1
Manajemen Sitiran bagi Pustakawan1 Arif Surachman2 “Google can bring you back 100,000 answers. A librarian can bring you back the right one.” Neil Gaiman
Satu kalimat di atas yang penulis ambil dari Neil Gaiman menunjukkan bagaimana pustakawan dapat memberikan perbedaan dibandingkan dengan Google yang bagi sebagian besar orang di dunia ini menjadi acuan dalam mencari berbagai macam informasi. Google mungkin akan memberikan kepada kita ribuan jawaban ketika kita ‘menanyakan’ informasi kepadanya, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi yang dihasilkan Google merupakan informasi yang akurat, benar dan orisinal, tapi pustakawan dapat membawa kita pada satu jawaban yang tepat. Penulis yakin bahwa dasar pemikiran Neil Gaiman tersebut diawali dari kenyataan bahwa Google memang piranti pencarian yang sangat besar, akan tetapi seringkali informasi yang ada di dalamnya tidak terjamin kebenarannya. Dan Pustakawan, mestinya yang merupakan seorang ‘individu’ atau ‘manusia’ harus mempunyai kemampuan dalam mengelola pengetahuan dan memberikan jawaban yang lebih baik dari Google yang notabene dikendalikan oleh computer atau bahasa pemrograman. Atau setidaknya mampu mengarahkan kemana jawaban yang tepat dapat diperoleh. Kemudahan yang diberikan oleh Google dan internet pada saat ini menjadikan tantangan tersendiri bagi berbagai kalangan terutama kalangan akademik termasuk di dalamnya adalah pustakawan. Kita dituntut untuk dapat memilah dan memilih diantara ribuan bahkan jutaan informasi yang berkembang di internet yang tepat dan bisa dijadikan dasar kuat ketika kita melakukan penelusuran informasi atau melakukan riset online. Internet memberikan kita kemudahan dalam melakukan riset pustaka atau 1 2
Disampaikan dalam Seminar Literasi Informasi bagi Pustakawan, Gadjah Mada Library Fair 2014, 25 Februari 2014 Pustakawan Universitas Gadjah Mada,
[email protected], http://arifs.staff.ugm.ac.id
2
informasi secara online, tapi disisi lain juga menuntut kehati-hatian kita dalam mengambil informasi yang ada di dalamnya, terutama untuk keperluan referensi atau acuan. Bagaikan pisau yang bermata dua. Kemudahan mendapatkan informasi dalam dunia internet menjadikan kalangan akademik dihadapkan pada satu budaya –copy paste- yang membahayakan bagi kredibilitas akademis atau ilmiah dari sumber-sumber pengetahuan yang dihasilkan oleh generasi saat ini. Orang menjadi terlalu mudah untuk mengambil informasi dari berbagai pemikiran orang lain atau sumber informasi lain tapi tidak berpikir bahwa ada hak-hak intelektual di dalamnya yang harus dipenuhi. Latar belakang inilah yang menjadikan pentingnya pengetahuan manajemen sitasi atau sitiran bagi setiap kalangan yang memang berkecimpung dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan informasi seperti mahasiswa, peneliti, dosen, pustakawan, penulis lepas dan bahkan masyarakat umum yang suka menulis. Apakah Sitiran dan Mengapa Penting? Definisi atau pengertian sitiran dapat dilihat dari beberapa definisi yang penulis dapatkan dari sumber di bawah ini. Menurut Barret Library and Information Technology Services: “A citation is a reference to any item (book, journal article, dissertation, archival manuscript, newspaper editorial, report, website, musical composition, etc.) which clearly identifies the source in which the fulltext of the item is to be found. A citation provides sufficient information to acknowledge the author and locate the item.”(sumber: http://www.rhodes.edu/barret/5.1.6_citation.pdf) Sedangkan Texas U&M University Library menyebutkan bahwa: “A citation is a reference that allows you to acknowledge the sources* you use in a formal academic paper, and enables a reader to locate those sources through the key information it provides.” (Sumber: http://library.tamu.edu/help/help-yourself/using-materialsservices/online-tutorials/citing-sources/index.html) Kedua pengertian atau definisi di atas menunjukkan bahwa setiap sitiran atau kutipan pasti mengacu kepada sumber yang dirujuk secara jelas dan benar. Sitiran atau
