, layak,
hampir
demokrasi,
persen
proporsi
(tidak
layak). Kal1.
Terhadap
Par7
agar
adanya
Sultan
tidak
usulan
Latar
perlu
commit to user
What,
Leksikon:
Who, How
parardhya,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
menjadi
gubernur,
tetapi
diposisikan
sebagai
parardhya,
sebagaimana
responden
diusulkan dalam draf RUU Keistimewaan diajukan
DIY
Jurusan
Pemerintahan
yang Ilmu
Universitas
Gadjah mada (JIP UGM), responden DIY pun tak lebih banyak yang menolak. Kal2.
Lebih
dari
Par7
responden
50
persen
Parafrase
Who, How
Leksikon:
menyatakan
responden,
ketidaksetujuannya apabila
parardhya
Sultan
dan
Paku
Alam
hanya menduduki jabatan sebagai parardhya. Kal3.
Parardhya
Par7
kesatuan
adalah
satu
lembaga
yang
Latar
Who,
Leksikon:
What
Parardhya,
berfungsi sebagai simbol, pelindung budaya,
dan serta
simbol,
penjaga
pengayom
pengayom
dan pemersatu masyarakat Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Kal1.
Meski memiliki hak dan
Par8
wewenang khusus, posisi parardhya
Latar
Who,
Leksikon:
What
parardhya,
memang tidak
strategis
strategis seperti gubernur. Kal2.
Apalagi, sebagai parardhya,
Latar
commit to user
Who,
Koherensi
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
Par8
hak politis Sultan dan Paku
What,
Alam
How
cenderung
Penjelas
Idiom: hak
”diarahkan” , antara lain memberikan pemilihan (dengan
politis, hak
persetujuan kepala
hak
veto
daerah
veto)
pengawasan
parardhya,
Pengandaian
dan
umum
pemerintahan. Sub Judul
Keselarasan
Huruf di cetak tebal
Kal1.
Dalam
pidato
menyikapi
Par9
perkembangan sikap publik
Parafrase
What,
Singkatan,
Who, How
Leksikon:
terkait RUU Keistimewaan DIY,
Presiden
konteks
Susilo
Bambang
Yudhoyono
menyebut
perlunya
menempatkan
peran
penting Sultan dan Paku Alam
dalam
konteks
kepemimpinan DIY. Kal2.
Meski
demikian,
Par9
Keistimewaan diajukan
RUU
pemerintah
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
yang
What,
Penjelas
subtantif,
ke
How
DPR secara subtantif tidak beranjak dari posisi hukum semula, yakni menempatkan Sultan–Paku Alam sebagai parardhya
dan
gubernur
dipilih langsung.
commit to user
parardhya, Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
Kal3.
Amanat
konstitusi
Par9
perundangan
dan
Latar
turunannya
What,
Koherensi
Idiom:
How, Who
Penjelas
Amanat
menjadi dalil hukum tata
konstitusi,
negara
Leksikon:
yang
menurut
pemerintah harus dijalankan
dalil,
secara konsisten
konsisten
‘’Amanat konstitusi dan
Kutipan
perundangan turunannya mejadi dalil hukum tata negara
yang
menurut
pemerintah
harus
dijalankan
secara
konsisten Kal1.
Di sisi lain, posisi sikap
Par10
publik, khususnya warga
Latar
What,
Koherensi
Idiom: sisi
Who, How
Pembeda
lain, Leksikon:
DIY, tampaknya tidak akan
posisi, publik
banyak beranjak dari sikap meminta model penetapan gubernur. Kal2.
Posisi
yang
diametral
Par10
antara sebagian besar publik
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Penjelas
Posisi,
DIY dan pemerintah tentu
diametral,
merupakan potensi bencana
potensi
politik
bagi
kestabilan
Singkatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kal3.
Terlebih, di luar berbagai
Par10
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
aspek keistimewaan yang
Who,
Penjelas,
aspek, Idiom:
sudah disepakati pemerintah
How,
Kata ganti
identitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
dan DPR sebelumnya, soal penetapan
tak tentu
gubernur
primordial, Pengandaian
bergerak menjadi wacana soal identitas primordial daerah
bagi
orang
Yogyakarta – kalau tidak bisa bisa disebut ”harga diri”. Kal4.
Berkaca
Par10
sebagian
dari
Yogyakarta
keberatan
saat
Latar
Who, How
Leksikon:
kawulo
menempatkan
Sultan
, Penggunaan
berniat maju ke pertarungan pemilihan
presiden
tanda petik
pada
untuk
pemilu sebelumnya, rakyat Yogyakarta
memperjelas,
kebanyakan
Idiom: apa
lebih suka menempatkan Sultan
sebagai
Keraton
pun,
”Raja”
Yogyakarta,
gubernur, atau apa pun istilah politik modern untuk itu. Kal5.
Jabatan presiden atau wakil
Par10
presiden, meski tingkatnya nasional,
tidak
”menyilaukan”
mata
Latar
What,
Pengandaian
Who
politik warga Yogyakarta. Kal6.
Meski demikian, manuver
Par10
politik Sultan dalam kancah
Latar
What,
Koherensi
Idiom: Meski
Who
Penjelas
demikian,
politik nasional dipandang
Leksikon:
responden bisa juga yang
manuver,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
menjadi pemicu polemik
pemicu,
keistimewaan
polemik
Yogyakarta
saat ini. Kal1.
Dalam konteks demikian,
Par11
apalagi
didukung
Latar
fakta
berjalannya
What,
Leksikon:
Who
konteks,
sistem
publik, Idiom:
demokrasi di DIY, sulit untuk
sistem
mengharapkan
demokrasi,
mundurnya stand position
stand position,
publik DIY.
Singkatan
Kal2.
Bagaimanapun, bagi publik
Par11
DIY,
esensi
seperti
Leksikon: esensi,
penghormatan
akuntabilitas
berjalan
dengan
kesejahteraan dan
pluralisme,
HAM,
akuntabilitas
selaras
Who, How
demokrasi
pluralisme,
selaras
Latar
tujuan berjalan
tak
pernah
bermasalah selama ini. Kal3.
Maka,
menjadi
sebuah
Par11
keterkejutan politik ketika
Latar,
What,
Penutup
How, Who
sebuah keistimewaan yang
Nominalisasi
Leksikon:
, Koherensi keterkejutan, Penjelas
paradigma,
delapan tahun lalu hendak
Idiom: payung
dicarikan payung hukum
hukum
pelindungnya,
kini
justru
berbuah ”bencana kecil” bagi paradigma warga DIY memandang rajanya. Sumber : Berita 3, tema Survei Keistimewaan Yogyakarta
commit to user
Pengandaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
Pada tema Survei Keistimewaan Yogyakarta dalam ketiga,
harian
Kompas
mengangkat
judul
berita pilihan
Publik Cenderung Terima
Keistimewaan. Dari unsur sintaksis, lewat judul yang dipilih, tampak bahwa Kompas ingin mengemukakan hasil temuannya mengenai sikap publik terhadap status keistimewaan DIY yang diperoleh dari jajak pendapat yang dilakukan sendiri oleh pihak Kompas, hal tersebut diperjelas pula dengan kickers yang menyebutkan tentang itu. Dalam lead berita ini sendiri Kompas mencoba menuangkan bahwasannya memang sikap publik terpecah menjadi dua, namun mayoritas publik cenderung menerima status istimewa yang disandang DIY, meskipun sistem monarki yang dipermasalahkan dalam kasus keistimewaan DIY ini menjadi sebuah polemik. Berikut bunyi lead tersebut: Polemik sistem monarki dalam sistem pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tampak memecah sikap masyarakat. Meski terpisah cukup diametral, secara umum opini publik cenderung menerima kesepakatan sifat kekhususan yang dimiliki oleh provinsi DIY. (Lihat Tabel 12, Kalimat 1 dan 2. Paragraf 1) Kompas juga memberikan subjudul yang berbunyi Keselarasan, dimana subjudul ini mencoba mengayomi pemaparan Kompas yang mengutarakan bahwasannya esensi demokrasi bagi publik DIY, seperti penghormatan pluralisme, HAM, akuntabilisme berjalan selaras dengan tujuan kesejahteraan, dan selama ini tidak pernah menimbulkan masalah. Disini tampak Kompas hendak menggambarkan bahwa publik DIY akan tetap tidak beranjak dari sikap meminta model penetapan Gubernur, sebab itu sudah menjadi stand position publik DIY, istilah stand position
yang
digunakan Kompas ini jelas
menggambarkan
kebulatan keinginan dari publik DIY yang mengangap Sultan dipilih itu sudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
selaras dengan makna demokrasi, hasil jajak pendapat Kompas pun menunjukkan ini, meskipun belum bisa dibilang mewakili keseluruhan pendapat warga DIY. Meski hal ini bertentangan dengan keinginan pemerintah yang maunya Sultan dan Paku Alam ditempatkan sebagai Parardhya, sedangkan pengangkatan gubernur tetap melalui mekanisme pemilihan. . Dari unsur Skrip, unsur pembentuk berita dalam berita ini tidak secara lengkap memenuhi unsur 5W+1H karena hanya terdiri dari 4 unsur, yakni : Who, What, When, dan How saja, sedangkan unsur Where dan Why tidak disebutkan dalam berita ini, untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Warga DIY/responden DIY, responden nasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Sultan dan Paku Alam ( Who), jajak pendapat Kompas (What), 1–3 Desember 2010 (When), Lebih dari tiga perempat responden yang tinggal di DIY (88,6 pesen) memilih penetapan Sultan sebagai gubernur ketimbang melalui jalur pemilihan kepala daerah (pilkada) sementara pilihan responden nasional (sebagian besar di luar DIY) hampir berimbang, antara yang menginginkan penetapan Sultan (49,4 persen) dan pemilihan (45,5 persen) (How). Dari unsur Tematik, tema yang diambil oleh Kompas dalam berita ini antara lain: pertama, mengenai hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas kepada responden DIY dan responden nasional berkaitan dengan sifat istimewa yang menjadi kekhususan DIY dan mekanisme pengangkatan gubernur DIY, kedua,
mengenai keselarasan esensi demokrasi dengan tujuan kesejahteraan,
dimana penetapan gubernur bergerak menjadi wacana soal identitas primordial daerah bagi warga Yogyakarta yang tercermin dari penolakan terhadap usulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
Parardhya bagi Sultan dan Paku Alam. Dari kedua tema yang dipilih Kompas tersebut, disini Kompas mencoba bercerita melalui sudut pandang Kompas mengenai fakta temuannya, yang didapat melalui jajak pendapat Kompas. Dari unsur retoris, terdapat unsur grafis yang berisikan semua temuan Kompas dari hasil jajak pendapat yang dilakukannya, mulai dari petanyaan yang diajukan Kompas maupun persentase dari jawaban-jawaban pertanyaan tersebut. Jadi secara keseluruhan berita ini dapat diketegorikan sebagai opini media atau lebih tepatnya adalah analisis yang dilakukan oleh Kompas melalui lembaga Litbang, seperti yang dikatakan oleh Bapak Thomas Pudjo Widijanto selaku Kepala Perwakilan Kompas Yogyakarta merangkap reporter senior dalam wawancara beliau dengan Penulis, berikut adalah kutipan pernyatan beliau: Jadi itu termasuk kedalam opini... opini kita, jadi analisis istilahnya, analisis kita terhadap RUUK. Jadi itu memang tulisan wartawan ya... analisa wartawan, jadi kan kita punya rubrik politik yang khusus, feature politik dan opini politik di halaman politik gitu. Jadi itu memang rubriknya desk politik, di halaman empat juga menyediakan, wartawan bisa tulis di halaman empat, tapi kadang-kadang karena itu milik umum, ya biarlah untuk umum, kita di halaman politik saja lah. Dan saya kira itu liputan... ya tho... data, analisa, sampai pada analisa itu pasti emosi kita masuk. Itu bisa dikategorikan berita bisa, bisa...!. Dan itu mungkin jurnalis modern kayaknya harusnya begitu ya!, Dia ada... ada semacam dengan keintelektualan dia, dia bisa memberikan sesuatu kepada masyarakat soal setuju-tidak setuju, soal lain. Tapi bahwa si wartawan punya visi untuk membangun sesuatu, untuk membentuk publik opini... Iya! (Lihat Lampiran). Sehingga dapat dilihat disini, bahwa semua yang ditampilkan dalam berita ini adalah hasil temuan Kompas melalui survei telepon dengan mengambil 705 responden nasional dan 409 responden DIY, yang dilaporkan Kompas dengan cara bercerita (feature) dengan maksud agar paparan fakta disini terlihat menarik dan membentuk opini publik. Hasil analisis dengan membagi elemen berita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang wacana terorisme pasca teror bom bali.54
3.
Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY Elemen struktur berita pilihan di harian Kompas mengenai Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY adalah berita berjudul Setgab Terpecah soal Yogyakarta yang terbit pada edisi Sabtu, 11 Desember 2010. Tabel 13. Analisis Berita dengan Judul Setgab Terpecah soal Yogyakarta Harian KOMPAS (Sabtu, 11 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sinaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Headline
Who,
Huruf dicetak
What
tebal, Disertai
Par Setgab
Terpecah
soal
Yogyakarta
grafis berisi kutipan langsung dari perwakilan partai koalisi, Leksikon: Terpecah, soal Konsep
Gubernur
Utama
Kickers
What
Leksikon: Konsep,
Ditolak
Ditolak Kal1.
54
JAKARTA,
KOMPAS–
Muhammad Amin M, Loc. Cit.
Lead
commit to user
Where,
Koherensi
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
Par1
Enam partai politik anggota
Who,
Penjelas
terpecah
Sekretariat Gabungan Partai
What
Who,
Koherensi
Idiom: Hal itu
Penjelas
Politik Pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata
terpecah
menyikapi
Rancangan
Undang–Undang Keistimewaan Yogyakarta. Kal1.
Hal itu terungkap dalam
Par2
pernyataan
yang
How,
dikemukakan
para
Where,
enam
parpol
When
Setgab
secara
pemimpin anggota
Latar
terpisah di Jakarta, Jumat (10/12). Kal2.
Kamis
Par1
malam,
pemimpin
Latar
When,
Koherensi
enam parpol Setgab bertemu
Who,
Penjelas
di kantor Setgab di Jalan
Where
Diponegoro 43 Jakarta. Kal3.
Keenam parpol itu adalah
Par1
Partai
Demokrat,
Golkar, Sejahtera,
Partai
Latar
Who
Partai
Koherensi Penjelas
Keadilan
Partai
Amanat
Nasional, Partai Persatuan Pembangunan,
dan
Partai
Kebangkitan Bangsa. Kal4.
Ketua Harian Setgab yang
Par1
juga Ketua Umum Partai
Latar
Aburizal Bakrie dan Menteri
commit to user
Who,
Koherensi
What
Penjelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 186
Dalam
Negeri
Gamawan
Fauzi juga hadir (Kompas, 10/12). Kal1.
Seusai
pertemuan
kamis
Par2
malam,
anggota
Dewan
Pembina
Partai Demokrat
Parafrase
What,
Koherensi
When,
Penjelas,
Who
Kalimat
yang juga Menteri Koperasi
tak
dan Usaha Kecil Menengah
langsung
Syarifuddin
Hasan
mengatakan, ada tiga hal yang
dibahas
dalam
pertemuan itu. Kal2.
Pertama,
Setgab
Par2
menghormati keistimewaan Yogyakarta
dan
Parafrase
How,
Koheensi
Leksikon:
Who
Penjelas,
aspirasi
aspirasi
Kalimat
warga Yogyakarta.
tak langsung
Kal3.
Kedua,
sesuai
konstitusi,
Par2
setiap kepala daerah dan
Parafrase
How,
Koherensi
Leksikon:
Who
Penjelas,
konstitusi,
Kalimat
demokratis
kepala pemerintahan dipilih secara demokratis.
tak langsung
Kal4.
Ketiga, komunikasi dengan
Par2
rakyat
Yogyakarta
Parafrase
harus
How,
Koherensi
Leksikon:
Who
Penjelas,
komunikasi
ditingkatkan.
Kalimat tak langsung
Kal1.
Menurut Wakil Sekretaris
Par3
Jenderal
Partai
Parafrase
Demokrat
commit to user
Who,
Koherensi
Leksikon:
Where,
Pembeda,
posisi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 187
Saan Mustopa, seusai rapat
When,
Kalimat
mekanisme,
internal
Partai
What,
tak
Label jabatan,
kompleks
How
langsung
Singkatan
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas,
mengindahkan,
Kalimat
tuntutan, Idiom:
tak
Meski demikian
Fraksi
Demokrat
di
Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, Partai Demokrat akan mendukung
keputusan
pemerintah
terkait
Keistimewaan termasuk
RUU
Yogyakarta,
jika
diputuskan
pengisian posisi
gubernur
dan
gubernur
wakil
Yogyakarta
dengan
mekanisme
pemilihan
langsung. Kal2.
Meski
demikian,
Par3
Demokrat juga akan tetap mengindahkan
Partai
Parafrase
tuntutan
masyarakat.
langsung Kal1.
Namun,
anggota
Par4
yang lain bersikap berbeda.
Kal2.
Mahfudz
Par4
Sekjen PKS,
Siddiq,
Setgab
wakil
Latar
Parafrase
mengatakan,
Who,
Koherensi
How
Pembeda
Who,
Koherensi
How
Pembeda,
partainya menyesuaikan diri dengan
keinginan
Yogyakarta
Singkatan
Label jabatan
Kalimat
warga
tak
yang
langsung
menginginkan penetapan. Kal3.
Sekretaris Fraksi PPP M
Par4
Romahurmuziy menyatakan,
Parafrase
commit to user
Who,
Koherensi
How
Pembeda,
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 188
PPP mendukung penetapan.
Kalimat tak langsung
Kal4.
Golkar, menurut Ketua DPP
Par5
Partai Golkar Priyo Budi Santoso,
Parafrase
Who,
Koherensi
How
Pembeda,
akan
Kalimat
mempertahankan
tak
keistimewaan Yogyakarta. Kal1.
Dua parpol, PAN dan PKB,
Par6
masih
menunggu
Keistimewaan
langsung Latar
RUU
Who,
Koherensi
Idiom: masih
How
Pembeda
menunggu,
Yogyakarta
diserahkan
diserahkan kepada DPR. Kal2.
Hal
itu
Par6
Sekretaris
Label jabatan
disampaikan
kepada Who,
Koherensi
What
Penjelas
When,
Koherensi
Idiom: Hingga
Penjelas
kemarin
Who,
Koherensi
Idiom:
Wakil
How,
Pembeda,
Sementara itu
Gerindra
What
Kalimat
Fraksi
Latar
PAN
Jabatan
Teguh Juwarno dan Ketua Fraksi PKB Marwah Jafar. Kal3.
Hingga
kemarin,
DPR
Latar
Par6
belum menerima draf RUU
Who,
Keistimewaan Yogyakarta.
How, What
Kal1.
Sementara
Par7.
Gerindra, Ketua
itu,
Partai
menurut Fraksi
Parafrase
Ahmad Muzani, mendukung
tak
penetapan. Kal2.
langsung
Partai Hanura juga senada.
Latar
Par7 Kal3.
Menurut Wakil ketua Fraksi
Parafrase
commit to user
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Pembeda
senada
Who,
Koherensi
Jabatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
Par7
Hanura Syarifudin Sudding,
How,
Penjelas,
pihaknya
What
Kalimat
mendukung
penetapan.
tak langsung
Kal1.
Bahkan, sekjen PDIP–Tjahjo
Par8
Kumolo keistimewaan telah
Who,
Koherensi
Leksikon:
mengatakan,
What,
Pembeda,
menyatu
Yogyakarta
How
Kalimat
menyatu
Parafrase
dengan
tak
sejarah Negara Kesatuan RI. Kal2.
”Kami
Par8
How,
Koherensi
Leksikon:
penetapan. Namun, Sultan
What,
Penjelas,
memosisikan,
Hamengku Buwono X juga
Who
Kalimat
fungsionaris
harus
mendukung
langsung
diri
langsung,
sebagai gubernur dan Sultan
Kata ganti
untuk
memosisikan
Kutipan
semua
masyarakat
orang
Yogyakarta, ”katanya seraya menyatakan
bahwa
fungsionaris PDI–P telah bertemu Sultan. Kal1.
Tjahjo
mengingatkan,
Par9
pemerintah
Parafrase
Who,
Koherensi
tidak
What,
Penjelas, mendelegitimasi
mendelegitimasi kekuasaan
How
Kalimat
Sultan.
Leksikon:
tak langsung
Kal2.
Ia menengarai, ada faktor
Par9
tertentu
yang
pemerintah menggulirkan
Parafrase
mendorong pusat wacana
gubernur dipilih langsung
commit to user
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas,
menggulirkan
Kalimat
, wacana,
tak
Singkatan
langsung,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 190
dalam RUU itu.
Kata ganti orang
Kal1.
Soal gubernur utama, kata
Par10
Gamawan istilah
What,
Koherensi
hanya
Who,
Pembeda,
diusulkan
How
kalimat
Fauzi, yang
pemerintah
untuk
Parafrase
Sultan
tak
yang mempunyai beberapa kewenangan
langsung
dalam
pemerintahan. Kal2.
“Apa istilah yang cocok,
Par10
coba
tawarkan
Kutipan
What
kepada
Koherensi Penjelas,
kami,” katanya.
Kalimat langsung, Kata ganti orang
Kal1.
”Kami menyebutkan dengan
Par11
Who,
Koherensi
Leksikon:
gubernur utama atau nama
What,
Penjelas,
protokol,
lain,
How
Kalimat
tradisi
dengan
sejumlah
Kutipan
mempunyai kewenangan,
langsung,
seperti memberikan arahan
kata ganti
tentang APBD, perda harus
orang,
mendapat persetujuan Sultan
Kata ganti
sebagai
gubernur
utama.
Belum lagi ada kewenangan hak–hak
protokol
seperti
inspektur
upacara
melantik
bupati/walikota.
Ditambah
lagi
hak–
dan
hak
istimewa Sultan berdasarkan tradisi,”ujarnya.
commit to user
tak tentu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 191
Kal1.
Menyangkut
Par12
gubernur, Fauzi,
posisi
kata
Parafrase
Gamawan
kewenangannya
di
What,
Koherensi
Leksikon:
Who,
Penjelas,
posisi
How
Kalimat
luar milik gubernur utama.
tak langsung
Kal2.
”Gubernur seperti umumnya
Par12
kemudian
Kutipan
dikurangi
Who,
Kalimat
How
langsung,
kewenangan –kewenangan
Koherensi
yang
Penjelas,
dialihkan
kepada
Sultan,” ungkap Mendagri.
Kata ganti tak tentu
Kal1.
Namun,
sejumlah elemen
Par13
masyarakat
DIY
Latar
menolak
konsep gubernur utama.
Who,
Koherensi
Leksikon:
How,
Pembeda
elemen,
What
konsep, Singkatan
Kal2.
”Gubernur cukup satu saja,
Par13
yang
How,
Kalimat
Leksikon:
melalui
What,
langsung,
mekanisme,
penetapan
Who
Koherensi
aspirasi, Label
Penjelas
jabatan
Who,
Detail,
Singkatan
Se–Kabupaten
How,
Koherensi
Gunung Kidul (Semar) yang
What
Pembeda
Who,
Koherensi
diangkat
mekanisme
Kutipan
sesuai aspirasi warga,” kata Wakil Ketua DPRD DIY Janu Ismadi. Kal1.
