1 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DINAS PSIKOLOGI
BAB I PENDAHULUAN
1.
Umum Kondisi masyarakat yang semakin maju telah berdampak pada tuntutan
kebutuhan untuk dapat menyiapkan tenaga manusia yang memiliki kemampuan profesionalisme pada bidangnya termasuk dalam dunia militer. Sebagian besar masyarakat terutama politikus dan pekerja praktis berpendapat bahwa program pendidikan dan aturan yang berlaku di lingkungan militer sering dikritik terlalu doktriner dan tidak mengikuti perkembangan zaman sehingga individu yang berada dalam lingkungan militer mengalami kesulitan untuk berkembang mengikuti tuntutan zaman. Kodiklat TNI AD telah berupaya merubah image tersebut dengan melakukan beberapa perubahan baik pada perangkat lunak (Program dan materi utama pelajaran ) maupun perangkat kerasnya (sarana dan prasarana pendukung keberhasilan proses pendidikan yang tercakup dalam 10 komponen pendidikan). Satu aspek yang paling penting dalam mewujudkan pertanggungjawaban proses keberhasilan pendidikan adalah adanya Bahan Pengajaran yang baku sehingga dapat terukur, terstandard dan dapat dipelajari dan dikembangkan sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan dan profesi kemiliteran yang penuh dengan tugas pokok dan tugas terkandung (terutama di negara berkembang seperti Indonesia). Proses pendidikan diharapkan mampu memberikan perubahan nilai yang cukup permanen (relatif tetap) baik secara intelektual dengan semakin bertambahnya tingkat pengetahuan terhadap sesuatu, meningkatnya ketrampilan yang dimiliki seseorang serta perubahan sikap dan perilaku yang lebih bijaksana dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan (penanaman nilai dan etika dalam pergaulan hidup serta semangat kejuangan). Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut, maka seorang prajurit diharapkan mampu menelaah semua materi pelajaran serta mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-harinya. Proses belajar mengajar (PBM) adalah proses pendidikan yang dilakukan dengan cara langsung bertatap muka antara guru dan siswa dalam kelas (teoritis) atau di lapangan (praktek). Agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan harapan dan dapat mencapai sasaran dan tujuan pendidikan maka
diperlukan situasi yang nyaman dalam berinteraksi. Bahan pengajaran yang jelas (isi, arah tujuan dan sasaran yang hendak dicapai) dan proses interaksi yang kondusif mendukung pencapaian tujuan kegiatan yang dilakukan secara bersama. Faktor penting dalam mewujudkan hal tersebut adalah tingkat pemahaman guru tentang hakekat dan filosofi dasar pendidikan dan pelatihan, pendukung keberhasilan proses belajar mengajar,
pemahaman terhadap metode yang tepat
untuk mencapai sasaran tiap materi pelajaran sesuai dengan sifat, bentuk dan metode yang diharapkan. Bidang pengetahuan yang membicarakan hal tersebut diatas (dalam rangka mencapai sasaran tujuan proses pendidikan dan latihan) adalah ilmu psikologi yang lebih mengutamakan pemahaman pada proses perubahan yang terjadi pada individu secara khusus maupun umum. Dalam proses pendidikan yang terjadi adalah perubahan pada individu yang meliputi aspek intelektual, ketrampilan dan penanaman nilai semangat juang yang tepat. Psikologi memandang bahwa proses pendidikan akan mempengaruhi beberapa aspek yang terdapat pada individu, antara lain adalah : a.
Bahwa proses pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan harus
dipedomani
untuk
mendukung
tercapainya
tujuan
organisasi
dari
penyelenggara. b.
Penggunaan Sumber daya (sarana dan prasarana pendidikan) secara
tepat dan efisien agar dapat mempermudah pencapaian sasaran pendidikan. c.
Jaminan karier dan kesejahteraan untuk tenaga pendidik dan
pendukungnya dalam proses pendidikan akan dapat mendorong semangat kerja dalam proses belajar mengajar dari hal kecil sampai besar. d.
Adanya kesempatan dan peluang yang sama dalam
mengikuti
pendidikan bagi semua prajurit yang memenuhi persyaratan,tanpa kecuali untuk mendapatkan kualitas dan potensi peserta didik yang memadai. e.
Pendidikan dan pelatihan adalah sarana pembekalan dan salah satu
cara pemeliharaan pada profesionalisme prajurit untuk dapat melaksanakan tugas pokok dengan sebaik-baiknya. f.
Hakekat pendidikan dan prinsip-prinsip dalam
pendidikan harus
menjadi pedoman umum dalam pelaksanaan kegiatan serangkaian pendidikan sehingga semua kegiatan tersebut dapat terukur dan terstandarisasi dari awal proses sampai hasilnya.
2
Tuntutan keberhasilan proses pendidikan dan latihan bagi prajurit bukan hanya selesai
dan
berakhirnya
operasional
pendidikan
yang
dilakukan,
tetapi
dipertimbangkan hasil pendidikan berupa profesionalisme prajurit yang mampu melaksanakan tugas
pokok
di
masa
mendatang
serta
dapat
mengatasi
permasalahan dan kesulitan yang terjadi. Selain tuntutan kemampuan dasar militer, maka setiap prajurit juga harus mampu melakukan kegiatan sesuai dengan bidang korp (tugas kecabangan kesenjataan) yang ditekuni dan mampu menjalin relasi sosial dengan masyarakat sekitarnya. Mengingat bahwa perubahan perilaku pada setiap individu termasuk seorang prajurit berjalan terus menerus selama hayat (hidup) maka proses pendidikan sudah semestinya sebagai bekal dasar dan tahapan dalam rangka pembinaan personil. Oleh karena itulah maka pendidikan yang ada di lingkungan militer berjalan secara bertahap, berlanjut dan bertingkat dan dapat diukur serta ditentukan sasaran pendidikan yang hendak dicapai. Kodiklat TNI AD dengan perangkatnya telah mewajibkan setiap Pusat Pendidikan dibawah pengawasannya untuk melengkapi 10 komponen pendidikan dan juga membekali pengetahuan psikologis praktis dalam rangka mendukung keberhasilan proses pendidikan untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan serta memenuhi kebutuhan organisasi TNI pada umumnya. Salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan dan latihan adalah keberhasilan dalam bidang penguasaan materi bagi Peserta didik yang dapat dipahami, diukur, dan
dikembangkan serta dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari untuk melaksanakan pekerjaan/tugas. Oleh karena itulah kami menyusun Bahan Pengajaran tentang Psikologi Kepelatihan untuk siswa/peserta didik sesarcab sebagai pedoman dan kaidah pencapaian sasaran pendidikan.
2.
Maksud dan Tujuan a.
Maksud. Materi pelajaran Psikologi kepelatihan ini diberikan dengan
maksud untuk membekali para Perwira siswa sesarcab untuk menguasai materi pengetahuan Psikologi dalam rangkaian kegiatan Kepelatihan sehingga peserta didik mampu memahami peserta pelatihan dari aspekaspek psikologis. b.
Tujuan.
Tujuan
dari
diberikannya
materi
pelajaran
Psikologi
Kepelatihan ini adalah agar para Perwira memahami tentang Psikologi 3
Kepelatihan
Dasar
di
lapangan,
sehingga
mampu
mengembangkan
kemampuan diri dan pemahaman terhadap individu yang mengikuti kepelatihan agar penyelenggaraan kepelatihan dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai kemanusian dan mampu memahami tingkat kemampuan individu dalam pelatihan.
3.
Ruang Lingkup dan Tata Urut. Pembahasan tentang Kepelatihan ditinjau dari bidang Psikologi mencakup
pengertian-pengertian umum tentang konsep teoritis pembelajaran dan pelatihan, hakekat dan filosofi kepelatihan, tehnik memotivasi belajar serta teknik-teknik praktis yang dapat dilakukan dalam rangka merancang pelatihan mengevaluasi, mengkajinya dengan rincian sebagai berikut : a.
Pendahuluan
b.
Prinsip Psikologi dalam belajar
c.
Hakekat dan Filosofi Pelatihan
d.
Pelatihan dari sudut pandang Psikologi
e.
Tehnik memotivasi belajar
f.
Tehnik menyimak aktif dan memberikan umpan balik
g.
Evaluasi
h.
Penutup
4
BAB II PRINSIP PSIKOLOGI DALAM BELAJAR
4.
Pengertian Psikologi Psikologi berasal dari bahasa Yunani, Psyche yang artinya jiwa dan logos
yang artinya ilmu pengetahuan. Menurut epistimologi maka psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang kejiwaan manusia. Pada
awal perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu psikologi masih bersatu dengan filsafat kemudian bernaung di bawah kedokteran lalu ilmu pengetahuan alam. Namun pada akhirnya ilmu psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri dengan mendapatkan sumbangan ilmu dari beberapa disiplin ilmu lainnya diantaranya adalah ilmu biologi, kedokteran, filsafat, sosiologi, pendidikan maupun matematika termasuk ilmu agama. Psikologi dapat semakin berkembang dengan dukungan metode ilmiah, statistik dan penelitian pengembangan lain yang memudahkan memahami sistematika psikologi. Sebagian orang mempercayai bahwa ilmu psikologi memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk memahaminya karena obyeknya abstrak namun berkat metode penelitian dan pengembangan dalam pengukuran gejala aspek psikologis untuk memudahkan memahami proses psikologis pada seseorang maka psikologi mulai banyak diminati dan berkembang keseluruh aspek kehidupan manusia.
Hampir seluruh aspek kehidupan manusia dapat dipahami dengan
belajar psikologi dan dikembangkan untuk membantu penerapannya dalam kehidupan yang lebih nyaman dan sejahtera. Secara garis besar bidang kajian psikologi berkembang menjadi 2 bagian besar cabang ilmu yaitu ilmu teoritis dan ilmu terapan. Psikologi yang membahas bidang teoritis dan pengembangannya masuk dalam ilmu psikologi teoritis sedangkan bagian psikologi yang dapat diterapkan secara langsung pada bidang tertentu digolongkan dalam psikologi terapan. Salah satu bidang pengembangan dan penggunaan psikologi terapan adalah psikologi kepelatihan. Beberapa kajian bidang psikologi terapan lainnya adalah psikologi perkembangan, psikologi industri dan organisasi, psikologi militer,
psikologi sosial dan psikologi pendidikan.
Psikologi dapat berkembang dengan dukungan metode penelitian dan eksperimen yang memberikan kemudahan dengan pengukuran gejala secara terstandarisasi, terukur dan dapat dibuktikan. Bidang psikologi kepelatihan dan psikologi pendidikan hampir sama konsentrasi pembicaraannya hanya berbeda pada sudut pandang dan 5
pola interaksi dalam proses kegiatannya.
Oleh karena itu penyelenggaraan
kegiatan pendidikan dan latihan pada intinya adalah bagaimana merubah perilaku seseorang sehingga meningkat pengetahuannya, meningkat keterampilannya dan meningkat nilai kejuangan dan semangat dalam hidup yang lebih baik. Proses pendidikan dan latihan hendaknya berpedoman pada prinsip kemanusiaan dengan memperhatikan aspek-aspek psikologis individu serta secara tepat mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik. Kelancaran proses belajar mengajar juga dipengaruhi oleh adanya dukungan kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan yang ada disekitarnya (alins dan alonging) agar peserta didik dapat mendekati obyektif dan realitas. Secara umum, proses dikenal dengan nama paedagogik, yang membahas tentang proses terjadinya belajar mengajar dengan memperhatikan interaksi antara guru/pendidik dengan peserta didik. Sistem pendidikan yang digunakan juga harus diperhatikan agar proses keseluruhan kegiatan dapat berjalan dengan tepat sesuai dengan tujuan dan sasaran pendidikan. Metode dan sistem dalam pendidikan dan pelatihan menjadi perangkat untuk dapat menyampaikan materi pelajaran dari gumil atau pelatih kepada peserta didik.Namun peserta didik yang merupakan individu sebagai mahluk yang dinamis berkembang maka diperlukan pemahaman tentang aspek psikologis dari setiap individu sehingga dapat memberikan materi dan proses belajar mengajar yang sesuai dengan kemampuan dan situasi peserta didik. Oleh karena itu diperlukan pemahaman tentang aspek psikologis dari gumil atau pelatih. Berikut ini dijelaskan tentang proses dan aspek psikologis yang berpengaruh pada seseorang dalam kehidupannya.
5.
Proses Dalam Diri Individu Setiap individu dalam kehidupannya akan mengalami proses dasar yang
terjadi pada setiap menghadapi stimulus dan rangsang dari lingkungan untuk berkembang dan bertahan hidup. Terjadinya perilaku dalam kehidupan seseorang sangat dipengaruhi dengan Proses Dalam Diri Individu yang didukung oleh beberapa aspek diantarannya adalah:
a.
Persepsi, yaitu cara pandang seseorang terhadap obyek yang
dihadapi. Proses persepsi pada individu berjalan melalui pengalaman untuk dapat mengerti tentang obyek yang ada disekitarnya baik lingkungan sosial 6
maupun lingkungan fisik. Individu yang hidup dengan pengalaman dan proses pendidikan baik formal maupun non formal akan memberikan pengaruh yang sangat mendasar sebagai referensi atau dasar berfikir. Oleh karena itu budaya dan situasi keluarga dari individu sangat mewarnai persepsi individu terhadap dunia (obyek dan peristiwa). Misalnya orang batak, yang mudah bergaul dan bersahabat sangat berbeda dengan orang jawa yang mengutamakan perasaan dalam bergaul dengan orang lain. Persepsi sangat menentukan sikap dari individu terhadap obyek atau peristiwa yang terjadi dan dapat dilihat pada perilaku individu. b.
Sikap, yaitu perilaku seseorang yang ditampilkan keluar dengan
beberapa aspek terlihat antara lain aspek kognitif yang berisi tentang kemampuan/daya
berpikir
untuk
memecahkan
masalah,
mengingat,
menghapal, menganalisis dan menjelaskan sesuatu. Aspek berikutnya adalah menanggapi situasi dan obyek dari lingkungan sekitarnya. Bentuk aspek perasaan terlihat adanya perasaan sedih, senang, gembira dan bersemangat maupun kemarahan seseorang dalam menghadapi situasi yang terjadi. Sedangkan aspek konasi adalah aspek kemauan yang berisi tentang kemauan seseorang untuk menyelesaikan tugas yang diterimanya atau kondisi semangat seseorang dalam menghadapi tantangan dan hambatan mencapai tujuan. Namun pada suatu saat peristiwa dapat menyebabkan seseorang melakukan disonansi yaitu terjadinya ketidak selasaran antara sikap yang ditampilkan dengan perilaku verbal. c.
Motivasi, adalah aspek dalam diri individu yang sangat berpengaruh
ketika dalam situasi kerja maupun menginjak masa remaja. Motivasi berisi tentang motif yang dalam bentuk kenyataan keseharian terlihat sebagai salah satu bentuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan, kemauan yang sudah terwujud dalam usaha nyata untuk dapat melakukan suatu perilaku. Motivasi memberikan energi yang mendorong seseorang untuk berbuat lebih dari yang ada (motivasi berprestasi), atau ingin dapat mempengaruhi orang lain secara luas (motivasi berkuasa) dan dorongan untuk bekerjasama (afiliasi). Motivasi pada orang yang sudah siap kerja atau dewasa akan lebih berpengaruh dari pada kemampuan yang dimiliki individu. Oleh karena itu motivasi menjadi tumpuan dalam proses individu ketika mendapat tugas jabatan dan mengejar sasaran yang lebih. 7
d.
Sedangkan aspek berikutnya adalah nilai, pada manusia nilai sangat
menentukan suatu keputusan atau perilaku sebagai bentuk sikap terakhir dari tanggapan seseorang terhadap situasi dan kondisi yang berlaku dalam lingkungan sekitarnya. Nilai membentuk seseorang untuk berbuat lebih terarah pada satu kondisi yang dimilikinya. Secara teoritis, manusia berdasarkan aspek nilai dibedakan berdasarkan pada : 1. Keilmuan atau teoritis, orang yang memiliki nilai tinggi pada bidang keilmuan
akan
nampak
pada
perilakunya
yang
lebih
mengutamakan tentang keilmuan dan teoritis sehingga dalam kehidupannya sering menggunakan dasar ilmu pengetahuan dalam bertindak tanpa memandang kondisi yang berada pada seseorang sehingga terkadang terjadi konflik dalam diri individu 2. Estetika, yaitu nilai yang lebih mengutamakan pada unsur keindahan, keseimbangan dan keserasian dalam berperilaku sehingga individu yang memiliki nilai estetika akan nampak selalu bergaya, bersolek dan memelihara penampilan 3. Sosial, nilai yang terlihat dalam perilaku seseorang adalah keterikatan pada persahabatan kepada orang lain dalam bertindak dan bergaul. Individu yang tinggi nilai sosialnya akan selalu berusaha menjalin kerjasama dan menciptakan kebersamaan dengan orang lain 4. Ekonomis, yaitu nilai yang mengutamakan pada keuntungan dan pendapatan dari hasil pergaulan dalam kesehariannya. Individu yang mengutamakan nilai ekonomis, hampir selalu mengukur perilaku
dan
pergaulannya
dengan
orang
lain
dari
sudut
keuntungan yang didapat. Walaupun tidak secara eksplisit terlihat perilakunya namun dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain juga akan tampak terlihat. 5. Religius, adalah individu yang mengutamakan nilai pada pilar-pilar agama untuk dapat menentukan suatu perbuatan. Biasanya terkait juga dengan moral dalam pergaulan dengan orang lain. Secara umum orang yang mengutamakan nilai religius sangat terlihat pada saat membuat keputusan dalam perilaku yang baik atau salah.
8
e.
Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh ke 4 aspek tersebut diatas,
apa yang lebih dominan atau menguasai akan menentukan perilaku pada seseorang, namun perilaku tersebut sangat tergantung kondisi psikologis individu pada suatu waktu tertentu yang sulit untuk diketahui gejalanya secara langsung. Namun secara umum setiap individu sangat ditentukan oleh kebiasaan dan kebutuhan yang paling dominan dalam hidupnya untuk mendapatkan keberhasilan atau kesuksesan dalam hidup. Oleh karena itu, setiap individu hendaknya mampu menyesuaikan antara kemampuan dirinya dengan pemenuhan kebutuhan serta dapat mewujudkan tujuan dari organisasi/satuannya sehingga tidak terjadi tekanan atau jarak yang terlalu jauh antara kebutuhan dan harapan baik secara individual maupun organisasi. f.
Tingkah laku yang dilakukan seseorang dapat diartikan sebagai fungsi
dari adanya kemampuan individu yang ditampilkan dengan kondisi lingkungan yang digunakan secara benar. Adapun unsur kemampuan yang terdapat pada individu adalah : 1)
Komponen kemampuan yang dapat dibentuk dari usaha untuk
mendapatkan tingkat pengetahuan yang dimiliki (baik secara akademis maupun pengalaman dalam hidup), serta ketrampilan yang dimiliki dari bakat dan pengalaman mengatasi kesulitan yang terjadi dalam hidup. 2)
Komponen upaya, yang dapat dilakukan dengan dukungan dari
sikap yang dimiliki, motivasi yang menggerakkan, nilai yang dimiliki serta situasi yang ada di sekitar individu.
Sedangkan dari lingkungan sekitar individu dapat didukung dengan adanya : a.
Komponen kesempatan, yaitu situasi yang memberikan kesempatan
individu berbuat dan memilih yang terbaik dari hal yang dihadapi. b.
Komponen nasib, adalah bagian dari kehidupan yang bernuansa
religius untuk mendapatkan ridho Tuhan dalam melakukan kegiatan dan usaha mencapai tujuan. Nasib baik akan diperoleh jika keuntungan dan keberhasilan memihak kepada kita sesuai dengan seberapa besar upaya yang kita lakukan tetapi terkadang kita juga harus siap menerima kenyataan bahwa tindakan kita dan segala usaha yang dilakukan belum cukup 9
menghasilkan kesuksesan yang diharapkan sehingga dapat mengalami kegagalan dalam pencapaian tujuan.
6.
Teori-teori Belajar (dalam pandangan Filosofi Pendidikan). Beberapa tokoh psikologi terutama yang membidangi psikologi pendidikan
menegaskan bahwa manusia yang sedang melakukan belajar dapat menggunakan metode yang berbeda-beda diantaranya adalah :
a.
Teori Rangsang Penginderaan (Sensory Stimulation Theory), Teori ini menekankan bahwa dalam belajar setiap individu dapat
menggunakan penginderaannya
dalam proses yang dilakukan
untuk
menyerap ilmu pengetahuan. Kesan yang ditangkap oleh indera menjadi pengalaman (sensoris) yang direkam pada proses mental dengan melibatkan aspek emosi (perasaan dalam penghayatan).
Dalam penerapannya, kita
dapat lakukan perubahan pada bentuk atau warna dari stimulus yang ada sehingga dapat merangsang/menarik perhatian serta minat para peserta didik. Proses kegiatan belajar dimiluai dengan “mencari perhatian” pada peserta didik lalu dilanjutkan dengan memberikan manipulasi suasana yang menarik terutama lewat panca indera peserta didik, diantaranya adalah warna dan
bentuk
untuk
penglihatan,
suara
yang
menyenangkan
untuk
pendengaran serta permukaan atau tekstur obyek yang dilakukan dengan perabaan (bentuk mesin/bagian dari meriam/tank/pesawat secara nyata (prototipe) oleh karena itu hendaknya alat bantu instruksi (alongin) harus dikemas dengan menarik dan cukup realistis. b.
Teori Penguatan (Reinforcement Theory),
Setiap tingkah laku yang ditampilkan individu sebenarnya dikendalikan oleh konsekuensi terhadap harapan yang ingin diraih dengan segala kesulitan dan hambatan serta kemungkinan resiko kegagalan. Sifat dasar manusia (individu) akan mengulangi perilaku yang dapat memberikan konsekuensi yang menyenangkan serta berusaha untuk mendapatkan kelebihan dari hasil yang sekarang. Untuk lebih mengenal teori dengan dasar penguatan ini maka kita harus paham tentang prinsip-prinsip yang dianut antara lain : 10
1)
Prinsip individualitas, bahwa setiap individu memiliki keunikan
sendiri-sendiri yang khas sehingga dapat disebutkan dengan model individualitas (ciri khas masing-masing). 2)
Prinsip kesegeraan, yaitu kegiatan yang dilakukan biasanya
berusaha mendapatkan hasil secara segera. Padahal sifat terburuanburan/kesegeraan tidak selamanya baik dalam proses kegiatan. 3)
Prinsip
kekuatan
penguat,
setiap
manusia
juga
akan
mendapatkan penguat/reward yang positif jika mendapatkan sesuatu yang diharapkan olehnya. 4)
Prinsip variatif, bahwa walaupun stimulus yang diterima
seseorang sama pada satu waktu maka belum tentu orang lain akan memberikan respon yang sama terhadap stimulus tersebut. a)
Mutualitis, manusia
(individu)
juga
akan
berusaha
mendapatkan keuntungan bersama baik dengan orang lain maupun dengan lingkungan sekitarnya. b)
Successive Approximations, bahwa manusia biasanya
membuat
perencaan
kegiatan
yang
akan
datang
agar
mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan harapan. c.
Teori Pelibatan peserta didik (Interaction Theory). Dikenalkan oleh Carl Rogers bahwa kegiatan belajar akan lebih tepat
jika proses belajar mengajarnya melibatkan peran peserta didik. Pengertian melibatkan adalah bahwa peserta didik dan guru dalam proses belajar mengajar aktif dan saling berbagi sehingga terjadi interaksi dan kesepahaman dalam melaksanakan kegiatan maupun hasil yang hendak dicapai. Metode ini menekankan beberapa prinsip yang mendukung proses belajar mengajar yaitu :
Instruktur mendudukkan diri sebagai Fasilitator yang lebih
bersifat mengatur arus interaksi daripada stimulator yang harus selalu memberi rangsang atau penjelasan secara sepihak (satu arah) atau bukan pula sebagai pengontrol yang dapat mengatur proses belajar mengajar semaunya sendiri (sepihak).
11
Dalam proses belajar mengajar diharapkan menggunakan
interaksi yang dapat melibatkan perubahan konsep diri dari peserta didik (dengan penghayatan tentang materi serta peran dimasa mendatang).
Untuk dapat berhasil dalam proses belajar mengajar maka
diperlukan
suasana
interaksi
dan
suasana
lingkungan
yang
memberikan perasaan nyaman bagi peserta didik dan guru militernya.
Bahwa perlu dibangkitkan minat dan tanggung jawab secara
pribadi bagi setiap komponen yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dengan materi pelajaran dan tujuan pendidikan pada umumnya (sasaran) sehingga setiap individu dapat berperan aktif dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. d.
Teori Andragogy (Pendidikan untuk orang dewasa). Teori yang terakhir berkaitan dengan proses pendidikan adalah teori
yang menekankan pendidikan bagi orang dewasa/andragogy. Orang dewasa (andragogy) dimaksudkan bahwa individu tersebut siap kerja dimasa mendatang (pendidikan profesi, contoh Tentara, Dokter, Psikolog dam lain sebagainya). Oleh karena itu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar tersebut harus dikaitkan dengan tingkat kematangan terutama dari peserta didik yang meliputi: 1)
Orientasi pada Problem centered daripada content centered.
2)
Situasi yang dapat mendorong terjadinya partisipasi aktif dari
peserta didik. 3)
Baik
guru
ataupun
peserta
didik
hendaknya
membawa
pengalaman masa lalunya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung. 4)
Usahakan terciptanya iklim belajar yang kolaboratif dan
bukannya Authority-oriented. 5)
Membuat perencanaan belajar yang dibangun bersama secara
mutualistis yang dapat dikembangkan pada aspek-aspek yang ada di dalamnya antara lain : 12
a)
Kegiatan evaluasi belajar hendaknya dibangun bersama
secara mulualistis. b)
Pelaksanaan
Evaluasi
dimaksudkan
untuk
dapat
mengarahkan kaji ulang tentang kebutuhan dan kepentingan c)
Aktivitas belajar bersifat experimential (Penghayatan),
bukannya Transmital and Absorption (sekedar pemindahan dan menyerap pengetahuan begitu saja).
7.
Tujuan Pendidikan Prajurit Dalam membicarakan pendidikan, kita perlu memahami juga peranan
pendidikan sebagai salah satu sarana pembentukan karakter dan sikap yang akan mendasari setiap perilaku individu dalam melaksanakan tugas. Proses pendidikan dilakukan oleh lembaga resmi yang bertujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan seseorang. Pendidikan dalam bidang apa saja terutama yang disiapkan untuk pembekalan pada seseorang untuk dapat melaksanakan kegiatan tugas di masa mendatang maka diperlukan pemahaman yang benar tentang proses pendidikan. Dalam pendidikan, kegiatan yang dilakukan bukan hanya membaca buku, menerima informasi dari guru atau menulis materi pelajaran.
Jika pendidikan hanya sekedar membaca buku maka
yang diperoleh peserta didik hanyalah kemampuan membaca yang lebih cepat, sedangkan jika individu hanya menerima informasi dari guru maka yang terjadi adalah sekedar paham, jika sudah selesai pendidikan maka peserta didik akan mudah melupakan apa yang sudah dipelajari. Dalam proses pendidikan yang penting sebenarnya adalah terjadinya perubahan perilaku dan sikap pada peserta didik baik karena lebih mengerti/paham, lebih terampil, dan menambah nilai semangat dalam hidup.
Oleh karena itu hendaknya Pusat Pendidikan atau
Lembaga Pendidikan harusnya memperhatikan proses perubahan yang terjadi pada peserta didik dengan memperhatikan aspek-aspek psikologi individu serta memahami pola interaksi yang tepat dalam proses belajar mengajar sehingga dapat dikendalikan, terukur, dan terencana semua kegiatan yang meliputi dalam proses pendidikan. Komponen-komponan psikologis pada manusia harus dipahami secara mendasar yaitu :
13
a.
Bagaimana proses kerja berfungsinya aspek kognitif atau pikiran serta
apa saja yang dapat mempengaruhi proses tersebut. b.
Bagaimana proses kerja berfungsinya aspek konasi atau kemauan
pada individu serta bagaimana upaya untuk menerapkan dalam lingkungan kerja. c.
Bagaimana proses kerja aspek perasaan atau feeling (afektif) yang
dapat ikut mendukung kondisi psikologis seseorang dalam menerima perlakuan dalam proses pendidikan?
Menurut Buku Petunjuk Induk Bidang Pendidikan yang dikeluarkan per Kasad TNI AD menyebutkan bahwa sasaran pendidikan adalah antara lain : a.
Terbentuknya Mental dan kepribadian yang tangguh dengan kondisi spriritual serta moral yang baik.
b.
Meningkatnya kemampuan Intelektual
(menguasai dalam bidang
Pengetahuan dan Ketrampilan yang diajarkan). c.
Terpeliharanya kondisi Jasmani yang semapta dengan kemampuan melakukan kegiatan jasmani dalam mendukung tugas pokok.
Dalam dunia pendidikan yang membentuk dan menyiapkan tenaga siap pakai seperti dalam lingkungan militer maka ketiga sasaran tersebut diatas merupakan satu sistem yang disebut dengan nama Tri Pola Dasar Pendidikan. Tri Pola dasar pendidikan tersebut kemudian dikembangkan dan dijabarkan dalam rangkuman kurikulum pendidikan yang diselaraskan dengan tujuan dan sasaran pendidikan. Tujuan dan sasaran pendidikan merupakan kerangka untuk acuan orientasi tolak ukur keberhasilan evaluasi program pendidikan sesuai spesikasi dan stratanya (hasil out put dari suatu program Pendidikan/kursus).
14
BAB III HAKEKAT DAN FILOSOFI PELATIHAN
8.
Hakekat Pelatihan dalam Pendekatan Belajar Kegiatan dalam pendidikan, bukan hanya berkaitan dengan kegiatan
membaca bagi orang yang terlibat dalam proses pendidikan tetapi juga bagaimana proses interaksi terjadi dalam proses belajar mengajar, proses penguasaan materi dan prakteknya dalam menghadapi tugas serta hambatan yang mungkin muncul dalam penerapan ilmunya di lapangan. Pendidikan dan pelatihan mempunyai kesamaan dan perbedaan dalam kegiatan, waktu pelaksanaan, bentuk atau metode pelaksanaan serta tujuan yang hendak dicapai. Menurut dunia pendidikan,ada beberapa metode pendekatan yang dapat digunakan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan dan latihan, antara lain adalah: a.
Pendekatan Classical conditioning yaitu proses pendidikan dengan
mengutamakan pada proses kemampuan peserta didik untuk merespon terhadap sesuatu rangsang yang dapat dipindahkan ke rangsang lainnya (transfer pengertian dan pemahaman terhadap rangsang/stimulus untuk direspon) Contoh: Ketika sedang pendidikan dan latihan: “senjata tidak boleh ditinggalkan dimanapun berada” sehingga ketika prajurit sedang dalam operasi, dimanapun ia berada harus selalu membawa senjatanya. b.
Pendekatan Operant conditioning yaitu pendekatan yang digunakan
untuk meningkatkan tingkah laku yang diharapkan dan menurunkan atau menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan Contoh: waktu latihan menembak dilarang otak-atik senjata, kecuali atas perintah (disiplin lapangan dan disiplin tembakan) c.
Pendekatan
Sistematic
Behaviour
yaitu
pendekatan
yang
memandang bahwa respon dari seseorang (peserta didik) tergantung dari stimulus yang ditemui atau tergantung pada didik/individu)
15
organismenya (peserta
Contoh:
belajar
setelah
latihan
jasmani,
menyebabkan
tidak
dapat
konsentrasi karena badan siswa mengalami kecapaian setelah mengikuti gerakan jasmani. d.
Pendekatan Social
Learning adalah proses pendekatan melalui
proses belajar mengajar yang diperoleh individu tanpa harus mengalami dan tanpa harus melihat model secara langsung tetapi kita dapat mendengarkan cerita pengalaman dari orang yang pernah mengalami suatu kejadian atau perilaku tertentu Contoh: nilai kejuangan dapat diterapkan dengan menceritakan perjuangan pendahulu kita yang gagah berani walaupun hanya bersenjata bambu runcing melawan tank dan senjata otomatis ( lebih bagus lagi jika dijelaskan dengan sangat dramatisir dan penghayatan situasi saat terjadinya perang jaman dahulu).
Menurut Kirkpatrick (1998) bahwa proses perubahan dalam pendidikan adalah suatu teori dan rumus yang akan memberikan dampak kepada peserta pendidikan dengan bantuan atau fasilisator dari seorang guru atau pelatih. Oleh karena itu Kirkpatrick mengatakan bahwa pembelajaran (learning) dalam suatu proses pendidikan dan pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan dan meningkatnya ketrampilan yang baru bagi peserta pendidikan karena mengikuti suatu program. Pada proses pendidikan terjadi interaksi proses belajar mengajar yang diharapkan dapat mencapai tujuan. Beberapa orang ahli bidang psikologi dan pendidikan menyebutkan persyaratan dalam rangka upaya mencapai keberhasilan antara lain dapat diupayakan dengan cara : a.
Orang tersebut harus memiliki keinginan untuk berubah.
b.
Orang tersebut harus tahu apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya.
c.
Orang tersebut harus bekerja atau berada dalam iklim lingkungan yang
tepat yang mendukung bagi perubahan tersebut. d.
Orang tersebut harus mendapatkan penguatan (reward) untuk
berubah.
16
W. Gelley dan Steven A. England (1989) menyoroti tentang proses pembelajaran yang dipersiapkan untuk peningkatan kinerja karyawan saat ini (profesi apa saja), hendaknya memberi materi sesuai dengan tugas atau kegiatan yang akan dikerjakan. Diperkuat oleh THE TRAINER’S LIBRARY (1987) yang menjelaskan bahwa untuk membuat proses belajar yang dinamis maka diperlukan desain proses pendidikan yang berupa kegiatan dengan maksud membantu meningkatkan keterampilan
karyawan/pekerja dan
untuk
meningkatkan
dapat
sikap,
memperoleh
perilaku
yang
pengetahuan,
dibutuhkan
untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik yang sekarang menjadi tanggung jawabnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sikula (1976) menyatakan bahwa proses pembelajaran untuk menyiapkan karyawan/pekerja yang tangguh maka perlu memperhatikan pedoman sebagai berikut : a.
Pelatihan
adalah
proses
pendidikan
jangka
pendek
dengan
menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir dengan peserta biasanya untuk tingkat non manejeriaal akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan-tujuan tertentu. b.
Pengembangan adalah proses pendidikan jangka panjang yang
menggunakan prosedur secara sistematis dan terorganisir dengan peserta biasanya
sudah
tenaga
manejerial.
Sedangkan
materinya
adalah
pengetahuan tentang konsep dan teoritis untuk tujuan yang sifatnya umum. Menurut
Wexley
dan
Yukl
(1977)
dalam
situasi
pendidikan
yang
dikembangkan adalah : a.
Meningkatkan pengetahuan, menambah ketrampilan, sikap dan
perilaku bagi anggota/personel yang mengikuti pendidikan (untuk mendukung terciptanya profesionalisme dalam pelaksanaan tugas nantinya). b.
Mengembangkan
kemampuan
individu
dalam
memutuskan
pengambilan keputusan serta ketrampilan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan proses pendidikan yang dilakukan dengan cara pelatihan maka kegiatan yang lebih menonjol adalah adanya keterlibatan personel antara guru dan peserta didik terutama pada tingkat bawah (interaksi diantara pelatih dan peserta pelatihan). 17
Menurut Wexley dan Yukl, 1977 pelatihan dapat dilakukan dengan maksud untuk : a.
Meningkatkan efisiensi dalam semua bidang yang kita kerjakan,
(kemampuan untuk melakukan kegiatan tugas di masa mendatang dengan mampu mengatasi segala kemungkinan hambatan dan kesulitannya). b.
Dapat meningkatkan kualitas kerja, kemampuan yang ditampilkan
individu dapat berupa peningkatan kualitas kerja sehingga diharapkan tercapainya keberhasilan tugas pokok dan dapat berprestasi lebih baik pada bidangnya. c.
Meningkatkan
kepuasan
kerja
melalui
terpenuhinya
standar
operasional, standar kemampuan individu dan mengeliminir (mengurangi) kesalahan atau penyalahgunaan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki diluar kewajibannya.
Kegiatan kursus, latihan dan pendidikan adalah bentuk kegiatan dari proses pembelajaran yang sistematis dan terencana. Walaupun waktu dan metodenya berbeda-beda tetapi tujuan utama kegiatan kursus, latiahan dan pendidikan mempunyai kesamaan yaitu dalam proses perubahan terutama perilaku melalui peningkatan taraf pengetahuan serta ketrampilan yang dialami selama mengikuti proses pendidikan. Dalam dunia pendidikan dikenal ada beberapa metode penyampaian materi antara lain adalah : a.
Learning By
Experiences , adalah metode yang mengutamakan
menyentuh ranah kognitif berupa pengetahuan, pemahaman dan penerapan serta analisa sintesa dan evaluasi. b.
Kuliah singkat atau Permainan: yaitu metode yang menyentuh ranah
afektif yang berupa penghayatan terhadap jatidiri dan nilai baru, yang terdiri dari:
Simulasi
adalah
metode
yang
lebih
menyentuh
psikomotor berupa kesiapan implementasi hal-hal baru.
18
ranah
BAB IV PELATIHAN DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI
9.
Analisa kebutuhan pelatihan (Training needs assessment). Pada awal menyusun suatu pelatihan yang harus kita lakukan adalah
mengadakan analisa kebutuhan pelatihan (belanja masalah tentang keteranganketerangan yang diharapkan terangkum dari situasi kegiatan organisasi untuk diterapkan atau dilatihkan dalam pendidikan yang terurai pada materi pelajaran untuk dapat mencapai tujuan) yang meliputi : a.
Level
organisasi
sebagai
pertimbangan
tentang
kewenangan,
kewajiban dan hak dari organisasi serta tanggung jawabnya terhadap organisasi lainnya. b.
Tugas pokok organisasi (user) atau pelaksana nantinya.
c.
Tuntutan
untuk
kerja
bagi
personelnya,
harapan
tingkat
profesionalisme. d.
Level
jabatan/pekerjaan
dengan
pertimbangan
tentang
pangkat,jabatan atau golongan. e.
Hakekat dan cara-cara tugas yang dapat dilaksanakan ditiap-tiap
jabatan dapat melalui kerja sendiri, kerjasama atau koordinasi dengan bagian lain. f.
Melakukan analisa jabatan seperti identifikasi tugas pokok dan
pengetahuan
atau
ketrampilan
yang
dibutuhkan
(syarat
kemampuan/profesionalisme). g.
Level
pribadi
yang
perlu
dipertimbangkan
adalah
bagaimana
seseorang dijabatan tersebut dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar ( alacement good ). h.
Lebih berorientasi pada pembekalan kemampuan pada orangnya,
bukan semata pada jabatan tentang perumusan tujuan (sasaran belajar) sehingga tidak hanya tugas jabatannya saja tetapi kemungkinannya melaksanakan
tugas
yang
lebih
kompleks
karena
berkembangnya
permasalahan yang dihadapi, situasi yang tidak menentu serta meningkatnya jabatan lebih lanjut. i.
Analisa kebutuhan pelatihan sebagai bahan dasar penyusunan materi
pelajaran dan proses kegiatan yang akan dilaksanakan dapat dilakukan 19
dengan memberikan pertanyaan atau kuis kepada pejabat yang terkait tentang isi tugas dan permasalahan atau tantangan yang sering muncul dalam tugas, observasi tugas pokok pejabat lama, maupun wawancara pada pihak yang terkait.
10.
Menetapkan Area Belajar Langkah kedua setelah dikumpulkan hasil dari keterangan atau data-data
yang ada maka dilanjutkan dengan memilah keterangan tersebut untuk dapat membedakan antara yang digunakan dan tidak digunakan (bermanfaat atau menggambarkan) dalam rangka pencapaian tujuan yang hendak dicapai (sasaran) dari organisasi melalui pendidikan dengan pencapaian pada semua aspek kemampuan yang dituntut yaitu : a.
Aspek Pengetahuan.
b.
Aspek Ketrampilan.
c.
Aspek
Kemampuan
lainnya
(nilai,
semangat,
kejuangan
dan
kedisiplinan). Tiga aspek tersebut harus dijabarkan dalam bentuk pertelaan yang nantinya dijadikan pedoman dan jadwal kegiatan proses pendidikan (biasanya termuat dalam Rencana Operasional Pendidikan/Renopsdik) sesuai dengan tujuan pendidikan dan sasaran pendidikan. Berikut ini adalah contoh tingkat kecakapan sesuai dengan kecakapan dan aspek yang harus dikuasai. Pengetahuan
Ketrampilan
Aspek
Psikologis:
Bloom Mengetahui
Dapat Terbatas
Kognitif
Mengerti
Dapat
Afektif
Memahami
Mampu
Psikolomotor
Menguasai
Mahir
Konasi
Pada proses belajar dalam bentuk kepelatihan yang perlu diperhatikan adalah Transfer of
Training yang dilakukan dengan mengutamakan pada pengalaman
belajar yang lalu untuk menjadikan pengalaman baru dalam proses pekerjaannya untuk dapat diaplikasikan di lingkungan kerja pada saat nantinya. Pada proses 20
belajar yang perlu mendapat perhatian khusus dari Panitia pengelola pendidikan (Pembina dan Pengasuh serta Guru militer) adalah karakteristik dari peserta didik yang dapat dipelajari dari keterangan tentang : a.
Merumuskan persyaratan dari peserta.
b.
Identifikasi perbedaan individual dari peserta.
c.
Perhitungan perbandingan/rasio antara jumlah peserta didik dengan
jumlah Guru militer/pelatih (kemampuan penguasaan kelas). d.
Perhitungan tentang efektifitas belajar menurut katagori peserta yang
meliputi usia, jabatan, pangkat divisi (bagian/unit), pengalaman serta pendidikan umum atau pendidikan militer dsb. e.
Perhitungkan tentang latar belakang peserta didik terutama tentang
proses belajar dan aspek-aspek motivasinya.
Dalam menyusun materi dan pertelaan pelatihan sebagai kerangka pedoman utama
bagi
pelaksana/penyelenggara
pelatihan,
maka
pengelola
harus
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Desainnya antara lain: a.
Umpan balik tentang :
Apakah penyusunan pelatihan dengan mekanisme secara
langsung atau tidak, apa alat yang digunakan untuk memperagakan, bagaimana metode evaluasi yang digunakan.
Prinsip dalam pendidikan adalah kegiatan dan ilmu yang
dilaksanakan harus dapat dipertanggungjawabkan dan bisa dilakukan oleh semua peserta didik.
Apa yang dilatihkan dan diajarkan adalah apa yang akan
dilakukan dan harus dimengerti oleh peserta didik di masa mendatang dalam melaksanakan tugas-nya.
Bagaimana evaluasi dan kaji ulang proses pendidikan yang
berjalan, dari awal, sedang dan akhir proses pendidikan agar menjadi bahan pertimbangan dalam rangka penyempurnaan kegiatan proses pendidikan di masa mendatang (mengulang kegiatan dengan lebih baik/lengkap tentang persiapannya). 21
Prinsip-prinsip umum pelatihan :
Pelatihan harus menggunakan siklus tahapan latihan secara
benar yaitu adanya kegiatan dilakukan dengan aturan yang runtut berupa :
Pemanasan/ pendahuluan/ apersepsi/ ice breaker /
pencairan.
Pengisian/pemberian materi dalam rangka pemahaman
inti materi.
Pendinginan/upaya untuk menenangkan kembali situasi
agar dapat terjadi kesan/memori yang menyenangkan bagi peserta
didik.
