10/3/2016
Alhamdulillah, kita layak bersyukur, akhirakhir gairahan masyarakat muslim Indonesia dalam menghafal Al-Qur’an makin terasa gregetnya. Pesantren Tahfidz berkembang pesat. Rumah Tahfidz bermunculan di manamana, Bahkan, televisi ikut berkontribusi dengan mengadakan kompetisi, mengangkat prestasi anak-anak usia sangat belia menghafal Al-Qur’an. Sungguh, sebuah fenomena yang layak disyukuri.
Perkembangan menarik yang tidak kalah menggembirakan adalah munculnya gagasan gerakan tahfidz ini sampai ke sekolahsekolah/madrasah-madrasah. Bila gerakan sekolahmadrasah berkeunggulan tahfidz berhasil, maka dapat dibayangkan betapa dahsyat pengaruh positifnya terhadap kualitas ruhaniah generasi muda kita kelak. Insya-Allah, akan muncul satu generasi qur’ani, yang boleh diharapkan memiliki bekal keimanan-ketaqwaan dan komitmen moral yang tinggi di masa depan. Cerdas pikiran, cerdas hati, dan cerdas ruhani.
1
10/3/2016
Sayangnya, tingkat keberhasilan program tahfidz di madrasah yang diselenggarakan secara lebih masal ini belum terlalu memuaskan. Kendala terbesarnya ada pada metode, ketersediaan mushhaf Al-Qur’an yang tepat, ketersediaan asatidz atau guru pembimbing yang kompeten dan dalam jumlah yang cukup, serta sistem pengelolaan program dan pengalokasian waktu yang kurang memadai, terutama bila dikaitkan dengan sistem manajemen pembelajaran di sekolah-madrasah yang harus mempertimbangkan konfigurasi waktunya untuk mata pelajaran yang lain. Tentu faktor keseriusan, konsisten [istiqomah]. berkelanjutan dan kedisiplinan menjadi kendala yang serius juga.
Bagaimana bila dikaitkan dengan pelaksanaan program tahfidz di madrasah? Tentu, perlu dilakukan beberapa penyesuaian, apalagi bila menggunakan pendekatan pembelajaran klasikal, bukan pendekatan individualmandiri. Untuk menyesuaikan dengan terbatasnya alokasi waktu, pengelola program tahfidz di sekolah-madrasah dapat memperkenalkan tagline One Week One Page, seminggu hafal 1 halaman. Dalam kaitan ini, agar dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan optimal, diperlukan petunjuk teknis yang lebih rinci. Dan hari ini kita akan membahas hal itu.
2
10/3/2016
PELAKSANAAN Untuk pelaksanaan di madrasah alokasikan waktu 45 menit 2 kali dalam seminggu dalam program ekstrakurikuler (misalnya pukul 6.45 – 07.30 atau pukul 06.30 – 07.15) ditambah dengan 2 jam pelajaran intrakurikuler. Upayakan hari berseling-seling. Misalnya: 1. Siswa Aliyah kelas X hari Senin & Kamis (ekstrakurikuler pagi) intra hari sabtu, 2. Siswa kelas XI hari Selasa-Jum’at (ekstra pagi) dan Senin (intra), 3. Siswa kelas XII hari Rabu-Sabtu (ekstra pagi) dan Selasa (intra).
PENGATURAN WAKTU 45 MENIT TSB DIATUR SBB : 1. Fase I, 5 menit, Menyimak & Menirukan: Guru/Pembimbing memimpin doa untuk menghafal, kemudian membaca secara tartil setidaknya 3 kali per. 3 ayat saja tentu dijelaskan kajian tajwidnya, mahrajnya. Setelah itu, seluruh siswa dalam satu kelas diminta menirukan bersama-sama, dengan Guru/Pembimbing ikut membaca dengan suara jahar, sebagai pemandu bacaan. Lakukan berulang-ulang (+ 5-7 x). 2. Fase II, 25 menit, Mengulang Klasikal: Seluruh siswa mengulang-ulang membaca lagi secara bersama-sama, tanpa guru/pembimbing (+ 20 sd 25 kali). Guru memperhatikan dengan seksama, barangkali ada siswa tertentu yang perlu dibenarkan bacaannya. Guru mengendalikan kecenderungan membaca cepat.
3
10/3/2016
3. Fase III, 5 menit, Mengulang Individual: Siswa menghafal sendiri-sendiri (individual) dengan suara pelan (bagi yang masih ragu boleh melakukan sistem buka-tutup mushhab atau memejamkan mata). Guru tetap kontrol bacaan siswa, 4. Fase IV, 10 menit, Penguatan & Uji Petik: Siswa secara klasikal mengulang beberapa kali tanpa melihat mushhab (+ 3-5 kali). Selanjutnya siswa diuji hafalannya secara acak, bisa individual, bisa pula secara berkelompok.
4
10/3/2016
KETERANGAN Di saat pembelajaran berakhir (jam terakhir), Ketua Kelas memimpin semua teman sekelasnya untuk mengulang bacaan Al-Qur’an hari itu. Selanjutnya, siswa mengulang-ulang dan memperkuat hafalannya secara individualmandiri di waktu luangnya. Perlu didorong agar siswa membuat kelompok sendiri (3-5 orang) untuk saling simak hafalan, disela belajar dan istirahatnya.
Di jam intrakurikuler (alokasi 2 jam pelajaran), pada 45 menit pertama pembelajaran tahfidz mengikuti tahapan sebagaimana pembelajaran ekstrakurikuler di atas (lihat ad 2), dilanjutkan 45 menit kedua dengan muroja’ah hafalan 1 halaman yang dihafal minggu itu, sekaligus setoran secara individual. (Siswa dinyatakan hafal 1 halaman dengan menandatangani buku kendali hafalan individual). Agar hafalan semakin kuat/tidak hilang, dianjurkan setidaknya tiap 2 bln dilakukan muroja’ah secara klasikal. Tiap akhir smt dilakukan evaluasi dan pengambilan nilai hafalan + 1 juz Al-Qur’an yang telah dihafal.
5
10/3/2016
Di saat pembelajaran berakhir (jam terakhir), Ketua Kelas memimpin semua teman sekelasnya untuk mengulang hafalan AlQur’an yang dihafal hari itu. Selanjutnya, siswa mengulang-ulang dan memperkuat hafalannya secara individual-mandiri, di waktu-waktu luangnya. Perlu didorong agar siswa membuat kelompok sendiri (3-5 orang) untuk saling simak hafalan, memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan.
Di jam pembelajaran intrakurikuler (alokasi 2 jam pelajaran), pada 45 menit pertama pembelajaran tahfidz mengikuti tahapan sebagaimana pembelajaran ekstrakurikuler di atas (lihat ad 2), dilanjutkan 45 menit kedua dengan muroja’ah hafalan 1 hal yang dihafal minggu itu, sekaligus setoran secara individual. (Siswa dinyatakan hafal 1 halaman dengan menandatangani buku kendali hafalan individual) Agar hafalan semakin kuat dan tidak hilang, setidaknya tiap 2 bulan dilakukan muroja’ah secara klasikal. Tiap akhir semester dilakukan evaluasi dan pengambilan nilai hafalan + 1 juz Al-Qur’an
6
10/3/2016
Target dan Percepatan Dengan tagline One Week One Page, alokasi waktu tatap muka 3 kali seminggu, masing-masing hanya ditargetkan hafal 3 ayat, maka target yang dapat diraih adalah + 1 juz per semester, atau + 2 juz per tahun. Artinya, selama 3 tahun belajar di SMA/SMK/MA atau SMP/MTs program tahfidz dapat ditargetkan hafal 5-6 juz, untuk SD/MI sekitar 9-12 juz (6 tahun).
Apabila target ditingkatkan, misalnya dengan menambah tatap muka menjadi 6 kali seminggu, masing-masing hafal 3 ayat, maka tiap minggu siswa akan hafal 2 halaman. Sehingga siswa SMA/SMK/MA atau SMP/MTs bisa ditargetkan hafal + 10-12 juz selama 3 tahun belajar. Sedang siswa SD/MI dapat ditargetkan hafal 18-24 juz. Insha-Allah…
7
10/3/2016
Tentu saja, bila ada pengelola SD/MI yang berkomitmen untuk menargetkan siswanya lulus SD/MI telah menyelesaikan hafalan 30 juz, hal ini tetap dimungkinkan. Tentu harus dengan kerja keras dan komitmen yang sangat tinggi.
Tentu saja, pengalokasian waktu dengan tahap-tahap pembelajaran sebagaimana tersebut di atas bersifat alternatif minimal. Pengelola sekolah-madrasah dapat menambah sendiri dan atau memvariasikannya, agar hasilnya lebih baik. Perlu diingat, pengalaman menunjukkan bahwa pengalokasian waktu kurang dari 3 hari dalam seminggu, misalnya hanya disediakan waktu 1 atau 2 jam pelajaran berturut-turut (intra) seminggu sekali, ternyata terbukti tidak efektif. Demikian pula dengan penugasan mandiri agar siswa menghafal sendiri, lalu seminggu sekali setoran, ternyata juga cenderung tidak efektif. Pendekatan penugasan individual-mandiri tampaknya lebih efektif diterapkan di pesantren-pesantren tahfidz yang pengkondisian suasananya relatif lebih kuat dan homogen.
8
10/3/2016
Sangat dianjurkan, pembelajaran program tahfidz di jam ekstrakurikuler dilaksanakan paralel di hari dan jam yang sama dalam 1 level kelas, sehingga suasana menghafal terasa lebih mendukung. Pelaksanaan program tahfidz dengan sistem klasikal ini mengasumsikan semua siswa selevel kelas pada dasarnya menghafal rangkaian ayat yang sama, dan untuk sementara mengabaikan keragaman bekal hafalan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Bila ada sejumlah siswa tertentu yang ingin menghafal dengan target yang lebih tinggi, karena bekal hafalannya yang lebih banyak, pengelola sekolah dapat mengelompokkannya di kelas khusus, terpisah dari kelas-kelas reguler.
Kendala teknis berupa ketidakhadiran siswa tertentu, baik karena sakit, tugas sekolah-madrasah, maupun halangan syar’i tertentu (misalnya sedang haid untuk siswa perempuan, bagi yang berpendapat perempuan haid tidak boleh membaca Al-Qur’an), diatasi secara kasuistik, antara lain dengan program remedial. Guru/pembimbing program tahfidz dipilih dari kalangan guru dan atau tenaga pendidik yang kompeten dan bacaan Al-Qur’annya baik.
9
10/3/2016
Pada kesempatan-kesempatan tertentu, misalnya setelah Evaluasi (Ulangan Umum) Akhir Semester sebelum penerimaan rapor, di hari-hari libur panjang atau diprogramkan secara khusus, sekolah-madrasah dianjurkan menyelenggarakan Dauroh Tahsin wa Tahfidz Al-Qur’an sebagai even penguat, sekaligus menanamkan kecintaan pada Al-Qur’an. Sekolah-Madrasah menyediakan Buku Kendali Tahfidz Al-Qur’an untuk tiap siswa dan Buku Laporan Perkembangan Program Tahfidz untuk masing-masing kelas. Buku-buku ini menjadi dasar pemberian nilai di rapor dan atau Syahadah (Sertifikat atau Surat Keterangan) Tahfidz Al-Qur’an. Nilai syi’ar gerakan tahfidz di sekolah-madrasah akan terasa lebih bermakna bila di akhir tahun ajaran diselenggarakan Haflah Tahfidz Al-Qur’an (wisuda) di hadapan orang tua/wali siswa.
10