MASJID SEBAGAI SENTRAL PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT (Studi di Masjid Ittihadul Muhajirin Perumahan Reni Jaya Pamulang Tangerang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Disusun Oleh : CAROLINA IMRAN 203046101682
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kepada jalan Ilahi. Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui dari awal hingga akhir, rasanya tidaklah mungkin jika penulis dapat melaluinya sendirian. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang selalu dikasihi oleh Allah SWT.
1.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. DR. H. Muh. Amin Suma, SH, MA, MM, beserta para pembantu dekan, baik sebagai aparat birokrasi maupun sebagai pribadi. Terima kasih atas bantuan yang diberikan.
2.
Ibu Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Azharudin Latif, yang telah banyak membantu penulis dalam menentukan judul dan dalam penyelesaian hal-hal administrasi dan nasehat-nasehat yang berharga.
3.
Bapak DR. KHA. Juaeni Syukri, LCs, MA dan Bapak DR. Syahrul A’dham M.Ag, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing,
mengarahkan dan meluangkan waktu kepada penulis hingga skripsi ini selesai. 4.
Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu telah banyak berperan dalam pembelajaran semasa penulis kuliah.
5.
Pimpinan dan seluruh staf karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyediakan fasilitas untuk studi kepustakaan.
6.
DKM Masjid Ittihadul Muhajirin yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, terutama untuk pak H. Khamim selaku ketua DKM, pak H. Yagus selaku sekretaris DKM dan pak Ali selaku pengurus harian masjid Itihadul Muhajirin, terima kasih atas bantuan dan informasinya dan pengurus DKM lainnya yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.
7.
Ayahanda dan ibunda tercinta terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian dan motivasinya baik moril maupun materil, karena itu sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk kakak-kakakku dan adikadikku tersayang, terima kasih atas penyemangatnya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8.
Semua teman-teman baik dari PS A Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun Ponpes Darul Muttaqin
yang tidak dapat
disebut satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya dan semua doanya, Semoga kita bisa kompak menjaga silaturahmi antar kita. Atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan do’a kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin… Jakarta, 3 September 2008
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………… KATA PENGANTAR……………………………………………………
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………..
iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………..
vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………..
10
D. Metode Penelitain …………………………………….
11
E. Sistematika Penulisan…………………………………
15
KAJIAN TEORI PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT DAN MASJID A. Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan Ekonomi……..
17
B. Langkah – langkah Strategis pemberdayaan Ekonomi..
27
C. Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Ekonomi……
30
BAB III
D. Pengertian Masjid dan Ruang Lingkupnya……………
33
E. Sejarah Pendirian dan Perkembangannya…………….
40
PROFIL MASJID ITTIHADUL MUHAJIRIN A. Profil Masjid Ittihadul Muhajirin……………………..
42
B. Sasaran Pemberdayaan Ekonomi……………………..
52
C. Jenis Usaha yang Dijalankan Oleh Masjid Ittihadul Muhajirin…………………………………………….. D. Permasalahan Serta Solusinya………….…………….. BAB IV
53 62
ANALISA MASJID SEBAGAI SENTRAL PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT A. Respon Masyarakat Terhadap Kegiatan Ekonomi Masjid Ittihadul Muhajirin………………………………………………
67
B. Harapan Masyarakat Terhadap Perkembangan Masjid Ittihadul Muhajirin Untuk Akan Datang………………………..
79
C. Analisa Pemberdayaan Ekonomi Masjid Ittihadul Muhajirin………………………………………………
82
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………
86
B. Saran…………………………………………………..
87
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
89
BAB V
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL 1. Tabel 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……………..
68
2. Tabel 4.2 Identitas Responden Menurut Jenis Pekerjaan………………..
68
3. Tabel 4.3 Identitas Responden Menurut Jenis Pendidikan………………
69
4. Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Perkawinan………...
70
5. Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Usia……………………….
70
6. Tabel 4.6 Menurut Pengetahuan Tentang Fungsi Masjid………………..
71
7. Tabel 4.7 Menurut Pengetahuan yang Didapat…………………………..
72
8. Tabel 4.8 Menurut Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Masjid……………………………………………………………………..
73
9. Tabel 4.9 Menurut Penilaian Usaha yang Telah Dijalankan Masjid…….
74
10. Tabel 4.10 Menurut Manajemen Pengelolaan Masjid…………………….
75
11. Tabel 4.11 Menurut Tanggapan Pelayanan yang Diberikan………………
75
12. Tabel 4.12 Menurut Penilaian dari Sisi Syariah…………………………..
76
13. Tabel 4.13 Menurut Kelompok Pengguna Usaha Masjid…………………
77
14. Tabel 4.14 Menurut Penilaian Pengguna Usaha yang Dijalankan Masjid……………………………………………………………………..
77
15. Tabel 4.15 Menurut Pengaruh Kegiatan Ekonomi Masjid Terhadap Tingkat Kesejahteraan Responden…………………………………………………
78
DAFTAR GAMBAR
1.
Gambar 3.1
Susunan
Struktur
Ittihadul Muhajirin
Organisasi
Kepengurusan
Masjid
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya Indonesia adalah Negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia dan Negara dengan jumlah masjid atau mushalah terbanyak di dunia, sekitar satu juta buah masjid dan mushalah telah berdiri di Indonesia.1 Menurut Depag jumlah resmi masjid dan mushalah sebanyak tujuh ratus ribu (700.000) unit, dengan perincian 30 % dari jumlah keseluruhan adalah masjid besar, bagus dan megah, 50 % bagus dan 20 % sederhana.2 Bila kita membandingkan dengan jumlah kuantitasnya jelas sekali Indonesia kaya akan masjid, jumlah yang sedemikian banyak itu sama dengan jumlah masjid dari Maghribi sampai Banglades.3 Sejatinya jumlah masjid dan mushalah yang besar itu bisa menciptakan generasi-generasi muda islam yang beriman dan bertaqwa, sehingga mampu menjembatani tali ukhuwah dan memajukan Islam Indonesia. Dalam lintasan sejarah umat Islam, kita mengetahui masjid pertama kali yang dibangun oleh Rasulullah sendiri ketika beliau hijrah adalah masjid Quba yang beliau buat bersama para sahabat dengan komponen dasar bangunan tersebut
1
Sofyan Syafri Harahap, (Ed) Pedoman Manajemen Masjid (Jakarta, Pustaka Quantum,
2004) h. 5 2
Ahmad Sutardji, Visi, Misi dan Langkah Strategis PDMI dalam Pengelolaan Masjid (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 2002) Cet ke-2, h. 17 3 “Manajemen Masjid” Republika, (Jakarta) 20 April 2007, h. 5
terdiri dari pelepah-pelepah kurma.4 Dalam konteks Quba inilah, Allah SWT sendiri telah melegitimasi keberadaannya lewat Al-Quran yang mengacu pada niat serta proyeksi pembuatan masjid itu sendiri oleh Rasulullah dengan bahasa Quran ussisa ‘ala taqwa (dibangun/didirikan atas dasar ketakwaan kepada Allah). Proyeksi besar Nabi tidak lain adalah upaya memfungsikan masjid sebagai media dan basis riil perjuangan umat Islam yang ketika itu jumlah masjid masih sedikit. Dengan pengertian lain masjid memiliki banyak fungsi selain fungsi tempat ibadah. Menjadikan masjid sebagai media yang multi fungsi bukan tanpa alasan bagi Rasulullah, dengan strategi demikian, terbukti semakin banyak jumlah muslim dari hari ke hari. Lebih-lebih, kaum Anshor (orang-orang muslim asli Madinah) selalu berupaya membantu Nabi beserta para sahabat dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa. Hal ini juga dijelaskan dalam firman Allah surat At-Taubah 108,
☺
4
Ali K, Sejarah Islam Tarikh PraModern (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003) Ed 1. Cet ke-4, h. 62
☺ Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orangorang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bersih. (At – Taubah 108) yang jelas bahwa keduanya (Masjid dibangun
atas
Quba
dan Masjid Nabawi)
dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki
landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan.5 Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut :
☺ ☺
(107: )اﻟﺘﻮﺑﺔ Artinya : Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk 5
h. 31
M. Quraish Shihab, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat (Jakarta: Mizan, 2002)
kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang Telah memerangi Allah dan rasul-Nya sejak dahulu mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). (At-Taubah : 107) Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh Masjid Nabawi,6 yaitu sebagai berikut: 1.
Tempat ibadah (shalat dan zikir)
2.
Tempat konsultasi dan komunikasi ( ekonomi, sosial dan budaya)
3.
Tempat pendidikan
4.
Tempat santunan sosial
5.
Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya
6.
Tempat pengobatan para korban perang
7.
Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa
8.
Aula dan tempat menerima tamu
9.
Tempat menawan tahanan, dan
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas, disebabkan antara lain oleh: keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada nilai, norma dan jiwa agama, kemampuan Pembina-pembina 6
Ibid h. 32
masjid menghubungkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid. Manifestasi pemerintah terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemrintahan yang juga menjadi khatib/imam, atau ruangan masjid yang menjadi tempat kegiatan pemerintahan.7 Keadaan
itu
kini
telah
berubah,
sehingga
timbullah lembaga-
lembaga baru yang mengambil alih sebagian peranan masjid di masa lalu, yaitu organisasi-organisasi keagamaan swasta pemerintah,
sebagai
pengarah kehidupan
dan
lembaga-lembaga
duniawi
dan ukhrawi umat
beragama. Lembaga-lembaga itu memiliki kemampuan material dan teknis melebihi masjid. Sehingga berakibat fungsi masjid pada saat ini hanya sebatas tempat ibadah, pengkerdilan fungsi masjid juga bukan hanya karena bermunculan lembaga-lembaga itu saja, tetapi juga dikarenakan pola pikir dan mentalitas pengurus masjid. Dikotomisasi fungsi masjid sebagai tempat ritual. sunah adalah sebuah kesalahan yang masih subur dilingkungan pengurus masjid, sebagian pengurus masjid masih ada yang melarang khatib berbicara masalah politik didalam masjid. Keberlangsungan aktifitas masjid seharusnya muncul dari inisiatif pengurusnya, apabila pengurusnya berani maka hiduplah masjid itu, tetapi bila pengurusnya tidak bersemangat maka tidak akan ada
7
Ibid
transformasi semangat yang lahir dari masjid yang memberikan ruhnya kepada aktivitas jamaah.8 Fungsi masjid yang luas ketika masa-masa keemasan Islam sudah menjadi sejarah pada saat ini, untuk saat ini tidak perlu-lah kita berbicara tentang fungsi masjid yang sedemikian luas itu, dewasa ini sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak sekali masjid yang bagus, besar dan megah dari sisi hardwearnya saja, tetapi dari segi softwear terlihat lusuh. Namun hal itu masih terlihat wajar bila dibandingkan dengan banyaknya masjid yang bergantung kepada jama’ahnya dari segi financial untuk terus hidup, sekalipun memang masjid adalah tanggung jawab umat islam, seharusnya masjid sebagai sentral pergerakan umat islam mampu untuk berdiri sendiri, hal itu dikarenakan masjid akan dapat dan mampu menjadi pusat pengembangan dan pembentukan generasi muslim yang beriman, bertaqwa dan kompeten, bukan hanya dipusingkan dengan urusan-urusan kebutuhan masjid itu saja. Menurut Dewan Masjid Indonesia (DMI) ada tiga fungsi masjid Pertama, masjid dapat difungsikan sebagai pusat ibadah, baik ibadah mahdhah, maupun ibadah sosial. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung kepada Allah SWT, seperti sholat, mengaji dan lainnya. Tentu, secara tidak langsung, ibadah-ibadah tersebut juga ada hubungannya dengan masyarakat. Sedangkan sebagai pusat ibadah sosial, masjid dapat difungsikan untuk mengelola zakat,
8
Noer Chaniago, “Tingkatkan Peran Ubudiyah Masjid”, Republika. 4 Maret 2007.
wakaf, membangun ukhuwah Islamiyah, menjaga kebersihan dan kesehatan bersama, melaksanakan kurban, dan membantu peningkatan ekonomi ummat. Kedua, memanfaatkan masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat, melalui berbagai sarana dan prasarana yang dimiliki masjid, seperti khutbah, pengajian, kursus ketrampilan yang dibutuhkan anggota jamaah, dan menyelenggarakan pendidikan formal sesuai kebutuhan masyarakat. Dan yang ketiga membina persatuan umat. Bila menilik dari pendapat Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan sejarah masjid di masa lampau, terlihat jelas masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah namun semua hal yang bersifat sosial maupun ekonomi bisa dilakukan oleh masjid. Salah satu fungsinya adalah mengembangankan dan membantu ekonomi umat, dengan kata lain semua asset-aset yang dimiliki oleh masjid bisa digunakan untuk membantu menaikan taraf hidup jama’ahnya. Dewasa ini program kembali ke masjid di masyarakat sudah terasa kencang gaungnya, kembali ke masjid bukan hanya kembali meramaikan masjid hanya dengan praktek-praktek ibadah melulu, tetapi benar-benar menjadikan masjid sebagai sentral kehidupan masyarakat, baik sosial, budaya maupun ekonomi. Terlebih lagi di dalam masalah ekonomi, masjid diharapkan memainkan peran yang besar didalamnya, karena masjid memiliki ikatan yang kuat dan solid dengan masyarakat. Disana terdapat tokoh kharismatik yang dipercaya oleh jamaah sehingga berpotensi menjadi motivator paling
berpengaruh di masyarakat untuk bisa keluar dari kemiskinan menuju masyarakat yang lebih sejahtera.9 Dalam konteks ini, masjid dapat dijadikan wahana penguat ekonomi umat. Potensi yang besar ini sangatlah disayangkan jika tetap diabaikan, karena masjid sebenarnya berpeluang dalam mendorong kemandirian ekonomi umat. Cuma yang terjadi saat ini, pemberdayaan ekonomi masjid untuk pengentasan kemiskinan tersebut belum dikelola secara professional, trasparan, akuntabel, jujur dan penuh keikhlasan.10 Jikalau potensi ekonomi dari masjid dapat dikelola dengan manajemen professional dan transparan maka ada beberapa keuntungan yang dapat diraih. Pertama, potensi ekonomi masjid dapat mengurangi beban pemerintah, Karena ikut berpartisipasi dalam program pemerintah untuk mengurangi jumlah masyarakat yang miskin. Kedua, potensi ekonomi masjid bias mengurangi ketergantungan dana dari pihak asing, terutama pinjaman luar negri untuk penanggulangan kemiskinan. Ketiga, potesi tersebut dapat membangun kemandirian ekonomi umat.11 Gerakan pemberdayaan ekonomi masjid dapat juga dimaknai sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Kegiatan pemberdayaan ekonomi berbasis masjid, seperti baitul mal, unit pelayanan
9
Saifullah Yusuf, ”Masjid Basis Pengentasan Kemiskinan”, Republika. 5 Januari 2007. Muhtadi, “Pemberdayaan Masjid untuk Pengentasan Kemiskinan”, Republika. 27 September 2007. 11 Ibid. 10
zakat, infak dan sedekah.12 Jadi, masjid menyimpan potensi umat yang besar. Jika digerakan secara optimal,akan meningkatkan kesejahteraan umat, minimal bagi jamaah masjid itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka topik ini jadi menarik dibahas, alasan inilah yang mendorong penulis untuk mengajukan penulisan skripsi dengan judul : Masjid Sebagai Sentral Pemberdayaan Ekonomi Umat.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Mengingat banyaknya jumlah masjid di Indonesia, maka penulis mengambil pada masjid Ittihadul-Muhajirin Pamulang. Agar pembahasan ini tidak meluas maka penulis hanya membatasinya permasalahan hanya pada fungsi masjid terhadap perberdayaan ekonomi umat. 2. Perumusan Permasalahan Ketika wacana pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid bergulir dimasyarakat dan banyak masjid-masjid merealisasikan di lapangan maka penulis merasa tertarik meneliti apakah wacana ini benar-benar telah direalisasikan sesuai dengan fungsi masjid pada jaman Rasulallah (khususnya dalam bidang ekonomi) dan apakah telah mencapai tujuan yang
12
Saifullah Yusuf, “Masjid Basis Pengentasan Kemiskinan”, Republika . 5 Januari 2007
dikehendaki. Maka dengan ini penulis melakukan penelitian dengan objek program pemberdayaan ekonomi umat masjid Ittihadul Muhajirin, dimana masjid ini telah menjalankan program ini sekitar 7 tahun. Dalam melakukan penelitian penulis menitik beratkan pada program yang dimiliki, respon masyarakat, kendala dan solusinya serta hasil yang diperoleh oleh masyarakat setelah mengakses program tersebut. Untuk merealisasikan batasan masalah yang dikemukakan diatas maka penulis mencoba merumuskan masalah untuk memudahkan pembahasan selanjutnya, adapun rumusannya adalah sebagai berikut : a.
