MANAJEMEN RISIKO DALAM PERBANKAN SYARI'AH DI INDONESIA
Oleh : Pratiwi Puspitho Andini., S.H., M.H
I. Pendahuluan
kebangkrutan suatu bank adalah karena ketidakmampuannya dalam memenuhi
Secara
umum
utama bank termasuk
tugas
bank
kebutuhan likuiditasnya. Terkait itu,
syariah
likuiditas yang tersedia harus cukup
adalah untuk menghimpun dana dari
sehingga tidak mengganggu kebutuhan
masyarakat dalam bentuk simpanan.
operasional.
Kemudian dana yang telah terkumpul
masalah
tersebut disalurkan kembali kepada serta
jasa bank
memberikan
lainnya.
Agar
pentingnya
likuiditas
diperlukan
pengelolaan yang serius oleh pihak
masyarakat dalam bentuk pinjaman (credit),
Melihat
perbankan syariah.
jasabisa
Sebagai
salah
satu
pilar
sektor
menghimpun dana dari masyarakat,
keuangan dalam melaksanakan fungsi
maka bank memiliki keharusan untuk
intermediasi
meyakinkan nasabah bahwa uang yang
keuangan,
mereka titipkan dijamin keamanannya.
memerlukan adanya distribusi risiko
Terkait
agar
yang efisien. Tingkat efisiensi dalam
kepada
distribusi risiko inilah yang nantinya
tersebut
menentukan alokasi sumber daya dana
mengenai
di dalam perekonomian. Terkait itu
perbankan,
pelaku sektor perbankan, dan bank
demikian,
bisa memberikan para nasabah,
maka
haruslah
sehat.
likuiditas
di
merupakan
keamanan bank
Kajian dunia
sesuatu
dan
pelayanan
perbankan
jelas
jasa sangat
yang
harus
syari’ah khususnya dituntut untuk
oleh
pihak
mampu secara efektif mengelola risiko
perbankan, praktisi keuangan, ataupun
yang dihadapinya. Penerapan sistem
pihak-pihak ketiga yang berencana
manajemen risiko pada perbankan
menitipkan
syariah sangat diperlukan. Baik untuk
dilakukan,
baik
bank. Pentingnya
itu
dananya di atas
menekan
kemungkinan
likuiditas suatu bank, merupakan salah
kerugian
akibat
satu
memperkuat
cara
penilaian untuk
menentukan apakah
bisa bank
misalnya
terjadinya
risiko
struktur
kecukupan
maupun
kelembagaan, modal
untuk
tersebut dalam kondisi yang sehat,
meningkatkan kapasitas, posisi tawar
cukup sehat, kurang sehat, dan tidak
dan reputasinya dalam mengumpulkan
sehat.
nasabah.
Salah
satu
penyebab 1
Kewajiban
penerapan
manajemen risiko Bank Indonesia (BI)
agar setiap potensi kerugian yang akan
yang disusul oleh ketentuan kecukupan
datang
modal
manajemen sebelum transaksi, atau
dan
menambah
beban
dapat
diidentifikasi
perhitungannya yang dinilai sejauh ini
pemberian
pembiayaan
cukup kompleks, telah memberikan
Konsep
kontribusi penting bagi kelangsungan
terintegrasi,
diharapkan
usaha perbankan nasional.
memberikan
suatu laporan
manajemen
oleh
dilakukan.
risiko
yang mampu yang
singkat dan tepat (sort and quick Bank Indonesia mempunyaiTuntutan pengelolaan
risiko
semakin
report)
besar
pemaparan resiko (risk exposure) yang
standar Internasional oleh Bank For
dihadapi bank secara keseluruhan.
Internasional Settlements (BIS) dalam
Konsep likuiditas di dalam dunia bisnis
bentuk Basel I dan Basel II Accord.
diartikan sebagai kemampuan menjual
Perbankan Indonesia mau tidak mau
aset dalam waktu singkat dengan
harus mulai masuk ke dalam era risiko
(integrated
secara
management)
kerugian
terpadu
lembaga
intermediasi
keuangan
berbasis
bank
syariah
seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank
Hal tersebut sesuai dengan Peraturan tentang
Penerapan
memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan
Manajemen
sangat
agar masing-masing bank menerapkan risiko
sebagai
liabilitas.
penting
bagi
bank
untuk
dikelola dengan baik karena akan
upaya
meningkatkan efektivitas dalam prinsip kehati-hatian pada Bank (Prudential
berdampak
kepada
keuntungan
(profitabililitas)
keberlangsungan
Banking). Penerapan manajemen risiko
(business
pada perbankan mempunyai sasaran
portofolio
Likuiditas merupakan suatu hal yang
Risiko pada Perbankan, yang mengatur manajemen
dunia
adalah kemampuan untuk mengubah
menerapkan sistem manajemen risiko. Indonesia No.5/8/PBI/2003
dalam
Berdasarkan sudut aktiva, likuiditas
khususnya
Bank
likuiditas
minimal.
dengan dunia bisnis secara umum.
kepercayan yang sudah memiliki dasar hukum
paling
perbankan lebih kompleks dibanding
pengawasan berbasis risiko (risk based Sebagai
yang
Pengertian
dan
supervision).
direksi
(board of director) guna mengetahui
dengan adanya penetapan standar-
pengelolaan
kepada pimpinan
peningkatan
dalam
sustainability)
serta bisnis dan
berkelanjutan (continuity). Hal itu juga 2
tercermin
dari
Indonesia
peraturan
PBI
No.
bank
Berdasarkan
6/6/PBI/2004
uraian
latar
belakang di atas, maka dapat
tentang fasilitas likuidasi intrahagi bagi
dirumuskan
bank
permasalahan sebagai berikut:
umum
yang
menetapkan
beberapa
likuiditas sebagai salah satu dari
1.
delapan risiko yang harus dikelola oleh
digunakan Bank Syari’ah untuk
bank Ada beberapa alasan mengapa
meminimalisir
manajemen risiko harus diterapkan di
likuiditas Banknya?
Perbankan begitu
Syariah,
penting.
dan
mengapa
Alasan
tersebut
2.
perusahaan
dilakukan
pihak
tidak di likuidasi?
adalah
jasa
dalam
manajemen bank syari’ah agar
Ely Siswanto diantaranya meliputi : Perbankan
risiko
Apa bentuk pengawasan
yang
menurut Zulfikar dalam M. Sulhan dan
1.
Bagaimana metode yang
3.
yang
Apa
akibat
keberlakuan
hukum
likuiditas
bagi
pendapatannya diperoleh dari
kelangsungan kegiatan usaha
interaksi
Bank syariah?
dengan
nasabah
sehingga risiko tidak mungkin tidak ada,
III. Pembahasan
2.
Dengan mengetahui risiko
3.1. Metode yang digunakan Bank
maka kita dapat mengantisipasi
Syari'ah untuk meminimalisir risiko
dan mengambil tindakan yang
dalam likuiditas Bank
diperlukan dalam menghadapi Terkait
nasabah bermasalah, 3.
Dapat
menumbuhkan
dihadapkan (risk)dan
merupakan
risk).
aktivitas operasional, dan Faktor
sejarah
persoalan
pengembalian Risiko
ketidakmampuan krisis
resiko (return).
likuiditas bank
adalah dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek.
Perbankan Nasional.
Pengertian lain ialah risiko yang disebabkan
bank
tidak
memenuhi
kewajiban yang telah jatuh tempo.
II. Permasalahan
pada
Terutama risiko likuiditas (likuidity
fungsi sangat penting dalam
4.
aktivitas
operasionalnya, bank syari’ah akan
lebih pemahaman
pengawasan,yang
dengan
3
Faktor yang menyebabkan bank
likuiditas yang memadai dan optimal.
mengalami risiko likuiditas ialah bank
Besar kecilnya risiko likuiditas banyak
tidak
ditentukan beberapa indikator yaitu:
dapat
memaksimumkan
pendapatan karena adanya desakan 1. Kecermatan perencanaan arus
kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu,
kas (cash flow) atau arus dana
bank harus memperhatikan jumlah
(fund
likuiditas yang tepat. Terlalu banyak jumlah likuiditas akan menyebabkan turunnya
efisiensi
bank
tersebut.
