MAKNA ADVERBIA PENANDA ASPEK, SANGKALAN, DAN JUMLAH PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN (TTA)
TESIS Diajukan kepada Program Studi Magister Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh MUH. WIYADI NIM : S200160008
“Penelitian ini Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan Nomor Kontrak: 211.58/A.3-III/LPPM/V/2017”
PROGRAM STUDI MAGISTER PENGKAJIAN BAHASA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017 i
ii
iii
iv
PENGESAHAN
v
vi
MOTTO
“Hai, orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Alhasyr:18)
“... Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang tercinta. 1.
Bapak dan ibuku yang sangat saya sayangi, terima kasih untuk setiap kasih sayang, pengorbanan, dukungan, serta doa yang telah diberikan.
2.
Istriku (Tri Winarsih) dan juga anak-anakku (Ganendra Arshiya Aghatama & Ravindra Arfasya Lazuardi) yang sangat kucintai dan kusayangi, terima kasih atas dukungan kalian selama ini.
3.
Almamaterku tercinta.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb. Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul Makna Adverbia Penanda Aspek, Sangkalan, dan Jumlah pada Teks Terjemahan Alquran (TTA). Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dan dorongan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesaikannya tesis ini. 1.
Dr. Sofyan Anif, M.Si., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin studi pada program studi Magister Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2.
Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin studi dan juga memberikan pelayanan dengan baik.
3.
Prof. Dr. Markhamah, M.Hum.,
selaku Ketua Program Studi Magister
Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah dengan sabar dan ikhlas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. ix
4.
Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.M., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang juga telah sabar dan ikhlas meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
5.
Prof. Dr. Ali Imron, M.Hum., Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., Prof. Dr. Endang Fauziati, Dr. Nafron Hasyim, Hepy Adityarini, Ph.D., Dr. Anam Sutopo, Agus Wijayanto, Ph.D., selaku Dosen Program Studi Magister Pengkajian Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan membagi ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6.
Pimpinan Perpustakaan baik Perpustakaan Pusat maupun Perpustakaan Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan studi kepustakaan.
7.
Segenap staf administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan pelayanan dengan baik.
8.
Bapak/ Ibu, serta keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayang.
9.
Teman-teman Magister Pengkajian Bahasa angkatan 2016 kelas A, terima kasih untuk kebersamaan, kerjasama, kebaikan, nasihat, serta dukungan selama ini.
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tesis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Atas bantuan yang diberikan, penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT memberikan yang terbaik atas amal yang dilakukan. Penulis menyadari
x
bahwa tesis ini jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca. Wassalamualaikum wr. wb.
Surakarta,
Penulis
xi
Juli 2017
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
ii
NOTA PEMBIMBING ..........................................................................
iii
PENGESAHAN .....................................................................................
v
PERNYATAAN .....................................................................................
vi
MOTTO ..................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ............................................................................
ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xvi
ABSTRAK .............................................................................................
xvii
ABSTRACT .............................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ..................................................
1
B. Ruang Lingkup ...................................................................
4
C. Rumusan Masalah ..............................................................
5
D. Tujuan Penelitian ...............................................................
6
E. Manfaat Penelitian .............................................................
6
F. Penjelasan Istilah ................................................................
7
xii
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Penelitian yang Relevan .........................................
9
B. Kajian Teori .......................................................................
20
C. Kerangka Konseptual .........................................................
41
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...................................................................
44
B. Pendekatan Penelitian ........................................................
45
C. Objek Penelitian .................................................................
45
D. Data dan Sumber Data Penelitian ......................................
45
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................
47
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data (Validitas) ..................
48
G. Teknik Analisis Data ..........................................................
49
H. Prosedur Penelitian ............................................................
51
I. Sistematika Laporan Penelitian ..........................................
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..................................................................
53
B. Pembahasan ........................................................................
185
1. Makna Adverbia Penanda Aspek .................................
185
2. Makna Adverbia Penanda Sangkalan ..........................
190
3. Makna Adverbia Penanda Jumlah ................................
195
4. Implementasi Hasil Penelitian Makna Adverbia Penanda Aspek, Adverbia Penanda Sangkalan, dan Adverbia Penanda Jumlah pada Teks Terjemahan
xiii
Alquran (TTA) sebagai Materi Ajar pada Sekolah Menengah Pertama .......................................................
202
BAB V PENUTUP A. Simpulan ...........................................................................
210
B. Implikasi ............................................................................
212
C. Saran ..................................................................................
212
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
213
LAMPIRAN ...........................................................................................
218
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
: Surat dan Ayat Alquran yang Mengandung Etika Bebahasa
Tabel 4.2
: Data yang Terkumpul
Tabel 4.3
: Klasifikasi Data Adverbia Penanda Aspek
Tabel 4.4
: Klasifikasi Data Adverbia Penanda Sangkalan
Tabel 4.5
: Klasifikasi Data Adverbia Penanda Jumlah
Tabel 4.6
: Makna Adverbia Penanda Aspek pada TTA
Tabel 4.7
: Makna Adverbia Penanda Sangkalan pada TTA
Tabel 4.8
: Makna Adverbia Penanda Jumlah pada TTA
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto Lampiran 2 : Data Peneliti pada Uji Keabsahan Data
xvi
ABSTRAK
MAKNA ADVERBIA PENANDA ASPEK, SANGKALAN, DAN JUMLAH PADA TEKS TERJEMAHAN ALQURAN (TTA)
Muh. Wiyadi, S200160008, Program Studi Magister Pengkajian Bahasa, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Penelitian ini memiliki empat tujuan. Pertama, untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda aspek pada TTA. Kedua, untuk mendekripsikan makna adverbia penanda sangkalan pada TTA. Ketiga, untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda jumlah pada TTA. Keempat, untuk mendeskripsikan implementasi hasil penelitian makna adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumlah pada TTA sebagai materi ajar pada Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dan metode dokumenter. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik simak dan teknik catat. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode padan. Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil empat simpulan. Pertama, makna adverbia penanda aspek pada TTA adalah menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat (1) akan berlangsung, (2) pada proses permulaan berlangsungnya, (3) tengah berlangsung, (4) belum selesai berlangsung, dan (5) sudah selesai berlangsung. Selain itu juga menyatakan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat. Kedua, makna adverbia penanda sangkalan adalah menyatakan makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dan makna ‘penyamaan’. Ketiga, makna adverbia penanda jumlah adalah menyatakan jumlah untuk sebagian dan makna yang menyatakan jumlah untuk keseluruhan. Keempat, hasil penelitian ini bisa diimplementasikan sebagai materi ajar pada kelas VII sekolah menengah pertama (SMP) kurikulum 2013. Implementasi tersebut dilaksanakan pada Kompetensi Inti (KI) 3 pada Kompetensi Dasar (KD) 3.14 yaitu menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.
Kata kunci: makna adverbia, aspek, sangkalan, jumlah, teks terjemahan Alquran
xvii
ABSTRACT
ADVERBIAL MEANING OF ASPECT, DISCLAIMER, AND AMOUNT MARKER ON THE TEXT OF QURAN TRANSLATION (TTA)
Muh. Wiyadi, S200160008, Program Studi Magister Pengkajian Bahasa, Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
This research has four aims. First, to describe the adverbial meaning of aspect marker of the Indonesian Translation of Quran. Second, to describe the adverbial meaning of disclaimer marker of TTA. Third, to describe adverbial meaning of amount marker of the TTA. Fourth, to describe the implementation of the research result of the adverbial meaning of aspect, disclaimer, and amount marker of the TTA as teaching materials for Junior Higt School (SMP). This is a descriptive qualitative research. Methods of data collection applied in this research are scruteninzing and documentation. The data collection techniques of the research are scrutenizing and taking note. Data analyzis is conducted by using the padan methods. Based on the result of the discussion, four conclusions can be taken. First, adverbial meaning of aspect marker of the TTA is to state an activity/ action, event, condition, or characteristic (1) which will go on, (2) on progress at the beginning, (3) whilst on going, (4) not yet done, and (5) done. It also states the frequency of an activity/ action, event, condition, or characteristic. Second, adverbial meaning of disclaimer marker is to state the meaning of “denial” and the meaning of “equation”. Third, adverbial meaning of amount marker is to state the quantity for a partion and quantity for a whole. Fourth, the result of this study can be implemented as teaching materials for the grade VII of Junior High School (SMP) curriculum 2013. The implementation is conducted on the Core Competency (KI) 3 of the Basic Competency (KD) 3.14, that is analyzing the structure and language feature of the folk poetry (pantun/ rhyme, syair/ phoem, and other local poetries) read and heard.
Key word: meaning of adverbs, aspect, disclaimer, amount, text of Quran translation
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Sejak zaman dahulu, bahasa adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Bahasa senantiasa hadir dan dihadirkan. Ia berada dalam diri manusia, dalam alam, dalam sejarah, dalam wahyu Tuhan. Ia hadir karena karunia Tuhan Sang Penguasa alam raya. Tuhan itu sendiri menampakkan diri pada manusia bukan melalui zat-Nya, tetapi lewat bahasanya, yaitu bahasa alam dan kitab suci (Hidayat, 2009:21). Oleh karena bahasa merupakan karunia Tuhan untuk manusia, upaya mengetahuinya merupakan suatu kewajiban dan sekaligus merupakan amal saleh. Jika seseorang mampu mengetahui berbagai bahasa, maka ia sudah pasti termasuk orang yang banyak pengetahuannya. Jika dia banyak pengetahuannya, maka dia termasuk orang yang beriman (Hidayat, 2009:21). Selanjutnya dalam Alquran Surat Almujadilah ayat 11 dijelaskan bahwa, “Dialah orang yang derajatnya diangkat oleh Tuhannya. ‘Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu’”. Oleh karena itu, dengan mempelajari bahasa berarti kita telah melakukan salah satu bentuk ibadah. Setiap bahasa memiliki sistem yang berbeda, meskipun ada kemungkinan terdapat sistem yang sama. Demikian juga kategori kata yang ada pada berbagai bahasa juga tidak selalu sama. Ada kategori yang ada 1
hampir pada semua bahasa, tetapi ada juga kategori yang hanya pada bahasa tertentu, dan tidak ada pada bahasa lainnya. Kategori yang hampir ada pada semua bahasa adalah kategori nomina, verba, dan ajektiva. Termasuk pada bahasa Indonesia. Salah satu kategori yang ada pada bahasa Indonesia adalah adverbia. Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajekativa, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 2005:81). Penelitian mengenai adverbia telah dilakukan oleh berbagai peneliti terhadap berbagai bahasa. Dari penelusuran peneliti terhadap bahasa-bahasa yang adverbianya telah diteliti adalah bahasa Rusia, Jepang, Inggris, Jawa, dan Indonesia. Misalnya penelitian yang dilakukan Cristiana (2008),
Rosdawita (2012)
Prihandari (2012), Devi, Wini Tarmini, dan Karomani (2014). Penelitian mengenai adverbia dalam bahasa Indonesia, misalnya telah diteliti dalam ragam
opini dan novel.
Sementara pada setiap ragam
dimungkinkan sekali terdapat adverbia yang spesifik, yang belum tentu ditemukan pada ragam lainnya. Misalnya, adverbia pada ragam bahasa pada teks terjemahan Alquran (TTA) diprediksi ada spesifikasi penggunaan adverbia. Itulah sebabnya mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan. Selain itu, penelitian mengenai adverbia pada TTA ini penting untuk dilakukan mengingat kurang lengkapnya kajian terhadap adverbia secara komprehensif pada TTA. Sejauh ini sudah ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengenai bahasa pada TTA. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Markhamah (2007; 2008) terkait dengan pengembangan konsep partisipan 2
tutur pada teks keagamaan. Penelitian berikutnya oleh Markhamah dan Atiqa Sabardila (2009) tentang kesantunan berbahasa pada TTA. Selanjutnya, penelitian tentang TTA dilakukan oleh Markhamah dan Atiqa Sabardila (2010) mengenai keselarasan fungsi, kategori, dan peran pada TTA. Selain itu, juga telah dilakukan penelitian yang lain oleh Markhamah, dkk. (2011; 2012; 2013) tentang pengembangan materi ajar dan pembelajaran sintaksis berbasis teks terjemahan Alquran. Untuk penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Markhamah, dkk. (2014; 2015; 2015a; 2016; 2016a) tentang penggunaan satuan lingual yang mengandung pronomina persona pada TTA dan teks terjemahan hadis (TTH). Walaupun sudah ada beberapa penelitian mengenai TTA dan TTH, namun itu sangat kecil dibandingkan fenomenafenomena yang seharusnya diteliti pada keduanya. Kelengkapan kajian itu sangat diperlukan untuk memperluas kajian karakteristik bahasa Indonesia (BI) pada ragam terjemahan, khususnya pada TTA. Keluasan karakteristik kajian BI pada TTA itu menjadi sesuatu yang sangat penting seiring dengan berkembangnya pemakaian bahasa dalam berbagai ranah, dan salah satunya adalah ranah keagamaan seperti TTA. Pada TTA terjadi kontak bahasa antara bahasa Arab (BA) dengan bahasa Indonesia (BI). Hal ini disebabkan sumber yang diterjemahkan adalah BA yang memiliki sistem kebahasaan yang berbeda dengan BI. Dengan sistem bahasa yang berbeda, kemungkinan sekali akan terdapat pengaruh BA terhadap BI atau penggunaan BI yang berbeda dengan ragam lainnya. Misalnya, penerjemahan satuan lingual yang mengandung pronomina yang berbeda antara pada BA dengan BI. Salah satu perbedaannya dalam hal pernyataan 3
jumlah, yang pada BI tidak terdapat jumlah untuk dua (dualis), sementara pada BA terdapat dualis (Markhamah, dkk.: 2014). Penggunaan adverbia pada TTA dimungkinkan juga terjadi hal yang demikian. Bisa saja terjadi perbedaan karakteristik penggunaan adverbia dalam TTA tersebut. Untuk mengetahui karakeristik penggunaan adverbia pada TTA perlu dilakukan kajian secara mendalam dan menyeluruh. Adverbia bisa dikaji dari beberapa aspek, seperti (1) bentuk, (2) makna, (3) kategori modifikator, (4) posisi adverbia verba dan implikasi semantiknya, serta (5) bentuk pengungkapan maknanya. Namun, pada setiap bahasa belum tentu diteliti semua aspek tersebut. Di samping itu, pada setiap bahasa barangkali hanya diteliti dalam ragam tertentu. Pada penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah makna adverbia. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama (SMP), kedudukan teks adalah sangat vital. Dari sebuah jenis teks kemudian dibahas strukturnya ataupun unsur kebahasaannya. Dalam pembahasan mengenai unsur kebahasaan, kategori kata atau kelas kata termasuk salah satu yang dimunculkan. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian tentang adverbia ini diupayakan bisa diimplementasikan juga menjadi materi ajar pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). B. Ruang Lingkup Suatu penelitian perlu pembatasan masalah untuk mempermudah jalannya penelitian agar tidak terjadi penyimpangan dalam membahas pokok permasalahan yang diangkat. Adverbia dalam bahasa Indonesia digunakan 4
untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari kategori verba, ajektiva, numeralia, dan adverbia lainnya (Kridalaksana, 2005:84). Di sisi lain, Chaer (2015:49-50) menyatakan bahwa sejauh ini ada 15 makna yang dinyatakan oleh adverbia. Makna tersebut adalah sangkalan, jumlah (kuantitas, pembatasan, penambahan, keseringan (frekuensi), kualitas, waktu (kala), keselesaian, kepastian, keharusan, derajat, kesanggupan, harapan, keinginan, kesungguhan. Oleh karena banyaknya fungsi ataupun makna yang terkandung dalam adverbia, peneliti hanya akan membatasi permasalahan pada makna semantis adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah yang terdapat dalam teks terjemahan Alquran (TTA). C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, ada empat masalah yang perlu dicari jawabannya. 1.
Apakah makna adverbia penanda aspek pada teks terjemahan Alquran (TTA)?
2.
Apakah makna adverbia penanda sangkalan pada teks terjemahan Alquran (TTA)?
3.
Apakah makna adverbia penanda jumlah pada teks terjemahan Alquran (TTA)?
4.
Bagaimanakah hasil penelitian makna adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah pada teks terjemahan
5
Alquran (TTA) diimplementasikan sebagai materi ajar pada Sekolah Menengah Pertama? D. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, ada empat tujuan yang ingin dicapai. 1. Untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda aspek pada teks terjemahan Alquran (TTA). 2. Untuk
mendekripsikan makna adverbia penanda sangkalan pada teks
terjemahan Alquran (TTA). 3. Untuk mendeskripsikan makna adverbia penanda jumlah pada teks terjemahan Alquran (TTA). 4. Untuk mendeskripsikan implementasi hasil penelitian makna adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah pada teks terjemahan Alquran (TTA) sebagai materi ajar pada Sekolah Menengah Pertama. E. Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan agar penelitian ini bisa bermanfaat secara teoretis maupun praktis. 1. Manfaat secara teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan atau penegasan bagi teori yang telah ada. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga berupa hasil penelitian mengenai makna adverbia penanda 6
aspek, sangkalan, dan jumlah dalam teks terjemahan Alquran (TTA) sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan bahasa Indonesia. 2. Manfaat secara praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi pemakai bahasa Indonesia mengenai makna adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumah dalam teks terjemahan Alquran (TTA). b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami makna adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumah dalam teks terjemahan Alquran (TTA). F. Penjelasan Istilah Penjelasan istilah merupakan penjelasan dari istilah yang diambil dari kata-kata kunci dalam judul penelitian. Hal ini untuk menghindari adanya kegandaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang dipakai dalam judul penelitian. 1.
Makna Makna adalah hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya (Kridalaksana, 2001:132)
2.
Adverbia Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis (Kridalaksana, 2005:81).
7
3. Adverbia Aspek Kridalaksana (2005:84) menyebutkan bahwa adverbia aspek adalah adverbia yang menerangkan apakah suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfek), atau mulai berlangsung (inkoatif). 4. Adverbia Sangkalan Adverbia sangkalan adalah adverbia yang menyatakan ‘ingkar’ atau ‘menyangkal’ akan kategori yang didampinginnya (Chaer, 2015:50). 5. Adverbia Jumlah Adverbia jumlah (penjumlahan) adalah adverbia yang menyatakan ‘banyak’ atau ‘kuantitas’ terhadap kategori yang didampingi (Chaer, 2015:5)
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Terdahulu tentang Adverbia Penelitian mengenai adverbia telah dilakukan terhadap beberapa bahasa dan dari beberapa aspek. Penelitian adverbia terhadap bahasa tertentu, di antaranya telah dilakukan terhadap bahasa Rusia, bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan lain-lain. Penelitian tentang adverbia bahasa Rusia di antaranya dilakukan oleh Cristiana (2008). Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis adverbial verba bahasa Rusia dari beberapa aspek. Aspek-aspek yang dianalisis tersebut berupa bentuk, makna, kategori modifikator, posisi adverbia verba dan implikasi semantiknya, serta bentuk pengungkapan maknanya dalam bahasa Indonesia.
Hasil analisis dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa bentuk adverbia verba adalah (1) perfektif, yang berupa bentuk aktif dan refleksif, dan (2) imperfektif yang berupa bentuk aktif dan refleksif. Makna adverbia verba perfektif dalam penelitian Cristiana tersebut adalah (1) temporal, (2) cara, (3) kausal, (4) konsesif, (5) tujuan, dan (6) atributif. Untuk makna adverbia verba imperfektif dapat dibagi menjadi tujuh, yaitu (1) kausal, (2) kondisional, (3) pembandingan, (4) konsesif, (5) tujuan, (6) cara, dan (7) komitatif. Kategori modifikator adverbia verba yang ditemukan adalah (1) kata, yang berupa nomina, pronomina, 9
adverbia, dan (2) frasa, yang berupa frasa nomina, frasa pronomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa
numeralia, dan frasa preposisi. Adverbia
verba dapat diposisikan dalam pre-posisi, inter-posisi, dan post-posisi. Dalam penelitian Marliah (2009) tentang frasa nomina yang berfungsi sebagai adverbial dalam klausa bahasa Inggris disebutkan adanya perbedaan antara adverbia dengan adverbial. Perbedaan antara adverbia dan adverbial adalah, adverbia mengacu pada kategori sintaksis, sedangkan adverbial mengacu pada fungsi sintaksis dari suatu klausa. Dalam penelitian Prihandari (2012) tentang struktur frasa nominal bahasa Jepang dinyatakan bahwa adverbia mengungkapkan penjelasan atau tingkatan dari suatu keadaan atau kondisi. Nomina yang modifikatorinya adverbial terutama nomina arah, dan nomina yang menyatakan jumlah. Maumina (2014) meneliti tentang adverbia bahasa Jepang (fukushi) yang memiliki kesinoniman, yaitu taihen dan totemo. Kesimpulan yang dihasilkan berkaitan dengan makna dan pembagian penggunaan adverbia “taihen dan totemo” dalam kalimat bahasa Jepang.
Adverbia
taihen
menyatakan keadaan yang melebih-lebihkan atau menekankan pada suatu
hal
yang
besar
derajatnya
dan
mengandung
indikasi
keramahtamahan, keterharuan, keterkejutan, keluhan dan sebagainya. Adverbia
totemo
menyatakan keadaan kuantitas dan derajat, cara
mengungkapkan penekanan terhadap suatu kondisi. Namun, totemo merupakan ungkapan yang sedikit santai dan tidak ada indikasi melebih-lebihkan atau membesar-besarkan.
10
Perbedaannya
adalah adverbia
(fukushi)
totemo
dapat
menerangkan kalimat penyangkalan atau negatif, sedangkan adverbia (fukushi) taihen tidak dapat menerangkannya. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari segi maknanya, yaitu dari segi ungkapan berlebihan yang dinyatakan dan dari segi perasaan yang terkandung di dalamnya. Adverbia
totemo
berdasarkan
positif, sedangkan adverbia
ungkapan
taihen
berlebihannya
bermakna
bermakna berlebihan. Dari segi
perasaan yang terkandung di dalam kedua adverbia ini, adverbia taihen
memiliki tingkat perasaan lebih tinggi dibandingkan dengan
adeverbia totemo. Selain itu, adverbia totemo adalah ungkapan yang sedikit santai dan tidak ada indikasi melebih-lebihkan atau membesarbesarkan dan tidak dapat digunakan untuk menyatakan ungkapan perasaan yang mendalam dari dalam hati. Berkaitan dengan aspek, Darjat (2009) telah melakukan analisis tentang ‘kala’ dan ‘aspek’ dalam bahasa Jepang. Penelitian yang dilakukan adalah menganalisis ‘kala’ dan ‘aspek’ dalam novel Tokyo Fusen Nikki karya Midori Nakano. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada banyak pemarkah aspek dan beberapa kala dalam bahasa Jepang. Namun, dalam peneltian
tersebut
hanya
disampaikan
penanda
modalitas
yang
menyangkut aspek perfektif, aspek kontinuatif, dan aspek resultatif. Pada aspek perfektif, bisa ditandai dengan bentuk leksikal koto ni natta, yang menandai bahwa perbuatan atau verba yang diikuti tanda leksikal ini berarti secara aspek sudah diputuskan atau terjadi. Selain itu, aspek perfektif juga bisa ditandai dengan bentuk verba ~te kita yang 11
menunjukkan bahwa sesuatu sudah menjadi selesai sampai saat tuturan terjadi. Ada lagi pemarkah lain yang bisa digunakan, yaitu ~te shimau yang menandai bahwa perbuatan atau peristiwa sudah benar-benar selesai terjadi. Pada aspek kontinuatif, terdapat bentuk verba mi ni iku yang mengandung makna bahwa sesuatu perbuatan itu selalu dilakukan. Ada juga penggunaan verba hataraite iru yang menunjukkan perbuatan yang selalu dilakukan terus-menerus. Pada aspek resultatif, terdapat penggunaan bentuk ni natta yang bermakna menggambarkan suatu perubahan. Selain ni natta, digunakan juga bentuk ~te iru untuk menggambarkan aspek resultatif. Penelitian yang lain tentang adverbia dilakukan terhadap bahasa Jawa. Mudrikah (2015) menyatakan bahwa bentuk adverbia verba bahasa Jawa yang terdapat dalam cerbung Ngonceki Impen yaitu adverbia monomorfemis dan adverbia polimorfemis. Adverbia monomorfemis ini terdapat dua macam morfem yaitu morfem asal dan morfem unik. Adverbia polimorfemis dalam penelitian ini terbagi menjadi (1) adverbia berafiks (prefiks{sa-/se}, sufiks {-e/-ne}, dan konfiks {sa-/-e}), (2) adverbia berunsur pating (3) adverbia ulang penuh (dwilingga), (4) adverbia ulang (salin swara), (5) adverbia ulang parsial (dwipurwa), dan (6) adverbia gabung. Selain bentuk adverbia verba, juga diteliti makna adverbia verba bahasa Jawa. Makna yang dimaksud terbagi menjadi dua belas yaitu makna ‘keakanan’, makna ‘keberlangsungan’, makna ‘keusaian’, makna ‘keberulangan’, makna ‘keniscayaan’, makna ‘kemungkinan’, makna 12
‘keharusan’, makna ‘keizinan’, makna ‘kecaraan’, makna ‘kualitatif’, makna ‘kuantitatif’, dan makna ‘limitatif’. Makna adverbia yang sering muncul adalah makna ‘keakanan’ (arep, bakal, badhe,dll), makna ‘keusaian’ (wis, mau, nate, mentas,dll.), dan makna ‘keberulangan’ (kerep, tansah, asring). Selain ketiga makna yang sering muncul tersebut, makna yang bisa terkait dengan penelitian ini adalah makna kuantitatif. Makna kuantitatif dalam cerbung Ngonceki Impen terdapat enam indikator. Makna ini ditandai dengan kata kabeh ‘semua’, okeh ‘banyak’, pisan ‘sekali’. Dalam penelitian yang lain tentang adverbia, Damayanti (2012) meneliti tentang adverbia modalitas ditinjau dari struktur dan maknanya. Bentuk adverbia penanda modalitas dalam novel karya Andrea Hirata merupakan adverbia monomorfemis dan polimorfemis. Jika dilihat dari perilaku sintaksisnya, bentuk adverbia tersebut merupakan adverbia intraklausal dan ekstraklausal yang dapat diingkarkan dan ada pula yang tidak dapat diingkarkan. Pendamping kiri, yang bertindak sebagai subjek, adverbia intrakalusal merupakan kategori nomina persona dan pronomina persona. Khusus untuk modalitas intensional makna ‘keinginan’ kadar ‘keinginan’ dan ‘keakanan’, juga didampingi nomina fauna. Pendamping kanan adverbia intrakalusal yang bertindak sebagai predikat merupakan kategori verba. Pada adverbia penanda modalitas intensional makna ‘keinginan’ kadar ‘keinginan’ dalam novel karya Andrea Hirata juga didampingi pronomina persona pertama jamak. Untuk modalitas yang adverbianya merupakan adverbia ekstraklausal didampingi oleh sebuah klausa. Klausa 13
tersebut meliputi klausa verbal, klausa adjektiva, dan klausa nomina. Setelah kalimat yang mengandung adverbia penanda modalitas dipasifkan terjadi beberapa pengaruh terhadap makna, tetapi ada pula yang tidak terpengaruh oleh hadirnya adverbia. Pengaruh terhadap makna tersebut, misalnya pergeseran makna dan perubahan makna. Hal Ini terjadi pada modalitas yang mengandung adverbia ingin dan adverbia mau. Namun adverbia ingin pada keberurutan adverbia penanda modalitas ingin rasanya dapat dipasifkan. Pembahasan tentang aspek dan adverbia bisa juga dilihat dalam Akil (2009). Pada tulisannya itu dibahas tentang aspek, adverbia waktu, dan kala bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dari hasil perbandingan verba kedua bahasa dapat dilihat perbedaan dan persamaannya. Sistem verba bahasa Indonesia tidak mempunyai kala (tense) dalam arti bentuk verba yang menunjukkan hubungan waktu. Dalam hal ini verba bahasa Indonesia tidak bervariasi seperti verba bahasa Inggris. Kaitan waktu yang menunjukkan terjadinya suatu peristiwa diungkapkan dengan verba, sedangkan dalam bahasa Inggris frasa verba dapat menunjukkan waktu terjadinya suatu perbuatan waktu lampau, sekarang, atau akan datang. Dalam bahasa Inggris aspek diungkapkan dengan bentuk kata kerja tertentu (participles) atau kata kerja bantu, sedangkan dalam bahasa Indonesia aspek dinyatakan dengan kata kata tertentu yang disebut partikel, seperti kata masih, sedang, sudah, dan telah. Devi
(2014) menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis
terhadap artikel opini dalam surat kabar Kompas, peneliti menghasilkan 14
kesimpulan tentang penggunaan adverbia di dalamnya. Penulis artikel opini dalam surat kabar Kompas menggunakan adverbia dalam struktur kalimatnya dengan tujuan untuk menambah kejelasan maksud si penulis. Berdasarkan
data
yang
ditemukan,
penggunaan
adverbia
dapat
diklasifikasikan berdasarkan empat macam, yakni sebagai penanda aspek, penanda modalitas, penanda kualitas, dan penanda kuantitas. Adverbia penanda aspek yang banyak digunakan, yaitu adverbia sudah dan telah. Berdasarkan penggunaannya sebagai penanda modalitas, adverbia yang paling
banyak
digunakan
adalah
adverbia
harus.
Berdasarkan
penggunaannya sebagai penanda kualitas, adverbia yang banyak digunakan yaitu adverbia lebih dan sangat. Adapun berdasarkan penggunaannya sebagai penanda kuantitas, adverbia yang banyak digunakan yakni adverbia kerap dan lagi. Berdasarkan data yang telah ditemukan, bentuk adverbia dalam penelitian tersebut ada dua, yakni adverbia bentuk dasar bebas dan adverbia turunan. Adverbia bentuk dasar bebas berupa kata dasar, misalnya akan, dapat, hampir, harus, sangat, kerap, cukup, dll. Adverbia turunan terdiri atas lima bentuk. 1. Adverbia bereduplikasi, misalnya lagi-lagi dan serta-merta. 2. Adverbia gabungan, misalnya pasti akan, memang harus, sudah bukan lagi, juga paling, dan jangan hanya. 3. Adverbia berafiks, misalnya terlalu, sekali,dan sekitar. 4. Adverbia dari gabungan kategori lain dan pronomina, misalnya akhirnya dan biasanya. 15
5. Adverbia
gabungan
proses,
misalnya
sebetulnya,
seharusnya,
sesungguhnya, seyogianya, dan sedikitnya. Berdasarkan subkategorisasi adverbia, adverbia dalam penelitian tersebut ada dua jenis, yaitu adverbia intraklausal dan adverbia ekstraklausal. Adverbia intraklausal adalah adverbia yang mendampingi kategori lain, misalnya sangat, masih, akan, dan kerap. Adverbia ekstraklausal adalah adverbia yang mengungkapkan perihal secara menyeluruh pada sebuah klausa, misalnya seyogianya, seharusnya, memang, dan justru. Penelitian mengenai adverbia yang lainnya dilakukan oleh Rajabova (2014) yang mencoba membandingkan modifikator adverbial tujuan antara
bahasa Azerbaijan dengan bahasa Inggris dalam sistem
fonetik. Hasilnya menunjukkan bahwa modifikator adverbial tujuan tidak stabil dalam dua bahasa yang dibandingkan itu. Struktur yang sama memiliki parameter akustik yang berbeda. Urutan kata
dalam bahasa
Azerbaijan lebih fleksibel daripada bahasa Inggris. Kata-kata bahasa Azerbaijan yang menunjukkan modifikator adverbial tujuan dapat digunakan dalam berbagai bagian kalimat sederhana seperti keurutan kata, sedangkan prinsip ini bersifat lebih terbatas untuk bahasa Inggris. Variasi fitur dalam tindak tutur dapat dianggap sebagai pembawa informasi sehingga dapat dikatakan bahwa posisi adverbia tujuan dalam kalimat sederhana mengubah karakter variasi dari tindak tutur. Hasil penelitian oleh Wiechmann, Daniel dan Elmakerz (2013) terhadap klausa adverbial dalam bahasa Inggris menyatakan seperti berikut 16
ini. Posisi klausa adverbial diperbolehkan pada konstruksi kalimat kompleks yang ditulis dengan bahasa Inggris berpengaruh pada lima variabel yang diteliti (deranking, kompleksitas, panjang, hubungan, dan subordinator). Hasil penelitian menggambarkan bahwa positioning yang paling kuat ditentukan oleh faktor semantik dan pragmatik . Jenis subordinat yang dapat muncul sebagai predikator kedua yang paling penting, yang mencerminkan bahwa perbedaan semantik antara dua subkelompok konstruksi yang muncul diwakili oleh posisi klausa codeterminer meskipun dan sedangkan. Pada penelitian yang lain tentang adverbia dinyatakan bahwa terdapat perbedaan penggunaan adverbial konjungsi antara peserta didik EFL Cina dan penutur asli. Peserta didik 'corpus CLEC dan penutur asli' corpus LOB telah digunakan. Statistik dan Chi-square nilai tes menunjukkan bahwa peserta didik EFL Cina cenderung berlebihan, sedikit digunakan, dan tidak tepat menggunakan konjungsi dibandingkan dengan penutur asli. Mereka lebih memilih untuk menggunakan sebagian kecil dari konjungsi, seperti konjungsi listing. Selain itu, peserta didik EFL Cina memiliki kecenderungan untuk menempatkan konjungsi pada posisi awal, sedangkan penutur asli lebih memilih posisi tengah. Cara peserta didik EFL Cina menekankan pada struktur daripada konten (isi) sehingga menyebabkan terlalu sering menggunakan konjungsi dan penjelasan yang terbatas pada konjungsi dapat menyebabkan ketunggalan posisi konjungsi (Xu, Yuting, 2012).
17
Kiss (ed) (2009) menyimpulkan dari dua belas artikel mengenai adverbial atau kata keterangan dalam bahasa Hungaria yang ditulis dalam satu buku.
Kajian difokuskan pada bidang sintaksis. Kajiannya
menginvestigasi perilaku sintaksis dan semantik pada kata keterangan dan konstituen tambahan kata keterangan (adverbial). Berkaitan dengan judul buku (dan seri yang muncul), perhatian khusus ditujukan kepada sintaksis dan kesimpulannya dengan bentuk fonetis dan bentuk logikanya. Mayoritas artikel dalam edisi ini menetapkan perluasan pada distribusi sintaksis dari adverb yang ditentukan oleh syarat yang ditentukan berdasarkan sintaksis dengan kebutuhan semantik dan di beberapa kasus, dengan prosody (ilmu persajakan). Adverb dalam bahasa Hungaria, berdasarkan basis morfologi dan data sejarah mereka merupakan frasa preposisi. Mereka juga mengidentifikasi posisi sintaksis adverb yang digunakan dalam predikat dan ditemani oleh kata kerja ‘be’ (seperti He is well (Dia baik-baik saja)). Penelitian yang lain berikutnya tentang adverbial dikaitkan dengan bentuk past tense. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua partisipan SLI dan TD MLU memproduksi past-tense tidak lebih sering ketika dimasukkan temporal adverbial
dibandingkan ketika temporal adverbial tersebut
dihilangkan (Krantz, dan Leonard, Laurence B., 2007). Di sisi lain, kajian adverbial yang melibatkan pluralitas dilakukan oleh Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow (2007). Secara singkat hasilnya dapat dinyatakan bahwa pluralisasi memberikan efek secara serta merta terhadap event dan
18
slot bagian argument
pada predikat. Adverbial memaksa relasi yang
dipluralisasi dan membuat visibilitas operator plural. 2. Penelitian yang Terkait dengan Terjemahan Alquran Pada tinjauan pustaka ini dipaparkan penelitian-penelitian yang terkait dengan kajian yang dilakukan oleh peneliti yaitu yang berkaitan dengan teks terjemahan Alquran. Kajian peneliti diawali dari pembahasan tentang
moralitas
qurani
sebagai
pencegah
disintegrasi
bangsa
(Markhamah, 2002). Kajian berikutnya dalam bentuk penelitian. Penelitian yang dimaksud di antaranya terkait dengan gender dalam terjemahan Alquran (Markhamah, 2003a; 2003b), etika berbahasa dalam Islam: kajian secara sosiolinguistik (Sabardila, dkk., 2003; 2004),
pengembangan
konsep partisipan tutur pada teks keagamaan (Markhamah, 2007; 2008). Penelitian berikutnya adalah tentang kesantunan berbahasa pada teks terjemahan Alquran (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2009), keselarasan fungsi, kategori, dan peran dalam teks terjemahan Alquran (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2010a), serta karakteristik bentuk pasif pada klausa teks terjemahan Alquran (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2010b). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Markhamah, dkk. (2011; 2012; 2013a) tentang
pengembangan materi ajar dan pembelajaran
sintaksis berbasis teks terjemahan Alquran.
Beberapa kajian lainnya
tentang TTA juga telah dilakukan, yaitu berkaitan dengan gender dalam Quran atau dalam Islam. Kajian-kajian tersebut di antaranya dilakukan oleh Aziz (2003) dan Maslamah (2002).
19
Hasil penelitian mengenai etika berbahasa dalam Islam (Sabardila, dkk. 2003; 2004) kemudian diterbitkan dalam bentuk Kompendium Himpunan Ayat-ayat Quran tentang Etika Berbahasa (Markhamah, dkk., 2008) dan Kompendium Himpunan Hadis yang Berisi Etika Berbahasa (Markhamah, dkk., 2008a). Penelitian tahun 2008 diterbitkan dalam buku Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2009). Selain itu juga disampaikan dalam diskusi serta seminar mengenai kesantunan berbahasa (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2013). Hasil penelitian tahun 2009 diterbitkan dalam buku Sintaksis II: Keselarasan Fungsi Kategori, dan Peran dalam Klausa pada Teks Terjemahan Al Quran (Markhamah dan Atiqa Sabardila, 2010). Hasil penelitian tahun 2012 disimpulkan di antaranya bahwa jenis transformasi penggantian yang terdapat pada teks terjemahan Alquran
yang
mengandung etika berbahasa di antaranya (1) penggantian sama tataran, dan (2) penggantian turun tataran. Penggantian turun tataran terdiri atas penggantian turun satu hierarki, penggantian turun dua hierarki, penggantian turun tiga hierarki, dan penggantian turun empat hierarki. (Markhamah, dkk., 2012). B. Kajian Teori 1. Sintaksis Verhaar (1983:70) menyatakan bahwa: Secara etimologis, sintaksis berasal dari kata Yunani sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Dengan demikian sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat. Jadi, 20
sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Sementara itu, Pateda yang dikutip oleh Suhardi (2016:14) menyatakan bahwa kata sintaksis merupakan kata yang diserap dari bahasa Belanda, yaitu dari kata syntaxis. Dalam bahasa Inggris disebut dengan kata syntax. Namun, secara lebih luas, kata sintaksis dalam ilmu bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai ilmu tentang seni merangkai kalimat sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar. Kridalaksana (2001:199) mendefinisikan sintaksis ke dalam tiga bagian. a. Pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuansatuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata. b. Subsistem bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatika; bagian lain ialah morfologi). c. Cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut. Di sisi lain, dinyatakan tentang perbedaan objek analisis dari fonologi, morfologi, sintaksis, dan analisis kalimat. Fonologi adalah ilmu yang menjadikan bunyi dan fonem sebagai objek analisis. Morfologi menjadikan morfem dan kata sebagai objek analisis. Sintaksis menjadikan frasa dan kalimat sebagai objek analisis. Analisis wacana menjadikan wacana sebagai objek analisis (Parera, 2009:6). Chaer
(2007,59-60)
menjelaskan
bahwa
kajian
sintaksis
dimaksudkan untuk mengetahui struktur satuan-satuan sintaksis, yaitu 21
struktur kalimat, struktur klausa, struktur frasa, dan struktur kata (dalam hal ini kata sebagai satuan sintaksis, bukan satuan morfologi). Dari keeempat satuan sintaksis itu, banyak bagian kecil yang dapat diangkat menjadi objek kajian. a. Pada kajian kalimat dapat diangkat masalah tentang pola dasar kalimat inti, urutan fungsi-fungsi sintaksis, jenis kalimat (menurut jumlah klausanya, menurut amanatnya, dan sebagainya), bentuk aktif-pasif, dan sebagainya. b. Pada kajian klausa dapat diangkat masalah tentang jenis klausa (menurut
kelengkapan
fungsinya,
kategori
predikatnya,
dan
sebagainya), bedanya klausa dengan kalimat, bedanya klausa dengan frasa, dan sebagainya. c. Pada kajian frasa dapat diangkat masalah tentang jenis frasa (menurut kategorinya, menurut hubungan unsur-unsur pembentuknya, dan sebagainya), makna gramatikal antara kedua unsurnya, kedudukannya di dalam klausa atau kalimat, dan sebagainya. d. Pada kajian kata, masalah yang ada adalah kata sebagai satuan terkecil dari sintaksis, bisa berkenaan dengan kategorinya, bisa juga dengan masalah strukturnya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa dalam tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat.
22
2. Adverbia Keraf (1987: 71-720) menyatakan bahwa adverbia atau kata keterangan adalah kata-kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, atau seluruh kalimat. Kridalaksana (2005: 81-83) menyatakan bahwa adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Dalam kalimat Ia sudah pergi, kata sudah adalah adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Contohnya adalah dalam kalimat Saatnya sudah dekat. Jadi, sekalipun banyak adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba itu bukan menjadi ciri adverbia. Bentuk adverbia dapat dibedakan menjadi enam macam. 1.
Adverbia dasar, misalnya agak, akan, pernah, pula.
2.
Adverbia turunan, misalnya agak-agak, belum-belum, belum boleh, tidak mungkin lagi, terlalu.
3.
Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina, misalnya agaknya, rasanya, hendaknya, biasanya, seluruhnya, pada dasarnya.
4.
Adverbia deverbal gabungan, misalnya mau tidak mau, masih belum juga, tidak terkatakan lagi.
5.
Adverbia deajektival gabungan, misalnya tidak jarang, terlebih lagi, acap kali.
23
6.
Adverbia gabungan proses, misalnya sebaiknya, sedapatnya, secepatcepatnya.
Adverbia turunan dibedakan menjadi (a) adverbia turunan yang tidak berpindah kelas, (b) adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas, (c) adverbia deajektival, (d) adverbia denumeralia, dan (e) adverbia deverbal. Adverbia yang tidak berpindah kelas terdiri atas adverbia bereduplikasi dan adverbia gabungan, sedangkan adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas terdiri dari adverbia berafiks dan adverbia dari kategori lain karena reduplikasi. Subkategorisasi terhadap adverbia adalah adverbia intraklausal dan ekstraklausal. Adverbia intraklausal adalah adverbia yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numeralia, atau adverbia lain. Contoh adverbia intraklausal ini adalah alangkah, agak, baku, bisa, belum, boleh, gus, hampir, jangan, juga, niscaya, nun, paling, pernah, pula, saja, selalu, senantiasa, ekstraklausal
sungguh, adalah
tak,
telah,
adverbia
tidak,
yang
dan
secara
lain-lain. sintaksis
Adverbia mempunyai
kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan secara semantis mengungkapkan suatu perihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan. Contoh adverbia ekstraklausal ini adalah barangkali, bukan, justru, memang, mungkin (Kridalaksana, 2005: 83-84). Di sisi lain, adverbia didefinisikan oleh Chaer sebagai berikut. Adverbia adalah kategori yang mendampingi nomina, verba, dan ajektiva dalam pembentukan frasa atau dalam pembentukan sebuah klausa (2015:49). Selanjutnya disebutkan bahwa pada umumnya adverbia berupa 24
bentuk dasar, tetapi ada juga yang berupa bentuk turunan berafiks atau berkonfiks. Berikut ini adalah contoh adverbia yang berupa bentuk turunan yang berafiks atau berkonfiks. 1.
Berprefiks se- seperti seberapa, semoga, dan sejumlah.
2.
Berprefiks se- disertai reduplikasi, seperti seolah-olah, sekali-sekali, dan sebaik-baik.
3.
Berprefiks se- disertai reduplikasi dan bersufiks –nya, seperti sebaikbaiknya, sebesar-besarnya, dan sedapat-dapatnya.
4.
Berkonfiks se-nya, seperti sebaiknya, seharusnya, dan setidaknya.
5.
Bersufiks –nya, seperti agaknya, kiranya, dan baiknya. Sebagai pendamping kelas terbuka, adverbia dengan kategori yang
didampinginya membentuk sebuah frasa untuk mengisi salah satu fungsi sintaksis. Kategori mana yang didampingi tergantung dari makna inheren yang dimiliki oleh adverbia itu. Sesuai dengan makna inheren yang dimiliki, ada adverbia yang hanya mendampingi salah satu kategori terbuka atau klausa; tetapi ada juga yang dapat mendampingi lebih dari satu kategori. Sebaliknya ada kategori yang sekaligus dapat didampingi oleh lebih dari satu adverbia. Posisi adverbia ini, ada yang terletak di sebelah kiri kategori, dan ada pula yang terletak di sebelah kanan kategori. Dalam mendampingi klausa, adverbia ini lazim terletak pada awal klausa meskipun dapat pula di posisi lain (Chaer, 2015:50). Alwi, dkk. (2003:197) menjelaskan bahwa dilihat dari tatarannya, perlu dibedakan antara adverbia dalam tataran frasa dengan adverbia dalam tataran klausa. Dalam tataran frasa, adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, dan adverbia lain. Pada contoh berikut 25
terlihat bahwa adverbia sangat menjelaskan verba mencintai, adverbia selalu menjelaskan adjektiva sedih. 1. Ia sangat mencintai istriya. 2. Ia selalu sedih mendengar lagu itu. Dalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau menjelaskan fungsifungsi sintaksis. Pada umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat. Fungsi sebagai predikat ini bukan satu-satunya ciri adverbia karena adverbia juga dapat menerangkan kata atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Contoh: 1.
Guru saja tidak dapat menjawab pertanyaan itu.
2.
Ia merokok hampir lima bungkus sehari.
Pada contoh di atas adverbia saja menjelaskan guru yang berfungsi sebagai subjek; adverbia hampir menjelaskan lima bungkus yang berfungsi sebagai objek. Dari segi bentuknya, adverbia bisa dibedakan menjadi adverbia tunggal dan adverbia gabungan. Adverbia tunggal bisa diperinci menjadi adverbia yang berupa kata dasar, yang berupa kata berafiks, serta yang berupa kata ulang. Adverbia gabungan dapat diperinci menjadi adverbia gabungan yang berdampingan dan yang tidak berdampingan (Alwi, dkk., 2003:199). Adverbia tunggal yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu kata dasar. Oleh karena jenis adverbia dasar tergolong ke dalam kelompok 26
kata yang keanggotaannya tertutup, maka jumlah adverbia yang berupa dasar itu tidak banyak. Contoh adverbia yang berupa dasar misalnya baru, hanya, lebih, hampir, saja, sangat, segera, selalu, senantiasa, paling, pasti, tentu. Adverbia tunggal yang berupa kata berafiks diperoleh dengan menambahkan gabungan afiks se-nya atau afiks –nya pada kata dasar. Contoh adverbia yang berupa penambahan gabungan afiks se-nya pada kata dasar adalah sebaiknya, sebenarnya, secepatnya, dan sesungguhnya. Contoh adverbia yang berupa penambahan –nya pada kata dasar adalah agaknya, biasanya, rupanya, dan rasanya. Adverbia tunggal yang berupa kata ulang dapat diperinci menjadi empat macam, yaitu (a) pengulangan kata dasar, (b) pengulangan kata dasar dan penambahan afiks se-, (c) pengulangan kata dasar dan penambahan sufiks –an, dan (d) pengulangan kata dasar dan penambahan gabungan afiks se-nya. Contoh adverbia yang berupa pengulangan kata dasar adalah diam-diam, lekas-lekas, pelan-pelan, dan tinggi-tinggi. Untuk adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan prefiks se- adalah setinggi-tinggi, sepandai-pandai, sesabar-sabar, dan segalakgalak. Contoh adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan sufiks –an adalah habis-habisan, mati-matian, kecilkecilan,dan gila-gilaan. Selanjutnya contoh untuk adverbia yang berupa pengulangan kata dasar dengan penambahan gabungan afiks se-nya adalah setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya, seikhlas-ikhlasnya, dan sekuatkuatnya. 27
Perilaku sintaksis adverbia dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh adverbia yang bersangkutan. Atas dasar itu, dapat dibedakan empat macam posisi adverbia. Keempat macam posisi adverbia tersebut adalah (a) yang mendahului kata yang diterangkan, (b) yang mengikuti kata yang diterangkan, (c) yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan, serta (d) yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan (Alwi, dkk., 2003:202). Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina, verba, adjektiva, numeralia, dan adverbia lain dalam pembentukan frasa ataupun dalam pembentukan sebuah klausa. a. Adverbia Aspek Keraf menjelaskan bahwa, “adverbia/ kata keterangan aspek adalah kata keterangan yang menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara obyektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara” (Keraf, 1987:73-74). Di sisi lain, Ramlan (1995:173) menyebutkan bahwa aspek itu menyatakan berlangsungnya suatu perbuatan, apakah perbuatan
itu
sedang
berlangsung,
akan
berlangsung,
sudah
berlangsung, berkali-kali dilakukan, dan sebagainya. Kata yang digunakan sebagai penanda aspek antara lain akan, mau, sedang, tengah, baru, lagi, masih, sudah, telah, pernah, jarang, kadangkadang, kerapkali, sering, dan selalu. 28
Aspek menurut Kridalaksana (2005:84) adalah kata yang menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa,
atau sifat sedang
berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfektif), atau mulai berlangsung (inkoatif). Jadi, jenis aspek terdiri atas duratif (lagi, sedang, tengah), imperfektif (masih), perfektif (pernah, sudah, telah), inkoatif (mulai). Chaer (2015:65) menyatakan bahwa, “adverbia keselesaian (aspek) adalah adverbia yang menyatakan tindakan atau perbuatan (dalam fungsi predikat) apakah sudah selesai, belum selesai, atau sedang dilakukan”. Yang termasuk adverbia ini adalah adverbia belum, baru, mulai, sedang, lagi, tengah, masih, sudah, telah, sempat, dan pernah. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa adverbia aspek adalah kata keterangan yang
menjelaskan
berlangsungnya suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat apakah akan berlangsung, mulai berlangsung, sedang berlangsung, belum selesai, sudah selesai berlangsung, berkali-kali dilakukan, dan sebagainya. b. Adverbia Sangkalan Penyebutan adverbia sangkalan terdapat dalam pembagian adverbia berdasarkan maknanya yang dilakukan oleh Chaer. “Adverbia sangkalan adalah adverbia yang menyatakan ‘ingkar’ atau ‘menyangkal’ akan kategori yang didampinginya” (Chaer, 2015:50). Yang termasuk adverbia ini adalah kata kata bukan, tidak, tak, tanpa, dan tiada. 1) Adverbia bukan, digunakan dengan aturan: 29
(a) untuk menyangkal kebenaran sesuatu digunakan (diletakkan) di sebelah kiri kategori nomina. Contoh: (1) Ini bukan uang palsu. (2) Wanita itu bukan nenekku. (b) untuk mengingkari sesuatu yang disertai dengan koreksinya digunakan (diletakkan) di sebelah kiri kategori nomina, verba, frasa, preposisi, atau lainnya. Contoh: (1) Ini bukan buah duku, melainkan buah kelengkeng. (2) Suaminya bukan polisi, melainkan anggota satpam. Catatan: Pertama, adverbia bukan yang disertai adverbia tidak dengan makna ‘menghapus penyangkalan’ digunakan di sebelah kiri kategori verba atau adjektiva. Contoh: - Saranmu
bukan
tidak
diterima,
tetapi
perlu
dipertimbangkan dulu. Kedua, adverbia bukan yang disertai adverbia hanya, cuma, atau saja pada klausa pertama, dan konjungsi tetapi juga atau melainkan juga pada klausa kedua digunakan untuk menyatakan penegasan. Contoh: - Saya bukan hanya menonton, tetapi juga ikut bekerja. Ketiga, adverbia bukan digunakan juga pada akhir kalimat tanya untuk menegaskan bahwa orang yang ditanya sependapat. Contoh: - Gunung Kelud berada di Jawa Timur, bukan? 30
2) Adverbia tidak, atau bentuk singkatnya tak, untuk menyangkal sesuatu diletakkan di sebelah kiri kategori verba atau adjektiva. Contoh: (1) Sudah lama saya tidak makan nasi. (2) Suaranya tidak merdu lagi. Catatan: Sangkalan tidak dapat mendampingi nomina yang berlaku sebagai keterangan objek dalam klausa yang predikatnya memiliki sangkalan tidak. Contoh: -
Dia tidak memberikan apa-apa, tidak uang, tidak barang.
Hal ini terjadi karena sebenarnya di depan nomina itu ada verba memberikan yang dilesapkan. 3) Adverbia
tanpa,
sesungguhnya
bermakna
‘tidak
dengan’
digunakan untuk ‘menyangkal’ kategori yang didampinginya. Letaknya di sebelah kiri nomina maupun verba. Contoh: (1) Tanpa izin beliau kita tidak boleh pergi. (2) Dia pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa. 4) Adverbia tiada, untuk menyangkal kategori yang didampinginya digunakan dengan aturan sebagai berikut. (a) Untuk menyatakan ‘tidak ada’ digunakan di sebelah kiri nomina. Contoh: -
Bila tiada halangan, besok kami akan ke Medan.
31
(b) Untuk menyatakan ‘tidak pernah’ digunakan di sebelah kiri verba. Contoh: -
Mereka tiada melakukan apa-apa.
c. Adverbia Jumlah/ Penjumlahan Adverbia
jumlah/
penjumlahan
adalah
adverbia
yang
menyatakan ‘banyak’ atau ‘kuantitas’ terhadap kategori yang didampingi (Chaer, 2015:52). Yang termasuk adverbia ini adalah katakata banyak, sedikit, beberapa, semua, seluruh, sejumlah, separuh, setengah, kira-kira, sekitar, dan kurang lebih. Penggunaannya adalah sebagai berikut. 1) Adverbia banyak, untuk menyatakan ‘jumlah yang lebih’ diletakkan di sebelah kiri nomina maupun verba. Contoh: (1) Di Jakarta banyak orang yang jadi penganggur. (2) Pengetahuannya luas karena dia banyak membaca. 2) Adverbia sedikit, untuk menyatakan ‘jumlah yang kurang’ diletakkan di sebelah kiri nomina, verba, maupun adjektiva. Contoh: (1) Tambahkan sedikit garam! (2) Sedikit bicara banyak bekerja. (3) Kalau disikat akan tampak sedikit bersih. 3) Adverbia beberapa, untuk menyatakan ‘jumlah yang tidak banyak’ diletakkan di sebelah kiri nomina terhitung. Contoh: (1) Beberapa rumah hancur dilanda gempa. 32
(2) Ada beberapa orang yang datang terlambat. 4) Adverbia semua, untuk menyatakan ‘tidak ada kecuali’ diletakkan di sebelah kiri nomina terhitung. Contoh: (1) Semua pengendara sepeda motor harus memakai helm. (2) Semua murid harus memakai baju seragam. 5) Adverbia seluruh, untuk menyatakan ‘tidak ada kecuali’ diletakkan di sebelah kiri nomina yang merupakan satu sebagai satu kesatuan. Contoh: (1) Seluruh tubuhnya terasa gatal-gatal. (2) Sang Merah Putih berkibar di seluruh Indonesia. 6) Adverbia sejumlah, untuk menyatakan ‘banyak yang tidak tentu’ diletakkan di sebelah kiri nomina terhitung. Contoh: (1) Sejumlah orang telah diinterogasi. (2) Sejumlah korban belum bisa dievakuasi. 7) Adverbia separuh, untuk menyatakan ‘jumlah seperdua dari satu keseluruhan’ diletakkan di sebelah kiri nomina tertentu, dan lazim di antara kata dari. Contoh: (1) Separuh dari mereka sudah berangkat. (2) Separuh dari uangnya habis di meja judi. 8) Adverbia setengah, untuk menyatakan ‘jumlah seperdua dari keseluruhan’ diletakkan di sebelah kiri nomina tak hitung yang disertai dengan wadah ukurannya. Contoh: (1) Membeli setengah truk pasir. (2) Membeli setengah liter minyak. 33
9) Adverbia kira-kira dan sekitar, untukmenyatakan ‘jumlah tak tentu dari suatu bilangan benda’ diletakkan di sebelah kiri frasa nominal berbilangan bulat. Contoh: (1) Yang hadir kira-kira lima puluh orang. (2) Harganya sekitar sepuluh juta rupiah. 10) Adverbia kurang lebih digunakan sama dengan adverbia kira-kira dan sekitar di atas. Contoh: -
Yang hadir kurang lebih saratus orang.
3. Semantik Semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai (Aminuddin, 1988:15). Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. a. Makna Leksikal Djajasudarma & Fatimah (1999:13) menjelaskan bahwa “makna leksikal (bhs. Inggris – lexical meaning, semantic meaning, external meaning) adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dll. Makna leksikal ini dimiliki unsur-unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks”. b. Makna Gramatikal “Makna gramatikal (bhs.Inggris – grammatical meaning; functional meaning; structural meaning; internal meaning) adalah makna yang menyangkut hubungan intrabahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat” (Djajasudarma & Fatimah , 1993:13). 34
Makna leksikal dapat berubah ke dalam makna gramatikal secara operasional. Sebagai contoh dapat kita pahami makna leksikal kata belenggu adalah (1) alat pengikat kaki atau tangan; borgol, atau (2) sesuatu yang mengikat (sehingga tidak bebas lagi). Namun, kata belenggu tersebut bisa berubah maknanya ketika dikaitkan dengan unsur bahasa yang lain. Perubahan makna leksikal menjadi makna gramatikal tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini. (1) Polisi memasang belenggu pada kaki dan tangan pencuri yang baru tertangkap itu. (2) Mereka terlepas dari belenggu penjajahan. 4. Makna Adverbia Makna
adalah
hubungan,
dalam
arti
kesepadanan
atau
ketidaksepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa, atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya (Kridalaksana, 2001:132). Berkaitan dengan makna ini, Adverbia dapat dipakai untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas, dan kualitas dari kategori verba, ajektiva, numeralia, dan adverbia lainnya. Aspek adalah kata yang menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif),
belum selesai (imperfektif), atau mulai
berlangsung (inkoatif). Jadi, jenis aspek terdiri atas duratif (lagi, sedang, tengah), imperfektif (masih), perfektif (pernah, sudah, telah), inkoatif (mulai) (Kridalaksana, 2005:84). Modalitas menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat. Penanda modalitas 35
di antaranya: akan, belum, barangkali, dapat, boleh, harus, jangan, kagak, mungkin, nggak, tak, tidak. (Kridalaksana, 2005:84-85). Pada tulisan berikutnya dinyatakan bahwa modalitas adalah (1) klasifikasi preposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan, (2) cara pembicara menyatakan sikap terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antarpribadi, (3) makna kemungkinan, keharusan, kenyataaan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia, modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti barangkali, harus, akan, dan sebagainya atau adverbia kalimat seperti pada hakikatnya menurut hemat saya, dan sebagainya (Kridalaksana, 2001:138). Kuantitas menerangkan frekuensi atau jumlah terjadinya sesuatu perbuatan, perisitiwa, keadaan, atau sifat. Penanda kuantitas adalah gus pada sekaligus, sering, saling, kerap. Adverbia kualitas menjelaskan sifat atau nilai perbuatan, perisitiwa, keadaan, atau sifat. Beberapa penanda kualitas: alangkah, agak, amat, banget, belaka, cuma, doang, hampir, hanya, juga, justru, kerap, maha, memang, nian, niscaya, nun, paling, pula, rada, pula, saja, sangat, selalu, senatiasa, serba (Kridalaksana, 2005: 84-85). Di pihak lain, Chaer (2015:49-50) menyebutkan bahwa sejauh ini ada adverbia yang menyatakan makna sangkalan (negasi); jumlah (kuantitas); pembatasan; penambahan; keseringan (frekuensi); kualitas; waktu (kala); keselesaian; kepastian; keharusan; derajat; kesanggupan; harapan; keinginan; kesungguhan. Adverbia sangkalan adalah adverbia yang menyatakan ‘ingkar’ atau ‘menyangkal’ akan kategori yang 36
didampinginya. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata bukan, tidak, tak, tanpa, dan tiada. Adverbia penjumlahan adalah adverbia yang menyatakan ‘banyak’ atau ‘kuantitas’ terhadap kategori yang didampingi. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata banyak, sedikit, beberapa, semua,seluruh, sejumlah, separuh, setengah,kira-kira, sekitar, dan kurang lebih. Adverbia pembatasan adalah adverbia yang menyatakan ‘batas dari suatu hal’. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata hanya, cuma, saja, dan belaka. Adverbia derajat (kualitas) adalah adverbia yang menyatakan tingkatan mutu keadaan dan kegiatan. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata sangat, amat, sekali, paling, lebih, cukup, kurang, agak, hampir, rada, maha, nian, dan terlalu. Adverbia kala adalah adverbia yang menyatakan waktu tindakan dilakukan. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, bakal, hendak, dan mau. Adverbia keselesaian (aspek) adalah adverbia yang menyatakan tindakan atau perbuatan (dalam fungsi predikat) apakah sudah selesai, belum selesai, atau sedang dilakukan. Yang termasuk adverbia ini adalah adverbia belum, baru, mulai, sedang, lagi, tengah, masih, sudah,telah, sempat, dan pernah. Adverbia kepastian adalah adverbia yang menyatakan tindakan atau keadaan yang pasti terjadi maupun yang diragukan kejadiannya. Adverbia kelompok ini adalah pasti, tentu, memang, agaknya, dan rupanya. Adverbia menyungguhkan adalah adverbia yang menyatakan ‘kesungguhan’ atau ‘menguatkan’. Yang termasuk adverbia ini adalah adverbia sesungguhnya, sebenarnya, sebetulnya, dan memang. 37
Adverbia keinginan adalah adverbia yang menyatakan ‘keinginan’. Yang termasuk adverbia ini adalah ingin, mau, hendak, suka, dan segan. Adverbia frekuensi adalah adverbia yang menyatakan ‘berapa kali suatu tindakan atau perbuatan dilakukan atau terjadi’. Yang termasuk adverbia frekuensi adalah sekali, sesekali, sekali-kali, sekali-sekali, jarang, kadangkadang, sering (seringkali), acap (acapkali), biasa, selalu, dan senantiasa. Adverbia penambahan adalah adverbia yang menyatakan penambahan terhadap kategori yang didampingi. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata pula, juga, dan jua. Adverbia kesanggupan adalah adverbia yang digunakan untuk menyatakan ‘kesanggupan’. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata sanggup, dapat, dan bisa. Adverbia harapan adalah adverbia yang menyatakan ‘harapan akan terjadinya sesuatu tindakan, hal, dan keadaan’. Yang termasuk adverbia ini adalah moga-moga, semoga, mudah-mudahan,
hendaknya,
sepatutnya,
sebaiknya,
seyogianya,
seharusnya, dan sepantasnya. Alwi, dkk. (2003:204) menyatakan bahwa berdasarkan perilaku semantisnya, adverbia dapat dibedakan menjadi delapan jenis. Adverbia tersebut adalah (1) adverbia kualitatif, (2) adverbia kuantitatif, (3) adverbia limitatif, (4) adverbia frekuentatif, (5) adverbia kewaktuan, (6) adverbia kecaraan, (7) adverbia kontrastif, dan (8) adverbia keniscayaan. Kedelapan jenis adverbia tersebut dipaparkan pada tulisan berikut ini. Adverbia kualitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata seperti paling, sangat, lebih, dan kurang. 38
Adverbia kuantitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Yang termasuk adverbia ini antara lain, kata banyak, sedikit, kirakira, dan cukup. Adverbia limitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Kata-kata seperti hanya,saja, dan sekadar adalah contoh adverbia limitatif. Adverbia frekuentatif berhubungan
adalah dengan
adverbia tingkat
yang
menggambarkan
kekerapan
terjadinya
makna
yang
sesuatu
yang
diterangkan adverbia itu. Kata yang tergolong adverbia ini, misalnya, selalu, sering, jarang, dan kadang-kadang. Adverbia kewaktuan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu. Yang termasuk adverbia kewaktuan adalah baru dan segera. Adverbia kecaraan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu berlangsung atau terjadi. Yang termasuk adverbia kecaraan ini adalah bentuk-bentuk seperti diam-diam, secepatnya, dan pelan-pelan. Adverbia kontrastif adalah adverbia yang menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya. Yang termasuk dalam adverbia kontrastif adalah bentuk seperti bahkan, malahan, dan justru. Adverbia keniscayaan adalah adverbia yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia itu. Yang termasuk adverbia keniscayaan adalah bentuk seperti niscaya, pasti, dan tentu.
39
Kaitannya dengan aspek, Keraf (1987:74) membagi aspek menjadi tujuh macam. Aspek inkoatif, yang menunjukkan suatu peristiwa pada proses permulaan berlangsungnya. Contoh: Saya pun berangkatlah. Aspek Duratif, yaitu keterangan aspek yang menunjukkan bahwa suatu peristiwa tengah berlangsung: sedang, sementara. Aspek perfektif, adalah keterangan aspek yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik penyelesaiannya: sudah, telah. Aspek momental, menyatakan suatu peristiwa terjadi pada suatu saat yang pendek. Aspek repetitif, menyatakan bahwa suatu perbuatan terjadi berulang-ulang. Contoh: Ia memukul-mukul anak itu. Aspek frekuentatif, menunjukkan bahwa suatu peristiwa sering terjadi. Contoh: Dia sering ke mari. Aspek habituatif, menyatakan bahwa perbuatan itu terjadi karena suatu kebiasaan. Contoh: Ia biasa membaca koran di bawah pohon itu. Kridalaksana (2005:84) sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya menyatakan bahwa aspek adalah kata yang menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung (duratif), sudah selesai berlangsung (perfektif), belum selesai (imperfektif), atau mulai berlangsung (inkoatif). Jadi, jenis aspek terdiri atas inkoatif, duratif, imperfektif, dan perfektif. Aspek inkoatif ditandai dengan mulai, duratif ditandai dengan lagi, imperfektif dengan penanda masih, dan perfektif ditandai dengan pernah, sudah, dan telah. Di sisi lain, Markhamah (2013:150-151) menulis pernyataan Keraf yang menyatakan pembagian aspek berdasarkan maknanya dengan penyebutan yang agak berbeda dengan yang dinyatakan 40
Keraf pada
bagian sebelumnya. Keterangan aspek ini digolongkan menjadi enam bagian. Aspek inkoatif, yaitu aspek yang menggambarkan suatu perbuatan mulai berlangsung. Aspek ini ditandai oleh penggunaan kata mulai atau dengan partikel pun-lah. Contoh: Pertandingan pun berakhirlah. Aspek kompletif, yaitu bagian verba yang menyatakan tindakan itu telah selesai atau telah mencapai akhir. Aspek kompletif ini disebut juga aspek perfektif. Penggunaan kata telah, sudah, dan lain-lain digunakan sebagai penandanya. Aspek inkompletif, yaitu aspek yang menyatakan perbuatan belum berakhir. Aspek ini biasanya dinyatakan dengan kata sedang. Aspek futuratif, yaitu aspek yang menggambarkan perbuatan akan berlangsung. Aspek ini ditandai dengan penggunaan kata akan. Aspek repetitif,
yaitu
menyatakan
keberulangan
suatu
peristiwa
atau
kejadian.aspek ini sering ditandai oleh penggunaan kata lagi. Aspek spontanitas, yaitu aspek yang menyatakan bahwa perbuatan atau peristiwa terjadi tanpa disangka-sangka. Kata tiba-tiba, sekonyong-konyong, dengan tidak terduga adalah kata-kata atau frasa untuk menyatakan aspek spontanitas. C. Kerangka Konseptual Seperti telah disebutkan pada bab pendahuluan bahwa setiap bahasa memiliki sistem berbeda, walaupun dimungkinkan ada sistem yang sama. Demikian juga kategori kata yang ada pada berbagai bahasa juga tidak selalu sama. Ada kategori yang ada hampir pada semua bahasa, tetapi ada juga kategori yang hanya pada bahasa tertentu, dan tidak ada pada bahasa lainnya.
41
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kategori kata atau kelas kata. Kelas-kelas kata tersebut adalah verba, adjektiva, adverbia, nomina, pronomina, numeralia, dan kata tugas yang terdiri dari preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula, serta partikel penegas (Alwi, dkk., 2003:87-309). Kelaskelas kata atau kategori-kategori kata tersebut adalah bagian dari sintaksis yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang bisa dijelaskan dari sudut sintaksis juga. Dalam penelitian ini peneliti telah memfokuskan penelitian pada satu jenis kelas kata yaitu kata keterangan atau adverbia. Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Pada setiap ragam dimungkinkan sekali
terdapat
adverbia yang
spesifik, yang belum tentu ditemukan pada ragam lainnya. Misalnya, adverbia pada ragam bahasa pada Teks Terjemahan Alquran (TTA). Diprediksi ada spesifikasi penggunaan adverba pada TTA. Berdasarkan hal itulah penelitian ini penting untuk dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan kajian tentang penggunaan adverbia dalam TTA pada segi maknanya. Adapun makna adverbia yang diteliti adalah makna adverbia aspek, adverbia sangkalan, dan adverbia jumlah. Setelah didapatkan kesimpulan tentang makna adverbia aspek, sangkalan, dan jumlah dalam TTA ini, kemudian hasilnya bisa diimplementasikan sebagai materi ajar di sekolah, khususnya pada sekolah menengah pertama (SMP).
42
Teks Terjemahan Alquran (TTA)
Diprediksi ada spesifikasi penggunaan adverbia (penanda aspek,penanda sangkalan, dan penanda jumlah)
Fokus Kajian: Makna Adverbia
Simpulan
Implementasi sebagai Materi Ajar di Sekolah
43
BAB III METODE PENELITIAN
Untuk mendukung kesahihan suatu penelitian, diperlukan suatu metodologi yang jelas dan tepat. Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran. Melaui metode yang tepat, peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu (Syamsudin & Damaianti, 2011:14). Dengan menggunakan metode yang tepat, maka seorang peneliti dapat terarahkan untuk mencapai tujuan penelitian yang sesuai dengan perumusan masalah penelitian secara benar. 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen). Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2016:1). Penelitian ini berupaya untuk mengkaji adverbia pada teks terjemahan Alquran (TTA) yaitu berkaitan
44
dengan makna adverbianya. Makna adverbia yang diteliti adalah adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumlah. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Disebut penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini berupaya mengkaji pola penggunaan adverbia pada TTA. Pengkajian pola penggunaan adverbia pada TTA ini difokuskan pada aspek makna adverbianya, lebih khusus lagi adalah makna adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah. 3. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah penggunaan adverbia
pada TTA.
Teks
terjemahan Alquran (TTA) yang digunakan adalah TTA yang mengandung etika berbahasa yang pernah diteliti oleh Sabardila dkk. (2003). Secara spesifik objek penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis makna adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah. 4. Data dan Sumber Data Penelitian a. Data Alwi (2003:239) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan data adalah (1) keterangan yang benar dan nyata, dan (2) keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data dalam Penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif adalah data tidak berbentuk angka yang diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, 45
atau bahan tertulis. Penelitian ini menggunakan data kualitatif karena pendekatan penelitianya pun kualitatif. Wujud data penelitian ini adalah semua satuan lingual yang mengandung adverbia sebagai penanda aspek, penanda sangkalan, dan penanda jumlah dalam teks terjemahan Alquran (TTA). Berikut adalah contoh data yang dimaksud. Al-Baqarah (2): 31-32 Teks Ayat: ﺿ ُﮭ ْﻢ َﻋﻠَﻰ ْاﻟ َﻤﻼَﺋِ َﻜ ِﺔ ﻓَﻘَﺎ َل أَﻧﺒِﺌُﻮ ِﻧﻲ ﺑِﺄ َ ْﺳ َﻤﺎء ھَـ ُﺆﻻء ِإن ُﻛﻨﺘ ُ ْﻢ َ َو َﻋﻠﱠ َﻢ آدَ َم اﻷ َ ْﺳ َﻤﺎء ُﻛﻠﱠ َﮭﺎ ﺛ ُ ﱠﻢ َﻋ َﺮ .ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﻚَ ﻻَ ِﻋ ْﻠ َﻢ ﻟَﻨَﺎ إِﻻﱠ َﻣﺎ َﻋﻠﱠ ْﻤﺘَﻨَﺎ إِﻧﱠﻚَ أَﻧﺖَ ْاﻟﻌَ ِﻠﯿ ُﻢ ْاﻟ َﺤ ِﻜﯿ ُﻢ ُ ْ ﻗَﺎﻟُﻮا. َﺻﺎ ِدﻗِﯿﻦ َ Terjemahan: “Dan
mengajarkan
Adam
Nama-nama
seluruhnya,
kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Data yang bisa diambil dari teks terjemahan tersebut adalah: tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Adverbia penanda aspek yang terdapat pada data tersebut adalah telah. b. Sumber Data Ketepatan pemilihan sumber data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian karena ketepatan memilih dan menentukan jenis 46
sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh (Sutopo, 2002:49). Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (Sutopo, 2002:54). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis informasi tertulis, yaitu teks terjemahan Alquran (TTA). Teks terjemahan Alquran (TTA) yang digunakan adalah TTA yang dipublikasikan oleh Kerajaan Arab Saudi yang pernah diteliti Sabardila, dkk. (2003). Alquran dan terjemahan ini merupakan hadiah dari Khadim al Haramain asy Syarifain (Pelayan kedua Tanah Suci) Raja Fath ibn ‘Abd al ‘Azisal Sa’ut (Raja Kerajaan Saudi Arabia). Penerbitan ini di bawah pengawasan Haji dan Wakaf Saudi Arabia tahun 1412 H. 5. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan sumber data di atas, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa pada objek yang diteliti. Di samping metode simak digunakan juga metode dokumenter. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik simak dan teknik catat. Teknik simak dipakai untuk menyimak teks terjemahan Alquran (TTA) untuk mengidentifikasi data-data tentang berbagai penggunaan satuan lingual yang mengandung adverbia. Teknik catat dipakai untuk mencatat data-data penggunaan satuan lingual yang mengandung adverbia yang terdapat pada teks terjemahan Alquran (TTA). Analisis dokumen dilakukan terhadap semua 47
informasi tertulis, baik yang tersurat maupun yang tersirat yang terkait dengan penelitian ini, misalnya untuk mengidentifikasi kajian-kajian yang terkait dengan penggunaan adverbia pada sumber lain. Dokumen yang dimaksud adalah teks terjemahan Alquran (TTA). Untuk mendapatkan data, peneliti harus menganalisis satuan-satuan lingual yang menggunakan adverbia. Untuk dapat menentukan satuan lingual yang berupa data, peneliti harus memiliki intuisi kebahasaan untuk bisa membedakan adverbia dan yang bukan adverbia. Untuk menentukan makna adverbia, peneliti harus memiliki kepekaan terhadap satuan lingual dalam suatu kalimat. Di samping itu, peneliti harus bisa menerapkan teori sintaksis. Selain teknik tersebut, juga digunakan teknik FGD (Focus Group Discussion) untuk mendiksusikan pola penggunaan adverbia pada TTA. Peserta FGD adalah dosen yang memahami mengenai penggunaan adverbia, termasuk adverbia dalam BA. 6. Teknik Pengujian Keabsahan Data (Validitas) Agustinova (2015:43) menuliskan pernyataan Arikunto bahwa bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Validitas juga dapat dikatakan sebagai derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti. Dalam riset kualitatif, demi terjaminnya keakuratan data, maka pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan. Data yang salah akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya, data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar 48
(Agustinova, 2015:45). Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan untuk peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, teknik pengujian keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi teori dan triangulasi peneliti. Triangulasi teori ini dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji (Sutopo, 2002:82). Triangulasi teori ini dilakukan dengan cara menggali informasi dari beberapa teori sehingga bisa diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak hanya sepihak sehingga bisa dianalisis dan ditarik simpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Triangulasi peneliti mengandung maksud bahwa hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti (Sutopo, 2002:81). Triangulasi peneliti dimaksudkan antara lain untuk menghindari bias individu pada peneliti tunggal. Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian adverbia ini, maka peneliti menggunakan tiga orang peneliti dalam pengumpulan data. Ketiga peneliti tersebut adalah peneliti yang sama-sama tengah melakukan penelitian terhadap adverbia dalam TTA, namun dengan fokus penelitian yang berlainan. 7. Teknik Analisis Data Dalam hal analisis data kualitatif, Bodan sebagaimana dituliskan oleh Sugiyono (2016:88) menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others”. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang 49
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode padan. Analisis dengan metode padan adalah analisis data yang dilakukan dengan menggunakan alat penentu yang berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Selanjutnya metode padan yang digunakan adalah subjenis padan referensial. Metode padan subjenis referensial adalah metode analisis bahasa yang alat penentunya adalah referen yang terkandung pada satuan data. Metode ini digunakan untuk menganalisis makna adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumlah pada TTA. Berikut contoh analisis data dengan metode tersebut. Perhatikan terjemahan ayat berikut ini! “Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." (Al-Baqarah (2): 70). Adverbia masih dalam frasa adjektival masih samar merupakan adverbia penanda aspek imperfektif yang bermakna ‘menerangkan suatu pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’. Adverbia masih dalam klausa karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dalam surat Albaqarah (2):70 di atas merupakan adverbia yang menerangkan 50
adjektiva samar yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, adjektiva samar dalam klausa tersebut merupakan keadaan yang belum selesai yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kami). 8. Prosedur Penelitian Penelitian ini diawali dengan kegiatan peneliti membaca berbagai referensi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang sedang dilakukan, yaitu tentang makna adverbia penanda aspek, adverbia penanda sangkalan, dan adverbia penanda jumlah. Langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dengan cara menyimak kemudian mencatat adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumlah yang terdapat dalam TTA. Untuk mendapatkan validitas data, maka peneliti menggunakan triangulasi teori dan triangulasi peneliti. Data yang dianggap sudah valid tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan dengan subjenis padan referensial. Hasil akhir penelitian ini berupa makna adverbia penanda aspek, penanda sangkalan, dan penanda jumlah
dalam
TTA.
Untuk
selanjutnya
hasil
penelitian
ini
akan
diimplementasikan sebagai materi ajar mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat sekolah menengah pertama (SMP). 9. Sistematika Laporan Penelitian Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri atas lima bab yang setiap babnya memuat pokok permasalahan yang berbeda, namun tetap merupakan satu kesatuan pikiran yang berkaitan. Secara singkat sistematika penulisan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Bab pertama, merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakang penelitian, ruang lingkup, 51
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,dan penjelasan istilah. Bab kedua, merupakan landasan teori yang berisi tentang pemaparan tentang kajian yang relevan, kajian teori, dan kerangka pemikiran. Bab ketiga, merupakan metode penelitian yang berupa jenis dan pendekatan penelitian, objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik keabsahan data, teknik analisis data, prosedur penelitian, dan sistematika laporan penelitian. Bab keempat, merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi hasil penelitian, pembahasan, dan proposisi hasil penelitian. Bab kelima, merupakan penutup yang berupa simpulan, implikasi, dan saran.
52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil kajian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabardila, dkk. (2003) ditemukan sejumlah 46 surat 109 ayat dalam Alquran yang mengandung etika berbahasa. Surat dan ayat yang dimaksud dinyatakan pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Surat dan Ayat Alquran yang Mengandung Etika Berbahasa NO
SURAT
AYAT
1.
Albaqarah
31-32, 40, 42, 44, 70, 71, 79, 83, dan 235
2.
Ali Imran
118
3.
Almaaidah
13, 41, 63, 85, dan 101
4.
Annisaa’
5, 8, 9, 46, 63, 135, 150, 156 dan 171
5.
Alan’aam
93, 108, 112, 151, dan 152
6.
Ala’raaf
161-162, dan 164
7.
Alanfaal
64
8.
Attaubah
30, dan 31-32
9.
Yunus
99 dan 100
10.
Hud
69
11.
Yusuf
92
12.
Arra’du
10
13.
Ibrahim
24, 25, dan 26
14.
Alhijr
53 dan 89
15.
Annahl
125
16.
Alisraa’
23 dan 110
17.
Alkahfi
23 dan 24 53
18.
Maryam
1, 2, dan 3
19.
Thaaha
44
20.
Alanbiyaa’
45
21.
Alhajj
24
22.
Almukminun
73
23.
Annuur
11, 12, 15, 16, 17, 18, 51, 53, dan 63
24.
Alfurqan
22
25.
Lukman
19
26.
Alahzab
32, 41, dan 70
27.
Sabak
23 dan 31
28.
Fathir
10
29.
Yasin
76
30.
Shad
17 dan 26
31.
Fushshilat
32
32.
Asysyura
15
33.
Azzukhruf
63 dan 89
34.
Aljasiyah
6, 7, dan 8
35.
Alakhqaf
15, 17, 31, dan 32
36.
Muhammad
21
37.
Alfath
11
38.
Alhujurat
2, 3, 4, 5, 6, dan 11
39.
Qaf
28
40.
Mujadalah
8, 9, dan 10
41.
Ashshaf
2 dan 3
42.
Almulk
13
43.
Muzammil
10
44.
Albalad
17
45.
Adduha
10
46.
Al‘asyr
3
Sumber: Hasil Kajian Sabardila, dkk. (2003)
54
Keseluruhan data yang berhasil ditemukan dalam teks terjemahan Alquran yang mengandung etika berbahasa berjumlah 146 buah. Sebagai gambaran yang jelas, jumlah data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Data yang Terkumpul No.
Jenis Adverbia
Jumlah
1
Adverbia penanda aspek
54 buah
2
Adverbia penanda sangkalan
62 buah
3
Adverbia penanda jumlah
30 buah
Jumlah
Setelah
data
146 buah
terkumpul,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mengklasifikasikan data-data tersebut untuk mempermudah proses analisis. Data-data yang berjumlah 146 buah tersebut kemudian diklasifikasikan dengan dasar-dasar tertentu yang diproyeksikan untuk kepentingan analisis. Dalam hal ini, klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang sudah diperoleh tersebut ke dalam masing-masing jenis adverbianya. Pengelompokan tersebut bisa dilihat pada tabel 4.3, 4.4, dan 4.5 di bawah ini. Tabel 4.3 Klasifikasi Data Adverbia Penanda Aspek ADVERBIA PENANDA ASPEK
NO.
DATA
DATA FRASA
SUMBER
1
akan
akan menyebut-nyebut
Albaqarah (2):235
2
akan
akan melihat
Almaidah (5):13
3
akan
akan diterangkan
Almaidah (5):101
4
akan
akan menurunkan
Alan’aam (6):93
5
akan
akan memaki
Alan’aam (6):108
55
6
akan
akan memberi
Alan’aam (6):151
7
akan
akan kami tambah
8
akan
akan membinasakan
Ala’raf (7): 161162 Ala’raf (7):164
9
akan
akan beriman
Yunus (10):99-100
10
akan
akan mengerjakan
Alkahfi (18):23-24
11
akan
akan memberikan
Alkahfi (18):23-24
12
akan
akan keluar
Annur (24):53
13
akan
akan hancur
Faathir (35):10
14
akan
akan menyesatkan
Sad (38):26
15
akan
akan mendapat
Sad (38):26
16
akan
akan mengetahui
Azzukhruf (43):89
17
akan
akan beriman
Aljasiyah (45):6
18
akan
akan dibangkitkan
Alakhqaf (46):17
19
akan
akan mengampuni
20
akan
akan mengatakan
Alakhqaf (46): 3132 Alfath (48):11
21
akan
akan mereka masuki
Almujadalah (58):9
22
akan
akan dikembalikan
Almujadalah (58):9
23
insya Allah akan
insya Allah akan mendapat Albaqarah (2):70
24
barulah
Albaqarah (2):71
25
sedang
barulah kamu menerangkan sedang diturunkan
26
masih
(masih) samar
Albaqarah (2): 70
27
belum
belum sempurna
Annisaa’ (4):5
28
belum
belum beriman
Almaidah (5):41
29
belum pernah
belum pernah dipakai
Albaqarah (2):71
30
belum pernah
belum pernah datang
Almaidah (5):41
31
telah
telah Engkau ajarkan
32
telah
telah Aku anugerahkan
Albaqarah (2):3132 Albaqarah (2):40
33
telah
telah nyata
Ali Imran (3):118
34
telah
telah kami terangkan
Ali Imran (3):118
35
telah
telah beriman
Almaidah (5):41
56
Almaidah (5):101
36
telah
telah mereka kerjakan
Almaidah (5):63
37
telah
telah diwahyukan
Alan’aam (6):93
38
telah
telah datang
Hud (11):69
39
telah
telah membuat
Ibrahim (14):24-26
40
telah
telah memerintahkan
Al-Israa’ (17):23
41
telah
telah mengetahui
Annur (24):63
42
telah
telah diizinkan-Nya
Saba’(34):23
43
telah
telah dihilangkan
Saba’(34):23
44
telah
telah difirmankan
Saba’(34):23
45
telah
telah dewasa
Alakhqaf (46):15
46
telah
telah Engkau berikan
Alakhqaf (46):15
47
telah
telah tetap perintah
48
telah
telah diuji
Muhammad (47):21 Alhujurat (49):2-3
49
telah
telah dilarang
Almujadalah (58):9
50
sudah
sudah dirobah-robah
Almaidah (5):41
51
sudah
sudah dikenal
Annur (24):53
52
selalu
selalu berpaling
Albaqarah (2):83
53
selalu
selalu mengatakan
Alan’aam (6):93
54
selalu
selalu menyombongkan
Alan’aam (6):93
Tabel 4.4 Klasifikasi Data Adverbia Penanda Sangkalan NO.
ADVERBIA PENANDA SANGKALAN DATA
DATA FRASA
SUMBER
1
tidak
tidak ada yang kami ketahui
2
tidakkah
Tidakkah kamu berakal
Albaqarah (2):3132 Albaqarah (2):44
3
tidak pula
tidak pula untuk mengairi
Albaqarah (2):71
4
tidak
tidak bercacat
Albaqarah (2):71
5
tidak
tidak ada belangnya
Albaqarah (2):71
6
tidak
tidak melaksanakan
Albaqarah (2):71
57
7
tidak
tidak memenuhi
Albaqarah (2):83
8
tidak
tidak ada dosa
Albaqarah (2):235
9
tidak ... -nya
Ali Imran (3):118
10
tidak
tidak henti-hentinya menimbulkan tidak menurutinya
11
tidak
tidak mendengar
Annisaa’ (4):46
12
tidak
tidak beriman
Annisaa’ (4):46
13
tidak
tidak berkhianat
Almaidah (5):13
14
tidak akan
tidak akan mampu
Almaidah (5):41
15
tidak hendak
tidak hendak mensucikan
Almaidah (5):41
16
tidak
tidak melarang
Almaidah (5):63
17
tidak
tidak ada diwahyukan
Alan’aam (6):93
18
tidak
tidak benar
Alan’aam (6):93
19
tidak
tidak mengerjakannya
Alan’aam (6):112
20
tidak
tidak memikulkan
Al-An’aam (6):152
21
tidak
tidak dikatakan
Ala’raf (7):161-162
22
tidak
tidak disuruh
Attaubah (9):31-32
23
tidak
tidak ada Tuhan selain Dia
Attaubah (9):31-32
24
tidak
tidak menyukai
Attaubah (9):31-32
25
tidak
tidak ada satu jiwa pun
Yunus (10):99-100
26
tidak
tidak mempergunakan
Yunus (10):99-100
27
tidak
tidak lama
Hud (11):69
28
tidaklah
Tidaklah engkau melihat
Ibrahim (14):24-26
29
tidak
tidak berprasangka baik
Annur (24):12
30
tidak
tidak ada bagi kamu
Annur (24):15-18
31
tidak
tidak berkata
Annur (24):15-18
32
tidak
tidak pantas
Annur (24):15-18
33
tidak
tidak suka
Annur (24):15-18
34
tidak
tidak ada kabar gembira
Alfurqan (25):22
35
tidaklah
Alahzab (33):32
36
tidak akan
tidaklah seperti wanita yang lain tidak akan beriman
58
Annisaa’ (4):46
Saba’ (34):31
Saba’ (34):31
tidaklah
tidak pula kepada kitab yang sebelumnya tidaklah karena kamu
39
tidak
tidak mendengarnya
Aljasiyah (45):7-8
40
tidak lain hanyalah
tidak lain hanyalah dongeng
Alakhqaf (46):17
41
tidak
tidak menerima
Alakhqaf (46):3132
42
tidak akan
tidak akan melepaskan
43
tidak
tidak ada baginya pelindung
Alakhqaf (46):3132 Alakhqaf (46):3132
44
tidak
tidak menyukainya
Muhammad (47):21
45
tidak
tidak ada dalam hatinya
Alfath (48):11
46
tidak
tidak hapus (pahala)
Alhujurat (49):2-3
47
tidak
tidak menyadari
Alhujurat (49):2-3
48
tidak
tidak mengerti
Alhujurat (49):4-5
49
tidak
tidak menimpakan
Alhujurat (49):6
50
tidak
tidak bertaubat
Alhujurat (49):11
51
tidak
tidak menyiksa
Almujadalah (58):9
52
tidak
tidak kamu perbuat
Assaff (61):2-3
53
tak
Tak ada cercaan
Yusuf (12):92
54
tiadalah
55
tiadalah
tiadalah orang-orang yang tuli Alanbiya’ (21):45 mendengar tiadalah berguna Saba’ (34):23
56
tiada
tiada kamu perhatikan
Almujadalah (58):9
57
tiada
tiada memberi
Almujadalah (58):9
58
tiada
tiada kamu kerjakan
Assaff (61):2-3
59
bukan
bukan ini
Almaidah (5):41
60
bukan
Almujadalah (58):9
61
tanpa
bukan sebagai yang ditentukan tanpa pengetahuan
62
tanpa
tanpa mengetahui
Alhujurat (49):6
37
tidak pula
38
59
Saba’ (34):31
Alan’aam (6):108
Tabel 4.5 Klasifikasi Data Adverbia Penanda Jumlah NO.
ADVERBIA PENANDA SANGKALAN DATA
DATA FRASA
SUMBER
1
sedikit
keuntungan yang sedikit
Albaqarah (2):79
2
sedikit
sedikit di antara mereka
Almaidah (5):13
3
sedikit
sedikit pengetahuan
Annur (24): 15-18
4
sedikit
mudarat sedikit pun
Almujadalah (58):9
5
sebagian
sebagian dari harta itu
Annisaa’ (4):8
6
sebagian
kepada yang sebagian
Annisaa’ (4):150
7
sebagian
sebagian yang lain
Annisaa’ (4):150
8
sebagian
Sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya
Almaidah (5):13
9
sebagian
sebagian mereka
Alan’aam (6):112
10
sebagian
sebagian yang lain
Alan’aam (6):112
11
sebagian
sebagian kamu
Annur (24):63
12
sebagian
sebagian (yang lain)
Annur (24):63
13
sebagian
sebagian dari mereka
Saba’ (34):31
14
sebagian
sebagian yang lain
Saba’ (34):31
15
sebagian
sebagian dari apa yang kamu berselisih
Azzukhruf (43):63
16
sebahagian
sebahagian kecil
Albaqarah (2):83
17
sebahagian
sebahagian kamu
Alhujurat (49):2-3
18
sebahagian
sebahagian yang lain
Alhujurat (49):2-3
19
banyak
banyak berdusta
Aljasiyah (45):7-8
20
banyak
banyak berdosa
Aljasiyah (45):7-8
21
semuanya
orang-orang mukmin semuanya
Yunus (10):99-100
22
semuanya
kemuliaan itu semuanya
Faathir (35):10
23
semua
semua kitab
Assyura (42):15
24
seluruhnya
nama-nama seluruhnya
25
semua...seluruhnya semua yang di muka bumi
Albaqarah (2):3132 Yunus (10):99-100
26
sekalian
kepadamu sekalian
Alanbiya’ (21):45
27
sekalian
kamu sekalian
Alahzab (33):32
seluruhnya
60
28
segala
segala apa yang kamu kerjakan
Annisaa’ (4):135
29
segala
segala yang di langit dan di bumi
Annisaa’ (4):171
30
segala
segala isi hati
Almulk (67):13
1. Makna Adverbia Penanda Aspek a. Makna adverbia akan 1) Albaqarah (2):235 Teks Ayat:
ِ ﺿﺘُﻢ ﺑِِﻪ ِﻣ ْﻦ ِﺧﻄْﺒَ ِﺔ اﻟﻨِّ َﺴﺎء أ َْو أَ ْﻛﻨَﻨﺘُ ْﻢ ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠِ َﻢ ا ُّ أَﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ْ ﻴﻤﺎ َﻋﱠﺮ َ ََوﻻَ ُﺟﻨ َ ﺎح َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﻓ ِ ِ ﺎح ِ وﻫ ﱠﻦ ِﺳّﺮاً إِﻻﱠ أَن ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮاْ ﻗَـ ْﻮﻻً ﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓﺎً َوﻻَ ﺗَـ ْﻌ ِﺰُﻣﻮاْ ُﻋ ْﻘ َﺪ َة اﻟﻨِّ َﻜ ُ َﺳﺘَ ْﺬ ُﻛُﺮوﻧَـ ُﻬ ﱠﻦ َوﻟَـﻜﻦ ﻻﱠ ﺗُـ َﻮاﻋ ُﺪ ِ ِ ْ ََﺟﻠَﻪُ َو ْاﻋﻠَ ُﻤﻮاْ أَ ﱠن ا َّ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ِﰲ أَﻧ ُﻔﺴ ُﻜ ْﻢ ﻓ ُ َﱴ ﻳَـْﺒـﻠُ َﻎ اﻟْﻜﺘ َ ﺎب أ َّ ﺎﺣ َﺬ ُروﻩُ َو ْاﻋﻠَ ُﻤﻮاْ أَ ﱠن ا ََﺣ ﱠ .ﻮر َﺣﻠِ ٌﻴﻢ ٌ َﻏ ُﻔ Terjemahan: “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah. Sebelum sampai ketetapan (menyangkut ‘iddah wanita itu) pada akhir masanya. Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hati kamu; maka takutlah kepada-nya dan ketahuilah bahwa Allah maha pengampun lagi maha penyantun.” Adverbia akan dalam frasa verbal akan menyebut-nyebut merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa komplementif Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka dalam surat Albaqarah (2):235 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba menyebut-nyebut yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat 61
dinyatakan bahwa verba menyebut-nyebut yang berfungsi sebagai predikat itu adalah sesuatu tindakan yang hendak dilakukan oleh subjek (kamu) tentang apa yang dinyatakan dalam objek (mereka). 2) Almaidah (5):13 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ﺎﺳﻴﺔً ُﳛ ِﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِﻢ ﻋﻦ ﱠﻣﻮ ًاﺿﻌِ ِﻪ َوﻧَ ُﺴﻮاْ َﺣﻈّﺎ ُ ﻓَﺒِ َﻤﺎ ﻧـَ ْﻘﻀ ِﻬﻢ ّﻣﻴﺜَﺎﻗَـ ُﻬ ْﻢ ﻟَﻌﻨ َّ َ َﱠﺎﻫ ْﻢ َو َﺟ َﻌْﻠﻨَﺎ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻗ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ْ ﻒ َﻋْﻨـ ُﻬﻢ و ْ َّﳑﱠﺎ ذُ ّﻛُِﺮواْ ﺑِِﻪ َوﻻَ ﺗَـَﺰ ُال ﺗَﻄﱠﻠ ُﻊ َﻋﻠَ َﻰ َﺧﺂﺋِﻨَ ٍﺔ ِّﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ إِﻻﱠ ﻗَﻠﻴﻼً ِّﻣْﻨـ ُﻬ ُﻢ ﻓ َّ اﺻ َﻔ ْﺢ إ ﱠن ا َ ْ ُ ﺎﻋ ِِ .ﲔ ُِﳛ ﱡ َ ﺐ اﻟْ ُﻤ ْﺤﺴﻨ Terjemahan: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan. Adverbia akan dalam frasa verbal akan melihat merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka dalam surat Almaidah (5):13 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba melihat yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa verba melihat dalam klausa tersebut merupakan suatu tindakan yang hendak terjadi yang dialami oleh subjek (kamu’Muhammad’) tentang apa yang terdapat dalam objek (kekhianatan dari mereka). 62
3) Almaidah (5):101 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ﲔ ﻳـُﻨَـﱠﺰُل َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ﻻَ ﺗَ ْﺴﺄَﻟُﻮاْ َﻋ ْﻦ أَ ْﺷﻴَﺎء إِن ﺗُـْﺒ َﺪ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ُﺴ ْﺆُﻛ ْﻢ َوإِن ﺗَ ْﺴﺄَﻟُﻮاْ َﻋْﻨـ َﻬﺎ ﺣ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ .ﻮر َﺣﻠِ ٌﻴﻢ ٌ اﻟْ ُﻘْﺮآ ُن ﺗُـْﺒ َﺪ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻋ َﻔﺎ ا ُّ َﻋْﻨـ َﻬﺎ َوا ُّ َﻏ ُﻔ Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan halhal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah mema`afkan tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Adverbia akan dalam frasa verbal akan diterangkan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa niscaya akan diterangkan kepadamu dalam surat Almaidah (5):101 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba pasif diterangkan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba pasif diterangkan yang terdapat dalam klausa itu adalah sesuatu yang hendak terjadi atau mengena terhadap sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kepadamu). Dalam ayat di atas, kepadamu yang berfungsi sebagai pelengkap tersebut mengacu kepada orang-orang yang beriman. 4) Alan’aam (6):93 Teks Ayat:
ﺎل َﺳﺄُﻧ ِﺰُل َ َﻮح إِﻟَْﻴ ِﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوَﻣﻦ ﻗ َ ََوَﻣ ْﻦ أَﻇْﻠَ ُﻢ ِﳑﱠ ِﻦ اﻓْـﺘَـَﺮى َﻋﻠَﻰ ا ِّ َﻛ ِﺬ ً أ َْو ﻗ ﺎل أ ُْو ِﺣ َﻲ إِ َﱠ َ ُﱄ َوَﱂْ ﻳ ِ ات اﻟْﻤﻮ ِ ِﻣﺜْﻞ ﻣﺎ أَﻧَ َﺰل ا وﻟَﻮ ﺗَـﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤﻮ َن ِﰲ َﻏﻤﺮ ت َواﻟْ َﻤﻶﺋِ َﻜﺔُ َ ِﺳﻄُﻮاْ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َ َ َْ ُ ََ َ ْ َ ُّ 63
ِ أَﺧ ِﺮﺟﻮاْ أَﻧ ُﻔﺴ ُﻜﻢ اﻟْﻴـﻮم ُْﲡﺰو َن ﻋ َﺬاب ا ْﳍ اﳊَ ِّﻖ َوُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﻋ ْﻦ ْ ﻮن ِﲟَﺎ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﻋﻠَﻰ ا ِّ َﻏْﻴـَﺮ ُ َ َ َْ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ِِ ِ .ْﱪو َن ُ آ َ ﺗﻪ ﺗَ ْﺴﺘَﻜ Terjemahan: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." Adverbia akan dalam frasa verbal akan menurunkan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah dalam surat Alan’aam (6):93 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif menurunkan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba aktif menurunkan dalam klausa itu menjadi pekerjaan yang hendak dilakukan oleh subjek klausa (saya). 5) Alan’aam (6):108 Teks Ayat:
ِ ِ ِ وﻻَ ﺗَﺴﺒﱡﻮاْ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ ﻳ ْﺪﻋﻮ َن ِﻣﻦ د ٍﻚ زﻳـﱠﻨﱠﺎ ﻟِ ُﻜ ِﻞ أُﱠﻣﺔ ِ َ َ ون ا ّ ﻓَـﻴَ ُﺴﺒﱡﻮاْ ا َّ َﻋ ْﺪواً ﺑِﻐَ ِْﲑ ﻋْﻠ ٍﻢ َﻛ َﺬﻟ ُ ُ َ َ ّ ُ َ ِ ِِ ِ .َﻋ َﻤﻠَ ُﻬ ْﻢ ﰒُﱠ إِ َﱃ َرّ ﻢ ﱠﻣْﺮﺟ ُﻌ ُﻬ ْﻢ ﻓَـﻴُـﻨَـﺒِّﺌُـ ُﻬﻢ ﲟَﺎ َﻛﺎﻧُﻮاْ ﻳَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن
64
Terjemahan: "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, maka (akibatnya) mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami perindah bagi setiap umat amat mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan." Adverbia akan dalam frasa verbal akan memaki merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa maka (akibatnya) mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan dalam surat Alan’aam (6):108 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif memaki yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba aktif memaki dalam klausa itu menjadi pekerjaan yang hendak dilakukan oleh subjek (mereka) terhadap sesuatu yang menduduki fungsi objek (Allah). 6) Alan’aam (6):151 Teks Ayat:
ْإِ ْﺣ َﺴﺎ ً َوﻻَ ﺗَـ ْﻘﺘُـﻠُﻮا َِﻣْﻨـ َﻬﺎ َوَﻣﺎ ﺑَﻄَ َﻦ َوﻻ
ﻗُ ْﻞ ﺗَـ َﻌﺎﻟَْﻮاْ أَﺗْ ُﻞ َﻣﺎ َﺣﱠﺮَم َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ أَﻻﱠ ﺗُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮاْ ﺑِِﻪ َﺷْﻴﺌﺎً َوِ ﻟْ َﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ ِ ِ ٍ ﱠ ﺶ َﻣﺎ ﻇَ َﻬَﺮ َ أ َْوﻻَ َد ُﻛﻢ ّﻣ ْﻦ ْإﻣﻼَق ْﳓ ُﻦ ﻧَـْﺮُزﻗُ ُﻜ ْﻢ َوإِ ﱠ ُﻫ ْﻢ َوﻻَ ﺗَـ ْﻘَﺮﺑُﻮاْ اﻟْ َﻔ َﻮاﺣ .ﺻﺎ ُﻛ ْﻢ ﺑِِﻪ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَـ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن ﺲ اﻟﱠِﱵ َﺣﱠﺮَم ا ُّ إِﻻﱠ ِ ْﳊَ ِّﻖ َذﻟِ ُﻜ ْﻢ َو ﱠ َ ﺗَـ ْﻘﺘُـﻠُﻮاْ اﻟﻨﱠـ ْﻔ
Terjemahan: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan 65
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu supaya kamu memahaminya. Adverbia akan dalam
frasa verbal akan memberi
merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka dalam surat Alan’aam (6):151 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif memberi yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba aktif memberi yang terdapat dalam klausa itu menjadi pekerjaan yang hendak dilakukan oleh subjek klausa (Kami ‘Allah’). 7) Ala’raf (7):161-162 Teks Ayat:
ِ ِ ُ وإِ ْذ ﻗِﻴﻞ َﳍﻢ اﺳ ُﻜﻨُﻮاْ ﻫ ِـﺬﻩِ اﻟْ َﻘﺮﻳﺔَ وُﻛﻠُﻮاْ ِﻣْﻨـﻬﺎ ﺣﻴ ًﺎب ُﺳ ﱠﺠﺪا َ َْ َ ْ ُُ َ َ َ َﺚ ﺷْﺌـﺘُ ْﻢ َوﻗُﻮﻟُﻮاْ ﺣﻄﱠﺔٌ َو ْاد ُﺧﻠُﻮاْ اﻟْﺒ َ َْ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ﱠ ﻓَـﺒَﺪ َ ﱠ.ﲔ ﻴﻞ َﳍُْﻢ ُ ﻧـﱠ ْﻐﻔ ْﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﺧ ِﻄﻴﺌَﺎﺗِ ُﻜ ْﻢ َﺳﻨَ ِﺰ َ ﻳﺪ اﻟْ ُﻤ ْﺤﺴﻨ َ ﱠل اﻟﺬ َ ﻳﻦ ﻇَﻠَ ُﻤﻮاْ ﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ ﻗَـ ْﻮﻻً َﻏْﻴـَﺮ اﻟﺬي ﻗ .ﻓَﺄ َْر َﺳْﻠﻨَﺎ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ِر ْﺟﺰاً ِّﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴ َﻤ ِﺎء ِﲟَﺎ َﻛﺎﻧُﻮاْ ﻳَﻈْﻠِ ُﻤﻮ َن Terjemahan: "Dan (ingatlah) ketika dikatakan kepada mereka "Tinggallah di negeri ini dan makanlah darinya di mana saja kamu menghendaki. Dan katakanlah 'Hiththah dan masukilah pintu gerbang sambil membungkuk niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahan kamu'. Kelak akan kami tambah kepada para muhsinin". Lalu orang-orang yang dzalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezhaliman mereka. Adverbia akan dalam klausa Kelak akan kami tambah kepada para muhsinin merupakan adverbia penanda aspek yang 66
menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia akan dalam klausa Kelak akan kami tambah kepada para muhsinin dalam surat Ala’raf (7):161-162 di atas menyatakan bahwa verba pasif tambah merupakan sesuatu yang akan terjadi atau mengena terhadap sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kepada para muhsinin). 8) Ala’raf (7):164 Teks Ayat:
ﺖ أُﱠﻣﺔٌ ِّﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ ِﱂَ ﺗَﻌِﻈُﻮ َن ﻗَـ ْﻮﻣﺎً ا ُّ ُﻣ ْﻬﻠِ ُﻜ ُﻬ ْﻢ أ َْو ُﻣ َﻌ ِّﺬﺑـُ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺬا ً َﺷ ِﺪﻳﺪاً ﻗَﺎﻟُﻮاْ َﻣ ْﻌ ِﺬ َرًة إِ َﱃ ْ ََوإِ َذ ﻗَﺎﻟ .َرﺑِّ ُﻜ ْﻢ َوﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳَـﺘﱠـ ُﻘﻮ َن Terjemahan: "Dan ketika suatu umat diantara mereka berkata: 'Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau menyiksa mereka dengan siksaan yang amat keras? Mereka menjawab: 'Agar kami mempunyai alasan kepada Tuhan kamu dan supaya mereka bertakwa." Adverbia akan dalam frasa verbal akan membinasakan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Allah akan membinasakan mereka dalam surat Ala’raf (7):164 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif membinasakan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba aktif membinasakan dalam klausa itu adalah sesuatu yang hendak dilakukan oleh subjek klausa (Allah).
67
9) Yunus (10):99-100 Teks Ayat:
ِِ َِ ض ُﻛﻠﱡﻬﻢ ِ َ ﲨﻴﻌﺎً أَﻓَﺄ .ﲔ َ َوﻟَْﻮ َﺷﺎء َرﺑﱡ َ ﱠﺎس َﺣ ﱠﱴ ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﻣ ْﺆﻣﻨ َ ﻚ ْ ُ ِ ﻵﻣ َﻦ َﻣﻦ ِﰲ اﻷ َْر َ َﻧﺖ ﺗُ ْﻜﺮﻩُ اﻟﻨ ِﱠ ِّ ﺲ أَن ﺗُـ ْﺆِﻣ َﻦ إِﻻﱠ ِِ ْذ ِن ا ِّ َوَْﳚ َﻌﻞ ٍ َوَﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻟِﻨَـ ْﻔ .ﻳﻦ ﻻَ ﻳَـ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن َ ﺲ َﻋﻠَﻰ اﻟﺬ ُ َ اﻟﺮ ْﺟ Terjemahan: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” Adverbia akan dalam frasa verbal akan beriman merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman dalam surat Yunus (10):99-100 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif intransitif beriman yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba aktif beriman dalam klausa itu merupakan sesuatu yang hendak terjadi yang akan dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (satu jiwa pun). 10) Alkahfi (18):23-24 Teks Ayat:
ِ ِ َوَﻻ ﺗَـ ُﻘﻮﻟَ ﱠﻦ ﻟِﺸﻲ ٍء إِِﱐ ﻓ ِ ﻴﺖ َوﻗُ ْﻞ َﻋ َﺴﻰ َ إِﱠﻻ أَن ﻳَ َﺸﺎءَ ا ﱠُ َواذْ ُﻛﺮ ﱠرﺑﱠ.ًﻚ َﻏﺪا َ ﺎﻋ ٌﻞ ذَﻟ ّ َْ َ ﻚ إِذَا ﻧَﺴ َ ِ ِ ِ .ًب ﻣ ْﻦ َﻫ َﺬا َر َﺷﺪا َ أَن ﻳَـ ْﻬﺪﻳَ ِﻦ َرِّﰊ ﻷَﻗْـَﺮ Terjemahan: Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu”Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali dengan menyebut “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan 68
katakanlah “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada itu.” Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengerjakan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi dalam surat Alkahfi (18):23-24 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif mengerjakan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal tersebut mengandung arti bahwa verba aktif mengerjakan dalam klausa tersebut merupakan pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (aku). 11) Alkahfi (18):23-24 Adverbia akan dalam frasa verbal akan memberikan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan petunjuk dalam surat Alkahfi (18):23-24 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif memberikan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal tersebut mengandung arti bahwa verba aktif memberikan merupakan pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Tuhanku).
69
12) Annur (24):53 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َ ََوأَﻗْ َﺴ ُﻤﻮا ِ ﱠ َﺟ ْﻬ َﺪ أ َْﳝَﺎ ْﻢ ﻟَﺌ ْﻦ أ ََﻣْﺮﺗَـ ُﻬ ْﻢ ﻟَﻴَ ْﺨُﺮ ُﺟ ﱠﻦ ﻗُﻞ ﱠﻻ ﺗُـ ْﻘﺴ ُﻤﻮا ﻃ ٌﺎﻋﺔٌ ﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓَﺔٌ إ ﱠن ا ﱠَ َﺧﺒﲑ .ِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن Terjemahan: “Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika engkau menyeruh mereka, pastilah mereka akan keluar. Katakanlah, “Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta adalah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Adverbia akan dalam frasa verbal akan keluar merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa pastilah mereka akan keluar dalam surat Annur (24):53 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif keluar yang terletak di samping kanan adverbia. Hal tersebut mengandung arti bahwa verba aktif keluar tersebut merupakan pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (mereka). 13) Fathiir (35):10 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ﲨﻴﻌﺎً إِﻟَﻴ ِﻪ ﻳﺼﻌﺪ اﻟْ َﻜﻠِﻢ اﻟﻄﱠﻴِﺐ واﻟْﻌﻤﻞ اﻟ ﱠ ِ ِ ِ ﻣﻦ َﻛﺎ َن ﻳ ِﺮ ُ ِ ِﱠ ﻳﻦ ُ َ َ ﺼﺎﻟ ُﺢ ﻳَـْﺮﻓَـﻌُﻪُ َواﻟﺬ ُ َ َ َ ُ ّ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ُﻳﺪ اﻟْﻌﱠﺰةَ ﻓَﻠﻠﻪ اﻟْﻌﱠﺰة ِ ِ ِ .ﻮر َ اب َﺷﺪﻳ ٌﺪ َوَﻣﻜُْﺮ أ ُْوﻟَﺌ ٌ ﳝَْ ُﻜُﺮو َن اﻟ ﱠﺴﻴِّﺌَﺎت َﳍُْﻢ َﻋ َﺬ ُ ُﻚ ُﻫ َﻮ ﻳَـﺒ Terjemahan: “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkannya. Dan orang-orang 70
yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur”. Adverbia akan dalam frasa verbal akan hancur merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa dan rencana jahat mereka akan hancur dalam surat Fathiir (35):10 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba hancur yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba hancur merupakan sesuatu yang akan terjadi terhadap sesuatu yang menduduki fungsi subjek (rencana jahat mereka). 14) Sad (38):26 Teks Ayat:
ِ ﱠﺎس ِ ْﳊ ِﻖ وَﻻ ﺗَـﺘﱠﺒِ ِﻊ ا ْﳍﻮى ﻓَـﻴ ِ ﺎك َﺧﻠِﻴ َﻔﺔً ِﰲ ْاﻷ َْر ﻚ َ َود إِ ﱠ َﺟ َﻌْﻠﻨ َ ﻀﻠﱠ ُ َ َد ُاو َ ْ ﺎﺣ ُﻜﻢ ﺑَـ ْ َض ﻓ ُ ََ َ ّ َ ِ ﲔ اﻟﻨ ِ ِ ِ ِ ﻋﻦ ﺳﺒِ ِﻴﻞ ا ﱠِ إِ ﱠن اﻟﱠ ِﺬ ِ اﳊِﺴ .ﺎب ٌ ﻳﻦ ﻳَﻀﻠﱡﻮ َن َﻋﻦ َﺳﺒِ ِﻴﻞ ا ﱠ َﳍُْﻢ َﻋ َﺬ َ َ َ َ ْ اب َﺷﺪﻳ ٌﺪ ﲟَﺎ ﻧَ ُﺴﻮا ﻳَـ ْﻮَم Terjemahan: “Hai Dawud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia akan menyesatkan kamu di jalan Allah. Sesungguhnya orang yang sesat di jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan”. Adverbia akan dalam frasa verbal akan menyesatkan merupakan adverbia bentuk tunggal penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa karena ia akan menyesatkan kamu di jalan Allah dalam surat Sad (38):26 di atas 71
adalah adverbia yang menerangkan verba menyesatkan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif menyesatkan dalam klausa itu adalah pekerjaan yang akan dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (ia). 15) Sad (38):26 Adverbia akan dalam frasa verbal akan mendapat merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Sesungguhnya orang yang sesat di jalan Allah akan mendapat azab yang berat dalam surat Sad (38):26 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba mendapat yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa verba aktif mendapat merupakan sesuatu yang akan dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (orang yang sesat di jalan Allah). 16) Azzukhruf (43):89 Teks Ayat:
.ف ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن َ ﺎﺻ َﻔ ْﺢ َﻋْﻨـ ُﻬ ْﻢ َوﻗُ ْﻞ َﺳ َﻼ ٌم ﻓَ َﺴ ْﻮ ْ َﻓ Terjemahan: “Maka berpalinglah hai Muhammad dari mereka dan katakanlah “Salam”. Kelak mereka akan mengetahui (nasib) mereka yang buruk”. Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengetahui merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia 72
akan dalam klausa Kelak mereka akan mengetahui (nasib) mereka yang buruk dalam surat Azzukhruf (43):89 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba mengetahui yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif mengetahui dalam klausa itu adalah sesuatu yang hendak dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (mereka). 17) Aljasiyah (45):6 Teks Ayat:
ِ ٍ َي ﺣ ِﺪ ِ َ ﻮﻫﺎ َﻋﻠَْﻴ .ﻳﺚ ﺑَـ ْﻌ َﺪ ا ﱠِ َوآ َ ﺗِِﻪ ﻳـُ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن َ ﺗِْﻠ ُ َﻚ آ َ ُت ا ﱠ ﻧَـْﺘـﻠ َ ِّ ﻚ ْﳊَ ِّﻖ ﻓَﺒِﺄ Terjemahan: “Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya, maka perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah kalam Allah dan keterangan-keterangan-Nya”. Adverbia akan dalam frasa verbal akan beriman merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa maka perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah kalam Allah dan keterangan-keterangan-Nya dalam surat Aljasiyah (45):6 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif intransitif beriman yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif intransitif beriman adalah pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (mereka).
73
18) Alakhqaf (46):17 Teks Ayat:
ِ ِ ِ َﺖ اﻟْ ُﻘﺮو ُن ِﻣﻦ ﻗَـﺒﻠِﻲ و ُﳘﺎ ﻳﺴﺘَﻐِﻴﺜ ﺎن َ ََواﻟﱠ ِﺬي ﻗ ٍّ ﺎل ﻟَِﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻪ أ ْ ُف ﻟﱠ ُﻜ َﻤﺎ أَﺗَﻌ َﺪاﻧ ِﲏ أَ ْن أ َْ َ َ ْ ُ ْ َُﺧَﺮ َج َوﻗَ ْﺪ َﺧﻠ ِ ِ ِ َ َا ﱠ وﻳـﻠ ِ ﻮل ﻣﺎ ﻫ َﺬا إِﱠﻻ أ .ﲔ َ َﺳﺎﻃ ُﲑ ْاﻷَﱠوﻟ َ َ ُ ﻚ آﻣ ْﻦ إِ ﱠن َو ْﻋ َﺪ ا ﱠ َﺣ ﱞﻖ ﻓَـﻴَـ ُﻘ َْ َ َ Terjemahan: Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar” Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu belaka”. Adverbia akan dalam frasa verbal akan dibangkitkan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa apakah kamu keduanya memperingatkan bahwa aku akan dibangkitkan dalam surat Alakhqaf (46):17 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba pasif dibangkitkan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini berarti bahwa verba pasif dibangkitkan adalah sesuatu yang akan dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (aku). 19) Alakhqaf (46):31-32 Teks Ayat:
ِ ِ ٍ اﻋﻲ ا ﱠِ و ِآﻣﻨُﻮا ﺑِِﻪ ﻳـ ْﻐ ِﻔﺮ ﻟَ ُﻜﻢ ِﻣﻦ ذُﻧُﻮﺑِ ُﻜﻢ وُِﳚﺮُﻛﻢ ِﻣﻦ َﻋ َﺬ َوَﻣﻦ ﱠﻻ.اب أَﻟِﻴ ٍﻢ ّ ّْ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ﻗَـ ْﻮَﻣﻨَﺎ أَﺟﻴﺒُﻮا َد ِ ِ ِ ٍ ِﺿ َﻼ ٍل ﱡﻣﺒ ِ ٍ ِ ِ اﻋﻲ ا ﱠِ ﻓَـﻠَْﻴ ِ .ﲔ َ ِﺲ ﻟَﻪُ ِﻣﻦ ُدوﻧِِﻪ أَوﻟﻴَﺎء أ ُْوﻟَﺌ َ ﻚ ِﰲ ْ ُﳚ َ ﺲ ﲟُْﻌﺠﺰ ﰲ ْاﻷ َْرض َوﻟَْﻴ َ َ ﺐ َد Terjemahan: “Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan 74
mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” “Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengampuni merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kamu dalam surat Alakhqaf (46):31-32 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif mengampuni yang terletak di samping kanan
adverbia.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
verba
aktif
mengampuni adalah pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Allah SWT). 20) Alfath (48):11 Teks Ayat:
ِ ﻚ اﻟْﻤ َﺨﻠﱠ ُﻔﻮ َن ِﻣﻦ ْاﻷ َْﻋﺮ ﺎﺳﺘَـﻐْ ِﻔْﺮ ﻟَﻨَﺎ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َِﻟْ ِﺴﻨَﺘِ ِﻬﻢ ُ َﺳﻴَـ ُﻘ ْ َاب َﺷﻐَﻠَْﺘـﻨَﺎ أ َْﻣ َﻮاﻟُﻨَﺎ َوأ َْﻫﻠُﻮ َ ﻓ ُ َ َﻮل ﻟ َ َ ِ ِ ِ ﺿّﺮاً أ َْو أ ََر َاد ﺑِ ُﻜ ْﻢ ﻧَـ ْﻔﻌﺎً ﺑَ ْﻞ ُ ﺲ ِﰲ ﻗُـﻠُﻮِِ ْﻢ ﻗُ ْﻞ ﻓَ َﻤﻦ ﳝَْﻠ َ ﻚ ﻟَ ُﻜﻢ ّﻣ َﻦ ا ﱠ َﺷْﻴﺌﺎً إِ ْن أ ََر َاد ﺑِ ُﻜ ْﻢ َ ﱠﻣﺎ ﻟَْﻴ .ًَﻛﺎ َن ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﺧﺒِﲑا Terjemahan: “Orang-orang Badui yang tertinggal akan mengatakan, “Harta dan keluarga kami”. Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah SWT jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu dan Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Adverbia akan dalam frasa verbal akan mengatakan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif 75
yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Orang-orang Badui yang tertinggal akan mengatakan dalam surat Alfath (48):11 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba aktif mengatakan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba aktif mengatakan adalah pekerjaan yang hendak dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (orang-orang Badui yang tertinggal). 21) Almujadalah (58):9 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ﺎﺟ ْﻮ َن ِ ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َو ِان ُ ﱠﺠ َﻮى ﰒُﱠ ﻳَـ ُﻌ ْ ﻳﻦ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋ ِﻦ اﻟﻨ َ َﻮدو َن ﻟ َﻤﺎ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋْﻨﻪُ َوﻳَـﺘَـﻨ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ إ َﱃ اﻟﺬ ِ ﺼﻴ ِ ِ ﺖ اﻟﱠﺮﺳ ﻚ ﺑِِﻪ ا ﱠُ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻟَْﻮَﻻ ﻳـُ َﻌ ِّﺬﺑـُﻨَﺎ َ ﻮل َوإِذَا َﺟ ُﺎؤ َ ِّوك َﺣﻴﱠـ ْﻮ َك ِﲟَﺎ َﱂْ ُﳛَﻴ َ َوَﻣ ْﻌ ُ ِﱠ ِ ِ ِ ﺎﺟْﻴـﺘُ ْﻢ ﻓََﻼ ُ ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﻧـَ ُﻘ ْ َﻮل َﺣ ْﺴﺒُـ ُﻬ ْﻢ َﺟ َﻬﻨ ُﱠﻢ ﻳ َ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إذَا ﺗَـﻨ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ.ﺲ اﻟْ َﻤﺼﲑ َ ﺼﻠَ ْﻮﻧـَ َﻬﺎ ﻓَﺒْﺌ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﺟ ْﻮا ِ ﻟِْ ِّﱪ َواﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮا ا ﱠَ اﻟﱠ ِﺬي إِﻟَْﻴ ِﻪ َ َﺎﺟ ْﻮا ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َوان َوَﻣ ْﻌﺼﻴَﺖ اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل َوﺗَـﻨ َ َﺗَـﺘَـﻨ ِﺎرِﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎً إِﱠﻻ ِِ ْذ ِن ا ﱠ ِﱠ ِ ِ ِ َ ِﺲ ﺑ ْ َ ْ ِّ ﻀ ْ إِﱠﳕَﺎ اﻟﻨ.ُْﲢ َﺸُﺮو َن َ ﱠﺠ َﻮى ﻣ َﻦ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎن ﻟﻴَ ْﺤُﺰ َن اﻟﺬ َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َوﻟَْﻴ .َو َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن Terjemahan: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. 76
“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orangorang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal” Adverbia akan dalam klausa Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia akan dalam klausa Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki dalam surat Almujadalah (58):9 di atas menyatakan bahwa verba pasif masuki merupakan sesuatu yang akan terjadi yang akan dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (mereka). Perlu diketahui bahwa sebenarnya klausa Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki merupakan klausa subordinatif. Klausa subordinatif ini terdiri dari dua klausa, yaitu Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam dan yang akan mereka masuki. Klausa semacam ini memiliki hubungan atributif, yaitu bahwa klausa relatif yang akan mereka masuki merupakan pewatas makna nomina yang diterangkannya, yaitu neraka Jahanam. 22) Almujadalah (58):9 Adverbia akan dalam frasa verbal akan dikembalikan merupakan adverbia penanda aspek yang menyatakan aspek futuratif yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia akan dalam klausa Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan dalam surat Almujadalah 77
(58):9 di atas merupakan adverbia yang menerangkan verba pasif dikembalikan. Hal ini berarti bahwa verba pasif dikembalikan dalam klausa tersebut adalah keadaan yang akan terjadi yang akan dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kamu). Perlu diketahui bahwa klausa Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan juga merupakan klausa subordinatif. Klausa subordinatif ini terdiri dari dua klausa, yaitu Dan bertakwalah kepada Allah SWT serta yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. Klausa semacam ini memiliki hubungan atributif, yaitu
bahwa
dikembalikan
klausa
relatif
merupakan
yang
pewatas
kepada-Nya makna
kamu
nomina
akan yang
diterangkannya, yaitu Allah SWT. b. Makna adverbia insya Allah akan 23) Albaqarah (2):70 Teks Ayat:
.ﻚ ﻳـُﺒَـِّﲔ ﻟﱠﻨَﺎ َﻣﺎ ِﻫ َﻲ إِ ﱠن اﻟﺒَـ َﻘَﺮ ﺗَ َﺸﺎﺑَﻪَ َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ َوإِ ﱠ إِن َﺷﺎء ا ﱠُ ﻟَ ُﻤ ْﻬﺘَ ُﺪو َن َ ﻗَﺎﻟُﻮاْ ْادعُ ﻟَﻨَﺎ َرﺑﱠ Terjemahan: “Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." Adverbia insya Allah akan merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Berdasarkan unsurnya, adverbia insya Allah akan terdiri atas insya Allah yang berarti ‘jika Allah mengizinkan’ dan akan yang berarti 78
‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Struktur adverbia seperti ini menunjukkan bahwa akan mendapat itu diterangkan atau dicakupi dalam adverbia insya Allah. Dalam struktur seperti ini, adverbia pengharapan mendahului adverbia aspek akan. Berdasarkan hal tersebut, adverbia insya Allah akan dalam klausa Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk dalam surat Albaqarah (2):70 di atas menyatakan bahwa verba aktif transitif mendapat adalah sesuatu yang diharapkan akan terjadi atau dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kami). c. Makna adverbia baru 24) Albaqarah (2):71 Teks Ayat:
ِ ٌ ُﻮل إِﻧـﱠﻬﺎ ﺑـ َﻘﺮةٌ ﻻﱠ َذﻟ ِ َ َﻗ ْ ض َوﻻَ ﺗَ ْﺴ ِﻘﻲ ْث ُﻣ َﺴﻠﱠ َﻤﺔٌ ﻻﱠ ِﺷﻴَﺔَ ﻓِ َﻴﻬﺎ ﻗَﺎﻟُﻮا َ اﳊَْﺮ َ ﻮل ﺗُﺜﲑُ اﻷ َْر َ َ َ ُ ﺎل إﻧﱠﻪُ ﻳَـ ُﻘ ِ .ﺎدواْ ﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ُ ﻮﻫﺎ َوَﻣﺎ َﻛ َ ُﺖ ِ ْﳊَ ِّﻖ ﻓَ َﺬ َﲝ َ اﻵ َن ﺟْﺌ Terjemahan: “Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.” Adverbia baru dalam klausa Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya merupakan adverbia penanda aspek inkoatif yang bermakna ‘tindakan atau perbuatan belum lama berlangsung’ atau ‘menunjukkan suatu peristiwa pada proses permulaan berlangsungnya’. Partikel –lah 79
yang melekat pada adverbia baru merupakan partikel yang bermakna ‘memberikan penegasan yang sedikit keras’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia baru dalam klausa Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya dalam surat Albaqarah (2):71 di atas menyatakan adanya penegasan bahwa verba aktif menerangkan yang menduduki fungsi predikat itu adalah tindakan yang belum lama berlangsung yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kamu). d. Makna adverbia sedang 25) Almaidah (5):101 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ﲔ ﻳـُﻨَـﱠﺰُل َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ﻻَ ﺗَ ْﺴﺄَﻟُﻮاْ َﻋ ْﻦ أَ ْﺷﻴَﺎء إِن ﺗُـْﺒ َﺪ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ُﺴ ْﺆُﻛ ْﻢ َوإِن ﺗَ ْﺴﺄَﻟُﻮاْ َﻋْﻨـ َﻬﺎ ﺣ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ .ﻮر َﺣﻠِ ٌﻴﻢ ٌ اﻟْ ُﻘْﺮآ ُن ﺗُـْﺒ َﺪ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻋ َﻔﺎ ا ُّ َﻋْﻨـ َﻬﺎ َوا ُّ َﻏ ُﻔ Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan halhal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah mema`afkan tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Adverbia sedang dalam frasa verbal sedang diturunkan merupakan adverbia aspek duratif yang bermakna ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung’. Adverbia sedang dalam klausa dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu dalam surat Almaidah (5):101 di atas merupakan adverbia yang menerangkan verba pasif diturunkan yang terletak di samping 80
kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, verba pasif diturunkan dalam klausa tersebut adalah sesuatu yang dalam keadaan masih berlangsung. e. Makna adverbia masih 26) Albaqarah (2):70 Teks Ayat:
.ﻚ ﻳـُﺒَـِّﲔ ﻟﱠﻨَﺎ َﻣﺎ ِﻫ َﻲ إِ ﱠن اﻟﺒَـ َﻘَﺮ ﺗَ َﺸﺎﺑَﻪَ َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ َوإِ ﱠ إِن َﺷﺎء ا ﱠُ ﻟَ ُﻤ ْﻬﺘَ ُﺪو َن َ ﻗَﺎﻟُﻮاْ ْادعُ ﻟَﻨَﺎ َرﺑﱠ Terjemahan: “Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan Sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)." Adverbia masih dalam frasa adjektival masih samar merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna imperfektif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’. Makna leksikal masih adalah ‘sedang dalam keadaan belum selesai atau sedang berlangsung. Adverbia masih dalam klausa karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dalam surat
Albaqarah
(2):70
di
atas
merupakan
adverbia
yang
menerangkan adjektiva samar yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, adjektiva samar dalam klausa tersebut merupakan keadaan yang sedang dalam keadaan belum selesai yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kami).
81
f. Makna adverbia belum 27) Annisaa’ (4):5 Teks Ayat:
ِ ُوﻻَ ﺗُـﺆﺗُﻮاْ اﻟ ﱡﺴ َﻔﻬﺎء أَﻣﻮاﻟَ ُﻜﻢ اﻟﱠِﱵ ﺟﻌﻞ ا ﻟَ ُﻜﻢ ﻗِﻴﺎﻣﺎً وارزﻗ ًﻮﻫ ْﻢ َوﻗُﻮﻟُﻮاْ َﳍُْﻢ ﻗَـ ْﻮﻻ ْ َ ُ ﻮﻫ ْﻢ ﻓ َﻴﻬﺎ َوا ْﻛ ُﺴ ُ ُ ْ َ َ ْ ُّ َ َ َ ُ َْ َ .ًﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓﺎ Terjemahan: “Dan janganlah kamu menyerahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta kamu yang dijadikan Allah untuk kamu sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. Adverbia belum dalam frasa adjektival belum sempurna pada teks terjemahan di atas merupakan adverbia penanda aspek imperfektif yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’. Secara leksikal, adverbia belum mempunyai arti ‘masih dalam keadaan tidak’. Adverbia belum dalam klausa Dan janganlah kamu menyerahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya dalam surat Annisaa’ (4):5 di atas adalah adverbia yang menerangkan adjektiva sempurna yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orangorang yang masih dalam keadaan tidak memiliki akal yang sempurna.
82
28) Almaidah (5):41 Teks ayat:
ِِ ﱠ ِ ﻮل ﻻَ َﳛﺰ ﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻗَﺎﻟُﻮاْ َآﻣﻨﱠﺎ َِﻓْـ َﻮ ِاﻫ ِﻬ ْﻢ َوَﱂْ ﺗُـ ْﺆِﻣﻦ َ ُْ ُ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺮ ُﺳ َ ﻳﻦ ﻳُ َﺴﺎر ُﻋﻮ َن ﰲ اﻟْ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ﻣ َﻦ اﻟﺬ َ ﻧﻚ اﻟﺬ ٍ ِ ِ ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ وِﻣﻦ اﻟﱠ ِﺬ ِ ﺎﻋﻮ َن ﻟِْﻠ َﻜ ِﺬ ﻮك ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِ َﻢ ِﻣﻦ َ ُﻳﻦ َﱂْ َْﺗ ُ ﻳﻦ ﻫ ُ ب َﲰﱠ ُ ﺎدواْ َﲰﱠ َ ﺎﻋﻮ َن ﻟ َﻘ ْﻮم َ آﺧ ِﺮ َ َ َ ْ ُُ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ﺎﺣ َﺬ ُرواْ َوَﻣﻦ ﻳُِﺮد ا ُّ ﻓْﺘـﻨَـﺘَﻪُ ﻓَـﻠَﻦ ْ َﺑَـ ْﻌﺪ َﻣ َﻮاﺿﻌﻪ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن إِ ْن أُوﺗﻴﺘُ ْﻢ َﻫـ َﺬا ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوإِن ﱠﱂْ ﺗُـ ْﺆﺗَـ ْﻮﻩُ ﻓ ِ ﲤَْﻠِﻚ ﻟَﻪ ِﻣﻦ ا ِ ﺷﻴﺌﺎً أُوﻟَـﺌِ ﱠ ِ ِ ِ ي َوَﳍُْﻢ ِﰲ َ ْ َْ ّ َ ُ َ ٌ ﻳﻦ َﱂْ ﻳُِﺮد ا ُّ أَن ﻳُﻄَ ّﻬَﺮ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ َﳍُْﻢ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﺧ ْﺰ َ ﻚ اﻟﺬ ِ .اب َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ٌ اﻵﺧَﺮةِ َﻋ َﺬ Terjemahan: “Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orangorang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekalikali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” Adverbia belum dalam frasa verbal belum beriman pada teks terjemahan di atas merupakan adverbia penanda aspek imperfektif yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’. Secara leksikal, adverbia belum mempunyai arti ‘masih dalam keadaan tidak’. Adverbia belum dalam klausa padahal hati mereka belum beriman dalam surat Almaidah (5):41 di atas adalah adverbia yang menerangkan verba beriman yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa 83
mereka yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang masih dalam keadaan tidak beriman/ memiliki iman. g. Makna adverbia belum pernah 29) Albaqarah (2):71 Teks Ayat:
ِ ٌ ُﻮل إِﻧـﱠﻬﺎ ﺑـ َﻘﺮةٌ ﻻﱠ َذﻟ ِ َ َﻗ ْ ض َوﻻَ ﺗَ ْﺴ ِﻘﻲ ْث ُﻣ َﺴﻠﱠ َﻤﺔٌ ﻻﱠ ِﺷﻴَﺔَ ﻓِ َﻴﻬﺎ ﻗَﺎﻟُﻮا َ اﳊَْﺮ َ ﻮل ﺗُﺜﲑُ اﻷ َْر َ َ َ ُ ﺎل إﻧﱠﻪُ ﻳَـ ُﻘ ِ .ﺎدواْ ﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ُ ﻮﻫﺎ َوَﻣﺎ َﻛ َ ُﺖ ِ ْﳊَ ِّﻖ ﻓَ َﺬ َﲝ َ اﻵ َن ﺟْﺌ Terjemahan: “Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.” Adverbia belum pernah dalam frasa verbal belum pernah dipakai merupakan adverbia penanda aspek imperfektif yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’. Berdasarkan unsurnya, adverbia belum pernah terdiri atas belum yang berarti ‘suatu tindakan yang belum dilakukan atau belum terjadi’ dan pernah yang berarti ‘tindakan atau perbuatan sudah selesai atau suatu keadaan sudah terjadi’. Adverbia dengan struktur seperti ini menunjukkkan bahwa frasa verbal pernah dipakai itu diterangkan atau dicakupi oleh adverbia belum. Dalam strukutur adverbia seperti ini, adverbia aspek belum mendahului adverbia aspek pernah.