Sementara itu, Paguyuban
Par14
Lurah
Latar
beranggotakan 3.015 lurah mengibarkan 15.000 bendera lambang
Keraton
Yogyakarta. Kal2.
Ketua
paguyuban
Semar
Parafrase,
commit to user
Label jabatan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 192
Par14
yang juga Lurah Siraman, Wonosari,
Penutup
Suparno
What,
Penjelas,
Singkatan,
How
Kalimat
pengandaian
mengatakan, bendera putih
tak
merupakan tanda berkabung
langsung
karena
status
Yogyakarta
terkatung–katung. Sumber : Berita 1, tema Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY Pada tema Sikap Setgab terkait RUU Keistimewaan DIY, harian Kompas mengangkat judul Setgab Terpecah soal Yogyakarta. Dari unsur sintaksis, judul berita yang dipilih Kompas ini nampak terlihat bahwa Kompas ingin menyampaikan fakta di lapangan, dengan mengemas berita melalui sudut pandang dari para parpol anggota setgab, dimana Kompas ingin menunjukkan temuannya bahwa ada diametral atau perbedaan pandangan dan sikap dari parpol anggota setgap tersebut tentang DIY, yang coba diperjelas Kompas dengan pemilihan leksikon: terpecah yang artinya terbagi atau terbelah. Hal itu diperkuat pula dengan pemilihan kickers yang berbunyi Konsep Gubernur Utama Ditolak, kickers ini menggunakan leksikon: konsep untuk menegaskan bahwa status Sultan ditempatkan sebagai gubernur utama masih sebatas rancangan pemerintah, sedangkan leksikon: ditolak dipakai untuk mengungkapkan bahwa hal tersebut mendapat pertentangan dan ketidaksetujuan dari beberapa parpol anggota Setgab. Selain itu, dalam lead yang merupakan rangkuman inti berita, Kompas
berusaha
menarik
perhatian
pembacanya
dengan
lebih
detail
menyebutkan bahwa ada enam parpol yang berbeda pandangan dengan pemerintah. Berikut bunyi lead tersebut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 193
JAKARTA, KOMPAS–Enam partai politik anggota Sekretariat Gabungan Partai Politik Pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ternyata terpecah menyikapi Rancangan Undang–Undang Keistimewaan Yogyakarta.(Lihat Tabel 13, Kalimat 1.Paragraf 1) Dalam tubuh berita sendiri, Kompas memberikan kutipan pendapat dari masingmasing perwakilan keenam partai anggota setgab tersebut, baik melalui kutipan langsung maupun dengan menggunakan parafrase. Unsur skrip, dalam berita ini hanya ada empat unsur 5W +1H yang dipenuhi oleh Kompas, yaitu: Who , What , When , Where , dan How , sedangkan unsur Why tidak ditemui dalam berita ini. Unsur pembentuk berita didominasi oleh unsur Who dan What. Unsur tematik, terdapat satu tema yang dipilih Kompas untuk diangkat dalam berita ini, yaitu perpecahan pendapat anggota setgab menjadi dua, antara suara yang pro penetapan dengan yang pro pemilihan. Unsur retoris, dalam
menonjolkan pemberitaannya Kompas memilih
menggunakan grafis berupa kutipan pendapat dari perwakilan masing-masing partai anggota setgab dalam bentuk tabel yang diberi judul Suara dari Senayan, dengan sisipan logo Pemprop DIY.
Dari paparan tersebut diatas, dapat dilihat bahwa Kompas dalam berita ini menggunakan dominasi sudut pandang /angel pemberitaan dari anggota setgab, dengan menonjolkan mayoritas,
pendapat para
tetapi tetap coba
anggota setgab sebagai narasumber
disertai pula oleh
Kompas dengan beberapa
koherensi, berupa: koherensi penjelas; dari paparan pendapat Mendagri Gamawan Fauzi, koherensi pembeda; dari pendapat Ketua DPRD DIY, Janu Ismadi, serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 194
penggunaan koherensi sebab-akibat; melalui pendapat Suparno selaku Ketua Paguyuban Semar. Hal tersebut menandakan bahwa Kompas tetap mencoba mengcover pihak-pihak yang punya kompetensi, bukan hanya pihak yang pro tetapi pihak yang kontra pun juga coba dicover. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang kampanye cawali dan cawawali dalam pilkada Solo.55
B. FRAME BERITA DI KORAN TEMPO Koran Tempo dalam pemberitaannya seputar keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011 menurunkan sebanyak 89 berita, yang terbagi ke dalam beberapa rubrik seperti yang terlihat pada daftar di bawah ini: Tabel 14. Daftar Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Koran TEMPO Edisi Desember 2010 – Januari 2011 NO.
Judul Berita
1.
Yogyakarta Gulirkan Referendum
2.
Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu
Rubrik
Hari & Tanggal
Headline, Nusa
Rabu, 1 Desember 2010
Nasional
Rabu, 1 Desember 2010
Nusa
Rabu, 1 Desember 2010
Headline,
Kamis, 2 Desember 2010
Referendum 3.
Yogyakarta Satu-satunya Daerah Istimewa
4.
Silakan Yogya Gelar Referendum
Nasional 5.
Usulan
Pemerintah
Tetap
GUBERNUR YOGYA DIPILIH
55
Eni Widiastuti, Loc.Cit.
commit to user
Headline, Nasional
Jumat, 3 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 195
6.
Presiden:
Sultan
Tetap
Nasional
Jumat, 3 Desember 2010
Nusa
Jumat, 3 Desember 2010
Nasional
Jumat, 3 Desember 2010
Nasional
Jumat, 3 Desember 2010
Berita Utama –
Jumat, 3 Desember 2010
yang
Terbaik 7.
Pendukung Sultan Masih Tuntut Permintaan Maaf
8.
Presiden Dinilai Cuma Redakan Ketegangan
9.
Dukungan
Mengalir
dari
Malioboro hingga Pasundan 10.
KONTROVERSI
MONARKI
YOGYAKARTA
Warga
Jateng
Yogyakarta Dirikan Posko Relawan Siap Mati 11.
Pembahasan Soal Yogya Diusulkan
Nasional
Sabtu, 4 Desember 2010
Nasional
Minggu, 5 Desember 2010
Nusa
Minggu, 5 Desember 2010
Ditunda 12.
SOAL
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA ” 71 Persen Warga Ingin Pemilihan” 13.
Adik Sultan Siap Mundur dari Demokrat
14.
PDIP
Siap
Boikot
Pemilihan Berita Utama – Jateng
Kepala Daerah 15.
Masyarakat
NTT
Dukung
Berita Utama –
Keraton
Senin, 6 Desember 2010
Jateng
Penetapan 16.
Senin, 6 Desember 2010
Yogya
Curiga
Survei
Nusa
Senin, 6 Desember 2010
Abaikan
Nusa
Senin, 6 Desember 2010
Direkayasa 17.
Partai
Demokrat
Ancaman Pangeran Yogya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 196
18.
Keraton
Cirebon
Minta
Nusa
Senin, 6 Desember 2010
Berita Utama –
Rabu, 8 Desember 2010
Yogya
Tetap Istimewa 19.
Yudhoyono Minta Prabukusumo Tetap di Partai Demokrat
Jateng
20.
Sultan dijadikan Gubernur Utama
Nusa
Rabu, 8 Desember 2010
21.
Survei Tandingan Disebar
Berita Utama –
Kamis, 9 Desember 2010
Jateng 22.
Pangeran
Yogya
Tinggalkan
Nasional
Kamis, 9 Desember 2010
Nasional
Kamis, 9 Desember 2010
Berita Utama –
Jumat, 10 Desember 2010
Demokrat 23.
Jabatan Gubernur Utama Dikritik
24.
GEGER
PARTAI
DEMOKRAT
YOGYAKARTA Pengunduran Diri Prabukusumo
Diikuti
Jateng
Dua
Pengurus Partai Demokrat 25.
Anas Yakin Demokrat Eksis Tanpa
Nasional
Jumat, 10 Desember 2010
Berita Utama –
Sabtu, 11 Desember 2010
Pangeran 26.
RAPAT
PARIPURNA
TENTANG
DPRD
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA
DPRD
Jateng
Tidak
Mengundang Sultan 27.
Nasional
Sabtu, 11 Desember 2010
Kusumo
Nusa
Sabtu, 11 Desember 2010
29.
Warga Yogya Akan Turun ke Jalan
Nusa
Minggu, 12 Desember 2010
30.
DPD Demokrat Gamang
Berita Utama –
Senin, 13 Desember 2010
Menteri Paparkan RUU Yogya ke Setgab Koalisi
28.
Keputusan
Prabu
Disesalkan Adiknya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 197
Jateng 31.
Mayoritas
Responden
Dukung
Berita Utama –
Penetapan Sultan 32.
Senin, 13 Desember 2010
Jateng
Angelina Sondakh Dianggap siap
Nasional
Senin, 13 Desember 2010
Pasang Badan 33.
Massa Akan Penuhi DPRD DIY
Nasional
Senin, 13 Desember 2010
34.
Sama-sama
Hasil
Nasional
Senin, 13 Desember 2010
DPRD
Berita Utama –
Selasa, 14 Desember 2010
Survei,
Berkesebalikan 35.
SIDANG
PLENO
YOGYAKARTA Partai Demokrat Dihujat
Massa
Jateng
Pendukung
Penetapan 36.
Dewan Tak Undang Sultan Hadiri
Berita Utama – Jateng
Rapat Paripurna 37.
DPRD
Selasa, 14 Desember 2010
Yogyakarta
Melawan
Nasional
Selasa, 14 Desember 2010
Berita Utama –
Rabu, 15 Desember 2010
Pemerintah 38.
Putusan Paripurna
DPRD
DIY
Terganjal Reses DPR 39.
Presiden
Minta
Jateng
Warga
Nasional
Rabu, 15 Desember 2010
Berita Utama –
Kamis, 16 Desember 2010
Yogya
Berpikir Jernih 40.
Rektor UGM Tawarkan Mediasi Sultan dengan Presiden
41.
42.
Jateng
Pernyataan Bekas Rektor UGM
Berita Utama –
tentang Pendukung Sultan Dikecam
Jateng
Rektor
UGM
Tawarkan
Jadi
Mediator Soal Yogyakarta
commit to user
Nasional
Kamis, 16 Desember 2010
Kamis, 16 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 198
43.
KONTROVERSI
PENETAPAN
Berita Utama –
SULTAN SEBAGAI GUBERNUR
Jumat, 17 Desember 2010
Jateng
Sultan Setuju Penyamaan Persepsi dengan Presiden 44.
Pakar
UGM
Terbelah
Soal
Berita Utama – Jateng
Penetapan Sultan 45.
Demokrat
DIY
Siapkan
Enam
Berita Utama –
Bakal Calon 46.
Dewan Perwakilan Daerah Cari
48.
Pemerintah
Jumat, 17 Desember 2010
Jateng Berita Utama –
Masukan Warga 47.
Jumat, 17 desember 2010
Tak
Sabtu, 18 Desember 2010
Jateng Pernah
Ajak
Berita Utam –
Sabtu, 18 Desember 2010
Bicara
Jateng
Setgab Koalisi Bentuk Tim Melobi
Metro
Sabtu, 18 Desember 2010
Berita Utama –
Senin, 20 Desember 2010
Sultan 49.
BURSA
CALON
KETUA
DEMOKRAT DIY Akan Muncul
Jateng
Calon Kuat pada Menit Akhir 50.
Tato untuk Keistimewaan
Ekonomi dan
Senin, 20 Desember 2010
Bisnis 51.
KILAS Keistimewaan Yogyakarta
Berita Utama – Jateng
Masuk Ruang Kagama 52.
Giliran Pemuka Agama Dukung Penetapan
Sultan
Senin, 20 Desember 2010
Berita Utama –
Selasa, 21 Desember 2010
Jateng
Sebagai
Gubernur 53.
MUSYAWARAH
DAERAH
Berita Utama –
DEMORAT Belum Ada Pernyataan Dukungan bagi Bakal Calon
commit to user
Jateng
Rabu, 22 Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 199
54.
Pendukung Protes
Menggelar Berita Utama –
Sultan
pada
Pertemuan
Partai
Kamis, 23 Desember 2010
Jateng
Demokrat 55.
KISRUH
YOGYAKARTA
Nasional
Kamis, 23 Desember 2010
Berita Utama –
Kamis, 23 Desember 2010
Presiden–Sultan Bertemu Empat Mata 56.
Kawulo
Ngayugyokarto
Turut
Ikhlasul Amal Minta Maaf 57.
Ketika
Raja
Jateng
Blusukan
di
Berita Utama –
Perkampungan 58.
Partai
Jateng
Politik
Ajak
Sultan
Berita Utama –
Berdialog 59.
Warga
Selasa, 28 Desember 2010
Jateng
DIY
Berikrar
Dukung
Berita Utama –
Kamis, 30 Desember 2010
Jateng
NKRI dan Penetapan 60.
Senin, 27 Desember 2010
Partai Koalisi Dinginkan Polemik
Nasional
Senin, 3 Januari 2011
Berita Utama –
Selasa, 4 Januari 2011
Yogyakarta 61.
Mendagri
Menyoal
Bendera
Setengah Tiang Wali Kota 62.
Jateng
MEMPERINGATI PERPINDAHAN
Berita Utam –
IBU KOTA RI Yogyakarta Gelar
Jateng
Selasa, 4 Januari 2011
Kirab Budaya 63.
Nasional
Selasa, 4 Januari 2011
Berita Utama –
Rabu, 5 Januari 2011
Istana Siap Hadapi Gugatan Warga Yogya
64.
Dalam
Balutan
Panji
Keraton
Ngayogyakarta 65.
Jateng
Massa Pro – Penetapan Diminta
Berita Utama –
Tak Anarkistis
Jateng
commit to user
Rabu, 5 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 200
66.
Foto Eksklusif Bung Karno dan
Berita Utama –
Hamengku Buwono IX 67.
DPRD
Sleman
Jateng
Dukung
Opsi
Berita Utama –
Molotov
di
Rumah
Ketua Berita Utama –
Kalah Voting Penetapan, Maju ke
Berita Utama –
KILAS Ratusan Penyair Baca Puisi
Berita Utama –
Istimewa 71.
Sabtu, 8 Januari 2011
Jateng
Mahkamah Konstitusi 70.
Jumat, 7 Januari 2011
Jateng
Paguyuban Lurah 69.
Jumat, 7 Januari 2011
Jateng
Penetapan 68.
Rabu, 5 Januari 2011
Sabtu, 8 Januari 2011
Jateng
Nasi Bungkus Raksasa Istimewa
Berita Utama –
Sabtu, 8 Januari 2011
Jateng 72.
RUU
Yogyakarta
Diusulkan
Nasional
Rabu, 12 Januari 2011
Berita Utama –
Kamis, 13 Januari 2011
Dibahas di Panja 73.
Paripurna Dewan tanpa Pandangan
Jateng
Umum 74.
FRAKSI DEMOKRAT DEWAN
Berita Utama –
KOTA YOGYAKARTA DUKUNG
Jateng
Jumat, 14 Januari 2011
PENETAPAN 75.
Demokrat
Kota
Yogyakarta
Berita Utama – Jateng
Diadukan ke Pusat 76.
Tyasno:
TNI
Harus
Dukung
Berita Utama –
Sepuluh Wajah SBY
Senin, 17 Januari 2011
Jateng
Keistimewaan DIY 77.
Sabtu, 15 Januari 2011
Berita Utama –
Senin, 17 Januari 2011
Jateng 78.
RUUK
DIY
Sultan
Tunggu Berita Utama –
commit to user
Kamis, 20 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 201
Panggilan Panitia DPR 79.
Pemerintah
Jateng
Diminta
Tarik
Nasional
Kamis, 20 Januari 2011
Berita Utama –
Jumat, 21 Januari 2011
Rancangan Undang-Undang Yogya 80.
RUUK
DIY Komisi II Akan
Jadikan Paugeran Keraton Sebagai
Jateng
Acuan 81.
KILAS
Pemerintah
Tolak
Nasional
Jumat, 21 Januari 2011
Berita Utama –
Selasa, 25 Januari 2011
Penarikan Rancangan Undang – Undang Yogyakarta 82.
Joyokusumo : Sultan Diturunkan
Jateng
Jika Bersalah 83.
RANCANGAN UNDANG
UNDANG
YOGYAKARTA
–
Nasional
Selasa, 25 Januari 2011
Berita Utama –
Rabu, 26 Januari 2011
DPR
Targetkan Rampung April 84.
Prabukusumo
:
Sultan
Boleh
Tunjuk Pengganti 85.
KILAS
Pemerintah
Jateng Pertahankan
Nasional
Rabu, 26 Januari 2011
Nusa
Kamis, 27 Januari 2011
Berita Utama –
Jumat, 28 Januari 2011
Konsep Parardya 86.
Pemerintah
Ngotot
Gubernur
Yogya Harus Dipilih 87.
RUU
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA Keraton Tanggapi
Jateng
Dingin Usulan Pemerintah 88.
RUU
KEISTIMEWAAN
Berita Utama –
YOGYAKARTA Ichlasul Amal : Jika Penetapan Jangan Hanya Cek Kosong
commit to user
Jateng
Sabtu, 29 Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 202
89.
Berita Utama –
Sultan Tidak Kebal Hukum
Senin, 31 Januari 2011
Jateng Sumber : Koran Tempo Dari beberapa berita yang disajikan oleh Koran Tempo pada periode Desember 2010 – Januari 2011 di atas, Peneliti kemudian mengelompokkan berita-berita tersebut ke dalam tema pokok sesuai dengan kategori masalah, seperti yang dilakukan pada analisis berita di Harian Kompas sebelumnya guna mempermudah proses analisis data. Pengelompokan tema didasarkan pada isu yang dianggap paling penting, yang menjadi masalah utama, dan mendapat porsi besar dalam pemberitaan. Peneliti membaginya kedalam 5 tema besar, yakni: Usul Referendum, RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah, Survei Mengenai
Keistimewaan
Yogyakarta,
Sikap
Setgab
Terkait
RUU
Keistimewaan Yogyakarta, Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar pengelompokan berita di bawah ini:
Tabel 15. Pengelompokan Berita Seputar Isu Keistimewaan Yogyakarta Pada Koran TEMPO Edisi Desember 2010 – Januari 2011 ke dalam Tema Pokok sesuai Kategori Masalah NO.
TEMA
Judul Berita
Rubrik
Hari & Tanggal
1.
Usul Referendum
a.
Yogyakarta Gulirkan Referendum
commit to user
Headline,
Rabu, 1
Nusa
Desember 2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 203
b.
Nasional
Pemerintah Berhati-hati Sikapi
Rabu, 1 Desember 2010
Isu Referendum c.
2.
RUU Yogyakarta
Keistimewaan
a.
Versi
Pemerintah.
Headline,
Kamis, 2
Gelar Referendum
Nasional
Desember 2010
Usulan
Pemerintah
Headline,
Jumat, 3
Tetap GUBERNUR
Nasional
Desember 2010
Nusa
Rabu, 8
Silakan
Yogya
YOGYA DIPILIH b..
Sultan
dijadikan
Gubernur Utama c.
Pemerintah Ngotot Gubernur
Desember 2010 Nusa
Yogya
Kamis, 27 Januari 2011
Harus Dipilih 3.
Survei
Mengenai
a.
Keistimewaan Yogyakarta
SOAL
Nasional
KEISTIMEWAAN
Minggu, 5 Desember 2010
YOGYAKARTA ”71 Persen Warga Ingin Pemilihan” b.
Keraton
Yogya
Curiga
Survei
Nusa
Senin, 6 Desember 2010
Direkayasa c.
Survei
Tandingan
Disebar
Berita
Kamis, 9
Utama –
Desember 2010
Jateng d.
Mayoritas Responden Dukung Penetapan Sultan
commit to user
Berita
Senin, 13
Utama –
Desember 2010
Jateng
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 204
e.
Sama-sama Survei,
Nasional
Hasil
Senin, 13 Desember 2010
Berkesebalikan 3.
Sikap
Setgab
Terkait
a.
RUU Keistimewaan DIY
Setgab
Koalisi
Metro
Sabtu, 18 Desember 2010
Bentuk Tim Melobi Sultan
4.
Mundurnya
GBPH
a.
Pangeran
Prabukusumo dari Partai
Tinggalkan
Demokrat
Demokrat
Terkait
Isu
Yogya
Nasional
Kamis, 9 Desember 2010
Keistimewaan DIY Sumber : Koran Tempo
1.
Analisis Teks Berita dengan Tema Usul Referendum a) Berita 1 Elemen struktur berita pilihan pertama di Koran Tempo mengenai Usul Referendum adalah berita dengan judul Yogyakarta Gulirkan Referendum yang terbit pada edisi Rabu, 1 Desember 2010. Tabel 16. Analisis Berita dengan Judul Yogyakarta Gulirkan Referendum Koran TEMPO (Rabu, 1 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Headline
What
Tematik
Retoris
Par Yogyakarta
Gulirkan
Huruf dicetak tebal dan
Referendum
diberi warna putih dan merah, Leksikon:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 205
Gulirkan “Usulan itu terlalu jauh”
Kickers
What
terdapat grafis wajah Sultan Hamengku Buwono X, juga terdapat grafis yang berisi risalah perdebatan soal jabatan gubernur DIYyang diberi tajuk “Yogyakarta, Riwayatmu Kini”, Leksikon: Usulan
Kal1.
Jakarta – Berbagai lapisan
Par1
Where,
Koherensi
Leksikon:
masyarakat di Yogyakarta
Who,
Penjelas
kisruh
menginginkan
What
Koherensi
Leksikon:
(jajak
referendum
pendapat)
menyelesaikan dengan
Lead
guna kisruh
pemerintah
pusat
mengenai cara penentuan gubernur dan wakilnya di Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Kal2.
Proses
ini
diharapkan
Latar
commit to user
What,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 206
Par1
menjadi alternatif terakhir untuk
How
Penjelas
menuntaskan
alternatif, kontroversi
kontroversi itu. Kal1.
"Referendum
Par2
sebagai
(adalah)
What,
Koherensi
Leksikon:
kemauan
How,
Penjelas,
bukti,
rakyat Yogya," kata Blasius
Who,
Kalimat
kemauan
Haryadi,
When
langsung
Who,
Koherensi
Leksikon:
dengan
What,
Penjelas
proses, tak
Blasius. Dia menegaskan,
How
ada gunanya
Who,
Leksikon:
terhadap
What,
kejengkelannya,
Presiden Susilo Bambang
How
menuding,
bukti
warga
Kutipan
Kota
Yogyakarta, kemarin. Kal2.
Tri
Haryanto,
Par2
lainnya,
warga
sepakat
Parafrase
kalau Gubernur DIY dipilih lewat
proses
pemilihan
umum, tak ada gunanya Yogyakarta disebut daerah istimewa. Kal1.
Tri
menyatakan
Par3
kejengkelannya
Yudhoyono,
Parafrase
yang
menuding
menganut,
Yogyakarta
monarki
menganut monarki. Kal2.
