Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MINAT SISWA PADA PEMBELAJARAN FLUIDA STATIS DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH Juniar Afrida, Adlim, dan A. Halim Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Email:
[email protected]
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains dan minat belajar siswa setelah penerapan LKS inkuiri terbimbing. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen semu (quasi experiment) dengan nonequivalent control group design yang dilaksanakan pada kelas XI IA di SMA Negeri 11 Banda Aceh tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel menggunakan non-random purposive sampling (menurut tujuan). Pada kelas eksprimen menggunakan LKS inkuiri terbimbing dan pada kelas kontrol menggunakan LKS konvensional. Pengumpulan data dilakukan melalui pretest-postest, dengan menggunakan soal tes KPS dan angket minat siswa untuk mengetahui minat belajar siswa. Tes yang diberikan untuk mengukur KPS adalah tes soal KPS dengan materi fluida statis dan untuk mengukur minat menggunakan angket minat. Hasil analisis data dengan menggunakan uji-t terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil N-gain soal tes KPS dan hasil analisis uji-t berdasarkan total skala minat kelompok eksperimen menunjukkan sebelum dan sesudah perlakuan terjadi perbedaan yang signifikan. Implikasi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan LKS inkuiri pada materi fluida statis dapat meningkatkan KPS dan minat belajar siswa. Kata Kunci: LKS, Inkuiri Terbimbing, KPS, Minat Belajar.
dapat melakukan kegiatan eksperimen.
PENDAHULUAN Dewasa ini kita ketahui bahwa
Begitu pula pada pelajaran fisika selain
banyak siswa mengalami kesulitan dalam
melakukan kegiatan eksperimen setiap
memahami pelajaran, khususnya pelajaran
siswa harus terampil dalam melakukan
sains yang antara lain adalah fisika, kimia,
eksperimen untuk meningkatkan minat dan
dan
KPS dalam pelajaran tersebut.
biologi.
Selain
susah
dalam
memahami pelajaran tersebut para siswa
Eksperimen
adalah
pembelajaran
salah
juga harus memecahkan masalah jika ada
metode
kendala mengerjakan soal atau memahami
diterapkan dalam pembelajaran fisika.
konsep pelajaran tersebut. Pada pelajaran
Kegiatan
kimia contohnya, selain siswa harus bisa
pembelajaran
memahami konsep dan menyelesaikan
dalam bentuk kegiatan praktikum dari
permasalahan ada juga siswa yang harus
suatu percobaan dengan bantuan LKS,
eksperimen yang
yang
satu dapat
merupakan
melibatkan
siswa
Juniar Afrida: Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Inkuiri..... |93
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
sehingga
dalam
pembelajaran
sangat
(2009), hasil penelitiannya menunjukkan
diperlukan LKS yang bisa membuat siswa
bahwa pembelajaran menunjukkan tidak
aktif dalam belajar.
ada perbedaan
Berdasarkan survei
yang signifikan pada
lapangan, diperoleh informasi bahwa LKS
pembelajaran,
eksperimen yang biasa digunakan di
ditemukan
sekolah
manfaat menjadi pelajar yang aktif.
memuat
prosedur
praktikum
dalam
bahwa
penelitian siswa
juga
menyadari
model cook book (buku resep masakan).
Inkuiri merupakan suatu proses
Melalui eksperimen dengan menggunakan
bagi siswa untuk memecahkan masalah,
LKS konvrnsional siswa sama sekali tidak
merencanakan dan melakukan eksperimen,
dibina untuk melakukan langkah-langkah
mengumpulkan dan menganalisis data,
KPS
serta menarik kesimpulan. Jadi dalam
sehingga
pembelajaran
yang
dilakukan tidak bermakna bagi siswa.
pembelajaran
Belajar menjadi bermakna bagi siswa
terlibat secara mental dan secara fisik
apabila mereka mendapat kesempatan
untuk
untuk
pertanyaan,
diberikan guru. Dengan kata lain para
penyelidikan,
siswa akan menjadi terbiasa berperilaku
mengumpulkan data, membuat kesimpulan
sebagai saintis (objektif, jujur, kreatif, dan
dan berdiskusi. Dengan kata lain, siswa
menghargai yang lain) (Rustaman, 2005).
terlibat
Ini memperjelas ciri-ciri dari KPS dengan
mengajukan
melaksanakan
secara
langsung
dalam
pembelajaran aktif dan berpikir tingkat tinggi
yang
pada
gilirannya
akan
berbasis
memecahkan
inkuiri,
siswa
masalah
yang
pembelajaran sains. Lebih lanjut Gagne (Dahar, 1996)
membimbing atau mengarahkan mereka
menyebutkan
pada
mengembangkan KPS, siswa akan dibuat
pembelajaran
berbasis
inkuiri
(Rustaman, 2005). Penelitian
bahwa
dengan
kreatif sehingga mereka akan mampu LKS
mempelajari IPA di tingkat yang lebih
inkuiri terbimbing dilakukan oleh beberapa
tinggi dalam waktu yang lebih singkat.
peneliti sebelumnya, diantaranya oleh
KPS mampu membuat siswa menemukan
Azeem
dan mengembangkan sendiri fakta dan
dan
menggunakan
Azra
(2011),
hasilnya
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
percobaan
signifikan
inkuiri
mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh
dan
irama, gerak atau tindakan dalam proses
kombinasi inkuiri sains pada prestasi siswa
belajar seperti ini akan menciptakan
dibandingkan
kondisi belajar yang melibatkan siswa
dari
terbimbing,
penggunaan
tidak
terbimbing
menggunakan
metode
konvensional. Selanjutnya Elliot dan Chu 94| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
serta
menumbuhkan
dan
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
lebih aktif dan mampu mengaitkannya
METODE PENELITIAN
dengan kehidupan sehari-hari.
Penelitian dilaksanakan di SMA
Tias et al. (2008) menyatakan bahwa
guru
sains
disarankan
untuk
Negeri 11 Banda Aceh pada semester genap
tahun
pelajaran
2013/2014.
menekankan pembelajaran siswa terhadap
Penelitian ini termasuk kuasi eksperimen
konsep-konsep dan KPS dibandingkan
dengan desain penelitian adalah Pretest
hanya
fakta atau
Postest Control Group Design dengan
informasi. KPS memiliki pengaruh kuat
menggunakan kelompok eksperimen (LKS
dalam pendidikan karena KPS membuat
inkuiri terbimbing) dan kontrol (LKS
para siswa untuk mengembangkan proses
konvensional).
sekedar menghafal
mental yang lebih tinggi (Lee et al., 2008).
Sampel yang digunakan dalam
Selain itu, Carey (Hancer & Yilmaz, 2007)
penelitian ini adalah siswa kelas XI.IA
menyatakan
SMA Negeri 11 Banda Aceh. Jumlah
bahwa
KPS
dapat
mengkonstruksi pengetahuan siswa.
kelas XI IA di SMA tersebut sebanyak
Berdasarkan paparan di atas, maka
empat kelas dengan jumlah siswa 98
diperlukan suatu metode pembelajaran
orang. Subjek yang diteliti adalah siswa
yang tepat dan lebih bermakna bagi siswa
kelas XI IA2 dan XI IA4 tahun ajaran
yaitu dengan menggunakan LKS inkuiri
2013/2014.
terbimbing. Metode pembelajaran ini lebih
penelitian ini sebanyak 42 orang siswa,
berpusat kepada siswa dalam melakukan
diantaranya 22 siswa diajarkan dengan
sebuah kegiatan percobaan. Metode LKS
LKS konvensional dan 20 siswa diajarkan
inkuiri terbimbing ini memiliki beberapa
dengan LKS inkuiri terbimbing. Pemilihan
tahapan yaitu tahap penyajian masalah,
kelas tersebut berdasarkan observasi secara
tahap pengumpulan dan verifikasi data,
menyeluruh, sebelum memilih dua kelas
tahap
tersebut sebagai kelas penelitian. Ada
pengumpulan
eksperimen,
tahap
data
melalui
subjek
dalam
dan
empat kelas yang terdiri dari dua kelas
pengolahan data, dan tahap analisis proses
unggul dan dua kelas reguler. Kelas
inkuiri,
unggul terdiri dari satu kelas laki-laki dan
maka
pengembangan terbimbing
perumusan
Jumlah
perlu LKS
untuk
dilakukan
berbasis
inkuiri
meningkatkan
satu kelas perempuan, sedangkan kelas reguler
merupakan
dua-duanya
kelas
kemampuan KPS dan minat siswa pada
perempuan. Sehingga peneliti memilih
pembelajaran fluida statis di SMA Negeri
kelas tersebut sebagai kelas penelitian
11 Banda Aceh.
dikarenakan ketika diberikan tes awal tidak terdapatnya perbedaan. Juniar Afrida: Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Inkuiri..... |95
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
Variabel bebas berupa LKS inkuiri
eksperimen
setelah
LKS
inkuiri
terbimbing, dan variabel terikat berupa
terbimbing diterapkan di kelas eksperimen
KPS siswa dan minat belajar. Teknik
dibandingkan dengan kelompok kontrol
pengumpulan data penelitian ini adalah
yang
angket, dan tes. Metode tes digunakan
konvensional.
hanya
menggunakan
LKS
untuk mengambil data KPS. Metode
Perbedaan ketiga jenis nilai rata-
angket digunakan untuk mengambil data
rata siswa yang lebih jelas ditampilkan
respon siswa terhadap model inkuiri
pada Gambar 4.1. Berdasarkan tampilan
terbimbing dan minat belajar siswa.
