ANALISIS SICK BUILDING SYNDROME PADA GEDUNG SATKER PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH II PROVINSI BALI BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL VIII DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA JALAN ACHMAD YANI NO. 90 DENPASAR
TUGAS AKHIR
Oleh :
A.A I. Agung Semarayanthi NIM: 0919151046
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bangunan adalah struktur buatan manusia dimulai dari pondasi sampai atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat, yang dilengkapi sarana dan prasarana lainnya, yang diperuntukkan sesuai fungsinya. Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah dan alasan estetika. Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang dan tempat bekerja. Suatu bangunan tidak lepas dari kehidupan manusia khususnya sebagai pemberi rasa aman dan nyaman. Pembangunan suatu gedung tidak hanya terfokus pada kekuatan gedung menahan beban-beban, tapi yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah bagaimana kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna bangunan pasca konstruksi. Terkadang persoalan kenyamanan, keselamatan, serta kesehatan penghuni gedung luput dari perhatian perencanaan bangunan. Implikasi ketidaknyamanan, ketidakselamatan dan tidak terjaminnya kesehatan berakibat terjadinya sindrom bagi penghuni bangunan gedung dimaksud. Sindrom
terhadap
ketidaknyamanan,
ketidakselamatan,
dan
tidak
terjaminnya kesehatan pemakai gedung dikenal dengan sick building syndrome. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya SBS (sick building syndrome) yaitu: kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan, di mana ketiga faktor ini merupakan komponen dasar dalam SBS. Dalam ketiga komponen dasar ini kita akan menemukan permasalahan seperti: keandalan bangunan, getaran bangunan gedung, tata letak bangunan, ruang terbuka hijau, sirkulasi udara, sistem pencahayaan, dan lain sebagainya (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung). SBS secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas seluruh penghuni gedung bangunan bila dibiarkan
2
terus menerus. Rasa tidak nyaman yang timbul saat berada dalam suatu gedung bangunan tidak bisa dianggap enteng. Itu adalah tanda gejala dari syndrom penyakit bangunan. Mengingat banyaknya gedung di Kota Denpasar yang sudah lama dibangun yang tidak memperhatikan komponen seperti kenyamanan, keselamatan dan kesehatan. Dari data yang kami dapatkan data jumlah gedung perkantoran dari tahun 2002 sampai 2007 adalah banyaknya gedung berjumlah 625 gedung. Dari 625 gedung perkantoran yang ada di Denpasar telah dilakukan observasi langsung terhadap beberapa gedug perkantoran yang berada di Denpasar, dan ditemukan salah satu gedung yang mendekati SBS, hal ini ditentukan dengan melihat umur gedung dan observasi langsung. Oleh karena itu, dipandang perlu melakukan penelitian tentang SBS pada gedung perkantoran pelayanan publik di Kota Denpasar. Gedung yang dipilih untuk melakukan penelitan ini adalah gedung Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Bali Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Direktorat Jenderal Bina Marga Jl. Ahmad Yani No. 90 Denpasar Menurut EPA, belum ada hal spesifik yang mempengaruhi SBS, untuk saat ini hal yang diketahui hanya melalui permasalahan kesehatan, padahal dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 dijelaskan beberapa komponen yang mempengaruhi suatu gedung, di antaranya kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan. SBS sudah banyak diteliti dalam dunia kesehatan, tetapi penelitiannya hanya terfokus pada permasalahan sistem sirkulasi udara yang mengganggu kesehatan. Penelitian SBS perlu dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap kenyamanan, keselamatan dan kesehatan penghuni gedung Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Bali Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Direktorat Jenderal Bina Marga Jl. Ahmad Yani No. 90 Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap SBS di gedung Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Bali Balai Pelaksanaan
3
Jalan Nasional VIII Direktorat Jenderal Bina Marga Jl. Ahmad Yani No. 90 Denpasar? 2. Apa saja faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya SBS pada gedung Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Bali Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Direktorat Jenderal Bina Marga Jl. Ahmad Yani No. 90 Denpasar? 3. Bagaimana
solusi
untuk
mengatasi
terjadinya
SBS
dari
aspek
kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap SBS di gedung Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Bali Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Direktorat Jenderal Bina Marga Jl. Ahmad Yani No. 90. 2. Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor dominan yang menyebabkan terjadinya SBS pada gedung Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Bali Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Direktorat Jenderal Bina Marga Jl. Ahmad Yani No. 90 Denpasar. 3. Memberikan solusi untuk mengatasi terjadinya SBS dari aspek kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu bagi
perencana gedung, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai penyebab terjadinya SBS pada bangunan perkantoran, sehingga dapat dicarikan solusi untuk mengurangi terjadinya SBS pada bangunan gedung perkantoran. Bagi penghuni dan pengguna gedung, hasil penelitian ini diharapkan dapat menghilangkan SBS saat berada pada bangunan gedung perkantoran. Bagi mahasiswa, dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang SBS, menambah pengalaman di bidang SBS.
4
1.5 Batasan Masalah Mengingat lingkup permasalahan yang luas dalam penelitian ini, maka perlu adanya batasan pada pokok bahasan tanpa mengurangi kejelasan dari masalah yang disajikan. Adapun batasan masalah dari penelitian ini antara lain: 1. Gedung yang diteliti adalah gedung lama/tua/berumur. 2. Dalam penelitian ini terkait SBS diteliti 3 komponen dasar dalam sick building syndrome yaitu: kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan. 3. Responden adalah penghuni gedung. 4. Pemilihan gedung yang diteliti adalah gedung 2 lantai dan gedung 1 lantai. 5. Pengumpulan data dengan sistem observasi, kuisioner, dan wawancara mendalam. 6. Dipilih gedung Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Bali Balai Pelaksanaan Jalan Nasional VIII Direktorat Jenderal Bina Marga Jl. Ahmad Yani No. 90 Denpasar 7. Pengolahan data dengan analisa faktor dengan program SPSS. 8. Peraturan yang dipakai adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
5