"Itu dilontarkan pada saat
Par3
Yogya
terkena
Kok
tak
Kutipan
How
Kalimat
Leksikon:
langsung
dilontarkan
Who,
Koherensi
Koherensi
bencana.
memikirkan
perasaan rakyat Yogya." Kal1.
Sebelumnya,
Ketua
Parafrase
Par4
Paguyuban Dukuh se-DIY
What,
Pembeda,
Penjelas,
(Semar Sembogo) Sukiman
How
Kata ganti
Singkatan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 207
Hadiwiyoyo
mengatakan
jumlah
Label jabatan
Koherensi
Leksikon:
pemilihan,
Penjelas,
memboikot
rakyat akan memboikot,"
Kalimat
akan digelar sidang rakyat untuk
mendukung
penetapan Sultan sebagai gubernur. Kal2.
"Jika pemerintah pusat tetap
Par4
mengadakan
Kutipan
How
kata dia.
langsung, Kata ganti orang
Kal3.
Jajaran
Par4
yang
perangkat tergabung
desa
Parafrase
Who, How
dalam
Koherensi
Leksikon:
Pembeda
Jajaran
Parade Nusantara Daerah Istimewa
Yogyakarta
sebelumnya
juga
menyatakan perlunya jajak pendapat. Kal1. Par5
Sri
Sultan
Buwono X
Hamengku
Latar
Who, How
kemarin tak
Koherensi Pembeda
bersedia berkomentar. Kal2.
"Saya serahkan sepenuhnya
Par5
kepada rakyat," kata Sultan.
Kal1.
Reaksi rakyat Yogyakarta
Par6
itu dipicu oleh pernyataan
Kutipan
Latar
Yudhoyono bahwa sistem pemerintahan di Yogyakarta mungkin
Kalimat langsung
Presiden Susilo Bambang
tak
How
monarki,
commit to user
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, Why
Sebab-
Reaksi, dipicu
Akibat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 208
karena hal itu bertabrakan dengan konstitusi dan nilai demokrasi. Kal2.
Selama ini kepala daerah di
Par6
Yogyakarta menjabat penetapan,
How,
Koherensi
memang
Where,
pembeda
berdasar
Who,
yakni
Latar
Sultan
sebagai Gubernur dan Paku Alam sebagai wakilnya. Kal1.
Sultan merespons dengan
Par7
menyatakan
akan
menanggalkan
Parafrase,
Who,
Koherensi
Singkatan,
Kutipan
What,
Penjelas,
Leksikon:
How
Kalimat
merespons,
langsung
menanggalkan
What,
Koherensi
Leksikon:
jabatan
gubernur, "Kalau sekiranya saya dianggap pemerintah pusat menghambat proses penataan DIY." Kal1.
Hubungan
di
Par8
keduanya pernah memanas
Who,
sebab-
memanas,
kala Presiden Yudhoyono
How,
akibat
Pengandaian
Who,
Kalimat
Leksikon:
What
tak
usulan, Label
langsung
jabatan
mengatakan di
antara
Latar
pemerintahan
Yogyakarta
Where,
seperti
When
ketoprak, pada 2008. Kal1.
Ketua Mahkamah Konstitusi
Par9
Mahfud
Md.
penilaian
soal
Parafrase
memberi usulan
referendum. Kal2.
"Ini terlalu jauh," kata dia.
Kutipan
Par9
How
Kalimat langsung, Kata ganti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 209
orang Kal3.
Alasannya, referendum tak
Par9
dikenal dalam konstitusi.
Parafrase
How
Koherensi
Leksikon: tak
Penjelas,
dikenal
kalimat tak langsung Kal4.
Ia menyarankan agar warga
Par9
Yogyakarta
Parafrase
membawa
aspirasi
mereka
dibahas
oleh
untuk
Who,
Koherensi
Leksikon:
What,
Penjelas,
aspirasi
How
Kata ganti
Presiden
orang,
dengan DPR.
kalimat tak langsung
Kal1.
Menteri
Par10
Gamawan
Dalam
menyatakan hati-hati
Negeri
Who,
Koherensi
Leksikon:
Fauzi
What,
Pembeda,
menangani,
pemerintah
How
Kata ganti
isu, Label
tak tentu,
jabatan
menangani
Parafrase
isu
referendum.
Kalimat tak langsung
Kal2.
Ia menilai pernyataan
Par10
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
Presiden biasa saja dan tak
What,
Penjelas,
konflik
menunjukkan konflik
How
Kata ganti
dengan Sultan.
orang
Kal1.
Antropolog dari Universitas
Par11
Who,
Koherensi
Idiom: tidak
Gadjah Mada, Heddy Shri
What,
Pembeda,
sensitif,
Ahimsa Putra, mengatakan
How
Kalimat
Leksikon:
tak
simbol
langsung
budaya, Label
Presiden
tidak
Parafrase
sensitif
terhadap hubungan Keraton
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 210
sebagai
simbol
budaya
jabatan
dengan masyarakatnya. Kal2.
"Kalau
berkaitan
Par11
identitas
budaya,
dengan
Kutipan,
orang
Penutup
How
berani mati."
Koherensi
Leksikon:
Penjelas,
identitas
Kalimat
budaya,
langsung
Idiom: berani mati
Sumber : Berita 1, tema Usul Referendum b) Berita 2 Elemen struktur berita pilihan kedua di Koran Tempo mengenai Usul Referendum adalah berita dengan judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu Referendum yang terbit pada edisi Rabu, 1 Desember 2010. Tabel 17. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu Referendum Koran TEMPO (Rabu, 1 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Pemerintah Berhati-hati
Headline
Who,
Huruf dicetak
What
tebal, Leksikon:
Par
Sikapi Isu Referendum
Berhati-hati, Isu, terdapat foto spanduk tuntutan referendum masyarakat Yogyakarta, karya fotografer Antara/Wahyu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 211
Putro, Juga grafis bertajuk Pasal Panas Aturan Keistimewaan Yogyakarta. Semua berawal dari friksi
Kickers
Presiden dengan Sultan. Kal1.
Jakarta
Par1
Pemerintah
Leksikon: friksi
Who Where,
Koherensi
Leksikon:
menyatakan akan berhati-
Who,
Penjelas
Berhati-hati,
hati dalam
menyikapi
What,
desakan,
desakan referendum bagi
How
dipicu, tata
warga
--
What,
Daerah
Yogyakarta
Lead
Istimewa
cara
yang dipicu
oleh tata cara pemilihan gubernur. Kal1.
Rancangan
Par2
Undang
mengubah
Latar
Keistimewaan
Yogyakarta sedang
Undang-
yang
kini
digodok
bisa
tata
pemilihan
What,
Koherensi
Leksikon:
How,
Penjelas
digodok, tata
Who
cara
cara
Gubernur
Yogyakarta, yang selama ini selalu dijabat oleh raja. Kal2.
Pembahasan ini semakin
Par2
memanas setelah Presiden
Latar
Susilo Bambang
What,
Koherensi
Leksikon:
How
Sebab-
memanas, soal
akibat
Yudhoyono mengeluarkan pernyataan soal itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 212
Kal1.
"Antara
Par3
Sultan
Presiden
dan
Kutipan
(Hamengku
Buwono
X)
Who,
Kalimat
How,
langsung
hanya
What,
pembahasan
Where,
hukum sebenarnya," kata
When
mengenai
Menteri
Dalam
Gamawan
Fauzi
Negeri seusai
rapat dengan Komisi II (Pemerintahan
Dalam
Negeri) Dewan Perwakilan Rakyat di gedung DPR, Jakarta, kemarin. Kal1.
Menurut dia, pemerintah
Par4
memikirkan
masalah
Parafrase
ini
Who,
Koherensi
How
Penjelas,
secara menyeluruh untuk
Kalimat
semua wilayah.
tak langsung
Kal2.
"Kalau ada suatu provinsi
Par4
minta
Koherensi
Leksikon:
sama,
Penjelas,
diakomodasi
apakah diakomodasi itu?"
Kalimat
hal
yang
Kutipan
How
Gamawan bertanya.
langsung, Kalimat tanya
Kal3.
Dia
Par4
yang
menegaskan, akan
bukan hanya
Who,
Koherensi
juga
What,
penjelas,
untuk Sri
How
Kalimat
dibuat
aturan
Parafrase
Sultan Hamengku Buwono
tak
X, tapi juga bagi sultan-
langsung,
sultan berikutnya.
Kata ganti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 213
orang, Kata ganti tak tentu Kal4.
Pemerintah pun tak pernah
Par4
mempermasalahkan
Parafrase
Who,
Koherensi
How
Penjelas,
penetapan Sultan X sebagai
Kalimat
gubernur.
tak langsung
Kal1.
Desakan
referendum
Par5
muncul lantaran rancangan undang-undang
yang
diajukan ke DPR
sejak
Latar
How,
Koherensi
Leksikon: tak
When
Sebab-
kunjung tuntas
Akibat
2008 tak kunjung tuntas. Kal2.
Persoalannya ada pada cara
Par5
pemilihan
gubernur
Latar
How
dan
Koherensi Penjelas
wakilnya. Kal3.
Sebagian
partai
Par5
menginginkan
Latar
gubernur
Who, How
dipilih langsung, agar lebih demokratis seperti daerah lain. Kal4.
Tapi
mayoritas
Par5
Yogyakarta otomatis
rakyat
Latar
ingin Sultan
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Pembeda
mayoritas,
menjadi
otomatis
gubernur, sebagai bentuk keistimewaan provinsi itu. Kal1.
Situasi memanas setelah
Par6
pada
How,
Koherensi
Leksikon:
lalu
When,
Sebab-
memanas
Presiden Susilo Bambang
Who,
Akibat
Jumat
pekan
Latar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 214
Yudhoyono sistem
mengatakan
pemerintahan
What
di
Yogyakarta tak mungkin monarki. Kal2.
"Tidak mungkin ada sistem
Par6
monarki, bertabrakan konstitusi
Kalimat
Leksikon:
yang
langsung,
bertabrakan
dengan
Koherensi
dan
Kutipan
How
nilai
Sebab-
demokrasi," ucapnya.
Akibat
Kal3.
Muncullah
Par6
pendapat untuk mengetahui aspirasi
ide
jajak
seluruh
Latar
What,
Koherensi
Leksikon: ide,
How
Sebab-
aspirasi
warga
Akibat
Yogyakarta. Kal4.
Spanduk dan pamflet berisi
Par6
What,
Koheensi
Leksikon:
kritik terhadap pemerintah
How,
Penjelas
desakan
pusat
Where
dan
referendum
Latar
desakan meluas
di
Yogyakarta. Kal1.
Gamawan
Par7
Who,
Koherensi
Yogyakarta memiliki tujuh
What,
Pembeda,
keistimewaan
dalam
How,
Kalimat
rancangan undang-undang,
When
tak
enam
menjelaskan,
di
Parafrase
antaranya
langsung
disepakati oleh Komisi II dan pemerintah tahun lalu. Kal2.
Satu keistimewaan
Par7
masih alot dibahas adalah tentang
cara
yang
Parafrase
pemilihan
kepala daerah.
commit to user
How
Koherensi Penjelas
Leksikon: alot
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 215
Kal3.
Konstitusi mengamanatkan
Par7
kepala
daerah
Parafrase
How
dipilih
Koherensi Penjelas
pemerintah. Kal1.
Sejumlah
Par8
politikus
Who,
Koherensi
Leksikon: isu,
berharap isu referendum
How,
Pembeda
menghangat,
yang
What,
menghangat
Latar
di
Yogyakarta tak serius.
tak serius
Where
Kal2.
Wakil Ketua Komisi II
Par8
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon: isu,
Ganjar Pranowo menilai
What,
Penjelas,
sindiran, Label
isu ini hanya sindiran buat
How
Kalimat
jabatan
Presiden.
tak langsung
Kal3.
"Pemerintah
harus
bisa
Par8
meredam
dengan
cara
pula,"
ujar
Kalimat
politikus PDI Perjuangan
langsung
yang
baik
Kutipan
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas,
meredam
ini. Kal4.
"Agar
Par8
tak
menjadi
Kutipan
How
Koherensi
Leksikon:
polemik, dan referendum
Penjelas,
polemik, Idiom:
akan diartikan lain."
Kalimat
diartikan lain
langsung Kal1.
Lily
Wahid
dari Partai
Par9
Kebangkitan
Bangsa
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Pembeda,
memanaskan
menilai Presiden tak pantas
Kalimat
situasi
menyampaikan pernyataan
langsung
yang memanaskan situasi. Kal2.
"Tak
ada
Par9
menafikan
yang
bisa
Kutipan
kontribusi
commit to user
How
Koherensi
Leksikon:
Penjelas,
menafikan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 216
Yogyakarta
dalam
Kalimat
pembentukan negara ini,"
langsung
kontribusi
katanya. Kal1.
Gandung
Par10
Pardiman
dari
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
Golkar menginginkan agar
What,
Pembeda,
kenegarawanan
soal
How
Kalimat
referendum
diselesaikan
secara
tak
kenegarawanan
antara
langsung
Sultan dan Presiden. Kal2.
"Semua berawal dari friksi
Kutipan.
Par10
di antara mereka," kata
Penutup
bekas
Ketua
How
Kalimat
Leksikon: friksi
langsung
, Label jabatan
Golkar
Provinsi Yogyakarta ini. Sumber : Berita 2, tema Usul Referendum c)
Berita 3 Elemen struktur berita pilihan ketiga di Koran Tempo mengenai Usul
Referendum adalah berita dengan judul Silakan Yogya Gelar Referendum yang terbit pada edisi Kamis, 2 Desember 2010. Tabel 18. Analisis Berita dengan Judul Silakan Yogya Gelar Referendum Koran TEMPO (Kamis, 2 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Headline
What
Tematik
Retoris
Par Silakan
Yogya
Gelar
Huruf dicetak tebal, diberi
Referendum
warna hitam dan merah, terdapat grafis lambang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 217
Kraton Yogyakarta dan grafis gulungan kertas berisi sejarah pembahasan RUUK DIY dengan tajuk “Rancangan Tak Kunjung Rampung”. Ini
tantangan
masyarakat
legal
Kickers
Yogyakarta
What,
Leksikon:
Who
tantangan
kepada pusat
legal, terdapatkutipan pendapat Sultan HB X pada September 2010 yang berbunyi: “Daripada ribut dan tak berani memutuskan pemilihan atau penetapan, kalau berani,ya, referendum saja.”
Kal1.
JAKARTA
-
Par1
menggelar untuk
Usulan
Lead
Where,
Koherensi
Leksikon:
referendum
What,
Penjelas
Usulan,
menentukan
How
commit to user
mekanisme
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 218
mekanisme pengangkatan Gubernur Yogyakarta dan wakilnya
mendapat
dukungan
sejumlah
politikus
di
Dewan
Perwakilan Rakyat. Kal2.
Politikus
Par1
Fraksi
Partai
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
Keadilan Sejahtera, Anis
What,
Penjelas
polemik
Matta,
How
What,
Koherensi
Leksikon:
dari
Who,
Penjelas,
tantangan
masyarakat Yogya, dan itu
How
Kalimat
legal, Label
langsung
jabatan
Who,
Koherensi
Label jabatan,
Pembeda
Leksikon:
mengatakan
referendum
merupakan
jalan untuk menyelesaikan polemik
soal
kepala
pemerintahan di provinsi itu. Kal1.
"Referendum
Par2
tantangan
merupakan legal
menunjukkan
Kutipan
keyakinan
mereka," kata Wakil Ketua DPR itu. Kal1.
Sejawatnya,
Teguh
Parafrase
Par3
Juwarno, Sekretaris Fraksi
What,
Partai Amanat Nasional di
How
aspirasi
Dewan Perwakilan Rakyat, menyatakan
referendum
berguna
untuk
mendengarkan
aspirasi
warga Yogyakarta. Kal2.
"Usulan
ini
perlu
Kutipan
commit to user
How
Koherensi
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 219
Par3
dipertimbangkan pemerintah
(pusat),"
ujarnya tadi malam. Usulan
untuk
Par4
melaksanakan referendum
Kalimat
dipertimbangkan
Latar,
How,
Koherensi
Leksikon:
Parafrase
What,
Sebab-
memanas
When,
Akibat
memanas setelah, Jumat Presiden
Usulan,
langsung
Kal1.
lalu,
Penejelas,
Susilo
Bambang
Yudhoyono
melempar
pernyataan
Who
bahwa sistem yang akan dianut dalam pemerintahan Yogyakarta tidak mungkin monarki. Kal2.
Sehari kemudian, Sultan
Par4
menyatakan
Latar
How
Koherensi
kerisauannya
sebab-
atas pernyataan Presiden
akibat
itu. Kal3.
Warga
Yogyakarta
Par4
mengungkapkan
Latar
hal
Who,
Koherensi
What
Penjelas
What,
Koherensi
Leksikon:
serupa. Kal4.
"Keinginan
Par4
warga Yogya sudah sangat
Who,
Penjelas,
ekspresif,
ekspresif akibat lontaran
How
Kalimat
lontaran,
langsung
Singkatan, Label
pernyataan
referendum
SBY,"
Wakil Ketua Fraksi
PDI
Kutipan
kata
DPR dari
jabatan
Perjuangan,
Pramono Anung. Kal1.
Namun sejumlah politikus
Par5
Senayan lainnya menolak
Parafrase
commit to user
What
Koherensi
Leksikon:
Pembeda
menolak,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 220
usulan referendum.
usulan
Kal2.
"Kalau Yogyakarta minta
Par5
What,
Koherensi
referendum, bisa-bisa nanti
How,
Penjelas,
diikuti daerah lain," kata
Who
Kalimat
Ketua
Fraksi
Persatuan
Kutipan
Partai
langsung,
Pembangunan
Kata ganti
Hasrul Azwar.
tak tentu
Kal3.
Ida Fauziah dari Fraksi
Par5
Partai Kebangkitan Bangsa dan
Akbar
Label jabatan
Faizal
Parafrase
Who,
Koherensi
What
Penjelas,
dari
Label jabatan
Kalimat
Fraksi Hati Nurani Rakyat-
tak
-keduanya dari Komisi II,
langsung,
yang membidangi masalah pemerintahan--juga menyatakan ketidaksetujuannya. Kal1.
Pengamat politik lokal dan
Par6
otonomi
daerah
Parafrase
dari
Who,
Koherensi
Idiom: untung-
What
Pembeda
rugi, Leksikon:
Universitas Gadjah Mada,
menimbang,
Ari
Dwipayana,
usulan, Label
pemerintah
jabatan
mengingatkan
agar menimbang untungrugi usulan ini dengan baik. Kal2.
"Jika
referendum
Par6
dilakukan, memberikan yang
buruk
jadi
Kutipan,
akan
Penutup
predikat bagi
pemerintahan," ujarnya. Sumber : Berita 3, tema Usul Referendum
commit to user
How
Kalimat
Leksikon:
langsung
predikat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 221
Pada tema Usulan Referendum, terdapat tiga buah judul pilihan di Koran Tempo antara lain Yogyakarta Gulirkan Referendum, Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu Referendum, Silakan Yogyakarta Gelar Referendum. Dari unsur sintaksis, ketiga berita tersebut sama-sama memilih menyematkan kata Referendum yang memiliki arti penyerahan suatu anggota perkumpulan atau segenap rakyat,
persoalan
kepada semua
supaya diputuskan
dengan
pemungutan suara umum, hal tersebut dilakukan karena tampaknya Koran Tempo ingin fokus menonjolkan poin ini dalam paparan pemberitaan di tubuh berita nantinya. Namun dari ketiga berita ini ternyata Koran Tempo memberikan perbedaan sudut pandang/angel pemberitaan antara satu berita dengan berita yang lainnya. Pada berita 1 berjudul Yogyakarta Gulirkan Referendum, Koran Tempo mengambil sudut pandang mayoritas dari Masyarakat Yogyakarta, hal tersebut tampak pada pemilihan kutipan dan parafrase mayoritas, berasal dari beberapa masyarakat Yogyakarta seperti berikut: "Referendum (adalah) sebagai bukti kemauan rakyat Yogya," kata Blasius Haryadi, warga Kota Yogyakarta, kemarin. Tri Haryanto, warga lainnya, sepakat dengan Blasius. Dia menegaskan, kalau Gubernur DIY dipilih lewat proses pemilihan umum, tak ada gunanya Yogyakarta disebut daerah istimewa. (Lihat Tabel 16, Kalimat 1 & 2. Paragraf 2) Tri menyatakan kejengkelannya terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang menuding Yogyakarta menganut monarki. "Itu dilontarkan pada saat Yogya terkena bencana. Kok tak memikirkan perasaan rakyat Yogya." (Lihat Tabel 16, Kalimat 1 & 2. Paragraf 3) Sebelumnya, Ketua Paguyuban Dukuh se-DIY (Semar Sembogo) Sukiman Hadiwiyoyo mengatakan akan digelar sidang rakyat untuk mendukung penetapan Sultan sebagai gubernur. "Jika pemerintah pusat tetap mengadakan pemilihan, rakyat akan memboikot," kata dia. (Lihat Tabel 16, Kalimat 1 & 2. Paragraf 4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 222
Dalam tubuh berita ini, Koran Tempo mencoba menguatkan argumen masyarakat Yogya dengan menyertakan pula kutipan tanggapan Sultan mengenai isu Keistimewaan DIY, sepertinya hal itu dimaksudkan Tempo agar pendapat rakyat Yogya di bagian lead dan teras berita dikesankan ada faktor sebab-akibatnya. Kickers berita sendiri, yang berbunyi “Usulan itu terlalu jauh” adalah inti pendapat Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md, sebagai bentuk penilaian beliau sebagai pihak yang mewakili pakar hukum konstitusional sebagai pembeda. Sedang di bagian penutup berita, Koran Tempo memberi pemanis berita dengan parafrase Mendagri Gamawan Fauzi dalam menyikapi usulan referendum. Pada berita 2 lain lagi, pada judul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu Referendum ini, Koran Tempo mengambil mayoritas sudut pandang dari Pemerintah, yang tampak pada kutipan dan parafrase dari Mendagri Gamawan Fauzi sebagai wakil dari pemerintah : "Antara Presiden dan Sultan (Hamengku Buwono X) hanya mengenai pembahasan hukum sebenarnya," kata Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi seusai rapat dengan Komisi II (Pemerintahan Dalam Negeri) Dewan Perwakilan Rakyat di gedung DPR, Jakarta, kemarin. (Lihat Tabel 17, Kalimat 1. Paragraf 3) Menurut dia, pemerintah memikirkan masalah ini secara menyeluruh untuk semua wilayah. "Kalau ada suatu provinsi minta hal yang sama, apakah diakomodasi itu?" Gamawan bertanya. Dia menegaskan, aturan yang akan dibuat juga bukan hanya untuk Sri Sultan Hamengku Buwono X, tapi juga bagi sultan-sultan berikutnya. Pemerintah pun tak pernah mempermasalahkan penetapan Sultan X sebagai gubernur. (Lihat Tabel 17, Kalimat 1, 2, 3, & 4. Paragraf 4) Sedangkan judul Silakan Yogyakarta Gelar Referendum mengambil angel mayoritas dari para anggota dewan di DPR baik yang pro maupun yang kontra :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 223
Politikus Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta, mengatakan referendum merupakan jalan untuk menyelesaikan polemik soal kepala pemerintahan di provinsi itu. "Referendum merupakan tantangan legal dari masyarakat Yogya, dan itu menunjukkan keyakinan mereka," kata Wakil Ketua DPR itu. (Lihat Tabel 18, Kalimat 2. Paragraf 1 & Kalimat 1. Paragraf 2) Sejawatnya, Teguh Juwarno, Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional di Dewan Perwakilan Rakyat, menyatakan referendum berguna untuk mendengarkan aspirasi warga Yogyakarta. "Usulan ini perlu dipertimbangkan pemerintah (pusat)," ujarnya tadi malam. (Lihat Tabel 18, Kalimat 1& 2. Paragraf 3) "Keinginan referendum warga Yogya sudah sangat ekspresif akibat lontaran pernyataan SBY," kata Wakil Ketua DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Pramono Anung. (Lihat Tabel 18, Kalimat 4. Paragraf 4) "Kalau Yogyakarta minta referendum, bisa-bisa nanti diikuti daerah lain," kata Ketua Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Hasrul Azwar. Ida Fauziah dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa dan Akbar Faizal dari Fraksi Hati Nurani Rakyat--keduanya dari Komisi II, yang membidangi masalah pemerintahan--juga menyatakan ketidaksetujuannya. (Lihat Tabel 18, Kalimat 2 & 3. Paragraf 5) Dibagian akhir berita, Koran Tempo memberikan kutipan dari pihak akademisi sebagai pelengkap, yakni pengamat politik lokal dan otonomi daerah dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, dimana dalam hal ini ia ditempatkan sebagai pihak yang netral, guna memberikan pembeda dari paparan pandangan beliau dengan pendapat pro dan kontra dari anggota DPR di bagian tubuh berita. Perbedaan sudut pandang pemberitaan tersebut di atas, menggambarkan bahwa Koran Tempo berusaha menerapkan prinsip berita berimbang dengan meng-cover semua sudut pandangan dan pendapat dari pihak-pihak yang punya kompetensi juga keterkaitan dengan isu ini. Dari unsur skrip, ketiga berita di atas sudah memenuhi syarat kelayakan berita dengan lengkapnya unsur 5W+1H di dalamnya, dengan paparan sebagai berikut : Perwakilan masyarakat Yogyakarta, Mahfud Md (Pakar Hukum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 224
Konstitusional), Gamawan Fauzi (Perwakilan Pemerintah), beberapa anggota DPR, Ari Dwipayana (pihak akademisi) (Who), Usulan Referendum
(What),
meski tidak terlalu spesifik disebutkan tapi tertulis: jumat lalu; dan tahun 2008 (When), Jakarta (Where), Reaksi rakyat Yogyakarta dipicu oleh pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa sistem pemerintahan di Yogyakarta tak mungkin monarki, karena hal itu bertabrakan dengan konstitusi dan nilai demokrasi (Why), Muncul ide refrendum/ jajak pendapat untuk mengetahui aspirasi seluruh warga Yogyakarta (How). Unsur yang paling banyak adalah unsur How (Lebih jelasnya lihat Tabel 16, 17, dan 18 diatas) Unsur Tematik, dalam berita ini Koran Tempo hanya mengambil satu tema sebagai poin utama pemberitaan yaitu Usulan Referendum. Unsur Retoris, dari ketiga pilihan berita di atas unsur retoris yang menonjol adalah unsur grafis yang dipakai oleh Koran Tempo, pada berita 1 berjudul Yogya Gulirkan Referendum grafis yang dipakai adalah sketsa wajah Sri Sultan Hamengku Buwono X disertai Tabel yang diberi judul: Yogyakarata, Riwayatmu Kini, berisikan sejarah risalah perdebatan status Keistimewaan yang diterima Yogyakarta, mulai dari 5 September 1945 sampai Oktober 2008. Pada berita 2 berjudul Pemerintah Berhati-hati Sikapi Isu Referendum, terdapat foto spanduk tuntutan referendum masyarakat Yogyakarta, dan tabel yang isinya menyebutkan pasal-pasal mana saja yang selama ini menjadi perdebatan dalam penentuan mekanisme pengangkatan Gubernur DIY, dengan judul Pasal Panas Aturan Keistimewaan Yogyakarta. Sedangkan pada berita 3 berjudul Silakan Yogyakarta Gelar Referendum, terdapat logo kraton Yogyakarta dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 225
tabel berisi perjalanan pembahasan RUUK DIY dari tahun 2002 sampai tahun 2010, yang diberi judul Rancangan Tak Kunjung Rampung. Dari unsur retoris yang berupa penonjolan grafis seperti disebut di atas, Koran Tempo sepertinya berusaha memberi pemahaman pada pembacanya bahwa usulan referendum yang diberitakan memiliki referensi dan acuan,
yakni tiga
hal
yang
dipaparkan pada tabel di masing-masing berita di atas. Sehingga dapat dilihat dari
pembedahan ketiga berita bertema
referendum ini, Koran Tempo jelas menampilkan pemberitaan secara berimbang dengan mencari sumber berita dari banyak pihak yang mempunyai keterkaitan dan kompetensi akademik dalam menanggapi berita seputar isu keistimewaan DIY. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang sengketa tanah sriwedari Solo.56
2.
Analisis Teks Berita dengan Tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah a) Berita 1 Elemen struktur berita pilihan pertama di Koran Tempo mengenai RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita dengan judul Gubernur Yogya Dipilih yang terbit pada edisi Jumat, 3 Desember 2010.
56
Danang Pidekso, Loc.Cit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 226
Tabel 19. Analisis Berita dengan Judul USULAN PEMERINTAH TETAP GUBERNUR YOGYA DIPILIH Koran TEMPO (Jumat, 3 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
USULAN PEMERINTAH
Headline
Who,
Leksikon:
What
Usulan, Tetap,
Par
TETAP
GUBERNUR
YOGYA DIPILIH
Dipilih, Huruf dicetak tebal diberi warna hitam dan merah, Diberi foto yang memperlihatkan pertemuan antara Presiden dengan Sultan Hamengku Buwono saat penyerahan penghargaan Satyalancana Pembangunan Pendidikan dalam acara Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2010 dan HUT
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 227
Ke-65 PGRI, dan grafis lambang Kraton Yogyakarta disertai draf RUUK versi pemerintah bertajuk “Keistimewaan Yogyakarta Versi Baru” Sultan tetap orang nomor satu
dengan
Kickers
sejumlah
Who,
Koherensi
What
Penjelas
Where,
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
berkukuh
What,
Koherensi
Singkatan
How
Penjelas
What,
Kalimat
Leksikon:
Who,
langsung
matangkan,
kewenangan Kal1.
JAKARTA - Pemerintah
Par1
berkukuh
Gubernur
Who,
Daerah
Istimewa
What,
sebagai
How
Yogyakarta
Lead
penyelenggara pemerintahan harus dipilih oleh rakyat. Kal2.
Keputusan
Par1
dimasukkan Rancangan Undang
ini
akan
Lead
dalam UndangKeistimewaan
(RUUK) Daerah Istimewa Yogyakarta. Kal1.
"Itu
yang
akan
kita
Par2
matangkan dan ajukan ke
Kutipan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 228
DPR,"
ujar
Menteri
Koordinator Hukum,
Where
Label jabatan
Politik,
dan
Keamanan
Djoko Suyanto seusai rapat kabinet paripurna di Jakarta kemarin. Kal1.
Djoko
menyatakan
Par3
rumusan
Who,
Koherensi
Leksikon:
diambil
What,
Penjelas
rumusan,
pemerintah berpijak pada
How
yang
Parafrase
bingkai, asas
tiga hal, yakni keberadaan Yogyakarta dalam lingkup bingkai negara kesatuan, menghormati keistimewaan Yogyakarta,
serta
menghargai
asas
demokratisasi diamanatkan
seperti Undang-
Undang Dasar 1945. Kal2.
Dia
Par3
menambahkan,
Who,
Kata ganti
Leksikon:
pemerintah akan terbuka
What,
orang
alternatif
terhadap
How
What,
Kalimat
Leksikon:
How
langsusng
diskursus,
alternatif
Parafrase
lain
yang muncul dari DPR. Kal3.
"Di
sana
Par3
diskursus,
akan
ada
Kutipan
kompromi
politik, dan diskusi. Itu hal
Idiom:
yang wajar kita tampung,"
kompromi
katanya.
politik
Kal1.
RUUK Yogyakarta sudah
Par4
berada
di
Latar
tangan
commit to user
What,
Koherensi
Pengandaian,
How
Penjelas
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 229
pemerintah sejak 2002.
When
Kal2.
Hingga saat ini, rancangan
Par4
itu tak kunjung ditetapkan
Latar
What,
Koherensi
Idiom: tak
How
penjelas
kunjung
What,
Koherensi
Leksikon:
mekanisme
Who,
Sebab-
ganjalannya,
pengisian jabatan Gubernur
Why
akibat
mekanisme
Who,
Koherensi Pembeda
sebagai undang-undang. Kal3.
Salah
Par4
adalah
dan
satu
ganjalannya
Wakil
Latar
Gubernur--
apakah melalui pemilihan atau penetapan. Kal4.
Sejumlah
politikus
Par4
Senayan, di luar Fraksi
What,
Partai
How
Demokrat,
pengangkatan
di
Latar
setuju
Gubernur
dan Wakil Gubernur Yogya melalui penetapan. Kal1.
Menurut
Menteri Dalam
Par5
Negeri Gamawan pemerintah memutuskan
Parafrase
Who,
Koherensi
Idiom: orang
Fauzi,
What,
Pembeda
nomor satu,
juga
How
Leksikon;
Sultan
tertinggi, Label
Hamengku Buwono X dan Paku
Alam
IX
jabatan
sebagai
orang nomor satu dan tertinggi di Yogyakarta. Kal2.
"Mengenai formulasi dan
Par5
kewenangan
Kutipan
Koherensi
Leksikon:
masing-
penjelas,
formulasi,
masing seperti apa, hal itu
Kalimat
dirumuskan
masih akan dirumuskan,"
langsung
ujarnya pada kesempatan
commit to user
How
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 230
yang sama. Kal1.
Gamawan
memberikan
Par6
gambaran
Who,
Koherensi
Leksikon:
ihwal
What,
Penjelas,
ihwal, Idiom:
kewenangan Sultan sebagai
How
Kalimat
orang nomor
tak
satu
orang
nomor
satu
Parafrase
di
wilayahnya.
langsung
Kal2.
Antara lain ia memiliki
Par6
kewenangan
Parafrase
memberi
persetujuan
atas
calon
Gubernur
DIY
dan
Who,
Koherensi
How
Penjelas,
Singkatan
Kata ganti orang
melantik bupati. Kal3.
"(Sultan)
orang
nomor
Par6
satulah, dengan sejumlah
Kutipan
Who,
Kalimat
Idiom: orang
How
langsung
nomor satulah
kewenangan," katanya. Sumber : Berita 1, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah b) Berita 2 Elemen struktur berita pilihan kedua di Koran Tempo mengenai RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita dengan judul Sultan Dijadikan Gubernur Utama yang terbit pada edisi Rabu, 8 Desember 2010. Tabel 20. Analisis Berita dengan Judul SULTAN DIJADIKAN GUBERNUR UTAMA Koran TEMPO (Rabu, 8 Desember 2010) Kal.
Preposisi
Sintaksis
Skrip
Headline
Who, How
Tematik
Retoris
Par SULTAN
DIJADIKAN
Huruf dicetak tebal
GUBERNUR UTAMA “Tugasnya
sama
saja,
Kickers
commit to user
What
Koherensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 231
hanya beda nama”
Penjelas
Kal1.
JAKARTA –Kementerian
Par1
Dalam
Where,
Koherensi
Leksikon:
Negeri
Who,
Penjelas
merampungkan
draf
What
Koherensi
Idiom: orang
penjelas
nomor satu dan
merampungkan Rancangan
Lead
Undang-
Undang
Keistimewaan
Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Kal2.
Dalam
draf itu, Sultan
Par1
Hamengku Buwono X dan
Lead
Who, How
Paku Alam, sebagai orang
dua
nomor satu dan dua di Yogyakarta,
akan
ditempatkan
sebagai
gubernur utama dan wakil gubernur utama. Kal1.
Adapun di bawahnya ada
Par2
gubernur
Latar
How
yang
Koherensi penjelas
menjalankan pemerintahan. Kal2.
“Gubernur itu akan dipilih
Kutipan,
Who,
Koherensi
Leksikon:
Par2
langsung,” kata
Latar
What,
Penjelas,
finalisasi, Label
Dalam Negeri Gamawan
Where,
Kalimat
jabatan
Fauzi setelah memimpin
When
langsung
Who, How
Koherensi
Leksikon: satu
penjelas
paket
rapat RUU
Menteri
bersama finalisasi tersebut
di
kantornya, Senin lalu. Kal1.
Meski menjadi gubernur
Par3
utama,
Latar
Sultan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 232
diperbolehkan
mengikuti
pemilihan kepala daerah, satu paket dengan Paku Alam. Kal2.
Jika Sultan ikut pilkada, ia
Par3
Detail,
Leksikon:
bisa maju otomatis tanpa
Koherensi
otomatis
perlu diajukan oleh partai
Penjelas
politik
Latar
Who, How
ataupun
mengumpulkan 15 persen suara
seperti
yang
disyaratkan UU Nomor 32 Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah. Kal3.
"Artinya,
Par3
inilah
Who,
Kalimat
Leksikon:
istimewanya Pak Sultan
What,
langsung,
istimewanya
dan
How
Koherensi
Paku
Kutipan
Alam,"
Gamawan menambahkan. Kal1.
Kerabat
Par4
Yogyakarta
Keraton lainnya
penjelas Latar
Who, How
tak
Koheensi Penjelas
boleh mengajukan diri. Kal1.
Pemerintah
Par5
meniadakan
juga
akan
Latar
Who, How
calon
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
meniadakan
perorangan kecuali calon partai politik dan calon gabungan partai politik. Kal2.
"Tapi itu tergantung beliau
Kutipan
Par5
ingin jadi gubernur atau
Penjelas,
tidak. Jika tidak, maka
Kalimat
calon yang maju berlaku
langsung,
commit to user
How
Koherensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 233
sesuai
undang-undang,”
Kata ganti
ujarnya.
orang
Kal1.
Adapun
kewenangan
Par6
Sultan sebagai gubernur utama
adalah,
hak
protokoler
What,
Koherensi
Who, How
penjelas
How, Why
Koherensi
memiliki dan
kedudukan
keuangan,
memelihara
nilai-nilai
budaya
Latar
dan
sosial
masyarakat Yogyakarta. Kal2.
“Namun beliau tak berhak
Par6
memberhentikan gubernur,
Penjelas,
karena
Kata ganti
gubernur
Kutipan
pilihan
rakyat. Kedudukan Sultan
orang
dan Paku Alam sama di hadapan hukum,” ujarnya, Kal1.
Menurut Gamawan, sejauh
Par7
Who,
Koherensi
ini draf sudah selesai dan
What,
Penjelas
akan
ke
How,
Sekretariat Negara hari ini.
When
diserahkan
Kal2.
“Namun apa
Par7
rumuskan
yang kita
belum
Parafrase
Kutipan
tentu
What,
Kalimat
How, Who
langsung,
disetujui Bapak Presiden,”
Koherensi
katanya.
penjelas, Kata ganti orang
Kal1.
Gamawan juga membantah
Par8
Parafrase
Who,
Kata ganti
Leksikon:
kabar bahwa survei yang
What,
tak tentu
rujukan, survei
dilakukan
How
pemerintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 234
menjadi
satu-satunya
rujukan. Kal2.
Pemerintah,
katanya,
Par8
mempertimbangkan
Parafrase
Who, Why
Detail, Koherensi
amanat UUD 1945, sejarah
penjelas
Yogya, prinsip demokratis, dan pandangan sejumlah pakar. Kal1.
Hingga kemarin, sejumlah
Par9
When,
Koherensi
Idiom: menyoal
kalangan masih menyoal
Who,
sebab-
klaim
klaim pemerintah bahwa
What,
akibat
hasil
survei
How
dan
sebuah
pemerintah lembaga
menyebutkan
71
warga
Yogyakarta
menginginkan
Latar
persen
pemilihan
gubernur secara langsung. Kal2.
Para
Par10
aktivis
Gerakan
Latar
Who,
Detail,
Rakyat Mataram mengaku
What,
Koherensi
mendapat kuesioner dari
When
Penjelas
How,
Kalimat
What,Who
langsung,
Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Oktober 2010. Kal1.
“Dari
107
pertanyaan
Par11
dalam kuesioner itu, tak
Kutipan
satu pun kata penetapan. Semua
pemilihan,”
Widihasto
kata
Wasono,
pemimpin Gerakan Rakyat Mataram.
commit to user
Koherensi Penjelas
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 235
Kal2.
Dihubungi terpisah, LSI
Par11
Latar
Who,
Koherensi
Leksikon:
enggan berkomentar soal
What,
Pembeda
enggan
keterlibatannya
How
Who,
Koherensi
Label jabatan
Pembeda
dalam
survei di Yogyakarta. Kal1.
Sekretaris
Fraksi
PPP
Par12
DPR, M. Romahurmuzy,
What,
mengusulkan agar warga
How
Yogyakarta
menggelar
referendum
untuk
menentukan
apakah
gubernur
dan
wakil
gubernur
dipilih
atau
Parafrase
ditetapkan. Kal1.
Pakar politik pemerintahan
Par13
dari Universitas Mada,
Ichlasul
mengatakan
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
Gadjah
What,
Pembeda
Parardya ,
Amal,
How
Label jabatan
posisi
Gubernur Utama tak jauh berbeda
dengan
ide
menempatkan Sultan dan Paku
Alam
sebagai
Parardya seperti dalam draf sebelumnya. Kal2.
“Tugasnya
Par13
hanya
sama beda
saja,
Kutipan
nama,”
katanya.
How
Kalimat
Leksikon: sama
langsung,
saja
Kata ganti orang
Sumber : Berita 2, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 236
c)
Berita 3 Elemen struktur berita pilihan ketiga di Koran Tempo mengenai RUU
Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah adalah berita dengan judul Pemerintah Ngotot Gubernur Yogya Harus Dipilih yang terbit pada edisi Kamis, 27 Januari 2011. Tabel 21. Analisis Berita dengan Judul Pemerintah Ngotot Gubernur Yogya Harus Dipilih Koran TEMPO (Kamis, 27 Januari 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Headline
Who, How
Tematik
Retoris
Par Pemerintah
Ngotot
Huruf dicetak
Gubernur Yogya Harus
tebal, Leksikon:
Dipilih
Ngotot “Logika
berpikir
Kickers
Mendagri sesat”
Koherensi
Leksikon:
Who
penjelas
Logika, Sesat
Where,
Koherensi
Leksikon:
penjelas
mekanisme,
Kal1.
JAKARTA -- Pemerintah
Par1
berkeras pada pendiriannya
Who,
bahwa Gubernur dan Wakil
What,
Gubernur Daerah Istimewa
How
Yogyakarta
harus
ditentukan
lewat
Lead
What,
berkeras
mekanisme pemilihan oleh rakyat. Kal2.
Penegasan ini disampaikan
Par1
What,
Koherensi
oleh Menteri Dalam Negeri
Who,
penjelas
Gamawan
When
Fauzi
Lead
sebagai
commit to user
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 237
wakil
pemerintah
dalam
rapat kerja dengan Komisi Pemerintahan
Dewan
Perwakilan Rakyat kemarin. Kal1.
Menurut dia, mekanisme
Par2
pemilihan
Kalimat
Leksikon:
didasarkan
langsung,
mekanisme,
pada Pasal 18 ayat 4 UUD
Kata ganti
demokratis
1945,
itu
yakni
Parafrase
Who, How
gubernur,
orang,
bupati, dan wali kota dipilih
Detail
secara demokratis. Kal2.
Dengan
demikian,
Par2
mekanisme
penetapan
Koherensi
Leksikon:
penjelas,
mekanisme,
Kalimat
otomatis,
Hamengku Buwono sebagai
langsung,
demokrasi
gubernur
dianggap
kata ganti
nilai-nilai
tak tentu
secara
otomatis
mengabaikan
Parafrase
How, Who
Sultan
demokrasi. Kal1.
"Kalau
Par3
dan
antara
kesultanan
Kutipan
How,
Koherensi
Leksikon:
pemerintahan
Who,
penjelas,
adagium,
dipisahkan, maka tepatlah
What,
Kalimat
ihwal
adagium the king can do
Where
langsung
Metafora: the
no wrong," kata Gamawan membacakan
king can do no
keterangan
pemerintah
wrong
ihwal
Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Istimewa
Daerah
Yogyakarta
di
gedung DPR, Jakarta. Kal1.
Gamawan menuturkan, jika
Parafrase
commit to user
Who,
Koherensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 238
Par4
Sultan
dan
Paku
Alam
What,
Penjelas,
sekaligus sebagai gubernur
How
Kalimat
dan wakil gubernur, mereka
tak
harus
langsung
mempertanggungjawabkan akibat
hukum
tindakan
dari
pemerintahan
yang dilakukan. Kal2.
Padahal, di sisi lain, raja
Par4
cenderung kebal hukum.
Latar
Who, How
Koherensi
Idiom: sisi
pembeda
lain, kebal hukum
Kal3.
"Kami miris jika Sultan
Par4
yang
Koherensi
Leksikon:
hormati
Penjelas,
konsekuensi
tersangkut masalah hukum
Kalimat
kami
sebagai
Kutipan
Who, How
konsekuensi
langsung,
digabungnya pemerintahan
Kata ganti
dan kesultanan."
orang
Kal1.
Persoalan lain akan muncul
Par5
kalau Sultan dan Paku Alam
Parafrase
What,
Koherensi
Idiom: berusia
Who, How
Penjelas
senja
How, Who
Koherensi
sudah berusia senja. Kal2.
Atau, pada kesempatan lain,
Par5
Sultan dan Paku Alam justru
Parafrase
Penjelas
masih remaja, padahal harus memimpin
rakyat
Yogyakarta. Kal3.
Sedangkan,
“Rakyat
Par5
Yogyakarta
berharap
hadirnya
pemimpin
Kutipan
yang
enerjik dan prima untuk
commit to user
Who,
Kalimat
Leksikon:
What,
langsung,
enerjik, prima
How
Koherensi penjelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 239
mempercepat kesejahteraan dan kemajuan daerahnya,” klaim Gamawan. Kal1.
Rapat
Par6
pembahasan dan
ini
adalah
antara
pemerintah
pertama
diadakan
rancangan
Latar
What,
Koherensi
DPR
How,
penjelas
yang
Who,
sejak
When
undang-undang
itu diserahkan ke DPR pada 16 Desember 2010. Kal2.
Rapat
Par6
Komisi
dipimpin
Ketua
Latar
Pemerintahan
Chairuman
Harahap
What,
Detail,
How, Who
Koherensi
dan
Label jabatan
Penjelas
dihadiri Komite I Dewan Perwakilan Daerah, serta 25 dari 49 anggota Komisi Pemerintahan. Kal1.
