1 Manajemen Penelitian
1
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
P
enelitian dan pengembangan (litbang) teknologi merupakan kegiatan sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Negaranegara maju merupakan contoh konkrit keberhasilan pergembangan teknologi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut. Demikan juga, bagi badan-badan usaha, hasil litbang dapat merupakan syarat keberlanjutan kehidupan badan usaha tersebut. Kita dapat menyaksikan berbagai contoh perusahaan, baik di bidang farmasi, elektronik, teknologi informasi, komunikasi, energi dan lainnya, yang usahanya dapat berkelanjutan karena selalu mampu menghasilkan produk baru yang diperlukan masyarakat. Tujuan litbang teknologi adalah menghasilkan suatu metode, suatu produk atau suatu proses, baik berupa metode baru, produk baru, proses baru atau perbaikan dari yang lama. Kegiatan litbang timbul karena didorong oleh kebutuhan pasar, atau oleh adanya penemuan ilmu pengetahuan yang berpotensi menghasilkan teknologi yang mampu jual di pasar. Sering dikatakan, ide suatu teknologi berasal dari laboratorium ke pasar, atau dari pasar ke laboratorium. Kita ingat, bahwa tiga puluh tahun lalu telepon selular masih sangat langka dan mahal. Namun, atas dorongan pasar dan penemuanpenemuan di bidang elektronik dan perangkat lunak, penelitian mengenai telepon selular menjadi sangat intensif sehingga dihasilkan perangkat telepon dengan harga terjangkau oleh hampir seluruh masyarakat dunia. Pada gilirannya, industri telepon selular menjadi bisnis raksasa menciptakan jutaan tenaga kerja dan ikut mendorong pertumbuhan perekonomian dunia. Demikian juga halnya dengan produk-produk teknologi informasi dan multimedia lainnya. Di negara-negara maju, dengan sangat tingginya penguasaan ilmu dan teknologi, perekonomian mereka juga bergeser ke arah industri yang berbasis sangat padat pengetahuan. Bayangkan, dulu mereka mengandalkan industri mobil, peralatan elektronik, komputer dengan mengekspor barangbarang tersebut ke negara-negara lain. Sekarang, mereka tetap makin menguasai teknologi dari berbagai industri tersebut tapi fabrikasinya mereka pindahkan ke negara-negara konsumen sehingga mereka bebas dari limbah industrinya. Di negara-negara maju itu sendiri berkembang industri
2
Manajemen Penelitian
berbasis ‘otak’ dengan berbagai pusat riset Negara-negara maju yang menghasilkan teknologi informasi merupakan contoh konkrit dan perangkat lunak, yang hasilnya keberhasilan pengembangan merupakan komoditi ekspor. Contohnya, teknologi dalam komputer pribadi yang mengubah wajah meningkatkan pertumbuhan dunia. Selain itu, perangkat lunak sistem ekonomi negara-negara operasi Windows, yang dijual dengan tersebut. harga ratusan dollar dalam keping cakram yang nilainya hanya satu dollar. 20 keping cakram berisi perangkat lunak tersebut sudah senilai satu mobil atau 10 ton beras atau 100 barel minyak. Sampai tahun 2013 hampir satu miliar perangkat tersebut terjual ke seluruh dunia dan tertanam di miliaran komputer pribadi. Belum lagi produk-produk Microsoft lainnya seperti Microsoft Office dan lain-lain aplikasinya Produk-produk Apple juga demikian, seakan berlomba dengan Microsoft. Sekarang, industri teknologi informasi Amerika Serikat menghasilkan ratusan ribu jenis perangkat lunak untuk berbagai keperluan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan manusia. Ada yang harganya ratusan ribu dollar per satuannya, terutama untuk kegunaan khusus di bidang manufaktur, transportasi, militer, keamanan, energi dan banyak lainnya. Belum lagi perangkat-perangkat keras dan lunak yang bersifat penggunaan global, yang disebut sebagai revolusi internet seperti e-mail, aplikasi-aplikasi teknis dan bisnis, aplikasi permainan, multimedia, yang oleh Bill Gates disebut sebagai landasan revolusi selanjutnya. Bayangkan betapa besar nilai tambah yang mereka hasilkan dari industri ‘otak’ tersebut, dan hampir tanpa limbah sama sekali. Negara kita masih jauh dari situasi tersebut. Tenaga ilmuwan dan teknik kita masih sangat minim. Data Bank Dunia menunjukkan bahwa pada tahun 2009 misalnya, jumlah ilmuwan kita yang bekerja dalam ‘industri pengetahuan’ hanya 90 per sejuta penduduk. Bandingkan dengan Tiongkok 10 kali kita, Korea Selatan 55 kali, dan negara-negara Barat 30-60 kali. Belanja penelitian dan pengembangan Indonesia hanya 0,08 % dari GDP, bandingkan dengan Korea Selatan yang 3,5 %, Singapura 2,4 %, Tiongkok 1,70 %, dan Malaysia 1,07 %. Negara kita masih memerlukan waktu dan usaha yang besar untuk mencapai status seperti negara-negara maju tersebut.
3
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Perekonomian kita sekarang masih berbasis ekspor bahan mentah. Komoditas hasil pertanian ataupun tambang yang kita ekspor masih berupa bahan mentah yang bernilai murah. Di negara pembeli bahan tersebut diolah menjadi bernilai tinggi dan diekspor kembali ke negara kita. Jadi saat ini, upaya awal kita adalah memberikan nilai tambah kepada bahan mentah tersebut dengan mengolahnya menjadi produk semi final atau final sebelum diekspor. Dalam pengolahan ini peran teknologi menjadi sangat penting agar dihasilkan produk yang bernilai tinggi tapi dengan biaya pengolahan yang kompetitif. Dengan cara demikian dapat didorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta lapangan kerja yang luas. Minyak dan gas, atau migas, sampai puluhan tahun ke depan, masih merupakan energi primadona, sehingga pasar atau konsumen menuntut agar selalu terjamin keamanan ketersediaan energi ini. Di lain pihak, sumbersumber migas yang tersisa hanya berada di kawasan yang sulit secara geologi. Karena itu, industri migas masih terus memerlukan teknologi baru untuk mampu menemukan sumber-sumber migas baru. Juga diperlukan teknologi produksi yang lebih efektif agar mampu menguras lebih banyak minyak dan gas yang tersimpan dalam reservoar. Di sisi hilir, diperlukan teknologi pengolahan migas untuk mampu menghasilkan bahan bakar berkualitas tinggi dan ramah lingkungan. Di bidang aplikasi, produk migas juga diperlukan teknologi bahan bakar dan pelumas untuk menjawab tuntutan perkembangan mesin untuk kendaraan maupun industri. Lebih jauh lagi, industri petrokimia, baik hulu maupun hilirnya, merupakan kegiatan industri yang sangat luas karena menghasilkan ratusan ribu jenis produk turunannya. Industri migas juga tertantang untuk mampu menurunkan biaya produksi sehingga diperlukan teknologi yang dapat menurunkan biaya kegiatan migas, dari hulu sampai hilir. Pada era tahun 1985-2000, harga minyak sangat murah sehingga industri migas harus mampu menurunkan biaya produksi untuk menjaga keberlangsungan hidup mereka. Litbang migas dunia sangat ditingkatkan pada era tersebut sehingga telah dapat dihasilkan teknologi yang mampu menurunkan biaya produksi migas secara signifikan.
4
Manajemen Penelitian
Kunjungan kerja Menteri Pertambangan dan Energi Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto ke LEMIGAS, 12 November 1998
Organisasi Penelitian Dan Pengembangan Tujuan dari organisasi penelitian adalah untuk menghasilkan produk-produk penelitian yang diminta atau diperlukan oleh pemilik organisasi, baik pemerintah maupun perusahaan swasta. Penelitian dan pengembangan memerlukan sumber daya yang besar, baik tenaga ahli, dana dan fasilitas penelitian, karena itu kegiatan ini harus dilakukan dalam suatu organisasi, apakah yang yang berada dalam korporasi, atau lembaga pemerintah Organisasi penelitian harus mampu membuktikan eksistensinya melalui produk-produknya. Pada perusahaan swasta, penelitiannya harus mampu menghasilkan produk-produk bernilai komersial yang memberikan keuntungan yang menarik dan dapat menumbuhkan skala usaha perusahaan tersebut dari waktu ke waktu. Dengan demikian, lembaga penelitiannya harus mempunyai sasaran dan target penelitian yang jelas. Misalnya, seperti yang dicontohkan oleh beberapa organisasi penelitian yang berada di bawah perusahaan-perusahaan minyak raksasa seperti Exxon-Mobil, Total, Shell, BP, Petrobras dan lain-lain. Lembaga penelitian Petrobras misalnya, berhasil membawa perusahaan induknya menjadi berkaliber dunia dengan
5
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
kesuksesannya dalam pengembangan eksplorasi, pengeboran dan eksploitasi Lembaga penelitian di laut dalam, optimalisasi proses-proses yang dibiayai pemerintah kilang, produksi etanol dan biodiesel dan seharusnya berpola pikir banyak lainnya. Petrobras telah berhasil yang sama dengan lembaga menemukan lapangan minyak raksasa penelitian swasta. pada zona cadangan minyak yang sangat dalam dari permukaan tanah yang berada di laut yang juga sangat dalam. Penemuanpenemuan tersebut membawa Brazil menjadi eksportir minyak yang sebelumnya adalah importir. Lembaga penelitian yang dibiayai pemerintah seharusnya berpola pikir yang sama dengan lembaga penelitian swasta. Eksistensi dari lembaga tersebut seharusnya tergantung dari keberhasilannya dalam menghasilkan produkproduk yang diminta pemerintah. Lembaga-lembaga penelitian energi milik pemerintah di Amerika Serikat misalnya, dibiayai melalui penugasan programprogram penelitian yang ditargetkan dapat membantu penyelesaian masalah energi di negara tersebut. Sebagai contoh, NREL (National Renewable Energy Laboratory) USA mendapat tugas meneliti sumber-sumber atau cara-cara menghasilkan berbagai jenis energi baru yang layak komersial dan mampu kompetitif terhadap jenis energi lainnya. Karena itu, ada ungkapan yang mengatakan bahwa lembaga penelitian yang mandul tanpa produk yang jelas dijuluki sebagai “vampire institute” karena dibiayai dari darah dan keringat rakyat tapi tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi bangsa.
6
Manajemen Penelitian
Kriteria Keberhasilan Organisasi Penelitian dan Pengembangan Kriteria atau indikator untuk menilai keberhasilan lembaga penelitian adalah keluaran atau outputs, hasil atau outcomes, manfaat atau benefits, serta dampak atau impacts. Keluaran (Outputs) adalah hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program. Hasil (Outcomes) mencerminkan berfungsinya keluaran (merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan dari outputs yang dirasakan langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik. Dampak (Impacts) adalah ukuran dari tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Pada Tabel 1.1 disajikan contoh penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut di bidang penelitian dan pengembangan energi dan sumber daya mineral, baik untuk penelitian teknologi, penyelidikan sumber daya maupun untuk penelitian yang bersifat memberi masukan dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Survei ke dunia penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa tidak semua hasil penelitian berujung ke outputs, misalnya ke komersialisasi. Penyebabnya bisa oleh tidak tuntasnya dan tidak terintegrasinya perencanaan awal sampai perencanaan akhir, baik dari sisi metodologi, penyediaan sumber-sumber untuk pelaksanaannya, tidak diterapkannya manajemen risiko dalam perjalanan penelitian, dan tidak tersampaikannya produk penelitian ke ranah kegiatan ekonomi, baik karena ternyata tidak layak ekonomi atau tidak adanya perangkat pemasaran di instansi penelitian yang bersangkutan. Manajemen penelitian yang tepat sangat perlu diterapkan agar organisasi tersebut menghasilkan produk-produk penelitian yang dapat diterima dan dimanfaatkan oleh korporasi terkait ataupun masyarakat ekonomi dan dapat menjadi salah satu pemacu pertumbuhan ekonomi nasional. Kegagalan dalam menghasilkan produk penelitian hanya akan merupakan beban bagi korporasi yang membawahinya dan juga merupakan pemborosan uang negara oleh lembaga penelitian yang dimilikinya.
7
SOLUSI PERSOALAN PEMERINTAH
SOLUSI PERSOALAN INDUSTRI
PETA POTENSI
SURVEI GEOLOGI LAUT DI AREA XXX (PPGL)
8 PROSES BARU
WIND TURBIN UNTUK KECEPATAN ANGIN RENDAH S.D. SEDANG
PROSES SEPARASI METAL LIMBAH (TEKMIRA)
RANCANGAN WIND TURBIN (P3TKEBTKE)
KATALIS BARU
KAJIAN AKADEMIS/ TEKNIS /STRATEGI
STRATEGI INVESTASI DAN TEKNOLOGI SMELTER (TEKMIRA)
KATALIS DESULFURISASI (LEMIGAS)
KAJIAN AKADEMIS/ TEKNIS, STRATEGI
KELUARAN
LPG UNTUK MOTOR (LEMIGAS)
KEGIATAN
HASIL
RANCANGAN DIPAKAI OLEH PERUSAHAAN LISTRIK/ MASYARAKAT
PROSES DIPAKAI OLEH INDUSTRI MINERAL
KATALIS DIPAKAI PERTAMINA ATAU KILANG SWASTA / LUAR NEGERI
PETA DIPAKAI OLEH KKKS
KEBIJAKAN PEMERINTAH, STANDAR / ATURAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH, STANDAR / ATURAN
Ilustrasi: HASIL, MANFAAT DAN DAMPAK PENELITIAN
Tabel 1.1
- WIND TURBIN BERKEMBANG
- PAJAK BD USAHA, LAPANGAN KERJA
- SUMBER ENERGI MENINGKAT
- PA JAK BADAN USAHA, LAPANGAN KERJA
- KEUNTUNGAN PERSAHAAN TAMBANG MENINGKAT - BIDANG USAHA PABRIKASI WIND TURBIN
- PAJAK DAN ROYALTY UNTUK NEGARA MENINGKAT
- KEUNTUNGAN PERTA-MINA MENINGKAT
- BIAYA OPERASI PERTAMINA TURUN - BAD AN USAHA PROSES LIMBAH
- PAJAK BD USAHA, LAPANGAN KERJA
PENINGKATAN CADANGAN NEGARA
- LAPANGAN KERJA
- MENINGKATNYA NILAI TAMBAH PERTAMBANGAN
LINGKUNGAN BERSIH
SUBSIDI BBM TURUN
DAMPAK
- BADAN (BD) USAHA BARU PABRIKASI KATALIS
DIPEROLEH PENEMUAN MIGAS DI AREA STUDI
INVESTASI SMELTER TERARAH DENGAN BAIK
TURUNNYA ONGKOS ENERGI MASYARAKAT
MANFAAT
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Manajemen Penelitian
Presentasi Visi, Misi, Strategi dan program LEMIGAS oleh Kepala Pusat LEMIGAS Dr. Maizar Rahman kepada Menteri Pertambangan dan Energi, Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, 12 November 1998
Ciri-Ciri Kerja Organisasi Penelitian dan Pengembangan Ada suatu buku yang berjudul ‘Management of Research and Development Organizations, Managing the Unmanageable’ (R.K. Jain and H.C. Triandis,1997). Judul yang menggelitik ini mengemukakan bahwa pengelolaan organisasi penelitian dan pengembangan tidaklah mudah dan tidak sama dengan mengelola organisasi birokrasi pemerintah ataupun organisasi korporasi yang berorientasi keuntungan. Pada organisasi birokrasi pemerintah, sasaran yang hendak dicapai adalah penataan, regulasi, pengawasan dan pelayanan. Cara pencapaiannya juga sudah terukur dan sudah jelas dengan antisipasi segala faktor berpengaruh. Organisasi ini merupakan ‘cost center’ karena segala biaya ditanggung negara. Pada organisasi korporasi, sasaran yang dicapai juga sudah terukur tapi merupakan organisasi ‘profit center’. Pada kedua jenis organisasi ini bentuk atau strukturnya vertikal dan jabatannya bersifat struktural. Pada organisasi penelitian, sasaran yang hendak dicapai juga jelas tapi ketidak pastian keberhasilan jauh lebih besar, karena hasil yang akan diperoleh belum pasti bentuk, ukuran dan kualitasnya. Organisasi ini tetap berorientasi ‘profit
9
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
dan benefit center’ tapi dalam jangka panjang. Struktur organisasi lebih datar dan jabatan yang dominan aalah yang bersifat fungsional. Pada organisasi yang bersifat struktural, kinerja dari karyawan dinilai dari pencapaian sasaran, baik bersifat harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Para karyawan menerapkan disiplin waktu yang tinggi dan kepatuhan yang tinggi atas perintah atasan. Pada organisasi penelitian, kinerja dinilai dari hasil karya ilmiah yang diperolehnya, sesuai dengan arahan program penelitiannya. Cara penggunaan waktu lebih lentur karena yang diutamakan adalah produktivitas dan pencapaian hasil, namun jumlah jam kerja standar tetap harus dipenuhi. Pada prakteknya para Peneliti kadangkadang tertuntut untuk menyediakan waktu lebih banyak, terutama pada saat-saat krusial demi memperoleh hasil penelitian yang signifikan.
Struktur Organisasi Penelitian Organisasi litbang harus mampu mendorong para ahlinya untuk aktif berinovasi dan menciptakan suasana kerja yang kondusif untuk berkarya. Di samping itu struktur organisasi hendaknya bersifat fluid agar fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan strategis dan perubahan kecenderungan teknologi ke depan. Untuk itu struktur organisasinya lebih sederhana, yaitu lebih lebar secara horizontal dan lebih dangkal secara vertikal. Bagian yang tersusun secara struktural adalah unitunit kerja pendukung seperti divisi umum, divisi data dan informasi, divisi kerjasama, divisi pelayanan fasilitas riset, divisi program. Unit-unit teknis berstatus struktural sampai tingkat pimpinan unit agar pimpinan unit tersebut memiliki kewenangan manajemen yang jelas. Para pimpinan unit teknis ini kemudian mengkoordinasi para ahli dan Peneliti atau sumber daya manusianya (SDM) dalam kelompok-kelompok keahlian, dan laboratorium-laboratorium terkait berada langsung di bawah penanganan kelompok-kelompok tersebut. KELOMPOK adalah sekumpulan individu yang memiliki bidang keahlian yang sama. Tujuan dari kelompok adalah peningkatan kemampuan anggotanya melalui berbagi informasi, pandangan dan wawasan.
10
Manajemen Penelitian
Organisasi litbang harus mampu mendorong para ahlinya untuk aktif berinovasi dan menciptakan suasana kerja yang kondusif untuk berkarya.
TIM adalah sekumpulan/kelompok individu yang kemampuan masing-masing saling mengisi dan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, serta menetapkan sasaran dan cara agar masing-masing dapat saling mengandalkan/akuntabel.
Sementara itu, unit-unit kerja pendukung yang bersifat struktural harus mampu memberikan pelayanan dukungan kepada tim-tim penelitian maupun laboratorium, berupa peralatan, bahan, perpustakaan, teknologi informasi dan sebagainya. Dukungan pelayanan keuangan organisasi juga harus selancar mungkin sehingga semua pekerjaan dapat dilakukan sesuai jadwal.
Organisasi Matriks dan Tim Kerja Di samping organisasi penelitian yang bersifat struktural yang tugasnya mengelola sumber-sumber agar unit-unit teknis selalu berada dalam keadaan siap bekerja, maka penyelenggaraan kegiatan teknis penelitian, pengembangan atau studi akan berlangsung paling efektif dengan menerapkan pola organisasi matriks yang sifatnya adhoc sesuai dengan sasaran dari penelitian tersebut. Organisasi tersebut biasa disebut Tim. Suatu topik dalam penelitian biasanya memerlukan pendekatan multidisiplin, yaitu pendekatan yang bisa dalam lingkup lebih luas dari bidang penelitian itu sendiri (subdisiplin) atau dalam disiplin yang berbeda sama sekali. Sebagai contoh, adalah yang dilakukan LEMIGAS dalam penelitian penentuan bahan baku pelumas dari minyak bumi Indonesia. Ruang lingkup kegiatan mencakup bidang analisis kimia fisika, bidang proses separasi, bidang katalisa, bidang uji aplikasi pada mesin, bidang proses kilang, dan juga bidang administrasi dan keuangan. Contoh organigram tim penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1
11
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Gambar 1,1 Contoh Organisasi Matriks TIM PELAKSANA PENELITIAN BAHAN BAKU MINYAK PELUMAS HVI DAN ASPAL
PELINDUNG Prof. Dr. Wahyudi Wicaksono
PENGARAH Dr. Rachman Subroto Ir. J. Musu
PENASEHAT AHLI
MANAGER
PENASEHAT AHLI
PERTAMINA
IR. ATUNG KONTAWA
IR. E. JASJFI DR. S. MULYONO
KOOR. SARANA & OPS
KOORDINATOR TEKNOLOGI
KOORD. ADM. & PELAPORAN
DRS. RASDINAL IBRAHIM
DR. MAIZAR RAHMAN
IR. ABDUL GAFAR
PENANGGUNG JAWAB EVALUASI
HYDRO FINISHING
ANALISA PRODUK
APLIKASI
BENDAHARA
IR. AS. NASUTION
IR. SUBARDJO PANGARSO
IR. WIDJOSENO KASLAN
MAKMUR HUTAURUK, BSC
PELAKSANA UNIT
DISTILASI
PDA
EKSTRAKSI
HYDROFINISHING
UJI BAKU
APLIKASI
UJI ALIR
ASPAL BLOWING
LUKMAN, BCM
RACHMAT K.Y.
ADIWAR, BSC.
OBERLIN S.
YURIZAL S.
DRS. TS. PAKAN
RIA PARDEDE, BSC
SUTARDJO, BE
12
Manajemen Penelitian
Anggota dari tim penelitian berasal dari berbagai Kelompok Peneliti, dalam hal ini, kelompok-kelompok Analitik, Separasi, Katalisa dan Konversi. Kelompok-kelompok tersebut lalu menempatkan anggota-anggotanya yang kompeten dalam tim penelitian. Ketua tim dipilih dari Peneliti yang paling kompeten untuk memimpin tim tersebut. Kompetensi ini dinilai dari sisi kemampuan manajemen, keilmuan dan senioritas. Jadi struktur organisasi matriks pendek dari sisi vertikalnya, tapi bisa panjang dari sisi horizontalnya. Gaya kepemimpinan dari ketua tim adalah konsultatif dan partisipatif serta edukatif. Gaya instruktif diminimalkan bagi kolega tim yang setara kesenioritasannya. Kemudian kepada junior, gaya kepemimpinan senior lebih bersifat dorongan dan edukatif sedangkan gaya kepemimpinan instruktif hanya dilakukan bilamana diperlukan. Tim penelitian seperti ini menuntut anggota timnya memiliki nilainilai integritas dan profesional yang tinggi, senang bekerjasama dan berpandangan yang sama bahwa ‘anggota untuk tim dan tim untuk anggota”. Semua berusaha memfokuskan pikiran dan upaya agar sasaran tim dapat tercapai. Kemampuan komunikasi para anggota sangat diperlukan dalam tim seperti ini. Pada akhir tugas, sebaiknya setiap anggota tim mendapat penilaian kinerja 360 derajat. Artinya setiap anggota menilai anggota yang lain, baik dari pencapaian hasil, maupun dari sisi perilaku yang kriterianya sudah disiapkan Lembaga. Hal ini kemudian menjadi masukan bagi Pimpinan/Manajemen dari Lembaga.
13
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Kunjungan kerja Menteri Pertambangan dan Energi Susilo Bambang Yudhoyono ke LEMIGAS, 14 Desember 1999 didampingi Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Dr. Rachmat Sudibjo
Visi dan Misi Organisasi Visi merupakan pernyataan organisasi tentang cita-cita yang ingin dicapainya. Sebagai contoh, kami di LEMIGAS waktu itu menyatakan visi organisasi ini sebagai “ Menjadi lembaga litbang yang tangguh, unggul, bermutu internasional” yang kemudian, tanpa mengubah substansinya berbunyi “Lembaga Litbang yang unggul, profesional dan bertaraf internasional”. Misi organisasi merupakan penjelasan tentang tugas dan fungsi apa yang akan dilakukan oleh organisasi tersebut untuk mencapai visi atau tujuannya. Sebagai contoh, misi LEMIGAS ada tiga, yaitu 1. Memberi masukan yang berdasarkan litbang dan iptek kepada Pemerintah dan masyarakat untuk optimalisasi pengusahaan dan pemanfaatan minyak bumi, gas bumi dan panas bumi serta industri terkait. 2. Memecahkan masalah-masalah industri minyak bumi, gas bumi dan panas bumi serta industri terkait. 3. Menghasilkan teknologi baru dan paten.
14
Manajemen Penelitian
Tata Nilai Organisasi Dan Personil Setiap organisasi mendambakan kemajuan, yang tercermin dalam visi mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menetapkan nilai-nilai organisasi yang dapat mendorong dalam mewujudkan visi mereka tersebut. Nilai-nilai organisasi menjadi acuan perilaku internal, tuntunan bertindak dan mengambil keputusan menghindarkan organisasi berlaku negatif. Nilai-nilai tersebut harus dipahami, diresapi, dihayati dan dijadikan sumber semangat untuk mendorong kiprah mereka, menciptakan budaya kinerja unggul dan pada gilirannya mendorong inovasi, produktivitas dan kredibilitas. Perwujudan nilai-nilai tersebut dalam perilaku harus dibangun bersama dari atas dan dari bawah dengan kekuatan leadership dari jajaran pimpinan. Pertamina misalnya, pada tahun 2006, merumuskan dan mulai menerapkan nilai-nilai 6C, yaitu Clean, Confident, Competitif, Commercial, Costumer focus dan Capable. Clean berarti tidak terlibat dan tidak mau melibatkan diri dalam perbuatan yang menyimpang dari aturan. Confident berarti percaya diri dalam melaksanakan tugas. Competitive artinya berbuat yang meningkatkan daya saing organisasi dalam kancah kompetisi dunia bisnis. Commercial artinya selalu berpikir dan bertindak yang efisien dan efektif sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Customer focus artinya menganggap pelanggan adalah raja dan bertindak agar pelanggan senang menjadi langganan sepanjang waktu. Capable artinya selalu mampu melaksanakan tugas dengan baik dan memecahkan semua masalah yang dihadapi. Penerapan nilai-nilai ini telah berhasil mengubah wajah Pertamina yang semula bernuansa birokratis menjadi korporasi yang bersemangat produktif, dan mengutamakan pelayanan. Pada tahun 1998 kami di LEMIGAS, bersama dengan Komite Arahan dan Evaluasi di LEMIGAS yang diketuai Bapak Ir. E. Jasjfi M.Sc. telah merumuskan tata nilai LEMIGAS, baik untuk kelembagaan maupun untuk perorangan.
15
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Kunjungan Direktur Utama PT. Pertamina ke LEMIGAS, Martiono Hadianto, 18 November 1999
Tata nilai kelembagaan LEMIGAS adalah Komitmen terhadap mutu, Profesionalisme, Kerjasama yang harmonis, Keterbukaan dalam kebijaksanaan, Kepedulian terhadap kepentingan masyarakat, Efisiensi dan produktivitas. 1. Komitmen terhadap mutu. LEMIGAS akan selalu menjaga mutu setiap produk baik berupa barang maupun jasa yang dihasilkannya. Ini juga berarti bahwa LEMIGAS sangat menghargai karyawannya yang menghasilkan karya-karya bermutu. Konsekuensi lain dari ini adalah perlunya LEMIGAS menerapkan standar-standar mutu sebagai pedoman kerja seluruh karyawannya. 2. Profesionalisme. Profesionalisme merupakan suatu pandangan yang menganggap bidang pekerjaan yang dihadapi sebagai suatu pengabdian. Keahlian dalam setiap bidang pekerjaan harus diperbaharui terus menerus dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang terdapat dalam khazanah ilmu pengetahuan. Dengan menetapkan profesionalisme sebagai budaya kerja LEMIGAS, setiap karyawan akan selalu bekerja
16
Manajemen Penelitian
dalam suasana saling mengenal kemampuan masing-masing serta saling menghargai satu dengan yang lainnya. 3. Kerjasama yang harmonis. Hasil optimal hanya bisa dicapai melalui kerjasama yang harmonis yang perlu dimiliki seluruh pemimpin dan karyawan LEMIGAS. Keyakinan ini harus dimiliki secara merata dan terus menerus ditingkatkan agar tertanam menjadi tata nilai, yang dikembangkan menjadi sikap, perilaku dan budaya kelembagaan. Kerjasama akan dapat dibina dalam suasana saling mengenal kemampuan masing-masing serta saling menghargai satu dengan lainnya. 4. Keterbukaan dalam kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang terbuka adalah kebijaksanaan yang tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku dan mudah ditelusuri kembali oleh siapa saja. Keterbukaan akan membuka jalan ke arah keadilan, tidak pilih kasih, kejujuran dan mudah mempertanggung-jawabkannya. Keterbukaan dalam kebijaksanaan oleh jajaran pimpinan LEMIGAS, kalau cukup merata akan dirasakan sebagai budaya kelembagaan LEMIGAS. 5. Kepedulian terhadap kepentingan masyarakat. Kehadiran LEMIGAS di tengah-tengah masyarakat hendaknya dirasakan manfaatnya secara nyata oleh masyarakat. LEMIGAS harus bersedia menyumbangkan biaya sosial yang dibayarkan kepada masyarakat. Sumbangan itu tidak saja berbentuk materi, bahkan mungkin yang lebih perlu adalah pembimbingan keterampilan dan pengetahuan. Termasuk di sini pembinaan pengusahapengusaha swasta nasional agar mampu berkompetisi secara sehat dalam menunjang industri migas. 6. Efisiensi dan produktivitas. LEMIGAS menyadari bahwa efisiensi dan produktivitas merupakan persyaratan dasar untuk tumbuh dan berkembang. Kedua prinsip ini juga diperlukan agar LEMIGAS dapat menggunakan dana yang diberikan pemerintah secara bertanggung jawab dan memberikan hasil yang optimal. Keinginan untuk selalu meningkatkan kemampuan menghasilkan sesuatu dengan tidak memboroskan waktu, tenaga dan biaya harus tetap dipelihara.
17
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Tata nilai perorangan pegawai LEMIGAS adalah integritas pribadi, kejujuran, rasa tanggung jawab, dedikasi terhadap tugas, disiplin, rajin dan tekun, semangat kerjasama. 1. Integritas pribadi. Setiap pribadi dalam lingkungan LEMIGAS harus memiliki wujud keutuhan prinsip moral dan etika dalam kehidupan pribadinya. Ini berarti dia mempunyai prinsip, tidak hanya ikut-ikutan, tidak punya nilai ganda, dan kokoh dalam pendirian. Sikap ini diupayakan untuk tumbuh dan membudaya pada pribadi karyawan-karyawan LEMIGAS dengan mengambil kondisi menghargai perbedaan pendapat dan suasana demokratis di lingkungan kantor dan masyarakat. 2. Kejujuran. Sikap jujur sebetulnya sudah ditanamkan sejak masih di lingkungan keluarga. Tetapi sering kondisi lingkungan membuat sikap ini luntur apalagi kalau keyakinan terhadap agama sangat tipis. Kejujuran sangat perlu dimiliki setiap individu karena ini akan mendorong seseorang untuk bersikap ilmiah, bersikap wajar, dan dapat dipercaya. Orang yang jujur akan mengatakan apa adanya, dia katakan dia tahu kalau memang dia tahu dan dia juga akan mengakui secara terus terang jika dia tidak mengetahui suatu persoalan. Orang seperti ini akan jauh dari sikap purapura. 3. Rasa tanggung jawab. Rasa tanggung jawab akan mendorong orang untuk melaksanakan perannya sebaik-baiknya sesuai dengan status yang dia emban. Rasa tanggung jawab ini dapat terus ditumbuhkan dengan menyadarkan bahwa semua tugas yang diberikan merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan baik. Kalau setiap orang di lingkungan suatu institusi tidak memiliki rasa tanggung jawab maka hancurlah institusi tersebut. 4. Dedikasi terhadap tugas. Berdedikasi terhadap tugas berarti bersedia mengorbankan tenaga dan waktu untuk berhasilnya suatu tugas atau usaha atau tujuan yang mulia. Perlu dihayati bahwa sebenarnya pengorbanan yang diberikan itu tidak akan sia-sia, karena pasti keberhasilan dalam mengemban tugas akan memberikan kepuasan batin, pengalaman dan pelajaran yang berharga. Bagi yang mempunyai beberapa tugas maka prioritas atau porsi kepada tugas yang menyangkut kepentingan orang banyak harus didahulukan.
18
Manajemen Penelitian
5. Disiplin. Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan terhadap tata tertib peraturan dan kesepakatan bersama. Ini menyangkut soal waktu, prosedur yang harus diikuti terutama dalam masalah administrasi, keuangan, pelaksanaan suatu kegiatan dan operasionalisasi suatu peralatan. Pelanggaran disiplin dapat mengakibatkan kerusakan dan kekacauan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penanaman disiplin dilakukan tidak secara paksa tetapi melalui cara-cara yang cerdas dan bijaksana. Contoh-contoh yang konsisten, pembagian pekerjaan dan pembagian penghargaan yang adil dan proporsional dapat mendorong tumbuhnya disiplin. 6. Rajin dan tekun. Kerajinan dan ketekunan dapat muncul kalau orang mengerjakan pekerjaan yang dia senangi, atau pekerjaan yang menjanjikan keuntungan dan ada unsur-unsur yang menantang dalam pekerjaan itu. Untuk dapat menumbuhkan sikap rajin dan tekun ini perlu disiapkan kondisi kerja yang baik, motivasi yang kuat dalam menyelesaikan tugas dan tidak kalah pentingnya keserasian misi pribadi dengan misi institusi. Unsur imbalan dan ganjaran (reward and punishment) yang jelas dan konsekuen dijalankan ikut memacu tumbuhnya sikap ini. 7. Semangat kerjasama. Semangat kerja sama dapat tumbuh pada masing-masing pribadi kalau yang bersangkutan merasa dihargai, tidak dilecehkan, dan dapat merasakan hasil serta keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bekerja sendiri. Untuk membina ini perlu adanya saling menghargai antara anggota-anggota kelompok dan pengertian yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai. Peranan organisasi cukup besar dalam menumbuhkan semangat kerjasama ini, umpamanya dengan lebih memberikan perhatian dan penghargaan kepada hasil kerja kelompok daripada perorangan. Suatu pengelompokan yang baik dan dipimpin oleh pemimpin yang baik akan menghasilkan produk yang jauh lebih baik daripada hasil kerja perorangan.
19
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Kunjungan kerja Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro ke LEMIGAS, 1 November 2000, didampingi Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Dr. Rachmat Sudibjo
Sumber Daya Manusia Sering kita sekarang melihat slogan di dinding-dinding bangunan suatu perusahaan berbunyi “We invest in people” dan unit kerja yang menangani kepegawaian sekarang disebut Bidang Human Capital. Artinya sumber daya manusia atau SDM adalah aset terpenting bagi organisasi tersebut. Karena itu seleksi tenaga kerja sangatlah ketat dan dipilih berdasarkan kriteria yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam kehidupan organisasi. Hal tersebut juga berlaku untuk organisasi penelitian dan pengembangan, bahkan lebih khusus lagi. SDM yang dipilih, selain memiliki kompetensi serta nilai-nilai kepribadian yang bagus, juga harus senang dengan kegiatan penelitian pengembangan. Dia tidak mengharapkan karir struktural yang tinggi, tapi dalam karir kiprah fungsional yang menonjol secara nasional atau internasional. Penghargaan hadiah Nobel misalnya, lebih dia harapkan dari jabatan sebagai pimpinan organisasi. Dia juga mengharapkan agar
20
Manajemen Penelitian
Lemigas pada tahun tujuh puluhan memilih kaderkadernya dengan melakukan 'hunting' ke perguruanperguruan tinggi terbaik.
karya-karyanya berguna bagi kehidupan umat manusia, disitulah letak kepuasan insaninya.
Pada tahun tujuh puluhan LEMIGAS berstatus di bawah Pertamina dengan otonomi yang besar. Dengan demikian LEMIGAS memilih kader-kadernya dengan cara melakukan ‘hunting’ ke perguruanperguruan tinggi terbaik. Calon-calon yang hampir selesai studinya, setelah diseleksi awal oleh fakultas, diseleksi lanjut oleh pejabat-pejabat senior LEMIGAS. Kemudian, calon-calon yang terpilih dan bersedia direkrut diberi pelatihan lanjut di kantor LEMIGAS di Cipulir, Jakarta. Banyak calon-calon yang kemudian mundur, baik sebelum maupun sesudah pelatihan karena tidak merasa cocok sebagai Peneliti. Setelah menandantangani kontrak kerja, calon-calon dikategorikan sebagai kader spesialis dalam bidang keilmuan tertentu dan langsung dikirim ke luar negeri untuk pendidikan tingkat master atau doktoral. Jurusan studi yang dipilihkan LEMIGAS bagi si calon disesuaikan dengan sasaran keahlian dan kompetensi yang diperlukan oleh lembaga ini nantinya. Calon-calon mendapat pendidikan bahasa lokal selama enam bulan bila akan studi di negara-negara yang tidak berbahasa Inggris. Ada juga yang menjalani studi awal dulu di satu fakultas selama satu tahun sebagai mahasiswa pendengar. Setelah itu baru menjalani studi di sekolah yang dituju. Apabila pada semester pertama di sekolah yang dituju si calon tidak lulus, maka dikembalikan ke Indonesia, dikeluarkan atau jadi kader biasa. Apabila lulus pada semester pertama, si calon dijadikan pegawai tetap dan mendapat uang saku yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Cara yang dilaksanakan LEMIGAS ini membuahkan hasil yang baik karena para tamatan dari kader-kader tersebut berhasil membuahkan karya-karya studi, penelitian dan pengembangan yang bermanfaat bagi pemerintah maupun industri sehingga menaikkan reputasi lembaga ini. Banyak di antara para Peneliti tersebut kemudian juga dipercaya memegang tugas-tugas negara
21
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
yang bertaraf nasional. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa metode seleksi SDM tersebut dapat dijadikan sebagai acuan. Pada periode akhir-akhir ini LEMIGAS, yang sudah berstatus instansi pemerintah, tidak lagi menerapkan metode tersebut karena harus mengikuti sistem penerimaan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berlaku umum untuk calon birokrat, yang kelihatannya kurang terarah untuk seleksi calon Peneliti, terutama pada lembaga penelitian departemen. Kemudian, terjadi periode ‘zero growth’ di mana penambahan PNS distop, yang berlangsung cukup lama di LEMIGAS sehingga terjadi suatu ‘generation gap’. Artinya, para senior, sebelum masa pensiun mereka, tidak punya kesempatan mewariskan ‘tacit knowledge’ mereka kepada generasi penerus, hal mana merupakan kerugian yang sangat besar bagi negara. Hal ini juga suatu kehilangan yang besar bagi LEMIGAS. Seharusnya, kebijakan ‘zero growth’ dari Pemerintah tersebut harus selektif, artinya dikecualikan untuk formasi-formasi yang strategis seperti bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ini.
Manajemen LEMIGAS, 1998-2000. Duduk: Dr. Maizar Rahman, berdiri dari kiri ke kanan, Ir. Lutfi Aziz (Alm), Dr. Evita H. Legowo, Ir. Wijono Tjiptorahardjo, Dr. Suprajitno Munadi APU (Alm), Dra. Lubna Amir M.Sc, Ir. Bambang Pudjianto
22
Manajemen Penelitian
Karir Pelaku Penelitian Dan Pengembangan Organisasi Penelitian dan Pengembangan tidak sama dengan organisasi pemerintah yang bersifat administratif dan birokratis. Lembaga penelitian dan pengembangan lebih bersifat fungsional seperti halnya Perguruan Tinggi dan rumah sakit. Karena itu jabatan yang tersedia mayoritasnya jabatan fungsional. Karena itu seseorang yang mencari karir di lembaga ini harus siap dengan jabatan fungsional, bukan struktural. Pemerintah sudah menyusun aturan dan sistem tentang jabatan fungsional. Kesuksesan jabatan fungsional dinilai dari karya-karya ilmiahnya yang diperolehnya dari kegiatan penelitian dan pengembangan. Pengukuran karya ilmiah adalah melalui angka kredit dan angka kredit tertinggi adalah 1000 untuk jabatan Peneliti Utama, yang dapat dilanjutkan ke Profesor Riset dengan persyaratan tertentu. Kebanggaan Peneliti atau Perekayasa, Penyelidik Bumi dan jabatan fungsional lainnya adalah menghasilkan karya akademis yang bernilai tinggi bahkan kalau mungkin mendapatkan penghargaan seperti hadiah Nobel atau penghargaan akademis bergengsi lainnya. Walaupun demikian, ada pejabat fungsional yang diminta menjadi pejabat struktural. Tawaran ini harus dipandang si Peneliti sebagai kewajiban demi kemajuan lembaga, dan dia sadar bahwa pada waktunya dia akan kembali lagi ke jabatan fungsional. Pengalaman di jabatan struktural juga akan memperkaya kemampuannya dalam mengorganisasi penelitian yang melibatkan banyak personel pada skala yang lebih besar, berskala nasional maupun internasional yang melibatkan banyak lembaga.
23
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Pengukuhan Dr. Maizar Rahman sebagai Ahli Peneliti Utama bersama Prof. Dr. Suprajitno Munadi dan Prof. Drs. Udiharto, di LEMIGAS, Jakarta, 11 Juli 2005.
Rantai Nilai Inovasi Inovasi adalah mendayagunakan penemuan baru ataupun cara-cara yang sudah ada untuk mendapatkan aplikasi baru yang lebih unggul, yang mampu meningkatkan nilai, baik nilai disisi konsumen maupun nilai di sisi produsen. Inovasi meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya meningkatkan kemakmuran dalam skala nasional. Inovasi juga dapat dianggap sebagai proses akhir dari rangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan agar semua upaya dan jerih payah yang sudah dikeluarkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan betul-betul dapat dirasakan oleh konsumen, baik masyarakat maupun industri, yang notabene adalah yang membiayai kegiatan inovasi tersebut. Di dalam menerapkan manajemen penelitian yang tepat kita perlu memahami rantai nilai inovasi dalam kegiatan suatu organisasi penelitian dan pengembangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan tidak berbeda dari kegiatan apapun, artinya , menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai dari upaya, bahan, dana, waktu yang diberikan dalam kegiatan tersebut. Karena itu, agar tercapai
24
Manajemen Penelitian
tujuan tersebut, langkah-langkah atau proses yang sistematik haruslah diikuti dari awal sampai akhir, yang disebut rantai nilai inovasi.
Gambar 1.2 Rantai Nilai Inovasi
• sasaran dan manfaat jelas, teknis, dan spesifik berbasis kajian pasar yang akurat •aspek teknis berbasis kepustakaan yang komprehensif • metodologi yang rinci • SDM, sarana, dan dana yang cukup • tersedianya dukungan eksternal
Pelaksanaan pengadaan barang, bahan, jasa, pendanaan yg tepat waktu
Perencanaan
Diseminasi dan Komersialisasi
• HAKI • Eksperimen, • Dokumen deskripsi desain, kajian, produk analisis yang • Publikasi ilmiah memadai dan komersial • Studi kelayakan • Evaluasi dari produk • Penyusunan dengan proses bisnis kompetensi • kemitraan dan Tim dengan Industri, kerja konsumen, dan secara badan usaha terus pemasaran menerus
Sumber: Renstra Lemigas Pada Gambar 1.2 disajikan langkah-langkah rantai nilai inovasi pada penelitian dan pengembangan. Tahap awal adalah perencanaan. Pada tahap ini telah jelas ditetapkan sasaran dan manfaat dari hasil penelitian. Artinya hasilnya akan dipakai oleh yang membiayai, atau akan dibeli oleh yang memerlukan. Karena itu pada tahap ini, secara teknis dan spesifik harus sudah dapat dijelaskan produk yang akan dihasilkan, disertai kajian potensi pasar yang akan membeli produk tersebut. Aspek teknis berbasis kepustakaan yang komprehensif sangat diperlukan dalam tahap perencanaan ini agar produk yang akan diteliti dan dikembangkan adalah suatu ‘kebaruan’ bukan ‘menemukan roda kembali’. Hal ini diperlukan untuk mencegah risiko kesia-siaan yang berakibat kerugian besar bagi lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.
25
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Metodologi penelitian dan pengembangan yang rinci juga harus dapat dijelaskan pada tahap perencanaan tersebut. Ini juga untuk memastikan bahwa setiap langkah penelitian mampu dilakukan, baik dari segi kaidah keteknikan dan keilmuannya, maupun dari segi sumber-sumber yang diperlukan, baik sumber tenaga ahlinya maupun dari sisi dana, bahan dan peralatan serta waktu yang tersedia. Mengingat risiko kegiatan penelitian dan pengembangan ini cukup besar, maka sangat baik kalau kegiatan ini merupakan kegiatan kemitraan dengan pihak eksternal, melalui kerja sama penelitian, baik dari segi pendayagunaan kompetensi maupun dari sisi pemanfaatan hasil. Kerja sama kompetensi adalah dengan lembaga-lembaga yang memiliki kompetensi atau kemampuan yang diperlukan di bidang penelitian tertentu, sedangkan kerja sama pemanfaatan hasil adalah dengan badan usaha yang nantinya akan membeli atau memakai produk hasil penelitian, yang dengan sendirinya ikut menanggung biaya penelitian. Tahap kedua dari rantai nilai inovasi ini adalah pelaksanaan yang terdiri dari pelaksanaan teknis penelitian tersebut dan pelaksanaan dukungan administratif yang diperlukan. Dalam pelaksanaan teknis dilakukan percobaan dan pengujian, baik skala laboratorium, skala pilot atau uji lapangan. Disini amat diperlukan disain, kajian dan analisis percobaan yang didukung sistem mutu yang teruji dan diakui. Kegiatan ini juga memerlukan tim kerja yang tangguh, kompak dan tanggap dalam setiap langkah pengamatan dan pengujian. Pelaksanaan teknis penelitian tersebut tidak akan berhasil bilamana tidak didukung oleh logistik yang tangguh. Ketersediaan dana, pengadaan barang, bahan dan jasa sesuai jadwal yang sudah direncanakan sangatlah penting, analoginya tidak berbeda dengan pengadaan peluru, makanan dan persenjataan dalam perang, yang harus tepat waktu. Penundaan berarti penundaan tercapainya hasil dan memperbesar risiko didahuluinya penemuan yang sama oleh pihak pesaing, yang berarti risiko sia-sianya penelitian tersebut. Tahap ketiga dari rantai nilai inovasi adalah diseminasi dan komersialisasi. Setelah produk penelitian dilindungi dengan sistem hak ciptanya, perlu disusun dokumen deskripsi produk yang mudah dibaca oleh calon pembeli atau konsumen. Proses bisnis perlu diciptakan kalau produk tersebut belum 26
Manajemen Penelitian
ada pemakai atau pembelinya. Lebih dulu disusun studi kelayakan dari produk yang menggambarkan profitabilitas dan kelayakan investasi dari produk. Kemudian disusun arsitektur dari proses bisnisnya, yang merupakan kaitankaitan antara pemilik teknologi atau produk, badan usaha yang berminat membeli, mitra strategis yang ingin ikut dalam produksinya, dan lembaga keuangan yang dapat meminjamkan modal untuk produksi dan pemasaran. Dengan menjalankan rantai nilai inovasi ini, maka terlaksanalah proses litbang ‘ from the market to the lab’ dan ‘from the lab to the market’.
Kunjungan Menteri Riset dan Teknologi A.S. Hikam ke LEMIGAS, 31 januari 2001
Perencanaan Program Penelitian Kesuksesan dari suatu kegiatan penelitian dimulai dari sempurna dan lengkapnya perencanaan penelitian. Ibarat membangun rumah, dari awal sudah ada gambaran arsitekturnya, cetak birunya, rincian bangunannya, bahan yang diperlukan, tenaga kerja yang akan melaksanakan, biaya pembangunannya, jadwal pembangunannya. Perencanaan penelitian tidak berbeda dari perencanaan pembangunan dalam struktur perencanaannya
27
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
walau ketidakpastian keberhasilan dalam penelitian dan pengembangan jauh lebih besar. Struktur program penelitian umumnya terdiri dari latar belakang, tujuan, metodologi pelaksanaan penelitian, sumber daya manusia, fasilitas penelitian, bahan, jadwal dan biaya.
Latar Belakang Penelitian Latar belakang penelitian harus menjawab kenapa penelitian tersebut perlu dilakukan. Alasan penelitian biasanya adalah untuk menghasilkan suatu teknologi baru atau untuk menjawab permasalahan operasional yang ditemukan di lapangan atau di industri. Ini dapat dimunculkan berdasarkan hasil-hasil penemuan sebelumnya atau dari inventarisasi masalah aktual di industri, baik sebagai hasil survei maupun dari komunikasi dan kerjasama dengan pihak industri. Kemudian, dinyatakan solusi apa yang diusulkan. Latar belakang juga menjelaskan benefit yang diperoleh dari hasil penelitian baik berupa keuntungan yang tangible maupun intagible bagi si pemanfaat, apakah itu pemerintah atau industri, dan juga keuntungan bagi lembag a yang melakukan dan membiayai penelitian. Apakah menciptakan bisnis baru, dapat difabrikasi secara ekonomis, ada pasarnya. Kemudian dijelaskan prospek komersialnya, baik berupa peningkatan efisiensi, produktivitas, penurunan biaya, ataupun keuntungan-keuntungan lain yang dapat dinyatakan dalam variabel-variabel keekonomian seperti Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan sebagainya. Latar belakang juga menjelaskan kebaruan dari hasil penelitian, apakah memiliki ‘patentabilitas’ misalnya. Karena itu, perlu dilakukan pembandingan dengan teknologi yang sudah ada, dengan menyatakan kelebihan-kelebihan hasil penemuan tersebut nantinya, walaupun ini baru dalam skala semi kuantitatif dan ketidakpastiannya masih besar. Jadi sangatlah penting dilakukan dulu tinjauan “state of the art” atau status terkini dari teknologi tersebut dengan melakukan studi kepustakaan, studi kekayaan intelektual atau paten-paten dan studi pasar yang komprehensif. Ini sangat diperlukan agar si Peneliti tidak terperosok dalam kegiatan ‘reinventing the wheel’.
28
Manajemen Penelitian
Latar belakang teori menjelaskan kaidah-kaidah keilmuan yang mendukung keterlaksanaan penelitian ini. Kaidah-kaidah tersebut dapat berupa fenomena, teori dan sebagainya yang telah terungkap sebelumnya. Karena itu studi kepustakaan juga harus komprehensif agar si Peneliti tidak terbentur nantinya oleh ketidakmungkinan ilmiah.
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian menjelaskan dengan ringkas apa-apa yang hendak dicapai, yang menggambarkan deskripsi dari hasil, baik kualitatif maupun kuantitatif, maupun prospek penerapannya. Ilustrasi dari contoh pengkalimatan suau tujuan penelitian aplikatif, yang pernah dilakukan LEMIGAS misalnya: “Penelitian ini bertujuan menghasilkan pilihan minyak mentah Indonesia yang mampu menghasilkan bahan baku minyak pelumas dasar yang lebih baik atau sekurang-kurangnya setara dengan bahan baku saat ini (minyak mentah Arabian Light), dari sisi rendemen, kualitas, maupun dari sisi kelayakan operasional dan ekonomi”. Pada penelitian ilmu dasar, tujuan penelitian disebut sebagai hipotesa yang akan dibuktikan.
Peralatan dan Bahan Ketersediaan peralatan dan bahan pada waktunya sangat menentukan kelancaran jalannya penelitian. Disini termasuk laboratorium utama dan laboratorium penunjang, baik yang berada di dalam maupun di luar instansi. Karena itu uraian peralatan dan bahan yang sudah tersedia atau yang harus diadakan, termasuk lokasi beserta jadwalnya harus tertera dalam program penelitian dan sudah dikomunikasikan kepada pihak terkait.
Tenaga Ahli Penelitian harus didukung tenaga ahli yang berkompeten pada bidangnya. Karena itu penunjukan tenaga ahli yang tepat, baik dari dalam institusi maupun dari luar, sangat menentukan keberhasilan dari program penelitian. Tenaga
29
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
ahli diseleksi berdasarkan rekam jejak yang bersangkutan, baik kompetensi keilmuan maupun karakter personalitasnya, yang diharapkan dapat secara optimal mendukung pelaksanaan penelitian. Dalam perencanaan ini sudah harus dirancang jadwal dan tugas tenaga ahli agar yang bersangkutan dapat menyesuaikan dengan agenda kegiatannya.
Biaya Penelitian Biaya penelitian yang memadai merupakan faktor krusial dalam kesuksesan program kegiatan, namun ini akan merupakan seleksi yang ketat dari pengambil keputusan atau Pimpinan Lembaga. Karena itu pembuat program kegiatan hendaknya dapat mengajukan uraian biaya yang rinci serta berdasarkan standar harga yang jelas acuannya untuk dapat meyakinkan pihak Manajemen atas kewajaran perencanaan biaya.
Penugasan Administratif Agar suatu kegiatan dapat mendapat kekuatan hukum, baik dari sisi pelaksana maupun dari sisi manajemen yang melakukan pengawasan, maka setiap program yang sudah disetujui dikukuhkan dengan suatu Surat Keputusan dari Pimpinan Lembaga. Surat Keputusan tersebut menjelaskan tugas dan fungsi dari pelaksana serta unit-unit teknis dan administratif pendukung. Surat keputusan dilampiri rencana penelitian sebagai bagian tidak terpisahkan dan diacu oleh pelaksana dalam menjalankan penelitian.
Administrasi dan Keuangan Penelitian Organisasi Litbang Pemerintah Organisasi litbang adalah organisasi yang memiliki kekhasan sendiri, memiliki kesamaan dan perbedaan dibanding organisasi birokrasi pemerintah, organisasi badan usaha ataupun organisasi Perguruan Tinggi. Organisasi birokrasi pemerintah bersifat vertikal dari jajaran atas sampai bawah, tidak bertujuan mencari keuntungan, menghasilkan regulasi dan mengawasi pelaksanaannya, mengikuti sistem yang diatur sesuai ketentuan yang kaku,
30
Manajemen Penelitian
program yang sudah jelas dan dapat diukur. Organisasi badan usaha juga bersifat vertikal, bertujuan mencari keuntungan, program yang jelas dan dapat diukur pada kurun waktu tertentu, serta memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia-nya. Organisasi Perguruan Tinggi bertujuan menghasilkan lulusan sarjana, yang jelas dan dapat diukur, sistem administrasi, keuangan, dan sumber daya manusia-nya juga otonomi . Di lain pihak, organisasi litbang pemerintah seperti LEMIGAS, walaupun programnya jelas, pencapaian hasilnya tidak selalu sesuai dengan sasaran yang ingin diperoleh. Artinya terdapat ketidakpastian yang cukup besar. Namun, sebagai instansi pemerintah, sistem administrasi, keuangan dan sumber daya manusia-nya yang diterapkan juga mengikuti sistem birokrasi instansi pemerintah yang birokratis, hal mana dirasakan tidak sesuai. Terdapat ketidak sesuaian antara produk yang akan dicapai dan pola kerja litbang, dengan sistem administrasi, keuangan dan sumber daya manusia-nya. Dapat dianalogikan, bahwa lembaga litbang sebenarnya suatu entitas “pseudo badan usaha”. Dalam hal ini pemerintah maupun industri merupakan pelanggan dari lembaga litbang tersebut. Karena itu sistem yang tepat bagi Lembaga Litbang LEMIGAS adalah diberikannya otonomi, baik otonomi di bidang administrasi, bidang pengelolaan dana, otonomi dalam pengelolaan sumber daya manusia, serta otonomi untuk bermitra dengan industri. Sistem tersebut, di samping dapat mengakomodasi lahirnya inovasi baru, juga terkelolanya dengan baik lembaga litbang, yang karena keunikannya, sering dijuluki “managing the unmanageable”. Yang dimaksudkan otonomi pengelolaan dana adalah kewenangan mengatur dan menggunakan dana yang diperoleh dari pemerintah untuk melakukan penelitian dan pengembangan teknologi maupun yang diperoleh dari swasta untuk membantu industri dalam penerapan teknologi yang dihasilkan. Prosedurnya harus sederhana dan fleksibel sesuai dengan gerak pasar, pelanggan atau industri yang sifatnya dinamis dan fluid. Penganggaran dana secara block program adalah metode yang cukup bagus. Aspek pengawasan yang cermat tetap dilakukan melalui suatu komite pengawas yang berunsurkan Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan.
31
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Otonomi pengelolaan sumber daya manusia, yang dimaksudkan di sini adalah kewenangan merekrut, mengatur dan menggunakan sumber daya manusia atau tenaga ahli sesuai keperluan, baik itu Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau tenaga ahli swasta yang berbasis kontrak berjangka waktu fleksibel. Hal ini diperlukan karena penanganan penelitian bersifat multidisiplin dan tenaga ahli spesialis sangat diperlukan meskipun hanya untuk waktu tertentu. Otonomi dalam membina kemitraan, dimaksudkan di sini bahwa lembaga litbang dapat melaksanakan kontrak-kontrak kerjasama atau pelayanan tanpa melalui prosedur birokrasi pemerintah yang struktural karena kemitraan dengan pelanggan swasta atau industri sifatnya mikro, teknis, dinamis, yang memerlukan fleksibilitas administrasi yang besar. Hal ini selalu muncul dalam perjalanan kegiatan lembaga litbang tersebut. Jadi, jelas tidak sama dengan bentuk kerja sama instansi pemerintah yang umumnya bersifat struktural dan lebih makro. Otonomi ini pernah dialami LEMIGAS dalam periode 1965-1978 waktu LEMIGAS masih di bawah Pertamina. LEMIGAS dalam periode itu sukses mengembangkan sumber daya manusia dan berbagai fasilitas penelitian. Tahun 1978 status LEMIGAS diubah menjadi di bawah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, namun masih diberikan otonomi dalam administrasi keuangan berupa Sistem Swadana sehingga sukses dalam melakukan dukungan kepada industri. Tahun 2002 sistem swadana mulai dihapus dan hasilnya adalah reputasi LEMIGAS sebagai pendukung industri migas sangat terkendala dan sangat tidak optimal. Bila mengacu kepada lembaga-lembaga riset milik pemerintah di luar negeri, sistemnya adalah otonomi penuh. Dukungan pendanaan pemerintah diwujudkan dalam block program yang pertanggungjawabannya adalah berupa produk litbang yang ditentukan dalam dokumen kontrak dengan Pemerintah.
Manajemen Mutu Dengan terbukanya era globalisasi dan persaingan bebas maka mata Indonesia mulai terbuka kepada sistem mutu. Sekitar tahun 1994 kami di LEMIGAS melihat bahwa diterapkannya sistem mutu adalah suatu keharusan.
32
Manajemen Penelitian
Ini juga sudah dituntut dalam pelaksanaan dan pemberian jasa laboratorium, jasa studi atau jasa riset kepada pelanggan kami. Dimiliki dan dikukuhkannya sistem ini akan merupakan jaminan bagi pelanggan akan keabsahan mutu jasa yang diberikan LEMIGAS. Karena itu akreditasi lembaga ini mulai dirintis. Pada tahap awal dimulai dengan sistem mutu ISO 25 untuk laboratorium uji di Laboratorium Proses. Setelah melalui asesmen yang ketat akhirnya rintisan penerapan sistem mutu tersebut membuahkan hasil dengan dikukuhkannya untuk pertama kalinya sistem mutu laboratorium ISO 25 diserahkan langsung oleh Menteri Perindustrian kepada LEMIGAS pada tanggal 28 Agustus 1998. Setelah itu berturut-turut semua laboratorium di LEMIGAS mendapatkan sertifikasi mutu dan pada 23 Januari 2002 LEMIGAS dikukuhkan terakreditasi dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000
Pengukuhan sistem mutu laboratorium ISO 25 LEMIGAS yang diserahkan langsung oleh Menteri Perindustrian Prof. Dr. Rahardi Ramelan (disaksikan Menteri Ristek Prof. Dr. Zuhal) Jakarta 28 Agustus 1998, kepada Kepala Pusat LEMIGAS Dr. Maizar Rahman. Pengukuhan ini merupakan yang pertama dan kemudian diikuti berbagai sistem mutu lainnya.
33
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Penyerahan sertifikat ISO 9001:2000 Standar Sistem Manajemen Mutu dari Direktur TUV International kepada Menteri ESDM Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc. kemudian diserahkan kepada Kepala Pusat LEMIGAS Dr. Maizar Rahman, di kantor Kementerian ESDM, 23 Januari 2002.
Scientific Board Lembaga ilmiah berbeda dari organisasi badan usaha, ataupun instansi birokrasi pemerintah, baik dari tujuannya maupun cara kerjanya. Kalau di badan usaha ada Dewan Komisaris yang memberikan arahan, mengawasi dan memberikan penilaian atas kerja direksi. Anggota Dewan Komisaris tersebut dipilih dari orang-orang yang mengerti lika-liku korporasi serta usaha inti korporasi itu sendiri. Di instansi pemerintah, arahan dan pengawasan dilakukan oleh pejabat yang lebih tinggi dengan bantuan perangkat pengawas seperti Inspektorat Jendral dan lembaga-lembaga pengawasan lainnya. Sebagai lembaga akademis yang kegiatan utamanya adalah riset, maka dewan pimpinan dari lembaga akan memerlukan dukungan dari para ahli senior dari dalam atau luar lembaga, yang kompeten dan berwawasan luas, untuk
34
Manajemen Penelitian
memberikan masukan kepada pimpinan. Para ahli tersebut dikoordinasikan dalam suatu wadah yang disebut Scientific Board, Dewan Keilmuan ataupun Dewan Iptek. Masukan itu bisa berupa perumusan dan penyusunan rencana strategis lembaga, kebijakan teknis, penilaian program penelitian, evaluasi penyelenggaraan penelitian, dan penilaian hasil penelitian. Masukan, evaluasi dan penilaian-penilaian tersebut akan merupakan bahan pertimbangan bagi manajemen lembaga untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan secara periodik dengan jadwal yang disusun oleh manajemen lembaga. Di lembaga-lembaga riset luar negeri, anggota Dewan Ilmiah ini berasal dari kalangan yang beragam tapi terkait dengan bidang riset lembaga. Mereka antara lain dari Perguruan Tinggi, Pimpinan Industri, bahkan Diplomat. Untuk lembaga-lembaga riset di Indonesia, keberadaan Scientific Board ini pasti diperlukan dan akan sangat membantu bagi Manajemen Lembaga. Walaupun sifatnya tidak struktural, keberadaan unit ini sebaiknya ini diakomodasi dan diakui secara legal dalam organisasi. Dengan adanya Scientific Board yang membantu dari sisi keilmuan dan teknis, manajemen lembaga akan dapat lebih memfokuskan diri dalam memfasilitasi kelancaran kegiatan penelitian. Di waktu kami memimpin LEMIGAS, dewan keilmuan seperti itu belum ada secara struktural organisasi sehingga karena diperlukan keberadaannya, kami membentuk tim ad hoc yang diberi nama Komite Arahan dan Evaluasi atau KAE. Komite ini dipimpin oleh Bapak Ir. Epi Jasjfi M.Sc., seorang senior yang juga salah seorang pendiri LEMIGAS. Komite ini berhasil menyusun sebuah makalah strategis berjudul “ Memposisikan LEMIGAS Memasuki Tahun 2000-an” dan menerbitkan Buku Pedoman untuk Penulisan Usulan Rencana Penelitian, Evaluasi Usulan Rencana Penelitian, Penulisan Laporan Penelitian, Evaluasi Laporan Penelitian, dan Pedoman Teknik Presentasi. Kedua dokumen tersebut masih relevan dengan berbagai situasi yang dihadapi LEMIGAS sesudah itu dan masih terus menjadi acuan.
35
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Hak Atas Kekayaan Intelektual Hak atas kekayaan intelektual atau HAKI tidak terpisahkan dari sistem lembaga penelitian. HAKI merupakan wahana perlindungan karya penelitian dari ancaman pencurian. Karya penelitian adalah kekayaan dan modal keberlanjutan kehidupan dari lembaga. Di LEMIGAS, HAKI baru mulai diperkenalkan kepada karyawan pada awal tahun 1990-an. Namun pemahaman atas pentingnya HAKI memerlukan waktu lama dan para Peneliti tidak tertarik untuk mempatenkan hasil penelitiannya. HAKI baru membudaya sedikit demi sedikit mulai awal tahun 2000-an. Ini karena didorong oleh manajemen dan dengan dibentuknya unit kerja yang khusus menangani HAKI dalam organisasi litbang tersebut. Di samping perlunya kebijakan tegas dari manajemen, HAKI akan lebih menarik dan membudaya apabila para Peneliti juga dapat merasakan hasil dari karyanya. Paten adalah milik sepenuhnya dari lembaga, namun apabila paten dari lembaga tersebut dipakai industri dan menghasilkan royalti, maka sebaiknya lembaga membagikan sebagian dari royalti tersebut kepada para Peneliti. Pada tahun 2001 LEMIGAS menyerahkan royalti pertama kepada Penelitinya yaitu Dr. Bambang Widarsono dari bidang Eksploitasi karena hasil paten penelitiannya diaplikasikan dalam jasa teknologi.
Kerja Sama Penelitian LEMIGAS adalah lembaga penelitian Pemerintah yang bernaung di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Tugasnya adalah melakukan penelitian dan pengembangan untuk kepentingan Pemerintah di bidang Migas dan untuk mendukung industri Migas. Karena itu sebagian dari program penelitian lembaga ini adalah untuk mendukung kebijakan pemerintah dan sebagian lagi untuk menghasilkan transfer teknologi ke industri, baik berupa jasa solusi masalah operasional, maupun penerapan teknologi baru.
Interaksi Dengan Pemerintah Dalam penyusunan program penelitian untuk pemerintah Lembaga ini berinteraksi terus menerus dengan instansi terkait seperti Direktorat Jenderal
36
Manajemen Penelitian
Minyak dan Gas Bumi, Badan Pelaksana Migas, Badan Pengatur Hilir Migas, Dewan Energi Nasional dan lain-lain. Topik penelitian adalah yang terkait untuk mendukung kebijaksanaan Pemerintah. Sebagai ilustrasi, LEMIGAS pernah melakukan penelitian kebutuhan angka oktan secara nasional untuk bensin, Evaluasi Cadangan Migas, Kajian Wilayah Berpotensi Migas, Kajian Biofuel (biodiesel, alkohol) sebagai campuran bahan bakar minyak, dan banyak lainnya.
Kerjasama Dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian Lain Kerjasama dengan universitas dan lembaga penelitian lain ditujukan untuk melakukan penelitian dalam bidang tertentu sesuai dengan kekuatan masingmasing. Suatu lembaga tidak perlu memiliki semua perangkat penelitian yang diperlukan, apalagi bila harganya sangat mahal, teknologinya rumit, memerlukan tenaga ahli khusus dan frekuensi pemakaiannya sedikit sehingga memilikinya akan sangat memboroskan anggaran dan tenaga. Penelitian teknologi biasanya memerlukan pengetahuan yang lebih mendasar untuk memahami fenomena-fenomena dasar yang mendasari teknologi yang dikembangkan . Kerjasama dengan perguruan tinggi akan dapat membantu dalam masalah-masalah pengetahuan yang lebih mendasar tersebut yang tentu lebih dikuasai oleh pihak perguruan tinggi. Contoh yang pernah dilakukan LEMIGAS adalah kerjasama di bidang teknologi katalis dengan Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia dalam menyelesaikan persoalan penentuan pemilihan katalis Pertamina, kerjasama dengan Universitas Gajah Mada untuk masalah geologi, kerjasama mengenai penelitian biodiesel dari minyak sawit dan penelitian biosurfaktan dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Kerjasama Penelitian dan Jasa Teknologi dengan Industri Migas Sesuai dengan misi LEMIGAS, maka semua hasil pekerjaan LEMIGAS haruslah dapat mendukung atau dirasakan manfaatnya oleh industri dan malah dapat memperbesar dan memperluas industri itu sendiri sehingga lebih meningkatkan dan menumbuhkan kegiatan ekonomi negara.
37
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Bagi lembaga penelitian yang kemampuan risetnya terbatas, maka dipilih topik yang mampu dilaksanakan dan berisiko rendah, walau bahwa teknologi yang dihasilkan harus tetap merupakan produk unggul dan berdaya saing. Termasuk di sini penelitian yang berjangka pendek, misalnya mengoptimalkan kinerja atau kualitas produk yang sudah ada di pasaran. Pengembangan produk baru biasanya merupakan penelitian jangka panjang dan berisiko lebih besar. Selain itu, untuk mengurangi risiko, langkah yang dilakukan adalah mengajak instansi, lembaga atau perusahaan dari industri terkait untuk melaksanakan dan membiayai bersama penelitian tersebut. Sang Peneliti harus juga jeli mencari sumber-sumber pendanaan yang mungkin. Kemitraan dengan pesaing juga mungkin asalkan atas dasar saling menguntungkan, karena pesaing mungkin memiliki beberapa kemampuan riset yang tidak kita miliki. Kita tidak harus memiliki semua lingkup kemampuan karena beban biayanya tinggi sehingga dapat membuat penelitian menjadi sangat mahal. Bagaimana agar hasil-hasil penelitian dan pengembangan tersebut dimanfaatkan industri juga bukan persoalan mudah karena kami merasakan cukup tingginya keengganan industri. Karena itu strategi jitu yang bisa diterapkan adalah dengan mengikutsertakan industri dari awal perencanaan program sehingga produk dari penelitian tersebut dapat bermanfaat bagi industri, antara lain mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas, menciptakan nilai baru atau meningkatkan nilai tambah dari industri tersebut. Contoh yang dilakukan LEMIGAS di bidang hulu adalah kerja sama, selain dengan Pertamina, juga dengan perusahaan-perusahaan minyak swasta dan asing, terutama untuk “ problem solving” lapangan, baik itu di bidang eksplorasi maupun eksploitasi.
Kerjasama Dengan Pertamina Pertamina adalah satu-satunya perusahaan Migas yang sahamnya seluruhnya dimiliki negara. Sebelum era reformasi Pertamina merupakan pemain tunggal di hulu dan di hilir, sesuai dengan ketentuan Undang-undang No 8 Tahun 1971. Dalam mengelola kontraktor bagi hasil Pertamina meminta dukungan LEMIGAS dalam melakukan berbagai kajian teknis dan ekonomis
38
Manajemen Penelitian
dalam perencanaan dan operasional badan-badan usaha bagi hasil tersebut. Pemerintahpun melihat pentingnya kerjasama tersebut karena kajian-kajian tersebut telah sangat membantu efisiensi dan efektivitas Pertamina dalam mengelola perusahaan-perusahaan kontraktor asing. Beberapa kajian dan penelitian yang dapat disebut antara lain Duri Steam Flood, East Kalimantan Delivery Studies, Cepu Reservoir Evaluation, dan berbagai studi lainnya yang sangat banyak jumlahnya untuk dituliskan di sini. Ratusan juta dollar yang menjadi kewajiban Pemerintah kepada para kontraktor asing sudah mampu dihemat melalui studi-studi seperti itu. Di bidang hilir, kerjasama meliputi kajian karakteristik berbagai minyak mentah Indonesia, kajian bahan baku minyak pelumas dari minyak mentah dalam negeri. Kajian bahan bakar pengganti bahan bakar minyak seperti etanol, metanol dan biodiesel hasilnya mulai diterapkan mulai tahun 2004, lebih dari 20 tahun setelah penelitian tersebut, dikarenakan meningkatnya harga minyak dunia. Para perusahaan minyak juga sangat terbantu oleh studi flow assurance, yaitu untuk menyelesaikan pengiriman minyak mentah berbagai perusahaan minyak pada pipa yang sama. Penelitian ini juga untuk mengatasi masalah pembuntuan dalam pemompaan minyak yang kental dan mudah membeku. Pertamina juga sangat terbantu dalam pengkajian pemilihan katalis AHRDM (Atmospheric Heavy Residu Demetalisation) pada kilang minyak Balongan. LEMIGAS bersama beberapa perguruan tinggi bertindak sebagai pengkaji atau fact finding dan untuk menentukan katalis terbaik dari segi teknis di antara tawaran-tawaran katalis dari berbagai vendor. Hasil kajian tersebut berhasil memecahkan masalah yang pada waktu itu menimbulkan pertikaian yang cukup rumit dan harga yang terlalu tinggi. Pertamina dan LEMIGAS setiap tahun melakukan penelitian di bawah payung Kerjasama Riset. Untuk penelitian jangka panjang Pertamina juga menyediakan dana Research Grant yang kemudian digunakan untuk penelitian MEOR (Microbial Enhance Oil Recovery). Setiap tahun dilaksanakan puluhan topik penelitian yang uraian hasilnya dapat dilihat dalam Laporan Tahunan LEMIGAS.
39
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
“Marketing Visit Road Show” ke Direktur Utama Pertamina, Baihaki Hakim, 15 Maret 2000.
Kerjasama Luar Negeri Kerjasama dengan pihak luar negeri ditujukan untuk menimba keahlian dan pengalaman dalam bidang yang belum diketahui. Pada awal berdirinya, LEMIGAS melakukan kerjasama dengan Corelab, dalam bidang analisis core hasil pengeboran, kerjasama dengan Robertson Research dalam bidang analisis batuan, kerjasama dengan British Geological Survey dalam bidang eksplorasi geologi, kerja sama dengan Jepang di bidang penginderaan jauh, kerjasama dengan Beicip Perancis dalam pembangunan laboratorium aplikasi bahan bakar dan pelumas serta kajian tekno-ekonomi bidang hilir migas dan banyak lagi lainnya. Berbagai kerjasama tersebut telah berhasil membangun kemampuan LEMIGAS dalam bidang-bidang yang dikerjasamakan, sehingga setelah kontrak kerjasama selesai para ahli LEMIGAS mampu melakukan sendiri semua kegiatan tersebut, dan diperkuat dengan pulangnya para kader spesialis yang dididik di luar dan dalam negeri.
40
Manajemen Penelitian
Pemasaran Dan Arsitektur Bisnis Produk Penelitian Lembaga penelitian seperti LEMIGAS, yang tugasnya antara lain menemukan teknologi baru atau perbaikan teknologi yang sudah ada harus mampu mempertahankan eksistensinya dengan menunjukkan bahwa produk-produk penelitiannya bermanfaat dan telah bermanfaat sebagai pertanggungjawaban atas pendanaan yang diberikan Pemerintah untuk kehidupan lembaga ini. Untuk itu, semua penelitian harus tuntas sampai tahapan aplikasinya. Suatu penelitian yang sudah selesai dan siap aplikasi harus diperkenalkan atau ditawarkan kepada industri yang memerlukan. Tugas ini disebut di LEMIGAS sebagai kegiatan pemasaran teknologi. Kegiatan ini meliputi penyelenggaraan seminar pengenalan hasil-hasil dan kemampuan teknologi kepada industri, melakukan pameran, dan melakukan ‘road show’ teknologi ke perusahaan-perusahaan di industri Migas. Cara yang lebih efektif adalah melibatkan industri dari awal penelitian atau dari tahap penelitian di unit pilot sehingga dapat dilakukan penyesuaian kepada keperluan industri. Arsitektur bisnis produk penelitian diperlukan dalam mendayagunakan suatu produk hasil penelitian ke kegiatan ekonomi dengan cara membangun hubungan-hubungan antar pelaku ekonomi dalam produk tersebut. Pelaku-pelaku ekonomi tersebut adalah Lembaga sebagai pemilik produk, perusahaan produsen yang akan memproduksi produk, perusahaan pemasaran sebagai penjual produk dan lembaga keuangan sebagai penyedia modal. Beberapa contoh produk LEMIGAS yang dihasilkan dan diperkenalkan baru-baru ini (2013) oleh Kepala Pusat LEMIGAS Ibu Yanni Kussuryani adalah Air Gun ciptaan Prof. Dr. Suprajitno Munadi (alm), tabung ANG (Adsorbed Natural Gas), alat pengeboran, surfaktan untuk EOR (Enhanced Oil Recovery), dan formula baru minyak pelumas. Karena itu, lembaga penelitian juga harus memiliki unit kerja pemasaran yang kuat dan memiliki jaringan yang kuat di industri dan pasar teknologi.
Insentif dan Penghargaan Peneliti Insentif Peneliti bisa berbentuk materi atau non materi (intagible). Yang berbentuk materi adalah tambahan pendapatan Peneliti. Dalam sistem
41
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Penggajian sebagai PNS, di samping menerima gaji, juga diberikan Tunjangan Peneliti yang besarnya menurut tingkat jabatan penelitinya. Apabila dibandingkan ‘take home pay’ seorang tenaga Peneliti dengan tingkat pendidikan, keahlian dan pengalaman yang dimilikinya dengan pendapatan ahli yang setaraf di industri, maka terdapat perbedaan yang cukup besar. Hal ini menyebabkan minat para lulusan terbaik Perguruan Tinggi tidak berminat berkiprah di lembaga penelitian pemerintah. Akibatnya lembaga penelitian kekurangan Peneliti yang bermutu dan ini berdampak kepada kualitas hasil penelitian. Sampai saat ini Indonesia belum pernah menghasilkan Peneliti yang mampu meraih hadiah Nobel. Apabila lembaga litbang pemerintah diberi otonomi dalam administrasi, keuangan, sumber daya manusia maka dapat diciptakan suatu sistem insentif yang memadai. Lembaga litbang dapat merekrut tenaga-tenaga berkualitas dan inovasi dapat lebih digairahkan. Sumber keuangannya, selain adalah kemitraan riset dengan pemerintah dan industri. Royalti dari hak cipta juga dapat dibagikan sebagian kepada Peneliti yang menghasilkan hak cipta, hal mana juga merupakan suatu insentif. Insentif berupa non materi adalah penghargaan dan toleransi. Pimpinan sebaiknya menghargai kolaborasi tim kerja yang kompak, pertukaran pendapat yang tajam, keras tapi santun, komunikasi dalam bentuk apapun, apakah transparan atau diam-diam, dan kemauan mengambil risiko walau nanti ternyata hasilnya kurang memuaskan. Semuanya itu akan meningkatkan kreativitas Peneliti dan ujungnya akan meningkatkan produktivitas inovasi.
42
Manajemen Penelitian
Manajemen LEMIGAS, 2001-2002. Duduk: Dr. Maizar Rahman, berdiri dari kiri ke kanan, Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Sc., Maranaek Siagian M.Sc., Dr. Adiwar, Ir. Lutfi Aziz, Ir. Muhammad Husen M.Sc., Dra. Lubna Amir M.Sc., Dr. Erie Soedarmo.
43
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Mempertahankan Keberlangsungan Migas Nasional, Pendekatan Strategis Dan Teknologi Dalam Mengantisipasi Regulasi Baru Makalah kunci pada Kongres/Simposium IATMI, Yogyakarta 3-5 Oktober 2001
Pendahuluan Keberlangsungan Migas nasional adalah suatu keharusan karena negara kita masih memerlukan migas sebagai sumber devisa dan untuk pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri. Konsumsi yang terus meningkat, kebutuhan devisa yang makin besar menuntut dipertahankannya bahkan ditingkatkannya peran migas kita. Makin sedikitnya penemuan-penemuan cadangan baru minyak dan gas bumi, masih potensialnya kandungan migas pada lapangan-lapangan yang sudah terproduksikan secara primer mendorong diperlukannya suatu strategi eksplorasi dan eksploitasi yang lebih jitu dan pemilihan teknologi yang lebih handal. Demikian juga peningkatan penerimaan pemerintah melalui minimalisasi biaya produksi di hulu dan hilir harus dilakukan dengan manajemen yang jeli dan selektif dengan dukungan teknis yang kuat. Keterbatasan kilang-kilang minyak yang ada di dalam negeri dan meningkatnya konsumsi membuat ketergantungan impor yang makin besar dan rawan dalam menjamin keamanan pasokan maupun efisiensi biaya. Penambahan jumlah pemain di bidang BBM sudah diantisipasi dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Migas namun harus ditangani dengan hati-hati demi menjamin tumbuhnya perusahaan-perusahaan nasional menjadi perusahaan yang berkelas dunia. Teknologi belum lagi menjadi kegiatan ekonomi atau suatu mata pencaharian bagi masyarakat kita. Teknologi masih terus dibeli dan penguasaannya terbatas untuk keperluan operasi produksi. Kebijakan dan strategi pemerintah selama ini di bidang teknologi belum tepat sasaran. Berbagai peluang penguasaan teknologi selama ini hilang percuma. Untuk itu diperlukan suatu paradigma baru dengan harapan agar teknologi migas juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi masyarakat. RUU Migas seyogyanya dapat dijabarkan nantinya dalam mencapai sasaran tersebut.
44
Manajemen Penelitian
Status Migas Nasional Dewasa Ini Bidang Hulu Keberlangsungan migas nasional di bidang hulu terkait dengan apakah masih tersedia cadangan migas, apakah eksplorasi masih dilakukan dan apakah kegiatan produksi masih kompetitif. Secara umum total cadangan potensial migas Indonesia adalah sekitar 9,48 milliar barrel, dengan rata-rata produksi tahunan sebesar 478,2 juta barrel. Berdasarkan data yang tersedia, maka cadangan minyak bumi di Indonesia per 1 Januari 2001 adalah sebesar 5,1 miliar barrel untuk cadangan terbukti, 1,8 miliar barel untuk cadangan mungkin dan 2,7 miliar barrel untuk cadangan harapan. Di luar cadangan minyak terdapat cadangan gas sebesar 92,3 triliun SCF (Standard Cubic Feet). Selama 20 tahun terakhir penemuan baru cadangan minyak mencapai sekitar 20 miliar barel sehingga dapat mempertahankan jumlah cadangan dalam artian mengganti minyak yang diproduksikan namun belum mampu memperbesar jumlah cadangan total. Di lain pihak, penemuan-penemuan baru telah berhasil menambah cadangan gas nasional. Bila dicermati lanjut, ternyata penambahan cadangan selama lima tahun terakhir adalah hasil re-evaluasi di daerah lama (eksplorasi intensif dan hasil manajemen reservoar), kegiatan IOR/EOR dan perubahan status cadangan, memberikan kontribusi terbesar 8-15% per tahun; sedangkan laju penemuan cadangan di daerah baru (eksplorasi ekstensif) rata-rata dalam dekade terakhir +1% per tahun atau ekivalen dengan 55 juta barel minyak terproduksi atau 0.07% dari sumber daya minyak. Secara geologi pada sistem busur kepulauan Indonesia dijumpai sekitar 60 cekungan sedimen Tersier yang tersebar di kawasan barat dan timur Indonesia. Secara umum aktivitas eksplorasi dan eksploitasi migas terutama dilakukan pada lebih dari 24 cekungan sedimen Tersier yang telah terbukti mengandung minyak dan gas bumi (mature area) yang terutama berlokasi di Kawasan Barat Indonesia, seperti halnya di bagian timur Pulau Sumatra, Gugusan Kepulauan Natuna, Laut Jawa Utara, Kalimantan Timur , dan hanya beberapa yang dijumpai di Kawasan Timur Indonesia (Irian dan Seram). Di luar
45
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
ke-24 cekungan sedimen yang telah terbukti mengandung migas, aktivitas eksplorasi migas di kawasan lain dapat dikatakan masih sangat kurang (frontier area), seperti halnya daerah pantai barat Sumatra-Jawa, dan daerah-daerah lain di Kawasan Timur Indonesia. Menurut perhitungan hipotetik, potensi sumber daya minyak dapat mencapai 77,4 miliar barel dan gas sebesar 332 triliun kaki kubik. Terlepas dari kuota OPEC yang diberikan kepada Indonesia, kecenderungan yang terlihat merefleksikan ketidakmampuan industri migas nasional untuk meningkatkan produksi minyak. Hal ini, di samping disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menemukan cadangan-cadangan minyak dalam jumlah besar juga disebabkan oleh ketidakmampuan untuk meningkatkan laju dan tingkat pengurasan minyak secara aman dan maksimum. Hal-hal di atas dapat dirangkum secara umum sebagian disebabkan oleh harga minyak dunia yang tidak kompetitif (saat itu), kondisi geologi yang kompleks, kondisi geografis (meskipun tidak dibarengi oleh permasalahan sosial dan politik) yang tidak kondusif, dan ketidakmampuan untuk mengoptimalkan penerapan teknologi yang ada. Produksi minyak rata-rata dalam dekade terakhir mencapai 1.544 juta BOPD (barrel oil per day) atau dengan laju pengurasan 10% per tahun. Produksi minyak tersebut dapat dirinci sebagai minyak hasil produksi alami (1.018 juta BOPD), Sec-Rec/IOR/EOR (0.359 juta BOPD), dan kondensat (0.167 juta BOPD). Kondensat terutama kondensat yang berasal dari produksi gas guna memasok kilang LPG/LNG/Pupuk/Petrokimia relatif tetap. Dalam periode yang sama, produksi minyak hasil pengurasan alami mengalami penurunan sebesar 2.27% per tahun dan produksi minyak hasil Sec-Rec/IOR/ EOR mengalami kenaikan sebesar 8.74% per tahun; sedangkan dalam lima tahun terakhir, produksi minyak secara alami mengalami penurunan cukup tajam sebesar 4.92% per tahun, sedangkan kenaikan produksi minyak hasil Sec-Rec/IOR/EOR sebesar 3.72% per tahun. Kontribusi Secondary Recovery (Sec-Rec)/IOR/EOR adalah sebesar 15.6% di awal tahun 1990 dan saat ini mencapai tingkat 35.5%. Di akhir tahun 1998, kontribusi produksi minyak hasil Sec-Rec/IOR/EOR mencapai 40% produksi
46
Manajemen Penelitian
minyak Indonesia. Penerapan metode produksi lanjut Sec-Rec/IOR/EOR memberikan harapan dalam meningkatkan produksi dan perolehan minyak Indonesia (Sudomo, S.,Lembaran Publikasi LEMIGAS vol 35, No1/2001) Perkiraan pada saat ini menunjukkan bahwa jika tidak dapat ditemukan cadangan-cadangan minyak yang baru maka cadangan tersisa saat ini yang diperkirakan masih dapat diproduksikan akan habis pada tahun 2013, itupun dengan catatan adanya penerapan teknik-teknik EOR secara intensif.
Bidang hilir Penyediaan bahan bakar minyak dan bahan bakar gas dalam jumlah yang tepat, berkesinambungan, kualitas memadai dan harga yang seimbang serta terjangkau merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah. Indonesia memiliki 8 kilang dengan kapasitas sekitar 1.06 juta barel per hari. Produksi kilang juga mencapai sekitar 1.04 juta barel per hari dan impor sebesar 170 ribu barel per hari. Impor BBM menunjukkan adanya ketidak sesuaian konfigurasi kilang dengan komposisi konsumsi dan meningkatnya konsumsi dari tahun ke tahun sebesar rata-rata 4-5 % per tahun. Bilamana semua BBM harus diproduksi dalam negeri maka dewasa ini sudah diperlukan tambahan satu kilang baru dan untuk setiap 2 tahun mendatang diperlukan tambahan satu kilang baru. Mengandalkan impor untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri mengandung risiko biaya tinggi karena ketersediaan BBM di pasar spot juga tidak cukup leluasa. Pembelian dalam jumlah cukup besar seperti yang dilakukan saat ini dapat mendorong naiknya harga, apalagi apabila terjadi masalah di kilang-kilang dunia seperti Kuwait dan Balik Papan tahun lalu, yang telah menyebabkan melonjaknya harga BBM di pasar spot. CPD (crude processing deal) dengan kilang-kilang luar negeri ( Singapura, Malaysia, Thailand) memang suatu jalan keluar tapi juga mengandung suatu opportunity loss apabila terjadi perbedaan harga spot dengan harga kontrak CPD tersebut.
47
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Fasilitas penyimpanan atau depot, fasilitas distribusi/ angkutan, dan fasilitas eceran/SPBU memerlukan peningkatan yang segera untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Kapasitas simpan BBM nasional kita hanya cukup untuk maksimum 25 hari konsumsi sedangkan di Filipina misalnya sudah 40 hari. Jumlah SPBU di Indonesia hanya sekitar 2300 buah (dan hanya terkonsentrasi pada daerah-daerah ‘gemuk’), lebih sedikit dari yang dimiliki Filipina (sekitar 3000 buah), yang juga negara kepulauan tapi dengan penduduk 4 kali lebih kecil dan luas wilayah 6 kali lebih kecil. Di luar sasaran penghilangan kandungan timbal dalam bensin yang telah dimulai sejak 1 Juli 2001 di kawasan Jabotabek dan seluruh Indonesia mulai 2004 yang akan datang, kualitas BBM kita masih pada batas minimum (atau di bawah minimum) apabila dibandingkan dengan negara tetangga atau dengan apa yang ditetapkan oleh Fuel Charter. Misalnya dalam kandungan belerang, aromatik total, benzena, olefin, kebersihan saluran bahan bakar dan pembakaran, masih memerlukan peningkatan. Karakter minyak Indonesia yang cenderung makin berat dan parafinik memerlukan lebih banyak unit konversi residu berat ataupun yang waxy. Semuanya itu berdampak kepada konfigurasi kilang, biaya investasi maupun produksi. Pemanfaatan gas sebagai substitusi BBM harus lebih digalakkan, yang memerlukan sistem transmisi dan distribusi gas yang lebih banyak. Selain dengan pipa, transmisi gas di dalam negeri dalam bentuk LNG, misalnya dari Irian Jaya ke pulau Jawa dengan penyimpanan dalam reservoar yang sudah terkuras perlu mendapat telaahan. Pemakaian bahan baku alternatif seperti batubara, shale oil , biofuel sudah harus dikaji lebih intensif.
Strategi Mempertahankan Keberlangsungan Migas Nasional Bidang Hulu Eksplorasi Aktivitas eksplorasi migas pada kawasan mature di Indonesia sejauh ini difokuskan pada target reservoar dangkal berumur Miosen (lebih kurang 20 juta tahun yang lalu) pada suatu sistem perangkap struktur seperti antiklin dan patahan ataupun gabungan keduanya. Reservoar utama migas berumur
48
Manajemen Penelitian
Miosen terdiri atas batu pasir endapan delta dan pantai purba (Lapangan Arjuna, Lalang), maupun batu gamping terumbu (Lapangan Arun, Mudi). Strategi eksplorasi migas untuk menemukan cadangan-cadangan minyak di masa mendatang dapat dititikberatkan pada : (1). Melakukan intensifikasi aktivitas eksplorasi di daerah mature yang sudah berproduksi atau yang sudah diketahui potensi migasnya dengan cara: • Berorientasi pada pengembangan struktur lapangan yang menwajibkan para ahli eksplorasi untuk lebih memperhatikan aspek analisis mikro agar dapat lebih rinci, spesifik dan kuantitatif melalui interaksi dengan para ahli produksi. • Mengaplikasikan konsep-konsep eksplorasi/geosains terbaru (sequence stratigraphy concept) dan ditunjang dengan aplikasi pengolahan seismik mutakhir seperti seismik 3-D, AVO, dan seismik atribut, yang akan sangat membantu di dalam pemahaman geometri reservoar untuk menemukan cadangan-cadangan migas baru pada suatu kawasan mature, maupun untuk pengembangan lapangan migas marginal yang banyak tersebar di berbagai cekungan produktif, yang selama ini belum dikembangan secara optimal. Sebagai contoh, adalah yang pernah dilaksanakan Pertamina bersama LEMIGAS di lapangan Sopa yang dapat memberikan arahan kegiatan eksplorasi lanjut maupun pengembangan lapangan. • Proses seismik yang lebih akurat. Pada kondisi sekarang ini, pendekatan seismik 3 dimensi baru mampu mendeteksi ketebalan lapisan di atas 40 feet. Dilain pihak, banyak lapisan reservoar yang mempunyai lapisan kurang dari 40 feet tetapi mempunyai pelamparan yang luas, sehingga merupakan tempat penyimpanan hidrokarbon yang cukup berarti. Pendekatan teknologi untuk proses seismik di masa mendatang diharapkan mampu mendeteksi lapisan reservoar kurang dari 40 feet. • Disamping itu metode soft computing, adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang makin lama makin penting untuk meramalkan berbagai kinerja reservoar melalui beberapa respon terukur, seperti respon gelombang seismik, respon tekanan reservoar, respon aliran
49
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
fluida reservoar dan lain-lain. Termasuk di dalamnya adalah neural network analysis, tracer analysis, fine grid block reservoar modeling dengan jumlah grid block lebih dari satu juta yang dengan teknologi sekarang ini belum terjangkau. Metode semi-deterministik geostatistik yang menggabungkan keleluasaan metode statistik berdasarkan respon terukur dari seismik atau dari well testing dapat digunakan untuk menggambarkan penyebaran lapisan reservoar secara lateral. • Reevaluasi petroleum system yang akan sangat membantu di dalam usaha pencaharian reservoar migas baru (new hydrocarbon play) terutama untuk menemukan target reservoar dalam (batuan Paleogen) yang sampai saat ini belum dikembangkan secara intensif ataupun plays baru pada zona produktif yang diketahui dengan melihat kemungkinan diketemukannya reservoar baru maupun perangkapperangkap stratigrafi (pelensaan reservoar) maupun kombinasinya dengan perangkap struktur. Sebagai contoh adalah usaha penemuan play baru pada reservoir batupasir berumur Eosen – Oligosen di cekungan belakang busur di kawasan Indonesia Bagian Barat. (2). Ekstensifikasi kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan minyak di kawasan frontier melalui: • Pengembangan eksplorasi laut dalam di beberapa daerah di Kawasan Timur Indonesia, seperti halnya Cekungan Selat Makassar Utara, Cekungan Bone yang terbukti mengandung hidrokarbon, akan sangat membantu di usaha penemuan cadangan migas baru di masa mendatang. Karena berada pada laut dalam maka teknologi tension leg platform (TLP) adalah salah satu bentuk teknologi canggih yang dapat memenuhi kebutuhan pemboran di kawasan tersebut • Pengembangan potensi migas di kawasan cekungan busur muka Sumatra-Jawa yang diinterpretasikan potensial akan kandungan hidrokarbon. • Pengembangan eksplorasi migas batuan Pratersier di Kawasan Timur Indonesia yang sudah terbukti potensial akan kandungan migas. Sebagai contoh adalah lapangan gas Wiriagar, Irian Jaya.
50
Manajemen Penelitian
Produksi Peningkatan Produksi Melalui EOR/IOR, Karakterisasi dan Manajemen Reservoir. Secara umum, untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi migas nasional, usaha-usaha yang harus dilakukan, diantaranya: EOR, reservoir characterization dan manajemen. Data yang ada menunjukkan bahwa di Amerika Serikat 90% peningkatan cadangan diperoleh melalui reservoir characterization dan manajemen terhadap lapangan-lapangan tua. Di Indonesia jumlah lapangan-lapangan tua lebih dari 60%. Di samping itu karakteristik lapangan-lapangan tua di Indonesia hampir sama dengan karakteristik lapangan-lapangan tua di tempat-tempat lain di dunia. Karakteristik tersebut antara lain adalah tingginya kadar air dan produksi gas yang berlebihan. Peningkatan cadangan migas ini juga dapat dilakukan melalui pendekatan klasik yang ada selama ini yaitu dengan menggunakan metode peningkatan pengurasan (EOR). Hal ini dapat dilaksanakan melalui pendesakan polimer, mikroba, CO2 , surfaktan dan lain-lain. Secara teoritis pendesakan EOR dapat meningkatkan cadangan hingga maksimum pengambilannya mencapai lebih dari 60%, sedangkan tanpa menggunakan metode EOR maksimum pengambilannya hanya sebesar 40%. Dengan demikian akan terdapat kenaikan jumlah cadangan sebesar 20%. Hasil yang didapat oleh penerapan EOR di Indonesia memperlihatkan kecenderungan peningkatan produksi minyak yang cukup berarti. Sebagai contoh, produksi yang dihasilkan oleh penerapan EOR mencapai 120 juta barel per tahun pada tahun 1995 dibandingkan dengan produksi total sebesar 580 juta barel (sumber: TECP). Penerapan teknik EOR seperti injeksi uap di lapangan Duri (Caltex) sejak pertengahan 1980-an dan penerapan injeksi air secara intensif di lapangan Minas dan Zamrud (Caltex) menyumbang kontribusi yang cukup besar. Karakterisasi reservoar adalah membuat model geologi dan engineering yang menggambarkan arsitektur reservoar dan distribusi hidrokarbon di dalamnya, yang antara lain dipakai untuk keperluan deliniasi. Model reservoar memasukkan aspek heterogenitas dari skala gigaskopik hingga kepada tingkat skala pori. Deliniasi ini juga akan mencakup parameter-
51
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
parameter reservoar yang terukur seperti permeabilitas reservoar, reservoar barier dan arah aliran hidrokarbon di dalam reservoar dan lainlain. Pemodelan ini kemudian dilanjutkan dengan pemodelan aliran fluida di dalam reservoar. Setelah melalui beberapa pengujian secara seksama, maka peningkatan cadangan ini dapat dilakukan melalui pemboran pada daerah-daerah yang tidak terjangkau dengan model sebelumnya. Peningkatan cadangan pada lapangan tua hanya bisa dicapai melalui kegiatan terpadu antar berbagai disiplin ilmu seperti geofisika, geologi, formation evaluation, reservoir engineering, welltesting dan reservoir simulation. Pada lapangan tersebut biasanya sisa cadangan yang masih mungkin diproduksikan adalah dari reservoar-reservoar yang memiliki kualitas buruk dalam artian tidak kondusif bagi aliran minyak. Mobilitas minyak yang rendah tersebut dapat menyebabkan tidak ekonomisnya proses produksi. Masalah yang secara dominan disebabkan oleh kekompleksan kondisi geologi Indonesia tersebut membutuhkan perhatian khusus atas penguasaan kondisi setempat (local knowledge), pemilihan metode yang tepat (tidak berarti harus yang tercanggih), validitas data, dan kualitas operator. Peningkatan kualitas sumber daya manusia operator-operator lokal dan kegiatan litbang yang berorientasi pada pemecahan masalah adalah alternatif yang dapat dianggap terbaik. Usaha eksploitasi lapangan-lapangan marjinal (marginal fields) yang jumlahnya cukup banyak di Indonesia. Tantangan yang harus dihadapi dalam hal ini adalah dalam aspek keekonomian yang selalu dihadapkan pada kendala-kendala antara lain jumlah deposit yang terbatas, jarak yang jauh dari pasar (buyers), harga migas yang berfluktuasi, dan insentif yang kurang menarik bagi investor. Sampai sejauh ini belum banyak yang dicapai dalam eksploitasi lapangan-lapangan marjinal di Indonesia. Salah satu pendekatan yang dapat dianggap sebagai paket pemecahan masalah adalah penggunaan metode yang tepat dan murah (misalnya: pemanfaatan produksi berlebihan gas associated dari lapangan atau reservoar sekitar bagi proses produksi secara gas lift, penempatan proses produksinya secara tepat pada kerangka yang lebih besar (misalnya: produksi terintegrasi dengan lapangan lain yang ekonomis), dan insentif atau bagi hasil yang menarik bagi kontraktor. Untuk itu perlu diciptakan
52
Manajemen Penelitian
suatu regulasi yang memungkinkan kerjasama antar operator untuk mengembangkan lapangan minyak yang letaknya bersebelahan. Berbeda halnya dengan yang terjadi pada cadangan minyak tersisa, cadangan gas tersisa dalam jumlah yang besar lebih merefleksikan sebagai cadangan yang memang belum diproduksikan sebagai bagian dari strategi pengembangan daripada sebagai refleksi ketidakmampuan dalam memproduksikannya. Sehubungan dengan kenyataan tersebut maka diperlukan usaha-usaha keras untuk menggalakkan pemakaiannya di dalam negeri antara lain sebagai substitusi bahan bakar minyak yang produksinya cenderung untuk menurun. Kebijakan Insentif Gas Domestik merupakan salah satu kebijakan yang dapat memacu pemakaian gas.
Kebijakan Pemerintah Meningkatnya aktivitas di bidang hulu migas akan sangat ditentukan oleh terdorongnya para investor untuk melakukan kegiatan di Indonesia, yang dipengaruhi faktor-faktor kondusif seperti insentif yang menarik, data dan informasi yang lengkap, rinci dan siap pakai. Perlu juga dicatat beberapa kondisi yang lain seperti keamanan operasi/tegaknya hukum dan ketertiban, kepastian aturan dan dihilangkannya berbagai hambatan-hambatan lainnya terhadap kegiatan bisnis perminyakan ini. Agar perusahaan-perusahaan murni nasional ataupun perusahaan daerah, kecil atau menengah, terdorong terjun di bisnis perminyakan, perlu dipikirkan perangsang-perangsang khusus, terutama agar mereka tidak ‘start’ jauh di belakang perusahaan-perusahaan multinasional lain yang sudah sangat kuat. Perangsang-perangsang tersebut dapat berupa data dan informasi yang lebih ‘murah’, pendidikan dan latihan yang ‘hampir gratis’, pembinaan manajermanajer yang handal dan yang tak kalah pentingnya, dukungan teknologi dan litbang yang murah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan operasi perusahaan-perusahaan kecil tersebut. Dengan upaya demikian diharapkan akan tumbuh puluhan bahkan ratusan perusahaan-perusahaan kecil tipe Wonocolo yang sudah dipermodern dan dicanggihkan. Walaupun berskala kecil, akumulasinya akan sangat signifikan bagi peningkatan produksi nasional, menumbuhkan rantai kegiatan jasa yang luas dan
53
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
pembukaan lapangan kerja yang cukup besar. Diharapkan RUU Migas dapat mengakomodasikan kebijakan-kebijakan tersebut nantinya. Bidang Hilir Di bidang hilir, masalah keberlangsungan migas terfokus pada keamanan penyediaan bahan baku dan produk, kemampuan rantai produksi BBM, penyimpanan, pengangkutan /distribusi dan penjualan, serta harga yang kompetitif. Untuk itu di bidang hilir diperlukan lebih banyak pemain. RUU migas telah mengakomodasi kebijakan tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perusahaan-perusahaan nasional yang sudah ada tetap dapat menjadi pemain utama yang berkelas dunia dan kompetitif, berdampingan dengan perusahaan-perusahaan multinasional dan bagaimana dapat tumbuhnya perusahaan-perusahaan murni nasional lainnya. Untuk itu diperlukan suatu strategi yang jitu bagi transisi status sekarang ke status era UU Migas yang baru. Antara lain adalah perlunya secara bertahap pemberian peran kepada pemain-pemain baru, misalnya dimulai dulu dari kegiatan paling hilir (eceran, distribusi), kemudian baru ke sektor penyimpanan dan produksi. Dalam penentuan kebijakan pemerintah, pengusaha kecil menengah harus ditumbuhkan. Sebagai contoh, semua kegiatan eceran/SPBU di Malaysia diutamakan untuk bumi putera. Penataan semuanya itu akan merupakan tugas pemerintah dalam penentuan kebijakan dan Badan Pengatur dalam pengaturan bidang hilir seperti yang telah didefinisikan dalam RUU Migas.
Status Dan Strategi Penguasaan Teknologi Migas Secara Nasional Masalah penguasaan teknologi seolah-olah telah menjadi sangat klasik karena telah berulang kali dibahas di berbagai forum tapi masih tetap hanya NATO (no action talk only). Artinya ‘action’ tidak cukup dilakukan hanya oleh pelaku litbang teknologi tapi harus oleh semua komponen dari sistem kelitbangan teknologi. Komponen-komponen itu adalah lembaga riset dan perguruan tinggi sebagai ‘produsen teknologi’, industri dan masyarakat sebagai ‘konsumen’ teknologi, dan pemerintah yang berperan sebagai pengatur terciptanya interaksi aktif atau ‘supply demand spontan‘ antara komponenkomponen tersebut.
54
Manajemen Penelitian
Dalam bahasan ini perlu dibedakan antara kemampuan penguasaan teknologi, peluang penguasaan teknologi dan status penguasaan teknologi saat ini berdasarkan kriteria masing-masing. Secara nasional kita memiliki kemampuan penguasaan teknologi migas atau kemampuan memproduksi teknologi karena semua persyararatan dimiliki, yaitu sumber daya manusia, lembaga litbang dan perguruan tinggi sebagai produsen teknologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Pusat Penelitian Geologi Kelautan dapat berperan untuk penyelidikan umum geologi, eksplorasi maupun untuk masalah-masalah kebumian lainnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS untuk masalah-masalah spesifik migas. ITB, UGM, UPN, TRISAKTI, memiliki jurusan-jurusan perminyakan, dan berbagai Perguruan Tinggi lainnya dalam bidang proses yang terkait dengan hilir migas. Peluang penguasaan teknologi juga besar karena tantangannya ada di depan mata. Seluruh kegiatan migas, hulu atau hilir memerlukan setiap waktu inovasi-inovasi baru dalam rangka menemukan sumber-sumber dan mengoperasikan dengan cara lebih murah, aman dan ramah lingkungan. Industri migas hulu dan hilir memiliki lapangan minyak dan gas, kilang-kilang minyak dan LNG, yang semuanya itu merupakan laboratorium lapangan yang sangat berharga. Perancis yang hanya memiliki lapangan minyak kecil didekat Paris menghasilkan banyak inovasi baru. Korea Selatan dan Cina yang dulu hanya memiliki kilang-kilang kuno sekarang sudah menawarkan teknologi proses mereka yang mampu bersaing dengan UOP di Amerika. Industri migas hulu dan hilir di Indonesia yang skala kegiatannya cukup besar merupakan potensi besar sebagai pasar atau pembeli teknologi. Di migas hulu, biaya operasi dapat mencapai $ 5 miliar dollar per tahun, sekurangnya 10 % atau $ 500 juta dikeluarkan untuk membeli produk dan teknologi. Yang diserap kemampuan dalam negeri tidak sampai 1 % nya. Dari sisi status penguasaan teknologi, belum lagi tercapai dengan baik karena kriteria keberhasilannya belum terpenuhi yaitu : -
Sangat sedikitnya kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi baru. Banyak kegiatan hanya untuk ‘problem solving ‘ yaitu pesanan industri.yang lebih bersifat aplikasi metode ilmiah yang ada. 55
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
-
Masih sedikitnya dihasilkan produk teknologi yang bernilai hak cipta intelektual. Hak cipta adalah produk teknologi baik berupa metode, proses, produk, perangkat keras atau lunak, karya tulis.
Salah satu contoh teknologi khas Indonesia adalah Duri Steam Flood yang berlokasi di Riau yang diciptakan pada tahun 70-80-an. Jadi pertanyaan apakah ini dikukuhkan sebagai hak cipta, dan bilamana merupakan ‘cost recovery’ apakah hak ciptanya menjadi milik nasional. Kasus serupa banyak terjadi di perusahaan-perusahaan lain. (catatan: Di masa datang pemerintah harus lebih jeli dan lebih selektif di dalam kepemilikan teknologi yang dihasilkan, seharusnya 85 % atau sesuai dengan split, dan mengusahakan agar unsur-unsur nasional dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan - kegiatan penelitian tersebut. Di samping itu, Badan Pelaksana nantinya, hendaknya diperkuat dengan suatu technical board untuk antara lain ikut membantu pengambilan keputusan dalam hal-hal teknis namun sangat berdampak kepada biaya).
-
Belum tumbuhnya badan-badan usaha komersial yang kegiatannya menampung dan menjualkan teknologi, yang dihasilkan di dalam negeri, baik produk maupun jasa, kepada industri migas di dalam atau di luar negeri. Dengan sendirinya masih sedikitnya lapangan kerja yang tumbuh sebagai efek multiplikasi kegiatan litbang. Sebagai contoh di Perancis tumbuh ratusan bahkan ribuan perusahaan kecil menengah untuk memproduksi dan memasarkan produk-produk teknologi dari lembaga-lembaga penelitian. Jadi teknologi belum merupakan bagian mata pencaharian masyarakat kita.
-
Masih sedikitnya tenaga-tenaga ahli spesialis migas berkelas dunia dari Indonesia, yang biasanya dihasilkan dari lembaga-lembaga litbang. Akibatnya terpaksa dipakai tenaga-tenaga asing yang biayanya dapat mencapai 10-20 kali tenaga nasional yang tentu juga membebani negara dalam sistem bagi hasil.
-
Masih langkanya nama-nama Indonesia yang muncul dalam jurnal-jurnal ilmiah kaliber dunia.
-
Masih belum adanya kerjasama erat lembaga litbang dan Perguruan Tinggi sesuai kompetensinya dalam satu mata rantai penciptaan teknologi (Perguruan Tinggi ke arah konsep-konsep lebih mendasar, Lembaga-Lembaga Llitbang ke penciptaan teknologi)
56
Manajemen Penelitian
Dengan demikian tahapan penguasaan teknologi migas kita masih pada pemakaian teknologi yang ada untuk keperluan operasi produksi. Teknologi belum lagi menjadi suatu mata pencaharian masyarakat atau belum menjadi suatu ‘profit center’. Strategi dan kebijakan pemerintah selama ini di bidang teknologi belum tepat sasaran. Berbagai peluang penguasaan teknologi selama 30 tahun terakhir ini hilang percuma. Adanya kenyataan tersebut menimbulkan pertanyaan, salahnya dimana, apanya atau siapa yang salah. Penyebabnya adalah tidak adanya kondisi kondusif yang mendorong berjalannya mesin riset lembaga-lembaga tersebut dan mendorong terjadinya ‘jual beli’ antara produsen dan konsumen teknologi tersebut di atas. Di samping itu sistem migas kita selama ini tidak membuat perusahaanperusahaan merasa terdorong untuk mengembangkan teknologi atau memakai teknologi yang lebih handal karena tidak merasa mendapat insentif untuk melakukan efisiensi. Kondisi yang kondusif tersebut harus diciptakan pemerintah dengan langkahlangkah sebagai berikut : -
Pemerintah memberikan tantangan kepada Lembaga-Lembaga Litbang dan Perguruan Tinggi untuk menciptakan teknologi, realisasinya adalah pendanaan yang wajar bagi program-program penelitian yang memiliki prospek inovasi. Industri tidak dapat diharapkan mendanai proyek-proyek inovasi karena keperluan mereka adalah ‘problem solving’ yang ‘quick yielding’. Agar akuntabitasnya jelas, pendanaan bersifat kontraktual dan dengan pengawasan teknis yang tajam.
-
Untuk keperluan tersebut, pemerintah harus mengalokasikan dana ‘depletion premium’ migas, cukup sebesar 1% dari nilai minyak dan gas yang dihasilkan. Dana terutama diarahkan untuk investasi perangkat penelitian , pembinaan sumber daya manusia dan pembiayaan programprogram riset inovatif agar semua lembaga-lembaga tersebut siap bersaing. Diharapkan UU Migas nanti dapat dijabarkan untuk menelorkan kebijakan ini. Peranan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Departemen Keuangan sangat penting di sini.
57
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
-
Pemerintah lebih memberdayakan Litbang Nasional dalam membantu dalam pengelolaan kontraktor bagi hasil di sektor hulu dengan tujuan meminimalkan biaya dan mengoptimalkan penerimaaan negara.
-
Pemerintah meningkatkan penyelidikan sumber daya migas di daerahdaerah baru maupun daerah-daerah yang telah dikembalikan agar negara memiliki bargaining power lebih besar dalam kontrak-kontrak sehingga penerimaan negara dapat ditingkatkan.
-
Pemerintah memberi insentif fiskal kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan kerjasama penelitian dengan Lembaga-Lembaga dan Perguruan Tinggi di dalam negeri ataupun perusahaan-perusahaan yang menjualkan produk-produk teknologi di dalam negeri.
-
Pemerintah menciptakan sistem kelembagaan litbang yang otonomi, akuntabel, dinamis (saat ini sistem ini belum ada). Diharapkan RUU Ristek atau Siptek (Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang sedang digodok DPR dapat mengakomodasikan dasar-dasarnya.
PENUTUP Mempertahankan keberlangsungan migas sudah menjadi tekad negara kita. Peluang masih menjanjikan walau tidak mudah. Strategi di bidang hulu dan hilir harus lebih jitu dan didukung teknologi yang handal. Sistem regulasi baru yang akan diterapkan perlu didayagunakan agar kegiatan migas tetap tumbuh dan berkembang dan industri nasional di bidang migas hulu dan hilir dapat terus menjadi pemain utama, nasional maupun internasional. Kekeliruan kebijakan pengembangan teknologi migas di masa lalu hendaknya dijadikan pelajaran sehingga di masa depan teknologi migas juga merupakan suatu bagian dari kegiatan ekonomi dan juga merupakan mata pencaharian masyarakat.
58
Manajemen Penelitian
Ucapan terimakasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ir. Barlian Yulihanto, Dr. Wahyu Jatmiko, Dr. Hadi Purnomo, Dr. Adiwar, I.r M Husen M.Sc, Ir. Nur Ahadiat, Ir. Irwandi Bachtiar, Dr. Suprajitno Munadi dan rekan-rekan LEMIGAS lainnya yang telah membantu dan berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
59
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Membumikan Inovasi Dan Menata Litbang Dalam Rakornas Ristek tanggal 27 Agustus 2013 di Taman Mini Indonesia Indah, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyampaikan bahwa pasar bebas Asean pada tahun 2015 akan membuka Indonesia terhadap arus barang, arus modal, arus investasi dan arus pekerja trampil dan ahli. Maknanya adalah hilangnya proteksi dan mengemukanya persaingan. Bila Indonesia tidak siap, negara kita ini hanya jadi ajang negara konsumen dan berpendapatan seadanya, tidak akan pernah menjadi salah satu negara ekonomi maju. Beliau mengatakan bahwa tiga kunci kemajuan ekonomi Indonesia adalah inovasi, sinergi dan daya saing. Artinya situasi hilangnya proteksi dan mengemukanya persaingan tersebut di atas hanya dapat dihindarkan dengan meningkatkan daya saing, dan peningkatan daya saing utamanya adalah dengan melakukan perubahan, yaitu, dari sisi budaya hendaklah berpola pikir dan berbudaya unggul, dan dari sisi ilmu dan teknologi harus mampu menghasilkan inovasi yang berdaya saing dan mendukung kemandirian, dan daya saing itu sendiri harus diperkuat dengan sinergi, antara lain sinergi antara lembaga litbang dengan industri. Status perekonomian kita saat ini, menurut Hatta Rajasa, masih berbasis ekspor bahan alam mentah yang masih sangat murah harganya, dan setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi, diekspor lagi ke Indonesia. Dengan cara perekonomian seperti itu, Indonesia kehilangan banyak peluang, peluang pajak, peluang multiplier effect, peluang lapangan kerja, peluang kemampuan teknologi dan sebagainya. Sebagai contoh, biji nikel mentah bernilai $60 per ton sedangkan kalau diolah menjadi $20000 per ton atau lebih dari 300 kalinya dan dalam rantai produksinya dapat membuka ribuan lapangan kerja. Karena itu strategi ke depan adalah menurunkan impor bahan baku industri dengan memakai bahan baku hasil produksi dalam negeri dan menaikkan ekspor dengan mengekspor barang-barang bernilai tambah tinggi. Karena itu, perekonomian kita harus diubah menjadi knowledge based economy. Knowledge atau pengetahuan tersebut harus diperoleh sendiri melalui penelitian dan pengembangan dengan produk berupa inovasi untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam kita.
60
Manajemen Penelitian
Bilamana kita melihat ke lembaga-lembaga penelitian di Indonesia, kalau diinventarisasi, sudah banyak hasil penelitian berkualitas inovasi, namun salah satu masalah utamanya adalah bagaimana membawa atau menerapkan hasil penelitiannya ke masyarakat ekonomi Indonesia. Bagaimana caranya hasil penelitian tersebut langsung dapat dinikmati masyarakat ekonomi dan dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi, apakah itu berupa produk, proses, metode atau informasi. Salah satu ilustrasi tidak mulusnya transfer hasil inovasi di lingkungan ESDM ke masyarakat ekonomi adalah Coal Water Mixture sebagai bahan bakar industri. Penerapan teknologi ini akan banyak menurunkan biaya energi industri dan tentunya akan meningkatkan daya saingnya. Potensi penghematannya secara nasional dapat mencapai 1,2 trilliun rupiah per tahun, jumlah tersebut akan makin besar karena harga minyak terus meningkat sedangkan batu bara menurun. Teknologinya sudah dihasilkan oleh Tekmira tapi aplikasinya di industri belum menonjol karena aturan main litbang-industri belum tersedia. Tidak termanfaatkannya teknologi ini oleh industri menyebabkan tidak berdayagunanya dana penelitian dari pemerintah yang sudah dibelanjakan. Tekmira sendiri kehilangan ‘royalty opportunity” yang sebetulnya jumlahnya cukup signifikan apabila teknologi tersebut dimanfaatkan, royalti itu sendiri akan dapat didayagunakan untuk mengembangkan lebih lanjut teknologi perbatubaraan. Ada baiknya untuk ilustrasi kita melihat suatu sistem interaksi lembaga litbang dan masyarakat ekonomi di luar negeri yaitu lembaga perminyakan dan energi baru Perancis atau sekarang bernama Institut Francais du Petrole et des Energies Nouvelle (IFPEN). Lembaga yang berkekuatan hampir 1200 peneliti ini dan hampir 50% diantaranya berpendidikan S3 termasuk pemenang hadiah Nobel, melakukan penelitian untuk mendukung industri perminyakan dan energi baru di negara tersebut. Pendanaan lembaga tersebut diperoleh dari persentase tertentu pemakaian BBM di negara tersebut sekitar 300 juta euro atau 5 triliun rupiah per tahun. Bentuknya adalah berupa block program yang dapat dipakai secara fleksibel oleh IFPEN. Penilaian usulan anggaran dan evaluasi pelaksanaan dilakukan oleh suatu dewan penasehat/pengawas beranggotakan unsur-unsur di luar lembaga dan dewan ilmiah (scientific board) dari para pakar yang relevan.
61
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Setiap hasil inovasi lembaga tersebut kemudian ditawarkan lisensinya ke industri besar maupun kecil untuk dapat diproduksikan atau dimanfaatkan. Kalau perlu mengajak berkerjasama dengan swasta dengan modal bersama untuk mendirikan perusahaan guna mengkomersialkan hasil inovasi tersebut. Dengan cara demikian tidak ada hasil inovasi yang hanya tersimpan di laci. Sekarang ini ada 15 perusahaan kategori besar yang sebagian besar sahamnya dimiliki IFPEN dan puluhan perusahaan kecil dan menengah yang bermitra untuk mengimplementasikan hasil-hasil penelitian IFPEN. Skema serupa dapat kita temukan di lembaga-lembaga litbang di Australia (CSIRO) maupun di Amerika (USDOE). Indonesia dapat belajar kepada pengalaman IFPEN tersebut. Artinya hasilhasil inovasi litbang kita ditawarkan ke perusahaan-perusahaan dengan skema yang menguntungkan pihak mitra secara keekonomian. Bilamana ada unsur risiko atau beban modal yang tidak mampu ditanggung mitra swasta, maka pemerintah dapat menawarkan insentif. Dengan cara demikian tidak ada hasil inovasi litbang yang hanya tersimpan percuma. Hatta Rajasa mengatakan bahwa di dalam Undang-undang Ristek sudah ada klausul PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang mengatakan bahwa lembaga litbang dapat memakai langsung dana PNBP, suatu mekanisme yang akan dapat mendongkrak kinerja lembaga litbang dan terbinanya kemitraan litbang-industri. Namun apa daya, kata beliau selanjutnya, ketentuan ini dianggap tidak sinkron dengan Undang-undang Keuangan Negara. Inilah yang harus segera dibenahi kalau ingin menjadikan lembaga litbang sebagai salah satu motor penggerak ekonomi kita. Kepala Badan Litbang ESDM, dalam acara Seminar Alih Teknologi 30 Agustus 2013 telah menggambarkan dengan jelas Pola Kerjasama Pemerintah, Dunia Usaha dan Akademisi. Pola tersebut sudah sangat tepat menggambarkan peran dan interaksi antara Akademisi, Bisnis, dan Government (ABG). Namun tetap dirasakan bahwa implementasinya memerlukan penataan sistem dan proses yang didukung payung hukum yang kuat sehingga interaksi tersebut terjadi.
62
Manajemen Penelitian
Karena cara kemitraan tersebut tetap belum ada atau belum jelas mekanisme atau payung hukumnya, maka langkah pertama sekali adalah disusunnya dan dikukuhkannya mekanisme dan payung hukum yang jelas. Mekanisme dan payung hukum ini dapat dikeluarkan Kementerian ESDM dari segi legalitas kemitraan maupun pelaksanaan operasional kemitraannya, dan oleh Kementerian Keuangan dari segi pengaturan keuangannya, baik anggaran penelitian, insentif maupun penerimaan pembayaran lisensi kepada atau dari pihak mitra swasta. Substansi pokok dari aturan tersebut adalah diberikannya otonomi kepada lembaga litbang, baik otonomi di bidang pengelolaan dana, otonomi dalam pengelolaan sumber daya manusia, serta otonomi untuk bermitra dengan industri. Otonomi pengelolaan dana dimaksudkan kewenangan mengatur dan menggunakan dana yang diperoleh dari pemerintah untuk melakukan penelitian dan pengembangan teknologi maupun dari swasta untuk membantu industri dalam penerapan teknologi yang dihasilkan. Prosedurnya harus sederhana dan fleksibel sesuai dengan gerak pasar, pelanggan atau industri yang sifatnya dinamis dan fluid. Penganggaran dana secara block program adalah metode yang cukup bagus. Aspek pengawasan yang cermat tetap dilakukan melalui suatu komite yang berunsurkan Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan. Otonomi pengelolaan sumber daya manusia dimaksudkan kewenangan merekrut mengatur dan menggunakan sumber daya manusia atau tenaga ahli sesuai keperluan, baik itu PNS atau tenaga ahli swasta yang berbasis kontrak berjangka waktu fleksibel. Hal ini diperlukan karena penanganan penelitian bersifat multidisiplin dan tenaga ahli spesialis sangat diperlukan meskipun hanya untuk waktu tertentu. Otonomi dalam membina kemitraan dimaksudkan lembaga litbang dapat melaksanakan kontrak-kontrak kerjasama atau pelayanan tanpa melalui prosedur birokrasi pemerintah yang umum karena kemitraan dengan pelanggan swasta atau industri sifatnya mikro dan teknis dan selalu muncul dalam perjalanan kegiatan Lembaga Litbang tersebut, tidak sama dengan kerja sama instansi pemerintah yang umumnya bersifat struktural dan lebih makro.
63
Dari Penelitian ke Korporasi dan Diplomasi | Prof. Riset Dr. Maizar Rahman
Jadi dapat dianalogikan bahwa lembaga litbang adalah suatu entitas “pseudo badan usaha”, dalam hal ini pemerintah maupun industri merupakan pelanggan dari Lembaga Litbang tersebut. Sistem tersebut, di samping dapat mengakomodasi lahirnya inovasi baru, juga terkelolanya dengan baik Lembaga Litbang, yang karena keunikannya, sering dijuluki “managing the unmanageable”. Mudah-mudahan sumbangan pikiran pendek ini dapat bermanfaat dan membuka celah untuk penataan lembaga litbang yang “innovation productive”.
64
Manajemen Penelitian
Berturut-turut dari sebelah kiri, Ketua Scientific Board Badan Litbang, Kepala Badan Litbang ESDM, Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi, KESDM, Deputi Bidang Pengembangan dan Pembinaan SDM, LKPP, Ketua Komisi Informasi Pusat, dan Kepala Pusdiklatwas, BPKP
65