eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung
Yulviana Gitria Putri1, Atwar Bajari2, Hj. Kismiyati El Karimah3 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author:
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the motives of the filmmaker choose the path of the Independent, knowing awareness of independent films filmmaker, and know the meaning of independent films for the filmmaker in the city of Bandung. Based on the results of the study, the authors concluded that the motives of the filmmaker enters the world of independent film and choose the path divided by three, the initial motive when filmmaker known film, filmmaker motif is currently producing the film, and the dean motif that is the purpose and expectations of the informant as a filmmaker. An independent meaning in the end have the different meanings for their own self-informants and produce a variety of meanings, meanings, among others. Researchers put forward a suggestion to conduct a more in-depth study on the influence of motives and understanding of the filmmaker about the film and their role as a filmmaker. Better use of the term of short films, amateur films or alternative films on films in production in Indonesia outside the mainstream that developed in the community. It is more important to focus on is how the filmmakers and the public can together create an awareness of the need to work quality and create a climate of mutual support and is responsible for the development of Indonesian films.
Keywords
: awareness of independent films filmmaker
1
Penulis Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping 2
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 1 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Pendahuluan “Independen seperti kebebasan, ia hidup dalam skala antara, antara kebebasan dan dengan limpah ruah ide, antara personalitas dengan pasar, antara gagasan dengan keterampilan”1 Garin Nugroho, salah satu penggiat film Indonesia yang telah malang melintang
ITB, dan Festival Film dan Video Klip bertajuk Festpa yang diselenggarakan oleh CC Fikom Unpad. Mafvie Fest yang berbasis
di
Malang,
Festival
Film
Purbalingga, dan Festival Film Solo.
di dunia film nasional dan Internasional
Ada banyak komunitas film yang
mengatakan bahwa baginya Independen
berbasis di kota Bandung, diantaranya
sesungguhnya bukan slogan, ia (independen)
adalah
tercermin dalam karya yang dihasilkan.
Rolling Action, Sanggar Story Lab, sebagai
Sesungguhnya sebuah karya tak pernah
komunitas
menipu, ia selalu mengungkapkan sikap diri
komunitas kampus antara lain LFM, CC
penciptanya. Baginya independen seperti
Fikom Unpad, Sublimotion (Psikologi UPI),
kebebasan
pernah
Tourism Movie (Enhaii), Embun (IMT).
sempurna, ia hanya sempurna dalam jargon
Komunitas-komunitas ini tergabung dalam
(Cheah, 2002).
Forum Komunitas Film Bandung (FKFB)
itu
sendiri.
Tidak
Di Indonesia dewasa ini dapat kita temui banyak sekali festival film yang mengusung tema independen. Di kota Bandung sendiri sebut saja Ganesha Film Festival yang diselenggarakan oleh LFM 1
Cheah, Philip. 2002. Membaca Film Garin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
F2PB,
Afterschoolhomework,
non-kampus.
Berikutnya
Kegaiatan FKFB sendiri direncanakan akan melakukan beberapa kegiatan rutin yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antar komunitas dan memajukan perkembangan film di Bandung. Salah satu kegiatannya yang sudah berjalan adalah “Warna Warni
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 2 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Film
Bandung”,
sebuah
acara
yang
menampilkan beberapa film hasil produksi dari FKFB sendiri dan dapat ditonton oleh masyarakat umum. 2.
workshop-workshop
film
independen
tersebut. Istilah film independen lahir di Amerika pada pertengahan 1960, saat para
Perkembangan film independen ini
filmmaker muda yang terdiri dari Steven
perkembangan
Spielberg, George Lucas, John Cassavetes,
teknologi sekarang yang telah mencapai era
Stanley Kubrick, Martin Scorsese, jengah
globalisasi dimana informasi seputar film,
dengan industri Hollywood yang terlalu
baik sisi edukasi maupun referensi film
mapan dan eksklusif. Keinginan untuk
sangat
mendobrak
diuntungkan
dengan
mudah
akses.