84
Berdasarkan hal tersebut, adverbia belum pernah dalam klausa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya dalam surat Albaqarah (2):71 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia belum merupakan adverbia yang menerangkan frasa verbal pernah dipakai yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapatlah dinyatakan bahwa frasa verbal pernah dipakai dalam frasa belum pernah dipakai itu adalah suatu pekerjaan atau keadaan yang belum berlaku atau belum terjadi pada sapi betina yang berperan sebagai pengalam. Maksudnya adalah bahwa sapi betina yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah sapi betina yang belum sekali pun dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman. 30) Almaidah (5): 41 Teks ayat:
ِِ ﱠ ِ ﺗُـ ْﺆِﻣﻦ وَﱂ َِﻓْـﻮ ِاﻫ ِﻬﻢ آﻣﻨﱠﺎ ﻗَﺎﻟُﻮاْ اﻟﱠ ِﺬ ِ ُ ﻧﻚ ﻻَ اﻟﱠﺮ ُﺳ َ ﻳﻦ َْﳛُﺰ َ ﻮل أَﻳـﱡ َﻬﺎ َ ْ َ َْ َ ﻳﻦ ﻣ َﻦ اﻟْ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ﰲ ﻳُ َﺴﺎر ُﻋﻮ َن اﻟﺬ َ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﻋﻮ َن ﻫ ُ ﱠ ﻳﻦ َوِﻣ َﻦ ﻗُـﻠُﻮﺑـُ ُﻬ ْﻢ َ ُنم اﻟْ َﻜﻠِ َﻢ ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن َْﺗ ُ ﺎﻋﻮ َن ﻟْﻠ َﻜﺬ ِب َﲰﱠ ُ ﻳﻦ ﻟ َﻘ ْﻮم َﲰﱠ َ ْﻮك َﱂ َ ﺎدواْ اﻟﺬ َ آﺧ ِﺮ ِ ﻓَـﻠَﻦ ﻓِْﺘـﻨَـﺘَﻪ ا ﻳ ِﺮِد وﻣﻦ ﻓَﺎﺣ َﺬرواْ ﺗُـ ْﺆﺗَـﻮﻩ ﱠﱂ وإِن ﻓَﺨ ُﺬوﻩ ﻫـ َﺬا أُوﺗِﻴﺘُﻢ إِ ْن ﻳـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ﻣﻮ اﺿﻌِ ِﻪ ﺑَـ ْﻌ ِﺪ َ ُ ُ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ ُ ُّ ُ َ ْ ََ ِ ِ ِِ ﱠ ِ ِ ِ ﻚ َ ﻚ َﺷْﻴﺌﺎً ا ّ ِﻣ َﻦ ﻟَﻪُ ﲤَْﻠ َ ِﻳﻦ أ ُْوﻟَـﺌ ٌ ِﰲ َوَﳍُْﻢ ﺧْﺰ َ ي ﻴَﺎاﻟ ﱡﺪﻧْـ ﰲ َﳍُْﻢ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻳُﻄَ ّﻬَﺮ أَن ا ُّ ﻳُِﺮد َﱂْ اﻟﺬ ِ ِ ِاﻵﺧﺮة َ ٌ ﻋﻈ ٌﻴﻢ َﻋ َﺬ. َ اب Terjemahan: “Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orangorang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang 85
kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekalikali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” Adverbia belum pernah dalam frasa verbal belum pernah datang merupakan adverbia penanda aspek imperfektif yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’. Berdasarkan unsurnya, adverbia belum pernah terdiri atas belum yang berarti ‘suatu tindakan yang belum dilakukan atau belum terjadi’ dan pernah yang berarti ‘tindakan atau perbuatan sudah selesai atau suatu keadaan sudah terjadi’. Adverbia dengan struktur seperti ini menunjukkkan bahwa pernah datang itu diterangkan atau dicakupi oleh adverbia belum. Dalam strukutur adverbia seperti ini, adverbia aspek belum mendahului adverbia aspek pernah. Jika dilihat lebih jauh, sebenarnya frasa belum pernah datang ini terdapat dalam struktur frasa yang lebih panjang lagi, yaitu perkataanperkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Berdasarkan hal tersebut, adverbia belum pernah dalam frasa belum pernah datang dalam surat Almaidah (5):41 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia belum merupakan adverbia yang menerangkan frasa verbal pernah datang yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapatlah dinyatakan bahwa frasa verbal pernah datang dalam frasa belum pernah datang 86
itu adalah suatu pekerjaan atau keadaan yang belum berlaku atau belum terjadi pada konstituen yang terletak di sebelah kiri frasa tersebut, yaitu perkataan-perkataan dan orang lain terhadap konstituen yang terletak di sebelah kanannya, yaitu kepadamu. Jadi, dapat dinyatakan bahwa klausa dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu, yang terdapat dalam ayat tersebut mempunyai arti bahwa orang-orang yang belum sekali pun datang kepada Nabi Muhammad itu, justru perkataan-perkataannya amat suka didengar oleh orangorang Yahudi yang dimaksudkan dalam ayat itu. h. Makna adverbia telah 31) Albaqarah (2):31-32 Teks Ayat:
ﺎل أَﻧﺒِﺌُ ِﻮﱐ ِ َْﲰَﺎء َﻫ ُـﺆﻻء إِن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ َ ﺿ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ اﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜ ِﺔ ﻓَـ َﻘ ْ آد َم اﻷ َ َﲰَﺎء ُﻛﻠﱠ َﻬﺎ ﰒُﱠ َﻋَﺮ َ َو َﻋﻠﱠ َﻢ ِِ .اﳊَ ِﻜ ُﻴﻢ ْ َﻧﺖ اﻟْ َﻌﻠِ ُﻴﻢ َ ﻚ ﻻَ ِﻋْﻠ َﻢ ﻟَﻨَﺎ إِﻻﱠ َﻣﺎ َﻋﻠﱠ ْﻤﺘَـﻨَﺎ إِﻧ َ َ ﻗَﺎﻟُﻮاْ ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧ.ﲔ َ ﺻﺎدﻗ َ ﱠﻚ أ َ Terjemahan: “Dan mengajarkan Adam Nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Adverbia telah dalam klausa tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami merupakan adverbia
penanda
aspek
perfektif
atau
kompletif,
yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah 87
selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia telah dalam klausa tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami yang terdapat
dalam surat Albaqarah (2):31-32 tersebut menyatakan
bahwa verba pasif ajarkan
yang menduduki fungsi predikat itu
adalah pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Engkau ‘Allah’). 32) Albaqarah (2):40 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ي ُ ﱵ اﻟﱠِﱵ أَﻧْـ َﻌ ْﻤ َ ﺖ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َوأ َْوﻓُﻮاْ ﺑ َﻌ ْﻬﺪي أُوف ﺑ َﻌ ْﻬﺪ ُﻛ ْﻢ َوإ ﱠ َ َ ﺑَِﲏ إ ْﺳَﺮاﺋ َ ﻴﻞ اذْ ُﻛُﺮواْ ﻧ ْﻌ َﻤ ِ ﻓَﺎرﻫﺒ .ﻮن َُ ْ Terjemahan: “Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)” Adverbia telah dalam klausa ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yang bermakna ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia telah dalam klausa ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu itu menyatakan bahwa verba pasif anugerahkan yang menduduki fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Aku ‘Allah’). 88
33) Ali Imran (3):118 Teks Ayat:
ِ ﱠﺨ ُﺬواْ ﺑِﻄَﺎﻧَﺔً ِﻣﻦ دوﻧِ ُﻜﻢ ﻻَ ْﻟُﻮﻧَ ُﻜﻢ ﺧﺒﺎﻻً وﱡدواْ ﻣﺎ ﻋﻨِﺘﱡﻢ ﻗَ ْﺪ ﺑ َﺪ ِ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮاْ ﻻَ ﺗَـﺘ ت َ َ َ ْ َ َ َ ََ ْ َ ْ ُ ّ َ َ ِ اﻟْﺒـ ْﻐﻀﺎء ِﻣﻦ أَﻓْـﻮ ِاﻫ ِﻬﻢ وﻣﺎ ُﲣْ ِﻔﻲ ﺻ ُﺪورﻫﻢ أَ ْﻛﺒـﺮ ﻗَ ْﺪ ﺑـﻴﱠـﻨﱠﺎ ﻟَ ُﻜﻢ اﻵ .ت إِن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَـ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن َ ُ َ َُ ْ ُُ ُ ََ ْ َ ْ َ َ Terjemahan: “Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan kamu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat jika kamu berakal”. Adverbia telah dalam frasa adjektival telah nyata merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif yang bermakna ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Telah nyata kebencian dari mulut mereka yang terdapat dalam surat Ali Imran (3):118 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan adjektiva nyata yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, adjektiva nyata dalam klausa tersebut merupakan keadaan atau sifat yang sudah terjadi yang ditunjukkan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kebencian dari mulut mereka). 34) Ali Imran (3):118 Adverbia telah dalam klausa Sungguh telah kami terangkan kepadamu merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau 89
kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia telah dalam klausa Sungguh telah kami terangkan kepadamu yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):40 tersebut menyatakan bahwa verba pasif terangkan
yang
menduduki fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Kami ‘Allah’). 35) Almaidah (5):41 Teks Ayat:
ِِ ﱠ ِ ﻮل ﻻَ َﳛﺰ ﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻗَﺎﻟُﻮاْ َآﻣﻨﱠﺎ َِﻓْـ َﻮ ِاﻫ ِﻬ ْﻢ َوَﱂْ ﺗُـ ْﺆِﻣﻦ َ ُ ْ ُ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺮ ُﺳ َ ﻳﻦ ﻳُ َﺴﺎر ُﻋﻮ َن ﰲ اﻟْ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ﻣ َﻦ اﻟﺬ َ ﻧﻚ اﻟﺬ ٍ ِ ِ ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ وِﻣﻦ اﻟﱠ ِﺬ ِ ﺎﻋﻮ َن ﻟِْﻠ َﻜ ِﺬ ﻮك ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِ َﻢ ِﻣﻦ َ ُﻳﻦ َﱂْ َْﺗ ُ ﻳﻦ ﻫ ُ ب َﲰﱠ ُ ﺎدواْ َﲰﱠ َ ﺎﻋﻮ َن ﻟ َﻘ ْﻮم َ آﺧ ِﺮ َ َ َ ْ ُُ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ﺎﺣ َﺬ ُرواْ َوَﻣﻦ ﻳُِﺮد ا ُّ ﻓْﺘـﻨَـﺘَﻪُ ﻓَـﻠَﻦ ْ َﺑَـ ْﻌﺪ َﻣ َﻮاﺿﻌﻪ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن إِ ْن أُوﺗﻴﺘُ ْﻢ َﻫـ َﺬا ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوإِن ﱠﱂْ ﺗُـ ْﺆﺗَـ ْﻮﻩُ ﻓ ِ ﲤَْﻠِﻚ ﻟَﻪ ِﻣﻦ ا ِ ﺷﻴﺌﺎً أُوﻟَـﺌِ ﱠ ِ ِ ِ ي َوَﳍُْﻢ ِﰲ َ ْ َْ ّ َ ُ َ ٌ ﻳﻦ َﱂْ ﻳُِﺮد ا ُّ أَن ﻳُﻄَ ّﻬَﺮ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ َﳍُْﻢ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﺧ ْﺰ َ ﻚ اﻟﺬ ِ .اب َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ٌ اﻵﺧَﺮةِ َﻋ َﺬ Terjemahan: “Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orangorang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekalikali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak 90
mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” Adverbia telah dalam frasa verbal telah beriman merupakan adverbia
penanda
aspek
perfektif
atau
kompletif,
yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Kami telah beriman yang terdapat
dalam surat
Almaidah (5):41 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba aktif intransitif beriman yang terletak di samping kanan adverbia. Hal tersebut menyatakan bahwa verba beriman dalam klausa itu adalah keadaan yang sudah terjadi yang ditunjukkan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kami). 36) Almaidah (5):63 Teks Ayat
ِ ِ َ َﺣﺒَﺎر َﻋﻦ ﻗَـﻮﳍِِﻢ ا ِﻹ ْﰒَ وأَ ْﻛﻠِ ِﻬﻢ اﻟ ﱡﺴ ْﺤ .ﺼﻨَـ ُﻌﻮ َن ْ َﺲ َﻣﺎ َﻛﺎﻧُﻮاْ ﻳ ُ ﻟَْﻮﻻَ ﻳَـْﻨـ َﻬ ُ ْ ﺎﻫ ُﻢ اﻟﱠﺮﱠ ﻧﻴﱡﻮ َن َواﻷ ُ َ ُ ْ َ ﺖ ﻟَﺒْﺌ
Terjemahan: “Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan”. Adverbia telah dalam klausa Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Sesungguhnya amat 91
buruk apa yang telah mereka kerjakan yang terdapat dalam surat Almaidah (5):63 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba pasif kerjakan. Berdasarkan hal tersebut, adverbia telah dalam klausa di atas menyatakan bahwa verba pasif kerjakan
itu
merupakan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh kategori nomina (mereka). 37) Alan’aam (6):93 Teks Ayat:
ﺎل َﺳﺄُﻧ ِﺰُل َ َﻮح إِﻟَْﻴ ِﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوَﻣﻦ ﻗ َ ََوَﻣ ْﻦ أَﻇْﻠَ ُﻢ ِﳑﱠ ِﻦ اﻓْـﺘَـَﺮى َﻋﻠَﻰ ا ِّ َﻛ ِﺬ ً أ َْو ﻗ ﺎل أ ُْو ِﺣ َﻲ إِ َﱠ َ ُﱄ َوَﱂْ ﻳ ِ ات اﻟْﻤﻮ ِ ِﻣﺜْﻞ ﻣﺎ أَﻧَ َﺰل ا وﻟَﻮ ﺗَـﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤﻮ َن ِﰲ َﻏﻤﺮ ت َواﻟْ َﻤﻶﺋِ َﻜﺔُ َ ِﺳﻄُﻮاْ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َ َ َْ ُ ََ َ ْ َ ُّ ِ أَﺧ ِﺮﺟﻮاْ أَﻧ ُﻔﺴ ُﻜﻢ اﻟْﻴـﻮم ُْﲡﺰو َن ﻋ َﺬاب ا ْﳍ اﳊَ ِّﻖ َوُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﻋ ْﻦ ْ ﻮن ِﲟَﺎ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﻋﻠَﻰ ا ِّ َﻏْﻴـَﺮ ُ َ َ َْ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ِِ ِ .ْﱪو َن ُ آ َ ﺗﻪ ﺗَ ْﺴﺘَﻜ Terjemahan: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." Adverbia telah dalam frasa verbal telah diwahyukan merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah 92
dalam klausa Telah diwahyukan kepada saya yang terdapat dalam surat
Alan’aam
(6):93
tersebut
merupakan
adverbia
yang
menerangkan verba pasif diwahyukan yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif diwahyukan yang terdapat dalam klausa itu menjadi keadaan atau hal yang sudah terjadi yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (kepada saya). 38) Hud (11):69 Teks Ayat:
ﺚ أَن َﺟﺎء ﺑِﻌِ ْﺠ ٍﻞ َ َﺎءت ُر ُﺳﻠُﻨَﺎ إِﺑْـَﺮ ِاﻫ َﻴﻢ ِ ﻟْﺒُـ ْﺸَﺮى ﻗَﺎﻟُﻮاْ َﺳﻼَﻣﺎً ﻗ َ ِﺎل َﺳﻼٌَم ﻓَ َﻤﺎ ﻟَﺒ ْ َوﻟََﻘ ْﺪ َﺟ ٍ ِﺣﻨ .ﻴﺬ َ Terjemahan: “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, “Salam”. Ibrahim menjawab “Salam”: maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” Adverbia telah dalam frasa verbal telah datang merupakan adverbia
penanda
aspek
perfektif
atau
kompletif,
yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada Ibrahim yang terdapat dalam surat Hud (11):69 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba aktif intransitif datang yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa verba aktif datang dalam klausa itu menjadi
93
pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (utusan-utusan Kami). 39) Ibrahim (14):24-26 Teks Ayat:
ِ ٍ .ﺖ َوﻓَـ ْﺮ ُﻋ َﻬﺎ ِﰲ اﻟ ﱠﺴ َﻤﺎء َ ﻒ ٌ َِﺻﻠُ َﻬﺎ َ ﺑ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ َﻛْﻴ ْ ب ا ُّ َﻣﺜَﻼً َﻛﻠ َﻤﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔً َﻛ َﺸ َﺠﺮةٍ ﻃَﻴِّﺒَﺔ أ َ ﺿَﺮ ٍ ﺗُـ ْﺆِﰐ أُ ُﻛﻠَ َﻬﺎ ُﻛ ﱠﻞ ِﺣ ب ا ُّ اﻷ َْﻣﺜَ َ ِ ِ ﱠ ﱠ ﺜﻞ َﻛﻠِ َﻤ ٍﺔ ْ َﲔ ِِ ْذ ِن َرَِّﺎ َوﻳ ُ ﻀ ِﺮ ُ َوَﻣ.ﺎل ﻟﻠﻨﱠﺎس ﻟَ َﻌﻠ ُﻬ ْﻢ ﻳَـﺘَ َﺬﻛُﺮو َن ٍ ٍ ِ ﱠﺖ ِﻣﻦ ﻓَـ ْﻮ ِق اﻷ َْر .ض َﻣﺎ َﳍَﺎ ِﻣﻦ ﻗَـَﺮا ٍر ْ اﺟﺘُـﺜ ْ َﺧﺒِﻴﺜَﺔ َﻛ َﺸ َﺠَﺮةٍ َﺧﺒِﻴﺜَﺔ Terjemahan: “Tidaklah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya tegak dan cabangnya ke langit. Ia memberikan.” Adverbia telah dalam frasa verbal telah
membuat
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Allah telah membuat perumpamaan yang terdapat dalam surat Ibrahim (14):24-26 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba aktif membuat yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba aktif membuat yang yang terdapat dalam klausa itu merupakan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Allah). 40) Alisraa’ (17):23 Teks Ayat:
ِ َ ﻚ أَﻻﱠ ﺗَـﻌﺒ ُﺪواْ إِﻻﱠ إِ ﱠ ﻩ وِ ﻟْﻮاﻟِ َﺪﻳ ِﻦ إِﺣﺴﺎ ً إِ ﱠﻣﺎ ﻳـﺒـﻠُﻐَ ﱠﻦ ِﻋ َﺣ ُﺪ ُﳘَﺎ أ َْو َ ﻀﻰ َرﺑﱡ َ ََوﻗ َْ ُْ َ ﻨﺪ َك اﻟْﻜﺒَـَﺮ أ َْ ْ َ َُ .ًُف َوﻻَ ﺗَـْﻨـ َﻬْﺮُﳘَﺎ َوﻗُﻞ ﱠﳍَُﻤﺎ ﻗَـ ْﻮﻻً َﻛ ِﺮﳝﺎ ٍّ ﻛِﻼَ ُﳘَﺎ ﻓَﻼَ ﺗَـ ُﻘﻞ ﱠﳍَُﻤﺎ أ 94
Terjemahan: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Allah dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” Adverbia telah dalam frasa verbal telah memerintahkan merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Dan Tuhanmu telah memerintahkan yang terdapat dalam surat Alisraa’ (17):23 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba aktif memerintahkan yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa verba aktif memerintahkan yang terdapat dalam klausa itu merupakan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Tuhanmu). 41) Annur (24):63 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻳَـﺘَ َﺴﻠﱠﻠُﻮ َن ِﻣﻨ ُﻜ ْﻢ َ َﻻ َْﲡ َﻌﻠُﻮا ُد َﻋﺎء اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ َﻛ ُﺪ َﻋﺎء ﺑَـ ْﻌﻀ ُﻜﻢ ﺑَـ ْﻌﻀﺎً ﻗَ ْﺪ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ ا ﱠُ اﻟﺬ ِ ِ ِ ِِ ﱠ ِ ِ .اب أَﻟِ ٌﻴﻢ ٌ ﻳﻦ ُﳜَﺎﻟ ُﻔﻮ َن َﻋ ْﻦ أ َْﻣ ِﺮﻩِ أَن ﺗُﺼﻴﺒَـ ُﻬ ْﻢ ﻓْﺘـﻨَﺔٌ أ َْو ﻳُﺼﻴﺒَـ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺬ َ ﻟ َﻮاذاً ﻓَـْﻠﻴَ ْﺤ َﺬر اﻟﺬ Terjemahan: “Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung, maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut ditimpa cobaan atau ditimpa yang pedih”. 95
Adverbia telah dalam frasa verbal telah mengetahui merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi yang terdapat
dalam surat Annur
(24):63 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba aktif mengetahui yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa verba aktif mengetahui yang menduduki fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah terjadi yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (Allah). 42) Saba’ (34):23 Teks Ayat:
ِ ِ َ وَﻻ ﺗَﻨ َﻔﻊ اﻟ ﱠﺸ َﻔﺎﻋﺔُ ِﻋ ﺎل َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا َ َع َﻋﻦ ﻗُـﻠُﻮِِ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا َﻣﺎذَا ﻗ َ ﻨﺪﻩُ إِﱠﻻ ﻟ َﻤ ْﻦ أَذ َن ﻟَﻪُ َﺣ ﱠﱴ إِذَا ﻓُـِّﺰ َ ُ َ ِ .اﳊَ ﱠﻖ َوُﻫ َﻮ اﻟْ َﻌﻠ ﱡﻲ اﻟْ َﻜﺒِ ُﲑ ْ Terjemahan: Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orangorang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “(Perkataan) yang benar”, dan dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. Adverbia telah dalam frasa verbal telah diizinkan-Nya merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah 96
dalam klausa Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya yang terdapat dalam surat Alisraa’ Saba’ (34):23
tersebut adalah advebia yang
menerangkan verba pasif diizinkan yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif diizinkan yang menduduki fungsi predikat itu adalah pekerjaan yang sudah terjadi yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (orang-orang). 43) Saba’ (34):23 Adverbia telah dalam frasa verbal telah dihilangkan merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata yang terdapat dalam surat Saba’ (34):23 tersebut adalah advebia yang menerangkan verba pasif dihilangkan yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif dihilangkan yang terdapat dalam klausa itu merupakan pekerjaan yang sudah terjadi yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi keterangan (dari hati mereka). 44) Saba’ (34):23 Adverbia telah dalam frasa verbal telah difirmankan merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah 97
dalam klausa Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu yang terdapat dalam surat Saba’ (34):23 tersebut adalah advebia yang menerangkan verba pasif difirmankan yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif difirmankan menunjukkan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh Tuhanmu. 45) Alakhqaf (46):15 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ وو ﱠ ًﺼﺎﻟُﻪُ ﺛََﻼﺛُﻮ َن َﺷ ْﻬﺮا َ ﻧﺴﺎ َن ﺑَِﻮاﻟ َﺪﻳْﻪ إِ ْﺣ َﺴﺎ ً َﲪَﻠَْﺘﻪُ أُﱡﻣﻪُ ُﻛ ْﺮﻫﺎً َوَو َ ﺿ َﻌْﺘﻪُ ُﻛْﺮﻫﺎً َوﲪَْﻠُﻪُ َوﻓ ََ َ ﺻْﻴـﻨَﺎ ْاﻹ ِ ِ ِ ِ ﺖ َﻋﻠَ ﱠﻲ َ َﲔ َﺳﻨَﺔً ﻗ ُ َﺣ ﱠﱴ إ َذا ﺑَـﻠَ َﻎ أ َ َب أ َْوِز ْﻋ ِﲏ أَ ْن أَ ْﺷ ُﻜَﺮ ﻧ ْﻌ َﻤﺘ َ َﺷﺪﱠﻩُ َوﺑَـﻠَ َﻎ أ َْرﺑَﻌ َ ﻚ اﻟﱠِﱵ أَﻧْـ َﻌ ْﻤ ّ ﺎل َر ِ ﺎﳊﺎً ﺗَـﺮﺿﺎﻩ وأ ِ ي وأَ ْن أَﻋﻤﻞ ﺻ ِ ﻚ َوإِِّﱐ ِﻣ َﻦ َ ﺖ إِﻟَْﻴ ُ َﺻﻠ ْﺢ ِﱄ ِﰲ ذُ ِّرﻳﱠِﱵ إِِّﱐ ﺗُـْﺒ ْ َ َُْ َ َ َ ْ َ َو َﻋﻠَﻰ َواﻟ َﺪ ﱠ ِِ .ﲔ َ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ Terjemahan: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya dapat berbuat amal yang salah yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orangorang yang berserah diri”. Adverbia telah dalam frasa adjektival telah dewasa merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai 98
empat puluh tahun, ia berdoa yang terdapat dalam surat Alakhqaf (46):15 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan adjektiva dewasa yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa adjektiva dewasa yang menduduki fungsi predikat itu adalah keadaan yang sudah terjadi yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (dia). 46) Alakhqaf (46):15 Adverbia telah dalam klausa Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku yang terdapat dalam surat Alakhqaf (46):15 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba berikan. Dengan demikian, verba berikan yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan pekerjaan yang sudah selesai yang dilakukan oleh Engkau ‘Allah’. 47) Muhammad (47):21 Teks Ayat:
.ﺻ َﺪﻗُﻮا ا ﱠَ ﻟَ َﻜﺎ َن َﺧ ْﲑاً ﱠﳍُْﻢ ٌ ﺎﻋﺔٌ َوﻗَ ْﻮ ٌل ﱠﻣ ْﻌُﺮ َ َﻃ َ وف ﻓَِﺈ َذا َﻋَﺰَم ْاﻷ َْﻣُﺮ ﻓَـﻠَ ْﻮ Terjemahan: “Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Akan tetapi, jikalau mereka benar (imannya) 99
terhadap Allah SWT, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka”. Adverbia telah dalam frasa verbal telah tetap merupakan adverbia
penanda
aspek
perfektif
atau
kompletif,
yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya) yang terdapat
dalam surat Muhammad (47):21
tersebut adalah adverbia yang menerangkan verba tetap yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif tetap yang menduduki fungsi predikat itu adalah keadaan yang sudah terjadi yang dialami oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (perintah perang). 48) Alhujurat (49):2-3 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ِ َ َﺻ َﻮاﺗَ ُﻜ ْﻢ ﻓَـ ْﻮ َق ﱠﱯ َوَﻻ َْﲡ َﻬُﺮوا ﻟَﻪُ ِ ﻟْ َﻘ ْﻮِل َﻛ َﺠ ْﻬ ِﺮ ْ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗَـْﺮﻓَـ ُﻌﻮا أ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ِّ ﺻ ْﻮت اﻟﻨ ِِ ﱠ ِ ﺑـﻌ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ ﻟِﺒَـ ْﻌ ﻨﺪ َ َﺻ َﻮاﺗَـ ُﻬ ْﻢ ِﻋ ْ ﻳﻦ ﻳَـﻐُﻀﱡﻮ َن أ َْ َ إ ﱠن اﻟﺬ.ﺾ أَن َْﲢﺒَ َﻂ أ َْﻋ َﻤﺎﻟُ ُﻜ ْﻢ َوأَﻧﺘُ ْﻢ َﻻ ﺗَ ْﺸ ُﻌُﺮو َن ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ر ُﺳﻮل ا ﱠ أ ُْوﻟَﺌ َ ﱠ .َﺟٌﺮ َﻋﻈ ٌﻴﻢ ْ ﻳﻦ ْاﻣﺘَ َﺤ َﻦ ا ﱠُ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َﳍُﻢ ﱠﻣ ْﻐﻔَﺮةٌ َوأ َ َ ﻚ اﻟﺬ Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah SWT untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”.
100
Adverbia telah dalam frasa verbal telah diuji merupakan adverbia
penanda
aspek
perfektif
atau
kompletif,
yaitu
‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah SWT yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):23 tersebut adalah adverbia yang menerangkan verba pasif diuji yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif diuji tersebut merupakan keadaan yang sudah terjadi yang mengena kepada sesuatu yang menduduki fungsi subjek dalam klausa pewatasnya (hati mereka). 49) Almujadalah (58):9 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ﺎﺟ ْﻮ َن ِ ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َو ِان ُ ﱠﺠ َﻮى ﰒُﱠ ﻳَـ ُﻌ ْ ﻳﻦ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋ ِﻦ اﻟﻨ َ َﻮدو َن ﻟ َﻤﺎ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋْﻨﻪُ َوﻳَـﺘَـﻨ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ إ َﱃ اﻟﺬ ِ ﺼﻴ ِ ِ ﺖ اﻟﱠﺮﺳ ﻚ ﺑِِﻪ ا ﱠُ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻟَْﻮَﻻ ﻳـُ َﻌ ِّﺬﺑـُﻨَﺎ َ ﻮل َوإِذَا َﺟ ُﺎؤ َ ِّوك َﺣﻴﱠـ ْﻮ َك ِﲟَﺎ َﱂْ ُﳛَﻴ َ َوَﻣ ْﻌ ُ ِﱠ ِ ِ ِ ﺎﺟْﻴـﺘُ ْﻢ ﻓََﻼ ُ ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﻧَـ ُﻘ ْ َﻮل َﺣ ْﺴﺒُـ ُﻬ ْﻢ َﺟ َﻬﻨ ُﱠﻢ ﻳ َ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إ َذا ﺗَـﻨ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ.ﺲ اﻟْ َﻤﺼﲑ َ ﺼﻠَ ْﻮﻧَـ َﻬﺎ ﻓَﺒْﺌ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﺟ ْﻮا ِ ﻟِْ ِّﱪ َواﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮا ا ﱠَ اﻟﱠ ِﺬي إِﻟَْﻴ ِﻪ َ َﺎﺟ ْﻮا ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َوان َوَﻣ ْﻌﺼﻴَﺖ اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل َوﺗَـﻨ َ َﺗَـﺘَـﻨ ِﺎرِﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎً إِﱠﻻ ِِ ْذ ِن ا ﱠ ِﱠ ِ ِ ِ َ ِﺲ ﺑ ْ َ ْ ِّ ﻀ ْ إِﱠﳕَﺎ اﻟﻨ.ُْﲢ َﺸُﺮو َن َ ﱠﺠ َﻮى ﻣ َﻦ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎن ﻟﻴَ ْﺤُﺰ َن اﻟﺬ َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َوﻟَْﻴ .َو َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن Terjemahan: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka 101
neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orangorang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal” Adverbia
telah
dalam
frasa
verbal
telah
dilarang
merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia telah dalam klausa Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia yang terdapat dalam surat
Almujadalah
(58):9
tersebut
adalah
adverbia
yang
menerangkan verba pasif dilarang yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba pasif dilarang tersebut merupakan keadaan yang sudah terjadi yang mengena kepada sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (orang-orang). i. Makna adverbia sudah 50) Almaidah (5):41 Teks Ayat:
ِِ ﱠ ِ ﻮل ﻻَ َﳛﺰ ﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻗَﺎﻟُﻮاْ َآﻣﻨﱠﺎ َِﻓْـ َﻮ ِاﻫ ِﻬ ْﻢ َوَﱂْ ﺗُـ ْﺆِﻣﻦ َ ُ ْ ُ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺮ ُﺳ َ ﻳﻦ ﻳُ َﺴﺎر ُﻋﻮ َن ﰲ اﻟْ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ﻣ َﻦ اﻟﺬ َ ﻧﻚ اﻟﺬ ٍ ِ ِ ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ وِﻣﻦ اﻟﱠ ِﺬ ِ ﺎﻋﻮ َن ﻟِْﻠ َﻜ ِﺬ ﻮك ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِ َﻢ ِﻣﻦ َ ُﻳﻦ َﱂْ َْﺗ ُ ﻳﻦ ﻫ ُ ب َﲰﱠ ُ ﺎدواْ َﲰﱠ َ ﺎﻋﻮ َن ﻟ َﻘ ْﻮم َ آﺧ ِﺮ َ َ َ ْ ُُ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ﺎﺣ َﺬ ُرواْ َوَﻣﻦ ﻳُِﺮد ا ُّ ﻓْﺘـﻨَـﺘَﻪُ ﻓَـﻠَﻦ ْ َﺑَـ ْﻌﺪ َﻣ َﻮاﺿﻌﻪ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن إِ ْن أُوﺗﻴﺘُ ْﻢ َﻫـ َﺬا ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوإِن ﱠﱂْ ﺗُـ ْﺆﺗَـ ْﻮﻩُ ﻓ 102
ِ ﲤَْﻠِﻚ ﻟَﻪ ِﻣﻦ ا ِ ﺷﻴﺌﺎً أُوﻟَـﺌِ ﱠ ِ ِ ِ ي َوَﳍُْﻢ ِﰲ َ ْ َْ ّ َ ُ َ ٌ ﻳﻦ َﱂْ ﻳُِﺮد ا ُّ أَن ﻳُﻄَ ّﻬَﺮ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ َﳍُْﻢ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﺧ ْﺰ َ ﻚ اﻟﺬ ِ .اب َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ٌ اﻵﺧَﺮةِ َﻋ َﺬ Terjemahan: “Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orangorang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekalikali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” Adverbia sudah dalam frasa verbal sudah dirobah-robah merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia sudah dalam klausa Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah yang terdapat dalam surat Almaidah (5):41 tersebut adalah adverbia yang menerangkan verba pasif dirobah-robah. Ini berarti bahwa verba pasif dirobah-robah tersebut merupakan pekerjaan yang sudah terjadi yang dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi pelengkap (mereka). Klausa semacam ini merupakan klausa atributif. Klausa yang terletak di dalam kurung merupakan klausa pewatas yang menjelaskan nomina yang berada di depannya yang menggunakan kata ganti penunjuk 103
(ini). Perlu diketahui bahwa kata dirobah-robah bukanlah kata yang baku dalam bahasa Indonesia. Untuk kata bakunya adalah diubahubah. 51) Annur (24):53 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َ ََوأَﻗْ َﺴ ُﻤﻮا ِ ﱠ َﺟ ْﻬ َﺪ أَْﳝَﺎ ْﻢ ﻟَﺌ ْﻦ أ ََﻣْﺮﺗَـ ُﻬ ْﻢ ﻟَﻴَ ْﺨُﺮ ُﺟ ﱠﻦ ﻗُﻞ ﱠﻻ ﺗُـ ْﻘﺴ ُﻤﻮا ﻃ ٌﺎﻋﺔٌ ﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓَﺔٌ إ ﱠن ا ﱠَ َﺧﺒﲑ .ِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن Terjemahan: “Dan mereka bersumpah dengan nama Allah sekuat-kuat sumpah, jika engkau menyeruh mereka, pastilah mereka akan keluar. Katakanlah, “Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta adalah) ketaatan yang sudah dikenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Adverbia sudah dalam frasa verbal sudah dikenal merupakan adverbia penanda aspek perfektif atau kompletif, yaitu ‘menerangkan suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung atau telah mencapai akhir’. Adverbia sudah dalam klausa Janganlah kamu bersumpah, (karena ketaatan yang diminta adalah) ketaatan yang sudah dikenal yang terdapat dalam surat Annur (24):53 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan bahwa verba pasif dikenal yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba pasif dikenal menjadi sebuah keadaan yang sudah terjadi yang dikenakan terhadap sesuatu yang terletak di samping kiri adverbia (ketaatan).
104
j. Makna adverbia selalu 52) Albaqarah (2):83 Teks Ayat:
ِ ِ َ َوإِ ْذ أَﺧ ْﺬ َ ِﻣﻴﺜ ﻴﻞ ﻻَ ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪو َن إِﻻﱠ ا َّ َوِ ﻟْ َﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ إِ ْﺣ َﺴﺎ ً َوِذي اﻟْ ُﻘ ْﺮَﰉ َواﻟْﻴَـﺘَ َﺎﻣﻰ َ َ َ ﺎق ﺑَِﲏ إ ْﺳَﺮاﺋ ِ ِ ِ ِ ِواﻟْﻤﺴﺎﻛ ِ ﲔ َوﻗُﻮﻟُﻮاْ ﻟﻠﻨ ﺼﻼَةَ َوآﺗُﻮاْ اﻟﱠﺰَﻛﺎةَ ﰒُﱠ ﺗَـ َﻮﻟﱠْﻴـﺘُ ْﻢ إِﻻﱠ ﻗَﻠﻴﻼً ِّﻣﻨ ُﻜ ْﻢ َوأَﻧﺘُﻢ ﻴﻤﻮاْ اﻟ ﱠ ُ ﱠﺎس ُﺣ ْﺴﻨﺎً َوأَﻗ ََ َ ِ .ﺿﻮ َن ُ ّﻣ ْﻌ ِﺮ Terjemahan: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” Adverbia selalu dalam frasa verbal selalu berpaling merupakan adverbia penanda aspek frekuentatif, yaitu ‘menerangkan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan’ atau ‘menunjukkan bahwa suatu peristiwa sering terjadi’. Secara leksikal, selalu mempunyai makna ‘senantiasa; selamanya; sering, terusmenerus; tidak pernah tidak’. Adverbia selalu dalam klausa dan kamu selalu berpaling yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):83 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba berpaling yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba aktif intransitif berpaling merupakan keadaan atau pekerjaan yang terus-menerus dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kamu).
105
53) Alan’aam (6):93 Teks Ayat:
ﺎل َﺳﺄُﻧ ِﺰُل َ َﻮح إِﻟَْﻴ ِﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوَﻣﻦ ﻗ َ ََوَﻣ ْﻦ أَﻇْﻠَ ُﻢ ِﳑﱠ ِﻦ اﻓْـﺘَـَﺮى َﻋﻠَﻰ ا ِّ َﻛ ِﺬ ً أ َْو ﻗ ﺎل أ ُْو ِﺣ َﻲ إِ َﱠ َ ُﱄ َوَﱂْ ﻳ ِ ات اﻟْﻤﻮ ِ ِﻣﺜْﻞ ﻣﺎ أَﻧَ َﺰل ا وﻟَﻮ ﺗَـﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤﻮ َن ِﰲ َﻏﻤﺮ ت َواﻟْ َﻤﻶﺋِ َﻜﺔُ َ ِﺳﻄُﻮاْ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َ َ َْ ُ ََ َ ْ َ ُّ ِ ِ ِ اﳊَ ِّﻖ َوُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﻋ ْﻦ ْ اب ا ْﳍُﻮن ﲟَﺎ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﻋﻠَﻰ ا ّ َﻏْﻴـَﺮ ْأ َ َﺧ ِﺮ ُﺟﻮاْ أَﻧ ُﻔ َﺴ ُﻜ ُﻢ اﻟْﻴَـ ْﻮَم ُْﲡَﺰْو َن َﻋ َﺬ ِِ ِ .ْﱪو َن ُ آ َ ﺗﻪ ﺗَ ْﺴﺘَﻜ Terjemahan: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." Adverbia selalu dalam frasa verbal selalu mengatakan merupakan adverbia penanda aspek frekuentatif, yaitu ‘menerangkan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau’. Adverbia selalu dalam klausa karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar yang terdapat
dalam surat
Alan’aam (6):93 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan verba mengatakan yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba aktif mengatakan merupakan pekerjaan yang senantiasa dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kamu).
106
54) Alan’aam (6):93 Adverbia selalu dalam frasa verbal selalu menyombongkan merupakan adverbia penanda aspek frekuentatif, yaitu ‘menerangkan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan, peristiwa, keadaan atau’. Adverbia selalu dalam klausa dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya yang terdapat dalam surat Alan’aam (6):93 tersebut
merupakan
adverbia
yang
menerangkan
verba
menyombongkan yang terletak di samping kanan adverbia. Ini menunjukkan bahwa verba aktif menyombongkan merupakan pekerjaan yang senantiasa dilakukan oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek (kamu).
2. Makna Adverbia Penanda Sangkalan a. Makna adverbia tidak 55) Albaqarah (2):31-32 Teks Ayat:
ﺎل أَﻧﺒِﺌُ ِﻮﱐ ِ َْﲰَﺎء َﻫ ُـﺆﻻء إِن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ َ ﺿ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ اﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜ ِﺔ ﻓَـ َﻘ ْ آد َم اﻷ َ َﲰَﺎء ُﻛﻠﱠ َﻬﺎ ﰒُﱠ َﻋَﺮ َ َو َﻋﻠﱠ َﻢ ِِ .اﳊَ ِﻜ ُﻴﻢ ْ َﻧﺖ اﻟْ َﻌﻠِ ُﻴﻢ َ ﻚ ﻻَ ِﻋْﻠ َﻢ ﻟَﻨَﺎ إِﻻﱠ َﻣﺎ َﻋﻠﱠ ْﻤﺘَـﻨَﺎ إِﻧ َ َ ﻗَﺎﻟُﻮاْ ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧ.ﲔ َ ﺻﺎدﻗ َ ﱠﻚ أ َ Terjemahan: “Dan mengajarkan Adam Nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
107
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami yang terdapat
dalam surat
Albaqarah (2):31-32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi
keadaan
yang
disangkal
oleh
adverbia.
Adapun
penyangkalan itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada subjek (yang kami ketahui). 56) Albaqarah (2):44 Teks Ayat: َﺎس أَﺗ َﺄ ْ ُﻣ ُﺮون َ ﺗ َ ْﻌ ِﻘﻠُﻮنَ أَﻓَﻼَ ْاﻟ ِﻜﺘ. َ ﺴ ُﻜ ْﻢ َوﺗَﻨ َ َُﺎب ﺗَﺘْﻠُﻮنَ َوأَﻧﺘ ُ ْﻢ أَﻧﻔ َ ﺴ ْﻮنَ ِﺑ ْﺎﻟ ِﺒ ِ ّﺮ اﻟﻨﱠ Terjemahan: “Apakah kamu menyuruh orang melakukan aneka kebajikan dan kamu melupakan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca kitab suci. Tidakkah kamu berakal?” Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Namun, dalam hal ini, adverbia tidak dalam klausa Tidakkah kamu berakal bukanlah adverbia yang mengingkari atau menyangkal akan kategori yang didampinginya (kamu) tetapi menyangkal atau mengingkari sesuatu yang menjadi predikat dalam klausa tersebut (berakal). Hal itu dikarenakan jika dalam konstruksi 108
klausa deklaratif, klausa tersebut berbunyi kamu tidak berakal. Jadi, yang diingkari atau disangkal itu adalah berakalnya, bukan aku. Pembalikan urutan klausa menjadi Tidakkah kamu berakal menjadikan klausa tersebut akan menjadi kalimat tanya dengan menjadikan adverbia tidak menjadi topiknya. Pelekatan partikel –kah setelah adverbia tidak tersebut mempunyai makna menegaskan sebagai kalimat tanya atau interogatif. 57) Albaqarah (2):71 Teks Ayat:
ِ ٌ ُﻮل إِﻧـﱠﻬﺎ ﺑـ َﻘﺮةٌ ﻻﱠ َذﻟ ِ َ َﻗ ْ ض َوﻻَ ﺗَ ْﺴ ِﻘﻲ ْث ُﻣ َﺴﻠﱠ َﻤﺔٌ ﻻﱠ ِﺷﻴَﺔَ ﻓِ َﻴﻬﺎ ﻗَﺎﻟُﻮا َ اﳊَْﺮ َ ﻮل ﺗُﺜﲑُ اﻷ َْر َ َ َ ُ ﺎل إﻧﱠﻪُ ﻳَـ ُﻘ ِ .ﺎدواْ ﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ُ ﻮﻫﺎ َوَﻣﺎ َﻛ َ ُﺖ ِ ْﳊَ ِّﻖ ﻓَ َﺬ َﲝ َ اﻵ َن ﺟْﺌ Terjemahan: “Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Adverbia merupakan ‘menyatakan
tidak
adverbia ingkar
dalam penanda
atau
frasa
verbal
sangkalan
menyangkal
akan
tidak yang
bercacat bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam frasa tidak bercacat yang terdapat dalam klausa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):71 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba bercacat yang terletak di samping kanan 109
adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba bercacat merupakan sesuatu keadaan yang disangkal atau diingkari. Frasa verbal tidak bercacat itu menjadi kedaan yang dimiliki oleh sesuatu yang menduduki fungsi subjek dalam klausa tersebut (sapi betina). 58) Albaqarah (2):71 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya yang terdapat dalam surat
Albaqarah
(2):71
tersebut
merupakan
adverbia
yang
menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang disangkal oleh adverbia. Adapun penyangkalan tersebut diberlakukan terhadap kategori belangnya. 59) Albaqarah (2):71 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak melaksanakan merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):71 tersebut 110
merupakan adverbia yang menyangkal verba melaksanakan yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menunjukkan bahwa verba melaksanakan merupakan sesuatu perbuatan yang disangkal atau diingkari yang dilakukan oleh subjek (mereka). 60) Albaqarah (2):83 Teks Ayat:
ِ ِ َ َوإِ ْذ أَﺧ ْﺬ َ ِﻣﻴﺜ ﻴﻞ ﻻَ ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪو َن إِﻻﱠ ا َّ َوِ ﻟْ َﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ إِ ْﺣ َﺴﺎ ً َوِذي اﻟْ ُﻘ ْﺮَﰉ َواﻟْﻴَـﺘَ َﺎﻣﻰ َ َ َ ﺎق ﺑَِﲏ إ ْﺳَﺮاﺋ ِ ِ ِ ِ ِ ِ واﻟْﻤﺴﺎﻛ ِ ﲔ َوﻗُﻮﻟُﻮاْ ﻟﻠﻨ ﺼﻼََة َوآﺗُﻮاْ اﻟﱠﺰَﻛﺎةَ ﰒُﱠ ﺗَـ َﻮﻟﱠْﻴـﺘُ ْﻢ إِﻻﱠ ﻗَﻠﻴﻼً ّﻣﻨ ُﻜ ْﻢ َوأَﻧﺘُﻢ ﻴﻤﻮاْ اﻟ ﱠ ُ ﱠﺎس ُﺣ ْﺴﻨﺎً َوأَﻗ ََ َ ِ .ﺿﻮ َن ُ ّﻣ ْﻌ ِﺮ Terjemahan: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak memenuhi merupakan
adverbia
‘menyatakan
ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak yang terdapat dalam klausa kemudian kamu tidak memenuhi janji itu yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):83 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba memenuhi yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba memenuhi yang terdapat dalam klausa tersebut adalah perbuatan yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh subjek (kamu). 111
61) Albaqarah (2):235 Teks Ayat:
ِ ﺿﺘُﻢ ﺑِِﻪ ِﻣ ْﻦ ِﺧﻄْﺒَ ِﺔ اﻟﻨِّ َﺴﺎء أ َْو أَ ْﻛﻨَﻨﺘُ ْﻢ ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠِ َﻢ ا ُّ أَﻧﱠ ُﻜ ْﻢ ْ ﻴﻤﺎ َﻋﱠﺮ َ ََوﻻَ ُﺟﻨ َ ﺎح َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﻓ ِ ِ ﺎح ِ وﻫ ﱠﻦ ِﺳّﺮاً إِﻻﱠ أَن ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮاْ ﻗَـ ْﻮﻻً ﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓﺎً َوﻻَ ﺗَـ ْﻌ ِﺰُﻣﻮاْ ُﻋ ْﻘ َﺪةَ اﻟﻨِّ َﻜ ُ َﺳﺘَ ْﺬ ُﻛُﺮوﻧـَ ُﻬ ﱠﻦ َوﻟَـﻜﻦ ﻻﱠ ﺗُـ َﻮاﻋ ُﺪ ِ ِ ْ ََﺟﻠَﻪُ َو ْاﻋﻠَ ُﻤﻮاْ أَ ﱠن ا َّ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ِﰲ أَﻧ ُﻔﺴ ُﻜ ْﻢ ﻓ ُ َﱴ ﻳَـْﺒـﻠُ َﻎ اﻟْﻜﺘ َ ﺎب أ َّ ﺎﺣ َﺬ ُروﻩُ َو ْاﻋﻠَ ُﻤﻮاْ أَ ﱠن ا ََﺣ ﱠ .ﻮر َﺣﻠِ ٌﻴﻢ ٌ َﻏ ُﻔ Terjemahan: “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, keculi sekadar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah. Sebelum sampai ketetapan (menyangkut ‘iddah wanita itu) pada akhir masanya. Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hati kamu; maka takutlah kepada-nya dan ketahuilah bahwa Allah maha pengampun lagi maha penyantun.” Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Dan tidak ada dosa bagi kamu yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):235 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang menduduki fungsi predikat itu menjadi sesuatu keadaan yang disangkal. Adapun penyangkalan itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada subjek (dosa).
112
62) Annisaa’ (4):46 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ِ ِِ ِ اﲰَ ْﻊ َﻏْﻴـَﺮ ُﻣ ْﺴ َﻤ ٍﻊ ْ ﺼْﻴـﻨَﺎ َو ُ ﻳﻦ َﻫ َ ﺎدواْ ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠ َﻢ َﻋﻦ ﱠﻣ َﻮاﺿﻌﻪ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﲰ ْﻌﻨَﺎ َو َﻋ َ ّﻣ َﻦ اﻟﺬ ِ ِِ ِ ْ ﱠﻬ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮاْ َِﲰ ْﻌﻨَﺎ َوأَﻃَ ْﻌﻨَﺎ َو ًاﲰَ ْﻊ َواﻧﻈُْﺮَ ﻟَ َﻜﺎ َن َﺧ ْﲑا ُ َوَراﻋﻨَﺎ ﻟَﻴّﺎً َِﻟْﺴﻨَﺘ ِﻬ ْﻢ َوﻃَ ْﻌﻨﺎً ِﰲ اﻟ ّﺪﻳ ِﻦ َوﻟَْﻮ أَﻧـ .ًﱠﳍُْﻢ َوأَﻗْـ َﻮَم َوﻟَ ِﻜﻦ ﻟﱠ َﻌﻨَـ ُﻬ ُﻢ ا ُّ ﺑِ ُﻜ ْﻔ ِﺮِﻫ ْﻢ ﻓَﻼَ ﻳـُ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن إِﻻﱠ ﻗَﻠِﻴﻼ Terjemahan: “Yaitu orang-orang Yahudi. Mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya, dan mereka berkata, kami mendengar, tetapi kami tidak menurutinya.” Dan “Dengarlah sedang kami tidak mendengar” Dan (mereka mengatakan): ‘Raa inaa’ dengan memutar-mutar lidah mereka dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikannlah kami; tentulah itu baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menurutinya merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa tetapi kami tidak menurutinya yang terdapat dalam surat Annisaa’ (4):46 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba menurutinya yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba menurutinya yang menduduki fungsi predikat itu menjadi perbuatan yang disangkal atau diingkari. Dengan kata lain bahwa menurutinya itu tidaklah menjadi perbuatan yang dilakukan oleh subjek (kami). 63)
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mendengar merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau 113
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Dan “Dengarlah sedang kami tidak mendengar” yang terdapat dalam surat Annisaa’ (4):46 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba mendengar yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba mendengar yang menduduki fungsi predikat itu menjadi perbuatan yang disangkal atau diingkari. Ini berarti bahwa verba menurutinya tersebut bukanlah
menjadi perbuatan
yang dilakukan atau dialami oleh subjek (kami). 64) Annisaa’ (4):46 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak beriman merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam frasa tidak beriman yang terdapat dalam klausa Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis yang terdapat
dalam surat
Annisaa’ (4):46 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba beriman yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba beriman yang berfungsi sebagai predikat itu merupakan perbuatan atau keadaan yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh subjek (mereka). 65) Almaidah (5):13 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ﺎﺳﻴﺔً ُﳛ ِﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِﻢ ﻋﻦ ﱠﻣﻮ ًاﺿﻌِ ِﻪ َوﻧَ ُﺴﻮاْ َﺣﻈّﺎ ُ ﻓَﺒِ َﻤﺎ ﻧَـ ْﻘﻀ ِﻬﻢ ّﻣﻴﺜَﺎﻗَـ ُﻬ ْﻢ ﻟَﻌﻨ َّ َ َﱠﺎﻫ ْﻢ َو َﺟ َﻌْﻠﻨَﺎ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻗ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ْ ﻒ َﻋْﻨـ ُﻬﻢ و ْ َّﳑﱠﺎ ذُ ّﻛُِﺮواْ ﺑِِﻪ َوﻻَ ﺗَـَﺰ ُال ﺗَﻄﱠﻠ ُﻊ َﻋﻠَ َﻰ َﺧﺂﺋِﻨَ ٍﺔ ِّﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ إِﻻﱠ ﻗَﻠﻴﻼً ِّﻣْﻨـ ُﻬ ُﻢ ﻓ َّ اﺻ َﻔ ْﺢ إ ﱠن ا َ ْ ُ ﺎﻋ ِِ .ﲔ ُِﳛ ﱡ َ ﺐ اﻟْ ُﻤ ْﺤﺴﻨ 114
Terjemahan: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak berkhianat merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kecuali sedikit di antara mereka yang tidak berkhianat yang terdapat dalam surat Annisaa’ (4):46 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba berkhianat yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba berkhianat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh subjek (mereka). 66) Almaidah (5):63 Teks Ayat:
ِ ِ َ َﺣﺒَﺎر َﻋﻦ ﻗَـﻮﳍِِﻢ ا ِﻹ ْﰒَ وأَ ْﻛﻠِ ِﻬﻢ اﻟ ﱡﺴ ْﺤ .ﺼﻨَـ ُﻌﻮ َن ْ َﺲ َﻣﺎ َﻛﺎﻧُﻮاْ ﻳ ُ ﻟَْﻮﻻَ ﻳَـْﻨـ َﻬ ُ ْ ﺎﻫ ُﻢ اﻟﱠﺮﱠ ﻧﻴﱡﻮ َن َواﻷ ُ َ ُ ْ َ ﺖ ﻟَﺒْﺌ Terjemahan: “Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan”. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak melarang merupakan
adverbia
penanda 115
sangkalan
yang
bermakna
‘menyatakan
ingkar
atau
menyangkal
akan
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram yang terdapat dalam surat Almaidah (5):63 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba melarang yang terletak di samping kanan adverbia. Hal ini menjelaskan bahwa verba melarang dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh subjek (pendetapendeta mereka). 67) Alan’aam (6):93 Teks Ayat:
ﺎل َﺳﺄُﻧ ِﺰُل َ َﻮح إِﻟَْﻴ ِﻪ َﺷ ْﻲءٌ َوَﻣﻦ ﻗ َ ََوَﻣ ْﻦ أَﻇْﻠَ ُﻢ ِﳑﱠ ِﻦ اﻓْـﺘَـَﺮى َﻋﻠَﻰ ا ِّ َﻛ ِﺬ ً أ َْو ﻗ ﺎل أ ُْو ِﺣ َﻲ إِ َﱠ َ ُﱄ َوَﱂْ ﻳ ِ ات اﻟْﻤﻮ ِ ِﻣﺜْﻞ ﻣﺎ أَﻧَ َﺰل ا وﻟَﻮ ﺗَـﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤﻮ َن ِﰲ َﻏﻤﺮ ت َواﻟْ َﻤﻶﺋِ َﻜﺔُ َ ِﺳﻄُﻮاْ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َ َ َْ ُ ََ َ ْ َ ُّ ِ ِ ِ اﳊَ ِّﻖ َوُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﻋ ْﻦ ْ اب ا ْﳍُﻮن ﲟَﺎ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﻋﻠَﻰ ا ّ َﻏْﻴـَﺮ ْأ َ َﺧ ِﺮ ُﺟﻮاْ أَﻧ ُﻔ َﺴ ُﻜ ُﻢ اﻟْﻴَـ ْﻮَم ُْﲡَﺰْو َن َﻋ َﺬ ِِ ِ .ْﱪو َن ُ آ َ ﺗﻪ ﺗَ ْﺴﺘَﻜ Terjemahan: "Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau berkata: "Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan siapa yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah'. Sekiranya engkau melihat waktu orang-orang yang zalim dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat membuka tangan mereka (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawa kamu'. Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar dan kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar 116
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya yang terdapat dalam surat Albaqarah (2):235 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang menduduki fungsi predikat itu menjadi sesuatu keadaan yang disangkal. Adapun penyangkalan itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada subjek (sesuatu pun). 68) Alan’aam (6):93 Adverbia tidak dalam frasa adjektival tidak benar merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah yang tidak benar yang terdapat dalam surat
Alan’aam
(6):93
tersebut
merupakan
adverbia
yang
menyangkal adjektiva benar yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa adjektiva benar dalam klausa tersebut merupakan keadaan yang disangkal atau diingkari. Adapun keadaan yang disangkal itu (tidak benar) merupakan sesuatu yang ditujukan untuk
perbuatan yang dilakukan oleh subjek (mereka), yaitu
perbuatan yang selalu mengatakan terhadap Allah.
117
69) Alan’aam (6):112 Teks Ayat:
ِ ِ ِْ ﻧﺲ و ِ ﻚ ﺟﻌْﻠﻨَﺎ ﻟِ ُﻜ ِﻞ ﻧِِ ٍﱯ ﻋ ُﺪواً َﺷﻴ ِ َ ﺎﻃ ٍ ﻀ ُﻬ ْﻢ إِ َﱃ ﺑَـ ْﻌ ف َ ﺾ ُز ْﺧُﺮ ُ اﳉ ِّﻦ ﻳُﻮﺣﻲ ﺑَـ ْﻌ َ َ َ َوَﻛ َﺬﻟ َ ّ َ ّ ّ َ ِ ﲔ اﻹ .ﻚ َﻣﺎ ﻓَـ َﻌﻠُﻮﻩُ ﻓَ َﺬ ْرُﻫ ْﻢ َوَﻣﺎ ﻳَـ ْﻔﺘَـُﺮو َن َ اﻟْ َﻘ ْﻮِل ﻏُُﺮوراً َوﻟَْﻮ َﺷﺎء َرﺑﱡ Terjemahan: "Dan demikian itulah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan."
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mengerjakannya merupakan
adverbia
‘menyatakan
ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa niscaya mereka tidak mengerjakannya yang terdapat tersebut
merupakan
adverbia
dalam surat Alan’aam (6):112 yang
menyangkal
verba
mengerjakannya yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba mengerjakannya dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang disangkal atau diingkari atau tidak dlilakukan oleh subjek (mereka). 70) Alan’aam (6):152 Teks Ayat:
ِ ِ َ وﻻَ ﺗَـ ْﻘﺮﺑﻮاْ ﻣ َﺷﺪﱠﻩُ َوأ َْوﻓُﻮاْ اﻟْ َﻜْﻴ َﻞ َواﻟْ ِﻤ َﻴﺰا َن ِ ﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ ُ َﺣ َﺴ ُﻦ َﺣ ﱠﱴ ﻳَـْﺒـﻠُ َﻎ أ ْ ﺎل اﻟْﻴَﺘﻴ ِﻢ إِﻻﱠ ِ ﻟﱠِﱵ ﻫ َﻲ أ َ َُ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﻋﺪﻟُﻮاْ َوﻟَْﻮ َﻛﺎ َن َذا ﻗُـْﺮَﰉ َوﺑِ َﻌ ْﻬﺪ ا ّ أ َْوﻓُﻮاْ َذﻟ ُﻜ ْﻢ ْ َﻒ ﻧَـ ْﻔﺴﺎً إﻻﱠ ُو ْﺳ َﻌ َﻬﺎ َوإ َذا ﻗُـْﻠﺘُ ْﻢ ﻓ ُ ّﻻَ ﻧُ َﻜﻠ .ﺻﺎ ُﻛﻢ ﺑِِﻪ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛُﺮو َن َو ﱠ 118
Terjemahan: "Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu) dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat". Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak memikulkan merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
didampinginya’. memikulkan
penanda atau
Adverbia
beban
sangkalan
menyangkal tidak
kepada
kesanggupannya yang terdapat
dalam
seseorang
akan
yang
bermakna
kategori
yang
Kami
tidak
klausa
melainkan
sekadar
dalam surat Alan’aam (6):152
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba memikulkan yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba memikulkan dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang disangkal atau diingkari atau tidak dlilakukan oleh subjek (kami). 71) Ala’raf (7):161-162 Teks Ayat:
ِ ِ ُ وإِ ْذ ﻗِﻴﻞ َﳍﻢ اﺳ ُﻜﻨُﻮاْ ﻫ ِـﺬﻩِ اﻟْ َﻘﺮﻳﺔَ وُﻛﻠُﻮاْ ِﻣْﻨـﻬﺎ ﺣﻴ ًﺎب ُﺳ ﱠﺠﺪا َ َْ َ ْ ُُ َ َ َ َﺚ ﺷْﺌـﺘُ ْﻢ َوﻗُﻮﻟُﻮاْ ﺣﻄﱠﺔٌ َو ْاد ُﺧﻠُﻮاْ اﻟْﺒ َ َْ ِ ِﱠ ِ ﻓَـﺒﺪ َ ﱠ.ﻧـﱠ ْﻐ ِﻔﺮ ﻟَ ُﻜﻢ ﺧ ِﻄﻴﺌﺎﺗِ ُﻜﻢ ﺳﻨ ِﺰﻳﺪ اﻟْﻤﺤ ِﺴﻨِﲔ ِ ﻴﻞ َﳍُْﻢ َ َ ْ ُ ُ ََ ْ َ َ ْ ْ َ ﱠل اﻟﺬ َ ﻳﻦ ﻇَﻠَ ُﻤﻮاْ ﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ ﻗَـ ْﻮﻻً َﻏْﻴـَﺮ اﻟﺬي ﻗ ِ .ﻓَﺄ َْر َﺳْﻠﻨَﺎ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ِر ْﺟﺰاً ِّﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺴ َﻤ ِﺎء ِﲟَﺎ َﻛﺎﻧُﻮاْ ﻳَﻈْﻠ ُﻤﻮ َن Terjemahan: "Dan (ingatlah) ketika dikatakan kepada mereka "Tinggallah di negeri ini dan makanlah darinya di mana saja kamu menghendaki. Dan katakanlah 'Hiththah dan masukilah pintu gerbang sambil membungkuk niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahan kamu'. Kelak akan kami tambah kepada para muhsinin". Lalu orang-orang 119
yang dzalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka, maka Kami timpakan kepada mereka azab dari langit disebabkan kezhaliman mereka. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak dikatakan merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Lalu orang-orang yang dzalim di antara mereka itu mengganti (perkataan itu) dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka yang terdapat dalam surat Ala’raf (7):161-162 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba pasif dikatakan yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba dikatakan dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang disangkal atau diingkari atau yang tidak dialami oleh nomina perkataan. 72) Attaubah (9):31-32 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ًﻴﺢ اﺑْ َﻦ َﻣْﺮَﱘَ َوَﻣﺎ أ ُِﻣُﺮواْ إِﻻﱠ ﻟِﻴَـ ْﻌﺒُ ُﺪواْ إِﻟَـﻬﺎ ْ ﱠاﲣَ ُﺬواْ أ َ َﺣﺒَ َﺎرُﻫ ْﻢ َوُرْﻫﺒَﺎﻧَـ ُﻬ ْﻢ أ َْرَ ً ّﻣﻦ ُدون ا ّ َواﻟْ َﻤﺴ ِو ِ ِ ِ ِ ُﻳﺪو َن أَن ﻳُﻄْ ِﻔ ُﺆواْ ﻧ ُ ﻳُِﺮ.اﺣﺪاً ﻻﱠ إِﻟَـﻪَ إِﻻﱠ ُﻫ َﻮ ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧَﻪُ َﻋ ﱠﻤﺎ ﻳُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮ َن ُّ ﻮر ا ّ َﻓْـ َﻮاﻫﻬ ْﻢ َو َْ َﰉ ا َ َ ِ ِ ِ .ﻮرﻩُ َوﻟَْﻮ َﻛ ِﺮَﻩ اﻟْ َﻜﺎﻓُﺮو َن َ ُإﻻﱠ أَن ﻳُﺘ ﱠﻢ ﻧ Terjemahan: "Mereka menjadikan para ahbar mereka, dan rahib-rahib mereka sebatai tuhan-tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putrra Maryam; padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulutmulut mereka, padahal Allah enggan selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai." 120
Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak disuruh merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Tuhan Yang Maha Esa yang terdapat dalam surat Attaubah (9):3132 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba pasif disuruh yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba disuruh dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang disangkal atau diingkari atau yang tidak dialami oleh subjek (mereka). 73) Attaubah (9):31-32 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa tidak ada tuhan selain Dia yang terdapat dalam surat Attaubah (9):31-32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang disangkal. Adapun penyangkalan itu ditujukan untuk keberadaan nomina Tuhan. 74) Attaubah (9):31-32 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyukai merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau 121
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa walaupun orangorang kafir tidak menyukai yang terdapat dalam surat Attaubah (9):31-32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba menyukai yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba menyukai dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang disangkal atau diingkari atau yang tidak dilakukan oleh subjek (orang-orang kafir). 75) Yunus (10):99-100 Teks Ayat:
ِِ َِ ض ُﻛﻠﱡﻬﻢ ِ َ ﲨﻴﻌﺎً أَﻓَﺄ .ﲔ َ َوﻟَْﻮ َﺷﺎء َرﺑﱡ َ ﱠﺎس َﺣ ﱠﱴ ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﻣ ْﺆﻣﻨ َ ﻚ ْ ُ ِ ﻵﻣ َﻦ َﻣﻦ ِﰲ اﻷ َْر َ َﻧﺖ ﺗُ ْﻜﺮﻩُ اﻟﻨ ِﱠ ِّ ﺲ أَن ﺗُـ ْﺆِﻣ َﻦ إِﻻﱠ ِِ ْذ ِن ا ِّ َوَْﳚ َﻌﻞ ٍ َوَﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻟِﻨَـ ْﻔ .ﻳﻦ ﻻَ ﻳَـ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن َ ﺲ َﻋﻠَﻰ اﻟﺬ ُ َ اﻟﺮ ْﺟ Terjemahan: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah yang terdapat dalam surat Yunus (10):99-100 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang disangkal. Adapun penyangkalan itu ditujukan untuk 122
keberadaan nomina yang terletak di samping kanannya (satu jiwa pun). 76) Yunus (10):99-100 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mempergunakan merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
didampinginya’. menimpakan
penanda atau
Adverbia kotoran
sangkalan
menyangkal tidak
akan
dalam
kepada
yang
bermakna
kategori
yang
dan
Allah
yang
tidak
klausa
orang-orang
mempergunakan akalnya yang terdapat dalam surat Yunus (10):99100
tersebut
merupakan
adverbia
yang
menyangkal
verba
mempergunakan yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, maka verba mempergunakan yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang disangkal atau tidak dilakukan oleh nomina orang-orang. 77) Hud (11):69 Teks Ayat:
ﺚ أَن َﺟﺎء ﺑِﻌِ ْﺠ ٍﻞ َ َﺎءت ُر ُﺳﻠُﻨَﺎ إِﺑْـَﺮ ِاﻫ َﻴﻢ ِ ﻟْﺒُـ ْﺸَﺮى ﻗَﺎﻟُﻮاْ َﺳﻼَﻣﺎً ﻗ َ ِﺎل َﺳﻼٌَم ﻓَ َﻤﺎ ﻟَﺒ ْ َوﻟََﻘ ْﺪ َﺟ ٍ ِﺣﻨ .ﻴﺬ َ Terjemahan: “Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan, “Salam”. Ibrahim menjawab “Salam”: maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” Adverbia merupakan
tidak
adverbia
dalam penanda 123
frasa
adjektival
sangkalan
yang
tidak
lama
bermakna
‘menyatakan
ingkar
atau
menyangkal
akan
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang yang terdapat dalam surat Hud (11):69 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal adjektiva lama yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa adjektiva lama menjadi keadaan yang disangkal atau diingkari. Dengan demikian, tidak lama tersebut menunjukkan waktu yang sebentar sebelum Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. 78) Ibrahim (14):24-26 Teks Ayat:
ِ ٍ .ﺖ َوﻓَـ ْﺮ ُﻋ َﻬﺎ ِﰲ اﻟ ﱠﺴ َﻤﺎء َ ﻒ ٌ َِﺻﻠُ َﻬﺎ َ ﺑ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ َﻛْﻴ ْ ب ا ُّ َﻣﺜَﻼً َﻛﻠ َﻤﺔً ﻃَﻴِّﺒَﺔً َﻛ َﺸ َﺠﺮةٍ ﻃَﻴِّﺒَﺔ أ َ ﺿَﺮ ٍ ﺗُـ ْﺆِﰐ أُ ُﻛﻠَ َﻬﺎ ُﻛ ﱠﻞ ِﺣ ب ا ُّ اﻷ َْﻣﺜَ َ ِ ِ ﱠ ﱠ ﺜﻞ َﻛﻠِ َﻤ ٍﺔ ْ َﲔ ِِ ْذ ِن َرَِّﺎ َوﻳ ُ ﻀ ِﺮ ُ َوَﻣ.ﺎل ﻟﻠﻨﱠﺎس ﻟَ َﻌﻠ ُﻬ ْﻢ ﻳَـﺘَ َﺬﻛُﺮو َن ٍ ٍ ِ ﺖ ِﻣﻦ ﻓَـ ْﻮ ِق اﻷ َْر .ض َﻣﺎ َﳍَﺎ ِﻣﻦ ﻗَـَﺮا ٍر ْ اﺟﺘُـﺜﱠ ْ َﺧﺒِﻴﺜَﺔ َﻛ َﺸ َﺠَﺮةٍ َﺧﺒِﻴﺜَﺔ Terjemahan: “Tidaklah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik, akarnya tegak dan cabangnya ke langit. Ia memberikan.” Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Namun, dalam hal ini, adverbia tidak dalam klausa Tidaklah engkau melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat
yang
baik
bukanlah
adverbia
yang
mengingkari atau menyangkal akan kategori yang didampinginya (engkau) tetapi menyangkal atau mengingkari sesuatu yang menjadi 124
predikat dalam klausa tersebut (melihat). Hal itu dikarenakan klausa tersebut telah mengalami permutasi. Klausa tersebut berasal dari struktur Engkau tidaklah melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik. Jadi, yang diingkari atau disangkal itu adalah melihat, bukan engkau. Pembalikan urutan klausa menjadi Tidaklah engkau melihat
menjadikan adverbia sangkalan tidak
menjadi topiknya. Pelekatan partikel –lah setelah adverbia tidak tersebut mempunyai makna ‘memberikan ketegasan yang sedikit keras’. 79) Annur (24):12 Teks Ayat:
ِ ِ ِ .ﲔ ٌ ْﺎت َِﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ َﺧ ْﲑاً َوﻗَﺎﻟُﻮا َﻫ َﺬا إِﻓ ٌ ِﻚ ﱡﻣﺒ ُ َﻟَ ْﻮَﻻ إِ ْذ َﲰ ْﻌﺘُ ُﻤﻮﻩُ ﻇَ ﱠﻦ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨُﻮ َن َواﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ Terjemahan: Mengapa di waktu kamu mendengarnya orang-orang mukmin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka dan berkata: “Ini adalah satu berita bohong yang nyata”. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak bersangka merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Mengapa di waktu kamu mendengarnya orang-orang mukmin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka yang terdapat dalam surat Annur (24):12 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba bersangka yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, maka verba bersangka yang terdapat dalam klausa 125
tersebut menjadi perbuatan yang disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (orang-orang mukmin dan mukminat). 80) Annur (24):15-18 Teks Ayat:
ِإِ ْذ ﺗَـﻠَﻘﱠﻮﻧَﻪ َِﻟْ ِﺴﻨﺘِ ُﻜﻢ وﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َِﻓْـﻮ ِاﻫ ُﻜﻢ ﱠﻣﺎ ﻟَﻴﺲ ﻟَ ُﻜﻢ ﺑِِﻪ ِﻋْﻠﻢ وَﲢﺴﺒﻮﻧَﻪ ﻫﻴِﻨﺎً وﻫﻮ ِﻋﻨﺪ ا ﱠ َ َ ُ َ َّ ُ َُ ْ َ ٌ َ ْ َ ُْ َ َ ْ ِ ِ .ﻚ َﻫ َﺬا ﺑـُ ْﻬﺘَﺎ ٌن َﻋﻈ ٌﻴﻢ َ َ َوﻟَْﻮَﻻ إِ ْذ َِﲰ ْﻌﺘُ ُﻤﻮﻩُ ﻗُـْﻠﺘُﻢ ﱠﻣﺎ ﻳَ ُﻜﻮ ُن ﻟَﻨَﺎ أَن ﻧـﱠﺘَ َﻜﻠﱠ َﻢ َ َﺬا ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧ.َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ِ وﻳـﺒـِﲔ ا ﱠ ﻟَ ُﻜﻢ ْاﻵ. ﻳﻌِﻈُ ُﻜﻢ ا ﱠ أَن ﺗَـﻌﻮدوا ﻟِ ِﻤﺜْﻠِ ِﻪ أَﺑﺪاً إِن ُﻛﻨﺘُﻢ .ت َوا ﱠُ َﻋﻠِ ٌﻴﻢ َﺣ ِﻜ ٌﻴﻢ ُُ ُ ُ َ َ ُ ُ ُ ّ َُ َ َ Terjemahan: “Ketika kamu menerimanya dari lidah ke lidah dan kamu katakan dengan mulut-mulut kamu, apa yang tidak ada bagi kamu tentangnya sedikit pengetahuan, dan kamu menganggapnya suatu yang remeh, padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan Mengapa kamui saat mendengarnya tidak berkata: “Sekali-kali tidak pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau, ini adalah dusta yang besar”. Allah memperingatkan kamu karena tidak suka kamu kembali memperbuat serupa dengannya selamalamanya; jika kamu orang-orang mukmin dan Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa dan kamu katakan dengan mulut-mulut kamu, apa yang tidak ada bagi kamu
tentangnya sedikit pengetahuan yang terdapat
dalam surat Annur (24):15-18 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang diingkari atau
126
disangkal. Adapun tidak ada itu merujuk pada sedikit pengetahuan tentangnya. 81) Annur (24):15-18 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak berkata merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Dan Mengapa kamu saat mendengarnya tidak berkata yang terdapat dalam surat Annur (24):15-18 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba berkata yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba berkata yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan nomina kamu. 82) Annur (24):15-18 Adverbia tidak dalam frasa adjektival tidak pantas merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Sekali-kali tidak pantas bagi kita memperkatakan ini yang terdapat
dalam surat
Annur (24):15-18 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal adjektiva pantas yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa adjektiva pantas yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan keadaan yang diingkari atau disangkal. Tidak pantas di sini merujuk pada perbuatan memperkatakan ini.
127
83) Annur (24):15-18 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak suka merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Allah memperingatkan kamu karena tidak suka kamu kembali memperbuat serupa dengannya selama-lamanya yang terdapat dalam surat Annur (24):15-18 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba suka yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa adjektiva suka yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (Allah). 84) Alfurqan (25):22 Teks Ayat:
ِ ِ ٍِ ِ .ًﲔ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ِﺣ ْﺠﺮاً ﱠْﳏ ُﺠﻮرا َ ﻳَـ ْﻮَم ﻳَـَﺮْو َن اﻟْ َﻤ َﻼﺋ َﻜﺔَ َﻻ ﺑُ ْﺸَﺮى ﻳَـ ْﻮَﻣﺌﺬ ﻟّْﻠ ُﻤ ْﺠ ِﺮﻣ Terjemahan: Pada hari mereka melihat malaikat, tidak ada kabar gembira buat para pendurhaka pada hari itu, dan mereka berkata: “Hijran Mahjuran”. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa tidak ada kabar gembira buat para pendurhaka pada hari itu yang terdapat
dalam surat Alfurqan (25):22 tersebut
merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada 128
yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang diingkari atau disangkal. Adapun tidak ada yang terdapat dalam klausa itu merujuk pada subjek (kabar gembira). 85) Alahzab (33):32 Teks Ayat:
ِ ِ ﻀ ْﻌ َﻦ ِ ﻟْ َﻘ ْﻮِل ﻓَـﻴَﻄْ َﻤ َﻊ اﻟﱠ ِﺬي ِﰲ ﻗَـْﻠﺒِ ِﻪ ﱠﱯ ﻟَ ْﺴ ُ ﱠ َﺣ ٍﺪ ِّﻣ َﻦ اﻟﻨِّ َﺴﺎء إِ ِن اﺗﱠـ َﻘْﻴـ ُ ﱠ َ ْﱳ ﻓَ َﻼ َﲣ َ ﱳ َﻛﺄ ِّ َ ﻧ َﺴﺎء اﻟﻨ .ًض َوﻗُـْﻠ َﻦ ﻗَـ ْﻮﻻً ﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓﺎ ٌ َﻣَﺮ Terjemahan: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk ketika berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain yang terdapat dalam surat Alahzab (33):32 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan frasa preposisional seperti wanita yang lain yang terletak di samping kanan adverbia. Dalam hal ini adverbia tidak tersebut menyangkal atau mengingkari frasa seperti wanita yang lain. Pelekatan partikel – lah pada adverbia tidak mempunyai maksud untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Dengan demikian, klausa di atas mengandung arti terdapat penegasan bahwa kamu sekalian yang dimaksud dalam klausa itu tidak memiiki kesamaan ataupun kemiripan dengan wanita yang lain.
129
86) Saba’ (34):31 Teks Ayat:
ِ ِ وﻗَ َ ﱠ ِ ِ ِ ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ ِﻪ َوﻟَ ْﻮ ﺗَـَﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِ ُﻤﻮ َن َ ْ ﻳﻦ َﻛ َﻔُﺮوا ﻟَﻦ ﻧـ ْﱡﺆﻣ َﻦ َ َﺬا اﻟْ ُﻘْﺮآن َوَﻻ ِ ﻟﱠﺬي ﺑَـ َ ﺎل اﻟﺬ َ ِ ِ ِ ْ ﻮل اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ اﺳﺘ ِ ِِ ﻣﻮﻗُﻮﻓُﻮ َن ِﻋ ٍ ﻀ ُﻬ ْﻢ إِ َﱃ ﺑَـ ْﻌ اﺳﺘَ ْﻜﺒَـُﺮوا َ ُ ْ َ ُ ﺾ اﻟْ َﻘ ْﻮَل ﻳَـ ُﻘ ُ ﻨﺪ َرّ ْﻢ ﻳَـْﺮﺟ ُﻊ ﺑَـ ْﻌ ْ ﻳﻦ َْ َ ﻀﻌ ُﻔﻮا ﻟﻠﱠﺬ ِ ِ .ﲔ َ ﻟَْﻮَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ ﻟَ ُﻜﻨﱠﺎ ُﻣ ْﺆﻣﻨ Terjemahan: “Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orangorang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”. Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman yang terdapat dalam surat Saba’ (34):31 tersebut merupakan adverbia yang menerangkan frasa preposisional karena kamu yang terletak di samping kanan adverbia. Dalam hal ini adalah menyangkal atau mengingkari frasa karena kamu tersebut. Pelekatan partikel –lah pada adverbia tidak mempunyai maksud untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Klausa tersebut pada awalnya bisa berarti bahwa kami menjadi orang-orang yang beriman bukanlah disebabkan karena kamu. Namun, klausa tersebut merupakan klausa yang bermakna pengandaian dengan dipakainya preposisi kalau pada
130
awal klausa. Jadi, pada kenyataannya kami dalam klausa itu tidak menjadi orang-orang yang beriman yang disebabkan karena kamu. 87) Aljasiyah (45):7-8 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ُ ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ آ َ ت ا ﱠ ﺗُـْﺘـﻠَﻰ َﻋﻠَْﻴﻪ ﰒُﱠ ﻳُﺼﱡﺮ ُﻣ ْﺴﺘَﻜِْﱪاً َﻛﺄَن ﱠﱂْ ﻳَ ْﺴ َﻤ ْﻌ َﻬﺎ ﻓَـﺒَ ّﺸ ْﺮﻩ.َوﻳْ ٌﻞ ﻟّ ُﻜ ِّﻞ أَﻓﱠﺎك أَﺛﻴ ٍﻢ ٍ ﺑِﻌ َﺬ .اب أَﻟِﻴ ٍﻢ َ Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya, maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih”. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak mendengarnya merupakan
adverbia
‘menyatakan
ingkar
didampinginya’.
penanda atau
Adverbia
sangkalan
menyangkal tidak
dalam
yang
akan
bermakna
kategori
yang
dia
tetap
klausa
menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya yang terdapat
dalam surat Aljasiyah (45):7-8 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba mendengarnya yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba mendengarnya yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (dia). 88) Alakhqaf (46):31-32 Teks Ayat:
ِ ِ ٍ اﻋﻲ ا ﱠِ و ِآﻣﻨُﻮا ﺑِِﻪ ﻳـ ْﻐ ِﻔﺮ ﻟَ ُﻜﻢ ِﻣﻦ ذُﻧُﻮﺑِ ُﻜﻢ وُِﳚﺮُﻛﻢ ِﻣﻦ َﻋ َﺬ َوَﻣﻦ ﱠﻻ.اب أَﻟِﻴ ٍﻢ ّ ّْ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ﻗَـ ْﻮَﻣﻨَﺎ أَﺟﻴﺒُﻮا َد ِ ِ ِ ٍ ِﺿ َﻼ ٍل ﱡﻣﺒ ِ ٍ ِ ِ اﻋﻲ ا ﱠِ ﻓَـﻠَْﻴ ِ .ﲔ َ ِﺲ ﻟَﻪُ ِﻣﻦ ُدوﻧِِﻪ أَوﻟﻴَﺎء أ ُْوﻟَﺌ َ ﻚ ِﰲ ْ ُﳚ َ ﺲ ﲟُْﻌﺠﺰ ﰲ ْاﻷ َْرض َوﻟَْﻴ َ َ ﺐ َد 131
Terjemahan: “Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” “Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menerima merupakan
adverbia
‘menyatakan
ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi yang terdapat
dalam surat Alakhqaf (46):31-32 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba menerima yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba menerima yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh nomina orang yang terletak samping kiri adverbia tidak. 89) Alakhqaf (46):31-32 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT yang terdapat dalam surat Alakhqaf (46):31-32 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak samping kanan 132
adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang diingkari atau disangkal. Adapun tidak ada itu merujuk pada kategori yang menjadi objek (pelindung). 90) Muhammad (47):21 Teks Ayat:
.ﺻ َﺪﻗُﻮا ا ﱠَ ﻟَ َﻜﺎ َن َﺧ ْﲑاً ﱠﳍُْﻢ ٌ ﺎﻋﺔٌ َوﻗَ ْﻮ ٌل ﱠﻣ ْﻌُﺮ َ َﻃ َ وف ﻓَِﺈذَا َﻋَﺰَم ْاﻷ َْﻣُﺮ ﻓَـﻠَ ْﻮ Terjemahan: “Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Akan tetapi, jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah SWT, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka”. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyukainya merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya) yang terdapat dalam surat Muhammad (47):21 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba menyukainya yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba menyukainya yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (mereka).
133
91) Alfath (48):11 Teks Ayat:
ِ ﻚ اﻟْﻤ َﺨﻠﱠ ُﻔﻮ َن ِﻣﻦ ْاﻷ َْﻋﺮ ﺎﺳﺘَـ ْﻐ ِﻔْﺮ ﻟَﻨَﺎ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َِﻟْ ِﺴﻨَﺘِ ِﻬﻢ ُ َﺳﻴَـ ُﻘ ْ َاب َﺷﻐَﻠَْﺘـﻨَﺎ أ َْﻣ َﻮاﻟُﻨَﺎ َوأ َْﻫﻠُﻮ َ ﻓ ُ َ َﻮل ﻟ َ َ ِ ِ ِ ﺿّﺮاً أ َْو أ ََر َاد ﺑِ ُﻜ ْﻢ ﻧـَ ْﻔﻌﺎً ﺑَ ْﻞ ُ ﺲ ِﰲ ﻗُـﻠُﻮِِ ْﻢ ﻗُ ْﻞ ﻓَ َﻤﻦ ﳝَْﻠ َ ﻚ ﻟَ ُﻜﻢ ّﻣ َﻦ ا ﱠ َﺷْﻴﺌﺎً إِ ْن أ ََر َاد ﺑِ ُﻜ ْﻢ َ ﱠﻣﺎ ﻟَْﻴ .ًَﻛﺎ َن ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﺧﺒِﲑا Terjemahan: “Orang-orang Badui yang tertinggal akan mengatakan, “Harta dan keluarga kami”. Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah SWT jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu dan Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya yang terdapat dalam surat Alfath (48):11 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, maka verba ada yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi sesuatu keadaan yang diingkari atau disangkal. Adapun tidak ada dalam klausa itu merujuk pada keberadaan sesuatu dalam hatinya. 92) Alhujurat (49):2-3 Teks Ayat:
ِ ﻟْ َﻘ ْﻮِل َﻛ َﺠ ْﻬ ِﺮ ﻨﺪ َ َﺻ َﻮاﺗَـ ُﻬ ْﻢ ِﻋ ْأ
ِﱠ ِ ِ َ َﺻ َﻮاﺗَ ُﻜ ْﻢ ﻓَـ ْﻮ َق ْ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗَـْﺮﻓَـ ُﻌﻮا أ ُﱠﱯ َوَﻻ َْﲡ َﻬُﺮوا ﻟَﻪ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ِّ ﺻ ْﻮت اﻟﻨ ِِ ﱠ ِ ﺑـﻌ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ ﻟِﺒَـ ْﻌ ﻳﻦ ﻳَـﻐُﻀﱡﻮ َن َْ َ إ ﱠن اﻟﺬ.ﺾ أَن َْﲢﺒَ َﻂ أ َْﻋ َﻤﺎﻟُ ُﻜ ْﻢ َوأَﻧﺘُ ْﻢ َﻻ ﺗَ ْﺸ ُﻌُﺮو َن ِ ِ ِ ﻮل ا ﱠِ أُوﻟَﺌِ ﱠ ِ رﺳ .َﺟٌﺮ َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ َ ْ ْ ﻳﻦ ْاﻣﺘَ َﺤ َﻦ ا ﱠُ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َﳍُﻢ ﱠﻣ ْﻐﻔَﺮةٌ َوأ َُ َ ﻚ اﻟﺬ 134
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah SWT untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak hapus merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa supaya tidak hapus (pahala) amalanmu yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba pasif hapus yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba hapus yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak terjadi terhadap frasa nomina pahala amalanmu. 93) Alhujurat (49):23 Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyadari merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa sedangkan kamu tidak menyadari yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba menyadari yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba menyadari yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan 135
yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (kamu). 94) Alhujurat (49):4-5 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ِ ْ ﻚ ِﻣﻦ وراء ﺻﺒَـُﺮوا َﺣ ﱠﱴ َﲣُْﺮ َج إِﻟَْﻴ ِﻬ ْﻢ ُ َﻳﻦ ﻳـُﻨ َ ﱠﻬ ْﻢ ُ َوﻟَْﻮ أَﻧـ.اﳊُ ُﺠَﺮات أَ ْﻛﺜَـُﺮُﻫ ْﻢ َﻻ ﻳَـ ْﻌﻘﻠُﻮ َن َ َ َ َﺎدوﻧ َ إ ﱠن اﻟﺬ .ﻮر ﱠرِﺣ ٌﻴﻢ ٌ ﻟَ َﻜﺎ َن َﺧ ْﲑاً ﱠﳍُْﻢ َوا ﱠُ َﻏ ُﻔ Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti”. “Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka dan Allah SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Adverbia tidak merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
dalam
frasa verbal
penanda
sangkalan
atau
menyangkal
akan
tidak yang
mengerti bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa kebanyakan mereka tidak mengerti yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):4-5 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba mengerti yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba mengerti yang terdapat dalam klausa tersebut merupakan perbuatan atau keadaan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (mereka). 95) Alhujurat (49):6 Teks Ayat:
ٍ ِ ِﱠ ٍ ِ ِ ﺼﺒِ ُﺤﻮا َﻋﻠَﻰ َﻣﺎ ْ ُﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إِن َﺟﺎء ُﻛ ْﻢ ﻓَﺎﺳ ٌﻖ ﺑِﻨَـﺒَﺄ ﻓَـﺘَـﺒَـﻴﱠـﻨُﻮا أَن ﺗُﺼﻴﺒُﻮا ﻗَـ ْﻮﻣﺎً ﲜَ َﻬﺎﻟَﺔ ﻓَـﺘ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ِِ .ﲔ َ ﻓَـ َﻌْﻠﺘُ ْﻢ َ دﻣ 136
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menimpakan merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
yang
akan
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):6 tersebut merupakan
adverbia
yang
menyangkal
verba
dwitransitif
menimpakan yang terletak di samping kanan adverbia. Berdasarkan hal tersebut, verba menimpakan yang terdapat dalam klausa itu merupakan perbuatan atau keadaan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (kamu). Adapun sesuatu yang ditimpakan itu adalah nomina yang menjadi objek (suatu musibah), sedangkan yang menjadi sasarannya adalah nomina yang menjadi pelengkap (suatu kaum). 96) Alhujurat (49):11 Teks Ayat:
ِﱠ ﻮم ِّﻣﻦ ﻗَـ ْﻮٍم َﻋ َﺴﻰ أَن ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮا َﺧ ْﲑاً ِّﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ َوَﻻ ﻧِ َﺴﺎء ِّﻣﻦ ﻧِّ َﺴﺎء ٌ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َﻻ ﻳَ ْﺴ َﺨْﺮ ﻗ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ِ ﺎب ﺑِْﺌﺲ ِ َﻋﺴﻰ أَن ﻳ ُﻜ ﱠﻦ َﺧ ْﲑاً ِﻣْﻨـﻬ ﱠﻦ وَﻻ ﺗَـْﻠ ِﻤﺰوا أَﻧ ُﻔﺴ ُﻜﻢ وَﻻ ﺗَـﻨَﺎﺑـﺰوا ِ ْﻷَﻟْ َﻘ اﻻ ْﺳ ُﻢ اﻟْ ُﻔ ُﺴﻮ ُق َُ َ ْ َ ُ َ َ ُّ َ َ ِ ِ ِ ِْ ﺑَـ ْﻌ َﺪ .ﻚ ُﻫ ُﻢ اﻟﻈﱠﺎﻟ ُﻤﻮ َن َ ﺐ ﻓَﺄ ُْوﻟَﺌ ْ ُاﻹﳝَﺎن َوَﻣﻦ ﱠﱂْ ﻳَـﺘ 137
Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolokolokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolokolokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak bertaubat merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):11 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba bertaubat yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba bertaubat yang terdapat dalam klausa itu merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (mereka). 97) Almujadalah (58):9 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ﺎﺟ ْﻮ َن ِ ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َو ِان ُ ﱠﺠ َﻮى ﰒُﱠ ﻳَـ ُﻌ ْ ﻳﻦ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋ ِﻦ اﻟﻨ َ َﻮدو َن ﻟ َﻤﺎ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋْﻨﻪُ َوﻳَـﺘَـﻨ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ إ َﱃ اﻟﺬ ِ ﺼﻴ ِ ِ ﺖ اﻟﱠﺮﺳ ﻚ ﺑِِﻪ ا ﱠُ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻟَْﻮَﻻ ﻳـُ َﻌ ِّﺬﺑـُﻨَﺎ َ ﻮل َوإِذَا َﺟ ُﺎؤ َ ِّوك َﺣﻴﱠـ ْﻮ َك ِﲟَﺎ َﱂْ ُﳛَﻴ َ َوَﻣ ْﻌ ُ ِﱠ ِ ِ ِ ﺎﺟْﻴـﺘُ ْﻢ ﻓََﻼ ُ ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﻧَـ ُﻘ ْ َﻮل َﺣ ْﺴﺒُـ ُﻬ ْﻢ َﺟ َﻬﻨ ُﱠﻢ ﻳ َ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إ َذا ﺗَـﻨ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ.ﺲ اﻟْ َﻤﺼﲑ َ ﺼﻠَ ْﻮﻧَـ َﻬﺎ ﻓَﺒْﺌ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﺟ ْﻮا ِ ﻟِْ ِّﱪ َواﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮا ا ﱠَ اﻟﱠ ِﺬي إِﻟَْﻴ ِﻪ َ َﺎﺟ ْﻮا ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َوان َوَﻣ ْﻌﺼﻴَﺖ اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل َوﺗَـﻨ َ َﺗَـﺘَـﻨ ِﺎرِﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎً إِﱠﻻ ِِ ْذ ِن ا ﱠ ِﱠ ِ ِ ِ َ ِﺲ ﺑ ْ َ ْ ِّ ﻀ ْ إِﱠﳕَﺎ اﻟﻨ.ُْﲢ َﺸُﺮو َن َ ﱠﺠ َﻮى ﻣ َﻦ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎن ﻟﻴَ ْﺤُﺰ َن اﻟﺬ َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َوﻟَْﻴ .َو َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن 138
Terjemahan: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orangorang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal” Adverbia tidak dalam frasa verbal tidak menyiksa merupakan
adverbia
‘menyatakan
ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak dalam klausa Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu yang terdapat
dalam surat Almujadalah (58):9 tersebut merupakan
adverbia yang menyangkal verba menyiksa yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba bertaubat yang terdapat dalam klausa itu merupakan perbuatan yang diingkari atau disangkal atau tidak dilakukan oleh subjek (Allah SWT).
139
98) Assaff (61):2-3 Teks Ayat:
ِ ِﱠ .ﻨﺪ ا ﱠِ أَن ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮا َﻣﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن َ َﻛﺒُـَﺮ َﻣ ْﻘﺘﺎً ِﻋ.ﻳﻦ آَ َﻣﻨُﻮا ﱂَ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﻣﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat”. “Amat besar kebencian di sisi Allah SWT bahwa kamu mengatakan apaapa yang tiada kamu kerjakan”.
Adverbia tidak merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Namun, dalam hal ini, adverbia tidak dalam klausa mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat bukanlah adverbia yang mengingkari atau menyangkal akan kategori yang didampinginya (kamu) tetapi menyangkal atau mengingkari sesuatu yang menjadi predikat dalam klausa sematan tersebut (perbuat). b. Makna adverbia tak 99) Yusuf (12):92 Teks Ayat:
ِ ِِ .ﲔ َ َﻗ َ ﻳﺐ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ُﻢ اﻟْﻴَـ ْﻮَم ﻳَـ ْﻐﻔُﺮ ا ُّ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َوُﻫ َﻮ أ َْر َﺣ ُﻢ اﻟﱠﺮاﲪ َ ﺎل ﻻَ ﺗَـﺜْـَﺮ Terjemahan: “Dia (Yusuf) berkata: “pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang”. Adverbia tak dalam frasa verbal tak ada merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar 140
atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tak ini memiliki arti ‘tidak’. Adverbia tak dalam klausa pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu yang terdapat dalam surat Yusuf (12):92 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal atau mengingkari verba ada yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba ada yang menduduki fungsi predikat itu merupakan keadaan yang disangkal. Adapun penyangkalan itu ditujukan untuk nomina cercaan. c. Makna adverbia tidak akan 100) Almaidah (5):41 Teks Ayat:
ِِ ﱠ ِ ﻮل ﻻَ َﳛﺰ ﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻗَﺎﻟُﻮاْ َآﻣﻨﱠﺎ َِﻓْـ َﻮ ِاﻫ ِﻬ ْﻢ َوَﱂْ ﺗُـ ْﺆِﻣﻦ َ ُ ْ ُ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺮ ُﺳ َ ﻳﻦ ﻳُ َﺴﺎر ُﻋﻮ َن ﰲ اﻟْ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ﻣ َﻦ اﻟﺬ َ ﻧﻚ اﻟﺬ ٍ ِ ِ ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ وِﻣﻦ اﻟﱠ ِﺬ ِ ﺎﻋﻮ َن ﻟِْﻠ َﻜ ِﺬ ﻮك ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِ َﻢ ِﻣﻦ َ ُﻳﻦ َﱂْ َْﺗ ُ ﻳﻦ ﻫ ُ ب َﲰﱠ ُ ﺎدواْ َﲰﱠ َ ﺎﻋﻮ َن ﻟ َﻘ ْﻮم َ آﺧ ِﺮ َ َ َ ْ ُُ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ﺎﺣ َﺬ ُرواْ َوَﻣﻦ ﻳُِﺮد ا ُّ ﻓْﺘـﻨَـﺘَﻪُ ﻓَـﻠَﻦ ْ َﺑَـ ْﻌﺪ َﻣ َﻮاﺿﻌﻪ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن إِ ْن أُوﺗﻴﺘُ ْﻢ َﻫـ َﺬا ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوإِن ﱠﱂْ ﺗُـ ْﺆﺗَـ ْﻮﻩُ ﻓ ِ ﲤَْﻠِﻚ ﻟَﻪ ِﻣﻦ ا ِ ﺷﻴﺌﺎً أُوﻟَـﺌِ ﱠ ِ ِ ِ ي َوَﳍُْﻢ ِﰲ َ ْ َْ ّ َ ُ َ ٌ ﻳﻦ َﱂْ ﻳُِﺮد ا ُّ أَن ﻳُﻄَ ّﻬَﺮ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ َﳍُْﻢ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﺧ ْﺰ َ ﻚ اﻟﺬ ِ .اب َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ٌ اﻵﺧَﺮةِ َﻋ َﺬ Terjemahan: “Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” 141
Adverbia tidak akan dalam frasa adjektival tidak akan mampu merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak akan terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dan sebagainya’ dan akan yang berarti ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia dengan struktur seperti ini menunjukkkan bahwa frasa adjektival akan mampu itu diterangkan atau dicakupi oleh adverbia tidak. Dalam strukutur adverbia tidak akan seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek akan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dijelaskan bahwa adverbia tidak akan dalam klausa maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah dalam surat Almaidah (5):41 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia tidak merupakan adverbia yang menyangkal frasa adjektival akan mampu yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa frasa adjektival akan mampu dalam frasa tidak akan mampu itu adalah keadaan yang diingkari atau disangkal. Dari pengingkaran atau penyangkalan itu, dapat diambil makna bahwa terdapat adanya penegasan dalam hal pengingkaran tersebut. Berdasarkan hal itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat adanya penegasan bahwa sekali-kali subjek dalam klausa itu (kamu) tidak
142
akan mampu menolak apa yang disebutkan pada objek (sesuatu pun yang datang dari Allah).
101) Saba’ (34):31 Teks Ayat:
ِ ِ وﻗَ َ ﱠ ِ ِ ِ ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ ِﻪ َوﻟَ ْﻮ ﺗَـَﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِ ُﻤﻮ َن َ ْ ﻳﻦ َﻛ َﻔُﺮوا ﻟَﻦ ﻧـ ْﱡﺆﻣ َﻦ َ َﺬا اﻟْ ُﻘْﺮآن َوَﻻ ِ ﻟﱠﺬي ﺑَـ َ ﺎل اﻟﺬ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ﱠ ﱠ ٍ ﻀ ُﻬ ْﻢ إ َﱃ ﺑَـ ْﻌ اﺳﺘَ ْﻜﺒَـُﺮوا ُ ﺾ اﻟْ َﻘ ْﻮَل ﻳَـ ُﻘ ْ ُاﺳﺘ َ َﻣ ْﻮﻗُﻮﻓُﻮ َن ﻋ ُ ﻨﺪ َرّ ْﻢ ﻳَـْﺮﺟ ُﻊ ﺑَـ ْﻌ ْ ﻳﻦ ْ ﻳﻦ َ ﻀﻌ ُﻔﻮا ﻟﻠﺬ َ ﻮل اﻟﺬ ِِ .ﲔ َ ﻟَْﻮَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ ﻟَ ُﻜﻨﱠﺎ ُﻣ ْﺆﻣﻨ Terjemahan: “Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orangorang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”. Adverbia tidak akan dalam frasa verbal tidak akan beriman merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna sangkalan, yaitu ‘menyatakan
ingkar
atau
menyangkal
akan
kategori
yang
didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak akan terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dan sebagainya’ dan akan yang berarti ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia dengan struktur seperti ini menunjukkkan bahwa frasa verbal akan beriman itu diterangkan atau dicakupi oleh adverbia tidak. Dalam strukutur adverbia tidak akan seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek akan.
143
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak akan dalam klausa Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dalam surat Saba’ (34):31 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia tidak merupakan adverbia yang menyangkal frasa verbal akan beriman yang terletak di samping kanan adverbia.
Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa frasa verbal akan beriman dalam frasa tidak akan beriman itu adalah keadaan yang diingkari atau disangkal. Dari pengingkaran atau penyangkalan itu, dapat diambil makna bahwa terdapat adanya penegasan dalam hal pengingkaran tersebut. Berdasarkan hal itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat adanya penegasan bahwa sekali-kali subjek dalam klausa itu (kami ‘orang-orang kafir’) tidak akan beriman kepada apa yang disebutkan pada fungsi pelengkap (kepada Al Quran ini). 102) Alakhqaf (46):31-32 Teks Ayat:
ِ ِ ٍ اﻋﻲ ا ﱠِ و ِآﻣﻨُﻮا ﺑِِﻪ ﻳـ ْﻐ ِﻔﺮ ﻟَ ُﻜﻢ ِﻣﻦ ذُﻧُﻮﺑِ ُﻜﻢ وُِﳚﺮُﻛﻢ ِﻣﻦ َﻋ َﺬ َوَﻣﻦ ﱠﻻ.اب أَﻟِﻴ ٍﻢ ّ ّْ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ﻗَـ ْﻮَﻣﻨَﺎ أَﺟﻴﺒُﻮا َد ِ ِ ِ ٍ ِﺿ َﻼ ٍل ﱡﻣﺒ ِ ٍ ِ ِ اﻋﻲ ا ﱠِ ﻓَـﻠَْﻴ ِ .ﲔ َ ِﺲ ﻟَﻪُ ِﻣﻦ ُدوﻧِِﻪ أَوﻟﻴَﺎء أ ُْوﻟَﺌ َ ﻚ ِﰲ ْ ُﳚ َ َ ﺲ ﲟُْﻌﺠﺰ ﰲ ْاﻷ َْرض َوﻟَْﻴ َ ﺐ َد Terjemahan: “Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih” “Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah SWT. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata” Adverbia tidak akan dalam frasa verbal tidak akan melepaskan merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna 144
sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak akan terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dan sebagainya’ dan akan yang berarti ‘menyatakan perbuatan akan berlangsung’. Adverbia dengan struktur seperti ini menunjukkkan bahwa frasa verbal akan melepaskan itu diterangkan atau dicakupi oleh adverbia tidak. Dalam strukutur adverbia seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek akan. Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak akan dalam klausa Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah SWT, maka ia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah SWT di muka bumi dalam surat Alakhqaf (46):31-32 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia tidak merupakan adverbia yang menyangkal frasa verbal akan melepaskan yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa frasa verbal akan melepaskan dalam frasa tidak akan melepaskan itu adalah keadaan yang diingkari atau disangkal. Dari pengingkaran atau penyangkalan itu, dapat diambil makna bahwa terdapat adanya penegasan dalam hal pengingkaran tersebut. Berdasarkan hal itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat adanya penegasan bahwa sekali-kali subjek dalam klausa itu (ia) tidak akan melepaskan disebutkan pada fungsi objek (diri).
145
apa yang
d. Makna adverbia tidak hendak 103) Almaidah (5):41 Teks Ayat:
ِِ ﱠ ِ ﻮل ﻻَ َﳛﺰ ﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻗَﺎﻟُﻮاْ َآﻣﻨﱠﺎ َِﻓْـ َﻮ ِاﻫ ِﻬ ْﻢ َوَﱂْ ﺗُـ ْﺆِﻣﻦ َ ُ ْ ُ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺮ ُﺳ َ ﻳﻦ ﻳُ َﺴﺎر ُﻋﻮ َن ﰲ اﻟْ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ﻣ َﻦ اﻟﺬ َ ﻧﻚ اﻟﺬ ٍ ِ ِ ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ وِﻣﻦ اﻟﱠ ِﺬ ِ ﺎﻋﻮ َن ﻟِْﻠ َﻜ ِﺬ ﻮك ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِ َﻢ ِﻣﻦ َ ُﻳﻦ َﱂْ َْﺗ ُ ﻳﻦ ﻫ ُ ب َﲰﱠ ُ ﺎدواْ َﲰﱠ َ ﺎﻋﻮ َن ﻟ َﻘ ْﻮم َ آﺧ ِﺮ َ َ َ ْ ُُ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ﺎﺣ َﺬ ُرواْ َوَﻣﻦ ﻳُِﺮد ا ُّ ﻓْﺘـﻨَـﺘَﻪُ ﻓَـﻠَﻦ ْ َﺑَـ ْﻌﺪ َﻣ َﻮاﺿﻌﻪ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن إِ ْن أُوﺗﻴﺘُ ْﻢ َﻫـ َﺬا ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوإِن ﱠﱂْ ﺗُـ ْﺆﺗَـ ْﻮﻩُ ﻓ ِ ﲤَْﻠِﻚ ﻟَﻪ ِﻣﻦ ا ِ ﺷﻴﺌﺎً أُوﻟَـﺌِ ﱠ ِ ِ ِ ي َوَﳍُْﻢ ِﰲ َ ْ َْ ّ َ ُ َ ٌ ﻳﻦ َﱂْ ﻳُِﺮد ا ُّ أَن ﻳُﻄَ ّﻬَﺮ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ َﳍُْﻢ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﺧ ْﺰ َ ﻚ اﻟﺬ ِ .اب َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ٌ اﻵﺧَﺮِة َﻋ َﺬ Terjemahan: “Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orangorang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekalikali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” Adverbia tidak hendak dalam frasa verbal tidak hendak mensucikan merupakan adverbia penanda aspek yang bermakna sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak hendak terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dan sebagainya’ dan hendak yang berarti ‘bermaksud akan’. Adverbia dengan struktur seperti ini menunjukkkan bahwa 146
hendak mensucikan
itu diterangkan atau dicakupi oleh adverbia
tidak. Dalam strukutur adverbia seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek hendak. Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak hendak dalam klausa Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka dalam surat Almaidah (5):41 di atas mengandung pengertian bahwa adverbia tidak merupakan adverbia yang menyangkal frasa verbal hendak mensucikan yang terletak di samping kanan adverbia. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa frasa verbal hendak mensucikan dalam frasa tidak hendak mensucikan itu adalah keadaan yang diingkari atau disangkal. Dari pengingkaran atau penyangkalan itu, dapat diambil makna bahwa terdapat adanya penegasan dalam hal pengingkaran tersebut. Berdasarkan hal itu, dapat dijelaskan bahwa terdapat adanya penegasan bahwa sekali-kali subjek dalam klausa itu (Allah) tidak akan menyucikan terhadap apa yang disebutkan pada fungsi objek (hati mereka). Perlu diketahui bahwa kata mensucikan bukanlah merupakan kata bentukan yang tepat. Adapun kata bentukan yang tepat adalah menyucikan.
e. Makna adverbia tidak pula 104) Albaqarah (2):71 Teks Ayat:
ِ ٌ ُﻮل إِﻧـﱠﻬﺎ ﺑـ َﻘﺮةٌ ﻻﱠ َذﻟ ِ َ َﻗ ْ ض َوﻻَ ﺗَ ْﺴ ِﻘﻲ ْث ُﻣ َﺴﻠﱠ َﻤﺔٌ ﻻﱠ ِﺷﻴَﺔَ ﻓِ َﻴﻬﺎ ﻗَﺎﻟُﻮا َ اﳊَْﺮ َ ﻮل ﺗُﺜﲑُ اﻷ َْر َ َ َ ُ ﺎل إﻧﱠﻪُ ﻳَـ ُﻘ ِ .ﺎدواْ ﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ُ ﻮﻫﺎ َوَﻣﺎ َﻛ َ ُﺖ ِ ْﳊَ ِّﻖ ﻓَ َﺬ َﲝ َ اﻵ َن ﺟْﺌ 147
Terjemahan: “Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.” Adverbia tidak pula dalam frasa preposisional tidak pula untuk mengairi merupakan adverbia penanda sangkalan, yaitu ‘menyatakan
ingkar
atau
menyangkal
akan
kategori
yang
didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak pula terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan,
dan
sebagainya’
dan
pula
yang
bermakna
‘menyatakan keberulangan suatu peristiwa atau kejadian’. Dalam struktur adverbia seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek pula, dalam arti adverbia sangkalan tidak ini mengingkari akan sesuatu peristiwa atau kejadian yang telah disebutkan dalam klausa sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak pula dalam klausa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman dalam surat Albaqarah (2):71 di atas tidaklah menerangkan kategori yang berada di sampingnya, yaitu frasa preposisional untuk mengairi. Namun, adverbia tidak pula ini menerangkan frasa pernah dipakai yang terdapat dalam sesuatu yang menduduki fungsi predikat pada klausa sebelumnya. Perlu diketahui bahwa klausa di atas terdiri dari dua 148
klausa, yaitu sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan dan tidak pula untuk mengairi tanaman. 105) Saba’ (34):31 Teks Ayat:
ِ ِ وﻗَ َ ﱠ ِ ِ ِ ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ ِﻪ َوﻟَ ْﻮ ﺗَـَﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِ ُﻤﻮ َن َ ْ ﻳﻦ َﻛ َﻔُﺮوا ﻟَﻦ ﻧـ ْﱡﺆﻣ َﻦ َ َﺬا اﻟْ ُﻘْﺮآن َوَﻻ ِ ﻟﱠﺬي ﺑَـ َ ﺎل اﻟﺬ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ﺾ اﻟْ َﻘ ْﻮَل ﻳَـ ُﻘ ُ ﱠ ٍ ﻀ ُﻬ ْﻢ إِ َﱃ ﺑَـ ْﻌ اﺳﺘَ ْﻜﺒَـُﺮوا ْ ُاﺳﺘ َ َﻣ ْﻮﻗُﻮﻓُﻮ َن ﻋ ُ ﻨﺪ َرّ ْﻢ ﻳَـْﺮﺟ ُﻊ ﺑَـ ْﻌ ْ ﻳﻦ ْ ﻳﻦ َ ﻀﻌ ُﻔﻮا ﻟﻠﱠﺬ َ ﻮل اﻟﺬ ِِ .ﲔ َ ﻟَْﻮَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ ﻟَ ُﻜﻨﱠﺎ ُﻣ ْﺆﻣﻨ Terjemahan: “Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orangorang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”. Adverbia tidak pula dalam frasa preposisional tidak pula kepada kitab yang sebelumnya merupakan adverbia penanda sangkalan, yaitu ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak pula terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan,
dan
sebagainya’
dan
pula
yang
bermakna
‘menyatakan keberulangan suatu peristiwa atau kejadian’. Dalam strukutur adverbia seperti ini, adverbia sangkalan tidak mendahului adverbia aspek pula, dalam arti aspek tidak ini mengingkari akan sesuatu peristiwa atau kejadian yang telah disebutkan dalam klausa sebelumnya. 149
Berdasarkan hal tersebut, adverbia tidak pula dalam klausa Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya dalam surat Saba’ (34):31 di atas tidaklah menerangkan kategori yang berada di sampingnya, yaitu frasa preposisional kepada kitab yang sebelumnya. Namun, adverbia tidak pula ini menerangkan frasa akan beriman yang terdapat dalam sesuatu yang menduduki fungsi predikat pada klausa sebelumnya. Perlu diketahui bahwa klausa di atas terdiri dari dua klausa, yaitu Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya. f. Makna adverbia tidak ...-nya 106)Ali Imran (3):118 Teks Ayat:
ِ ﱠﺨ ُﺬواْ ﺑِﻄَﺎﻧَﺔً ِﻣﻦ دوﻧِ ُﻜﻢ ﻻَ ْﻟُﻮﻧَ ُﻜﻢ ﺧﺒﺎﻻً وﱡدواْ ﻣﺎ ﻋﻨِﺘﱡﻢ ﻗَ ْﺪ ﺑ َﺪ ِ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮاْ ﻻَ ﺗَـﺘ ت َ َ ْ َ َ َ ََ ْ َ ْ ُ ّ َ َ ِ ِ ِ ِ اﻟْﺒـ ْﻐﻀﺎء ِﻣﻦ أَﻓْـﻮاﻫ ِﻬﻢ وﻣﺎ ُﲣْﻔﻲ ﺻ ُﺪورﻫﻢ أَ ْﻛﺒـﺮ ﻗَ ْﺪ ﺑـﻴﱠـﻨﱠﺎ ﻟَ ُﻜﻢ اﻵ .ت إِن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗَـ ْﻌﻘﻠُﻮ َن َ ُ َ َُ ْ ُُ ُ ََ ْ َ ْ َ َ Terjemahan: “Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaan kamu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat jika kamu berakal”. Adverbia tidak ...-nya
dalam frasa verba tidak henti-
hentinya merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan
ingkar
atau
menyangkal
akan
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tidak ...-nya dalam klausa mereka tidak 150
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu yang terdapat dalam surat Ali Imran (3):118 tersebut adalah adverbia yang mengapit sekaligus mengingkari nomina henti yang direduplikasi. Secara leksikal, nomina henti mempunyai arti keadaan tanpa gerak; halangan; jeda’.
Ini berarti bahwa kata bentukan
tidak henti-
hentinya mempunyai arti ‘tidak ada jedanya’. Makna yang ditimbulkan oleh kata bentukan tidak henti-hentinya tersebut adalah makna aspektualitas (Tadjuddin, 2005:58). Dalam hal ini, tidak henti-hentinya itu disebut sebagai adverbial durasi. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa verba menimbulkan yang terletak di samping kanan tidak henti-hentinya yang terdapat dalam klausa mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu adalah menjadi perbuatan yang keberlangsungannya tidak ada jeda atau berlansung terus-menerus. g. Makna adverbia tidak lain hanyalah 107)Alakhqaf (46):17 Teks Ayat:
ِ ِ ِ َﺖ اﻟْ ُﻘﺮو ُن ِﻣﻦ ﻗَـﺒﻠِﻲ و ُﳘﺎ ﻳﺴﺘَﻐِﻴﺜ ﺎن َ ََواﻟﱠ ِﺬي ﻗ ٍّ ﺎل ﻟَِﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻪ أ ْ ُف ﻟﱠ ُﻜ َﻤﺎ أَﺗَﻌ َﺪاﻧ ِﲏ أَ ْن أ َْ َ َ ْ ُ ْ َُﺧَﺮ َج َوﻗَ ْﺪ َﺧﻠ ِ ِ ِ َ َا ﱠ وﻳـﻠ ِ ﻮل ﻣﺎ ﻫ َﺬا إِﱠﻻ أ .ﲔ َ َﺳﺎﻃ ُﲑ ْاﻷَﱠوﻟ َ َ ُ ﻚ آﻣ ْﻦ إِ ﱠن َو ْﻋ َﺪ ا ﱠ َﺣ ﱞﻖ ﻓَـﻴَـ ُﻘ َْ َ َ Terjemahan:
Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar” Lalu dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu belaka”. 151
Adverbia tidak lain hanyalah dalam frasa tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu belaka merupakan adverbia penanda sangkalan. Berdasarkan unsurnya, adverbia tidak lain hanyalah terdiri atas tidak yang berarti ‘menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dan sebagainya’, lain yang berarti ‘beda, tidak sama’ dan hanyalah yang bermakna ‘tidak lebih dari, cuma’. Struktur adverbia seperti ini menunjukkan bahwa hanyalah dongeng itu diterangkan atau dicakup dalam adverbia tidak lain. Dalam struktur seperti ini, adverbia sangkalan tidak lain mendahului adverbia kualitas hanyalah. Adverbia tidak lain hanyalah ini bisa dikatakan mempunyai makna yang cukup unik. Dikatakan unik karena sebenarnya adverbia ini merupakan adverbia penanda sangkalan, namun arti yang dimunculkannya justru menunjukkan makna ‘kesamaan’. Adverbia tidak lain hanyalah dalam klausa Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu belaka dalam surat Alakhqaf (46):17 di atas menyatakan adanya perilaku menyamakan antara apa yang ada dalam subjek (Ini) dengan kategori yang berada setelah adverbia, yaitu frasa nominal dongeng orang-orang yang dahulu. h. Makna adverbia tiada 108) Almujadalah (58):9 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ﺎﺟ ْﻮ َن ِ ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َو ِان ُ ﱠﺠ َﻮى ﰒُﱠ ﻳَـ ُﻌ ْ ﻳﻦ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋ ِﻦ اﻟﻨ َ َﻮدو َن ﻟ َﻤﺎ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋْﻨﻪُ َوﻳَـﺘَـﻨ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ إ َﱃ اﻟﺬ ِ ﺼﻴ ِ ِ ﺖ اﻟﱠﺮﺳ ﻚ ﺑِِﻪ ا ﱠُ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻟَْﻮَﻻ ﻳـُ َﻌ ِّﺬﺑـُﻨَﺎ َ ﻮل َوإِذَا َﺟ ُﺎؤ َ ِّوك َﺣﻴﱠـ ْﻮ َك ِﲟَﺎ َﱂْ ُﳛَﻴ َ َوَﻣ ْﻌ ُ 152
ِﱠ ِ ِ ِ ﺎﺟْﻴـﺘُ ْﻢ ﻓََﻼ ُ ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﻧَـ ُﻘ ْ َﻮل َﺣ ْﺴﺒُـ ُﻬ ْﻢ َﺟ َﻬﻨ ُﱠﻢ ﻳ َ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إ َذا ﺗَـﻨ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ.ﺲ اﻟْ َﻤﺼﲑ َ ﺼﻠَ ْﻮﻧَـ َﻬﺎ ﻓَﺒْﺌ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﺟ ْﻮا ِ ﻟِْ ِّﱪ َواﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮا ا ﱠَ اﻟﱠ ِﺬي إِﻟَْﻴ ِﻪ َ َﺎﺟ ْﻮا ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َوان َوَﻣ ْﻌﺼﻴَﺖ اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل َوﺗَـﻨ َ َﺗَـﺘَـﻨ ِﱠ ِ ِ ِﺎرِﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎً إِﱠﻻ ِِ ْذ ِن ا ﱠ ِ َ ِﺲ ﺑ ْ إِﱠﳕَﺎ اﻟﻨ.ُْﲢ َﺸُﺮو َن ْ َ ْ ِّ ﻀ َ ﱠﺠ َﻮى ﻣ َﻦ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎن ﻟﻴَ ْﺤُﺰ َن اﻟﺬ َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َوﻟَْﻴ .َو َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن Terjemahan: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orangorang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal” Adverbia tiada dalam klausa Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia merupakan
adverbia
‘menyatakan
ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’. Adverbia tiada dalam klausa Apakah tiada kamu perhatikan orangorang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia yang terdapat
dalam surat Almujadalah (58):9 tersebut merupakan 153
adverbia yang menyangkal verba pasif perhatikan yang menduduki fungsi predikat. Dengan demikian, verba pasif perhatikan itu menjadi suatu perbuatan yang tidak dilakukan oleh subjek (kamu). 109) Almujadalah (58):9 Adverbia tiada dalam frasa verbal tiada memberi merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’. Adverbia tiada dalam klausa sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka yang terdapat dalam surat Almujadalah (58):9 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba aktif memberi yang terletak samping kanan adverbia. Dengan demikian, verba memberi yang menduduki fungsi predikat itu menjadi suatu pekerjaan yang disangkal atau diingkari atau tidak dilakukan oleh frasa nomina pembicaraan itu. Adapun penyangkalan atau pengingkaran itu ditujukan untuk sesuatu yang disebutkan pada objek (mudarat). 110) Assaff (61):2-3 Teks Ayat:
ِ ِﱠ .ﻨﺪ ا ﱠِ أَن ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮا َﻣﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن َ َﻛﺒُـَﺮ َﻣ ْﻘﺘﺎً ِﻋ.ﻳﻦ آَ َﻣﻨُﻮا ﱂَ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َﻣﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat”. “Amat besar kebencian di sisi Allah SWT bahwa kamu mengatakan apaapa yang tiada kamu kerjakan”.
154
Adverbia tiada dalam klausa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia tiada dalam klausa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan yang terdapat dalam surat Assaff (61):2-3 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba pasif kerjakan.
Dengan demikian, verba pasif kerjakan
tersebut menjadi suatu perbuatan yang tidak dilakukan oleh pronomina kamu. 111) Alanbiya’ (21):45 Teks Ayat:
ِ ﻗُﻞ إِﱠﳕَﺎ أ .ﱡﻋﺎء إِ َذا َﻣﺎ ﻳُﻨ َﺬ ُرو َن ُﻧﺬ ُرُﻛﻢ ِ ﻟْ َﻮ ْﺣ ِﻲ َوَﻻ ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ اﻟ ﱡ َ ﺼ ﱡﻢ اﻟﺪ ْ Terjemahan: Katakanlah (hai Muhammad) “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepadamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orangorang yang tuli mendengar seruan apabila mereka diberi peringatan.”
Adverbia tiada dalam klausa dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia tiada dalam klausa dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar yang terdapat
dalam surat
Alanbiya’ (21):45 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal 155
verba aktif mendengar. Dengan demikian, verba aktif mendengar yang terdapat dalam klausa tersebut menjadi perbuatan yang diingkari atau tidak dilakukan oleh frasa nomina orang-orang yang tuli. 112) Saba’(34):23 Teks Ayat:
ِ ِ َ وَﻻ ﺗَﻨ َﻔﻊ اﻟ ﱠﺸ َﻔﺎﻋﺔُ ِﻋ ﺎل َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا َ َع َﻋﻦ ﻗُـﻠُﻮِِ ْﻢ ﻗَﺎﻟُﻮا َﻣﺎذَا ﻗ َ ﻨﺪﻩُ إِﱠﻻ ﻟ َﻤ ْﻦ أَذ َن ﻟَﻪُ َﺣ ﱠﱴ إِذَا ﻓُـِّﺰ َ ُ َ ِ .اﳊَ ﱠﻖ َوُﻫ َﻮ اﻟْ َﻌﻠ ﱡﻲ اﻟْ َﻜﺒِ ُﲑ ْ Terjemahan: Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab, “(Perkataan) yang benar”, dan dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”.
Adverbia tiada dalam frasa verbal tiadalah berguna merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Secara leksikal, adverbia tiada berarti ‘tidak ada’. Adverbia tiada dalam klausa Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah melainkan bagi orang-orang yang telah diizinkan-Nya yang terdapat dalam surat Saba’ (34):23 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal verba berguna yang terletak di samping kanan adverbia. Ini berarti bahwa verba berguna yang menduduki fungsi predikat itu menjadi suatu keadaan yang disangkal atau diingkari. Pelekatan partikel –lah pada adverbia tiada tersebut berfungsi untuk memberikan penegasan.
156
i. Makna adverbia tanpa 113) Alan’aam (6):108 Teks Ayat:
ِ ِ ِ وﻻَ ﺗَﺴﺒﱡﻮاْ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ ﻳ ْﺪﻋﻮ َن ِﻣﻦ د ٍﻚ زﻳـﱠﻨﱠﺎ ﻟِ ُﻜ ِﻞ أُﱠﻣﺔ ِ َ َ ون ا ّ ﻓَـﻴَ ُﺴﺒﱡﻮاْ ا َّ َﻋ ْﺪواً ﺑِﻐَ ِْﲑ ﻋْﻠ ٍﻢ َﻛ َﺬﻟ ُ ُ َ َ ّ ُ َ ِ .َﻋ َﻤﻠَ ُﻬ ْﻢ ﰒُﱠ إِ َﱃ َرِِّﻢ ﱠﻣْﺮﺟ ُﻌ ُﻬ ْﻢ ﻓَـﻴُـﻨَـﺒِّﺌُـ ُﻬﻢ ِﲟَﺎ َﻛﺎﻧُﻮاْ ﻳَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن Terjemahan: "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, maka (akibatnya) mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami perindah bagi setiap umat amat mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang mereka kerjakan." Adverbia tanpa dalam frasa nominal tanpa pengetahuan merupakan ‘menyatakan
adverbia ingkar
penanda atau
sangkalan
menyangkal
akan
yang
bermakna
kategori
yang
didampinginya’. Adverbia tanpa, sesungguhnya bermakna ‘tidak dengan’. Adverbia tanpa dalam klausa maka (akibatnya) mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan yang terdapat dalam surat Alan’aam (6):108 tersebut merupakan adverbia yang menyangkal nomina pengetahuan. Ini berarti bahwa nomina pengetahuan yang menduduki fungsi keterangan itu adalah menjadi hal yang disangkal atau diingkari. Jadi maksudnya adalah mereka yang terdapat dalam klausa di atas akan memaki Allah dengan melampaui batas dan tidak dengan pengetahuan.
157
114) Alhujurat (49):6 Teks Ayat:
ٍ ِ ِﱠ ٍ ِ ِ ﺼﺒِ ُﺤﻮا َﻋﻠَﻰ َﻣﺎ ْ ُﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إِن َﺟﺎء ُﻛ ْﻢ ﻓَﺎﺳ ٌﻖ ﺑِﻨَـﺒَﺄ ﻓَـﺘَـﺒَـﻴﱠـﻨُﻮا أَن ﺗُﺼﻴﺒُﻮا ﻗَـ ْﻮﻣﺎً ﲜَ َﻬﺎﻟَﺔ ﻓَـﺘ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ِِ .ﲔ َ ﻓَـ َﻌْﻠﺘُ ْﻢ َ دﻣ Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” Adverbia tanpa dalam frasa verbal tanpa mengetahui merupakan adverbia bentuk dasar sebagai penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia tanpa, sesungguhnya bermakna ‘tidak dengan’. Adverbia tanpa dalam klausa agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang terdapat
dalam surat Alhujurat (49):6 merupakan adverbia
yang menyangkal verba mengetahui yang terletak di samping kanannya. Ini berarti bahwa verba mengetahui menjadi suatu perbuatan yang disangkal atau diingkari. Jadi maksudnya adalah kamu (orang-orang beriman) yang terdapat dalam klausa di atas diperintah agar tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tidak dengan mengetahui keadaannya.
158
j. Makna adverbia bukan 115) Almaidah (5):41 Teks Ayat:
ِِ ﱠ ِ ﻮل ﻻَ َﳛﺰ ﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻗَﺎﻟُﻮاْ َآﻣﻨﱠﺎ َِﻓْـ َﻮ ِاﻫ ِﻬ ْﻢ َوَﱂْ ﺗُـ ْﺆِﻣﻦ َ ُ ْ ُ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺮ ُﺳ َ ﻳﻦ ﻳُ َﺴﺎر ُﻋﻮ َن ﰲ اﻟْ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ﻣ َﻦ اﻟﺬ َ ﻧﻚ اﻟﺬ ٍ ِ ِ ﻗُـﻠُﻮﺑـﻬﻢ وِﻣﻦ اﻟﱠ ِﺬ ِ ﺎﻋﻮ َن ﻟِْﻠ َﻜ ِﺬ ﻮك ُﳛَِّﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِ َﻢ ِﻣﻦ َ ُﻳﻦ َﱂْ َْﺗ ُ ﻳﻦ ﻫ ُ ب َﲰﱠ ُ ﺎدواْ َﲰﱠ َ ﺎﻋﻮ َن ﻟ َﻘ ْﻮم َ آﺧ ِﺮ َ َ َ ْ ُُ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ﺎﺣ َﺬ ُرواْ َوَﻣﻦ ﻳُِﺮد ا ُّ ﻓْﺘـﻨَـﺘَﻪُ ﻓَـﻠَﻦ ْ َﺑَـ ْﻌﺪ َﻣ َﻮاﺿﻌﻪ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن إِ ْن أُوﺗﻴﺘُ ْﻢ َﻫـ َﺬا ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوإِن ﱠﱂْ ﺗُـ ْﺆﺗَـ ْﻮﻩُ ﻓ ِ ﲤَْﻠِﻚ ﻟَﻪ ِﻣﻦ ا ِ ﺷﻴﺌﺎً أُوﻟَـﺌِ ﱠ ِ ِ ِ ي َوَﳍُْﻢ ِﰲ َ ْ َْ ّ َ ُ َ ٌ ﻳﻦ َﱂْ ﻳُِﺮد ا ُّ أَن ﻳُﻄَ ّﻬَﺮ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ َﳍُْﻢ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﺧ ْﺰ َ ﻚ اﻟﺬ ِ .اب َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ٌ اﻵﺧَﺮِة َﻋ َﺬ Terjemahan: “Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orangorang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekalikali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” Adverbia bukan dalam frasa bukan ini merupakan adverbia penanda sangkalan yang bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’. Adverbia bukan, sesungguhnya bermakna ‘berlainan dengan yang sebenarnya’. Adverbia bukan dalam klausa dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah yang terdapat
dalam surat Almaidah (5):41
tersebut merupakan adverbia yang menyangkal pronomina penunjuk 159
ini yang terletak di samping kanan adverbia. Pronomina penunjuk ini pada klausa tersebut adalah pronomina yang merujuk pada perkataan-perkataan (Taurat) yang sudah diubah-ubah oleh orangorang Yahudi. 116) Almujadalah (58):9 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ﺎﺟ ْﻮ َن ِ ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َو ِان ُ ﱠﺠ َﻮى ﰒُﱠ ﻳَـ ُﻌ ْ ﻳﻦ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋ ِﻦ اﻟﻨ َ َﻮدو َن ﻟ َﻤﺎ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋْﻨﻪُ َوﻳَـﺘَـﻨ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ إ َﱃ اﻟﺬ ِ ﺼﻴ ِ ِ ﺖ اﻟﱠﺮﺳ ﻚ ﺑِِﻪ ا ﱠُ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻟَْﻮَﻻ ﻳـُ َﻌ ِّﺬﺑـُﻨَﺎ َ ﻮل َوإِذَا َﺟ ُﺎؤ َ ِّوك َﺣﻴﱠـ ْﻮ َك ِﲟَﺎ َﱂْ ُﳛَﻴ َ َوَﻣ ْﻌ ُ ِﱠ ِ ِ ِ ﺎﺟْﻴـﺘُ ْﻢ ﻓََﻼ ُ ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﻧَـ ُﻘ ْ َﻮل َﺣ ْﺴﺒُـ ُﻬ ْﻢ َﺟ َﻬﻨ ُﱠﻢ ﻳ َ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إ َذا ﺗَـﻨ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ.ﺲ اﻟْ َﻤﺼﲑ َ ﺼﻠَ ْﻮﻧَـ َﻬﺎ ﻓَﺒْﺌ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﺟ ْﻮا ِ ﻟِْ ِّﱪ َواﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮا ا ﱠَ اﻟﱠ ِﺬي إِﻟَْﻴ ِﻪ َ َﺎﺟ ْﻮا ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َوان َوَﻣ ْﻌﺼﻴَﺖ اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل َوﺗَـﻨ َ َﺗَـﺘَـﻨ ِﺎرِﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎً إِﱠﻻ ِِ ْذ ِن ا ﱠ ِﱠ ِ ِ ِ َ ِﺲ ﺑ ْ َ ْ ِّ ﻀ ْ إِﱠﳕَﺎ اﻟﻨ.ُْﲢ َﺸُﺮو َن َ ﱠﺠ َﻮى ﻣ َﻦ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎن ﻟﻴَ ْﺤُﺰ َن اﻟﺬ َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َوﻟَْﻴ .َو َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن Terjemahan: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal”
Adverbia bukan dalam frasa preposisional bukan sebagai yang ditentukan merupakan adverbia penanda sangkalan yang 160
bermakna ‘menyatakan ingkar atau menyangkal akan kategori yang didampinginya’.
Secara
leksikal,
adverbia
bukan
bermakna
‘berlainan dengan yang sebenarnya’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia bukan dalam klausa dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu yang terdapat dalam surat
Almaidah
(5):41
tersebut
menerangkan
bahwa
frasa
preposisional sebagai yang ditentukan adalah menjadi sesuatu yang disangkal atau diingkari.
