Keteladanan Hidup Bagi Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:34
(Matius 5 : 13-16, Roma 12:1-2) Orang Kristen selalu disoroti di mana-mana, mereka seperti ikan yang sedang berada di dalam Aquarium, semua mata selalu ditujukan ke arahnya.. Kalau ia baik, maka datang pujian dari mana-mana, namun kalau ia jahat, maka cercaanpun dilontarkan dari berbagai penjuru. Hal ini sebenarnya biasa, sebab orang-orang sekuler juga demikian. Namun yang menjadi masalah adalah kadang gara-gara satu orang Kristen yang jahat, semua orang Kristen digeneralisaikan demikian. Sangat merugikan sekali bagi orang Kristen tentunya. Apa yang menjadi logo bagi orang percaya sebenarnya? Mungkin anda sudah dapat langsung menebaknya? Ada arang bilang logonya adalah “Salib”, “Alkitab”, “ikan”, “Roti” dan “Yesus”. Itu sebabnya kita akan merasa malu sekali, apabila seseorang yang memakai logo tersebut, lalu melakukan perbuatan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Pada bagian ini kita akan melihat dua logo yang ditambahkan oleh Tuhan Yesus, yang jarang kita sebutkan bagi orang Percaya. Perhatikan Alkitab kita Matius 5:13-16, secara khusus konsentrasi kita pada ayat 13 dan 14. Apa yang kita lihat di sini? Tuhan Yesus mengatakan kamu adalah “Garam Dunia” dan “Terang Dunia”. Apa yang dapat kita pelajari? Saya mencatat ada tiga hal yang akan kita ungkapkan sehubungan degan Keteladanan Hidup ini : Garam dan Terang Sifatnya Berkorban “Kamu adalah Garam” dan juga “Kamu adalah Terang”. Pemahaman kamu adalah “Garam” lebih ditujukan untuk pengertian “Mengawetkan” ketimbang :”rasa” asin garam itu sendiri. Boleh diartikan hendaklah kamu menyelamatkan dunia ini, seperti Garam mengawetkan makanan atau hendaklah kamu menerangi yang gelap. Jadi kalau “Terang” itu berupa lilin, maka ia telah mengorbankan dirinya demi orang lain dapat melihat. Bukan hanya sekadar menerangi, tetapi kelak akan membawa yang diterangi itu menjadi terang pula. “Hendaklah kamu selalu mempunyai Garam di dalam dirimu dan selalu berdamai yang seorang dengan yang lain “(Markus 9:50) Garam dan Terang tidak ada gunanya kalau ianya tidak mau berkorban. Contoh konkret adalah “Kita sebagai orang percaya yang hanya berdiam diri, sudah memperoleh keselamatan dari Tuhan namun tetap saja seperti sebelumnya. Tidak berniat atau usaha sedikitpun untuk menjadi pengaruh bagi orang lain, atau menjadikan orang lain juga percaya. Bahkan tidak jarang kehidupan kita menjadi batu sandungan bagi yang lain. Pengaruh kita bukan yang baik, tetapi pengaruh buruk. Puncak perhatian orang-orang luar khususnya adalah terhadap tingkah laku orang-orang percaya itu sendiri, mestinya kehidupan orang percaya itu harus menjadi kesaksian. Namun terlalu sering hanya gara-gara ulah segelintir orang Kristen sendiri, maka mereka yang di luar sana menganggap negative orang Kristen secara keseluruhan. Orang percaya dianggap tidak ada kelebihannya, sebelum dan sesudah ke gereja sama saja. Bahkan barangkali menjadi lebih jahat dari sebelumnya. Nilai di sekolah malah jeblok, padahal aktif sekali terlibat dalam pelayanan. Permisi
1/5
Keteladanan Hidup Bagi Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:34
tanya,. Apakah orang tersebut bertobatnya sungguh-sungguh? Kalau sungguh, maka ia harus menjadi teladan, bukan menjadi tertawaan. Apa yang terjadi bila garam itu tidak asin? Dan terang itu tidak bercahaya atau berrsinar? Jelas sekali tidak ada gunanya. Kata “Tidak ada gunanya” di dalam bahasa Yunani diartikan “tidak ada lagi kekuatan apapun” Seorang petani misalnya di Palestina, tidak menghendaki zat-zat lain atau semacam garam itu, karena bisa merusak tanaman. Jadi masuk akal kalau Alkitab menulis bahwa Garam tersebut bakal diinjak-injak orang karena mereka dengan terpaksa membuangnya ke tengah jalan. Sewaktu saya masih kecil saya masih ingat kalau sehabis mandi, ibu saya selalu mengoleskan minyak kayu putih ke perut saya khususnya bagian pusar. Sampai saat ini kami dengan cara yang sama melakukannya buat anak-anak kami pada saat mereka masih bayi, tujuannya agar mereka tidak masuk angin. Jaman berubah, bukan berarti minyak kayu putih tidak berlaku lagi, namun saat ini saya menemukan banyak anak-anak remaja dan pemuda khususnya yang putri, memakai celana Jeans yang pusarnya bisa dilihat oleh banayuak orang di temapt umum. Saya hanya berpikir, apakah karena sewaktu bayinya sudah diimunisasi dengan minyak kayu putih maka saat ini sudah kebal dan tidak bisa masuk angin lagi, sehingga kalau dibuka-buka begitu tidak menjadi soal? Atau karena minum jamu tolak angin produksi negeri tercinta kita? Memang benar semua orang muda memakai pakaian modelnya demikian saat ini, namun kita sebagai orang percaya perlu ingat, semestinya kita lebih dari yang lain, karena kita adalah Garam dan Terang dunia. Mari, korbankanlah model tersebut demi menjadi Garam dan Terang. Atau mau terjerus sama dengan mengorbankan Tuhan Yesus yang kita percayai? Garam dan Terang sifatnya Mempengaruhi Seperti yang kita ketahui, secara umum Garam itu gunanya untuk mengasinkan dan juga megawetkan. Boleh dibilang itu menjadi bahan dasar kebutuhkan hidup umat manusia. Kegunaannya bersifat untuk apa saja? Saya baru mengetahui dari salah seorang rekan majelis gereja beberapa tahun lalu, kebetulan beliau pengusaha Garam, beliau menceritakan bahwa ternyata garam itu banyak sekali manfaatnya. Kalau Garam hanya untuk masak makanan, maka pengusaha pabrik garam tidak bakal kaya-raya seperti sekarang ini, sebab baik mereka yang kaya atau yang miskin, meraka mengkonsusmi Garam hanya secukupnya. Inilah keunikan Garam. Menurut majelis saya itu, ternyata garam juga berguna untuk menguatkan beton, misalnya tiang listrik yang dari beton itu perlu campuran garam sewaktu pembuatannya, supaya tahan lama dan kuat. Selain Garam itu berkualitas untuk hal yang menguntungkan, ternyata garam juga bisa merugikan, contoh di wilayah sekitar laut mati, tentu tanah akan menjadi sangat tandus. Selain itu, garam juga dapat membuat bahan-bahan besi menjadi berkarat, terutama di daerah pantai, banyak kenderaan yang kita temukan berkarat.
2/5
Keteladanan Hidup Bagi Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:34
“Terang” juga demikian, ia akan berguna kalau cahayanya dapat menyinari sekitarnya. Jika kita memiliki Lilin ataupun Lampu, maka kalau tidak dinyalahkan maka semua itu tidak ada dampaknya.. Diiceritakan suatu hari ada seorang Penjaga rel Kereta Api, karena ia dibebaskan segala kesalahannya oleh hakim di pengadilan maka ia merasa sangat bersalah sekali sehingga ia tidak ada nafsu makan dan tidurnya tidak nyenyak. Malam itu juga, ia menelepon teman dekatnya, dan menceritakan masalahnya. Ceritanya demikian : suatu hari ada sebuah mobil yang ditabrak oleh Kereta Api, sementara penumpangnya langsung meninggal dunia. Penjaga rel Kereta Api ditahan dan diajukan ke dalam persidangan Dalam persidangan terjadi percakapan yang demikian : Hakim : “Apakah waktu kejadian itu, bapak ada di tempat, maksudnya penjagaan rel Kereta Api itu?
di pos
Penjaga : “Ya, saya ada di tempat itu” Hakim :” Apakah bapak tertidur saat itu?” Penjaga : “tidak , saya tidak tertidur, saya malah yang melambaikan peringatan ada Kereta Api lewat”
tanda
Hakim : “Apakah anda juga melambaikan lampu tanda peringatan itu?” Penjaga : “Iya pak, saya mengangkat lampu tersebut” Haklim : Anda tidak bersalah, anda bebas dari kesalahan” Lalu mengapa engkau ngotot tetap mengatakan engkau bersalah tanya temannya ? Penjaga rel Kereta Api itu dengan jujur megatakan kepada temannya bahwa, lampu yang diangkat itu belum dinyalahkan?Jadi walaupun lampunya ada kalau tidak menyala, tentu tidak ada manfaatnya. Timbul pertanyaan sejauh mana kita sebagai orang percaya mempengaruhi orang lain? Apakah karena semua orang sudah terlanjur terjerumus yang salah maka saya pun ikut-ikutan berbuat yang salah? Beranikah kita tampilnya berbeda dengan mereka? Takutkah kita di ejek, karena kita hanya tidak mau melanggar firman Tuhan? Alkitab mengatakan bahwa Garam yang kehilangan rasa tidak berguna lagi. Garam di Palestina dapat diperoleh diberbagai tempat, Garam yang diperoleh dari Laut Mati itu dapat menjadi tawar. Sebab biasanya bercampur dengan zat-zat yang lain, yang dapat menghilangkan rasanya. Selain itu mereka juga memakai pelita, yang diisi minyak Zaitun. Dan diletakkan di atas kaki dian, supaya sinarnya tersebar luas. Namun apabila suatu gantang (alat pengukur untuk Gandum) itu diletakakan di atas pelita itu, maka pelita itu akan padam,.
3/5
Keteladanan Hidup Bagi Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:34
Ayat 15 dikatakan bahwa mereka tidak perlu kuatir, sebab seorang Kristen memang demikian. Ia seperti kita yang terletak di atas gunung yang tidak mungkin tersembunyi. Kemudian pada ayat 16 disebutkan bahwa Terang yang dimaksud merupakan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari yang berdampak buat orang lain. Dampak positipkah atau dampak negatif? Di Alkitab ada dua teladan yang bisa kita ikuti, yakni Daniel dan Yusuf. Mereka berdua dalam waktu yang berbeda mengalami kesulitan, pencobaan, dan godaan. Namun ada kekuatan yang berasal dari Tuhan tetap dalam hidup mereka, sehingga mereka berdua Daniel dan Yusuf tidak jatuh ke dalam dosa. Saya pikir kita perlu berdoa pada Tuhan agar Dia memberikan kepada kita paling sedikit sama seperti Daniel dan Yusuf yang di dalam godaan sekalipun, tetap tidak melanggar firman Tuhan. Garam dan Terang sifatnya menjadi Berkat Garam dan Terang mestinya akan menambah nilai atau menjadi “nilai tambah” bagi yang lain. Garam bisa menggarami demikian juha Terang bisa menerangi. Sekali lagi Garam dan Terang yang tidak menambah nilai tentu tidak ada manfaatnya, itu yang dimaksudkan akan dicampakkan itu. Jikalau hari ini orang percaya disamakan dengan Garam dan Terang, maka semestinya ia akan bernilai lebih terhadap yang lain. Suatu perubahan radikal mestinya terjadi bagi orang yang percaya. Apabila orang itu berkata ia beribadah kepada Allah, itu berarti tatkala ia berada di Toko , di Perusahaan, di Pelabuhan, di Sekolah, di rumah, di Garasi sekalipun, ia beribadah kepada Allah. Tentu bukan dalam arti harafiah seperti orang berada dalam gereja,. Dengan kata lain, kalau di dunia orang berkata, “Semua orang juga begitu hidupnya, maka kita harus berkata saya harus begini hidupku. Yang artinya ketika orang hidupnya bobrok, saya harus lebih baik karena saya ini orang percaya . Kata yang dipakai “untuk menjadi serupa dengan dunia ini “ adalah “suschematizesthai” akar katanya adalah schema yang artinya bentuk luar yang selalu berubah-ubah. Dari tahun ketahun- berubah. Sehema itu dapat dijelaskan seperti seorang anak kecil yang tentu tidak sama bentuk tubuhnya ketika ia sudah berumur 17 tahun, lalu umur 50 tahun dan 80 tahun bentuk, wajah tentu beda.. Demikian juga pakaiannya berubah, pakaian waktu tidur tentu tidak dipakai waktu ke pesta atau ke sekolah.. Rasul Paulus seakan-akan hendak mengatakan jangan berusaha menyesuaikan kehidupanmu kepada kebiasaan dunia, jangan menjadi seperti Bunglon yang warnanya berubah menurut lingkungannya. Sedangkan kata yang dipakai untuk “Berubahlah dari dunia” ialah metamorphousthai. Akar katanya morphe yang artinya suatu bentuk atau unsure pokok yang tidak bopleh berubah-ubah. Orang mempunyai schema yang bisa berubah , namun ia juga mempunyai morphe yang tidak boleh berubah. Ketaatan pada Tuhan tidak boleh berubah, walaupun umur kita berubah. Ketaatan pada Tuhan itulah morphe, sedangkan umur kita itu schema. Namun kita perlu hati–hati juga, jangan, karena ada unsur luar yang bisa berubah maka kita sesuka hati terpengaruh pada lingkungan. Jaman dulu orang memakai anting-anting di telinga, dan biasnya oleh
4/5
Keteladanan Hidup Bagi Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:34
wanita, sekarang pria juga memakai bahkan bukan hanya di telinga, testapi di hidung, bibir, lidah ataupun pusarnya. Apakah orang yang mau taat pada firman Tuhan itu , mau ikut perubahan yang di luar ini juga? Tentu tidak bukan? Saya masih ingat kalau dahulu celana saya sedikit robek saja, maka cepat-cepat pergi minta ibu saya menjahitkan kembali, namun saat ini malah sengaja dio roberk robek cel;ana itu dan dikatakan ini baru model baru? Sebagai penutup saya ingin mengatakan bahwa, orang percaya yang hendak menjadi garam dan Terang dunia , ia mesti dapat menilai kehidupannya, apakah yang dilakukan ini berdampak posistif atau negatif? Kalau tidak membangun iman orang lain, maka jangan dilakukan,. Kiranya Tuhan menolong kita semua. Saumiman Saud Campbell, San Jose April 26, 2004
5/5