Makna Menarche (5. Lestari & W. D.
Pratisti)
1
MAKNA MENARCHE DAN PENGALAMAN PSIKOLOGIS YANG MENYERTAINYA
Sri Lestari & Wiwin Dinar Pratisti
.)
Abstract Menarche occurs suddenly and unexpectedly. This sudden and unexpected life experience tends to be a memorable event in a woman's life. The aim of this research is to understand the meaning of menarche for women and to find out the psychological experience that comes along with it. The data was collected by semi-structured interview. Twenty one women, age 14-46 years, participated in this study. The resutts indicate that menarche is an important transition event in a woman's life cycle. A woman who is unprepared and uninformed about menstruation tends to experience negative emotion during the onset of menstruation. The of menarche is sign of maturation and also strengthens femininity as a form
meaning
a
it
Keywords: menarche, psychological experience
Berbagai kajian menunjukkan bahwa menarkhe terjadi pada usia yang semakin muda. Bila dulu anak perempuan kebanyakan mengalami menarche pada usia 12-13 tahun, maka sekarang anak perempuan usia 10-11 tahun suCah mengalami menarche. Menurut Tanner (dikutip oleh Finley, 2003) hal ini antara lain diakibatkan oleh asupan nutrisi yang semakin baik kualitasnya sehingga berpengaruh pada kondisi frsiologis terutama yang terkait dengan hormon reproduksi.
Menarche, peristiwa menstruasi pertama, merupakan peristiwa transisi merupakan pertanda secara biologis bahwa seorang perempuan sudah memi[ki kapasitas untuk bereproduksi. V\/alaupun menarche berupa peristiiua biologis yang alamiah, namun sarat dengan reaksi psikologis. Tidak seperti perturnbuhan payudara dan rambut pubis yang terjadi secara perlahan-lahan, kehadiran menarche begitu tiba-tiba dan tidak.dapat diprediksi sebelumnya (Yeung, Tang, & Lee, 2005). Menarche menjadi tanda peralihan anak perempuan menjadi perempuan dewasa. Terjadinya menarche dapat diiringi dengan emosi positif maupun negatif. Sebagai contoh, ada anak perempuan yang menangis, bingung, ticiak tahu apa yang harus diperbuat ketika pada suatu pagi ia menjumpai bercak darah pada pakaian dalamnya. la tidak tahu penyakit apa yang dideritanya, sehingga tiba-tiba berdarah. Di dalam kehidupan bermasyarakat, peran orangtua dalam mempersiapkan anak perempuan untuk menghadapi menarche nampaknya belum optimal. Masih banyak anak perempuan yang tidak mendapatkan
yang penting dalam siklus kehiclupan perempuan. Menstruasi
', Penulis pertama adalah dosen tetap Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (email :
[email protected]), penulis kedua adalah alumnus S1 Psikologi dan 52 Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2
Arkhe Th.l3/No.1/2008 (h.
1-8)
pembekalan dari orangtuanya. Sementara di sisi lain, masih muncul fenomena orangtua yang mengalami kebingungan untuk menjelaskan menarche pada anak perempuannya. Hal ini dapat disebabkan oleh pengetahuan orangtua yang terbatas atau kekurangmampuan untuk menyampaikan informasi kepada anak (Lestari, 2OO2). Pengetahuan tentang menstruasi sebagai bagian dari seksualitas dapat diperoleh diri berbagai sumber. Selama ini yang menjadi sumber rujukan untuk berkaitan dengan seksualitas adalah media massa, teman sebaya, topik yang -dan-orangtua. Selain pengetahuan, sikap remaja terhadap menstruasijuga guru, budaya yang berkembang di masyarakat berkaitan nilai-nilai dipengaruhi oleh (Abdullah, 2002). menstruasi dengan makna sebagai perdarahan sebulan didefinisikan menstruasi medis, Secara yang cukup umur untuk perempuan pada vagina, yang melalui keluar sekali lapisan rahim (Dalton erosi oleh terjadinya yang diakibatkan anak, mengandung dikut-ip oleh Wasmukan, Waskito,
& Reksonotoprodjo, 1996; Rowland,
2001).
Sebagai persiapan''bagi kehadiran janin, lapisan rahim (endometrium) mengalami penebalan. Jika sel telur di dalam rahim tidak mengalami pembuahan, maka penebalan yang sudah terjadi akan mengalami peluruhan atau erosi. Dalam proses peluruhan ini terjadi perdarahan, kemudian darah yang bercampur dengan sel-sel peluruhan lapisan rahim keluar melalui vdgina sebagai darah 'nenitruasi. Dari tinjauan ini, menyebut menstruasi sebagai darah kotor yang berkonotasi menjijilikan sesungguhnya kurang tepat. Darah menstruasi tak berbeda dengan darah yang keluar dari luka-luka yang lain. Siklus menstruasi dimulaidengan keluarnya darah pada hari pertama dan berakhir pada hari terakhir menjelang menstruasi berikutnya. Panjangnya siklus menstruasi bervariasi dari 21-4A hari, dengan rata-rata 28 hari. Hanya sedikit perempuan yang mengalami menstruasi yang teratur sehingga mereka dapaf rnempi-ediksi siklus menstruasinya berdasarkan pola mettstruasi yang dialami sebelumnya (Masters, Johnson, & Kolodny, 1992).
santrock (1gg5t2oo2) merangkum beberapa pendapat ahli
dan
,rnenyatakan bahwa dalanr hal menstruasi, periode menstruasi pertama dapat terjaii secepat-cepatnya pada usia 10 tahun atau selambat-lambatnya pada usia 15/z lahun, masih dianggap notrtal. perubahan kondisi fisiologis terjadi ketika menstruasi nrempengaruhi kondisi psikologis perempuan. Merdelang menstruasi, perempuan merrjadi mudah tersinggung, tiba-tiba merdadi pendiam, kalau bicara sering menyakitkan hati o:'ang tain, Cin nrarah tanpa alasan yang jelas. Selain itu, juga terjadi ketegangan pramenstruasi yang timbul secara tiba-tiba yang ditandai dengan uusu'i1 untuk beristirahat dan perasaan selalu dikejar-kejar waktu. Ketegangan ini semakin menghebat bila piki;'an sedang kacau (wasmukan, et al., 1996). Berdasarkan hasil penetiiian yang dilakukan terhadap perempuan di P,arat, Yeung, et al. (2005) mengelompokkan reaksi emosi perempuan terhadap mena,rche menjadi dua yakni emosi positif dan emosi negatif' Emosi positif mencakup bahigia, bangga, gembira, lebih feminin, sedangkan emosi negatif mencakup malu, marah, takut, khawatir, terkejut, jengkel, dan bingung. Lebih lanjut, Yeung, et al. (2005) mengungkapkan bahwa sejumlah studi dengan sampel perempuan Barat menunjukkan bahwa gadis yarrg dipersiapkan sebelum menstruasi memiliki pengalaman yang Iebih positif dibandingkan gadis yang tidak dipersiapkan pada permulaan menstruasi.
Makna Menarche (S. Lestarf & W. D.
Pratisti) 3
Menstruasi merupakan tanda kematangan seksual pada perempuan secara biologis. Bagi perempuan, menstruasi dirasakan membahagiakan karena merupakan tanda dimilikinya kemampuan reproduksi. Selain itu, dialaminya menstruasi dimaknai sebagai transisi dari anak perempuan menuju perempuan dewasa (Martin, dikutip oleh Elson, 2002). Jadi kehadiran menstruasi pertama (menarche) merupakan simbol status perempuan secara normatif. Hasil penelitian Elson (2002) menyatakan bahwa persepsi responden 'terhadap pengalaman menarche dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengungkap keterkaitan menstruasi dengan identitas jender. Tulisan ini mendeskripsikan pengalaman psikologis yang menyertai menarche dan makna menarche bagi perempuan yang mengalaminya. Tulisan ini diharapkan dapat membantu untuk memahami emosi-emosi negatif yang muncul dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasinya. Permasalahan Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini merumuskan pertanyaan Bagaimana pengalaman psikologis perempuan yang mengalami menarche? (b) Apa makna kehadiran menarche dalam siklus kehidupan perempuan?
yaitu:
(a)
Metode
Subyek Penelitian Penelitian dilakukan terhadap 21 orang perempuan yang dilahirkan antara dekade 1960 sampai 1990, yang memiliki riwayat pernah mengalami menarche. Usia subyek berkisar dari 14 tahun sampai 46 tahun. Seluruh subyek tingga! diwilayah Surakarta. Wawancara pada subyek dilakukarr pada bulan April dan Mei 2007. lnstrumen Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan adaiah wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi (Flick, 2002) melalui penyajian data dalam bentuk matriks dan kategcirisasi Cata sesuai dengan tema-tema yang muncul dalam wawancara. lnterpretasi data dilakukan dengan melakukan kajiarr terhadap teoi-i-teori psikologi.
Hasil Penelitian Makna Menarche Kehadiran menarche sebagai pengalaman psikologis dimaknai sebagai sesuatu yang positif oleh para subyek. Dari hasil wawancara terdapat dua tema utama yang muncul tentang makna menarche yakni (a) sebagai proses transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, dan (b) memperkuat identitas jender sebagai perempuan. Pemaknaan terhadap menarche tersebut berimplikasi pada sikap subyek setelah menarche. Subyek yang memaknai menstruasi sebagai proses transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa menyatakan bahwa mereka berupaya untuk lebih dewasa dalam berpikir, bertindak, berpenampilan, dan berani bertanggung jawab terhadap kepulusan yang dibuat. Satu subyek berinisial Di
Makna Menarche (S. Lestari & W. D.
Pratisti)
3
Menstruasi merupakan tanda kematangan seksual pada perempuan secara biologis. Bagi perempuan, menstruasi dirasakan membahagiakan karena merupakan tanda dimilikinya kemampuan reproduksi. Selain itu, dialaminya menstruasi dimaknai sebagai lransisi dari anak perempuan menuju perempuan dewasa (Martin, dikutip oleh Elson, 2002). Jadi kehadiran menstruasi pertama (menarche) merupakan simbol status perempuan secara normatif. Hasil penelitian Elson (2002\ menyatakan bahwa persepsi responden''terhadap pengalaman menarche dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengungkap keterkaitan menstruasi dengan identitas jender. Tulisan ini mendeskripsikan pengalaman psikologis yang menyertai menarche dan makna menarche bagi perempuan yang mengalaminya. Tulisan ini diharapkan dapat membantu untuk memahami emosi-emosi negatif yang muncul dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasinya. Permasalahan Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini merumuskan pertanyaan Bagaimana pengalaman psikologis perempuan yang mengalami menarche? (b) Apa makna kehadiran menarche dalam siklus kehidupan perempuan?
yaitu:
(a)
Metode
Subyek Penelitian Penelitian dilakukan terhadap 21 orang perempuan yang dilahirkan antara dekade 1960 sampai 1990, yang memiliki riwayat pernah mengalami menarche. Usia subyek berkisar dari 14 tahun sampai 46 tahun. Seluruh subyek iinEga! diwilayah Surakarta. Walvancara pada subyek dilakukarr pada bulan April dan Mei 2007. lnstrumen Penelitian Metode pengumpulan data yang digunakan adaiah wawancara semi terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi (Flick, 2002) melalui penyajian data dalam bentuk matriks dan kategcirisasi Cata sesuai dengan tema-tema yang muncul dalam wawancara. lnterpretasi data dilakukan dengan melakukan kajiarr terhadap teori-teori psikologi.
Hasil Penelitian IJlakna Menarche
Kehadiran menarche sebagai pengalaman psikologis dimaknai sebagai sesuatu yang positif oleh para subyek. Dari hasil wawancara terdapat dua tema utama yang muncul tentang makna menarche yakni (a) sebagai proses transisi
dari masa anak-anak ke masa dewasa, dan (b) memperkuat identitas jender sebagai perempuan. Pemaknaan terhadap menarche tersebut berimplikasi pada sikap subyek setelah menarche. Subyek yang memaknai menstruasi sebagai proses transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa menyatakan bahwa mereka berupaya untuk lebih dewasa dalam berpikir, bertindak, berpenampilan, dan berani bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat. Satur subyek berinisial Di
Makna Menarche (5. Lestari & W. D:
pratisti)
s
yang tiba-tiba. selain kaget, perasaan lain yang juga muncul adalah cemas, bingung, dan takut. Rasa cemas muncul karena subyek rnerasa belum siap untuk mengantisipasinya, terutama ketika darah menstruasiyang keluar banyak. Ada pula subyek yang merasa bingung karena tidak tahu harus melakukan apa ketika tibatiba menstruasi datang. Bahkan ada subyek yang merasa takut karena mengira terserang suatu penyakit, seperti yang diungkapkan subyek Nr dan Wi berikut. Demikian pernyataan Nr, 'Waktu itu pokoknya ngeri banget, waktu itu di sekolah...pertama nggak tahu aku malah nangis kirain penyakit gitu, nangis nggak berani mengadu ke siapa-siapa, akhirnya ngaku ke kakakku." Sedangkan Wi menyatakan, "sempet takut banget! Sumpah ya Allah. Gini, ya Allah iniapa ini? Tak kirain aku sakit apa, kok keluardarahe gini...gini." Sementara itu, perasaan senang dirasakan oleh subyek yang menyalakan telah menunggu-nunggu menarche. Hal ini terjadi karena temanteman sebayanya telah mengalami menarche, sedangkan ia belum. Bahkan ada ritual yang dilakukan oleh orangtua subyek agat menarche segera datang. Sepertidipaparkan oleh subyek Kis berikut, lha pas waktu itu tuh ya orang tua ya takut kalau sudah umur segini kan.. trus ke orang pintar itu katanya..terus ya itu coba suruh nengok ke sumur itu.. kan ' diapusi eh kae ono apane tho delok eh eh dilihat itu ada apanya di daram sumur itu kelihatanya ada apanya gitu lha terus saya itu kan terus nengok terus habis itu digetak. Hah jadi kan kaget gitu nah kan gak tahu kok gitu tapi disuruh orangtua, orang pinter.
