MANFAAT EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI TAMAN WISATA PERAIRAN PADAIDO KABUPATEN BIAK NUMFOR, PAPUA
THE ECONOMIC BENEFITS OF MANGROVE ECOSYSTEMS IN PADAIDO MARINE TOURISM PARK BIAK NUMFOR REGENCY, PAPUA
Marhayana S.1, Andi Niartiningsih2, Rijal Idrus2
1
Manajemen Kelautan, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Universitas Hasanuddin Makassar 2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi : Marhayana S. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar HP : 085255577934 Email :
[email protected]
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis (1) Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value/TEV) ekosistem mangrove di TWP Padaido, (2) faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar masyarakat (Willingness To Pay/WTP) berkaitan dengan manfaat keberadaan ekosistem mangrove di TWP Padaido, (3) alternatif skenario pengelolaan yang efisien terhadap ekosistem mangrove di TWP Padaido. Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Auki, Pulau Wundi, Pulau Pai, Pulau Padaidori dan Pulau Pasi mulai Maret-Juli 2012. Metode penelitian adalah survei lapangan dengan mewawancarai masyarakat nelayan dan ibu rumah tangga. TEV diperoleh dengan menjumlahkan nilai manfaat langsung, manfaat tak langsung, manfaat pilihan, manfaat keberadaan dan manfaat warisan ekosistem mangrove, analisis kedua menggunakan stepwise regression untuk mengetahui faktor berpengaruh terhadap WTP, dan analisis ketiga menggunakan pendekatan analisis Location Quotient (LQ) dan perbandingan TEV untuk mengetahui alternatif skenario pengelolaan ekosistem mangrove. Hasil penelitian menunjukkan TEV ekosistem mangrove TWP Padaido sebesar Rp 23.027.022.043,4/tahun dengan luas mangrove ±12,868 ha. Faktor yang paling berpengaruh terhadap WTP adalah pendapatan (X2). Pengelolaan ekosistem mangrove dari sektor perikanan termasuk kategori Potencial Sector. Sektor perikanan dan pariwisata perlu dikelola secara lebih terarah dengan melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah maupun stakeholders lainnya dan tetap memperhatikan konsep konservasi. Kata Kunci : Mangrove, Manfaat Ekonomi, TWP Padaido, Total Economic Value/TEV ABSTRACT This research aims to analyze (1) Total Economic Value (TEV) of mangrove ecosystems in TWP Padaido, (2) factors that influence people's Willingness To Pay (WTP) relating to the benefits of the presence of mangrove ecosystems in TWP Padaido, (3) management scenarios alternative that efficient and sustainable use of mangrove ecosystems in TWP Padaido. This research was conducted on the Auki Island, Wundi Island, Pai Island, Pasi Island and Padaidori Island start from March to July 2012. The research method is a field survey by interviewing the fishermen and housewives. TEV is obtained by summing the value of direct benefits, indirect benefits, benefit options, heritage benefits and benefits existence of mangrove ecosystems, a second analysis using stepwise regression to determine factors affect of WTP, and a third analysis using analytical approaches Location Quotient (LQ) and comparison TEV to find a management scenario alternative of mangrove ecosystem. This research showed TEV mangrove ecosystems in TWP Padaido amounted to Rp 23,027,022,043.4/year with ± 12.868 ha of mangrove area. The factors that most influence on WTP is income (X2). Management of mangrove ecosystems of the fisheries sector including Potencial Sector category. Fisheries and tourism sectors need to be managed in a more purposeful by involving various stakeholders, both government and other stakeholders and taking into account the concept of conservation. Keywords:
Mangrove, Economic Benefits, TWP Padaido, Total Economic Value/TEV
2
PENDAHULUAN Indonesia memiliki sumberdaya alam yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. Sumberdaya alam merupakan aset penting suatu negara dalam melaksanakan pembangunan, khususnya pembangunan di sektor ekonomi. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, sumberdaya alam memberikan kontribusi cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai negara pesisir, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam hayati dan nonhayati, sumber daya buatan, serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Salah satu Kawasan Konservasi Laut (KKL) di Indonesia adalah Taman Wisata Perairan (TWP) Padaido yang berada di Kepulauan Padaido Kabupaten Biak Numfor, Papua. Dengan adanya KKL diharapkan terjadi peningkatan kualitas habitat, peningkatan populasi, reproduksi dan biomassa sumber daya ikan, peningkatan kapasitas lokal, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi laut di Indonesia mencapai 20 juta hektar pada tahun 2020 (COREMAP, 2011). Sudah sejak lama penduduk di kawasan TWP Padaido menggantungkan hidup dengan memanfaatkan sumber daya laut, salah satunya ekosistem mangrove (COREMAP, 2011). Ekosistem mangrove di TWP Padaido memiliki luas ± 12,868 ha. Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu sistem utama pulau-pulau kecil yang sangat berperan bagi ketersediaan sumberdaya ikan di kawasan pesisir dan laut sekitarnya. Ekosistem ini memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup berbagai biota dan kesejaheraan masyarakat pesisir. Valuasi ekonomi alam dan lingkungan merupakan suatu instrumen ekonomi yang menggunakan teknik valuasi untuk mengestimasi nilai moneter dari barang dan jasa yang diberikan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Pemahaman tentang konsep ini memungkinkan para pengambil kebijakan untuk mengelola dan memanfaatkan berbagai sumberdaya alam dan lingkungan pada tingkat yang paling efektif dan efisien serta mampu mendistribusikan manfaat dan biaya konservasi secara adil. Mengingat valuasi ekonomi dapat digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara konservasi dan pembangunan ekonomi, maka valuasi ekonomi dapat menjadi suatu instrumen penting dalam peningkatan penghargaan dan kesadaran masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan khususnya ekosistem mangrove. Sehingga dengan adanya penghargaan masyarakat terhadap ekosistem mangrove berdampak terhadap kesediaan 3
membayar masyarakat (Willingness To Pay/WTP) sebagai langkah untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai ekonomi total (total economic value) ekosistem mangrove di TWP Padaido, faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan membayar masyarakat (Willingness To Pay/WTP) berkaitan dengan manfaat keberadaan ekosistem mangrove di TWP Padaido, serta menganalisis alternatif skenario pengelolaan yang efisien terhadap ekosistem mangrove di TWP Padaido. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2012. Jangka waktu tersebut meliputi tahap persiapan (pengumpulan literatur), pengambilan data, analisis data hingga penyusunan laporan akhir. Lokasi penelitian di 5 (lima) pulau TWP Padaido, Kabupaten Biak Numfor, Papua yaitu Pulau Auki, Pulau Wundi, Pulau Pai, Pulau Padaidori dan Pulau Pasi. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat, peneliti dan atau lembaga yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan pemanfaatan ekosistem mangrove di TWP Padaido, Papua. Responden ditetapkan dengan teknik cluster sampling (pengambilan sampel secara berkelompok). Dalam teknik ini, pengambilan sampel secara acak sistematis dengan interval tertentu dari suatu kelompok sampel yang telah diurutkan. Responden penelitian ini terdiri dari populasi dengan beberapa kelompok pemanfaatan ekosistem mangrove yang memiliki ciri-ciri sendiri-sendiri (Fachrul, 2007). Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan melalui kuisioner dan wawancara langsung adalah data persepsi masyarakat nelayan di Kepulauan Padaido, kegiatan pemanfaatan mangrove, jumlah hasil tangkapan, harga hasil tangkapan, serta nilai Willingness to Pay (WTP). Sementara data sekunder mencakup keadaan umum TWP Padaido, jumlah kunjungan (wisatawan dan peneliti) ke TWP Padaido, kondisi lingkungan dan kondisi ekologis ekosistem mangrove di TWP Padaido, kondisi sosial ekonomi masyarakat, data luasan dan panjang garis pantai. Model analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: Manfaat Langsung Ekosistem Mangrove Manfaat langsung atau Direct Use Value (DUV) adalah manfaat yang dapat diperoleh dari ekosistem mangrove seperti menangkap ikan, kepiting, kerang, kayu bakar, penelitian dan wisata, dengan rumus (Fauzi, 2006) sebagai berikut : 4
TML = ML1 + ML2 + ML3 + …+ MLn
(dimasukkan dalam Rupiah)….(1)
Dimana : TML
= Total Manfaat Langsung
ML1
= Manfaat Langsung Ikan
ML2
= Manfaat Langsung Kepiting Bakau (Scylla serrata)
ML3
= Manfaat Langsung Kepiting Kenari (Birgus latro)
ML4
= Manfaat Langsung Buah Mangrove
ML5
= Manfaat Langsung Kerang
ML6
= Manfaat Langsung Kayu Mangrove
ML7
= Manfaat Langsung Penelitian Total Manfaat Langsung (TML) adalah penjumlahan seluruh manfaat langsung
ekosistem mangrove di TWP Padaido, Papua. Manfaat Tak Langsung Ekosistem Mangrove Manfaat tak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya dan lingkungan (Fauzi, 2006). Manfaat tak langsung dari hutan mangrove diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung seperti penahan abrasi pantai dan lain-lain. Manfaat tak langsung hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai dapat diketahui dari biaya pembuatan breakwater di sepanjang garis pantai TWP Padaido. Biaya tersebut meliputi biaya pasir, semen, besi beton, batu dan kerikil, dan biaya tenaga kerja. Manfaat Pilihan Ekosistem Mangrove Manfaat pilihan adalah suatu nilai yang menunjukan kesediaan seseorang untuk membayar guna melestarikan ekosistem mangrove bagi pemanfaatan di masa depan. Nilai ini didekati dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) hutan mangrove di Indonesia, yaitu US$ 1.500/km2/tahun atau US$15/ha/tahun (Ruitenbeek, 1991). MP = US$ 15 per ha x luas hutan mangrove (dimasukkan ke dalam nilai rupiah) …… (2) Manfaat Keberadaan Ekosistem Mangrove Manfaat keberadaan adalah nilai yang diukur dari manfaat yang dirasakan masyarakat dari keberadaan ekosistem mangrove setelah manfaat lain dihilangkan dari analisis. Manfaat tersebut adalah nilai ekonomi keberadaan ekosistem mangrove di TWP Padaido dengan metode Willingness to Pay (kesediaan membayar masyarakat). Manfaat tersebut merupakan
5
nilai ekonomis keberadaan (fisik) dari ekosistem mangrove yang dirumuskan sebagai berikut (Ruitenbeek, 1991): n
ME (MEi) / n ………………………………………………… (3) i 1
Keterangan: MEi = Manfaat ekosistem dari responden ke-i N
= Jumlah responden
Manfaat Warisan Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove sebagai warisan yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Nilai warisan ekosistem mangrove yang dimiliki tidak dapat dinilai dengan pendekatan nilai pasar, oleh karena itu, nilai warisan dapat dihitung dengan pendekatan perkiraan. Sehubungan dengan hal tersebut maka diperkirakan bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari nilai manfaat langsung mangrove (Ruitenbeek, 1991). Analisis Valuasi Kontingensi Valuasi Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pelestarian ekosistem mangrove di TWP Padaido, maka secara deskriptif akan digali persepsi masyarakat nelayan dan ibu rumah tangga tentang keberadaan TWP Padaido serta manfaat ekonomi yang mereka rasakan dengan ditetapkannya kawasan konservasi tersebut. Análisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis Willingness To Pay (WTP). WTPi = f(X1, X2, X3, X4, X5, X6}.................................. (4) Dimana
X1 adalah usia, X2 adalah tingkat pendapatan responden, X3 adalah
pengalaman reponden, X4 adalah tanggungan keluarga responden, X5 adalah tingkat pendidikan responden, X6 adalah pernah/tidaknya mengikuti sosialisasi. Analisis dilakukan dengan stepwise regression yang diduga variabel berpengaruh, yaitu variabel usia responden (X1), tingkat pendapatan responden (X2), pengalaman responden (X3), tanggungan keluarga responden (X4), tingkat pendidikan responden (X5) dan pernah tidaknya responden mengikuti/mendapat informasi tentang mangrove (X6). Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP ini, digunakan software SPSS 17 (Manual SPSS, 2008). Kelima variabel tersebut akan dibuktikan pengaruhnya terhadap variabel dependent yaitu nilai yang ingin dibayarkan terhadap keberadaan mangrove (WTP), dalam hal ini diberi simbol Y.
6
Penilaian Alternatif Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Untuk menilai alternatif strategi pengelolaan ekosistem mangrove dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis ekonomi wilayah atau Location Quotient (LQ). Selanjutnya dari hasil pengolahan data dengan LQ tersebut akan dianalisis secara deskriptif dikaitkan dengan keberadaan TWP Padaido dan Nilai Ekonomi Total (NET) yang diperoleh dari manfaat ekosistem mangrove. Analisis dengan model LQ ini digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis dari suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasi sektor unggulan atau keunggulan komparatif suatu wilayah. Pendekatan dengan menggunakan metoda LQ ini adalah dengan menganalisis nilai PDRB sub sektor i di wilayah Kabupaten Biak Numfor. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Muta’Ali, 2003) : Xij/Xi. LQij =
.......…………………………………… (5) Xj/X..
Dimana : LQij
= Indeks kuosien lokasi
Xij
= Jumlah PDRB Kabupaten Biak Numfor masing-masing sub sektor
Xi
= Jumlah PDRB Kabupaten Biak Numfor total seluruh sub sektor
X.j
= Jumlah PDRB total suatu sub sektor di Kabupaten Biak Numfor
X..
= Jumlah PDRB total seluruh sub sektor pada wilayah Kabupaten Biak numfor Kriteria pengembangan wilayah berdasarkan análisis LQ adalah : (a) prioritas 1 : Tipe
Leading Sector. Sektor ini merupakan motor penggerak perkembangan ekonomi wilayah, dimana perannya dominan dan perkembangannya cepat, dengan kriteria nilai lebih besar daripada 1 (>1), (b) prioritas II : Tipe Potencial Sector. Sektor ini merupakan sektor potensial dan mampu membantu perkembangan ekonomi wilayah, dimana meskipun perannya tidak terlalu dominan, namun kinerja perkembangannya sangat baik (prospektif), dengan kriteria nilai lebih besar 0,5 sampai 1 (>0,5 – 1), (c) prioritas III : Tipe Transitional Sector. Sektor ini konstribusinya dominan, namun perkembangannya cenderung lambat dan menurun, oleh karena itu perlu diprioritaskan kembali untuk mempercepat pertumbuhannya, dengan kriteria nilai lebih kecil dari 0,5 (< 0,5).
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Manfaat Langsung Ikan Samandar/Baronang (Siganus sp.) Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pendapatan bersih rata-rata dari manfaat langsung ikan samandar/baronang (Siganus sp.) untuk Distrik Padaido pada saat ini adalah sebesar Rp 2.566.496.451,-/tahun. Sedangkan pendapatan bersih rata-rata untuk Distrik Aimando pada saat ini adalah sebesar Rp 1.918.806.765,-/tahun. Jadi total manfaat langsung ikan samandar/baronang (Siganus sp.) di TWP Padaido adalah sebesar Rp 4.485.303.216,/tahun atau sebesar Rp 348.562.575,-/Ha/tahun. Manfaat Langsung Kepiting Bakau (Scylla serrata) Pendapatan bersih rata-rata dari manfaat langsung kepiting bakau (Scylla serrata) untuk Distrik Padaido pada saat ini adalah sebesar Rp 19.600.000,-/tahun. Sedangkan pendapatan bersih rata-rata untuk Distrik Aimando pada saat ini adalah sebesar Rp 8.600.000,-/tahun. Jadi total manfaat langsung kepiting bakau di TWP Padaido adalah sebesar Rp 28.200.000,-/tahun. Manfaat Langsung Kepiting Kenari (Bitrus latro) Pemanfaatan kepiting kenari (Bitrus latro) di TWP Padaido lebih banyak diminati masyarakat dibanding kepiting bakau. Adapun total manfaat langsung kepiting kenari di TWP Padaido yaitu sebesar Rp 2.473.000.000,-/tahun. Untuk Distrik Padaido pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 1.473.000.000,-/tahun dan Distrik Aimando sebesar Rp 1.000.000.000,-/tahun. Manfaat Langsung Bruguiera gymnorrhiza (aibon) Masyarakat TWP Padaido memanfaatkan Bruguiera gymnorrhiza untuk dibuat tepung yang disebut tepung aibon. Biasanya pembuatan tepung ini dilakukan oleh ibu rumah tangga berusia 50-70 tahun. Dari hasil perhitungan diketahui total pendapatan bersih dari manfaat langsung Bruguiera gymnorrhiza (aibon) di TWP Padaido adalah sebesar Rp 6.900.030,/tahun yang berasal dari pendapatan bersih Distrik Padaido sebesar Rp 4.020.030,-/tahun dan Distrik Aimando sebesar Rp 2.880.000,-/tahun. Manfaat Langsung Kerang (Anadara spp.) Pemanfaatan kerang (Anadara spp.) di TWP Padaido terdiri dari manfaat daging kerang dan cangkang kerang. Kerang jenis ini dagingnya dijual ke Pasar Bosnik dan Pasar Ikan di Kota Biak dalam keadaan basah, sedangkan cangkangnya dijual untuk dibuat kerajinan/cinderamata seperti anting, kalung, gelang, tempat tissue dan lain sebagainya. 8