Dapat
berupa
review,
penekanan,
atau
kesimpulan dari kegiatan.
Memperhatikan nilai-nilai kemanusian, menghargai pendapat,
memahami latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda pada peserta didik.
Mempunyai materi (secara rinci tentang isi materi, sistematika
dan Acara pendidikan serta sifat dan tujuan pada tiap bagian yang hendak dicapai), memilih metode
pengajaran yang sesuai dengan
tujuan dan sasaran materi pelajaran
dengan sasaran pelatihan
(tuntutan dari organisasi dari proses pendidikan yang dilakukan). b.
Hal-hal pokok/prinsip yang harus diajarkan dan harus diketahui oleh
peserta didik.
Mengetahui
proses pelatihan secara benar (mengetahui
Rencana Operasional Pendidikan) walau secara garis besar dijelaskan oleh Pembina (Dansatdik).
Mengetahui maksud dan tujuan kegiatan pelatihan agar peserta
didik siap menerima pengetahuan dan keterampilan (kalau bisa peserta didik
sudah
menerima
Bahan
pengajaran
sebelum
dilakukan
pengajaran). dan
Membawa perlengkapan yang dibutuhkan serta kesiapan fisik mental
untuk
mengikuti 22
kegiatan
belajar
atau
pelatihan
(disampaikan kebutuhan peralatan baik alat instruksi langsung maupun alat pertolongan/bantu instruksi tidak langsung berhubungan dengan materi pelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar). c.
Eleman-elemen yang mirip atau identik.
Upayakan merespon peserta didik mirip dengan situasi nyata
dipekerjaaan nantiya secara langsung, metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan pelajaran hendaknya secara aplikatif.
Overlearning
dalam
pembelajaran
:
kesuksesan
atau
keberhasilan dalam belajar juga dapat dilihat dari pengulangan materi secara
teratur
sehingga
pengetahuan
dan
ketrampilan
yang
dikehendaki menjadi sesuatu yang mencapai kemampuan secara otomatisasi.
Pentahapan sesi :
kegiatan yang dilakukan dapat dengan cara parsial
(perbagian) Vs keseluruhan (sekaligus).
metode menghapal dengan cara latihan singkat (spaced:
1 jam 10 hari) Vs atau latihan panjang (massed) 10 jam 1 hari). Lingkungan kerja : hendaknya pelatihan didesain (disusun) sesuai dengan tuntutan di lingkungan kerjanya kelak sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang didapat dari pendidikan dapat diaplikasikan segera. Metoda : Beberapa cara dalam pengajaran atau penyampaian materi adalah sebagai berikut :
Audiovisual: pemberian penjelasan disertai dengan gambar yang
mendukung penjelasan yang disampaikan dan mempermudah pemahaman.
Konferensi: cara penyajian dalam bentuk penjelasan oleh ahlinya
(profesional).
Oto-instruksi (TANPA PANDUAN): siswa diberi kesempatan untuk
dapat memahami pengetahuan dari materi pelajaran sendiri lalu dilaksanakan diskusi. 23
Kuliah: cara penyampaian yang lebih mengarah pada bimbingan dan
arahan secara umum lalu siswa diberikan kasus atau permasalahan yang mungkin terjadi.
Modelling: memberi contoh secara langsung baik sikap maupun
ketrampilan tertentu.
On the job: langsung mengerjakan di jabatan atau tugas yang ada
dalam lembaga atau organisasi.
Bermain peran: melakukan tingkah laku sesuai dengan peran.
Simulasi:
melakukan
kegiatan
yang
dianggap
sama
dengan
permainan atau permasalahan yang akan dihadapi seseorang dalam tugas. Penyajian materi dalam pelatihan atau proses pendidikan hendaknya mempertimbangkan beberapa hal antara lain tentang :
Variasi metode pengajaran yang digunakan dengan memperhitungkan jumlah jam pelajaran dan acara pendidikan (sebagai muatan isi materi pelajaran).
Variasi penggunaan alat instruksi (media) yang dapat mendukung
secara efektif dan efisien /tepat sasaran).
Varian lingkungan belajar (formasi audience, pencahayaan, kegiatan
sebelum dan sesudahnya , jam belajar, yang efektif dsb).
Varian tehnik berkomunikasi (volume suara, ekspresi, penekanan,
dsb).
11.
KRITERIA KEBERHASILAN ATAU KESUKSESAN Dalam kegiatan pelatihan ada kegiatan yang penting dilakukan dalam rangka
memenuhi usaha dan program kegiatan pelatihan yang lebih sempurna untuk mencapai sasaran yaitu Evaluasi pelatihan karena : a.
Memberi masukan kepada para pelatih apa yang harus dikerjakan dan
apa yang tidak perlu dilakukan. b.
Memberikan petunjuk kepada manajemen/pengelola kegiatan latihan
bahwa program pelatihan memberi dampak yang positif terhadap kebutuhan 24
jangka panjang kepada lembaga atau organisasi (ARNOLD & MCCLURE, 1989). c.
Menurut
Mc. Gehee (1961), evaluasi pelatihan memiliki 2 aspek
penting yaitu : 1)
Menentukan apakah perubahan perilaku yang dihasilkan oleh
program pelatihan memberikan sumbangan pada pencapaian tujuan organisasi secara umum. 2)
Membandingkan berbagai tehnik pelatihan untuk menentukan
tehnik pelatihan yang mana yang paling tepat yang dapat memberikan sumbangan pada pencapaian tujuan organisasi. Namun tidak semua organisasi atau lembaga penyelenggaran latihan mau melaksanakan evaluasi terhadap program pelatihan dengan berbagai alasana diantaranya adalah karena : a.
Enggan mengevaluasi karena merasa yakin bahwa semua berjalan
lancar dan sukses (yang penting kegiatan berjalan). b.
Tidak mempunyai keterampilan yang memadai untuk mengadakan
penelitian atau evaluasi program. c.
Didorong
oleh
faktor
peniruan/mengikuti
saja
(menggugurkan
kewajiban) tanpa mengetahui apa tujuan diadakan program pelatihan. d.
Beberapa model pelatihan sangat pelik/kompleks (tidak jelas tujuan
dan sasaran kegiatan )
sehingga perilaku peserta pelatihan sulit diukur
keberhasilannya. e.
Biaya untuk menyelenggarakan program evaluasi cukup besar dan
lama. f.
Membutuhkan keterampilan tehnik statistik dan eksperimental untuk
menilai keefektifan program pelatihan. g.
Menggunakan tolok ukur keberhasilan dan penyesuaian terhadap
keinginan user/pengguna atau pimpinan. h.
Training level kriteria.
25
1)
Peserta didik mampu menyelesaikan sampai dengan latihan
berakhir di lemdik (Bukan di lingkungan kerja). 2) i.
Mengukur apa yang telah dipelajari peserta didik.
Performance level criteria. 1)
Unjuk kerja peserta didik di lingkungan kerja sebagai hasil dari
pendidikan dan latihan sebagai Transfer of Learning. 2)
Mengukur pengaruh/hasil dari pendidikan/latihan di lingkungan
kerja. Program pendidikan atau latihan tidak efektif jika tidak ada pengaruh terhadap keberhasilan dalam pekerjaan (baik mutu maupun jumlah produktifitas).Beberapa tolak ukur keberhasilan dalam pelatihan yang dapat digunakan adalah : a.
Jenis bimsuh : 1)
Mental/kepribadian : diukur dari jumlah kasus pelanggaran
perkusis (peraturan khusus siswa) yang dilakukan oleh siswa dan macam pelanggarannya. Hal ini digunakan sebagai salah satu tolak ukur kepribadian peserta didik dengan asumsi bahwa semakin baik mental dan kepribadian seseorang maka semakin sedikit pelanggaran yang dibuatnya. 2)
Belajar
: diukur dari penggunaan waktu belajar dan
prestasi belajar (nilai merah). Salah satu ukuran yang langsung dapat dilihat adalah tingkat kemampuan menguasai pelajaran melalui nilai ujian yang diberikan kepada peserta pendidikan (test prestasi). 3)
Permildas
:
diukur
dari
kelancaran
dan
ketertiban
pelaksanaannya. Bentuk lain dalam rangkaian pembentukan dan perubahan perilaku dalam militer adalah dengan adanya tindakan yang dapat dilihat pada perilaku melaksanakan peraturan militer dasar, baik dalam bentuk PUDD, PBB, PDG maupun PDD. 4)
Jasmani
: diukur dari evaluasi atas pencapaian nilai ujian
jasmani/praktek melalui penilaian pada saat pengambilan data (ujian jasmani).
26
5)
Kesehatan
:
diukur dari evaluasi atas data
siswa
sakit/berobat dan macam penyakit yang dikeluhkannya. Semakin sedikit orang yang sakit berarti semakin baik kondisi kesehatan siswa dan mampu mengikuti proses pendidikan dan latihan secara maksimal. 6)
Berat badan : diukur dari pendataan periodik catatan hasil
pemeriksaan berat badan siswa. Dalam
dunia
jasmani
tingkat
keseimbangan (postur badan) dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan yang seimbang sehingga orang dapat melaksanakan kegiatan jasmani dengan maksimal dan baik. b.
Jadwal (Pembinaan dan Pengasuhan) :
diukur
dari
optimalisasi
program pembinaan dan pengasuhan (rencana dan realisasinya) serta singkronisasinya dengan jadwal kurikuler/ kegiatan tambahan. c.
Peranan Pembina : diukur dari angket pendapat siswa tentang
pembina/tenaga pendidik yang berkaitan dengan penguasaan tugas dan tanggung jawabnya serta sikap keteladanan. d.
Prestasi belajar
: diukur dari nilai rata-rata siswa dan perbandingan
antara pre test dengan hasil post test. Menurut taksonomi Bloom (1956), sasaran dan hasil akhir dari suatu program pelatihan : a.
Ranah
Kognitif
(berkaitan
dengan
pengembangan
kemampuan
intelektual/pemikiran, dari pertambahan pada tingkat pengetahuan/ingatan, pemahaman
makna,
penerapan
kaidah,
analisa,
sintesa
hingga
mengevaluasi). b.
Ranah
afektif
(berkaitan
dengan
pengembangan,
kemampuan,penghayatan emosi/perasaaan dari tingkatan memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasikan hingga karakterisasi. c.
Ranah
psikomotor
kematangan/keterampilan
(berkaitan
untuk
bertindak,
dengan dari
pengembangan
kesiapan,
peniruan,
penguasan, otomatisasi hingga adaptasi atau penyesuaian diri. Bramley (1996: 71-106) menjelaskan lebih lanjut tentang pengukuran keberhasilan dalam pendidikan atau pelatihan dapat dilakukan dengan : 27
Cara-cara mengukur perubahan individu sebagai hasil dari suatu
proses pelatihan:pada tingkat pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan sikap (attitudes).
