ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006
MAKE THE VIDEO : SEBUAH METODE DALAM PAR Pajar Hatma Indra Jaya1 Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam FakultasDakwah Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta ABSTRAK “Saya Berfikir Maka Saya Ada”, merupakan kata-kata Rene Descartes yang dipahami mampu memisahkan zaman kegelapan dengan zaman pencerahan Eropa. Namun pertanyaan itu layak dilanjutkan dengan pertanyaan kalau ada terus untuk apa ? Sebuah penelitian juga harus ditanyakan adanya untuk apa. Apakah penelitian untuk memuaskan pengetahuan dari peneliti, dosen, masyarakat. Jawabannya tentu tidak. Apakah masyarakat yang diteliti mengalami perubahan setelah penelitian berakhir. Kegiatan penelitian seharusnya tidak berhenti pada penjelasan deskriptif. Penelitian dimaksudkan untuk merubah sesuatu menjadi lebih baik/to the best future, menuju kesejahteraan sosial. Dengan semangat itu maka PAR merupakan satu pilihan yang dapat digunakan untuk mewujudkan impian tersebut. Make the video, membuat video atau film dapat digunakan sebagai tambahan dalam metode/teknik PAR, karena selama ini jika berbicara tentang PAR metodenya selalu transect walk, kalender musim, dan maping (meminjam metode PRA). Menggunakan metode make the video dapat memperoleh dua keuntungan sekaligus, yaitu untuk dokumentasi dan teknik PAR itu sendiri.
A. PAR DAN KEGAGALAN
perubahan sosial saja, PAR juga
PEMBANGUNAN
menitikberatkan pada partisipasi aktif dari
PAR merupakan singkatan dari
masyarakat dalam setiap kegiatannya. Dengan
Partisipatory Action Recearch, yaitu satu
demikian PAR dapat diartikan sebagai
konsep atau istilah metodologi penelitian yang
metodologi penelitian yang bertujuan untuk
menggabungkan antara kegiatan penelitian
perubahan sosial, dimana masyarakat/
dengan kerja-kerja perubahan atau
komunitas sendirilah yang menjadi subjek
pemberdayaan-pengorganisiran masyarakat.
sekaligus objek penelitiannya.
Namun PAR bukan sekedar menggabungkan
PAR menjembatani Sosiologi yang
antara logika penelitian dan logika kerja untuk
selama ini bergerak di ranah ilmu pengetahuan teoritis kemasyarakatan, menjadi ilmu
1
Pajar Hatma Indra Jaya, staf pengajar Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Alumnus Sosiologi UNS, Surakarta.
pengetahuan aplikatif untuk perubahan sosial.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
105
Jurnal Sosiologi DILEMA PAR sering juga disebut sebagai a
cenderung bebas dalam metode membuat
methodology of the margins, karena tujuan
peneliti ragu-ragu dalam menulisnya ke dalam
akhirnya untuk perubahan dan melawan
laporan research akademis. Meskipun
ketertindasan masyarakat yang termarjinalkan.2
demikian di beberapa universitas sudah
Berdasarkan definisi tersebut maka kerja PAR
membolehkan orang melakukan model
merupakan salah satu kerja sosiologi aplikatif
penelitian PAR, meskipun tetep saja belum
untuk pemberdayaan masyarakat.
banyak yang memakainya. Penelitian-penelitian
PAR telah masuk dan dikenal di
PAR banyak dilakukkan oleh LSM, terutama
Indonesia sejak tahun tahun 80-an, namun
dalam bentuk PRA (Partisipatory Rural
gairah penelitian PAR baru muncul pada tahun
Aprisal).4
90-an.3 Hal ini dikarenakan pada tahun 80-an
PAR merupakan metodologi, yang
penelitian paradigma positivis dengan
metodenya banyak diambilkan dari PRA
menggunakan metode pendekatan kuantitatif
(Partisipatory Rural Appraisal). Hubungan
mendominasi perkembangan ilmu sosial di
antara keduanya masih sering dipersoalkan
Indonesia. Hal tersebut dapat dimaklumi karena
orang. Beberapa orang mengatakan PRA
ilmu sosial humaniora pada tahun 80-an sedang
merupakan perkembangan dari PAR, namun
mencari bentuk yang baik agar disebut sebagai
banyak juga yang mengatakan PRA merupakan
ilmu pengetahuan yang ilmiah.
varian dari PAR. Selain itilah PAR dan PRA,
Saat ini meskipun telah muncul wacana
masih terdapat istilah-istilah yang hampir sama
departemen
atau dapat disebut satu paradigma, yaitu PLO
menerapkannya, namun PAR belum menjadi
(Partisipatory Lokal Appraisal), PLA
mainstream dalam penelitian-penelitian di
(Partisipatory Learning and Action), CAR
bangku akademis. Orang yang tertarik dengan
(Clas Action Research).
PAR
dan
beberapa
landasan filosofis PAR ketakutan dengan asumsi
Meskipun banyak nama akan tetepi
kebutuhan waktu penelitian yang lama dan juga
pada dasarnya kesemuanya punya semangat
keilmiahan dari metodologi ini. Selain itu tidak
penelitian untuk perubahan masyarakat/
adanya sistematika yang mengikat dan
komunitas. Hal ini dilakukan karena munculnya pandangan filosofi kritis dan realitas yang
Steven Jordan, Mengambil Kembali Kepunyaan Kaum Pinggiran: Participatory Action Research di Masa NeoLiberal, dalam Jurnal Wacana Pendidikan Pupoler: Dekolonialisasi Metodologi, (Yogyakarta: Insist Press, Edisi 15, 2003), hal. 61. 3 Pendahuluan dalam buku Robert Chambers, PRA: Memahami Desa Secara Partisipatif, (Yogyakarta:Kanisius, 1996), hal. 17. 2
106
4
Hal ini dikarenakan Robert Cambers merupakan tokoh yang mempopulerkan PRA dan pernah melakukan penelitian di Indonesia tentang PRA. Cambers juga merupakan salah satu tokoh yang cukup disegani di lingkungan Bank Dunia.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 memprihatinkan dari aktifitas akademisi ketika
sebesar Rp. 352,7 milyar, program KUT
berhubungan dengan masyarakat. Poin dasar
menyalurkan Rp. 6,053 pada tahun 1998/1999
dari aktifitas ini adalah telah beribu-ribu kali
(macet 717%), tahun 1999/2000 KUT
masyarakat dilihat, diamati, dianalisis, ditulis
menyalurkan Rp. 1,03 milyar (82,3% macet),
dalam bentuk skripsi, tesis, desertasi, buku,
kegiatan P2KP (Program Penanggulangan
proyek penelitian akan tetepi kondisi
Kemiskinan Perkotaan) juga tidak berjalan
masyarakat tidak berubah menuju yang lebih
lancar, pemda-pemda telah mengeluarkan
baik. Perubahan yang terjadi setelah penelitian
sebagian uangnya untuk menanggulangi
selesai lebih banyak mengenai diri peneliti.
