Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi
25
MANFAAT KONSUMSI TEH HITAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PENYAKIT JANTUNG KORONER AKIBAT ATEROSKLEROSIS DI INDONESIA FRANS LIWANG
Penulis adalah seorang mahasiswa dari jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lahir pada tanggal 2 April 1990 di kota Makassar, ia memulai studinya pada tahun 2007. Beberapa tulisan yang pernah ditulisnya antara lain Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui Dalam Mewujudkan Program ASI Eksklusif di Indonesia pada tahun 2009, Diagnosis Molekuler Berbasis Autoantibodi ZnT8 Sebagai Deteksi Dini Mutakhir Diabetes Melitus tipe 1 pada tahun 2010, dan Manfaat Metode Upper-Room Ultraviolet Germicidal Irradiation (UVGI) sebagai Upaya Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2010. Untuk berkorespondensi dengan penulis, dapat melalui alamat email fr_archy02@ yahoo.com.
26
Volume 1, Desember 2010
MANFAAT KONSUMSI TEH HITAM SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PENYAKIT JANTUNG KORONER AKIBAT ATEROSKLEROSIS DI INDONESIA FRANS LIWANG
Astract Coronary heart disease (CHD), which is the main cause due to atherosclerosis, was the number one cause of death in Indonesia. The treatments were quite difficult because it needs a long term medical therapies or invasive actions. In addition, the treatments were needed to be accompanied with preventive efforts to prevent the recurrence in the future. Some clinical researches have shown that black tea can prevent CVD. The theaflavine and other flavonoids compounds could prevent factors that contribute to atherosclerosis. Theaflavin and thearubigin were the electron donor and scavengers of free radicals which could destroy a variety of substances that oxidative stress might cause the damage of endothelium. Theaflavin had been shown to decrease the blood cholesterols level via inhibition of cholesterols micelles. In fact, theaflavins also could inhibit the platelet aggregation and various inflammatory mediators, such as P-selectin, C-reactive protein (CRP), and platelet activation factor (PAF). Because the contents of the compounds in black tea could slow down the process of atherosclerosis in various stages, black tea had a great potential to prevent CHD. Besides having a great benefit, the level of production and distribution of black tea were high in Indonesia make this herbal therapy became more realistic and easier to apply for the Indonesian people. Intake of black tea, which researchers advised, was maximum 8 cups a day in relation to avoid its adverse effects to iron absorption and folic acid bioavailability. Keywords: aterosklerosis (atherosclerosis); penyakit jantung koroner (coronary heart disease); teh hitam (black tea).
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi
PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner (PJK) didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana suplai darah dan oksigen ke otot jantung (miokardium) tidak adekuat (Canty dkk, 2008: 1167-1193). Penyebab utamanya adalah adanya plak pada pembuluh darah koroner, yang disebut aterosklerosis, sehingga suplai darah ke miokardium terhambat. Bila tidak tertangani dengan segera, dapat terjadi kerusakan sel jantung yang ireversibel. Angka low density liporotein (LDL) yang tinggi dan high density lipoprotein (HDL) yang rendah, merokok, hipertensi, serta diabetes melitus merupakan faktor risiko mayor terjadinya aterosklerosis (Elliot dkk, 2008: 1514-1527). Belum ada data pasti mengenai prevalensi PJK di Indonesia saat ini. Namun sejak tahun 1993 hingga kini, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa PJK menempati urutan