Rapat akan dilanjutkan pada
Par7
2 Februari dengan agenda penyampaian
Latar
pendapat
What,
Koherensi
Leksikon;
When,
Penjelas,
agenda
How
Kata ganti
fraksi-fraksi. Kal2.
Chairuman
Par7
tak tentu berjanji
Parafrase
Who,
Koherensi
menyelesaikan pembahasan
What,
Pembeda,
pada April.
When
Kalimat tak langsung
Kal3.
Pengesahan
Par7
di
What,
Koherensi
direncanakan pada 4 atau 5
How,
penjelas,
April,
When
Kalimat
sedangkan
komisi
Parafrase
sidang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 240
paripurna mengesahkan
untuk
tak
persetujuan
langsung
DPR dijadwalkan 7 atau 8 April. Kal1.
Rancangan
Par8
pemerintah, terutama soal pemilihan
versi
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Pembeda
ditentang
What,
Koherensi
Idiom: unjuk
How
Penjelas
rasa
Who,
Koherensi
Singkatan,
Penjelas
Leksikon:
gubernur,
ditentang oleh masyarakat Yogya. Kal2.
Penolakan terhadap gagasan
Par8
pemerintah
Latar
itu
memunculkan unjuk rasa besar. Kal3.
DPRD Provinsi Yogya pun
Latar
Par8
ingin Sultan dan Paku Alam
What,
langsung dilantik sebagai
How
dilantik
gubernur dan wakilnya. Kal4.
Presiden Susilo Bambang
Par8
Who,
Koherensi
Idiom: empat
Yudhoyono pernah bertemu
What,
Pembeda
mata
empat mata dengan Sultan
How
Who,
Koherensi
Label jabatan
Sudiarta,
What,
Pembeda,
keberatan
Why
Detail
Hamengku
Buwono
untuk
membicarakan
Latar
X
masalah ini. Kal1.
Anggota Komite I DPD, I
Par9
Wayan menyatakan terhadap pemerintah
Parafrase
pendapat karena
tak
didasarkan pada Pasal 18B
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 241
UUD 1945 yang bersifat khusus. Kal2.
Aturan
Par9
negara
itu
menyatakan,
mengakui
Parafrase
dan
What,
Koherensi
Who, How
penjelas,
menghormati satuan-satuan
Kalimat
pemerintahan daerah yang
tak
bersifat khusus atau bersifat
langsung,
istimewa.
Kata ganti tak tentu
Kal3.
Yogya
bersama
Par9
Otonomi
Khusus
Daerah
Parafrase
How
Koherensi
Papua,
penjelas,
Daerah Istimewa Aceh, dan
Kalimat
DKI Jakarta diatur dalam
tak
ketentuan khusus.
langsung
Kal4.
"Logika berpikir Mendagri
Par9
sesat
karena
lepas
Kutipan
dari
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Penjelas,
Logika, sesat,
Kalimat
paradigma
paradigma," ucapnya.
langsung, Kata ganti orang Kal1.
Pengamat
Par10
Burhanuddin
politik
Parafrase
Who,
Koherensi
Idiom: jalan
Muhtadi
What,
pembeda,
tengah,
menduga, pemerintah bakal
How
Kalimat
Singkatan
mencari jalan tengah, yakni pemilihan
lewat
DPRD
ini
belum
tak langsung
Yogya. Kal2.
Tapi
opsi
Par10
dipastikan bisa meredam bergolaknya
Parafrase
masyarakat
commit to user
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Penjelas,
opsi,
Kalimat
meredam,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 242
Yogyakarta
yang
tak
menginginkan penetapan. Kal3.
”Proses legislasinya akan
Par10
alot,
mungkin
bergolaknya
langsung Kutipan
bakal
ditentukan lewat voting,” ujarnya.
What,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas,
legislasinya,
Kalimat
alot, voting
langsung, Kata ganti orang
Sumber : Berita 3, tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah Pada tema RUU Keistimewaan Yogyakarta Versi Pemerintah, terdapat tiga buah judul pilihan di Koran Tempo antara lain Usulan Pemerintah Tetap Gubernur Yogya Dipilih, Sultan Dijadikan Gubernur Utama, Pemerintah Ngotot Gubernur Yogya Harus Dipilih. Dari unsur sintaksis, pemakaian ketiga judul berita tersebut oleh Koran Tempo tampak mempunyai satu inti, bahwasannya sikap pemerintah tetap ingin agar gubernur DIY dipilih, dan Sultan ditempatkan dalam posisi sebagai gubernur utama dengan fungsi simbolisasi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari lead dan pemilihan narasumber yang digunakan pada ketiga berita ini. Penonjolan hasil keputusan pemerintah tampak jelas dari banyaknya penggunaan kutipan dan parafrase Mendagri Gamawan Fauzi juga Menkopolhukam Djoko Suyanto sebagai narasumber utama, meskipun ada narasumber lain yang dipakai oleh Koran Tempo untuk menanggapi topik utama. Akan tetapi narasumber-narasumber tersebut hanya digunakan sebagai pelengkap, guna melihat tataran lain untuk dimasukkan dalam berita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 243
Unsur skrip, secara keseluruhan ketiga berita ini telah memenuhi empat unsur pembentuk berita, yaitu hanya unsur Who, What, When, Where, ,Why, dan How. Unsur What dan How adalah unsur yang paling mendominasi dalam pemberitaan ini. Unsur tematik, tema yang diambil Koran Tempo pada berita ini adalah tentang usulan pemerintah, bahwa gubernur DIY dipilih dan Sultan hanya dijadikan simbol. Unsur skrip, dari ketiga berita ini hanya pada berita berjudul Usulan Pemerintah Tetap Gubernur Yogya Dipilih saja yang menonjolkan foto dan grafis sebagai penguat berita, sedangkan pada dua berita lainnya lebih menonjolkan penggunaan leksikon dan idiom.
Secara keseluruhan, dari ketiga berita dengan tema RUU Keistimewaan Versi Pemerintah di atas, nampak bahwa Koran Tempo membingkai realitas mengenai sikap pemerintah atas RUUK DIY dengan lebih menonjolkan paparanpaparan pihak yang mewakili pemerintah sebagai sumber utama pemberitaan, disamping menempatkan pihak lain untuk
memberi tanggapan guna mencari
keberimbangan. Akan tetapi pihak lain tersebut oleh Koran Tempo dikesankan hanya sebagai pelengkap berita saja. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang wacana terorisme pasca teror bom bali. 57
57
Muhammad Amin M, Loc.Cit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 244
3.
Analisis Teks Berita dengan Tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta a) Berita 1 Elemen struktur berita pilihan pertama di Koran Tempo dengan tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul “71 Persen Warga Ingin Pemilihan” yang terbit pada edisi Minggu, 5 Desember 2010. Tabel 22. Analisis Berita dengan Judul “71 Persen Warga Ingin Pemilihan” Koran TEMPO (Minggu, 5 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Woro-
What
Tematik
Retoris
Par SOAL
KEISTIMEWAAN
YOGYAKARTA
Leksikon:
woro
“71 Persen Warga Ingin
Headline
SOAL Who, How
Huruf dicetak
Pemilihan”
tebal, menggunakan tanda petik untuk mempertegas
“Klaim
pemerintah
Kickers
membuat resah” Kal1.
JAKARTA
--
Par1
Jenderal Otonomi Daerah
Leksikon:
Who
klaim, resah
Lead,
Where,
Koherensi
Label jabatan,
Parafrase
Who,
Penjelas,
Singkatan,
Kementerian Dalam Negeri
What,
Kalimat
Leksikon:
Djohermansyah
How
tak
mayoritas
menyatakan warga
Djohan mayoritas
Daerah
Yogyakarta
Direktur
What,
Istimewa
menginginkan
commit to user
langsung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 245
pemilihan langsung untuk pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Kal2.
Bahkan, mengutip sebuah
Par1
survei,
warga
menginginkan
yang
Lead,
What,
Koherensi
Leksikon:
Parafrase
Who, How
penjelas,
mengutip,
Kalimat
survei
pemilihan
mencapai 71 persen.
tak langsung
Kal1.
"Saya pernah baca survei
Par2
What,
Koherensi
Leksikon:
pada 2010, sebanyak 71
When,
penjelas,
survei,
persen
Yogya
How,
Kalimat
bertajuk,
pemilihan
Where
langsung
penggunaan
warga
menginginkan langsung,"
Kutipan
kata
tanda petik
seusai
menunjuk
diskusi bertajuk "Daerah
judul acara
Djohermansyah
Istimewa
Kecewa"
di
Jakarta kemarin. Kal2.
Namun, saat ditanya ihwal
Par2
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
sumber atau lembaga yang
Pembeda,
ihwal, survei
melakukan survei itu, ia
Kata ganti
mengaku lupa.
orang
Kal1.
Hingga kemarin, polemik
Par3
mengenai
Latar
When,
Koherensi
Leksikon:
mekanisme
What,
Pembeda
polemik
pengisian jabatan Gubernur
How
Who,
Koherensi
Leksikon:
diisi dengan
What,
penjelas
berkukuh
pemilihan, seperti dimuat
How
dan Wakil Gubernur DIY masih berlangsung. Kal2.
Pemerintah
Par3
jabatan
itu
berkukuh
Latar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 246
dalam
draf
Rancangan
Undang-Undang Keistimewaan DIY. Kal3.
Namun sejumlah tokoh dan
Par3
Who,
Koherensi
Leksikon:
warga Yogya menghendaki
What,
pembeda
lewat
lewat penetapan.
How What,
Koherensi
Leksikon:
How, Who
Penjelas
Mekanisme
Who,
Koherensi
Leksikon:
tetap
What,
Pembeda,
aspirasi
aspirasi
How
Kalimat
Kal4.
Mekanisme penetapan juga
Par3
disuarakan oleh fraksi-fraksi di
Dewan
Rakyat,
Latar
Latar
Perwakilan
kecuali
Fraksi
Partai Demokrat. Kal1.
Menurut
Djohermansyah,
Par4
pemerintah mendengarkan warga,
baik
Parafrase
yang
tak
disampaikan melalui Dewan
langsung
maupun lewat kementerian. Kal2.
Dalam
urusan
ini,
ia
Par4
menegaskan bahwa posisi pemerintah
ingin
menghargai
dan
menghormati
Parafrase
What,
Koherensi
Leksikon:
Who
penjelas,
posisi
Kalimat tak
Undang-
langsung,
Undang Dasar 1945.
Kata ganti orang
Kal3.
Menurut pasal 18-D ayat 4,
Par4
kepala
daerah
dipilih
melalui
pemilihan
secara
Parafrase
What,
Detail,
Leksikon:
Who, How
Kalimat
demokratis
tak
demokratis. Kal4.
"Di
draf
langsung Rancangan
Kutipan
commit to user
What,
Koherensi
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 247
Par4
Undang-Undang
How, Who
Keistimewaan
oleh
tim
Penjelas,
posisi
Kalimat
khusus, posisi kami seperti
langsung,
itu," katanya.
Kata ganti orang
Kal1.
Anggota Dewan Perwakilan
Par5
Daerah
asal
Who,
Koherensi
Label jabatan,
Yogyakarta,
What,
Pembeda,
Leksikon:
Afnan
How
Kalimat
klaim,
Muhammad
Parafrase
Hadikusumo,
menyatakan
tak
potensial,
klaim
disampaikan
langsung
resah
How,
Koherensi
Leksikon:
mereda,
Who,
penjelas,
aneh, malah,
malah
When
Kalimat
kisruh
yang
Djohermansyah
tersebut
potensial membuat resah. Kal2.
"Sungguh
Par5
Presiden
aneh.
Ketika
sudah
pembantunya
Kutipan
membuat pernyataan yang
langsung
berpotensi membuat kisruh soal Yogya," ujar Afnan tadi malam. Kal1.
Anggota
Par6
Yogyakarta
DPD
Who,
Koherensi
Singkatan,
A.
What,
Pembeda,
Label jabatan,
Hafidh Asrom, menyatakan
How
Kalimat
Idiom: tak
tak
percaya,
langsung
Leksikon:
lainnya,
asal
Parafrase
tak percaya hasil survei tersebut.
survei Kal2.
"Saya khawatir survei ini
Par6
pesanan membenarkan bahwa
Kutipan
Who,
Koherensi
Leksikon:
untuk
What,
Penjelas,
khawatir,
anggapan
Why
Kalimat
survei
seolah-olah
commit to user
langsung,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 248
pemerintah
didukung
Kata ganti
masyarakat," ujarnya.
orang, Kata ganti tak tentu
Kal1.
Ketidakpercayaan
Par7
disampaikan Wasana
juga
Parafrase
Widihasto
What,
Koherensi
Idiom:
Who, How
Pembeda,
Ketidakperca-
Kalimat
yaan
Putra, pemimpin
Gerakan Rakyat Mataram, yang
menghendaki
mekanisme Gubernur
tak
agar
langsung
pengisian DIY
dilakukan
dengan penetapan. Kal2.
Ia mengaku sudah membaca
Par7
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
pertanyaan-pertanyaan
What,
penjelas,
survei
dalam survei itu dari situs
How
Kata ganti
Internet.
orang, Kata ganti tak tentu, Kalimat tak langsung
Kal3.
Sejumlah pertanyaan dinilai
Par7
tendensius.
Parafrase
What,
Koherensi
Leksikon:
Why
Penjelas,
tendensius
Kalimat tak langsung Kal4.
Misalnya, menurut Anda,
Par7
Gubernur
Parafrase
Yogyakarta
sebaiknya: A. dipilih karena
commit to user
How
Koherensi Penjelas, Klimat tak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 249
demokratis; B. dipilih agar
langsung
wibawa Keraton tidak turun. Kal5.
"Jadi
Par7
untuk
tidak
ada
ruang
Kutipan
pertanyaan
How,
Koheensi
Idiom: tidak
What
Penjelas,
ada ruang
penetapan," katanya.
Kalimat langsung, Kata ganti orang
Sumber : Berita 1, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta b) Berita 2 Elemen struktur berita pilihan keduaa di Koran Tempo dengan tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul Keraton Yogya Curiga Survei Direkayasa yang terbit pada edisi Senin, 6 Desember 2010. Tabel 23. Analisis Berita dengan Judul Keraton Yogya Curiga Survei Direkayasa Koran TEMPO (Senin, 6 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Headline
Who,
Huruf dicetak
What
tebal,
Par Keraton
Yogya
Curiga
Survei Direkayasa
Leksikon: Curiga, Survei, Direkayasa ‘Survei
bukan
satu-
Kickers
satunya rujukan”
What
Leksikon: Survei, rujukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 250
Kal1.
YOGYAKARTA -- Gusti
Par1
Kanjeng
Ratu
Hemas
Lead,
Who,
Koherensi
Label jabatan,
Parafrase
What,
penjelas
Leksikon:
mempertanyakan kesahihan
How
kesahihan,
survei yang menyebutkan
survei
71 persen warga Yogyakarta mendukung
pemilihan
gubernur
dan
wakil
gubernur. Kal2.
"Hasil sebesar
Par1
What,
Koherensi
Leksikon:
sapa? Siapa yang membuat?
How,
penjelas,
versi, kok,
Kok hasilnya sampai 71
When
Kalimat
disurvei
persen,
itu
disurvei,"
itu versi
siapa
kata
Kutipan
yang
istri
langsung,
Sri
Kalimat
Sultan Hamengku Buwono X
itu
melalui
tanya
telepon
kemarin. Kal1.
Ratu
Par2
hanya
Hemas
mengaku
Who,
Koherensi
Leksikon:
ketika
What,
penjelas
survei
mendengar kabar tentang
How
What,
Koherensi
Leksikon:
Why
penjelas
persentase,
tertawa
Latar
hasil survei itu. Kal2.
Soalnya,
Par2
tersebut
persentase sangat
Latar
tidak
masuk akal.
Idiom: sangat tidak masuk akal
Kal3.
Apalagi
Par2
dibandingkan dengan hasil pemilihan
jika
umum
itu
Latar
yang
menempatkan Ratu Hemas
commit to user
What,
Koherensi
Who, How
Pembeda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 251
sebagai
anggota
Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) untuk kedua kalinya. Kal1.
"Ke mana larinya suara
Par3
What,
Koherensi
Lekikon:
saya yang 80 persen itu?"
Who,
Penjelas,
Larinya
kata
Hemas,
How,
Kalimat
perolehan
When
langsung,
Ratu
menyebutkan
Kutipan
suaranya pada Pemilu 2009.
Kalimat tanya
Kal2.
"Semakin
jelas
bahwa
Par3
survei
itu
hanya
Kutipan
What,
Kalimat
Leksikon:
How
langsung,
survei,
Koherensi
pembenaran
pembenaran."
penjelas Kal1.
Cara
Par4
pengisian
jabatan
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Gubernur Daerah Istimewa
How,
sebab-
pangkal
Yogyakarta
When
akibat
polemik
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, Why
penjelas
otomatis
When,
Koherensi
Leksikon:
Who,
Pembeda,
mayoritas,
kembali
menjadi pangkal polemik selama dua pekan terakhir. Kal2.
Dalam
draf
Rancangan
Par4
Undang-Undang
Latar
Keistimewaan Yogyakarta, pemerintah
mengusulkan
agar Gubernur Yogyakarta dipilih oleh rakyat, bukan otomatis dijabat oleh Sultan melalui
penetapan
pemerintah. Kal1.
Sabtu lalu, Direktur Jenderal
Par5
Otonomi
Parafrase
Daerah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 252
Kementerian Dalam Negeri
What,
Kalimat
Djohermansyah
How
tak
Djohan
mengatakan warga
mayoritas
Yogyakarta
menginginkan
Label jabatan
langsung
juga
pemilihan
langsung untuk pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur. Kal2.
Mengutip sebuah
Par5
pada
survei
2010,
Parafrase
dia
menyebutkan, warga yang menginginkan gubernur
What,
Koherensi
Leksikon:
When,
Penjelas,
Mengutip,
How
Kalimat
survei
pemilihan
mencapai
tak
71
langsung,
persen.
Kata ganti orang
Kal1.
Pernyataan Djohermansyah
Par6
langsung menuai kritik.
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
Sebab-
menuai
akibat Kal2.
Ketua
gerakan
Par6
Mataram,
Rakyat
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
Widihasto
What,
Penjelas,
menuduh,
Wasono Putro, menuduh
How
Kalimat
survei
survei seperti itu dilakukan demi
kepentingan
untuk
tak
politik
langsung
mendukung
penghilangan keistimewaan Yogyakarta. Kal3.
“Itu jelas tak obyektif,” kata
Par6
Widihasto kemarin.
Kutipan
Why, Who
Koherensi
Leksikon:
Penjelas,
obyektif
Kalimat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 253
langsung Kal4.
Gerakan Rakyat Mataram
Par6
pun mendesak Kementerian Dalam
Negeri
lembaga
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas,
mendesak,
Kalimat
survei
membuka
survei
tersebut
tak
kepada masyarakat.
langsung
Kal5.
“Kalau berani launching,
Par6
harus
transparan
siapa
yang
survei,”
Sekretaris
Kutipan
What,
Koherensi
Leksikon:
Who
Penjelas,
launching,
kata
Kalimat
transparan,
Gerakan,
langsung
survei
When,
Koherensi
Label jabatan,
Who,What
Pembeda,
leksikon:
Kalimat
menyayangkan
Krisnadi. Kal1.
Kemarin anggota
Komisi
Par7
Pemerintahan Dalam Negeri
Latar
Dewan Perwakilan Rakyat, Ignatius
Moelyono,
juga
tak
menyayangkan pernyataan
langsung
Djohermansyah. Kal2.
"Jangan
Par7
bikin
terlalu
banyak
Kutipan
What,
Koherensi
Leksikon:
How, How
Penjelas,
bikin,
statement
yang
membuat
situasi
tidak
Kalimat
statement,
kondusif,"
kata
politikus
langsung
kondusif
Who,
Koherensi
Idiom:
adanya,
What,
Penjelas,
kalaupun,
hasil sebuah survei perlu
How
Kalimat
Leksikon:
tak
survei, dikaji
Partai Demokrat itu. Kal1.
Menurut
Par8
kalaupun
Moelyono, benar
Parafrase
dikaji lebih mendalam.
langsng Kal2.
Apalagi
Par8
sebagian
saat
ini
warga
sikap
Parafrase
Yogya
commit to user
What,
Koherensi
Who, How
penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 254
justru
menunjukkan
hal
sebaliknya,
yakni
mendukung
penetapan
Kalimat tak langsung
gubernur. Kal1.
Menteri
Dalam
Par9
Gamawan
Negeri
Who,
Koherensi
Leksikon:
Fauzi
What,
Pembeda,
survei,
survei
How
Kalimat
rujukan
mengatakan
hasil
bukan
satu-satunya
Parafrase
tak
rujukan pemerintah dalam
langsung,
mengusulkan cara pengisian
Kata ganti
jabatan
Gubernur
tak tentu
Yogyakarta. Kal2.
"Banyak rujukan lain yang
Par9
What,
Koherensi
Leksikon:
jadi pertimbangan," tulis
How,
penjelas,
rujukan,
Gamawan
When
Kalimat
pertimbangan
dalam
Kutipan
pesan
singkatnya kepada Tempo
langsung
kemarin. Kal1.
Dalam menyusun draf RUU
Par10
Keistimewaan Yogyakarta, menurut
What,
Koherensi
Leksikon:
How
penjelas,
masukan,
Kalimat
Singkatan
Gamawan,
pemerintah
juga
memperhatikan, dan
Parafrase
telah
tak
membaca,
menyimak
langsung
banyak
masukan. Kal2.
"Bukan satu pendapat, tapi
Par10
semua
diskursus
Kutipan
yang
What,
Koherensi
Leksikon:
How, Who
penjelas,
diskursus
menyangkut Yogya," kata
Kalimat
Gamawan.
langsung
Sumber : Berita 2, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 255
c)
Berita 3 Elemen struktur berita pilihan ketiga di Koran Tempo dengan tema
Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul “Survei Tandingan Disebar yang terbit pada edisi Kamis, 9 Desember 2010. Tabel 24. Analisis Berita dengan Judul Survei Tandingan Disebar Koran TEMPO (Kamis, 9 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Survei Tandingan Disebar
Headline
What,
Huruf dicetak
How
tebal,
Par
Leksikon: Survei, Tandingan, Disebar Gusti
Prabu
Kickers
meninggalkan Demokrat Kal1.
YOGYAKARTA
Par1
Paguyuban
Who, What
--
Where,
Koherensi
Leksikon:
dan
Who,
penjelas
survei,
Lurah di Daerah Istimewa
What,
tandingan,
Yogyakarta
How
posisi
Dukuh
Lead
telah
menyebarkan
survei
tandingan
tentang
pengisian posisi gubernur dan
wakil
gubernur
di
provinsi itu. Kal1.
Isinya
sangat
sederhana,
Par2
hanya berisi dua pilihan,
Latar
commit to user
What,
Koherensi
How
penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 256
yakni
setuju
penetapan
Koherensi
Sultan Hamengku Buwono
pembeda
dan Paku Alam menjadi gubernur
dan
wakil
gubernur atau pemilihan. Kal2.
“Survei
Par2
(pemerintah)
Who,
Koherensi
Tanda kurung
ngayawara, ngapusi karena
What,
penjelas,
untuk
responden digiring untuk
How,
Kalimat
menunjuk
mendukung
pemilihan,”
When
langsung,
kepada,
kata
Paguyuban
Kalimat
Metafora:
pasif
ngayawara,
Ketua
itu
Kutipan
Semar Sembogo, Sukiman, dalam
audiensi
dengan
ngapusi,
DPRD
Provinsi
Leksikon:
anggota
Yogyakarta kemarin.
Survei, digiring, Label jabatan, Singkatan
Kal1.
Rencananya
Par3
dibacakan
hasil
What,
Koherensi
Leksikon:
When,
penjelas
survei
Who,
Koherensi
Label jabatan,
Z.A.
What,
penjelas,
Leksikon:
Paguyuban
How
Kalimat
polling
pada
survei
Latar
13
Desember nanti, bertepatan dengan
Rapat
How
Paripurna
DPRD Provinsi Yogyakarta dengan agenda penentuan sikap
tentang
Rancangan
Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta. Kal2.
Ketua Fraksi Partai Amanat
Par3
Nasional
Istianah
mengingatkan
Parafrase
agar polling itu melibatkan
commit to user
tak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 257
seluruh masyarakat.
langsung
Kal3.
“Hasilnya akan kami kirim
Par3
ke
pusat
Kutipan
sebagai
What,
Koherensi
How
Penjelas,
pembanding,” katanya.
Kalimat langsung, Kata ganti orang
Kal1.
Survei ini “balasan” atas
Par4
hasil survei yang diyakini oleh
Direktorat
Otonomi
Latar
Jenderal
What,
Koherensi
Leksikon:
Who,
penjelas,
survei,
Why, How
Detail
Perumpamaan:
Daerah
“balasan”
Kementerian Dalam Negeri bahwa
71 persen warga
Yogyakarta setuju gubernur dipilih. Kal2.
Hasil survei inilah yang
Par4
dijadikan acuan pemerintah
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, How
penjelas
survei, acuan
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, Why
sebab-
perlawanan
pusat untuk memasukkan pasal pemilihan gubernur dan
wakil
gubernur
ke
Rancangan Undang-Undang Keistimewaan yang
segera
Yogyakarta diserahkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Kal1.
Sikap
pemerintah
itu
Par5
memunculkan perlawanan
Latar
dari rakyat dan Keraton Yogyakarta.
commit to user
akibat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 258
Kal2.
Muncullah ide referendum
Par5
untuk
menentukan
Latar
How
cara
mengisi jabatan gubernur. Kal3.
Bahkan,
Par5
kemarin,
Leksikon: ide,
sebab-
referendum
akibat When,
Koherensi
Leksikon:
Sultan Hamengku Buwono
Who,
Pembeda
mundur
X, Gusti Bendara Pangeran
What
How,
Koherensi
Tanda kurung
Haryo
Prabu
adik
Koherensi
Latar
Kusumo,
menyatakan
mundur
sebagai anggota dan Ketua Partai Demokrat Provinsi Yogyakarta. Kal4.
“Ini soal harga diri bapak
Kutipan
Par5
saya (Sri Sultan Hamengku
Who,
penjelas,
untuk
Buwono IX). Saya tak ingin
Where
Kalimat
menunjuk
menjadi anak durhaka,”
tak
kepada, Idiom:
kata Gusti Prabu kepada
langsung
anak durhaka
What,
Koherensi
Leksikon:
Who, Why
penjelas,
seiring
Tempo di kediamannya di Alun-alun Kidul. Kal1.
Keputusan
Par6
seiring
Gusti
Prabu
dengan
sikap
Demokrat,
Parafrase
yang
menginginkan
Kalimat
adanya
tak
pemilihan.
langsung
Kal2.
Sekretaris Dewan Pembina
Par6
Demokrat
Who,
Koherensi
Alfian
What,
penjelas,
menyatakan
How,
Kalimat
sikap ini disampaikan oleh
When,
tak
Ketua
Where
langsung
Andi
Mallarangeng
Susilo
Dewan
Parafrase
Pembina Bambang
commit to user
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 259
Yudhoyono
dalam
pertemuan dengan pengurus kabupaten/kota dan provinsi Yogyakarta
pada
Sabtu
pekan lalu di Puri Cikeas. Kal1.
Ketua DPRD Yoeke Indra
Par7
Who,
Koherensi
Agung Laksana mengatakan
What,
Pembeda,
sikap ketujuh fraksi akan
How
Kalimat
disampaikan
dalam
Parafrase
rapat
tak
yang terbuka untuk umum. Kal2.
Hasilnya
akan
menjadi
Par7
keputusan
DPRD
Label jabatan
langsumh Parafrase
dalam
What,
Koherensi
How
penjelas,
bentuk surat penetapan.
Singkatan
Kalimat tak langsung
Kal3.
Sejauh
ini
enam
Par7
selain
Demokrat
menyatakan
partai
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
tegas
How,
penjelas
tegas
mendukung
What
Who,
Koherensi
Leksikon:
versi
What,
Pembeda,
survei, versi,
ukurannya
How
Kalimat
responden
penetapan. Kal1.
Sukiman
Par8
blangko
menjelaskan, survei
Paguyuban
Parafrase
separuh kertas HVS ukuran
tak
folio yang disertai kolom
langsung,
alamat dan nomor kontak
Detail
lembaga pelaksana survei serta
nama,
alamat,
pekerjaan, dan tanda tangan responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 260
Kal2.
Sekretaris Gerakan Semesta
Par8
Rakyat
Parafrase
Who,
Koherensi
Singkatan,
Yogyakarta
What,
penjelas,
Leksikon:
(Gentaraja) Aji Bandjana
How
Kalimat
blangko,
tak
Paguyuban
mengatakan blangko yang sudah
diisi
diserahkan
langsung
melalui pengurus RT, RW, lurah
setempat,
ketua
organisasi masyarakat, atau Paguyuban. Kal1.
Itu berbeda dengan format
Par9
blangko
survei
Latar
How, Who
versi
pemerintah.
Koherensi
Leksikon:
pembeda,
blangko,
Kata ganti
survei,versi
benda Kal2.
Menurut
Par9
Sukiman,
Who,
Koherensi
Leksikon:
lembar survei dari pusat itu
What,
penjelas,
survei,
tak
How
Kalimat
responden
tertera
responden
pada
Parafrase
identitas dan
kapan
tak
disebarkan.
langsung
Kal3.
Sebagai aparat pemerintah
Par9
desa,
Sukiman
pun
Latar
tak
What,
Koherensi
Label jabatan,
Who, How
penjelas
Leksikon:
mengetahui survei itu.
aparat, survei
Kal4.
“Kami minta warga DIY
Par10
Kutipan
Who,
Koherensi
Singkatan,
menolak hasil survei itu,”
How,
Penjelas,
Leksikon:
ujarnya.
What
Kata ganti
survei
orang, Kalimat langsung Sumber : Berita 3, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 261
d) Berita 4 Elemen struktur berita pilihan keempat di Koran Tempo dengan tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul Mayoritas Responden Dukung Penetapan Sultan yang terbit pada edisi Senin, 13 Desember 2010. Tabel 25. Analisis Berita dengan Judul Mayoritas Responden Dukung Penetapan Sultan Koran TEMPO (Senin, 13 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Headline
How,
Huruf dicetak
What,
tebal,
Who
Leksikon:
Par Mayoritas
Responden
Dukung Penetapan Sultan
Mayoritas, Responden Partai
Demokrat
Kickers
What
Leksikon:
Yogyakarta berada dalam
tekanan
tekanan Kal1.
YOGYAKARTA
Par1
Berdasarkan
Where,
Koherensi
Leksikon:
survei
What,
penjelas,
survei,
dilakukan
Who,
Detail
elemen,
perangkat desa dan berbagai
When,
sementara
elemen
-
hasil yang
masyarakat
Lead
DIY
pendukung penetapan per 12 Desember siang, sebanyak 92 persen responden dari 2.300 responden
memilih
commit to user
How
responden
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 262
penetapan. Kal2.
Hanya
8
persen
Par1
mendukung pemilihan.
yang
Lead
How,
Koherensi
What
penjelas, Detail
Kal3.
Hasil
itu
berdasarkan
Par1
penghitungan pada blangko
Lead
How,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas
blangko,
survei yang telah kembali. Kal4.
“Hasil
yang
Par1
umumkan
survei Lead,
How,
Koherensi
Leksikon:
Kutipan
Where,
Penjelas,
Paguyuban,
Desember (hari ini),” kata
Who,
Kalimat
Singkatan,
Ketua
Paguyuban
When
langsung
Penggunaan
DIY
“Semar
Sukiman,
akan
kami
besok
13
Dukuh
Sembogo”,
kepada
tanda petik
Tempo
untuk
kemarin.
menunjuk nama
Kal1.
Survei
Par2
untuk
mengetahui
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
jumlah pendukung penetapan
How,
penjelas
Survei
dan pemilihan Gubernur dan
When
Detail
Leksikon:
Wakil Gubernur DIY itu telah dilakukan dua bulan lalu. Kal2.
Jumlah
blangko
yang
Par2
disebar sebanyak 46 ribu.
Latar
What, How
blangko, disebar
Kal3.
Tapi hanya 2.300 responden
Par2
yang mengembalikan.
Latar
How
Koherensi
Leksikon:
penjelas,
responden
Detail Kal4.
Padahal
disebar
ke
tiap
Par2
pedukuhan di Provinsi DIY.
Latar
commit to user
How
Koherensi penjelas
Singkatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 263
Kal1.
Sukiman
Par3
semua
mengaku
tak
penduduk
mendapat
blangko,
blangko
akan
Parafrase
Who,
Koherensi
Singkatan,
DIY
What,
Penjelas,
Leksikon:
dan
How
Detail,
blangko
ditambah
Kalimat
menjadi 100 ribu lembar.
tak langsung
Kal2.
Penduduk DIY sekitar 3 juta
Par3
jiwa
“Kami
Kutipan
kekurangan
Who,
Koherensi
How
Penjelas,
tenaga,” kata Sukiman.
Singkatan
Kalimat langsung, Detail
Kal3.
Blangko yang sudah diisi
Par3
langsung
Latar
dikembalikan
What,
Koherensi
Leksikon:
How
penjelas,
Blangko,
Detail
Idiom:
melalui dukuh, lurah, RT, RW,
ataupun
organisasi
ataupun
masyarakat. Kal1.
Sukiman
menyatakan
Par4
Dewan
tak
penetapan,
jika
Parafrase
mendukung dia
siap
menggelar kongres rakyat di Alun-alun
Utara
Who,
Koherensi
Leksikon:
What,
Penjelas,
melantik,
How,
Kalimat
Idiom: seumur
Where,
tak
hidup
Keraton
langsung,
Yogyakarta untuk melantik
Kata ganti
Sultan Hamengku Buwono X
orang
dan Paku Alam IX sebagai Gubernur
dan
Wakil
Gubernur
DIY
seumur
hidup. Kal1.
Ketua DPRD DIY Yoeke
Par5
Indra
Agung
Parafrase
Laksana
commit to user
Who,
Koherensi
Singkatan,
How,
Pembeda,
Leksikon:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 264
menegaskan,
suara
DPRD
What
DIY diharapkan bulat sesuai aspirasi menurut
masyarakat dia
bulat, aspirasi
tak
yang
langsung,
mendukung
Kata ganti
penetapan.
orang
Kal2.
“Kalau tidak bulat, kan ada
Par5
mekanisme lain yang bisa ditempuh.
Kalimat
Seperti
Kutipan
How,
Koherensi
Leksikon:
Who
Penjelas,
bulat,
Kalimat
mekanisme
melalui
voting,” kata Yoeke.
langsung
Kal1.
Adapun Presidium Pelaksana
Par6
Who,
Koherensi
Label jabatan,
Ketua Partai Demokrat DIY
What,
pembeda
Singkatan,
sempat
merumuskan
How,
Leksikon:
penetapan
When
pleno
dukungan
Latar
Gubernur dalam pleno Sabtu malam. Kal2.
Ketua Majelis Pertimbangan
Par6
Parafrase
Who,
Koherensi
Label jabatan,
Daerah Partai Demokrat DIY
What,
Penjelas,
Singkatan,
Sukardi mengakui,
How
Kalimat
Leksikon:
tak
pleno,
langsung
tekanan
How,
Koherensi
Leksikon:
ada
Who,
Penjelas,
tekanan,
informasi papan nama Partai
Where
Kalimat
dicopot
peserta
pleno banyak yang berada di bawah
tekanan
untuk
menentukan sikap. Kal3.
Ada tekanan dari keluarga,
Par6
tetangga,
bahkan
Parafrase
Demokrat di Kulon Progo
tak
dicopot orang.
langsung
Kal4.
”Semalam itu kami ngalir
Par6
saja.
When,
Koherensi
Pengandaian:
berarti
Who,
Penjelas,
ngalir,
mendukung penetapan, tapi
What,
Kalimat
Leksikon:
Bukan
Kutipan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 265
memahami
aspirasi
How
masyarakat yang mendukung
langsung,
aspirasi
Kata ganti
penetapan,” katanya.
orang
Kal1.
Sementara itu, Wali Kota
Par7
Who,
Koherensi
Leksikon:
Yogyakarta Herry Zudianto
What,
pembeda
individual,
menggelar aksi individual
How,
Idiom:
dengan menurunkan bendera
When,
setengah tiang
Merah
Where
Putih
Latar
menjadi
setengah tiang, kemarin, di rumahnya
di Gang Golo,
Kota Yogyakarta. Kal2.
Herry mengenakan baju adat
Par7
Who,
Koherensi
Jawa peranakan warna hitam,
What,
penjelas,
celana
How
Detail
How,
Detail
panjang
Latar
hitam,
blangkon hitam, dan selop hitam. Kal3.
Di
dada
kirinya
Par7
emblim Merah Putih.
Kal1.
Herry
Par8
memulai
terselip
Latar
What itu
Latar
terselip
Who,
Koherensi
Idiom:
dengan hormat pada bendera,
How,
penjelas,
setengah
menurunkan
What
Detail
tiang,
setengah
aksi
Leksikon:
menjadi tiang,
dan
Koherensi:
mencium ujung bendera. Kal2.
Aksi yang dilakukan seorang
Par8
diri
itu
sebagai
kedukaannya
mencium Latar
ekspresi karena
What,
Koherensi
Idiom:
Why
penjelas
ekspresi kedukaannya,
Rancangan Undang-Undang
Leksikon:
Keistimewaan
polemik
Yogyakarta
menjadi polemik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 266
Kal3.
"Mestinya
Par8
kan
bisa
Kutipan
How
Koherensi
Pengandaian:
diselesaikan tanpa ada yang
Penjelas,
terluka
terluka," kata Herry.
Kalimat langsung
Kal1.
Herry menyatakan tak akan
Par9
Parafrase
Who,
Kalimat
Leksikon:
ikut aksi massa saat sidang
What,
penjelas,
pleno
pleno DPRD itu.
How
Kalimat tak langsung
Kal2.
”Aksi
saya, ya, sekarang
Par9
ini,” katanya.
Kutipan
What,
Koherensi
Who,
Penjelas,
When
Kalimat langsung, Kata ganti orang
Kal3.
Herry
juga
Par9
memobilisasi
tak
akan
Parafrase
Who,
Koherensi
Leksikon:
masyarakat
What,
Penjelas,
mobilisasi
Yogyakarta dan pegawai ke
Where
Kalimat
gedung DPRD itu.
tak langsung, Kalimat aktif
Kal4.
“Perjuangan itu sesuai dengan
Par9
Koherensi
Leksikon:
aspirasi masing-masing. Jadi
Penjelas,
aspirasi,
tidak
Kalimat
mobilisasi
bagus
Kutipan
kalau
dimobilisasi.”
langsung, Kalimat pasif
Sumber : Berita 4, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 267
e)
Berita 5 Elemen struktur berita pilihan kelima di Koran Tempo dengan tema
Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta adalah berita dengan judul Samasama Survei, Hasil Berkesebalikan yang terbit pada edisi Senin, 13 Desember 2010. Tabel
26.
Analisis Berita
dengan
Judul
Sama-sama
Survei,
Hasil
Berkesebalikan Koran TEMPO (Senin, 13 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Sama-sama Survei, Hasil
Headline
Skrip
Tematik
Retoris
Kata ganti
Huruf dicetak
tak tentu,
tebal,
Kata kerja
Leksikon:
tak
Survei,
transitif
Berkesebalikan,
Par
Berkesebalikan
Konfiks Kal1.
“Torture numbers, and they'll
Par1
confess
to
anything.”
Lead,
What,
Kalimat
Metafora:
Kutipan
How,
langsung,
Torture
Who
Kata kerja,
numbers, and
Kata ganti
they'll confess
tak tentu,
to anything,
Kata ganti
Surfiks
Paksalah, gencetlah angkaangka.
Mereka
akan
berbicara tentang apa pun.
orang Kal2.
Begitulah
kata
Gregg
Par1
Easterbrook, penulis Amerika
Lead
kelahiran 3 Maret 1953.
What,
Koherensi
Who,
Penjelas
Where, When
commit to user
Surfiks
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 268
Kal1.
Dalam
debat
Par2
keistimewaan
What,
Koherensi
Prefiks,
How,
penjelas,
Leksikon:
Why
Kata ganti
debat,
pendapat pun memakai angka
tak tentu,
statistik,
dan
kata ganti
argumen
pihak-pihak
seputar
Latar
Yogyakarta, yang
beradu
statistik
untuk
menguatkan
argumen
orang
mereka. Kal2.
Terakhir, giliran perangkat
Par2
Who,
Koherensi
Leksikon:
desa dan berbagai kelompok
What,
penjelas
survei ,versi
warga pro-penetapan Sultan
How
Detail
Leksikon:
sebagai
Gubernur
Latar
Yogya
melansir hasil survei versi mereka. Kal3.
Hasilnya:
92
Par2
responden
persen
Latar
memilih
How, Who,
penetapan.
responden
What
Kal1.
Ketua Paguyuban Dukuh se-
Par3
Who,
Koherensi
Leksikon:
Daerah Istimewa Yogyakarta,
What,
penjelas,
Paguyuban,
Sukiman, mengatakan angka
How
Kalimat
kuesioner,
2.300
tak
survei
telah
langsung,
ribu
Detail
itu
diperoleh
kuesioner kembali
dari yang
dari
46
Parafrase
kuesioner yang disebarkan panitia survei. Kal2.
Panitia
Par3
lagi
akan
menyebarkan
kuesioner
Parafrase
sehingga
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas,
kuesioner,
Detail
Surfiks
totalnya menjadi 100 ribu. Kal3.
“Memang tak sampai 3 juta,
Par3
karena
kami
Kutipan
kekurangan
commit to user
How,
Koherensi
Who,
Penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 269
tenaga,”
kata Sukiman di
Where,
Kalimat
kemarin,
When
langsung
How
Kalimat
Yogyakarta merujuk
pada
jumlah
penduduk Yogyakarta. Kal4.
“Ini kan sukarela.”
Kutipan
Par3
langsung
Kal1.
Sabtu
Par4
dua
pekan
When,
Koherensi
Direktur Jenderal Otonomi
Who,
pembeda
Daerah Kementerian Dalam
What
Negeri
lalu,
Latar
Label jabatan
Djohermansyah
Djohan
mengatakan
hal
sebaliknya. Kal2.
Mengutip sebuah survei pada
Par4
2010,
dia
warga
yang
Parafrase
How,
Koherensi
Leksikon:
menyebutkan,
What,
penjelas,
survei
menginginkan
When,
Kata ganti
pemilihan gubernur mencapai
orang,
71 persen.
Detail
Kal3.
Sejauh
Par4
ini
belum
ada
Latar
How,
Koherensi
Leksikon:
penjelasan seputar metode
What,
penjelas
metode,
survei rujukan pemerintah
Who
survei, Surfiks
itu. Kal4.
Lembaga
yang
logonya
Par4
tercantum dalam kuesioner
Latar
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
penjelas
survei, emoh
Who,
Koherensi
Leksikon:
Pembeda
jajak
survei pun emoh memberi penjelasan. Kal1.
Di
luar
itu,
ada
harian
Latar
Par5
Kompas yang sejak 2008
When,
hingga 2010 rutin menggelar
What,
jajak pendapat.
How
commit to user
pendapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 270
Kal2.
Pertanyaan
tim
Kompas,
Parafrase
How,
Detail
Tanda petik
Par5
“Apakah sebaiknya Gubernur
Who,
untuk
Yogyakarta dipilih langsung
When,
menunjuk
atau ditetapkan?” Hasil jajak
What
pertanyaan
pendapat pertama, pada 12 September
2008,
menunjukkan
79,9
responden
persen
mendukung
penetapan. Kal3.
Pada
survei
Par5
Oktober 2010, tinggal 53,5 persen
terakhir,
responden
22
Parafrase
yang
What,
Detail
Leksikon:
When,
survei,
How
responden
mendukung penetapan. Kal1.
Berbeda dengan dua survei
Par6
oleh pihak yang Kompas metode
Latar
bertikai,
How,
Koherensi
Leksikon:
Who
penjelas,
survei,
Kata ganti
metode, jajak
orang
pendapat
memaparkan jajak
pendapat
mereka. Kal2.
Pengumpulan
Par6
dilakukan per telepon.
Kal3.
“Responden 17 tahun ke atas
Par6
dipilih secara acak, melalui metode
pendapat
Latar
Kutipan
What,
Koherensi
How
penjelas
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
penjelas
acak, metode,
pencuplikan
sistematis
sistematis,” tulis Kompas (2 Desember). Kal4.
