PERAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KEMAMPUAN HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK-ANAK PANTI ASUHAN AISYAH SIMO BOYOLALI TAHUN 2016 Maskur Mujiono, Fadjeri ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran layanan bimbingan kelompok melalui media audio visual terhadap kemampuan hubungan interpersonal pada anak-anak panti asuhan aisyah simo boyolali tahun 2016. Subyek penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa anak panti yang peneliti amati tersebut tidak mempunyai keberanian untuk berhubungan interpersonal, setelah satu bulan diamati dan diberikan perlakuan dalam bentuk bimbingan kelompok, anak tersebut mengalami perubahan kemampuannya bergaul dengan anak lain dalam bentuk hubungan interpersonal. Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Hubungan Interpersonal, Media Audio Visual
1
mudah dalam menerima dan mencerna pemahanan materi bimbingan. Peran layanan konseling dalam bimbingan kelompok pada peningkatan kemampuan hubungan interpersonal melalui media audio visual. Panti Aisyah Simo merupakan salah satu panti asuhan yang berada di bawah Organisasi Muhammadiyah di Kecamatan Simo Boyolali. Saat ini anak-anak yang dibina di Panti Asuhan Aisyah Simo sebanyak 82 anak (lihat lampiran 8). Selama 3 tahun terakhir jumlah anak-anak yang dibina mengalami fluktuasi naik turun. Kebanyakan anak tersebut sudah tidak memiliki orang tua karena meninggal dunia. Kondisi yatim tersebut mempengaruhi kondisi psikologis, terutama dalam hubungan interpersonal. Mereka merasa minder dan malu ketika menjalin hubungan interpersonal dengan teman di sekolahnya. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan Anak Yatim 'Aisyiyah Boyolali 04 Simo ini sebanyak 82 anak yang terdiri dari berbagai tingkat pendidikan baik SD, SMP, SLTA maupun Perguruan Tinggi. Berikut beberapa anak yang memiliki masalah hubungan interpersonal, berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengurus Panti, Tabel 1 Anak-Anak Panti yang Bermasalah dengan Hubungan Interpersonal
Pendahuluan Kemampuan hubungan interpersonal pada anak perlu dikembangkan semenjak dari anakanak. Anak-anak Panti Asuhan adalah anak-anak yang memiliki problem dalam keluarga, dimana mereka tidak memilik orang tua secara utuh dan bahkan tidak ada orang tua sama sekali. Peran orang tua dalam pembelajaran hubungan interpersonal, tidak mungkin dapat diharapkan lagi. Keberadaan panti menjadi satu-satunya harapan bagi anak-anak dipanti asuhan. Anak-anak panti asuhan menggantungkan adanya layanan dan bimbingan dalam membentuk kemampuan hubungan interpersonal pada diri anak-anak panti asuhan. Layanan bimbingan konseling di panti asuhan selama ini hanya dilaksanakan tanpa program yang terstruktur, artinya bimbingan diberikan ketika terjadi sebuah peristiwa atau kejadian saja. Hal ini disebabkan karena jumlah anak dipanti asuhan sangat banyak, sedang tenaga bimbingan dan konseling hanya difungsikan oleh pengasuh atau pengurus Panti saja, dimana pengasuh dan pengurus tersebut juga belum tentu memiliki kemampuan dalam layanan bimbingan dan konseling. Banyak metode yang dapat dilakukan dalam layanan bimbingan dan konseling. Mengingat banyaknya anak-anak di Panti, maka metode bimbingan kelompok menjadi alasan layanan bimbingan di Panti Asuhan. Selain metode bimbingan kelompok, penggunaan multimedia audio visual, juga digunakan dalam membantu meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal, karena dengan multimedia tersebut, anak-anak lebih
No 1 2 3 4 5 6 7 8
2
Nama Anak Anisa Puji Lestari Riki Wahyu Perdana Etik Fatihatusholihah Anisa Sinta Muhammad Ali Dodi Ardana Anang Apriliyanto Muh. Abdul Rouf
Pendidikan SMA SMA SMA SMA SMP SMP SMP SMP
dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Lebih jauh lagi dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai yang berhubungan dengan hal tersebut dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok (Luddin, 2010: 47). Menurut Prayitno (1995: 40)
Ada delapan anak yang bermasalah dengan hubungan interpersonal, namun yang dijadikan testee hanya ada 2 anak, yaitu Anisa Puji Lestari dan Muhamad Ali. Kedua anak ini adalah anak-anak yang ditelantarkan oleh kedua orang tuanya, sehingga tidak ada komunikasi dengan orang tua menjadi salah satu penghambat dalam hubungan interpersonal. Pada penelitian terdahulu, metode bimbingan kelompok dapat membantu meningkatkan prestasi belajar, yaitu Penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2013) berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Jasmani pada Anak”. Hal inilah yang kemudian memberikan inspirasi untuk mengembangkan penelititan dalam penerapan di lingkungan Panti dengan pengembangan penelitian pada kemampuan hubungan interpersonal, ke dalam judul “Peran Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal Pada AnakAnak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali Tahun 2016”.
menyatakan ada empat tahapan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok: Tahap I Pembentukan 1. Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. 2. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. 3. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui
Bimbingan Kelompok Menurut Winkel & Hastuti (2006: 111) bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfat untuk kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan dapat juga
3
permasalahan yang terjadi pada mereka. Tahap II Peralihan Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3. Membahas suasana yang terjadi; 4. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5. Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama. Tahap III Kegiatan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: 1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan. 2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu. 3. Anggota membahas masingmasing topik secara mendalam dan tuntas. 4. Kegiatan selingan. Tahap IV Pengakhiran Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu: 1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri. 2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasilhasil kegiatan. 3. Membahas kegiatan lanjutan. 4. Mengemukakan pesan dan harapan.
Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction (Sujanto, 1991). Menurut Dedy Mulyana, ketika berkomunikasi kita tidak hanya menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Jadi bukan sekedar menentukan content melainkan juga relationship (Mulyana, 2002: 121). Hubungan antar pribadi (Interpersonal Relation), yaitu salah satu unsur dasar yang dipelajari dalam psikologi sosial dan merupakan awal dari segala bentuk interaksi sosial (Sarwono, 2002: 192). Adapun Faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal yaitu: 1. Percaya (Trust) Kepercayaan adalah perasaan bahwa tidak ada bahaya dari orang lain dalam suatu hubungan, kepercayaan berkaitan dengan prediksi, artinya ketika kita dapat memprediksi seseorang tidak akan mengkhianati dan dapat bekerjasama dengan baik, maka kepercayaan itu lebih besar (Suranto, 2011: 32). Tiga macam tingkahlaku yang bisa menurunkan kepercayaan dalam suatu hubungan yaitu: a) Menunjukkan penolakan, mengolok-olok atau melecehkan pembukaan diri orang lain.
4
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami Lesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan ari sudut pandang orang lain. Dengan empati akan menjadi filter agar tidak mudah menyalahkan orang lain. Hakikat empati adalah uasaha masing-masing pihak untuk merasakan apan yang dirasakan orang lain dan dapat memahami pendapat, sikap dan perilaku orang lain (Suranto, 2011: 84). c) Kejujuran Kita menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak menyembunyikan pikiran dan pendapatnya, kepada orang yang terbuka atau tidak mempunyai tndakan yang kesannya dibuat-buat (Rakhmat, 1991: 129-133). Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga. Ini mendorong orang lain untuk percaya pada kita. 2. Sikap terbuka. Sifat terbuka (openmindedness) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan hubungan interpersonal yang efektif. Sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai dan paling penting saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal kedua belah pihak yang menjalin hubungan (Rakhmat, 1991: 138). Kedua belah pihak harus saling membuka diri dan peka terhadap sekitar (Gunawan, 1996: 232). Keterbukaan ialah sikap yang
b) Tidak membalas pembukaan diri orang lain. c) Tidak mau mengungkapkan pikiran, perasaan, dan reaksi kita kepada orang lain, tidak menunujukkan penerimaan, dukungan dan kerjasama (Supratiknya, 1995: 27). Sikap percaya menentukan efektivitas komunikasi. Orang akan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memilki kemampuan, keterampilan, atau pengalaman dalam bidang tertentu. Bila komunikasi bersifat terbuka, bila maksud dan tujuan jelas maka akan timbul sikap percaya. Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya, yaitu: a) Menerima Menurut Anita Tylor (1977) yang menguraikan tentang peranan percaya dalam komunikasi interpersonal menjelaskan bahwa menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang meilhat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai”. b) Empati Berempati artinya membayangkan diri pada kejadian yang menimpa orang lain, dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, dan merasakan seperti orang lain merasakan (Rakhmat, 1991: 132). Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
5
antara peserta didik, pendidik, dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Bentuk stimulus yang dapat digunakan sebagai media adalah hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar yang bergerak atau tidak bergerak, dan tulisan, serta suara yang direkam. Bentuk stimulus ini tepat digunakan bagi peserta didik yang sedang mempelajari bahasa asing. Akan tetapi, tidak mudah mendapatkan bentuk stimulus itu dalam satu waktu atau satu tempat (Simamora, 2009: 65). Media Audiovisual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media audio dan visual (Sanjaya, 2008: 211). Media audio visual terdiri atas audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette (Sutikno, 2009: 109). Lebih lanjut, Sutikno (2009: 109) menyampaikan dilihat dari segi keadaannya, media audio visual dibagi menjadi audio visual murni yaitu unsur suara maupun unsur gambar berasal dari suatu sumber seperti film audio-cassette. Sedangkan audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda,
dapat menerima masukan dari orang lain, semua berkenaan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon. Dalam hubungan interpersonal sikap terbuka dapat berlangsung secara adil, transparan, dan dap diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi (Suranto, 2011: 82). Selain itu ada beberapa strategi dalam mempertahankan hubungan interpersonal melalui kemampuan verbal, yang meliputi: 1. Memberi pujian atau penghargaan untuk meningkatkan perasaan senang bagi partner interaksi. 2. Berbicara hal-hal atau kejadiankejadian yang menyenangkan untuk mempertahankan topik pembicaraan yang menyenangkan. 3. Menyetujui, karena tujuan pembicaraan adalah tidak untuk menyelsaikan masalah, tetapi agar menjaga hubungan tetap berlanjut. 4. Memberikan atau menawarkan pertolongan dalam bentuk informasi, simpati, atau bantuan secara praktis. 5. Humor, karena ini akan membuat pertemuan menjadi lebih menyenangkan dan menjadi tanda sikap positif terhadap orang lain (Dayakisni dan Hudaniah, 2012: 121). Media Audio Visual Media adalah alat yang berfungsi menyampaikan pesan. Media pembelajaran adalah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi
6
Berbantuan Media Audio Visual Untuk Mengembangkan Empati Siswa Kelas VIIID3 SMP Negeri 2 Sawan Tahun Pelajaran 2012/2013”, menyatakan bahwa Media audio visual yang diberikan berupa video tentang tolong menolong, deskriminasi yang terjadi di kalangan siswa, tawuran yang terjadi akibat saling ejek. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan empati siswa Kelas VIII D3 SMP Negeri 2 Sawan Tahun Pelajaran 2012/2013. Peningkatan empati yang dicapai siswa disebabkan karena motivasi, keseriusan serta kesadaran siswa untuk membangun sikap sosial yang semakin kohesif. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan bimbingan sosial berbantuan media audio visual dapat meningkatkan empati siswa. Dari hasil penelitian yang tclah peneliti lakukan, kedua subjek penelitian memiliki hubungan interpersonal yang berbeda. Perbedaannya terlihat pada kegiatan pengasuh terhadap anak asuhnya cenderung menghindarkan kegelisahan dan menanamkan kepercayaan diri serta kebebasan untuk berbuat sesuatu atas pengajaran yang diterapkan oleh pengasuh. Pengaruh besar pada anak asuh terlihat juga pada faktor lingkungan, karena anak asuh masih merasa malu jika ingin berhubungan dengan orang lain, dan mereka akan merasa percaya diri apabila sedang berkumpul dan saling berkomunikasi salu sama lain, karena kenyamanan mereka tercipta saat bersama-sama.
misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Yulius Prasetyo Rahayu. (2013), dengan judul, “Penerapan Bimbingan Kelompok Dengan Media Video Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Bahaya Narkoba Pada Siswa Kelas VIII-di SMP Negeri 2 Ngoro. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai ρ= 0,008 lebih kecil dari α = 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pemahaman siswa tentang bahaya narkoba sebelum dan sesudah pemberian bimbingan kelompok dengan media video. Berdasarkan hasil penghitungan di atas mean pre-test sebesar 106,29 meanpost-test sebesar 125,43 dan selisih antara meanpretest dan post-test sebesar 19,14. Dengan demikian ditolak dan diterima. Dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi “penerapan bimbingan kelompok dengan menggunakan media video untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang bahaya narkoba pada siswa kelas VIII-DSMP Negeri 2 Ngoro dapat diterima.” Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian bimbingan kelompok dengan menggunakan media video dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII-D SMP Negeri 2 Ngoro tentang bahaya narkoba. Ni Wyn Candriasih, Gd Sedanayasa, Tjok Rai Partadjaja, dalam penelitian dengan judul ”Penerapan Bimbingan Sosial
Kerangka Berpikir Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu sebelumnya,
7
bahwa anak-anak di panti asuhan memiliki perbedaan hubungan interpersonal dengan anak yang memiliki orang tua. Apalagi hubungan interpersonal yang diterapkan pengasuh terhadap anak asuhnya berbeda dengan anak yang tinggal dengan orang tuanya. Proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling selalu diawali identifikasi masalah atau tugas perkembangan yang akan dicapai. Selanjutnya akan dirumuskan tujuan yang akan dicapai, dilanjutkan menentukan masalah/ materi yang akan dibahas. Agar materi atau masalah yang dibahas itu dapat dipahami oleh siswa yang pada gilirannya masalah siswa terpecahkan atau siswa dapat mencapai tugas perkembangan dengan baik maka dibutukan media (Nursalim, 2013: 5). Melalui bimbingan kelompok dengan media audio visual dapat belajar dari gambar-gambar visual sehingga seperti memperoleh pengalaman langsung, dan akhirnya kemampuan hubungan interpersonal meningkat. Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam bagan berikut: Anak-anak Panti Asuhan
Hubungan Interpersonal Rendah
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peran Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal Pada AnakAnak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali Tahun 2016. Metode Penelitian Lokasi penelitian adalah di Panti Asuhan Aisyah Simo. Pemilihan lokasi ini karena pertimbangan-pertimbangan teknis seperti yang disarankan oleh (Moleong, 2009: 128) yaitu agar peneliti mempertimbangkan kenyataan yang ada di lapangan dan juga harus diperhitungkan keterbatasan geografis dan praktis, seperti waktu, tenaga dan biaya. Pertimbangan lain yang digunakan sebagai alasan penelitian di Panti Asuhan Aisyah Simo, adalah banyaknya anak-anak yatim yang memerlukan uluran tangan untuk dibimbing sehingga dapat menjalani kehidupan bermasyarakat sehingga mampu hidup mandiri dikelak kemudian hari. Waktu penelitian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat yaitu selama dua bulan yang dimulai pada bulan Januari 2016 sampai dengan Februari 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian di mana data penelitian yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Menurut Sutama (2010: 282) penelitian kualitatif (qualitative research) adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena-fenomena,
Bimbingan Kelompok
Media Audiovisual Hubungan Interpersonal Meningkat
Gambar 2. Peran bimbingan kelompok dengan multimedia audio visual dalam meningkatkan hubungan interpersonal
8
peristiwa, aktivitas sosial secara alamiah. Strategi penelitian yang digunakan adalah dengan adalah pendekatan fenomenologi. Menurut Moleong (2009: 14-15) fenomenologi mengacu pada pengalaman dari berbagai jenis dan tipe subyek yang ditemui. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi tertentu. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya memberi tekanan pada pengertian interpretatif terhadap pemahaman manusia. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orangorang yang sedang diteliti. (Moleong 2009: 17). Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber yang dapat menunjukkan data layanan bimbingan kelompok melalui audio visual dalam meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal, baik melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan sebagai sumber data adalah pihak-pihak yang relevan, yaitu pimpinan Panti, Pengasuh, dan Anakanak Panti. Subyek penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali. Adapun obyek yang diteliti adalah layanan bimbingan kelompok, media audio visual dan kemampuan hubungan interpersonal anak-anak di Panti Asuhan Simo Boyolali.
Teknik Pengumpulan Data Wawancara. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee) (Arikunto, 2010: 198). Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Observasi. Menghimpun data dan informasi melalui pengamatan atau observasi dilakukan dengan memperhatikan/ melihat/ dan/ atau mendengarkan orang atau peristiwa. Hasilnya yang telah terungkap selanjutnya dicatat (Sutama, 2010: 92). Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar. Dokumentasi. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan (Moleong, 2009: 217). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang bersumber dari dokumen arsip, yang dimiliki sekolah. Kegiatan ini selain untuk mencatat semua arsip dan dokumen juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang kondisi dokumen dan arsip tersebut. Arsip yang diambil dalam penelitian ini adalah gambaran Panti Asuhan Aisyah dan layanan bimbingan kelompok melalui audio visual dalam meningkatkan kemampuan hubungan interpersonal. Keabsahan Data Validitas atau keabsahan data dalam penelitian ini diperiksa dengan metode triangulasi. Triangulasi adalah
9
model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting) sebagai suatu siklus. Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan suatu proses untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk kepentingan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 178). Triangulasi menurut Sugiyono (2010: 274) dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: 1) Triangulasi Sumber, Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber; 2) Triangulasi Teknik, Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda; 3) Triangulasi Waktu, Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Variasi triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik dan sumber. Hal ini dilakukan karena pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi yang dilakukan terhadap sumber yaitu pengasuh panti dan anak panti yang lain. Triangulasi sumber dilakukan dengan pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui kedua sumber tersebut untuk menarik suatu kesimpulan tentang hasil tindakan.
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan/ Verifikasi
Gambar 3 Model Analisis Interaktif (Miles and Huberman, 2008: 20) Hasil Panti Asuhan Aisyah, saat ini menampung sebanyak 82 anak. Anak tersebut masuk Panti Asuhan Aisyah, karena faktor ekonomi (lihat pada lampiran 8 halaman 82. Berikut data anak Panti Asuhan Aisyah yang mendapat bimbingan kelompok. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan hubungan interpersonal anak Panti Asuhan Aisyah. Sebagaimana dalam rumusan penelitian, “Bagaimanakah Peran Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal Pada Anak-Anak Panti Asuhan Aisyah Simo Boyolali Tahun 2016?” Anak Panti Asuhan Aisyah Simo, merupakan anak-anak yang berlatar belakang ekonomi tidak mampu dan kebanyakan tidak memiliki orang tua, karena ada juga anak panti yang masih memiliki kedua orang tua. Kondisi latar
Teknik Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif (Interactive Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman (2008: 16) dalam
10
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, peneliti juga melihat hubungan dan situasi antar anak panti cenderung dingin, tidak ada kelakar ataupun canda tawa sebagaimana anak seusia mereka pada umumnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas, peneliti juga mendalami permasalahan dengan Anisa Puji Lestari dan Muhammad Ali. Kedua informan ini merupakan testee penelitian, yakni anak panti asuhan yang kemampuan hubungan interpersonalnya rendah. Kedua teste tinggal 1 atap di Panti Aisyah Simo, namun kedua testee hampir tidak pernah berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Berdasarkan evaluasi terhadap testee, hubungan interpersonal Testee1 cenderung pasif bergaul karena minder (lihat dalam lampiran 3). Testee2 berdasarkan hasil evaluasi peneliti, lebih cenderung malu untuk bergaul dengan teman. Secara keseluruhan hubungan interpersonal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah, 1) Siswa tersebut cukup pendiam saat diluar/ dalam panti; 2) Dalam setiap kegiatan panti kurang berani; 3) Saat jam istirahat siswa tersebut cenderung dalam kamar; 4) Cukup berani bicara dengan teman sekamar; 5) Siswa tersebut termasuk anak yang cukup pandai dan mudah memahami tapi kurang berani bergaul. Dari hasil observasi yang dapat disimpulkan bahwa ada hal-hal yang membuat anak panti tersebut sangat pendiam dan tidak mempunyai keberanian bergaul dengan temantemannya dibanding dengan penghuni panti yang lain. Sehingga perlu diberikan perlakuan khusus dan sering diajak untuk bergaul. Tetapi
belakang tersebut membuat perilaku dan sikap anak menjadi pendiam, sering melamun, tidak suka berinteraksi, dan berkomunikasi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Agus Budiyanto selaku pengasuh Panti dalam wawancara berikut. “Ya pak, kami memang menampung anak yatim piatu dan dari keluarga kurang mampu. Tapi tidak semua anak dipanti ini anak yatim piatu saja. Ada juga yang kedua orang tuanya masih utuh, namun karena tidak mampu dan kedua orang tuanya bercerai…. Nah dari kondisi ini memang dampaknya anak-anak cenderung menutup diri…. Mereka lebih sering berdiam diri dan menyendiri, sering melamun, tidak suka berinteraksi, dan berkomunikasi…” Keterangan Agus Budiyanto di atas sejalan dengan Nafi’ah, bahwa anak-anak panti, memiliki sikap dan perilaku pendiam. Menurut Nafi’ah, mereka jarang bermain bersama sambil bercanda. Berikut kutipan dengan Nafi’ah selengkapnya. “gih pak, lare-lare niku jarang wicantenan kaleh rencangipun…. Entene ming mendel, ngalamun tok…. Kulo ajeng ngandani, gih ngandani nopo, wong kulo niku tiyang mboten mangan sekolah…, damelan kulo ming masakke lare-lare panti” Sejalan dengan informasi Agus Budiyanto dan Nafi’ah di atas, kemampuan hubungan interpersonal anak panti dapat dikatakan rendah.
11
anak mulai aktif memperhatikan dan mulai memahami isi layanan.
saat diobservasi dan diberikan perlakuan (bimbingan kelompok) peneliti melihat adanya perubahan walaupun sedikit demi sedikit. Walaupun demikian sudah menunjukkan sedikit keberhasilan. Peneliti melakukan tindakan Bimbingan Kelompok Melalui Media Audio Visual terhadap Kemampuan Hubungan Interpersonal. Media audio visual yang digunakan dalam penelitian ini berisi materi tentang contoh bagaimana melakukan hubungan interpersonal yang bersifat positf atau membangun serta contoh hubungan interpersonal yang bersifat negatif. Layanan bimbingan kelompok dilaksanakan selama 3 hari, yaitu pada hari Minggu 24 Januari 2016. Hari pertama peneliti melakukan raport antara peneliti dengan anak bimbingan sebanyak 8 orang (lihat lampiran 6 gambar 8). Dari pemberian layanan bimbingan kelompok pada hari pertama dapat dilihat ada beberapa anak yang bermain di panti, masih banyak anak yang kurang aktif terhadap layanan yang diberikan. Hari kedua pada Selasa, 9 Februari 2016, peneliti memberikan layanan bimbingan kelompok dengan media audio visual. Pada bimbingan kelompok hari kedua terlihat bahwa anak mulai berani bertanya saat diskusi. Anak-anak mulai memperhatikan video yang diperlihatkan peneliti. Hari ketiga pada Rabu, 10 Februari 2016, peneliti masih memberikan layanan bimbingan kelompok dengan media audio visual (lihat lampiran 6 gambar 13). Pada hari ketiga pemberian layanan bimbingan kelompok terlihat anak-
Pembahasan Kehidupan dan tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh perhatian orang tuanya. Dalam panti asuhan, pengasuh, anak asuh dan di antara anak asuh lainnya tidak terlepas dari suatu hubungan interpersonal. Kepribadian anak ditentukan berdasarkan seberapa dekat anak dengan pengasuh dan teman-teman anak asuh lainnya. Hubungan interpersonal yang baik bisa tercipta apabila ada komunikasi yang baik. Untuk menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, kita perlu bersikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Seseorang perlu juga memiliki sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas. Namun, ada saja permasalahan di panti asuhan yang terkait dengan hubungan interpersonal. Hal ini terlihat dari hubungan antara anakanak yang kurang akrab antara yang satu dengan yang lain. Mereka cenderung lebih bersifat individu, memikirkan diri sendiri dan kurang mempunyai rasa empati terhadap apa yang dialami oleh teman-teman mereka. Untuk membantu meningkatkan hubungan interpersonal anak, dapat dilakukan melalui layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok dipandang tepat dalam membantu anak panti asuhan untuk memahami hubungan interpersonal. Layanan bimbingan kelompok sebagai media dalam upaya membimbing individu
12
panti asuhan bervariasi. Hubungan interpersonal yang dicapai anak panti asuhan disebabkan karena pelaksanaan bimbingan kelompok dikemas dengan baik sehingga anak termotivasi dalam mengikuti bimbingan, materi dan video yang disampaikan sangat menarik yaitu berkaitan dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang membuat anak mudah dalam memahami materi yang disampaikan, dinamika sosial saat pelaksanaan diskusi berjalan sangat dinamis, disamping itu keseriusan dan kesadaran anak akan pentingnya mengembangkan komunikasi di lingkungan panti asuhan maupun di masyarakat sangatlah berperan penting dalam pelaksanaan bimbingan. Perubahan ini terlihat dari sikap dan perilaku anak dalam mengikuti proses layanan. Mereka juga memperoleh pemahaman baru untuk mengenal, mengerti dan merasakan perasaan orang lain dengan ungkapan verbal dan perilaku, dan mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain. Tetapi ada juga siswa yang belum mampu memperoleh hasil yang maksimal setelah pemberian bimbingan kelompok berbantuan media audio visual. Hal ini disebabkan karena kurangnya keseriusan dan keantusiasan anak dalam mengikuti bimbingan. Dari hasil observasi dan evaluasi yang dilaksnakan selama tiga hari telah terjadi hubungan interpersonal anak dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari perilaku anak yaitu mulai membantu teman dalam melaksanakan pekerjaan, menghargai kekuatan atau kelemahan orang lain baik secara
yang memerlukan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dengan layanan bimbingan kelompok anak-anak panti asuhan dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan atau ide yang diharapkan dapat memberikan pemahaman siswa mengenai hubungan interpersonal. Pemberian bimbingan kelompok dengan memanfaatkan media audio visual ini dimaksudkan bukan hanya agar anak mampu lebih memahami hubungan interpersonal dengan baik melalui media audio visual yang diberikan, namun juga agar anak lebih aktif dalam bertanya dan berpendapat dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Luddin (2010) bahwa layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfat untuk kehidupan seharihari, baik sebagai individu maupu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Bahan yang dimaksudkan dapat juga dipergunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Lebih jauh lagi dengan layanan bimbingan kelompok para siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topiktopik penting, mengembangkan nilainilai yang berhubungan dengan hal tersebut dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok. Dari hasil pemberian layanan bimbingan kelompok diketahui bahwa hubungan interpersonal anak
13
untuk berhubungan interpersonal, setelah satu bulan diamati dan diberikan perlakuan dalam bentuk bimbingan kelompok, anak tersebut mengalami perubahan kemampuannya bergaul dengan anak lain dalam bentuk hubungan interpersonal.
fisik maupun psikis atau tidak mengejek kekurangan temannya, mau mendengarkan orang lain saat berbicara, lebih sopan dalam bertutur kata, tidak membeda-bedakan orang berdasarkan budaya, sikap, serta peduli terhadap orang lain, mampu mengucapkan kata maaf ketika melakukan kesalahan. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa bimbingan kelompok berbantuan media audio visual mempunyai dampak positif dan memiliki peranan penting dalam mengembangkan hubungan interpersonal dalam pergaulan seharihari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Ni Wyn Candriasih, dkk. (2013) yang menyimpulkan bahwa penerapan bimbingan berbantuan media audio visual dapat meningkatkan empati siswa. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian dari Rahayu (2013) bahwa pemberian bimbingan kelompok dengan menggunakan media video dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII-D SMP Negeri 2 Ngoro tentang bahaya narkoba. Secara garis besar perlakuan bimbingan kelompok dengan menggunakan media video yang diberikan kepada anak panti asuhan sangat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pentingnya hubungan interpersonal di antara anak panti asuhan.
Saran Agar apa yang telah dilakukan oleh peneliti terus menerus dilakukan perbaikan yang lebih baik lagi dan mengurangi siswa yang kurang mampu melakukan hubungan interpersonal, maka disarankan: 1) Kepada pengasuh panti asuhan: memahami permasalahan yang melatarbelakangi penurunan hubungan interpersonal anak panti melakukan interaksi komunikasi aktif; memberikan dukungan terhadap peningkatan hubungan interpersonal melalui penyediaan sumber daya manusia yang kompeten dalam penanganan psikologis anak (konselor); 2) Kepada pengurus panti asuhan: Agar lebih sabar, tulus dan ikhas dalam memberikan layanan kepada anak-anak panti; Agar lebih memberikan motivasi kepada anakanak panti untuk mengembangkan segenap kemampuan yang mereka miliki; 3) Kepada anak panti asuhan: panti tidak merasa minder terhadap latar belakang yang mereka alami dengan selalu membuka diri untuk berinteraksi; memperbanyak lagi cakrawala pengetahuan dengan belajar yang lebih giat sehingga waktu tidak terbuang sia-sia hanya untuk meratapi nasib buruk yang mereka alami.
Kesimpulan Setelah melakukan penyimpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi yang kemudian dianalisis, maka dapat disimpulkan bahwa anak panti yang peneliti amati tersebut tidak mempunyai keberanian
14
Ns. Roymond H. Simamora. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.
DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar M. Luddin. 2010. DasarDasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Agus Sujanto. 1991. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sarlito
B Matthew Miles & A. Michael Huberman. 2008. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press. Dedy
Wirawan Sarwono. 2002. Psikologi Sosial Individu & Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Mulyana. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Lexy Y Moleong. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi (Tinjauan Psikologis). Yogyakarta: Kanisius.
M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta: Fairuz Media.
Mochamad Nursalim. 2013. Pengembangan Media Bimbingan & Konseling. Jakarta: Akademia Permata.
W.S. Winkel & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Ni Wyn Candriasih, Gd Sedanayasa, Tjok Rai Partadjaja, dalam penelitian dengan judul ”Penerapan Bimbingan Sosial Berbantuan Media Audio Visual Untuk Mengembangkan Empati Siswa Kelas VIIID3 SMP Negeri 2 Sawan Tahun Pelajaran 2012/2013”, Jurnal Bimbingan Konseling, Singaraja: Universitas Pendidikan Indonesia.
Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Yulius
15
Prasetyo Rahayu. 2013. “Penerapan Bimbingan Kelompok Dengan Media Video Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Bahaya Narkoba Pada Siswa Kelas VIII-di SMP Negeri 2 Ngoro”, Jurnal BK UNESA, Vol. 04, No. 01, hlm. 127134.