MAKNA SIMBOL BUSANA TELOK BELANGA` DALAM TARI JEPIN LANGKAH SIMPANG
ARTIKEL PENELITIAN
Oleh: LUSIANA NIM F06109031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015
MAKNA SIMBOL BUSANA TELOK BELANGA` DALAM TARI JEPIN LANGKAH SIMPANG
ARTIKEL PENELITIAN
LUSIANA NIM F06109031
Disetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Henny Sanulita, M.Pd NIP 196910182005011002
Imma Fretisari, M.Pd
Mengetahui,
Dekan FKIP
Dr. H. Martono, M,Pd NIP 196803161994031014
Ketua Jurusan PBS
Drs. Nanang Heryana, M.Pd NIP 196107051988101001
MAKNA SIMBOL BUSANA TELOK BELANGA` DALAM TARI JEPIN LANGKAH SIMPANG Lusiana, Henny Sanulita, Imma Fratisari Program studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan, Pontianak Email :
[email protected]
Abstrak: Penalitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbol yang terdapat pada busana telok belanga` dalam tari Jepin Langkah Simpang di Kota Pontianak. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh narasumber baik berupa buku, foto, serta catatan hasil percakapan. Hasil analisis data menunjukan bahwa makna yang terkandung pada busana telok belanaga` dalam tari Jepin Langkah Simpang yang berupa bentuk, warna, ukuran, jumlah dan cara penggunaannya masih minim diketahui oleh sebagian besar kalangan baik biasa dan pekerja seni di Kota Pontianak. Selain sebagai busana tari, busana tersebut juga merupakan busana sehari-hari di kalangan masyarakat Melayu Kota Pontianak karena bentuknya yang sangat sederhana dan mudah untuk digunakan. Seiring perkembangan zaman dan tari menjadi satu di antara kebutuhan konsumsi masyarakat dalam bidang seni, busana tari juga ikut berkembang dan lebih variatif akan tatapi tetap menjaga dan berpijak pada nilai-nilai busana Melayu yang akan diinovasi. Kata kunci: Makna Simbol, Busana, Telok Belanga`
Abstract: The study aims to determine the meaning of the symbol found on clothing of telok belanga` in Jepin Langkah Simpang dance Pontianak City. The method used is descriptive study describes the result obtained from the document held by the speaker in the from of photo, books as well notes of confersation. The result of data analysis showed that the meaning contained clothing of telok belanga` in Jepin Langkah Simpang dance intersection that from the shape, size, color, number and how to use them is still minimal unnoticed by most among both ordinary and artist in the City. Aside from being a dance dress, fashion is also a daily fashion among the Malayu community of Pontianak City because of its very simple and easy to use. As the time and dance into one of the consumption needs of the community in the art, fashion also glowing and more varied but still maintain and growded in value that will wither innovated fashion. Keywords: Meaning, Symbol, Fashion, Telok Belanga`
telok belanga` merupakan busana khas tradisi Melayu yang terdiri dari baju panjang Busana (baju koko), celana panjang, dan kain setengah tiang. Busana ini juga termasuk satu di antara busana yang digunakan dalam tarian rumpun Melayu yaitu tari Jepin Langkah Simpang di Kota Pontianak. Disebut telok belanga` karena busana ini menutupi hampir seluruh bagian tubuh manusia yang menggunakan. Ibarat tubuh manusia itu adalah sebuah telur atau dalam bahasa Melayu disebut telok dan belanga` yang berarti panci yang merupakan pelindung telur tersebut memiliki ukuran lebih besar dari ukuran telur. Hal ini berkaitan dengan cerita pada zaman dahulu