Lain
survei,
Par6
hasilnya.
lain
pula
Latar
What,
Proposisi
Leksikon:
How
kategorial
survei
Sumber : Berita 5, tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 271
Pada tema Survei Mengenai Keistimewaan Yogyakarta, terdapat lima buah judul pilihan di Koran Tempo antara lain “71 Persen Warga Ingin Pemilihan”, Keraton Yogya Curiga Survei Direkayasa, Survei Tandingan Disebar, Mayoritas Responden Dukung Penetapan Sultan, Sama-sama Survei Hasil Berkesebalikan. Dari unsur sintaksis, pada kelima judul berita ini terlihat bahwa Koran Tempo, berusaha mewakili tiga bentuk survei atas prokontra pemilihan atau penetapan gubernur DIY. Antara satu judul yang dipakai Koran Tempo dengan judul lainnya ada perbedaan pembahasan, yaitu: judul 1 yang berbunyi “71 Persen Warga Ingin Pemilihan” digunakan untuk membawahi berita tentang survei dari Kemendagri, tampaknya penyematan tanda petik pada judul ini dimaksudkan Koran Tempo untuk menegaskan bahwa 71 persen tersebut masih perlu dipertanyakan keabsahannya, karena hasil tersebut hanya sebatas pengakuan dari Kemendagri yang belum disebutkan secara jelas, apa nama lembaga survei yang digunakan. Pada judul 2 yang berbunyi Keraton Yogya Curiga Survei Direkayasa digunakan untuk membawahi kecurigaan Gusti Kanjeng Ratu Hemas atas survei dari Kemendagri, judul 3 yang berbunyi Survei Tandingan Disebar dipakai untuk membawahi tindakan Paguyuban Semar Sembogo dalam mengadakan survei tandingan, guna menguji hasil survei Kemendagri. Judul 4 yang berbunyi Mayoritas Responden Dukung Penetapan Sultan, untuk membawahi hasil survei tandingan yang digelar Paguyuban Semar Sembogo, sedangkan pada judul berita 5 yang berbunyi Sama-sama Survei Hasil Berkesebalikan dipergunakan Koran Tempo untuk menilai, bahwa hasil survei Kemendagri yang menyatakan mayoritas mendukung pemilihan, berbeda dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 272
hasil survei dari Paguyuban Semar Sembogo dan Jajak pendapat Kompas yang keduanya menghasilkan kesimpulan, bahwa masyarakat DIY memilih penetapan. Unsur skrip, berita-berita ini sudah mencakup 5W+1H dengan unsur How menjadi unsur dominan. Unsur tematik, tema yang diambil oleh Koran Tempo dari kelima berita di atas adalah satu, yakni mengenai Survei publik terhadap opsi penetapan atau pemilihan dalam mekanisme pengangkatan gubernur DIY. Unsur retoris, penonjolan yang dilakukan oleh Koran Tempo dalam berita diatas agar terlihat menarik perhatian khalyak pembacanya adalah melalui penggunaan beberapa leksikon, idiom,
juga metafora. Sehingga dari paparan
kelima berita di atas dapat dinilai bahwa Koran Tempo dalam mengemas realitas tentang survei publik terkait mekanisme jabatan gubernur DIY, yang dituangkan pada
pemberita, berusaha menerapkan prisip berita berimbang
dengan
memaparkan hasil survei dari semua pihak, baik yang dilakukan pihak pro pemilihan maupun pihak pro penetapan. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang kampanye cawali dan cawawali dalam pilkada Solo. 58
4.
Analisis Teks Berita dengan Tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY Elemen struktur berita pilihan di Koran Tempo mengenai Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY adalah berita dengan judul Setgab Koalisi Bentuk Tim Melobi Sultan yang terbit pada edisi Sabtu, 18 Desember 2010. 58
Eni Widiastuti, Loc.Cit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 273
Tabel 27. Analisis Berita dengan Judul Setgab Koalisi Bentuk Tim Melobi Sultan Koran TEMPO (Sabtu, 18 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Setgab Koalisi Bentuk Tim
Headline
Who,
Huruf dicetak
How
tebal, Prefiks,
Par
Melobi Sultan
Leksikon: Melobi Kal1.
JAKARTA
Par1
--
Beberapa
Where,
Koherensi
partai yang tergabung dalam
Who,
Penjelas
Sekretariat Gabungan Partai
How
Koalisi
Lead
Sufiks
pendukung
pemerintah Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
membentuk tim kecil. Kal2.
Tim nantinya akan bertemu
Par1
dengan
Who,
Koherensi
Leksikon:
Hamengku
What,
Penjelas
polemik,
Buwono X berkaitan dengan
How
polemik
Sultan
yang
terjadi
seputar
Lead
masalah
di
masalah
keistimewaan Yogyakarta. Kal1.
Pembentukan
Par2
tim
itu
Latar
What,
Koherensi
Singkatan,
disampaikan oleh Ketua DPP
Who,
Penjelas
Label jabatan
Partai Kebangkitan Bangsa
Where,
Marwan Ja'far kepada Tempo
When
Koherensi
Singkatan
di Jakarta kemarin. Kal2.
Menurut dia, tim kecil ini
Parafrase
commit to user
What,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 274
Par2
akan dipimpin oleh Aburizal
How,
Penjelas,
Bakrie sebagai Ketua Harian
Who
Kalimat
Setgab.
tak langsung, Kata ganti orang
Kal1.
"Tim
kecil
Par3
melakukan
What,
Koherensi
Leksikon:
penyerapan
How,
Penjelas,
aspirasi,
dan
sosialisasi
Who
Kalimat
sosialisasi
Sultan
Hamengku
aspirasi kepada
ini
bertugas
Kutipan
langsung
Buwono X dan Paku Alam," kata Marwan. Kal2.
Waktunya
Par3
pada
akan
masa
dilakukan
reses
Parafrase
Dewan
Perwakilan Rakyat.
What,
Koherensi
Leksikon:
How,
Penjelas,
masa reses ,
Who
Kalimat
Sufiks
tak langsung Kal3.
Rencananya, pertemuan itu
Parafrase
How
Koherensi
Par3
akan berlangsung beberapa
Penjelas,
kali.
Kalimat
Sufiks
tak langsung Kal4.
"Mungkin
Par3
bulan."
Kal1.
Menurut Marwan, tim kecil
Par4
juga pendapat
targetnya
satu
Kutipan
How
Kalimat
Sufiks
langsung
akan
Parafrase
mendalami
akademis
soal
keistimewaan Yogyakarta.
Who,
Koherensi
Leksikon:
What,
Penjelas,
akademis
How
Kalimat tak langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 275
Kal2.
Tujuannya, agar tidak ada
Par4
Parafrase
What,
Koherensi
Pengandaian:
kesan "head-to-head" antara
Why,
Penjelas,
head-to-head,
pemerintah dan Keraton.
Who
Kalimat
Sufiks
tak langsung Kal1.
Ia
membantah
Par5
bahwa
Who,
Koherensi
bertemu
What,
Penjelas,
dengan Sultan, Setgab sudah
How
Kalimat
saat
anggapan
tim
Parafrase
membawa sebuah sikap.
Singkatan
tak langsung, Kata ganti orang
Kal2.
Misalnya
Par5
mendukung
Parafrase
How,
Koherensi
Sufiks,
pemerintah dalam polemik
Who,
Penjelas,
Leksikon:
keistimewaan Yogyakarta.
What
Kalimat
polemik
tak langsung Kal3.
"Setgab hanya ingin Sultan
Par5
lebih
terbuka
Kutipan
soal
keinginannya," ujar Marwan. Kal1.
Polemik soal keistimewaan
Par6
Yogyakarta muncul berkaitan
Who,
Kalimat
Singkatan,
What,
langsung
Leksikon: soal,
How Latar
Sufiks
What,
Koherensi
Leksikon:
How
sebab-
Polemik, soal,
akibat
mekanisme,
dengan mekanisme pengisian jabatan Gubernur dan Wakil
Singkatan,
Gubernur DIY dalam RUUK
Konfiks
DIY. Kal2.
Dalam
Par6
rancangan
ini,
Latar
What,
Koherensi
Leksikon:
pemerintah berkukuh bahwa
Who,
Pembeda
mekanisme
jabatan tersebut diisi dengan
How
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 276
pemilihan, sedangkan warga dan tokoh di Yogyakarta, termasuk
Sultan,
menghendaki
mekanisme
penetapan. Kal3.
Kamis lalu, surat amanat
Par6
When,
Koherensi
Leksikon:
presiden tentang pengajuan
What,
Penjelas
amanat,
RUUK DIY sudah diterima
How,
Konfiks,
Dewan Perwakilan Rakyat.
Who
Singkatan
Kal1.
Menteri
Dalam
Par7
Gamawan
Who,
Koherensi
Leksikon:
Fauzi
How,
Penjelas
dialog
mempersilakan jika Dewan
What
Who,
Koherensi
Singkatan,
akan
Negeri
Latar
melakukan
dialog
Sultan
untuk
dengan membahas
Parafrase
rancangan
tersebut. Kal2.
"Jika
DPR
akan
Par7
dengan Sultan, saya kira itu
Where,
Penjelas,
Sufiks,
bagus,
When,
Kalimat
Leksikon:
How
langsung,
dialog
lanjutkan
dialog
Kutipan
saja,"
katanya di kantor Presiden kemarin, "Kita sudah kirim
Kata ganti
ke DPR, tinggal DPR untuk
orang
membicarakan
dengan
masyarakat Yogya dan Sultan kalau perlu." Sumber : Berita 1, tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY Pada tema Sikap Setgab Terkait RUU Keistimewaan DIY, berita yang diturunkan Koran Tempo berjudul Setgab Koalisi Bentuk Tim Melobi Sultan. Dari unsur Sintaksisnya, leksikon: melobi yang dipilih dalam judul berita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 277
memiliki arti melakukan pendekatan secara tidak resmi, pilihan leksikon: melobi sebenarnya kurang tepat karena terlalu berlebihan dan memunculkan persepsi pembaca bahwa ada unsur kepentingan di dalamnya. Dalam berita ini Koran Tempo menggunakan dua narasumber, dimana pendapat narasumber kedua dikesankan menanggapi pendapat narasumber utama, narasumber utama yaitu Ketua DPP PKB Marwah Ja’far, dan narasumber kedua adalah Mendagri Gamawan Fauzi. Unsur skrip, unsur pembentuk berita dalam pemberitaan ini sudah memenuhi unsur 5W+1H, dengan unsur How sebagai unsur dominan di dalamnya. Unsur tematik, tema yang dipilih Koran Tempo dalam berita ini hanya satu, yaitu pembentukan tim kecil oleh anggota setgab, untuk bertemu dengan Sultan Hamengku Buwono X. Unsur retoris, pada berita ini tidak ada kemenonjolan pemberitaan secara mencolok dengan grafis maupun foto, tetapi hanya dengan pemilihan penggunaan kata seperti tampak pada singkatan, leksikon, dan pengandaian didalamnya. Dari paparan di atas dapat terlihat bahwa dalam berita ini Koran Tempo lebih menonjolkan
satu
sisi pendapat narasumber
yaitu Ketua DPP PKB
Marwah Ja’far sebagai pengisi mayoritas pemberitaan, sebelum
dikesankan
memperoleh tanggapan oleh Mendagri Gamawan Fauzi sebagai narasumber kedua.Tetapi diantara kutipan kedua narasumber tersebut Koran Tempo tetap berusaha menyisipkan sebuah latar guna memperoleh korelasi antara kedua pendapat narasumber ini. Hasil analisis dengan membagi elemen berita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 278
berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang sengketa tanah sriwedari Solo.59
5.
Analisis Teks Berita dengan Tema Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY Elemen struktur berita pilihan di Koran Tempo mengenai Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY adalah berita dengan judul Pangeran Yogya Tinggalkan Demokrat yang terbit pada edisi Kamis, 9 Desember 2010. Tabel 28. Analisis Berita dengan Judul Pangeran Yogya Tinggalkan Demokrat Koran TEMPO (Kamis, 9 Desember 2010) Kal.
Proposisi
Sintaksis
Skrip
Tematik
Retoris
Headline
Who,
Huruf dicetak
What
tebal, Leksikon:
Par Pangeran
Yogya
Tinggalkan Demokrat
Tinggalkan Tak
Diundang
dalam
Kickers
pertemuan di Cikeas
What,
Koherensi
Terdapat foto
Where
Penjelas
dari wartawan Tempo/Bernada Ruruit dengan caption: Gusti Bendoro Pangeran Haryo
59
Danang Pidekso, Loc.Cit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 279
Prabukusumo (berkemeja batik) di kediamannya, Yogyakarta, kemarin. Kal1.
Yogyakarta
Par1
Where,
Koherensi
Konfiks,
Sultan Hamengku Buwono
Who,
Penjelas
Leksikon:
X, Gusti Bendara Pangeran
What
Haryo
--
Adik
Prabu
Sri
Lead
mundur
Kusumo,
memutuskan mundur dari kepengurusan
dan
keanggotaannya
di
Partai
Demokrat. Kal2.
Keputusan
ini
merupakan
Par1
buntut kontroversi tentang
Lead
How
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
buntut,
pemilihan Gubernur Daerah
kontroversi
Istimewa Yogyakarta. Kal1.
“Malam
Par2
nanti
When,
Koherensi
Leksikon:
Kusumo menyatakan resmi
Who,
Penjelas,
resmi, mundur
mundur,” kata orang dekat
What,
Kalimat
Pangeran
How
langsung
What,
Koherensi
Sufiks,
Who,
Penjelas,
Leksikon:
Where,
Kalimat
mundur
How
langsung
Prabu
Prabu
Kutipan
kepada
Tempo kemarin. Kal2.
Sebelumnya,
Par2
menemui para seniman di kediamannya,
setelah
Kutipan
Alun-alun
Kidul, Yogyakarta, Pangeran Prabu “Kemungkinan
menyatakan, mundur,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 280
tunggu nanti malam saja.” Kal1.
Tempo
pun
Par3
pendapatnya tentang harapan Ketua
menanyakan
Dewan
Demokrat presiden,
What,
Koherensi
Sufiks,
Parafrase
Who,
Pembeda,
Leksikon:
Kalimat
mundur
Pembina
yang
juga
tak
Bambang
langsung,
Yudhoyono, agar Pangeran
Kata kerja
Prabu,
Susilo
Latar,
yang
juga
Demokrat Yogyakarta,
Ketua
transitif
Provinsi tak
mundur
dari partai. Kal2.
Presiden menyampaikan hal
Par3
itu
Who,
Koherensi
sejumlah
What,
Penjelas,
Demokrat
Where,
Kata kerja
Yogyakarta di Puri Cikeas,
When
transitif
How,
Koherensi
What
Pembeda,
kepada
pengurus
Latar
Sabtu pekan lalu. Kal3.
“Tidak bisa,” ucapnya tegas.
Kutipan
Par3
Kalimat langsung Kal4.
“Ini soal harga diri bapak
Par3
saya (Sri Sultan Hamengku
Kutipan
What,
Koherensi
Leksikon: soal,
Why
Penjelas,
Idiom: harga
Kalimat
diri, anak
langsung,
durhaka,
kata ganti
Tanda kurung
orang
menunjuk
Buwono IX). Saya tak ingin menjadi anak durhaka.”
kepada Kal1.
Di hadapan para seniman
Par4
tradisional, Pangeran Prabu
Latar
commit to user
What,
Koherensi
Who,
Penjelas,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 281
menangis
ketika
menyampaikan
alasan
pembelaannya
How
Kata kerja transitif
terhadap
martabat ayahnya. Kal2.
Dalam acara itu para seniman
Par4
mendesak Yogyakarta penetapan
What,
Koherensi
Demokrat
Who,
Penjelas
mendukung
How
Sultan
Latar
sebagai
gubernur. Kal2.
Sejumlah seniman pun tak
Par4
bisa membendung air mata.
Latar
Who,
Koherensi
Leksikon:
What
Penjelas
membendung, Prefiks, Idiom: air mata
Kal3.
Suasana hening.
Latar
How
Koherensi
Leksikon:
Penjelas
hening
Who,
Koherensi
Idiom: harga
telah
What,
Penjelas,
diri
mengorbankan harga diri
How
Kata ganti
Par4 Kal1.
Ia menjelaskan, ayahnya dan
Par5
Paku
Alam
dengan
VIII
Parafrase
mengumumkan
orang,
Amanat 5 September 1945, yang
menyerahkan negara
Ngayogyakarta yang
Kata kerja transitif,
Hadiningrat
berdaulat
Detail
kepada
Indonesia. Kal2.
“Artinya apa? Harga diri
Par5
Kutipan
What,
Koherensi
Sufiks,
bapak, yang tadinya berkuasa
How,
Penjelas,
Leksikon:
penuh,
menjadi
sangat
Who
Kalimat
harga diri,
sangat
terbatas.
Kalau
langsung
diucik-ucik,
sekarang masih diucik-ucik,
commit to user
Konfiks
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 282
itu
keterlaluan,”
kata
Pangeran Prabu. Kal1.
Rencana
mundur
Par6
disampaikannya hari lalu
What,
Koherensi
Leksikon:
beberapa
When,
Penjelas
mundur,
pemerintah
Who,
mengusulkan
How
jika
berkeras pemilihan
sudah
Latar
Prefiks
Gubernur
Yogyakarta
dalam
Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta. Kal2.
Selama ini Sultan Hamengku
Par6
Buwono
Latar
dan Paku Alam
Who,
Koherensi
Leksikon:
How
Penjelas
otomatis
Who,
Koherensi
What,
Pembeda
otomatis ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur. Kal3.
Pemerintah
tetap
Par6
menginginkan ada pemilihan.
Latar
How Kal4.
Sikap Demokrat pun sama,
Par6
yakni mendukung pemilihan.
Kal1.
Menurut Sekretaris Dewan
Par7
Pembina
What,
Koherensi
How
Penjelas
Who,
Koherensi
Andi
What,
penjelas,
Alifian Mallarangeng, sikap
How,
Kalimat
itu
When
tak
Demokrat
disampaikan
Latar
Parafrase
dalam
pertemuan Yudhoyono dan pengurus
pusat
Label jabatan
langsung
dengan
pengurus kabupaten/kota dan provinsi se-Yogyakarta pada Sabtu pekan lalu. Kal2.
Hadir
dalam
pertemuan,
Latar
commit to user
What,
Koherensi
Label jabatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 283
Par7
antara lain, Ketua Demokrat
Who,
penjelas,
Kota Yogyakarta Sinarbiyat
How
Detail
Who,
Koherensi Penjelas
Nujanat,
Sekretaris
Demokrat
Provinsi
Agus
Bastian, dan Wakil Ketua DPRD Provinsi Yogyakarta dari Demokrat, Sukedi. Tapi Pangeran tak hadir. Kal1.
Menteri
Pemuda
dan
Latar
Par8
Olahraga
ini
pun
How,
mempersilakan jika Pangeran
What
Label jabatan
hendak mengundurkan diri. Kal2.
"Hak
seseorang
untuk
Par8
menjadi anggota atau tidak,”
Kutipan
How,
Koherensi
When
Penjelas,
ujarnya kemarin.
Sufiks
Kalimat langsung
Kal1.
Pangeran Prabu
Par9
tak
mengaku
diundang
Latar
dalam
pertemuan itu. Kal2.
“Demi
Par9
Allah.”
Who,
Koherensi
How,
penjelas
What Padahal,
Kutipan
How
Koherensi
Sufiks, Idiom:
telepon rumah dan telepon
Penjelas,
Demi Allah
selulernya selalu aktif.
Kalimat langsung
Sumber : Berita 1, tema Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY Pada tema Mundurnya GBPH Prabukusumo dari Partai Demokrat Terkait Isu Keistimewaan DIY, berita pilihan di Koran Tempo adalah berita berjudul Pangeran Yogya Tinggalkan Demokrat. Dari unsur Sintaksis, judul berita yang dipakai Koran Tempo dengan tidak menyebut nama
commit to user
melainkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 284
menunjuk status darah biru, sebagai putra keraton Yogyakarta dengan sebutan Pangeran, belakang
menggambarkan bahwa Koran Tempo ingin menonjolkan silsilah si subyek sebagai
bagian
dari kaum
latar
ningrat. Namun
penggunaan leksikon: tinggalkan sebagai kata penjelas dirasa kurang tepat, karena leksikon: tinggalkan itu akan membentuk persepsi pembaca, bahwa beliau
pergi
dengan tidak hormat. Seharusnya
yang
digunakan
adalah
leksikon: meninggalkan/mengundurkan diri, karena menggambarkan sesuatu yang lebih halus dan lebih menjelaskan bahwa beliau lebih memilih asal usulnya, dari pada jabatan politik kepartaian yang disandangnya. Dalam lead berita ini Koran Tempo memberikan sedikit gambaran alasan mundur GBPH Prabukusumo, berikut isinya: Yogyakarta -- Adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabu Kusumo, memutuskan mundur dari kepengurusan dan keanggotaannya di Partai Demokrat. Keputusan ini merupakan buntut kontroversi tentang pemilihan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. (Lihat Tabel 28, Kalimat 1 & 2. Paragraf 1) Dalam pemilihan narasumber sendiri, dalam berita ini koran Tempo menempatkan pendapat GBPH Prabukusumo sebagai narasumber utama melalui kutipan langung, disertai kutipan pendapat orang dekat beliau sebagai penjelas, juga pendapat Sekretaris Dewan Pembina Demokrat Andi Alfian Malarangeng sebagai pihak yang menanggapi. Unsur skrip, berita ini secara keseluruhan telah memenuhi unsur pembentukan berita karena unsur 5W+1H sudah tercakup dalam pemberitaan. Dengan unsur How sebagai unsur yang mendominasi. Unsur tematik, tema yang dipilih oleh Koran Tempo dalam berita ini hanya tentang pengunduran diri GPBH Prabukusumo. Dalam berita ini terlihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 285
bahwa Koran Tempo berusaha menggali penyebab mundurnya Prabukusumo dengan mengisahkan alasan-alasan beliau yang dikompair dengan tanggapan dari Partai Demokrat sendiri. Unsur retoris, sesuatu yang coba dipakai Koran Tempo untuk menonjolkan pemberita adalah foto yang menggambarkan suasana saat proses pertemuan GBPH Prabukusumo dengan para seniman guna memaparkan keinginan mundurnya dari Demokrat. Secara keseluruhan Koran Tempo dalam pemberitaan
ini, coba
menyampaian pesan dengan cara bercerita tertentu, dengan menonjolkan satu sisi subyek utama disertai tanggapan dari subyek lain yang
punya sangkut paut
dengan kisah subyek utama tadi, untuk mencoba berimbang. Hasil analisis dengan membagi elemen berita berdasarkan struktur penyusunnya ini serupa dengan penelitian yang pernah ada tentang wacana terorisme pasca teror bom bali.60
C. MATRIK ANALISIS FRAME BERITA a. Harian Kompas NO.
TEMA
1.
RUU Keistimewaan Yogyakarta
Judul Berita a.
Versi
Frame Kompas
Pemerintah Usul Gubernur tetap Gubernur Dipilih
Pemerintah
dipilih
Demokratis b.
Keistimewaan
Pemerintah
Versi Pemerintah
Bersikukuh Gubernur dipilih
60
Muhammad Amin M, Loc.Cit.
secara
commit to user
DIY
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 286
c.
Sultan
Hanya
Dijadikan Simbol
Sultan HB dan Paku
Alam
sebagai Gubernur Utama
dan
Wagub Utama 2.
Survei
Mengenai
a.
Keistimewaan
Lebih
Suka
Penetapan
Yogyakarta
Jajak Pendapat Kompas
tahun
2008-2010 hasilnya mayoritas memilih penetapan b.
Survei
Menjadi Survei
Acuan
Kemendagri
Kemendagri
menunjukkan 71 persen menghendaki pemilihan
c.
Publik
Penilaian
Cenderung
publik
Terima
Kompas
Keistimewaan
2010,
opini oleh tahun
hasilnya
mayoritas menerima
sifat
kekhususan DIY 3.
Sikap Terkait
Setgab RUU
a.
Setgab Terpecah Pro-Kontra soal Yogyakarta
Keistimewaan DIY
commit to user
sikap Setgab
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 287
b. Koran Tempo NO.
TEMA
Judul Berita
Frame Koran Tempo
1.
Usulan
a.
Referendum
Yogyakarta
Masyarakat
Gulirkan
Yogyakarta
referendum
inginkan Referendum
b.
Pemerintah
Desakan
Berhati-hati
Referendum
Sikapi
Isu disikapi hati-hati
Referendum c.
Silakan
oleh Pemerintah
Yogya Pro-Kontra sikap
Gelar
atas
usulan
Referendum
referendum
dari
Sultan 2.