3. Makna Adverbia Penanda Jumlah a. Makna adverbia sedikit 117) Albaqarah (2):79 Teks Ayat:
ِ ﻓَـﻮﻳﻞ ﻟِّﻠﱠ ِﺬﻳﻦ ﻳ ْﻜﺘـﺒﻮ َن اﻟْ ِﻜﺘﺎب َِﻳ ِﺪﻳ ِﻬﻢ ﰒُﱠ ﻳـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ﻫـ َﺬا ِﻣﻦ ِﻋ ًﻨﺪ ا ِّ ﻟِﻴَ ْﺸﺘَـُﺮواْ ﺑِِﻪ َﲦَﻨﺎً ﻗَﻠِﻴﻼ ْ َ ُُ َ َ ٌ ْ َ َ ْ ْ َ َ ِ ِ ِ ِ .ﺖ أَﻳْﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َوَوﻳْ ٌﻞ ﱠﳍُْﻢ ّﳑﱠﺎ ﻳَﻜْﺴﺒُﻮ َن ْ َﻓَـ َﻮﻳْ ٌﻞ ﱠﳍُﻢ ّﳑﱠﺎ َﻛﺘَـﺒ Terjemahan: “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” Adverbia sedikit dalam frasa nominal keuntungan yang sedikit merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang kurang’. Secara leksikal, kata sedikit memiliki arti ‘tidak banyak; tidak seberapa’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia 161
sedikit
dalam
klausa
(dengan
maksud)
untuk
memperoleh
keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu adalah adverbia yang menerangkan jumlah terhadap nomina keuntungan yang terletak di sebelah kiri adverbia. Dalam hal ini jumlah yang diperuntukkan untuk nomina keuntungan adalah jumlah yang kurang atau tidak seberapa. 118) Almaidah (5):13 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ﺎﺳﻴﺔً ُﳛ ِﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِﻢ ﻋﻦ ﱠﻣﻮ ًاﺿﻌِ ِﻪ َوﻧَ ُﺴﻮاْ َﺣﻈّﺎ ُ ﻓَﺒِ َﻤﺎ ﻧَـ ْﻘﻀ ِﻬﻢ ّﻣﻴﺜَﺎﻗَـ ُﻬ ْﻢ ﻟَﻌﻨ َّ َ َﱠﺎﻫ ْﻢ َو َﺟ َﻌْﻠﻨَﺎ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻗ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ْ ﻒ َﻋْﻨـ ُﻬﻢ و ْ َّﳑﱠﺎ ذُ ّﻛُِﺮواْ ﺑِِﻪ َوﻻَ ﺗَـَﺰ ُال ﺗَﻄﱠﻠ ُﻊ َﻋﻠَ َﻰ َﺧﺂﺋِﻨَ ٍﺔ ِّﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ إِﻻﱠ ﻗَﻠﻴﻼً ِّﻣْﻨـ ُﻬ ُﻢ ﻓ َّ اﺻ َﻔ ْﺢ إ ﱠن ا َ ْ ُ ﺎﻋ ِِ .ﲔ ُِﳛ ﱡ َ ﺐ اﻟْ ُﻤ ْﺤﺴﻨ Terjemahan: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan. Adverbia sedikit dalam frasa sedikit di antara mereka merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang kurang’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sedikit dalam klausa kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat) adalah adverbia yang menerangkan jumlah terhadap frasa preposisional di antara mereka yang terletak di sebelah kanan adverbia. Jumlah yang 162
diterangkan oleh adverbia sedikit yang diperuntukkan untuk frasa nominal di antara mereka itu menunjukkan jumlah yang kurang atau tidak seberapa. 119) Annur (24):15-18 Teks Ayat:
ِإِ ْذ ﺗَـﻠَﻘﱠﻮﻧَﻪ َِﻟْ ِﺴﻨﺘِ ُﻜﻢ وﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َِﻓْـﻮ ِاﻫ ُﻜﻢ ﱠﻣﺎ ﻟَﻴﺲ ﻟَ ُﻜﻢ ﺑِِﻪ ِﻋْﻠﻢ وَﲢﺴﺒﻮﻧَﻪ ﻫﻴِﻨﺎً وﻫﻮ ِﻋﻨﺪ ا ﱠ َ َ ُ َ َّ ُ َُ ْ َ ٌ َ ْ َ ُْ َ َ ْ ِ ِ .ﻚ َﻫ َﺬا ﺑـُ ْﻬﺘَﺎ ٌن َﻋﻈ ٌﻴﻢ َ َ َوﻟَْﻮَﻻ إِ ْذ َِﲰ ْﻌﺘُ ُﻤﻮﻩُ ﻗُـْﻠﺘُﻢ ﱠﻣﺎ ﻳَ ُﻜﻮ ُن ﻟَﻨَﺎ أَن ﻧـﱠﺘَ َﻜﻠﱠ َﻢ َ َﺬا ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧ.َﻋ ِﻈ ٌﻴﻢ ِ وﻳـﺒـِﲔ ا ﱠ ﻟَ ُﻜﻢ ْاﻵ. ﻳﻌِﻈُ ُﻜﻢ ا ﱠ أَن ﺗَـﻌﻮدوا ﻟِ ِﻤﺜْﻠِ ِﻪ أَﺑﺪاً إِن ُﻛﻨﺘُﻢ .ت َوا ﱠُ َﻋﻠِ ٌﻴﻢ َﺣ ِﻜ ٌﻴﻢ ُُ ُ ُ َ َ ُ ُ ُ ّ َُ َ َ Terjemahan: “Ketika kamu menerimanya dari lidah ke lidah dan kamu katakan dengan mulut-mulut kamu, apa yang tidak ada bagi kamu tentangnya sedikit pengetahuan, dan kamu menganggapnya suatu yang remeh, padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Dan Mengapa kamui saat mendengarnya tidak berkata: “Sekali-kali tidak pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau, ini adalah dusta yang besar”. Allah memperingatkan kamu karena tidak suka kamu kembali memperbuat serupa denganya selamalamanya; jika kamu orang-orang mukmin dan Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Adverbia sedikit dalam frasa nominal sedikit pengetahuan merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang kurang’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sedikit dalam klausa dan kamu katakan dengan mulut-mulut kamu, apa yang tidak ada bagi kamu
tentangnya sedikit pengetahuan, adalah adverbia yang
menerangkan jumlah terhadap nomina pengetahuan yang terletak di samping kanan adverbia. Jumlah yang diterangkan oleh adverbia 163
sedikit yang diperuntukkan untuk nomina pengetahuan itu menunjukkan jumlah yang kurang atau tidak seberapa. 120) Almujadalah (58):9 Teks Ayat:
ِ ِِ ﱠ ﺎﺟ ْﻮ َن ِ ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َو ِان ُ ﱠﺠ َﻮى ﰒُﱠ ﻳَـ ُﻌ ْ ﻳﻦ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋ ِﻦ اﻟﻨ َ َﻮدو َن ﻟ َﻤﺎ ﻧـُ ُﻬﻮا َﻋْﻨﻪُ َوﻳَـﺘَـﻨ َ أََﱂْ ﺗَـَﺮ إ َﱃ اﻟﺬ ِ ﺼﻴ ِ ِ ﺖ اﻟﱠﺮﺳ ﻚ ﺑِِﻪ ا ﱠُ َوﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ِﰲ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ ﻟَْﻮَﻻ ﻳـُ َﻌ ِّﺬﺑـُﻨَﺎ َ ﻮل َوإِ َذا َﺟ ُﺎؤ َ ِّوك َﺣﻴﱠـ ْﻮ َك ِﲟَﺎ َﱂْ ُﳛَﻴ َ َوَﻣ ْﻌ ُ ِﱠ ِ ِ ِ ﺎﺟْﻴـﺘُ ْﻢ ﻓََﻼ ُ ا ﱠُ ِﲟَﺎ ﻧَـ ُﻘ ْ َﻮل َﺣ ْﺴﺒُـ ُﻬ ْﻢ َﺟ َﻬﻨ ُﱠﻢ ﻳ َ َﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا إ َذا ﺗَـﻨ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ.ﺲ اﻟْ َﻤﺼﲑ َ ﺼﻠَ ْﻮﻧَـ َﻬﺎ ﻓَﺒْﺌ ِ ِ ِ ِ ِ ﺎﺟ ْﻮا ِ ﻟِْ ِّﱪ َواﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َواﺗﱠـ ُﻘﻮا ا ﱠَ اﻟﱠ ِﺬي إِﻟَْﻴ ِﻪ َ َﺎﺟ ْﻮا ِْﻹ ِْﰒ َواﻟْ ُﻌ ْﺪ َوان َوَﻣ ْﻌﺼﻴَﺖ اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل َوﺗَـﻨ َ َﺗَـﺘَـﻨ ِﺎرِﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎً إِﱠﻻ ِِ ْذ ِن ا ﱠ ِﱠ ِ ِ ِ َ ِﺲ ﺑ ْ إِﱠﳕَﺎ اﻟﻨ.ُْﲢ َﺸُﺮو َن ْ َ ْ ِّ ﻀ َ ﱠﺠ َﻮى ﻣ َﻦ اﻟﺸْﱠﻴﻄَﺎن ﻟﻴَ ْﺤُﺰ َن اﻟﺬ َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َوﻟَْﻴ .َو َﻋﻠَﻰ ا ﱠِ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ اﻟْ ُﻤ ْﺆِﻣﻨُﻮ َن Terjemahan: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah SWT untukmu. Dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri “Mengapa Allah SWT tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah SWT yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan”. “Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu dari setan, supaya orangorang yang beriman itu berduka cita, sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan ijin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal” Adverbia sedikit dalam frasa nominal mudarat sedikit pun merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan 164
jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang kurang’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sedikit dalam klausa sedangkan pembicaraan itu tiada memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, adalah adverbia yang menerangkan jumlah terhadap nomina mudarat yang terletak di samping kiri adverbia. Jumlah yang diterangkan oleh adverbia sedikit yang diperuntukkan untuk nomina mudarat itu menunjukkan jumlah yang kurang atau tidak seberapa. Penambahan partikel –pun setelah adverbia sedikit dimaksudkan untuk mengeraskan arti terhadap adverbia sedikit tersebut. b. Makna adverbia sekalian 121) Alanbiya’ (21):45 Teks Ayat:
ِ ﻗُﻞ إِﱠﳕَﺎ أ .ﱡﻋﺎء إِ َذا َﻣﺎ ﻳُﻨ َﺬ ُرو َن ُﻧﺬ ُرُﻛﻢ ِ ﻟْ َﻮ ْﺣ ِﻲ َوَﻻ ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ اﻟ ﱡ َ ﺼ ﱡﻢ اﻟﺪ ْ Terjemahan: Katakanlah (hai Muhammad) “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepadamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orangorang yang tuli mendengar seruan apabila mereka diberi peringat.” Adverbia
sekalian
dalam
frasa
kepadamu
sekalian
merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’. Secara leksikal, sekalian memiliki arti ‘semuanya (tidak ada kecualinya)’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sekalian dalam klausa Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepadamu sekalian dengan wahyu menerangkan bahwa pronomina persona (-mu) dalam kepadamu yang terletak di sebelah kiri adverbia sekalian tersebut, yang mengacu ke nomina (orang165
orang yang diberi peringatan oleh Nabi Muhammad) merupakan sesuatu yang jumlahnya mengacu ke semuanya tanpa ada pengecualian. 122) Alahzab (33):32 Teks Ayat:
ِ ِ ﻀ ْﻌ َﻦ ِ ﻟْ َﻘ ْﻮِل ﻓَـﻴَﻄْ َﻤ َﻊ اﻟﱠ ِﺬي ِﰲ ﻗَـْﻠﺒِ ِﻪ ﱠﱯ ﻟَ ْﺴ ُ ﱠ َﺣ ٍﺪ ِّﻣ َﻦ اﻟﻨِّ َﺴﺎء إِ ِن اﺗﱠـ َﻘْﻴـ ُ ﱠ َ ْﱳ ﻓَ َﻼ َﲣ َ ﱳ َﻛﺄ ِّ َ ﻧ َﺴﺎء اﻟﻨ .ًض َوﻗُـْﻠ َﻦ ﻗَـ ْﻮﻻً ﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓﺎ ٌ َﻣَﺮ Terjemahan: “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk ketika berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. Adverbia sekalian dalam frasa nomina kamu sekalian merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’. Secara leksikal, sekalian memiliki arti ‘semuanya (tidak ada kecualinya)’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sekalian dalam klausa kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain menerangkan bahwa pronomina kamu yang terletak di sebelah kiri adverbia sekalian merupakan sesuatu yang jumlahnya mengacu ke semuanya tanpa ada pengecualian. c. Makna adverbia sebagian 123) Annisaa’ (4):8 Teks Ayat:
ِ ِ .ًﻮﻫﻢ ِّﻣْﻨﻪُ َوﻗُﻮﻟُﻮاْ َﳍُْﻢ ﻗَـ ْﻮﻻً ﱠﻣ ْﻌُﺮوﻓﺎ َ َوإِذَا َﺣ ُ ﻀَﺮ اﻟْﻘ ْﺴ َﻤﺔَ أ ُْوﻟُﻮاْ اﻟْ ُﻘْﺮَﰉ َواﻟْﻴَـﺘَ َﺎﻣﻰ َواﻟْ َﻤ َﺴﺎﻛ ُ ُﲔ ﻓَ ْﺎرُزﻗ
166
Terjemahan: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim, dan orang miskin, maka berilah mereka sebagian dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”. Adverbia sebagian dalam frasa preposisional sebagian dari harta itu merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa maka berilah mereka sebagian dari harta itu menerangkan bahwa frasa preposisional dari harta itu yang terletak di samping kanan adverbia adalah sesuatu yang jumlahnya disebutkan, yaitu cuma satu bagian darinya saja. 124) Annisaa’ (4):150 Teks Ayat:
ِ ِ ِِ ﱠ ٍ ﲔ ا ِّ َوُر ُﺳﻠِ ِﻪ َوﻳ ُﻘﻮﻟُﻮ َن ﻧـُ ْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِﺒَـ ْﻌ ﺾ ُ ﻳﻦ ﻳَ ْﻜ ُﻔُﺮو َن ِ ّ َوُر ُﺳﻠ ِﻪ َوﻳُِﺮ َ ْ ﻳﺪو َن أَن ﻳـُ َﻔِّﺮﻗُﻮاْ ﺑَـ َ إ ﱠن اﻟﺬ ِ ﱠﺨ ُﺬواْ ﺑـ ِ ﻳﺪو َن أَن ﻳـﺘ ٍ َوﻧَ ْﻜ ُﻔُﺮ ﺑِﺒَـ ْﻌ .ًﻚ َﺳﺒِﻴﻼ ُ ﺾ َوﻳُِﺮ َ ﲔ ذَﻟ َ َْ َ Terjemahan: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasulrasul-Nya dan bermaksud membedakan antara (keimanan) kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dengan mengatakan “Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)” serta bermaksud (dengan perkataaan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir).” Adverbia sebagian dalam klausa Kami beriman kepada yang sebagian pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Adverbia sebagian dalam klausa tersebut bukanlah adverbia yang menerangkan kategori yang 167
berada di sampingnya, tetapi menerangkan kategori yang terdapat dalam klausa sebelumnya yang terdapat dalam surat Annisaa’ (4):150 di atas. Kategori yang dimaksudkan itu adalah Allah dan rasul-rasul-Nya. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain) adalah adverbia yang menerangkan jumlah yang cuma satu bagian saja dari kategori Allah dan rasul-rasul-Nya. 125) Annisaa’ (4):150 Adverbia sebagian dalam frasa sebagian (yang lain) pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain) adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ terhadap frasa yang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh frasa yang lain yang diterangkan oleh adverbia sebagian ini tentulah harus dikaitkan dengan apa yang telah diterangkan pada pembahasan adverbia sebagian pada pembahasan sebelumnya, yaitu pada pembahasan nomor 124.
168
126) Almaidah (5):13 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ﺎﺳﻴﺔً ُﳛ ِﺮﻓُﻮ َن اﻟْ َﻜﻠِﻢ ﻋﻦ ﱠﻣﻮ ًاﺿﻌِ ِﻪ َوﻧَ ُﺴﻮاْ َﺣﻈّﺎ ُ ﻓَﺒِ َﻤﺎ ﻧَـ ْﻘﻀ ِﻬﻢ ّﻣﻴﺜَﺎﻗَـ ُﻬ ْﻢ ﻟَﻌﻨ َّ َ َﱠﺎﻫ ْﻢ َو َﺟ َﻌْﻠﻨَﺎ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻗ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ْ ﻒ َﻋْﻨـ ُﻬﻢ و ْ َّﳑﱠﺎ ذُ ّﻛُِﺮواْ ﺑِِﻪ َوﻻَ ﺗَـَﺰ ُال ﺗَﻄﱠﻠ ُﻊ َﻋﻠَ َﻰ َﺧﺂﺋِﻨَ ٍﺔ ِّﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ إِﻻﱠ ﻗَﻠﻴﻼً ِّﻣْﻨـ ُﻬ ُﻢ ﻓ َّ اﺻ َﻔ ْﺢ إ ﱠن ا َ ْ ُ ﺎﻋ ِِ .ﲔ ُِﳛ ﱡ َ ﺐ اﻟْ ُﻤ ْﺤﺴﻨ Terjemahan: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka, kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan. Adverbia sebagian dalam frasa sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka diperingatkan dengannya adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa dari apa yang mereka diperingatkan dengannya yang terletak samping kanan adverbia.
169
127) Alan’aam (6):112 Teks Ayat:
ِ ِ ِْ ﻧﺲ و ِ ﻚ ﺟﻌْﻠﻨَﺎ ﻟِ ُﻜ ِﻞ ﻧِِ ٍﱯ ﻋ ُﺪواً َﺷﻴ ِ َ ﺎﻃ ٍ ﻀ ُﻬ ْﻢ إِ َﱃ ﺑَـ ْﻌ ف َ ﺾ ُز ْﺧُﺮ ُ اﳉ ِّﻦ ﻳُﻮﺣﻲ ﺑَـ ْﻌ َ َ َ َوَﻛ َﺬﻟ َ ّ َ ّ ّ َ ِ ﲔ اﻹ .ﻚ َﻣﺎ ﻓَـ َﻌﻠُﻮﻩُ ﻓَ َﺬ ْرُﻫ ْﻢ َوَﻣﺎ ﻳَـ ْﻔﺘَـُﺮو َن َ اﻟْ َﻘ ْﻮِل ﻏُُﺮوراً َوﻟَْﻮ َﺷﺎء َرﺑﱡ Terjemahan: "Dan demikian itulah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu syaitan-syaitan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan." Adverbia sebagian dalam frasa sebagian mereka pada ayat di atas
merupakan
adverbia
penanda
jumlah
yang
bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu adalah
adverbia
yang
menerangkan
tentang
jumlah
yang
menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa mereka yang terletak samping kanan adverbia. 128) Alan’aam (6):112 Adverbia sebagian dalam frasa sebagian yang lain pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu 170
adalah
adverbia
yang
menerangkan
tentang
jumlah
yang
menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa yang lain yang terletak samping kanan adverbia. 129) Annur (24):63 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ِ ﻳﻦ ﻳَـﺘَ َﺴﻠﱠﻠُﻮ َن ِﻣﻨ ُﻜ ْﻢ َ َﻻ َْﲡ َﻌﻠُﻮا ُد َﻋﺎء اﻟﱠﺮ ُﺳﻮل ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ ْﻢ َﻛ ُﺪ َﻋﺎء ﺑَـ ْﻌﻀ ُﻜﻢ ﺑَـ ْﻌﻀﺎً ﻗَ ْﺪ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ ا ﱠُ اﻟﺬ ِ ِ ِ ِِ ﱠ ِ ِ .اب أَﻟِ ٌﻴﻢ ٌ ﻳﻦ ُﳜَﺎﻟ ُﻔﻮ َن َﻋ ْﻦ أ َْﻣ ِﺮﻩِ أَن ﺗُﺼﻴﺒَـ ُﻬ ْﻢ ﻓْﺘـﻨَﺔٌ أ َْو ﻳُﺼﻴﺒَـ ُﻬ ْﻢ َﻋ َﺬ َ ﻟ َﻮاذاً ﻓَـْﻠﻴَ ْﺤ َﺬر اﻟﺬ Terjemahan: “Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul di antara kamu
seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung, maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut ditimpa cobaan atau ditimpa yang pedih”. Adverbia sebagian dalam frasa sebagian kamu pada ayat di atas
merupakan
adverbia
penanda
jumlah
yang
bermakna
‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain) adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari pronomina kamu yang terletak samping kanan adverbia. 130) Annur (24):63 Adverbia sebagian dalam frasa sebagian (yang lain) pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian 171
memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa Janganlah kamu menjadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain) adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ saja dari frasa yang lain yang terletak samping kanan adverbia. Sebagian yang lain di sini menunjukkan satu bagian yang lain selain sebagian kamu yang telah disebutkan pada pembahasan nomor 129. 131) Saba’ (34):31 Teks Ayat:
ِ وﻗَ َ ﱠ ِ ِ ِ ِ ﲔ ﻳَ َﺪﻳْ ِﻪ َوﻟَ ْﻮ ﺗَـَﺮى إِ ِذ اﻟﻈﱠﺎﻟِ ُﻤﻮ َن َ ْ ﻳﻦ َﻛ َﻔُﺮوا ﻟَﻦ ﻧـ ْﱡﺆﻣ َﻦ َ َﺬا اﻟْ ُﻘْﺮآن َوَﻻ ِ ﻟﱠﺬي ﺑَـ َ ﺎل اﻟﺬ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ﱠ ﱠ ٍ اﺳﺘَ ْﻜﺒَـُﺮوا ُ ﻀ ُﻬ ْﻢ إ َﱃ ﺑَـ ْﻌﺾ اﻟْ َﻘ ْﻮَل ﻳَـ ُﻘ ْ ُاﺳﺘ َ َﻣ ْﻮﻗُﻮﻓُﻮ َن ﻋ ُ ﻨﺪ َرّ ْﻢ ﻳَـْﺮﺟ ُﻊ ﺑَـ ْﻌ ْ ﻳﻦ ْ ﻳﻦ َ ﻀﻌ ُﻔﻮا ﻟﻠﺬ َ ﻮل اﻟﺬ ِِ .ﲔ َ ﻟَْﻮَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ ﻟَ ُﻜﻨﱠﺎ ُﻣ ْﺆﻣﻨ Terjemahan: “Dan orang-orang kafir berkata: “Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Quran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya”. Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat orangorang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”. Adverbia sebagian dalam frasa sebagian dari mereka pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain adalah adverbia yang 172
menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa dari mereka yang terletak samping kanan adverbia. 132) Saba’ (34):31 Adverbia sebagian dalam frasa sebagian yang lain pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa yang lain yang terletak samping kanan adverbia. Sebagian yang lain di sini menunjukkan satu bagian selain satu bagian dari mereka yang telah disebutkan pada pembahasan nomor 131. 133) Azzukhruf (43):63 Teks Ayat:
ِﺎل ﻗَ ْﺪ ِﺟْﺌـﺘُ ُﻜﻢ ِ ْﳊِﻜْﻤ ِﺔ وِﻷُﺑـِﲔ ﻟَ ُﻜﻢ ﺑـﻌﺾ اﻟﱠ ِﺬي َﲣْﺘَﻠِ ُﻔﻮ َن ﻓِﻴﻪ ِ َوﻟَ ﱠﻤﺎ ﺟﺎء ِﻋﻴﺴﻰ ِ ﻟْﺒـﻴِﻨ َ َﺎت ﻗ ََّ َ َ َ َْ َّ َ َ َ ِ ِ .ﻓَﺎﺗﱠـ ُﻘﻮا ا ﱠَ َوأَﻃ ُﻴﻌﻮن Terjemahan: “Dan tatkala Isa datang membawa keterangan, dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmah dan menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku”. Adverbia sebagian dalam frasa sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, pada ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara 173
leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebagian dalam klausa dan menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya adalah adverbia yang menerangkan tentang jumlah yang menunjukkan ‘satu bagian’ dari frasa dari apa yang kamu berselisih tentangnya yang terletak samping kanan adverbia. d. Makna adverbia sebahagian 134) Albaqarah (2):83 Teks Ayat:
ِ ِ َ َوإِ ْذ أَﺧ ْﺬ َ ِﻣﻴﺜ ﻴﻞ ﻻَ ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪو َن إِﻻﱠ ا َّ َوِ ﻟْ َﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ إِ ْﺣ َﺴﺎ ً َوِذي اﻟْ ُﻘ ْﺮَﰉ َواﻟْﻴَـﺘَ َﺎﻣﻰ َ َ َ ﺎق ﺑَِﲏ إ ْﺳَﺮاﺋ ِ ِ ِواﻟْﻤﺴﺎﻛ ِ ﲔ َوﻗُﻮﻟُﻮاْ ﻟِﻠﻨ ﺼﻼَةَ َوآﺗُﻮاْ اﻟﱠﺰَﻛﺎةَ ﰒُﱠ ﺗَـ َﻮﻟﱠْﻴـﺘُ ْﻢ إِﻻﱠ ﻗَﻠِﻴﻼً ِّﻣﻨ ُﻜ ْﻢ َوأَﻧﺘُﻢ ﻴﻤﻮاْ اﻟ ﱠ ُ ﱠﺎس ُﺣ ْﺴﻨﺎً َوأَﻗ ََ َ ِ .ﺿﻮ َن ُ ّﻣ ْﻌ ِﺮ Terjemahan: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” Adverbia sebahagian dalam data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebahagian memiliki arti ‘satu bagian’. Adverbia sebahagian dalam data tersebut langsung diikuti adjektiva kecil sehingga memunculkan makna ‘satu bagian yang kecil atau 174
sedikit’. Adverbia sebahagian ini sebenarnya tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Adverbia sebahagian ini merupakan variasi dari adverbia sebagian. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebahagian kecil dalam klausa kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu yang terdapat
dalam surat
Albaqarah (2):83 tersebut adalah adverbia yang menerangkan pronomina kamu. Dengan demikian, adverbia sebahagian kecil tersebut menerangkan bahwa pronomina kamu yang terdapat dalam frasa daripada kamu yang terletak di samping kanan adverbia merupakan sesuatu yang diterangkan jumlahnya, yaitu satu bagian kecilnya saja. 135) Alhujurat (49):2-3 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ِ َ َﺻ َﻮاﺗَ ُﻜ ْﻢ ﻓَـ ْﻮ َق ﱠﱯ َوَﻻ َْﲡ َﻬُﺮوا ﻟَﻪُ ِ ﻟْ َﻘ ْﻮِل َﻛ َﺠ ْﻬ ِﺮ ْ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗَـْﺮﻓَـ ُﻌﻮا أ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ِّ ﺻ ْﻮت اﻟﻨ ِِ ﱠ ِ ﺑـﻌ ٍ ﻀ ُﻜ ْﻢ ﻟِﺒَـ ْﻌ ﻨﺪ َ َﺻ َﻮاﺗَـ ُﻬ ْﻢ ِﻋ ْ ﻳﻦ ﻳَـﻐُﻀﱡﻮ َن أ َْ َ إ ﱠن اﻟﺬ.ﺾ أَن َْﲢﺒَ َﻂ أ َْﻋ َﻤﺎﻟُ ُﻜ ْﻢ َوأَﻧﺘُ ْﻢ َﻻ ﺗَ ْﺸ ُﻌُﺮو َن ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ر ُﺳﻮل ا ﱠ أ ُْوﻟَﺌ َ ﱠ .َﺟٌﺮ َﻋﻈ ٌﻴﻢ ْ ﻳﻦ ْاﻣﺘَ َﺤ َﻦ ا ﱠُ ﻗُـﻠُﻮﺑَـ ُﻬ ْﻢ ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َﳍُﻢ ﱠﻣ ْﻐﻔَﺮةٌ َوأ َ َ ﻚ اﻟﺬ Terjemahan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari”. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah SWT untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”. Adverbia sebahagian dalam frasa sebahagian kamu di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan 175
jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebahagian memiliki arti ‘satu bagian’. Adverbia sebahagian dalam klausa dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut adalah adverbia yang menerangkan pronomina kamu. Ini berarti bahwa pronomina kamu yang terletak di samping kanan adverbia ini merupakan sesuatu yang diterangkan jumlahnya, yaitu sejumlah satu bagiannya saja. 136) Alhujurat (49):23 Adverbia sebahagian dalam frasa sebahagian yang lain dalam data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’. Secara leksikal, sebahagian memiliki arti ‘satu bagian’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia sebahagian dalam klausa dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain yang terdapat dalam surat Alhujurat (49):2-3 tersebut menerangkan bahwa frasa yang lain yang terletak di samping kanan adverbia merupakan sesuatu yang diterangkan jumlahnya, yaitu sejumlah satu bagiannya saja.
176
e. Makna adverbia banyak 137) Aljasiyah (45):7-8 Teks Ayat:
ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ُ ﻳَ ْﺴ َﻤ ُﻊ آ َ ت ا ﱠ ﺗُـْﺘـﻠَﻰ َﻋﻠَْﻴﻪ ﰒُﱠ ﻳُﺼﱡﺮ ُﻣ ْﺴﺘَﻜِْﱪاً َﻛﺄَن ﱠﱂْ ﻳَ ْﺴ َﻤ ْﻌ َﻬﺎ ﻓَـﺒَ ّﺸ ْﺮﻩ.َوﻳْ ٌﻞ ﻟّ ُﻜ ِّﻞ أَﻓﱠﺎك أَﺛﻴ ٍﻢ ٍ ﺑِﻌ َﺬ .اب أَﻟِﻴ ٍﻢ َ Terjemahan: “Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa. Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya, maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih”. Adverbia banyak dalam frasa verbal banyak berdusta dalam data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang lebih’. Secara leksikal, banyak memiliki arti ‘besar jumlahnya’. Adverbia banyak dalam klausa Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa yang terdapat
dalam surat Aljasiyah (45):7-8 tersebut
adalah adverbia yang menerangkan verba berdusta. Dengan demikian, verba berdusta yang terletak di samping kanan adverbia itu merupakan sesuatu yang diterangkan jumlahnya. Dalam hal ini memiliki jumlah yang lebih atau bisa dikatakan bahwa verba berdusta itu merupakan perbuatan yang intensitasnya sering dilakukan.
177
138) Aljasiyah (45):7-8 Adverbia banyak dalam frasa verbal banyak berdosa dalam data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk sebagian’, lebih khususnya ‘menyatakan jumlah yang lebih’. Adverbia banyak dalam klausa Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa yang terdapat
dalam surat Aljasiyah (45):7-8 tersebut
merupakan adverbia yang menerangkan verba berdosa. Berdasarkan hal tersebut, verba berdosa yang terletak di samping kanan adverbia itu merupakan perbuatan yang memiliki jumlah yang besar atau lebih dalam melakukannya. f. Makna adverbia semua 139) Assyura (42):15 Teks Ayat:
ِ ﻓَﻠِ َﺬﻟِﻚ ﻓَﺎدع و ِ ٍ َﻨﺖ ِﲟَﺎ أَﻧﺰَل ا ﱠ ِﻣﻦ ﻛِﺘ ﺎب َ اﺳﺘَﻘ ْﻢ َﻛ َﻤﺎ أُﻣْﺮ ُ اءﻫ ْﻢ َوﻗُ ْﻞ َآﻣ ُ ت َوَﻻ ﺗَـﺘﱠﺒِ ْﻊ أ َْﻫ َﻮ ْ َ ُْ َ ُ َ ِ ِ وأ ُِﻣﺮ ُْ َ ُت ﻷ َْﻋﺪ َل ﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ ُﻢ ا ﱠُ َرﺑـﱡﻨَﺎ َوَرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ ﻟَﻨَﺎ أ َْﻋ َﻤﺎﻟُﻨَﺎ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ أ َْﻋ َﻤﺎﻟُ ُﻜ ْﻢ َﻻ ُﺣ ﱠﺠﺔَ ﺑَـْﻴـﻨَـﻨَﺎ َوﺑَـْﻴـﻨَ ُﻜ ُﻢ ا ﱠ ِ َﳚﻤﻊ ﺑـﻴـﻨَـﻨَﺎ وإِﻟَﻴ ِﻪ اﻟْﻤ .ﺼ ُﲑ َ ْ َ َْ ُ َ ْ Terjemahan: “Maka karena itu, serulah (mereka kepada jalan itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah ikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah, dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)” Adverbia semua dalam frasa nominal semua kitab dalam data di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna 178
‘menyatakan
jumlah
untuk
keseluruhan’,
lebih
khususnya
menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia semua dalam klausa Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah yang terdapat dalam surat Assyura (42):15 tersebut menerangkan bahwa nomina kitab yang terletak di samping kanan adverbia merupakan benda yang diterangkan jumlahnya, yaitu tidak ada kecualinya. 140) Yunus (10):99-100 Teks Ayat:
ِِ َِ ض ُﻛﻠﱡﻬﻢ ِ َ ﲨﻴﻌﺎً أَﻓَﺄ .ﲔ َ َوﻟَْﻮ َﺷﺎء َرﺑﱡ َ ﱠﺎس َﺣ ﱠﱴ ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﻣ ْﺆﻣﻨ َ ﻚ ْ ُ ِ ﻵﻣ َﻦ َﻣﻦ ِﰲ اﻷ َْر َ َﻧﺖ ﺗُ ْﻜﺮﻩُ اﻟﻨ ِﱠ ِّ ﺲ أَن ﺗُـ ْﺆِﻣ َﻦ إِﻻﱠ ِِ ْذ ِن ا ِّ َوَْﳚ َﻌﻞ ٍ َوَﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻟِﻨَـ ْﻔ .ﻳﻦ ﻻَ ﻳَـ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن َ ﺲ َﻋﻠَﻰ اﻟﺬ ُ َ اﻟﺮ ْﺟ Terjemahan: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” Adverbia semuanya dalam frasa nominal orang-orang mukmin semuanya dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia semuanya dalam klausa supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya yang terdapat dalam surat Yunus (10):99-100 itu menerangkan frasa nominal orang-orang mukmin yang terletak samping kiri adverbia. Adverbia semuanya ini
179
menerangkan tentang jumlah orang-orang mukmin yang tidak ada kecualinya. 141) Faathir (35):10 Teks Ayat:
ِﱠ ِ ﲨﻴﻌﺎً إِﻟَﻴ ِﻪ ﻳﺼﻌﺪ اﻟْ َﻜﻠِﻢ اﻟﻄﱠﻴِﺐ واﻟْﻌﻤﻞ اﻟ ﱠ ِ ِ ِ ﻣﻦ َﻛﺎ َن ﻳ ِﺮ ُ ِ ِﱠ ﻳﻦ ُ َ َ ﺼﺎﻟ ُﺢ ﻳَـْﺮﻓَـﻌُﻪُ َواﻟﺬ ُ َ َ َ ُ ّ ُ ُ َ ْ َ ْ َ ُﻳﺪ اﻟْﻌﱠﺰةَ ﻓَﻠﻠﻪ اﻟْﻌﱠﺰة ِ ِ ِ .ﻮر َ اب َﺷﺪﻳ ٌﺪ َوَﻣﻜُْﺮ أ ُْوﻟَﺌ ٌ ﳝَْ ُﻜُﺮو َن اﻟ ﱠﺴﻴِّﺌَﺎت َﳍُْﻢ َﻋ َﺬ ُ ُﻚ ُﻫ َﻮ ﻳَـﺒ Terjemahan: “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkannya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur”. Adverbia semuanya dalam frasa nominal kemuliaan itu semuanya dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia semuanya dalam klausa maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya yang terdapat
dalam surat Faathir (35):10 itu
menerangkan frasa nominal kemuliaan itu yang terletak di samping kiri adverbia. Adverbia semuanya ini menerangkan tentang jumlah kemuliaan itu yang tidak ada kecualinya. g. Makna adverbia seluruhnya 142) Albaqarah (2):31-31 Teks Ayat:
ﺎل أَﻧﺒِﺌُ ِﻮﱐ ِ َْﲰَﺎء َﻫ ُـﺆﻻء إِن ُﻛﻨﺘُ ْﻢ َ ﺿ ُﻬ ْﻢ َﻋﻠَﻰ اﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜ ِﺔ ﻓَـ َﻘ ْ آد َم اﻷ َ َﲰَﺎء ُﻛﻠﱠ َﻬﺎ ﰒُﱠ َﻋَﺮ َ َو َﻋﻠﱠ َﻢ ِِ .اﳊَ ِﻜ ُﻴﻢ ْ َﻧﺖ اﻟْ َﻌﻠِ ُﻴﻢ َ ﻚ ﻻَ ِﻋْﻠ َﻢ ﻟَﻨَﺎ إِﻻﱠ َﻣﺎ َﻋﻠﱠ ْﻤﺘَـﻨَﺎ إِﻧ َ َ ﻗَﺎﻟُﻮاْ ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧ.ﲔ َ ﺻﺎدﻗ َ ﱠﻚ أ َ 180
Terjemahan: “Dan mengajarkan Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Adverbia seluruhnya dalam frasa nominal nama-nama seluruhnya dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’. lebih khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Dengan demikian, adverbia seluruhnya dalam klausa Dan mengajarkan Adam namanama seluruhnya adalah adverbia yang menerangkan nomina namanama yang terletak di samping kiri adverbia. Adverbia seluruhnya ini menerangkan tentang
jumlah nama-nama yang tidak ada
kecualinya. h. Makna adverbia semua ... seluruhnya 143) Yunus (10):99-100 Teks Ayat:
ِِ َِ ض ُﻛﻠﱡﻬﻢ ِ َ ﲨﻴﻌﺎً أَﻓَﺄ .ﲔ َ َوﻟَْﻮ َﺷﺎء َرﺑﱡ َ ﱠﺎس َﺣ ﱠﱴ ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮاْ ُﻣ ْﺆﻣﻨ َ ﻚ ْ ُ ِ ﻵﻣ َﻦ َﻣﻦ ِﰲ اﻷ َْر َ َﻧﺖ ﺗُ ْﻜﺮﻩُ اﻟﻨ ِﱠ ِّ ﺲ أَن ﺗُـ ْﺆِﻣ َﻦ إِﻻﱠ ِِ ْذ ِن ا ِّ َوَْﳚ َﻌﻞ ٍ َوَﻣﺎ َﻛﺎ َن ﻟِﻨَـ ْﻔ .ﻳﻦ ﻻَ ﻳَـ ْﻌ ِﻘﻠُﻮ َن َ ﺲ َﻋﻠَﻰ اﻟﺬ ُ َ اﻟﺮ ْﺟ Terjemahan: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya. Maka apakah engkau, engkau memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang mukmin semuanya, padahal tidak ada satu jiwapun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kotoran kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.”
181
Adverbia semua ... seluruhnya dalam frasa nominal semua yang dimuka bumi seluruhnya dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’. Adverbia semua ... seluruhnya terdiri dari adeverbia semua yang berarti ‘tidak ada kecualinya’ dan seluruhnya yang juga mempunyai makna ‘tidak ada kecualinya’. Penggunaan dua adverbia jumlah sekaligus secara bersama-sama ini menunjukkan bahwa ada penekanan atau penegasan yang sungguh-sungguh tentang jumlah terhadap sesuatu yang diterangkan. Berdasarkan hal tersebut, adverbia semua ... seluruhnya dalam klausa tentulah beriman semua yang dimuka bumi seluruhnya adalah adverbia yang menerangkan frasa nomina yang dimuka bumi yang terletak di antara dua adverbia tersebut. Adverbia semua ... seluruhnya ini menerangkan tentang adanya penekanan atau penegasan yang sungguh-sungguh tentang jumlah yang tidak ada kecualinya terhadap frasa nominal yang di muka bumi. i. Makna adverbia segala 144) Annisaa’ (4):135 Teks Ayat:
اﻟْ َﻮاﻟِ َﺪﻳْ ِﻦ ﺗَـْﻠ ُﻮواْ أ َْو
ِﱠ ِ ﲔ ِ ﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ ُﺷ َﻬ َﺪاء ِِّ َوﻟَْﻮ َﻋﻠَﻰ أَﻧ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ أَ ِو َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮاْ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ﻗَـ ﱠﻮاﻣ َ َ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ﲔ إِن ﻳَ ُﻜ ْﻦ َﻏﻨِﻴّﺎً أ َْو ﻓَـ َﻘﲑاً ﻓَﺎ ُّ أ َْوَﱃ ِِ َﻤﺎ ﻓَﻼَ ﺗَـﺘﱠﺒِ ُﻌﻮاْ ا ْﳍََﻮى أَن ﺗَـ ْﻌ ِﺪﻟُﻮاْ َوإِن َ َِواﻷَﻗْـَﺮﺑ .ًﺿﻮاْ ﻓَِﺈ ﱠن ا َّ َﻛﺎ َن ِﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﺧﺒِﲑا ُ ﺗُـ ْﻌ ِﺮ
Terjemahan: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah penegak-penegak keadilan, menjadi saksi-saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun 182
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kau mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” Adverbia segala dalam frasa nominal segala apa yang kamu kerjakan dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia segala dalam klausa maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan adalah adverbia yang menerangkan frasa nominal apa yang kamu kerjakan yang terletak
di
samping
kanan
adverbia.
Adverbia
segala
ini
menerangkan tentang jumlah yang tidak ada kecualinya terhadap frasa nominal apa yang kamu kerjakan. 145) Annisaa’ (4):171 Teks Ayat:
ِ ِ اﳊ ِﻖ إِﱠﳕَﺎ اﻟْﻤ ِﺴ ِِ ِ َأ َْﻫﻞ اﻟْ ِﻜﺘ ﻴﺴﻰ اﺑْ ُﻦ ّ َْ ﺎب ﻻَ ﺗَـ ْﻐﻠُﻮاْ ِﰲ دﻳﻨ ُﻜ ْﻢ َوﻻَ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮاْ َﻋﻠَﻰ ا ّ إِﻻﱠ ُ َ َ ﻴﺢ ﻋ َ َ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ﻮل ا ّ وَﻛﻠﻤﺘُﻪُ أَﻟْ َﻘ ْوح ّﻣْﻨﻪُ ﻓَﺂﻣﻨُﻮاْ ِ ّ َوُر ُﺳﻠﻪ َوﻻَ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮاْ ﺛَﻼَﺛَﺔٌ اﻧﺘَـ ُﻬﻮا ٌ ﺎﻫﺎ إ َﱃ َﻣْﺮَﱘَ َوُر َ َ ُ َﻣْﺮَﱘَ َر ُﺳ ِ ﺧﲑاً ﻟﱠ ُﻜﻢ إِﱠﳕَﺎ ا إِﻟَـﻪ و ِ اﺣ ٌﺪ ُﺳْﺒ َﺤﺎﻧَﻪُ أَن ﻳَ ُﻜﻮ َن ﻟَﻪُ َوﻟَ ٌﺪ ﻟﱠﻪُ َﻣﺎ ِﰲ اﻟ ﱠﺴ َﻤ َﺎوات َوَﻣﺎ ِﰲ اﻷ َْر ض ْ َْ َ ٌ ُّ ِ .ًَوَﻛ َﻔﻰ ِ ّ َوﻛِﻴﻼ Terjemahan: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, ‘Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan (dengan tiupan) roh dariNya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlagh kamu mengatakan: (Tuhan itu) tiga”. Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan 183
Yang Maha Esa. Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. Adverbia segala dalam frasa nomina segala yang di langit dan di bumi dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan jumlah untuk keseluruhan’, lebih khususnya menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Dengan demikian, adverbia segala dalam klausa segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya adalah adverbia yang menerangkan frasa nominal yang di langit dan di bumi yang terletak di samping kanan adverbia. Adverbia segala ini menerangkan tentang jumlah yang tidak ada kecualinya terhadap frasa nominal yang di langit dan di bumi. 146) Almulk (67):13 Teks Ayat:
ِ وأ َِﺳﱡﺮوا ﻗَـﻮﻟَ ُﻜﻢ أَ ِو اﺟﻬﺮوا ﺑِِﻪ إِﻧﱠﻪ ﻋﻠِﻴﻢ ﺑِ َﺬ .ﺼ ُﺪوِر ات اﻟ ﱡ ٌ َُ َ َُ ْ ْ ْ Terjemahan: “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah: sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati”. Adverbia segala dalam frasa nominal segala isi hati dalam ayat di atas merupakan adverbia penanda jumlah yang bermakna ‘menyatakan
jumlah
untuk
keseluruhan’,
lebih
khususnya
menyatakan ‘tidak ada kecuali’. Berdasarkan hal tersebut, adverbia segala dalam klausa sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati adalah adverbia yang menerangkan frasa nominal isi hati yang terletak
di
samping
kanan 184
adverbia.
Adverbia
segala
ini
menerangkan tentang jumlah yang tidak ada kecualinya terhadap frasa nominal isi hati.
B. Pembahasan 1. Makna Adverbia Penanda Aspek Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap makna adverbia penanda aspek, dapat diketahui bahwa terdapat enam makna adverbia penanda aspek yang terdapat pada teks terjemahan Alquran (TTA). a. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung. Makna ‘pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung’ ini ditandai dengan adverbia akan dan insya Allah akan. Adverbia akan
terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):235,
Almaidah (5):13, Almaidah (5):101, Alan’aam (6):93, Alan’aam (6):108, Alan’aam (6):151, Ala’raf (7):161-162, Ala’raf (7):164, Yunus (10):99-100, Alkahfi (18):23-24, Alkahfi (18):23-24, Annur (24):53, Faathir (35):10, Sad (38):26, Sad (38):26, Azzukhruf (43):89, Aljasiyah (45):6, Alakhqaf (46):17, Alakhqaf (46):31-32, Alfath (48):11, Almujadalah (58):9, dan satu lagi data juga di Q.S. Almujadalah (58):9, sedangkan adverbia insya Allah akan terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):70.
185
b. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat pada proses permulaan berlangsungnya. Makna ini ditandai dengan adverbia barulah yang terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):71. c. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung. Makna ini ditandai dengan adverbia sedang yang terdapat pada Q.S. Almaidah (5):101. d. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai. Makna ini ditandai dengan adverbia masih, belum, dan belum pernah. Makna ‘menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’ dengan penanda masih terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):70. Untuk makna ‘menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’ dengan penanda belum terdapat pada data Q.S. Annisaa’ (4):5 dan Almaidah
(5):41,
sedangkan
makna
‘menyatakan
suatu
pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’ dengan penanda belum pernah terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):71 dan Almaidah (5):41. e. Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung. Makna ini ditandai dengan adverbia telah dan sudah. Makna ‘menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’ dengan penanda telah ini terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):31-32, Albaqarah (2):40, Ali Imran (3):118, Ali Imran 186
(3):118, Almaidah (5):41, Almaidah (5):63, Alan’aam (6):93, Hud (11):69, Ibrahim (14):24-26, Alisraa’ (17):23, Annur (24):63, Saba’ (34):23, Saba’ (34):23, Saba’ (34):23, Alakhqaf (46):15, Alakhqaf (46):15, Muhammad (47):21, Alhujurat (49):2-3, dan Almujadalah (58):9, sedangkan makna ‘menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai’ dengan penanda sudah terdapat pada data Q.S. Almaidah (5):41 dan Annur (24):53. f. Menyatakan
kekerapan
terjadinya
suatu
pekerjaan/perbuatan,
peristiwa, keadaan atau sifat. Makna ini ditandai dengan adverbia selalu yang semuanya terdapat pada data Q.S. Alan’aam (6):93. Makna adverbia penanda aspek pada TTA seperti yang telah dibahas tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.6 Makna Adverbia Penanda Aspek pada TTA NO.
1
2
3
4
ADVERBIA PENANDA ASPEK Makna Aspek Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat pada proses permulaan berlangsungnya Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai 187
Adverbia
Jumlah
akan Insya Allah akan
22 buah 1 buah
baru
1 buah
sedang
1 buah
belum belum pernah masih
2 buah 2 buah 1 buah
Tabel 4.6 lanjutan NO.
5
6
ADVERBIA PENANDA ASPEK Makna Aspek
Adverbia
Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung Menyatakan kekerapan terjadinya suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat Jumlah
Jumlah
telah sudah
19 buah 2 buah
selalu
3 buah
54 buah
Dikaitkan dengan penelitian terdahulu, terutama tentang makna adverbia, makna adverbia verba dalam bahasa Jawa pada cerbung Ngonceki Impen yang disampaikan oleh Mudrikah (2015) ternyata terdapat adanya kesamaan dengan hasil penelitian ini walaupun dengan penyebutan yang berbeda. Misalnya menyebut makna ‘pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung’
dengan
sebutan makna ‘keakanan’, menyebut makna ‘suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung’ dengan sebutan makna ‘keberlangsungan’, menyebut makna ‘suatu pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung’ dengan sebutan makna ‘keusaian’, serta menyebut makna ‘kekerapan terjadinya suatu pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, atau keadaan’ dengan sebutan makna ‘keberulangan’. Perbedaannya adalah bahwa untuk makna adverbia aspek yang menyatakan suatu pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai tidak disebutkan secara khusus pada penelitian Mudrikah 188
ini. Padanan dalam bahasa Jawa untuk adverbia belum maupun masih tidak disebutkan dalam penelitiannya. Makna adverbia dalam bahasa Jawa yang sering muncul pada cerbung Ngonceki Impen yang diteliti oleh Mudrikah ini adalah makna keakanan (arep, bakal, badhe, dll), makna keusaian (wis, mau, nate, mentas, dll.), dan makna keberulangan (kerep, tansah, asring), sedangkan makna adverbia penanda aspek yang sering muncul pada penelitian ini adalah makna yang menunjukkan pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung (akan, insya Allah akan) dan makna yang menyatakan suatu pekerjaan/ perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung (telah, sudah). Selanjutnya, hasil penelitian ini bisa juga
diperbandingkan
dengan hasil penelitian yang lain, yaitu penelitian Devi (2014) yang berjudul “Adverbia pada Artikel Opini Kompas dan Implikasinya dalam Pembelajaran”. Pada penelitian Devi ini didapatkan adanya penggunaan adverbia penanda aspek pada artikel Opini Kompas. Untuk adverbia penanda aspek yang sering muncul adalah adverbia yang bermakna perfektif yang ditandai dengan adverbia sudah dan telah, sedangkan makna adverbia penanda aspek yang sering muncul pada penelitian ini adalah makna yang menunjukkan pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung (akan, insya Allah akan) dan makna yang menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung (telah, sudah). Dua macam makna adverbia yang sering muncul pada TTA ini bisa dimaknai bahwa sesuatu 189
yang sudah terjadi dan juga sesuatu yang akan terjadi merupakan pelajaran, petunjuk, ataupun peringatan dari Allah yang pasti nyata. Berikutnya, jika dibandingkan dengan penelitian Darjat (2009) yang menganalisis kala dan aspek dalam bahasa Jepang, aspek yang terdapat dalam novel Tokyo Fusen Nikki adalah aspek perfektif, kontinuatif, dan resultatif. Aspektualitas dalam bahasa Jepang ada yang diambil dari bentuk morfologis dengan konjugasi kata kerja bentuk ~te atau stem dari kata kerja bentuk ~masu. Selain itu pembentukan aspek juga melalui gabungan dua verba. Sementara pada penelitian ini, penanda aspeknya berupa adverbia. Pada perbandingan berikutnya, penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Akil (2009) tentang aspek, adverbia waktu, dan kala bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Pada bahasa Inggris aspek diungkapkan dengan bentuk kata kerja tertentu (participles) atau kata kerja bantu, sedangkan dalam bahasa Indonesia aspek dinyatakan dengan kata kata tertentu yang disebut partikel, seperti kata masih, sedang, sudah, dan telah. Penelitian Akil relevan dengan penelitian ini karena penanda aspek yang dituliskan dalam penelitian Akil relevan dengan adverbia penanda aspek yang terdapat pada data penelitian ini. 2. Makna Adverbia Penanda Sangkalan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, bisa didapatkan dua makna yang berbeda dari adverbia-adverbia penanda sangkalan yang terdapat pada teks terjemahan Alquran (TTA). Kedua makna tersebut adalah makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dan makna ‘penyamaan’. 190
Makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ ditandai dengan adverbia tidak, tidak pula, tidak akan, tidak hendak, tak, tiada, bukan, tanpa, dan tidak ...-nya. Untuk makna ‘penyamaan’ ditandai oleh adverbia tidak lain hanyalah. Semua adverbia penanda sangkalan ini terletak sebelum kategori yang diingkarinya. Makna adverbia penanda sangkalan yang berupa ‘pengingkaran atau penyangkalan’ mengandung arti bahwa adverbia penanda sangkalan yang ada merupakan adverbia yang menyangkal atau mengingkari akan kategori yang didampinginya. Kategori yang didampingi tersebut bisa berupa verba, adjektiva, preposisi, dan nomina. Hal ini dapat dilihat berturut-turut misalkan pada data tidak bercacat pada Q.S. Albaqarah (2:71), tidak benar pada Q.S. Alan’aam (6:93), tidak pula kepada kitab yang sebelumnya pada Q.S. Saba’ (34:31), dan tanpa pengetahuan pada Q.S. Alan’aam (6:108). Secara lebih lengkap data tentang adverbia sangkalan yang bermakna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ terdapat pada data sebagai berikut. Makna adverbia sangkalan yang berupa ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dengan penanda tidak terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):31-32, Albaqarah (2):44, Albaqarah (2):71, Albaqarah (2):71, Albaqarah (2):71, Albaqarah (2):83, Albaqarah (2):235, Annisaa’ (4):46, Annisaa’ (4):46, Annisaa’ (4):46, Almaidah (5):13, Almaidah (5):63, Alan’aam (6):93, Alan’aam (6):93, Alan’aam (6):112, Alan’aam (6):152, Ala’raf (7):161-162, Attaubah (9):31-32, Attaubah (9):31-32, Attaubah (9):31-32, Yunus (10):99-100, Yunus (10):99-100, Hud (11):69, Ibrahim 191
(14):24-26, Annur (24):12, Annur (24):15-18, Annur (24):15-18, Annur (24):15-18, Annur (24):15-18, Alfurqan (25):22, Alahzab (33):32, Saba’ (34):31, Aljasiyah (45):7-8, Alakhqaf (46):31-32, Alakhqaf (46):31-32, Alakhqaf (46):31-32, Muhammad (47):21, Alfath (48):11, Alhujurat (49):2-3, Alhujurat (49):2-3, Alhujurat (49):4-5, Alhujurat (49):6, Alhujurat (49):11, Almujadalah (58):9, dan Assaff (61):2-3. Untuk makna adverbia sangkalan yang berupa ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dengan penanda tidak pula terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):71 dan Saba’ (34):31. Selanjutnya,
makna
adverbia
sangkalan
yang
bermakna
‘pengingkaran atau penyangkalan’ ditandai dengan adverbia tidak akan. Hal ini bisa dilihat pada data Q.S. Almaidah (5):41, Saba’ (34):31, dan Alakhqaf (46):31-32. Berikutnya adalah dengan penanda tidak hendak. Makna adverbia sangkalan dengan penanda tidak hendak ini terdapat pada data Almaidah (5):41. Makna adverbia sangkalan
yang berupa
‘pengingkaran atau penyangkalan dengan penanda tak terdapat pada data Q.S.Yusuf (12):92. Selanjutnya makna adverbia sangkalan yang berupa ‘pengingkaran atau penyangkalan’ dengan penanda tiada terdapat pada data Alanbiya’ (21):45, Saba’ (34):23, Almujadalah (58):9, Almujadalah (58):9, dan Assaff (61):2-3. Berikutnya untuk makna adverbia sangkalan yang berupa ‘pengingkaran atau penyangkalan’ ditandai dengan adverbia bukan dan tanpa.
Makna
adverbia
sangkalan
berupa
‘pengingkaran
atau
penyangkalan’ yang ditandai dengan adverbia bukan terdapat pada data 192
Q.S. Almaidah (5):41 dan Almujadalah (58):9. Untuk makna adverbia sangkalan ‘pengingkaran atau penyangkalan’ yang ditandai dengan penanda tanpa terdapat pada data Q.S. Alan’aam (6):108 dan Alhujurat (49):6, sedangkan untuk makna adverbia sangkalan ‘pengingkaran atau penyangkalan’ yang ditandai dengan adverbia tidak ...-nya terdapat pada data Q.S. Ali Imran (3):118. Makna adverbia penanda sangkalan yang kedua yang terdapat dalam TTA adalah makna ‘penyamaan’. Makna ‘penyamaan’ ini muncul pada data Q.S. Alakhqaf (46):17 dengan penandanya berupa adverbia tidak lain hanyalah. Adverbia tidak lain hanyalah ini bisa dikatakan mempunyai makna yang cukup unik. Dikatakan unik karena sebenarnya adverbia ini merupakan adverbia penanda sangkalan, namun arti yang dimunculkannya justru menunjukkan makna ‘kesamaan’. Adverbia tidak lain hanyalah dalam klausa Ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang yang dahulu belaka dalam surat Alakhqaf (46):17 menyatakan adanya perilaku menyamakan antara apa yang ada dalam subjek (Ini) dengan kategori yang berada setelah adverbia, yaitu frasa nominal dongeng orang-orang yang dahulu. Makna adverbia penanda sangkalan pada TTA seperti yang telah dibahas di atas dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
193
Tabel 4.7 Makna Adverbia Penanda Sangkalan pada TTA ADVERBIA PENANDA SANGKALAN NO.
Makna Adverbia
Adverbia tidak
1
2
pengingkaran/ penyangkalan
penyamaan
Jumlah 44 buah
tidak pula
2 buah
tidak akan
3 buah
tidak hendak
1 buah
tak
1 buah
tiada
5 buah
bukan
2 buah
tanpa
2 buah
tidak ...-nya
1 buah
tidak lain hanyalah
1 buah 62 buah
Jumlah
Hasil penelitian tentang makna adverbia sangkalan pada TTA ini jika dikaitkan dengan penelitian-penelitian terdahulu ternyata tidak ada kesamaannya. Ketidaksamaan ini dikarenakan hasil penelitian-penelitian terdahulu tersebut tidak ada yang membahas ataupun menghasilkan makna adverbia yang berupa sangkalan. Namun, jika dikaitkan dengan teori Chaer (2015:50-52) tentang adverbia sangkalan, terdapat adanya makna yang berbeda. Adverbia sangkalan dalam Chaer tersebut hanya disebutkan contoh-contoh yang berupa bentuk tunggal. Adapun makna adverbia sangkalan yang ditimbulkannya kesemuanya berupa makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’ terhadap kategori yang didampinginya , sedangkan dalam penelitian ini ditemukan makna adverbia sangkalan yang berupa makna ‘penyamaan’. Makna adverbia sangkalan yang berupa ‘penyamaan’ 194
ini ditandai oleh adverbia bentuk gabungan berupa tidak lain hanyalah. Adverbia sangkalan tidak lain hanyalah ini digunukan untuk menyamakan sesuatu yang disebutkan sebelum adverbia dengan kategori yang terletak di samping kanan adverbia. 3. Makna Adverbia Penanda Jumlah Setelah dilakukan analisis data, bisa didapatkan dua makna yang berbeda dari adverbia-adverbia penanda jumlah yang terdapat pada teks terjemahan Alquran (TTA). Makna yang pertama adalah makna yang menyatakan jumlah untuk sebagian. Makna yang pertama ini ditandai oleh adverbia jumlah sedikit, sebagian, sebahagian, dan banyak. Untuk makna adverbia penanda jumlah yang kedua adalah makna yang menyatakan jumlah untuk keseluruhan. Makna yang kedua ini ditandai oleh adverbia jumlah sekalian, semua, seluruh, semua ... seluruhnya, dan segala. Untuk data makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk sebagian’ dapat dirinci sebagai berikut. Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk sebagian’ dengan penanda sedikit bisa dilihat pada data Q.S. Albaqarah (2):79, Almaidah (5):13, Annur (24):15-18, dan Almujadalah (58):9. Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk sebagian’ dengan penanda sebagian bisa dilihat pada data Q.S. Annisaa’ (4):8, Annisaa’ (4):150, Annisaa’ (4):150, Almaidah (5):13, Alan’aam (6):112, Alan’aam (6):112, Annur (24):63, Annur (24):63, Saba’ (34):31, Saba’ (34):31, dan Azzukhruf (43):63. Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk sebagian’ dengan penanda 195
sebahagian terdapat pada data Q.S. Albaqarah (2):83, dan dua data pada Q.S. Alhujurat (49):2-3. Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk sebagian’ dengan penanda banyak bisa dilihat pada dua data di Q.S. Aljasiyah (45):7-8. Adverbia jumlah dengan penanda sedikit menyatakan bahwa jumlah yang diterangkan adalah jumlah yang kurang atau tidak banyak, sedangkan adverbia jumlah dengan penanda banyak menyatakan bahwa jumlah yang disebutkan adalah jumlah yang lebih. Untuk adverbia jumlah dengan penanda sebagian dan sebahagian menyatakan jumah yang cuma satu bagian saja dari sesuatu yang utuh tanpa diketahui apakah itu menyatakan jumlah yang lebih atau yang kurang. Untuk data makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dapat dirinci sebagai berikut. Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dengan penanda sekalian bisa dilihat pada data Q.S. Alanbiya’ (21):45 dan Alahzab (33):32. Untuk makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dengan penanda semua terdapat pada data Q.S. Yunus (10):99-100, Faathir (35):10 dan Assyura (42):15. Makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dengan penanda semua ... seluruhnya bisa dilihat pada data Q.S. Yunus (10):99-100. Untuk makna adverbia penanda jumlah yang menyatakan makna ‘jumlah untuk keseluruhan’ dengan penanda segala terdapat pada data Q.S. Annisaa’ (4):135, Annisaa’ (4):171, dan Almulk (67):13. 196
Makna adverbia penanda jumlah pada TTA seperti yang telah dibahas di atas dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini. Tabel 4.8 Makna Adverbia Penanda Jumlah pada TTA ADVERBIA PENANDA SANGKALAN NO.
Makna Adverbia
Adverbia sedikit
1
2
jumlah untuk sebagian
jumlah untuk keseluruhan
sebagian
Jumlah 4 buah 11 buah
sebahagian
3 buah
banyak
2 buah
sekalian
2 buah
semua
3 buah
semua ... seluruhnya
1 buah
seluruh
1 buah
segala
3 buah 30 buah
Jumlah
Jika dikaitkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, peneliti hanya menemukan satu kesamaan makna adverbia yang menyatakan jumlah. Kesamaan itu bisa ditemukan pada penelitian Mudrikah (2015) tentang makna adverbia verba dalam bahasa Jawa pada cerbung Ngonceki Impen. Pada hasil penelitian Mudrikah ini, salah satu makna adverbia yang terdapat dalam cerbung Ngonceki Impen adalah makna kuantitatif. Makna kuantitatif ini ditandai antara lain dengan kata kabeh ‘semua’ dan okeh ‘banyak’. Teori yang dikemukakan oleh Alwi, dkk. tentang makna adverbia salah satunya juga menyebutkan tentang adverbia kuantitatif. Adverbia kuantitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang 197
berhubungan dengan jumlah. Yang termasuk adverbia ini antara lain, kata banyak, sedikit, kira-kira, dan cukup (2003:204). Selanjutnya, hasil penelitian ini juga akan diperbandingkan dengan
hasil-hasil
penelitian
terdahulu
tentang
adverbia.
Jika
dibandingkan dengan penelitian Cristiana (2008) yang menganalisis adverbia verba bahasa Rusia, jelas terdapat perbedaan. Walaupun dalam penelitian Cristiana ini juga diteliti tentang makna, namun makna yang diteliti adalah makna adverbia verbanya, sedangkan makna yang diteliti dalam penelitian ini adalah makna adverbia sebagai kategori penanda aspek, sangkalan, dan jumlah. Jika dibandingkan dengan penelitian Marliah (2009), jelas terdapat perbedaan karena dalam penelitian Marliah ini yang menjadi fokus adalah adverbial, bukan adverbia, sedangkan penelitian ini memfokuskan pada makna adverbia. Perbedaan antara adverbia dan adverbial adalah, adverbia mengacu pada kategori sintaksis, sedangkan adverbial mengacu pada fungsi sintaksis dari suatu klausa. Selanjutnya, dibandingkan dengan penelItian Maumina (2014), terdapat kesamaan dalam fokus penelitian yaitu tentang makna adverbia. Namun, pada penelitian Maumina ini, adverbia yang diteliti maknanya adalah dua adverbia yang memiliki kesinoniman, yaitu taihen dan totemo. Kedua adverbia ini merupakan adverbia (fukushi) dalam bahasa Jepang. Berbeda dengan penelitian Maumina, penelitian ini tidaklah mencari perbedaan kandungan makna yang terdapat dalam dua ataupun beberapa adverbia yang bersinonim, namun mencari makna dari masing-masing adverbia penanda aspek, sangkalan, maupun jumlah. 198
Penelitian yang lain tentang adverbia adalah penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2012). Penelitian Damayanti ini memfokuskan pada struktur dan makna adverbia pada novel karya Andrea Hirata. Perbedaannya dengan penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini adalah pada penelitian Damayanti, adverbia yang diteliti berupa adverbia penanda modalitas, sedangkan adverbia yang diteliti pada penelitian ini adalah adverbia penanda aspek, sangkalan, dan jumlah. Penelitian tentang adverbia berikutnya adalah penelitian Rajabova (2014) tentang modifikator adverbial tujuan pada bahasa Inggris dan bahasa Azerbaijan. Pada penelitian Rajabova ini, diteliti tentang persamaan dan perbedaan dalam sistem fonetik kata-kata yang menunjukkan modifikator adverbial tujuan dalam kedua bahasa. Selain itu diteliti juga dampak posisi modifikator adverbia tujuan yang berbeda dari kedua bahasa yang diteliti. Berbeda dengan penelitian Rajabova, penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini tidak memfokuskan pada modifikator adverbia, melainkan terfokus pada makna adverbianya. Jadi, jelas terlihat perbedaan fokus penelitiannya walaupun sama-sama meneliti tentang adverbia. Selanjutnya, penelitian tentang adverbia juga dilakukan oleh Xu (2012) yang membandingkan penggunaan adverbial konjungsi antara peeserta didik EFL Cina dengan penutur asli. Dibandingkan dengan penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini, terdapat perbedaan pada fokus penelitian. Penelitian Xu memfokuskan penelitian pada adverbial konjungsi, sedangkan pada penelitian ini fokus penelitiannya adalah 199
adverbia bukan sebagai konjungsi, tetapi sebagai kata keterangan terhadap kategori yang didampinginya. Pada penelitian Xu, adverbia berfungsi sebagai konjungsi yang bisa menghubungkan kalimat, paragraf, maupun teks yang lebih besar lagi cakupannya. Untuk posisi adverbial konjungsi pada penelitian Xu juga menjadi fokus penelitian. Sebagaimana makna yang dimiliki oleh adverbia penanda aspek, sangkalan, maupun jumlah pada TTA, adverbial konjungsi juga memiliki fungsi semantik. Fungsifungsi semantik tersebut adalah listing, sumatif, apositif, resultif, kontrastif, dan transisi. Penelitian lain tentang adverbia adalah penelitian Kiss (ed.) dan Katalin E (2009). Penelitian Kiss ini bertujuan untuk menginvestigasi perilaku sintaksis dan semantik pada konstituen tambahan kata keterangan (adverbial) dan kata keterangan pada bahasa Hungaria. Distribusi sintaksis adverbia dalam penelitian ini sangat diperhatikan. Berbeda dengan penelitian Kiss yang mengutamakan distribusi kata keterangan, penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini tidak memfokuskan pada distribusi adverbia dalam kalimat, melainkan terfokus pada makna adverbianya. Penelitian oleh Wiechmann, Daniel dan Elmakerz (2013) tentang adverbia dalam bahasa Inggris juga memiliki perbedaan fokus kajian. Pada penelitian Wiechmann, Daniel dan Elmakerz ini, fokus kajiannya adalah tentang posisi klausa adverbial yang diperbolehkan dalam bahasa Inggris. Dari sini dapat diketahui bahwa adverbia yang diteliti posisinya adalah adverbia yang berfungsi sebagai konjungsi dalam klausa bawahan pada kalimat kompleks. Dengan demikian, jelas terdapat perbedaan dengan 200
penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini. Adverbia pada penelitian ini bukanlah adverbia yang berfungsi sebagai konjungsi, melainkan adverbia yang berfungsi menerangkan kata yang didampingi. Kajian lainnya tentang adverbial dilakukan oleh Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow (2007) yang melibatkan pluralitas. Pada penelitian ini diteliti kalimat yang mengandung adverbia yang berindikasi memiliki semantik pluraksional. Istilah pluraksionalitas digunakan untuk pembagian eventualitas lebih besar ke subeventualitas yang lebih kecil. Jadi, dalam penelitian Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow ini, fokus penelitiannya terletak pada adverbia yang memiliki semantik pluraksional. Jika dibandingkan antara penelitian Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow dengan penelitian tentang makna adverbia pada TTA, terdapat adanya kemiripan maupun perbedaan. Kemiripannya adalah kedua penelitian tersebut sama-sama membahas tentang makna yang ditimbulkan dari sebuah adverbia. Perbedaannya adalah makna pada penelitian Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow tersebut adalah makna pluraksional yang ditimbulkan dari suatu adverbia, sedangkan makna yang dimaksudkan dalam penelitian pada TTA merupakan makna leksikal dari adverbia yang diteliti. Jadi, penelitian tentang makna adverbia pada TTA ini bukanlah makna pluraksional sebagaimana makna yang terdapat pada penelitian Beck, Sigrid, dan Arnim Von Stechow.
201
4. Implementasi Hasil Penelitian Makna Adverbia Penanda Aspek, Adverbia Penanda Sangkalan, dan Adverbia Penanda Jumlah pada Teks Terjemahan Alquran (TTA) sebagai Materi Ajar pada Sekolah Menengah Pertama Pada pembahasan mengenai implementasi hasil penelitian sebagai materi ajar ini, penulis lebih memilih untuk mengimplementasikan hasil penelitian ini sebagai materi ajar pada sekolah menengah pertama (SMP) kelas VII yang melaksanakan kurikulum 2013. Penulis memilih kelas VII karena pada tahun pelajaran 2016/2017 ini baru kelas VII inilah yang telah melaksanakan hasil revisi kurikulum tahun 2016, terutama pada Kompetensi Dasar (KD).
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 24 Tahun 2016, terdapat masingmasing enam belas Kompetensi Dasar (KD) dari Kompetensi Inti (KI) 3 dan Kompetensi Inti (KI) 4. Kompetensi Inti (KI) pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas, sedangkan Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti. Hasil penelitian tentang adverbia ini bisa diimplementasikan sebagai materi ajar pada KI 3, yaitu memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian 202
tampak mata, sedangkan untuk kompetensi dasarnya adalah KD 3.14, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar. Menelaah adalah kegiatan memelajari atau mengkaji. Dalam kaitannya dengan implementasi hasil penelitian ini, puisi rakyat yang ditelaah adalah bentuk gurindam. Kompetensi inti dan komptensi dasar yang telah disebutkan di atas bisa memuat materi pelajaran tentang penggunakan adverbia sebagai pembentuk frasa untuk mengisi salah satu fungsi dalam kalimat tunggal maupun kalimat majemuk. Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti “mula-mula” atau “perumpamaan”. Gurindam sarat nilai agama dan moral. Tak dimungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Gurindam merupakan puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya. Gurindam memiliki ciri-ciri (a) terdiri atas dua baris dalam sebait, (b) tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata, (c) tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya, (d) merupakan satu kesatuan yang utuh, (e) baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian, (f) baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. (isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua), dan (g) isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara. Sebagai bekal dalam menelaah struktur dan aspek kebahasaan pada gurindam ini ada beberapa kemampuan kebahasaan yang harus 203
dikuasai. Pada buku siswa Bahasa Indonesia kelas VII (2016:183-186) dijelaskan tentang kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai tersebut. Kemampuan-kemampuan kebahasaan tersebut adalah penguasaan tentang kalimat perintah, kalimat saran, kalimat ajakan, kalimat seru, dan kalimat larangan. Selain itu, terdapat pula kata penghubung yang sering digunakan pada puisi rakyat, yaitu kata penghubung tujuan, kata penghubung sebab, kata penghubung akibat, dan kata penghubung syarat. Berikutnya adalah pengetahuan tentang kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Pengetahuan tentang kalimat tungggal dan khususnya tentang kalimat
mejemuk
merupakan
unsur
yang
penting
ketika
siswa
menganalisis aspek kebahasaan dalam gurindam. Jika dilihat tiap bait pada gurindam yang terdiri dari dua baris itu, kita bisa melihat bahwa hampir semua bait pada gurindam itu menunjukkan penggunaan kalimat majemuk bertingkat. Baris pertama berupa kalimat tunggal dan baris kedua juga merupakan kalimat tunggal. Jika kedua kalimat tungggal itu digabungkan, maka akan membentuk sebuah kalimat majemuk bertingkat. Contoh gurindam di bawah ini diambil dari buku siswa Bahasa Indonesia kelas VII tahun 2016 halaman 180-181. Kata-kata yang digarisbawahi merupakan kata keterangan atau adverbia. Apabila kelakuan baik berbudi Hidup menjadi indah tak akan merugi Dengan orang tua jangan pernah melawan Kalau tidak mau hidup berantakan Jagalah hati jagalah lisan Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
204
Belajar janganlah ditunda-tunda Karena kamu tidak akan kembali muda Jika kamu terus menunda Hilanglah sudah kesempatan berharga Belajarlah demi masa depan Untuk mencapai semua harapan Apabila mata terjaga Hilanglah semua dahaga Apabila tangan tidak terikat rapat Hilanglah semua akal sehat Jika hendak hidup bahagia Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia Apabila dengki sudah merasuki hati Tak akan pernah hilang hingga nanti Apabila hidup selalu berbuat baik Tanda dirinya berhati cantik
Salah satu cara dalam menelaah gurindam adalah dengan memerhatikan jenis kalimat yang digunakan dalam gurindam tersebut. Berikut ini dituliskan sebuah contoh menelaah gurindam yang diambil dari buku siswa Bahasa Indonesia kelas VII tahun 2016 halaman 182. Apabila kelakuan baik berbudi Hidup menjadi indah tak akan merugi Penelaahan: Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (larik 1 apabila ...) dan pada larik 2 kondisi/ keadaan jika syarat dilakukan. 205
Berdasarkan telaah tersebut, dapat diketahui bahwa jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat majemuk bertingkat dengan hubungan syarat. Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek dan satu predikat, sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/ sederajat. Fungsi-fungsi dalam sebuah kalimat bisa berupa kata ataupun frasa. Sebuah frasa bisa terbentuk dengan menambahkan adverbia pada kata intinya. Pada baris kedua gurindam di atas dapat dilihat bahwa terdapat frasa tak akan merugi yang menduduki fungsi predikat. Frasa tak akan merugi terbentuk dari kata inti merugi yang merupakan kata kerja (verba) dan mendapat tambahan adverbia sangkalan tak akan di depannya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh telaah gurindam. 1)
Jagalah hati jagalah lisan Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
Penelaahan: Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan kalimat perintah dengan tujuan/ harapan seperti yang terdapat pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan tujuan. Larik 2 merupakan tujuan dari apa yang disebutkan pada larik 1. Pada larik 2 bisa dilihat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat. Frasa tersebut adalah frasa verbal tidak hidup. Frasa tidak hidup ini terdiri dari 206
kata inti hidup yang berupa verba yang mendapat tambahan adverbia sangkalan tidak di depannya. 2)
Belajar janganlah ditunda-tunda Karena kamu tidak akan kembali muda
Penelaahan: Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 2 merupakan sebab atau alasan sehingga kalimat perintah seperti pada larik 1 ada. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab. Larik 2 merupakan sebab dari apa yang disebutkan pada larik 1. Pada larik 2 bisa dilihat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat. Frasa tersebut adalah frasa verbal tidak akan kembali. Frasa tidak akan kembali ini terdiri dari kata inti kembali yang berupa verba yang mendapat tambahan adverbia sangkalan tidak akan di depannya. 3)
Jika kamu terus menunda Hilanglah sudah kesempatan berharga
Penelaahan: Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat. Larik 1 merupakan syarat terjadinya sesuatu yang disebutkan pada larik 2. Pada larik 2 gurindam tersebut bisa dilihat bahwa terdapat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat. Frasa tersebut adalah frasa verbal hilanglah sudah. Frasa hilanglah sudah 207
ini terdiri dari kata inti hilang yang berupa verba (dengan penambahan partikel –lah) untuk selanjutnya mendapatkan tambahan adverbia aspek sudah di belakangnya. 4)
Apabila mata terjaga Hilanglah semua dahaga
Penelaahan: Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat. Larik 1 merupakan syarat terjadinya sesuatu yang disebutkan pada larik 2. Pada larik 2 gurindam tersebut bisa dilihat bahwa terdapat sebuah frasa yang menduduki fungsi predikat. Frasa tersebut adalah frasa verbal hilanglah semua. Frasa hilanglah semua ini terdiri dari kata inti hilang yang berupa verba (dengan penambahan partikel –lah) untuk selanjutnya mendapatkan tambahan adverbia jumlah semua di belakangnya. Berdasarkan contoh-contoh telaah gurindam di atas, bisa disimpulkan bahwa frasa yang terjadi dari penambahan adverbia terhadap kata inti bisa menduduki suatu fungsi dalam kalimat yang digunakan pada gurindam. Dalam hal ini fungsi yang paling umum adalah fungsi predikat. Jadi, pemahaman tentang adverbia ini sangat bermanfaat ketika mengidentifikasi kalimat-kalimat ke dalam fungsinya. Sebuah fungsi tidak selalu diduduki oleh satu kata saja. Sebuah fungsi bisa diduduki oleh sebuah frasa, dan sebuah frasa bisa terjadi dengan adanya 208
penambahan adverbia terhadap kata intinya. Dengan pemahaman tentang kalimat, entah itu kalimat tunggal maupun kalimat majemuk, tentu sangat bermanfaat ketika peserta didik akan menelaah puisi rakyat, khususnya gurindam.
209
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai makna adverbia penanda aspek, penanda sangkalan, dan penanda jumlah yang terdapat dalam teks terjemahan Alquran (TTA), ada empat hal yang dapat dituliskan pada simpulan ini. 1. Makna adverbia penanda aspek yang terdapat pada TTA ada enam macam. a) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat akan berlansung. Makna ini ditandai oleh adverbia akan dan insya Allah akan. b) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat pada proses permulaan berlangsungnya. Makna ini ditandai oleh adverbia baru. c) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat tengah berlangsung. Makna ini ditandai oleh adverbia sedang. d) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat belum selesai. Makna ini ditandai oleh adverbia belum, belum pernah, dan masih. e) Menyatakan suatu pekerjaan/perbuatan, peristiwa, keadaan atau sifat sudah selesai berlangsung. Makna ini ditandai oleh adverbia telah dan sudah. 210
f) Menyatakan
kekerapan
terjadinya
suatu
pekerjaan/perbuatan,
peristiwa, keadaan atau sifat. Makna ini ditandai oleh adverbia selalu. 2. Makna adverbia penanda sangkalan yang terdapat pada TTA ada dua macam. a) Makna ‘pengingkaran atau penyangkalan’. Makna ini ditandai oleh adverbia tidak, tidak pula, tidak akan, tidak hendak, tak, tiada, bukan, tanpa, dan tidak ...-nya. b) Makna ‘penyamaan’. Makna ini ditandai oleh adverbia tidak lain hanyalah. 3. Makna adverbia penanda jumlah yang terdapat pada TTA ada dua macam. a) Makna yang menyatakan jumlah untuk sebagian. Makna ini ditandai oleh adverbia sedikit, sebagian, sebahagian, dan banyak. b) Makna yang menyatakan jumlah untuk keseluruhan. Makna ini ditandai oleh adverbia sekalian, semua, semua ... seluruhnya, seluruh, dan segala. 4. Hasil penelitian mengenai makna adverbia ini bisa diimplementasikan sebagai materi ajar pada kelas VII sekolah menengah pertama (SMP) yang melaksanakan kurikulum 2013. Adapun implementasi tersebut dilaksanakan pada Kompetensi Inti (KI) 3 pada Kompetensi Dasar (KD) 3.14 yaitu menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.
211
B. Implikasi Berdasarkan pada pembahasan dan simpulan yang telah diuraikan, hasil penelitian mengenai makna adverbia pada teks terjemahan Alquran (TTA) ini memiliki setidaknya dua dampak penting. Hasil penelitian ini menambah khazanah tentang hasil penelitian kebahasaan yang telah dilakukan, khususnya yang berobjek TTA. Dalam bidang pengajaran kebahasaan di sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan ketika mengidentifikasi ataupun menguraikan fungsi-fungsi sebuah kata atau frasa dalam sebuah kalimat. C. Saran Setelah selesainya penelitian ini, penulis dapat menyampaikan dua hal. 1. Penulis berharap akan adanya penelitian mengenai adverbia, khususnya adverbia pada teks terjemahan Alquran (TTA) sehingga dapat melengkapi maupun mengoreksi kajian yang telah dikemukakan dalam tesis ini. 2. Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan dapat mengajarkan sintaksis lebih dalam sehingga siswa dapat memahami kategori, fungsi, dan makna dalam bidang kajian sintaksis, khususnya tentang adverbia.
212
DATAR PUSTAKA
Agustinova, Danu Eko. 2015. Memahami Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik). Yogyakarta: Calpulis. Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. __________. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aminudin. 1988. Semantik (Pengantar Studi tentang Makna). Bandung: Sinar Baru. Aziz, E. Aminudin. 2003. “Theorizing Linguistic Politeness in Indonesian Society”. In Linguistik Indonesia. Tahun ke-21, Nomor 2. Agustus. pp. 167-186. Beck, Sigrid dan Arnim Von Stechow. 2007. “Pluractional Adverbials”. Journal of Semantics 24: 215–254 doi:10.1093/jos/ffm003 Advance Access publication May 17, 2007. Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa (Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran). Jakarta: Rineka Cipta. Cristiana, Davidescu. 2008. ‘Adverbia Verba Bahasa Rusia Dan Pengungkapan Maknanya dalam Bahasa Indonesia’. Sosiohumaniora, Vol. 10, No. 1, Maret 2008 : 13-23. Damayanti, Tia. 2012. ‘Adverbia Penanda Modalitas dalam Novel Karya Andrea Hirata: Suatu Kajian Stuktur dan Makna’. Universitas Padjajaran. Devi, Ade Anggraini Kartika, Wini Tarmini, Karomani. 2014. “Adverbia pada Artikel Opini Kompas dan Implikasinya dalam Pembelajaran”. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, Pembelajarannya). April 2014. Hal. 1-8. Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2 : Pemahaman Ilmu dan Makna. Bandung: Refika Aditama. Hidayat, Asep Ahmad. 2009. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda. Bandung: Remaja Rosdakarya. 213
Kemdikbud. 2016. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII (Edisi Revisi 2016). Kiss (ed.), Katalin E ´. 2011. “Adverbs and Adverbial Adjuncts at The Interfaces (Interface Explorations 20)”. Berlin: Mouton de Gruyter, 2009. Pp. viii+377. J. Linguistics 47 (2011). doi:10.1017/S0022226710000435 f Cambridge University Press . Krantz, Laurie R;Leonard, Laurence B .2007. “The Effect of Temporal Adverbials on Past Tense Production by Children With Specific Language Imp” Journal of Speech, Language, and Hearing Research; Feb 2007; 50, 1; ProQuest pg. 137. Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. _________ 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Markhamah. 2003a. “Gender dalam Terjemahan Ayat-ayat Quran tentang lakilaki dan Perempuan” , Profetika, Desember 2003. Markhamah. 2003b . “Persamaan Laki-laki dan Perempuan dalam Quran tentang Laki-laki dan Perempuan”, Seminar Nasional Hasil Penelitian, Diadakan Balitbang Jateng, Desember 2003. Markhamah. 2007. “Pengembangan Konsep Partisipan Tutur dalam Teks Keagamaan”. Laporan Penelitian Fundamental Tahun I Dibiayai oleh Dikti melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Markhamah. 2008. “Pengembangan Konsep Partisipan Tutur dalam Teks Keagamaan”. Laporan Penelitian Fundamental Tahun II Dibiayai oleh Dikti melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2009. Analisis Kesalahan dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2010. “Keselarasan Fungsi, Kategori, dan Peran dalam Teks Terjemahan Al Quran”. Laporan Penelitian Hibah 214
Kompetensi. Dibiayai oleh Dikti melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Markhamah, Atiqa Sabardila, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2011. ”Pengembangan Materi Ajar dan Pembelajaran Sintaksis Berbasis Teks Terjemahan Al Quran”. Laporan Penelitian Hibah Tim Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dibiayai oleh Dikti Tahun II Markhamah, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2012. ”Pengembangan Materi Ajar dan Pembelajaran Sintaksis Berbasis Teks Terjemahan Al Quran”. Laporan Penelitian Hibah Tim Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dibiayai oleh Dikti Tahun II. Markhamah, Atiqa Sabardila, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2013. ”Pengembangan Materi Ajar dan Pembelajaran Sintaksis Berbasis Teks Terjemahan Al Quran”. Laporan Penelitian Hibah Tim Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dibiayai oleh Dikti Tahun III. Markhamah dan Atiqa Sabardila. 2014. Anaisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif. Surakarta: Muhammadiyah Univeristy Pess. Markhamah, Abdul Ngalim, Muinuddinilah Basri. 2014a. “Penggunaan Satuan Lingual Yang Mengandung Pronomina Persona pada Teks Terjemahn Alquran dan Hadis”. Laporan Penelitian. Dibiayai oleh Dikti melalui Skim Hibah Tim Pascasarjana. Markhamah, Abdul Ngalim, Muhammad Muinudinilah Basri, Arini Dyah Rupa Murti. 2015. “Dampak Perubahan Bentuk terhadap Perubahan Kategori Pronomina Persona pada Teks Terjemahan Alquran”. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional PIBSI ke-36 di Universitas Sanata Darma Yogyakarta 2-3 Oktober 2015. Markhamah, Abdul Ngalim, Muhammad Muinuddinilah Basri, Annisa Fuadillah Ramadhana. 2015a. “Fungsi dan Perubahan Fungsi Satuan Lingual Berpronomina Persona III Pada Teks Terjemahan Alquran”. 215
Maslamah. 2002. “Feminisme dalam Al Quran”. Dalam Relasi Gender Dalam Islam. Surakarta: Pusat Studi Wanita STAIN Surakarta Press. Mudrikah, Siti. 2014. “Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung ‘Ngonceki Impen’ pada Majalah
Panjebar Semangat Edisi Maret–Agustus
2014”. Jurnal Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga. Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Prihandari, Ismi. 2012. Struktur Frase Nomina Bahasa Jepang. Pena. Vol. 11 No. 2. 2012. Hal. 22-37. Rajabova, Aytan Arif. 2014. “Variation of the Word Denoting the Adverbial Modifier of Purpose as to the Position in the Simple Sentences (On the Materials of the English and Azerbaijani Languages)” International Journal of English Linguistics; Vol. 4, No. 3; May 27, 2014. 106-112. ISSN 1923-869X E-ISSN 1923-8703 Published by Canadian Center of Science and Education. Sabardila, Atiqa; Sangidu; Hindun, Andi Haris Prabawa; Adyana Sunanda. 2003. ”Etika Berbahasa dalam Islam: Kajian secara Sosiolinguistik”. Laporan Penelitian Hibah Pekerti (Tahun I). Dibiayai DP2M Dikti, melalui LPPM, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sabardila, Atiqa; Sangidu; Hindun, Andi Haris Prabawa; Adyana Sunanda. 2003. ”Etika Berbahasa dalam Islam: Kajian secara Sosiolinguistik”. Laporan Penelitian Hibah Pekerti (Tahun II). Dibiayai DP2M Dikti, melalui LPPM, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 216
Suhardi. 2016. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: ArRuzz Media. Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Syamsudin A.R. dan Vismalia S. Damaianti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tadjuddin, Moh. 2005. Aspektualitas dalam Kajian Linguistik. Bandung: Alumni. Verhaar, J.W.M. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wiechmann, Daniel and Elma Kerz.2013. “The Positioning of Concessive Adverbial Clauses in English: Assessing The Importance of Discourse-Pragmatic and Processing-Based Constraints1”. English Language and Linguistics 17.1: 1–23. C Cambridge University Press 2013 Xu, Yuting. 2012. The Use of Adverbial Conjuncts of Chinese EFL Learners and Native Speakers–Corpus-based Study.
Theory and Practice in
Language Studies, Vol. 2, No. 11, pp. 2316-2321, November 2012 © 2012 ACADEMY PUBLISHER Manufactured in Finland.
217
LAMPIRAN
FOTO
Uji Keabsahan Data pada Tanggal 9 Januari 2017 di Gedung Induk Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta
Focus Group Discussion bersama Prof. Dr. Markhamah, M.Hum. pada Tanggal 16 Januari 2017 di Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
218
LAMPIRAN
DATA PENELITI PADA UJI KEABSAHAN DATA
1. Nama : Tempat, Tanggal Lahir : Alamat : Email : Fokus Penelitian :
MUH. WIYADI Klaten, 20 November 1978 Karangmalang, Jetis, Juwiring, Klaten
[email protected] Makna Adverbia pada TTA
2. Nama : SUDARMINI Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 10 Desember 1965 Alamat : Baturetno, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta (55197) Email :
[email protected] Fokus Penelitian : Kategori dan Fungsi Adverbia pada TTA
3. Nama : MU’ALLIMATIN NAJIHAH Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 26 Januari 1990 Alamat : Jl. Sunan Muria RT 01 RW 02, Margoyoso, Margoyoso, Pati (59154) Email :
[email protected] Fokus Penelitian : Jenis dan Penanda Adverbia pada TTA
219