Ada pula subyek yang merasa senang dengan datangnya menarche karena ia merasa telah siap untuk menghadapi menarche. Kedatangan menarche membuatnya merasa menjadi wanita yang sesungguhnya seperti yang
dinyatakan subyek Ni dan Nr. Subyek Ni menyatakan, "enggak ya, nralah senang. Malah wah saya sudah menjadi warrita yang sesungguhnya gitu lho." Sedangkan subyek Nr nrenvatakan, "aku haid yang pertarra itu udah kaya ngrasa dewasa ya senrpat bangga juga sih." Berdasarkarr pengalaman yang dipaparkan, perasaan yang menyeriai kehadiran menarche dapat dikelonnpokkan menjadi dua yakni emosi pcsitif dan emosi negatif. Emosi positif n€ncakup perasaan senang, dan bangga, sedangkan dalam emosi negatif mencakup kaget, cemas, bingung, dan takut Pembahasan
Dalam siklus kehidupan seorang perempuan, menarche merupakan peristiwa transisiyang menandai perpindahan anak perempuan menjadi cewasa perempuan. Kehadiran menarche yang tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi sebelumnya menjadikan peristiwa menarche meninggalkan kesan yang mendalam bagi perempuan yang mengalaminya. Kehadiran menarche sebagai pengalaman psikologis dimaknai secara positif. Menarche dimaknai sebagai proses transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, dan memperkuat identitas jender sebagai perempuan. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian lain yang menemukan bahwa menstruasi memperkuat fertilitas, normalitas, kesehatan, dan femininitas. Menstruasi juga mempertegas perasaan sebagai perempuan (Lee, 2002).
6
Arkhe Th.13/No.1/2008 (h. 1-8)
Seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan terhadap perempuan di Barat (Yeung, et al., 2005), reaksi emosi yang menyertai menarch,e pada perempuan dingan budaya lokal juga dapat dikelompokkan menjadi dua yakni
emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif yang muncul dalam penelitian ini adalah senang dan bangga sebagai perempuan. Emosi positif lain yang muncul setelah menalche yaitu merasa lebih feminin dan lebih dewasa. Emosi negatif yang menyerlai menarche yakni terkejut, cemas, bingung, takut, dan khawatir. tmosi negatif yang menyerlai menarche didasari oleh kurang siapnya subyek menghadJpi menarche. Bahkan ada subyek yang mengalami ketakutan ketika melifiat ada bercak darah pada pakaian dalamnya dan mengira ia telah terkena suatu penyakit, seperti diungkapkan oleh Nr dan Wi. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anak perempuan yang menunjukkan reaksi emosi positif ketika menarche tiba adalah anak perempuan yang telah dipersiapkan ibunya sebelum mengalami menstruasi. Sebaliknya, negatif dialami oleh anak perempuan yang belum pernah reaXsi emosi yang -informasi tentang menstruasi sebelumnya. Hasil penelitian ini mendapatkan sesuai dengan penelitian Yeung, et al. (2005) bahwa anak perempuan yang dipersiapkan sebelumnya memiliki pengalaman yang lebih positif dibandingkan gadis yang tidak dipersiapkan pada permulaan menstruasi. Menarche sebagai peristiwa yang penting dalam transisi kehidupan anak perempuan untuk menuju dunia perempuan dewasa belum mendapat perhatian penuh'dari para ibu. Hal tersebut dapat diketahui dari sedikitnya ibu yang benarLunrr mempersiapkan anak perempuannya untuk menghadapi menarche, jauh sebelum anak perempuannya mengalami menarche. Sebagian besar subyek menjadikan ibu sebagai sumber rujukan untuk bertanya tentang menstruasi juga tidak iustru setelah mereka mengalami menarche. Pada sisi lain, ibu sikap menunjukkan lebih namun pemberi informasi, bersikap proaktif sebagai perempuannya' anak oleh bila ditanya menjawab atau memberitahu reaktif, yakni 'pemberian informasitentang menarche dari ibu belum sepenuhttya dapat membantu anak untuk menriliki pengetahuan tentang menstruasi yang adekuat. Meskipun demikian, dala peneliiian menunjukkan bahwe reaksi emosi yang 'positit seperti tidak takut dan senang, ditemukan pada subyek yang merrdapatkan informasi tentang menstruasi dari lbu jauh hari sebelutn rnereka mengaiami menarche. Sementara itu, para subyek yang mendapatkan informasi tentalng menarche sesudah peristiwa rnenarche terjadi menunjukkan emosiyang takut, cemas, bingttng, dan panik. negatif - sepertiterkejut, yang menyertai peristiwa menarche tidak berlangsung negatif Emosi mencari tahu lebih lanjut tentang menstruasi dan kemudian lama, kar'ena subyek Dalam situasi tersebut para ibu membantu ibu. penlelasan dari mendapatkan terhadap peristiwa menarche- Pesan yang makna memberikan untuk subyek anak perempuannya mengalami menarche mengetahui ketika ibu disampaikan sudah memasuki masa dewasa. pertanda seseorang menstruasi bahwa adalah pada diri subyek untuk pada dorongan timbulnya berdampak Hal ini ternyata telah dewasa. Sikap yang ia memang bahwa pada lingkungan menunjukkan dan bertanggungjawab keputusan mengambil berani lain adalah *rn"ui antara juga untuk mengubah berusaha itu, subyek perilakunya. Selain terhadap lebih mandiri. untuk berusaha lagidengan kekanak-kanakan agartidak sikapnya selain membantu memberikan makna, ibu juga menyampaikan pesan moral agar lebih berhati-hati dalam bergaul dengan lawan jenis. Pesan moral seperti yang disampaikan ibu tersebut memiliki peran yang penting karena
Makna Menarche {5. Lestari & W. D.
Pratisti)
Z
menjadi pembeda dengan sumber informasi lainnya. seperti yang diungkapkan oleh Bennett dan Dickinson, serta Fisher (dikutip oleh Allgeier & Allgeier, 1991) bahwa pendidikan seksualitas yang diberikan orangtua tidak hanya memuat informasi tetapi juga menjamin tersampaikannya nilai-nilai moral yang terkait dengan seksualitas. Peristiwa menarche juga memperkuat identitas jender pada anak perempuan yang mengalarninya, seperti yang diungkapkan oleh Martin (dikutip oleh Elson, 2002). Penguatan identitas jender sebagai perempuan tersebut nampak dalam ungkapan subyek seperti "merasa menjadi wanita yang sesungguhnya", "merasa benar-benar perempuan" , dan "merasa senang sebagaiwanita." Penguatan jender sebagai perempuan tersebut, selanjutnya diikuti dengan perubahan sikap paska menarche. Ada subyek yang menyatakan bahwa ia mulai memiliki rasa tertarik pada lawan jenis, ada yang berusaha tampil lebih feminin, ada pula yang bersikap lebih sopan terutama ketika bergaul dengan lawan jenis. Bila ditinjau dari psikologi perkembangan, remaja yang memasuki masa pubertas akan berpikir tentang diri sendiri secara berbeda dari sebelumnya. DBmikian juga orangtua dan teman sebaya mulai bersikap yang berbeda terhadap remaja (Santrock, 1995/2002). Hal ini juga dialami oleh remaja perempuan yang mengalami menarche. Mereka memandang dirinya berbeda dari sebelumnya, dalam arti mereka telah merasa dewasa dan bukan anak-anak lagi. sikap orangtua dan teman sebaya juga mengukuhkan perasaan dewasa tersebut dengan memberikan tuntutan untuk berperilaku yang sesuai dengan kriteria orang dewasa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa menarche tidak nrenjadi proses biologis semata. Akan tetapi, juga memiliki muatan psikologis yang berupa emosi negatif maupun positif, dan penguatan identitas jencer sebagai perempuan. Kehadiran menarche juga menjadi titik mula bagi
remaja perernpuan untuk menunjukkan kedewasaan pada
lingkurrgan
Kedewasaan tersebut ditampilkan dalam bentuk penampilan yang bercitra lebih
dewasa dan kesediaan untuk bertanggungjawab terhadap keputusan yang dianrbil.
