Makalah Forensik Kematian Mendadak Karena Kerusakan Sistem Saraf Pusat
Disusun oleh :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fauzan Rachman Wela Jayanti Luvita Senjawati Rany Ramadhani KS Monica Wulandari Ratnah Aryanti Fentti Selli Kurnia
FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI 2013 RSUD Dr. R.M. DJOELHAM KOTA BINJAI
BAB I PENDAHULUAN
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam, dan seterusnya. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti. Definisi WHO untuk kematian mendadak adalah kematian yang terjadi pada 24 jam sejak gejala-gejala timbul, namun pada kasus forensik sebagian besar kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala pertama timbul. Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak diduga tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya ada bersamaan pada suatu kasus. Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak. Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor yang terletak di tubuh bagian eksternal maupun internal. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar disepanajng saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasikan dan mengintegrasikan stimulus sehingga respon bisa terjadi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kematian Mendadak Definisi dari kematian mendadak adalah kematian terjadi tanpa diperkirakan sebelumnya, tanpa gejala yang nyata sebelumnya atau gejalanya hanya dalam waktu yang singkat (menit atau jam), nontraumatis, tidak mengandung unsur kesengajaan. 2.2 Penyebab Kematian Mendadak Penyebab kematian mendadak dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, yaitu sistem susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal, sistem haemopoietik, dan sistem endokrin. 2.3 Sistem Saraf pusat Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak ( ensephalon), sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut menigitis. Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1. Durameter terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural. 2. Arachnoid meter disebut demikian karena bentuknya seperti sarang labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis; semacam cairan
limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan mekanik. 3. Piameter : Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan denga n lipatanlipatan permukaan otak. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih. 2.3.1 Saraf-saraf otak a.Nervus Olfaktorius (Nervus Kranialis I) Nervus ini menghantarkan bau menuju otak dan kemudian diolah lebih lanjut. b. Nervus Optikus (Nervus Kranialis II) Nervus ini menghantarkan impuls dari retina menuju plasma optikum kemudian melalui traktus optilkus menuju korteks oksipitalis untuk dikenali dan diinterprestasikan. c. Nervus Okulomotorius (Nervus Kranialis III)
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks