MAKNA SIMBOLIK PERTUNJUKAN TARI TOPENG SLARANG LOR DI DESA SLARANG LOR KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
Skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari
oleh: Irchami Putriningtyas 2501409007
JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.
Semarang,17 Juni 2013 Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Wahyu Lestari, M.Pd NIP.196008171986012001
Dra. Veronika Eny Iryanti, M. Pd NIP. 195802101986012001
Mengetahui, Ketua Jurusan PSDTM
Joko Wiyoso, S. Kar, M. Hum NIP. 196210041988031002
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul MAKNA SIMBOLIK PERTUNJUKAN TARI TOPENG SLARANG LOR DI DESA SLARANG LOR KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL telah dipertahankan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Pada Hari
: Jum’at
Tanggal
: 12 Juli 2013 Panitia Ujian
Ketua
Sekretaris,
Dr. Abdurrachman Faridi, M.Pd. NIP. 195301121990021001
Dra. Siti Aesijah, M.Pd. NIP. 196512191991032003 Penguji 1
Dra. Malarsih, M.Sn. NIP. 19610617198803200
Penguji III/ Pembimbing I
Penguji II/ Pembimbing II
Dr. Wahyu Lestari, M.Pd NIP.196008171986012001
Dra. Veronika Eny Iryanti, M. Pd NIP. 195802101986012001
iii
PERNYATAAN Dengan ini saya, Nama
:
Irchami Putriningtyas
NIM
:
2501409007
Program Studi
:
Pendidikan Seni Tari (S1)
Jurusan
:
Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik
Fakultas
:
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
Menyatakan bahwa sesungguhnya Skripsi yang berjudul “Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru kabupaten Tegal”, yang saya tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ini benar-benar karya sendiri, yang saya hasilkan setelah memenuhi penelitian, bimbingan, diskusi, dan pemaparan ujian. Semua kutipan baik yang diperoleh dalam sumber pustaka, wawancara, wahana elektronik maupun sumber lainnya, telah disertai keterangan mengenai identitas narasumber dengan cara sebagaimana yang lazim dalam penulisan karya ilmiah. Dengan demikian walaupun tim penguji dan pembimbing penulis, skripsi ini telah menjadi tanggung jawb saya sendiri jika dikemudian hari ditemukan ketidak benaran, saya siap bertanggung jawab. Demikian, harap pernyataan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. .
Semarang, 17 Juni 2013 Peneliti
Irchami Putriningtyas NIM. 2501409007
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri. - Muhammad Ali Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. - Confusius -
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapak, Ibu, dan Kakakku tercinta.
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, karena peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar. Skripsi yang berjudul “Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal”, disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Seamarang. Dalam penyusunan skripsi ini peneliti memperoleh banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 3. Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Wahyu Lestari, M. Pd., Dosen Pembimbing I dan Dra. Veronika Eny Iryanti, M. Pd., Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran-saran selama penyusunan skripsi ini.
vi
5. Ibu Dr. Wahyu Lestari, M. Pd., selaku Dosen Wali yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik yang telah banyak memberi bekal pengetahuan dan ketrampilan selama masa studi S1. 7. Ibu Suwitri, Nurochman Soedibjo, Diah Setyowati dan masyarakat Desa Slarang Lor, yang telah memberikan kesempatan dan waktu untuk memberikan informasi dalam pengambilan data. 8. Ibu Dra. Wuninggar, Ketua Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal dibidang Kebudayaan yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data. 9. Bintang dan teman-teman Sendratasik 09 yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak.
Semarang, 17 Juni 2013 Peneliti
Irchami Putriningtyas NIM. 2501409007
vii
SARI Putriningtyas, Irchami. 2013. Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Skripsi, Prodi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Seni Drama, Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: (I) Dr. Wahyu Lestari, M.Pd (2) Dra. Veronika Eny Iryanti, M.Pd Kata Kunci : Makna Simbolik, Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor. Seni Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal adalah sebuah kesenian rakyat berbentuk pertunjukan tari yang didalamnya memiliki beberapa makna simbolik. Beberapa makna simbolik terdapat pada struktur pertunjukan, meliputi pemain atau penari, perlengkapan pertunjukan, gerak, iringan, tata rias wajah, tata rias rambut, tata rias busana serta penonton. Pokok masalah yang diajukan adalah: (1) Bagaimana bentuk pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal; (2) Bagaimana makna simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wujud data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa informasi yang berkaitan dengan kesenian Tari Topeng Slarang Lor, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori Adshead yang membagi proses analisis kedalam empat tahap yaitu: mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan, memahami hubungan antara komponen pertunjukan, melakukan interpretasi, dan melakukan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan tari Topeng Slarang Lor diawali dengan upacara ritual dan doa bersama kemudian inti pertunjukan dengan melakukan tarian 6 jenis Tari Topeng Slarang Lor yang terdiri dari: 1) tari Topeng Endel; 2) tari Topeng Kresna; 3) tari Topeng Panji; 4) tari Topeng Lanyapan Alus; 5) tari Topeng Patih; 6) tari Topeng Klana, akhir pertunjukan ditandai dengan munculnya musik penutup, yang biasanya dinamai bubaran. Makna simbolik pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor terdapat pada struktur pembentuk pertunjukan yang meliputi: 1) pemain atau pelaku yang memfokuskan pada penari topeng Slarang Lor; 2) perlengkapan pertunjukan meliputi kemenyan, sesaji, batik tegal, kotak topeng dan doa; 3) Gerak; 4) Iringan; 5) Tata rias wajah, tata rias rambut dan tata rias busana; 6) Penonton yang mengikuti adegan saweran. Saran yang diajukan pada Masyarakat terutama dari generasi muda seharusnya lebih aktif dalam mempelajari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor karena generasi muda merupakan fondasi dalam melestarikan kesenian daerahnya sendiri. Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hendaknya lebih sering menampilkan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor pada hari-hari besar pemerintah, saat menjamu tamu-tamu daerah dan mengadakan pentas budaya rutin disetiap tahunnya.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
SARI ................................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
BAB I :
PENDAHULUAN.........................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
8
1.3 tujuan Penelitian .......................................................................
8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
8
1.5 Sistematika Skripsi ...................................................................
10
BAB II : LANDASAN TEORI....................................................................
11
2.1 Makna Simbolik .......................................................................
11
2.2 Tari ...........................................................................................
13
2.3 Bentuk Pertunjukan ..................................................................
15
ix
2.4 Struktur Pertunjukan ................................................................
17
2.5 Kerangka Berfikir ....................................................................
26
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................
27
3.1 Pendekatan Penelitian ..............................................................
27
3.2 Penentuan Lokasi dan Sasaran Penelitian ................................
28
3.3 Data Penelitian .........................................................................
29
3.4 Sumber Data .............................................................................
29
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................
31
3.6 Teknik Keabsahan Data ...........................................................
35
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................
36
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..........................
39
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................
39
4.1.1 Lokasi dan Kondisi Geografis ......................................
39
4.1.2 Kondisi Sosial Budaya..................................................
41
4.2 Gambaran Umum Tari Topeng Slarang Lor .....................
44
4.2.1 Asal-usul Lahirnya Tari Topeng Slarang Lor................
46
4.2.2 Profil Penerus Tari Topeng Slarang Lor ......................
50
4.3 Struktur Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor...............
54
4.3.1 Pemain atau Pelaku .......................................................
54
4.3.2 Perlengkapan Pertunjukan .............................................
57
4.3.3 Gerak .............................................................................
60
4.3.4 Iringan ...........................................................................
93
4.3.5 Tata Rias dan Busana ....................................................
95
x
4.3.6 Topeng ..........................................................................
98
4.3.7 Penonton........................................................................
104
4.4 Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ................
106
4.4.1 Awal Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor .................
106
4.4.2 Inti Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ....................
108
4.2.3 Akhir Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ................
112
4.5 Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
113
4.5.1 Tari Topeng Endel.........................................................
114
4.5.2 Tari Topeng Kresna.......................................................
121
4.5.3 Tari Topeng Panji..........................................................
128
4.5.4 Tari Topeng Lanyapan Alus..........................................
134
4.5.5 Tari Topeng Patih..........................................................
140
4.5.6 Tari Topeng Klana ........................................................
147
4.5.7 Tata Rias dan Busana Tari Topeng Slarang Lor...........
156
4.5.8 Perlengkapan Pertunjukan ............................................
161
BAB 5 : PENUTUP ....................................................................................
169
5.1 Simpulan ................................................................................
168
5.2 Saran.......................................................................................
172
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
Tabel 4.1 Sepuluh Desa yang berada di Kec. Dukuhwaru Kab. Tegal .........
40
Tabel 4.2 Penduduk Desa Slarang lor Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......
42
Tabel 4.3 Penduduk Desa Slarang Lor Berdasarkan Mobilitas Penduduk....
44
Tabel 4.4 Ragam Gerak Tari Topeng Slarang Lor ........................................
60
Tabel 4.5 Makna Simbolik Tari Topeng Endel .............................................
113
Tabel 4.6 Makna Simbolik Tari Topeng Kresna ...........................................
121
Tabel 4.7 Makna Simbolik Tari Topeng Panji ..............................................
128
Tabel 4.8 Makna Simbolik Tari Topeng Lanyapan Alus ..............................
134
Tabel 4.9
Makna Simbolik Tari Topeng Patih ..............................................
140
Tabel 4.10 Makna Simbolik Tari Topeng Klana.............................................
147
Tabel 4.11 Makna Simbolik Tata Rias dan Busana Slarang Lor....................
156
Tabel 4.12 Perlengkapan Pertunjukan .............................................................
161
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar 1 Suwitri ............................................................................................
50
Gambar 2 Alat Pembuat Wanda .....................................................................
54
Gambar 3 Sesaji atau Sajen ............................................................................
53
Gambar 4 Sesaji atau Sajen .............................................................................
53
Gambar 5 Alat-alat rias ....................................................................................
96
Gambar 6 Tata Busana .....................................................................................
97
Gambar 7 Wanda Endel ...................................................................................
98
Gambar 8 Wanda Kresna .................................................................................
99
Gambar 9 Wanda Panji ....................................................................................
100
Gambar 10 Wanda Lanyapan Alus ..................................................................
101
Gambar 11 Wanda Patih .................................................................................
102
Gambar 12 Wanda Klana .................................................................................
103
Gambar 13 Penonton .......................................................................................
104
Gambar 14 Ritual .............................................................................................
107
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Lampiran 1. SK Penetapan Dosen Pembimbing.
2.
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian.
3.
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian.
4.
Lampiran 4. Rombongan Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor.
5.
Lampiran 5. Biodata Narasumber.
6.
Lampiran 6. Instrumen Peneliti.
7.
Lampiran 7. Peta Desa Slarang Lor
8.
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
9.
Lampiran 9. Biodata Penulis
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah Kesenian Tradisional adalah kesenian yang hidup dan berkembang
dikalangan masyarakat biasa yang mencerminkan identitas daerahnya. Menurut Jazuli (1994:85) kesenian tradisional tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, karena kesenian tradisional lahir dilingkungan kelompok suatu daerah dengan sendirinya. Kesenian tradisional memiliki corak dan gaya yang mencerminkan pribadi masyarakat daerahnya. Sepanjang Pulau Jawa mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, sampai Jawa Timur mengenali lima jenis tari rakyat yaitu tari topeng. Di Jawa Barat terkenal dengan tari topeng Cirebon, Losari dan Priangan. Di Jawa Timur ada yang bernama topeng Malang. Di Jawa Tengah juga dikenal topeng Banyumasan, Tari Topeng Tegal (Tari Topeng Slarang Lor). Kesenian rakyat Tari Topeng Slarang Lor tumbuh sebagai bagian kebudayaan masyarakat tradisional di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Setiap berbicara mengenai tari Topeng, maka orang akan menyebut dua kota yaitu Cirebon dan Malang. Tidak pernah terlintas dalam pikiran kita untuk menyebut Tegal. Padahal secara historis, pertunjukan Topeng diawali dari Jawa Timur, tepatnya abad ke 18. Jaman kejayaan Kerajan Majapahit (Kejayaan Wong Jawa penguasa Nusantara). Kemudian penyebarluasannya melewati daerah pesisir
1
2
utara pulau Jawa, yaitu Cirebon pada abad ke 19 yang dikenal dengan sebutan topeng babakan (Rosala, dalam Yuliani, 2006:52). Demikian halnya Tari Topeng Tegal (Tari Topeng Slarang Lor), kehadirannya hampir bersamaan dengan masuknya Tari Topeng di tlatah pesisir Cirebon. Hal ini diperkuat dengan pendapat Handayani, tokoh seniman tari di Kabupaten Tegal, bahwa tari Topeng Slarang Lor diwariskan secara turun temurun oleh keluarga Suwitri sebagai generasi ketiga pewaris tari Topeng Slarang Lor yang berdomisili di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Untuk itulah pemerintah Kabupaten Tegal berusaha mengadakan penggalian yaitu mempertunjukan kembali seni tradisi yang telah lama ditinggalkan. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Tegal No.8/2001 bahwa program dan fungsi tata kerja Dinas Kebudayaan Kabupaten Tegal yaitu perencanaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendaliaan di bidang bahasa dan sastra. Di dalam pembinaan terdapat penggalian, pengembangan dan pelestarian. Salah satu penggalian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal yaitu melakukan pendataan dan pembaharuan pada tari Topeng Slarang Lor yang merupakan salah satu kesenian tradisional khas Tegal. Adapun kesenian tradisional lainnya yaitu wayang gaya Tegal, gendhing khas Tegal seperti lutung bingung dan ronggeng Tegal. Salah satu bentuk kesenian yang berkembang ditengah-tengah masyarakat di Kabupaten Tegal adalah Tari Topeng Slarang Lor. Disebut demikian karena keberadaannya hanya di satu tempat yaitu di Desa Slarang Lor, Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Selain kondisi wilayah yang menyatakan bahwa
3
Kecamatan Dukuhwaru sebagai salah satu Kecamatan yang memiliki potensi kesenian yang membanggakan Kabupaten, potensi kebanggaan di Kecamatan Dukuhwaru itu karena adanya kesenian memiliki enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sehingga perlu diangkat sebagai kesenian khas Kabupaten Tegal. Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor tumbuh sebagai bagian kebudayaan masyarakat tradisonal di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tari Topeng Slarang Lor pada mulanya berjumlah 12 jenis tarian, namun kini tinggal enam jenis yang masih mampu diingat oleh generasi penerusnya. Sedangkan enam jenis tarian yang lain sudah tidak dapat diingat lagi bentuk, nama, gerakan maupun wanda topengnya. Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor terdiri dari Tari Topeng Endel, Tari Topeng Kresna, Tari topeng Panji, Tari Topeng Panji Lanyapan, Tari Topeng Patih, dan Tari Topeng Klana. Keenam Jenis Tari Topeng Slarang Lor mengandung banyak makna, sifat dan makna filosofis dari ciri-cirinya yang khas. Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor merupakan suatu bentuk kesenian yang telah menjadi sebentuk hiburan bagi masyarakat di Kabupaten Tegal, khususnya di Desa Slarang Lor, Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor merupakan jenis tari tunggal. Sesuai dengan namanya, tarian ini dalam pertunjukannya menggunakan kedok. Kedok atau Topeng tersebut memiliki kedalaman makna serta urutan cerita yang menjadikan tarian Topeng Slarang Lor menarik jadi sebuah tontonan yang menggembirakan. Adapun ciri khas enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor terletak pada gerak tarinya yang menggambarkan telah dibukanya Alam Semesta di Dunia. Gerak tariannya mengandung makna seperti halnya Tari Topeng Endel bermakna: Pembuka
4
dengan wanda atau wajah atau kedok berwarna putih berambut hitam di dahinya, Tari Topeng Kresna bermakna: Pangeweruh dengan wanda atau wajah kedok berwarna orange atau kuning kemerahan, Tari Topeng Panji bermakna: Kelahiran dengan wanda atau wajah kedok warna putih tanpa ukel rambut di dahinya, Tari Topeng Layapan Alus bermakna: Remaja dengan wanda atau wajah kedok warna putih semu merah muda berhiaskan ukiran rambut di dahi, Tari Topeng Patih bermakna : kedewasaan dengan wanda atau wajah kedok warna merah muda berkumis tipis, Tari Topeng Klana Bermakna: Penguasa dengan wanda atau wajah kedok berkumis tebal berwarna merah tua. Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor mengandung sifat dan ciri-ciri yang khas dari spiritual masyarakat Jawa Pesisir yang ada di Tegal. Hal ini tampak pada iringan dan gerakannya yang kadang halus dan seringkali bergerak kasar. Demikian pula gerakan dan iringan yang terdapat pada setiap jenis Tari Topeng Slarang Lor nampak
kasar. Dalam setiap bentuk geraknya enam Jenis Tari
Topeng Slarang Lor terinspirasi dari sifat masyarakat Kabupaten Tegal yang kadang bisa lembut dan sering kasar dalam bertutur kata. Meski demikian sebenarnya apa yang mereka sampaikan itu merupakan bentuk kepribadian yang lembut. Hal ini karena mereka pada kenyataannya ingin selalu berlaku baik, meski kadang lakunya itu penuh dengan misteri. Dari gerak masing-masing enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, seorang penari diharapkan mampu
menggambarkan peristiwa dan pesan yang
disampaikannya. Pesan tersebut sebagaimana dewa-dewi kahyangan menari dan menghibur umatnya dengan sembari bertutur menyampaikan cerita agar menjadi
5
pedoman dalam kehidupan manusia di dunia ini. Semua itu diungkapkan melalui gerak dan ekspresi penari secara lembut. Untuk itu gerak enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor mengandung makna. Hal ini memperkuat keberadaan Tari Topeng Slarang Lor Kabupaten Tegal sebagai bentuk kesenian tari yang bernilai spiritual di masyarakatnya. Enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor juga memiliki nilai kekhasan makna simbolik yang patut dilestarikan oleh masyrakat Tegal. Namun demikian perkembangan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor hingga kini semakin mengalami kemerosotan. Pergeseran ini terjadi karena masyarakat beranggapan bahwa seni enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sudah ketinggalan jaman (dipandang kuno). Bahkan karena kurangnya generasi peminat seni Tari Topeng Slarang Lor, Pengrajin Kedok sebagai penunjang inti materi Tari Topeng khas Kabupaten Tegal ini pun hampir punah. Kondisi ini dikarenakan hampir tidak ada lagi proses regenerasi dan kurangnya minat generasi muda sebagai penerus dalam membuat kedok yang dIbutuhkan dalam menari enam Jenis Tari Topeng khas Gaya Kabupaten Tegal. Apalagi kesadaran remaja di Tegal dalam melestarikan pembuatan Kedok khas Tegal. Kedok atau Topeng khas Kabupaten Tegal saat ini hanya dibuat oleh satusatunya pengrajin Topeng di Pagianten, yaitu Bapak Dharma. Selain sebagai Dalang Wayang Cepak, beliau berpengalaman selama puluhan tahun membuat kedok atau Topeng, jauh hari sebelum Tari Topeng Slarang Lor berkembang pesat. Pada saat membuat topeng Pak Dharma harus mencari bahannya terlebih
6
dahulu dari kayu lunak yaitu Kedondong jaran. Namun karena kayu jenis kedondong jaran sudah jarang lagi ditemui, maka kayu nangka dan kayu sawo pun menjadi pilihan. Adapun proses pembuatan dan penggunaan alat-alatnya masih menggunakan cara-cara tradisional. Sementara itu enam Jenis Tari Topeng yang berada di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru merupakan bentuk inspirasi dari kesenian Topeng yang ada di Kabupaten Tegal. Hal-hal yang menarik dari Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal masih harus terus digali kedalamannya. Oleh karenanya peneliti pun tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Utamanya ingin mengungkap bagaimana makna simbolik yang terdapat pada pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Makna simbolik itu utamanya yang terdapat pada diri sang penari, perlengkapan pertunjukan, gerak, iringan, tata rias, busana, serta berbagai macam propertinya. Pada pelaksanaannya pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor membutuhkan perlengkapan pertunjukan yang tidak sedikit. Adapun kedoknya digunakan wanda atau wajah yang berganti-ganti sesuai jalan ceritanya. Properti artistik lainnya adalah pedupan, anglowadah wangwa bara batok, sebungkus kemenyan, sesaji yang beraneka ragam, dan perlengkapan pendukung lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian pertama tentang makna simbolik enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Akan tetapi penelitian yang diambil berbeda dengan penelitian Tari Topeng Kabupaten Tegal yang sudah ada. Contohnya saja yang pernah ditulis oleh Nurul Marthiana Ulfa tahun 2010 dengan judul “Perubahan Bentuk
7
Penyajian Tari Topeng Endel di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal” Penelitian tersebut didalamnya hanya membahas tentang riwayat salah satu jenis kesenian tradisional yaitu Tari Topeng Endel di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupeten Tegal. Ditambah dengan bentuk penyajian dan perubahan bentuk penyajian tersebut yang terjadi pada Tari Topeng Endel dari masa ke masa. (Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang). Penelitian yang membahas salah satu jenis tari Topeng khas Kabupaten Tegal yaitu Tari Topeng Endel juga pernah ditulis oleh Ika Ratnaningrum tentang “Makna Simbolis Dan Peranan Tari Topeng Endel”. Penelitian ini berisi tentang Fungsi Sosial Tari Topeng Endel yaitu Tari Topeng Endel sebagai Upacara Sakral, Tari Topeng Endel sebagai HIburan, dan Tari topeng Endel sebagai Sarana Pendidikan. (Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Semarang), dan Penelitian yang membahas tari Topeng Slarang Lor juga ditulis oleh Tety Yuliani pada tahun 200enam yang membahas tentang “Analisis Gerak Tari Topeng Lanyapan Alus Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal” (Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Yogyakarta), yang didalamnya berbicara tentang bentuk gerak Tari Lanyapan Alus di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Dari paparan tentang Tari Topeng Slarang Lor yang peneliti uraikan di atas, merupakan salah satu alasan yang mendorong peneliti mengkaji dan mendiskripsikan Makna Simbolik Enam Jenis Tari Topeng yang ada di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Karena belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti Makna Simbolik Pertunjukan Enam Jenis
8
Tari Topeng Slarang Lor. Peneliti memfokuskan kajian pada: Penari, Perlengkapan pertunjukan, gerak, musik atau iringan, rias dan busana maupun property (topeng) dalam pertunjukan
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor
Kabupaten Tegal. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1.2.1. Bagaimana bentuk pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal ? 1.2.2. Bagaimana makna simbolik pertunjukan enam jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal ? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan tentang Makna Simbolik Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal terutama: 1.3.1 Mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 1.3.2 Mengungkapkan makna simbolik yang ada dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 1.4. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoretis. Adapun manfaat penelitian antara lain:
9
1.4.1. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan mampu menghasilkan manfaat praktis yaitu: 1.4.1.1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang bentuk kesenian dari enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 1.4.1.2. Bagi seniman dan masyarakat, hasil penpelitian ini dapat sebagai landasan untuk menentukan sikap, apabila menghadapi masalah-masalah contohnya ingin mengetahui bentuk dan makna simbolik pertunjukan enam jenis tari topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal seperti dalam penelitian ini, selain itu juga berguna untuk menambah wawasan tentang kebudayaan nasional, khususnya kesenian dalam bentuk tari tradisional yang berada di Jawa Tengah, khususnya tentang enam Jenis Tari Topeng di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 1.4.1.3. Bagi Pemerintah Kabupaten Tegal, hasil penelitian ini dapat menambah sumber informasi sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menjaga kelestarian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kabupaten Tegal. 1.4.2.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan mampu menghasilkan manfaat teotitis, yaitu:
1.4.2.1 Dapat memberikan sumbang pemikiran pada penelitian yang lebih lanjut, antara lain memberikan pendapat tentang makna simbolik pertunjukan
10
enam Jenis Tari Topeng
di Desa Slarang Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. 1.5. Sistematika Skripsi Sistematika Skripsi yang terdiri dari: BAB 1
Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan garis besar sistematika skrispsi.
BAB 2
Landasan Teori Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung masalah yang sedang dikaji atau kepustakaan dan kerangka berfikir.
BAB 3
Metode Penelitian Bab ini berisi tentang jenis atau pendekatan penelitian, penentuan lokasi dan sasaran penelitian, data penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan data, dan teknik analisis data.
BAB 4
Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang pemaparan proses penelitian dan hasil penelitian atau temuan.
BAB 5
Simpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan masalah yang sedang diteliti, serta saran-saran yang terkait dengan masalah makna simbolik
11
pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kabupaten Tegal. Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.
11
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.
Makna Simbolik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:864), makna merupakan
maksud pembicara atau peneliti. Menurut hidup dalam jalinan makna-makna yang dianyamnya sendiri (Jazuli dalam Geertz, 2001:24). Jazuli dalam Cassirer (2001:24) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk bersimbol. Menurut Herusatoto (2000:10) kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos, yang berarti tanda atau ciri yang memberikan sesuatu hal kepada seseorang. Kamus Umum Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa simbol atau lambang ialah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal mengandung maksud tertentu. Simbol adalah segala sesuatu (benda material, peristiwa, tindakan, ucapan, gerakan manusia) yang menandai atau mewakili sesuatu yang lain atau segala sesuatu yang telah diberi makna tertentu. Sementara simbolik adalah perihal pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide (misal sastra, seni lukis) (dalam Sugono, dkk 2008:1350). Simbol atau lambang mempunyai makna yang dihayati dan dipahami bersama kelompok masyarakatnya. Simbol atau lambang memiliki bentuk dan isi atau disebut juga makna. Bentuk simbol merupakan wujud lahiriah, sedangkan isi simbol merupakan arti atau makna (dalam Kusumastuti, 2006:9). Simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling berkaitan bahkan saling melengkapi. Kesatuan makna dan simbol akan
11
12
menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud (dalam Suharto, 1991:9). Proses simbolik terjadi pada saat manusia menciptakan simbol dengan cara membuat suatu kesepakatan tentang sesuatu untuk menyatakan sesuatu (dalam Herusatoto, 2003:11) mengatakan bahwa kata simbol berasal dari bahasa Yunani Symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seorang atau orang lain. Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2011:1066). Menurut Hayawaka (dalam Kusumastuti, 2006:10), proses simbolik terdapat pada semua peradaban manusia dari yang paling sederhana sampai pada yang telah maju, dari kelompok masyarakat yang paling bawah sampai pada kelompok yang paling atas. Keterkaitan manusia dengan simbol-simbol sangat erat pertaliannya, hal ini menunjukkan bahwa simbol merupakan salah satu perwujudan dari budaya. Talcott Parsons (dalam Wahyudiarto, 2006:50) menyebutkan bahwa sistem simbol dari suatu kebudayaan dibagi menjadi 4 (Empat), yaitu, a) Sistem Konstitusif yang berbentuk kepercayaan dan biasanya inti dari religi; b) Sistem simbol kognitif yang membentuk pengetahuan; c) Sistem simbol nilai moral yang membentuk aturan-aturan, dan; d) Sistem simbol ungkapan perasaan atau ekspresi. Berdasarkan berbagai teori tentang makna simbolik, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa makna simbolik adalah ungkapan yang tersembunyi dan dalam penyampaiannya menggunakan simbol. Simbol dalam seni selain berupa isyarat fisik (benda-benda, gerak, ritual, kesenian) namun juga dapat berupa simbol, suara, bahasa dan kata-kata.
13
Teori yang telah dijelaskan di atas peneliti gunakan untuk mengkaji makna simbolik yang terdapat dalam enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang mencakup bentuk tari pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, serta makna simbolik enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, dan segala aspek yang mendukung dari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Teori yang tepat menurut peneliti guna membahas Makna Simbolik enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor adalah Geertz (dalam Kasumastuti, 2006:9) Simbol adalah segala sesuatu (benda material, peristiwa, tindakan, ucapan, gerakan manusia) yang menandai atau mewakili sesuatu yang lain atau segala yang telah diberi makna tertentu. 2.2. Tari Tari mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia karena dapat memberikan berbagai manfaat, sepeti hIburan dan sarana komunikasi. Mengingat kedudukannya itu, tari dapat hidup, tumbuh dan berkembang sepanjang jaman sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusianya. Perkembangan yang terjadi pada tari sangat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Perubahan pola pikir masyarakat akan berpengaruh terhadap fungsi dan struktur tari, jadi tari senantiasa menyesuaikan diri dengan konteksnya (Jazuli,1994:1). Tari adalah salah satu bentuk budaya masyarakat yang lahir, tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat itu sendiri. Tari menurut Wardhana (1990:8) adalah kerja rasa dari manusia yang menyalurkannya melalui urat-urat. Pemahaman gerak secara implisif terdiri dari otot dan atau urat tubuh. Tari menurut Sedyawati (2000) bentuk upaya untuk mewujudkan keindahan susunan gerak dan irama yang dibentuk dalam satuan-satuan komposisi.
14
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa tari merupakan gerak badan manusia yang ritmis dan indah, berirama dan sesuai dengan maksud dan tujuan dari tari itu sendiri. 2.2.1. Makna Tari Dalam buku Djawa dan Bali: Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisionil di Indonesia, mengungkapkan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono 1999: 3). Sementara itu, teori lain menyatakan tari adalah bentuk gerak yang indah, lahir dari tubuh yang bergerak, berirama dan berjiwa sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli, 2008:7). Tari juga dapat memperkuat kemakmuran serta keselamatan, bila tari itu berfungsi untuk mengeluarkan atau menolak kekuatankekuatan buruk yang menyebabkan sakit dan bencana-bencana lain (Soedarsono, 1999: 125). 2.2.2. Jenis-jenis Tari Berdasarkan garapannya, tari dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tari tradisional dan tari kreasi baru (Jazuli,2002). a)
Tari Tradisional Tari tradisional adalah semua tarian yang telah mengalami perjalanan
sejarah yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada. Ditinjau dari segi artistiknya, Tari tradisional dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu tari tradisional primitif, tari tradisional kerakyatan dan tari tradisional klasik:
15
1) Tari tradisional primitif, istilah Primitif berasal dari kata primus yang berarti sederhana, pertama. Gerak tari primitif sangat sederhana dan banyak didominir oleh kehendak, seperti hentakan kaki, tepukan tangan. Sifat tarinya adalah sakral dan mempunyai kekuatan magis. 2) Tari tradisional kerakyatan, yaitu tari yang hidup dan berkembang di kalangan rakyat sesuai dengan kehidupan sosial masyarakatnya. 3) Tari tradisional klasik, adalah tari yang semula berkembang di kalangan kerajaan dan bangsawan, telah mencapai kristalisasi artistik yang tinggi dan telah menempuh perjalanan sejarah yang cukup panjang sehingga memiliki pula nilai tradisional. b)
Tari Kreasi Baru Tari kreasi baru merupakan ungkapan seni yang tidak berpolakan tradisi,
tetapi lebih merupakan garapan baru yang tidak berpijak pada standard yang telah ada. Secara garis besar tari tradisi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1) Tari Kreasi Baru Berpolakan Tradisi, yaitu tari kreasi yang garapannya dilandasi oleh kaidah-kaidah tari tradisi, baik dalam koreografi, music atau karawitan, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. 2) Tari Kreasi Baru Tidak Berpolakan Tradisi (NonTradisi). Tari Kreasi yang garapannya melepaskan diri dari pola-pola tradisi baik dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, maupun tata teknik pentasnya. 2.3. Bentuk Pertunjukan Kata bentuk mempunyai arti wujud yang ditampilkan. Menurut (Langer dalam Indriyanto, 2001:2) pengertian bentuk secara abstrak adalah struktur.
16
Struktur adalah seperangkat tata hubungan didalam membentuk satuan keseluruhan (Brown dalam Indriyanto, 2001:11). Jadi berbicara tentang bentuk pertunjukan berarti berbicara tentang bagian-bagian pembentuk pertunjukan. Menurut Langer dalam (Jazuli,1994:57) bahwa bagi seorang pengamat bentuk adalah materi yang disajikan, jadi bentuk yang dimaksud adalah suatu perwujudan yang dapat diamati dan dirasakan. Jika dalam tari materi tersebut adalah berupa gerak dan bunyi yang lebih tepatnya musik dan tari. Bentuk adalah suatu media atau komunikasi untuk menyampaikan arti yang terkandung oleh bentuk itu sendiri atau untuk menyampaikan pesan tertentu dari pencipta kepada masyarakat penerima. Pertunjukan mempunyai arti suatu tontonan. Bentuk pertunjukan dapat diartikan sebagai wujud rangkaian gerak yang disajikan dari awal sampai akhir pertunjukan, dan didalamnya mengandung unsur-unsur nilai keindahan. Pertunjukan secara garis besar digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) perilaku manusia atau disebut juga pertunjukan, 2) pertunjukan budaya yang meliputi pertunjukan seni, olahraga, ritual, festival-festival dan berbagai bentuk keramaian. Pertunjukan jenis ke dua yang penting bukanlah bentuk ungkapan artistiknya, melainkan tujuannya sangat diperlukan oleh masyarakat (Soedarsono, 2002:105) Pertunjukan mengandung pengertian mempertunjukkan sesuatu yang bernilai seni, tetapi senantiasa berusaha menarik perhatian apabila ditonton untuk menjadi sebuah pertunjukan; harus direncanakan untuk disuguhkan oleh pennonton; dilakukan oleh para pemeran dalam keterampilan yang membutuhkan
17
latihan; ada peran yang dimainkan; dilakukan di atas pentas; dengan iringan musik dan dekorasi yang menambah keindahan pertunjukan (Jazuli, 1994:60). Hermin (2000:75) berpendapat bahwa seni pertunjukan adalah aspekaspek yang divisualisasikan dan diperdengarkan mampu mendasari sesuatu perwujudan yang disebut sebagai seni pertunjukan. Aspek-aspek tersebut menyatu menjadi satu keutuhan di dalam penyajiannya yang menunjukkan suatu intensitas atas kesungguhan ketika di ketengahkan
sebagai bagian dari penopang
perwujudan keindahan. Masyarakat tari Jawa sampai Bali mengenal adanya tiga aspek tari yaitu wiraga, wirasa, dan wirama. Selanjutnya, didalam teknik tari klasik Jawa terdapat banyak posisi dasar, langkah, dan ragam yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, seperti Hastha Sawanda (pacak, pancad, ulat, wiled, greget, sengguh, irama, gendhing). Didalam tari Bali ada pedoman tari agem, tandang, tangkep yang harus ditaati (Murgiyanto, 2002:11). 2.4. Struktur Pertunjukan Pertunjukan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor tidak lepas dari struktur pembentukan pertunjukan yang sangat besar pengaruhnya dalam sebuah pertunjukan. Struktur dalam pertunjukan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor adalah segala sesuatu (perlengkapan) yang harus disiapkan agar pertunjukan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor dapat berjalan dengan lancar, dan didalam unsur pertunjukan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor memiliki makna simbolik yang tersirat. Struktur suatu pertunjukan dapat diwujudkan dalam bentuk pemain,
18
perlengkapan pertunjukan, gerak, iringan dan tembang, tata rias wajah, tata rias rambut dan busana serta penonton (Kusumastuti, 2006:189). 2.4.1. Pemain atau Pelaku Semua jenis seni pertunjukan memerlukan penyaji sebagai pelaku, artinya seniman yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam mengetengahkan atau menyajikan bentuk seni pertunjukan. Bentuk penyajian tari tertentu ada yang melibatkan pelaku laki-laki atau pelaku wanita dan menampilkan pelaku laki-laki bersamaan dengan pelaku wanita. Demikian hal nya dengan usia pemain atau pelaku seni pertunjukan juga bervariasi, yaitu anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Mengenai jumlah pelaku bervariasi, yaitu pelaku tunggal, berpasangan, dan kelompok (Cahyono, 2002:79). Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor melibatkan pemain atau pelaku laki-laki dan perempuan terdiri dari penari Topeng Slarang Lor, pengrawit, Sinden, pengrajin Topeng, dan pemimpin Pertunjukan. 2.4.2. Perlengkapan Pertunjukan Perlengkapan pertunjukan yang harus disediakan adalah kemenyan sesaji atau sesajen yang disediakan pada awal pertunjukan dan kain batik Tegal yang diikat di batang bambu. Tidak hanya perlengkapan pertunjukan saja yang harus disiapkan, pemain atau pelaku juga harus berdoa bersama sebelum pertunjukan dimulai, agar pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor berjalan dengan lancar.(Wawancara dengan Ibu Purwanti, April 2013). Kemenyan merupakan tradisi masyarakat Jawa sejak jaman dahulu kala. Kemenyan menjadi sarana sehari-hari dalam menyampaikan do’a dan hubungan
19
manusia Jawa baik kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa serta kepada leluhur dan makhluk-makhluk halus yang meguasai suatu wilayah dalam bentuk komunikasi batin yang hening. (Wawancara dengan Budayawan Nurochman Sudibyo YS, April 2013). Sesaji atau sesajen adalah bentuk ungkapan rasa syukur manusia Jawa atau wong Jawa sejak dahulu kala yang diungkapkan melalui ritual selamatan berupa penyajian Tumpeng, Bekakak Ayam, air dan kembang setaman (bunga tujuh rupa),nasi liwet, rokok srutu, sirih dan kinang, juwadah pasar, wedangan paitwedang manis (air putih, teh pahit, teh manis, kopi pahit, kopi manis, gula asam, wedang jahe). Bentuk sesaji atau sajen ini memiliki makna filosofis tersendiri sebagai penanda permohonan atas keselamatan (Wawancara dengan Budayawan Nurochman Sudibyo YS, April 2013). 2.4.3. Gerak Gerak merupakan bagian dari ciri-ciri kehidupan. Tari merupakan komposisi gerak yang telah mengalami proses. Menurut Jazuli (1994:5) gerak tari adalah gerak yang berasal dari hasil proses pengolahan yang telah mengalami stilasi (digayakan), distori (pengubahan). Hasil dari pengolahan gerak tersebut menghasilkan gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni merupakan gerak wantah yang telah diubah menjadi gerak yang indah namun tak bermakna. Gerak maknawi adalah gerak murni merupakan gerak yang telah diubah menjadi gerak indah yang bermakna. Gerak murni yang telah mengalami proses itu akhirnya dapat dilihat dan dinikmati karena menjadi gerakan yang memiliki nilai estetik.
20
Gerak merupakan sebagai media ungkap seni pertunjukkan tari merupakan salah satu diantara pilar penyangga wujud seni pertunjukkan yang dapat terlihat sedemikian kuat terangkat (Hermin, 2000:76). Gerak berdampingan dengan suara atau bunyi-bunyian merupakan cara yang dipergunakan untuk mengutarakan berbagai perasaan dan pikiran kemudian ditransformasikan melalui abstraksi dan distorsi gerak. Tindakan
simbolis dalam tari dinamakan ekspresi
(Herusantoto,
2003:104). Menurut Murgiyanto (2002:11) bahwa tidak setiap gerak laku penari menyampaikan makna yang mudah diterka. Dengan kata lain, secara keseluruhan tari memiliki kualitas ekspresif tetapi tidak secara literer dari gerak ke gerak dengan kata lain gerak tari memang dirancang lebih dari sekedar ekspresif. Gerak yang ada pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor adalah gerak maknawi dikarenakan setelah penari menggunakan kedok, gerak penari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor pun memiliki makna. Walaupun gerakan pada enam Jenis Tari Topeng Slarang lor terlihat sederhana namun memiliki makna dalam setiap gerakannya. Utamanya menggambarkan kehidupan yang ada di alam semesta dan di bumi ini dengan mensiratkan ujaran dan ajaran kesadaran tunggal, serta laku lampah yang baik, agar manusia ingat pada lahir dan matinya, hidup dan yang menciptakannya. Gerak enam jenis tarian tersebut menyimpan makna yang tersembunyi karena adanya enam jenis kedok yang dipakai oleh si penari. 2.4.4. Musik atau Iringan Iringan dalam tari merupakan sarana pendukung yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya, karena antara keduanya saling berkaitan. Musik
21
sebagai pengiring tari ada keterkaitan antara keduanya, yaitu musik sebagai pengiring tari, musik sebagai pengikat tari, dan musik sebagai ilustrasi tari. Musik sebagai pengiring tari maksudnya musik yang disajikan sedemikian rupa sehingga tari dalam hal ini sangat mendominasi musiknya. Sedangkan yang dimaksud musik sebagai pengikat tari yaitu musik yang dIbuat sedemikian rupa sehingga mengikat tarinya dan yang dimaksud musik sebagai ilustrasi tari adalah musik tari yang dalam penyajiannya hanya bersifat ilustrasi atau hanya sebagai penopang suasana tari (Indriyanto, 2010:21). Fungsi musik dalam tari adalah sebagai aspek untuk mempertegas maksud gerak, membentuk suasana tari dan memberi rangsangan estetis pada penari dengan ekspresi jiwa sesuai dengan maksud karya tari yang ditampilkan. (indryiyanto, 2010: 20) Iringan pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor adalah; 1. Tari Endel, iringan gendingnya adalah lancaran Ombak Banyu; 2. Tari Kresna, iringan gendingnya adalah Blenderan Praliman; 3. Tari Panji, Iringan gendingnya Ktw. Gunung Sari; 4. Tari Lanyapan Alus, iringan gendingnya adalah Lc. Malangan; 5. Tari Patih, Iringan gendingnya menggunakan Bendrong Tegal; 6. Tari Klana, iringan gendingnya menggunakan iringan Gonjing Truntung. 2.4.5. Tata Rias Tata rias terdiri dari dua kata, yaitu tata dan rias. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, tata adalah aturan, peraturan atau susunan sedangkan rias berarti berdandan. Tata Rias adalah membuat garis-garis wajah sesuai dengan ide atau konsep garapan (misalnya: rias kelinci, tata riasnya dengan memakai bedak
22
putih pada seluruh wajah dengan garis-garis hitam pada mata, alis). Pengaturan make up atau tata rias termasuk juga tata rambut.. Dalam pementasan tari, tata rias sangatlah membantu mewujudkan ekspresi wajah penari. Tata rias wajah tidak sekedar bertujuan untuk mempercantik diri tetapi betul-betul disesuaikan dengan peran yang akan dibawakan oleh penari. Rias yang tidak sesuai dapat memberikan kesan jelek, juga dapat mengacaukan ekspresi penari tersebut. Cara merias yang baik adalah cara rias yang dapat mengubah bagian muka yang kurang cantik menjadi cantik (Lestari,1993:63). Fungsi rias adalah untuk merubah karakter pribadi, untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan seorang penari (Jazuli, 1994:116). Unsur kelengkapan tata rias adalah tata rias merupakan bagian yang berkaitan dengan pengungkapan tema atau isi cerita, dan sebagai salah satu upaya untuk memberikan ketegasan atau kejelasan dari anatomi wajah. 2.4.5.1 Tata Rias Rambut Menurut Lestari (1993:45), rambut merupakan mahkota bagi manusia, dan karena itu harus ditata sedemikian rupa agar bermakna bagi diri sendiri dan orang lain. Dikatakan bermakna karena dengan melihat penataan rambut maka akan diketahui ciri khas pemakainya yang disesuaikan dengan karakter yang dibawakan. Rambut mempunyai peran sebagai pelindung kepala yang sekaligus dapat berfungsi sebagai hiasan sehingga akan menambah keagungan dan dapat dipergunakan sebagai simbol dari tempat dan tingkat kedudukan pemakainya (Jafar dalam Lestari 1993:45).
23
Dalam pementasan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, kondisi rambut penari : 1.Tari Endel, kondisi rambut digelung rapih ke belakang; 2.Tari Kresna, kondisi rambut penari dirumbaikan secara lurus kebelakang; 3. Tari Panji, kondisi rambut penari disanggul; 4.Tari Lanyapan Alus, kondisi rambut penari digelung secara rapih; 5.Tari Patih, konsisi rambut penari dilepaskan ke belakang; 6.Tari Klana, kondisi rambut penari digeraikan kebelakang dengan rapih. 2.4.6. Tata Busana Tata busana adalah semua kebutuhan sandang yang dikenakan pada tubuh penari di pentas yang sesuai dengan peranan yang dibawakan. Menurut Lestari (1993:15) busana adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari rambut sampai kaki. Keseluruhan pemakaian busana merupakan cerminan jiwa, menunjukkan watak atau pribadi pemakainya. Busana tari sering mencerminkan identitas (ciri khas) suatu daerah yang sekaligus menunjuk daerah tersebut. Demikian pula didalam pemakaian warna busana, tidak jarang suatu daerah senang dengan warna lembut atau kalem. Semua tidak lepas dari latar belakang budaya atau filosofi dari masing-masing daerah (Jazuli, 1994:19). Warna merupakan identitas kehidupan karena warna merupakan bagian dari lingkungan hidup yang berfungsi untuk menyemarakkan suasana, mempertebal harga diri dan menungkatkan rasa percaya riri sehingga mampu berkomunikasi dengan penikmatnya. (Lestari, 1993:20). Seorang penata busana juga harus memperhitungkan efek lampu serta komposisi warna yang disusun, demikian juga kemungkinan keleluasaan gerak penari sesuai dengan watak dan perannya. Fungsi penataan busana adalah untuk
24
mendukung isi atau tema tari dan untuk memperjelas peran tertentu. Darlene Neel (dalam Jazuli, 1994:116) fungsi tata busana adalah penutup tubuh dan sekaligus pelindung tubuh. Desain busana hendaknya tidak mengganggu gerak, segala elemen bentuk dari busana seperti garis, warna, tekstur, kualitas bahan harus dimanfaatkan secara baik. Busana pada enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sudah semestinya memadukan semua unsur materi kostum yang dIbutuhkan dengan aspek warna, komposisinya dan diselaraskan pula dengan karakter jenis Tari Topeng yang akan dimainkannya. 2.4.7. Properti Properti (property) adalah istilah bahasa Inggris yang berarti alat-alat pertunjukan, yang mempunyai dua tafsiran yaitu proprti sebagai sets dan properti sebagai alat bantu berekspresi. Properti merupakan suatu bentuk peralatan penunjang gerak sebagai wujud ekspresi. Upaya penggunaan properti tari lebih berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan tertentu dalam upaya lebih memberikan arti pada gerak, atau sebagai tuntutan ekspresi (Hidajat, 2005:59). Pada penelitian ini, objek yang diteliti adalah enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, yang dideskripsikan berdasarkan bentuk penyajian, berdasarkan teori yang ada bentuk penyajian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor memiliki makna simbolik tersendiri meliputi gerak, musik atau iringan, tata rias dan busana, serta kedok atau Topeng-nya. 2.4.8. Penonton
25
Seni pertunjukan tradisional kedudukan penonton sangat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah pertunjukan. Penonton adalah salah satu komponen yang menentukan, oleh karena itu Penonton harus diperhitungkan dalam perencanaan penyajian suatu pertunjukan. Penonton pada pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, tidak terbatas pada usia-usia tertentu. Pengelompokan jenis usia menurut
Soeparwoto
dalam
Hurlock
(2007:55-56),
dalam
kehidupan
bermasyarakat terdapat berbagai tingkatan usia yaitu: Masa Bayi (akhir minggu kedua-akhir tahun kedua), usia awal masa anak-anak (2-6 tahun), usia akhir masa anak-anak (6-12 tahun), masa puber atau pra remaja (12-14 tahun), masa remaja (14-18 tahun), usia dewasa dini (18-40 tahun), masa dewasa madya (40-60 tahun), serta masa dewasa lanjut (60-meninggal) dan penonton yang menonton pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal mencakup seluruh kelompok usia. Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal adalah pertunjukan yang bertujuan untuk melestarikan kesenian yang ada di Desa Slarang Lor. Pada pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor akan terjadi interaksi sosial antara pemain (penari) dan penonton. Interaksi sosial menurut Wadiyo (2008: 59) adalah suatu hubungan sosial manusia, baik individu-individu dan kelompok-kelompok dan atau individu dengan kelompok dengan ditunjukkan adanya suatu ciri telah terjadi suatu aksi dan reaksi diantara mereka yang berhubungan. Interaksi sosial tersebut digambarkan dalam bentuk kesinambungan masyarakat setempat dengan mendengar adanya suatu seni pertunjukan.
26
2.5.
Kerangka Berfikir Kesenian Tradisional
Tari Topeng Slarang Lor
T.Topeng Endel
T.Topeng Kresna
T.Topeng Panji
T.Topeng Lanyapan
T.Topeng Patih
T.Topeng Klana
Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Struktur pembentukan Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor
Pemain
Perlengkapan Pertunju-kan
Gerak
Iringan
Rias dan busana
Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal
Property (Topeng)
Penonton
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1.
Pendekatan Penelitian Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian ini mengikuti prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati (Moleong, 2004:4). Penelitian yang bersifat kualitatif, yang diuji bukan teori yang telah dirumuskan, tetapi pengamatan dan penelitian langsung di lapangan untuk mendapatkan data deskriptif. Data-data yang peneliti butuhkan berupa konsep-konsep, monografi, dan buku panduan sebagai dasar referensi otentik. Dengan ungkapan lain, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini merupakan data-data yang terkumpul melalui kajian pustaka dan observasi lapangan dengan wawancara yang bertujuan menggambarkan dan menguraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan keadaan atau status fenomena yang tidak berkenaan dengan angka-angka (Moleong, 2004:103). Jazuli (2001:19), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi maupun resmi. Jadi, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berorientasi pada fenomena dilapangan yang bertujuan untuk mendiskripsikan dan menguraikan tentang makna simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
27
28
3.2. Penentuan Lokasi dan Sasaran Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat keberadaan sebuah objek yang akan diteliti baik secara langsung dan atau melalui informan sebagai sumber data dari objek yang sedang diteliti. Adapun lokasi penelitian terletak di Desa Slarang Lor, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal. Kabupaten Tegal adalah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribukota di Kota Slawi dan terletak sekitar 14 km di sebelah selatan Kota Tegal. Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Tegal terdiri atas 18 Kecamatan dan dibagi lagi menjadi 281 desa dan enam kelurahan. Salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Tegal yaitu Kecamatan Dukuhwaru. Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru merupakan Desa yang pertama kali dipilih oleh nenek moyang Ibu Suwitri mengajarkan berbagai jenis Tari Topeng. Desa Slarang Lor dapat ditempuh dengan kendaraan umum. Jalan desa Slarang Lor sudah berupa aspal sehingga akses menuju Desa Slarang Lor cukup mudah. 3.2.2. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian ini adalah mengenai bagaimana makna simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal yang terdapat pada struktur pembentuk pertunjukan yang meliputi pemain yang memfokuskan pada penari Topeng Slarang Lor, perlengkapan pertunjukan (kemenyan, sesaji, batik Tegal), gerak, iringan, tata rias dan busana, property (topeng), serta penonton.
29
3.3. Data Penelitian Data penelitian Makna Simbolik Pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal adalah enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Data-data yang diperoleh dengan cara terjun secara langsung yaitu dengan berpartisipasi aktif yaitu sebagi penanggap dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 3.4. Sumber Data Sumber data pada penelitian adalah: 3.4.1. Wuninggar, Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal. Data yang didapat mengetahui keberadaan kesenian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. 3.4.2. Suwitri, generasi penerus penari Topeng Slarang Lor. Data yang didapat tentang Latar belakang kesenian dan kemampuannya mewarisi enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang didalamnya meliputi asal-usul enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dan profil penerus dan pewaris enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. 3.4.3. Purwanti, anak pertama Suwitri. Mendapatkan data tentang kegiatan yang diikuti Suwitri dan pengalamannya mendampingi Suwitri selama menjalankan kegiatan menari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. 3.4.4. Casmadi, sebagai pengendang sekaligus pengrawit. Data yang didapat tentang laras dan gamelan apa saja yang digunakan dalam pertunjukan
30
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 3.4.5. Masyarakat Desa Slarang Lor yang mengerti tentang kesenian diantaranya yaitu Kepala Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Peneliti mendapat data tentang letak geografi Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, dan peran serta minat masyarakat terhadap enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, upayaupaya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal untuk melestarikan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor . 3.4.6. Dharma, sebagai pengrajin Topeng Tegal. Data yang didapat tentang makna simbolik yang terdapat pada masing-masing Topeng Tegal (Tari Topeng Slarang Lor). 3.4.7. Nurochman Sudibyo YS, sebagai seniman dan budayawan. Data yang didapat tentang penelitian perjalanan seni Tari Topeng di Indonesia, berbagai jenis pertunjukan Tari Tradisional, sebagai pengarah pada pentingnya nilai-nilai artistik sebagai pendukung penting pagelaran enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. 3.4.8. Diah Setyawati, sebagai Sastrawati juga seorang seniman yang piawai dibidang tatarias dan kostum. Data yang didapat adalah tentang keselarasan dalam penataan kostum serta makeup untuk penari yang akan mementaskan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor serta makna simbolik
31
dari batik Tegal yang terkandung didalamnya, yang secara terkait mendukung pemaknaan simbolis pada setiap karakter dan tokoh yang diceritaan oleh Penari Topeng Slarang Lor. 3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.5.1. Observasi Teknik observasi yang dilakukan dengan cara pengamatan berperan serta dan pengamatan terbuka pada kesenian Tari Topeng Slarang Lor. Sumaryanto (2007:100), menyebutkan bahwa pengamatan berperan serta adalah pengamatan dimana pengamat memiliki dua fungsi yaitu sebagai pengamat sekaligus anggota dari kelompok yang sedang diamati. Pengamat terbuka adalah pengamat yang diketahui oleh subjek sehingga pengamat diberikan kesempatan untuk mengamati peristiwa yang terjadi. Kegiatan observasi atau pengamat yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi dengan kegiatan penentuan lokasi dan sasaran penelitian. Tahap kedua sebagai penelitian inti dengan pengumpulan data dan bahan yang dIbutuhkan dalam pembahasan masalah. Teknik pengamatan dilakukan dengan cara mengamati objek secara langsung yang dilakukan peneliti dengan wawancara. Peneliti juga menggunakan pengamatan berperan serta yaitu melibatkan dirinya secara aktif dengan membantu sebagai penanggap dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, sehingga penelitian bisa lebih memfokuskan untuk mengamati makna
32
simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng slarang Lor Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Tahap awal penelitian adalah dengan mendatangi rumah Suwitri sebagai penerus dan pewaris enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor pada tanggal 4 Desember 2012 untuk menanyakan kapan pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dapat berlangsung. Beliau menjelaskan bahwa pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dapat berlangsung bulan April 2013. Untuk memanfaatkan waktu, pada tanggal 8 Februari 2013 peneliti berkunjung ke rumah Casmadi untuk bertemu dengan seluruh pengrawit, serta guna melakukan observasi tempat pertunjukan yang akan diadakan sekitar bulan April tersebut. Pada tanggal 14 April 2013 peneliti melakukan observasi dengan menyaksikan sekaligus ikut serta dalam penyajian pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Peneliti menggunakan camera LSR untuk mengambil gambar pada proses pertunjukan dan peneliti juga merekam seluruh kegiatan pertunjukan
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal berlangsung. 3.5.2
Wawancara Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah para
pemain dan penonton yang dalam posisinya sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informsi dari sumber data penelitian dilakukan teknik wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
33
diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong 2007:18enam). Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara terarah dan wawancara tidak terarah. Wawancara terarah adalah wawancara yang bersifat mendalam dan intensif, sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya sesuai masalah yang dibahas. Wawancara tidak terarah adalah teknik wawancara yang bersifat bebas santai dan memberikan seluas-luasnya kepada informan untuk memberikan keterangan secara umum, yaitu keterangan yang tidak terduga serta keterangan yang tidak dapat diketahui jika menggunakan wawancara terarah. Pada tahap wawancara peneliti mengadakan wawancara dengan para pendukung pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang dapat diuraikan sebagai berikut: 3.5.2.1. Pada tanggal 4 Desember 2012, Wuninggar memberikan informasi keberadaan kesenian Tari Topeng Slarang Lor. Dan dilanjutkan wawancara dengan Ibu Suwitri yang mendapatkan data informasi pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor akan berlangsung. 3.5.2.2 Pada tanggal 17 Desember 2012, wawancara dengan Bapak Nurochman Sudibyo YS dan Ibu Dyah Setyawati , mendapatkan data konsep tentang seni pertunjukan tradisional yang ideal. Serta penjelasan berbagai makna filosofis yang terkandung dalam enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dan sejarah Tari Topeng di Indonesia serta makna filosofis pada kostum dan kain batik Tegal sebagai penujang artistic pementasan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor.
34
3.5.2.3. Pada tanggal 8 Januari 2013, wawancara dengan Bapak Dharma dan mendapatkan data tentang latar histori (sejarah) kegiatan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Kabupaten Tegal. 3.5.2.4. Pada tanggal 13 Januari 2013, wawancara dengan Ibu Purwanti mendapatkan data persiapan pertunjukan yang akan dilaksanakan pada bulan April, dan wawancara dengannya meliputi perlengkapan sesaji, makna kemenyan, nama jenis gerakan dan makna filosofinya dalam pentas enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 3.5.2.5 Pada Tanggal 8 Februari 2013, wawancara dengan Bapak Casmadi mendapatkan data lengkap tentang iringan, laras dan gamelan yang akan digunakan dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. 3.5.2.enam
Pada tanggal 14 April 2013, wawancara dengan Masyarakat Desa
Slarang Lor yaitu Kepala Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, dan mndapatkan data tentang peran dan minat masyarakat terhadap enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. 3.5.3.
Dokumentasi Dokumentasi menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara khusus (Moleong, 2007:26). Data yang diperoleh dari dokumentasi kemudian dipilih dan diseleksi, semua informasi yang telah ada yang sesuai dengan permasalahan dan yang mengandung permasalahan dalam penelitian.
35
Pengumpulan dokumentasi digunakan untuk menambah informasi dan pengetahuan yang telah diberikan oleh para informan. Dokumentasi juga dapat memperkuat suatu pendapat atau informasi dari informan. Bentuk informasi yang digunakan dalam penelitian adalah hasil wawancara, referensi, gambar dan rekaman wawancara yang memuat tentang pertunjukan kesenian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Gambar dan rekaman wawancara yang telah diambil dijadikan sebagai bukti otentik agar hasil pengamatan tetap terjaga validasinya. 3.6. Teknik Keabsahan Data Data atau dokumen yang diperoleh dalam penelitian kualitatif perlu diperiksa keabsahannya agar menjadi peneliti yang terdisiplin atau ilmiah. Pemeriksaan keabsahan data pada dasarnya selain untuk menyanggah pendapat bahwa penelitian kualitatif tidak ilmiah, juga merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan kualitatif (Moleong, 2007:320). Informasi perlu diperiksa kebenarannya dan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan pada waktu berlainan, dan menggunakan metode yang berlainan. Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi data yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007:330). Triangulasi tidak hanya sekedar menilai keberadaan data, akan tetapi untuk menyelidiki validasi
36
tafsiran penelitian mengenai data itu. Teknik triangulasi ada pula kemungkinan bahwa kekurangan dalam informasi pertama mendapat tambahan pelengkap. Teknik triangulasi yang digunakan adalah menggunakan sumber data. Sumber data tersebut didapat dari informasi dari berbagai pihak yaitu (1) penari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, Ibu Suwitri, pengendang sekaligus pengrawit Bapak Casmadi, pengrajin Topeng Tegal Bapak Dharma; (2) Bapak Nurochman Sudibyo YS dan Ibu Dyah
Setyawati selaku Budayawan dan
Sastrawati sehingga data yang diperoleh untuk mendapatkan makna simbolik pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Dlarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten
Tegal
dapat
dipercaya.
Dengan
cara
peneliti
membandingkan data yang sudah didapat pada saat penelitian dan setelah penelitian. Contohnya kebenaran Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang didalamnya mengandung enam Jenis tari Topeng Slarang Lor. 3.7. Teknik Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumentasi pribadi, dokumntasi resmi, gambar, gambar dan sebagainya. Data tersebut sangat banyak, oleh sebab itu peneliti harus membaca, menelaah, dan mempelajari (Sumaryanto, 2007:105). Teknik analisis data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori Adshead (2002:9-12), yang membagi proses analisis kedalam empat tahap sebagai berikut:
37
3.7.1. Mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan. Halhal ini yaitu struktur pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Peneliti mencoba mengenali dan memahami bentuk pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dan simbol-simbol yang muncul dalam pertunjukan dan struktur dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 3.7.2. Memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam perjalanan ruang dan waktu. Mencari informasi tentang sejak kapan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor muncul di Desa Slarang Lor dan sejak kapan berkembang di Kabupaten Tegal sehingga kesenian enam Jenis Tari Slarang Lor dijadikan sebagai kesenian khas Tegal. 3.7.3. Melakukan interpretasi bedasarkan konsep dan latar belakang sosilal, budaya, konteks pertunjukan, gaya, genre, tema dan konsep interpretasi spesifik. Mengumpukan data selengkap-lengkapnya dan memahami seperti apa latar belakang sosial budaya masyarakat Desa Slarang Lor sehingga kesenian dalam bentuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor bisa berkembang di Desa Slarang Lor. 3.7.4. Melakukan evaluasi berdasarkan: 1) Nilai-nilai yang berlaku didalam kebudayaan dan masyarakat pendukung kesenian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang dijadikan sebagai kesenian tradisi di Desa Slarang Lor; 2) Nilai-nilai khusus yang ada dalam kesenian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sehingga dapat mewujudkan makna simbolik yang terdapat
38
dalam pemain (penari), perlengkapan pertunjukan, gerak penari, iringan, tata rias dan busana, property (topeng), dan penonton yang terkandung dalam pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal; 3) Konsep-konsep spesifik pertunjukan yang mencakup evektifitas pertunjukan meliputi serangkaian pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor dari awal pertunjukan, inti pertunjukan, dan di akhir pertunjukan.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Slarang Lor Lokasi Penelitian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor berpusat pada Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Desa Slarang Lor merupakan salah satu dari sepuluh Desa yang ada di wilayah Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Desa Slarang Lor mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: 1.
Sebelah Utara : Desa Blubuk Kecamatan Dukuhwaru
2.
Sebelah Barat
3.
Sebelah Selatan : Desa Slarang Kidul Kecamatan Lebaksiu
4.
Sebelah Timur : Desa Dukuhdamu Kecamatan Lebaksiu
: Desa Randusari Kecamatan Pagerbarang
Desa Slarang Lor terletak 4 km dari pusat Kecamatan dan 7 km dari pusat Ibu kota Kabupaten Tegal. Luas wilayah Desa Slarang Lor meliputi tanah persawahan seluas
± 308.089 Ha,
±245.202 Ha; tanah pemukiman seluas ±
47.887 Ha, dan tanah lapangan dan sekolah seluas ±14 Ha. Pembagian wilayah Desa Slarang Lor dalam lingkup lebih kecil dibagi menjadi wilayah dusun atau pedukuhan yaitu: 1.
Bagian Utara
: pedukuhan Krasak
2.
Bagian Tengah : pedukuhan Slarang Geblag
3.
Bagian Selatan : Pedukuhan Kali Wuluh
Daerah penelitian dipusatkan di pedukuhan Slarang Geblag.
39
40
Tabel 4.1 Desa yang berada di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal No Nama Desa 1.
Desa Kabunan
2.
Desa Pedagangan
3.
Desa Gumayun
4.
Desa Kalisoka
5.
Desa Sindang
6.
Desa Bulak Pacing
7.
Desa Salapura
8.
Desa Dukuhwaru
9.
Desa Blubuk
10.
Desa Slarang
( Sumber : Data Monografi Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Tahun 2013) Desa yang berada di Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal berjumlah 10 Desa, seperti yang sudah disebutkan pada tabel 4.1 Desa Slarang, yaitu Slarang Lor yang termasuk wilayah Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal merupakan Desa dimana terdapat kesenian berupa enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, dan pertama kali dikembangkan oleh leluhur Ibu Suwitri sekitar abad 18. Sosialisasi pertunjukan seni Tari ini berikutnya dikembangkan dan dilestarikan oleh Ibu dari Suwitri yaitu
Ibu Darem Almarhum. Tari Topeng Slarang Lor pusat
pelestariannya dikembangkan di Jln. Masjid RT 1 Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
RW 2 Desa Slarang Lor
41
4.1.2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Slarang Lor Penduduk Desa Slarang Lor dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Jawa dialek Tegal, bahasa krama dan bahasa Indonesia. Melalui sistem pengetahuan yang dimiliki penduduk Desa Slarang Lor mampu menyesuaikan dengan keadaan alam sekitarnya dan mampu meningkatkan produktifitas kebutuhan sehari-hari. Penerapan sistem pengetahuan ini dapat dilihat penduduk Desa Slarang Lor dalam menerapkan teknologi seni bangunan tradisional pada pembuatan rumah, disamping itu juga ada sebagian penduduk yang membangun rumah dengan ciri modern. Masyarakat Desa Slarang Lor untuk generasi tua umumnya cenderung lebih menyukai kesenian yang telah lama dikenal. Dengan sendirinya regenerasi ini dapat memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian yang berkembang didaerah tersebut, termasuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Generasi muda umumnya cenderung untuk menghargai hal-hal yang baru. Mereka umumnya menyukai berbagai bidang kesenian, sehingga generasi muda itu cenderung bisa memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian dalam bentuk dan penampilan yang baru pula. Namun sayangnya generasi muda saat ini hanya menyukai kesenian yang dianggap modern. Misalnya saja tari modern, girls band, musik pop, rock, musik dangdut dan sebagainya. Akan tetapi dalam mengapresiasi kesenian tradisi meski telah dibentuk dalam format baru, tetap saja dianggap kuno atau ketinggalan zaman. Untuk itu kondisi generasi muda ini masih perlu ditingkatkan agar mau menyukai atau mencintai kesenian tradisi kebanggan daerahnya sendiri.
42
Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi aspek pedidikan, sosial serta nilai-nilai tradisi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat setempat. 4.1.2.1 Aspek Pendidikan Tingkat pendidikan masyarakat Desa Slarang Lor sudah maju. Berikut tabel mengenai tingkat pendidikan bagi penduduk Desa Slarang Lor. Tabel 4.2 Penduduk Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1. 2.
Tingkat Pendidikan Lulusan Pendidikan Umum Lulusan Pendidikan Khusus Jumlah
Jumlah 4438 Orang 31 Orang 44enam9 Orang
Persentase 99,31 % 0,69 % 100 %
( Sumber : Data Monografi Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Tahun 2013) Tabel 4.2 adalah tabel yang menunjukan tingkat pendidikan Desa Slarang Lor, dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan umum yaitu pendidikan SD, SMP, dan SMA sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan khusus yaitu pendidikan sekolah luar biasa dan pendidikan non formal. Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal memiliki taraf pendidikan yang sudah tinggi yaitu dapat dilihat dengan masyarakat Desa Slarang Lor yang lulus pada pendidikan tingkat umum masih banyak yaitu persentase 99,31% dan yang lulus pada pendidikan khusus yaitu dengan persentase 0,69%.
43
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Slarang Lor mempengaruhi keberadaan kesenian Tari Topeng Slarang Lor yaitu dengan tingkat pendidikan yang sudah maju ini enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sudah dikenal oleh masyarakat Desa Slarang Lor. Bahkan masyarakat diluar Desa Slarang Lor sudah mulai mengenal enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Pengenalan ditandai dengan adanya anak-anak yang hendak melanjutkan pendidikan tingkat SMP dan SMA bahkan perguruan tinggi yang bersekolah di luar daerahnya sendiri. Dengan demikian anak-anak yang tinggal di Desa Slarang Lor secara tidak langsung mempunyai teman di luar daerahnya sendiri dan dapat bercerita atau dalam bahasa Tegalnya sering disebut dengan getok tular yang artinya cerita dari mulut kemulut kepada teman sekolahnya tentang kesenian khas yang ada di daerahnya yaitu Tari Topeng Slarang Lor. Seperti yang dikatakan Suwitri pada wawancara pada 13 Maret 2013 yaitu: “akeh bocah-bocah desa liya sing njaluk dilatih Tari Topeng Slarang Lor, bocah-bocah pada ngerti neng kene ana penerus Tari Topeng Slarang Lor. Akeh anake tetangga kulo karo kanca-kancane sing sekolah neng Slawi karo neng Adiwerna pada maring kulo yen ana tugas nari saka sekolahan terus njaluk diajari nari maring kulo. Kulo seneng yen akeh bocah-bocah sing kiyeng latihan nari”.(Banyak anak-anak dari Desa lain yang meminta dilatih Tari Topeng Slarang Lor, anak-anak tahu bahwa disini ada generasi penerus Tari Topeng Slarang Lor. Banyak anak tetangga saya dan temantemannya yang bersekolah di Slawi dan di Adiwerna datang ke saya kalau mendapat tugas menari dari sekolah terus meminta saya untuk mengajarinya. Saya senang kalau banyak anak-anak yang semangat berlatih menari).
44
Selain tingkat pendidikan, keberadaan penduduk dapat dilihat dari mobilitas sosial atau mutasi penduduk. Berikut tabel penduduk Desa Slarang Lor berdasarkan mobilitas penduduk: Tabel 4.3 Penduduk Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal berdasarkan Mobilitas Penduduk No
Mobilitas/Mutasi Penduduk
Jumlah
1.
Lahir
125 Orang
2.
Mati
26 Orang
3.
Datang
-
4.
Pindah
-
( Sumber : Data Monografi Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Tahun 2013) Mobilitas Penduduk Desa Slarang Lor menurut tabel 4.3 dapat terlihat jumlah mobilitas penduduk dari yang lahir dan meninggal dunia. Dari data mobilitas penduduk Desa Slarang Lor yang meninggal dunia yaitu berjumlah 2enam orang yang terdiri dari masyarakat yang berusia 45 tahun keatas, hal ini mempengaruhi keberadaan tari Topeng Slarang Lor karena sebagian besar masyarakat Desa Slarang Lor yang berjumlah 2enam orang yang meninggal dunia sebagian besar orang tua yang menyukai Tari Topeng Slarang Lor. 4.2.
Gambaran Umum Tari Topeng Slarang Lor Kondisi wilayah Kecamatan Dukuhwaru dikenal sebagai salah satu
Kecamatan yang memiliki suatu bentuk kesenian yang membanggakan Kabupaten Tegal. Kebanggaannya dikarenakan di Kecamatan Dukuhwaru memiliki salah satu potensi besar kesenian yaitu tari Topeng. Sebagaimana tari topeng yang
45
tersisa dan berkembang sejak zaman kejayaan Kerajaan Majapahit yang kemudian hijrah dan berkembang di daerah ini sehingga menjadi kesenian tradisional khas Kabupaten Tegal, seperti seni tari topeng Bali, tari topeng Malang, Losari Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon dan Pekandangan Indramayu. Berbagai kesenian tradisional memang telah lama tersebar di Kabupaten Tegal hingga ke pelosok pedesaan. Kesemuanya itu memiliki berbagai macam corak, ciri, dan fungsi yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat pendukungnya.
Sayangnya
perkembangan
seni
budaya
di
Tegal
tidak
didokumentasi secara baik. Apalagi setelah Kabupaten Tegal dibagi dua dengan kota Madya Tegal. Masyarakat lebih dipacu ke khasan industri. Sedang perkembangan seni budaya tidak lagi diperhatikan. Kalaupun sekarang masih ada beberapa group wayang itu pun bertahan tidak lama. Kecuali wayang inovatif yang dilakukan Ki Entus Susmono di Desa Bengle Kecamatan Talang. Kesenian khas Tegal lainnya yang sudah tidak mungkin laku lagi dijadikan hIburan masyarakat, namun tetap dipertahankan sampai kini adalah wayang suket, wayang pring, sintren, braen, balo-balo, kuntulan, kentrung, wayang nggremeng, dan wayang golek cepak serta seni tari Topeng. Seni Tari Topeng Slarang Lor menjadi salah satu kesenian yang kelak dikembangkan secara generasi dari masa ke masa. Diketahui bahwa enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor merupakan kekayaan bentuk kesenian tari tradisional khas Tegal, yang sudah hidup dan berkembang sejak jaman sebelum Islam. Kesenian ini diyakini pula sebagai kesenian yang menggambarkan terciptanya alam semesta dan proses kehidupan manusia dari mulai lahir hingga
46
menjadi tua. Jika semula tari topeng di jaman Hindu Kerajaan Majapahit berjumlah ratusan wanda (wajah atau pamor dan karakter), akibat dari runtuhnya kerajaan Majapahit seni Tari Topeng pun bergerak pindah ke Bali, dan sampai pula ke daerah Malang (Jawa Timur) masih terjaga kira-kira lima puluhan jenisnya, dan bisa digunakan sebagai materi pagelaran “wayang topeng”. Sampai di Tegal secara turun temurun hanya mampu dipertahankan 12 wanda (pamor atau wajah) dengan 12 tarian dan karakternya masing-masing. Namun sejak meninggalnya Ibu Darem generasi ke tujuh penerus penari topeng Slarang Lor, kini hanya bisa dimainkan Suwitri enam Jenis tarian saja. Latar belakang lahirnya enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang berada di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dapat dilihat dari dua aspek yaitu, asal-usul adanya Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor dan profil penerus enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. 4.2.1. Asal-usul Lahirnya Kesenian Tari Topeng Slarang Lor Kesenian yang bersifat tradisional memiliki latar belakang atau sejarah, begitu juga dengan kesenian Tari Topeng Slarang Lor. Tari Topeng Slarang Lor dilestarikan dan dikembangkan di Jln. Masjid RT 01 RW 02 Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Seperti yang dikatakan pada wawancara dengan Purwanti tanggal 14 April 2013 tentang sejarah adanya Tari Topeng Slarang Lor yaitu: “Tari Topeng Slarang Lor kuwe tari warisan saking Mbah kulo, Mbah Darmi. Kulo apal enam gerakan Tari Topeng sing diwarisi mbah kulo, Gemiyen Tari Topeng diarani
47
Ronggeng Warmi” (Tari Topeng Slarang Lor adalah tarian warisah dari Mbah saya yaitu Mbah Darmi . saya bisa menghafal enam Jenis Tari Topeng yang diwariskan Mbah saya, dahulu Tari Topeng disebut Ronggeng Warmi karena yang bisa menarikannya Cuma Mbah Warmi. Tari Topeng Slarang Lor sekitar tahun 1950 dikenal dengan nama Ronggeng Warmi oleh masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Hal ini karena tokoh penerus dan pelestarinya lebih dominan dikenal ketimbang nama atau jenis kesenian tersebut. Bahkan pada umumnya saat itu masyarakat belum dapat membedakan antara Ronggeng dengan Tari Topeng. Warmi memang penari Topeng Gaya Tegal yang berasal dari Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Warmi mewarisi 12 Jenis Tarian dan keahlian menarinya itu diperoleh dari orang tuanya yang bernama Darmi berasal dari Desa Bogares Kidul, Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal dan pada saat ini keahliannya itu diwariskan pada cucunya yang bernama Suwitri. Walaupun tidak semua jenis Tari Topeng Slarang Lor diwariskan pada Suwitri, karena 12 jenis tarian yang dikuasai Ibunya hanya mampu dikuasainya separuh saja. Suwitri pun sampai sekarang hanya mampu mementaskan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Seperti yang dikatakan Suwitri (66 tahun) pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu: “Tari Topeng sing diwarisi Ibu kulo asline jumlahe 12 tarian, tapi kulo mung apal enam tarian. Jaman mbiyen musik dienggo durung lengkap dadine kulo kanggelan ngapalna, asal ana musik kulo karo Ibu njoget bae ”(Tari Topeng yang diwarisiari Ibu saya sebenarnya ada 12 macam tetapi saya hanya menghafal enam macam tarian saja. Karena pada jaman dahulu musik yang digunakan untuk mengiringi tarianya belum selengkap jaman sekarang, hal itu menyebabkan saya sulit untuk menghafalkan gerakannya, kala itu asalkan
48
ada musik yang berbunyi saya dan Ibu saya akan menari saja. Pada jaman dahulu yaitu sekitar tahun 1950 setiap pasca panen padi, Warmi bersama anggota keluarganya berkeliling dari desa ke desa untuk menjual jasa seninya sebagai tambahan penghasilan istilahnya ngamen. Kemanapun Warmi pergi berkeliling untuk menari ngamen dan mengharap (ditanggap), putrinya yang bernama Suwitri selalu dibawanya. Tentu saja dengan harapan anak perempuannya dapat mewarisi keahlian yang dimilikinya. Warmi ingin Suwitri bisa menjadi penerus seni Tari Topeng Slarang Lor. Tari Topeng Slarang Lor seringkali ditanggap oleh masyarakat untuk keperluan hajatan sunatan, temanten, turun tanah, nazar dan lainnya sebagai sarana hiburan. (wawancara, Ibu Purwanti April 2013). Tari Topeng Slarang Lor dipentaskan dihalaman penanggap di pekarangan yang luas. Biasanya di daratan yang rata dan berpanorama pedesaan yang indah sebagai latar belakangnya. Setiap ada pagelaran Tari Topeng Slarang Lor atau yang disebut oleh masyarakat setempat sebagai kesenian Ronggeng, penonton yang menyaksikan banyak sekali. Mereka terdiri dari kalangan orang tua, remaja dan anak-anak. Kondisi ini menunjukkan masa itu masyarakat pedesaan sangat haus akan hiburan. Gerak 12 Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang ditampilkan oleh Ronggeng Warmi sangat indah, lincah dan dinamis serta bermakna. Begitu pula wanda kedok yang dipakainya memancarkan aura dan mengandung makna dengan pesan tersendiri sehingga mengagumkan. Sebelum menggelar pementasan Warmi selalu melakukan ritual dengan membaca doa-doa. Hal itu dimulai tatkala Warmi
49
melakukan keramas rambut, mandi dan dalam satu minggu menjalani ngasrep (makan, minum serba tawar), serta menyiapkan sesaji atau sesajen dengan harapan penghormatan pada roh leluhur. Pementasan Tari Topeng Slarang Lor selalu saja berjalan lancar, selamat, banyak penontonnya, banyak yang menanggap dan banyak uang yang diperoleh. Seperti yang dikatakan Purwanti (42 tahun) pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu: “Sejak jamane buyut Darem masih hidup. Setiap arep pertunjukan tari Topeng Slarang Lor dipentasna pasti wonten Rituale ndisit mbak. Sesaji sing diperlukna bangsane: pepohonan, reruawatan, wringin, cindong, tebu wulung, pring gading, sesajen berupa makanan, nasi tumpeng panggang ayam, nasi bucet 12 bucet, apem abang putih, banyu kembang tujuh rupa, kupat lupet, juanda pasar. Sampe diwarisna anak cucu adat kuwe ora bakalan ilang. (sejak jaman mbah buyut darem masih hidup. Setiap akan diadakan Tari Pertunjukan Topeng Slarang Lor pasti ada Ritual terlebih dahulu mbak. Sesaji yang diperlukan diantaranya: pepohonan, reruawatan, wringin, cindong, tebu wulung, bambu gading, sesajen berupa makanan, nasi tumpeng panggang ayam, nasi bucet 12 bucet, apem merah putih, air bunga tujuh rupa, kupat lupet, juanda pasar). Saat Warmi berusia lanjut, Warmi memutuskan sendiri untuk berhenti menari. Semua gamelan dan topengnya dipindah tangankan pada kolektor barangbarang antik dengan kata lain dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kondisi usia, kesehatan dan ekonomi Warmi ini menjadikan masyarakat Slarang Lor merasa kehilangan sebab untuk memperolehnya kembali materi tersebut akan sulit dan sangat tidak mungkin bisa diperoleh kembali. Namun demikian masyarakat Slarang Lor masih bisa beruntung dengan adanya anaknya yang bernama Suwitri. Meski Suwitri hanya mewarisi sebagian
50
dari keahlian Ibunya, enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang khas dan langka itu sampai kini masih dapat digelar atau dipentaskan kembali namun bukan dalam bentuk ngamen, melainkan undangan pentas (Soipah, 2007: 11-12). 4.2.2. Profil Penerus Tari Topeng Slarang Lor Suwitri lahir di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Suwitri saat ini telah berusia 66 tahun. Di usianya yang senja, Suwitri masih gigih dalam bekerja sebagai petani. Suwitri sudah lama menjanda karena suaminya meninggal dunia. Meskipun anak-anak Suwitri sudah berkeluarga ia masih tetap bekerja dan berusaha. Suwitri tinggal di rumah kecil yang bangunannya sudah direnovasi dari hasil bantuan dari Universitas Pancasakti Tegal.
Gambar 1 Suwitri (Foto: Irchami Putriningtyas, April 2013) Suwitri merupakan generasi penerus Tari Topeng Slarang Lor, beliau mendapatkan warisan Tari Topeng Slarang Lor berasal dari Ibunya (Warmi).
51
Suwitri bersama anaknya yaitu Purwanti sampai sekarang ini tetap melestarikan Tari Topeng Slarang Lor yang diwarisi oleh Ibunya. Suwitri setiap pukul 03:00 WIB bangun untuk mempersiap daganganya yaitu berjualan nasi bungkus. Suwitri setiap hari melakukan pekerjaannya dengan dibantu oleh anak perempuannya yaitu Purwanti yang merupakan pewaris yang bisa juga menarikan Tari Topeng Slarang Lor. Suwitri selain sebagai penari, setiap pagi berjualan nasi bungkus didepan rumahnya, dan bekerja sebagai petani. Suwitri sampai sekarang masih bekerja sebagai penari dan pedagang nasi walaupun tubuhnya semakin rentah tetapi Suwitri masih tegar untuk mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sewaktu Suwitri berusia 8 tahun, selalu ikut Ibunya yaitu Warmi ikut mbarang-mbarang artinya ikut tanggapan keliling. Setiap Warmi menari Suwitri selalu melihat gerak tarinya sampai selesai, dari desa ke desa dari kota-ke kota menari untuk mencari nafkah. Karna itulah Suwitri bisa menari tanpa diajar menari oleh Warmi, bakat Suwitri sekarang diwariskan juga kepada anak nya yang bernama Purwanti hingga saat ini. Atas jasa pengabdiannya dalam melestarikan dan mengembangkan Tari Topeng Slarang Lor, Suwitri mendapatkan piagam penghargaan dari Bupati Tegal yaitu Bapak Agus Riyanto pada tanggal 31 Mei 2008. Sebelumnya pada tanggal 23 januari 1993 Suwitri mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tegal yaitu Drs. Akhmad Khafid. Dan pada tanggal 23 Juni 2010 suwitri mendapat penghargaan dari Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia yaitu Bapak Jero Wacik S.E
52
Suwitri merupakan orang yang dikenal di daerah Kabupaten Tegal khususnya di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal yaitu setelah Suwitri mendapat gelar sebagai sang Maestro tari tradisi dan mendapatkan bantuan dari pemerintah sejumlah Rp1.200.000, perbulannya. Sebelum menjadi sang Maestro Seni tahun 2010. Suwitri sudah mendapatkan dana bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tegal untuk biaya hidup, tetapi karena Ibu Suwitri sebagai tulang punggung keluarga, sehingga dirasa masih kurang untuk kebutuhan hidup keluarga Suwitri. Seperti perkataan Ibu Suwitri pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu: “akeh tetangga sing ngomong jarene kulo kiye wong wis tua tapi ngangsa, tiap wulane wis olih duwit ya susah-susah kerja maning. Kulo niki kebutuhane akeh nok dadine aja wedi kesel ben tetep bisa urip. Kulo nok yen gon nari megin lincah men delengane kaya kiye klentak-klentuk“ (Banyak tetangga yang berbicara katanya saya sudah tua tetapi masih mencari nafkah, setiap bulanya sudah mendapatkan uang tetapi masih susah-susah bekerja. Saya masih banyak kebutuhannya jadi jangan takut cape agar bisa tetap hidup. Saya kalau disuruh nari masih lincah meskipun kelihatanya saya sudah tua rentah). Suwitri mempunyai keinginan terbesar untuk mempunyai sanggar sendiri di Desa Slarang Lor yang lengkap dengan seperangkat gamelan. Suwitri ingin tarian yang diwarisi oleh Ibunya tetap lestari di Kabupaten Tegal khusunya di Desanya sendiri yaitu Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Sekarang Suwitri tidak perlu khawatir karena keinginan terbesarnya sudah terwujud. Pada tahun 2010
Suwitri mendapatkan bantuan dari Universitas
pancasakti Tegal berupa bangunan sanggar didekat rumahnya.