Pada
Level Pengetahuan, Pengujian dapat dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyaan Essay (Open –ended questions), Jawaban singkat (Short-Answer items), mengisi titik-titik (Objective test items), pilihan berganda (Multiple choices), menilai Benar-Salah suatu pernyataan (TrueFalses Questions), dan memberi penilaian atas jawaban spekulasi atau kirakiara (Misalnya nilai salah diperhitungkan memiliki bobot negatif). Menurut ahli eksperimen pendidikan (Syle) menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dapat juga dilihat dengan cara melihat. a.
Aspek Reaction yang dapat diukur dengan cara: 1)
Menentukan apa yang ingin dicari dari evaluasi.
2)
Mendesain Formulir untuk mengkuantifikasi reaksi.
3)
Mendorong peserta untuk menulis komentar dan saran.
4)
Mendapatkan respon dengan segera dan sebenarnya.
5)
Membuat standar yang dapat diterima.
6)
Membangkitkan reaksi dengan standard yang telah ditetapkan
dan melakukan tindak lanjut. b.
Aspek Learning yang dapat dilakukan dengan memperhatikan : 1)
Perbandingan hasil dengan menggunakan grup kontrol jika
memungkinkan. 2)
Evaluasi pengetahuan, ketrampilan, dan atau sikap sebelum
dan sesudah pelatihan. 3)
Penggunaan
paper
and
pencil
test
untuk
mengukur
pengetahuan dan ketrampilan. 4)
Penggunaan tes performan untuk mengukur tingkat ketrampilan.
5)
Respon dari peserta didik.
28
6)
Hasil evaluasi atau kaji ulang program pelatihan untuk dapat
ditindak lanjuti penyempurnaannya. c.
Aspek Behavior yang digunakan sebagai tolak ukur maka perlu diperhatikan : 1)
Hasil perbandingan pada grup kontrol jika memungkinkan.
2)
Memberi tenggang waktu untuk terjadinya perubahan tingkah laku.
3)
Mengevaluasi
sebelum
dan
sesudah
pelatihan
jika
memungkinkan. 4)
Melakukan survei/wawancara dengan satu atau lebih dari
subordinat atau pihak lain yang dapat mengamati tingkah laku peserta pelatihan.
d.
5)
Mendapatkan respon 100 % dari peserta.
6)
Mengulangi evaluasi dalam jangka waktu tertentu.
Aspek Result / hasil yang dapat dilihat dengan beberapa hal tentang : 1)
Menggunakan Grup kontrol jika memungkinkan.
2)
Memberi tenggang waktu agar hasil dapat terlihat.
3)
Mengevaluasi
sebelum
dan
sesudah
pelatihan
jika
memungkinkan. 4)
Mengulangi evaluasi untuk jangka waktu tertentu.
5)
Mempertimbangkan analisa cost dan benefit.
6)
Menerima hasil yang masuk akal sebagai bukti jika bukti yang
sesungguhnya tidak dapat ditemukan.
29
BAB V TEHNIK MEMOTIVASI BELAJAR 12.
Pendahuluan tentang Motivasi Setiap orang dalam hidupnya akan berbuat/bertindak didahului dengan
adanya motif atau dorongan untuk mendapatkan sesuatu yang dirasakan sebagai kebutuhan dalam hidupnya. Atkison juga menegaskan bahwa tidak ada perilaku yang disadari tanpa adanya motif dalam hidup manusia sehingga motif merupaan disposisi (kesiapsiagaan) untuk dapat mengarahkan tingkah laku seseorang. Munculnya motif pada seseorang lebih cenderung berasal dari dalam individu (internal) yang tumbuh bersama dengan perilaku selanjutnya pada seseorang. Mc Clelland mengatakan bahwa motif merupakan faktor internal yang menimbulkan, mengarahkan dan mengintegrasi perilaku. Jadi motif adalah sebagian tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan .Aktifitas seseorang yang berjalan dari motif dasar berkembang menjadi bentuk motivasi yang terlihat sebagai bentuk penggerak atau tenaga yang mendorong seseorang berbuat menjadi bertahan, memiliki kemauan dan mengarahkan tingkah laku yang tertentu untuk mencapai tujuan atau harapan seseorang. Perwujudan bentuk tingkah laku dalam rangka mencapai tujuan dengan motivasi yang muncul tersebut akan terarah atau tidak tergantung seberapa kuatnya motivasi seseorang dalam berusaha. Ketepatan bertindak juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan dukungan situasi lingkungan sekitarnya (ekstrinsik) yang menjadikan dirinya kuat atau lemah mencapai tujuan. Kondisi ini yang biasa disebut dengan motivasi dari dalam individu (intrinsik) dan motivasi yang berasal dari luar dirinya atau lingkungan sekitarnya (ekstrinsik). Orang yang sudah melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan, kemudian akan mendapatkan hasil yang bersifat baik secara sementara atau akhir dari suatu perilaku. Ketika individu sudah mendapatkan hasil dari usaha atau perilakunya maka individu secara tidak langsung akan mengkaji atau melakukan umpan balik terhadap usaha yang dilakukan dan hasilnya. Kebutuhan seseorang yang dirasakan untuk dipenuhi akan diusahakan ketika dia merasakan adanya kepentingan atau nilai dalam perjalanan hidupnya. Untuk dapat memunculkan nilai atau kebutuhan seseorang terhadap seseorang maka kita yang ada dilingkungan tersebut harus mampu menimbulkan
30
kebutuhan dalam bentuk motivasi , salah satu pendukung dalam proses pendidikan yang penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. 13.
Perbedaan motivasi belajar intrinsic dan ekstrinsik Dalam rangka membangkitkan semangat belajar pada siswa yang mengikuti
proses pendidikan maka kita harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Untuk memahami upaya membangkitkan motivasi belajar siswa maka kita harus mengetahui terlebih dahulu aspek-aspek pendidikan sehingga semangat dan rasa ingin tahu siswa sesuai dengan tujuan pendidikan. Aspek pendidikan yang dimaksud adalah bahwa setiap pendidikan minimal ada 5 hal yang harus diadakan dan diperhatikan karena sangat menentukan arah keberhasilan pendidikan yaitu: 1.
Syarat dan tujuan mengikuti pendididikan, ditentukan sebagai salah
satu upaya agar proses pendidikan yang dilaksanakan dapat memenuhi kriteria (syarat tertentu) dari peserta didik dan gumil yang menyampaikan materi. Demikian juga gumil dan siswa harus mengetahui tujuan dari pendidikan sehingga mereka memiliki gambaran tentang arah pendidikan dan upaya untuk mencapainya. 2.
Bahan materi dari
acara pendidikan
yang
dijalankan, sangat
menentukan pada isi materi pelajaran suatu pendidikan atau pelatihan sebagai penjabaran dari kurikulum pendidikan yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Bahan materi pelajaran merupakan satu rangkaian sistem yang dapat memberikan penjelasan tentang isi materi setiap bagian pelajaran. 3.
Gumil dan pelatih (pelaku di lapangan), sangat penting fungsinya untuk
membantu peserta didik meraih tujuan pendidikan dan membantu upaya memahami materi secara benar. 4.
Metode Proses Belajar Mengajar, secara tidak langsung memberikan
pengaruh dalam proses pemahaman dan peningkatan kettrampilan yang didapat oleh peserta didik. Proses belajar mengajar adalah dinamika di lapangan yang memerlukan pengkajian dan evaluasi secara terus menerus agar mendapatkan metode pengajaran yang efektif dan tepat guna. 5.
Situasi lingkungan (sarana dan prasarana) pendukung pendidikan,
adalah fasilitas dan lingkungan pendukung yang memberikan dampak kepada 31
kenyamanan peserta didik dalam mengikuti proses pendidikan serta berusaha memahami materi pelajaran dan mengikuti proses pendidikan pelatihan yang berlangsung. Namun aspek pendidikan tersebut tidak bisa bermanfaat dan tidak saling mendukung jika dari Gumil dan siswanya tidak memiliki semangat (motivasi) untuk belajar.Beberapa ahli menyatakan bahwa motivasi belajar dapat berasal dari dalam individu maupun berasal dari luar individu. Adapun motivasi belajar yang bersifat intrinsic adalah dorongan karena adanya kebutuhan untuk mengetahui/mendalami materi yang diperolehnya atau rasa ingin tahu pada materi yang diberikan serta berusaha untuk dapat menguasai atau memahami secara benar dan menyeluruh. Hal ini dapat tercapai jika peserta didik memiliki kemauan untuk belajar yang secara tak langsung akan dapat mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.Sedangkan motivasi belajar yang ekstrinsik adalah karena adanya kebutuhan individu untuk mendapatkan pujian, tidak dimarahi, ingin mendapat status tertentu dari seseorang,ataupun prestasi sebagai salah satu bentuk prestise (harga diri) jika dapat menguasai materi pelajaran dapat menjadi motivasi untuk giat melaksanakan kegiatan belajar sehingga secara tidak langsung dapat memberikan dukungan kepada lembaga untuk dapat mencapai tujuan pendidikan.
14. Teori-teori tentang motivasi a.
Need Hierarchy theory, Abraham maslow
Abraham Maslow menjelaskan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang bersifat
hirarkis
(berjenjang
cara
pemenuhannya
sesuai
dengan
tingkat
kepentingan) karena adanya dorongan kebutuhan yang didasari oleh adanya motivasi. Namun demikian cara yang dilakukan individu adalah dengan melihat tingkat kepentingan dirinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam rangka kehidupan sesuai dengan pandangan hidupnya. Sedangkan dalam perbedaan tingkat kebutuhan tersebut maka Abraham Maslow membedakan menjadi 5 hirarki/tingkat kebutuhan antara lain:
Kebutuhan
fisiologik,
yaitu
kebutuhan
yang
berkaitan
dengan
kebutuhan badan atau fisik seperti makan, minum dan sandang pangan. 32
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
perasaan aman karena ada dalam kelompok atau kebersamaan dalam menghadapi tantangan hidup.
Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kerjasama
dan kebersamaan dengan orang lain sehingga ia merasakan adanya kepekaan sosial dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada orang lain.
Kebutuhan harga diri/penghargaan, kebutuhan yang berkaitan dengan
harga diri atau nilai yang dimiliki seseorang berkaitan dengan persepsi dalam kehidupan.
Kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk melakukan
kegiatan dalam rangka mewujudkan keberadaan dirinya. Dalam proses pemenuhannya, setiap individu melakukan kegiatan dalam rangka usahanya mencapai tingkat atau jenjang kebutuhannya. Setiap kebutuhan harus dipenuhi dari hal yang rendah (fisiologik) lalu meningkat pada tingkat yang lebih tinggi. Kemudian jika tingkat fisiologik terpenuhi, maka individu tersebut akan menginginkan pemenuhan kebutuhan secara prioritas pada tingkat diatasnya yaitu kebutuhan rasa aman, demikian seterusnya sampai pada level yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri . b. Teori
Teori X dan Y (Douglass Mc Gregor) X berasumsi bahwa pada dasarnya manusia lebih suka diawasi
daripada diberi kebebasan, mereka malas dan tidak suka menerima tanggung jawab. Motivasi kerja mereka yang utama adalah uang dan keuntungan financial lain. Mereka mau bekerja karena ada reward dan punishment. Individu sesuai dengan asumsi ini motivasinya ekstrinsik.Teori Y berasumsi bahwa pada dasarnya mansia itu suka bekerja. Bekerja adalah aktivitas natural seperti halnya bermain. Manusia mampunyai motivasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkannya
sendiri dengan usaha yang diarahkan oleh dirinya sendiri. Individu yang sejalan dengan asumsi teori Y ini motivasinya adalah intrinsik. c.