Gambar 4.1 dapat dilihat rata-rata nilai
Tes
(pretest)
pada
dilakukan
untuk
sedangkan
eksperimen
mengetahui validitas product moment.
kelompok
kontrol
Selain validasi product moment, instrumen
eksperimen 77. N-gain kelompok kontrol
juga divalidasi isi dan konstruk oleh ahli.
lebih rendah yaitu 40 sedangkan kelompok
Uji
eksperimen mencapai 70.
instrumen
uji
coba
penelitian
hipotesis menggunakan
Microsoft
pretest kelompok kontrol sebesar 34
Lilliefors untuk menguji normalitas dan uji Barlett untuk menguji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
KPS
Distribusi Nilai Ratarata
Office Excel 2007 yang didahului uji
1) Perbedaan KPS Kelompok Kontrol dengan Eksperimen Setelah melakukan analisis data
28. 60
Postest sedangkan
100 80 60
Kontrol
40
Eksperimen
20 0
Pretest Postest N-gain
Gambar 4.1 Nilai Rata-rata Pretest, Postest dan N-gain.
hasil tes awal kedua kelompok tidak jauh berbeda, untuk kelompok kontrol skor rata-rata siswa yaitu 5,45 sedangkan
2) Uji Beda Rata-rata KPS Kelompok Kontrol Dengan Eksperimen
Setelah
Data KPS siswa berdistribusi
penelitian kelompok kontrol menunjukkan
dengan normal dan homogen maka uji
skor rata-rata sebesar 9,64 sedangkan
beda
eksperimen
sebesar
menggunakan uji statistik non parametrik
12,35. Berdasarkan skor awal dan akhir
dengan mengambil taraf signifikasi (α)
kedua kelompok jelas terlihat adanya
sebesar 0,05. Berdasarkan hasil uji-t (2-
perbedaan antara kelompok kontrol dengan
tailed) didapatkan nilai t sebesar 0,0864,
kelompok
eksperimen
memberikan
4,55.
skor
96| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
rata-rata
kedua
kelompok
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
maka tidak terdapat perbedaan skor ratarata pretest kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan data yaitu kemampuan
awal
kedua
kelompok
Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji t Berdasarkan Nilai Postest Kel om pok Kon trol Eks peri men
Postest RataVari rata ans 9,64
5,48
12,35
5,29
t hit
0,0005
P (α)
0,05
Interpr etasi
Kesimp ulan
t hit < P
Terdapat perbedaa n yang signifika n
terhadap pelajaran fisika adalah sama. Berdasarkan uji statistik terdapat Tabel 4.1 Rekapitulasi Uji t Berdasarkan Nilai Pretest Kel om pok Ko ntro l Eks peri me n
Pretest RataVari rata ans 5,45
t hit
P (α)
Interpre tasi
Kesimp ulan
t hit > P
Tidak terdapat perbedaa n yang signifika n
4,55
0,05
sebesar 0,00 < 0,05, dengan demikian dapat
1,78 0,086
N-gain kedua kelompok diperoleh nilai
3,63
disimpulkan
pembelajaran
dengan
LKS inkuiri terbimbing pada kelompok eksperimen dan LKS konvensional pada kelompok
kontrol,
maka
yang
kelompok
kontrol
dengan
kelompok
KPS
siswa
kelompok
eksperimen.
postest untuk mengetahui pengaruh LKS terbimbing
pada
signifikan
lebih
tinggi
antara
dari
pada
kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh LKS inkuiri terbimbing dalam meningkatkan KPS.
selanjutnya
dilakukan uji-t (2-tailed) terhadap nilai
inkuiri
terdapat
perbedaan
eksperimen Setelah
bahwa
kelompok
Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji t Berdasarkan N-gain Kelomp ok
eksperimen. Hasil uji tersebut memberikan nilai t sebesar 0,0005, maka disimpulkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan
Kontrol Eksperi men
N-gain Rat aVaria rat ns a 0,40 0,037 0,70
0,024
t hit
P (α)
0,0 0
0,0 5
Interpre tasi
Kesimp ulan
t hit < P
Terdapat perbedaa n yang signifika n
antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Data menunjukkan bahwa
3) Uji Beda Pretest dan Postest
kelompok eksperimen memiliki skor rata-
Masing-masing Kelompok
rata yang lebih tinggi dari kelompok
Eksperimen dan Kontrol Uji
kontrol. postest
beda antara
kedua
kelompok
pretest juga
dan dapat
digunakan untuk melihat peningkatan KPS antara kedua kelompok. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan
skor
pretest
kelompok kontrol dengan skor postest Juniar Afrida: Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Inkuiri..... |97
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
kelompok kontrol. Hal yang sama juga
Peningkatan
KPS
dan
dilakukan untuk kelompok eksperimen
kebermaknaan LKS inkuiri terbimbing
dengan membandingkan skor pretest dan
juga dapat dilihat dari kategori N-gain
postest kelompok eksperimen. Hasil uji
yang
beda tersebut ditampilkan pada Tabel 4.4.
kelompok. Perolehan rata-rata N-gain
Tabel 4.4 Rekapitulasi Uji t Masingmasing Kelompok Kel omp ok
Prete st
Post est
t hit
Kon trol
5,45
9,64
5,84 x 10-9
Eks peri men
4,55
12,3 5
3,85 x 10-14
P (α)
Interp retasi
0,05
t hit < P
0,05
t hit < P
Kesimpul an Terdapat perbedaan yang signifikan Terdapat perbedaan yang signifikan
didapatkan
oleh
masing-masing
kelompok
eksperimen
sebesar
70%
sedangkan
kelompok
kontrol
40%
sehingga jelas terlihat bahwa rata-rata Ngain kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol. Rata-rata kontrol
N-gain
termasuk
“Sedang”
ke
sedangkan
kelompok
dalam
kategori
rata-rata
N-gain
Hasil uji t pretest dengan postest
kelompok eksperimen termasuk ke dalam
kelompok kontrol memberikan hasil yang
kategori “Tinggi”. Persentase terbesar
signifikan
artinya
terjadinya
siswa kelompok kontrol adalah kategori
kemampuan
kelompok
“Sedang” sebesar 77,27%, sedangkan
kontrol. Uji t kelompok eksperimen juga
kelompok eksperimen persentase siswa
memberikan
terbesar adalah kategori “Tinggi” sebesar
peningkatan
yang
hasil
yang
sama
yaitu
terjadinya peningkatan kemampuan siswa
55,00%.
dalam KPS. Meskipun demikian, jika kelompok kontrol dibandingkan dengan
2.
kelompok eksperimen tetap saja kelompok
1) Minat Belajar Kelompok Kontrol
eksperimen memiliki nilai t yang jauh
Minat Belajar
dan Eksperimen
lebih kecil sehingga tingkat signifikansi
Minat
belajar
kelompok
perbedaannya lebih tinggi. Hasil uji t
eksperimen dan kontrol diukur dengan
kelompok kontrol sebesar 5,84 x 10-9
menggunakan angket minat belajar yang
sedangkan kelompok eksperimen 3,85 x
telah diuji coba terlebih dahulu. Hasil uji
10-14, maknanya kelompok eksperimen
coba
memiliki peningkatan yang jauh lebih
pernyataan yang dapat digunakan dalam
tinggi dari kelompok kontrol dalam hal
mengukur minat belajar siswa. Sama
KPS.
halnya dengan KPS, minat belajar juga
4) Proporsi
Kategori
tersebut
menunjukkan
ada
34
N-gain
diukur sebelum dan setelah LKS inkuiri
Kelompok Kontrol dan Eksperimen
terbimbing. Setelah angket minat diisi oleh
98| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
siswa
selanjutnya
data
Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji
tingkat
signifikansi nilai t = 0,41 > 0,05 sehingga
signifikansi kedua kelompok dengan uji-t
dapat disimpulkan bahwa setelah LKS
(2-tailed). Hasil uji-t kedua kelompok
inkuiri
sebelum
perbedaan minat belajar yang signifikan
dilakukan
pengolahan
dengan
LKS
menguji
inkuiri
terbimbing
ditunjukkan pada Tabel 4.6.
terbimbing
tidak
terdapat
antara kedua kelompok. Uji beda antara skor minat belajar sebelum dan setelah
Tabel 4.6 Rekapitulasi Uji t Minat Belajar Sebelum Perlakuan Kel om pok Kon trol Eks peri men
Sebelum Perlakuan RataVarians rata 107,36
98,14
97,85
112,23
t hit
0,004
P (α)
0,05
Interpre tasi
Kesimp ulan
t hit < P
Terdapat perbedaa n yang signifika n
LKS inkuiri terbimbing kedua kelompok juga dapat
digunakan
untuk melihat
perbedaan minat belajar antara kedua kelompok. Uji ini dilakukan dengan membandingkan skor minat belajar awal dan akhir kelompok kontrol. Hal yang
Berdasarkan
Tabel
4.6
menunjukkan bahwa hasil uji signifikansi kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol memberikan nilai t = 0,004 < P, sehingga dapat disimpulkan terjadinya
sama juga dilakukan untuk kelompok eksperimen dengan membandingkan skor awal dan akhir kelompok eksperimen. Hasil uji beda tersebut ditampilkan pada Tabel 4.8.
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. Hal ini berarti skor awal untuk minat belajar siswa sebelum LKS inkuiri terbimbing antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol telah berbeda. Setelah LKS inkuiri terbimbing hasil uji beda rata-rata ditampilkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Uji t Masingmasing Kelompok Kel omp ok
Setelah Perlakuan Rata Varia -rata ns
Kon trol
109,4
96,44
Eks peri men
106,8
113,64
t hit
0,41
P (α)
0,05
Interpr etasi
Kesimp ulan
t hit > P
Tidak terdapat perbedaa n yang signifika n
Postest
t hit
P (α)
Interpret asi
Kon trol
107,36
109,4
0,49
0,05
t hit > P
Eks peri men
97,85
106,8
0,01
0,05
t hit < P
Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji t Minat Belajar Setelah Perlakuan Kel omp ok
Pretest
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Terdapat perbedaan yang signifikan
Uji t untuk minat belajar kedua kelompok memberikan hasil yang tidak berbeda signifikan antara skor awal dan akhir
masing-masing
Disimpulkan
bahwa
kelompok. tidak
terjadi
peningkatan minat yang signifikan pada kelompok
kontrol
sedangkan
pada
Juniar Afrida: Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Inkuiri..... |99
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
kelompok eksperimen adanya peningkatan 5
minat belajar terhadap pelajaran fisika.