pertama dalam deretan penyebab utama kematian di Indonesia (Lestari, 2007). Karena sudah menjadi masalah kesehatan nasional, maka dibutuhkan suatu upaya penanggulangan yang efektif dalam mengatasi PJK. Manajemen terapi yang sering digunakan saat ini, terutama pada fase akut, berupa pemberian fibrinolitik atau dan tatalaksana intervensi, yang dilanjutkan dengan terapi obat. Akan tetapi, penatalaksanaan tersebut harus didukung juga oleh upaya preventif, guna mencegah timbulnya serangan serupa di masa akan datang (Elliot dkk, 2008: 1514-27; Gumiwang dkk, 2007: 1633-1640). Walaupun telah dikenal sejak
27
sekitar 5000 tahun yang lalu di negeri Cina, kini, teh (Camelia sinensis) telah tersebar ke berbagai penjuru dunia dan merupakan minuman yang paling banyak diminum setelah air (Nurmala, 2009). Berbagai kandungan dalam teh, seperti theaflavin dan katekin, telah diteliti mengandung anti-oksidan dan anti-inflamasi yang potensial dalam mencegah PJK. Akan tetapi, komposisi ini akan berbeda untuk jenis teh yang berbeda pula (Gardner dkk, 2007: 3-18). Berdasarkan proses pembuatannya, minuman teh dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti teh hijau, teh hitam, dan teh oolong. Diantaranya, teh hitam adalah jenis teh paling sering diminum, termasuk di Indonesia (Rohayati, 2004). Selain itu, teh hitam memiliki kandungan theaflavin yang lebih besar sehingga terbukti memiliki efek yang lebih yang baik dalam mencegah PJK dibanding teh hijau dan teh oolong (Gardner dkk, 2007: 3-18). Indonesia sendiri mulai mengenal teh hitam sejak masa kolonialisme Belanda, tetapi budaya menanam teh masih erat dengan kehidupan rakyat Indonesia yang hingga kini. Bahkan, data World Journal of Agricultural Sciences yang menyatakan bahwa Indonesia adalah produsen teh terbesar ke-5 di dunia pada tahun 2007 (Alkan, 2009). Oleh karena manfaat dan penyebarannya yang begitu luas, teh hitam dapat dijadikan alternatif dalam menurunkan risiko PJK di Indonesia (Dadan, 2007). TUJUAN Tujuan Umum Mengurangi prevalensi penyakit
28
Volume 1, Desember 2010 jantung koroner di Indonesia Tujuan Khusus 1.
2.
Mengetahui potensi dan mekanisme kandungan senyawa teh hitam dalam mencegah penyakit jantung koroner Merumuskan rekomendasi pemanfaatan teh hitam di Indonesia untuk mencegah penyakit jantung koroner
METODE PENULISAN Metode penulisan karya tulis ini adalah studi kepustakaan (literature review) dengan mengambil referensi dari jurnal kedokteran dan buku kedokteran terkini. Jurnal yang digunakan antara lain jurnal di bidang kedokteran kardiologi dan vaskular, patologi, gizi, dan herbal teh hitam. Analisis data dilakukan setelah membaca seluruh referensi yang diperlukan. Setelah itu, penulisan karya tulis dilakukan dengan menyintesis dan menganalisis data dari referensi dan menambahkan ide atau pemikiran penulis. Terakhir, penulis merumuskan kesimpulan dan menyusun saran yang bertujuan memberikan rekomendasi terhadap masalah yang dikaji. Selama penulisan karya tulis, penulis berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang merupakan pakar dalam penulisan karya tulis ilmiah di
bidang kedokteran. Penyakit Jantung Koroner Akibat Aterosklerosis Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan suatu kondisi di mana suplai darah dan oksigen ke otot jantung (miokardium) tidak adekuat. Penyebab utama PJK adalah aterosklerosis pada arteri koroner, pembuluh darah yang memperdarahi jantung sehingga terjadi reduksi aliran darah dan perfusi yang inadekuat pada miokardium (Canty dkk, 2008: 1167-1193). Aterosklerosis itu sendiri merupakan plak dari dalam pembuluh darah yang menonjol keluar sehingga menyumbat serta melemahkan jaringan pembuluh darah tersebut (Gambar 1). Plak itu sering disebut sebagai plak aterom. Secara epidemiologis, aterosklerosis merupakan penyebab utama kematian karena PJK (Canty dkk, 2008: 1167-1193). Penyakit aterosklerosis simptomatik meliputi arteri yang memberi suplai darah ke jantung, otak, ginjal, dan ekstremitas bawah. Kematian otot jantung (infark miokardium), stroke, aneurisma pembuluh darah, dan gangren merupakan komplikasi utama dari aterosklerosis. Selain itu, aterosklerosis juga berkaitan dengan kelainan perfusi arteri, baik akut maupun kronik, seperti sudden cardiac death,
Gambar 2.1 Skema perjalanan normal dan morfologi aterosklerosis [Schoen, 2004: 515-525]
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi
chronic ishemic heart disease, dan ischemic ensephalopathy (Canty dkk, 2008: 1167-1193). Mekanisme Terjadinya Aterosklerosis Mekanisme terbentuknya aterosklerosis sejauh ini masih merupakan suatu hipotesis. Awal mulanya adalah terjadi kerusakan pada sel endotel, yakni sel yang melapisi pembuluh darah, yang bersifat kronik. Kerusakan tersebut biasanya tidak berefek dan terakumulasi hingga beberapa tahun. Sebagai akibatnya, keutuhan pembuluh darah mulai terganggu (permeabilitasnya meningkat) dan terjadi perpindahan sel-sel imun seperti leukosit ke daerah rusak tersebut (Elliot dkk, 2008: 1514-1527). Permeabilitas pembuluh darah yang terganggu juga akan meningkatkan akumulasi lipoprotein, terutama LDL, dengan kandungan kolesterol yang tinggi pada pembuluh darah. LDL akan diubah menjadi LDL-teroksidasi, yang akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh sehingga akan dimakan (fagosit) oleh sel makrofag. Sel makrofag yang memakan LDL-teroksidasi disebut juga sebagai sel busa (foam cell). Adanya penunpukan sel busa tersebut disebut juga dengan fatty streaks (Elliot dkk, 2008: 1514-1527). Fatty streaks merupakan bentuk aterosklerosis awal yang tersusun dari sel-sel busa yang berisi lemak. Selsel tersebut tidak meningkat secara signifikan dan tidak menyebabkan gangguan apapun pada aliran darah. Fatty streaks merupakan wilayah datar berwarna kekuningan, diameter kurang dari 1 mm, dan bergabung hingga memanjang 1 cm. Secara umum, fatty
29
streaks sudah muncul pada anak-anak usia diatas 10 tahun. Akan tetapi, fatty streaks pada pembuluh koroner dimulai sejak usia remaja, dan lokasi tersebutlah yang akan menjadi tempat terbentuknya plak (Elliot dkk, 2008: 1514-1527). Selain itu, adanya kerusakan pada pembuluh darah akan memicu penimbunan trombosit ke situs tersebut. Sel busa dan trombosit akan bertambah banyak seiiring dengan perjalanan waktu (Elliot dkk, 2008: 1514-1527). Sel busa dan trombosit akan memicu perpindahan otot polos dari lapisan pembuluh yang lebih luar ke daerah jejas. Otot polos tersebut akan bertambah banyak serta menyebabkan akumulasi materi-materi jaringan seperti kolagen dan proteoglikan. Materi-materi tersebut berfungsi untuk mengikat partikel-partikel dan sel-sel yang telah tertimbun di lokasi jejas sehingga menjadi satu kesatuan yang kokoh. Seluruh materi-materi tersebut disebut juga dengan fibroatheromas. Penimbunan itulah yang akan menyumbat pembuluh darah, atau terlepas dan mengalir ke peredaran darah untuk menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil (Elliot dkk, 2008: 1514-1527). Teh Hitam Definisi Teh hitam merupakan minuman yang berasal dari tumbuhan teh (Camelia Sinensis). Ada empat tahap pemrosesan dari daun teh menjadi teh hitam yang siap diseduh/dikonsumsi. Pertamatama, daun teh yang telah dipetik dibiarkan layu sebentar. Kemudian, daun teh tersebut digiling hingga kandungan cairan dalam teh tersebut keluar. Daun teh tersebut dibiarkan teroksidasi enzimatis seluruhnya. Lalu, teh tersebut
30
Volume 1, Desember 2010
dikeringkan dan siap diseduh (Port, 2007). Adapun jenis-jenis teh yang umum dikonsumsi adalah teh hijau, teh oolong dan teh hitam. Semua jenis teh tersebut berasal dari tumbuhan yang sama, yaitu Camelia Sinensis. Perbedaan teh hitam
dibandingkan dengan jenis teh lainnya adalah lamanya tahap oksidasi enzimatis yang dilalui daun Camelia Sinensis menjadi teh yang siap diseduh. Dalam prosesnya, teh hijau tidak mengalami oksidasi enzimatis sama sekali. Teh hijau berasal dari daun teh yang dipetik
Kandungan Nutrisi
Tabel 2.2 Kandungan nutrisi yang terdapat dalam daun teh hitam
Katekin Theaflavin Thearubigin Flavonol
Metilxantin Asamfenolat
Asam amino
Komponen Epigallocatechin gallate (EGCG) Hasil oksidasi katekin selama proses teh hitam Quercetin Keampherol Myricetin Kafein Asam kafeat Asam quinat Asam Gallat Theanin Aluminium (Al) Arsenik (As) Boron (B) Kalsium (Ca) Tembaga (Cu) Besi (Fe) Fluor (F) Merkuri (Hg) Iodin (I) Mangan (Mn) Molibdenum (Mo)
% Berat Kering 10-12 3-6 12-18 6-8
8-11 Tidak dicantumkan
Tidak dicantumkan 50 x 10-7 0.75 x 10-7 45-7 x 10-7 8000 x 10-7 11 x 10-7 250 x 10-7 450 x 10-7 200 x 10-7 0.4 x 10-7 5500 x 10-7 0.4 x 10-7
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi
Natrium (Na) Nikel (Ni) Fosfor (P) Timah (Pb) Kalium (K) Selenium (Se) Silikon (Si) Sulfur (S) Zink (Zn) dan dibiarkan layu, lalu dikeringkan, dan kemudian siap diseduh, sementara teh oolong hanya teroksidasi enzimatis sebagian saja. Teh oolong berasal dari daun teh yang dipetik dan dibiarkan layu, lalu digiling, lalu dibiarkan teroksidasi enzimatis sebentar/dalam waktu yang lebih singkat daripada teh hitam, lalu dikeringkan, dan kemudian siap diseduh (Port, 2007). Katekin merupakan senyawa flavonoid yang dominan pada the yang belum mengalami oksidasi enzimatis. Katekin sendiri terbagi menajadi epicatechin, epicatechin gallate, epigallocatechin, dan epigallocatechin gallate. Sementara itu, pada teh yang telah mengalami oksidasi enzimatis, senyawa katekin akan berubah menjadi theaflavin dan thearubigin. Proses oksidasi enzimatis ini menyebabkan teh hijau memiliki kandungan katekin sekitar 4,5 kali lebih banyak daripada teh hitam. Sementara itu, teh hitam memiliki theaflavin 95 kali lebih banyak dan thearubigin 45 kali lebih banyak daripada teh hijau. Senyawa flavonol (quercetin, kaempferol dan myricetin) tidak dipengaruhi oleh oksidasi enzimatis sehingga kandungannya tetap sama
31
150 x 10-7 2.5 x 10-7 3500 x 10-7 0.4 x 10-7 25000 x 10-7 0.7 x 10-7 400 x 10-7 2500 x 10-7 50 x 10-7
antara teh hijau dan teh hitam (Bhagwat, 2003). Mekanisme Teh Hitam dalam Mencegah Penyakit Jantung Koroner Akibat Aterosklerosis Melalui studi meta-analisis menggunakan 10 studi kohort dan studi case-control, Peter dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa rasio insidens miokard infark menurun 11% dengan konsumsi teh 3 gelas sehari (Peter dkk, 2001: 495-503). Kandungan flavonoids dalam teh telah dibuktikan memiliki efek antioksidan yang berperan penting dalam pencegahan penyakit kronik (Gardner dkk, 2007: 3-18; Peter dkk, 2001: 495-503). Mencegah Disfungsi Endotel Secara epidemiologi, konsumsi teh hitam, baik akut maupun kronik, dapat memperbaiki disfungsi vasomotor endotel pada pasien penyakit jantung koroner (Duffy dkk, 2011: 151-156). Perbaikan fungsi endotel ini disebabkan oleh antioksidan flavonoids dengan cara mengurangi stres oksidatif. Fungsi endotel yang baik akan berdampak pada fungsi tonus vasomotor, aktivitas
32
Volume 1, Desember 2010
platelet, adhesi leukosit, dan sel otot polos vaskular yang baik pula. Theaflavin (theaflavin-3,3’-dilgallate/ TF3) dan Thearubigin, hasil oksidasi dari flavonoids teh hijau oleh enzim polifenol oksidase, merupakan donor elektron dan penangkap radikal bebas yang sangat potensial. Theaflavin dapat menghancurkan berbagai zat oksidatif stres, seperti hidrogen peroksida, anion superoksida, dan radikal hidroksil, yang dapat menyebabkan kerusakan endotel (Paquay dkk, 2000: 5768-57672). NO merupakan salah satu molekul penting yang dilepaskan oleh endotel. Molekul ini penting dalam regulasi tonus dinding arteri. Pada disfungsi endotel, kemampuan vasodilatasi arteri yang dimediasi oleh NO akan hilang (Schoen dkk, 2004: 515-525). Teh hitam memiliki efek terhadap produksi NO. Theaflavin, therubigin, dan EGCG dapat menginduksi endothelial-nitrite oxide synthase (eNOS) pada endotel yang memproduksi NO. Dalam hal ini, thearubigin merupakan stimulator yang kuat dan efisien untuk vasodilatasi dan produksi NO (Lorenz dkk, 2009: 100110). Produksi NO dapat diketahui dengan mengukur aliran darah akibat dilatasi yang dipengaruh oleh NO tersebut. Dengan menggunakan teknik ini, Hodgson dan kawan-kawan telah berhasil membuktikan efek flavonoid terhadap perbaikan fungsi endotel (Hodgon, 2006: 838-841). Menurunkan Kadar Kolesterol Total dan LDL Melalui studi randomized clinical trial, Davies dan kawankawan menemukan penurunan kadar
kolesterol total dan LDL pada pasien hiperkolesterimik yang mengonsumsi 5 gelas teh hitam setiap hari. Pada penelitian ini ditemukan adanya penurunan kolesterol total sebesar 6,5%, kolesterol LDL 11,1%, apolipoprotein B 5%, dan lipoprotein (a) 16,4% (Davies dkk, 2003: 3298S-32302S). Hasil penelitian ini juga didukung oleh data dari Maron DJ dan kawankawan yang membandingkan profil lipid pada subjek yang mengkonsumsi theaflavin (dalam 375 mL teh) dengan plasebo selama 12 minggu. Subjek yang mengkonsumsi theaflavin mengalami penurunan rata-rata kolesterol total 11,3%, LDL 16,4%, HDL 2,3%, dan trigliserida 2,6%; sedangkan subjek dengan plasebo tidak mengalami penurunan yang signifikan (Maron dkk, 2003: 1448-1453). Penurunan profil lipid ini disebabkan karena theaflavin dapat menganggu proses formasi misel yang dihasilkan oleh asam oleat kompleks, asam empedu, liso-fosfotidilkolin, dan kolesterol. Oleh karena formasi misel terhambat, maka absorpsi kolesterol di usus pun akan terhambat. Penurunan absorpsi kolesterol ini akan menurunkan kadar LDL darah, yang berperan dalam patofisiologi aterosklerosis, karena kolesterol merupakan komponen utama dari LDL (Vermeer dkk, 2008: 1203112036). Selain itu, suplementasi flavonoid telah dibuktikan dapat menghambat perubahan LDL menjadi LDL teroksidasi. Dalam penelitian Ishikawa dan kawankawan, subyek yang meminum 750 mL teh hitam selama 4 minggu memiliki masa statis LDL sebelum teroksidasi yang secara signifikan lebih lama
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi
dibandingkan subjek kontrol. Dalam hal ini, efek penghambatan theaflavin lebih besar dibandingkan katekin. Pada penelitian yang sama, flavonoid pada teh hitam juga terbukti dapat menghambat terbentuknya sel busa (foam cells), yaitu makrofag yang memakan LDL teroksidasi (Ishikawa dkk, 1997: 261-266). Menghambat Aktivasi Trombosit dan Inflamasi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Steptoe dan kawankawan, konsumsi teh hitam secara kronis dapat menurunkan aktivasi trombosit, baik agregasi trombosit, monosit, neutrofil, maupun total leukosit, dan C-reactive protein (CRP) plasma pada pria sehat (Steptoe dkk, 2007: 277-282). Hal ini disebabkan karena kandungan theaflavin dan galloyl-esters pada teh hitam merupakan penghambat potensial untuk sintesis 1-alkyl-2-acetylsn-glycerol-3-phosphocholine (Plateletactivatin factor/PAF), mediator agregasi platelet dan inflamasi yang potensial (Sutagami dkk, 2004: 17-28). Oleh sebab itu, teh hitam memiliki potensi untuk mencegah terjadinya trombosis akibat agregasi platelet. Selain berperan sebagai antiinflamasi, flavonoids, terutama theaflavin, juga dapat mempengaruhi ekspresi gen yang terkait peningkatan fungsi otot polos. Dengan demikian, migrasi otot polos ke intima pembuluh darah dalam proses aterosklerosis dapat ditekan sehingga mengurangi deposit matriks ekstraseluler (Gardner dkk, 2007: 3-18). Keunggulan Teh Hitam Dibanding Teh yang Lain
33
Tiga jenis minuman teh yang paling populer di dunia adalah teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Dari keseluruhan teh yang diproduksi dan dikonsumsi di dunia, 78% adalah teh hitam, 20% adalah teh hijau, kurang dari 2% adalah teh oolong, dan sisanya adalah variasi teh lainnya yang kurang popular (Mukhtar dkk, 2000: 1698S-16702S). Persentase konsumsi teh hitam dan teh hijau sangat signifikan melebihi teh-teh lainnya, termasuk teh oolong, yang hanya umum dikonsumsi di Cina dan Taiwan. Oleh karena itu, khasiat teh hitam seringkali dibandingkan dengan teh hijau. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Hodgson dan kawan-kawan menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan aktivitas aktioksidan yang signifikan antara teh hitam dan teh hijau. Teh hitam dan teh hijau sama-sama merupakan sumber flavonoid dan senyawa fenolat lainnya yang memiliki khasiat antioksidan. Lebih lanjut, Hodgson dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa ekstrak dari teh hitam dan teh hijau memiliki kemampuan yang mirip dalam mencegah oksidasi lipoprotein in vivo (Hodgson dkk, 1999: 561-566). Sejalan dengan hasil penelitian di atas, Jochmann dan kawan-kawan melakukan pengkajian lebih mendalam untuk membandingkan efek antara teh hijau dan teh hitam dalam meningkatkan produksi NO dan vasodilatasi. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa baik teh hitam maupun teh hijau, keduanya memiliki memiliki khasiat yang sama dalam menstimulasi aktivitas eNOS, fosforilasi sel endotelial dan vasorelaksasi (Jochmann dkk, 2008: 863-868). Keunggulan teh hitam berikutnya dapat ditinjau dari segi produksi dan
34
Volume 1, Desember 2010
distribusinya. Dibandingkan teh hijau, tingkat produksi teh hitam yang jauh lebih tinggi di Indonesia. Selain itu, teh hitam lebih mudah didapatkan, tersedia dalam jumlah banyak, dan terjangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia (Rohayati, 2009). Oleh sebab itu, Indonesia memiliki peluang besar dalam pemanfaatan tanaman herbal teh untuk menurunkan prevalensi PJK. Rekomendasi Hitam
Pemanfaatan
Teh
Takaran Asupan Selain mengandung flavonoid yang berguna bagi kesehatan, teh hitam juga mengandung kafein yang dapat membahayakan kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah yang terlalu tinggi dan rutin oleh manusia. Namun, jumlah asupan kafein yang digunakan dalam percobaan-percobaan tersebut adalah 300-600 mg per hari. Asupan tersebut sangat tinggi jauh melebihi jumlah kafein yang umum diminum rata-rata manusia, 300-600 mg perhari setara dengan 9-18 cangkir teh per hari (Gardner dkk, 2007: 3-18). Dalam penelitian oleh Gardner dan kawan-kawan, konsumsi 3 teh hitam per hari menunjukkan penurunan risiko penyakit kardiovaskular dan konsumsi 1-8 teh hitam per hari meningkatkan level antioksidan. Gardner dan kawankawan menganjurkan konsumsi teh hitam maksimal 8 cangkir per harinya (Gardner dkk, 2007: 3-18). Ruxton dan Carrie juga menyetujui konsumsi teh hitam 1-8 cangkir per hari karena kadar kafein dalam 1-8 cangkir teh hitam per hari masih dapat ditolerir oleh tubuh (Ruxton dkk, 2009: 283-294).
Interaksi Teh Hitam dengan Nutrien Lainnya Efek farmakologis teh hitam juga dipengaruhi oleh interaksinya dengan senyawa lainnya. Orang yang sedang mengonsumsi obat penambah zar besi atau sedang kekurangan zat besi, dianjurkan untuk tidak meminum teh hitam selama kedua hal tersebut masih berlangsung (Nelson dkk, 2004: 43-54). Pengaruh teh hitam terhadap bioavailabilitas folat juga telah ditemukan. Dari penelitian Alemdaroglu dan kawankawan, ditemukan bahwa konsumsi teh hitam dan 0,4 mg asam folat menurunkan serum folat hingga 39,2% (Alemdaroglu dkk, 2008: 335-48). Asam folat dibutuhkan janin dan balita untuk pembentukan jaringan saraf, sementara zat besi adalah elemen yang penting untuk ibu dan bayinya. Oleh karena teh hitam mengurangi penyerapan zat besi dan bioavailailitas asam folat, maka ibu hamil dianjurkan untuk tidak mengonsumsi teh hitam terlalu banyak (BBC Health, 2001). KESIMPULAN Teh hitam mengandung berbagai senyawa flavonoids, seperti theaflavin, thearubigin, katekin, yang memiliki efek potensial dalam mengatasi dan menghambat proses aterosklerosis. Potensi dari kandungan senyawa teh hitam tersebut telah banyak dibuktikan melalui uji klinis. Oleh karena kandungan senyawa dalam teh hitam ini mampu menghambat proses aterosklerosis di berbagai tahap, maka teh hitam memiliki potensi besar dalam pencegahan penyakit jantung koroner. Selain memiliki manfaat yang
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi
besar, tingkat produksi dan distribusi teh hitam yang tergolong tinggi di Indonesia membuat terapi herbal ini menjadi semakin realistis dan mudah diterapkan bagi masyarakat Indonesia. Dalam pemanfaatan teh hitam untuk mencegah PJK akibat aterosklerosis, para peneliti menganjurkan konsumsi maksimum 8 cangkir per hari. Hal itu berkaitan dengan efek samping teh hitam yang dapat menurunkan penyerapan zat besi, mengurangi bioavailabilitas asam folat, serta efek samping lainnya yang diperoleh dari kandungan kafein di dalam teh hitam. SARAN 1. Agar pemanfaatan teh hitam ini tepat sasaran, maka dibutuhkan publikasi kepada masyarakat luas mengenai efek dan manfaat teh hitam itu sendiri, terutama dalam mencegah penyakit jantung koroner. 2. Perlu dilakukan penelitian in vivo dan uji klinis mengenai teh hitam di Indonesia, terutama dengan menggunakan sampel teh hitam dan subjek penelitian dari Indonesia, agar dapat dibuat suatu rumusan yang tepat dalam pencegahan penyakit jantung koroner di Indonesia. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis konsumsi teh hitam yang efektif dan interaksi senyawa yang dapat terjadi pada manusia.
35
36
Volume 1, Desember 2010
DAFTAR ACUAN Alemdaroglu, N.C., U. Dietz, S. Wolffram, H. Spahn-Langguth, P. Langguth. 2008. Influence of green and black tea on folic acid pharmacokinetics in healthy volunteers: potential risk of diminished folic acid bioavailability. Biopharm Drug Dispos; 29(6):335-48. Alkan, I., O. Koprulu, B. Alkan. 2009. Latest advances in world tea production and trade, Turkey’s aspect. World J Agric Sci; 5(3): 345-9. Davies, M.J., J.T. Judd, D.J. Baer, B.A. Clevidence, D.R. Paul, A.J. Edwards, dkk. 2003. Black tea consumption reduces total and LDLcholesterol in mildly hypercholesterolemic adults. J Nutr; 133(10):3298S-3302S. Duffy, S.J., J.F. Keaney Jr, M. Holbrook, N. Gokce, P.L. Swerdloff, B, Frei, dkk. 2001. Short and long term black tea consumption reverses endothelial dysfunction in patients with coronary artery disease. Circulation; 104(2):151-6. Canty, J.M. 2008. “Coronary Blood Flow and Myocardial Ischemia”, Dalam Zippes, dkk.(ed.), Braunwald’s Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine; cet. ke-8, hlm. 1167-1193, Philadelphia; Elsevier Saunders. Elliot, M.A., P.S Andrew, E. Braunwald, J. Loscalzo. 2008. “Ishemic Heart Disease”, Dalam A.S. Fauci, dkk.