MANAJEMEN TAKMIR MASJID AGUNG TEGAL DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN DAKWAH
Skripsi Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
Oleh Fatkhuroji Hadi Wibowo 1105065
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan skripsi ini adalah karya saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan, untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari penerbit, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, Desember 2010
(Fatkhuroji Hadi Wibowo) NIM :
051311065
PERSEMBAHAN Bapak Sae’in. K Dan Ibu Ratmiatin (Kedua Orang tua) tercinta yang telah dengan tulus dan ikhlas serta sabar memberikan dorongan dan do’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kakakku Bambang Subur Hadi S. ST dan Susani Puji Astuti, AMK serta adik adikku Bakhrun Hadi Rianto dan Rina Purwati Ningsih yang tiada henti memberikan motivasi dan Do’a Atika Nurjanah. SE. yang selalu memberikan dukungan dan do’a. Sahabat-sahabatku seperjuangan terima kasih atas segalanya. Teman- teman di pondok pesantren Sirojul Mubtadi’in yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terima kasih atas do’anya.
ABSTRAKSI
Penelitian yang berjudul “ Manajemen Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Melaksanakan Kegiatan Dakwah”. Ini merupakan salah satu upaya penulis untuk mencoba mengetahui bagaimana manajemen Takmir di Masjid Agung Tegal, dengan penelitian yang memfokuskan diri pada fungsi-fungsi manajemen yang diterapkan dalam kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal. Untuk menjawab pertanyaan tersebut jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati, dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan sasaran penelitian menurut apa adanya. Sumber data penelitian yang di gunakan adalah Sumber Data Primer berupa informasi-informasi dari lapangan melalui pengamatan secara langsung di Masjid Agung Tegal tentang kegiatan yang di laksanakan, kemudian sumber data sekunder yang berupa buku, data-data dokumentasi masjid dan data laporan kegiatan Masjid Agung Tegal. Untuk teknik pengumpulan data yang di gunakan antara lain : metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis datanya dengan menggunakan proses berfikir induktif yaitu dengan mengorganisasikan hasil-hasil dari pengamatan menjadi suatu rangkaian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen Takmir Masjid Agung Tegal mencakup beberapa langkah dalam menyusun program berjangka yang bertujuan melancarkan semua kegiatan yang ada. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal sesuai dengan fungsi-fungsi yang digunakan yabg pertama adalah perencanaan proses ini di laksanakan oleh Takmir Masjid Agung Tegal sebelum melaksanakan kegiatan dakwah perencanaan ini di bagi menjadi dua yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka panjang contohnya adalah seperti melaksanakan program TPQ untuk anak dan remaja kemudian yang kedua adalah rencana jangka pendek berupa pengajian rutin. Fungsi yang kedua adalah pengorganisasian fungsi ini di terapkan untuk pembagian fungsi, tugas dan tanggung jawab kepada semua pengurus. Fungsi yang ketiga adalah penggerakan fungsi ini di diterapkan untuk membantu masyarakat yang sedang mengalami kesusahan dengan memberikan santunan kepada keluarga yang meninggal dunia baik dalam bentuk uang maupun perlengkapan pemakaman. Kemudian fungsi terakhir adalah pengawasan, fungsi ini diterapkan oleh Takmir masjid untuk menghimpun dana masjid. Takmir Masjid Agung Tegal dalam melaksanakan semua kegiatannya selalu melalui proses-proses untuk pemakmuran masjid, sehingga semua kegiatan yang dilaksanakan oleh takmir masjid berjalan dengan efektif. Fungsi manajemen merupakan salah satu acuan takmir masjid untuk memakmurkan masjid.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah yang maha pengsih lagi maha penyayang, penulis panjatkan alhamdzulillah kehairat Allah SWT tuhan penguasa alam yang menguasai hari pembalasan dan yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan juga hidayahnya dalam langkah-langkah kecil kehidupan penulis selama ini. Dialah yang senantiasa memberikan ketenangan dan kemudahan sehingga ketika penulis harus bekerja keras meyelesaikan skripsi ini, Allah membrikan kekuatan yang tiak terbatas. Akhirnya dengan izinnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Manajemen Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Melaksanakan Kegiatan Dakwah” Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam ilmu Manajemen Dakwah pada Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Skripsi ini dapat mpenulis selesaikan dengan bantuan banyak pihak yang tidak dapat penulis ungkapkan satu persatu disini. Namun demikian, patut kiranya penulis ungkapkan terima kasih yang tulus dari kebeningan hati kepada semua pihak yang telah ikhlas membantu yaitu : 1.
Prof. Dr. H. Muhibbin, M.ag, Selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
2.
Dr. M, Sulthon M.ag Selaku Dekan fakultas Dakwah IAIN Walisongo semarang semua dosen dan staf di lingkungan fakultas dakwah IAIN walisongo yang telah mengantarkan penulis hingga akhir studi.
3.
Drs.H.Nurbini, M.S.I. dan Thohir yuli kusmanto M.S.I selaku dosen pembimbing yang telah berkenan membimbing dengan keikhlasan.
4.
Kedua orang tuaku yang terhormat, yang mencurahkan segala perhatiannya mendidik, membimbing dan mengasuh dengan penuh kasih sayang, yang selalu mendoakan dan memberikan harapan kepada penulis agar menjadi anak yang soleh dan sukses diegala bidang.
5.
Untuk pengurus Masjid Agung Tegal
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis skripsi ini masih jauh untuk di sebut sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran maupun masukan sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin…. Semarang Desember 2010 penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................................... iv HALAMAN MOTO ...................................................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................................................. vii ABSTRAKSI .............................................................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ix BAB I
:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 7 D. Metode Penelitian ...................................................................................... 9
BAB II
:
TINJAUAN TENTANG MANAJEMEN TAKMIR A. Konsep Manajemen ................................................................................ 16 1. Pengertian Manajemen ...................................................................... 16 2. Fungsi Manajemen ............................................................................ 17 B. Konsep Takmir Masjid .......................................................................... 22 1. Pengertian Masjid ............................................................................. 22 2. Fungsi Masjid............................................................................ ....... 24
1. Syarat Masjid Yang Baik .................................................................. 29 2. Pengertian Pengurus Atau Takmir .................................................... 30 3. Kegiatan Dakwah ............................................................................. 32 3.1 Pengertian Dakwah Islam .......................................................... 32 3.2 Dasar hukum Dakwah .................................................................34 3.3 Unsur-unsur Dakwah .................................................................. 35 BAB III
: MANAJEMEN TAKMIR MASJID AGUNG TEGAL DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN DAKWAH A. Gambaran Umum Masjid Agung Tegal ..................................................... 39 1. Tinjauan historis berdirinya Masjid Agung Tegal................................. 39 2. Letak Geografis ..................................................................................... 42 3. Visi, Misi dan Tujuan............................................................................. 42 4. Struktur Organisasi ................................................................................ 43 B. Program Kegiatan Masjid Agung Tegal 1. Bidang Pendidikan ................................................................................. 50 2. Bidang Keagamaan ................................................................................ 50 3. Bidang Sosial ........................................................................................ 52 C.
Pelaksanaan Manajemen Takmir Masjid Agung Tegal 1. Planing ................................................................................................... 54 2. Organizing ............................................................................................. 55 3. Actuiting ................................................................................................ 57 4. Controling ............................................................................................. 58
D. Strategi Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Mengelola Kegiatan Dakwah
1. Kegiatan Dakwah Di Masjid Agung Tegal............................................. 59 2. Hambatan Dan Tantangan ...................................................................... 62 3. Strategi Yang Dilaksanakan.................................................................... 63 BAB IV
: ANALISIS MANAJEMEN MASJID AGUNG TEGAL DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN DAKWAH A. Analisis Manajemen takmir Masjid Agung Tegal Dalam Melaksanakan Kegiatan Dakwah............................................................................................. 65 B. Analisis Strategi Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Mengelola Kegiatan Dakwah............................................................................................................. 76
BAB V
:
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... .. 79 B. Saran – saran.................................................................................................... 79
12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu tantangan yang dihadapi umat manusia di masa depan adalah untuk menciptakan organisasi yang beraneka ragam sehingga menuntut pengelolaan yang semakin efektif, efesien dan produktif. Oleh karenanya, sebuah organisasi harus mempunyai perhatian utama pada manajemen pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini takmir. Untuk mewujudkan situasi yang demikian, perlu peningkatan kesadaran tentang maksud dari semua kegiatan manajemen takmir, yaitu untuk meningkatkan sumber daya manusia terhadap keberhasilan organisasional. Dengan kata lain, bahwa kebijaksanaan apapun yang diterapkan dan dirumuskan dalam pengembangan takmir dan langkah-langkah apapun yang diambil dalam manajemen takmir itu, semuanya harus berkaitan dengan pencapaian berbagai jenis tujuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Dalam bidang apapun organisasi bergerak, sebenarnya menghasilkan sesuatu produk atau jasa bagi kelompok-kelompok tertentu bagi masyarakat. Dengan demikian jelas terlihat bahwa tidak ada satupun organisasi yang dapat mempertahankan eksistensinya dan melestarikan keberadaanya tanpa mengkaitkan tujuan organisasi dengan tujuan masyarakat luas (Siagian, 2002 : 26). Apabila dikatakan bahwa takmir atau pengurus merupakan sumber daya yang terpenting yang dimiliki oleh organisasi masjid, salah satu implikasinya ialah bahwa investasi terpenting yang mungkin dilakukan suatu organisasi masjid adalah di bidang sumber daya manusia dalam hal ini takmir. Pertanyaan yang harus dihadapi dan harus di
13 jawab oleh setiap organisasi masjid bukan lagi apakah akan melakukan investasi dalam rangka pengembangan pengelolaan masjid yang dimiliki, melainkan berapa besar investasi yang harus dibuat. Artinya, pilihannya bukan antara pengembangan pengelolaan masjid atau tidak, melainkan dalam bidang apa pengembangan itu dilakukan dengan intensitas yang bagaimana dan melalui penggunaan teknik pengembangan apa. Dewasa ini umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan masjid. Bermunculan masjid-masjid baru di berbagai tempat. Disamping renovasi atas masjidmasjid lama. Semangat untuk mengupayakan pembangunan rumah Allah itu layak dibanggakan. Hampir seantero tanah air tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid. Ada yang berukuran kecil ada yang besar dan megah. Namun tidak sedikit pula masjid yang terkatung-katung pembangunannya dan tak kunjung rampung, terutama di daerah-daerah yang solidaritas jamaahnya belum kuat. Setelah bangunan fisik masjid berdiri, volume kegiatan yang berlangsung didalamnya juga beragam ada yang mampu mengintensifkan kegiatannya seharian penuh dengan menyelenggarakan tingkat pendidikan rendah sampai tingkat tinggi. Sebaliknya tidak sedikit jumlah masjid yang pembangunannya diusahakan dengan susah payah justru sunyi dari kegiatan. Disana-sini banyak dijumpai masjid yang berfungsi seminggu sekali, yakni untuk sholat jum’at (Ayub,1996 : 15). Permasalahan tersebut terkait dengan pengurus atau takmir yang yang kurang proaktif dalam merencanakan kemakmuran masjid. Ketika masjid hanya digunakan untuk melaksanakan ibadah mahdoh seperti sholat dan sejenisnya, tidak banyak orang yang terlibat atau dilibatkan dalam
14 kepengurusan, apalagi memang banyak masjid yang tidak memiliki struktur kepengurusan yang memadai. Masa itu sudah berlalu, meskipun masih banyak sekarang ini kita temukan masjid yang kepengurusannya tidak memadai. Kini kesadaran jamaah masjid akan pentingnya peran takmir dalam memakmurkan masjid semakin besar. Hal ini karena manakala masjid hendak difungsikan sebagi pusat pembinaan umat, sudah tidak mungkin lagi kalau kepengurusan masjid ditangani oleh satu atau dua orang. Diperlukan tenaga kepengurusan yang jumlahnya cukup dan kualitasnya memadai. Personil takmir masjid tersebut selanjutnya harus menjalin kerja sama atau amal jama’i yang baik agar terwujud kemakmuran masjid yang diidam-idamkan dan terbina jamaahnya hingga menjelma menjadi masyarakat yang Islami (Yani, 1999: 100). Agar takmir masjid dapat bekerja sama dengan baik dalam menjalankan roda kepengurusan, diperlukan mekanisme kerja yang baik. Untuk itu, manajemen masjid harus diterapkan. Perkembangan dan perubahan masyarakat tersebut tidak terlepas dari peran masjid sebagai tempat bernaungnya kaum muslimin dalam menterjemahkan ajakan-ajakan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah dari Allah ke dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut telah menjadikan manusia sadar akan posisinya sebagai makhluk yang diciptakan oleh tuhannya untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan makhluk lainnya. Kesadaran ini mendorong kepada manusia agar bersikap luwes dan peka terhadap lingkungan yang semakin bergerak dan berkembang secara terus - menerus. Untuk itu masjid harus memberikan fungsi-fungsi yang jelas terhadap perkembangan lingkungan masyarakat.
15 Dapat kita lihat seperti saat ini, bahwa masjid tidak hanya difahami sebagai tempat ibadah mahdoh saja akan tetapi sudah lebih luas, seperti tempat kegiatan sosial kemasyarakatan, pembinaan umat yang bernilai ibadah yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang meliputi: Remaja masjid, Perpustakaan, Pendidikan Berjenjang dan sebagainya. Pengembangan ini tidak terlepas dari peran pengurus yang ada didalamnya. Lewat takmirlah masjid bisa berkembang dan menampakkan eksistensinya dihadapan para jama’ah. Fenomena ini banyak muncul di kota-kota besar, dimana masjid telah menampakkan fungsi-fungsi sebagaimana mestinya sehingga keberadaan masjid memberikan manfaat bagi para jemaah serta masyarakat sekitarnya. Takmir tentu saja sangat besar peranannya dalam memakmurkan masjid. Oleh karena itu takmir harus betul-betul solid, mulai dari jumlahnya yang cukup, memiliki semangat kerja, memiliki pemahaman yang utuh mengenai masjid yang ideal, memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengurus yang tertera pada struktur dan job description (uraian kerja) dan meningkatkan kemampuan kerja dalam kapasitasnya sebagai pengurus masjid. Takmir sangatlah penting untuk meningkatkan peran masjid, karena semua kegiatan kuncinya pada manusianya jika masjid dikelola dengan baik dan terarah oleh takmir yang baik, maka masyarakat akan merasakan manfaat dari keberadaan masjid tersebut. Salah satu fenomena yang dapat kita lihat adalah keberadaan Masjid Agung Tegal. Kota ini merupakan kota yang dijuluki sebagai Kota Bahari hal ini dikarenakan kota ini secara geografis terletak di pesisir pantai utara dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Kota ini memberikan satu gambaran tentang fungsi masjid yang memiliki berbagai macam kegiatan dan bertujuan mengembangkan
16 masyarakat Islam gambaran tersebut dapat dibuktikan salah satunya adalah Masjid Agung Kota Tegal. Masjid Agung Tegal adalah salah satu masjid yang ada di kota Tegal dan terletak dipusat kota yaitu di alun–alun kota Tegal. Dengan kegiatan yang sangat banyak dan beraneka ragam, masyarakat yang sangat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai macam golongan, baik orang yang mengenyam pendidikan rendah sampai tingkat tinggi, golongan kaya maupun sederhana dan lain-lain. Masyarakat yang heterogen ini memunculkan para pengelola atau para takmir masjid yang sangat heterogen pula, sehingga dalam pengelolaannya muncul fenomena-fenomena baru yaitu pengembangan dan pemberdayaan kegiatan-kegiatan yang ada khususnya dibidang dakwah yang sangat dinamis dan terorganisir. Karena beraneka ragamnya kegiatan yang ada, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang memadai agar kegiatan - kegiatan dakwah yang dilaksanakan di Masjid Agung Tegal dapat terealisasi dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mencoba untuk mengetahui bagaimana pola manajemen takmir di Masjid Agung Tegal dengan melakukan penelitian yang memfokuskan diri pada manajemen pengurus atau takmir di Masjid Agung Tegal, dengan memilih judul “Manajemen Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Melaksanakan Kegiatan Dakwah”. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas permasalahan dari penelitian yang berjudul “Manajemen Takmir Masjid Agung Tegal Dalam
17 Melaksanakan Kegiatan Dakwah”. Maka rumusan permasalahan yang akan diangkat adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana takmir mengelola kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal ?
2.
Bagaimana strategi takmir Masjid Agung Tegal dalam rangka mengelola kegiatan dakwah?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a.
Mengetahui Bagaimana takmir mengelola kegiatan dakwah di Masjid Agung
b.
Tegal. Mengetahui bagaimana strategi strategi takmir Masjid Agung Tegal
dalam rangka mengelola kegiatan dakwah. 2.
Manfaat Penelitian ini adalah : a. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat sebagai salah satu pengembangan manajemen dakwah. b.
Secara Praktis 1). Sebagai bahan pertimbangan Masjid Agung Tegal untuk menjadi acuan dalam menentukan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi. 2). Sebagai bahan masukan bagi lembaga-lembaga masjid lain agar mempertimbangkan aspek manajemen sebelum melaksanakan program kerja agar semua program yang direncanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
18 D. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini penulis menyertakan beberapa judul skripsi yang berkaitan skripsi penulis. Adapun skripsi-skripsi tersebut antara lain : Pertama, Mahtum Afiati, Dengan judul skripsi “fungsi masjid sebagai pembentukan ahlak remaja (Studi kasus di kodya semarang)” yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini bahwa masjid merupakan tempat ibadah umat islam baik yang bersifat horizontal maupun vertical, oleh karena itu fungsi atau tidaknya masjid sebagai tempat kegiatan umat islam menjadi kewajiban dan tanggug jawab umat islam terutama remaja sebagai generasi penerus. Upaya untuk mengoptimalkan funsi masjid sudah dilakukan oleh Pembina masjid, yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh unsure masyarakat termasuk remaja. Kegiatan tersebut antara lain : khutbah jumat, peringatan hari besar islam, bakti sosial, kuliah ahad pagi, pemberian beasiswa dan wisata dakwah. Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan keterampilan remaja, para Pembina juga mengadakan kursus-kursus dan trening dengan tujuan agar menambah bekal kemampuan pada remaja sehingga dapat mewariskan pendahulunya untuk bias menjadi Pembina bagi adik-adiknya. Kedua, Munawaroh (2002), dengan judul skripsi “Pengelolaan Masjid Al-Aqsha Kudus (Tinjauan Manajemen Dakwah)”. Yang menjadi pembahasan dari penelitian ini adalah mengkaji bagaimana pengelolaan atau manajemen yang dilakukan pengelola Masjid Al-Aqsho kudus dan kemajuan yang dicapai. Adapun hasil penelitiannya adalah berupa pengelolaan masjid yang dilakukan oleh para takmir yang dibantu oleh
19 masyarakat dengan penerapan teori-teori manajemen di setiap kegiatan yang diadakan dalam mencapai tujuan dakwah. Ketiga, Maskum (1996) Dengan judul skripsi “ Manajemen Pengelolaan Perpustakaan Masjid Dalam Kaitannya Dengan Pengembangan Misi Dakwah (Studi Kasus Di Kodya Semarang) ” yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah bahwa kegiatan pengelolaan perpusyakaan masjid pada garis besarnya meliputi : bidang POAC (planning, organizing, actuating dan controling) pada bidang ini meliputi pemilihan bahan pustaka berkaitan dengan hal ini perpustakaan masjid raya baiturrahman undip dan perpustakaan masjid attaqwa, ketiganya dalam memprogram planning dapat berjalan dengan baik. Dakwah sebagai usaha dalam rangka merealisasikan ajaran Islam dalam semua segi kehidupan manusia harus senantiasa dilakukan kepada siapa saja, dimana saja serta menggunakan media apapun dan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Dakwah Islam yang pada umumnya dipusatkan di masjid, yang biasanya disampaikan dengan billisan atau dengan kegiatan yang lain kini dikembangkan dengan menggunakan sarana yang tersedia yaitu tindakan yang dimaksud adalah perpustakaan masjid yang selama ini dipandang sangat efektif sebagai media dakwah dalam rangka meningkatkan keilmuan umat Islam dan demi syiar Islam. Dengan adanya perpustakaan masjid, sangat membantu jamaah sebagai ajang untuk pengembangan keilmuan, sebagai tempat pngkajian dan tempat belajar mengajar disamping itu dengan meramaikan perpustakaan masjid dalam rangka memakmurkan masjid.
20 Keempat, Farida Ulfa (1996) Dengan judul skripsi “Kegiatan Keagamaan Remaja Masjid Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”. Yang menjadi pembahasan dari penelitian ini adalah mengenai bentuk, kelebihan serta kekurangan dari kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para remaja yaitu berupa pengajian tahlil Yasin, pada hari Kamis malam Jum’at, dimana pelaksanaannya serempak di seluruh masjid Kecamatan Jati, kegiatan remaja itu juga bertujuan untuk menyatukan mereka ke dalam sebuah organisasi, sehingga mereka terangkum dalam kegiatan yang bermanfaat dan untuk memakmurkan masjid. E. METODE PENELITIAN Metode adalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, dengan demikian, masalah metode adalah masalah teknis. Pada suatu metode biasanya melekat suatu teknik yang bisa berupa alat maupun seni dari penggunaan alat tersebut. Sedangkan penelitian adalah suatu proses yang panjang, dimana setiap penelitian bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan baru untuk menjawab suatu pertanyaan, atau mencari pemecahan suatu permasalahan yang dihadapi. Jadi metode penelitian adalah satu alat pendekatan ilmiah yang digunakan untuk mencari kebenaran atau untuk menemukan suatu pengetahuan yang baru, menguji teori atau untuk menjawab suatu masalah yang dihadapi (Sumarsono, 2004 : 1). Agar penjelasan mengenai metode penelitian semakin jelas, berikut ini akan dijabarkan mengenai poin-poin penting di dalam metode penelitian. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagi penelitian lapangan (field-research). Oleh karenanya objek penelitiannya berupa objek di lapangan yang mampu memberikan
21 data-data atau informasi tentang kajian penelitian ini. Penelitian ini sangat menyandarkan sumber data primer berupa informasi-informasi dari lapangan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, dengan tujuan dapat menggambarkan keadaan sasaran penelitian menurut apa adanya, seperti yang diperoleh dalam penelitian (Moloeng,1994:9). Penelitian ini juga tidak ada perhitungan dan lebih mudah bila dihadapkan dengan kenyataan ganda, metode yang menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden, lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dengan pola-pola nilai yang dihadapi. Di dalam menjelaskan mengenai jenis penelitian ini, penulis mencoba mendeskripsikannya ke dalam hal-hal berikut : Pertama : penelitian lapangan (field research). Yaitu sebuah penelitian dimana objek penelitiannya berupa studi di lapangan yang mampu memberikan datadata atau informasi tentang kajian penelitian ini. Oleh karenanya, penelitian ini sangat menyandarkan sumber data primer berupa informasi-informasi dari lapangan. Yang di teliti dalam sebuah penelitian lapangan adalah mengenai latar belakang, status terakhir dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, maupun komunitas (Azwar, 2001 : 8). Kedua : penelitian studi kasus yaitu sebuah penelitian yang meneliti permasalahan atau keadaan tertentu, data yang dihimpun dipahami sebagai suatu keseluruhan yang saling terkait satu sama lain, dan merupakan bagian dari keseluruhan yang terintegrasi dalam suatu kondisi dimana permasalahan itu timbul
22 (Bachtiar, 1999 : 17). Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam mengenai unit sosial sedemikian rupa. Ketiga : penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang lebih mengedepankan pada analisisnya pada proses penyimpulan secara dedulktif dan induktif, serta analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah (Azwar, 2001: 5). Keempat : penelitian deskriptif. Yaitu jenis penelitian yang menggambarkan objek penelitian dengan berbagi analisis dari peneliti mengenai data penelitian. 2. Sumber Data Untuk mendapatkan data berupa informasi dan keterangan yang berkaitan dengan permasalahan yang penyusun teliti, maka penulis membagi sumber data menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Pertama Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1998:91). sumber data ini merupakan data utama dalam penelitian ini di dapatkan dari takmir Masjid Agung Tegal. Kedua Sumber data Sekunder adalah data yang biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar,1998:91). Sumber data ini merupakan sumber data pendukung bagi data utama (primer). Data sekunder ini didapatkan dari dokumen-dokumen, buku-buku, majalah dan tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
23 3. Teknik Pengumpulan Data. Agar data terkumpul dengan lengkap, tepat dan valid maka data dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut : a. Metode Interview Metode Interview adalah suatu bentuk komuikasi verbal atau semacam percakapan untuk memperoleh informasi. Dalam interview peneliti menerima informasi yang diberikan oleh informan tanpa membantah, mengecam, menyetujui, atau tidak menyetujuinya (Nasution, 1996 :113). Interview juga bisa diartikan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya dan si penjawab (Nazir,1988:234). Metode interview yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara atau interview bebas terpimpin artinya wawancara yang mengikuti pedoman seperlunya. Pedoman wawancara hanya berbentuk butir-butir masalah dan sub masalah yang diteliti, yang selanjutnya dikembangkan sendiri oleh pewawancara. Dalam metode ini, peneliti akan melakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa narasumber kunci yang juga menjadi subjek dalam penelitian ini sehingga mendapatkan data yang lengkap dan dapat dipercaya. Adapun sumber-sumber yang akan diwawancarai antara lain: Ketua umum Masjid Agung Tegal, Ketua 1 takmir Masjid Agung Tegal, Pemateri kegiatan dakwah dan peserta kegiatan dakwah. b. Metode Observasi Metode obsevasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diamati dan dilakukan
24 secara langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1987:206). Cara kerja metode ini adalah peneliti mengamati langsung objek lapangan dengan cara datang ke Masjid Agung Tegal untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian kemudian data tersebut dikelompokkan menurut jenisnya dan dilaporkan apa adanya. Metode penelitian ini digunakan untuk mengamati manajerial takmir dalam kegiatan dakwah yang dilaksanakan di masjid Agung Tegal sehingga mengetaui tekhniktekhnik yang digunakan dalam mengatur dan mengembangkan kegiatan-kegiatan tersebut. Dengan kata lain, peneliti mengamati secara seksama terhadap kegiatankegiatan yang dilaksanakan, sehingga mengetahui secara langsung bagaimana teknik yang digunakan dalam mengimplementasikan fungsi – fungsi manajemen takmir dalam kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal. c. Metode Dokumentasi Teknik ini adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari dokumentasi yang ada pada benda-benda tertulis, buku-buku, notulen, peraturan-peraturan, catatancatatan harian dan sebagainya (Soehartono, 2000: 202). Adapun dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah. a. Laporan - laporan yaitu yang ditulis setelah peristiwa terjadi, misalnya laporan pertanggung jawaban atau buku catatan kegiatan yang sudah terlaksana maupun yang belum terlaksana. b. Laporan umum yaitu laporan tentang suatu kegiatan yang ditulis atau disampaikan oleh surat kabar, majalah, jurnal atau media lainnya mengenai sesuatu yang berhubungan dengan masalah penelitian.
25 c. Buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang sifatnya tertulis seperti, struktur organisasi dan susunan pengurus, program kerja, visi, misi, sejarah berdirinya lembaga, perkembangan dan lain sebagainya. Metode dokumentasi adalah suatu teknik dimana data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada pada benda-benda tertulis seperti buku, notulensi, makalah,
peraturan-peraturan,
bulletin-buletin,
catatan-catatan
harian
dan
sebagainya (Arikunto, 2002:202). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan di Masjid Agung Tegal. 4. Keabsahan Data Keabsahan data dimaksudkan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas dengan fakta-fakta yang aktual. Untuk menguji keabsahan data atau memeriksa kebenaran data tersebut dilakukan dengan cara pengamatan secara terus menerus, triangulasi, baik triangulasi sumber data maupun teriangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi yang digunakan adalah memanfaatkan penggunaan sumber data dan metode penelitian. Triangulasi dengan sumber di maksudkan membandingkan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda yang dilakukan melalui : 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2) Membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Suratmat, 1998 : 35).
26 5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah penyederhanaan data dalam bentuk lebih praktis untuk dibaca dan diinterpretasikan, yaitu diadakan pemisahan sesuai dengan jenis masing-masing data, kemudian diupayakan analisisnya dengan menguraikan, menjelaskan sehingga data tersebut dapat diambil pengertian dan kesimpulan sebagai hasil penelitian (Suratmat, 1992:26). Tahapan analisis data merupakan tahapan yang penting dan menentukan. Pada tahap ini data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenarankebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian (Koentjoroningrat, 1991 ;269). Dalam menganalisis data yang ada, penulis menggunakan teknik analisis fungsi-fungsi Manajemen. Dalam hal ini meliputi Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.
16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MANAJEMEN TAKMIR MASJID DAN KEGIATAN DAKWAH A. KONSEP MANAJEMEN a. Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa Inggris, dari kata to manage yang artinya mengurus membimbing dan mengelola. Kata itu sendiri berasal dari bahasa Italia, yakni managgio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan sesuatu, atau lebih tepat lagi “penanganan” sesuatu. Dalam bahasa Arab, manajemen disebut dengan iddaroh ( Ali & Muhdlor, 1998 : 63). Adapun pengertian manajemen adalah usaha mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Adapun pengertian manajemen antara lain sebagai berikut : Manajemen adalah usaha seseorang dalam mengelola sumber daya manusia secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan (Puis Dkk,1994:434). Manajemen pesantren (teori dan praktek) menjelaskan bahwa manajemen adalah kemampuan atau keterampilan merencanakan, membimbing, mengawasi dan memperlakukan atau mengurus sesuatu dengan seksama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya atau bisa dikatakan bahwa, manajemen adalah suatu proses yang didalamnya ada perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang ditentukan oleh seseorang untuk menentukan serta
mencapai
tujuan
yang
telah
ditentukan
dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada (Samsudduha, 2004:16).
menggunakan
atau
17 Dari beberapa pengertian tentang manajemen, bagaimanapun beragamnya devinisi dan pengertiannya, secara implisit terdapat dua hal yang penting yang tidak pernah luput untuk dibicarakan di dalam ilmu manajemen, yakni pertama ; sesuatu yang hendak dicapai (objektive), dan kedua ; proses bagaimana mencapai tujuan tersebut melalui berbagai rangkaian program dan kegiatan didalam sebuah organisasi. Manajemen adalah sebuah proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dalam hal ini takmir. Apabila penerapannya di Masjid Agung Tegal, maka dapat diartikan penerapan manajemen takmir dalam melaksanakan serangkaian kagiatan di Masjid Agung Tegal dengan memetakan tujuan dan sasaran dalam pengelolaan serta merancang yang dipertanggung jawabkan terhadap suksesnya kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal. b. Fungsi Manajemen takmir Dari beberapa pengertian umum di atas maka dapat dijelaskan bahwa dari sudut pandang fungsi bagian yang mengurus tentang manajemen takmir yang perananya adalah merancang dan mengimplementasikan sistem-sistem dan kebijakankebijakan, serta teknik pengembangan manajemen takmir untuk organisasi masjid, dan bekerjasama dengan para pemimpin-pemimpin bagian-bagian lain yang ada di dalam organisasi dengan memperhatikan visi misi serta dinamika internal dan ekternal. Sementara dari sudut pandang para pemimpin (leader) pada umumnya yang perananya adalah mencapai tujuan-tujuan satuan kerja, seksi, bagian atau organisasi
18 melalui orang-orang yang harus melapor kepada mereka. Merupakan suatu keharusan bagi para pemimpin organisasi untuk mengerti dan mampu serta cakap dalam tekhnik dan cara-cara bagaimana mekngelola sumber daya manusia yang mereka butuhkan agar mereka dapat memenej pegawai mereka dengan baik (Arsyad, 2003: 53). Manajemen pada hakekatnya mempunyai fungsi untuk melaksanakan setiap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan, fungsi manajemen secara umum antara lain : a. Planning (perencanaan) takmir Fungsi
perencanaan
merupakan
awal
dari
kegiatan
manajemen,
perencanaan ini penting sebagi penetapan fokus dan sebagai jalan yang akan ditempuh sehingga semua keberhsilan dapat kita gunakan sebesar besarnya untuk mencapai tujuan, untuk penyusunan kerja dan penyusunan struktur organisasi. Perencanaan juga diperlukan sebab tanpa perencanaan bagaimana mungkin kita dapat meyusun langkah-langkah yang akan kita lakukan dan bagaimana kita mengetahui matriks kerjasamanya sehingga akan menimbulkan tumpang tindih dan saling menunggu. Adanya perencanaan maka akan memiliki standar dan patokan bagaimana kita membadingkan hasil. Perbedaan antara hasil yang dicapai dengan rencana merupakan penyimpangan yang harus dikaji mengapa bisa terjadi dan dievaluasi, dicari pemecahannya untuk menghindari penyimpangan dikemudian hari (Harahap1993 : 31). Dalam manajemen takmir masjid perencanaan merupakan perusmusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam
19 mencapai tujuan pemakmuran masjid sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting : 1) Aktivitas pemakmuran masjid bisa berjalan lebih terarah dan teratur memungkinkan dipilihnya tinakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya memakmurkan masjid dilaksanakan. 2) Dapat
dipersiapkan
terlebih
dahulu
tenaga-tenaga
pelaksana
dalam
memakmurkan masjid, begitu juga dengan dana dan sarananya. 3) Perencanaan juga akan memudahkan pimpinan pengurus masjid untuk melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas masjid. Tanpa perencanaan yang baik, tidak hanya membuat kepengurusan dan kepengurusan menjadi kacau dan tidak punya arah yang jelas, tapi juga kemajuan dan kemunduran juga tidak bisa diukur. Akhirnya jamaah masjid hanya beraktifitas secara rutin yaitu sholat karena itu sudah menjadi kewajiban, tanpa ada upaya meningkatkan kualitas dan kuantitasnya, ini berarti perencanaan yang matang akan membuat aktifitas berjalan dengan baik dan jelas kemana arah dan target yang akan dicapai dengan melibatkan jamaah yang lebih banyak (Yani, 1999 : 103). b. Organizing (pengorganisasian) takmir Setiap usaha untuk mencapai tujuan harus melibatkan orang banyak. Sedangkan makna dari organisasi itu sendiri adalah kumpulan dua oran atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama dan dicapai dengan kerjasama (Harahap, 1993
20 : 35). Pengorganisasian artinya pembagian fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab
semua
pengurus
yang
terlibat
dalam
suatu
kegiatan.
Dalam
pengorganisasian juga terdapat proses komunikasi yaitu suatu penyampaian ide, gagasan, konsep dan rencana - rencana strategis kepada pihak lain yang kemudian terorganisir menjadi langkah - langkah operasional dalam usaha mencapai tujuan (Syahidin, 2003 : 107). Pengorganisasian dalam masjid adalah penyatuan pengelompokan dan pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja sebagaimana yang telah direncanakan. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pengorganisasian masjid antara lain : a. Membagi pengelompokan aktifitas pemakmuran masjid dalam satu kesatuan. b. Merumuskan
dan
menentukan
tugas
serta
tanggung
jawab
struktur
kepengurusan masjid dan menempatkan personil pengurus sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman, kondisi fisik dan mentalnya. c. Memberikan wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari pimpinan pengurus kepada staf-staf dan pelaksananya. d. Menciptakan jalinan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid (Yani, 1999 :104). Jika kita ingin mengelola suatu masjid secara professional maka masjid itu harus ditata dalam kerangka organisasi. Jaka ada organisasi harus ada jamaahnya. Supaya ada orang yang bekerjasama ada resources dan ada tujuan yang sama, tanpa persyaratan ini jangan kita bermimpi dapat mengelola masjid secara benar (Harahap, 1999 : 37).
21 c. Actuating (pelaksanaan) takmir Actuating atau pelaksanaan yaitu suatu kegiatan nyata dilapanagan sesuai program kerja yang telah di susun dengan langkah-langkah operasional sesuai petunjuk teknis yang jelas sesuai pembagian tugas masing-masing. Dalam kenyataan dilapangan, pelaksanaan program kerja sering kali tertunda karena ada hal-hal mendesak yang secara administrativ tidak tertuang dalam program kerja pengurus (Syahidin, 2003 : 110). Seorang pemimpin harus memberikan rangsangan atau motifasi kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Karena itu pemimpin perlu memberikan motifasi, bimbingan dan mengarahkan staf pengurus masjid guna menunaikan amanah kepengurusan dengan baik (Yani, 1999 : 105). Dalam proses manajemen masjid fungsi penggerakan ini mempunyai arti yang sangat penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, penggerakan merupakan fungsi yang secara langsung berhadapan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi penggerakan inilah, ketiga fungsi manajemen masjid yang lain baru akan efektif. Perencanaan misalnya baru akan mempunyai arti, bilamana terdapat tenaga pelaksana yang bisa merealisasi rencana tersebut dengan bentuk kegiatan nyata. Tanpa ada tenaga pelaksana, tentulah rencana yang sekalipun telah dipersiapkan secara baik, hanya akan baik dikertas saja. Demikian juga fungsi pengorganisasian, baru akan efektif bilamana pelaksana yang tersedia melakukan kerjasama tanpa kesediaan para pelaksana untuk memberikan partisipasinya, maka proses pengorganisasian tidak akan mempunyai arti apa-apa.
22 Sedang fungsi pengendalian juga baru dapat dilakukan bilamana ada kegiatankegiatan nyata yang dilakukan oleh pelaksana. Tanpa ada kegiatan nyata, tentulah tidak diperlukan pengendalian. Dari uraian diatas jelaslah bahwa penggerakan itu merupakan fungsi yang sangat penting, bahkan menentukan proses jalannya manajemen masjid (Shaleh, 1977 : 101). d. Controlling (Pengawasan) masjid Pengawasan dalam manajemen masjid sangat diperlukan bukan saja untuk mencapai tujuan organisasi tetapi juga untuk mencapai keyakinan yang kental dari masyarakat terhadap pengelolaan kekayaan harta masjid serta umat, sehingga masyarakat lebih yakin dan akhirnya tidak ragu-ragu menyerahkan infaq dan shodaqohnya kepada pengurus masjid (Harahap, 1993: 46). Terlaksananya fungsi ini akan membuat pengurus masjid mengetahui akan adanya kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mencapai tujuan memakmurkan masjid B. KONSEP TAKMIR MASJID 1. Pengertian Masjid Masjid menurut bahasa Arab berasal dari kata sajada (fi’il madhi) yang berubah menjadi masjidun (Isim Makan) yang mengikuti tasrif tsulasi mujarrod bab dua (Sajada - Yasjidu) yang artinya tempat sujud. Sedangkan menurut istilah adalah bangunan yang didirikan khusus sebagai tempat ibadah kepada Allah SWT, baik sholat maupun kegiatan sosial lainnya yang tujuannya mengembangkan masyarakat Islam (Alkaf,1990 :440).
23 Kata Masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali didalam Al-Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-yasjidu, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim. Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari maknamakna diatas. Itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan
untuk
melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "Tempat Bersujud." Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung
kepatuhan
kepada Allah semata. Karena itu Al-Quran Sural Al-Jin (72):18, misalnya, menegaskan bahwa :
∩⊇∇∪ #Y‰tnr& «!$# yìtΒ (#θããô‰s? Ÿξsù ¬! y‰Éf≈|¡yϑø9$# ¨βr&uρ Artinya : Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, karena itu janganlah menyembah selain Allah sesuatu pun (Al-Qur,an dan terjemahan 1971: 985).
Rasul Saw. bersabda, Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri (HR Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin Abdullah). Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan kepada siapa saja yang membangun masjid di muka bumi ini yang dilandasi dengan niat karena Allah Ta’ala semata, maka Allah Ta’ala akan membangunkan rumah baginya di surga. Sebagaimana dalam hadits ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘AlaihiwaSallambersabda:
24
ََِْْ ََ ِ ِ ًَِْا ََ ا ُ َ َ ُ آََِْ ِ ا Artinya: “Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, (niscaya) Allah akan membangunkan baginya yang semacamnya di dalam surga”.
Jika dikaitkan dengan amal ibadah di dunia, masjid bukan hanya sekadar tempat sujud dan sarana penyucian. Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat shalat, atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudhu tetapi kata masjid disini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan kepatuhan kepada Allah Swt. 2. Fungsi Masjid Al-Quran menyebutkan fungsi masjid antara lain didalam firman-Nya: (QS An-Nur[24]: 36-37).
ÉΑ$|¹Fψ$#uρ Íiρ߉äóø9$$Î/ $pκÏù …çµs9 ßxÎm7|¡ç„ …çµßϑó™$# $pκÏù tŸ2õ‹ãƒuρ yìsùöè? βr& ª!$# tβÏŒr& BNθã‹ç/ ’Îû Íο4θx.¨“9$# Ï!$tGƒÎ)uρ Íο4θn=¢Á9$# ÏΘ$s%Î)uρ «!$# Ìø.ÏŒ tã ììø‹t/ Ÿωuρ ×οt≈pgÏB öΝÍκÎγù=è? ω ×Α%y`Í‘ ∩⊂∉∪ ∩⊂∠∪ ã≈|Áö/F{$#uρ ÛUθè=à)ø9$# ϵŠÏù Ü=¯=s)tGs? $YΒöθtƒ tβθèù$sƒs† Artinya : Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petang, orangorang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual-beli, atau aktivitas apa pun dan mengingatAllah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hariitu) hati dan penglihatan menjadi guncang (QS An-Nur[24]: 36-37).
25 Tasbih bukan hanya berarti mengucapkan Subhanallah, melainkan lebih luas lagi, sesuai dengan makna yang dicakup oleh kata tersebut
beserta
konteksnya.
Sedangkan arti dan konteks-konteks tersebut dapat disimpulkan dengan kata taqwa. Ketika Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan
adalah
membangun
masjid
kecil
yang berlantaikan
beratapkan pelepah kurma. Dari sana beliau membangun
masjid
tanah, yang
dan besar,
membangun dunia ini, sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar menjadi Madinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya adalah 'tempat peradaban', atau paling tidak, dari tempat tersebut lahir benih peradaban baru umat manusia. Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. Adalah Masjid Quba', kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS Al-Tawbah [9]: 107), yang jelas bahwa keduanya Masjid Quba dan Masjid Nabawi dibangun atas dasar ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut,
#YŠ$|¹ö‘Î)uρ šÏΖÏΒ÷σßϑø9$# š÷t/ $K)ƒÌø%s?uρ #\ø%à2uρ #Y‘#u#ÅÑ #Y‰Éfó¡tΒ (#ρä‹sƒªB$# šÏ%©!$#uρ öΝåκ¨ΞÎ) ߉pκô¶tƒ ª!$#uρ ( 4o_ó¡ßsø9$# ωÎ) !$tΡ÷Šu‘r& ÷βÎ) £à%Î=ósuŠs9uρ 4 ã≅ö6s% ÏΒ …ã&s!θß™u‘uρ ©!$# šUu‘%tn ôyϑÏj9 ∩⊇⊃∠∪ šχθç/É‹≈s3s9 Artinya :
26 Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin, serta menunggu/mengamatamati kedatangan orang-orang yang memerangi allah dan rasul-nya sejak dahulu (QS Al-Tawbah [9]: 107). Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya
sehingga lahir
peranan Masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh Masjid Nabawi, yaitu sebagai: a). Tempat ibadah (shalat, zikir). b). Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya). c). Tempat pendidikan. d). Tempat santunan sosial. e). Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya. f). Tempat pengobatan para korban perang. g). Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa. h). Aula dan tempat menerima tamu. i). Tempat menawan tahanan j). Pusat penerangan atau pembelaan agama (http://media.isnet.org/islam/.html tgl 10 juli 2010 pkl 20.34). Manifestasi pemerintahan terlaksana didalam Masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam atau khatib maupun di dalam ruanganruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah). Keadaan itu kini telah berubah, sehingga timbulah lembaga-lembaga baru yang mengambil alih sebagian peranan masjid dimasa lalu, yaitu organisasi-organisasi
27 keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah,sebagai pengarah kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Lembaga-lembaga itu memiliki kemampuan material dan teknis melebihi masjid. Fungsi dan peranan Masjid besar seperti yang
disebutkan
pada masa
keemasan Islam itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Namun, ini tidak berarti bahwa Masjid tidak dapat berperan didalam hal-hal tersebut. Masjid,
khususnya
Masjid
besar, harus mampu melakukan kesepuluh
peran tadi. Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih berkualitas. Apabila Masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, anak anak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya danmiskin (Mustofa, 2007 : 26). Fungsi utama Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat sholat dan tempat beribadat kepadanya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi Masjid guna melaksanakan shalat jamaah. Masjid juga tempat yang paling banyak di kumandangkan nama Allah.melalui, azan, iqomat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain yang di anjurkan di baca di Masjid sebagai bagian dari lafadz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah.Selain itu fungsi masjid antara lain : a) Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada allah SWT.
28 b) Masjid
adalah
tempat
kaum
muslimin
beri’tikaf,
membersihkan
diri,
menggembleng hati untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman batin atau keagamaan sehingga selalu terpelihara keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian. c) Masjid adalah tempat bermusyawarah bagi kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat. d) Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitankesulitan, meminta bantuan dan pertolongan. e) Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotong roongan di dalam mewujudkan kesejah teraan bersama. f) Masjid dengan majelis taklimnya merupakan waana untuk kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin. g) Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat. h) Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan memba-gikannya. i)
Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervis sosial. Fungsi – fungsi tersebut telah di aktualisasikan dengan kegiatan operasional
yang sejalan dengan program pembangunan. Hendaknya kita brsyukur , bahwa dalam dekade akhir-akir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang baik dari segi jumlahnya maupun keindaan arsitekturnya. Al ini menunjukkan peningkatan keidupan ekonomi umat, peningkatan gairah dan semaraknya kehidupan beragama (Ayub, 1996:8). Dengan demikian, masjid menjadi
pangkal
tempat
Muslim bertolak,
sekaligus pelabuhan tempatnya bersauh (http://media.isnet.org/islam/.html tgl 10 juli 2010 pkl 20.34).
29 3. Syarat Masjid Yang Baik Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, hal ini telah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralatan yang memadai untuk: a). Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. b). Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat, maupun untuk Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK). c). Ruang pertemuan dan perpustakaan. d). Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafankan mayat. e). Ruang bermain, berolahraga, dan berlatih bagi remaja Semua hal di atas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun harus tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub. Hal terakhir ini perlu mendapat perhatian, karena menurut pengamatan sementara pakar, sejarah kaum Muslim menunjukkan bahwa berlebihan ditandai
terhadap dengan
perhatian
yang
nilai-nilai arsitektur dan estetika suatu Masjid sering
kedangkalan,
kekurangan,
bahkan
kelumpuhannya
dalam
pemenuhan fungsi-fungsinya. Seakan-akan nilai arsitektur dan estetika dijadikan kompensasi untuk menutup-nutupi kekurangan atau kelumpuhan tersebut. 4.
Pengertian Pengurus Atau Takmir Pengurus atau takmir masjid adalah orang yang bertugas menjaga, mengurus, merawat masjid agar fungsi masjid dapat dimaksimalkan sebaik mungkin. Idealnya pengurus masjid harus seorang muslim yang memiliki kepribadian Islami dengan
30 sejumlah ciri yang harus lekat pada dirinya, memiliki wawasan yang luas, baik menyangkut masalah keislaman, kemasjidan, kemasyarakatan maupun keorganisasian dan memiliki kemampuan manajerial dalam pengelolaan masjid dengan segala aktifitasnya (Yani, 199: 35). Apabila kepengurusan masjid menggunakan manajemen yang baik, ada banyak manfaat yang akan diperolehnya. a) Tujuan atau target kemakmuran masjid yang hendak dicapai akan terumuskan dengan jelas dan matang, karena salah satu fungsi utama manajemen adalah perencanaan. b) Usaha mencapai tujuan pemakmuran masjid bisa dilaksanakan secara bersamasama dengan kerja sama yang baik melalui koordinasi yang rapi, sehingga meskipun tugas takmir berat, dapat dilaksanakan dengan ringan. c) Dapat dihindari terjadinya tumpang tindih antara pengurus yang satu dengan pengurus yang lain, karena dalam kepengurusan akan dijelaskan masing-masing porsi pekerjaan yang harus dilaksanakan dan tanggung jawab yang harus diemban. d) Pelaksanaan tugas-tugas memakmurkan masjid dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. e) Pengontrolan dan evaluasi dapat bisa dilakukan dengan menggunakan standar atau tolak ukur yang jelas. f) Gejala penyimpangan kerja dapat dicegah, karena mudah mendeteksinya, dan bila penyimpangan betul-betul terjadi bisa dihentika Pengurus masjid tentu saja sangat besar perannya dalam memakmurkan masjid, pengurus masjid harus benar-benar solid, mulai dari jumlahnya yang cukup,
31 memiliki semangat kerja memiliki pemahaman yang utuh tentang masjid yang ideal, memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengurus yang tertera dalam struktur dan job description (uraian kerja) dan meningkatkan kemampuan kerja dalam kapasitasnya sebagai pengurus masjid. Disamping itu, konsolidasi pengurus masjid juga bisa dilakukan dengan rapatrapat rutin agar selalu terpantau perkembangan kerja pengurus dan komunikasi yang intensif antar sesama pengurus dalam mengemban amanat kepengurusan masjid. 5. Kegiatan Dakwah a.
Pengertian dakwah Islam Kata dakwah berasal dari Fi’il madhi yang berubah menjadi mazdar yang artinya menunjukkan suatu pekerjaan. Kata tersebut yaitu da’a-yad’u dakwatan / dakwah ( د ة- ی- )دyang artinya mengajak ,menyeru, memanggil (Munawwir, 1984:438). Jadi dalam pengertian ini dakwah adalah suatu ajakan atau seruan kepada orang lain untuk memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam agar memperoleh kebahagiaan baik didunia maupun diakherat. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim yang akan menjalankan kegiatan dakwah untuk memahami terlebih dahulu pengertian dakwah secara tepat. Adapun pengertian dakwah secara termonologi, meski tertulis dalam AlQur’an, pengertian dakwah tidak ditunjukkan secara eksplisit oleh nabi Muhammad. Oleh karena itu umat Islam memiliki kebebasan merujuk perilaku tertentu sebagai kegiatan dakwah. Dalam kaitannya dengan itu, muncul beberapa definisi dakwah (Sulthon,2003:8). Di antaranya sebagai berikut:
32 1) Dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasulnya (Ya’kub’ 1973:13). 2) Dakwah adalah suatu kegiatan mengajak baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan (Mahfudz, 1972: 17). 3) Dakwah adalah mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akherat (Pimay, 2006:5). 4) Dakwah adalah mengadakan dan memberikan arah perubahan, merubah struktur masyarakat dan budaya dari kedholiman ke arah keadilan, kebodohan ke arah kemajuan atau kecerdasan, kemiskinan ke arah kemakmuran, keterbelakangan ke arah kemajuan yang semuanya dalam rangka meningkatkan derajat manusia dan masyarakat ke arah puncak kemanusiaan ( Ahmad, 1983:17). Berdasarkan definisi atau pendapat para tokoh diatas terdapat keaneka ragaman definisi dakwah meskipun terdapat kesamaan dan perbedaan-perbedaan, namun bila dikaji dan disimpulkan akan mencerminkan hal–hal sebagai berikut : a. Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana.
33 b. Usaha yang dilakukan adalah mengajak manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan) c. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
yakni hidup
bahagia sejahtera di dunia dan di akherat. Berdasarkan definisi diatas maka, yang dimaksud kegiatan dakwah dalam penelitian skripsi ini adalah suatu aktifitas yang berisi ajakan atau seruan yang dilakukan oleh pengelola atau takmir Masjid Agung Tegal dalam melaksanakan kegiatan dakwah. Kegiatan ini diantaranya adalah penyelenggaraan sholat jamaah, ceramah keagamaan, pengajian rutin, penyelenggaraan seminar, dialog, pelatihan baik dilaksanakan oleh lembaga-lembaga internal masjid maupun dari pihak-pihak luar, layanan bimbingan Haji & Umrah, konsultasi keagamaan, baik untuk orang dewasa maupun remaja, layanan untuk zakat harta, fitrah maupun qurban. b. Dasar hukum dakwah Islam berkembang keseluruh penjuru dunia melalui media dakwah. Dakwah merupakan salah satu kewajiban yang di anjurkan oleh islam. Dasar hukum ini sebagai mana tertera dalam Al-Qur’an dan Al-hadits sebagai berikut : Surat Ali-Imran ayat 104
y7Íׯ≈s9'ρé&uρ 4 Ìs3Ψßϑø9$# Çtã tβöθyγ÷Ζtƒuρ Å∃ρã÷èpRùQ$$Î/ tβρããΒù'tƒuρ Î#ö9sƒø:$# ’n<Î) tβθããô‰tƒ ×π¨Βé& öΝä3ΨÏiΒ ä3tFø9uρ ∩⊇⊃⊆∪ šχθßsÎ=ø%ßϑø9$# ãΝèδ Artinya : “ hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan dan menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan merekalah orang-orang yang beruntung”. Sedangkan hadits yang di riwayatkan Imam Muslim sebagai berikut:
34 Yang artinya sebagai berikut : “Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tanganmu, apabila kamu tidak mampu maka rubahlah kemungkaran itu dengan lisanmu, apabila kamu tidak mampu merubahnya maka, rubahlah kemungkaran itu dengan hatimu dan yang demikian itu adalah selemah-lemahna iman” Kewajiban berdakah yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits tersebut merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, akan tetapi kadar dari kewajiban itu menurut para ulama masih berbeda - beda. Ada yang mengatakan bahwa dakwah itu hukumnya wajib ain artinya seluruh umat Islam yang hidup di dunia ini mempunyai kewajiban berdakwah tanpa pengecualian. Ada juga pendapat yang kedua yaitu wajib kifayah, yang artinya dakwah hanya dimengerti oleh sebagian umat Islam saja yang mengerti seluk beluk agama. Dari perbedaan penapat tersebut, para ulama tetap sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib. Sehingga dalam hal ini banyak sekali organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Islam yang mendirikan dakwah, seperti salah satunya adalah Masjid Agung Tegal. c. Unsur-Unsur Dakwah Menurut Dr. Awaludin Pimay, Lc, M.Ag ada beberapa unsur atau komponen yang terlibat dalam aktivitas dakwah, Adapun komponen atau unsu-unsur dakwah yang harus perhatikan adalah sebagai beriut : 1). Subjek Dakwah Subjek dakwah adalah orang-orang yang melakukan tugas-tugas dakwah, orang tersebut dinamakan da’i atau mubaligh (Helmy,1998:47). Subjek dakwah atau da’i sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan dakwah tentunya harus
35 mempunyai kriteria-kriteria atau syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut : a) Memiliki integritas kepribadian, yaitu kepribadian yang merupakan kesatuan iman, ilmu dan amal. b) Mempunyai
intelektualitas
yang
tinggi,
paham
tentang
masala
kemasyarakatan serta mengenai konsepsi Islam dalam kehidupan nyata. c) Memiliki ketrampilan mewujudkan konsepsi Islam dalam kehidupan nyata, sehingga masyarakat secara tidak langsung sebagai rahmatan lil’alamin (Ahmad,1992:15) 2) Obyek dakwah Yang dimaksud dengan obyek dakwah adalah seseorang atau sekelompok orang yang didakwahi oleh subyek dakwah atau da’i dengan kata lain objek atau sasaran dakwah adalah seseorang atau sekelompok orang yang dituju oleh aktiitas dakwa yang dilaksanakan atau diselenggarakan. 3) Materi dakwah Materi dakwah merupakan semua bahan atau sumber yang digunakan untuk berdakwah dalam rangka mencapai tujuan dakwah (Rozak, 1976:12). Adapun sumber - sumber materi dakwah Islam antara lain ebagai berikut : a) Al-Qur’an dan Al-Hadits b) Sejarah perjuangan nabi c) Ilmu pengetahuan umum
36 Materi dakwah yang baik adalah materi yang disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh objek akwah sehingga mereka mendapatkan manfaat dakwah yang disampaikan. 4) Media Dakwah Media adalah sarana yang digunkan oleh da’i untuk menyampaikan materi dakwah pada masa kehidupan Nabi Muhammad Saw, media yang paling banyak digunakan adalah media audiatif yaitu menyampaikan dakwah dengan lisan namun tidak boleh dilupakan bahwa sikap dan perilaku nabi juga merupakan media dakwah secara visual yaitu dapat dilihat dan dititru oleh objek dakwah Dalam perkembangan selanjutnya, terdapat media – media dakwah yang efektif. Ada yang berupa media visual, audiatif, audio visual, buku-buku Koran radio televisi dan sebagainya. Kemudian berkembang pula gagasan untuk menggunakan media dakwah melalui pemenuhan kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya (pimay, 2006: 36-37). 5)
Metode dakwah Metode dakwah adalah cara-cara yang dipakai oleh seorang da’i unuk menyampiakan pesan atau ajaran - ajaran dakwah kepada objek atau sasaran dakwah. Dasar dari metode tersebut ialah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat AnNahl ayat 125 yang berbunyi.
¨βÎ) 4 ß|¡ômr& }‘Ïδ ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ∩⊇⊄∈∪ tωtGôγßϑø9$$Î/ ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( Ï&Î#‹Î6y™ tã ¨≅|Ê yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ Artinya :
37 “Serulah manusia kepada jalan tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalannya, dan dialah” yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (An-Nahl 125). Dalam ayat ini Allah menjelaskan kepada para juru dakwah atau da’I tentang metode-metode yang harus digunakan dalam berdakwah. Metode tersebut antara lain sebagai berikut: a) Metode bil hikmah Mtode bil-hikmah mengandung arti bijaksana merupakan suatu pendekatan
sedemikian
rupa
sehingga
objek
dakwah
mampu
melaksanakan apa yang di dakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik maupun rasa tekanan (pimay,2006 : 37). Ada beberapa cara dalam metode dakwah bil hikmah antara lain : Uswatun hasanah, Percontohan, Bakti sosial, seni budaya yang bernafaskan Islam, pelayanan kesehatan (Sidiq, 1987 : 43). b)
Mauidzah hasanah Mauidzah hasanah yaitu nasehat yang baik, berupa petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik yang dapat mengubah hati agar nasehat tersebut dapat di terima, berkenaan di hati, enak di dengar menyentuh perasaan, lurus dipikiran menghindari sikap kasar dan tidak boleh mencaci atau menyebut kesalahan audience sehingga pihak objek dakah apat rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah bukan propaganda yang memaksakan kehendak kepada orang lain (Pimay,2006 : 38).
38 c) Mujadalah atau diskusi Apabila dua metode diatas tidak mampu diterapkan, dikarenakan objek dakwah mempunyai tingkat kekritisan tinggi, seperti ahli kitab, oroientalis filosof dan lain sebagainya. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi permasalahan tersebut antara lain : Tidak merendahkan pihak lawan atau menjelek - jelekkan atau mencaci, karena tujuan diskusi adalah untuk mencapai sebuah kebenaran. Tujuan diskusi semata-mata untuk mencapai kbenaran sesuai dengan ajaran Allah. Tetap menghormati pihak lawan sebab setiap jiwa manusia mempunyai harga diri. Berdasarkan definisi pendapat para ahli di atas maka, yang dimaksud kegiatan dakwah dalam penelitian skripsi ini adalah suatu aktifitas yang berisi ajakan atau seruan yang dilakukan oleh takmir Masjid Agung Tegal yang mengandung dakwah. Kegiatan ini diantaranya adalah menyelenggarakan seminar, dialog, pelatihan baik dilaksanakan oleh lembaga-lembaga internal masjid maupun dari pihak-pihak luar, layanan bimbingan Haji & Umrah, konsultasi keagamaan, baik untuk orang dewasa maupun remaja, layanan untuk zakat harta, fitrah maupun qurban ataupun ceramah rutin.
39 BAB III MANAJEMEN TAKMIR MASJID AGUNG TEGAL DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN DAKWAH A. Gambaran Umum Masjid Agung Tegal. 1.
Tinjuan Historis Berdirinya Masjid Agung Tegal. Masjid Agung Kota Tegal didirikan atas prakarsa Alm. Bp. Kyai Abdul Aziz diatas tanah waqaf beliau sendiri yang terletak di Jl. Alun-alun Kota Tegal, Kelurahan Mangkusuman Kecamatan Tegal Timur, seluas + 2.864,36 m-2. Bapak, K. Abdul Aziz (1803-1898) adalah seorang ulama dan merupakan Penghulu pertama di kota Tegal. Beliau juga seorang ulama atau mubaligh yang aktif mengadakan pengajian-pengajian umum. Di dalam usaha kegiatannya, beliau berkeinginan untuk membangun tempat pengajian sekaligus sebagai tempat sholat. Akhirnya di dirikanlah Masjid Agung Kota Tegal pada tahun 1825, tahun tersbut merupakan tahun dimana perang diponegoro melawan belanda yang dikenal dengan sebutan Perang Jawa tersebut terjadi antara tahun 1825-1830 pada tahun tersebutlah Masjid Agung Tegal mulai dibangun oleh K.H. Abdul Azis. Karena dibangun pada saat terjadinya perang maka, keberadaan masjid ini seakan menjadi saksi bisu perlawanan yang dilakukan pangeran diponegoro bersama pengikutnya dalam membela kebenaran. K.H. Abdul Azis, merupakan tokoh agama yang ingin membangun ukuwah islamiah di kota Tegal, ia mempunyai hubungan kekerabatan dengan Raden Reksonegoro, Bupati Tegal waktu itu. Adanya hubungan kekerabatan dan karena ukhuwah Islamiyah, Bupati Tegal sangat mendukung dan membantu dalam proses
40 pembangunan Masjid Agung Tegal pada waktu itu, sehingga pembangunan Masjid Agung Tegal berjalan dengan mulus dan lancar tanpa hambatan. Berdasarkan catatan dari data-data masjid yang ada, Masjid Agung Tegal ini semenjak berdirinya hingga sekarang telah mengalami beberapa kali renovasi, tercatat pada tahun 1927, ruang paseban masjid dialih fungsikan karena sudah tidak layak digunakan lagi karena bangunannya sudah lapuk di makan usia. Sebagai gantinya, dibangunlah KUA (kantor urusan agama), tempat untuk melangsungkan pernikahan bagi umat Islam di Tegal. Kemudian pada tahun 1953-1954, Masjid Agung yang terletak disebelah barat alun-alun Kota Tegal inipun direnovasi kembali. Bahkan renovasi dan perombakan tersebut dilakukan secara besar-besaran. Serambi depan masjid diperluas kearah depan sehingga menyatu dengan KUA. Untuk memenuhi jamaah akan air wudhu maka pada tahun 1970 tempat wudhu disebelah kanan masjid diperbaiki. Kemudian, agar bangunan masjid lebih kelihatan modern maka pada tahun 1985 bagian atap masjid dirombak dan diganti dengan atap tumpang, seperti yang tampak sekarang ini. Meskipun atapnya telah dirombak, namun bila masjid ini bila dilihat dari arah belakang maka gaya arsitektur yang moderen tersebut tidak akan terlihat karena hingga sekarang bagian masjid ini belum pernah di renovasi masih asli. Bagian depan masjid Agung Tegal ini berlantai dua dan mampu menampung jamaah lebih dari 4000 jamaah. Lantai bawah digunakan sebagai ruang utama masjid, sedangan lantai atasnya digunakan sebagai tempat untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan keislaman,
41 Sebagai masjid yang berada ditengah-tengah kota maka setiap kali tiba waktu sholat fardhu lima waktu, masjid ini selalu dipadati para jamaah yang akan menunaikan sholat berjamaah dimasjid ini. Terutama masyarakat sekitar masjid yang sangat agamis, termasuk pegawai pemda kodya tegal dan instansi pemerintah lainnya. Karena letak Masjid Agung Tegal ini juga tidak jauh dari pendopo Walikota Kodya Tegal, tepatnya kurang lebih 150 meter kearah barat laut dari pendopo tersebut panggilan adzannya dikumandangkan melalui pengeras suara yang diletakkan dipuncak menara masjid Agung Tegal. Status tanah waqaf Mesjid Agung Kota Tegal baru diajukan permohonannya pada tangggal 1 April 1965, atas nama pihak yang mewaqafkan, yaitu Bp. HM. Sulaiman Kursi dan kemudian diperoleh surat waqaf No. Kopad/111/45/SK.a 15/67 dikeluarkan di Pekalongan (Sumber:http://masjidagungtegal/isi.htm, jam 10.13 tgl 15 Oktober 2010 ). Masjid Agung Tegal yang terletak di Jl. Alun-alun Kota Tegal, Kelurahan Mangkusuman Kecamatan Tegal Timur. Awalnya
hanya digunakan untuk
melaksanakan ibadah sholat, namun seiring dengan berjalannya waktu mulai ikut berperan dalam kegiatan-kegiatan lainnya. Di antaranya adalah menyelenggarakan seminar, dialog, pelatihan baik dilaksanakan oleh lembaga-lembaga internal masjid maupun dari pihak-pihak luar. Ada beberapa fasilitas maupun pelayanan yang diberikan oleh masjid, seperti fasilitas penyewaan ruangan yang dapat dipakai untuk pernikahan maupun penyelenggaraan kegiatan seperti diatas. Ada juga layanan bimbingan Haji & Umrah, konsultasi keagamaan, baik untuk orang dewasa maupun remaja, layanan untuk zakat
42 harta, fitrah maupun qurban, ataupun ceramah rutin setiap pekan. Sedangkan untuk kegiatan keagamaan anara lain : seperti pengajian kaum bapak dan kaum ibu setiap hari selasa, kamis dan sabtu ba’da subuh. Pengajian Al-Qur’an bagi para remaja, biasanya diselenggarakan pada hari rabu, kamis dan sabtu malam. Khusus pengajian untuk masyarakat umum diselenggarakan hari senin ba’da subuh. Terlebih lagi sekarang ini Masjid Agung Tegal sedang mempercantik diri. Interior ruang ibadah sekarang sudah jauh berbeda dibanding setahun yang lalu, begitu juga tampak fisik dari luar. Jelaslah bahwa Mesjid Agung Tegal terus konsisten dalam kiprahnya untuk dapat menjadi center of excellence bagi umat Islam, Insya' Allah, Mesjid Agung Tegal akan terus berusaha untuk menjadi masjid bagi semua golongan (Inklusif) dan berusaha untuk selalu netral dan independen. 2.
Letak geografis Masjid Agung Tegal. Masjid Agung Tegal terletak di pusat kota yang cukup strategis yaitu di seputar alun alun kota tegal tepatnya di Jl. Alun-alun Kota Tegal, Kelurahan Mangkusuman Kecamatan Tegal Timur, seluas + 2.864,36 m-2. Masjid ini merupakan masjid bersejarah yang umurnya cukup tua di kota tegal.
3. Visi, Misi dan Tujuan Masjid Agung Tegal Sebelum melakukan penyusunan program-program kegiatanyang akan dilaksanakan, suatu organisasi sebelumnya harus menentukan visi misi dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan menentukan visi misi dan tujuan akan membantu sebuah organisasi melakukan langkah-langkah kerja dan juga untuk membedakan oganisasi satu dengan organisasi lainnya. Masjid Agung Tegal sebelum melakukan program kerja juga telah
43 menetapkan visi, misi dan tujuan, adapun visi, misi dan tujuan Masjid Agung Tegal adalah : Visi : Menjadi masjid yang mampu memberikan manfaat sebaik mungkin bagi para jamaah maupun masyarakat sekitar masjid dalam berbagai bidang. Misi : Membina kehidupan masyarakat yang sehat, sehingga mampu memberikan dan melestarikan nilai-nilai keislaman. Tujuan : a. Memberikan manfaat sebaik mungkin untuk peningkaan keimanan umat Islam. b. Mewujudkan masyarakat yang melestarikan nilai-nilai keislaman. 4. Struktur Organisasi. Untuk memperlancar suatu mekanisme kerja suatu lembaga, khususnya Masjid Agung Tegal sebagai
suatu lembaga maka dibentuklah struktur
kepengurusan, melalui pembentukah struktur dan job description (uraian kerja) yang merupakan sesuatu yang sangat penting dan diperlukan supaya masing-masing personil pengurus mengetahui apa tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakannya. Apabila hal ini dipahami dan dilakukan dengan baik, maka akan terhindar dari tumpang tindih dalam melaksanakan tugas antara pengurus yang satu dengan yang lainnya.
44 Keterangan : Pelindung
: Walikota Tegal
Pembina
:
2. Ketua
: Bpk H. Bahrudin, BA
3. Wakil ketua
: Bpk. Suparman
4. Anggota
: Bpk. Sumarsono
Badan Pengurus Harian 1. Ketua umum
: Bpk. H. Ahmadi
2. Ketua I bidang pendidikan dan peribadatan
: Bpk. Edi Purnomo S,pd
3. Ketua II bidang hubungan masyarakat
: Bpk. Tarno
4. Ketua III bidang pengembangan fisik dan sarana
: Bpk. Sindung
5. Sekretaris umum
: Bpk. Kamali
6. Wakil sekretaris
: Bpk. Nasirudin S,pd
7. Bendahara umum
: Bpk. H. Rasbin
8. Wakil bendahara
: Bpk Sunarto
Seksi- seksi : 1. Seksi pendidikan
: Bpk. Bambang ,ST
2. Seksi peribadatan
: H. Ahmad Rochmani
3. Seksi kewanitaan
: Ibu Hj. Maemunah
4. Seksi pemuda dan remaja masjid
: Rudi Arianto, SE
5. Seksi hubungan masyarakat dan sosial
: Bpk. Supri
6. Seksi hubungan antar lembaga
: Bpk. Ahmad Saefulloh S,pd
7. Seksi pengembangan dan pemanfaatan fisik sarana : Bpk. Rian Purwanto, ST
45 8. Seksi perlengkapan
: Bpk. Sulam Taufiq
Berasarkan struktur kepengurusan Masjid Agung Tegal di atas, masing- masing pengurus masjid memliki tugas sebagai berikut : 1. Tugas pelindung -
Memberikan
arahan,
bimbingan
dan
masukan
bagi
jalannya
roda
kepengurusan dan pengembangan masjid. -
Apabila diperlukan, sewaktu-waktu dapat melakukan rapat terbatas dengan badan pengurus harian
2. Tugas pengurus harian a. Ketua umum bertugas : - Penanggung jawab umum dan penentu kebijakan. - Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program dan melakukan pengontrolan terhadap jalannya pelaksanaan program. - Bertanggung jawab terhadap jamaah melalui laporan pertanggung jawaban akhir periode. b. Ketua I membawahi bidang pendidikan dan peribadatan, bertugas : - Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya aktifitas pendidikan, seperti mengelola masjid dan perpustakaan masjid. - Bertangung jawab terhadap pembinaan keimanan dan wawasan keislaman jamaah seperti pengajian yang melibatkan seluruh kalangan jamaah dan materi yang terarah.
46 - Bertanggung jawab dengan segala aktifitas peribadatan seperti sholat jamaah lima waktu, sholat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha serta menentukan penceramah dan khotibnya. c. Ketua II membawahi bidang hubungan masyarakat dan lembaga, bertugas : - Bertanggung jawab terhadap partisipasi aktif jamaah (masyarakat) dalam memakmurkan masjid melalui pendekatan yang baik. - Bertanggung jawab terhadap terjadinya hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga lain yang sejenis seperti pengurus mesjid lain, lembaga dakwah dan Majlis Ta’lim. d. Ketua III membawahi bidang fisik dan sarana, bertugas : - Bertanggung jawab terhadap kelengkapan dan kesempurnaan fisik sarana masjid, pemanfaatannya dan pengembangannya. Misal menambah dan memperbaiki inventaris serta ruang masjid sesuai kebutuhan. e. Sektetaris umum - Bertanggung jawab terhadap mekanisme kerja kepengurusan. - Bertanggung jawab terhadap ketua umum. f. Wakil sekretaris - Membantu tugas sekretaris umum dan mewakilinya jika ada halangan. - Membantu
pengurus
lain
secara
teknis
keadministrasian
kesekretariatan dalam tugas masing-masing. - Bertanggung jawab terhadap pengarsipan dan dokumentasi. g. Bendahara umum - Bertanggung jawab atas masuk dan keluarnya uang.
dan
47 - Memikirkan dan mengusahakan dana yang halal dan tidak mengikat seperti pengumpulan zakat, infaq, shodaqoh serta penyewaan fasilitas masjid. - Membuat laporan keuangan secara berkala untuk dipertanggung jawabkan terhadap pengurus dan jamaah. h. Wakil Bendahara - Membantu tugas bendahara umum dan mewakilinya jika ada halangan. - Membuat kas kecil untuk mengatur dan mencatat masuk an keluarnya uang sehari-hari. - Melakukan pembekuan keuangan secara teknis. 3. Seksi-Seksi b. Pendidikan - Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya aktivitas pendidikan secara teknis, baik yang rutin maupun yang insidental, seperti pengelolaan majelis ta’lim, kursus-kursus dan lain-lain. - Membantu tigas ketua I dan mewakilinya bila berhalangan hadir sesuai dengan seksinya. - Bertanggung jawab terhadap ketua I. c. Peribadatan - Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya aktivitas peribadatan secara teknis seperti mengontrol pelaksanaan ibaadah rutin, pengingatan khotib jum’at, penjemputan khotib jum’at, pelaksanaan shalat tarawih, idul fitri dan idul adha dan sebagainya.
48 - Membantu tugas ketua I dan mewakilinya bila berhalangan sesuai dengan seksinya. - Bertanggung jawab kepada ketua I. d. Kewanitaan - Bertanggung jawab terhadap konsep dan berlangsungnya aktivitas masjid bagi jamaah wanita seperti pengajian kaum ibu, pembinaan ibu rumah tangga, dan keluarga yang islami. - Bertanggung jawab kepada ketua I. e. Pemuda dan Remaja Masjid - Bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan remaja masjid, baik menyangkut pengurus, pengkaderan maupun program kegiatannya. - Bertanggung jawab terhadap katua I. f. Hubungan Masyarakat. - Bertanggung jawab secara teknis terhadap positifnya partisipasi jamaa dalam memakmurkan masjid dengan berbagai pendekatan yang baik, misalnya menyampaikan undangan secara tertulis, melakukan publikasi kegiatan masjid, melakukan pendekatan dengan masyarakat. - Bertanggung jawab secara teknis dalam aktivitas layanan social seperti santunan yatim, fakir dan miskin, santunan kematian dll. - Membantu tugas-tugas ketua II dan mewakilinya jika berhalangan sesuai dengan seksinya. - Bertanggung jawab kepada ketua II.
49 g. Hubungan Antar Lembaga - Bertanggung jawab secara teknis terhadap terjadinya hubungan yang baik dengan lembaga yang ada dilingkunan masjid, lembaga sejenis atau pengurus masjid lain dan lembaga dakwah seperti majelis taklim dan korps mubaligh. - Membantu tugas – tugas ketua II dan mewakilinya jika berhalangan sesuai degan seksinya. - Bertanggung jawab kepada ketua II. h. Pengembangan dan Pemanfaatan Fisik Masjid. - Bertanggung jawab secara teknis terhadap pengembangan an pemanfaatan fisik atau sarana masjid seperti penyewaan aula dan inventaris masjid untuk berbagai kegiatan yang baik. - Bertanggung jawab terhadap perawatan fisik masjid, baik menyangkut kebersihan, kerapian, maupun keindahannya. - Bertanggung jawab kepada ketua II. i. Perlengkapan - Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas utama yang diperlukan masjid seperi sound system, air, alat-alat kebersihan, sajadah, karpet dll. - Bertanggung jawab terhadap barang-barang inventaris masjid. Demikian tugas-tugas kepengurusan masjid agung tegal yang dalam melaksanakan tugasnya pengurus saling bekerja sama dan semuanya memiliki tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan kepada semua pihak dan kepada ketua umum.
50 B. Program Kegiatan Masjid Agung Tegal Masjid Agung Tegal merupakan Masjid terbesar di Kota Tegal yang memiliki kegiatan yang cukup banyak. Program tersebut digolongkan dalam berbagi bidang antara lain: 1. Bidang pendidikan. Bidang ini di fokuskan pada kegiatan. : a. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Taman pendidikan Al-Qur’an ini didirikan pada tahun 1990 pada awalnya kegiatan taman pendidikan Al-Qur’an ini diadakan di dalam masjid akan tetapi semakin banyaknya murid yang ingin belajar di Masjid Agung Tegal maka pengurus membuat ruangan – ruangan khusus untuk proses mengajar. Sambutan masyarakat sekitar tentang diadakannya taman pendidikan Al-Qur’an ini sangat besar sekali. Terbukti banyak sekali siswa-siswi yang mendaftar di TPQ baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Masjid Agung Tegal mendirikan TPQ ini bertujuan untuk meningkatkan semangan belajar membaca Al-Qur’an dan menumbuhkan minat umat Islam di Kota Tegal untuk kembali belajar Al-Qur’an baik anak-anak pelajar maupun dewasa, sehingga umat Islam di Kota Tegal akan terbebas dari buta huruf AlQur’an. 2. Bidang Keagamaan Bidang keagamaan ini disalurkan kedalam program-program kegiatan yang meliputi :
51 a. Pengajian Masjid Agung Tegal Masjid Agung Tegal aktif menyelenggarakan pendidikan non formal yang disesuaikan dengan keahlian para ulama masjid dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa serta mempertinggi amal serta loyalitas, pengajian rutin tersebut diantaranya : pengajian kaum bapak dan kaum ibu setiap hari selasa, kamis dan sabtu
ba’da
subuh.
Pengajian
Al-Qur’an
bagi
para
remaja,
biasanya
diselenggarakan pada hari rabu, kamis dan sabtu malam. Khusus pengajian untuk masyarakat umum diselenggarakan hari senin ba’da subuh. b. Qira’ah Qur’an Dalam rangka meningkatkan kualitas keterampilan dalam membaca AlQur’an, masjid agung tegal juga menyelenggarakan pengajian yang khusus untuk seni dalam pembacaan ayat suci Al-Qur’an yaitu Qira’ah Qur’an. Qiraah ini diselenggarakan setiap dua kali dalam satu minggu yaitu hari rabu dan sabtu dilaksanakan setiap ba’da isya, pengajian ini diikuti oleh masyarakat umum yang ingin belajar qira’ah. pengajian ini sudah cukup lama diselenggarakan oleh panitia masjid pada tahun 1990 kegiatan pengajian Qira’ah ini mulai diadakan oleh takmir masjid (Wawancara dengan pengurus 15 november 2010). c. Maulud Nabi Muhammad SAW Peringatan maulud nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Tegal di adakan setiap tahun, dan juga menyelenggarakan pengajian-pengajian umum serta mengadakan amal nyata seperti membuka balai pengobatan gratis, serta mengadakan khitanan masal yang tiap taunnya diikuti oleh kurang lebih 50 anak fakir miskin dari berbagai kota di Kota Tegal.
52 d. Kegiatan Bulan Ramadhan Bulan ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Islam, bulan yang penuh rahmat dan barokah. Kedatangannya selalu dinantikan dan dirayakan oleh seluruh umat Islam, seperti di Masjid Agung Tegal yang menyambut dan merayakan kedatangan bulan suci ramadhan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mengadakan
berkah
dan
ampunan
dari
Allah
SWT
sekaligus
untuk
memakmurkan masjid. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada bulan ramadhan antara lain : 1. Pengajian sore anak-anak remaja. 2. Sholat tarawih di lanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an 3. Kuliah subuh yang diadakan setelah sholat subuh yang dubawakan oleh para alim ulama dan pejabat pemerintah. Ada satu keunikan tersendiri yang diadakan setiap bulan Ramadhan oleh para pengurus masjid yaitu tarhiman. Tarhiman ini pertama kali dilakukan sekitar tahun 1980-an yang dilaksanakan menjelang berbuka puasa (ramadhan), keunikan ini tidak ditemukan selain di Tegal. Tarhiman ini juga disiarkan secara langsung melalui radio RAKA, radio ini selalu menyiarkan secara langung jalannya kegiatan tersebut hinngga datangnya waktu berbuka puasa. 3. Bidang Sosial a. Koperasi Masjid Agung Tegal Kegiatan sosial yang diadakan di masjid agung kota tegal memberikan respon positif terhadap masyarakat Islam di Kota Tegal, maka secar timbal balik masyarakat perlu mendukung program koperasi Masjid Agung Tegal agar
53 program-programnya bisa terlaksana dengan baik. Untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap kepentingan jamaah masjid khususnya yang menyangkut usaha perekonomian usaha jamaah, maka atas persetujuan ulama Masjid Agung Tegal, dibentuk koperasi masjid dengan nama kopersi Al-Ikhlas yang berdiri pada tanggal 7 oktober 1993. Koperasi dalam organisasi ekonomi
yang berwatak sosial yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat pada umumnya, adapun sasaran dari bidang koperasi ini adalah : 1. Menampung dan memasarkan produk yang dihasilkan oleh para jamaah. 2. Mengusahakan permodalan yang diperlukan para jamaah dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas usahanya serta perluasan pengembangannya. C. Pelaksanakan Manajemen Takmir Di Masjid Agung Tegal Sebagai
orang yang beriaman, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk
memakmurkan masjid, khususnya dilingkunbngan rumah kita masing masing. Krisis tidak boleh dibiarkan berlarut–larut, karena hal itu akan memberikan pengaruh pada masa depan masyakat yang tidak baik, khususnya generasi muda. Mereka semakin tidak memahami bagaimana seharusnya majid itu di fungsikan dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu seluruh potensi masyarakat muslim harus dipadukan dan dukerahkan bagi upaya memekmurkan masjid. Peran takmir dalam melaksanakan fungsi – fungsi manajemen dalam pengelolaan masjid sangat di perlukan agar fungsi masjid dapat di optimalkan sebagaimana mestinya. Ada beberapa penerapan fungsi manajemen takmir di Masjid Agung Tegal antara lain:
54 a. Planing (Perencanaan) Dalam proses perencanaan Masjid Agung Tegal para takmir Masjid Agung Tegal selalu melaksanakan proses-proses yang telah disepakati bersama dalam rangka pemakmuran masjid. Para takmir Masjid Agung Tegal juga selalu melakukan perencanaan yang matang, hal tersebut akan membuat aktifitas berjalan dengan baik dan jelas kemana arah dan target yang akan di capai dengan melibatkan jamaah yang lebih banyak. Dalam manajemen takmir masjid, perencanaan merupakan perumusan tentang apa yang akan dicapai dan tindakan apa yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemakmuran yang dimiliki. Dalam upaya memakmurkan masjid, perencanaan memiliki arti yang sangat penting. Pertama, aktivitas pemakmuran masjid bisa lebih bejalan dengan terarah dan tratur. Kedua, memungkinkan dipilihnya tindakan – tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat upaya pemakmuran masjid dlaksanakan. Ketiga, dapat dipersiapkan trlebih dahulu-tenaga tenaga pelaksana dalam memakmurkan masjid, begitu uga dengan dana dan sarananya.
Dan keempat, perencanaan juga akan
memudahkan pimpinan pengurus masjid untuk melaksanakan pengawasan dan penilaian terhadap jalannya aktivitas pemakmuran masjid. Dari pedoman tersebut masjid agung tegal menampakkan eksistensinya untuk lebih meningkatkan keimanan masyarakat dengan kegiatan-kegiatan yang ada di dalammnya. Dengan demikian tanpa perencanaan yang baik, tidak hanya membuat kepengurusan dan aktifitas menjadi kacau dan tidak punya arah yang jelas, tetapi kemajuan dan kemunduran juga tidak bisa diukur. Akhirnya, jamaah masjid hanya
55 beraktifitas secara rutin karena memang sudah menjadi kewajiban yang harus digugurkan tanpa ada upaya meningkatkan kuantitas dan kualitasnya. a. Rencana kerja jangka panjang Masjid Agung Tegal Rencana jangka panjang yang dilakukan Masjid Agung Tegal , di terapkan dalam melaksanakan programnya pada TPQ, TPQ ini di bangun dan dilaksanakan di Masjid Agung Tegal pada awal tahun 1990 an, program TPQ ini ditujukan kepada anak-anak dan remaja. Adapun yang dipelajari di TPQ adalah baca tulis AlQur’an dan mempelajari Al-Qur’an dengan metode Qiroati ( Dokumen Masjid Agung Tegal). b. Rencana kerja jangka pendek Masjid Agung Tegal Rencana kerja jangka pendek Masjid Agung Tegal di terapkan dalam program-program yang melibatkan seluruh jamaah masjid seperti acara pengajian rutin setiap hari rabu dan sabtu yaitu pengajian untuk semua kalangan baik orang tua maupun anak-anak . Selain pengajian rutin juga ada pengajian lainnya seperti pengajian anakanak remaja yang mengaji kitab yang dipimpin oleh ketua umum Masjid Agung Tegal H. Bahrudin BA yang bergantian dengan ulama lainnya (Wawancara dengan Takmir 23 juli 2010). b. Organizing (Pengorganisasian) Setelah melaksanakan perencanaan kegiatan masjid yang matang
yang
dilakukan pengurus Masjid Agung Tegal dengan cukup baik, maka perlu pengorganisasian yang solid bagi pengurusnya. Pengorganisasian masjid merupakan
56 penyatuan, pengelompokan dan pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja sebagaimana yang telah durencanakan. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh takmir Masjid Agung Tegal dalam rangka memakmurkam masjid, antara lain : a. Para anggota takmir Masjid Agung Tegal mengelompokkan aktivitas pemakmuran masjid dalam satu kesatuan. b. Para takmir juga merumuskan dan menentukan tugas serta tanggung jawab struktur kepengurusan masjid dan menempatkan personil pengurusnya sesuai dengan kemampuan, kemauan, pengalaman, kondisi fisik dan mentalnya. c. Ketua takmir Masjid Agung Tegal memberikan wewenang dan tanggung jawab yang penuh kepada staf-staf dan pelaksananya. d. Para takmir Masjid Agung Tegal juga memiliki jaringan kerja yang baik sehingga memiliki alur kerja yang solid. Di Masjid Agung Tegal pengorganisasian di terapkan pada pemilihan pengurus atau akmir masjid, muadzin, susunan kepengurusan TPQ, koperasi masjid dan pengurus yayasan Masjid Agung Tegal serta tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh para pengurus masjid (wawandara dengan ketua umum Bpk Bahrudin BA). Pengorganisasian merupakan pembagian fungsi, peran, tugas dan tanggung jawab semua pengurus yang terlibat di dalamnya. Pengorganisasian di Masjid Agung Tegal diadakan bersamaan dengan penyusunan struktur kepengurusan masjid. Dalam hal ini diadakannya rapat yang dihadiri oleh Wali Kota Tegal yang sekaligus menjadi pelindung Masjid Agung Tegal.
57 Dalam rapat ini dibentuklah struktur kepengurusan masjid dan ditetapkan pula bagian-bagian tanggung jawabnya selama menjadi pengurus masjid. Selain itu pengorganisasian di masjid juga di tetapkan untuk menyiapkan imam-imam dan khotid sehingga apabila imam atau khotib berhalangan hadir maka tugas imam atau khotib tersebut dapat di gantikan dengan yang lainnya (Dokumen Masjid Agung Tegal). c. Actuiting (Penggerakan) Setelah pengorganisasian maka langkah selanjutnya dalam fungsi manajemen adalah pelaksanaan dalam manajemen masjid pelaksanaan adalah upaya membimbing dan mengarahkan seluruh potensi pengurus untuk beraktifitas sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Pimpinan pengurus masjid harus memberikan motivasi, membimbing dan mengarahkan staf pengurus masjid guna menunaikan amanah kepengurusan dengan baik. Dalam organisasi seperti kepengurusan masjid, kesadaran yang tinggi memeng sangat diperlukan. Dengan kesadaran yang tinggi, maka disiplin pengurus dalam mengemban amanah kepengurusn masjid akan berjalan dengan baik. Kesadaran yang tinggi ini akan akan lahir dari keimanan yang mantap. Oleh karena itu, pengurus masjid harus memiliki kemantapan iman agar dia merasa berdosa kepada Allah Swt manakala tidak menunaikan tugas kepengrsan dengan baik, bukan merasa senang dalam kelalaiannya mengemban amanah untuk menjadi pengurus masjid. Pemimpin dalam kepengurusan masjid menjadi salah satu penentu bagi suksesnya pelaksanaan ini, oleh karena itu pemimpin harus melibatkan seluruh pengurus dalam pelaksanaan tugas, membuka jalur komunikasi yang seluas-luasnya diantara sesama pengurus, baik melalui rapat, briefing, membuat nota, menelepon, dan
58 sebagainya. Disamping itu pemimpin juga harus meningkatkan kemampuan kerja semua staf-stafnya dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapainya. Fungsi penggerakan yang dilaksanakan di Masjid Agung Tegal dalam melaksanakan program-programnya, seperti manasik haji. Dalam hal ini Masjid Agung Tegal memberikan bimbingan dan tuntunan bagi para calon jamaah haji. Selain itu juga sering diadakan pengajian-pengajian dengan tema pengetahuan tentang haji dan umroh. Fungsi penggerakan ini juga diterapkan pada yayasan Al- Mukaromah, yaitu penggerakan jamaah masjid agar berupaya membantu sesama muslim yang mengalami kesusahan dengan memberikan santunan materiil kepada keluarga yang meninggal dunia baik dalam bentuk uang maupun perlengkapan pemakaman. Selain berupaya membantu sesama muslim, yayasan ini juga memberikan bantuan kepada lembaga pendidikan, dakwah serta kesehatan dan pelayanan sosial (Dokumen Masjid Agung Tegal). d. Controlling (Pengawasan) Kemudian yang terakhir adalah pengawasan atau kontrol, baik dari pimpinan kepada stafnya maupun dari staf kepada pimpinan dan sesame staf kepengurusan masjid merupakan sesuatu yang penting. Terlaksananya fungsi ini akan membuat pengurus menjadi tau akan adanya kesalahan, kekurangan, kelemahan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mecapai tujuan pemakmuran masjid. Pengawasan dapat dilakukan dengan mengamati jalannya pelaksanaan kegiatan masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar sebagaimana yang
59 telah di tetapkan dalam perencanaan untuk selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta mencegah terjadinya kegagalan. Fungsi pengawasan ini diterapkan oleh Masjid Agung Tegal dalam rangka menghimpun dana dan pengelolaan zakat, infaq dan sodaqoh dari para jamaah masjid, yang mana Masjid Agung Tegal telah membentuk koperasi dalam penelolaan dana masjid sekaligus menjadi sumber dana masjid yang digunakan untuk mengelola masjid dan melaksanakan program kegiatan masjid. Selain fungsi pengawasan ini diterapkan di koperasi masjid, fungsi pengawasan ini juga di terapkan pada seni program kegiatan yang dilaksanakan oleh Masjid Agung Tegal seperti di lakukannya evaluasi dan rapat setiap kali telah selesai melakukan kegiatan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang setiap tahunnya dilaksanakan dengan mengadakan sunatan masal yang di ikuti oleh anak – anak dari keluarga tidak mampu. Dan untuk menjadikan acara ini menjadi lebih baik lagi tiap tahunnya pihak masjid mengadakan pengawasan dan evaluasi sehingga tiap tahunnya acara berjalan dengan baik. D. Strategi Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Mengelola Kegiatan Dakwah Untuk membahas tentang strategi yang dipakai takmir Masjid Agung Tegal dalam melaksanakan kegiatan dakwah maka ada beberapa hal yang perlu penulis bahas antara lain : 1. Kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal Masjid Agung Tegal memiliki kegiatan dakwah yang beraneka ragam diantaranya adalah
60 a. Pengajian Masjid Agung Tegal. Masjid agung Tegal aktif menyelenggarakan pendidikan non formal yang disesuaikan dengan keahlian para ulama masjid dalam rangka meningkatkan iman dan taqwa serta mempertinggi amal serta loyalitas untuk para jamaah Masjid Agung Tegal. Pengajian ini di pimpin oleh Ust. Ahmadi beliau adalah pemateri dakwah dan juga termasuk dalam kepengurusan Masjid Agung Tegal, para jamaahnya merupakan masyarakat sekitar masjid yang yang secara rutin mengikuti pengajian ini. Ust, Ahmadi dalam menyampaikan materi dakwahnya berupa amal shaleh yang menarik dan mudah dimengerti oleh kaum bapak-bapak dan ibu-ibu. Melalui pengeras suara yang berada di tower depan mesjidlah semua kegiatan termasuk kegiatan ceramah atau pengajian di sampaikan agar baik yang mengikuti pengajian maupun yang berada di luar masjid dapat mendengarkan pengajian yang sedang berlangsung. Masjid Agung Tegal juga bekerja sama dengan radio lokal yaitu radio “RAKA FM” kegiatan dakwah yang diadakan selalu di siarkan secara langsubng di radio tersebut. Sehingga bisa di dengar oleh seluruh warga di seluruh penjuru Tegal. b. Qira’ah Qur’an. Dalam rangka meningkatkan kualitas keterampilan dalam membaca AlQur’an, Masjid Agung Tegal juga menyelenggarakan pengajian yang khusus untuk seni dalam pembacaan ayat suci Al-Qur’an yaitu Qira’ah Qur’an. Kegiatan ini sudah cukup lama diselenggarakan di Masjid Agung Tegal sehingga jamaahnya juga lumayan banyak. “ Kegiatan pengajian Qira’ah Quran ini merupakan kegiatan rutin yang selalu di selenggarakan di Masjid Agung Tegal karena pengajian ini
61 merupakan program unggulan kami dalam meningkatkan kualitas keterampilan membaca Alqur’an yang khususnya untuk masyarakat lingkungan masjid dan tidak menutup kemungkinan juga untuk masyarakat umum”(Wawancara dengan pengurus 13 Juli 2010). c. Maulud Nabi Muhammad SAW Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Tegal di adakan setiap tahun, dan juga menyelenggarakan pengajian-pengajian umum serta mengadakan amal nyata seperti membuka balai pengobatan gratis, serta mengadakan khitanan masal yang tiap taunnya diikuti oleh kurang lebih 50 anak fakir miskin dari berbagai kota di Tegal. Kegiatan yang dilaksanakan cukup banyak dan menelan cukup banyak biaya seperti yang di kemukakan oleh ketua umum Bpk. Bahrudin BA“ Semua dana yang kita keluarkan untuk membiayai kegiatan ini sepenuhnya berasal dari donatur” dana yang berasal dari departemen agama, departemen social an lainlain, semua dana tersebut di kumpulkan dan dikelola sebaik mungkin agar pelaksanaan maulid Nabi Muhammad SAW berjalan dengan lancar (Data masjid Agung Tegal 30 februari 2010). 1. Kegiatan Bulan Ramadhan 2. Pengajian sore anak-anak remaja. 3. Sholat tarawih di lanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an 4. Kuliah subuh yang diadakan setelah sholat subuh yang dubawakan oleh para alim ulama dan pejabat pemerintah. Kegiatan tersebut selama bulan ramadhan penuh disiarkan melalui radio “RAKA”. Sehingga seluruh umat Islam di Tegal dimana saja mereka berada dapat
62 mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Masjid Agung Tegal (Dokumen Masjid Agung Tegal). Ada satu keunikan tersendiri yang diadakan setiap bulan Ramadhan oleh para pengurus masjid yaitu tarhiman. Tarhiman ini pertama kali dilakukan sekitar tahun 1980-an yang dilaksanakan menjelang berbuka puasa (Ramadhan), keunikan ini tidak ditemukan selain di Tegal. Tarhiman ini juga disiarkan secara langsung melalui radio “RAKA” radio ini selalu menyiarkan secara langung jalannya kegiatan tersebut hinngga datangnya waktu berbuka puasa (Wawancara dengan pengurus Masjid 13 juli 2010). 2. Hambatan dan tantangan Dalam menyelenggarakan program kegiatan dakwah Masjid Agung Tegal tidaklah semudah dan selancar yang diharapkan, ada beberapa faktor hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan kegiatan masjid. Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan kegiatan dakwah antara lain : a. Kurang solidnya kepengurusan masjid b. Kurangnya partisipasi remaja masjid c. Kurang keterlibatannya jamaah d. Kurangnya pendanaan atau keuangan masjid Selain adanya hambatan bagi pelaksanaan manajemen masjid ada juga tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola kegiatan dakwah antara lain : a. Kurangnya
konsolidasi
antara
pengurus
dengan
masyarakat
sehingga
menyebabkan sedikitnya jamaah yang hadir pada kegiatan yang dilaksanakan di masjid.
63 b. Minimnya pendanaan pada setiap kegiatan masjid sehingga pelaksanaan kegiatan kurang maksimal. 3. Strategi yang di laksanakan Strategi sebenarnya adalah istilah yang berasal dari dunia militer, yaitu usaha untuk mendapatkan posisi yang menguntungkan dengan tujuan untuk mencapai kemenangan dan kesuksesan. Istilah strategi kemudian berkembang dalam berbagai bidang termasuk ekonomi, manajemen dakwah maupun organisasi. Dengan perluasan penggunaan tersebut pengertian strategi mengalami pengembangan, menjadi skil in managing any affairs, yang artinya keterampilan-keterampilan mengelola atau menangani suatu masalah. Bahkan menurut Dr. Jamaludin Darwis M.A, seperti yang dikutip oleh H. mansyur, strategi telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri (Darwis, 1998 : 196). Jadi secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi adalah konsep dan kerangka berfikir.
Dalam konteks
organisasi
secara keseluruhan,
strategi
dideskripsikan sebagai suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuantujuannya. Sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal organisasi. Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga faktor yang mempunyai pengaruh penting pada strategi yaitu lingkungan eksternal, sumber daya dan kemampuan internal. Serta tujuan yang ingin dicapai. Pada intinya suatu strategi organisasi memberikan dasardasar pemahaman tentang bagaimana organisasi itu akan bersaing dan survive. Strategi ini dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala
64 tindakan atau perbuatan itu terlepas dari strategi. Adapun mengenai taktik, sebenarnya merupakan cara yang digunakan dan merupakan bagian dari strategi. Strategi yang terdapat dalam suatu lembaga atau organisasi tidak bisa di pungkiri lagi jika dilihat dari realitas yang ada, maka strategi dapat diartikan sebagai target atau tujuan yang ingin dicapai, yang ingin diberdayakan dalam upaya pengembangan Masjid Agung Tegal. Dengan adanya strategi maka usaha untuk mengoptimalkan peran Masjid Agung Tegal akan semakin mudah. Dalam aktivitas pengembangan sumber daya takmir Masjid Agung Tegal, takmir mengadakan kerja sama dengan beberapa pihak yang erat kaitannya dengan kegiatan pengembangan, seperti departemen Agama, Departemen sosial Departmen penerangan dan sebagainya serta beberapa media dan sarana lainnya seperti pondok, Masjid dan lembaga pendidikan lainnya. Ada beberapa strategi takmir dalam memperoleh dukungan dalam kegiatan dakwa antara lain : 1).Pengurus
Masjid Agung Tegal mempererat hubungan kekerabatan dengan
masyarakat sekitar Masjid Agung Tegal. Dengan adanya kerja sama maka akan terjalin hubungan kekerabatan yang baik, sehingga setiap kegiatan yang di laksanakan dapat berjalan dengan lancar. 2).Pengurus Masjid Agung Tegal juga mengadakan hubungan dengan instansi yang terkait, hubungan atau kerja sama dengan pihak manapun sangat dibutuhkan adanya kerja sama yang baik. “ kerja sama dengan instansi terkait sudah sejak lama kami melakukannya karena dari instansi tersebutlah donatur bagi berlangsungnya kegiatan dan renovasi Masjid Agung Tegal” (wawancara dengan pengurus 13 juli 2010).
65 BAB IV ANALISIS MANAJEMEN TAKMIR MASJID AGUNG TEGAL DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN DAKWAH A. Analisis Manajemen Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Melaksanakan Kegiatan Dakwah. Dari data yang penulis dapatkan dari lapangan untuk menganalisis manajemen takmir Masjid Agung Tegal dalam melaksanakan kegiatan dakwah maka penulis akan melihat atau memfokuskan pada program kegiatan dakwah yang dilakukan Masjid Agung Tegal. Adapun program kegiatan dakwah di Masjid Agung Tegal yang awalnya hanya digunakan untuk melaksanakan ibadah sholat, namun seiring dengan berjalannya waktu mulai
ikut
berperan
dalam
kegiatan-kegiatan
lainnya.
Di
antaranya
adalah
menyelenggarakan seminar, dialog, pelatihan baik dilaksanakan oleh lembaga-lembaga internal masjid maupun dari pihak-pihak luar. Di tambah lagi dengan fasilitas maupun pelayanan yang diberikan oleh masjid, seperti fasilitas penyewaan ruangan yang dapat dipakai untuk pernikahan maupun penyelenggaraan kegiatan seperti di atas. Ada juga layanan bimbingan Haji & Umrah, konsultasi keagamaan, baik untuk orang dewasa maupun remaja, layanan untuk zakat harta, fitrah maupun qurban, ataupun ceramah rutin setiap pekan yang mana kegiatan tersebut dapat membantu masyarakat sekitar masjid agung tegal. Program-program kegiatan dakwah Masjid Agung Tegal ini akan penulis kaitkan dengan fungsi manajemen untuk menganalisis bagaimana manajemen takmir masjid Agung Tegal dalam melaksanakan kegiatan dakwah. Fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
66 1. Perencanaan Manajemen Takmir Perencanaan merupakan suatu proses dimana seorang pemimpin takmir masjid menyusun rencana strategis bersama-sama dengan anggotanya, yaitu menentukan
langkah-langkah
yang
efektif,
antisipasi
kemasa
depan
dan
merencanakan berbagai alternatif kegiatan sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi yang dimiliki jamaah. Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses kepemimpinan suatu organisasi, seorang pemimpin masjid dituntut memiliki kemampuan melihat kedepan dan menentukan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi (Syahidin, 2002: 102). Setelah penulis melihat program kegiatan dakwah di masjid Agung Tegal dan penerapan manajemen khususnya fungsi perencanaan pada bab sebelumnya, maka dapat penulis analisis bahwa proses perencanaan yang diterapkan oleh Masjid Agung Tegal cukup efektif dan efesien karena persiapan matang telah dilakukan sebelimnya dan dilakukan bersama-sama antar pengurus. Perencanaan yang diterapkan oleh Masjid Agung Tegal cukup efektif dan efesien karena dalam rangka melaksanakan program kerja sebelumnya para pengurus atau takmir telah menyusun dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan, hal ini dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dan juga usaha pemakmuran masjid. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh Masjid Agung Tegal pada setiap kegiatan dakwah yang terkait dengan manajemen perencanaan takmir masjid adalah : merencanakan kegiatan dakwah, dengan mengadakan kegiatan keagaman menyelenggarakan seminar, dialog keagamaan, pelatihan haji dan umroh baik dilaksanakan oleh lembaga-lembaga internal masjid maupun dari pihak-pihak luar.
67 Sedangkan perencanaan dalam manajemen masjid itu sendiri merupakan suatu usaha untuk menetapkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan program itu dirumuskan terlebih dahulu sebelum memasuki tahap perencanaan. Setiap usaha atau kegiatan apapun tujuannya, hanya dapat berjalan secara efektif dan efesien apabila sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan sebelumnya secara matang. Dalam manajemen masjid perencanaan itu sendiri adalah perumusa tentang apa yang akan ilakukan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki (Yani, 1999 : 130). Sebelum program dilaksanakann, pihak pengurus masjid sebelumnya telah telah mengadakan penyusunan panitia kerja, penentuan dan perumusan rencanarencana
kerja
yang
akan
dilaksanakan,
menetapkan
metode,
menetapkan
penggalangan dana serta penetapan dan penjadwalan waktu kegiatan. 2. Pengorganisasian Manajemen Takmir Masjid Pengorganisasian
dalam
manajemen
masjid
adalah
penyatuan,
pengelompokan dan pengaturan pengurus masjid untuk digerakkan dalam satu kesatuan kerja yang telah direncanakan (Yani, 1999 : 103). Pengorganisasian sangat penting bagi proses jalannya suatu kagiatan yang akan dilaksanakan dan telah direncanakan sebelumnya. Masjid Agung Tegal dalam melaksanakan program sebelumnya dilakukan pengorganisasian. Hal ini dilaksanakan agar nanti dalam melaksanakan programprogramnya tidak terjadi suatu benturan-benturan psikologi dikalangan para pengurus masjid dan tidak terjadi tumpang tindih dalam pengawasan tugas. Dengan pengorganisasian
maka
rencana
kegiatan
menjadi
lebih
mudah
dalam
68 pelaksanaannya, dan sekaligus adanya pembagian kegiatan-kegiatan dan tugas kepada pelaksananya sehingga mempermudah pendistribusian pada pelaksanaannya. Di Masjid Agung Tegal pengorganisasian diterapkan pada pemilihan pengurus atau takmir masjid, muadzin, susunan pengurus TPQ, remaja masjid, bimbingan haji dan umroh serta pengurus Masjid Agung Tegal tentang pembagian tugas yang harus dilaksanakan oleh para pengurus masjid. Tugas yang diberikan kepada masing – masing pengurus memudahkan dalam melaksanakan kegiatan sehingga akan lebih terarah. Pengorganisasian merupakan pembagian fungsi, peran tugas dan tanggung jawab suatu pengurus yang terlibat dalam suatu kegiatan. Pengorganisasian di Masjid Agung Tegal diadakan bersamaan dengan penyusunan struktur kepengurusan masjid. Dalam hal ini diadakannya rapat yang dihadiri oleh Walikota Tegal yang sekaligus menjadi pelindung Masjid Agung Tegal. Didalam rapat ini dibentuklah struktur kepengurusan masjid dan di tetapkannya pula bagian-bagian tugas dan tanggung jawabnya menjadi pengurus atau takmir masjid. Selain itu pengorganisasian di masjid juga ditetapkan untuk menentukan imam-imam dan khotib-khotib sehingga apabila Imam atau Khotib berhalangan maka tugasnya dapat di gantikan oleh imam atau khotib lainnya. Dimana di Masjid Agung Tegal yang menjadi imam atau khotib adalah dari berbagai golongan sehingga mereka semua merasa bahwa masjid adalah milik umat islam bersama tanpa ada perbedaan. Dari pemaparan di atas dapat penulis analisis setelah melihat hasil dilapangan, bahwa pengorganisasian di masjid Agung Tegal telah terencana dengan baik karena telah menempuh langkah-langkah :
69 a. Membagi dan menggolongkan tindakan-tindakan dalam kesatuan-kesatuan tertentu. Seperti telah dibagi dan digolongkan tugas dari masing-masing dewan yang ada di struktur masjid Agung Tegal. b. Menetapkan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan serta menempatkan pelaksana untuk melaksanakan tugasnya. Selain memilih menjadi beberapa dewan pihak pengurus atau takmir juga menentukan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing-masing dewan dan seksi-seksi. c. Memberikan wewenang kepada para pelaksana . ketua umum juga memberikan wewenang kepada para pelaksana agar tugas yang diembannya dapat berjalan dengan baik dan berhasil. d. Menetapkan jalinan hubugan. Dalam menjalankan programnya pihak masjid juga mengadakan kerjasama baik dengan pemerintah para alim ulama maupun masyarakat sekitar masjid. Sedangkan untuk mencapai pengorganisasian yang efesien diperlukan sejumlah langkah lagkah yang sistematis yaitu : a. Ketahui terlebih dahulu sasaran dari pengorganisasian dalam sitiasi lingkungan. b. Bagilah pekerjaan yang harus dilaksanakan kedalam aktifitas-aktifitas bagian. c. Kelompokkanlah aktivitas-aktivitas tersebut kedalam kesatuan praktis yang didasarkan atas persamaan pentingnya aktifitas atau pihak mana yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut. d. Tetapkanlah tugas-tugas dan sediakanlah alat-alat fisik bagi masing-masing aktivitas ataupun kelompok aktivitas. e. Tugaskanlah personil yang kompeten atau potensial dan dapat di kembangkan.
70 f. Beritahukanlah pada masing-masing anggota, aktivitas apa yang diharapkan akan dilaksanakan dan hubungannya dengan pihak lain yang bersanngkutan. Langkah-langkah tersebut di tempuh dalam rangka pengorganisasian, maka tersusunlah pola atau bentuk kerjasama itu dan mengetahui pekerjaan apa yang harus dilaksanakan, sampai sejauh mana wewenang masing-masing serta jalinan hubungan antara satu dengan yang lain dalam rangka usaha kerjasama tersebut. Dalam pengorganisasian juga terdapat proses komunikasi antara ketua pengurus dengan anggota pengurus masjid, dengan menerapkan langkah-langkah operasional dalam usaha mencapai tujuan dan pemakmuran masjid. Namun sayangnya kalau melihat penorganisasian kmasjidan pada umumnya belum berkembang dengan baik. Hal ini tercermin dalam pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masingmasing pengurus yang tidak begitu jelas. Ada satu tradisi yang perlu ditinjau kembali dikalangan pengurus masjid bahwa seorang ketua masjid dipilih dari yang paling senior, sehingga yanggung jawab sepenuhnya berada di pundaknya, sehingga pengurus lainnya hanya sebatas membantu, tidak jelas tugas dan wewenang yang diembannya. Untuk kemakmuran masjid hal tersebut tidak sepatutnya di tiru karena untuk memakmurkan masjid perlu adanya kerja sama antar semua takmir sehingga akan tercipta rasa solidaritas dan saling membantu dalam kepengurusan masjid. Menurut penulis terlaksananya pengorganisasian yang efisien memiliki arti yang sangat penting, sebab dalam pelasanaannya akan mempermudah penugasan kepada staf pengurus, karena sudah jelas seksi apa dan siapa yang harus melaksanakan suatu bidang tegiatan, memudahkan dipilihnya tenaga pelaksana yang
71 tepat, karena dalam pengorganisasian bukan hanya menyusun struktur dan menempatkan orangnya, tetapi juga menguraikan tugas dan tanggung jawabnya sehingga bisa dipilih siapa yang tepat unuk menempati posisi suatu kepengurusan. Pengorganisasian juga akan membuat terpadunya berbagai poensi pengrus dan suatu kerangk kerjasama pemakmuran masjid serta dengan pengorganisasian juga akan memudahkan bagi pemimin pengurus untuk mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan suatu kegiatan. 3. Penggeraan Manajemen Takmir Masjid Penggerakan dalam manajemen takmir masjid memiliki arti yang sangat penting, sebab pegerakan memliki arti lebih dibandingkan dengan fungsi manajemen lainnya. Maka penggerakan merupakan funsi yang secara langsung berhubungan erat dengan manusia. Penggerakan dilakukan oleh seorang pemimpin dan pengurus masjid yang menjadi penentu bagi suksesnya sebuah pelaksanaan tugas. Oleh karena itu pemimpin harus melibatkan seluruh pengurus dalam melaksanakan tugas, membuka jalur komunikasi yang seluas luasnya diantara sesama pengurus masjid, baik melalui rapat, membuat nota dan menelepon. Selain itu pemimpin juga harus selalu meningkatkan kemampuan kerja stafnya dan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai oleh stafnya. Setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan tentu tidak akan berjalan dengan baik dan teratur jika tidak ada proses penggerakan. Dalam hal ini membutuhkan kerja keras dari pemimpin dan kepengurusan masjid menjadi penentu bagi suksesnya suatu pelaksanaan kegiatan, karena itu pemimpin harus melibatkan seluruh pengurus dalam pelaksanan tugas yaitu dengan membuka jalur komunikasi
72 yang seluas-luasnya diantara sesama pengurus. Seorang pemimpin harus memberikan rangsangan atau motifasi kepada pengurus untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Karena itu pemimpin perlu memberikan motifasi, bimbingan dan mengarahkan staf pengurus masjid guna menunaikan amanah kepengurusan dengan baik (Yani, 1999 : 105). Fungsi penggerakan yang dilakukan oleh takmir Masji Agung Tegal dalam melaksanakan program-programnya, seperti penggerakan program bimbingan haji dan umroh. Dalam hal ini Masjid Agung Tegal memberikan bimbingan dan tuntunan kepada calon jemaah haji di Kota Tegal. Selain itu juga sering diadakan pengajianpengajian dengan berbagi tema tentang pengetahuan manasik haji dan umroh. Berdasarkan data diatas maka dapat penulis analisis, bahwa fungsi penggerakan manajemen takmir Masjid Agung Tegal telah berjalan dengan baik karena dengan melakukan fungsi penggerakan, Masjid Agung Tegal telah menempuh langkah-langkah penggerakan sebagai berikut : a. Pemberian Motivasi Pemimpin dan pengurus masjid memberikan motivasi kepada jamaah dan masyarakat. b. Pembimbingan Pihak masjid juga memberikan bimbingan kepada jamaah melalui pengajianpengajia rutin dan melalui lembaga-lembaga kemaslahatan keluarga dan penasehat perkawinan yang dibentuk oleh masjid Agung Tegal. c. Penjalinan Hubungan
73 Dalam melaksanakan programnya pihak masjid menjalin hubungan kerjasama denagan dinas kesehatan Kota Tegal. d. Penggerakan Komunikasi Pinmpinan dan pengurus masjid melakukan penggerakan komunikasi ini melalui segala kegiatan yang ada di Masjid Agung Tegal. e. Pengembangan Dan Peningkatan Pelaksana Pimpinan dan pengurus masjid mengembangkan dan meningkatkan program kesehatan masyarakat dengan pengobatan gratis pada jamaah dan masyarakat sekitar. Penggerakan merupakan fungsi yang sangat penting, bahkan menentukan jalannya proses pelaksanaan kegiatan masjid, sehingga dapat dikatakan bahwa penggerakan itu merupakan inti dari manajemen masjid. Proses menggerakan pengurus atau jamaah untuk melakukan aktifitas dan kegiatan program masjid, akan membantu tercapainya tujuan atau sasaran penggerakan. Penggerakan bermaksud meminta pengorbanan para pelaksana untuk melakukan kegiatan yang telah ditugaskan. Hal ini hanya mungkin bilamana pimpinan mampu memberikan motivasi, membimbing, mengkoordinir dan menjalin pengertian diantara mereka serta selalu meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka. Fungsi penggerakan ini dilakukan oleh pemimpin pengurus Masjid Agung Tegal ketika diadakan rapat rutin dua minngu sekali dan rapat ketika ada kegiatan para staf pengurus masjid. 4. Pengawasan Manajemen Takmir Masjid
74 Pengawasan adalah tindakan mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan para anggota kelompok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan ini perlu dilaksanakan untuk memperoleh kepastian bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh para anggota kelompok selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan perasaan puas. Pengawasan dalam manajemen masjid sangat diperlukan. Bukan saja untuk menapai tujuan organisasi tetapi juga untuk menciptakan keyakinan yang kental dari masyarakat terhadap pengelilaan kekayaan dan harta masjid secara umat. Sehingga masyarakat lebih yakin dan akhirnya tidak ragu-raga dalam memberikan infaq dan shodaqoh (Harahap, 1993: 47). Terlaksananya fungsi ini akan membuat semua pengurus tahu akan adanya kesalahan kekurangan, rintangan, tantangan dan kegagalan dalam mencapai tujuan pemakmuran masjid. Pengawasan apat dilakukan dengan mengambil jalannya pelaksanaan kegiatan masjid, mengukur keberhasilan dan kegagalannya dengan standar sebagaimana yang telah di tetapkan dalam perencanaan. Untuk selanjutnya memperbaiki kesalahan dan kekurangan serta mencegah terjadinya kegagalan (Yani,1996 : 106). Fungsi pengawasan ini di terapkan oleh Masjid Agung Tegal dalam rangka menghimpun dana dan pengelilaan zakat infaq shodaqoh dari para jemaah masjid, yang mana Masjid Agung Tegal telah membentuk koperasi dalam pengelolaan dana masjid dan sekaligus menjadi sumber dana masjid yang digunakan untuk mengelola masjid dan melaksanakan program kegiatan masjid. Sumber dana yang dikelola oleh koperasi masjid ini bukan saja berasal dari iuran anggota dan pihak lain, dengan dukungan tenaga yang dinamis dan berpengalaman dalam bidangnya, maka koperasi
75 masjid ini merupakan wahana yang betul-betul siap dalam mengemban misi peningkatan kesjahteraan bagi para takmir dan jamaah. Fungsi pengawasan ini dilaksanakan oleh pengurus masjid ketika telah melaksanakan kegiatan, maka pimpinan dan seluruh staf takmir masjid selalu mengadakan evaluasi terhadap jalannya kegiatan yang telah dilakukan, apakah lebih baik dari sebelumnya. Yaitu dengan memberikan laporan kepada setiap pengurus yang telah mendapatkan tugas. Hal ini dilakukan tidak hanya setiap telah melakukan kegiatan melainka dilaksanakan pada setiap program dan menurut analisis penulis fungsi pengawasan yang diterapkan takmir Masjid Agung Tegal sangat baik dan efesien, sehingga ini akan meningkatkan kepecayaan donatur dan jamaah. Masjid Agung Tegal melakukan pengawasan dan penilaian. Dimaksudkan agar
pemimpin
dapat
mengambil
tindakan
pencegahan
tindakan
terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan dan kekurangan yang ada. Sehinggaakan dapat mengurangi kesalahan yang sedang berlangsung. Disamping itu dapat dapat melakukan usaha-usaha peningkatan penyempurnnaan sehingga proses pelaksanaan kegiatan tidah berhenti. Melainkan semakin meningkat dan sempurna. Penerapan fungsi manajemen masjid akan menjadikan masjid dalam menciptakan suasana keagamaan yang terorganisir, sehingga akan berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Rukmana (2002) ada enam sarana pokok yang diperlukan untuk menciptakan iklim keagamaan pada mayarakat khususnya di dalam kota antara lain : a. Adanya sarana fisik yang memadai agar umat beragama umumnya an umat Islam khususnya dapat menjalankan ibadah dengan segala syariat dengan sebaik-
76 baiknya, antara lain : media dakwah, tempat pengajian, majelis taklim dan madrasah. b. Adanya kelembagaan yang memberikan wadah bagi kegiatan keagamaan. c. Adanya suasana keagamaan atau iklim yan menunjang gairah perkembangan kegiatan-kegiatan ibadah dan keagamaan secara umum. d. Adanya kebijaksanaan dan program terarah untuk mewujudkan suasana keagamaan yang dikehendaki serta pembiayaan yang memunkinkan penciptaan suasana keagamaan dapat ditunjang secara baik. e. Kehidupan keagamaan para personalia pemerintahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menjadi suri tauladan bagi masyarakat. f. Suasana keagamaan dan pelaksana ibadah ini harus dikaitkan dengan usaha peningkatan kualitas peningkatan kualitas hidup di masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya (Rukmana, 2002: 43). B. Analisis Strategi Takmir Masjid Agung Tegal Dalam Mengelola Kegiatan Dakwah 1. Takmir Masjid mempererat hubungan kekerabatan dengan masyarakat sekitar Masjid Agung Tegal. Dengan adanya kerja sama maka akan terjalin hubungan kekerabatan yang baik, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik. Setiap kegiatan yang tujuannya untuk keberhasilan kunci utamanya adalah kerja sama. Takmir Masjid Agung Tegal merupakan warga sekitar masjid sehingga untuk mengadakan pendekatan mengajak kepada kebaikan cukup mudah tetapi ada juga masyarakat yang susah untuk diajak mengikuti kegiatan yang ada di masjid dengan berbagi alasan yang ada.
77 Tujuan dari takmir masjid adalah pada program kegiatan Masjid Agung Tegal agar bisa tercapai pelaksanaan program yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan jamaah dan kemampuan melaksanakannya. Proses mempererat hubungan kekerabatan ini sangat penting untuk pengurus masjid karena program kegiatan harus dirumuskan oleh takmir dengan para jamaah dan meminta masukan dari jamaah, baik jenis kegiatan, waktu pelaksanaan penanggung jawab tujuan yang ingin di capai dalam kegiatan tersebut hingga perkiraan biaya yang diperlukan. 2. Pengurus Masjid Agung Tegal mengadakan hubungan dengan instansi yang terkait. Hubungan atau kerja sama dengan pihak manapun sangat dibutuhkan terutama untuk penggalangan dana operasional masjid. Masjid Agung Tegal tidak mengandalkan dana dari tromol Jum’at karena memang jumlah dari pendapatan tromol tidak terlalu besar, oleh karena itu takmir masjid menjalin kerja sama dengan instansi terkait dengan mencari donatur tetap agar biaya operasional dan biaya kegiatan dapat berjalan dengan baik. Sesuai dengan pembahasan di Bab sebelumnya bahwa takmir masjid dalam menyelenggarakan kegiatan semua dananya berasal dari donatur tetap. Ada beberapa instansi pemerintah yang memberikan donatur tetap untuk kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya adalah Departemen Agama Kota Tegal, Departemen Sosial dan Departeman Kesehatan yang menyalurkan dokter dan obatobatan untuk kegiatan khitanan masal. Menurut analisis penulis kedua strategi tersebut cukup efektif dalam pelaksanaan kegiatan dahwah yang dilaksanakan di Masjid Agung Tegal. Kerjasa sama merupakan kunci yang cukup berperan dalam proses kegiatan dakwah di Masjid
78 Agung Tegal, sudah cukup lama Masjid Agung Tegal melasanakan kerja sama baik dengan masyarakat atau jamaah maupun dengan instansi terkait hal tersebut di lakukan agar semua kebutuhan baik renovasi masjid, biaya operasional masjid maupun kegiatan dakwah masjid dapat berjalan dengan baik.
79 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan skripsi yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat penulis simpulkan bahwa : 1. Pelaksanaan manajemen takmir Masjid Agung Tegal berjalan secara baik hal ini dibuktikan dengan diadakannya berbagai macam kegiatan yang berjalan sesuai dengan harapan, hal ini dikarenakan kematangan dalam mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan dan juga mengevaluasi semua kegiatan yang ada dengan mengadakan pertemuan atau rapat rutin untuk mengetahui bagaimana hasil dari pelaksanaan kegiatan dakwah yang dilaksanakan di Masjid Agung Tegal. 2. Strategi takmir Masjid Agung Tegal dalam melaksanakan kegiatan dakwa diantaranya : Mengadakan pendekatan atau kerja sama dengan masyarakat atau jamaah masjid, kemudian melakukan hubungan dengan intansi pemerintah terkait. Pelaksanaan strategi takmir sesuai dengan konsep pemakmuran masjid, sehingga hasil dari strategi dalam melaksanakan kegiatan dakwah sangat efektif. B. SARAN SARAN Setelah penulis mengadakan penelitian dan menganalisa data yang berhubungan dengan berbagai hal yang ada sangkut pautnya dengan manajemen takmir dalam melaksanakan kegiatan dakwah melalui Masjid Agung Tegal, maka ada beberapa saran yang akan penulis sampaikan : 1. Msjid Agung Tegal diharapkan lebih proaktif dalam melaksanakan kegiatan dakwah untuk remaja, dikarenakan kebanyakan jamaah yang mengikuti kegiatan dakwah
80 adalah dewasa sampai orang tua. Hal tersebut merupakan tantangan bagi para takmir Masjid Agung Tegal bagaimana agar dapat menarik minat remaja untuk mengikuti kegiatan dakwah. 2. Pihak pemerintah Kota Tegal diharapkan dapat lebih ikut andil dalam membantu pihak pengurus Masjid Agung Tegal dalam upaya memakmurkan masjid dan memakmurkan umat Islam khususnya di Kota Tegal. 3. Tema dakwah yang lebih difokuskan pada pengetahuan moderen yang menarik untuk semua kalangan khususnya untuk remaja.
79 DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Azis, Mohammad, 2004. ilmu dakwah. Jakarta kencana. Azwar, Saefudin, 2001 “ Metode Penelitian “ Yogyakarta, Pustaka pelajar. Ahmad, Amrullah, 1992, Dakwah dan perubahan sosial : Yogyakarta, pipp. Bahtiar, wardi, 1997 “Metode Penelitian Ilmu Dakwah” : Jakarta, Prenada Media Brantos, Basir,1990 , Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Makro, jakarta : Bumi aksara. Dermawan, Andi, dkk. 2002, metodologi ilmu dakwah, Yogyakarta, LESFI. Depag RI.1989’Al-Qur’an Dan terjemahannya. Surabaya : Mahkota. GAzalba, Sidi, 1989, Masjid Sebagai Pusat Ibadah Dan Kebuayaan Islam, Jakarta Pustaka Al-khusna. Hadi, Sutrisno, 1975 “Metodologi Research” Yogyakarta : Gajah mada University pers. Harahap, M Adnan 1981, Dakwah Islam dan Teori Praktek. Yogyakarta ; Sumbangsih. Harahab, Sofyan Syafry, 1993 “Manajemen Masjid” : Yogyakarta, PT. Dana bhakti Wakaf. Hasan, M Tholhah.2004, Islam dan masalah sumber daya manusia, Jakarta lantabora press. Http://masjidkotabogor.com/index.php/profile/index/2. Koentjaraningrat, 1991 “Metode Penelitian Masyarakat” PT. Gramedia. Nawawi, Hadari,1998, Manajemen sumber daya manusia, untuk bisnis yang kompetitif, Yogyakarta, Gajah Mada University press. Masdar, Helmy, 1987, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, Semarang ; Toha putra. Muhadjir, Noeng, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, cet ke-2. Moloeng, J Lexy , 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Remaja Rosdakarya. Mustofa, budiman, 2007 (Manajemen Masjid), Solo : Ziyad visi media Nitisemito, S Alex : 1996 Manajemen personalia : Manajemen sumber daya manusia, Jakarta: Gramedia.
80 Notoatmojo, Soekijo, pengembangan sumber daya manusia, Jakarta: Rineka Cipta,2003. Munawir,Ahmad Warson,1984 “Al munawir kamus arab indonesia“.Yogyakarta . unit pengadaan buku-buku ilmiah keagamaan pp Almunawir krapyak. Munir, Muhammad dan wahyu Ilahi.2006.Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana. Pimay, Awaludin, 2006, Metodologi dakwah, Semarang : Rasail. Puis, A partanto & M dahlan A Berry,1994.” Kamus ilmiah populer”, Surabaya Arkola. Rozak, Nasarudin,1976, Metodologi Dakwah, Semarang : Toha Putra. Samsudduha St, 2004 “Manajemen Pesantren (Teori dan praktek)” Yogyakarta: Graha guru. Sulthon, Muhammad 2003 ” Desain ilmu dakwah”, Yogyakarta Pustaka pelajar. Suratmat, Winarno, 1998.“Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metoda, Tehnik)” Bandung: Tarsito. Siagian, Sondang, 2006 “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta : PT. Bumi Aksara Soehartono, Irawan, 2000 “Metode Penelitian Sosia :suatu teknikpenelitian bidang kesejahteraan sosial dan ilmu sosial lainnya” Bandung, PT. Remaja Rosda karya. Umar, Husein,1998 “Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi” Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, Yani, Ahmad,1999” panduan memakmurkan masjid”, Jakarta : DEA PRESS
81 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fatkhuroji Hadi Wibowo
Tempat/tanggal lahir : Tegal 03 April 1986 Alamat
: Jl. Dipa mulya Rt 01 / 01 Ds. Plumbungan Kec. Kramat Kab. Tegal
Jenjang Pendidikan 1. SDN 01 Karang Malang Lulus Tahun 2000 2. SLTP N 01 Kedung Banteng Lulus Tahun 2003 3. SMA N 01 Kramat Lulus Tahun 2005 4. Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Lulus Tahun 2010