RUU
a.
Keistimewaan Yogyakarta
Versi
Usulan
Dalam
draf
Pemerintah Tetap RUUK
DIY
Gubernur Yogya pemerintah
Pemerintah
Dipilih
berkukuh Gubernur dipilih
b.
Sultan Dijadikan Kemendagri Gubernur Utama
memfinalisasi tugas
Sultan
sebagai Gubernur Utama c.
Pemerintah
Pemerintah
Ngotot Gubernur berkeras, Yogya
commit to user
Harus mekanisme
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 288
Dipilih
pemilihan
bagi
Gubernur DIY 3.
Survei
Mengenai
a.
Keistimewaan
71 Persen Warga Klaim pemerintah Ingin Pemilihan
Yogyakarta
atas hasil survei 71
persen
pemilihan b.
Keraton
Yogya Gusti
Curiga
Survei mempertanyakan
Direkayasa
Hemas
kesahikan survei dari Kemendagri
c.
Survei Tandingan Paguyuban Disebar
Dukuh dan Lurah se-DIY mengadakan survei balasan
d.
Mayoritas
Hasil
Responden
Paguyuban
Dukung
Dukuh dan Lurah
Penetapan Sultan
se-DIY, 92 persen
Survei
responden dukung penetapan e.
Sama-sama Survei,
Hasil
survei
Hasil Kemendagri
Berkesebalikan
berbeda
dengan
hasil survei dari Paguyuban Semar Sembogo Jajak
commit to user
dan
Pendapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 289
Kompas 4.
Sikap Terkait
Setgab
a.
RUU
Setgab
Koalisi Tim
Bentuk
Keistimewaan DIY
Tim Setgab
Melobi Sultan
bentukan bertugas
melakukan penyerapan aspirasi
dan
sosialisasi kepada Sultan 5.
Mundurnya GBPH
a.
Pangeran Yogya Harga diri Sultan
Prabukusumo dari
Tinggalkan
HB IX sebagai
Partai
Demokrat
alasan GBPH
Terkait
Demokrat Isu
Keistimewaan DIY
Prabukusumo mundur dari Partai Demokrat
D. KEBIJAKAN REDAKSIONAL HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO Dari hasil pembedahan teks berita di Harian Kompas dan Koran Tempo mengenai isu seputar keistimewaan DIY di atas, Peneliti akan mencoba mencocokkannya dengan melihat seperti apa kebijakan keredaksionalan yang dipakai oleh kedua media massa tersebut, yang diperoleh melalui in depth interview. Peneliti mengambil dua orang dari masing-masing media, yaitu di pihak Kompas ada Kepala Perwakilan Kompas Yogyakarta yang merangkap wartawan; Pak Thomas Pudjo Widijanto, dan reporter Kompas; Aloysius B Kurniawan. Sedangkan di pihak Koran Tempo ada Pak Phillipus SMS Parera
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 290
selaku Kepala Tempo Biro Yogyakarta yang merangkap redaktur berita, dan Pito Agustin Rudiana selaku reporter Koran Tempo. Penilaian terhadap isu seputar keistimewaan DIY. Wartawan Kompas menilai isu seputar keistimewaan DIY sebagai isu yang menarik, seperti yang terlihat pada kutipan wawancara dengan Pak Thomas Pudjo Widijanto pada Senin, 7 November 2011 berikut ini: E... sebagai wartawan mungkin memang isu menarik ya... terutama isu menarik dan e... bagi masyarakat DIY, keistimewaan DIY itu memang terletak pada Sultan dan wakilnya... dan Paku Alam gitu... jadi... makanya... dan itu sudah kayak menyejarah gitu lho bagi masyarakat, jadi saya itu tidak pernah yang namanya punya Gubernur itu orang luar gitu, kita punya gubernur itu selalu Sultan gitu, sehingga ketika ini digoncang, ya masyarakat goncang... dan itu sebagian besar. Oke... katakan enam puluh persen aja tergoncang oleh isu-isu ini... dan kami sebagai wartawan di samping punya penilaian menarik, juga ingin memberikan benar-benar e... pemahaman kepada masyarakat luas bagaimana sebenarnya seharusnya DIY ini dipimpin, apakah penetapan, apakah e... itu pemilihan. Pada faktor yang menjadi pertimbangan Harian Kompas dan Koran Tempo mengangkat isu keistimewaan DIY menjadi berita. Harian Kompas dan Koran Tempo memiliki persamaan pandangan dalam memandang bentuk demokrasi yang terjadi pada isu keistimewaan DIY yang mengacu pada RUUK DIY, tampak dari kutipan hasil wawancara berikut: E... Kompas juga harus mendudukkan masalah propinsi ini, itu sesuai dengan kondisinya gitu... jadi kalau toh memang e... kita selalu ingin mengangkat bahwa e... kalau mau penetapan misalnya, kami juga memberikan kesempatan... menulis, atau e... kita menulis memang penetapan... tapi ada pihak yang pro pemilihan... ya kita mengangkat pemilihan begitu, jadi e... isu ini adalah isu bagaimana misalnya membangun demokrasi, membangun demokrasi itu apakah harus pemilihan... ini banyak di... di kasus RUUK sendiri memunculkan banyak pelajaran, salah satunya memang membangun demokrasi itu... yang kedua adalah bagaimana sejarah memberikan warna pada penetapan pemerintahan itu akan terlihat gitu tentang RUUK. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011) Kalau RUUK ini sebenarnya awalnya baik-baik saja ya, tidak ada masalah ya, kemudian ketika muncul soal mekanisme pengisisan jabatan itu yang kemudian ceritanya menjadi ribet, menjadi persoalan karena ternyata ada perbedaan pandangan yang ternyata itu sangat prinsipil, saya sih melihatnya lebih pada ini ya... konteks persoalan disini adalah persoalan demokrasi, artinya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 291
terlepas itu omongannya SBY atau bantahan dari Sultan, artinya masyarakat punya hak untuk menentukan siapa orang yang layak menjadi pemimpinnya di daerahnya... begitu, cuman kan kemudian di DIY kan spesifik karena mengacu pada status istimewa itu, nah kemudian itu yang kesannya membedakan DIY dengan daerah atau propinsi yang lain begitu. (Pito Agustin Rudiana; Selasa, 2 Agustus 2011) Aspirasi penetapan oleh masyarakat Yogyakarta terkait RUUK DIY oleh kedua perwakilan media dianggap juga merupakan salah satu bentuk demokrasi. Seperti yang dikatakan Sudi Silalahi
61
, penerapan nilai-nilai universal demokrasi juga
telah memfasilitasi kebebasan sipil yang makin meningkat di beberapa tahun terakhir. Meningkatnya kinerja kebebasan sipil itu, nampak dari makin membaiknya jaminan terhadap kebebasan berpendapat, kebebasan dari rasa takut, kebebasan berusaha, dan kebebasan berkumpul dan berserikat. Meningkatnya kualitas kebebasan sipil juga ditunjukkan dengan makin majunya keleluasaan informasi dan komunikasi publik. Keleluasaan akses informasi dan kebebasan jalur komunikasi di Indonesia telah ikut menyemai benih penyuburan demokrasi di berbagai ranah pembangunan dengan semakin menguatnya nilai-nilai demokrasi sebagai sendi utama penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang ikut pula memberikan penguatan bagi dinamika budaya nasional. Kemudian, faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan di ruang pemberitaan. Pada harian Kompas cara menentukan ukuran dalam memandang suatu peristiwa menjadi berita, seperti apa ciri-ciri berita yang baik, dan seperti apa kriteria kelayakan berita ternyata dipengaruhi oleh level rutinitas media, hal tersebut tampak dari hasil kutipan wawancara berikut:
61
.Sudi Silalahi, Jurnal Sekretaris Negara RI, NEGARAWAN; Demokrasi Untuk Pembangunan, No. 18, November 2010, hal. 11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 292
Editor itu namanya Kepala desk, Kepala desk inilah dan wakilnya yang memberi tugas kepada wartawan. Gitu, lalu Redpel atau redaktur pelaksana, tugasnya redaktur pelaksana itu yang menghimpun dan yang memimpin, misalnya kamu mbok nulis ini... kamu nulis ini... itu kadang-kadang oleh redpel, disamping ide... ide oleh kepala desk sendiri... gitu, tapi kadang-kadang redpel ini juga memberi tugas. Karena tugas redpel adalah memang mengawasi seluruh proses jadinya koran dari awal sampai akhir... ini tugasnya redpel, jadi redpel semua harus tahu... berita apa yang akan dikeluarkan hari ini oleh Kompas, berita apa yang akan kita keluarkan besok. Kepala desk itu berpengaruh dalam penentuan tema berita. Redpel punya kewenangan sendiri, dia bisa menolak untuk sebuah pemberitaan, wah berita ini tidak usah!, ini redpel bisa... jadi meskipun sudah masuk ke kepala desk-kelapa desk... nanti ada tataran lagi untuk menyeyeleksi, ini tidak usah dimuat misalnya... itu haknya si redpel. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011) Hal serupa juga dilakukan di Koran Tempo, ada pengaruh dari rutinitas media dalam menentukan
berita, seperti yang terlihat dari petikan hasil wawancara
berikut: Ada dua jenis... ya... dua jenis berita yang sehari-hari kita geluti. Berita yang direncanakan dan berita yang tidak direncanakan, berita yang direncanakan itu biasanya follow up ya... atau bisa juga in depth. Kita mendengar informasi kita coba gali, nah... untuk follow up, berita-berita yang direncanakan ini in depth, tulisan panjang atau apapun itu, itu biasanya e... wartawan itu ditugasi, kita bikin rapat, dalam rapat redaksi kita fokuskan, kita menulis seperti ini, angelnya seperti ini, biasanya kalau bisa ini...ini... ini..., tentang ini, dan ini kemudian kita tugaskan si A kesini,si B kesini, wawancara ini, reportase ini. Nah, tapi ada juga berita yang tidak by penugasan, jadi hari ini misalnya pagi-pagi setiap wartawan sudah dibagi bit... kita bilang bit... tempat liputan. Kita bagi wartawan A tugasnya di kantor gubernur misalnya, setiap hari dia akan kesana setiap pagi, nanti apa yang terjadi... bitnya disana, tiap hari dia akan disana. Nah, yang akan ditulis adalah apa yang dia temukan disana pada hari itu, ada apa-ada apa dia akan menulis itu. Nah, tapi tidak berarti apa yang dia dapat disana bisa dia tulis begitu saja, nanti kan dia kasih kabar ni... dia telpon atau sms atau kirim email, atau apapun itu. Mas atau mbak... hari ini di kantor gubernur ada berita ini, begini... begini... begini..., nanti redaktur akan menilai, o... ini berita bagus, nanti akan dibalas... Oke...!, tapi kamu tambahin sumber ini... Jadi begitu, tetap ada pengarahan karena memang... tapi memang pengarahan pada kasus yang kedua, pengarahan itu fungsinya untuk memperdalam berita, untuk membuat berita itu menjadi komprehensif, ya... obyektif, (Phillipus SMS Parera; Jumat, 29 Juli 2011 & Selasa, 2 Agustus 2011)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 293
Dengan demikian pemberitaan pada hakikatnya tidak bisa lepas dari faktor individu atau si pembuat berita yang ada kemungkinan mempunyai subjektivitas dalam membuat berita. Dalam hasil penelitian Artini62, dikatakan bahwa self censorship merupakan bentuk proses seleksi atau sensor diri secara intelektual dalam diri wartawan ketika dia dihadapkan pada pilihan untuk semua pihak, bahwa pentingnya konsep self censorship dan tanggung jawab media dalam kegiatan redaksi. Pada tingkat organisasi atau masyarakat, terlebih lagi media masa, self censorship atau sensor diri adalah tindakan pengawasan yang dilakukan sendiri terutama dalam memenuhi berbagai kepentingan, yakni masyarakat dan pasar. Tindakan self censorship tidak hanya untuk menghadapi isu-isu sensitif, tapi juga dalam proses seleksi atau editing di media, kreatifitas iklan, yang disebut juga soft censorship. Secara internal, media terus melakukan self censorship ini seperti pemilihan judul atau headline berita di surat kabar sebagai proses editing. Faktor ekstra media. Sumber berita juga memberi pengaruh dalam bagaimana bentuk pemberitaan nantinya, sumber berita ini dapat dilihat dalam pemilihan narasumber. pertimbangan harian Kompas dalam memilih narasumber menurut wartawan sebagai berikut: Ada korelasi antara keintelektualan dia dengan kasus yang dihadapi. E... karena itu penting bagi sebuah berita, kita tidak hanya mengandalkan atau menunggu peristiwa itu, tapi juga menarik akademisi sebagai narasumber, untuk ikut memikirkan ini. Dan itu juga harus ada korelasi antara si pakar dan peristiwa kasusnya begitu, misalnya peristiwa keistimewaan menghadirkan dari pakar hukum, dengan pakar politik, dengan negarawan, dengan budayawan, dengan masyarakat Jogja sendiri. Itu penting menurut kita, seluas mungkin berita itu, sejelas mungkin berita itu, itu penting bagi pemberitaan. (Thomas Pudjo Widijanto; Senin, 7 November 2011) 62
.Artini, EXPOSURE: Journal of Advance Communication, Self Censorship dan Tanggung Jawab Sosial Media Massa, Vol.1 No.1, Februari 2011, hal. 17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 294
Pertimbangannya ya kompeten, Sultan, kayak anggota pansus RUUK... Hajar Pranowo... saya pernah wawancara, Ketuanya panja RUUK si Chairuman Harahap pernah, yang jelas ya dua anggota panja RUUK itu pernah. Terus temen-temen aktivis keistimewaan Jogjakarta juga penah ada,macam-macam lah, masyarakat awam ada juga. (Aloysius B Kurniawan; Rabu, 3 Agustus 2011) Sedangkan menurut wartawan Koran Tempo pertimbangan yang diambil dalam memilih narasumber adalah sebagai berikut: Peristiwa atau berita, kejadian, isu yang kita beritakan, yang berkembang di masyarakat itu memiliki begitu banyak fakta ya..., ada yang murni peristiwa gitu lho! tapi setelah fakta, setelah kejadian itu ada yang namanya diskursus... ya. Ada pertanyaan misalnya e... yang sekarang sedang orang debat itu adalah apakah gubernur itu harus dipilih atau ditetapkan misalnya... nah, ketika kita menulis soal itu sebenarnya kita sedang menulis soal bagaimana politikus dan semua masyarakat Jogja, dan semua orang yang terlibat di dalam itu membuat pilihan. Jadi kita bicara soal diskusi... soal diskusi yang bukan cuma politik tetapi juga publik, nah untuk kasus semacam ini, kita penting untuk menghadirkan semua view... semua sudut pandang yang berkaitan dengan kasus ini, sehingga kita perlu bicara dengan banyak orang, mendengarkan banyak orang gitu lho, (Phillipus SMS Parera; Jumat, 29 Juli 2011 & Selasa, 2 Agustus 2011) E... pertimbangannya adalah yang lebih... e... pertama adalah yang lebih capable ya... dia paham soal persoalan itu, kemudian yang kedua jelas dia adalah pihak-pihak yang punya kepentingan, jadinya tidak hanya persoalan pendukung penetapan atau pemilihan, tetapi juga pihak-pihak yang artinya memang selama ini mungkin merasa diuntungkan atau dirugikan dengan sistem kepemimpinan selama ini, model pemerintahan DIY selama ini begitu. Kemudian juga e... apa... keahliannya mungkin dia punya pandangan-pandangan sendiri soal keistimewaan, dan itu dari pakar-pakar,lebih cenderung begitu, dan juga yang beliau mengolah... misalnya kalau dari DPR RI... misalnya, beliau adalah yang mempunyai pengetahuan dan terlibat dalam proses pembahasannya, seperti itu. (Pito Agustin Rudiana; Selasa, 2 Agustus 2011) Dalam berita keistimewaan DIY ini, pihak-pihak tertentu bisa menggunakan media untuk menyampaikan apa yang menjadi pandangan mereka dan itu dapat mengakibatkan terbentuknya opini publik. Dalam penelitian Budiono 63, salah satu temuannya menghasilkan kesimpulan bahwa pihak pro penetapan memobilisasi
63
.Budiono, Jurnal Penelitian Komunikasi dan Informasi, Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informasi (BPPKI), Sidang Rakyat Yogyakarta: Memobilisasi Aspirasi Kepemimpinan DIY Melalui Mekanisme Penetapan, Vol 13, No.1, Juni 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 295
opini publik melalui media massa dan media online. Karena pers nasional sebagai salah satu institusi social dalam system politik secara keseluruhan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara struktur politik yang ada dalam masyarakat yaitu antara infrastruktur politik, antar suprastruktur politik, antar infrastruktur politik. 64
64
.Sulistiani DN, Paradigma; Jurnal Masalah Sosial, Politik, dan Kebijakan, Pelaku Media dalam Memandang Persoalan Persatuan dan Kesatuan Bangsa, Vol 13, No.3, September 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 296
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, mengenai analisis framing terhadap berita keistimewaan DIY pada harian Kompas dan Koran Tempo edisi Desember 2010 – Januari 2011, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Harian Kompas Harian Kompas menilai isu seputar Keistimewaan DIY ini sebagai isu yang menarik. Harian Kompas dalam mengemas realitas peristiwa
seputar
keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010- Januari 2011, cenderung menonjolkan realitas opini publik melalui jajak pendapat lembaga
litbang
Kompas,
akibatnya
khalayak
lebih
mudah
mengingat aspek-aspek dari hasil jajak pendapat yang disajikan secara menonjol oleh Kompas. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan hasil jajak pendapat, menonjolkan aspek mekanisme pengangkatan Gubernur DIY, dan membesarkannya melalui berita feature atas suatu realitas/peristiwa. Seperti dikatakan bahwa jurnalisme ialah bercerita dengan suatu tujuan. Dalam cerita atau berita itu tersirat pesan yang ingin disampaikan wartawan kepada pembacanya, dan ada tema yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 297
diangkat dari suatu peristiwa. Peristiwa seputar Keistimewaan DIY, dalam berita harian Kompas edisi Desember 2010 - Januari 2011 yang dibedah menggunakan analisis framing, dapat disimpulkan bahwa harian Kompas mengemas realitas tentang Keistimewaan DIY lebih banyak menonjolan unsur retoris, dengan foto dan terkhusus adalah dominasi paparan grafik dari hasil jajak pendapat yang dilakukan melalui lembaga Litbang yang dimilikinya, guna mengangkat tema jajak pendapat. Dalam membingkai berita keistimewaan DIY, terkait isu yang menjadi polemik seputar RUU Keistimewaan DIY, wartawan harian Kompas punya visi untuk membentuk sesuatu, yaitu membentuk opini publik. Harian Kompas menerapkan follow-up dalam membingkai berita keistimewaan DIY terkait polemik RUU Keistimewaan DIY, dengan menampilkan feature melalui cara berkisah tertentu. Harian Kompas tidak memuat atau memberi judul khusus yang membahas tentang usulan referendum yang muncul di DIY. Wartawan harian Kompas dalam menerapkan standart kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya dalam mengolah dan menyuguhkan berita dipengaruhi oleh rutinitas media yakni pada prosedur pengambilan keputusan di ruang pemberitaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 298
2. Koran Tempo Koran
Tempo
dalam
mengemas
realitas
peristiwa
seputar
keistimewaan DIY pada edisi Desember 2010 - Januari 2011 cenderung berimbang, hal tersebut ditunjukkan dengan memberikan porsi sama besar antara pandangan pihak pemerintah dengan pihak masyarakat DIY. Unsur yang paling menonjol dari analisis framing Pan Kosicki pada berita seputar Keistimewaan DIY di Koran Tempo edisi Desember 2010-Januari 2011 adalah unsur retoris, hal yang mencolok dapat terlihat adalah dari penggunaan grafis untuk menekankan isi berita. Koran Tempo memberikan porsi lebih pada usulan referendum, hal tersebut tampak dari usaha penggalian semua informasi yang mungkin, termasuk mencari-cari pendapat masyarakat DIY, juga para pakar yang dianggap kompeten menanggapi usulan referendum untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan, dimana semuanya itu ditempatkan dalam beberapa berita dengan judul referendum. Koran Tempo menerapkan follow-up dalam membingkai berita keistimewaan DIY terkait polemik RUU Keistimewaan DIY, yakni tidak sebatas ketika isu itu meledak tapi kemudian mencari tahu mengapa dan bagaimana, tidak semata-mata kapan dan dimana. Dengan maksud agar berita tetap terus bergulir sesuai dengan fokus dan tema besar yang sama tapi dengan isu yang berubah-ubah. Itu dipandang Koran Tempo sebagai bentuk pengawalan media.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 299
Konsen Koran Tempo dalam berita RUU Keistimewaan DIY adalah sebisa mungkin memberikan dan menampilkan semua perspektif yang mungkin untuk masyarakat tentang Jogja. Wartawan Koran Tempo dalam menerapkan standart kebenaran, matrik obyektifitas, dan batasan-batasan serta unsur-unsur lainnya dalam mengolah dan menyuguhkan berita juga dipengaruhi oleh rutinitas media yakni pada prosedur pengambilan keputusan di ruang pemberitaan.
B. SARAN 1.
Bagi Pengelola Media Pengelola media diharapkan sebisa mungkin selalu menerapkan prinsip berita berimbang dalam pemberitaannya, melalui coverboth side bahkan cover all side. Dalam melakukan peliputan sebagai bentuk pengawalan media terhadap
suatu
menjadi/dijadikan
isu,
diusahakan
corong
oleh
agar
media
pihak-pihak
tidak
hanya
tertentu
yang
memanfaatkannya untuk kepentingan mereka.
2. Bagi Pemerintah Pusat, DPR, dan pihak Keraton Yogyakarta Sebaiknya Pemerintah Pusat dan DPR segera menetapkan peraturan perundang-undangan yang memberikan kepastian hukum, terhadap keberadaan
Yogyakarta
sebagai
commit to user
Daerah
Istimewa,
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 300
memperhatikan aspirasi dari masyarakat Yogyakarta melalui DPRD dan pihak kraton Yogyakarta. Setelah ada penetapan peraturan perundang-undangan bagi status keistimewaan DIY yang nantinya dapat diterima oleh semua pihak termasuk Kraton Yogyakarta dan pemerintah DIY, diharapkan peran dan fungsi pemerintahan dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Berita seputar Keistimewaan DIY ini merupakan berita besar yang masih bisa memunculkan isu-isu baru dalam perkembangannya, karena
sampai
penyelesaiannya misalnya
dalam
saat
ini
masih
belum
ada
sehingga
masih
dapat
dilakukan penelitian,
hal sistem
ujung
pangkal
pemerintahan, kebudayaan,
dan
keagrariaan. Peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lanjutan terhadap berita seputar isu keistimewaan DIY di koran nasional, bisa mencoba menggunakan teori agenda setting, untuk melihat seperti apa akibat dari pemberitaan tersebut bagi tokoh-tokoh yang diberitakan, bagi tokoh DIY seperti apa, bagi Pemerintah seperti apa, bagi DPR seperti apa, juga bagi rakyat Yogyakarta sendiri seperti apa.
commit to user