MASALAH PROYEKSI PADA BIOGRAFI STEVE JOBS KARYA WALTER ISAACSON: KAJIAN PRAGMATIS
Projection Problem in Biography of Steve Jobs By Walter Isaacson: Pragmatics Study
EVI ANGGRAENI ISWANTI* NPM 180410080016
FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR JULI, 2012
*Penulis adalah mahasiswa Sastra Inggris FIB UNPAD, lulus tahun 2012, sidang tanggal 19 Juli 2012
Masalah Proyeksi Pada Biografi Steve Jobs Karya Walter Isaacson: Kajian Pragmatis Oleh Evi Anggraeni Iswanti*
ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Masalah Proyeksi pada Biografi Steve Jobs karya Walter Isaacson” (Kajian Pragmatis). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis trigger yang terdapat dalam kalimat sehingga dapat menimbulkan praanggapan pada biografi Steve Jobs, bentuk kalimat yang dapat menimbulkan masalah proyeksi pada biografi Steve Jobs, dan jenis masalah proyeksi yang muncul pada biografi Steve Jobs. Objek penelitian ini adalah biografi Steve Jobs karya Walter Isaacson yang diproduksi pada tahun 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Penulis menggunakan teori pragmatik Levinson (1983), disertai beberapa teori pragmatik pendukung lainnya, seperti teori pragmatik Yule (1996), Karttunen (1973), Strawson (1952), Horn (1972), dan teori kalimat Steffani (2007). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis trigger yang terdapat dalam biografi Steve Jobs sebagai presupposition trriggers adalah factive verbs, implicative verbs, change of state verbs, iteratives verbs, verbs of judging, dan comparisons and contrasts. Bentuk kalimat yang menyebabkan masalah proyeksi dalam biografi Steve Jobs adalah compound sentence, complex sentence, dan compound-complex sentence (dengan klausa if dan konjungsi but, or, dan and). Jenis masalah proyeksi yang muncul dalam data ialah overtly denied, suspension, dan filters. Kata Kunci: Masalah Proyeksi, Biografi, Pragmatis, triggers, dan kalimat.
*Mahasiswa Sarjana FIB Universitas Padjadjaran, Kajian Linguistik
1
ABSTRACT This research is entitled “Masalah Proyeksi pada Biografi Steve Jobs karya Walter Isaacson” (Kajian Pragmatis). The research is aimed to describe the kinds of trigger that appear in the biography of Steve Jobs as presupposition triggers, the forms of sentence that cause projection problem in biography of Steve Jobs, and the kinds of projection problem that appear in the biography of Steve Jobs. The object of this research is biography of Steve Jobs published in 2011 written by Walter Isaacson. The method that is used in this research is a descriptive analytic method. The author uses the pragmatics theory of Levinson (1983) and some other supported theories, such as pragmatics theory by Yule (1996), Karttunen (1973), Strawson (1952), Horn (1972), and sentence theory Steffani (2007). The result of this research shows that the kinds of trigger that appear in the biography Steve Jobs as presupposition triggers, i.e, factive verbs, implicative verbs, change of state verbs, iteratives, verbs of judging, and comparisons and contrasts. The forms of sentence that cause projection problem in biography of Steve Jobs, i.e, compound sentence, complex sentence, and compound-complex sentence (with if-clause and conjunction but, or, and). The kinds of projection problem that appear in the biography of Steve Jobs, i.e, overtly denied, suspension, and filters. Key Word: Projection Problem, Biography, Pragmatics, triggers, and sentence.
Pendahuluan Biografi adalah penjelasan rinci hidup seseorang. Biografi juga menggambarkan pengalaman subjek dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Tidak seperti sebuah profil atau curriculum vitae (resume), biografi menyajikan kisah hidup subjek, menyoroti berbagai aspek hidupnya, termasuk rincian detil pengalaman, dan dapat juga mencakup analisis kepribadian subjek.
2
Dalam biografi terdapat kalimat-kalimat yang dapat dianalisis berdasarkan pragmatik dan berhubungan dengan presuposisi atau praanggapan. Presuposisi (atau ps) atau biasa juga disebut praanggapan adalah asumsi implisit suatu ucapan dalam sebuah wacana. Sebuah praanggapan harus diketahui atau diasumsikan oleh pembicara dan pendengar. Salah satu masalah dari praanggapan adalah masalah proyeksi. Masalah proyeksi dapat terjadi pada beberapa kalimat compound, beberapa kalimat kompleks maupun variasi keduanya. Masalah proyeksi pada kalimat-kalimat tersebut dapat dianalisis dengan teori-teori pragmatik yang ada dalam kajian pragmatik. Kalimat yang memiliki masalah proyeksi merupakan kalimat yang memiliki bentuk tertentu sesuai teori pragmatik yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan mengacu pada teori tersebut, kita dapat melihat masalah proyeksi dan menemukan solusi atau kesimpulan yang dapat diambil dalam masalah proyeksi ini. Masalah proyeksi adalah suatu keadaan dimana praanggapan dalam klausa tidak mampu menjadi praanggapan keseluruhan kalimat. Dalam beberapa kondisi, praanggapan dikatakan hilang. Keunikan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti tentang masalah proyeksi. Masalah proyeksi yang dianalisis dalam penelitian ini terdapat dalam kalimat yang memiliki bentuk tertentu. Levinson (1983 : 193) membagi bentuk kalimat tersebut ke dalam empat jenis masalah proyeksi yaitu overtly denied, suspension, plugs, dan filters. Sehingga penulis menggunakan teori pragmatik Levinson (1983) sebagai teori utama. Sedangkan untuk teori pragmatik pendukung, penulis menggunakan teori Yule (1996), Karttunen (1973), Strawson (1952), Horn (1972), dan Steffani (2007) untuk mendeskripsikan jenis verba sebagai triggers dan bentuk kalimat dengan empat jenis masalah proyeksi yaitu overtly denied, suspension, plugs, dan filters.
3
Pembahasan Menurut Fromkin dkk. (2003 : 207) terdapat dua macam konteks yang relevan dengan ilmu pragmatik sebagai ilmu yang mengkaji interpretasi makna linguis dalam konteks-konteks tertentu. Kedua macam konteks tersebut adalah linguistic context, atau konteks linguistik, dan situational context, atau konteks situasi. Fromkin dkk. (2003 : 207) mendefinisikan konteks linguistik sebagai“…the discourse that precedes the phrase or sentence to be interpreted.” Sedangkan konteks situasi didefinisikan sebagai “Much of the contextual knowledge is knowledge of who is speaking, who is listening, what objects are being discussed, and general facts about the world we live in, called situational context.” Konteks linguistik diartikan sebagai perkiraan yang menyertai sebuah frasa atau kalimat yang diujarkan, sedangkan konteks situasi adalah pengetahuan tentang siapa yang berbicara, siapa yang mendengar, objek apa yang sedang dibicarakan, dan fakta-fakta umum tentang dunia tempat tinggal. Dalam penelitian ini tuturan berbentuk kalimat dikemas dalam biografi Steve Jobs. Kalimat menurut Steffani (2007 : 45) merupakan ”A structure that consists of one or more clauses capable of presenting a complete thought in a manner which is grammatically acceptable” Dapat penulis simpulkan bahwa kalimat merupakan sebuah struktur yang terdiri dari satu klausa atau lebih yang menyajikan pemikiran menyeluruh dalam suatu cara yang dapat dibenarkan secara gramatikal. Steffani membagi kalimat menjadi empat bentuk. “Based on the type of sentence, there are four types of sentence in English; simple sentence, compound sentence, complex sentence, and compound-complex sentence.” (Steffani, 2007 : 45). Empat bentuk kalimat tersebut menurut Steffani adalah kalimat sederhana, kalimat compound, kalimat kompleks, dan variasi antara kalimat compound dan kalimat kompleks yang disebut compound-complex sentence. Menurut Yule (1996 : 43) “presupposition is something the speaker assumes to be the case prior to making an utterance. Speakers, not sentences, have
4
presuppositions.” Lebih jauh lagi, Yule (1996 : 26) menyatakan bahwa “In many discussions of the concept, presupposition is treated as a relationship between two propositions.” Dari pernyataan Yule ini penulis menyimpulkan bahwa praanggapan adalah sesuatu yang penutur anggap sebagai keadaan awal untuk membuat sebuah ungkapan. Penutur yang memiliki praanggapan bukan kalimat tuturannya. Dalam banyak diskusi dari konsep praanggapan ini, praanggapan dianggap sebagai hubungan antar dua proposisi. Sementara Fromkin dkk. (2003 : 221) menyatakan bahwa “Presuppositions are implicit assumptions that accompany certain utterances.” Praanggapan merupakan asumsi implisit yang menyertai beberapa tuturan. Dapat penulis simpulkan dari pernyataan Yule dan Fromkin dkk. praanggapan merupakan asumsi pada sebuah ungkapan. Hubungan praanggapan dapat digambarkan dalam kalimat berikut: Kalimat dalam (16) mengandung proposisi p dan kalimat dalam (17) mengandung proposisi q, maka dengan menggunakan simbol >> yang berarti „yang mempraanggapkan‟, kita dapat menggambarkan hubungan praanggapannya seperti dalam (18). 16. Mary‟s dog is cute.
(=p)
17. Mary has a dog.
(=q)
18. p>> q. Yang menarik, apabila kita balikkan kalimat dalam (16) menjadi kalimat negatif / menyangkal (NOT p), seperti dalam (19), kita akan mendapatkan bahwa hubungan praanggapan tidak berubah. Yaitu diulangi seperti (17), proposisi q yang sama berlanjut dipraanggapkan oleh NOT p, sebagaimana ditunjukkan dalam (21). 19. Mary‟s dog isn‟t cute.
(=NOT p)
20. Mary has a dog.
(=q)
21. NOT p >> q.
5
Sifat praanggapan ini biasanya dinyatakan sebagai keajegan di bawah penyangkalan. Pada dasarnya, keajegan di bawah penyangkalan berarti bahwa praanggapan suatu pernyataan akan tetap ajeg (yakni: tetap benar), walaupun kalimat pernyataan itu dijadikan menyangkal. Selanjutnya penulis akan memaparkan beberapa kata yang memicu praanggapan dalam kalimat. Dalam pragmatik, kata yang memicu praanggapan disebut
presupposition
trigger.
Levinson
(1983:
179)
menyatakan
“So
presuppositions seem to be tied to particular words-or, as we shall see later, aspects of surface structure in general. We shall call such presupposition-generating linguistic items presupposition triggers.” Karttunen telah mengumpulkan 31 jenis triggers tersebut, dan hanya enam triggers yang penulis ambil untuk melihat adanya masalah proyeksi, yaitu factive verbs, implicative verbs, change of state verbs, iteratives, verbs of judging, comparisons and contrasts. Masing-masing triggers tersebut terdiri dari beberapa kata yang dapat berupa verba, kata sifat, adverbia, atau bentuk kalimat tertentu. Yule (1996 : 52) menyatakan bahwa ”The projection problem is when the meaning of whole sentences is a combination of the meaning of its parts. However, the meaning of some presuppositions (as „parts‟) doesn‟t survive to become the meaning of some complex sentences (as „wholes‟).“ Berdasarkan teori yang dipaparkan Yule (1996 : 52) tersebut penulis menyimpulkan bahwa masalah proyeksi adalah suatu keadaan dimana arti dari keseluruhan kalimat merupakan gabungan dari arti bagian-bagian kalimat itu, akan tetapi, sebagian praanggapan (sebagai „bagianbagian‟)
tidak
mampu
menjadi
praanggapan
kalimat
kompleks
(sebagai
„keseluruhan‟) Untuk dapat mengetahui masalah proyeksi praanggapan kita lihat kalimat berikut: Pada poin ini, tuturan penutur (38) mempraanggapkan (39)
6
38. Nobody realized that Kelly was ill.
(=p)
39. Kelly was ill.
(=q)
40. p>> q. Pada poin ini, tuturan penutur (41) mempraanggapkan (42), lawan dari (39) 41. I imagined that Kelly was ill.
(=r)
42. Kelly was not ill.
(=NOT q)
43. r>> NOT q Pada poin (44) ini, setelah penggabungan r & p, praanggapan q tidak dapat lebih lama diasumsikan kebenarannya. 44. I imagined that Kelly was ill and nobody realized that she was ill. (=r&p) 45. r&p >> NOT q Levinson (1983: 194) menyatakan bahwa “The most straightforward way in which such disappearances occur is where the presuppositions of a sentence are overtly denied in a co-ordinate sentence.” Dapat penulis simpulkan bahwa menurut Levinson praanggapan dari sebuah ungkapan akan hilang dalam bentuk kalimat compound atau compound-complex dengan coordinating conjunction, seperti dalam contoh: 56. John doesn‟t regret doing a useless PhD in linguistics because in fact he never did do one! 57. John didn‟t manage to pass his exams, in fact he didn‟t even try. 58. Le Comte de Berry claims to be the King of France, but of course there isn‟t any such King anymore.
7
Levinson (1983: 194) kembali menyatakan bahwa “In connection with overtly denials as in (56-58), it is important to note that at least in many cases they are not possible with positive sentences.” Dapat penulis simpulkan bahwa
sehubungan
dengan overtly denial dalam kalimat (56-58), penting untuk diperhatikan bahwa setidaknya dalam banyak kasus overtly denial tidak mungkin salah satunya dalam bentuk kalimat positif. Seperti dalam kalimat berikut: 58. John regrets doing a useless PhD in linguistics because in fact he never did do one! 59. Florence has stopped beating her husband and in fact she never did beat him. 60. It was Luke who would betray him, because in fact no one would. Horn (1972) dalam Levinson (1983 : 195) menyatakan bahwa “The use of a following if-clause can very naturally suspend the speaker‟s commitment to presuppositions.” Levinson menyebutnya dengan counterfactual conditionals. Dari pernyataan Horn dan Levinson tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penggunaan if-clause atau conditional sentence yang dapat berbentuk kalimat kompleks atau compound-complex dapat menggugurkan praanggapan penutur. Ilustrasinya seperti dalam contoh berikut: 61. John didn‟t cheat again, if indeed he ever did. 62. Harry clearly doesn‟t regret being a CIA agent, if he actually ever was one. Karttunen (1973) merumuskan filters sebagai berikut: “They let some presuppositions through but not others. I stated the filtering conditions as follow:
8
(a) In a sentence of the form if a then b, (and also, perhaps, in a sentence of the form a&b) the presuppositions of the parts will be inherited by the whole unless b presupposes c and a entails c (b) In a sentence of the form a or b, (and also in a sentence of the form a but b) the presuppositions of the parts will be inherited by the whole unless b presupposes c and ~a entails c” Levinson menyatakan filters sebagai “behaviour of presupposition in complex sentences formed using the connectives and, or, if… then and the related expressions that include but, alternatively, suppose that, and many others.” (Levinson, 1983: 196). Dari pernyataan Karttunen dan Levinson tersebut dapat penulis simpulkan bahwa filters dapat terjadi pada kalimat compound atau compound-complex. Data yang dipakai dalam penelitian ini berupa beberapa kalimat yang diambil dari biografi Steve Jobs karya Walter Isaacson. Beberapa kalimat tersebut menimbulkan masalah proyeksi karena tidak dapat dipraanggapkan. Beberapa kalimat tersebut adalah: 1. You realize that it can‟t be true, but he somehow makes it true. (Jobs, 253) 2. If he had told me he needed the money, he should have known I would have just given it to him. (Jobs, 50) 3. If I raise my finger, will God know which one I‟m going to raise even before I do it? (Jobs, 30) Overtly Denied Data: You realize that it can‟t be true, but he somehow makes it true. (Jobs, 253) Analisis:
9
Konteks dalam kalimat tersebut adalah situasional. Yang berbicara adalah Wozniak rekan kerja Jobs, yang mendengar adalah Walter Isaacson, sedangkan objek yang sedang dibicarakan adalah tentang Steve Jobs. Penentuan Praanggapan i.
You realize/ didn‟t realize that it can‟t be true.
(=p)
ii.
it can‟t be true.
(=q)
iii.
p>>q
iv.
He somehow makes it true.
(=p)
v.
It can be true.
(=q)
vi.
p>>q
vii.
You realize that it can‟t be true, but he somehow makes it true. (=p)
viii. It can be true. ix.
(=q)
p>>q Jenis triggers yang terdapat pada kalimat kompleks sehingga dapat
menimbulkan praanggapan adalah factive verbs dengan verba realize sebagai presupposition trigger. Bentuk kalimat yang dapat menimbulkan masalah proyeksi dalam data adalah bentuk kalimat compound-complex dengan kedua kalimat positif dan dihubungkan konjungsi coordinate but. Kalimat compound-complex tersebut terdiri dari satu kalimat kompleks dan satu kalimat sederhana. Pada kalimat kompleks terdapat dua buah klausa independen yang dihubungkan dengan relative pronoun that. Klausa yang diawali that merupakan noun clause. Sedangkan kalimat sederhana terdapat hanya satu klausa independen. Jadi, kalimat compound-complex tersebut terdiri dari
10
tiga buah klausa dengan dua klausa independen dan satu klausa bergantung. Kedua kalimat tersebut merupakan kalimat positif dan dihubungkan dengan konjungsi coordinate but. Jenis masalah proyeksi yang muncul pada data adalah overtly denied. Hal ini disebabkan karena praanggapan hilang. Praanggapan hilang dikarenakan kalimat berbentuk kalimat compound-complex dengan konjungsi co-ordinate but yang menyebabkan pertentangan antara praanggapan kalimat pertama dan kedua. Suspension Data: If he had told me he needed the money, he should have known I would have just given it to him. (Jobs, 50) Analisis: Konteks dalam kalimat tersebut adalah situasional. Yang berbicara adalah Wozniak rekan kerja Jobs, yang mendengar adalah Walter Isaacson, sedangkan objek yang sedang dibicarakan adalah tentang Steve Jobs yang membutuhkan uang. Penentuan Praanggapan i.
He should have/haven’t known I would have just given it to him. (=p)
ii.
I would have just given money to him.
iii.
p>>q
iv.
If he had told me he needed the money.
v.
He had not told me he needed the money. (=q)
11
(=q)
(=p)
vi.
p>>q
vii.
If he had told me he needed the money, he should have known I would have just given it to him.
(=p)
viii. He had not told me he needed the money. ix.
(=q)
p>>q Jenis triggers yang terdapat pada kalimat kompleks sehingga dapat
menimbulkan praanggapan adalah factive verbs dengan verba know sebagai presupposition trigger. Bentuk kalimat yang dapat menimbulkan masalah proyeksi adalah bentuk kalimat kompleks dengan konjungsi subjunctive if atau kalimat conditional. Kalimat kompleks tersebut terdiri dari empat buah klausa independen yang sebenarnya dihubungkan dengan relative pronoun that. Klausa yang diawali that merupakan noun clause. Jenis masalah proyeksi yang muncul pada data adalah suspension. Hal ini disebabkan karena praanggapan hilang. Praanggapan hilang dikarenakan kalimat kompleks memiliki bentuk kalimat conditional dan munculnya konjungsi if. Filters Masalah Proyeksi Filters dengan If-clause Data: If I raise my finger, will God know which one I‟m going to raise even before I do it? (Jobs, 30) Analisis:
12
Jenis trigger yang terdapat pada kalimat sehingga dapat menimbulkan praanggapan adalah factive verbs dengan verba know sebagai presupposition trigger. Bentuk kalimat yang dapat menimbulkan masalah proyeksi adalah bentuk kalimat kompleks dengan konjungsi subjunctive if dan konjungsi subjunctive which one dan before. Kalimat tersebut terdiri dari tiga kalimat kompleks. Kalimat kompleks pertama terdiri dari satu klausa independen dan kalimat kompleks yang dihubungkan dengan konjungsi subjungtif which one. Kalimat kompleks kedua terdiri dari satu klausa independen dan kalimat kompleks yang dihubungkan dengan konjungsi subjunctive before. Klausa yang diawali which one merupakan noun clause. Kalimat kompleks ketiga membentuk kalimat conditional dengan konjungsi subjunctive if. Kalimat kompleks tersebut terdiri dari empat buah klausa. Untuk melihat jenis masalah proyeksi, penulis menentukan praanggapan terlebih dahulu kemudian menguji praanggapan tersebut untuk melihat adanya masalah proyeksi. Ilustrasinya adalah sebagai berikut: Penentuan Praanggapan Pada poin (iii), tuturan penutur (i) mempraanggapkan (ii) i. Will God know which one I‟m going to raise even before I do it? (=p) ii. God know which one I‟m going to raise even before I do it.
(=q)
iii. p>> q. Negasikan tuturan (i) sehingga menjadi (iv) maka praanggapannya (v): iv. Won‟t God know which one I‟m going to raise even before I do it? (=NOT p) v. God know which one I‟m going to raise even before I do it?
13
(=q)
vi. NOT p>> q. Terlihat bahwa praanggapan dapat bertahan di bawah negasi (constancy under negation). Uji Masalah Proyeksi Untuk dapat mengetahui masalah proyeksi kita lihat sebagai berikut: 1. If I raise my finger, will God know which one I‟m going to raise even before I do it? 2. I raise my finger
(=a)
3. Will God know which one I‟m going to raise even before I do it? (=b) 4. God know which one I‟m going to raise even before I do it
(=c)
5. b >> c dan a << c Dengan
menggunakan
rumusan
filters
(a),
yaitu
klausa
kedua
mempraanggapkan apa yang dientail oleh klausa pertama terbukti bahwa kalimat (1) memiliki masalah proyeksi. Jenis masalah proyeksi yang muncul pada data adalah filters. Hal ini disebabkan karena praanggapan hilang. Praanggapan hilang dikarenakan kalimat kompleks tersebut memiliki bentuk kalimat conditional dan munculnya konjungsi if dengan rumusan filters Karttunen. Simpulan Dari keenam jenis triggers, jenis implicative verbs, change of state verbs, dan iteratives verbs mendominasi daripada ketiga jenis triggers lainnya dengan proposisi yang sama besarnya dalam jumlah data. Sementara itu, jenis trigger comparisons and contrasts merupakan yang paling sedikit ditemukan.
14
Dari ketiga bentuk kalimat yang dapat menimbulkan masalah proyeksi, bentuk kalimat complex dalam kalimat conditional mendominasi daripada kedua bentuk kalimat lainnya dalam hal jumlah data. Sementara itu, bentuk kalimat compound dengan konjungsi or dan and, dan bentuk kalimat compound-complex dengan konjungsi and merupakan yang paling sedikit ditemukan. Dari ketiga jenis masalah proyeksi, jenis masalah proyeksi filters mendominasi daripada kedua jenis masalah proyeksi lainnya dalam hal jumlah data. Sementara itu, jenis masalah proyeksi suspension merupakan yang paling sedikit ditemukan dalam jumlah data.
Daftar Sumber http://en.wikipedia.org/wiki/Biography (diunduh pada tanggal 3 Maret 2012, pukul 15.30 WIB) Azar, Betty Schrampfer. 1989. Understanding and Using English Grammar. United States of America: Prentice-Hall, Inc. Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Great Britain: Cambridge University Press. Sperber, Dan and Wilson, Deidre. 1986. Relevance: Communication and Cognition, Oxford: Basil Blaxkwell. Steffani, Susan A. 2007. Identifying Embedded and Conjoined Complex Sentences: Making it Simple. United States of America: California State University Press. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yule, George. 1996. Pragmatics. United States of America: Oxford University Press.
15
Daftar Simbol =p
: ujaran penutur
=q
: praanggapan dari ujaran penutur
=NOT p
: negasi dari ujaran penutur
=r
: pemisalan ujaran penutur
=r&p
: gabungan pemisalan ujaran penutur dan ujaran penutur
=p&r
: gabungan ujaran penutur dan pemisalan ujaran penutur
=a
: klausa pertama
= a
: negasi dari klausa pertama
=b
: klausa kedua
=c
: praanggapan klausa kedua atau entailmen klausa pertama
>>
: yang mempraanggapkan
<<
: yang mengentailkan
16