Kesimpulan
Makna menarche bagi subyek adalah sebagai masa transisi dari anak perempuan menuju perempuan ctewasa. Transisi tersebut diperkuat dengan adanya perubahan sikap oaska menarche yang semakin dewasa dan terjadi penguatan identitas jender dengarr semakin feminin dibandingkan sebelum menarche. Menarche tidak hanya menjadi peristiwa biologis, namun juga peristiwa psikologis. Hal ini terbukti dengan adanya reaksi emosi positif dan negatif yang menyertai menarche. Reaksi emosi positif ditemukan pada subyek yang memiliki kesiapan untuk menghadapi menarche, sedangkan reaksi emosi negatif dialami oleh subyek yang kurang siap menghadapi menarche.
8
Arkhe Th.l3/No.1/2008 (h. 1-8)
Saran untuk Penelitian Lanjutan Penelitian ini baru terfokus pada penggalian pengalaman menarche pada perempuan dengan jumlah subyek yang terbatas. Penelitian lanjutan dapat dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan jumlah subyek yang lebih besar, agar lebih banyak aspek dalam menstruasi yang dapat diteliti. Selain itu, dapat pula dilakukan penelitian yang mengkaji kualitas komunikasi ibu-anak terutama yang terkait dengan penyampaian informasi tentang menstruasi, yang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana peran ibu dalam mempersiapkan anak remajanya menyongsong menstruasinya yang petama kali.
Daftar Pustaka Abdullah, l. (2002). Mitos menstruasi: Konstruksi budaya atas realitas gender. Humaniora, 1 4(1), 34-41. Allgeier, E. R., & Allgeier, A.R. (1991). Sexual interactions (3rd edition). Boston: D.C. Heath and Company. Elson, J. (2002). Menarche, menstruation, and gender identity: Retrospective accounts from women who have undergone pre-menopausal hysterectomy - 1. Sex Ro/es: A Journal of Research. January. (Online). Retrieved January 18, 2007 from http://www.findarticles.com/o/ articleslmi m2294/is 2002 Jan/ai 90333584. Finley, H. (2003). Average age at menarche in various cultures. Retrieved April 1 2, 2007, from http ://www. mu m.org/menarage. htm. Flick, U. (2002). An lntroductian to qualitative research (2nd edition). London: Sage Publications. Lee, S. (2A04. Health and sickness: the meaning of rnenstruation and prenrenstrual svndronte in women's lives - 1. Sex Ro/es: A Journal of Research. January (cnline) Retrieved January 15,2007 from |!!U/AAA A L findarttele!=AAtn.
Lestari, S. (2002). Peningkatan kemanrpuan ibu dalam mengkomunikasikan seksualitas kepada anak meialui pemberian intbrmasi. Iesrs tidak diterbitkan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Masters, W. H., Johnson, V. E., & Kolodny, R. C. 1992. Hunan sexuality (4th edition). New York: l{arper Collins Publishers. Rowland, B. (2001) Menstruation. Encyclopedia cf Alternative Medicine. (Online).
Retrieved January 'tB, 2A07 from mi q2603/is 0000/ai 2603000088.
htlp/tinOartictes.coml@
Santrock, J.W. (2002) Perkembangan masa hrdup (edisi ke-S) (A. Chusairi & J. Damanik, Penerj.). Jakarta: Erlangga. (Karya asliditerbitkarr tahun 1995) Wasmukan, Waskito, & P. Reksonotoprodjo. (1996). Permasalahan haid, nifas dan istihadlah: Tinjauan fiqh dan medis. Surabaya: Risalah Gusti. Yeung, D. Y. L, Tang, C. S-K., & Lee, A. (2005) Psychosocial and cultural factors influencing expectations of menarche: A study on Chinese premenarcheal teenage girls. Journal of Adolbscenf Research, 20(1), 118-135 (Online) Retrieved April 12, 2007 from http://iar.saqepub.com/cqi/content/ abslractl21 I 1 /1 1 8. html.