MANFAAT LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENGURANGI RESIKO RAWAN PANGAN DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Retno Wulandari, Aris Slamet Widodo Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstrak Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan keluarga, upaya yang dilakukan antara lain melalui penguatan cadangan pangan masyarakat dalam bentuk kelembagaan lumbung pangan. Peranan lumbung di masa lalu lebih bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengelolaan
dan
manfaat lumbung pangan swadaya bagi masyarakat. Penelitian dilakukan di Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul. Penentuan sampel petani dilakukan secara Simpel Random Sampling dengan jumlah populasi 4120 penduduk, sedangkan jumlah sampel tiap pedukuhan diambil 10 sampel petani (Desa Giritirto memiliki 7 pedukuhan), sehingga total sampel adalah 70 orang. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD) di Desa Giritirto yang dikelola secara kelompok tetapi masyarakat mempunyai lumbung pangan swadaya yang dikelola oleh petani secara individu. Manfaat lumbung bagi petani yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan, antara lain untuk konsumsi pangan sehari-hari, persediaan cadangan pangan, menyimpan hasil pertanian (gabah, gaplek, jagung, kacang tanah, tembakau dan bawang merah) agar tidak rusak dan tahan lama; dan untuk memenuhi kebutuhan non pangan yaitu untuk membeli sarana produksi pertanian, untuk memenuhi keperluan saat hajatan dan untuk memenuhi keperluan sumbangan (kondangan)
Kata kunci: cadangan pangan, lumbung pangan swadaya, manfaat
1.
PENDAHULUAN Ketersediaan pangan yang memadai di tingkat makro (nasional, propinsi dan kabupaten/kota)
merupakan faktor penting namun belum cukup memadai untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup di tingkat rumahtangga dan individu. Rendahnya ketersediaan dan konsumsi pangan di tingkat rumahtangga dapat terjadi karena adanya masalah dalam distribusi dan akses ekonomi rumahtangga terhadap pangan. Undang Undang Pangan No. 18 tahun
2012 Pasal 2 menyebutkan
prinsip atau asas penyelenggaraan pangan di Indonesia harus berdasarkan kedaulatan, kemandirian, ketahanan, keamanan, manfaat, pemerataan, berkelanjutan, dan keadilan. Ketahanan pangan adalah keadaan dimana terpenuhinya kebutuhan pangan dan tersedia setiap waktu, mudah didapatkan, aman di konsumsi dan harga yang terjangkau. Terkait dengan definisi tersebut maka komponen dari ketahanan pangan adalah (1) ketersediaan pangan, (2) distribusi dan konsumsi pangan, (3) mudah didapatkan, (4) diversifikasi pangan, dan (5) aman dikonsumsi (Mallisa V., 2013) Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk secara fisik maupun ekonomi, diperlukan pengelolaan cadangan pangan di seluruh komponen masyarakat. Salah satu caranya ialah dengan menumbuhkembangkan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara perorangan maupun kelompok untuk menyisihkan sebagian hasil panen sebagai cadangan pangan dengan membangun lumbung pangan. Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan keluarga, upaya yang dilakukan antara lain melalui penguatan cadangan pangan masyarakat dalam bentuk kelembagaan lumbung pangan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik.Peranan lumbung di masa lalu lebih bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Gunungkidul (2014) bahwa sebagian besar lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul adalah lahan kering (95%) dan sisanya adalah lahan sawah 5%. Sesuai dengan kondisi alamnya maka Kabupaten Gunungkidul memiliki beberapa tanaman potensial yang bisa berproduksi dengan bagus, diantaranya adalah tanaman singkong, jagung, kedelai, dan padi lahan kering.Kondisi alam yang ekstrim dan masuk dalam kategori lahan marjinal, menyebabkan beberapa wilayah di Kabupaten Gunungkidul masuk dalam kategori rawan pangan.Kecamatan yang masuk kategori rawan pangan pada tahun 2013 adalah Kecamatan Purwosari, Paliyan dan Girisubo.Dari beberapa kecamatan yang masuk kategori rawan pangan tersebut sebetulnya bagaimana usaha masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan keluarga di Kecamatan Purwosari.
2.
KAJIAN LITERATUR
A. Lumbung Pangan Masyarakat Pengembangan kapasitas kelembagaan merupakan suatu proses perubahan sosial berencan sebagai sarana pendorong proses perubahan dan inovasi. Proses transformasi kelembagaan pada petani melalui pembanguan atau pengembangan kelembagaan seyogyanya dapat menjadikan kelembagaan menjadi bagian penting dalam kehidupan petani untuk memenuhi kebutuhan usahataninya. Salah satu contoh kelembagaan pertanian yang membantu petani dalam menunjang ketahanan pangan adalah lumbung pangan.Lumbung pangan sering diartikan sebagai bangunan fisik tempat menyimpan bahan pangan maupun sebagai sentra penghasil pangan pada suatu wilayah. Lumbung tidak hanya berfungsi menyimpan padi untuk dikonsumsi, tetapi digunakan sebagai tempat penyimpanan aneka benih tanaman.Berbagai daerah di Indonesia memiliki bentuk, jenis dan fungsi lumbung beragam sesuai dengan tradisi dan kearifan lokal masyarakatnya. (Witoro dkk, 2006) Lumbung pangan berperan dalam membantu kelompok atau masyarakat di daerah potensi rawan pangan dalam mengatasi dirinya untuk keluar dari masalah kekurangan pangan (Jayawinata, 2003). B. Pengelolaan Lumbung pangan Selama ini lembaga-lembaga yang digunakan oleh petani dalam pemenuhan kebutuhan modal usaha tani dan pemenuhan kebutuhan pokok, antara lain KUD (Koperasi Unit Desa), penggilingan, dan lumbung pangan. Dari alternatif lembaga KUD, pedangan swasata/penggilingan dan lumbung pangan, lembaga yang jauh lebih diminati oleh petani adalah lumbung pangan. Lumbung pangan dipilih oleh petani biasanya karena jarak yang harus ditempuh petani ke lumbung lebih dekat daripada ketempat yang lain. Selain itu petani memilih lumbung padi karena dapat mengantisipasi kekurangan pangan dan kelangkaan modal, adanya prosedur penimjaman dan pengembalian yang sederhana dan tidak sulit, bunga yang dibebankan tidak terlalu tinggi dan petani sudah mengenal dan sering berinteraksi dengan pengurus lumbung (Rohaeti, 2006).
3. METODE PENELITIAN Peneitian ini menggunakan metode dasar deskriptif analitis yaitu mendeskripsikan pengelolaan lumbung pangan swadaya oleh petani dan peran lumbung pangan bagi petani. Lokasi penelitian di Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Lokasi dipilih karena termasuk desa
rawan pangan di Kabupaten Gunungkidul dan sebagai sentra pengembangan tanaman singkong serta memiliki potensi untuk pengembangan tanaman jagung dan padi gogo. Penentuan sampel petani dilakukan secara Simple Random Sampling dengan jumlah sampel tiap pedukuhan 10 sampel (Desa Giritirto memiliki 7 pedukuhan), sehingga total sampel adalah 70 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah petani penggarap lahan kering yang termasuk dalam kategori keluarga rawan pangan.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengelolaan Lumbung Pangan Swadaya oleh Petani Sebagaimana umumnya daerah Kabupaten Gunung Kidul, keberadaan air menjadi permasalahan utama termasuk di Desa Giritirto Kecamatan Purwosari.Keberadaan air tanah cukup dalam dan sangat jarang dijumpai sungai permukaan, yang ada adalah sungai bawah tanah. Hal ini yang mempengaruhi cara bertani masyarakat Desa Giritirto. Masyarakat tani hanya mengandalkan keberadaan air di musim penghujan, dimana masyarakat mulai menanam padi di lahan-lahan yang mereka miliki (sawah tadah hujan).
Dalam satu tahun, terdapat tiga musim tanam yakni: padi, jagung dan tembakau.
Untuk
komoditas padi ditanam pada saat musim dengan intensitas hujan tinggi, sedangkan komoditas jagung dan tembakau ditanam pada saat intensitas hujan mulai menurun atau memasuki musim hujan.Komoditas pertanian yang banyak diusahakan diantaranya: jagung, padi, ketela pohon, tembakau dan hortikultura. Tabel 1. Tata guna lahan No. Nama Pedukuhan 1 Petoyan 2 Nglegok 3 Gading 4 Susukan 5 Tompak 6 Ploso 7 Blado Jumlah Persentase Sumber: Data Swadaya 2008
Tanah Sawah (Ha) 8.802 7.372 6.059 4.052 4.589 8.844 4.084 43.802 4.00%
Tanah kering (Ha) 128,866 130.426 147.829 90.711 104.632 168.590 113.836 885.890 80.83%
Pemukiman (Ha) 20.004 9.350 18.670 3.630 10.530 15.336 11.336 88.856 8.12%
Hutan Negara (Ha) 77,405 77.405 7.05%
Jumlah (Ha) 235.077 147.148 172.558 98.393 119.752 193.778 129.285 1095.991 100%
Dalam setahun, petani di Giritirto mampu menghasilkan 60.544 Kg padi pada luas garapan lahan 105.060 m2.Komoditas pertanian terutama bahan pangan utama (padi) yang tidak dapat ditanam sepanjang tahun.Para petani biasanya hanya menanam padi saat musim penghujan datang.Hal ini menyebabkan masyarakat harus dapat menyimpan bahan pangan selama setahun.Cara yang digunakan yaitu dengan membuat lumbung pangan di rumah masing-masing.Saat musim panen tiba, lumbung pangan digunakan petani sebagai media penyimpanan sementara sebelum mereka gunakan sesuai kebutuhan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah lama memiliki lumbung pangan dengan kisaran waktu 20 tahun lebih keatas (Tabel 2). Status
kepemilikan
lumbung
adalah
milik
pribadi/individu,
bukan
secara
kolektif.Artinya, petani secara penuh mengatur keluar dan masuknya hasil panen mereka sendiri.Petani yang telah lama memiliki lumbung pangan adalah berasal dari warisan atau peninggalan orang tua yang masih mereka rawat dan gunakan sampai saat ini. Alasan bagi petani untuk tetap menggunakan lumbung pangan dari warisan tentu adalah menjaga adat istiadat.Selain itu, lumbung memberikan manfaat kepada keluarga yang memutuskan untuk merawat lumbung warisan. Mereka tidak perlu membuat lumbung kembali karena bagi mereka lumbung warisan sudah memberikan manfaat besar, sedangkan petani lainnya menggunakan lumbung yang mereka buat sendiri.
Tabel 2. Lamanya waktu kepemilikan lumbung pangan Rentang Waktu Kepemilikan Lumbung (Tahun) 1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 JUMLAH
Kepemilikan Lumbung (Orang) 11 15 13 10 7 14 70
Persentase (%) 16 21 19 14 10 20 100
1. Tujuan Lumbung Pangan Pada musim kemarau, keberadaan lumbung pangan penting peranannya.Pada saat petani tidak menanam padi karena ketersediaan air berkurang mengharuskan petani untuk menanam komoditas selain padi seperti tembakau, jagung dan kacang panjang.Tujuan dari lumbung pangan bagi petani adalah sebagai penyimpanan sementara hasil panen seperti jagung dan padi.Selain itu, lumbung digunakan sebagai cadangan pangan petani pada saat mulai memasuki musim rawan pangan.Bahan pangan tersebut digunakan sendiri atau dijual
untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Tujuan lain dari lumbung pangan adalah untuk mengantisipasi serangan tikus.Untuk menghindari serangan tikus, petani biasanya menyimpannya di dalam lumbung yang berbentuk “gentong” yang terbuat dari tanah liat dan kotak yang menyerupai peti yang terbuat dari aluminium.
2. Bahan Pangan yang Disimpan Bagi petani di Desa Giritirto, peranan lu mbung sangat penting sebagai wadah menyimpan hasil panen.Selain itu, lumbung juga berperan alat investasi bagi mereka, karena dengan adanya lumbung hasil panen bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama.Sebagian besar petani menyimpan hasil panen berupa padi, jagung, ketela, bawang merah, kacang tanah dan tembakau.Mereka menyimpannya dalam bentuk kering lalu diletakkan didalam lumbung atau karung dan petani memanfaatkannyasaat membutuhkan. 3. Letak Penyimpanan Lumbung Untuk menjaga kualitas hasil panen agar tetap baik secara kualitas dan kuantitas diperlukan tempat strategis untuk meletakkan posisi lumbung. Hal ini bertujuan agar hasil panen tidak terkena hujan, tikus maupun suhu udara yang terlalu lembab yang menyebabkan kerusakan pada hasil panen yang disimpan. Letak penyimpanan lumbung petani di Desa Giritirto seluruhnya terletak didalam rumah seperti kamar/ruangan khusus dan dapur, tergantung jenis hasil panen yang disimpan.Untuk komoditas jagung, padi dan ketela diletakkan berdekatan dengan dapur, sedangkan untuk hasil panen tembakau kering diletakkan didalam ruangan atau kamar. Bahkan, beberapa petani ada yang menggabungkan dua hasil panen berbeda seperti gabah dengan tembakau dalam satu ruang kamar penyimpanan yang sama.
Tabel 3. Tempat penyimpanan bahan pangan berdasarkan jumlah orang o. 1. 2. 3.
Tempat Penyimpanan Gentong Ruang atau kamar (dalam karung) Kotak berbentuk peti Total
Jumlah (orang) 8 56 6 70
Persentase (%) 11 80 9 100
Pemilihan letak penyimpanan lumbung didasarkan pada luas rumah atau ruangan yang dimiliki petani. Tujuan dari penyimpanan ini adalah menjaga kualitas hasil panen tetap baik seperti tetap kering, tidak berjamur dan tidak busuk, serta menghindari dari serangan hama tikus.Sebelum disimpan di dalam lumbung, bahan pangan diberikan perlakuan terlebih dahulu. . 4. Waktu Pengisian Lumbung Petani di Desa Giritirto melakukan pengisian lumbung dengan memperhatikan waktu, frekuensi dan besar bagian yang disimpan.Waktu pengisian pada saat kegiatan panen dan pengeringan selesai dilakukan.Kegiatan panen biasanya dilakukan pada Bulan April - Mei atau berakhirnya musim hujan. Untuk hasil panen padi, petani mampu mengisi 50 hingga 2.000 Kg dalam sekali penyimpanan, sedangkan tembakau bisa mencapai 50-200 Kg. Besaran pengisian tergantung dari luas lahan yang diusahakan petani untuk jenis komoditas pertanian yang ditanam serta kapasitas lumbung.Pada saat pengisian lumbung, sebagian petani memilih untuk tidak menyimpan seluruh hasil panennya. Beberapa bagian mereka gunakan untuk keperluan dalam waktu dekat seperti gabah yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan makan keluarga ataupun tembakau yang mereka konsumsi sendiri.Adanya lumbung menjadi harapan agar terhindar dari kerawanan pangan ditingkat keluarga. 5. Manfaat Lumbung Pangan Swadaya bagi Petani Bahan pangan yang disimpan di dalam lumbung digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga petani, antara lain untuk memenuhi kebutuhan pangan harian dan kebutuhan selain konsumsi. Bahan pangan yang disimpan di dalam lumbung jumlahnya dapat mencukupi kebutuhan konsumsi, sehingga petani dapat memanfaatkan bahan pangan tersebut untuk keperluan selain konsumsi. Bahan pangan seperti beras biasanya digunakan sebagai sumbangan untuk kegiatan sosial di masyarakat. Kegiatan sosial yang sering ada di masyarakat Desa Giritirto diantaranya yakni gotong royong, hajatan, iuran warga dan lelayu dalam bentuk beras. Biasanya masyarakat akan menjual gabah untuk memenuhi kebutuhan diatas. Selain itu petani juga menggunakan beras yang diberikan pada kegiatan gotong royong yang bertujuan untuk membantu tetangga yang sedang membangun atau merenovasi rumah mereka. Untuk penggunaan lumbung pada kegiatan iuran warga, beras dikeluarkan satu minggu sekali sebanyak ¼ kaleng susu yang diletakkan didepan rumah mereka masing-masing dan akan diambil oleh warga yang bertugas ronda. Beras yang sudah terkumpul tersebut akan digunakan saat terdapat warga yang sakit atau membutuhkan bantuan dana maka beras dijual untuk membantu meringankan kesulitan yang dihadapi masyarakat.
5.
KESIMPULAN Lumbung pangan dikelola petani secara swadaya atau secara individu, yang
digunakan untuk menyimpan cadangan pangan, menyimpan hasil panen dan menghindari kerusakan bahan pangan. Bahan pangan yang disimpan di lumbung antara lain padi, jagung, ketela, bawang merah, kacang tanah dan tembakau, yang disimpan di “gentong”, di ruangan khusus dan di dalam peti/kotak aluminium.Lumbung pangan swadaya bagi petani berperan untuk memenuhi konsumsi pangan sehari-hari, disimpan sebagai cadangan pangan dan untuk memenuhi kebutuhan selain konsumsi, antara lain digunakan untuk kegiatan sosial (gotong royong dan kematian), membeli kebutuhan sarana produksi pertanian, hajatan, iuran warga dan untuk kebutuhan sumbangan (kondangan). 6.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Gunungkidul (2014).Data Daerah Rawan Pangan 2013.Yogyakarta. Jayawinata, 2003. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat, Suara Pembaruan, edisi Kamis, 24 April, 2003. Mallisa V., 2013. Pola Konsumsi dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tani di Kabupaten Jayawijaya.Disertasi. Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Rohaeti, E. 2006.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Lumbung Padi Di Kecamatan Patimun Kabupaten Cilacap. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Witoro dkk, 2005. Revitalisasi Lumbung Desa, Harian Kompas, Jumat, 24 Juni 2005.