BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, termuat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yaitu bahwa pendidikan nasional bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yangg beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dengan kata lain pengembangan Sumber Daya manusia berkualitas merupakan tujuan pendidikan nasional. Ignas Kleden (2004:150) memberikan analisa kritis tentang pendidikan nasional. Pertama, harus menciptakan masyarakat yang mempunyai kemampuan berfikir logis dan bertindak logis. Kedua, pendidikan humaniora harus dibedakan dari ilmu-ilmu humaniora dalam pengertian epistemologis, sehingga pendidikan humaniora menekankan kualitas-kualitas manusiawi dari peserta didik. Ketiga, pendidikan bukan hanya menciptakan orang dengan keahlian, tetapi orang-orang dengan kemampuan belajar tinggi. Belum ajegnya pencapaian mutu, khususnya sekolah tingkat menengah di Indonsia dapat di lihat dari salah satu indikatornya, yaitu fluktuasi hasil UN (Ujian Nasional) seperti terlihat dalam tabel berikut: Table 1.1 Perkembangan UN Sekolah/Madrasah Komponen Peserta Kelulusan (%) Rerata Nilai
SMP/MTS 2009 2010 3.437.117 3.605.163 94.82 90.27 7.33 7.21
SMA/MA 2009 2010 1.517.013 1.522.156 93.74 89.88 7.25 7.29
SMK 2009 706.832 93.85 7.44
Sumber : BSNP (2010)
1
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2010 863.679 88.82 7.02
2
Perkembangan teknologi dan bidang lain, menuntut sebuah lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) harus mampu menyeimbangkannya. Menurut A.Wahab (2011:58) kehadiran sekolah unggul lebih disebabkan oleh tuntutan kebutuhan masyarakat yang berkualitas karena (1) sekolah yang ada sekarang dirasakan masih kurang dapat mengembangkan potensi dan kemampuan anak secara optimal. (2) tuntutan dan tantangan terhadap kemampuan bersaing, bersanding yang akan dihadapi anak dalam kehidupan pada millennium ketiga (abad 21).(3) perubahan orientasi dan paradigma pembangunan yang kesemuanya itu menjadi alasan yang kuat bagi kehadiran sistem sekolah unggulan. (4) era globalisasi yang penuh dengan harapan dan sekaligus tantangan yang menuntut setiap bangsa untuk berusaha keras untuk maju. Menurunnya kualitas lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, erat kaitannya dengan kurang berfungsinya lembaga-lembaga pendidikan dalam menyiapkan masa depan generasi bangsa secara optimal. Kenyataan ini juga tidak terlepaskan dari semua unsur pendidikan itu sendiri seperti peran orang tua murid, guru, sarana prasarana, para manajer pendidikan dan stakeholders pendidikan lainnya. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan kemungkinan mencari terobosan baru yang mampu mengangkat mutu pendidikan kita, khususnya pendidikan menengah model yang merupakan input ke jenjang pendidikan selanjutnya yang bermutu. Cheng dan Tam (2007:245) menggambarkan bahwa reformasi pendidikan di kawasan Asia dijelaskan dengan adanya tiga gelombang pergerakan keunggulan pada sekolah-sekolah dengan model school effective dan school improvement. Gelombang pertama berfokus pada keefektifan internal sekolah, gelombang kedua pada antar muka keefektifan sekolah, dan gelombang ketiga menekankan pada masa depan keefektifan sekolah. Ketiganya digambarkan sebagai berikut :
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Effective school movements
Quality/competitive School movements
World class school movements
R Relevance
Effectiveness
Q Quality
1980s – 1990s
1990s
2000s
Internal effectiveness