Kebanyakan kerajinan cangkang kerang dijual di Pasar Bosnik. Semua ibu rumah tangga nelayan di TWP Padaido mencari kerang. Usia mereka berkisar antara 20-65 tahun. Pendapatan bersih dari pemanfaatan kerang (daging dan cangkang kerang) yaitu sebesar Rp 3.248.344.940,-/tahun. Adapun manfaat langsung daging kerang sebesar Rp 2.958.939.940,-/tahun dan cangkang kerang sebesar Rp 289.405.000,-/tahun. Manfaat Langsung Kayu Mangrove Bentuk pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat TWP Padaido dari keberadaan ekosistem mangrove yaitu mengambil kayu mangrove untuk dijadikan dermaga dan kandang babi. Pemanfaatan kayu mangrove sebagai dermaga dan kandang babi juga dilakukan oleh masyarakat dari pulau lain yang mengambil kayu mangrove dari pulau terdekat, seperti masyarakat Pulau Nusi mengambil kayu dari Pulau Pai atau Pulau Wundi dan masyarakat Pulau Mbromsi mengambil kayu dari Pulau Padaidori atau Pulau Pasi. Pendapatan bersih dari pemanfaatan kayu mangrove TWP Padaido yaitu sebesar Rp 769.000.000,-/tahun. Adapun manfaat langsung dermaga sebesar Rp 516.000.000,-/tahun dan manfaat langsung dermaga dan kandang babi sebesar Rp 253.000.000,-/tahun. Manfaat Langsung Penelitian Hasil wawancara dengan pengelola kawasan TWP Padaido dan masyarakat setempat diketahui bahwa yang melakukan penelitian pada tahun 2011 di TWP Padaido sebanyak 29 orang yang terdiri dari dosen program (S2 & S3), mahasiswa (S1), dan LSM dengan rata-rata berada di pulau selama 5 hari. Berdasarkan kunjungan tersebut dapat diketahui bahwa besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan selama penelitian antara lain biaya penginapan, biaya makan dan biaya lainnya, maka rata-rata biaya per peneliti (minimal 1 kali kunjungan) sebesar Rp 9.060.000,-. Dari hasil perhitungan diketahui total manfaat langsung penelitian pada TWP Padaido sebesar Rp 262.740.000,-/tahun. Nilai Ekonomi Total Manfaat Langsung Nilai ekonomi total manfaat langsung ekosistem mangrove TWP Padaido merupakan hasil penjumlahan dari ketujuh jenis manfaat langsung yang ada diperoleh hasil sebesar Rp 11.273.488.186,-/tahun, dengan nilai terbesar berasal langsung ikan Samandar/Baronang (Siganus sp.) (39,79%), selanjutnya manfaat langsung kerang (Anadara spp.) (28,81%), manfaat langsung kepiting kenari (Bitrus latro) (21,94%), manfaat langsung kayu mangrove sebagai dermaga dan kandang babi (6,82%), manfaat langsung penelitian (2,33%), dan manfaat langsung kepiting bakau (Scylla serrata) (0,25%). Sedangkan manfaat langsung 9
yang memberikan kontribusi terendah adalah manfaat langsung Bruguiera gymnorrhiza (aibon) (0,06 %). Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat TWP Padaido sangat merasakan manfaat dari keberadaan ekosistem mangrove dan untuk mencukupi biaya hidup mereka bergantung pada hasil sebagai nelayan dan pemanfaatan ekosistem mangrove. Manfaat Tidak Langsung Nilai tak langsung mangrove tidak dapat diukur dengan nilai pasar (marketable) sehingga untuk mengukur nilai tersebut dilakukan dengan pendekatan biaya pembuatan penahan ombak. Dari perhitungan yang sangat sederhana dapat dihitung biaya yang dialokasikan untuk membangun penahan ombak yaitu sebesar Rp 4.298.200,-/m3. Jika ratarata tinggi talud dibiak adalah 2 meter, maka besarnya biaya talud adalah Rp 8.596.400,-. Panjang garis pantai pulau yang memiliki ekosistem mangrove di TWP Padaido adalah 11.657,99 meter. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai sebesar Rp 100.216.702.254,-. Jika rata-rata daya tahan talud di Kabupaten Biak Numfor adalah selama 10 tahun, maka besarnya manfaat tidak langsung mangrove TWP Padaido sebagai penahan ombak adalah sebesar Rp 10.021.670.225,40/tahun. Manfaat Pilihan Nilai manfaat pilihan didekati dengan menggunakan nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) dari keberadaan ekosistem mangrove. Berdasarkan laporan COREMAP (2011), kenyataan yang ada di TWP Padaido, kondisi mangrove sebagian sudah mengalami kerusakan seperti di pulau Padaidori mengalami kerusakan berat ketika terjadi tsunami pada tahun 1996. Jenis mangrove yang rusak/mati adalah Bruguiera gymnorrhiza yang telah berumur