Bagaimana peran masjid Ittihadul Muhajirin terhadap pemberdayaan ekonomi umat?
b.
Program apa yang direalisasikan masjid Ittihadul Muhajirin dalam pemberdayaan ekonomi umat?
c.
Apa saja kendala yang dihadapi masjid Ittihadul Muhajirin dalam pemberdayaan ekonomi umat dan bagaimana penyelesaiannya?
d.
Bagaimana respon masyarakat sekitar masjid Ittihadul Muhajirin terhadap kegiatan ekonomi yang dijalankan masjid?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Untuk mengetahui pengaruh masjid terhadap pemberdayaan ekonomi umat
b.
Untuk mengetahui program masjid dalam pemberdayaan ekonomi umat
c.
Untuk memahami kendala yang sering dihadapi masjid Ittihadul Muhajirin dalam pemberdayaan ekonomi umat
d.
Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam meraih tugas kesarjanaan strata 1 (S1) pada program studi perbankan syariah (ekonomi islam) jurusan muamalat fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian a.
Bagi penulis sendiri bermanfaat sebagai penambah wawasan, menerapkan dan mngembangkan seluruh teori ilmu yang telah diperoleh semasa perkuliahan serta mendapat pengetahuan dan ketrampilan yang aplikatif dibidang lembaga perekonomian umat (LPU) khususnya pemberdayaan ekonomi umat lewat masjid.
b.
Bagi pihak DKM (dewan kehormatann masjid) masjid Ittihadul Muhajirin, sebagai pertimbangan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan program yang telah dilaksanakan dalam bidang pemberdayaan ekonomi.
c.
Bagi dunia pustaka, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karyakarya penelitian lapangan.
d. Memberikan informasi mengenai fungsi masjid terhadap pemberdayaan ekonomi. D.
Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di masjid al-Ittihadul Muhajirin Perumahan Reni Jaya Pamulang Tangerang. 2. Sumber Data a. Data primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, melalui kuesioner dan wawancara kepada DKM atau pengurus masjid Ittihadul Muhajirin yang berkaitan dengan masalah skripsi ini. b. Data sekunder Adalah data yang diperoleh dari sumber data dokumentasi yang dikeluarkan pihak masjid Ittihadul Muhajirin dan literature kepustakaan seperti buku-buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah jamaah masjid Ittihadul Muhajirin sebanyak 520 orang.13 Jumlah ini diambil dari jumlah data jamaah pengajian bapak-bapak, ibu-ibu dan remaja, dan dari kegiatan masjid lainnya seperti jumlah anggota koperasi. b. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu dan meliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa melalui populasi. Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 52 orang. Adapun penarikan sampelnya dilakukan dengan cara random sampling (pengambilan sampel secara acak) atau probabilitas sampling artinya semua unit populasi mempunyai kesempatankesempatan untuk dijadikan sampel atau suatu sampel yang ditarik sedemikian rupa dimana suatu elemen (unsur) individu populasi, tidak didasarkan pada kepentingan pribadi, tetapi tergantung kepada aplikasi kemungkinan. Dalam hal ini penulis berpedoman pada buku prosedur penelitian karangan Suharsimi Arikunto, yang menyebutkan :”sebagai ancer-ancer dalam pengambilan sampel, maka apabila subyeknya kurang dari 100,
13
Sumber DKM masjid Ittihadul Muhajirin, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga(AD/ART) masjid
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih, tergantung setidaktidaknya.14 1) Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana 2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap obyek 3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti 4. Tehnik Pengumpulan Data Adapun instrument pengumpulan data yang digunakan adalah: a.
Angket atau kuesioner, yaitu merupakan suatu cara pengumpulan data dalam bentuk daftar pertanyaan terstruktur (tertutup), agar objek dapat memberikan jawaban yang telah disediakan, hal ini digunakan oleh penulis untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan efektif sesuai dengan tujuan penelitian.
b.
Wawancara, hal ini penulis lakukan untuk menggali data penelitian melalui percakapan langsung dengan pihak terkait, yaitu pihak pengurus masjid Ittihadul Muhajirin.
c.
Riset kepustakaan, yaitu suatu teknik pengumpulan data diman penulis melakukan kunjungan langsung ke beberapa kepustakaan
14
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) Ed revisi cet ke-2, h. 112
untuk mendapatkan beberapa sumber tertulis, baik dari buku-buku, kitab-kitab dan sumber tertilis lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang dibahas. 5. Teknik Analisa Data Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara, angket dan kepustakaan diseleksi dan disusun, setelah itu penulis melakukan klasifikasi data, yaitu usaha menggolonggolongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah data-data yang ada diklasifikasikan lalu diadakan analisis data, dalam hal ini data yang dikumpulkan penulis adalah data kualitatif kemudian diolah menjadi data kuantitatif maka teknik yang digunakan adalah metode analisa statistik deskriptif yang akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel.
Data-data yang terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima, kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing. Kemudian data-data tersebut ditabulasi, yakni disusun ke dalam bentuk tabel dengan menggunakan statistik persentase sebagai berikut : P = F/N X 100% Keterangan : P : besarnya persentase F : frekuensi (jumlah jawaban responden) N : jumlah responden 6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”. E.
Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi yang merupakan laporan hasil penelitian, terdiri atas: BAB I PENDAHULUAN, bab ini sebagai pengantar untuk menuju pendiskripsian isi skripsi kemudian pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian, sistematika penulisan dan daftar pustaka. BAB II KAJIAN menguraikan
TEORI
tentang
PEMBERDAYAAN
pengertian
EKONOMI,
pembnerdayaan
bab
ekonomi,
ini
tujuan
pemberdayaan ekonomi, langkah-langkah strategis pemberdayaan ekonomi dan peranan pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi umat. BAB III GAMBARAN UMUM MASJID ITTIHADUL MUHAJIRIN, dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian masjid, sejarah pendirian masjid dan perkembangannya, serta fungsi dan tujuan didirikannya masjid. BAB IV ANALISA MASJID SEBAGAI SENTRAL PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT, dalam bab ini penulis menulis tentang bahasan pokok dari skripsi yaitu, sasaran program pemberdayaan ekonomi, jenis usaha yang dijalankan
masjid,
permasalahan
yang
sering
dihadapi
dan
solusi
permasalahan, respon dan harapan masyarakat. BAB V PENUTUP, dalam bab terakhir ini membuat kesimpulan dari uraianuraian juga penjelasan yang sudah disajikan pada bab-bab terdahulu dan untuk selanjutnya memberikan saran-saran yang sekiranya berguna dan bermanfaat bagi masjid.
BAB II KAJIAN TEORI PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT A.
Pengertian dan Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Umat Bagi masyarakat Indonesia Konsep Pemberdayaan menjadi sangat penting terutama karena memberikan perspektif positif terhadap orang miskin, hal ini dikarenakan jumlah penduduk miskin pada tahun 2002 mencapai 35,7 juta jiwa dan 15,6 juta jiwa (43%) diantaranya
masuk
kategori
fakir
miskin.
Secara
keseluruhan,
prosentase penduduk miskin dan fakir miskin terhadap total penduduk Indonesia adalah sekira 17,6 persen dan 7,7 persen. Ini berarti bahwa secara rata-rata jika ada 100 orang Indonesia berkumpul, sebanyak 18 orang diantaranya adalah orang miskin, yang terdiri dari 10 orang bukan fakir miskin dan 8 orang fakir miskin15. Maka tidak heran kenapa konsep pemberdayaan menjadi sangat penting, karena orang miskin tidak dipandang sebagai orang yang serba kekurangan (misalnya, kurang makan, kurang pendapatan, kurang sehat, kurang dinamis) dan objek pasif penerima pelayanan belaka. Melainkan sebagai orang yang memiliki beragam kemampuan yang dapat dimobilisasi untuk perbaikan hidupnya16.
15 16
Lily Bariady dkk. Zakat dan Wirausaha, (Jakarta, CED) cet-1h. 50 Ibid, h. 51
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat Ada banyak pengertian tentang pemberdayaan, namun dari segi bahasa, pemberdayaan berasal dari kata inggris yaitu empowerment, berasal dari kata power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari kata latin atau yunani yang berarti didalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia17. Sedangkan
dalam
kamus
umum
bahasa
Indonesia
pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti tenaga atau kekuatan, pemberdayaan adalah upaya membangun sumber daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.
Juga
bisa
diartikan
sebagai
upaya
pendayagunaan pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang sempurna18. Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi,
17 18
pemanfaatan
sebaik-baiknya
dengan
hasil
yang
Ibid, h. 53 Badudu-Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Sinar Harapan, 1997) h.317
memuaskan, ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan
memilih
sesuatu
yang
bermanfaat
bagi
dirinya19.
Pemberdayaan juga berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat dalam kondisi yang kurang mampu
melepaskan
diri
dari
perangkap
kemiskinan
dan
keterbelakangan, dengan kata lain adalah memampukan dan memandirikan masyarakat20. Sedangkan menurut Ife yang dikutip dari buku Lili Bariadi “Zakat dan Wirausaha”Cet-1 h.54, menjelaskan bahwa Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak, menurut Swift dan Levin Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial, menurut Rappaport Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya dan menurut Parson yang mempengaruhi kehidupannya Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi
pengontrolan
kejadian-kejadian
19 20
serta
atas,
dan
mempengaruhi
lembaga-lembaga.
terhadap,
Pemberdayaan
Lili, Zakat dan Wirausaha, h. 53 Mubyarto, Membengun Sistem Ekonomi, (Yogyakarta, BPFE, 2000) Cet ke-1 h.263
menekankan
bahwa
orang
memperoleh
keterampilan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya
dan
kehidupan
orang
lain
yang
menjadi
perhatiannya21
Dengan demikian konsep keberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab yang semakin efektif secara struktural dalam bidang politik, sosial, budaya dan ekonomi baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional maupun internasional. Ada beberapa pengertian mengenai ekonomi umat. Pertama,
ekonomi
umat
identik
dengan
ekonomi
pribumi
Indonesia yang jumlahnya 97% dari jumlah penduduk Indonesia, sedangkan umat Islam sendiri 87% dari total jumlah penduduk. Konsekuensi
dari
pembengunan
pengertian
nasional
yang
ini
adalah
merata
jika
secara
dilakukan
vertikal
dan
horizontal maka hal ini berarti juga pembangunan ekonomi umat islam22.
21
Bariadi, Zakat dan Wirausaha, h. 54
22
M. Darmawan Raharjo, Islam dan Transpormasi Sosial Ekonomi, (Yogyakarta, Pelajar Pustaka,1999) Cet-1 h. 355
Kedua, yang dimaksud ekonomi umat adalah sektor-sektor yang dikuasai oleh muslim santri23, batasan ini memiliki batasan sendiri karena sulit membedakan mana yang santri mana yang abangan. Indikator ini sering digunakan untuk melihat sektor ekonomi umat, kita bisa melihat pada UKM-UKM yang dikelola oleh Muhamadiyah, NU, PERSIS dan lain-lainnya. Ketiga, ekonomi umat adalah badan-badan yang dibentuk dan dikelola oleh gerakan Islam24. Keempat, arti ekonomi umat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan25. Kelima, menurut Muslim Nasution definisi ekonomi umat adalah suatu sistem ekonomi partisifatif yang memberikan akses fair dan adil bagi seluruh masyarakat didalam proses produksi dan distribusi serta konsumsi nasional tanpa harus mengorbankan fungsi sumber daya alam dan lingkungan sebagai sistem pendukung kehidupan masyarakat secara berkelanjutan26.
23
Ibid h. 369 Ibid h. 370 25 Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman sosial, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1999) Cet ke-1 h. 66 26 Ibid, h. 43 24
Berdasarkan definisi tersebut, maka secara operasional dapat dijabarkan bahwa ekonomi umat pada
dasarnya
merupakan
kegiatan ekonomi yang bertumpu pada sektor riil yang mampu menyerap potensi sumber daya yang ada dan tersedia di masyarakat setempat secara swadaya dan hasilnya ditujukan untuk kemakmuran seluruh anggota masyarakat bukan untuk orang atau golongan tertentu. Setidaknya ekonomi umat yang dituju
memiliki
ciri sebagai
berikut27: pertama, pembengunan ekonomi yang partisifatif dan menempatkan ekonomi umat pada posisi yang lebih besar serta memberi
peluang
pemihakan
pada
seluas-luasnya pelaku
ekonomi
dan
didukung
umat
menggulirkan keseimbangan peran antara
dengan
sehingga
dapat
pelaku ekonomi di
masa depan. Kedua, penyebaran dan perluasan kepemilkian asset ekonomi produktif ketangan rakyat agar dapat dimiliki oleh
sebagian
besar rakyat. Ketiga, penguatan sumber pembiayaan hingga terwujud ekonomi kesetaraan dan pengembangan secara total bagi
27
M Azir Dainy Tara, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (jakarta, Nuansa Madani, 2001) cet-1 h. 3
pengusaha kecil, menengah dan koperasi yang mempunyai potensi. Keempat,
menyebarkan
kesempatan
berusaha
kepada
ekonomi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), yang dalam proses kelanjutan proses produksinya dapat menciptan inovasi, kreativitas, produktivitas dan penerapan tekhnologinya dari yang paling sederhana hingga penciptaan nilai tambah yang berarti dan berdaya saing kuat. Kelima, kemandiirian ekonomi yang kokoh dan tangguh serta mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber dana atau pinjaman dana produk, barang modal hingga bantuan luar negeri. Keenam, upaya kemitraan, kabersamaan, kekompakan serta kesetiakawanan antara pelaku ekonomi untuk penguatan dan penajaman daya saing dalam menyongsong era globalisasi ekonomi. Ketujuh, kebijaksanaan industri pemerintahan
lebih menitik
beratkan pada pengembangan dan kekuatan industri rakyat yang saling mempunyai keterkaitan dan ketergantungan dengan industri besar, dimana kekuatan industri rakyat ditempatkan pada posisi sentral dalam sekala usaha nasional.
Kedelapan,
kebijakan
pengembangan
industri
dapat
beriringan dari kawasan sekitar perkotaan dengan daerah pedesaan yang berbasis pada sumber daya daerah yang bersangkutan untuk semua sektor ekonomi potensial yang adasehingga dapat memperkuat kegiatan usaha ekonomi rakyat disegala kawasan dan daerah. Kesembilan, kebijakan dan ketenaga kerjaan yang dinamis, berorientasi pada pengembangan kewirausahaan yang tangguh dan berpihak pada rakyat banyak, terutama dalam mengelola tenaga kerja yang tinggi sehingga dapat melahirkan tenaga kerja yang
tahan
banting,
yang
bermental
serta
bersemangat
wirausaha, yang pada gilirannya akan melahirkan usahawan yang akan menggerakan dan mengendalikan ekonomi rakyat. Kesepuluh,
kedudukan
ekonomi
rakyat
pada
akhirnya
meupakan salah satu kancah berwirausaha dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang luar biasa banyaknya sehingga dapat memberikan manfaat secara luas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Jadi
bila
dilihat
dari
penjelasan
diatas
dapat
diambil
kesimpulan bahwa definisi pemberdayaan ekonomi umat adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan ekonomi pribumi dalam masyarakat, terlebih lagi individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagi tujuan, maka pemberdayaan ekonomi umat menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan perekonomian yaitu masyarakat pribumi yang miskin, sehingga dapat
berdaya,
memiliki
kekuasaan
atau
mempunyai
pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan
diri, mampu
menyampaikan
aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial,
dan
mandiri
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
kehidupannya. 2.
Tujuan pemberdayaan ekonomi umat Tujuan dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi lebih mandiri. Dimana kemandirian tersebut
meliputi
kemandirian
berpikir,
bertindak,
dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah suatu kondisi yang dialami masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan
masalah-masalah
yang
dihadapi
dengan
mempergunakan daya kemampuan yang terdiri kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Kondisi kognitif adalah kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu perilaku yang terbentuk yang diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan. Kondisi afektif adalah sense yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan untuk diintervensi dalam mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kondisi psikomotorik merupakan kecakapan ketrampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan pembangunan28. Terjadinya keberdayaan dalam empat aspek tersebut akan memberikan
kontribusi
pada
tercapainya
kemandirian
masyarakat yang dicita-citakan. Karena dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan, yang dilengkapi dengan kecakapan ketrampilan, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhannya tersebut.
28
“Pemberdayaan Masyarakat” diakses tanggal 12 Maret 2006 http//www.Replubika.co.id,
Pemberdayaan ekonomi umat mengandung tiga misi, yaitu29 : pertama,
misi
pembangunan
ekonomi
dan
bisnis
yang
berpedoman pada ukuran-ukuran ekonomi bisnis yang lazim dan bersifat universal, misalnya faktor-faktor produksi, lapangan kerja, laba, tabungan, investasi, ekspor-impor dan kelangsungan usaha. Kedua, etika dan ketentuan hukum syari’ah yang harus menjadi ciri kegiatan ekonomi umat Islam. Ketiga, membangun kekuatan ekonomi umat Islam sehingga menjadi sumber dana pendukung dakwah Islam yang dapat ditarik melalui zakat, infak, shodaqoh dan wakaf sehingga menjadi bagian dari pilar perekonomian umat Islam. Dalam mencapai misi pertama yang menjadi pelaku bisnis tentu saja umat Islam dan nilai-nilai budaya kaum muslimin bisa mempengaruhi jenis komoditi baik barang dan jasa yang memenuhi kriteria halalan wa thayiban, yakni barang dan jasa yang halal menurut syariah Islam yang memenuhi kualitas tertentu. Bagaimana barang dan jasa itu diproduksi, diperdagangkan dan dikonsumsi tergantung pada faktor-faktor utama, yaitu kualitas sumber daya manusia dan tingkat perkembangan pendidikan
29
Ibid
dan ilmu pengetahuan serta teknologi umat Islam yang tidak bisa dilepaskan dari kondisi Indonesia secara keseluruhan. Aspek kedua, etika dan syariah yang merupakan ciri khas persoalan ekonomi bisnis dalam pandangan Islam, kaum muslimin harus berbisnis berdasarkan etika, misalkan tidak boleh menimbun barang ketika masyarakat kelangkaan akan barang-barang dengan maksud untuk mencari keuntungan.30 Pemberdayaan ekonomi umat tidak terlepas dari pemberdayaan ekonomi masyarakat keseluruhan. Dalam hal ini pemberdayaan ekonomi umat dapat dilihat dari dua sisi, pertama, menciptakan suasana
iklim
yang
memungkinkan
potensi
masyarakat
berkembang, hal ini juga berarti pemberdayaan umat bukan membuat umat menjadi tergantung pada berbagai program pemberian (charity), tapi tujuannya adalah memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik serta berkesinambungan. Kedua, memperkuat penguatan
potensi ini
atau
daya
memerlukan
yang
langkah
dimiliki nyata,
oleh antara
umat, lain
menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities), pemberdayaan
30
Ibid
ini meliputi upaya pokok seperti peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan serta akses ke dalam sumber-sumber ekonomi. B.
Langkah-langkah strategis Pemberdayaan ekonomi Dalam memberdayakan ekonomi umat tentu ada langkahlangkah strategis agar semua yang diupayakan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Beberapa langkah dalam pemberdayaan ekonomi diantaranya: Pertama, peningkatan akses seluruh umat ke dalam akses produksi yaitu harus ada permodalan pada saat diperlukan dan dalam jangkauan untuk memanfaatkannya. Kedua, teknologi yang aplikasinya dapat meningkatkan produktifitas dan segera
member
hasil
berupa
peningkatan
pendapatan
serta
informasi sebagai syarat bagi umat untuk mempunyai akses dalam proses pembangunan. Ketiga, meningkatkan pelayanan pendidikan dan
kesehatan
dalam
meningkatkan
sumber
daya
manusia.
Keempat, penguatan industry berbasis pertanian (agro based industry),
proses
industry
mengarah
kepedesaan
dalam
memanfaatkan potensi setempat (resource based) yang umumnya agro industry. Kelima,
menciptakan dan merangsang tumbuhnya
tenaga kerja mandiri dan jiwa wirausaha. Keenam, mengembangkan dan
menegakan
perangkat
kelembagaan
(institusi)
termasuk
peraturan perundang-undangan untuk kepentingan umat secara konsekuen.
Selain keenam langkah tersebut perlu adanya identifikasi kelemahan sekaligus jalan keluar, yakni dengan cara menggerakan ekonomi umat setidaknya melalui : Pertama, system informasi yang handal dan mencakup daerah yang luas. Hal ini perlu agar tidak ada disparitas
informasi
yang
bisa
dimasuki
spekulan
yang
tidak
bertanggung jawab. Kedua, aksesbilitas modal. Biasanya ini yang jadi masalah atau kendala utama bagi para pengusaha mikro. Ketiga, infrastruktur baik hardware maupun software. Selanjutnya pemberdayaan dapat dilakukan melalui beberapa tahap,
tahap – tahap yang harus dilalui tersebut adalah sebagai
berikut31: 1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kesadaran tinggi. 2.
Tahap
transformasi
pengetahuan,
kemampuan
berupa
wawasan
kecakapan-ketrampilan agar terbuka
wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran didalam pembangunan.
31
“Tahapan pemberdayaan Masyarakat”, diakses tanggal 8 Agustus 2007 http//www.Replubika.co.id
3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapanketrampilan
sehingga
terbentuklah
inisiatif
dan
kemampuan inlovatif untuk mengantarkan kemandirian. Tahap pertama merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini pihak pemberdaya berusaha
menciptakan
berlangsungnya
proses
prakondisi,
supaya
pemberdayaan
dapat
yang
memfasilitasi
efektif.
Dengan
demikian akan tumbuh kesadaran akan kondisinya saat itu, dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Pada tahap kedua masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-ketrampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Sehingga akan bertambah wawasan dan kecakapan-ketrampilan dasar yang mereka butuhkan. Tahap ketiga adalah tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan ketrampilan yang diperlukan, agar mereka
dapat
membentuk kemampuan
kemandirian. Apabila
masyarakat telah mencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri malakukan pembangunan.
Dalam proses pemberdayaan ini terdapat macam-macam bentuk dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi yang bisa kita kembangkan pada saat ini, antara lain adalah :32 1
Pelatihan Wirausaha Melalui
pelatihan
ini,
setiap
peserta
diberikan
pemahaman terhadap konsep-konsep kewirausahaan, dengan segala macam seluk beluk permasalahan yang ada di dalamnya. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan wawasan yang lebih menyeluruh dan actual sehingga dapat menumbuhkan motivasi terhadap peserta yang nantinya diharapkan peserta memiliki pengetahuan teoritis dan penguasaan teknik kewirausahaan dalam berbagai bidang. 2
Pemagangan dan Pelatihan Yang dimaksud pemagangan disini adalah pemagangan peserta oleh perusahaan yang berkaitan dengan rencana usaha yang akan dijalaninya kelak, pemagangan sangat perlu mengingat suasana dan realitas usaha mempunyai karakteristik khas, yang berbeda dengan dunia pendidikan atau kegiatan lain diluar usaha. Tanpa pengenalan
32
Ibid
terhadap realitas usaha secara intens dan empiric, akan menyulitkan seseorang melalui usahanya. 3
Permodalan Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor penting dalam pemberdayaan ekonomi, tetapi bukan yang utama. Oleh karena
itu
lembaga-lembaga
permodalan
diharapkan
mampu
memfasilitasi masyarakat dalam hal pendanaan, dikarenakan hal itu dapat memacu dan menjadikan masyarakat yang hendak diberdayakan memperaktekan apa-apa yang pernah dipelajari, sehingga tujuan program pemberdayaan yang hendak dicapai terpenuhi. C.
Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat Ekonomi
rakyat
atau
umat
pada
dasarnya
merupakan
kegiatan ekonomi yang bertumpu pada sektor riil, yang mampu menyerap potensi dan sumber daya yang ada dan tersedia dimasyarakat setempat secara swadaya, yang hasilnya ditujukan untuk kemakmuran
seluruh anggota masyarakat bukan untuk
perorangan atau kelompok. Dalam konsep ekonomi kerakyatan atau ekonomi umat tidak dikenal adanya pemusatan kekuasaan sumber daya alam maupun hasil-hasilnya, sehingga menimbulkan eksploitasi yang tidak adil, seperti yang ada pada konsep konglomerasi. Semua bentuk usaha yang ada di Negara kita, seperti CV, PT atau perusahaan
perorangan,
dapat
berperan
aktif
dalam
kegiatan
ekonomi
kerakyatan. Oleh karena itu, pemerintah kita saat ini sedang dituntut untuk lebih cerdas lagi dalam menjalankan roda perekonomian negara dan dalam mencari sumber dana kredit untuk usaha kecil dan menengah. Pembenahan harus segera dilakukan, karena pemerintah mempunyai fungsi yang paling strategis dalam pengembangan sektor riil. Perjalanan ekonomi umat saat ini memang bisa dibilang berjalan
mandiri,
pemerintah
berperan
masih
sangat
sedikit.
Pembenahan sektor riil ini butuh keseriusan, integritas dan agenda yang jelas, setidaknya ada beberapa masalah yang harus dibenahi saat ini :33 1. Melakukan pembinaan dan pendampingan Kondisi internal UKM dengan struktur organisasi yang tidak jelas, manajemen yang lemah, tehnik pemasaran, tehnologi, design dan inovasi yang masih dinilai kurang harus segera dibenahi oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah. Pembenahan ini dapat dilakukan melalui pelatihan ataupun pendidikan yang mengikut sertakan pengusaha kecil dan menengah.
2
33
Menciptakan iklim usaha yang kondusif
“Restrukturisasi Kredit UKM”, diakses tanggal 11 April 2007 http//www.Republika.co.id
Iklim usaha yang kondusif sangat mendukung ketenangan pengusaha dalam menjalankan produksinya. Pemerintah khususnya pemerintah daerah harus membuat aturan serta transparan, mengatur perizinan yang mudah dan murah, mengurangi pajak-pajak yang mengikat, menindak tegas pengusaha-pengusaha yang nakal, mencegah praktek monopoli, memberikan kemudahan bagi usaha kecil dan menengah (UKM) untuk membuat sertifikat asset, sertifikat ini bermanfaat untuk jaminan hutang perbankan. 3
Menciptakan peluang dan mempromosikan produk Dengan diadakannya pameran, promosi produk di dalam maupun di luar negri dan program swadesi akan menciptakan peluang baru bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), ditambah lagi dengan dibangunnya hypermarket-hipermatket UKM, ini menjadi dorongan tersendiri bagi UKM.
4
Akses permodalan Para pengusaha UKM rata-rata tidak keberatan dengan bunga yang diberlakukan selama tidak dipersulit. Pemerintah juga harus membuat strategi baru agar bantuan-bantuan yang disalurkan tidak mengalami kebocoran. Bantuan juga harus diperketat hanya untuk produksi dan usaha mikro kecil dan menengah bukan konglomerat.
5
Restrukturisasi hutang UKM Dalam usaha memberdayakan ekonomi kerakyatan ada 2 macam cara yang selama ini diusahakan pelopor pemberdayaan ekonomi umat, yakni:
a. Melalui lembaga keuangan alternatif yang dapat menjangkau seluruh pedesaan secara memadai dan mampu memberikan pelayanan untuk produk jasanya berupa simpan pinjam yang kompetibel dengan kondisi social cultural pedesaan melalui pengadaan Baitul Mal wat Tamwil (BMT) di wilayah pedesaan. b
Konsep yang berusaha dihadirkan di desa merupakan konsep pengelolaan dana ditingkat komunitas yang sebenarnya searah dengan konsep otonomi daerah yang bertumpu pada pengelolaan sumber daya ditingkat perintah terendah yakni pedesaan.
D. Masjid dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Masjid Kata masjid berasal dari bahasa arab, masjid secara etimologis berarti tempat sujud. Jika dilihat dari segi harfiah, kata pokonya: sujudan, fi’il madinya sajada. Fi’il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan ini menyebabkan perubahan bentuk dari sajada menjadi masjidu, masjid.34 Sedangkan secara terminologis, masjid adalah tempat melakukan ibadah dalam makna luas.35
h.118
34
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1986),
35
Ahmad Yani, dkk, Panduan Mengelola Masjid (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), h.3
Adapun klasifikasi masjid berdasarkan jenis dan karakteristiknya adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenisnya 1)
Masjid Besar Adalah masjid yang terletak disuatu daerah dimana jamaahnya bukan hanya dari kawasan itu saja, tetapi bagi siapa saja yang berada dan bekerja disekitar lokasi. Masjid dengan karateristik ini biasanya dibangun oleh pemerintah, dan masyarakat disekitarnya sangat dikontrol oleh pemerintah begitu juga dengan pengurusan dan pendanaannya bisa disamakan dengan masjid negara.
2)
Masjid Elit Masjid ini terletak didaerah elit, jamaahnya golongan di kawasan tertentu termasuk pengurusnya, karna masjid ini memiliki potensi sangat besar.
3)
Masjid Kota Masjid ini terletak di kota-kota, jamaah pada umumnya terdiri dari golongan menengah dan atas.
4)
Masjid Kampus Jamaahnya sudah tentu terdiri dari para intelektual yang aktifitasnya sangat padat dan lebih cenderung pada wawasn dan keilmuan disamping kesejahteraan umat.
5)
Masjid Organisasi
Masjid untuk jamaah yang homogen yang diikat oleh kesamaan organisasi dan kecenderungan pemahaman tentang ajaran agama, masjid ini dikelola oleh organisasi masjid secara otonomi. 6)
Masjid Desa Masjid ini berdiam disekitar masjid, masalah dana sangat kurang, kwalitas pengurus sangat rendah dan potensi konflik cukup besar. Tetapi apabila kita lihat dari karakteristik dan stratifikasinya, masjid terbagi menjadi36 : a.
Tipe A Yang termasuk tipe ini adalah masjid Negara (masjid besar dalam penjelasan diatas) dan masjid Propinsi (masjid Agung). Fasilitas pengembangan meliputi; (a) kantor-kantor organisasi ulama dan organisasi masjid tingkat wilayah, seperti; MUI, KODI, DMI dan remaja masjid. (b) ruang pertemuan (c) ruang rapat (d) ruang kegiatan perekonomian, meliputi; koperasi, mini market, bisnis club, BMT dan bank syariah. (e) wisma pengurus/imam (f) balai pendidikan (g) balai kesehatan. Di Indonesia masjid Negara direfresentasikan oleh masjid Istiqlal Jakarta.
b.
Tipe B (Masjid Kabupaten (masjid raya dan masjid agung))
c.
Tipe C (Masjid besar, tingkat kecamatan dan kelurahan) Fasilitas yang harus dikembangkan adalah; (a) kantor-kantor organisasi ulama tingkat kecamatan dan kelurahan, (b) ruang
36
Sofyan Syafri Harahap, Pedoman Manajemen Masjid,(Jakarta: Pustaka Quantum Prima, 2000) h. 84
pertemuan (c)ruang kursus (d) ruang kegiatan perekonomian seperti; BPRS dan koperasi (e) balai pendidikan dan poliklinik. d.
Tipe D (Masjid kecil (masjid lingkungan RW dan RT)) Fasilitas standar yang harus dimiliki masjid adalah; (a) ruangan ibadah (b) kantor masjid (c) tempat wudhu (d) WC/kamar mandi/Urinior.
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil garis besarnya bahwa masjid yang disebut layak dan ideal adalah apabila masjid tersebut telah memenuhi standarisasi seperti yang telah termaktub diatas. Sekalipun memang tidak dapat dipungkiri masih banyak masjid di Indonesia yang jauh dari standar diatas, namun bila saja sebuah masjid hanya memiliki satu ruangan saja yang digunakan untuk tempat beribadah tanpa ruangan-ruangan pendukung lainnya, maka sah saja bangunan itu disebut masjid, karena pada hakikatnya masjid adalah tempat beribadah. 2. Fungsi dan Tujuan Didirikannya Masjid Masjid mempunyai fungsi utama sebagai tempat umat muslim bersujud kepada Allah SWT, sedangkan bangunan masjid yang didirikan
umat
muslim
bertujuan
untuk
melaksanakan
shalat
berjamaah dan berbagai keperluan lainnya yang terkait dengan kemaslahatan umat serta mempunyai tujuan untuk meningkatkan solidaritas dan silaturahmi diantara sesama kaum muslim.
Disamping itu, jika kita lihat kembali pada zaman Rasulullah dan masa-masa kejayaan islam, masjid bukan hanya menjadi tempat shalat, tetapi menjadi tempat kegiatan kaum muslim. Diantaranya kegiatan dibidang pemerintahan, yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, social, peradilan dan kemiliteran, dibahas dan dipecahkan dilembaga masjid. Masjid pada saat itu, berfungsi pula sebagai pusat pengembangan kebudayaan islam, juga sebagai tempat halaqah atau diskusi, mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu agama secara khusus serta pengetahuan umum secara luas. Pada saat ini, banyak masjid dibangun setiap tahunnya, baik oleh masyarakat
secara
bersama-sama,
organisasi-organisasi,
kemasyarakatan, serta oleh pemerintah sendiri. Bangunan masjid tersebut, banyak yang mempunyai arsitek yang indah dan megah dengan kontruksi yang sangat mahal. Namun terkadang disayangkan keindahan dan kemegahan
bangunan masjid yang tersebar
diseluruh penjuru negri tidak menunjukan tingkat kesejahteraan bagi para
jemaahnya,
bahkan
yang
lebih
ironisnya
untuk
biaya
pemeliharaan masjid tersebut seringkali dilakukan dengan cara meminta-minta dipinggir jalan, sehingga menurunkan citra umat islam secara keseluruhan. Padahal, jika masjid kita artikan hanya sebagai tempat sujud semata, tentulah bangunan khusus fisik masjid tidak diperlukan karena pada dasarnya semua bumi Allah adalah tempat
sujud. Shalat bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kantor, dilapangan terbuka, asalkan bukan di tempat-tempat terlarang seperti diatas kuburan.37 Menurut mubaligh ibu kota KH. Anwar Sanusi, “Kalau masjid diperuntukkan hanya untuk shalat, umat islam bisa shalat dimana saja. Sebab bumi Allah itu semuanya adalah masjid. Umar bin Khatab waktu masuk Palestina, disebelah gereja dia melakukan ibadah shalat. Jadi shalat umat Islam dapat dilakukan dimanapun yang dianggap tidak halangan sama sekali,” ujarnya.38 Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan tentang sujud kepada Allah dapat dilakukan di seluruh permukaan bumi yang tidak terikat pada tempat, karna seluruh permukaan bumi ini adalah tempat bagi kaum muslim untuk sujud kepada allah. Dalam hal ini yang dimaksud Rasulullah SAW masjid sebagai tempat sujud bukan seperti dalam pengertian fisik sekarang ini melainkan tempat sujud segala kebenaran. Karena itu mestinya umat Islam diharapkan dapat membangun koperasi di masjid, tempat musyawarah di masjid, idarah di masjid, bahkan membicarakan tentang kemakmuran masyarakat juga di masjid. Dalam muktamar
37
Ibid Anwar Sanusi, “Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat” artikel diakses pada tanggal 14 maret 2008 dari http://www.kabarindonesia.com/ 38
“Risatul Masjid” pada tahun 1975 di Makkah, disepakati bahwa masjid dikatakan berperan dengan baik jika memiliki:39 a. Ruang shalat yang memenuhi persyaratan kesehatan b. Ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan pria, baik digunakan untuk shalat maupun untuk membina keterampilan mereka c. Ruang pertemuan dan perpustakaan d. Ruang poliklinik dan ruang “perawatan “ jenazah e. Ruang bermain, berolah raga dan berlatih bagi remaja Namun apabila kita kaji secara lebih dalam, sebenarnya sangat banyak fungsi masjid yang dapat dikembangkan untuk mengangkat harkat umat islam. Fungsi-fungsi tersebut antara lain: a. Masjid merupakan tempat umat muslim beribadah dan mendekatkan diri pada Allah, b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri’tikaf, membersihkan diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin/keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta kebutuhan pribadi, c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat, 39
“Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat” artikel diakses pada tanggal 14 maret 2008 dari http://www.kabarindonesia.com/
d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkosultasi, mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan, e. Masjid
adalah
tempat
membina
keutuhan
ikatan
jamaah
dan
kegotongroyongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama, f.
Masjid dengan majlis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin,
g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin umat, h. Masjid tempat pengumpulan dana, menyimpan dan menyalurkannya, i.
Masjid tempat melaksanakn pengaturan dan supervisi sosial.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya fungsi dan tujuan didirikannya masjid bukan hanya untuk tujuan ibadah semata, namun memiliki fungsi yang lebih luas sebagai sentral pengembangan Islam baik dalam bidang sosial, pendidikan maupun ekonomi. Hal ini bukan sebuah pengembangan dari fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah, namun hal ini adalah fungsi-fungsi lain dari masjid, sebagaimana yang Nabi Allah Muhamad SAW lakukan terhadap Masjid Nabawi. Dimana Masjid Nabawi dijadikan Nabi sebagai pusat pergerakan umat Islam selain juga tempat melakukan ritual ibadah. E. Sejarah Berdirinya Masjid
Masjid adalah institusi pertama yang dibangun Rasullah SAW pada periode Madinah. Pendirian masjid pertama bertarikh 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah adalah masjid Quba, terletak di kota Madinah.40 Hal ini juga dijelaskan
dalam perpektif Alquran dan sejarah karna
masjid memiliki kontribusi yang besar dalam menopang perjuangan Rasulullah SAW pada masa-masa awal penyebaran agama Islam, maka bangunan pertama yang dibangun Rasulullah SAW saat hijrah ke Yasrib (yang kini dikenal dengan Madinah) adalah sebuah masjid , yakni masjid Quba. Begitu juga setiba di kota kedua kaum muslimin itu, Rasulullah juga membangun masjid, yang kini popular dengan sebutan Masjid Nabawi al-Syarif. Menurut mubaligh ibu kota KH Anwar Sanusi, masjid adalah bangunan pertama yang didirikan rasulullah SAW begitu hijrah dari Mekah ke Madinah. Masjid tumbuh sebagai pusat budaya dan ibadah.41 Meskipun bangunan-bangunan masjid pada saat itu sangatlah sederhana, seperti Masjid Nabawi di Madinah yang dibangun hanya berupa sebuah tanah berpagar batu bata. Masjid itu terbuka dan dilindungi oleh batang pohon kurma, salah satu serambi digunakan untuk melindungi orang-orang yang sholat agar tidak terkena sinar
40
Ibid Anwar Sanusi, “Fungsi Masjid dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat” artikel diakses pada tanggal 14 maret 2008 dari http://www.kabarindonesia.com/ 41
matahari langsung, dan serambi yang lain merupakan rumah orangorang Mekah yang hijrah bersama Rasullah, dan beliau sendiri tinggal dibangunan sederhana yang bangun berlawanan dengan sisi luar sebelah timur dinding masjid. Barulah setelah beliau wafat orang-orang Islam membangun masjid secara eksklusif sebagai tempat ibadah.
BAB III PROFIL MASJID ITTIHADUL MUHAJIRIN
A. Profil Masjid Ittihadul Muhajirin 1. Gambaran umum Masjid Ittihadul Muhajirin Masjid Ittihadul Muhajirin berdiri pada tahun 1990, berawal dari tuntutan dan saran warga Reni Jaya Baru terhadap developer akan kebutuhan warga atas sarana ibadah, maka pada tahun 1990 berdirilah sebuah masjid dengan bangunan satu lantai yang dinamai Ittihadul Muhajirin, yang berarti persatuan orang-orang yang pindah.42 Tahun 1998 Masjid Ittihadul Muhajirin mengalami kerusakan yang cukup parah, maka untuk memperbaikinya dibentuklah panitia pembangunan
Masjid
Ittihadul
Muhajirin,
yang
perannya
mendapatkan dana dari masyarakat sekitar lingkungan masjid dan juga dari pihak-pihak lainnya, dikarenakan pembangunan masjid bukan hanya merehab tapi membangun ulang secara permanen bangunan masjid menjadi dua tingkat.
42
Wawancara pribadi dengan Drs. H. Khamim, ketua DKM masjid Ittihadul Muhajirin Jakarta 18 Mei 2008
Selain ibadah,
memiliki
masjid
fungsi
Ittihadul
sebagai
Muhajirin
tempat
juga
penyelenggaraan
memiliki
fungsi
sosial,
pendidikan dan ekonomi, hal ini dapat dilihat dari adanya badanbadan otonom dibawah kepengurusan masjid yang bertanggung jawab terhadap Taman Pendidikan al-Quran (TPQ), Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah, Baitul Maal Watamwil (BMT) dan lain-lain.43 Dengan kata lain Masjid Ittihadul Muhajirin berupaya agar mampu menjadi masjid yang memiliki fungsi seperti masjid pada masa-masa awal
Islam,
bukan
hanya
memiliki
fungsi
sebagai
tempat
menyelenggarakan peribadatan saja, namun juga memiliki fungsi sosial, edukasi dan ekonomi. 2. Visi dan Misi Masjid Ittihadul Muhajirin44 Visi Masjid Ittihadul Muhajirin adalah sebagai wahana bagi pengembangan dan pengalaman ajaran Islam secara baik dan benar sesuai al-Quran dan As-Sunah. Sedangkan misi Masjid Ittihadul Muhajirin adalah terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala pada suatu tatanan kehidupan masyarakat yang islami dalam Negara kesatuan Republik Indonesia sesuai UUD 1945 dan Pancasila.
43
Ibid Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ADRT) masjid Ittihadul Muhajirin, Jakarta 18 Mei 2008, h. 7 44
3. Lokasi dan Tata Letak Masjid Ittihadul Mujahidin Masjid Ittihadul Muhajirin terletak di Jl Amarta Raya No.1 Perumahan Reni Jaya Baru Pamulang Tanggerang Banten, dengan suhu rata-rata berkisar antara 27°C sampai 32° C. Masjid memiliki lahan seluas 2100 M², terdiri dari: a. Bangunan masjid seluas 800 M². b. Bangunan kantor kepengurusan seluas 15 M². c. Bangunan kantor Koperasi dan BMT seluas 55 M². d. Bangunan kios-kios makanan seluas 145 M².
4. Struktur Kepengurusan Masjid Ittihadul Muhajirin tahun 2006 - 2011 M/1426 – 1431 H : Penasehat
: 1. Lurah Pamulang 2. Lurah Pondok Benda 3. Ketua RW 012 Pondok Benda 4. Ketua RW 017 5. Drs. H. Mahmud Uy. MM 6. Drs. Dayat Hidayat MM 7. Yahya S. Almusyawa
8. Buchori Ketua
: 1. Drs. H. Khamim Mpd
Wakil Ketua
: 2. Drs. Adnan H. AR
Sekretaris
: 1. H. Yagus Sukiyanto
Wakil Sekretaris
: 2. Ust. Mahilli Syaiin Hasan
Bendahara
: 1. H. Mardin
Wakil Bendahara
: 2. Ust. Prayitno Hadi
Bidang-bidang : Peribadatan
Dakwah dan Pendidikan
:
:
1.
Ust. Drs. Romlan Syamsuri
2.
Ust. Agus Marjoko
1.
Ust. Ketut Abu Ubaidah
2.
Ust. Mat Rasyim
Pembangunan dan Perawatan :
Usaha
:
1. Ir. Jaelani
2.
Ir. Eddy Kuriadi
1.
Zaenal Arifin
2.
H. Erizal
3.
Rakino, MM
Sosial
:
Humas dan Kerjasama
:
1.
H. Ridwan
2.
Drs. H. Komarudin
1.
Iwanto
2.
Choirudin
3. Ketua Rt di lingkungan Rw 012 dan 017 Bidang Otonom BAZIS
: :
1.
Ust. Abd. Rahman
STRUKTUR KEPENGURUSAN MASJID ITTIHADUL MUHAJIRIN PAMULANG
PENASEHAT
KETUA
SEKRETARIS
BENDAHARA
DONATUR
BIDANG PERIBADA TAN
BIDANG PEMBAN GUNAN DAN PEMANFA
BAZIS
BIDANG DAKWAH
BIDANG USAHA
DAN PENDIDIKA N
BIDANG
TPQ/TKA
Gambar 3.1
5. Program Kerja
IRMIM
BIDANG KERJA SAMA
Dalam
kepengurusan
masjid
Ittihadul
Muhajirin
sempat
mengalami beberapa kali pergantian, namun tepatnya pada kepengurusan kali ini yang dimotori oleh ketua DKM pak H. Khamim dengan latar belakang pendidikan pasca sarjana dan salah satu pegawai di departemen pendidikan nasional, berupaya untuk merubah fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah pokok saja seperti solat dan mengaji, tetapi juga sebagai tempat pengembangan potensi masyarakat khususnya jamaahnya dalam berbagai hal terutama masalah ekonomi. Dengan adanya program seperti ini diharapkan agar dapat menciptakan masjid yang mandiri dalam memenuhi pengeluaran rutinnya dan menggerakan jiwa masyarakat bahwasannya semua kegiatan yang sesuai syariah Islam itu dapat dikembangkan lewat masjid. Adapun program kerja yang berkaitan dengan bidang kegiatan yang sedang dibahas adalah :45 a.
Pemelihara Masjid. Membantu kegiatan Sekretariat dalam mengelola kegiatan kesekretaritan. Membantu menyelenggarakan surat menyurat kegiatan masjid Ittihadul Muhajirin;
45
Ibid, h. 10
Membantu menyelenggarakan pengarsipan surat menyurat dan dokumen kegiatan Masjid Ittihadul Muhajirin; Membersihkan Masjid dan lingkungan Masjid Ittihadul Muhajirin; Mengumpulkan dana dari para donatur; Menjadi
Imam
Rawatib
dan
Jum’at
jika
Imam
yang
bersangkutan berhalangan; Menjadi Muadzin pada setiap sholat lima waktu dan Jum’at (jika Muadzin yang bersangkutan berhalangan)
b.
Bidang Pembangunan dan Perawatan. 1)
Kelompok Pembangunan Gedung :46 a)
Penyelesaian bangunan gedung TPQ / TKQ lantai 2;
b)
Penyelesaian risplang bangunan induk Masjid lantai 2.
c)
Penataan sarana / prasarana di lingkungan masjid dan sekitarnya;
d)
Pembuatan tempat pemotongan hewan qurban.
e)
Membuat Pintu depan tangga utama (arah timur).
f)
Membuat pintu dan pagar ditempat – tempat yang dianggap perlu.
46
Ibid, h. 14
g)
Pengeboran sumber air di area parkir sebelah selatan (Menara).
h) 2)
Pembangunan Menara masjid;
Kelompok Mekanikel / Elektrikel a)
Penambahan Daya dan pengalihan jalur saluran listrik (Gardu PLN);
3)
b)
Pemeliharaan system air bersih;
c)
Pengadaan lampu emergency;
d)
Pengadaan Genset.
Kelompok Perawatan / Keindahan a)
Pengadaan
peralatan
kebersihan
(tangga
dan
perkakas); b)
Perawatan taman & lingkungan;
c. Bidang Usaha 1)
Tugas Pokok Melaksanakan
kegiatan
usaha
yang
dapat
memberikan penghasilan untuk menunjang sebagian kebutuhan dana dalam rangka pencapaian program
kerja Masjid Ittihadul Muhajirin sesuai visi dan misi yang telah ditetapkan dengan kaidah usaha yang Islami.47 2)
Sasaran Dalam melaksanakan kegiatan, sasaran usaha yang dilakukan : a)
Melaksanakan dan mengelola koperasi jama’ah masjid.
b)
Melaksanakan dan mengelola usaha perdagangan melalui BMT.
c)
Melaksanakan
dan
mengelola
pelayanan
kesehatan. d)
Melaksanakan dan mengelola penjualan hewan qurban.
e)
Melaksanakan dan mengelola Kelompok Bimbingan Ibadah Haji / Umroh.
f) 3)
Melaksanakan dan mengelola bidang usaha lain.
Target Usaha Memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan oleh Pengurus
47
Ibid, h.18
Masjid
sesuai
dengan
target
yang
telah
ditetapkan dalam Rancangan Anggaran & Biaya (RAB) Masjid Ittihadul Muhajirin serta mengembangkan potensi ekonomi jama’ah.
4)
d.
Kegiatan Bidang Usaha a)
Sub. Bidang Usaha Koperasi.
b)
Sub. Bidang Usaha BMT.
c)
Sub. Bidang Usaha Qur’ban.
d)
Sub. Bidang Usaha Pelayanan Kesehatan.
e)
Sub. Bidang KMIH / Umroh / Haji Plus.
f)
Sub. Bidang Usaha Lain.
Bidang Sosial Penggalian dana dari warga dilingkungan RW 012 Pondok Benda, RW 017, 020, 021 Pamulang Barat, untuk kegiatan : a)
Pengurusan Jenazah.
b)
Bea siswa bagi anak yatim dan dhuafa.
c)
Pembinaan Muallaf.
d)
Pernikahan ( akad nikah ).
e)
Khitanan masal.
f)
Mengadakan Penyuluhan tentang Narkoba ).
e.
g)
Membantu peningkatan kesejahteraan bagi dhuafa.
h)
Pembuatan kartu tetap untuk donatur
Bidang Humas dan Kerjasama. 1)
Membuat data jumlah umat Islam dilingkungan RW 012 Pondok Benda, RW 017, 020, 021 Pamulang Barat;
2)
Menampung aspirasi umat.
3)
Menjalin hubungan dengan lembaga – lembaga / instansi.
4)
Mensosialisasikan program – program masjid kepada umat Islam.
f.
Badan Amil Zakat Infaq dan Sodaqoh (BAZIS)48 a)
Melaksanakan pendataan mustahiq dilingkungan RW 012 Pondok Benda, RW 017, 020, 021 Pamulang Barat.
b)
Penyuluhan tentang kewajiban mengeluarkan zakat.
c)
Bekerjasama
dengan
Bazis
tingkat
Kelurahan,
Kecamatan dan Kabupaten. d)
Menyalurkan kepada para mustahiq.
e)
Memberikan
imbalan
jasa
Pengumpul dan Penyalur Zakat.
48
Ibid, h. 23
kepada
Petugas
f)
Membuka
pos
pelayanan
di
masjid
dan
pengambilan ke rumah – rumah. g)
Melaksanakan evaluasi terhadap para mustahiq.
B. Sasaran Pemberdayaan Ekonomi Masjid Ittihadul Muhajirin terletak diantara perbatasan dua kelurahan yakni kelurahan Pamulang Barat dan kelurahan Pondok Benda. Namun demikian warga sekitar tetap antusias untuk datang ke masjid tersebut menunaikan ibadah.49 Upaya pemberdayaan ekonomi umat yang dilakukan masjid Ittihadul Muhajirinn diperuntukan kepada seluruh masyarakat perumahan Reni Jaya Baru, khususnya untuk jamaah yang berada dilingkungan sekitar masjid yakni Rw 12 dan Rw 17.50 Jika dilihat dari sisi pendidikan, jamaah yang aktif turut berperan dalam kegiatan pemberdayaan ekonomi ini antara lain : jamaah yang latar belakang pendidikannya SLTP ( 9,6%), SLTA (52,9%), Diploma (11,6%), Sarjana (27,9%). Jika lihat dari sisi usia : jamaah yang berusia (15th – 25th = 26,9%), usia (26th – 35th = 13,5%), usia (36th – 50th = 38,5%) dan usia (50th ke atas = 21,1%), dan banyaknya persentase pada bidang kegiatan usaha yang dijalankan masjid dalam penberdayaan ekonomi jamaahnya adalah : usaha BMT (Baitul Mal wat Tamwil) sebanyak 39,8%, Tabungan Haji sebanyak 9,2%, Tabungan Qurban sebanyak 9,2%, Koperasi sebanyak 17,4%,
49 50
Dokumentasi Profil Masjid Ittihadul Muhajirin Perumahan Reni Jaya, Pamulang, h. 4 Ibid
Pelayanan Dokter Praktek sebanyak 12,2%, Sewa Kios sebanyak 5,1%, dan untuk Sewa Tenda dan Kursi serta usaha lainnya sebanyak 7,1%.51
Jenis Usaha Yang Dijalankan Masjid Ittihadul Muhajirin Dalam sebuah blog, dinyatakan bahwa belakangan ini banyak orang barat yang menyukai masjid, seperti yang terjadi di Kanada dan Inggris.52 Karena masjid benar-benar menjadi simbol pusat kebudayaan dan ekonomi. Menurut mereka, di dalam masjid segalanya sudah aman, orang-orangnya jujur sehingga tak perlu lagi mencari orang untuk mengelola dan mengembangkan potensi masjid sebagai sentral budaya, sentral ibadah dan sentral ekonomi. Bahkan pada saat ini, sejumlah pengelola masjid mulai membangun pusat ekonomi didekat masjid seperti wartel, kantin, tempat resepsi pernikahan dan aktivitas masjid lainnya. Dengan demikian diharapkan agar masjid dapat mandiri dalam membiayai pengeluaran rutinnya. Senada dengan ungkapan diatas, masjid Ittihadul Muhajirin yang letak keberadaannya sangat strategis ditengah-tengah masyarakat komplek perumahan Reni Jaya Baru, mengharapkan dapat berperan dalam masyarakat tidak hanya sebagai tempat yang memfasilitasi
51
Sumber data diperoleh dari hasil angket, Jakarta 6 Juli 2008 “Pemberdayaan ekonomi lewat masjid “ diakses pada 20 Januari 2008 dari http://www.kabarindonesia.com 52
kebutuhan umat dibidang ibadah semata tetapi juga berperan memfasilitasi dalam hal kegiatan ekonomi umatnya. Segenap pengurus DKM
(dewan
ketua
masjid)
masjid
Ittihadul
Muhajirin
telah
merealisasikan program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar khususnya untuk para jamaahnya, melalui pengembangan usaha masjid. Adapun kegiatan usaha yang dijalankan oleh masjid adalah : 1. Koperasi Koperasi merupakan bentuk organisasi bisnis yang berorientasi kepada pelayanan yang dapat memberikan sumbangan yang kaya kepada realiasi sasaran suatu perekonomian Islam.53 Dengan penekanan Islam pada persaudaraan, maka koperasi dalam berbagai bentuk dapat membantu memecahkan persoalan yang menguntungkan bagi pihak manapun. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika saat ini umat muslim mulai mendirikan koperasikoperasi di masjid yang beranggotakan jamaahnya. Tidak jauh berbeda dengan alasan tersebut, koperasi jamaah masjid Ittihadul Muhajirin yang mulanya hanya sekumpulan kecil warga sekitar masjid yang bergabung dalam urusan simpan pinjam dan pada akhirnya sepakat membentuk koperasi dan menjadi
53
Ibid
bagian dari unit usaha masjid. Ini terjadi karena banyaknya minat masyarakat yang ingin turut serta. Koperasi
masjid
Ittihadul
Muhajirin
mempunyai
program
melaksanakan dan mengelola koperasi jama’ah Masjid Ittihadul Muhajirin. Kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi adalah
unit
simpan
pemberdayaan
pinjam,
ekonomi
unit
jama’ah
perdagangan yang
semuanya
umum, untuk
kesejahteraan anggota dan sumber penerimaan infaq untuk Masjid Ittihadul Muhajirin. Unit usaha simpan pinjam dilakukan dengan memberikan pinjaman kepada anggota setelah memenuhi syarat tertentu dan pengembalian pinjaman dilakukan dengan cara mencicil pinjaman pokok ditambah infaq untuk koperasi yang besarnya sukarela yang merupakan pendapatan koperasi. Semua hasil usaha koperasi yang dihitung pada setiap akhir tahun takwin / tahun buku, dibagi dua untuk infaq masjid dan anggota. Mekanisme pembagiannya akan diatur kemudian dan disepakati bersama anggota. Jumlah anggota koperasi jama’ah masjid Ittihadul Muhajirin per desember 2007 adalah 112 orang, dengan jumlah total iuran pokok dan wajib sebesar Rp 10.226.200 dan marjin keuntungan sebesar Rp 2.200.000.
saat
ini
koperasi
masjid
Ittihadul
Muhajirin
telah
memberikan
pelayanan
peminjaman
kepada
anggota
mulai
tanggal 01 Februari 2006 dengan besaran pagu pinjaman dan masa pengembalian yang telah ditentukan. Sebagai kelengkapan dan tertib organisasi pada tahun 2007 lalu telah dibuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi yang disesuaikan dengan kekhususan sebagai koperasi jama’ah masjid. 2. BMT(Baitul Maal wat Tamwil) BMT, jika diartikan menurut istilah adalah balai usaha terpadu yang diharapkan menjadi lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil, bawah dan menengah dengan berlandaskan syariah.54 Jika dilihat dari sudut ekonomi Islam, yakni lembaga keuangan Islam yang kegiatannya mengelola dana yang besifat nirlaba (sosial). Sumber dana diperoleh dari zakat, infak dan sedekah,
yang
kemudian
disalurkan
kepada
delapan
asnaf
mustahik yaitu fakir, miskin, amil, mualaf, budak gharimin, fisabilillah dan ibnu sabil. Maka dari itu, atas dasar tersebut masjid Ittihadul Muhajirin mendirikan BMT 4 (empat) tahun silam. Dengan harapan dapat membantu jamaahnya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
54
Ahmad Yani, Panduan Mengelola Masjid, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007) h.291
Adapun program pelaksanaan kegiatan sebagai berikut : Melanjutkan usaha yang ada berupa Toko BMT dengan penghitungan
kembali
modal
awal
sejak
pengelolaan
toko
diserahkan ke Bidang Usaha. Pengelolaan BMT dibawah tanggung jawab bidang usaha dengan tenaga pengelola yang akan diusahakan oleh Penanggung jawab BMT. Sasaran usaha BMT selain retail toko juga akan mengefektifkan pesan – antar bulanan kepada pelanggan tetap yang diharapkan dapat meningkatkan omzet penjualan yang cukup signifikan. Direncanakan akan dibuat dan disebarkan sticker nomor telp BMT untuk ditempel di masing – masing rumah jama’ah. Dalam laporan keuangan per-desember 2007 didapati bahwa modal awal BMT sebesar Rp 26.975.385. penyertaan sebesar Rp 1.000.000, hibah sebesar Rp.2.310.000 dan cadangan modal sebesar Rp.1.840.000. Rp.32.125.385.
sehingga sehingga
jumlah dapat
total
modal
diambil
kerja
sebesar
kesimpulan
bahwa
perkembangan BMT selama 4 tahun masih stagnan. Dahulu kegiatan BMT berupa sarana memenuhi kebutuhan masyarakat baik berupa barang maupun pembiayaan(pinjaman modal tanpa ada syarat dalam pengembalian) atau disebut juga dengan Qordul Hasan, karena dana yang digunakan adalah dana
zakat, infak dan shodaqoh dari masyarakat yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang kurang mampu sebagai modal usaha, dengan ini diharapkan agar dana zakat dapat berkembang produktif bukan hanya memenuhi kebutuhan konsumtif semata. Namun seiring perjalanannya sering kali menemui kendala dan hambatan sehingga pada saat ini BMT hanya bergerak dibidang memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. 3. Tabungan Qurban. Kurban adalah menyembelih hewan ternak sebagai suatu bentuk ibadah kepada Allah Swt pada hari raya Idul Adha. Dalam dimensi Ilahiah, qurban bermakna upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt sebagai ucapan rasa syukur atas rizki yang telah diberikan dalam jumlah yang lebih dari sekedar kebutuhannya atau bahkan sangat berlimpah.55 Selain itu, sebagai upaya untuk membantu dan memberikan
kebahagiaan
terhadap
kaum
dhuafa
sehingga
hubungan antara si kaya dan si miskin tetap terjaga secara harmonis. Hingga saat ini jika kita perhatikan ketika menjelang hari raya Idul Adha semakin banyak minat masyarakat untuk berkurban. Dengan alasan tersebut masjid Ittihadul Muhajirin melalui pengurusnya berinisiatif untuk membantu memfasilitasi jamaah 55
Ibid h.209
maupun masyarakat sekitar masjid dalam berkurban. Ada dua fasilitas yang diberikan oleh masjid : (1) menyediakan hewan kurban pada saat menjelang hari raya Idul Adha, agar masyarakat tidak perlu merasa kesulitan untuk mencari hewan ternak yang akan dikurbankan. Apalagi masyarakat perumahan Reni Jaya Baru mayoritas adalah pekerja yang terlalu sibuk dengan rutinitasnya. Sehingga diharapkan dengan usaha ini dapat memudahkan masyarakat untuk beribadah kurban. (2) memberikan fasilitas tabungan
kurban,
ditujukan
kepada
masyarakat
ekonomi
menengah yang ingin berkurban tetapi merasa kesulitan ekonomi jika harus membeli hewan kurban ketika menjelang hari raya Idul Adha.
Adapun
program
kegiatan
pelaksanaan
dan
pengembangan tabungan kurban serta penjualan hewan kurban sebagai berikut 56: Tabungan qurban dilakukan dengan menggunakan kartu tabungan bagi setiap jama’ah yang berniat untuk melaksanakan qurban dengan cara menabung melalui majlis taklim yang ada dilingkungan Masjid Ittihadul Muhajirin maupun langsung ke bidang usaha masjid. Mengingat setiap tahun dipastikan melaksanakan qurban, untuk itu bidang usaha akan menyediakan langsung hewan qurban yang diperlukan untuk jama’ah. Banyaknya kisaran 50 sampai 70 ekor diantaranya kambing dan
56
Angaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) Masjid Ittihadul Muhajirin, h. 9
sapi pertahun hewan qurban yang disiapkan pengurus masjid tergantung banyaknya permintaan. 4. Pelayanan Kesehatan. Mempunyai
program
kegiatan
memberikan
pelayanan
kesehatan berupa praktek dokter dan khitan yang dilakukan untuk melayani jama’ah dilingkungan masjid maupun masyarakat umum. Pelayanan
praktek
terbentuknya
Klinik
dokter yang
tersebut cukup
merupakan
memadai
untuk
cikal
bakal
pelayanan
kesehatan masyarakat di masa mendatang. 5. KMIH / Umroh / Haji Plus. Salah satu fungsi utama masjid adalah ubudiyah atau ibadah.ini berarti, masjid seharusnya dijadikan oleh kaum muslimin sebagai pusat peribadatan sehingga karenanya pula jamaah masjid harus mendapat bimbingan beribadah dengan sebaik-baiknya menurut yang dicontohkan Rasulullah Saw. Salah satu ibadah yang menjadi puncak pengalaman ruhani kaum muslimin adalah ibadah haji, yang harus dilakukan minimal sekali dalam seumur hidup. Agar jamaah haji bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik, maka pengurus masjid harus memprogram pelayanan bimbingan ibadah haji. Lagi pula seluruh jamaah masjid harus mendapat motivasi atau dorongan yang kuat dari pengurus masjid untuk bisa melaksanakan
ibadah haji, meskipun dari sisi dana belum mampu.57 Sehingga jamaah termotivasi untuk mengukuhkan niatnya dan lebih giat lagi menyisihkan nafkahnya untuk berhaji. Oleh karena itu, masjid Ittihadul Muhajirin membentuk unit usaha tabungan haji dan bimbingan manasik haji yang bekerja sama dengan travel haji dan umroh. Meski terbilang masih baru, terbentuk 2(dua) tahun yang lalu dengan jumlah jamaah yang sudah siap diberangkatkan saat ini berjumlah 21 orang, akan tetapi usaha ini dikembangkan
untuk fasilitas jamaahnya. Program kegiatannya
adalah melaksanakan dan mengembangkan tabungan haji serta membentuk Kelompok Bimbingan Manasik Haji / Umroh bagi para jama’ah yang berkeinginan menunaikan Ibadah Haji / Umroh ke Tanah Suci. 6. Usaha Penyewaan Kios Kios usaha yang dibangun masjid adalah salah satu kegiatan usaha yang berguna untuk menambah pemasukan kas masjid. Saat ini kios usaha yang dibangun masjid berjumlah 9(sembilan) ruang kios. Kios usaha ini disewakan kepada masyarakat khususnya bagi jamaah dilingkungan masjid, dan bagi penyewa hanya dikenakan
57
Yani, Panduan Mengelola Masjid, h. 377
wajib infak sebesar Rp 150.000/bulan.58 Persyaratan lainnya yakni, penyewa harus membeli bahan pokok untuk dagangannya di toko semabako BMT. Namun 3 (tiga) ruang kios digunakan oleh masjid untuk usaha pangkas rambut, toko alat-alat listrik dan cuci steam motor. Untuk penggalian dana bagi Pembangunan, Perawatan dan Dakwah
Sub.
Bidang
usaha
telah
mengembangkan
dan
mengoptimalkan penggunaan Bangunan Induk Lantai 1 (Serba Guna) untuk kegiatan Ummat Islam khususnya dibidang Resepsi (Khitan / Perkawinan) dan kegiatan lainnya dengan syarat-syarat dan kondisi tertentu yang akan diatur kemudian oleh Pengurus. Semua usaha yang dikelola oleh Bidang Usaha Masjid harus berpegang teguh pada azas usaha berdasarkan tuntunan syari’at Islam. Setiap kebijakan yang menyangkut kegiatan usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab sub bidang usaha harus berdasarkan koordinasi dan kesepakatan semua pengurus dan anggota bidang usaha dengan persetujuan Pengurus masjid dan
58
Wawancara Pribadi dengan H. Yagus Sukiyanto. Sekretaris DKM Masjid Ittihadul Muhajirin, Jakarta 15 Juni 2008.
tidak menyimpang dari visi, misi serta program masjid secara keseluruhan.59
Permasalahan Serta Solusi Permasalahan 1. Permasalahan Untuk memakmurkan masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tidaklah mudah, diperlukan kemampuan manajerial (idarah) dan kesiapan waktu dari para pengelola masjid.Masyarakat menilai bahwa kegiatan usaha yang telah dijalankan oleh masjid sudah cukup baik, ini dapat dinilai dari persentase maysrakat yang memandang kegiatan ekonomi masjid khususnya usaha-usaha yang dijalankan masjid mendapat nilai positif dengan persentase 96,2%.60 Namun demikian segala sesuatu yang telah dilakukan sekalipun itu positif tetapi masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Hal ini diketahui secara jelas setelah penulis melakukan wawancara kepada pengurus harian masjid dan beberapa jamaah yang memberikan komentarnya pada angket yang telah penulis sebar. Mereka berpendapat bahwa banyak sekali yang masih dianggap sebuah kekurangan dari program kerja kegiatan ekonomi yang telah terlaksana selama beberapa tahun ini. Adapun kekurangan yang jadi permasalahan tersebut adalah :61 Kurangnya SDM(sumber daya manusia) yang ahli dalam mengelola kegiatan usaha tersebut. Karena selama ini pengurus ataupun pengelola masjid
59
Ibid Sumber data diperoleh dari hasil angket Jakarta 6 Juli 2008 61 ibid 60
Ittihadul Muhajirin merupakan orang-orang pekerja yang kesehariannya sibuk dengan rutinitas mereka masing-masing dan hanya bisa fokus dalam kegiatan masjid pada saat libur kerja atau libur nasional. Sedangkan yang selalu ada(stand by) disana hanya beberapa orang saja. Sehingga program kerja yang telah disusun tidak sepenuhnya dapat terlaksana secara maksimal. Menurut masyarakat yang berada disekitar masjid menilai bahwa kurangnya sosialisasi dari pengurus masjid terhadap masyarakat mengenai kegiatan ekonomi yang telah dijalankan masjid. Sebenarnya permasalahan itu terjadi karena kebanyakan masyarakat tidak tau apa saja kegiatan yang sedang dijalankan masjid dan mereka enggan untuk mencari tau hal tersebut. Dari permasalahan inilah yang membuat seluruh kegiatan ekonomi khususnya usaha masjid dengan program kerja yang telah dirancang sebaik mungkin oleh pengurus tidak berjalan secara efektif. Permasalahan yang ketiga ini adalah mengenai modal usaha yang dimiliki masjid sangat terbatas. Dengan keterbatasan modal ini membuat masjid kesulitan dalam mengembangkan usahanya kebidang lain. Sebagaimana diketahui bahwa modal awal pembangunan dan pengembangan baik berupa bangunan maupun dana untuk kegiatan-kegiatan masjid diperoleh dari : (1) Donatur tetap (2) Iuran sukarela setiap bulannya minimal Rp1000 dari warga sekitar masjid (3) Donatur dari instansi pemerintah dan swasta (4) Sistem investasi yang diberikan dari jamaah/masyarakat yang akan dikembalikan setiap bulannya (5) Dana yang diperoleh dari kotak amal yang tersedia di masjid dengan tiga alokasi : (a) untuk
pembangunan masjid (b) untuk pengembangan TKQ/TPQ (c) untuk dana yatim dan duafa. 2. Solusi Permasalahan Upaya
untuk
memakmurkan
masjid
tidaklah
mudah,
diperlukan
kemampuan manajerial (idarah) dan kesiapan waktu dari para pengelola masjid. Tentunya harus ada pembenahan internal dari jamaah masjid itu sendiri. Setidaknya, ada beberapa yang harus diperhatikan antara lain : mengaktifkan kepengurusan masjid, mengaktifkan kegiatan masjid, meningkatkan kepedulian terhadap jamaah masjid, meningkatkan kualitas manajemen (idarah) masjid dan pemeliharaan fisik (ri’ayah) masjid. Menurut Didin Hafidhuddin, ”aktivis muslim perlu mengadakan berbagai program disertai fasilitas pendukungnya”62. Terdapat sejumlah kegiatan yang perlu dijalankan untuk mengembalikan masjid sebagai pusat pemberdayaan dan pengembangan kaum muslim antara lain : a. Menyelenggarakan kajian-kajian keislaman yang teratur dan terarah dalam rangka pembentukan pribadi muslim, keluarga muslim dan masyarakat muslim. b. Melaksanakan diskusi, seminar ataupun lokakarya tentang masalah-masalah aktual. c. Mengefektifkan dana zakat, infak dan sedekah dalam pemungutan dan penyalurannya.
62
Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998)
d. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan bertema keislaman terutama untuk angkatan muda. e. Melakukan dakwah melalui buku, majalah, brosur dan lainnya agar mendapat perhatian, misalnya dengan mendirikan taman bacaan atau perpustakaan masjid. Setiap permasalahan yang ada, selalu adapula langkah penyelesaiannya selama kita masih berpikir positif dengan mengambil hikmah dari kekurangan itu. Bahwa tidak selamanya sesuatu yang baik itu akan memberikan hasil yang baik pula sekalipun rencana tersebut sudah terprogram dengan matang. Dari pengamatan penulis selama terjun ke lapangan dapat disimpulkan permasalahanpermasalahan yang ada bisa diselesaikan dengan beberapa solusi sebagai berikut : a. Meningkatkan kualitas kinerja kepengurusan masjid baik itu pegawai harian maupun dewan pengawasnya agar lebih professional dalam mengelola masjid . b. Melatih kader-kader baru cikal bakal generasi penerus dalam memakmurkan masjid akan datang. Diharapkan dengan pengkaderan ini mampu melahirkan SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas yakni generasi muda yang meliki pola pikir luas dan positif dan mempunyai jiwa yang suci untuk berjuang mengembangkan citra masjid seperti pada zaman Rosulullah dengan semata-mata lillahi ta’ala.
c. Mensosialisasikan program kerja masjid dan seluruh kegiatan masjid yang ada baik itu dakwah, ekonomi maupun lainnya kepada masyarakat pada saat momen peringatan hari besar Islam dan ketika melaksanakan kegiatan kajian rutin lainnya.
BAB IV ANALISA MASJID SEBAGAI SENTRAL PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT A.
Respon Masyarakat Terhadap Kegiatan Ekonomi Masjid Ittihadul Muhajirin Respon masyarakat ini akan dijelaskan dengan menggunakan tabel yang telah diolah dari hasil penyebaran angket oleh penulis kepada masyarakat khususnya jamaah masjid yang berdomisili disekitar masjid Ittihadul Muhajirin. Jumlah masyarakat dikelurahan Pamulang barat berjumlah 9738 jiwa, namun untuk lebih memfokuskan pada masalah yang sedang diteliti maka penulis hanya mengambil sampel dari masyarakat yang tinggal berdekatan dan aktif di dalam pengajian masjid sejumlah 52 orang dengan populasi sebesar 520 orang.63 a.
Gambaran Umum Responden Jamaah Masjid Ittihadul Muhajirin Bagian ini menyajikan informasi mengenal gambaran umum responden yang berkaitan dengan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, usia dan status perkawinan.
63
Wawancara pribadi dengan H. Yagus Sukiyanto, sekretaris DKM Masjid Ittihadul Muhajirin, Jakarta, 6 Juni 2008
Tabel 4.1 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin NO
Jenis Kelamin
F
%
1
Laki-laki
31
59,6
2
Perempuan
21
40,4
Total
52
100
Sumber : Diolah dari data angket Dari tabel 4.1 responden 31% laki-laki dan 21% perempuan, menunjukan bahwa jamaah masjid Ittihadul Muhajirin berbanding sama antara laki-laki dan perempuan, hanya saja jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dari perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan cenderung memilih untuk berdiam dirumah dan hanya aktif sewaktu-waktu saja. Tabel 4.2 Identitas responden berdasarkan jenis pekerjaan NO
Jenis Pekerjaan
F
%
1
Pegawai Negeri
9
17,3
2
Swasta
18
34,6
3
Wiraswasta
13
25
4
Lain-lain
12
23,1
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket
Dari pengamatan tabel 4.2 dapat dilihat mayoritas jamaah berprofesi sebagai pekerja swasta, dengan persentase sebesar 34,6%,
kemudian wiraswasta dengan
persentase 25%, PNS dengan persentase 17,3%, sisanya 23,1% berpropesi lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas jamaah Masjid Ittihadul Muhajirin adalah pekerja yang memiliki pekerjaan tetap dan memiliki waktu kerja yang tetap pula sehingga dapat dipastikan mereka hanya memiliki sedikit waktu luang. Tabel 4.3 Identitas Responden Menurut Jenis Pendidikan NO
Tingkat Pendidikan
F
%
1
SD
-
0
2
SLTP
5
9,6
3
SLTA
27
52,9
4
Diploma
6
11,6
5
Sarjana
14
27,9
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Dari tabel 4.3 dapat diketahui tingkat pendidikan para responden sebagian besar berpendidikan SLTA 52,9%, sisanya SLTP 9,6%, Diploma 11,6% dan Sarjana 27,9%.
Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Status Perkawinan NO
Status Perkawinan
F
%
1
Nikah
36
69,2
2
Belum Menikah
16
30,8
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Dari tabel 4.4 dapat diketahui sebagian besar responden jamaah masjid Ittihadul Muhajirin berstatuskan menikah 69,2% dan belum menikah 30,8%. Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Tingkatan Usia NO
Usia
F
%
1
15 th – 25 th
14
26,9
2
26 th – 35 th
7
13,5
3
36 th – 50 th
20
38,5
4
50 th – Keatas
11
21,1
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket
Dari tabel 4.5 dapat diketahui dari para jamaah yang menjadi responden 36 th – 50 th sebesar 38,5%, sedangkan usia 15 th – 25 th sebesar 26,9%, 50 th keatas sebesar 21,1%, sisanya beusia 26 th – 35 th sebesar 13,5%. b. Karakteristik Pengetahuan Responden Jamaah Masjid Ittihadul Muhajirin Tabel 4.6 ( Menurut pengetahuan tentang fungsi masjid) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Ya
50
96,2
2
Tidak
2
3,8
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Dari data yang tersaji dari table nomer 4.6 dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden mengetahui fungsi masjid bukan hanya untuk melaksanakan ritual sunah saja, namun juga mengetahui bahwa masjid juga memiliki fungsi sosialekonomi, hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah responden yang mengetahui sebesar 96,2% dan yang tidak mengetahui hanya sebesar 3,8%. Hal ini menunjukan bahwa program kembali ke masjid yang dijalankan oleh pemerintah (Depag) dan oleh para pemerhati ekonomi Islam dianggap berhasil, walaupun baru dalam taraf penyebaran informasi,
Tabel 4.7 (Menurut pengetahuan yang didapat) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Koran/Majalah
4
7,7
2
Media Elektronik
6
11,5
3
Buku
9
17,3
4
Pengajian / Ceramah
33
63,5
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Menurut table 4.7 media penyebaran yang efektif dalam mensosialisasikan ekonomi Islam berbasis masjid adalah melalui media ceramah atau pengajian hal ini ditunjukan besaran angka pada kolom pengajian / ceramah sebesar 63,5%, sisanya ada pada buku sebesar 17,3%, media elektronik sebesar 11,5% dan Koran sebesar 7,7%. Yang patut diperhatikan disini adalah besaran Koran yang hanya menunjukan angka 7,7% atau pilihan yang paling sedikit, bagi penulis ini ironis pada kenyataanya Koran adalah media informasi utama selain televisi, jika dilihat dilapangan memang dapat dimaklumi dimana penyebaran wacana tentang ekonomi Islam berbasis masjid memang lebih mudah ditemui di situs-situs internet ataupun lewat media buku ketimbang lewat media Koran.
Tabel 4.8 (Menurut pengertian Pemberdayaan Ekonomi berbasis masjid) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Masjid melatih dan 13
25
13
25
22
42,3
Lain-lain
4
7,7
Total
52
100
mendidik jamaah agar lebih terampil 2
Masjid menggerakan ekonomi umatnya
3
Masjid mensejahterakan ekonomi umatnya
4
Sumber : diolah dari data angket Dari table 4.8 dapat dilihat bahwasanya responden memiliki pengertian berbeda-beda tentang pemberdayaan ekonomi berbasis masjid, mayoritas responden berpendapat bahwa Program pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah dimana masjid mensejahterakan ekonomi umatnya, hal ini ditunjukan pada angka 42,3%. Sedangkan pengertian “masjid melatih dan mendidik jamaahnya agar lebih terampil” dan “masjid menggerakan ekonomi umatnya” berbagi angka sama, yaitu 25% dan sisanya adalah 7,7% pada pendapat lainnya.
c.
Karakteristik Respon Jamaah Masjid Ittihadul Muhajirin Tabel 4.9 (Menurut penialaian usaha yang telah dijalankan masjid)
NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat bagus
34
65,4
2
Bagus
17
32,7
3
Kurang bagus
1
1,9
4
Tidak bagus
-
0
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Berdasarkan table 4.9 dapat ditunjukan bahwa mayoritas responden menyatakan usaha yang dilakukan oleh masjid sangat bagus ini dipilih oleh 34 orang (65,4%) sedangkan bagus 17 orang (32,7%) dan sisanya kurang bagus 1 orang (1,9%).Hal ini dapat dimaklumi kenapa penilaian bagus dan sangat bagus dipilih oleh hampir semua responden dan hanya 1 orang saja yang menyatakan tidak bagus, hal ini dikarenakan masjid berada tepat ditengah-tengah masyarakat dan juga dijalankan oleh masyarakat yang tentunya tahu dan mengerti apa-apa saja yang memang dibutuhkan oleh masyarakat. Tabel 4.10 (Menurut manajemen pengelolaan masjid) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat bagus
29
55,8
2
Bagus
23
44,2
3
Kurang bagus
-
0
4
Tidak bagus
-
0
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Tabel 4.11 (Menurut tanggapan pelayanan yang diberikan) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat bagus
27
52,9
2
Bagus
23
44,2
3
Kurang bagus
2
3,8
4
Tidak bagus
-
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Dari tebel 4.10 Sebanyak 29 orang (55,8%) menyatakan bahwa manajemen pengelolaan unit-unit usaha masjid sangat bagus dan sisanya 23 orang (44,2%) menyatakan bagus.
Dari data yang tersaji pada table 4.11 dapat diambil kesimpulan bahwa responden menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh unit-unit usaha masjid cenderung bagus hal ini dapat dilihat dari pilihan responden terbanyak adalah sangat bagus sebanyak 27 orang (52,9%) yang kedua bagus 23 orang (44,2%) dan hanya 2 orang saja yang menyatakan kurang bagus (3,8%). Maka dapat diambil kesimpulan pelayanan yang diberikan oleh unit-unit usaha masjid adalah bagus, hal ini mungkin dikarenakan hampir mayoritas karyawan maupun jajaran pengambil keputusan adalah masyarakat sekitar juga sehingga pola pelayanannya-pun berasaskan kekeluargaan. Tabel 4.12 (Menurut penilaian dari sisi syariah) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Ya
52
100
2
Tidak
-
0
Total
52
100
Sumber : diolah dari angket
Table 4.13 (Menurut kelompok pengguna usaha masjid)
NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Ya
46
88,5
2
Tidak
6
11,5
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Tabel 4.14 (Menurut penilaian pengguna usaha yang dijalankan masjid) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat puas
6
11,5
2
Puas
39
75
3
Kurang puas
1
1,9
4
Tidak puas
-
0
5
Lain-lain
6
11,5
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Dari tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas masyarakat sepakat dengan kegiatan usaha-usaha yang dijalankan masjid Ittihadul Muhajirin sudah sesuai dengan syariah Islam dengan penilaian 100%.
Dari tabel 4.13 diatas dapat dilihat bahwa hampir semua masyarakat yang berada disekitar masjid Ittihadul Muhajirin, turut berpartisipasi dengan kegiatan ekonomi yang dijalankan masjid. Ini dapat dibuktikan dengan melihat besarnya persentase masyarakat yang menggunakan usaha-usaha masjid yakni 88,5% dan yang belum pernah menggunakan sebesar 11,5%. Dari tabel 4.14 diatas dinyatakan bahwa, dari pendapat masyarakat yang telah menggunakan usaha dan produk usaha masjid mayoritas menyatakan puas sebesar 75%, yang menyatakan kurang puas sebesar 1,9% dan yang menyatakan sangat puas berbanding sama dengan masyarakat yang belum pernah turut serta dalam kegiatan ekonomi yakni sebesar 11,5%. (Menurut pengaruh kegiatan ekonomi masjid terhadap tingkat kesejahteraan responden) NO
Alternatif Jawaban
F
%
1
Sangat berpengaruh
6
11,5
2
Berpengaruh
24
46,2
3
Kurang berpengaruh
20
38,5
4
Tidak berpengaruh
2
3,8
Total
52
100
Sumber : diolah dari data angket Menurut tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas masyarakat yang berpendapat ada pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan hampir sebanding dengan yang berpendapat kurang berpengaruh yakni 46,2% dan 38,5%, sedangkan
yang berpendapat sangat berpengaruh hanya 11,5% dan yang berpendapat tidak berpengaruh 3,8%. B. Harapan
Masyarakat
Terhadap
Perkembangan
Masjid
Ittihadul
Muhajirin Untuk Akan Datang Keberadaan masjid ditengah masyarakat secara fisik jelas merupakan salah satu pusat kegiatan keagamaan masyarakat yang sangat penting. Di dalamnya akan dioperasionalkan beberapa refleksi keagamaan masyarakat. Selain itu, kehadirannya juga akan ikut serta membendung upaya agama dan keyakinan lain untuk mempengaruhi keyakinan (aqidah) masyarakat muslim seperti yang banyak terjadi saat ini. Atas dasar fenomena tersebut, diperlukan cara yakni dengan menggemakan bersama-sama gerakan kembali masjid. Gerakan kembali ke masjid tersebut bukan hanya beribadah shalat di masjid saja tetapi hendaknya memaknai kehidupan sebagai pribadi, keluarga dan umat agar selalu terpaut dengan kesucian, kebenaran, ketundukan jiwa kepada sang khalik Allah Swt, serta kesetaraan derajat manusia.64 Dewasa ini, gerakan kembali ke masjid dapat juga dimaknai sebagai upaya peningkatan ekonomi mayarakat. Kegiatan pemberdayaan ekonomi berbasis masjid yang dilakukan seperti:65 BMT (Baitul Mal wat Tamwil), unit pelayanan zakat, infak dan sedekah. Sama halnya dengan masjid Ittihadul Muhajirin, yang 64
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid: Gerakan Meraih Kembali Kekuatan dan Potensi Masjid (Surakarta: Ziyad Books, 2007) h. 38 65 Ibid
berupaya memberdayakan ekonomi masyarakat terutama jamaah masjid, dengan berbagai program kegiatan yang telah dilaksanakan seperti : Usaha BMT (Baitul Mal wat Tamwil), Koperasi, Tabungan Haji dan Qurban, Usaha Penyewaan Kios, Pelayanan Kesehatan dan lainnya, yang kesemuanya itu dijalankan di bawah naungan divisi bidang usaha masjid. Meskipun dalam perjalanannya sering kali mengalami hambatan, tetapi masjid Ittihadul Muhajirin dengan segenap pengurusnya akan terus berusaha untuk menjadikan masjid tersebut sebagaimana fungsinya seperti masjid-masjid pada zaman Rasulullah yakni menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan umat. Hal tersebut senada dengan apa yang diharapkan masyarakat yang berada disekitar masjid. Dari
data yang didapat penulis melalui angket yang
disebarkan secara acak kepada masyarakat sekitar masjid, mayoritas menyetujui dan mendukung program kerja yang dilaksanakan para pengelola masjid. Mereka merasa senang karena masjid yang berada di lingkungannya bukanlah masjid seperti pada umumnya.66 Seperti yang kita ketahui, pada saat ini kebanyakan masjid hanya berperan bagi jamaahnya ketika akan melaksanakan sholat fardu dan hari-hari besar lainnya, maka tidak heran jika kita lihat banyak masjid yang tutup ketika bukan waktunya sholat. Sedangkan masjid Ittihadul Muhajirin tidak sama dengan masjid yang dikemukakan diatas, masjid ini selalu berusaha memberikan semangat dan peluang bagi jamaahnya untuk turut serta
66
Sumber data diperoleh dari hasil angket, Jakarta 6 Juli 2008
memakmurkan
masjid
dengan
berbagai
kegiatannya
yang
bertujuan
mensejahterakan masyarakat khususnya jamaah masjid baik di dunia maupun di akhirat. Karena itulah sekalipun usaha yang dilakukan masjid kurang memuaskan hasilnya, tetapi masyarakat berharap kepada pengelola masjid dengan harapan :67 a)
masjid dikelola dengan manajemen yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya, terutama para pengelolanya harus dapat menerapkan prinsip keprofesionalan dalam bekerja
b)
berupaya menambah modal atau meningkatkan pendapatan masjid agar dapat mengembangkan usaha-usaha masjid pada bidang lainnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang
c)
perlunya sosialisasi dan konsolidasi kepada seluruh lapisan masyarakat terhadap program kerja yang dijalankan masjid, agar tidak terjadi kesenjangan dikarenakan sebagian masyarakat merasa kegiatan
yang
dijalankan
masjid
hanya
diperuntukan
bagi
masyarakat tertentu saja d)
masyarakat berharap bahwa masjid Ittihadul Muhajirin ini dapat menjalankan fungsinya sebagai pusat kegiatan umatnya terutama dalam memberdayakan ekonomi jamaahnya.
67
Ibid
C.
Analisa Pemberdayaan Ekonomi Yang Dilakukan Masjid Ittihadul Muhajirin Allah berfirman : ☺
☺
☺ Artinya :
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orangorang yang mendapat petunjuk (At-Taubah : 18) Dalam ayat ini kata-kata memakmurkan masjid bukan hanya dalam konteks meramaikan dengan banyaknya ritual ibadah didalamnya, tapi memang dengan segala macam kegiatan yang bermanfaat untuk umat islam, hal ini sesuai dengan apa yang kita lihat fungsi masjid pada masa Rasulallah, dimana masjid menjadi pusat kegiatan agama, sosial-politik dan ekonomi. Masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat bukanlah sebuah wacana baru, karena sejak jaman Rasulallah SAW masjid memang sudah memiliki fungsi ekonomi, dimana pada jaman itu di masjid dibangun baitul mal, tempat menghimpun dana dari orang-orang kaya yang kemudian
didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan, karena memang zakat, infaq dan shodaqoh adalah instrumen penting pemberdayaan ekonomi umat Islam pada masa itu. Pada masa ini hanya sedikit masjid yang memiliki fungsi ekonomi, banyak orang berasumsi bahwa masjid
hanya
sebagai tempat ritual ibadah, hal ini dikarenakan masih kurangnya sosialisasi dari pihak-pihak terkait, dapat diperhatikan kebanyakan orang mengetahui bahwa masjid memiliki fungsi ekonomi hanya dari ceramah-ceramah agama tidak dari media-media pemberi informasi yang lain. Ketika masjid menjalankan fungsi ekonomi maka masjid tidak hanya mandiri dari sisi finansial saja namun juga turut membantu program pengentasan kemiskinan dan juga membantu menaikan taraf hidup masyarakat disekitarnya. Hal ini dikarenakan letak geografis masjid yang sangat strategis yaitu ditengah-tengah lingkungan masyarakat, sehingga dengan mudah masjid dapat menjangkau sumber pendanaan yaitu para muzaki dan sasaran pemberdayaan yaitu mustahiq. Dan ketika semua program itu direalisasikan dan dimanajemen dengan baik maka akan didapat hasil yang positif, didalam penelitian pada masjid Ittihadul Muhajirin, program pemberdayaan ekonomi masjid Ittihadul Muhajirin dapat dijadikan contoh, dimana mayoritas masyarakat sekitar merasa cukup puas dengan program ekonomi masjid yang dibuat oleh pengurus masjid, dikarenakan dengan mengakses program-program ekonomi masjid tersebut maka masyarakat sedikit terbantu dalam segi ekonomi.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis masjid memang menjadi potensi masjid yang sangat baik bila dikelola dengan baik pula, hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, minimal bagi jamaahnya sendiri68, namun semua baru dalam tataran konsep bila kita bicara dalam tataran praktek maka bisa menjadi lain. Permasalahan yang
biasa muncul
adalah: kekurangan sumber daya manusia (SDM). Kurangnya SDM sering menjadi salah satu alasan yang sering dipakai DKM masjid manapun untuk menjelaskan kenapa program pemberdayaan masyarakat berbasis masjid mereka berjalan tertatih-tatih, namun hal ini benar adanya, pada kenyataannya masjid sulit mendapatkan SDM yang cakap, hal ini dikarenakan pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis masjid adalah satu hal yang baru, sehingga tenaga ahli yang mampu mengelola unit-unit usaha masjid juga tidak tersedia banyak. Yang kedua adalah kurangnya pendanaan yang dimiliki masjid. Masjid bukan instansi profit oriented sehingga tidak banyak orang yang mau menginvestasikan dana-nya pada masjid dan juga ketidak mampuan masjid mengumpulkan dana dari masyarakat lewat instrument zakat, infaq dan shadaqah, dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk berzakat, berinfaq dan shadaqah. Hal ini berakibat tidak optimalnya
program
pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis masjid.
68
Mustofa, Manajemen Masjid: Gerakan Meraih Kembali Kekuatan dan Potensi Masjid (Surakarta: Ziyad Books, 2007) h. 58
Salah satu hal yang bisa dilakukan masjid untuk menutupi kurangnya SDM yang dimiliki adalah dengan cara melatih SDM yang telah ada sehingga mampu bekerja secara efektif, kemudian masjid melatih kader-kader muda dengan transfer knowledge tentang manajemen pengelolaan usaha masjid, sehingga dimasa depan masjid memiliki SDM yang cakap dalam mengelola usaha masjid. Sedangkan salah satu hal yang dapat menutupi kurangnya pendanaan yang dimiliki masjid adalah dengan cara mengoptimalkan penarikan zakat, infaq dan shadaqah dari tangan masyarakat, hal ini bisa dilakukan dengan cara meningkatkan
kesadaran
masyarakat
untuk
berzakat,
berinfaq
dan
bershadaqah, lewat media ceramah, diskusi agama maupun cara-cara yang lain. Bila pada kenyataannya hal ini dirasa belum cukup optimal maka masjid dapat mencari pendanaan dari pihak lain, masjid dapat mengakses program pendanaan untuk program pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid yang dibuat oleh pemerintah lewat bank-bank yang sudah ditunjuk. Dengan demikian program pemberdayaan ekonomi umat masjid dapat berjalan dengan baik dan berhasil mencapai tujuan-tujuannya baik itu kesejahteraan keuangannya.
jamaahnya
maupun
memandirikan
masjid
meningkatkan dalam
hal
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Peran masjid Ittihadul Muhajirin dalam pemberdayaan ekonomi jamaahnya sampai saat ini belum signifikan, bila diukur dalam meningkatkan taraf hidup jamaahnya, namun bila dilihat dari sudut peran sertanya maka masjid Ittihadul Muhajirin bisa dianggap berhasil, karena masjid Ittihadul Muhajirin mampu berperan sebagaimana fungsinya, sekalipun banyak kekurangan yang harus diperbaiki. 2. Program pemberdayaan ekonomi yang direalisasikan masjid Ittihadul Muhajirin melalui kegiatan ekonominya adalah koperasi, BMT (Baitul Maal wat Tamwil), tabungan haji dan tabungan qurban, pelayanan kesehatan dan sewa kios. Akan tetapi dari keseluruhan kegiatan ekonomi yang dijalankan masjid Ittihadul Muhajirin yang paling banyak diakses oleh masyarakat adalah BMT (Baitul Maal wat Tamwil). 3. Permasalahan yang timbul dalam program pemberdayaan ekonomi masjid Ittihadul Muhajirin adalah kurangnya Sumber Daya Masyarakat (SDM), kurangnya sosialisasi dan minimnya dana yang dimiliki. Maka dari itu, dalam meminimalisir kekurangan yang dimiliki masjid, pengurus masjid terus berbenah diri dimana mereka selalu mensosialisasikan program-
program masjid hampir disetiap peringatan hari-hari besar, melatih kaderkader baru cikal bakal penerus, melatih SDM yang telah ada dan memaksimalkan penerimaan dari zakat, infaq dan shadaqah. 4. Respon masyarakat sekitar masjid Ittihadul Muhajirin sangat baik terhadap kegiatan ekonomi yang telah dijalankan masjid selama ini, hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya persentase masyarakat yang turut serta dalam kegiatan ekonomi masjid yakni 88,5% hampir mendekati 100%. B. Saran Setelah melakukan penelitian dan membahas tentang Masjid sebagai sentral pemberdayan ekonomi umat, maka saran-saran yang kami ajukan sebagai berikut: 1. Kurangnya sosialisasi bukan hanya oleh pihak masjid saja namun juga oleh pemerintah khususnya Depag membuat program kembali ke masjid hanya diketahui oleh sedikit orang saja, seharusnya melihat kurangnya perhatian pemerintah pada hal ini pihak masjid berinisiatif sendiri mensosialisasikan pada masyarakat, baik lewat media dakwah maupun lewat media seminar-seminar keagamaan lainnya. 2. Minimnya dana yang dimiliki menunjukan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya berzakat masih rendah, seharusnya pihak masjid dalam mensosialisasikan program pemberdayaan ekonomi masjid juga tidak lupa mensosialisasikan pentingnya berzakat kepada jamaahnya, sehingga menumbuhkan semangat berzakat didalam masyarakat.
3. Jalan tengah yang juga baik untuk menutupi minimnya pendanaan adalah menyatukan dana yang didapat dari masyarakat dan dana yang didapat dari pemerintah, dimana pemerintah menyediakan dana untuk membantu program pemberdayaan ekonomi berbasis masjid. 4. Bagi pihak masjid perlu diadakannya pelatihan-pelatihan mengenai bagaimana tata cara mengelola masjid untuk kemaslahatan umatnya. Pelatihan tersebut diberikan baik untuk pengurus lama maupun generasi baru, agar melahirkan kader baru yang berkualitas dan kompeten.
DAFTAR PERTANYAAN QUESIONER ATAS RESPON MASYARAKAT TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT LEWAT MASJID
Assalamualaikum wr wb, Jamaah masjid Ittihadul muhajirin yang saya hormati, saya sedang melaksanakan tugas dari kampus UIN Syarif Hidayatullah ciputat dalam rangka pembuatan tugas akhir (skripsi). Quesioner penelitian ini sebagai bahan penghimpun data bagi saya dalam pembuatan tugas akhir (skripsi). Untuk itu saya mohon kesediaannya kepada jamaah untuk berkenan mengisi pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Petunjuk Pengisian : 1. Sebelum mengisi/menjawab pertanyaan di bawah ini, sebaiknya dibaca dan dipahami terlebih dahulu. 2. Mohon dijawab pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (x) pada pilihan yang tersedia. 3. Apapun jawaban yang jamaah berikan, dijamin kerahasiaannya
I. Gambaran Umum Responden 1. Nama
:
2. Jenis kelamin
: a. Laki-laki
3. Pekerjaan
: a. Pegawai Negeri b. Swasta e. Lain-lain…
4. Pendidikan
: a. SD
b. Perempuan c. Wiraswasta
b. Sltp c. Slta d. Diploma e. Sarjana f. Lain-lain…………. 5. Status nikah
: a. Belum nikah
6. Umur
:
b. Nikah
II. Pengetahuan Responden (respon kognitif) 1. Apakah bapak/ ibu mengetahui bahwa masjid memiliki fungsi pemberdayaan ekonomi umat? 1. ya 2. tidak 2. Jika mengetahui dari mana informasi tersebut? a. koran/majalah
c. buku
b. media elektronik
d. lain-lain.………
3. Apa yang diketahui bapak/ibu tentang maksud dari pemberdayaan ekonomi umat lewat masjid? a. Masjid melatih dan mendidik jamaahnya agar lebih terampil b. Masjid menggerakan ekonomi umatnya c. Masjid berperan mensejahterakan ekonomi umatnya
d. Lain-lain………………. III. Respon Masyarakat (respon afektif) 1.
Bagaimana penilaian bapak/ibu tentang usaha yang dijalankan masjid? a. baik
b. cukup
c. kurang
2. Bagaimana penilaian bapak/ibu tentang manajemen pengelolaan unit usahausaha masjid? a. baik
b. cukup
c. kurang
3. Bagaimana penilaian bapak/ibu terhadap pelayanan yang diberikan oleh pegawai dari unit usaha yang dijalankan masjid? a. baik
b. cukup
c. kurang
4. Sudah sesuaikah dengan syariah Islam kinerja unit usaha-usaha yang dijalankan masjid? a. ya b. tidak
5. Apakah bapak/ibu pengguna produk-produk dari unit usaha yang dijalankan masjid? a. ya b. tidak 6.
Jika iya produk apa yang bapak/ibu gunakan? a. BMT (Baitul maal wat Tamwil)
b. Tabungan haji c. Tabungan Qurban d. Koperasi e. Pelayanan praktek dokter f. Travel haji dan umroh g. Sewa kios h. Sewa tenda dan kursi i. Lain-lain……………… 7. Bagaimana menurut bapak/ibu setelah menggunakan fasilitas usaha atau produk yang dijalankan masjid? a. sangat puas b. puas c. kurang puas d. tidak puas 8.
Adakah pengaruh dari kegiatan ekonomi masjid terhadap tingkat kesejahteraan responden? a. Sangat berpengaruh
c. Kurang berpengaruh
b. Berpengaruh
d. Tidak berpengaruh
9. Menurut bapak/ibu apa yang menjadi kelebihan dari unit usaha yang dijalankan oleh masjid?
………………. 10. Apa yang menjadi kekurangannya dari unit usaha yang dijalankan oleh masjid? ……................. 11. Apa saran yang ingin disampaikan untuk masjid ke depan? ………………
Saya ucapkan terima kasih kepada para jama’ah yang telah bersedia mengisi kuisioner ini. Jazakumullah khairan katsiro.