3
kutipan juga akan mempermudah bagi pembaca atau penulis berikutnya dalam melakukan penelusuran terhadap sumber aslinya. Adapun manajemen sitiran mengacu kepada bagaimana para penulis atau kita (pustakawan-red) mampu mengelola sitiran atau kutipan secara baik dan benar sehingga memenuhi kaidah yang dibenarkan. Manajemen sitiran disini sendiri meliputi bagaimana melakukan kutipan, bagaimana menggunakan perangkat atau aplikasi citation management tools serta bagaimana memanfaatkan resources dalam melakukan kutipan atau sitiran. Sitiran atau kutipan tidak saja penting sebagai bentuk informasi kepada sumber aslinya, akan tetapi lebih pada bagaimana pengembangan pengetahuan itu dibangun melalui tulisan-tulisan yang saling terkait. Menurut Judy Hunter dari Grinnel College dalam tulisannya yang berjudul “The importance of Citation” menyatakan bahwa setidaknya ada tiga alasan mengapa sitiran itu penting yaitu: “Pertama, karena ide-ide yang dituangkan dalam satu tulisan adalah merupakan ‘mata uang’ bagi seorang akademisi, artinya semakin banyak sitiran dilakukan maka kredit terhadap kontribusi idenya semakin banyak. Kedua, karena tidak melakukan kutipan dengan benar akan merusak hak-hak orang yang mempunyai ide pertama kali. Ketiga, karena ada kebutuhan untuk melakukan pelacakan atau penelusuran terhadap perkembangan suatu ide atau teori.” (sumber: http://web.grinnell.edu/Dean/Tutorial/EUS/IC.pdf). Selain ketiga alasan dasar yang disampaikan oleh Judy Hunter di atas, sitiran sangat penting terutama dalam mencegah tindakan plagiat yang saat ini menjadi ‘musuh bersama’ di kalangan akademisi. Plagiarisme Ketika kita bicara mengenai manajemen sitiran, maka tidak bisa tidak kita akan berbicara mengenai plagiarisme. Plagiarisme adalah salah satu alasan mengapa sitiran menjadi penting dalam setiap tulisan atau karya tulis terlebih lagi yang bersifat ilmiah. Plagiarisme dari berbagai sumber didefinisikan sebagai suatu tindakan mengambil karya, ide, pendapat dan pemikiran seseorang baik sebagian atau seluruhnya tanpa
4
memberikan informasi sumbernya secara tepat dan memadai sehingga seolah-olah itu merupakan karya, ide, pendapat dan pemikiran kita sendiri. Plagiarisme merupakan satu bentuk pelanggaran terhadap hak cipta seseorang yang oleh karena itu dalam dunia akademis termasuk tindakan yang tidak dapat ditolerir. Internet dan kemajuan teknologi menjadikan orang atau masyarakat sering terjebak dengan tindakan melakukan plagiarisme karena kemudahan mendapatkan informasi dan berkembangnya ‘budaya’ copy-paste. Berbagai kasus plagiarism ditemukan mulai dari Professor, Doktor, Mahasiswa hingga masyarakat umum yang dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja sebagai akibat dari jalan pintas meraih sesuatu. Di Indonesia, kesadaran akan bahaya budaya plagiarisme ini menjadikan berbagai kalangan termasuk pemerintah mengeluarkan aturan maupun edaran yang intinya
mengatur
dan
mencegah
tindakan-tindakan
yang
mengarah
kepada
plagiarisme. Beberapa aturan itu adalah: 1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terutama dalam pasal 25 dan pasal 70. 2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. 3. Surat Edaran Dirjen DIKTI nomor 1311 D/C/2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat 4. Surat Edaran Dirjen DIKTI nomor 190 D/T/2011 tentang validasi karya ilmiah terutama untuk kepentingan kenaikan jabatan akademik/fungsional. Tindakan atau perilaku plagiat seringkali dilakukan secara ‘tidak sengaja’ oleh beberapa orang dikarenakan ketidaktahuan terhadap prosedur atau kriteria yang masuk dalam kegiatan plagiat. Untuk memperjelas itu maka, pemerintah melalui Permendiknas RI nomor 17 tahun 2010 pasal 2 menyebutkan bahwa yang dianggap sebagian kegiatan plagiat adalah:
5
“(a) Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; (b) Mengacu da/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai; (c) Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai; (d) Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-kata dan/atau kalimat , gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber yang memadai; (e) Menyerahkan karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.” (Permendiknas RI No. 17 tahun 2010 pasal 2a s.d. 2e) Tindakan pencegahan pada kegiatan plagiat adalah melakukan kutipan dan acuan sumber secara benar dan memadai. Untuk itulah maka pengetahuan mengenai manajemen sitiran atau kutipan menjadi sangat penting bagi semua kalangan, apalagi kalangan akademis termasuk di dalamnya pustakawan. Model Sitiran Terkait dengan sitiran atau kutipan, beberapa organisasi mengeluarkan gaya atau model sitiran masing-masing yang disesuaikan dengan bidang-bidang kajiannya. Beberapa contoh model atau gaya sitiran yang ada adalah: 1. APA Styles: APA sendiri merupakan kependekan dari American Psychological Association, sehingga APA Styles merupakan salah satu bentuk sitasi yang dikeluarkan oleh organisasi APA terutama untuk bidang psikologi dan sosial. Contoh penulisan daftar pustaka untuk bentuk jurnal online:
Penulis (Tahun). Judul Artikel. Nama Jurnal. Vol. halaman. Doi:xxx.xxx.
Penulis (Tahun). Judul Artikel. Nama Jurnal. Vol. halaman. Diakses dari URL
Contoh penulisan kutipan dalam teks dari jurnal online:
(Surachman, 2013, p. 56)
(Surachman, Purwoko, Hakim, Santoso, 2013, p.56) – kutipan pertama
6
(Surachman et al, 2013, p.56) – kutipan selanjutnya
2. AMA Styles: AMA Styles merupakan bentuk sitasi yang dikembangkan oleh American Medical Association (AMA). Gaya sitasi ini banyak digunakan untuk penulisan dalam bidang kesehatan, biologi dan kedokteran. Contoh penulisan daftar pustaka untuk buku:
Surachman A. Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Surip Press, 2013. Surachman A, Purwoko, Hakim HA, eds. Gerakan Kepustakawan Modern Indonesia. Yogyakarta: SLIMS Press, 2015
Contoh penulisan kutipan dalam teks dari buku
Berupa catatan (footnotes atau endnotes). 12. Surachman A, Kepustakawanan Indonesia Yogyakarta: Surip Press, 2013, 112
3. MLA Styles: MLA merupakan kependekan dari Modern Language Association. MLA Styles merupakan satu bentuk sitasi yang dikeluarkan oleh MLA untuk sumber-sumber penelitian. Model MLA ini dirancang sangat sederhana untuk mempermudah penulis dalam pengkutipan. MLA banyak digunakan untuk penulisan dalam bidang bahasa Inggris dan Humanities. Contoh penulisan daftar pustaka dari buku:
Surachman, A. Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Surip Press, 2013. Cetak. ____. Librarian’s Brands. Yogyakarta: Surip Press, 2015. Cetak. Pedoman Penulisan Thesis. 2nd ed. Yogyakarta: MM UGM, 2013. Cetak “Hospitality”. Def. 1a. Webster’s Third World Dictionary. 1999. Cetak
Contoh penulisan kutipan dalam teks: o
Surachman menyatakan …. (118-21) (Surachman 118-21) (Surachman, Purwoko, Hakim 55) (Surachman, par. 4-5) – untuk online
7
4. Chicago/Turabian Styles: Turabian Styles merupakan bentuk atau gaya penulisan sitasi hasil penyederhanaan dari Chicago Styles. Biasanya banyak digunakan untuk penulisan di bidang sastra, sejarah dan seni. Contoh penulisan daftar pustaka dari buku:
Surachman, Arif. Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Surip Press, 2013.
Contoh penulisan kutipan dalam teks:
Berupa catatan (footnotes atau endnotes) 12. Arif Surachman, Kepustakawanan Indonesia (Yogyakarta: Surip Press, 2013), 112.
