JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1
MEDIA BENDA NYATA UNTUK PENYELESAIAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA DISKALKULIA Madechan & Brillante Nena Desiana∗ Abstract; Research by using real object media aimes to prove its influence to the increase of ability in finishing question story form of math to the dyscalculia students. In this research used real object media since this learning media could stimulate and motivate student in learning activity that student can easily absorb learning materials. Analyzing data by using technigue the sign test, it shown result Z counting = 2,68 and Z table = 1,64. It means 2,68 > 1,64 so, Ho denied and Ha accepted that can be concluded that there is an influence of using real object media in increasing ability of finishing question story form of math to the dyscalculia studened in SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik. The conclusion of this research is that there is improvement of ability in finishing question story form of math by the second year class dyscalculia student (40 %) by using real object media in SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik, showing form the increasing result of students tests before using real object media (28%) and after using real object media (68%).
Kata kunci : Media benda nyata, anak diskalkulia, soal cerita matematika
Anak kesulitan belajar yaitu anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebabsebab lain seperti pembelajaran yang tidak tepat (Yusuf, 2005 : 59). Kesulitan belajar diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. (1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, yang mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. (2) Kesulitan belajar akademik, menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang digharapkan. Kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan/atau berhitung. Anak yang mengalami kesulitan membaca dan menilis dapat menyebabkan kesulitan belajar berhitung. Salah satu kesulitan belajar akademik adalah kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia, kesulitan belajar berhitung sebaiknya dideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak untuk mempelajari berbagai hal dalam kehidupannya. ∗
Email:
[email protected] &
[email protected]
38
Desiana, Penggunaan Media Benda Nyata …
Kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) merupakan jenis kesulitan belajar yang paling banyak ditemukan pada anak-anak sekolah dasar disamping keterampilan membaca, padahal keterampilan membaca dan berhitung merupakan sarana yang penting untuk menguasai bidang studi lainnya. Permasalahan belajar sering dialami anak diskalkulia disebabkan oleh berbagai faktor. Selain faktor internal seperti adanya disfungsi neurologis juga disebabkan oleh faktor eksternal seperti pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa, reiforcemen yang tidak tepat, manajemen kelas yang buruk dan metode pembelajaran yang cenderung menggunakan metode ceramah dan tugas. Faktor-faktor eksternal terjadi karena ketidaktahuan pendidikan tentang bagaimana memberikan layanan yang tepat untuk mereka. Ketidaktepatan dalam memberikan pendekatan atau strategi pembelajaran bisa berakibat buruk terhadap anak. Anak cepat merasa bosan, tidak ada motivasi belajar, prestasi belajar semakin menurun. Anak diskalkulia sering mengalami ketidakmampuan dalam belajar berhitung, geometri, dan menyelesaikan soal-soal cerita. Menurut Rontukahu (1996) ketidakmampuan anak dalam menyelaesaikan soal-soal cerita disebabkan karena katidakmampuan mereka dalam melakukan pemahaman dan berimajinasi. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pembelajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika karena dalam menghadapi masalah matematika khususnya soal cerita, siswa harus melakukan pemahaman terlebih dahulu sebagai landasan untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam penyelesaian masalah matematika agar siswa lebih mudah memahami dan tidak menimbulkan tekanan dalam penyelesaiannya, maka penyampaian bahan pembelajaran tidaklah cukup di dalam kelas semata, akan tetapi perlu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan belajar diluar kelas serta penggunaan media pembelajaran yang sesuai agar kegiatan belajar mengajar dapat menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Media pembelajaran merupakan alat bantu mengajar yang dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media menpunyai arti yang cukup penting karena ketidakjelasan bahan ynag disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan pada anak didik dapat disederhanakan dengan bentuan media (Djamarah & Zain, 2006:120). Media dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan oleh guru melalui kata-kata atau kalimat. Dengan demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan atau meteri pelajaran daripada tanpa bantuan media (Djamarah & Zain, 2006:120). Penggunaan media pembelajaran sangat bergantung pada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan, kemampuan guru menggunakannya dalam proses pembelajaran dan kebutuhan siswa termasuk kebutuhan khusus dari siswa tertentu (ABK).
39
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1
Media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran ada beberapa jenis, salah satunya adalah penggunaan benda-benda nyata. Menggunakan benda-benda nyata dalam pembelajaran sering kali baik untuk menampilkan ukuran, suara, gerak-gerik, permukaan serta manfaatnya. Selain itu siswa dapat melihat langsung benda tersebut tanpa berimajinasi, sehingga para siswa akan lebih banyak belajar dibanding sekedar melihatnya digambar atau sekedar berimajinasi. Penggunaan media benda nyata di dalam proses belajar mengajar bidang studi matematika khususnya soal cerita dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika (diskalkulia) lebih mudah memahami dan memecahkan masalah dalam soal cerita tersebut. Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya matematika (diskalkulia), untuk memecahkan masalah dalam soal ceritra matematika sangatlah sulit karena soal cerita matematika membutuhkan perhatian dan pemahaman, anak diskalkulia sulit untuk memahami bahasa atau kalimat dalam soal cerita sebab ia kurang menguasai keterampilan membaca pemahaman. Oleh karena itu dengan menggunakan media benda nyata, diharapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika terutama dalam soal cerita dapat lebih mudah memahami dan memperhatikan persoalan yang dimaksudkan tersebut sehingga berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan soal matematika yang berupa soal cerita. Prevalensi anak kesulitan belajar usia sekolah ada pada suatu rentangan dari 2% hingga 30% (Lovit dalam Abdurrahman, 2003:08). Menurut guru-guru sekolah dasar jumlah siswa kesulitan belajar meningkat karena salah satunya disebabkan oleh proses pembelajaran yang tidak tepat dan dikatakan juga oleh para orang tua siswa bahwa anak kesulitan belajar meningkat karena pengaruh perekonomian masyarakat yang menurun akibat harga barang yang semakin mahal, sehingga keadaan tersebut mempengaruhi anak dalam belajar. Di samping itu penggunaan media benda nyata untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik kurang terprogram dengan baik. Dengan demikian diperlukan suatu alternatif pemecahan kesulitan belajar agar kesulitan belajar yang terjadi tidak meningkat, diantaranya dengan penggunaan media benda nyata. Soal cerita matematika adalah suatu uraian cerita soal yang menuntut siswa mampu memahami dan menafsirkan pada tiap organisasi pembagian berita soal yang pemecahannya memerlukan keterampilan dan kejelian (Susanto dalam Karjito, 2000 : 65). Anak kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah (Yusuf M, 2005 : 58). Menurut Partowisastro (1982:51) diskalkulia (kesulitan belajar berhitung) adalah kesulitan yang disebabkan karena susunan saraf pusat tertentu tidak bekerja sebagai mana mestinya, sehingga yang bersangkutan
40
Desiana, Penggunaan Media Benda Nyata …
tidak dapat melakukan pekerjaan matematika (bilangan). Media pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai penyalur informasi belajar guna mencapai tujuan pembelajaran (Djamarah & Zain, 2006 : 121). Benda nyata atau benda sesungguhnya merupakan suatu obyek yang dapat memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal terutama yang menyangkut keterampilan tertentu (Ibrahim & Sukmadinata, 2003:129). Penggunan benda nyata dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu. Dengan menggunakan benda-benda nyata dalam proses belajar mengajar, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sebab benda nyata dapat menarik perhatian siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan demikian melalui penggunaan media benda nyata dalam penyelesaian soal cerita matematika tentang perkalian dan pembagian (hasil kali sampai dengan 45), dapat menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam memecahkan masalah soal cerita matematika. Ketidakmampuan anak diskalkulia dalam penyelesaian soal cerita matematika disebabkan karena ketidakmampuan anak dalam melakukan pemahaman dan berimajinasi. Agar anak dalam melakukan pemahaman tersebut maka diperlukan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan motivasi dan dapat menarik perhatian siswa yaitu dengan menggunakan media benda nyata. Berdasarkan ketidakmampuan anak diskalkulia dalam melakukan penyelesaian soal cerita matematika dengan media yang digunakan, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan anak diskalkulia dalam penyelesaian soal cerita matematika, maka dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : “Adakah pengaruh media benda nyata terhadap peningkatan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada anak kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) siswa kelas 2 di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik ?” Adapun tujuan pengkajian ini adalah meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika bagi anak kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) melalui media benda nyata, sedangkan tujuan secara khusus adalah menganalisis adanya pengaruh media benda nyata terhadap peningkatan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika pada anak kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) siswa kelas 2 di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik.