kebutuhan
operasional
pembiayaan
dan
prediksi
pertumbuhan
dana,
funds).
likuiditas yang tersedia pada bank itu akan
prediksi
fluktuasi dana (volatility of
tingkat profitabilitas. Sebaliknya jika kecil
berdasarkan
termasuk mencermati tingkat
Akibatnya, berdampak pada rendahnya
terlalu
flow)
mengganggu
2. Ketepatan
sehari-hari,
struktur
dalam
mengatur
dana,
termasuk
dengan kata lain tingkat likuiditas yang
kecukupan dana-dana non-PLS
terlalu kecil akan berpotensi untuk
(profit and lost sharing).
meminjam dana dengan harga yang
3. ketersediaan aset yang siap
tidak diketahui sebelumnya. Tindakan seperti
itu
akan
dikonversikan menjadi kas,
berakibat
meningkatnya biaya, akhirnya akan
4. kemampuan menciptakan akses
menurunkan tingkat profitabilitas. Risiko
likuiditas
ke pasar antara bankl atau sumber dana lainnya, termasuk
pada
fasilitas lender of last resort.
umumnya berasal dari dana pihak ketiga, aset-aset dan kewajiban kepada counter-parties.
Komponen
Guna mencapai tujuan tersebut,
off
maka
bank
harus
menetapkan
balance sheet yang paling signifikan
kebijakan pengelolaan risiko likuiditas
dalam likuiditas bank dan pemenuhan
yang
pendanaaannya
adalah
pemeliharaan cadangan likuiditas yang
nasabah.
karena
Oleh
komitmen itu,
bank
mencakup
antara
lain
optimal, pengukuran dan penetapan
mengelola risiko likuiditas agar dapat
limit
memenuhi setiap kewajiban financial
analisis skenario, dan contigency plan,
yang sudah disepakati dengan tepat
penerapan strategi pendanaan, dan
waktu, dan dapat memelihara tingkat
4
resiko
likuiditas,
merancang
mempertahankan kapasitas dana yang
tesedia instrument sertifikat Investasi
cukup di pasar.
Mudharabah Antarbank (IMA) dan aturan-aturan tentang pasar keuangan
Manajemen
likuiditas
antar bank dengan prinsip syari’ah
merupakan suatu proses pengendalian dari
alat-alat
likuid
yang
(PUAS), serta Sertifikat Wadiah Bank
mudah
Indonesia
digunakan guna memenuhi kewajiban bank yang harus segera dibayar sesuai hari
jatuh
tempo.
pengendalian
(SWBI).
likuiditas
juga
perkiraan
kebutuhan
Pengelolaan
mencakup kas
pula untuk
memenuhi ketentuan likuiditas wajib
likuiditas bank dilaksanakan setiap hari
dan penyediaan instrument-instrumen
berupa jaminan agar semua alat-alat
likuiditas
likuid, seperti uang kas dan saldo giro
sebesar
jumlah
yang
dibutuhkan. Kebutuhan likuiditas bank
pada bank indonesia. Hal tersebut
secara garis besar bersumber dari dua
dapat dimanfaatkan guna memenuhi
kebutuhan yaitu:
tagihan dari nasabah yang datang setiap saat misalnya dana simpanan
1. Untuk memenuhi kebutuhan
giro, para deposan dan pinjaman dari
penarikan
bank lain yang jatuh tempo. Maka,
deposan.
bank sebagai intermediary keuangan
dana
oleh
para
2. Untuk memenuhi kebutuhan
harus menjaga posisi likuiditas dengan
pencairan
dan
permintaan
baik.
kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui. Pengelolaan
likuiditas
merupakan suatu fungsi terpenting
Aktivitas manajemen bank mencakup
dalam perbankan. Untuk terlaksananya
banyak
fungsi pengelolaan likuiditas secara
pasiiva bank. Penjelasan mengenai sisi
efisien dan menguntungkan diperlukan
pasiva bank atau pengelolaan sumber
adanya instrumen dan pasar keuangan
dana bank, dan pengelolaan sisi aktiva
baik yang bersifat jangka pendek
bank
maupun jangka panjang. Keperluan
pengelolaan likuiditas. Fusngsi utama
yang mendasar, yaitu penempata dan
likuiditas adalah jaminan bahwa uang
pemenuhan kebutuhan jangka pendek
yang di simpan atau dipinjamkan
untuk perbankan yang berdasarkan
kepada bank dapat dibayar kembali
prinsip syari’ah di Indonesia, telah
oleh bank tersebut pasa saat jatuh
5
aspek
hanya
pengelolaan
difokuskan
aktiva
pada
tempo. Pada umumnya penyimpan
Mengatur
tingkat
uang di bank bersikap risk everse
sangat
(menghindari risiko. Oleh karena itu,
pengelolaan dana-dana bank. Tingkat
selama
dinilai
likuiditas suatu bank mencerminkan
mempunyai likuiditas tinggi, maka
sampai berapa jauh suatu bank dapat
pemilik dana tidak akan ragu-ragu
mengelola dananya dengan sebaik-
menempatkan
baiknya.
bank
tersebut
atau
menyimpan
penting
likuiditas
sekali
dalam
uangnya di bank tersebut. tapi bila bank
dinilai
memiliki
Adapun teori yang menjadi
masalah
landasan
likuiditas, maka pemilik dana akan
likuiditasnya
berpikir kembali untuk menempatkan bank syari’ah banyak bergantung pada:
I.
nasabah,
(deposit)
kepercayaan teknis
pada yang
berhubungan
dengan
selama
harta
berwujud
dalam
bentuk
pinjaman
pada
waktu
perdagangan
normal, dengan kata lain teori
4. Akses kepada psar antarbank
ini
lebih
menitikberatkan
pada
lainnya,
likuiditas untuk hari ini.
termasuk fasilitas lender of last
Dimana teori ini hanya
resort dari bank sentral. Teknik
berperan
pada
tingkat
duration gap manajemen dapat
likuiditas
dengan
jangka
diaplikasikan
pendek dalam perbankan
oleh
bank
syari’ah, bukan dalam rangka
khususnya
menghindari
syari’ah.
bunga, mengatur
risiko
tingkat
melainkan
untuk
cash
flow
perbankan
1. Teori Shiftabiliti (Shiftability
atau
Theory)
mengendalikan likuiditasnya.
(The
transaksi
dikonvensikan menjadi kas. dana
Komersial
Teori
dicairkan
3. Ketersediaan aset yang siap
sumber
teori
jangka pendek yang mampu
pengaturan stuktur liabilitas.
dan
menggunakan
Likuiditas akan terjamin
dana-dana non PLS. 2. Kompetensi
mengatur
Commersial Loan Theory)
1. Tingkat kelabilan (volatility) simpanan
Syari’ah
sebagai berikut:
uangnya di bank tersebut. Likuiditas
dari
Bank
6
Teori
shiftability
ini
dana secara teratur guna
menganjurkan bank untuk
kebutuhan atas likuiditas
memberikan pinjaman yang
akan
dibayar dengan pemberian
penerapannya
sebelumnya menggunakan
sangatlah
jaminan surat berharga atas
digunakan dalam kegiatan
pinjaman
sehingga
usaha perbankan khususnya
diperoleh kas yang cukup.
perbankan syari’ah dimana
Teori ini juga menyarankan
bank harus mengantisipasi
likuiditas
suatu
ditanggulangi
sesegera
aktiva.7
untuk
Teori
ini
menyarankan
dengan
mempertahankan
tingkat
bank
4. Theory
ini
efisien
untuk
mungkin mengatur
guna tingkat
Trade-Off
Between
Likuidity and Profitability
cara
menginvestasikan
teori
likuiditas yang akan masuk.
syari’ah
dengan
Dalam
kewajibannya
melalui pergeseran wujud
likuiditas
modal
Terdapat
konflic
of
dalam wujud harta sehingga
interest
bisa mampu memperoleh
kepentingan)
tingkat
likuiditas dan profitabilitas
likuiditas
yang
stabil.
(pertentangan antara
yang akan dihadapi bank syari’ah yaitu satu sisi bank
3. Teori Antisipasi Pendapatan
harus
(anticipated income theory)
menjaga
posisi
likuiditasnya dengan cara
Teori ini, bank layak
memperbesar cadangan kas.
memberikan kredit jangka
Hal
panjang yang pelunasannya
sebagian dana menganggur
dijadwalkan sesuai dengan
(idle
ketepatan
Jadwal
tingkat
berupa
menurun,
waktu.
pembayarannya
terpenuhi.
ini
mengakibatkan
fund).
profitabilitas sebaliknya
angsuran pokok dan bunga
apabila
kemudian dijadikan sebagai
bertujuan
supplier arus kas atau aliran
keuntungan
7
Akibatnya,
bank
tersebut mencapai
yang
besar,
maka
bank
mengorbankan karena
harus
marketing dengan bank-bank lain,
likuiditas,
cadangan
merupakan
terutama untuk contingenty likuidity.
yang sumber
likuiditas digunakan untuk bisnis.
3.2.
Sehingga
menyebabkan
Bentuk
Pengawasan
Yang
Dilakukan Pihak Manajemen Bank
posisi
Syari’ah Agar Tidak Di Likuidasi.
likuiditas menurun. Teori ini
mengatur
tingkat
Bisnis perbankan khususnya
likuiditasnya dengan cara
perbankan syari’ah merupakan suatu
yang bertentangan dengan
bisnis yang penuh risiko, disamping
profitabilitas
bank
menjadikan keuntungan yang besar
yang dimana disatu sisi
jika dikelola secara baik dan hati-hati
bank harus menjaga tingkat
(prudent). Dikatakan bisnis penuh
kestabilan alat likuiditasnya
risiko
di sisi lain bank syari’ah
aktivitasnya
juga
mengandalkan
suatu
harus
mencari
ke
karena
sebagian
besar
dana
titipan
untungan demi kelancaran
masyarakat,
usaha banknya.
tabungan, giro, maupun deposito.
Agar tercapai strategi likuiditas yang
(full risk business)
efektif,
maka
baik
dalam
bentuk
Besarnya peran yang diemban
kebijakan
oleh sektor perbankan syariah, bukan
manajemen likuiditas harus dipadukan
berarti membuka kebebasan sebebas-
dengan kebijakan unit operasionalnya,
bebasnya
seperti kebijakan manajemen GAP dan
mendirikan,
PRICING. Sebagai ilustrasi, apabila
menjalankan
bank
suku
khususnya perbankan syari’ah tanpa
bunga pasar akan turun dan bank
didukung atau di back-up dengan
memutuskan untuk mengambil posisi
aturan perbankan syari’ah yang baik
GAP negatif, hal ini berarti akan
dan sehat. Pemerintah melalui otoritas
berpengaruh
berkurangnya
keuangan dan perbankan berwenang
likuiditas bank. Untuk mengatasinya
menetapkan aturan dan bertanggung
bank, dapat membuat perjanjian money
jawab
mengantisipasi
kepada
bahwa
bagi
siapa
saja
mengelola, bisnis
melakukan
untuk ataupun
perbankan
pengawasan
terhadap jalannya usaha dan aktivitas
8
perbankan. Oleh karenanya, kebijakan
(BPPN), bahkan lebih tragis lagi bagi
pemerintah di sektor perbankan harus
beberapa bank swasta nasional
diarahkan pada upaya mewujudkan . Perjanjian baku ini mengandung
bank yang sehat, kuat dan kokoh.
kelemahan karena syarat-syarat yang Hal ini mengingat kebijakan di
ditentukan secara sepihak dan pihak
bidang perbankan ini tidak lagi semata-
lainnya terpaksa menerima keadaan itu
mata
karena posisinya yang lemah.
memegang
dalam
peranan
pengembangan
penting
infrastruktur terpaksa dilikuidasi pada masa awal
keuangan dalam rangka mengatasi kesenjangan
antara
tabungan
krisis ekonomi dan keuangan melanda
dan
Indonesia.
investasi, tetappi juga berperan penting dalam memelihara kestabilan ekonomi
Salah
makro melalui keterkaitannya dengan efektivitas
kebijakan pada
pengelola dan pemilik bank yang
penyempurnaan
cenderung mengeskploitasi dan/ atau mengabaikan
perbankan. Mulai dari Undang-undang
dalam
hingga peraturan yang sifatnya teknis cukup
tersedia.
yang
keropos adalah akibat perilaku para
peraturan-peraturan hukum dibidang
sudah
faktor
membuat sistem perbankan nasional
moneter.
