MAKALAH DISKURSUS ISLAMISASI IPTEK
Oleh : Wahyudi Harnowo 0910651222
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2010-2011
BAB 1 PENDAHULUAN
Diera globalisasi ini, perkembangan ilmu dan teknologi sangat cepet. Sejumlah penemuan dan inovasi memberikan kontribusi yang tinggi munculnya produk-produk baru yang memudahkan pekerjaan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan kebanyakan para ilmuan yang muncul berasal dari negeri barat yang rata-rata bukan dari kaum muslim. Lantas dimanakah para ilmuan muslim itu? Apakah kaum muslim kini menyadari bahwa kita sedang mengalami apa yang dimaksud dengan ghozwul fikri ( perang pemikiran ). Perkembangan teknologi dan ilmu pengatahuan yang sedemikian cepat, membuat manusia terlena. Disadari atau tidak, secara langsung para kaum Nasrani dan Yahudi mengubah pola perang mereka, dari fisik menjadi pemikiran. Melalui teknologi, saluran komunikasi, informasi perang itu terjadi. Liat saja berbagai situs di internet yang terkadang kita tidak ketaui sumbernya benar/tidak, menjadi saluran/strategi perang pemikiran yang efektif. Liat saja kenyataannya, tidak sedikit situssitus jaringan seperti Friendster, dan sebagainya menjadi rutinitas dan hal yang utama bagi tiap remaja untuk mencari teman, dan sebagainya. Dan bila kita tidak cerdik menyikapi perkembangan teknologi dan informasi ini, kita terseret bahkan menjadi budak teknologi dan tidak sedikit terjadi waktu sholat/ibadah terhubung karena ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bila manusia telah terjauh dari iman, dari Islam dan Tuhan ilmu yang ia miliki tidak akan member manfaat, malah dapat menjadi penghambat atau menimbulkan kerusakan. Oleh sebab itu sebagai insane cendekia yang bernafaskan Islam, sudah selayaknya dalam menuntut Ilmu dan mengikuti perkembangan teknologi, hendaknya juga dilandasi oleh iman, dan secara cerdik memanfaatkan saluran informasi dan teknologi itu untuk mengahadapi perlawanan terselubung kaum Nasrani dan Yahudi. Sudah seharusnya kaum muslimin mengendalikan teknologi untuk kebaikan dan memanfaatkan teknologi untuk kemajuan umat-umatnya.,
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengatahuan dari sejumlah orang-orang yang diperlukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangka ilmu itu sendiri ( yang berasal dari kata science ) adalah rangkayan keterangan tenteang sesuatu yang berasal dari pengamatan yang disusun dalam sebuah system untuk menentukan hakekat dari yang dimaksud, dari pengertian ini terliahat bahwa rasio lebih daomain. Kata ilmuan dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini di gunakan dalam arti proses pencapain pengetahuan dan objek pengetahuan. Sedangkan teknologi dalam kamus besar bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “ kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis.” Teknologi adalah ilmu tentang cara sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Dalam al-Qur’an menurut sebagai ulama terdapat sekitar 750 ayat yang berhubungan dengan teknologi. Menurut pemikiran manusia secara umum, hakekat ilmu adalah hubungan antara subyek terhadap obyek ( timbale balik ) menurut suatu idea ( cita-cita ). Selain definisi tersebut, masih banyak definisi lain tentang dan ilmu pengetahuan dari para ahli, tetapi bagaimana halnya menurut al-Qur’an?? Pada al-Baqarah: 31 secara fungsional berlaku pada kita bahwa ilmu yang pertama adalah wahyu Allah, Firman-Nya : Dan dia mengajarkan kepada Ada nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakan kepada para malaikat lalu berfirman: ‘ sebutkanlah kepada-Ku nama bendabenda itu jika kamu memang orang-orang yang benar’ Dan juga di jelaskan dalam surat ar-Rahman ayat 1 dan 2 bahwa al-Qur’an adalah suatu ilmu (Tuhan) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dan yang dimaksud ilmu dalam al-Qur’an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah yang diberikan kepada manusia baik melalui rasul-Nya ataupun langsung kepada manusia yang menghendaki tentang alam semesta sebagai ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastianNya. Ada lagi yang mendefinisikan Ilmu pengetahuan ( sains ) adalah pengatahuan tentang gejala alam yang di peroleh melalui proses yang di sebut metode ilmiah (scientific method ) ( jujun S. Suriasumantri, 1992 ). Sedang teknologi adalah pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan ilmu pengatahuan dalam kehidupan manusai sehari-hari (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langakh pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengambangkan iptek ( Agus, 1999). Sedangkan teknologi pendidikan digunakan dalam bangsa Inggris adalah instructional technology atau education technology. Salah satu pendapat ialah bahwa instructional technology means the media bern of