53
Dalam pentas enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, kelak penarinya akan menggunakan Topeng berbentuk lukisan wajah manusia yang menampilkan wanda ekspresi, watak, wajah, pamor dan bentuk rupa yang ditarikan. Sedangkan gerak tarinya menyesuaikan karakter wanda yang dilukiskan di wajah tersebut. Untuk Kabupaten Tegal enam Jenis kedok atau Topeng ini dIbuat dan dipertahankan terus oleh leluhur Pak Dharma yang merupakan dalang wayang Golek Cepak dan ahli pembuat wanda Topeng gaya khas Tegal. Bahan yang digunakan untuk membuat topeng adalah kayu glondongan jenis Kayu Kedondong Jaran (kayu pohon kedondong yang tidak berbuah). Berikutnya bisa juga mengunakan kayu nangka, kayu sawo. Saat ini Pak Dharma satu-satunya pembuat topeng untuk kelengkapan penari tinggal Pak Dharma seorang diri. Pencarian kayu kedondong jaran sampai saat ini sangat sulit. Sehingga kayu nangka dan pohon sawo lah yang dipilih Pak Dharma untuk membuat berbagai jenis topeng. Bahan lainnya adalah tlatah, dempul, paku dan cat
54
1
2
Gambar 2 Alat Pembuat Wanda (Foto: Irchami Putriningtyas, April 2013) Tampak pada gambar 2 adalah Alat yang digunakan untuk membuat topeng terdiri dari dua pisau serut dengan pegangan hitam pada nomer dua dan Tlatah kecil berjumlah tujuh buah dan tlatah besar berjumlah lima buah pada nomer satu. 4.3.
Struktur Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Sebuah pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor tidak lepas dari struktur
pembentuk pertunjukan yang sangat besar pengaruhnya dalam sebuah pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor. Struktur dalam suatu sajian pertunjukan dapat diwujudkan dalam bentuk: 1) Pemain, 2) Perlengkapan pertunjukan, 3) Gerak, 4) Iringan, 5) Tata Rias dan Busana, 6) Property (Topeng), 7) Penonton. 4.3.1. Pemain atau Pelaku Semua jenis pertunjukan memerlukan penyaji sebagai pemain, artinya seniman yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam menyajikan
55
pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor melibatkan pelaku laki-laki dan perempuan dan tidak terpaku pada usia. Pemain pada pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor terdiri dari: 4.3.1.1.Penari Topeng Slarang Lor Penari Topeng Slarang Lor adalah Suwitri sebagai generasi penerus Tari Topeng Slarang Lor. Suwitri berusi 66 tahun. Untuk menjadi Penari Topeng Slarang Lor memang tidak ada syarat khusus. Apalagi untuk dipertunjukan sebagai pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor.
Hanya saja yang sangat
disayangkan hingga kini yang mampu menarikan enam jenis tari Topeng Slarang Lor hanya Suwitri. Purwanti baru hafal empat jenis tarian dan keponakan Suwitri rata-rata hanya mampu mengenal dua tarian saja yaitu Tari Endel dan Klana. Sementara di masyarakat Tegal sendiri baru bisa diterapkan untuk sekolah-sekolah dan sanggar berupa tari Topeng Endel. Hal ini dikarenakan guru, pelatih dan pihak pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan belum mendanai secara khusus untuk melakukan pendataan dan pelatihan enam Jenis Tarian yang dikuasai Ibu Suwitri. Adapun keturunan Ibu Suwitri belum berani belajar enam jenis Tari Topeng Slarang Lor, dimungkinkan karena takut melebihi kemampuan Guru yang sekaligus Ibu dan neneknya itu karena masih hidup. Karena dalam keturunan keluarga Suwitri, anak-anaknya atau keturunannya boleh menarikan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor apabila keturunan tertuanya sudah meninggal dunia.
56
4.3.1.2.Pengrawit Pengrawit adalah penabuh gamelan pada saat pementasan tari Topeng Slarang Lor berlangsung. Pengrawit terdiri dari pria berjumlah 10 orang, yaitu Casmadi, Sutarno, Waryo, Kartono, Harto, Sriyanti, Tarso, Rebyan, Witno, Dharma. Usia pengrawit atau penabuh gamelan itu rata-rata antara 45 sampai enam9 tahun. Gamelan yang diperlukan dalam mengiringi Tari Topeng Slarang Lor adalah: Kendang, Bonang Barung, Bonang Penerus, Demung, Saron I, Saron II, Peking, Gong Kempul, Ketuk Kenong, Kecrek. 4.3.1.3.Sinden Sinden merupakan vokalis pendukung yang bertugas menyajikan tembang dalam pementasan Tari Topeng Slarang Lor. Pada pementasan Tari Topeng Slarang Lor ini hanya ada satu wanita yaitu Purwanti yang merupakan anak perempuan dari Suwitri sendiri. Usia sinden Purwanti ini 42 tahun. Lagu yang dibawakan oleh pesinden dalam pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor mengikuti irama yang dibawakan oleh para pengrawit. Semua yang ditembangkan pesinden Purwanti mengalir dengan pemaknaan tarian dan iringannya. Purwanti selain bertindak sebagai pesinden pendukung pertunjukan Tari, Purwanti juga mampu menarikan 4 jenis Tari Topeng Slarang Lor. Dengan jujur ia belum berani menggungguli kemampuan Ibunya yang menguasai enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, karena dipandang tabu jika melebihi kemampuan guru dan Ibunya. Meski demikian kemampuan dan daya ingat Purwanti mengenai
57
kegiatan ritual dan nama-nama gerakan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor sangat membantu penelitian ini. 4.3.2. Perlengkapan Pertunjukan 4.3.2.1.Kemenyan Membakar kemenyan adalah aktivitas sang penari Topeng Slarang Lor sebelum pentas dimulai. Perlakuan ini memilik makna sebagai bentuk kesadaran diri sang penari dalam memohon keselamatan pada Sang Murbeng Dumadi, Tuhan Pencipta Alam Semesta. Selain itu juga sebagai bentuk permohonan ijin dalam bentuk komunikasi batin sembari berdoa dalam kewisikan pada para leluhur dan penguasa roh halus yang ada di jagat semesta ini agar tidak diganggu, namun dilindungi secara lahir batin. Komunikasi batin dalam kewisikan dan kehening ini akan tampak manakala dibarengi dengan membakar kemenyan di atas bara yang terbakar dan kemudian menimbulkan aroma bau harum menyebar ke mana-mana. Pembakaran kemenyan sebelum pertunjukan digunakan sebagai syarat untuk memasrahkan diri pada Tuhan dalam bentuk ungkapan tasyakur atau rasa syukur. Permohon diri meminta dukungan roh para leluhur juga penguasa alam ghaib di sekitarnya agar terlindungi disaat pentas dan sesudah pentas.
58
6,7,8 11
4 9,10
3 2 5 1
Gambar 3 Sesaji atau Sajen (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) 7 4 10
8 3 6
5
Gambar 4 Sesaji atau Sajen (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
59
Keterangan gambar 3 dan 4 : 1. Wedang pahit 2. Wedang manis 3. Juanda pasar 4. Kembang pitung werna 5. Daun weringin 6. Daun salam 7. Daun alang-alang 8. Daun cindong 9. Nasi Liwet 10. Telur 11. Air kelapa ijo 4.3.2.2. .Kotak Topeng Kotak Topeng adalah wadah enam kedok atau topeng terbuat dari kayu jati yang diletakan di depan. Kotak ini difungsikan sebagaimana barang pusaka leluhur. Juga sebagai sarana artistic di saat pementasan Tari Topeng Slarang Lor. Kotak ini disisinya diberi troktok, cempala, dan sebuah kecrek. 4.3.2.3. Do’a Selain sesaji yang telah diuraikan, hal yang terpenting dalam pertunjukan berlangsung adalah mantra atau do’a yang diucapkan oleh Suwitri dan para pelaku pertunjukan. Doa tersebut adalah doa yang ditujukan pada Gustinya, pada orangtua dan leluhurnya, serta pada roh-roh halus yang berkuasa di wilayah terdekat agar dirinya diberi izin untuk melangsungkan acara, menciptakan
60
sebentuk peristiwa, agar diriya diberi keselamatan, ketenangan dan kesuksesan menyelesaikan tanggung jawanya sebagai pelaku seni dan pelestari budaya nenek moyangnya 4.3.3. Gerak Gerak yang ditarikan oleh penari pada saat pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor antara lain terdiri dari gerak Tari Topeng Endel, gerak Tari Topeng Kresna, gerak Tari topeng Panji, gerak Tari Topeng Lanyapan, gerak tari Topeng Patih, gerak Tari Topeng Klana. Tabel 4.4 Ragam Gerak Tari Topeng Slarang Lor
No 1.
Ragam Gerak
Deskripsi Gerak
Hitungan
Pasang Topeng
Pasang topeng, seblak
7-8
sampur 2 tangan.
(Foto:Irchami, April 2013)
61
2.
Lumaksana Entrakan
Mentang tangan,
1-4
tangan kiri tekuk depan puser, kaki kiri
5-8 (3X)
maju kemudian sebaliknya.
(Foto:Irchami, April 2013) 3.
Lontangan
Tangan kanan dan kiri
1-8
di depan wajah melakukan ayunan ke kanan,kiri, kaki kanan melangkah maju mundur.
(Foto:Irchami, April 2013)
1-8
62
4.
Ukel Seak
Tangan kanan ukel
1,3,5
kanan, tangan kiri ukel kiri, tangan kanan
2,4,8
bapang, tangan kiri di tarik di samping kiri belakang.
(Foto:Irchami, April 2013) 5.
Boneka (Pacak gulu golekan)
Ukel satu tangan
1,3,5,7
(tangan kanan atau kiri) kepala oglek kemudian di lakukan ke balikannya.
(Foto:Irchami, April 2013)
2,4,6,8
63
6.
Jeglongan
Mendak goyang
1-enam
pinggul jeglong ke kiri (6x), ukel kanan
7-8
seblak kiri
(Foto:Irchami, April 2013) 7.
Ukel Seak, Boneka
Tangan kana ukel
1,3,5
kanan, tangan kiri ukel kiri, tangan kanan
2,4,8
bapang, tangan kiri di tarik di samping kiri belakang. Ukel satu tangan (tangan kanan atau kiri) kepala oglek kemudian di lakukan ke balikannya.
(Foto:Irchami, April 2013)
1,3,5,7 2,4,6,8
64
8.
Lumaksana Entrak
Mentang tangan,
1-4
tangan kiri tekuk depan puser, kaki kiri
5-8 (3x)
maju kemudian sebaliknya.
(Foto:Irchami, April 2013) 9.
Giul Bunder
Goyang pinggul
1-8 (2x)
bunder, ukel seblak, dadah 2 tangan di
1-6
ayun tangan kanan di tekuk depan puser, tangan kiri mentang.
7-8 1-4 5-4
(Foto:Irchami, April 2013)
65
10.
1-2
Lumaksono Batangan
3-4 4 langkah Entrak 5-6 7-8
(Foto:Irchami, April 2013) 11.
Lepas Topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
Topeng di lepas
1-4
66
No
Deskripsi Gerak
Ragam Gerak Tari Topeng Kresna
1.
Penghormatan pake topeng muter terus riak tawa, 1x8
®Penghormatan, pasang topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
67
2.
3.
Tangan kanan mentang kesamping, tangan kiri nekuk, 2x8
®Mamplak kanan kiri
Ngembat tangan muter lapang dada, 2x8 ®Ngembat tangan muter
®Ndeglong
(Foto:Irchami, April 2013)
68
4.
5.
Ndeglong tangan samping ndengak jonggo, 3x8
Tangan kanan kiri tekuk jonggo tengah 1x8
® Ndeglong
®Lembehan maju jonggo tengah
(Foto:Irchami, April 2013)
69
6.
7.
Ukel tangan kanan maju 1-4, mundur 5-8. Sebanyak 2x8
Tangan kiri mentang ke atas, geol bokong muter 3x8
®Ngukel tangan maju mundur
®Geol bokong
(Foto:Irchami, April 2013)
70
8. Lembehan tangan lenggok jonggo kiwa tengen, 2x8
®Lembehan tangan lenggok jonggo
9. Lepas Topeng 1- 4 ®Lepas Topeng
(Foto:Irchami, April 2013)
71
No Deskripsi Gerak Ragam Gerak Tari Topeng Panji ® Keluar, Pasang Topeng
1. Keluar ngembat tangan muter nganggo topeng, 1x8
(Foto:Irchami, April 2013)
72
2.
Ngembat tangan maju gerakan pada, 2x8 ®Ngembat tangan
3.
Gerakan Kiprah dengan ukel tengah, 1x8
® Kiprah
73
(Foto:Irchami, April 2013) 4.
5.
Ukel Jangga tangan nyamping sampur ngayun tangan loro maju 2x8
® Ukel jangga
mundak Jangga mantuk maju, 2x8
® Mundak jangga
74
6.
Ngayun tangan tengah 1x8
(Foto:Irchami, April 2013) ®Ngayun tangan
7. Kembangan sampur tangan kiri, 2x8
®Kembangan
75
8.
Lepas Topeng 1x4
(Foto:Irchami, April 2013) ® Lepas Topeng
76
(Foto:Irchami, April 2013)
Ragam Gerak Tari Topeng Lanyapan Alus 1.
Jalan maju pake topeng, 1x8
® Keluar, Pasang topeng
77
(Foto:Irchami, April 2013)
2.
Tangan kanan mentang, tangan kiri tekuk, 1-4
®maplak
78
® Ngembat tangan
3.
Ngembat tangan tengah-tengah ngembat tangan muter. 5-8
(Foto:Irchami, April 2013)
4.
Ndeglong tangan kiwa tengen maju mundur. 2x8
®Ndeglong
79
® Muter lembean bokong ngegot
5.
Tangan kiri mentang, muter lembean bokong ngegot. 3x8
(Foto:Irchami, April 2013)
6.
Geol bokong, tangan kanan tekuk, maju mundur 2x8
® Geol bokong
80
® Lepas Topeng
7.
Lepas Topeng 1x4
(Foto:Irchami, April 2013)
(Foto:Irchami, April 2013)
1.
Ragam Gerak Tari Topeng Patih Jalan keluar langsung pasang topeng, 2x8
®Keluar, Pasang topeng
81
(Foto:Irchami, April 2013) 2.
3.
Kiprah nganggo tangan kosong 2x8
Nganggo jamang, tangan
®Kiprah
82
sejajar dengan kepala 1x8
®Nganggo Jamang
(Foto:Irchami, April 2013) ®Nganggo Sumping 4. Nganggo sumping, tangan samping telinga 1x8
83
®Nganggo klat 5. Nganggo klat bahu tangan setinggi bahu 1x8
bahu (Foto:Irchami, April 2013)
6..
Ukel tangan kanan depan maju kanan kiri 1-4 5-8, 2x8
®Ukel tangan maju kanan kiri
84
®Ukel tangan maju
7. Ukel tangan tengah maju 2x8
(Foto:Irchami, April 2013) ®Sandung maju mundur
8. Tangan kanan kiri telapak tangan mbuka, maju mundur 2x8
®Wolak walik tangan
85
9.
Wolak walik tangan kedepan 1x8
(Foto:Irchami, April 2013) 10. Lepas Topeng 1-4
®Lepas Topeng
86
(Foto:Irchami, April 2013)
No Deskripsi Gerak 1.
Duduk silo, diatas kursi kecil. 3x8
Ragam Gerak Tari Topeng Klana ®Njagong ing Singasana
87
®Kembangan kiwa tengen 2. Kembangan tangan kiwa tengen tangan sejajar bahu 4x8
(Foto:Irchami, April 2013) ®Kejer sikil 3. Tangan kanan diatas kaki kanan kemudian kaki kanan kejer 2x8
®Ngaca
88
4.
Ke dua tanga kedepan telapak tangan mbuka, 1x8
(Foto:Irchami, April 2013) 5. Pasang Topeng 1x8
®Pasang Topeng
®Gemuyu
6..
®Gemuyu
89
Kedua tangan memegang topeng, kepala muter,tertawa 2x8
(Foto:Irchami, April 2013)
7. ®Ngaca Ke dua tanga kedepan telapak tangan mbuka, sambil berdiri 1x8
8.
90
®Maju mundur Kedua tangan lurus kedepan, kaki maju mundur 2x8
(Foto:Irchami, April 2013) 9. Kedua tangan disamping telinga setinggi bahu, 3x8
®Ngingkap jonggo
91
®Kejer sikil
10. Tangan kanan diatas kaki kanan kemudian kaki kanan kejer, berdiri 2x8
(Foto:Irchami, April 2013) 11. Tangan kiri memegang topeng,kepala muter,tertawa 2x8
12.
®Gemuyu
92
®Ndedeleh Gerak gandrung dengan mendekati anakanak (penonton)
(Foto:Irchami, April 2013)
®Godhodan Keris
13. Tangan memgang keris dan saling menarik (Rebutan Keris) 3x8
®Lepas Topeng
14. Lepas Topeng 1-4
93
(Foto:Irchami, April 2013)
4.3.4. Iringan Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor diiringi dengan gamelan Jawa berlaras slendro dan gamelan yang digunakan terbuat dari besi. Adapun gamelan yang digunakan dalam pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor. antara lain: Kendang, Bonang Penerus, Bonang Barung, Demung, Saron I , Saron II, Peking, Gong Kempul, Kethuk Kenong, dan Kecrek. Untuk jenis iringan yang digunakan dalam pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor ditandai dengan iringan bebuka. Iringan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan penonton. Berikutnya dilanjutkan dengan iringan tari Topeng Slarang Lor yaitu iringan untuk penari Topeng Endel.
94
Tari Topeng Endel dibawakan dengan iringan musik gamelan Ombak Banyu, tari Topeng Kresna dengan iringan Blenderan praliman, tari Topeng Panji dengan iringan Ketawang Gunung sari, tari Topeng Lanyapan dengan iringan Lancaran Malangan, tari Topeng Patih dengan iringan
Lancaran Bendrong
Tegal, tari Topeng Klana dengan iringan Gongjing Truntung, kemudian dilanjutkan iringan penutup sembari mengedarkan nampan atau baskom wadah uang saweran dari penonton. Acara berakhir dengan doa penutup.
Lcr. Ombak Banyu SI.m 2 6 N
5 2
W‐A Lcr. Blenderan Praliman
Bk :
2 2
(Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Ktw. Gunung Sari SI.m
6
95
6 6
W‐B (Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Lc. Malangan SI.6 6 5 N
6
W‐A (Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Lc. Bendrong Tegal SI.9 5 6 N
5 (Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
Lc. Gonjing Truntung SI.9
96
5 5 N
W‐A (Dokumentasi:Casmadi, April 2013)
4.3.5. Tata Rias dan Busana Tata rias wajah yang digunakan oleh penari Topeng Slarang Lor dilakukan cukup sederhana. Setelah berdandan, wajah sang penari diberi bedak dan polesan makeup yang tipis. Hal ini dikarenakan penari akan tampak segar dan berseri sebelum menggenakan kedok atau topeng. Riasan wajah selalu diperbaiki agar dijaga kesegaran dan kerapihannya menjelang tarian berikutnya. Demikian secara terus-menerus riasan dijaga dan dibenahi pada setiap pentas enam jenis Tari Topeng Slarang Lor.
97
Gambar 5 Alat-alat rias (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) Keterangan gambar 5 : 1. Pensil alis warna hitam 2. Lipstik 3. Bedak tabur 4. Fondition 5. Eyshadow 6. Cermin 7. Jepet rambut 8. Gel 9. Sisir
98
10. Bulu mata 11. Lem Bulu mata 12. Pensil Lyner 13. Kuas Blash on
1
2
3
Gambar 6 Tata Busana (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
Keterangan gambar 6 : 1. Sampur 2. Mekak Hitam 3. Batik
99
4.3.6. Topeng Wanda atau pamor yang ada pada warna atau garis Topeng pada Tari Topeng Slarang Lor tidak hanya befungsi sebagai property saja, namun juga merupakan urutan cerita dan kejadian yang hendak disampaikan pada penonton. Setiap wanda memiliki karakter khusus yang mendukung pemaknaan dan filosofi dari enam tarian dan enam wanda topeng yang telah disiapkan.
Gambar 7 Wanda Endel (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
100
Kedok Endel atau topeng ber wanda atau wajah perempuan cantik ini memiliki pamor yang khas. Wajah putih dan bibir yang merah, matanya sipit dengan alis yang lentik dan terdapat ukelan rambut di dahi dengan hiasan yang indah. Wajahnya begitu teduh, serta barisan gigi yang rapih.
Gambar 8 Wanda Kresna (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) Kedok Kresna adalah Topeng ber wanda seorang gadis atau pria yang beranjak dewasa. Di usia remaja wajah bergurat putih kemerah-merahan dengan
101
mata hitam yang tajam, hidung yang bangir, dan dagu yang lancip. Sedang di atas dahinya tampak ukelan rambut tertata rapih dengan sedikit hiasan mahkuta yang indah.
Gambar 9 Wanda Panji (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) Kedok Panji atau Topeng ber wanda atau wajah putih, dengan mata yang tajam, alis mata yag lembut dan bibir yang merah dengan lapisan gigi yang rata. Ia
102
berada pada kondisi manula. Sudah tidak meiliki daya upaya, laksana bayi yang baru lahir. Gerakannya lembut, ritmik dan kecil-kecil langkahnya.
Gambar10 Wanda Lanyapan Alus (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) Kedok Lanyapan Alus atau Topeng ber wanda atau wajah kuning semu merah ini memiliki wajah yang ceria. Hidungnya bangir, matanya awas, alis matanya melengkung tajam, bibirnya tipis bergaris merah, dan lapisan giginya
103
sangat rapih. Di dahinya tergurat garis keemasan yang menunjukkan trah kesatria keturunan Bhatara Wisnu mengalir kebawah sampai ke Jambangnya.
Gambar 11 Wanda Patih (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) Kedok Patih atau Topeng ber wanda atau wajah gagah, muka sangar dan berwibawa. Kedok Patih sosok lelaki yang bermata jalang, berkumis baplang, berjanggut panjang serta berjambang. Sedang di dahinya terpampang tanda seorang yang memiliki jabatan penting dan berambisi menduduki suatu jabatan
104
yang tinggi. Laksana seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab atas keluarganya.
Gambar 12 Wanda Klana (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) Kedok Klana atau Topeng ber wanda muka merah, berkumis tebal, berjambang dengan mata melotot dan dagu yang lancip serta gigi yang putih
105
tersusun kedepan menampakan pamor seorang lelaki yang garang gagah dan sangar. 4.3.7. Penonton Para penonton pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, adalah para bapak-bapak dan ibu-ibu serta anak- anak yang ada di lingkungan desa atau di wilayah sekitar kegiatan pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Kabupaten Tegal.
Gambar 13 Penonton (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013) Para penonton berdatangan mengelilingi area pentas. Setiap pergantian jenis tarian, terdengar suara riuh tepuk tangan dan kepenasaran penonton untuk
106
menyaksikan tarian berikutnya. Kegiatan pentas Suwitri selalu dinanti oleh masyarkat sekitar. Tepuk tangan dan surak para penonton merupakan inspirasi positif lestarinya tari Topeng Slarang Lor. Menariknya kain batik di Kabupaten Tegal pun memberi factor artistic yang menarik juga dan memiliki nilai-nilai sejarah yang terpendam. Pada pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor terjadi interaksi sosial antara pemain (penari) dan penonton. Tanpa undangan resmi pun mereka berdatangan secara bergerombol mencari tempat dan posisi sendiri-sendiri untuk menyaksikan pertunjukan tersebut dengan santai. Sehingga mereka bisa menangkap apa dan bagaimana pertunjukan tersebut bisa dirasakan dalam memberikan pencerahan dalam batinnya. Pada kenyataannya penonton pertunjukan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, menyambut dengan ramah sepenuh kegembiraan. Hal ini dikarenakan masyarakat setempat jarang memperoleh hiburan yang mencerahkan berupa pementasa tari topeng. Apa lagi tarian yang akan dibawakannya enam jenis yang dirunut dalam bentuk peristiwa ritual sebagai ungkapan rasa syukur. Masyarakat yang terdiri dari orang tua, pemuda-pemudi dan anak-anak tentu saja saling berinteraksi untuk bersama berkumpul di tempat yang lapang dimana seperangkat gamelan tengah ditabuh dengan irama yang menarik semua orang yang mendengar datang ke pusat suara gamelan yang dimainkan. Rasa ketertarikan masyarakat Slarang Lor Kecamatan Dukuh Waru Kabupaten Tegal ini dikarenakan semenjak jenis tari Topeng tidak laku lagi di pasarkan sebagai
107
hiburan tanggapan yang biasanya digabungkan dengan pentas wayang Cepak, sudah berpuluh tahun tidak dilakukan lagi. Tradisi mengamen yang dilakukan Suwitri sebagaimana di tahun 70-80an pun sudah tidak dilakukan lagi karena faktor usia dan gamelan serta alat pendukungnya sudah dijual guna memenuhi kebutuhan pangan. Tidak adanya tamu-tamu yang datang bertamu dan menanggap Suwitri untuk memainkan enam Jenis Tarian Topeng merupakan sebuah tontonan yang lama dinantikan dan dirindukan. 4.4.
Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor terdiri dari: 1) Awal
Pertunjukan yaitu Upacara Ritual, 2). Inti Pertunjukan yang didalamnya menampilkan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, 3). Akhir Pertunjukan yang merupakan penutup dari pertunjukan dengan diakhiri adegan Saweran. 4.4.1. Awal Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Pertunjukan tari Topeng Slarang Lor diawali dengan pengrawit menabuh iringan bebuka. Pengrawit menabuh gamelan untuk mengundang para penonton agar mendatangi sumber suara yang berasal dari pekarangan dekat rumah Suwitri. Dari dalam rumah, Suwitri melakukan upacara ritual, Suwitri membawa sebuah paso tebikar kecil berisi air dan kembang werna pitu. Anaknya yang bernama Purwanti mengikutinya dari belakang. Purwanti membawa pedupan berisi arang yang sudah membara dan sebungkus kemenyan. Mereka menuju ke sebuah tempat di sudut pekarangan, dimana tempat tersebut akan dijadikan latar belakang pentas pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor.
108
Suwitri kemudian melakukan gerakan berdoa sembari komat kamit memohon keselamatan dan ucap sukur yang lirih. Anak perempuannya yang bernama Purwanti terus menyalakan pedupan dan menaburi kemenyan. Doa tersebut adalah doa yang ditujukan pada Gustinya, pada orangtua dan leluhurnya, serta pada roh-roh halus yang berkuasa di wilayah terdekat agar dirinya diberi izin untuk melangsungkan acara, menghasilkan sebentuk peristiwa, agar diriya diberi keselamatan, ketenangan dan kesuksesan menyelesaikan tanggung jawanya sebagai pelaku seni dan pelestari budaya nenek moyangnya.
Gambar 14 Ritual (Foto:Irchami Putriningtyas, April 2013)
109
Suwitri berdoa ungkapan rasa syukur, karena telah diberi kemampuan oleh Yang Maha Kuasa sehingga Suwitri dan leluhurnya dipercaya sebagai pelaku seni khususnya p4enari topeng Slarang Lor yang tujuannya selain menghIbur, juga memberikan bentuk ajaran dan ujaran serta laku lampah yang baik. Setelah cukup lama berdoa, Suwitri kemudian bangkit merapihkan beberapa dekorasi yang akan menjadi latar pertunjukannya. Ada beberapa kain batik Khas Tegal dipasang dibelakang pementasan tari Topeng Slarang Lor. Kain batik, bukan semata dijadikan sebagai layar adegan. Namun dimaksudkan untuk menunjukkan makna filosofi serta makna-makna histori yang heroik dan tinggi nilainya. Setelah itu Suwitri menaburkan sisa buga dan memercikkan air dari dari paso kecil di bantu beberapa orang agar menyebar ke seluruh lapang pekarangannya. Ini dimaksudkan agar seluruh ruang pentas dan para penonton diberi keberkahan dan keselamatan mulai dari awal pertunjukan hingga akhir oleh Tuhan Yang Maha Esa. 4.4.2. Inti Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Bagian inti pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor, berupa gerak tarian Suwitri menarikan enam janis tari Topeng Slarang Lor. Satu persatu tarian dimainkan sesuai dengan menyebutkan nama-nama jenis tariannya. Tarian ini didalam pertunjukannya menggunakan enam jenis Topeng dan
enam jenis
iringan musiknya secara khas. Adapun ciri khas tari Topeng Slarang Lor Tegal, terletak pada gerak tarinya yang bervariasi. Tariannya secara runut menceritrakan kejadian alam semesta, serta polah laku manusia di dalam kehidupannya.
110
1. Tari Topeng Endel Tari Endel berarti pembuka. Secara filosofis maknanya adalah telah dIbukanya alam semesta jagat raya ini oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dimana Gusti Sang Murbeng Dumadi selesai menciptakan alam dan isinya untuk kehidupan manusia. Saat ditarikan gerakan endel, tampak wujud penarinya menjadi seorang perempuan yang cantik jelita, berwajah ceria, gandes, lenjeh dan centil, laksana bidadari yang turun dari langit. Ungkapan ini dimaknai sebagai bentuk kebahagian manusia (adam dan hawa) saat pertama kali diturunkan ke dunia. Dalam wujud penari endel diharus kan berpakaian serba kuning keputih-putihan. Hal ini dimaknai sebagai wujud kesadaran akan cahaya sebagai wujud kehadiran diri dan Tuhannya. 2. Tari Topeng Kresna Tarian ini bermakna filosofi Pangeweruh. Hal ini karena Sri Kresna dalam cerita Hindu Mahabarata adalah Raja Dwarawati yang dikenal sebagai dewa kamanungsan. Dalam tari Topeng Kresna mampu memberi tanda akan datangnya peristiwa yang akan terjadi akibat laku manusia di masa lalu. Dalam tarian ini Prabu Kresna memberikan tuturan, ajaran dan sebuah bagaimana peristiwa itu akan terjadi. Tarian Kresna ini menyimbolkan hadirnya manusia di bumi akan diwarnai oleh peperangan dan perseteruan. Karena itu semua adalah ungkapan nafsu duniawi pada diri manusia.
111
3. Tari Topeng Panji. Tari Topeng ber-wanda Paji, berarti kelahiran. Ini menceriterakan awal pertama kali manusia lahir dari rahim Ibunya (keturunan pertama Adam dan Hawa) dari alam kandungan hingga bisa melihat alam sekeliling dunianya. Tari Topeng Panji merupakan simbol manusia lahir dalam keadaan suci bersih dan tidak memiliki dosa serta kemampuan daya apapun. Tarian ini digambarkan dengan gerakan-gerakan kecil yang menyimbolkan kesadaran manusia tumbuh dan berkembang dari hal-hal kecil yang mempengaruhi kesadaran diri atas lingkungan yang meliputi dan mempengaruhi dirinya. Gerakan Tari Paji ini bermakna kita sewaktu lahir tidak mampu berbuat sesuatu yang besar atau kecil. Begitu juga setelah tua, manusia ketika berusia lanjut dan mendekati ajalnya akan berperilaku seperti anak kecil. 4. Tari Topeng Panji Lanyapan Panji Lanyapan yang artinya mencari. Tari Topeng Panji Lanyapan ini menceritakan proses pencarian setelah manusia itu mencapai kesadaran wujudnya akan bertambah besar dan dewasa. Proses pertumbuhan ini diwujudkan dalam bentuk gerakan manusia melakukan pencarian, karena butuh akan pangan, ilmu pengetahuan dan pergaulan sosial di lingkungannya. Dalam tarian Panji Lanyapan ini gerakan penari banyak maju mundur, berputar dan bentuk aktifitas bergairah yang menggembirakan. 5. Tari Topeng Patih Tari Topeng ber wanda Patih ini digambarkan dalam bentuk muka lelaki berkumis
dalam wajah
berwibawa, warna
merah
muda yang
artinya
112
tanggungjawab. Penari Topeng Patih; dimaknai sebagai seseorang yang sudah dewasa dan sudah mendapat pasangan hidup, maka harus mampu bertanggung jawab. Dalam penari Topeng Paih, sebagai manusia tentu saja harus mampu bekerja, mengurus keluarga, memiliki keturunan dan menempuh karirnya sebagai tokoh yang dikenal di masyarakat. 6. Tari Topeng Klana Tari topeng ber wanda (wajah, raut muka atau pamor) Klana artinya adalah Kuasa. Tarian ini dimaknai sebagai wujud manusia dewasa yang sudah mencapai pada tahap ekonomi yang mapan. Ketika sudah mampu mencapai puncak karirnya sebagai tokoh masyarakat, serta secara duniawi telah berkecukupa,
maka akan memiliki nafsu untuk berkuasa. Kesadaran nafsu
duniawi manusia yang seperti ini cenderung menguasai orang disekitarnya. Hal ini tumbuh dari nafsu lahirnya untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Sikap Penari Topeng Klana selalu menggerakkan langkah besar dan menunjukan sikap jumawa, adigang adigung adiguna. Sebagaimana seorang raja yang berkuasa dan menginginkan apa saja agar terlaksana. Tarian ini digambarkan pula sebagaimana Raja Rahwana dalam Cerita Hindu Kitab Ramayana dikisahkan Rahwana gandrung katresna (Kepikat atau tergila-gila) pada Dewi Widowati yang ada dalam tubuh sang Dewi Shinta. Kesadaran ini disebut kesadaran Cita, Sang Banaspati Raja. Seluruh sifat dan karakter pada wanda topeng gaya Tegal (wajah Topeng Slarang Lor) ini sangat masuk akal sebagaimana ajaran agama-agama yang ada di
113
bumi ini. Sehingga kodrat manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, awal dan akhir kehidupannya tidak bias lepas dari kesadaran akan adanya nafs atau nafsu yang lahir dan berkembang dalam kehidupannya. Selanjutnya setiap pementasan tarian topeng dengan enam wanda ini diakhiri dengan tarian Topeng “panji” lagi. Meski wandanya sama, namun pemakmaknaanya berbeda. Tari berwanda Panji di akhir pagelaran adalah simbol dari bentuk kesadaran manusia di masa tua. Kita ketahui setelah tua dan mulai renta, manusia berubah kembali menjadi seperti bayi dan bersiap memasuki masa akhir kehidupan (meninggal dunia). 4.4.3. Akhir Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Pada pertunjukan penutup, merupakan pertunjukan terkhir yang ditandai dengan munculnya musik penutup, yang biasanya dinamai bubaran. Berbarengan dengan munculnya musik ini seseorang berputar meminta dukungan dana, berupa saweran. Adapun nilai rupiahnya bisa berfariatif sesuai dengan selera dan pemberian penonton. Setelah pertunjukan berakhir seluruh pelaku pertunjukan dan segenap panitia serta kru pertunjukan berkumpul dan berdo’a untuk keselamatan dan secara bersama-sama mengucapkan rasaya syukur, karena pertunjukan telah berlangsung dengan selamat dan lancar. Tradisi saweran ini dilakukan sebagaimana Suwitri ngamen keliling bersama keluarganya, karena kemampuan kesenian yang dimilikinya hanya bisa dilestarikan dengan cara mengamen. Jika tidak ada yang menanggap, memberi job atau digabung bersama pertunjukan Wayang Cepak seperti di masa lalu dalam kejayaan pertunjukan Wayang Cepak, Wayang Menak, atau disebut juga Wayang Papak.
114
4.5
Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor Tabel 4.5 Tari Topeng Endel
Gambar
Gerak Tari Topeng Endel
Pasang Topeng
Makna Simbolik •
Menggunakan wajah baru melepas sosok pribadi penari berubah
ke sosok yang
ditokohkan.
2.
Lumaksana Entrakan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
•
Membuka kesadaran diri manusia sebagaimana wajibnya manusia memperoleh ilmu pengetahuan
115
3.
Lontangan
•
Membuka pemahaman tentang awal kejadian alam semesta.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
4.
Ukel Seak
•
Membuka hati sanubari manusia
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
116
5.
Boneka (Pacak gulu golekan)
•
diturunkannya adam dan hawa ke dunia
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
6.
Jeglongan
•
Membuka pemahaman bahwa gangguan pasti akan datang
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
117
7.
Ukel Seak, Boneka
•
Membuka hati sanubari manusi supaya berlaku baik dalam kehidupan ini
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
8.
Lumaksana Entrak
•
Membuka kesadaran diri manusia sebagaimana wajibnya manusia memperoleh ilmu pengetahuan
118
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
9.
Giul Bunder
•
hidup yang seimbang dengan kondisi alam sekitarnya.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
10.
Lumaksono Batangan
•
Membuka kesadaran manusia tentang kehidupan setelah mati atau jalan menuju kematian.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
119
11.
Lepas Topeng
•
melepaskan diri dari wujud lain yang telah kita perankan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Wanda Endel
•
Warna putih = suci dan bersih hatinya
•
Bibir merah = berani mengungkap kebenaran dan kejujuran.
•
Gigi rapih =
120
Kehalusan diri pribadi yang bisa dilihat bagaimana ia berucap dan bekata-kata •
Mata sipit = memiliki pandagan yang dalam serta senang menyimpan dan mensyiarkan rahasia alam semesta.
•
Alis lentik = Kelembutan yang
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
menunjukkan watak watek i keluarga ningrat . •
Ukelan rambut di dahi= daya tarik seksual yang dapat memikat kawan dan lawan. ini menunjukkan trah bangsawan atau yang dihormati.
•
Wanda Endel menggambarkan Sosok wanita berparas cantik dan berhati baik yang di utus oleh
121
Tuhan membuka rahasia asal muasal kehidupan di alam jagat raya ini.
•
Iringan Ombak Banyu
air ombak di laut dan
seperti awan berlekuk.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
alunan naik turunnya
122
Tabel 4.6 Tari Topeng Kresna
Gambar
Gerak Tari Topeng Kresna
®Penghormatan, pasang topeng
Makna Simbolik •
Menujukkan rasa hormatnya kepada anak cucu Adam dengan mengganti sosok diri pribadi menjadi tokoh yang diperankan.
123
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
2.
®Mamplak kanan kiri
•
Menyampaikan risalah kehidupan manusia di masa lalu dan di masa yang akan datang.
3.
®Ngembat tangan muter
•
Menyapaikan kabar tentang baik buruknya manusia.
124
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
4.
®Ndeglong
•
menjaga lubang kehidupa (lubang telinga, mata, hidung, mulut dan lubang kemaluan, agar digunakan di jalan yang benar.
5.
®Lembehan maju jonggo tengah
•
manusia berlaku baik untuk memperoleh kemajuan ilmu pengetahuan
125
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
6.
®Ngukel tangan maju mundur
•
mengatur hawa nafsunya sehingga ia selalu siap menghadapi masa enak dan tabah di masa akan datang.
7.
®Geol bokong •
menunjukan naluri kecantikan dan kejantananya sehingga bisa hidup berpasang-
126
pasangan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
8.
®Lembehan tangan lenggok jonggo
•
Bergerak mengajarkan tentng keteguhan jiwa dalam menjalani hidup dan siap menerima tantangan.
9.
®Lepas Topeng
•
melepaskan diri dari wujud lain yang telah kita perankan.
127
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Wanda Kresna
•
Warna putih kemerahmerahan = Menunjukkan Kesucian hati atas kebenaran yang hakiki
•
Mata hitam tajam = pandangan yang luas menyimpan pengalaman dan pengetahuannya tentang kehidupan di masa lalu dan di masa yang akan datang.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
•
Hidung bangir = gagah, menawan dan Tajam penciumannya membut disegani
128
kawan dan lawan. •
Dagu lancip = figur kesatria dan memiliki trah raja.
•
Ukelan rambut di dahi = Simbol yang memberikan ketegasan akan posisinya sebagai keturunan bangsawan yang menawan.
•
Hiasan mahkuta = Pewaris raja dan titisan dewa yang sudah bisa diketahui dari laku lampah semenjak mudanya.
•
Wanda Kresna menggambarkan Sosok raja manusia titisan dewa atau utusan Tuhan yang diberikan pengetahuan luar biasa sehingga ia dapat mengetahui masa lalu dan masa yang akan datang Sehingga sangat ditakuti oleh kawan
129
dan lawan.
Iringan
•
Blenderan=langkah,
Praliman = Gajah
Blenderan Praliman
anakan yang
menyimbolkan
langkah-langkah besar
dan gagah dari seekor
gajah yang tengah
belajar berjalan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Tabel 4.7 Tari Topeng Panji
Gambar
Gerak Tari Topeng Panji
® Keluar, Pasang Topeng
Makna Simbolik •
Menggunakan wajah baru melepas sosok
pribadi penari berubah
ke sosok yang ditokohkan.
130
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
2.
•
®Ngembat tangan
Memberikan pencitraan manusia
yang rendah hati.
131
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
3.
® Kiprah
•
Peran = berperan sebagai anak yang
baru lahir atau bisa
juga orang tua yang sudah sepuh, berjiwa
bersih, suci dalam
pikiran dan perbuatan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
4.
® Ukel jangga
•
Bergerak dengan hatihati menangkap suatu kebaikan dan disimpannya dalam hati
132
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
5.
•
® Mundak jangga
Meningatkan diri dengan menjalani kebaikannya serta menggunakan pengetahuannya ada di jalan kebaikan dan kebenaran yang hakiki.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
6.
•
®Ngayun tangan
Berani menolak ajakan dan
pengetahuan yang
salah.
133
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
7.
•
®Kembangan
Ilmu pengetahuannya yang dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
8.
® Lepas Topeng
•
melepaskan diri dari wujud lain yang telah
kita perankan.
134
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Wanda Panji
•
Warna putih = simbol Kesucian dan
kemurnian hati.
•
Mata tajam = pandangan hidupnya
lurus dan terarah. •
Alis mata lembut =
pribadi yang sejuk ,
tenang dan lembut
•
Bibir merah = daya tarik
kecantikannya
sangat mengesankan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
•
Gigi rata = jiwa yang kuat dan setiap kalimat yang diucapkan tertata dengan baik.
•
Wanda Panji menggambarkan sosok jiwa yang bersih, dan suci baik pikiran, hati, ucapan dan laku lampahnya.
135
•
Iringan
kesejukan dan udara yang dingin di
Ktw. Gunung Sari
suasana yang cerah seperti di
pegunungan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Tabel 4.8 Tari Topeng Lanyapan Alus
Gambar
Gerak Tari Topeng Lanyapan Alus
® Keluar, Pasang Topeng
Makna Simbolik •
Menggunakan wajah baru melepas sosok pribadi penari berubah ke sosok yang ditokohkan.
136
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
2.
® maplak
•
Menunjukkan kegemaran sang gadis dalam menggali ilmu pengetahuan dan berpenampilan anggun dalam menjalani kehidupan
137
3.
® Nyembat tangan
•
Selalu siap memilih mana yang baik dan benar.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
4.
® ndeglong
•
Bergerak dengan kekuatan hati dan sanubari menuju citacita.
138
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
5.
® Muter lembean bokong ngegot
•
Siap menghadapi tantangan dalam menggali ilmu pengetahuan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
6.
® Geol bokong
•
Gemar menunjukan kecantikan dan jati dirinya.
139
7.
® Lepas Topeng
•
melepaskan diri dari wujud lain yang telah
kita perankan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Wanda Lanyapan Alus
•
Warna kuning semu merah = Kedewasaan yang tumbuh atas keteguhan hati keberanian
•
Hidung bangir = Cantik, menarik ,tajam penciumannya.
•
Mata awas = Memiliki
140
pandangan yang luas. •
Alis mata melengkung tajam = Halus budi pekertinya.
•
Bibir tipis bergaris merah = Selalu tampil manis dan mengesankan serta berani berkata benar.
•
Lapisan Gigi rapih = berjiwa bersih dan berfikir sehat gemar
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
mengucap kata yang bermanfaat •
Dahinya tergurat garis keemasan = symbol keagungan dan sikap terpuji mucul dari pikirannya yang bernar.
•
Wanda Lanyapan Alus menggambarkan Sosok pribadi perempuan yang cantik, menarik, pintar dan selalu tampil membuat simpatik, membuat senang
141
orang yang memandang.
•
Iringan
manusia hidup harus
Lc. Malangan
sanggup memilih
kemana arah yang
dituju, tidak boleh kebingungan dan
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Tabel 4.9 Tari Topeng Patih
berdiam di tengah kemalangan hidupnya.
142
Gambar
Gerak Tari Topeng Patih
® Keluar, Pasang Topeng
Makna Simbolik •
Menggunakan wajah baru melepas sosok
pribadi penari berubah
ke sosok yang ditokohkan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
2.
®Kiprah
•
Peranan= Menunjukkan
143
perannya sebagai pemimpin yang gagah berani.
3.
•
®Nganggo Jamang
Menunjukan ketampanan dan
keyakinan diri lebih
baik dari kawan dan lawan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
4.
®Nganggo Sumping
•
Menunjukkan sikap yang tegas, awas
144
dalam bertindak dan pendengaran yang tajam.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
5.
•
®Nganggo klat bahu
Membanggakan diri atas jabatan yang
diemban dan
dipercayakan dan menjadi tanggung
jawabnya.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
145
6.
®Ukel tangan maju kanan kiri
•
Menggunakan kekuatan hati untuk mencapai harapan dan keinginannya dengan sikap berani menghadapi tantangan yang baik dan buruk.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
7.
®Ukel tangan maju
•
Menggunakan hati dan sanubarinya untuk melangkah maju mencapai cita-cita.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
146
8.
®Sandung maju mundur
•
Kuat dalam memperjuangkan citacitanya serta berani mengadapi tantangan yang kerap kali menghadang.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
9.
®Wolak walik tangan
•
Figur pemimpin yang mau bekerja keras membanting tulang demi tanggung jawabnya.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
147
10.
®Lepas Topeng
•
melepaskan diri dari wujud lain yang telah
kita perankan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Wanda Patih
•
Warna merah muda = Tingkat keberanian
dan tanggung jawab
yang tinggi •
dan berpandangan
luas. •
Mata jalang = Awas
Kumis baplang = ditakuti dan disegani.
•
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Janggut panjang = luhur cita-citanya.
•
Jambang = jiwa yang tegar dan jantan.
148
•
Dahinya terpampang tanda kupu-kupu merentangkan sayap = jiwa kepemimpinan bebas merdeka dengan pemikiran dan cita-cita yang luas.
•
Wanda Patih menggambarkan Sosok pemimpin yang bertanggung jawab, berjiwa pemberani serta bercita-cita tinggi mencapai kejayaan dan kemulyaan.
Iringan
Bendrong Tegal
•
manusia asal Tegal
memiliki spesifikasi
tersendiri dalam
berkehidupan sosial.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
149
Tabel 4.10 Tari Topeng Klana
Gambar
Gerak Tari Topeng Klana
®Njagong ing Singasana
Makna Simbolik •
Duduk di Singgasana Raja.
Menunjukkan
kekuasaan yang telah
dicapainya sebagai
Raja.
2.
•
®Kembangan kiwa tengen
Mempertunjukkan ilmu kanuragannya
yang terkenal dan
kepiawaian dalam menundukkan kawan
dan lawan.
150
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
3.
•
®Kejer sikil
kekuatan pribadi dan ketegaran sikap serta
laku lampah yang
keras kepala.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
4.
•
®Ngaca
orang yang percaya diri dan selalu
menjaga
penampilannya agar tetap gagah dan
disegani semua kawan
dan lawan.
151
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
5.
®Pasang Topeng
•
Merubah diri pribadi menjadi sosok lain dengan menggunakan wajah yang lain dan menceritrakan kisah kehidupannya dalam tarian.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
6.
® Gemuyu
•
kebahagiaan dan pengakuan diri yang kuat tanpa tanding.
152
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
7.
®Ngaca
•
orang yang percaya diri dan selalu menjaga penampilannya agar tetap gagah dan disegani semua kawan dan lawan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
8.
®Maju mundur
•
Menunjukkan Keyakinannya yang kuat saat berada di depan dan di belakang tetap saja tidak ada bedanya.
153
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
9.
•
®Ngingkap jonggo
Menyingkap Derajat kemulyaan = menunjukkan watak bangga serta sombong, adigung adiguna pada kedudukannya sebagai raja.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
10.
•
®Kejer sikil
Memberi makna kekuatan pribadi dan
ketegaran sikap serta
laku lampah yang keras kepala.
154
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
11.
® Gemuyu
•
kebahagiaan dan pengakuan diri yang kuat, tanpa tanding.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
12.
®Ndedeleh
•
Menunjukan jiwa yang tegas, angkuh dan sombong seperti peduli dengan lingkungan kanan dan kirinya padahal ingin menunjukkan jati dirinya yang gagah.
155
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
13.
•
®Godhodan Keris
Sikap berkuasa yang berlebihan, watak
kejam dan merasa
paling kuat selalu ditonjolkan meski
kadang itu hanya olok-
olok saja agar tidak
hilang wibawanya.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
14.
®Lepas Topeng
•
melepaskan diri dari wujud lain yang telah
kita perankan.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
156
Wanda Klana
•
dan berani.
Warna merah = kuat
•
Kumis tebal = gagah dan sangat ditakuti.
•
Jambang = Tegar dan jantan.
•
Mata melotot = Kuat dan awas
pandangannya.
•
Dagu lancip = Trah raja yang disegani.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
•
Gigi putih tersusun kedepan = Berprinsip sangat kuat dan berdedikasi tinggi serta bertanggung jawab dengan apa yang telah dikatakannya.
•
Wanda Klana menggambarkan Sosok pribadi yang sangar, tegar, berani,
157
kuat dan sangat berkuasa.
•
Iringan Gonjing Truntung
keagungan seorang
Raja yang tengah
berkuasa.
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Kebesaran dan
158
Tabel 4.11 Tata Rias dan Busana Tari Topeng Slarang Lor Tata Rias wajah
1. Penebalan alis = Menegaskan keyakinan
1
diri
2
2. Pemerah pipi =
Menunjukan keberanian
dan ketegaran
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
1. Tari Endel
Tata Rias Rambut
•
Kondisi rambut digelung rapih ke belakang = Simbol keanggunan dan
pribadi yang cantik dan menarik bagaikan bidadari dari kahyangan. 2.Tari Kresna
159
Tata Rias Rambut Tari Topeng Endel
•
Kondisi rambut dirumbaikan secara lurus
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
kebelakang sedang kepalanya diberi mastaka
atau mahkota = Simbol
dari jiwa yang merdeka
berpandangan luas, berderajat kesatriaan dan
memiliki kejantanan.
3.Tari Panji •
Kondisi rambut disanggul
kembali dan kepalanya
berhiaskan mustaka =
Simbol pribadi yang rapih, bersih serta sosok yang
suci dan agung.
4. Tari Lanyapan Alus •
Kondisi Rambut digelung
secara rapih = Simbol
dari pribadi yang rapih, bersih dan berbudi pekerti
tinggi serta halus dan
lembut perangainya.
5.Tari Patih •
Kondisi rambut gelung
160
cepak menggenakan
mahkuta = Menunjukkan sosok pribadi yang kuat ,
tegar dan pejuang serta
pemimpin yang tangguh. enam.Tari Klana
•
Kondisi rambut digeraikan
kebelakang dengan rapih,
memakai mahkota =
Simbol dari jiwa yang berkuasa ,berpandangan
luas, bercita-cita tinggi,
berderajat sesosok Raja
Tata Rias Busana
yang mengagungkan kekuatan dan kejantanan. 1. Tari Endel •
Kostum yang keemasan, dan kain batik tegal yang berwarna semu kuning keemasan = Membentuk pribadi yang cantik, mewah, indah dan menawan sehingga tampak sebagai sosok yang telah mencapai puncak derajat yang berbudi luhur.
161
2.Tari Kresna
•
Kostum yang dipakai serba kuning dan keemasan = Membentuk pribadi yang tampan , mewah, indah dan menawan sehingga tampak sebagai sosok yang agung serta luhur budinya.
3.Tari Panji •
Kostumnya serba putih dan kain batik yang digunakan liris putih berlurik hitam dengan warna serba putih dan bunga yang berwarna putih = Perlambang pribadi yang suci dan bersih serta menunjukkan kepribadian yang baik, menarik dan cantik.
4.Tari Lanyapan Alus •
Tari Lanyapan alus menggunakan kostum bernuansakan serba putih
162
dengan Kain Batik Tegal paduan warna putih semu kuning serta tambahan ornament hiasan tubuh dan selendang berwarna emas = simbol kesucian serta pikiran generasi muda remaja yang berperilaku bersih, baik dan cantik dalam menggapai gairah kehidupan dan mencapai kemewahan.
5.Tari Patih •
Kostum bernuansakan merah dan Kain Batik Tegal warna kuning keemasan = Berani meraih puncak tanggung jawab sebagai pemimpin mencapapai kemewahan dan menggapai derajat kesuksesan dalam berkarir.
6.Tari Klana •
Kostum bernuansakan
163
merah dan paduan kain Batik serta selendang warna keemasan = Berani meraih puncak kemewahan dan mencapai derajat kesuksesan.
•
Mustaka
Mustaka = Mastaka dan dikenal
juga
sebagai
mahkota
atau
penutup
kepala terbuat dari bahan
logam berwarna keemasan
bertatahkan
mas
dan
permata, maknanya adalah
puncak
dari
derajat
manusia. Karena hanya
seorang Raja atau Ratu yang boleh memakainya.
Tabel 4.12 Perlengkapan Pertunjukan N Perlengkapan Pertunjukan
Keterangan
o. 1.
Kemenyan
•
Membakar kemenyan memilik makna sebagai
164
bentuk kesadaran diri sang penari dalam memohon keselamatan pada Sang Murbeng Dumadi Tuhan Pencipta Alam
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
Semesta. 2.
Sesaji atau Sajen
1. Wedang pait- wedang manis simbol dari kehidupan ini kita harus siap menerima manispahitnya dunia), 2. Juada Pasar menyimbolkan manusia hidup harus berpedoman pada waktu, neptu dan hari pasaran agar hidup selaras, wajar dan selamat). 3.
Kembang PitungWernamenyimb
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
olkan kita bersemangat
165
memperoleh keharuman hingga ke lapis tujuh, 4.
Ritual Reruwatan; seperti daun weringin menyimbolkan agar diberi kesejukan angin dan perlindungan,
5.
daun salam simbol agar diberi keselamatan,
6.
Daun Alang-alang simbol agar dijauhkan dari alang rerintang atau penghalang kehidupan,
7.
Daun Cindong (daun obat-obatan menyimbolkan manusia harus tolong menolong contohnya seperti sirih, bako dan gambir dikunyah jadi
166
dubang. Adapun sesaji atau sajen untuk pemusik atau pengrawit: 1. Nasi liwet yang atasnya diberi telor matang menyimbolkan manusia yang sikapnya baik dan sederhana namun berisi ilmu pengetahuan. 2. Klapa Ijo atau dawegan simbol agar memiliki khasiat pengobat dan kuat sebagaimana pohon kelapa dari muda hingga tua sempurna gunanya. 3. Wedang pait dan wedang manis, dimaknai sebagai simbol bahwa manusia harus siap menghadapi pahit dan manisnya
167
kehidupan didunia. 4. Juadah Pasar simbol agar kita manusia mengenal waktu, neptu dan hari pasaran. Ini dimaksudkan agar tidak salah arah dan selamat dalam memilih jalan kehidupan. 5. Kembang Pitung Rupa atau bunga 7 rupa dimaknai sebagai manusia harus mampu memiliki kesadaran untuk mengharumkan diri agar bisa kewangiannya menebus langit lapis tujuh. 3.
Batik Tegal 1. Batik Rajeg Wesi simbol dari manusia yang baik mampu
168
memagari diri, keluarga dan negaranya dengan kuat. 2. Batik welut Gumbel menyimbolkan dirimu selicin belut, kepandaian yang belit
Batik Dukuh Benda Tegal “Rajeg Wesi” (Dokumentasi:Irchami, April 2013)
membelit, dan beberapa batik lagi seperti 3. Mata Ketumbar menyimbolkan manusia yang awas penglihatannya, 4. Beras Mawur menyimbolkan Semangathidup dengan cita-cita tinggi memperoleh
Batik Dukuh Benda Kab. Tegal “Welut Gumbel”
kemakmuran, 5.
Runtung Semut
(Dokumentasi:Irchami, April 2013)
menyimbolkan hidup rukun sebagaimana semut,
169
6. Ukel menyimbolkan kehidupan dengan lengkang lengkung indahnya kehidupan, 7. Den Lipis menyimbolkan pencapaian tingkatan jabatan dalam kehidupan yang bergaris, 8. Gribigan menyimbolkan kehidupan dengan anyaman dan simpul kehidupan yang indah, 9. Galaran menyimbolkan kehidupan dengan sewajarnya, mencapai kesejajaran hak, dan 10. Pilus simbol dari diri manusia yang berisi ilmu dan pengetahuan yang baik atas
170
kenikmatan luar dalam. 4.
Kotak Topeng
•
Wadhah Wanda = tempat wajah-wajah yang bisa dihidupkan dan dimatikan kapan saja oleh sang penentu yaitu dalang penari.
•
Kotak Topeng = alam maya, alam dimana bisa dikatakan tidak ada tapi ada, dan dikatakan tidak ada tapi ada.
BAB V PENUTUP 3.1.
Simpulan Bentuk Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor diawali iringan bebuka oleh
para pengrawit. Pengrawit menabuh gamelan untuk mengundang para penonton agar mendatangi sumber suara yang berasal dari pekarangan tempat pertunjukan berlangsung. Bagian inti pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor, berupa gerak tarian Suwitri menarikan enam janis tari Topeng Slarang Lor. Gerak tariannya mengandung makna seperti halnya Tari Topeng Endel (bermakna: Pembuka), Tari Topeng
Kresna (bermakna: Pangeweruh), Tari Topeng Panji (bermakna:
Kelahiran), Tari Topeng Layapan Alus (bermakna: Remaja), Tari Topeng Patih (bermakna: Kedewasaan), Tari Topeng Klana (Bermakna: Penguasa). Pada pertunjukan penutup, merupakan pertunjukan terkhir yang ditandai dengan munculnya musik penutup, yang biasanya dinamai bubaran. Berbarengan dengan munculnya musik, seseorang berputar meminta dukungan dana, berupa saweran. Masyarakat Desa Slarang Lor untuk generasi tua umumnya cenderung lebih menyukai kesenian yang telah lama dikenal. Dengan sendirinya regenerasi ini dapat memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian yang berkembang didaerah tersebut, termasuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Makna Simbolik Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor terdapat disetiap struktur pertunjukan. Simbol-simbol tersebut diwujudkan dalam bentuk 1)
171
172
Pemain, 2) Perlengkapan pertunjukan, 3) Gerak, 4) Iringan, 5) Tata Rias dan Busana, 6) Property (Topeng), 7) Penonton. Perlengkapan pertunjukan seperti membakar kemenyan menyimbolkan bentuk permohonan ijin dalam bentuk komunikasi batin. Sesaji atau sajen yang hanya dibuat pada saat pertunjukan akan berlangsung: 1). Wedang pait wedang manis simbol dari kehidupan ini kita harus siap menerima manis pahitnya dunia), 2). Juada Pasar menyimbolkan manusia hidup harus berpedoman pada waktu, neptu dan hari pasaran agar hidup selaras, wajar dan selamat). 3). Kembang Pitung Werna menyimbolkan kita bersemangat memperoleh keharuman hingga ke lapis tujuh. Ditambah daun dan pepohonan untuk Ritual Reruwatan; seperti daun weringin menyimbolkan agar diberi kesejukan angin dan perlindungan, 4). daun salam
simbol agar diberi keselamatan, 5). Daun alang-alang simbol agar
dijauhkan dari alang rerintang atau penghalang kehidupan, 6). Daun cindong (daun obat-obatan menyimbolkan manusia harus tolong menolong contohnya seperti sirih, bako dan gambir dikunyah jadi dubang. Iringan yang digunakan pada pertunjukan enam Tari Topeng Slarang Lor: 1). Tari Endel, dengan iringan lancaran “Ombak Banyu” yang menyimbolkan keriangan atau keramaian, karena gerakan tari Topeng Endel diibaratkan seperi alunan naik turunnya air ombak di laut dan seperti awan yang garis dan bentuknya berombak, 2). Tari Kresna, dengan iringan ”Blenderan Praliman” (blenderan = langkah, Praliman = Gajah anakan) yang menyimbolkan langkah-langkah besar dan gagah dari seekor gajah yang tengah belajar berjalan, 3). Tari Panji, dengan
173
iringan “Ktw. Gunung Sari” yang menyimbolkan kesejukan dan udara yang dingin di suasana yang cerah, 4). Tari Lanyapan Alus, dengan iringan “Lc. Malangan”. Kata malangan mennunjukkan makna manusia hidup harus sanggup memilih kemana arah yang dituju. 5). Tari Patih, dengan iringan “Bendrong Tegal” ini merupakan simbol bahwa manusia asal Tegal memiliki spesifikasi tersendiri dalam berkehidupan social. 6). Tari Kelana, dengan iringan “Gonjing Truntung” irama ini digunakan untuk semua jenis tari Kelana. Irama yang disimbolkan dalam bentuk langkah gagah, gerak kebesaran seorang Raja yang berkuasa, Gerak kewibawaan yang dimunculkan dengan bunyi gamelan agung, bersemangat sepenuh keperkasaan. Tata rias wajah yang digunakan oleh penari Topeng Slarang Lor dilakukan cukup sederhana. Setelah berdandan, wajah sang penari diberi bedak dan polesan makeup yang tipis. Kondisi rambut penari : 1). Tari Endel; kondisi rambut digelung rapih ke belakang, 2). Tari Kresna, kondisi rambut penari dirumbaikan secara lurus kebelakang sedang kepalanya diberi mastaka atau mahkota. 3). Tari Panji, kondisi rambut penari disanggul kembali dan kepalanya berhiaskan mustaka gelung cepak seperti Dharma Kesuma, 4). Tari Lanyapan Alus, Kondisi Rambut penari digelung secara rapih, 5). Tari Patih, Konsisi rambut penari dilepaskan ke belakang. Kepala penari menggenakan mahkuta gelung cepak, 6). Tari Klana, kondisi rambut penari digeraikan kebelakang dengan rapih. Kepala penari memakai mahkota. Seorang penari Topeng Slarang Lor, pada awal kegiatan menggunakan kain batik khas Tegal berjenis “janur kuning”. Kain jenis ini akan ikut mewarnai
174
kehasan tarian dan perwujudan dari watak watek penari dengan tokoh yang dimainkannya. Untuk kain jenis ini sangat cocok dimainkan pada saat menari Topeng Endel, Kresna, dan Lanyapan. Pada saat menari Topeng panji semua jenis warna yang dikenakan penari berwarna putih. Adapun Tari Patih dan Tari Klana kain dan kostum yang dikenakan penari cenderung dominan berwarna merah tua. Adapun kain batik yang digunakan untuk kostum penari Patih dan Tari Klana bisa menggunakan jenis Beras mawur yng menyimbolkan kemakmuran sang penguasa yang ditokohkan penari. Kedok Endel atau topeng ber wanda atau wajah perempuan cantik ini memiliki pamor yang khas. Memiliki makna atau simbol bidadari dari surga yang diutus kedunia untuk menyampaikan pesan atau kabar pada manusia bahwa telah dibukanya jagat alam raya ini untuk kesejahteraan hidup manusia. Kedok Kresna atau Topeng ber wanda atau wajah kuning semu merah ini memiliki wajah yang ceria. Dalam kedok Kresna merupakan titisan dewa yang sengaja diturunkan ke dunia untuk menyamaikan petunjuk pada manusia bahwa hal akan kejadian di masa datang, baik dan buruknya, rizki dan petakanya tidak lepas dari perbuatan manusia dimasa lalu. Kedok Panji atau Topeng ber wanda atau wajah putih, dengan mata yang tajam, alis mata yag lembut dan bibir yang merah dengan lapisan gigi yang rata. Kedok Panji juga bermakna wajah manusia yang sudah paripurna. Ia berada pada kondisi manula. Sudah tidk meiliki daya upaya, laksana bayi yang baru lahir.
175
Kedok Lanyapan Alus adalah Topeng ber wanda seorang gadis atau pria yang beranjak dewasa. Pamor kedok seperti ini memiliki makna filosofisnya siapapun yang memakai kedok ini akan menjadi remaja yang lincah yang memiiki langkah yang ragu tapi pasti. Kedok Patih adalah Topeng ber wanda atau wajah gagah, muka sangar dan berwibawa, sosok lelaki yang bermata jalang, berkumis baplang, berjanggut panjang serta berjambang. Kedok Patih ini memiliki makna filosofi yang tinggi. Wajahnya yang merah menyimbolkan manusia yang memiliki nafsu amarah. Nafsu yang besar untuk memerintah. Kedok Klana adalah Topeg ber wanda muka merah, berkumis tebal, berjambang dengan mata melotot dan dagu yang lancip serta gigi yag putih tersusun kedepan menampakkan pamor seorang lelaki yang garang gagah dan sangar. Wajah kelana ini menyibolkan seorang raja di negeri pewayangan yang sakti mandraguna dan kaya namanya Rahwana. Rahwana atau Prabu Dasamuka dikenal memiliki watak adigang, adigung, adiguna. Seorang Raja yang tidak takut pada kekuatan apapun termasuk para dewa. 5.2
Saran
5.2.1
Masyarakat Desa Slarang Lor Masyarakat terutama dari generasi muda seharusnya lebih aktif dalam
mempelajari enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor karena generasi muda merupakan fondasi dalam melestarikan kesenian daerahnya sendiri.
176
5.2.2
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hendaknya lebih sering menampilkan
enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor pada hari-hari besar pemerintah, saat menjamu tamu-tamu daerah dan mengadakan pentas budaya rutin disetiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Agus. 2002. Eksistensi Tayub dan Sistem Transmisinya. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya. Hermin. 2000. Arak-arakan Seni Pertunjukan dalam upacara Tradisional di Madura. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia. Herusatoto, Budiono.2000. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Hidajat, Robby. 2005. Wawasan seni Tari. Balai Kajian Seni dan Desain, Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Indriyanto, 2001. “Kebangkitan Tari Rakyat Di Daerah Banyumas”. Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni. Vol.2 No.2 / Mei-Agustus, FBS UNNES. __________. Analisis Tari. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni UNNES. Iwan Agung. 2008.http://www.tegalkab.go.id/. Diunduh paa hari Senin tanggal 17/12/2012 pada pukul 18.20 WIB. Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang : IKIP Semarang Press. __________.2001. Paradigma Seni Pertunjukan. Yogyakarta: Yayasan Lentera Budaya. __________. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press. __________. 2002.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. __________. 2008. Pendidikan Seni Budaya: Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: UNNES Press. Kusumastuti, Eny.200enam. “Laesan sebuah fenomena Kesenian Pesisir: Kajian Interaksi Simbolik antar pemain dan Penonton”. Jurnal Harmonia FBS UNNES. Vol. VII. No. 3/ September-Desember. Lestari, Wahyu. 1993. Tekhnologi Rias Panggung. Semarang: IKIP.
177
178
Mimi Rasinah, 2011 http// www.Tari Topeng Cirebon, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm, diunduh pada hari rabu tanggal 8 Februari 2013 pukul 14.00 WIB. Moleong, J. Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. __________. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Murgiyanto, Sal. 2002. Kritik Tari. Bekal dan Kemampuan Dasar. Jakarta: Ford Foundation dan Masyarakat Seni Peryunjukan Indonesia. Prihatini, Area. 2010. “Simbol Dan Nilai Estetis Tata Tari Mbathil Di KabupatenKudus”. Skripsi FBS UNNES Semarang. Sampurno, 2010.www. ritual-dan-hIburan-dalam-tari-topeng indosiar.com, tegal. Diunduh pada hari Selasa 13 November 2012 pukul 20.00 WIB. Sedyawati, Edi. 2000. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. __________. 2002. Djawa dan Bali Dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Soeparwoto,dkk. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKK UNNES. Soipah, 2007. Tari Topeng Kabupaten Tegal Selayang Pandang. Makalah. Tegal.
Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Bahasa Inonesia. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Suharto, Ben. 1991. Estetika Tari II Kumpulan Karya Ilmiah I : Yogyakarta: ISI
Sumaryanto, F. Totok. 2007. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Seni. Semarang: Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. Wadiyo, 2008. Sosiologi Seni (Sisi Pendekatan Multi Tafsir). Semarang: UNNES Press.
179
Wahyudiarto, Dwi. 200enam. “Makna Tari Canthangbalung dalam Upacara Gunungan di Kraton Surakarta”, Jurnal Harmonia FBS UNNES. Vol. VII. No.3/ September-Desember. Yuliani, Tety. 200enam. “Analisis Gerak Tari Topeng Lanyapan Alus Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal”. Skripsi FBS UNNES Semarang.
Lampiran-lampiran
180
181
Lampiran 1. SK Penetapan Dosen Pembimbing
182
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
183
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian
184
Lampiran 4.
ROMBONGAN PERTUNJUKAN TARI TOPENG SLARANG LOR DI DESA SLARANG LOR KECAMATAN DUKUHWARU KABUPATEN TEGAL
Penanggap
: Irchami Putriningtyas
Ketua
: Nurochaman Sudibjo
Penari
: Suwitri
Sinden
: Purwanti
Penabuh Gamelan
:
1. Kendang
: Casmadi
2. Bonang Penerus
: Sutarno
3. Bonang Barung
: Waryo
4. Demung
: Kartono
5. Saron I
: Harto
6. Saron II
: Sriyanti
7. Peking
: Tarso
8. Gong Kempul
: Rabyan
9. Ketuk kenong
: Witno
10. Kecek
: Dharma
185
Lampiran 5. BIODATA NARASUMBER
Nama
:
Suwitri
Umur
:
66 tahun
Pekerjaan
:
Petani
Alamat
:
Desa Slarang Lor
Nama
:
Purwanti
Umur
:
42 tahun
Pekerjaan
:
Ibu Rumahtangga
Alamat
:
Desa Slarang Lor
186
Nama
:
Casmadi
Umur
:
53 tahun
Pekerjaan
:
Perangkat Desa
Alamat
:
Desa Slarang Lor
Nama
:
Dharma Dono
Umur
:
69 tahun
Pekerjaan
:
Dalang
Alamat
:
Pagiyanten
187
Lampiran 6. Istrumen Penelitian PEDOMAN WAWANCARA
1.
Suwitri a.
Tanya :
Nyuwun sewu Ibu asmanipun sinten nggih?
Umure pinten? Jawab : - Suwitri, enam4 tahun b.
Tanya :
Pripun asal usul tari Topeng Slarang Lor
diciptaaken? Jawab : Tari Topeng Slarang Lor niku warisan saking mbah kulo mbah Darmi, terus diwarisaken ten Ibu kula Warni, terus ngantos sanki kula sing nerusaken Tari Topeng Slarang Lor niki. c.
Tanya : Wonten pinten tari Topeng Slarang Lor ingkang diwarisaken teng bu Suwitri? Nopo mawon ? Jawab : Wonten enem mb, tari Topeng Endel, tari Topeng Kresna, tari Topeng Panji, tari Topeng Lanyapan, tari Topeng patih, tari Topeng Klana.
d.
Tanya :
Nopo setiap tari niku enten arti atau
maknanipun bu? Jawab
: Wonten oh mb, setiap tarine pasti enten artine, pokoke
tari Topeng Slarang Lor niku nggambaraken dIbukane alam semesta niki kalih isine. Contone tari Topeng Endel niku artine pembuka.
188
2.
Purwanti a.
Tanya : Bu Purwanti nopo sering nari Tari Topeng Slarang Lor kados bu suwitri? Jawab
: Nggih mb, kulo sebagai generasi penerus Ibu kedah
saged nglestariaken tari Topeng Slarang Lor. b.
Tanya : Pengalaman nopo mawon ingkang bu Purwanti peroleh? Jawab
: Katah mb, saking alit nderek ngamen Ibu, ngantos saniki
kula dados peneruse Ibu, penglaman sing pait kalih manis kula pun pernah ngrasaken sedoyo mb putri. c.
Tanya : Nopo saniki masyarakat Desa Slarang Lor teksih sering nangap tari Topeng Slarang Lor bu? Jawab
: Saniki pun arang-arang mb, sing katah malah medal teng
dusun sebrang, sing paling sering teng pendopo, terus nek wonten peringatan hari-hari besar kados niku mb, wong saniki luwih milih nanggap orgen tunggal dibanding tarian kados niki. 3.
Wuninggar a. Tanya : Slamat Pagi Ibu, saya Irchami Putriningtyas dari Mahasiswa UNNES, ingin menanyakan lokasi tempat tari Topeng Slarang Lor berada?
189
Jawab : Pagi, itu berada di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru kabupen Tegal mb, tepatnya di Jl.masjid Rt 01/Rw 02. b.
Tanya : Penghargaan apa saja yang diberikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terhadap Suwitri selaku penerus dan pewaris tunggal enam gerakan Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : Atas
jasa pengabdiannya dalam melestarikan dan
mengembangkan Tari Topeng Slarang Lor, Suwitri mendapatkan piagam penghargaan dari Bupati Tegal yaitu Bapak Agus Riyanto pada tanggal 31 Mei 2008. Sebelumnya pada tanggal 23 januari 1993 Suwitri mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tegal yaitu Drs. Akhmad Khafid. Dan pada tanggal 23 Juni 2010 suwitri mendapat penghargaan dari Mentri Kebudayaan dan pariwisata Republik Indonesia yaitu Bapak Jero Wacik S.E c. Tanya : Sejak tahun berapa Dinas Pariwisata melakukan pembaharuan terhadap Tari Topeng Endel dan menafikan keberadaan 5 jenis Tari Topeng Slarang Lor lainnya? Jawab : d. Tanya : Mengapa dari keenam Tari Topeng Slarang Lor yang dikuasai Suwitri hanya Tari Topeng Endel yang dijadikan ciri khas Kabupaten Tegal?
190
Jawab : Karena Tari Topeng Endel yang lebih mudah untuk dipelajari.
e. Tanya : Adakah bantuan dari Pemerintah dan Dinas Kabupaten Tegal atas jasa Suwitri sebagai pewaris dan pelestari Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : Ada, berupa bantuan penerangan listrik di rumah Suwitri. 4. Sri Handayani : a. Tanya : Pada tahun berapakah Tari Topeng Slarang di kenal Masyarakat Kabupaten Tegal? Jawab : Sekitar tahun 1950an mb. b. Tanya : Apakah di pendidikan sekolah khususnya dalam pelajaran Seni Budaya (seni Tari) maupun di sanggar Tari Topeng Slarang Lor diajarkan pada siswa? Jawab : Iya, setiap sekolah khususnya yang duduk dibangku SD di Kabupaten Tegal wajib bisa mearikan Tari topeng Slarang Lor. 5. Dharma Pengrajin Topeng Tegal a. Tanya : Apa ada makna simbolik yang terkandung pada semua kedok pedukung Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : Ada, masing-masing kedok memiliki makna yang berbeda. b. Tanya : Apakah keterkaitan antara kedok dengan Tari Topeng Slarang Lor?
191
Jawab : Keterkaitan antara kedok dengan topeng yaitu bukan hanya kedok sebagai pendukung tari, melainkan jantung dari Tarian enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. c. Tanya : Bagaimana cara pembuatan Kedok pendukung Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : ada beberapa tahap untuk membuat Kedok, tahap yg utama yaitu ritual, pemilihan jenis Kayu, menggunakan kayu Kedondong Jaran, kemudian pembentukan kedok, penghalusan,dan tahap terakhir pengecatan. d. Tanya : Apa alat dan bahan dalam pembuat Kedok pendukung Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : Gergaji kayu, Golok landep, Pisau Serut, Tatah kecil, Tatah besar, Ampelas, Kwas besar, Kwas Kecil.dan Palu 6. Casmadi Ketua Pengrawit pendukung Tari Topeng Slarang Lor a. Tanya : Apa saja jenis iringan musik yang ada pada Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : gamelan Ombak Banyu, Blenderan praliman, Ketawang Gunung sari, Malangan, Lancaran Bendrong Tegal, Gongjing Truntung, b. Tanya : Apa saja Gamelan yang digunakan dalam pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor?
192
Jawab : Kendang, Bonang Penerus, Bonang Barung, Demung, Saron I , Saron II, Peking, Gong Kempul, Kethuk Kenong, dan Kecrek.
7. Masyarakat Desa Slarang Lor Kepala Desa Slarang Lor: a. Tanya : Bagaimana gambaran umum Desa Slarang Lor? Jawab : Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Slarang Lor adalah petani. Pemerintah Desa Slarang Lor juga melakukan klasifikasi antara tani dan buruh tani. Bila dilihat secara sekilas nampak ada kesamaan, bahwa sama-sama sebagai petani, namun hal yang membedakannya adalah kalau Tani adalah yang memiliki tanah atau sawah sendiri dan ada kalanya mengelola sendiri. Sedangkan buruh tani adalah para petani yang tidak memiliki tanah atau sawah sendiri dan mengelola sawah pemilik tanah (tani). b. Tanya : Bagaimana tanggapan masyarakat Desa Slarang Lor terhadap seni Tari Topeng? Jawab : Tanggapan masyarakat pada kesenian Tari Topeng baik, Masyarakat Desa Slarang Lor untuk generasi tua umumnya cenderung lebih menyukai kesenian yang telah lama dikenal. Dengan sendirinya regenerasi ini dapat memberikan apresiasi yang
193
tinggi terhadap kesenian
yang berkembang didaerah tersebut,
termasuk enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. 8. Budayawan Nurochman Sudibyo YS a. Tanya : Apa dan bagaimana pandangan Bapak terhadap Ibu Suwitri selaku Pewaris enam gerakan Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : Ibu Suwitri itu selain Maestro Penari Topeng Slarang Lor. Beliau adalah aset bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan kemampuannya. b. Tanya : Adakah kaitan sejarah Tari Topeng Slarang Lor dengan Tari Topeng yang ada di beberapa daerah lain di Indonesia? Jawab: Sejarah Tari Topeng di Indonesia berasal dari jaman Hindu. Dan di era kejayaan kerajaan Singosari dan Majapahit Tari Topeng menjadi tarian yang penting dan dijadikan tarian di istana serta diperlihatkan pada keluarga raja. Perkembangan seni tari topeng yang paling subur di daerah Jawa Timur meliputi Singasari, dan Malang sampai menerobis masuk ke Solo dan Yogya. Selanutnya Tari Topeng di Jaman Hindu dan kejayaan Majapahit berkembang masuk melalui jalur pantai utara Jawa ke wilayah pelosok Tegal di Slarang, dan Losari Brebes. Selanjutnya Tari topeng juga masuk ke daerah pedalaman Cirebon khususnya daerah Slangit dan Palimanan selanjutnya berkembang sampai ke Majalengka di daerah Jatitujuh. Adapun di
194
Indramayu Tari topeng sejak jaman Hindu masuk ke daerah Juntinyuat, Gadingan, Tambi, Pekandangan dan Cibereng. c. Tanya : Apa makna simbolik yang terkandung dalam enam jenis Tari Topeng Slarang Lor, iringan, gerak, property, serta fungsi pendukung lainnya? Jawab : Makna Simbolik yang terkandung dalam enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor didukung Iringan, gerak, property, serta fungsi pendukung lainnya tak lain sedang memberikan nilai-nilai pencerahan kepada kita bagai mana berlaku baik sebagai manusia, kepada diri sendiri, kepada manusia lainnya, kepada alam sekitar dan tidak boleh melepaskan hubungan baiknya pada Yang Maha Kuasa.Karena semua tarian dan pendukungnya itu benar-benar bahan ajaran yang bisa mencerhkan kehidupan manusia agar kelak menjadi manusia yang baik dan sempurna hidupnya. d. Tanya : Adakah makna ritual dalam pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : Tentu saja ada. Makna ritual Tari Topeng Slarang Lor itukan suatu bentuk ungkapan rasa sukur manusia atas limpahan rahmat dan hidayah dari Allah, utamanya atas kesehatan, rizki panen padi dan palawija yang berlimpah. Dan yang utamaya lagi sudah menjadi kodrat mausia untuk selalu bersyukur dan berusaha menungkatkan kesadaran untuk bisa selalu berhubungan dengn
195
Gusti Kang Maha Tunggal dan hubunga manusi degan manusia lainnya. e. Tanya : Apa makna filosofis yang terdapat pada batik khas Kabupaten Tegal? Jawab : Makna filosofis pada batik khas Kabupaten Tegal bermuatan sejarah dan perjuangan. Kedalaman makna dari setiap motifnya menunjukkan ajaran tentang nilai-nilai histori dan sikap heroic manusia tegal dalam menghadapi penjajah menuju bangsa yang merdeka. Buktikan saja dengan Tapak Kerbau (meski disebut bodoh yang penting punya pijakan), Beras Mawur (Bergerak menuju kemakmuran), Rajeg Wesi (memagari diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara dengan kuat), Welut ll.Gumbel (Jadilah orang yang pandai, lihai dn cerdik agar memperoleh kemenangan hakiki) dll. f. Tanya : Bagaimana masa depan Tari Topeng Slarang Lor dalam pandangan Bapak? Jawab : Tari Topeng Slarang Lor menurut saya akan menjadi tarian yang di kenal di manapun, bahkan dapat mengangkat harkat dan cirri budaya daerah serta bangsa kita. Hal itu apabila masingmasing
senimannya
memiliki
kepedulian
tinggi
untuk
mempertahankan apa yang sekarang dimiliki untuk tidak mudah dirusak atau dengan sengaja ada yang berniat menghilangkannya
196
dengan alasan agama dan kebutuhan praktis seseorang karena ketidak mengertiannya. 9. Ibu Dyah Setyawati selaku juru Rias dan pemerhati kain Batik khas Tegal pendukung Tari Topeng Slarang Lor a. Tanya : Apa tanggapan ibu terhadap ibu Suwitri selaku Maestro Penari Topeng Slarang Lor? Jawab : Saya melihat Ibu Suwitri itu benr-benar maestro. Kemampuan yang dimiliki Ibu Suwitri itu bukan aku-aku atau sekedar ingin diakui sebagai seniman. Beliau itu orang yang rendah hati. Baik perilakunya. Penyabar dan tulus dalam melakukan kewjibannya sebagai seniman. b. Tanya : Kostum apa saja yang ideal digunakan ibu Suwitri pasca ngamen Tari Topeng Slarang Lor? jawab : Yang ideal Ibu suwitri harus bisa menyesuaikan karakter c. Tanya : Jenis tata rias yang bagaimana yang ideal untuk pementasan Ibu Suwitri saat menarikan enam jenis Tari Topeng Slarang Lor? Jawab : Tata rias yang ideal untuk Ibu Suwitri dikala menari harus disesuaikan dengan karakter tariannya. Jika ia menari Tari Endel, maka yang dipakai adalah kostum yang keemasan, dan kain batik tegal yang berwarna semu kuning keemasan. Begitu juga ketika menari Topeng Kresna, kostum yang dipakai masih cocok dengan serba kuning dan keemasan. Adapun untuk Tari Topeng Panji
197
kostumnya serba putih dan kain batik yang digunakan pun liris putih berlurik hitam dengan warna serba putih dan bunga yang berwarna putih pula. Kostum serba putih ini juga sangat tepat digunakan sebagai penunjang karakter penarinya. Sedangkan pada Tari Topeng Patih dan Tari Klana kostum yang digunakan paling tepat bernuansakan merah dan warna keemasan. d. Tanya : Apakah para pendukung seperti pengrawit, dan pesinden memerlukan tata rias dan busana khusus untuk pagelaran Tari Topeng Slarang Lor pasca ngamen? Jawab :Sebagai bagian penting dari suatu pergelaran pra pengrawit dan pesinden semenjak dulu yang berdandan dan berkostum yang baik. Tentu saja mereka pun harus bermakeup sebagaimana penampilan layaknya pendukung pagelaran. Adapun pengalaman di jaman susah mereka berkeliling ngamen dari desa ke desa dengan kostum apa adanya bahkan berpenampilan apa adanya yak arena bukan pergelaran resmi seperti sekarang ini. Jadi soal kostum dan mikup itu sangat penting jika kesenian ingin dihormati dan jadi cirri bangsa ini.
198
Lampiran 7 PETA DESA SLARANG LOR
199
Lampiran 8.
200
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar Persiapan Pertunjukan (Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
201
Gambar Proses Pengambilan Data (Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
202
Gambar Proses Pengambilan Data (Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
203
Gambar Rombongan Pertunjukan tari Topeng Slarang Lor serta kru (Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
204
Gambar Kantor Kelurahan Desa Slarang Lor (Dokumentasi: Irchami Putriningtyas, April 2013)
205
Lampiran 9.
Biodata Peneliti
Nama
: Irchami Putriningtyas
Tempat Tanggal Lahir
: Tegal, 8 Februari 1991
Alamat
: Tegal
E-mail
:
[email protected]
Orang tua Ayah
: Imam Purwanto, S.Pd
Orang tua Ibu
: Sritorisni, S.Pd