Materi Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Serviks A. Deteksi Dini Deteksi dini merupakan usaha menemukan dan menentukan keberadaan, anggapan atau kenyataan seawal mungkin/secepatnya. B. Leher Rahim Leher rahim adalah bagian paling bawah dari rahim. Leher rahim merupakan ujung atau muara dari liang senggama atau vagina. Dapat dijelaskan juga bahwa leher rahim menghubungkan antara rahim dan vagina. C. Konsep Dasar Kanker Serviks 1. Pengertian Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi di leher rahim. Sel-sel di leher rahim berubah sifat menjadi ganas. Data Kasus Kanker Leher Rahim 490.000 wanita di dunia didiagnosa menderita kanker leher rahim, 240.000 diantaranya mengalami kematian. 80 % penderita berada di Negara berkembang. (WHO,2002) Saat ini di RS Kanker Dharmais, kanker serviks menduduki peringkat ke 2 dari seluruh kanker tersering yang diderita oleh wanita. 2. Penyebab Hingga saat ini kanker leher rahim diindikasikan penyebabnya karena HPV ( Human papilloma Virus ) tipe 16 dan 18. Hal ini dikarenakan karena pada penderita kanker serviks, 99 % ditemukan HPV. 3. Cara penularan HPV : •
Kontak seksual --> mayoritas
•
Kontak non seksual ( dari ibu ke bayi saat dilahirkan, alat-alat medis yang tidak
steril, toilet umum) 4. Faktor Risiko : •
Menikah atau melakukan kontak seksual di usia yang sangat muda (usia < 20
tahun ) •
Melahirkan banyak anak
•
Berganti-ganti pasangan seksual
•
Merokok (aktif maupun pasif)
•
Riwayat menderita PMS ( Penyakit Menular Seksual )
•
Infeksi HPV
•
Mempunyai pasangan yang menderita : kanker serviks,kutil kelamin
•
Pasangan mempunyai patner seks sebelumnya yang menderita kanker serviks
•
Menderita infeksi yang lama di organ reproduksi
•
Mempunyai kekebalan tubuh yang rendah (karena obat-obatan, penyakit ex.
AIDS) 5. Tanda dan Gejala : •
Pada stadium dini seringkali tak ada gejala apapun
•
Perdarahan per vaginam abnormal ( perdarahan setelah hubungan seksual, perdarahan diantara periode menstruasi, jumlah darah menstruasi banyak).
•
Keputihan abnormal (kuning putih, berbau)
•
Low back pain (sakit di tulang belakang )
•
Nyeri Cervical ( saat jari atau penis dimasukkan ke dalam vagina )
•
Nyeri saat berhubungan seksual.
• Nyeri saat BAK pada keadaan yang lanjut 6. Tanda dan gejala jika kanker sudah dalam keadaan lanjut : •
Sulit BAK ( Buang Air Kecil ) dan mungkin gagal ginjal.
•
Nyeri BAK dan kadang2 kencing darah .
•
Bengkak di kaki .
•
Diarrhea, atau nyeri di daerah anus atau BAB berdarah
•
Mual, lemas, BB turun, nafsu makan turun, dan terasa nyeri.
•
Konstipasi (sulit buang air besar)
•
Lubang Abnormal di leher rahim (fistula)
•
Pembesaran kelenjar limphe (kelenjar getah bening ) di leher atau ketiak.
•
Penyebaran lanjut ke tulang , paru m usus atau otak memberikan tanda – tanda abnormal. 7. Pencegahan : •
Melakukan perilaku seks yang sehat ( menjaga kebersihan, tidak berganti-ganti
pasangan) •
Melakukan deteksi dini dengan pap smear dan IVA setahun sekali bagi yang
telah menikah atau telah melakukan kontak seksual. • Melakukan vaksinasi HPV ( dapat diberikan mulai usia 9 tahun) 8. Deteksi Dini : Kanker serviks dapat diobati jika ditemukan dalam stadium dini. Stadium dini dapat ditemukan dengan melakukan pemeriksaan pap smear tiap 1 tahun sekali.
D. Macam Deteksi Dini Kanker Serviks IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) 1. Pengertian IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5%. Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010). 2. Tujuan Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim. 3. Sasaran a. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20) b. Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya) c. Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia atau gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS d. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim e. Merokok 4. Jadwal Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi. Tes tersebut dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV / AIDS . Program Skrining Oleh WHO : a. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun b. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun c. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010) d. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 2560 tahun. e. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
f.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1
tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun 5. Syarat a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual b. Tidak sedang datang bulan/haid c. Tidak sedang hamil d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual 6. Tempat IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA diantaranya oleh : a. Perawat terlatih b. Bidan c. Dokter Umum d. Dokter Spesialis Obgyn. 7. Prosedur IVA Untuk pemeriksaan IVA dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g.
Ruangan tertutup Tempat tidur pemeriksaan / tempat tidur ginekologi Lampu sorot Spekulum vagina Asam asetat 3-5 % Swab – lidi kapas Sarung tangan Dengan spekulum cocor bebek yang kering tanpa pelumas dilihat servik
dengan jelas, dengan sumber cahaya yang terang dari belakang berupa lampu sorot. Kemudian servik dipulas dengan asam asetat 3-5%, tunggu selama 1-2 menit, selanjutnya dengan ,mata telanjang dilihat perubahan yang terjadi pada servik. Pada lesi pra kanker akan menampilkan warna putih yang disebut acetowhite pada daerah transformasi (IVA positif), sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Jika tidak terdapat bercak putih pada daerah transformasi disebut IVA negatif. Secara makrospkopis pemeriksaan ini. 8. Kelebihan dan Kekurangan a. Kelebihan : 1) Pemeriksaan tidak bersifat invasif 2) Mudah dan murah 3) Dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi 4) Dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan pada semua tingkat pelayanan kesehatan 5) Alat yang digunakan sederhana
6) Hasil didapat dengan segera tidak menunggu ghasil dari laboratorium 7) Memiliki sensitifitas yang tinggi b.
Kekurangan : 1) Nilai positif palsu yang tinggi 2) Tidak bisa mengamati kelainan pada endoservik
9. Kategori IVA Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah: a. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal. b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks). c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ). d.
IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA). 10. Penatalaksanaan IVA a. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker. b. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut. c. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area
tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010). d. Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Febri. 2010. Kesehatan Reproduksi. (http://bidanshop.blogspot.com. Diakses 04 Desember 2015) Novel S.Sinta dkk. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus (HPV). Jakarta : Javamedia Network Samadi Priyanto .H. 2010. Yes, I Know Everything Abaut KANKER SERVIK. Yogyakarta : Tiga Kelana Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK (Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Printika
Wijaya Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta : Sinar Kejora
PAPSMEAR 1. Pengertian Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel – sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun – tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel – sel leher rahim (Diananda, 2009). Dasar pemeriksaan ini adalah mempelajari sel – sel yang terlepas dari selaput lendir leher rahim. Pap Smear mudah dilakukan dan tidak menimbulkan rasa sakit. Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau pra-kanker. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali pada saat haid. Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943 (Nuranna, 2002).
2. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan pra-kanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah. Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif. Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005): a. Diagnosis dini keganasan Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium. b. Perawatan ikutan dari keganasan Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan radiasai. c. Interpretasi hormonal wanita Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil muda. d. Menentukan proses peradangan Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur. 3. Jadwal Pemeriksaan Pap Smear Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test Pap Smear biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya, namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Wanita-wanita sasaran test Pap Smear (Sukaca, 2009) sebagai berikut: a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi. b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin. c. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB. d. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. e. Pap Smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya aktif. f. Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test. g. Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukan abnormal, sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pra kanker maupun kanker serviks. 4. Syarat
Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat melakukan pap smear menurut (Sukaca, 2009) yaitu: a. Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum menstruasi sebelumnya. b. Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas seksualnya. c. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum pengambialn bahan pemeriksaan. d. Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelumnya. e. Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap smear. f. Apabila klien mengalami gejala perdarahan diluar masa haid dan dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu walaupun ada perdarahan. g. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai pengobatan. h. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan saja. 5. Tempat Pemeriksaan Pap Smear Tempat pemeriksaan pap smear menurut Sukaca 2009 dapat dilakukan di : a. b. c. d.
Rumah sakit pemerintah. Rumah sakit swasta. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau. Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear. Bila hasil pada pasien pap smear ternyata positif, maka harusdilanjutkan
dengan pemeriksaan biobsy terarah dan patologi. Pap smear sudah dapat menemukan kanker leher rahim. Meskipun masih ada tingkat pra kanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan ini bisa memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita yang datang terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit. 6. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear Langkah-langkah Pengambilan pap smear (Romauli dan Vindari, 2011) yaitu : a. Persiapan pasien 1) Melakukan informent concent. 2) Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan lampu sorot. 3) Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
4) Menganjurkan klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan posisi litotomi. b. Pesiapan alat 1) Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti hanscun, speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas atau cytobrush, kaca objek glass, botol khusus berisi alkohol 95%, cytocrep atau hair spray, tampon tang, kasa steril pada tempatnya, formuler permintaan pemeriksaan sitologi pap smear, lampu sorot, waskom berisilarutan klorin 0,5%, tempat sampah, tempat tidur ginekologi, sampiran. 2) Menyusun perlengkapa/bahan secara ergonomis. c. Pelaksanaan 1) Mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh 2) 3) 4) 5) 6)
langkah dan mengeringkan dengan handuk kering dan bersih. Mengunakan hanscun steril. Melakukan vulva higyene. Memperhatikan vulva dan vagina apakah ada tanda-tanda infeksi. Memasang speculum dalam vagina. Masukkan spatula ayre kedalam mulut rahim, dengan ujung spatula yang berbentuk lonjong, apus sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan dengan mengerakkan spatel ayre searah jarum jam,
diputar melingkar 3600. 7) Ulaskan secret yang telah diperoleh pada kaca object glass secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis. 8) Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cara: a) Fiksasi Basah Fiksasi basah dibuat setelah sediaan diambil, sewaktu secret masih segar dimasukkan kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan keringterfiksasi atau dapat pula sediaan dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksasi didalam botol. b) Fiksasi Kering Fiksasi kering dibuat setelah sediaan selesai diambil, sewaktu secret masih seger disemprotkan cytocrep atau hair spray pada object glass yang mengandung asupan secret tersebut dengan jarak 10-15 cm dari kaca object glass, sebanyak 2-4 kali semprotkan. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya diudara terbuka selama 5-10 menit. Setelah kering sediaan siap dikirimkan ke laboratorium sitologi untuk diperiksa bersamaan dengan formulir permintaan.
9) Bersihkan porsio dan dinding vagina dengan kasa steril dengan menggunakan tampon tang. Keluarkan speculum dari vagina secara perlahan-lahan. 10) Beritahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan. 11) Rapikan ibu dan rendam alat-alat dan melepaskan sarung tangan (merendam dalam larutan clorin 0,5%). Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan metode tujuh langkah. 12) Temui klien kembali. 13) Mencatat hasil tindakan dalam status. 7. Klasifikasi Hasil PapSmear Klasifikasi menurut Ramli, dkk: 2000, negative: tidak ditemukan sel ganas. Sedangkan klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut : a. Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal. b. Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan. c. Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan, tetapi tidak konklusif keganasan. d. Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan. e. Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000). Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou : a. Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi. b. Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
Kuman atau virus tertentu.
Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan. c. Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang 1 bulan sesudah pengobatan d. Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian daapat ditempuh 3 jalan, yaitu :
Dilakukan biopsi.
Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
e.
Rujuk untuk biopsi konfirmasi.
Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada hasil kelas IV untuk konfirmasi. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Profil Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Surabaya : Dinkes.
Evennett, Karen. 2003. Pap’s Smear Apa yang Anda Ketahui?. Jakarta: Arcan.
Mansjoer, Arif M. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Bunga Rampah Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Ramli, Dkk. 2000. Deteksi Dini Kanker. Jakarta : FKUI.
TIM PKTP RSUD dr. Soetomo/ FK Unair. 2000. Buku Acuan Teknik Pengambilan Pap Smear. Surabaya: FK UNAIR
TIM PKTP RSUD dr. Soetomo/ FK Unair. 2000. Pengertian Tentang Penyakit Kanker dan Cara Penanggulangannya. Buku Acuan Teknik Pengambilan Pap Smear. Surabaya: FK UNAIR
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.