puluhan tahun. Berdasarkan pertimbangan tersebut untuk mendapatkan manfaat pilihan maka nilai keanekaragaman hayati mangrove TWP Padaido dikali dengan nilai ratarata sebesar US$ 1.500/km2/tahun atau US$ 15/ha/tahun (Ruitenbeek, 1991). Jadi dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar yaitu Rp 9.462,- (Juli, 2012) dan luas mangrove TWP Padaido ±12,868 ha, maka perkiraan nilai manfaat pilihan berdasarkan keanekaragaman hayati TWP Padaido adalah Rp 1.826.355,-/tahun atau Rp 141.930,-/ha/tahun. Manfaat Keberadaan Nilai manfaat keberadaan (existence value) ekosistem mangrove di TWP Padaido diestimasi dengan menggunakan teknis contingent valuation method. Metode ini digunakan untuk menanyakan tentang nilai atau harga yang diberikan masyarakat akan keberadaan ekosistem mangrove agar tetap terpelihara. Jumlah responden TWP Padaido sebanyak 110 10
responden. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai keberadaan TWP Padaido bagi masyarakat yaitu sebesar Rp 602.688.461,-/tahun. Nilai Warisan Ekosistem mangrove sebagai warisan yang mempunyai nilai yang sangat tinggi. Oleh karena itu diperkirakan bahwa nilai warisan tidak kurang 10% dari nilai manfaat langsung ekosistem mangrove. Dengan demikian maka, perkiraan nilai warisan mangrove TWP Padaido adalah sebesar 10 % x Rp 11.273.488.186,- = Rp 1.127.348.816,-/tahun. Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value/TEV) Ekosistem Mangrove TWP Padaido Dari hasil penilaian yang telah dilakukan, ekosistem mangrove TWP Padaido memiliki beberapa nilai yaitu manfaat langsung, manfaat tak langsung, manfaat pilihan, manfaat keberadaan dan manfaat warisan. Hasil perhitungan TEV ekosistem mangrove TWP Padaido adalah sebesar Rp 23.027.022.043,4/tahun atau Rp 1.789.479.488,-/ha/tahun. Manfaat langsung ekosistem mangrove yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp 11.273.488.186,-. Selanjutnya berturut-turut manfaat tak langsung (Rp 10.021.670.225,4), manfaat warisan (Rp 1.127.348.816,-), manfaat keberadaan (Rp 602.688.461,-) dan manfaat pilihan (Rp 1.826.355,-). Dengan hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa masyarakat di sekitar TWP Padaido sangat tergantung pada potensi ekosistem mangrove. Nilai Ekonomi Total ekosistem mangrove TWP Padaido tergolong besar jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di Desa Tawiri, Ambon, Desa Tongketongke, Sinjai dan Kecamatan Barru. Perbedaan nilai ekonomi dikarenakan sifat-sifat khas dari masing-masing lokasi penelitian, jenis pemanfaatan ekosistem mangrove, harga yang berlaku di pasaran dan perubahan nilai tukar yang dijadikan sebagai acuan pengukuran. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP Nelayan Hasil analisis stepwise regression menunjukkan bahwa nilai keberadaan ekosistem mangrove pada TWP Padaido berdasarkan kerelaan membayar masyarakat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : WTP (Y) = 261232,710 + 0,041X2 Dengan menggunakan α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa pendapatan (X2) merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar masyarakat TWP Padaido. Hal ini disebabkan karena nilai signifikan X2 (0,041) < α (0,05), sementara variabel-variabel lainnya tidak berpengaruh nyata, ini mengindikasikan bahwa 11
semakin besar pendapatan nelayan akan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap ekosistem mangrove, begitupun sebaliknya. Hal ini berarti bahwa pada umumnya responden menyadari bahwa dengan rusaknya ekosistem mangrove, akan sangat mempengaruhi besarnya pendapatan mereka. Berdasarkan model regresi diatas, dapat diinterpretasikan bahwa kenaikan pendapatan Rp 1 akan meningkatkan WTP sebesar Rp 0,041. Penilaian Alternatif Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pengelolaan ekosistem mangrove pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia, agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari total manfaat langsung ekosistem mangrove yaitu sebesar Rp 11.273.488.186,- maka analisa Location Quetiont untuk manfaat perikanan TWP Padaido (Tabel 3) adalah 0,5366. Merujuk kriteria pengembangan wilayah diketahui bahwa manfaat perikanan TWP Padaido Kabupaten Biak Numfor termasuk dalam Kategori Tipe Potencial Sector. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di TWP Padaido memiliki nilai yang tergolong cukup tinggi yaitu sebesar Rp 23.027.022.043,4/tahun. Dari hasil LQ dan NET menunjukkan bahwa apabila ekosistem mangrove mengalami kerusakan sampai mengalami kepunahan, maka kerugian yang ditimbulkan begitu besar sehingga diperlukan berbagai strategi pengelolaan yang baik ke depan. Pengelolaan
ekosistem
mangrove
memerlukan beberapa
alternatif
skenario
pengelolaan seperti penyediaan kayu oleh pemerintah setempat untuk membangun dermaga dan kandang babi, memperbaiki/membuka akses atau jalur alternatif yang lebih terjangkau agar wisatawan lebih mudah menuju ekosistem mangrove, mata pencaharian alternatif bagi nelayan dan IRT, alternatif potensi pemanfaatan ekosistem mangrove, seperti dijadikan bahan obat, habitat ikan dan lain-lain, penerapan secara tegas terhadap undang-undang No.60 tahun 2009 tentang perikanan yang didalamnya terdapat peraturan pentingnya menjaga daerah konservasi termasuk ekosistem mangrove, pengawasan yang ketat oleh pihak pengelola yaitu BKKPN serta partisipasi masyarakat dalam pengawasan. Perhitungan nilai ekonomi ekosistem pesisir termasuk ekosistem mangrove bukan saja penting untuk mengapresiasi keberadaan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang disediakan, namun juga memberikan informasi yang berharga bagi penentu kebijakan yang berkaitan dengan penataan dan pengembangan wilayah pesisir karena akan memberikan umpan balik bagi pemanfaatan sumber daya pesisir. 12
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value/TEV)
TWP
Padaido
dengan
luas
mangrove
±
12,868
ha
yaitu
Rp
23.027.022.043,4/tahun atau Rp 1.789.479.488,-/ha/tahun dimana manfaat langsung memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar Rp 11.273.488.186,-/tahun. Faktor yang paling berpengaruh signifikan terhadap kemauan membayar (WTP) adalah pendapatan (X2), dimana nilai signifikan X2 (0,041) < α (0,05). Pengelolaan ekosistem mangrove memerlukan beberapa alternatif skenario pengelolaan seperti penyediaan kayu oleh pemerintah setempat untuk membangun dermaga dan kandang babi, memperbaiki/membuka akses atau jalur alternatif yang lebih terjangkau agar wisatawan lebih mudah menuju ekosistem mangrove, mata pencaharian alternatif bagi nelayan dan IRT, alternatif potensi pemanfaatan ekosistem mangrove, seperti dijadikan bahan obat, habitat ikan dan lain-lain, penerapan secara tegas terhadap undang-undang No.60 tahun 2009 tentang perikanan yang didalamnya terdapat peraturan pentingnya menjaga daerah konservasi termasuk ekosistem mangrove, pengawasan yang ketat oleh pihak pengelola yaitu BKKPN serta partisipasi masyarakat dalam pengawasan. DAFTAR PUSTAKA COREMAP (2011). Laporan Akhir : Monitoring Kesehatan Terumbu Karang di SAP Raja Ampat. Satker Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Fachrul, F.M. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. Fauzi, A. (2006). Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Muta’Ali, L. (2003). Analisis Ekonomi Wilayah Kabupaten-Kabupaten Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo. Fakultas Geografi UGM. Ruitenbeek, H.J. (1991). Mangrove Management: an Economic Analysis of Management Options with a Focus on Bintuni Bay, Irian Jaya. Environmental Management Development in Indonesia Project (EMDI). Jakarta and Halifax. SPSS (2008). Manual Versi SPSS 17.
13
Lampiran Daftar Tabel Tabel 1. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Mangrove di TWP Padaido No. 1 1 A B C D E F G 2 3 4 5
Jenis Manfaat 2 Manfaat Langsung Manfaat Langsung Ikan Samandar /Baronang (Siganus sp.) Manfaat Langsung Kepiting Bakau (Scylla serrata) Manfaat Langsung Kepiting Kenari (Bitrus latro) Manfaat Langsung Bruguiera gymnorrhiza (aibon) Manfaat Langsung Kerang (Anadara spp.) Manfaat Langsung Kayu Mangrove Manfaat Langsung Penelitian Total Manfaat Langsung Manfaat Tak langsung Manfaat Pilihan Manfaat Keberadaan Manfaat Warisan
Nilai (Rp/tahun) 3
Total Nilai Ekonomi
Nilai (Rp/ha/tahun) 4
4.485.303.216,-
348.562.575,-
28.200.000,-
2.191.483,-
2.473.000.000,-
192.182.157,-
6.900.030,-
536.216,-
3.248.344.940,769.000.000,262.740.000,11.273.488.186,10.021.670.225,4 1.826.355,602.688.461,1.127.348.816,-
252.435.883,59.760.647,20.418.091,876.087.052,778.805.582,141.930,46.836.219,87.608.705,-
23.027.022.043,4
1.789.479.488,-
Sumber : Data Primer setelah Diolah, 2012
Tabel 2. Hasil Stepwise Regression terhadap Kemauan Membayar Responden (WTP) Coefficientsa Model 1
(Constant)
Unstandardized Coefficients B 261232.710
Std. Error 63716.855
.041
.009
X2
Standardized Coefficients Beta
t
.400
Sig. 4.100
.000
4.683
.001
a. Dependent Variable: Y Excluded Variablesb Model 1
X1 X3 X4 X5 X6
Beta In -.136a -.137a -.051a .107a .108a
T -1.551 -1.539 -.588 1.242 1.223
Sig.
Partial Correlation .124 .127 .558 .217 .224
-.144 -.143 -.055 .116 .114
Collinearity Statistics Tolerance .938 .916 .978 .973 .933
a. Predictors in the Model: (Constant), X2 b. Dependent Variable: Y
14
Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Biak Numfor atas Dasar Harga Berlaku
No. 1 1.
2. 3.
4.
5. 6.
7.
8.
9.
Lapangan Usaha 2
2010 3 254.952.840.000 67.871.230.000 7.370.530.000 37.900.270.000 14.456.280.000 127.354.530.000 19.498.770.000 92.875.630.000 73.408.740.000 19.466.890.000 0 16.964.090.000 14.085.580.000 2.878.510.000 140.326.750.000
PERTANIAN 1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.2. Tanaman Perkebunan 1.3. Peternakan dan hasilnya 1.4. Kehutanan 1.5. Perikanan PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN 3.1 Industri Besar/Sedang 3.2 Industri Kecil Kerajinan RT 3.3 Industri Pengilangan Minyak Bumi LISTRIK DAN AIR BERSIH 4.1 Listrik 4.2 Air Bersih BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 6.1 Perdagangan 6.2 Hotel 6.3 Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi 7.1 Angkutan Jalan Raya 7.2 Angkutan Laut 7.3 Angkutan Sungai 7.4 Angkutan Udara 7.5 Jasa Penunjang Angkutan 7.6 Komunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN 8.1 Bank 8.2 Lembaga Keuangan bukan Bank 8.3 Sewa Bangunan 8.4 Jasa Perusahaan JASA-JASA 9.1 Pemerintahan Umum 9.2 Jasa Sosial Kemasyarakatan 9.3 Jasa HIburan dan Rekreasi 9.4 Jasa Perorangan dan RT
161.690.390.000 94.235.000.000 36.341.250.000 23.188.150.000 7.926.000.000 294.382.880.000 270.016.500.000 14.556.610.000 4.842.630.000 4.967.140.000
[PDRB]
1.545.523.120.000
255.584.370.000 217.027.500.000 20.254.430.000 18.302.450.000 309.247.380.000 69.133.200.000 80.579.040.000 13.054.690.000 63.172.150.000 19.155.000.000 64.153.310.000
Sumber : Data Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Biak Numfor, 2011
Perhitungan Location Quetiont untuk manfaat perikanan TWP Padaido : Xij/Xi. LQij =
Rp 11.273.488.186,- / Rp 127.354.530.000,=
Xj/X..
Rp 254.952.840.000,- / Rp 1.545.523.120.000,-
= 0,5366
15