Model atau gaya sitiran lain sebetulnya banyak juga berkembang di kalangan akademisi atau peneliti. Mereka mengembangkan model-model sendiri yang digunakan untuk kepentingan penelitian atau penulisan di bidang-bidang tertentu. Penggunaan model atau gaya sitiran ini sekarang banyak dipermudah dengan berkembangnya program-program aplikasi reference manager. References Manager atau Citation Management Tools Selain resiko terhadap kemudahan melakukan plagiat akibat budaya copy paste, perkembangan teknologi juga telah memberikan kemudahan bagi para penulis dalam melakukan kutipan atau sitiran melalui berbagai macam program aplikasi. Program aplikasi yang biasa disebut dengan References Manager atau Citation Management Tools ini dapat dengan mudah ditemukan dan digunakan oleh para penulis, baik yang diperoleh secara gratis maupun berbayar. Beberapa contoh aplikasi atau perangka lunak tersebut diantaranya adalah: a. Mendeley Reference Manager (www.mendeley.com) b. Zotero (www.zotero.org) c. EndNote (endnote.com) d. RefWorks (www.refworks.com) e. Reference Manager (www.refman.com)
8
f. CiteULike (www.citeulike.org) Selain untuk membuat kutipan dengan gaya atau model tertentu yang lazim digunakan, aplikasi references manager juga saat ini sudah dikembangkan sehingga para penulis maupun peneliti dapat melakukan kolaborasi dengan penulis atau peneliti lain, mencari sumber informasi dari berbagai sumber seperti e-journal dan e-databases, hingga mampu memberikan analisis sitiran atau menampilkan statistik sitiran. Aplikasi reference manager sekarang tidak sekedar untuk memudahkan melakukan kutipan tetapi juga untuk mendukung penulis dalam mendapatkan sumber informasi yang valid, baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengetahuan atau ketrampilan menggunakan reference manager ini menjadi penting dalam rangka manajemen sitiran dan menghindari tindakan-tindakan plagiasi pada saat ini. Kalangan akademis termasuk di dalamnya pustakawan harus mempunyai kemampuan setidaknya salah satu dari program reference manager di atas. Analisis Sitiran dan Sumber/Alat Analisis Sitiran Satu hal lain yang penting ketika kita berbicara manajemen sitiran adalah kegiatan analisis sitiran atau citation analysis. Dikutip dari situs University of Michigan Library (2014), “analisis sitasi adalah sebuah studi dari dampak atau kualitas dari sebuah artikel atau tulisan, penulis, atau lembaga berdasarkan berapa kali karya dan/atau penulis telah dikutip oleh orang lain”. Analisis sitiran ini penting bagi peneliti maupun kalangan akademisi dalam melihat sejauh mana perkembangan sebuah tulisan dan juga pengaruh satu tulisan dalam bidang tertentu kepada para komunitasnya. Pustakawan perlu mengetahui model analisis sitiran ini dikarenakan mereka punya kepentingan terhadap apa kebutuhan dari para pemustaka terutama terkait bidang minat serta sumber informasi atau publikasi yang menjadi fokus dari para pemustakanya. Selain istilah citation analysis dikenal juga adanya istilah citation indexing. Pada citation indexing biasanya tidak saja artikel yang dianalisis atau dibandingkan jumlah
9
kutipannya akan tetapi juga antara sumber publikasi dengan publikasi lainnya, misal antara jurnal dengan jurnal lainnya sejauh mana saling mengutip atau mempengaruhi. Beberapa contoh sumber atau alat untuk melakukan citation analysis dan/atau citation indexing adalah Scopus (www.scopus.com), Web of Science (www.wokinfo.com) dan Google Scholar (scholar.google.com). Tabel berikut ini adalah perbandingan diantara ketiga alat analisis sitiran yang dikutip dari University of Michigan Library (2014). Web of Science
Scopus
Google Scholar
Subjek
Sains, Teknologi, Ilmu Sosial, Seni & Humaniora
Sains, Teknologi, Kedokteran, Teknik, Seni & Humaniora
Kedokteran, Ilmiah, Teknis, Bisnis, Ilmu Sosial, dan Seni & Humaniora
Komponen
Science Citation Index, Social Science Citation Index, Art & Humanities Citation Index
Life of Sciences, Health Sciences, Physical Sciences, Social Sciences, dan Art & Humanities
Update
Mingguan
1-2 kali seminggu
PubMed, IEEE, AIP, National Academy of Sciences, Nature.com, AMA, Ingenta, SpringerLink,Wiley Interscience, Cambridge journals, Taylor and Francis, Sage Publications, BlackwellSynergy, OCLC First Search, Open access journals and preprints, Online dissertations and theses Rata-rata bulanan
Keunggulan
Akses lebih jauh ke dalam back-files terutama untuk bidang sains.
Aplikasi antar muka pencarian ‘user friendly’
Journal Citation Reports, H-Index, dan impact factor merupakan yang paling banyak digunakan. Memberikan gambaran sitasi dalam bentuk visual.
Lebih luas jurnalnya WOS
jangkauan disbanding
Daftar referensi didownload
dapat
Lebih focus secara internasional daripada WOS Termasuk 1,200 judul open access
Memberikan gambaran yang lebih komprehensif dari “scholarly impact” seperti indeks sumbersumber non-tradisional yang tidak tercakup oleh WOS dan Scopus. Termasuk makalah peerreview, tesis, buku, abstrak, dan artikel dari penerbit akademis, komunitas profesional, pra cetak repositori, universitas, dan organisasi ilmiah lainnya Cakupan yang lebih baik dari bahan yang lebih baru dibandingkan WOS dan Scopus International dan cakupan multi-bahasa
Sumber: http://guides.lib.umich.edu/content.php?pid=98218&sid=736298
10
Ketiga sumber analisis sitiran di atas termasuk sumber yang sering dipakai sebagai acuan dalam model penilaian terhadap peringkat atau akreditasi sebuah perguruan tinggi. Hal ini menjadikan penting bagi pustakawan untuk mengetahui tata cara penggunaan salah satu dari analisis sitiran di atas. Penutup Manajemen sitiran secara umum diperlukan bagi semua kalangan terutama para akademisi, peneliti dan juga penulis. Pustakawan sebagai bagian dari akademisi perlu memiliki ketrampilan dalam memanfaatkan dan menggunakan berbagai sumber dalam manajemen sitiran. Hal ini mengingat bahwa pustakawan mempunyai tugas dan peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan juga penyediaan sumber informasi yang relevan, baik dan sesuai dengan kebutuhan pemustakanya. Selain mempunyai tuntutan profesi dalam hal penulisan karya ilmiah dan penelitian, pustakawan terutama di lingkungan pendidikan merupakan ‘pendidik’ dan pendamping bagi mahasiswa atau siswa dalam melakukan aktifitas penulisan dan penelitian selama menempuh studinya. Untuk itu penguasaan terhadap manajemen sitiran atau tata cara melakukan kutipan juga menjadi sangat penting. Akhirnya sebagai bagian masyarakat akademis, pustakawan juga mempunyai tanggung jawab dalam mendukung upaya penghargaan terhadap hak cipta seseorang, perkembangan ilmu pengetahuan, sekaligus sebagai partner sivitas akademika dalam menghasilkan karya ilmiah yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, melalui MANAJEMEN SITIRAN! Jadilah Pustakawan Pendidik, Pustakawan Peneliti, Pustakawan Penulis, Pustakawan Akademis, atau Pustakawan apapun, namun yang terpenting jadilah Pustakawan Unggul Bermoral Mulia!
11
Daftar Pustaka Barret Library and Information Technology Services (n.d.). What is a Citation. Diakses dari http://www.rhodes.edu/barret/5.1.6_citation.pdf Gaiman, N. (2014). Dalam Quotes about Librarians. Goodreads. Diakses dari http://www.goodreads.com/quotes/tag/librarians Hunter, J. (n.d.) The Importance of Citation. Diakses dari http://web.grinnell.edu/Dean/Tutorial/EUS/IC.pdf Kementrian Pendidikan Nasional RI (2010). Permendiknas RI No. 17 tahun 2010. Jakarta: Kemendiknas RI. Diakses dari http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/Permen172010.pdf Texas U&M University Library (n.d.) What is a Citation. Diakses dari library.tamu.edu/help/help-yourself/using-materials-services/online-tutorials/ citing-sources/index.html University of Michigan Library (2014). Citation Analysis Guide. Diakses dari http://guides.lib.umich.edu/content.php?pid=98218&sid=736298