Perkembangan
kemapanan
industri
inilah
teknologi memberikan banyak fasilitas yang
kemudian lahir sebuah gerakan film yang
mendukung proses produksi lebih murah
mereka sebut ‘film independen’. Kelima
dan mudah bagi para filmmaker.
sutradara tersebut kemudian merombak cara
Perkembangan Film Ini juga diiringi dengan banyaknya workshop-workshop film independen
yang
digelar
di
wilayah
Bandung. Pendidikan film yang tidak formal seperti
ini
perkembangan
memberikan film
andil
independen,
dalam tidak
sedikit sineas-sineas muda dilahirkan dari
kerja perfilman di Amerika Serikat dan melahirkan
karya-karya
awal
yang
monumental. Di satu sisi hal tersebut tentunya mereduksi makna sinema yang selama ini identik dengan bioskop sebagai tempat eksibisi utama, namun di lain sisi membuka cakrawala dunia gambar bergerak
2
Wawancara dengan Sekar Budiasih (Ketua FKFB) pada 14 Maret 2012)
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 3 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
ke pasar yang lebih luas dengan akses yang
Sayangnya, kenyataan yang ada dari
dipakai mengembel-embeli segala macam kegiatan para pemudapemudi, yang seakan dengan susah payah harus menyingsingkan tangan baju, padahal.. bajunya sendiri tidak berlengan.5
pengalaman pribadi dari peneliti sendiri
Hal ini muncul karena sebagai
sebagai orang yang juga pernah merasakan
sebuah negara Indonesia belum memenuhi
produksi film independen dan bergaul
syarat-syarat
dengan
industri film di indonesia belum terpenuhi.
mudah dan terjangkau.3
para
filmmaker
independen,
untuk
Misalnya
rekan-rekan dan para pelaku film tentang
penggandaan film 6, belum adanya studio
makna independen.
pengeditan film yang mumpuni (sebagian
penamaan
istilah
film
independen
ini
memang ada banyak ragam, misalnya indie, 4
independen, dan juga film pendek. peneliti juga
sering
menemukan
istilah
terus terang, istilah ‘independen’ terdengar agak menggelikan di telinga saya. Permasalahannya memang bukan karena arti kata tersebut, tapi lebih karena penggunaannya yang kini sering
tempat
besar film Indonesia masih melakukan pengeditan filmnya Negara lain), dan sistem bioskop yang sebagian besar masih dikuasai oleh PT. Subentra (21 Cineplex). 7
ini
disamakan dengan sinema alternatif.
adanya
memiliki
menemukan adanya ketidaksepakatan antara
Gotot Prakosa mengatakan bahwa
belum
dikatakan
Sejauh ini peraturan perundangundangan di Indonesia tidak mengenal istilah film independen. Pasal 23 sampai 29 PP
No.6
Tahun
1994
tentang
penyelenggarakan Usaha perfilman hanya menyebutkan tiga kategori film antara lain
3
http://belajarnge.blogspot.com/2008/08/perkemba ngan-film-indie-di-indonesia.html 4
http://belajarnge.blogspot.com/2008/08/perkemba ngan-film-indie-di-indonesia.html
5
http://arianidarmawan.net/25-tahun-lagi/ http://bisnis.vivanews.com/news/read/227539indonesia-tak-punya-industri-penggandaan-film 7 Sasono, Eric. Dkk dalam Menjegal Film Indonesia : Pemetaan Ekonomi Politik Industri Film Indonesia. 6
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 4 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
film-film komersial, film diplomatic, dan
perlawanan kepada jalur mainstream atau
film
justru
khusus.
Jika
ditinjau
dari
menjadi
jalan
menuju
jalur
penyelenggaraan sebuah festival film, maka
mainstream? ataukah dilihat dari segi ide,
film yang diputar dalam event tersebut dapat
distribusi atau ekshibisi?
dikategorikan film khusus. Yaitu film yang
Rumusan Masalah
dimasukkan ke Indonesia dengan tujuan khusus,
seperti
film
pendidikan,
film
instruksi, film seminar dan film yang tidak
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti adalah
bersifat komersial. (Ramli,2005:6)
“Bagaimana Konstruksi Makna Independen Menurut Buku Film Independen :
di Kalangan Pembuat Film Kota Bandung?”
Dalam perspektif hak cipta dan hukum Indonesia
peristilahan
independen
pun
Pertanyaan Penelitian
hingga saat ini belum bisa dikatakan mapan .
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
Sebagian kalangan mempertanyakan apakah
dapat diperoleh Identifikasi masalah sebagai
independen
berikut :
dalam
arti
bebas
dalam
penentuan cerita, bebas dari campur tangan 1. Apa motif para filmmaker memilih pemerintah, hasil karya yang buram dan jalur independen? tidak
focus,
pendistribusian,
atau 2. Bagaimana
independen
dari
semua
kesadaran
filmmaker
segi tentang film independen?
(Ramli,2005:12). 3. Apa makna film independen bagi Kemudian akan muncul pertanyaan-
para filmmaker?
pertanyaan seperti Independen dari apa? Apakah
independen
disini
merupakan
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 5 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Selznick, dan lainnya membentuk Society of
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai
Independent (SIMPP)
berikut :
Motion yang
Picture
Producers
bertujuan
untuk
memperjuangkan hak-hak para produser 1. Mengetahui motif para filmmaker memilih jalur Independen. 2. Mengetahui
kesadaran
independen yang terpinggirkan oleh sistem studio. Tahun 1942, SIMPP secara resmi
filmmaker
tentang film independen.
mengajukan tuntutan pada studio Hollywood yang berujung pada hancurnya sitem studio
3. Mengetahui makna film independen bagi para filmmaker.
memberikan kesempatan bagi para produser dan sineas independen untuk berkreasi. Istilah ini ditujukan bagi film-film
Kajian Pustaka
yang didominasi oleh pekerjanya mandiri, Film Independen mendirikan industry film. Karena mereka Pada Era era 30-an hingga 50-an industri
secara
film Hollywood dengan sistem studionya
kebiasaan, mereka menjadi avant garde dan
mencapai
Sistem
tuan dari si film itu sendiri, mereka semua
studio yang dimotori oleh lima studio
cenderung memberikan sebuah alternative
raksasa (MGM, Warner Bros., Paramount,
suara dari ideologi yang terbesar. Umumnya
RKO, dan 20th Century Fox) menguasai
mereka bermodal rendah yang membiayai
pasar
masa
dengan
mengontrol
keemasaannya.
praktek
produksi,
praktis
membuat
film
diluar
monopoli
yang
filmnya dibiayai sendiri atau mendapat
distribusi,
serta
subsidi
ekshibisi. Pada tahun 1941, beberapa sineas
dari
pemerintah.
(Hayward,
2000:200-201)
dan produser berpengaruh seperti Chaplin, Walt Disney, Orson Welles, David O. Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 6 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Pengertian
diatas
lebih
tepat
semangat
independen.
Sejak
masuknya
digunakan bagi Negara-negara maju seperti
sinematografi ke era digital pembuat film
Eropa dan Amerika. Sedangkan Independen
independen pun bermunculan. Mereka lantas
di Indonesia sendiri, lebih cenderung kearah
bergabung saling bertukar pikiran dan saling
pembuatan film dengan durasi pendek yang
menunjukkan
menggunakan
berbagai festival film alternative. Hal ini
teknologi
kamera
digital
kebolehan
mereka
dalam
(DSLR) atau handycam.
pula yang menjadi pancingan bagi semakin
Film Independen di Indonesia
banyaknya
Di
Indonesia,
Dimas
Jayasrana
kemunculan
komunitas-komunitas
film
munculnya di
Indonesia
dalam tulisannya di www.filmalternatif.org,
secara signifikan. 8
memaparkan bahwa film pendek merupakan
Filmmaker
gerakan yang dimulai sejak tahun 1970-an.
Filmmaker adalah istilah dalam bahasa
Mahasiswa sinematografi dari Lembaga
inggris yang artinya pembuat film. Pembuat
Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (kini
film
Institut Kesenian Jakarta-red.) membuat
mengawasi seluruh proses pembuatan film
sinema 8 untuk membuat karya “film mini”.
yang
Sinema 8 hadir sebagai jawaban anak muda
visualisasi, dan penataan artistik yang
untuk berkarya lebih bebas dan mandiri.
meliputi kata-kata, puisi, suara, musik, tari,
Bebas dalam arti tidak ada tekanan pemilik
lukis, gerakan, bentuk, garis dan tempo.9
modal sehingga kreativitas bisa berkembang
Istilah
leluasa dan mandiri yang berarti usaha
menyebutkan
swadaya para pelakunya sendiri. Semangat
bertanggung jawab dalam sebuah produksi
adalah
seorang
melibatkan
filmmaker
seniman
penguasaan
digunakan
kumpulan
orang
yang
cerita,
untuk yang
itu di kalangan anak muda sering disebut 8 Dimas Jayasrana dalam www.filmalternatif.com 9
http://www.releasing.net/filmmaker/
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 7 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
film, yang khususnya diketuai oleh seorang
sebagai faktor internal dan juga tidak
sutradara. (Carroll,Noel.2006)
menutup kemungkinan untuk dipengaruhi
Produksi Film
oleh faktor eksternal.
Pada Umumnya, apapun bentuk
Makna
produksi audio visual selalu terbagi menjadi beberapa tahap, seperti yang terangkum dalam buku “Membuat Film Indie Itu Gampang” (Baksin, 2003:77-83), yakni : Praproduksi, Produksi, dan Pasca Produksi. Motif
Brown dalam Sobur (2003 : 256) mendefinisikan kecenderungan
makna (disposisi)
sebagai total
untuk
menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa. Para ahli mengakui istilah makna (meaning) memang merupakan kata
Motif, secara etimologi, berasal dari kata “motion” yang artinya “gerakan” atau “sesuatu yang bergerak” atau pada manusia
dan istilah yang membingungkan. Terdapat banyak komponen dalam makna yang dibangkitkan suatu kata atau kalimat.
berupa “tingkah laku”. Winkel (Khodijah, 2006)10 mengartikan motif sebagai daya penggerak dalam diri seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Kempson dalam Sobur (2003: 256), menjelaskan Ada tiga hal yang coba dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan
dengan
usaha
menjelaskan
makna, yaitu: Tindakan manusia didasari oleh motif, yang terdiri dari kebutuhan dan tujuan. Kedua hal tersebut berinteraksi dalam diri seseorang
1. Menjelaskan
makna
kata
secara
kalimat
secara
alamiah 2. Mendeskripsikan
10
http://www.psbpsma.org/content/blog/emosi-dan-motif, 15 November 2011, 02:10 WIB
alami
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 8 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
3. Menjelaskan makna pada proses
sekolah yang berhubungan
komunikasi
dengan
Fisher (1986:346) dalam Alex Sobur
multimedia, editing video,
menjelaskan bahwa, makna yang berkaitan dengan
komunikasi
pada
hakikatnya
film
(karya
presentasi). 2. Kepemilikan kamera
merupakan fenomena sosial. Makna, sebagai
3. Dorongan dari kerabat
konsep
4. Keadaan
komunikasi,
mencakup
lebih
sekedar
penafsiran
atau
daripada
mendukung
pemahaman seorang individu saja. Makna
sebagai
selalu
adanya
mencakup
aspek-aspek
banyak
pemahaman
pemahamanyang
secara
bersama dimiliki para komunikator.