kemiskinan, namun hasilnya tidak signifikan
Setelah penelitian selesai, peneliti dapat gelar
dalam mengurangi angka kemiskinan di
baru, buku baru, gaji baru, mobil baru, dan lain
Indonesia. Bahkan kredit yang diberikan
sebagainya, sedangkan komunitas yang diteliti
kepada petani dan orang miskin sebagian macet
tetap miskin tanpa perubahan. Dari penelitian
(Jawa Barat 91 %, Jawa Timur 90 %, Lampung
kebijakan yang konvensional sering juga muncul
90 %).5 Inilah sebuah situasi yang penuh
intervensi yang tujuannya untuk mencapai
tantangan untuk merumuskan konsep
kehidupan yang lebih baik, namun ternyata
pembangunan yang suistainabel dan tepat bagi
perubahan yang terjadi tidak sesuai dengan
masyarakat.
konsep awal.
Dari persoalan tersebut mengakibatkan
Intervensi-intervensi dalam penelitian
terjadinya refleksi terhadap filosofis-teologi
konvensional, minus partisipasi masyarakat. Hal
risearch selama ini, maka dicarilah formula atau
ini membuat pelaksanaan program tidak
rumusan bagaimana risearch yang tidak hanya
dilakukan penuh “gairah” dari masyarakat.
mengekstraksi pengetahuan masyarakat, namun
Proses intervensi sering kali hambar dan
juga memajukan masyarakat. 6 Konsep
sekedar menyelesaikan projek/program.
memajukan masyarakat-pun tidak dilakukan
Misalkan program-program pengentasan
sendiri oleh ahli yang datang dari luar
kemiskinan, baik itu pemberian modal dalam
komunitas, perubahannya dilakukan sendiri oleh
bentuk uang, bentuk usaha (ternak kambing,
5
ternak lele), kredit atau hibah bergulir, peningkatan sumber daya manusia selalu berhenti di tengah jalan. Pada tahun 2002 terdapat program P4K (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil) yang didanai negara
6
Ernany Dwi Astuti, dkk, Efektifitas Program Kredit Mikro Dan Kecil: Kasus KUT, (Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, 2002) hal. 2 dan 15. Mengekstraksi dimaksudkan bahwa penelitian yang dilakukan banyak memotret hal-hal yang ada di masyarakat, mengangkat pengetahuan yang ada di masyarakat, mengambil-membawanya ke bangku akademis dan kemudian memanfaatkannya untuk kehidupan dunia modern lepas dari komunitas yang diteliti.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
107
Jurnal Sosiologi DILEMA masyarakat sebagai orang yang paling tahu dan
Proses spiral tersebut meliputi (1)
ahli terhadap lingkungannya sendiri. PAR
perencanaan tindakan yang melibatkan
merupakan jawaban dari kebuntuan selama ini.
investigasi yang cermat; (2) pelaksanaan
Bagaimana melakukan penelitian PAR?
tindakan ; dan (3) penemuan fakta-fakta
sebelum melangkah kesana ada baiknya
tentang hasil dari tindakan, dan (4)
mengerti dahulu asal muasal penelitian PAR.
penemuan makna baru dari pengalaman sosial. Jadi penelitian tidak boleh berakhir, namun selalu berproses melingkar
B. MUNCULNYA PAR
(Mencairkan kebekuan situasi, melakukan
PAR tidak muncul menerawang secara
intervensi, dan mencairkan situasi kembali).
tiba-tiba. Metodologi ini mempunyai tokoh-
Tulisan utama dari Lewin adalah Action
tokoh yang melahirkan, mendukung,
Research and Minority Problem (1945)
mempopulerkan. Meskipun demikian dalam
dan Group Decision and Social Change
tulisan ini masing-masing tokoh tidak akan dibahas secara panjang lebar. Penulis akan memaparkan konsep-konsep kunci dari
(1953). 2. Aliran Kritis Jerman (Frankfurt School) Tidak ada klaim dari Aliran Kritis
masing-masing ahli yang sering disebut sebagai
Kerman yang mengatakan model
tokoh-tokoh PAR.
penelitiannya adalah PAR.8 Namun
1. Kurl Lewin7
demikian perselisihan dan debatnya dengan
Merupakan pencetus terminologi
kelompok positivis dan lontarannya tentang
“Action Research” atau riset aksi. Konsep
model ilmu pengetahuan kritis,
utamanya adalah prakatek kehidupan sosial
mengakibatkan orang menarik kesimpulan
merupakan teori terbaik (teori tidak
bahwa kelompok ini merupakan kelompok
diperlakukan sebagai obat yang muncul di
yang memberikan dasar pijakan bagi PAR.
luar dari konteks), metode yang digunakan
Ketidakpuasan terhadap posisi penelitian
adalah “group dynamic”, penelitian
positivis yang menggunakan ukuran peneliti
dianggap sebagai proses spiral yang berjalan
sendiri untuk memaknai kebenaran, alasan-
berulang-ulang dalam kelompok. Skema
alasan keilmiahan model penelitian positivis,
spiral inilah yang menjadi ikon dari Lewin. 8
7
Nama Kurl Lewin disebut sebagai peletak PAR muncul dalam buku Robin McTaggard, Action Research: A Short Modern History, (Victoria: Deakin University, 1991), hal. 18.