communication revolution wich can be used for instructional purpose alongside the teacher, the book, end blackboard (commission on instructional technology dalam Norman Beswick, Resource-Based Learning, 1997 hal 39). Jadi yang di utamakan ialah media komunikasi yang berkembang secara pesat sekali yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan. Alat-alat teknologi ini lazim disebut “ hardware”, antara lain berupa TV, Radio, Video tape, Computer, dan yang lainnya. Dilain pihak ada pendapat bahwa teknologi adalah pengembangan, penerapan dan penilain system-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar manusia. Disini diutamakan proses belajar itu sendiri disamping alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu. Jadi teknologi pendidikan itu mengenai software maupun hardware, software antara lain menganalisis dan mendesain urutan atau langkah-langkah belajar berdasarkan tujuan yang ingin di capai dengan metode penyajian yang serasi serta penilaian keberhasilan.
B. Perspektif Al-Qur'an Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berkat ilmu pengetahuan dan teknologi, kini jarak tidak lagi menjadi masalah yang berarti dalam dimensi hidup manusia. Dunia menjadi kecil, siapapun bisa saling ber cerita panjang lebar dari dua sisi dunia yang berbeda. Semua pekerjaan rutin bisa diselesaikan dengan cepat. Tapi ternyata itu tak membuat manusia mengaku lebih bahagia. Manusia menjadi miskin terhadap perasaan kemanusiaannya sendiri. Di manakah sumber masalahnya? Manusianya? Ipteknya? Maka kita bisa mengalami mengapa di Jepang yang kabarnya sangat menghargai waktu demikian pesat berkembang budaya ³pachinko´ dan game. Tentu disebabkan mereka tak ber iman akan kehidupan setelah mati, dan tak mempunyai batasan tentang hiburan. Kini umat Islam hanya sebagai konsumen yang ada sekarang. Kalaupun mereka ikut berperan di dalamnya, maka-secara umum- mereka tetap di bawah kendali pencetus sains tersebut. Ilmuwan-ilmuwan muslim masih sulit menghasilkan teknologi- teknologi eksakapalgi non eksak- untuk menopang kepentingan khusus umat Islam. Dunia Islam mulai bangkit (kembali) memikirkan kedudukan sains Islam pada decade 70-an. Pada 1976 dilangsungkan seminar internasional pendidikan Islam di Jedah. Dan semakin ramai diseminarkan di tahun 80-an. Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari pertanyaan-per tanyaan yang muncul didalam pemikiran mereka akan alam beserta isinya terdapat dalam al-Qur 'an. Namun bukanya justru kembali ke al-Qur 'an, malah mencari dari sumber berbagai buku dan internet dan sebagainya. Padahal jawaban-jawaban dari masalah pengetahuan itu secar a tersur at/tersirat terdapat dalam al-Qur'an. Pandangan al-Qur'an tentang alam dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsip dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Al-Qur'an surat al-Alaq ayat 1-5. Berikut ini beberapa potongan ayat tentang teknologi: Katakanlah;"perhatikanlah apa yang
ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang member peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (Yunus:101) Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenar-bennarnya, dan janganlah kamu tergesagesa
membaca al- Qur'an
sebelum disempurnakan mewahyu kannya
kepadamu,
dan
katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku Ilmu pengetahuan (Thaahaa:114) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali- kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adaka kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak menemukan sesuatau cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaaan payah. (Al-Mulk: 3- 4) Bacalah
dengan
menyebut
nama
Tuhanmu
yang
menciptakan.
Dia
telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhammulah yang maha pemurah, yang mengajar manusia denga perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yag tidak diketahuinya . (al-alaq: 1-5) perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tandatanda
kekuasaa
(Kami),
kemudian perhatikanlah bagaimana
mereka
berpaling (dari
memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-maidah: 75) Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada (Alhajj: 46)Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, Bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah Mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati). Dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu . (Ar-Ruum: 50). Dalam perspektif Islam, kata Dr. Ramui, sains adalah salah satu alat mencapai ketinggian taraf hidup manusia dalam rangka ubudiah kepada Allah dan menuju ketakwaan. Sebaliknya, pendekatan sains dalam acuan tamadun Barat yang secular ternyata banyak mengundang malapetaka kepada kehidupan manusia sejagat. sains tidak lagi difokuskan kepada membentuk keharmonian dan kemanfaatan manusia di planet ini, sebaliknya mencetuskan sengketa
dan
pencabulan
menambahkan, pencapaian
ter hadap sains
pada
hak- hak kemanusiaan,´ jelas beliau. Dr. zaman
Ramli
kegemilangan tamadun Islam sebelum
tercetusnya kemajuan sains Barat telah member ikan keseluruhan asas jawaban terhadap kemelut yang ditimbulkan oleh sains modern. Sains Islam dalam khidmat cemerlangnya kepada tamadun dunia telah membentuk keharmonian sejagat dengan pendekatan holistic dan melandasi garis petunjuk Qur'an dengan sebutan rahmatan lil alamin . ³ternyata ia telah dikecapi nikmatnya oleh manusia sejagat, jelasnya.
C. Peran Islam dalam Perkembangan IPTEK Sumbangan sains Islam dalam semua bidang keilmuan telah menyadari dunia hari ini betapa ilmu yang berimplikasikan tauhid senantiasa mengarah kepada kedamain, tolerasi dan hubungan balik sesame manusia dan alam. Melangnya sumbangan agung dan jasa yang amat bermakna ini sengaja dilupakan serta dinafikan oleh dunia Barat. Sains Islam telah di tetapkan dan di gantikan dengan gagasan sains beraasaskan kemuihidan yang menjurus kepada kemusnahan sejagat. Atas alas an ini, umat Islam tidak terkejut dengan pernyataan Adam Hart Davis, seorang juru foto, penulis dan pengacara sains TV di badan penyiam Britain (BBC) ketika member komen terhadap buku Muslim Heritage In Our Worl Berkata “ I wish I had this book fifty year ago”. Sehubung itu, pusat pengajian Islam dan pembangunan social (PPIPS) Universitas Teknologi Malaysia (UTM) dengan kerjasama Sekolah Pendidikan profesioanal dan Pendidikan Berterusan (SPACEUTM) akan mengajurkan seminar antar bangsa sains dan teknologi Islam(InSIST’OB) menghidupkan kembali keagungan islam sains Islam. Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 . pertama menjadikan aqidah Islam sebagai paradigm ilmu pengetahua. Pradigma ini lah yang seharusnya dimiliki umat Islam. Pradigma Islam ini menyatakan bahwa aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qo’idah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini buakn berarti menjadi aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan. Maka Ilmu pengetahuan yang sesuai dengan aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedangkan yang bertentangan denganya, wajib di tolak dan tidak boleh di amalkan. Yang ke Dua, menjadikan syariah islam ( yang lahir dari aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaat iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standart atau kreteria inilah
yang
seharusnya
yang
digunakan
umat
Islam,
bukan
sandar
manfaat
(pragmatism/utilitariansme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidak nya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek, jika telah dihalalkan oleh syriah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek talah diharamkan oleh syariah, maka tidak boleh umat islam memanfaatkanya, walaupun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pada masa daulah Abbasyiah(750-1258) di bagdad yang didirikan oleh Saffah dan Mansur mencapai keemansannya mulai dari Mansur sampai Wathiq dan yang jaya adalah periode Harun dan putranya, Ma’mun. kholifah Abu Ja’far Abdullah Al-Manshur(752-775) telah mempekerjakan para penterjemah untuk menterjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti dan filsafat dari bahasa Yunani, Persia dan Sanakrit. Demikian juga pada masa kekholifahan al Makmun bin Harun ar-Rasyid (813-832), kegiatan penterjemahan digalakkan lagi, dengan mendirikan Darul Hikmah atau akademi ilmu pengetahuan pertama di dunia, yang terdiri dari perpustakaan, pusat penterjemah, observatorium bintang dan Universitas (darul ulum), bahkan fakultas kedokteran telah didirikan sejak tahun 765 M, juga al-Makmun pernah mengirimkan penerjemah ke konstinopel, Roma dan lain-lain.
Oleh karena itu, lahirlah ilmu pengetahuan dari kalangan Islam sendiri, baik yang sifatnya memperkarya karya asing yang telah ada maupun sama sekali baru. Dengan demikian, begitu besarnya sumbangan kalangan muslimin kepada ilmu pasti, fisika, kimia, farmasi, kedokteran, ilmu hayat, ilmu bintang dan ilmu bumi, sehingga mutlak di lakukan berbagai tangga bagi peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi selanjutnya, hal ini juga telah di sempurnakan oleh Islam di Andulisia, Spanyol. Jadi Ilmu pengetahuan dan teknologi yang pernah mendapatkan perhatian kaum muslimin saat itu adalah ilmu pasti dan segala macam cabangnya yaitu ilmu hitung, aljabar, ilmu ukur, mekanika, ilmu bidang, dan ilmu bumi alam, juga ilmu pengetahuan alam(natural science) yang terdiri dari fisika, kimia, biologi, dan bermacam ilmu yang lainnya. Adapun tokoh ilmuan dalam bidang matematika antara lain: Muhammad bind Musa alKhawarizm. Al-Kindi, Tsabit bin Qurral, Abu Waffa’ al-Buzjani, al-Haitsam, Ihwanus Shafa, Ibnu Sina, Umar Khayam, Nashirudin Al-Thusi, Baharudin Al-Amili, Muhammad Baqin Yazdi. Sedangkan tokoh dalam bidang fisika antara lain: Quthubuddin al-Syirazi, Ibnu Haitsam, Abu Raihan al-Muslim yang telah memberikan sumbangan atau yang ikut berperan. Hal ini tampaknya menjadi salah satu proyek ilmuan Barat untuk menguji pengaruh Islam terhadap Eropa. Mereka telah melakukan beberapa penelitian dan mewujudkan beberapa tulisan. W. Montgomery Watts menunjukkan beberapa pengaruh pemikiran Islam terhadap pemikiran di Eropa, yang berarti juga terhadap perkembangan dunia Barat. Maka ia mengajak Eropa bukan hanya untuk mengakui dan berterimakasih atas jasa Islam terhadap Eropa, namun juga untuk meluruskan kesalah-kesalah yang telah diperbuat Eropa selama berabad-abad. Bahkan menurut Weeraamantry, pemikiran John Locke dan Rousseau, terutama sekali mengenai teori mereka tentang kedaulatan (sovereignty), mendapat pengaruh dari pemikiran Islam. Locke ketika menjadi mahasiswa Oxford sangat frustasi dengan disiplinnya, namun tertarik untuk mengikuti ceramah dan kuliah Edward Peacooke, Professor dalam bidang studi Arab, kemudian perhatian pemikiran Locke adalah mengenai problem-problem tentang pemerintahan, kekuasaan dan kebebasan individu. Montesquiqe juga tidak lepas dari pemikiran Islam, indeed there many specific to the qur’an and the Islmic law in the writing. Ia terpengaruh oleh Ibn Khaldun tentang bidang sejarah dan sosiologi, dimana Montesquieu ini banyak mempengaruh savigny yang pemikiran sosiologi dan sejauhnya sangant berpengaruh pada pemikiran Barat samapai kini.
D. Pradigma Hubungan Agama-Iptek Seperti telah dijelaskan terdahulu, ilmu pengerahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang di peroleh melalui proses yang di sebut metode ilmiah (scientic method) (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Sedangkan teknologi adalah pengetahuan dan keterampilan yang mempengaruhi yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusi seharihari (Jujun S. Suriasumantri, 1986). Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangakn iptek (agus, 1999). Agama
yang dimaksud disini adalah agama Islam, yaitu agama yang dirunkan Allah kepada
nabi
Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan penciptanya(dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan manusia dengan diri sendiri (dengan aturan akhlak, makan dan pekaian), dan hubungan manusia dengan manusia lainnya ( dengan aturan muamalah dan uqubat/system pidana(An Nabhani, 2001). Bagaimana hubungan Agama dan Iptek? Secara garis besar, bedasarkan tujuan ideology yang mendasari hubungan keduannya, terdapat 3 jenis paradigm (Yahya Farghal, 1990: 99-119): Pertama, paradigm secular, yaitu paradigm yang memandang agama dan iptek adalah terpisah dari kehidupan(fashl al diin an al-hayah). Agama tidak dinagikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan
pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak
mengatur kehidupan umum/public. Paradigm ini memandang agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologism, epistemologis, dan aksiologis. Paradigm ini mencapai kematangan pada akhir abad XIX di barat sebagai jalan keluar dari kontradiksi ajaran Kristen (khususnya teks Bible) dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Semula ajaran Kristen dijadikan standar kebenaran ilmu pengetahuan. Tapi ternyata banyak ayat bible yang berkontradiksi dan tidak relevan dengan fakta ilmu pengetahuan. Contohnya, menurut ajaran gereja yang resmi, bumi itu datar seperti halnya meja dengan empat sudutnya. Padahal faktanya, bumi itu bulat berdasarkan penemuan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pelayaran Magellan. Dalam Bible dikatakan : kemudian dari itu, akan melihat malaikat berdiri pada keempat penjuru angin bumi dan mereka menahan keempat angain bumi, supaya jangan ada angin yang bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon(wahyu-wahyu 7:1) Kalau konsisten dengan teks Bible, maka fakta sains bahwa bumi bulat tentu harus dilakukan oleh teks Bible ( Adian Husaini, Mengapa Barat Menjadi sekula liberal). Ini tidak masuk akal dan problematik. Maka, agar tidak problematic, ajaran Kristen dan Ilmu pengetahuan akhirnya dipisahkan satu sama lain dan tidak boleh salitn intervensi. Kedua, paradigm Sosialis, yaitu paradigm dari ideology sosialisme yang nenfikan eksistensi agama sama sekali. Agama tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek. Iptek bias berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigm ini mirip dengna paradigm sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigm sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi penannya dalam hubungan vertical manusia-tuhan. Sedangkan dalam paradigm sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dalam kehidupan. Paradigm tersebut didasarkan pada pemikiran Karl Marx yang ateis dan memandang agama (Kristen) sebagai candu masyarakat, karena menurutnya agama membuat orang terbius dan lupa akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan : rekigion is the sign of the oppressed creature, the heart of heartless world, just as it is the spirit of a spiriyless situation. It is opium of the people. ( Agama adalah keluh kesah makhluk tertindas, juwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/sirit dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah
candu bagi rakyat (lihat Karl Marx, contribution to the critique of hegl’s philosophy of raight, termuat dalam on religion, 1957: 141-142), dalam ramly, 2000: 165-166. Berdasarkan paradigm sosalis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan iptek. Seluruh bagunan ilmu pengetahuan dalam paradigm sosialis didasarkan pad aide besar metarialism, khususnya materialism dialekti ( Yahya Farghl, 1994: 112). Paham materialism dialektis adalah paham yang memanang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus memlalui proses dealektika, yaitu memlalui pertentengan-pertentangan yang ada meteri yang sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri (Ramly, 2000: 110). Ketiga, paradigm Islam, yaitu paradigm yang memandang bahwa agama adalah dasar pengaturan kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist menjadi aqidah fikriah, yaitu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-Nabhani, 2001 ). Paradigm ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bias kita pahami dari ayat yang pertama kali turun. Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikiran itu tidak boleh lepas dari aqidah Islam, karena Iqro’ haruslah dengan bismi robbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yaitu merupakan asas aqidah Islam. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kita putus dalam pengetahuan bukan berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada Ilmu Allah yang mencakup dan meliputi segala sesuat (Yahya Farghal, 1994 : 177). Paradigm yang dibawa Rasulullah SAW yang meletakkan aqidah Islam yang berasakn syahadat sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau mengajak memeluk aqidah Islam lebih dahulu, lalu setelah itu menjadi aqidah tersebut sebagai pondasi peristiwa ketika di masa Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang bertepatan dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim). Orang –orang berkata bahwa gerhana ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim, maka Rasulullah SAW segera menjelaskan: Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau kelahirannya seseorang, akan tetapi keduannya termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah. Dengan Allah memperingatkan hambaNya (HR. Al-Bukhari dan An-Nasa’i). dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuannya, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib sesorang. Hal ini sesuai aqidah muslim tertera dalam Al-Qur’an. Sesungguahnya langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal. (QS Ali Imran :190). Ini paradigm Islam yang menjadikan aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan seorang muslim. Paradigm ini lah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan saleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek.
E. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perkembangan ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
(iptek)
disatu sisi
memang
berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern industry, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Dengan ditemukan mesin jahit, dalam satu menit bisa dilakukan sekitar 7000 tusukan jahit. Bandingkan kalu kita menjahit dengan tangan, hanya bisa 23 tusukan permenit (Qardhawi, 1997). Dahulu, Ratu Isabella (Italia) di Abad XVI perlu waktu 5 bulan dengan sarana komunkasi tr adisional untuk memperoleh kabar penemuan benua Amer ika oleh Colombus. Lalu abad XIX orang Eropa perlu dua minggu untuk memperoleh berita pembunuhan presiden Abraham Lincoln. Tapi, pada 1969, dengan sarana komunikasi canggih, dunia hanya per lu waktu 13 detik untuk mengetahui kabar pendaratan Neil Amstrong di bulam ( Winarno, 2004). Dulu orang naik haji dengan kapal laut bisa memakan waktu17-20 hari untuk sampai ke Jeddah. Sekarang dengan naik pesawat, kita hanya perlu 12 jam saja. Tapi di sisi lain, tak jar ang iptek berdampak negative karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Pada tahun 1995, Elizebetta, seorang bayi Italia, lahir dari r ahim bibinya setelah dua tahun ibunya (bernama Luigi) meninggal. Ovum dan sperma orang tuanya yang asli, ternyata telah disimpan di bank, kemudian baru dititipkan pada bibinya, Elenna adik Luigi (Kompas, 16/01/1995). Bayi tabung di Barat bisa berjalan walaupun asal usul sperma dan ovumnya bukan dari suami isteri (Hadipermono, 1995). Bioteknologi dapat digunakan untuk mengubah mikroorganisme yang sudah berbahaya, menjadi lebih berbahaya, misalnya mengubah sifat genetic virus influenza hingga mampu membunuh manusia dalam beberapa menit saja (Bakry, 1996). Cloning hewan r intisan Ian Willmut yang sukses menghasilkan domba cloning bernama Dolly, akhirakhir ini diterapkan pada manusia (Human Kloning). Lingkungan hidup seperti laut, atmosfer udara, dan hutan juga tak sedikit mengalami kerusakan
dan pencemaran yang sangat parah dan berbahaya. Beberapa varian
tanaman hasil rekayasa genetika juga diindikasikan berbahaya bagi kesehatan manusia. Tak sedikit yang memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan dunia maya (cyber crime) dan untuk mengakses pornografi, kekerasan, dan perjudian. Disinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama member tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negative seminal mungkin? Sejauh manakah agama islam dapat berperan dalam mengendalikan perkembangan teknologi modern? Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah ber langsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada
abad ke 14 M. berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahanterjemahan Ar ab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali kedalam bahasa Latin. Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetepi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan- gerakan itu adalah: kebangkitan kembali kebudayaan Yunani Klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M. Kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi sangat dipengaruhi oleh factor social ekonomi dan politik serta didorong oleh penghargaan dan perhatian yang tinggi dari pihak penguasa. Kondisi yang demikian mampu melahir kan tokoh-tokoh ilmuwan muslim
yang
bangkit semangat keilmuwannya, yang menentukan kelahiran suatu kebuyaan-kebudayaan dan peradaban. Maka pentas bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, terutama di saat pemerintah dipegang oleh para penguasa yang arif dan cinta ilmu Dr. Ramli manambah, pencapaian sains pada zaman egemilangan tamaddun Islam sebelum tercetusnya kemajuan Barat telah memberikan keseluruhan asas jawaban terhadap kemelut yang ditimbulkan oleh sains modern. Sains Islam berkhidmat cemerlangnya
kepada dunia telah
membentuk
keharmonian sejagat dengan pendekatan
Holistik dan melandasi garis petunjuk Qur 'an dengan sebutan rahmatan lil alamin ternyata ia telah dekecapi nikmatnya oleh manusia sejagat, jelasnya.
F. Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam Iptek, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek, inilah paradigm Islam sebagaimana yang telah dibawa Rasullah SAW. Paradigm Islam inilah yang seharusnya siadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan paradigm sekuler yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep
ilmu pengetahuan.
Ber cokolnya
paradigma sekuler inilah yang bisa
menjelaskan, mengapa di dalam system pendidikan yang diikuti orang Islam diajarkan system ekonomi
kapitalis
yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi
paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya teori darwn yang dusta dan sekaligus bertolak belakng dengan aqidah Islam. Kekeliruan paradigmatic ini harus dikoreksi.
Ini
tentu
perlu
peyebahan fundamental dan perombakan total. Dengan cara
mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan paradigma Islam yang memandang bahwa aqidah Islam yang sehar usnya dijadikan basis bagi bagnunan ilmu pengetahuan manusia. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits, tapi
maksudnya adalah konsep iptek harus distandirisasi benar salahnya dengan tolok ukur alqur’an dan al- hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya (Al-Baghdadi, 1996: 12). Jika kita menjadikan aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa ilmu astronomi, geologi, agr onomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu, atau hadits tertentu. Kalaupun ada ayat atau hadits yang cocok dengan fakta sains, itu adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu, bukan berarti konsep iptek harus bersumber pada ayat atau hadist tertentu. Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai pancaran cahaya dan panas (QS Nuh: 16), bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas) sedangkan galaksi-galaksi tercipata dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut (QS Fushilat; 11-12), dan seterusnya. Ada sekitar 750 ayat dalam al-qur'an yang semacam ini (lihat Al-Baghdadi, 2005: 113). Ayat-ayat ini menunjukkan betapa luasnya ilmu Allah sehingga meliputi segala sesuatu, dan menjadi tolok ukur kesimpulan iptek, bukan berarti bahwa konsep iptek wajib didasarkan pada ayat-ayat tertentu. Jadi, yang dimaksud menjadikan aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada al-qur'an dan al- hadist, tapi yang dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada al-qur'an dan al- hadits. Ringkasnya, al-qur'an dan al- hadits adalah standee (miqyas) iptek, dan bukannya sumber (ashdar) iptek. Artinya, apapun konsep iptek yang dikembangkan, harus sesuai dengan al-qur 'an dan al-hadits, tidak boleh bertetangan. Jika suatu konsep iptek bertentangan dengan al-qur 'an dan al-hadits, maka konsep itu berarti harus ditolak. Mislanya saja teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari organism sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi alam menjadi organism yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang. Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil dari evolusi organism sederhana. Ini ber tentangan dengan firman Allah yang menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya sebagaimaa fantasi teori Darwin (Zallum, 2001). Implikasi lain dari prinsip ini, yaitu al-qur'an dan al-hadits hanyalah standar iptek, dan bukan sumber iptek, adalah umat Islam boleh mengambil iptek dari sumber kaum non muslim. Dahulu Nabi SAW menerapkan penggaian parit di sekeliling Madinah, padahal strategi militer itu berasal dari tradisi kaum Persia yang beragama Majusi. Dahulu Nabi SAW juga pernah memerintahkan dua sahabat mempelajari teknik persenjataan ke yaman, padahal Yaman dahulu adalah ahlu kitab. Umar
bin Khatab pernah mengambil system
administrasi dan pendataan Baitul Mal yang berasal dari Romawi yanng beragama Kristen. Jadi, selama tidak bertantangan dengan aqidah Islam iptek dapat diadopsi dari kaum non islam. Maka dari itu pendidikan mutlak dilakukan. Pendidikan adalah suatu peristiwa penyampaian atau suatu proses transformasi. Dalam proses transformasi itu, disamping ada subjek atau yang meyampaikan materi, ada pula objek atau yang menerima penyampaian
materi itu. Hal ini mengandung makna komunikasi. Komunikasi tersebut tentunya tidak dapat berlangsung dalam ruang hampa, melainkan dalam suasana yang mengandung tujuan. Harus diusahakan pencapaiannya dengan mengarahkan segala daya upaya pendidikan, seperti; bahasa, metode, alat evolusi, dan sebagainya. Pendidikan mencangkup pengertian sekaligus, yakni Tarbiyah, ta'lim, dan ta'dib. Maka pengertian pendidik terutama Islam sebagai Murabbi, Mu'allim, dan Mu'addib sekaligus. Menurut Azyumardi Azra, pendidikan Islam adalah nilai-nilai social kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran- ajar an al-qur'an dan sunnah, atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia. Wararisan pemikiran Islam terdahulu
merupakan
juga
merupakan dasar
penting
yang tidak boleh dilupaka dalam
pendidikan Islam. Hasil pemikiran para Ulama, filosof, cendekiawan Muslim, khususnya dalam pendidikan menjadi rujukan penting dalam pengembangan Islam. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kecerdasan, kepribadian dan kemandir ian anak sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 UU Sisdiknas, mengacu pada tujuan pendidikan nasional seperti itu maka penjabaran ranah tujuan menjadi sangat luas; seperti ideology pendidikan, kualitas bangsa, penguasaan iptek, karakter,
kemandir ian dan sebagainya. Tujuan pendidikan
hakekatnya adalah suatu perwujudan dari niai-nilai ideal yang terbentuk dalam pr ibadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kepribadian manusia, sehingga gejala dalam perilaku lahiriyah.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan Ilmu pengetahuan
(sains)
adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method). Sedang teknologi adalah pengetahuan
dan
ketrampilan
yang
merupakan
penerapan
ilmu
pengetahuan
dalam
kehidupan manusia sehari-har i. Perkembangan iptek adalah hasil dar i segala langkah dan pemikiran
untuk
memper
luas,
memeperdalam,
dan
mengembangkan
iptek.
Dalam
perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua) yang perlu diperhatikan. Pertama, menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikir an dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler , yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern idustri, komunikasi, dn tansportasi, misalnya, terbukti amat ber manfaat dan lain-lain. Tetapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negative karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah menewaskan ratusan ribu manusia di Hiroshima dan Nagasak pada tahun 1945 dan masih banyak lao contoh lain, belum lagi dampak negative dan Informasi teknologi bagi para pemuda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan masa yang akan datang.
Daftar Pustaka Arief, armai. Pengatar ilmu dan metodologi pendidikan Islam. Jakarta: ciputat press, 2002 Azra, Azyumardi.pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Melinium Baru. Jakar ta: Logos, 2004. Azizi, A. qodri. Melawan Globalisasi, Reinterprestasi Ajar an Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Bahreisj, Hossein. Menengok Kejayaan Islam. Surabaya: Bina Ilmu, 1995. Baiquni, Achmad. Al-Qur’an I lmu Pengetahuan dan Teknologi, Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 2001. Bakry, Nurchlis et.al. Bioteknologi dan Al-Qur’an Referensi Dakwah Da’i Modern. Jakarta: Gema Insani Press, 1996 Mansur. Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004. M. Abdul Karim. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 1997. M. Chabib Thoha. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.