Filmmaker
lokasi sarana dan
Memilih
Jalur
(seni, pegeditan
Berdasarkan jawaban-jawaban yang diungkapkan kesepuluh informan dalam yang
dilakukan,
Peneliti
merangkum motif because of dilihat dari alasan-alasan yang melandasi mereka masuk
syuting, menonton
keluarga
yang
desain, video,
musik, menulis,
fotografi, mengarang cerita, story telling, menonton, riset, teamwork, science, teknologi, menangkap moment). 6. Menghasilkan ruang diskusi dan apresiasi
kedalam dunia film atau , yaitu: 1. Mendapat
(lingkungan
5. Ekplorasi bakat dan hobi
Independen
wawancara
film,
yang
mendukung)
Hasil dan Pembahasan Motif
Sekitar
kewajiban
membuat tugas dari kampus /
7. Mengelola SDM dan fasilitas yang ada
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 9 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
8. Menemukan teman satu visi
dan design produksi yang
9. Mendapat kebebasan untuk
mandiri)
berjalan
sesuai
idealisme
(bereksperimen
dan
2. Memenangkan Festival 3. Mengangkat
berekspresi)
(nasionalisme, pengetahuan)
10. Batu loncatan ke Industri
yang
11. Aktualisai diri (proses belajar
bangsa
dan pembentukan karakter)
pesan
diungkapkan kesepuluh informan dalam wawancara
yang
dilakukan,
merangkum
motif
in
merupakan
harapan
Peneliti
order
to
yang
tujuan
para
5. Memberikan
khususnya maupun bagi para filmmaker dan
Independen
umum
sebagai
filmmaker kedepannya, yaitu: 1. Mendukung sinema
Indonesia
yang
kearah yang lebih baik (dari sisi teknis, konten, distribusi,
Filmmaker
Kesadaran pengalaman
pergerakan
keuntungan
financial
Kesadaran
secara
(peningkatan
kemampuan teknis produksi).
informan baik bagi diri mereka sendiri
Indonesia
karakter
untuk dapat menyampaikan
Berdasarkan jawaban-jawaban yang
dan
membentuk
4. Menemukan cara yang ideal
dan eksistensi
film
issue penting
dan
tentang
terbentuk pemahaman
Film
dari informan
tentang fenomena yang dialaminya, dalam hal ini adalah mengenai film independen. Pengalaman sebagai filmmaker : 1. Menemukan Ide/ dan menentukan tema
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 10 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
2. Membuat
berbagai
macam
karya
tentang film independen yang diambil dari pendapat sebagian besar informan dan
3. Sumber modal untuk produksi
bagaimana kesadaran
4. Bergabung dengan tim produksi
membentuk
5. Mengikuti pemutaran film
independen bagi diri informan sendiri.
6. Menjadi peserta dalam festival
No
film
1
tersebut
kesadaran
tentang
akhirnya makna
Informan Makna AD
Gerakan dari orang-orang yang ingin mengangkat tema
7. Mendirikan sebuah sarana film
yang tidak biasa dengan cara 8. Event / Project kerjasama
baru tetapi tidak cukup kuat melakukannya
Pemahaman tentang film didapat
kurangnya informan dari pengalaman dan pengetahuan
sumber
yang diketahuinya dari berbagai informasi
dibutuhkan
modal
dan
lain
yang
daya
untuk
mewujudkannya.
yang menerpanya. Pemahaman informan sebagai filmmaker dalam penelitian ini
karena
2
RP
Cara berpikir, bukan cara melakukan,
merupakan
diambil
dari
bagaimana
dimana
filmmaker dapat membuat
filmmaker memandang film dan dirinya
sesuai
sebagai filmmaker dan bagaimana informan
dan merasa itu benar secara
dengan
pikirannya
hati nurani memandang filmmaker lainnya. 3
Makna Film Independen
FG
Produksi film yang tidak tercatat secara hukum (legal)
Dari
penelitian
yang
dilakukan 4
AG
ditemukan beragam pemahaman mengenai
Produksi film yang lepas dari
ketergantungan
pada
film indie yang bisa ditarik ke dalam dua
pasar (bioskop) dan tidak
kategori yaitu pemahaman secara umum
terkena aturan sensor dari
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 11 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
pemerintah 5
DN
hukum, agama, dan lain-lain
Bergerak di grassroot dan dlihatnya
6
OS
pada
BA
SS
Sebuah
spirit,
dan
sisi
bagaimana para filmmaker
kekaryaan orang mensupport
bisa membuat film tanpa
filmnya
didikte siapapun ketakutan
dan
memberikan
izin sebebas-bebasnya untuk
pada
menggunakan fasilitas dalam
ketakutan secara financial,
rangka produksi film
maupun
Selama
filmmaker
bisa
7
9
baik
ketakutan
itu
pada
ancaman ormas masyarakat
masih
mempertahankan
apapun,
10
MY
Produksi
film
yang
temanya, kalaupun nantinya
modalnya belum terlibat dari
akan mendapat modal dari
investasi para investor yang
pihak lain
mencari
keuntungan,
jadi
otomatis disitu ada ruang
Produksi film yang tidak
kebebasan (keberanian) yang
dikelola oleh PT atau CV
lebih dari sisi ceritanya
(tidak tercatat secara hukum dan tidak terkena pajak). Selain itu independen adalah saat
filmmaker
Simpulan
bisa
membuat film sesuai dengan apa yang dipikirkan dengan
Dari
pembahasan
yang
telah
disajikan dapat ditarik beberapa simpulan
caranya sendiri dan tidak dipengaruhi
pihak
memanfaatkannya
yang untuk
sebagai berikut : 1. Motif
filmmaker
dalam
film
kepentingan lain independen dibagi menjadi Motif 8
ME
Bebas dan
memproduksi
film
tidak
terjebak
oleh
permintaan
sponsor
dan
because of, dan in order to mereka berproduksi film.
tidak terbentur oleh aturan Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 12 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
2. Umumnya filmmaker tidak terlalu mempedulikan
apa
arti
dan memberikan alternative konten
dari
dan teknik produksi (baik dari cara
independen, karena hal ini tidak
penceritaan,
teknik
relevan bila digunakan di Indonesia
gambar,
pengeditan
yang
pendistribusian) di banding dengan
pada
memiliki
kenyataannya
Industri
belum
perfilman
itu
sendiri. Bagi mereka yang lebih
pengambilan dan
yang banyak beredar di masyarakat. Saran
penting adalah bagaimana mereka sebagai filmmaker bisa mencapai tujuan untuk menyampaikan nilainilai yang mereka yakini agar sampai
3. Makna independen itu sendiri pada memilki
makna
yang
berbeda-beda bagi diri informan sendiri dan menghasilkan beragam makna, lainadalah
makna
tersebut
bahwa
pengaruh motif dan pemahaman filmmaker tentang film dan peran mereka sebagai filmmaker.
kepada penonton dengan efektif.
akhirnya
1. Perlu ada kajian tentang bagaimana
antara
independen
2. Akan
lebih
tepat
jika
kita
menggunakan istilah film pendek, film amatir atau film alternatif pada film-film yang di diproduksi di Indonesia diluar jalur mainstream yang berkembang di masyarakat.
dipandang sebagai spirit, sebagai
3. Lebih penting untuk difokuskan
bentuk perlawanan, sebagai istilah
adalag bagaimana para filmmaker
yang dipakai untuk menggambarkan
dan masyarakat dapat bersama-sama
film yang tidak terkena sensor, tidak
menciptakan sebuah kesadaran akan
terdaftar sebagai sebuah karya legal,
kebutuhan
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
pada
karya
yang
Page 13 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
berkualitas dan menciptakan iklim yang
saling
mendukung
dan
Cheah, Philip. 2002. Membaca Film Garin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Creswell, John W. 1998. Qualitative
bertanggung
jawab
pada
perkembangan film Indonesia.
Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications
Daftar Pustaka
Creswell, John W. 2007. Qualitative
A & Black. 2006. Dictionary Of Media Study. London: A & C Black
Alwasilah, Chaedar. 2008. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Ardianto, Massa
Elvinaro. Suatu
2007.
Pengantar.
Research
Design:Choosing
Among Five Approaches. London: SAGE
Effendi, Onong Uchana. 2000. Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Effendi,
Onong
Uchana.
2001.
Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja
Bandung : Simbosa Rekatama Media Baksin,Askurifai. 2003. Membuat Film Independent Itu Gampang. Bandung:
Rosdakarya. Effendi, Onong Uchana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
Katarsis. Berg,
&
Publications.
Publisher.
Komunikasi
Inquiry
Bruce
Lawrence.
2001.
Qualitative Research Methods for The Social Sciences. 4th Edition. America: Allyn and Bacon. Bitner. 1980. Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana. Carroll, Noel and Jinhee Choi. 2006. Philosophie of film And Motion Picture. United Kingdom: Blackwell Publishing. Carroll,Noël & Finhee Choi. 2006. Philosophy of Film and Motion Pictures. UK: Blackwell Publishing.
Remaja Rosdakarya. Fisher,
B.A.
Komunikasi:
1986.
Mekanistis,
Teori-teori Sikotogis,
Interaksional dan Pragmatis. Terjemahan Soejono Prima. Bandung: Remaja Karya. Kattsoff, Louis O. 1992. Element of Philosophy diterjemahkan oleh Soejono Soemargono
dengan
judul
Pengantar
Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana. Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press Suriasumantri (ed), 1983.
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 14 of 15
eJurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vo.1., No.1 (2012)
Kirk dan Miller. 1986. Validity and
Ramli, Ahmad M & Fathurahman
Qualitative Research. CA: Beverly Hills.
P.Ng. J. 2008. Film Independen : Dalam
Kuswarno,
Engkus.
Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum
Penelitian
Fenomenologi
2009.
Metodelogi :
Konsepsi,
Perfilman
Pedoman dan Contoh Penelitian. Bandung :
Indonesia.
Widia Padjajaran.
Indonesia.
Bogor:
Ghalia
Sasono, Eric, Dkk. 2011. Menjegal
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi
Film Indonesia : Pemetaan Ekonomi Politik
Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Industri Film Indonesia. Jakarta: Rumah
Moustakas,
Clark,
1994,
Phenomenological
Research
Methods.
SAGE Publications, Inc. California. Mulyana,
Deddy.
2004.
Film. Siahaan, S. M., 1991. Komunikasi Pemahaman dan penerapannya, Jakarta:
Ilmu
Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Gunung Mulia. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Palapah, M. O dan Samsudin, Atang.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
1983. Study Ilmu Komunikasi. Bandung :
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit
Alfabeta.
Fakultas
Ilmu
Komunikasi
UNPAD.
Sullivan, Tim O’. 1994. Studying
Pandjaitan, Hinca IP & Dyah Aryani, 2001. Melepas Pasung Kebijakan Perfilman Indonesia. Jakarta: PT. Warga Global Indonesia.
The Media: An Introduction. UK: Hodder Arnold. Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung : Penerbit ITB.
Peransi, D.A. 1997. Peransi dan Film. Jakarta : Lembaga Studi Film.
Sumarno, Marselli. 1996. Dasardasar Apresiasi Film. Jakarta: Grasindo
Prakosa, Gotot. 2000. Ketika Film
West, Richard & Lynn H.Turner. 2008.
Pendek bersosialisasi. Jakarta: Yayasan
Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
layar Putih.
Aplikasi (Buku 2) (Edisi 3). Jakarta:
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi. Rosdakarya
Bandung:
PT.
Remaja
Salemba Humanika Wiryanto. 2003. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo,
Yulviana Gitria Putri - Makna Film Independen di Kalangan Filmmaker Kota Bandung Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012 http://journals.unpad.ac.id
Page 15 of 15