MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) Sistem Kinerja untuk Mewujudkan Organisasi Berkemaslahatan
UU No 19
Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak Terkait Pasal 49 1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya. Sanksi Pelanggaran Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
ii
Dr. Achmad Firdaus, M.Si.
MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) Sistem Kinerja untuk Mewujudkan Organisasi Berkemaslahatan
iii
Jl. Elang 3, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581 Telp/Faks: (0274) 4533427 Hotline: 0838-2316-8088 Website: www.deepublish.co.id E-mail:
[email protected] Katalog Dalam Terbitan (KDT) FIRDAUS, Achmad Mas}lah}ah Performa (MaP): Sistem Kinerja untuk Mewujudkan Organisasi Berkemaslahatan/oleh Achmad Firdaus.--Ed.1, Cet. 1-Yogyakarta: Deepublish, Maret 2014. xvi, 367 hlm.; 25 cm ISBN 978-Nomor ISBN 1. Manajemen Organisasi
I. Judul 658.1
Desain cover : Herlambang Rahmadhani Penata letak : Nasir Nur Hasyim
PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA) Anggota IKAPI (076/DIY/2012) Isi diluar tanggungjawab percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Rab semesta alam. Yang Maha Memiliki Ilmu. Yang Maha Memberi Kenikmatan. Yang Maha Memberi Kemaslahatan. KepadaNyalah Syukur selalu dipanjatkan. KepadaNya, segala harapan disandarkan. Salawat dan salam semoga selalu tercurah ke haribaan Nabi Besar Muhammad SAW, qudwah h}asanah bagi kita semua. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orangorang yang berserah diri". QS al-Ahqaf 46: 15 Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: Ibunda Hj. Rokayah, yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan, mengajarkan, mendidik, dan mencontohkan kepada penulis tentang hidup dan kehidupan, tentang target hidup, doa, syukur, dan peningkatan hidup. Almarhum Agus Sirad, ayahanda tercinta yang telah mengajarkan dan memberikan arah dan fondasi kehidupan. Hj. Eni Yuhaeni, istri terkasih beserta anak-anak tersayang Muhammad Al Fatih, Muhammad Anggi Baihaqy dan Izzudin Ahmad al Firdausy, atas segala pengorbanan baik materi maupun non materi. Direktur Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Azyumardi Azra MA, atas segala bimbingan dan pengajaran. v
Prof. Dr. Ahmad Rodoni MA. dan Prof. Dr. Fathurrahman Djamil MA. selaku Promotor, atas segala arahan dan masukan. Prof. Dr. Sri-Edi Swasono, SE., Prof. Dr. M. Atho Mudzhar, MSPD., Prof. Dr. Abdul Hamid, ME, selaku Penguji atas segala arahan dan bimbingannya. Prof. Dr. Suwito, MA., Dr. Yusuf Rahman, MA., Dr. Fuad Jabali MA., Dr. Suparto M.Ed atas segala diskusi dan pembelajaran. Seluruh, Dosen, Staff Administrasi, Perpustakaan dan keluarga besar Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala budi baik dan bantuannya Pimpinan dan seluruh Staff Perpustakaan Pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala bantuannya. Sahabat Amarullah S.Ag atas diskusi dan segala masukannya. Teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Angkatan 2009 (Genap) atas segala bantuan dan kebaikannya. Seluruh teman-sahabat yang senantiasa menjadi variabel bebas kehidupan penulis. Anda semua yang mempengaruhi pencapaian kinerja penulis saat ini. Ya Allah di usia yang telah melampaui empat puluh tahun ini, semoga saya belum terlambat untuk memohon kepadaMu, segala ampunan atas segala kekurangan. Kekurangan untuk selalu mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan. Akhirnya melalui buah karya buku ini, ijinkan saya Ya Allah untuk mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami sekeluarga. Ya Allah perkenankan doa kami. Ya Allah berilah ampunan kepada ayahanda kami Agus bin Sirad, kakek nenek kami: KH. Sirad, Hj Rohmah, Bp. Rasjan, Ibu Tasmi. Berilah ampunan atas segala kesalahan yang pernah mereka lakukan semasa hidupnya. Terimalah amal kebaikannya. Jadikanlah vi
amal kebaikannya cahaya di alam kuburnya. Ya Allah berikanlah taufik, hidayah, rahmat, dan hikmah kepada Ibunda kami Hj Rokayah, semoga tetap menjadi wanita saleha. Berikanlah sebaikbaiknya nikmat berupa husnul khotimah. Ya Allah berikanlah pula taufik, hidayah, ramat dan hikmah kepada istri saya, Eni Yuhaeni, Bapak Mertua Sayudi dan Ibu mertua Kartini agar tetap menjadi orang-orang yang soleh dan soleha. Ya Allah semoga anak-anak kami Muhammad Al Fatih, Muhammad Anggi Baihaqi dan Izzudin Ahmad Al Firdausy, dapat menjadi orang-orang yang soleh yang selalu berbakti kepada agama, orang tua dan bermanfaat bagi bangsa, negara dan masyarakat sekitar. Ya Allah berikan kebaikan kepada orang-orang yang pernah menjadi bagian dari kehidupan kami. Guru-guru di SDN Paoman I Indramayu, Guru-guru di SMPN 2 Sindang Indramayu, Guru-guru di SMA Negeri 1 Sindang Indramayu, Dosen-dosen di Jurusan Físika FMIPA UI, Dosen-dosen di Sekolah Pasca Sarjana Management Science FE UI, Dosen-dosen di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, rekan-rekan di PT. SANYO Jaya Components Indonesia, di Group Takaful Indonesia, di PT. Mega Performa Utama, di PT. Delta Buana Putra dan di Yayasan Dai Annur Losarang Indramayu. Terimalah segala niat baiknya sebagai amal kebaikan yang pahalanya tidak terputus sebagaimana yang telah Engkau janjikan. Ya Allah berikanlah keberkahan ilmu pengetahuan sebagai amal jariyah yang tak terputus pahalanya kepada orang-orang yang telah saya sebut di dalam buku ini, yang telah berjasa memberikan pencerahan ilmu pengetahuan kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan buku ini. Amin Ya Robbal Alamiin
Depok, 2013
Achmad Firdaus
vii
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI Pedoman transliterasi Arab – Latin dalam buku ini mengacu pada Pedoman ALA – RC Romanization Tables. A. Konsonan Huruf Arab
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر س س ش ص
Huruf Latin b t th j h} kh d dh r z s sh s}
Huruf Arab
ض ط ظ ع غ ف ق ك ل و ٌ ةه و ئ
B. Vokal dan Diftong Pendek Lambang Ditulis a
Panjang Lambang Ditulis a>
ix
Huruf Latin d} t} d} ‘(ayn) gh f q k l m n h w y
u
i>
i
u>
a^
aw
ay C. Shaddah atau tashdi>d dilambangkan dengan konsonan ganda seperti shawwa>l D. Kata Sandang Kata sandang ditulis dengan huruf kecil dan dipisahkan dengan tanda (-), contoh al-ittiha>d, al-asl
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. v PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. ix DAFTAR ISI ........................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv BAGIAN PERTAMA
MENGAPA ORGANISASI MEMERLUKAN MAS}LAH}AH........................ 6
Satu: Maslahah dalam Sistem Ekonomi Indonesia dan Sistem Ekonomi Islam .............................. 11 Dua: Fala>h} sebagai Tujuan Organisasi ..................... 44 Tiga: Mas}lah}ah Sebagai Sasaran Perantara Organisasi ........................................................ 51 Empat: Upaya Pemenuhan Mas}lah}ah Individu ............ 78 BAGIAN KEDUA
MAS}LAH}AH SEBAGAI SISTEM KINERJA ORGANISASI................................ 90
Lima: Pengukuran Kinerja Organisasi ....................... 92 Enam: Upaya Pemenuhan Mas}lah}ah Organisasi....... 106 Tujuh: Orientasi Ibadah (Worship), Cara Pandang Atas Terpeliharanya Agama (Al-Di>N) .......... 109 Delapan: Orientasi Proses Internal, Cara Pandang Terpeliharanya Jiwa (Al-Nafs) ...................... 125 Sembilan: Orientasi Bakat (Talent), Cara Pandang Terpeliharanya Keturunan (Al-Nasl) ............. 135 Sepuluh: Orientasi Pembelajaran (Learning), Cara Pandang Terpeliharanya Akal (Al-‘Aql) ....... 144
xi
Sebelas: Orientasi Pelanggan, Cara Pandang Terpeliharanya Hubungan dengan Pelanggan ....................................................... 151 Dua Belas: Orientasi Harta Kekayaan, Cara Pandang Terpeliharanya Harta Kekayaan (Al-Ma>L) ... 160 BAGIAN KETIGA
MENGELOLA SISTEM KINERJA ORGANISASI BERBASIS MAQA>S}ID AL-SHARI>’AH ............................................. 172
Tiga Belas: Siklus PDCA Sistem Kinerja MaP ................ 174 Empat Belas: Menyusun Perencanaan Strategis .................. 179 Lima Belas: Mengidentifikasi Fondasi Kemaslahatan Organisasi ...................................................... 206 Enam Belas: Menentukan Perilaku Kemaslahatan ............. 210 Tujuh Belas: Menentukan Ukuran ...................................... 227 Delapan Belas: Menyepakati Kontrak Kinerja ....................... 248 Sembilan Belas: Menerapkan Kinerja....................................... 260 Dua Puluh: Melakukan Pemantauan ................................. 263 Dua Puluh Satu: Melakukan Tindak Lanjut ............................. 271 Dua Puluh Dua: Bangunan Kinerja Kemaslahatan .................. 275 Dua Puluh Tiga: Studi Kasus Penerapan Sistem Kinerja Organisasi Berbasis Maqa>s}id Al-Shari>’ah ..... 287 Dua Puluh Empat: Penutup .......................................................... 322 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 325 GLOSSARY ......................................................................................... 349
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Unsur Fala>h Perilaku Individu (Tingkat Mikro) dan Perilaku Kolektif (Tingkat Makro). ................................... 47
Tabel 14.1.
Penilaian Prioritas Strategi............................................... 183
Tabel 18.1
Kontrak Kinerja ................................................................ 259
Tabel 19.1
Keterkaitan Ukuran Kinerja dengan Pihak Terkait .......... 261
Tabel 20.1.
Pemantauan Kinerja.......................................................... 265
Tabel 22.1
Performa Orientasi Ibadah. ............................................... 276
Tabel 22.2
Performa Orientasi Proses Internal................................... 278
Tabel 22.3
Performa Orientasi Bakat. ................................................ 280
Tabel 22.4
Performa Orientasi Pembelajaran. .................................... 282
Tabel 22.5
Performa Orientasi Pelanggan .......................................... 284
Tabel 22.6
Performa Orientasi Harta Kekayaan ................................ 286
Tabel 23.1
Performa Orientasi Ibadah PT. X ..................................... 292
Tabel 23.2
Performa Kepatuhan PT. X .............................................. 293
Tabel 23.3
Performa Orientasi Proses Internal PT. X ........................ 298
Tabel 23.4
Performa Keberlanjutan PT. X ......................................... 299
Tabel 23.5
Performa Orientasi Bakat PT. X ...................................... 304
Tabel 23.6
Performa Orientasi Pembelajaran PT. X .......................... 309
Tabel 23.7
Performa Orientasi Pelanggan PT. X ............................... 313
Tabel 23.8
Performa Orientasi Harta Kekayaan PT. X ...................... 318
Tabel 23.9
Total Kinerja Hasil Kemaslahatan PT. X......................... 319
Tabel 23.10 Total Kinerja Proses Kemaslahatan PT. X ....................... 321
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1.
Perkembangan Perbankan Shari>’ah .................................... 7
Gambar 1.2
Kesetimbangan Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Bedoui, 2012): 5 ................................................................ 9
Gambar 3.1
Hubungan Kepentingan Pemenuhan Kebutuhan Dasar .......................................................................................... 61
Gambar 3.2
Tingkatan Prioritas Individu ............................................ 63
Gambar 3.3
Model Maqa>s}id ................................................................ 64
Gambar 4.1
Orientasi Ibadah Sebagai Pusat dari Seluruh Orientasi ... 83
Gambar 4.2.
Sinergitas dan Tata Kelola Lima Orientasi Mas}lah}ah ..... 87
Gambar 6.1.
Enam Orientasi Mas}lah}ah untuk Organisasi.................. 108
Gambar 7.1
Alur Hubungan Antar Manusia ...................................... 110
Gambar 7.2.
Dasar dan Penerapan Orientasi Ibadah .......................... 121
Gambar 8.1
Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Proses Internal ................................................................ 126
Gambar 8.2
Analisis Rantai Nilai ..................................................... 128
Gambar 8.3
Sistem Kerja dan Proses Kerja ....................................... 129
Gambar 9.1
Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Bakat .............................................................................. 139
Gambar 9.2.
Pemenuhan Kapabilitas Bakat terhadap Kapasitas Bakat .............................................................................. 140
Gambar 10.1
Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Pembelajaran .................................................................. 146
Gambar 10.2. Obyek Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran............. 149 Gambar 11.1
Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Pelanggan ....................................................................... 153
Gambar 11.2
Hubungan Pengelola Organisasi dan Pelanggan ............ 158
xiv
Gambar 12.1
Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Harta Kekayaan .............................................................. 165
Gambar 12.2
Alokasi Harta untuk Memenuhi Kebutuhan Orientasi Kemaslahatan ................................................................. 166
Gambar 13.1. Siklus Mendapatkan Harta dan Membelanjakan Harta . 172 Gambar 13.2
Siklus PDCA Sistem Kinerja MaP ................................ 177
Gambar 14.1. Perkembangan Karir Tenaga Kerja ................................ 198 Gambar 14.2. Program Pengembangan Kompetensi ............................ 203 Gambar 16.1
Siklus Pengelolaan Suara Pelanggan. ............................ 219
Gambar 17.1. Tahapan Menentukan Ukuran Kinerja ........................... 230 Gambar 17.2. Tiga Kelompok Besar Proses ......................................... 239 Gambar 17.3. Pengelompokan Ukuran Kinerja .................................... 241 Gambar 17.4
Penyelarasan Strategi Untuk Mendapatkan Dukungan Strategi ........................................................................... 242
Gambar 17.5. Bobot Ukuran Berdasarkan Tingkat Kepentingan ........ 243 Gambar 18.1. Milestone Target 5 Tahunan .......................................... 251 Gambar 19.1. Rangkaian Pelaksanaan Perencanaan Strategis ............. 262 Gambar 20.1. Proses Pemantauan Kinerja ............................................ 263 Gambar 20.2. Status Pencapaian Kinerja ............................................. 264 Gambar 20.3. Coaching Dialog Kinerja................................................ 266 Gambar 22.1
Orientasi Ibadah ............................................................. 275
Gambar 22.2
Orientasi Proses Internal. ............................................... 277
Gambar 22.3
Orientasi Bakat. ............................................................. 279
Gambar 22.4
Orientasi Pembelajaran. ................................................. 281
Gambar 22.5
Orientasi Pelanggan ....................................................... 283
Gambar 22.6
Orientasi Harta Kekayaan. ............................................. 285
Gambar 23.1
Perencanaan Orientasi Ibadah PT. X ............................. 289
Gambar 23.2
Perencanaan Orientasi Proses Internal PT. X ................ 294
xv
Gambar 23.3
Disain Sistem Kerja PT. X ............................................. 296
Gambar 23.4
Perencanaan Orientasi Bakat PT. X............................... 302
Gambar 23.5
Grafik Perkembangan Rasio Premi Bruto thd Opex ...... 303
Gambar 23.6
Perencanaan Orientasi Pembelajaran PT. X .................. 306
Gambar 23.7
Grafik Realisasi Biaya DikLat, Alokasi dan Biaya SDM ............................................................................... 308
Gambar 23.8
Perencanaan Orientasi Pelanggan PT. X........................ 311
Gambar 23.9
Grafik Market Share....................................................... 312
Gambar 23.10 Perencanaan Orientasi Harta Kekayaan PT. X .............. 315 Gambar 23.11 Kontribusi Bruto (Premi) ............................................... 316 Gambar 23.12 Pembayaran Zakat .......................................................... 317
xvi
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
PEMBELAJARAN SALAH MENAKAR, MAFSADAH DIANGGAP MAS}LAH}AH APA YANG TERJADI? Masih ingat berita seputar keracunan minuman keras (miras) di Indramayu pada Ramadhon 1429H? Terdengar nyaring di media televisi, koran, majalah, radio, juga media online, puluhan orang tewas korban pesta minuman keras. Awal berita adalah jatuhnya korban pesta miras beracun pada awal Ramadhon 1429 H di Kecamatan Losarang Indramayu. Pesta miras menelan puluhan orang tewas dan puluhan lainnya dirawat di seluruh rumah sakit di kawasan Indramayu. Berita tragis lainnya terjadi di daerah Eretan Indramayu. Tragis, karena banyaknya korban yang jatuh justru terjadi pada malam takbiran menjelang Idul Fitri 1429 H. Bagaikan cerita fiksi, kabar berikutnya datang menyusul dari Desa Tugu Sliyeg. Seperti diberitakan pada Radar Cirebon Minggu 5 Oktober 2008. Sejumlah warga Sliyeg mengalami kebutaan setelah menenggak minuman keras pada saat acara halal bil halal. Acara halal bil halal diisi dengan hiburan organ tunggal. Pada saat acara berlangsung beberapa orang berinisiatip menggelar pesta minuman keras. Sontak para pelaku mengalami kebutaan sesaat setelah meminum miras. Tragis, sungguh tragis nasib mereka. Sebagai orang yang terlahir di Indramayu, sedih rasanya mendengar kabar tersebut. Peta penyebaran dan konsumsi minuman keras sudah mencakup hampir di seluruh wilayah Indramayu. Ada apa dengan masyarakat Indramayu, tanah kelahiranku ini. Di sela-sela perenungan, sempat terlintas di fikiran penulis. Suatu kejadian luar biasa yang menggemparkan Bangsa Indonesia bahkan dunia beberapa waktu sebelumnya. Tepat setahun sebelum peristiwa korban pesta miras. Telah terjadi gempa bumi tektonik berkekuatan sangat besar (7,3 skala richter) terjadi pada Hari Kamis 9 Agustus 2007. Pusat gempa berada di kedalaman 286 KM di bawah Kabupaten Indramayu. Gempa besar tersebut di luar logika para ahli geofisika dan ~ 1 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
geologi dunia. Bagaimana mungkin kawasan utara Pulau Jawa menjadi sumber gempa tektonik. Para ahli geofisika dan geologi sudah mafhum bahwa Kabupaten Indramayu yang terletak pada 107"51'-108"36' BT dan 6"15' - 6"40' LS berada di kawasan utara Pulau Jawa yang bukan zona aktif tektonik. Mengapa Indramayu menjadi sumber gempa? Berbagai teori selanjutnya diajukan oleh para ahli geofisika dan geologi dunia. Salah satu teori yang diajukan adalah nun jauh di bawah permukaan Indramayu terdapat suatu patahan plate tektonik. Ujung patahan plate tektonik lainnya berada di bawah Kota Sukabumi. Itu berarti, plate tektonik melintang dari bagian utara Pulau Jawa dan berujung di Bagian Selatan Pulau Jawa. Itulah sebabnya mengapa meskipun pusat gempa berada di bawah permukaan Indramayu namun kerusakan terparah justru terjadi di Sukabumi. Gempa dalam ini, terjadi karena lempeng Indo Australia bergerak turun dan mendesak lempeng Euro Asia. Gelombang gempapun merambat melalui plate tektonik dari sumber gempa di bawah Indramayu menuju ke permukaan di bawah Sukabumi. Mengapa penulis terpikir menghubungkan peristiwa gempa tektonik berkatagori dalam di bawah permukaan Indramayu dengan peristiwa tewas dan jatuhnya korban di daerah Losarang, Eretan dan Sliyeg pada Oktober 2008? Sebagai seorang alumni Program Studi Geofisika Universitas Indonesia, penulis meyakini bahwa tidak ada kaitan sama sekali antara kedua peristiwa tersebut. Karena disamping kedua kejadian dibedakan dengan jarak waktu yang lama, kedua peristiwa itupun secara ilmiah tidak berkorelasi. Namun sebagai seorang yang meyakini bahwa keberkahan dan azab selalu datang dari Allah SWT. Dan keberkahan maupun azab selalu datang dengan jalan ndilalah maka penulis meyakini bahwa kedua peritiwa tersebut saling berkorelasi. Dengan kedua peristiwa tsb penulis meyakini bahwa sedang terjadi sesuatu di Indramayu, sehingga Allah SWT harus memberikan peringatan kepada masyarakat Indramayu. Gempa bumi berkatagori dalam yang terjadi pada tahun 2007 bisa jadi merupakan pertanda dari Allah SWT terhadap suatu perbuatan buruk yang ~ 2 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dilakukan oleh sebagian masyarakat Indramayu. Namun sayang pertanda dari Allah SWT berupa gempa, belum dapat menyadarkan masyarakat Indramayu. Oleh karenanya, Allah selanjutnya menjatuhkan azab berupa keracunan minuman keras bagi sekalangan masyarakat Indramayu. Lalu perbuatan buruk apa yang telah menyebabkan azab Allah SWT terhadap sebagian masyarakat Indramayu ini?. Mari simak kutipan yang telah dimuat di Republika Online pada Hari Selasa Tanggal 7 Oktober 2008 pukul 20:41:00. Nelayan Anggap Miras Sebagai Jamu Pegal Linu By Republika Contributor Selasa, 07 Oktober 2008 pukul 20:41:00 CIREBON--Sejumlah nelayan di Kabupaten Indramayu sudah meyakini menenggak minuman keras atau miras sebagai obat pegal linu setelah selama seminggu lebih bekerja keras mencari ikan di tengah laut sehingga kebiasaan itu sulit dihilangkan. Demikian hasil wawancara Antara dengan sejumlah nelayan yang menjadi korban miras beracun dan dirawat di Rumah Sakit MA Sentot Patrol, Kabupaten Indramayu, Selasa. Menurut Tanto (23), nelayan dari Desa Eretan Kulon, dirinya sudah lima tahun secara rutin melakukan kebiasaan minum miras usai mencari ikan di lautan lepas antara 7 sampai 10 hari. "Sudah lima tahun saya menjadi ABK kapal besar, dan begitu mendarat maka malam harinya langsung minum miras yang biasanya dicampur minuman anggur. Kalau tidak minum rasa pegal di badan tidak akan hilang dan bisa tidak melaut lagi selama satu minggu," katanya. Ia mengatakan, setelah minum biasanya para ABK langsung tertidur pulas dan esok harinya bisa kembali segar, setelah itu kembali bekerja untuk mempersiapkan berangkat ke laut pada hari berikutnya. Hal senada juga diungkap Taryono (29), nelayan satu desanya yang juga sudah hampir 10 tahun melakukan kebiasaan minum miras setelah bongkar ikan hasil tangkapan di laut. "Kebiasaan itu sulit hilang, minum miras sama saja dengan minum jamu pegal linu karena bisa menghilangkan pegal -pegal selama seminggu di tengah laut,"katanya yang masih terbaring lemas bersama Nursanto, adik kandungnya yang juga menjadi korban.
~ 3 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tujuh nelayan yang sampai Selasa masih terbaring di RS MA Sentot itu merupakan bagian kecil dari ratusan nelayan yang mengalami gejala keracunan alkohol atau Intoxicasi setelah melakukan pesta miras pada hari Lebaran Idul Fitri yang baru lalu. Walaupun mereka mengkonsumsi miras dengan merk yang berbeda ternyata efek yang ditimbulkannya sama sehingga kuat dugaan bahan baku miras itu hampir sama walaupun dikemas dalam merk berbeda. Tanto menceritakan sore hari di Lebaran Idul Fitri itu, ia membeli tiga botol miras merk Manson Rp45.000 per botol dan dicampur dengan tiga botol minuman Anggur Kolesom merk Rajawali seharga Rp17.000 per botol. "Kami bertiga lalu minum bersama, tetapi dua kawan saya yaitu Konjol dan Idin, sehari kemudian langsung berangkat melaut dan sampai sekarang belum ada kabarnya lagi," katanya. Sementara Taryono mengaku selepas Sholat Idul Fitri, mereka minum bersama enam temannya dengan menenggak campuran Anggur Kolesom merk Nusantara dengan bir hitam dan bir putih, dua terakhir merk Bir Bintang. "Sebelumnya saya sudah beli beberapa botol merk W&N, tetapi kata orang itu beracun sehingga saya ganti dengan Anggur merk Nusantara itu. Kenyataanya campuran itu juga buat saya seperti kelelahan, lemas dan sesak nafas," katanya. Namun ada juga nelayan lain, Sobur (47), nelayan Desa Eretan Kulon yang mengaku hanya menenggak Anggur Nusantara tanpa campuran lain tetapi nasibnya juga sama dan mendapat perawatan di RS MA Sentot Patrol. Sampai saat ini akibat menenggak miras yang diduga beracun pada hari Lebaran kemarin telah menelan korban meninggal 12 orang, delapan diantaranya merupakan nelayan warga Desa Eretan Wetan yaitu Herman (30), Sapeng (60), Beni (23), Warnadi (36). Heryanto (25), Rusdi (22), Surjana (27) dan Wasmin (25). Korban meninggal lainnya yaitu Abdul Gofur (41), warga Desa Babakan Jaya, Kecamatan Gabus Wetan, Turya Alias Subur (50) warga Desa Merkarjati, Sulaeman Warga Desa Haurgeulis, dan Kasman Bin Rustayim (22) Desa Patrol Blok Bunder. Selain korban meninggal ternyata tercatat 99 orang sempat mendapat perawatan di RS MA Sentot, 65 orang di RS Bhayangkara Losarang dan 26 orang di RSUD Indramayu. pt
~ 4 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
BAGIAN PERTAMA
~ 5 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
MENGAPA ORGANISASI MEMERLUKAN MAS}LAH}AH “Terserah saya, ini organisasi saya koq. Kenapa harus mikiran mereka”. “Hidup cuma sekali, ngapain mikirin mati!”. “Sikat saja!, yang haram saja susah, apalagi yang halal”. Organisasi, bila didirikan tanpa landasan ajaran agama maka bukan mustahil menghasilkan penindasan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Pihak yang tertindas, pada akhirnya mendoakan hal-hal yang buruk bagi organisasi. Organisasi mendapatkan keburukan. Organisasi menyusut, pada akhirnya habis dan bubar. Tidak perlu disebutkan satu per satu, organisasi yang banyak membuat kerusakan, pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Tetapi organisasi yang pendiriannya dilandasi oleh ajaran agama, menghasilkan kemanfaatan bagi banyak orang. Orang-orang yang mendapatkan kemanfaatan, senantiasa mendoakan hal yang baik kepada organisasi. Organisasi mendapatkan kebaikan. Organisasi menjadi bertumbuh dan berkembang. Organisasipun menjadi langgeng. Ajaran Islam menekankan bahwa organisasi diciptakan untuk mewujudkan fungsi manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Oleh karena itu, organisasi harus memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Hal inilah yang dimaksud dengan sejalannya tujuan organisasi dengan tujuan shari>’ah (maqa>s}id al-shari>’ah). Prinsip tersebut berbeda dengan pandangan dari para ahli organisasi pada umumnya bahwa organisasi diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Pandangan tersebut dilatarbelakangi oleh paham kapitalis bahwa kesejahteraan pemegang saham menjadi tujuan utama organisasi karena merekalah yang memiliki modal (capital). Kesadaran para pelaku organisasi terhadap tujuan sebenarnya dari organisasi, terus bertumbuh dan berkembang. Hal ini terlihat dari pesatnya pertumbuhan industri bisnis berbasis shari>’ah, khususnya di Indonesia. Namun demikian, pesatnya pertumbuhan bisnis shari>’ah belum dapat memberikan gambaran tentang besarnya manfaat bisnis yang diterima oleh para pemangku kepentingan. Hal ~ 6 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
ini disebabkan belum adanya metodologi yang tepat, untuk mengukur kinerja kemanfaatan organisasi, dalam bentuk kontribusi organisasi bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat umum. Salah satu alasannya adalah keterbatasan jumlah penelitian tentang pengukuran kinerja kemaslahatan organisasi. Gambar 1.1. Perkembangan Perbankan Shari>’ah Pertumbuhan Perbankan Shariah (2012) 51.1%
40.2%
60%
16.7%
30% 0%
Aset Perbankan Shariah
Rerata Perbankan Shariah (20072012)
Rerata Perbankan Nasional (2007-2012)
Aset Perbankan Shariah (Trilyun) 2012 145.6 150 100 3.7
50 0 BPRS
BUS & UUS
~ 7 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Jumlah Perbankan Shariah (2012) 155 150 100 50 0
11 Bank Umum Syariah (BUS)
24
Unit Usaha Syariah (UUS)
BPRS
Sumber: Halim Alamsyah, “Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 20151” (paper dipresentasikan pada ceramah ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13 April 2012).
Di sisi lain, penelitian tentang pengukuran kinerja organisasi konvensional berjumlah sangat besar. Devinney (2009) mendapatkan bahwa selama tahun 2005 hingga tahun 2007 terdapat 722 jurnal penelitian tentang pengukuran kinerja organisasi. Jurnal tersebut terdapat pada Academy of Management Journal sebanyak 188, Administrative Science Quarterly sebanyak 49, Journal of International Business Studies sebanyak 157, Journal of Management sebanyak 120 dan Strategic Management Journal sebanyak 208. Data tersebut menunjukan bahwa penelitian tentang pengukuran kinerja organisasi merupakan obyek penelitian yang sangat menarik bagi para peneliti Diantara penelitian tentang kemanfaatan (kemaslahatan) organisasi yang telah dilakukan adalah penelitian oleh Mohammed (2008) juga Mughees Shaukat (n.d) yang melakukan pengukuran kinerja bank shari>’ah. Mereka mengukur tiga aspek penerapan mas}lah}ah yang terdiri dari pendidikan – penegakan keadilan – kesejahteraan, dan rasio kinerja keuangan. Ismail (2010) melakukan pengukuran kinerja lembaga keuangan mikro Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM). Mereka mengamati proses mendapatkan harta, proses distribusi harta yang berkeadilan dan kinerja keuangan yang tidak hanya dilihat dari rasio ~ 8 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
keuangan tetapi juga dari kemampuan Institusi Keuangan Malaysia (MFI) dalam mendistribusikan pendapatan yang berkeadilan. Sani (2012) berargumen bahwa metode pengukuran kinerja yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja bank konvensional seperti Data Envelopment Approach (DEA), Econometric Frontier Approach (EFA) dan Stochastic Frontier Approach (SFA) tidak dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank shari>’ah. Terdapat perbedaan prinsip operasional antara bank shari>’ah dan bank konvensional. Bedoui (2012) mensinyalir bahwa pengukuran kinerja penerapan maqa>s}id al-shari>’ah dari para cendekiawan muslim masih menonjolkan aspek harta atau keuangan. Dia menyatakan bahwa penerapan konsep maqa>s}id al-shari>’ah seharusnya berdasarkan keseimbangan di antara kelima kebutuhan dasar. Konsep keseimbangan pengukuran dilakukan dengan dua cara yaitu metode grafik dan numerik. Bentuk grafik yang dipaparkan oleh Bedoui berbentuk sarang laba-laba yang mewakili lima aspek mas}lah}ah (Gambar 1.2.) Gambar 1.2 Kesetimbangan Pemenuhan Kebutuhan Dasar (Bedoui, 2012): 5 Human Self
Faith
Wealth `
Intellect
Posterity
~ 9 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sementara pengukuran kinerja dengan metode numerik diukur dengan formula: ⁄
o o o o o
1
p1 ukuran kinerja agama (al-di>n) p2 ukuran kinerja jiwa (nafs) p3 ukuran kinerja intelektual („aql) p4 ukuran kinerja keturunan (nasl) p5 ukuran kinerja kekayaan (ma>l)
Nilai p1, p2, p3, p4, p5 memiliki nilai terendah 1, yang menunjukan bahwa kinerja tidak memuaskan, jauh dibawah harapan. Tertinggi 5 yang menunjukan bahwa kinerja sangat memuaskan, jauh melampaui yang diharapkan. Bila seluruh aspek memiliki kinerja jauh di atas yang diharapkan, maka performance maqa>s}id menjadi sebesar = . Kelebihan penelitian ini adalah adanya keseimbangan pengukuran dari seluruh aspek mas}lah}ah yaitu agama (al-di>n), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), akal (al-‘aql) dan harta (al-ma>l). Namun demikian, penelitian ini memiliki kelemahan yaitu hanya mengukur hasil kinerja tanpa menjelaskan proses pencapaian kinerja. Achmad Firdaus (2012) menjelaskan bahwa dalam konteks bisnis, tercapainya kemaslahatan bisnis sangat bergantung pada pemenuhan enam aspek orientasi kemaslahatan bisnis yaitu orientasi ibadah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya penerapan agama (al-di>n) di dalam bisnis2. Orientasi proses internal untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya jiwa bisnis (al-nafs) . Orientasi tenaga kerja untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya keturunan (al-nasl). Orientasi pembelajaran untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya akal (al-‘aql). Orientasi Pelanggan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya hubungan dengan ~ 10 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
pelanggan3. Orientasi harta kekayaan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya harta (al-ma>l). Kemaslahatan organisasi memiliki makna bahwa bisnis menciptakan nilai bagi Allah, pemangku kepentingan dan lingkungan secara berkelanjutan4. Kemaslahatan organisasi tidak dibatasi oleh usia organisasi atau usia pengelola organisasi. Kemaslahatan organisasi akan terus menerus mengalir bahkan ketika organisasi maupun pengelola organisasi sudah meninggal dunia. Oleh sebab itu, keberlanjutan kemaslahatan organisasi adalah tujuan yang harus dijaga dan dipelihara. Kemaslahatan adalah konsep bersifat kualitatif. Oleh karena itu, dibutuhkan metodologi yang tepat untuk mengukur penerapan kemaslahatan di dalam organisasi. Dalam hal ini, diperlukan keberadaan skor kuantisasi pada pengelolaan kinerja pemenuhan kebutuhan dasar organisasi. Hal inilah yang menjadi alasan, mengapa sistem pengelolaan kinerja organisasi berbasis maqa>s}id alshari>’ah disebut pula dengan Mas}lah}ah Performa atau disingkat MaP. Ini sejalan dengan Kaplan dan Norton (1996) yang mengatakan bahwa “jika anda tidak dapat mengukur organisasi, maka anda tidak akan dapat mengelola organisasi tersebut”.
SATU: MASLAHAH DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA DAN SISTEM EKONOMI ISLAM Untuk memperluas usahanya, satu pengembang menggusur tanah milik masyarakat. Dengan modal kekuatan yang dimilikinya, pengembang melakukan tindak kekerasan agar masyarakat dengan rela menyerahkan tanah miliknya. Hal ini menimbulkan perlawanan dari masyarakat. Namun dengan kekuatan dana yang dimilikinya, membuat masyarakat harus merelakan tanah miliknya berganti kepemilikan kepada pengembang. Keberadaan pengembang perumahan di lingkungan masyarakat memang meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah ~ 11 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
tersebut. Namun pertumbuhan ekonomi yang dimaksud, dibangun di atas penderitaan masyarakat sekitar. Pertumbuhan ekonomi yang tercipta, niscaya tidak akan berlangsung lama. Kisah di atas sering kita temui di sekitar kita. Hal ini terjadi karena ada kesalahan dalam memahami makna sebenarnya dari sebuah pembangunan ekonomi. Dalam pandangan umum, ekonomi dipahami dengan ilmu yang berkaitan dengan aktifitas manusia yang senantiasa memperhitungkan biaya, mengharapkan balasan (reward), juga orang yang secara membabibuta melakukan apa saja, demi mendapatkan yang diinginkannya (Mohamed Ariff, 2007). Prinsip ini menjadi pegangan utama bagi orang yang berpaham kapitalis. Kapitalis adalah pemahaman yang menempatkan kapital (modal) sebagai tujuan utama dalam pengembangan ekonomi. Paham ini mengembangkan asumsi bahwa: kebutuhan manusia tidak terbatas, sumber-sumber ekonomi relatif terbatas dan pengejaran terhadap pemenuhan kebutuhan individu (ut ility maximation of self interest) relatif tidak terbatas (Sri-Edi Swasono, 2003). Asumsi di atas memiliki latar belakang pemahaman bahwa setiap orang memiliki kepentingan pribadi (self-interest) yang harus diutamakan untuk dipenuhi. Inilah prinsip individualisme yang menghendaki adanya kebebasan tanpa batas (liberalisme). Kedua prinsip didukung oleh prinsip laissez-faire5. Keseluruhannnya membentuk pemahaman bahwa antar orang perseorang senantiasa saling bersaing atau berkompetisi bebas melalui mekanisme pasar bebas. Pasar bebas sebagai representasi dari kepentingan orang yang memiliki modal, dengan sendirinya mengatur kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, dalam sistem kapitalis peran modal dan pemilik modal sangat sentral dan peran rakyat terpinggirkan. Pandangan tersebut dikenal dengan neoclassical mainstream economics (Sri-Edi Swasono, 2004). Anggapan di atas bertentangan dengan kenyataan bahwa manusiapun ada yang bersifat baik. Oleh karena itu, ilmu ekonomi seharusnya juga berlandaskan pada kebaikan. Sri-Edi Swasono6 menyebutkan bahwa llmu ekonomi adalah ilmu moral. Ilmu ekonomi seharusnya juga mengenal keadilan, peduli dengan ~ 12 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
persamaan dan pemerataan, kemanusiaan serta menghormati nilainilai agama. Paham neoclassical mainstream economics mendapatkan pertentangan dari kaum strukturalis. Di Indonesia, penganut paham strukturalis mengembangkan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi menempatkan manusia sebagai tujuan utama dalam pengembangan ekonomi. Dasar dari demokrasi ekonomi adalah paham kebersamaan (mutualisme) dengan asas kekeluargaan (brotherhood). Demokrasi ekonomi mengutamakan kepentingan masyarakat (mutual-interst) bukan kepentingan orang perseorang. Masyarakat yang terdiri dari individu merupakan makhluk sosial (homo socius). Mereka telah tercipta dengan sendirinya (given). Masyarakat membentuk konsensus sosial antara anggotaanggotanya. Individu-individu di dalam masyarakat, hidup secara kolektif dengan harmonis, saling berbagi, saling bekerja sama. Kepentingan bersama senantiasa mengatur pasar. Pasar harus tunduk pada kepentingan bersama (Sri-Edi Swasono, 2010). Oleh karena itu, negara sebagai institusi tertinggi mendisain dan menata perekonomian guna mewujudkan kepentingan bersama yaitu kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat. A. Sistem Ekonomi Indonesia Berbagai asumsi yang dikembangkan oleh kaum kapitalis sangat bertolak belakang, baik dengan sistem perekonomian Indonesia maupun dengan sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Indonesia bukanlah sistem ekonomi tengah-tengah antara neoclassical economics dan sistem ekonomi sosialis, juga bukan sistem ekonomi campuran diantara keduanya. Sistem ekonomi Indonesia adalah suatu jalan lurus, jalan ke-tiga yang menempatkan ekonomi sebagai ilmu moral. Sistem ekonomi Indonesia mengarah pada suatu bentuk sistem ekonomi baru yaitu sistem ekonomi Pancasila (Sri-Edi Swasono, 2012). Sistem ekonomi Pancasila identik dengan demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi mengandung pengertian bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Tidak hanya mencakup ~ 13 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
lapangan politik, tetapi juga perekonomian. Sumber-sumber produksi pada pokoknya juga berada dalam penguasaan rakyat. Artinya, rakyat suatu negara yang menganut paham kedaulatan rakyat berhak sepenuhnya atas sumber-sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran mereka sendiri (Sri-Edi Swasono, 1988). Sistem ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang dijiwai oleh ideologi Pancasila, yaitu sistem ekonomi yang merupakan usaha bersama berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan nasional (Mubyarto, 1987:32). Sistem ekonomi Pancasila menurut Sri-Edi Swasono (1987) memiliki karakteristik adanya kebersamaan (mutualisme) dan kekeluargaan (brotherhood), bermoral non diskriminasi dan non explotatory, anti monopoli, strukturalisme, kerjasama (cooperative), bernilai religius, bernilai institusional, non-usurious, social well-being. Mubyarto (Sri-Edi Swasono, 2008) menyebutkan bahwa ekonomi Pancasila memiliki ciri-ciri: (1) Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral. (2) Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan pemerataan sosial (egalitarianisme), sesuai asas kemanusian. (3) Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh, berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijaksanaan ekonomi. (4) Koperasi merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk paling konkrit dari usaha bersama. (5) Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan sosial. Landasan hukum sistem ekonomi Pancasila (Sri-Edi Swasono, 2008:16) adalah Pasal 337 UUD 1945 yang dilatarbelakangi oleh Pembukaan UUD 1945, didukung dan dilengkapi oleh Pasal-pasal: 188, 239, 27 ayat (2)10 dan 3411. Pasal 33 UUD 1945 mengatur perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial12. Pasal ini memiliki dua kandungan nilai transformasi yaitu transformasi ekonomi dan transformasi sosial (Sri-Edi Swasono, 2003). Transformasi ekonomi mengandung ~ 14 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
makna menegakkan demokrasi ekonomi, melaksanakan usaha bersama, melaksanakan asas kekeluargaan, menolak azas perorangan, penyesuaian KUHD kolonial merujuk pada pasal 33 UUD 1945. Transformasi sosial mengandung makna membentuk hubungan ekonomi, membentuk kerjasama kemitraan, dan melaksanakan tiga co yaitu co-ownership, co-determination dan coresponsibility. Ayat (1) Pasal 33 UUD 1945 memiliki empat kata kunci sistem perekonomian Indonesia yaitu: perekonomian, disusun, usaha bersama dan asas kekeluargaan (Sri-Edi Swasono, 2010). Sri-Edi Swasono menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan „perekonomian‟ pada ayat tersebut adalah konsepsi triple-co yaitu co-ownership (ikut serta dalam kepemilikan bersama), codetermination (ikut serta menilik dan ikut menentukan kebijaksanaan perusahaan dan co-responsibility (ikut serta bertanggung jawab). Kata „disusun‟ pada Ayat (1) Pasal 33 UUD 1945 dimaknai sebagai sistem yang tidak dibiarkan dengan sendirinya atau diserahkan sepenuhnya pada pasar. Negara menyusun dan mendisain sistem perekonomian. Adapun kata „usaha bersama‟ dan „asas kekeluargaan‟ memiliki makna bahwa bentuk ketersusunan sistem perekonomian adalah dalam bentuk usaha bersama (mutual endeavor) berdasarkan kepentingan bersama (mutualisme). Bentuk usaha bersama dikelola berdasarkan asas kekeluargaan (brotherhood) dan gotong royong (cooperative). Ayat (2) Pasal 33 UUD 1945 (Sri-Edi Swasono, 2010) dimaksudkan oleh para the founding father sebagai usaha untuk menyelamatkan kedaulatan ekonomi negara dan untuk mengutamakan kepentingan rakyat. Kata „menguasai‟ dalam ayat tersebut bermakna bahwa negara menguasai sekaligus memiliki cabang-cabang produksi. Penguasaan tanpa disertai dengan kepemilikan mengakibatkan penguasaan negara terhadap cabangcabang produksi menjadi tidak efektif. Ayat (3) Pasal 33 UUD 1945 (Sri-Edi Swasono, 2010) mempertegas makna demokrasi ekonomi, bahwa perekonomian ~ 15 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
diselenggarakan demi kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Kepentingan rakyat yang utama bukan kepentingan orang-seorang. Ayat ini juga mempertegas bahwa demokrasi Indonesia berdasarkan atas asas kebersamaan (mutualisme), bukan asas perorangan atau liberalisme. Tentu saja pemahaman ini berbeda dengan paham dunia Barat yang cenderung mengartikan “demokratisasi” dengan “privatisasi”. B. Sistem Ekonomi Indonesia dalam Sistem Ekonomi Islam Chapra (2007) menyebutkan bahwa tujuan dari suatu sistem ekonomi, secara esensial ditentukan oleh pandangan keduniaan dari sistem ekonomi tersebut. Islam sebagai sistem ekonomi memiliki pandangan kedunian berdasarkan pada tiga konsep yang mendasar yaitu tawhi>d, khilafah dan keadilan. Tawhi>d adalah dasar yang paling penting diantara dua konsep lainnya karena dua konsep tersebut merupakan konsekuensi logis dari tawhi>d. Tawhi>d adalah pemahaman terhadap keesaan Tuhan. Pemahaman bahwa alam semesta didisain dan diciptakan oleh Sang Maha pencipta13 dengan tujuan tertentu. Segala sesuatu diciptakan olehNya bukan tanpa sebab atau secara ketidak sengajaan. Tujuan ini pula yang menyertai penciptaan alam semesta termasuk didalamnya manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaanNya harus mematuhi tujuan tersebut. Hal inilah yang disebut sebagai bentuk peribadatan manusia kepada Tuhannya. Sebagai khalifah14, manusia diperintahkan oleh Allah untuk menjaga dan mengelola bumi15. Oleh karena itu, seluruh aktifitas ekonomi menjadi bagian dari menjalankan tugas dan fungsi kekhalifahan manusia di bumi (A. Riawan Amin, 2007). Konsekuensinya adalah aktifitas ekonomi yang dilakukan harus selalu mengacu kepada petunjuk atau panduan yang diberikan oleh Allah. Petunjuk tersebut berisi keyakinan, tata nilai dan hukum tentang perilaku, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran dan hadist nabi. Khilafah pada dasarnya berpihak kepada asas kesatuan (unity) dan persaudaran antar umat manusia (brotherhood of ~ 16 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mankind)16. Persaudaraan / kekeluargaan hanya akan menjadi konsep yang kosong apabila tidak disertasi dengan keadilan. Islam menempatkan keadilan sebagai suatu keutamaan yang harus diperjuangkan karena menegakkan keadilan merupakan bentuk ketakwaan kepada Allah. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan ilmu, anugerah, dan kemampuan yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia (Yusuf Qardhawi, 2004). Oleh karenanya, ekonomi Islam sangat mengedepankan sisi kemanusian dalam seluruh aktifitasnya. Sifat kemanusian seperti: kemerdekaan, kemuliaan, keadilan, persaudaraan, saling mencintai, saling tolong menolong, menjadi satu kewajiban yang harus ditegakkan. Sedangkan sifat-sifat yang bertentangan dengan sifat kemanusiaan seperti permusuhan, dengki, saling membenci, berbuat curang, menindas, ketidakadilan dilarang untuk dilakukan. Monzer Kahf (2007) menyebutkan bahwa sistem ekonomi Islam memiliki tiga prinsip utama yaitu: pertama, prinsip kepemilikan adalah pada Allah. Bumi17 dan isi yang terkandung di dalamnya bahkan jagad raya alam semesta adalah ciptaan Allah dan milik Allah18. Implikasinya adalah bahwa kepemilikan seseorang terhadap berbagai sumber daya bersifat terbatas dan tidak absolut. Penggunaan berbagai sumber daya oleh manusia akan dipertanggungjawabkan kepada Allah di akhirat kelak. Kedua, prinsip keseimbangan atau non-partisanship. Meskipun satu sumber daya alam dimiliki oleh suatu kelompok dan sumber daya lainnya dimiliki oleh kelompok lainnya namun penggunaan sumber daya tetap mempertimbangkan kepentingan sosial dan kepentingan individu. Ketiga, prinsip keadilan19 dimana adil berarti menggunakan hak pribadi tanpa mengabaikan hak orang lain. Ekonomi Pancasila seiring dan selaras dengan ekonomi Islam. Kedua sistem ekonomi tersebut saling compatible meski tidak sepenuhnya substitutable (Sri-Edi Swasono, 2006). Kekhalifaan manusia di bumi dalam bahasa yang digunakan oleh Bung Hatta (Sri-Edi Swasono, 1992:143) adalah „Dunia ini adalah kepunyaan Allah semata-mata yang disediakan untuk tempat kediaman manusia ~ 17 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sementara, dalam perjalanannya menuju dunia yang baka. Kewajiban manusia tidaklah memiliki dunia, kepunyaan Allah, melainkan memeliharanya sebaik-baiknya dan meninggalkannya kepada angkatan kemudian dalam keadaan yang lebih baik dari yang diterimanya dari angkatan yang terdahulu‟. Sri-Edi Swasono (2004) menggunakan istilah „mandataris‟ untuk menjelaskan tentang fungsi kekhalifaan manusia di bumi. Segala bentuk kepemilikan oleh manusia di bumi adalah atas mandat dari Allah. Selanjutnya Allah membebani si pemilik dengan kewajiban-kewajiban. Adapun kepemilikan diperoleh melalui upaya mencari rizki yang tentunya memiliki batas-batas tertentu. Sejumlah kewajiban dan batas-batas tersebut terwujud dalam larangan terhadap monopoli kepemilikan, kewajiban membayar zakat dan infak. Kutukanpun berlaku bagi yang mempraktekan monopoli kepemilikan sebagaimana telah dibuktikan kepada Qorun dan Abu Lahab. Hal inilah yang menurut Sri-Edi Swasono sebagai keadilan ekonomi dan demokrasi ekonomi, dimana azas kekeluargaan (brotherhood) sebagai dasar dan kebersamaan (mutualism) sebagai landasan. Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 berbunyi Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri-keadilan. Pernyataan di atas menunjukan prinsip kemaslahatan yang dikandung oleh ekonomi Pancasila. Al-Gha>zali (1982) menjelaskan bahwa mas}lah}ah berarti sesuatu yang mendatangkan manfaat atau keuntungan dan menjauhkan mud}arat atau kerusakan. Mencegah segala tindakan yang menyimpang atau mendatangkan kerusakan merupakan kegiatan untuk mencapai kemaslahatan. Penjajahan suatu bangsa atas bangsa lainnya adalah kegiatan penindasan yang menghasilkan ketimpangan dan peyimpangan. Penyimpangan dari keadilan ke penindasan, dari kesejehteraan ke kemiskinan, dari persaudaraan ke permusuhan, dari kasih sayang ke kekerasan, dari kebahagiaan ke
~ 18 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sengsaraan. Kegiatan-kegiatan tersebut mendatangkan kemudaratan atau kerusakan (Sri-Edi Swasono, 2004). Alinea ke-dua Pembukaan UUD 1945 berbunyi Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pernyataan di atas menunjukan bagian dari makna yang dikandung oleh prinsip fala>h dalam ekonomi Islam. Ra>ghib al-As}faha>ni> dalam Muhammad Akram Khan (1994) menyebutkan bahwa konsep fala>h} di kehidupan dunia menggambarkan tiga hal, yaitu: kelangsungan hidup / kesinambungan dalam kebaikan, kebebasan berkeinginan/ kekayaan dan kekuatan, kemuliaan dan kehormatan. Muhammad Akram Khan (1994) menyebutkan bahwa fala>h} memiliki konsep multi dimensi yang berimplikasi terhadap perilaku individu (tingkat mikro) dan perilaku kolektif (tingkat makro)20. Kebahagiaan, keselamatan, sentosa, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur adalah kondisi dan perilaku di tingkat mikro (individu) maupun tingkat makro (kolektif) yang terkandung dalam pengertian kelangsungan hidup / kesinambungan dalam kebaikan, kebebasan berkeinginan/ kekayaan dan kekuatan, kemuliaan dan kehormatan, sebagaiman makna yang dikandung di dalam fala>h}. Pasal 33 UUD 1945 ayat (1) yang mendasari sistem ekonomi Pancasila yaitu landasan kebersamaan (mutualism) dan asas kekeluargaan (brotherhood) adalah selaras dan sejalan dengan konsep khilafah yang berprinsip atas asas kesatuan (unity) dan persaudaran antar umat manusia (brotherhood of mankind) sebagaimana dijelaskan oleh Chapra. Pasal 33 UUD 1945 ayat (2) dan ayat (3) yang menjelaskan peran negara dalam menciptakan kemakmuran rakyat, juga sejalan dengan kebijakan Islam dalam menjaga keseimbangan pasar, kesatuan ekonomi dalam upaya menjaga keadilan dan meningkakan kemakmuran rakyat. Dede Abdul Fatah (2012) menyebutkan bahwa pada era Abbasiyah, ~ 19 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
lembaga ekonomi yang permanen dan independen yang disebut lembaga hisbah telah berperan aktif dalam menjaga keseimbangan dan keadilan ekonomi. Pada masanya pula, khalifah banyak mengangkat petugas pengawas perekonomian (muh}tasib) yang bertugas untuk mengawasi aktifitas ekonomi. Keberadaan lembaga hisbah menunjukan peran aktif pemerintah dalam melakukan penataan terhadap aktifitas ekonomi. Pasal 33 UUD 1945 yang menjadi dasar dari sistem ekonomi Pancasila memiliki nilai transformasi sosial yaitu nilai non-usurious system (Sri-Edi Swasono, 2003). Sri-Edi Swasono (2008) menyebutkan bahwa riba adalah ideological mindset yang mengisi suatu sistem ekonomi, dasarnya adalah kepentingan pribadi (selfinterest), kerakusan, perampasan, (rip-off) hegemonik yang berawal dari liberalisme. Hal ini sejalan dengan konsep pelarangan riba pada sistem ekonomi Islam. Nilai moral ekonomi Pancasila yang nondiskriminatori, noneksploitatori, anti monopoli, anti konsentrasi penguasaan aset produktif, etika ketuhanan, berkeadilan sosial atau emansipatori ekonomi dan mengutamakan kerja sama (asas kebersamaan dan kekeluargaan), pada dasarnya memiliki nilai luhur yang juga dikandung dalam sistem ekonomi Islam. Seluruh penjelasan di atas menyiratkan adanya hubungan yang sangat erat antara sistem ekonomi Indonesia dan sistem ekonomi Islam. C. Tawhi>d, Landasan Spiritualitas Ekonomi Spiritualitas berarti proses pencarian terhadap makna hidup. Pemaknaan diri bahwa terdapat suatu gaya sangat besar yang mempengaruhi diri. Sesuatu yang bersifat non materi (Mathew L Sheep, 2003). Kamran Janfeshan (2011) menyebutkan bahwa spiritualitas tercermin pada kepercayaan kepada Tuhan, mencintai sesama, ketekunan, gerakan, daya tahan, kealiman, kerendahan hati, kepercayaan kepada Tuhan, kedewasaan, layanan, kebaikan, harapan di masa akan datang, ikhlas menerima, optimisme, kebajikan, kepuasan, rasa syukur, kejujuran, ekonomi, ketiadaan ketergantungan, pengorbanan juga kesetiaan.
~ 20 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Unsur spiritual dalam diri manusia membuat dirinya senantiasa bertanya mengapa mengerjakan sesuatu dan membuatnya mencari cara yang lebih baik untuk melakukannya (Danah Zohar dan Ian Marshal, 2004). Unsur spiritual membuat manusia berharap agar hidup dan upaya yang dilakukannya memiliki makna. Spiritualitas dapat menciptakan etos sosial (M. Dawam Rahardjo, 1999). Etos tersebut diyakini, dihayati dan diamalkan secara konsekuen, sehingga menimbulkan dampak sosial tertentu yang diasosiasikan dengan seseorang dan kelompok masyarakat tertentu21. Spiritualitas adalah dimensi batin (esoteric dimension) atau jiwa agama. Di kehidupan abad modern, spiritualitas meliputi kualitas iman, kualitas jiwa, kualitas mental kualitas kecerdasan emosi, dan kualitas kecerdasan spiritual yang bersumber dari keyakinan agama22. Para pendiri Bangsa Indonesiapun menyadari pentingnya spiritulitas dalam kehidupan berbangsa. Sehingga dirasa perlu untuk menghadirkan sisi spiritualitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar tentang pemahaman spiritual antara cendekiawan Barat dengan cendekiawan Timur (Islam). Perbedaan itu terletak pada apakah spiritual berkaitan dengan ajaran agama ataukah tidak? Weber (1958), Chaleff (1998), Guillory (2000), Friedman (2008) menyebutkan bahwa spiritual berbeda dengan agama. Spiritual dan agama sebagai dua hal berbeda meskipun memiliki fenomena yang berkaitan. Spiritualitas berasal dari kesadaran dalam diri, di luar sistem keyakinan, apakah sistemsistem ini diajarkan atau dipelajari di dalam agama. Sementara dalam Islam, spiritualitas merupakan bagian daripada sistem agama yang diyakini, dihayati dan diamalkan. Islam mengajarkan bahwa spiritualitas merupakan bentuk peribadatan dari seorang makhluk kepada Yang Maha Penciptanya. Peribadatan yang harus dilakukan untuk menjalankan fungsi khalifah manusia di bumi. ~ 21 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Perwujudan fungsi manusia sebagai khalifah di bumi mengarahkan manusia untuk dapat memiliki visi yaitu mencapai kebahagiaan hidup di akhirat tanpa mengabaikan kesuksesan hidup di dunia. Kesuksesan hidup di dunia merupakan sasaran perantara, batu loncatan atau milestone. Berjangka waktu pendek dan bukan segala-galanya. Puncaknya adalah kebahagiaan hidup di akhirat, berjangka waktu panjang dan abadi. Sebuah pencapaian yang sepenuhnya harus diperjuangkan. Sebuah tujuan dari segala aktifitas kehidupan. Kecenderungan seorang muslim terhadap kehidupan akhirat bukan berarti bahwa dirinya tunduk dan pasrah kepada takdir. Ketergantungan dirinya terhadap berbagai keadaan dan kesempatan, serta perasaan tidak mampu untuk berusaha dan berkarya tetapi merupakan sebuah ungkapan perasaan sebagai khalifah Allah di bumi (Muhammad Baqir Ash-Shadr , 2008). Bagi seorang muslim, kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat adalah cita-cita yang harus diperjuangkan dan dipahami sebagai: i. Bahwa yang namanya kesuksesan tidak hanya dari sudut pandang antar manusia tetapi juga dari sudut pandang antara manusia dengan Allah Yang Maha Pencipta. ii. Bahwa yang namanya bahagia tidak hanya yang tampak pada jasmani tetapi juga ruhani. iii. Bahwa yang namanya kesuksesan tidak hanya dilihat dari fisik material tetapi non fisik dan non material. iv. Bahwa yang namanya kesuksesan bukan hanya dari sudut pandang pemahaman diri sendiri tetapi atas penilaian dari orang lain. v. Bahwa bila manusia selamat, maka sebaiknya keselamatan tersebut tidak hanya dinikmati oleh diri sendiri tetapi juga oleh orang lain. vi. Bahwa kesuksesan tidak hanya sekedar memiliki harta benda yang banyak tetapi juga tumbuhnya rasa bahagia ketika harta benda tersebut dapat dinikmati oleh orang lain.
~ 22 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
vii. Bahwa kesuksesan dan keselamatan adalah ketika hal-hal tersebut di atas dilakukan dengan motivasi untuk beribadah kepada Yang Maha Menciptakan bukan untuk yang lain. Bila seluruh aktifitas di dunia disajikan dalam kerangka
akhirat dan bekerja dengan orang lain diberi kualitas „kewajiban‟ dan dimaknai sebagai ibadah, niscaya perenungan seorang muslim terhadap yang ghaib akan mengalami transformasi menjadi kekuatan penggerak bagi terciptanya partisipasi terbesar demi mendongkrak tingkat perekonomian (Muhammad Baqir Ash-Shadr, 2008). D. Kehidupan Dunia adalah Proses, Kehidupan Akhirat Adalah Hasil Al-Ghazali (Mohammad S. Ghazanfar, 1997) menjelaskan bahwa kehidupan akhirat adalah tempat akhir pembalasan bagi manusia atas segala yang dilakukan semasa hidup di dunia. Pembalasan tersebut dapat berupa pahala (reward) ataupun hukuman (punishment). Itu berarti, kehidupan dunia tidak saja bersifat sementara tetapi juga tempat perjuangan dan persiapan menuju hari pembalasan. Dapatlah dikatakan bahwa kehidupan dunia hanyalah sasaran perantara atau tujuan jangka pendek sedangkan kehidupan akhirat adalah tujuan akhir atau tujuan jangka panjang. Untuk itu, perjuangan yang dilakukan di dunia tidak sekedar mengejar kepentingan bersifat keduniaan tetapi harus didedikasikan untuk mendapatkan kebaikan di kehidupan akhirat. Berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan keselamatan di akhirat, Al-Ghazali (Ahmad Zidan, 1997) membagi orang menjadi tiga kelompok yaitu: pertama adalah orang-orang yang mengabaikan kehidupan akhirat dengan memanjakan dirinya pada segala sesuatu yang bersifat keduniaan, mereka ini akan dihancurkan. Kedua, orang yang di kehidupan dunia senantiasa mengejar kehidupan akhirat. Mereka mendapatkan kesuksesan. Ketiga, orang yang mengikuti jalan tengah yaitu orang yang dalam segala aktifitas kehidupan dunia senantiasa mengikuti aturan shari>’ah, termasuk dalam aktiftas ekonomi. Mereka mendapatkan keselamatan. ~ 23 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Berkaitan dengan kehidupan di dunia, tentu mudah untuk diamati, diobservasi, dianalisis dan diambil satu keputusan terhadap satu hal yang diperbincangkan. Tidak demikian halnya dengan kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat tidak bisa diobservasi karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh manusia23. Namun demikian, kehidupan akhirat merupakan akibat dari segala apa yang dilakukan di kehidupan dunia, maka kinerja di kehidupan akhirat masih dapat diprediksikan dari pencapaian kinerja di kehidupan dunia. Dalam bahasa matematika sederhana, dapatlah dikatakan bahwa kehidupan dunia adalah variabel bebas (independent variable) sementara kehidupan akhirat adalah variabel terikat (dependent variable). E. Partisipasi dan Kerjasama Dalam melakukan kegiatan ekonomi, tentu saja terdapat persaingan diantara para pelaku ekonomi. Namun demikian, bukan berarti bahwa persaingan yang dilakukan harus mengabaikan pertalian atau persaudaraan. Kerja sama disertai sikap hidup saling bergotong royong dan saling menolong merupakan kekuatan utama ekonomi. Kerjasama dan saling menolong adalah tali penghubung agar persaingan yang dilakukan tidak mengabaikan persaudaraan24. Persaingan dan kerjasama adalah kekuatan kembar yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam menggerakkan kehidupan ekonomi dunia secara nyata (Sri-Edi Swasono, 2003). Persaingan dan kerjasama dalam ekonomi kerakyatan dilakukan secara selaras dengan landasan kebersamaan atau mutualism dan kekeluargaan atau brotherhood (Sri-Edi Swasono, 2004). Azas kekeluargaan memiliki makna persaudaraan, tolong menolong dan gotong royong. Hal ini sejalan dengan hadis nabi: Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim). (HR. Ahmad)
Persaingan yang diwujudkan dalam pasar bebas menjadi dasar bagi kaum kapitalis untuk saling gontok-gontokan, saling tidak rukun bahkan saling melumpuhkan. Hal ini berbeda dengan prinsip kerja sama atau cooperative yang saling memelihara keberadaan ~ 24 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
setiap kekuatan ekonomi (Sri-Edi Swasono, 2010). Persaingan menjadi penggerak utama sistem ekonomi kapitalis. Meski merekapun menyadari bahwa persaingan telah berdampak buruk dengan terjadinya Perang Dunia I dan II. Pasca kedua perang tersebut terjadilah kevakuman. Kerjasama menjadikan dunia bergairah dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia I dan Persatuan Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia II. Kerja sama atau tolong menolong dalam kegiatan ekonomi menjadi ciri dari sistem ekonomi Islam25. Akram (1994) menyebutkan bahwa ekonomi Islam adalah suatu studi yang bertujuan untuk menciptakan fala>h}, dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam yang ada di bumi, berlandaskan pada kerjasama dan partisipasi. Kerjasama menciptakan keharmonisan sistem. Pembelajaran diperoleh dari keharmonisan alam semesta. Keharmonisan terlihat pada teraturnya rotasi bumi terhadap porosnya, juga pada peredaran bumi terhadap matahari26, peredaran bulan, bintang dan matahari27, siklus hujan28, siklus pertumbuhan manusia di dalam rahim29, siklus kehidupan, kematian dan kebangkitan dari alam kubur30. Choudhury (1986) menyatakan bahwa persamaan dan kerjasama di dalam ekonomi Islam adalah manifestasi dari prinsip tawhi>d dan persaudaraan (brotherhood). Prinsip tawhi>d mengajarkan bahwa sejatinya manusia awalnya satu. Lantas Allah menciptakan pasangannya, kemudian dari pasangan tersebut Allah memperkembangbiakkan manusia31. Adapun Allah menciptakan ketidaksamaan pada diri manusia dalam perbedaan fisik, pengetahuan, harta, kekuatan bukanlah dimaksudkan sebagai ketidakharmonisan tetapi memiliki tujuan agar diantara manusia dapat saling melengkapi satu sama lain32, saling meminta33 dan saling bersaudara34. Semangat berpartisipasi adalah perilaku yang diajarkan oleh Rasulallah. Larangan memerangi orang non muslim selama mereka berpartisipasi dalam membayar pajak. Berbagi makanan kepada seluruh orang. Berbagi dengan mengutamakan kepentingan orang
~ 25 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
lain tanpa pamrih35. Berbagi harta rampasan perang secara adil36. Pembagian zakat bagi yang wajib menerimanya37. Hadis riwayat Abdurrahman bin Abu Bakar ra., ia berkata: Kami berjumlah 130 orang sedang bersama Nabi SAW. Lalu Nabi SAW. bertanya: Adakah salah seorang di antara kalian mempunyai makanan? Ternyata ada seorang yang mempunyai kira-kira satu sha` gandum yang lalu dibuat adonan. Kemudian datang seorang lelaki musyrik tinggi yang kusut rambutnya menggiring kambing. Nabi SAW. bertanya: Ini dijual atau diberikan atau dihadiahkan? Orang itu menjawab: Dijual! Rasulullah SAW. membeli seekor kambing darinya. Setelah disembelih, Rasulullah SAW. menyuruh diambil hatinya untuk dipanggang. Kata Abdurrahman bin Abu Bakar: Demi Allah! Kami berseratus tiga puluh orang seluruhnya mendapatkan sepotong hati kambing dari Rasulullah SAW. Jika orang itu hadir, maka Rasulullah SAW memberikannya dan kalau tidak ada Rasulullah SAW. menyimpannya. Makanan itu dibagi dalam dua talam. Kami semua makan dari kedua talam itu dan kenyang. Sisa yang ada pada kedua talam tersebut aku bawa ke atas unta. (Shahih Muslim No.3832)
Ajaran Islam senantiasa mengingatkan kepada kita terhadap pentingnya kerjasama dan partisipasi. Adanya ketentuan hukum bahwa dari setiap harta yang didapatkan, pada dasarnya terdapat hak bagi orang lain38. Adanya ketentuan larangan pembuatan kontrak bisnis yang melibatkan satu jenis kontrak secara eksklusif tanpa membagi risiko (Frank E. Vogel, 1998). Adanya ketentuan larangan pembuatan kontrak bisnis yang cenderung membuat perselisihan di antara pihak yang terlibat39, ataupun adanya larangan memakan riba40. Terkait dengan pelarangan riba, para ahli fiqih sepakat bahwa riba dilarang karena memiliki unsur mendominasi dan mendzalimi bagi masing-masing pihak. Hak kreditor untuk menerima bunga telah terjamin tanpa memperdulikan apakah asetnya tersebut meningkatkan nilai tambah ataukah tidak bagi orang lain. Riba membuat satu pihak memakan harta pihak lain tanpa berjerih payah dan berisiko. Riba didapatkan bukan dari imbalan kerja atau jasa, juga mengabaikan aspek kemanusiaan demi mendapatkan materi. ~ 26 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Kebersamaan dan saling berpartisipasi juga merupakan nilai yang dianut oleh sistem ekonomi Pancasila. Sistem ekonomi yang dikenal pula dengan ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan adalah pengertian dan konsep asli Bangsa Indonesia. Ekonomi rakyat merupakan satu kesatuan kata dan bukan sekedar rangkaian kata „ekonomi‟ dan „rakyat‟. Kata rakyat dalam ekonomi rakyat berkaitan dengan kebersamaan, saling mendukung, berpartisipasi dsbnya (Mubyarto, 1997). Ekonomi rakyat memiliki makna bahwa pembangunan ekonomi berpusat kepada rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan menempatkan secara bersamaan, rakyat sebagai tujuan pembangunan ekonomi juga rakyat sebagai sarana dan pelaku pembangunan. Hal ini sejalan dengan sistem ekonomi Islam yang menempatkan manusia sebagai tujuan dari segala aktifitas ekonomi disamping sebagai sarana dan pelaku ekonomi. Pembangunan ekonomi rakyat dilakukan dengan 41 meningkatkan produktivitas rakyat dan melakukan utilisasi terhadap sumber daya yang tersedia secara efektif. Inilah yang disebut sebagai strategi grass roots - based dan resources - based. Pembangunan ekonomi rakyat juga dilakukan dengan pendekatan partisipatori dan emansipatori yang bersifat bottom - up. Keseluruhannya dilakukan untuk mempercepat transformasi ekonomi dan transformasi sosial (Sri-Edi Swasono, 2002). Partisipasi rakyat dalam pembangunan ekonomi menjamin nilai tambah ekonomi yang dihasilkan dapat secara langsung diterima oleh rakyat (Sri-Edi Swasono, 2003). Pemerataan tercapai seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Rakyat menjadi aset pembangunan (human invesment). Hal ini mendorong tumbuhnya golongan menengah. Pertumbuhan golongan menengah akan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga masyarakat mampu membangun dirinya sendiri. Kondisi ini meningkatkan posisi tawar secara kolektif. Rakyat menjadi lebih aktif dan produktif. Nilai tambah ekonomipun menjadi meningkat. Pembangunan ekonomi rakyat menyesuaikan terhadap sumber daya dan people centered. Pada akhirya, pembangunan ekonomi lebih menyerap tenaga kerja. ~ 27 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
F. Persaudaraan dan Distribusi Berkeadilan Para pendiri Bangsa Indonesia telah menyatakan bahwa keadilan sosial adalah tujuan dari pendirian Negara Indonesia sebagaimana dinyatakan pada Pembukaan UUD 1945. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia Jimly Asshiddiqie (2012) menjelaskan bahwa keadilan sosial dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat, dirumuskan sebagai “suatu” yang sifatnya konkrit, bukan hanya abstrak-filosofis yang tidak sekedar dijadikan jargon politik tanpa makna. Keadilan sosial juga bukan hanya sebagai subjek dasar negara yang bersifat final dan statis, tetapi merupakan sesuatu yang harus diwujudkan secara dinamis dalam bentuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sementara Sri-Edi Swasono (2011:5-6) menyebutkan bahwa keadilan sosial yang dimaksudkan pada Pembukaan UUD 1945 adalah sebagaimana dijelaskan pada Pasal 27 ayat (2) juga Pasal 33 UUD 1945, yaitu mengutamakan kepentingan rakyat demi tegaknya daulat rakyat bukan daulat pasar. Dengan melaksanakan asas kekeluargaan dan kebersamaan sebagaimana Pasal 33 UUD 1945, maka Bangsa Indonesia dapat mewujudkan keadilan sebagaimana yang diidamkan. Hal ini terjadi karena asas kekeluargaan melahirkan akhlak homo ethicus yang mengutamakan keadilan. Sementara penganut paham individualisme dan berasas liberalisme memaknai keadilan sebagai kekuasaan. Penilaian terhadap rasa keadilan tergantung pada keputusan pemilik modal besar. Paham individualisme menghasilkan akhlak homo economicus dengan tingkah perbuatan homo homini lupus (Sri-Edi Swasono, 2004). Konsep keadilan yang dipahami oleh kaum kapitalis mendapatkan kritikan dari John Rawls (1999). Rawls mengatakan bahwa keadilan tidak akan dapat diwujudkan melalui pasar bebas. ~ 28 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Rawls mengembangkan teori keadilan. Keadilan menurut Rawls adalah bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dari posisiposisi mereka yang wajar. Agar keadilan di antara mereka dapat tercapai, maka struktur konstitusi, politik, ekonomi dan peraturan tentang hak milik, harus berlaku sama untuk semuanya. Setiap orang harus mengenyampingkan atribut-atribut yang membedakannya dengan orang-orang lain (veil of ignorance). Atribut yang dimaksudkan adalah kemampuan, kekayaan, posisi sosial, pandangan religius dan filosofis, maupun konsepsi tentang nilai. Rawls menekankan konsep keadilan pada kepemilikan barangbarang sosial utama oleh orang per seorang. Ketidaksetaraan merupakan problem yang disebabkan oleh anggota masyarakat yang tidak memiliki barang-barang sosial secara merata. Warga masyarakat tersebut berhak mendapatkan kompensasi. Diperlukan institusi yang dapat mengelola ketidak setaraan di atas. Konsep keadilan Rawls mendapatkan kritikan dari Dworkin. Dworkin dalam Robert Kane (n.d) menyatakan bahwa ketidaksetaraan yang muncul diantara warga masyarakat tidak dilihat dari kepemilikan barang-barang oleh individu di dalam masyarakat. Ketimpangan disebabkan karena pilihan-pilihan yang diambil oleh individu untuk menggunakan barang-barang sosial yang dimilikinya. Dworkin menekankan tanggungjawab yang dimiliki oleh individu dalam menentukan pilihan untuk menggunakan barang sosial. Amartya Sen sependapat dengan Rawls maupun Dworkin tentang penekanan akal budi sebagai penelusur proses keadilan. Namun demikian, Sen memberikan kritik tajam pada teori keadilan Rawls maupun Dworkin. Sen (2008) menyebutkan bahwa konsep keadilan berkaitan dengan empat hal yaitu: fokus pada kehidupan dan kebebasan, menghubungkan antara tanggung jawab terhadap kekuatan efektif (effective power), komparatif bukan transcendental, assessment dan mencakup hal yang tidak terlarang secara global (globally unrestricted coverage). Dalam pandangan Sen, institusionalisme yang diusung oleh Rawls menghasilkan Kew Garden principle42 yaitu pandangan yang ~ 29 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
menganggap institusi sebagai agen moral atau penjaga moral. Sen berpendapat bahwa yang disebut „hak asasi generasi kedua‟ menyangkut kewajiban sempurna (yaitu menegaskan bahwa negara sebagai institusi penjaga keadilan) juga kewajiban tak sempurna (yaitu tidak secara tegas menyebut siapa sebagai agen moral) juga menyangkut penderitaan sesama dari negeri lain. Sen berpandangan bahwa kesetaraan harus dilihat dari usaha masyarakat dalam mencapai apa yang direncanakan dan apa yang diinginkan di dalam hidupnya. Sen memandang bahwa kesejahteraan tidak dilihat dari barang sosial yang harus dimiliki oleh individu atau masyarakat tetapi pada sejauh mana individu atau masyarakat memiliki kesempatan untuk mewujudkan kebebasan. Sejauh mana individu dapat mengkonversikan sumber daya yang dimiliki untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Dengan demikian, kebebasaan terlihat dari kapabilitas dalam mencapai citacita. Konsep persaudaraan dalam sistem ekonomi Islam timbul dari pembaharuan spiritual dan bukan dari pembedahan sosial (Muhammad Abdul Mannan, 1970), sebagaimana dilakukan dalam sistem ekonomi komunisme. Sistem ekonomi komunisme menerapkan persaudaraan dalam rangka menjamin keamanan sosial. Islam memiliki pandangan bahwa, Allah menciptakan manusia dengan berbagai suku dan bangsa dimaksudkan agar mereka saling mengenal43. Persaudaraan adalah nikmat yang diberikan oleh Allah kepada umat Islam dimana pada masa jahiliyah mereka saling bermusuhan44. Nikmat persaudaraan juga telah diberikan oleh Allah kepada kaum Muhajirin dan kaum Ansar juga kaum sebelum mereka45. Beberapa hadis Nabi juga menjelaskan keutamaan persaudaraan: menyambung tali persaudaraan adalah amalan yang dapat mendekatkan diri pada surga dan menjauhkan dari neraka 46. Persaudaraan umat lebih utama dari kepentingan pribadi47. Sri-Edi Swasono (2010) menggunakan makna kekeluargaan untuk menyebut persaudaraan (brotherhood) sebagai asas penerapan sistem ekonomi Pancasila. Asas kekeluargaan (brotherhood) berarti hubungan antara sesama warga ibarat keluarga besar, katakanlah ~ 30 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sebagai hubungan ber-ukhuwah, yang bagi Indonesia yang pluralistik, berarti ber-ukhuwah wathoniah. Jadi asas kekeluargaan bukanlah asas kekerabatan (kinship) yang nepotistik. Persaudaraan dilakukan dalam usaha menegakkan keadilan. Ajaran Islam menekankan persaudaraan berbingkai ketawhidan (Choudhury, 1986). Prinsip tawhi>d mengajarkan kepada manusia tentang hubungan dan interaksi dengan orang lain. Interaksi dan hubungan tersebut adalah sebagaimana dia berhubungan dengan Allah Sang Maha Penciptanya. Oleh karenanya, seluruh aktifitas ekonomi seperti: pertukaran pasar, alokasi sumberdaya, maksimalisasi utilitas dan keuntungan senantiasa memiliki dasar ketawhidan. Keadilan bukanlah sesuatu yang ilmiah dan nyata, yang dapat diukur atau diamati atau menjadi subyek pengujian eksperimental tetapi merupakan suatu estimasi dan penilaian moral. Keadilan dalam sistem ekonomi Islam merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Sistem ekonomi Islam menjunjung tinggi ditegakkannya ideologi keadilan. Hal ini berbeda dengan ilmu ekonomi lainnya yang berisikan teori keadilan yang menjelaskan realitas kehidupan ekonomi dan terpisah dari ideologi atau cita-cita keadilan (AshShadr , 2008). Doktrin keadilan yang harus ditegakkan adalah sebagaimana perintah Allah48. Ayat ini menunjukan bahwa menegakkan keadilan berkaitan erat dengan ketaqwaan manusia kepada penciptanya49. Naqwi (1985) menjelaskan bahwa implikasi dari ayat tersebut adalah adanya jaminan kemerdekaan bagi individu dalam menghadapi penyalahgunaan kekuasaan, ekonomi, sosial atau fisik oleh orangorang yang memilikinya. Keadilan sosial berlaku bagi seluruh struktur kemasyarakatan, baik yang kaya maupun miskin dalam seluruh aspek kehidupan manusia50. Keadilan sosial harus dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari dan harus tetap ditegakkan meskipun terhadap orang yang dibenci sekalipun51. Berbuat adil berarti tidak berbuat curang dengan mencukupkan ukuran atau takaran, sehingga tidak merugikan pihak lain52. ~ 31 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Dalam sistem ekonomi Islam, keadilan ditegakkan dengan prinsip bahwa: i. Semua yang ada di alam semesta adalah milik Allah53. ii. Manusia dapat memilikinya tetapi atas karunia dari Allah54 dan terikat dengan ketentuan yang mengatur penggunaannya. iii. Allah menjadikan ketidaksamaan pendapatan marjinal untuk merangsang inisiatif individu55. Islam tidak mengindahkan semua kegiatan ekonomi anti sosial yang tidak mendorong pada kesejahteraan bersama. Hal inilah yang menjadi dasar dilarangnya kegiatan monopoli dan spekulatif di dalam Islam karena kegiatan tersebut tidak bermanfaat juga mengambil keuntungan di atas penderitaan orang lain (Mannan, 1970). Oleh karena itu, mewujudkan keadilan sosial seharusnya berakar dari keimanan manusia kepada Allah56 G. Kesejahteraan Sosial Sebagai Sasaran Ekonomi Mubyarto (1997) menyebutkan bahwa sistem ekonomi yang tidak ditujukan untuk mensejahterakan rakyat, cepat atau lambat akan menemui jalan buntu, jika tidak hancur. Sistem ekonomi apapun hanya akan berjalan lancar apabila didukung oleh masyarakat yang memperoleh peluang berpartisipasi sekaligus mengambil manfaat dari partisipasinya. Rahardjo (1999) menyebutkan bahwa sinyalemen yang dijelaskan oleh Mubyarto pernah diprediksi oleh Wilhelm Roepke (1899-1966) yang memprediksi kehancuran ekonomi kolektif Uni Sovyet dan negara - negara sosialis Eropa Timur pada bukunya berjudul The Moral Foundations of Civil Society. Roepke menjelaskan bahwa ekonomi kolektif yang dikembangkan oleh Uni Sovyet dan negara - negara sosialis Eropa Timur, diterapkan dengan paksaan. Ekonomi sosialis dibangun untuk melawan kapitalis barat bukan untuk memakmurkan dan mensejahterakan rakyat. Konsep kesejahteraan dalam sistem perekonomian Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam alinea ke-empat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: Kemudian daripada itu untuk membentuk ~ 32 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan ke adilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun penerapan kesejahteraan sosial adalah sebagaimana UUD 1945 Pasal 33. Bung Hatta dalam Sri-Edi Swasono (1992)57 menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial yang dimaksudkan dalam pasal tersebut adalah terpenuhinya berbagai keperluan hidup rakyat Indonesia. Landasan di atas menjadi dasar bagi Negara Indonesia untuk menjadi negara berkesejahteraan (welfare state). Konsep ini merupakan pilihan politik ekonomi yang diambil oleh para pendiri Bangsa Indonesia saat itu. Amartya Sen (1998) menggambarkan pilihan para pendiri bangsa dengan sebuah kiasan. Pilihan yang diputuskan melalui kompromi politik saat itu, dapat saja digambarkan sebagai seekor unta yang dianggap kuda. Di sisi lain, unta dapat saja dipandang sebagai berbentuk setengah kuda atau setengah lainnya 58. Sen menjelaskan maksud dari perumpaman tersebut bahwa dapat saja hasil pilihan publik sebagai sesuatu yang bersifat agung tetapi dapat juga sebagai sesuatu yang membingungkan. Pilihan sebagai negara berkesejahteraan belum dapat terwujud. Hal ini terjadi karena sejak jaman penjajahan Belanda, Bangsa Indonesia melakukan aktifitas ekspor untuk memenuhi berbagai keperluan rakyat dan bangsa penjajah. Sementara setelah kemerdekaan 1945 hingga saat ini, Negara Indonesia melakukan aktifitas ekonomi untuk memenuhi berbagai keperluan negara asing ~ 33 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
bukan untuk memenuhi kesejahteraan rakyatnya (Mubyarto, 2011)59. Kondisi inilah yang membuat bangsa dan rakyat Indonesia belum merasakan kesejahteraan sebagaimana dijelaskan pada Pasal 33 UUD 1945. Pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila dalam proses pembangunan ekonomi menghasilkan akumulasi nilai tambah, baik fisik maupun proses kehidupan manusia, baik bersifat dapat dihitung (tangible) maupun yang tidak dapat dihitung (intangible). Termasuk ke dalam nilai tambah adalah peningkatan nilai materi, peningkatan kesempatan kerja, peningkatan produktifitas dan peningkatan efisiensi (Habibie, 1997). Kesejahteraan sosial menurut Sri-Edi Swasono (1992) meliputi sandang, pangan, tempat tinggal, upah buruh di atas minimum, kesehatan, jiwa, pendidikan, kesabaran, kepercayaan diri dsbnya. Seluruh keperluan di atas menurut Sri-Edi Swasono dapat terpenuhi dengan membangun semangat kerjasama dan saling menolong. Tentu saja, bila dibuatkan pareto prioritas maka terpenuhinya kesejahteraan masyarakat luas lebih utama dibandingkan dengan kesejahteraan orang per orang. Adapun menurut Muhammad Abdul Manan (1970) kesejahteraan meliputi dua kriteria yaitu bersifat obyektif dan subyektif. Kriteria obyektif adalah kesejahteraan yang dapat diukur dengan faktor keuangan dan kriteria subyektif yaitu kesejahteraan yang diukur dari segi etika yang didasarkan atas perintah Allah di dalam al-Quran maupun hadis. Termasuk dalam kriteria obyektif adalah meningkatnya pendapatan para pekerja, meningkatnya jumlah pekerja yang terlibat dalam proses produksi, meningkatnya jumlah dan mutu barang dan jasa yang bermanfaat. Sedangkan kriteria subyektif adalah tidak memproduksi minum-minuman keras, menghindari sistem riba dsbnya. Mannan menjelaskan bahwa apabila produksi barang dan jasa hanya memenuhi kriteria obyektif, maka barang dan jasa yang dihasilkan tidak akan menjamin kesejahteraan rakyat secara maksimal. Siddiqi (1996) menyebutkan bahwa terdapat beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu pertama, kebutuhan sangat ~ 34 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mendasar yaitu sandang pangan dan tempat tinggal. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi apapun kondisi rakyat dan negaranya. Kebutuhan yang tergantung pada iklim dan cuaca seperti: air minum, bahan bakar dan listrik. Kebutuhan yang tergantung pada lokasi seperti perawatan medis, pemberantasan buta huruf, kebutuhan transportasi untuk masyarakat yang tinggal di kota besar, dukungan keuangan untuk perkawinan, dukungan keuangan untuk membayar hutang. Kedua, kebutuhan untuk pengajaran agama. Hal ini sering dicontohkan oleh Rasulallah juga sahabat. Rasulallah mengutus Sa’id bin al-A’s untuk mengajar orang-orang Madinah menulis dan membaca. Umar bin Abdul Aziz merekrut tenaga guru untuk mengajar orang-orang di pedesaan. Umar bin Abdul Aziz juga memberikan hadiah bagi warga yang menikah. Ketiga, kebutuhan berkaitan dengan masyarakat umum. Kebutuhan ini harus merujuk pada standar hidup rata-rata suatu negara. Bagi negara miskin atau tidak memiliki surplus yang tinggi maka standar kehidupan didefinisikan sebagai lebih dari persyaratan hidup dengan efisiensi yang masuk akal atau standar hidup minimum. Sedangkan bagi negara kaya dimana terdapat surplus dari zakat dan fay60, maka pemenuhan kebutuhan pada tingkat rata-rata hidup warga. Berbagai pendapat tentang kesejahteraan di atas sejalan dengan pendapat Amrtya Sen (1992) bahwa kondisi sosial ekonomi satu individu dapat diperbandingkan dengan individu lainnya melalui focal variable yaitu variabel yang digunakan untuk menilai (assess) keadilan, atau dapat pula dikatakan bahwa focal variable adalah variabel pembeda. Termasuk ke dalam focal varible adalah tingkat pendapatan, kesehatan, hak, kebebasan, kesempatan, pendidikan dll. Sen menyatakan bahwa penilaian terhadap distribusi keadilan dalam kesetaraan menjadi tidak relevan bila yang dimaksud dengan kesetaraan adalah kepemilikan terhadap suatu barang atau komoditas ekonomi. Hal ini disebabkan terdapatnya perbedaan keberuntungan dan ketidakberuntungan pada masing-masing individu. ~ 35 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Keberuntungan dan ketidakberuntungan disebabkan oleh kondisi lingkungan, sosial, fisik suatu individu. Sejak lahir, satu individu telah memiliki perbedaan terhadap individu lainnya yaitu dalam hal jenis kelamin, kondisi sosial, karakter fisik, keturunan, lingkungan dsbnya. Oleh karena itu, penilaian kesetaraan antara satu individu terhadap individu lainnya tidaklah tepat apabila kesetaraan hanya dipandang dari sisi pendapatan atau kepemilikan atas suatu komoditas ekonomi. Focal variable menjadi dasar bagi Sen untuk menilai kesetaraan individu dalam suatu kelompok masyarakat. Sen berpendapat bahwa individu dalam mencapai citacitanya (well-being) dipengaruhi oleh kebebasan (freedom) dan kapabilitas. Kebebasan yaitu kebebasan yang dimiliki oleh individu dalam mencapai cita-citanya. Kapabilitas adalah kemampuan individu untuk menggunakan kebebasan yang dimiliki untuk mencapai cita-citanya. Anas Zarqa (2007) menyebutkan berbagai aktifitas yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial61 disebut mas}lah}ah atau utilitas. Al-Ghazali dan al-Shatibi dalam Anas Zarqa, membagi utilitas sosial menjadi tiga tingkatan yaitu kebutuhan (necessities), kenyamanan (conveniences) dan peningkatan (refinements)62. Kebutuhan terdiri dari seluruh aktifitas dan segala sesuatu yang penting untuk memelihara lima kebutuhan pokok individu maupun kehidupan sosial yaitu agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Kenyamanan terdiri dari seluruh aktifitas dan segala sesuatu yang tidak fital bagi pemeliharaan kebutuhan pokok individu maupun kehidupan sosial tetapi dibutuhkan untuk menghilangkan rintangan atau kesukaran di dalam kehidupan. Termasuk dalam katagori kenyamanan adalah memiliki kendaraan untuk transportasi, kebutuhan tempat tidur yang nyaman dll. Ketika kendaraan ataupun tempat tidur banyak diperlukan oleh masyarakat, maka industri pembuatan kendaraan dan tempat tidur termasuk dalam katagori peningkatan. Kesejahteraan sosial dapat dicapai melalui sikap ihsan (Choudhury, 1986) yaitu sikap menyerahkan dengan sepenuh hati ~ 36 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sesuatu yang terbaik kepada sesama, yang didedikasikan bagi Sang Maha Pencipta63. Choudhury mengatakan bahwa kunci utama terciptannya sikap ihsan adalah taqwa dan akhirat. Taqwa berarti kebajikan yang diinspirasi oleh rasa takut kepada Allah. Akhirat yaitu keyakinan terhadap adanya pembalasan di kehidupan lain terhadap segala tindakan yang telah dilakukan di dunia. H. Kemandirian Ekonomi dan Harga Diri Umat Pernyataan kemandirian bangsa dinyatakan pada paragraf kedua Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pernyataan “merdeka dan berdaulat” dituliskan dalam satu rangkaian kalimat. Hal ini menunjukan bahwa kedaulatan dan kemandirian merupakan suatu rangkaian kondisi. Tidaklah mungkin tercipta kemandirian tanpa adanya kedaulatan. Kemandirian telah menjadi tuntutan politis bagi Indonesia merdeka. Kemandirian adalah bagian integral dari makna merdeka itu sendiri. Tidak ada kemerdekaan yang sebenar-benarnya merdeka tanpa kemandirian. Makna kemandirian bagi suatu bangsa merdeka adalah dimana kemandirian merupakan martabat bangsa. Kemerdekaan, kemandirian dan martabat bangsa pada hakekatnya adalah perolehan makna rahmatan lilalamiin bagi bangsa tersebut (Sri-Edi Swasono, 2003). Kemandirian bangsa dan negara tercipta apabila pembangunan ekonomi yang dilakukan memihak kepada rakyat yaitu pembangunan ekonomi yang menempatkan sektor ekonomi rakyat sebagai sokoguru ekonomi nasional. Hal ini merupakan upaya strategis agar ekonomi nasional tumbuh dan berakar di dalam negeri.
~ 37 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sehingga terbangun fundamental ekonomi domestik (Sri-Edi Swasono, 2002). Keberpihakan kepada rakyat dilakukan dengan menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan bidang ekonomi yang lebih banyak mengabdi pada rakyat kecil yaitu petani, nelayan, usaha kecil dsbnya daripada konglomerasi (Sulistyono, 2007). Namun demikian, usaha untuk melakukan hal tersebut menurut Sulistyono tidaklah mudah, karena selama ratusan tahun kita telah mengkonsumsi sistem hukum ekonomi yang berkualitas liberal atau mengabdi pada kepentingan negara-negara kapitalis. Diperlukan usaha dan kerja keras untuk mewujudkan hal tersebut. Kemandirian umat bermakna bahwa umat hendaknya memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dirinya baik material maupun spiritual. Kemandirian umat diupayakan dengan diberlakukannya hukum fardu kifayah dalam ilmu, amal, industri dan kemampuan lainnya (Yusuf Qardhawi, 2004). Pemberlakukan ditujukan agar umat dapat melaksanakan urusan agama dan dunianya dengan baik. Kemandirian umat menyebabkan umat tidak menggantungkan dirinya kepada umat lainnya, juga agar umat lainnya tidak mengendalikannya. Kemandirian umat akan menegakan izz 64 atau harga diri umat Islam yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada mereka65. Kemandirian umat menciptakan terwujudnya umat pilihan dan teladan bagi umat lainnya66. Kemandirian umat berarti kemerdekaan, terbebas dari penganiyayaan dan ketertindasan. Kemandirian harus ditempatkan sebagai target utama dalam pembangunan nasional. Sedangkan target lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, seharusnya ditempatkan sebagai peran pendukung (Sri-Edi Swasono, 2003).
1 2
⁄ berarti Sinus (360º/5) atau Sinus (72º) = 0,951. Kata ibadah yang dimaksudkan dalam orientasi ibadah adalah ibadah dalam arti yang sangat luas yaitu segala usaha dan aktifitas yang dilakukan oleh bisnis dalam rangka beribadah kepada Yang Maha Pemberi Rizki
~ 38 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pelanggan merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi bisnis. Pelanggan adalah perantara atau media atas rizki yang diberikan oleh Allah kepada bisnis. Tanpa pelanggan tidak akan mungkin tercipta fungsi kemaslahatan bisnis, untuk itu dalam rangka mewujudkan kemaslahatan diperlukan Orientasi Pelanggan. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila anak Adam -yakni manusia- meninggal dunia, maka putuslah amalannya -yakni tidak dapat menambah pahalanya lagi-, melainkan dari tiga macam perkara, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang dapat diambil kemanfaatannya atau anak yang shalih yang suka mendoakan untuknya." (Riwayat Muslim) Laissez-faire diterjemahkan dengan membiarkan sesuatu menuju sebagaimana yang diinginkan, membiarkan seseorang melakukan sebagaimana yang diinginkannya, masalah ditangani oleh mereka sendiri tanpa aturan dari negera. Pada Bagan III halaman 138, Sri-Edi Swasono menjelaskan bahwa sebagai ilmu moral, ekonomi memiliki ukuran moral: Pertama, moral sentiments (homo economicus vs homo ethicus). Ke-dua, ideology, mutualism / brotherhood vs individualism / liberalism. Ke-tiga, justice, fairness, equity, goodness, goodwill, altruism. Ke-empat, Equality, humanity, brotherhood, solidarity, religious values. Ke-lima, Competition, cooperation, coopetition (saling meningkatkan daya saing) . Ke-enam, Liberty and pursuit of happiness vs social welfare and social justice. Ke-tujuh, Nationalism. Pasal 33 UUD 1945 terdiri dari tiga ayat. Pasal 33 mengalami perubahan menjadi lima ayat setelah dilakukan amandemen yang ke-empat. Ayat (1), (2) dan (3) tetap dan ditambah dengan 2 ayat tambahan sebagai ayat (4) dan (5). Bab VI Pemerintah Daerah Pasal 18 UUD 1945 terdiri atas satu ayat yang berbunyi Pembagian Daerah atas Daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sidang Pemerintahan Negara dan hakhak asal-usul dalam daerah yang bersifat Istimewa. Setelah diamandemen berubah menjadi Bab VI Pemerintah Daerah, Pasal 18 (terdiri tujuh ayat), Pasal 18A (terdiri dua ayat), Pasal 18B (terdiri dua ayat). Pasal 23 UUD 1945 sebelum diamandemen terletak pada Bab VIII Hal keuangan, terdiri atas enam ayat, tetapi setelah dilakukan amandemen ke-dua, Pasal 23 menjadi tiga ayat, ditambah dengan Pasal 23A, 23B, 23C, 23D, Bab VIIIA Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 23E, 23F, 23G. Pasal 27 UUD 1945 terdiri dari dua ayat yaitu (1) Segala Warganegara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (2) Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 27 mengalami perubahan menjadi tiga ayat setelah dilakukan amandemen yang ke-dua. Ayat (1) dan (2) tetap sedangkan ayat (3) berbunyi Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 34 UUD 1945 terdiri dari satu ayat yang berbunyi Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara. Setelah dilakukan amandemen ke-empat menjadi empat ayat.
~ 39 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
12
13 14
15
16
17 18 19
20 21
22
23
24 25 26 27 28
Sri-Edi Swasono dalam testimoni yang diajukan kepada Mahkamah Konstitusi tentang Permohonan Judicial Review UU No. 30 Tahun 2009 oleh DPP SPPLN Tentang Ketenagalistrikan berkaitan dengan Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa dengan diamandemennya judul Bab XIV UUD 1945 menjadi “Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial”, maka melalui amandemen tersebut harus dimaknai bahwa segala kegiatan ekonomi nasional akhirnya harus berujung pada tercapainya kesejahteraan sosial bersama dari seluruh masyarakat dalam konteks societal welfare atau societal well-being. QS Ali-‘Imra>n 3: 191, QS S}ad 38: 27. QS al-Baqarah 2: 29-30, QS al-An’a>m 6: 165, QS al-Fat}ir 35:39, QS S}ad 38: 28. Dalam QS al-Nu>r 24: 33 dijelaskan bahwa “...berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu…” Istilah brotherhood digunakan dalam sistem ekonomi Indonesia dengan kekeluargaan. QS al-A’ra>f 7: 128 QS al-H}adi>d 57: 5 Kahf menyebutkan bahwa keadilan dan kata keturunannya adalah kata ketiga terbanyak yang disebut oleh Allah di dalam al-Quran. Kata terbanyak yang disebut oleh Allah adalah kata Allah dan ilmu. Secara lengkap dijabarkan pada Tabel 2.1 Rahardjo menyebutkan bahwa etos sosial adalah sikap dasar seseorang atau sekelompok orang yang menjadi ciri dari suatu masyarakat tertentu. Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir al-Quran Tematik, Kitab Spiritualitas dan Akhlak (Jakarta: 2010). Disebutkan bahwa pengertian spiritualitas adalah hal-hal yang menyangkut kejiwaan. Dalam al-Quran sendiri tidak ditemukan dasar kata dari spirit, namun ada makna yang lebih dekat daripadanya yaitu kata ruh atau yang berkaitan dengannya yaitu ru>hani dan ru>haniyyah yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (Kamus Besar Bahasa Indoensia) menjadi roh, rohani dan rohaniah dengan arti 1. Sesuatu yang hidup yang tidak berbadan jasmani yang berakal budi dan berperasaan, 2. Jiwa, badan halus, itu artinya rohani atau rohaniah diartikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan roh. Sedangkan Kamus Umum Bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta menyebutkan bahwa spirit berarti: 1. jiwa, sukma, roh, 2. Semangat, sedangkan spiritualisme berarti aliran filsafat yang mementingkan kerohanian (lawan dari materialism). QS al-Naml 27: 66 Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya. QS al-Ma>idah 5: 2 QS al-Ma>idah 5: 2, QS al-Tawbah 9: 71 QS al-A’Ra>f 7: 54, QS QS al-Ra’ad 13: 2, QS Ibra>hi>m 14: 33, QS al-Anbiya> 21: 33, QS Ya>si>n 36: 40 QS al-Baqarah 2: 22
~ 40 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
40 41
42
43 44 45 46
47
QS al-Haj 22: 5,: QS al-Mu’minu>n 23: 12-16 QS al-Nisa> 4: 1 QS al-Zukhruf 43: 32 QS al-Nisa> 4: 1 QS al-H}ujura>t 49:10 QS al-H}asyr 59: 9 QS al-H}asyr 59: 7 QS al-Tawbah 9: 60 QS al-Nisa> 4: 32, QS al-Dha>riya>t 51: 19 Akram menyebutkan bahwa kontrak-kontrak demikian dilarang di dalam islam karena memiliki kecenderungan eksploitasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. QS al-Baqarah 2: 275, 276, 278, QS Ali-‘Imra>n 3: 130, QS al-Nisa> 4: 161. Catatan penulis: Dalam hal ini, rakyat dijadikan sebagai asset nasional. Sen membuat contoh ilustrasi seorang gadis diserang di Kew Gardens New York pada malam hari. Sang Gadis berteriak minta tolong tapi tak seorang pun yang tinggal di sekitar menolongnya. Bahkan untuk sekedar menelepon pihak kepolisian untuk memintakan pertolonganpun tidak. Hal ini karena mereka menganggap bahwa pihak yang bertindak sebagai agensi moral (pihak yg berkewajiban) untuk menolong adalah institusi / polisi. Akhirnya gadis itu terbunuh, tanpa ada seorang pun yang menolongnya QS al-H}ujura>t 49: 13 QS Ali-‘Imra>n 3: 103 QS al-H}asyr 59: 10 Hadis riwayat Abu Ayyub Al-Anshari RA.:Bahwa Seorang badui menawarkan diri kepada Rasulullah SAW. dalam perjalanan untuk memegang tali kekang unta beliau. Kemudian orang itu berkata: Wahai Rasulullah atau Ya Muhammad, beritahukan kepadaku apa yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkanku dari neraka. Nabi SAW. tidak segera menjawab. Beliau memandang para sahabat, seraya bersabda: Ia benar-benar mendapat petunjuk. Kemudian beliau bertanya kepada orang tersebut: Apa yang engkau tanyakan? Orang itu pun mengulangi perkataannya. Lalu Nabi SAW. bersabda: Engkau beribadah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan salat, menunaikan zakat dan menyambung tali persaudaraan. Sekarang, tinggalkanlah unta itu. (Shahih Muslim No.14) Ibnu Abbas r.a. berkata, "Rasulullah SAW di kala sakit, yang beliau wafat dalam sakit itu, keluar dengan mengikat kepala beliau dengan potongan kain. Beliau duduk di mimbar lalu beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian beliau bersabda, 'Tidak ada seorang pun yang lebih dermawan terhadapku dalam jiwa dan hartanya daripada Abu Bakar bin Abu Quhafah. Seandainya aku mengambil kekasih dari manusia niscaya aku mengambil Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi, persahabatan Islam lebih utama.' (Dalam satu riwayat: 'Akan tetapi, dia adalah saudaraku dan sahabatku.' 4/19]." Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas, "Adapun ucapan Rasulullah SAW, 'Seandainya aku mengambil kekasih dari umat ini niscaya aku ambil Abu Bakar, tetapi
~ 41 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
persaudaraan Islam itu lebih utama atau lebih baik,' maka beliau mengucapkan yang demikian ini karena beliau menempatkan atau menetapkan Abu Bakar sebagai ayah (mertua).' 8/7) 'Tutuplah dariku setiap pintu di masjid ini kecuali pintu Abu Bakar.'" 48 QS al-Ma>idah 5: 8 49 QS al-A’Ra>f 7: 29 50 QS al-Nisa> 4:135 51 QS al-Ma>idah 5:8 52 QS Hu>d 11: 85 53 QS Ali-‘Imra>n 3: 180. 54 QS al-Haj 22: 65 55 QS al-An’a>m 6: 165 56 QS al-An’a>m 6: 82. 57 Bung Hatta menyatakan bahwa perekonomian suatu negeri ditentukan oleh tiga hal yaitu kekayaan tanah, kedudukan terhadap negeri lain dalam lingkungan internasional dan sifat dan kecakapan rakyat terhadap cita-citanya. Khusus untuk Bangsa Indonesia menurut Bung Hatta harus ditambah dengan satu hal lagi yaitu sejarah Bangsa Indonesia sebagai tanah jajahan. 58 Kiasan di atas menurut Sen untuk memaknai sebuah pilihan sosial publik. Pilihan publik dapat menunjukkan keagungan cita-cita tetapi dapat pula menjadi membingungkan karena terlalu mengakomodir kepentingan yang banyak berbeda. 59 Mubyarto menjelaskan bahwa banyak daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam terhisap kekayaannya oleh pemerintah pusat atau oleh investor asing. Hal ini dapat dilihat dari derajat keterhisapan yaitu dengan membandingkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita dengan Nilai Pengeluaran Konsumsi per kapita. Jika nilai PDRB per kapita jauh lebih tinggi dibanding Nilai Pengeluaran Konsumsi per kapita penduduknya, berarti sebagian besar produksi daerah tidak dinikmati oleh penduduk setempat. Hal ini menunjukan sebagian produksi memang “dikirimkan” kembali kepada pemiliknya atau investor dari luar daerah. Mubyarto mendapatkan bahwa di tahun 1996 propinsi-propinsi yang paling kaya sumber daya alam yaitu NAD, Riau, Kalimantan Timur, dan Papua (Irian Jaya), “derajat penghisapannya” sangat tinggi, masing-masing 81%, 84%, 89%, dan 82%. Artinya dari setiap 100 nilai produksi, bagian yang dinikmati penduduk setempat hanya 19% (NAD), 16% (Riau), 11% (Kaltim), dan 18% (Papua), dan selebihnya dinikmati investor dari luar. Propinsi DKI Jakarta yang menjadi pusat peredaran uang Indonesia ternyata juga “dihisap” pemodal dari luar negeri yaitu sebesar 78%, atau hanya 22% yang dinikmati penduduk DKI Jakarta sendiri. 60 Pengelolaan harta pampasan perang. 61 Amartya Kumar Sen menggunakan bahasa freedom to achieve. 62 Ketiga tingkatan yang dimaksud oleh Zarqa adalah: d}aru>riyah (primer / necessities), h}a>jiyah (sekunder / conveniences) dan tah}si>niyah (tertier / refinements)
~ 42 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
63
64
65 66
Dalam Hadis Arbain An-Nawawi dijelaskan bahwa ihsan adalah menjadikan sesuatu menjadi baik. Hakikat ihsan berbeda-beda sesuai dengan kontek perbincangan. Dalam kontek ibadah, maka hakikat ihsan adalah sebagaimana dijelaskan pada hadis ke-dua dari Hadis Arbain yang berbunyi: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” (HR Muslim) Dalam kontek hubungan antar manusia (muamalah), maka hakikat ihsan adalah menunaikan hak-hak sesama dan tidak menzholiminya. Sebagaimana hadis ke-tujuh belas dari Hadis Arbain: Dari Abu Ya‟la Syaddad bin Aus rodhiallohu „anhu, Rosululloh sholallahu „alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Alloh mewajibkan (kalian) berbuat baik terhadap segala sesuatu, maka bila kalian hendak membunuh orang (dalam peperangan ataupun yang lainnya), bunuhlah dengan cara yang baik, dan bila kamu menyembelih (binatang), maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah kalian menajamkan pisau dan memperlakukan hewan sembelihan dengan lembut.” (HR Muslim) Akram menyebutkan bahwa’izz memiliki makna kekuatan, kemuliaan dan kehormatan di kehidupan dunia. Di kehidupan akhirat Izz memiliki makna kemuliaan abadi tanpa kehinaan. QS al-Muna>fiqu>n 63: 8 QS ali-‘Imra>n 3: 110
~ 43 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DUA: FALA>H} SEBAGAI TUJUAN ORGANISASI Beberapa pemuda mengendarai Honda Jazz. Ketika mereka memasuki kawasan perumahan, mereka harus melewati jalan yang penuh dengan polisi tidur. Saat melihat rintangan tersebut, apakah mereka merasa kesal? Ataukah mereka berputar arah untuk menghindarinya? Tidak!. Mereka bahkan memasang ancang-ancang. Suasana dibuat ceria. Audio di dalam mobil diputar. Musik segar dan ceria terdengar. Wajah mereka menjadi berbinar! Santai aja ! Enjoy aja, lagi!. Lalu, manakala mobil melintas di atas polisi tidur sehingga mobil menjadi ajrut-ajrutan, badan mereka ikut digoyang. Irama audio selaras dengan jalannya mobil yang ajrut-ajrutan. Mereka mampu membuat suasana menjengkelkan menjadi suasana segar, suasana bahagia. Mengapa demikian? Karena mereka menikmati perjalanan itu, enjoy aja lagi!‟. Bahagia menjadi idaman bagi banyak orang. Namun dalam kenyataannya, tidak semua orang dapat menikmati rasa bahagia. Tidak sedikit orang dengan kebutuhan materi berupa makan, minum, rumah dan pakaian telah terpenuhi, tetapi masih belum merasa berbahagia. Hal ini terjadi karena kebutuhan non materi berupa ketenangan jiwa dan pengakuan status sosial masih belum terpenuhi. Kebahagiaan yang dirasakan oleh orang yang berpaham materialisme dan hedonisme, senantiasa mengacu pada penampilan fisik yaitu kekayaan materi67. Kebahagiaan yang penuh dengan dusta dan tipu daya. Suatu pola hidup yang dibangun atas dasar kebohongan dan tidak sejalan dengan fitrah manusia. Oleh karenanya, kebahagiaan yang dirasakan adalah kebahagiaan yang semu. Kebahagiaan yang hanya tampak dari luar. Tentu saja, kita sering mendengar tingginya angka stress, sakit hilang ingatan bahkan sakit jiwa pada masyarakat tersebut. Lantas, bagaimana kita dapat mendefinisikan bahwa seseorang telah mendapatkan kebahagiaan? Ibnu Abbas ra, salah seorang sahabat Nabi SAW, suatu saat ditanya oleh para Tabi‟in ~ 44 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
tentang kebahagiaan dunia. Ibnu Abbas menjelaskan tentang 7 indikator kebahagiaan dunia, yaitu: hati yang senantiasa bersyukur, pasangan hidup yang sholeh, anak yang soleh, lingkungan yang kondusif untuk iman, harta yang halal, semangat untuk memahami agama, dan umur yang barokah. Kebahagiaan yang kaffah tidak akan pernah dirasakan oleh orang yang mempertahankan pola hidup dan budaya kezaliman, maupun pola hidup bergelimang dosa. Baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial68. Kebahagiaan yang kaffah adalah kebahagiaan yang dibangun atas prinsip: keimanan yang mantap, komunikasi personal dengan Allah melalui shalat yang khushu, pola hidup yang efisien dan efektif dengan menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna, kepedulian dan tanggung jawab sosial dengan membayar zakat dan memberikan infaq dan sedekah kepada kaum dhuafa, memelihara hubungan seksual hanya dengan pasangan yang terikat dalam pernikahan sah. Kebahagiaan hakiki sebagaimana dijelaskan di dalam alQuran adalah keberuntungan69 atau kesuksesan baik materi maupun non materi dan berdimensi waktu di kehidupan dunia dan kehidupan akhirat atau disebut dengan fala>h} (Chapra, 2007). Konsep kebahagiaan yang tercakup dalam istilah fala>h} meliputi dimensi fisik, intelektual, emosi, spiritual, sosial, lahir, batin, dunia dan akhirat. Kebahagiaan hakiki hanya dapat diperoleh melalui perjuangan yang konsisten sepanjang hidup dalam rangka membersihkan jiwa (tazkiyatun-nafs) dari kekufuran, kemusyrikan, kemunafikan, kezaliman, dan perbuatan keji dan dosa besar70. Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa QS an-Nah}l 16: 30,
~ 45 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Al-Quran tidak secara langsung menyebut kata fala>h}, tetapi dengan berbagai kata turunannya yaitu muflih}u>n, tuflih}u>n dan aflah}. Makna yang terkandung di dalamnya adalah sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat71. Fala>h} (Akram Khan, 1994) dalam Bahasa Arab berasal dari akar kata f l h. Bentuk kata kerjanya adalah aflah, yuflihu yang berarti tumbuh dengan subur, berkembang, menjadi berbahagia, memiliki peruntungan atau kesuksesan, menjadi sukses. Sementara menurut Ibnu Manzu>r72, secara bahasa fala>h} berarti al-fawzu wannaja>tu wal baqa>w fi>nna’i>mi wal khayri atau keberuntungan, keselamatan, dan kesinambungan dalam kenikmatan dan kebaikan. Ra>ghib al-As}faha>ni>73 menyebut fala>h} sebagai konsep dua alam yaitu dunia dan akhirat. Di kehidupan dunia, fala>h} menggambarkan tiga hal yaitu: a. Baqa> (kelangsungan hidup dan kesinambungan dalam kebaikan), b. Ghana> (kebebasan berkeinginan dan kekayaan) dan c. ’Izz (kekuatan, kemuliaan dan kehormatan). Untuk kehidupan akhirat, fala>h} meliputi empat pengertian yaitu: a. Baqa> bila> fana> (kelangsungan hidup yang abadi atau keabadian tanpa kemusnahan), b. Ghana bila> faqr (kekayaan tanpa kefakiran atau kesejahteraan abadi), c. ’Izz bila> dhul (kemuliaan abadi tanpa kehinaan) dan d. ‘Ilm bila> jahl (pengetahuan abadi atau bebas dari segala kebodohan).
Fala>h} menurut Akram Khan, memiliki makna berkembang, menjadi berbahagia, untuk mendapatkan keberuntungan atau kesuksesan, menjadi penuh kesuksesan. Fala>h} memiliki konsep multi dimensi yang akan berimplikasi terhadap perilaku individu (tingkat mikro) dan perilaku kolektif (tingkat makro). Ungkapan di
~ 46 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
atas menjelaskan bahwa tujuan hidup manusia tidak hanya bersifat materialis (dunia), tetapi juga spiritualis (akhirat). Secara lengkap makna fala>h} yang dimaksudkan oleh Akram Khan sebagaimana Tabel 2.1. Tabel 2.1 Unsur Fala>h Perilaku Individu (Tingkat Mikro) dan Perilaku Kolektif (Tingkat Makro)74. Unsur fala>h
Tingkat Mikro Kelangsungan hidup biologi: kesehatan fisik, bebas dari penyakit
Kelangsungan Hidup
Kebebasan Berkeinginan
Kekuatan dan Harga Diri
Kelangsungan hidup ekonomi: kepemilikan faktor produksi Kekangsungan hidup sosial: persaudaraan dan hubungan antar personal yang harmonis Kelangsungan hidup politik: kebebasan dan partisipasi dalam hubungan potitik Mengurangi kemiskinan Kemandirian hidup: bekerja lebih baik dibandingkan malas seperti parasite Harga diri Kebebasan, perlindungan terhadap kehormatan dan hidup
Tingkat Makro Keseimbangan ekologi, lingkungan yang sehat, perlengkapan medis untuk semua orang Pengelolaan sumber daya alam untuk menghasilkan kesempatan kerja bagi semua penduduk. Kebersamaan sosial yang baik, ketiadaan konflik diantara kelompok yang berbeda Kemandirian dan jati diri sebagai satu kelompok Penyediaan sumber daya untuk seluruh penduduk Penyediaan sumber daya bagi generasi yang akan datang Kekuatan ekonomi dan kebebasan dari hutang Kekuatan militer
Al-Ghazali dalam Ahmad Zidan (1997) menjelaskan bahwa tujuan utama dari segala aktifitas adalah kebahagiaan dan kesuksesan hidup di akhirat. Oleh karena itu, segala aktifitas termasuk aktifitas ekonomi, seharusnya tidak hanya mengejar ~ 47 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sesuatu yang bersifat keduniaan, tetapi harus mempertimbangkan balasan di akhirat. Lebih lanjut al-Ghazali memperingatkan para pebisnis dan pedagang bahwa dalam mengembangkan usaha, mereka tidak boleh mengabaikan tujuan utama di atas. Dia menekankan pentingnya faktor „ketepatan‟ niat dalam melakukan aktifitas ekonomi. Bila niatnya sejalan dengan shari>’ah, maka aktifitas para pebisnis dan pedagang akan setara dengan ibadah. Pada kenyataannya, menurut Al-Ghazali terdapat tiga tipe orang, berkaitan dengan aktifitas ekonomi, yaitu: a. Orang-orang yang mengabaikan kehidupan akhirat dengan memanjakan dirinya pada segala sesuatu yang bersifat keduniaan. Mereka akan dihancurkan. b. Orang yang di kehidupan dunia, senantiasa mengejar kehidupan akhirat. Mereka mendapatkan kesuksesan. c. Orang yang mengikuti jalan tengah yaitu orang yang dalam segala aktifitas kehidupan dunia, senantiasa mengikuti aturan shari>’ah. Mereka mendapatkan keselamatan. Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali, Riawan Amin berpandangan bahwa aktifitas organisasi adalah aktifitas manajemen sebagaimana kehidupan manusia. Manusia memiliki ciri bertumbuh dan berkembang. Diawali dengan dilahirkan, manusia tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa hingga menemui kematian. Organisasipun demikian, organisasi memiliki siklus dilahirkan, tumbuh berkembang hingga mencapai fase maturiry dan harvest. Organisasi pada akhirnya menemui kematian. Organisasi bukan mesin, organisasi adalah organisme hidup. Organisasi memiliki sifat dan siklus yang sama dengan manusia. Maka organisasipun hendaknya diperlakukan sebagaimana halnya manusia. Hal inilah yang melandasi tujuan utama diciptakannya organisasi adalah sebagaimana tujuan diciptakannya manusia. Sedangkan misi diciptakannya organisasi adalah sebagaimana misi diciptakannya manusia. Oleh karena itu, tujuan diciptakannya organisasi adalah untuk mencapai fala>h}. Adapun misi diciptakannya
~ 48 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
organisasi adalah untuk mengejawantahkan fungsi khalifah Allah di bumi. Bukan yang lain!. Untuk dapat mewujudkan tujuan organisasi yaitu fala>h}, maka organisasi harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara seimbang. Suatu kondisi yang dihasilkan dari terciptanya pemenuhan kebutuhan secara seimbang disebut mas}lah}ah. Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan baik material maupun non material, jangka pendek (dunia) maupun tujuan jangka panjang (akhirat) yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Jadi, dapatlah disebutkan bahwa (fala>h}) adalah tujuan utama organisasi (ultimate goal) dan mas}lah}ah75 merupakan sasaran perantara menuju tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Adapun tindakan76 yang harus dilakukan untuk mencapai fala>h} adalah dengan: i. Mencintai Allah, tidak sekedar percaya bahwa Allah ada, tetapi disertai peng-esa-an uluhiyah – rububiyah dan komitmen. Sifat-sifat Allah diaplikasikan di dalam kehidupan berorganisasi. Tidak ada terlewatkan sedikitpun aktifitas organisasi yang tidak merujuk pada sifat-sifat Allah tsb. ii. Bertaqwa kepada Allah dalam segala aspek aktifitas organisasi. Dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring hingga dalam tataran tindakan-tindakan. Mulai dari proses pemasaran, pembelian, proses produksi, proses penjualan, hingga proses purna jual. iii. Beribadah kepada Allah. Segala aktifitas diniatkan ibadah kepada Allah yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Organisasi berinteraksi dengan para pemasok, mitra, pelanggan, pegawai, pemegang saham hingga lingkungan hendaknya dalam rangka beribadah kepada Allah sebagai Sang Pemberi Rizki. iv. Berjihad di jalan Allah sesuai dengan ketentuan dan aturan Allah. Organisasi diciptakan, dibina, dibesarkan, dipelihara, ~ 49 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dikembangkan sebagai media untuk berjuang di jalan Allah (jihad).
67 68
69
70 71
72
73
74
75
76
QS al-Wa>qi’ah 56: 41-47 QS al-An‘a>m 6: 21, 135, QS Yu>suf 12: 23, QS Yu>nus 10: 17 dan QS al-Qas}as} 28: 37 QS Ali>-‘imra>n 3: 104, 130, QS al-A’ra>f 7: 8, 157, QS al-Tawbah 9: 88, QS alMu’minu>n 23: 1, 102, QS al-Nu>r 24: 51, QS al-H}ashr 59: 9, QS al-Tagha>bun 64: 16, QS al-A’la> 87: 14, QS al-Shams 91: 9 QS al-A’la` 87: 14-19 QS al-‘Imra>n 3: 104, 130, QS al-A’ra>f 7: 8, 157, QS al-Tawbah 9: 88, QS alMu’minu>n 23: 1, 102, QS al-Nu>r 24: 51, QS al-H}ashr 59: 9, QS at-Tagha>bun 64: 16, QS al-A’la> 87: 14, QS al-Shams 91: 9 Sebagaimana dikutip oleh tafsir tematik dari Jama>luddi>n Abi> al-Fad}l Muhammad bin Makram Ibnu Manzu>r al-Ans}ari> al-Ifriqi> al-Mis}ri>, Lisa>nul ‘Arab, (Beirut: Da>rul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003M / 1424 H) Sebagaimana dikutip oleh Muhammad Akram Khan dari Ra>ghib al-Isfaha>ni, al-Mufrada>t fi> Ghari>b al-Quran, Karachi Noor Mohammad, Ka>rkhanah-i Tija>rat-I Kutub. Muhammad Akram Khan, Introduction to Islamic Economics (Islamabad, Pakistan: International Institute of Islamic Thought and Institute of Policy Studies, 1994): 35. Dalam al-Quran, mas}lah}ah disebut dengan banyak istilah, z}alama (berbuat zalim) QS 5: 39, fasada (merusak) disebut dalam QS al-Sha ‘ara> 26: 123, QS al-Naml 27: 142, QS al-Baqarah 2: 220, QS al-An ‘a>m 6: 76, QS Ibrahi>m 14: 5, QS al-Isra> 17: 28, QS al-Kahfi 18: 21, QS al-Naml 27: 55, QS al-Baqarah 2: 269, QS al-Nu>r 24: 41, QS al-Dha>riya>t 51: 56, QS Hu>d 11: 61 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Tafsir al-Quran Tematik, Kitab Spiritualitas dan Akhlak (Jakarta: 2010)
~ 50 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
TIGA: MAS}LAH}AH SEBAGAI SASARAN PERANTARA ORGANISASI Sederetan gedung sekolah menjulang tinggi di suatu kawasan. Megah dan tertata rapih. Gedung sekolah dilengkapi dengan berbagai fasilitas layaknya hotel berbintang. Tembok besar dan kokoh melingkupi seluruh kawasan sekolah. Guru-guru yang mengajar adalah lulusan terbaik di bidangnya. Maklum, si empunya sekolah adalah pebisnis sukses di berbagai bidang. Hal ini kontras dengan lingkungan di sekitarnya. Banyak gedung sekolah yang hampir roboh. Fasilitas penunjang pendidikan yang minim. Angka putus sekolah dan jumlah masyarakat buta huruf yang tinggi. Dalam kondisi tersebut, pantaskah sekolah tersebut dikatakan telah memberikan kemaslahatan bagi masyarakat di sekitarnya? Hal yang sama terjadi pada sebuah kawasan pertambangan. Berton-ton tambang telah dikeruk dari dasar bumi. Dua puluh empat jam tanpa henti, perusahaan tambang mengeksploitasi kawasan. Lobang dan goa besar bekas galian, tampak di seluruh kawasan pertambangan. Tanah di sekitar menjadi tandus. Tidak ada lagi air bersih yang tersedia bagi penduduk di sekitar. Para pekerja bekerja dengan penuh semangat. Ketika jenuh dan penat melanda, mereka mengobatinya dengan hiburan duniawi. Minuman keras menjadi teman sehati, prostitusi menjamur di sekitar kawasan. Penyakit sosialpun melanda masyarakat sekitar. Kemiskinan dan kebodohan yang menimpa masyarakat sangat kontras dengan kehidupan para penikmat hasil tambang. Fenomena kehidupan terbalik, dimana kemiskinan dan kebodohan terjadi di daerah yang kaya sumber daya alam nan melimpah ruah. Mengapa mas}lah}ah begitu susah untuk diwujudkan? Pengertian Mas}lah}ah Al-Gha>zali (1982) menjelaskan bahwa menurut asalnya mas}lah}ah berarti sesuatu yang mendatangkan manfaat atau keuntungan dan menjauhkan dari mud}arat atau kerusakan (jalb al1.
~ 51 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
manfa’ah wa daf’a al-mad}arrah). Itu berarti, mas}lah}ah adalah perbuatan yang mendorong kepada kebaikan pada diri manusia ataupun perbuatan yang menjauhkan kepada keburukan pada diri manusia. Adapun kemaslahatan organisasi memiliki pengertian, organisasi menciptakan nilai kebaikan bagi Allah, pemangku kepentingan dan lingkungannya. Dalam tata Bahasa Arab mas}lah}ah merupakan bentukan dari akar kata s} – l – h (Khalid Masud, 1977)77. Kata kerja s}oluha dipakai untuk menunjukan keadaan sesuatu atau seseorang manakala ia menjadi baik, sehat, benar, adil, bijak, jujur atau secara alternatif untuk menunjukan suatu keadaan yang memiliki nilai-nilai tersebut. Adapun arti relasionalnya memiliki makna sebab, sarana, kesempatan atau tujuan yang baik. Mas}lah}ah digunakan untuk sesuatu, urusan atau organisasi yang kondusif terhadap kebaikan atau yang ditujukan untuk kebaikan. Pada bagian lain, Al-Gha>zali menjelaskan arti mas}lah}ah dengan kalimat min ba>bi it}la>qi ism al-musabab ‘ala> al-sababa„ yang diungkapkan sebabnya, tetapi yang dimaksud adalah akibatnya‟. Artinya, apabila disebutkan bahwa berbisnis dan mencari ilmu merupakan mas}lah}ah, maka yang dimaksudkan adalah kegiatan berbisnis dan mencari ilmu merupakan asbab / penyebab untuk memperoleh manfaat yang berbentuk materi maupun non materi. Al-Shāt}ibi>78 membagi mas}lah}ah menjadi dua kelompok: mas}lah}ah dunyawi> yaitu kemaslahatan yang diperoleh semasa hidup di dunia dan mas}lah}ah ukhrawi> yaitu kemaslahatan yang diperolah ketika hidup di akhirat kelak. a. Mas}lah}ah dunyawi> dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek eksistensinya sebagai mas}lah}ah di dunia dan aspek keterkaitannya dengan hukum shari>’ah. i. Berdasarkan kejadiannya, mas}lah}ah adalah segala sesuatu yang menyangkut rizki manusia, pemenuhan penghidupan manusia, kebaikan bagi manusia, kepentingan manusia, kesejehteraan manusia, kepentingan umum, kegunaan, kesejahteraan. Segala sesuatu yang menyangkut kelangsungan hidup manusia, keseluruhan cara hidupnya, ~ 52 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
serta pemerolehan apa yang dituntut oleh emosional, dan intelektual manusia dari dirinya dalam pengertian mutlak. Eksistensi atau keberadaan mas}lah}ah dunyawi> tidak berdiri sendiri tetapi biasanya disertai, didahului atau diiringi oleh taklif (pembebanan kewajiban atau hukum) dan kesulitan-kesulitan untuk mendapatkannya. Contoh, untuk memperoleh makan, minum, pakaian dll, maka kita harus dengan bersusah payah dan penuh rintangan. Hal yang sama terjadi pada mafsadah (lawan dari mas}lah}ah). Mafsadah tidak saja berupa kerusakan, tetapi biasanya disertai, didahului atau diiringi oleh kenikmatan lainnya. Contoh memiliki atau mendapatkan harta kekayaan dengan cara bathil, dapat menyebabkan rusaknya tataran sosial, namun bisa saja dibarengi dengan meningkatnya kepemilikan harta si pelakunya. ii. Berdasarkan tuntutan shari>’ah terhadap mas}lah}ah. Secara fitrah, manusia cenderung mencari kebahagiaan dan kehidupan yang lebih baik. Kondisi ini tidak dapat dicapai jika mereka tidak bekerja sama dengan yang lain. Sementara kerjasama tidak mungkin dilakukan bila tidak ada kedamaian. Kondisi damai dan aman tidak dapat dicapai bila tidak ada aturan yang memproteksi kesamaan hak. Namun demikian, aturan dan legalitas tidak akan ada gunanya tanpa sumber otoritas yang mengatur pelaksanaan aturan dan legalitas tersebut. Shari>’ah atau hukum Islam dibuat untuk menciptakan mas}alih atau manfaat. Al-Shāt}ibi berpendapat bahwa tujuan dari ditetapkannya hukum shari>’ah adalah untuk menciptakan kemaslahatan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini sejalan dengan Al-Ghazali bahwa ditinjau dari aspek hukum shari>’ah, mas}lah}ah pada hakekatnya adalah al-muh}af> iz}atu ‘ala> maqs}u>dishshar‘i atau memelihara tujuan shari>’ah ~ 53 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
(maqa>s}id al-shari>’ah)79 yang mencakup lima hal yaitu memelihara agama, memelihara kehidupan, memelihara akal, memelihara keturunan dan memelihara harta benda. Lawan kata dari mas}lah}ah adalah mafsadah. Bila ditimbang, sesuatu hal yang memiliki kadar mas}lah}ah lebih dominan dibandingkan dengan mafsadah, maka dia tergolong mas}lah}ah yang sesuai atau sejalan dengan tujuan shari>’ah. Tetapi apabila kadar mafsadah yang dikandung lebih dominan dibandingkan mas}lah}ah, maka sesuatu tersebut tergolong pada mafsadah yang ditolak shari>’ah. Contoh, minum minuman keras, dilarang Allah SWT karena mafsadah yang dikandung oleh minuman keras, jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Minuman keras mungkin bagi sebagian orang memiliki manfaat untuk menghangatkan tubuh, namun pengaruh buruk atau dampak buruk dari minuman keras ternyata jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Minuman keras dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dan akal sehat bagi orang yang meminumnya. b. Mas}lah}ah ukhrawi> dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: i. Mas}lah}ah atau mafsadah murni (khalis}ah). Yaitu mutlak berupa kenikmatan yang kelak diterima di kehidupan surga atau berupa siksa yang diterima di kehidupan neraka. ii. Mas}lah}ah atau mafsadah yang bercampur. Yaitu kenikmatan dan siksaan yang diterima oleh seorang mukmin yang karena amal tidak baiknya ketika di dunia, dia mengalami siksaan di neraka. Di sisi lain dia masih memiliki keimanan, maka akan mengakibatkan terdapat bagian tubuh yang tidak tersentuh api neraka. Situasi dimana si mukmin masuk neraka merupakan mafsadah ~ 54 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sedangkan anggota tubuh yang tidak tersentuh api neraka merupakan mas}lah}ah. Sejalan dengan al-Gha>zali dan al-Shāt}ibi, Nyazee (2003)80 menyebutkan bahwa mas}lah}ah dapat disebut juga dengan manfaat (benefit) atau utilitas yaitu sesuatu yang mendorong pada berbagai jenis manfaat. Nyazee berpendapat bahwa makna mas}lah}ah yang lebih umum berarti menarik atau menghasilkan keuntungan atau kesenangan atau al-manfa’ah. Juga menolak atau menghindarkan dari yang haram atau kerusakan atau al-mad}arrah. Bila makna harfiah diperdalam lagi, maka maknanya memiliki kesamaan dengan prinsip utilitas yang berarti mengamankan kebahagiaan manusia secara maksimal. Nyazee berpendapat bahwa pencarian terhadap kebahagiaan akan berimplikasi pada tiga hal yaitu: a. Bahwa kebahagiaan yang dicari bergantung dari keinginan dan alasan dari manusia itu sendiri. Pengejaran terhadap kebahagaiaan akan atau tidak akan bersamaaan dengan bentuk manfaat yang diharapkan oleh shari>’ah. b. Penekanan pada bentuk kebahagiaan selalu berada pada utilitas kolektif yaitu kebahagiaan komunitas, sehingga ketertarikan secara individu akan dikesampingkan. c. Pengejaran terhadap utilitas yang murni mendorong pada analisis yang bersifat ekonomi dibandingkan sisi hukum. Dengan kata lain seluruh keputusan hukum harus dikurangi menjadi analisis biaya manfaat dari sisi keuangan atau sisi ekonomi. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa Islam telah menentukan tujuan bagi kehidupan umat manusia yaitu kebahagiaan dan kesuksesesan hidup di dunia dan akhirat. Seluruh permasalahan ataupun aktifitas yang ditujukan untuk mencapai sasaran disebut mas}alih (bentuk jamak dari mas}lah}ah) atau utilitas dan lawan daripadanya adalah mafasid atau disutilities (Anas Zarqa, 1980)81. ~ 55 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Tiga Tingkatan Mas}lah}ah Al-Shāt}ibi membagi mas}lah}ah menjadi tiga tingkatan yaitu d}aru>riyah (primer / necessities), h}a>jiyah (sekunder / needs) dan tah}si>niyah (tertier / complmentary / wants)82. a. D}aru>riyah D}aru>riyah adalah kebutuhan dasar atau primer. Unsur pokok dalam kehidupan manusia yang mutlak harus dipenuhi agar dapat mewujudkan kebahagiaan hidup baik di kehidupan dunia maupun di kehidupan akhirat. Mas}lah}ah d}aru>riyah mencakup pemeliharaan terhadap lima hal yaitu agama (al-di>n), jiwa (al-nafs), keturunan (alnasl), harta (al-ma>l) dan akal (al-‘aql). Jika salah satu dari kebutuhan primer tidak terpenuhi maka terjadi ketidakseimbangan dalam pemenuhan terhadap kebutuhan primer. Situasi ini dapat mengakibatkan kehancuran di kehidupan dunia yang berakibat hilangnya keselamatan dan rahmat di kehidupan akhirat. Pemenuhan terhadap mas}lah}ah d}aru>riyah dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pelaksanaan dari sudut pandang al-wuju>d yang berarti mengokohkan eksistensi atau bersifat positif. Pendekatan kedua dengan al-‘adam atau menjaga atas halhal yang bisa merusak ataupun menggagalkan. Al-‘adam bersifat preventif. Aktifitas yang termasuk dalam kelompok al-wuju>d misalnya ibadah (ritual penyembahan), ‘adat (adat istiadat, kebiasaan) serta muamalat (perniagaan). Sedangkan aktifitas yang termasuk dalam kelompok al-‘adam adalah adanya hukum pidana (jina>ya>t). 2.
Dalam bahasa manajamen, pendekatan al-wuju>d adalah tindakan perbaikan (corrective action) dan al-„adam adalah tindakan pencegahan (preventive action).
Contoh pemenuhan mas}lah}ah dasar atau mas}lah}ah d}aru>riyah melalui pendekatan al-wuju>d adalah pemeliharaan agama pada diri kita dengan ibadah shalat, zakat, puasa dan haji. Pemenuhan atas kebutuhan jiwa dengan cara memenuhi kebutuhan pokok seperti ~ 56 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sandang, pangan dan papan. Pemenuhan kebutuhan atas terpeliharanya keturunan melalui pemenuhan pendidikan yang baik kepada anak-anak kita agar dapat menjadi orang yang shaleh. Pemenuhan atas terpeliharanya harta benda adalah dengan bekerja untuk mendapatkan harta benda secara baik dan halal. Pemenuhan atas terpeliharanya akal adalah melalui ilmu pengetahuan yang didapat dari pelatihan dan pendidikan. Adapun contoh pemenuhan mas}lah}ah dasar atau mas}lah}ah d}aru>riyah dengan pendekatan al-‘adam adalah dengan disyariatkannya hukum jina>ya>t83. Al-Shāt}ibi mendefinisikan jina>ya>t sebagai apa-apa yang menyangkut kelima komponen mas}lah}ah dasar, yang dilakukan secara preventive atau tindakan pencegahan. Dalam hal ini, jina>ya>t disyariatkan untuk menghindari atau mencegah perbuatan kriminal bukan semata-mata untuk melakukan penghukuman melalui potong tangan ataupun hukuman cambuk, dll. Mas}lah}ah d}aru>riyah merupakan nilai-nilai perantara yang memiliki tujuan berupa kehidupan yang baik bagi manusia. Baik sebagai mahkluk individu maupun sebagai bagian dari komunitas masyarakat. Tujuan kehidupan yang baik hanya dapat tercipta apabila lima hal yang mendasar (d}aru>riyah) dapat terpenuhi. b. H}a>jiyah
H}a>jiyah adalah kebutuhan sekunder yaitu sesuatu yang keberadaannya diperlukan untuk menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima kebutuhan primer atau pokok menjadi lebih baik lagi. Hal ini diperlukan dalam rangka mempermudah kehidupan manusia. Jika sesuatu tersebut tidak ada, maka ketiadaannya hanya berdampak pada kesulitan dalam menjalani hidup namun tidak mengakibatkan terjadinya kehancuran sebagaimana halnya dengan ketiadaan d}aru>riyah. H}a>jiyah berlaku pada ibadah, adat atau tradisi, mu‟amalah dan jina>ya>t. Beberapa contoh h}aj> iyah berkaitan dengan ibadah adalah terkait dengan pelaksanaaan perintah shalat dan puasa bagi orang yang sedang sakit atau sedang dalam perjalanan atau musafir. Bila tidak ada keringanan bagi orang yang sedang sakit atau dalam ~ 57 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
melakukan perjalanan, maka pastilah menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan ibadah shalat dan puasa. Adapun contoh h}aj> iyah dalam hal adat kebiasaan adalah diperbolehkannya berburu atau bersenangsenang melalui hiburan sepanjang kegiatan tersebut dilakukan masih dalam batas-batas kehalalan. Adapun dalam masalah muamalah, yang masuk ke dalam tingkatan h}aj> iyah adalah memiliki kendaraan, tanah, bangunan dan lain-lain. Contoh lain h}aj> iyah dalam kegiatan muamalah adalah qirad}84, al-Shāt}ibi> menyebutkan bahwa seluruh jenis mu‟amalah yang tidak termasuk dalam d}aru>riyah dapat dikelompokan dalam h}aj> iyah. c. Tah}si>niyah
Tah}si>niyah adalah kebutuhan tertier yaitu sesuatu yang sepatutnya ada karena tuntutan kesopanan dan adat istiadat. Keberadaan tah}si>niyah dimaksudkan agar manusia dapat melakukan yang terbaik menuju pada penyempurnaan dalam rangka pemeliharaan atas lima kebutuhan primer atau pokok. Ketiadaan tah}si>niyah akan berdampak pada cederanya kesopanan dan ketidakpatutan atau ketidakpantasan. Namun ketiadaan tah}si>niyah tidak akan menyebabkan rusaknya d}aru>riyah. Contoh tah}si>niyah adalah menutup aurat dalam melaksanakan ibadah dan menjauhi makanan dan minuman yang najis. Setiap tingkat tah}si>niyah harus memenuhi syarat yaitu tidak boleh membatalkan hukum asal. Hal ini karena sebagai pelengkap, tah}si>niyah akan gugur bersamaan gugurnya hukum asli. Atas dasar hal ini, maka terdapat dua ketentuan: i. Jika hukum asal gugur, maka hukum tah}si>niyah pun gugur. Kondisi ini dapat terjadi karena tah}si>niyah adalah seperti sebuah sifat yang melekat pada sesuatu. Jika sesuatu tersebut tidak ada, maka sifatnyapun tiada atau hilang. ii. Jika terdapat pertentangan antara mas}lah}ah d}aru>riyah dan mas}lah}ah tah}si>niyah, maka sekalipun mas}lah}ah tah}si>niyah dapat terwujud dengan gugurnya mas}lah}ah d}aru>riyah, tetapi mas}lah}ah d}aru>riyah tetap didahulukan. Dalam situasi lain, ~ 58 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mas}lah}ah tah}si>niyah boleh didahulukan selama mas}lah}ah d}aru>riyah tidak gugur. Sebagai contoh hukum asal jual beli adalah d}aru>riyah, sedangkan dilarangnya gha>rar (ketidak jelasan) dalam jual beli adalah mas}lah}ah tah}si>niyah. Jika kita dihadapkan pada dua pilihan, maka memilih d}aru>riyah adalah yang lebih utama. Sebagai contoh pada saat kita menjalankan ibadah shalat dalam posisi bermakmum. Saat itu kita mengetahui bahwa yang menjadi imam adalah orang yang tergolong fajir (sering berbuat dosa). Maka kita hendaknya tetap mengikuti shalat berjamaah oleh karena keberadaan imam shalat yang adil merupakan pelengkap (mas}lah}ah tah}si>niyah). Kita sebaiknya tidak meninggalkan shalat berjamaah dengan alasan karena imamnya fajir. Menjalankan amal secara berjamaah adalah bagian dari syiar agama Islam yang sangat dianjurkan. Disini berlaku ketentuan bahwa mas}lah}ah asal, tidak menjadi batal oleh karena ketiadaan mas}lah}ah pelengkap. Al-Shāt}ibi> menjelaskan bahwa ketiga tingkatan mas}lah}ah yaitu d}aru>riyah, h}aj> iyah dan tah}si>niyah berlaku secara deret urut. Artinya bila ada sebuah kasus menyangkut pertentangan antara d}aru>riyah dan h}aj> iyah atau tah}si>niyah, maka yang diutamakan adalah yang d}aru>riyah. Misalnya dalam masalah pelaksanaan shalat, pada saat itu kita tidak bisa menutup aurat, maka shalatnya tetap harus dilakukan dan tidak boleh menggugurkan shalat gara-gara tidak bisa menutup aurat. Namun dalam kondisi atau keadaan normal, tingkatan mas}lah}ah saling melengkapi, tah}si>niyah melengkapi h}aj> iyah kemudian melengkapi d}aru>riyah. Al-Shāt}ibi menjelaskan pula bahwa d}aru>riyah adalah dasar bagi h}aj> iyah dan tah}si>niyah. Ketika d}aru>riyah gugur, maka yang lainpun ikut gugur, tetapi hal ini tidak berlaku untuk sebaliknya. Namun terkadang gugurnya h}aj> iyah dan tah}si>niyah secara mutlak dapat mempengaruhi kualitas d}aru>riyah.
~ 59 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Oleh arena itu, h}aj> iyah dan tah}si>niyah perlu dipelihara untuk menjaga d}aru>riyah. Secara ringkas hubungan ketiga tingkatan mas}lah}ah di atas dijelaskan sebagaimana di bawah: i. Mas}lah}ah d}aru>riyah adalah asal atau dasar dari seluruh tingkatan mas}lah}ah. ii. Gugurnya mas}lah}ah d}aru>riyah berdampak kepada gugurnya mas}lah}ah h}aj> iyah dan tah}si>niyah secara mutlak. iii. Gugurnya mas}lah}ah h}a>jiyah dan tah}si>niyah belum tentu berdampak kepada gugurnya mas}lah}ah d}aru>riyah. iv. Namun demikian, terkadang gugurnya mas}lah}ah h}aj> iyah dan tah}si>niyah berdampak kepada gugurnya mas}lah}ah d}aru>riyah. v. Pemeliharaan mas}lah}ah h}a>jiyah dan tah}si>niyah adalah perlu demi terjaganya mas}lah}ah d}aru>riyah. Pembahasan tentang mas}lah}ah pada akhirnya memberikan penjelasan bahwa mas}lah}ah memiliki 2 pengertian. Mas}lah}ah dalam pengertian bahasa, merujuk pada tujuan pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan mas}lah}ah dalam pengertian shari>’ah adalah sesuatu yang menjadi titik tolak rujukan atau tujuan dari ditetapkannya shari>’ah (maqa>s}id al-shari>’ah). Tujuan penetapan shari>’ah adalah untuk memelihara atau melindungi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda. Dapatlah dikatakan bahwa mas}lah}ah adalah sesuatu yang dipandang baik atau sejalan dengan shari>’ah karena mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan atau kerusakan, untuk kehidupan di dunia maupun kehidupan akhirat, bersifat lahir maupun bathin, berwujud (jiwa, keturunan dan harta benda) maupun tidak berwujud (agama, akal), bagi seluruh umat manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan dilakukan dalam rangka melindungi atau memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta benda. Sebagai contoh adalah diharamkannya tindakan menguasai harta orang lain dengan cara bat}il seperti mencuri ataupun tindakan korupsi. Larangan tersebut menurut akal sehat mengandung ~ 60 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kebaikan yaitu melindungi kerusakan terhadap mental atau jiwa, akal dan keturunan dari para pelakunya. Larangan ini sejalan dengan tujuan shari>’ah yaitu melindungi hak-hak orang lain berupa terpeliharanya harta benda miliknya. Larangan inipun dikeluarkan karena tindakan menguasai harta benda milik orang lain dengan cara yang bat}il akan merugikan tidak hanya bagi pemilik harta benda, tetapi juga bagi pelakunya, keluarganya, keturunannya bahkan akan berdampak bagi sosial kemasyarakatan secara keseluruhan. Sifat dan Tingkatan Mas}lah}ah D}aru>riyah Al-Gha>zali dalam Nyazee (2003) membagi tujuan shari>’ah ke dalam dua kepentingan yaitu untuk kehidupan dunia dan untuk kepentingan kehidupan akhirat. Diantara dua kepentingan tersebut, menyandarkan tujuan hidup di akhirat merupakan tujuan utama dari shari>’ah. Hal ini berarti, tujuan hidup di akhirat memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan tujuan hidup di dunia. Al-Gha>zali juga menyatakan bahwa tujuan utama shari>’ah di kepentingan dunia adalah untuk menjaga dan memelihara al-di>n (agama). Oleh karenanya, dalam memenuhi kebutuhan dasar berupa jiwa (al-nafs), akal (al-‘aql), keturunan (al-nasl), dan harta (al-ma>l), manusia harus mengedepankan atau memprioritaskan kebutuhan agama (al-di>n). Nyazee menggambarkan hubungan kepentingan dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebagaimana (Gambar 3.1). 3.
Gambar 3.1 Hubungan Kepentingan Pemenuhan Kebutuhan Dasar 85
aldi>n
alnafs
alnasl
al-‘aql
~ 61 ~
al-ma>l
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Berkaitan dengan urutan prioritas pemenuhan kebutuhan dasar, Nyazee menyatakan bahwa pemenuhan terhadap kebutuhan agama (al-di>n) memiliki hak atau prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jiwa (al-nafs). Pemenuhan terhadap kebutuhan jiwa (al-nafs) memiliki hak atau prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan keturunan (al-nasl). Pemenuhan terhadap kebutuhan keturunan (al-nasl) memiliki hak atau prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan akal (al-‘aql). Pemenuhan terhadap kebutuhan akal (al-‘aql) memiliki hak atau prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan harta (al-ma>l). Nyazee menggambarkan tingkatan hak / prioritas individu manusia dengan penggambaran kulit sebagaimana Gambar 3.2. Tentang urutan prioritas pemenuhan mas}lah}ah terdapat perbedaan pandangan oleh banyak ahli yang membahas maqa>s}id alshari>’ah. M. Umer Chapra dalam “The Islamic Vision of Development in the Light of Maqāsid Al-Sharī‘ah (2007), mengatakan: antara alShātībī dan al-Ghazālī pun terdapat perbedaan dalam mengurutkan kelima kebutuhan dasar. Al-Shātībī menulis dengan urutan yang sama dengan al-Ghazālī pada halaman 38 dari Vol.1 (al-Muwāfaqāt fī Usūl al-Sharī‘ah, Cairo: al-Maktabah al- Tijariyyah al-Kubrā. n.d.), tetapi pada halaman 46-7 dari Vol.3 menulis dengan urutan prioritas pemenuhan al-dīn, al-nafs, al-nasl, al-māl, dan al-‘aql, Bahkan Fakhr al-Dīn al-Rāzi (d.606/1209) ratusan tahun setelah al-Ghazālī, menuliskan urutan prioritas pemenuhan kebutuhan dasar dengan menempatkan al-nafs pada urutan pertama. Para ahli menuliskan urutan pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan tujuan diskusi yang sedang dibahasnya. Sehingga dapat saja urutan tersebut diubah sesuai tujuan pembahasan saat itu. Chapra mengurutkan kelima kebutuhan dasar dengan urutan al-nafs, al-dīn, al-‘aql, al-nasl dan al-māl. Disamping urutan pemenuhan kebutuhan dasar, keterkaitan antar kebutuhanpun masih menjadi pembicaraan para ahli, apakah antara kebutuhan satu dengan lainnya merupakan hubungan sebab akibat ataukah masing-masing kebutuhan adalah kebutuhan yang berdiri sendiri.
~ 62 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 3.2 Tingkatan Prioritas Individu86 al-di>n (agama / religion) al-nafs (jiwa / life) al-nasl (keturunan / progency). al-‘aql (akal / intellect) al-ma>l (harta / wealth)
Sejalan dengan al-Gha>zali maupun Nyazee, Ridzwan (2008) mengatakan bahwa mas}lah}ah agama dan diri lebih diutamakan terhadap mafsadah harta. Sebagai contoh kita diperbolehkan memberikan harta kepada musuh untuk membebaskan tentara Islam yang ditawan apabila tidak ada jalan lain untuk membebaskan mereka. Meskipun dengan memberikan harta kepada musuh berarti akan mendatangkan mafsadah karena kehilangan harta, juga dapat memperkuat ekonomi musuh, namun dengan perhitungan bahwa dengan dibebaskannya tentara Islam, maka akan mencegah penderitaan tentara Islam dari perlakuan jahat musuh bahkan juga mencegah kehilangan nyawa tentara Islam. Kembalinya tentara Islam juga dapat menambah kekuatan Islam. Berkaitan dengan kedudukan mas}lah}ah keturunan dibandingkan dengan mafsadah harta, Ridzwan menyatakan bahwa mas}lah}ah keturunan lebih tinggi dibandingkan dengan mafsadah harta. Sebagai contoh memberikan harta kepada seorang lelaki jahat yang ingin melakukan perzinaan atau memperkosa perempuan. Apabila tidak ada jalan lain lagi, maka tindakan memberikan harta dalam kasus ini, tidak berarti sedang membayar upah kepada seseorang, tetapi demi memelihara mas}lah}ah keturunan yang lebih utama dibandingkan dengan mafsadah harta. Kehilangan harta 87
~ 63 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
merupakan mafsadah namun kehilangan maruah dan keturunan tidak dapat digantikan. Sesungguhnya tingkatan hak atau prioritas di atas merupakan hak atau prioritas manusia sebagai individu, padahal dalam realitasnya manusia merupakan makhluk berkelompok atau sosial. Tentu saja menurut al-Gha>zali, tingkatan hak atau prioritas kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan individu. Di atas itu semua, hak atau prioritas Allah sebagai Maha Pencipta lebih tinggi dari hak atau prioritas kelompok. Ketiga tingkatan mas}lah}ah bersumber dari al-Quran dan hadist. Al-Allaf (n.d) mengajukan model orbit maqa>s}id yang menggambarkan hubungan sumber dengan mas}lah}ah sebagai orbit mas}lah}ah. Mas}lah}ah d}aru>riyah, mas}lah}ah h}aj> iyah dan mas}lah}ah tah}si>niyah beredar pada al-Quran dan hadist sebagai pusat peredarannya (Gambar 3.3). Gambar 3.3 Model Maqa>s}id 88
~ 64 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Terpeliharanya Agama (al-Di>n) Memeluk agama adalah hak dasar atau hak azasi manusia atau dalam istilah lain dapat dikatakan bahwa memeluk agama adalah fitrah dan naluri manusia sejak lahir. Oleh karena itu, kebebasan dalam beragama atau berkeyakinan harus dijaga dan dipelihara. Kewajiban menghormati hak asasi manusia, tercermin pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjiwai keseluruhan pasal dalam batang tubuhnya, terutama berkaitan dengan persamaan kedudukan warga negara dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan untuk beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya, juga hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Deklarasi Universal HAM Pasal 1889 menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bebas berpikir, bertobat, dan beragama. Hak tersebut meliputi kebebasan untuk berganti agama atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaan dalam bentuk beribadah dan menepatinya, baik secara sendiri maupun dilakukan bersama dengan orang lain, di tempat umum maupun tempat privat. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199990 tentang Hak Asasi Manusia pada bagian Penjelasan I Umum menyebutkan bahwa kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain. Ini berarti bahwa setiap orang mengemban kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain. Kewajiban juga berlaku bagi setiap organisasi pada tataran manapun, terutama negara dan pemerintah. Negara dan pemerintah bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi, membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap warga negara dan penduduknya tanpa diskriminasi. Di dalam al-Quran dijelaskan bahwa tidak boleh ada pemaksaan dalam memeluk agama91. Dalam tafsir tematik Kementrian Agama92 disebutkan bahwa Allah menggunakan kata alrushd yang berarti kecerdasan dan kedewasaan bukan al-hu>da atau a.
~ 65 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
al-haq dengan maksud bahwa meskipun memeluk agama merupakan kebebasan seseorang namun dia cenderung untuk memeluk agama yang benar, bila ia memiliki tingkat kecerdasan yang murni dan kedewasaan yang tinggi. Amirul mukminin U>m > ar bin Khat}t}ab pernah membuat surat perjanjian kepada penduduk Eliya (al-Quds) yang berisi jaminan perlindungan kebebasan beragama juga kebebasan tempat peribadatan dan syiar mereka (Husain Jauhar, n.d). Jauhar menjelaskan, inilah keamanan yang diberikan oleh hamba Allah SWT, Umar Amirul Mukminin kepada penduduk Eliya. Dia memberikan jaminan keamanan untuk jiwa, harta, gereja, biarawan dan agama mereka. Gereja mereka tidak didiami, dirobohkan dan dikurangi atau dipersempit ruang geraknya. Mereka juga tidak dipaksa dalam masalah agama. Berbagai uraian di atas, menjelaskan kepada kita semua bahwa kebebasan dalam memeluk agama tertentu merupakan hak dasar manusia yang tidak boleh dihalang-halangi oleh orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan agama, Allah telah mensyariatkan agama yang wajib dipelihara oleh setiap orang93. Pemeliharaan agama bertujuan untuk menjaga dan mempertahankan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang martabatnya lebih tinggi dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Agamalah yang membedakaan nurani seorang makhluk dibandingkan makhluk lainnya. Penjagaan terhadap agama bukanlah berarti hanya menjaga agama dari paksaan orang-orang yang tidak menyukai terhadap agama yang kita pegang teguh. Namun juga, menjaga agama dari dorongan hawa nafsu dunia. Muhammad Abu> Zahrah (1958) menggunakan istilah al-muh}a>fizatu ‘ala> al-di>n atau jaminan keselamatan agama yang dilakukan dengan cara menghindari timbulnya fitnah dan keselamatan dalam agama serta mengantisipasi dorongan hawa nafsu dan perbuatan-perbuatan yang mengarah pada kerusakan secara penuh. Rasulallah SAW pun mengingatkan kepada kita semua untuk senantiasa menjaga agama yang kita miliki dengan ~ 66 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
cara menahan hawa nafsu dalam bentuk berlomba-lomba mencari harta dunia.
Dari 'Amr bin 'Auf al-Anshari r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan Abu 'Ubaidah al-Jarrah r.a. ke daerah Bahrain - sebuah daerah yang masuk wilayah Irak. Kedatangannya ke situ ialah untuk mengambil pajak. Setelah selesai bertugas, datanglah ia dengan membawa harta dari Bahrain. Kaum Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah, mereka lalu menunaikan shalat fajar -yakni subuhbersama Rasulullah s.a.w. Setelah Rasulullah s.a.w. shalat, beliaupun kembali, kemudian mereka menuju kepadanya untuk menemuinya. Rasulullah s.a.w. lalu tersenyum ketika melihat mereka. "Saya kira engkau semua sudah mendengar bahwasanya Abu Ubaidah tiba dari Bahrain dengan membawa sesuatu harta." Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau selanjutnya bersabda: "Bergembiralah engkau semua dan bolehlah mengharapkan sesuatu yang akan menyenangkan engkau semua. Demi Allah, bukannya kekafiran itu yang saya takutkan mengenai engkau semua, tetapi saya takut jika harta dunia diluaskan untukmu semua -yakni engkau semua menjadi kaya raya-, sebagaimana telah diluaskan untuk orang-orang yang sebelummu, kemudian engkau saling berlomba-lomba untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia itu akan merusakkan agamamu semua sebagaimana ia telah merusakkan agama mereka. (Muttafaq 'alaih)
Al-Shāt}ibi menjelaskan bahwa tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga agama adalah dengan menciptakan kondisi yang memfasilitasi ibadah dan dengan melaksanakan ibadah itu sendiri yaitu melalui pendekatan al-wuju>d seperti melaksanakan ibadah syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji94. Juga dengan pendekatan al-‘adam berupa jihad di jalan Allah95 Pelaksanaan peribadatan pada diri seseorang akan berdampak pada etika moral di kehidupan sehari-hari. Hubungan ini dijelaskan oleh Abuddin Nata (2008) bahwa bila seseorang telah beriman kuat lagi benar dan melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan, maka orang tersebut idealnya akan ~ 67 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
bermoral atau berakhlak mulia. Seorang hamba yang telah meyakini adanya Allah dengan segala sifat kesempurnaanNya merasa yakin sepenuhnya bahwa Allah hanya menyukai hal-hal yang baik. Allah Maha Mengetahui apa yang sudah atau yang sedang maupun yang akan dikerjakan oleh hambaNya. Tidak ada sesuatupun yang lepas dari penglihatan dan pengetahuan Allah. Manusia tidak berada sendirian di bumi karena Allah selamanya seakan berada di sampingnya dan melihat apa yang sedang dikerjakan oleh hambaNya. b. Terpeliharanya Jiwa (al-Nafs) Jiwa diciptakan oleh Tuhan dan dijadikan satu dengan tubuh pada saat kelahiran, diambil dari tubuh ketika kematian dan digabungkan kembali dengan tubuh pada saat hari pembalasan (Mc Auliffe, 2006). Soul sebagaimana yang dimaksud, dalam Bahasa Arab memiliki dua kata yang penggunaannya dapat ditukar yaitu ru>h (yang bermakna breath, spirit) dan nafs yang bermakna diri (self). Ru>h di dalam al-Quran diulang sebanyak dua puluh satu kali, selalu berbentuk kata benda tunggal. Ru>h sering merujuk kepada perintah wahyu (spirit of revelation) yang dikirim oleh Tuhan kepada nabiNya96. Ru>h juga merujuk kepada Malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu kepada nabiNya97. Ru>h dapat bermakna sebagai nafas kehidupan (breath of life)98. Makna sebenarnya dari ru>h itu sendiri hanyalah Allah Yang Maha Mengetahuinya99. Kata al-nafs adalah turunan dari akar kata udara, nafas dan kehidupan. Kata kerja al-nafs berarti bernafas. Di dalam al-Quran, kata nafs juga dituliskan sebagai nafs, anfus dan nufus yang diulangulang di dalam al-Quran sebanyak 250 kali. Al-nafs (diri)100 merujuk kepada manusia, jin dan syetan juga Tuhan101. Makna yang terkandung di dalam kata al-nafs (diri) adalah bukan sesuatu yang bersifat spiritual, tetapi merefleksikan karakter atau tabiat manusia seperti egoism (selfishness)102, tanggung jawab diri, suara hati. Nafs (diri) juga memiliki makna yang lebih umum yaitu menyangkut kehidupan manusia103. Di sisi lain nafs memiliki makna diri manusia itu sendiri104. ~ 68 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Jauhar (n.d) menggunakan istilah nyawa untuk menyebut jiwa. Pada proses meninggalnya seseorang, maka ruh akan meninggalkan tubuh manusia105. Terdapat perbedaan yang mendasar antara kematian dan pembunuhan. Jauhar berpendapat bahwa kematian adalah proses keluarnya ruh dari tubuh manusia dimana struktur tubuh manusia dalam kondisi yang sehat atau sempurna. Hanya Allah lah yang kemudian mematikan. Adapun proses pembunuhan, terdapat kejadian pengrusakan atau penghancuran struktur tubuh manusia yang dilakukan oleh pembunuh terhadap korban. Seseorang yang meninggal, maka ruh (nyawa) dicabut dari tubuh manusia. Manusia dapat hidup karena memiliki ruh (nyawa) dan manusia meninggal pada saat ruh (nyawa) dicabut dari tubuhnya. Ketika berbicara tentang perlindungan terhadap jiwa, maka hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari hak seseorang untuk dapat hidup, dimana hak untuk hidup merupakan hak azasi manusia. Untuk menjaga dan memelihara hak untuk hidup, Allah telah mensyariatkan berbagai hukum seperti qis}as106 } atau pembalasan yang seimbang (QS al-Baqarah 2: 178, 179). Dalam ayat ke 179 dijelaskan bahwa di dalam hukum qis}as} sesungguhnya terdapat sistem jaminan kelangsungan hidup bagi umat manusia. Adanya hukum qis}as} menyebabkan orang merasa takut untuk membunuh. Dapatlah dikatakan bahwa hukum qis}as merupakan sistem pencegahan dalam sebuah sistem hukum. Ujung dari pada pemberlakukan hukum ini adalah agar kita semua menjadi orang yang bertakwa. Sementara Muhammad Abu> Zahrah (1958)107 menggunakan istilah al-muh}a>fizatu ‘ala> al-nafs atau jaminan keselamatan jiwa yaitu jaminan keselamatan atas hak hidup yang terhormat dan mulia. Termasuk dalam jaminan keselamatan jiwa adalah jaminan keselamatan nyawa, anggota badan dan terjaminnya kehormatan kemanusiaan seperti kebebasan memilih profesi, kebebasan berfikir atau mengeluarkan pendapat, kebebasan berbicara, kebebasan memilih tempat tinggal. ~ 69 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Al-Shāt}ibi menyebutkan bahwa kebutuhan jiwa dapat terjamin dengan menciptakan kondisi untuk kelangsungan hidup yaitu melalui pendekatan al-wuju>d yang dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan makan dengan makanan bergizi, menjaga kesehatan, kebutuhan sandang dan kebutuhan papan. Juga dengan pendekatan al-‘adam yaitu dengan pemberlakuan berbagai hukum Islam yang dikenal dengan hukum jina>ya>t seperti qis}as}, diyat, had dan ta’zir. Terpeliharanya Keturunan (al-Nasl) Islam sangat menekankan terpeliharanya keturunan. QS alNisa> 4: 9108 menyebutkan bahwa sebagai orangtua sudah semestinya kita merasa khawatir terhadap lemahnya anak-anak kita sepeninggal kita kelak. Rasa khawatir inipun hendaknya merupakan perwujudan atas tanggung jawab kita yang telah diberikan amanat oleh Allah untuk menjaga, merawat dan membina anak-anak kita. Oleh karenanya, kita harus memperjuangkan terpeliharanya keturunan. Muhammad Abu> Zahrah (1958) menggunakan istilah almuh}a>fizatu ‘ala> al-nasl atau jaminan keselamatan keturunan atau keluarga yaitu jaminan kelestarian populasi umat manusia agar tetap hidup dan berkembang sehat dan kokoh, baik pekerti serta agamanya. Hal ini dapat dilakukan melalui penataan kehidupan rumah tangga dengan memberikan pendidikan dan kasih sayang kepada anak-anak agar memiliki kehalusan budi pekerti dan tingkat kecerdasan yang memadai. Al-Shāt}ibi menyebutkan bahwa kebutuhan keturunan didukung dengan memfasilitasi dan melaksanakan kehidupan berkeluarga melalui pendekatan al-wuju>d dengan menjaga kesehatan jiwa keluarga dan melalui institusi pernikahan dengan tujuan meneruskan keturunan. Juga dengan pendekatan al-‘adam yaitu dengan memberlakukan berbagai hukum seperti hukum perkawinan109, menetapkan berbagai pihak yang digolongkan tidak boleh untuk dinikahi110, diaturnya tatacara bercerai111, diharamkannya zinah 112dan pemberlakuan hukum had berupa c.
~ 70 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
hukum cambuk113 ataupun diaturnya persoalan anak angkat adalah dalam rangka melindungi nasab atau keturunan. d. Terpeliharanya Akal (al-‘Aql) Akal fikiran merupakan karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang menjadi pembeda atas maklhluk Allah lainnya. Pembeda ini pula yang menjadikan manusia memiliki kelebihan dengan yang lainnya114. Akal merupakan sumber hikmah, lentera di kegelapan dunia, sumber daya tak ternilai harganya, pintu gerbang ma‟rifat, penentu kondisi dari sesuatu yang belum baik kepada yang lebih baik, juga media menuju kebahagiaan baik dunia maupun akhirat. Husain Jauhar (n.d) mengatakan bahwa akal dinamakan ‘aql karena ia bisa mengikat dan mencegah pemiliknya untuk melakukan hal-hal buruk dan mengerjakan kemungkaran. Dinamakan inipun karena akal menyerupai ikatan unta. Sebuah ikatan akan mencegah manusia menuruti hawa nafsu yang sudah tidak terkendali. Sebagaimana ikatan yang dapat mencegah unta untuk melarikan diri. Tingginya nilai dan eksistensi akal banyak disebutkan di dalam al-Quran. Diantaranya, orang yang berakal yaitu orang yang senantiasa mengingat dan memperhatikan mahkluk ciptaan Allah115. Akal diciptakaan oleh Allah dengan tujuan untuk memfilter yang baik kemudian menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah116. Akal digunakan untuk mempelajari sejarah dan menjadikannya sebagai pelajaran117. Orang yang menggunakan akal sebagaimana fungsinya, maka dia digolongkan sebagai orang yang beriman118. Di sisi lain al-Quran menjelaskan tentang rendahnya nilai martabat manusia bagi yang tidak menggunakan akal pikirannya119. Abu> Zahrah (1958) menggunakan istilah al-muh}a>fizatu ‘ala> al-‘aql atau jaminan keselamatan akal yaitu terjaminnya akal fikiran dari kerusakan yang menyebabkan orang menjadi tidak berguna di tengah masyarakat atau menjadi sumber kejahatan. Upaya pencegahan yang dilakukan shari>’ah Islam sesungguhnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan akal fikiran dan menjaganya dari hal-hal yang dapat membahayakannya. Seperti diharamkannya ~ 71 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
minuman keras atau segala yang memabukan adalah untuk mencegah rusaknya akal fikiran. Penjagaan dan perlindungan akal dapat dilakukan dengan menjaga antara akal itu sendiri dengan ujian dan bencana yang bisa melemahkan dan merusakkannya atau menjadikan pemiliknya sebagai sumber kejahatan dan sampah dalam masyarakat atau menjadi alat dan perantara kerusakan di dalamnya (Husain Jauhar, n.d). Sementara menurut Al-Shāt}ibi bahwa kebutuhan akal dijaga melalui pertumbuhan intelektualitas yaitu melalui pendekatan alwuju>d dengan cara menuntut ilmu pengetahuan. Sedangkan tindakan yang dilakukan melalui pendekatan al-‘adam yaitu dengan diharamkannya minum minuman keras120 yang dapat merusak intelektualitas. Mengapa minuman keras diharamkan? Husain Jauhar mengatakan bahwa sukr atau mabuk adalah ketidaksadaran akal karena mengkonsumsi khamr atau sejenisnya. Mabuk berarti menutup akal namun tidak sampai pada tingkat menghilangkannya, berbeda dengan kondisi gila yang menghilangkan akal. Mabuk merupakan kondisi kehilangan perasaan atau kemampuan berkehendak dalam waktu tertentu yang disebabkan oleh pengaruh penggunaan jumlah cairan atau zat yang memabukkan. Terpeliharanya Harta (al-Ma>l) Pada hakekatnya bumi121 dan isi yang terkandung di dalamnya bahkan jagad raya alam semesta adalah milik Allah122. Namun selanjutnya Allah mendelegasikan dominasiNya kepada manusia dan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi123. Manusia diperintahkan oleh Allah untuk menjaga bumi dan diberikan hak untuk mengelolanya124. Manusia diperbolehkan melakukan apapun kecuali yang dilarang oleh Allah. Status hak pengelolaan bersifat titipan semata. Jadi, harta defaultnya adalah milik Allah. Allah meminjamkannya kepada manusia yang dikehendakiNya. Allah memberikan standar operasi tentang cara mendapatkan dan cara e.
~ 72 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
pemanfaatan harta melalui al-Quran dan Hadist (shari>’ah). Bila cara mendapatkan ataupun cara memanfaatkannya tidak sesuai dengan aturan yang diberikan oleh Allah, maka Allah berhak menarik seluruh harta titipan dimanapun dan kapanpun. Sebaliknya, bila cara mendapatkan dan cara memanfaatkan harta sesuai standar operasi, maka Allah menambah harta titipan tersebut. Apabila Allah meridhoi atas apa yang dilakukan oleh orang tersebut, maka Allah akan memberikan bonus pemanfaatan harta kepadanya. Bonus yang diberikan oleh Allah tidak hanya ketika si pemegang hak pemanfaatan hidup di dunia, tetapi Allah melipat gandakan bonus di kehidupan akhirat kelak. Besarnya bonus berlipat-lipat kali dari jumlah harta yang diamanahkan. Dapatlah dikatakan bahwa Allah memberikan down payment pemanfaatan harta kepada pemegang hak pemanfaatan di dunia. Sementara total pembayaran seluruhnya diberikan Allah di akhirat nanti, Subhanallah. Sudut pandang pemanfaatan tidak hanya untuk tujuan duniawi tapi juga untuk hari akhir (Akhirat) sebagaimana QS al‘Ankabu>t 29: 64. Otoritas Allah SWT untuk mengambil, menambah dan mengurangi harta yang dititipkan kepada manusia akan sangat bergantung pada keberkahan harta titipan. Semakin berkah harta titipan, maka semakin banyak harta lainnya yang diberikan kepada manusia. Hal ini berarti hak pengelolaan bersifat amanah, jadi harus dipertanggungjawaban kepada Allah kelak di kemudian hari Tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga terpeliharanya harta menurut Abu> Zahrah (1958) adalah dengan menggunakan istilah al-muh}a>fizatu ‘ala> al-ma>l atau jaminan keselamatan harta benda yang dilakukan dengan meningkatkan kekayaan secara proporsional melalui cara-cara halal bukan mendominasi kehidupan perekonomian dengan cara yang zalim dan curang. Al-Shāt}ibi menyebutkan bahwa kebutuhan harta benda dijaga melalui penciptaan kondisi yang mendukung pertumbuhan harta benda yaitu melalui pendekatan al-wuju>d dengan cara bekerja yang baik dan halal untuk mendapatkan harta benda. Sedangkan tindakan yang dilakukan melalui pendekatan al-‘adam yaitu dengan ~ 73 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
memberlakukan berbagai hukum seperti hukum potong tangan bagi orang yang mencuri125, dilarangnya saling memakan harta sesama dengan cara yang tidak baik126, kewajiban membayarkan infaq dari harta yang diperolehnya, hal ini dikarenakan sebagian dari yang kita peroleh terdapat hak bagi orang-orang yang tidak mampu127, diharamkannya riba128, diaturnya hutang piutang129 dll.
77
78
79
80
81
82
83
Muhammad Khalid Masud, Islamic Legal Philosophy, a Study of Abu Ishaq al-Syathibi‟s Life and Thought.” (Islamabad, Pakistan: Islamic Research Institute, 1977). Abu Ishāq al-Shāt}ibi> Ibra>hi>m bin Mu>sa> al-Lakhmi> al-Gharna>ti> al-Ma>liki>, alMuwa>faqa>tu fi>> Us}ul> al-Shari>ah (Bairu>t, Libanon: Da>rul Kutub al-‘ al‘Ilmiyah). Abu> H}a>mid al-Ghaza>li> menyebutkan bahwa ada dua tujuan shari>’ah yaitu tujuan untuk di kehidupan akhirat (di>ni>) dan untuk kehidupan di dunia (dunyawi>). Untuk di kehidupuan dunia, tujuan shari>’ah adalah terjaga dan terlindunginya: atau terpeliharanya agama, kehidupan atau jiwa, akal, keturunan dan harta benda. Imran Ahsan Khan Nyazee, Islamic Jurisprudence. (Selangor, Malaysia: The Other Press 607 Mutiara Majestic, 2003). Anas Zarqa,“Islamic Economics: An Approach to Human Welfare,” Reading in the Concept and Methodology of Islamic Economics. (Kualalumpur, Malaysia: Cert Publication, 2007). Al-Shāt}ibi menjelaskan konsep mas}lah}ah pada sebuah kitab yang diberi judul al-Muwa>faqa>tu fi>> Us}ul> al-Shari>ah. Kitab ini terdiri atas 4 buku. Dari keempat buku tersebut, konsep tentang tingkatan mas}lah}ah sangat detail dibahas pada buku kedua. yaitu suatu hukum berkaitan dengan bentuk perbuatan kejahatan yang berkaitan dengan pembunuhan, perzinahan, menuduh zina, pencurian, mabuk dan berbuatan-perbuatan kejahatan lainnya. Islam mengenal hukum jina>ya>t seperti qis}as},diyat, had, ta’zir. Qis}as} adalah hukuman yang diberikan kepada pelaku tindak pidana dimana jenis hukumannya sama dengan jenis perbuatan yang dilakukannya, seperti hukuman bagi pembunuh, maka hukumannya adalah dibunuh. Diyat (tebusan darah) adalah hukuman berupa konpensasi atas terbunuhnya seseorang berupa uang darah (diyat) yang harus dibayar oleh aqilah (saudara pihak ayah) dari yang tertuduh. Disini qis}as dan diyat ditetapkan untuk melindungi jiwa. Had adalah hukuman terhadap tindak pidana yang jenis hukumannya sudah ditentukan dalam nash al-Quran maupun hadis. Had terhadap diharamkannya minuman keras adalah dalam rangka melindungi akal. Had diharamkannya zinah adalah dalam rangka melindungi nasab atau keturunan. Ta‟zir adalah hukuman yang bersifat edukatif yang ditentukan oleh hakim atau perbuatan dosa yang hukumannya belum ditentukan oleh nash al-Quran maupun hadis.
~ 74 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
Pemberian modal dari seseorang kepada orang lain untuk dijadikan modal usaha dan untungya dibagi diantara mereka sesuai dengan kesepakatan. Islam memperbolehkan qirad} dengan landasan untuk saling bekerjasama dan tolong menolong, sebagaimana QS al-Ma>idah, 5: 2, "Dan tolong-menolonglah kamu dal am (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya" Imran Ahsan Khan Nyazee, Islamic Jurisprudence (Selangor, Malaysia: The Other Press 607 Mutiara Majestic, 2003): 20. Imran Ahsan Khan Nyazee, Islamic Jurisprudence (Selangor, Malaysia: The Other Press 607 Mutiara Majestic, 2003): 23. Ridzwan Ahmad, “Metode Pentarjihan dan Maslahah dan Mafsadah Dalam Hukum Islam Semasa.” Shariah Journal 16, No. 1 (2008): 107-143 Mashhad Al-Allaf, “Islamic Divine Law (Shariah) the Objective (Maqosid) of the Islamic Divine Law or Maqasid Theory”: 3 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia yang diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) pada Pasal 18 disebutkan bahwa Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dengan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaann dengan cara mengajarkannya, melakukannya, beribadat dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri. Di dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 juga disebutkan bahwa 1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. QS al-Baqarah 2: 256, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, Tafsir Tematik, Hukum, Keadilan, dan Hak Azasi Manusia, 5 (2010) QS al-Asu>ra> 42: 13, “Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya)”. Ibadah yang dimaksudkan oleh al-Shāt}ibi adalah ibadah dalam pengertian khusus. Abuddin Nata dalam “Kajian Tematik al-Quran tentang Fiqih Ibadah” menyebutkan bahwa ibadah dalam pengertian khusus adalah segala kegiatan
~ 75 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
95 96 97 98 99 100 101 102 103
104 105
106
107 108
109 110 111 112 113 114 115 116 117 118
yang ketentuannya telah ditetapkan oleh al-Quran dan as-Sunah. Semua ibadah tersebut telah diatur dengan sempurna oleh nash al-Quran maupun hadis. Kegiatan tersebut tidak menerima perubahan, penambahan ataupun pengurangan. Dalam ibadah tersebut berlaku prinsip „semua perbuatan ibadah terlarang dan tidak sah kecuali yang telah diatur dan ditetapkan oleh nash. QS al-Ha>j 22: 78. QS al-Mu’min 40: 15, QS al-Nahl 16: 2, QS al-Ma ‘a>rij 70: 4, QS al-Qodr 97: 4. QS al-Sajadah 32: 9, QS al-Hijr 15: 29, QS Sho>d 38: 72, QS QS al-Isro> 17: 85 QS Ali>-imro>n 3: 61 QS al-An ‘a>m 6: 12, 130, QS al-Kahfi 18: 51, QS al-Anbiya> 21: 43 QS al-Isra> 17: 25, QS Yu>nus 10: 108, QS Ali>-imra>n 3: 117 QS al-Qasas} 28: 33, QS al-Anbiya> > 17: 33, QS al-Kahfi 18: 74, QS al-Furqa>n 25: 68, QS al-Ma> idah 5: 45, QS al-Sa>f 61:11, QS al-Taubah 9: 20, 41, 44,81, 88. QS al-Mudas}ir 74: 38, QS al-Mu’minu>n 23: 62, QS al-Infita>r 82: 3. Ayat-ayat di dalam al-Quran yang mendefinisikan jiwa dengan nyawa atau ruh diantaranya QS al-Zumar 39: 42, QS al-Ma>’idah 5: 45, QS al-Baqarah 2: 178, 179, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qis}as} berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih” (178). “Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (179). Muhammad Abu> Zaharah, Usul al-Fiqh. (Cairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1958). Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. QS al-Nisa> 4: 3-4, QS al-Nisa> 4: 22-24, QS al-Baqarah 2: 221. QS ath-Thala>q 65: 1-7, QS al-Baqarah 2: 226-237, QS al-Ahza>b 33: 49 QS al-Nu>r 24: 30-31, QS al-Isra> 17: 32, QS al-Nu>r 24: 2-9 QS al-Isra> 17: 70. QS al-‘Imra>n 3: 190,191, QS al-Zumar 39: 21, QS al-Shu ‘a ra> 26: 28. QS al-Zumar 39: 18. QS Yu>suf 12: 111. QS al-Thala>q 65: 10.
~ 76 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
119 120 121 122 123 124
125 126 127 128 129
QS al-Baqarah 2: 170-171, QS al-A’ra>f 7: 179, QS al-Ma> idah 5: 90 QS al-A’ra>f 7: 128 QS al-Hadi>d 57: 5 QS al-Baqarah 2: 29-30 Dalam QS al-Nu>r 24: 33 dijelaskan bahwa “...berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu…” QS al-Ma> idah 5: 38 QS al-Nisa> 4: 29 QS adh-Dha>riya>t 51: 19, QS al-Ma’a>rij 70: 24-25 QS al-Baqarah 2: 275-279, QS al-‘Imra>n 130, QS al-Baqarah 2: 280-283
~ 77 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
EMPAT: UPAYA PEMENUHAN MAS}LAH}AH INDIVIDU Sering kita mendengar di kehidupan sehari-hari, seorang yang memiliki intelektual tinggi yaitu berpendidikan sarjana bahkan bergelar master atau doktor, dengan kekayaan berlimpah yang dimilikinya namun karena tidak memiliki pegangan agama, melakukan tindakan manipulasi, penyalahgunaan wewenang, korupsi dan pencucian uang. Rumah tangga yang awalnya rukun, tenang, nyaman menjadi hancur. Anak-anak menjadi terlantar, bahkan dirinyapun harus menjalani kehidupan di penjara. Berdasarkan data indeks persepsi korupsi tahun 2010 yang diakses tanggal 10 Nopember 2012 dari http://www.ti.or.id/media/documents/2011/12/01/f/i/file_2.pdf : diketahui bahwa Indonesia berada pada peringkat 100 dari 183 negara yang disurvey. Indonesia memiliki nilai indeks persepsi korupsi sebesar tiga. Nol dipersepsikan sangat korup dan 10 dipersepsikan sangat bersih. Data primer bersumber dari Corruption Perception Index 2010: Long Methodological Brief; Transparency International.
Betapa banyak juga, orang berpendidikan tinggi memiliki banyak perusahaan, harta berlimpah namun tidak memberikan ketenangan dan kemanfaatan bagi banyak orang. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keturunan yang memiliki visi dan misi yang sama dengan para pendiri organisasi. Harta benda yang dikumpulkan habis, akibat pertentangan yang terjadi diantara keturunan mereka. Perebutan harta warisan hingga melibatkan pihak ketigapun tak terhindarkan. Tidak terhitung biaya yang dihabiskan untuk membayar sengketa keluarga. Pada akhirnya, harta yang dikumpulkan tidak dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi banyak pihak.
~ 78 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Berita yang dirilis dari BBC Indonesia 28 Februari 2012 - 16:05 WIB melalui http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/02/120228 _samsunginheritance.shtml (diakses 3 Juni 2012), Direktur utama Samsung electronik, Lee Kun-hee, digugat oleh adik perempuannya Lee Sook-hee, akibat kasus perebutan warisan saham. Gugatan terhadap Direktur Lee (70) berisi tuntutan terhadap aset senilai 190 miliar won (sekitar Rp1,5 triliun) yang ditinggalkan mendiang ayah mereka. Gugatan ini, senada dengan gugatan yang diajukan dua pekan sebelumnya oleh kakak lelaki Direktur Lee, Lee Maeng-hee. Gugatan anak laki-laki tertua Lee tersebut bernilai 700 miliar won (setara dengan Rp5,7 triliun) dalam bentuk saham pada perusahaan utama kerajaan bisnis itu, Samsung Electronics, serta Samsung Life Insurance, juga dalam bentuk dana segar. Menurut dokumen pengadilan yang diajukan oleh Lee Maenghee, "saham tersebut merupakan aset yang dimasukkan dalam sebuah badan pengelola atas nama orang yang bukan merupakan pewaris, padahal mestinya itu merupakan jatah bagi para pemilik hak waris menurut hukum". Lee Kun-hee dituding ingin menguasai saham untuk dirinya sendiri. Ayah dari para penggugat dan tergugat Lee Byung-chull, meninggal dunia tahun 1987, setelah mendirikan Samsung sebagai perusahaan penjual ikan kering di Korea Selatan tahun 1938. Kini Samsung Group berkembang menjadi konglomerasi dengan bidang usaha termasuk pembuatan kapal, telekomunikasi, elektronik dan konstruksi dengan angka penjualan mencapai $220 miliar (Rp2000 triliun) pada tahun 2010. Lee Kun-hee menjadi pejabat pengganti di kursi tertinggi Konglomerasi Samsung tahun 1987. meski demikian pada April 2008, dirinya mundur setelah dirundung kasus dugaan penghindaran pajak dan melanggar kepercayaan penanam modal. Akhirnya Lee dikenai dakwaan pelanggaran hukum pajak, namun diberi ampunan presiden tahun 2009, sehingga bisa kembali ke kursi Direktur Utama Samsung tahun 2010. Menurut daftar orang terkaya Majalah Forbes tahun 2010, Lee adalah orang terkaya di Korea Selatan dengan kekayaan pribadi mencapai $7,9 miliar (Rp72 triliun).
Betapa banyak pengusaha sukses dengan harta berlimpah, mengalami stress berlebihan akibat tekanan pekerjaan. Kondisi jiwa labil, meskipun secara fisik - jasmaninya sehat. Kehidupan malam menjadi jalan keluar. Namun sakitnya jiwa menyebabkan stress ~ 79 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kembali menimpa. Jalan pintaspun dilakukan, melakukan tindak kekerasan rumah tangga, tindak kekerasan pada orang lain bahkan bunuh diripun dilakukan. Konstitusi WHO mendefinisikan kesehatan sebagai a state of complete physical, mental, and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity. Riset yang dilakukan oleh WHO dalam beberapa tahun terakhir menunjukan bahwa kesehatan mental, saling mempengaruhi dan tidak terpisahkan. Kesehatan mental mempengaruhi kesehatan fisik dan kesehatan fisik mempengaruhi kesehatan mental (WHO, “mhGAP, Mental Health Gap Action Programme Scaling up Care for Mental, Neurological, and Substance Use Disorders”, 2008:1)
Miskin akal membuat orang mudah melakukan tindak kejahatan. Miskinnya akal mengakibatkan orang mengabaikan etika dan moral. Orang yang kurang akal akan dengan mudah berbuat curang, berjudi, menipu, berbohong, berdusta ataupun merampok. Orang yang berada dalam kondisi mabuk, akan dengan mudah menyakiti, menindas bahkan membunuh orang lain. Akal adalah alat untuk memahami dan mengetahui baik - buruk dan benar - salah. Sementara otak adalah penyampai data kepada akal. Baik atau buruk adalah berkaitan dengan ketentuan sosial kemasyarakatan sedangkan benar atau salah adalah berkaitan dengan kesesuaian atau pelanggaran terhadap norma agama (shari>’ah). Miskin harta menyebabkan orang dengan terpaksa harus berganti agama. Iming-iming perubahan kehidupan dunia yang lebih baik dibandingkan sebelumnya, mudah mengubah aqidah orang dengan agama baru. Kemiskinan juga dapat membuat orang mudah hilang akal, mudah melakukan tindak kejahatan, mudah melakukan berbagai penyimpangan sosial. Kemiskinan dapat menyebabkan kerawanan sosial masyarakat. Saking pentingnya permasalahan kemiskinan, membuat siapapun yang menjadi presiden, selalu saja isu pengentasan kemiskinan menjadi prioritas utama program pemerintah. ~ 80 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Kusumaatmadja dalam M. Enoch Markum menyebutkan bahwa seluruh presiden di republik ini senantiasa memiliki program pengentasan kemiskinan. Presiden Soekarno menuangkan program pengentasan kemiskinan dalam Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun, Presiden Soeharto membuat program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Kesejahteraan Sosial (Prokesos). Presiden Habibie membuat program Jaringan Pengaman Sosial, Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Presiden Abdurrahman Wahid membuat program Jaring Pengaman Sosial (JPS), Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Presiden Megawati Soekarnoputri membuat program Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Presiden SBY dengan membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), Bantuan Langsung Tunai (BLT). Sumber: M. Enoch Markum, “Pengentasan Kemiskinan dan Pendekatan Psikologi Sosial.” Psikobuana I, no. 1 (2009): 1-12
Mas}lah}ah d}aru>riyah adalah kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok yaitu agama (al-di>n), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), harta (al-ma>l) dan akal (al-‘aql) yang mutlak harus dipenuhi guna mewujudkan kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Jika terdapat salah satu dari kelima kebutuhan yang bersifat primer tidak terpenuhi, maka mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan hidup di dunia. Kondisi ini dapat mengakibatkan tidak tercapainya kemanfaatan, keselamatan, dan kesuksesan di kehidupan akhirat. Pemenuhan kebutuhan perlindungan al-dīn dilakukan melalui orientasi ibadah. Pemenuhan kebutuhan perlindungan alnafs dilakukan melalui orientasi jiwa. Pemenuhan kebutuhan perlindungan al-nasl dilakukan melalui orientasi keturunan. Pemenuhan kebutuhan perlindungan al-‘aql dilakukan melalui orientasi akal. Pemenuhan kebutuhan perlindungan al-māl dilakukan melalui orientasi harta kekayaan. Pemenuhan perlindungan al-dīn merupakan prioritas utama sebagaimana dijelaskan oleh al-Ghazali dan Nyazee. Setelah itu, kebutuhan al-nafs, al-nasl, al-‘aql dan al-māl. Disamping itu ~ 81 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
terdapat hubungan sebab akibat antara pemenuhan kebutuhan satu dengan pemenuhan kebutuhan lainnya. Orientasi ibadah merupakan pusat dari seluruh orientasi kemaslahatan. Hal ini berarti bahwa orientasi ibadah merupakan orientasi pertama yang harus diperjuangkan sebelum memperjuangkan orientasi lainnya. Tingginya prioritas pemenuhan orientasi ibadah oleh karena orientasi ibadah merupakan pondasi bagi terbangunnya tatanan kemaslahatan. Lemah terhadap salah satu orientasi akan berdampak kecil terhadap orientasi lainnya. Namun lemah pada orientasi ibadah akan menyebabkan runtuhnya tatanan kemaslahatan. Oleh karena itu, untuk membangun tatanan kemaslahatan, orientasi ibadah menjadi prioritas tertinggi. Orientasi ibadah adalah pusat kendali pergerakan keempat orientasi lainnya. Titik pusat orientasi ibadah merupakan titik pusat peredaran orientasi lain. Sebagaimana matahari sebagai pusat peredaran planet. Sebagaimana ka‟bah yang merupakan pusat dari pergerakan orang-orang yang sedang melaksanakan thawaf. Dapat dikatakan bahwa orientasi ibadah adalah pusat orbit keempat orientasi lainnya. Ketiadaan salah satu anggota tubuh, menyebabkan kehidupan seseorang tidak sebagaimana kehidupan orang yang anggota tubuhnya lengkap. Namun demikian, kehidupan orang tersebut masih dapat berjalan dengan baik, bahkan dengan kelebihan pada bagian tubuh lainnya, kehidupan orang yang tidak lengkap tersebut dapat melebihi kehidupan orang yang memiliki kelengkapan anggota tubuh. Tidak demikian halnya, seseorang yang memiliki kekurangan pada otak, meskipun anggota tubuhnya lainnya lengkap, tetapi bila memiliki kekurangan pada otak, maka banyak anggota tubuh lainnya menjadi tidak berfungsi.
Orientasi ibadah adalah otak bagi orientasi lainnya. Artinya orientasi ibadah merupakan pusat komando bagi orientasi lain. Otaklah yang mengatur organ lain. Tanpa otak tentu saja fungsi organ lain menjadi tidak berfungsi sebagaimana layaknya. Sama ~ 82 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
halnya dengan inti bumi yang mampu menggerakan lempeng tektonik bumi, maka orientasi ibadah mampu menggerakkan orientasi lain. Sebenarnya tanpa energi dari orientasi ibadah, orientasi lain masih tetap mampu berjalan dengan sendirinya. Hal ini karena masing-masing orientasi pada dasarnya memiliki nilai intrinsik masing-masing. Namun demikian, bagi orientasi lain, orientasi ibadah menjadi gaya luar yang mampu memberikan percepatan pada masing-masing orientasi. Pergerakan yang dihasilkan oleh seluruh orientasi menjadi lebih besar. Gambar 4.1 Orientasi Ibadah Sebagai Pusat dari Seluruh Orientasi
Orientasi Harta
Orientasi Jiwa
Orientasi Ibadah
Orientasi Keturunan
Orientasi Akal
Orientasi ibadah adalah mesin penggerak. Keberadaan mesin sangat penting bagi sebuah kendaraan. Tanpa mesin, kendaraan tidak mungkin dapat bergerak. Orientasi ibadah juga berperan sebagai persneling percepatan bagi kendaraan yang sedang bergerak, tanpa persneling, maka kendaraan tidak dapat meningkatkan percepatan. Orientasi ibadah adalah cara pandang atas terpeliharanya agama (h}ifz}u al-di>n). Agama Islam memiliki tiga aspek yaitu aqidah, ~ 83 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
shari>’ah dan akhlak. Agar fungsi orientasi ibadah dapat terwujud sebagaimana mestinya, maka pemahaman dan penerapan ketiga aspek menjadi sangat mutlak. Akhlak merupakan perwujudan pelaksanaan dari keseluruhan sistem agama Islam. Tanpa akhlak, maka agama Islam hanya merupakan tataran konsep tanpa aplikasi. Akhlak menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan makhluk Allah lainnya seperti malaikat, rasul, kitab-suci samawi, hari akhir, takdir, keluarga, tamu, tetangga, guru, lingkungan dll, maka orientasi ibadah harus mencakup seluruh hubungan ini. Untuk itu, orientasi ibadah harus dapat menjawab pertanyaan „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana menerapkan agama di kehidupan seharihari kepada Allah, kepada orang lain dan kepada mahkluk Allah lainnya?‟ Orientasi ibadah sebagai sentral energi dapat menggerakan tiap-tiap orientasi (Gambar 4.1). Seluruh orientasi yang menerima energi dari orientasi ibadah bereaksi terhadap energi orientasi ibadah. Orientasi jiwa memiliki kelembaman yang paling kecil dibandingkan dengan orientasi lain. Sehingga orientasi jiwa merespon orientasi ibadah lebih cepat dibandingkan orientasi lain. Orientasi ibadah meningkatkan jiwa menjadi lebih tenang, lembut, sabar, optimis dsbnya. Kondisi ini mempermudah tercapainya keselamatan diri, sehingga terpenuhinya orientasi jiwa130. Orientasi jiwa adalah cara pandang terpeliharanya jiwa (h}ifz}u al-nafs). Keberadaan jiwa sangatlah penting. Tanpa jiwa, tubuh tidak memiliki makna. Ketiadaan jiwa juga menyebabkan tubuh tidak berdaya. Jiwa yang menyebabkan wajah rupawan menjadi tidak menawan. Jiwa pula yang membuat makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang. Jiwa mendorong orang untuk memiliki cita-cita dan mencapainya. Begitu pentingnya jiwa, sehingga Islam memberlakukan hukum qis}as bagi seorang pembunuh bahwa orang yang telah menjadi penyebab jiwa seseorang tercabut, maka jiwa orang itupun harus dicabut131.
~ 84 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Manusia terdiri atas dua komponen yaitu tubuh yang berdimensi fisik dan jiwa atau batin yang berdimensi non fisik. AlGhazali dalam Kamil (n.d) membagi jiwa dengan dua hal berbeda yaitu nafs / spirit (sewaktu manusia hidup) dan ruh / soul (sewaktu manusia meninggal). Jiwa menurut al-Ghazali memiliki empat karakteristik sifat yang berbeda yaitu: karakteristik hewan (syahwat / nafsu memandu memenuhi keinginan hasrat), karakteristik setan (karakteristik jahat, buruk), karakteristik liar (imajinasi) dan karakteristik spiritual (sifat malaikat yang selalu beribadah). Orientasi jiwa harus dapat menjawab pertanyaan „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana mengelola jiwa‟. Orientasi keturunan adalah cara pandang terpeliharanya keturunan (h}ifz}u al-nasl). Keturunan adalah pewaris silsilah atau nasab. Tanpa keturunan silsilah akan terputus. Keturunan meneruskan tugas-tugas yang belum selesai dilakukan. Keturunan berarti meneruskan tongkat estafet kekhalifaan. Adanya keturunan berarti menjaga keberlanjutan kekhalifaan (sustainability). Untuk itu, orientasi keturunan harus dapat menjawab pertanyaan „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan kepada anak / keturunan / keluarga? Bila kemampuan mengontrol diri jauh lebih baik, kesabaran diri tercapai, ketenangan jiwa mulai terasakan, maka akan berdampak kepada keluarga. Terciptalah keturunan yang saleh, anak-anak memiliki prestasi yang baik di bidang akademis ataupun non akademis, rumah tangga menjadi harmonis, sehingga tercapailah orientasi keturunan. Hal ini menciptakan kemaslahatan bagi keluarga. Ketenangan jiwa terpenuhi, keharmonisan keluarga terpenuhi, maka akan menjadikan diri dan keluarga lebih mudah mengambil hikmah dari segala apa yang terjadi. Bercermin diri, mengoreksi dan mengevaluasi diri atas segala ujian yang diterima. Proses pembelajaran semakin sering dilakukan. Tentu saja proses pembejaran meningkatkan proses perbaikan (corrective action),
~ 85 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
proses pencegahan (preventive action) juga proses peningkatan yang terus menerus (continuous improvement), tercapailah orientasi akal. Orientasi akal adalah cara pandang terpeliharanya akal (h}ifz}u al-‘aql). Fungsi akal adalah untuk merenung, memikirkan, mengevaluasi, muhasabah, atas tugas-tugas yang diemban oleh manusia. Hasil perenungan akan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan pembelajaran secara berkesinambungan. Apabila fungsi akal tidak digunakan sebagaimana fungsinya, maka proses pembelajaran menjadi mandeg. Tidak ada perbaikan di dalam diri. Kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat terbengkalai. Untuk itu, orientasi akal harus dapat menjawab pertanyaan „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan pembelajaran apa yang harus dilakukan?‟ Semakin sering melakukan proses pembelajaran, maka akan menggerakan fungsi humanisme pada diri sendiri dan keluarga. Bahwa ketenangan yang mereka dapatkan, kebaikan yang mereka terima, kesuksesan yang mereka dapatkan harus dibagikan kepada orang lain. Namun demikian, untuk berbagi dengan orang lain diperlukan tambahan biaya. Tambahan dana dan tambahan harta. Oleh karenanya, diperlukan kegiatan-kegiatan lain dalam usaha meningkatkan kekayaan yang ditujukan untuk berbagi dengan orang lain. Bila tambahan harta kekayaan sudah didapat dan sudah dibagikan kepada orang lain, maka terpenuhilah kemaslahan dan terwujudlah orientasi harta. Orientasi harta adalah cara pandang terpeliharanya harta (h}ifz}u al-ma>l). Kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat hendaknya tidak hanya dinikmati sendirian. Justru bukanlah bernama selamat dan sukses apabila hanya dinikmati oleh diri sendiri. Selamat dan sukses harus dibagi kepada orang lain, tetapi untuk dapat berbagi keselamatan dan kesuksesan ternyata dibutuhkan tambahan uang, harta dan kekayaan. Untuk itu, orientasi harta harus dapat menjawab pertanyaan „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, usaha
~ 86 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
apa yang harus dilakukan dalam mendapatkan harta kekayaan dan membelanjakan harta kekayaan?‟ Lima orientasi kebutuhan dasar yaitu: orientasi ibadah, orientasi jiwa, orientasi keturunan, orientasi akal dan orientasi harta merupakan konsekuensi atau jawanban yang harus dilakukan agar pemenuhan kebutuhan dasar mencapai keseimbangan. Sinergitas dan tata kelola kelima orientasi mas}lah}ah dapat dijelaskan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Sinergitas dan Tata Kelola Lima Orientasi Mas}lah}ah „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, usaha apa yang harus dilakukan dalam mendapatkan harta kekayaan dan membelanjakan harta kekayaan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana mengelola jiwa?
ORIENTASI HARTA
ORIENTASI JIWA
PEMENUHAN HARTA KEKAYAAN
PEMENUHAN JIWA
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana kita menerapkan agama dikehidupan seharihari kepada Allah?
ORIENTASI PEMBELAJARAN PEMENUHAN AKAL
ORIENTASI IBADAH
PEMENUHAN AQIDAH, SHA>RI’AH, AKHLAK
ALLAH
MANUSIA
MAKHLUK
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana kita menerapkan agama dikehidupan sehari-hari kepada orang lain?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana kita menerapkan agama dikehidupan sehari-hari kepada makhluk Allah?
ORIENTASI KETURUNAN PEMENUHAN KETURUNAN
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan kepada keturunan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan pembelajaran apa yang harus dilakukan?
~ 87 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
130
131
Hawa (2004) dalam Naail Mohammed Kamil, Ali Hussain Al-Kahtani dan Mohamed Sulaiman memberikan pendapat bahwa membersihkan jiwa melalui pelaksanaan ibadah seperti berdoa, shalat, zakah, haji, membaca al-Quran dan berpuasa. Membaca al-Quran adalah cara yang siginifikan untuk menerangi jiwa dan ini merupakan pelengkap dari shalat, zakat, puasa dan haji dalam merealisasikan spiritualitas perilaku. Pada beberapa kasus, orientasi jiwa menjadi awal dari pemenuhan kebutuhan dasar, sebagaiaman dijelaskan oleh Chapra dalam “The Islamic Vision of Development in the Light of Maqāsid Al-Sharī„ah, 2007. Namun demikian, M. Umer Chapra menegaskan bahwa urutan pemenuhan kebutuhan dasar tergantung permasalahan yang dibahas. Hal ini dijelaskan pula dalam QS al-A’la> 87: 14-15. Ayat-ayat di dalam al-Quran yang mendefinisikan jiwa dengan nyawa atau ruh diantaranya QS al-Zumar 39: 42, QS al-Ma> idah 5: 45,
~ 88 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
BAGIAN KEDUA
~ 89 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
MAS}LAH}AH SEBAGAI SISTEM KINERJA ORGANISASI
Organisasi didirikan dalam rangka menjalankan fungsi kekhalifaan manusia di bumi. Oleh karena itu, organisasi harus memberikan kemanfataan bagi banyak orang. Lantas, bagaimana kita dapat mengetahui sejauh mana organisasi telah memberikan kemanfaatan bagi banyak orang?
Buku ini menjabarkan sistem kinerja MaP yaitu sistem kinerja organisasi berbasis maqa>s}id al-shari>’ah dengan landasan konsep mas}lah}ah. Sistem kinerja didukung oleh beberapa alat manajemen yaitu empat varibel Balanced Scorecard (BSC)132 dan siklus Plan –Do – Check – Action (PDCA) sebagai metodologi penerapan. Sistem kinerja MaP dikembangkan dengan mempertimbangkan konsep „radar‟ (Sokovic, 2010). Radar berarti results, approach, deploy, assess and refine. Sistem kinerja MaP berorientasi pada hasil. Sistem yang terintegrasi dengan pendekatan perencanaan dan pengembangan. Sistem kinerja MaP menghubungkan pencapaian kinerja saat ini dan di masa datang. Dalam penerapannya, Sistem kinerja MaP memiliki tahapan sosialisasi yang dilakukan secara sistematis dan melibatkan seluruh staff. Sistem kinerja MaP tidak hanya melakukan proses pengukuran kinerja, tetapi juga proses tinjau ulang atau review yang dilakukan melalui proses monitoring dan analisis terhadap hasil yang dicapai. Selanjutnya, hasil tinjau ulang menjadi bahan pembelajaran untuk perbaikan di masa datang. Sistem kinerja MaP memenuhi delapan kriteria sistem pengukuran kinerja yang baik, sebagaimana dijelaskan oleh Max Moullin (2004). Moullin menjabarkan delapan kriteria penting bagi suatu sistem pengukuran kinerja yaitu penggunaan keseimbangan ukuran yang menggambarkan seluruh aktiftas dan area, memastikan bahwa apa yang diukur adalah permasalahan yang terkait dengan ~ 90 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
user (pengguna) dan pemangku kepentingan, melibatkan seluruh staff dalam menentukan ukuran, memasukan ukuran bersifat persepsi juga memiliki indikator kinerja, menggunakan kombinasi antara outcome dan ukuran proses, memasukan unsur biaya efektifitas dan nilai yang dihantarkan kepada pelanggan, memiliki sistem yang jelas untuk menterjemahkan strategi organisasi ke dalam ukuran-ukuran kinerja. Terakhir, sistem pengukuran kinerja harus berpola pada perbaikan berkelanjutan bukan sistem yang lebih banyak menyalahkan sesuatu apabila kinerja tidak sesuai dengan harapan. Sistem kinerja MaP mencakup seluruh proses di dalam organisasi. Hal ini berarti, sistem kinerja MaP memenuhi kriteria sebagai sistem pengukuran kinerja yang baik menurut Andy Neely (2004)133. Neely menjelaskan bahwa area di dalam organisasi yang kinerjanya harus diukur adalah dari sisi akunting, marketing dan operasi. Sistem kinerja MaP terdiri atas enam aspek pengukuran kinerja, masing-masing aspek disebut orientasi. Keenam orientasi tersebut adalah orientasi ibadah, orientasi proses internal, orientasi bakat, orientasi pembelajaran, orientasi pelanggan dan orientasi harta kekayaan. Kemaslahatan akan tercapai apabila masing-masing orientasi kemaslahatan terpenuhi secara seimbang (Bedoui, 2012)134. Sistem kinerja MaP menggunakan empat varibel utama pengukuran kinerja sebagaimana yang digunakan oleh BSC (Kaplan dan Norton, 1996)135. Keempat variabel tersebut adalah i. Sasaran Strategis yaitu merupakan jawaban atas pertanyaan „Apa yang kita lakukan untuk mendapatkan kesuksesan?‟ ii. Ukuran yaitu merupakan jawaban atas pertanyaan „Parameter apa yang akan kita gunakan untuk mengetahui bahwa kita mendapatkan kesuksesan? iii. Target yaitu merupakan jawaban atas pertanyaan „Nilai kuantitatif apa yang akan kita gunakan untuk menentukan kesuksesan‟.
~ 91 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
iv. Inisiatif Strategis yaitu merupakan jawaban atas pertanyaan „Apa yang akan kita lakukan untuk mencapai sasaran strategis?‟ Dalam melakukan pengukuran, dibutuhkan metode pengukuran, sehingga diperlukan variabel tambahan yaitu formula. Formula berarti rumus atau cara untuk menghitung ukuran atau merupakan jawaban atas pertanyaan „Bagaimana cara menghitung ukuran? Dengan demikian, sistem kinerja MaP menggunakan lima variabel pengukuran yaitu sasaran strategis, ukuran, formula, target dan inisiatif strategis.
LIMA: PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI A. Gash dan J. Wanna (2006)136 mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses untuk memonitor, menilai, dan melaporkan pemenuhan tugas menuju manajemen yang lebih baik. Pengukuran kinerja dapat menjangkau area yang lebih luas seperti produktifitas meliputi ekonomi, efisiensi, efektivitas, dampak, mutu, ketepatan waktu, dan keselamatan. Sementara Hanine Salem (2003)137 menjelaskan bahwa pengukuran kinerja harus dipertimbangkan sebagai bagian dari keseluruhan sistem kinerja dan dapat dipandang sebagai proses kuantisasi dari efisiensi dan efektifitas suatu tindakan. Menurutnya dalam sektor publik, literatur tentang kinerja selalu berbicara tentang 3E yaitu: ekonomi, efisiensi dan efektifitas. Tujuan dilakukannya pengukuran kinerja adalah untuk mengetahui sejauh mana organisasi dapat mencapai sasaran. Berbagai cara dilakukan oleh para peneliti maupun praktisi untuk melakukan pengukuran kinerja. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan ilmu manajemen. Pengukuran kinerja melalui ilmu manajemen, pertama kali dijabarkan oleh Frederick Taylor. Adapun aplikasinya pertama kali digunakan oleh Henry Ford (A. Gash dan J. ~ 92 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Wanna, 2006). Untuk menilai apakah kinerja berhasil ataukah gagal, dapat dilihat dari pencapaian indikator keberhasilan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja yang ditetapkan di awal periode dengan kinerja sesungguhnya yang dicapai di akhir periode. Hasil perbandingan digunakan sebagai bahan evaluasi atas pencapaian kinerja individu, unit kerja atau organisasi. Pengukuran kinerja merupakan langkah yang sangat penting dalam pengelolaan organisasi. Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa “jika anda tidak dapat mengukur organisasi, maka anda tidak dapat mengelola organisasi tersebut” Sebagian peneliti mendefinisikan kinerja sebagai serangkaian kemajuan berdasarkan angka-angka ataupun rasio keuangan (Johannsen dan Page, 1999)138. Sebagian lainnya meyakini bahwa kinerja tidak hanya ukuran keuangan, tetapi juga non keuangan. Diantara mereka adalah Kaplan dan Norton (1992)139 melalui konsep balanced scorecard (BSC). Lewis dalam Robert S. Kaplan (2009)140 menjelaskan bahwa sebelum Kaplan dan Norton memperkenalkan konsep BSC, pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan telah diterapkan oleh kelompok usaha General Electric (GE).
BSC bila diterjemahan secara bebas berarti kartu yang berisi skor penilaian kinerja yang pengukurannya dilakukan secara seimbang. Kata seimbang adalah untuk menunjukkan bahwa kinerja individu, unit kerja atau organisasi diukur secara berimbang dari aspek: jangka pendek (keuangan) dan jangka panjang (non keuangan), berwujud / tangible (keuangan) dan tidak berwujud / ittangible (non keuangan), orientasi hasil (keuangan) dan orientasi proses (non keuangan), sisi internal organisasi (sudut pandang organisasi) dan sisi ekternal (pelanggan), antara pengukuran hasil usaha masa lalu (keuangan) dan pengukuran yang mendorong kinerja di masa yang akan datang (non keuangan), ukuran hasil yang bersifat objektif / mudah dikuantifikasi (keuangan) dan faktor penggerak kinerja (drivers) dari berbagai ukuran proses yang subjektif / kualitatif (non keuangan).
~ 93 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Pada tahun 1950-an GE melakukan proyek pengembangan pengukuran kinerja bagi kelima unit bisnisnya. Saat itu, tim penyusun merekomendasikan bahwa kinerja divisi diukur dengan satu ukuran keuangan dan tujuh ukuran non keuangan. Kedelapan ukuran tersebut adalah profitability (keuangan), market share (pelanggan), productivity, product leadership, public responsibility yaitu perilaku legal dan etika dan tanggung jawab kepada pemangku kepentingan (proses internal), personnel development dan employee attitudes (pembelajaran dan pertumbuhan) serta yang kedelapan keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Sayang, sasaran besar projek GE tidak mengakar kuat ke dalam sistem manajemen dan struktur insentif unit bisnis. Terbukti adanya tekanan dalam pencapaian profit jangka pendek dari para manajer korporasi. Hal ini mengarahkan para manajer untuk mengkompromikan tujuan jangka panjang dan tanggung jawab publik mereka. Prinsip BSC sebagai alat pengukur kinerja organisasi adalah dengan pertimbangan manajemen akunting. Kaplan dan Norton (1992) menjelaskan bahwa efisiensi penggunaan modal untuk investasi, tidak langgeng dalam meningkatkan keunggulan kompetisi dibandingkan dengan pertambahan faktor lain seperti modal intelektual, pengetahuan dan orientasi pelanggan. Sehingga untuk dapat meningkatkan keunggulan kompetisi, organisasi sudah seyogyanya dalam mengukur kinerja dirinya, tidak melulu tertumpu pada faktor keuangan saja, tetapi juga faktor lain yang sangat mempengaruhi pencapaian kinerja keuangan. Faktor modal intelektual, pengetahuan, pembelajaran dan orientasi pelanggan merupakan faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh organisasi. Faktor tersebut sangat mempengaruhi bahkan dapat mengendalikan kinerja organisasi di masa depan. Memang pada saat pengukuran kinerja saat ini, faktor non keuangan belum menampakan hasil, namun di masa depan faktor tersebut mempengaruhi kinerja keuangan secara signifikan.
~ 94 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Bramhandkar, Erickson dan Applebee (2007)141 melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja modal intelektual pada industri farmasi. Mereka melakukan penelitian pada 139 perusahaan obat. Temuan yang diperoleh adalah perusahaan dengan pengelolaaan ittangibel asset (modal intelektual) yang tinggi memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan pengelolaaan ittangibel asset rendah. Temuan mereka seharusnya menjadi acuan bagi para manajer organisasi. Dalam hal ini, apabila manajer organisasi mengharapkan kinerja keuangan organisasi menjadi baik, maka mereka harus memperhatikan ittangible asset. Kaplan dan Norton mengajukan BSC sebagai sistem pengukuran kinerja organisasi melalui empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses organisasi internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Perspektif Keuangan Perspektif keuangan merupakan cara pandang BSC terhadap kinerja organisasi dari aspek keuangan. Angka-angka atau rasio keuangan yang tertulis di dalam catatan akuntansi menjadi titik tolak penilaian terhadap kinerja organisasi. Sasaran organisasi biasanya berkaitan dengan keuntungan (profitabilitas). Suatu organisasi dikatakan berhasil bila mendapatkan keuntungan dan dikatakan tidak berhasil bila merugi. Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa sasaran keuangan organisasi sangat tergantung pada siklus hidup organisasi yang bersangkutan. Sasaran organisasi yang berada di tahapan awal yaitu bertumbuh (growth) berbeda dengan sasaran organisasi yang berada di dalam siklus bertahan (sustain), juga berbeda dengan sasaran organisasi yang berada di tahapan siklus menuai (maturity harvest). Pada masa pertumbuhan, organisasi beroperasi dengan arus kas negatip dan tingkat pengembalian modal investasi rendah. Hal ini terjadi karena organisasi sedang berfokus pada pengembangan dan peningkatan produk dan jasa, pembangunan dan perluasan ~ 95 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sarana produksi, juga investasi yang besar dalam pengembangan sistem, infrastruktur, jalur distribusi, pemeliharaan serta pengembangan pasar. Pada situasi ini, organisasi sangat membutuhkan sumber daya yang tinggi. Organisasi yang berada di tahapan bertumbuh memiliki sasaran keuangan berupa persentase tingkat pertumbuhan pendapatan dan tingkat pertumbuhan penjualan pada segmen pasar yang dibidiknya. Pada masa bertahan, organisasi sudah memiliki daya tarik bagi investasi maupun reinvestasi dengan harapan tingkat pengembalian modal yang tinggi. Oleh karena itu, organisasi diharapkan dapat mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki juga dapat mengembangkan pasar lainnya. Organisasi melakukan investasi dalam rangka mengatasi berbagai kendala, perluasaan kapasitas produksi juga peningkatan perbaikan berkesinambungan. Pada situasi ini organisasi memiliki sasaran keuangan yang berkaitan dengan rasio keuangan seperti ROA, ROE, ROCE, laba operasi, marjin kotor dsbnya. Pada masa menuai, organisasi memanen hasil investasi yang telah dilakukan pada dua siklus sebelumnya. Organisasi tidak membutuhkan investasi besar lagi, tetapi cukup untuk pemeliharaan peralatan dan kapasitas. Bila ada investasi baru, maka diharapkan investasi tersebut berumur singkat juga pasti. Hal ini dimaksudkan agar investasi yang dilakukan segera dapat menghasilkan nilai kepada organisasi. Sasaran keuangan organisasi yang berada pada masa menuai adalah lancarnya arus kas operasi dan penghematan di berbagai kebutuhan modal kerja. Dalam literatur pengukuran kinerja, beberapa peneliti menggunakan ukuran berbeda untuk menilai kinerja organisasi dari perspektif keuangan. Richard, Devinney, Yip dan Johnson (2009)142 membagi ukuran kinerja keuangan dalam empat bagian besar yaitu ukuran akunting (accounting), ukuran pasar uang (financial market), campuran akunting dan pasar uang (mixed) serta survive (survival). Gumbus dan Lyons dalam Chen-Yuan Chen (2002)143 menggunakan tiga ukuran keuangan yaitu: returns on investment (ROI) dan returns on assets (ROA) sebagai ukuran produktifitas. ~ 96 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Profit margins sebagai ukuran pertumbuhan revenue dan market share. Sementara Ellingson and Wambsganss, (2001), Hoque and James (2000), Maiga and Jacobs (2003) dan Yeniyurt (2003) menggunakan operating cost dan penggunaan material / asset sebagai ukuran cost structure.
Perspektif Pelanggan Kaplan dan Norton menyebutkan bahwa pelanggan concern dengan empat hal yaitu: waktu, kualitas, kinerja dan layanan. Oleh karenanya, mereka mengelompokan perspektif pelanggan dalam tiga nilai yaitu atribut produk dan layanan, hubungan pelanggan dan image dan reputasi. Sementara dari sudut pandang konsep Total Quality Management (TQM), pelanggan menilai organisasi dari aspek QCDMS (Quality, Cost, Delivery, Morale dan Safety). Berkaitan dengan waktu, tentu saja pelanggan mengharapkan lead time sesingkat-singkatnya. Adapun kualitas, pelanggan mengharapkan: ketahanan atau umur produk, fitur, layanan purna jual, keindahan, zero defect, pemenuhan terhadap persyaratan produksi dll. Dalam kaitannya dengan layanan, pelanggan mengharapkan pelayanan yang baik, murah, cepat, penuh senyum, memahami kebutuhan pelanggan, terbuka dengan masukan, rasa simpati dsbnya. Sebelum menentukan sasaran dan ukuran kinerja perspektif pelanggan, organisasi terlebih dahulu harus mengidentifikasi siapa pelanggannya. Proses identifikasi pelanggan berarti mencari tahu kepada siapa produk barang atau jasa dihantarkan? Nilai atau value apa yang dibutuhkan oleh pelanggan? Dengan cara bagaimana, nilai atau value seharusnya dihantarkan kepada pelanggan? Dimana biasanya pelanggan mencari nilai atau value yang dibutuhannya? Kotler dan Armstrong (2010)144 menyebutkan langkah tersebut sebagai langkah memahami dan mengidentifikasi konsep lima inti pelanggan dan pasar.
~ 97 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Konsep Lima Inti Pelanggan dan Pasar Kotler dan Armstrong (2010) Pertama, keperluan dasar (needs), keinginan (wants) dan kebutuhan (demand). Keperluan dasar adalah keperluan bersifat fisik yang sangat mendasar bagi manusia (makan, pakaian, kehangatan, keamanan, keperluan sosial untuk memiliki dan saling mempengaruhi, keperluan individu terhadap pengetahuan ataupun ekspresi diri. Keperluan dasar merupakan bagian dasar dari diri manusia, jadi tidak dapat diciptakan oleh pihak luar. Keinginan adalah keperluan manusia yang terbentuk oleh budaya ataupun personality individu. Kebutuhan merupakan kondisi yang tingkatannya lebih tinggi dibandingkan keinginan. Individu merasa terpuaskan apabila kebutuhan telah terpenuhi. Kedua, penawaran pasar yaitu kombinasi antara produk, layanan, informasi dan pengalaman yang ditawarkan di pasar untuk memuaskan keperluan ataupun keinginan. Ketiga, nilai dan kepuasan. Nilai yaitu sesuatu yang dituntut atau dikehendaki oleh pelanggan. Sedangkan kepuasan adalah keadaaan perasaan yang dirasakan oleh pelanggan apabila keinginannya dapat terpenuhi oleh nilai yang ditawarkan oleh pasar. Keempat, pertukaran dan hubungan. Pertukaran yaitu tindakan untuk memperoleh obyek yang diharapkan dari seseorang yang menawarkan. Sedangkan hubungan yaitu kondisi apabila telah terjadi pertukaran, maka akan menciptakan hubungan antara orang yang membutuhkan dengan orang yang menyediakan. Kelima, pasar yaitu tempat dimana pertukaran dan hubungan terjadi.
Bila organisasi tidak dapat mengidentifikasi pelanggan dan pasar, maka Kotler dan Armstrong menyebutkan bahwa organisasi dapat mengalami marketing myopia yaitu suatu situasi dimana organisasi menyediakan barang dan jasa, tetapi bukan barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan oleh pelanggan. Setelah memahami pasar, maka organisasi selanjutnya harus mengenali segmentasi pasar. Kotler dan Armstrong mengatakan bahwa melakukan segmentasi pasar berarti menjawab pertanyaan ”Pasar seperti apa yang akan dilayani?” Tentu saja bila pertanyaan disampaikan kepada para manajer organisasi, maka jawaban mereka berbeda-beda. ~ 98 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Penyebab terjadinya perbedaan jawaban adalah karena besarnya ukuran pasar ataupun karena pasar tidak homogen. Proses segmentasi pasar berarti proses membagi pasar yang sangat besar juga heterogen menjadi segmen pasar yang lebih kecil, sehingga dapat dicapai dengan lebih efisien, lebih efektif dengan produk dan jasa yang unik. Sasaran perpektif pelanggan yang harus ditetapkan adalah mengidentifikasi pelanggan dan melakukan segmentasi pasar. Sedangkan ukuran yang digunakan sebagi indikator kinerja menurut Kaplan dan Norton adalah kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan dan pangsa pasar. Beberapa peneliti menggunakan ukuran yang berbeda untuk menilai kinerja perspektif pelanggan (Chen, 2010) diantaranya: Ellingson and Wambsganss (2001) menggunakan pengukuran kesiapan merek (brand) untuk mengukur image perusahaan. Kualitas dan fungsionalitas untuk mengukur atribut produk, waktu respon pelanggan dan kepuasan pelanggan untuk mengukur customer relationship dan image dan reputasi untuk mengukur image organisasi. Peneliti lainnya menurut Ellingson and Wambsganss yaitu Banker (2004), Gumbus and Lyons (2002), Yeniyurt (2003), Hoque and James (2000), Kaplan dan Norton (2004), Libby (2004), Maiga and Jacobs (2003) menggunakan ukuran reputasi dan kesiapan brand untuk mengukur image organisasi. Penilaian dari sudut pandang pelanggan sangatlah penting. Penilaian diperlukan agar tingkat keberhasilan organisasi tidak bias atau bersifat bubble. Penilaian pelanggan adalah ril dari pihak luar, apa adanya dan obyektif.
Perspektif Proses Bisnis Internal Setelah mengetahui yang dibutuhkan oleh pelanggan, langkah selanjutnya adalah mengadakan perbaikan ataupun inovasi pada proses bisnis. Perbaikan proses bisnis internal dilakukan terus menerus dan konsisten (continuous improvement) agar dapat menyesuaikan terhadap kebutuhan pelanggan. Kita mengetahui bahwa kebutuhan pelanggan secara alamiah selalu berubah-ubah. ~ 99 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Perbaikan dan inovasi diharapkan mampu membuat perubahan ke arah yang baik dalam rangka pemenuhan kepuasan pelanggan. Organisasi harus dapat mengevaluasi, apakah teknologi yang digunakan masih sesuai dengan kebutuhan pelanggan?. Sangat menarik dengan budaya kaizen yang dimiliki oleh Bangsa Jepang. Kaizen dalam Bahasa Jepang berarti perbaikan kecil yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten (Alukal dan Manos, 2006)145. Kaizen merupakan jalan hidup Bangsa Jepang dalam segala aspek kehidupan, termasuk di dalamnya adalah kehidupan kerja, kehidupan sosial maupun kehidupan di tempat tinggal. Berkat budaya kaizen, Bangsa Jepang memiliki keunggulan kompetitip yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa lainnya. Perbaikan yang dipahami oleh kaizen adalah perbaikan yang berskala kecil namun dilakukan secara kontinu dan konsisten. Sekecil apapun perbaikan namun bila dilakukan secara kontinu dan konsisten, maka pada akhirnya berdampak besar bahkan bisa dikatakan dramatis bagi kehidupan nyata, baik di lingkungan rumah, kerja maupun sosial. Perbaikan pada proses bisnis internal dapat dilakukan melalui metode analisis rantai nilai yaitu suatu analisis yang memandang organisasi sebagai proses sekuen dari suatu aktifitas dalam rangka menciptakan nilai. Mulai dari proses memperoleh bahan baku hingga penyampaian produk jadi kepada pelanggan. Michael Porter (1998)146 seorang pakar bisnis memperkenalkan konsep analisis rantai nilai untuk menjelaskan tentang proses bisnis internal. Sasaran perspektif proses bisnis internal yang digunakan adalah operations management, customer management dan innovation. Ukuran kinerja yang digunakan oleh para peneliti menurut Chen (2010) adalah: Banker (2004), Gumbus dan Lyons (2002) menggunakan kualitas proses internal sebagai ukuran manajemen operasi. Ellingson dan Wambsganss (2001), Hoque dan James (2000), Maiga dan Jacobs (2003), Seddon (2002) menggunakan the dependability of the delivery sebagai ukuran manajemen operasi. Kaplan dan Norton (2004) menggunakan customer selection untuk ukuran customer ~ 100 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
management. Ellingson dan Wambsganss (2001), Libby (2004) menggunakan customer acquisition untuk ukuran customer management. Ellingson and Wambsganss (2001), Libby (2004) menggunakan customer acquisition untuk ukuran customer management. Ellingson dan Wambsganss (2001), Yeniyurt (2003) menggunakan target customer retention sebagai ukuran customer management. Adapun inovasi diukur dengan innovative opportunities oleh Hoque dan James (2000), Maiga dan Jacobs (2003) dan Yeniyurt, (2003) juga dengan time needed for product innovation oleh Hoque dan James (2000), Maiga dan Jacobs (2003).
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perbaikan proses bisnis internal yang terus menerus tidak akan merubah apapun apabila tidak ada proses pembelajaran. Oleh karenanya, organisasi harus mengembangkan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kunci untuk menghasilkan inovasi berkelanjutan. Inovasi akan memberikan kemudahan kepada organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Fleksibilitas organisasi terhadap perubahan lingkungan akan meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dibandingkan pesaing. Kondisi ini menjadikan organisasi menjadi organisasi pembelajar (learning organization). Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa sasaran yang hendak dicapai dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah terciptanya infrastruktur agar sasaran dari ketiga perspektif lainnya dapat tercapai. Kinerja organisasi perspektif pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari tiga faktor yaitu sumber daya manusia (kapabilitas pekerja), sistem informasi (kapabilitas sistem informasi) dan sumber daya organisasi (motivasi, pemberdayaan, keselarasan). Oleh karenanya, Kaplan dan Norton menggunakan tiga sasaran untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu modal insani, modal informasi dan modal organisasi. Ukuran kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan modal insani adalah kepuasan pekerja. Pengukuran tingkat kepuasan pekerja dapat dilakukan melalui metode kuisoner. Ukuran kinerja ~ 101 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
perspektif pembelajar dan pertumbuhan lainnya adalah retensi karyawan, yaitu prosentase pekerja pemegang jabatan kunci yang keluar atau mengundurkan diri dari organisasi. Ukuran yang ketiga adalah produktifitas pekerja yaitu ukuran perbandingan antara keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut Berkaitan dengan modal sistem informasi, Wade dan Hulland 147 (2004) mengungkapkan bahwa sumber daya sistem informasi dapat menjadi penggerak penting bagi organisasi dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitip dan kinerja jangka panjang asalkan bersifat unik, bernilai dan tidak dapat ditiru oleh kompetitor. Martinsons, Davison, Tse (1999)148 mengingatkan bahwa penggunaan sistem informasi dapat meningkatkan produktifitas individu dalam rangka mencapai sasaran organisasi. Kinerja sistem informasi diukur dengan: efisiensi aktifitas yang berkaitan dengan pengembangan dan operasi sistem informasi dan efektifitas kontribusi sistem imformasi untuk meningkatkan produktifitas individu. Modal organisasi terdiri dari motivasi, pemberdayaan dan keselarasan. Motivasi sangat penting bagi para pekerja karena pemberdayaan pekerja maupun dibukanya akses informasi seluasluasnya bagi para pekerja, tidak berdampak luas bagi organisasi secara keseluruhan apabila motivasi para pekerja tidak baik. Salah satu metode untuk meningkatkan motivasi kerja bagi para pekerja adalah dengan melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan maupun aktifitas lainnya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Pekerja didorong untuk dapat menyampaikan usulan atau saran kepada manajemen dan selanjutnya pihak manajemen menindaklanjuti usulan tersebut. Dalam sistem manajemen mutu, kegiatan pengajuan sumbang saran disebut suggestion system. Sistem sumbang saran (Jacobson, 2009)149 adalah hal penting dalam menerapkan kaizen. Sistem ini merupakan karakteristik budaya kaizen. Sistem sumbang saran dapat memberdayakan tiap individu yang terlibat dalam pemecahan permasalahan. Setiap usulan menerima respon dan setiap ~ 102 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kesuksesan atas penerapan usulan dipublikasikan, sehingga dapat diketahui oleh banyak orang. Hal ini merangsang semua orang untuk melakukan perbaikan. Oleh karena itu, ukuran kinerja yang digunakan untuk mengukur sasaran motivasi adalah jumlah saran yang diajukan oleh pekerja dan ditindaklanjuti oleh manajemen. Keterlibatan pekerja dalam pengambilan keputusan merupakan metode yang tepat dalam pembinaan karyawan. Salah satu dampak yang diharapkan dari pemberdayaan karyawan adalah bertambahnya proses peningkatan (improvement). Oleh karena itu, kinerja sasaran pemberdayaan diukur dengan banyaknya jumlah peningkatan yang dilakukan. Sasaran modal organisasi lainnya adalah keselarasan. Yaitu selarasnya sasaran individu, sasaran unit kerja dan sasaran organisasi secara keseluruhan. Keselarasan antara individu dalam organisasi, unit kerja dan organisasi dapat tercipta apabila hubungan antar individu, hubungan antara atasan dan bawahan adalah sebagaimana halnya team work yang padu. Untuk itu, kinerja modal organisasi harus dapat diukur dengan ukuran kinerja tim. Beberapa peneliti (Chen, 2010) menggunakan ukuran berbeda untuk mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diantaranya: Ellingson and Wambsganss, (2001), Libby (2004), Ullrich dan Tuttle (2004) menggunakan ukuran employee skill untuk sasaran modal insani sedangkan Kaplan dan Norton (2004) menggunakan know-how. Untuk kinerja modal organisasi, Kaplan dan Norton menggunakan dua ukuran yaitu sharing of worker knowledge dan shared vision, objectives dan values. Untuk kinerja modal informasi, Kaplan dan Norton menggunakan ukuran knowledge management capabilities dan accessibility of information. Sedangkan Martinsons, Davison, Tse (1999) menggunakan ukuran business value, user orientation, internal process dan future readiness untuk mengukur kinerja sistem informasi. Ketersediaan informasi dari keempat perspektif BSC, menurut Kaplan dan Norton (1992) adalah untuk menjawab empat pertanyaan dasar dalam pengelolaan organisasi yaitu: how do we ~ 103 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
look to shareholders? (perspektif keuangan), how do customers see us? (perspektif pelanggan), what must we excel at? (perspektif proses bisnis internal), can we continue to improve and create value? (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
Robert S Kaplan and David P Norton, Balanced Scorecard, Translating Strategy into Action (Boston: Harvard Business School Press, 1996). Pada halaman 22, Kaplan menyebutkan bahwa Balanced Scorecard is a strategic performance management system that enables Organization to translate its vision, mission and strategy into a set of measurable actions. Andy Neely, Business Performance Measurement, Theory and Practice. (Cambridge: Cambridge University Press, 2004). M. Houssem Eddine Bedoui, “Shari„a-Based Ethical Performance Measurement Framework.” Chair for ethics and Financial Norms, Working Paper in Islamic Economics and Finance No. 1020 (January 2012). Robert S. Kaplan, dan David P. Norton. The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. (Boston: Harvard Business School Press, 1996). Alexander Gash dan John Wanna, “Performance Measurement,” Encyclopedia of Governance. SAGE Publications (2006). Hanine Salem,“Organizational Performance Management and Measurement, The Lebanese Experience”, Economic and Social Commission for Western Asia, Beirut (July 2003). Hano Johannsen dan G. Terry Page. “Performance Measurement.” Encyclopaedia of Management Dictionary of Management 7. (New Delhi: Crest Publishing House, 1999). Robert S. Kaplan dan David P Norton. “The Balanced Scorecard - Measures that Drive Performance.” Harvard Business Review 70, No.1 (JanuaryFebruary 1992): 71-79. Robert S. Kaplan, “Conceptual Foundations of the Balanced Scorecard,” Handbook of Management Accounting Research 3 (Elsevier, 2009). Alka Bramhandkar, Scott Erickson dan Ian Applebee. “Intellectual Capital and Organizational Performance: an Empirical Study of the Pharmaceutical Industry.” Electronic Journal of Knowledge Management 5 (2007). Termasuk dalam ukuran akunting adalah cash flow, earning before interest and tax (EBIT), earning before interest taxes depreciation and amortization (EBITDA), market share, net operating profit, profit margin, return on asset (ROA), return on book-valued assets, return on capital employeed (ROCE), return on equity (ROE), return in investment (ROI), sales, sales growth. Termasuk dalam ukuran pasar uang diantaranya beta coefisien, earning per share, Jensen alpha, market value, stick price. Termasuk dalam ukuran mixed diantaranya BSC, cash flow per share, cash flow per share, cash flow return on investment economic value added. Termasuk dalam ukuran survival diantaranya proses adaptasi, merger.
~ 104 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
143
144
145
146
147
148
149
Chen Yuan Chen dkk. “Linking the Balanced Scorecard (BSC) to Business Management Performance: A preliminary Concept of Fit Theory for Navigation Science and Management.” International Journal of the Physical Sciences 5. No. 8 (4 August 2010). Philip Kotler dan Gary Amstrong, Principles of Marketing. (New Jersey: Pearson Education, Inc, 2010). George Alukal dan Anthony Manos. Lean Kaizen: a Simplified Approach to Process Improvements (Milwaukee: American Society for Quality, Quality Press, 2006). E. Michael Porter, Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior Performance.” (New York: The Free Press, 1998). Michael Wade dan John Hulland, “Review: The Resource-Based View and Information System Research: Review, Extension, and Suggestions for Future Research,” MIS Quarterly, 28, No. 1 (2004). Maris Martinsons, Robert Davison dan Dennis Tse. “The Balanced Scorecard: a Foundation for The Strategic Management of Information Systems.” Decision Support Systems.25 (1999). Gregory H Jacobson dkk. “Kaizen: a Method of Process Improvement in the Emergency Department,” the Society for Academic Emergency Medicine (2009).
~ 105 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
ENAM: UPAYA PEMENUHAN MAS}LAH}AH ORGANISASI Organisasi didirikan untuk merealisasikan tugas manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Pengelola organisasi harus menyadari dengan sepenuhnya bahwa organisasi yang mereka dirikan adalah sebagai sarana peribadatan kepada Allah SWT dengan berupaya memberikan kemaslahatan bagi diri sendiri dan keluarga, pekerja dan keluarga, pelanggan, pemasok, mitra dan lingkungan150. Untuk itu, organisasi hendaknya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Konsekuensinya adalah pengelolaan organisasi dilakukan bukan semata-mata karena keinginan pribadi, tugas, regulasi, kewajiban paksaan, tetapi sebagai sarana peribadatan kepada Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Memberi Rizki, Yang Maha Memberi Kesuksesan, Yang Maha Memberi Keselamatan. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". QS al-Baqarah 2: 30
Kemaslahatan organisasi memiliki makna bahwa organisasi menciptakan nilai secara keberlanjutan. Artinya kemaslahatan organisasi tidak dibatasi oleh usia organisasi atau usia pengelola organisasi. Kemaslahatan organisasi akan terus menerus mengalir bahkan ketika organisasi ataupun pengelola organisasi sudah meninggal dunia. Oleh karena itu, keberlanjutan kemaslahatan merupakan tujuan yang harus dijaga dan dipelihara. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah Allah di bumi. Oleh karena itu, sudah seyogyanya organisasi yang didirikan adalah dalam rangka menjalankan fungsi kekhalifaan manusia di bumi, bukan untuk yang lain.
~ 106 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Tercapainya kemaslahatan dalam pengelolaan organisasi, sangat bergantung pada pemenuhan enam aspek orientasi organisasi yaitu orientasi ibadah, orientasi proses internal, orientasi bakat, orientasi pembelajaran, orientasi pelanggan dan orientasi harta kekayaan. Orientasi Ibadah adalah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya agama di dalam organisasi. Orientasi ibadah merupakan jawaban atas pertanyaan „agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana organisasi menerapkan agama di kehidupan sehari-hari kepada Allah, pemangku kepentingan dan lingkungan?‟. Orientasi proses internal adalah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya jiwa organisasi. Orientasi proses internal merupakan jawaban atas pertanyaan ‟agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana mengelola proses internal?‟. Orientasi bakat adalah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya generasi penerus pengelola organisasi yang memiliki visi dan misi yang sejalan dengan visi dan misi pendiri/pengelola organisasi. Orientasi bakat merupakan jawaban atas pertanyaan ‟agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan kepada generasi penerus organisasi (bakat)?‟. Orientasi pembelajaran adalah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya akal dan hati. Orientasi pembelajaran merupakan jawaban atas pertanyaan ‟agar keselamatan hidup di dunia dan kesuksesan hidup di akhirat dapat berkelanjutan, kegiatan pembelajaran apa yang harus dilakukan?‟ Orientasi pelanggan adalah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya hubungan dengan pelanggan. Orientasi pelanggan merupakan jawaban atas pertanyaan ‟agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan bagi pelanggan?‟ Orientasi harta kekayaan adalah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya harta. Orientasi harta kekayaan merupakan ~ 107 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
jawaban atas pertanyaan „‟agar keselamatan hidup di dunia dan kesuksesan hidup di akhirat dapat berkelanjutan, usaha apa yang harus dilakukan dalam mendapatkan harta kekayaan dan membelanjakan harta kekayaan?‟ Adaptasi konsep mas}lah}ah untuk organisasi selengkapnya adalah sebagaimana dijelaskan Gambar 6.1. Gambar 6.1. Enam Orientasi Mas}lah}ah untuk Organisasi
ORIENTASI HARTA KEKAYAAN PEMENUHAN HARTA KEKAYAAN
ORIENTASI PELANGGAN
ORIENTASI PROSES INTERNAL
PEMENUHAN PELANGGAN
PEMENUHAN PROSES INTERNAL
PEMENUHAN PEMBELAJARAN
PEMENUHAN AQIDAH - SHARIAH AKHLAK
LINGKUNGAN
ORIENTASI PEMBELAJARAN
ORIENTASI IBADAH
STAKEHOLDER
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana bisnis menerapkan agama dikehidupan sehari-hari kepada Allah?
ALLAH
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan bagi pelanggan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana bisnis menerapkan agama dikehidupan seharihari kepada lingkungan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana bisnis menerapkan agama dikehidupan sehari-hari kepada stakeholder?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan pembelajaran apa yang harus dilakukan?
150
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, usaha apa yang harus dilakukan dalam mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana mengelola proses internal? ORIENTASI BAKAT
PEMENUHAN GENERASI PENERUS (BAKAT)
‟agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan kepada generasi penerus (bakat)
Robert S. Kaplan dan David P. Norton, The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action (Boston: Harvard Business School Press, 1996). Kaplan tidak menganggap bahwa lingkungan sebagai keunggulan komptetif (competitive advantage) bisnis.
~ 108 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
TUJUH: ORIENTASI IBADAH (WORSHIP), CARA PANDANG ATAS TERPELIHARANYA AGAMA (AL-DI>N)
Kata ibadah yang dimaksudkan dalam orientasi ibadah adalah ibadah dalam arti yang sangat luas. Bukan ibadah dalam arti ritual peribadatan seorang manusia kepada Tuhannya. Ibadah dalam arti ritual peribadatan, dilakukan oleh seseorang di waktu yang tertentu seperti shalat, puasa, haji, zakat, qurban. Juga pada tempat yang khusus seperti masjid dan musola. Ibadah dalam orientasi ibadah memiliki makna, hadirnya Allah bagi seseorang pada setiap aktifitasnya. Seseorang melakukan sesuatu dengan kesadaran bahwa Allah melihat dan mendengar atas apa yang dilakukannya. Apapun yang dilakukan pada dasarnya merupakan peribadatan makhluk kepada Yang Maha Memberikan Amanah kekhalifaan. Seseorang bersikap baik kepada orang lain bukan karena dia mencintai orang tersebut. Bertutur kata dengan baik, sopan, santun, murah senyum bukan karena ingin dihargai oleh orang lain. Tetapi oleh karena ketentuan yang telah diatur oleh Sang Maha Pencipta adalah demikian. Semuanya dilakukan karena semata-mata kecintaan kepada Sang Maha Pencipta. Itu artinya seluruh aktifitas yang dilakukan pada hakekatnya adalah interaksi antara dirinya dengan Allah.
~ 109 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 7.1 Alur Hubungan Antar Manusia
Allah
Pihak 1
Pihak 2
Bila seseorang mencintai orang lain karena sesuatu yang dimiliki oleh orang tersebut secara langsung. Maka apabila sesuatu tersebut berkurang atau tidak sebaik yang diduga, sudah pasti kecintaan kepada pihak tersebut akan berkurang atau menjadi hilang. Tetapi bila kecintaan kepada pihak lain oleh karena Allah, maka berkurang atau ketiadaan sesuatu yang dimiliki oleh pihak lain, tidak akan mengurangi atau menghilangkan kecintaan kepadanya. Sebagai contoh: pelayanan kepada pelanggan dilakukan karena Allah, sehingga bila pada saat pelayanan, pelanggan tidak respek terhadap pelayanan yang diberikan, maka orang tersebut akan tetap berusaha memberikan respon sebaik-baiknya. Hal ini dilakukan karena dia mencintai Allah bukan sekedar karena ingin pelanggan puas.
Kehadiran Allah dalam seluruh aktifitas, memberikan dampak kepada orang untuk senantiasa melakukan sesuatu sesuai keinginan Allah. Islam mengajarkan bahwa pelaku organisasi yang mengelola organisasi dengan kejujuran dan dia melakukannya karena menjalankan perintah Allah, maka Allah akan memberikan balasan berupa pahala atau kebaikan di kehidupan akhirat kelak (Fayyaz Ahmad , 1995)151. Untuk menerapkan prinsip di atas, organisasi memerlukan tuntunan tata nilai, baik berbentuk perintah maupun berbentuk larangan. Keduanya terdapat pada agama. Agama Islam merupakan agama yang universal. Agama yang keberadaannya melintasi batas ~ 110 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
ruang dan waktu. Islam sudah ada sejak orang pertama di bumi diciptakan. Islam pun ada, hingga akhir jaman nanti. Islam melingkupi seluruh ruangan atau tempat. Bukan hanya sebatas negara, benua, bumi bahkan seluruh jagad raya alam semesta. Agama Islam adalah agama yang komprehensif. Agama yang ajarannya melingkupi seluruh sisi kehidupan. Tidak hanya ideologi, politik, ekonomi, sosial juga budaya. Oleh karenanya, berpegang teguh kepada ajaran agama Islam sangatlah penting. Penerapan agama di dalam organisasi secara konsisiten, harus dikedepankan. Hal ini sebagai usaha untuk menjaga dan memelihara agama di dalam organisasi. Proses penjagaan dan pemeliharaan agama harus dilakukan secara proaktif152. Artinya, pemeliharaan dan penjagaan agama harus dilakukan dengan cara menerapkan seluruh prinsip agama Islam secara holistik di di dalam organisasi. Agama Islam memiliki tiga aspek yaitu: aqidah, shari>’ah dan akhlak. Masing-masing aspek memiliki perannya masing-masing (Abuddin Nata, 2008)153. Aqidah adalah keimanan yang benar dan kuat di dalam hati setiap mukmin. Aqidah berarti beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhirat dan takdir (qadar) baik / buruk (Al Imran, 2009)154. Beriman kepada Allah melingkupi tiga hal yaitu iman terhadap rububiyah Allah, beriman terhadap uluhiyah Allah dan beriman pada nama-nama Allah (asmaul husna) dan sifatsifatnya. Beriman terhadap rububiyah Allah memiliki makna pengakuan atas perbuatan-perbuatan Allah Yang Maha Mengatur dan Menata alam semesta. Iman terhadap rububiyah Allah merupakan wujud pengakuan seorang hamba bahwa hanya Allah Yang Maha Menciptakan, Yang Maha Memberi Rizki, Yang Maha Mengatur dan Menata, Yang Maha Memberi dan Menahan, Yang Maha Mengangkat dan Maha Menjatuhkan, Yang Maha Memuliakan dan Yang Menghinakan, Yang Maha Menghidupkan dan Yang Maha Mematikan155. Beriman terhadap uluhiyah Allah memiliki makna pengakuan atas pernyataan la> ila>ha illa Alla>h. Tidak ada sesembahan ~ 111 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
yang berhak disembah selain Allah156. Tidak ada yang diprioritaskan selain urusan dengan Allah. Tidak ada yang ditakuti selain murkanya Allah. Beriman terhadap nama-nama Allah dan sifatNya adalah konsekuensi dari rububiyah Allah. Suatu keyakinan terhadap kesempurnaan mutlak yang dimiliki Allah. Terjabarkan di dalam nama-nama asmaul husna157 dan sifat-sifatnya. Hal ini bermakna bahwa Allah memiliki nama yang indah dan sifat-sifat sempurna lagi agung. Beriman terhadap malaikat158, berarti mengimani keberadaan dan tugas yang diemban olehnya. Ada di antara mereka yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para rasul dan nabi. Ada yang bertugas mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan. Meniupkan sangsakala ketika kiamat. Mencabut ruh orang yang meninggal. Mengurusi gunung-gunung. Menjaga neraka. Mengurusi janin di dalam Rahim. Menjaga anak-anak. Mencatat amal setiap orang dimana setiap orang senantiasa didampingi oleh dua malaikat159 . Satu malaikat mencatat amal kebaikan dan satu malaikat mencatat amal buruk. Dua malaikat bertanya kepada orang yang telah meninggal ketika di kubur. Satu malaikat bertanya tentang amal kebaikan dan malaikat lain tentang amal buruk. Ada juga malaikat yang bertugas mengurusi surga. Beriman kepada kitab memiliki makna mengimani kitabkitab yang pernah diturunkan Allah kepada para rasul dan nabiNya160. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS untuk umat Bani Israel. Kitab Injil diturunkan Allah kepada Nabi Isa sebagai pembenar dan penyempurna Kitab Taurat. Kitab Zabur diturunkan Allah kepada Nabi Daud. Kitab Suhuf diturunkan Allah kepada Nabi Ibrahim. Kitab al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beriman kepada para rasul memiliki makna bahwa Allah telah mengutus rasul dan nabi kepada hambaNya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan161. Beriman kepada hari akhir yaitu meyakini adanya hari kiamat yang tidak ada lagi hari setelah itu. Juga keyakinan bahwa akan datang hari kebangkitan, dimana ~ 112 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
seluruh orang yang meninggal dunia akan dibangkitkan162. Setelah itu, tiba waktunya penimbangan atas amal perbuatan manusia semasa hidupnya163. Bagi orang yang memiliki amal kebaikan lebih besar dibandingkan dengan amal keburukan maka akan mendapatkan hadiah (reward) berupa surga164. Bagi orang yang memiliki amal keburukan lebih besar dibandingkan amal kebaikan maka akan mendapatkan hukuman (punishment) di dalam neraka165. Shaikh Muhammad (1996)166 menyebutkan bahwa beriman kepada takdir (qadar)167, baik dan buruk yaitu mengimani segala ketetapan Allah yang berlaku bagi seluruh makhlukNya168. Apapun yang terjadi sudah ditetapkan oleh Allah. Namun demikian, Allah masih membuka peluang bagi para hambaNya untuk melakukan ikhtiar atau usaha untuk mendapatkan hasil yang lebih baik169. Shaikh Muhammad mengatakan bahwa Aqidah juga berarti melaksanakan rukun Islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, haji, puasa170. Syahadat adalah membaca syahadat sebagai tanda keislaman seseorang. Syahadat terdiri dari dua kalimat yaitu la> ila>ha illa-Alla>h. Tidak ada sesembahan selain Allah. Muhammadar Rasululla>h, Muhammad adalah rasul Allah. Shalat yaitu melaksanakan shalat lima waktu yang terdiri dari Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib dan Isha pada waktu yang telah ditentukan. Zakat adalah kewajiban atas muslim apabila dia memiliki 85 gram emas atau harta yang setara dengannya. Maka 2,5% dari nilai harta tersebut harus dibayarkan zakatnya setiap tahun171. Ibadah haji dikenakan bagi yang memiliki kemampuan secara fisik dan keuangan untuk pergi ke tanah suci. Puasa di Bulan Ramadhon yaitu tidak makan, minum dan menahan hawa nafsu yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari172. Aqidah yang kuat menimbulkan rasa keyakinan bahwa segala apa yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Sang Maha Pencipta adalah melalui seorang perantara penyampai risalah yaitu Rasulallah SAW. Aqidah yang kuat senantiasa menyandarkan tindak tanduk dirinya kepada contoh kehidupan Rasulallah SAW. Segala permasalahan hidup dapat dicarikan jalan keluarnya. Setiap masalah ~ 113 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
pasti ada jalan keluarnya. Setiap jalan keluar adalah yang terbaik untuk manusia. Aqidah menjadi jembatan hubungan atau ikatan batin antara seorang makhluk dengan Sang Maha Pencipta. Orang yang memiliki aqidah kuat akan memiliki visi yang jelas. Visi untuk menggapai tujuan jangka panjang berupa keselamatan hidup di akhirat tanpa mengabaikan terciptanya tujuan jangka pendek yaitu kesuksesan hidup di dunia. Orang yang memiliki aqidah kuat, akan menyadari dengan sepenuhnya bahwa visi jangka panjang dapat dicapai melalui pelaksanaan misi bahwa hidup di dunia adalah sebagai khalifah Allah di bumi. Untuk itu, hendaknya segala yang dilakukan, senantiasa memberikan kemaslahatan. Baik untuk diri sendiri, keluarga, keturunan maupun untuk banyak orang. Dalam mencapai visinya tersebut, tidaklah mungkin seseorang menyakiti, menindas atau merugikan orang lain. Orang yang memiliki aqidah yang kuat memiliki komitmen bahwa hubungan sosial antar manusia merupakan pengejawantahan terhadap pengabdian diri kepada Yang Maha Penciptanya. Sehingga, interaksinya dengan orang lain pada hakekatnya adalah merupakan peribadatan dan penyembahan diri kepada Yang Maha Penciptanya. Shari>’ah adalah hukum dan tata aturan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. Berisi perintah dan larangan yang ditetapkan oleh Allah Sang Maha Pencipta kepada hambaNya. Hal itu berarti, shari>’ah adalah pegangan hidup, pedoman (manual), panduan (guidance), aturan, regulasi atau aturan main dari Allah yang diberikan kepada seluruh manusia melalui rasulnya Muhammad SAW. Sumber utama shari>’ah adalah al-Quran dan hadist. Shari>’ah mengatur dua perkara yaitu ibadah dan 173 muamalah . Shari>’ah yang mengatur tatacara beribadah sudah ditentukan oleh Allah melalui Rasulallah. Pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan Allah. Apabila seseorang melakukan ritual ibadah yang tidak diatur oleh Allah maka ritual tersebut dikelompokan ke dalam bid‟ah (Ahmad bin Muhammad, 2009)174.
~ 114 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Orientasi ibadah merupakan keterkaitan antara Islam, Iman dan Ihsan Umar RA juga, beliau berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian ia duduk di hadapan Nabi shollallohu „alaihi wasallam, lalu mendempetkan kedua lututnya ke lutut Nabi, dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian berkata:”Wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam.” Kemudian Rosululloh shollallohu‟alaihi wasallam menjawab: ”Islam yaitu: hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Romadhon, dan mengerjakan haji ke rumah Alloh jika engkau mampu mengerjakannya.” Orang itu berkata:”Engkau benar.” Kami menjadi heran, karena dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkannya. Orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata:”Engkau benar.” Lalu orang itu bertanya lagi: ”Lalu terangkanlah kepadaku tentang ihsan.” (Beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” Orang itu berkata lagi:”Beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat.” (Beliau) mejawab:“Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.” Orang itu selanjutnya berkata: ”Beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya.” (Beliau) menjawab: ”Apabila budak melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang Badui yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi penggembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan.” Kemudian orang itu pergi, sedangkan aku tetap tinggal beberapa saat lamanya. Lalu Nabi SAW bersabda: ”Wahai Umar, tahukah engkau siapa orang yang bertanya itu?”. Aku menjawab:”Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu beliau bersabda: ”Dia itu adalah malaikat Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”(HR. Muslim).
~ 115 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Terkadang dalam melaksanakan shari>’ah, diperlukan penterjemahan dari para ahli atau ulama untuk memahaminya. Penterjemahan yang dimaksud, disebut dengan fiqh (Nyazee, 2003)175. Itu berarti, fiqh merupakan prosedur operasi (SOP), instruksi kerja (working instruction), tata naskah (takah), tertib administrasi, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk tekhnis (juknis), referensi dsbnya. Shari>’ah dan fiqh juga mengatur tentang pemecahan masalah (trouble shooting). Acuan dalam proses pemeliharaan (maintenance). Acuan dalam melakukan proses perbaikan (corrective action). Acuan untuk melakukan tindakan pencegahan (preventive action) terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan salah arah dalam kehidupan. Acuan untuk melakukan proses peningkatan kehidupan (improvement) menuju yang lebih baik. Acuan bagi penentuan arah strategi kehidupan (strategic management) untuk mencapai tujuan utama (ultimate goal) berupa kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Analogi dari kondisi di atas adalah bahwa dalam menciptakaan suatu produk, pastilah pabrik menyertai produk dengan buku manual. Buku manual menjelaskan tentang komponen penting dari produk. Cara mengoperasikan produk. Larangan yang seharusnya tidak dilakukan terhadap produk. Cara merawat produk. Apa yang harus dilakukan bila produk mengalami masalah. Kemana harus menghubungi dealer untuk layanan purna jual. Semakin canggih produk maka semakin rinci penjelasan di dalam buku manual. Semakin peduli terhadap kepuasan pelanggan maka semakin rinci pabrikan membuat buku manual. Demikian pula dengan penciptaan alam semesta termasuk di dalamnya manusia. Allah sebagai Yang Maha Pencipta, menciptakan alam semesta dengan manual yang begitu rinci dan lengkap yang terkandung di dalam shari>’ah (al-Quran dan hadist). Shari>’ah menjelaskan tentang siapa diri manusia. Apa tujuan hidupnya? Dimana harus berawal? Kemana akan berakhir? Kapan berawal? Kapan akan berakhir? Bagaimana cara mewujudkan visi dan misi? dan Mengapa visi dan misi harus diperjuangkan? ~ 116 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Akhlak dalam bahasa yang lebih mudah dipahami adalah etika atau ethics. Meskipun memang jangkauan akhlak jauh lebih luas dari pada etika. Etika dipahami sebagai standar perilaku moral yaitu perilaku yang diterima oleh kehidupan sosial sebagai kebenaran melawan kesalahan (Nickels, 2002)176. Di lingkup bisnis, etika dimaknai sebagai norma moral seseorang dalam beraktifitas untuk mencapai tujuan bisnisnya. Laura Nash (1990)177 menjelaskan bahwa etika bisnis berkaitan erat dengan tiga hal dasar dalam pengambilan keputusan yaitu pertama, pilihan tentang hukum apa yang seharusnya menjadi sandaran dan apakah seharusnya hukum tersebut diikuti? Kedua, pilihan tentang isu ekonomi dan sosial yang berada di luar domain hukum. Ketiga, pilihan tentang prioritas kepentingan pribadi terhadap kepentingan perusahaan. Dalam kehidupan berbisnis, legalitas adalah standar etis yang utama. Adapun perilaku etis melibatkan dua hal yaitu mengetahui apa yang benar dan salah serta berperilaku sesuai dengannya. Itu berarti, pengelola bisnis dikatakan berperilaku etis apabila dalam mengambil keputusan, dia mampu membedakan apakah keputusan tersebut legal ataukah tidak terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama. Bila dia mengambil keputusan yang benar sesuai dengan ketentuan bersama maka dikatakan bahwa dia telah berperilaku etis. Bila dia mengambil keputusan yang salah yaitu tidak sesuai dengan ketentuan bersama dengan pemangku kepentingan maka dikatakan tidak berperilaku etik. Yuhao Li (2010) menekankan bahwa etika bisnis adalah pokok paling penting bagi orang-orang yang melakukan bisnis. Dia berpendapat bahwa etika bisnis merupakan jiwa bisnis. Sehingga pada saat Arthur Andersen bubar, seluruh dunia menjadi terheranheran. Arthur Andersen adalah sebuah perusahaan akuntan publik yang menetapkan standar akunting yang jujur dan taat hukum. Arthur Andersen menjadikan budaya etika sebagai sesuatu yang patut dibanggakan dan dijalankan dengan kompak di dalam perusahaan178. Arthur Andersen membangun perusahaan melalui banyak team building dan pelatihan-pelatihan tentang etika.
~ 117 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Namun sayang budaya etika yang diterapkan oleh Arthur Andersen adalah budaya etika yang berlandaskan pada uang dan kekayaan, bukan berlandaskan spiritualitas. Budaya etika tersebut tidak memiliki kekuatan yang menghujam ke dasar hati sanubari para individu. Arthur Andersen bubar pada tahun 2002 yang disebabkan oleh pelanggaran etika dari para pengelolanya. Ajaran Islam menekankan bahwa Akhlak adalah suatu aktifitas untuk menerapkan shari>’ah dari seorang mukmin. Tentunya diharapkan bahwa dalam keseharian, seorang mukmin senantiasa berperilaku sesuai dengan shari>’ah. Sehingga dapat memberikan sentuhan atau dapat mewarnai kehidupan sosial kemasyarakatan sesuai tuntutan aqidah dan tuntunan shari>’ah. Itu berarti, akhlak adalah etika, moral, perilaku (behavior), sikap (attitude) sesuai tuntutan aqidah dan tuntunan shari>’ah. Sampai pada tataran sandaran dan pelaksanaannya, antara akhlak dan etika adalah sama. Keduanya merupakan sikap dan perilaku yang disandarkan pada suatu standar acuan tertentu. Tetapi terdapat perbedaan yang sangat mencolok diantara keduanya. Etika adalah tataran sikap dan perilaku yang mengacu pada peraturan atau hukum yang dibuat oleh manusia. Suatu aturan dan hukum yang sangat bergantung pada tempat dan waktu. Adapun akhlak merupakan tataran sikap dan perilaku mengacu pada shari>’ah yang berdasarkan aqidah. Shari>’ah dan aqidah sudah ditentukan oleh Sang Pencipta Hukum. Oleh karenanya, akhlak bersifat obyektif, tidak bergantung tempat dan waktu. Sedangkan etika bersifat subyektif karena bergantung tempat dan waktu. Dalam bahasa yang digunakan oleh Mustafa E. Nasuiton 179 (2009) , akhlak tidak dapat mengabaikan nilai transcendental180. Sementara etika hanya berbicara tentang nilai-nilai universal. Oleh karenanya, meskipun etika memiliki banyak teori dan pendekatan namun karena bersifat normatif maka etika terkadang terasa sulit untuk diterapkan. Akhlak dalam bahasa manajemen adalah segala aktifitas untuk menerapkan shari>’ah di kehidupan sehari-hari, baik di kehidupan rumah tangga maupun di kehidupan masyarakat, baik di ~ 118 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kehidupan pribadi maupun di kegiatan sosial, politik, ekonomi, hukum dan lainnya. Berperilaku sesuai shari>’ah merupakan keharusan bagi seorang mukmin. Ketidaksesuaian terhadap shari>’ah baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja akan memiliki konsekuensinya sendiri181. Untuk itu, seorang mukmin dituntut untuk senantiasa melakukan audit internal bagi dirinya sendiri. Apakah dalam berperilaku di keseharian baik di lingkungan keluarga, masyarakat, organisasi maupun pemerintahan, sudah sesuai shari>’ah ataukah tidak. Pengejawantahan peribadatan seorang mukmin terhadap Sang Maha Pencipta berdampak pada etika moral di kehidupan sehari hari. Abuddin Nata (2008) menjelaskan bahwa bila seseorang telah beriman kuat lagi benar182 dan melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan dan kekhusyukan183 maka orang tersebut idealnya memiliki moral atau berakhlak mulia. Aqidah, shari>’ah dan akhlak merupakan tiga aspek penting dalam Islam. Orang yang tidak memiliki aqidah, maka dirinya tidak memiliki tugas untuk menerapkan shari>’ah. Sebaliknya bila seseorang tidak menerapakan shari>’ah maka orang tersebut dapat dikatakan tidak memiliki aqidah. Adapun akhlak merupakan faktor penting untuk membuktikan bahwa yang bersangkutan memiliki aqidah dan shari>’ah (Nasution, 2009). Hubungan aqidah, shari>’ah dan akhlak dapat diasosiasikan pada suatu lomba balap. Aqidah adalah visi, misi, target untuk menjadi juara dari seorang pembalap. Shari>’ah adalah peta atau denah lintasan lomba, GPS, manual operasi mobil balap, aturan dan ketentuan lomba. Akhlak adalah etika perilaku pembalap ketika mengikuti balapan mulai dari start hingga finish.
Seorang pembalap yang bermental juara akan memiliki visi dan misi untuk memenangkan lomba, siapapun lawan lombanya, dimanapun tempat lombanya dan apapun kondisi lingkungan ~ 119 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
balapnya. Pembalap yang bermental juara senantiasa berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang ada. Berkaitan dengan mobil balap yang digunakannya, dia selalu merujuk pada buku manual pabrikan. Komunikasi senantiasa dilakukannya baik dengan navigator maupun dengan tim yang ada di pit stop. Pembalap juara adalah pembalap yang memiliki perilaku sesuai dengan peraturan lomba. Perilaku sebelum perlombaan dimulai, perilaku saat posisi start, perilaku ketika mendahului lawan dan seterusnya. Penafsiran terhadap aqidah dan akhlak relatif tidak berubah (konstan) terhadap tempat dan waktu. Dalam bahasa matematika, dapat dikatakan bahwa penafsiran terhadap aqidah dan akhlak bukan merupakan fungsi tempat dan waktu184. Namun demikian, kondisi pemahaman dan penerapan pada diri seseorang dapat saja berubah sesuai situasi yang dialami oleh orang tersebut. Al-Ghazali dalam Zidan (1997)185 mengatakan bahwa akhlak seseorang dapat berubah atau diubah melalui tindakan. Oleh karenanya, hendaklah mereka senantiasa berusaha menundukan kemarahan, syahwat dan kejahatan. Adapun penafsiran shari>’ah (fiqh) senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan sangat bergantung pula dengan taraf kehidupan atau peradaban manusia dimana mereka berada. Dalam bahasa matematika dikatakan bahwa penafsiran terhadap shari>’ah adalah fungsi tempat dan waktu186. Penerapan tiga aspek agama Islam, sebagaimana dijelaskan di atas, pada hakekatnya adalah menerapkan sistem agama Islam oleh seorang manusia kepada Allah sebagai Yang Maha Menciptakannya, kepada sesama manusia dan kepada makhluk Allah lainnya. Dalam lingkup organisasi, penerapan sistem agama Islam berarti menerapkan sistem agama Islam dari satu organisasi kepada Allah Yang Maha pemberi rizki, kepada para pemangku kepentingan dan kepada lingkungan. Interaksi antara organisasi dengan Allah Sang Maha Pencipta, organisasi dengan pemangku kepentingan dan organisasi dengan lingkungan adalah untuk mendapatkan kesuksesan hidup dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Dapatlah dikatakan bahwa ~ 120 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
aktifitas melakukan kebaikan kepada Allah Sang Pencipta, kepada pemangku kepentingan dan kepada lingkungan merupakan suatu musabab (sebab) untuk meraih tujuan hidup (akibat)187. Prinsip ini membawa kepada pemahaman bahwa kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat, tidak akan dapat diraih apabila tidak melakukan kebaikan kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, kepada pemangku kepentingan dan kepada lingkungan188. Gambar 7.2. Dasar dan Penerapan Orientasi Ibadah
Aqidah
Agama
Rukun Iman
Allah
Shari>’ah
Akhlak
Rukun Islam
Dasar Orientasi Ibadah
151
152 153
154
155 156
Interaksi Manusia dengan:
Makhluk Allah
Interaksi Organisasi dengan
Allah L
Pemangku Kepentingan Lingkungan
Penerapan Orientasi Ibadah
Sayyid Fayyaz Ahmad, “The Ethical Responsibility of Business: Islamic Principles and Implications.” Islamic Principles of Business Organisation and Management (1995). Hal ini mengacu pada pendekatan al-wujud yang disampaikan oleh al-Shāt}ibi. Abuddin Nata, Kajian Tematik al-Quran tentang Fiqih Ibadah. (Bandung: Penerbit Angkasa, 2008). Ahmad bin Muhammad Al Imran, Tahifatu al Muslim Fil Aqi>dah wal Si>rah, (Riyadh: Dar Ibnu Atsir, 2009). QS al-Shu>ra> 42: 11-12, QS Hu>d 11: 6, QS al-An’a>m 6:59, QS Luqma>n 31: 34, QS Maryam 19: 65, QS al-Baqarah 2: 255, QS al-H}ashr 59:22-24, QS alShu>ra> 42: 49-50,
~ 121 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
157 158 159 160 161 162 163 164 165 166
167
168 169 170
171
172
173
QS al-A’ra>f 7: 180 QS al-Anbiya> 21:26-27 QS Qaf 50: 17-18, QS al-H}adi>d 57:25, QS al-Ma>idah 5: 44, 46, QS al-H}ijr 15: 9, QS al-Nisa> 4: 165, QS al-Zumar 39:68, QS al-Anbiya> 21: 104. QS al-Mu’minu>n 23: 102-104, QS al-An’A>m 6:160. QS al-Sajadah 32:17, QS al-T}ala>q 65:11. QS al-Kahfi 18:29, Shaikh Muhammad Zeno bin Jamil. The Pillars of Islam & Iman & What Every Muslim Must Know about His Religion. (Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 1996). Shaikh Muhammad mengatakan bahwa terdapat empat tingkatan takdir yaitu meyakini bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, mengetahui yang telah terjadi, yang akan terjadi dan bagaimana proses kejadiannya. Penulisan yaitu meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi hingga hari kiamat nanti, telah ditulis oleh Allah dalam lauhun mahfudz. Kehendak yaitu keyakinan bahwa apa yang terjadi di langit dan bumi bergantung kepada kehendakNya, apa yag Dia kehendaki pasti akan terjadi dan apa yang tidak Dia kehendaki maka mustahil terjadi. Penciptaan yaitu keyakinan bahwa Allah Maha Menciptakan segala sesuatu. Memelihara ciptaanNya, apa-apa yang ada di antara langit dan bumi adalah kepunyaanNya. QS al-Haj 22:70. QS al-Ra’d 13: 11. Dari Abu> Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khat}t}ab Rad}iyallahu ‘Anhuma, dia berkata “Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu „alaihi wasallam bersabda: ‟Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon.”(HR.Bukhori dan Muslim) Penulis tidak membahas lebih detail tentang zakat, haji dan puasa. Penjelasan tentang zakat haji dan puasa bisa dilihat pada literatur tentang zakat haji dan puasa. Dari Abu> Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khat}t}ab Radhiyallahu ‘Anhuma, dia berkata “Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu „alaihi wasallam bersabda: ‟Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Romadhon.”(HR.Bukhori dan Muslim). Ibadah yang dimaksudkan disini adalah peribadatan yang dilakukan oleh manusia kepada Allah Sang Maha Pencipta dalam ritual peribadatan seperti shalat, membayar zakat, haji dan puasa. Sementara muamalah adalah interaksi atau hubungan antara manusia dengan sesama dalam kegiatan hidup seperti ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan lainnya.
~ 122 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
Ahmad bin Muhammad mengatakan bahwa Bid‟ah secara bahasa adalah berasal dari kata al-bid‘u yang berarti menciptakan sesuatu tanpa didahului sebuah contoh. Dalam kalimat „Allah menciptakan bumi dan langit‟ hal ini disebut sebagai menciptakan karena contoh bumi dan langit belum ada sebelum Allah menciptakannya. Sementara bila membuat sesuatu yang sudah ada contohnya disebut dengan menemukan. Nyazee pada halaman 18 mengatakan bahwa fiqh digunakan secara literal untuk memaknai „pemahaman‟ dan „pembedaan‟. Pada halaman 24 Nyazee menyebut perbedaan sebenarnya antara shari>’ah dan fiqh adalah: shari>’ah adalah hukum itu sendiri sementara fiqh adalah pengetahuan dari hukum atau biasa disebut jurisprudence. G. William Nickels, James M. McHugh dan Susan M. McHugh. Understanding Business. (New York: McGraw-Hill, 2002). Laura Nash, Good Intention Aside; a Manager‟s Guide to Resolving Ethical Problem. (Boston: Harvard Business School Press, 1990). Akuntan Publik Arthur Andersen didirikan pada tahun 1913 oleh Arthur Andersen bersama Clarence DeLany. Awalnya merupakan perusahaan auditing kecil di pusat keramaian Chicago. Pada tahun 1918 DeLany mengundurkan diri, perusahaanpun berubah nama menjadi Andersen & Company. Andersen memiliki ketentuan dalam perekrutan karyawan. Hanya lulusan dari perguruan tinggi top saja yang diterimanya. Karyawan baru selanjutnya diajarkan oleh Arthur Andersen dengan slogan „think straight and talk straight‟. Slogan ini menjadi value yang selalu dipegang teguh oleh perusahaan. Mustafa Edwin Nasution, “Islamic Spirit and Morale in Economics.” Journal of International Development and Cooperation 15, No 1-2 (2009): 113-124. Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), menyebutkan transcendental adalah 1. sangat, teramat. 2. sukar dipahamkan, di luar pengertian dan pengalaman manusia biasa. Ketidak sesuaian terhadap shari>’ah yang disengaja maksudnya adalah seseorang yang telah mengetahui hukum tertentu namun tidak mematuhi, tidak menerapkan atau melanggar hukum tersebut dengan kesadarannya sendiri. Ketidaksesuaian terhadap shari>’ah yang tidak disengaja maksudnya adalah seseorang yang belum mengetahui hukum tertentu sehingga tidak mematuhi, tidak menerapkan atau melanggar hukum tersebut ataupun seseorang yang telah mengetahui hukum tertentu namun karena situasi mendesak atau dalam situasi terpaksa (darurat) menyebabkan dia tidak mematuhi, tidak menerapkan atau melanggar hukum tersebut. Catatan penulis: menunjukan bahwa yang bersangkutan memiliki aqidah yang kuat. Catatan penulis: menunjukan bahwa yang bersangkutan melaksanakan
shari>’ah. 184
185
Hubungan atau relasional antara aqidah dan akhlak dapat dituliskan dalam bahasa matematika sebagai f(aqidah dan akhlah) ≠ f (x, t) Ahmad Zidan, Al-Ghazali‟s Ihya’ Ulum al-Din, revitalization of The Sciences of Religion. (Cairo Egyp: Islami Inc. for Publishing and Distribution, 1997).
~ 123 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
186
187 188
Relasional shari>’ah dapat dituliskan dalam bahasa matematika sebagai f(shari>’ah) = f (x, t) QS al-Baqarah 2: 25, 58, 112 QS al-Baqarah 2: 59, 81, 85
~ 124 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DELAPAN: ORIENTASI PROSES INTERNAL, CARA PANDANG TERPELIHARANYA JIWA (AL-NAFS)
Sebagaimana dijelaskan oleh al-Ghazali bahwa manusia terdiri atas dua komponen yaitu tubuh yang berdimensi fisik dan jiwa atau batin yang berdimensi non fisik. Tubuh adalah bagian dari manusia bersifat materi yang secara fisik dapat dilihat atau dirasakan. Sedangkan jiwa atau batin bersifat non materi yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera. Kedua komponen tersebut memegang peranan penting bagi manusia. Tubuh menjadi identitas seseorang. Sedangkan jiwa menjadi penyebab tubuh untuk hidup, bertumbuh dan berkembang. Hal yang sama dapat dijelaskan untuk organisasi. Tubuh di dalam organisasi adalah infrastruktur, IT, perlengkapan, mesin, material, uang, gedung, jalur distribusi dsbnya. Jiwa dari organisasi adalah sistem, tata nilai, strategi, kompetensi inti, budaya kerja, brand image. Keseluruhannnya terpapar pada seluruh proses internal organisasi. Proses-proses tersebut secara garis besar dikelompokan menjadi 3 kelompok proses. Proses utama atau inti, proses pendukung dan proses pencegahan dan keberlanjutan. Sumber daya bersifat materi atau fisik merupakan tubuh bagi organisasi. Sedangkan sumber daya bersifat non materi ataupun non fisik merupakan jiwa bagi organisasi
Tubuh dan jiwa organisasi sebagaimana halnya tubuh dan jiwa manusia, ibarat ladang sawah yang menjadi tempat untuk bercocok tanam. Hasil cocok tanam digunakan tidak hanya untuk kepentingan dan kemanfaatan bagi diri sendiri, tetapi juga digunakan untuk kepentingan dan kemanfaatan masyarakat. Tubuh dan jiwa
~ 125 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
organisasi dituntut untuk dapat berperan, baik secara ekonomi maupun sosial bagi para pemangku kepentingan. Tubuh dan jiwa organisasi harus dipupuk dan dikembangkan tidak hanya untuk survive di kehidupan dunia, tetapi juga untuk meraih keselamatan hidup di akhirat. Sebagai contoh, sebuah institusi keuangan shari>’ah yang mengelola keuangan para nasabah. Dalam mewujudkan tujuannya, institusi tidak sekedar mengejar profit setinggi-tingginya tetapi juga untuk meraih keberkahan dari Allah, Sang Pemilik Hari Akhir. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan pembersihan jiwa organisasi. Salah satu yang harus dilakukan misalnya dengan meninggalkan sistem bunga (interest). Sistem Bunga dapat menghancurkan sistem kepemilikan. Sistem bunga memberikan dampak kerusakan (madarrah) bagi sistem kepemilikan. Maqa>s}id alshari>’ah menjamin organisasi menyediakan layanan yang dapat menolak kerusakan (madarrah). Gambar 8.1 Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Proses Internal
Orientasi Ibadah
Energi Spiritual
Orientasi Proses Internal
Pembersihan jiwa hanya dapat dilakukan apabila organisasi mampu memenuhi kebutuhan orientasi ibadah. Orientasi ibadah sebagai pusat energi, menyalurkan energi positip spiritual kepada seluruh orientasi kemaslahatan organisasi. Seluruh orientasi bereaksi terhadap energi orientasi ibadah. Orientasi proses internal memiliki kelembaman yang paling kecil dibandingkan dengan orientasi lain. Orientasi proses internal merespon orientasi ibadah lebih cepat dibandingkan orientasi lain. Orientasi ibadah meningkatkan jiwa ~ 126 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
organisasi menjadi lebih tenang, lembut, sabar, optimis dsbnya. Terpenuhilah orientasi proses internal. Kebutuhan jiwa organisasi harus terpenuhi agar kehidupan organisasi dapat berimbang. M. Umer Chapra (2007)189 memaparkan duabelas kebutuhan jiwa yang harus dipenuhi dalam skala ekonomi makro yaitu martabat - rasa hormat - persaudaraan manusia dan persamaan sosial, keadilan, terangkatnya spiritual dan moral, keamanan hidup - hak milik dan kehormatan, kebebasan, pendidikan, pemerintahan yang baik, pemenuhan kebutuhan, lapangan pekerjaan dan pekerjaan mandiri, keseimbangan distribusi pendapatan dan kekayaan, pernikahan dan pengasuhan anak, keluarga dan solidaritas sosial. Terpenuhinya keduabelas kebutuhan tersebut akan menciptakan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan ketiga belas yaitu berkurangnya tingkat kejahatan. Bila ketiga belas kebutuhan sudah terpenuhi dengan tepat, orang dapat berharap bahwa kebutuhan keempat belas yaitu kedamaian mental dan kebahagiaan akan terpenuhi. Dalam skala mikro Hubert K. Rampersad (2006)190 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kesejahteraan tenaga kerja terhadap kinerja organisasi. Terdapat pula hubungan yang sangat erat antara kebahagiaan tenaga kerja terhadap keterikatan tenaga kerja pada organisasi. Tenaga kerja yang berbahagia akan meningkatkan keterikatan tenaga kerja terhadap organisasi. Rampersad mensinyalir bahwa kurangnya keterikatan dan kebahagiaan tenaga kerja menyebabkan tingginya biaya proses dan menyebabkan perusahaan dalam kondisi underperform. Tentu saja hal ini menciptakan ketidakpuasan bagi para pelanggan. Rampersad menyatakan bahwa keterikatan individu terhadap organisasi dilakukan dengan menyelaraskan antara scorecard individu (personal scorecard) dengan scorecard organisasi (organizational scorecard)191. Pemenuhan kebutuhan jiwa organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ibn „Ashur (1998)192 menyatakan bahwa organisasi seharusnya memenuhi kebutuhan dasar melalui kegiatan ~ 127 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mempromosikan kesejahteraan manusia, mencegah tindak korupsi, menegakkan keadilan dan menjaga stabilitas dan keharmonisan. Pemenuhan terhadap kebutuhan jiwa organisasi menunjang keberlanjutan organisasi (sustainability). Kebutuhan jiwa organisasi melekat pada proses internal. Organisasi harus dapat mengidentifikasi proses internal dengan mendisain sistem kerja dan proses kerja. Disain sistem kerja dan proses kerja dibuat melalui metode analisis rantai nilai193. Michael Porter (1998) memperkenalkan konsep tersebut untuk menjelaskan tentang proses bisnis internal. Analisis rantai nilai dibangun atas pandangan bahwa organisasi merupakan kompilasi dari berbagai mesin, perlengkapan, orang-orang, uang, material, juga metode. Pengaturan secara sistematis dari seluruh sumber daya dan rangkaian aktifitas, dapat menciptakan nilai yang sangat dibutuhkan oleh pelanggan. Gambar 8.2 Analisis Rantai Nilai 194
Porter memisahkan antara proses utama dan proses pendukung. Proses utama adalah aktifitas yang secara langsung berkaitan dengan penciptaan nilai yang akan dihantarkan kepada pelanggan. Proses utama dikelompokan dalam lima area utama ~ 128 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
yaitu: logistik masukan, operasional, logistik pengeluaran, pemasaran dan penjualan serta pelayanan. Masing-masing dari proses utama terhubung dengan proses pendukung yang membantu efektifitas dan efisiensi aktifitas utama. Proses pendukung terdiri dari empat area utama yaitu: bagian pengadaan, pengembangan teknologi termasuk penelitian dan pengembangan, pengelolaan sumber daya manusia dan infrastruktur yaitu sistem untuk perencanaan, keuangan, kualitas atau manajemen informasi dsbnya. Analisis rantai nilai secara rinci dapat dilihat pada Gambar 8.2. Merujuk pada analisis rantai nilai, disusun disain sistem kerja dan proses kerja untuk organisasi berlandaskan maqa>s}id al-shari>’ah sebagaimana Gambar 8.3. Disain bersifat generik, dapat diadopsi untuk berbagai jenis organisasi baik jasa maupun pabrikan, baik bersifat profit maupun non profit. Perbedaan kedua jenis organisasi dapat terlihat pada proses utama yaitu logistik masukan, proses operasional dan logistik keluaran. Gambar 8.3 Sistem Kerja dan Proses Kerja INPUT P E R S Y A R A T A N
maq a>s}id alshar i>’ah
Shariah Complient
K E P U A S A N
Proses Inti (Utama)
P E M A N G K U K E P E N T I N G A N
OUTPUT Legal Complient
P E M A N G K U
Penciptaan Nilai
Proses Pendukung
Improvement dan Inovasi Pengelolaan Bencana dan Keadaan Darurat
Strategic & Sustainability
Risk Management
~ 129 ~
CSR
K E P E N T I N G A N
maq a>s}id alshar i>’ah
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Maqasid al-shari>’ah menjadi landasan utama penyusunan disain sistem kerja dan proses kerja195. Dalam organisasi yang tidak berlandaskan shari>’ah, sistem kerja organisasi dikendalikan oleh persyaratan pemangku kepentingan untuk mencapai kepuasan pemangku kepentingan. Adapun organisasi yang berlandaskan shari>’ah, sistem kerja196 organisasi dikendalikan oleh persyaratan pemangku kepentingan yang sejalan dengan shari>’ah untuk mencapai kepuasan pemangku kepentingan yang sejalan dengan shari>’ah pula. Artinya persyaratan pemangku kepentingan menjadi dasar bagi organisasi untuk menentukan proses-proses kerja di dalam organisasi tetapi persyaratan tersebut harus sejalan dengan shari>’ah. Apabila persyaratan pemangku kepentingan tidak sejalan dengan shari>’ah maka dikelompokan ke dalam persyaratan yang ditolak oleh shari>’ah. Sedangkan tujuan yang dituju adalah kepuasan pemangku kepentingan yang sejalan dengan shari>’ah. Apabila kepuasan pemangku kepentingan tidak sejalan dengan shari>’ah maka dikelompokan ke dalam kepuasan yang ditolak shari>’ah. Ketentuan shari>’ah yang menjadi dasar pertimbangan bagi persyaratan pemangku kepentingan dapat bersumber dari al-Quran, hadis, fatwa-fatwa ulama, masukan DPS dsbnya. Ketentuan shari>’ah merupakan sandaran untuk menentukan apakah persyaratan pemangku kepentingan sejalan dengan shari>’ah ataukah ditolak. Persyaratan pemangku kepentingan diperoleh melalui survey kepuasan pelanggan, survey kepuasan pemasok, survey kepuasan tenaga kerja, regulasi, umpan balik dari pemasok – mitra pelanggan, RJMP, RKAP, kinerja bisnis sebelumnya, proses peningkatan dan inovasi, temuan audit ataupun rapat tinjauan manajemen. Perubahan keinginan dan harapan pemangku kepentingan akan mengubah persyaratan pemangku kepentingan. Perubahan regulasi dapat berdampak buruk pada produk dan layanan maupun metode pendistribusian produk dan jasa. Perubahan teknologi akan berdampak pada perubahan siklus produk menjadi lebih cepat. Bila organisasi tidak menyikapinya dengan bijak dan tepat maka ~ 130 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
organisasi akan ditinggalkan oleh pemangku kepentingan. Jelas, keberlanjutan organisasi menjadi terancam. Proses inti atau proses utama adalah proses-proses di dalam organisasi yang secara langsung mempengaruhi penciptaan nilai bagi pemangku kepentingan. Bagi sebuah perusahaan asuransi jiwa shari>’ah, termasuk dalam proses inti adalah proses underwriting, proses aktuaria, proses klaim. Bagi perusahaan pabrikan, termasuk dalam proses inti adalah proses incoming QC, proses produksi, proses outgoing QC. Bagi sebuah perguruan tinggi, termasuk dalam proses inti adalah proses rekrutmen mahasiswa dan dosen, proses akademis, proses pengelolaan alumni, proses pengelolaan perpusakaan, proses pengelolaan penelitian. Proses pendukung adalah proses-proses di dalam organisasi yang mendukung proses inti atau proses utama dalam menciptakan nilai bagi pemangku kepentingan. Bagi sebuah perusahaan asuransi jiwa shari>’ah, termasuk dalam proses pendukung adalah proses pengelolaan keuangan, proses pengelolaan sumber daya manusia, proses pemasaran, proses pengelolaan informasi teknologi. Bagi perusahaan pabrikan, termasuk dalam proses pendukung adalah proses pengadaan barang, proses pengelolaan keuangan, proses pengelolaan sumber daya manusia, proses layanan purna jual, proses pengelolaan informasi teknologi. Bagi sebuah perguruan tinggi, termasuk dalam proses pendukung adalah proses pengelolaan keuangan, proses pengelolaan sumber daya manusia, proses pengelolaan informasi teknologi. Untuk memastikan bahwa seluruh proses di dalam organisasi senantiasa merujuk pada maqasid al-shari>’ah, Organisasi harus menempatkan satu proses yang khusus bertugas merencanakan, memonitor dan mengevaluasi penerapan shari>’ah pada seluruh proses di dalam organisasi. Tujuan utama keberadaan proses tersebut adalah agar kepatuhan pada shari>’ah dapat terjaga. Kepatuhan bukan saja pada shari>’ah. Karena organisasi berada pada suatu wilayah. Dapat dipastikan bahwa di wilayah tersebut terdapat ketentuan ataupun peraturan yang mengatur kegiatan organisasi. Sebagai entitas yang berada di wilayah tersebut, ~ 131 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
organisasi harus patuh pada ketentuan dan peraturan. Oleh karena itu, organisasi harus menentukan proses yang menjamin terselenggaranya proses kepatuhan pada peraturan. Bencana alam, juga peristiwa tak terduga lainnya seperti kebakaran atau kehilangan, dapat mengakibatkan kerugian baik materi maupun non materi bagi organisasi. Lebih buruk daripada itu adalah terancamnya keberlanjutan organisasi. Organisasi harus mengelola bencana alam dan keadaan darurat sehingga tingkat kerusakan dan kerugian dapat dikendalikan. Organisasi beroperasi dalam suatu ketidakpastian. Sesuatu yang menimpa organisasi akibat ketidakpastian disebut risiko. Risiko terkadang sesuai dengan harapan tetapi terkadang pula tidak sesuai dengan harapan. Risiko adalah suatu keniscayaan. Artinya risiko pasti terjadi. Agar risiko dapat dikendalikan dengan baik, organisasi harus menentukan satu proses yang bertugas untuk mengelola risiko yang timbul. Fungsi pengelolaan investasi memiliki risiko, terhadap tidak tercapainya hasil investasi. Fungsi proses produksi memiliki risiko, terjadinya hasil produksi yang tidak sesuai dengan harapan pelanggan. Fungsi pengembangan produk memiliki risiko, tidak diterimanya produk oleh para pelanggan. Organisasi memiliki tanggung jawab sosial bagi masyarakat di sekitar organisasi. Sebagai sebuah organisme yang hidup dalam suatu habitat, organisasi hendaknya dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Diperlukan satu fungsi khusus di dalam organisasi yang mengelola kehidupan sosial organisasi. CSR adalah satu fungsi yang diciptakan di dalam organisasi yang mengelola tanggung jawab sosial organisasi. Organisasi Islam memandang CSR bukan sekedar untuk meningkatkan fungsi sosial terhadap lingkungan tetapi dalam rangka mengejawantahkan fungsi manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Organisasi harus memiliki kecekatan (agility) terhadap perubahan. Oleh karena itu, organisasi harus inovatif dan kreatif. Untuk mencapai hal tersebut, organisasi harus menetapkan satu proses yang mengendalikan pengelolaan peningkatan dan inovasi. Dalam standar ISO 9001: 2008 klausul 8.5. tentang peningkatan, ~ 132 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
disebutkan bahwa proses peningkatan terdiri atas 3 jenis yaitu peningkatan berkelanjutan (klausul 8.5.1), tindakan perbaikan (klausul 8.5.2) dan tindakan pencegahan (klausul 8.5.3). Peningkatan berkelanjutan dilakukan melalui penggunaan kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisis data, tindakan perbaikan, tindakan pencegahan dan tinjauan manajemen secara efektif. Tindakan perbaikan dilakukan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Tindakan pencegahan dilakukan untuk menghilangkan penyebab yang berpotensi dapat menimbulkan ketidaksesuaian. Keberlanjutan organisasi adalah tujuan yang dicita-citakan oleh pengelola organisasi. Tentunya keberlanjutan hanya dapat dicapai melalui proses perencanaan strategis yang tersusun secara matang dan diterapkan sesuai dengan rencana. Hasil penerapan perencanaan strategis selanjutnya dimonitor dengan baik. Untuk itu organisasi harus mengelola proses perencanaan strategis dan keberlanjutan. Seluruh uraian di atas menjelaskan bahwa orientasi proses internal merupakan cara pandang terpeliharanya jiwa (al-‘nafs). Aspek ini merupakan jawaban atas pertanyaan, „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana organisasi mengelola proses internal?
189
190
191
192
193
M. Umer Chapra,“The Islamic Vision of Development in the Light of Maqāsid Al-Sharī„ah.” (September 2007). Hubert K. Rampersad, “The Personal Balanced Scorecard; The Way to Individual Happiness, Personal Integrity and Organizational Effectiveness”, (Greenwich, USA: Information Age Publishing Inc, June 2006). Personal scorecard adalah scorecard individu karyawan yang mengeksplorasi visi, misi, kunci peran pribadi, faktor kesuksesan, sasaran, pengukuran kinerja dan tindakan peningkatan pribadi karyawan. Rampersad berpendapat bahwa penyebab tidak berbahagianya karyawan di tempat kerja karena mereka tidak diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi personal scorecardnya. Ibn „Ashur, M. al-Tahir, Maqasid al-Shari‟ah al-Islamiyyah (Kuala Lumpur: al-Basa‟ir, 1998). Analisis Rantai Nilai adalah suatu analisis yang memandang organisasi sebagai proses sekuen dari suatu aktifitas untuk menciptakan nilai. Mulai dari proses memperoleh bahan baku hingga penyampaian produk jadi kepada pelanggan.
~ 133 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
194
195
196
Diadopsi dari Michael E. Porter, Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior Performance (New York: The Free Press, 1998): 10. Unsur-unsur sistem kerja diantaranya: sasaran strategis, ukuran kinerja, struktur organisasi, tenaga kerja, sistem manajemen (BSC, ISO 9001, ISO 17025, ISO 14001 dsbnya), penilaian risiko, manual mutu, prosedur, kebijakan-kebijakan dsbnya. Pembuatan sistem kerja dan proses kerja mengacu pada value chain analysis yang dikembangkann oleh Michael E. Porter, lihat Michael E. Porter, Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior Performanc (New York: The Free Press, 1998).
~ 134 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
SEMBILAN: ORIENTASI BAKAT (TALENT), CARA PANDANG TERPELIHARANYA KETURUNAN (AL-NASL)
اجنَا َو ُذرِّ يَّا ِتنَا قُ َّزةَ أَ ْعيُ ٍٍ َواجْ َع ْهنَا ِ َوانَّ ِذيٍَ يَقُونُوٌَ َرتَّنَا هَةْ نَنَا ِي ٍْ أَ ْس َو نِ ْه ًُتَّقِيٍَ إِ َيا ًيا Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Furqan 25: 74)
Achmad Firdaus (2012)197 menjelaskan bahwa dalam konteks bisnis, tercapainya kemaslahatan bisnis sangat bergantung pada pemenuhan orientasi tenaga kerja untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya keturunan (al-nasl). Pengelolaan tenaga kerja untuk keberlanjutan kepemimpinan dilakukan dengan menempatkan tenaga kerja pada kedudukan yang tinggi. Ajaran Islam sangat memperhatikan kedudukan tenaga kerja di dalam organisasi. Sebelum pekerja memulai bekerja, mereka harus mengetahui besaran upah yang diterimanya 198. Upah buruh harus dibayarkan sesegera mungkin199. Rasulallah SAW mengancam pengelola organisasi yang tidak membayar upah para pekerja. Allah mengelompokan perbuatan dzalim terhadap buruh ke dalam kelompok dosa besar200. Choudhury (1986)201 menjelaskan bahwa upah individu harus sebanding dengan jumlah kerja dan katagori pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Jumlah kerja biasanya dihitung dengan man hours. Sementara katagori pekerjaan adalah spesifik untuk masingmasing profesi. Hal ini menjelaskan bahwa upah pekerja berkaitan dengan produktifitas kerja. ~ 135 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Manajemen organisasi seharusnya menyadari bahwa ketika tenaga kerja telah bergabung atau menjadi bagian dari organisasi, pada hakekatnya Allah telah memilih tenaga kerja tersebut sebagai khalifah Allah untuk mengelola organisasi. Ada tiga golongan orang yang kelak pada hari kiamat akan menjadi musuhku. Barangsiapa menjadi musuhku, maka aku memusuhinya. Pertama, seorang yang berjanji setia kepadaku lalu dia ingkar (berkhianat). Kedua, seorang yang menjual orang yang merdeka (bukan budak) lalu memakan uang harga penjualannya. Ketiga, seorang yang mengkaryakan (memperkerjakan) seorang buruh tapi setelah menyelesaikan pekerjaannya orang tersebut tidak memberinya upah. (HR. Ibnu Majah)
Doktrin di atas berbeda dengan pemahaman kapitalis. Kapitalis menempatkan tenaga kerja setara dengan barang. Ricardo (2004)202 menyebutkan bahwa buruh adalah sebagaimana halnya barang lainnya (other things) yang dibeli dan dijual dan yang mungkin bertambah atau habis secara kuantitas. Buruh memiliki harga wajar dan harga pasar. Harga wajar buruh adalah harga yang diperlukan agar buruh mampu, antara satu dengan lainnya mendapatkan nafkah dan untuk mempertahankan kelompok buruh tanpa bertambah ataupun berkurang. Ricardo menjelaskan bahwa jumlah kelompok buruh harus dipertahankan. Apabila jumlah kelompok buruh meningkat, maka supply buruh bertambah, sehingga harga pasar buruh menurun. Bila jumlah kelompok buruh menurun, maka supply buruh menurun, sehingga harga pasar buruh bertambah. Agar jumlah buruh dapat dipertahankan, maka upah buruh tidak boleh terlalu jauh dari harga wajar. Dalam bahasa lain, dapat dikatakan bahwa bila buruh sejahtera, maka keluarga buruh bertambah. Jumlah buruh meningkat, menyebabkan harga pasar buruh menjadi rendah. Buruh menderita. Bila buruh tidak sejahtera, maka keluarga buruh ~ 136 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
berkurang. Jumlah buruh menurun, menyebabkan harga pasar buruh menjadi tinggi. Pengusaha menderita. Kekuatan buruh untuk mendukung dirinya dan keluarganya yang diperlukan untuk menjaga jumlah buruh, tidak bergantung pada jumlah uang yang dia terima dari gaji, tetapi bergantung pada jumlah makanan, kebutuhan dan kesenangan. Ketiganya sangat bergantung pada perilaku pembelanjaan. Dengan demikian, menurut Ricardo, upah wajar buruh bergantung pada harga makanan, kebutuhan dan kesenangan yang diperlukan untuk mendukung buruh dan keluarganya. Pandangan ini menunjukan bahwa upah buruh tidak berkaitan dengan produktifitas buruh, tetapi pada faktor eksternal. Bila harga makanan dan kebutuhan naik, maka upah buruh naik, bila harga makanan dan kebutuhan turun, maka upah buruhpun turun. Pertanyaannya adalah, apakah seluruh tenaga kerja dapat menjadi representasi mas}lah}ah d}aru>riyah organisasi yaitu keturunan (al-nasl), sebagaimana yang dimaksudkan oleh al-Shāt}ibi? Keberlanjutan organisasi dimaknai sebagai keberlanjutan kemanfaatan organisasi bagi pemangku kepentingan organisasi. Keberlanjutan kemanfaatan sangatlah penting. Pada saat seseorang meninggal dunia, maka terputuslah kesempatan untuk berbuat kebaikan. Tidak ada lagi usaha yang dapat dilakukan untuk menambah pahala. Kecuali tiga hal yaitu sedekah amal jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang senantiasa mendoakan orangtuanya.
Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila anak Adam -yakni manusia- meninggal dunia, maka putuslah amalannya -yakni tidak dapat menambah pahalanya lagi-, melainkan dari tiga macam perkara, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang dapat diambil kemanfaatannya atau anak yang shalih yang suka mendoakan untuknya." (Riwayat Muslim)
~ 137 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Dapatlah dikatakan bahwa ketiga amalan tersebut adalah the real pasive income bagi umat manusia dalam meraih kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Dapat dikatakan juga bahwa ketiga amalan di atas adalah mesin penghasil pahala. Mesin terus menerus menghasilkan pahala meskipun pemilik mesin sudah tidak produktif menghasilkan kebaikan. Dalam kontek organisasi, organisasi harus memiliki keberlanjutan pahala meskipun pendiri/pengelola organisasi telah meninggal dunia. Untuk mencapai hal tersebut, maka organisasi harus melakukan tiga hal yaitu banyak melakukan amal jariyah, banyak melakukan pembelajaran dan mempersiapkan sistem bakat (talent) yang baik. Keberlanjutan organisasi sangat bergantung pada keturunan atau generasi penerus organisasi (dhurriyya>h)203 yang dapat menyenangkan hati. Generasi penerus yang soleh. Bukan sekedar tenaga kerja tetapi tenaga kerja berbakat yang dapat menyenangkan hati dan soleh. Generasi penerus yang memiliki visi dan misi sejalan dengan visi dan misi pendiri/pengelola organisasi. Mereka mewarisi cita-cita luhur pendiri/pengelola organisasi. Padanya terlacak garis keturunan (nasab)204 organisasi. Orientasi bakat adalah proses peningkatan yang dilakukan untuk mempersiapkan para generasi penerus organisasi yang menyenangkan hati dan soleh. Hal demikian agar estafet kepemimpinan organisasi berjalan lancar. Tenaga kerja berbakat dihasilkan dari suatu proses pengelolaan tenaga kerja yang baik. Coyle205 menyebutkan bahwa tenaga kerja berbakat dihasilkan dari suatu proses pembakaran (ignition) dalam suatu wadah organisasi yang disebut sebagai talent hotbeds. Proses pembakaran dilakukan melalui master coaching dengan memperdalam praktek. Untuk menghasilkan tenaga kerja berbakat yang merepresentasikan sifat dan sikap sebagai khalifah Allah di bumi, diperlukan bahan bakar yang berasal dari orientasi ibadah dan orientasi proses internal. Orientasi ibadah sebagai sentral energi mengirimkan energi positif spiritual kepada seluruh komponen organisasi. Hubungan spiritualitas antara organisasi dengan Yang Maha Pemberi Rizki, hubungan spiritualitas antara organisasi dengan pemangku ~ 138 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kepentingan maupun hubungan spiritualitas antara organisasi dengan lingkungan memberikan aura yang baik bagi sikap dan perilaku tenaga kerja berbakat. Bekerja adalah ibadah dimaknai oleh tenaga kerja berbakat bukan sekedar pada tataran filosofi atau konsep, tetapi masuk ke dalam tataran penerapan. Gambar 9.1 Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Bakat
Di sisi lain, tercapainya orientasi proses internal, juga memberikan energi positip kepada tenaga kerja berbakat. Hubungan kerja antara atasan dan bawahan semakin baik dan harmonis. Tenaga kerja berbakat lebih sering melakukan evaluasi diri. Kesadaran terhadap potensi dan peranan penting dirinya bagi organisasi meningkat. Hal ini tentunya berdampak positif bagi peningkatan kapasitas dan kapabilias tenaga kerja berbakat. Kapasitas tenaga kerja adalah identik dengan wadah, daya tampung, daya muat, ukuran seberapa besar tenaga kerja dapat menampung aqidah, shari>’ah, akhlak, wawasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman. Kapabilitas adalah identik dengan kandungan isi: aqidah, shari>’ah, akhlak, wawasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh tenaga kerja. Dapat diambil contoh: kapasitas adalah cangkir sedangkan kapabilitas adalah air yang mengisi cangkir tersebut
~ 139 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Terciptalah tenaga kerja berbakat yang senantiasa berbahagia dalam bekerja. Mereka bekerja penuh semangat dan inovatif. Kondisi ini terjadi, tidak hanya pada diri tenaga pekerja, tetapi juga pada keharmonisan rumah tangga mereka. Tenaga kerja berbakat yang inovatif dan bermental spiritual tinggi berpengaruh terhadap kecekatan atau kegesitan organisasi. Hal ini meningkatkan proses peningkatan berkelanjutan, baik individu maupun organisasi yang terorganisir. Organisasi menjadi fleksibel terhadap perubahan lingkungan. Pengelola organisasi semakin menyadari peran penting tenaga kerja berbakat bagi keberlanjutan organisasi. Tenaga kerja berbakat adalah tenaga kerja yang memiliki kapabilitas wawasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman yang sesuai dengan kapasitas kompetensi pengelolaan organisasi. Pada saat yang bersamaan tenaga kerja berbakat dituntut untuk memiliki kapabilitas aqidah, shari>’ah dan akhlak yang sesuai dengan kapasitas kompetensi orientasi ibadah. Gambar 9.2. Pemenuhan Kapabilitas Bakat terhadap Kapasitas Bakat Kapabilitas Bakat
Kapabilitas Bakat
Aqidah Shariah Akhlak
Kompetensi Orientasi Ibadah
Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Pendidikan dan Pengalaman
Kompetensi Kompetensi Pengelolaan Organisasi Organisasi
Kapasitas Bakat Kompetensi Orientasi Ibadah
Kompetensi Kompetensi Pengelolaan Organisasi Organisasi
Kompetensi pengelolaan organisasi adalah jumlah keseluruhan wawasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman. Kompetensi tentang orientasi ibadah adalah jumlah keseluruhan aqidah, shari>’ah dan akhlak. Kedua kompetensi tersebut diharapkan mampu memotivasi tenaga kerja berbakat bahwa ketika ~ 140 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mereka bekerja, pada dasarnya tidak semata-mata untuk mencari nafkah, tetapi sebagai media menjalankan kewajiban sebagai khalifah Allah. Sebagai khalifah Allah dalam pengelolaan organisasi, tentu saja tenaga kerja berbakat harus memiliki aqidah yang kuat. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja berbakat dapat berperilaku sesuai tuntutan aqidah dan sesuai dengan tuntunan shari>’ah. Dengannya, tenaga kerja berbakat dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai kaidah akhlak yang diajarkan oleh Rasulallah SAW. Sebagai pengelola organisasi, tenaga kerja berbakat dituntut memiliki wawasan sesuai lingkup pekerjaan. Tenaga kerja berbakat juga harus memiliki pengetahuan tentang uraian kerja. Tenaga kerja berbakat harus mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan beban kerja yang dimilikinya. Tenaga kerja berbakat juga harus terampil dan mahir dalam menyelesaikan pekerjaan tanpa harus selalu diberikan instruksi tentang pekerjaan. Oleh karena itu, tenaga kerja berbakat dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang sesuai dengan lingkup pekerjaan. Bahkan dalam banyak hal, tenaga kerja berbakat dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya sendiri dengan menghimpun pengalaman sehingga dapat menyelesaikan hal-hal baru. Tanpa itu semua, tenaga kerja berbakat tidak dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Menarik sekali apa yang diungkapkan oleh Subir Chowdury206. Dia menguraikan pandangannya tentang karakteristik organisasi yang akan eksis pada abad dua puluh satu. Hanya organisasi yang dipimpin oleh tenaga kerja berbakat sajalah yang akan eksis pada saat itu. Chowdury menjelaskan bahwa tenaga kerja berbakat adalah tenaga kerja yang tidak hanya pintar dalam mengerjakan tugas rutin tetapi tenaga kerja yang dapat memahami keterkaitan tugas atau pekerjaannya pada rantai nilai organisasi perusahaan. Pandangan Chowdury dilandasi dengan terjadinya pergeseran era industri menuju era informasi. Pada era industri, aset fisik bersifat dapat dihitung menjadi penyangga utama keunggulan kompetisi. Namun pada era informasi, justeru aset non fisik bersifat ~ 141 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
tidak dapat dihitung menjadi penyangga utama. Tiang utama aset non fisik yang tidak dapat dihitung terletak pada tenaga kerja berbakat. Pernyataan Chowdury sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company. Pada tahun 2000, McKinsey207 melakukan penelitian terhadap 13.000 manajer dari 112 perusahaan besar di Amerika Serikat. Penelitian menunjukan bahwa tenaga kerja berbakat menjadi penentu kemenangan dalam persaingan. McKinsey menjelaskan bahwa dalam industri pabrikan, manajer pabrik terbaik, berhasil menumbuhkan keuntungan sebesar 130%. Dalam industri jasa, manajer terbaik berhasil menumbuhkan keuntungan sebesar 80%. Sedangkan manajer portofolio berkinerja terbaik dalam industri jasa keuangan, menghasilkan tingkat pertumbuhan pengembalian (revenue) mendekati 50%. Ada beberapa ciri yang dimiliki oleh tenaga kerja berbakat, diantaranya berinisiatip tinggi. Tenaga kerja berbakat berinisiatip memulai sesuatu yang baru. Dia tidak suka sesuatu yang prosedural atau sesuatu yang bersifat kemapanan. Bisa dikatakan, tenaga kerja berbakat menjadi lokomotip perubahan di perusahaan. Dia tidak suka pada status quo. Prinsip yang diyakininya adalah berubah atau mati. Cerita penuh inspiratif datang dari Edward Deming ketika pertama kali menggulirkan ide PDCA. Saat itu, ide brilyannya tidak laku di negara asalnya, Amerika Serikat. Namun ketika dia memaparkannya di hadapan para insinyur dan saintis Negara Jepang. Ide tersebut justru mendapatkan tanggapan positip. PDCA selanjutnya identik dengan TQC Jepang. Tenaga kerja berbakat selalu inovatip dan dapat mengajarkan keinovatipannya kepada tenaga kerja lainnya. Untuk yang satu ini, perusahaan-perusahaan Jepang memiliki sistem yang baik dalam mencetak tenaga kerja berbakat. Melalui budaya Gemba Kaizen, tenaga kerja dituntut untuk selalu berinovasi di lingkungan kerjanya. Tenaga kerja berbakat menginspirasi dan memotivasi tenaga kerja lainnya. Tenaga kerja berbakat adalah tenaga kerja yang tidak mau bahwa perubahan yang diusulkannya, tidak hanya dia sendiri ~ 142 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
yang melakukannya. Dia berharap tenaga kerja lainnya melakukan hal yang sama dengannya. Tenaga kerja berbakat merasa senang untuk berbagi dengan tenaga kerja lainnya. Namun perlu diingat, tidak semua tenaga kerja berbakat dapat dengan mudah atau memiliki kemampuan dalam menterjemahkan ide brilyannya. Seluruh uraian di atas menjelaskan bahwa orientasi bakat merupakan cara pandang terpeliharanya keturunan (al-‘nasl). Aspek ini merupakan jawaban atas pertanyaan, „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan kepada tenaga kerja berbakat?
197
198
199
200 201
202
203 204 205
206 207
Achmad Firdaus, “Maslah}ah Scorecard, Sistem Pengukuran Kinerja Bisnis Berbasis Maqasid Sha>riah.” Call for Paper Islamic Banking & Finance Conference 2012, Islamic Economy Revivalism: Between Theory and Practice, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (15 September 2012). Nabi Saw melarang memperkerjakan seorang buruh sebelum jelas upah yang akan diterimanya. (HR. An-Nasaa'i) Berikanlah kepada buruh upahnya sebelum kering keringatnya. (HR. Abu Ya'la) Menzhalimi upah terhadap buruh termasuk dosa besar. (HR. Ahmad) Masudul Alam Choudhury, Contributions to Islamic Economic Theory, a Study in Social Economics. (New York: St. Martin‟s Press, 1986). David Ricardo, the Principles of Political Economy and Taxtion. (New York: Dover Publications Inc, 2004) : 52 QS Al-Furqa>n 25: 74, QS al-S}a>fa>t 37: 77. QS Al-Furqa>n 25: 54 Daninel Coyle. The Talent Code, Greatness Isn‟t Born, It‟s Grown, Here‟s How. New York: Bantam Dell, May 2009. Subir Chowdhury. Organisasi Abad 21. Jakarta: Penerbit Indeks, 2005. McKinsey & Company. Organization and Leadership Practice, April 2001
~ 143 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
SEPULUH: ORIENTASI PEMBELAJARAN (LEARNING), CARA PANDANG TERPELIHARANYA AKAL (al-‘AQL) Al-Ghazali mendefinisikan akal dengan empat sebutan yaitu: i. Kualitas yang membedakan antara manusia dengan hewan, sehingga dengannya manusia dapat memahami dan meraih ilmu pengetahuan yang bersifat teoritis (nazaiyah) maupun bersifat abstrak (fikriyah)208. ii. Kata akal / intellect digunakan untuk memahami aksioma. Memahami munculnya kemungkinan dari sesuatu yang mungkin terjadi atau memahami ketidakmungkinan dari sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sebagai contoh, akal dapat memahami bahwa dua semestinya lebih besar daripada satu. Tidaklah mungkin satu lebih besar daripada dua. Contoh lain, apabila seseorang hadir di suatu tempat, maka tidaklah mungkin pada saat yang bersamaan, dia hadir di tempat yang lain iii. Kata akal / intellect digunakan untuk ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman (empiris) juga pendidikan. iv. Kata akal / intellect digunakan apabila kekuatan insting berkembang lebih dari yang umumnya. Biasanya orang yang memiliki insting demikian, dapat menceritakan kesudahan dari sesuatu. Akal diciptakan oleh Allah agar manusia dapat memahami tujuan dari penciptaan dirinya. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi. Allah memperlihatkan tanda-tanda kekhalifaan manusia melalui penciptaan alam semesta. Oleh karena itu, akal hendaknya digunakan oleh manusia untuk memikirkan alam semesta (kauniyah). Tanda-tanda tersebut, juga dituliskan oleh Allah pada alQuran maupun hadist. Sehingga, akal juga hendaknya digunakan untuk memikirkan ayat-ayat yang tersurat (kauliyah) dalam al-Quran dan hadist. ~ 144 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Pentingnya kedudukan akal pada diri manusia, dijelaskan oleh Allah pada banyak ayat di dalam al-Quran209. Al-Quran menjelaskan orang yang menggunakan akal dengan kalimat „mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal‟, atau „Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal‟210. Sedangkan untuk orang-orang yang tidak menggunakan akal pikirannya, al-Quran menyebut dengan kalimat „apakah kamu tidak berakal?‟, „apakah kamu tidak berfikir?‟211. Al-Ghazali menjelaskan bahwa akal atau intelektual adalah sumber ilmu. Ilmu senantiasa terpancar dari akal. Terpancarnya ilmu dari akal sebagaimana cahaya terpancar dari matahari. Sebagaimana buah yang dihasilkan dari tumbuhan. Sebagaimana pandangan yang terpancar dari mata. Akallah yang membuat situasi gelap menjadi terang. Dari yang awalnya tidak mengetahui menjadi mengetahui. Dari yang tadinya tidak memahami menjadi memahami. Dari yang awalnya tidak mengenali sumber permasalahan menjadi mengenali sumber permasalahan. Namun demikian, akal memiliki keterbatasan. Akal hanya dapat menjangkau hal-hal yang bersifat nalar. Padahal di dalam kehidupan, banyak hal yang tidak dapat dijangkau dengan nalar. Untuk menjangkau hal yang demikian, pendekatannya adalah keimanan. Akal adalah insting yang dipersiapkan oleh Allah bagi manusia untuk mengenali berbagai macam informasi bersifat nalar. Selanjutnya Allah menciptakan hati untuk menjangkau hal-hal yang bersifat tidak nalar. Jelas, untuk melakukan proses pembelajaran yang optimum diperlukan supply makanan bagi akal dan hati secara seimbang. Tidak melebihkan antara satu dengan yang lainnya. Proses pembelajaran yang terlalu menekankan akal tanpa melibatkan hati terbukti telah berdampak buruk dan fatal bagi organisasi. Kasus dibubarkannya Arthur Andersen pada tahun 2002 menjadi pelajaran berharga buat kita semua. Andersen (Craig Smith, 2004)212 adalah perusahaan jasa profesional terbesar di dunia dengan staff berjumlah 85.000 orang yang tersebar di delapan puluh empat negara. Pendapatan Andersen ~ 145 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mencapai lebih dari US $ 9 milyard. Andersen membuat standar bagi akunting yang jujur dan taat hukum. Munculah slogan „ada jalan Andersen dan ada jalan yang salah‟. Filosofi Andersen diajarkan kepada seluruh pegawainya di seluruh dunia melalui berbagai team building dan berbagai latihan yang dapat meningkatkan moral. Seorang pegawai Andersen mendapatkan pelatihan selama 135 jam213 dalam setahun. Budaya etika yang diterapkan oleh Andersen adalah budaya etika yang mengedepankan akal dibandingkan dengan hati. Budaya demikian, tidak memiliki kekuatan yang menghujam ke dasar hati sanubari para individu Andersen. Andersen pun bubar pada tahun 2002 yang disebabkan oleh pelanggaran etika dari para pengelolanya. Agar hati dapat menjadi pendamping akal dalam proses pembelajaran, maka hati harus diberikan makanan. Bila hati tidak diberikan makanan, maka hati bisa menjadi mati. Makanan hati adalah ilmu dan ilmu diperoleh melalui akal. Artinya Sinergitas antara akal dan hati sangat dibutuhkan oleh manusia dalam proses pembelajaran. Duet pasangan antara akal dan hati telah dipersiapkan oleh Allah untuk manusia dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagai khalifah di bumi. Gambar 10.1 Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Pembelajaran
al ritu Spi i g r Ene
Orientasi Ibadah Orientasi Pembelaj aran
rgi Ene
al ritu Spi
Energi Spiritual
~ 146 ~
Orientasi Proses Internal
Energi Spritual
Ene
rgi
Spi ritu al
Orientasi Bakat
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Terpenuhinya kebutuhan orientasi pembelajaran didapat dari aliran energi positif spiritual yang memancar dari orientasi ibadah. Energi spiritual mempermudah akal dan hati dalam memenuhi makanannya. Akal senantiasa memikirkan dan merenungkan segala ciptaan Allah. Hatipun dapat dengan mudah mengimaninya. Di samping itu, orientasi pembelajaran dapat terpenuhi apabila orientasi bakat terpenuhi. Orientasi bakat dapat menciptakan tenaga kerja sebagai pribadi pembelajar. Individu pembelajar dan organisasi pembelajar adalah individu dan organisasi yang mampu mengelola akal dan hatinya sehingga mampu mengendalikan tindakan dan perilakunya sesuai kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi pengelolaan organisasi. Individu pembelajar tidak dapat berpengaruh besar bagi organisasi apabila individu-individu tidak dimobilisasi, dikelola dan dikemas dengan baik. Organisasi seharusnya mengorganisasi berbagai macam sumber daya organisasi untuk mengkondisikan pembelajaran di dalam organisasi sebagai budaya organisasi. Budaya pembelajaran sebagai budaya kerja organisasi dapat dilakukan dengan memasukan tujuan pembelajaran di dalam visi – misi dan tujuan organisasi. Hal ini dilakukan agar segala aktifitas pembelajaran dapat dipahami dan dijalankan terus menerus dengan menggunakan berbagai media yang ada di dalam organisasi, baik bersifat sendiri-sendiri maupun dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena itu, obyek utama proses pembelajaran adalah modal manusia dan modal organisasi. Modal manusia berasal dari akal dan hati. Akal dan hati akan menciptakan kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi214 pengelolaan organisasi. Kompetensi orientasi ibadah merupakan jumlah keseluruhan aqidah, shariah dan akhlak. Kompetensi pengelolaan organisasi merupakan jumlah keseluruhan dari wawasan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan pendidikan. Wawasan adalah adalah cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal. Wawasan sangat bergantung pada pendidikan, latar belakang keluarga, latar belakang lingkungan, masa kerja, pengalaman hidup dsbnya. Dalam lingkup pekerjaan biasanya ~ 147 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
wawasan seorang manajer lebih luas dibandingkan wawasan seorang operator, tetapi tidak selamanya wawasan operator lebih sempit dibandingkan seorang manajer. Keluasan dan kesempitan wawasan manajer dan operator sangat bergantung dari lingkup pekerjaaan atau latar belakang pendidikan Pengetahuan adalah berbagai gejala, fenomena yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Dalam bahasa yang lebih sederhana, pengetahuan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh akal. Makanan akal adalah berfikir, hasil dari berfikir adalah pengetahuan. Tanpa berfikir, akal tidak akan menghasilkan pengetahuan. Di lingkup pekerjaan, pengetahuan dapat diperoleh dari masalah yang pernah diketemukan, informasi dari bawahan atau atasan, umpan balik pelanggan, benchmarking dengan kompetitor, buku standar, manual SOP, regulasi dsbnya. Keterampilan adalah kemampuan, kecakapan, kebolehan, keahlian yang dimiliki oleh seseorang. Keterampilan biasanya diperoleh dari pengalaman, masa kerja, pelatihan dan pendidikan. Keterampilan mengemudi forklift diperoleh seseorang setelah mengikuti pelatihan mengemudi forklift. Keterampilan memintal benang wol diperoleh operator setelah bekerja selama 1 tahun. Keahlian mengaudit hasil welding diperoleh setelah seseorang ahli melakukan pengelasan. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dijalani atau dialami. Seorang operator bekerja mengoperasikan mesin CNC selama lima tahun. Itu berarti operator tersebut sudah selama lima tahun mengoperasikan mesin CNC. Pendidikan adalah sistem yang terencana untuk memberikan pengajaran kepada seseorang. Posisi manajer memiliki kualifikasi minimum S1, itu berarti untuk posisi manajer harus diisi oleh orang yang sekurang-kurangnya telah lulus sistem pendidikan setingkat S1. Göran Roos dan Johan Roos (1997)215 menjelaskan bahwa terdapat lima katagori utama modal intelektual. Kelima katagori tersebut adalah modal manusia, modal pelanggan dan hubungan,
~ 148 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
modal organisasi. Modal organisasi terdiri dari dua sumber yaitu modal proses bisnis dan bisnis berulang & modal pengembangan. Sementara, Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa kinerja organisasi perspektif pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari tiga faktor yaitu sumber daya manusia (kapabilitas pekerja), sistem informasi (kapabilitas sistem informasi) dan sumber daya organisasi (motivasi, pemberdayaan, keselarasan). Oleh karenanya, Kaplan menggunakan tiga sasaran untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu modal insani, modal informasi dan modal organisasi. Peran dan fungsi modal organisasi dapat teridentifikasi melalui sistem kerja dan proses kerja. Sebagaimana telah dijelaskan pada orientasi proses internal, sistem kerja dan proses kerja didisain dan diterapkan dengan mem-breakdown seluruh proses yang ada di dalam organisasi. Sistem kerja dan proses kerja diawali dengan memahami maqa>s}id al-shari>’ah. Gambar 10.2. Obyek Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran Obyek Pembelajaran
Obyek Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran
Modal Manusia
Akal & Hati
Aqidah Sha>ri>ah Akhlak
Modal Organisasi
Proses Inti Proses Pendukung Proses Improvement & Inovasi Proses Perencanaan Strategis Proses Kepatuhan Shariah Proses Kepatuhan Regulasi Proses Pengelolaan Bencana & Emergency Proses Manajemen Risiko Proses Tanggung Jawab Sosial.
Wawasan Pengetahuan Keterampilan Pendidikan Pengalaman
Selanjutnya organisasi harus mendapatkan input-input sistem kerja dan proses kerja yang berasal dari persyaratan para pemangku kepentingan. Disain sistem kerja dan proses kerja disusun dengan memperhatikan proses-proes yang menjadi kompetensi inti, prosesproses pendukung, pengelolaan sistem peningkatan dan inovasi, perencanaan strategis dan keberlanjutan, kepatuhan terhadap ~ 149 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
shari>’ah, kepatuhan kepada regulasi, pengelolaan bencana dan keadaan darurat, pengelolaan risiko dan keterlibatan organisasi secara sosial bagi lingkungan. Seluruh uraian di atas menjelaskan bahwa orientasi pembelajaran merupakan cara pandang terpeliharanya akal / intellect (al-‘aql). Aspek ini merupakan jawaban atas pertanyaan, „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan pembelajaran apa yang harus dilakukan?
208 209
210
211 212
213
214
215
QS al-Isra> 17:70 QS Yu>suf 12: 111, QS al-Shu’ara> 26: 28, QS al-T}ola>q 65: 10, QS al-Ma>idah 5: 58, 100, QS al-Baqarah 2: 179, 197, QS T}o>ha> 20: 54, 128, QS Hu>d 11: 78, 87, QS A>li ’imra>n 3: 7, QS al-Zumar 39: 17, 18, 21, 43, QS al-’Ankabu>t 29: 35, QS Ibra>hi>m 14: 52, QS al-Ja>siyat 45: 5, QS al-Ru>m 30: 28, QS al-Fajr 89: 5, QS al-Ra’d 13: 19. QS al-Zumar 39: 18, 21, QS Yu>suf 12: 111, QS al-Shu’ara> 26: 28, QS alThala>q 65: 10 QS al-Ma>idah 5: 58, QS al-Jin 72: 4 Craig N.Smith dan Michelle Quirk, “From Grace to Disgrace: the Rise & Fall of Arthur Andersen”, Journal of Business Ethics Education, I (1), (2004). Dalam dunia pengembangan sumber daya manusia (HRD) disebut man days yaitu jumlah rata-rata hari pelatihan yang diikuti oleh seorang pekerja dalam setahun. 135 mandays berarti seorang pekerja mengikuti pelatihan rata-rata 135 hari dalam setahun. Kompetensi menurut standard ISO 9001: 2008 Quality Management System (QMS) Requirements Klausul 6.2.2 adalah pendidikan, keterampilan dan pengalaman Göran Jacobson dan Johan Roos. “Measuring your Company‟s Intellectual Performance.” International Journal of Strategic Management, Special Issue on Intellectual Capital 30, No. 3 (1997): 413-426.
~ 150 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
SEBELAS: ORIENTASI PELANGGAN, CARA PANDANG TERPELIHARANYA HUBUNGAN DENGAN PELANGGAN
َّ َو َّ ََّللاُ ف ق َ ض َم تَ ْع ِ ْض فِي انز ِّْس ٍ ض ُك ْى َعهَى َتع Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki, QS an-Nahl 16: 71
Pelanggan merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi organisasi. Pelanggan adalah representasi dari jumlah kebutuhan (demand). Tidak ada organisasi bila tidak ada kebutuhan. Sehingga, tidak ada organisasi bila tidak ada pelanggan. Ukuran organisasi dan kemampuan organisasi untuk berkelanjutan (sustainability) juga sangat bergantung pada pelanggan. Berdasarkan pemikiran tersebut, diperlukan adanya penyesuaian terhadap penerapan konsep mas}lah}ah bagi organisasi yaitu dengan ditambahkannya orientasi pelanggan. Pelanggan adalah perantara atas rizki yang diberikan oleh Allah kepada organisasi. Jumlah pelanggan berbanding lurus dengan rizki yang didapatkan oleh organisasi. Semakin dekat dengan pelanggan, tentunya memperbesar peluang organisasi untuk mendapatkan rizki. Namun demikian, pelanggan hanyalah media perantara untuk mengunduh rizki yang telah ditentukan oleh Allah sebagai Yang Maha Pemberi Rizki. Allah lah penentu besar– kecilnya rizki yang diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa pelanggan adalah salah satu pintu pembuka rizki yang diberikan oleh Allah kepada organisasi. Bila Allah menyampaikan rizki kepada organisasi melalui pelanggan, bukanlah berarti bahwa Allah tidak dapat memberikan rizki tersebut secara langsung. Allah menggunakan media pelanggan ~ 151 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
untuk menghantarkan rizki, dengan tujuan agar organisasi dapat berinteraksi atau berakhlak baik terhadap pelanggan. Interaksi antara organisasi dengan pelanggan tidak semata-mata hubungan ekonomis transaksional antara pihak yang membutuhkan produk atau jasa dengan pihak yang memberikan produk atau jasa. Allah juga menjadikan interaksi antara keduanya sebagai hubungan sosial dalam rangka merealisasikan kewajiban manusia sebagai khalifah Allah. Dari Anas r.a., katanya: "Ada dua orang bersaudara pada zaman Nabi s.a.w. salah seorang dari keduanya itu datang kepada Nabi s.a.w., yang lainnya lagi bekerja. Orang yang bekerja ini mengadu kepada Nabi s.a.w. mengenai saudaranya -yang menganggur itu- lalu beliau s.a.w. bersabda: "Barangkali engkau diberi rezeki -oleh Allah- itu adalah dengan sebab adanya saudaramu -yang engkau beri pertolongan makan dan lain-lain itu." Diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan isnad shahih atas syarat Muslim
Pelanggan dan pemasaran adalah dua hal yang sangat berkaitan erat. Prinsip yang berlaku dalam pemasaran berlandaskan nilai Islam, menekankan pentingnya kombinasi antara konsep memaksimalkan nilai dan prinsip keadilan untuk kesejahteraan sosial216. Dengan prinsip tersebut, pemasaran memiliki makna penciptaan nilai sekaligus sebagai usaha untuk mengangkat standar kehidupan manusia secara umum melalui kegiatan bersifat komersial. Kesejahteraan sosial melalui proses maksimalisasi nilai yang berkeadilan dapat tercipta apabila organisasi memenuhi kebutuhan orientasi pelanggan yang berkemaslahatan. Perwujudannya dapat tercipta apabila kebutuhan orientasi ibadah terpenuhi. Orientasi ibadah memberikan energi spiritual positip pada tiap-tiap orientasi kemaslahatan organisasi. Energi spiritual yang mampu meluruskan niat, mental dan motivasi para individu di dalam organisasi. Interaksi dengan para pelanggan, dimaknai oleh para ~ 152 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
individu organisasi sebagai bagian dari peribadatan kepada Yang Maha Memberi Rizki. Pelayanan kepada para pelanggan dilakukan sesuai tuntutan aqidah. Pelayanan yang senantiasa mengacu pada tuntunan sha>ri’ah dan dilakukan dengan akhlak yang baik. Gambar 11.1 Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Pelanggan
Orientasi Pelanggan Ene
rgi
Orientasi Ibadah
Energi Spiritual
Orientasi Pembelaj aran
al ritu Spi i g r Ene
Spi ritu al
l tua piri gi S r e En Energi Spiritual
Orientasi Proses Internal
Energi Spritual
Ene
rgi
Spi ritu al
Orientasi Bakat
Pada saat bersamaan, terpenuhinya orientasi proses internal memberikan arahan bagi manajemen untuk menempatkan persyaratan pelanggan sebagai amanah yang harus dipenuhi. Persyaratan yang digali dari keinginan dan harapan para pelanggan. Persyaratan tersebut dicatat dan didokumentasikan dengan baik oleh organisasi. Organisasi selanjutnya memobilisasi sumber daya yang dimilikinya untuk memenuhi persyaratan tersebut. Ketidaksesuaian terhadap persyaratan pelanggan menjadi aib bagi organisasi yang harus segera diperbaiki. Organisasi memiliki rasa malu apabila tidak dapat memenuhi persyaratan pelanggan. Hal ini dilakukan oleh karena organisasi menyadari dengan sepenuhnya bahwa pelanggan adalah media bagi Allah untuk menyampaikan rizki kepadanya. Persyaratan pelanggan harus dinyatakan secara tertulis di dalam disain sistem kerja dan proses kerja. Pernyataan tersebut termaktub di dalam persyaratan pemangku kepentingan sebagai salah satu sumber input proses. Input proses lainnya dapat ~ 153 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
bersumber dari ketentuan shari>’ah, fatwa-fatwa, masukan DPS, kompetensi inti (core competence), analisis kekuatan dan kelemahan organisasi, kesempatan dan tantangan dari lingkungan, persyaratan pelanggan, persyaratan regulasi, input dari pemasok dan mitra, RJPP, RJMP, RKAP, survey kepuasan pelanggan, survey kepuasan tenaga kerja, kinerja organisasi sebelumnya, peningkatan dan inovasi, temuan audit, rapat tinjauan manajemen maupun umpan balik pelanggan. Persyaratan pelanggan selanjutnya dipenuhi oleh organisasi melalui serangkaian proses kerja yang tersebar pada proses utama, proses pendukung, proses peningkatan dan inovasi, proses pengelolaan bencana dan keadaan darurat, proses risk management, proses CSR, proses shari>’ah compliance, proses legal compliance. Seluruh proses menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing untuk menciptakan nilai. Proses penciptaan nilai itupun menghasilkan output yaitu kepuasan pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya kepuasan pelanggan dengan merujuk pada maqa>s}id al-shari>’ah217. Pengelolaan sumberdaya untuk mencapai kepuasan pelanggan juga sesuai dengan persyaratan sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001: 2008. Pada klausul 5.2. tentang orientasi pelanggan dijelaskan bahwa manajemen puncak harus menjamin bahwa persyaratan pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal ini berarti bahwa terdapat siklus pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai orientasi pelanggan yaitu penetapan persyaratan pelanggan, pemenuhan terhadap ketentuan persyaratan pelanggan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Untuk meningkatkan jumlah pelanggan, dikenal beberapa strategi pengembangan yaitu pengembangan pasar, penetrasi pasar, pengembangan produk dan diversifikasi (Philip Kotler dan Gary Amstrong, 2010)218. Pengembangan pasar adalah strategi pertumbuhan perusahaan dengan mengidentifikasi dan mengembangkan segmen pasar baru bagi produk saat ini. Penetrasi pasar adalah strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan ~ 154 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
meningkatkan penjualan produk saat ini kepada segmen pasar saat ini tanpa mengubah produk. Pengembangan produk adalah strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk-produk modifikaisi ataupun produk baru untuk segmen pasar saat ini. Diversifikasi adalah strategi untuk pertumbuhan organisasi dengan mencari bisnis di luar produk dan pasar yang sudah ada. Keempat strategi pengembangan di atas, pada intinya adalah strategi pengembangan perusahaan dengan mempertahankan pelanggan yang loyal atau pelanggan lama, juga dengan mendapatkan calon pelanggan atau pelanggan baru219. Keduanya menjadi target pengembangan pasar. Artinya, calon pelanggan dan pelanggan lama diharapkan menjadi media rizki yang diberikan oleh Allah kepada organisasi. Di sisi yang lain, terpenuhinya orientasi bakat menciptakan para tenaga kerja berbakat yang senantiasa mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan. Tenaga kerja berbakat dengan kapabilitas orientasi ibadah dan kompetensi pengelolaan organisasi yang dimilikinya, mampu menggali seluruh kebutuhan para pelanggan. Dengan kapasitas yang dimilikinya, tenaga kerja berbakat mampu memprovokasi tenaga kerja lain untuk melakukan hal yang sama dengan dirinya. Hal itu dilakukan dalam rangka memuaskan para pelanggan. Energi positip juga diperoleh dari terpenuhinya orientasi pembelajaran. Orientasi pembelajaran menciptakan individu di dalam organisasi yang mampu menggunakan akal dan hatinya dalam melayani para pelanggan. Pada saat yang bersamaan, organisasi mampu menggunakan seluruh modal yang dimilikinya, baik modal manusia maupun modal organisasi untuk memenuhi persyaratan pelanggan. Organisasi senantiasa meninjau sistem yang ada di dalam dirinya untuk mencegah terjadinya ketidak sesuaian terhadap persyaratan pelanggan. Bilapun terjadi, organisasi dengan kemampuan yang dimilikinya, senantiasa melakukan tindakan perbaikan, tindakan pencegahan dan tindakan peningkatan.
~ 155 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Menjadi Media Allah Dalam Menyampaikan Rizki Kepada Orang Lain, Mau? ”Pak Adi, posisi dimana?”, tanya seorang manager kepada staffnya. ”Iya, mohon maaf Pak, saya masih ketahan di masjid, saya terjebak hujan, hujannya deras sekali Pak”, sahut Pak Adi di seberang sana. ”Data rekrutmen agen yang kemarin, ditaruh dimana Pak?, saya harus melaporkannya kepada Direktur Marketing sekarang!”, sahut Manager dengan nada yang mulai meninggi. ”Oh iya Pak, saya taruh di dosir karyawan tapi mohon maaf Pak, kunci lemarinya saya bawa Pak”, jawab Pak Adi dengan nada datar tanpa ada rasa bersalah. ”Bapak ini bagaimana sih, saya tidak mau tahu”. ”Sekarang juga saya minta Bapak datang ke ruangan saya”, perintah Manager dengan marah. Beberapa menit kemudian Pak Adi datang ke ruangan Manager dengan tergopoh-gopoh. ”Mohon maaf Pak, ini data rekruitmen agen yang Bapak perlukan”, kata Pak Adi. ”Coba, Pak Adi duduk sebentar, saya mau bicara sama Bapak”, tukas Manager. ”Menurut Bapak, apa tujuan Allah menciptakan hujan?, tanya Manager. ”Sebagai media penyampai rizki bagi penghuni bumi, Pak”, jawab Pak Adi. ”Oh gitu, Bapak yakin dalam hujan terdapat rizki buat manusia?”, tanya Manager. ”Iya, Pak”, Pak Adi menimpali. ”Kira-kira, siapa saja yang mendapatkan rizki dari hujan ya Pak?”. ”Petani, tukang cuci motor, tukang cuci mobil, penjual kopi, penjual payung, tukang reparasi payung, tukang ojek payung, ya masih banyak lagi Pak selain itu”. ”Nah, itu Bapak Ngerti”. ”Hujan adalah media rizki buat tukang ojeg payung, kenapa Bapak tidak mau menjadi bagian dari media Allah untuk menyampaikan rizki kepada tukang ojeg payung?”. ”Ini, malah Bapak menganggap hujan sebagai penghalang pekerjaan?”. ”Harusnya khan Bapak merasa senang. Dengan hujan, Bapak bisa menjadi kepanjangan tangan Allah ngasih rizki kepada tukang ojeg payung”. ”Pak Adi yakinlah, saat Bapak meminta tukang ojeg payung mengantar Bapak ke kantor, lantas sepanjang jalan dari masjid menuju kantor, Bapak berdoa agar Allah menjadikan kegiatan Bapak sebagai bagian dari media Allah menyampaikan rizki kepada tukang ojeg payung, memiliki nilai ibadah yang jauh lebih tinggi dibandingkan Bapak berdiam diri di masjid sambil berdzikir untuk menunggu hujan berhenti”. ”Saya harap Bapak mengerti dengan penjelasan saya, sekarang silahkan Bapak kerja kembali”.
~ 156 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pelanggan adalah perantara atas rizki yang diberikan oleh Allah kepada organisasi. Pandangan tersebut dilihat dari kaca mata organisasi. Namun tidak demikian halnya dari kacamata pelanggan. Saat ini pelanggan masih melihat organisasi sebagai satu pihak yang menyediakan nilai yang dibutuhkannya. Motivasi yang dimiliki oleh pelanggan bersifat transaksional dan komersial. Pelanggan hanya mendapatkan sebatas nilai yang dibutuhannya. Suatu saat akan terwujud situasi dimana pelanggan menempatkan dirinya sebagai media Allah dalam menyampaikan rizki kepada organisasi. Pelanggan akan berposisi sebagaimana Pak Adi memposisikan dirinya sebagai media penyampai rizki kepada tukang ojeg payung. Pelanggan dengan sukarela (ikhlas) menjadi perantara Allah dalam menyampaikan rizki kepada organisasi. Hal ini terjadi pada organisasi yang menjunjung tinggi kinerja kemaslahatan. Perlu dipahami bahwa pengertian sukarela (ikhlas), bukan berarti bahwa pelanggan tidak perlu ataupun tidak boleh menyampaikan keluhan. Pada kasus jamaah haji/umroh misalnya. Haji adalah bagian dari rukun islam. Sementara umroh adalah ibadah yang sangat dianjurkan. Orang yang melaksanakan haji/umroh adalah dalam rangka beribadah kepada Yang Maha Pencipta. Meskipun demikian, Jemaah haji/umroh sebagai pelanggan Kementrian Agama ataupun perusahaan travel, tidak dapat melepaskan diri dari rasa puas ataupun tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengelola haji/umroh. Oleh karena itu, pengelola haji/umroh harus tetap mengedepankan kepuasan jamaah haji/umroh. Pengelola haji/umroh tidak boleh memegang prinsip bahwa jamaah haji/umroh sedang melaksanakan ibadah. Oleh karenanya, apabila terjadi hal yang buruk pada jamaah haji/umroh, mereka harus dapat bersabar atas ujian yang diberikan oleh Allah. Buruknya pelayanan pengelola haji/umroh bukan hanya ujian dari Allah bagi jamaah. Sebaliknya, justru buruknya pelayanaan yang diberikan kepada jamaah haji/umroh adalah ujian dari Allah kepada pengelola haji/umroh. ~ 157 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Buruknya pelayanan haji/umroh adalah bukti kesalahan manajemen yang dilakukan oleh pengelola haji/umroh. Hubungan ideal yang terjadi pada pelayanan ibadah haji/umroh adalah pengelola haji/umroh adalah media Allah dalam melayani para tamu Allah. Sebaliknya jamaah haji/ umroh adalah media Allah dalam menyampaikan rizki kepada pengelola haji/umroh. Hubungan ideal ini selalu berlaku pada berbagai macam pelayanan kepada para pelanggan.
َّ َو ُ َّللاُ يَزْ ُس ب ٍ ق َي ٍْ يَ َشا ُء ِت َغي ِْز ِح َسا Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. QS al-Baqarah 2: 212
Bank sha>ri’ah adalah media Allah bagi nasabah dalam mengelola keuangan. Sebaliknya nasabah adalah media Allah dalam menyampaikan rizki kepada pengelola bank sha>ri’ah. Asuransi sha>ri’ah adalah media Allah bagi para peserta dalam mengantisipasi risiko yang terjadi. Sebaliknya peserta asuransi adalah media Allah dalam menyampaikan rizki kepada pengelola asuransi sha>ri’ah. Lembaga Zakat adalah media Allah bagi para wajib zakat dalam mengelola harta benda milik pihak ketiga yang ada pada dirinya. Sebaliknya wajib zakat bagi Lembaga Zakat adalah media Allah dalam membagi kesejahteraan kepada para penduduk bumi, khususnya delapan kelompok orang penerima zakat. Gambar 11.2 Hubungan Pengelola Organisasi dan Pelanggan Pengelola Haji/Umroh
Menjadi Media Allah dalam Melayani Tamu Allah
Layanan Haji / Umroh
~ 158 ~
Jamaah Menjadi Media Allah dalam Menyampaikan Rizki Kepada Pengelola Haji/ Umroh
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Seluruh uraian di atas memberikan penjelasan bahwa orientasi pelanggan merupakan cara pandang terpeliharanya hubungan dengan pelanggan. Aspek ini merupakan jawaban atas pertanyaan, „agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan bagi pelanggan?
216
217
218
219
Abul Hassan, Abdelkader Chachi and Salma Abdul Latiff, Islamic Marketing Ethics and Its Impact on Customer Satisfaction in the Islamic Banking Industry, JKAU: Islamic Econ., Vol. 21 No. 1, pp: 27-46 (2008 A.D./1429 A.H.) Bila terdapat input atau output dari sistem kerja dan proses kerja yang tidak sesuai dengan maqa>s}id al-shari>’ah maka input dan output tersebut termasuk ke dalam golongan yang ditolak shari>’ah. Philip Kotler dan Gary Amstrong, Principles of Marketing. (New Jersey: Pearson Education, Inc, 2010). Pelanggan lama adalah pelanggan yang sudah menggunakan produk barang dan jasa sedangkan calon pelanggan adalah orang atau pihak yang menjadi target pelanggan baru.
~ 159 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DUA BELAS: ORIENTASI HARTA KEKAYAAN, CARA PANDANG TERPELIHARANYA HARTA KEKAYAAN (AL-MA>L)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu QS al-Nisa> 4: 29
Harta kekayaan (al-ma>l) adalah segala sesuatu yang dicintai oleh manusia220. Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia sangat mencintai hal-hal yang bersifat materi seperti wanita-wanita, anakanak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Harta kekayaan diperlukan untuk beraktifitas. Tanpa harta, umat manusia tidak dapat beraktifitas secara optimal. Sayang, banyak yang salah dalam mempersepsikan harta. Harta lebih sering dijadikan sebagai tujuan utama kehidupan. Berbagai cara dan strategi dilakukan untuk mendapatkan harta. Namun, seringkali tata cara dalam memperoleh harta tidak diperhatikan. Batas halal dan haram diabaikan. Padahal tata cara memperoleh harta berdampak pada keberkahan harta. Keberkahan harta diperoleh apabila harta dimanfaatkan pada jalan yang benar (halal) dan baik. Halal berarti cara mendapatkan harta dan membelanjakannya dilakukan sesuai dengan tuntunan shari>’ah. Sedangkan makna baik berarti cara mendapatkan harta dan membelanjakan harta dilakukan dengan cara yang baik sesuai kaidah etika sosial kemasyarakatan. Harta yang tidak berkah menyebabkan timbulnya pengeluaran tidak terduga. Harta yang diperoleh dapat menjadi habis tidak bersisa. Hal ini karena harta kekayaan bersifat reversible. ~ 160 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Tidak sedikit seorang yang kaya raya bergelimang harta, hartanya habis tidak bersisa. Terjadi juga pejabat pemerintah yang korup. Sisa hari tua harus dihabiskan di dalam penjara. Sebaliknya, bila tata cara mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan sesuai aturan yang diberikan oleh Allah, maka Allah akan menambah harta titipanNya Ajaran Islam mengajarkan bahwa harta digunakan sebagai media atau alat untuk mencapai tujuan. Baik tujuan jangka pendek yaitu kesuksesan hidup di dunia maupun tujuan jangka panjang yaitu keselamatan hidup di akhirat. Islam mengatur kedudukan harta sebagai berikut: i. Harta adalah titipan Allah221 bukan milik manusia. Kepemilikan manusia terhadap harta bersifat nisbi (tidak mutlak). Sebagai konsekuensinya, kepemilikan terhadap harta berprinsip amanah atau dipertanggungjawabkan di akhirat. ii. Proses mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan harus sesuai shari>’ah222. Tata cara mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan berdampak pada keberkahan harta. iii. Sudut pandang pemanfaatan harta kekayaan tidak hanya untuk tujuan yang bersifat duniawi, tetapi juga untuk ukhrowi223. Islam adalah agama yang memiliki banyak aturan berkaitan dengan pengumpulan harta. Perdagangan dan bisnis benar-benar dikontrol melalui moralitas. Adapun hasil perdagangan dan bisnis ditujukan untuk pemenuhan kepentingan umum. Segala transaksi yang bertentangan dengan hukum atau bertentangan dengan moral dan kepentingan umum dianggap ilegal dan tidak syah. Ajaran Islam mengajarkan bahwa organisasi harus dapat menciptakan harta kekayaan. Dengannya, organisasi dapat meningkatkan kesejahteraan pemangku kepentingan, zakat, infaq, shadaqoh, wakaf, qurban, corporate social responsibility (CSR), haji bagi tenaga kerja maupun pemangku kepentingan atau kegiatan sosial lain seperti peningkatan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan ~ 161 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
masyarakat sekitar sehingga meningkatkan fungsi ekonomi dan sosial organisasi. Berkaitan dengan cara mendapatkan harta, Ahmad Hidayat Buang (2008)224 menjelaskan berbagai cara dalam mendapatkan harta kekayaan yaitu Ihya’ al-mawat atau mendapatkan harta dari tanah tak berpenghuni atau tanah tidak digunakan atau ditinggalkan oleh pemiliknya, atau memang belum pernah ditinggali oleh orang lain. Al-sayd atau berburu yaitu berburu binatang buas atau dari memancing, pampasan perang (ghanimah) yaitu hasil dari kemenangan perang, dsbnya. Seiring dengan peradaban manusia, maka tatacara mendapatkan harta kekayaan dilakukan dengan cara yang lebih beradab. Perdagangan dan bisnis menjadi cara utama untuk mendapatkan harta kekayaan. Dahan (2012)225 menjelaskan bahwa terdapat tiga fase kegiatan pengelolaan harta kekayaan sesuai shari>’ah yaitu pengumpulan harta, pemeliharaan harta dan distribusi harta. Pengumpulan harta adalah proses untuk mendapatkan harta kekayaan. Pemeliharaan dan pembelanjaan harta adalah proses membelanjakan harta untuk keperluan utama. Distribusi harta adalah membelanjakan harta untuk keperluan lainnya. Pendapat Dahan sejalan dengan pandangan bahwa pengelolaan harta harus sesuai dengan maqa>s}id sha>ri’ah. Dahan menggunakan strategi pengalokasian dalam membelanjakan harta kekayaan. Pendapat yang sama disampaikan oleh Ruslinda Sulaiman 226 (2011) . Sulaiman menjelaskan tentang pengelolaan harta kekayaan dengan pendekatan perencanaan keuangan islami. Pengelolaan harta kekayaan terdiri dari penciptaan kekayaan, menghasilkan kembali kekayaan. pemurnian kekayaan, memproteksi kekayaan dan distribusi kekayaan. Penciptaan kekayaan adalah proses yang dilakukan untuk mendapatkan harta kekayaan. Harta dalam Islam adalah rizki yang diberikan oleh Allah dan bukan semata-mata usaha dari manusia itu sendiri. Rizki diberikan oleh Allah kepada manusia karena kasih sayang Allah kepada mereka. Adapun usaha yang dilakukan oleh manusia dianggap sebagai proses yang memiliki konsekuensi pada ~ 162 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
hasil yang negatif ataupun positif. Segala sesuatu yang ada di bumi diciptakan oleh Allah bagi kehidupan manusia, namun tetap saja Allah pemiliknya227. Sulaiman menjelaskan bahwa penciptaan harta kekayaan bukan semata-mata atas usaha manusia, tetapi karena Allah yang membuatnya menjadi mungkin. Menghasilkan kembali kekayaan adalah proses mengembangkan harta kekayaan yang sudah ada menjadi lebih besar atau lebih banyak lagi. Islam sangat mendukung pengembangan harta kekayaan. Islam bahkan melarang harta kekayaan yang dibiarkan idle, untuk itu harta kekayaan harus diinvestasikan lagi228. Islam mengatur proses pengembangan harta kekayaan sesuai shari>’ah yaitu menghindari pengembangan harta kekayaan dari faktor-faktor dzalim, riba, maysir dan gharar. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. duduk di atas mimbar dan kita duduk di sekitarnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya salah satu yang saya takutkan atasmu semua sepeninggalku nanti ialah apa yang akan dibukakan untukmu semua itu dari keindahan harta dunia serta hiasan-hiasannya -yakni bahwa meluapnya kekayaan pada umat Muhammad inilah yang amat ditakutkan, sebab dapat merusakkan agama jikalau tidak waspada mengendalikannya." (Muttafaq'alayih)
Pemurnian kekayaan adalah proses membersihkan atau mensucikan harta kekayaan dari sesuatu yang bukan haknya. Tujuan dari pembersihan atau pensucian adalah untuk membersihkan pendapatan dari hal-hal yang bersifat illegal juga untuk memberikan hak atau bagian dari delapan asnafs229. Proses ini merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam perencanaan keuangan islami230 bahkan dapat dikatakan sebagai pembeda dari perencanaan keuangan konvensional. Keuntungan yang diperoleh dengan membayar zakat adalah adanya janji dari Allah bahwa zakat justru akan menggandakan harta kekayaan berlipat-lipat231. Proteksi kekayaan adalah proses pengalokasian harta kekayaan yang ditujukan untuk mengelola risiko yang mungkin ~ 163 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
terjadi. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengikuti asuransi (takaful). Pengelolaan risiko di dalam Islam sangat dianjurkan karena manusia tidak dapat memprediksikan sesuatu di hari esok. Kejadian di hari esok hanya Allahlah yang mengetahui. Pernah terjadi di zaman Rasulullah s.a.w., yaitu ada seorang sahabat yang meninggalkan untanya tanpa diikatkan pada sesuatu, seperti pohon, tonggak dan lain-lain, lalu ditinggalkan. Beliau s.a.w. bertanya: "Mengapa tidak kamu ikatkan?" Ia menjawab: "Saya sudah bertawakkal kepada Allah." Rasulullah s.a.w. tidak dapat menyetujui cara berfikir orang itu, lalu bersabda: Artinya: "Ikatlah dulu lalu bertawakkallah." Ringkasnya tawakkal tanpa usaha lebih dulu adalah salah dan keliru menurut pandangan Islam (Riyadus}s}alih}i>n Imam Nawai)
Distribusi kekayaan adalah proses mendistribusikan harta kekayaan pada saat seseorang meninggal dunia. Hukum Islam menentukan bahwa bila seseorang meninggal dunia maka harta yang ditinggalkannya seharusnya didistribusikan sebagaimana ketentuan QS al-Nisa> 4: 11-12232. Ketentuan tersebut dijalankan manakala seluruh kewajiban dari orang yang meninggal dunia telah terpenuhi seperti: pelunasan hutang, klaim pihak ketiga dsbnya. Sama halnya dengan Dahan dkk, Sulaiman pada prinsipnya membagi dua proses besar pengelolaan harta kekayaan yaitu mendapatkan harta dan membelanjakan harta. Strategi yang digunakan oleh Sulaiman dalam membelanjakan harta juga sama dengan Dahan dkk yaitu strategi pengalokasian harta kekayaan. Berkaitan dengan proses membelanjakan harta kekayaan, AlGhazali dalam Mohammad S. Ghazanfar dan Abdul Azim Islahi233 menyatakan bahwa dalam membelanjaan harta kekayaan, yang pertama kali harus dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan dasar yaitu makanan, pakaian dan tempat tinggal. Selanjutnya adalah distribusi harta untuk pemenuhan kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, kewajiban agama, kegiatan refreshing dll.
~ 164 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 12.1 Aliran Energi Spiritual yang Diterima Orientasi Harta Kekayaan Orientasi Harta Kekayaan
e En
r
ir Sp gi
itu
al
Energi Spiritual
Orientasi Pelanggan
Energi Spiritual
Ene
rgi
Spir
Orientasi Ibadah
Energi Spiritual
Orientasi Pembelaj aran
l itua Spir rgi Ene
itua l
ual pirit gi S r e En Energi Spiritual
Orientasi Proses Internal
Energi Spritual
Ene
rgi
Spir
itua l
Orientasi Bakat
Untuk mendapatkan harta yang berkah, kunci utamanya adalah tercapainya orientasi ibadah. Orientasi ibadah sebagai sentral energi spiritual mengirimkan energi positif pada seluruh orientasi kemaslahatan organisasi. Energi positip orientasi ibadah memberikan dampak kepada individu dan organisasi untuk senantiasa menjaga sikap dan perilaku sesuai dengan tuntutan aqidah dan tuntunan sha>ri’ah. Demikian halnya dengan sikap dan perilaku dalam mendapatkan harta kekayaan. Individu dan organisasi senantiasa menjaga akhlak sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulallah SAW. Di sisi lain, orientasi pembelajaran menciptakan kesadaran, keinginan, harapan dan hasrat pada pencapaian cita-cita untuk meningkatkan kemanfaatan organisasi. Tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi bagi pemangku kepentingan dan lingkungan. Ini merupakan perwujudan dari kekhalifahan. Pelanggan menjadi puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh organisasi. Ujungnya, pelanggan lama menjadi loyal kepada organisasi. Pelanggan baru menjadi lebih mengenal organisasi. Kepuasan dari kedua pelanggan menciptakan orientasi pelanggan. ~ 165 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 12.2 Alokasi Harta untuk Memenuhi Kebutuhan Orientasi Kemaslahatan
Orientasi Harta Kekayaan
Al o As kas et i
i as ok t Al se A Alokasi Aset
Alo k As asi et
si ka Alo set A
Orientasi Pelanggan
Orientasi Proses Internal
Orientasi Ibadah Orientasi Pembelaj aran
Orientasi Bakat
Untuk mendapatkan keberkahan dari pembelanjaan harta, kunci utamanya adalah strategi pengalokasian harta kekayaan. Harta kekayaan yang diperoleh dengan benar dan baik, dialokasikan dengan memenuhi kebutuhan orientasi pelanggan, orientasi pembelajaran, orientasi bakat, orientasi proses internal dan dan orinetasi ibadah. Orientasi harta kekayaan pada dasarnya adalah siklus cara mendapatkan harta kekayaan dan cara membelanjakan harta kekayaan sesuai dengan maqa>s}id al-shari>’ah. Tentu saja yang dimaksud dengan siklus cara mendapatkan dan cara membelanjakan harta kekayaan bukanlah berarti bahwa orientasi harta kekayaan hanya berorientasi pada proses tanpa mempertimbangkan hasil. Justeru dari siklus tersebut terlihat dengan jelas bahwa orientasi harta kekayaan berorientasi hasil. Tidaklah mungkin membelanjakan harta kekayaan kalau siklus orientasi harta kekayaan tidak memiliki outcome. Siklus mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan adalah siklus yang bersifat „tarik‟ atau „pull‟. Itu berarti proses ~ 166 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
membelanjakan harta menarik proses mendapatkan harta. Artinya, Islam mengharuskan umatnya untuk mendapatkan harta yang baik dan benar dalam rangka memenuhi seluruh kebutuhannya. „Tarik‟ dalam konteks Islam adalah keharusan dalam memenuhi seluruh kebutuhan dasar atau mas}lah}ah d}aru>riyah yang mencakup agama (aldi>n), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), harta (al-ma>l) dan akal (al‘aql). Di atas kebutuhan tersebut, pemenuhannya bersifat kondisional. Di sisi lain, pemenuhan terhadap sesuatu yang bersifat kemewahan dan berlebih-lebihan dapat dikelompokan ke dalam sifat pemborosan. Tentu saja hal ini dilarang di dalam Islam. Alasan agar berfokus pada hasil, juga telah diajarkan oleh Siti Hajar ketika berlari-lari dari Bukit Shofa dan Bukit Marwah sebanyak tujuh kali. Siti Hajar hanya fokus mendapatkan sumber mata air untuk minum Ismail anaknya. Siti Hajar tidak memperdulikan usaha yang dilakukannya. Tidak ada terlintas sedikitpun di dalam fikiran Siti Hajar sebelumnya bahwa untuk mendapatkan sumber mata air, dia harus berlari-lari terlebih dahulu sebanyak 7 kali. Seluruh uraian di atas menjelaskan bahwa orientasi harta kekayaan merupakan cara pandang terpeliharanya harta (al-ma>l). Hal ini merupakan jawaban atas pertanyaan „Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, usaha apa yang harus dilakukan dalam mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan?
220 221 222 223 224
225
QS A>li ‘imra>n 3: 14 QS al-Nu>r 24: 33, sebagian ayat tersebut mengatakan „dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu‟ Qal-Nisa> 4: 29, QS al-Nahl 16: 114 QS al-‘Ankabu>t 29: 64 Ahmad Hidayat Buang, “Appreciation of Syari‟ah Principles in Property Management in Contemporary Malaysia Society.” Shariah Journal 16 (2008): 555-566. Mohd Hayati Dahan, Noryati Ahmad dan Faziatul Amillia Mohamad Basir. “Factors Inhibiting Islamic Will Adoption: Focus on Muslim Community.” Paper dipresentasikan pada 3rd International Conference on Business and
~ 167 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
226
227
228
229
230
Economic Research (3rd ICBER 2012) Proceeding, Bandung, Indonesia, (12 13 Maret 2012). Ruslinda Sulaiman, “Realising Maqasid Al-Shariah in Islamic Financial Planning.” The 4E Journal 11, No. 1, 1Q (2011): 13-17. QS al-Nah}l 16: 80 yang artinya „Dan Allah menjadikan bagimu rumahrumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa) nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)‟. Dalam Kitab Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani menjelaskan: Hadits ke-142, Dari Urwah, dari 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa memakmurkan tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun maka ia lebih berhak dengan tanah tersebut." Urwah berkata: Umar memberlakukan hukum itu pada masa khilafahnya (HR. Bukhari). Hadits ke-143, Dari Said Ibnu Zaid Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa menghidupkan tanah mati, maka tanah itu miliknya." Riwayat Imam Tiga. Hadits hasan menurut Tirmidzi dan ia berkata: hadits itu diriwayatkan dengan mursal dan ada perselisihan tentang sahabatnya. Ada yang mengatakan (sahabatnya ialah) Jabir, ada yang mengatakan 'Aisyah, dan ada yang mengatakan Umar. Yang paling kuat ialah yang pertama. Adalah orang-orang yang berhak mendapatkan zakat sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Tawbah 9: 60 „Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana‟. Ancaman dan hukuman akan ditimpakan kepada orang-orang yang tidak membayar zakat adalah sebagaimana dijelaskan oleh Rasulallah (HR Bukhari) dalam hadisnya . Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah, namun tidak mengeluarkan zakatnya, maka harta itu akan dijadikan seperti ular jantan botak (karena banyak racunnya dan sudah lama usianya). Ular itu mempunyai dua taring yang mengalungi lehernya pada hari kiamat. Kemudian ular itu menyengatnya dengan kedua taringnya. Ia mencengkeram kedua rahangnya dengan berkata, 'Saya adalah hartamu, saya adalah simpananmu.' Kemudian beliau membaca ayat, 'Sekali-kali janganlah orang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Tetapi, kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu kelak akan dikalungkan di leher mereka di hari kiamat. Kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.' (Dalam satu jalan periwayatan dengan redaksi yang berbunyi: 'Harta simpanan seseorang
~ 168 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
231
232
233
dari kamu itu besok pada hari kiamat akan menjadi ular jantan yang botak, dan pemiliknya lari menjauhinya. Tetapi, ular itu mengejarnya sambil berkata, 'Aku adalah harta simpananmu.' Rasulullah bersabda, 'Demi Allah, ular itu terus mengejarnya. Sehingga, ia membentangkan tangannya, lalu ular itu mengunyahnya dengan mulutnya.' Sabda beliau selanjutnya, 'Apabila pemilik binatang ternak itu tidak memberikan haknya (zakatnya), niscaya ternak itu akan dikuasakan atasnya pada hari kiamat. Lalu, akan menginjak-injak wajahnya dengan telapak kakinya.' 8/60)." Dalam QS al-Baqarah 2: 261 dijelaskan bahwa „Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiaptiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui‟. Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibubapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS al-Nisa> 4: 11) Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istriistrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar utang-utangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara lakilaki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudarat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun (QS al-Nisa> 4: 12) Menurut Al-Ghaza>li, dalam Mohammad S. Ghazanfar dan Abdul Azim Islahi. “Economic Thought of Al-Ghazali (450-505 A.H. / 1058-1111 A.D.),” Islamic
~ 169 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Economics Research Series, King Abdulaziz University (1997) bahwa seluruh aktifitas ekonomi dilakukan dalam memenuhi tiga kebutuhan dasar manusia yaitu: makanan (food), pakaian (clothing) dan tempat tinggal (shelter). Ketiga kebutuhan dasar ini fleksibel dan inklusif bergantung pada kondisi tempat dan waktu juga harus konsisten terhadap shari>’ah Islam.
~ 170 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
BAGIAN KETIGA
~ 171 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
MENGELOLA SISTEM KINERJA ORGANISASI BERBASIS
MAQA>S}ID AL-SHARI>’AH Sistem kinerja organisasi berbasis maqa>s}id al-shari>’ah atau Mas}lah}ah Performa (MaP) adalah sistem kinerja organisasi yang diterapkan dalam rangka mewujudkan visi manusia untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Visi tersebut dapat dicapai dengan melaksanakan misi hidup manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Visi dan misi dapat terwujud dengan memenuhi kebutuhan dasar organisasi secara berimbang. Kebutuhan dasar organisasi terdiri dari terpenuhinya orientasi: ibadah, proses internal, bakat, pembelajaran pelanggan dan harta kekayaan. Gambar 13.1. Siklus Mendapatkan Harta dan Membelanjakan Harta Orientasi Ibadah Orientasi Proses Internal
Visi: Keselamatan Hidup di Akhirat dan Kesuksesan Hidup di Dunia
Orientasi Bakat
Orientasi Bakat
Misi: Khalifah Allah Orientasi Pembelajaran
Tujuan: Organisasi Berkemaslahatan
Orientasi Pelanggan
Orientasi Pembelajaran
Orientasi Pelanggan Orientasi Harta Kekayaan
~ 172 ~
Mendapatkan Harta
Membelanjakan Harta
Orientasi Proses Internal
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Oleh karena itu, pemenuhan atas tiap-tiap orientasi kemaslahatan organisasi, senantiasa melandaskan pada visi dan misi hidup manusia. Jadi, tidaklah mungkin pemenuhan atas satu orientasi kemaslahatan organisasi dapat memberikan keberlanjutan kemaslahatan apabila dalam proses pemenuhannya tidak merujuk pada visi dan misi hidup manusia. Pemenuhan terhadap kebutuhan dasar organisasi dengan memberikan prioritas utama pada terpenuhinya orientasi ibadah yaitu kebutuhan organisasi dalam menerapkan agama sehari-hari yaitu saat berinteraksi dengan Allah sebagai Yang Maha Pemberi Rizki, pemangku kepentingan dan lingkungan. Seluruh interaksi tersebut dilakukan oleh organisasi sebagai bagian dari peribadatan kepada Allah Sang Maha Pencipta. Prioritas pemenuhan kebutuhan dasar selanjutnya adalah orientasi proses internal yaitu pemenuhan terhadap kebutuhan jiwa organisasi dalam bentuk pengelolaan proses internal di dalam organisasi. Prioritas pemenuhan kebutuhan dasar ketiga adalah orientasi bakat. Orientasi bakat adalah pemenuhan terhadap pengelolaan tenaga kerja berbakat sebagai generasi penerus dalam pengelolaan organisasi. Prioritas pemenuhan kebutuhan dasar setelah itu adalah pemenuhan terhadap kebutuhan akal organisasi, yaitu dalam bentuk pengelolaan kegiatan pembelajaran untuk menjadi organisasi pembelajar. Tingkatan pemenuhan kebutuhan dasar organisasi selanjutnya adalah terpenuhinya orientasi pelanggan. Orientasi pelanggan adalah pemenuhan terhadap kebutuhan pelanggan, baik pelanggan lama maupun calon pelanggan. Tercapainya kebutuhan pelanggan direpresentasikan dengan terpuaskannya para pelanggan. Pelanggan memang bukan segala-galanya bagi organisasi karena Allah adalah Yang Maha Pemberi Rizki. Namun demikian, Islam memandang bahwa pelanggan adalah media pembawa rizki dari Allah kepada organisasi. Oleh karena itu, semakin banyak pelanggan maka semakin besar peluang mendapatkan rizki. Semakin pelanggan loyal kepada organisasi maka semakin tinggi peluang organisasi memperoleh rizki. ~ 173 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sebagai prioritas pemenuhan kebutuhan dasar yang terakhir adalah terpenuhinya orientasi harta kekayaan. Orientasi harta kekayaan adalah pemenuhan kebutuhan dasar organisasi dalam usahanya untuk mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan. Organisasi memperoleh harta melalui siklus terpenuhinya orientasi: ibadah, proses internal, bakat, pembelajaran dan pelanggan. Organisasi membelanjakan harta melalui pengalokasian asset pada orientasi: pelanggan, pembelajaran, bakat, proses internal, dan ibadah. Sistem kinerja organisasi Mas}lah}ah Performa (MaP) adalah sistem kinerja organisasi yang memandang bahwa harta kekayaan bukanlah tujuan utama dalam menciptakan organisasi tetapi harta kekayaan adalah sarana untuk mencapai tujuan utama hidup manusia yaitu mendapatkan keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Visi tersebut dapat dicapai dengan melaksanakan misi hidup manusia sebagai khalifah Allah di bumi.
TIGA BELAS: SIKLUS PDCA SISTEM KINERJA MaP Awali suatu pekerjaan dengan membuat perencanaan. Jangan simpan perencanaan dalam satu kemasan. Laksanakan pekerjaan sebagaimana yang direncanakan. Awasi pekerjaan apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan. Berbuatlah sesuatu dan jangan diam berpangku tangan.
Siklus PDCA identik dengan sistem manajemen Jepang. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena meskipun pemrakarsa siklus PDCA adalah Edward Deming berkebangsaan Amerika, namun Bangsa Jepanglah yang mempopulerkan siklus ini. Pada masa pasca Perang Dunia II, Negara Jepang mengalami kehancuran akibat bom atom dari negara sekutu di Hiroshima dan Nagasaki. Bangsa Jepang mendapatkan pengajaran siklus PDCA dari Deming melalui perkuliahan yang dilakukan pada tahun 1950. Bangsa Jepang ~ 174 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
selanjutnya menerapkan siklus PDCA pada kegiatan Quality Control (QC) dan Total Quality Control (TQC) di bidang bisnis terutama manufaktur. Berkat penerapan siklus PDCA, Bangsa Jepang bangkit dari keterpurukan kekalahan Perang Dunia II. Industri Jepang mulai merambah dunia. Jepang bangkit dalam segala aspek kehidupan. Pada tahun 1970an industri Jepang sudah benar-benar menguasai dunia. Kita masih ingat, pada tahun 1970-an berbagai produk Jepang membanjiri dunia. Pada saat itu, Jepang mendapatkan tuduhan dari mahasiswa Indonesia sebagai negara penguasa perekonomian Indonesia. Puncaknya adalah ketika Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei melakukan kunjungan ke Jakarta pada 14-17 Januari 1974. Mahasiswa yang dipimpin oleh Hariman Siregar menyambutnya dengan demonstrasi di Halim Perdanakusuma. Peristiwa tersebut selanjutnya dikenal sebagai Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari). Bangsa Amerika mulai mengadopsi siklus PDCA pada tahun 1986 melalui perkuliahan yang dilakukan oleh Deming. Ketertarikan Amerika menerapkan siklus PDCA pada segala sisi kehidupan terutama industri dan bisnis, tidak terlepas dari keberhasilan Jepang dalam mengadopsi siklus PDCA. Itu artinya, Amerika sebagai negara maju, saat itu sudah terlambat 30 tahun dibandingkan Jepang Penerapan siklus PDCA bagi industri dan bisnis, pada dasarnya adalah penerapan metodologi sain dan tekhnologi ke dalam kedua bidang tersebut. Siklus PDCA (Moen, 2012)234 adalah siklus empat langkah pemecahan masalah meliputi plan, mendefinisikan problem dan hipotesis tentang penyebab masalah dan usulan solusi. Do, menerapkan solusi. Check, mengevaluasi hasil. Action, mengambil tindakan perbaikan dan melakukan standardisasi juga peningkatan. PDCA menekankan proses pencegahan terhadap berulangnya kesalahan yang sama.
~ 175 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Langkah standardisasi dapat diibaratkan sebagai pengganjal dari satu siklus PDCA ke siklus PDCA berikutnya. Hal ini dilakukan agar proses perbaikan dan peningkatan yang dilakukan menuju ke arah yang dikehendaki.
Siklus PDCA adalah pendekatan manajemen yang bersifat generik. Siklus PDCA memiliki kelebihan yaitu dapat diaplikasikan pada segala jenis aktifitas. Pengembangan langkah-langkah pada siklus PDCA dilakukan sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, dalam lingkup proses peningkatan (improvement), siklus PDCA diadaptasi menjadi enam langkah proses peningkatan235 yaitu: mendefinisikan kemungkinan untuk peningkatan, menggambarkan proses saat ini, melakukan analisa proses saat ini, merencanakan dan menerapkan perubahan, melakukan dengan cara yang baru, memvalidasi perubahan dan meneruskan proses peningkatan. Sebagai metodologi penerapan kinerja MaP, siklus PDCA diterapkan sbb: plan merencanakan kinerja, do melaksanakan kinerja, check mengevaluasi penerapan kinerja dan action memperbaiki, men-standardisasi kinerja dan meningkatkan kinerja. Sistem kinerja MaP dilakukan dengan motodologi siklus sebagaimana Gambar 13.2. Terdapat delapan langkah sistem kinerja MaP. Sehingga metodologi sistem kinerja MaP disebut juga dengan delapan langkah sistem kinerja kemaslahatan. Langkah pertama sistem kinerja MaP adalah menyusun perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah proses menetapkan tujuan dan sasaran organisasi, baik jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek. Proses perencanaan strategis dituangkan dalam bentuk Grand Strategi yaitu Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), Rencana Jangka Menengah Perusahaan (RJMP) dan Rencana Kerja & Anggaran Perusahaan (RKAP). Langkah kedua sistem kinerja MaP adalah mengidentifikasi fondasi yang diperlukan untuk mencapai orientasi kemaslahatan. Langkah ini merupakan langkah mengidentifikasi infrastruktur ~ 176 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kemaslahatan yang kemaslahatan.
harus
disediakan
untuk
satu
orientasi
Gambar 13.2 Siklus PDCA Sistem Kinerja MaP Menyusun Perencanaan Strategis Melakukan Tindak Lanjut
1
Mengidentifikasi Fondasi Kemaslahatan
8
Melakukan Pemantauan
2
Mas}lah}ah Scorecard (MaSC)
7
6
Menerapkan Kinerja
Menentukan Perilaku Kemaslahatan 3
4
Menentukan Ukuran
5
Menyepakati Kontrak Kinerja
Langkah ketiga sistem kinerja MaP adalah menentukan perilaku yang dibutuhkan bagi tiap-tiap orientasi kemaslahatan. Perilaku kemaslahatan adalah sikap, sifat, perilaku, nilai yang harus dimiliki oleh organisasi sebagai modal dasar menjadi organisasi yang memberikan kemanfaatan untuk seluruh pemangku kepentingan. Langkah keempat sistem kinerja MaP adalah menentukan ukuran untuk mengukur kinerja MaP. Ukuran merupakan indikator yang menunjukan keberhasilan atau kesuksesan organisasi dalam mencapai sasaran strategis. Sementara formula adalah pendekatan, rumus atau cara menghitung ukuran kinerja. ~ 177 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Langkah kelima sistem kinerja MaP adalah menyepakati kontrak kinerja. Terdapat beberapa tahapan dalam membuat kontrak kinerja yaitu menentukan target, menetapkan kontrak. Target dapat berbentuk waktu, prosentase, jumlah, frekuensi, rasio dll. Target sebaiknya berbentuk kuantitatif. Target dapat saja berbentuk kualitatif, tetapi agar mudah dimengerti oleh seluruh unit kerja dan staff, maka target sebaiknya disusun dalam suatu range atau interval. Langkah keenam sistem kinerja MaP adalah menerapkan kinerja kemaslahatan (do). Tahap ini merupakan tahap menjalankan seluruh perencanaan kinerja. Tentunya diharapkan seluruh target yang telah ditetapkan dapat tercapai. Langkah ketujuh sistem kinerja MaP adalah melakukan pemantauan terhadap sistem kinerja MaP. Pemantauan kinerja dilakukan dengan memantau kinerja kemaslahatan individu/fungsi kerja, melakukan proses coaching dan memantau kinerja kemaslahatan organiasi. Langkah kedelapan sistem kinerja MaP adalah melakukan tindak lanjut yang terdiri atas dua sub aktifitas yaitu: memberikan penghargaan, melakukan tindakan peningkatan.
234
235
(-), “The PDCA Improvement Process A Guide To Foster Continuous Improvement, Customer Satisfaction And Teamwork”, Quality Journal, (April 1995) “The PDCA Improvement Process, A Guide to Foster Continuous Improvement, Customer Satisfaction and Teamwork,” Quality Journal, April, 1995, http://logmgt.nkmu.edu.tw/news/articles/The%20PDCA%20Improvement%20 Process.pdf (diakses 14 September 2012).
~ 178 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
EMPAT BELAS: MENYUSUN PERENCANAAN STRATEGIS Langkah pertama sistem kinerja MaP adalah menyusun perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah proses menetapkan tujuan dan sasaran organisasi dalam bentuk grand design jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. Visi jangka panjang organisasi adalah untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Misi jangka panjang organisasi adalah terwujudnya pengelolaan organisasi sebagai perwujudan khalifah Allah di bumi. Tujuan jangka panjang organisasi adalah terwujudnya organisasi yang memberikan kemaslahatan (Gambar 13.1). Melalui perencanaan strategis, organisasi dapat memastikan pendayagunaan seluruh sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. A. Menyusun RJPP, RJMP dan RKAP Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) adalah gambaran grand design cita-cita organisasi untuk mewujudkan organisasi yang berkemaslahatan. Cita-cita besar untuk mencapai keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Citacita dapat terwujud dengan menyelaraskan tugas pengelolaan organisasi sebagai pelaksaaan tugas khalifah Allah di bumi. Rencana Jangka Menengah Perusahaan (RJMP) adalah tujuan dan sasaran organisasi dalam masa 5 tahunan. RJMP memberikan arah perkembangan yang hendak dicapai dalam 5 tahun yang akan datang. Tentu saja arah perkembangan tersebut didukung dengan sumber daya yang harus dimiliki. RJMP juga menjelaskan tentang kebijakan dan prioritas- prioritas strategi. RJMP harus dapat memastikan perencanaan lima tahunan organisasi terhubung secara jelas kepada RJPP. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) adalah rencana program kerja terukur yang harus dicapai dalam masa satu ~ 179 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
tahun. RKAP merupakan operasionalisasi dari RJMP. Agar target jangka menengah dapat tercapai, organisasi harus membagi target jangka menengah ke dalam target tahunan. Tujuan utama RKAP adalah untuk mempermudah pencapaian target jangka menengah sebagaimana yang dijabarkan pada RJMP. RKAP harus dapat memastikan aktifitas rutin organisasi terhubung secara jelas kepada RJMP. Dengan demikian, aktifitas rutin organisasi pada hakekatnya menuju kepada satu tujuan yang jelas dan terorganisir yaitu tercapainya RKAP, RJMP dan RJPP. Pearce dan Robinson236 menyebutkan bahwa agar tujuan jangka pendek efektif dan berkualitas maka tujuan jangka pendek harus memiliki karakteristik: measurable yaitu tujuan jangka pendek harus terukur. Priorities, meskipun semua tujuan jangka pendek adalah penting namun dengan pertimbangan waktu dan tingkat kepentingan maka penyusunan target jangka pendek harus dipilih berdasarkan prioritas. Link atau terhubung dengan tujuan jangka menengah, yaitu menentukan tujuan jangka pendek yang terhubung atau terkait dengan tujuan jangka menengah. Beberapa aspek penting dalam menyusun perencanaan strategis adalah Keunggulan yang didorong oleh shari>ah (maqa>sid al-shari>ah driven) bukan oleh pelanggan (customer driven). Yaitu pandangan strategis mengenai keunggulan organisasi yang berfokus kepada kesesuaian terhadap shari>ah. Kepuasan pemangku kepentingan memang sangatlah penting tetapi kesesuaian terhadap shari>ah adalah yang utama. Kesesuian terhadap shari>ah dimaksudkan agar kesinambungan kemanfataan organisasi dapat diwujudkan. Perbaikan kinerja, juga proses inovasi baik di tingkat individu, unit kerja maupun di tingkat organisasi yang memberikan kontribusi pada produktivitas, pertumbuhan dan daya saing bagi organisasi secara keseluruhan. Pembangunan kapabilitas operasional seperti kecepatan proses, cepat tanggap terhadap bencana, kegesitan juga fleksibilitas organisasi. ~ 180 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Proses pembelajaran baik di tingkat individu, unit kerja maupun di tingkat organisasi. Pembelajaran diperlukan dalam rangka mengantisipasi juga menanggapi berbagai perubahan lingkungan yang bergerak tidak beraturan (turbulence).
Rencana strategis merupakan hasil analisis tentang potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh organisasi. Potensi merupakan penjabaran dari kompetensi inti yang dimiliki oleh organisasi. Termasuk di dalamnya adalah kondisi internal organisasi dan kapabilitas organisasi. Analisis potensi adalah proses menganalisis kekuatan yang dimiliki oleh organisasi. Kompetensi inti merupakan modal utama bagi organisasi dalam mewujudkan tujuan dan sasaran strategis. Analisis tentang tantangan, berkaitan dengan proses mengidentifikasi berbagai kelemahan. Kelemahan yang dimiliki oleh organisasi harus segera ditopang oleh berbagai strategi, agar tidak menjadi titik lemah bagi organisasi. Tantangan yang dihadapi oleh organisasi harus segera dipecahkan agar tujuan dan sasaran strategis dapat terwujud. Tantangan yang dihadapi oleh organisasi dapat berasal dari internal organisasi juga dari lingkungan organisasi. Tantangan dari internal organisasi, dapat berbentuk keterbatasan sumber daya ataupun keterbatasan pengusaan tekhnologi. Tantangan dari lingkungan organisasi dapat berupa perubahan regulasi, perubahan lingkungan alam, kompetisi dari pesaing lama maupun pendatang baru, perubahan tekhnologi, perubahan perilaku konsumen, perubahan sosial, keterbatasan akses, perubahan politik dsbnya. Penilaian terhadap lingkungan eksternal organisasi merupakan langkah yang penting. Sebagaimana diketahui, situasi lingkungan organisasi bersifat dinamis. Mengambil istilah fisika, entropi sistem selalu bernilai posisitp. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat. Perubahan lingkungan organisasi berwajah dua. Perubahan dapat menjadi kesempatan atau harapan apabila organisasi menghadapinya dengan ~ 181 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kesiapan. Di sisi lain, perubahan lingkungan organisasi menjadi ancaman apabila organisasi menghadapinya dengan ketidaksiapan. Hasil analisis tentang potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh organisasi, menjadi bahan pertimbangan bagi organisasi untuk menyusun berbagai alternatif strategi. Strategi disusun berdasarkan matrik dari tiap-tiap komponen SWOT (strength – weakness – opportunity – threaths). Strategi pertama disusun untuk suatu kondisi dimana organisasi memiliki kekuatan dan berkombinasi dengan kesempatan yang ada di lingkungan. Strategi yang kedua disusun untuk suatu kondisi dimana organisasi memiliki kekuatan dan berkombinasi dengan ancaman yang ada di lingkungan. Strategi yang ketiga disusun untuk suatu kondisi dimana organisasi memiliki kelemahan dan berkombinasi dengan kesempatan yang ada di lingkungan. Strategi yang keempat disusun untuk suatu kondisi dimana organisasi memiliki kelemahan dan berkombinasi dengan kesempatan yang ada di lingkungan. Grand design disusun sebagai gambaran langkah strategis yang harus dilakukan dalam rangka mencapai visi organisasi. Grand design menjabarkan segala hal menyangkut sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai visi organisasi. Dari sekian banyak pilihan strategi yang telah dibuat, organisasi harus menetapkan strategi prioritas sebagai strategi utama. Penentuan strategi utama dilakukan dengan cara melakukan rank dari seluruh usulan strategi. Strategi yang memiliki rank paling tinggi menjadi strategi utama. Penentuan rank dapat dilakukan dengan melalui berbagai faktor pertimbangan seperti tingkat kepentingan, biaya yang harus dikeluarkan, sumber daya manusia, waktu yang dibutuhkan, ataupun tingkat kesulitan dalam menerapkan strategi.
~ 182 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 14.1. Penilaian Prioritas Strategi Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4
Score Rank Pertimbangan Kepentingan Biaya SDM Waktu Kesulitan 4 3 3 4
3 4 3 2
1 2 4 3
2 3 2 1
3 4 2 2
13 16 14 12
3 1 2 4
Keterangan: Nilai 4 menunjukan pertimbangan sangat berpengaruh. Nilai 3 menunjukan pertimbangan berpengaruh. Nilai 2 menunjukan pertimbangan tidak berpengaruh. Nilai 1 menunjukan pertimbangan sangat tidak berpengaruh. B. Sasaran Strategis Sasaran strategis merupakan sasaran perantara menuju tujuan utama. Sasaran strategis berfungsi sebagai batu pijakan dari serangkaian tangga kemaslahatan. Seorang pendaki gunung memiliki tujuan utama pendakian hingga mencapai puncak gunung. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, dia telah merancang beberapa sasaran perantara pendakian. Sasaran perantara pendakian diperlukan sebagai bentuk strategi mengkonsolidasikan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan pendakian. Pendakian ke puncak Gunung Lawu dapat dilakukan dengan menentukan sasaran perantara pendakian di dua tempat (basecamp) yang berbeda yaitu Cemorokandang di Tawangmangu, Jawa Tengah, serta Cemorosewu, di Sarangan, Jawa Timur. Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air yaitu Sendang Panguripan dan Sendang Drajat. Pendakian Gunung Ciremai yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, dapat dilakukan dari arah timur melalui Linggarjati, dari arah selatan melalui Palutungan dan dari arah barat melalui Maja. Dari ketiga jalur tersebut, Jalur Linggarjati ~ 183 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dan Palutungan adalah jalur yang dianjurkan oleh pihak Perhutani sebagai pengelola kawasan hutan Gunung Ciremai. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh sasaran strategis. Pearce dan Robinson, Jr237 menyebutkan karakteristik tersebut adalah: keberterimaan, yaitu dapat diterima oleh organisasi maupun unit kerja di bawahnya. Fleksibel yaitu sasaran strategis harus dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Mampu terukur, yaitu sasaran strategis harus dapat diukur pencapaiannya. Pengertian yang dapat diukur adalah mencangkup waktu pencapaiannya maupun besaran atau nomimal pencapaiannya. Motivasi yaitu sasaran strategis sebaiknya dapat memotivasi individu di dalam organisasi maupun unit kerja organisasi untuk dapat mencapainya. Cocok yaitu sasaran strategis harus cocok atau saling mendukung dengan sasaran strategis lainnya. Tidaklah mungkin menyusun satu sasaran strategis yang saling bertentangan dengan sasaran strategis lainnya. Dapat dipahami yaitu sasaran strategis harus dapat dipahami oleh semua individu maupun unit kerja. Mampu dicapai, yaitu sasaran strategis harus dalam kisaran yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Beberapa sasaran strategis bagi organisasi yang berbasis maqa>sid al-shari>’ah diantaranya: 1. Mewujudkan pengelola organisasi yang visioner. Pengelola organisasi yang visioner memiliki visi hidup yang jelas dan berjangka panjang yaitu visi untuk meraih kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat238. Untuk meraih kebaikan tersebut, dia senantiasa mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan dari Yang Maha Pencipta, Yang Maha Pengatur, Yang Maha Pemberi Rizki239. Pengelola organisasi yang visioner mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada di lingkungan sekitar, sepanjang perubahan tersebut tidak bertentangan dengan shari>’ah. Sasaran strategis mewujudkan pengelola organisasi yang visioner bertujuan menciptakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan organisasi sebagai orang yang memiliki visi ~ 184 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
jangka panjang yaitu visi yang tidak hanya melihat organisasi sebagai tujuan mencapai kesuksesan di dunia, tetapi juga untuk meraih keselamatan di akhirat. Orang yang memiliki visi kehidupan dunia maupun akhirat akan senantiasa menjaga tindak tanduknya sebagaimana tuntunan di dalam shari>’ah dan tuntutan dalam aqidah Islam. 2.
Mewujudkan fungsi sosial organisasi. Sasaran strategis mewujudkan fungsi sosial organisasi memiliki posisi yang sangat tinggi dalam mengejawantahkan fungsi kekhalifaan organisasi, khususnya untuk memberikan kemaslahatan bagi pemangku kepentingan. Salah satu program perwujudan fungsi sosial organisasi adalah melalui kegiatan CSR dan kemitraan.
3.
Meningkatkan fungsi ekonomi. Organisasi harus mampu mengantisipasi segala bentuk perubahan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal organisasi. Perubahan internal maupun eksternal organisasi memberikan dampak secara ekonomis bagi organisasi. Oleh karena itu, organisasi harus membuat disain sistem kerja dan proses kerja dan melaksanakannya secara konsisten. Disain dan pelaksanaan sistem kerja dan proses kerja harus memberikan kontribusi secara ekonomis bagi organisasi. Perwujudan peran ekonomi organisasi ditunjukan dengan peningkatan efisiensi biaya produksi. Efisiensi berarti mengurangi tingkat kesalahan, menghilangkan pemborosan waktu, mengurangi pemborosan barang defect, meningkatkan jumlah usulan perbaikan, mengurangi kegiatan non-value added juga pengurangan biaya proses produksi.
4.
Mewujudkan keadilan. Keadilan berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Penghargaan atas kinerja sesuai dengan pencapainnya. Adil bagi organisasi juga adil bagi tenaga kerja. Adil bagi ~ 185 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
organisasi juga adil bagi para pemasok. Adil bagi organisasi juga adil bagi para pelanggan. Adil bagi organisasi juga adil bagi lingkungan. 5.
Menciptakan produktifitas yang tinggi. Produktif berarti meningkatnya jumlah produksi atau layanan. Produktif juga berarti efisien dalam memproduksi. Jumlah produk yang defect menurun. Biaya kualitas pun menurun. Keuntungan organiasi menjadi meningkat.
6.
Menjamin Keberlanjutan Kepemimpinan Tenaga kerja berbakat yang memiliki kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi pengelolaan organisasi menjadi penerima estafet kepemimpinan dalam pengelolaan organisasi. Tenaga kerja berbakat merupakan modal dasar bagi keberlanjutan kepemimpinan dalam pengelolaan organisasi. Ini merupakan solusi bagi permasalahan yang timbul pada saat ini. Khususnya di Indonesia dimana perkembangan lembaga keuangan shari>’ah tidak dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja berbakat yang memiliki kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi pengelolaan organisasi.
7.
Meningkatkan kepuasan tenaga kerja berbakat Lingkungan yang kondusif adalah lingkungan yang dapat membangkitkan motivasi tenaga kerja berbakat sehingga senantiasa merasa berbahagia berada di lingkungan kerja. Perasaan berbahagia muncul apabila mereka mendapatkan kepuasan di dalam bekerja. Oleh karenanya, kepuasan tenaga kerja berbakat menjadi sasaran strategis yang harus dicapai oleh organisasi.
8.
Meningkatkan pemberdayaan tenaga kerja. Salah satu metode untuk meningkatkan motivasi kerja bagi para pekerja adalah dengan melibatkan mereka dalam ~ 186 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
pengambilan keputusan ataupun aktifitas lainnya sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Tenaga kerja didorong untuk dapat menyampaikan usulan atau saran kepada manajemen dan selanjutnya pihak manajemen menindaklanjuti usulan tersebut. Dalam sistem manajemen mutu, kegiatan pengajuan sumbang saran disebut suggestion system. 9.
Terbangunnya budaya kerja pembelajar. Budaya kerja pembelajar membawa pada situasi dimana tenaga kerja berbakat menjadi kreatif dan inovatif. Tenaga kerja berbakat menjadi terbiasa berada dalam lingkungan yang mengutamakan proses perbaikan dan peningkatan serta bersudut pandang pencapaian tujuan (goal achievement). Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah banyaknya jumlah usulan perbaikan. Pengembangan metode dalam melaksanakan pekerjaan, terus menerus dilakukan. Jumlah produksi meningkat, tingkat kesalahan menurun. Waktu pengerjaan tugas (tack time) menjadi lebih cepat. Kegiatan non value added dapat dikurangi. Respon tenaga kerja berbakat terhadap ketidak puasan dari para pelanggan semakin cepat. Hal ini berimbas pada kepuasan pemangku kepentingan terutama para pelanggan, tingkat komplenpun menurun.
10. Terintegrasinya infrastuktur IT sebagi media pembelajar. Michael Wade dan John Hulland (2004)240 mengungkapkan bahwa sumber daya sistem informasi dapat menjadi penggerak penting bagi organisasi untuk menciptakan keunggulan kompetitip dan kinerja jangka panjang asalkan bersifat unik, bernilai dan tidak dapat ditiru oleh kompetitor. Sementara Maris Martinsons, Robert Davison, Dennis Tse (1999)241 menjelaskan bahwa penggunaan sistem informasi dapat meningkatkan produktifitas individu. ~ 187 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Dalam penerapannya, kinerja sistem informasi harus dapat diukur dengan dua hal yaitu: pertama, efisiensi aktifitas yang berkaitan dengan pengembangan dan operasi sistem informasi. Kedua, kontribusi sistem informasi untuk meningkatkan produktifitas individu. Mereka mengatakan efisiensi berkaitan dengan proses internal sedangkan efektifitas ditujukan pada nilai organisasi dan berorientasi pada user. 11. Terbangunnya sistem reward berbasis pembelajar. Sistem sumbang saran (Jacobson, 2009)242 adalah hal yang paling penting di dalam menerapkan kaizen. Sistem ini merupakan salah satu ciri atau karakteristik dari budaya kaizen. Sistem sumbang saran dapat memberdayakan tiaptiap individu yang terlibat dalam pemecahan permasalahan. Setiap usulan akan menerima respon dan setiap kesuksesan atas penerapan usulan akan dihargai dengan penghargaan (reward). Hal ini merangsang semua orang untuk melakukan perbaikan. 12. Meningkatkan kepuasan pelanggan. Pelanggan adalah media rizki yang disampaikan Allah kepada organisasi. Sehingga peningkatan jumlah pelanggan berbanding lurus dengan rizki yang dihantarkan. Semakin banyak pelanggan maka semakin tinggi peluang untuk mendapatkan rizki. Di sisi lain, peningkatan jumlah pelanggan juga harus dibarengi dengan meningkatnya tingkat kepuasan pelanggan kepada organisasi. Semakin merasa puas maka pelanggan semakin loyal kepada organisasi. Pelanggan yang loyal tidak akan berpindah kepada yang lain. Pelanggan yang loyal justru dapat menjadi media pemasaran yang baik bagi organisasi. Pelanggan akan merekomendasikan organisasi kepada calon pelanggan yang lain. ~ 188 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
13. Mewujudkan pemberdayaan pelanggan. Pemberdayaan pelanggan berarti mengikutsertakan pelanggan dalam menentukan input, proses, dan output sistem kerja yang dilakukan oleh organisasi. Hal penting dalam proses pemberdayaan pelanggan adalah kesukarelaan pelanggan untuk menjadi bagian dari proses keterlibatan pelanggan. Organisasi tidak mungkin melakukan proses pemberdayaan pelanggan apabila pelanggan tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam proses ini. Keterlibatan pelanggan semakin meningkat apabila organisasi memiliki kecepatan respon yang tinggi terhadap harapan, informasi, umpan balik, keluhan atau ketidak puasan pelanggan. 14. Mewujudkan Double Profit. Siklus mendapatkan dan membelanjakan harta memberikan pelajaran bahwa situasi yang terbaik adalah pendapatan lebih besar dari pada pembelanjaan. Surplus pendapatan terhadap pembelanjaan dalam konteks organisasi berarti profit. Situasi ini menjadi pendorong bagi organisasi untuk senantiasa berfokus pada surplus 2 kali antara pendapatan dan pembelanjaan. 15. Mewujudkan kebersihan harta Harta kekayaan yang diperoleh, harus dibersihkan melalui proses pensucian harta yaitu zakat243. Zakat disamping berfungsi sebagai pen-suci juga berfungsi sebagai pengungkit (leverage)244 pendapatan. Hal ini terjadi karena zakat dapat meningkatkan keberkahan bagi harta yang tertinggal. Dalam hal ini, pembayaran zakat disamping sebagai sasaran strategis juga dapat berfungsi sebagai inisiatif strategis. 16. Mewujudkan organisasi yang efisien. Dalam membelanjakan harta, organisasi harus mengutamakan pos pengeluaran yang memiliki prioritas ~ 189 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
tinggi. Terpenuhinya kebutuhan dasar merupakan prioritas utama dari proses membelanjakan harta. Tidak boros tetapi juga tidak terlalu kikir merupakan sifat yang selalu diajarkan oleh Rasulallah SAW. Organisasi seharusnya efisien dan efektif dalam mengelola pos pengeluaran. 17. Mewujudkan organisasi yang patuh dan konsisten. Sasaran strategis ini bertujuan untuk menciptakan individu pengelola organisasi yang patuh terhadap shari>’ah maupun regulasi organisasi. Kepatuhan yang dimiliki tentunya kepatuhan yang secara konsisten atau terus menerus, bukan kepatuhan yang sifatnya temporer. Patuh yang bukan karena ada keinginan tertentu, tetapi patuh karena Allah. 18. Menciptakan organisasi yang memiliki fleksibilitas dan kecekatan terhadap perubahan. Fleksibel dan cekat adalah sikap organisasi yang merespon baik dan dilakukan dengan cepat terhadap segala bentuk perubahan. Perubahan dapat disebabkan oleh adanya perubahan regulasi, lingkungan persaingan, persyaratan pelanggan, perubahan harapan pemangku kepentingan dsbnya. Dalam merespon perubahan, organisasi tidak saja fleksibel, tetapi juga cekatan terhadap perubahan. Fleksibel tanpa cekatan berpotensi tergilasnya organisasi oleh perubahan lingkungan. Tentu saja, untuk mewujudkan organisasi yang berkemaslahatan, tidak hanya dengan menyusun sasaran strategis seperti di atas. Masih ada sasaran strategis lain yang dapat disusun. Hal ini tergantung pada jenis dan bentuk organisasi. C. Inisiatif Strategis Abu Ishāq al-Shāt}ibi menjelaskan bahwa menjaga agama dilakukan melalui dua strategi yaitu pertama dengan menciptakan kondisi yang dapat memfasilitasi ibadah dan kedua dengan melaksanakan ibadah itu sendiri. Inisiatif yang pertama oleh Abu ~ 190 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Ishāq al-Shāt}ibi disebut dengan pendekatan al-wuju>d. Penerapannya adalah melalui pelaksanaan syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji245. Syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji dilaksanakan untuk meningkatkan intensitas ibadah di dalam diri. Sementara inisiatif yang kedua adalah pendekatan al-‘adam yang pada hakekatnya adalah inisiatif bersifat preventive – proaktif. Penerapannya adalah dengan diberlakukannya hukum jihad untuk melindungi agama246. Muhammad Abu> Zahrah (1958)247 menggunakan istilah almuh}a>fizatu ‘ala> al-di>n atau jaminan keselamatan agama yang dilakukan dengan cara menghindari timbulnya fitnah dan keselamatan dalam agama serta mengantisipasi dorongan hawa nafsu dan perbuatan-perbuatan yang mengarah pada kerusakan secara penuh. Sebagaimana hadist Rasulallah SAW yang mengingatkan kepada umat manusia untuk senantiasa menjaga agama yang dimiliki dengan cara menahan hawa nafsu berupa berlomba-lomba mencari harta dunia248. Muhammad Abu> Zahrah mempertimbangkan bahwa penjagaan terhadap agama dilakukan dengan dorongan dari dalam diri sendiri yaitu berupa menahan hawa nafsu dunia yang dapat melupakan kepentingan agama. Ini merupakan inisiatif untuk membangkitkan jiwa / ruhiyah. Senada dengan Muhammad Abu> Zahrah, M. Umer Chapra 249 (2007) mengatakan bahwa memelihara agama adalah dengan cara membersihkan atau mensucikan jiwa terlebih dahulu250. Hal ini menjadi dasar bagi M. Umer Chapra untuk menempatkan urutan pemenuhan pemeliharaan jiwa pada urutan pertama pemenuhan kebutuhan dasar. Setelah kebutuhan jiwa terpenuhi, inisiatif untuk memelihara agama adalah dengan menjaga perilaku dan tata nilai (values) di kehidupan sehari-hari, memberikan motivasi (motivation) dalam melaksanakan agama dan yang ketiga melalui pendidikan (education). Bila diamati maka ketiga inisiatif yang dijelaskan oleh M. Umer Chapra adalah dengan membangkitkan jiwa / ruhiyah berupa menjaga perilaku dan tata nilai di kehidupan sehari-hari, memberikan motivasi dan pembiasaan atau standardisasi pendidikan / education. ~ 191 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Naail Mohammed Kamil (n.d)251 menjelaskan bahwa inisiatif yang harus dilakukan untuk menjaga dan memelihara agama adalah melalui ritual peribadatan atau ibadah, bersikap memaafkan atau ala’fw, keyakinan yaitu beriman kepada Allah dan dzikir mengingat Allah atau zikrullah. Pelaksanaan ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan ibadah haji akan meningkatkan hubungan spiritualitas antar manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia. Apabila aktifitas ritual ibadah tidak dijaga secara teratur maka akan menyebabkan hubungan spiritualitas menjadi lemah. Allah telah mewajibkan ibadah melalui aktifitas harian, contoh shalat lima waktu. Mingguan, contoh shalat jumat dan tahunan, contoh puasa Bulan Ramadhon. Hal ini akan memperkuat dan meningkatkan keyakinan dan membersihkan hati dari kesalahan dan dosa. Dzikrullah yaitu aktifitas mengingat Allah oleh para tenaga kerja di lingkungan kerja, dilakukan agar dapat memperkuat ikatan spiritual antara para tenaga kerja dengan Allah sehingga pada saat pengambilan berbagai keputusan di tempat kerja akan melibatkan intervensi Allah. Taubah dan memaafkan secara operasional, merujuk pada pemberian toleransi dan menghapus rasa bersalah serta membalas keburukan dengan kebaikan sehingga orang yang melakukan kesalahan mendapatkan ampunan dari Allah. Iman kepada Allah secara operasional menyiratkan kesetiaan kepada Allah di tempat kerja, bersamaan dengan usaha untuk mencapai target pekerjaannya. Untuk mencapai sasaran strategis orientasi ibadah beberapa inisiatif yang dapat dilakukan adalah strategi dzikrullah. Sebagaimana dijelaskan oleh Naail Mohammed Kamil (n.d) yaitu aktifitas mengingat Allah dengan berdoa bersama oleh para tenaga kerja di lingkungan kerja. Kegiatan tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan membaca al-Quran sebelum bekerja. Kegiatan dzikrullah bertujuan untuk meningkatkan gairah spiritualitas bagi tenaga kerja di lingkungan kerja. Hal ini diperlukan untuk menjaga semangat beribadah di lingkungan kerja. Inisiatif strategis mengintegrasikan sistem penilaian kinerja dengan spiritual quotient (SQ). Item yang dapat diintegrasikan ~ 192 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dalam penilaian kinerja diantaranya hafalan beberapa ayat al-Quran atau hadist, puasa sunah, shalat tahajud, shalat dhuha, i‟tikaf, infaq sodaqoh, dsbnya. Jenis item disesuaikan dengan kondisi di area kerja. Tujuan mengintegrasikan kegiatan ibadah ke dalam sistem penilaian kinerja adalah agar kegiatan ibadah dapat menjadi kebiasaan yang melekat pada diri tenaga kerja. Inisiatif strategis pemberdayaan umat adalah dalam rangka meningkatkan fungsi sosial organisasi. Program dapat saja dilakukan langsung oleh organisasi, tetapi dapat juga bekerja sama dengan lembaga sosial lainnya. Program dapat berbentuk pendidikan, layanan kesehatan, penyuluhan, sosialisasi, beasiswa, kewirausahaan, bina lingkungan, pendampingan dll. Sementara untuk menjaga dan melindungi jiwa, Muhammad Abu> Zahrah (1958) menjelaskan tentang inisiatif yang harus dilakukan. Zahrah menggunakan kalimat al-muh}a>fizatu ‘ala> al-nafs atau jaminan keselamatan jiwa yaitu jaminan keselamatan atas hak hidup yang terhormat dan mulia. Termasuk dalam jaminan keselamatan jiwa adalah jaminan keselamatan nyawa, anggota badan dan terjaminnya kehormatan kemanusiaan seperti kebebasan memilih profesi, kebebasan berfikir atau mengeluarkan pendapat, kebebasan berbicara, kebebasan memilih tempat tinggal. Adapun menurut Abu Ishāq al-Shāt}ibi, kebutuhan jiwa dapat terjamin dengan menciptakan kondisi untuk kelangsungan hidup yaitu melalui pendekatan al-wuju>d yang dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan makan dengan makanan bergizi, menjaga kesehatan, kebutuhan sandang, juga kebutuhan papan. Juga dengan pendekatan al-‘adam yaitu dengan jina>ya>t seperti qis}as}, diyat, had dan ta’zir. Untuk mewujudkan keadilan, organisasi melakukan inisiatif dengan memperkenalkan produk-produk baru yang bebas riba. Sehingga membuat pelanggan memiliki banyak pilihan. Disamping juga meningkatkan posisi tawar organisasi dibandingkan dengan kompetitor. Tidak boleh dilupakan bahwa produk yang bebas riba, sebagai realisasi terhadap maqa>s}id al-shari>’ah. ~ 193 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Beberapa perusahaan besar memberlakukan kebijakan bagi para pemasok. Barang yang diterima hari ini, dibayar dua atau tiga bulan kemudian. Tentu saja kebijakan ini sangat memberatkan bagi para pemasok. Terutama pemasok bermodal kecil. Standardisasi pembayaran kepada para pemasok dengan mempertimbangkan unsur keadilan juga seyogyanya dilakukan. Dalam area ketenagakerjaan, pengangkatan tenaga kerja outsorcing, juga perlu dimasukan sebagai inisiatif strategis untuk mewujudkan keadilan. Saat ini khususnya di Indonesia outsorcing menjadi isu utama ketenagakerjaan. Pihak tenaga kerja merasa bahwa outsorcing merupakan wajah yang menakutkan bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Salah satu yang menjadi momok bagi para tenaga kerja adalah tidak adanya kebijakan tentang pengangkatan tenaga kerja tetap bagi tenaga outsorcing yang telah bekerja cukup lama. Hal ini bagi para tenaga kerja dianggap sebagai ketidakadilan. Inisiatif strategis melakukan program cost cutting ditujukan pada sumber-sumber pemborosan biaya. Biaya produksi, biaya pendukung, biaya pengadaan barang cetakan, biaya lembur, biaya operasional dsbnya. Berkaitan dengan biaya produksi, program utama ditujukan pada pengurangan defect atau tingkat kesalahan dalam proses. Hal ini tercermin dari berkurangnya prosentase produk yang reject (not go). Pada proses pelayanan, berkurangnya defect dapat ditunjukan dengan meningkatnya kepuasan pelanggan, berkurangnya tingkat komplen atau berkurangnya ketidakpuasan pelanggan. Program cost cutting berfokus pada terkendalinya biaya mutu sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Biaya-biaya mutu merupakan biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam pengelolaan atau pengontrolan mutu. Bila terjadi produk defect yaitu produk yang tidak memenuhi persyaratan / standar maka organisasi harus mengecek produk tersebut, mencari tahu sumber permasalahan, mengambil tindakan perbaikan maupun pencegahan. Bila terjadi defect di area kerja, maka organisasi harus bisa memastikan bahwa produk sejenis yang masih ada di area kerja ~ 194 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
harus dicek ulang secara keseluruhan. Produk yang sudah berada di pelanggan harus ditarik kembali. Seluruh biaya yang timbul dari proses di atas dikelompokan ke dalam biaya mutu. Pada organisasi yang berbasis jasa pelayanan, biaya mutu dapat timbul apabila terjadi ketidaksesuaian produk yang mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan. Organisasi selanjutnya harus mengganti jasa pelayanan sejenis atas ketidakpuasan pelayanan tersebut. Biaya mutu tidak hanya berbentuk materi, tetapi dapat juga berbentuk non materi seperti brand image atau merk. Buruknya pelayanan berdampak buruk pada brand image organisasi. Inisiatif strategis mengintegrasikan antara sistem rekruitmen & seleksi dengan pengembangan kompetensi, dilaksanakan mengacu pada RJMP. Di dalam RJMP terdapat informasi tentang kapasitas maupun kapabilitas tenaga kerja berbakat yang dibutuhkan, diantaranya adalah jenis maupun volume pekerjaan yang harus dipersiapkan oleh organisasi. Selanjutnya organisasi menentukan karakteristik yang harus dimiliki oleh calon tenaga kerja berbakat. Karakteristik tersebut dijabarkan dalam uraian kerja252 yang berisi uraian tugas pokok, uraian jabatan, spesifikasi pekerjaan dan kompetensi. Karakteristik orientasi ibadah tergambarkan pada ketentuan aqidah, shari>’ah dan akhlak yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja berbakat. Sementara karakteristik sebagai pengelola organisasi tergambarkan pada wawasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman tenaga kerja berbakat sesuai jabatan dan fungsinya. Kecocokan atau kesesuaian antara kompetensi calon tenaga kerja berbakat terhadap persyaratan yang telah ditentukan adalah sangat penting karena screening terhadap calon tenaga kerja berbakat pada dasarnya tidak hanya mencari tenaga kerja berbakat yang cocok terhadap persyaratan kapasitas dan kapabilitas pengelolaan organisasi, tetapi juga terhadap visi, misi, tata nilai dan budaya kerja organisasi. Calon tenaga kerja berbakat yang direkrut dan diseleksi dapat bersumber dari internal organisasi maupun dari eksternal organisasi. Sumber internal berasal dari tenaga kerja yang sudah ~ 195 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
bekerja di perusahaan. Mereka setelah melalui pengamatan memiliki kapabilitas yang cukup maka kepadanya juga diberikan kesempatan untuk menaikan kapasitasnya. Sumber internal lainnya berasal dari tenaga kerja yang berstatus outsorcing namun setelah melalui proses pengamatan ternyata memiliki kriteria yang sesuai dengan persyaratan tenaga kerja berbakat yang dibutuhkan, kepadanya diberikan prioritas dalam proses rekruitmen dan seleksi. Terkadang organisasi tidak dapat melakukan proses rekruitmen dan seleksi sendiri untuk posisi-posisi tertentu. Hal ini disebabkan posisi tersebut sangat spesifik atau membutuhkan proses yang cukup panjang atau karena penyebab lain maka dapat saja proses rekruitmen dan seleksi dilakukan dengan bantuan pihak ketiga yang independen atau konsultan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kredibilitas dan profesionalitas hasil rekrutmen dan seleksi. Inisiatif strategis talent management253, bertujuan untuk mengembangkan dan memberdayakan tenaga kerja berbakat secara berkesinambungan. Aktifitas ini dilakukan agar tenaga kerja berbakat senantiasa berada pada situasi bahagia dan nyaman dalam bekerja. Pengembangan dan pemberdayaan tenaga kerja berbakat bertujuan agar tenaga kerja berbakat dapat bersama-sama mencapai tujuan utama organisasi. Heidrick254 menyebutkan organisasi yang tidak menghubungkan tujuan organisasi dengan strategi bakat maka dapat dikatakan bahwa organisasi tidak melakukan sesuatupun. Organisasi yang demikian hanya berfokus pada aktifitas sumber daya bukan pada dampak atau outcome. Tenaga kerja berbakat merasa terikat dengan organisasi. Tumbuhlah rasa bertanggung jawab terhadap kekhalifaan. Sistem pengembangan dan pemberdayaan tenaga kerja berbakat harus dapat mendorong tenaga kerja berbakat agar senantiasa memperbaiki diri untuk mendapatkan hasil kerja yang lebih baik. Sistem sumbang saran dan brainstorming digunakan dalam berbagai aktifitas untuk menyelesaikan masalah. Aktifitas ini berdampak pada kejiwaan tenaga kerja berbakat. Tenaga kerja berbakat semakin merasa dilibatkan dalam berbagai pengambilan keputusan.
~ 196 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Inisiatif strategis menetapkan sistem karir dan kinerja tenaga kerja berbakat, dilakukan untuk mendorong kinerja tenaga kerja berbakat agar senantiasa menjadi lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. Pengelolaan kinerja tenaga kerja berbakat diatur dengan sistem yang baik dan selalu beradaptasi pada segala bentuk perubahan. Tentu saja pengembangan kinerja tenaga kerja berbakat harus melibatkan sistem hadiah dan hukuman yang adil dan menjauhkan diri dari berbuat dzalim. Tata kelola sistem kompensasi dan benefit diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kemanfaatan, baik bagi tenaga kerja berbakat maupun keluarganya juga tetap mengedepankan prinsip keadilan bagi organisasi. Hak-hak normatip tenaga kerja berbakat seperti upah, hendaknya dibayarkan sesuai pada waktunya. Hak cuti untuk beristirahatpun diberikan sesuai ketentuannya. Semua kegiatan berujung pada suatu kondisi dimana tenaga kerja berbakat merasa berbahagia dan merasa ada keterikatan dengan tempat kerjanya sebagaimana disampaikan oleh M. Umer Chapra dan Hubert Rampersad. Berkaitan dengan sistem karir tenaga kerja berbakat, berikut contoh penentuan karir tenaga kerja berbakat. Seluruh tenaga kerja dikelompokan dalam 3 golongan yaitu tenaga kerja berbakat, tenaga kerja standar dan tenaga kerja sub standar. Tenaga kerja berbakat memiliki kesempatan untuk promosi dari satu grade ke grade lainnya minimal 2 tahun. Sedangkan tenaga kerja standar memiliki kesempatan untuk promosi 4 tahun. Adapun tenaga kerja sub standar memiliki kesempatan untuk promosi ke grade yang lebih tinggi minimal 6 tahun sekali. Tenaga kerja berbakat memiliki percepatan karir yang dua kali lebih cepat dibandingkan tenaga kerja yang standar dan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan tenaga kerja substandard. Asumsi tenaga kerja berbakat: a. Fresh graduate, S1, mulai bekerja pada usia 25 tahun dengan grade 5. b. Kesempatan untuk promosi ke grade yang lebih tinggi 2 tahun sekali. ~ 197 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
c.
Tenaga kerja berbakat mencapai karir tertinggi pada grade 16. Karir tertinggi grade 16 dicapai pada usia 47 tahun
d.
Asumsi tenaga kerja standar: a. Fresh graduate, S1, mulai bekerja pada usia 25 tahun dengan grade 5. b. Kesempatan untuk promosi ke grade yang lebih tinggi 4 tahun sekali. c. Tenaga kerja standard mencapai karir tertinggi pada grade 12). d. Karir tertinggi grade 12 dicapai pada usia 53 tahun Asumsi tenaga kerja substandar: a. Fresh graduate, S1, mulai bekerja pada usia 25 tahun dengan grade 5. b. Kesempatan untuk promosi ke grade yang lebih tinggi 6 tahun sekali. c. Tenaga kerja standard mencapai karir tertinggi pada grade 10). d. Karir tertinggi grade 12 dicapai pada usia 55 tahun Gambar 14.1. Perkembangan Karir Tenaga Kerja
Grade 16
15
12
at Bak
10
ard Stand
10
ard SubStand
5
30
40
47
~ 198 ~
50
Usia
53
55
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Inisiatif strategis mengimplementasikan Total Quality Management System (TQM) juga perlu dilakukan. TQM adalah sistem manajemen strategi yang melibatkan seluruh lapisan tenaga kerja di dalam organisasi. TQM mengusung proses manajemen berdasarkan kualitas, team work, produktifitas dan kepuasan pelanggan. TQM memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi secara berkesinambungan pada setiap tingkat operasi atau proses dengan memberdayakan SDM dan modal yang tersedia. Adawiyah (2011)255 bersama rekan melakukan penelitian tentang penerapan prinsip TQM pada Bank shari>’ah di Jawa Tengah. Mereka menemukan bahwa penerapan TQM memiliki pengaruh yang tinggi terhadap komitmen manajemen. Sementara nilai-nilai spiritual di tempat kerja dapat menghubungkan komitmen tenaga kerja terhadap pemberdayaan, komitmen organisasi juga fokus pelanggan. Untuk itu Adawiyah bersama rekan memberikan rekomendasi kepada bank shari>’ah untuk menerapkan TQM. Pengembangan diri (self development) sangat diperlukan oleh individu pembelajar. Setiap individu hendaknya menyadari dengan sepenuhnya bahwa pengembangan dan pemberdayaan diri bukan hanya kebutuhan organisasi, tetapi pada dasarnya adalah kebutuhan dasar dari individu dalam merealisasikan dirinya sebagai khalifah Allah. Pengembangan diri dapat dilakukan melalui pengembangan hati nurani, kepedulian, keberanian, kepercayaan diri untuk mencapai suatu tujuan. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui pembiasaan diri tampil mengemukakan pendapat, menulis, saling berargumentasi dengan benar dsbnya. Pengembangan tenaga kerja dilakukan melalui program pelatihan yang tepat. Pelatihan dilakukan melalui siklus PDCA. Perencanaan pelatihan dimulai dengan training needs analysis (TNA). Sedangkan kebutuhan pelatihan dapat bersumber dari penilaian kinerja individu tenaga kerja, kebijakan manajemen, feed back pelanggan, analisis risiko, temuan audit dsbnya. Pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan melalui in house training, on the job training, eksternal training, magang, pendampingan, group discussion dsbnya. ~ 199 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Evaluasi kegiatan pelatihan dilakukan melalui evaluasi reaksi yaitu evaluasi tentang materi, nara sumber, metode dll. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan membandingkan antara pemahaman peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan terhadap pemahaman peserta pelatihan sebelum kegiatan pelatihan. Seyogyanya terjadi perubahan pada diri peserta setelah mendapatkan pelatihan. Evaluasi perilaku dilakukan untuk melihat pengaruh pelatihan terhadap pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Semestinya pelatihan memberikan dampak yang lebih baik kepada peserta pelatihan terhadap pekerjaannya. Diharapkan setelah pelatihan, peserta menjadi lebih cepat, lebih cermat, lebih hati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Pelatihan dilakukan dengan tujuan untuk mengubah wawasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman, perilaku menjadi lebih baik dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan. Pelatihan juga ditujukan untuk memperbaiki aqidah, shari>’ah dan akhlak peserta sehingga menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum pelatihan. Inisiatif strategis untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dilakukan dengan mengintegrasikan masukan, feed back maupun keluhan melalui fasilitas online yang dapat diakses langsung oleh pelanggan. Respon organisasi terhadap masukan, feed back maupun keluhan pelanggan akan sangat mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan. Fasilitas online diharapkan dapat memaksimalkan akses para pelanggan kepada produk jasa dan layanan organisasi. Fasilitas online juga menjadi sumber pengetahuan bagi pelanggan untuk mencari informasi lain berkaitan dengan organisasi. Memaksimalkan fungsi jaringan online merupakan kebutuhan yang sangat mendesak bagi organisasi. Dalam usaha meningkatkan kepuasan pelanggan, organisasi melakukan peninjauan ulang seluruh prosedur pelayanan. Peninjauan dilakukan pada prosedur-prosedur yang tidak efektif. Prosedur yang cenderung menghambat waktu pelayanan dibuat lebih pendek. Prosedur yang terlalu birokratis ditinjau ulang untuk disederhanakan, dstnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah, ~ 200 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mempersingkat dan memberikan kenyamanan, kehandalan dan kecepatan pelayanan kepada pelanggan. Tanpa melakukan studi tentang kepuasan pelanggan, belumlah cukup bagi organisasi untuk dapat menilai bahwa pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sudah baik atau masih buruk. Organisasi harus dapat mengukur tingkat kepuasan pelanggan melalui survey kepuasan pelanggan. Survey dapat saja dilakukan mandiri oleh organisasi, juga dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga yaitu konsultan. Survey oleh pihak ketiga dilakukan untuk menjaga kredibilitas hasil survey. Jelas dari sisi kepercayaan terhadap hasil suvery, survey yang dilaksanakan oleh pihak ketiga memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi dibandingkan dengan survey yang dilakukan sendiri oleh organisasi. Bila dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka brand image konsultan juga sangat mempengaruhi kepercayaan terhadap hasil survey. Pemberdayaan pelanggan dilakukan dengan mendisain produk sesuai keinginan pelanggan maupun atas trend yang terjadi di masyarakat. Produk disosialisasikan dengan benar kepada pelanggan. Segala kelebihan maupun kekurangan produk sebaiknya diinformasikan kepada pelanggan256. Kontrak atau akad juga dibuat lengkap, tetapi sesederhana mungkin, agar pelanggan merasa tidak dipermainkan. Pengelolaan keluhan dan ketidakpuasan dikendalikan dengan benar. Pelanggan dengan sukarela memberikan masukan, feed back, sumbang saran dll. Inisiatif yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kegiatan mobilisasi pelanggan dan membentuk komunitas pelanggan. Kegiatan memobilisasi pelanggan adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menghimpun pelanggan melalui berbagai aktifitas. Hal ini akan menjadi sarana komunikasi yang baik antara organisasi dengan pelanggan. Kegiatan membentuk komunitas pelanggan akan membangkitkan rasa memiliki sehingga akan meningkatkan loyalitas pelanggan terhadap produk dan jasa. Beberapa inisiatif strategis dilakukan untuk mewujudkan double profit. Double profit yaitu target profit yang besarnya dua kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Tentu saja, sasaran ini ~ 201 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
merupakan target yang cukup tinggi. Milestone menunjukan bahwa net profit setiap tahun harus meningkat sebesar 40%. Untuk itu diperlukan perbaikan proses yang sifatnya perbaikan besar bukan sekedar perbaikan kecil. Salah satu yang diusulkan adalah adanya proses Business Process Reenginering (BPR) pada sistem channel distribution. Inisiatif strategis untuk mewujudkan kebersihan harta, dilakukan dengan pembayaran zakat. Target pembayaran zakat ditetapkan dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah target yang luar biasa. Jumlah angka yang akan disalurkan bernilai sangat besar. Dapat saja organisasi bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk menyalurkan zakat produktif dimana zakat yang disalurkan digunakan untuk keperluan yang bersifat produktif bukan konsumtif. Kerjasama dengan LAZ dilakukan dengan penjabaran program kerja produktif di sektor ril. Sasaran strategis mewujudkan organisasi menjadi organisasi yang efisien dilakukan dengan membuat grand design yang menghubungkan antara visi, misi, tujuan, target, sasaran dan action plan terhadap anggaran. Grand design dimonitor secara tahunan, semester, tri wulan maupun bulanan. Inisiatif strategis menetapkan kode etik, bertujuan untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan. Kode etik berisi ketentuan-ketentuan tentang kepatuhan (shari>’ah compliance). Kode etik disusun oleh tim counterpart dengan melibatkan pula DPS. Kode etik disahkan oleh pimpinan puncak, selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh jajaran di dalam organisasi. Sosialisasi yang dilakukan berbentuk indoktrinasi yaitu proses memberikan doktrin kepada seluruh jajaran terutama pada tingkat manajamen karena biasanya penyelewenangan kode etik terjadi pada tingkat ini. Inisiatif strategis membuat program pengembangan. dibuat agar para pengelola organisasi dapat mengantisipasi dan menyesuaikan diri terhadap berbagai bentuk perubahan lingkungan organisasi. Program dibuat untuk seluruh tenaga kerja khususnya bagi tenaga kerja berbakat di dalam organisasi. Program ini ~ 202 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas tenaga kerja. Bagian yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses pengembangan adalah melingkupi kompetensi orientasi ibadah yaitu aqidah, shari>’ah dan akhlak dan kompetensi pengelolaan organisasi yang terdiri dari wawasan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan pendidikan. Gambar 14.2. Program Pengembangan Kompetensi
Kom orien petensi t dan K asi ibadah ompe tensi Penge lo Orga laan nisasi
Kom orien petensi ta dan k si ibadah ompe tensi Penge lo Orga laan nisasi
ramngan og Pr mba nsi e te ng pe Pe om K
Needs
Peningkatan Kompetensi
Existing
Program pengembangan kompetensi dibuat dengan membandingkan antara kebutuhan kompetensi orientasi ibadah maupun kompetensi pengelolaan organisasi di masa datang (needs) dengan kompetensi orientasi ibadah maupun kompetensi pengelolaan organisasi pada saat sekarang (existing). Program pengembangan kompetensi disusun tidak hanya untuk tenaga kerja lama tetapi juga tenaga kerja baru melalui program pengembangan manajemen. Bagian HR sebenarnya beharap, tenaga kerja yang diterima adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi pengelolaan organisasi yang tinggi, namun kenyataannya di lapangan tenaga kerja dengan kualifikasi demikian tidaklah mudah didapat. Oleh ~ 203 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
karena itu, diperlukan program pengembangan kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi pengelolaan organisasi bagi tenaga kerja yang diterima.
236
237
238
239 240
241
242
243
244 245
246 247 248
John A. Pearce Il dan Richard B. Robinson, Jr., “Strategic Management, Formulation, Implementation and Control”, 10th Ed., (New York, McGrawHill: 2007) John A. Pearce Il dan Richard B. Robinson, Jr., “Strategic Management, Formulation, Implementation and Control”, 10th Ed., (New York, McGrawHill: 2007) QS al-Baqarah 2: 201, yang artinya Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". QS al-Baqarah 2: 124. Michael Wade dan John Hulland, “Review: The Resource-Based View and Information System Research: Review, Extension, and Suggestions for Future Research,” MIS Quarterly, 28, No. 1 (2004). Maris Martinsons, Robert Davison dan Dennis Tse. “The Balanced Scorecard: a Foundation for The Strategic Management of Information Systems.” Decision Support Systems.25 (1999). Gregory H. Jacobson, dkk. “Kaizen: a Method of Process Improvement in the Emergency Department,” the Society for Academic Emergency Medicine (2009). QS al-Tawbah 9: 103, lihat pula Ruslinda Sulaiman, “Realising Maqasid AlShariah in Islamic Financial Planning,” The 4E Journal 11, No. 1, 1Q (2011): 13-17. QS al-Ru>m 30: 39 Ibadah yang dimaksudkan oleh Abu Ishāq al-Shāt}ibi adalah ibadah dalam pengertian khusus. Abuddin Nata dalam “Kajian Tematik al-Quran tentang Fiqih Ibadah” menyebutkan bahwa ibadah dalam pengertian khusus adalah segala kegiatan yang ketentuannya telah ditetapkan oleh al-Quran dan asSunah. Semua ibadah yang dalam pengertian khusus ini telah diatur dengan sempurna oleh nas}-nas} al-Quran maupun hadis dan kegiatan itu tidak menerima perubahan, penambahan ataupun pengurangan. Di dalam ibadah dalam pengertian khusus berlaku prinsip „semua perbuatan ibadah bterlarang dan tidak sah kecuali yang telah diatur dan ditetapkan oleh nas}. QS al-Haj 22: 78. Muhammad Abu> Zaharah, Usul al-Fiqh. (Cairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1958). Dari 'Amr bin 'Auf al-Anshari r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan Abu 'Ubaidah al-Jarrah r.a. ke daerah Bahrain -sebuah daerah yang masuk wilayah Irak- dan kedatangannya ke situ ialah untuk mengambil pajak. Kemudian setelah selesai tugasnya, datanglah ia dengan membawa harta dari Bahrain itu. Kaum Anshar sama mendengar akan kedatangan Abu Ubaidah, mereka lalu menunaikan shalat fajar -yakni subuh- bersama Rasulullah s.a.w. Setelah Rasulullah s.a.w. selesai bershalat, beliaupun lalu kembali, kemudian
~ 204 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
249
250 251
252
253 254
255
256
mereka menuju kepadanya untuk menemuinya. Rasulullah s.a.w. lalu tersenyum ketika melihat mereka itu terus bersabda: "Saya kira engkau semua sudah mendengar bahwasanya Abu Ubaidah tiba dari Bahrain dengan membawa sesuatu harta." Mereka menjawab: "Benar, ya Rasulullah." Beliau selanjutnya bersabda: "Bergembiralah engkau semua dan bolehlah mengharapkan sesuatu yang akan menyenangkan engkau semua. Demi Allah, bukannya kekafiran itu yang saya takutkan mengenai engkau semua, tetapi saya takut jikalau harta dunia ini diluaskan untukmu semua -yakni engkau semua menjadi kaya raya-, sebagaimana telah diluaskan untuk orang-orang yang sebelummu, kemudian engkau semua itu saling berlomba-lomba untuk mencarinya sebagaimana mereka juga berlomba-lomba untuk mengejarnya, lalu harta dunia itu akan merusakkan agamamu semua sebagaimana ia telah merusakkan agama mereka. (Muttafaq 'alaih) Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. duduk di atas mimbar dan kita duduk di sekitarnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya salah satu yang saya takutkan atasmu semua sepeninggalku nanti ialah apa yang akan dibukakan untukmu semua itu dari keindahan harta dunia serta hiasan-hiasannya -yakni bahwa meluapnya kekayaan pada umat Muhammad inilah yang amat ditakutkan, sebab dapat merusakkan agama jikalau tidak waspada mengendalikannya." (Muttafaq'alaih) M. Umer Chapra, “The Islamic Vision of Development in the Light of Maqāsid Al-Sharī„ah.” (September 2007). Hal ini sesuai dengan QS al-A’la>: 87: 14-15. Naail Mohammed Kamil, Mohamed Sulaiman, Aahad Osman-Gani dan Khaliq Ahmad. “Spirituality in the Workplace: The Role of Taqwa Towards the Advancement of the Contemporary Organization.” Social Science Research Network, http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1718946 (diakses 11 April 2012). Untuk menyesuaikan diri pada perubahan yang terjadi, uraian kerja (job description) harus secara rutin ditinjau ulang. Kaji ulang uraian kerja dilakukan sesuai kebutuhan organisasi. Penyusunan uraian kerja mengacu pada disain sistem kerja dan proses kerja. Talent Management, What Is It? Heidrick & Struggles, Strategic Talent Management, The Emergence of a New Discilpine, a View from the FTSE 100, 2012 Wiwiek Rabiatul Adawiyah, dkk. ”Workplace Spirituality as a Moderator in the Relationship between Soft TQM and Organizational Commitment.” International Journal of Business and Social Science 2, No. 10 (June 2011). Sebagai contoh adalah yang telah dilakukan oleh produk obat, yaitu mencantumkan kontra indikasi bagi orang-orang tertentu apabila meminum obat tersebut.
~ 205 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
LIMA BELAS: MENGIDENTIFIKASI FONDASI KEMASLAHATAN ORGANISASI Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi infrastruktur fondasi yang diperlukan dalam mendirikan bangunan kemaslahatan. Fondasi merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu bangunan. Fungsi utama fondasi adalah untuk meneruskan beban dari suatu struktur bangunan ke dalam tanah. Fondasi berperan sebagai telapak bangunan agar struktur keseluruhan bangunan dapat berdiri kokoh di atas tanah. Sebagaimana halnya fungsi fondasi pada sebuah bangunan. Fondasi kemaslahatan merupakan infrastruktur fital yang harus tersedia. Tanpa fondasi yang kuat, bangunan kemaslahatan tidak akan mampu bertahan dari goncangan kehidupan. Bangunan kemaslahatan akan mudah roboh dan tidak bertahan lama. Fondasi untuk sebuah rumah berlantai satu tentu berbeda dengan fondasi untuk rumah berlantai dua. Apalagi untuk sebuah gedung pencakar langit. Untuk bangunan rumah berlantai satu atau dua, diperlukan infrastruktur fondasi yang tidak terlalu rumit. Sehingga, fondasi dengan struktur batu kali sudahlah cukup. Sementara untuk gedung bertingkat diperlukan fondasi berupa tiang pancang yang terbuat dari baja ataupun beton. Oleh karena itu, untuk mengerjakan fondasi gedung bertingkat diperlukan alat berat khusus untuk menancapkan tiang pancang ke dalam tanah. Fondasi disamping tergantung pada jenis bangunan yang didirikan juga bergantung pada lingkungan tanah tempat bangunan akan didirikan. Untuk tanah yang stabil dan memiliki daya dukung baik maka fondasi bangunan hanya menggunakan konstruksi yang sederhana. Namun bila tanah di sekitar labil dan memiliki daya dukung yang buruk maka fondasi dibuat lebih komplek. Fondasi yang kuat tidak hanya mampu menahan beban bangunan dan isinya tetapi juga mampu menahan goncangan alam seperti gempa atau gerakan tanah lainnya. Sebagaimana halnya fondasi bangunan, fondasi kemaslahatan pun harus mampu menahan ~ 206 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
berat bangunan kemaslahatan, juga dari goncangan lingkungan. Fondasi kemaslahatan yang kuat lagi kokoh membuat bangunan kemaslahatan berdiri kokoh dan dapat memberikan keberlanjutan kemanfataan bagi banyak orang. Fondasi untuk memenuhi orientasi ibadah atau terpenuhinya kebutuhan agama bagi organisasi adalah 3 aspek ajaran Islam yaitu aqidah, shari>’ah, dan akhlak. Aqidah yaitu mengimani dan menjalankan rukun Iman dan rukun Islam. Shari>’ah terdiri atas sumber utama hukum Islam yaitu al-Quran dan hadist juga fiqih serta regulasi yang berkaitan dengan pengelolaan organisasi. Akhlak meliputi akhlak kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari kiamat dan takdir. Akhlak juga berhubungan baik dengan pemangku kepentingan. Diantaranya: pemegang saham, pelanggan, tenaga kerja, mitra, pemasok, pemerintah dsbnya. Akhlak berkaitan pula dengan hubungan baik kepada lingkungan. Diantaranya: kompetitor, masyarakat dan alam sekitar. Fondasi untuk memenuhi orientasi proses internal atau terpenuhinya kebutuhan jiwa bagi organisasi, dapat bersifat fisik yang dapat dihitung maupun bersifat non fisik yang tidak dapat dihitung. Fondasi orientasi proses internal berupa kesesuaian input organisasi dan hasil output organisasi terhadap shari>’ah, proses input organisasi, proses utama atau inti organisasi, proses pendukung organisasi, proses peningkatan, proses keberlangsungan, proses pengelolaan bencana dan tanggap darurat, proses pengelolaan risiko, proses kepatuhan pada shari>’ah, proses kepatuhan terhadap legal dan proses output organisasi. Fondasi untuk memenuhi orientasi bakat atau terpenuhinya kebutuhan keturunan bagi organisasi bersumber dari tenaga kerja dan organisasi. Fondasi yang bersumber dari tenaga kerja, terdiri atas 2 yaitu kapabilitas wawasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman yang sesuai dengan kapasitas kompetensi pengelolaan organisasi. Kedua, kapabilitas aqidah, shari>’ah dan akhlak yang sesuai dengan kapasitas kompetensi orientasi ibadah. ~ 207 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sedangkan fondasi yang bersumber dari organisasi adalah adanya lingkungan yang kondusif bagi tenaga kerja berbakat untuk dapat mengembangkan dirinya. Coyle257 menyebut wadah organisasi sebagai tempat penggodokan tenaga kerja berbakat dengan istilah talent hotbeds. Isilah talent hotbeds adalah untuk menganalogikan proses menciptakan tenaga kerja berbakat sebagaimana proses menghasilkan kue yang lezat dan nikmat. Untuk menghasilkan tenaga kerja berbakat, menurut Coyle diperlukan tiga hal, yaitu praktek mendalam (deep practice), pembakaran (ignation) dan pelatih yang ahli (master coaching). Praktek mendalam dilakukan dengan tiga aturan yaitu memotong kecil-kecil, mengulangi dan belajar merasakan (melibatkan perasaan). Fondasi untuk memenuhi orientasi pembelajaran atau terpenuhinya kebutuhan akal dan hati bagi organisasi bersumber dari modal manusia dan modal organisasi. Manusia memiliki modal berupa akal dan hati. Akal digunakan untuk mempelajari hal-hal yang bersifat nalar atau logika. Hati digunakan untuk mempelajari hal-hal yang bersifat tidak nalar atau bukan logika. Fondasi yang berasal dari modal organisasi terurai dalam sistem kerja dan proses kerja. Fondasi untuk memenuhi orientasi pelanggan atau terpenuhinya kebutuhan pelanggan bagi organisasi bersumber dari pelanggan lama dan pelanggan baru atau calon pelanggan. Kebutuhan pelanggan harus diidentifikasi oleh organisasi sebagai persyaratan pelanggan. Persyaratan pelanggan harus dinyatakan secara tertulis. Organisasi menuliskannya sebagai sebuah penetapan persyaratan pelanggan. Persyaratan pelanggan yang telah dinyatakan secara tertulis oleh organisasi, senantiasa menjadi rujukan bagi organisasi dalam melayani pelanggan. Tujuan akhir dari pelayanan yang diberikan oleh organisasi kepada pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Fondasi untuk memenuhi orientasi harta kekayaan atau terpenuhinya kebutuhan harta bagi organisasi bersumber dari cara mendapatkan harta dan cara membelanjakan harta. Cara ~ 208 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mendapatkan dan cara membelanjakan harta yang sesuai shari>’ah akan berdampak bagi keberkahan harta. Harta yang berkah akan dapat bertumbuh dan berkembang. Adapun Cara mendapatkan dan cara membelanjakan harta yang tidak sesuai shari>’ah menyebabkan harta tidak berkah. Harta akan menyusut, kalaupun harta tidak menyusut, harta yang diperoleh dan dibelanjakan dengan cara yang tidak sesuai shari>’ah mengakibatkan ketidakselamatan di kehidupan akhirat.
257
Daninel Coyle. The Talent Code, Greatness Isn‟t Born, It‟s Grown, Here‟s How. (New York: Bantam Dell, May 2009).
~ 209 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
ENAM BELAS: MENENTUKAN PERILAKU KEMASLAHATAN
Sikap adalah cara dari satu pihak untuk mengkomunikasikan perasaan dirinya kepada pihak lain. Adapun tindakan yang dilakukan untuk berkomunikasi adalah melalui perilaku. Sikap memiliki tiga tingkatan yaitu kognitif atau keyakinan atau kesadaran, affektif atau perasaan, dan konatif atau perilaku. Perilaku kemaslahatan adalah nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi dalam rangka mewujudkan organisasi yang memberikan keberlanjutan kemaslahatan bagi para pemangku kepentingan. Perilaku kemaslahatan berarti perilaku yang dilakukan oleh organisasi yang mencerminkan kedalaman dan kekuatan fondasi kemaslahatan yang dimilikinya. Perilaku kemaslahatan adalah leher penyambung dari suatu sistem kinerja kemaslahatan. Tanpa perilaku kemaslahatan, fondasi kemaslahatan yang dimiliki oleh organisasi hanya menjadi sebuah konsep kinerja tanpa penerapan yang jelas dan terukur. Perilaku kemaslahatan organisasi diperlukan oleh organisasi untuk mentransformasikan fondasi kemaslahatan organisasi menjadi tindakan atau aksi.
Orientasi Ibadah Aqidah yang kuat menimbulkan rasa kedekatan kepada Allah. Perasaan tersebut timbul karena Allah senantiasa mengabulkan doa orang-orang yang berdoa kepadaNya258. Hal ini membuat jiwa menjadi tenang sehingga selalu berfikiran positif terhadap Allah. Apa saja yang direncanakan, lantas berdoa kepada Allah sebelum melaksanakannya maka akan memunculkan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik atas campur tangan Allah. Tentu saja, hal ini membangkitkan rasa optimisme. Perasaan optimis dapat membangun rasa percaya diri serta selalu bersemangat bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan hasil yang baik. ~ 210 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Ketika terjadi permasalahan, lantas mengingat Allah dan berdoa agar diberikan jalan keluar maka Allahpun memberikan petunjukNya. Allah memberikan jalan keluar terbaik sehingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Perilaku tersebut membuat seseorang terbiasa untuk membuat target sebelum melaksanakan pekerjaan. Segala daya upayapun dilakukan untuk merealisasikan target. Adapun pencapaian hasil sepenuhnya dipasrahkan kepada Allah259. Terciptalah suatu siklus pekerjaan yaitu membuat perencanaan matang, berdoa kepada Allah, menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tata cara dan akhlak yang dishariahkan oleh Allah, memonitor apakah yang dikerjakan sudah sesuai dengan perencanaan ataukah tidak260. Apabila siklus tersebut secara konsisten dilakukan maka akan berdampak pada perilaku pembelajar yang senantiasa menerapkan perbaikan terus menerus. Pribadi pembelajar yaitu pribadi yang mampu mengintegrasikan kemampuan akal dan kejernihan hati dalam menyikapi segala persoalan yang dihadapi. Segala persoalan menjadi mudah untuk dicarikan jalan keluarnya. Terciptalah pribadi-pribadi yang mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapinya. Aqidah yang kuat akan menimbulkan rasa selalu diawasi oleh Sang Maha Pencipta. Rasa selalu diawasi oleh Sang Maha Kuasa. Pengelola organisasi menjaga amanah, patuh kepada regulasi, menghindari kegiatan penyuapan, menjauhkan dari kegiatan perjudian, memberikan informasi dengan benar bukan karena adanya ketentuan good corporate governance atau lainnya, tetapi karena patuh kepada Sang Pembuat Hukum. Karena manusia hanyalah sebatas makhluk maka
mereka harus tunduk, patuh secara konsisiten dan berserah diri kepada Sang Maha Penciptanya261. Pengelola organisasi melakukan itu semua karena mereka menyadari dengan sepenuhnya bahwa Allah Yang Maha Menciptakan, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Membuat Hukum. Pengelola organisasi patuh kepadaNya karena mereka berharap mendapatkan kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Sebagai
makhluk ciptaan Allah yang ditugaskan untuk menjadi khalifah ~ 211 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Allah di bumi, manusia semestinya melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan panduan dan kode etik (code of conduct). Bila hal ini dilakukan secara konsisten maka dapat menciptakan manusia yang memiliki integritas tinggi. Satunya kata dengan perbuatan. Apa yang dikatakan selalu merujuk pada shari>’ah dan apa yang dikerjakan adalah yang dikatakan. Apa yang dikerjakan selalu dituliskan. Apa yang ditulis selalu dikerjakan. Kedekatan diri kepada Sang Maha Pemberi Rizki membuka mata hati bahwa dirinya bukanlah yang terhebat. Ketika keberhasilan didapat, maka keberhasilan tersebut seyogyanya bukanlah atas kepintaran dirinya. Tetapi karena Allah telah memberinya kemudahan dalam mencapai yang diinginkannya. Pola fikir positif mengarahkan kepada akal dan hati bahwa dirinya masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak faktor di luar dirinya yang membuatnya berhasil. Apa yang dilihat, apa yang didengar dan apa yang dirasakan, dapat menjadi informasi sebagai sumber untuk perbaikan dan peningkatan. Perilaku di atas membawa dampak pada perilaku cermat dalam perhitungan. Cermat untuk memperhitungkan segala risiko atas apa yang dilakukannya. Cermat atas apa yang menjadi tanggung jawab dirinya. Salah dalam mengambil keputusan, berdampak buruk bukan saja bagi dirinya tetapi juga orang lain. Aqidah yang kuat meningkatkan rasa kepedulian yang tinggi. Pengelola organisasi menjaga lingkungan, menanam pohon, melakukan penghijauan, menjaga gas buang, mengelola sampah, mengendalikan bahan limbah berbahaya, hemat energi, mengendalikan tingkat kecelakaan kerja bukan semata-mata karena adanya peraturan dari Kementrian Lingkungan Hidup, Corporate Social Responsibility (CSR), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), ketentuan ISO 14001, AMDAL, Peraturan Daerah ataupun ketentuan lainnya. Organisasi melakukan hal demikian karena adanya rasa mencintai kepada Sang Maha Pencipta. Mereka memahami bahwa Allah melarang manusia untuk merusak lingkungan262. Kerusakan lingkungan membawa dampak negatip bagi kehidupan manusia, flora dan fauna. ~ 212 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Aqidah yang kuat meningkatkan kesabaran. Ketika harus bersikap sabar dalam melayani. Merespon keluhan pelanggan. Aktif mendengarkan suara pelanggan. Senantiasa berusaha memenuhi harapan pelanggan. Berusaha untuk selalu dekat dengan pelanggan. Responsif terhadap ketidakpuasan pelanggan. Bertutur kata yang baik, sopan, santun, murah senyum kepada pemasok, mitra kerja, tenaga kerja, bawahan ataupun atasan bukan karena ingin dihargai oleh mitra. Tetapi karena mematuhi ketentuan yang telah diatur oleh Sang Maha Pencipta.
Orientasi Proses Internal Sistem kerja dan proses kerja263 harus menciptakan rasa bahagia bagi seluruh tenaga kerja yang terlibat di dalam organisasi. Tenaga kerja yang senantiasa dalam kondisi berbahagia dapat menciptakan gairah untuk bekerja sehingga motivasi kerjapun bertambah. Kondisi berbahagia juga berdampak pada etika, moral dan spiritualitas tenaga kerja. Tenaga kerja yang senantiasa termotivasi untuk bekerja, berdampak pada tingginya proses peningkatan. Hal ini memicu tingginya tingkat inovasi kerja. Peningkatan dan inovasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktifitas. Dari sisi tata kelola dan kepemimpinan, organisasi harus dapat mendisain sistem kerja dan proses kerja berlandaskan pada maqa>s}id al-shari>’ah sehingga dapat mencegah terjadinya berbagai praktek kecurangan seperti: pencurian, korupsi ataupun penyalahgunaan wewenang juga dengan mengedepankan kepentingan umum dengan cara menghindari segala bentuk magrib (maysir, gharar dan riba) dan penindasan (dzalim). Kepatuhan pada shari>’ah, kepatuhan pada regulasi, kepatuhan pada sistem standardisasi yang dijalankan oleh organisasi seperti ISO 9001, ISO 14001, ISO 17025, SMK3, OHSAS dll merupakan dasar utama sistem kerja. Kepatuhan dan keterbukaan dalam pengelolaan organisasi harus dijunjung tinggi sebagai perwujudan kepatuhan pada shari>’ah (shari>’ah complience). ~ 213 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Dalam proses operasional juga ketika berinvestasi, organisasi harus dapat mengendalikan risiko. Tidak hanya itu, kejadian force major berupa bencana alam banjir, gempa, perubahan cuaca dan iklim, letusan gunung berapi, kebakaran akan berdampak pada organisasi. Organisasi harus dapat menjamin bahwa kejadiankejadian di atas tidak berdampak buruk bagi proses internal. Melakukan back up data, pemulihan dari kondisi terburuk harus diantisipasi dengan baik. Down time atas kejadian bencana dan keadaan darurat harus dijamin sehingga tidak mengganggu kontinuitas layanan dan keberlanjutan organisasi. Sedangkan kepedulian organisasi terhadap permasalahan sosial terlihat pada kegiatan CSR (corporate social responsibility). Organisasi harus meningkatkan fungsi sosial. Kepedulian organisasi kepada masyarakat sekitar dan lingkungan harus dikendalikan oleh satu fungsi khusus. Yayasan yang bergerak di bidang sosial keagamaan dapat menjadi jembatan untuk mewujudkan fungsi sosial keagamaan organisasi. Sistem pencegahan dilakukan melalui proses pemilihan, penentuan dan evaluasi pemasok, tata cara pembelian bahan mentah, akad atau kontrak kerja, penempatan inventory dan barang setengah jadi, pemrosesan produk dan jasa, penyimpanan barang jadi, pendistribusian barang akhir hingga penyerahan barang dan jasa kepada para pelanggan. Dua hal penting yang saling berkaitan erat yaitu kegiatan peningkatan & inovasi dan sistem strategis & keberlanjutan. Kedua kegiatan merupakan proses yang harus dikendalikan dan dikembangkan. Tanpa kedua proses ini, organisasi berjalan di tempat. Tanpa kedua proses ini, organisasi tidak dapat berlari dengan cepat dalam lintasan persaingan di industrinya. Peningkatan dan inovasi membawa organisasi dari satu posisi ke posisi lainnya. Sementara sistem strategis dan keberlanjutan memberikan arah bagi organisasi yaitu arah tujuan kemana organisasi harus melangkah.
~ 214 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Orientasi Bakat Penguasaan kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi organisasi menjadi modal utama bagi tenaga kerja berbakat untuk terlibat secara aktif dalam pengelolaan organisasi. Dalam keterlibatannya, tenaga kerja berbakat menghadirkan seluruh potensi yang dimilikinya, baik fisik, fikiran, hati maupun perasaan pada area kerja. Di era informasi tekhnologi saat ini, kehadiran hati, fikiran, mental dan perhatian justru jauh lebih penting dibandingkan dengan kehadiran secara fisik. Rampersad (2012)264 mensinyalir bahwa kurangnya keterlibatan tenaga kerja menjadi penyebab dari tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Bukan itu saja, ketidakterlibatan tenaga kerja, dapat mengakibatkan perusahaan berada dalam kondisi yang under perform. Tentu saja, hal ini berdampak pada ketidakpuasan dari para pelanggan. Rampersad melaporkan bahwa di Belanda, diestimasi ketidakhadiran mental dan fikiran tenaga kerja di tempat kerja menimbulkan biaya sebesar $30,000 / tenaga kerja / tahun. Hal yang sama terjadi di Amerika Serikat. Rampersad menjelaskan bahwa Optimize Magazine pada April 2005 melaporkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan semangat bekerja sejak 1995. Tercatat pada laporan tahunan, kerugian di Amerika Serikat akibat ketidakterlibatan para manajer dan tenaga kerja menimbulkan biaya sebesar $300B US (Gallup Poll, 2005). Namun demikian, untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja berbakat, tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan keterlibatan mereka saja. Diperlukan lingkungan kondusif untuk menciptakan tenaga kerja berbakat sebagai representasi khalifah Allah dalam lingkup pengelolaaan organisasi. Merujuk pada The Malcolm Baldrige National Quality 265 Award , terdapat dua area yang mempengaruhi kinerja tenaga kerja berbakat yaitu lingkungan tenaga kerja berbakat dan keterlibatan tenaga kerja berbakat. Keterlibatan tenaga kerja berbakat yaitu standar tentang bagaimana melibatkan tenaga kerja berbakat untuk mencapai kesuksesan pribadi dan kesuksesan organisasi. ~ 215 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Lingkungan tenaga kerja berbakat adalah standar tentang bagaimana membangun lingkungan kerja yang efektif dan saling mendukung. Lingkungan kondusif menjadi wahana untuk mengembangkan tenaga kerja berbakat menjadi calon pemimpin di masa mendatang. Lingkungan kondusif mendukung dan memberdayakan tenaga kerja berbakat sehingga dapat mencapai keunggulan pada setiap tingkat atau jabatan. Lingkungan kondusif harus dapat membangkitkan motivasi tenaga kerja berbakat sehingga dapat mencapai sasaran maupun target pribadi dan organisasi yaitu mencapai kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Lingkungan kondusif menciptakan tenaga kerja berbakat senantiasa berada dalam lingkungan yang mendukung mereka untuk mengambil risiko dan selalu berfikir “outside of the box”. Lingkungan kondusif merupakan habitat yang baik untuk mengembangkan orang-orang yang baik menjadi lebih baik lagi.
Orientasi Pembelajaran Terdapat beberapa perilaku orientasi pembelajaran yang harus dilakukan yaitu, pengelolaan kompetensi organisasi. pengelolaan kompetensi ibadah, pembudayaan dan penegakan hukuman dan penghargaan. Pembelajaran dari pengelolaan kompetensi organisasi berasal dari banyak sumber. Perubahan regulasi yang menyebabkan perubahan layanan kepada pelanggan menjadi bahan pembelajaran untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Informasi ketidakpuasan pelanggan menjadi bahan masukan bagi organisasi untuk mengembangkan produk dan layanan yang lebih baik kepada pelanggan. Bencana kebakaran, kebanjiran, kekeringan, gempa bumi juga menjadi perhatian bagi organisasi agar tingkat kerugian dapat dikendalikan. Pengelolaan risiko dari seluruh proses organisasi juga risiko dari investasi dilakukan untuk mengendalikan tingkat kerugian organisasi. Kegiatan tanggung jawab sosial organisasi kepada masyarakat sekitar, tentunya dapat dijadikan pembelajaran untuk meningkatkan fungsi sosial organisasi.
~ 216 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Masalah yang timbul dalam proses kerja, temuan audit, hasil survey kepuasan pelanggan, hasil survey kepuasan tenaga kerja menjadi bahan untuk dilakukannya tindakan perbaikan, tindakan pencegahan, peningkatan dan inovasi. Perubahan lingkungan kerja, persaingan dari industri, peluang munculnya pendatang baru, perubahan teknologi ataupun perubahan perilaku pelanggan menjadi masukan berharga bagi pengambilan keputusan strategis organisasi. Dengan demikian, organisasi menjadi lebih lincah terhadap perubahan. Keberlanjutan binis menjadi lebih terjaga. Pembelajaran dari pengelolaan kompetensi orientasi ibadah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Kebiasaan berdzikir yang dilembagakan oleh organisasi dapat memperkuat ikatan spiritual antara para tenaga kerja dengan Allah. Pembudayaan perilaku taubat setelah melakukan kesalahan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. Perilaku saling memaafkan diantara sesama, menyiratkan kesetiaan kepada Allah di area kerja. Shalat berjamaah tepat waktu di lingkungan kerja, akan meningkatkan tanggung jawab terhadap kedisiplinan terhadap waktu. Demikian pula dengan kebiasaan untuk saling menasihati diantara tenaga kerja akan meningkatkan kebersamaan dan kekompakan. Pembudayaan berarti pembiasaan yaitu menjadikan pengelolaan orientasi ibadah dan pengelolaan kompetensi organisasi sebagai bagian yang selalu dikerjakan secara sukarela. Salah satu contoh diperoleh dari perusahaan Jepang. Dalam mengelola proses pembelajaran bagi tenaga kerja baru, perusahaan Jepang menggunakan metode penandaan (marking). Tenaga kerja baru harus memakai pin berwarna merah di lengannya. Pin berwarna merah sebagai identifikasi tenaga kerja baru hingga masa kerja satu bulan. Ada jenis pekerjaan tertentu dan area tertentu, yang tidak boleh dikerjakan oleh tenaga kerja bermasa kurang dari satu bulan. Identifikasi pin berwarna merah akan mempermudah pengontrolan peraturan ini. Bagi tenaga kerja yang telah melewati masa kerja satu bulan, kepadanya diberikan pin berwarna kuning. Ada jenis pekerjaan dan ~ 217 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
area tertentu yang dilarang untuk dikerjakan oleh tenaga kerja masa 1 bulan hingga 2 bulan. Identifikasi pin berwarna kuning mempermudah pengontrolan tenaga kerja ini. Setelah melewati masa kerja 2 bulan, kepadanya diberikan pin berwarna hijau. Ada jenis pekerjaan dan area tertentu yang dilarang untuk dikerjakan oleh tenaga kerja masa 2 hingga 3 bulan. Identifikasi pin berwarna hijau mempermudah pengontrolan tenaga kerja ini. Tenaga kerja masa 3 bulan dan berdasarkan evaluasi, memiliki kinerja yang baik maka mereka sudah tidak perlu menggunakan pin hijau. Pada beberapa pekerjaan khusus yang membutuhkan keahlian tertentu. Pekerja di posisi tersebut memakai identifikasi tanda yang lain. Sehingga apabila ada pekerja yang tidak menggunakan tanda yang dimaksud pada posisi khusus maka kepadanya akan diberikan sanksi.
Orientasi Pelanggan Proses mengidentifikasi persyaratan pelanggan, menetapkan persyaratan pelanggan dan memuaskan pelanggan, dilakukan melalui strategi pengelolaan suara pelanggan266. Dua proses yang dilakukan dalam mengelola suara pelanggan adalah mendengarkan pelanggan dan melibatkan pelanggan. Gambar 16.1 menunjukan siklus proses mendengarkan suara pelanggan. Siklus tersebut terdiri atas langkah merencanakan yaitu mengidentifikasi pelanggan, menentukan metode mendengarkan pelanggan, menentukan waktu dan tempat mendapatkan suara pelanggan dan menetapkan tim267. Proses mendengarkan pelanggan dilakukan melalui kuisoner, interview, angket, talk show dsbnya. Proses memahami data atau informasi yang disampaikan oleh pelanggan dilakukan dengan menganalisis dan mengevaluasi data dengan menggunakan tool yang cocok. Bila diperlukan, metode analisis berbasis statistik dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk mempermudah pengambilan keputusan.
~ 218 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 16.1 Siklus Pengelolaan Suara Pelanggan.
Merencanakan
Mendengarkan Mengevaluasi Tindakan
Mengambil Tindakan
Memahami
Proses mengambil tindakan sangat bergantung pada isi informasi atau data yang disampaikan oleh pelanggan. Bila informasi atau data keluhan pelanggan dapat ditindaklanjuti pada saat itu juga maka petugas yang ditunjuk agar segera menindaklanjuti temuan tersebut. Bila informasi yang diterima memerlukan analisis yang lebih mendalam maka harus diselesaikan dengan tim. Hasil mendengarkan pelanggan menjadi sumber masukan untuk mendisain sistem kerja dan proses kerja. Keterlibatan pelanggan dilakukan melalui dukungan kepada pelanggan dan memastikan adaya kepuasan pelanggan. Dukungan kepada pelanggan dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dalam bentuk membuka layanan call center 24 jam yang bertugas memberikan layanan, keluhan maupun pengaduan kepada pelanggan. Tersedianya unit peduli pelanggan yang berfungsi untuk memberikan layanan dan konsultasi secara langsung kepada pelanggan juga untuk menerima dan menindaklanjuti pengaduan, keluhan dan info dari pelanggan. Tersedianya kolom suara pelanggan pada majalah, buletin selebaran, website, email, media sosial yang berfungsi sebagai media komunikasi antara organisasi ~ 219 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dan pelanggan. Audiensi langsung dengan pelanggan pada momenmomen tertentu. Pengisian tanggapan dan pendapat pelanggan melalui kuisoner yang disediakan di customer service. Proses memahami keluhan atau masukan pelanggan dilakukan dengan mengindentifikasi keluhan atau masukan sehingga diperoleh data tentang harapan pelanggan. Keluhan atau masukan harus segera diputuskan apakah harus ditindaklanjuti ataukah harus dikomunikasikan terlebih dahulu kepada unit kerja terkait. Kecepatan respon atas keluhan dan masukan pelanggan akan mempengaruhi persepsi pelanggan kepada organisasi. Untuk keluhan dan masukan yang memerlukan penanganan khusus sebaiknya di tindaklanjuti dengan siklus PDCA (plan – do – check – action): a. Menganalisis permasalahan dan mencari sumber penyebab utama terjadinya permasalahan. b. Merancang berbagai alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan menyelesaikan keluhan pelanggan. c. Menentukan solusi terbaik yang digunakan untuk mengatasi permasalahan. d. Menerapkan solusi penyelesaian masalah. e. Mengevaluasi efektivitas solusi dengan membandingkan respon pelanggan terhadap pelayanan yang dilakukan. f. Melakukan standardisasi pelayanan dan senantiasa melakukan proses peningkatan berkelanjutan. Keterlibatan pelanggan juga dilakukan melalui penawaran produk atau jasa yang cukup jelas bagi pelanggan. Pelanggan berhak mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya tentang produk atau jasa yang ditawarkan. Organisasi seharusnya menghindari berbagai cara atau metode yang menjadikan pelanggan merasa tertipu atau terdzolimi. Kejujuran dalam menjual barang dan jasa merupakan kewajiban organisasi yang dapat terpenuhi melalui terwujudnya orientasi ibadah. Keterlibatan pelanggan harus dibangun melalui budaya kerja. Hal ini berarti bahwa kepedulian terhadap kepuasan pelanggan tidak ~ 220 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
hanya tertulis di dalam sistem kerja dan proses kerja, kebijakan mutu, ataupun di dalam kebijakan manajemen, tetapi telah dijalankan dan dipertahankan pelaksanaannya. Kepedulian terhadap kepuasan pelanggan juga hendaknya dapat dipahami dan dijalankan oleh seluruh lapisan organisasi, mulai dari tenaga kerja pada tingkat paling bawah hingga manajemen puncak.
Orientasi Harta Kekayaan Gambar 13.1. menjelaskan bahwa proses mendapatkan harta dan proses membelanjakan harta merupakan satu siklus. Berawal dari orientasi ibadah dan berakhir di orientasi ibadah pula. Inilah yang disebut dengan siklus kinerja MaP yaitu usaha untuk mendapatkan harta dan membelanjakannya sesuai dengan ketentuan maqa>s}id al-shari>’ah dengan pendekatan mas}lah}ah. Cara mendapatkan harta kekayaan harus memenuhi ketentuan kemaslahatan yaitu mendapatkan harta kekayaan melalui proses pemenuhan orientasi ibadah, orientasi proses internal, orientasi bakat, orientasi pembelajaran dan orientasi pelanggan. Dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harta, seseorang harus memintanya terlebih dahulu kepada Yang Maha Memiliki Harta. Bila tidak meminta ijin kepada Yang Maha Memiliki maka tindakan tersebut termasuk dalam katagori pencurian. Permintaan ijin dilakukan melalui berdoa. Doapun harus dibarengi dengan usaha untuk mendapatkannya karena Allah tidak akan memberikan harta secara langsung tanpa ada usaha untuk mendapatkannya. Dalam melaksanakan usaha tentu saja harus berinteraksi dengan orang lain. Akhlak akan sangat mempengaruhi keberkahan hasil usaha. Perlu juga diingat bahwa yang namanya usaha tidak ada yang langsung berhasil, Allah pasti akan memberikan ujian. Oleh karenanya doa dan usaha harus tetap dilakukan untuk mendapatkan harta yang telah dijanjikan oleh Allah. Seluruh aktifitas di atas menjelaskan terpenuhinya orientasi ibadah. Perbaikan pada diri sendiri maupun perbaikan di dalam proses internal harus senantiasa dievaluasi. Bila proses mendapatkan harta kurang gigih atau tidak optimal maka rizki yang telah ~ 221 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
ditentukan oleh Allah masih terasa terlalu jauh untuk didapatkan. Untuk itu, perlu dilakukan proses evaluasi pada seluruh aktifitas. Apakah proses pembelian barang sudah memenuhi prinsip halal dan t}oyib?. Proses mana saja yang masih boros waktu, boros tenaga, boros bahan baku, boros tenaga kerja, boros biaya? Hasil evaluasi selanjutnya menjadi masukan untuk dilakukannya tindakan perbaikan. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan proses menuju proses yang lebih efisien dan efektif. Upaya yang dilakukan ternyata memerlukan mobilisasi tenaga kerja. Keterlibatan mereka sangat diperlukan untuk melipatgandakan harta yang diharapkan. Organisasi harus berusaha membuat mereka berbahagia. Rasa bahagia akan memotivasi tenaga kerja untuk bekerja lebih baik lagi. Bila motivasi kerja meningkat maka tenaga kerja secara sukarela dan ikhlas akan terlibat dalam pencarian harta kekayaan yang telah dijanjikan oleh Allah. Namun sudah sunatullah bahwa tidak seluruh tenaga kerja berdampak langsung pada keberlanjutan kemanfaatan organisasi. Hanya tenaga kerja berbakatlah yang secara langsung mempengaruhi keberlanjutan kemanfaatan organisasi. Sampai langkah ini, orientasi bakat terpenuhi. Allah akan terus menguji manusia, apakah mereka dapat mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah? Muhasabah atau perenungan diri, atas apa yang telah dilakukan harus senantiasa dijaga. Belajar dari pengalaman, nasihat dari orang lain dan dari sumber-sumber lainnya, semakin membuat manusia dapat memaknai hidup bahwa mencari harta semata-mata untuk mencapai tujuan mulia yaitu kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Untuk itu, dalam mengejar harta, tetaplah di jalur maqa>s}id al-shari>’ah jangan menggunakan cara atau metode lainnya. Sampai langkah ini orientasi pembelajaran terpenuhi. Usaha perbaikan dan usaha peningkatan pada proses internal, usaha dalam melibatkan tenaga kerja dan proses pembelajaran yang dilakukan, seluruhnya ditujukan kepada para pelanggan, tetapi didedikasikan kepada Allah agar Allah simpati. Pelanggan merasa respek apabila suara mereka didengar. Pelayanan dengan akhlak ~ 222 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
yang baik dan merespon keluhan dengan akhlak yang baik pula. Oleh karenanya, pelanggan merasa puas. Rizki yang dijanjikan oleh Allahpun dapat diraih. Sampai langkah ini orientasi pelanggan terpenuhi. Rizki yang dijanjikan oleh Allah sudah diterima maka harus ditindaklanjuti dengan bersyukur kepada Allah. Apabila rizki yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan maka berserah diri kepada Allah. Allah pasti akan memberikan rizki yang lebih baik di waktu yang lain dan melalui media yang lain. Sampai disini siklus mendapatkan harta telah terpenuhi. Cara membelanjakan harta kekayaan, juga harus memenuhi ketentuan kemaslahatan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa membelanjakan harta adalah melalui mekanisme alokasi aset sehingga bukan berdasarkan urutan pemanfaatan. Ada beberapa hal yang wajib dilakukan sebelum mengalokasikan harta kekayaan, diantaranya adalah pembayaran hutang. Hutang terkadang dilakukan karena seseorang ingin memenuhi satu kebutuhan namun pada saat itu pemenuhannya bukan bersumber dari pendapatan. Hutang juga disebabkan karena tingkat pendapatan seseorang yang lebih kecil dibandingkan pengeluaran. Perlu diingat bahwa hutang dapat menyebabkan seseorang menjadi kufur 268. Hutang juga dapat menyebabkan seseorang menjadi tidak jujur269. Pada saat seseorang meninggal dunia maka kewajiban yang harus dipenuhi selain melunasi hutang-hutangnya adalah wasiat yang ditinggalkannya. Adapun pembagian harta warisan adalah sesuai dengan ketentuan QS an-Nisa> 4: 11-12. Pengalokasian harta kekayaan selanjutnya adalah untuk memenuhi kebutuhan kemaslahatan organisasi. Pemenuhan kebutuhan orientasi harta kekayaan bertujuan untuk menghasilkan kembali harta kekayaan: investasi, deposito, tabungan, giro dsbmya. Pemenuhan kebutuhan orientasi pelanggan diantaranya adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk mendengarkan suara pelanggan, biaya untuk melayani pelanggan, biaya untuk mengelola umpan balik dan biaya untuk meningkatkan hubungan dengan pelanggan270.
~ 223 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Pemenuhan kebutuhan orientasi pembelajaran: biaya pelatihan, pengembangan infrastruktur organisasi pembelajar. Pemenuhan terhadap kebutuhan orientasi bakat: biaya rutin gaji, biaya cuti, bonus, asuransi tenaga kerja dan keluarga, car allowance, home allowance, biaya kesehatan, medical chaeck up. Beberapa perusahaan berbasis syariah bahkan sudah memberlakukan biaya penggantian pengobatan yang menggunakan pengobatan alternatif ala nabi (tibun nabawi) seperti bekam, herbal, pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dibayarkan pada dua minggu sebelum ramadhon, juga diberikannya cuti i‟tikaf kepada tenaga kerja di sepuluh hari terakhir Bulan Ramadhon. Pemenuhan kebutuhan orientasi proses internal: biaya produksi, biaya mutu, biaya antisipasi risiko atau asuransi, biaya infrastruktur kondisi tanggap darurat. Pemenuhan kebutuhan orientasi ibadah meliputi tiga alokasi yaitu pertama, beribadah kepada Allah Yang Maha Pemberi Rizki: zakat, infaq, shadaqoh, wakaf, haji dan qurban. Kedua, hubungan dengan pemangku kepentingan: CSR, PKBL, sponsorship dll. Ketiga, hubungan dengan lingkungan: biaya pengendalian limbah, biaya penghijauan, biaya daur ulang limbah, biaya pengendalian barang B3 dll. Termasuk dalam biaya orientasi ibadah yaitu biaya yang harus dibagikan kepada para pemegang saham (dividen), biaya investasi, biaya cadangan dll.
258
QS al-Baqarah 2: 186 Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Dalam salah satu Hadits Qudsi, Allah SWT juga mengatakan: Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Nabi SAW. Bersabda: “Allah Ta‟ala berfirman:”Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orangorang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepadaKu sehasat maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu
~ 224 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
259 260
261
262 263
264
265
266
267
268
269
270
dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil. (HR Bukhari). QS al-Baqarah 2: 197, QS A>li-‘imra>n 3: 159. Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan, hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah, dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah dia beristighfar kepada Allah. Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah mengucapkan "Laa haula walaa quwwata illaa illaahil'aliyyil'adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)" (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii'). QS al-Baqarah 2: 40, 116, 128, 131, 133, 136, QS al-An’a>m 6: 42, 43, QS alA’ra>f 7: 54, 94, QS al-H}aj 22: 34, QS al-Mu’min 40: 66, QS al-Ru>m 30: 26, QS Al-Baqarah 2: 11 Sistem kerja mengacu pada National Institute of Standards and Technology, “2011–2012 Criteria for Performance Excellence,” Baldrige Performance Excellence Program. adalah merujuk pada bagaimana pekerjaan organisasi diselesaikan. Sistem Kerja melibatkan tempat kerja, pemasok dan mitra, sub kontraktor, kolaborasi dan komponen-komponen lain yang berkaitan dengan jalur supply chain yang diperlukan untuk memproduksi dan menghantarkan produk, organisasi dan proses pendukung. Sistem Kerja mengkoordinasikan proses kerja internal dan sumber daya eksternal yang dibutuhkan untuk mengembangkan, memproduksi dan menghantarkan produk kepada pelanggan dan untuk menjadi sukses di pasar. Hubert Rampersad, “Why Your Employees Are not Happy and Engaged; Personal Balanced Scorecard as Roadmap for Employees Happiness and Engagement”, (2012). National Institute of Standards and Technology,”2011–2012 Criteria for Performance Excellence”, Baldrige Performance Excellence Program. National Institute of Standards and Technology,”2011–2012 Criteria for Performance Excellence,” Baldrige Performance Excellence Program. Dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak ketiga atau dilakukan oleh internal organisasi sendiri. "Aku berlindung diri kepada Allah dari kekufuran dan hutang. Kemudian ada seorang laki-laki bertanya: Apakah engkau menyamakan kufur dengan hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: Ya!" (Riwayat Nasa'i dan Hakim) "Ya Tuhanku! Aku berlindung diri kepadaMu dari berbuat dosa dan hutang. Kemudian ia ditanya: Mengapa Engkau banyak minta perlindungan dari hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: Karena seseorang kalau berhutang, apabila berbicara berdusta dan apabila berjanji menyalahi." (Riwayat Bukhari) Salah satu produsen jamu nasional mengalokasikan dana khusus untuk customer relationship yaitu biaya untuk pulang mudik bareng di setiap Idul Fitri bersama para agen jamunya. Biaya yang dikeluarkan sangat besar namun hasil yang didapat adalah adanya loyalitas dari para agen terhadap produk jamu. Pabrik otomotif membina para pelanggannya dengan membentuk club otomotif. Berbagai kegiatanpun secara rutin dilaksanakan seperti gathering,
~ 225 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
bakti sosial dll. Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit namun memberikan hasil yaitu loyalitas pelanggan terhadap kendaraan bermotor buatannya.
~ 226 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
TUJUH BELAS: MENENTUKAN UKURAN Langkah keempat sistem kinerja MaP adalah menentukan ukuran. Ukuran merupakan indikator yang menunjukan keberhasilan atau kesuksesan organisasi dalam mencapai sasaran strategis sebagaimana yang tersusun dalam RKAP. Ukuran kinerja sering disebut juga dengan key performance indicator (KPI) atau Indikator Kinerja Utama (IKU). Ukuran kinerja harus didefinisikan dengan jelas sehingga dapat dipahami dengan benar oleh seluruh fungsi kerja dan individu yang terkait . Oleh karena itu, ukuran kinerja tidak boleh bersifat multi interpretasi yang cenderung membuat kebingungan bagi fungsi kerja terkait. Ukuran kinerja harus memenuhi unsur SMART yaitu Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Time bound. Specific: Specific menunjukan bahwa ukuran kinerja dapat dijelaskan melalui 5W1H. Siapa saja yang terlibat dalam pencapaian kinerja? Apa yang harus dikerjakan? Memiliki acuan waktu. Mengidentifikasi persyaratan ataupun ketentuan. Berhubungan dengan maksud dan tujuan dari sasasarn atau manfaat dari sasaran yang ingin dituju. Measurable berarti ukuran kinerja harus dapat diukur. Terukur merupakan pertimbangan yang sangat penting dari suatu ukuran kinerja. Kita hanya dapat mengetahui pencapaian kinerja dari satu bukti nyata yang terukur. Bukti tersebut hendaknya mengandung unsur keberterimaan dari semua pihak terhadap ukuran yang dimaksud. Sebagai contoh untuk menjelaskan kinerja tentang pembayaran klaim dari sebuah perusahaan asuransi digunakan ukuran „pembayaran klaim dengan secepat mungkin‟. Ukuran tersebut memiliki multi interpretasi dari banyak orang. Tetapi bila digunakan ukuran „pembayaran klaim selama 2 hari kerja‟, dapat dipastikan bahwa semua orang memahami dan menerima ukuran tersebut. Achievable berarti ukuran harus dapat dicapai. Achievable berkaitan erat dengan measurable. Suatu kinerja tidak akan dapat ~ 227 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dicapai bila tidak dapat diukur. Kita dapat mengetahui bahwa suatu ukuran kinerja dapat dicapai apabila berdasarkan pengalaman, sudah ada orang lain yang telah mampu mencapainya. Ukuran kinerja juga mampu dicapai bila secara teoritis ukuran tersebut tidak mungkin „tidak tercapai‟. Keyakinan mampu dicapai juga didapatkan apabila kita memiliki sumber daya yang mendukung untuk mencapai kinerja yang dituju. Bagi sebagian kalangan huruf A dalam SMART didefinisikan juga dengan kata Agreed atau disepakati, yang berarti ukuran kinerja harus disepakati oleh seluruh pihak yang terlibat di dalam pencapaian sasaran. Realistic berkaitan dengan situasi apakah orang-orang yang berkaitan dengan kinerja memiliki hasrat, pengetahuan, otoritas atau kemampuan untuk mencapai kinerja yang diharapkan?. Apabila tidak, apakah mungkin sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai? Apakah sasaran yang ditetapkan terlalu rendah ataukah sebaliknya terlalu tinggi dibandingkan kemampuan pelaksana? Dengan demikian, realistic berkaitan erat dengan keyakinan dari para pihak yang terkait dengan sasaran, terhadap pencapaian sasaran yang hendak dicapai. Time bound, menunjukan bahwa ukuran kinerja berkaitan dengan batas waktu. Kapan tugas harus dimulai? Kapan tugas harus diselesaikan? Berapa lama tugas harus diselesaikan? Bila ukuran kinerja tidak memiliki batas waktu maka dapat dikatakan bahwa ukuran kinerja memiliki ketidakkepastian dalam mewujudkannya. Ukuran kinerja harus berbasis data aktual atau data terkini yang diperoleh berdasarkan fakta. Jadi ukuran kinerja bukanlah data kadaluarsa ataupun data yang diperoleh berdasarkan perkiraan maupun persepsi dari orang atau pihak yang terlibat dalam pencapaian kinerja. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menentukan ukuran adalah: a. Memiliki hubungan yang jelas dengan sasaran strategis. Ukuran adalah indikator keberhasilan tercapainya sasaran strategis. Jadi ukuran adalah sesuatu yang menjelaskan sasaran strategis. Tidaklah mungkin menetapkan suatu ~ 228 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
penjelasan tanpa berkorelasi dengan yang dijelaskannya. Bila satu perusahaan memiliki sasaran strategis mewujudkan perusahaan yang bernilai sosial maka tentu saja ukuran kinerja yang ditetapkan merujuk pada karakteristik dari sifat sosial organisasi seperti jumlah dana CSR yang disalurkan terhadap keuantungan bersih, jumlat zakat yang dibayarkan dll. b.
Mendorong pada perilaku kinerja. Ukuran hendaknya menjadi pagar yang jelas bagi semua orang yang terlibat di dalam kinerja untuk senantiasa berperilaku menuju kepada kinerja yang diinginkan. Sebagai contoh, satu organisasi nirlaba menentukan sasaran strategis meningkatnya akuntabilitas pengelolaan dana. Oleh karena itu, ukuran yang harus dibuat oleh organisasi adalah ukuran yang mendorong pada perilaku penentuan kegiatan berdasarkan pareto kepentingan yaitu perilaku pelaporan pertanggungjawaban pengelolaan dana ataupun perilaku keterbukaan informasi pengelolaan dana dsbnya.
c.
Fokus pada penerapan. Ukuran kinerja harus mudah dipahami oleh orang yang terlibat dalam kinerja. Pemahaman yang baik terhadap ukuran akan mempermudah organisasi untuk mengelola dan memonitor kinerja.
Ukuran kinerja mengukur kinerja pada 3 area yaitu: a. Mengukur hasil. Ukuran kinerja mengukur hasil akhir tercapainya kinerja. Ukuran biasanya ditunjukan dengan angka atau prosentasi yang menggambarkan hasil akhir kinerja. Sebagai contoh: hasil survey kepuasan pelanggan, jumlah kepuasan pelanggan, jumlah premi bruto dsbnya.
~ 229 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
b.
Mengukur aktifitas. Ukuran kinerja mengukur aktifitas kinerja. Aktifitas yang dilakukan untuk mencapai kinerja akhir diukur sebagai bagian dari pencapaian kinerja. Sebagai contoh: jumlah hari proses klaim, jumlah polis yang diselesaikan, jumlah pelanggan yang mendatangi customer service, waktu yang dibutuhkan untuk merespon keluhan dsbnya.
c.
Mengukur inisiatif. Ukuran kinerja mengukur inisiatif. Inisiatif yang dilakukan untuk mencapai kinerja akhir diukur sebagai bagian dari pencapaian kinerja. Sebagai contoh: Ketersediaan training center, pengadaan pemasok pembanding, penyelesaian sumur pengelolaan limbah dsbnya.
Ukuran kinerja dapat ditentukan melalui beberapa tahapan yaitu memahami ukuran kinerja yang digunakan saat ini, mempelajari ukuran yang telah digunakan baik oleh organisasi maupun melalui benchmarking dari para pesaing, melakukan evaluasi terhadap ukuran-ukuran yang potensial. Gambar 17.1. Tahapan Menentukan Ukuran Kinerja
Memahami ukuran kinerja existing
Ukuran berdasarkan pengalaman: sendiri, benchmarking
Evaluasi ukuran yang potensial
~ 230 ~
Ukuran Terpilih
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
A. Ukuran Orientasi Kemaslahatan Orientasi Ibadah Dalam kaitannya dengan penerapan agama, terdapat beberapa ukuran yang digunakan oleh para ahli. Diantaranya adalah Hill dan Hood Jr (1999)271 membuat tujuh belas ukuran penerapan agama yaitu skala keimanan dan praktek agama, skala perilaku agama, skala orientasi agama, skala pengembangan agama, skala keterlibatan dan komitmen agama, skala pengalaman beragama, skala nilai moral religious dari karakteristik personal, skala multidimensi agama, skala menghadapi dan memecahkan permasalahan agama, skala spiritualitas dan mistis, skala konsep Tuhan, skala fundamentalis agama, skala pandangan tentang kematian dan hari akhir, skala atribusi agama, skala, skala institusisasi agama, skala keterkaitan pemahaman. Hisham Abu Raiya (2008)272 mengembangkan enam ukuran penerapan agama dalam Psychological Measure of Islamic Religiousness (PMIR), keenam ukuran tersebut adalah Islamic Beliefs, Islamic Ethical Principles & Universality, Islamic Religious Struggle, Islamic Religious Duty, Obligation & Exclusivism, Islamic Positive Religious Coping & Identification dan Punishing Allah Reappraisal. Hamza Khraim (2010)273 mengemukakan tiga ukuran penerapan agama untuk perilaku konsumen yaitu isu-isu Islam terkini, pendidikan agama dan produk-produk sensitif. Penulis mengembangkan beberapa ukuran untuk orientasi ibadah. Ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian sasaran strategis mewujudkan pengelola organisasi yang visioner adalah jumlah produk free of interest. Ciri-ciri orang visioner adalah senantiasa menjaga perilaku sesuai tuntutan aqidah dan tuntunan shari>’ah. Oleh karena itu, peningkatan jumlah produk yang sesuai dengan maqa>s}id al-sha>ri’ah menjadi ukuran pencapaian sasaran strategi ini. Pemimpin visioner memiliki karakteristik yaitu senantiasa mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan dari Yang Maha Menciptakan, Yang Maha Mengatur, Yang Maha Memberi Rizki. Patuh kepadaNya berarti juga patuh pada regulasi organisasi ~ 231 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sepanjang regulasi tersebut tidak betentangan dengan maqa>s}id alshari>’ah. Untuk melihat kinerja kepatuhan pemimpin pada maqa>s}id al-shari>’ah maupun regulasi lainnya, dapat dilihat dari ketersediaan kode etik kepemimpinan. Kandungan dan isi kode etik harus sejalan dengan maqa>s}id al-shari>’ah. Kode etik harus telah tersedia sebelum memasuki tahun anggaran baru. Sementara untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan kode etik dapat dilakukan melalui pelaksanaan audit. Sehingga ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur sasaran strategis mewujudkan organisasi yang patuh dan konsisten terdapat dua ukuran yaitu: ketersediaan code of conduct dan temuan audit. Sasaran strategis meningkatkan fungsi sosial yaitu dengan berpartisipasi aktif dalam program CSR. Dalam sudut pandang Islam, CSR dilakukan untuk berbagi kesejahteraan dengan para pemangku kepentingan274. Islam melarang pengumpulan kekayaan tanpa ada pemanfaatan. CSR juga tidak sekedar untuk meningkatkan fungsi dan kewajiban sosial organisasi terhadap lingkungan, tetapi untuk mengejawantahkan fungsi organisasi sebagai khalifah Allah di bumi (SaydFarook, n.d) 275. Sehingga, motivasi dilaksanakannya CSR adalah karena ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Menciptakan (Asyraf Wajdi Dusuki, n.d) 276. Konsekuensinya adalah anggaran yang disediakan untuk kegiatan CSR bukan berasal dari menyisihkan keuntungan. Tetapi dengan mengalokasikan CSR sebagai komponen biaya. Bila CSR menjadi bagian dari keuntungan maka anggaran CSR akan bergantung dari besarnya keuntungan perusahaan. Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan besar maka anggaran CSR akan meningkat. Tetapi bila perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau mendapatkan kerugian maka tidak ada anggaran yang dialokasikan untuk CSR. Hal itu berarti, kegiatan CSR dikendalikan oleh kondisi perusahaan pada tahun sebelumnya. Berbeda dengan CSR yang dilakukan karena patuh kepada Sang Maha Pencipta. CSR memiliki anggaran tersendiri. Biaya CSR dikelompokan ke dalam „biaya kepatuhan‟. Anggaran CSR menjadi bagian dari komponen biaya. Artinya biaya CSR telah ditentukan di ~ 232 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
awal tahun, bukan di akhir tahun sebelumnya. Oleh karena itu, ukuran yang dapat mewakili aktifitas CSR adalah prosentase kenaikan anggaran biaya CSR. Orientasi Proses Internal Orientasi proses internal memiliki sasaran strategis mewujudkan keadilan, menciptakan produktifitas yang tinggi, menciptakan fleksibilitas & kecekatan thd perubahan dan meningkatkan fungsi ekonomi. Sasaran strategis mewujudkan keadilan merujuk pada keadilan yang dimaksudkan oleh Abu Zahara dalam Omar Mohammed (2008)277. Terdapat 5 ukuran untuk mengukur kinerja mewujudkan keadilan yaitu transaksi yang adil atau fair, produk atau jasa yang dihasilkan, usaha yang dilakukan untuk menghapus ketidakadilan, waktu pembayaran kepada pemasok atau mitra dan % tenaga kerja outsorcing yang diangkat menjadi tenaga kerja tetap. Pencapaian kinerja sasaran strategis menciptakan produktifitas yang tinggi diukur dengan ukuran penjualan produk & jasa dan biaya defect produk & jasa. Semakin tinggi nilai penjualan menunjukan bahwa kinerja organisasi semakin baik. Tingginya tingkat penjualan produk dan jasa bukanlah berarti menunjukan keberhasilan dari satu bagian tertentu saja, tetapi menunjukan keberhasilan dari seluruh komponen di dalam organisasi. Biaya pengelolaan produk defect muncul karena adanya produk yang tidak sesuai dengan persyaratan pelanggan. Sasaran strategis menciptakan organisasi yang memiliki fleksibilitas dan kecekatan terhadap perubahan diukur dengan Ketersediaan Rencana Organisasi (RJPP, RJMP dan RKAP). Sasaran strategis menciptakan produktifitas yang tinggi diukur dengan 2 ukuran kinerja yaitu Penjualan produk dan jasa dan Biaya defect produk dan jasa. Sasaran strategis meningkatkan fungsi ekonomi ditunjukan dengan efisiensi proses. Efsiensi proses akan identik dengan efisiensi biaya terutama biaya produksi. Ukuran yang digunakan pada sasaran strategis meningkatkan fungsi ekonomi adalah efisiensi biaya produksi. ~ 233 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Orientasi Bakat Orientasi bakat memiliki sasaran strategis meningkatkan kepuasan tenaga kerja berbakat dan menjamin keberlanjutan kepemimpinan. Pencapaian kinerja sasaran strategis meningkatkan kepuasan tenaga kerja berbakat diukur dengan ukuran indeks kepuasan tenaga kerja berbakat. Kegiatan ini dilakukan melalui survey yang secara tekhnis dapat dilakukan sendiri oleh entitas binis, tetapi dapat juga dilakukan bekerjasama dengan pihak ketiga atau konsultan. Kegiatan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tenaga kerja berbakat merasakan kepuasan di dalam bekerja. Biaya kegiatan survey kepuasan tenaga kerja berbakat yang dilakukan oleh internal organisasi, biasanya lebih rendah daripada dengan menggunakan tenaga pihak ketiga. Namun, survey kepuasan tenaga kerja berbakat yang dilakukan oleh pihak ketiga memiliki kredibilitas hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan melakukan sendiri. Pencapaian kinerja sasaran strategis menjamin keberlanjutan kepemimpinan diukur dengan ukuran jumlah tenaga kerja berbakat yang memiliki sertifkasi keahlian. Pada beberapa jenis usaha, jumlah tenaga kerja berbakat yang memiliki kualifikasi tertentu sangat dipersyaratkan oleh pengatur regulasi atau lainnya, seperti kualifikasi manajer investasi, kualifikasi aktuaria, kualifikasi pengelola human resources, kualifikasi auditor, pengelola keuangan dsbnya. Semakin memenuhi ketentuan yang berlaku maka semakin memberikan jaminan keberlanjutan kepemimpinan pengelolaan organisasi. Orientasi Pembelajaran Beberapa peneliti (Chen, 2010)278 menggunakan ukuran yang berbeda-beda untuk mengukur kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diantaranya: Ellingson and Wambsganss, (2001), Libby (2004), Ullrich and Tuttle (2004) menggunakan ukuran employee skill untuk sasaran modal insani. Adapun Kaplan (2004) menggunakan know-how untuk sasaran modal insani. Untuk sasaran modal organisasi, Kaplan menggunakan dua ukuran yaitu sharing of worker knowledge dan shared vision. Untuk ~ 234 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sasaran modal informasi, Kaplan menggunakan ukuran knowledge management capabilities dan accessibility of information. Sedangkan Maris Martinsons, Robert Davison, Dennis Tse (1999)279 menggunakan ukuran business value, user orientation, internal process dan future readiness untuk mengukur kinerja sistem informasi. Orientasi pembelajaran memiliki empat sasaran strategis yaitu terwujudnya pemberdayaan tenaga kerja, terbangunnya budaya kerja pembelajar, terintegrasinya infrastuktur IT sebagi media pembelajar dan terbangunnya sistem reward berbasis pembelajar. Sasaran strategis terwujudnya pemberdayaan tenaga kerja memiliki ukuran: jumlah peningkatan yang dilakukan / tahun. Individu pembelajar adalah individu yang senantiasa belajar dari masalah yang dihadapinya. Masalah yang timbul akan menjadi sumber ide perbaikan dan peningkatan. Ide perbaikan dan peningkatan hendaknya dikelola dengan baik oleh organisasi menjadi suatu kekuatan. Segala ide yang disampaikan selanjutnya ditindaklanjuti menjadi perbaikan dan peningkatan di tempat kerja (gemba kaizen). Oleh karema itu, jumlah perbaikan dan peningkatan di area kerja menjadi salah satu ukuran keberhasilan orientasi pembelajaran. Sasaran strategis terbangunnya budaya kerja pembelajar memiliki ukuran kinerja jumlah sharing knowledge dan jumlah mandays. Sharing knowledge adalah budaya saling mentransfer ilmu pengetahuan kepada orang lain di dalam suatu organisasi. Sumbersumber knowledge dapat diperoleh dari pelatihan, pendidikan, self development, magang, membaca, menulis dsbnya. Sharing knowledge bukanlah insiatif individu, tetapi harus dikelola dan dilembagakan oleh organisasi dengan menjadikannya bagian dari kewajiban para tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan, tugas dinas, survey proyek, audit mitra, audit pemasok dll. Sharing knowledge seharusnya menjadi budaya kerja di dalam organisasi. Mandays adalah jumlah hari pelatihan rata-rata yang diterima oleh satu orang tenaga kerja dalam satu tahun.
~ 235 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sasaran strategis terintegrasinya infrastuktur IT sebagi media pembelajar memiliki ukuran kepuasan pelanggan terhadap layanan IT. Respon kepuasan dan ketidakpuasan dari para pelanggan terhadap layanan IT dapat berbentuk pertanyaan, keluhan, masukan, survey atau lainnya. Ini digunakan sebagai ukuran sasaran strategis dengan maksud untuk mengintegrasikan infrastruktur IT dengan layanan kepada para pelanggan. Sasaran strategis terbangunnya sistem reward berbasis pembelajar memiliki ukuran kinerja tunjangan keahlian. Dalam organisasi pembelajar, tenaga kerja dituntut untuk memiliki keahlian tertentu. Tiap tingkat memiliki standar keahlian yang berbeda. Apabila keahlian tidak dapat terpenuhi maka akan berpengaruh pada penilaian kinerja tahunan individu. Terlihat sepertinya sistem demikian sangat memberatkan bagi tenaga kerja, tetapi keuntungan yang diperoleh tenaga kerja adalah bagi yang memenuhi kriteria sebagaimana yang dipersyaratkan terdapat reward yang diterima oleh tenaga kerja. Perusahaan-perusahaan Jepang bahkan memberlakukan budaya kaizen melalui small group activities (SGA). Tim kecil terdiri atas tiga hingga lima orang yang menganalisis berbagai hal di area kerjanya. Tim mengusulkan tindakan perbaikan. Bila disetujui maka kegiatan perbaikanpun dilakukan. Seluruh fungsi kerjadidorong untuk menerapkan SGA. Dalam selang waktu tertentu, seluruh kelompok SGA mengikuti konvensi yaitu pemaparan hasil perbaikan oleh seluruh tim SGA. Bagi tim yang menurut penilain juri memenuhi kriteria maka akan mendapatkan perghargaan dari manajemen. Kegiatan konvensi secara rutin dilakukan. Ini membuktikan bahwa individu pembelajar seharusnya difasilitasi oleh organisasi untuk dikembangkan dan diberdayakan, sehingga tercipta organisasi pembelajar yaitu organisasi yang mampu mengelola pembelajaran dan menghubungkannya dengan sistem reward.
~ 236 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Orientasi Pelanggan Kinerja sasaran strategis meningkatkan kepuasan pelanggan diukur dengan ukuran indeks kepuasan pelanggan. Survey dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Survey tingkat kepuasan pelanggan dilakukan pada aspek: pemahaman terhadap produk dan jasa, prosedur, fasilitas pelayanan, personil dan keberterimaan produk. Adapun sasaran strategis mewujudkan pemberdayaan pelanggan sangat dipengaruhi oleh respon organisasi terhadap segala masukan atau informasi yang disampaikan oleh pelanggan. Sehingga durasi waktu respon terhadap keluhan pelanggan menjadi ukuran keberhasilan dari sasaran strategis mewujudkan pemberdayaan pelanggan. Orientasi Harta Kekayaan Sasaran strategis mewujudkan double profit adalah kondisi dimana keuntungan bersih menjadi dua kali lipat dari periode sebelumnya. Keuntungan bersih adalah keuntungan setelah pembayaran pajak. Kinerja sasaran strategis mewujudkan double profit diukur dengan menggunakan keuntungan bersih. Sasaran strategis mewujudkan kebersihan harta bertujuan agar harta kekayaan yang diperoleh bersih dari hak orang lain. Sebagaimana diketahui bahwa dari setiap harta yang didapatkan, sesungguhanya di dalam harta tersebut masih terkandung hak orang lain. Karenanya, harta yang diperoleh harus segera dibersihkan melalui pembayaran zakat. Kinerja sasaran strategis mewujudkan kebersihan harta diukur dengan ukuran jumlah pembayaran zakat. Hal ini merujuk pada Muhammad Abu Zaharah (1997), Mohammed & Dzuljastri Abdul Razak (2008)280 dan Shaukat (2012)281. Seluruh aktifitas yang dilakukan oleh organisasi harus ditunjang dengan pendanaan yang tepat. Perencanaan aktifitas termasuk di dalamnya anggaran kegiatan dilakukan dengan membuat perencanaan di awal peirode. Agar pendanaan yang dianggarkan tepat sasaran maka seluruh kegiatan tersebut harus disusun berdasarkan skala prioritas. Dengan demikian, ketersediaan ~ 237 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
rencana kerja dan anggaran dan proses monitornya menjadi ukuran keberhasila sasaran strategis mewujudkan organisasi menjadi organisasi yang efisien. B. Nama Ukuran Tiap-tiap ukuran harus diberikan nama. Nama ukuran dimaksudkan untuk mempermudah proses monitor kinerja. Sebagaimana fungsi nama, nama ukuran berfungsi untuk memanggil ukuran kinerja. Contoh nama ukuran kinerja pada orientasi ibadah misalnya membaca alquran, puasa sunah, shalat tahajud, berbakti orang tua dsbnya. Contoh nama ukuran kinerja pada orientasi proses internal misalnya proses pembayaran klaim, jumlah kantor pelayanan, jumlah perbaikan dsbnya. Contoh nama ukuran kinerja pada orientasi bakat adalah kepuasan tenaga kerja, human capital readiness, turn over tenaga kerja dsbnya. Contoh nama ukuran kinerja pada orientasi pembelajaran adalah mandays pelatihan, sharing knowledge, submitted penelitian di jurnal internasional dsbnya. Contoh nama ukuran kinerja pada orientasi pelanggan adalah indeks kepuasan pelanggan, feed back pelanggan, keterlibatan pelanggan dsbnya. Contoh nama ukuran kinerja pada orientasi harta kekayaan adalah pembayaran zakat, keuntungan bersih, biaya operasional dsbnya. C. Pengelompokan Ukuran Mengacu pada disain sistem kerja dan proses kerja pada Gambar 8.3, terdapat 3 kelompok besar proses kerja yang harus diukur pencapaian kinerjanya. Ketiga kelompok besar proses tersebut adalah mewakili kepatuhan, baik kepatuhan kepada shari>’ah maupun kepatuhan kepada regulasi. Proses besar kedua adalah proses input, proses inti dan proses pendukung. Proses besar ketiga adalah proses yang berkaitan dengan keberlanjutan. Keberlanjutan berhubungan dengan proses peningkatan & inovasi, strategis, pengelolaan bencana & keadaan darurat, pengelolaan risiko dan CSR.
~ 238 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Kepatuhan adalah bagian daripada orientasi ibadah. Namun demikian dalam pengelompokan Ukuran Kinerja, kepatuhan dimasukan dalam kelompok tersendiri, di luar orientasi ibadah. Kepatuhan bersifat wajib untuk dijalankan oleh seluruh individu/fungsi kerja/organisasi. Kinerja kepatuhan juga bersifat wajib dicapai. Wajib adalah untuk menjelaskan bahwa kinerja kepatuhan lebih daripada harus. Bahkan apabila kinerja kepatuhan tidak diterapkan ataupun tidak tercapai maka individu/fungsi kerja/organisasi dikenakan pengurangan nilai kinerja. Gambar 17.2. Tiga Kelompok Besar Proses INPUT
maq a>s}id alshar i>’ah
P E R S Y A R A T A N
Shariah Complient
P E M A N G K U
maq
Orientasi a>s}id Kemaslahatan al-
Penciptaan Nilai
Proses Pendukung
Improvement dan Inovasi
Kepatuhan K E P U A S A N
Proses Inti (Utama)
P E M A N G K U K E P E N T I N G A N
OUTPUT Legal Complient
Strategic & Sustainability
K E P E N T I N G A N
shar i>’ah
Keberlanjutan Pengelolaan Bencana dan Keadaan Darurat
Risk Management
CSR
Keberlanjutan adalah bagian daripada orientasi proses internal. Namun demikian dalam pengelompokan Ukuran Kinerja, keberlanjutan dimasukan dalam kelompok tersendiri, di luar orientasi proses internal. Keberlanjutan adalah kinerja bersama dari individu/fungsi kerja/organisasi dalam mendukung keberlanjutan organisasi. Output kinerja keberlanjutan organisasi, dapat saja (tetapi bukan keharusan) merupakan sumasi dari kinerja keberlanjutan individu/fungsi kerja. ~ 239 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Kelompok ketiga adalah kinerja orientasi kemaslahatan yang dimiliki oleh masing-masing individu/fungsi kerja. Kelompok ini merupakan kelompok kinerja yang bisa saja antara satu individu/fungsi kerja dengan yang lainnya berbeda, bisa juga sama. Perbedaannya terletak, baik pada nama ukuran kinerja maupun target kinerja. Penjelasan ketiga kelompok ukuran kinerja tersebut di atas adalah: 1. Ukuran Wajib: Ukuran yang mencerminkan kepatuhan dan ketaatan baik pada hukum shari>’ah maupun pada hukum yang menaungi operasional organisasi. Ukuran kinerja wajib bersifat harus tercapai. Bila kinerja Ukuran Wajib, tidak tercapai maka berdampak pada penilaian pribadi dari organisasi/fungsi kerja/invividu pemilik ukuran. Pemilik ukuran dikenakan penilaian negatip berupa pinalti pengurangan nilai kinerja. Kelompok Ukuran Wajib, berkaitan dengan kepatuhan terhadap sha>ri’ah dan kepatuhan pada legalitas. Termasuk dalam kelompok ini adalah pengelolaan tata kelola organisasi atau good corporate governance (GCG). 2.
Ukuran Sendiri: Ukuran kinerja yang dimiliki oleh organisasi/fungsi kerja/invividu yang merupakan representasi dari enam orientasi kemaslahatan yaitu orientasi ibadah, proses internal, bakat, pembelajaran, pelanggan dan harta kekayaan. Satu fungsi kerja/individu, bisa jadi memiliki nama Ukuran Sendiri yang sama dengan fungsi kerja/individu lainnya, tetapi bisa juga berbeda. Contoh, Bagian Klaim memiliki memiliki 2 Ukuran Kinerja Sendiri pada orientasi pembelajaran berupa sharing knowledge dan mandays pelatihan. Demikian pula dengan Bagian Keuangan memiliki 2 Ukuran Kinerja Sendiri pada orientasi pembelajaran berupa sharing knowledge dan mandays pelatihan. Sementara Bagian HR memiliki 3 Ukuran Kinerja Sendiri pada orientasi pembelajaran berupa ~ 240 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sharing knowledge, pelatihan untuk Tim Manajemen dan realisasi anggaran pelatihan. 3.
Ukuran Bersama: Ukuran kinerja yang dimiliki oleh organisasi/fungsi kerja/invividu yang merupakan representasi dari ukuran bersifat strategis, keberlanjutan, peningkatan, inovasi, pengelolaan bencana dan keadaan darurat dan pengelolaan risiko. Pencapaian Ukuran Bersama akan berdampak pada keberlanjutan organisasi. Termasuk ke dalam kelompok Ukuran Bersama adalah pengelolaan lingkungan dan Health and Safety Environment (HSE). Gambar 17.3. Pengelompokan Ukuran Kinerja Kelompok Ukuran
Jenis Ukuran
Ukuran Wajib
Kepatuhan Shariah, Kepatuhan Legalitas, GCG
Ukuran Sendiri
Ibadah, Proses Internal, Bakat, Pembelajaran, Pelanggan dan Harta Kekayaan
Ukuran Bersama
Strategis, Keberlanjutan, Peningkatan, Inovasi, Pengelolaan Risiko, Pengelolaan Bencana, Keadaan Darurat, HSE
D. Penyelarasan Langkah ini merupakan langkah penyelarasan antara strategi di tingkat organisasi dengan strategi di tingkat fungsi kerja dan individu. Beberapa manfaat yang diperoleh dari proses penyelarasan strategi adalah: 1. Memastikan pencapaian kinerja organisasi didukung oleh pencapaian kinerja dari seluruh tingkat fungsi kerja dan individu. ~ 241 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
2. 3.
Menciptakan hubungan yang harmonis, sinergis dan strategis bagi seluruh fungsi kerja dan individu. Membangun komunikasi kinerja yang terukur, terstruktur, sistematik, dalam rangka mencapai visi dan misi organisasi.
Proses penyelarasan strategi tingkat fungsi kerja dan individu pada strategi tingkat organisasi dilakukan melalui proses cascading. Tujuan utama yang ingin dicapai dari proses cascading adalah untuk memastikan adanya dukungan kinerja dari seluruh tingkatan tenaga kerja. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa cascading adalah sarana yang disediakan oleh organisasi bagi seluruh tingkatan tenaga kerja untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. Cascading dilakukan dengan menurunkan ukuran kinerja di tingkat organisasi kepada ukuran kinerja fungsi kerja. Selanjutnya ukuran kinerja tingkat fungsi kerja diturunkan kepada ukuran kinerja tingkat individu. Gambar 17.4 Penyelarasan Strategi Untuk Mendapatkan Dukungan Strategi
Organisasi
Fungsi Kerja
Individu
E. Pembobotan Antara satu area kinerja dengan area kinerja lainnya memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, satu area kinerja memiliki bobot kinerja yang berbeda dengan area lainnya. Area kinerja yang ~ 242 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi memiliki bobot yang paling besar. Sedangkan area kinerja yang memiliki tingkat kepentingan yang paling rendah memiliki bobot kinerja yang paling kecil. Gambar 17.5. Bobot Ukuran Berdasarkan Tingkat Kepentingan
Kritis terhadap kinerja
• Indikator memiliki pengaruh yang bersifat kritis bagi kinerja. Apabila tidak tercapai maka akan berakibat fatal bagi organisasi. • Memiliki bobot 20%.
Sangat penting terhadap kinerja
• Indikator memiliki pengaruh yang sangat penting bagi kinerja. Indikatoir ini merupakan pendorong utama bagi tercapainya kinerja. • Memiliki bobot antara 15% - 20%.
Penting terhadap kinerja
• Indikator memiliki pengaruh yang penting bagi kinerja. Namun bukan pendorong utama tercapainya kinerja. • Memiliki bobot antara 5% - 10 %.
F. Formula Formula adalah pendekatan, rumus atau cara menghitung ukuran. Misalkan, orientasi harta kekayaan memiliki ukuran laba usaha. Maka, formula laba usaha adalah rumusan untuk mendapatkan laba usaha yaitu total pendapatan dikurangi total biaya. Ukuran ROA (Return on Asset) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya tingkat pengembalian atau return dalam bentuk pendapatan bersih terhadap total asset perusahaan. Formula yang digunakan adalah
Pendapatan bersih atau Earning After Tax adalah pencapaian laba bersih perusahaan pada tahun anggaran berjalan. Total Asset adalah besarnya rata-rata total asset yang tercantum pada neraca ~ 243 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
perusahaan yang dihitung dari total asset pada neraca akhir tahun ditambah total asset tahun sebelumnya dibagi 2. Perlu dipahami bahwa formula bukanlah selalu merujuk pada rumus matematika. Pada sistem Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) BUMN salah satu KPI adalah Pemenuhan Portal BUMN. KPI ini untuk menunjukan pemenuhan informasi tentang Aset, PKBL, SDM dan Publik yang diunggah ke dalam portal BUMN secara reguler. KPI ini memiliki formula keteraturan mengunggah informasi ke dalam portal BUMN secara reguler. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja jumlah produk yang bebas riba adalah jumlah produk yang bebas riba / total produk. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja prosentase kenaikan anggaran biaya CSR adalah % kenaikan anggaran CSR. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja tersedianya code of conduct adalah waktu penyediaan, sebelum berjalannya tahun anggaran baru. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja tindak lanjut temuan audit adalah jumlah tindak lanjut temuan. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja transaksi yang adil atau fair adalah keuntungan / total pendapatan. Formula untuk menilai produk atau jasa yang dihasilkan adalah hutang tak tertagih / total pendapatan. Formula untuk menilai usaha yang dilakukan untuk menghapus ketidakadilan adalah pendapatan bebas bunga/total pendapatan. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja waktu pembayaran kepada pemasok atau mitra adalah waktu < 30 hari. Pemilihan rentang waktu pembayaran yang kurang dari 30 hari dengan pertimbangan menjaga hubungan baik dengan pemasok atau mitra. Tentu saja penentuan rentang waktu yang sebenarnya dilakukan dengan kesepakatan dari kedua belah pihak agar terhindar dari sikap saling mendzalimi. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja jumlah tenaga kerja outsorcing yang diangkat menjadi tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja outsorcing yang diangkat menjadi tenaga kerja tetap / total tenaga kerja outsorcing.
~ 244 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Formula yang digunakan untuk menilai kinerja efisiensi biaya produksi adalah biaya produksi / total biaya. Formula yang digunakan
untuk menilai kinerja penjualan produk dan jasa adalah penjualan tahun ini / penjualan tahun lalu. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja biaya defect produk dan jasa adalah biaya defect / biaya produksi tetap 10%. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja ketersediaan rencana organisasi (RJPP, RJMP dan RKAP) adalah waktu penyediaan sebelum berjalannya periode baru. Indeks kepuasan tenaga kerja berbakat diperoleh melalui survey. Pengolahan data survey menggunakan metode analisis deskriptif282. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja indeks kepuasan tenaga kerja berbakat adalah dengan menghitung rata-rata persepsi tenaga kerja berbakat terhadap variabel pengukuran.
dimana x = nilai yang akan dihitung, f =
jumlah frekuensi untuk setiap variabel, i = katagori dalam variabel yang bersangkutan, dan N = jumlah responden. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja Jumlah tenaga kerja berbakat yang memiliki sertifkiasi keahlian adalah Jumlah tenaga kerja berbakat bersertifikat keahlian. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja jumlah peningkatan yang dilakukan per unit kerja per tahun adalah peningkatan /unit kerja. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja sharing knowledge adalah jumlah sharing knowledge / bulan / unit kerja. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja jumlah mandays adalah jumlah hari pelatihan x karyawan yg mengikuti pelatihan / jumlah total karyawan. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja kepuasan pelanggan terhadap layanan IT adalah indeks kepuasan. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja tunjangan keahlian adalah Jumlah tenaga kerja yang mendapat tunjangan keahlian. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja indeks kepuasan pelanggan adalah indeks kepuasan. Indeks kepuasan pelanggan tergantung pada metodologi survey yang dilakukan. Bila survey menggunakan metode analisis deskriptif (Freddy Rangkuti, ~ 245 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
2008)283 maka formula yang digunakan adalah dengan menghitung rata-rata persepsi pelanggan terhadap variabel pengukuran dimana x = nilai yang akan dihitung, f = jumlah frekuensi untuk setiap variabel, i = katagori dalam variabel yang bersangkutan, dan N = jumlah responden. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja waktu respon terhadap keluhan pelanggan adalah Jumlah hari respon selambat-lambatnya 2 hari kerja. Formula yang digunakan untuk mengukur kinerja keuntungan bersih adalah keuntungan bersih tahun ini / keuntungan bersih tahun lalu. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja jumlah pembayaran zakat adalah jumlah zakat yang dibayarkan tahun ini / jumlah zakat yang dibayarkan tahun lalu. Formula yang digunakan untuk menilai kinerja tersedianya rencana kerja & anggaran dan proses monitornya adalah Waktu penyediaan, sebelum berjalannya tahun anggaran baru.
271
272
273
274
275
276
277
Peter C. Hill dan Ralph W. Hood Jr. Measures of Religiosity. (Birmingham Alabama: Religious Education Press, 1999). Hisham Abu Raiya, “a Psychological Measure of Islamic Religiousness: Evidence for Relevance, Reliability and Validity,” (Ph.D. diss., College of Bowling Green, State University, August 2008). Hamza Khraim, “Measuring Religiosity in Consumer Research from Islamic Perspective,” International Journal of Marketing Studies 2, No. 2 (November 2010) A. Riawan Amin, The Celestial Management (Jakarta: Embun Publishing, Nopember 2007). Bisnis diciptakan sebagai pusat 3W yaitu bisnis sebagai pusat peribatan atau penyembahan, bisnis sebagai pusat berkumpul dan terbaginya kesejahteraan, bisnis sebagai pusat pertempuran untuk pemberdayaan umat. Sayd Farook. “Social Responsibility for Islamic Financial Institutions: Laying Down A Framework.” Journal of Islamic Economics, Banking and Finance 62 (n.d.): 61-82. Asyraf Wajdi Dusuki dan Nurdianawati Irwani Abdullah. “Maqasid alShari`ah, Maslahah, and Corporate Social Responsibility.” The American Journal of Islamic Social Sciences 24:1: 26-45. Mustafa Omar Mohammed dan Dzuljastri Abdul Razak. “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework.” (paper dipresentasikan pada The IIUM International Accounting Conference (INTAC IV), Putra Jaya, 2008).
~ 246 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
278
279
280
281
282
283
Chen Yuan Chen dkk. “Linking the Balanced Scorecard (BSC) to Business Management Performance: A preliminary Concept of Fit Theory for Navigation Science and Management.” International Journal of the Physical Sciences 5. No. 8 (4 August 2010). Maris Martinsons, Robert Davison dan Dennis Tse. “The Balanced Scorecard: a Foundation for The Strategic Management of Information Systems.” Decision Support Systems.25 (1999). Mustafa Omar Mohammed dan Dzuljastri Abdul Razak. “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework.” (paper dipresentasikan pada The IIUM International Accounting Conference (INTAC IV), Putra Jaya, 2008). Mughees Shaukat, “The Recent Financial Growth of Islamic Banks and Their Fulfillments of Maqāsid Al-Sharī„ah, Gap Analysis.” INCEIF(n.d). Freddy Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction, Tekhnik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Plus Analisis Kasus PLN – JP (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008). Freddy Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction, Tekhnik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepausan Pelanggan Plus Analisis Kasus PLN – JP. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008).
~ 247 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DELAPAN BELAS: MENYEPAKATI KONTRAK KINERJA A. Penentuan Target Kinerja Kemaslahatan Target adalah besaran yang menunjukan keberhasilan pencapaian kinerja oleh organisasi/fungsi kerja/individu. Target ditetapkan untuk mendorong organisasi/fungsi kerja/individu agar dapat mencapai tujuan organisasi sebagaimana yang telah dituangkan dalam RJPP, RJMP dan RKAP. Oleh karena itu, diperlukan milestone target kinerja jangka panjang, jangka menengah dan target tahunan. Beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan target, diantaranya: 1. Pertumbuhan industri. Suatu perusahaan memiliki pangsa pasar sebesar 20%, yang berarti bahwa perusahaan berkontribusi dalam industrinya sebesar 20%. Perusahaan mendapatkan data yang akurat bahwa pada periode depan industri akan bertumbuh sebesar 15%. Oleh karena itu, perusahaan mentargetkan bahwa dirinya harus menjadi bagian dari pertumbuhan industri tersebut. Sehingga perusahaan mentargetkan adanya peningkatan pangsa pasar sebesar 23% dibandingkan periode terdahulu. 2. Kompetensi inti organisasi Asuransi jiwa X memiliki banyak pilihan produk. Mulai dari produk individu, produk kumpulan, bancassurance, kesehatan maupun produk aliansi. Dengan pertimbangan bahwa kompetensi utama asuransi X adalah pada produk individu, maka manajemen menetapkan target perolehan premi diperoleh dari produk individu 60%, produk kumpulan 20%, bancassurance 10%, kesehatan 5% dan produk aliansi 5%.
~ 248 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
3. Pencapaian target periode sebelumnya. Perusahaan Y pada periode lalu memiliki skor penilaian good corporate governonce (GCG) sebesar 88%. Dengan tujuan meningkatkan kepatuhan pada hukum, perusahaan menetapkan target skor penilaian good corporate governonce di periode depan sebesar 93%. 4. Benchmarking dari industri. Satu perusahaan memiliki EBITDA sebesar 11%, sementara rasio EBITDA dari para pesaing di industrinya rata-rata di dalam kisaran 20% hingga 50%. Dengan tujuan meningkatkan tingkat efisiensi yang lebih baik, perusahaan mentargetkan EBITDA di periode depan sebesar 17%. Adapun dilihat dari sumbernya, penetapan target dapat berasal dari: 1. Ditetapkan oleh para pemegang saham. Sebagai pihak yang memiliki kepentingan terbesar dari hasil pengelolaan organisasi, para pemegang saham biasanya menetapkan target di awal periode kepada para pengelola organisasi. Kementrian BUMN sebagai pemegang saham seluruh usaha milik negara menetapkan target kepada para Direktur Utama. 2. Cascading atau penurunan dari target yang ada di tingkat atas. Cascading dilakukan dengan tujuan: o Sejalannya visi, misi dan tujuan perusahaan terhadap sasaran dan perilaku kinerja di tingkat unit organisasi hingga tingkat individu. o Tercapainya sinergi diantara unit kerja yang ada di dalam organisasi sehingga mempermudah dan mempercepat tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan. o Memastikan adanya dukungan dari tingkat bawah terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. ~ 249 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Satu korporasi menetapkan target laba bersih sebesar 4 trilyun rupiah. Target tersebut disebar pada 4 unit organisasi yang dimilikinya. Sehingga masing-masing unit organisasi dibebankan target laba bersih masing-masing sebesar 1 trilyun rupiah. 3. Hasil survey. Beberapa survey yang dilakukan oleh lembaga independen menunjukan bahwa calon A mendapatkan dukungan suara di dalam kisaran 30% hingga 40%. Oleh karena itu, tim sukses calon A cukup percaya diri untuk menetapka target perolehan suara calon A sebesar 30% + 1 suara dimana jumlah tersebut sudah dapat memastikan bahwa calon A terpilih sebagai Bupati. 4. Analisa SWOT. Analisa terhadap kekuatan yang dimiliki oleh organisasi dan adanya harapan yang ada di dalam persaingan industri menjadikan organisasi cukup percaya diri untuk menetapkan target yang tinggi. Namun, di sisi lain adanya kelemahan yang dimiliki oleh organisasi dan tantangan yang ada di lingkungan industri dapat menjadi pertimbangan lain bagi organisasi untuk realistis dalam menetapkan target. Contoh mem-break down target jangka menengah (5 tahunan) menjadi target jangka pendek (tahunan), sbb: Misalkan sasaran strategis mewujudkan pengelola bisnis yang visioner, memiliki ukuran jumlah produk yang free of interst. Target kinerja jangka menengah yang harus dicapai adalah 100 %. Milestone target 5 tahunan adalah: tahun ke 1 (80%), tahun ke 2 (85%), tahun ke 3 (90%), tahun ke 4 (95%), tahun ke 5 (100%).
~ 250 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 18.1. Milestone Target 5 Tahunan
Jumlah produk yang free of interst, 100% di tahun ke-5
Target tahun 1 (80%)
Target tahun 2 (85%)
Target tahun 3 (90%)
Target tahun 4 (95%)
Target tahun 5 (100%)
Target ditetapkan secara bersama-sama antara pimpinan organisasi/fungsi kerja dengan individu di dalamnya. Apabila pemilik Ukuran Kinerja merasa keberatan dengan target yang ditentukan maka dia diberikan kesempatan untuk berdialog dengan atasannya. Namun demikian, penentuan besarnya target kinerja, tetap kewenangan atasan. Orientasi Ibadah Sasaran strategis mewujudkan pengelola organisasi yang visioner, memiliki ukuran jumlah produk yang bebas riba dan target yang ingin dicapai adalah 100% pada tahun kelima. Ini menunjukan bahwa pada tahun kelima seluruh produk organisasi sudah bebas dari riba. Untuk mencapai target sebesar itu, organisasi membuat target lima tahunan yaitu tahun pertama 80%, tahun kedua 85%, tahun ketiga 90%, tahun keempat 95%, tahun kelima 100%. Sasaran strategis meningkatkan fungsi sosial dengan ukuran prosentase kenaikan anggaran biaya CSR memiliki target 25%. Untuk mencapai target sebesar itu, organisasi membuat target lima tahunan yaitu tahun pertama 5%, tahun kedua 10%, tahun ketiga 15%, tahun keempat 20%, tahun kelima 25%. Kepatuhan Sasaran strategis mewujudkan organisasi yang patuh dan konsisten memiliki ukuran kinerja tersedianya code of conduct. Ukuran tersebut dinilai dengan formula waktu penyediaan code of ~ 251 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
conduct sebelum berjalannya tahun anggaran baru. Target yang ditetapkan adalah 100% code of conduct telah tersedia sebelum tahun anggaran baru berjalan. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 100%, tahun kedua sebesar 100%, tahun ketiga sebesar 100%, tahun keempat sebesar 100%, tahun kelima sebesar 100%. Adapun untuk ukuran kinerja temuan audit dinilai dengan formula Jumlah tindak lanjut temuan audit. Target yang ditetapkan adalah 100% pada tahun kelima. Untuk mencapai target sebesar itu, organisasi membuat target lima tahunan yaitu tahun pertama 100%, tahun kedua 100%, tahun ketiga 100%, tahun keempat 100%, tahun kelima 100%. Orientasi Proses Internal Sasaran strategis mewujudkan keadilan memiliki ukuran kinerja: transaksi yang adil atau fair, produk atau jasa yang dihasilkan, usaha yang dilakukan untuk menghapus ketidakadilan, waktu pembayaran kepada pemasok atau mitra, jumlah tenaga kerja outsorcing yang diangkat menjadi tenaga kerja tetap. Rincian target untuk masing-masing ukuran adalah sebagai berikut: Ukuran transaksi yang adil atau fair. Target yang akan dicapai adalah 40% di tahun kelima. Oleh karena itu, organisasi menyusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebesar 20%, tahun kedua sebesar 25%, tahun ketiga sebesar 30%, tahun keempat sebesar 35%, tahun kelima sebesar 40%. Ukuran produk atau jasa yang dihasilkan, target lima tahun yang akan dicapai adalah sebesar 5%. Oleh karena itu, organisasi menyusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebesar 15%, tahun kedua sebesar 12%, tahun ketiga sebesar 10%, tahun keempat sebesar 8%, tahun kelima sebesar 5%. Ukuran usaha yang dilakukan untuk menghapus ketidakadilan, target lima tahun yang akan dicapai adalah 100%. Organisasi menyusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebesar 60%, tahun kedua sebesar 70%, tahun ketiga sebesar 80%, tahun keempat sebesar 90%, tahun kelima sebesar 100%. ~ 252 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Ukuran waktu pembayaran kepada pemasok atau mitra, target lima tahun yang akan dicapai adalah 100% pembayaran kepada pemasok atau mitra dilakukan kurang dari 30 hari. Organisasi menyusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebesar 60%, tahun ke sebesar 70%, tahun ketiga sebesar 80%, tahun keempat sebesar 90%, tahun kelima sebesar 100%. Ukuran jumlah tenaga kerja outsorcing yang diangkat menjadi tenaga kerja tetap, target lima tahun yang akan dicapai adalah 30% dari total tenaga outsorcing. Organisasi menyusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebesar 10%, tahun kedua sebesar 15%, tahun ketiga sebesar 20%, tahun keempat sebesar 25%, tahun kelima sebesar 30%. Sasaran strategis meningkatkan fungsi ekonomi dengan ukuran efisiensi biaya produksi, target yang ingin dicapai pada tahun ke lima adalah 100% biaya produksi dibandingkan biaya total adalah sebesar 60%. Hal ini berarti, organisasi berusaha mempertahankan agar dalam proses operasional, biaya produksi tetap sebesar 60% dari total biaya. Organisasi menyusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebesar 60%, tahun kedua sebesar 60%, tahun ketiga sebesar 60%, tahun keempat sebesar 60%, tahun kelima sebesar 60%. Sasaran strategis menciptakan produktifitas yang tinggi memiliki dua ukuran kinerja yaitu penjualan produk dan jasa, juga biaya defect produk dan jasa. Untuk ukuran penjualan produk dan jasa, yang ditunjukan dengan perbandingan penjualan tahun ini dibandingkan penjualan tahun lalu, target yang ingin dicapai pada tahun kelima adalah 15%. Oleh karena itu, disusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebesar 10%, tahun kedua sebesar 11%, tahun ketiga sebesar 12%, tahun keempat sebesar 13%, dan tahun kelima sebesar 15%. Untuk ukuran biaya defect produk dan jasa, yang ditunjukan dengan perbandingan antara biaya defect / biaya produksi dipertahanlan tetap sebesar 10%, target yang ingin dicapai adalah 100%. Oleh karena itu, target lima tahunan adalah: tahun pertama
~ 253 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
100%, tahun kedua 100%, tahun ketiga 100%, tahun keempat 100%, tahun kelima 100%. Keberlanjutan Sasaran strategis menciptakan organisasi yang memiliki fleksibilitas dan kecekatan terhadap perubahan memiliki ukuran ketersediaan rencana organisasi (RJPP, RJMP dan RKAP). Oleh karena itu, target lima tahunan yang dibuat adalah: tahun pertama 100% sebelum berjalannya tahun anggaran baru, tahun kedua 100% sebelum berjalannya tahun anggaran baru, tahun ketiga 100% sebelum berjalannya tahun anggaran baru, tahun keempat 100% sebelum berjalannya tahun anggaran baru, tahun kelima 100% sebelum berjalannya tahun anggaran baru. Orientasi Bakat Sasaran strategis meningkatkan kepuasan tenaga kerja berbakat memiliki ukuran kinerja: indeks kepuasan tenaga kerja berbakat, nilai indeks yang diharapkan adalah di atas 90%. Target yang akan dicapai adalah 100%. Oleh karena itu, target lima tahunan adalah: tahun pertama sebesar 100%, tahun kedua sebesar 100%, tahun ketiga sebesar 100%, tahun keempat sebesar 100%, tahun kelima sebesar 100%. Sasaran strategis menjamin keberlanjutan kepemimpinan memiliki ukuran kinerja: jumlah tenaga kerja berbakat yang memiliki sertifkasi keahlian, target lima tahunan yang akan dicapai adalah 15 orang. Oleh karena itu, target lima tahunan adalah: tahun pertama sebanyak 7 orang, tahun kedua sebanyak 9 orang, tahun ketiga sebanyak 11 orang, tahun keempat sebanyak 13 orang, tahun kelima sebanyak 15 orang. Orientasi Pembelajaran Sasaran strategis terwujudnya pemberdayaan tenaga kerja memiliki ukuran kinerja jumlah peningkatan yang dilakukan tiap unit kerja sebanyak 25 peningkatan per unit kerja per tahun. Target yang ingin dicapai pada tahun kelima adalah 25 peningkatan / unit ~ 254 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kerja. Oleh karena itu, disusun target lima tahunan sbb: tahun pertama sebanyak 10 peningkatan /unit kerja, tahun kedua sebanyak 12 peningkatan /unit kerja, tahun ketiga sebanyak 15 peningkatan / unit kerja, tahun keempat sebanyak 20 peningkatan / unit kerja, tahun kelima sebanyak 25 peningkatan / unit kerja. Sasaran strategis terbangunnya budaya kerja pembelajar memiliki ukuran masing-masing jumlah sharing knowledge dan jumlah mandays. Ukuran kinerja jumlah sharing knowledge dinilai dengan formula jumlah sharing knowledge / bulan / unit kerja. Target yang ditetapkan adalah 15 kegiatan / unit kerja / bulan. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama sebanyak 7 kegiatan / unit kerja / bulan. Tahun kedua sebanyak 9 kegiatan / unit kerja / bulan. Tahun ketiga sebanyak 11 kegiatan / unit kerja / bulan. Tahun keempat sebanyak 13 kegiatan / unit kerja / bulan. Tahun kelima sebanyak 15 kegiatan / unit kerja / bulan. Ukuran kinerja jumlah mandays dinilai dengan formula jumlah hari pelatihan x karyawan yg mengikuti pelatihan / jumlah total karyawan. Target yang ditetapkan adalah sebanyak 30 mandays. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama sebanyak 10 mandays. Tahun kedua sebanyak 15 mandays. Tahun ketiga sebanyak 20 mandays. Tahun keempat sebanyak 25 mandays. Tahun kelima sebanyak 30 mandays. Sasaran strategis terintegrasinya infrastuktur IT sebagi media pembelajar memiliki ukuran kepuasan pelanggan terhadap layanan IT. Ukuran tersebut dinilai dengan formula indeks kepuasan. Target yang ditetapkan untuk setiap survey adalah sebesar 90%. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 90%, tahun kedua sebesar 90%, tahun ketiga sebesar 90%, tahun keempat sebesar 90%, tahun kelima sebesar 90%. Sasaran strategis terbangunnya sistem reward berbasis pembelajar memiliki ukuran kinerja tunjangan keahlian. Ukuran tersebut dinilai dengan formula jumlah tenaga kerja yang mendapat tunjangan keahlian. Target yang ditetapkan sebesar 50% tenaga ~ 255 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kerja mendapatkan tunjangan keahlian. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 30%, tahun kedua sebesar 35%, tahun ketiga sebesar 40%, tahun keempat sebesar 45%, tahun kelima sebesar 50%. Orientasi Pelanggan Sasaran strategis meningkatkan kepuasan pelanggan memiliki ukuran kinerja indeks kepuasan pelanggan. Ukuran tersebut dinilai dengan formula indeks kepuasan sebesar 90%. Target yang ditetapkan adalah 90% survey kepuasan memiliki indeks kepuasan pelanggan sebesar 90%. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 90%, tahun kedua sebesar 90%, tahun ketiga sebesar 90%, tahun keempat sebesar 90%, tahun kelima sebesar 90%. Sasaran strategis mewujudkan pemberdayaan pelanggan memiliki ukuran kinerja waktu respon terhadap keluhan pelanggan. Ukuran tersebut dinilai dengan formula jumlah hari respon selambat-lambatnya 2 hari kerja. Target yang ditetapkan adalah 100% keluhan pelanggan direspon selambat-lambatnya 2 hari kerja. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 100%, tahun kedua sebesar 100%, tahun ketiga sebesar 100%, tahun keempat sebesar 100%, tahun kelima sebesar 100%. Orientasi Harta Kekayaan Sasaran strategis mewujudkan double profit memiliki ukuran kinerja keuntungan bersih. Ukuran tersebut dinilai dengan formula keuntungan bersih tahun ini / keuntungan bersih tahun lalu. Target yang ditetapkan adalah 200%. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 120%, tahun kedua sebesar 140%, tahun ketiga sebesar 160%, tahun keempat sebesar 180%, tahun kelima sebesar 200%. Sasaran strategis mewujudkan kebersihan harta memiliki ukuran kinerja jumlah pembayaran zakat. Ukuran tersebut dinilai dengan formula zakat tahun ini / zakat tahun lalu. Target yang ~ 256 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
ditetapkan adalah 200%. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 120%, tahun kedua sebesar 140%, tahun ketiga sebesar 160%, tahun keempat sebesar 180%, tahun kelima sebesar 200%. Sasaran strategis mewujudkan organisasi menjadi organisasi yang efisien memiliki ukuran kinerja tersedianya rencana kerja & anggaran dan proses monitornya. Ukuran tersebut dinilai dengan formula waktu penyediaan sebelum berjalannya tahun anggaran baru. Target yang ditetapkan adalah 100% rencana kerja & anggaran dan proses monitornya telah tersedia sebelum tahun anggaran baru berjalan. Oleh karena itu, target lima tahunan yang ditetapkan adalah sbb: tahun pertama 100%, tahun kedua sebesar 100%, tahun ketiga sebesar 1o0%, tahun keempat sebesar 100%, tahun kelima sebesar 100%. B. Penetapan Kontrak Setelah target ditetapkan secara bersama-sama antara pimpinan organisasi/fungsi kerja dengan para pekerja, maka dilakukan penandatanganan kontrak kinerja antara atasan dan bawahan. Kontrak kinerja menunjukan bahwa Pemilik Ukuran Kinerja bertanggungjawab secara penuh atas tercapainya target yang sudah disepakati bersama. Penandatanganan dimaksudkan untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja. Dalam Lingkup PNS, kontrak kinerja diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Penilaian Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil (SKP) dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kerja dengan target. Penilaian dilihat dari aspek kuantitas, kualitas, waktu dan/atau biaya. Dalam lingkungan Kementrian BUMN, Nurhadi284 menyebutkan bahwa terjadi 3 periode perkembangan penilaian kinerja. Periode tahun 1958-1989 adalah periode dimana tidak terdapat tolok ukur kinerja. Periode tahun 1989-1998 adalah periode penilaian kinerja BUMN dibawah koordinasi Depkeu. Penilaian dilakukan pada aspek operasional meliputi efisiensi dan ~ 257 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
produktifitas dan aspek keuangan meliputi rentabilitas, likuiditas, solvabilitas. Periode tahun 1998 sampai dengan saat ini, penilaian kinerja BUMN dibawah koordinasi Kementrian BUMN. Penilaian dilakukan pada lima item yaitu: 1. Tingkat kesehatan (aspek keuangan, aspek operasional, dan administrasi) 2. Tingkat kinerja. 3. UKU/IKU/KPI/Indikator Pencapaian Kinerja. 4. Statement of Corporate Intense (SCI). 5. Kontrak Manajemen (KM). SCI adalah kontrak antara direksi dan pemegang saham/pemilik modal yang sebagiannya merupakan janji yang bersangkutan untuk memenuhi target yang diperjanjikan saat penunjukannya sebagai Direksi BUMN. Nurhadi menjelaskan bahwa SCI berarti ringkasan dari rencana korporasi (RKAP) dan bukan merupakan janji calon Direksi BUMN saat penunjukannya pertama kali. SCI selanjutnya dicabut dengan diterbitkannya PER01/MBU/2011. KM merupakan kontrak atau janji calon Direksi BUMN dengan disetujui oleh pemegang saham/pemilik modal, jika diangkat/diangkat kembali menjadi Direksi BUMN. KM memuat KPI yang pencapaiannya dikaitkan dengan sistem reward and recognition bagi manajemen BUMN. KM berisi antara lain indikator kinerja dan sasaran perusahaan ditinjau dari aspek operasional, keuangan, dan administrasi, uraian peranan, tugas, tanggung jawab, kewenangan, hak, dan kewajiban serta pernyataan menerapkan prinsip GCG.
284
Moh Nurhadi Cahyono & Fadjar Judisiawan, “Menilik Alat Ukur Penilaian Kinerja BUMN”, Jurnal Riset Kementerian BUMN, (Oktober 2011).
~ 258 ~
(Pemilik Ukuran Kinerja)
Tabel 18.1 Kontrak Kinerja
(Atasan Pemilik Ukuran Kinerja)
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 259 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
SEMBILAN BELAS: MENERAPKAN KINERJA Langkah keenam sistem kinerja MaP adalah menerapkan kinerja kemaslahatan (do). Tahap ini merupakan tahap menjalankan seluruh perencanaan kinerja. Tentu saja diharapkan seluruh target yang ditetapkan pada perencanaan strategis dapat terlampaui. Penerapan strategi merupakan langkah menerapkan strategi di atas kertas menjadi kegiatan operasional di seluruh fungsi kerja/individu. Langkah ini merupakan langkah mengaktualisasikan berbagai macam rencana strategi ke dalam suatu tindakan nyata. RKAP yang menjadi acuan arah bagi teknis operasional, melingkupi seluruh fungsi kerja terkait, juga seluruh lapisan tenaga kerja. Jika diperlukan, dapat saja organisasi melakukan pengembangan dan penjabaran rencana kerja yang lebih detail dengan melibatkan seluruh pemasok dan mitra usaha. Penjabaran RKAP dilakukan melalui berbagai mekanisme seperti: Rapat koordinasi antara pimpinan organisasi dengan manajemen tingkat menengah. Selanjutnya manajemen tingkat menengah menjabarkan RKAP bersama manajemen tingkat di bawahnya, dstnya. Pejabat terkait menjabarkan rencana kerja kepada pemasok maupun mitra usaha dalam forum tertentu. Setiap individu di dalam organisasi membutuhkan informasi keterkaitan antara ukuran kinerja yang harus dicapai dengan pihakpihak yang terlibat. Informasi diperlukan agar setiap fungsi kerja dan individu memiliki rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan pencapaian ukuran kinerja. Contoh penjabaran keterkaitan ukuran kinerja adalah pada Tabel 19.1.
~ 260 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 19.1 Keterkaitan Ukuran Kinerja dengan Pihak Terkait
lingkungan
Pegawai √ √ √ √ √
Pemasok
√
√
Mitra
√
√ √ √
Agen
√
Distributor
Keuntungan Survey kepuasan pelanggan Temuan audit Skor GCG Indeks pembelajaran Survey kepuasan pegawai Jumlah zakat dll
Pelanggan
Ukuran
Pemegang saham
Keterkaitan Ukuran terhadap Pemangku Kepentingan
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
√ √
√
√
√
√
√
Pengalokasian sumber daya manusia untuk masing-masing program kerja di dalam RKAP dilakukan dengan mempertimbangkan apakah program tersebut bisa langsung dilakukan oleh fungsi kerja sendiri ataukah membutuhkan koordinasi dengan fungsi kerja lain. Atau bahkan membutuhkan koordinasi dengan fungsi kerja di atasnya. Terkadang untuk pekerjaan tertentu, diperlukan pertimbangan khusus, dimana untuk melakukan pekerjaan tersebut, diperlukan personil dengan kualifikasi khusus seperti melakukan proses pengelasan, melakukan proses pengangkutan, proses audit, proses merekrut pegawai, pengelolaan bahan material berbahaya dsbnya. Sedangkan untuk melaksanakan program kerja yang bersifat ad-hoc, perlu dibentuk tim khusus. Msalnya tim pembentukan revisi perjanjian kerja bersama (PKB), tim inspeksi konsinyering, tim investigasi klaim risiko tinggi, tim penagihan kredit macet berdurasi di atas 3 bulan, dsbnya. Dalam rangka mengelola risiko, baik risiko yang bersifat keuangan, risiko kesehatan – keselamatan – lingkungan, risiko operasional proses, risiko bencana alam maupun risiko lainnya, terdapat fungsi kerja tertentu yang melakukan penilaian risiko. Hasil penilaian risiko, selanjutnya ditindaklanjuti dengan menyusun langkah-langkah mitigasi risiko. Langkah~ 261 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
langkah mitigasi risiko senantiasa dimonitor agar dampak negatif atas terjadinya risiko dapat dikendalikan. Gambar 19.1. Rangkaian Pelaksanaan Perencanaan Strategis
Pengalokasian sumber daya keuangan untuk seluruh program kerja dilakukan dengan mekanisme rapat anggaran yang dilakukan setiap tahun pada saat penyusunan RKAP. Selanjutnya, pengajuan anggaran untuk masing-masing program kerja dimajukan dalam bentuk proposal kegiatan. Jadi meskipun seluruh program kerja tahunan telah tergambarkan pada RKAP tetapi untuk teknis pelaksanaan kegiatan, fungsi kerja pelaksana atau tim ad-hoc tetap harus mengajukan proposal kegiatan kepada unit penanggung jawab fungsi keuangan.
~ 262 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DUA PULUH: MELAKUKAN PEMANTAUAN Langkah ketujuh sistem kinerja MaP adalah melakukan pemantauan kinerja. Organisasi melakukan pemantauan terhadap pencapaian seluruh target. Tujuan dari proses pemantauan kinerja adalah untuk memastikan bahwa Ukuran Kinerja dan Target yang sudah disepakati bersama antara pemilik Ukuran Kinerja dengan atasan dapat dilaksanakan dan dicapai sesuai kesepakatan. Terdapat tiga subproses yang harus dilakukan pada langkah pemantauan kinerja yaitu memantua kinerja individu dan fungsi kerja, melakukan proses coaching dan memantau kinerja organisasi. Kinerja pemilik Ukuran Kinerja dipantau secara berkala. Proses dilakukan dengan membandingkan antara hasil kinerja terhadap target yang sudah disepakati bersama. Atasan selanjutnya, menjalankan fungsi dirinya sebagai coach bagi bawahan. Atasan memberikan umpan balik perbaikan atau peningkatan kinerja kepada bawahan untuk ditindaklanjuti. Terjadi dialog kinerja antara atasan dan bawahan. Atasan juga harus dapat berperan dalam memotivasi bawahan sehingga bawahan dapat mencapai kinerja yang diharapkan. Gambar 20.1. Proses Pemantauan Kinerja
Pemantauan Kinerja Individu/ Fungsi Kerja
Pemantauan Kinerja
Couching
Pemantauan Kinerja Organisasi
~ 263 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Hasil pencapaian kinerja seluruh individu di dalam organisasi pada akhirnya menghasilkan kinerja organisasi. Selanjutnya pencapaian kinerja kemaslahatan organisasipun diukur. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah organisasi sudah memberikan kemaslahatan ataukan belum. A. Memantau Kinerja Kemaslahatan Individu/Fungsi Kerja. Kinerja pemilik Ukuran Kinerja dipantau secara berkala yaitu bulanan, triwulan, catur wulan, semester atau tahunan. Masa pengukuran sesuai dengan kesepakatan kinerja yang telah dilakukan sebelumnya. Pemantauan kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang dicapai terhadap target yang disepakati. Terdapat 3 kondisi (status) hasil pemantauan yaitu 1. Tidak Tercapai yaitu suatu kondisi dimana kinerja tidak mencapai target yang disepakati. Prosentase pencapaian kinerja berkisar diantara 0% hingga 90%. 2. Tercapai yaitu suatu kondisi dimana kinerja mencapai target yang disepakati. Prosentase pencapaian kinerja berkisar diantara 90% hingga 100%. 3. Terlampaui yaitu suatu kondisi dimana kinerja melampaui target yang disepakati. Prosentase pencapaian kinerja berkisar diantara 100% hingga 120%. Gambar 20.2. Status Pencapaian Kinerja
Tidak Tercapai
Tercapai
Terlampaui
Pencapaian Kinerja: 0% - 90%
Pencapaian Kinerja: 90% - 100%
Pencapaian Kinerja: 100% - 120%
~ 264 ~
(Pemilik Ukuran Kinerja)
Tabel 20.1. Pemantauan Kinerja
(Atasan Pemilik Ukuran Kinerja)
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 265 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
B. Melakukan Proses Coaching Pimpinan organisasi atau fungsi kerja harus berperan aktif sebagai coach, murobi, mentor dan guru bagi tenaga kerja di bawah kepemimpinannnya. Pimpinan organisasi atau fungsi kerja bersama tenaga kerja melakukan proses dialog terhadap pencapaian kinerja. Dialog kinerja dilakukan melalui proses coaching. Gambar 20.3. Coaching Dialog Kinerja Jelaskan Tujuan Dialog Kinerja
Diskusikan Situasi yang Terjadi
Sepakati Kinerja yang Harus Dicapai
Temukan Sumber Permaslahan
Diskusikan Cara Efektif Menangani Situasi
Simpulkan Solusi
Berilah Semangat
Atasan menjelaskan tujuan dialog kinerja, bahwa: Dialog bukan mencari kambing hitam. Dialog untuk mencari solusi. Dialog bertujuan agar kinerja bawahan mencapai yang ditetapkan.
Atasan menjelaskan pencapaian kinerja bawahan disertai dengan data dan informasi yang faktual dan aktual.
Atasan menjelaskan kontrak kinerja yang sudah ditandatangi bersama.
Atasan membuka dialog terbuka dengan bawahan: Dapatkan sumber masalah dengan berbagai tool manajemen: diagram pohon, fishbone diagram dll
Atasan melakukan brainstorming dengan bawahan. Tuliskan berbagai usulan rencana tindakan. Lakukan ranking prioritas tindakan. Gunakan tool manajemen: matrik, histogram, pareto diagram dll.
Tentukan prioritas tindakan. Tentukan waktu penyelesaian.
Berilah semangat kepada bawahan. Hindari killing word. Yakinkan dia bahwa dia pasti bisa mencapai target yang sudah disepakati.
~ 266 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Coaching adalah proses mengajarkan, membimbing, memberikan arahan kepada bawahan sehingga bawahan memperoleh keterampilan atau metode baru dalam melakukan sesuatu untuk mencapai sasaran yang dikehendaki. Sebagai coach, atasan harus dapat memberikan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi oleh tenaga kerja. Coaching adalah proses dialog antara atasan bawahan yang berfokus solusi penyelesaian masalah, yang dilakukan dengan mengajarkan kepada bawahan tentang cara melakukan metode baru. Metode tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah. Sehingga kinerja bawahan mencapai kondisi yang diharapkan. Seorang pemilik Ukuran Kinerja yang tidak mencapai target yang diharapkan, sangat membutuhkan coaching. Kondisi underperform yang dialami oleh bawahan dapat terjadi akibat satu atau banyak penyebab. Penyebab permasalahan, bisa saja sudah diketahui oleh tenaga kerja tersebut tetapi bisa juga belum. Diperlukan identifikasi permasalahan untuk dicarikan solusinya. Perlu dipahami bahwa coaching adalah proses yang berfokus pada solusi bukan masalah. Namun kesalahan dalam mengidentifikasi permaslahan akan menyebabkan solusi yang ditawarkan bias. Tindakan yang diambil tidak menyelesaikan penyebab utama sehingga kinerja pemilik Ukuran Kinerja tidak dapat mencapai kondisi yang diharapkan. Coaching dilakukan dengan tahapan sbb: C. Memantau Kinerja Kemaslahatan Organisasi Kinerja kemaslahatan organisasi diukur pada dua area yaitu kinerja proses kemaslahatan dan kinerja hasil kemaslahatan. Kinerja proses kemaslahatan adalah kinerja organisasi dalam menerapkan sistem kinerja MaP. Sedangkan kinerja hasil kemaslahatan yaitu outcome kinerja kemanfaatan organisasi yang dirasakan oleh seluruh pemangku kepentingan. Pengukuran kinerja proses (process oriented) kemaslahatan dilakukan dengan membandingkan antara penerapan setiap langkah kinerja MaP terhadap standar delapan langkah sistem kinerja MaP. Pengukuran kinerja proses dihitung dengan: ~ 267 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
∑
P(p) i =
= Kinerja proses MaP = Bobot langkah ke-i kinerja MaP = Langkah ke-i kinerja MaP 1, 0,
langkah kinerja kemaslahatan diterapkan langkah kinerja kemaslahatan tdk diterapkan
Bobot setiap langkah kinerja MaP ( ) adalah sebesar 0,05, diperoleh dari 100% / 20 langkah kinerja MaP. Bobot setiap langkah kinerja MaP memiliki nilai yang sama. Pertimbangannya adalah keseimbangan pemenuhan kemaslahatan. Dua puluh langkah kinerja MaP adalah langkah pertama terdiri atas 3 sub langkah. Langkah kedua terdiri atas 1 langkah, Langkah ketiga terdiri atas 1 langkah. Langkah keempat terdiri atas 6 sub langkah. Langkah kelima terdiri atas 2 sub langkah. Langkah keenam terdiri atas 1 langkah. Langkah ketujuh terdiri atas 4 sub langkah. Langkah kedelapan terdiri atas 2 sub langkah. Kinerja proses kemaslahatan memiliki range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Organisasi yang memiliki nilai kinerja proses kemaslahatan sebesar 0,000 berarti organisasi tidak menerapkan kinerja MaP. Organisasi yang memiliki nilai kinerja proses kemaslahatan sebesar 1,000 berarti organisasi telah menerapkan kinerja MaP secara penuh. Pengukuran kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dilakukan dengan mengukur hasil pencapaian kinerja MaP. Pengukuran dilakukan dengan membandingkan antara pencapaian kinerja hasil setiap orientasi kemaslahatan terhadap target masingmasing orientasi kemaslahatan yang sudah ditetapkan. Pengukuran kinerja hasil kemaslahatan dihitung dengan
~ 268 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
∑
P(r)= Kinerja hasil MaP I = Orientasi ke-i kinerja MaP = Jumlah target yang tercapai pada orientasi ke-i kinerja kemaslahatan = Jumlah target yang ditetapkan pada orientasi ke-i kinerja MaP = bobot orientasi ke-i kinerja MaP Bobot setiap orientasi kemaslahatan ( ) adalah sebesar 0,125, diperoleh dari 100% / 8 orientasi kemaslahatan organisasi termasuk didalamnya kelompok kepatuhan dan keberlanjutan. Bobot setiap orientasi kemaslahatan organisasi memiliki nilai yang sama. Pertimbangannya adalah keseimbangan pemenuhan kemaslahatan. Kedelapan orientasi tersebut adalah orientasi ibadah, kepatuhan, Kinerja hasil kemaslahatan memiliki range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Organisasi dengan nilai kinerja hasil kemaslahatan sebesar 0,000 menunjukan bahwa organisasi tidak memberikan kemaslahatan bagi pemangku kepentingan. Organisasi dengan nilai kinerja hasil kemaslahatan sebesar 1,000 menunjukan bahwa organisasi memberikan kemaslahatan secara penuh kepada pemangku kepentingan. Pengukuran kinerja MaP dilakukan dengan dua metode yaitu pengukuran kinerja hasil (result oriented) kemaslahatan dan pengukuran kinerja proses kemaslahatan (process oriented). Hal ini mengacu pada Amartya Kumar Sen (1992) bahwa untuk penciptaan kesejahteraan mengacu pada dua perspektif yaitu pencapaian aktual (the extent of achievement) dan kebebasan untuk mencapainya (freedom to achieve). Pengukuran kinerja hasil kemaslahatan adalah the extent of achievement yaitu obyek pencapaian kinerja. Sementara pengukuran kinerja proses kemaslahatan adalah menunjukan kebebasan maupun kesempatan yang dimiliki organisasi dalam mewujudkan kemaslahtan (freedom to achieve). ~ 269 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
D. Mengembangkan Pemantauan Kinerja Secara Online System Sistem Manajemen Kinerja adalah alat sistem manajemen strategis yang komplek. Adalah suatu keniscayaan, untuk mengelola sistem kinerja kemaslahatan dengan melibatkan sistem online. Sebaik apapun sistem manajemen kinerja bila tidak melibatkan sistem online maka usaha yang dilakukan tidak akan efektif. Dashboard Kinerja adalah metode pelaporan kinerja yang sering digunakan dalam sistem pemantauan kinerja. Robert S. Kaplan dan David P. Norton adalah orang yang mempelopori pelaporan kinerja BSC dengan menggunakan dashboard. Mereka menggambarkan pemimpin organisasi dalam menjalankan fungsi pemantauan terhadap kinerja organisasi adalah sebagaimana seorang pilot dalam menerbangkan pesawat. Seorang pilot memerlukan informasi tentang temperatur luar, tekanan udara luar, kelembaban udara, arah angin, kecepatan angin, ketebalan awan, ketinggian, kecepatan, gaya angkat, gaya dorong dsbnya. Data tersebut sangat penting bagi pilot dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Seluruh data dapat diaksesnya di cockpit pesawat. Data disajikan dengan berbagai tampilan, bentuk, warna dan bunyi alarm. Demikian halnya dengan pemimpin organisasi. Dia membutuhkan data kinerja dari seluruh fungsi kerja yang ada di dalam organisasi. Ketika memantau fungsi pemasaran maka dia tidak perlu langsung turun terjun ke lapangan. Ketika memerlukan data kinerja keuangan, dia cukup memantau tampilan dashboard dari ruangannya. Untuk mempermudah pemantauan di atas, maka dashboard kinerja adalah suatu keniscayaan yang harus diterapkan. Untuk dapat menampilkan dashboard yang handal dan terpercaya maka mau tidak mau sistem online harus diterapkan.
~ 270 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DUA PULUH SATU: MELAKUKAN TINDAK LANJUT
Langkah kedelapan sistem kinerja MaP adalah melakukan tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan setelah melakukan proses pemantauan. Tindak lanjut dilakukan dengan dua sub aktifitas yaitu: memberikan penghargaan dan melakukan peningkatan. A. Memberikan Penghargaan Apabila tingkat kompetensi orientasi ibadah tenaga kerja sudah sedemikian tinggi. Haruskan sistem penghargaan diterapkan di dalam organisasi?. Bila tingkat ke-ihlas-an individu dalam bekerja sedemikian besar, apakah sistem penghargaan justeru akan merusak tingkat ke-ihlas-an itu sendiri?. Sistem penghargaan apakah akan meningkatkan motivasi bekerja dan produktifitas, ataukah akan merusak fondasi kemaslahatan? Adalah fitrah apabila manusia dalam bekerja memerlukan dorongan semangat, baik dari dalam diri maupun dari luar. Namun, perlu disadari bahwa sistem penghargaan bukanlah tujuan utama dalam bekerja. Tujuan utama dalam bekerja adalah beribadah kepada Yang Maha Memberi Pekerjaan. Oleh karena itu, perlu dipahamkan bahwa pada hakekatnya sistem penghargaan adalah down payment yang dibayarkan oleh Allah kepada tenaga kerja, melalui organisasi tempatnya bekerja. Sedangkan pelunasan atas keseluruhan pembayaran, dilakukan oleh Allah di kehidupan akhirat nanti. Penghargaan merupakan salah bentuk ekspresi yang diberikan kepada tenaga kerja yang berhasil melampaui target yang disepakati. Penghargaan bertujuan untuk memotivasi tenaga kerja agar dapat bekerja lebih baik lagi. Penghargaan yang diberikan kepada fungsi kerja/individu tergantung pada pencapaian kinerja fungsi kerja/individu.
~ 271 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Cerita inspiratif diperoleh dari kisah Agus Chaerudin. Seorang office boy Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Pembantu Kalimalang, Kota Bekasi. Suatu sore, di Bulan Ramadan 4 Agustus 2011, ketika kantor tempatnya bekerja sudah sepi, seperti biasa sebelum pulang Agus membereskan kantor. Di balik tempat sampah, Agus menemukan uang pecahan Rp 100 ribu dalam 10 bundel. Agus tak berani menyentuh uang itu, dia lalu memanggil satpam. Satpam kemudian melaporkan penemuan uang tersebut kepada staf bank. Uang lantas dihitung, total terdapat Rp 100 juta. Uang tersebut bukan milik nasabah, tetapi milik bank. Uang tercecer karena ketidakhati-hatian seorang teller. Agus pun didaulat sebagai duta kejujuran, suatu gelar yang sangat langka di negeri ini. Agus juga mendapatkan piagam kejujuran dari tempatnya bekerja. Pria beranak tiga inipun mendapat hadiah uang sebesar Rp 1,75 juta dari pimpinan BSM seBekasi Raya. Dari kantor pusat BSM, Agus memperoleh piagam penghargaan Integrated Award. Bukan itu saja, berbagai lembagapun memberikannya hadiah. Salah satu partai politik bahkan memberikannya hadiah umroh bersama istri dan kedua orang tuanya. Agus menjelaskan bahwa kejujuran yang dimilikinya merupakan hasil dari pembelajaran yang telah diterima dari orangtuanya. "Kalau pulang ke Garut, saya selalu mencuci kaki orangtua. Saya katakan kepada mereka, saya belum bisa memenuhi harapan orangtua karena bertahun-tahun hanya menjadi OB." Beberapa rekan kerja Agus mengakui bahwa keseharian Agus tidak mengalami perubahan meski telah memperoleh sederet penghargaan. Agus tetap bersahaja dan humoris, polos, sopan dan taat beribadah. B. Melakukan Tindakan Peningkatan Terdapat 3 sub item tindakan peningkatan, mengacu pada Klausul 8.5.1, 8.5.2 dan 8.5.3 Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001: 2008 yaitu peningkatan berkelanjutan, tindakan korektif dan tindakan preventif. Peningkatan berkelanjutan adalah tindakan yang dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan keefektifan ~ 272 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
sistem manajemen kinerja. Tindakan korektif atau tindakan perbaikan adalah tindakan yang diambil untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya suatu kejadian. Tindakan preventif atau tindakan pencegahan adalah tindakan yang diambil untuk menghilangkan penyebab yang berpotensi menimbulkan ketidaksesuaian. Proses perbaikan dan pencegahan dilakukan dengan memastikan bahwa sumber utama permasalahan yang dihadapi dalam menerapkan sistem kinerja sudah ditemukan. Bila tindakan perbaikan atau pencegahan dilakukan bukan pada penyebab utama, maka hasil perbaikan tidak akan menghilangkan sumber permasalahan utama. Sehingga terdapat probabilitas yang tinggi dimana permasalahan yang sama akan timbul kembali. Hal ini mengakibatkan pencapaian kinerja pada periode berikutnya tidak mencapai target yang diharapkan. Tindakan peningkatan sebagaimana diatur dalam SMM ISO 9001: 2008, sejalan dengan pendapat Al-Shāt}ibi bahwa pemenuhan mas}lah}ah d}aru>riyah dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu pertama dari sudut pandang al-wuju>d atau mengokohkan eksistensi dan pendekatan al-‘adam atau menjaga atas hal-hal yang bisa merusak ataupun menggagalkan. Pendekatan al-‘adam dalam sistem kinerja kemaslahatan dapat dilakukan melalui: a. Menetapkan kebijakan kinerja. b. Merevisi pedoman atau panduan sistem kinerja kemaslahatan. c. Mengembangkan prosedur kinerja. d. Menyusun code of conduct. Pendekatan al-wuju>d dalam sistem kinerja kemaslahatan dapat dilakukan melalui: a. Merevisi RJPP, RJMP, RKAP. b. Meninjau ulang fondasi dan perilaku kemaslahatan. c. Melakukan pembelajaran melalui best practice ataupun benchmarking pada saat penentuan Ukuran Kinerja. ~ 273 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
d. e. f. g. h. i.
Meninjau ulang target dengan maksud pengembangan. Mengevaluasi sistem pembobotan Ukuran Kinerja. Memperbaiki sistem cascading. Mengefeltifkan sisitem dialog kinerja. Meningkatkan efektifitas coaching dan concelling. Memperbaiki sistem penghargaan.
~ 274 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DUA PULUH DUA: BANGUNAN KINERJA KEMASLAHATAN
A. Orientasi Ibadah Bangunan kemaslahatan orientasi ibadah dijelaskan pada Gambar 22.1. Gambar 22.1 Orientasi Ibadah Agama
Aqidah Allah Malaikat Rasul Kitab Hari Kiamat Takdir
Shariah
Syahadat Shalat Zakat Puasa Haji
Akhlak Allah Malaikat Rasul Kitab Hari Kiamat Takdir
Quran Hadist Fiqih
Regulasi
Lingkungan
Shareholder Pelanggan Karyawan Mitra Vendor Pemerintah
Kompetitor Masyarakat Alam
Sabar
Peduli
Cermat
Adil
Jujur
Mewujudkan entitas bisnis yang patuh dan konsisten
Terbuka (Open Mind)
Integritas
Konisten
Patuh
Problem Solver
Pembelajar
Goal Achievement
Percaya diri
Optimis
Berfikir Positif
Mewujudkan pengelola bisnis yang visioner
Stake Holder
Meningkatkan fungsi sosial
Fondasi Kemasla hatan
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Seluruh pembahasan tentang orientasi ibadah dijabarkan dalam bentuk tabel performa orientasi ibadah sebagaimana Tabel 22.1
~ 275 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 22.1 Performa Orientasi Ibadah. Sasaran Strategis Mewujudkan pengelola organisasi yang visioner
Ukuran
Formula
Jumlah produk yang bebas riba
Jumlah produk yang bebas riba / total produk
Meningkatkan fungsi sosial
Prosentase kenaikan anggaran biaya CSR
% kenaikan anggaran CSR
Target (5 tahun) 100 %
25 %
Inisiatif Strategis - Dzikrullah sebelum bekerja - Tim penyusun code of conduct dan RJPP, RJMP dan RKAP. - Integrasi Performance management dengan SQ. - Pengembangan kompetensi audit bagi tim audit. Program pemberdayaan umat.
B. Kepatuhan Sasaran Strategis Mewujudkan organisasi yang patuh dan konsisten
Ukuran
Formula
Tersedianya code of conduct
Waktu penyediaan, sebelum berjalannya tahun anggaran baru Jumlah tindak lanjut temuan
Tindak lanjut temuan audit
Target (5 tahun) 100%
100%
~ 276 ~
Inisiatif Strategis - Program Pengembangan Kompetensi - Dzikrullah sebelum bekerja - Tim penyusun code of conduct RJPP, RJMP dan RKAP. - Integrasi Performance management dengan SQ. - Pengembangan kompetensi audit bagi tim audit.
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
C. Orientasi Proses Internal Bangunan kemaslahatan orientasi proses internal dijelaskan pada Gambar 22.2 Gambar 22.2 Orientasi Proses Internal. Proses Internal
Fisik Bersifat Materi Tangible
Out Put
Fondasi Kemasla hatan
Keberlanjutan
Sistem Peningkatan / Inovasi
Sistem Pencegahan
Keadilan
Menciptakan Produktifitas Tinggi
Shariah & Legal Complience
Pengelolaan Risk Management
Kepedulian
Pengendalian Bencana & Keadaan Darurat
Pengendalian Risiko
Kepatuhan
Non – MAGRIB dan dholim
Produktifitas
Gairah Bekerja
Suasana Bahagia
Mewujudkan keadilan
Pengelolaan Bencana & Tanggap Darurat
Proses Kberlangsungan
Proses Peningkatan
Proses Inti
Proses Pendukung
Input
Maqosid di Input – Proses - Output
Meningkatkan Fungsi Ekonomi
Non Fisik Bersifat Non Materi Itangible
Perilaku yang harus dimiliki
Menciptakan Fleksibilitas dan Kecekatan thd Perubahan
Sasaran strategis
Seluruh pembahasan tentang orientasi proses internal dijabarkan dalam bentuk tabel performa orientasi proses internal sebagaimana Tabel 22.2
~ 277 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 22.2 Performa Orientasi Proses Internal. Sasaran Strategis Mewujudkan Keadilan
Ukuran
Formula
Transaksi yang adil atau fair Produk atau jasa yang dihasilkan
Profit / total pendapatan piutang tak tertagih / total pendapatan. Pendapatan bebas bunga/total pendapatan Waktu < 30 hari
Usaha yang dilakukan untuk menghapus ketidakadilan Waktu pembayaran kepada pemasok / mitra % tenaga kerja outsorcing yang diangkat menjadi tenaga kerja tetap
Meningkatkan Fungsi Ekonomi Menciptakan produktifitas yang tinggi
Efisiensi biaya produksi Penjualan produk dan jasa
Biaya defect produk dan jasa
Tenaga kerja outsorcing yang diangkat menjadi tenaga kerja tetap / total tenaga kerja outsorcing. biaya produksi/tot al biaya Penjualan tahun ini / penjualan tahun lalu Biaya defect / biaya produksi tetap 10%
Target (5 ahun) 40 % 5%
Inisiatif Strategis Launching produkproduk baru yang bebas riba.
100 %
100%
- Survey kepuasan vendor - Evaluasi outsorcing
30 %
60%
Cost Cutting Program
15 %
Menciptakan produktifitas yang tinggi
100 %
~ 278 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
D. Keberlanjutan Sasaran Strategis
Ukuran
Formula
Menciptakan organisasi yang memiliki fleksibilitas dan kecekatan terhadap perubahan
Ketersediaan Rencana Organisasi (RJPP, RJMP dan RKAP).
Waktu penyediaan sebelum berjalannya periode baru
Target (5 tahun) 100%
Inisiatif Strategis
- Program Pengembangan Kompetensi - Tim adhoc - Integrasi PMS dengan SQ.
E. Orientasi Bakat Bangunan kemaslahatan orientasi bakat dijelaskan pada Gambar 22.3 Gambar 22.3 Orientasi Bakat. Ketenagakerjaan
Kapasitas dan Kapabilitas Tenaga Kerja
Lingkungan yang Kondusif
Pengalaman
Pendidikan
Keterampilan
Pengetahuan
Wawasan
Akhlak
Shariah
Aqidah
Kompetensi Orientasi Ibadah
Organisasi
Fondasi Kemaslahatan
Kompetensi Pengelolaan Bisnis
Keterlibatan Tenaga Kerja Berbakat
Pengembangan & Pemberdayaan
Meningkatkan kepuasan tenaga kerja.berbakat
Menjamin Keberlanjutan Kepemimpinan
~ 279 ~
Sasaran strategis
Perilaku yang harus dimiliki
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Seluruh pembahasan tentang orientasi bakat dijabarkan dalam bentuk tabel performa orientasi bakat sebagaimana Tabel 22.3 Tabel 22.3 Performa Orientasi Bakat. Sasaran Strategis Meningkatkan kepuasan tenaga kerja berbakat Menjamin Keberlanjutan Kepemimpinan
Ukuran
Formula
Indeks kepuasan tenaga kerja berbakat
Indeks kepuasan di atas 90%
Jumlah tenaga kerja berbakat yang memiliki sertifkiasi keahlian.
Jumlah tenaga kerja berbakat bersertifikat keahlian.
Target (5 tahun) 100 %
~ 280 ~
15
Inisiatif Strategis - Mengintegrasikan antara sistem rekruitmen & seleksi dengan pengembangan kompetensi. - Manajemen development program. - Menetapkan sistem karir dan kinerja tenaga kerja berbakat.
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
F. Orientasi Pembelajaran Bangunan kemaslahatan orientasi pembelajaran dijelaskan pada Gambar 22.4 Gambar 22.4 Orientasi Pembelajaran. Modal
Organizationl Capital
Human Capital
Akal
Proses Kerja
Penegakan Hukuman dan Penghargaan
Pembudayaan Terintegrasinya infrastuktur IT sebagi media pembelajar
Sistem Kerja
Pengalaman
Pendidikan
Pengelolaan Kompetensi Bisnis
Pengelolaan Kompetensi Orientasi Ibadah
Terbangunnya budaya kerja pembelajar
Keterampilan
Pengetahuan
Wawasan
Akhlak
Shariah
Aqidah
Terwujudnya Pemberdayaan tenaga kerja
Hati
Fondasi Kemaslahatan
Perilaku yang harus dimiliki
Terbangunnya Sistem Reward berbasis pembelajar
Sasaran strategis
Seluruh pembahasan tentang orientasi pembelajaran dijabarkan dalam bentuk tabel performa orientasi pembelajaran sebagaimana Tabel 44.4.
~ 281 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 22.4 Performa Orientasi Pembelajaran. Sasaran Strategis Meningkatkan pemberdayaan tenaga kerja
Terbangunnya budaya kerja pembelajar
Nama Ukuran
Formula
jumlah peningkatan yang dilakukan per unit kerja per tahun Jumlah sharing knowledge
peningkatan /unit kerja
Jumlah mandays
Terintegrasiny a infrastuktur IT sebagi media pembelajar Terbangunnya sistem reward berbasis pembelajar
Kepuasan pelanggan terhadap layanan IT Tunjangan keahlian
Target (5 tahun) 25 / unit kerja
Inisiatif Strategis TQM
Propose
Jumlah sharing knowledge / bulan / unit kerja Jumlah hari pelatihan x karyawan yg mengikuti pelatihan / jumlah total karyawan Indeks kepuasan
15 /unit kerja /bulan
Promote Self Development
30 mandays
Merancang pelatihan berbasis kompetensi orientasi ibadah dan kompetensi organisasi.
90 %
On line process
Jumlah tenaga kerja yang mendapat tunjangan keahlian.
50 % tenaga kerja.
Inhouse Training (language) Speech Contest
~ 282 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
G. Orientasi Pelanggan Bangunan kemaslahatan orientasi pelanggan dijelaskan pada Gambar 22.5 Gambar 22.5 Orientasi Pelanggan
Pelanggan
Pelanggan Lama
Persyaratan Pelanggan
Calon Pelanggan
Penetapan Persyaratan Pelanggan
Mendengarkan Pelanggan
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Melibatkan Pelanggan
Fondasi Kemaslahatan
Perilaku yang harus dimiliki
Mewujudkan Pemberdayaan Pelanggan
Sasaran strategis
Seluruh pembahasan tentang orientasi pelanggan, dijabarkan dalam bentuk tabel performa orientasi pelanggan sebagaimana Tabel 22.5.
~ 283 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 22.5 Performa Orientasi Pelanggan Sasaran Strategis Meningkatkan kepuasan pelanggan
Nama Ukuran
Formula
Indeks kepuasan pelanggan
Indeks kepuasan
Mewujudkan pemberdayaan pelanggan
Waktu respon terhadap keluhan pelanggan
Jumlah hari respon selambatlambatnya 2 hari kerja.
Target (5 tahun) 90 %
100%
~ 284 ~
Inisiatif Strategis Tinjau ulang seluruh prosedur pelayanan Survey Kepuasan Pelanggan bekerja sama dengan pihak ke tiga. Meningkatkan kegiatan mobilisasi pelanggan Membentuk komunitas pelanggan
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
H. Orientasi Harta Kekayaan Bangunan kemaslahatan orientasi harta kekayaan dijelaskan pada Gambar 22.6 Gambar 22.6 Orientasi Harta Kekayaan. Harta Kekayaan
Cara Membelanjakan
Cara Mendapatkan
Fondasi Kemaslahatan
Maslahah
Orientasi Pelanggan
Mewujudkan kebersihan harta
Orientasi Pembelajaran
Orientasi Tenaga Kerja
Orientasi Proses Internal
Orientasi Ibadah
Mewujudkan Double Profit
Perilaku yang harus dimiliki
Mewujudkan organisasi menjadi organisasi yang efisien.
Sasaran strategis
Seluruh pembahasan tentang orientasi harta kekayaan, dijabarkan dalam bentuk tabel performa orientasi harta kekayaan sebagaimana Tabel 22.6.
~ 285 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 22.6 Performa Orientasi Harta Kekayaan Sasaran Strategis Mewujudkan Double Profit
Nama Ukuran
Formula
keuntungan bersih
Mewujudkan kebersihan harta Mewujudkan organisasi menjadi organisasi yang efisien.
Jumlah pembayaran zakat Tersedianya rencana kerja & anggaran dan proses monitornya
keuntungan bersih tahun ini / keuntungan bersih tahun lalu Zakat tahun ini / zakat tahun lalu Waktu penyediaan, sebelum berjalannya tahun anggaran baru.
Target (5 Tahun) 200 %
Inisiatif Strategis
200 %
Kerjasama LAZ
100%
Grand strategy yang menghubungkan antara visi, misi, tujuan, target, sasaran dan action plan terhadap anggaran
~ 286 ~
Business Process Reengineering pada sistem jaringan distribusi
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DUA PULUH TIGA: STUDI KASUS PENERAPAN SISTEM KINERJA ORGANISASI BERBASIS MAQA>S}ID AL-SHARI>’AH
A. PT. X PT. X yang menjadi tempat studi kasus penerapan sistem kinerja organisasi berbasis maqa>s}id al-shari>’ah memiliki Visi: Menjadi Role Model Organisasi shari>’ah di Indonesia dengan Profesional, Amanah dan Memberikan Manfaat bagi Masyarakat. Sedangkan Misi adalah: Menjadikan PT. X sebagai perusahaan terbaik di Indonesia, Menjadikan Sumber Daya Manusia sebagai salah satu aset bagi pertumbuhan perusahaan, Memberikan pelayanan yang terbaik dengan dukungan teknologi Sasaran utama PT. X tahun 2012 adalah Pertumbuhan Organisasi yang Berkelanjutan, Memberikan Pelayanan Prima, Memperkuat Pengawasan dan Kepatuhan dan Menyiapkan Sumber Daya Insani yang Handal dan Kredibel. Pada visi, terlihat dengan jelas tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu menjadi teladan bagi perusahaan lain sebagai sebuah perusahaan shari>’ah. Tujuan lainnya adalah senantiasa untuk memberikan kemaslahatan bagi masyarakat. Visi yang dicanangkan, setidaknya sudah mencerminkan keberlangsungan sebagai sebuah organisasi yaitu selalu menjadi teladan. Visi untuk memberikan kemaslahatan juga menunjukan bahwa perusahaan memiliki tujuan agar dapat memberikan kemaslahatan bagi orang banyak. Adapun misi yang diemban oleh PT. X memiliki tiga struktur yaitu organisasi, sumber daya manusia dan tekhnologi informasi. B. Kinerja Orientasi Ibadah PT. X membangun fondasi kemaslahatan organisasi dengan menerapkan tiga aspek dasar agama secara holistik yaitu aqidah, shari>’ah dan akhlak pada segala aktifitas organisasinya. Manajemen mengarahkan tenaga kerja, unit kerja maupun organisasi untuk membudayakan perilaku sabar dalam kehidupan sehari-hari baik ~ 287 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kepada peserta, rekan kerja, atasan, bawahan, mitra, pemasok, pemegang saham maupun masyarakat sekitar. Kepedulian PT. X ditunjukan dengan keterlibatan yayasan PT. X dalam berbagai aktifitas sosial seperti santunan anak yatim dan dhuafa, pengadaan wakaf al-Quran, hadir di tengah masyarakat yang terkena musibah dan bencana. Tenaga kerja dituntut untuk bekerja dengan cermat. Hal ini terlihat dari konsistensi pelaksanaan Kebijakan Mutu ISO 9001: 2008. Perilaku adil dan jujur diterapkan oleh PT. X melalui pengembangan produk dan akad-akad yang senantiasa menjunjung tinggi kesesuaian dengan shari>’ah. Bagian Shari>’ah Complience terlibat secara aktif dalam pengembangan produk. Koordinasi antara Bagian Aktuaria dan Shari>’ah Complience menghasilkan draft produk untuk selanjutnya dibahas bersama-sama dengan Dewan Pengawas shari>’ah (DPS)285. Kepatuhan dan konsistensi PT. X dibuktikan dengan adanya Bagian Internal Audit, Bagian Shari>’ah Complience dan Bagian Legal Complience. Tim Audit Mutu Internal ISO 9001: 2008 secara rutin melakukan kegiatan audit mutu internal sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Sementara audit dari pihak eksternal yaitu lembaga sertifikasi ISO 9001: 2008 DNV dilakukan sekali dalam setahun. Problem solver, pembelajar, goal achievement, percaya diri, optimis, berpikir positip ditunjukan oleh PT. X dengan berbagai program improvement dan inovasi. Berbagai strategi seperti rekayasa proses bisnis sistem keagenan telah dilakukan. Sejak tahun 2012, PT. X telah memberlakukan sistem keagenan penuh. Agen didorong untuk memiliki entreprenurship yang tinggi. Mereka diberikan kesempatan untuk memiliki hak pengelolaan organisasi. Performa orientasi ibadah dilakukan dengan menyusun empat variabel utama kinerja kemaslahatan yaitu sasaran strategis, ukuran, target dan inisiatif strategis. Orientasi ibadah diterapkan melalui inisiatif strategis berupa empat program utama peningkatan keimanan yaitu tilawah al-Quran, berbakti kepada orang tua, berinfaq setiap hari, qiyamullayl. ~ 288 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Kegiatan membaca al-Quran dilakukan dengan target dua lembar / hari bagi setiap karyawan mulai dari tingkat paling bawah hingga tingkat yang paling atas. Program ini dikontrol melalui laporan yang dibuat oleh karyawan kepada atasannya masingmasing setiap minggu dan bulan. Program ditunjang pula dengan kegiatan mengkhatamkan al-Quran yang dibagi per divisi. Gambar 23.1 Perencanaan Orientasi Ibadah PT. X Agama
Sha>ri’ah
Aqidah Syahadat Shalat Zakat Puasa Haji
Allah Malaikat Rasul Kitab Hari Kiamat Takdir
Akhlak
Quran Hadist Fiqih
Allah Malaikat Rasul Kitab Hari Kiamat Takdir
Regulasi
Lingkungan Kompetitor Masyarakat Alam
Fondasi Kemaslahatan
Sabar
Meningkatkan fungsi sosial
Sasaran strategis
Peduli
Perilaku yang harus dimiliki
Cermat
Menciptakan entitas bisnis yang senantiasa siap sedia menghadapi perubahan
Shareholder Pelanggan Karyawan Mitra Vendor Pemerintah
Adil
Jujur
Terbuka (Open Mind)
Konisten
Mewujudkan entitas bisnis yang patuh secara konsisten
Patuh
Problem Solver
Pembelajar
Goal Achievement
Percaya diri
Optimis
Berfikir Positif
Mewujudkan pengelola bisnis yang memegang teguh amanah
Stake Holder
Program berbakti kepada orang tua. Program ini pada penerapannya diserahkan sepenuhnya kepada karyawan, baik jenis kegiatan, jumlah kegiatan, durasi kegiatan, target kegiatan dll. Program bersedekah setiap hari bagi seluruh tingkat karyawan. Program ini dikendalikan oleh Divisi Human Resources, dimana setiap hari penanggung jawab dari masing-masing unit kerja melaporkan jumlah sedekah yang terkumpul. Target pengumpulan sedekah akan berbeda untuk setiap tingkat karyawan. Sebenarnya secara tekhnis kegiatan ini dapat saja dilakukan melalui pemotongan gaji karyawan setiap bulan, namun hal ini tidak dilakukan dengan ~ 289 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
maksud agar nilai pembelajaran bersedekah benar-benar terasa oleh setiap karyawan. Qiyamullayl atau shalat tahajud dilakukan oleh masingmasing karyawan di rumah dengan target sekurang-kurangnya 1 kali / minggu yang berlaku untuk seluruh karyawan. Perusahaan setiap hari mengirimkan sms remainder waktu shalat tahajud yg dikirimkan pada no HP seluruh karyawan. Dua program tambahan juga dilakukan untuk mendukung Program Utama yaitu memberlakukan puasa sunah setiap Hari Senin dan Hari Kamis bagi seluruh karyawan kecuali yang sedang berhalangan juga bagi para tamu. Kegiatan ini juga didukung dengan diadakannya kegiatan pembacaan hadist-hadist pilihan yang dilakukan setiap selesai Shalat Dhuhur berjamaah. Sasaran strategis mewujudkan pengelola organisasi yang memegang teguh amanah memiliki dua ukuran kinerja. Pertama keterlibatan Bagian Shari>’ah Complience dalam pengembangan produk. Ukuran kinerja ini memiliki target yaitu 100% Bagian Shari>’ah Complience menghadiri rapat pembahasan tentang pengembangan produk. Hasil kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa Bagian Shari>’ah Complience selalu menghadiri (100%) rapat pembahasan tentang pengembangan produk. Ukuran kinerja yang kedua yaitu pembuatan laporan keuangan perusahaan memiliki target berupa 100% catatan akuntan publik „Wajar Tanpa Pengecualian‟. Oleh karena laporan keuangan tahun 2012 belum dilakukan, maka kinerja belum dapat diukur. Namun demikian, laporan tahunan sebelumnya menunjukan bahwa catatan akuntan publik „Wajar Tanpa Pengecualian‟. Sasaran strategis mewujudkan organisasi yang patuh secara konsisten memiliki ukuran kinerja berupa temuan internal audit. Ukuran kinerja ini memiliki target berupa 100% temuan audit ditindaklanjuti. Hasil kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa seluruh bagian telah menindaklanjuti temuan audit dan berstatus „closed‟. Sasaran strategis menciptakan organisasi yang senantiasa siap sedia menghadapi perubahan memiliki dua ukuran kinerja yaitu rapat manajemen dan rapat tinjauan manajemen ISO 9001: 2008. ~ 290 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Ukuran kinerja rapat manajemen memiliki target berupa 100% hasil rapat manajemen ditindaklanjuti. Hasil kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa rapat manajemen yang dilaksanakan setiap Hari Selasa, 100% telah ditindaklanjuti. Memang ditemukan ada beberapa hasil rapat manajemen yang belum selesai dikerjakan oleh karena masih dalam proses penyelesaian (in progress) dan membutuhkan koordinasi dengan dengan pihak lainnya. Ukuran kinerja rapat tinjauan manajemen ISO 9001: 2008 memiliki target berupa 100% hasil rapat tinjauan manajemen ditindaklanjuti. Kinerja tahun 2012 belum dapat diukur karena rapat tinjauan manajemen ISO 9001: 2008 belum dilaksanakan. Hal ini karena Internal Audit ISO 9001: 2008 untuk tahun 2012 baru saja dilaksanakan pada Bulan September 2012 dan belum ada agenda yang ditetapkan berkaitan dengan rapat tinjauan manajemen ISO 9001: 2008. Sasaran strategis meningkatkan fungsi sosial memiliki ukuran kinerja berupa kegiatan sosial yayasan PT. X. Target ukuran kinerja adalah rata-rata jumlah kegiatan sosial yayasan PT. X sebanyak 1 kali / bulan. Kinerja tahun 2012 adalah 108 % dimana sampai dengan Bulan September 2012 yayasan PT. X telah melaksanakan kegiatan sebanyak 13 kali. Performa hasil pengukuran kinerja orientasi ibadah tahun 2012 secara lengkap dijabarkan pada Tabel 23.1.
~ 291 ~
Tabel 23.1 Performa Orientasi Ibadah PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 292 ~
Tabel 23.2 Performa Kepatuhan PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 293 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
C. Kinerja Orientasi Proses Internal PT. X berhasil membangun fondasi kemaslahatan organisasi orientasi proses internal sebagaimana Gambar 23.2. Gambar 23.2 Perencanaan Orientasi Proses Internal PT. X Proses Internal
Fisik Bersifat Materi Tangible
Non Fisik Bersifat Non Materi Itangible
Out Put
Shariah & Legal Complience
Pengelolaan Risk Management
Pengelolaan Bencana & Tanggap Darurat
Proses Keberkangsungan
Proses Peningkatan
Proses Inti
Proses Pendukung
Input
Maqosid di Input – Proses - Output
Keadilan
Kepatuhan
Kepedulian
Pengendalian Risiko
Menghindari Maysir, Gharar, Riba dan Dhalim
Peningkatan / Inovasi
Produktifitas
Pengendalian Bencana & Keadaan Darurat
Keberlanjutan
Meningkatkan Fungsi Ekonomi
Mewujudkan keadilan
Fondasi Kemasla hatan
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Proses input, proses penciptaan nilai dan proses output teridentifikasi sejalan maqa>s}id al-shari>’ah dengan adanya Dewan Pengawas shari>’ah (DPS). DPS secara rutin mengadakan rapat pembahasan tentang pelaksanaan shari>’ah di perusahaan. Persyaratan pemangku kepentingan diperoleh melalui survey kepuasan pelanggan meskipun kegiatan tersebut belum secara rutin dilakukan oleh PT. X. Informasi persyaratan pemangku kepentingan juga diperoleh melalui media call center, email layanan peserta, agen. Persyaratan dari tenaga kerja diperoleh melalui komunikasi yang baik antara pihak Serikat Pekerja (SP) dengan pihak ~ 294 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
perusahaan. Persyaratan pemangku kepentingan lainnya diperoleh dari berbagai kegiatan sosial yang sudah secara rutin dilakukan dalam bentuk pengajian, kegiatan kesehatan gratis, olah raga, klub motor karyawan, juga sosialisasi langsung kepada masyarakat tentang asuransi shari>’ah. Penciptaan nilai dilakukan oleh proses marketing, proses aktuaria, proses underwriting, proses health, proses services dan proses klaim. Proses peningkatan dilaksanakan melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2008. PT. X telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sejak tahun 2003. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi Det Norske Veritas (DNV) Norwegia. Proses CSR dilakukan oleh Yayasan PT. X. Proses kepatuhan kepada shari>’ah dilakukan oleh proses shari>’ah complience. Proses kepatuhan kepada regulasi organisasi dikelola oleh proses legal. Proses internal audit secara rutin dikontrol oleh Bagian Internal Audit. Proses keberlanjutan dilaksanakan oleh Bagian Corporate Strategic. Perlindungan data peserta untuk mengantisipasi keadaaan darurat dan bencana dilakukan oleh Bagian IT. Pengelolaan risiko dilakukan oleh Bagian Risk Management. Kelengkapan proses di atas akan menjamin terjaga dan terpeliharanya: keadilan organisasi bagi pemangku kepentingan, kepatuhan baik pada shari>’ah maupun pada regulasi, sensitifitas organisasi yang tercermin pada kepedulian organisasi terhadap kehidupan masyarakat sekitar, pengendalian terhadap risiko yang mungkin akan diterima oleh organisasi, tercegahnya organisasi dari maysir, gharar, riba dan dhalim, peningkatan produktifitas organisasi, minimisasi risiko dari bencana dan keadaan darurat. Dengan demikian keberlanjutan organisasi dapat terjaga. Keseluruhan proses di atas dapat dilihat secara detail pada disain sistem kerja PT. X (Gambar 23.3). Performa orientasi proses internal dilakukan dengan menyusun empat variabel utama kinerja kemaslahatan yaitu sasaran strategis, ukuran, target dan inisiatif strategis. Inisiatif strategis yang dilakukan berupa mengubah sistem keagenan secara penuh. Sistem ini merupakan rekayasa proses bisnis. Sebelumnya sistem keagenan ~ 295 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dilakukan dengan sistem yang tidak penuh dimana agen merupakan tenaga free lance atau tenaga PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu). Mereka di bawah pengendalian langsung tenaga pemasaran. Keagenan secara penuh memberikan peluang seluasluasnya kepada agen untuk berkembang sesuai dengan yang diharapkannya. Mereka didorong untuk memiliki jiwa entrepreneurship dengan membentuk struktur tenaga pemasaran sendiri. Konsekuensinya adalah tenaga pemasaran memiliki kesempatan untuk membuka kantor perwakilan dengan tanggung jawab penuh olehnya. PT. X akan memfasilitasi pembukaan kantor perwakilan. Agen yang memiliki jiwa organisasi dan memiliki harapan yang tinggi terhadap organisasi shari>’ah akan mampu mewujudkan mimpinya tersebut atas dukungan PT. X. Gambar 23.3 Disain Sistem Kerja PT. X
INPUT
M A Q O S I D S H A R I A H
P E R S Y A R A T A N S T A K E H O L D E R
Internal Audit
Shariah Complience
Legal Complience
IT Disaster and Emergency System
Risk Management
YAT OUTPUT
Proses Inti (Utama)
M A R K E T I N G
U N D E R W R I T I N G
A K T U A R I A
Finance Accounting
H E A L T H
S E R V I C E S
INVESTASI
K L A I M
HR
Proses Pendukung
ISO 9001: 2008
Corporate Strategic
~ 296 ~
K E P U A S A N
S T A K E H O L D E R
M A Q O S I D S H A R I A H
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Konsekuensi dari pembukaan Kantor Perwakilan yang dikelola oleh agen adalah adanya alih fungsi Kantor Pemasaran yang sebelumnya bertindak sebagai kantor pemasaran dan kantor pelayanan menjadi hanya untuk Kantor Pelayanan saja. Hal ini meningkatkan fungsi ekonomi tidak hanya bagi agen, tetapi juga bagi PT. X. Efisiensi lain yang diperoleh PT. X adalah beberapa Kantor Perwakilan dapat dilayani oleh satu Kantor Pelayanan. Hal ini akan berdampak positip bagi biaya operasional perusahaan. Inisiatif strategis lainnya adalah kerjasama dengan PT. POS untuk pembayaran iuran peserta (premi) dan pembayaran klaim peserta yang non risk. Salah satu produk yang non risk adalah Produk Tahapan Siswa dimana pada masa tertentu (misalkan ahli waris peserta meneruskan sekolah ke jenjang SMP, SMA, kuliah atau masa tertentu lainnya), peserta dapat mengajukan klaim produk Tahapan melalui PT. POS terdekat. Bila dokumen persyaratan klaim lengkap maka pembayaran premi dapat dilakukan pada hari yang sama atau selambat-lambatnya dua hari kerja. Sasaran strategis meningkatkan fungsi ekonomi memiliki ukuran kinerja berupa jumlah kantor perwakilan. Ukuran kinerja ini memiliki target yaitu jumlah kantor perwakilan sebanyak 40 kantor. Kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa kantor perwakilan yang telah diresmikan adalah sebanyak 30 kantor. Itu berarti telah tercapai kinerja sebesar 75 % atau selisih (10). Sasaran strategis mewujudkan keadilan memiliki ukuran kinerja berupa proses pembayaran klaim. Ukuran kinerja ini memiliki target berupa waktu pembayaran klaim yang berisiko rendah (low risk) selama sembilan hari. Waktu tersebut dihitung mulai dari aplikasi klaim yang dilampiri dengan seluruh dokumen persyaratan, diterima oleh Bagian Pelayanan sampai dengan waktu pembayaran klaim. Kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa 100% pengajuan klaim yang berisiko rendah dibayarkan dengan waktu rata-rata selama 7,5 hari. Hal ini berarti target 100% pembayaran klaim berisiko rendah selama 9 hari tercapai. Performa hasil pengukuran kinerja orientasi proses internal tahun 2012 secara lengkap dijabarkan pada Tabel 23.3. ~ 297 ~
Tabel 23.3 Performa Orientasi Proses Internal PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 298 ~
Tabel 23.4 Performa Keberlanjutan PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 299 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
D. Kinerja Orientasi Bakat Orientasi bakat dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi seluruh tenaga kerja berbakat. Suasana kekeluargaan dan kekerabatan diciptakan melalui keteladanan dan kepemimpinan. Motivasi kerja juga diciptakan dengan memenuhi kebutuhan dasar tenaga kerja berbakat. Kebutuhan kesehatan jasmani tenaga kerja berbakat terpenuhi dengan diberlakukannya aturan reimbursement untuk pengobatan ala nabi (tibun nabawi) seperti bekam, acupressure, habatussauda, madu, medical check up. Pemenuhan terhadap terjaganya kesehatan jasmani juga dilakukan dengan dibentuknya kelompok-kelompok olahraga seperti bulutangkis, futsal, fitness, klub sepeda dan klub motor. Pemenuhan kebutuhan rohani tenaga kerja berbakat dilakukan dengan diberikannya cuti i‟tikaf bagi tenaga kerja berbakat setiap 10 hari terakhir Bulan Ramadhon286. Bagi tenaga kerja berbakat yang masih belum mahir membaca al-Quran, perusahaan juga memberikan fasilitas pembelajaran al-Quran disamping kelompok-kelompok pengajian lainnya. Dalam hal pengembangan organisasi dan pengembangan diri, perusahaan melakukan rotasi tenaga kerja berbakat secara rutin. Hal ini dimaksudkan agar setiap tenaga kerja berbakat berada dalam kondisi siap dan mampu mengerjakan berbagai tugas dengan baik dan penuh amanah. Tentu saja dalam melaksanakan kebijakan, perusahaan memenuhi segala sesuatu yang menjadi hak tenaga kerja berbakat seperti tunjangan akomodasi, tunjangan pulang kampung dsbnya. Perencanaan tenaga kerja berbakat dilakukan oleh Bagian Human Resources (HR) pada saat penyusunan RKAP. Sementara kebutuhan terhadap peningkatan kompetensi dilakukan melalui sistem rekruitmen dan seleksi yang terencana. Kualifikasi tentang pendidikan, pengalaman, keterampilan, pengetahuan, wawasan, akhlak, shari>’ah dan aqidah ditentukan sesuai dengan jabatan maupun posisi yang dibutuhkan. Kebijakan HR menggarisbawahi bahwa mendapatkan calon tenaga kerja berbakat yang benar-benar sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan bukanlah perkara yang ~ 300 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
mudah. Oleh karena itu, bagi calon tenaga kerja berbakat yang belum memiliki pemahaman tentang shari>’ah sesuai kualifikasi masih diberikan kesempatan untuk diterima menjadi tenaga kerja berbakat pada PT. X, tetapi bagian HR selanjutnya akan memberikan pendidikan tambahan kepada yang bersangkutan. Berkaitan dengan sistem pendidikan dan pelatihan, kegiatan ini didukung dengan anggaran yang telah disepakati pada saat penyusunan RKAP. . Beberapa kekurangan yang masih terlihat pada pemenuhan orientasi tenaga kerja berbakat adalah survey tentang kepuasan tenaga kerja terhadap perusahaan tidak secara rutin dilakukan. Survey kepuasan tenaga kerja pernah dilakukan pada tahun 2006 dan tahun 2008, tetapi setelah itu survey kepuasan tenaga kerja belum dilakukan. Hal lain adalah belum adanya sistem career development yang terintegrasi dengan sistem HRD, menyebabkan talent pool belum dikelola dengan baik. Keterlibatan tenaga kerja berbakat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja berbakat untuk memberikan masukan kepada perusahaan. Perusahaan memberlakukan adanya pertemuan harian antara atasan dan bawahan sebelum bekerja di setiap unit kerja. Pertemuan diawali dengan bersama-sama membaca al-Quran dan diakhiri dengan doa bersama. Pada sore hari menjelang pulang bekerja, seluruh tenaga kerja berbakat kembali membaca doa bersama. Pertemuan manajemen juga secara rutin dilakukan seminggu sekali. Pada pertemuan ini, manajemen memberikan peluang seluas-luasnya kepada tenaga kerja berbakat untuk menyampaikan berbagai masukan. Setelah melalui pengkajian yang lebih mendalam, masukan dari tenaga kerja berbakat ditindaklanjuti untuk diterapkan. Pengembangan dan pemberdayaan tenaga kerja berbakat dilakukan melalui sistem pendidikan dan pelatihan, rotasi jabatan, promosi jabatan maupun melalui penugasan. Pelatihan in house maupun eksternal dikelola oleh Bagian HR dengan anggaran yang telah disusun di dalam RKAP. Keseluruhan proses di atas dapat dilihat secara detail pada Gambar 23.4. ~ 301 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sasaran strategis menciptakan produktifitas yang tinggi memiliki ukuran kinerja berupa perbandingan antara premi bruto terhadap biaya operasi. Ukuran kinerja memiliki target sebesar 10.0. Kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa rasio premi bruto terhadap biaya operasi adalah sebesar 15.66. Itu berarti, kinerja tercapai sebesar 157 %. Sementara rasio rata-rata premi bruto terhadap biaya operasi selama periode tahun 2001 s.d 2011 adalah sebesar 9.50. Grafik rasio premi bruto terhadap opex (Gambar 23.5) mengindikasikan kecenderungan yang menanjak. Hal ini menunjukan bahwa produktifitas PT. X selama periode tahun 2001 sd 2011 memiliki kinerja yang baik. Gambar 23.4 Perencanaan Orientasi Bakat PT. X Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja
Lingkungan yang Kondusif
Pengalaman
Pendidikan
Keterampilan
Pengetahuan
Wawasan
Akhlak
Shariah
Aqidah
Orientasi Ibadah
Organisasi
Fondasi Kemaslah atan
Kompetensi
Keterlibatan Tenaga Kerja
Pengembangan & Pemberdayaan
Perilaku yang harus dimiliki
Menciptakan produktifitas yang tinggi
Meningkatkan kepuasan tenaga kerja.
Sasaran strategis
~ 302 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Sasaran strategis meningkatkan kepuasan tenaga kerja berbakat memiliki ukuran kinerja berupa indeks kepuasan tenaga kerja. Ukuran kinerja memiliki target hasil survey 90% tenaga kerja merasa puas. Target ini tidak tercapai karena survey kepuasan tenaga kerja tahun 2012 tidak dilakukan. Performa hasil pengukuran kinerja orientasi bakat tahun 2012 secara lengkap dijabarkan pada Tabel 23.5. Gambar 23.5 Grafik Perkembangan Rasio Premi Bruto thd Opex
Rasio Premi Bruto thd Opex
15.64
15.66
16.00 14.19 12.00
11.48 9.93
8.00
4.00
7.76
4.58
5.24
5.27
5.78
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
~ 303 ~
Tabel 23.5 Performa Orientasi Bakat PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 304 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
E. Kinerja Orientasi Pembelajaran Fondasi kemaslahatan yang berhasil diidentifikasi oleh PT. X untuk mencapai orientasi pembelajaran adalah berasal dari human capital (modal manusia) dan organizational capital (modal organisasi). Modal manusia yang dikembangkan dan diberdayakan adalah akal dan hati. Modal manusia terdiri dari pengalaman, pendidikan, keterampilan, pengetahuan, wawasan, aqidah, shari>’ah dan akhlak dapat tercukupi melalui sistem rekruitmen dan seleksi yang sangat selektif. Tenaga kerja tidak hanya berkompetensi dalam tekhnis pengelolaan perusahaan, tetapi juga memiliki kompetensi dalam menerapkan agama di kehidupan sehari-hari. Era tekhnologi informasi yang berkembang pada saat ini, mempermudah Bagian HR untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang, pengalaman, aktifitas calon tenaga kerja. Modal organisasi dikembangkan melalui disain sistem kerja dan proses kerja sebagaimana Gambar 23.3. Pihak manajemen memiliki komitmen terhadap proses pembelajaran. Komitmen direalisasikan dengan pengalokasian anggaran pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Anggaran diatur dan dikontrol sedemikian rupa sehingga memenuhi azas keadilan bagi seluruh tingkat jabatan karyawan. Kemutahiran tekhnologi juga dimanfaatkan oleh PT. X dalam membudayakan individu dan organisasi pembelajar. Jaringan intranet dan internet menjadi sarana bagi PT. X untuk berkomunikasi tidak hanya bagi karyawan, tetapi juga bagi seluruh pemangku kepentingan perusahaan. Website menjadi sarana untuk menciptakaan keterbukaan. Berbagai informasi tentang perusahaan, informasi terkini, perkembangan produk, kegiatan sosial dan informasi lainnya disampaikan pada website. Jejaring media sosial juga dimaksimalkan oleh PT. X untuk menjadi media pembelajaran. Akun media adalah sarana memberikan pencerahan yang baik tentang perusahaan. Keseluruhan proses di atas, dapat dilihat secara detail pada Gambar 23.6. Orientasi pembelajaran diciptakan dengan mengalokasikan dana khusus untuk pelatihan. Anggaran ditentukan pada saat ~ 305 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
penyusunan RKAP. Prasyarat terhadap terpenuhinya orientasi ibadah dilakukan pula melalui kegiatan malam bina ketaqwaan (Mabit). Perusahaan juga secara rutin menyelenggrakan pengajian Dhuha setiap hari jumat mulai dari jam 8.00-9.30. Kegiatan perenungan atas jatidiri khalifah Allah di bumi, diikuti oleh seluruh tenaga kerja. Kegiatan ini sudah secara rutin dilakukan sekurangkurangnya sekali dalam setahun. Motivasi kerja tenaga kerja juga dirangsang melalui sistem penghargaan (reward) berupa hadiah umroh bagi tenaga kerja yaitu karyawan dan para agen yang berprestasi Gambar 23.6 Perencanaan Orientasi Pembelajaran PT. X Modal Pembelajaran
Human Capital
Akal
Organizationl Capital
Hati
Proses Kerja
Komitmen Manajemen
Pemanfaaatan Tekhnologi
Kompetensi
Orientasi Ibadah
Sistem Kerja
Pengalaman
Pendidikan
Keterampilan
Pengetahuan
Wawasan
Akhlak
Shariah
Aqidah
Terbangunnya budaya kerja pembelajar
Terbangunnya Sistem Reward berbasis pembelajar
~ 306 ~
Fondasi Kemaslahatan
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Khusus bagi agen, PT. X memfasilitasi para agen untuk bersosialisasi dengan komunitas organisasi lainnya baik yang shari>’ah maupun konvensional. PT. X, secara rutin mengirimkan wakil agen untuk mengikuti ajang MDRT (Million Dollar Round Table). Ajang ini merupakan pemberian penghargaan bagi para agen berprestasi. Momen inilah yang menjadi pembuktian atas prestasi agen kepada publik. Sasaran strategis terbangunnya budaya kerja pembelajar memiliki ukuran kinerja berupa man hours training yang menggambarkan rata-rata jumlah jam pelatihan yang diikuti oleh seorang karyawan dalam satu tahun. Ukuran kinerja memiliki target sebesar 20 jam pelatihan / karyawan / tahun. Kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa rata-rata seorang karyawan PT. X telah mengikuti pelatihan selama 35 jam pelatihan per tahun. Itu berarti, telah tercapai kinerja sebesar 175%. Prosentase man hours training terlihat sangat baik, namun bila kita melihat lebih seksama pada analisis data keuangan yaitu rasio antara anggaran pendidikan pelatihan yang terealisasi terhadap anggaran pendidikan pelatihan yang telah dialokasikan, terlihat bahwa sejak tahun 2001 hingga tahun 2011, biaya pendidikan pelatihan tidak seluruhnya terpakai bahkan prosentase realisasi biaya pendidikan dan pelatihan terhadap alokasi biaya pendidikan dan pelatihan semakin tahun semakin rendah, -29,58 % pada tahun 2001 menjadi -91.29 % pada tahun 2011 (Gambar 23.7). Hal ini membuktikan bahwa anggaran pendidikan dan pelatihan belum secara maksimal diberdayakan untuk pemenuhan orientasi pembelajaran. Sasaran strategis terbangunnya sistem reward berbasis pembelajar memiliki ukuran kinerja berupa hadiah ibadah umroh bagi karyawan dan agen. Ukuran kinerja memiliki 2 target. Pertama, target agen yang mendapat hadiah umroh tergantung pada pencapaian target pemasaran dari masing-masing tingkat agen. Kedua, target hadiah untuk karyawan adalah 1 orang karyawan. Kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat 24 orang agen yang mendapatkan hadiah umroh dan 2 orang karyawan yang mendapatkan hadiah umroh. Itu berarti untuk hadiah umroh bagi ~ 307 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
karyawan tercapai sebesar 200%. Performa hasil pengukuran kinerja orientasi pembelajar tahun 2012 secara lengkap dijabarkan pada Tabel 23.6 Gambar 23.7 Grafik Realisasi Biaya DikLat, Alokasi dan Biaya SDM
Biaya (Milyard)
Realisasi Biaya Diklat, Alokasi dan Biaya SDM 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Biaya SDM,
Alokasi Realisasi Diklat 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
~ 308 ~
Tabel 23.6 Performa Orientasi Pembelajaran PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 309 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
F. Kinerja Orientasi Pelanggan PT. X fokus pada orientasi pelanggan melalui dua jenis pelanggan yaitu calon pelanggan dan pelanggan lama. Pelayanan terhadap kedua jenis pelanggan dilakukan oleh Divisi Sercives yaitu pada Bagian Customer Relation Management (CRM) dan Policy Owner Services (POS). Segmentasi pelanggan lama dilakukan melalui dua jenis pelayanan pelanggan yaitu pelanggan regular dan pelanggan prime. PT. X mendapatkan informasi persyaratan pelanggan melalui umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, informasi pelanggan, ketentuan shari>’ah, fatwa-fatwa ulama, masukan DPS, kompetensi inti (core competence), analisis kekuatan dan kelemahan organisasi, kesempatan dan tantangan dari lingkungan industri, persyaratan regulasi, input dari pemasok dan mitra, survey kepuasan pelanggan, kinerja organisasi sebelumnya, opportunity for improvement (OFI) ISO 9001: 2008, temuan audit operasional, temuan audit mutu ISO 9001: 2008 juga rapat tinjauan manajemen (ISO 9001: 2008). Persyaratan pelanggan yang teridentifiksai selanjutnya ditetapkan secara tertulis oleh PT. X, baik pada Kebijakan Mutu, Manual Mutu, Prosedur Mutu (SOP) maupun pada Instruksi Kerja. Ketetapan tersebut selanjutnya disosialisasikan oleh manajemen kepada seluruh karyawan untuk dilaksanakan agar tercipta budaya kepuasan pelanggan. Media yang digunakan untuk mensosialisasikan penetapan persyaratan pelanggan adalah website, email, fax, telepon, buletin, rapat, pelatihan dan pendampingan. Dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan, PT. X melakukan kegiatan mendengarkan pelanggan dan melibatkan pelanggan. Proses mendengarkan pelanggan dilakukan dengan dibukanya fasilitas call center yang dapat melayani pelanggan selama 24 jam penuh. Keluhan, informasi, umpan balik dari para pelanggan dilayani melalui call center, email, fax, telepon. Seluruh media dimanfaatkan dengan baik oleh para pelanggan. Keterlibatan pelanggan membuat PT. X mendapatkan informasi penting yang dapat digunakan untuk melakukan inovasi dan perbaikan layanan kepada peserta. Akses email, fax, telepon dan staff CS287 dikelola ~ 310 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
oleh Bagian CRM288. Sementara pelayanan kepada pelanggan lama diefektifkan oleh Bagian POS yang melayani segala bentuk mutasi pelanggan maupun layanan lainnya. Gambar 23.8 Perencanaan Orientasi Pelanggan PT. X
Pelanggan
Pelanggan Lama
Persyaratan Pelanggan
Calon Pelanggan
Penetapan Persyaratn Pelanggan
Mendengarkan Pelanggan
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Fondasi Kemaslahatan
Kepuasan Pelanggan
Melibatkan Pelanggan
Meningkatkan Jumlah Pelanggan
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Kerjasama dengan PT. POS dimaksudkan agar pelayanan terhadap pembayaran klaim non risk dapat langsung dilakukan di seluruh jaringan PT. POS. Hal ini sangat menguntungakan bagi para peserta yang berlokasi jauh dari Kantor Pelayanan maupun Kantor Perwakilan. Jaringan PT. POS yang ada di tiap Kabupaten ataupun Kotamadya mempermudah proses pembayaran klaim non risk. Peserta mengajukan klaim kepada PT. X melalui PT. POS dengan melengkapi seluruh dokumen sesuai persyaratan. Bila dokumen sudah lengkap maka pembayaran klaim selambat-lambatnya ~ 311 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dibayarkan oleh PT. POS keesokan harinya (dua hari kerja). Keseluruhan proses di atas dapat dilihat secara detail pada (Gambar 23.8). Gambar 23.9 Grafik Market Share
Market Share PT. X 0.65% 0.55% 0.45% 0.35% 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sasaran strategis yang teridentifikasi untuk menciptakan orientasi pelanggan adalah meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan jumlah pelanggan. Ukuran untuk sasaran strategis meningkatkan kepuasan pelanggan adalah indeks kepuasan pelanggan. Ukuran sasaran strategis meningkatkan jumlah pelanggan adalah market share. Dalam hal ini, market share menunjukan jumlah kontribusi bruto (premi) PT. X dibandingkan dengan jumlah kontribusi bruto industry. Data pencapaian market share dapat dilihat pada (Gambar 23.9). Data menunjukan bahwa sejak tahun 2002 hingga tahun 2011, market share PT. X memiliki kecenderungan yang menurun. Bahkan market share tiga tahun terakhir justru lebih kecil dibandingkan dengan market share tahun 2002. Memang terjadi peningkatan market share di tahun 2008. Pada masa itu, market share PT. X sebesar 0,65%, tetapi itulah market share tertinggi untuk masa sepuluh tahun terakhir.
~ 312 ~
Tabel 23.7 Performa Orientasi Pelanggan PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 313 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
G. Kinerja Orientasi Harta Kekayaan Manajemen PT. X menyadari sepenuhnya bahwa cara mendapatkan harta kekayaan harus sesuai dengan tuntutan aqidah dan tuntunan shari>’ah yaitu halal dan baik, karena hal itu akan mempengaruhi keberkahan harta yang didapat. Oleh karenanya, PT. X dalam mendapatkan harta senantiasa memenuhi orientasi ibadah, orientasi proses internal, orientasi tenaga kerja, orientasi pembelajaran dan orientasi pelanggan. Untuk mendapatkan harta, manajemen PT. X mengajarkan kepada para tenaga kerjanya agar senantiasa berdoa kepada Yang Maha Memiliki Harta. Selesai berdoa seluruh tenaga kerja bekerja sesuai dengan amanah yang telah diberikan kepadanya. Manajemen juga selalu mengingatkan kepada seluruh tenaga kerja bahwa yang namanya usaha tidak ada yang langsung berhasil, Allah pasti menguji mereka. Oleh karenanya, berdoa dan berusaha dengan akhlak sesuai tuntunan shari>’ah dan tututan aqidah harus tetap ditegakkan sebagai sarana mendapatkan harta yang telah dijanjikan oleh Allah. Sementara cara membelanjakan harta kekayaan juga harus sesuai dengan tuntutan aqidah dan tuntunan shari>’ah yaitu halal dan baik. Manajemen PT. X menyadari dengan sepenuhnya bahwa PT. X adalah pengelola dana kebajikan yang dikumpulkan dari para peserta. Dana tersebut merupakan dana titipan yang akan dikeluarkan sebagai derma kepada peserta lain yang sedang menerima risiko. Oleh karena itu, proses membelanjakan harta yang dilakukan melalui alokasi asset pada orientasi harta kekayaan, orientasi pelanggan, orientasi pembelajaran, orientasi tenaga kerja, orientasi proses internal dan orientasi ibadah harus dilakukan dengan penuh amanah. Kepercayaan dari para peserta kepada PT. X sebagai pengelola dana harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
~ 314 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 23.10 Perencanaan Orientasi Harta Kekayaan PT. X Harta Kekayaan
Cara Mendapatkan
Cara Membelanjakan
Fondasi Kemaslahatan
Berkah
Orientasi Pelanggan
Orientasi Pembelajaran
Orientasi Tenaga Kerja
Orientasi Proses Internal
Orientasi Ibadah
Mewujudkan ‘T’ Gross Kontribution
Mewujudkan kebersihan harta
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Alokasi harta kekayaan untuk pemenuhan kebutuhan orientasi harta kekayaan bertujuan untuk menghasilkan kembali harta kekayaan. Investasi melalui berbagai instrument shari>’ah harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan cermat. Pemenuhan kebutuhan orientasi pelanggan dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan market share. Pemenuhan kebutuhan orientasi pembelajaran dilakukan untuk kegiatan pelatihan, sosialisasi, pendampingan dan pengembangan karyawan. Pemenuhan terhadap kebutuhan orientasi tenaga kerja dilakukan untuk biaya rutin gaji, biaya cuti, bonus, asuransi tenaga kerja dan keluarga, car allowance, home allowance, biaya kesehatan, medical chaeck up. PT. X bahkan sudah memberlakukan biaya penggantian ~ 315 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
pengobatan yang menggunakan pengobatan alternatif ala nabi (tibun nabawi) seperti bekam, herbal, pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dibayarkan pada satu minggu sebelum ramadhon. Gambar 23.11 Kontribusi Bruto (Premi)
Kontribusi Bruto (Milyard) 360.37 323.92 249.93
305.43 246.91
157.91 67.45
2002
2003
84.33
2004
107.39
2005
123.18
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Pemenuhan kebutuhan orientasi proses internal dilakukan untuk biaya pelayanan, biaya reasuransi untuk mengantisipasi risiko, biaya infrastruktur Kantor Perwakilan. Pemenuhan kebutuhan orientasi ibadah berkaitan dengan ibadah kepada Allah dilakukan melalui zakat, infaq, shadaqoh, wakaf (al-Quran), haji (karyawan dan agen) dan qurban. Berkaitan dengan pemangku kepentingan, yayasan perusahaan senantiasa hadir di berbagai kegiatan sosial seperti khitanan masal, pengobatan gratis, donor darah, santunan yatim dhuafa, santunan korban musibah dan bencana. Berkaitan dengan lingkungan, PT. X senantiasa menjaga lingkungan dengan memenuhi ketentuan pemerintah daerah maupun pusat. Keseluruhan proses di atas dapat dilihat secara detail pada Gambar 23.10.
~ 316 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Gambar 23.12 Pembayaran Zakat
Pembayaran Zakat PT. X (Juta) 700 600 500 400 300 200 100 0 2004
2005
2006
2007
Perusahaan, Peserta & Karyawan
2008
2009
2010
Perusahaan
Sasaran strategi mewujudkan „T‟ Gross Contribution dimaksudkan untuk memasuki satuan trilyun pada perolehan premi bruto. Hal ini dilakukan sebagai usaha mencapai lompatan besar PT. X karena mulai dari kelahiran PT. X hingga tahun 2011, perolehan premi masih dalam satuan milyard. Hasil kinerja menunjukan bahwa hingga tahun 2011 premi bruto baru tercapai sebesar 360,37 Milyard (Gambar 23.11). Dibutuhkan kerja yang lebih keras lagi dari seluruh komponen PT. X untuk menembus angka bersatuan trilyun. Sasaran strategis mewujudkan kebersihan harta dilakukan dengan pengelolaan pembayaran zakat perusahaan, zakat peserta dan zakat karyawan (Gambar 23.12). Performa hasil pengukuran kinerja orientasi harta kekayaan tahun 2012 secara lengkap dijabarkan pada Tabel 23.8.
~ 317 ~
Tabel 23.8 Performa Orientasi Harta Kekayaan PT. X
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 318 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
H. Kinerja Hasil MaSC PT. X memiliki kinerja hasil kemaslahatan sebesar 0.643. Hal ini dapat dijelaskan sbb: orientasi ibadah memiliki jumlah target sebanyak 3. Jumlah target yang tercapai sebanyak 2. Kepatuhan memiliki target sebanyak 1 dan telah terpenuhi. Orientasi proses internal memiliki jumlah target sebanyak 2. Jumlah target yang tercapai sebanyak 1. Keberlanjutan memiliki jumlah target sebanyak 2. Jumlah target yang tercapai sebanyak 1. Orientasi bakat memiliki jumlah target sebanyak 2. Jumlah target yang tercapai sebanyak 1. Orientasi pembelajaran memiliki jumlah target sebanyak 3. Jumlah target yang tercapai sebanyak 3. Orientasi pelanggan memiliki jumlah target sebanyak 2. Jumlah target yang tercapai sebanyak 1. Orientasi harta kekayaan memiliki jumlah target sebanyak 2. Jumlah target yang tercapai sebanyak 1. Data selanjutnya diproses dengan formula ∑ = orientasi ibadah + Kepatuhan + orientorientasi proses internal + Keberlanjutan + orientasi bakat + orientasi pembelajaran+ orientasi pelanggan + harta kekayaan. Tabel 23.9 Total Kinerja Hasil Kemaslahatan PT. X No
Orientasi Kemaslahatan
Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8
Orientasi Ibadah Kepatuhan Orientasi Proses Internal Keberlanjutan Orientasi Bakat Orientasi Pembelajaran Orientasi Pelanggan Orientasi HartaKekayaan Total Bobot
0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 0.125 1.000
Jumlah Pencapaian Target Target 3 2 1 1 2 1 2 1 2 1 3 3 2 1 2 1 Total Kinerja Hasil
~ 319 ~
Pencapaian 0.083 0.125 0.062 0.062 0.062 0.125 0.062 0.062 0.643
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Kinerja hasil kemaslahatan memiliki range antara 0,000 sampai dengan 1,000. Kinerja 0.000 menunjukan bahwa organisasi tidak memberikan kemaslahatan bagi para pemangku kepentingan. Kinerja 1.000 menunjukan bahwa organisasi memberikan kemaslahatan secara penuh kepada pemangku kepentingan. Kinerja hasil kemaslahatan PT. X sebesar 0,643 menunjukan bahwa PT. X telah memberikan kemaslahatan kepada seluruh pemangku kepentingan. I.
Kinerja Proses MaSC PT. X memiliki kinerja proses kemaslahatan sebesar 0,500. Hal ini dapat dijelaskan sbb: langkah mengidentifikasi fondasi kemaslahatan telah dilakukan. Langkah menetapkan perilaku kemaslahatan telah dilakukan. Langkah menetapkan sasaran strategis telah dilakukan. Langkah menentukan ukuran kinerja telah dilakukan. Langkah menetapkan target belum dilakukan secara konsisten. Langkah menetapkan inisiatif strategis telah dilakukan. Langkah melakukan pengukuran kinerja telah dilakukan. Langkah melakukan evaluasi kinerja belum dilakukan. Langkah melakukan tindakan perbaikan dan peningkatan belum dilakukan. PT. X dinilai belum melaksanakana langkah menetapkan target oleh karena sistem kinerja MaSC merupakan sistem kinerja yang mengutamakan kesinambungan usaha. Target yang ditetapkan haruslah berjangka menengah (lima tahunan). Oleh karena itu, sebaiknya PT. X membuat target jangka menengah lima tahun. Target tersebut di-break down dalam target tahunan melalui milestone. Kinerja proses kemaslahatan PT. X sebesar 0,500 diperoleh melalui perhitungan: ∑
=
langkah 1 + langkah 2 + langkah 3 + langkah 4 + langkah 5 + langkah 6 + langkah 7 + langkah 8
~ 320 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tabel 23.10 Total Kinerja Proses Kemaslahatan PT. X No
Langkah Kinerja
Bobot
Jumlah langkah
Pelaksanaan
0.050
3
3
0.050
1
0
0.000
0.050
1
0
0.000
0.050
6
3
0.150
0.050
2
0
0.000
0.050
1
1
0.050
Nilai
6
Menyusun perencanaan strategis Mengidentifikasi fondasi kemaslahatan Menentukan perilaku kemaslahatan Menetapkan ukuran Menyepakati Kontrak Kinerja Menerapkan Kinerja
7
Melakukan pemantauan
0.050
4
1
0.050
8
Melakukan tindak lanjut
0.050
2
2
0.100
1 2 3 4 5
Total
0.150
0.500
Kinerja proses kemaslahatan memiliki range antara 0,000 – 1,000. Kinerja 0.000 menunjukan bahwa organisasi tidak menerapkan kinerja kemaslahatan. Organisasi yang demikian didirikan bukan untuk tujuan kebaikan bahkan cenderung dimaksudkan untuk merusak dan bertentangan dengan tujuan shari>’ah. Kinerja 1,000 menunjukan bahwa organisasi telah menerapkan sistem kinerja kemaslahatan secara penuh. Kinerja proses kemaslahatan PT. X sebesar 0,500 menunjukan bahwa PT. X telah menerapkan sistem kinerja kemaslahatan meskipun belum secara penuh melakukannya.
285
286
287 288
Perilaku terbuka dilakukan oleh PT. X dengan membuka akses 24 jam call center pelayanan peserta juga email. Dalam hal keterbukaan pengelolaan keuangan, PT. X selalu mempublikasikan Laporan Keuangan Tahunan pada Harian Republika. Pengajuan cuti i‟tikaf diatur dengan mekanisme tertentu sehingga tidak mengganggu pelayanan dan kinerja unit kerja. Customer Service Customer Relation Management
~ 321 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DUA PULUH EMPAT: PENUTUP Aplikasi konsep spiritualitas di dalam teori organisasi, kepemimpinan maupun teori tentang motivasi telah berkembang dengan sangat pesatnya. Hal ini dipicu dengan tidak mampunya konsep ekonomi kapitalis dalam menjawab berbagai persoalan ekonomi yang disebabkan oleh kurangnya etika dan moral. Etika bisnis yang dikembangkan oleh ekonomi kapitalis tidak mampu membendung pelanggaran etika yang dilakukan oleh para praktisi organisasi. Ajaran Islam mengajarkan bahwa tujuan diciptakannya organisasi adalah untuk mencapai kesuksesan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat (fala>h}). Tujuan tersebut dapat tercapai melalui penyelarasan pengelolaan organisasi terhadap tugas manusia sebagai khalifah Allah di bumi (Bung Hatta dalam Sri Edi Swasono, 1992), Muhammad Akram Khan (1994). M. Umer Chapra (2007). Oleh karenanya, organisasi harus dikelola dengan mengedepankan etika dan moral (Sri Edi Swasono, 2004), akuntabilitas sosial (Amartya Sen, 1992), dan keimanan Muhammad Akram Khan (1994) M dan Umer Chapra (2007). Indikator tercapainya fala>h adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia secara seimbang atau terpenuhinya mas}lah}ah d}aru>riyah (al-Shāt}ibi>, n.d). Kebutuhan dasar tersebut meliputi agama (al-di>n), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), akal (al-‘aql) dan harta (al-ma>l). Hal ini sejalan dengan tujuan shari>’ah (maqa>s}id alshari>’ah) yaitu terjaga dan terpeliharanya: agama (h}ifz}u al-di>n), jiwa (h}ifz}u al-nafs), keturunan (h}ifz}u al-nasl), akal (h}ifz}u al-‘aql) dan harta (h}ifz}u al-ma>l) (al-Shāt}ibi>, n.d), (Al-Ghazali dalam Zidan, 1997) Dalam konteks organisasi, kebutuhan dasar organisasi meliputi enam orientasi kemaslahatan yaitu orientasi ibadah sebagai cara pandang atas terjaga dan terpeliharanya agama di dalam organisasi. Orientasi proses internal sebagai cara pandang atas terjaga dan terpeliharanya jiwa organisasi. Orientasi bakat sebagai ~ 322 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
cara pandang atas terjaga dan terpeliharanya keturunan. Orientasi pembelajaran sebagai cara pandang atas terjaga dan terpeliharanya akal. Orientasi pelanggan sebagai cara pandang atas terjaga dan terpeliharanya hubungan dengan pelanggan. Orientasi harta kekayaan sebagai cara pandang atas terjaga dan terpeliharanya harta. Mas}lah}ah adalah konsep bersifat kualitatif. Dibutuhkan metodologi yang tepat untuk mengukur penerapan kemaslahatan di dalam organisasi. Diperlukan keberadaan skor kuantisasi untuk mengelola kinerja pemenuhan kebutuhan dasar organisasi. Sistem yang dimaksud adalah sistem pengelolaan kinerja organisasi berbasis maqa>s}id al-shari>’ah atau disebut pula dengan Mas}lah}ah Performa (MaP) . Sistem kinerja MaP dilakukan dengan pendekatan siklus PDCA yang disesuaikan dengan kebutuhan bagi sistem manajemen kinerja (Moen, 2012). Siklus PDCA diadaptasi menjadi delapan langkah sistem kinerja MaP yaitu menyusun perencanaan strategis. Kedua mengidentifikasi fondasi yang diperlukan untuk mencapai orientasi kemaslahatan. Ketiga, mendapatkan perilaku yang dibutuhkan bagi tiap-tiap orientasi kemaslahatan untuk mencapai kemaslahatan. Keempat, menentukan ukuran kinerja. Kelima, menyepakati kontrak kinerja. Keenam, melaksanakan kinerja. Ketujuh, melakukan pemantauan kinerja. Kedelapan, melakukan tindak lanjut. Pengukuran kinerja MaP dilakukan dengan dua metode yaitu pengukuruan pada usaha untuk mencapai kemaslahatan dan pada pencapaian hasil kemaslahatan. Pengukuruan usaha dalam mencapai kemaslahatan dilakukan dengan membandingkan antara standar langkah sistem kinerja MaP terhadap penerapannya. Pengukuran pencapaian hasil kemaslahatan dilakukan dengan membandingkan antara pencapaian target setiap orientasi kemaslahatan terhadap target yang sudah ditetapkan. Sistem kinerja MaP merupakan sistem manajemen kepemimpinan spiritual. Sistem ini mendukung konsep manusia sebagai makhluk spiritual / homo spiritualis (Friedman, 2008) juga homo ethicus (Sri Edi Swasono, 2004). Tentu saja keberadaan sistem ~ 323 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
kinerja MaP masih perlu digali lebih dalam lagi. Diperlukan pengembangan standardisasi penilaian (assessment) untuk menilai kinerja MaP. Pengembangan dilakukan dengan membuat instrument pengukuran kinerja MaP, menentukan interval penilaian kemaslahatan dan kriterianya, baik untuk kinerja proses kemaslahatan maupun kinerja hasil kemaslahatan. Untuk tujuan yang lebih luas yaitu standardisasi kinerja MaP, diperlukan proses sertifikasi kemaslahatan bagi seluruh institusi organisasi.
~ 324 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar, Mahyuddin Haji. “Towards Achieving the Quality of Life in the Management of Zakat Distribution to the Rightful Recipients (The Poor and Needy).” International Journal of Business and Social Science 2. No. 4 (March 2011): 237245. Abu Bakar, Raslan Amir dan Rugayah Hashim. “Knowledge Management Innovation: Perspectives from the Islamic Development Bank.” Journal of Organizational Knowledge Management (2011). Abu Raiya, Hisham, “a Psychological Measure of Islamic Religiousness: Evidence for Relevance, Reliability and Validity,” (Ph.D. diss., College of Bowling Green, State University, August 2008). Abu> Zaharah, Muhammad. Usul al-Fiqh. Cairo: Dar al-Fikr alArabi, 1958. Adawiyah, Wiwiek Rabiatul dkk. ”Workplace Spirituality as a Moderator in the Relationship between Soft TQM and Organizational Commitment.” International Journal of Business and Social Science 2, No. 10 (June 2011). Ahmad, Ridzwan. “Metode Pentarjihan dan Maslahah dan Mafsadah Dalam Hukum Islam Semasa.” Shariah Journal 16, No. 1 (2008): 107-143. Ahmad, Sayyid Fayyaz. “The Ethical Responsibility of Business: Islamic Principles and Implications.” Islamic Principles of Business Organisation and Management (1995). Ahmad bin Muhammad Al Imran, Tahifatu al Muslim Fil Aqi>dah wal Si>rah, (Riyadh: Dar Ibnu Atsir, 2009). Al-Allaf, Mashhad.”Islamic Divine Law (Shari‟ah), The Objectives (Maqasid) of The Islamic Divine Law or Maqasid Theory.” (n.d). ~ 325 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Al-Alwani, Taha Jabir. “Toward Islamization of Organizational Behavior.” Islamic Principles of Business Organisation and Management (1995). Alamsyah, Halim. “Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia: Tantangan Dalam Menyongsong MEA 20151.” (paper dipresentasikan pada ceramah ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8 IAEI, 13 April 2012). Alawneh, Shafiq Falah. “Human Motivation: an Islamic Perspective.” The American Journal of Islamic Social Science 15 (n.d) : 4. Al-Qudsy, Sharifah Hayaati, Syed Ismail dan Asmak Ab Rahman. “Effective Governance in the Era of Caliphate `Umar Ibn AlKhattab (634-644).” European Journal of Social Sciences 18, No. 4 (2011): 612-624. Al-Mubarikfuri, Safi ur Rehman. Ar-Raheeq Al-Makhtum. The Sealed Nectar, Biography of The Noble Prophet. Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 2002. Al-Sanani, Muhammad bin Ismail. Bulugh Al-Maram, Attainment of The Objevtive According to Evidence of The Ordinances. Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 2002. Al-Shāt}ibi>, Abu Ishāq> Ibra>hi>m bin Mu>sa> al-Lakhmi> al-Gharna>ti> alMa>liki>. Al-Muwa>faqa>tu fi>> Us}ul> al-Shari>ah, 4 Vols. Bairu>t, Libanon: Da>rul al-Kutub al-‘Ilmiyah, (n.d) Al-Gha>zali, Abu> H}a>mid. Al-Arba`in fi> Us}ul al-Di>n. Bayrut: Dar alAfaq al-Jadidah, 1982. Alukal, George, Anthony Manos. Lean Kaizen: a Simplified Approach to Process Improvements. Milwaukee: American Society for Quality, Quality Press, 2006. Amin, A Riawan. The Celestial Management. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007.
~ 326 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Amiri, Seyed Reza Salehi, Esmaeil Kavousy dan Seyed Yahya Azimi, “The Role of Cultural Strategic Planning in Increasing Organizational Productivity, Development and Perfection.” European Journal of Social Sciences 15, No. 2 (2010). An-Nabahani, Taqiuddin. The System of Islam. London: Al-Khilafah Publications, 2002. Ariff, Mohamed. “Economics and Ethics, ” Reading in the Concept and Methodology of Islamic Economics. Kualalumpur, Malaysia: Cert Publication, 2007. Ash-Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam Iqtishaduna. Jakarta: Zahra Publishing House, 2008. Asshiddiqie, Jimly. “Pesan Konstitusional Keadilan Sosial,” http://www.jimly.com_makalah_namafile_75_PESAN_KEA DILAN_SOSIAL (diakses pada 25 Januari 2012). Awang, Rohila Norhamizah dan Mohd Zulkifli Mokhtar. “Comparative Analysis of Current Values and Historical Cost in Business Zakat Assessment: An Evidence from Malaysia.” International Journal of Business and Social Science 3, No. 7 (April 2012): 286. Azmi, Sabahuddin. “An Islamic Approach to Business Ethics College of Islamic Banking.” World Al-Lootah University, Dubai (n.d). Abbasi, Abdus Sattar, Kashif Ur Rehman dan Amna Bibi. ”Islamic Management Model.” African Journal of Business Management 4, No. 9 (August, 2010): 1873-1882. Barskey, N.P. dan Marchant, G. “Measuring and Managers Intellectual Capital.” Strategic Finance (February 2000). Bedoui, M. Houssem Eddine. “Shari„a-Based Ethical Performance Measurement Framework.” Chair for ethics and Financial
~ 327 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Norms, Working Paper in Islamic Economics and Finance No. 1020 (January 2012). Beekun, Rafik I. dan Jamal A. Badawi. “Balancing Ethical Responsibility among Multiple Organizational Stakeholders: The Islamic Perspective,” Journal of Business Ethics (2005) 60: 131–145. Beekun, I. Rafik, Islamic Business Ethics. Herndon, USA: International Institute of Islamic Thought, 1996. Beekun, I. Rafik, Strategic Planning and Implementation for Islamic Organizations. Herndon, USA: International Institute of Islamic Thought, 2006. Bhandal, H. S. “Spirituality, Workplace and Leadership.” (Disertasi Ph.D., College of Defence Management, 2006). Bramhandkar, Alka, Scott Erickson dan Ian Applebee. “Intellectual Capital and Organizational Performance: an Empirical Study of the Pharmaceutical Industry.” Electronic Journal of Knowledge Management 5 (2007). Bris, Arturo. “The Lehman Brothers Case, a Corporate Governance Failure, not a Failure of Financial Markets.” IMD International (May 2010). Bruce, C, Skaggs dan Mark Youndt. “Strategic Positioning, Human Capital, and Performance in Services Organizations: a Customer Interaction Approach.” Strategic Management Journal 25 (2004): 85-99. Buang, Ahmad Hidayat. “Appreciation of Syari‟ah Principles in Property Management in Contemporary Malaysia Society.” Shariah Journal 16 (2008): 555-566. Bukh, P.N., H.T. Larsen, and J. Mouritsen, "Constructing Intellectual Capital Statements.” Scandinavian Journal of Management 17 (2001): 87-108.
~ 328 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Bullock, S dan N Pimlott. “How to Help Young People Explore and Develop Their Spirituality, Working Towards a Faith and Culturally Sensitive Youth Sector.” Glimpses, National Youth Agency, Leicester (2008). Catherine, Morrison dan Donald Siegel. “Knowledge Capital and Cost Structure in the US. Food and Fiber Industries.” American Journal of Agricultural Economics 80, No. 1 (Feb., 1998): 30-45. Cathy, A. Enz. Hospitality Strategic Management: Concepts and Cases. John Willey and Son Inc, April 2009. Chapra, M. Umer. “The Islamic Vision of Development in the Light of Maqāsid Al-Sharī„ah.” (September 2007). Chapra, M. Umer. Islam and Economic Development. New Delhi: Adam Publishers & Distributors, 2007. Chaleff, Ira. “Spiritual Leadership.” Executive Excellence 15 (May 1998). Chen, Chen Yuan dkk. “Linking the Balanced Scorecard (BSC) to Business Management Performance: A preliminary Concept of Fit Theory for Navigation Science and Management.” International Journal of the Physical Sciences 5. No. 8 (4 August 2010). Choudhury, Masudul Alam. Contributions to Islamic Economic Theory, a Study in Social Economics. New York: St. Martin‟s Press, 1986. Choudhury, Masudul Alam. The Universal Paradigm and the Islamic World System, Economy – Society – Ethics – and Sciences. Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd, 2007. Chowdury, Subir. Organization 21 C, Someday All Organization Will Lead This Way. Financial Times Prentice Hall, 2003.
~ 329 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Çizakça, Murat. “Democracy, Economic Development and Maqasid Al-Shari’ah.” Review of Islamic Economics 11, No 1 (2007): 101-118. Cizek, Gregory J. “Performance Standards: Selected Response Item Formats.” Encyclopedia of Psychological Assessment, SAGE Publications (2003), http://www.sageereference.com/psychassessment/Article_n148.html (diakses 4 Mei 2010). Cokins, Gary. Performance Management, Finding the Missing Pieces (to closer he Intelligence Gap). New Jersey: John Wiley & Sons. Inc, 2004. Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler. Business Research Methods. Singapore: McGraw-Hill, 1998. Coyle, Daninel. The Talent Code, Greatness Isn‟t Born, It‟s Grown, Here‟s How. (New York: Bantam Dell, May 2009). Cunningham, M. Gary dan Jean E. Harris. “Enron and Arthur Andersen: the Case of the Crooked E and the Fallen A.” Global Perspectives on Accounting Education 3 (2006). Curry, Timothy dan Shibut, L. “The Cost of the Savings and Loan Crisis: Truth and Consequences, FDIC Banking Review, http://www.fdic.gov/bank/analytical/banking/2000dec/brv13 n2_2.pdf. 2000 (diakses 10 Mei 2011). Customer Satisfaction And Teamwork , “The PDCA Improvement Process A Guide To Foster Continuous Improvement,” Quality Journal. (April, 1995) Dahan, Mohd Hayati, Noryati Ahmad dan Faziatul Amillia Mohamad Basir. “Factors Inhibiting Islamic Will Adoption: Focus on Muslim Community.” Paper dipresentasikan pada 3rd International Conference on Business and Economic Research (3rd ICBER 2012) Proceeding, Bandung, Indonesia, 12 - 13 Maret 2012.
~ 330 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Devinney, Pierre J. Richard, George S. Yip dan Gerryn Johnson. “Measuring Organizational Performance: Towards Methodological Best Practice.” Journal of Management 35, No. 3 (2009). Dusuki, Asyraf Wajdi dan Nurdianawati Irwani Abdullah. “Maqasid al-Shari`ah, Maslahah, and Corporate Social Responsibility.” The American Journal of Islamic Social Sciences 24:1: 2645. Dworkin, Ronald. Sovereign Virtue, the Theory and Practice of Equality. USA: Harvard University Press, 2000. El-Ghazali, Abdel Hamid. “Man is the Basis of the Islamic Strategy for Economic Development.” Islamic Economics Translation Series No 1. (1994). Fahd bin ‘Abdil ‘Azi>zil Su ‘u>d, Kha>dim al-Haramain ash-Shari>fain. Al-Quran dan Terjemahannya. Jeddah, Arab Saudi: Darussalam Publications, 1971. Fairchild, Alea M. “Knowledge Management Metrics via a Balanced Scorecard Methodology.” Hawaii International Conference on System Sciences (2002). Farook, Sayd. “Social Responsibility for Islamic Financial Institutions: Laying Down A Framework.” Journal of Islamic Economics, Banking and Finance 62 (n.d.): 61-82. Fatah, Dede Abdul. Pasar & Keadilan dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta: Gaung Persada Press, Januari 2012. Figge, Frank dkk, “The Sustainability Balanced Scorecard Linking Sustainability Management to Business Strategy.” Business Strategy and the Environment Bus. Strat. Env. 11 (2002). Firdaus, Achmad. “Maslah}ah Scorecard, Sistem Pengukuran Kinerja Bisnis Berbasis Maqosid Sha>riah.” Call for Paper Islamic Banking & Finance Conference 2012, Islamic Economy Revivalism: Between Theory and Practice, Fakultas Ekonomi ~ 331 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (15 September 2012). Firdaus, Achmad. “Pengukuran Kinerja PT. Asuransi Takaful Keluarga dengan Menggunakan Sistem Pengukuran Kinerja Mas}lah}ah Scorecard (Masc).” Call for Paper The 1st Islamic Economics and Finance Research Forum (ISEFRF), New Era of Indonesian Islamic Economics and Finance. The Indonesian Association of Islamic Economist, Bank Indonesia dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru (21-22 November 2012). Friedman, Hershey.H dan Linda W. Friedman. “Can „Homo Spiritualis‟ Replace Homo Economicus in the Business Curriculum?.” e-Journal of Business Education & Scholarship of Teaching 2, No. 2 (2008). Froilan, William S. “Performance Modeling”. Encyclopedia of Counseling. SAGE Publications (2008). http://www.sageereference.com/counseling/Article_n567.ht ml (diakses 4 Mei 2010). Fry, Louis W, Laura L. Matherly dan J. Lee Whittington. “Spiritual Leadership as an Integrating Paradigm for Servant Leadership”, Integrating Spirituality and Organizational Leadership (2007): 70-82. Fry, W. Louis dan Laura L. Matherly. “Spiritual Leadership and Organizational Performance: An Exploratory Study.” Tarleton State University – Central Texas (n.d). Fry, W. Louis (Jody) dan J. Lee Whittington. “Spiritual Leadership as a Paradigm for Organization Transformation and Development.” Tarleton State University – Central Texas, University of Dallas Irving, Texas (n.d). Fry, W. Louis (Jody) Fry dan Laura L. Matherly. “Spiritual Leadership as an Integrating Paradigm for Positive
~ 332 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Leadership Development.” Tarleton State University – Central Texas, University of Dallas Irving, Texas (n.d). Fry, W. Louis. “Toward a Theory of Spiritual Leadership.” The Leadership Quarterly 14 (2003): 693–727. Fry, W. Louis dan John W Slocum Jr. “Maximizing the Triple Bottom Line through Spiritual Leadership.” Organizational Dynamics 37, No. 1 (2008): 86–96. Fry, Louis W. (Jody) and Laura L. Matherly, “Performance Excellence through Spiritual Leadership.” March 29 2006 http://www.iispiritualleadership.com/ (diakses pada 27 April 2012). Gardiner, Chris. “Balanced Scorecard Ethics.” Business & Professional Ethics Journal 21, No. ¾, (2002). Gash, Alexander dan John Wanna. “Performance Measurement,” Encyclopedia of Governance. SAGE Publications (2006). Ghazanfar, Mohammad S. dan Abdul Azim Islahi. “Economic Thought of Al-Ghazali (450-505 A.H. / 1058-1111 A.D.).” Islamic Economics Research Series, King Abdulaziz University- (1997). Guillory, William A. “The Living Organization Spirituality in the Workplace.” Innovations International, Salt Lake City, UT (1997). Haberberg, Adrian dan Alison Rieple. Strategic Management, Theory and Application. Oxford University Press, 2007. Habibie, Bacharuddin Jusuf. “Pembangunan Sumber Daya Manusia Berorientasi NilaiTambah,” Wawasan dan Visi Pembangunan Abad 21, Editor M. Dawam Rahardjo. Jakarta: PT. Intermasa, 1997. Hassan, Abul, Abdelkader Chachi, dan Salma Abdul Latiff. “Islamic Marketing Ethics and Its Impact on Customer
~ 333 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Satisfaction in the Islamic Banking Industry.” JKAU: Islamic Econ 21, No. 1, (2008 A.D./1429 A.H.): 27-46. Hasan, Zulkifli. “Corporate Governance of Islamic Financial Institutions.” (paper dipresentasikan pada Conference on Malaysian Study of Islam, University of Wales, Lamperter, United Kingdom, 28-29 Juni 2008). Hill, Peter C. dan Ralph W. Hood Jr. Measures of Religiosity. Birmingham Alabama: Religious Education Press, 1999. Hj. Don, Abdul Ghafar dan Jaffary Awang. “Knowledge Management and Its Impact on Islamic Da‟wah: a Historical Perspective.” Journal of Islamic and Arabic Education I (2) (2009): 61-68. Howard, Barbara B, dan Stephen R. White, “Spiritual Intelligence and Transformational Leadership: A New Theoretical Framework.” Journal of Curriculum and Instruction (JoCI) 3, No. 2 (November 2009). Hunger, David dan Thomas. L. Wheelen. Essentials of Strategic Management Authors 4th Edition. Publisher: Prentice Hall, 2006. Ibn „Ashur, M. al-Tahir, Maqasid al-Shari‟ah al-Islamiyyah (Kuala Lumpur: al-Basa‟ir, 1998). Ismail, Abdul Ghafar dan Noraziah Che Arshad. “Financial Ratio and Maqasid Shariah in Evaluating the Performance of Microfinance Institutions,” (paper dipresentasikan pada The 2nd International Workshop in Islamic Economics Theory: Islamic Micro-finance Towards Global Poverty Alleviation and Sustainable Development, Bangi, 8-9 December 2010). Jacobson, Göran, dan Johan Roos. “Measuring your Company‟s Intellectual Performance.” International Journal of Strategic Management, Special Issue on Intellectual Capital 30, No. 3 (1997): 413-426.
~ 334 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Jacobson, Gregory H. dkk. “Kaizen: a Method of Process Improvement in the Emergency Department,” the Society for Academic Emergency Medicine (2009). James, S., Coleman. “Social Capital in the Creation of Human Capital.” The American Journal of Sociology, 94, Supplement: Organizations and Institutions: Sociological and Economic Approaches to the Analysis of Social Structure (1988): S95-S120. Janfeshan, Kamran dkk, “Spirituality in the Work Place and Its Impact on the efficieny of Management.” (paper dipresentasikan pada 2nd International Conference on Business and Economic Research (2nd ICBER 2011) Proceeding (2001). Johannsen, Hano dan G. Terry Page. “Performance Measurement.” Encyclopaedia of Management Dictionary of Management 7. New Delhi: Crest Publishing House, 1999. Jones, Catherine Cartwright. “The Functions of Childbirth and Postpartum Henna Traditions.” Kent State University (2002). Kahf, Monzer. “Maqasid al Shari‟ah in the Prohibition of Riba and their Implications for Modern Islamic Finance,” (paper dipresentasikan pada IIUM International Conference on Maqasid al Shari‟ah, 8-10 August 2006). Kahf, Monzer. “Islamic Economics System – A Review,” Reading in the Concept and Methodology of Islamic Economics. Kualalumpur, Malaysia: Cert Publication, 2007. Kalin, Kate. “Organisational Spirituality: A Way Forward for Business Coaching?.” (2008). Kamali, Mohammed Hashim. “Al-Maqasid A-l-Shari;ah The Objectives of Islamic Law.” International Islamic University Malaysia (n.d).
~ 335 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Kamali, Mohammad Hashim. Principles of Islamic Jurisprudence. Malaysia: International Islamic University, March 1991. Kankanhalli, Atreyi dan Bernard C.Y. Tan. “A Review of Metrics for Knowledge Management Systems and Knowledge Management Initiatives.” (paper dipresentasikan pada 37th Hawaii International Conference on System Sciences, 2004). Kamil, Mohd bin Mokhtar. “Al Hibah: The Principles and Operational Mechanism in The Contemporary Malaysian Reality.” Masters of Science Thesis, Universiti Teknologi Malaysia, April 2007. Kamil, Naail Mohammed, Mohamed Sulaiman, Aahad Osman-Gani dan Khaliq Ahmad. “Spirituality in the Workplace: The Role of Taqwa Towards the Advancement of the Contemporary Organization.” Social Science Research Network, http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1718946 (diakses 11 April 2012). Kamil, Naail Mohammed, Ali Hussain Al-Kahtani dan Mohamed Sulaiman. “The Components of Spirituality in the Business Organizational Context : the Case of Malaysia.“ Asian Journal of Business and Management Sciences 1, No. 2: 166180. Kane, Robert. “Responsibility And Free Will In Dworkin‟s Justice For Hedgehogs,” The University of Texas at Austin (n.d). Kaplan, R.S dan D.P. Norton. “The Balanced Scorecard - Measures that Drive Performance.” Harvard Business Review 70, No.1 (January-February 1992): 71-79. Kaplan, R.S dan D.P. Norton. “Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management System.” Harvard Business Review, (January – February 1996). Kaplan, R.S dan D.P. Norton. The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. Boston: Harvard Business School Press, 1996. ~ 336 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Kaplan, RS dan D.P. Norton. The Balanced Scorecard: Translating Vision into Action. Boston: Harvard Business School Press, 1996. Kaplan, R.S dan D.P. Norton. The Strategy – Focused Organization, How Balanced Scorecard Companies Thrive in The New Business Environment. Boston: Harvard Business School Publishing Corporation, 2001. Kaplan, R.S dan D.P. Norton. Measuring the Strategic Readiness of Intangible Assets. Boston: Harvard Business School Press, 2004. Kaplan, R.S dan D.P. Norton. Strategy Maps, Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Boston: Harvard Business School Publishing Corporation, 2004. Robert S. Kaplan, “Conceptual Foundations of the Balanced Scorecard,” Handbook of Management Accounting Research 3 (Elsevier, 2009). Khan, Muhammad Muhsin. Summarized Sahih Al- Bukhari. Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 1996. Khan, Muhammad Akram. Introduction to Islamic Economics, Islamabad, Pakistan: International Institute of Islamic Thought and Institute of Policy Studies, 1994. Khan, Muhammad Akram. “The Role of Government in The Economy.” The American Journal of Islamic Social Sciences 14, No. 2 (n.d): 155-171. Khraim, Hamza. “Measuring Religiosity in Consumer Research from Islamic Perspective,” International Journal of Marketing Studies 2, No. 2 (November 2010) Kotler, Philip dan Gary Amstrong, Principles of Marketing. New Jersey: Pearson Education, Inc, 2010.
~ 337 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. Tafsir Tematik, Spiritualitas dan Akhlak, Seri 1. Jakarta: 2010. Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama. Tafsir Tematik, Hukum, Keadilan, dan Hak Azasi Manusia, Seri 5. Jakarta: 2010. Laluddin, Hayatullah, Zuliza Mohd. Kusrin, dan Mohd. Al-Adib Samuri. “Maslahah and Its Potential Role in Formation of Islamic Perspective on Sociology.” International Business Management. 6, No. 2 (2012): 256-263. Li, Yuhao. “The Case Analysis of the Scandal of Enron.” International Journal of Business and Management 5, No. 10 (October 2010). Lumpkin, Dess. Strategic Management, Creating Competitive Advantage. New York: McGraw-Hill, 2003 Lungu, Carmen Claudia. “The Role of Human Resources from Hotel Industry for Improving Organizational Performance.” The Business Review Cambridge 9, No. 2 (Summer 2008). Manan, Muhammad Abdul. “The Economics of Poverty in Islam with Special Reference to Muslim Country.” Distributive Justice and Need Fulfilment in an Islamic Economy. (1988). Mannan, Muhammad Abdul. Islamic Economic: Theory and Practice. Islamabad: Houder and Stoughton, 1970. Mannan, Muhammad Abdul. “The Making of Islamic Economic Society, Islamic Dimension in Economics Analysis.” International Association of Islamic Banks, Cairo, Egypt (1984). Martinsons, Maris, Robert Davison dan Dennis Tse. “The Balanced Scorecard: a Foundation for The Strategic Management of Information Systems.” Decision Support Systems.25 (1999).
~ 338 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Masud, Muhammad Khalid, Islamic Legal Philosophy, a Study of Abu Ishaq al-Syathibi‟s Life and Thought.” Islamabad, Pakistan: Islamic Research Institute, 1977. Mawdudi, Abul A‟la. Islamic Law and Constitution. Lahore: Islamic Publication, 1960. McAuliffe, Jane Dammen. Encyclopedia of the Qur’a>n. Vol. 5, Si-Z. Brill. Leiden – Boston, 2006. McGhee, Peter dan Patricia Grant. “Spirituality and Ethical Behaviour in the Workplace: Wishful Thinking or Authentic Reality.” EJBO Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies 13, No. 2 (2008): 61-69. McClung, Emily, Grossoehme, D.H., dan Jacobson, A.F. “Collaborating with Chaplains to Meet Spiritual Needs.” Med / Surg Nursing, 15, No. 3 (2006). Mihaela, Curpăn Alina and Bâtcă Viorel. “The Dashboard as Managerial Instrument of Measuring Performance in Medical–Sanitary Institutions.” Tom XVIII - IV - Section: Management and Marketing, University of Orade Publishing House, 2009. Mitchell, Hugh. “Strategic Worth of Human Resources: Driving Organizational Performance.” Universalia (August 2002). Mohammed, Mustafa Omar dan Dzuljastri Abdul Razak. “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework.” (paper dipresentasikan pada The IIUM International Accounting Conference (INTAC IV), Putra Jaya, 2008). Moullin, Max. “Eight Essentials of Performance Measurement.” International Journal of Health Care Quality Assurance 17, No. 3 (2004). Mubyarto. “Paradigma Pembangunan Kekuatan Ekonomi Rakyat,” ~ 339 ~
yang Bertumpu pada Wawasan dan Visi
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Pembangunan Abad 21, Editor M. Dawam Rahardjo. Jakarta: PT. Intermasa, 1997. Mubyarto. “Ekonomi Indonesia Terjajah Kembali,” Swara 33 eBulletin Mubins 001, Mei 2011: 9-13. Mubyarto. Ekonomi Pancasila: Gagasan dan Kemungkinan. Jakarta: LP3ES, 1987. Muhsin, Muhammad Khan dan Muhammad Taqi-ud-Din Al- Hilal. Interpretation of The Meanings of The Noble Quran. Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 1996. Naqwi, Syed Nawab Haider. Ethiics and Economics: an Islamic Synthesis, Terjemahan Bahsa Indonesia . Bandung: Penerbit Mizan, 1985. Nash, Laura. Good Intention Aside; a Manager‟s Guide to Resolving Ethical Problem. Boston: Harvard Business School Press, 1990. Nasution, Mustafa Edwin “Islamic Spirit and Morale in Economics.” Journal of International Development and Cooperation 15, No 1-2 (2009): 113-124. Nata, Abuddin. Kajian Tematik al-Quran tentang Fiqih Ibadah. Bandung: Penerbit Angkasa, 2008. National Institute of Standards and Technology. ”2011–2012 Criteria for Performance Excellence.” Baldrige Performance Excellence Program (n.d). Neely, Andy. Business Performance Measurement, Theory and Practice. Cambridge: Cambridge University Press, 2004. Nickels, G. William, James M. McHugh and Susan M. McHugh. Understanding Business. New York: McGraw-Hill, 2002. Nicou, Katinka. “Spirituality in the Workplace: What Are Implication for Modern Organizations as Society Embrace New Concepts of Spiritualism?.” (2002). ~ 340 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Nofal, Nabil. “Al-Ghazali, (A.D. 1058-1111; A.H. 450-505).” Prospects: The Quarterly Review of Comparative Education. Vol. 23, no. 3/4, 1993. UNESCO: International Bureau of Education (2000): 519-542. Nor, Mohd Roslan Mohd dkk, ” Historical Development of Islamic Institutions: A Case of Malaysian Government.” African Journal of Business Management 6, No. 8 (29 February 2012): 2766-2772. Nyazee, Imran Ahsan Khan, Islamic Jurisprudence. Selangor, Malaysia: The Other Press 607 Mutiara Majestic, 2003. Oliveira, Arnaldo. “The Place of Spirituality in Organizational Theory.” EJBO Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies 9, No. 2 (n.d): 17-21. Pandey, Ashish dan Gupta, R. K. “Spirituality in Management: a Review of Contemporary and Traditional Thoughts and Agenda for Research.” Global Business Review, 9, No. 1, (2008). Pearce, John A. dan Richard B. Robinson, Jr. Strategic Management, Formulation, Implementation and Control. 10th Ed. New York: McGraw-Hill, 2007. Petrisor, Ioan. “Managerial Ethics – Strategic Issues”, The Scientific Journal Facta Universitatis Series: Economics and Organization 1, No 6 (1998): 43 – 47. Pfeffer, Jeffrey. “Business and the Spirit: Management Practices that Sustain Values.” Research Paper No. 1713, Graduate School of Business, Stanford University, October 2001. Porter, E. Michael. Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior Performance.” New York: The Free Press, 1998. Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII & Bank Indonesia. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. ~ 341 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Qardhawi, Yusuf. Da>rul Qiyam Wa al-Akhlak Fil Iqtis}adil Islami, Terjemahan Bahasa Indonesia. Jakarta: Robbani Press, 2004. Rachmatarwata, Isa. “Expanded Role of Actuaries – Balancing Policy Holder, Share Holder and Regulatory Expectations.” (paper dipresentasikan pada International Conference, Jakarta, Hotel Shangri-la, 14 Mei 2012). Rahardjo, M. Dawam. Intelektual, Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa, Risalah Cendekiawan Muslim. Bandung: Penerbit Mizan, 1999. Rampersad K. Hubert, “The Personal Balanced Scorecard; The Way to Individual Happiness, Personal Integrity and Organizational Effectiveness”, Greenwich, USA: Information Age Publishing Inc, June 2006. Rampersad K. Hubert, “Why Your Employees Are not Happy and Engaged; Personal Balanced Scorecard as Roadmap for Employees Happiness and Engagement”, (2012). Rane, Halim. “Maqasid, Contextualisation and Social Science Towards a Contemporary Methodology of Interpreting the Quran.” Islamic Perspective. 1, No. 2 (2009): 55-85. Rangkuti, Freddy Measuring Customer Satisfaction, Tekhnik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepausan Pelanggan Plus Analisis Kasus PLN – JP. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Rawls, John. a Theory of Justice. Harvard University Press, 1999. Ricardo, David. the Principles of Political Economy and Taxtion. New York: Dover Publications Inc, 2004: 52 Robert, A. Giacalone, dan Carole L Jurkiewicz. The Soul of the Firm”, Handbook of Worksplace Spirituality and Organizational Performance. Indian: Spring Books, 2004.
~ 342 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Rokhman, Wahibur. “The Effect of Islamic Work Ethics on Work Outcomes”, EJBO Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies 15, No. 1 (2010): 21-27. Roni, Rusli Abdul, dan Mahlindayu Tarmidi. “The Application of Maslahah Concept in Information Technology Governance.” (Paper dipresentasikan pada 3rd International Conference on Business and Economic Research (3rd ICBER 2012) Proceeding, Bandung, Indonesia, 12 - 13 Maret 2012). Saeed, Muhammad Mohtsham, Syed Zulfiqar Shah dan Tahir Masood Qureshi, “Organizing and Executing a Strategy for Firms Operating in and from the Islamic World.” African Journal of Business Management 4, No, 13 (4 October 2010): 2899-2902. Salem, Hanine, “Organizational Performance Management and Measurement, The Lebanese Experience”, Economic and Social Commission for Western Asia, Beirut (July 2003). Sani. “A Conceptual Model of Measuring Performance Efficiency of Islamic Banks: Objectives of Islamic Law (Maqasid alshariah) Approach,” http://ssrn.com/abstract=2070397 (diakses pada 5 Agustus 2012) Sarif, Suhaili dan Nor `Azzah Kamri. “A Theoretical Discussion of Zakat for Income Generation and Its Fiqh Issues.” Shariah Journal 17, No. 3 (2009): 457-500. Sekaran, Uma. Research Methods for Business: a Skill Building Approach. New York: John Wiley & Sons, 2000. Sen, Amartya. “The Idea of Justice,” Journal of Human Development 9, No.3 (November 2008). Sen, Amartya Kumar. “The Possibility of Social Choice,‟ Nobel Lecturer. (8 Desember 1998). Sen, Amartya Kumar. Inequality Reexamined. UK: Oxford Clarendon Press, 1992.
~ 343 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Serrat, Olivier. “Picking Investments in Knowledge Management.” Asian Development Bank. Mandaluyong City, Philippines (December 2008). Shaharuddin, Amir. “Maslahah-Mafsadah Approach in Assessing the Shari‟ah Compliance of Islamic Banking Products.” International Journal of Business and Social Science 1 No. 1, (October 2010): 129-136 Shaheed, Shah Ismail. Taqwiyat ul Iman, Strengthening of The Faith. Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 1995. Sharma, Subhash. ”Towards Holistic Performance Scorecard: A New Strategic Imperative.” Indian Business Academy Bangalore & Greater Noida (n.d). Shaukat, Mughees, “The Recent Financial Growth of Islamic Banks and Their Fulfillments of Maqāsid Al-Sharī„ah, Gap Analysis.” INCEIF(n.d). Sheep, Mathew. L. “Nurturing the Whole Person: a Model of Spirituality at Work and Performance,” Academy of Management Conference, Management, Spirituality and Religion Interest Group (2003). Shomali, Mohammad Ali. “Key Concepts in Islamic Spirituality: Love, Thankfulness and Humbleness.” Message of Thaqalayn 11, No. 2 (Summer 2010). Siddiqi, Muhammad Nejatullah. “The Guarantee of a Minimum Level of Living in an Islamic State.” Distributive Justice and Need Fulfilment in an Islamic Economy. Leicester, UK: The Islamic Foundation, 1988. Siddiqi, Mohammad Nejatullah. “Economics of Tawarruq, How its Mafasid overwhelm the Masalih.” Workshop on Tawarruq: A Methodological issue in Sharī`a - Compliant Finance (1 February 2007).
~ 344 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Siddiqi, Muhammad Nejatullah. Role of the State in the Economy, an Islamic Perspective. Leicester, UK: The Islamic Foundation, 1996. SˇKerlavaj, Mihadkk. “Organizational Learning Culture, The Missing Link between Business Process Change and Organizational Performance.” Int. J. Production Economics 106 (2007): 346–367. Sokovic, M, D. Pavletic, K. Kern Pipan. “Quality Improvement Methodologies – PDCA Cycle, RADAR Matrix, DMAIC and DFSS.” Journal of Achievement in Materials and Manufacturing Engineering 43, No 1 (November 2010). Strohhecker, Jürgen. “Does a Balanced Scorecard Management Cockpit Increase Strategy Implementation Performance?” Frankfurt School of Finance and Management, Frankfurt (July 2007). Sulaiman, Ruslinda. “Realising Maqasid Al-Shariah in Islamic Financial Planning.” The 4E Journal 11, No. 1, 1Q (2011): 13-17. Sulistyono, Adi. “Pembangunan Hukum Ekonomi Untuk Mendukung Pencapaian Visi Indonesia 2030,” Pidato Pengukuhan Guru Besar Hukum Ekonomi Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta , 17 Nopember 2007. Smith N. Craig dan Michelle Quirk, “From Grace to Disgrace: the Rise & Fall of Arthur Andersen”, Journal of Business Ethics Education, I (1), 2004. Swasono, Sri-Edi dan Fauzie Ridjal. Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, Bebas Aktif, Ekonomi Masa Depan. Jakarta: UI Press,1992: 143 Swasono, Sri-Edi. Kebersamaan dan Asas Kekeluargaan, Mutualism & Brotherhood, Kerkayatan, Nasionalisme, dan Kemandirian. Jakarta: UNJ Press: 2004. ~ 345 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Swasono, Sri-Edi. Ekspose Ekonomika, Mewaspadai Globalisme dan Pasar Bebas. Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Pancasila (Pustep) UGM, 2003. Swasono, Sri-Edi. “Prospek dan Perkembangan Perekonomian Rakyat: Antara Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Pasar,” Kedaulatan Rakyat, Jumat, 02 Agustus 2002. Swasono, Sri-Edi. “Jangan Menjual Indonesiaku,” Swara 33 eBulletin Mubins, Edisi 001 Mei 2011, 5-6. Swasono, Sri-Edi. Kembali ke Pasal 33 UUD 1945 Menolak Neoliberalisme. Jakarta: Penerbit Yayasan Hatta, 2010. Swasono, Sri-Edi. “Demokrasi (Volkssouvereiniteit / Kedaulatan Rakyat,” (paper dipresentasikan pada Deklarasi Gerakan Pemantapan Pancasila, 5 Juli 2012). Swasono, Sri-Edi. “Demokrasi Ekonomi: Komitmen dan Pembangunan Indonesia,” (paper dipresentasikan pada pengukuhan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1988). Swasono, Sri-Edi. “Pandangan Islam dalam Sistem Ekonomi Indonesia,” (paper dipresentasikan pada pidato ilmiah wisuda sarjana negara ke-tiga, Universitas Muhammadiyah, Medan, 14 Maret 1987). Swasono, Sri-Edi. “Ekonomi Islam dalam Pancasila” (paper dipresentasikan pada International Seminar on Implementation of Islamic Economic, Annual Meeting of Indonesian Economics Experts Association, Unibersitas Airlangga, Surabya, 1-3 Agustus 2008. Swasono, Sri-Edi. “Testimoni Sri Edi Swasono,” Permohonan Judicial Review UU No. 30 Tahun 2009 oleh DPP SP-PLN Tentang Ketenagalistrikan berkaitan dengan Pasal 33 ayat (2) UUD 1945, (2010).
~ 346 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, Jilid 2. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999. Thompson, A. dan A.J. Strickland. Strategic Management: Concepts and Cases. Boston: McGraw Hill, 2002. Ul-Islam, Sheikh dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Kitab Tauhid, The Book of Monotheism. Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 1996. Abdurrahman. Fursan Min Madrasatin Nubuwwah,Terjemahan Bahasa Indonesia. Jakarta: Embun Publishing, 2006.
Umairah,
Vogel, Frank E. dan Samuel L. Hayes, III, Islamic Law and Finance, Religion, Risk, and Return. the Hague, the Netherlands: Kluwer Law International, 1998. Wade, Michael dan John Hulland, “Review: The Resource-Based View and Information System Research: Review, Extension, and Suggestions for Future Research,” MIS Quarterly, 28, No. 1 (2004). Weber, Max. The Protestant Ethnic and The Spirit of Capitalism. New York: Charles Scribner‟s Sons, 1958. Zaman, Hasanuz. “Economics Functions of an Islamic State.” The Islamic Foundation. Karachi, Pakistan (1991). Zarqa, Anas. “Islamic Economics: An Approach to Human Welfare,” Reading in the Concept and Methodology of Islamic Economics. Kualalumpur, Malaysia: Cert Publication, 2007. Zeno, Shaikh Muhammad bin Jamil. The Pillars of Islam & Iman & What Every Muslim Must Know about His Religion. Saudi Arabia: Darussalam Publications, September 1996. Zidan, Ahmad. Al-Ghazali‟s Ihya’ Ulum al-Din, revitalization of The Sciences of Religion. Cairo Egyp: Islami Inc. for Publishing and Distribution, 1997). ~ 347 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Zohar, Danah dan Ian Marshal. Spiritual Capital, Wealth We Can Live by Using Our rational, emotional, and Spiritual Intelligence to Transform Ourselves and Corporate Culture. London: Bloomsbury Publishing Plc, 2004.
~ 348 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
GLOSSARY Azas kekeluargaan Azas penerapan sistem ekonomi Pancasila yaitu ekonomi kerakyatan yang memiliki makna persaudaraan, tolong menolong dan gotong royong. Azas kekeluargaan (brotherhood) berarti hubungan kekerabatan antara sesama warga sebagai keluarga besar. Identik dengan hubungan ukhuwah bagi Indonesia yang pluralistik. Azas kekeluargaan bukanlah asas kekerabatan (kinship) yang nepotistik. BSC Balanced Scorecard, alat sistem manajemen strategis yang membuat organisasi mampu menterjemahkan visi – misi dan strategi ke dalam serangkaian tindakan yang terukur. BSC memiliki empat perspektif pengukuran kinerja yaitu pembelajaran dan pertumbuhan, proses bisnis internal, pelanggan dan keuangan. Doktrin Cara atau metode yang dipilih dan diikuti masyarakat dalam kehidupan ekonominya serta dalam memecahkan setiap problem praktis yang diikuti. Ekonomi kerakyatan Pembangunan ekonomi yang berpusat kepada rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan menempatkan rakyat sebagai tujuan pembangunan ekonomi disamping menempatkan rakyat sebagai sarana dan pelaku pembangunan.
Fala>h} Keberuntungan, kesuksesan, keselamatan, kemuliaan, kebahagiaan baik materi maupun non materi dan berdimensi waktu di kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Fondasi kemaslahatan Kondisi dasar yang harus dimiliki oleh bisnis dalam rangka mewujudkan pemenuhan kemaslahatan. ~ 349 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Homo economicus Sifat manusia yang senantiaasa mengedepankan sisi ekonomi dalam segala aktifitasnya. Homo ethicus Sifat manusia yang mengedepankan etika dalam melakukan aktifitasnya.
’Izz Kekuatan, kemuliaan dan kehormatan di kehidupan dunia. Di kehidupan akhirat ’izz memiliki makna kemuliaan abadi tanpa kehinaan. Kinerja proses kemaslahatan Kinerja bisnis dalam proses memenuhi kemaslahatan. Kinerja hasil kemaslahatan Kinerja hasil kemaslahatan yang dicapai oleh bisnis.
Mafsadah. Kerusakan, lawan kata dari mas}lah}ah.
Maqa>si} d al-shari>’ah Tujuan ditetapkannya shari>’ah yaitu untuk menjaga dan melindungi: agama (h}ifz}u ‘ala> al-di>n), jiwa (h}ifz}u ‘ala> al-nafs), keturunan (h}ifz}u ‘ala> al-nasl), harta (h}ifz}u ‘ala> al-ma>l), akal (h}ifz}u ‘ala> al-‘aql).
Mas}lah}ah Suatu kondisi yang dihasilkan dari terciptanya pemenuhan kebutuhan secara seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan baik material maupun non material, jangka pendek (dunia) maupun tujuan jangka panjang (akhirat).
Mas}lah}ah d}aru>riyah Pemenuhan lima kebutuhan dasar (primer) manusia di dunia dan akhirat yang meliputi agama, jiwa, keturunan, harta dan akal.
~ 350 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Mas}lah}ah hajiyah Kebutuhan pendukung (sekunder) yaitu kebutuhan yang keberadaannya diperlukan untuk menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan terhadap lima kebutuhan primer atau pokok menjadi lebih baik lagi.
Mas}lah}ah tahsinat / tah}si>niyah Kebutuhan pelengkap (tertier) yaitu kebutuhan yang sepatutnya ada karena tuntutan kesopanan dan adat istiadat. Kebutuhan tahsinat / tah}si>niyah dimaksudkan agar manusia dapat melakukan yang terbaik menuju pada penyempurnaan dalam rangka memelihara lima kebutuhan primer (mas}lah}ah
d}aru>riyah) Mas}halih. Bentuk jamak dari mas}lah}ah
Mas}lah}ah scorecard Sistem kinerja kemaslahatan bisnis yaitu sistem kinerja berbasis maqa>s}id al-shari>’ah dengan memenuhi enam orientasi kemaslahatan bisnis yang terdiri dari: orientasi ibadah, orientasi proses internal, orientasi tenaga kerja, orientasi pembelajaran orientasi pelanggan dan orientasi harta kekayaan. Milestone Batu loncatan, sasaran tahapan untuk mencapai target yang besar Operational Sustainability (OST), Efisiensi operasional, persentase operasi dan pengeluaran. OST>100% menunjukan bahwa perusahaan dapat meng-cover seluruh biaya-biaya operasi. PDCA Siklus manajemen yang terdiri dari Plan (merencanakan) – Do (mengerjakan) – Check (mengevaluasi) – Action (mengambil tindakan).
~ 351 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Profit Margin (PM). Jumlah bersih rupiah yang didapatkan setelah dikurangi dengan berbagai biaya. Return on Assets (ROA), Ukuran pendapatan operasi bersih merupakan perbandingan pendapatan bersih terhadap total asset. Return on Equity (ROE). Ukuran pendapatan operasi bersih merupakan perbandingan pendapatn bersih terhadap asset bersih.
Rububiyah Pengakuan atas perbuatan-perbuatan Allah Yang Maha Mengatur dan Menata alam semesta. Hal ini berarti mengimani rububiyah Allah adalah wujud pengakuan seorang hamba bahwa hanya Allah Yang Maha Menciptakan, Yang Memberi Rizki, Yang Maha Mengatur dan Menata, Yang Maha Memberi dan Menahan, Yang Maha Mengangkat dan Maha Menjatuhkan, Yang Memuliakan dan Yang Menghinakan, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Rububiyah berarti mengimani Allah sebagai subyek atas yang dilakukannya. ⁄ Sinus, suatu fungsi trigonometri. Sinus
⁄
berarti Sinus
(360/5) = Sinus 72 = 0.253823
Tazkiyatun-nafs Membersihkan jiwa dari kekufuran, kemusyrikan, kemunafikan, kezaliman, perbuatan keji dan dosa besar. Transformasi ekonomi Menegakkan demokrasi ekonomi, melaksanakan usaha bersama, melaksanakan asas kekeluargaan, menolak azas perorangan, menjunjung tinggi pelaksanaan pasal 33 UUD 1945 dalam aktifitas ekonomi.
~ 352 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
Transformasi sosial Sifat sosial dari aktifitas ekonomi. Dilakukan dengan coownership, co-determination dan co-responsibility.
Uluhiyah Pengakuan atas pernyataan la> ila>ha illa Alla>h yang bermakna tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah.
Uluhiyah bermakna Allah sebagai obyek atau yang mejadi tujuan atas yang dilakukan oleh manusia.
~ 353 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 354 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
INDEKS A
Doktrin, 31, 136, 349
A. Riawan Amin, 16, 246 Abuddin Nata, 67, 75, 111, 119, 121, 204 Achmad Firdaus, iii, iv, vii, 10, 135, 143, 359 Ahmad bin Muhammad Al Imran, 121, 325 Ahmad Hidayat Buang, 162, 167 Ahmad Zidan, 23, 47, 123 Al-‘adam, 56 Alexander Gash, 104 Al-Ghaza>li, 169 Alka Bramhandkar, 104 Amartya Sen, 29, 33, 322 Anas Zarqa, 36, 55, 74 Andy Neely, 91, 104 Asyraf Wajdi Dusuki, 232, 246
F
B Baqa>, 46 Bung Hatta, 17, 33, 42, 322 C Chen Yuan Chen, 105, 247 Curry, 330 D D}aru>riyah, 56, 61 Danah Zohar, 21 David Ricardo, 143 Dede Abdul Fatah, 19 Di>n, xi, 65, 326 Diyat, 74
Fala>h,} 46, 349 Frank E. Vogel, 26 Freddy Rangkuti, 245, 247 G George Alukal, 105 Ghana>, 46 Gregory H. Jacobson, 204 H Had, 74 Halim Alamsyah, 8 Hamza Khraim, 231, 246 Hanine Salem, 92, 104 Hano Johannsen, 104 harta, 359 Harta, xi, xiii, xiv, xv, xvi, 72, 78, 160, 161, 162, 165, 166, 168, 172, 189, 209, 221, 237, 256, 285, 286, 314, 315 Hisham Abu Raiya, 231, 246 Homo economicus, 350 Homo ethicus, 350 homo socius, 13 Hubert K. Rampersad, 127, 133 I Ibn ‘Ashur, M. al-Tahir, 133, 334 Imran Ahsan Khan Nyazee, 74, 75 Intangible, 337 Izz, 43, 46, 350
~ 355 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * J Jimly Asshiddiqie, 28 John Rawls, 28 K Kamran Janfeshan, 20 Kapitalis, 12, 136 Keadilan, 28, 29, 31, 33, 75, 185, 278, 327, 331, 338 Kebersamaan, 27, 47, 345 Kekeluargaan, 345 Kerakyatan, 33 Kesejahteraan, 32, 34, 36, 40, 152 Keturunan, xi, 70, 85 kinerja, 364 Kinerja, i, iii, iv, xi, xii, xiii, xv, 101, 102, 143, 177, 227, 230, 237, 239, 240, 241, 244, 248, 251, 257, 258, 261, 263, 264, 266, 267, 268, 269, 270, 273, 274, 287, 291, 294, 297, 300, 302, 305, 307, 310, 314, 319, 320, 321, 331, 332, 350, 364, 365, 366 L Laura Nash, 117, 123 M M. Dawam Rahardjo, 21, 333, 340 M. Houssem Eddine Bedoui, 104 M. Umer Chapra, 88, 127, 133, 191, 197, 205, 322 Ma>l, xi, 72, 74, 326 Mafsadah, 53, 75, 325, 344, 350 Maqa>s}id al-shari>’ah, 126
Maris Martinsons, 105, 187, 204, 235, 247 Mas}lah}ah, iv, xi, xiv, 11, 51, 52, 54, 56, 57, 60, 61, 64, 81, 87, 108, 172, 174, 323, 332, 350, 351 Mashhad Al-Allaf, 75 Masudul Alam Choudhury, 143 Mathew L Sheep, 20 Max Moullin, 90 Michael E. Porter, 134 Michael Wade, 105, 187, 204 Mohamed Ariff, 12 Mohammad S. Ghazanfar, 23, 164, 169 Monzer Kahf, 17 Moral, 32 Mubyarto, 14, 27, 32, 34, 42, 339, 340 Mughees Shaukat, 8, 247 Muhammad Abdul Mannan, 30 Muhammad Abu> Zahrah, 66, 69, 70, 191, 193 Muhammad Akram Khan, 19, 50, 322 Muhammad Baqir Ash-Shadr, 22, 23 Muhammad Khalid Masud, 74 Muhasabah, 222 Mustafa Edwin Nasution, 123 Mustafa Omar Mohammed, 246, 247 N Nafs, xi, 68 Nasl, xi, 70 Needs, 339
~ 356 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * O Orientasi harta, 11, 86, 107, 166, 174, 319, 323 Orientasi ibadah, 82, 83, 84, 107, 126, 138, 152, 165, 288 Orientasi jiwa, 84, 85 Orientasi keturunan, 85 Orientasi pelanggan, 107, 173, 319, 323 Orientasi pembelajaran, 10, 107, 155, 235, 305, 319, 323 Orientasi tenaga kerja, 10 P PDCA, xii, xv, 90, 142, 174, 175, 176, 177, 178, 199, 220, 323, 330, 345, 351 Peter C. Hill, 246 Philip Kotler, 105, 154, 159 Profit, 97, 189, 278, 286, 352
Robert S. Kaplan, 93, 104, 108, 270, 337 Ru>h, 68 Rububiyah, 352 Ruslinda Sulaiman, 162, 168, 204 S Sayd Farook, 246 Sayyid Fayyaz Ahmad, 121 Sekaran, 343 Spiritualitas, 20, 21, 40, 50, 338 Sri-Edi Swasono, vi, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 24, 25, 27, 28, 30, 33, 34, 37, 38, 39, 40 Sustainability, 331, 351 T Tangible, 337 U Uluhiyah, 353
Q
V
Qis}as}, 74
Value, xiv
R Ra>ghib al-As}faha>ni, 19, 46 Radar, 1, 90 Return on Assets, 352 Return on Equity, 352 Riba, 26, 335 Ridzwan Ahmad, 75 RKAP, 130, 154, 176, 179, 227, 233, 245, 248, 254, 258, 260, 261, 262, 273, 276, 279, 300, 301, 306 Robert Kane, 29
W Welfare, 74, 347 Wiwiek Rabiatul Adawiyah, 205 Y Yuhao Li, 117 Yusuf Qardhawi, 17, 38 Z Zakat, xvi, 113, 158, 189, 202, 286, 317, 325, 327, 343
~ 357 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
~ 358 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) *
BIODATA PENULIS
Nama saya, Achmad Firdaus. Saya anak ke-lima dari sebelas bersaudara. Saya adalah anak laki-laki tertua di keluarga. Semua kakak saya perempuan dan adik-adik saya – lima perempuan dan satu laki-laki. Ibu dan kakak pernah bercerita kepada saya bahwa saya terlahir di Indramayu dengan nama Toto Sugiharto pada tanggal 12 Muharam 1388 H - 11 April 1968 M. Saya lahir ketika perekonomian keluarga sedang mencapai masa puncak tertinggi. Ayah meskipun seorang pegawai PEMDA Indramayu tetapi memiliki banyak usaha seperti CV Indra Karya, perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor bangunan. Usaha transportasi berupa angkutan kota di Indramayu. Usaha transportasi berupa becak di Jakarta. Usaha pangkalan pasir bahan bangunan. Usaha peternakan ayam dan bebek dll. Itulah alasan ayah mengapa memberikan saya nama Toto Sugiharto, yang artinya sugi harta (kaya dengan harta). Ibu bertutur bahwa ketika saya berusia balita, kami sekeluarga kedatangan seorang tamu berperawakan tinggi besar, dengan wajah dan pakaian mirip orang Arab. Beliau mengaku sebagai kawan dekat kakek saya, KH Sirad. Seorang Ustadz yang cukup punya nama untuk kawasan Indramayu dan sekitarnya pada masanya. Orang tersebut mengatakan bahwa dia adalah teman baik kakek saya ketika berada di Arab. Kakek memang pernah tinggal beberapa lama di Arab untuk menuntut ilmu. Orang tak dikenal itupun mengutarakan maksud kedatangannya yaitu untuk bersilaturahmi dengan kakek. Namun sayang, saat dia datang ke rumah, kakek sudah wafat. Ketika melihat saya, diapun menanyakan nama saya. Ayah lantas menyebutkan nama saya yaitu Toto Sugiharto. Ayah meskipun tidak lancar berbahasa Arab namun masih bisa berkomunikasi dengan sahabat kakek tersebut. Mendengar nama Toto Sugiharto, lantas orang tersebut membopong saya, meletakan badan saya dengan posisi tengkurab di atas kedua pahanya. Di atas punggung saya, sahabat kakek menuliskan suatu rangkaian huruf Arab. Ayah, ibu dan kakak mencoba memahami liukan jari sahabat kakek tersebut. ”Achmad Firdaus?”, tanya ayah. Pertanyaan ayahpun dijawab dengan anggukan kepala oleh sahabat kakek. Sejak saat itu pula saya berganti nama menjadi Achmad Firdaus. Tahun 1979 ayah meninggal dunia. Saat itu beliau baru berusia 39 tahun. Ayah meninggal dunia karena berbagai penyakit yang diidapnya.
~ 359 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Tidak dapat dipungkiri salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit tersebut adalah karena beban mental yang ditanggungnya. Dalam masa kurang dari dua tahun kami ditinggalkan berturut-turut oleh keempat adikadik kami. Satu persatu adik-adik kami yang masih balita dipanggil oleh Allah SWT. Khairunnisa, Istiqomah, Nurbaeti dan Nunung adalah keempat adik kami yang meninggal dalam usia balita. Genap 2 tahun dari kematian seluruh adik kami, ayah meninggal dunia. Penyebab kematian ayah, paling tidak disebabkan juga oleh beruntunya kematian yang menimpa adik-adik kami. Cobaan beruntun tersebut mengakibatkan ayah terserang komplikasi berbagai penyakit. RSU Indramayu, RS Gunung Jati Cirebon dan RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, pernah menjadi tempat opname ayah. Kelak setelah ayah meninggal dunia seluruh usaha ayah dikuasai oleh saudara-saudaranya yang menjadi kepercayaannya tersebut. Orangorang yang tidak amanah. Orang-orang yang justru meninggalkan kami pada saat ayah sudah tidak ada. Saat ayah meninggal dunia, kakak tertua baru duduk di kelas 3 SMEA. Kakak kedua kelas 1 SMA, di bawahnya kelas 2 SMP, kelas 5 SD, saya kelas 4 SD, kedua adik masing-masing kelas 2 SD dan kelas 1 SD. Ketika ayah meninggal dunia kami bertujuh saudara dan ibu hanya tinggal di sebuah kamar. Saya menyebutnya kamar karena rumah warisan ayah hanyalah tanah seluas 3 x 3 meter atau 9 meter persegi. Di atas tanah warisan itulah ibu berusaha membuatkan kami sebuah ”rumah”. Bisa dibayangkan kamar seluas 9 meter persegi harus dihuni oleh 8 orang sekaligus. Jangankan untuk belajar untuk tidurpun kami harus bergantian. Untuk mandi kami harus menebeng pada tetangga yang bernama Bapak Kuat. Keluarga Pak Kuat adalah pendatang dari daerah Majalengka. Mereka sudah cukup lama menetap di Indramayu. Kebetulan sumur keluarga Bapak Kuat terletak di belakang rumah. Sumur tersebut sebenarnya adalah tempat pencucian daging hewan sembelihan. Maklum keluarga Bapak Kuat adalah penjual hewan sembelihan berupa sapi dan kerbau. Jadi untuk urusan mandi pagi, kami harus melakukannya menjelang subuh dan untuk mandi sore kami harus melakukannya selepas isya. Bisa dibayangkan terkadang sehabis mandi badan kami bukannya bersih malah bau daging hewan sembelihan. Untuk urusan buang hajat, kami memiliki seni manajemen tersendiri. Kami harus melakukannya di pesawahan yang terletak 1 km dari rumah. Kami harus mengatur waktu perjalanan antara rumah dan pesawahan yang bila ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu 15 menit. Kalo kami lagi
~ 360 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * punya sedikit uang maka untuk urusan yang satu ini kami melakukannya di WC umum di pasar. Ibu saya bernama Rokayah, dilahirkan di Desa Kandanghaur. Desa yang sampai saat ini terkenal dengan istilah Pasar Jodoh. Pasar dimana tempat bertemunya anak muda untuk mencari jodoh. Ibu pernah bertutur bahwa konon bila seorang gadis tertarik pada seorang pemuda atau sebaliknya. Maka sang gadis harus rela tinggal di rumah orang tua pemuda tersebut. Selama beberapa hari, dia harus mengalami ‟masa magang‟ menjadi seorang istri yang baik. Membantu calon mertua melakukan urusan rumah tangga. Tentu saja minus ‟tugas khusus‟ istri melayani suami. Bila aturan yang satu ini dilanggar maka sanksi sosial dari masyarakat sekitar akan dijatuhkan pada mereka. Manakala calon mertua merasa cocok maka sang pemuda berkewajiaban menikahi si gadis. Tapi bila calon mertua tidak merasa cocok maka urusan menjadi selesai dengan sendirinya. Ibu dilahirkan dengan bekal mental baja. Mental seorang surviver. Saya tidak bisa membayangkan mental seorang wanita yang ditinggal oleh lima orang yang dicintainya hanya dalam masa dua tahun. Rata-rata setiap lima bulan sekali satu persatu orang –orang yang dicintainya dipanggil oleh Allah SWT. Sejak kematian ayah, ibu berperan berganda-ganda. Ayah memang memiliki banyak saudara. 2 kakak dan 4 adik. Namun kematian ayah tidak membuat mereka berbelas kasihan pada kami. Dari segi ilmu mereka paham bahwa menyantuni anak yatim adalah hukumnya wajib. Mereka pun paham bahwa sesungguhnya adalah ancaman dari Allah SWT terhadap orang yang menelantarkan anak yatim. Tapi ilmu tinggallah ilmu, kami yang yatim harus berjuang sendirian. Ibu memulai kehidupan baru sebagai pembantu rumah tangga. Kebetulan berdekatan dengan rumah kami, ada sebuah rumah kontrakan karyawan PT. Nisconi. Nisconi adalah perusahaan rekanan pertamina yang berasal dari Negara Jepang. Ibu menjadi pembantu rumah tangga di rumah tersebut. Mencuci baju, memasak makanan, membersihkan isi rumah dsbnya, dikerjakan oleh ibu dengan ikhlas. Pagi hari ba‟da subuh ibu sudah harus menuju rumah kontrakan tersebut. Oleh karenya kami ke sekolah jarang sarapan pagi. Siang harinya, ketika kami pulang dari sekolah ibu membawakan kami makan. Kami makan bergiliran karena jatah makan yang ibu bawa terbatas, kami memakluminya. Untuk makan malam, kami harus menunggu hingga ibu pulang, terkadang hingga larut malam kami harus menunggu ibu pulang.
~ 361 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Suatu saat kontrakan rumah tempat para karyawan Nisconi pun pindah. Ibu terpaksa berhenti bekerja. Ibu mencoba peruntukan dengan berdagang kue yang dia buat sendiri. Sebelum subuh dia sudah sibuk dengan masakannya. Kami semua ikut membantu meskipun dia tidak memintanya. Dengan penghasilan yang tidak menentu membuat ibu harus banyak berhutang kepada warung, toko atau bahkan kepada rentenir sekalipun. Semuanya dia lakukan untuk mempertahankan masa depan kami semua. Akhirnya ibu tidak kuat menahan segala cercaan saudara-saudara ayah maupun orang-orang yang tidak bisa hidup berdampingan dengan 7 orang anak yatim. Ibu memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Ibu memutuskan untuk menjadi penjaga toko di salah sebuah toko milik orang China. Toko tersebut berada di Pasar Senin. Setiap bulan ibu pulang ke Indramayu. Ibu membawa sedikit uang untuk kami. Rupanya setiap kepulangan ibu dari Jakarta ke Indramayu menjadi bahan cerita yang lucu bagi sebagian orang. Ejekan hinaan, cercaan orangorang yang tidak mau berdampingan dengan 7 anak yatim selalu terjadi pada saat ibu pulang dari Jakarta. Ibu tidak tahan dengan kondisi tersebut. Akhirnya diputuskan bahwa perjumpaan kami dengan ibu dilakukan di Kandanghaur, tempat tinggal nenek kami. Karena perjalanan dari rumah ke Kandanghaur membutuhkan ongkos yang tidak sedikit, diputuskan bahwa pertemuan setiap bulan dilakukan dengan cara bergilir. Bila bulan ini saya bersama kakak, maka bulan berikutnya dengan kakak yang lain. Bisa dibayangkan pertemuan kami setiap bulan selalu diawali dan diakhiri dengan tangisan kami berdelapan. Ibu mengajarkan kami tentang berbagai bentuk kesabaran dan ketabahan, bukan dengan berbagai teori atau konsep tapi belajar dari kehidupan nyata. Upah hasil menjadi penjaga toko di Pasar Senin tidaklah cukup untuk membiayai kami semua, oleh karena itu ibu memutuskan untuk mencari tambahan penghasilan lainnya. Kebetulan ada kerabat ibu yang memiliki usaha pembuatan garam di daerah Eretan (Indramayu). Ibu ditawari pekerjaan untuk melakukan pengiriman garam dari daerah Eretan ke Pasar Kramat Jati. Garam dikirim dari daerah Eretan jam 12 malam dan tiba di Pasar Kramat Jati sekitar subuh. Ibu bertugas mengawal pengiriman garam tersebut ke tengkulak yang ada di Pasar Kramat Jati. Ibu melakukan tugas tersebut seminggu sekali, sementara tugas sebagai penjaga toko tetap dia lakukan. Subhanallah, Allah telah memberikan kekuatan yang luar
~ 362 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * biasa kepada ibu, dengan kondisi yang begitu berat, Allah memberikan kekuatan baik jasmani maupun rohani. Pada saat ibu bekerja di Jakarta kendali kami sekeluarga di Indramayu dipimpin oleh kakak kami yang pertama. Saya masih ingat betul, saat-saat magrib adalah saat dimana kami harus menunggu kedatangan mbok tua penjual rumbah. Rumbah adalah nama sejenis pecel atau gado-gado. Kami menunggu kedatangan mbok tua karena kami tahu, saat magrib adalah saat dimana mbok tua pulang dari berdagang rumbah keliling. Biasanya sambel atau bumbu rumbah akan berlebih. Kami membeli sambel tersebut, untuk selanjutnya kami tambahkan air lagi sehingga menjadi lebih banyak, lalu kami bagi air atau kuah rumbah tersebut untuk dijadikan teman makan malam kami. Terkadang kami mendapati mbok tua tidak memiliki sisa kuah rumbah oleh karena rumbah dagangannya sudah habis terjual, maka saat itulah kami harus bersabar untuk tidak makan malam lagi. Masya Allah, Ya Allah Engkau telah memberikan kepada kami kekuatan yang tiada taranya sehingga meskipun kami terkadang tidak makan malam tetapi kami masih tetap dapat diberi kesabaran dan kekuatan. Singkat cerita, tahun 1986 (saat itu Ibu sudah kembali tinggal di Indramayu atas permintaan kami). Saya diterima di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Indonesia Depok melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) artinya saya masuk UI tanpa melalui test, subhanallah. Suka duka kuliah saya lalui. Saya hanya dikirimi uang oleh ibu sebesar Rp 5.000 hingga Rp 10.000,- per minggu. Pengiriman uang dilakukan melalui surat. Uang lima ribu dibungkus kertas karbon lalu dimasukan ke dalam amplop. Cukup aman untuk mengelabui orang yang iseng. Pernah suatu ketika saya mendapati surat yang ibu kirim ternyata tidak berisi uang sebagaimana biasanya. Rupanya ada orang yang tahu isi surat tsb dan mengambil uang yang ada di dalam amplop. Entah oleh petugas pos ataukah orang lain, yang jelas saya ikhlas dengan kehilangan uang tersebut. Kalo sudah begitu maka waktunya bagi saya untuk makan dengan teratur yaitu sehari makan dan sehari puasa. Alhamdulillah akhirnya saya lulus dari Jurusan Fisika UI pada Juli 1993. Saya langsung mengikuti tes seleksi di PT. SANYO Jaya Components Indonesia sebagai QC Supervisor. Saat itu saya membuat target perbaikan hidup bahwa 10 tahun yang akan datang saya sudah harus lulus S2. Tahun 1997 saya mendapatkan promosi jabatan menjadi Assisten
~ 363 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * Manajer QC dan pada tahun 2000 kembali mendapatkan promosi menjadi Training Manager. Tahun 2001 saya mendapatkan pendidikan tentang HR & IT Implementation in Business di tiga kota besar di Negeri Jepang yaitu Tokyo, Kyoto dan Chiba. Pada tahun 2002 saya mulai kuliah di Post Graduates Program in Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tahun 2003 dengan alasan ingin fokus pada kuliah, saya mengajukan pensiun dini dari PT. SANYO JCI. Tahun 2003 adalah tahun dimana Allah kembali menunjukan kebesarannya. Saat itu Ibu diberikan oleh Allah penghargaan berupa panggilan ke tanah suci untuk beribadah haji. Alhamdulillah di Tanah Suci menurut penuturan ibu, Ibu berdoa agar nikmat ke Tanah Suci tidak hanya diberikan kepada Ibu tetapi juga kepada anak dan cucunya. Tahun 2004 saya lulus dari Sekolah Pasca Sarjana FE UI. Februari 2005 saya kembali bekerja yaitu di PT. Asuransi Takaful Keluarga sebagai HR Manager. Tahun 2007 saya mendapat kesempatan menjadi Strategic Alliances Manager. Tahun 2009 kembali saya mengundurkan diri dari bekerja. Tahun itu pula saya memulai kuliah di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan target menyelesaikan kuliah selama 3 tahun. Tahun 2010 Allah mengabulkan doa ibu, saya bersama istri juga kakak nomor dua beserta suami berangkat haji secara bersamaan. Sebuah nikmat yang luar biasa buat kami semua. Pada tahun 2010 pula kakak nomor empat beserta suami sudah mendapatkan kepastian porsi keberangkatan haji untuk di tahun 2013. Tidak itu saja pada tahun 2011, Allah kembali menjawab doa ibu, seorang cucunya yang hafal 30 juz dan kuliah di Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran Bandung mendapat hadiah umroh dari Yayasan Al-Multazam pondok pesantren almamaternya ketika SMP dan SMA. Hadiah diberikan atas prestasinya yang hafal 30 juz juga sebagai siswa teladan sejak kelas 1 SMP hingga kelas 3 SMA dan masuk PTN. Tahun 2012 Saya bersama seorang teman mendirikan PT. MEGA Performa Utama sebuah perusahaan konsultan manajemen terutama manajemen kinerja (BSC, Malcom Baldrige, Kriteria Kinerja Unggul) dan kualitas (TQM, ISO 9001: 2008). Beberapa proyek telah ditangani seperti PT. ASABRI (Persero), PT. Tauba Zakka Atkia, STEI TAZKIA. Atas permintaan kerabat, sayapun ikut mengelola PT. Delta Buana Putra, sebuah perusahaan penyalur tenaga security. Aktifitas sosialpun saya
~ 364 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * lakukan dengan ikut membina sebuah sekolah SMA di tanah kelahiran Indramayu. Saya juga memiliki aktifitas lain yaitu mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk mata kuliah Matematika Ekonomi juga Statistik. Hingga saat ini, beberapa karya tulisan yang telah saya publikasikan diantaranya: I. Buku Media Sukses, Jakarta, November 2006. Cara Mudah Menjadi Karyawan Multi Income, Tips Sukses Memperoleh Penghasilan Tambahan Tanpa Mengganggu Pekerjaan di Kantor. II.
Jurnal Pengukuran Kinerja PT. Asuransi Takaful Keluarga Dengan Menggunakan Sistem Pengukuran Kinerja Mas}laha Scorecard (Masc). Call for Papers, “The 1st Islamic Economics and Finance Research Forum, New Era of Indonesian Islamic Rconomics and Finance,” The Indonesian Association of Islamic Economist and UIN Suska, Riau, 21-22 November 2012. Paper ini meraih Juara Pertama untuk katagori LKS. Maslaha Scorecard (MaSC), Sistem Pengukuran Kinerja Bisnis Berbasis Maqosid Shariah, Call for Papers, “Islamic Economy Revivalism: Between Theory and Practice”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 15 September 2012
III. Artikel 2007 Pembelajaran dari Tanah Liat, Human Capital Magazine, June 2007 Edition. Belajar dari Archimedes, SWA Magazine, 05 / XXIII / 1-14 March 2007. Membangun Organisasi Melalui SDM Berbakat, People & Business Magazine, March 09, 2007. 2005 Relationship Building, Mengapa Penting?, HRD Newsletter, Japan – Indonesia HRD Association, 9 Edition, March.
~ 365 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * 2004 Budaya Kerja Perusahaan Jepang: Dari Seiri, Seiton hingga Sitsuke, HRD Magazine, MAY Edition. Mengubah Informasi Menjadi Inovasi, HRD Newsletter, Japan – Indonesia HRD Association, 7 Edition, March. 2003 Horenso, Budaya Kerja di Perusahaan Jepang, HRD Newsletter, Japan – Indonesia HRD Association, 6 Edition, October. Peranan Pelatihan untuk Memenuhi Kebutuhan Perusahaan, HRD Newsletter, Japan – Indonesia HRD Association, 5 Edition, March. Belajar dari Punahnya Dinosaurus, Manajemen Magazine, January Edition. 2002 Siapkah SDM Kita Memasuki Perdagangan Bebas ASEAN 2003? HRD Newsletter, Japan – Indonesia HRD Association, 4 Edition, September. IV. Tulisan Prasyarat Promosi 2012. Sistem Pengukuran Kinerja Kemaslahatan Bisnis: Pengembangan Balanced Scorecard dengan Pendekatan Konsep Maslahah (Dissertation of Post Graduates Program in Islamic Economics, State Islamic University Syarif Hidayatullah). 2004 Tracking Error Analysis, A Study between Jakarta Stock Exchange Composite Index and Jakarta Islamic Index (Thesis of Post Graduates Program, Management Science – FE, University of Indonesia). 2000 Theory of Constrain (TOC). Plan to be implemented in Training Section of SANYO JCI VTR Division (paper to get a promotion to be training manager). 1996 Conditioning Creativity and Innovation in working environment (Paper to get a promotion to be Assistant Manager)
~ 366 ~
* MAS}LAH}AH PERFORMA (MaP) * 1993 Programming on PC of Visualising Digital Data of „PAC‟ in Supporting The Real Time Earthquakes Monitoring System (Thesis of under graduates, PHYSICS - FMIPA UI). 1991 Determining Moment of Inertia of Rigid Cylinder, Non Rigid Cylinder and Rectangle Plate by Using “Moment Puntir Methods” (Colloquium, FMIPA).
~ 367 ~