Interface effectiveness
future effectiveness
E
Gambar 1.1 Tiga gelombang perubahan paradigma sekolah Sumber : Cheng dan Tam (2007:268)
Efektifitas sekolah menunjukkan adanya proses perekayasaan berbagai sumber dan metode yang diarahkan pada terjadinya pembelajaran di sekolah secara optimal. Efektifitas sekolah merujuk pada pemberdayaan semua komponen sekolah sebagai organisasi tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan mencapai hasil yang telah ditetapkan yaitu memiliki kompetensi. Tuntunan zaman dan perkembangan pengetahuan memunculkan lembagalembaga pendidikan tingkat menengah yang sering disebut dengan sekolah unggulan. Menurut Fatah (2012:113) yang disebut sekolah unggulan adalah sekolah yang efektif menggunakan strategi peningkatan budaya mutu, strategi pengembangan kesempatan belajar, stategi memelihara kendali mutu (quality control), strategi penggunaan kekuasaan, pengetahuan dan informasi secara efisien. Kemudian menurutnya juga ada beberapa indikator yang menunjukkan Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
sekolah unggul tersebut yaitu : (1) sekolah memiliki visi dan misi untuk meraih prestasi/mutu yang tinggi, (2) semua personil sekolah memiliki komitmen yang tinggi untuk berprestasi, (3) adanya program pengadaan staf sesuai dengan perkembangan iptek, (4) adanya kendali mutu yang berkelanjutan (continus quality improvement), serta (5) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid dan masyarakat. Mengapa madrasah perlu mendapat perhatian yang memadai? Di samping alasan-alasan etis dan tuntutan moral dalam berbangsa dan bernegara seperti diamanatkan oleh UUD 1945, terdapat juga alasan praktis-pragmatis, yaitu bahwa perbaikan terhadap madrasah lebih mudah dan murah (Rahim, 2003 : xv). Setidaknya bila dilihat dari perspektif teori pendidikan Yunani Kuno, terdapat tiga aspek pendidikan yaitu : Etika (akhlak), civic dan pengetahuan. Menurut Tafsir (2003) kalau kita bandingkan madrasah dan sekolah umum pada tiga aspek tersebut, maka madrasah, setidaknya secara teoritis, memenuhi dua aspek pertama, sedangkan sekolah umum hanya aspek ketiga. Selanjutnya Tafsir menggambarkan kondisi di atas sebagai berikut : Table 1.2 Perbedaan aspek pendidikan Lembaga Madrasah Sekolah Umum
Akhlak + -
Civic + -
Pengetahuan +
Sejalan dengan perkembangan Indonesia, madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam terus berkembang. Namun perkembangan itu cukup eksklusif, di mana aksentuasi pada pengetahuan keagamaan (Islam) lebih diutamakan. Hal ini yang menyebabkan perkembangan madrasah hanya ada pada kantong-kantong masyarakat Islam. Ekspansi yang dilakukan pun hanya berkisar di daerah pedesaan sedangkan di perkotaan sangat jarang. Oleh karena itu hingga saat ini keberadaan madrasah lebih banyak di pedesaan daripada di perkotaan. Hal ini memicu lambannya perkembangan madrasah, madrasah seakan jauh dari atmosfir pembaruan sistem pendidikan, baik secara kelembagaan maupun sistem pembelajaran. Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Di samping konsekuensi di atas, eksistensi madrasah sebagai sebagai lembaga pendidikan Islam pun mulai dipertanyakan masyarakat. Madrasah yang pada awalnya akan mampu memunculkan ahli-ahli agama dan para pemimpin Islam mulai diragukan. Perbedaan mencolok antara madrasah dan sekolah-sekolah umum selain dapat dilihat dari tradisi proses pembelajaran juga akses para alumni terhadap perguruan tinggi dan dunia kerja. Tradisi proses pembelajaran di madrasah yang lebih memperhatikan gaya-gaya tradisional di mana proses pembelajaran lebih didominasi oleh para pendidik atau guru, juga diwarnai dengan kualitas tenaga pengajar yang kurang memadai. Masih banyak tenaga pengajar yang mengajar tidak sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian Tim Studi pengembangan Sub-sektor Madrasah Kementerian Agama tahun 2003 ditemukan bahwa ada beberapa ungkapan umum yang menunjukkan perbandingan keuntungan Madrasah dibandingkan sekolah umum, yaitu : 1. Berakar kuat. Madrasah memiliki akar sejarah yang kuat dalam filosofi pendidikan Indonesia, dengan alasan sejarah istilah Madrasah masih belum ditingkatkan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan, terlebih dalam pengajaran agama Islam. 2. Madrasah di Indonesia adalah unik. Keunikan dari Madrasah bisa dilihat dari sudut internasional maupun nasional. Secara internasional, Madrasah berbeda dari Madrasah di luar negeri karena menyediakan pendidikan Islam secara umum dibanding hanya pendidikan keagaamaan sendiri. Secara nasional, mereka unik karena isinya, metodologinya, pendiriannya dan bantuan keuangan yang berbeda dari sekolah umum. 3. Berkembang di masa krisis. Madrasah telah menunjukkan fleksibilitas yang lebih besar daripada sekolah umum dalam mengatasi permasalahan krisis moneter yang berkepanjangan. Sejumlah masyarakat yang signifikan mengganggap bahwa Madrasah sebagai penyediaan jenis sekolah yang lebih menarik untuk anak anak mereka selama tiga tahun, yang diindikasikan dengan meningkatnya rata-rata jumlah murid di tiap tingkat Madrasah daripada sekolah umum. 4. Pro miskin. Walaupun popularitas Madrasah semakin berkembang di kalangan menengah maupun keatas masyarakat Islam, mayoritas Madrasah menyediakan pendidikan dasar untuk masyarakat miskin dengan biaya yang sangat rendah. 5. Mendukung gender. Madrasah menyediakan pendidikan dengan bagian yang lebih besar untuk perempuan dibandingkan sekolah umum pada semua tingkat. Sebagian besar Madrasah adalah pendukung pendidikan, menerima siswa lakilaki maupun perempuan. Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
6. Menyediakan nilai dan norma kesholehan sebagai jawaban terhadap tuntutan keluarga. Sebagian besar muslim menganggap bahwa Madrasah menyediakan pendidikan yang unggul karena kurikulum berbasis keagamaan dijadikan sarana untuk mengilhami anak anak mereka dengan nilai dan norma kesholehan, yang dianggap sebagai alat untuk melawan pengaruh negatif dari globalisasi abad 21. Dari keterangan-keterangan di atas nampak adanya persoalan mendasar yang dihadapi madrasah. Persoalan-persoalan tersebut mulai dari kurikulum, manajemen, tenaga pengajar, proses pembelajaran, sarana prasarana, adanya persoalan atau konflik antara tradisi pemikiran dan pendidikan Islam dengan modernitas, adanya anggapan negatif masyarakat terhadap madrasah, persoalan kelembagaan hingga pada persoalan legalitas hukum keberadaan madrasah. Hal di atas senada dengan laporan Ditjen Pendis (2011) yang menyatakan bahwa tidak bisa dipungkiri madrasah mempunyai kekuatan dan potensi yang luar biasa untuk menjadi lembaga pendidikan unggulan tetapi juga kelemahan di sisi lainnya. Keunggulan yang dimiliki madrasah di antaranya adalah kekuatan di lingkungan internalnya. Kekuatan internal dalam pendidikan madrasah yang tersebar sampai ke pelosok terpencil adalah sifat kemandirian, muatan pelajaran agama yang lebih banyak, tingginya semangat berkompetensi bagi pengelola madrasah,
dan
mulai
meningkatnya
kualifikasi
dan
kompetensi
guru.