Pemerintah telah cukup mencurahkan perhatian
satu
berusaha,
penunjang
Bahkan,
prinsip lain,
kehati-hatian
disamping yakni
faktor
lemahnya
pengawasan dari bank BI.
peraturan yang berhubungan dengan prinsip kehati-hatian pun (prudential
Untuk
mengembalikan
regulation) sudah sangat memadai.
kepercayaan
Namun
kelengkapan
perbankan, pemerintah mengeluarkan
peraturan terutama menyangkut prinsip
jaminan kewajiban pembayaran bank
kehati-hatian tidaklah cukup untuk
umum atau dikenal dengan blangket
dijadikan ukuran bahwa perbankan
guarantee yang merupakan financial
nasional
segala
safety net dengan keputusan presiden
permasalahan. Buktinya sebagian besar
Nomor 26 tahun 1998. Ada 2 (dua)
bank nasional (khususnya bank swasta)
dasar hukum yang berkaitan dengan
merupakan bank bermasalah, yang satu
exit policy disektor perbankan dari segi
per
pandang hukum positif yang terdalat
satu
Penyehatan
demikian,
lepas
masuk
dari
dalam
Perbankan
Badan Nasional
dalam 9
pasal
masyarakat
37
terhadap
Undang-undang
perbankan, selain itu disebut dalam
keberadaan tim likuidasi yang dibatasi
pasal
undang-undang
selama 5 tahun pada “bank” yang telah
mengemukakan
bubar apabila masih terdapat aset
1
ayat
kepailitan
(3)
yang
“dalam hal menyangkut debitur yang merupakan
bank,
bermasalah.
permohonan 3.3.
pernyataan pailit hanya dapat hanya
Akibat
Hukum
Keberlangsungan Likuiditas Bagi
dapat diajukan oleh Bank Indonesia”.
Kelangsungan
ketentuan pasal tersebut menunjukkan
Kegiatan
Bank
Syari’ah
bahwa bank indonesia mempunyai wewenang yang sangat metentukan
Dalam
tentang pernyataan pailit terhadap
selalu
suatu bank konvensional dan bank
mengelola
akan
likuiditas,
terjadi
benturan
kepentingan antara keputusan untuk
syari’ah. Namun dalam prakteknya,
menjaga likuiditas dan meningkatkan
sampai saat ini bank indonesia tidak
pendapatan. Bank yang selalu berhati-
pernah mengajukan permohonan pailit
hati dalam menjaga likuiditas akan
terhadap suatu bank khususnya bank
cenderung memelihara alat likuid yang
syari’ah.
relatif
lebih
besar
dari
yang
diperlukannya dengan maksud untuk menghindari Dengan khusus
adanya
tentang
peraturan
pencabutan
namum
kesulitan
disisi
lain
likuiditas, bank
juga
izin,
dihadapkan pada biaya yang besar
pembubaran, dan likuidasi bank dan
berkaitan dengan pemeliharaan alat
jaminan dana simpanan nasabah, tetapi
likuid yang berlebihan. Oleh karena
permasalahan
itu, dalam manajemen likuiditas perlu
belum
terselesaikan,
karena dalam pelaksanaan kewenangan
adanya
Bank
kepentingan diatas.
Indonesia
untuk
melakukan
keseimbangan
antara
dua
pencabutan, pembubaran, dan likuidasi bank
berdasarkan
Secara sederhana arti likuiditas
Peraturan
adalah ketersedianya uang kas yang
Pemerintah Nomor 25 tahun 1999
cukup
tentang pencabutan, pembubaran, dan belum
tersentuh,
masalah
misalnya
likuiditas
penting
sekali,
karena berkaitan dengan kepercayaan
berkaitan dengan kepastian hukum
nasabah
sewaktu-waktu
diperlukan. Bagi dunia perbankan,
likuidasi bank, terdapat beberapa hal yang
apabila
10
terhadap
bank.
Untuk
membina
hubungan
baik
dengan
4. Menjalankan
Likuiditas
nasabah , maka pihak bank sedapat
(likuidity run) terjadi ketika
mungkin
nasabah mengalami kesulitan
harus
memenuhi
mencoba
kebutuhan
untuk nasabah
likuiditas
karena
kehilangan
terutama akan permintaannya terhadap
sumber
pendapatan
kredit ataupun transaksi bisnis lainnya.
peningkatan pengeluaran yang
dan
disebabkan oleh alasan yang Konsep likuiditas berdasarkan
tidak terduga. Kondisi ini tentu
atas kegiatan bank komersiil dan
saja
pengelolaan dananya. Resiko likuiditas
kemampuan
adalah salah satu faktor yang mendasar risiko
likuiditas
kemungkinan
kerugian
adalah
dapat
yang
kerugian
likuiditas dapat
keharusan
waktu
singkat
yang
arus
cukup
dana untuk
mempertahankan
untuk
atau
memperoleh
tembahan
menjual aset atau mengumpulkan dana dalam
memprediksi
perusahaan tersebut memiliki
Kemungkinan
karena
kewajibannya
bank dapat menaksir apakah
uang kas dalam rangka pemenuhan terjadi
dalam
likuiditas sebuah perusahaan,
memenuhi kebutuhan akan adanya nasabah.
nasabah
kepada bank. Sekalipun tidak
disebabkan karena usaha-usaha untuk
kebutuhan
mempengaruhi
menyampaikan
pada dunia perbankan, yang dimaksud dengan
akan
cash flow-
nya seperti sedia kala.
menghadapi situasi keuangan tertentu. Akibat hukum bagi bank syari’ah Terdapat setidaknya tiga (3)
dengan meningkatnya risiko likuiditas
risiko yang timbul akibat dari kondisi
diantaranya:
nasabah setelah pencairan pembiayaan, yaitu sebagai berikut.
1. Penurunan sistem kepercayaan terhadap sistem perbankan.
1. Dalam
Perdagangan
(Over
2. Penurunan
Trading)
terhadap suatu bank.
2. Perdagangan Yang Merugikan
3. Ketergantungan
(Adverse Trading) 3. Menjalankan
kepada
deposan inti Likuiditas
4. Berlebihnya
(likuidity run)
kepercayaan
dana
jangka
pendek atau long term asset.
11
5. Keterbatasan secara syari’ah
cara
langsung
dan
tidak
pada aset securization karena
langsung.
pembatasan
langsung dilakukan BI dengan
untuk
menjual
utang. (sale of debt).
Pengawasan
tidak
cara memeriksa laporan yang disampaikan oleh bank. Bank
IV. Kesimpulan dan Saran.
wajib menyampaikan kepada BI tentang segala keterangan
1. Kesimpulan
dan
penjelasan
mengenai
kegiatan usahanya. Sedangkan
Berdasarkan hasil pembahasan skripsi mengenai manajemen risiko
pengawasan
dalam likuiditas perbankan syari’ah di
melakukan
Indonesia
langsung ke bank dengan cara
maka
dapat
diambil
BI
pemeriksaan
memeriksa
kesimpulan sebagai berikut:
langsung,
buku-buku
dan
berkas-berkas yang ada pada 1. Metode yang digunakan bank
bank.
syari’ah untuk meminimalisir
Di
sini
memberi
risiko dalam likuiditas adalah
dalam
bank
bantuan rangka
pada
kebenaran
dari
Teori
keterangan,
dokumen
Commersial kedua,
(The
Loan
Teori
Theory),
penjelasan
Shiftabiliti
BI
memperoleh
menggunakan teori: pertama, Komersial
wajib
yang
segala dan telah
dilaporkan
(Shiftability Theory), ketiga, Teori Antisipasi Pendapatan
Sebuah bank bermasalah tentu
(anticipated income theory), ke
ada penyebabnya. Dari segi
empat.
penyebabnya hanya ada dua
Theory
Between
Trade-Off
Likuidity
faktor, yaitu faktor yang berasal
and
dari dalam bank (interen) dan
Profitability
berasal 2.
Bentuk
pengawasan
dilakukan
pihak
yang
luar
bank
(eksteren).
manajemen
bank syari’ah agar tidak di
Adapun faktor interen bank
likuidasi. BI mengawasi bank
antara lain disebabkan oleh hal-
baik
hal sebagai berikut:
bank
konvensional
maupun bank syari’ah dengan
dari
1. Adanya Kredit Macet 12
2. Transaksi yang spekulatif
3. Ketergantungan deposan inti
3. Melakukan perbuatan curang 4. Pengaruh
negatif
kepada
4. Berlebihnya
konflik
dana
jangka
pendek atau long term asset.
interen bank
5. Keterbatasan secara syari’ah Faktor
eksteren
meliputi
pada aset securization karena
sebagai berikut:
pembatasan
yang dapat menyebabkan bank bermasalah
menjual
utang (sale of debt).
Faktor yang berasal dari luar menjadi
untuk
2. Saran
adalah
adanya isu atau berita tidak
Berdasarkan pemaparan diatas,
benar dari warga masyarakat.
penulis hendak memberikan saran
Isu yang menyesatkan dapat
sebagai berikut:
mempengaruhi para nasabah bank
menarik
secara
besar-besaran
sehingga
I.
simpanannya
bank
(rush)
Kepada Bank Syari’ah: 1. Hendaknya
menjadi
dengan
adanya
pengelolaan manajemen risiko
kekurangan dana.
likuiditas perbankan syariah, perbankan syari’ah di Indonesia
3. Akibat hukum keberlangsungan
dapat lebih berhati-hati dalam
likuiditas bagi kelangsungan
mengelola dan meminimalisir
kegiatan bank syari’ah
risiko likuiditas. Akibat
Hukum
dengan
2. Pihak bank syari’ah haruslah
meningkatnya risiko likuiditas
melakukan
diantaranya:
hatian
prinsip
yang
kehati-
sebaik-baiknya
karena untuk mengantisipasi 1. Penurunan sistem kepercayaan
terjadinya likuidasi bank bisa di
terhadap sistem perbankan; 2. Penurunan
pengaruhi
pihak
luar
maupun pihak dalam bank
kepercayaan
syari’ah itu sendiri.
terhadap suatu bank II.
dari
13
Kepada Bank Indonesia:
Peran Bank Indonesia terkait sektor perbankan di Indonesia khususnya perbankan
syari’ah
sangatlah
penting
karena Bank Indonesia juga harus mengawasi jalannya
suatu
usaha
perbankan. III.
Kepada terkait
semua dalam
pihak
yang
likuiditas
perbankan syari’ah adalah: Semua pihak haruslah menyatu dalam penerapan
pengendalianlikuiditas
supaya untuk menjaga agar perbankan syari’ah tidak terkena likuidasi dan tidak terkena dampak hukum dari keberlangsungan likuiditas bank itu sendiri.
14
Daftar Pustaka Adiwarman A. Karim, 2006,Bank Islam. Analisis Fiqih Dan Keuangan Edisi ketiga,Jakarta, PT. Raja Grafiindo Persada, Adiwarman A. Karim, Robert Tampubolon, 2006, Risk Management ,Manajemen Risiko: Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, cet. Ke-3, Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perbankan: Suatu tinjauan pencucian uang, merger, likuidasi, dan kepailitan,Jakarta; Sinar Grafika. Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman.2010, Hukum Perbankan Jakarta,Sinar Grafika. Gatot Supramono, 2009, Perbankan Dan Masalah Kredit. Suatu Tinjauan Dibidang Yuridis,Jakarta; Rineka Cipta. Irsyat Lubis. 2010, Bank dan Lembaga Keuangan.Medan; USU PRESS. Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Cet. I, Bandung, Alumni. Muhamad. 2002, Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta; UPP AMPYKPN. M. Sulhan. Ely Siswanto, 2008, Managemen Bank Konvensional Dan Syariah, Malang, UIN Malang Press, Thamrin Abdullah. Francis Tantri. 2012, Bank dan Lembaga Keuangan. Depok: Rajawali Pers. Zainal Asikin, 1995, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia.,Jakarta; PT Raja Grafindo Persada. Zainul Arifin, 2009, Dasar-dasar Manajemen bank syari’ah-edisi revisi Tanggerang, Azkia Publisher.
15
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah PBI No. 6/6/PBI/2004 tentang Fasilitas Likuidasi intrahagi Bagi Bank Umum.
16