METODE Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah melalui prosedur yang telah ditentukan secara metodologis (Wahyudi, 2005 : 115). Dengan
41
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1
demikian metode penelitian adalah cara yang ditempuh oleh peneliti dalam melakukan penelitian secara hati-hati terhadap suatu masalah guna memperoleh pemecahan dengan melalui prosedur yang telah ditentukan secara metodologis. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen yang dilaksanakan pada suatu kelompok tanpa adanya kelompok pembanding. Dalam penelitian ini kepada unit percobaan dilakukan dua kali pengukuran, pengukuran pertama dilakukan sebelum perlakuan diberikan dan pengukuran kedua dilakukan sesudah perlakuan dilaksanakan (Nazir, 2005 : 231). Rancangan penelitian ini menggunakan pola One Group Pre-Test Post-Test Design (Wahyudi, 2005:51). Rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Pengukuran (Pre Test)
Perlakuan
TI
X
Pengukuran (Post Test)
T2
Keterangan : TI : Pre Test untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika awal, sebelum menggunakan media benda nyata. X : Treatment atau perlakuan pada subyek yaitu pemberian pembelajaran matematika soal cerita dengan menggunakan media benda nyata T2 : Post Test untuk mengukur kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika, setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata. Penelitian dilakukan pada kelompok-kelompok murid untuk melihat kebaikan sistem mengajar dengan menggunakan media benda nyata. Mengajar dengan menggunakan media benda nyata adalah suatu perlakuan (X). Pertama-tama diukur rata-rata prestasi belajar dengan mengadakan pre test sebelum perlakuan dilakukan (T1). Kemudian sesudah perlakuan dilakukan pengukuran lagi prestasi belajar dengan menggunakan post test (T2). Kemudian dibuat perbandingan antara rata-rata prestasi belajar T1 dan T2, untuk melihat bagaimana pengaruh media benda nyata dengan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika. Sampel penelitiannya adalah semua siswa kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) kelas 2 dengan jumlah murid 5 orang di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Dengan teknik pengumpulan data tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan statistik non parametrik. Adapun rumus statistik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini digunakan teknik “the sign test” atau uji tanda. HASIL DAN PEMBAHASAN
42
Desiana, Penggunaan Media Benda Nyata …
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik non prametrik dengan rumus uji tanda. Teknik ini digunakan karena syarat normal dan distribusi bebas pada variabel tidak terpenuhi, dan jumlah sampel penelitian sedikit. Adapun tabel hasil kerja serta perhitungannya sebagai berikut : Tabel 1 : Tabel Kerja Hasil Perubahan Tanda Penggunan Media Benda Nyata untuk Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika Siswa Diskalkulia di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik Kode responden 01 02 03 04 05
Subyek Penelitian
T1
T2
Aldi Miranto Deki dwi Karisma Y Yayang Eka Pratiwi Dita Anjelina F Figi Deni Santoso ∑n = 5
6 4 6 6 6 T ∑ 1 = 28
14 16 12 12 14 T ∑ 2 = 68
Perubahan Tanda + + + + + X ∑ =5
Bila dipergunakan pendekatan kurve normal maka : (Djarwanto, 2003:22). 1. Menghitung Mean
µ = n . p = 5 . 0,5 = 2,5 2. Menghitung Standart Deviasi
σ = = = =
√ n . p . q √5 . 0,5 . 0,5 √ 1,25 1,12
Dengan taraf signifikasi 0,05 nilai kritisnya adalah 2,5 + 1,64 (1,12) = 4,34 Dari hasil pengamatan didapat perubahan tanda (+) sebanyak5, dan X menunjukan jumlah beda yang bertanda positif. Karena X > µ sehingga dapat dihitung : Z
=
( X + 0,5 ) -
µ
σ = ( 5 + 0,5 ) - 2,5 1,12
43
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1
=
5,5 - 2,5 1,12
=
3 1,12
=
2,68
Diketahui pada tabel nilai Z = 1,64 sedangkan hasil perhitungan di atas diketahui hasil Z = 2,68 hal tersebut berarti nilai Z hitung lebih besar dari nilai Z tabel yaitu 2,68 > 1,64 dengan demikian pernyataan Ho ditolak dan Ha diterima, dan dapat disimpulkan bahwa “Penggunaan Media Benda Nyata dapat Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Matematika Siswa Diskalkulia (Kesulitan Belajar Berhitung) di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik” Hasil penelitian dengan menggunakan rumus uji tanda menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika dengan menggunakan media benda nyata siswa diskalkulia (kesulitan belajar berhitung) di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil nilai tes yang diberikan. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat (Djamarah dan Zain, 2006 : 120) bahwa dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting karena ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media secara luas meliputi manusia, benda, atau peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan (Djamarah & Zain, 2006 : 120). Sebagai pendidik kita sadar bahwa tanpa bantuan media, bahan pelajaran yang disampaikan sukar untuk dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Siswa cepat merasa bosan yang disebabkan karena penjelasan guru sukar untuk dipahami. Untuk itu perlu menghadirkan media sebagai alat bantu pembelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu cara untuk mencapai tujuan yang optimal dari proses pembelajaran digunakan media yang bersifat langsung dalam bentuk objek/ benda nyata (Ibrahim & Syaodih, 2003 : 118), karena dengan benda yang sesungguhnya akan memberikan rangsangan bagi siswa dalam mempelajari berbagai hal terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu, misalnya keterampilan dalam memecahkan masalah. Dalam proses pembelajaran materi yang membutuhkan pemecahan masalah salah satunya adalah materi soal cerita matematika. Soal cerita matematika adalah suatu uraian cerita soal, yang menuntut siswa mampu memahami dan menafsirkan tiap organisasi bagian cerita soal yang
44
Desiana, Penggunaan Media Benda Nyata …
pemcahannya memerlukan keterampilan dan kejelian (Susanto dalam Karjito, 2000 : 65). Bagi siswa diskalkulia (kesulitan belajar berhitung) dalam menyelesaikan soal cerita matematika bukanlah pekerjaan yang mudah karena anak kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) adalah anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan hitungan atau matematika. Untuk itu diperlukan suatu media yang dapat mempermudah anak kesulitan belajar berhitung untuk memahami dan menyelesaikan soal cerita matematika. Penggunaan media benda nyata dalam penyelesaian soal cerita matematika, dapat menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar serta memudahkan siswa dalam mencerna maupun memahami materi soal cerita sehingga dapat menyelesaikan soal cerita matematika dengan lancar dan lebih baik. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan siswa dapat disimpulkan bahwa dengan media benda nyata siswa akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, siswa akan senang, terangsang dan tertarik terhadap pelajaran matematika, sehingga minatnya terhadap pelajaran matematika akan semakin besar. Dilihat dari hasil observasi dapat diketahui bahwa kemampuan siswa memahami permasalahan dalam soal cerita matematika masih kurang, tetapi bila menggunakan media benda nyata siswa diskalkulia lebih tertarik dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat merangsang siswa untuk berfikir, dengan demikian siswa mampu memahami dan memecahkan masalah dalam soal cerita matematika dengan lebih baik.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan bahwa penggunaan media benda nyata dapat meningkatkan kemampuan penyelesaian soal cerita matematika siswa diskalkulia (kesulitan belajar berhitung) di SDN Kedungsumber Balongpanggang Gresik. Dengan demikian dapat disarankan sebagai berikut; (1) Anak diskalkulia mengalami kesulitan belajar berhitung karena disebabkan oleh kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi dan tidak menarik perhatian siswa. Untuk itu sebagai pengajar dan pendidik kita harus tahu bagaimana memberikan layanan yang tepat bagi mereka salah satunya adalah dalam memberikan pendekatan / strategi pembelajaran yang bisa membangkitkan motivasi belajar pada anak diskalkulia; (2) Sebagai pengajar dan pendidik dalam menyampaikan bahan pembelajaran sebaiknya menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar mudah untuk dicerna dan dipahami oleh setiap anak didik; (3) Dalam mengadakan media pembelajaran tidak perlu memaksakan diri untuk membeli, tetapi cukup membuat media pembelajaran yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pembelajaran; (4) Bimbingan orang tua dalam kegiatan belajar anak sangat diperlukan dan sebaiknya diusahakan memakai media meskipun sederhana agar anak tidak
45
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1
salah dalam memahami pengetahuan yang didapatnya di sekolah atau di lingkungan sekitarnya; (5) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.
DAFTAR ACUAN Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri, & Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Ibrahim, R & Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia. Partowisastro, K & Hadisuparto, A. 1982. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid I. Jakarta : Erlangga. Partowisastro, Koestoer. H. 1982. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Runtukahu, Tombokan. 1996. Pengajaran Matematika Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Depdikbud. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset. Wahyudi, Ari. 2005. Pengantar Metodologi Penelitian. Surabaya : UNESA University Press.
46