(ed.), Harrison’s Principles of Internal Medicine; cet. ke-17, hlm. 1514-1527, San Fransisco; Mc Graw Hill. Gardner, E.J., C.H. Ruxton, A.R. Leeds. 2007. Black tea-helpful or harmful-a review of evidence. Eur J Clin Nutr; 61(1):3-18. Gumiwang, I., P.W. Ika, I. Dasnan. 2007. “Antitrombotik dan Trombolitik pada Penyakit Jantung Koroner”, Dalam W.S. Aru dkk.(ed.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, cet ke-4, hlm. 1633-1640, Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hodgson, J.M. 2006. Effects of tea and tea flavonoids on endothelial function and blood pressure: a brief review. Clin Exp Pharmacol Physiol; 33(9): 838-41. Hodgson, J.M, J.M. Proudfoot, K.D. Croft, I.B. Puddey, T.A. Mori, L.J. Beilin. 1999. Comparison of the effects of black and green tea on in vitro lipoprotein oxidation in human serum. J Sci Food Agric; 79(4): 561-66. Ishikawa, T., M. Suzukawa, T. Ito, H. Yoshida, M. Ayaori, M. Nishiwaki, dkk. 1997. Effect of tea flavonoid supplementation on the susceptibility of low-density
Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Kesehatan, Sains, dan Teknologi
37
lipoprotein to oxidative modification. Am J Clin Nutr; 66(2): 261-6. Jochmann, N., M. Lorenz, A.V. Krosigk, P. Martus, V. Böhm, G. Baumann. 2008. The efficacy of black tea in ameliorating endothelial function is equivalent to that of green tea. Br J Nutr; 99: 863-68. Lorenz, M., J. Urban, U. Engelhardt, G. Baumann, K. Stangl, V. Stangl. 2009. Green and black tea are equally potent stimuli of NO production and vasodilation: new insights into tea ingredients involved. Basic Res Cardiol; 104(1): 100-10. Maron, D.J., G.P. Lu, N.S. Cai, Z.G. Wu, Y.H. Li, H. Chen, dkk. 2003. Cholesterollowering effect of a theaflavin-enriched green tea extract: a randomized controlled trial. Arch Intern Med; 163(12): 1448-53. Mukhtar, H., N. Ahmad. 2000. Tea polyphenols: prevention of cancer and optimizing health. Am J Clin Nutr; 71(6): 1698S-702S. Nelson, M., J. Poulter. 2004. Impact of tea drinking on iron status in the UK: a review. J Hum Nutr Diet; 17(1): 43-54. Peters, U., C. Poole, L. Arab. 2001. Does tea affect cardiovascular disease? A meta-analysis. Am J Epidemiol; 154: 495-503. Ruxton, H.S. Carries. 2009. The health effects of black tea and flavonoids. Nutr Food Sci; 39 (3): 283-94. Schoen, F.J. 2004. “Blood Vessels”, Dalam Kumar, dkk.(ed.), Robbins and Cotran’s Pathologic Basis of Disease, cet ke-7, hlm. 515-525, Philadelphia; Elsevier Saunders. Steptoe, A., E.L. Gibson, R. Vuononvirta, M. Hamer, J. Wardle, J.A. Rycroft, dkk. 2007. The effect of chronic tea intake on platelet activation and inflammation: a double-blind placebo controlled trial. Atherosclerosis Aug; 193(2): 277-82. Vermeer, M.A., T.P. Mulder, H.O. Molhuizen. 2008. Theaflavin-3-gallate reduce incorporation cholesterol into micelles. J Agric Food Chem; 56(24): 12031-6. Bhagwat, S , G.R. Beecher, D.B. Haytowitz, J.M. Holden, J.T. Dwyer, J.J. Peterson. “Flavonoid Composition of Tea: Comparison of Black and Green Teas.“ http://ift.confex.com/ift/2003/techprogram/paper_19599.htm (27 Juli 2010) BBC Health. “Nutrients for pregnancy.” http://www.bbc.co.uk/health/healthy_living/nutrition/life_preconcpreg2.shtml (29 Juli 2010)
38
Volume 1, Desember 2010
Dadan, R. “Teh hitam dan antioksidan.” http://www.ritc.or.id/berita/teh-hitam-danantioksidan.html (27 Juli 2010) Lestari. “Identifikasi Risiko dan Gejala Penyakit Jantung Koroner.” http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=4570 (23 Juli 2010) Nurmala, T. “Nasib Komoditas Teh Sepahit Rasanya.” http://newspaper.pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=72406
Port, T. “Black, Oolong, Green and White Tea: The Basic Varieties or Types of Cameilla Sinensis.” http://tea.suite101.com/article.cfm/what_is_tea (28 Juli 2010) Rohayati, S. “Daya Saing Teh Hijau Curah Indonesia di Pasar Dunia.” http://www. ipard.com/art_perkebun/nov5-04_oha-I.asp (27 Juli 2010)