Achievement motivation theory.
Teori ini berusaha menjelaskan perilaku manusia yang berorientasi kepada prestasi yaitu tingkah laku yang diarahkan kepada tercapainya ”standard of excellent” Atkinson dan Mc Clelland, pencapaian sesuatu merupakan motif dasar 33
dalam diri manusia sedangkan kesuksesan dalam menyelesaikan tugas yang menantang merupakan reward yang sifatnya intrinsik. Motif berprestasi ialah daya penggerak untuk mencapai prestasi tertinggi mungkin demi kepuasan/ reward intrinsik. Motivasi berprestasi ialah suata keadaan dalam diri individu sewaktu motif berprestasi mendapat kesempatan untuk memperoleh pemuasan. 15.
Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi Untuk dapat memahami situasi yang dapat menimbulkan motivasi belajar
yang tinggi maka kita dapat menarik gejala yang muncul dari individu yang memiliki motif berprestasi tinggi antara lain adalah: a.
Memiliki tingkat aspirasi yang sedang namun selalu meningkat sesuai
dengan situasi yang dihadapi karena memiliki dorongan rasa ingin tahu terhadap apa yang dia lakukan dalam belajar. Kondisi ini mendorong individu untuk selalu berusaha memahami materi dan memenuhi rasa ingin tahunya. b.
Ingin segera tahu hasil kongkrit dari usaha yang dilakukan agar tidak
terlalu melebar dari tujuan awal. Ia dapat mengendalikan kemauan dan dorongan untuk mengejar harapan dan kepuasan namun tidak melebihi koridor yang ada sehingga dapat memberikan hasil yang optimal tanpa terlalu berambisi. c.
Menyukai tugas yang menuntut usaha dan kemampuan individu
sendiri, tanpa bantuan teman atau “success by chance”. Memiliki sikap yang mandiri dalam berusaha dan belajar tanpa bergantung kepada orang lain termasuk dengan gumil dan pelatihnya. d.
Selalu
melakukan
antisipasi
terhadap
aktivitas
yang
akan
dilakukakannnya, kira-kira akan berhasil atau gagal. Mampu memperkirakan kemampuan dan hambatan yang terjadi dalam usaha dan belajarnya untuk mencapai keberhasilan. e.
Memilih teman kerja atas dasar kemampuan yang dibutuhkan dalam
suatu tugas atau kegiatan. Individu dapat menentukan sikap yang sesuai dengan semua orang untuk dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki orang lain dalam rangka mendukung atau mencapai tujuan yang dimilikinya tanpa menonjolkan perbedaan yang dimiliki masing-masing rekan kerjanya.
34
f.
Memiliki rasa percaya diri karena memilliki kemampuan yang bisa
diandalkan sehingga mau berusaha dan bertanya kepada orang lain/gumil. Cukup dapat menghargai kemampuan yang dimiiliki diri sendiri serta dapat mengembangkan dalam proses pendidikan dan latihan sehingga berkembang suasana yang saling melengkapi antara gumil/pelatih dengan peserta didik. g.
Menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan
kebutuhan rasa ingin tahunya terhadap sesuatu. Memanfaatkan waktu yang dimiliki secara efektif untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu serta mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya. h.
Individu yang memiliki usaha dengan gigih/ tangguh menghadapi
tantangan untuk mendapatkan pengetahuan yang dicari dan ulet menghadapi hambatan yang merintanginya. Memiliki sikap tangguh terhadap hambatan atau kesulitan yang ditemui dalam belajar dan prakteknya. i.
Berusaha selalu mencari alternatif dalam menyelesaikan masalah atau
kesulitan yang ditemuinya serta berusaha untuk mengatasi kesulitan dalam belajar atau bekerja. 16.
Cara membangkitkan motif berprestasi a.
Peran Pelatih/pengasuh
Pembina atau pengasuh harus selalu mendorong anak didik/siswa
untuk
berusaha menentukan sendiri tentang aktivitas yang baik dan mana aktivitas yang tidak baik untuk dilakukan. Pembina jangan selalu memberi petunjuk yag memaksa siswa didik untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal. Berikan waktu kepada peserta didik untuk mengembangkan kegiatan yang menyenangkan mereka sendiri (bisa dengan variasi kegiatan atau menampung aspirasi/usul tentang kegiatan yang diminati) sehingga mereka merasakan senang melakukan kegiatan atau sekedar mengikuti kegiatan karena tidak menyenangkan. Pelatih atau pengasuh
sudah
seharusnya
membiasakan
menciptakan
situasi
kepada
peserta/anak didik untuk dapat berdiri sendiri. Usahakanlah setiap siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas/permainan yang dipercayakan kepadanya tanpa bantuan orang lain. Kemudian pembina
juga harus mampu membuat suasana
diantara
peserta/anak didik untuk berkompetisi dengan anak-anak lain seperti sedang 35
berebut masih mampu dilakukan anak karena keberhasilan dalam situasi berprestasi akan memberi reinforcement positif. Pengasuh harus mampu memberi reward yang benar sehigga siswa mau mendengar, penuh kehangatan afeksi serta menyenangkan
sehingga
mereka
mau
berusaha
untuk
mencapai
prestasi.Mengarahkan tingkat aspirasi anak didik atau peserta didik sesuai dengan kemampuan yang memilikinya serta memberikan gambaran tentang tugas-tugas yang akan dihadapinya di lapangan atau satuan penugasan nantinya.Pengasuh harus memberika suasana yang menyenangkan dalam memberikan kegiatan tambahan dan bermanfaat baginya di masa mendatang. Sebaliknya bagi mereka anak didik yang mengalami kesulitan belajar atau mendapatkan kegagalan baik dalam ujian, praktek maupun tingkat pemahaman yang belum sesuai maka ia harus diberikan kegiatan tambahan yang menyenangkan tetapi juga mengarah kepada kekurangan yang dimiliki walaupun dalam batas tertentu sehingga tidak memberatkan bagi siswa didik maupun menysulitkan untuk memahaminya. Pengasuh harus menjadi motivator yang memberikan suasana menyenangkan dan positif penerimaannya. b.
Peran Guru militer
Sedangkan
Guru
militer
mempunyai
peran
secara
langsung
dalam
memberikan penjelasan materi pelajaran hendaknya diberikan pula pada awalnya usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan dalam belajar dengan motif berprestasi serta manfaat yang dapat mereka dapatkan jika berhasil menguasai bidang materi terentu. Bukan hanya memberikan ilustrasi dalam menyamakan persepsi pada awal pelajaran, tetapi guru militer harus mampu memberikan suasana yang menyenangkan dalam usaha menguasai mataeri pelajaran. Dalam rangka memberikan penjelasan tentang manfaat dapat digunakan metode kepada sejarah masa lalu yang memerlukan perjuangan dalam kehidupan seseorang atau pahlawan. Demikian juga menceritakan tentang kondisi sekarang yang memerlukan kemampuan penguasaan materi pelajaran tertentu atau menjelaskan tentang usaha mencapai prestasi dalam karirnya di masa mendatang. Sesekali seorang guru militer juga harus mampu memahami kondisi yang terjadi pada siswa/anak didik walaupun tidak mendetail,
misalnya tingkat pemahaman
mereka terhadap materi, kesulitan yang sering
ditemui,
aspirasinya dalam kaitannya dengan materi pelajaran. 36
kondisi
fisik
dan
c.
Situasi yang mendukung (Drive reinforcement theory)
Didasarkan pada law of effectnya Thordike (tokoh psikologi pendidikan), maka dijelaskan bahwa usaha atau perbuatan yang dapat memuaskan cenderung diulang, sedangkan usaha atau perbuatan yang tidak mengenakkan cenderung untuk tidak diulang. Demikian juga dalam situasi proses belajar mengajar, maka perlu diperhatikan tentang adanya reward dan punishment dalam memotivasi individu secara benar sesuai dengan situasi yang ada dan kondisi individu saat itu. Pelajaran teori akan lebih mudah masuk (dipahami) kepada anak didik atau siswa pada saat jam pertama di pagi hari. Sebaliknya pelajaran yang berkaitan dengan fisik (binjas) akan sesuai jika diletakkan pada saat orang akan IB atau pesiar karena mereka pasti bersemangat mengerjakan walaupun kegiatannya melelahkan. d.
Menyamakan persepsi (Goal theory).
Hal lain yang sangat mendukung untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah teori tentang pencapaian tujuan (Goal theory) menurut John Locke yang menyebutkan bahwa tingat aspirasi siswa adalah kondisi yang merupakan kelanjutan dari motivasi belajar.
Oleh karena itu hendaknya pemberian materi
pelajaran disusun secara sistematis sehingga berdampak positif pada siswa karena mereka dapat menerima tingkat pemahaman dan kesulitan secara bertahap. Cara pandang seseorang terhadap materi pelajaran juga akan berdampak pada kepeminatan materi pelajaran tanpa harus dipaksa oleh Guru Militer. Berpedoman pada tingkat aspirasi seseorang maka tugas-tugas yang dapat menimbulkan motivasi adalah tugas-tugas yang mampu diraih dalam jangkaun pandangan atau kemampuannya. Reward akan menimbulkan motivasi tidak sepenuhnya benar apabila reward yang diperoleh tidak diyakini sebagai hasil usaha sendiri.selanjutnya dikatakan bahwa taraf kesukaran untuk mencapai goal (tujuan) dan komitmen (tekat) untuk mencapai tujuan tersebut akan menentukan sampai seberapa besar usaha yang dilakukannya. Berarti semakin sukar untuk mencapai tujuan akan semakin besar motivasi untuk mencapainya sepanjang individu tetap committed. 17.
Cara Memotivasi Belajar Dalam suatu situasi pelajaran, seorang pelajar dapat termotivasi untuk
mengikuti dan berusaha menguasai materi tersebut namun belum tentu pelajar yang lain ikut terpegaruh untuk menguasai materi pelajaran tersebut.
Bahkan
pelajar yang sama dapat berbeda motivasinya jika materi tersebut diberikan pada 37
waktu yang berbeda pula. Oleh karena itulah, psikologi berusaha menjelasakan bahwa metode dan tehnik mengajar harus bervariasi tidak hanya 1 metode sehingga proses pengajaran tidak mengalami kejenuhan. Demikian juga proses mental yang terjadi pada individu harus dipertimbangkan dengan daya tahan yang dimiliki sehingga gumil harus mampu menguasai kelas terutama memahami kondisi siswanya. Gumil yang memahami kondisi siswa dan suasana kelas maka ia mampu membuat motivasi siswa lebih untuk dapat menguasai materi, minimal para siswa memiliki minat (tertarik) dengan materi pelajaran yang diajarkan. Ada beberapa cara untuk memberikan motivasi belajar yaitu a.
Dengan menggunakan prinsip pleasure dan pain, dari hukum
belajarnya Thordike (law of effect), dikemukakan bahwa perilaku yang mendatangkan hasil memuaskan atau menyenangkan cenderung untuk diulang, sedangkan perilaku yang membawa akibat tidak menyenangkan akan dihindari pada lain kesempatan. Implikasinya dari teori ini adalah semestinya pendidik menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswanya. Pengalaman dan suasana dalam proses belajar mengajar tersebut akan memberi motivasi pada siswa
untuk mengikuti aktivitas belajar
berikutnya. b.
Dengan memakai sistem reward dan punishment. Pemberian reward
atas perilaku/prestasi belajar yang diharapkan akan menimbulkan interes bagi siswa , sehingga ia akan termotivasi belajarnya. Adapun reward dalam situasi pendidikan bentuknya adalah pujian, pemberian perhatian yang lebih daripada siswa lain, sering dijadikan model atau contoh yang baik. Sedangkan pemberian punishment atas perilaku/prestasi belajar yang jelek, pada siswa dikenakan tindakan atau hukuman yang diharapkan dapat menimbulkan efek negatif bagi siswa sehingga siswa akan berubah sikapnya terhadap materi pelajaran. Kondisi punishment yang tidak menyenangkan tersebut harus diberi penjelasan yang tepat dengan maksud pendidikan sehingga tidak berdampak pada sikap negatif siswa seperti dendam, malu, cemas, atau malas berusaha atau berubah karena mengalami suasana yang tidak menyenangkan. Selain itu sistem reward dan punishment sebenarnya bersifat unpredictable. Artinya proses penerimaan dan tanggapan dari siswa dapat berubah dan berbeda tergantung dari situasi siswa dan proses yang 38
diikuti dalam pengajaran. Oleh karena itu hendaknya dalam pemberlakuan sistem reward dan punishment tetap memperhatikan proses yang terjadi pada siswa dan dihindari menjadi tujuan dari perilaku yang dilakukan siswa sehingga perlu diarahkan dan dijelaskan yang sebenarnya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. c.
Memperhatikan
taraf
aspirasi
siswa
peserta
didik
dengan
memperhatikan latar belakang pendidikan, latar belakang budaya serta heterogenitas daya tangkapnya. Dengan pertimbangan tersebut maka gumil dapat memberikan materi pelajaran sesuai dengan kondisi siswa, termasuk tingkat kecakapan yang harus dimiliki sesuai tujuan pendidikan serta memberikan tugas pada anak didik sesuai dengan materi dan tujuan pendidikannya. d.
Menciptakan suasana kompetitif Gumil juga harus bisa menciptakan
suasana yang kompetitif dan konstruktif sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan menguasai materinya.Sarana kompetitif itu terdiri dari 3 tipe yaitu: a) Antar individu dalam kelompok b) Antar kelompok c) Dengan dirinya sendiri e.
Menciptakan sarana umpan balik. Dalam proses belajar mengajar
interaksi gumil dengan siswa didik diharapkan mampu memberikan umpan balik yang dapat digunakan untuk kemajuan siswa dalam bidang ketrampilan dan pengetahuan yang berkaitan dengan materi pelajaran dalam mendukung kemampuan untuk kelancaran pelaksanaan tugas di masa mendatang.
39
BAB VI TEHNIK MENYIMAK AKTIF DAN MEMBERIKAN UMPAN BALIK
18.
Pengertian Simak Aktif Pada proses pendidikan dan latihan sikap dan perilaku yang sangat penting
dan berpengaruh dalam mendukung keberhasilan kegiatan tersebut adalah Simak Aktif dan Umpan Balik. Secara umum sikap menyimak terjadi karena seseorang memperhatikan apa yang sedang terjadi dari satu bagian ke bagian lain.Pengertian simak aktif meliputi perilaku seseorang yang mampu mendengarkan dan menyimak secara aktif terhadap proses yang terjadi baik pada kegiatan, situasi, obyek maupun isi pembahasan. Menyimak aktif dapat terlihat dengan adanya perilaku yang langsung ditunjukan seseorang kepada obyek yang sedang dibicarakan. Sikap menyimak aktif dilakukan seseorang sebagai upaya memahami tanpa melakukan penilaian, baik yang bersifat positif atau negatif. Bentuk perilaku menyimak aktif dapat dilakukan siapa saja termasuk peserta didik dalam rangka usaha untuk memahami materi yang diberikan dalam proses belajar mengajar tersebut. Aspek-aspek yang menjadi pemusatan perhatian seseorang diantaranya adalah : a.
Topik
:
materi yang sedang dibicarakan untuk dapat memahami
pelajaran dan berusaha mencapai sasaran tujuan instruksional baik secara umum maupun khusus. b.
Kegiatan : perhatian yang dikhususkan dalam kegiatan baik sebagai
kegiatan utama (praktek pelajaran) maupun kegiatan tambahan untuk memperjelas materi yang dibawakan. c.
Perasaan orang lain : sebagai usaha untuk memahami kondisi orang
lain yang sedang menderita atau melakukan kegiatan dan berusaha menghayati kondisi psikis seseorang yang melakukan kegiatan tertentu. Namun demikian, tidak semua orang bisa melakukan kegiatan menyimak aktif dengan secara langsung terhadap kegiatan proses pendidikan yang diikutinya. Langkah yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan berusaha memahami materi dengan mencari pengertian dan memahami apa yang tersirat dalam suatu “konteks”.Usaha memahami apa yang tersirat dari materi pelajaran tersebut
40
diupayakan pada isi materi atau proses dari bab per bab untuk memperjelas maksud materi pelajaran tersebut. Dalam rangka memahami indikator tentang apakah kita menyimak aktif secara benar atau tidak maka dapat dilakukan dengan beberapa unsur penting dalam perilaku simak aktif yaitu: a.
Paraphrasing, yaitu kemampuan seseorang setelah mendengar dan
melihat serta mengamati proses kegiatan lalu ia dapat mengulangi hal-hal penting dari bagian proses kegiatan tersebut secara benar. b.
Sikap Berminat, yaitu sikap seseorang yang menunjukkan perhatian
penuh pada kegiatan, obyek atau bahan pembicaraan yang sedang membahas materi pelajaran. Biasanya sikap berminat akan berlanjut dengan proses belajar mengajar yang dinamis dan interaktif dan dapat mencapai tujuan pendidikan. c.
Pengulangan, usaha lain untuk menyimak aktif adalah usaha peserta
didik dengan mengulangi bahan materi pelajaran secara teratur, biasanya dilakukan pada saat akan ujian atau ulangan. d.
Pengecekan terhadap diri sendiri, melakukan instrospeksi diri terhadap
tingkat pemahaman pada materi yang kita pelajari dengan mencoba menanyakan apakah kita paham dengan apa yang kita baca, apakah kita mengerti dengan pembicaraan guru tentang materi yang dibicarakan.
Jadi sikap simak aktif dari seseorang terlihat dengan perilakunya yang selalu berusaha untuk diarahkan kepada beberapa hal yang memusatkan pada satu bidang yaitu dalam bidang hal : a.
Suatu
kecakapan
berkomunikasi
yang
ditandai
minat/perhatian
terhadap orang lain untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman terhadap materi pelajaran. b.
Membantu pembicara lebih mampu mengenali masalah dan tetapkan
tujuan. c.
Membantu pendengar untuk memperoleh informasi yang benar dan
jelas. 41
d.
Menyatakan kembali pesan verbal/emosi pembicara menurut kesan
pendengar. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan untuk dapat melakukan simak aktif tidak salah atau malah membuat kita merusak perilaku simak aktif yang dilakukan pada saat mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu usahakanlah menghindari beberap perilaku yang salah yaitu: a.
Mencemari pesan dengan pemikiran sendiri (subyektifitas).
b.
Sebagai alat manipulasi yang dapat merubah persepsi dan pengertian.
c.
Mencampuri persoalan pribadi.
d.
Mengarahkan
untuk
memecahkan
persoalan
tidak
dengan
menggunakan cara si pendengar. e.
Meminta penjelasan jika diperlukan untuk memperjelas.
Menurut Ralph Nichols, menyatakan bahwa menyimak dapat diterapkan pada beberapa hal yaitu : a.
Meluangkan waktu.
b.
Perhatian dan upaya.
c.
Tehnik bergumam.
d.
Mendalami permasalahan.
e.
Memperkuat data tentang evaluasi.
f.
Menciptakan lingkungan yang nyaman.
42
BAB VII EVALUASI
1. Mengapa dalam proses pendidikan atau program pelatihan sangat penting untu memperhatikan aspek-aspek psikologis peserta didik? 2. Jelaskan yang anda ketahui tentang Pendekatan Social Learning dalam dunia pendidikan? 3.
Apa hakekat pendidikan atau program pelatihan menurut Kirkpatrick?
4.
Jelaskan Teori Penguatan dalam dunia pendidikan yang anda ketahui?
5. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip dalam belajar menurut Teori Penguatan (dari nomor 4) ? 6. Jelaskan beberapa faktor pendukung terjadinya tingkat kematangan seseorang dalam pembelajaran menurut pandangan Teori Androgogy yang anda ketahui? 7. Apa gunanya kita memahami Proses dalam diri Individu dalam kaitannya dengan dunia pendidikan dan program pelatihan? 8. Apa maksud dilaksanakan pelatihan dalam suatu lembaga atau organisasi menurut Wexley dan Yukl (1977) ? 9. Sebutkan dan jelaskan kegiatan awal dalam rangka merumuskan program pelatihan dan bagaimana caranya ? 10.
Jelaskan bagaimana caranya meningkatkan motivasi belajar pada siswa?
11.
Sebutkan aspek pendidikan yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa?
12. Jelaskan kerangka dasar dari perancangan suatu pelatihan (kegiatan utama) yang anda ketahui? 13. Sebutkan dan jelaskan metode pengajaran yang anda ketahui untuk digunakan dalam program pelatihan (minimal 3 metode)? 14. Jelaskan kriteria keberhasilan dalam program pelatihan yang anda ketahui (minimal 2 aspek)? 15. Jelaskan tolak ukur keberhasilan program pelatihan dalam menurut Bloom (1956)?
ranah kognitif
16. Jelaskan kegiatan atau langkah-langkah dari Simak aktif yang anda ketahui (minimal 3 kegiatan)? 17.
Bagaimana caranya agar komunikasi itu dapat efektif menurut Harold dan Ronald?
43
BAB VIII PENUTUP
Demikianlah materi pelajaran Psikologi kepelatihan bagi Siswa Sekolah Dasar Kecabangan TNI AD kami susun dalam rangka mendukung kelancaran program pelatihan dan proses pendidikan. Harapan untuk menyempurnakan Naskah atau Bahan Pengajaran Psikologi Kepelatihan ini adalah salah satu bekal untuk memajukan dan meningkatkan Profesionalisme dalam dunia pendidikan dan Pelatihan, oleh karena itu kami akan senang mendapatkan masukan dan kritikan pada Bahan Pengajaran ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
When wealth is lost, nothing is lost ; When health is lost, something is lost ; When character is lost, everything is lost.
Kepala Dinas Psikologi
Drs. Ngurah Sumitra Brigadir Jendral TNI
44