6
3.
Respon
Siswa
Terhadap
LKS
Inkuiri Terbimbing
7
Setelah penerapan LKS inkuiri terbimbing pada kelompok eksperimen, selanjutnya kepada siswa diberikan angket
8
yang berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan terbimbing,
dengan dengan
LKS
inkuiri
demikian
dapat
9
10
diketahui respon siswa terhadap LKS
menarik bagi anda? LKS inkuiri terbimbing membantu saya untuk lebih mengerti fisika? Apakah anda memiliki minat untuk belajar fisika dengan LKS inkuiri terbimbing? Apakah dengan LKS inkuiri terbimbing memberikan waktu yang lebih luang bagi anda untuk belajar fisika? Apakah dengan LKS inkuiri terbimbing anda dapat menerapkan ilmu fisika dalam kehidupan sehari-hari? Apakah LKS inkuiri terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar fisika anda? Apakah anda mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika dengan LKS inkuiri terbimbing?
20
100
19
95
1
5
18
90
2
10
17
85
3
15
20
100
8
40
12
60
inkuiri terbimbing yang telah diterapkan di kelompok eksperimen. Tanggapan tentang
Berdasarkan analisis data angket
LKS inkuiri terbimbing dianalisis dengan
dapat diketahui bahwa 100% siswa setuju
menentukan persentase proporsi jawaban
jika LKS inkuiri terbimbing di sekolah,
“Ya” dan “Tidak” siswa masing-masing
90% siswa senang dengan pembelajaran
butir pernyataan. Angket respon siswa
fisika yang dilakukan menggunakan LKS
hanya
diberikan
eksperimen,
kepada
kelompok
inkuiri terbbimbing. Pembelajaran fisika
hanya
kelompok
yang dilakukan dengan
karena
LKS
inkuiri
eksperimen yang melakukan pembelajaran
terbimbing lebih berguna bagi siswa hal
fisika dengan LKS inkuiri terbimbing.
ini ditunjukkan oleh respon siswa yang
Hasil analisis tersebut disajikan pada Tabel
menjawab
4.9 di bawah ini.
terbimbing juga menarik bagi siswa,
90%
“Ya”.
LKS
inkuiri
dimana siswa 100% menjawab “Ya”. Tabel 4.9 Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap LKS Inkuiri Terbimbing Hasil No
1
2
3
4
ResponSiswa Apakah anda setuju jika LKS inkuiri terbimbing diterapkan di sekolah? Apakah anda lebih senang pembelajaran fisika dilakukan dengan LKS inkuiri terbimbing? Apakah LKS inkuiri terbimbing lebih berguna bagi anda? Apakah pembelajaram fisika dilakukan dengan LKS inkuiri terbimbing
∑
Ya %
Tidak ∑ %
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh respon siswa dimana siswa menjawab “Ya” 100% pada pernyataan bahwa LKS inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
20
100
18
90
2
10
18
90
2
10
20
100
hasil belajar fisika siswa. Pengakuan siswa sebesar 90% menunjukkan bahwa LKS inkuiri terbimbing memberikan waktu yang lebih luang bagi siswa dalam belajar
100| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
fisika.
Penerapan
ilmu
fisika
dalam
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
kehidupan sehari-hari juga diakui oleh
dengan
siswa sebesar 85%, kemudian 95% siswa
ditunjukkan dengan adanya perbedaan
juga setuju bahwa minat dapat meningkat
perolehan rata-rata postest dan N-gain
dengan
yang dinormalisasi
pembelajaran
LKS
inkuiri
LKS
konvensional.
dari
Hal
ini
kedua kelas
terbimbing. Persentase terkecil yaitu 60%
tersebut. Tingginya perolehan skor postest
ditunjukkan oleh pernyataan bahwa siswa
dan N-gain kelas eksperimen disebabkan
tidak mengalami kesulitan memahami
karena dalam pembelajaran dengan LKS
fisika dengan LKS inkuiri terbimbing.
inkuiri
4.
Pembahasan
1) KPS
KPS,
diketahui
bahwa
tidak
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat penguasaan
KPS
antara
siswa
penerapan
LKS
inkuiri
terbimbing.
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama.
untuk
melakukan
eksperimen
secara
mandiri,
pada kedua kelompok dengan LKS yang berbeda, selanjutnya diberikan postest mengetahui
kemampuan
siswa
menyelesaikan soal. Kemudian dilakukan analisis terhadap data postest dan data Ngain yang dinormalisasi kedua kelas. Dari
bertukar
mengamati dan menjelaskan fenomena fisis yang ditinjukkan melalui kegiatan eksperimen. Hal
tersebut
pernyataan
sejalan
dengan
Rustaman
(1997)
mendefinisikan KPS sebagai keterampilan yang
diperlukan
untuk
memperoleh,
mengembangkan dan menerapkan konsep-
dan teori sains, baik berupa keterampilan mental,
mendapatkan pembelajaran dengan LKS inkuiri terbimbing menunjukkan bahwa keseluruhan
kemampuan
penguasaan KPS siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan siswa kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran
keterampilan
maupun
fisik
keterampilan
melibatkan
(manual)
sosial.
KPS
keterampilan-keterampilan
intelektual, manual dan sosial. Sehingga KPS dapat ditingkatkan dengan LKS inkuiri terbimbing.
hasil analisis data tersebut, siswa yang
secara
setiap
konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum,
Setelah dilakukan pembelajaran
untuk
kesempatan
kelas
eksperimen dengan kelas kontrol sebelum
Dengan
memberikan
pikiran dan berdiskusi dengan rekannya,
Berdasarkan hasil analisis data pretest
terbimbing
Melalui LKS inkuiri terbimbing, siswa dibimbing dan diarahkan untuk memulai
aktivitas
dengan
melakukan
pengamatan terhadap demontrasi untuk membangun dasar pengetahuan siswa, mengajukan
hipotesis
sebelum
eksperimen, melakukan eksperimen, dan
Juniar Afrida: Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Inkuiri..... |101
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
diakhiri dengan menarik kesimpulan serta
Indikator
menerapkan
konsep
menghubungkan konsep yang dipelajari
sendiri memiliki nilai yang cukup tinggi
dengan konsep lain.
sebesar 80%, ini dikarenakan siswa sering
Peningkatan
tertinggi
mengaitkan setiap konsep yang sudah
keterampilan proses sain untuk kelas
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
eksperimen
Sedangkan pada indikator meramal dan
pada
indikator
menginterpretasi data sebesar 93,75%
memprediksi
yang merupakan N-gain tertinggi diantara
masing sebesar 60,87% dan 74,07%, hal
semuanya. Hal ini disebabkan karena
ini disebabkan karena pada indikator
siswa sudah menguasai konsep yang telah
meramal siswa tidak pintar menerka
dipelajari yang diterapkan kedalam soal.
jawaban
Sedangkan peningkatan terendah untuk
konsep, dan pada indikator memprediksi
kelas eksperimen terdapat pada indikator
kurangnya
menginterpretasi grafik memiliki nilai N-
menganalisa
gain
tersebut. Hal ini sangat berbeda pada kelas
sebesar
dikarenakan
33,33%%.
kurang
Hal
terlatihnya
ini siswa
untuk mendeskripsikan data empiris hasil percobaan
atau
pengamatan
memiliki
berdasarkan
nilai
masing-
percobaan
ketepatan
siswa
pemahaman
dari
dan
dalam soal
kontrol. Untuk tiap-tiap indikator KPS,
dengan
peningkatan tertinggi KPS untuk kelas
grafik/tabel/diagram atau mengubahnya
kontrol pada indikator meramal sebesar
dalam bentuk salah satunya.
54,55%. Hal ini dikarenakan siswa mampu
Pada indikator yang memiliki
menghubungkan data yang sudah ada
nilai N-gain hampir mendekati satu sama
dengan data selanjutnya atau lebih kepada
lain adalah indikator mengamati dan
tebak-menebak
mengajukan hipotesa sebesar 73,68% dan
Peningkatan terendah KPS untuk kelas
73,33%,
karena
kontrol terdapat pada indikator mengamati
indikator mengamati dan mengajukan
yang memiliki nilai sebesar 19,05%. Hal
hipotesa
yang
ini dikarenakan siswa kurang mampu
memiliki soal paling mudah diantara
menggunakan fakta yang relevan dan
indikator-indikator
memadai dari hasil pengamatan.
hal
ini
disebabkan
merupakan
indikator
yang
lain.
Pada
indikator merencanakan percobaan sendiri
jawaban
yang
betul.
Pada indikator-indikator yang lain
memiliki nilai N-gain sebesar 50% yang
memiliki
dikarenakan jarangnya siswa melakukan
mendekati satu sama lain, seperti pada
percobaan pada setiap kesempatan belajar
indikator
mengajar.
menginterpretasi data yang sama-sama
102| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
nilai
yang
mengajukan
hampir
hipotesa
saling
dan
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
memiliki nilai masing-masing sebesar
tujuan dari konteks eksperimental dalam
41,51% dan 41,67%. Hal ini disebabkan
sains.
karena siswa pada kelas kontrol tidak
2) Minat Belajar
memiliki keseriusan dan kurangnya minat
Peningkatan minat belajar dengan
dalam belajar untuk melakukan percobaan
LKS inkuiri terbimbing dapat dilihat
dengan menggunakan LKS konvensional.
berdasarkan perolehan
Pada
belajar
indikator
lainnya
juga
hanya
“Tinggi”
memiliki nilai yang berbeda tipis satu
eksperimen
sama lain.
perlakuan.
kategori
siswa
sebelum
kelompok
dan
Banyaknya
minat
jumlah
setelah siswa
Berdasarkan hasil analisis dan
kategori “Tinggi” minat belajar kelompok
pembahasan di atas, dapat disimpulkan
eksperimen dari 12 siswa hingga menjadi
bahwa peningkatan KPS fluida statisd
15 siswa. Peningkatan minat belajar dapat
siswa
inkuiri
disebabkan oleh adanya pembelajaran
terbimbing secara signifikan lebih tinggi
yang dilakukan menggunakan LKS inkuiri
dibandingkan
menggunakan
mendapat
LKS
dengan
pembelajaran
siswa
yang
terbimbing yang menyebabkan siswa lebih
dengan
LKS
bersemangat dalam belajar.
konvensional. Remziye dan Yeter (2011), menemukan
bahwa
penelitian
dan eksperimen sebelum LKS inkuiri
menunjukkan bahwa penggunaan metode
terbimbing telah menunjukkan adanya
inkuiri berbasis pengajaran sains secara
minat
signifikan dapat meningkatkan KPS siswa
kelompok.
dan minat. Selanjutnya Aktamis dan Ergin
memiliki minat belajar yang lebih tinggi
(2008)
dari kelompok kontrol. Banyak hal yang
menemukan
hasil
Minat belajar kelompok kontrol
dalam
penelitian
yang
berbeda
untuk
Kelompok
eksperimen
mereka untuk mengajarkan KPS untuk
dapat
siswa untuk meningkatkan kreativitas
kedua
ilmiah
mengisi angket adanya siswa yang tidak
mereka,
minat
terhadap
ilmu
menyebabkan
kedua
kelompok
perbedaan diantaranya
membaca
pengetahuan. German dan Odom (1996)
menceklist dengan sesuka hati, suasana
menyimpulkan setelah studi dengan kelas
kelas ketika mengisi angket minat, waktu
7 bahwa siswa perlu diajarkan dengan
mengisi angket dan lain sebagainya.
teknik mengajar inkuiri sehingga siswa
Ketiadaan membaca pernyataan angket
menjadi
dan
sangat mempengaruhi hasil skor karena
mengembangkan KPS dan memahami
pernyataan yang disediakan pada angket
untuk
berlatih
sehingga
ketika
pengetahuan, dan prestasi dalam ilmu
mampu
pernyataan
minat
hanya
tidak hanya pernyataan positif tetapi juga Juniar Afrida: Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Inkuiri..... |103
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
pernyataan negatif. Skor dari pernyataan
positif, ketertarikan siswa dan minat
negatif berbeda dengan skor pernyataan
positif terhadap pembelajaran dengan LKS
positif.
inkuiri terbimbing semuanya menunjukkan Peningkatan
minat
belajar
persentase yang tinggi. Tanggapan baik
kelompok eksperimen dapat disebabkan
yang dikemukakan oleh siswa disebabkan
oleh adanya aktivitas siswa kelompok
karena pembelajaran dengan LKS inkuiri
tersebut dalam melakukan eksperimen
terbimbing memberikan fasilitas kepada
sendiri di lab dengan bantuan LKS inkuiri
siswa untuk mempelajari suatu konsep.
terbimbing. Adanya peningkatan minat
Yager dan Akcay (2010) menunjukkan
belajar siswa dapat mempengaruhi hasil
bahwa penggunaan dan pemahaman siswa
belajar siswa.
keterampilan sains dan konsep dengan
Berdasarkan
yang
inkuiri meningkat secara signifikan lebih
diberikan kepada siswa, diketahui bahwa
dari yang mereka lakukan untuk siswa
umunya siswa menyatakan sangat setuju
terdaftar di
dan setuju pada setiap pernyataan yang
keterampilan
terdapat pada angket. Secara umum siswa
kreativitas, kemampuan untuk menerapkan
merespon positif pembelajaran materi
konsep
fluida
pengembangan minat yang lebih positif.
statis
angket
dengan
LKS
inkuiri
terbimbing. Hal ini ditunjukkan dari ketertarikan siswa terhadap pembelajaran
bagian
khas dalam
proses,
ilmu
hal
keterampilan
pengetahuan,
dan
3) Respon Siswa Terhadap LKS Inkuiri Terbimbing
dengan LKS inkuiri terbimbing serta
Berdasarkan hasil analisis angket
meningkatnya minat siswa dalam belajar
respon siswa, diketahui bahwa secara
karena
pembelajaran
umum siswa setuju jika LKS inkuiri
berhubungan langsung dengan kehidupan
terbimbing diterapkan di sekolah mereka.
sehari-hari. Selain itu, siswa memiliki
Hal ini ditunjukkan pada persentase respon
antusias
siswa yang besar dalam menjawab “Ya”
siswa
merasa
dan
semangat
terhadap
yang
pembelajaran
tinggi yang
pada
pernyataan
yang
tersedia
pada
dikembangkan. Sehingga siswa lebih rajin
angket. Pernyataan yang tersedia juga
dalam belajar dan mau bekerja keras,
menyatakan
walaupun masih ada siswa yang belum
terbimbing dapat menarik siswa untuk
mencapai
belajar
hasil
Berdasarkan
yang
sebaran
diharapkan.
dan
LKS
tentunya
inkuiri
dapat
yang
meningkatkan minat belajar fisika siswa,
diberikan kepada siswa, diketahui bahwa
menerapkan ilmu fisika dalam kehidupan
indikator
sehari-hari, memberikan waktu yang lebih
yang
angket
fisika
bahwa
menunjukkan
persepsi
104| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
luang dalam belajar fisika, serta mampu
siswa dengan pembelajaran inkuiri
meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
terbimbing terjadi secara signifikan.
Hal
ini
terjadi
karena
siswa
lebih
mendalami ilmu fisika dengan mengulang
DAFTAR PUSTAKA
kembali materi yang sudah dipelajari
Akinbobola, A. O., & Afolabi, F. (2010). Analysis of Science Process Skills in West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations in Nigeria. Amerika Eurasia Jurnal Ilmiah Penelitian, 5 (4), 234-240.
disekolah dirumah. Secara keseluruhan siswa memberikan respon yang positif terhadap
penerapan
LKS
inkuiri
terbimbing. Anderson (2002) menyatakan bahwa studi sebelumnya mengindikasikan menggunakan
inkuiri
berbasis
sains
berdasarkan dalam mengajar pendidikan sains memiliki beberapa efek positif pada prestasi kognitif, KPS dan minat terhadap ilmu pengetahuan tetapi relatif. KESIMPULAN Berdasarkan permasalahan, hasil, analisis data dan pembahasan berdasarkan bab-bab
sebelumnya
dapat
Pembelajarn
fisika
pengembangan meningkatkan
LKS KPS
siswa
dengan dapat dalam
belajar fisika. Indikator KPS yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu menginterpretasi data. Indikator yang mengalami peningkatan terendah yaitu menginterpretasi grafik. 2.
Pembelajaran
fisika
Anderson, R.D. (2002). Reforming science teaching: what research says about inquiry. J. Science Teacher Education, 13, 1-12.
diambil
kesimpulan sebagai berkut: 1.
Aktamis, H., Ergin, Ö. (2008). The effect of scientific process skills education on students' scientific creativity, science attitudes and academic achievements. AsiaPacific Forum on Science Learning & Teaching, 9(1), article 4.
dengan
pengembangan LKS berbasis inkuiri
Azeem, M. & Shakoor, A. (2011). Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science, 1(19), 269-276. Bilgin, I. (2009). The Effects Of Guided Inquiry Instruction Incorporating A Cooperative Learning Approach On University Students’ Achievement Of Acid And Bases Concepts And Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4 (10), 1038-1046.
terbimbing dapat meningkatkan minat belajar fisika, dan peningkatan minat
Dahar. 1996. Model-Model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro.
Juniar Afrida: Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Inkuiri..... |105
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 03, No.01, hlm 93-106, 2015 http://jurnal.unsyiah.ac.id/jpsi
Douglas, E.P. & Chiu, C.C. (2009). Use of guided inquiry as an active learning technique in engineering. Proceedings of the Research in Engineering Education Symposium 2009, Palm Cove, QLD, 1-6. Ergul, R. et. al. (2011). The effects of inquiry-based Science teaching on elementary School students’ science process Skills and science attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 5(1), 48-68. German, P.J. & Odom, A.L. (1996). Student performance on asking questions, identifying variables, and formulating hypotheses. School Science & Mathematics, 96, 192-202. Harlen,
W. (1999). Purposes and procedures for assessing science process skills. Assessment in Education: Policy & Practice, 6, 129- 145.
Hofstein, A. & Lunetta, V.N. (2004). The laboratory in science education: foundation for the 21st century. Science Education, 88, 28-54. Ifeoma, O.E. & Oge, E.K. (2013). Effects of Guided Inquiry Method on Secondary School Students’ Performance in Social Studies Curriculum in Anambra State, Nigeria. British Journal of Education, Society & Behavioural Science, 3(3): 206222. Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, & Bellisimo, Y. 2006. “The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics”. 106| Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (JPSI)
The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. 1, (2). Ozdilek, Z. & Bulunuz, N. (2009). The Effect of a Guided Inquiry Method on Pre-service Teachers’ Science Teaching Self-Efficacy Beliefs. Journal of Turkish Science Education, 6(2), 24-42. Pratt, H. & Hackett, J. (1998). Teaching science: the inquiry approach. Principal, 78(2), 2-20. Reber,
A. S. 1988. The Penguin Dictionary Of Psychology. Viking: The University Of California (e-Books).
Rustaman, N. 2005. Pengembangan Model Pembelajaran MIPA. Bandung: UPI. Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Turpin,T. & Cage, B.N. (2004). The effects of an integrated, activitybased science curriculum on student achievement, science process skills, and science attitudes. Electron. J. Literacy through Science, 3. Wahyudin, & Sutikno. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010), 58-62. Yager, R.E. & Akçay, H. (2010). The advantages of an inquiry approach for science instruction in middle grades. School Science & Mathematics, 110, 5-12.