Majalah Obat Tradisional, 16(3), 174 – 181, 2011
SITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia (HEMSLEY) A. GRAY.) DAN RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) PADA SEL WiDR CYTOTOXIC EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT OF MIXTURE OF KEMBANG BULAN (THITONIA DIVERSIFOLIA) LEAVES AND KENCUR (KAEMPFERIA GALANGAL) RHIZOMES ON WIDR SEL LINE Hajid Rahmadianto Mardihusodo1, Mae Sri Hartati Wahyuningsih1*), Oky Ardian S2. Giovanni Van Empel2 1*)Bagian
Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran UGM, Jogjakarta; telp (0274) 511103; 2.Mahasiswa Program Dokter FK-UGM
ABSTRAK Kasus kanker kolon dalam satu dekade terakhir mengalami peningkatan pesat baik di dunia maupun Indonesia khususnya. Pada beberapa penelitian tanaman T. diversifolia dan K.galanga dilaporkan mempunyai aktivitas sitotoksik dan antikanker. Ekstrak etanol 70% T. diversifolia mempunyai efek sitotoksik terhadap sel kanker kolon (WiDr) dengan nilai IC50=61,55 ug/mL, sedangkan ekstrak etil asetat rimpang K.galanga menunjukkan efek sitotoksik yang selektif terhadap sel SW-620 (sel kanker kolorektal) dengan IC50 8,29 µg/mL. Senyawa flavonoid dalam K.galangan pada konsentrasi 10 dan 100 µg/mL bersifat stimulator meningkatkan kemampuan efek mikrobisidal dan proses fagositosis makrofag. Campuran ekstrak K.galanga dengan ekstrak T. diversifolia belum pernah dilaporkan sehingga penelitian ini dilakukan untuk melihat efek sitotoksiknya menggunakan indikator IC50. Sel WiDr (2x104 sel/well) diinkubasi dengan ekstrak bahan uji dalam 8 konsentrasi yang berbeda selama 24 jam. Efek sitotoksik dievaluasi dengan inhibitory fifty percent (IC50) menggunakan metode MTT assay. Hasilnya menunjukkan bahwa campuran ekstrak etanol 70% daun T.diversifolia dan rimpang K.galanga mempunyai efek sitotoksik terhadap sel WiDr dengan IC50= 69,36 µg/mL (perbandingan 50:50) dan 66,68 µg/mL (perbandingan 75:25). Kata kunci: Flavonoid, stimulator, sitotoksik, antikanker, IC50
ABSTRACT Colon cancer cases are increasing on the world especially in Indonesia, in the last decade. Literatures reported that T. diversifolia and K.galanga were cytotoxic and considered potential as anti-cancer in the future. Ethanolic (70%) extract of T. diversifolia displayed cytotoxic activity on colon cancer cell line (WiDr) having IC50, 61.55 µg/mL; and ethil acetate extract of K.galanga rizhome performed cytotoxic effect in vitro on colorectal cancer (SW-620) (IC50 8.29 µg/mL). It is reprted also that flavonoids isolated from K.galanga induced microbicidal and fagositotic activity of the macrophage cells. However, Cytotoxic effect of mixture of those extracts has not been reported yet; therefore this study was aimed to determine its cyotoxic property of the extract mixture that would be indicated by its IC50 value. Initially, the WiDr cells were incubated with extract at 8 different concentrations for 24 hours. Cytotoxic effect was evaluated according to IC50 value obtained, and cytotoxic assay is done by using MTT method. The result indicates that the extract of the mixture displays cytotoxic effect agains wiDr having IC50, 64.36 µg/mL (at equal proportions) and 66.68 µg/mL [T. diversifolia and K.galanga (75:25)]. Key word: Flavonoid, stimulator, cytotoxic, anti-cancer, IC50
PENDAHULUAN Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2007 terdapat lebih dari 12 juta kasus baru kanker dan setiap harinya diperkirakan 20 ribu
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011 174
orang di seluruh dunia meninggal karena kanker. Kanker kolon atau kanker kolorektal menempati peringkat ketiga pada pria (663.000 kasus, 10% dari total) dan peringkat kedua pada wanita (571.000, 9,4% dari total) kasus kanker di dunia
Hajid Rahmadianto Mardihusodo (Anonim. 2008). Penyakit kanker kolon di Indonesia termasuk dalam lima besar penyakit kanker yang banyak di derita penduduk disamping kanker payudara, serviks, paru, dan getah bening (Anonim, 2009). Uji sitotoksik merupakan perkembangan metode untuk memprediksi keberadaan obat sitotoksik baru termasuk diantaranya dari bahan alam yang berpotensi sebagai antikanker. Berdasarkan sifat-sifat toksik senyawa tersebut maka sifat sitotoksik merupakan syarat mutlak dari obat antikanker (Burger, 1970). Metode 3(4,5-dimetilthiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromid (MTT) digunakan untuk mengukur aktivitas metabolit kultur sel in vitro dengan menafsirkan karakteristik pertumbuhan sel, menentukan nilai IC50 dan menghitung sel hidup dengan dasar pembentukan formazan ungu (Sieuwerts et al., 1995). Prinsip dari metode ini adalah terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT oleh enzim reduktase. Suksinat tetrazolium yang termasuk dalam rantai respirasi dalam mitokondria sel hidup yang membentuk kristal formazan ungu dan tidak larut air. Penambahan reagen stopper (bersifat detergenik) akan melarutkan kristal tersebut yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan ELISA reader. Intensitas warna ungu yang terbentuk proporsional dengan jumlah sel yang hidup. Oleh karena itu, jika intensitas warna ungu semakin besar, berarti jumlah sel hidup semakin banyak (Anonim, 2002). Sejumlah kecil golongan obat antikanker yang mempunyai indeks terapi semakin sempit, berpotensi menyebabkan efek samping berbahaya yang semakin besar (Brunton et al, 2006). Akhirakhir ini banyak penelitian untuk mencari alternatif pengobatan kanker terutama menggunakan bahan-bahan alam yang diyakini dapat menyembuhkan dan menekan efek samping obat. Salah satu kandidat obat herbal untuk antikanker adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman ini secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit (Obafemi et al.,2006). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak eter kembang bulan mempunyai efek sitotoksik pada sel HTC-116, disisi lain ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol berturutturut mampu menghambat proliferasi sel kanker kolon (Col-2), dan antileukemia (Goffin et al.,2002; Gu et al.,2002). Menggunakan metode Bioassay *Korespondensi : Mae Sri Hartati Wahyuningsih Bagian Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedokteran UGM, Jogjakarta; telp (0274) 511103 Email : E-mail
[email protected].
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011
guided isolation yang termonitor uji sitotoksik pada sel HeLa dengan MTT {3-(4, 5dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide}, senyawa murni telah terisolasi dengan nilaiIC50 5,862 ± 1,925 μg/mL (Soeparto, 2010). Penelitian lanjutan terhadap isolat murni yang diidentifikasi sebagai Tagitinin C pada 10 macam sel kanker manusia in vitro menunjukkan bahwa isolat tersebut mempunyai efek sitotoksik terbesar pada sel kanker kolon (WiDr) dengan IC50=0,585 ug/mL (Wahyuningsih et al., 2009). Baru-baru ini juga telah dilakukan uji sitotoksik ekstrak tanaman kembang bulan dengan berbagai macampelarut {metanol, etanol (100%, 70%, 50%), dan air} terhadap berbagai macam sel kanker (10 macam) secara in vitro, hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% merupakan ekstrak yang mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker kolon (WiDr), IC50=61,55 ug/mL (Wahyuningsih et al., 2009). Pada ujicoba dengan mencit jantan dan betina galur wistar tampak kelemahan dari ekstrak etanol 70% T. diversifolia ialah imunomodulator yang lemah (Wijayanti et al., 2010). Padahal peningkatan respon imunitas sangat berperan dalam eliminasi sel tumor (Dalerba et al., 2003). Kencur (Kaempferia galanga) merupakan famili Zingiberaceae. Secara empirik kencur digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti: batuk, radang lambung, perut nyeri, tetanus dan bengkak. Akar rimpang kencur ialah bagian yang digunakan sebagai obat (Astuti et al., 2006). Menurut laporan Jagadish et al.(2010), ekstrak etil asetat rimpang Kaempferia galanga menunjukkan toksisitas yang selektif terhadap sel kanker salah satunya SW-620 (sel kanker kolorektal) dengan IC50 8,29 µg/mL. Konsentrasi kecil 10 dan 100 µg/mL senyawa flavonoid kencur pada penelitian bersifat stimulator meningkatkan kemampuan efek mikrobisidal dan proses fagositosis atau penelanan (Revilla et al., 2008). Berdasarkan fakta diatas maka perlu dilakukan evaluasi terlebih dahulu sifat sitotoksik campuran ekstrak etanol 70% T. diversifolia dan rimpang Kaempferia galanga terhadap sel kanker kolon. Diharapkan adanya aktivitas rimpang Kaempferia galanga yang dapat meningkatkan sistem imun, bila dicampurkan dengan ekstrak T. diversifolia yang sudah terbukti mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker kolon, diharapkan dapat menambah perbaikan kondisi pasien kanker nantinya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan campuran ekstrak etanol 70% daun T.diversifolia dan rimpang K. galanga sebagai kandidat obat herbal penyakit kanker kolon
175
SITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK ETANOL......... dengan mengetahui efek sitotoksik ekstrak etanol 70% rimpang K. galanga serta campuran antara ekstrak etanol 70% T.diversifolia dan K. galanga terhadap sel WiDr secara in vitro mengacu pada nilai IC50.
METODOLOGI Bahan dan alat Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimental dengan rancangan post-test control group design. Subjek dalam penelitian ini adalah sel WiDr, sel turunan kanker kolorektal (Pemberian Prof. Kees Nooter dari Erasmus Medical Centre, the Netherlands dan dikembangkan di LPPT-UGM). Daun T. diversifolia (TD), diambil dari daerah Pakem bulan November 2010, rimpang Kaempferia galanga (KG) diperoleh dari Tawangmangu Januari 2011, ethanol (E.Merck), serbuk silika Gel GF254 (E. Merck), media DMEM (Sigma), FBS serum (Gibco BRL), Fungison dan Streptomisin (Sigma), Penisilin (Gibco BRL), tripsin/EDTA, formaldehide, DMSO (E.Merck). Tabung gelas untuk maserasi, Evaporator (Heidolph vv 2000, Germany), Oven (Memert, Germany), lampu UV, Hair dryer (Philip), Plate silica gel GF 254, Chamber (Chamag) dan alat-alat gelas lainnya, Microplate 96 well (Nunclone), sentrifuge Sigma 3K12 (B. Braun Biotech International), blue tip dan yellow tip, CO2 Jacketed Incubator (Nuaire TM IR autoflow), haemocytometer (New Bauer), tabung conical steril (nunclone), scarper, tissue culture flask (nunclone), Laminar airflow (Nuaire). Cara penelitian Preparasi ekstrak uji Rimpang K.galanga yang dipotong-potong serta daun T.diversifolia dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC dan dibuat serbuk dengan cara di blender, kemudian diekstraksi dengan cara maserasi di laboratorium Farmakologi dan Terapi FK UGM. Ekstraksi dilakukan dengan memasukkan 500 gram serbuk kering daun T.diversifolia ke dalam toples kaca kemudian ditambahkan etanol 70% sebanyak 1 liter, didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya disaring dengan menggunakan corong Buchner dengan vakum sehingga diperoleh fase ampas dan sari ethanol 70%. Kemudian fase ampas dimaserasi kembali sebanyak 2 kali (3 kali penyarian), sedangkan sarinya dikumpulkan untuk dipekatkan dengan evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol 70% kental. Langkah yang sama dilakukan pada
176
rimpang K.galanga. Hasil akhir yang diperoleh dari tahap ini ialah ekstrak ethanol 70% daun T.diversifolia dan rimpang K.galanga yang siap diuji efek sitoksik pada sel WiDr. Preparasi seri konsentrasi ekstrak Masing-masing ekstrak etanol daun T.diversifolia dan rimpang K.galanga ditimbang dengan berat total 5 mg dan dilarutkan dalam Dimethyl sulphoxide (DMSO) sebanyak 100 ul, dibantu dengan alat fortek. Tambahkan medium kultur (DMEM) supaya diperoleh larutan induk dengan konsentrasi masing sebesar 50.000 ug/mL. Selanjutnya dibuat 2 sampel yaitu campuran ekstrak etanol daun T.diversifolia dan rimpang K.galanga dengan perbandingan 50:50 dan 75:25 serta ekstrak etanol rimpang K.galanga, dibuat 8 seri konsentrasi yang akan diujikan yaitu (200; 100; 50; 25; 12,5; 6,25; 3,125, dan 1,563) ug/mL. Kultur sel WiDr Setelah proses thawing, sel WiDr ditumbuhkan dalam tissue flask culture, diinkubasikan pada suhu 37 C dengan aliran CO2 5%. Setelah 24 jam, medium diganti dan sel ditumbuhkan hingga konfluen dan jumlah sel cukup untuk penelitian lebih lanjut. Setelah sel konfluen tahap selanjutnya melepas sel WiDr dari tissue flask culture dengan1 mL tripsin (0,25%). Setelah sel terlepas tambah media ± 10 mL, disentrifugasi 10 menit, kecepatan 300 rpm. Endapan sel diresuspensi dengan 1 mL DMEM, kemudian sel dihitung dengan hemocytometer. Plate 96 sumuran disiapkan untuk uji sitotoksik ini. Uji sitotoksik Sejumlah sel WiDr 2x104 sel/sumuran dalam media DMEM, FBS 10%, dimasukkan kedalam 96-well plate sebanyak 100 µl, plate dimasukkan dalam inkubator 37oC, 5% CO2 selama 3 jam. Setelah itu tiap-tiap sumuran ditambahkan seri konsentrasi sampel dalam media @100 µl (triplikat/n:3), 9 sumuran disisakan (3 untuk kontrol 5FU; 3 untuk kontrol sel dan 3untuk kontrol media). Selanjutnya di inkubasi selama 24 jam dalam inkubator 37oC, 5% CO2. Pagi harinya media dibuang kemudian ditambahkan media baru dan larutan MTT (5 mg/mL PBS) masingmasing sumuran 100 ul. Kultur sel diinkubasi kembali selama 4 jam pada inkubator 37oC, CO2 5%. Setelah itu ditambahkan stop solution (100 ul/sumuran) dan diinkubasi selama semalam. Lalu optical density diukur pada 540 nm dengan ELISA plate reader.
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011
Hajid Rahmadianto Mardihusodo Tabel I. Rerata nilai absorbansi dan persentase penghambatan ekstrak etanol 70% TD dan KG terhadap sel WiDr setelah inkubasi 24 jam. Dosis 1,563 3,125 6,25 12,5 25 50 100 200
Persentase penghambatan (%) Ekstrak etanol 70% TD KG 33,87 34,69 33,87 30,38 32,09 28,84 25,51 17,38 35,74 27,05 45,49 30,79 85,78 35,82 98,21 43,62
5-FU 34,28 37,21 37,04 37,77 41,27 41,35 53,29 64,50
Gambar 1. Grafik hubungan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol 70% TD; KG, dan 5-FU dengan persentase penghambatan pertumbuhan sel WiDr setelah inkubasi 24 jam.
Persentase penghambatan sel Persentase penghambatan sel dari tiap-tiap konsentrasi sampel yang diperoleh dihitung dan dianalisis menggunakan rumus: %penghambatan =
(A-B) – (C-B) (A-B)
x 100%
Keterangan: A = rata-rata absorbansi media sel B = rata-rata absorbansi media C = rata-rata absorbansi sampel uji Analisis Hasil Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang mengakibatkan penghambatan pertumbuhan sel sebanyak 50 % digunakan analisis probit.
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian aktivitas sitotoksik dilakukan secara 2 tahap. Pada uji sitotoksik tahap pertama ini bahan uji, yaitu ekstrak etanol 70% T. diversifolia (TD) dan rimpang Kaempferia galanga (KG) diinkubasikan selama 24 jam pada kultur sel WiDr (2x104 sel/sumuran). Sebagai kontrol positif menggunakan 5-FU. Tabel I dan Gambar 1 menunjukkan bahwa konsentrasi yang digunakan antara ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG serta 5-FU pada tingkat seri konsentrasi yang sama. Pada konsentrasi tertinggi yaitu 200 µg/mL dan terendah yaitu 1,563 µg/mL. Pada konsentrasi tertinggi ekstrak etanol 70% daun TD mampu menghambat pertumbuhan sel WiDr sebesar 98,21 %, sedangkan pada konsentrasi terendahnya memberikan penghambatan sebesar 33,87 %.
177
SITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK ETANOL......... Tabel 2. Rerata nilai absorbansi dan persentase penghambatan ekstrak etanol 70% daunTD dan rimpang KG terhadap sel WiDr setelah inkubasi 24 jam.
Dosis 7,8125 15,625 31,25 62,5 125 250 500 1000
TD: KG (50:50) 41,26 41,04 38,59 46,33 74,05 99,32 99,43 97,04
Persentase penghambatan (%) Ekstrak etanol 70% TD: KG (75:25) KG 43,6 41,49 36,14 47,58 82,41 100 100 98,58
42,49 39,82 37,77 40,50 45,05 66,21 94,77 96,76
Gambar 2. Grafik hubungan peningkatan konsentrasi ekstrak etanol 70% rimpang KG serta campuran ekstrak etanol 70% TD dan rimpang KG dengan persentase penghambatan pertumbuhan sel WiDr setelah inkubasi 24 jam.
Untuk rimpang KG pada konsentrasi tertinggi memberikan penghambatan pertumbuhan sel WiDr sebesar 43,62 % dan pada konsentrasi terendah memberikan penghambatan sebesar 34,69 %. Pada kontrol positif menggunakan 5-FU penghambatannya mencapai 64,50 % pada konsentrasi tertinggi dan 34,28% pada konsentrasi terendah. Hasil tersebut sebagai dasar untuk uji sitotoksik tahap kedua. Pada tahap ini sudah terjadi optimasi seri dosis bahan uji yang digunakan. Datanya disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2. Tabel II dan Gambar 2 menunjukkan bahwa konsentrasi dosis yang digunakan antara campuran ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG serta ekstrak etanol 70% rimpang KG pada tingkat seri dosis yang sama. Pada konsentrasi tertinggi menggunakan dosis
178
1000 µg/mL dan dosis terendahnya 7,813 µg/mL. Campuran ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG menggunakan perbandingan 50:50 dan 75:25. Pada dosis tertinggi campuran ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG dengan perbandingan 50:50 mampu menghambat pertumbuhan sel WiDr sebesar 97,06 %. Sedangkan pada konsentrasi terendahnya memberikan penghambatan sebesar 41,26 %. Untuk campuran ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG dengan perbandingan 75:25 mampu menghambat pertumbuhan sel WiDr sebesar 98,58 %. Sedangkan pada konsentrasi terendahnya mem-berikan penghambatan sebesar 43,6 %. Ekstrak etanol 70% rimpang KG pada konsentrasi tertinggi memberikan penghambatan pertumbuhan sel WiDr sebesar 96,76 % dan pada konsentrasi terendah memberikan penghambatan sebesar 42,49 %.
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011
Hajid Rahmadianto Mardihusodo
Gambar 3. Gambaran perbandingan nilai IC50 hasil analisis probit pada perlakuan dan kontrol positif (5-FU).
Dapat diamati pada ekstrak etanol 70% rimpang KG dosis 250 dan 500 µg/mL terdapat penghambatan pertumbuhan sel WiDr sampai sebesar 100%. Efek sitotoksik bahan uji dinyatakan dengan nilai IC50. Nilai IC50 dari masing-masing bahan uji diperoleh dengan menggunakan analisis probit dan disajikan pada gambar 3. Pembahasan Hasil pengujian sitotoksisitas menggunakan metode MTT dari ekstrak etanol 70% rimpang KG terhadap sel WiDr menunjukkan IC50 sebesar 146.75 µg/mL (gambar 3). Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jagadish et al. (2010) yang menguji ekstrak etanol rimpang KG terhadap sel turunan kanker kolorektal (SW620) didapatkan IC50 sebesar 22,12 µg/mL. Jagadish et al.(2010) juga menjelaskan bahwa yang toksisitasnya paling selektif terhadap sel SW620 bila rimpang KG diekstraksi menggunakan petroleum eter dan etil asetat yang masing-masing mempunyai IC50 sebesar 0,51 dan 8,53 µg/mL. Pada penelitian ini penggunaan campuran ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG dengan perbandingan 50:50 serta 75:25. Kedua kelompok campuran dengan perbandingan yang berbeda tersebut mempunyai efek sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% rimpang KG terhadap sel WiDr secara in vitro (gambar 3). Untuk campuran dengan perbandingan 50:50 dan 75:25 mempunyai efek sitotoksik dengan nilai IC50 sebesar 69,36 dan 66,68 µg/mL.
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011
Campuran ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG dalam penelitian ini diharapkan selain dapat meningkatkan efek sitotoksik juga dapat meningkatkan imunitas terhadap sel kanker kolorektal (WiDr). Bukti yang mendukung dilaporkan oleh Kosuge et al.(1995) bahwa ekstrak rimpang KG mempunyai sifat antikanker. Menggunakan pelarut metanol untuk mengekstraksi rimpang KG, didapatkan efek sitotoksik terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar 80 µg/mL (Kosuge et al., 1995). Penelitian yang lain ekstraksi rimpang KG menggunakan pelarut benzene; air dibandingkan dengan senyawa etil pmethoxy-trans-cinnamate yang diisolasi dari rimpang KG, diperoleh IC50 paling tinggi bila menggunakan senyawa etil p-methoxy-transcinnamate, dengan nilai IC50 sebesar 35 µg/mL (Kosuge et al., 1995). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ekstrak etanol 70% rimpang KG didalam campuran ini mungkin berperan sebagai imunomodulasi. Hal ini didukung penelitian oleh Murningsih (2010), bahwa ekstrak rimpang KG mempunyai efek immunomodulasi yang dapat dilihat dari kemampuannya meningkatkan nilai aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag. Efek immunomodulasi tersebut dimungkinkan karena ekstrak rimpang KG mengandung senyawa flavonoid (Murningsih, 2010). Menurut pendapat Alexander (1994) bahwa makrofag juga berperan dalam imunitas terhadap sel tumor. Harapan kedepan dengan adanya imunomodulator dapat membantu sistem imun untuk mengidentifikasi
179
SITOTOKSISITAS CAMPURAN EKSTRAK ETANOL......... dan membunuh sel tumor serta dari interaksi tersebut dapat menimbulkan memori jangka panjang pada sistem imun. Penelitian ini menggunakan 5-FU sebagai kontrol positif. Kemoterapi ini digunakan karena selama 40 tahun terakhir diterapkan sebagai kemoterapi dasar kanker kolorektal. Mekanismenya spesifik pada siklus sel dan menghambat sintesis timidin, DNA serta RNA (Midgley etal.,2001). Pada gambar 3 dapat diamati bahwa IC50 5-FU dan campuran ekstrak etanol 70% daun TD dan rimpang KG pada kisaran yang sama antara 60-70 g/mL. Diperoleh hasil tersebut disebabkan karena sifat sel WiDr memiliki resistensi yang diturunkan atau didapat terhadap obat antifolat konvensional yang berkaitan dengan meningkatnya ekspresi thymidyate syntethase (Tesei et al., 2002). Semakin tinggi ekspresi thymidyate syntethase suatu sel kanker perlu diimbangi dengan perlakuan 5-FU pada dosis yang tinggi agar sintesis DNA berhenti. Daun TD berpotensi sebagai agen antikanker. Hal ini dibuktikan dengan ekstrak etanol 70% daun TD dari penelitian oleh Wahyuningsih et al.(2010) mempunyai efek sitotoksik terhadap sel WiDr dengan IC50 sebesar 61,55 ug/mL. Ekstrak kloroform dan senyawa hasil partisi tidak larut dari ektrak tersebut (Wicaksono, 2007; Saputro, 2008) serta fraksi III, hasil fraksinasi dengan larutan washbenzene (Duana, 2008) mempunyai sifat sitotoksik terhadap sel HeLa. Hasil ini didukung dengan isolat aktif daun Kembang Bulan (T. diversifolia) juga bersifat sitotoksik dengan IC50= 5,862 g/mL dan menyebabkan apoptosis dengan meningkatkan ekspresi protein p53 terhadap sel HeLa (Wahyuningsih et al., 2009; Rossila, 2010; Mandela, 2010). Dari laporan penelitian Risbin Iptekdok tahap I oleh Wahyuningsih dan Wijayanti (2009) didapatkan bahwa isolat B2 dari daun kembang bulan (T. diversifolia)paling aktif dan selektif pada sel kanker kolon (WiDr) dengan IC50=0,585 ug/mL, dengan indeks selektivitas 69, 015. Disimpulkan juga bahwa isolat B2 dapat menyebabkan kematian sel kanker WiDr seirama dengan dosis (dose-dependent) dan waktu inkubasi sampel (time-dependent).
KESIMPULAN Ekstrak etanol 70% rimpang K.galanga mempunyai efek sitotoksik terhadap sel WiDr dengan IC50 sebesar 146,75 µg/mL, sedangkan campuran antara ekstrak etanol 70% daun T. diversifolia dan rimpang K.galanga mempunyai efek sitotoksik terhadap sel WiDr dengan IC50
180
sebesar 69,36 µg/mL (perbandingan 50:50) dan 66,68 µg/mL (perbandingan 75:25).
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Fakultas Kedokteran UGM atas bantuan dana penelitian ini melalui Dana Masyarakat dosen Yunior tahun 2011.
DAFTAR PUSTAKA Alexander, P., 1994, The role of macrophages in tumour immunity. J Clin Pathol Suppl (R Coll Pathol); 7: 77-82. Anonim, 2002, MTT Cell Proliferation Assay, http://www.atcc.org/product/MttCell.ctm, 13 Desember 2009 Anonim, 2008, Available at http://globocan.iarc.fr /factsheets/cancers/colorectal.pdf (diakses 8 Januari 2011). Anonim, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Astuti, Y., Sundari, D., Winarno, M.W., 2006, Tanaman kencur (Kaempferia galanga L.); informasi tentang fitokimia dan efek farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia; 3(2): 26-27. Brunton, L.L., Parker, K.L., Lazo, J.S., 2006. Goodman and Gilman’s the pharmacological basis of theraupetics 11th ed. USA: McGrawHill. Burger, A., 1970, Medicinal Chemistry, 3th ed., p. 681 - 694, Wiley Interscience Publication, New York. Dalerba, P., Maccali, C., Casati, C., Castelli, C., Parmiani, G., 2003, Immunology and immunotherapy of colorectal cancer. Critical Reviews in Oncology/Hematology; 46:33-57. Duana, Y., 2008, Efek sitotoksik in vitro fraksi tidak larut washbenzene dari ekstrak kloroform daun kembang bulan (T. diversifolia) pada sel hela [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Goffin, E., Ziemons, E., De Mol, P., de Madureira Mdo, C., Martins, AP., da Cunha, AP., Philippe, G., Tits, M., Angenot, L., and Frederich, M., 2002, In vitro antiplasmodial activity of Tithonia diversifolia anf identification of its main active constituent:Tagitinin C, Planta Medica; 68(6);543-5. Gu, J. Q., Gills, J. J., Park, E. J., Mata-Greenwood, E., Hawthorne, M. E., Axelrod, F. Charez, P. I., Fong, H. H., Methta, R. G., Pezzuto, J. M., Kinghor, J., 2002, Sesquiterpenes from
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011
Hajid Rahmadianto Mardihusodo Tithonia diversifolia with potential cancer chemopreventive activity. J Nat Prod; 65: 532 –36. Jagadish, P.C., Raghu, C.H., Vinod, K.S., and Latha, K.P., 2010, Potent selective cytotoxic activity of Kaempferia galanga L. Rhizome against cancer cell cultures. International Journal of Pharma and Bio Sciences V.; 1(2): 1-5. Kosuge T, Yokota M, Sugiyama K, Saito M, Iwata Y, Nakura M, Yamamoto T., 1995, Studies on anticancer principles in Chinese medicines. II. Cytotoxic principles in Biota orientalis (L.) Endl. and Kaempferia galanga L. Chem Pharm Bull; 33: 5565-7. Mandela, W., 2010, Pengaruh senyawa isolat aktif daun kembang bulan (T. diversifolia) terhadap ekspresi protein p53 pada sel hela dengan metode immunohistokimia [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Midgley, R.S.J., and Kerr, D.J., 2001, Adjuvant therapy. In: Kerr, D.J., Young, A.M., and Hobbs, F.D.R. (Ed.): ABC of colorectal cancer, pp: 22-25.London: BMJ Books; Murningsih, T., 2010, Pengaruh ekstrak air dan etanol Kaempferia spp. terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag yang diinduksi bakteri Staphylococcus epidermidis.Berita Biologi; 16(2): 235-40. Nabin, C., Baruah., Ram P, Sharma.,Madhusudanan, K.P., and Gopalakrishna, T., 1979, Sesquiterpene lactone of Tithonia diversifolia. Stereochemistry of the Tagitinins and related compounds. J.Org.Chem; 44(11):1831. Obafemi, C.A., Sulaimon, T.O., Akinpelu, D.A., Olugbade, 2006, Antimicrobial activity of extracts and a germacranolide-type sesquiterpene lactone from Tithonia diversifolia leaf extract. African Journal of Biotechnology; 5 (12): 1254-8. Revilla, G, Yanwirasti, Indrama, Erly, 2008, Efek imunomodulasi senyawa flavonoid kencur (Kaempferia galanga Linn) terhadap kemampuan mikrobisidal sel netrofil secara in vitro. Majalah Kedokteran Andalas; 32(1). Rossila, A.B., 2008, Pengaruh senyawa isolat aktif daun kembang bulan (T. diversifolia) terhadap apoptosis sel hela dengan pengecetan HOECHST 33342 [Skripsi].
Majalah Obat Tradisional, 16(3), 2011
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Saputra, F., 2008, Uji sitotoksik senyawa hasil partisi ekstrak kloroform daun kembang bulan (T. diversifolia) terhadap kultur sel hela secara in vitro [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Sieuwerts, A. M., Klijn, J. G. M., Peters, H. A., and Foekens, J. A., 1995, The MTT Tetrazolium salt assay scrutinized: How to use this assay reliably to measure metabolic activity of cell cultures in vitro for the assessment of growth characteristics, IC50-values and cell survival, Eur. J. Clin. Chem. Clin. Biochem., 33, 813-823. Soeparto A., 2010, Pemurnian isolat aktif (T. diversifolia) dan uji sitotoksiknya terhadap sel hela in vitro [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Tesei, A., Ricotti, L. De Paola, F., Amadori, D., Frassineti, G.L., and Zoli, W., 2002, In vitro schedule-dependent interactions between the multitargeted antifolate LY231514 and gemcitabine in human colon adenocarcinoma cell lines. Clin Can Res; 8:233-9. Wahyuningsih, M.S.H., dan Wijayanti, M.A., 2009, Isolasi, identifikasi senyawa antikanker dari fraksi aktif Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray, selektivitas dan mekanisme apoptosis secara in vitro. Laporan Akhir Penelitian Riset Pembinaan Iptek Kedokteran. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Wahyuningsih, M.S.H., Sismindari, Murti, Y.B.,Sudibyo,R.S., 2009, Potensi herbal terpilih sebagai agen antikanker yang spesifik. Yogyakarta: LPPM UGM. Wicaksono, A.S., 2007, Efek sitotoksik ekstrak metanol dan ektrak kloroform daun kembang bulan (T. diversifolia) terhadap sel hela in vitro [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Wijayanti, M.A., Wahyuningsih, M.S.H., 2010, Efek ekstrak terstandar Tithonia diversifolia (Hemsley) Gray sebagai pemacu respon imunitas selular pada mencit. Laporan Penelitian Dosen Senior Dana Masyarakat Tahun Anggaran 2010. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.
181