Kelemahannya adalah sarana dan prasarana yang dirasa masih kurang memadai, keterbatasan ruang kelas,kurang tersedianya sumber pembelajaran, perpustakaan dan laboratorium, keterbatasan sumber dana, masih perlu ditingkatkannya wawasan guru dalam bidang pedagogis dan pengembangan kurikulum, dan masih ada guru yang miss match antara latar belakang pendidikan dengan pelajaran yang diampunya. (Ditjen Pendis:2011) Selain persoalan di atas jumlah madrasah yang begitu besar menjadi salah satu pemicu keterpurukan kualitas madrasah itu sendiri. Berdasarkan data dari Kementerian Agama RI tahun 2009/2010, jumlah lembaga yang terdata sebagaimana table berikut :
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Table 1.3 Jumlah madrasah tahun 2009/2010 No 1 2 3 4
Nama Satuan Pendidikan Raudlatul Athfal (RA) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Madrasah Aliyah (MA)
Jumlah lembaga 23.007 22.239 14.024 5.897
keterangan (Negeri dan swasta) (Negeri dan swasta) (Negeri dan swasta)
Sumber : Ditjen Pendis Kemenag RI tahun 2011 Seperti lembaga pendidikan pada umumnya, madrasah juga merupakan suatu institusi pendidikan yang didalamnya terdapat komponen guru, siswa, dan staf administrasi yang masing-masing mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan formal, madrasah dituntut menghasilkan lulusan
yang mempunyai
kemampuan akademis
tertentu,
keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan keterampilannya. Keberhasilan madrasah merupakan ukuran bersifat mikro yang didasarkan pada tujuan dan sasaran pendidikan pada tingkat sekolah sejalan dengan tujuan pendidikan nasional serta sejauhmana tujuan itu dapat dicapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya pendidikan yang berlangsung di sekolah. Berdasarkan sudut pandang keberhasilan sekolah tersebut, kemudian dikenal madrasah efektif dan efisien yang mengacu pada sejauh mana sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, madrasah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian umum madrasah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga suatu madrasah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang dicapai oleh
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
sekolah, sebaliknya madrasah dikatakan tidak efektif bila hubungan tersebut rendah (Getzel, dalam Azra, 2003) Di samping itu madrasah sebagai salah satu lembaga penyedia jasa pendidikan harus mampu memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, walaupun perhatian pemerintah terhadap keberadaan madrasah masih kurang. Berdasarkan data base EMIS (Education Management System) pada tahun 2008 jumlah Madrasah Aliyah sebanyak 4.678 dengan 86% swasta (Supriyoko, 2008). Kondisi status kelembagaan madrasah ini dapat digunakan untuk membaca kualitas madrasah secara keseluruhan, seperti keadaan guru, siswa, fisik dan fasilitas, serta sarana pendukung lainnya, karena keberadaan lembaga-lembaga pendidikan dasar dan menengah di tanah air pada umumnya tergantung kepada pemerintah. Perkembangan jumlah siswa madrasah yang dari tahun ke tahun semakin meningkat rata-rata sebesar 4,3%, sehingga berdasarkan data CIDES pada tahun 2006/2007 saja diperkirakan jumlah siswanya mencapai 5,5 juta orang dari sekitar 67 juta jumlah penduduk usia sekolah di Indonesia (Tobroni, 2007). Hal ini disebabkan madrasah sebenarnya merupakan model lembaga pendidikan ideal yang menawarkan keseimbangan hidup : iman-taqwa (imtaq) dan ilmu pengetahuan-teknologi (iptek). Di samping itu, madrasah juga merupakan lembaga pendidikan berbasis agama dan memiliki akar budaya yang kokoh di masyarakat serta memiliki basis sosial yang jelas. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI tahun 2012 menyebutkan bahwa 91,4 % madrasah berstatus swasta, dan hanya 8,6 % berstatus negeri. Ditambah lagi sebagian besar madrasah swasta tersebar di daerah pedesaan dan hanya sebagian kecil yang ada di daerah perkotaan. Dari dari madrasah swasta yang jumlahnya banyak tadi hanya sedikit yang berstatus sebagai madrasah unggulan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, Kementerian Agama RI telah melakukan langkah-langkah pengembangan pendidikan melalui tiga pilar yaitu : Pertama, perluasan akses dan pemerataan pendidikan. Kedua, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan. Dan ketiga, penguatan tata kelola dan pencitraan publik. Kementerian Agama juga mengembangkan program Madrasah Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Aliyah Program Khusus (MAPK), Madrasah Model, Madrasah Unggulan, Madrasah Terpadu, dan sebagainya. Di samping itu upaya yang dilakukan oleh Negara/pemerintah, di samping memberikan perhatian dalam pembiayaan dan subsidi juga menerbitkan sejumlah kebijakan publik, baik berupa TAP MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan SKB tingkat Menteri. Beberapa kebijakan yang diterbitkan pemerintah itu, ada yang dinilai oleh masyarakat sebagai kontroversial. Bahkan dari kebijakan Pemerintah terhadap lembaga-lembaga pendidikan Islam itu dinilai sebagai memuat agenda untuk mengubah lembaga-lembaga pendidikan Islam menjadi lembaga sekuler. Tetapi kontroversi dan kesalah pahaman itu dapat diselesaikan, dicarikan solusi melalui dialog dan musyawarah di antara Pemerintah dan komponen-komponen masyarakat yang terlibat dalam penyelenggaan pendidikan Islam (Saridjo, 2011 : 86) Data kualifikasi guru Madrasah Aliyah yang ada sampai tahun 2010 dapat dilihat dalam table berikut : Table 1.4 Kualifikasi guru Madrasah Aliyah Madrasah Aliyah Tahun < S1 ≥ S1 2004 25.369 65.073 2005 25.368 65.073 2006 26.913 69.791 2007 22.091 75.895 2008 25.885 86.525 2009 29.282 83.441 2010 28.760 93.147 Selain hal di atas, berdasarkan data EMIS tahun 2009/2010 angka putus sekolah dan drop-out tingkat Madrasah Aliyah masih cukup tinggi, yakni sebesar 3.405 orang. Walaupun angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 4.290 orang. Hal ini memerlukan perhatian serius dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan program wajib belajar 12 tahun dapat segera terwujud. Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
Peran kepemimpinan madrasah dalam rangka meningkatkan keefektifan madrasah tidak hanya terfokus pada pengelolaan pembelajaran saja, akan tetapi harus menyeluruh termasuk dimensi sosial budaya madrasah. Penelitian mengenai peran kepemimpinan dalam mengembangkan budaya mutu yang mengarah pada terbentuknya budaya madrasah yang kuat ternyata belum banyak dilakukan. Sedangkan menurut Covey (2009:47) siswa sebagai objek dan sekaligus subjek membutuhkan suatu pendidikan yang memenuhi kebutuhan pokok, yaitu : 1. Kebutuhan fisik : Keselamatan, kesehatan, makanan, latihan, tempat perlindungan, dan kebersihan; 2. Kebutuhan Emosi social: Penerimaan, kebaikan, persahabatan dan hasrat untuk mencintai dan dicintai; 3. Kebutuhan mental: pertumbuhan kecerdasan, kreativitas, dan tantangan yang membangkitkan semangat; 4. Kebutuhan spiritual : sumbangan, arti dan keunikan Kurang berfungsinya prinsip-prinsip manajemen dan lemahnya kepemimpinan menjadikan pengelolaan di banyak madrasah Aliyah (terutama swasta) kurang efektif. Begitu juga masih rendahnya komitmen SDM guru dan staf Madrasah terhadap program pendidikan serta rendahnya partisipasi masyarakat pada lembaga pendidikan, menjadikan madrasah seolah-olah hanya formalitas saja. Hal ini berdampak sangat signifikan terhadap motivasi dan prestasi siswa itu sendiri. Hal ini terlihat dalam raihan event-event internasional, belum banyak yang berasal dari siswa Madrasah, walaupun beberapa event telah diraih khususnya oleh MAN Insan cendekia. Seperti : Table 1.5 Siswa Madrasah Berprestasi No Nama Siswa 1 Thariq Salafi (MAN Insan Cendekia Serpong) 2
Nabila Oktaviola (MAN Insan Cendekia Serpong)
3
Ahmad Faizi Ibadurrahman (MAN Insan Cendekia Serpong) Gianlogi Grimaldi Maliar (MAN Insan Cendekia Serpong)
4
Prestasi Peraih Medali Perak bidang Biologi pada Olimpiade Tingkat Internasional di Taiwan Peraih Medali Perak bidang Matematika pada Olimpiade Tingkat Internasional di Taiwan Peraih Medali Emas bidang Kimia pada Olimpiade tingkat Nasional di Manado Peraih Medali Emas bidang Astronomi pada Olimpiade tingkat Nasional di
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
5
M. Ali Muharram (MAN Insan Cendekia Serpong)
6
Reza Putri Mahardika (MTs N II Kediri)
Manado Peraih medali Emas bidang Komputer pada Olimpiade Tingkat Nasional di Manado Juara III Lomba Karya Ilmiah Remaja LIPI ke-42 tahun 2011
Salah satu Madrasah Aliyah unggulan program Kementerian Agama adalah MAN Insan Cendekia Serpong. Dalam pengantar buku Pedoman Akademiknya (2012) disebutkan bahwa Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong bertekad hadir sebagai bagian dari solusi bangsa yang menyiapkan kader dengan pemimpin bangsa di masa depan yang sarat dengan keunggulan IPTEK dan IMTAK. Dengan demikian MAN Insan Cendekia Serpong dapat memasok kader bangsa yang siap membangkitkan kejayaan Indonesia masa depan dengan keunggulan kehidupan di berbagai bidang. Lebih dari itu MAN Insan Cendekia Serpong juga akan memberikan sumbangsih kebangkitan bangsa dengan tetap terjaganya konservasi nilai kebangsaan dan keagamaan. MAN Insan Cendekia Serpong setiap tahun meluluskan siswanya dengan rata-rata nilai yang diraih dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) dengan grade A. Di samping itu MAN Insan Cendekia Serpong aktif mengikuti kegiatan lomba, baik tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional. Di samping itu Madrasah Insan Cendekia Serpong Tangerang Selatan Provinsi Banten, selain MAN Insan Cendekia di Gorontalo Sulawesi Utara, merupakan proyek percontohan madrasah tingkat Aliyah (menengah atas) dari Kementerian Agama Pusat. Di mana semua anggaran dan pengadaan serta pemeliharaan fasilitasnya masuk dalam anggaran DIPA Kementerian Agama pusat. Madrasah efektif dan unggul khususnya model Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong, menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada saat ini. Walaupun secara makro ada permasalahan eksternal dan internal yang menjadi kendala dalam pengembangan lembaga pendidikan Islam ini.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
B. Identifikasi dan Fokus Masalah Mengelola pendidikan secara umum, lebih khusus lagi pendidikan Islam, bukanlah pekerjaan mudah, apalagi yang dimaksud dengan mengelola tidak sekadar dalam pengertian “mempertahankan” yang sudah ada, tetapi melakukan pengembangan secara sistematik dan sistemik, yang mengikuti aspek ideologis (visi dan misi) kelembagaan dan langkah operasionalnya serta mencerminkan pertumbuhan (growth), perubahan (change), dan pembaruan (reform) (Fadjar, 1998 : 91). Kemudian menurut A.Fadjar juga, ketiga hal ini harus terus-menerus dilakukan untuk mendinamiskan pendidikan Islam agar tetap relevan dengan perubahan yang berlangsung dengan cepat. Sebagaimana dalam kaidah yang sering dikutip untuk masalah ini yaitu:
ْ الـصـالِخْ َو ْالـجـ ِديْـ ِد األصْ ـالح َلى قـ َ ِديـْ ِم َ َلى َ َ ال ُم َ األخـ ُد ع َ ـحافـَظـَة ُع “Melestarikan hal lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik”. Meskipun dalam perkembangan sampai saat ini, madrasah tidak lagi ekslusif dengan menerima fiqh dan hadis saja (Rahim, dkk, 2012: 20) tetapi berbagai disiplin ilmu lainnya juga diterima. Namun dalam pelaksanan pendidikannya masih sangat perlu dikembangkan. Madrasah atau sekolah harus dipahami sebagai satu kesatuan sistem pendidikan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain. Dengan demikian, pengembangan kompetensi pada diri siswa tidak dapat diserahkan hanya pada kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas, melainkan juga pada iklim kehidupan dan budaya sekolah secara keseluruhan. Setiap sekolah sebagai suatu kesatuan diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar kepada seluruh siswanya untuk menguasai keempat kompetensi di atas sesuai dengan jenjang pendidikannya dan misi khusus yang diembannya.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
Secara teoritik, penilaian efektivitas sekolah perlu dilakukan dengan cara mengkaji bagaimana seluruh komponen sekolah itu berinteraksi satu sama lain secara terpadu dalam mendukung keempat kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
Namun,
pada
praktiknya,
pandangan
yang
holistik
ini
sulit
diimplementasikan secara sempurna karena keterbatasan pendekatan penilaian yang dapat digunakan. Oleh karena itu, pengertian penilaian sekolah efektif dirumuskan sebagai penilaian terhadap keoptimalan berfungsinya setiap komponen sekolah dalam mendukung penguasaan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Kajian sejumlah literatur yang membahas tentang sekolah efektif akan dijumpai rumusan pengertian yang bermacam-macam. Sekolah efektif adalah sekolah yang semua sumber dayanya diorganisasikan dan dimanfaatkan untuk menjamin semua siswa, tanpa memandang ras, jenis kelamin, maupun status sosial-ekonomi, dapat mempelajari materi kurikulum yang esensial di sekolah itu. Rumusan pengertian ini lebih diorientasikan pada pengoptimalan pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana termuat kurikulum. Pengertian lain tentang sekolah efektif yakni sekolah efektif menunjukkan pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya. Berikut ini sebuah model sekolah yang efektif yang ditawarkan Jaap Scheerens (2003 :52)
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
Konteks Hasil dorongan dari tingkat administrasi yang lebih tinggi Pembangunan pembiayaan pendidikan Variabel (ukuran sekolah, sarana, prasarana, komposisi OSIS, kategori sekolah, kota/desa
Proses Input : Pengalaman guru Kemajuan tiap siswa Dukungan orang tua
Tingkat Sekolah Tingkat hasil orientasi kebijakan Kepemimpinan pendidikan Konsensus, rencana kerjasama guru-guru Kualitas isi kurikulum sekolah dan susunan formal Keadaan yang terancam Evaluasi potensial
Out Put : Hasil belajar siswa disesuaikan dengan Prestasi sebelumnya Kecerdasan
Tingkat Kelas Waktu latihan (termasuk PR) Susunan pengajaran Kesempatan belajar Harapan yang tinggi akan kemajuan siswa Tingkat evaluasi dan pengawasan perkembangan siswa Penguatan
Gambar. 1.2 Aspek-aspek yang berkaitan dengan sekolah efektif Dari beberapa identifikasi berkaitan dengan model sekolah efektif di atas, peneliti menetapkan fokus masalah penelitian ini tentang: Bagaimana menjadikan sebuah madrasah ideal sehingga menjadi sekolah efektif? Peneliti mengambil studi kasus di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong yang banyak dijadikan rujukan oleh madrasah-madrasah lain.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
C. Pertanyaan Penelitian Secara sederhana dapat dipahami bahwa kata efektif itu sendiri mengandung pengertian tentang derajat pencapaian tujuan yang ditetapkan, maka upaya perumusan konstruk dan indikator efektivitas sekolah tidak dapat dilepaskan dari konsep tentang kemampuan (kompetensi) yang hendak dikembangkan melalui pendidikan di sekolah. Dengan memperhatikan keberadaan madrasah sebagai sebuah lembaga pendidikan, berbagai kelemahan yang berkembang di masyarakat, dan dengan mempertimbangkan akar budaya masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Agama, maka madrasah di Indonesia seharusnya dikembangkan untuk membantu siswanya menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupannya di masa depan, yaitu: (1) Kompetensi keagamaan, meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan yang diperlukan untuk dapat menjalankan fungsi manusia sebagai hamba Allah Yang Mahakuasa dalam kehidupan sehari-hari (2) Kompetensi
akademik,
meliputi
pengetahuan,
sikap,
kemampuan,
dan
keterampilan yang diperlukan untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan jenjang pendidikannya. (3) Kompetensi ekonomi, meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi agar dapat hidup layak di dalam masyarakat. (4) Kompetensi sosial pribadi, meliputi pengetahuan, sistem nilai, sikap dan keterampilan untuk dapat hidup adaptif sebagai warga negara dan warga masyarakat internasional yang demokratis. Efektivitas sekolah pada dasarnya menunjukkan tingkat kesesuaiannya antara hasil-hasil yang dicapai (achievements atau observed output) dengan hasilhasil yang diharapkan (objective targeta intended output) sebagaimana telah ditetapkan. Abin Syamsuddin Makmun (1999:11) Terkait dengan fokus penelitian tentang sekolah di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian ini sebagai berikut: 1) Apakah tujuan madrasah dinyatakan secara jelas dan dapat diraih ? 2) Bagaimana kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf) MAN Insan Cendekia Serpong ?
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16
3) Bagaimana cara monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong? 4) Bagaimanakah partisipasi orang tua terhadap MAN Insan Cendekia Serpong? 5) Bagaimana tingkat orientasi kebijakan di MAN Insan Cendekia? 6) Bagaimana kepemimpinan kepala madrasah di MAN Insan Cendekia Serpong? 7) Bagaimanakah kurikulum dan evaluasi MAN Insan Cendekia Serpong? 8) Bagaimana budaya madrasah di MAN Insan Cendekia Serpong? 9) Bagaimana prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan amanat Undang-undang, pendidikan mempunyai posisi strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat setiap warga negara sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam konteks tersebut pendidikan harus dilihat sebagai “alat sekaligus sarana” yang signifikan untuk kemajuan sebuah bangsa. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memverifikasi, melukisjelaskan dan memaknai determinasi madrasah efektif di MAN Insan Cendekia Serpong dalam mencapai keefektifan sekolah, terutama yang terkait dengan halhal sebagai berikut: 1.
Mendeskripsikan kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf) MAN Insan Cendekia Serpong, monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong, partisipasi orang tua, orientasi kebijakan MAN Insan Cendekia, kepemimpinan kepala madrasah, kurikulum dan evaluasi MAN Insan Cendekia Serpong, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong.
2.
Menganalisis keterkaitan aspek kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik, partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
17
kepala madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong. 3.
Merekomendasikan strategi peningkatan kualitas madrasah efektif di masa depan.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. pengembangan
Secara teoritis, dapat
manajemen
pendidikan
memberikan masukan terhadap khususnya
di
Indonesia
dalam
merumuskan dan mendesain sekolah yang berkualitas. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua unsur pendidikan yang terkait dengan kondisi nyata yang dihadapi bersama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, di samping mendorong dan memotivasi lembaga-lembaga pendidikan lain dalam menerapkan manajemen pendidikan berkualitas. Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan berdampak positif bagi peningkatan kualitas sekolah, khususnya bagi madrasah-madrasah yang ada di Indonesia.
F. Sistematika Penyajian Penelitian ini disusun menjadi lima bab dan beberapa sub bab di dalamnya dengan berpedoman pada buku Pedoman penulisan Karya Ilmiah, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012. Pada bab kesatu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan sistematika penyajian penelitian. Kemudian bab kedua menjelaskan tentang Kajian teori yang berkaitan dengan determinasi madrasah efektif menuju keunggulan sebuah madrasah, yang meliputi kajian tentang kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik, Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
18
partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan kepala madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik dan non akademik dan teori-teori yang dianggap korelasional dengan penelitian, serta kerangka pemikiran Bab dua mengenai Metode Penelitian, terdiri atas uraian dan penjelasan tentang lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, tehnik pengumpulan data serta analisis data. Bab empat mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari temuan di lapangan tentang kompetensi dan komitmen SDM (Kepala Sekolah, guru dan staf), monitoring prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik, partisipasi orang tua, orientasi kebijakan kepemimpinan kepala madrasah, kurikulum dan evaluasi, budaya madrasah, dan prestasi siswa bidang akademik dan non akademik di MAN Insan Cendekia Serpong Bab lima terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil pembahasan temuan penelitian. Pada bagian akhir dari penulisan dicantumkan pula daftar pustaka serta berbagai lampiran yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
Opik Abdurrahman Taufik, 2013 Determinasi Madrasah Efektif Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu