LOGO
KONSEP DASAR ANTENA DTG3F3 Teknik Antena dan propagasi
Where Are We?
2
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
6
Polarisasi Antena
7
Formula Friss
3
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Polarisasi Antena
7
Formula Friss
4
Teorema Resiprositas Carson Untuk membuktikan bahwa karakteristik antena sebagai pemancar juga berlaku pada antena sebagai penerima. Asumsi dasar Jika, transmisi energi antara antena A dan B yang melalui medium homogen, isotropis, linear, dan pasif, dapat dimodelkan sebagai Rangkaian-T
VA
IB
IA
VB
I1 Antena A dan B sama, fungsinya dipertukarkan sebagai pengirim dan penerima.
I2 Z1
VA
Z2
IB
IA
ZI
5
Z2 Z3
Z3
ZV
Z1
ZI
VB
Teorema Resiprositas Carson Bukti Teorema Carson ZV Z I sebagai syarat, misalkan ZV Z I 0 Dari gambar (a) : VA I1 [ Z1 ( Z 2 // Z 3 )]
I1.Z 3 VA Z 3 Z 2 Z 3 ( Z1Z 2 Z 2 Z 3 Z 3 Z1 ) Dari gambar (b) : VB I2 [ Z 2 ( Z1 // Z 3 )] I .Z VB Z 3 IA 2 3 Z1 Z 3 ( Z1Z 2 Z 2 Z 3 Z 3 Z1 ) IB
Jadi jika
VA VB , maka IA IB
6
Teorema Carson menyatakan bahwa, Untuk medium transmisi yang homogen dan isotropis, Jika suatu tegangan dipasangkan pada terminal suatu antena A, maka arus yang terukur pada terminal B akan sama ( amplitudo dan fasa ) dengan arus pada terminal A seandainya tegangan yang sama dipasangkan pada terminal B
Parameter/Karakteritik Antena Karakteristik Medan Jauh (Far Field) Antena :
Karakteristik Medan Dekat (Near Field) Antena : 2 3 L
1
R1
R2
L2 R2 2 l 7
Diagram arah / Pola Radiasi
Lebar berkas / Beamwidth
Direktivitas
Gain
Polarisasi
Impedansi Antena, Return Loss, VSWR
Bandwidth Antena
Efisiensi Antena Daerah 1 : Daerah antena, benda-benda didaerah ini saling mempengaruhi dengan antena ( impedansi dan pola pancar ) Daerah 2 : Daerah medan dekat / daerah Fresnell, di daerah ini medan listrik dan magnet belum transversal penuh Daerah 3 : Daerah medan jauh/daerah fraunhover, di daerah ini, medan listrik dan magnet transversal penuh daan keduanya tegaklurus terhadap arah perambatan gelombang
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Polarisasi Antena
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
6
Aperture Antena
7
Formula Friss 8
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth Impedansi antena adalah impedansi pada terminal antena atau rasio tegangan terhadap arus pada terminal atau perbandingan komponen medan E dengan komponen medan H pada terminal antena
Im pedansi antena Z a b Z A RA jX A
RA Rr RL ZA = antenna impedance at terminals a –b (ohms) RA = antenna resistance at terminals a –b (ohms) XA = antenna reactance at terminals a –b (ohms) Rr = radiation resistance of the antenna RL = loss resistance (Ohmic Resistance) of the antenna Radiation resistance proportional dengan besarnya daya yang di radiasikan oleh antena Loss resistance/Ohmic resistance proportional dengan besarnya daya yang diserap oleh bahan antena dan diubah menjadi panas
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth
Return Loss(dB)
FREKUENSI RESONANSI/FREKUENSI KERJA ANTENA adalah frekuensi Operasi antena dimana antena bekerja paling optimum (amplitudo gelombang yang diradiasikan oleh antena pada frekuensi tersebut paling besar diantara frekuensi lainya) Antenna dapat dimodelkan sebagai rangkaian “tune Circuit” yang memiliki komponen Resistansi(R), Induktansi(L) dan Kapasitansi (C) Berhubungan dengan Impedansi Antena Frekuensi resonansi adalah frekuensi antena dimana kapasitansi dan induktansi saling menghilangkan, sehingga impedansi antena bersifat resistif murni
Z A RA jX A 1 RA j L C Frekuensi resonansi adalah frekuensi yang menghasilkan bagian reaktansi = 0
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth Return Loss-Impedance Graph
Ansoft LLC
design
75.00
Curve Info dB(St(innerCoax_T1,innerCoax_T1)) Setup1 : Sw eep1 re(Zt(innerCoax_T1,innerCoax_T1)) Setup1 : Sw eep1 im(Zt(innerCoax_T1,innerCoax_T1)) Setup1 : Sw eep1
50.00
Return Loss(dB)
Re{Impedance}
25.00
Im{Impedance}
0.00 Return Loss
-25.00 2.00
2.20
2.40
2.60 Freq [GHz]
2.80
3.00
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth IMPEDANCE BANDWIDTH adalah rentang frekuensi antara frekuensi bawah dengan frekuensi atas pada suatu gelombang termodulasi yang dibatasi oleh VSWR atau Return Loss tertentu VSWR adalah perbandingan antara tegangan maksimum dan minimum pada suatu gelombang berdiri akibat adanya pantulan gelombang yang disebabkan tidak matching-nya impedansi input antena dengan saluran feeder
VSWR
ABW FH FL FBW
FH FL FH FL 100% 2
FH FBW :1 FL
Untuk Bandwidth ≤ 100%
Untuk Bandwidth ≥ 100%
Vmax 1 ( z) Vmin 1 ( z)
Dimana ( z) adalah koefisien pantul
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth VSWR
Ansoft LLC
design
5.00
Curve Info Name
VSWRt(innerCoax_T1) Setup1 : Sw eep1
Y
m1
2.3798 2.0381
m2
2.4388 2.0030
Name
Delta(X)
Delta(Y)
Slope(Y)
InvSlope(Y)
d( m1,m2)
0.0590
-0.0351
-0.5941
-1.6833
VSWRt(innerCoax_T1)
4.00
X
3.00
m1
2.00
m2
1.00 2.33
2.36
2.38
2.40
2.43 Freq [GHz]
ABW ( Absolute Bandwidth) FH FL 0,059Ghz 59Mhz FBW
FH FL 2,4388 2,3798 100% FH FL 2,4388 2,3798 100% 2,5% 2 2
2.46
2.48
2.50
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth XY Plot 1
Ansoft LLC
design
0.00
Curve Info dB(St(innerCoax_T1,innerCoax_T1)) Setup1 : Sw eep1
-2.50
-5.00
-7.50
Return Loss(dB)
Return Loss
m1
-10.00
m2 Name
-12.50
-15.00
X
Y
m1
2.3782 -9.6291
m2
2.4402 -9.8766
Name
Delta(X)
Delta(Y)
Slope(Y)
InvSlope(Y)
d( m1,m2)
0.0621
-0.2475
-3.9875
-0.2508
-17.50
-20.00
-22.50 2.00
2.20
2.40
2.60 Freq [GHz]
1 v VSWR v 1 3 1 v Re turn Loss 20 log v 9,5 dB
2.80
3.00
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth Multi Band Antenna
Ultra Wide Antenna
Impedansi,Frekuensi Kerja, dan Bandwidth LATIHAN
Jika batas return loss yang diperbolehkan adalah -10 dB, maka bandwidth antenna yang memiliki grafik karakteristik seperti gambar disamping adalah__________% Jika return loss terendah terdapat pada frekuensi 5,3 Ghz sebesar -23 dB, maka VSWR antena pada frekuensi tersebut sebesar_______________
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Polarisasi Antena
7
Formula Friss
17
Dasar Pemahaman Konsep Sumber Titik Konsep sumber titik berguna dalam lebih memudahkan perhitungan mengenai daya terima, pada medan jauh / tempat yang jauh. Antena dianggap sebagai sumber titik karena dimensinya adalah jauh lebih kecil dari jarak antara antena pengirim dengan titik observasi. Syarat antena sebagai sumber titik mempunyai medan jauh transversal Medan magnet tegak lurus medan listrik Rapat daya P (arus daya) yang menembus bidang bola observasi mengarah radial keluar semuanya Dengan ekstrapolasi, semua rapat dayanya berasal dari volume yang sangat kecil atau titik O, tidak bergantung pada dimensi r.dq fisiknya
z
r Pr y O dS = r 2 sin q.dq.df
x r sin q.d f 18
Dasar Pemahaman Gelombang EM yang dipancarkan suatu sumber akan merambat ke segala arah. Jika jarak antara pengirim dan penerima sangat jauh (d >> ), maka sumber akan dapat dianggap sebagai sumber titik dan muka gelombang akan berbentuk suatu bidang datar. Muka gelombang/plane wave adalah titik-titik yang memiliki fasa yang sama. Amplitude medan pada bidang muka gelombang untuk medium propagasi yang serbasama adalah bernilai sama pula, karena itu disebut sebagai gelombang uniform / serbasama
sumber
muka gelombang hampir berbentuk bidang datar 19
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi z
r Pr r.dq y
Konsep Daya Antena Isotropis •
Antena isotropis hanya ada secara hipothetical (teoritis)
•
Pada dasarnya semua antena tidak ada yang memiliki pancaran sama kesegala arah (unisotropic)
O dS = r 2 sin q.dq.df
x r sin q.d f Asumsi dasar
Antena, sumber dianggap titik dan ditempatkan di O r Pr radial keluar pada setiap titik bola Pr dS 20
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi Persamaan Gelombang EM pd medan jauh/Plane Wave di ruang bebas
r j z E ( z ) E0 e aˆ x
r r j t E ( z , t ) Re E ( z )e
Re E0 e
Persamaan medan Listrik dalam bentuk phasor / dalam ruang
j t z
aˆ y
Persamaan medan listrik dalam ruang dan waktu (riil time)
E0 cost z aˆ x r E0 impedansi intrinsik H ( z , t ) cost z aˆ y E0 0
21
H0
0
377
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
r r r P r rEr H
Vektor Pointing dan teorema daya
PZ E H 2
E x 0 cost z cost z aˆ z 2
E 2 x 0 cos2t 2z aˆ z Watt m 2 Daya Rata-Rata : 2
T
Pr Pz ,av
E0 Watt 1 Pz dt 2 m T0 2 22
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
Penurunan rumus, Jika medium antara antena (bola) tidak meredam, juga tidak menyerap daya, berdasarkan hukum kekekalan energi, maka : Daya yang dipancarkan sumber = Daya total yang menembus bola Dinyatakan,
r r 2 W Pr .dS Pr .dS S
dimana, Pr dS W
z
r Pr
0 0
r.dq = rapat daya pada bola = elemen luas = r2.sinq.dq.df = daya yang dipancarkan antena
y O dS = r 2 sin q.dq.df
x r sin q.d f 23
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi Penurunan Rapat Daya Jika O adalah sumber isotropis, maka Pr (rapat daya) akan konstan untuk r konstan
Sehingga,
r r 2 2 Wi Pr .dS Pr .r . sin q.dq.df 4r 2 .Pr S
0 0
Maka,
Pr W
4r 2
!!
Disimpulkan bahwa rapat daya berbanding terbalik dengan r2 24
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi Radian (rad) dan Steradian (sr)
1 Lingkaran Penuh : 1 Bola Penuh : Keliling = 2πr Luas Kulit Bola = 4πr2 2r Sudut Satu Lingkaran Penuh = 2 rad Sudut Ruang Satu Bola Penuh r 4r 2 jadi 2 rad 360 2 4 sr(rad2 ) 57,3 57,3 4 41253 deg 2 r 360 41253 2 1 rad 57,3 jadi 1 rad 1 sr 3283,3 deg 2 2 4 2 2 2 1 deg 0 , 00031 rad 1 0 , 01745 rad 360 25
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi Intensitas Radiasi (U) Intensitas Radiasi = daya per satuan sudut ruang
Didefinisikan,
Uo W
4
Pr .r 2
Dengan berbagai definisi di atas, maka dapat dituliskan ekspresi daya sebagai fungsi dari intensitas radiasi sbb : 2
2
0 0
0 0
W U. sin q.dq.df U. d
dimana, d = sinq.dq.df
Dari ekspresi diatas, dapat disimpulkan bahwa, Daya yang dipancarkan = integrasi intensitas radiasi untuk seluruh sudut ruang 4
Untuk ISOTROPIS Antena Sembarang
: W = 4.Uo [ Uo dalam Watt / radian2 ] : W = 41253.Uo [ Uo dalam Watt / deg2 ] : Uo = U rata2 ( time average ) 26
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi LATIHAN
Sebuah antena isotropis memancar di ruang bebas. Pada jarak 175 m dari antena tersebut, diperoleh medan listrik 25 volt/m Hitunglah : (a) rapat daya (Pr) (b) daya yang diradiasikan oleh antena (W) (c) Intensitas Radiasi Antena (U)
27
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Polarisasi Antena
7
Formula Friss
28
Diagram Arah Antena Diagram arah menunjukkan karakteristik pancaran antena ke berbagai arah (pattern), pada r konstan, jauh, sebagai fungsi q dan f
Menurut besaran Macam-macam diagram arah
Diagram arah Medan (listrik, magnet) Diagram arah Daya ( P, U ) Diagram arah Fasa
Menurut skala Diagram arah absolut (dalam besarannya) Diagram arah relatif ( terhadap referensi ) Diagram arah normal (referensi max = 1 = 0 dB)
29
Diagram Arah Antena
30
Diagram Arah Antena Diagram arah sebenarnya 3 dimensi, tetapi biasa digambarkan sebagai 2 dimensi, yaitu 2 penampangnya saja yang saling tegakl urus berpotongan pada poros mainlobe Em f = 0
q= 0
Um Eq
q=0 1
U
q=0 0 dB B
Diagram arah absolut
Diagram arah relatif
Diagram arah normal
Berbagai istilah dalam diagram arah Main lobe Side lobe Back lobe BEAMWIDTH
FBR
= major lobe, lobe utama ; daerah pancaran terbesar = minor lobe, lobe sisi ; daerah pancaran sampingan = lobe belakang ; daerah pancaran belakang = Lebar berkas ; Sudut yang dibatasi ½ daya atau 3 dB atau 0,701 medan maksimum pada Mainlobe = Front to Back Ratio = Main lobe / Back lobe 31
-3 dB
Diagram Arah Antena Plot Polar pola daya radiasi
32
Diagram Arah Antena
(a) Lobe-lobe radiasi antena (pola pancar 3D) (b) Plot linear pola daya radiasi
33
Diagram Arah Antena LATIHAN Radiation Pattern 1
t LLC
HFSSModel1 Curve Info
0 -30
-60
-1.00 -2.00 -3.00 -4.00 -5.00 -6.00 -7.00 -8.00 -9.00 -10.00 -11.00 -12.00 -13.00
dB10normalize(rETotal) Setup1 : LastAdaptive Freq='10GHz' Phi='0deg'
30
60
-90
90
-120
120
-150
150 -180
Perhatikan Pola pancar normal (power pattern) antena dibawah ini, jika pada arah mainlobe antena memiliki level daya terima sebesar 40 dBm , maka besar level daya terima pada arah sidelobenya sebesar .......................... Watt/st
Diagram Arah Antena LATIHAN Radiation Pattern 1
LLC
HFSSModel1 Curve Info
0 -30
-60
-1.00 -2.00 -3.00 -4.00 -5.00 -6.00 -7.00 -8.00 -9.00 -10.00 -11.00 -12.00 -13.00
dB10normalize(rETotal) Setup1 : LastAdaptive Freq='10GHz' Phi='90deg'
30
Perhatikan Pola pancar normal (power pattern) antena dibawah ini, besar front to back ratio (FBR) dari antena tersebut sebesar................dB
60
-90
90
-120
120
-150
150 -180
Diagram Arah Antena Diagram Arah Yang direpresentasikan secara matematis
U Untuk 0 q dan 0 2 1. U 0 Untuk Lainnya 0 U Untuk 0 q / 2 dan 0 2 2. U 0 Untuk Lainnya 0 U m Cosq Untuk 0 q dan 0 2 2 3. U 0 Untuk Lainnya U Cosq Untuk 0 q dan 0 2 4. U m Untuk Lainnya 0 U m Sinq 5. U 0
Untuk 0 q dan 0 2 Untuk Lainnya
U m Sinq sin 2 6. U 0 U m sin q cos 2 7. U 0
Untuk 0 q dan 0 Untuk Lainnya Untuk 0 q dan 3 2 2 Untuk Lainnya
Beamwidth Antena
Luas Berkas / Lebar Berkas/ Beamwidth Adalah sudut ruang yang mewakili seluruh daya yang dipancarkan, jika intensitas radiasi = intensitas radiasi maksimum
atau,
1/2 q1/2
f1/2
Seolah-olah antena memancar hanya dalam sudut ruang B dengan intensitas radiasi uniform sebesar Um W = B.Um
Jika fungsi diagram arah intensitas radiasi dinyatakan oleh : U = Ua.f(q,f)
dimana Ua adalah konstanta
Untuk intensitas maksimum dinyatakan oleh :
Um = Ua. f(q,f)maks 2
2
0 0
0 0
W f (q, f).d f (q, f) B d Um f (q, f) maks f (q, f) maks
W U. d Ua . f q, fd 37
Beamwidth Antena Perhitungan Direktivitas Dengan Cara Pendekatan Lebar Berkas
3dB Beamwidth
Peak - 3dB
60° (eg)
Peak
Peak - 3dB 38
Beamwidth Antena
A. Fungsi sederhana • •
2 (dua) kasus
Unidirectional Direktivitas 10
Selesaikan dengan cara pendekatan B = q1/2 . f1/2 dimana q1/2 dan f1/2 adalah beamwidth menurut 2 bidang melalui sumbu mainlobe
B. Fungsi tidak sederhana Selesaikan dengan cara matematis !!
f (q, f).d f (q, f) B d f (q, f) maks 39
f (q, f) maks
1/2 q1/2
f1/2
Beamwidth Antena LATIHAN 1 Radiation Pattern 1
C
Radiation PatternHFSSModel1 1
Ansoft LLC
0
0 -30
-60
-1.00 -2.00 -3.00 -4.00 -5.00 -6.00 -7.00 -8.00 -9.00 -10.00 -11.00 -12.00 -13.00
-30
30
Curve Info
dB10normalize(rETotal) -1.00 30 Setup1-2.00 : LastAdaptive Freq='10GHz' Phi='0deg' -3.00 -4.00 -5.00 -6.00 -7.00 -8.00 -9.00 -10.00 -11.00 -12.00 -13.00
-60
60
60
-90
90
-90
90
-120
-120
120
120 -150
HPBW dari antena yang memiliki power pattern seperti -180 2 diatas sebesar___________________deg -150 150 -180
40
150
Beamwidth Antena LATIHAN 2
Hitunglah Beamwidth Antena yang memiliki persamaan intensitas radiasi berikut dengan cara Matematis:
U=
Um.cos q 0
; 0 q /2 & 0 f 2 ; q, f lainnya
41
Beamwidth Antena Solusi
a) W
22
2
2
0
0
Um. cos q sin q.dq.df Um cos q sin qdq df 0 0
1 1 2 2 2 Um sin q f0 Um. .2 Um. 2 2 0 B = W/Um =
u sin q du cos qdq
2
2
1 2 cos q sin q d q u du u 0 0 2 1 sin 2 q 2
42
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
6
Polarisasi Antena
7
Formula Friss 43
Directivitas, Efisiensi, Gain Antena
Direktivitas Merepresentasikan ‘pengarahan’ antena, semakin besar direktivitas dapat diartikan bahwa lebar berkasnya semakin sempit directivity of an antenna defined as “the ratio of the radiation intensity in a given direction from the antenna to the radiation intensity averaged over all directions” If the directionis not specified, the direction of maximum radiation intensity is implied.” Didefinisikan :
D
Um Intensitas Radiasi Maksimum Uo Intensitas Radiasi Rata rata
Atau,
Um 4 Pm Em 2 D x 2 Uo 4 Po Eo 44
Directivitas, Efisiensi, Gain Antena
Hubungan Directivitas dengan Beamwidth
W 4Uo
dan
W Um.B
Um 4 D Uo B Catatan : The directivity of an isotropic source is unity since its power is radiated equally well in all directions For all other sources, the maximum directivity will always be greater than unity
45
Can The directivity be smaller than unity ???
Directivitas, Efisiensi, Gain Antena Contoh 1 : Penghitungan direktivitas dengan cara eksak:
Pers. diagram arah
Um.cos q 0
U=
; 0 q /2 & 0 f 2 ; q, f lainnya
Solusi, 22
B = W/Um =
0 0
D = 4/B = 4/ = 4 = 6 dB
W
Um. cos q sin q.dq.df 2
2
W Um. cos q d(cos q) df 0
0
Um 2 2 cos q 0 2 f0 .Um 2 46
Directivitas, Effisiensi, Gain Antena Contoh 2 : Menghitung D dengan pendekatan lebar berkas
U = Um.cos6q
; 0 q /2
dan 0 f 2
½ Um = Um.cos6 q1/4 q1
1
1
q1 2
f
q1/ 4 cos1 6 1 27,01o 2
4
q1/2 = 2 x q1/4 = 54,02o 2
1
4 4 (57,3o ) 2 D 14,3 o 2 q1/ 2 .f1/ 2 (54,02 )
2
Dengan cara eksak, didapatkan D = 14,00
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa untuk antena unidirectional dan direktivitas > 10, hasil pendekatan lebar berkas mendekati hasil perhitungan secara eksak ! 47
Directivitas, Effisiensi, Gain Antena
Gain (penguatan)
Antenna
Transmission Line
Wi Gain
Kutub-4
Wo
daya output Wo daya input Wi
transmitter
Gain
PT
PRad
intensitas radiasi maksimum Um efisiensi eff intensitas radiasi rata - rata UO
GAIN antena (pada arah tertentu) “ adalah rasio/perbandingan dari intensitas radiasi suatu antena pada arah tertentu, terhadap intensitas radiasi antena jika daya yang diterima oleh antena tersebut (dari transmitter) diradiasikan secara isotropis.
Gain 4
U intensitas radiasi 4 Win total daya input (daya masuk ke antena)
gain of the antenna is closely related to the directivity, it is a measure that takes into account the efficiency of the antenna as well as its directional capabilities. Gain Relative Gain, Absolute Gain 48
Directivitas, Effisiensi, Gain Antena
Gain (penguatan) Relative Gain Didefinisikan, G
Um intensitas radiasi maks suatu antena Umr intensitas radiasi maks antena referensi dengan daya input sama
Macam-macam referensi : Isotropis, eff = 100% dipole ½ l horn, dll Untuk referensi antena isotropis,
G
Um intensitas radiasi maks suatu antena Umr intensitas radiasi maks antena isotropis tanpa rugi dengan daya input sama
49
Directivitas, Effisiensi, Gain Antena Ilustrasi Gain Satuan: dBd and dBi
Ideal radiating dot source (lossless radiator) 2.15dBi
0dBd = 2.15 dBi
Dipole 50
Directivitas, Effisiensi, Gain Antena Efficiency Antena
W source
W rad
eff (total ) r cd W in
W reflect
Loss karena Diserap Bahan/material(Conductor atau dielectrik) AntenaRadiation Efficiency
Loss karena MissmatchReflection Efficiency
v
r
Zin Z 0 Zin Z 0
P Pp P
VSWR
Power yang dikirim dengan beban Rr Power yang dikirim dengan beban Rr RL Rr 100% Rr RL
cd
1 p
1 v 1 2
1 1
Z in Z 0 Z in Z 0
2
51
Directivitas, Effisiensi, Gain Antena Hubungan antara gain dengan directivitas
G eff .D Jika eff = 100% ( Isotropis ), Gain = Direktivitas According to the IEEE Standards, “gain does not include losses arising from impedance mismatches (reflection losses) and polarization mismatches (losses).”
G cd .D Absolute Gain
Gabs r .cd .D 52
Directivitas, Effisiensi, Gain Antena LATIHAN
Suatu antena memiliki impedansi terminal 100-J54 Ω dan memiliki resistansi Loss sebesar 20 Ω kemudian antenna dicatu menggunakan saluran transmisi dengan impedansi karakteristik 50 Ω, maka efisiensi radiasi sebesar_________________% dan efisiensi refleksi sebesar____________________%
53
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Polarisasi Antena
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
6
Aperture Antena
7
Formula Friss 54
Polarisasi Merupakan Arah Orientasi dari vektor medan Listrik (E) Ingat kembali persamaan medan E
r Arah getar medan E tetap E ( z , t ) E0 cost z aˆ x r E ( z , t ) E x 0 cost z f x aˆ x E y 0 cost z f y aˆ y Persamaan umum :Arah getar medan E berubah-ubah
Jenis –jenis polarisasi : Linear, Circular (RHCP, LHCP), Ellips Polarisasi Linear
Polarisasi Circular
Syarat ( salah satu ) : E x 0 ada nilainya; E y 0 0
Syarat : Ex0 E y 0
E y 0 ada nilainya; E x 0 0
1 2n , n 0,1,2,3... 2 f f y f x 1 2 2n , n 0,1,2,3...
f f y f x n , n 0,1,2,3....
RHCP/CW LHCP/CCW
Polarisasi Polarisasi Ellips
Syarat : Ex0 E y 0
1 2n , n 0,1,2,3... 2 f f y f x 1 2 2n , n 0,1,2,3...
RHCP/CW LHCP/CCW
Polarisasi Beberapa istilah berhubungan dengan polarisasi : Skala Mayor Axial Ratio Skala Minor Tilt Angle Sense (CW, CCW) TILT ANGLE :adalah sudut yang diukur searah jarum jam antara sumbu reference (disini sumbu y) dengan major axis dari elips Rotation of a plane electromagnetic wave and its polarization ellipse at z=0 as a function of time
AXIAL RATIO
Major Axis OA Minor Axix OB
,1 AR
AR = 1 Polarisasi Circular AR =∞ polarisasi linear 1
Polarisasi Antena Polarisasi Vertical
Polarisasi Slant
Polarisasi Horizontal
58
Polarisasi Antena RHCP
Elips
LHCP
59
Polarisasi Polarization Loss Factor
r r ER ER aER
r r E A E Aa A
r ER
Jika pemasangan antena Rx tidak sesuai dengan polarisasi gelombang, maka daya yang diterima akan lebih kecilterjad “polarization Missmatch” Untuk orientasi yang sesuai, maka penerimaan daya akan maksimum (polarisasi medan=polarisasi antena) Note : polarisasi antena dilihat saat antena pada transmitting mode Jika polarisasi membentuk sudut φ dengan polarisasi antena, maka daya terima akan mengalami penurunan yang dinyatakan dengan PLF (Polarization Loss Factor)
r aA r
Contoh : E Reff untuk, = 60o PLF = ¼ WR turun 6 dB = 90o PLF = 0 WR = 0
dimana,
r ER r aA
vektor medan listrik datang orientasi antena
r r 2 PLF a ER a A cos2
PLF sangat penting untuk komunikasi bergerak khususnya di ruang angkasa. Manfaat lain yang justru positif adalah untuk penggandaan kanal frekuensi 60
Polarisasi
WHY??
Polarisasi
Video!!!
Contents 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Polarisasi Antena
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
6
Aperture Antena
7
Formula Friss 63
Konsep Aperture Antena Konsep aperture antena berasal dari anggapan bahwa antena sebagai luas bidang yang menerima daya dari gelombang radio yang melaluinya
Misalkan pada antena corong. Rapat daya pada permukaan corong P (watt/m2). Jika mulut corong dapat menerima daya melalui mulut A semuanya, maka daya yang berhasil diserap oleh antena dari gelombang r r EM adalah :
r r r E E E r P Er Er Er
Wr = P A = P.A cos
A
r r r H H H
r P
r r r HH H
r P
Wr
dengan adalah arah orientasi antena terhadap arah vektor rapat daya. Umumnya orientasi antena dibuat sesuai polarisasi gelombang, sehingga terjadi penerimaan maksimum (’ = 0)
Jadi “ Daya yang ditangkap antena berbanding lurus dengan luas aperture-nya”. Dalam praktek, luas tersebut 0,5 – 0,7 luas sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan terbaginya daya dari GEM menjadi bagian –bagian yang hilang sebagai panas, dipancarkan kembali, dll. Sehingga ada beberapa macam aperture : Aperture efektif, aperture rugi-rugi, aperture pengumpul, aperture hambur, dll 64
Konsep Aperture Antena Jika suatu antena menerima daya, maka dapat dibayangkan antena seolah-olah mempunyai aperture yang luasnya adalah daya tersebut dibagi dengan rapat daya gelombang yang datang pada antena. Dinyatakan :
AW
P
(meter persegi)
a. Aperture Efektif b. Aperture Rugi-Rugi
Aperture antena
c. Aperture Hambur d. Aperture Pengumpul e. Aperture Fisis 65
Konsep Aperture Antena Jika antena ditempatkan pada medan EM dan dibebani oleh beban terminasi Z T . Untuk harga-harga rms dari arus, tegangan, maka :
I
V Z A ZT
r P
ZT
ZT R T jXT ZA R A jX A RA Rr RL
Antena dgn beban
Rr = tahanan pancar RL = tahanan rugi ohmic antena
I
I
W I2R
V ( Rr RL RT ) 2 ( X A X T ) 2
66
ZT
V Rangkaian ekivalen
V2R W (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
W V2R Aperture P P (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
ZA
Konsep Aperture Antena Kasus-Kasus
A. Aperture Efektif •
RT mewakili daya yang berguna bagi penerimaan, sehingga :
WT V2R T Ae P P. (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
•
Ae mencapai harga maksimum pada orientasi penerimaan maksimum ( = 0 ), tidak terjadi cross polarisasi, matched ( Z Z* ), dan tidak ada rugi-rugi ohmic antena ( RL= 0 ) T
A
WT ' V2 V2 Aem P 4P.R r 4P.R T •
Effectiveness Ratio ( ) , sering juga disebut sebagai efisiensi antena :
Ae
Aem
dengan 0 1
67
Konsep Aperture Antena B. Aperture Hambur (Scattereing Apperture) •
Rr mewakili daya yang diradiasikan kembali ke ruang bebas
WS V2R r AS P P. (R r R L R T ) 2 (X A XT ) 2
•
Jika orientasi antena maksimum, tidak terjadi cross polarisasi, antena lossless , dan MATCHED, maka :
V2 V2 As ' 4P.Rr 4P.RT •
As’ = apperture hambur matched
Jika orientasi antena maksimum, tidak terjadi cross polarisasi, antena lossless , dan Resonant Short Circuit (RSC), maka :
V2 V2 Asm 4 Aem P.Rr P.RT •
Asm= apperture hambur maksimum
SCATTERING RATIO, perbandingan hambur
As
Ae
0 68
Konsep Aperture Antena E. Aperture Fisis ( Loss Apperture ) •
Apertur Fisis (Ap) merupakan luas maksimum tampak depan antena dari arah rapat daya
•
Untuk antena dengan pemantul atau berupa celah, luas aperture fisis ini sangat menentukan, tapi untuk beberapa antena lainnya tidak berarti samasekali
r P
Ap
D 2 Ap 4 •
r P
L
d 2 Ap 4 d
Ap = Ld
r P
ABSORBTION RATIO : perbandingan antara apertur efektif maksimum dengan apertur fisis
Aem Ap
0 69
Konsep Aperture Antena C. Aperture Rugi-Rugi ( Loss Apperture )
• RL mewakili daya yang hilang sebagai panas, sehingga :
WL V2R L AL P P. (R r R L R T ) 2 (X A X T ) 2
D. Aperture Pengumpul (Collector Apperture )
• Apertur pengumpul adalah jumlah Ae, As, dan AL
V 2 (R r R L R T ) AC P. (R r R L R T ) 2 (X A XT ) 2
70
Konsep Aperture Antena Summary
r P
ZT
ZA
ZT R T jXT Z A ( Rr RL ) jX A
Pada kondisi umum: 1. Orientasi Antena Maksimum 2. Polarisasi Match/tidak terjadi cross polarisasi
Pada kondisi Tidak ada rugi-rugi ohmic (RL=0)
Pada kondisi ada rugi-rugi ohmic (RL≠0)
MATCH (Rr=RT)(XA=-XT)
RSC (RT=0)(XA=-XT)
Ae=Aem As=Aem AL=0
Ae=0 As=4Aem=Asm AL=0
OC (RT=∞)(XT=∞) Ae=0 As=0 AL=0
71
Ae=ada As=ada AL=ada
Konsep Aperture Antena Hubungan Apertur Dengan Direktivitas •
Hubungan apertur dengan direktivitas adalah berbanding lurus, dinyatakan :
D1 Aem1 D2 Aem2 •
Jika ada rugi-rugi ohmic dan tidak MATCHED sempurna,
G = eff. D
G1 D1eff 1 eff 1 Aem1 Ae1 G 2 D2eff 2 eff 2 Aem2 Ae2
eff = = EFECTIVENESS RATIO •
Untuk antena isotropis, Diso = 1 , maka :
Sehingga,
Diso Aemiso DX Aem X
DX
4 Aem X 2 l
Aem isotropis diketahui dengan mengambil antena 2 adalah dipole pendek,
Aem 2
3 2 l dan D2 = 3/2 = 1,5 8
l2 Aemiso 4
!! 72
Konsep Aperture Antena Hubungan Apertur Dengan Direktivitas
DX
4 Aem X 2 l
Rumus di atas cukup penting untuk menghitung direktivitas antena jika aperturnya diketahui !!
Antena Isotropis Dipole pendek Dipole l/2
Aem l2/(4) = 0,79l2 3l2/(8) = 0,119l2
D 1 1,5
D (dB) 0 1,76
30l2/(73) = 0,79l2
1,64
2,14
73
Content 1
Teorema Resiprositas Carson
2
Teorema Daya dan Intensitas Radiasi
3
Diagram Arah Antena dan Beamwidth
5
Directivitas, Efisiensi, dan Gain Antena
6
Polarisasi Antena
4
Frekuensi Kerja, Impedansi, VSWR, BW
6
Aperture Antena
7
Formula Friss 74
Rumus Transmisi Friss Tujuan
Menghitung transfer daya dari Tx ke Rx Rx
Tx Isotropis
• Asumsi / syarat :
2
r 2L
l
a. Jarak Tx-Rx cukup jauh (pada medan jauh) ; b. Medium tidak meredam c. Tak ada multipath dari refleksi
• Rapat daya pada penerima Rx, ( Pr ) :
Pr WT
4r
2
dimana, WT = daya pancar pengirim
WR Pr .Ae R Ae R WT
4r 2
AeR = aperture efektif antena penerima WR = daya yang diterima Rx
75
Rumus Transmisi Friss • Jika Tx memiliki direktivitas DT, maka : Tx
Rx
pathloss
WR Pr .Ae R Ae R WT Sehingga,
WR Ae R .DT WT 4r 2 WR
WT
4r 2
DT
4 Ae T 2 l
WR DT .WT Ae R
4r 2
WR AeR .AeT WT l2 r 2
Redaman lintasan (path loss) jika pada Tx dan Rx digunakan antena
referensi ( umumnya isotropis ) dan biasa dinyatakan dalam dB
Rumus Transmisi Friss • Redaman Lintasan
Tx
WT dB Lp 10 log WR
Isotropis
l2 .r 2 dengan l2 10 log AeT Ae R 4 AeT .Ae R 2 2 4 r 4 2 2 dB 10 log 10 log f r l c
Isotropis
Rx
( isotropis )
Lp = 32,5 + 20 log fMHz + 20 log rkm (dB)
Lp = 92,45 + 20 log fGHz + 20 log rkm •
Redaman lintasan atau pathloss disebut juga dengan redaman ruang bebas / FSL (free space loss), terjadi bukan karena penyerapan daya tetapi karena penyebaran daya
Soal
Luas penampang antena parabola pada frekuensi 4.5 GHz dengan directivity 35 dB, efisiensi 70%, dan absorbtion ratio 100% adalah ___________________ Suatu antena conical horn memilki diameter 10 cm, dengan efisiensi aperture (absorbtion ratio) 60%, memilki direktivitas sebesar..............dB Dua buah antenna masing-masing memiliki aperture efektif 0,2 λ2 m2 dan 0,45 λ2 m2 jika gain antenna pertama 8 dB, maka gain antenna kedua sebesar_______________dB Sebutkan syarat-syarat suatu antenna memiliki aperture efektif maksimum! Antena dipole λ/2 dengan diameter 10 mm, dipasang vertikal terhadap arah rapat daya yang datang, tentukan aperture phisis antenna tersebut?
Soal
Suatu link komunikasi LOS jarak 20 km beroperasi pada frekuensi 6 Ghz dan daya pemancar 5 watt. Redaman saluran transmisi pada transmitter dan pada receiver masing masing 5dB dan 3 dB dan receiver bekerja pada signal minimal -60 dBm. a) Hitung redaman lintasan (path loss) hubungan link tersebut! b) Jika antenna yang digunakan pada kedua site sama, berapakah luas aperture efektif antenna minimum yang dibutuhkan? Berapakah daya terima maksimum pada jarak 0,5 km pada freespace 1 Ghz jika perangkat transmitter yang digunakan memiliki gain antenna 25 dBi dan gain antenna receiver 20 dBi. input transmitter adalah 150 Watt?
Questions???
80
LOGO