108
Klaim dari Mazab Frankfurt bahwa paradigma penelitiannya adalah PAR tidak ada. Namun McTaggard, dalam buku Action Research: A Short Modern History, (Victoria: Deakin University, 1991), hal 25, memasukkan Habermas sebagai salah seorang yang memberikan landasan prespektif/berfikir kritis.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 anggapan bahwa penelitiannya adalah bebas
merupakan sesuatu yang penting dalam
nilai menyebabkan kelompok Frankfurt
memposisikan PAR dalam metode
School menggugatnya. Asumsi-asumsi
penelitian. Menurut Habermas ilmu
keilmuan dan filosofi dari aliran kritis dapat
pengetahuan sosial dapat dibagi ke dalam
dijadikan pijakan dalam metodologi PAR.9
tiga bentuk dan ketiganya punya tujuan yang berbeda-beda.
Pristiwa yang paling terkenal dan bermakna sebagai dasar landasan keilmuan
Pertama adalah ilmu empiris-analisis
PAR adalah perdebatan antara aliran kritis
yaitu ilmu yang ingin mencari tahu hukum-
dengan aliran neo-positivis. Inti pada
hukum alam termasuk juga hukum-hukum
perdebatan tersebut adalah pencarian
yang ada dalam masyarakat. Biasanya
hubungan antara teori dan praktis. Pertama
penelitian-penelitian ini berkisar pada
adalah perdebatan antara Theodor Adorno
pengaruh antara satu variabel terhadap
melawan Karl Popers, kemudian yang
variabel lainnya yang kemudian dicarikan
kedua dilanjutkan perdebatan antara
generalisasinya. Jadi ilmu dalam pemikiran
Jurgen Habermass dengan Hans Albert.
ini berusaha ingin menaklukan atau
Perdebatan tersebut sangat terkenal dan
menguasai alam. Metodenya adalah
sering disebut sebagai Possitivissmusstreit
kuantitatif. Yang kedua adalah ilmu
(diskusi tentang positifisme). Perdebatan
Historis-hermeunetika merupakan ilmu
tersebut kemudia dikumpulkan menjadi satu
pengetahuan sosial yang ingin berusaha
dan diterbitkan oleh Theodor W. Adorno,
memahami tindakan manusia dalam
dengan judul The Positivist Dispute in
masyarakat.
German Sociology. Teori Kritis mengkritik
mendeskripsikan tindakan manusia atau
dua hal pertama melakukan kritikan
mencari makna dalam bertindak. Masuk
terhadap kondisi masyarakat (kesadaran)
dalam aliran ini adalah paradiga definisi
dan yang kedua melakukan kritikan
sosial.10
terhadap ilmu pengetahuan konvensional.
Tujuannya
adalah
Ketiga adalah ilmu pengetahuan
Pembagian ilmu pengetahuan dapat
berparadigma kritis, yang menggunakan
juga disebut metodologi dari salah satu
reflektif diri untuk mencapai pembebasan
tokoh aliran kritis (Jurgen Habermas) juga
dan pencerahan dalam masyarakat (bersifat emansipatoris). Paradigma kritis mirip
9
Baca P. H. Indra Jaya dan Drajat T Kartono, Sebuah Lubang Kecil Menuju Teori Kritis, (Surakarta: Penerbit Cakra, 2005).
10
Ibid.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
109
Jurnal Sosiologi DILEMA dengan paradigma historis-hermeunetika
kesadaran, sekaligus memproduksi sistem
akan tetapi hasil akhirnya sangat berbeda.
sosial baru. Teori yang terkenal dari Freire
Hermeunetika berusaha membongkar
adalah pembagian kesadaran manusia,
makna dibalik tindakan manusia yang
mulai dari kesadaran magis, kesadaran naif,
kemudian dideskripsikan, sedangkan
kesadaran fanatik, dan kesadaran kritis.
paradigma kritis berusaha melakukan
Buku yang dihasilkannya adalah Pedagogy
reflektif sehingga didapat pengetahuan yang
of the Oppressed (1972).11
akhirnya akan ditindaklanjuti dengan action
4. Robert Chambers
untuk memperoleh perubahan dari dalam
Robert Chambers dan Rajesh
masyarakat. Bisa dikatakan juga tujuan dari
Tandon tidak dapat dipisahkan dari PAR.
penelitian dalam paradigma kritis adalah
Chambers merupakan penggagas PRA dan
“subversive”.
Tandon merupakan penggagas penelitian
Dengan tiga penggolongan tersebut,
yang dinamakan Penelitian Partisipatori di
PAR masuk dalam golongan ketiga.
India.12 Tandon memunculkan ide penelitian
Sumbangan besar pemikiran Frankfurt
yang menekankan pelibatan seluruh
terhadap PAR dapat dilihat dari diskusi-
partisipasi masyarakat. Asumsi bahwa
diskusi penggiat PAR yang selalu
penelitian yang baik harus partisipatoris
menggunakan asumsi-asumsi penelitian
merupakan konsep dasar dari PAR.
yang ditulis oleh kelompok ini sebagai
Robert Chambers menulis buku yang
pijakan filosofis.
berjudul Whose Reality Count ? Puting
3. Paulo Freire
the First Last (1997). Dalam buku tersebut
Paulo Freire merupakan salah satu
jelas-jelas menyebutkan PRA merupakan
orang kritisnya Amerika Latin (Brasil).