yaitu zaman penjajahan Belanda pada tahun 1942, tameng atau perisai yang dibuat lebih besar dari ukuran tubuh manusia mulai dari batas leher hingga pinggang sebagai pelindung tubuh dari serangan lawan saat peperangan. Sejauh ini penelitian yang mengangkat kajian seni tari selalu membahas dan terfokus tentang tarian, hal tersebut mengakibatkan penyajian hasil penelitian hampir sama dengan beberapa penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, untuk memulai dan menambah referensi hasil penelitian kajian seni tari perlu disajikan dengan memperhatikan bagian-bagian kajian busana yang mengandung makna simbol. Makna yaitu arti atau maksud yang mengandung arti penting dan mendalam (Poerwadaminta,2000), sedangkan simbol merupakan lambang yang mewakili sesuatu yang lain, yang abstrak, yang menghubungan realitas sehari-hari dengan realitas yang lebih nyata yang tidak terjangkau oleh sarana lain (Sutrisnaatmaka, 2012). Simbol memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memiliki makna mendalam. Simbol dapat berupa benda kasat mata, warna, ukuran, pola, bentuk dan merupakan sesuatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus (Berger 2010). Lurie (dalam Bernard, 1996), busana merupakan ekspresi diri identitas pribadi dan menggambarkan diri kita sendiri. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa busana juga berfungsi sebagai komunikasi dan apa yang kita kenakan dalam kehidupan sehari-hari baik formal maupun informal. Busana dalam fungsinya sebagai komunikasi dapat menyampaikan pesan. Busana dan hiasan tubuh yang dikenakan dengan tujuan agar dapat tampil di depan masyarakat adalah bentuk dasar dari representasi diri (Danesi, 2012). Akan tetapi ada yang menggunakan busana bukan sekedar untuk tujuan bersosialisasi, namun dipakai untuk melindungi tubuh atau dari halhal yang tidak diinginkan. Pada level biologis fungsi busana yang sangat penting adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam bertahan hidup dan perlindungan tubuh. Seperti yang ditunjukkan oleh Enninger (dalam Danesi 2012). Memakai busana dengan alasan yang bersifat sosial merupakan ciri universal dalam budaya manusia, dan mungkin untuk alasan yang sama dengan mengapa manusia mengenakan busana adalah untuk melindungi diri, memperbagus penampilan dan untuk memberitahu orang lain sesuatu tentang dirinya. Dengan demikian, hampir sejak awal sejarah, manusia mengenakan busana bukan hanya untuk perlindungan diri tetapi juga demi identifikasi jati, bersosialisasi dengan masyarakat dalam segala aspek bidang kehidupan. Unsur kebudayaan berupa busana, memiliki fungsi sesuai dengan pesan nilai-nilai budaya dan agama yang terkandung di dalamnya (Sulaiman, 1993). Dalam setiap kebudayaan, pakaian atau busana mempunya arti khusus (Dillistone, 2002). METODE Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan makna simbol yang terkandung pada busana telok belanga` dalam tari jepin Langkah Simpang Kota Pontianak yang terkumpul dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh narasumber baik berupa buku, foto serta catatan hasil percakapan denga narasumber. Adapun alur penelitian adalah sebagai berikut.
Melakukan observasi awal dengan menentukan tempat penelitian Penyususnan Perencanaan Penelitian
Mengumpulkan data penelitian menggunakan teknik Observasi tempat penelitian
Latiahan gerak tari
Mendokumentasikan kegiatan pengumpulan data dengan alat bantu seperti alat tulis, perekam suara dan kamera digital.
Wawancara terhadap narasumber dan pelaku seni (penari dan pemusik terdahulu) yang mengetahui tentang masalah penelitian
Pembuatan busana
Penyusunan laporan yang akan dikonsultasikan Bagan 1.1 Alur Penelitian Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata hasil wawancara terhadap pihak-pihak yang berkaitan dan mengetahui tentang busana telok belanga` serta pelaku seni tari khususnya Jepin Langkah Simpang di kota Pontianak, yang dirangkum dalam bentuk kalimat dan gambar yang sudah ada, selebihnya adalah data tambahan seperti gambar pola baju dan foto penggunaan busana telok belanga` oleh model yang dipilih peneliti. Teknik pengumpulan data berupa: (1). Observasi, yaitu mengumpulkan data-data terlebih dahulu yang terkait dengan masalah penelitian seperti lokasi dan narasumber (pelaku seni). Kegiatan yang dilakukan berupa pencarian para seniman atau tokoh-tokoh masyarakat, serta pelaku seni tari Jepin Langkah Simpang; (2) Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung kepada narasumber utama. Proses Tanya jawab berlangsung secara tak berencana yang berfokus dengan menyiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan inti yang meruncang pada pokok bahasan penelitian. Selain wawancara tak berencana yang berfokus, peneliti juga menggunakan wawancara sambil lalu yaitu pada saat melakukan proses realisasi busan telok` belanga dalam tari tradisi Jepin Langkah Simpang dan pada saat berlatih gerak tari Jepin Langkah Simpang; (3) Dokumentasi, yaitu dalam merangkum data-data lisan berupa kegiatan tanya jawab antara peneliti dan narasumber dengan alat perekan suara dan catatan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian berupa tema kultural. Hal tersebut berkenaan dengan penelitian yang dilakukan pada makna simbol busana telok belanga` dalam tari tradisi Jepin Langkah Simpang Kota Pontianak peneliti melakukan analisis dengan mencari keterkaitan antarelemen yang dikaitkan dengan nilai, simbol, dan budaya.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data sebagai berikut: (1) Menganalisis dan menginterprestasikan makna simbol busana telok belanga` dalam tari tradisi Jepin Langkah Simpang; (2) Menganalisis dan menginterprestasikan peran busana telok` belanga dalam tari tradisi Jepin Langkah Simpang terhadap perkembangan busana tari di Kota Pontianak; (3) Diskusi dengan dosen pembimbing; (4) Menyimpulkan hasil penelitian tentang makna simbol busana telok belanga` dalam tari tradisi Jepin Langkah Simpang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini dilaksanakan di Kota Pontianak. Melalui teknik observasi, maka terpilihlah Istana Kadriah Pontianak dan Kelurahan Dalam Bugis sebagai tempat penelitian. Dari hasil wawancara dan dokumentasi, penelitian ini memperoleh dua data yaitu makna simbol yang terkandung pada busana telok belanga` dalam tari Jepin Langkah dan peran busana telok belanga` terhadap perkembangan busana tari di Kota Pontianak. Data hasil penelitian ini yaitu (1) hasil wawancara dengan narasumber serta realisasi busana telok belanga` dalam tari Jepin Langkah Simpang beserta simbol-simbol yang terdapat dalam busana tersebut; (2) peran busana telok belanga` terhadap perkembangan busana tari yang terwujud dalam simbol-simbol yang masih dipergunakan pada busana tari yang telah mengalami perubahan saat ini.
No. 1.
2.
Tabel 1 Deskripsi Makna Simbol Busana Telok Belanga` Bagian Busana Makna Yang Terkandung Bentuk leher tulang belot yaitu model leher yang dibuat secara sederhana agar dengan mudah dan cepat saat akan digunakan, ibarat hewan belut yang licin. Jumlah kancing yang hanya satu buah diibaratkan mata belut, disisi lain jumlah kancing satu diartikan sebagai ihsan yang dalam bahasa arab berarti kesempurnaan atau terbaik. Lubang tali dimaksudkan sebagai buntut belut yang berarti setiap perjalanan hidup manusia akan menemui batas akhir yang menghubungkannya dengan segala sesuatu dari awal manusia itu lahir. Pesak` yaitu atau bahan kain lebih yang sengaja dibuat untuk menambah ukuran agak lebih besar dari ukuran asli baju yang digunakan, terletak di bagian samping kiri dan kanan tepatnya di bawah ketiak hingga batas akhir panjang baju. baju yang menggunakan pesak` akan melindungi diri si pemakai dari serangan musuh yang akan menyerang pada bagian kiri dan kanan, hingga bukan bagian tubuh yang terkena senjata tajam melainkan baju yang dikenakan saat itu.
3.
Panjang celana sebatas mata kaki yang mengartikan agar dalam penggunaan busana terhindar dari najis yang ada di lantai saat membawakan tarian.
4.
Kain insang corak insang yang diilhami dari bentuk insang ikan, bentuk tersebut di atas kain blacu atau kain yang terbuat dari bahan untuk karung tepung gandum karena pada saat itu kain blacu dianggap baik jika digunakan untuk media lukis dan pembuatan kain.
5.
Kain insang corak parang rusa karena bentuk motif yang besar seperti parang merupakan gambaran dari senjata parang yang digunakan untuk menyembelih atau memotong hewan rusa. Sedangkan hewan rusa yang berkaitan dengan sebutan dalam corak kain merupakan rusa yang memiliki motif belang besar seperti bentuk parang di bagian tubuhnya.
6.
Bahan satin dan warna putih yang digunakan karena bahan satin mudah menyerap keringat, sedangkan warna putih agar tampak lebih gemerlap dan menahan sinar matahari saat penampilan tari di luar ruangan.
7.
Kain di lipat dari bagian kiri menutup tengah kearah kanan dan dilanjutkan dengan bagian kanan menutup tengan kearah kiri, yang mengartikan sebagai posisi tangan saat Qiam atau posisi berdiri sempurna saat melaksanakan ibadah sholat dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri.
8.
Muka kain pada kain diletakkan di bagian belakang bagi laki-laki dan di bagian depan bagi perempuan dengan maksud sebagai pembeda saat digunakan.
9.
Panjang kain yang telah selesai di lipat hingga menutupi lutut yang berarti si pemakai masih perjaka dan bukan seseorang dari keluarga bangsawan, selain memenuhi kewajiban untuk menutup aurat untuk kaum laki-laki.
Tabel 2 Peran Busana Telok Belanga` Terhadap Perkembangan Busana tari No.
Bagian Busana
Keterangan
1.
Baju yang masih menggunakan bahan satin namun tampak perubahan di bagian leher yang lebih tinggi dan kombinasi kain di bagian depan baju. Akan tetapi pada busana tersebut masih menggunakan pesak`.
2.
Penggunaan kain dan celana mengalami perubahan yang menyeimbangkan baju yang digunakan. Pada kain dan celana terdapat variasi di bagian bawah, namun cara penggunaannya tetap sama.
3.
Dalam busana tari yang telah mengalami perkembangan, penggunaan kopiah masih digunakan saat ini. Akan tetapi telah dikombinasikan dengan hiasan seperti bros.
Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 29 Desember 2013 sampai dengan tanggal 11 Januari 2014. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengobservasi tempat yaitu Kompleks Istana Kadriah dan Kelurahan Dalam Bugis. Penenliti mengamati terlebih dahulu bagian-bagian yang akan dijadikan tempat observasi seperti lingkungan, kepercayaan, kebiasaan dan suku dengan cara mengamati keterangn data-data menyangkut bahan penelitian, mendengarkan apa yang dikatakan, mencatat, mempertanyakan informasi yang menarik, dan mempelajari dokumen yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan pendapat Djaali dan Mulyono (2007), yang mengungkapkan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang dijadikan obyek pengamatan. Selanjutnya membuat daftar pertanyaan yang sama untuk ketiga narasumber, karena dalam hal penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara sebagai satu di antara cara penghimpuan data-data. Teknik wawancara yang digunakan meliputi wawancara langsung dan tak langsung dengan menyiapkan pokok permasalahan terlebih dahulu dengan beberapa
pertanyaan inti, namun meruncing pada pokok permasalahan penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat dan Dadandjaja (dalam Idrus, 2009), yang menyatakan pertanyaan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun selalu berpusat pada suatu pokok masalah tertentu. Pertemuan pertama dengan bapak M. Yusuf D yang merupakan seniman dan pelaku seni di Kota Pontianak. Berdasarkan penuturan narasumber didapatlah data-data mengenai sejarah tari Jepin Langkah Simpang, busana yang digunakan serta perkembangannya hingga saat ini. Tari Jepin Langkah Simpang adalah adalah satu di antara tari tradisi Melayu yang ada di Kota Pontianak. Diciptakan oleh seniman lama bernama M. Jaiz dari Telok Pakedai pada tahun 1942. Penciptaannya bermula pada zaman Jepang yang mempertemukan simpang-simpang di daerah sekitarnya seperti Kubu-kubu, Tanjung Bunga, Tanjung Saleh, Padang Tikar dan Kakab yang memiliki gerak tari beragam. Kemudian gerak-gerak tari tersebut disatukan dan diberi nama Jepin Langkah Simpang. Masuk dan berkembang ke Kota Pontianak tepatnya di Istana Kesultanan Pontianak pada tahun 1946. Peneliti mendapat beberapa data tentang busana dan makna yang terkandung pada busana yang digunakan, diantaranya bahan, warna, kain sarung dan assesoris. Bahan dan warna yang digunakan adalah satin berwarna putih yang dimaksudkan kesucian dan kebersihan. Kain sarung yang digunakan adalah kain Insang corak insang yang warnanya disesuaikan oleh penaari yang akan membawakan tarian. Assesoris yang digunakan berupa kopiah berwarna hitam yang mengartikan Islam yg kuat. Pertemuan kedua dengan bapak Juhermi Thahir. Beliau merupakan penari dan pelaku seni di Kota Pontianak. Dari beliau peneliti mendapatkan hasil yang sama pada pertemuan pertama dengan bapak M. Yusuf D mengenai sejarah, busana yang digunakan dan perkembangan tari Jepin Langkah simpang hinga saat ini, sehingga peneliti diminta langsung untuk belajar gerak tari Jepin Langkah Simpang. Pertemuan ketiga dengan Bapak Sy. Selamat Joesoef Al-Qadrie yang merupakan Ketua Dewan Adat MABM Pontianak dan menjabat sebagai Pangeran Bendahara di Istana Kadriah. Hasil wawancara dengan beliau peneliti mendapatkan data lebih lengkap mengenai makna simbol terdapat pada busana telok belanga` dalam tari Jepin Langkah Simpang, berupa bentuk, bahan dan warna, ukuran, jumlah dan cara pemakaian busana yang mengandung arti. Pertama bentuk baju lengan panjang yang dibuat seperti baju koko pada umumnya, memiliki arti seorang muslim. Bentuk leher tulang belot, yang melingkar agar mempermudah dalam hal pemakaian seperti binatang belut yang licin. Kancing satu dan pengait kancing yang letaknya berhadapan dengan letak kancing ibarat mata belut dan ekor belut yang berarti awal dan akhir kehidupan manusia. Bahan dan warna yang digunakan adalah satin berwarna putih. satin dimaksudkan agar saat penampilan tari tampak gemerlap selain bahan satin mudah menyerap keringat, tidak panas dan bahansatin adalah bahan yang sangat mudah dijangkau pada saat itu. Warna putih diartikan sebagai kesucian dan kebersihan. Ukuran baju dibuat lebih besar dari ukuran asli tubuh penari dengan menggunakan pesak` yaitu bahan kain lebih yang diletakkan dibagian sisi kanan dan kiri baju. Hal tersebut berkaitan dengan cerita pada zaman peperangan melawan penjajahan Belanda tahun 1942, baju yang menggunakan pesak` akan melindungi pemakai karena senjata yang ditujukan tidak akan langsung mengenai tubuh, tetapi mengenai pesak` yang ada di sisi kanan dan kiri baju. Sedangkan dalam hal pementasan tari, pesak` digunakan agar mempermudah dalam melakukan gerak tari. Hal tersebut diatas dapat dikaitkan dengan makna busana sebagai pelindung tubuh yang sesuai dengan pendapat Enninger (dalam Danesi 2012), yang mengungkapakan fungsi busana yang sangat penting adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam bertahan hidup dan perlindungan tubuh. Selain sebagai pelindung tubuh, busana telok belanga` dapat menjadi siri khas dari seseorang dalam konteks budaya. Hal ini sependapat
dengan Desmond Moris (dalam Bernard, 1996), yang menyatakan Busana dapat mempermudah orang lain dalam mengenali asal-usul seseorang dari busana yang dikenaka sebagai identitas budaya. Bagian bawah busana berupa celana panjang yang panjang ukurannya hingga mata kaki. Hal tersebut mengandung arti bahwa dalam kehidupan sehari atau dalam pementasan tari, pengguna akan terhindar dari najis saat digunakan. Dilanjutkan dengan penggunaan kain insang corak insang atau corak parang rusa. Cara penggunaan kain dimulai dengan melipat bagian kiri ke tengan dilanjutkan dengan bagian kanan ke tengah menutup kiri. Hal tersebut diartikan sebagai Qiam atau posisi tegak dan tangan berada di depan perut saat sholat setelah mengangkat takbiratul ihram, letak muka kain di bagian belakang, dilanjutkan dengan menggulung bagian atas kain hingga pinggang dan panjang kain di bawah lutut. Hal tersebut berarti seseorang yang menggunakan bukan dari keluarga bangsawan. Assesoris yang digunakan berupa kopiah hitam yang menggambarkan Islam yang kuat. Busana tari saat ini sudah mengalami perkembangan dengan menggunkan tambahan assesoris dan hiasan-hiasan yang beranekabentuk dan warna. Akan tetapi, tidak meninggalkan ciri asli dari pembuatan busana tari saat ini. Hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan bahan dan pesak` dalam busana tari yang telah mengalami perkembangan, dengan menambah aksenaksen tertentu di bagian baju, celana dan kain agar terlihat lebih indah dan menarik saat digunakan. Assesoris yang digunakan kerap kali menggunakan kopiah dengan hiasan bross atau menggunakan tanjak`. Hal tersebut membuktikan bahwa busana telok belanga` dala tari jepin Langkah Simpang berperan dalam perkembangan busana tari hingga saat ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa busana telok belanga` dalam tari Jepin Langkah Simpang memiliki makna-makna yang terkandung pada simbol-simbol yang ada pada bagian busana, yang meliputi bentuk, ukuran, warna, bahan dan cara penggunaannya. Busana telok belanga` dalam tari Jepin Langkah Simpang memiliki peran dalam perkembangan busana tari saat ini dengan masih digunakannya bentuk pesak` dan bahan busana yang digunakan. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) busana telok belanga` sebagai satu di antara warisan budaya, hendaknya dapat di jaga dan dilestarikan dengan cara mengenalkan busana telok belanga` kepada masyarakat luas khususnya pelajar dan mahasisiwa, (2) untuk mempertahkan keberadaan dan eksistensi busana telok belanga` perlu adanya penggerak penggunaan busana telok belanga` satu hari dalam satu minggu di lingkungan dinas, (3) hendaknya menjadi dasar acuan berbusana yang baik sesuai dengan norma-norma kesopanan, dan (4) bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang makna busana tari, sebaiknya memperhatikan kekurangan dalam penelitian ini agar mencapai hasil yang lebih maksimal. DAFTAR RUJUKAN Berger, Asa, Arthur. 2010. Pengantar Semiotika. Yogyakarta: Tiara Wacana. Barnard, Malcolm. 2011. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra. Dillistone, W, F. 2002. The Power of Symbols. Yogyakarta: Kanisius. Djaali, Mulyono Pudji. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakrta: Grasindu. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakrta: Erlangga. Poerwadaminta. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Sulaiman, Nasruddin, dkk. 1993. Pakaian Adat Tradisioanal Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Sutrisnaatmaka, A. M. 2012. Liturgi dan Devosi. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.