model penelitian yang dapat merubah
Paulo Freire dapat dikatakan sebagai ahli
realitas. Hal ini dikarenakan dalam buku
PAR dalam bidang pendidikan. Freire
tersebut Chamberts mempertanyakan
bukan hanya sosok peneliti, namun lewat
siapakah yang seharusnya berhak untuk
kerja penelitiannya dia melakukan
melakukan pengukuran/penilaian terhadap
penyadaran, menumbuhkan ide-ide kritis
realitas ? Apakah peneliti, ahli, atau
tanpa menggurui terhadap dampingannya. Konsepnya, pendidik harus dapat juga menjadi pekerja kultural, yaitu pekerja yang berusaha membebaskan dari kepalsuan 110
Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, (Jakarta: LP3ES, 1985). 12 Konsepsi Tajesh Tandon mengenai Penelitian Partisipatori dapat dilihat dalam buku Walter Fernandes dan Rajesh Tandon, Riset Partisipatoris Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993). 11
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 masyarakat sendiri ? Jawaban dari
Dari pijakan tersebut mengakibatkan
Chambers ambilah dari masyarakat itu
anggapan bahwa yang objektif inilah yang
sendiri, bahkan dari yang paling menderita
benar dan penafsiran mengenai dunia ini
(putting the first last). Model dari
hanya ada satu. Teori seakan-akan
Chambers ini dijadikan rujukan Word
menunjukakan apa adanya, seakan-akan
Bank, bahkan dilanjutkan dengan konsep
bisa ditarik menjadi sebuah generalisasi
pembangunan “Voice of the Poor”/orang
yang ilmiah. Padahal jika menelusuri
miskin mengatakan kemiskinannya.13
hakekat dari teori dapat diketahui bahwa
Robert Chambers juga secara kusus
tidak ada kebenaran statis, namun
menulis buku Rural Appraisal: Rapid,
kebenaran selalu dipertanyakan. Teori
Rilex & Participatory (1992) yang telah
berasal dari kata Yunani yaitu theoria yang
diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.14
artinya pemandangan atau perenungan. Dengan perenungan memunculkan
C. ASUMSI PENGETAHUAN DALAM
kesadaran untuk membaca ulang realitas
PAR
saat itu. Asumsi merupakan anggapan,
Teori modern mengatakan
pandangan yang dibangun dari satu cara berfikir
dirinya objektif karena bebas nilai,
tertentu (paradigma). Dalam ilmu pengetahuan
pengetahuan harus dipisahkan dari
terdapat banyak pandangan berfikir/paradigma.
kepentingan, pernyataan-pernyataan logis
Asumsi pengetahuan yang di bangun dari PAR
harus dibebasakan dari hal yang normatif,
merupakan asumsi yang berbeda dari
sehingga ilmu-ilmu pengetahuan hanya
penelitian-penelitian positivis/riset klasik.
mengumpulkan fakta-fakta. Padahal teori
Asumsi tersebut antara lain :
yang mengklaim dirinya objektif sebenarnya
a. Ilmu Pengetahuan Tidak Bebas Nilai.
tidak objektif, karena fakta-fakta sosial
Sesuatu yang ditolak PAR adalah
dibuat oleh manusia. Siapa manusia yang
pernyataan bahwa teori harus objektif,
membuatnya ? bisa jadi manusia yang
hanya menggambarkan apa adanya
memperoleh keuntungan dari sistem yang
mengenai dunia, lepas dari subjektifitas.
ada. Penelitian yang hanya berfikir pada apa yang terjadi akan melanggengkan realitas.
Buku terbitan Oxford untuk Word Bank, Deepa Narayan, Voice Of The Poor: Can Anyone Hear Us ?, (New York: Oxford University Press, 2000). 14 Robert Chambers, PRA : Memahami Desa Secara Partisipatif, (Yogyakarta: Kanisius, 1996). 13
Dengan demikian penelitian yang mengatakan bebas nilai, sebenarnya tidak bebas nilai, namun mendukung nilai yang
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
111
Jurnal Sosiologi DILEMA telah mapan. Sedangkan PAR merupakan
diinginkan untuk dirubah. Dua hal itulah yang
penelitian yang berusaha merekonstruksi
harus dilakukan. Oleh karena itu dalam
realitas dan merubah realitas jika
penelitian PAR, partisipasi dari komunitas
masyarakat berpartisipasi secara sadar
yang diteliti mutlak diperlukan untuk
untuk merubah realitas. Proses berteori
mendefinisikan dirinya.
dengan merekonstruksi kembali kenyataan
c. Pemikiran Historis.15
sebenarnya merupakan cara untuk menemukan
masalah
Cara berfikir historis adalah
(analisis
pengandaian bahwa realitas sosial yang
masalah) dan mencari kebenaran.
sedang terjadi saat ini hanya dapat difahami
b. Kebenaran Ada Pada Dirinya Sendiri
apabila dilihat sebagai suatu proses sejarah.
Apa itu kebenaran ? pertanyaan ini
Karena banyak sekali hal-hal yang
bukan hanya pernyataan filosofis yang
menyelubungi fakta-fakta yang kita lihat
tingkatannya di akal, namun juga
saat ini, sehingga tidak objektif lagi. Ilmu-
pernyataan empiris. Orang-orang yang
ilmu positivis tidak melihat sampai sejauh
masuk dalam Teori Kritis Jerman dan
itu sehingga tidak mampu mengungkap
Imanuel Kant mempunyai konsepsi
realitas dari awal yang mendasarinya. Hal
kebenaran yang unik, yaitu objek itu benar
ini dipahami karena aliran kritis (metodologi
dalam dirinya sendiri (Das ding an Sich).
PAR) percaya bahwa sejarah adalah
Artinya orang luar tidak dapat
ciptaan manusia sendiri dan sejarah yang
mendefinisikan kebenaran. Tidak ada
terjadi adalah sejarah penindasan. Maka
kebenaran abadi, benar hanya ada dalam
dalam penelitian PAR harus dipahai
tataran sementara.
bagaimana fakta itu terjadi secara historis. Dengan melihat sejarah akan muncul titik-
Misalkan benda putih yang biasa
titik persoalan yang akan ditemukan
digunakan untuk menulis adalah kapur. Ini merupakan kebenaran. Namun jika kapur
d. Cara Berfikir Dialektik
itu di lempar ke atas dan diinjak kapur itu
Dari tiga asumsi di atas didapatkan
hilang, bukan kapur lagi yang disebut
bahwa penelitian sebenarnya tidak mungkin
kebenaran. Prasyarat kebenaran adalah
objektif. Kelompok yang dapat
cara berfikir sapare aude, (kebebasan
mendefinisikan objektifitas hanyalah warga
berfikir). Oleh karena itu dalam penelitian bukan kebenaran dari realitas yang dicari, namun apa yang dirasakan dan apa yang 112
15
Hal ini dapat dijumpai dalam karya Frank Magnis Suseno, Ilmu dan Teknologi Sebagi Ideoliogi, (Jakarta: LP3ES, 1990), hal xvii.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 yang merasakan sendiri bukan peneliti.
pandangan akan diadu dengan rasionalitas
Untuk memperoleh kesadaran tentang
pandangan lain, sehingga muncul
realitas apa yang dihadapi, membuka tabir
kesepakatan warga secara sukarela dalam
sosial, maka diperlukan kajian kesejarahan
bentuk rasionalitas bersama.
dan cara berfikir dialektika. Dialektika dipakai untuk menemukan kesepakatan kebenaran di masyarakat.
D. MAKE THE VIDEO SEBUAH METODE PAR
Dialektika merupakan sebuah bentuk
Di atas telah dibahas asumsi-asumsi
penalaran yang menganggap segala sesuatu
filosofi dari penelitian model PAR. PAR
ada pertentangannya dan pertentangan
merupakan metodologi, sehingga didalamnya
tersebut dianggap sebagai sesuatu yang
tidak hanya terdiri dari asumsi-asumsi filosofi,
esensial. Proses dialektika terdiri dari tiga
namun juga terdapat metode yang memuat hal-
fase. Fase pertama adalah tesis yaitu suatu
hal teknis bagaimana melakukan penelitian
keadaan awal, kemudian muncul fase yang
model PAR. Saat ini metode yang digunakan
kedua yaitu antitesis yang merupakan
dalam PAR banyak meminjam dari PAR for
sesuatu yang bertentangan (kontradiksi)
the rural area (PRA). Metode-metode
dengan keadaan pertama. Namun
tersebut antara lain transect walks, maping,
pertentangan tersebut kemudian
kalender musim, ethno biografhies, skoring
menimbulkan fase ketiga yang
dan ranking, cerita studi kasus-profil, dan lain
memperdamaikan antara fase pertama
sebagainya.16
dengan fase kedua.
Tujuan utama dari penggunaan metode-
Fase sintesa ini tidak hanya punya
metode tersebut sebenarnya adalah
satu arti, akan tetapi punya dua arti.
membangkitkan kesadaran komunitas dari
Pertama dicabut, ditiadakan, atau tidak
dalam. Metode yang paling mudah, populer,
berlaku lagi. Kedua diartikan diangkat atau
menarik, bergembira, meminimalisir intervensi
dibawa kearah yang lebih tinggi. Untuk mencapai kesepakatan warga proses dialektika ini dibiarkan berlaku. Kebenaran diharapkan muncul lewat dialog, kesepakatan, yang dilakukan oleh warga secara rasional dalam forum Fokus Group Discution (FGD). Rasionalitas satu
16
Robert Chambers, PRA : Memahami Desa Secara Partisipatif, hal 36, Don K. Marut, Riset Aksi Partisipatoris: Riset Pemberdayaan dan Pembebasan, (Yogyakarta: Insist Press, 2004), hal. 73. Jika ingin mengetahui metode, tujuan penggunaan, dan waktu secara ringkas dan mudah dapat dilakukan dengan melihat tulisan Imam Khambali dan A. Halim, Methodology for Participatory Assesment (MPA), dalam kumpulan tulisan Moh. Ali Aziz, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradigma Aksi Metodologi, (Surabaya: F. Dakwah Press IAIN Sunan Ampel, 2005), hal 313.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
113
Jurnal Sosiologi DILEMA peneliti merupakan syarat untuk menentukan
bantu dokumentasi yang sifatnya pelengkap
pilihan metode. Kalender musim, maping, dan
atau sebagai perekam proses. Sebagai perekam
transect walk merupakan metode yang paling
proses hasilnya digunakan setelah acara selesai.
sering digunakan. Namun untuk menggunakan
Padahal terdapat potensi untuk memanfaatkan
ketiga metode tersebut dibutuhkan dua hal,
alat-alat visual tersebut dalam proses PAR.
pertama keakraban terlebih dahulu dengan
Handycam merupakan alat untuk
komunitas. Kedua waktu luang dari komunitas,
membuat cerita dalam bentuk video.
karena ketiganya menghendaki semua warga
Handycam atau alat shoting punya beberapa
menjadi partisipasi aktif dalam waktu yang
kekuatan. Kekuatan tersebut antara lain
cukup lama. Misal jika menggunakan transect
pertama prestise dari handycam sebagai alat
maka dibutuhkan waktu yang lama untuk
dengan teknologi maju. Prestise ini membuat
keliling desa, dibutuhkan satu tekad dan
orang tertarik belajar dan menggunakannya.
ketertarikan dari masyarakat untuk sekedar
Untuk memperoleh parsisipasi atau keterlibatan
“jalan-jalan menyusuri” kampung. Dengan
masyarakat media yang prestisius dapat
demikian berusaha mencari metode baru yang
digunakan sebagai sarana awal. Media yang
lebih cepat tapi mendalam dan menarik, layak
membuat banyak orang tertarik akan banyak
untuk dilakukan.
diikuti oleh orang. Misalkan Sunan Kalijaga
Persoalan kesadaran tidak dapat lepas
dalam berdakwah menggunakan alat yang
dari media dan cara mengkomunikasikan.
digemari masyarakat, yaitu wayang dan
Komunikasi dapat dilakukan dengan tulisan,
gamelan. Dengan kedua alat tersebut warga
suara, dan gambar. Jika ketiga sarana
antusias untuk terlibat dalam aktifitas di masjid.
komunikasi tersebut ada dalam satu media,
Kedua video dapat bercerita secara
akibatnya penerimaan terhadap media akan
jelas tanpa perlu banyak kata-kata. Bercerita
mudah. Sebagai contoh televisi. Televisi dapat
dengan kata-kata kadang mampu menjelaskan
menghadirkan ketiga sarana komunikasi
sesuatu secara detail, namun ada kalanya dapat
sekaligus, hal itu membuat televisi menjadi media
mengakibatkan salah persepsi. Ketiga realitas
yang populer di masyarakat. Metode dalam
yang ditangkap oleh video dapat diputar lagi
PAR dapat juga menggunakan tiga saluran
sehingga memungkinkan orang lain tanpa
pesan tersebut.
mengalami mampu merasakan, ikut melihat
Dalam penelitian konvensional
realitas, menimbulkan rasa tertarik untuk melihat
penggunaan media seperti foto dan handycam
sendiri (membuktikan), dan mendiskusikannya.
sudah dilakukan, namun hanya dijadikan alat
Melihat satu pristiwa akan merangsang untuk
114
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 berfikir dan memikirkan satu persoalan sesuai
masyarakat, refleksi-evaluasi, kembali ke
gambar di video. Jadi membuat video atau
perencanaan, dan seterusnya. Jika digambarkan
make the video dapat digunakan sebagai
dalam sistematika pentahapan maka langkah
metode yang dipakai dalam tahap awal PAR.
yang dilakukan dalam penelitian PAR metode
Video dapat dimanfaatkan dalam setiap tahap PAR atau rencana kerja perubahan sosial
make the video adalah : 1. Identifikasi Masyarakat Sasaran
partisipatori. Proses itu mulai dari menemukan
Pada awal kegiatan masuk ke
masalah penelitian, aksi, sampai refleksi.
lapangan alat-alat seperti handycam tidak
Dengan kata lain video dapat digunakan untuk
perlu ditonjolkan terlebih dahulu. Hal ini
semua pentahapan. Namun perlu diingat make
dilakukan agar tidak muncul labeling bahwa
the video tidak ada artinya tanpa pembacaan
peneliti merupakan kelompok elit, orang
dan pengambilan gambar secara kritis.
asing, sehingga membuat realitas
Membaca secara berulang terhadap realitas
kesehariannya berubah dan orang menjaga
dengan berfikir alternatif-kritis merupakan
jarak. Langkah pertama yang dilakukan
hakikat PAR.
adalah membangun hubungan personal dan
Dalam proses PAR tidak ada suatu
mencari key person. Caranya dapat
pentahapan yang sifatnya permanen yang harus
dilakukan lewat ruang publik tempat banyak
dilalui, bahkan PAR tidak mau terjebak pada
orang berkumpul, misalkan masjid. Pada
aturan metode.17 Hal itu karena akibat dari
tahap ini yang harus dilakukan peneliti
perdebatan langkah-langkah metode sering
adalah memantapkan lokasi mana,
bermuara pada perdebatan ilmu bisa dikatakan
komunitas mana yang akan diteliti, dan
ilmiah atau tidak. Jikalau terdapat pentahapan
“kira-kira” persoalannya apa. Penelitian
dalam PAR, sifatnya hanya dipakai sebagai
PAR cenderung memilih lapangan/
pemudah bukan sebagai canon (aturan baku).
komunitas yang marjinal/komunitas yang
Sesuai dengan bahasan di atas, hal
belum optimal.
pertama yang harus dilakukan dalam PAR
Jika sudah ditetapkan komunitas dan
adalah menemukan kasus, setelah itu melakukan
masalah awalnya maka langkah selanjutnya
analisa masalah, kemudian membuat rencana
adalah mencari orang-orang atau kelompok
dari refleksi yang telah dilakukan, dan aksi
dalam komunitas yang nanti akan diposisikan sebagai peneliti lokal/kelompok
17
Harus dibedakan pengertian metoda dan metodologi, lihat Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta, Rake Sarasih, 1996).
yang dekat dengan peneliti.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
115
Jurnal Sosiologi DILEMA 2. Identifikasi Kelompok-Kelompok Sosial Progresif
tetapi masalah yang dianggap perlu
Riset ini adalah riset yang bertujuan
diselesaikan oleh mayoritas masyarakat.
untuk emansipatoris dan bukan sekedar
Menemukan dan menganaisis masalah
untuk melakukan deskriptif, jadi dengan
secara tepat merupakan setengah dari kerja
penunjukan atau identifikasian kelompok
perubahan sosial.
tertentu maka kelompok tersebut akan
Untuk menemukan masalah
dipakai sebagai basis gerakan perubahan.
penelitian PAR bukan persoalan yang
Kelompok yang dapat digunakan misalkan
mudah. Seperti disebutkan dalam bagian
kelompok pemuda atau perkumpulan
depan penelitian PAR sering menggunakan
organisasi (local organisation). Kelompok
metode dari PRA, yaitu transect walks
ini merupakan kelompok yang dimaksutkan
(jejak desa), maping, kalender musim,
untuk memberi peringatan kepada
ethno biografhies, skoring dan ranking,
komunitas mereka sendiri, seperti tugas
cerita studi kasus-profil, analisis pohon
para nabi agama apapun. Adanya temuan
masalah. Metode Make The Video tepat
kelompok sosial progresif kemudian
digunakan untuk menemukan persoalan di
didiskusikan bersama seluruh komunitas
masyarakat. Make the video adalah
dan diterjemahkan kedalam agenda
metode untuk membaca, menggambarkan
praktek.
desa, termasuk masalah dan potensi oleh
3. Menemukan Masalah Penelitian Menentukan masalah penelitian merupakan langkah yang sangat penting
116
bukan merupakan masalah personal akan
masyarakat desa sendiri. Dengan demikian keterlibatan peneliti luar dalam menemukan masalah dapat dikurangi.
dalam penelitian PAR. Kata kunci dari
Cara yang digunakan untuk
masalah penelitian dalam PAR adalah
melakukan metode make the video paska
masalah penelitian muncul dari masyarakat
ditentukan wilayah dan kelompok sosial
sendiri, bukan dari akademisi kampus yang
yang dijadikan tumpuan aktifitas dapat
tertarik pada satu peristiwa tertentu. Hal ini
dilakukan dengan jalan pertama peneliti
membuat masalah penelitian dari PAR
memfasilitasi dan mentraining dalam
merupakan hal dasar yang akan diketahui,
pembuatan video. Keuntungan dari
didiskusikan, dirubah-tidak oleh
menggunakan video, akan membuat gairah/
masyarakat. Masalah penelitian dalam PAR
semangat masyarakat untuk belajar tinggi.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 Video merupakan satu teknologi
karena realitas dianggap telah benar (sudah
yang belum banyak digunakan di
muncul sejak nenek moyang). Langkah
masyarakat. Jika peneliti mengajarkan
ketiga mempersilahkan peserta training
video di masyarakat, anak muda akan
untuk praktik pengambilan gambar sisi-sisi
tertarik terlibat dalam program.
desa.
Keterlibatan pemuda merupakan satu nilai
Langkah keempat editing dan
plus dari pengembangan masyarakat. Hal
burning. Salah satu kunci untuk melakukan
itu karena selama ini jika berbicara tentang
langkah ini adalah memberikan alur skenario
pengembangan
masyarakat,
dari film yang akan dibuat. Dalam
pemberdayaan ekonomi, pemanfaatan
pembuatan skenario terjadi dialog dengan
masjid selalu saja yang banyak menghadiri
peneliti tentang alur apa yang akan dibuat.
dan terlibat adalah orang tua. Tidak banyak
Dalam proses dialog peneliti luar akan
anak muda yang tertarik, padahal anak
mengetahui deskripsi lokasi, makna, sejarah
muda merupakan penggerak potensial
masyarakat. Peneliti luar dapat membuka
dalam proses pembangunan. Pada tahap
diskusi pembuatan skenario dengan
pertama dari langkah ini, anak muda
mengemukakan persoalan yang dilihat
dikumpulkan, diajari sebentar bagaimana
ketika pertama kali menentukan komunitas.
menggunakan
Persoalan itu digunakan untuk menarik
handycam
dan
mentransfernya.
perhatian dan kajian. Dalam dialog peserta
Setelah dapat mengoperasikan alat
trainer akan mulai berfikir kembali
maka langkah kedua dapat dimulai.
bagaimana pemahaman tentang situasi
Langkah kedua adalah memberi
lingkungan dimana ia tinggal dan
penugasan kepada peserta training untuk
mengkritisinya.
mencoba membuat video. Penugasan
Jadi dalam langkah keempat ini
pengambilan video ini ditentukan temanya.
peneliti luar belajar untuk melatih sensitifitas-
Tema yang dapat diambil adalah membuat
kesadaran anak muda terhadap kondisinya.
profil desa, mulai dari potensi dan
Anak muda inilah yang akan dijadikan
persoalan-persoalannya. Tujuan dari
sebagai agen perubahan di masyarakat.
langkah ini adalah menumbuhkan sikap
Dalam editing dapat ditentukan
kritis terhadap kondisi yang biasa di hadapi.
durasi film. Durasi dalam pembuatan film
Sikap kritis terhadap realitas biasanya tidak
tidak boleh terlalu lama, hal ini bertujuan
muncul di komunitas yang bersangkutan,
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
117
Jurnal Sosiologi DILEMA untuk menghindari kebosanan. Setelah
merupakan kejadian yang menimpa
editing selesai maka masuk proses burning.
masyarakat daerah lain tentang efek jangka
Burning merupakan “pembakaran” dari file
panjang dari masalah yang sama dan
kaset ke file bentuk kepingan VCD.
sedang dihadapi masyarakat. Hal ini akan
Proses menentukan masalah tidak berakhir dengan munculnya VCD. VCD
menumbuhkan cara berfikir yang berbeda, kritis tentang realitas.
baru merupakan masalah sosial yang
Melakukan pengkritisan terhadap
dirasakan anak muda. Isi VCD tersebut
persoalan-persoalan yang ditemukan,
harus didiskusikan dalam forum yang lebih
perkembangan struktur akan dapat
luas dan menghadirkan semua warga.
menghasilkan analisis yang jelas tentang apa
Kesadaran terhadap kondisi bersama,
sajakah yang sebenarnya telah
merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam
menyebabkan perubahan dan pencarian
proses ini. “Penularan” kesadaran akan
pemaknaan dari individu dalam bertindak.
mudah dilakukan lewat gambar video
Persoalan yang ingin dipecahkan dalam
daripada sekedar didiskusikan. Dengan
penelitian PAR bukan hanya keluhan-
mulainya diskusi maka masuklah pada tahap
keluhan yang sifatnya individu akan tetapi
pendiskusian dan analisis masalah.
bagaimana merubah struktur-struktur yang
4. Diskusi Dan Melakukan Analisis
ada agar didapat kehidupan baru yang lebih
Diskusi dipimpin oleh peserta training pembuatan video. Hasil temuan dalam
baik, kreatif demokratis, keadilan, kemanusiaan.
bentuk VCD diputar dan dimulailah diskusi.
Masalah yang telah rumuskan dalam
Diskusi juga dimaksudkan untuk
film, kemudian dibaca dan dianalisis
menentukan persoalan yang dihadapi,
bersama-sama
menentukan persoalan mana yang akan
perencanaan aksi. Cara yang ditempuh bisa
diatasi dan persoalan mana yang tidak perlu
menggunakan analisis pohon masalah atau
dirisaukan.
alur persoalan. Caranya dengan mencari
untuk
membuat
Selain memperlihatkan kondisi yang
penyebab dan akibat dari masalah yang
terjadi saat ini, peneliti luar dapat
telah dirumuskan peneliti. Dari banyak
memberikan
yang
faktor yang muncul dicari faktor yang paling
menggambarkan bagaimana efek masalah
menentukan dan memungkinkan untuk
sosial di kemudian hari. Film tersebut
diatasi. Setelah diketemukan faktor
kaset
video
deterministik (real problem) yang 118
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 mempengaruhi persoalan-persoalan yang
proses aksi didiskusikan, maka dirumuskan
muncul maka perlu dicari kegiatan yang bisa
kembali masalah, dilajutkan dengan
mengatasi persoalan yang nyata tadi (real
perencanaan aksi, aksi, dan refleksi
problem).
kembali.
Bersamaan dengan kegiatan
6. Aksi Sosial
membuat perencanaan, sosialisasikan
Aksi sosial merupakan salah satu
kepada semua masyarakat tentang
unsur utama dan inti dari kegiatan PAR.
persoalan yang akan diselesaikan perlu
Penelitian tanpa aksi, sama artinya
dilakukan. Sosialisasi dimaksutkan agar
berbicara tanpa melakukan. Aksi tidak
partisipasi semua warga selalu muncul.
hanya dimaknai secara sempit sebagai
Caranya dapat dibuat dengan membikin
kegiatan demonstrasi, namun aksi diartikan
spanduk bahwa komunitas Dusun A akan
sebagai melaksanakan perencanaan
segera mengatasi persoalan B, warga
partisipatori yang telah dilakukan. Aksi
dimohon mendoakan dan turut membantu
merupakan usaha ihktiar manusia, dalam
mengatasinya.
Islam aksi merupakan perintahkan Tuhan,
5. Membangun Perencanaan Untuk Aksi
karena yang dapat merubah nasib suatu
Setelah didapat rumusan langkah-
kaum adalah diri mereka sendiri (OS. Ar-
langkah untuk mengatasi persoalan maka langkah-langkah ini juga perlu
Ra’d :11). 7. Evaluasi-Refleksi
disosialisasikan kepada warga di tempat-
Evaluasi dan refleksi merupakan dua
tempat umum, misalkan masjid, cakruk,
hal yang sulit untuk dipisahkan. Evaluasi
gardu, warung, dan lain sebagainya. Proses
merupakan penilaian suatu dari kegiatan,
pembuatan rencana aksi sampai dengan
apakah pelaksanaan aksi sesuai dengan
pelaksanaan aksinya juga diambil untuk
target perencanaan yang telah dibuat.
dibuat film.
Sedangkan refleksi merupakan kritik,
Film yang menggambarkan kegiatan
masukan, dan point-point yang dapat
ini akan ditayangkan lagi dalam kegiatan
diperoleh dan akan digunakan kembali
evaluasi-refleksi. Dengan adanya gambaran
dalam bentuk perencanaan.
langkah-langkah yang telah dilakukan
Dalam penelitian PAR evaluasi
dalam bentuk film akan dapat didiskusikan
dan refleksi dilakukan secara bersama-
efektifitas langkah yang diambil. Setelah
sama. Proses evaluasi yang baik adalah
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
119
Jurnal Sosiologi DILEMA menemukan konsekuensi dan penyebab-
DAFTAR PUSTAKA
penyebab dari keberhasilan atau kegagalan sebuah kegiatan. Dalam evaluasi bersama mekanisme reward merupakan mekanisme yang lebih baik daripada mekanisme punishment. Bagaimanapun jika proses aksi telah dilakukan hasil bukan merupakan sesuatu yang sakral. Refleksi dari kegiatan dapat dilakukan dengan video. Jika proses aksi dapat di gambar dalam video dan diputar ulang maka proses diskusi dalam refleksi dapat berjalan lebih menarik. Dari proses evaluasi-refleksi diharapkan muncul katakata kunci mengapa problem tidak berhasil diselesaikan dan mengapa suatu stimulus menghasilkan respon yang baik. Jika hasil dari evaluasi menunjukan bahwa kegiatan PAR sukses maka proses yang sama dapat dilakukan secara terus menerus. Namun jika gagal eksperimen lanjutan dapat dimulai lagi dengan perencanaan.
120
Astuti, Ernany D., dkk, Efektifitas Program Kredit Mikro Dan Kecil : Kasus KUT. Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, 2002. Chambers, Robert, PRA: Memahami Desa Secara Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius, 1996. Chambertz, Robert, Whose Reality Count ? Puting the First Last. London: Intermediate Technology Publication, 1997. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama RI, 1985. Fernandes, Walter dan Tandon, Rajesh, Riset Partisipatoris Riset Pembebasan. Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993. Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES, 1985. Jaya, P.H. Indra, dan Tri Kartono, Drajat, Sebuah Lubang Kecil Menuju Teori Kritis. Surakarta: Cakra, 2005. Jordan, Steven, Mengambil Kembali Kepunyaan Kaum Pinggiran: Participatory Action Research di Masa Neo-Liberal, dalam Jurnal
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
ISSN : 0215 - 9635, Vol. 18 No. 2 Th. 2006 Wacana, Pendidikan Pupoler: Dekolonialisasi Metodologi. Yogyakarta: Insist Press, Edisi 15, 2003. Khambali, Imam dan A. Halim, Methodology for Participatory Assesment (MPA). dalam buku Aziz, Moh. Ali, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradigma Aksi Metodologi. Surabaya: F. Dakwah IAIN Sunan Ampel Press, 2005. Marut, Don K., Riset Aksi Partisipatoris: Riset Pemberdayaan dan Pembebasan. Yogyakarta: Insist Press, 2004.
McTaggard, Robin, Action Research : A Short Modern History. Victoria: Deakin University, 1991. Muhadjir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasih, 1996. Narayan, Deepa, Voice Of The Poor : Can Anyone Hear Us ?. New York: Oxford University Press, 2000. Suseno, Frank Magnis, Ilmu dan Teknologi Sebagi Ideoliogi. Jakarta: LP3ES, 1990.
Pajar Hatma Indra Jaya “Make The Video :Sebuah Metode Dalam PAR”
121
Jurnal Sosiologi DILEMA
122